kata pengantar - aktifitas | student...
TRANSCRIPT
MAKALAH ICT AGRICULTUR
“Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit”
Oleh :
Devian Andrianto
115040200111008
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................7
2.1 Varietas Kelapa Sawit.................................................................................................................7
2.1.1 Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah..............................7
2.1.1.1 Dura...............................................................................................................................7
2.1.1.2. Pisifera..........................................................................................................................7
2.1.1.3. Tenera...........................................................................................................................8
2.1.1.4. Macro carya..................................................................................................................8
2.1.1.5. Diwikka-wakka.............................................................................................................8
2.1.2. Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah..............................................................9
2.1.2.1. Nigrescens....................................................................................................................9
2.1.2.2. Virescens......................................................................................................................9
2.1.2.3. Albescens.....................................................................................................................9
2.1.3 Varietas unggul...............................................................................................................10
2.2 Bagian-bagian Kelapa Sawit.....................................................................................................12
2.2.1. Bagian Vegetatif................................................................................................................12
2.2.1.1 Akar.............................................................................................................................12
2.2.1.2 Batang..........................................................................................................................12
2.2.1.3 Daun............................................................................................................................12
2.2.2 Bagian Generatif.................................................................................................................14
2.2.2.1 Bunga..........................................................................................................................14
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................18
3.2 Saran.........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................19
DAFTAR ISI
Gbr. 1 Varietas Dura, Pisifera, dan Tenera........................................................................................9Gbr. 2 Pohon induk jantan Pisifera..................................................................................................11Gbr. 3 Bagian-bagian kecambah muda kelapa sawit umur 2 bulan setelah tanam.........................13Gbr. 4 Bunga kelapa sawit...............................................................................................................14Gbr. 5 Penampangan buah kelapa sawit.........................................................................................17
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Varietas unggul kelapa sawit dan produktivitasnya...........................................................11
KATA PENGANTAR
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) diyakini berasal dari Afrika Barat. Walaupun
demikian, kelapa sawit ternyata cocok dikembangkan di luar daerah asalnya, termasuk di
Indonesia. Hingga kini, kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan
pabrik kelapa sawit oleh sekiatar tujuh negara produsen terbesarnya.
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia pada tahun 1848 dan mulai dibudidayakan
secara komersial dalam bentuk perusahaan perkebunan pada tahun 1911.
Dalam perkembangannya, melalui salah satu produknya, yaitu minyak kelapa
sawit, kelapa sawit.
Mampu menggantikan peran kelapa (Cocos nucifera) sebagai sumber bahan
baku/mentah lagi industri pangan maupun nonpangan di dalam negeri dan
Ditetapkan sebagai salah satu primadona ekspor non-migas Indonesia yang sangat
dinanti-nantikan sumbangsih pemasukan devisanya.
Hal-hal tentang kelapa sawit yang telah dikemukakan di atas menjadi dasar pijakan
saya dalam menyusun makalah ini. Itulah sebabnya, dengan segala keterbatasan saya
berupaya menguraikan beberapa segi kelapa sawit, yaitu varietas sampai bagian tanaman
kelapa sawit.
Saya sadar, materi, isi dan susunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, dengan senang hati saya menerima koreksi, kritik, dan saran demi perbaikan makalah
ini. Saya berharap, mudah-mudahan makalah ini bisa menjadi bagian dari pustaka kelapa
sawit yang telah ada.
Malang, Maret 2012
Devian Andrianto
BAB I
PENDAHULUAN
Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataannya mampu hadir dan
berkiprah di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik (perkebunannya dapat
ditemukan antara lain di Sumatera Utara dan D.I. Aceh) dan produk olahannya-minyak
sawit-menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal (Loebis, Boyke, 1992).
Tentang minyak sawit ini, mereka yang berkompeten dan tahu persis ikhwal minyak sawit
Indonesia, punya jawaban yang kiranya dapat dipercaya: pangsa pasarnya di dalam negeri
besar dan pasar ekspornya senantiasa terbuka. Konsumsi minyak sawit dunia yang amat
besar tidak mungkin terpenuhi oleh Malaysia, Nigeria, Pantai Gading-sebagai produsen
utama. Beberapa pengkaji sosial-ekonomi komoditas perkebunan bahkan menyatakan
optimism lain: keragaman kegunaan minyak sawit-sebagai bahan baku industry pangan
dan nonpangan memungkinkan prospeknya lebih cerah dibandingkandengan kopi dan
karet olahan.
(Loebis, Boyke, 1992) menyatakan bahwa awal mulanya di Indonesia, kelapa sawit
sekedar berperan sebagai tanaman hias langka di Kebun Raya Bogor, dan sebagai tanaman
penghias jalanan atau pekarangan. Itu terjadi mulai tahun 1848, Pemerintah colonial
Belanda mendatangkan empat bibit kelapa sawit dari Mauritius dan Amsterdam (masing-
masing mengirimkan dua batang) yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor.
Selanjutnya hasil ankannya di pindahkan ke Deli, Sumatera Utara. Di tempat ini, selama
puluh tahun, kelapa sawit yang telah mengembangbiak hanya berperan sebagai tanaman
hias di sepanjang jalan di Deli sehingga potensi yang sesungguhnya belum kelihatan.
Pemerintah kolonial Belanda, yang tahu lebih banyak tentang segi ekonomis kelapa
sawit, berupaya menarik minat masyarakat terhadap pengusahaan tanaman kelapa sawit.
Tercatat beberapa percobaan penanaman kelapa sawit yang disertai kegiatan penyuluhan
dilakukian di Muara Enim tahun 1869, Musi Hulu tahun 1870 dan di Belitung tahun 1890
(Kokasih, 1991). Untuk mengetahui secara lebih lanjut tentang varietas dan bagian
tanaman kelapa sawit, maka akan dijelaskan lebih rinci lagi di bab-bab selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Varietas Kelapa Sawit
(Kokasih, 1991) menyatakan bahwa ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit
yang telah dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung
dan daging buah; atau berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas
tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa
keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan prorapa keistimewaan, antara lain
mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.
2.1.1 Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah.
(Kokasih, 1991) menyatakan bahwa berdasarkan ketebalan tempurung dan
daging buah, dikenal lima varietas kelapa sawit, yaitu :
2.1.1.1 Dura
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat
lingkaran sabut pada bagian luar tempurung.Daging buah relative tipis
dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%.
Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang
rendah (Kokasih, 1991).
Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor,
varietas ini kemudiaan menyebar ke tempat lain, antara lain ke negara
Timur Jauh. Dalam persilangan, varietas Dura dipakaisebagai pohon
induk betina.
2.1.1.2. Pisifera
(Kokasih, 1991) menyatakan bahwa ketebalan tempurung sangat
tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase
daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat
tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan
jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril
sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam
persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang
antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.
2.1.1.3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua
induknya, yaitu Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam
di perkebunan-perkebunan pada saat ini. (Kokasih, 1991) menyatakan
bahwa tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0.5-4 mm,
dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah
terhadap buah tinggi, antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh
Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak daripada Dura,
tetapi ukuran tandannya relative lebih kecil.
2.1.1.4. Macro carya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging
buahnya tipis sekali (Kokasih, 1991).
2.1.1.5. Diwikka-wakka
(Kokasih, 1991) menyatakan bahwa varietas ini mempunyai
cirri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Diwikka-wakka dapat
dibedakan menjadi diwikka-wakkadura, diwikka-wakkapisifera, dan
diwikka-wakkatenera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir
ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan
perbedaan presentase atau rendemen minyak yang dikandungnya.
Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar
22-24%, sedangkan pada varietas Dura antara 16-18%. Jenis kelapa sawit
yang diusahakan tentu saja yang mengandung rendemen minyak tinggi
sebab minyak kepala sawit merupakan hasil olahan yang utama.
Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang
menanam kelapa sawit darivarietas Tenera.
2.1.2. Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah
Ada 3 varietas kepala sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna
kulitnya. Varietas-varietas tersebut adalah:
2.1.2.1. Nigrescens
Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan
berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini
banyak ditanam di perkebunan (Kokasih, 1991).
2.1.2.2. Virescens
Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak
warna buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap
kehijauan. Varietas ini jarang dijumpai di lapangan (Kokasih, 1991).
2.1.2.3. Albescens
Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan
setelah masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu
kehitaman. Varietas ini juga jarang dijumpai (Kokasih, 1991).
2.1.3 Varietas unggul
Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa
sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-varietas
unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan
antara varietas Dura sebagai induk betina dengan vareitas Pisifera
sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dulakukan
selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai
kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya.
Salah satu sumber benih kelapa sawit di Indonesia adalah
Pusat Penelitian Perkebunan Marihat yang berkedudukan di Pematang
Siantar, Medan. Pusat Penelitian tersebut antara lain melakukan
peningkatan mutu benih secara berkesinambungan (Kokasih, 1991).
Pokok induk Dura yang dipakai dikebun seleksi Marihat berasal
dari keturunan kelapa sawit di Kebun Raya Bogor yang dikembangkan di
Sumatera Timur dan disebut Dura Deli. Selain itu berasal dari introduksi
IRHO (Institute de Recherches les Huiles et Oleagineux). Beberapa
varietas Dura Deli yang dipakai induk betina antara lain :
Dura Deli Marihat (keturunan 434 x 34C;425B x 435B;34C x 34C)
Dura Deli D. Sinumbah, Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan, D. Ilir
(keturunan 533 x 533;544 x 571;1 x 44)
Pokok induk jantan digunakan varietas Pisifera berasal dari
berbagai daerah asal dan masuk mulai tahub 1914-1980. Varietas-
varietas tersebut antara lain sebagai berikut:
Pisifera D. Sinumbah dan Bah Jambi (berasal dari Yangambi,
masuk tahun 1914 dengan nomor EX5, H5, H11, ZZ14, DD7, H18,
FF11, F17 dan keturunannya)
Pisifera Marlihat (berasal dari kamerun, masuk tahun 1930, dengan
nomor 424 dan 968)
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No. 312, 313,
314, 315, 316 dan 317/Kpts/TP.240/4/1985, Pusat Penelitian Marlihat
telah melepas 6 varietas unggul kelapa sawit. Tabel berikut akan
menyajikan data-data mengenai keenam varietas unggul kelapa sawit,
asal induknya serta produktivitasnya (Purba, 1989).
2.2 Bagian-bagian Kelapa Sawit
Tabel. 1 Varietas unggul kelapa sawit dan produktivitasnya
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi bagian vegetatif dan bagian
generative. Bagian vegetative kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun. Sedangkan
bagian generative yang merupakan alat perkembangbiakan yaitu bunga dan buah
(Kokasih, 1991).
2.2.1. Bagian Vegetatif
2.2.1.1 Akar
Seperti jenis tanaman palmae yang lain, tanaman kelapa sawit
mempunyai akar serabut. Akar kelapa sawit akan tumbuh kebawah
dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tersier, dan akar
kuartener. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas
permukaan air tanah. Sedangkan akar sekunder, tersier, dan kuartener
tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah, bahkan akar tersier dan
kuartener menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak
mengandung zat hara. Di samping itu akan tumbuh pula akar nafas
yang timbul di atas permukaan air tanah atau di dalam tanah dengan
aerasi baik. Akar kuartener berfungsi sebagai penyerap makanan, jika
tidak terdapat akar-akar rambut. Fungsi utama akar adalah menyangga
bagian atas tanaman dan menyerap zat hara (Kokasih, 1991).
2.2.1.2 Batang
Karena kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, maka
batangnya tidak mempunyai cambium dan pada umumnya tidak
bercabang. Betang berbentuk silinder dengan diameter antara 20-75
cm, tergantung pada keadaan lingkungan. Selama beberapa tahun,
minimal 12 tahun, batang tertutup rapat oleh pelepah daun. Tinggi
batang bertambah kira-kira 45 cm/tahun, tetapi dalam kondisi
lingkungan yang sesuai dapat mencapai 100 cm/tahun. Tinggi
maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan adalah
15-18 m, sedangkan di alam mencapai 30 m. karena tanaman yang
terlalu tinggi akan menyulitkan pemetikan buahnya, maka perkebunan
kelapa sawit kecil. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta
menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Dari segi ekonomis,
batang kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi,
pulp (bahan baku kertas), bahan kimia, atau sebagai sumber energi
(Kokasih, 1991).
2.2.1.3 Daun
Susunan daun tanaman kelapa sawit mirip dengan tanaman
kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk. Daun-daun tersebut
akan membentuk seuatu pelepah daun yang panjangnya dapat
mencapai kurang lebih 7.5-9 m. jumlah anak daun pada tiap pelepah
berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup
berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka
sehingga semakin efektif menjalankan fungsinya sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesa dan juga sebagai alat respirasi. Semakin
lama proses fotosintesa berlangsung, maka semakin banyak bahan
makanan yang dibentuk sehingga produksi tanaman kelapa sawit akan
meningkat (Kokasih, 1991).
Tanaman kelapa sawit yang tumbuh normal, pelepah daunnya
berjumlah 40-60 buah. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar
6-7 tahun. Daun kelapa sawit yang tumbuh subur dan sehat serta segar
kelihatan berwarna hijau tua. Dari bagian daun ini, belum banyak
yang dapat dimanfaatkan. Hanya sebagian kecil dari lidinya
dimanfaatkan untuk dibuat sapu.
2.2.2 Bagian Generatif
2.2.2.1 Bunga
Gbr. 3 Bagian-bagian kecambah muda kelapa sawit umur 2 bulan setelah tanam
(Kokasih, 1991) menyatakan bahwa kelapa sawit sudah mulai
berbunga pada umur sekitar 2 tahun. Tanaman ini merupakan tanaman
tanaman berumah satu, artinya pada satu tanaman terdapat bunga
jantan dan bunga betina yang masing-masing terangkai dalam suatu
tandan. Rangakian bunga jantan terpisah dengan rangkaian betina.
Setiap satu rangkaian bunga bunga akan muncul dari pangkal pelepah
daun. Sebelum bunga mekar (masih diselubungi seludang), dapat
dibedakan antara bunga jantan dan bunga betina, yaitu dengan cara
melihat bentuknya. Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang,
ujung kelopak bunga agak meruncing dan garis tengah bunga lebih
kecil disbandingkan bunga betina. Sedangkan pada bunga betina
bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak bunga agak rata dan garis
tengah bunga lebih besar. Hal ini penting diketahui, terutama bila akan
melakukan penyerbukan buatan (assisted pollination).
Rangkaian bunga jantan dihasilkan dengan adanya suatu siklus
yang berganti-ganti dengan rangkaian bunga betina sehingga
pembuangan yang bersamaan dari bunga jantan dan bunga betina
sangat jarang terjadi. Oleh karena itu, pada umumnya di alam hanya
berlangsung penyerbukan silang. Penyerbukan sendiri secara buatan
Gbr. 4 Bunga kelapa sawit
dapat dilakukan dari bunga jantan dan ditaburkan ke bunga betina
dengan teknik tertentu.
Bunga betina yang sudah mekar atau dalam keadaan reseptif
mengalami beberapa tingkat perkembangan. Hal ini perlu diketahui
oleh pollinator agar saat-saat yang paling tepat untuk melakukan
penyerbukan buatan dapat diditentukan. Tingkat perkembangan bunga
betina dapat diketahui dari perbedaan warnanya. Pada hari pertama
sesudah bunga mekar akan berwarna putih, sedangkan pada hari kedua
berubah menjadi kuning gading. Pada hari ketiga warna bunga
berubah menjadi agak kemerahan (jingga) dan akhirnya pada hari
keempat menjadi merah kehitaman. Pada hari-hari tersebut bunga
betina mengeluarkan bau harum dan berlendir yang menarik serangga
untuk dating sehingga terjadi penyerbukan. Selain oleh serangga,
penyerbukan tanaman kelapa sawit dibantu oleh angin. Saat
penyerbukan yang terbaik yaitu pada hari pertama sampai hari ketiga
sesudah mekar. Walaupun begitu penyerbukan masih dapat dilakukan
pada hari keempat.
Masa reseptif (masa subur) bunga betina adalah 36-48 jam,
tetapi tidak semua bunga terbuka pada waktu yang sama. Ada
tenggang waktu sampai 2 minggu antara terbukanya bunga betina
pertama dan bunga betina terakhir dalam satu rangkaian bunga. Pada
satu rangkaian bunga betina yang normal, pembukaan bunga pada hari
kedua merupakan saat yang tepat untuk melakukan penyerbukan
sebab pada waktu itu rata-rata 82% bunga betina sudah terbuka
semua.
Demikian juga halnya dengan bunga jantan, mengalami tingkat
perkembangan mulai dari terbukanya kelopak bunga sampai siap
melakukan perkawinan. Pada hari kedua di bagian tengah, sedangkan
pada hari ketiga di bagian bawah tandan. Pada hari ketiga keluanya
tepung sari, bunga jantan juga akan mengeluarkan bau yang spesifik.
Hal ini menandakan bunga jantan sedang aktif dan tepung sari dapat
dipergunakan atau dapat diambil untuk penyerbukan buatan. Dari
sebuah rangkaian bunga jantan dapat diperoleh kurang lebih 50 gr
serbuk sari.
Tiap-tiap bunga betina sempurna yang dibuahi oleh serbuk sari
akan menghasilkan buah-buah yang bersusun pada tandan. Buah
inilah yang secara ekonomis merupakan bagian terpenting tanaman
kelapa sawit sebab dari buah inilah dihasilkan minyak kelapa sawit
dan minyak inti sawit serta hasil samping lainnya.
Buah
Warna buah kelapa sawit tergantung pada varietas dan umurnya.
Buah yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian berubah
menjadi hijau hitam. Semakin tua warna buah menjadi kuning muda
dan pada waktu sudah masak berwarna merah kuning (jingga). Mulai
dari penyerbukan sampai buah matang diperlukan waktu kurang lebih
5-6 bulan. Cuaca kering yang terlalu panjang dapat memperlambat
pematangan buah.
Tanaman kelapa sawit normal yang telah berbuah akan
menghasilkan kira-kira 20-22 tandan/tahun dan semakin tua
produktivitasnya menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Pada tahun-
tahun pertama tanaman kelapa sawit berbuah atau pada tanaman yang
sehat berat tandannya pun bertambah, yaitu antara 25-35 kg/tandan.
(Loebis, Boyke, 1992) banyaknya buah yang terdapat pada satu
tandan tergantung pada beberapa faktor, antara lain umur tanaman,
faktor lingkungan, faktor genetis dan juga tergantung pada teknik
budidayanya. Jumlah buah per tandan pada tanaman yang cukup tua
mencapai 1.600 buah. Panjang buah antara 2-5 cm dan beratnya
sekitar 20-30 gr/buah.
Secara anatomi, bagian-bagian buah kelapa sawit dari luar ke dalam
adalah sebagai berikut.
1. Perikarpium, terdiri dari :
a.Epikarpium yaitu kulit buah yang keras dan licin
b.Mesokarpium yaitu daging buah yang berserabut dan
mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi (tinggi
rendahnya kandungan minyak sawit ini tergantung pada
umur dan varietas tanaman kelapa sawit).
2. Biji, mempunyai bagian:
a. Endokarpium (kulit biji = tempurung), berwarna hitam dan
keras.
b. Endosperm 9karnel = daging biji), berwarna putih dan dari
bagian ini akan dihasilkan minyak inti wawit setelah melalui
ekstraksi.
c. lembaga/embryo
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi Varietas pada tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan ketebalan
tempurung dan daging buah meliputi varietas Dura, Pisifera, Tenera, Macro carya, dan
Diwikka-wakka. Kemudian dibagi lagi berdasarkan warna kulit buah yaitu Nigrescens,
Virescens dan Albescens.
Pada bagian vegetatifnya terdapat akar, batang dan daun. Kemudian pada bagian
generatifnya adalah bunga saja. Dimana tanaman ini merupakan tanaman yang
berumah satu, jadi pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina.
3.2 Saran
Mudah-mudahan tulisan yang saya buat dengan sebenar-benarnya bisa bermanfaat
bagi banyak pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Benih dan Bibit Kelapa Sawit Liar [Journal] / auth. Kokasih H.A. dan H. Harsono. - Pusat Penelitian Marihat : Pusat Penelitian Marihat, 1991.
Kelapa Sawit [Book] / auth. Loebis, Boyke. - PT. penebar Swadaya : Jakarta, 1992.
Pemanfaatan Lahan marginal Untuk Perkebunan Kelapa Sawit [Journal] / auth. Purba P.. - Marlihat : Pusat Penelitian Marlihat, 1989.