revisi 1

37
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan merupakan organ yang dapat berinteraksi secara langsung dengan lingkungan hidup manusia. Kulit juga merupakan organ yang esensial dan vital serta dapat dijadikan sebagai suatu cerminan dari kesehatan manusia. Oleh karena kulit merupakan organ yang dapat secara langsung berinteraksi atau terpapar dengan lingkungan hidup, maka kulit sangat rentan terhadap berbagai penyakit (Sjarif, 2009). folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa yang lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang-kadang berwarna hitam (Sjarif, 2009). 2.1.7 Terapi Terapi akne dapat dilakukan dengan berbagai modalitas seperti dengan pemberian obat-obat topikal, obat sistemik, bedah kulit, atau kombinasi dari cara- 1

Upload: princesshanan

Post on 07-Apr-2016

12 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

njk

TRANSCRIPT

Page 1: REVISI 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan merupakan

organ yang dapat berinteraksi secara langsung dengan

lingkungan hidup manusia. Kulit juga merupakan organ yang

esensial dan vital serta dapat dijadikan sebagai suatu cerminan

dari kesehatan manusia. Oleh karena kulit merupakan organ

yang dapat secara langsung berinteraksi atau terpapar dengan

lingkungan hidup, maka kulit sangat rentan terhadap berbagai

penyakit (Sjarif, 2009).

folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa yang lebih

lunak bagai nasi yang ujungnya kadang-kadang berwarna hitam (Sjarif, 2009).

2.1.7 Terapi

Terapi akne dapat dilakukan dengan berbagai modalitas seperti dengan

pemberian obat-obat topikal, obat sistemik, bedah kulit, atau kombinasi dari cara-

cara tersebut (Sjarif, 2009; Turner, 2009; Dawson, 2013):

a. Pengobatan Topikal

Pengobatan topical dapat dilakukan untuk mencegah pembentukan

komedo, mencegah peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat

topical terdiri dari:

1. Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit, misalnya sulfur (4-8%),

resorsinor (1-5%) asam salisilat (2-5%), peroksida benzoil (2,5-10%),

1

Page 2: REVISI 1

2

dan asam azeleat (15-20%). Obat lain ialah retinoid, retinoid ialah

sudatu molekul yang secara langsung atau melalui konversi metabolic

mengikat dan mengaktifkan reseptor asam retinoid. Sediannya ada

tiga, krim 0,025%, 0,05%, dan 0,1%; gel 0,01%; dan solusio 0,05%.

Obat yang terbaru ialah gel atau losio adapolin dan gel atau krim

tazarotin 0,1%.

2. Antibiotik topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam

folikel yang berperan dalam eiopatogenesis akne vulgaris, misalnya

oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (1%), klindamisin fosfat (1%).

3. Anti-inflamasi topical, salap atau krim dengan kekuatan ringan atau

sedang (hidrokortison 1-2,5%) atau suntikan intralesi kortikosteroid

kuat (triamsinolon asetonid 20 mg/cc) pada lesi nodolo kistik.

b. Pengobatan Sistemik

1. Antibakteri sistemik; tetrasiklin (250 mg-1,0 g/hari), doksisiklin (50

mg/hari), eritromisin (4 x 250 mg/hari), azitromisin 250-500 mg

seminggu 3 kali, dan trimetroprim-sulfanetoksazol untuk akne yang

parah dan tidak responsif dengan obat lain, karena efek sampingnya.

2. Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara

kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea,

misalnya estrogen (50 mg/hari selama 21 hari dalam sebulan) atau

antiandrogen siproteron asetat (2 mg/hari). Pengobatan ini ditujukan

untuk penderita wanita dewasa akne vulgaris dengan radang yang

gagal dengan terapi yang lain. Kortikosteroid sistemik ini diberkan

2

Page 3: REVISI 1

3

untuk menekan peradangan dan menekan produksi kelenjar adrenal

misalnya prednisolon (7,5 mg/hari) atau deksametason (0,25-0,5

mg/hari).

3. Vitamin A dan retinoid oral. Vitamin A digunakan sebagai

antikeratinisasi, sudah jarang digunkana sebagai obat akne karena efek

sampingnya. Isotretinoin (0,5-1 mg/kgBB/ hari) merupakan derivate

retinoid yang menghambat produksi sebum sebagai pilihan pada akne

nodulokistik atau konglobalata yang tidak sembuh dengan pengobatan

lain.

Pasca pemberian retinoid oral pada wanita usia produktif hanya

dapat dilakukan setelah melalui prosedur ketat preterapi, dalam masa

terapi dan pasca terapi untuk menjaga terjadinya efek samping, terutaa

teratogenik. Prosedur tersebut sangat diperlukan untuk menghindari

dilakukannya aborsi prenatal pada pasien.

c. Bedah Kulit

Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk

memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris dengan inflamasi berat. Jenis

bedah kulit yang dipilih disesuaikan dengan macam dan kondisi jaringan parut

yang terjadi. Tindakan dilakukan setelah akne vulgarisnya sembuh. Beberapa

bedah kulit yang sering dilakukan adalah:

1. Bedah skalpel dilakukan untuk meratakan sisi jaringan parut yang

menonjol atatu melakukan eksisi elips pada jaringan parut hipotrofik

yang dalam.

3

Page 4: REVISI 1

4

2. Bedah listrik dilakukan pada komedo tertutup untuk mempermudah

pengeluaran sebum atau pada nodolo-kistik untuk drainase cairan isi

yang dapat mempercepat proses penyembuhan.

3. Bedah kimia dengan asam triklor asetat atau fenol untuk meratakan

jaringan parut yang berbenjol.

4. Dermabrasi untuk meratakan jaringan parut hipo dan hipertrofi pasca

akne yang luas.

d. Terapi Terbaru

Spironolakton adalah steroid sintetik dan diuretic lemah, dapat menambah

efikasi terapi kombinasi hormonal estrogen dan antiandrogen terhadap akne,

apabila akne disertai gejala sebore dan atau hipertrikosis. Dosis yang diberikan

adalah 50-100 mg/hari selama 6-9 bulan dan dapat diulangi seteah tenggang 3

bulan. Efek samping yang harus dicermati adalah hipotensi, sehingga dosis harus

harus diturunkan menjadi 25 mg/hari.

Metformin dapat digunakan pada akne dan obesitas yang disebabkan oleh

resistensi insulin arau sindrom polistik ovarium. Dosis yang diberikan 2 x 500

mg/hari selama 3 bulan, lalu 2 x 1000 mg/hari. Metformin dapat diberikan

bersama terapi topikal atau bersama terapi sistemik antibiotic. Sama seperti obat

sistemik lain dan beberapa obat topikal, obat sistemik ini tidak aman diberikan

pada pasien akne yang sedang hamil.

e. Terapi Sinar

4

Page 5: REVISI 1

5

Terapi Sinar Biru adalah suatu terapi akne dengan menggunakan sinar biru

dengan panjang gelombang 420 nm yang dapat digunakan untuk membasmi P.

acne dengan cara merusak porfirin dalam sel bakteri.

Photodynamic Therapy (PDT) merupakan hal terbaru yang diujicobakan

pada pasien akne yang terdiri atas 2 tahap atau langkah terapi, yaitu pemberian

photosensitizer (asam aminolevulinik, metilaminolevulinat) secara topikal, oral,

atau intravena yang akan ditangkap oleh sel target dalam jaringan hiperproliferatif

(kelenjar sebasea), kemudian diaktifvasi menghasilkan oksigen oleh sumber sinar.

Hingga saat ini terapi ini masih dalam proses penelitian.

2.1.8 Prognosis

Umumnya prognosis dari akne vulgaris terbilang baik. Akne vulgaris pada

umumnya akan sembuh sebelum mencapai usia 30-40 tahun. Jarang terjadi akne

vulgaris yang menetap hingga tua atau mencapai gradaso sangat berat sehingga

harus dirawat di rumah sakit (Sjarif, 2009).

2.2 Mencuci Wajah

Terdapat beberapa langkah dalam melakukan prosedur mencuci wajah,

langkah-langkah yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:

1. Langkah yang pertama dilakukan yaitu membasahi wajah meggunakan air

bersih secara merata.

2. Menuangkan sedikit sabun pembersih wajah pada telapak tangan,

kemudian meratakan pada seluruh telapak tangan.

3. Mengusap bagian permukaan wajah menggunakan jari dan meratakan

pada wajah dengan gerakan melingkar.

5

Page 6: REVISI 1

6

4. Membilas wajah menggunakan air bersih hingga seluruh sisa sabun

terangkat.

5. Mengambil handuk yang lembut atau tisu untuk mengeringkan wajah.

2.2.1 Frekuensi Mencuci Wajah

Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa dengan

melakukan cuci wajah dengan frekuensi yang berlebihan akan

lebih meningkatkan kebersihan kulit sehingga akan terhindar

dari akne vulgaris. Hal tersebut telah terjawab melalui penelitian

mengenai frekuensi mencuci wajah telah dilakukan oleh Choi dkk

pada tahun 2006. Penelitian tersebut menyatakan bahwa

mencuci wajah sebaiknya dilakukan sebanyak dua kali sehari.

Adapun pencucian wajah yang dilakukan secara berlebihan dapat

menyebabkan iritasi dan menyebabkan kekeringan pada kulit

(Choi dkk, 2006).

Sebuah studi lain menunjukkan bahwa mencuci wajah 2

hingga 4 kali sehari tidak menunjukkan adanya perbaikan akne

secara bermakna. Namun apabila cuci wajah dilakukan 1 kali

sehari akan menunjukkan perburukan pada akne (Choi, 2006)

2.3 Sabun Antiseptik

2.3.1 Definisi

Sabun merupakan suatu bahan yang digunakan untuk keperluan mencuci

dan mengemulsi yang terdiri atas dua komponen utama yaitu asam lemak dengan

rantai karbon C16 dan sodium atau potassium. Sabun merupakan pembersih yang

6

Page 7: REVISI 1

7

dibuat dengan menggunakan reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan

asam lemak dari minyak nabati atau hewani (Loho, 2007)

Antiseptik merupakan suatu bahan pembasmi kuman yang merupakan

agen yang dapat membunuh mikroorganisme, khususnya organism patogen.

Antiseptik adalah germisida yang diterapkan pada jaringan dan kulit hidup

(Darus, 2010)

2.4 Triklosan

2.4.1 Definisi

Triklosan adalah agen antimikroba berspektrum luas dan bekerja sebagai

antibakteri, antijamur dan antivirus, dan sering digunakan sebagai sabun

antibakteri (Menaldi dkk, 2013). Selain itu, triklosan merupakan antiseptic non

ionic dari golongan bisphenol sintetis yang tersusun dari 2 cincin benzene, tiap

atm terdiri dari 6 atom karbon (APUA, 2011).

2.4.2 Penggunaan

Triklosan memiliki sifat tidak hanya memiliki sifat antibakteri namun juga

memiliki sifat antijamur dan antivirus. Penggunaan triklosan sebagai antimikroba

dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1970 dalam sabun dan penggunaannya

telah meningkat secara drastis dalam beberapa tahun terakhir (APUA, 2011).

Tidak hanya pada sabun, triklosan juga telah digunakan pada berbagai produk

kesehatan, seperti pasta gigi, obat kumur, hingga kosmetik. Sabun antiseptik yang

mengandung triklosan dalam konsentrasi kurang dari 2% biasanya dapat

ditoleransi dengan baik sehingga jarang menimbulkan reaksi alergi. Aktfitas

7

Page 8: REVISI 1

8

antimikroba triklosan terdapat pada konsentrasi 0,2-2% dan kebanyakan sabun

antiseptic menggunakan triklosan dengan konsentrasi 1% (Loho, 2007).

2.4.3 Cara Kerja

Triklosan aktif melawan berbagai bakteri, baik bakteri gram negarif

ataupun bakteri gram positif, namun pengaruh triklosan terhadap bakteri gram

positif jauh lebih besar. Mekanisme kerja triklosan sebagai antimikroba dulu

diyakini dengan cara mempengaruhi struktur dan fungsi membrane sitoplasma

yang dapat menyebabkan lisisnya sel. Namun, telah dikemukakan hasil penelitian

yang telah dilakukan oleh Heath dkk dimana efek triklosan terhadap bakteri

adalah dengan menghambat biosintesis asam lemak pada bakteri dengan cara

menghambat kerja enzim enoyl-acyl carrier protein reductase yang dikode oleh

FabI atau homolognya, InhA pada Mycobacterium smegmatis dan

Mycobacterium tuberculosis, dengan cara menyerupai substratnya (Loho, 2007).

Selain dari beberapa mekanisme tersebut, dijelaskan juga bahwa triklosan

juga memiliki efek membranotropik, yaitu mengganggu stabilitas struktur dari

membran yang akan mengakibatkan penurunan dari integritas fungsional

membrane sel tanpa menginduksi terjadinya lisis sel tersebut. Pada saat mencapai

konsentrasi bakterisidal, triklosan akan menyebabkan kebocoran kalium yang

menandakan bahwa terjadi kerusakan membran (Loho, 2007).

Kelebihan yang dimiliki oleh triklosan dibandingkan dengan sabun biasa

adalah efek kumulatif dan efek persisten pada kulit. Efek kumulatif sendiri berarti

peningkatan efek antimikroba suatu bajan antiseptic pada penggunaan berulang.

Sedangkan efek resisten merupakan perpanjangan efek antimikroba yang dapat

8

Page 9: REVISI 1

9

menghambat proliferasi mikroorganisme setelah pemakaian suatu bahan

antiseptik. Sabun yang mengandung bahan antiseptic akan meninggalkan lapisan

tipis bahan antibakteri pada permukaan kulit yang akan menghambat pertumbuhan

bakteri secara berkelanjutan. Sedangkan kelebihan yang dimiliki oleh triklosan

dibandingkan dengan antibiotik lain adalah kemampuannya menghilangkan

MRSA secara efektif dari tangan petugas kesehatan setelah kontak selama 30

detik (Loho, 2007).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa triklosan

dapat menghasilkan reduksi yang lebih kecil dibandingkan dengan antiseptic

dengan bahan dasar alcohol (Loho, 2007).

2.5 Efek triclosan pada akne vulgaris

Telah diketahui sebelumnya bahwa terdapat dua faktor penting yang dapat

menyebabkan masalah kulit berupa akne vulgaris, yaitu produksi sebum yang

berlebihan dan koloni dari P. acnes. Oleh karena itu, salah satu terapi yang

digunakan adalah dengan penggunaan antimikroba, baik secara oral, dengan krim

topikal, atau bahkan dengan menggunakan sabun antiseptik (Loho, 2007).

Mencuci wajah diketahui merupakan hal yang esensial dalam perawatan

kulit, mencuci wajah dapat berfungsi mengangkat kotoran, sebum, polutan

lingkungan, serta bakteri dari kulit. Proses mencuci wajah juga diketahui dapat

mengurangi kadar sebum pada permukaan kulit dan juga menghambat

pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu salah satu penatalaksanaan pada acne

vulgaris yaitu dengan menggunakan sabun wajah yang berbahan triklosan atau

yang disebut sebagai sabun antiseptik (Aiello, 2013).

9

Page 10: REVISI 1

10

Triklosan yang terkandung didalam sabun antiseptik merupakan agen

antimikroba dengan spectrum luas dan dapat bekerja sebagai antibakteri,

antijamur, dan antivirus. Pemberian sabun antiseptik dalam terapi akne vulgaris

bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri, khususnya P. acne (Aiello,

2013).

P. acnes merupakan bakteri gram positif dan seperti yang telah diketahui

bahwa salah satu kelebihan dari triklosan adalah triklosan efektif bekerja pada

bakteri gram positif, sehingga triklosan akan dapat mengurangi jumlah dari P.

acne (Loho, 2007).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Menaldi dkk pada tahun 2013

mengenai efektifitas pencuci wajah yang mengandung triklosan sebagai terapi

akne vulgaris ringan dengan inflamasi, dimana terdapat kelompok kontrol yang

menggunakan plasebo dan kelompok yang menggunakan sabun berbahan

triklosan yang kemudian akan dilakukan penilaian klinis terhadap jumlah lesi

pada setiap subyek. Pada penelitian yang melibatkan 37 subyek ini diketahui

bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok baik dari

proporsi jenis kelamin, hasil kultus, dan rerata nilai TEWL. Hasil kultur positif P.

acne lebih banyak pada kelompok sabun berbahan triklosan, perbaikan klinis yang

dinilai dari penghitungan jumlah lesi inflamasi berupa papul, pustule, nodul, dan

kista terjadi pada kelompok kontrol yang menggunakan plasebo dan sebaliknya

kelompok sabun dengan bahan triklosan menunjukkan perburukan gambaran

klinis (Menaldi, 2013)

2.6 Phisohex®

10

Page 11: REVISI 1

11

Phisohex merupakan sabun wajah dengan kandungan sebagai berikut:

Tabel 1. Kandungan bahan dasar dan bahan uji sabun Phisohex® (Menaldi dkk,

2013):

Nama Bahan FungsiBahan dasar :Sodium Entsufon 50% Triton Methylcellulose 400 cps

Sodium Benzoate Macrogol 400 Macrogol 400 Monostearate

Diethanol Lauramide

Citric Acid Anhydrous Crys. Zinc Omadine /zinc pyrithion 0,21%Bahan Uji Triclosan DP 300 PEG Monostearate

Deterjen sintetik Emulsifying agent, menambah viskositasPreservative Plasticizer Emulsifying agent; solubilizing agent; wetting agentViscosity builder &foam enhancementAcidifying agent Fungisidal

AntiseptikPelembab

Adapun kelebihan dari Phisohex® adalah dimana Phisohex®

mengandung 1,5% triklosan (Menaldi dkk, 2013). Kandungan

triklosan di dalam Phisohex diketahui dapat bekerja efektif

sebagai antibakteri seperti yang telah dinyatakan Loho bahwa

aktfitas antimikroba triklosan terdapat pada konsentrasi 0,2-2% (Loho, 2007).

11

Page 12: REVISI 1

12

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

12

Sabun Antiseptik

Triklosan

Gambaran Klinis Acne Vulgaris

P. acnes

Kematian

Penurunan integritas

fungsional membran sel

Penghambatan

biosintesis asam lemak

Efek

antibakteri

Page 13: REVISI 1

13

2.7 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah atas, maka hipotesis pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbaikan pada jumlah hitung lesi pada saat sesudah penggunaan

sabun Phisohex®.

2. Terdapat perbedaan pada jumlah lesi akne vulgaris antara sebelum dan

sesudah penggunaan sabun Phisohex®.

3. Terdapat perbedaan pada jumlah lesi akne vulgaris pada subyek yang

menggunaan sabun Phisohex® dan kontrol.

13

Page 14: REVISI 1

14

BAB III

METODOLOGI

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian

eksperimental atau uji klinis dengan desain pre dan post test

control group design. Metode ini dipilih karena melibatkan dua

kelompok subjek, yaitu: yaitu kelompok yang tidak diberi

perlakuan (kelompok kontrol) dan kelompok yang diberi

perlakuan eksperimental (kelompok perlakuan). Pada desain ini

akan dibandingkan efek yang didapatkan pada kelompok kontrol

dengan kelompok perlakuan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 5 Mataram.

3.2.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2015.

3.3 Populasi dan Subjek Penelitian

3.3.1Populasi

Populasi penelitian adalah siswa SMAN 5 Mataram yang

memenuhi karakteristik yang diinginkan (Sastroasmoro, 2011).

3.3.2Subjek

Siswa yang akan menjadi subyek pada penelitian ini adalah

yang memenuhi kriteria inklusi.

14

Page 15: REVISI 1

15

3.4 Pemilihan dan Perhitungan Sampel

3.4.1Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah siswa SMAN 5 Mataram kelas X

dan XI tahun ajaran 2014-2015 yang memenuhi kriteria inklusi.

3.4.2Pengambilan Sampel

Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah probability sampling, yaitu setiap individu dalam pupulasi

memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih (Notoatmodjo,

2005). Teknik probability sampling yang digunakan adalah

Simple Random Sampling.

3.4.3Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini antara lain:

1. Siswa laki-laki kelas X dan XI SMAN 5 Mataram

2. Rentang usia 15-19 tahun

3. Mengalami akne vulgaris derajat ringan hingga sedang

4. Bersedia diikutsertakan dalam penelitian dengan

menandatangani lembar persetujuan/informed concent.

3.4.4Kriteria Eksklusi

1. Memiliki alergi terhadap sabun antiseptik

2. Mendapatkan perawatan akne vulgaris baik dengan

antibiotik topikal dan atau benzoil peroksida topikal,

15

Page 16: REVISI 1

16

obat antibiotik oral satu bulan sebelum penelitian, krim

asam retinoat, dan berbagai produk pencuci wajah

selama dilakukannya penelitian.

3.4.5Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan

rumus untuk penelitian analitis komparatif numerik berpasangan

(Dahlan, 2010), sehingga rumus yang digunakan adalah :

Keterangan :

Zα : derivat baku alfa = 5% = 1,98

Zβ : derivat baku beta = 10 % = 1,64

(x1−x2) : selisih minimal yang dianggap bermakna = 1

S : simpangan baku = 0,7

Dengan demikian,

n1 = n2 = 2 { (1,96+1,64 )0,7(1)

}2

16

n1 = n2 = 2 { ( Z α +Z β ) S( x1−x 2)

}2

n1 = n2 = 2 { ( Z α +Z β ) S( x1−x 2)

}2

n1 = n2 = 2 { ( Z α +Z β ) S( x1−x 2)

}2

Page 17: REVISI 1

17

= 12,7 (dibulatkan menjadi 13)

Berdasarkan sampel dari perhitungan didapatkan n = 12,7 orang.

Dibulatkan menjadi 13 orang. Ditambah antisipasi 20% drop out, sampel yang

dibutuhkan menjadi 16 orang.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah gambaran

klinis dari akne vulgaris.

3.5.2Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian adalah penggunaan sabun

antiseptik berbahan dasar triklosan.

3.6 Definisi Operasional

3.6.1Acne Vulgaris

Acne Vulgaris merupakan suatu penyakit peradangan kronis pada unit

folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul,kista dan

nodul. Tempat predileksi utama yaitu di daerah wajah, dada bagian atas dan

punggung (Rao, 2015).

3.6.2Grading Acne Vulgaris

Derajat Acne Vulgaris dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan jumlah

dan tipe lesi, yaitu ringan, sedang, berat dan sangat berat (Movita,

2013).Rekomendasi Acne Grading berdasar Indonesian Acne Expert Meeting

(IAEM) tahun 2012, yaitu:

17

Page 18: REVISI 1

18

Tabel 3.1 Grading Acne menurut Lehmann (2003) (IAEM, 2012)

Derajat Komedo Pustul Kista Total

Ringan <20 <15 0 <30

Sedang 20-100 <5 <5 30-125

Berat >100 >5 >5 >125

3.6.3Mencuci wajah

1. Langkah yang pertama dilakukan yaitu membasahi wajah meggunakan air

bersih secara merata.

2. Menuangkan sedikit sabun pembersih wajah pada telapak tangan,

kemudian meratakan pada seluruh telapak tangan.

3. Mengusap bagian permukaan wajah menggunakan jari dan meratakan

pada wajah dengan gerakan melingkar.

4. Membilas wajah menggunakan air bersih hingga seluruh sisa sabun

terangkat.

5. Mengambil handuk yang lembut atau tisu untuk mengeringkan wajah.

3.6.4Sabun antiseptik

Antiseptik merupakan suatu bahan pembasmi kuman yang

merupakan agen yang dapat membunuh mikroorganisme,

khususnya organism patogen. Antiseptik adalah germisida yang

diterapkan pada jaringan dan kulit hidup (Darus, 2010).

Antiseptik biasanya mengandung suatu bahan antimikroba

yaitu triklosan. Triklosan sendiri adalah agen antimikroba

berspektrum luas dan bekerja sebagai antibakteri, antijamur dan

18

Page 19: REVISI 1

19

antivirus, dan sering digunakan sebagai sabun antibakteri

(Menaldi dkk, 2013). Selain itu, triklosan merupakan antiseptic

non ionic dari golongan bisphenol sintetis yang tersusun dari 2

cincin benzene, tiap atm terdiri dari 6 atom karbon (APUA, 2011).

3.6.5 Phisohex®

Phisohex merupakan sabun wajah dengan kandungan sebagai berikut:

Tabel 1. Kandungan bahan dasar dan bahan uji sabun Phisohex® (Menaldi dkk,

2013):

Nama Bahan FungsiBahan dasar :Sodium Entsufon 50% Triton Methylcellulose 400 cps

Sodium Benzoate Macrogol 400 Macrogol 400 Monostearate

Diethanol Lauramide

Citric Acid Anhydrous Crys. Zinc Omadine /zinc pyrithion 0,21%Bahan Uji Triclosan DP 300 PEG Monostearate

Deterjen sintetik Emulsifying agent, menambah viskositasPreservative Plasticizer Emulsifying agent; solubilizing agent; wetting agentViscosity builder &foam enhancementAcidifying agent Fungisidal

AntiseptikPelembab

Adapun kelebihan dari Phisohex® adalah dimana Phisohex®

mengandung 1,5% triklosan (Menaldi dkk, 2013).

3.7 Alat dan Bahan

3.7.1Alat

- Handuk bersih

19

Page 20: REVISI 1

20

- Tissue bersih

3.7.2Bahan

- Aquades

- Sabun antiseptik yang mengandung triklosan

3.7 Cara Kerja

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1Pra Penelitian

1. Menentukan subjek penelitian, besar sampel, dan

pemilihan sampel dengan teknik probably sampling.

2. Meminta persetujuan penelitian kepada komisi etik

penelitian.

3. Penyusunan surat perizinan yang mendukung jalannya

penelitian.

4. Mempersiapkan bahan yang diperlukan selama penelitian.

3.8.2Tahap Pelaksanaan Penelitian

Para siswa yang telah memenuhi kriteria inklusi akan

ditetapkan sebagai sampel penelitian. Sebelumnya sampel

diminta untuk mengisi dan menandatangani informed concent.

Kemudian akan dilakukan penegakan diagnosis akne vulgaris

ringan hingga sedang yang akan ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik berupa perhitungan lesi akne

pada daerah wajah. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap

lesi, siswa yang memiliki akne vulgaris derajat ringan hingga

20

Page 21: REVISI 1

21

sedang akan akan melanjutkan proses penelitian setelah

sebelumnya dicatat jumlah lesi akne vulgaris berdasarkan

identitas subyek. Kemudian, siswa dikelompokkan secara acak

menjadi 2 kelompok, dimana 1 kelompok akan menjadi kelompok

kontrol dan yang lainnya akan menjadi kelompok perlakuan.

Kemudian siswa diminta untuk mencuci wajah sesuai

dengan kelompoknya, dimana:

a. Kelompok kontrol diminta untuk mencuci wajah hanya

dengan menggunakan air sebanyak 2 kali sehari selama 2

minggu.

b. Kelompok perlakuan diminta untuk mencuci wajah

dengan sabun Phisohex® sebanyak 2 kali sehari selama

2 minggu.

Setelah 2 minggu, akan dilakukan perhitungan jumlah lesi

pada kedua kelompok untuk menilai jumlah lesi akne vulgaris

setelah dilakukan perlakuan.

3.8.2.1 Prosedur penggunaan sabun antiseptik

Sampel yang terpilih diminta untuk mencuci wajah dengan

menggunakan sabun Phisohex® yang telah disiapkan selama 2

kali sehari, yaitu pada pagi dan siang hari. Hal ini dilakukan

selama 2 minggu.

Adapun cara mencuci wajah untuk kelompok perlakuan

akan diseragamkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

21

Page 22: REVISI 1

22

1. Langkah yang pertama dilakukan yaitu membasahi wajah meggunakan air

yang mengalir bersih secara merata. Air yang digunakan dipastikan berasal

dari sumber yang sama. Pembasuhan wajah dilakukan hingga seluruh kulit

wajah secara merata.

2. Setelah melakukan pembasuhan wajah dengan menggunakan air.

Kelompok perlakuan diarahkan untuk menuangkan sabun pembersih

wajah yang bersifat antiseptik yang mengandung bahan triklosan pada

telapak tangan, kemudian diratakan pada seluruh telapak tangan hingga

berbusa.

3. Setelah sabun yang digunakan berbusa, kemudian kelompok perlakukan

diminta untuk mengusapkan sabun pada seluruh bagian permukaan wajah

menggunakan jari dan meratakan pada wajah dengan gerakan melingkar.

4. Membilas wajah menggunakan air bersih hingga seluruh sisa sabun

terangkat.

5. Mengambil handuk yang lembut atau tisu untuk mengeringkan wajah.

3.8.2.2 Prosedur pembasuhan wajah kelompok kontrol

Kelompok kontrol akan diminta untuk melakukan pembasuhan wajah

menggunakan air mengalir dimana pembasuhan dilakukan sebanyak 3 kali dalam

satu waktu. Air harus terusapkan secara merata pada permukaan kulit wajah.

Setelah selesai kemudian dikeringkan menggunakan handuk bersih atau tissue

yang bersih dan kering.

3.8.2.3 Prosedur perhitungan lesi akne vulgaris

22

Page 23: REVISI 1

23

Penghitungan dilakukan oleh dermatologis dengan cara

melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang

dilakukan berupa penghitungan lesi non-inflamasi, lesi inflamasi

(papul, pustule, nodus, dan kista), ataupun lesi total.

Setelah dilakukan perhitungan kemudian jumlah lesi akan

dicatat berdasarkan identitas dan berdasarkan kelompok subjek,

kemudian dinilai dengan cara dibandingkan antara sebelum

perlakuan dan setelah perlakuan, serta antara kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan.

3.8.3 Tahap Analisis Data

Tahap analisis data meliputi pemeriksaan kelengkapan data, kemudian

dilakukan pengolahan data atau analisis menggunakan komputer. Analisis data

yang digunakan pada penelitian ini menggunakan program SPSS

20.

3.9 Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, pengolahan data dilakukan dengan beberapa

tahapan, mulai dari editing, tabulating, processing, dengan SPSS 20 for

windows®, cleaning, dan selanjutnya analisis dan interpretasi data.

3.10 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariat,

karena berasal dari data yang diperoleh sebelum dan setelah perlakuan, baik dari

kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Analisis bivariat bertujuan untuk

mengetahui efektivitas penggunaan sabun antiseptik berbahan dasar triklosan

23

Page 24: REVISI 1

24

terhadap jumlah lesi, analisis data pada kelompok kontrol dan perlakuan

menggunakan uji t-test independent jika data terdistribusi normal. Apabila

distribusinya tidak normal, data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney.

24

Page 25: REVISI 1

25

3.11 Alur Penelitian

Bagan 3.1 Alur Penelitian

25

Populasi

Sampel

Perhitungan lesi

akne pre-test

Kelompok PerlakuanKelompok Kontrol

Kriteria

Inklusi

Kriteria

Eksklusi

Seleksi

Sampel

Melakukan cuci wajah

dengan akuades

sebanyak 2 kali sehari

dalam 2 minggu.

Melakukan cuci wajah

dengan sabun

antiseptik Phisohex®

sebanyak 2 kali sehari Perhitungan lesi

akne post-test

ANALISA DATA

Page 26: REVISI 1

26

3.12 Jadwal Kegiatan

Tabel 3.2 Rencana Pelaksanaan Penelitian

Rencana

Kegiatan

Janua

ri

(2015

)

Februa

ry

(2015)

Mar

et

(201

5)

April

(201

5)

Mei

(201

5)

Juni

(201

5)

Juli

(201

5)

Penyusu

nan

Proposal

Perizinan

Pelaksan

aan

Peneltiti

an

Pelaksan

aan

Penelitia

n

Pengolah

an Data

26

Page 27: REVISI 1

27

Analisis

Data

Penyusu

nan

Laporan

\\

27