sokletasi revisi 1

36
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PROSES EKSTRAKSI SOKLETASI “ ISOLASI MINYAK DARI BIJI JAGUNG “ OLEH: KELOMPOK 7 KELAS C Hamsyah Adhari (1107120420) Lia Yuningsih (1107114174) Marihot Daniel S (1107111970) Mimin Lestari (1107136627) M.Hamdani (1107114168) Wan Elsa Novtari (1107120246) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

Upload: tarsensiusha

Post on 05-Aug-2015

199 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: SOKLETASI REVISI 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PROSES EKSTRAKSI SOKLETASI

“ ISOLASI MINYAK DARI BIJI JAGUNG “

OLEH:

KELOMPOK 7

KELAS C

Hamsyah Adhari (1107120420)Lia Yuningsih (1107114174)Marihot Daniel S (1107111970)Mimin Lestari (1107136627)M.Hamdani (1107114168)Wan Elsa Novtari (1107120246)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2012

Page 2: SOKLETASI REVISI 1

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Laporan Ini Telah Diperiksa Dan Dinilai Oleh Dosen Pembimbing Mata Kuliah

Praktikum Kimia Organik.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 7

KELAS C

Hamsyah Adhari (1107120420)Lia Yuningsih (1107114174)Marihot Daniel S (1107111970)Mimin Lestari (1107136627)M.Hamdani (1107114168)Wan Elsa Novtari (1107120246)

Pekanbaru,17 november 2012

Menyetujui

Dosen Pembimbing Asisten

Drs. Irdoni, HS. Salamun Qaulan

Nip. 195704151986091001 ` Nim. 0807135304

Page 3: SOKLETASI REVISI 1

ABSTRAK

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir). Biji jagung dapat diekstrak untuk menghasilkan minyak dengan menggunakan pelarut heksan. Metode ekstraksi yang digunakan adalah sokletasi. Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari dan mengamati proses isolasi suatu komponen dari suatu bahan alam dengan metode sokletasi. Adapun prinsip sokletasi ini yaitu Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari.dari pengamatan dengan menggunakan sampel 29,2 gram ampas jagung, selongsong 3,43 gram,dan menggunakan 300 ml pelarut heksan, maka didapat rendemen sebanyak 16,94%.Kata kunci : minyak biji jagung, rendemen, sokletasi

ABSTRACT

Maize represent one of the food crop a world of primal, besides paddy and grist. Besides as source of carbohydrate, maize is also planted as livestock pakan ( green and also his cob), is taken by its oil ( from seed). Maize seed earn extract to yield oil by using solvent of hexane. method of Ekstraksi the used is sokletasi. Sokletasi is an method / process dissociation an component which there are in solid Iihat by recuring screening repeat by using certain solvent, so that all wanted component of insulation. intention of this attempt is to study and perceive insulation process an component from an natural materials with method of sokletasi. As for principle of sokletasi this that is recuring Screening repeat so that result of which is got by and perfection of solvent used relative a few/little. If When this screening have, hence its is it him re-evaporated and the rest is substance which is perception ekstracted. by using sample 29,2 maize dregs grams, selongsong 3,43 grams,and use 300 ml solvent of hexane, hence got by rendement counted 16,94%.Keyword : maize seed oil, rendement, sokletasi

Page 4: SOKLETASI REVISI 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di

Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di

Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura

dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain

sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan

maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir,

dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari

tepung bulir dan tepung tongkolnya). Jagung yang telah direkayasa genetika juga

sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Metoda ekstraksi yang digunakan dalam percobaan ini adalah

solvent extraction, yaitu sokletasi. Metoda ini merupakan salah satu metoda

pengambilan komponen minyak dalam sampel dengan menggunakan pelarut.

Sokletasi dipilih menjadi metoda percobaan karena pelarut yang diperlukan relatif

sedikit dan dapat direfluks sehingga bisa diambil kembali untuk kemudian dapat

digunakan berulang-ulang. Karena pelarutnya dapat digunakan berulang-ulang

maka metode sokletasi menjadi lebih murah dan efisien. Selain itu, metoda

sokletasi juga merupakan yang paling efektif untuk mengekstrak minyak karena

dengan metoda ini hampir 99% minyak dalam sampel dapat diekstrak (Ketaren,

1986). Atas dasar itulah, maka pengambilan komponen minyak dilakukan dengan

metode sokletasi.

1.2 Tujuan Percobaan

1. Mempelajari dan mengamati proses isolasi suatu komponen dari suatu

bahan alam dengan metode sokletasi.

2. Menghitung rendemen

Page 5: SOKLETASI REVISI 1

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Dasar teori

Bagian jagung yang mengandung minyak adalah lembaga (germ). Minyak

jagung dapat diekstrak dari hasil proses penggilingan kering maupun basah,

proses penggilingan yang berbeda akan menghasilkan rendemen minyak yang

berbeda pula. Pada penggilingan kering (dry-milled), minyak jagung dapat

diekstrak dengan pengepresan maupun ekstraksi hexan. Kandungan minyak pada

tepung jagung adalah 18%. Untuk penggilingan basah (wet milling), sebelumnya

dapat dilakukan pemisahan lembaga, kemudian baru dilakukan ekstraksi minyak.

Pada lembaga, kandungan minyak yang bisa diekstrak rata-rata 52%. Kandungan

minyak hasil ekstraksi kurang dari 1,2%. Minyak kasar masih mengandung bahan

terlarut, yaitu fosfatida, asam lemak bebas, pigmen, waxes, dan sejumlah kecil

bahan flavor dan odor.

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada

endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan

kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa

dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya

merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan

gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis

diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan

fitoglikogen dan sukrosa.

Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:

Kalori : 355 Kalori

Protein : 9,2 gr

Lemak : 3,9 gr

Karbohidrat : 73,7 gr

Kalsium : 10 mg

Fosfor : 256 mg

Page 6: SOKLETASI REVISI 1

Ferrum : 2,4 mg

Vitamin A : 510 SI

Vitamin B1 : 0,38 mg

Air : 12 gr

Dan bagian yang dapat dimakan 90 %. Untuk ukuran yang sama, meski

jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum

mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Jagung merupakan tanaman

semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.

2.2 Prinsip Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil   dari

ekstraksi disebut ekstrak. Macam-macam ekstrasi:

2.2.1 Ekstraksi Cara Dingin

Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi

berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud

rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah:

a. Maserasi

Proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau dengan beberapa kali

pengocokan pada suhu ruangan. Pada dasarnya metoda ini dengan cara merendam

sample dengan sekali-sekali dilakukan pengocokan. Umumnya perendaman

dilakukan 24 jam dan selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut baru. Ada juga

maserasi kinetik yang merupakan metode maserasi dengan pengadukan secara

sinambung tapi yang ini agak jarang dipakai.

b. Perkolasi

Ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosesnya

terdiri dari tahap pengembangan bahan, maserasi antara,  perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak

Page 7: SOKLETASI REVISI 1

yang jumlahnya satu sampai lima kali volume bahan. S ampel di rendam dengan

pelarut, selanjutnya pelarut (baru) dilalukan (ditetes-teteskan) secara terus

menerus sampai warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya

sudah tidak ada lagi senyawa yang terlarut.

2.2.2 Ekstraksi Cara Panas

Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya

panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara

dingin. Metodanya adalah:

a. Refluks

Ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik didih pelarut tersebut,

selama waktu tertentu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin

balik (kondensor). Umumnya dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses

pada residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi sempurna, ini bahasa

buku lagi. Prosedurnya: masukkan sampel dalam wadah, pasangkan kondensor,

panaskan. Pelarut akan mengekstraksi dengan panas, terus akan menguap sebagai

senyawa murni dan kemudian terdinginkan dalam kondensor, turun lagi ke wadah,

mengekstraksi lagi dan begitu terus. Proses umumnya dilakukan selama satu jam.

b. Sokletasi

Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan

menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya

pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat Soxhlet dan tidak

dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang

dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan dalam kondensor dan

pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi sampel.

2.3 Ekstraksi Sokletasi

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia

ditempatkan dalam selonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa,

cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari

yang jatuh ke dalam slonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan

Page 8: SOKLETASI REVISI 1

penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali

kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna

ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau

sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan (Nazarudin, 1992).

Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara

pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan

membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam

labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang

telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary

evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran

organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat

diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.

Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :

1. Pelarut yang mudah menguap

Contoh : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol

2. Titik didih pelarut rendah.

3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.

4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.

5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.

6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.

Keuntungan metoda ini:

1. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tahan

terhadap pemanasan secara langsung.

2. Digunakan pelarut yang lebih sedikit

3. Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini:

1. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah

disebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan

reaksi penguraian oleh panas

Page 9: SOKLETASI REVISI 1

2. Jumlah total seyawa-senyawa yang diekstrak akan melampaui

kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam

wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk

melarutkannya

3. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk

menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti

methanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah kondensor

perlu berada pada temperature ini untuk pergerakan uap pelarut yng efektif

2.4 Jenis-jenis Pelarut

Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau

gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam

kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah

bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik.

Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap,

meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara

pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang

lebih besar.

Tabel 2.1 Karakteristik jenis-jenis pelarut

Pelarut Titik didih Konstanta

dielektrik

Massa jenis

Pelarut non-polar

Heksana 69oC 2.0 0,655 g/ml

Benzena 80oC 2.3 0,879 g/ml

Toluena 111oC 2.4 0,867 g/ml

Dietil eter 35oC 4.3 0,713 g/ml

Kloroform 61oC 4.8 1,498 g/ml

Etil asetat 77oC 6.0 0,894 g/ml

Pelarut polar

Page 10: SOKLETASI REVISI 1

1,4-Dioksana 101oC 2.3 1.033 g/ml

Tetrahidrofuran 66oC 7.5 0,886 g/ml

Pelarut Titik didih Konstanta

dielektrik

Massa jenis

Diklorometana l40oC 9.1 1,326 g/m

Asetona 56oC 21 0,786 g/mml

Asetonitril 82oC 37 0,786 g/ml

2.4.1 Pelarut non-polar

a. Heksana

Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia

C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Heksana tidak

berwarna dan mudah menguap dengan titik didih 69oC. Pada temperatur kamar

berbentuk cair. Konstanta dielektrik heksana sebesar 1,9. Konstanta dielektrik

memberikan indikasi mengenai kepolaran pelarut tetapi tidak selalu

mencerminkan kemampuan pelarut untuk melarutkan senyawa organic yang polar.

Dari harga konstanta dielektrik yang kecil terlihat bahwa heksana merupakan

pelarut yang buruk bagi senyawa polar.

Tabel 2.2 Karakteristik Heksana

Sifat Karakteristik

Penampakan Cairan tidak berwarna

Rumus molekul C6H14

Berat jenis 0,659 g/mL

Titik leleh -95oC

Titik didih 69oC

Kelarutan dalam air 0,0013 g/100 mL air

Densitas uap 3

Tekanan uap 132 mmHg pada 20oC

Spesifik gravitasi 0,659

Tempertaur autoignisi 233,9 oC

Page 11: SOKLETASI REVISI 1

b. Benzena

Benzena, juga dikenal dengan rumus kimia C6H6, Ph, dan benzol, adalah

senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar

serta mempunyai bau yang manis. Benzena terdiri dari 6 atom karbon yang

membentuk cincin, dengan 1 atom hidrogen berikatan pada setiap 1 atom karbon.

Benzena merupakan salah satu jenis hidrokarbon aromatik siklik dengan

ikatan pi yang tetap. Benzena adalah salah satu komponen dalam minyak bumi,

dan merupakan salah satu bahan petrokimia yang paling dasar serta pelarut yang

penting dalam dunia industri. Karena memiliki bilangan oktan yang tinggi, maka

benzena juga salah satu campuran penting pada bensin. Benzena juga bahan dasar

dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna. Selain itu,

benzena adalah kandungan alami dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh

dari senyawa lainnya yang terdapat dalam minyak bumi. Karena bersifat

karsinogenik, maka pemakaiannya selain bidang non-industri menjadi sangat

terbatas.

Gambar 2.1 Struktur molekul benzena

Tabel 2.3 Karakteristik benzena

Rumus molekul C6H6

Massa molar 78,1121 g/mol

Wujud Cairan tak berwarna

Densitas 0,8786 g/mL, zat cair

Titik lebur 5,5 °C (278,6 K)

Tititk didih 80,1 °C (353,2 K)

Kelarutan dalam air 0,8 g/L (25 °C)

Viskositas 0,652 cP pada 20 °C

Page 12: SOKLETASI REVISI 1

c. Toluen

Toluena, dikenal juga sebagai metilbenzena ataupun fenilmetana, adalah

cairan bening tak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma seperti

pengencer cat dan berbau harum seperti benzena. Toluena adalah hidrokarbon

aromatik yang digunakan secara luas dalam stok umpan industri dan juga sebagai

pelarut. Seperti pelarut-pelarut lainnya, toluen juga digunakan sebagai obat

inhalan oleh karena sifatnya yang memabukkan.

Gambar 2.2 Struktur molekul toluen

Tabel 2.4 Karakteristik Toluen

Rumus molekul C7H8 (C6H5CH3)

Massa molar 92,14 g/mol

Wujud Cairan tak berwarna

Densitas 0,8669 g/mL, zat cair

Titik lebur −93 °C

Tititk didih 110,6 °C

Kelarutan dalam air 0,47 g/l (20-25 °C)

Viskositas 0,590 cP at 20 °C

d. Dietil eter

Dietil eter, yang juga dikenal sebagai eter dan etoksi etana, adalah cairan

mudah terbakar yang jernih, tak berwarna, dan bertitik didih rendah serta berbau

khas. Anggota paling umum dari kelompok campuran kimiawi yang secara umum

dikenal sebagai eter ini merupakan sebuah isomernya butanol. Berformula CH3-

CH2-O-CH2-CH3, dietil eter digunakan sebagai pelarut biasa dan telah digunakan

sebagai anestesi umum.

Page 13: SOKLETASI REVISI 1

Dietil eter merupakan sebuah pelarut laboratorium yang umum dan

memiliki kelarutan terbatas di dalam air, sehingga sering digunakan untuk ekstrasi

cair-cair. Karena kurang rapat bila dibandingkan dengan air, lapisan eter biasanya

berada paling atas. Sebagai salah satu pelarut umum untuk reaksi Grignard, dan

untuk sebagian besar reaksi yang lain melibatkan berbagai reagen organologam,

Dietil eter sangat penting sebagai salah satu pelarut dalam produksi plastik

selulosa sebagai selulosa asetat. Dietil eter memiliki angka setana yang tinggi, 85

sampai 96, digunakan sebagai salah satu cairan awal untuk mesin diesel dan

bensin karena keatsiriannya yang tinggi dan temperatur autosulutan.

Gambar 2.3 Struktur molekul dietil eter

Tabel 2.5 Karakteristik dietil eter

Rumus molekul C4H10O

C2H5OC2H5

Massa molar 74.12 g/mol

Wujud jernih, cairan tak berwarna

Densitas 0.7134 g/cm³, cair

Titik lebur −116.3 °C (156.85 K)

Tititk didih 34.6 °C (307.75 K)

Kelarutan dalam air 6.9 g/100 ml (20 °C)

Viskositas 0.224 cP at 25 °C

2.4.2 Pelarut polar

a. Tetrahidrofuran (THF)

Tetrahidrofuran, atau dikenal sebagai THF, adalah senyawa organik

heterosiklik dengan rumus kimia (CH2)4O). Ia berupa cairan berviskositas rendah

dan memiliki aroma seperti dietil eter. Ia termasuk dalam molekul eter yang

paling polar. THF adalah analog yang terhidrogenasi dari senyawa aromatik furan.

Page 14: SOKLETASI REVISI 1

THF adalah pelarut aprotik dengan tetapan dielektrik 7,6. Ia memiliki

kepolaran yang sedang dan melarutkan berbagai macam senyawa nonpolar

maupun polar. Dietil eter sering digantikan oleh THF ketika diperlukan pelarut

bertitik didih lebih tinggi. Oleh karena itu, seperti dietil eter, ia sering digunakan

dalam hidroborasi untuk sintesis alkohol primer. Kedua eter tersebut memiliki

atom oksigen yang dapat berkoordinasi dengan atom boron yang kekurangan

elektron membentuk aduk. Selain itu, THF dan dietil eter juga sering digunakan

sebagai pelarut reagen Grignard karena atom oksigen pelarut dapat berkoordinasi

dengan ion magnesium dari reagen Grignard. Atom oksigen pada THF dan dietil

eter juga tidak memiliki hidrogen asam yang dapat mengalami reaksi asam-basa

dengan reagen Grignard. 2-metiltetrahidrofuran merupakan alternatif THF yang

populer, ia memiliki sifat yang sama dengan THF, namun memiliki titik leleh

yang lebih rendah (digunakan untuk reaksi bertemperatur rendah) dan titik didih

yang lebih tinggi (digunakan untuk retensi pelarut pada refluks).

Gambar 2.4 Struktur molekul tetrahidrofuran

Tabel 2.6 Karakteristik Tetrahidrofuran

Rumus molekul C4H8O

Massa molar 72,11 g/mol

Wujud cairan tak berwarna

Densitas 0,8892 g/cm3 @ 20 °C, cair

Titik lebur -108,4 °C (164,75 K)

Tititk didih 66 °C (339,15 K)

Kelarutan dalam air tercampur penuh

Viskositas 0,48 cP pada 25 °C

Page 15: SOKLETASI REVISI 1

b. Aseton

Aseton, juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan-

2-on, dimetilformaldehida, dan β-ketopropana, adalah senyawa berbentuk cairan

yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia merupakan keton yang paling

sederhana. Aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil

eter,dll. Ia sendiri juga merupakan pelarut yang penting. Aseton digunakan untuk

membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain

dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami, termasuk

pada tubuh manusia dalam kandungan kecil.

Gambar 2.5 Struktur molekul aseton

Tabel 2.7 Karakteristik aseton

Rumus molekul CH3COCH3

Massa molar 58,08 g/mol

Wujud Cairan tidak berwarna

Densitas 0,79 g/cm³, cair

Titik lebur−94,9 °C (178,2 K)

Tititk didih56,53 °C (329,4 K)

Kelarutan dalam air larut dalam berbagai perbandingan

Viskositas 0,32 cP pada 20 °C

Page 16: SOKLETASI REVISI 1

2.5 Prinsip Sokletasi

Ekstraksi merupakan proses mengeluarkan sejenis komponen tertentu dari

suatu bahan. Ekstraksi juga dapat diartikan sebagai proses penguraian zat-zat

berkhasiat atau zat aktif dibagian tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada

umumnya yang mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut

organik. Ekstraksi yang dilakukan pada percobaan ini menggunakan metoda

sokletasi, yakni mengalirkan pelarut organik secara terus-menerus. Minyak nabati

tergolong pada senyawa trigliserida dan senyawa-senyawa trigliserida larut dalam

pelarut organik seperti heksana.

Pada umumnya zat aktif dari tanaman dan hewan terdapat di dalam sel

namun sel tanaman dan hewan sangatlah berbeda, begitu pula ketebalan selnya

sehingga diperlukan metoda ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya. Proses terekstraksinya zat aktif dalam dalam sel tanaman

adalah dengan menembusnya pelarut organik ke dalam dinding sel dan masuk ke

dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif tersebut akan larut dalam

pelarut organik tersebut sehingga terdapat perbedaan konsentrasi antara larutan zat

aktif di dalam sel dan pelarut organik diluar sel maka larutan terpekat akan

berdistribusi keluar sel dan proses ini terulang terus sampai terjadi keseimbangan

antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan diluar sel.

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya,

biasanya dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan

komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989). Shriner et

al. (1980) menyatakan bahwa pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan

pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan “like

dissolve like”. Teknik ekstraksi lainnya misalnya menggunakan air untuk

mengambil pigmen alami dari tumbuhan seperti daun.

Page 17: SOKLETASI REVISI 1

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-Alat

1. Satu set alat soklet

2. Gelas piala 600 ml

3. Wadah untuk menyimpan minyak jagung

4. Kertas saring

3.2 Bahan-Bahan

1. Biji jagung

2. n-heksana

3.3 Prosedur Percobaan

1. Bersihkan soklet, masukkan 3 butir batu didih dan keringkan, timbang,

catat berat labu + batu didih.

2. Siapkan contoh dari biji jagung yang telah dikeringkan selama 24 jam

sebelumnya.

3. Buat selongsong (timbel) dari kertas saring, ukurannya disesuaikan

dengan besarnya tabung soklet. Timbang berat selongsong kosong.

4. Isi selongsong dari kertas saring dengan contoh. Timbang berat

selongsong + contoh. Berat contoh saja dapat dihitung.

5. Masukkan selongsong yang berisi contoh kedalam tabung soklet.

6. Sambungkan tabung soklet yang berisi contoh dengan labu soklet, jangan

lupa mengolesi bagian ujung yang disambungkan dengan vaselin,

untuk memudahkan waktu membukanya nanti.

Page 18: SOKLETASI REVISI 1

7. Berdirikan labu pada mantel pemanas, dan tabung soklet yang

tersambung pada labu di klem kan pada standar, posisinya harus

berdiritegak lurus.

8. Masukkan pelarut n-heksana dari mulut tabung soklet, sampai terisi

penuh. Setelah penuh, pelarut dengan sendirinya akan turun ke labu

soklet.

9. Pasangkan pendingin pada mulut tabung soklet. Jangan lupa mengolesi

bagian yang disambung dengan vaselin.

10. Alirkan air pendingin dari kran, periksa kalau ada kebocoran, kalau ada,

harus diperbaiki sebelum pekerjaan dilanjutkan.

11. Hidupkan mantel pemanas, dan proses sokletasi dimulai.

12. Pelarut yang ada dalam labu akan menguap karena pemanasan. Uap

naik kebagian atas, dan diembunkan oleh pendingin, menetes kedalam

tabung soklet dan menumpuk dalam tabung sambil merendam contoh.

Waktu merendam inilah n-heksana akan menarik minyak ampas kelapa

dari biji jagung tersebut. Bila tabung soklet penuh oleh pelarut yang telah

melarutkan minyak jarak, maka dengan sendirinya pelarut akan turun ke

labu. Di labu pelarut kembali menguap dan meninggalkan minyak.

Pelarut yang menguap kembali naik dan mengembun kedalam tabung

soklet untuk merendam contoh sekaligus melarutkan minyak yang masih

tersisa dalam biji jagung. Setelah penuh kembali turun kelabu sambil

membawa minyak. Sirkulasi terus terjadi selama proses, sehingga

akhirnya semua minyak terlarutkan oleh n-heksana.

13. Bila proses dipandang telah siap, maka mantel pemanas dimatikan.

Biarkan beberapa saat, kemudian selongsong contoh dikeluarkan dari

dalam tabung soklet.

14. Setelah contoh dikeluarkan, unit alat dipasangkan kembali, dan matel

pemanas dihidupkan lagi. Dimulai proses pengambilan pelarut. Amati

dengan teliti, bila tabung sudah hampir penuh, pemanas cepat dimatikan,

dan pelarut yang ada dalam tabung diambil, disimpan dalam botol

tersendiri. Kalau terlambat, tabung sempat penuh, maka semua pelarut

Page 19: SOKLETASI REVISI 1

akan turun kelabu dibagian bawah, sedangkan sekarang kita pada tahap

pengambilan pelarut. Kondensor air keluar air keluar mantel pemanas labu

didih soklet thimble.

15. Bila proses pengambilan pelarut sudah dianggap selesai, yakni

minyak dalam labu sudah terlihat lebih pekat, maka pemanas dimatikan,

dan alat dilepas menjadi bagian–bagiannya.

16.` Minyak yang ada dalam labu, dikeringkan lagi dari pelarutnya dengan

cara memanaskan dalam oven pada suhu diatas titik didih pelarut.

Diovenkan selama 15 menit, kemudian dinginkan dan ditimbang.

17. Pekerjaan seperti nomor 16 dilakukan beberapa kali sampai didapat berat

tetap.

18. Berat minyak dapat dihitung, sehingga persentase minyak dalam biji

jagung juga dapat dihitung.

19. Minyak hasil sokletasi disimpan pada botol tersendiri.

3.4 Rangkaian alat

Page 20: SOKLETASI REVISI 1

Gambar 3.1 Rangkaian alat sokletasi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Selama proses sokletasi, suhu mantel pemanas diatur diatas titik didih n-

heksana. Dimana demikian, pelarut heksana akan menguap dan akan kembali

mencair sewaktu masuk kedalam kondensor. Biji jagung dihaluskan bertujuan

untuk membesar luas permukaannya. Sehingga n-heksan lebih mudah mengikat

dan membawa minyak dari biji jagung. Ketika n-heksana dalam fasa cair yang

dipanasi dalam labu didih pada suhu titik didih pelarut, n-heksana berubah fasa

menjadi uap. Kemudian uap berpindah ke kondensor dengan melalui tabung

soklet, pelarut yang berfasa uap berubah kembali ke fasa cair karena adanya

perbedaan suhu dari suhu tinggi menjadi suhu rendah yang terjadi di kondensor.

Page 21: SOKLETASI REVISI 1

Kemudian pelarut menetes secara perlahan dari kondensor ke labu soklet yang

didalamnya terdapat selongsong. Lalu, heksana melarutkan minyak yang berada

dalam biji jagung. Setelah heksan serta minyak dalam tabung soklet penuh maka

secara otomatis akan turun ke labu didih. Dengan kata lain, tabung soklet tersebut

mengalami refluks sebanyak 19 kali refluks. Begitu seterusnya sampai dirasa

minyak yang ada di selongsong yang berisi biji jagung telah habis. Selanjutnya

pengambilan pelarut membutuhkan waktu sebanyak ± 25 menit yang bertujuan

untuk memisahkan minyak dengan heksannya sehingga tersisa minyak yang lebih

pekat.

Selama proses sokletasi digunakan batu didih yang bertujuan mempercepat

proses pendidihan, meratakan panas, dan mencegah terjadinya bumping (letupan

panas akibat panas yang tidak merata). Pelarut n-heksana digunakan karena

bersifat non-polar sehingga dapat mengikat molekul minyak jagung yang non-

polar juga.

Proses sokletasi dihentikan apabila minyak dari sampel dirasa sudah

terekstraksi habis, yaitu dengan mengambil selongsong pada tabung soklet,

kemudian dilakukan pengambilan larutan dengan cara melakukan destilasi. Minyak

yang didapat adalah sebesar 8,86 gram dengan rendemen sebesar 16,84 %.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ekstraksi dengan menggunakan metode sokletasi merupakan pemisahan

komponen dari suatu bahan dengan menggunakan pelarut secara berulang-ulang

dalam keadaan panas. Berat minyak yang diperoleh sebesar 8,86 gram. Rendemen

yang didapat sebesar 16,94%.

5.2 Saran

Sebaiknya neraca analitik yang digunakan berada di dalam laboratorium

yang sama saat percobaan berlangsung agar lebih memudahkan praktikan untuk

melakukan percobaan yang sedang dilakukan, karena pada saat kami melakukan

Page 22: SOKLETASI REVISI 1

percobaan tersebut, kami mengalami kesulitan dengan adanya letak neraca

analitik dan laboratorium yang berbeda.

Page 23: SOKLETASI REVISI 1

DAFTAR PUSTAKA

James, M. G.. 2012. "Characterization of the Maize Gene sugary1, a Determinant of Starch Composition in Kernels". The Plant Cell 7 (4): 417-429.

Anonim, 2000, Heksana. http://id.wikipedia.org/wiki/Heksana, 15 november 2012

http://catatan kimia.com/catatan/metodaekstraksi.html, 15 november 2012.

http://kakandaaramico.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-sokletasi.html

C.J.Geankoplis, Transport Process 1.M.Bendiyasa, A., Prasetya, Koefisien

Transfer Massa Volumetrik Minyak Jagung and Unit Operations ",, 1983

HS, Irdoni dan HZ, Nirwana. 2010. Modul Praktikum Kimia Organik. Pekanbaru. Program Studi Teknik Kimia S-1 Fakultas Teknik Unri.

Richana, Nur dan Suarni. Teknologi Pengolahan Jagung. balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/bjagung/duatiga.pdf. Diakses Tanggal 10 November 2010

Sirait, Desona. 2008. Penentuan Kadar Lemak Dalam Margarin Dengan Matode Ekstraksi Sokletasi. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../1/09E02428.pdf. Diakses Tanggal 10 November 2010

Asam Lemak. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_lemak. Diakses Tanggal 14 November 2010

Industri Komoditas Jagung Dan Sektor Pemasarannya. http://blogs.unpad.ac.id/satriani/2010/06/01/industri-komoditas-jagung-dan-sektor-pemasarannya/. Diakses Tanggal 14 November 2010

Mengenal Jenis Minyak Goreng. http://www.hanyawanita.com/clickwork/news/news14.htm. Diakses Tanggal 15 November 2010

Page 24: SOKLETASI REVISI 1

LAMPIRAN B

1. Data Pengamatan

Refluks waktu

1 18 menit 47,51 s

2 15 menit 23,16 s

3 15 menit 19,12 s

4 15 menit 22,24 s

5 15 menit 29,94 s

6 15 menit 51,07 s

7 15 menit 25,88 s

8 15 menit 13,00 s

9 15 menit 28,69 s

10 15 menit 26,18 s

11 15 menit 50,34 s

12 15 menit 34,50 s

13 14 menit 58,14 s

14 15 menit 01,91 s

15 15 menit 16,52 s

16 14 menit 56,00 s

17 15 menit 07,53 s

18 14 menit 46,90 s

19 14 menit 43,73 s

Page 25: SOKLETASI REVISI 1

2. Hasil dan Perhitungan

Berat labu didih + batu didih = 187, 17 gram

Berat kertas saring = 3,43 gram

Berat sampel = 29,2 gram

Berat labu didih + batu didih + minyak (pemanasan pertama) = 8,854 gram

Berat labu didih + batu didih + minyak (pemanasan kedua) = 8,845 gram

Berat labu didih + batu didih + minyak (pemanasan ketiga) = 4,949 gram

Berat labu didih + batu didih + minyak (pemanasan keempat) = 4,949 gram

Berat minyak = 196,03 gram – 187,17 gram = 8,86 gram

Rendemen = (output/input) x 100%

= (8,86 gram/ 29,2 gram) x 100%

= 16,94%