resusitasi jantung paru opie sha aisyah

16
CLINICAL SCIENCE SESSION RESUSITASI JANTUNG PARU Penyusun: Sopiah binti Arif 130112113042 Nur Khairunnisa binti Mohd Azuhar 130112113531 Siti Aisyah binti Nik Mazlan 130112113103 BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG

Upload: tiarong

Post on 28-Sep-2015

236 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ggg

TRANSCRIPT

CLINICAL SCIENCE SESSION

RESUSITASI JANTUNG PARUPenyusun:

Sopiah binti Arif

130112113042

Nur Khairunnisa binti Mohd Azuhar 130112113531

Siti Aisyah binti Nik Mazlan

130112113103

BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN

BANDUNG

2012

RESUSITASI JANTUNG PARUPENDAHULUAN

Henti Nafas

Henti nafas (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap atau uap atau gas, obstruksi jalan napas oleh benda asing, tersengat listrik, tersambar petir, tercekik, trauma dan lain-lain.

Pada awal henti nafas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi, pemberian oksigen ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai beberapa menit. Kalau henti nafas, mendapat pertolongan dengan segera maka pasien akan terselamat hidupnya dan sebaliknya kalau terlambat akan mengakibatkan henti jantung yang mungkin menjadi fatal.

Henti Jantung

Henti jantung primer (cardiac arrest) ialah ketidak sanggupan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigenke otak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat balik normal, kalau dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan kematian atau kerosakan otak menetap kalau tindakan tidak adekuat.

Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh :

1. Fibrilasi ventrikel atau takikardia tanpa denyut (80-90%) terutama kalau terjadinya di luar rumah sakit

2. Ventrikel asistol (10%)

3. Disosiasi elektromekanik (5%)

Dua jenis henti jantung yang belakangan ini lebih sulit menanggulanginya dan biasanya akibat gangguan pacemaker jantung yang natural atau yang artificial, penyakit miokardial, gangguan elektrolit, hipoksia atau keracunan obat.

Henti jantung ditandai oleh :

1. Denyut nadi besar tak teraba (karotis, femoralis, radialis)

2. Kebiruan (sianosis) atau pucat sekali

3. Pernapasan berhenti atau satu-satu (gasping, apnu)

4. Dilatasi pupil tak bereaksi dengan rangsang cahaya

5. Pasien dalam keadaan tidak sadar

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

RJP berarti mengaktifkan kembali fungsi jantung, paru dan otak. Manajemen henti jantung tidak terlepas dari penguasaan pernafasan sebab ada hubungan tidak terpisahkan antara paru-paru disebabkan alat penampung oksigen dengan jantung. Oksigen yang dibutuhkan untuk hidup diangkut melalui sirkulasi dari paru-paru ke jantung kemudian oleh jantung di pompakan ke saluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan sebaliknya melalui peredaran yang terdapat di seluruh tubuh, zat yang tidak dibutuhkan (karbon dioksida) dialirkan ke dalam jantung kanan kemudian dipompakan kembali melalui jantung ke paru-paru. Jadi, manajemen untuk mengaktifkan kembali otot-otot jantung, tidak terlepas dari manajemen pernapasan.Tindakan resusitasi jantung, paru, otak dapat dibagikan dalam tiga tahap;

1. Bantuan Hidup Dasar/ Basic Life Support2. Bantuan Hidup Lanjut / Advanced Life Support3. Bantuan Hidup Jangka Panjang/ Prolonged Life SupportBANTUAN HIDUP DASAR (BHD)Definisi

Tindakan pertolongan pertama dilakukan untuk memulihkan kembali seseorang yang mengalami henti napas dan henti jantung disebut bantuan hidup dasar, atau usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang mengancam jiwa dikenal sebagai Bantuan Hidup Dasar / Basic Life Support (BLS). Algoritma

Berdasarkan American Heart Association (AHA) 2010, algoritma BHD telah berubah yang awalnya dengan menggunakan langkah-langkah ABC menjadi CAB, baik untuk dewasa meupun anak-anak, adapun alasan-alasan yang mendasari terjadinya perubahan ini: 1. Sebagian besar serangan jantung terjadi pada orang dewasa dan angka keselamatan tertinggi dari kejadian henti jantung yang telah dilaporkan dari pasien berbagai usia adalah pada fibrilasi ventrikel atau takikardi. Pada pasien ini, elemen yang paling penting dari resusitasi jantung paru adalah kompresi jantung luar dan defibrilasi jantung segera. 2. Dalam langkah ABC, kompresi jantung luar sering terlambat sementara penolong sedang memberikan nafas buatan mouth to mouth atau menyiapkan / memasang alat ventilasi. Dengan mengganti langkah menjadi CAB, kompresi jantung luar akan dapat cepat dilakukan dan ventilasi hanya terlambat beberapa saat setelah selesai melakukan satu siklus kompresi jantung luar (30 kompresi harus dilakukan dalam waktu 18 detik).

Algoritma BHD telah dipermudah dan cara Look, Feel, Listen telah ditiadakan dari algoritma karena tindakan ini tidak konsisten dan membuang waktu. Dengan alasan ini, algoritma RJP pada AHA 2010 melaksanakan respot kegawatdaruratan dengan segera memulai kompresi jantung luar untuk semua korban dewas yang tidak berespon baik dengan henti napas ataupun dengan napas putus-putus (gasping).

Bantuan Sirkulasi (Circulation Support) Kompresi jantung luar dapat dilakukan dengan cara seperti berikut;

1. Tiga jari penolong (telunjuk, tengah dan manis) menulusiri tulang iga pasien yang dekat dengan sisi penolong sehingga bertemu tulang dada (sternum)

2. Dari tulang dada(sternum) diukur 2-3 jari keatas. Atau pada garis tengah pada projeksi kedua papila mamae. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong.

3. Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan diatas telapak tangan yang lain. Hindari jari-jari menyentuh dinding dada pasien

4. Posisi badan penolong tegak lurus menekan dinding dada pasien dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali dengan kedalaman penekanan kompresi yang direkomendasikan 2 inci.

5. Tekanan pada dada harus dilepaskan dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali kompresi. Waktu penekanan dan melepaskan kompresi harus sama (50% duty cycle)

6. Tangan tidak boleh berubah posisi7. Rasio bantuan sirkulasi dan bantuan napas 30:2 baik oleh satu penolong maupun 2 penolong. Kecepatan kompresi adalah 100 kali per menit dilakukan selama 5 siklus.

Airway

1. Pemeriksaan Jalan Nafas

Untuk memastikan jalan nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Bila sumbatan ada dapat dibersihkan dengan teknik cross finger.

Cara melakukan tehnik cross finger;

Silangkan ibu jari dan telunjuk penolong

Letakkan ibu jari pada gigi seri bawah pasien dan jari telunjuk pada gigi seri atas

Lakukan gerakkan seperti menggunting untuk membuka mulut pasien

Periksa mulut setelah terbuka, pakah ada cairan, benda asing, yang menyumbat jalan nafas.

2. Membuka jalan nafas

Pada pasien tidak sedar tonus otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink hingga menyebabkan sumbatan jalan nafas,keadaan ini dapat dibebaskan dengan head-tilt-chin-lift.

Cara melakukan tehnik head-tilt-chin-lift:

Letakkan tangan pada dah pasien

Tekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan penolong

Letakkan ujung jari dengan ujung jari tangan lainnyadi bawah bagian ujung tulang rahang pasien

Tengadahkan kepala dan tahan dahi pasien secara bersamaan sampai kepala pasien pada posisi ektensi

Breathing (bantuan nafas)

Terdiri dari dua tahap:

1. Memastikan pasien tidak bernafas

Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, dengan mendengar bunyi nafas dan merasakan hembusan nafas, dengan tehnik penolong mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung pasien sambil tetap mempertahankan jalan nafas tetap terbuka. Dilakukan tidak lebih dari 10 detik.2. Memberikan bantuan nafas

Bantuan nafas dapat dilakukan dari mulut ke mulut,mulut ke hidung, mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan). Bantuan nafas diberikan sebanyak 2x, waktu tiap kali hembusan 1,5-2 detik dan volume 700-1000 mL (10 mL/kg atau sampai terlihat dada pasien mengembang). Konsentrasi oksigen yang diberikan 16-17 %. Perhatikan respon pasien.Cara memberikan bantuan nafas

1. Mulut ke mulut

Merupakan cara yang cepat dan efektif. Pada saat memberikan, penolong tarik nafas dan mulut penolong menutup seluruhnya mulut pasien, dan hidung pasien harus ditutup dengan jari telunjuk dan ibu jari penolong. Volume udara yang berlebihan dapat menyebabkan udara masuk ke lambung.

2. Mulut ke hidung

Direkomendasikan bila bantuan dari mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pasien mengalami trismus atau luka berat. Penolong sebaiknya menutup mulut pasien saat memberikan bantuan nafas.

3. Mulut ke stoma

Dilakukan pada pasien yang terpasang trakeostomi atau laringostomi.KEPUTUSAN MENGAKHIRI UPAYA RESUSITASI

Dalam keadaan darurat, resusitasi dapat diakhiri bila terdapat salah satu dari berikut:

1. Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif.

2. Ada orang lain yang ambil alih tanggungjawab.

3. Penolong terlalu capai sehingga tidak sanggup meneruskan resusitasi.

4. Pasien dinyatakan mati.

5. Setelah dimulai resusitasi, ternyata kemudian diketahui bahawa pasien berada di dalam stadium terminal penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau hampir dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu sesudah -1 jam terbukti tidak ada nadi pada suhu normal tanpa RJP.

BANTUAN HIDUP LANJUT / ADVANCED LIFE SUPPORTBHL terutama ditujukan bagi para klinisi dan sarjana kedokteran yang akan melaksanakan kepaniteraan di rumah sakit. BHL ditujukan dengan menggunakan teknik-teknik khusus dan alat-alat tertentu, untuk mengusahakan secara cepat restorasi yang efektif irama jantung. Komponen yang sangat penting pada BHL adalah penggunaan defibrilator dan teknik BLS yang efektif dan efisien.

Teknik-Teknik Khusus Pada BHL Advanced airwy management, diperlukan teknik-teknik dan obat-obatan khusus, serta keterampilan tinggi dan hendaknya digunakan pada penderita apneu yang telah dilakukan BHD. Oro and nasopharyngeal airwy, mudah penggunaannya. Bentuk umum adalah jalan nafas oro nasofarings Guedel (Mayo) dan biasanya penderita toleran untuk pemasangannya. Intubasi trakea salah satu cara yang efektif secara pasti udara atau O2 masuk ke saluran nafas yang lebih daam. Oropharyngea airwy yang lainnya adalah Laryngeal mask airwy (LMA) dapat dilakukan bila intubasi gagal, hampir sama efektifnya dengan teknik sungkup dan kantung udara. Teknik pembedahan untuk jalan nafas dilakukan bila terjadi obstruksi jalan nafas yang dibutuhkan untuk hidup di kala tindakan-tindakan lain gagal dilakukan. Tindakan emergensi dapat diakses untuk memperbaiki kelancaran jalan nafas melalui membran krikotiroid yang relatif tidak ada pembuluh darah, dengan memakai jarum kanula no. 12 atau 14 yang disambung dengan tabung suntik membran krikotiroid sampai udara dapat diaspirasi. Ujung kanula kemudian dihubungkan pada sumber oksigen dan diberikan oksigen 15 L/menit dan ventilasi pasien selama l detik dan biarkan untuk ekspirasi selama 4 detik.

BHL terdiri dari :D = Drug and Fluid (Pemberian obat-obatan dan cairan melalui infus secara intravena)i. Adrenalin (epinefrin) merupakan obat utama dalam resusitasi henti jantung.

Pemberian 1 mg adrenalin harus dilakukan tiap tiga menit selama henti jantung.

Pemberian adrenalin meningkatkan aliran darah ke otak dan miokard dengan cara meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan meningkatkan tekanan darah sistolik.

Diberikan 0,5-1 mg iv ulangi dengan dosis lebih besar jika perlu natrium bikarbonat l mEq/kg iv, jika henti jantung lebih dari 2 menit.

Ulangi dosis ini setiap 10 menit sampai timbul denyut nadi.

Monitor dan normalkan pH arteri. Berikan cairan intravena menurut indikasi.

ii. Atropin sebagai dosis tunggal 3 mg atropin cukup untuk menimbulkan blokade tonus vagal secara menyeluruh dan hanya digunakan sekali bila terjadi asistole. Juga diindikasikan pada bradikardia simtomatik dengan dosis 0,2-1 mg.iii. Sodium Bikarbonat pada henti jantung yang berkepanjangan, dapat terjadi asidosis. Penggunaan natrium bikarbonat sebagai buffer masih merupakan suatu yang kontoversial, berhubungan dengan hiperosmolitas dan produksi karbondioksida dan dapat memperburuk asidosis intraseluler. Namun demikian penggunaan natrium bikarbonat masih direkomendasikan (50 ml larutan 8,4 %) 15 menit sejak terjadinya henti jantung atau pH kurang dari 7,1 atau defisit basa negatif dari -10.iv. Cairan yang tepat untuk mengatasi kehilangan darah atau plasma adalah biasanya ringer laktat (3-4x volume darah hilang), diikuti koloid (lx penambahan volume darah hilang), diikuti dengan sediaan PRC atau WB untuk mengembalikan hematokrit sampai 30%. Diatesa hemoragik paling baik diterapi dengan FFP atau FWB.

E = ElectroCardiography = EKG yaitu monitor denyut jantung.

Teknik monitor EKG selama RJPO:1. Lakukan langkah ABC2. Lakukan EKG cepat melalui padle defibrilator, bila terlihat adanya ventrikular takikardi atau fibrilasi ventrikel beri kejutan3. Dengan cepat pasang elektroda pada ekstremitas. Lead II : tangan kanan (negatif), kiri (positif), tangan kiri (ground)4. Setelah itu catat sirkulasi spontan

F = Fibrillation Treatment, -dilakukan biasanya pada tempat khusus (CICU.ICU.dll) dimana diberikan terapi shock

listrik A.S 100-400 W.det(joule)-Lidokain 1-2 mg/kg iv jika perlu teruskan infus intravenaJika sistol ulangi dberikan kalsium dan vasopresor jika perlu teruskan resusitasi sampai denyut nadi baik. Pulihkan normotensi segera.Penyebab henti jantung adalah ventrikel fibrilasi dimana fungsi jantung dapat dikembalikan dengan menggunakan fibrilasi elektrik. Defibrilasi menghantarkan arus listrik terhadap jantung, diikuti secara simultan depolarisasi miokard sehingga terjadi refraktori. Hal ini menyebabkan berhentinya fibrilasi ventrikel sementara, sehingga pacemaker pada jantung sinoatrial node merailiki kesempatan untuk membentuk sinus ritme kembali.Defibrilator terdiri dari sumber energi, konversi AC/DC, suatu kapasitor dan padel elektroda. Pada defibrilator moder terdapat EKG monitor melalui padel atau pada lead yang dihubungkan dengan defibrilator. Energi yang dihantarkan ke jantung bergantung juga pada ketebalan dinding dada pasien dimana dinding dada berperan menghambat penghantaran energi yang diberikan. Secara empiris pemberian energi awal diberikan 200 Joule sebanyak dua kali dan diikuti pemberian energi sebesar 360 Joule. Saat pemberian energi, harus diperhatikan letak dari padle, dimana terdapat dua padle yaitu padle sternum dan apeks. Jika gambaran EKG telah sesuai dengan indikasi defibrilasi, pemberian energi tiga kali berturut-turut harus dilakukan kurang dari 90 detik sesuai dengan algoritma BHL. Jika diantara tiga kali pemberian energi tidak tampak perubahan pola pada EKG, maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan nadi diantar satu siklus defibrilasi tersebut.Bantuan Hidup Jangka Panjang =Prolonged Life Support

G - Gaughing, yaitu penilaian untuk menentukan dan memberikan terapi selanjutnya sampai penderita dapat diselamatkan.Tentukan dan beri terapi penyebab kematian.Tentukan apakah pasien masih dapat diselamatkan. H - Human Maintation yaitu rehabilitasi yang diharapkan untuk memulihkan fungsi otak normal setelah dilakukan tindakan resusitasi jantung paru otakI - Intensive Care yaitu tindakan perawatan yang intensif ( resusitasi jangka panjang) yang ditekankan pada fungsi otak penderita post cardiac arrest dengan kemungkinan adanya Muiltple Organ Failure (MOF). Monitor, normotensi, oksigenasi, ventilasi, variabel darah, suhu, relaksasi, anestesi, cairan elektrolit, dan glukosa.TANDA-TANDA BERHASILNYA RESUSITASI1. Perubahan warna kulit penderita dari biru menjadi merah2. Kulit penderita relatif hangat dibanding sebelumnya 3. Bernafas spontan dan adekuat4. Teraba denyut pembuluh nadi pada pembuluh nadi pergelangan (arteri radialis) maupun arteri leher (arteri karotis communis) dan pangkat paha (arteri femoralis).5. Pupil tetap kecil dan refleks terhadap cahaya positif

PERAWATAN PASCA RESUSITASI JANTUNG PARUPenderita yang berhasil dilakukan resusitasi harus dirawat dengan perawatan khusus:1. Dilakukan pengamatan dan pengobatan sistem jantung dan pembuluh darah dengan teliti.2. Obat-obatan penguat jantung seperti : anti-aritmia, vasopressor, cairan, koreksi gangguan elektrolit3. Pernafasan yang adekuat, lakukan analisa kadar O; dan CO2 daam darah, bila perlu pasang ventilator.4. Suhu tubuh diusahakan rendah

KOMPLIKAS1 AKIBAT RESUSITASI JANTUNG PARU1. Patah tulang iga karena kemungkinan rapuhnya tulang pendenta atau pijatan terlalu kuat2. Masuknya udara atau darah di dalam rongga dada3. Masuknya udara ke daam peritoneum4. Kerusakan jaringan paru-paru, esofagus, pleura atau selaput paru, perikardium atau selaput jantung, hati, lambung, limpa dan lainnya5. Kerusakan susunan saraf baik saraf tepi maupun pusat

DAFTAR PUSTAKA

1. American Heart Association. International Concencus Conference on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science with Treatment Recommendation, Texas, January 2010.2. Utief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi kedua.2002 Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.3. Morgan GE, Mikhail MS, Murray, MJ, Urson CP. Clinlcal Anesthesiology. third edition. 2002. New York: Lange Medical School.