revisi lagi.docx

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu upaya manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan. Jika derajat kesehatan meningkat maka produktivitas masyarakat menjadi meningkat. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuannya tentang kesehatan, dan semakin sadar bahwa kesehatan sangatlah penting. Seperti yang kita tahu bahwa tidak selamanya manusia bisa hidup sehat, adakalanya manusia akan mengalami sakit (Maulana, 2009). Menurut perkins (1937). Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari baik aktivitas jasmani, rohani, dan sosial (Koes Irianto, 2014). Salah satu penyakit yang sering dialami adalah meningkatnya kadar bilirubin pada darah. Menurut pagana – pagana (2010), normal didalam tubuh kadar bilirubin total pada orang dewasa berkisar bilirubin total 0,3-1,0 mg/dL, pada anak – anak berkisar antara 0,2-1,0 mg/dL, dan pada bayi baru lahir berkisar antara 1,0-12,0 mg/dL.

Upload: deawyii-aajjah-laach

Post on 11-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKesehatan merupakan salah satu upaya manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan. Jika derajat kesehatan meningkat maka produktivitas masyarakat menjadi meningkat. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuannya tentang kesehatan, dan semakin sadar bahwa kesehatan sangatlah penting. Seperti yang kita tahu bahwa tidak selamanya manusia bisa hidup sehat, adakalanya manusia akan mengalami sakit (Maulana, 2009).Menurut perkins (1937). Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari hari baik aktivitas jasmani, rohani, dan sosial (Koes Irianto, 2014). Salah satu penyakit yang sering dialami adalah meningkatnya kadar bilirubin pada darah. Menurut pagana pagana (2010), normal didalam tubuh kadar bilirubin total pada orang dewasa berkisar bilirubin total 0,3-1,0 mg/dL, pada anak anak berkisar antara 0,2-1,0 mg/dL, dan pada bayi baru lahir berkisar antara 1,0-12,0 mg/dL.Pemeriksaan laboratorium merupakan salah satu kegiatan layanan kesehatan untuk menegakkan diagnosis, monitoring penyakit, pemberian pengobatan, pamantauan hasil pengobatan, dan penentuan prognosis (Mashall et al.,2009).Pemeriksaan bilirubin yang dilakukan dapat dibagi tiga tahap yaitu pre analitik, analitik, dan pasca analitik. Dari masing masing tahapan dapat memberikan kontribusi kesalahan yang berbeda beda. Tahap pre analitik meliputi identifikasi pasien, persiapan pasien, pengumpulan bahan pemeriksaan, penyimpanan, pengiriman, dan pengolahan bahan pemeriksaan.

Dari komponen tersebut jika tidak dilakukan dengan benar dapat mengkontribusi kesalahan sampai 61%. Tahap analitik mencakup pemeliharaan dan kalibrasi alat, reagensia, prosedur pemeriksaan , dan kelayakan metode yang digunakan. Jika tidak dilakukan dengan benar kontribusi kesalahan dapat terjadi sekitar 25%. Yang termasuk tahap pasca analitik yaitu pencatatan dan pelaporan hasil, perhitungan, penyalinan dan pengiriman hasil pada orang dan waktu yang tepat. Jika tahap pasca analitik tidak dilakukan dengan benar dapat memberikan kontribusi kesalahan sebesar 14% (Richard & Matthew,2007).Pemeriksaan bilirubin dalam serum dilakukan untuk mendeteksi dari suatu penyakit hati. Salah satu test pada fungsi hati adalah dengan melakukan pemeriksaan kadar bilirubin dalam serum. Pemeriksaan kadar bilirubin total di Laboratorium biasanya menggunakan bahan sampel serum, dan diperiksa segera setelah pengambilan darah. Tetapi ada kalanya pemeriksaan kadar bilirubin tidak bisa dilakukan segera karena suatu hal misalnya ada kerusakan alat, atau jumlah sampel yang sangat banyak. Bilirubin adalah cairan yang berwarna kuning berasal dari unsur porfirin, unsur forfirin berasal dari hemoglobin yang terbentuk karena terjadi penghancuran dari sel darah merah oleh sel retikuloendotel (Sulaiman dkk, 2007).Menurut penelitian Kamilah Budhi Rahardjani (2006), terhadap 101 bayi, neonatus defisiensi G6PD mengalami infeksi dan tanpa infeksi. Hasil menunjukkan bahwa peningkatan kadar bilirubin total setelah neonatus mengalami infeksi lebih tinggi dari pada peningkatan kadar bilirubin sebelum infeksi Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Kamilah Budhi Rahardjani dan dari teori yang mengatakan bahwa pemeriksaan bilirubin harus segera dilakukan maka peneliti tertarik untuk membahas dan meneliti tentang, perbandingan kadar bilirubin total pada serum segar dan serum simpan empat hari pada suhu 2-8C.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat peneliti rumuskan adalah sebagai berikut apakah ada perbedaan dalam pemeriksaan kadar bilirubin total pada serum segar dan serum yang di simpam selama empat hari pada suhu 2 sampai 8C di Laboratorium Stikes Perdhaki Charitas Palembang.C. Tujuan 1. Tujuan UmumUntuk mengetahui perbedaan dari hasil pemeriksaan bilirubin total pada serum segar dan serum yang disimpan selama empat hari pada suhu 2-8C di Laboratorium Stikes Perdhaki Charitas Palembang2. Tujuan Khususa. Mengukur kadar bilirubin total pada serum segar.b. Mengukur kadar bilirubin total pada serum yang disimpan selama empat hari pada suhu 2-8Cc. Analisis perbedaan dari pemeriksaan kadar bilirubin total pada serum segar dan serum yang disimpan selama empat hari pada suhu 2-8CD. Manfaat Penelitian1. TeoritisHasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi institusi pendidikan program studi DIV teknologi laboratotium medik sebagai literatur kajian kimia klinik.2. AplikatifSebagai acuan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dari penyakit yang bisa mengakibatkan kadar bilirubin total agar dapat menghindar terjadinya peningkatan kadar bilirubin total.

E. Keaslian Penelitian Pada penelitian ini, peneliti membahas mengenai dua teknik yang digunakan dalam pemeriksaan bilirubin total pada serum segar dan serum simpan empat hari pada suhu 2-8C. Ada beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adalah:

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Yang Pernah Dilakukan PenelitiJudulMetodeHasilPerbedaan

Kamilah Budhi RahardjaKadar bilirubin neonatus dengan dan tanpa defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase yang mengalami atau tidak mengalami infeksiCross sectionalTidak terdapat perbedaan rerata kadar bilirubin total pada kelopok neonatus dengan defisiensi G6PD (15,78 + 7,01 mg/dl) dan G6PD normal (12,94 + 6,71 mg/dl), p=0,11.Bahan pemeriksaan yang digunakan serum, metode yang digunakan eksperimen, perlakuan dengan pemriksaan bilirubin, tempat pengambil sampel di Laboratorium Stikes Perdhaki Charitas Palembang Kota Palembang.

Fatia Dinasya, Adnrew Johan

Efek jus tomat terhadap kadar bilirubin total tikus wistar yang leukositosis setelah diberi paparan asap rokokEksperimentalHasil penelitian menunjukkan rata rata kadar bilirubin total pada kelompok kontrol 0,19 0,02 mg/dl dan kadar bilirubin total kelompok perlakuan sebesar 0,22 0,03 mg/dl (p=0,123).Bahan pemeriksaan yang digunakan serum, metode yang digunakan eksperimen, perlakuan dengan pemriksaan bilirubin, tempat pengambil sampel di Laboratorium Stikes Perdhaki Charitas Palembang Kota Palembang.

M. Sholeh Kosim, Robert Soetandi, M. SakundaroDampak lama fototerapi terhadap penurunan kadar bilirubin total pada hyperbilirubinemia neonatalEksperimenRerata penurunan kadar bilirubin total secara berurutan terdapat pada kadar bilirubin total >20mg/dL yang diberikan fototerapi selama 24 jamBahan pemeriksaan yang digunakan serum, metode yang digunakan eksperimen, perlakuan dengan pemriksaan bilirubin, tempat pengambil sampel di Laboratorium Stikes Perdhaki Charitas Palembang Kota Palembang.

Nur Ade OktaviyantiPerbedaan rerata kadar bilirubin pada neonatus yang mendapat asi eksklusif dan tidak eksklusifCross sectional

Dari 753 sampel, terdapat 512 (68%) neonatus yang mendapat ASI eksklusif dan 241 (32%) neonatus yang tidak mendapat ASI eksklusif. Tidak terdapat perbedaan rerata kadar bilirubin pada kelompok neonatus yang mendapat ASI eksklusif (8,15 2,1 mg/dL) dan tidak eksklusif (8,67 2,87 mg/dL) (p=0,086).

Bahan pemeriksaan yang digunakan serum, metode yang digunakan eksperimen, perlakuan dengan pemriksaan bilirubin, tempat pengambil sampel di Laboratorium Stikes Perdhaki Charitas Palembang Kota Palembang

BAB IILANDASAN TEORIA. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Bilirubin Bilirubin adalah cairan yang berwarna kuning berasal dari unsur porfirin dalam hemoglobin yang terbentuk karena terjadi penghancuran dari sel darah merah oleh sel retikuloendotel. Bilirubin tidak mengandung zat besi, tetapi bilirubin yang baru dapat terbentuk dan larut dalam lemak. Bilirubin dalam plasma akan berikat dengan albumin. Karena terbentuk secara normal yang akibat dari penghancuran sel darah merah pada proses metabolisme dan sekresi dapat berlangsung secara terus menerus (Sulaiman, 2007).Bilirubin terbagi dari 2 macam yaitu:1) Bilirubin Terkonjugasi Atau Bilirubin Direk Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk adalah bilirubin bebas yang mempunyai sifat larut dalam air sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukuronida atau hepatobilirubin) akan masuk ke dalam empedu dan akan dieksresikan ke dalam usus. Usus akan mengubah bilirubin terkonjugasi menjadi urobilinogen. Bilirubin terkonjugasi akan bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi yang akan membentuk azobilrubin2) Bilirubin Tak Terkonjugasi Atau Bilirubin IndirekBilirubin tak terkonjugasi atau bilirubin indirek (hematobilirubin) adalah bilirubin bebas yang terikat dengan albumin, bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air. Bilirubin tak terkonjugasi agar dapat mudah bereaksi dalam pemeriksaan (http// lab kesehatan. yahoo. Com/2009/bilirubin-serum. Html).Dari kedua macam dan sifat bilirubin di atas terdapat perbedaan antara bilirubin direk dan bilirubin indirek. Perbedaan tersebut dituliskan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 perbedaan bilirubin direk dan indirekBilirubin DirekBilirubin Indirek

1. tidak terikat dengan albumin2. dapat difiltrasi melalui ginjal3. larut dalam air4. bereaksi langsung dengan reagen diazo5. mewarnai jaringan1. terikat dengan albumin2. tidak dapat difiltrasi melalui ginjal3. tidak larut dalam air4. tidak bereaksi dengan reagen diazo 5. tidak mewarnai jaringan

2. Metabolisme Bilirubin

RBC (eritrosit)

Hemoglobin Lisis

Limpa

Heme Globin

Biliverdin

Bilirubin indirek (unconjugsted

Glucoronid

Hati

Bilirubin direk (conjugated)

Bakteri Urobilinogen

Usus besar Ginjal

Urobilinogen Urine

Feses (stool)

Mosbys Diagnosis And Laboratory Test References Pagana Pagana 2010

3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Bilirubin TotalDalam pemeriksaan bilirubin total, sampel akan selalu berhubungan dengan faktor luar. Pada saat melakukan pemeriksaan kadar bilirubin total harus diperhatikan stabilitas dari kadar sampel yang akan diperiksa. Dalam pemeriksaan kadar bilirubin total dalam serum diantaranya yaitu:a. Sinar Stabilitas bilirubin dalam serum pada suhu kamar tidak stabil dan akan mudah terjadi kerusakan jika terkena sinar, baik sinar lampu maupun sinar matahari. Serum atau plasma heparin boleh digunakan, hindari jika sampel yang hemolisis dari sinar matahari langsung. Sinar matahari yang langsung dapat menyebabkan terjadi penurunan kadar bilirubin serum sampai 50% dalam satu jam, dan pengukuran kadar bilirubin total seharusnya dikerjakan dalam waktu dua sampai tiga jam setelah pengambilan darah. Jika dilakukan penyimpanan serum seharusnya disimpan di tempat yang suasana gelap, dan dalam tabung atau botol yang berisi serum dibungkus dengan kertas hitam atau aluminium foil untuk menjaga stabilitas serum dan disimpan pada suhu yang rendah atau di lemari pendingin ( carl. E. Speicher, dkk, 1999).b. Suhu penyimpananSuhu adalah faktor dari luar yang berhubungan langsung terhadap sampel, pada saat penyimpanan maupun saat pemeriksaan. Pemeriksaan bilirubin total seharusnya diperiksa segera, pada saat keadaan tertentu pemeriksaan kadar bilirubin total bisa dilakukan penyimpanan. Melakukan penyimpanan yang benar agar stabilitas serum masih stabil dalam waktu satu hari jika disimpan pada suhu 15-25C, pada suhu 2-8C akan stabil dalam empat hari, dan dalam tiga bulan disimpan pada suhu -20C.Jika sampel kontak dengan faktor faktor di atas maka akan berpengaruh terhadap kadar bilirubin yang di dalam sampel sehingga perlu mengurangi pengaruh tersebut serta mengoptimalkan kadar bilirubin menjadi sempurna, sedangkan pada reagen bilirubin total akan tetap stabil jika berada pada suhu 2-8 dalam keadaan tertutup, harus terhindar dari kontaminasi dan sinar. Penurunan kadar bilirubin bisa dipengaruhi oleh tingginya suhu dan adanya sinar yang terlalu tinggi.4. Kesalahan Kesalahan Dalam Pemeriksaan Laboratorium a. Kesalahan kasar.Kesalahan kasar adalah kesalahan yang dapat menimbulkan akibat dari kekeliruan pada saat pemeriksaan sampel, pemipetan, reagensia kadaluarsa, panjang gelombang. Hasil dari pengukuran tidak sesuai yang diharapkan atau tidak masuk dalam batas normal dari nilai kadar bilirubin, maka kesalahan tersebut harus dapat segera diketahui atau harus segera dikoreksi.b. Kesalahan acakKesalahan acak adalah kesalahan yang pada saat pengukuran sampel yang beberpa kali dilakukan. Hasil dari pengukuran tidak sesuai, pada kesalahan acak ini dapat diatasi dengan cara melakukan pemeriksaan yang teliti dan benar. Reagensia harus dperhatikan kadaluarsanya dan alat perhatikan bersih atau kotor.c. Kesalahan sistematik.Kesalahan sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan semua hasil data salah dengan suatu kemiripan. , pemipetan kurang tepat, penyimpanan serum kurang baik, suhu pemeriksaan yang tidak sesuai dengan waktu pemeriksaan, reagen yang rusak. (marsetio donosaputro, 2000) d. Gangguan Pada Konjugasi BilirubinGangguan pada konjugasi dapat terjadi apabila kekurangan atau tidak ada enzim glukoronil transferase. Jika enzim glukoronil transferase tidak terdapat, maka akan berpengaruh terhadap konsentrasi kadar bilirubin tak terkonjugasi dalam darah akan sangat tinggi. Tetapi karena bilirubin tidak terkonjugasi tidak akan terbentuk, maka tidak akan terdapat bilirubin terkonjugasi yang ada dalam empedu. Empedu tidak membentuk warna, sehingga feses akan menjadi warna pucat, tidak terdapat urobilinogen dalam urine. Apabila enzim glukoronil tranferase berkurang, maka terjadi hiperbilirubinemia lebih ringan, tidak ada gejala dari kern ikterus. Empedu akan tetap berwarna dan urobilinogen dapat ditemukan dalam urine.e. Gangguan pada saat pengeluaran bilirubinKerusakan pada sel hati atau sumbatan pada saluran empedu di dalam hati atau di luar hati akan terjadi gangguan pada saat pengeluaran bilirubin. Jika terdapat sumbatan pada saluran empedu dalam hati (kolestatis intra hepatik) dapat terjadi pada kelainan genetik, namun jika sumbatan tersebut di luar hati (kolestatis ekstra hepatik) disebabkan oleh batu empedu yang bisa menyebabkan ikterus obstruktif. Pada saat pengeluaran di empedu, kadar bilirubin terkonjugasi di dalam plasma akan meningkat. Bilirubin yang terkonjugasi larut dalam air dan akan dikeluarkan ke dalam urin sehingga urine akan berwarna gelap.Berikut ini beberapa poin penting yang perlu diperhatikan pada tahap pre analitik pemeriksaan bilirubin total serum yaitu:a. Tahap Pre Analitik 1) Identifikasi Pasien Identifikasi pasien adalah faktor keamanan penting. Pasien yang sadar diminta untuk menyatakan nama lengkapnya. Nama harus diperiksa ulang (diverifikasi) dengan memeriksa label identifikasi dan pada formulir permintaan. Identitas pasien yang tidak sadar harus diverifikasi melalui keluarga dan teman. Jika identifikasi pasien tidak dilakukan dengan tepat makan akan memicu tindakan hukum pada petugas medis bersangkutan. Variabel yang perlu dilakukan verifikasi dalam identifikasi pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medik, tanggal dan waktu pengambilan sampel ( pagana & pagana, 2014)2) Persiapan Subjek PenelitianPemeriksaan bilirubin total dilakukan dengan menyiapkan subjek penelitian. Persiapan subjek penelitian dilakukan dengan cara memberikan penjelasan terlebih dahulu terkait dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.

3) Pengumpulan Bahan PemeriksaanDarah merupakan salah satu cairan tubuh yang paling sering digunakan untuk tujuan analisis. Untuk mendapatkan spesimen darah tersebut dapat dilakukan melalui prosedur pengambilan darah vena, arteri, kapiler. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan spesimen darah sangat penting sebagai ssampel yang mewakili kondisi tubuh yang sesungguhnya (Handry, 1996).Bahan pemeriksaan yang akan digunakan dala penelitian ini berupa serum. Untuk mendapatkan sampel serum terlebih dahulu dilakukan dengan pengambilan darah vena dengan cara berikut :1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Tourniquet dipasang pada lengan atas.3. Kulit bagian lengan ditegakkan dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak pada saat tusukkan spuit.4. Bagian yang akan diambil didesinfeksi dengan kapas alkohol 70%5. Spuit ditusuk ke dalam lumen vena, penghisap spuit ditarik perlahan -lahan sampai jumlah darah yang diinginkan, kemudian tourniquet dilepaskan.6. Kapas ditaruh diatas jarum dan spoit ditarik perlahan-lahan.7. Jarum spuit dibuka dan darah dialirkan perlahan ke dalam melewati dinding tabung reaksi.8. Tabung reaksi disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm dalam waktu 15 menit.

4) Pengolah Bahan PemeriksaanBahan pemeriksaan yang telah diperoleh kemudian segera lakukan pengolah spesimen menjadi serum berikut caranya:1. Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 20-30 menit, kemudian disentrifus minimal 1500 rpm selama 10 menit.2. Pemisahan serum dilakukan segera setelah disentrifus3. Serum yang kemerahan atau lisis, ikterik atau keruh harus dilaporkan.b. Tahap Analitik Menurut Handry (1996), yang termasuk tahap analitik mencakup pemilihan metode, pemeriksaan alat, penggunaan reagensia yang digunakan.1) Pemilihan Metode PemeriksaanMetode pemeriksaan yang akan digunakan hendaknya dapat dipercaya dan dapat dipraktikkan. Dapat dipercaya berarti memiliki keakuratan yang tinggi, alat dan reagen yang digunakan dalam keadaan baik serta memiliki kemampuan mendeteksi jumlah terkecil dari analit. Metode pemeriksaan yang telah terpilih hendaknya dilakukan verifikasi untuk melihat kelayakan metode tersebut.a) Metode Pemeriksaan Bilirubin TotalBeberapa metode yang dapat untuk mengukur kadar bilirubin total diantaranya yaitu :1. Van denBergh,MalloydanReaksiEvelynMetode ini digunakan reagen Ehlirch diazo, dimana reagen ini bila direaksikan dengan bilirubin direct dalam larutan berair akan membentuk kompleks senyawa berwarna merah muda sampai ungu dalam waktu 1 menit, sedangkan dalam larutan metil alcohol 50%, reagen Ehlirch diazo akan bereaksi dengan bilirubin total membentuk warna merah muda sampai ungu pada waktu penangguhan 30 menit (Anonim, tt).

2. Jendrassik & Grof Pada metode ini, serum atau plasma ditambahkan ke dalam larutan natrium asetat dan kefein-natrium benzoat. Natrium asetat berfungsi sebagai buffer pH pada reaksi diazo, sedangkan natrium benzoate-kafein berfungsi mempercepat kopling bilirubin dengan diazotized asam sulfanilic. Warna azobilirubin muncul dalam waktu 10 menit (Anonim, tt). 3. AstraMetode ini merupakan modifikasi dari metode Jendrassik & Grof (Anonim, tt).4. AcaUntuk bilirubin terkonjugasi : bilirubin terkonjugasi bereaksi dengan DSA dalam suasana asam membentuk kromofor merah. Absorbansi kromofor sebanding dengan bilirubin terkonjugasi yang terdapat di dalam serum. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 540-600 nm. Conjugated bilirubin + DSA + H+ 6 Red chromophore (non-absorbing at 540 nm) (absorbs at 540 nm) (Anonim, tt). - Untuk bilirubin total : bilirubin total akan bereaksi dengan DSA dalam suasana asam membentuk kromofor berwarna merah. Lithium deodesil sulfat (OSZA) digunakan untuk melarutkan bilirubin tak terkonjugasi. Absorbansi kromofor berbanding lurus dengan bilirubin dalam sampel dan diukur dengan menggunakan panjang gelombang 540-600 nm.Adapun metode yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan metode Jendrasik Grof. Metode Jendrasik Grof dipilih sesuai kebutuhan penelitian, keterbatasan akan biaya penelitian. b) Verifikasi MetodeVerifikasi merupakan kegiatan memastikan keandalan (akurasi, presisi) metode uji dengan pengujian terhadap analit tertentu untuk mendapatkan bukti bukti yang obyektif dan metode tersebut memenuhi syarat untuk dapat digunakan.Verifikasi metode dilakukan untuk membuktikan bahwa metode yang digunakan dapat memberikan hasil pemeriksaan yang handal (valid) dan mempunyai data kinerja dari moetode tersebut.Kinerja yang akan diuji pada verifikasi metode minimal meliputi akurasi (ketepatan) da presisi (kecermatan). Dalam praktek, metode baru harus dipastikan terlebih dahulu bahwa metode tersebut dapat dijalankan dalam limit variasi yang masih dapat diterima.Salah satu cara sederhana untuk verifikasi metode yaitu dengan menentukan nilai optimal conditions variance (OCV) dan routine conditional variance (RCV). Untuk mendapatkan nilai OCV dengan metode baru tersebut, bahan control yang ada nilainya (assyed control) diperiksa sebanyak 7 kali dalam sehari oleh analis terlatih dengan alat dan prosedur yang sama. Routine conditonal variance (RCV) hampir sama dengan OCV, yang membedakan adalah bahan kontrol dikur setiap hari minimal 20 kali. Apabila nilai RCV belum dapat diukur maka nilai RCV dapat dihitung dari nilai OCV dengan cara 2 X OCV.1) Pemeliharaan AlatPemeliharaan alat sebagai salah satu tujuan untuk memperoleh hasil yang optimal. Upaya pemeliharaan alat tersebut dapat dilakukan secara harian, mingguan, dan bulanan sesuai jenis alat yang digunakan.2) Penggunaan ReagensiaReagen yang digunakan dipilih berdasarkan masa kadaluarsa yang panjang, mudah diperoleh dipasaran, diproduksi oleh pabrik yang telah dikenal, isi kemasan sesuai dengan kebutuhan dan telah direkomendasikan oleh lembaga berwenang. Pada penelitian ini reagen diazo digunakan sebagai reagen pemeriksaan bilirubin total.c. Tahap Pasca AnalitikTahap pasca analitik dalam pemeriksaan laboratorium yaitu pencatatan dan pelaporan hasil, perhitungan, penyalinan dan pengiriman hasil pemeriksaan (Handry, 1996).Pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan bilirubin total menggunakan metode Jendrasik Grof dilakukan dengan melihat nilai rujuka dalam tabel berikut.Tabel 2.2 nilai normal kadar bilirubin total menurut pagana & pagana tahun 2014.

Dewasa Anak anak Bayi baru lahir

Bilirubin total 0,3-1,0 mg/dL Bilirubin total 0,2-1,0 mg/dLBilirubin total 1,0-12,0 mg/dL

Bilirubin indirek 0,2-0,8 mg/dLBilirubin indirek 0,2-0,8 mg/dL Bilirubin indirek 0,2-0,8 mg/dL

Bilirubin direk 0,1-0,3 mg/dLBilirubin direk 0,1-0,3 mg/dLBilirubin direk 0,1-0,3 mg/dL

B. Kerangka Pemikiran1. Kerangka Teori

Bilirubin total

Metabolisme bilirubin

Faktor faktor yang mempengaruhi stabilitas pengeluaran bilirubin

Kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium

Kesalahan kasarKesalahan acakKesalahan sistemik dan sistematik

Serum bilirubin

Serum segar Serum simpan empat hari pada suhu 2-8C

Kadar bilirubin total

2. Kerangka konsep

Variabel bebas variabel terikat

Serum Kadar bilirubin total

Serum simpan empat hari pada suhu 2-8CSerum segar

C. Hipotesis 1. Ha : ada perbedaan antara perbandingan pemeriksaan kadar bilirubin total pada serum segar dan serum simpan empat hari pada suhu 2-8C2. Ho : tidak ada perbedaan antara perbandingan pemeriksaan kadar bilirubin total pada serum segar dan serum simpan empat hari pada suhu 2-8C

BAB IIIMETODE PENELITIANA. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen yaitu untuk melihat perbedaan pemeriksaan kadar bilirubin total pada serum segar dan serum simpan empat hari pada suhu 2-8C terhadap peningkatan kadar bilirubin total.B. Lokasi Penelitian2. Tempat penelitianDalam penelitian ini sampel serum diambil dari mahasiswa Stikes Perdhaki Charitas Palembang dan pemeriksaan spesimen dilakukan di Laboratorium Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perdhaki Charitas.3. Waktu penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan Maret-Mei 2015C. Subjek PenelitianSubyek penelitian ini adalah pengukuran kadar bilirubin total serum yang dilakukan pada mahasiswa di Stikes Perdhaki Charitas Palembang 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo,2010). Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang ada di Stikes Perdhaki Charitas Palembang. Berdasarkan data yag telah diperoleh dari mahasiswa Teknologi Laboratorium medik berjumlah 40 orang.

2. Sampel penelitian Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Dari jumlah populasi telah diketahui, besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan total sampling, yakni mengambil seluruh anggota populasi yang memenuhi kriteria sampel ( kriteria inklusi) untuk menjadi sampel dalam penelitian.Adapun kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1) Kriteria inklusia. Laki laki dan perempuan berusia 19-22 tahunb. Memiliki berat badan 39-56 kg c. Bersedia menjadi subjek penelitian dan mengikuti perlakuan eksperimen2) Kriteria eksklusia. Wanita dan laki laki berusia dibawah 19 tahun dan diatas 22 tahunb. Diabetes militusc. Hipoksia d. Traumae. Meningitis f. Defisiensi G6PD

3. Perhitungan besar sampel Untuk mendapat besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane (Ridwan dan Akdon, 2006).

Keterangan :n = besaran sampelN = besaran populasid = level signifikansi yang diinginkan (umumnya 0,05 untuk bidang non eksak dan 0,01 untuk bidang eksakta.

= 28.571428571= 29sampel Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh nilai n = 29, maka besarnya sampel yang dapat menjadi subjek penelitian ini adalah sebesar 29 orang.4. Teknik sampling Pada penelitian ini yang dipilih menjadi populasi adalah mahasiswa DIV Teknologi Laboratorium Medik tingkat 3 di Sikes Perdhaki Charitas Palembang yang berjumlah 40 orang. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu berdasarkan ciri dan sifat sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.D. Desain Penelitian1. Rancangan (Desain) Penelitian

MAHASISWA

Bahan pemeriksaan Serum

Pem. Laboratorium

Pemeriksaan dengan serum simpan empat hari Pemeriksaan dengan seum segar

Hasil pemeriksaan serum simpan empat hari pada suhu 2-8C

Hasil pemeriksaan serum segar

Analisis data

Mengukur kadar bilirubin total pada serum segar.Mengukur kadar bilirubin total pada serum yang di simpan selama empat hari pada suhu 2-8CAnalisis perbedaan dari pemeriksaan kadar bilirubin total pada serum segar dan serum yang di simpan selama empat hari pada suhu 2-8C

\

E. Identifikasi Variabel PenelitianVariabel adalah konsep yang memiliki variabilitas, atau segala sesuatu yang memiliki variasi. Variabel di bagi dua jenis yang terdiri dari: variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). 1. Variabel BebasVariabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruh atau dianggap menentukan variabel terikat (Notoatmojdo, 2002). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah serum segar dan serum simpan empat hari pada suhu 2-8C1. Variabel Terikat Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi (Notoatmodjo, 2002). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar bilirubin total.

F. Definisi Operasional Penelitian

Tabel 3.1. Definisi OperasionalVariabelDefinisiAlatCaraSkala

Variabel bebas (independent variabel)Serum segarPemeriksaan yang digunakan dengan melakukan pemeriksaan langsungTabung reaksi, blue tip, yellow tipe, mikropipet, rak tabung, timerPemeriksaan dengan cara spektrophotometerRasional

Serum simpan empat hari pada suhu 2-8CPemeriksaaan yang digunakan untuk pemeriksaan dengan melakukan penyimpanan Tabung reaksi, blue tip, yellow tipe, mikropipet, rak tabung, timer, lemari esPemeriksaan dengan cara spektrophotometerRasional

Variabel terikat (dependent variabel) hasil kadar bilirubin total Hasil dari pemeriksaan dengan serum segar dan serum simpan empat hariSpektrophotometerKadar bilirubin total di peroleh dari pemeriksaan laboratorium secara spektrophotometerNominal

Gambar 3.2. Definisi OperasionalG. Prosedur Kerja1. Pengumpulan bahan pemeriksaana. Alat 1). Spuit; 2) Turniquet; 3). Kapas Alkohol 70%; 4). Tissue; 5). Spidol; 6) Handscoon; 7) Tabung Reaksib. Bahan Darah c. Prosedur kerja 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Tourniquet dipasang pada lengan atas.3. Kulit bagian lengan ditegakkan dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak pada saat tusukkan spuit.4. Bagian yang akan diambil didesinfeksi dengan kapas alkohol 70%5. Spuit ditusuk ke dalam lumen vena, penghisap spuit ditarik perlahan -lahan sampai jumlah darah yang diinginkan, kemudian tourniquet dilepaskan.6. Kapas ditaruh diatas jarum dan spoit ditarik perlahan-lahan.7. Jarum spuit dibuka dan darah dialirkan perlahan ke dalam melewati dinding tabung reaksi.8. Tabung reaksi disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm dalam waktu 15 menit.2. Pemeriksaan serum segara. Alat 1). Tabung Reaksi Kecil; 2). Yellow Tipe; 3). Blue Tipe; 4). Spektrophotometer; 5). Mikropipet; 6). Tissue; 7). Timerb. Bahan Serum

c. Reagensia Reagen 1Reagen 2Reagen 3Reagen 4

Sulfanilac acid 29 mmol/lSodium Nitrate 25 mmol/LCafein 0,25 mol/LTartrate 0,93 mol/L

Sodium bensoat 0,62 mol/LNaOH 1,9 mol/L

Larutan NaCl 0,9%

d. Prosedur kerja 1. Siapkan dua buah tabung yang bersih dan steril dan diberi label (blanko dan sampel)2. Masing-masing tabung dimasukkan reagen 1(sulfanilac acid) sebanyak 200L3. Ke dalam tabung sampel diisi dengan reagen 2 (sodium nitrate) sebanyak 50L4. Pipet reagen 4 (NaCl 0,9%) sebanyak 2000L dan masukkan ke dalam tabung blanko dan sampel5. Pipet serum sebanyak 200L, lalu masukkan ke dalam tabung blanko dan sampel6. Dihomogenkan7. Diinkubasi selama 5 sampai 10 menit pada suhu kamar 20C sampai dengan 25C8. Baca hasilnya pada alat spektophotometer dengan panjang gelombang 546 nm (530-555 nm), tebal kuvet 1 cm.9. Dicatat hasilnya.10. Selesai memeriksa serum segar, lalu sisa serum yang diperiksa tadi disimpan dalam lemari es pada suhu 2-8C selama empat hari, setelah empat hari diperiksa lagi serum yang disimpan tadi3. Pemeriksaan serum simpan 4 hari pada suhu 2-8Ca. Alat 1). Tabung reaksi kecil; 2). yellow tipe; 3). blue tipe; 4). Spektrophotometer; 5). Mikropipet; 6). Tissue; 7). Timerb. BahanSerum c. Prosedur kerja1. Siapkan dua buah tabung yang bersih dan steril dan diberi label (blanko dan sampel)2. Masing-masing tabung dimasukkan reagen 1(sulfanilac acid) sebanyak 200L3. Kedalam tabung sampel diisi dengan reagen 2 (sodium nitrate) sebanyak 50L4. Pipet reagen 4 (NaCl 0,9%) sebanyak 2000L dan masukkan ke dalam tabung blanko dan sampel5. Pipet serum sebanyak 200L, lalu masukkan ke dalam tabung bianko dan sampel6. Dihomogenkan7. Diinkubasi selama 5 sampai 10 menit pada suhu kamar 20C sampai dengan 25C8. Baca hasilnya pada alat spektophotometer dengan panjang gelombang 546 nm (530-555 nm), tebal kuvet 1 cm.9. Dicatat hasilnya.

H. Teknik Analisa DataSeluruh hasil pemeriksaan akan direkap untuk mengetahui ada perbedaan atau tidak atas bilirubin total dalam serum segar dan serum simpan empat hari pada suhu 2-80C. Akan dihitung statistik uji T berpasangan dengan menggunakan komputerisasi SPSS.

DAFTAR PUSTAKA Budiarto E dan Anggraeni D (2011). Pengantar epidemiologi. Edisi ke 2. Jakarta : EGC, pp: 14-16. Baron . D. N ; 1981 ;kapita selekta patologi klinik; penerbit buku kedokteran (EGC) ; Jakarta

Bateson Malcolm : Ahli Bahasa Johan Med. 1991. Batu Empedu Dan Penyakit Hati. Jakarta. Argan

Gips. H. C Dan Wilson. P. H. J. : Ahli Bahasa Effendi Ilyas. 1979. Diagnosis Dan Terapi Penyakit Hati. Jakarta. HIPONXATASHelvi Mardiani; 2004;Metabolisme HEME;Digital Library;.Universitas Sumatera Utara ; MedanpdF diakses tanggal 20 maret 2011

Panil. 2008. Me Uliyah Dan Hidayat. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta. Salemba MedikaRiswanto: 2009Tes kimia darahlaboratorium kesehatan; diakses tanggal 4 maret 2011Riswanto: 2009 laboratorium kesehatan Http://Artikelkedokteran.Bilirubin.Net.Laboratoriumkesehatan Diakses Pada Tanggal 10 Maret 2012 Posted By Riswanto On Wednesday, December 23, 2009

Soemohardjo Soewignjo. 1983. Dasar Dasar Teoritik Dan Pemakaian Dalam Klinik. Bandung. Edisi Alumni

Sudoyo, A.W. Dkk ; 2007 ;Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed.IVPusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FakultasKedokteran Universitas Indonesia ; Jakarta

Sacher A. Ronald dan Richard A. McPherson ; 2004;tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium; penerbit bukuKedokteran (EGC) ; Jakarta

Susy 2009 : patofisiologi dan bilirubin http://obstetriginekologi.com/artikel/patofisiologi+bilirubin.html diakses pada tanggal 17 maret 2012 Ditulis oleh Susy, diposting pada 23-11-2009

Uliyah Dan Hidayat. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta. Salemba MedikaYayan A. Israr;2010;Metabolisme bilirubinpdF diakses tanggal 20 maret 2011