laporan gerontik revisi 1
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KELOMPOK LANSIA DI KOMUNITAS (RW 13) KELURAHAN MERANTI PANDAK
KECAMATAN RUMBAI PESISIR PEKANBARU
Praktik profesi keperawatan gerontik di RW 13 Kelurahan Meranti Pandak
Kecamatan Rumbai Pesisir dilaksanakan selama 2 minggu dimulai dari tanggal 10 Januari-
22 Januari 2011. Praktik profesi keperawatan ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan
kegiatan. Tahap pertama yaitu tahap persiapan, mencakup penyusunan instrumen (alat
pengumpul data kesehatan masyarakat), kegiatan sosialisasi dengan masyarakat RW dan
pembentukan Pokjakes Pelita Sehat tingkat RW 13 khususnya unit lansia pada tanggal 21
November 2010 yang bertempat di Mesjid Uswatun Hasanah, yang sudah dilakukan pada
saat pelaksanaan praktik profesi keperawatan komunitas dan keluarga. Tahapan kedua
yaitu tahap pengkajian (pengumpulan data) tahap pengumpulan data dimulai sejak tanggal
19 November - 24 November 2010, dilanjutkan dengan tahap mentabulasi data,
merumuskan diagnosa keperawatan gerontik, penyusunan POA dan intervensi keperawatan
yang dilaksanakan bertepatan dengan pelaksanaan Loka Karya Mini Masyarakat I pada
tanggal 10 Desember 2010 yang dilaksanakan bertempat di Musholla Al-anshor,
implementasi pada tanggal 14 Desember 2010-13 Januari 2011, dan evaluasi keperawatan
yang dilakukan pada tanggal 15-17 Januari 2011.
Pelaksanaan praktik asuhan keperawatan gerontik di RW 13 Kelurahan Meranti
Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir, selengkapnya akan diuraikan sebagai berikut:
A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dalam pelaksanaan praktik profesi keperawatan gerontik
diantaranya adalah mengetahui lahan praktik, survey lokasi praktek, pembuatan angket
atau kuesioner, penentuan jumlah sampel yang diambil dengan cara metode
proporsional stratified sampling, menyebarkan kuesioner kebeberapa rumah keluarga
1
yang mempunyai anggota keluarga lansia, kegiatan sosialisasi dengan masyarakat dan
pembentukan Pokjakes tingkat RW 13 khususnya unit lansia.
Sebelum alat pengumpulan data disebarkan diketahui dahulu berapa jumlah KK
yang akan dijadikan sebagai sampel. Sampel diambil dari 146 KK yang diambil secara
proporsional stratified sampling. Dari 146 KK terdapat 45 KK lansia, dan jumlah KK
yang memiliki anggota keluarga lansia berjumlah 24 orang. Setelah alat pengumpulan
data melalui angket yang berisi untk mengetahui data demografi dan status kesehatan
keluarga pada saat pengkajian. Lembar observasi terdiri dari observasi kondisi rumah
dan kesehatan lingkungan keluarga. Dengan menggunakan angket yang diserahkan
pada beberapa rumah/KK yang berada di RW 13.
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan kelompok pada tahap persiapan yaitu
melakukan sosialisasi dengan masyarakat dan perangkat RW 13 (TOMA, TOGA,
Kader dan masyarakat). Kegiatan sosialisasi dilakukan pada hari minggu 21
Nobember 2010 bertempat di Mesjid Uswatun Hasanah. Tujuan kegiatan sosialisasi
ini untuk menjelaskan kembali tujuan dan bentuk pelaksanaan praktik profesi
keperawatan gerontik. Pada kegiatan ini juga disepakati untuk dibentuknya
POKJAKES yang didalamnya dibentuk unit lansia yang mempupuyai tugas untuk
memfasilitasi dan bertanggung jawab mengenai kondisi lansia di RW 13.
B. Tahap pengkajian (Pengumpulan data kesehatan masyarakat)
Tahap pengkajian (pengumpulan data kesehatan masyarakat) dilakukan dengan
berbagai metode pengumpulan data, diantaranya windshield survey, wawancara
terpimpin, angket, dan observasi. Pedoman windshield survey terdiri dari data kondisi
wilayah, sarana dan prasarana, keadaan ekonomi daerah, kondisi keamanan, sarana
transportasi dan kebiasaan rekreasi masyarakat. Pedoman wawancara terdiri dari
wawancara langsung dan terstruktur dengan Luran Meranti Pandak, kepala puskesmas
2
rumbai, ketua RW 13 dan kader posyandu Sri Menanti. Kegiatan ini dilaksanakan
selama satu minggu dimulai dari tanggal 19 November-24 November 2010.
Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan gerontik didapatkan jumlah lansia yang
menjadi kepala keluarga sebanyak 45 KK dengan 24 orang lansia dari 146 KK di RW
13.
Setelah tahap persiapan ini selesai dilaksanakan kemudian bersama masyarakat
dan kader POKJAKES dibentuklah Kader Sadar Hipertensi (KADARSI) pada tanggal
23 Desember 2010 bertempat di Musholla Al-Anshor. Tujuan dibentuknya KADARSI
ini untuk memantau dan meningkatakan peran serta masyarakat untuk dapat
meningkatkan derajat kesehatan dan mengontrol para lansia yang menderita Hpiertensi
dan di berikan penyuluhan dan kegiatan.
Berikut ini akan diuraikan hasil pengkajian berdasarkan berbagai metode
pengumpulan data:
1. Windshield survey
Dari Windshield survey, diketahui beberapa fasilitas umum yang terdapat di
RW 13 yaitu 2 mesjid yaitu mesjid Uswatun Hasanah dan mesjid Rajalullah, 1
mushola yaitu mushola Al- Anshor. 1 tanah lapang yang berfungsi sebagai
Lapangan bola, 1 sumur bor yang merupakan sumber air minum masyarakat.
Kondisi lingkungan di RW 13 masih dijumpai banyak terdapat parit dengan
saluran air yang tidak mengalir, antara parit yang satu dengan parit yang lainnya
berawa-rawa, tanah gambut dan dataran rendah, banyak sampah dedaunan dan
rumput liar yang tumbuh di dalam parit, banyak lahan kosong dan lingkungan
sekitar rumah penduduk yang tidak terawat. Bangunan rumah di RW 13 ditemukan
sebagian besar rumah non permanen dengan tipe rumah panggung, namun terdapat
juga rumah warga yang hampir sama besar antara rumah permanen dan semi
3
permanen. Jarak satu rumah dengan rumah lainnya tidak terlalu jauh dan cukup
dekat dan padat. Pengolahan sampah masyarakat sebagian besar dengan cara
dibakar disekitar rumah. Penduduk menggunakan air sumur bor (artesis) sebagai
sumber air.
2. Survei (penyebaran angket) dan observasi
Hasil penyebaran angket dan observasi dijabarkan sebagai berikut:
a. Dimensi Biologis
1) Umur
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada lansia di RW 13 Kelurahan
Meranti Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir dapat disimpulkan bahwa dari
69 lansia terdapat 40 (57,9%) lansia yang berumur pada rentang 45-59
tahun (usia pertengahan/ middle age), 23 (33,4%) lansia yang berumur 60-
75 tahun (lansia tua), dan 6 lansia (8,7%) berusia 76-90 tahun (lansia sangat
tua). Lansia akan mengalami penurunan fungsi kognitif. Fungsi kognitif
meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian yang
dapat menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat
dan sulit untuk dirubah, selain itu penurunan fungsi kognitif juga
menyebabkan lansia sulit untuk menerima informasi kesehatan yang
diberikan oleh petugas kesehatan maupun media informasi lainnya.
2) Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatkan bahwa dari 69
lansia yang terdapat di RW 13, 37 lansia (53,6%) berjenis kelamin laki-laki
dan 32 lansia (46,3%) berjenis kelamin perempuan.
4
3) Suku
Berdasarkan hasil pengumpulan data dapat disimpulkan dari 69 lansia
terdapat 34 (49,2%) lansia bersuku minang, 16 lansia bersuku jawa (23,1%),
14 lansia (20,2%) bersuku melayu, dan 2 lansia bersuku batak (2,9%). Suku
dapat mempengaruhi kebiasaan dan gaya hidup lansia dalam kehidupan
sehari-hari yang pada akhirnya dapat mempengaruhi derajat kesehatan
keluarga.
4) Pendidikan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dapat disimpulkan dari 69 lansia
terdapat 43 lansia (62,3%) yang pendidikan terakhirnya SD, 14 lansia (20,2
%) yang pendidikan terakhirnya SMP dan 7 lansia (10,1%) yang pendidikan
terakhirnya SMA serta masih terdapat 5 lansia (7,2%) yang tidak pernah
duduk dibangku sekolah. Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang atau
lansia dapat mempengaruhi keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
dan melakukan perawatan kesehatan terhadap keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan, dimana semakin rendahnya tingkat pendidikan lansia,
maka semakin rendah pula tingkat pengetahuan lansia tentang kesehatan.
5) Pekerjaan
Berdasarkan dari hasil pengumpulan data dapat disimpulkan bahwa dari 69
lansia terdapat 21 lansia (30,4%) yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, 14
lansia (20,2%) yang bekerja sebagai buruh, 7 lansia (10,1%) yang bekerja
wiraswasta, 7 lansia (10,1%) bekerja swasta, 2 lansia (2,8%) bekerja sebagai
nelayan dan 1 lansia (1,4%) yang berkerja sebagai petani. Pekerjaan yang
dimiliki lansia akan mempengaruhi kemampuan lansia dalam meningkatkan
derajat kesehatannya dan keluarganya.
5
6) Kondisi Kesehatan Lansia Saat Ini
Dari hasil pengumpulan data didapatkan bahwa dari 69 lansia,
sebanyak 53 orang (77%) lansia berada dalam kondisi sehat, sedangkan 16
orang (23%) lansia berada dalam kondisi tidak sehat.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lansia di
RW 13 berada dalam kondisi sehat. Dengan banyaknya lansia yang berada
dalam kondisi sehat, hal ini menunjukkan bahwa tingginya kesadaran lansia
untuk menjaga kesehatan dan mampu untuk tetap produktif meskipun sudah
memasuki usia tua.
7) Penyakit yang diderita saat ini.
Berdasarkan diagram diatas didapatkan lansia yang menderita penyakit
hipertensi sebesar 6 orang (39%), 3 orang (19%) lansia yang menderita
reumatik, 3 lansia (19%) yang tidak sakit, 3 lansia (17%) yang menderita
penyakit jantung, 1 lansia (3%) yang menderita saluran kencing, dan 1
lansia (3%) yang menderita diabetes.
Penyakit yang diderita oleh lansia dapat mempengaruhi aktifitas dan
kemampuan lansia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini
dikarenakan dengan bertambahnya usia seseorang semua sistem organ tubuh
mulai berkurang sehingga lansia sangat rentan terhadap berbagai macam
penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung, kencing manis dan lain- lain.
8) Penyakit Kronis yang diderita.
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa penyakit kronis yang
diderita lansia adalah hipertensi sebesar 25 orang (36%), 15 orang (22%)
lansia menderita penyakit kronis rematik, 23 orang (33%) berada dalam
kondisi sehat, 3 orang (4%) lansia menderita asma, 2 orang (3%) menderita
penyakit katarak, 1 orang (2%) lansia menderita penyakit jantung.
6
Dengan bertambahnya usia harapan hidup dapat menyebabkan
terjadinya berbagai macam penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit
jantung, kencing manis. Hal ini dikarenakan penurunan fungsi orrgan tubuh
pada lansia.
9) Upaya Pengobatan Terhadap Penyakit.
Berdasarkan hasil pengumpulan didapatkan 47 orang (68%) lansia
berobat ke pelayanan kesehatan, 15 orang (22%) lansia beli obat diwarung,
3 orang (5%) lansia ke pijat urut, 1 orang (3%) lansia tidak berobat, dan 1
orang (2%) lansia berobat ke dukun. Pelayanan kesehatan merupakan
tempat pengobatan yang paling tepat untuk mengatasi masalah kesehatan,
namun masih ditemukan beberapa lansia yang belum memanfaatkan
pelayanan kesehatan sebagai sarana perngobatan.
b. Dimensi Psikologis
1) Konsep Diri
a) Penerimaan Terhadap Penurunan Fisik
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 69 lansia didapatkan 51
orang (74%) lansia yang tidak merasa malu dengan penurunan kondisi
fisik saat ini dan 18 orang (26%) lansia yang merasa malu dengan
penurunan kondisi fisik saat ini.
Lansia akan mengalami perubahan fungsi organ tubuh yang
secara tidak langsung dapat merubah penampilan lansia. Lansia yang
yang tidak siap menerima perubahan dapat menyebabkan lansia merasa
malu terhadap penurunan kondisi fisik, sehingga dapat menyebabkan
gangguan konsep diri lansia yang ditandai dengan harga diri rendah,
7
malu bertemu dengan orang lain dan bahkan sampai mengurungkan diri
dirumah.
b) Keyakinan Memberikan yang Terbaik Untuk Keluarga
Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatkan bahwa 51 orang
(74%) lansia yakin akan dapat memberikan yang terbaik bagi keluarga
dan 18 orang (26% ) lansia merasa tidak yakin dalam memberikan yang
terbaik bagi keluarga. Dengan tingginya motivasi lansia untuk dapat
tetap memberikan yang terbaik dengan keluarga menunjukkan konsep
diri yang positif.
c) Keaktifan Mengikuti Kegiatan Masyarakat.
Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatkan bahwa 62
lansia (90%) masih aktif dalam kegiatan masyarakat dan 7 lansia (10%)
tidak aktif dalam kegiatan masyarakat. Dengan rutinnya lansia
mengikuti aktifitas yang ada di lingkungannya dapat megisi waktu
luang mereka sehingga lansia dapat berbagi pengalaman, masalah dan
lain sebagainya kepada orang lain. Dengan adanya keaktifan lansia
mengikuti kegiatan dapat membentuk konsep diri yang positif.
d) Kemampuan Memenuhi Kebutuhan Sendiri.
Berdasarkan hasil pengumpulan didapatkan bahwa 62 lansia (90%)
mampu memenuhi kemampuan sendiri dan 7 lansia (10%) tidak mampu
memenuhi kebutuhan sendiri. Perubahan fisik dapat menyebabkan
penurunan kondisi tubuh lansia sehingga menyebabkan ketergantungan
pada anggota keluarga. Ketergantungan lansia kepada orang lain dapat
menambah beban keluarga baik itu beban fisik maupun sosial ekonomi.
Yang pada akhirnya berdampak pada psikologis lansia.
8
e) Kebiasaan Menyendiri.
Berdasarkan data diagram diatas didapatkan bahwa 53 lansia
(77%) tidak suka menyendiri dari pada mengikuti kegiatan di luar
rumah dan 16 lansia (23%) suka menyendiri dari pada mengikuti
kegiatan di luar rumah. Ketidak mampuan lansia menerima perubahan
fisik pada dirinya dapat membuat lansia lebih suka mengurung diri
dirumah yang secara tidak langsung menarik diri untuk berinteraksi
dengan orang lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya gangguan
mental dan memperburuk keadaan psikologis lansia.
2) Keterampilan Diri.
a) Permasalahan yang Menbuat Lansia Stress.
Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatkan bahwa 48 orang
(61%) lansia mempunyai masalah yang dapat membuat lansia menjadi
stress karena kondisi ekonomi, 13 orang (19%) lansia stress karena
penyakit, 5 orang (7%) lansia stress karena kehilangan perkerjaan, 6
orang (9%) lansia stress karena perpisahan, 3 orang (4%) lansia stress
karena kehilangan pasangan hidup.
Beban pikiran akan mempercepat proses penuaan pada lansia. Pada
umumnya yang membuat lansia menjadi stress adalah karena faktor
kehilangan pekerjaan yang membuat penghasilannya menjadi
berkurang.
b) Cara Mengatasi Masalah
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa dari 69
lansia, 27 orang (39%) mempunyai mekanisme koping bercerita dengan
9
orang terdekat untuk menghilangkan stress, 28 orang (41%) lansia
melakukan ibadah untuk mengurangi masalahnya, 10 orang (15%)
lansia mengikuti kegiatan untuk menghilangkan stress, 3 orang (4%)
lansia dengan marah, 1 orang (1%) lansia mengurung diri di kamar.
Mekanisme koping yang buruk yakni mengurung diri di kamar
merupakan tahap awal yang akan menyebabkan lansia akan mengalami
masalah psikologis, dan apabila tidak diatasi maka akan membawa
lansia pada masalah psikologis yang lebih serius.
c) Situasi yang Membuat Lansia Sedih.
Berdasakan hasil pengumulan data didapatkan bahwa situasi yang
membuat lansia sedih adalah kehilangan pasangan hidup yaitu sebesar
30 orang (44%), 28 orang (41%) lansia sedih karena tidak ikut serta
dalam pengambilan keputusan, 8 orang (11%) lansia sedih saat
berkumpul dengan teman, dan 3 orang (4%) lansia sedih ketika
berkumpul dengan keluarga. Pada lansia terjadi perubahan psikologis
yang membuat lansia mudah tersinggung, merasa tidak dihargai, tidak
diperhatikan, mudah menangis dan lain sebagainya.
3) Masalah Psikologis.
a) Pengalaman yang Tidak bisa Dilupakan
Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatkan bahwa pengalaman
hidup yang tidak bisa dilupakan lansia adalah tidak ada penghasilan
yaitu sebesar 33 orang (48%), 19 orang ( 27%) pengalaman lansia yang
tidak bisa dilupakan adalah kehilangan pasangan hidup, 17 orang (25%)
lain-lain. Pengalaman buruk yang diingat lansia terus menerus dapat
10
membuat lansia menjadi stress dan gangguan mental yang lebih serius.
Dan membuat lansia sulit untuk mulai pengalaman baru, pengalaman
buruk akan membuat suatu traumatik bagi lansia.
c. Dimensi Fisik
1) Keaktifan Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan
Perawatan Lansia.
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa bahwa dari 69
orang lansia, sebanyak 40 lansia (58%) dibantu oleh keluarga dalam
pemenuhan perawatan diri, sedangkan 29 lansia (42%) tidak dibantu oleh
keluarga dalam pemenuhan perawatan diri.
Hal ini menggambarkan tingkat kemandirian lansia dalam memenuhi
kebutuhan sehari-harinya. Dengan tingginya kemandirian maka pemenuhan
kebutuhan dasar lansia akan tepenuhi tanpa harus menunggu dari orang lain.
2) Melakukan Pemeriksaan Kesehatan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa dari 69 orang
lansia, bahwa sebanyak 45 lansia (65%) tidak memeriksakan kesehatannya,
sedangkan 24 lansia rang (35%) yang memeriksakan kesehatannya setiap
bulannya. Hal ini menunjukkan bahwa lansia perlu mendapatkan dukungan
dan motivasi dari keluarga untuk memeriksakan kesehatannya minimal 6
bulan sekali. Pemeriksaan yang rutin perkembangan status kesehatan lansia
dapat terpantau dengan cermat, dan permasalahan yang timbul dapat
diketahui dan di tangani dengan cepat.
3) Saran Pelayanan yang Digunakan.
11
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa dari 69 orang
lansia, sebanyak 49 lansia (71%) memeriksakan kesehatannya di
Puskesmas, 19 (28%) lansia memeriksakan kesehatanya di klinik dokter,
sedangkan 1 lansia (1%) memeriksakan kesehatannya di Rumah sakit.
Hal ini menunjukkan tingginya motivasi lansia dalam memelihara kesehatan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Pelayanan yan diberikan
puskesmas merupakan pelayanan dasar yang komprehensif yang diberikan
bagi lansia.
4) Anggota Tubuh yang Mengalami Keterbatasan
Berdasarkan pengumpulan data diketahui bahwa dari 69 orang lansia
diketahui bahwa 36 lansia (52%) mengalami keterbatasan pada bagian mata,
14 lansia (20%) tidak mengalami keterbatasan apapun, 9 lansia (13%)
mengalami keterbatasan pada bagian kaki dan tangan, 4 lansia (6%)
mengalami keterbatasan pada bagian telinga dan mulut, kemudian sisanya
masing-masing 1 lansia (2%) mengalami keterbatasan pada bagian jantung
dan saluran kencing. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya penggunaan
alat bantu seperti kaca mata bagi lansia yang mengalami masalah pada mata
untuk meminimalkan risiko cedera pada lansia untuk mempertahankan
status kesehatan lansia.
d. Dimensi Lingkungan Sosial
1) Keaktifan Lansia Mengikuti Kegiatan Masyarakat.
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui dari 69 orang lansia,
sebanyak 32 lansia (46%) tidak aktif mengikuti kegiatan masyarakat
sedangkan 37 lansia (54%) aktif mengikuti kegiatan masyarakat di RW 13
kelurahan Meranti Pandak kecamatan Rumbai Pesisir.
12
Dengan adanya kegiatan masyarakat khususnya bagi lansia dapat
membantu lansia dalam mengisi waktu luangnya dengan kegiatan atau
aktivitas yang bermanfaat. Sehingga dapat menghindari dari berbagai
penyebab stress akibat banyaknya waktu luang yang tidak termanfaatkan.
2) Alasan Lansia tidak mengikuti Kegiatan Masyarakat.
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa ada beberapa
alasan lansia tidak mengikuti kegiatan masyarakat yaitu sebanyak 8 lansia
(12%) beralasan malas, 22 lansia (32%) beralasan tidak sanggup, 3 lansia
(4%) beralasan tidak ada kegiatan di masyarakat. Hal ini menunjukkan
kurangnya motivasi lansia dalam kegiatan yang ada di masyarakat
khususnya dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal. Sehingga apabila dibiarkan maka pemeliharaan kesehatan
akan sulit untuk dilakukan.
3) Pola Komunikasi Dengan Tetangga
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa dari 69 lansia,
sebanyak 59 lansia (85%) pola komunikasi dengan tetangga terbuka
sedangkan 10 lansia (15%) pola komunikasi dengan tetangga tertutup. Hal
ini menunjukkan bahwa masih ditemukannya beberapa lansia yang bersifat
individualisme yang dapat mempengaruhi psikologi dan komunikasi lansia.
Lansia yang mempunyai pola komunikasi tertutup maka lansia lebih
mundah mengalami gangguan psikologis.
4) Pekerjaan Lansia
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa sebanyak 11
lansia (16%) bekerja sebagai petani, 27 lansia (39%) bekerja sebagai buruh,
2 lansia (3%) bekerja sebagai nelayan, 25 lansia (36%) bekerja swasta dan
13
sebanyak 4 lansia (6%) bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Hal ini
menunjukkan bahwa masih produktifnya lansia dalam memenuhi kebutuhan
sehari-harinya. Panjangnya usia produktif lansia menunjukkan lansia
mempunyai status kesehatan yang baik.
5) Transportasi Yang Digunakan Lansia
Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatkan bahwa dari 69 lansia,
sebanyak 35 lansia (51%) menggunakan transportasi umum, 31 lansia
(45%) menggunakan sepeda motor, dan sebanyak 2 lansia (3%) memiliki
mobil pribadi, sedangkan 1 lansia (1%) menggunakan sepeda. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan tidak memiliki kendaraan pribadi maka akan
mempersulit lansia dalam menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan.
Sehingga menjadi penyebab dari penurunan status kesehatan lansia.
e. Dimensi Gaya Hidup
1. Nutrisi
a) Cara Pengolahan Makanan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui dari 69 orang lansia
terdapat 50 lansia (73% ) mengolah makanan dengan cara digoreng dan
19 lansia (28%) mengolah makanan dengan cara direbus.
Pengolahanan makanan dengan cara digoreng dapat meningkatkan
resiko pengingkatan kolesterol darah. Peningkatan kolesterol darah
memicu terjadinya hipertensi dan dapat pula menyebabkan terjadinya
resiko stroke.
b) Konsumsi Makanan Berlemak
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa dari 69 orang
lansia, sebanyak 52 lansia (76%) kadang-kadang mengkonsumsi
14
makanan berlemak, 8 lansia (11%) tidak pernah mengkonsumsi
makanan berlemak. Makanan berlemak dapat meningkatakan resiko
terjadinya hipertensi dan terjadinya permasalahan vaskularisasi darah.
Menyebabkan dinding pembulh darah semakin menyempit akibat
adanya penumpukan lemak pada dinding kapiler darah, sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan pembuluh darah.
c) Konsumsi Makanan Tinggi Garam
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa dari 69 orang
lansia, sebanyak 57 lansia (83%) kadang-kadang mengkonsumsi
makanan tinggi garam dan 3 lansia (4%) tidak pernah mengkonsumsi
makan tinggi garam. Makanan tinggi garam dapat meningkatkan
tekanan darah. Hal ini dikarenakan sifat garam yang menarik air
dipembuluh darah, sehingga darah menjadi lebih kental dan sulit unuk
dipompakan oleh jantung dan apada akhinya akan menyebabkan
terjadinya hipertensi.
d) Konsumsi Makanan Olahan Pabrik.
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa dari 69 orang
lansia, sebanyak 54 lansia (78%) kadang-kadang mengkonsumsi
makanan olahan pabrik dan 6 lansia (9%) tidak pernah mengkonsumsi
makan olahan pabrik. Makanan olahan pabrik mempunyai berbagai
bahan dan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh jika di konsumsi dalam
jumlah yang banyak dan sering.
e) Pola Makanan Lansia.
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa dari 69 orang
lansia, 35 orang (51%) makanan lansia terdiri dari Nasi+Lauk+Sayur
15
dan 3 orang (4%) hanya makan nasi+lauk saja. Bagi lansia
keseimbangan dalam pemenuhan nutrisi sangatlah penting agar dapat
meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu metabolisme tubuh.
Karena fungsi tubuh lansia telah mengalami penurunan sehingga rentan
untuk mengalami gangguan, dan untuk menjaga kesehatan tubuh lansia
dibutuhkan keseimbangan nutrisi dan gizi.
f) Konsumsi Kopi.
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa dari 69 orang
lansia, 41 lansia (59%) mengkonsumsi kopi dan 28 orang lansia (41%)
tidak megkonsumsi kopi. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar lansia mengkonsumsi kopi. Konsumsi kopi dalam
waktu yang lama dan banyak dapat meningkatkan resiko terjadinya
permasalahan vaskularisasi. Dan turut mendukung menjadi permasalah
pada fungsi jantung dan berakhir pada gagal jantung.
g) Konsumsi Rokok.
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa dari 69 orang
lansia, sebanyak 33 lansia (48%) dan yang tidak merokok sebanyak
52%. Merokok dapat meningkatkan insiden gangguan saluran
pernafasan dan paru-paru karena di dalam rokok terkandung zat-zat
racun seperti nikotin, tar dan lain- lain yang dapat merusak tubuh.
h) Jumlah Rokok yang Dikonsumsi.
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa sebanyak 34
orang lansia (49%) tidak merokok dan 19 orang lansia (20% ) merokok
sebanyak lebih dari 1 bungkus. Jumlah rokok yang dikonsumsi dan
lamanya akan dapat menyebabkan permasalah pada saluran pernafasan
16
terutama paru-paru. Gangguan paru mulai dari yang ringan seperti
ISPA sampai pada yang berat seperi kanker paru-paru.
2. Gerakan badan
a. Keaktifan Berolahraga.
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa dari 69
orang lansia, sebanyak 38 orang lansia (55%) tidak aktif dalam
berolahraga dan sebanyak 31 orang lansia (45% ) aktif dalam
berolahraga. Hal ini menunjukkan kurangnya kepedulian dan motivasi
lansia dalam menjaga kesehatan. Kurang aktifnya dalam melakukan
olahraga menyebabkan meningkatnya resiko terjadi permasalahan
kesehatan.
b. Jenis Olahraga yang dilakukan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 69 orang lansia,
diketahui bahwa 46 orang (67%) jenis olahraga yang dilakukan
adalah dengan berjalan kaki dan hanya 4 orang (6%) bersepeda.
Olahraga merupakan kegiatan yang sangat penting untuk menjaga
kesehatan tubuh, Karena dengan olahraga akan membantu kelancaran
aliran darah dan metabolisme tubuh.
3. Aktivitas rekreasi
a. Kegiatan Rekreasi.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 69 orang lansia,
diketahui bahwa 36 lansia (52% ) tidak melakukan rekreasi bersama
keluarga dan 33 lansia (48%) melakukan rekreasi bersama keluarga.
Rekreasi bersama keluarga dapat menjadi salah satu cara untuk
17
mengurangi terjadinya stress. Dan menjadi wadah untuk berkumpul
dengan anggota keluarga dan untuk berkomunikasi antar anggota
keluarga untuk saling mengenal.
b. Jenis Kegiatan Rekreasi Yang Dilakukan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 69 orang lansia,
diketahui bahwa sebanyak 41 orang (60%) melakukan rekreasi dengan
cara berkumpul denga keluarga dan 1 orang (1%) melakukan rekreasi
dengan berkumpul dengan teman. Rekreasi dapat menghilangkan
beban pikiran sehingga dapat membuat kita lebih rileks, dan tenang.
Dan menjadi wadah untuk mengenal sesama anggota keluarga.
4. Alat bantu yang digunakan
a. Jenis Alat Bantu Yang digunakan Lansia.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 69 orang lansia, diketahui
bahwa 2 orang (3%) menggunakan gigi palsu, 13 orang atau sekitar
39% menggunakan kacamata dan sisanya menggunakan tongkat
sebagai alat bantu dalm kegiatan sehari-hari yaitu sekitar 7%.
Penggunaan alat bantu ini perlu untuk mendapat perhatian, karena dapat
meningkatkan resiko cedera pada lansia yang akan berdampak pada
status kesehatan lansia.
f. Dimensi Kesehatan
1) Perlunya Posbindu
Dari hasil pengumpulan data dari 69 lansia terdapat 63 lansia (91%)
mengatakan perlu adanya Posbindu, sedangkan 3 lansia (9%) mengatakan
tidak perlu adanya Posbindu. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya
18
motivasi lansia untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Selain
itu posbindu bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya
pada lansia.
2) Keluarga Memfasilitasi Lansia Jika Sakit
Dari hasil pengumpulan data terdapat 130 KK (87%) memfasilitasi
lansia jika sakit, sedangkan 16 KK (13%) tidak memfasilitasi lansia jika
sakit. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya motivasi keluarga dalam
merawat lansia. Memfasilitasi lansia untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan membantu lansia untuk menjaga dan mempertahankan status
kesehatannya.
3) Alasan Keluarga Tidak Memfasilitasi Lansia jika sakit.
Dari hasil pengumpulan data dari 16 orang lansia sebanyak 8 KK
(50%) beralasan karena faktor ekonomi yang tidak memadai, 3 KK (25%)
lansia yang tidak mempunyai keluarga, 3 KK (15%) beralasan keluarga
sibuk dengan pekerjaannya dan 2 KK (10%) tidak mempunyai alasan.
Hal ini menggambarkan bahwa faktor ekonomi sangat mempengaruhi
keluarga dalam merawat lansia, kondisi perekonomian rumah tangga juga
turut menggambarkan kondisi keuangan keluarga, sehingga dengan kondisi
keuangan yang sulit maka secara otomatis keluarga akan sulit untuk
memfalitasi lansia jika sakit.
19
C. Tahap Penyusunan Diagnosa
1. Analisa Data
NO. DATADIAGNOSA
KEPERAWATAN1. LANSIA (n= 69 orang)
1. Hasil Angketa. 53 orang (23%) lansia dalam
kondisi tidak sehatb. 6 orang (39 %) masalah kesehatan
lansia saat ini yang menderita hipertensi
c. Penyakit kronis pada lansia 25 orang (36 )% hipertensi, 15 orang (22 %) menderita reumatik, 3 orang (4 %), 2 orang (3 %) Asma dan katarak.
d. 15 orang (22%) lansia berobat dengan cara beli obat diwarung, 3 orang (5%) berobat ke pijat urut, 1 orang (2%) berobat ke dukun.
e. 50 orang lansia (73% ) mengolah makanan dengan cara digoreng
f. 57 orang lansia (83%) kadang-kadang mengonsumsi makanan tinggi garam
g. 41 lansia (59%) mengonsumsi kopi
h. Lansia yang merokok sebanyak 33 orang (48%)
i. 19 orang lansia (20% ) merokok sebanyak lebih dari 1 bungkus
j. 32 orang (46%) lansia tidak aktif mengikuti kegiatan masyarakat
k. 16 orang (23%) lansia suka menyendiri dari pada mengikuti kegiatan di luar rumah
l. 48 orang (61%) lansia stress karena kondisi ekonomi
m. 1 orang (1%) lansia mengurung diri di kamar jika ada masalah
n. 14 lansia (52 %) mempunyai keterbatasan pada mata, 9 lansia (13 %) mengalami keterbatasan pada kaki dan tangan.
o. 35 orang (51 %) lansia tidak menggunakan alat bantu
p. 27 lansia (39 %) menggunakan kaca mata, 5 lansia (7 %)
Resiko meningkatnya kejadian penyakit kronik: Hipertensi di lingkungan RW 13 Kelurahan Meranti Pandak berhubungan dengan gaya hidup masyarakat yang kurang mendukung dalam upaya perawatan kesehatan masyarakat dengan Hipertensi.
20
menggunakan tongkat.q. 45 lansia (65 %) tidak
memeriksakan kesehatannya, 24 lansia (35 %) memeriksakan kesehatan setiap bulannya.
2. Hasil Wawancaraa. Kepala Puskesmas Rumbai
mengatakan bahwa angka kunjungan masyarakat RW 13 ke puskesmas cukup tinggi, selain itu kepala puskesmas rumbai juga mengatakan dalam 1 kelurahan hanya terdapat 1 posbindu, khusus di kelurahan meranti Pandak terletak di RW 09.
b. Kader posyandu di RW 13 mengatakan sebagian lansia yang tinggal di RW 13 mengikuti kegiatan senam lansia di rumah Zakat yang terletak di RW 06.
2 LANSIA (n=69 orang)1. Hasil angket
a. 53 orang (23%) lansia dalam kondisi tidak sehat
b. 3 lansia (19 %) yang mempunyai masalah kesehatan saat ini adalah reumatik
c. 15 lansia (22 %) yang mempunyai penyakit kronis reumatik.
d. 15 orang (22%) lansia berobat dengan cara beli obat diwarung, 3 orang (5%) berobat ke pijat urut, 1 orang (2%) berobat ke dukun.
e. 9 lansia (13 %) mengalami keterbatasan pada kaki dan tangan.
f. 35 orang (51 %) lansia tidak menggunakan alat bantu
g. 5 lansia (7 %) menggunakan tongkat dalam beraktivitas
h. 50 orang lansia (73% ) mengolah makanan dengan cara digoreng
i. 38 lansia (55 %) tidak aktif atau rutin berolah raga
j. 45 lansia (65 %) tidak memeriksakan kesehatannya, 24 lansia (35 %) memeriksakan kesehatan setiap bulannya.
Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan lansia akibat reumatik di RW 13 Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir berhubungan dengan gaya hidup lansia yang tidak sehat, kurangnya kemampuan kader dalam upaya mengatasi masalah reumatik pada lansia
21
2. Hasil Wawancaraa. Kepala Puskesmas Rumbai
mengatakan bahwa angka kunjungan masyarakat RW 13 ke puskesmas cukup tinggi, selain itu kepala puskesmas rumbai juga mengatakan dalam 1 kelurahan hanya terdapat 1 posbindu, khusus di kelurahan meranti Pandak terletak di RW 09.
b. Kader posyandu di RW 13 mengatakan sebagian lansia yang tinggal di RW 13 mengikuti kegiatan senam lansia di rumah Zakat yang terletak di RW 06.
D. Prioritas Masalah
No. Masalah KeperawatanKriteria
Total Rangking1 2 3 4 5 6
1. Resiko penurunan derajat kesehatan lansia akibat hipertensi di RW 13 Kelurahan Meranti Pandak berhubungan dengan gaya hidup lansia yang tidak sehat, kurangnya kemampuan kader dalam upaya mengatasi masalah hipertensi pada lansia
7 8 9 8 8 7 47 I
2. Resiko penurunan derajat kesehatan lansia akibat reumatik di RW 13 Kelurahan Meranti Pandak berhubungan dengan gaya hidup lansia yang tidak sehat, kurangnya kemampuan kader dalam upaya mengatasi masalah reumatik dan asam urat pada lansia
7 8 9 8 6 7 45 II
Keterangan
1 : Kesadaran masyarakat terhadap masalah
2 : Motivasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah
3 : Kemampuan perawat untuk mempengaruhi atau memberikan solusi
4 : Tersedianya keahlian untuk menyelesaikan masalah kesehatan
22
5 : Keparahan atau keseriusan masalah yang dihasilkan jika tidak diselesaikan
6 : Kecepatan masalah dapat diselesaikan
Kriteria Nilai
1 – 3 : Rendah
4 – 6 : Sedang
7 -10 : Tinggi
Berdasarkan prioritas masalah maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan gerontik
di RW 13 Kelurahan Meranti Pandak adalah:
1. Resiko penurunan derajat kesehatan lansia akibat hipertensi di RW 13
Kelurahan Meranti Pandak berhubungan dengan gaya hidup lansia yang tidak
sehat, kurangnya kemampuan kader dalam upaya mengatasi masalah hipertensi
pada lansia
2. Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan lansia akibat reumatik di RW 13
Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir berhubungan dengan gaya
hidup lansia yang tidak sehat, kurangnya kemampuan kader dalam upaya
mengatasi masalah reumatik pada lansia.
E. Rencana Keperawatan
1. Resiko meningkatnya kejadian penyakit kronik: Hipertensi di lingkungan RW 13
Kelurahan Meranti Pandak berhubungan dengan gaya hidup masyarakat yang
kurang mendukung dalam upaya perawatan kesehatan masyarakat dengan
Hipertensi.
Tujuan umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 bulan, diharapkan tidak terjadi
penurunan kesehatan akibat hipertensi.
23
Tujuan khusus
Setelah dilakukan kegiatan keperawatan selama 2 minggu diharapkan:
a. Meningkatnya kesadaran dan motivasi masyarakat untuk mengatasi masalah
hipertensi pada lansia
Intervensi:
1) Pembentukan kelompok kader sadar hipertensi (Kadarsi) tingkat RW dengan
menggunakan strategi proses kelompok dan pemberdayaan masyarakat
Kriteria : Respon afektif dan psikomotor
Standar : Terbentuknya kelompok kader sadar hipertensi
b. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan kader mengatasi masalah hipertensi
Intervensi:
1) Pelatihan kelompok kader sadar hipertensi yang meliputi hipertensi dan
cara perawatannya dengan menggunakan strategi pendidikan kesehatan
dan proses kelompok.
Kriteria : Respon kognitif, afektif, dan psikomotor
Standar : 90% pengetahuan dan kemampuan kelompok kadarsi meningkat
dalam mengatasi masalah hipertensi
c. Meningkatnya pengetahuan dan perilaku sehat kelompok lansia dan keluarga dalam
mengatasi masalah hipertensi.
Intervensi:
1) Penyuluhan kesehatan pada kelompok lansia dan keluarganya tentang
hipertensi dan cara perawatannya dengan menggunakan strategi
pendidikan kesehatan dan proses kelompok.
Kriteria : Respon kognitif, afektif, dan pssikomotor
Standar : 80% pengetahuan dan perilaku kelompok lansia dan keluarga
meningkat dalam mengatasi masalah hipertensi
24
2) Penyebaran leaflet tentang hipertensi dan cara perawatannya dengan
menggunakan strategi pendidikan kesehatan dan proses kelompok.
Kriteria : Respon kognitif dan afektif
Standar : 100% leaflet tersebar pada kelompok lansia dan keluarganya
3) Aktifkan kegiatan senam lansia (senam jantung sehat) secara rutin setiap
minggu dengan menggunakan strategi proses kelompok dan
pemberdayaan masayarakat.
Kriteria : Respon afektif dan psikomotor
Standar : 80% lansia mengikuti kegiatan rutin senam lansia (senam jantung
sehat)
2. Resiko penurunan derajat kesehatan lansia akibat reumatik di RW 13 Kelurahan
Meranti Pandak berhubungan dengan gaya hidup lansia yang tidak sehat,
kurangnya kemampuan kader dalam upaya mengatasi masalah reumatik dan asam
urat pada lansia.
Tujuan umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 bulan, diharapkan tidak terjadi
penurunan kesehatan akibat reumatik.
Tujuan khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu diharapkan:
a. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan kader mengatasi masalah
reumatik.
Intervensi:
1) Pelatihan kelompok kader lansia tentang reumati serta cara
perawatannya dengan strategi pendidikan kesehatan dan proses
kelompok.
25
Kriteria : Respon kognitif, afektif, dan psikomotor
Standar : 90% pengetahuan dan kemampuan kelompok kader kesehatan
lansia meningkat dalam mengatasi masalah reumatik dan asam
urat
b. Meningkatnya pengetahuan dan perilaku sehat kelompok lansia dan keluarga dalam
mengatasi masalah reumatik.
Intervensi:
1) Penyuluhan kesehatan pada kelompok lansia dan keluarganya tentang reumatik
serta cara perawatannya dengan mengguanakan strategi pendidikan kesehatan
dan proses kelompok
Kriteria : Respon kognitif, afektif, dan psikomotor
Standar : 80% pengetahuan dan perilaku kelompok lansia dan keluarga
meningkat dalam mengatasi masalah reumatik dan asam urat.
2) Penyebaran leaflet tentang reumatik dan asam urat serta cara perawatannya
dengan menggunakan strategi pendidikan kesehatan dan proses kelompok.
Kriteria : Respon kognitif dan afektif
Standar : 100% leaflet tentang reumatik dan asam urat serta cara
perawatannya tersebar pada lansia dan keluarganya.
F. Implementasi
Diagnosa keperawatan:
1. Resiko meningkatnya kejadian penyakit kronik: Hipertensi di lingkungan RW 13
Kelurahan Meranti Pandak berhubungan dengan gaya hidup masyarakat yang
kurang mendukung dalam upaya perawatan kesehatan masyarakat dengan
Hipertensi.
26
1) Pembentukan kelompok kader sadar hipertensi (KADARSI) yang dilaksanakan
di Musholla Al-Anshor pada hari Kamis tanggal 23 Desember 2010 pada pukul
14.30-15.30 WIB dengan menggunakan strategi patnership, proses kelompok,
pemberdayaan masyarakat dan pendidikan kesehatan.
Faktor pendukung
a. Adanya dukungan dari pihak pokjakes PELITA SEHAT RW 13 dalam
penentuan kandidat kader sadar hipertensi (KADARSI) yang akan dibentuk
b. Adanya dukungan dari kader dalam rangka memfasilitasi tempat kegiatan
pembentukkan kadarsi
Faktor Penghambat
a. Kesulitan mengumpulkan calon Kadarsi karena kesibukan aktivitas masing-
masing kader, dimana rencana sebelumnya sesuai preplanning awal, kegiatan
pembentukkan Kadarsi akan dilaksanakan pada pukul 14.00 Wib namun
ditunda selama hampir 30 menit. Dan setelah disepakati acara pembentukan
kadarsi dilanjutkan dan anggota yang tidak datang akan di sosialisasikan
langsung kepada individu mengenai jabatan, tugas dan tanggung jawab
sebagai anggota KADARSI.
Rencana Tindak Lanjut
Dalam upaya mengatasi faktor penghambat tersebut, perlunya dijelaskan tentang
tugas dan fungsi Kadarsi dengan jelas, sehingga Kadarsi bersama Pokjakes
mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan bimbingan dari pihak
Puskesmas (penanggung jawab program lanjut usia) sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya masing-masing, serta mampu melakukan kegiatan secara berkala.
27
2) Pelatihan kelompok kader sadar hipertensi (Kadarsi) tentang hipertensi dan cara
perawatannya
Faktor Pendukung
a. Adanya motivasi dari kelompok Kadarsi untuk meningkatkan
pengetahuannya tentang hipertensi dan cara perawatannya
b. Aktifnya kelompok Kadarsi dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan
c. Adanya dukungan dari pihak Pokjakes PELITA SEHAT RW 13 dalam
pelaksanaan kegiatan pelatihan kelompok Kadarsi
d. Adanya dukungan dari kader dalam rangka memfasilitasi tempat kegiatan
pelatihan kelompok Kadarsi.
Faktor Penghambat
a. Keterbatasan dan sulitnya mendapatakan tanah lapang atau lapangan yang
letaknya ditengah-tengah pemukiman warga sehingga membatasi rentang
gerak dalam pelaksanaan teknik relaksasi dan senam jantung sehat. Dan tidak
semua warga dapat mengikuti kegiatan senam diakibatkan letak yang cukup
jauh.
b. Suasana cuaca dan faktor alam yang tidak menentu sehingga dapat
menghanbat dan mengganggu kegiatan rutin dari Senam Jantung Sehat ini.
Rencana Tindak Lanjut
a. Kelompok kader sadar hipertensi (Kadarsi) bersama Pokjakes melaksanakan
tugas dan kewajibannya dengan bimbingan dari pihak Puskesmas
(penanggung jawab program lanjut usia) sesuai tugas pokok dan fungsinya
masing-masing, serta mampu melakukan kegiatan secara berkala.
28
b. Perlunya dilakukan penyegaran kembali pengetahuan kader terkait penyakit
hipertensi dan cara perawatannya oleh Puskesmas Rumbai program kesehatan
Lansia.
3) Memberikan penyuluhan kesehatan dan membagikan leaflet tentang penyakit
hipertensi, perawatan dan cara pengobatan tradisional untuk mengatasi hipertensi
yang dilaksanakan di Musholla Al-Anshor RT 04 Kelurahan Meranti Pandak
Kecamatan Rumbai Pesisir pada hari Kamis, 30 Desember 2010 pukul 14.00 s/d
14.45 WIB dengan menggunakan strategi pendidikan kesehatan dan patnership
Faktor Pendukung
a. Aktifnya kelompok Kadarsi dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan
b. Adanya dukungan dari pihak Pokjakes PELITA SEHAT RW 13 dalam
pelaksanaan kegiatan penyuluhan
c. Adanya dukungan Kadarsi dalam rangka memfasilitasi tempat kegiatan
penyuluhan kesehatan
d. Lansia dan masyarakat yang mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan
tampak antusias dan berpartisipasi aktif dalam proses pelaksanaan kegiatan
penyuluhan
Faktor Penghambat
a. Tidak tersediannya ruangan khusus untuk pelaksanaan penyuluhan kesehatan
b. Sulitnya mengumpulkan lansia dan masyarakat untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan dikarenakan masih banyak yang bekerja dan kurangnya motivasi
untuk hadir
29
Rencana Tindak Lanjut
a. Pemberian informasi kesehatan secara berkala tentang penyakit hipertensi,
perawatan dan cara pengobatan tradisional untuk mengatasi hipertensi serta
masalah penyakit lainnya yang sering dialami lansia yang difasilitasi oleh
kelompok Kadarsi bersama Pokjakes PELITA SEHAT’ unit kesehatan lansia
RW 13 Kelurahan Meranti Pandak bekerjasama dengan pihak Puskesmas
Rumbai terutama penanggungjawab program kesehatan lansia
b. Adanya fasilitas yang disediakan oleh perangkat RW untuk pelaksanaan
kegiatan penyuluhan yang lebih kondusif
4) Pelaksanaan senam lansia (senam jantung sehat) bersama lansia dan keluarganya
pada hari Jum’at tanggal 31 Desember 2010 dan pada hari Rabu 05 Januari 2011
pukul 16.00 WIB di halaman kediaman Ibu Siswo RT 05 dengan menggunakan
strategi proses kelompok dan pemberdayaan masyarakat.
Faktor Pendukung
a. Aktifnya kelompok Kadarsi dalam pelaksanaan kegiatan senam jantung sehat
b. Adanya dukungan dari pihak Pokjakes PELITA SEHAT RW 13 dalam
pelaksanaan kegiatan senam jantung sehat
c. Adanya dukungan Kadarsi dalam rangka memfasilitasi tempat kegiatan
senam jantung sehat
d. Lansia dan masyarakat yang mengikuti kegiatan senam tampak antusias dan
bersemangat dalam proses pelaksanaan kegiatan senam
Faktor Penghambat
a. Peralatan dan tempat kegiatan pelaksanaan yang kurang memadai.
30
b. Kurangnya dukungan dari perangkat RW dalam pelaksanaan kegiatan
penyuluhan kesehatan
c. Sulitnya mengumpulkan lansia dan masyarakat untuk mengikuti kegiatan
senam dikarenakan masih banyak yang masih di rumah, kurangnya motivasi
untuk hadir mengikuti senam, dan banyaknya lansia yang masih bekerja
sampai sore yang membuat lansia merasa kelelahan dan enggan untuk
mengikuti kegiatan senam.
Rencana Tindak Lanjut
a. Adanya fasilitas yang disediakan oleh perangkat RW untuk pelaksanaan
kegiatan senam jantung sehat yang lebih kondusif
b. Kadarsi bersama pihak Pokjakes tetap mengkoordinir pelaksanaan senam
jantung sehat secara teratur setiap Rabu dan Jum’at. Namun terdapat wacana
untuk mengganti menjadi hari Minggu, agar lansia laki-laki yang sibuk
bekerja pada hari kerja dapat pula ikut senam pada hari minggu.
2. Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan lansia akibat reumatik di RW 13
Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir berhubungan dengan gaya
hidup lansia yang tidak sehat, kurangnya kemampuan kader dalam upaya
mengatasi masalah reumatik pada lansia.
1) Memberikan penyuluhan kesehatan dan membagikan leaflet tentang penyakit
reumatik, perawatan dan cara pengobatan tradisional untuk mengatasi
reumatik yang dilaksanakan di Musholla Al-Anshor RT 04 Kelurahan
Meranti Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir pada hari Kamis, 30 Desember
2010 pukul 14.00 s/d 14.45 WIB dengan menggunakan strategi pendidikan
kesehatan dan patnership.
31
Faktor Pendukung
a. Aktifnya masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan
b. Adanya dukungan dari pihak Pokjakes PELITA SEHAT RW 13 dalam
pelaksanaan kegiatan penyuluhan
c. Adanya dukungan anggota pokjakes dalam rangka memfasilitasi tempat
kegiatan penyuluhan kesehatan
d. Lansia dan masyarakat yang mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan
tampak antusias dan berpartisipasi aktif dalam proses pelaksanaan kegiatan
penyuluhan
Faktor Penghambat
a. Tidak tersediannya ruangan khusus untuk pelaksanaan penyuluhan kesehatan
b. Sulitnya mengumpulkan lansia dan masyarakat untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan dikarenakan masih banyak yang bekerja dan kurangnya motivasi
untuk hadir
Rencana Tindak Lanjut
a. Pemberian informasi kesehatan secara berkala tentang penyakit reumatik,
perawatan dan cara pengobatan tradisional untuk mengatasi reumatik serta
masalah penyakit lainnya yang sering dialami lansia yang difasilitasi oleh
kelompok Kadarsi bersama Pokjakes PELITA SEHAT’ unit kesehatan lansia
RW 13 Kelurahan Meranti Pandak bekerjasama dengan pihak Puskesmas
Rumbai terutama penanggungjawab program kesehatan lansia
b. Adanya fasilitas yang disediakan oleh perangkat RW untuk pelaksanaan
kegiatan penyuluhan yang lebih kondusif
32
G. Evaluasi
1. Diagnosa keperawatan pertama
a. 100% kelompok Kadarsi mengalami peningkatan pengetahuan tentang
hipertensi dan cara perawatannya setelah menjalani pelatihan
b. 70% Lansia dan masyarakat yang menghadiri kegiatan dapat mengulangi
kembali penjelasan yang telah diberikan.
c. 80% Lansia dan masyarakat yang mengikuti kegiatan dapat mengikuti gerakan
senam jantung sehat dengan tepat
d. Lansia dan masyarakat berpartisipasi dan aktif dalam kegiatan yang dilakukan
e. Lansia dan masyarakat banyak bertanya mengenai penyakit hipertensi,
perawatan dan cara pengobatan tradisional untuk mengatasi hipertensi
2. Diagnosa keperawatan kedua
a. Lansia dan masyarakat berpartisipasi dan aktif dalam kegiatan yang dilakukan
b. Lansia dan masyarakat banyak bertanya mengenai penyakit reumatik,
perawatan dan cara pengobatan tradisional untuk mengatasi reumatik
c. 75% lansia dan masyarakat yang menghadiri kegiatan dapat mengulangi
kembali penjelasan yang telah diberikan.
d. 80% lansia dan masyarakat yang mengikuti kegiatan dapat menyebutkan cara
meramu obat tradisional untuk reumatik.
e. 50 % masyarakan langsung mau mencoba ramuan yang diperagakan oleh
mahasiswa.
33
H. Saran-Saran
1. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
a. Memberikan kebijakan dan memfasilitasi upaya peningkatan kesehatan
Lansia RW 13 melalui pemberian pendidikan dan promosi kesehatan
b. Memfasilitasi media promosi kesehatan kepada pengurus Pokjakes dan
kelompok Kadarsi RW 13, karena di dinas kesehatn kota sangat sulit untuk
mendapatkan media promosi kesehatan untuk para pokjakes.
2. Puskesmas Rumbai
a. Memberikan pembinaan dan bimbingan kepada pengurus Pokjakes dan
kelompok Kadarsi RW 13 terkait masalah kesehatan lansia melalui kegiatan
pelatihan secara berkala minimal setiap 6 bulan.
b. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja pengurus Pokjakes unit Lansia dan
kelompok RW 13 secara berkala tiap 6 bulan
c. Pemantauan angka kejadian penyakit pada Lansia di RW 13 Kelurahan Meranti
Pandak terutama untuk kejadian hipertansi dan Reumatik.
d. Memberikan promosi dan pendidikan kesehatan secara berkala terhadap
pencegahan dan pengobatan penyakit pada Lansia melalui kegiatan rutin warga
seperti kegiatan wirid dan kegiatan perkumpulan lainnya.
e. Peningkatan kesehatan dan kesejahteraan Lansia melalui pelaksanaan posyandu
Lansia yang dilaksanakan setiap bulan
3. Pokjakes Pelita Sehat RW 13 unit kesehatan lanjut usia (Lansia)
a. Bekerjasama dengan pihak puskesmas Rumbai dan kelurahan Meranti Pandak
dalam melakukan pembinaan kesehatan lansia secara rutin dan berkala seperti
34
penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan dan pelaksanaan senam lansia
secara rutin
b. Memfasilitasi pembentukkan pos pembinaan terpadu (Posbindu)
c. Berperan aktif dalam rangka mendeteksi dan mengidentifikasi masalah
kesehatan yang terjadi pada Lansia di RW 13 serta melaporkannya kepada
Puskesmas Rumbai untuk segera diatasi
4. Kelompok kader sadar hipertensi (Kadarsi) RW 13 Kelurahan Meranti Pandak
a. Bekerjasama dengan pihak puskesmas Rumbai, kelurahan Limbungan dan
Pokjakes Pelita Sehat unit Lansia dalam melakukan pembinaan kesehatan lansia
dan masyarakat secara rutin dan berkala seperti penyuluhan kesehatan,
pemeriksaan kesehatan dan pelaksanaan senam lansia secara rutin
b. Berperan aktif dalam rangka mendeteksi dan mengidentifikasi penyakit
hipertensi yang terjadi pada Lansia dan masyarakat RW 13 serta
melaporkannya kepada Puskesmas Rumbai untuk segera diatasi
c. Mengumpulkan data kesehatan kelompok usia lanjut di RW 13 khususnya yang
mengalami hipertensi
d. Melakukan kunjungan rumah dan perawatan pada lansia dengan hipertensi
e. Memfasilitasi dan mengaktifkan senam lansia setiap minggu bersama Pokjakes
unit kesehatan Lansia
35
5. Kelurahan Meranti Pandak
a. Bekerjasama dengan puskesmas Rumbai dan instansi terkait untuk memberikan
pembinaan, monitoring dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan Lansia di RW 13 seperti posyandu lansia
b. Mengalokasikan dan memberikan bantuan dana operasional pelaksanaan
kegiatan peningkatan kesehatan lansia
c. Mengambil kebijakkan khusus dalam upaya peningkatan status kesehatan
Lansia di RW 13.
6. Ketua RW 13 Kelurahan Meranti Pandak
a. Bekerjasama dengan puskesmas Rumbai, Pihak Kelurahan Meranti Pandak dan
instansi terkait lainnya untuk memberikan pembinaan dan monitoring kegiatan
pelayanan kesehatan Lansia di RW 13 seperti posyandu lansia
b. Mengusulkan dan mengalokasikan bantuan dana operasional pelaksanaan
kegiatan peningkatan kesehatan lansia
c. Mengambil kebijakkan khusus dalam upaya peningkatan status kesehatan
Lansia di RW 13.
d. Memfasilitasi kegiatan Pokjakes unit kesehatan Lansia dan kelompok Kadarsi
dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan Lansia
e. Bersama Pengurus Pokjakes membentuk suatu perkumpulan lansia untuk
memudahkan pelaksanaan pembinaan kesehatan lansia di RW 13 Kelurahan
Meranti Pandak.
7. Tokoh agama dan tokoh masyarakat
a. Berperan aktif serta memfasilitasi dan mendukung kegiatan pembinaan
kesehatan lansia di RW 13
36
b. Memberikan dukungan secara moril dan materil kepada Pokjakes dan Kadarsi
Pelita Sehat dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan Lansia di RW 13
c. Bersama ketua RW dan Pengurus Pokjakes membentuk suatu perkumpulan
lansia untuk memudahkan pelaksanaan pembinaan kesehatan lansia di RW 13
Kelurahan Meranti Pandak.
37