laporan pendahuluan gerontik rs q
TRANSCRIPT
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
ASUHAN KEPERAWATAN
CONGESTIVE HAERT FAILURE (CHF) PADA LANSIA
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen
dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung
gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Smeltzer & Bare, 2001)
Congestive Haerth Failure (CHF) atau gagal jantung adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah secara adekuat keseluruh tubuh (Ebbersole, Hess.
1998)
2. ETIOLOGI
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit degeneratif atau inflamasi
b. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium
Karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit
miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang
secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan beban
kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
d. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub
semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,
pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak
after load
1
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam,
tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
3. MANIFESTASI KLINIS
a. Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi
yaitu :
1) Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat mengalami
ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea
(PND)
2) Batuk
3) Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan
sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress
pernafasan dan batuk
4) Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik
b. Gagal jantung Kanan :
1) Kongestif jaringan perifer dan visceral
2) Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting,
penambahan BB.
3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena hepar
4) Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen
5) Nokturia
6) Kelemahan
4. PATOFISIOLOGI
Bila reservasi jantung (cardiac reserved) normal untuk berespons terhadap
stres tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung
gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa,dan akibatnya terjadi gagal
2
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
jantung. Demikian juga, pada tingkat awal, disfungsi komponen pompa secara nyata
dapat mengakibatkan gagal jantung. Jika reservasi jantung normal mengalami
kepayahan dan kegagalan, respons fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung
adalah penting. Semua respons ini menunjukkan upaya tubuh untuk
mempertahankan perfusi organ vital tetap normal. Terdapat empat mekanisme
respons primer terhadap gagal jantung meliputi :
a. Meningkatnya Aktivitas Adrenergik Simpatis
Menurunnya volume sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan
respons simpatis kompensatoris. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis
merangsang pengeluaran katekolamin dan saraf-saraf adrenergik jantung dan
medula adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk
meningkatkan curah jantung. Arteri perifer juga melakukan vasokonstriksi
untuk menstabilkan tekanan arteri dan reditribusi volume darah dengan
mengurangi aliran darah ke organ-organ yang rendah metabolismenya seperti
kulit dan ginjal. Hal ini bertujuan agar perfusi ke jantung dan otak dapat
dipertahankan. Venokonstriksi akan meningkatkan aliran balik vena kesisi
kanan jantung, untuk selanjutnya menambah kekuatan kontraksi sesuai dengan
hukum starling.
Aktivitas sistem saraf simpatis yang berlebihan menyebabkan
peningkatan kadar noradrenalin plasma, yang selanjutnya akan menyebabkan
vasokonstriksi, takikardia, serta retensi garam dan air. Aktivitas simpatis yang
berlebihan juga dapat menyebabkan nekrosis sel otot jantung. Perubahan ini
dapat dihubungkan dengan observasi yang menunjukkan bahwa penyimpanan
norepinefrin pada miokardium menjadi berkurang pada gagal jantung kronis.
b. Peningkatan Beban Awal melalui Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) menyebabkan
retensi natrium dan air oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel, dan
regangan serabut. Peningkatan beban awal ini akan menambah kontraktilitas
miokardium sesuai dengan hukum starling. Mekanisme pasti yang
mengakibatkan aktivasi sistem RAA pada gagal jantung masih belum jelas.
Sistem RAA bertujuan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit yang
adekuat serta mempertahankan tekanan darah.
Renin adalah enzim yang disekresikan oleh sel-sel juxtaglomerulus,
yang terletak berbatasan dengan arteriol renal aferen dan bersebelahan dengan
makula densa pada tubulus distal. Renin merupakan enzim yang mengubah
angiotensinogen (sebagian besar berasal dari hati) menjadi angiotensin I.
3
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
c. Hipertrofi ventrikel
Respons terhadap kegagalan jantung lainnya adalah hipertrofi ventrikel
atau bertambahnya ketebalan dinding ventrikel. Hipertrofi meningkatkan jumlah
sarkomer dalam sel-sel miokardium; bergantung pada jenis beban
hemodinamika yang mengakibatkan gagal jantung. Sarkomer dapat bertambah
secara paralel atau serial. Sebagai contoh, suatu beban tekanan yang ditimbulkan
oleh adanya stenosis aorta,akan disertai penambahan ketebalan dinding tanpa
penambahan ukuran ruang di dalamnya. Respons miokardium terhadap beban
volume seperti pada regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi dan
bertambahnya ketebalan dinding. Kombinasi ini diduga merupakan akibat dari
bertambahnya jumlah sarkomer yang tersusun secara serial. Kedua pola
hipertrofi ini dikenal sebagai hipertrofi konsentris dan hipertrofi eksentris.
d. Volume cairan berlebihan (overload volume).
Remodelling jantung terjadi agar dapat menghasilkan volume sekuncup
yang besar. Karena setiap sarkomer mempunyai jarak pemendekan puncak yang
terbatas, maka peningkatan volume ventrikel. Pelebaran ini membutuhkan
ketegangan dinding yang lebih besar agar dapat menimbulkan tekanan
intraventrikel yang sama sehingga membutuhkan peningkatan jumlah miofibril
paralel. Sebagai akibatnya, terjadi peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri.
Jadi, volume cairan berlebihan menyebabkan pelebaran ruang dan hipertrofi
eksentrik.
Keempat respons ini adalah upaya untuk mempertahankan curah
jantung. Mekanisme–mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan
curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini
dan pada keadaan istirahat. Tetapi, kelainan pada kerja ventrikel dan
menurunnya curah jantung biasanya tampa pada saat beraktivitas. Dengan
berlanjutnya gagal jantung, maka kompensasi akan menjadi semakin kurang
efektif
5. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:
a. Syok kardiogenik Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel
kiri yang mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan
gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan
yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut
adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis
vocal di seluruh ventrikel karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
supply oksigen miokardium.
4
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
b. Edema paru Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana
saja didalam tubuh. Factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru
meningkat dari batas negative menjadi batas positif. Penyebab kelainan paru
yang paling umum adalah:
1) Gagal jantung sisi kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat peningkatan
tekanan kapiler paru dan membanjiri ruang interstitial dan alveoli.
2) Kerusakan pada membrane kapiler paru yang disebabkan oleh infeksi seperti
pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti gas klorin
atau gas sulfur dioksida. Masing-masing menyebabkan kebocoran protein
plasma dan cairan secara cepat keluar dari kapiler
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKOKARDIOGRAFI
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pemeriksaan
diagnostik yang pertama dan sebagai alat yang pertama untuk manajemen gagal
jantung; sifatnya tidak invasif dan segera dapat memberikan diagnosis disfungsi
jantung dan informasi yang berkaitan dengan penyebab terjadinya disfungsi
jantung dengan segera. Dengan adnya kombinasi M-Mode, ekokardiografi 2D,
dan Doppler, maka pemeriksaan invasif lain tidak lagi diperlukan.
Gambaran yang paling sering ditemukan pada gagal jantung akibat
penyakit jantung iskemik, kardiomiopati dilatasi, dan beberapa kelainan katup
adalah dilatasi ventrikel kiri yang disertai hipokinesis seluruh dinding ventrikel.
b. RONTGEN TORAKS
Foto rontgen toraks posterior-anterior dapat menunjukkan adanya
hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti yang menunjukkan
adanya peningkatan tekanan vena paru adalah adanya diversi aliran darah
kedaerah atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah.
c. ELEKTROKARDIOGRAFI
Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) meskipun memberikan informasi
yang berkaitan dengan penyebab, tetapi tidak dapat memberikan gambaran yang
spesifik. Pada hasil pemeriksaan EKG yang normal perlu dicurigai bahwa hasil
diagnosis salah. Pada pemeriksaan EKG untuk klien untuk gagal jantung dapat
ditemukan kelainan EKG seperti di berikut ini.
1) Left bundle branch block, kelainan segmen ST/T menunjukkan disfungsi
ventrikel kiri kronis;
2) Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen ST
menunjukkan penyakit jantung iskemik.
3) Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik: menunjukkan stenosis
aorta dan penyakit jantung hipertensi.
5
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
4) Aritmia;
5) Deviasi aksis kekanan, right bundle branch block, dan hipertrofi ventrikel
kanan menunjukkan disfungsi ventrikel kanan.
B. PERUBAHAN PADA LANSIA TERKAIT CHF
Gagal jantung kongestif (Congestif Heart failure) adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh. Risiko CHF akan meningkat pada
lansia karena penurunan fungsi ventrikel akibat proses penuaan. CHF dapat menjadi
kronik apabila disertai dengan penyakit lain seperti hipertensi, penyakit katub jantung,
kardiomiopati dan lain-lain.
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang
saling tumpang tindih. Untuk itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai
konsep Faktor Resiko dan Penyakit Degeneratif. Faktor resiko adalah suatu kebiasaan,
kelainan dan faktor lain yang bila ditemukan / dimiliki seseorang akan menyebabkan
orang tersebut secara bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif
tertentu.
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan
selalu berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko
tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu. Penyakit degeneratif itu
sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain. Misalnya: penyakit
jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit.
Sindrom gagal jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai
prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi
CHF adalah tergantung umur atau age-dependent. Menurut penelitian, gagal jantung
jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun
CHF terjadi ketika jantung tidak lagi kuat untuk memompa darah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Fungsi sitolik jantung ditentukan oleh empat
determinan utama, yaitu: kontraktilitas miokardium, preload ventrikel (volume akhir
diastolik dan resultan panjang serabut ventrikel sebelum berkontraksi), afterload kearah
ventrikel, dan frekuensi denyut jantung
Terdapat 4 perubahan yang berpengaruh langsung pada kapasitas curah jantung
dalam menghadapi beban :
1. Menurunnya respons terhadap stimulasi beta adrenergik akibat bertambahnya usia.
Etiologi belum diketahui pasti. Akibatnya adalah denyut jantung menurun dan
kontraktilitas terbatas saat menghadapi beban.
2. Dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku pada usia lanjut karena bertambahnya
jaringan ikat kolagen pada tunika media dan adventisia arteri sedang dan besar.
6
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
Akibatnya tahanan pembuluh darah (impedance) meningkat, yaitu afterload
meningkat karena itu sering terjadi hipertensi sistolik terisolasi.
3. Selain itu terjadi kekakuan pada jantung sehingga compliance jantung berkurang.
Beberapa faktor penyebabnya: jaringan ikat interstitial meningkat, hipertrofi miosit
kompensatoris karena banyak sel yang apoptosis (mati) dan relaksasi miosit
terlambat karena gangguan pembebasan ion non-kalsium.
4. Metabolisme energi di mitokondria berubah pada usia lanjut.
Keempat faktor ini pada usia lanjut akan mengubah struktur, fungsi, fisiologi
bersama-sama menurunkan cadangan kardiovaskular dan meningkatkan terjadinya
gagal jantung pada usia lanjut. Penyebab yang sering adalah menurunnya kontraktilitas
miokard akibat Penyakit Jantung Koroner, Kardiomiopati, beban kerja jantung yang
meningkat seperti pada penyakit stenosis aorta atau hipertensi, Kelainan katup seperti
regurfitasi mitral. Selain itu ada pula faktor presipitasi lain yang dapat memicu
terjadinya gagal jantung, yaitu :
1. Kelebihan Na dalam makanan
2. Kelebihan intake cairan
3. Tidak patuh minum obat
4. Iatrogenic volume overload
5. Aritmia : flutter, aritmia ventrikel
6. Obat-obatan: alkohol, antagonis kalsium, beta bloker
7. Sepsis, hiper/hipotiroid, anemia, gagal ginjal, defisiensi vitamin B, emboli paru.
C. KONSEP ASUHAN KERERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh sejumlah gejala dn
tanda, serta disebabkan oleh berbagai kelainan jantung seperti gangguan irama
jantung, gangguan endokardial, perikardial, valvular, atau miokardial. Kelainan
miokardium dapat bersifat sistolik (berhubungan dengan kontraksi dan pengosongan
ventrikel), diastolik (berhubungan dengan relaksasi dan pengisian ventrikel) atau
kombinasi keduanya.
a. Identitas klien
b. Keluhan Utama
Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah kelemahan saat beraktivitas
dan sesak napas.
c. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan
serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara PQRST, yaitu :
Provoking Incident : Kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas ringan
sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung.
7
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
Quality of Pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas
yang dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap beraktivitas klien
merasakan sesak napas (dengan menggunakan alat atau otot bantu pernafasan).
Region : radiation, relief : Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau
memengaruhi keseluruhan sistem otot rangka dan apakah disertai
ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
Severity (Scale) of Pain : Kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Biasanya kemampuan klien dalam beraktivitas menurun
sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami organ.
Time : Sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan beraktivitas biasanya
timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat beraktivitas biasanya
setiap saat, baik saat istirahat maupun saat beraktivitas.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dikaji dengan menanyakan apakah
sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia miokardium,
infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia.
Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa yang
lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan ini meliputi obat
diruretik, nitrat, penghambat beta, serta antihipertensi. Catat adanya efek
samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul.
Sering kali klien menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat.
e. Riwayat Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,
anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia produktif, dan penyebab
kematiannya. Penyaki jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia
muda merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada
keturunannya.
f. Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup
Perawat menanyakan situasi tempat klien bekerja dan lingkingannya. Kebiasaan
sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alkohol
atau obat tertentu. Kebiasaan merokok dengan menanyakan tentang kebiasaan
merokok, sudah berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis rokok.
Di samping pertanyaan-pertanyaan tersebut, data biografi juga merupakan data
yang perlu diketahui, yaitu dengan menanyakan nama, umur, jenis kelamin,
tempat tinggal, suku, dan agama yang dianut oleh klien.
Saat mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya diperhatikan kondisi
klien. Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang diajukan bukan
pertanyaan terbuka tetapi pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang jawabannya
8
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
“Ya” atau “Tidak” atau pertanyaan yang dapat dijawab dengan gerakan tubuh,
yaitu mengangguk atau menggelengkan kepala sehingga tidak memerlukan
energi yang besar.
g. Pengkajian Psikososial
Perubahan integritas ego yang ditemukan pada klien adalah klien menyangkal,
takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit/perawatan yang tak
perlu, kuatir tentang keluarga, pekerjaan, dan keuangan. Kondisi ini ditandai
dengan sikap menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku, menyerang, dan fokus pada diri sendiri.
Interaksi sosial dikaji terhadap adanya stres karena keluarga, pekerjaan,
kesulitan biaya ekonomi, dan kesulitan koping dengan stresor yang ada.
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres
akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi
dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung dapat terjadi ditandai
dengan adanya keluhan insomnia atau tampak kebingungan.
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien gagal jantung biasanya baik
atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan perfusi sistem
saraf pusat.
b. Breathing
Kongesti Vaskular Pulmonal
Gejala-gejala kongesti vaskular pulmonal adalah dispnea, ortopnea, dispnea
nokturnal paroksismal, batuk, dan edema pulmonal akut.
1) Dispnea. Dispnea, dikarakteristikan dengan pernafasan cepat, dangkal dan
keadaan yang menunjukkan bahwa klien sulit mendapatkan udara yang
cukup, yang menekan klien.
2) Ortopnea, Ortopnea, ketidakmampuan untuk berbaring datar karena dispnea,
adalah keluhan umum lain dari gagal ventrikel kiri yang berhubungan
dengan kongesti vaskular pulmonal.
3) Dispnea Nokturnal Paroksismal, Dispnea nokturnal paroksismal (DNP)
adalah keluhan yang dikenal baik oleh klien yaitu klien biasanya terbangun
di tengah malam karena mengalami nafas pendek yang hebat. Dispnea
nokturnal paroksismal diperkirakan disebabkan oleh perpindahan cairan dari
jaringan ke dalam kompartemen intravaskular sebagai akibat dari posisi
telentang. Dengan peningkatan tekanan hidrostatik ini, sejumlah cairan
keluar masuk ke area jaringan secara normal. Namun, dengan posisi
telentang.
9
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
4) Batuk. Batuk iritatif adalah salah satu gejala dari kongesti vaskular pulmonal
yang sering tidak menjadi perhatian tetapi dapat merupakan gejala dominan.
Batuk ini dapat produktif tetapi biasanya kering dan batuk pendek. Gejala ini
dihubungkan dengan kongestif mukosa bronkial dan berhubungan dengan
peningkatan produksi mukus.
5) Edema Pulmonal. Edema Pulmonal akut adalah gambaran klinis paling
bervariasi dihubungkan dengan kongesti vaskular pulmonal. Edema
pulmonal akut ini terjadi bila tekanan kapiler pulmonal melebihi tekanan
yang cenderung mempertahankan cairan di dalam saluran vaskular (kurang
lebih 30 mmHg). Edema pulmonal akut dicirikan oleh dispnea hebat, batuk,
ortopnea, ansietas, sianosis, berkeringat, kelainan bunyi pernafasan, dan
sangat nyeri dada dan sputum berwarna merah muda, berbusa yang keluar
dari mulut. Ini memerlukan kedaruratan medis dan harus ditangani dengan
cepat dan tepat.
c. Blood
1) Inspeksi
Inspeksi tentang adanya parut pada dada, keluhan kelemahan fisik, dan
adanya edema ekstremitas.
2) Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.
3) Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup.
Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya ditemukan apabila
penyebab gagal jantung adalah kelainan katup.
4) Perkusi
Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya hipertrofi
jantung (kardiomegali)
5) Penurunan Curah Jantung
Gejala ini mungkin timbul pada tingkat curah jantung rendah kronis dan
merupakan keluhan utama klien. Namun, gejala ini tidak spesifik dan sering
dianggap sebagai depresi, neurosis, atau keluhan fungsional. Oleh karena
itu, kondisi ini secara potensial merupakan indikator penting penyimpangan
fungsi pompa yang sering tidak diperhatikan dan klien juga diberi keyakinan
yang tidak tepat atau diberi tranquilizer atau sediaan yang dapat
meningkatkan suasana hati (mood).
6) Bunyi Jantung dan Crackles
Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri yang dapat
dikenal dengan mudah adalah adanya bunyi jantung ketiga dan keempat
10
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
(S3,S4) dan crackles pada paru-paru. S4 atau gallop atrium, dihubungkan
dengan dan mengikuti kontraksi atrium dan terdengar paling baik dengan
bell stetoskop yang ditempatkan dengan tepat pada apeks jantung. Klien
diminta untuk berbaring pada posisi miring kiri untuk mendapatkan bunyi.
Bunyi S4 ini terdengar sebelum bunyi jantung pertama (S1) dan tidak selalu
merupakan tanda pasti kegagalan kongestif, tetapi dapat menunjukkan
adanya penurunan komplians(peningkatan kekakuan)
Miokardium.hal ini mungkin merupakan indikasi awal (premonitori) menuju
kegagalan. Bunyi S4 umumnya ditemukan pada klien dengan infark
miokardium akut dan mungkin tidak mempunyai prognosis bermakna, tetapi
mungkin menunjukkan kegagalan yang baru terjadi.
S3 atau gallop ventrikel adalah tanda penting dari gagal ventrikel kiri dan
pada orang dewasa hampir tidak pernah ditemukan kecuali jika ada penyakit
jantung signifikan. Crackles atau ronkhi basah halus secara umum terdengar
pada dasar posterior paru dan sering dikenal sebagai bukti gagal ventrikel
kiri, dan memang demikian sesungguhnya. Sebelum crackles ditetapkan
sebagai kegagalan pompa jantung, klien harus diintruksikan untuk batuk
dalam yang bertujuan membuka alveoli basilaris yang mungkin mengalami
kompresi karena berada di bawah diafragma.
7) Disritmia
Karena peningkatan frekuensi jantung adalah respons awal jantung terhadap
stres, sinus takikardia mungkin dicurigai dan sering ditemukan pada
pemeriksaan klien dengan kegagalan pompa jantung.
8) Distensi Vena Jugularis
Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi terhadap kegagalan
ventrikel. Kiri, akan terjadinya dilatasi dari ruang ventrikel, peningkatan
volume, dan tekanan pada diastolik akhir ventrikel kanan, tahanan untuk
mengisi ventrikel, dan peningkatan lanjut pada tekanan atrium kanan.
Peningkatan tekanan ini akan diteruskan ke hulu vena kava dan dapat
diketahui dengan peningkatan pada tekanan vena jugularis.
9) Kulit Dingin
Kegagalan arus darah ke depan (forward failure) pada ventrikel kiri
menimbulkan tanda-tanda yang menunjukkan berkurangnya perfusi ke
organ-organ. Karena darah dialihkan dari organ-organ nonvital ke organ-
organ vital seperti jantung dan otak untuk mempertahankan perfusinya,
maka manifestasi paling awal dari gagal kedepan yang lebih lanjut adalah
berkurangnya perfusi organ-organ seperti kulit dan otot-otot rangka. Kulit
tampak pucat dan terasa dingin karena pembuluh darah perifer mengalami
11
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
vasokonstriksi dan kadar hemoglobin yang tereduksi meningkat. Sehingga
akan terjadi sianosis.
10) Perubahan Nadi
Pemeriksaan denyut arteri selama gagal jantung akan menunjukkan denyut
yang cepat dan lemah. Denyut jantung yang cepat atau takikardia,
mencerminkan respons terhadap perangsangan saraf simpatik.Penurunan
yang bermakna dari volume sekuncup dan adanya vasokonstriksi perifer
akan mengurangi tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan
diastolik) dan menghasilkan denyut yang lemah atau thready pulse.
Hipotensi sistolik ditemukan pada gagal jantung yang lebih berat.Selain itu,
pada gagal jantung kiri yang berat dapat timbul pulsus alternans atau
gangguan pulsasi, suatu perubahan dari kekuatan denyut arteri.
d. Brain
Kesadaran klien biasanya compos mentis. Sering ditemukan sianosis perifer
apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien
meliputi wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.
e. Bladder
Pengukuran volume output urine selalu dihubungkan dengan intake cairan.
Perawat perlu memonitor adanya oliguria karena merupakan tanda awal dari
syok kardiogenik. Adanya edema ekstremitas menunjukkan adanya retensi
cairan yang parah.
f. Bowel
1) Hepatomegali. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini
berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga
cairan terdorong masuk ke rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan
asites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan
tekanan pada diafragma sehingga klien dapat mengalami distres pernafasan.
2) Anoreksia. Anoreksia (hilangnya selera makan ) dan mual terjadi akibat
pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen.
g. Bone
1) Edema. Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung yang
dapat dipercaya dan tentu saja, ini sering ditemukan bila gagal ventrikel
kanan telah terjadi. Ini sedikitnya merupakan tanda yang dapat dipercaya
bahwa telah terjadi disfungsi ventrikel. Edema dimulai pada kaki dan tumit
(edema dependen dan secara bertahap akan meningkat hingga ke bagian
tungkai dan paha akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah).
Pitting edema merupakan cara pemeriksaan edema di masa edema akan
12
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
tetap cekung setelah penekanan ringan dengan ujung jari, dan akan jelas
terlihat setelah terjadi retensi cairan minimal sebanyak 4,5 kg.
2) Mudah lelah. Klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah, hal ini
terjadi akibat curah jantung yang berkurang yang dapat menghambat
sirkulasi normal dan suplai oksigen ke jaringan dan menghambat
pembungan sisa hasil katabolisme. Gejala-gejala ini dapat dipicu oleh
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau anoreksia.
3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Aktual/ risiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, konduksi
ektrikal.
b. Aktual/ risiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan
pemberesan cairan, kongesti paru akibat sekunder dari perubahan membrane
kapiler alveoli dan retensi cairan intertensial.
c. Aktual/ risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan
menurunkan curah jantung.
4. RENCANA KEPERAWATAN
Aktualisasi/resiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
penurunankontraktilitas ventrikal kiri, perubahan frekuensi, irama, konduksi
elektrikal.
Ditandai dengan: peningkatan frekuensi jantung (takikardia), distrimia perubahan
gambaran pola EKG, perubahan tekanan darah (TD) (hipotensi/hipertensi), bunyi jantug
ekstra (S3,S4) tidak terdengar, penurunan output urine, nadi parifer tidak teraba, kulit
dingin (kusam), diaforesis, ortopnea, krakles, distensi vena jugularis, pembesaran hepar,
edema ekstremitas, dan nyeri dada.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam, penurunan curah jantung dapat teratasi dan tanda vital
dalam batas yang dapat diterima (distrimia terkontrol atau hilang), dan bebas gejala
gagal jantung (parameter hemodinamika dalam batas normal), output urine adekuat.
Kriteria evalasi: klien akan melaporkan penurunan episode dispnea, berperan dalam
aktivitas yang dapat mengurangi beban kerja jantung, tekanan darah dalam batas nrmal
(120/80 mmHg, nadi 80x/menit), tidak terjadi aritmia, deyut jantung dan irama jantung
teratur, CRT kurang dari 3 detik, produksi urine >30 mil/jam.
Intervensi Rasional
Kaji dan lapor penurunan curah jantung Kejadian mortalitas dan morbiditas dengan
MI yang lebih dari 24 jam pertama.
Periksa keadaan klien dengan
mengauskultasi nadi apikal: kaji frekuensi,
Biasanya terjadi takikardia mekipun pada
saat istirihat untuk mengompensasi
13
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
irama jantung (dokumentasi distrimia, bila
trsedia telemetri).
penurunan kontraktilitas ventrikal, KAP,
PAT, MAT, PVC, dan AF distrimia umum
berkenaan dengan GJK meskipun lainnya
juga terjadi.
Catatan : distrimia ventrikel tidak respontif
terhdap obat yang di duga aneurisma
ventrikel.
Catat bunyi jantung S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa, irama gallop
umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai
aliran darah yang mengalir melalui
serambi yang mengalami distensi, murmur
dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis
mitral.
Palpasi nadi perifer Penurunan curah jantung dapat
ditunjukkan dengan menurunnya nadi
radial, popliteal, dorsalis pedis, dan post-
tibial, nadi mungkin cepat hlang atau tidak
teratur saat dipalpasi, dan gangguan
pulsasi (denyut kuat disertasi dengan
denyut lemah) mungkin ada.
Pantau adanya output urine, catat jumlah
dan kepekatan/konsentrasi urine.
Ginjal berspon terhadap penurunan curah
jantung dengan mereabsorbsi natrium dan
cairan, output urine biasanya menurun
selama 3 hari karena perpindahan cairan
ke jaringan tetapi dapat meningkat pada
malam hari sehingga cairan pindah
kembali kesirkulasi bila klien tidur.
Istirahatkan klien dengan tirah baring
optimal.
Karena jantung tidak dapat diharapkan
benar-benar istirahat saat proses
pemulihan seperti luka pada patah tulang,
maka hal yang terbaik yang dilakukan
adalah dengan mengistirahatkan klien;
sehingga melalui inaktivitas, kebutuhan
pemompaan jantung diturunkan.
Tirah baring merupakan bagian yang
penting dari pengobatan gagal jantung
14
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
kongestif, khususnya pada tahap akut dan
sulit untuk disembuhkan. Selain itu untuk
menurunkan seluruh kebutuhan kerj pada
jantung , tirah baring membantu
menurunkan beban kerja dengan
menurunkan volume intravaskular melalui
induksi diuresis berbaring.
Istrirahat akan mengurangi kerja jantung,
meningkatkan tenaga cdangan jantung,
dan menurunkan tekanan darah. Lamanya
berbarung juga merangsang tejadinya
diuresis karena berbaring akan
memperbaiki perfus ginjal. Istirahat juga
dapat mengurangi kerja otot pernapasan
dan penggunaan oksigen. Frekuensi
jantung yang menurun akan
memperpanjang periode diastolik
pemulihan sehingga memperbaiki efisiensi
kontraksi jantung.
Atur posisi tirah baring yang ideal. Kepala
tempat tidur harus di naikkan 20-30 cm (8-
10 inci)atau klien didudukkan di kursi.
Klien dengan gagal jantung kongestif
dapat berbaring dengan posisi dalam
gambar disebelah kiri untuk mengurangi
kesulitan benafas dan mngurangi jumlah
darah yang kembali kejantung. Yang dapat
mengurangi kongesti paru.
Pada posisi ini aliran balik vena ke jantung
(preload) dan paru berkurang, kongesti
paru berkurang, dan penekanan hepar ke
diafragma mejad minimal. Lengan bawah
harus disokong dengan bantal untuk
mengurangi kelelahan otot bahu akibat
berat lengan yang menarik secara
terusmenerus. Klien yang hanya dapat
bernafas pada posisi tegak (ortopneu)
dapat didudukkan disisi tempat tidur
dengan kedua kaki disokong kursi, kepala
dan lengan diletakkan di meja tempat tidur
15
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
dan vertebra lumbosakral disokong dengan
bantal. Bila terdapat kongesti paru, maka
lebih baik klien didudukkan di kursi
karena posisi ini dapat memperbaiki
pepindahan cairan dari paru. Edema yang
biasanya terdapat dibagian bawah tubuh,
akan pindah ke daerah yang sakral ketika
klien dibaringkan ditempat tidur.
Kaji perubahan pada sensorik, contoh
letargi, cemas dan depresi.
Dapat menunjukkan tidak adekuatnya
perfusi serebral akibat sekunder dari
penurunan curah jantung.
Berikan istirahat psikologi dengan
lingkungan yang tenang
Stres emosi dapat meningkatkan
vasokonstriksi, yang terkait dan
meningkatkan frekuensi/kerja jantung.
Berikan oksigen tambahan dengan kanula
nasal/masker sesuai dengan indikasi.
Meningkatkan sediaan oksigen untuk
kebutuhan miokardium melawan efek
hipoksia/iskemia.
Hindari manuver dinamik seperti
berjongkok sewaktu BAB dan mengepal-
ngepalkan tangan
Berjongkok
Berjongkok meningkatkan aliran balik
vena dan resistensi secara simultan
menyebabkan kenaikan volume sekuncup
(stroke volume) dan tekanan arterial.
Peregangan ventrikelkiri bertambah akan
meningkatkan beban kerja jantung secara
simultan.
Latihan isometrik
Latihan isometrik : mengepal-ngepalkan
tangan (handgrip) secara terus menerus
selama 20-30 detik meningkatkan
resistensi arterial sistematis, tekanan
darah, dan ukuran jantung. Latihan ini
akan meningkatkan beban kerja jantung.
Kolaborasi untuk melakukan diet jantung Rasional dukungan diet adalah mengatur
diet sehingga kerja dan ketegangan otot
jantung minimal, dan status nutrisi
terpelihara, sesuai dengan selera dan pola
makan klien.
16
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
Pembatasan natrium
Pembatasan natrium ditujukan untuk
mencegah, mengatur, dan menguragi
edema seperti pada hipertensi atau gagal
jantung. Hindari kata-kata makanan
“rendah garam atau bebas garam”.
Kesalahan yang sering terjadi biasanya
disebabkan akibat penerjemahan yang
tidak konsisten dari garam ke natrium.
Harus diingat bahwa garam itu tidak 100%
natrium. Terdapat 399 mg atau sekitar
400mg Natrium dalam 1 g (1000 mg)
garam. Maka klien yang harus menjalani
diet rendah natrium harus dianjurkan
untuk jangan membeli makanan olahan
dan membaca label dengan teliti terhadap
kata-kata “garam” atau “natrium”
khususnya makanan kaleng.
Kolaborasi untuk pemberian obat Terapi farmakologis dapat diguanakan
untuk meningkatkan volume sekuncup,
memperbaiki kontaktilitas dan
menurunkan kongesti.
Diuretik, furosemid (LASIX).
Sprironolaktum (aldakton);
Obat yang dapat menurunkan preload
paling banyak digunakan dalam mengobati
klien dengan curah jantung relatif normal
ditambah dengangejala kongesti sehingga
memengaruhi reabsorbsi natrium dan air.
Vasodilator:
1. Nitrat (issorbide dinitrat, isordil)
Vasodilitator digunakan untuk
meningkatkan curah jantung, menurunkan
olume sirkulasi (vasodilitator), dan
tahanan vaskuler sistematis (merupakan
arteriodilator seerta kerja ventrikel).
2. Digoxin (lanoxin) Meningkatkan kekuatan kntraksi
miokarium dan memperlambat frekuensi
jantung dengan menurunkan volume
sirkulasi (vasodilator) dan tahanan
vaskuler sistematis (arteriodilator) serta
17
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
kerja ventrikel.
4. Captopril (capoten)
5. Lisinopril (prinvil)
6. Enapril (vasotec)
Meningkatkan kekuatan kontraksi
miokardium dan memperlambat frekuensi
jantung dengan menurunkan konduksi dan
memperlama periode refraktori
angiotensin dalam paru dan menurunkan
vasokonstriksi, SVR, dan TD.
Morfin sulfat Penurunan tahanan vaskuler dan aliran
balik vena menurunkan kerja miokardium,
menghilangkan cemas, dan
mengistirahatkan sirkulasi umpan balik,
mengeluaran katekolamin, vasokonstriksi.
Tranqulilizer/sedatif Meningkatkan istirahat/relaksasi dan
menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja
miokardium. Catatan: ada on’trial oral
yang analog dengan amrinon (incor), agen
inotrofik positif yang disebut milrinon,
yang cocok untuk penggunaan jangka
panjang.
Antikoagulan, contoh heparin dosis
rendah, warfarin (coumadin).
Dapat digunakan scara profilaksis untuk
mncegah pembentukan trombus/emboli
pada adanya faktor resiko seperti statis
vena, tirah baring, distrima jantung, dan
riwayat episode sebelumnya.
Pemberian cairan IV, pembatasan jumlah
total sesuai dengan indikasi, hindari cairan
garam.
Karena adanya peningkatan tekanan
ventrikel kiri, klien tidak dapat
menoleransi peningkatan volume cairan
(preload), klien juga mengeluarkan sedikit
natrium yang menyebabkan retensi cairan
dan meningkatkan kerja miokardium.
Pantau rangkaian gambaran EKG dan
perubahan foto Rontogen toraks.
Depresi segmen ST dan datarnya
gelombang T dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan oksigen. Foto
rontgen toraks dapat menunjukkan
pembesaran jantung dan
perubahankongesti pulmonal.
18
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
Aktual/risiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan
pembesaran aciran, kongesti akibat skunder dari perubahan membrane kapiler
alveoli, dan retensi cairan interstitial
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat perubahan
respon sesak napas.
Kriteria evaluasi : secara subjektif klien menyatakan penurunan sesak napas, secara
objektif didapatkan tanda vital dalam baats normal (RR 16-20x/menit), tidak ada
penggunaan otot bantu napas, analisa gas darah dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Berikan tambahan oksigen 6 liter/menit Untuk meningkatkan konsentrasi
oksigen dalam proses pertukaran
gas
Pantau saturasi (oksimetri), Ph, BE, HCO3 dengan
analisa gas darah
Untuk mengetahui tingkat
oksigenisasi pada jaringan
sebagai dampak adekuat
tidaknya proses pertukaran gas
Koreksi keseimbangan asam basa Mencegah asedosis yang dapat
memperberat fungsi pernafasan
Cegah atelektasis dengan melatih untuk batuk
efektif dan napas dalam
Kongesti yang berat akan
memperburuk proses pertukaran
gas sehingga berdampak pada
timbulnya hipoksia.
Kolaborasi :
RL 500 cc/24 jam
Digoxin 1-0-0
Meningkatkan kontraktilitas otot
jantung sehingga dapat
mengurangi timbulnya edema
sehingga dapat mencegah
gangguan pertukaran gas.
Furosemind 2-1-0 Membantu mencegah terjadinya
retensi cairan dengan
menghambat ADH
Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan
menurunnya curah jantung
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam perfusi perifer meningkat.
Kriteria evaluasi : klien tidak mengeluh pusing, tanda vital dalam batas normal, CRT
<3 detik, urine >600ml/hari.
19
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
Intervensi Rasional
Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, ukur
dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri bila
memungkinkan.
Hipotensi dapat terjadi sehubungan
dengan difungsi ventrikel,
hipertensi juga merupakan
fenomena umum berhubungan
dengan nyeri, cemas, pengeluaran
katekolamin.
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi, perifer dan
diaphoresis secara teratur.
Mengetehaui derajat hipoksemia
dan peningkatan tahanan perifer.
Kaji kualitas peristaltic, jika perlu pasang slang
nasogastrik.
Mengetahui pengaruh hipoksia
terhadap fungsi saluran pencernaan
serta dampak penurunan elektrolit
Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan
atas.
sebagai dampak gagal jantung
kanan berat akan di temukan
adanya tanda kongesti pada hepar
Pantau output urine Penurunan curah jantung
mengakibatkan menurunnya
produksi urine, pemantauan yang
ketat pada produksi urine <600
ml/hari merupakan tanda-tanda
syok kardiogenik.
Catat murmur Menunjukkan gangguan aliran
darah dalam jantung (kelainan
katup, kerusakan, septum, atau
vibrasi otot papilaris).
Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama
jantung menunjukkan komplikasi
distritmia.
Berikan makanan kecil dan mudah di kunyah,
batasi intake caffeine
Makanan besar dapat
meningkatkan kerja jantung, kafein
dapat merangsang langsung ke
jantung sehingga menigkatkan
frekuensi jantung.
Kolaborasi
- Pertahankan jalur masuk pemberian heparin
(IV) sesuai indikasi.
Jalur yang paten penting untuk
pemberian obat darurat.
20
KONSEP TEORIBY.MUKSIN
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn C.1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC.
Hudak, Gallo, 1997.Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV, Jakarta, EGC:
Price, Sylvia, 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 4,
Jakarta: EGC
Smeltzer, Bare, 2001.Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart, Edisi 8,
Jakarta, EGC.
Muttaqin, Arif 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika
21