rizkyana case pediatric1
DESCRIPTION
GIZI BURUKTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 8 BULAN DENGAN
DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN-SEDANG DENGAN STATUS
GIZI BURUK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Disusun Oleh :
Rizkyana Puspita Rini
012116514
Pembimbing
dr. Abdul Hakam, Msi. Med., Sp. A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. T.A.A
Umur : 8 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Getasrabi 11/05 Gebog, Kudus
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Dirawat di : Bougenville 2
No. RM : 726710
Tanggal masuk : 11 Februari 2016
Tanggal anamnesis dan pemeriksaan : 12 Februari 2016 – 14 Februari 2016
Tanggal pulang : 14 Februari 2016
Anamnesis
Dilakukan alloanamnesa (ibu pasien) pada tanggal 12 Februari 2016 pukul
11.00 WIB di kamar G6, Bougenville 2.
Keluhan Utama
BAB cair 10 kali
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus dengan keluhan BAB
cair 10 kali sejak 2 hari SMRS. Keluhan buang air besar dengan konsistensi cair,
ampas (+), warna kuning, lendir (-), darah (-) dan tidak nyemprot. Keluhan BAB cair
juga disertai dengan muntah 1x berisi air. Ibu pasien mengaku sejak keluhan dialami
pasien, pasien menjadi lebih rewel, nafsu makan menurun dan malas makan. Selain
itu, pasien tampak kehausan apabila di beri minum. Riwayat BAK normal. . Pasien
sudah tidak mengkonsumsi ASI sejak usia 2 bulan dan digantikan susu formula.
Sebelum diare pasien tidak mencoba ganti produk susu baru ataupun mencoba
makanan baru.
2 SMRS badan pasien demam. Demam naik turun. Anak tidak mengalami
mimisan, gusi tidak bedarah, tidak ada ruam merah dan tidak ada kejang.
2
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lainnya.
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti ini.
Riwayat Prenatal
Ibu pasien memeriksakan diri setiap bulan ke Posyandu. Pasien tidak pernah
mengalami sakit serius selama masa kehamilan.
Riwayat Kelahiran
Lahir secara spontan per vaginam dengan bantuan bidan puskesmas: G2P1A0
Berat badan : 3500 gram
Panjang badan : 49 cm
Lingkar kepala : tidak diketahui
Lingkar dada : tidak diketahui
Tanpa cacat bawaan
Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Berat badan sekarang 6,6 kilogram, dengan panjang badan 76 cm. Pasien
sudah bisa duduk sendiri, bermain dengan benda – benda disekitarnya dan sudah
mampu mengucapkan kata-kata tanpa arti.
Perkembangan
• Belum dapat berjalan
• Gangguan perkembangan mental tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Usia 4 bulan (normal: 3-4 bulan)
Duduk dengan dibantu : Usia 6 bulan (normal: 6-9 bulan)
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan anak dalam batas normal sesuai usia
3
Riwayat Imunisasi Dasar
No Jenis Imunisasi Jumlah Dasar
1. BCG 1x 1 bulan
2. Polio 3x 0, 2, 4 bulan
3. Hepatitis B 3x 0,2,4
4. DPT 2x 2, 4 bulan
5. Campak - 9 bulan
Kesan Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap sesuai umur
Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien merupakan anak kedua. Ibunya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga.
Ayah pasien bekerja sebagai buruh serabutan. Pasien berasal dari keluarga dengan
kesan ekonomi menengah ke bawah, dengan biaya perawatan ditanggung oleh BPJS
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 12 Februari 2016 pukul 11.00 WIB, didampingi oleh
ibu pasien.
Keadaan umum : Rewel
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
Tanda vital :
Nadi : 135 x/menit, regular, isi cukup
Pernafasan : 27 x /menit
SpO2 : 98%
Suhu : 37,8 ̊ C (aksila)
4
Pemeriksaan status gizi ( Z-score ) :
Berat Badan : 6.6 kg
Tinggi Badan : 76 cm
Umur : 8 bulan
WAZ = BB - Median= 6,6-8,2 = -1.6 SD Normal(BB/U) SD 1,0
HAZ = TB - Median= 76-69,1 = 2.5 SD Normal(PB/U) SD 2.7
WHZ = BB - Median= 6.6-9.8 = -3,56 SD sangat kurus SD 0.9
(BB/PB)
IMT : BB = 6,6 = 11, 43 kg/m2 sangat kurus
` TB2 (0,76)2
Kesan Gizi: Gizi buruk
5
6
7
Pemeriksaan Sistematis Hasil Pemeriksaan
Kepala
Bentuk dan ukuran Normosefali, UUB menutup
Rambut Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata Mata cekung (+), Air mata (+), Konjungtiva anemis
(-/-), Sklera ikterik (-/-)
Telinga Bentuk normal, pembesaran KGB retroaurikula -/-
8
Hidung epistaksis (-),Bentuk normal, septum deviasi -,Sekret
mukoserosa dari kedua liang hidung, napas cuping
hidung (-)
Mulut Gusi berdarah (-), Bibir kering (+), Lidah kotor(-)
Leher Trakea letak tengah, Tidak teraba pembesaran KGB
Tenggorok
Thorax
Faring hiperemis (-) T1-T1
Inspeksi Bentuk normal, simetris saat inspirasi dan ekspirasi,
retraksi suprasternal (-), retraksi interkostal (-)
Palpasi Gerakan napas teraba simetris saat inspirasi dan
ekspirasi
Perkusi Sonor pada lapangan paru
Batas-batas jantung :
Batas atas : ICS III linea parastrenalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra
Auskultasi
o Bunyi napas Bunyi nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
o Bunyi jantung Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Datar
Auskultasi Peristaltik (+) meningkat
Perkusi Timpani pada semua kuadran
Palpasi
Hati, Limpa
Supel, Nyeri Tekan (-) pada region epigastrium
Tidak ada pembesaran
Anggota gerak Akral hangat, capillary refill time < 2 detik,
edema(-), sianosis(-)
Turgor
Genitalia
Lambat
Tidak ada kelainan, anus (+)
Pemeriksaan Penunjang
9
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 11 Februari 2016
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 11,9 g/dL 11,3-14,1 g/dL
Hematokrit 35,6% 33-41 %
Trombosit 581 103/ul 150-400 103/ul
Leukosit 11,1 103 /ul 6,0-17,5 3/ul
Diagnosis Banding
Diare akut e.c virus
Diare akut e.c bakteri
Diagnosis Kerja
Diare akut dehidrasi ringan-sedang dengan status gizi buruk
Penatalaksanaan
Infus RL 10 tpm
L-Bio 1x 1sach
Zink tablet 1x 1 tab
Oralit 3x1/2 sach
Paracetamol syr 3x 1 cth
Edukasi
Memberi penjelasan kepada keluarga pasien tentang penyakit pasien dan
bagaimana penularannya
Berikan anak lebih banyak minum (Bisa diberikan oralit)
Berikan anak makanan yang mengandung tinggi protein dan karbohidrat untuk
mengejar pertumbuhan anak
10
Menjaga kebersihan makanan dan minuman yang akan di berikan kepada anak
Menjaga pola makan yang cukup gizi dan higienis
Segera membawa anak ke puskesmas/dokter/rumah sakit jika anak panas
tinggi, mencret-mencret
Prognosis
ad Vitam : dubia ad bonam
ad Fungtionam : dubia ad bonam
ad Sanationam : dubia ad bonam
Follow Up
Tanggal 11/2/2016 12/2/2016
S: Bab cair 10x ampas (+)
lendir (-) darah (-) muntah 1x, panas (+) nafsu makan menurun, minum masih mau. BAK dbn
BAB cair 4x ampas (+) lendir (+) darah (-) mual(-) muntah (-)
Panas (-) nafsu makan menurun, BAK dbn
O: KU Lemas LemasKesadaran Compos mentis Compos mentis
GCS 15 15
11
Nadi 176 110
Suhu 37,6 36,4
RR 27 28
Mata CA -/-, SI -/-, mata cekung (+) CA -/-, SI -/-, mata cekung (+)
Cor Bunyi jantung S1-S2 tunggal,
reguler, murmur (-), gallop (-)
Bunyi jantung S1-S2 tunggal,
reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmonal Suara vesikuler di seluruh lapang
paru, ronkhi -/-, wheezing -/-
Suara vesikuler di seluruh lapang
paru, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen kembung, supel, BU (+)
meningkat
kembung, supel, BU (+) , meningkat
Kulit Turgor lambat Turgor baik.
Ekstremitas Akral hangat, Oedema -/- Akral hangat, Oedema -/-
A: Diare akut dehidrasi ringan-
sedang dengan status gizi buruk
Diare akut dehidrasi ringan-
sedang dengan status gizi buruk
P: Infus cairan RL 10 tpm
Oralit 3x ½ sach
L-bio 1x1 sach
Zink tablet 1x 1 tab
Paracetamol syr 3x1/2 cth
Infus cairan RL 10 tpm
Oralit 3x ½ sach
L-bio 1x1 sach
Zink tablet 1x 1 tab
Tanggal 13/2/2016 14/2/2016
S: BAB cair (+) 1x, ampas (+) lendir (-) darah (-) mual(-) muntah (-) panas (-) nafsu makan baik, BAK dbn
BAB lx tadi pagi, panas (-) mual (-) muntah (-) nafsu makan baik, BAK dbn
O: KU Baik BaikKesadaran Compos mentis Compos mentis
GCS 15 15
Nadi 100 115
Suhu 36,3 36
12
RR 26 26
MataCA -/-, SI -/-, mata cekung (-)
CA -/-, SI -/-, mata cekung (-)
Cor Bunyi jantung S1-S2 tunggal,
reguler, murmur (-), gallop (-)
Bunyi jantung S1-S2 tunggal,
reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmonal Suara vesikuler di seluruh lapang
paru, ronkhi -/-, wheezing -/-
Suara vesikuler di seluruh lapang
paru, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen kembung, supel, BU (+)
meningkat
kembung, supel, BU (+)
Kulit Turgor baik Turgor baik.
Ekstremitas Akral hangat, Oedema -/- Akral hangat, Oedema -/-
A: Diare akut dehidrasi ringan-
sedang dengan status gizi buruk
Diare akut dehidrasi ringan-
sedang dengan status gizi buruk
P: Infus cairan RL 10 tpm
Oralit 3x ½ sach
L-bio 1x1 sach
Zink tablet 1x 1 tab
Infus cairan RL 10 tpm
Oralit 3x ½ sach
L-bio 1x1 sach
Zink tablet 1x 1 tab
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare Akut
2.1.1 Definisi Diare
Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia
(bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through), merupakan
keadaan abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan
adanya perubahan-perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus,
terutama pada keadaan-keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi
digesti, absorpsi, dan sekresi.
13
Definisi Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari
3 kali perhari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir maupun darah yang berlangsung < 14 hari. (Buku Ajar IKA
Undip, 2011)
2.1.2 Etiologi
Faktor penyebab diare antara lain :
a. faktor makanan
makanan sebagai penyebab diare merupakan penyebab non infeksi yang
paling sering yaitu makanan yang busuk dan mengandung racun.
b. faktor infeksi
faktor infeksi merupakan penyebab paling sering dari diare, dibagi menjadi
2 golongan :
- infeksi parenteral
merupakan infeksi diluar usus, diperkirakan melalui jalur susunan syaraf
vegetatif mempengaruhi sistem saluran cerna sehingga terjadi diare.
Beberapa macam infeksi yang sering disertai dengan diare, diantaranya :
infeksi saluran nafas, infeksi saluran kencing.
- infeksi enteral
merupakan infeksi dalam usus, keadaan ini penting karena penyakit ini
menular secara jalur oro-fecal. Di bagi menjadi :
infeksi virus : sebagian besar oleh rota virus
infeksi bakteri : berupa gram positif dan negatif
investasi parasit :
- amuba dan giardia lamblia
- cacing : askaris,oksiuris
14
- jamur sebagai candida albicans
c. faktor psikis pada keadaan depresif
d. faktor malabsorpsi yaitu malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
2.1.3 Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Berdasarkan lamanya diare:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut. (Suraatmaja, 2007).
2. Berdasarkan derajat dehidrasi:
a. Dehidrasi berat
b. Dehidrasi ringan/sedang
c. Tanpa dehidrasi
2.1.4 Faktor resiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare adalah: (Buku
Ajar IKA Undip, 2011)
1. Tidak ASI eksklusif
2. Penggunaan botol susu
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar
4. Penggunaan air minum yang tercemar
5. Tidak mencuci tangan sesudah BAB
15
6. Tidak membuang tinja anak dengan benar
2.1.5 Cara Penularan
Menelan makanan yang terkontaminasi
Kontak dengan tangan yang terkontaminasi
Beberapa faktor yang terkait dengan kuman perut :
- Air yang tidak higiens
- penyimpanan dan penyiapan makanan yg kotor
- sarana kebersihan kurang
Tindakan penyapihan ASI yang jelek
2.1.6 Patofisiologi Diare Akut
Menurut mekanisme terjadinya diare, maka diare dapat dibagi menjadi 3
bagian besar yaitu (Alfa):
1) Diare sekretorik
2) Diare invasif/dysentriform diarrhae
3) Diare osmotic
Diare Sekretorik
Diare sekretorik adalah diare yang terjadi akibat aktifnya enzim adenil siklase. Enzim
ini selanjutnya akan mengubah ATP menjadi cAMP. Akumulasi cAMP intrasel akan
menyebabkan sekresi aktif ion klorida, yang akan diikuti secara positif oleh air, natrium,
kalium dan bikarbonat ke dalam lumen usus sehingga terjadi diare dan muntah-muntah
sehingga penderita cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi.
Pada anak, diare sekretorik ini sering disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme Vibrio, ETEC, Shigella, Clostridium, Salmonella, Campylobacter. Toksin
yang dihasilkannya tersebut akan merangsang enzim adenil siklase, selanjutnya enzim
tersebut akan mengubah ATP menjadi cAMP. Diare sekretorik pada anak paling sering
disebabkan oleh kolera.
16
Gejala dari diare sekretorik ini adalah 1) diare yang cair dan bila disebabkan oleh
vibrio biasanya hebat dan berbau amis, 2) muntah-muntah, 3) tidak disertai dengan panas
badan, dan 4) penderita biasanya cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi.
Diare Invasif
Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme dalam mukosa
usus sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa usus. Diare invasif ini disebabkan oleh
Rotavirus, bakteri (Shigella, Salmonella, Campylobacter, EIEC, Yersinia), parasit (amoeba).
Diare invasif yang disebabkan oleh bakteri dan amoeba menyebabkan tinja berlendir dan
sering disebut sebgai dysentriform diarrhea.
Di dalam usus pada shigella, setelah kuman melewati barier asam lambung, kuman
masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak sambil mengeluarkan enterotoksin. Toksin
ini akan merangsang enzim adenil siklase untuk mengubah ATP menjadi cAMP sehingga
terjadi diare sekretorik. Selanjutnya kuman ini dengan bantuan peristaltik usus sampai di usus
besar/kolon. Di kolon, kuman ini bisa keluar bersama tinja atau melakukan invasi ke dalam
mukosa kolon sehingga terjadi kerusakan mukosa berupa mikro-mikro ulkus yang disertai
dengan serbukan sel-sel radang PMN dan menimbulkan gejala tinja berlendir dan berdarah.
Gejala dysentriform diarrhea adalah 1) tinja berlendir dan berdarah biasanya b.a.b
sering tapi sedikit-sedikit dengan peningkatan panas badan, tenesmus ani, nyeri abdomen,
dan kadang-kadang prolapsus ani, 2) bila disebabkan oleh amoeba, seringkali menjadi kronis
dan meninggalkan jaringan parut pada kolon/rektum, disebut amoeboma.
Diare Osmotik
Diare osmotik adalah diare yang disebabkan karena tingginya tekanan osmotik pada
lumen usus sehingga akan menarik cairan dari intra sel ke dalam lumen usus, sehingga terjadi
diare berupa watery diarrhea. Paling sering terjadinya diare osmotik ini disebabkan oleh
malabsorpsi karbohidrat.
Monosakarida biasanya diabsorpsi baik oleh usus secara pasif maupun transpor aktif
dengan ion Natrium. Sedangkan disakarida harus dihidrolisa dahulu menjadi monosakarida
oleh enzim disakaridase yang dihasilkan oleh sel mukosa. Bila terjadi defisiensi enzim ini
maka disakarida tersebut tidak dapat diabsorpsi sehingga menimbulkan osmotic load dan
terjadi diare.
17
Disakarida atau karbohidrat yang tidak dapat diabsorpsi tersebut akan difermentasikan
di flora usus sehingga akan terjadi asam laktat dan gas hidrogen. Adanya gas ini terlihat pada
perut penderita yang kembung (abdominal distention), pH tinja asam, dan pada pemeriksaan
dengan klinites terlihat positif. Perlu diingat bahwa enzim amilase pada bayi, baru akan
terbentuk sempurna setelah bayi berusia 3-4 bulan. Oleh sebab itu pemberian makanan
tambahan yang mengandung karbohidrat kompleks tidak diberikan sebelum usia 4 bulan,
karena dapat menimbulkan diare osmotik.
Gejala dari diare osmotik adalah 1) tinja cair/watery diarrhae akan tetapi biasanya
tidak seprogresif diare sekretorik, 2) tidak disertai dengan tanda klinis umum seperti panas, 3)
pantat anak sering terlihat merah karena tinja yang asam, 4) distensi abdomen, 5) pH tinja
asam dan klinitest positif. Bentuk yang paling sering dari diare osmotik ini adalah intoleransi
laktosa akibat defisiensi enzim laktase yang dapat terjadi karena adanya kerusakan mukosa
usus. Dilaporkan kurang lebih sekitar 25-30% dari diare oleh rotavirus terjadi intoleransi
laktosa.
2.1.7 Manifestasi Klinik
Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi
komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa
berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung
pada penyebabnya.
Pasien dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis
metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena
dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati
dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi
isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
18
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan/ sedang dan dehidrasi berat (Juffrie,
2010).
2.1.8 Diagnosis Diare Akut
1. Anamnesis
- Lama diare, frekuensi diare dalam sehari, warna dan konsentrasi tinja, lendir dan
darah dalam tinja
- Muntah dan rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengkonsumsi
makanan yang tidak biasa
- Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-
tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-
tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak,
ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah (Juffrie,
2010).
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang
terjadi (Juffrie, 2010).
19
Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi :
a. Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri (C ke A)
b. Kesimpulan derajat dehidrasi pasien ditentukan dari adanya 1 gejala kunci (yang diberi
tanda bintang) ditambah minimal 1 gejala yang lain (minimal 1 gejala) pada kolom yang
sama.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah rutin, urin
- Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
- Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja:
a. Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
b. Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
c. Kimia : pH, elektrolit (Na,K, HCO3)
20
d. Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit
2.1.9 Tatalaksana Diare Akut
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE
(Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan
rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan
mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
5. edukasi kepada orang tua/pengasuh
1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran
sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual
dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi pasien diare untuk mengganti
cairan yang hilang. Bila pasien tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada
derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
a. Diare tanpa dehidrasi
21
cairan rehidrasi oral (CRO) dengan oralit formula baru diberikan 5-10 ml/kgBB
setiap kali diare cair
- Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret (50-100 ml)
- Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
- Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
- Dapat dirawat dirumah kecuali terdapat komplikasi lain (tidak mau minum,
muntah terus menerus)
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
CRO hipoosmolar diberikan sebanyak 75 ml/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti
kehilangan cairan yang telah terjadi dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit
seperti diare tanpa dehidrasi.
Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi
makanan walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui NGT.
Berikan RL atau KaEN 3B atau NaCL dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat
badan.
- berat badan 3-10 kg = 200 ml/kgBB/hari
- berat badan 10-15 kg = 175 ml/kgBB/hari
- berat badan <15 kg = 135 ml/kgBB/hari
Pasien dipantau di Puskesmas/rumah sakit selama proses rehidrasi sambil memberi
edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua
c. Diare dengan dehidrasi berat
Pasien diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.
(Kemenkes RI, 2011)
- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan RL atau ringer setat 100 ml/kgBB
berdasarkan umur:
22
a. Umur < 12 bulan = 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB
dalam 5 jam berikutnya
b. Umur >12 bulan = 30 ml/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB
dalam 2,5 jam berikutnya
c. Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai
dengan 5 ml/kgBB selama proses dehidrasi
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan
cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.
Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan
dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3
menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti (Juffrie, 2010).
2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta
23
menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini
semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,
sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada pasien
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk
bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah
dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti,
pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan (Kemenkes RI, 2011).
4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada
balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada pasien diare
dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat.
Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat
anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia)
(Kemenkes RI, 2011).
5. Pemberian Nasihat
24
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan
balita harus diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
3. memberitahukan tentang langkah pencegahan diare:
ASI tetap diberikan
Kebersihan peorangan
Cuci tangan sebelum makan
Kebersihan lingkungan, BAB di jamban
Imunisasi campak
Memberikan makanan penyapihan yang benar
Penyediaan air minum yang bersih
Selalu memasak makanan
2.2 Gizi Buruk
2.2.1 Definisi Gizi Buruk
25
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Pada anak yang gizi buruk ditandai
dengan satu atau lebih tanda berikut :
- Sangat kurus
- Edema, minimal pada kedua punggung kaki
- BB/PB atau BB/TB < -3 SD
- LiLA <11,5 cm (untuk anak usia 6-59 tahun).
2.2.2 Etiologi
- Faktor diet
Diet kurang protein, menyebabkan kwarsiorkor
Diet kurang karbohidrat, menyebabkan marasmus
Diet kurang keduanya, menyebabkan marasmus kwarsiorkor
- Faktor sosial
Tradisi suatu daerah atau keagamaan yang melarang untuk mengkonsumsi
bahan makanan tertentu secara turun-temurun dapat mempengaruhi terjadinya
KEP
- Kepadatan penduduk
World Food Conference di Roma tahun 1974 menyatakan bahwa
meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan
bertambahnya persediaan makanan setempat yang memadai merupakan sebab
utama
- Infeksi
Penyakit infeksi dan malnutrisi memiliki hubungan sinergitas. Infeksi derajat
apapun dapat memperburuk keadaan gizi.
- Kemiskinan : Penyakit KEP merupakan masalah di negara miskin
26
2.2.3 Klasifikasi Kurang Energi Protein
- Klasifikasi menurut derajat beratnya KEP
Klasifikasi menurut Gomez: berdasarkan berat badan individu dibandingkan
dengan berat badan yang diharapakan pada anak sehat yang seumur.
Modifikasi Bengoa atas Klasifikasi Gomez: didasarkan pada defisit berat badan saja.
KEP dengan edema, tanpa menlihat defisit berat badannya digolongkan oleh Bengoa
dalam derajat 3.
Modifikasi oleh Depkes R.I tahun 1975: mengklasifikasikan status gizi dalam gizi
lebih, gizi kurang, dan gizi buruk
2.2.4 Gambaran Klinis
Anak dengan Kurang Energi-Protein ringan dan sedang hanya terlihat kurus
sebagai gejala klinisnya. Namun, untuk gejala klinis KEP buruk secara garis
besar dapat dibedakan menjadi marasmus, kwarshiorkor, dan marasmic-
kwarshiorkor.
a. Marasmus
- Tampak sangat kurus, hanya tulang berbungkus kulit.
- Wajah seperti orang tua (old man face).
- Cengeng, rewel.
27
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
Perut cekung.
Iga gambang.
Sering disertai penyakit infeksi kronis berulang, diare kronik, atau susah
buang air besar.
b. Kwashiokor
Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki.
Wajah bulat dan sembab.
Pandangan mata sayu.
Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok.
Signa de bandera merupakan kelainan rambut yang tumbuh dengan
warna berbeda bergantung kepada asupan makanan yang masuk pada
saat rambut tersebut akan tumbuh.
Perubahan status mental, apatis, dan rewel.
Pembesaran hati.
Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri
atau duduk.
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi cokelat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement
dermatosis).
d. Marasmus – Kwarshiorkor
Penyakit marasmic – kwarshiorkor memperlihatkan gejala campuran
antara penyakit marasmus dan kwarshiorkor. Disamping menurunnya berat
badan dibawah 60% dari normal, memperlihatkan tanda-tanda kwarshiorkor
berupa edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan terlihat pula kelainan
biokimiawi.
2.2.5 Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran
antropometri. Anak di diagnosa gizi buruk apabila :
28
BB/TB < -SD atau <70% dari median (marasmus)
Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
(kwashiokor :BB/TB > -3SD atau marasik-kwashiokor BB/TB <-3SD)
Penilaian awal anak gizi buruk
Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis terdiri anamnesis awal dan anamnesis lanjutan.
Anamnesis awal (untuk kedaruratan)
Kejadian mata cekung yang baru saja muncul
Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah
dan diare (encer/darah/lendir)
Kapan terakhir berkemih
Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin
Bila didapatkan hal tersebut diatas, sangat mungkin anak mengalami dehidrasi
dan/atau syok, serta harus diatasi segera.
Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tata laksana
selanjutnya, dilakukan setelah kedaruratan di tangani ):
Diet (pola makan)/ kebiasaan sebelum sakit
Riwayat pemberian ASI
Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir
Hilangnya nafsu makan
Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru
Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
Batuk kronik
Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung
Berat badan lahir
Riwayat tumbuh kembang : duduk, berdiri, bicara, dll.
Riwayat imuninasi
Apakah ditimbang setiap bulan
Lingkungan keluarga ( untuk memahami latar belakang sosial anak)
Diketahui atau tersangka infeksi HIV
29
PEMERIKSAAN FISIK
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki.
Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB
Tanda dehidrasi : tampak haus, mata cekung, turgor buruk
Apakah ada tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi
lemah dan cepat), kesadaran menurun.
Demam (suhu aksilar ≥37,5C)
Frekuensi dan tipe pernafasan : pneumonia atau gagal jantung
Sangat pucat
Pembesaran hati dan ikterus
Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites, atau
adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)
2.2.6 Tatalaksana Gizi Buruk
Penanganan umum meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 2 fase yaitu : fase
stabilisasi dan fase rehabilitasi.
1. Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk beresiko hipoglikemia (kadar gula darah <3mmol/L
atau <54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau larutan
glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit.
Tatalaksana :
Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya memungkinkan.
30
Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan
glukosa atau gula 10% ( 1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara oral
atau melalui NGT.
Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2-3 jam, siang dan malam selama minimal dua
hari.
Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI diluar jadwal pemberian F-75.
Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena
(bolus) sebanyak 5ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50ml dengan
NGT.
Beri antibiotik
2. Hipotermia
Diagnosis : suhu aksilar < 35,5C
Tatalaksana
Segera beri F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dahulu)
Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup dengan selimut
hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau lampu
di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada atau perut ibunya (dari kulit
ke kulit : metode kanguru). Bila menggunakan lampu listrik, letakkan lampu pijar
40 W dengan jarak 50cm dari tubuh anak.
Beri antibiotik sesuai pedoman
3. Dehidrasi
Tatalaksana
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan
syok
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding
jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
31
- Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
- Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5-10 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75
dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
ReSoMal mengandung 37,5mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg per liter
Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam
Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia <1 tahun : 50-
100 ml setiap BAB, usia ≥1 tahun : 100-200 ml setiap BAB
4. Elektrolit
Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium yang
mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya.
Tata laksana : untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan kalium dan
magnesium, yang sudah terkandung di dalam larutan mineral-Mix yang
ditambahkan ke dalam F-75, F-100 atau ReSoMal
Gunakan larutan ReSoMal untuk dehidrasi
Siapkan makanan tanpa menambahkan garam (NaCl)
5. Infeksi
Tatalaksana
Berikan pada semua anak dengan gizi buruk :
Antibiotik spektrum luas
Vaksin campak bila anak berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah mendapatkannya,
atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi vaksin sebelum
berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syok
Pilihan antibiotik spektrum luas
jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri kotrioksazol per
oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari.
jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia atau anak terlihat letargis atau
tampak sakit berat) atau jelas ada infeksi, beri :
32
- ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan dengan
Amoksisilin oral (15 mg/KgBB setiap 8 jam selama 5 hari) ATAU jika tidak
tersedia amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50mg/kgBB setiap 6 jam selama 5
hari) sehingga total selama 7 hari, DITAMBAH :
- Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari
- Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam tambahkan kloramfenikol
(25mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam ) selama 5 hari.
6. Mikronutrien
Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun sering
ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi tunggu sampai anak
mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat badannya (biasanya
pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi dapat memperparah
infeksi.
Tatalaksana
Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu :
Multivitamin
Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)
Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari
Tembaga (0,3 mg Cu/kgBB/hari)
Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi)
Vitamin A : Diberikan secara oral pada hari 1 (kecuali bila telah diberikan
sebelum dirujuk), dengan dosis seperti di bawah ini.
Umur Dosis (IU)
< 6 bulan 50.000 (1/2 Kapsul biru)
6-12 bulan 100.000 ( 1 kapsul biru)
1-5 tahun 200.000 (1 kapsul merah)
Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir, beri
vitamin A dengan dosis sesuai uur pada hari ke 1,2 dan 15.
33
7. Makanan awal
Tata laksana
Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun
rendah laktosa
Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
Energi :100 kkal/kgBB/hari
Protein : 1-1,5 g/kgBB/hari
Cairan : 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100ml/kgBB/hari)
Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan tetapi pastikan bahwa jumlah F-75 yang
ditentukan harus dipenuhi.
8. Tumbuh kejar
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah :
Kembalinya nafsu makan
Edema minimal atau hilang
Tata laksana
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula tumbuh
kejar (F-100) (Fase transisi):
Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75
selama 2 hari berurutan.
Selanjutnya naikkan julah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian
sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal
ini terjadi ketika pemberian formula mencapai 200ml/kgBB/hari. Dapat
pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang dimodifikasi
sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan F-100
Setelah transisi bertahap, beri anak :
34
- Pemberian makanan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai kemampuan
anak)
- Energi : 150-220 kkal/kgBB/hari
- Protein : 4-6 g/kgBB/hari
9. Stimulasi sensoris
Lakukan :
Ungkapan kasih sayang
Lingkungan yang ceria
Terapi bermain terstruktur selama 15-30 enit per hari
Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat
Keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya menghibur, memberi makan,
memandikan dan bermain)
10. Persiapan pulang
KRITERIA PEMULANGAN BALITA GIZI BURUK BALITA:
Selera makan baik, makanan yang diberikan dihabiskan
Ada perbaikan kondisi mental
Sudah tersenyum, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, sesuai umurnya
Suhu tubuh berkisar antara 36,5 – 37,5 C
Tidak ada muntah atau diare
Tidak ada edema
Kenaikan berat badan > 5 g/kgBB/ hari, 3 hari berturutan atau kenaikan 50 g/ kgBB/
minggu, 2 minggu berturut-turut
35
Sudah berada di kondisi gizi kurang > - 3 SD (sudah tidak ada gizi buruk)
DAFTAR PUSTAKA
Dr. R. Mulia Bangun, AAI, Prof. DR. L. Aulia, AAI, dan Prof. Dr. A. Effendi, AAI. Abdomen. dr, Simbar Siitepu, AAI. Buku Ajar Anatomi 2 : Kepala, Leher, Thorax, Abdomen, Pelvis Edisi 4. Medan : Bagian Anatomi FK USU 2006; 22-28.
WHO. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. 2008. Jakarta : WHO. 194-214
Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. 2011. Jakarta. 1-33
Glenda N. Lindseth.Gangguan Usus Halus dan Gangguan Usus Besar. Sylvia A Price, dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC 2003. 437 - 459.
Larry K. Pickering dan John D. Snyder.Gastroenteritis. Waldo E. Nelson, MD, Richard E. Behrman, MD, Robert Kliegman, MD, dan Ann M.Arvin, MD. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Volume 2. Jakarta : EGC 1996; 889-893.
36
Bambang Subagyo dan Nurtjahjo Budi Santoso. Diare Akut . Mohammad Juffrie,dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid I Jakarta : UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI 2010; 87-121.
Arif Mansjor, Kuspuji Triyanti, Rakmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, dan Wiwiek Setiowulan. Gastroenterologi : Diare Akut. Arif Mansjor, Kuspuji Triyanti, Rakmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, dan Wiwiek Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius 2001
37