sap-16-fix
TRANSCRIPT
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SKIN GRAFT (STSG dan FTSG)
Di Ruang 16 IRNA II
RSU Dr. Saiful Anwar Malang
PKRS
RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Oktober 2013
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SKIN GRAFT (STSG dan FTSG)
Di Ruang 16 IRNA II
RSU Dr. Saiful Anwar Malang
OLEH
KELOMPOK 7
Edi Prasetyo 1101100040
Ennis Wahyu K. 1101100038
Dewinta Cahyanti 1101100068
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATANPROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN MALANG
OKTOBER 2013
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SKIN GRAFT (STSG dan FTSG)
DI RUANG 16 IRNA II
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Rabu, 30 Oktober 20113
Oleh:
KELOMPOK 7
Edi Prasetyo 1101100040
Ennis Wahyu K. 1101100038
Dewinta Cahyanti 1101100068
Mengetahui.
Pembimbing Lahan
(____________________)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik : Gangguan Sistem Integumen
Pokok Bahasan : Split Thickness Skin Graft (STSG) dan Full Thickness Skin
Graft (FTSG)
Sasaran : Keluarga Klien di Ruang 16 RSSA Malang
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang 16 RSSA Malang
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga klien diharapkan mengetahui dan
memahami tentang Split Thickness Skin Graft (STSG) dan Full Thickness Skin
Graft (FTSG).
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini, keluarga dan klien luka bakar mampu :
a) Mengetahui definisi STSG & FTSG
b) Mengetahui indikasi STSG & FTSG
c) Mengetahui klasifikasi STSG & FTSG
d) Mengetahui perawatan post tindakan STSG & FTSG
e) Mengetahui proses penyembuhan post STSG & FTSG
f) Mengetahui komplikasi dari STSG & FTSG
3. Materi
Terlampir
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan/
WaktuKegiatan Penyuluh/Perawat
Kegiatan
Keluarga & KlienMetode
Pembukaan
5 menit
Penyajian
20 menit
Penutup
5 menit
Mengucapkan salam
Menyampaikan tujuan penyuluhan
Menyampaikan pokok-pokok materi
yang akan disampaikan
Menjelaskan tentang :
- Definisi STSG & FTSG
- Indikasi STSG & FTSG
- Kontraindikasi STSG &
FTSG
- Klasifikasi STSG & FTSG
- Perawatan post tindakan
STSG & FTSG
- Proses penyembuhan
- Komplikasi STSG & FTSG
Menjawab pertanyaan jika ada
Memberikan evaluasi dari materi
yang telah disampaikan
Menyampaikan kesimpulan
Salam penutup
Mendengarkan dan
memperhatikan
Mendengarkan dan
memperhatikan
Meyampaikan
pertanyaan dan
memperhatikan
jawaban yang
diberikan
- Ceramah
- Ceramah
- Leaflet
- Tanya
jawab
- Ceramah
4. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Kesiapan Media :
Leaflet, Lembar Balik
Penentuan waktu
Penentuan tempat
Pemberitahuan peserta penyuluhan
b. Evaluasi Proses :
Keluarga klien penyuluhan hadir ke Ruang 16 RSSA
Kegiatan penyuluhan berjalan tertib
Keluarga klien mengajukan pertanyaan
Keluarga klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian
Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan, misalnya kulit, tulang,
sumsum tulang, kornea dan organ-organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru,
pankreas serta hepar (Brooker, 2001:184).
Menurut Heriady (2005), skin graft adalah menanam kulit dengan
ketebalan tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau
dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian
dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya
(disebut daerah resipien). Skin graft adalah penempatan lapisan kulit baru yang
sehat pada daerah luka (Blanchard, 2006:1). Diantara donor dan resipien tidak
mempunyai hubungan pembuluh darah lagi sehingga memerlukan suplai darah
baru untuk menjamin kehidupan kulit yang dipindahkan tersebut (Heriady,
2001:1).
b. Indikasi
Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang
hebat sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada
luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang
terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka
bertujuan untuk mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya
serta mempercepat proses penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan
pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada beberapa faktor yaitu:
ukuran luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang ada pada tubuh
(Blanchard, 2006:2).Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas
operasi yang luas sehingga tidak dapat ditutup secara langsung dengan kulit
yang ada disekitarnya dan memerlukan tambahan kulit agar daerah bekas
operasi dapat tertutup sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung secara
optimal (Heriady, 2005:2).
c. Klasifikasi
Beberapa perbedaan jenis skin graft menurut Blanchard (2006) adalah:
Autograft
Pemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain
pada orang yang sama.
Allograft
Kulit berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti.
Xenograft
Pencangkokkan dibuat dari kulit binatang atau pencangkokkan
antara dua spesies yang berbeda. Biasanya yang digunakan adalah kulit
babi.
Klasifikasi skin graft berdasarkan ketebalan kulit yang diambil dibagi menjadi
dua, yaitu ( Heriady, 2005:2 ) :
1. Split Thicknes Skin Graft ( STSG )
STSG mengambil epidermis dan sebagian dermis berdasarkan
ketebalan kulit yang dipotong, Revis (2006) membagi STSG sendiri
menjadi 3 kategori yaitu :
o Tipis (0,005 - 0,012 inci)
o Menengah (0,012 - 0,018 inci)
o Tebal (0,018 - 0,030 inci)
STSG dapat bertahan pada kondisi yang kurang bagus mempunyai
tingkat aplikasi yang lebih luas. STSG digunakan untuk melapisi luka
yang luas, garis rongga, kekurangan lapisan mukosa, menutup flap pada
daerah donor dan melapisi flap pada otot. STSG juga dapat digunakan
untuk mencapai penutupan yang menetap pada luka tetapi sebelumnya
harus didahului dengan pemeriksaan patologi untuk menentukan
rekonstruksi yang akan dilakukan.Daerah donor STSG dapat sembuh
secara spontan dengan sel yang disediakan oleh sisa epidermis yang ada
pada tubuh dan juga dapat sembuh secara total. STSG juga mempunyai
beberapa dampak negatif bagi tubuh yang perlu dipertimbangkan.
Aliran pembuluh darah serta jaringan pada STSG mempunyai sifat
mudah rusak atau pecah terutama bila ditempatkan pada area yang luas
dan hanya ditunjang atau didasari dengan jaringan lunak serta biasanya
STSG tidak tahan dengan terapi radiasi (Revis, 2006: 3). STSG akan
menutup selama penyembuhan, tidak tumbuh dengan sendirinya dan
harus dirawat agar dapat menjadi lebih lembut, dan tampak lebih
mengkilat daripada kulit normal. STSG akan mempunyai pigmen yang
tidak normal salah satunya adalah berwarna putih atau pucat atau
kadang hiperpigmentasi, terutama bila pasien mempunyai warna kulit
yang lebih gelap. Efek dari penggunaan STSG adalah kehilangan
ketebalan kulit, tekstur lembut yang abnormal, kehilangan pertumbuhan
rambut dan pigmentasi yang tidak normal sehingga kurang sesuai dari
segi kosmetik atau keindahan. Jika digunakan pada luka bakar yang
luas pada daerah wajah, STSG mungkin akan menghasilkan penampilan
yang tidak diinginkan. Terakhir, luka yang dibuat pada daerah donor
dimana graft tersebut dipotong selalu akan lebih nyeri daripada daerah
resipien.
2. Full Thickness Skin Graft ( FTSG )
FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila flap
(potongan kulit yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak
diperoleh atau bila flap dari daerah setempat tidak dianjurkan. FTSG
lebih menjaga karakteristik dari kulit normal termasuk dari segi warna,
tekstur/ susunan, dan ketebalan bila dibandingkan dengan STSG.
FTSG juga mengalami lebih sedikit pengerutan selama penyembuhan.
Ini adalah sama pentingnya pada wajah serta tangan dan juga daerah
pergerakan tulang sendi. FTSG pada anak umumnya lebih disukai
karena dapat tubuh dengan sendirinya. Prosedur FTSG memiliki
beberapa keuntungan antara lain : relatif sederhana, tidak
terkontaminasi / bersih, pada daerah luka memiliki vaskularisasi yang
baik dan tidak mempunyai tingkat aplikasi yang luas seperti STSG.
d. Perawatan post Tindakan
Pembalutan dilakukan untuk memberikan tekanan yang sama pada
seluruh area graft tanpa adanya perlekatan. Pembalutan juga bertujuan
untuk mengimobilisasikan area graft dan mencegah pembentukan
hematom pada bagian bawah graft. Menurut Blanchard (2006),
pembalutan awal dilakukan pada daerah resipien segera setelah
pemindahan kulit dilakukan dan baru diganti setelah 3 hingga 7 hari
berikutnya. Pembalutan yang baru dapat dilakukan pada seluruh daerah
graft hingga skin graft benar-benar sembuh. Biasanya pada lokasi donor
ditempatkan langsung lembaran kasa yang halus dan tidak melekat.
Kemudian diatasnya dipasang kasa absorben untuk menyerap darah atau
serum dari luka. Kasa selaput (seperti Op-Side) dapat digunakan untuk
memberikan manfaat tertentu, yaitu kasa ini bersifat transparan dan
memungkinkan pemeriksa untuk melihat luka tanpa menggangu kasa
pembalutnya semantara pasien tidak perlu khawatir ketika mandi karena
kasa pembalut tersebut tidak menyerap air (Smeltzer & Bare, 2002:1899).
Setelah skin graft dilakukan, proses yang terjadi selanjutnya adalah
regenerasi termasuk pertumbuhan kembali rambut, kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea. Pada prosedur STSG, kelenjar keringat tidak akan dapat
sembuh secara total sehingga akan berdampak pada masalah pengaturan
panas. Tidak adanya kelenjar sebasea pada kulit dapat menyebabkan kulit
menjadi kering, gatal dan bersisik. Untuk mengatasi masalah ini, biasanya
dilakukan pemberian lotion dengan frekuensi sering.
e. Proses Penyembuhan
Menurut Rives (2006), masa penyembuhan dan kelangsungan
hidup graft terdiri dari beberapa tahap yaitu:
Perlekatan dasar
Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan
fibrin yang tipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan
hubungan antar jaringan telah benar-benar terjadi.
Penyerapan Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi
pada graft merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap
eksudat pada luka dengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon
pada graft dermis dan melalui pembuluh darah dermis.Ini berfungsi
untuk mencegah pengeringan terutama pada pembuluh darah graft dan
menyediakan makanan bagi graft. Keseluruhan proses ini merupakan
respon terhadap kelangsungan hidup graft selama 2–3 hari hingga
sirkulasi benar-benar adekuat. Selama tahap ini berlangsung, graft akan
mengalami edema dan beratnya akan meningkat hingga 30-50%.
Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft
dengan mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan
mekanisme, sirkulasi pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari
ke 6 – 7 setelah operasi. Tanpa adanya perlekatan dasar, imbibisi
plasma dan revaskularisasi, graft tidak akan mampu bertahan hidup.
Pengerutan luka
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan
masalah yang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada
lokasi dan tingkat keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah
mungkin dapat menyebabkan terjadinya ektropion, serta retraksi pada
hidung. Kemampuan skin graft untuk melawan terjadinya pengerutan
berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang digunakan sebagai
graft.
Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses
pencangkokkan kulit berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh
lebih jarang atau lebih sedikit pada daerah graft yang sangat tipis. Graft
mungkin akan kering dan sangat gatal pada tahap ini. Pasien sering
mengeluhkan kulit yang tampak kemerahan. Salep yang lembut
mungkin akan diberikan pada pasien untuk membantu dalam menjaga
kelembaban pada daerah graft dan mengurangi gatal.
Reinnervasi
Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang
perifer. Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses
sentral. Proses ini biasanya akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi
belum akan sempurna hingga beberapa tahun.
Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan
pigmentasi yang hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada
STSG akan terlihat lebih pucat atau putih dan akan terjadi
hiperpigmentasi dengan kulit tampak bercahaya atau mengkilat. Untuk
mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkan untuk melindungi daerah
graft dari sinar matahari secara langsung selama 6 bulan atau lebih.
f. Komplikasi
Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang
beragam tergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh.
Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain (Blanchard, 2006:2):
Kegagalan graft
Menurut Revis (2006), skin graft dapat mengalami kegagalan
karena sejumlah alasan. Alasan yang paling sering terjadi adalah
adanya hubungan yang kurang baik pada graft atau kurangnya
perlekatan pada dasar daerah resipien. Timbulnya hematom dan seroma
dibawah graft akan mencegah hubungan dan perlekatan pada graft
dengan lapisan dasar luka. Pergerakan pada graft atau pemberian suhu
yang tinggi pada graft juga dapat menjadi penyebab kegagalan graft.
Sumber kegagalan yang lain diantaranya adalah daerah resipien yang
buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang atau permukaan luka
yang terkontaminasi merupakan alasan terbesar bagi kegagalan graft.
Bakteri dan respon terhadap bakteri akan merangsang dikeluarkannya
enzim proteolitik dan terjadinya proses inflamasi pada luka sehingga
akan mengacaukan perlekatan fibrin pada graft. Teknik yang salah juga
dapat menyebabkan kegagalan graft. Memberikan penekanan yang
terlalu kuat, peregangan yang terlalu ketat atau trauma pada saat
melakukan penanganan dapat menyebabkan graft gagal baik sebagian
ataupun seluruhnya.
Reaksi penolakan terhadap skin graft
Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.
Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft.
Munculnya jaringan parut
Hiperpigmentasi
Nyeri
Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses
perlekatan graft atau juga karena adanya torehan, tarikan atau
manipulasi jaringan atau organ (Long, 1996:60). Hal ini diduga bahwa
ujung-ujung saraf normal yang tidak menstransmisikan sensasi nyeri
menjadi mampu menstransmisikan sensasi nyeri (Smeltzer, 2002:214).
Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan cabangnya
ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar keringat dan
melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam
asam yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor
berespon mengantar impuls ke batang otak untuk merespon rasa nyeri.
Hematom
Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor
mati. Hematom biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika
hal ini terjadi maka kulit donor harus diambil dan diganti dengan yang
baru (Perdanakusuma, 2006:1). Hematom juga menjadi komplikasi
tersering dari pemasangan graft.
Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah graft
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3401/1/08E00894.pdf. diakses
tanggal 28 Oktober 2013 jam 17:30 WIB
http://bedahumum.wordpress.com/tag/split-thickness-skin-graft/. Diakses tanggal
28 Oktober 2013. Jam 17:35 WIB