s tb 060809 chapter2x

25
6 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Teori dan Konsep Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda pandangan terhadap suatu objek dilihat atau dialaminya. Persepsi merupakan rantai pertama dalam proses terjadinya perilakunya seseorang, bagaimana individu tergantung pada individu tersebut memandang peran dirinya sendiri pada situasi dimana ia berperilaku. Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu dan juga sebagai proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Untuk lebih jelasnya akan dikutip beberapa pengertian tentang persepsi yang dikemukakan oleh beberapa ahli : Jalaludin Rakhmat (Yessi Meristika, 2009) mengartikan persepsi sebagai berikut: "Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang diterima oleh individu." Jalaludin Rakhmat dan Slameto (Yessi Meristika, 2009) juga mengartikan persepsi sebagai berikut : “Proses yang menyangkutnya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Selanjutnya Slameto menjelaskan bahwa melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya, hubungan ini dilakukan Iewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman.”

Upload: ayu-nusan

Post on 10-Jul-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

GUIDELINE

TRANSCRIPT

Page 1: s Tb 060809 Chapter2x

6

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Teori dan Konsep Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda pandangan terhadap

suatu objek dilihat atau dialaminya. Persepsi merupakan rantai pertama

dalam proses terjadinya perilakunya seseorang, bagaimana individu tergantung

pada individu tersebut memandang peran dirinya sendiri pada situasi

dimana ia berperilaku. Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari

sesuatu dan juga sebagai proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui

panca inderanya.

Untuk lebih jelasnya akan dikutip beberapa pengertian tentang persepsi

yang dikemukakan oleh beberapa ahli :

Jalaludin Rakhmat (Yessi Meristika, 2009) mengartikan persepsi

sebagai berikut:

"Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang diterima oleh individu."

Jalaludin Rakhmat dan Slameto (Yessi Meristika, 2009) juga

mengartikan persepsi sebagai berikut :

“Proses yang menyangkutnya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Selanjutnya Slameto menjelaskan bahwa melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya, hubungan ini dilakukan Iewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman.”

Page 2: s Tb 060809 Chapter2x

7

Sarlito W. Sarwono (Mochamad J. A, 2004) mengartikan persepsi sebagai

berikut:

“Persepsi adalah proses kategorisasi. Organisme untuk masukan tertentu (objek-objek di luar, peristiwa dan lain-lain), dan organisme itu berespon dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-objek atau peristiwa. Proses menghubungkan ini adalah proses aktif dimana individu yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategorisasi yang tepat, sehingga ia dapat mengenali atau memberi arti kepada masukan tersebut. Dengan demikian persepsi juga bersifat mengambil kesimpulan (inferensial).”

Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik suatu kesamaan pendapat

bahwa pada dasarnya persepsi merupakan suatu pengamatan individu atau proses

pemberian makna sebagai hasil pengamatan tentang suatu objek, peristiwa, dan

sebagainya melalui panca inderanya, yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi yang didapatkannya dan penafsiran pesan sehingga seseorang dapat

memberikan tanggapan mengenai baik buruknya atau positif negatifnya hal

tersebut.

2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi dan Menyebabkan Kesalahan

pada Persepsi

Faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari

kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut

sebagai faktor-faktor personal menurut Lutviah. Persepsi meliputi juga kognisi

(pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda orang dari sudut

pengalaman yang bersangkutan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan

bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman

masa lalu dan faktor pribadi.

Page 3: s Tb 060809 Chapter2x

8

Menurut Jalaludin Rakhmat (Yessi Meristika, 2009) dengan rinci

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai

berikut :

1. Faktor yang bersifat fungsional, diantarannya kebutuhan, pengalaman, motivasi, perhatian, emosi dan suasana hati.

2. Faktor yang bersifat struktural diantarannya intensitas rangsangan, ukuran rangsangan, perubahan rangsangan dan pertentangan rangsangan.

3. Faktor kulturan atau kebudayaan yaitu norma-norma yang dianut oleh individu.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi

dipengaruhi oleh faktor rangsangan yang datang dari objek maupun peristiwa, dan

faktor individu yang bersangkutan dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, dapat

diasumsikan dari persepsi ini bahwa individu akan menyimpulkan pendapat dan

kesan berupa senang atau tidak senangnya, baik ataupun buruk dan adannya

kesiapan untuk menerima ataupun menolak rangsangan yang diterimannya.

Sedangkan faktor-faktor penyebab kesalahan dalam persepsi adalah

sebagai berikut :

1. Informasi yang kurang cukup; faktor ini merupakan penyebab utama dalam

kesalahan menafsirkan pesan.

2. Stereotype, yaitu merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai

sifat-sifat objek yang dikelompokan pada konsep-konsep tertentu.

3. Kesalahan dalam logika ; kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita

mempunyai pandangan umum terhadap suatu objek. Misalnya apabila

seseorang memperlihatkan sifat-sifat serius, tidak pernah humor, kemudian

kita beranggapan bahwa orang tersebut bersifat angkuh, maka hal ini akan

menjadi penyebab kesalahan persepsi.

Page 4: s Tb 060809 Chapter2x

9

4. Hallo effect dan devil effect ; dalam hal ini orang beranggapan bahwa jika

suatu objek atau seseorang berbuat sesuatu, maka selanjutnya orang tersebut

akan menambahkan dengan ciri-ciri tertentu pula.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan dalam

persepsi dipengaruhi oleh faktor Informasi yang kurang cukup didapatkan

seseorang, gambaran atau tanggapan yang berbeda setiap orang, kesalahan

seseorang terhadap pandangan umum terhadap suatu objek, dan seseorang yang

suka menambah-nambahkan ciri–ciri pada suatu objek. Jadi kesalahan dalam

persepsi tergantung bagaimana seseorang mengambarkan suatu pengalamannya.

2.1.3 Proses Pembentukan Persepsi

Proses pembentukan persepsi diawali dengan proses seleksi yang terjadi

pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses

penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting.

Proses hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan

dan bermakna, dan berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau

makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.

Manusia hidup sekaligus berinteraksi dengan lingkungannya, dengan

demikian manusia tanggap terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan.

Salah satu bentuk dari tanggapan itu adalah berupa proses pemberian arti atau

penafsiran terhadap berbagai objek yang ada. Proses pemberian arti tersebut

dinamakan persepsi.

Page 5: s Tb 060809 Chapter2x

10

Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk selalu memberikan

makna terhadap rangsangan yang diterimannya dengan pengetahuan dan

pengalaman yang dimilikinya, kemudian individu tersebut memberikan tanggapan

terhadap rangsangan yang diterimannya itu. Kemampuan individu dalam

memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimannya itu disebut

kemampuan mempersepsi. Menurut Moh. Surya (Mochamad, J.A, 2004) yang

mengemukakan bahwa “Persepsi adalah proses penerimaan, penafsiran dan

pemberian arti terhadap perangsang yang diterima individu melalui alat indera.”

Menurut Mc Croskey dan Whelness (Mochamad, J.A, 2004) menyebutkan

ada empat tahapan persepsi :

1. Penerimaan pesan atau informasi dari luar. 2. Memberikan kode pada informasi yang diindera. 3. Menginterpretasikan informasi yang telah diberikan kode tersebut. 4. Menyimpulkan arti dalam ingatan.

Persyaratan-persyaratan persepsi ini telah banyak dikemukakan oleh para

ahli, pada dasarnya memiliki arti yang sama. Dari beberapa para ahli tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa syarat–syarat terjadinya persepsi adalah :

1. Adanya objek fisik, dimaksudkan yaitu objek tersebut dapat dirasakan,

dicium, diraba, didengar sehingga menimbulkan stimulus.

2. Syarat fisiologis, dimaksudkan adannya tiga faktor dominan yaitu adannya

alat indera, saraf sensorik dan otak.

3. Syarat psikologis, dimaksudkan yaitu adanya perhatian dari individu sehingga

dapat menyadari apa yang diterima.

Page 6: s Tb 060809 Chapter2x

11

2.1.4 Cara Pengukuran Persepsi

Pada dasarnya persepsi dapat diasosiasikan dengan pendapat, opini atau

sikap (attitude). Menurut Mar’at (Yogi, 2003) menyebutkan persepsi sebagai

aspek kognitif dari sikap. Mengingat bahwa persepsi merupakan aspek kognitif

dari sikap, maka untuk mengungkap atau mengukur persepsi dapat digunakan

instrumen pengungkapan sikap. Lebih jauh Mar’at mengemukakan tiga

pendekatan untuk mengungkap sikap yaitu wawancara langsung, observasi dan

peryataan sikap.

Untuk mengungkap sikap seseorang, termasuk persepsi terhadap suatu

objek psikologis, Sugiyono (2009 : 107) menjelaskan bahwa ada tiga metode,

yaitu skala Likert, metode Thurstone dan skala Guttman. Skala Likert biasanya

menyajikan alternatif jawaban kepada responden dalam lima alternatif. Kendati

demikian, dalam kenyataannya dapat dimodifikasi menjadi dua atau tiga pilihan.

Masing-masing jawaban memiliki bobot nilai tertentu sesuai arah penyataan

sikap atau persepsi.

Sementara itu dalam bentuk Thurstone, responden dituntut untuk memiliki

dua atau tiga peryataan pendiriannya terhadap butir-butir peryataan persepsi yang

telah disusun menurut intensitas dari yang paling kuat sampai yang paling rendah

atau lemah.

Sehubungan dengan itu, persepsi mahasiswa tentang penyelesaian tugas

terstuktur terhadap prestasi belajar pada mata kuliah Rencana Anggaran Biaya

diukur dengan menggunakan model Likert.

Page 7: s Tb 060809 Chapter2x

12

2.2 Teori dan Konsep Prestasi Belajar

2.2.1 Pengertian Prestasi Belajar

Pengertian Prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai seseorang dari

yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan pengertian belajar menurut

pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam

seluruh aspek tingkah laku.

Menurut Slameto (Wulan : 2009) pengertian belajar dapat didefinisikan

sebagai berikut:

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa

dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang

dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui

prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Setiap individu melakukan kegiatan belajar, maka pada individu tersebut

akan terjadi perubahan-perubahan perilaku, baik pengetahuan, sikap maupun

keterampilannya. Besar kecilnya atau tinggi rendahnya hasil belajar (prestasi)

pada lembaga-lembaga pendidikan formal atau sekolah dinyatakan dengan

angka-angka atau nilai-nilai. Tinggi rendahnya nilai tersebut sering disebut

prestasi belajar. Prestasi belajar sebagai hasil proses belajar yang dievaluasi oleh

Page 8: s Tb 060809 Chapter2x

13

suatu tes atau evaluasi, merupakan cerminan dari kemampuan seseorang dalam

menguasai ilmu pengetahuan.

Pengertian prestasi belajar menurut para ahli yang mengemukakan

pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut.

Seperti berikut ini :

“Winkel (Sunarto, 2010) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”

”Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”

Menurut Syamsudin (Yogi, 2003) mengungkapkan karakteristik prestasi

belajar sebagai berikut :

1. Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur. Untuk mengukur tingkah laku yang dapat diukur tersebut dapat digunakan tes proses belajar.

2. Prestasi menunjukkan kepada individu sebagai sebab, artinya individu sebagai pelakunya.

3. Proses belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya, baik berdasarkan atas kriteria yang ditetapkan terlebih dahulu oleh panitia atau ditetapkan menurut standar yang dicapai oleh kelompok.

4. Prestasi belajar menunjuk kepada hasil-hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja.

Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai

akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan. Prestasi

belajar dapat dinilai dengan cara:

1. Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari

umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat

Page 9: s Tb 060809 Chapter2x

14

digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang

sudah dilaksanakan.

2. Penilaian Sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data

atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa

terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu

tertentu.

Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas

belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang

dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang

lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar

adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak

akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,

karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil

dari proses belajar.

Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik

tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan

pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut.

Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Sehubungan dengan prestasi belajar.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dijelaskan bahwa prestasi

belajar merupakan tingkat kemamampuan yang dimiliki siswa dalam menerima,

menolak dan menilai informasi–informasi yang diperoleh dalam proses belajar

Page 10: s Tb 060809 Chapter2x

15

mengajar. Prestasi belajar siswa dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap

bidang studi setelah mengalami proses evaluasi, hasil dari evaluasi dapat

memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

2.2.2 Jenis-jenis Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah

psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.

Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan

tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang

terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun

karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah

mengetahui garis besar indikator penunjuk adanya prestasi belajar dikaitkan

dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur.

Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom, dikemukakan

mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan

untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif

dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga

ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil

pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan

kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam

penguasaan ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, peneliti akan

akan menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang

terdapat dalam teori Bloom berikut:

Page 11: s Tb 060809 Chapter2x

16

1. Ranah Kognitif (Cognitive Domain), yang berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan

keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan.

Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa

Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan

Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).

a. Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan

mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,

metodologi, prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan juga diartikan

sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah dipelajaridan

disimpan dalam ingatan.

b. Pemahaman (Comprehension) Pemahaman didefinisikan sebagai

kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang

dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca

dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan

c. Aplikasi (Application) Aplikasi atau penerapan diartikansebagai

kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada

suatu kasus atau problem yang konkrit dan baru. Di tingkat ini, seseorang

memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode,

rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja.

d. Analisis (Analysis) Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk

merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur

keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat

Page 12: s Tb 060809 Chapter2x

17

analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan

membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih

kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali

serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang

rumit.

e. Sintesis (Synthesis) Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk

membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Sintesis satu tingkat di atas

analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur

atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan

mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk

menghasilkan solusi yang dibutuhkan.

f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik

membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama

dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan criteria

tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian

terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria yang

cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau

manfaatnya.

2. Ranah Afektif (Affective Domain ), berisi perilaku-perilaku yang menekankan

aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara

penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau

kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan

pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek:

Page 13: s Tb 060809 Chapter2x

18

a. Penerimaan (Receiving/Attending) Penerimaan mencakup kepekaan akan

adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan

itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru.

b. Tanggapan (Responding) Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada

di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam

memberikan tanggapan.

c. Penghargaan (Valuing) Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan

untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai

dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau

mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan

konsisten dengan sikap batin.

d. Pengorganisasian (Organization) Memadukan nilai-nilai yang berbeda,

menyelesaikan konflik diantaranya, dan membentuk suatu sistem nilai

yang konsisten.Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk

membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam

kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu

skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang

tidak begitu penting.

e. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or

Value Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-

lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Karakterisasinya

mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikin

Page 14: s Tb 060809 Chapter2x

19

rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan

nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.

3. Ranah Psikomotor (Psychomotor Domain) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,

berenang, dan mengoperasikan mesin. Dalam buku Psikologi Pendidikan

menjelaskan, keterampilan ini disebut motorik. Karena keterampilan ini

melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan

benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki keterampilan

motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu

dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara

terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan.

Automatisme. Yaitu gerak-gerik yang terjadi berlangsung secara teratur dan

berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang

apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi yang telah dicapai oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang mendukung pada proses pembelajaran yang dilakukannya.

Sehingga untuk mencapai prestasi yang diinginkan, peserta didik dalam hal ini

peserta didik harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

tersebut.

Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa, karena melalui belajar

mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya. Dengan demikian

Page 15: s Tb 060809 Chapter2x

20

belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri individu sebagai hasil

pengalamannya di lingkungan.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah

faktor internal dan faktor eksternal. Prestasi belajar tersebut pada hakekatnya

merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut baik secara langsung

maupun tidak langsung karena adanya faktor-faktor tersebut maka terjadilah

perbedaan individual dalam prestasi belajar Surya (Yogi, 2003), dengan rincian

sebagai berikut :

1. Faktor dari dalam diri individu, antara lain : a. Kurangnya kemampuan dasar ( intelektual ) yang dimiliki oleh peserta

didik. b. Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu. c. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar. d. Faktor-faktor jasmaniah, seperti cacat tubuh, gangguan kesehatan dan

gangguan alat panca indera. 2. Faktor dari luar individu, baik yang terdapat di sekolah, rumah maupun

masyarakat, antara lain : a. Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar anak

seperi cara mengajar, sikap Pendidik, kurikulum dan materi. b. Situasi dalam belajarnya yang kurang mendukung situasi belajar seperti

kehancuran rumah tangga, kurang perhatian orang tua, kurangnya perlengkapan belajar dan sebagainya.

c. Situasi lingkungan sosial yang mengganggu kondisi anak seperti pengaruh negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang kurang memadai dan gangguan kebudayaan, seperti film yang tidak mendidik.

Sedangkan menurut Rusyan (Yogi, 2003), faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya :

1. Faktor jasmani (fisikologis), baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.

2. Faktor psikologis, terdiri dari : a. Faktor intelektual, yang meliputi :

1) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat. 2) Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.

Page 16: s Tb 060809 Chapter2x

21

b. Faktor non intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu meliputi : minat, sikap, kebutuhan, motivasi, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.

3. Faktor kematangan fisik maupun psikis : a. Faktor sosial yang terdiri dari :

1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah 3) Lingkungan masyarakat 4) Lingkungan kelompok

b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, faktor belajar dan iklim. d. Faktor spiritual atau keagamaan.

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,

maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang

terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain

adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

1. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri,

adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan atau

intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman,

keadaan keluarga, keadaan sekolah, lingkungan masyarakat sekitarnya dan

sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak

memberikan paksaan kepada individu.

Page 17: s Tb 060809 Chapter2x

22

3. Faktor Pendekatan Belajar

Faktor Pendekatan Belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

pembelajaran materi-materi pelajaran. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai

segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan

efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

Lingkungan membentuk kepribadian seseorang, karena dalam pergaulan

sehari-hari orang akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan

lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seseorang bertempat tinggal di suatu

lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut

akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar

sebagaimana temannya.

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita

bedakan menjadi dua macam:

1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani

dan rohani siswa, meliputi dua aspek yakni:

a. Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tegangan otot (tonus) yang

menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta

(kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak

membekas.

Page 18: s Tb 060809 Chapter2x

23

b. Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang

dapat mempengaruhi kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran siswa.

Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya

dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

1) Tingkat kecerdasan atau intelegensi, siswa Intelegensi pada umumnya

dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi

rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara

yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja,

melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi,

memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungan dengan

intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh

lainnya, lantaran otak merupakan .menara pengontrol. hampir seluruh

aktifitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak

dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar

siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang

siswa mak semakin besar peluangnya untuk memperoleh sukses.

2) Sikap siswa, Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif

berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response

tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,

barang,dan sebgainya, baik secara positif maupun negatif. Bakat Siswa

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

Dengan denikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam arti

Page 19: s Tb 060809 Chapter2x

24

berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai

dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat mirip

dengan intelegensi.

3) Minat siswa Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan

dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat

mempengaruhi kualits pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-

bidang studi tertentu.

2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan dan

faktor instrumental sebagai berikut:

a. Faktor-faktor Lingkungan; Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi

menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor

lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini

ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam),

tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik

berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan

mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

b. Faktor-faktor Instrumental; Faktor instrumental ini terdiri dari

gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru

dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang

digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

Dari uraian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolahnya

sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi

belajar siswa sangat berhubungan dengan faktor yang mempengaruhinya,

Page 20: s Tb 060809 Chapter2x

25

faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.

Kelemahan salah satu faktor, akan dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang

dalam proses belajar didalam kelas maupun diluar kelas. Dengan demikian tinggi

rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa didukung oleh faktor internal dan

eksternal seperti uraian di atas.

2.3 Kajian Mata Kuliah Rencana Anggaran Biaya

Mata kuliah Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan salah satu mata

kuliah keahlian (MKK) program studi di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK

UPI. Bobot mata kuliah ini adalah 2 SKS (Sistem Kredit Semester) yang dikontrak

di semester enam, terdiri dari 16 kali pertemuan. Bobot penilaian kemampuan dan

keberhasilan belajar didasarkan pada, kehadiran 75% dari keseluruhan kegiatan

tatap muka dan berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar, diskusi dan

pengumpulan tugas-tugas, ujian tengah semester (UTS), dan ujian akhir semester

(UAS).

Deskripsi perkuliahan RAB berisi pengetahuan tentang perhitungan

volume secara menyeluruh pada satu bentuk bangunan mulai dari galian tanah,

urugan tanah, pondasi, lantai, pasangan dinding, acian dan plesteran, sloof, ring

balok, kolom, plafond, rangka atap, penutup atap, talang air hujan, pengunci dan

penggantung, cat-catan. Selain perhitungan volume, isi materi juga membahas

pengetahuan tentang analisis harga satuan, rekapitulasi biaya, time schedule,

barchart, dan cash flow.

Page 21: s Tb 060809 Chapter2x

26

Berdasarkan silabus tujuan pembelajaran mata kuliah RAB adalah

mahasiswa didik mampu memahami dan mampu menyusun rencana anggaran

biaya dan rencana kerja proyek secara menyeluruh pada satu bangunan.

Pendekatan pembelajaran mata kuliah rencana anggaran biaya ini menggunakan

metode ekspositori dan metode inkuiri. Untuk metode belajar mengajar memakai

metode ceramah dan tanya jawab dengan LCD dan OHP sebagai media

pembelajarannya.

Rincian materi perkuliahan tiap pertemuan diantaranya adalah:

Pertemuan 1 : Rencana perkuliahan selama satu semester.

Pengertian dan ruang lingkup RAB

Pertemuan 2 : Perhitungan volume galian tanah, urugan tanah, pondasi dan

lantai

Pertemuan 3 : Perhitungan volume pasangan dinding, acian dan plesteran

cat-catan

Pertemuan 4 : Perhitungan volume Beton bertulang sloof, kolom, dan balok

Pertemuan 5 : Perhitungan volume kusen pintu dan jendela, cat-catan kusen,

daun pintu, daun jendela, beserta elemen-elemen penggantung

lainnya

Pertemuan 6,7 : Perhitungan volume rangka atap, penutup atap, talang air

hujan, dan lisplank

Pertemuan 8 : Ujian Tengah Semester (UTS)

Pertemuan 9, 10 : Analisa Harga Satuan

Pertemuan 11 : Rekapitulasi Biaya

Pertemuan 12, 13 : Time schedule dan barchart

Pertemuan 14,15 : Cash flow

Pertemuan 16 : Ujian Tengah Semester (UAS)

Sumber :Tata Usaha (TU) Jurusan Pendidikan Teknik Sipil

Page 22: s Tb 060809 Chapter2x

27

2.3.1 Sistem Perkuliahan Rencana Anggaran Biaya

Sistem adalah seperangkat komponen atau bagian yang saling berinteraksi

dalam mencapai tujuan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa sistem pembelajaran adalah suatu keterpaduan yang teroganisir dari

unsur-unsur pembelajaran untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut.

Adapun unsur masukan (input), unsur proses, dan unsur keluar (output). Yang

dimaksud unsur kebutuhan dan kelayakan adalah faktor-faktor yang mendorong

perlunya penguasaan teknik berhitung yang merupakan kemampuan dasar seorang

engineering yang harus diserap oleh mahasiswa. Adapun proses adalah

pembelajaran RAB yang telah ditetapkan sesuai dengan aturannya dan output

adalah seperangkat hasil yang berupa mahasiswa mampu memahami dan mampu

menyusun rencana anggaran biaya dan rencana kerja proyek secara menyeluruh

pada satu bangunan.

Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan perkuliahan RAB

di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI adalah mahasiswa mampu

memahami dan mampu menyusun rencana anggaran biaya dan rencana kerja

proyek secara menyeluruh pada satu bangunan gedung.

2.3.2 Tugas Terstruktur pada Perkuliahan RAB

Pemberian tugas merupakan suatu langkah yang dilakukan oleh pelaksana

pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan mahasiswanya untuk lebih

mendalami dan menguasai disiplin ilmu yang dipelajarinya. Menurut Nana

Sudjana (Tezar, 2008) :

Page 23: s Tb 060809 Chapter2x

28

“Tugas adalah suatu kegiatan belajar individu atau kelompok yang bertujuan memantapkan penguasaan siswa terhadap materi atau bahan yang telah disampaikan di dalam kelas dan dilakukan oleh siswa di luar jam yang telah ditentukan sekolah. Tugas sangat banyak macamnya bergantung pada tujuan yang akan dicapai, misalnya tugas meneliti, tugas menyusun laporan, tugas motorik, tugas di laboratorium dan lain sebagainya.”

Adapun tujuan dari pemberian tugas, dijelaskan oleh Winarno Surakhmad

(Tezar, 2008) sebagai berikut :

1. Merangsang siswa berusaha lebih baik, memupuk inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.

2. Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat siswa yang masih terluang. Waktu-waktu yang dimiliki agar dapat digunakan lebih konstruktif.

3. Memperkaya pengalaman-pengalaman sekolah dengan memulai kegiatan-kegiatan di luar kelas.

4. Memperkuat hasil belajar di sekolah dengan menyelenggarakan latihan-latihan. Selain tugas juga dikenal tugas terstruktur yang diberikan pada beberapa

mata kuliah bidang teknik sipil. Salah satunya mata kuliah Perencanaan

Bangunan Keairan. Pemberian tugas ini dimaksudkan untuk lebih memantapkan

pengertian mahasiswa tentang materi yang telah dipelajari.

Dalam penelitian ini yang dimaksud tugas terstruktur, yaitu tugas yang

diberikan oleh pengajar yang dikerjakan dalam waktu yang tidak terjadwal

dengan bimbingan yang diadakan secara berkala, untuk menilai keberhasilan

siswa dalam memahami materi yang telah diberikan dan untuk memperkaya

pengalaman-pengalamn siswa yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.

Tugas terstruktur yang akan diteliti yaitu tugas struktur mata kuliah RAB.

Penyelesaian tugas terstruktur mata kuliah RAB harus diselesaikan mahasiswa

dalam jangka waktu satu semester dengan bobot pekerjaan yang disesuaikan

dengan jumlah 2 SKS dengan bimbingan dosen.

Page 24: s Tb 060809 Chapter2x

29

2.3.3 Indikator Persepsi mahasiswa tentang penyelesaian tugas terstuktur

terhadap prestasi belajar pada mata kuliah RAB

Indikator persepsi mahasiswa tentang penyelesaian tugas terstuktur

terhadap prestasi belajar pada mata kuliah RAB dalam penelitian ini akan

diperoleh dari tanggapan atau pengalaman berdasarkan pengetahuan dan masa lalu

mahasiswa tentang tujuan dalam lingkup pemahaman tentang materi pengajaran

dalam proses belajar mengajar, sumber dan alat penunjang pembelajaran, proses

bimbingan tugas terstruktur mata kuliah RAB, waktu penyelesaian tugas

terstuktur, hubungan sosial antara dosen dan mahasiswa kemudian mahasiswa

dengan mahasiswa lainnya, keaktifan mahasiswa didalam kelas saat proses belajar

mengajar, evaluasi atau hasil pembelajaran berupa nilai akhir mata kuliah RAB.

2.4 Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar merupakan titik tolak yang digunakan oleh

peneliti dalam penulisan laporannya. Yang menjadi asumsi atau anggapan dasar

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Semakin positif persepsi mahasiswa tentang penyelesaian tugas terstruktur

pada mata kuliah RAB maka semakin baik pula prestasi belajarnya.

2. Prestasi belajar yang rendah dikarenakan kurangnya persepsi dari mahasiswa

tentang penyelesaian tugas terstruktur.

Page 25: s Tb 060809 Chapter2x

30

2.5 Hipotesis

Hipotesis pada hakikatnya adalah jawaban sementara atau dugaan jawaban

dari masalah, hipotesis digunakan sebagai teori sementara yang perlu dibuktikan

kebenarannya. Sebagai jawaban sementara atau dugaan, sudah pasti jawaban

tersebut belum tentu benar dan karenanya perlu dibuktikan atau diuji

kebenarannya.

Berdasarkan rumusan masalahnya, maka dalam penelitian ini peneliti

mengajukan hipotesis sebagai berikut : “Ada pengaruh yang signifikan antara

persepsi mahasiswa tentang penyelesaian tugas terstuktur terhadap prestasi belajar

pada mata kuliah Rencana Anggaran Biaya di Program Studi Pendidikan Teknik

Sipil FPTK UPI angkatan 2006 tahun ajaran 2006/2007 dan angkatan 2007 tahun

ajaran 2007/2008.”