s tb 060809 chapter2x
DESCRIPTION
GUIDELINETRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Teori dan Konsep Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda pandangan terhadap
suatu objek dilihat atau dialaminya. Persepsi merupakan rantai pertama
dalam proses terjadinya perilakunya seseorang, bagaimana individu tergantung
pada individu tersebut memandang peran dirinya sendiri pada situasi
dimana ia berperilaku. Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari
sesuatu dan juga sebagai proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
panca inderanya.
Untuk lebih jelasnya akan dikutip beberapa pengertian tentang persepsi
yang dikemukakan oleh beberapa ahli :
Jalaludin Rakhmat (Yessi Meristika, 2009) mengartikan persepsi
sebagai berikut:
"Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang diterima oleh individu."
Jalaludin Rakhmat dan Slameto (Yessi Meristika, 2009) juga
mengartikan persepsi sebagai berikut :
“Proses yang menyangkutnya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Selanjutnya Slameto menjelaskan bahwa melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya, hubungan ini dilakukan Iewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman.”
7
Sarlito W. Sarwono (Mochamad J. A, 2004) mengartikan persepsi sebagai
berikut:
“Persepsi adalah proses kategorisasi. Organisme untuk masukan tertentu (objek-objek di luar, peristiwa dan lain-lain), dan organisme itu berespon dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-objek atau peristiwa. Proses menghubungkan ini adalah proses aktif dimana individu yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategorisasi yang tepat, sehingga ia dapat mengenali atau memberi arti kepada masukan tersebut. Dengan demikian persepsi juga bersifat mengambil kesimpulan (inferensial).”
Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik suatu kesamaan pendapat
bahwa pada dasarnya persepsi merupakan suatu pengamatan individu atau proses
pemberian makna sebagai hasil pengamatan tentang suatu objek, peristiwa, dan
sebagainya melalui panca inderanya, yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi yang didapatkannya dan penafsiran pesan sehingga seseorang dapat
memberikan tanggapan mengenai baik buruknya atau positif negatifnya hal
tersebut.
2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi dan Menyebabkan Kesalahan
pada Persepsi
Faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari
kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut
sebagai faktor-faktor personal menurut Lutviah. Persepsi meliputi juga kognisi
(pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda orang dari sudut
pengalaman yang bersangkutan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman
masa lalu dan faktor pribadi.
8
Menurut Jalaludin Rakhmat (Yessi Meristika, 2009) dengan rinci
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai
berikut :
1. Faktor yang bersifat fungsional, diantarannya kebutuhan, pengalaman, motivasi, perhatian, emosi dan suasana hati.
2. Faktor yang bersifat struktural diantarannya intensitas rangsangan, ukuran rangsangan, perubahan rangsangan dan pertentangan rangsangan.
3. Faktor kulturan atau kebudayaan yaitu norma-norma yang dianut oleh individu.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi
dipengaruhi oleh faktor rangsangan yang datang dari objek maupun peristiwa, dan
faktor individu yang bersangkutan dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, dapat
diasumsikan dari persepsi ini bahwa individu akan menyimpulkan pendapat dan
kesan berupa senang atau tidak senangnya, baik ataupun buruk dan adannya
kesiapan untuk menerima ataupun menolak rangsangan yang diterimannya.
Sedangkan faktor-faktor penyebab kesalahan dalam persepsi adalah
sebagai berikut :
1. Informasi yang kurang cukup; faktor ini merupakan penyebab utama dalam
kesalahan menafsirkan pesan.
2. Stereotype, yaitu merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai
sifat-sifat objek yang dikelompokan pada konsep-konsep tertentu.
3. Kesalahan dalam logika ; kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita
mempunyai pandangan umum terhadap suatu objek. Misalnya apabila
seseorang memperlihatkan sifat-sifat serius, tidak pernah humor, kemudian
kita beranggapan bahwa orang tersebut bersifat angkuh, maka hal ini akan
menjadi penyebab kesalahan persepsi.
9
4. Hallo effect dan devil effect ; dalam hal ini orang beranggapan bahwa jika
suatu objek atau seseorang berbuat sesuatu, maka selanjutnya orang tersebut
akan menambahkan dengan ciri-ciri tertentu pula.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan dalam
persepsi dipengaruhi oleh faktor Informasi yang kurang cukup didapatkan
seseorang, gambaran atau tanggapan yang berbeda setiap orang, kesalahan
seseorang terhadap pandangan umum terhadap suatu objek, dan seseorang yang
suka menambah-nambahkan ciri–ciri pada suatu objek. Jadi kesalahan dalam
persepsi tergantung bagaimana seseorang mengambarkan suatu pengalamannya.
2.1.3 Proses Pembentukan Persepsi
Proses pembentukan persepsi diawali dengan proses seleksi yang terjadi
pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses
penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting.
Proses hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan
dan bermakna, dan berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau
makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.
Manusia hidup sekaligus berinteraksi dengan lingkungannya, dengan
demikian manusia tanggap terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan.
Salah satu bentuk dari tanggapan itu adalah berupa proses pemberian arti atau
penafsiran terhadap berbagai objek yang ada. Proses pemberian arti tersebut
dinamakan persepsi.
10
Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk selalu memberikan
makna terhadap rangsangan yang diterimannya dengan pengetahuan dan
pengalaman yang dimilikinya, kemudian individu tersebut memberikan tanggapan
terhadap rangsangan yang diterimannya itu. Kemampuan individu dalam
memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimannya itu disebut
kemampuan mempersepsi. Menurut Moh. Surya (Mochamad, J.A, 2004) yang
mengemukakan bahwa “Persepsi adalah proses penerimaan, penafsiran dan
pemberian arti terhadap perangsang yang diterima individu melalui alat indera.”
Menurut Mc Croskey dan Whelness (Mochamad, J.A, 2004) menyebutkan
ada empat tahapan persepsi :
1. Penerimaan pesan atau informasi dari luar. 2. Memberikan kode pada informasi yang diindera. 3. Menginterpretasikan informasi yang telah diberikan kode tersebut. 4. Menyimpulkan arti dalam ingatan.
Persyaratan-persyaratan persepsi ini telah banyak dikemukakan oleh para
ahli, pada dasarnya memiliki arti yang sama. Dari beberapa para ahli tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa syarat–syarat terjadinya persepsi adalah :
1. Adanya objek fisik, dimaksudkan yaitu objek tersebut dapat dirasakan,
dicium, diraba, didengar sehingga menimbulkan stimulus.
2. Syarat fisiologis, dimaksudkan adannya tiga faktor dominan yaitu adannya
alat indera, saraf sensorik dan otak.
3. Syarat psikologis, dimaksudkan yaitu adanya perhatian dari individu sehingga
dapat menyadari apa yang diterima.
11
2.1.4 Cara Pengukuran Persepsi
Pada dasarnya persepsi dapat diasosiasikan dengan pendapat, opini atau
sikap (attitude). Menurut Mar’at (Yogi, 2003) menyebutkan persepsi sebagai
aspek kognitif dari sikap. Mengingat bahwa persepsi merupakan aspek kognitif
dari sikap, maka untuk mengungkap atau mengukur persepsi dapat digunakan
instrumen pengungkapan sikap. Lebih jauh Mar’at mengemukakan tiga
pendekatan untuk mengungkap sikap yaitu wawancara langsung, observasi dan
peryataan sikap.
Untuk mengungkap sikap seseorang, termasuk persepsi terhadap suatu
objek psikologis, Sugiyono (2009 : 107) menjelaskan bahwa ada tiga metode,
yaitu skala Likert, metode Thurstone dan skala Guttman. Skala Likert biasanya
menyajikan alternatif jawaban kepada responden dalam lima alternatif. Kendati
demikian, dalam kenyataannya dapat dimodifikasi menjadi dua atau tiga pilihan.
Masing-masing jawaban memiliki bobot nilai tertentu sesuai arah penyataan
sikap atau persepsi.
Sementara itu dalam bentuk Thurstone, responden dituntut untuk memiliki
dua atau tiga peryataan pendiriannya terhadap butir-butir peryataan persepsi yang
telah disusun menurut intensitas dari yang paling kuat sampai yang paling rendah
atau lemah.
Sehubungan dengan itu, persepsi mahasiswa tentang penyelesaian tugas
terstuktur terhadap prestasi belajar pada mata kuliah Rencana Anggaran Biaya
diukur dengan menggunakan model Likert.
12
2.2 Teori dan Konsep Prestasi Belajar
2.2.1 Pengertian Prestasi Belajar
Pengertian Prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai seseorang dari
yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan pengertian belajar menurut
pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam
seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Slameto (Wulan : 2009) pengertian belajar dapat didefinisikan
sebagai berikut:
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa
dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang
dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui
prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Setiap individu melakukan kegiatan belajar, maka pada individu tersebut
akan terjadi perubahan-perubahan perilaku, baik pengetahuan, sikap maupun
keterampilannya. Besar kecilnya atau tinggi rendahnya hasil belajar (prestasi)
pada lembaga-lembaga pendidikan formal atau sekolah dinyatakan dengan
angka-angka atau nilai-nilai. Tinggi rendahnya nilai tersebut sering disebut
prestasi belajar. Prestasi belajar sebagai hasil proses belajar yang dievaluasi oleh
13
suatu tes atau evaluasi, merupakan cerminan dari kemampuan seseorang dalam
menguasai ilmu pengetahuan.
Pengertian prestasi belajar menurut para ahli yang mengemukakan
pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut.
Seperti berikut ini :
“Winkel (Sunarto, 2010) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
”Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Menurut Syamsudin (Yogi, 2003) mengungkapkan karakteristik prestasi
belajar sebagai berikut :
1. Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur. Untuk mengukur tingkah laku yang dapat diukur tersebut dapat digunakan tes proses belajar.
2. Prestasi menunjukkan kepada individu sebagai sebab, artinya individu sebagai pelakunya.
3. Proses belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya, baik berdasarkan atas kriteria yang ditetapkan terlebih dahulu oleh panitia atau ditetapkan menurut standar yang dicapai oleh kelompok.
4. Prestasi belajar menunjuk kepada hasil-hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja.
Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai
akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan. Prestasi
belajar dapat dinilai dengan cara:
1. Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari
umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat
14
digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang
sudah dilaksanakan.
2. Penilaian Sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data
atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa
terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu
tertentu.
Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas
belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang
dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang
lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar
adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak
akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil
dari proses belajar.
Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik
tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan
pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut.
Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.
Sehubungan dengan prestasi belajar.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemamampuan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi–informasi yang diperoleh dalam proses belajar
15
mengajar. Prestasi belajar siswa dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap
bidang studi setelah mengalami proses evaluasi, hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
2.2.2 Jenis-jenis Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan
tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang
terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun
karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah
mengetahui garis besar indikator penunjuk adanya prestasi belajar dikaitkan
dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur.
Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom, dikemukakan
mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan
untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga
ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil
pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan
kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam
penguasaan ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, peneliti akan
akan menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang
terdapat dalam teori Bloom berikut:
16
1. Ranah Kognitif (Cognitive Domain), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan.
Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa
Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan
Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).
a. Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan
mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan juga diartikan
sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah dipelajaridan
disimpan dalam ingatan.
b. Pemahaman (Comprehension) Pemahaman didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang
dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca
dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan
c. Aplikasi (Application) Aplikasi atau penerapan diartikansebagai
kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada
suatu kasus atau problem yang konkrit dan baru. Di tingkat ini, seseorang
memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode,
rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja.
d. Analisis (Analysis) Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk
merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur
keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat
17
analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih
kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali
serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang
rumit.
e. Sintesis (Synthesis) Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk
membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Sintesis satu tingkat di atas
analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur
atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan
mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk
menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik
membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama
dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan criteria
tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria yang
cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya.
2. Ranah Afektif (Affective Domain ), berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau
kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan
pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek:
18
a. Penerimaan (Receiving/Attending) Penerimaan mencakup kepekaan akan
adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan
itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru.
b. Tanggapan (Responding) Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada
di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan.
c. Penghargaan (Valuing) Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan
untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau
mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan
konsisten dengan sikap batin.
d. Pengorganisasian (Organization) Memadukan nilai-nilai yang berbeda,
menyelesaikan konflik diantaranya, dan membentuk suatu sistem nilai
yang konsisten.Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk
membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam
kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu
skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang
tidak begitu penting.
e. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or
Value Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-
lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Karakterisasinya
mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikin
19
rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan
nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
3. Ranah Psikomotor (Psychomotor Domain) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin. Dalam buku Psikologi Pendidikan
menjelaskan, keterampilan ini disebut motorik. Karena keterampilan ini
melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan
benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki keterampilan
motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu
dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara
terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan.
Automatisme. Yaitu gerak-gerik yang terjadi berlangsung secara teratur dan
berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang
apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi yang telah dicapai oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang mendukung pada proses pembelajaran yang dilakukannya.
Sehingga untuk mencapai prestasi yang diinginkan, peserta didik dalam hal ini
peserta didik harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
tersebut.
Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa, karena melalui belajar
mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya. Dengan demikian
20
belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri individu sebagai hasil
pengalamannya di lingkungan.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah
faktor internal dan faktor eksternal. Prestasi belajar tersebut pada hakekatnya
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut baik secara langsung
maupun tidak langsung karena adanya faktor-faktor tersebut maka terjadilah
perbedaan individual dalam prestasi belajar Surya (Yogi, 2003), dengan rincian
sebagai berikut :
1. Faktor dari dalam diri individu, antara lain : a. Kurangnya kemampuan dasar ( intelektual ) yang dimiliki oleh peserta
didik. b. Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu. c. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar. d. Faktor-faktor jasmaniah, seperti cacat tubuh, gangguan kesehatan dan
gangguan alat panca indera. 2. Faktor dari luar individu, baik yang terdapat di sekolah, rumah maupun
masyarakat, antara lain : a. Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar anak
seperi cara mengajar, sikap Pendidik, kurikulum dan materi. b. Situasi dalam belajarnya yang kurang mendukung situasi belajar seperti
kehancuran rumah tangga, kurang perhatian orang tua, kurangnya perlengkapan belajar dan sebagainya.
c. Situasi lingkungan sosial yang mengganggu kondisi anak seperti pengaruh negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang kurang memadai dan gangguan kebudayaan, seperti film yang tidak mendidik.
Sedangkan menurut Rusyan (Yogi, 2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya :
1. Faktor jasmani (fisikologis), baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
2. Faktor psikologis, terdiri dari : a. Faktor intelektual, yang meliputi :
1) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat. 2) Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.
21
b. Faktor non intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu meliputi : minat, sikap, kebutuhan, motivasi, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.
3. Faktor kematangan fisik maupun psikis : a. Faktor sosial yang terdiri dari :
1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah 3) Lingkungan masyarakat 4) Lingkungan kelompok
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, faktor belajar dan iklim. d. Faktor spiritual atau keagamaan.
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,
maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang
terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain
adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri,
adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan atau
intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman,
keadaan keluarga, keadaan sekolah, lingkungan masyarakat sekitarnya dan
sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan kepada individu.
22
3. Faktor Pendekatan Belajar
Faktor Pendekatan Belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai
segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan
efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Lingkungan membentuk kepribadian seseorang, karena dalam pergaulan
sehari-hari orang akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan
lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seseorang bertempat tinggal di suatu
lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut
akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar
sebagaimana temannya.
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita
bedakan menjadi dua macam:
1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani
dan rohani siswa, meliputi dua aspek yakni:
a. Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tegangan otot (tonus) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta
(kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak
membekas.
23
b. Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran siswa.
Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya
dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
1) Tingkat kecerdasan atau intelegensi, siswa Intelegensi pada umumnya
dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja,
melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi,
memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungan dengan
intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh
lainnya, lantaran otak merupakan .menara pengontrol. hampir seluruh
aktifitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak
dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang
siswa mak semakin besar peluangnya untuk memperoleh sukses.
2) Sikap siswa, Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response
tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,
barang,dan sebgainya, baik secara positif maupun negatif. Bakat Siswa
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan denikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam arti
24
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai
dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat mirip
dengan intelegensi.
3) Minat siswa Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi kualits pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-
bidang studi tertentu.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan dan
faktor instrumental sebagai berikut:
a. Faktor-faktor Lingkungan; Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor
lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini
ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam),
tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik
berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
b. Faktor-faktor Instrumental; Faktor instrumental ini terdiri dari
gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru
dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang
digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolahnya
sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi
belajar siswa sangat berhubungan dengan faktor yang mempengaruhinya,
25
faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
Kelemahan salah satu faktor, akan dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang
dalam proses belajar didalam kelas maupun diluar kelas. Dengan demikian tinggi
rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa didukung oleh faktor internal dan
eksternal seperti uraian di atas.
2.3 Kajian Mata Kuliah Rencana Anggaran Biaya
Mata kuliah Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan salah satu mata
kuliah keahlian (MKK) program studi di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK
UPI. Bobot mata kuliah ini adalah 2 SKS (Sistem Kredit Semester) yang dikontrak
di semester enam, terdiri dari 16 kali pertemuan. Bobot penilaian kemampuan dan
keberhasilan belajar didasarkan pada, kehadiran 75% dari keseluruhan kegiatan
tatap muka dan berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar, diskusi dan
pengumpulan tugas-tugas, ujian tengah semester (UTS), dan ujian akhir semester
(UAS).
Deskripsi perkuliahan RAB berisi pengetahuan tentang perhitungan
volume secara menyeluruh pada satu bentuk bangunan mulai dari galian tanah,
urugan tanah, pondasi, lantai, pasangan dinding, acian dan plesteran, sloof, ring
balok, kolom, plafond, rangka atap, penutup atap, talang air hujan, pengunci dan
penggantung, cat-catan. Selain perhitungan volume, isi materi juga membahas
pengetahuan tentang analisis harga satuan, rekapitulasi biaya, time schedule,
barchart, dan cash flow.
26
Berdasarkan silabus tujuan pembelajaran mata kuliah RAB adalah
mahasiswa didik mampu memahami dan mampu menyusun rencana anggaran
biaya dan rencana kerja proyek secara menyeluruh pada satu bangunan.
Pendekatan pembelajaran mata kuliah rencana anggaran biaya ini menggunakan
metode ekspositori dan metode inkuiri. Untuk metode belajar mengajar memakai
metode ceramah dan tanya jawab dengan LCD dan OHP sebagai media
pembelajarannya.
Rincian materi perkuliahan tiap pertemuan diantaranya adalah:
Pertemuan 1 : Rencana perkuliahan selama satu semester.
Pengertian dan ruang lingkup RAB
Pertemuan 2 : Perhitungan volume galian tanah, urugan tanah, pondasi dan
lantai
Pertemuan 3 : Perhitungan volume pasangan dinding, acian dan plesteran
cat-catan
Pertemuan 4 : Perhitungan volume Beton bertulang sloof, kolom, dan balok
Pertemuan 5 : Perhitungan volume kusen pintu dan jendela, cat-catan kusen,
daun pintu, daun jendela, beserta elemen-elemen penggantung
lainnya
Pertemuan 6,7 : Perhitungan volume rangka atap, penutup atap, talang air
hujan, dan lisplank
Pertemuan 8 : Ujian Tengah Semester (UTS)
Pertemuan 9, 10 : Analisa Harga Satuan
Pertemuan 11 : Rekapitulasi Biaya
Pertemuan 12, 13 : Time schedule dan barchart
Pertemuan 14,15 : Cash flow
Pertemuan 16 : Ujian Tengah Semester (UAS)
Sumber :Tata Usaha (TU) Jurusan Pendidikan Teknik Sipil
27
2.3.1 Sistem Perkuliahan Rencana Anggaran Biaya
Sistem adalah seperangkat komponen atau bagian yang saling berinteraksi
dalam mencapai tujuan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa sistem pembelajaran adalah suatu keterpaduan yang teroganisir dari
unsur-unsur pembelajaran untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut.
Adapun unsur masukan (input), unsur proses, dan unsur keluar (output). Yang
dimaksud unsur kebutuhan dan kelayakan adalah faktor-faktor yang mendorong
perlunya penguasaan teknik berhitung yang merupakan kemampuan dasar seorang
engineering yang harus diserap oleh mahasiswa. Adapun proses adalah
pembelajaran RAB yang telah ditetapkan sesuai dengan aturannya dan output
adalah seperangkat hasil yang berupa mahasiswa mampu memahami dan mampu
menyusun rencana anggaran biaya dan rencana kerja proyek secara menyeluruh
pada satu bangunan.
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan perkuliahan RAB
di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI adalah mahasiswa mampu
memahami dan mampu menyusun rencana anggaran biaya dan rencana kerja
proyek secara menyeluruh pada satu bangunan gedung.
2.3.2 Tugas Terstruktur pada Perkuliahan RAB
Pemberian tugas merupakan suatu langkah yang dilakukan oleh pelaksana
pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan mahasiswanya untuk lebih
mendalami dan menguasai disiplin ilmu yang dipelajarinya. Menurut Nana
Sudjana (Tezar, 2008) :
28
“Tugas adalah suatu kegiatan belajar individu atau kelompok yang bertujuan memantapkan penguasaan siswa terhadap materi atau bahan yang telah disampaikan di dalam kelas dan dilakukan oleh siswa di luar jam yang telah ditentukan sekolah. Tugas sangat banyak macamnya bergantung pada tujuan yang akan dicapai, misalnya tugas meneliti, tugas menyusun laporan, tugas motorik, tugas di laboratorium dan lain sebagainya.”
Adapun tujuan dari pemberian tugas, dijelaskan oleh Winarno Surakhmad
(Tezar, 2008) sebagai berikut :
1. Merangsang siswa berusaha lebih baik, memupuk inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
2. Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat siswa yang masih terluang. Waktu-waktu yang dimiliki agar dapat digunakan lebih konstruktif.
3. Memperkaya pengalaman-pengalaman sekolah dengan memulai kegiatan-kegiatan di luar kelas.
4. Memperkuat hasil belajar di sekolah dengan menyelenggarakan latihan-latihan. Selain tugas juga dikenal tugas terstruktur yang diberikan pada beberapa
mata kuliah bidang teknik sipil. Salah satunya mata kuliah Perencanaan
Bangunan Keairan. Pemberian tugas ini dimaksudkan untuk lebih memantapkan
pengertian mahasiswa tentang materi yang telah dipelajari.
Dalam penelitian ini yang dimaksud tugas terstruktur, yaitu tugas yang
diberikan oleh pengajar yang dikerjakan dalam waktu yang tidak terjadwal
dengan bimbingan yang diadakan secara berkala, untuk menilai keberhasilan
siswa dalam memahami materi yang telah diberikan dan untuk memperkaya
pengalaman-pengalamn siswa yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Tugas terstruktur yang akan diteliti yaitu tugas struktur mata kuliah RAB.
Penyelesaian tugas terstruktur mata kuliah RAB harus diselesaikan mahasiswa
dalam jangka waktu satu semester dengan bobot pekerjaan yang disesuaikan
dengan jumlah 2 SKS dengan bimbingan dosen.
29
2.3.3 Indikator Persepsi mahasiswa tentang penyelesaian tugas terstuktur
terhadap prestasi belajar pada mata kuliah RAB
Indikator persepsi mahasiswa tentang penyelesaian tugas terstuktur
terhadap prestasi belajar pada mata kuliah RAB dalam penelitian ini akan
diperoleh dari tanggapan atau pengalaman berdasarkan pengetahuan dan masa lalu
mahasiswa tentang tujuan dalam lingkup pemahaman tentang materi pengajaran
dalam proses belajar mengajar, sumber dan alat penunjang pembelajaran, proses
bimbingan tugas terstruktur mata kuliah RAB, waktu penyelesaian tugas
terstuktur, hubungan sosial antara dosen dan mahasiswa kemudian mahasiswa
dengan mahasiswa lainnya, keaktifan mahasiswa didalam kelas saat proses belajar
mengajar, evaluasi atau hasil pembelajaran berupa nilai akhir mata kuliah RAB.
2.4 Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar merupakan titik tolak yang digunakan oleh
peneliti dalam penulisan laporannya. Yang menjadi asumsi atau anggapan dasar
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Semakin positif persepsi mahasiswa tentang penyelesaian tugas terstruktur
pada mata kuliah RAB maka semakin baik pula prestasi belajarnya.
2. Prestasi belajar yang rendah dikarenakan kurangnya persepsi dari mahasiswa
tentang penyelesaian tugas terstruktur.
30
2.5 Hipotesis
Hipotesis pada hakikatnya adalah jawaban sementara atau dugaan jawaban
dari masalah, hipotesis digunakan sebagai teori sementara yang perlu dibuktikan
kebenarannya. Sebagai jawaban sementara atau dugaan, sudah pasti jawaban
tersebut belum tentu benar dan karenanya perlu dibuktikan atau diuji
kebenarannya.
Berdasarkan rumusan masalahnya, maka dalam penelitian ini peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut : “Ada pengaruh yang signifikan antara
persepsi mahasiswa tentang penyelesaian tugas terstuktur terhadap prestasi belajar
pada mata kuliah Rencana Anggaran Biaya di Program Studi Pendidikan Teknik
Sipil FPTK UPI angkatan 2006 tahun ajaran 2006/2007 dan angkatan 2007 tahun
ajaran 2007/2008.”