resusitasi kardiopulmonar

28
RESUSITASI KARDIOPULMONAR NAMA : TRI AMINAH S. NIM : J111 09 264 KELOMPOK : 6 ASISTEN : DYAH AYU WINDY A.P. TGL PRAKTIKUM : 29 DESEMBER 2009 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009

Upload: triaminah

Post on 14-Jun-2015

2.290 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Praktikum Resusitasi Kardio Pulmonar, Desember 2009

TRANSCRIPT

Page 1: Resusitasi Kardiopulmonar

RESUSITASI KARDIOPULMONAR

NAMA : TRI AMINAH S.

NIM : J111 09 264

KELOMPOK : 6

ASISTEN : DYAH AYU WINDY A.P.

TGL PRAKTIKUM : 29 DESEMBER 2009

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2009

Page 2: Resusitasi Kardiopulmonar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekurangan oksigen dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan sel

yang irreversible terutama sel-sel susunan saraf pusat yang sangat sensitive

terhadap hipoksia. Hilangnya suplai oksigen ke otak menyebabkan hilangnya

kesadaran dalam waktu 15 detik dan pernapasan akan berhenti dalam waktu

kurang dari 1 menit. Bila oksigenisasi tidak diperbaiki secepatnya, maka

kerusakan permanen akan terjadi dalam waktu 4 menit dan korban tak

mempunyai harapan lagi bila anoksia berkelanjutan sampai 8 menit.

1. Asfiksia cerebral terjadi terutama karena :

a. Obstruksi jalan napas : umumnya disebabkan oleh karena jatuhnya lidah

ke belakang pada dinding posterior pharynx.

b. Pernapasan terhenti : sebagai akibat berhentinya stimulasi dari pusat

pernapasan terhadap oto-otot pernapasan. Hal ini dapat terjadi setelah

trauma kepala, shock listrik, dosis obat yang berlebihan atau hipoksia.

2. Kegagalan sirkulasi

Terjadi bila jantung berhenti berkontraksi yang dapat disebabkan oleh

asistole atau Fibrilasi Ventrikel. Penyebab umum adalah Infark Miokard

atau serangan jantung, tetapi shock listrik juga dapat menyebabkan hal ini.

Resusitasi Kardio Pulmonar (RKP) merupakan prosedur darurat medis untuk

korban penghentian jantung atau, sirkulasi tertentu, penangkapan pernapasan. KPR

dilakukan di rumah sakit, atau dalam masyarakat dengan layperson atau oleh

kegawatdaruratan profesional. RKP tidak mungkin membuat jantung memulai

memompa darah, namun tujuan utamanya adalah menjaga aliran darah yang

membawa oksigen ke otak dan jantung, sehingga menunda kematian jaringan dan

Page 3: Resusitasi Kardiopulmonar

memperbesar keberhasilan untuk menyadarkan tanpa adanya kerusakan otak.

Defibrilasi dan Life Support biasanya diperlukan untuk memulai kembali jantung

untuk beroperasi

Tiga faktor yang perlu dipertimbangkan pada Resusitasi KardioPulmonar

(RKP):

a. Jalan Napas (Airway)

b. Pernapasan (Breathing)

c. Sirkulasi (Circulation)

B. Tujuan Praktikum

Mempelajari cara-cara mengatasi gangguan transport oksigen, baik yang

disebabkan oleh berhentinya pernapasan maupun gangguan fungsi sirkulasi.

Page 4: Resusitasi Kardiopulmonar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem sirkulasi terdiri dari tiga komponen dasar :

1. Jantung berfungsi sebagai pemompa terhadap tekanan terhadap darah untuk

menimbulkan gradient tekanan yang diperlukan agar darah dapat mengalir ke

jaringan .

2. Pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk mengarahkan dan

mendistribusikan darah dari jantung keseluruh bagian tubuh dan kemudian

mengembalikannya ke jantung.

3. Darah berfungsi sebagai medium transportasi temopat bahan – bahan yang

akan disalurkan dilarutkan atau diendapkan.(1)

Aspek anatomi jantung

Jantung adalah organ berotot berongga dengan ukuran sekepalan. Jantung

terletak di rongga thoraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum atau tulang dada

disebelah anterior dan vertebra (tulang punggung) disebelah posterior. Kenyataan

bahwa jantung terletak antara dua struktur tulang, sternum dan vertebra,

memungkinkan kita secara manual mendorong darah kelua dari jantung apabila

jantung tidak memompa secara efektif dengan menekan sternum secara berirama.

Manuver ini menekan jantung antara sternum dan vertebra, sehingga darah diperas

keluar seolah – olah jantung sedang berdenyut. Kompresi jantung eksternal ini sering

berfungsi sebaai tindakan penyelamatan nyawa sampai terapi yang sesuai dapat

diberikan untuk memulihkan fungsi normal jantung.(1)

Walaupun menyelamatkan nyawa, tekanan local intensif yang diterapkan ke

sternum selama kompresi jantung manual kadang – kadang menyebabkan iga patah.

Page 5: Resusitasi Kardiopulmonar

Namun, metode RKP yang tradisional ini mungkin akan segera diganti dengan

metode baru yang lebih aman apabila peralatan yang diperlukan tersedia. (1)

Asal denyut jantung

Bagian – bagian jantung secara normal berdenyut dengan teratur. Kontraksi

atrium (sistolik atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistolik ventrikel) dan selama

diastolic empat rongga mengalami relaksasi. Denyut jantung berasal dari system

penghantar jantung yang khusus dan menyebar melalui system ini kesemua bagian

miokardium. Struktur yang membentuk system penghantaradalah simpul sinoatrial

(simpul SA), lintasan antar simpul di atrium, simpul atrio ventikular ( simpul AV),

berkas His, cabang – cabangnya, dan system purkinje.

Berbagai bagian system penghantar, dan pada keadaan abnormal, bagian –

bagian miokardium mampu mengeluarkan listrik spontan. Meskipun demikia, simpul

SA secara normal mengeluarkan listrik paling cepat, depolarisasi menyebar dari sini

ke bagian lain sebelum mengeluarkan listrik secara spontan. Karena itu, simpul SA

merupakan pacu jantung normal, kecepatannya mengeluarkan listrik menentukan

frekuensi denyut jantung. (3)

Aktivitas Listrik Jantung  

 Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh adanya potensial

aksi yang dihantarkan sepanjang membrane sel otot

jantung. Jantung akan berkontraksi secara ritmik, akibat

adanya impuls listrik yang dibangkitkan oleh jantung

sendiri: suatu kemampuan yang disebut “autorhytmicity”.

Sifat ini dimiliki oleh sel khusus otot jantung. Terdapat dua

jenis khusus sel otot jantung, yaitu: sel kontraktil dan sel otoritmik. Sel kontraktil

melakukan kerja mekanis, yaitu memompa dan sel otoritmik mengkhususkan diri

Page 6: Resusitasi Kardiopulmonar

mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi yang bertanggung jawab untuk

kontraksi sel-sel pekerja.(4)

Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka yang memiliki potensial

membrane istirahat yang mantap. Sel-sel khusus jantung tidak memiliki potensial

membrane istirahat. Sel-sel ini memperlihatkan aktivitas “pacemaker” (picu jantung),

berupa depolarisasi lambat yang diikuti oleh potensial aksi apabila potensial

membrane tersebut mencapai ambang tetap. Dengan demikian, timbulkah potensial

aksi secara berkala yang akan menyebar ke seluruh jantung dan menyebabkan

jantung berdenyut secara teratur tanpa adanya rangsangan melalui saraf.(4)

Resusitasi cardiopulmonary

Cardiopulmonary resusitasi (CPR) adalah prosedur darurat bagi orang-orang

dalam serangan jantung atau, dalam beberapa keadaan, pernapasan. CPR dilakukan

di rumah sakit dan di masyarakat.(5)

CPR melibatkan intervensi fisik untuk membuat sirkulasi buatan melalui

berirama menekan dada pasien secara manual memompa darah melalui jantung, yang

disebut penekanan dada, dan biasanya juga melibatkan penyelamat menghembuskan

napas ke pasien (atau menggunakan perangkat untuk mensimulasikan ini) untuk

menggelembungkan paru-paru dan lulus dengan oksigen dalam darah, yang disebut

pernafasan buatan. Beberapa protokol sekarang meremehkan pentingnya respirations

buatan, dan fokus pada penekanan dada saja. (5)

CPR tidak mungkin untuk me-restart hati; tujuan utamanya adalah untuk

mempertahankan aliran darah yang mengandung oksigen ke otak dan hati, sehingga

jaringan menunda kematian dan memperpanjang jendela kesempatan singkat untuk

keberhasilan resusitasi tanpa kerusakan otak permanen. Kehidupan Advanced

dukungan dan defibrillation, administrasi suatu kejutan listrik ke jantung, biasanya

diperlukan untuk jantung untuk me-restart. (5)

Page 7: Resusitasi Kardiopulmonar

Hal ini hanya bekerja untuk pasien dalam irama jantung tertentu, yaitu

ventrikular fibrilasi atau takikardia ventrikular pulseless, bukan 'garis datar' pasien

meskipun asystolic CPR dapat membantu menimbulkan shockable ritme dalam

ditangkap pasien. (5)

Sirkulasi darah dan oksigenasi adalah persyaratan mutlak dalam mengangkut

oksigen ke jaringan. Otak dapat mempertahankan kerusakan setelah aliran darah

telah dihentikan selama sekitar empat menit dan kerusakan ireversibel setelah sekitar

tujuh menit. Jika aliran darah berhenti selama satu sampai dua jam, sel-sel tubuh mati

kecuali mereka mendapatkan cukup bertahap bloodflow [rujukan?], (disediakan oleh

pendinginan dan pemanasan bertahap, jarang, di alam [misalnya di dalam aliran air

dingin] atau oleh tim medis yang maju). Karena itu CPR umumnya hanya efektif jika

dilakukan dalam waktu tujuh menit dari penghentian aliran darah. [12] hati juga

dengan cepat kehilangan kemampuan untuk mempertahankan ritme yang normal.

Suhu badan rendah seperti yang kadang-kadang terlihat di dekat-tenggelam

memperpanjang waktu bertahan otak. Setelah serangan jantung, efektif CPR oksigen

yang cukup memungkinkan untuk mencapai otak otak untuk menunda kematian, dan

memungkinkan jantung untuk tetap responsif terhadap upaya defibrillation. (5)

Jika pasien masih memiliki denyut nadi, tetapi tidak bernapas, ini disebut

pernapasan dan pernapasan buatan lebih tepat. Namun, karena orang sering

mengalami kesulitan mendeteksi denyut nadi, CPR dapat digunakan pada kedua

kasus, terutama bila diajarkan sebagai pertolongan pertama.(5)

Pada korban kecelakaan atau pasien yang sedang mengalami fibrilasi atau

yang jantungnya berhenti, curah jantung dan perfusi koroner dapat dipertahankan

sebagian oleh pijat jantung. Pijat yang efektif dapat dilakukan tanpa membuka

rongga dada. Langkah – langkah yang dapat dilakukan yaitu: (2)

1. Orang yang melakukan RKP meletakkan pangkal telapak tangan pada bagian

bawah sternum diatas prosesus sifoideus. Pangkal telapak tangan lainnya

diatas tangan yang pertama (gambar A).

Page 8: Resusitasi Kardiopulmonar

Gambar Lokasi Sternum

2. Tekanan dibuat lurus kebawah, menekan sternum 4 atau 5 cm menuju tulang

belakang. Prosedur ini diulang 80 – 100 kali per menit.

3. Penekanan ventrikel secara manual juga efektif bila dada telah dibuka, tetapi

torakotomi darurat sebaiknya tidak dilakukan.

4. Bila pernapasan juga berhenti, hendaknya mulai resusitasi kardiopulmonar

lengkap, pijat jantung hendaknya diseling dengan pernapasan mulut – ke

mulut dengan frekuensi satu ventilasi untuk lima pijat jantung.

Page 9: Resusitasi Kardiopulmonar

BAB III

METODOLOGI

CARA KERJA

1. Jalan Napas

Untuk menjamin jalan napas sangat penting dilakukan tindakan Safar Triple

Airway Manouevre yaitu:

a. Adakan ekstensi dari kepala

b. Sokonglah rahang (mandibula)

c. Buka kedua bibir

Bila korban telah bernapas dengan baik, maka korban dimiringkan ke posisi

lateral yang akan mempertahankan airway.

2. Pernapasan

Bila setelah tindakan pertama tadi (Safar) tidak tampak adanya pernapasan,

maka harus dilakukan pernapasan buatan:

a. Mulut ke mulut (Mouth to mouth = Experid Air Resuscitation)

Setelah melakukan tindakan pertama tadi, maka penolong menarik napas dan

meniupkan udara ekspirasi ke dalam mulut korban sambil memperhatikan

naiknya dada korban. Kemudian penolong melepaskan bibirnya dari bibir

korban untuk memastikan turunnya dada korban untuk memastikan

turunnnya dada korban dan merasakan hembusan udara ekspirasi korban.

Penolong harus memastikan naik turunnya dada pada setiap pernapasan.

Siklus pernapasan harus diulangi sebanyak 12 kali per menit, yaitudatu kali

setiap 5 detik.

b. Metode NIELSEN

Korban ditelengkupkan dengan kepala dipalingkan ke samping beralaskan

kedua punggung tangannnya. Penolong berlutut di depan kepala korban dan

kedua tangan ditempatkan pada kedua lengan atas korban tepat di atas

Page 10: Resusitasi Kardiopulmonar

sikunya. Penolong menarik dan mengangkat kedua lengan korban kea rah

dirinya dengan mengayunkan badan ke belakang sampai terasa suatu

perlawanan yang kuat. Kemudian kembalikan lengan pada sikap semula dan

kedua tangan penolong dipindahkan ke sisi punggung dengan jari-jari

direnggangkan serta ibu jari di atas tulang belikat. Dengan kedua lengan

diluruskan penolong mengayunkan badannya ke depan sehingga terjadi

tekanan vertical ke bawah pada dada korban.

c. Metode SILVESTER

Korban dibaringkan terlentang dan tempatkan bantalan pakaian di bawah

pertengahan punggung. Penolong berlutut di depan kepala korban dan

menghadap kea rah korban. Peganglah pergelangan tangan korban dan

dengan mengayunkan tubuh ke belakang tariklah kedua tangan korban ke

atas melewati kepala sampai kedua tangan korban ke atas melewati kepala

sampai kedua tangan terletak di atas tanah/lantai. Dengan demikian terjadi

inspirasi oleh karena otot-otot dada menarik iga-iga bagian atas dada.

Kemudian penolong menekankan kedua tangan korban di atas dadanya

dalam vertical ke bawah. Tindakan ini dilakukan setiap lima detik.

3. Sirkulasi

Bila setelah tindakan 1 dan 2 (memperbaiki jalan napas dan pernapasan),

denyut nadi tidak teraba yang berarti terjadi kegagalan sirkulasi maka haruslah

dilakukan Kompresi Jantung Luar (External Cardiac Compression = ECC).

Tanda-tanda Cardiac Arrest adalah kehilangan kesadaran, apnea dan denyut

nadi tidak teraba. ECC berupa menggerakkan bagian bawah sternum ke bawah

dengan tangan. Pada orang dewasa penekanan sternum dilakukan sebesar 3 – 5

cm sebanyak 60 kali per menit. Ini tidak usah dilakukan pada percobaan ini oleh

karena cara ini tidak boleh dipraktekkan pada orang sehat.

Sangat penting menentukan lebih dahulu setengah bagian bawah sternum yaitu

dengan menjalankan jari-jari pada iga bagian bawah sampai bertemu di anterior

dan tandailah dengan jari. Tandailah lekuk suprasternal dengan jari lain sehingga

Page 11: Resusitasi Kardiopulmonar

dapat diperkirakan titik tengah sternum. Pangkal telapak tangan diletakkan pada

bagian bawah sternum dan tangan yang lainnya diletakkan di atasnya. Dengan

lengan tetap lurus, tangan ditekan ke bawah kemudian dibiarkan naik

kembalisekali setiap detik.

Pada anak-anak sternum ditekan dengan satu tangan sejauh 2-4 cm, sedang pada

bayi digunakan dua jari untuk menekan sejauh 1 cm.

Pada Cardiac Arrest selain pernapasan berhenti juga nadi menghilang. Bila

hanya satu orang penolong maka lakukan dua pernapasan dan 15 kompressi

setiap 15 detik, yaitu 2 banting 15 siklus dengan 4 siklus permenit. Bila tersedia

dua penolong makka dilakukan teknik 1 banding 5 yaitu 1 pernapasan dengan 5

kompressi dalam 5 detik yang dilakukan secara kombinasi. Pernapasan

dilakukan diantara 2 kompressi. Teknik kombinasi ini yang dikenal dengan

RKP. Setelah satu menit tindakan ini dihentikan dan rabalah denyut nadi, bila

belum teraba ulangi RKP dan periksalah denyut nadi setiap 5 menit.

Page 12: Resusitasi Kardiopulmonar

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Resusitasi kardiopulmonaris (RKP) adalah suatu tindakan gawat darurat

akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal

guna mencegah kematian biologis. RKP sebisa mungkin dilakukan dengan empat

menit untuk menyelamatkan mati biologis.

Indikasi melakukan RKP yaitu :

- Henti napas (Apneu)

Ciri-ciri henti napas :

a. Terdapat sumbatan jalan napas

b. Frekuensi napas akan lebih cepat dari pada keadaan normal

c. Terjadi kelelahan otot-otot napas

d. Menekan pusat napas pada Susunan Saraf Pusat Henti Napas

- Henti Jantung (Cardiac Arrest)

Dengan berhentinya napas, maka oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam

tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya henti jantung

(cardiac arrest).

Langkah-langkah yang dapat dilakukan setelah menemukan korban yaitu

mencari bantuan, memeriksa kesadarannya, jika tidak sadar, mengembalikan korban

ke posisi anatomis, jika sadar bawa ke rumah sakit, bebaskan jalan nafas, dan LLF

ABC.

Hal pertama yang kita lakukan jika menemukan korban yang memerlukan

RKP yaitu meminta bantuan dan menganalisa keadaan diri sendiri serta keadaan

sekitar korban. Permintaan bantuan dapat dilakukan dengan memanggil orang lain

Page 13: Resusitasi Kardiopulmonar

untuk bersama-sama melakukan pertolongan. Penolong harus memastikan dirinya

aman untuk melakukan pertolongan dan korban harus jugadalam kondisi aman untuk

ditolong. Semua benda-benda yang membahayakan baik penolong maupun korban

harus disingkirkan. Proteksi diri terhadap kemungkinan terjangkit penyakit harus

diingat.

Setelah mengamankan dan mencari bantuan, langkah kedua yang dilkaukan

yaitu menilai kesadaran korban. Tingkat kesadaran dapat memberi arti terhadap

tanda-tanda vital lainnya. Korban yang sadar dan dapat berbicara memberi makna

tidak ada kelainan pada pada fungsi pernafasan dan fungsi sirkulasinya. Korban tidak

sadar, kemungkinan adanya masalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi tidak dapat

disingkirkan. Kesadaran dapat dinilai dengan mengguncang badan korban dengan

halus dan memanggil namanya. Korban yang memberikan respon biarkan pada

posisinya dan periksa keadaannya secara berkala atau bawa segera ke rumah sakit.

Sedangkan korban yang tidak memberikan respon, segera berikan pertolongan

pertama.

Hal pertama yang dilakukan jika korban tidak sadarkan diri yaitu membuka

dan membersihkan jalan nafas.Airway (jalan nafas) adalah organ vital yang harus

dinilai pada korban gawat darurat. Penilaian jalan nafas dapat dilakukan dengan :

- Look (Lihat)

Melihat langsung ke rongga mulut ada atau tidaknya sumbatan pada jalan nafas,

melihat dada tidaknya ekspansi dada.

- Listen (Dengar)

Mendengarkan suara nafas korban. Adanya snoring atau gurgling

- Feel (Rasakan)

Merasakan dengan pipi atau punggung tangan adanaya hembusan nafas dari

korban.

Page 14: Resusitasi Kardiopulmonar

Sumbatan jalan nafas adalah pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan

gangguan breathing dan circulation. Sumbatan jalan nafas ada dua, total dan parsial.

Obstruksi (sumbatan) total (choking). Pada sumbatan total, biasanya disebabkan

tertelannya benda asing yang lalu menyangkut dan menyumbat di pangkallaring

(tersedak). Bila sumbatan total timbul perlahan, maka akan berwal dari sumbatan

parsial yang kemudian menjadi total.

Obstruksi parsial. Sumbatan parsial dapat disebabkan berbagai hal. Biasanya

korban masih bisa bernafas sehingga timbul berbagai macam suara, tergantung

penyebabnya.

- Cairan (Darah, secret, aspirasi lambung, dsb)

Timbul suara gurgling, suara bernafas bercampur suara cairan.

- Lidah yang jatuh ke belakang

Bisa terjadi karena keadaan tidak sadar atau patahnya rahang bilateral.

Timbul suara mengorok (snoring) yang harus diatasi dengan perbaikan

airway, secara manual atau dengan alat.

- Penyempitan di laring atau trachea

Dapat disebabkan pembengkakan karena berbagai hal, timbul suara

crowing atau stridor respiratori.

Bernagai usaha dapat dilakukan dalam membebaskan jalan nafas sesuai

dengan jenis sumbatannya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk

mempertahankan atau membebaskan jalan nafas pada sumbatan jalan nafas akibat

lidah jatuh ke belakang :

1. Head Tilt (Ekspansi kepala)

Dengan menekan kepala (dahi) ke bawah, maka jalan nafas akan berada

dalam posisi yang lurus dan terbuka.

2. Chin Lift (angkat dagu)

Page 15: Resusitasi Kardiopulmonar

Mengangkat dagu mnggunakan jari dengan maksud lidah yang menyumbat

jalan nafas dapat terangkat sehingga jalan nafas terbuka.

3. Jaw thrust (mendorong rahang)

Mandibula diangkat ke atas oleh jari tengah di sudut rahang (angulus mandibula),

dorongan di dagu dilakukan dengan menggunakan ibu jari, jari telunjuk sebagai

penyeimbang di ramus mandibula.

Usaha yang dilakukan untuk mempertahankan dan membebaskan jalan

nafas pada sumbatan yang disebabkan oleh cairan sebagai berikut :

1. Finger Sweap

Teknik sapuan jari biasanya dilakukan pada korban yang tidak sadar. Penolong

menggunakan jarinya untuk membuang benda padat atau cairan yang

mengganggu jalan nafas.

2. Suction

Biasanya dilakukan di rumah sakit, tetapi dapat dibuat suction sederhana

menggunakan spoit 10 cc atau yang lebih besar dan selang kecil.

3. Recovery Position (Miring stabil)]

Posisi ini dapat digunakan untuk membuang cairan dari rongga mulut atau jalan

nafas.

Usaha-usaha untuk membebaskan jalan nafas dar isumbatan total akibat benda

asing dapat dilakukan dengan :

1. Back Blow – Back Slap

Tepukan pada punggung di antara kedua scapula (tulang belikat), dengan tujuan

memberikan tekanan yang besar pada rongga dada, dapat dilakukan pada semua

usia korban.

2. Abdominal thrust

Page 16: Resusitasi Kardiopulmonar

Tekanan pada perut digunakan untuk memberikan tekanan pada rongga dada.

Tekanan dilakukan di daerah epigastrium (daerah anatara pusat dan tajuk

pedang/xipoideus).

3. Chest Thrust

Tekanan pada dada dilakukan dengan memberikan tekanan di daerah 2/3 sternum

(tulang pedang). Pada orang dewasa tekanan diberikan dengan bantuan berat

badan penolong – sama dengan pijatan jantung luar. Sedangkan pada bayi,

tekanan cukup dilakukan dengan dua jari.

Setelah itu, penolong mengecek apakah sudah ada nafas, jika belum ada,

maka penolong memeriksa pernafasan korban (breathing). Jalan nafas yang baik

tidak menjamin ventilasi yang baik. ventilasi yang baik meliputi fungsi baik dari

paru, dinding thoraks (dada), dan diafragma. Pakaian yang menutupi dada korban

harus dibuka untuk melihat pernafasan korban. Pemeriksaan fisik pada pernafasan

dapat dilakukan dengan :

- Inspeksi, melihat pergelangan dada korban dan membandingkan antara kiri

dengan kanan. Selain itu, diperhatikan juga adanya jejas/luka pada dinding

thoraks. Perlu juga diperhatikan kedudukan trakhea.]

- Palpasi, meraba permukaan thoraks untuk mencari kemungkinan adanya nyeri

tekan dan krepitasi.

- Perkusi, dengan mengetuk dinding thoraks, dapat diketahui kemungkinan adanya

udara dan cairan di dalam rongga pleura.

- Aukultasi, dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke dalam paru.

Gangguan pada pernafasan sanagt berhubungan dengan jalan nafas. Jalan

nafas yang mengalami sumbatan akan menyebabkan tidak adanya nafas atau tidak

adekuatnya nafas. Sehingga pastikan jalan nafas telah bersih dan tetap tidak ada

nafas, maka segera lakukan bantuan nafas sebanyak dua kali. Dengah bantuan nafas

tersebut, dada korban akan mengembang jika tidak ada sumbatan pada jalan

Page 17: Resusitasi Kardiopulmonar

nafasnya. Dan jika dengan bantuan nafas ini korban tidak bernafas spontan segera

periksa sirkulasi.

Setelah melakukan penanganan pada sistem pernafasan, nilai sistem

sirkulasinya dengan cara memeriksa denyut nadi (radialis atau carotis), menilai

warna kulit, meraba suhu akral dan kapilari refil, dan periksa perdarahan. Pada orang

dewasa dan anak-anak, denyut nadi diraba pada arteri radialis dan arteri carotis

(medial dari m. sternocleidomastoideus). Sedangkan pada bayi, meraba denyut nadi

pada a. Brachialis, pada sisi medial lengan atas.

Jika denyut belum ada atau terjadi henti jantung, maka lakukan resusitasi

kardiopulmonar (RKP). Penolong mengambil posisi di samping lengan atas dengan

cara berlutut secara tegak lurus, diusahakan lutut menyentuh brachialis. Letakkan

tangan dua jari diatas procesus Xiphoideus, kemudian dorong dengan berat badan,

perbandingannya 30 : 2 dalam satu kali siklus. Kemudian periksa denytu nadi, jika

tidak ada, lakukan RKP lagi. Jika nadi sudah ada, tetapi nafas tidak ada, maka

dilakukan nafas buatan, jika tidak ada lagi nafas, lakukan RKP lagi, tetapi jika sudah

dilakukan RKP ternyata ada snoring/choking, maka diulang dari awal.

4 Indikasi penghentian RKP :

a. Korban bernafas spontan dan normal kembali

b. Penolong merasa lelah

c. Henti nafas dan henti jantung berlangsung selama 30 menit

d. Telah ada tenaga lain yang lebih ahli

Tanda-tanda syok :

a. Tekanan darah menurun

b. Tekanan nadi menurun kurang dari 20 mmHg

c. Denyut nadi meningkat

Page 18: Resusitasi Kardiopulmonar

d. Akral dingin

e. Pucat

Page 19: Resusitasi Kardiopulmonar

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini sebagai berikut :

1. Resusitasi kardiopulmonari (RKP) adalah suatu tindakan gawat darurat

untuk mengembalikan fungsi jantung guna mencegah kematian biologis.

2. Resusitasi jantung paru hanya dilakukan pada penderita yang mengalami

henti jantung atau henti napas dengan hilangnya kesadaran.

3. Faktor yang perlu dipertimbangkan pada RKP yaitu ABC, yaitu Airway

(jalan napas), Brething (napas bantu), dan Circulation.

4. Tindakan resusitasi kardiopulmonal harus dilakukan dengan pemanfaatan

waktu yang seefektif mungkin agar didapatkan hasil yang maksimal.

B. SARAN

Sebaiknya disediakan boneka sebagai alat coba agar praktikan lebih mudah

mengerti tentang hal yang dipraktikumkan.

Page 20: Resusitasi Kardiopulmonar

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood,lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.EGC

2. F.Ganong,William.2003.Fisiologi Kedokteran.EGC

3. F.Ganong,William.2003.Medical Physiologi.Medical publishing division

4. www.perawatonline.com

5. www.wikipedia.com