sap fix ckd

27
SATUAN ACARA PENYULUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN HEMODIALISIS A. JUDUL Satuan Acara Penyuluhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Hemodialisis B. TUJUAN 1. Tujuan Umum : Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 25 menit diharapkan keluarga pasien dapat mengerti dan memahami tentang diet pada pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis 2. Tujuan Khusus : Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan keluarga dapat menjelaskan kembali: a. Pengertian Gagal Ginjal Kronis. b. Penyebab Gagal Ginjal Kronis. c. Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronis. d. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis e. Pencegahan Gagal Ginjal Kronis f. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis g. Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis dengan Hemodialisis 3. TEMPAT

Upload: sintha-pratiwi

Post on 09-Dec-2015

514 views

Category:

Documents


127 download

DESCRIPTION

sap

TRANSCRIPT

Page 1: SAP FIX CKD

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN

HEMODIALISIS

A. JUDUL

Satuan Acara Penyuluhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan

Hemodialisis

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum :

Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 25 menit diharapkan

keluarga pasien dapat mengerti dan memahami tentang diet pada pasien

gagal ginjal kronis dengan hemodialisis

2. Tujuan Khusus :

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan keluarga dapat

menjelaskan kembali:

a. Pengertian Gagal Ginjal Kronis.

b. Penyebab Gagal Ginjal Kronis.

c. Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronis.

d. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis

e. Pencegahan Gagal Ginjal Kronis

f. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis

g. Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis dengan Hemodialisis

3. TEMPAT

Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar

4. WAKTU

Jumat, 19 Juli 2013 pukul 10.00-10.25 WITA.

Page 2: SAP FIX CKD

5. SASARAN

Keluarga pasien dengan Gagal Ginjal Kronis di ruang Angsoka 2 RSUP

Sanglah Denpasar.

6. METODE

1. Ceramah.

2. Tanya jawab.

3. Demonstrasi menu makanan sehari pada GGK dengan hemodialisis

7. MEDIA

1. Lembar balik.

2. Leaflet.

8. PEMBAGIAN KELOMPOK

1. Ketua : Gede Bayu Wirantika

2. Moderator : Putu Ayumi Dewantari

3. Penyaji : Agus Eka Mayunantara

Ni Wayan Mira Rianty

4. Fasilitator : Kadek Laras Prasanti Dewi

Ni Luh Made Ari Irawati

I Wayan Agus Swastika

Putu Ika Puspita Dewi

Pande Kadek Purniwati

Luh Putu Eva Sri S

5. Observer : Luh Putri Arca Dewi

9. RENCANA PELAKSANAAN

No. Kegiatan Penyuluh Peserta Keterangan

1. Pendahuluan 1) Memberi

Salam.

2) Perkenalan.

3) Menjelaskan

1) Menjawab

salam.

2) Mendengarkan.

3) Menyimak

5 menit

Page 3: SAP FIX CKD

maksud dan

tujuan.

4) Mengingatkan

kontrak.

penyuluh.

4) Mendengarkan.

2. Pemberian

materi

1) Penyampaian

garis besar

materi Gagal

Ginjal Kronis:

Pengertian

Gagal Ginjal

Kronis.

Penyebab

Gagal Ginjal

Kronis.

Tanda dan

Gejala Gagal

Ginjal Kronis.

Komplikasi

Gagal Ginjal

Kronis

Pencegahan

Gagal Ginjal

Kronis

Penatalaksana

an Gagal

Ginjal Kronis

Diet pada

Gagal Ginjal

Kronis dengan

HD.

1) Mendengarkan

dengan penuh

perhatian

18 menit

Page 4: SAP FIX CKD

2) Memberi

kesempatan

peserta untuk

bertanya

3) Menjawab

pertanyaan

2) Menanyakan

hal-hal yang

belum jelas

3) Mendengarkan

dan

memperhatikan

jawaban dari

penyuluh

3. Penutup 1) Evaluasi

2) Menyimpulkan

3) Salam penutup

1) Menjawab

pertanyaan

penyuluh

2) Mendengarkan

3) Menjawab

salam

2 menit

TOTAL WAKTU 25 Menit

10. SETTING TEMPAT

1

2

3 5

4 4

Keterangan gambar:

1. Penyaji

2. Peserta

3. Moderator

4. Fasilitator

5. Observer

Page 5: SAP FIX CKD

11. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktural:

a. Persiapan Media

Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat

digunakan dalam penyuluhan yaitu:

Leaflet.

Lembar balik.

b. Persiapan Materi

Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan dibuatkan lembar balik

dan leaflet dengan ringkas, menarik, lengkap mudah di mengerti oleh

peserta penyuluhan.

c. Persiapan Peserta

Penyuluhan mengenai diet pada gagal ginjal kronis. Peserta telah

diinformasikan sebelum dilaksanakan penyuluhan.

2. Evaluasi Proses:

Peserta mengikuti acara pembelajaran kesehatan dari awal sampai selesai

dan aktif selama proses pembelajaran kesehatan berlangsung.

3. Evaluasi Hasil:

a. Sebanyak 60% peserta mampu mengungkapkan kembali pengertian gagal

ginjal kronis.

b. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali 6 penyebab gagal

ginjal kronis.

c. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali 14 tanda dan gejala

gagal ginjal kronis.

d. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali 5 komplikasi gagal

ginjal kronis

e. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali pencegahan gagal

ginjal kronis.

f. Sebanyak 60 % peserta mampu menyebutkan kembali

penatalaksanaan gagal ginjal kronis.

g. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali diet pada gagal

ginjal kronis dengan hemodialisis.

Page 6: SAP FIX CKD

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier (Ed), 2005. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Anwar. 2010. Konsep Dasar Penyakit Ginjal Kronis, (online)

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16742/4/Chapter

%20II.pdf, diakses: 15 Juli 2011).

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi

8), EGC, Jakarta

Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Departemen Pertanian. 2010. Penganekaragaman Menu Makanan Rakyat,

(online) (pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/ppua0159.pdf, diakses: 20

Juli 2011).

Hasibuan. 2011. Daftar Komposisi Lemak, Asam Lemak, dan Kolesterol, (online)

(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26959/1/Appendix.pdf, diakses

20 Juli 2011).

Himmelfarb dan Sayegh. 2010. Chronic Kidney Disease, Dialysis, and

Transplantation: A Companion to Brenner and Rector’s The Kidney. USA:

Saunders.

Price&Wilson.2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit.Jakarta:EGC

Raka Widiana. 2007. Jurnal Penyakit Ginjal Kronis, (online)

(http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/2_edited.pdf, diakses 15 Juli 2011).

Sukandar, E. 2006. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Fakultas Kedokteran

UNPAD.

Suwitra K.2006.B u k u A j a r I l m u P e n y a k i t D a l a m J i l i d I E d i s i

I V . Jakarta: FKUI

Triyani Kresnawan. 2010. Diet Rendah Protein Nabati untuk Penyakit Ginjal

Kronis, (online) (gizi.depkes.go.id/makalah/download/diet_rendah_prot-

nabati.pdf, diakses 20 Juli 2011).

Page 7: SAP FIX CKD

LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Penyakit Ginjal Kronis

Penyakit Ginjal Kronis atau Chronic Kidney Disease  menurut National

Kidney Foundation (NKF) di Amerika Serikat didefinisikan sebagai kerusakan

ginjal atau laju penyaringan darah di ginjal mengalami gangguan. Jadi, penyakit

ginjal kronis adalah gangguan fungsi ginjal yang terus memberat dan menetap

yang mengakibatkan kehilangan fungsi ginjal secara bertahap biasanya

berlangsung beberapa tahun.

B. Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronis

Penyebab Gagal ginjal kronik menurut ( Price,2002)

1) Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (SIK) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa

memandang usia, terutama wanita. Infeksi saluran kemih umumnya dibagi dalam

dua kategori : Infeksi saaluran kemih bagian bawah (uretritis, sistitis, prostatis)

dan infeksi saluran kencing bagian atas (pielonepritis akut). Sistitis kronik dan

pielonepritis dan infeksi saluran kencing bagian ginjal tahap akhir pada anak-anak

(Price,2002).

2) Penyakit Peradangan

Kematian yang diakibatkan oleh gagal ginjal umumnya disebabnya oleh

glomerulonepritis Kronik. Pada glomerulonepritis kronik, akan terjadi kerusakan

glomerulus secara progresif yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya

gagal ginjal (Price,2002).

3) Nifrosklerosis Hipertensif

Hipertensi dan gagal ginjal kronik memiliki kaitan yang erat. Hipertensi mungkin

merupakan penyakit primer dan menyebabkan kerusakan pada ginjal, sebaliknya

penyakit ginjal kronik dapat menyebabkan hipertensi atau ikut berperan pada

hipertensi melalui mekanisme retensi natrium dan air, serta pengaruh vasopresor

dari sistem renin angitensin (Price,2002).

Page 8: SAP FIX CKD

4) Gangguan Kongenital dan Herediter

Asidosis tubulus ginjal dan penyakit polikistik ginjal merupakan penyakit

herediter yang terutama mengenai tubulus ginjal. Keduanya dapat berakhir dengan

gagal ginjal meskipun lebih sering di jumpai pada penyakit polikistik

(Price,2002).

5) Gangguan Metabolik

Penyakit metabolik yang dapat mengakibatkan gagal ginjal kronik antara lain

diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme primer dan amiloidosis (Price, 2002).

6) Nefropati Toksik

Ginjal khusnya rentan terhadap efek toksik, obat-obatan dan bahan bahan kimia

karena alsan-alasan :

a. Ginjal menerima 25% dari curah jantung, sehingga sering dan mudah kontak

dengan zat kimia dalam jumlah yang besar.

b. Interstitium yang hiperosmotik memungkinkan zat kimia dikonsentrasikan pada

daerah yang relatif hipovaskular.

c. Ginjal merupakan jalur ekskresi obligatorik untuk kebanyakan obat ,sehingga

insufisiensi ginjal mengakibatkan penimbunan obat dan meningkatkan konsentrasi

dalam cairan tubulus (Price,2002).

Di Indonesia, penyakit Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah

penyebab utama terjadinya penyakit ginjal kronis. Penyebab lain adalah

hipertensi, batu saluran kemih, penyakit otoimun, maupun infeksi kronis pada

ginjal yang misalkan disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Ginjal

merupakan organ penting dalam tubuh yang berfungsi untuk memfiltrasi atau

menyaring zat-zat racun yang tidak diperlukan tubuh dan menyerap kembali zat-

zat yang masih diperlukan tubuh. Karena hal ini, maka pasien dapat mengalami

bengkak pada tubuh, terutama pada daerah kaki dan tangan.

Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan ureum. Ureum merupakan hasil

metabolisme atau pengolahan protein di tubuh yang harus dikeluarkan. Pada

pasien dengan penyakit ginjal, ureum tidak dapat dikeluarkan secara optimal,

sehingga ureum yang berbentuk kristal kemudian menumpuk di kulit, sehingga

menyebabkan rasa gatal. Selain filtrasi dan reabsorpsi, ginjal juga berfungsi

mengeluarkan hormon eritropoietin yang berfungsi dalam pembentukan sel darah

Page 9: SAP FIX CKD

merah. Jika fungsi ginjal mengalami penurunan, maka produksi eritropoietin juga

mengalami gangguan. Sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah merah

sekaligus hemoglobin yang dapat menyebabkan anemia atau kekurangan

hemoglobin (Bare & Suzanne, 2002).

Ginjal juga amat berperan dalam meregulasi tekanan darah pada tubuh

manusia, dimana macula densa pada ginjal akan menerima sinyal yang kemudian

akan mengeluarkan renin, suatu zat yang berperan dalam vasokonstriksi atau

penyempitan pembuluh darah. Jika hal ini mengalami gangguan, maka tekanan

darah pasien dapat terganggu. Penyakit ginjal kronis akan mengakibatkan

penurunan kadar kalsium dalam darah. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu

terbentuknya hormon paratiroid sehingga terjadi demineralisasi tulang atau

pengambilan mineral (kalsium) dari tulang untuk dibawa ke darah. Hal ini

mengakibatkan tulang mudah rapuh atau osteoporosis.

Dari semua fungsi ginjal yang terdapat di atas, dapat dimengerti bahwa

jika terjadi gangguan pada ginjal kronis maka akan terjadi gejala-gejala seperti:

lemah badan, anemia, osteoporosis, dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Himmelfarb dan Sayegh (2010) menyebutkan bahwa penyebab terbanyak

PGK yaitu peradangan pada ginjal, kencing manis, dan tekanan darah tinggi.

Insiden PGK meningkat seiring meningkatnya kejadian kegemukan, kencing

manis, dan tekanan darah tinggi. (Himmelfarb dan Sayegh, 2010).

Faktor risiko penyakit ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan kencing

manis ,tekanan darah tinggi, kegemukan, perokok, berumur lebih dari 50 tahun,

dan individu dengan riwayat penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi, dan

penyakit ginjal dalam keluarga (National Kidney Foundation, 2002).

C. Tanda dan Gejala Penyakit Ginjal kronis

Tanda dan gejala penyakit ginjal kronis antara lain:

a. Gejala dini (saat mengalami penyakit ginjal kronis)

Produksi air kencing sedikit.

Nyeri pada pinggang.

Adanya rasa gatal dan bintik-bintik merah pada kulit.

Sakit kepala.

Page 10: SAP FIX CKD

Kelemahan tubuh.

Berat badan berkurang.

Mudah tersinggung.

Depresi.

b. Gejala yang terjadi lebih lanjut

Penurunan nafsu makan.

Mual disertai muntah.

Pernapasan pendek atau sesak napas baik saat beraktivitas maupun

tidak.

Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh, bisa pada tangan, kaki,

maupun perut akibat timbunan cairan tubuh yang tidak dapat

dikeluarkan melalui kencing.

Tekanan darah tinggi (>130/>85 mmHg).

Nilai kreatinin > 1,2 mg/dl

D. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain:

1) Hiperkalemia, Akibat penurunan eksresi asidosis metabolic,

katabolisme dan masukan diit berlebih

2) Perikarditis dan tamponade jantung

3) Hipertensi, Akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem

rennin angioaldosteron

4) Anemia, Akibat penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah,

pendarahan gasstrointestinal akibat iritasi

5) Penyakit tulang, Akibat retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah

metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar aluminium

E. Pencegahan

Pencegahan Primordial

Upaya ini dilakukan dengan cara menciptakan kondisi pada masyarakat yang

memungkinkan penyakit GGK tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya

hidup dan faktor risiko lainnya. Pada prinsipnya upaya pencegahan primordial

Page 11: SAP FIX CKD

yang dapat dilakukan adalah melakukan penyesuaian terhadap risiko yang ada

dalam masyarakat dengan cara membentuk pola fikir masyarakat agar

mengatur pola makan yang sehat dan minum air yang banyak (Jumlah yang

dianjurkan adalah 2 liter per hari) agar terjaga kesehatan ginjal.

Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan pada orang yang

mempunyai risiko agar tidak terjadi gagal ginjal kronik. Orang yang berisiko

tinggi untuk mengalami kerusakan ginjal adalah penderita diabetes, hipertensi,

pasien dengan proteinuria dan lainnya.

Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah:

1. Mengatur pola konsumsi protein.

2. Sedikit mengkonsumsi garam. Pola konsumsi garam yang tinggi akan

meningkatkan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat menumpuk

dan membentuk kristal.

3. Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi.

Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai

dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya

pencegahan yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal

dan kardiovaskular, yaitu pengobatan hipertensi (makin rendah tekanan darah

makin kecil risiko penurunan fungsi ginjal), pengendalian gula darah, lemak

darah, anemia, penghentian merokok, peningkatan aktivitas fisik dan

pengendalian berat badan (National Kidney Foundation, 2009) .

F. Penatalaksanaan

Pasien perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai dengan

derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum. Menurut

Suwitra (2006), perencanaan penatalaksanaan terapi sesuai dengan derajat

penyakit CKD dapat dilihat dalam tabel berikut :

Page 12: SAP FIX CKD

Suwitra (2006) menyatakan bahwa penatalaksanaan untuk pasien CKD secara

umum terdiri dari :

1. Waktu yang tepat dalam penatalaksanaan penyakit dasar CKD adalah sebelum

terjadinya penurunan LFG, sehingga peningkatan fungsi ginjal tidak terjadi.

Pada ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasonografi, biopsi serta

pemeriksaan histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat

terhadap terapi spesifik. Sebaliknya bila LFG sudah menurun sampai 20–30 %

dari normal terapi dari penyakit dasar sudah tidak bermanfaat.

2. Mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien CKD, hal

tersebut untuk mengetahui kondisi yang dapat memperburuk keadaan pasien.

Selain itu, perlu untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain yang dapat

memperburuk keadaan pasien seperti gangguan keseimbangan cairan,

hipertensi yang tak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus

urinarius, obat-obat nefrotoksik, bahan radio kontras, atau peningkatan

aktifitas penyakit dasarnya.

3. Pembatasan cairan dan elektrolit pada pasien CKD sangat diperlukan. Hal

tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya edema dan komplikasi

kardiovaskuler. Asupan cairan diatur seimbang antara masukan dan

pengeluaran urin serta Insesible Water Loss (IWL). Dengan asumsi antara

500-800 ml/hari yang sesuai dengan luas tubuh.

Elektrolit yang harus diawasi dalam asupan pasien CKD adalah natrium dan

kalium. Pembatasan kalium dilakukan karena hiperkalemia dapat

Page 13: SAP FIX CKD

mengakibatkan aritmia jantung yang fatal. Oleh karena itu pembatasan obat

dan makanan yang mengandung kalium (sayuran dan buah) harus dibatasi

dalam jumlah 3,5-5,5 mEg/lt. sedangkan pada natrium dibatasi untuk

menghindari terjadinya hipertensi dan edema. Jumlah garam harus

diperhatikan terutama pada pasien dengan tekanan darah dan adanya edema.

4. Penatalaksanaan lainnya yaitu dengan menghambat perburukan fungsi ginjal.

Menghambat perburukan fungsi ginjal dapat dilakukan dengan

a. Membatasi asupan protein mulai dilakukan apabila LFG<60 ml/mnt,

sedangkan diatas batasan tersebut tidak dianjurkan pembatasan protein.

Protein yang dibatasi antara 0,6-0,8/kg BB/hr, dimana 0,35-0,50 gr

diantaranya merupakan protein yang memiliki nilai biologis tinggi. Kalori

yang diberikan sebesar 30-35 kkal/kgBB/hr dalam pemberian diit.

Pembatasan protein perlu dilakukan dengan ketat karena protein akan

dipecah dan diencerkan melalui ginjal, tidak seperti karbohidrat sehingga

dapat memperberat fungsi ginjal. Namun saat terjadi malnutrisi masukan

protein dapat ditingkatkan sedikit. Selain itu pembatasan protein bertujuan

untuk membatasi asupan fosfat karena fosfat dan protein berasal dari

sumber yang sama, agar tidak terjadi hiperfosfatemia.

b. Terapi farmakologi untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus.

Pemakaian obat anti hipertensi bermanfaat untuk memperkecil resiko

komplikasi pada kardiovaskuler serta untuk memperlambat perburukan

kerusakan nefron dengan cara mengurangi hipertensi intraglomerulus dan

hipertrofi glomerulus. Selain itu pemakaian obat hipertensi seperti

penghambat enzim konverting angiotensin (Angiotensin Converting

Enzim/ACE inhibitor) dapat memperlambat perburukan fungsi ginjal. Hal

ini terjadi akibat mekanisme kerjanya sebagai anti hipertensi dan anti

proteinuria.

c. Pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskuler merupakan hal yang

penting, karena 40%-45% kematian pada pasien CKD disebabkan oleh

penyakit komplikasinya pada kardiovaskuler. Hal-hal yang termasuk

pencegahan dan terapi penyakit vaskuler meliputi pengendalian hipertensi,

DM, dislipidemia, anemia, dan terapi pada kelebihan cairan dan elektrolit.

Page 14: SAP FIX CKD

Semua ini terkait dengan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi CKD

secara keseluruhan.

5. Apabila pasien CKD mengalami anemia, maka dapat dilakukan penambahan

atau tranfusi eritropoitin.

6. Terapi dialisis dan transplantasi dapat dilakukan pada tahap CKD derajat

empat sampai dengan lima. Terapi ini biasanya disebut dengan terapi

pengganti ginjal.

Dialisis merupakan suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui

suatu membran berpori dari satu kompartemen cair menuju kompartemen cair

lainnya. Hemodialisa dan dialisis peritoneal merupakan dua teknik utama yang

digunakan dalam dialisis. Pada suatu membran semipermeabel yang

diletakkan di antara darah pasien pada satu sisi dan larutan yang sudah

diketahui susunannya (dialisat) pada sisi satunya, maka substansi yang dapat

menembus membran akan bergerak dari konsentrasi yang tinggi ke

konsentrasi yang rendah (Price&Wilson, 2006).

7. Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih disukai untuk

pasien gagal ginjal stadium akhir karena kualitas hidup pasien menjadi lebih

tinggi dibandingkan dengan menggunakan cara pengobatan lainnya. Namun

kelemahan dari pengobatan dengan transplantasi ginjal adalah kebutuhan

transplantasi ginjal jauh melebihi jumlah ketersediaan ginjal dari kadaver

sehingga hal tersebut membatasi transplantasi ginjal sebagai pilihan

pengobatan yang dilakukan oleh pasien CKD (Price&Wilson, 2006).

G. Diet pada Penyakit Ginjal Kronis

1. Tujuan

a. Mencegah kekurangan gizi serta mempertahankan dan

memperbaiki status gizi agar pasien dapat melakukan aktivitas

normal.

b. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit

c. Menjaga agar sisa metabolisme tidak berlebihan

Page 15: SAP FIX CKD

2. Syarat Diet

a. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kgBB

b. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen

dan mengganti asam amino yang hilang selama dialysis, yaitu 1-

1,2 g/kgBB ideal/hari pada HD dan 1,3 g/kgBB ideal/hari pada

CAPD

c. Karbohidrat cukup, yaitu 55-75 % dari kebutuhan energi total.

d. Lemak normal, yaitu 55-75% dari kebutuhan energi total.

e. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam.

f. Kalium sesuai dengan urin yang keluar/24 jam

g. Kalsium tinggi, yaitu 1000mg/hari.

h. Fosfor dibatasi, yaitu < 17 mg/kg BB ideal/hari

i. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500-750 ml.

j. Suplemen vitamin, terutama vitamin larut air seperti B6, asam

folat, dan vitamin C.

k. Bila nafsu makan kurang, berikan suplemen enteral yang

mengandung energi dan protein tinggi.

3. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Diet pada dialysis bergantung pada frekuensi dialysis, sisa fungsi

ginjal, dan ukuran badan pasien. Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis

diet dialysis :

a. Diet Dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan

berat badan ±50 kg

b. Diet Dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan

berat badan ± 60 kg

c. Diet Dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan

berat badan ± 65 kg

Page 16: SAP FIX CKD

4. Bahan Makanan Sehari

Bahan

Makanan

60 g protein 65 g protein 70 g protein

Berat (g) urt Berat (g) urt Berat (g) urt

Beras

Maizena

Telur ayam

Daging

Ayam

Tempe

Sayuran

Pepaya

Minyak

Gula pasir

Susu bubuk

Susu

200

15

50

50

50

75

200

300

30

50

10

100

3 gls nasi

3 sdm

1 btr

1 ptg sdg

1 ptg sdg

3 ptg sdg

1 gls

3 ptg sdg

3 sdm

5 sdm

2 sdm

½ gls

200

15

50

50

50

100

200

300

30

50

10

100

3 gls nasi

3 sdm

1 btr

1 ptg sdg

1 ptg sdg

4 ptg sdg

2 gls

3 ptg sdg

3 sdm

5 sdm

2 sdm

½ gls

220

15

50

75

50

100

200

300

30

50

10

100

3 ¼ gls nasi

3 sdm

1 btr

1 ptg bsr

1 ptg sdg

4 ptg sdg

2 gls

3 ptg sdg

3 sdm

5 sdm

2 sdm

½ gls

5. Contoh Menu Sehari (Diet : Protein 60/2000 Kalori)

PAGI (gram) SIANG (gram) SORE (gram)

Nasi/Tim/Bubur : 100/150/200

Daging : 50

Telur : -

Tempe/Tahu : -

Sayuran : 50

Buah :

Nasi/Tim/Bubur : 150/225/300

Daging : 50

Telur : -

Tempe/Tahu : 25

Sayuran : 75

Buah : 100

Nasi/Tim/Bubur : 150/225/300

Daging : 50

Telur : -

Tempe/Tahu : 25

Sayuran : 75

Buah : 100

Sumber : Almatsier (Ed), 2005.

Page 17: SAP FIX CKD

6. Makanan yang Diperbolehkan dan Tidak Diperbolehkan

Bahan Makanan Yang

Diperbolehkan

Bahan Makanan Yang Tidak

Diperbolehkan/Dibatasi

1. Sumber Karbohidrat

Nasi, roti putih, mie, macaroni,

spageti, sagu, lontong, bihun,

makanan yang dibuat dari

tepung-tepungan, gula, madu,

sirup, jam, mentega, minyak,

margarine, permen, dll.

2. Sumber Protein

- Protein Hewani : telur, ayam,

daging, ikan, hati, keju, susu

skim, susu whole, es cream,

yogurt, kerang, kepiting,

lobster.

- Protein Nabati : tahu, tempe,

kacang-kacangan dalam

jumlah terbatas ( 50% protein

hewani dan 50% protein

nabati)

3. Sayuran

Ketimun, terung, tauge, buncis,

kangkung, kacang panjang, kol,

kembang kol, slada, wortel,

jamur, dll sesuai jumlah yang

dianjurkan

4. Buah-Buahan

Nanas, papaya, duku, jambu, biji,

sawo, pear, semangka, apel,

anggur, jeruk manis, dll dalam

jumlah sesuai anjuran

1. Umbi-umbian : ubi, singkong,

keladi, dll

2. Bahan makanan yang tinggi

natrium, seperti : garam, roti

bakar, roti susu, makanan kaleng,

mie instan, keju, margarine, sosis,

ham, ikan asin, teri, kecap, saus

tomat, dll

3. Bahan makanan tinggi kalium :

Buah, sayur dan kacang-kacangan

seperti alpokat, pisang, leci,

mangga, tomat, rebung, kilan,

daun singkong, paprika, labu

kuning, bayam, kelapa, kacang

tanah, kacang hijau, kacang

kedelai, coklat, dll.

Page 18: SAP FIX CKD

7. Hal yang perlu diperhatikan

a. Makanan lebih baik dibuat dalam bentuk tidak berkuah, seperti

ditumis, dipanggang, dikukus, dibakar, digoreng.

b. Agar meningkatkan cita rasa, gunakanlah lebih banyak bumbu-

bumbu seperti bawang, jahe, kunyit, salam, dll

c. Cara mengurangi kalium dari bahan makanan :

- Cuci buah/sayur dan bahan makanan lain yang telah dikupas

dan dipotong-potong kemudian rendam dalam air pada suhu

50-60o C (air hangat selama 2 jam) banyaknya air 10 kali

bahan makanan.

- Air dibuang dan bahan makanan dicuci dalam air mengalir

selama beberapa menit

- Setelah itu masaklah (lebih baik direbus dengan menggunakan

air sebanyak 5 kali bahan makanan.