resus gemelli
DESCRIPTION
bjkljTRANSCRIPT
REFLEKSI KASUS
WANITA G2P0A1 24 TAHUN HAMIL 35 MINGGU 3 HARI
GEMELLI
PRE-EKLAMPSI BERAT
Disusun Untuk Memenuhi sebagian Syarat dalam Mengikuti Program Pendidikan
Profesi Bagian Obstetri dan Ginekologi
Diajukan kepada Yth :
dr. Adi Pramono, Sp. OG
Disusun oleh :
Fetty Theralisa
20080310076
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT BUDI RAHAYU MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
0
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipresentasikan laporan kasus dengan judul
WANITA G2P0A1 24 TAHUN HAMIL 35 MINGGU 3 HARI
GEMELLI
PRE-EKLAMPSI BERAT
Tanggal : Maret 2013
Disusun oleh:
Fetty Theralisa
20080310076
Menyetujui
Dokter Pembimbing/Penguji
dr. Adi Pramono, Sp. OG
1
REFLEKSI KASUS
I. PENGALAMAN
Pada tanggal 23 Februari 2013 jam 16.00 seorang pasien datang kiriman
bidan dengan kehamilan ganda (gemelli) dan pre-eklampsi berat. Tekanan darah
terakhir di bidan 170/110 mmHg. Pasien tidak mengeluhkan adanya mual,
muntah, dan gangguan penglihatan. Namun pasien merasakan kenceng-kenceng
sejak 2 hari yang lalu. Lendir dan darah (-). Pasien masih merasakan gerakan
janin.
II. MASALAH YANG DIKAJI
1. Apa yang dimaksud kehamilan ganda dan apa saja jenis-jenisnya?
2. Bagaimana mendiagnosis kehamilan ganda pada kehamilan dan bagaimana
penanganannya?
3. Apa yang dimaksud dengan pre eklampsi? Bagaimana gejala dan tandanya?
4. Bagaimana terapi preeklampsi pada kehamilan?
III. ANALISIS MASALAH
1. Kehamilan Ganda (Gemelli)
A. Definisi
Kehamilan ganda (gemelli) adalah suatu kehamilan dengan dua janin
atau lebih.
B. Jenis
1. Kehamilan kembar monozigotik
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut kembar
monozigotik atau disebut juga identil, homolog, atau uniovuler. Kira-
kira sepertiga kehamilan kembar adalah monozigotik. Dan kira-kira
sepertiga kehamilan kembar monozigotik mempunyai 2 amnion, 2
korion, dan 2 plasenta; kadang-kadang 2 plasenta tersebut menjadi
satu. Pada kehamilan kembar mono-amniotik kematian bayi sangat
tinggi karena lilitan tali pusat, tapi kehamilan ini jarang terjadi.
2. Kehamilan kembar dizigotik
2
Kira-kira dua pertiga kehamilan kembar adalah dizigotik yang
berasal dari 2 telur; disebut juga heterolog, binovuler, atau fraternal.
Jenis kelamin sama atau berbeda, mereka berbeda seperti anak-anak
lain dalam keluarga. Kembar dizigotik mempunyai 2 plasenta, 2
korion, dan 2 amnion. Kadang-kadang 2 plasenta menjadi satu.
3. Conjoined twins, superfekundasi dan superfestasi
Conjoined twins atau kembar siam adalah kembar dimana janin
melengket sattu dengan yang lainnya. Misalnya torakopagus (dada
dengan dada), abdominopagus (perlengketan kedua abdomen)
Kraniopagus (kedua kepala) dan sebagainya.
Superfekundasi dalah pembuahan dua telur yang dikeluarkan
pada ovulasi yang sama pada dua kali koitus yang dilakukan pada jarak
waktu yang pendek.
Superfestasi adalah kehamilan kedua yang terjadi beberapa
minggu atau bulan setelah kehamilan pertama. Belum pernah
dibuktikan pada manusia, namun ditemukan ada kuda.
C. Diagnosis
Diagnosis kembar sering tidak dibuat bukan karena sukar, tetapi
karena pemeriksa tidak memikirkan kemungkinan tentang hal tersebut. Untuk
mempertinggi ketepatan diagnosis, haruslah dipikirkan kemungkinan
kehamilan kembar bila didapatkan hal-hal berikut: (1) besarnya uterus
melebihi lamanya amenorea; (2) uterus tumbuh lebih cepat daripada bisanya
pada pemeriksaan berulang; (3) penambahan berat badan ibu yang mencolok
yang tidak disebabkan oleh edema atau obesitas; (4) banyak bagian kecil
teraba; (5) teraba 3 bagian besar janin; (6) teraba 2 balotemen.
Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan (1) terabanya 2 kepala, 2
bokong, dan satu/dua punggung; (2) terdengar dua denyut jantung yang
letaknya berjauhan dengan perbedaan kecepatan paling sedikit 10 denyut per
menit; (3) sonogram dapat membuat diagnosis kehamilan kembar pada
triwulan pertama; (4) rontgen foto abdomen.
D. Penanganan dalam Kehamilan
Untuk kepentingan ibu dan janin, perlu diadakan pencegahan terhadap
pre-eklampsia dan eklampsia, partus prematurus, dan anemia. Agar tujuan
3
tersebut dapat tercapai, perlu dibuat diagnosis dini kehamilan kembar. Mulai
akhir kehamilan trimester kedua pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu;
sesudah kehamilan 36 minggu pemeriksaan dilakukan tiap minggu, sehingga
tanda-tanda pre-eklampsia dapat diketahui dini dan penganan dapat dilakukan
dengan segera.
E. Penanganan dalam Persalinan
Semua persiapan untuk resusitasi dan perawatan bayi prematur disediakan.
Golongan darah ibu sudah ditentukan dan persediaan darah diadakan
mengingat kemungkinan perdarahan postpartum lebih besar. Episiotomi perlu
dilakukan untuk memperpendek kala pengeluaran dan mengurangi tekanan
pada kepala bayi.
Setelah janin pertama lahir, segera dilakukan pemeriksaan luar dan vaginal
untuk mengetahui letak dan keadaan janin kedua. Jarak anatara lahirnya janin
pertama dan kedua adalah antara 5 sampai 15 menit. Kelahiran janin kedua
kurang dari 5 menit setelah janin pertama lahir dapat menimbulkan trauma
persalinan pada janin tersebut. Kelahiran janin kedua lebih dari 30 menit dapat
menimbulkan insufisiensi uteroplasental, karena berkurangnya volume uterus
dan juga dapat terjadi solusio plasenta sebelum janin kedua dilahirkan.
Bila janin kedua dalam letak lintang, denyut jantung janin tidak teratur,
terjadi prolapsus funikuli, atau solusio plasenta, atau bila persalinan spontan
tidak terjadi dalam 15 menit, maka segera dilakukan versi ekstraksi tanpa
narkosis. Pada janin dalam letak memanjang dapat dilakukan ekstraksi cunam
pada letak kepala dan ekstraksi kaki pada letak sungsang.
Seksio sesarea pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi janin
pertama dalam letak lintang, prolapsus funikuli, palsenta previa, dan lain-lain.
Segera setelah janin kedua lahir, penderita disuntik 10 satuan oksitosin, dan
tingginya fundus uteri diawasi. Bial tanda-tanda plasenta lepas tampak, maka
palsenta dilahirkan dan diberi 0,2 methergin secara intravena. Kala IV diawasi
secara cermat dan cukup lama, agar perdarahn postpartum dapat diketahui dini
dan penanggulangannya dilakukan segera.
2. Pre-Eklampsi
4
A. Definisi
Pre eklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan munculnya trias pre
eklampsia, yaitu hipertensi, edema, dan proteinuria, serta terjadi setelah umur
kehamilan mencapai 20 minggu sampai waktu segera setelah melahirkan
B. Gejala dan Tanda Klinis
Gejala dan tanda klinis berdasarkan klasifikasi pre eklampsia adalah:
1. Pre eklampsia Ringan (PER)
Hipertensi dengan tekanan darah systole ≥140 dan diastole ≥90
mmHg
Edema kaki, tangan atau muka
Proteinuria >300 mg/24 jam atau menunjukkan hasil +1
sampai +2 dalam pemeriksaan protein kualitatif
2. Pre eklampsia Berat (PEB)
Hipertensi dengan tekanan darah systole 160 dan diastole
≥110 mmHg
Proteinuria >5 gr/24jam atau menunjukkan hasil +3 atau
lebih dalam pemeriksaan protein kualitatif
Oliguria dengan jumlah urine <500/cc/24jam
Edema yang masif.
Edema paru dan dapat disertai sianosis
Gangguan visus dan serebral; penurunan kesadaran, nyeri
kepala, pandangan kabur
Sindrom HELLP
Pertumbuhan janin intrauterine terhambat
Trombositopenia berat <100.000 sel/mm3
Gangguan fungsi hepar
C. Penanganan PE
Drug of Choice
5
Pengobatan lini pertama pada pasien dengan Pre-eklampsia berat adalah obat-
obatan golongan Metildopa. Methyldopa bekerja pada sistem saraf pusat
sebagai alfa-2 agonis yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dengan
mengurangi aliran simpatis dari pusat-pusat vasopresor di dalam batang otak
tetapi menyebabkan pusat-pusat ini tetap atau bahkan meningkatkan
kepekaannya kepada kontrol baroreseptor. Metildopa menurunkan tekanan
darah terutama dengan mengurangi tahanan pembuluh darah tepi, dengan
suatu frekuensi pengurangan denyut jantung dan curah jantung yang
bervariasi. Refleks-refleks kardiovaskular umumnya tidak terganggu setelah
pemberian metildopa, dan penurunan tekanan darah tidak sangat tergantung
pada posisi tegak. Hipotensi postural (ortostatik) kadang-kadang terjadi,
terutama pada penderita kurang cairan. Suatu keuntungan dengan metildopa
adalah karena metildopa menyebabkan penurunan resistensi vaskular ginjal.
Penggunaan metildopa sebagai pilihan pertama obat bagi pasien dengan pre-
eklamsia berat sudah terbukti memiliki efek yang paling baik dalam
menurunkan tekanan darah ibu dan paling aman bagi keselamatan janin.
Metildopa tidak mengurangi cardiac output ibu atau aliran darah ke ginjal
maupun uterus sehingga tidak mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
Labetolol merupakan pilihan kedua untuk obat pre-eklamsia berat.
Labetolol adalah jenis beta-blocker yang merupakan vasodlator perifer yang
terbukti efektif pada pre-eklamsia dan hipertensi pada kehamilan yang tanpa
6
diserta proteinuria. Data yang tersedia menunjukkan bahwa efek antihipertensi
dari labetolol tidak berhubungan dengan aliran darah ke jantung ataupun ke
uterus. Dalam suatu randomised comparative trial pada 263 wanita hamil
dengan hipertensi sedang hingga berat, pengobatan dengan labetolol maupun
metildopa dapat menurunkan tekanan darah ibu secara signifikan tanpa
perbedaan yang bervariasi pada umur kehamilan ketika melahirkan, berat bayi
lahir, dan kegagalan perkembangan janin. Akan tetapi, karena bukti keamanan
penggunaan labetolol tidak sebaik metildopa maka labetolol dijadikan
alternatif kedua setelah metildopa untuk pengobatan bagi pasien pre-eklamsia
berat.
Nifedipin yang kita kenal sebagai obat hipertensi bekerja dengan cara
menghambat kanal kalsium sehingga mencegah konstriksi otot polos termasuk
otot pembuluh darah, sehingga pada pasien hipertensi nifedipin akan membuat
otot-otot pembuluh darah tidak bisa berkontraksi dan menurunkan resistensi
vaskular. Beberapa penelitian menuunjukkan bahwa nifedipin aman bagi
kehamilan, akan tetapi perlu diingat bahwa pada pasien PEB diberikan juga
medikamentosa berupa injeksi MgSO4 intravena sebagai anti kejang. Dalam
hal ini cara kerja MgSO4 adalah sebagai ion kompetitif bagi ion kalsium. Ion
magnesium akan menggeser ion kalsium mencegah terjadinya penyaluran
impuls syaraf sehingga mencegah terjadinya kejang. Jika nifedipin dan
MgSO4 diberikan bersamaan maka akan berakibat penurunan tekanan darah
yang drastis, hipotonus, serta berkurangnya refleks fisiologis. Nifedipin juga
dapat menurunkan tekanan darah secara cepat dan tidak terkontrol sehingga
dikhawatirkan akan mengganggu sirkulasi uteroplasenter.
7
REFLEKSI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. Parini
b. Umur : 24 tahun
c. Pendidikan : SD
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Petani
f. Suami : Tn. Jumarnu
g. Umur : 29 tahun
h. Pendidikan : SMP
i. Pekerjaan : Petani
j. Alamat : Jarakan Rt02 Rw01, Gundang Sari, Pakis,
Magelang.
k. Tanggal masuk : 23 Februari 2013 jam 16.00
II. ANAMNESIS tanggal 23 Februari 2013 jam 16.00
1. Keluhan Utama
Pasien datang kiriman bidan dengan kehamilan ganda (gemelli)
dan pre-eklampsi berat.
2. Riwayat Penyakit Sekarang.
Tekanan darah terakhir di bidan 170/110 mmHg. Pasien tidak
mengeluhkan adanya mual, muntah, dan gangguan penglihatan.
Namun pasien merasakan kenceng-kenceng sejak 2 hari yang lalu.
Lendir dan darah (-). Pasien masih merasakan gerakan janin.
3. Riwayat Penyakit Dahulu.
Riwayat asma : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat operasi : Kuretase 2 tahun yang lalu atas
indikasi Abortus Inkomplete
4. Riwayat Penyakit Keluarga.
Riwayat asma : disangkal
8
Riwayat hipertensi : ayah kandung
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
5. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun.
Siklus : 28 hari.
Lama : 7 hari.
Jumlah : 2-3 pembalut/hari.
Sakit waktu menstruasi : Sakit.
HPHT : 21 Juni 2012
HPL : 28 Maret 2013
6. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali selama 5 tahun.
7. Riwayat Obsetri
No Kehamilan,persalinan,ke
guguran dan nifas.
Umur
sekarang
/tanggal.
Keadaan
anak.
Tempat
perawatan dan
no daftar.
1. Hamil 2 bulan, Abortus
Inkomplete (Kuretase)
- Meninggal. RSU wonosobo
2. Hamil ini.
8. Riwayat Operasi dan penyakit yang pernah dijalani.
Kuratage 2 tahun yang lalu atas indikasi abortus inkomplete.
9. Riwayat kehamilan Sekarang
ANC (+) di Bidan.
HPL: 28 Maret 2013
10. Riwayat Keluarga Berencana.
Pasien tidak KB.
9
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik.
Kesadaran : Compos Mentis.
Tekanan darah : 160/100 mmHg.
HR : 88x/menit RR :24x/menit.
Suhu : 36,70 C.
Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Thorax : Simetris, KG (-), Cor/pulmo dbn.
Abdomen : Membuncit., struae gravidarum (+)
Ekstremitas : Oedema tungkai (+/+), varises (-/-).
2. Pemeriksaan Obsetri
Inspeksi : Tampak perut membuncit, struae gravidarum (+)
Palpasi :
terdapat over distensi , teraba bagian besar dari janin lebih dari 1,
janin ganda, preskep-presbo.
Leopold I
TFU : 31 cm (2 jari dibawah proc. xyphoideus)
Teraba 1 bagian besar, bulat, keras
Teraba 1 bagian besar, bulat, lunak
Leopold II
Kanan : teraba bagian memanjang seperti papan
Kiri : teraba bagian memanjang seperti papan
Leopold III
Teraba 1 bagian besar, bulat, lunak
Teraba 1 bagian besar, bulat, keras
Leopold IV
Konvergen
1. Vaginal toucher :
o Dilatation : Ø belum ada
o Efficement : 0%
o Concistency : kenyal
10
o Position : posterior
o Station : Bagian bawah janin masih tinggi
2. DJJ : doppler
i. 144x/menit
ii. 142x/menit
3. HIS : (+) 2-3’(10-15”)
4. TFU : 31 cm
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
1. WBC : 10,92 N: F 4,8-10.8
2. RBC : 3,85 N: F 4,2-5,4
3. HGB : 11,1 N:F 12-16
4. HCT : 34,7 N:F 37-47
5. MCV : 90,1 N: 79-99
6. MCH : 28,8 N: 27-31
7. MCHC: 32,0 N: 33-37
8. PLT : 193 N:150-450
Imunoserologi
HBs Ag : - / NEG
2. USG
Tampak gambaran janin II hidup intra uterine
I. Letak lintang
II. Letak kepala
FM (+), FHM (+)
V. DIAGNOSIS
G2P0A1, 24 tahun , hamil 35 minggu 3 hari
Janin II hidup intrauterine
Presbo, Preskep
Belum inpartu
11
Gemelli
Pre-Eklampsi Berat
VI. SIKAP
Cek lab darah lengkap + urin
Konservatif
Pasang infuse RL
Pasang DC
Dopamet 3x500 mg
Injeksi MgSO4
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, H., Saifuddin, B, A., Rachimhadhi, T. 2006. Ilmu Kebidanan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
2. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001
3. Mochtar Rustam,. Sinopsis Obstetri, Obsetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1991
4. Dr. H. M. A. Ashari SpOG (K). Sectio Caesarea. 2011.
13