resume pancasila

Upload: adib-kurniawan

Post on 09-Jul-2015

728 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

RESUMEBAB VI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGIMata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Disusun oleh : 1. Alfian Andri Nugraha 2. Febrian Lufianto 3. Gallant Karunia 4. Muhammad Adib K 5. Nadia Ulfa Safitri 6. Nurcholid Syawaldi 7. Wincoko Rombel 53 5201409025 5101409040 2101409054 5101409109 5101409125 5101409051 5101409110

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

A. Pengertian IdeologiIstilah ideology berasal dari kata idea dan logos. Kata idea berasal dari bahasa Yunani,eidos yang berarti bentuk atau idein yang berarti melihat. Idea dapat di artikan sebagai cita-cita yang bersifat tetap dan akan dicapai dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, cita-cita ini pada hakikatnya merupakan dasar, pandangan, atau faham yang diyakini kebenarannya. Sedangkan logos berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Pokok-okok pikiran yang perlu dikemukakan mengenai ideologi adalah sebagai berikut: 1. Bahwa ideologi, merupakan system pemikiran yang erat kaitanya dengan perilaku manusia. 2. Bahwa ideologi, disamping mengemukakan program juga menyertakan strategi guna merealisasikannya. 3. Bahwa ideologi, dapat dipandang sebagai serangkaian pemikiran yang dapat mempersatukan manusia, kelompok, atau masyarakat, yang selanjutnya diserahkan pada terwujudnya partisipasi secara efektif dalam kehidupan social politik. 4. Bahwa yang bias merubah suatu pemikiran menjadi ideologi adalah fungsi pemikiran itu dalam berbagai lembaga politik dan kemasyarakatan.

B. Karakteristik dan Makna Ideologi bagi NegaraMakna suatu ideologi bagi Negara dapat di pahami dengan mudah dari karakteristiknya. Beberapa karakteristik suatu ideologi tersebut antara lain :

1. Ideologi seringkali muncul dan berkembang dalam situasi krisis Suatu Ideologi dapat muncul pada situasi krisis, dimana cara pandang, cara berfikir, dan cara bertindak yang sebelumnya dianggap umum dan wajar dalam suatu masyarakat telah dianggap sebagai sesuatu yang sudah tidak dapat diterima lagi.Berangkat dari kondisi yang sudah kalut, yang dicirikan dengan menghebatnya ketegangan sosial, maka ketidak puasan terhadap masa lampau dan ketkutan menghadapi masa depan menjadi pendorong muncul dan bangkitnya suatu ideologi yang menjajikan kehidupan yang lebih baik. 2. Ideolgi merupakan pola pemikiran yang sistemaitis Ideologi merupakan ide atau gagasan yang dilemparkan atau ditawarkan ke arena perpolitikan.Oleh karena itu, ideologi harus disusun secara sistematis agar dapat diterima oleh warga masyarakat secara rasional. Biasanya ideologi menyajikan penjelasan dan visi mengenai kehidupan yang hendak di wujudkan. Ideologi juga seringkali menampakan sifat selfcontained dan self- sufficient. Ini mengandung pengertian bahwa ideologi merupakan suatu pola pemikiran yang terintegrasi antara beberapa premis dasar yang memuat aturan-aturan perubahan dan pembaharuan. 3. Ideologi mempunyai ruang lingkup jangkauan yang luas, namun beragam Dilihat dari dimensi horisontal, ideologi mempunyai penjelasan-penjelasan yang parsial sifatnya sampai kepada gagasan-gagasan atau pandangan-pandangan yang komprehensif (misalnya: weltanschauung). Ideolgi-ideologi yang totaliter dapat dikatakan lebih komprehensif dibandingkan debgab ideologi-ideologi yang demokratis karena senantiasa mendambakan kekuasaan mutlak yang mengatur senua aspek kehidupan. Dengan ddemikian ideologi dapat menjadi indikator dalam membangun masyarakat dan dapat menjadi parameter dalam menukur keberhasilan suatu bangsa. 4. Ideolgi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan Dilihat dari dimensi vertikal, ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan, mulai dari konsep yang kompleks dan sophisticated sampai dengan slogan-slogan atau simbolsimbol sederhana dari pemahaman dan perkembangan masyarakat-masyarakatnya. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila para ideolog cenderung menunjukan militansi dan

fanatisme terhadap doktrin ideologi sehingga menjadi sumber dukungan yang aktif dan sangat loyal dengan pasif menerima ideologi apa adanya.

C. Fungsi ideologi1. Ideologi berfungsi melengkapi struktur kognitif manusia Orientasi kognitif dari suatu ideologi dapat membantu untuk menghindarkan diri dari sikap ambiguitas, sekaligus memberikan kepastian dan rasa aman dalam mengarungi kehidupan.

2. Ideologi berfungsi sebagai panduan Ideologi mencanangkan seperangkat patokan tentang bagaimana manusia seharusnya bertingkah laku, disamping tujuan dan cara mencapai tujuan itu. Menyajikan saluran saluran untuk mewujudkan ambisi, juga dapat memberikan batasan tentang kekuasaan politik.

3. Ideologi berfungsi sebagai lensa, untuk mengenal dunia dan dirinya. Merupakan alat untuk bisa melihat dirinya sendiri, dan mengharapkan orang lain untuk bisa melihat dan menginterpretasikan tindakannya yang didasarkan atas ideologinya. Ideologi dapat memberikan gambaran tentang manusia dan masyarakat yang diharapkan.

4. Ideologi berfungsi sebagai kekuatan pengendali konflik, sekaligus fungsi integratif Ideologi dapat membantu individu dalam mengatasi konflik yang terjadi dalam dirinya sendiri ataupun dalam hubungannya dengan orang lain. Dalam konteks integratif dapat berfungsi sebagai kebersamaan dengan cara mengintegrasikan berbagai aspek kehidupan individu, guna menjamin kontinuitas dan usaha usaha bersama, yang dalam hal ini memerlukan adanya integrasi secara politis daro para anggotanya. Melalui ideologi setiap warga mampu mengetahui ide, cita-cita, tujuan atau harapan dari masyarakatnya.

D. Pebandingan Ideologi1. Agama sebagai Ideologi Penempatan agama sebagai ideologi pernah mengalami masa kejayaan terutama pada abad pertengahan di ropa. Saat itu, semua perilaku manusia harus sesuai dengan ajaran agama bahkan masyarakat Eropa tidak pernah berusaha untuk mengembangkan kehidupan duniawi. Kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya diterima sebagai suatu yang ditentukan oleh yang Maha Kuasa. Kuatnya keyakinan masyarakat eropa terhadap ajaran agama telah membawa implikasi seperti : a) Ajaran agama diyakini sebgai sumber nilai yang paling tinggi dan tidak boleh dibantah dengan akal manusia, b) Orientasi kehidupan masyarakat Eropa ditujukan untuk kehidupan setelah mati, c) Kemajuan duniawi tidak akan berarti manakala seseorang tidak dapat masuk surga, d) Masyarakat tidak brani mengontrol penyimpangan penyimpangan (penjualan surat pengampunan dosa) yang dilakukan Paus. Penempatan agama sebagai ideologi bukan suatu yang keliru, bahkan dapat dikatakan sebagai praktik yang brdasarkan pada nilai kebenaran yang sangat tinggi, namun yang paling penyting adalah memikirkan agar penerapannya dapat diterima oleh semua anggota masyarakat bangsanya. Pada abad ke- 17, peranan agama sebagaimulai menurun seiring perkembangan aliran aliran baru di Eropa, seperti : (1) Aufklarung, (2) renaissance, (3) rasionalisme, (4) Empirisme, (5) Relisme. 2. Liberalisme Dalam mempertajam persepsi terhadap alirab filsafat politik yang revolusioner dikemukakan dua teori pokok gerakan revolusioner di Amerika Serikat : a. Teori The Founding of America yang didasarkan atas hak hak rakyat untuk membebaskan diri dari pemerintah yang depotisme, tujuanya yaitu ingin mengakhiri praktik praktik tirani dan memberikan kebebasan kepada rakyat secara penuh dengan praturan yang berlaku. b. Teori yang dikembangkan Kaum Komunis di Amerika. Tujuanya ingin mengakhiri kebebasan rakyat, sekaligus membangun tirani.

Persoalan yang sering dilupakan dalam pembahasan filsafat polotik adalah masalah yang menyangkut hak dan juga wewenang pemerintah dalam mengendalikan tingkah laku dan perbuatan warganegaranya, apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh rakyat biasanya ditentukan oleh pemerintah dari masing masing negara. Edmund Burke mengemukakan bahwa liberalisme berhubungan dengan masalah apa yang seharusnya dilakukan oleh negara melalui kebijaksanaan umum, dan yang seharusnya tidak dilakukan negara untuk memberikan kebebasan kepada rakyatnya. Liberalisme sering dikonotasikan dengan kebebasan individu dalam setiap aspek kehidupan. Menurut pandangan liberalisme negara dan politik hanya menempati salah satu bagian dan bukan persoalan pokok dalam kehidupan manusia. Tujuan negara semata mata hanya mempertahankan negara apabila ada gangguan atau serangan dari negara lain. Filsafat politik liberalisme tertuang dalam Bill of right, gagasan konstitusionalisme, ajaran separation of power, dan dimanifestasikan dalam ajaran cheks and balance. Keempatnya dimaksudkan untuk memberikan jaminan dan perlindungan terhadap kebebasan individu dari pelanggaran pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh negara atau pemerintah, sehingga prinsip ajaran liberalisme telah berkembang menjadi suatu ideologi dalam segala aspek kehidupan. Liberalisme mengembangkan suatu prinsip yang sangat mendasar yaitu : (a)pengakuan terhadap hak hak asasi warganegara, (b) memungkinkan tegaknya tertib masyarakat dan negara atas supermasi hukum, (c) memungkinkan lahirnya pemerintahan yang demokratis dan (d) penolakan terhadap pemerintahan totaliter. Dalam perkembangan selanjutnya kebebasan ini telah melahirkan sikap imperalistis dan menbawa dampak yang kurang menguntungkan bagi kelompok masyarakat lain (yang kuat semakin kuat dan yang lemah semakin trpuruk), akhirnya lahirlah kelas kelas sosial yang pada dasarnya tidak sesuai dengan prinsip prinsip liberalisme.

3.Marxisme dan Leninisme Revolusi Perancis boleh dikatakan merupakan salah satu usaha yang paling berarti dalam upaya mentransformasikan masyarakat pada abad ke 18. Sedikit banyak usaha tersebut dipengaruhi oleh pemuka-pemuka utopian. Slogan liberty, egality, dan fraternity kemudian dieksploitir oleh para sosialis dan komunis, yang munculnya justru tidak dari komunisme utopia akan tetapi lahir dari filsafat jaman terang. Revolusi Perancis ternyata mampu menjadi sumber inspirasi bagi pemikiran kelompok-kelompok yang mengajukan kritik-kritik sosial yang bermunculan setelah masa itu. Periode berkembangnya aktivitas dan pengaruh mereka ada di sekitar masa berkahirnya revolusi Perancis sampai dengan diperkenalkanya Communist Manifesto (1848) oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Periode ini pula muncul nama tokoh dari kelompok sosialis-utopis, seperti C.H Saint Simon beserta muridnya Saint Amand Bazard dan Barthelemy Enfantin, Robert Owen, F.M Charles Fourier, Entine Cabet, Wihelm Weitling dan Louis Blanc. Kendatipun demikian tokoh diatas tidaklah semata-mata mengikuti ajaran komunis, akan tetapi lebih mendasarkan diri pada sejarah sosialisme. Teori Komunisme sebagai suatu sistem sosial muncul ke permukaan menjelang abad ke 18. Sir Thomas More menulis sebuah essay yang berjudul Utopia(1516). Dalam essay tersebut, more mengungkapkan prinsip milik hukum sebagai landasan yang harus digunakan dalam sistem produksi dan distribusinya. Essay tersebut kemudian diikuti oleh tokoh lain seperti Thomas Campalena, Francis Bacon, James Harington. Semua tokoh tersebut membahas masalah kritik sosial dan pembaharuan, yang kesemuanya menunjuk masalah hak milik perseorangan sebagai titik pangkal kesengsaraan manusia. Kondisi ini hanya dapat di atasi oleh istilah yang diciptakan more yaitu Community of possession. Revolusi Perancis ternyata mampu menjadi sumber inspirasi bagi pemikiran-pemikiran kelompok yang mengajukan kritik sosial yang banyak bermunculan di masa itu. Revolusi ini boleh dikatakan merupakan salah satu usaha yang paling berarti dalam upaya mentransformasikan masyarakat abad ke 18. Slogan Liberty, Egality, dan Fraternity kemudian dieksploitir oleh para sosialis dan komunis, yang munculnya justru tidak dari komunisme Utopis, akan tetapi lahir dari filasafat jaman terang. Marxisme, dalam satu dan lain hal bias dipandang sebagai jembatan antara revolusi perancis dan revolusi proletar Rusia tahun 1917. Kendatipun pemikiran-pemikiran Marx dan Engels hanya dipandang dengan sebelah mata oleh kaum utopis, tetapi sebenarnya banyak juga

kaum utopis yang menggunakan wawasan berpikir Marx dan Engels dalam tulisan-tulisanya. Berbicara tentang Marxisme memang tidak bisa dilepaskan dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan Fiedrichk Engels (1820-1895). Kenyataan menunjukan bahwa Eropa Barat, tengah menjadi pusat ekonomi dunia, dan Inngris raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi politik tidak bisa lepas dari pengamatan Marx dan Engels. Bahkan situasi tersebut menjadi factor pendorong munculnya pemikiran-pemikiran Marx dan Engels di kemudian hari. Dalam hubungan ini Lenin mengemukakan : Marxism.continued and completed the three chief ideological currents of the 19th classical German phyloshopy, classical English political economy, and French socialist combine with friends revolutionary doctrines. Tiga hal yang merupakan komponen dasar dari Marxisme adalah : 1. Filsafat dialectical and historical materialism 2. Penyikapan terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja David Ricardo dan Adam Smith. 3. Menyangkut teori Negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep perjuangan kelas. Pemikiran Marx dipengaruhi oleh teori Hegel, dimana dalam teori tersebut perubahan terjadi dalam tiga tahap, yaitu tes, antites, sintes. Dalam hubungan ini cenderung marx mendasarkan pada teori hegel yan menandaskan bahwa kontradiksi dan konflik dari berbagai hal yang saling berlawanan satu sama lain sebenarnya bisa membawa pergeseran kehidupan sosial politik dari tingkat sebelumnya ke tingkat yang lebih tinggi. Selain itu, suatu tingkat kemajuan akan bisa dicapai dengan jalan menghacurkan hal-hal yang lama dan sekaligus memunculkan hal-hal yang baru. Dalam analisis terakhir, revolusi ini akan membawa kemenangan kelas pekerja atas kaum kapitalis dan untuk sementara Negara akan dikuasi oleh Dictatorship of the proletariat. Karl Max barangkali tidak sekedar teoritis belaka akan tetapi ia aktif pula membentuk berbagai kelompok kelas pekerja untuk mengorbankan revolusi yan memerlukan persiapan organisasi yang matang. Kendatipun sulit untuk membantah kehebatan Marx dalam memimpin suatu organisasi yang terbukti dengan semakin meluasnya jumlah pengikutnya, akan tetapi ia

pun tidak lepas dari tantangan tokoh lain. 4.Komunisme Menurut teori aslinya, yaitu teori marx, sosialisme dan komunisme tidak akan mungkin bisa muncul di Negara yang perkembangan ekonomi belum maju.Kerangka landasan untuk sosialisme adalah: 1. Kapitalisme memberikan kemungkinan meningkatnya produksi melalui industrialisasi. 2. Kapitalisme dapat melahirkan kelas baru yaitu kelas protelar atau buruh.

Menurut marx datangnya sosialis bisa diibaratkan dengan jatuhnya buah yang matang dari pohon. Kalau buah sudah matang barulah bisa jatuh. Sementara itu Lenin berkeyakinan bahwa buah itu harus dan dapat direbut. Apabila dikaitkan dengan perkembangan Rusia belum cukup matang. Oleh karena itu suatu organisasi perlu dibentuk untuk merebut kekuasaan, organisasi tersebut ialah partai Komunis (vanguard). Lenin berkeimpulan bahwa komunis dapat menjalankan industrialisasi kendatipun menurut marx industrialisasi merupakan tugas kaum burjois dengan sistem kapitalismenya. Revisi Lenin dikembangkan pula oleh Mao Tze Tung. Mao mengembangkan satu pemikiran bahwa revolusi Cina harus mendasarkan diri pada kelas petani. Atas dasar pertimbangan tersebut Mao membentuk suatu tentara petani. Satu pertanyaan yang timbul sekarang adalah, bagaimana revolusi yang diperjuangkan oleh tentara petani dapat dikatakan komunis? Sebelumnya Mao hanya membawa gagasan Lenin sampai logical conclusion saja. Kalau pelopor proletar memahami kepentingan proletar dengan jelas dari orang proletar sendiri apakah pelopor tersebut tersangkut paut secara fisik dengan kelas proletar atau tidak, bukanlah persoalan yang penting. Pokoknya pelopor itu yang tidak lain adalah partai komunis yang dianggap mewakili kelas proletar jadi walaupun tentara mau terdiri dari petani dan bukan proletar akan tetapi ia mewakili proletar. Dengan demikian bahwa revolusi cina dipimpin juga oleh kelas Proletar. Revolusi Mao adalah bertujuan menjangkau demokrasi rakyat. Jika demokrasi rakyat sudah dapat dicapai, maka tidak perlu memasuki tahap kapitalisme. Jadi, perkembangan masyarakat harus melalui tahap feodalisme menuju demokrasi rakyat, kemudian memasuki

sosialisme dan akhirnya terwujudlah komunisme. Dengan demikian jelas bahwa teori komunisme tentang berkembangnya gerakan komunis di Negara-negara baru agak berbeda dengan teori aslinya yang dikemukakan marx. Teori Komunis sudah disesuaikan dengan realita di Negara-negara baru yaitu bahwa sebagaian besar rakyat bukan proletar tetapi petani. Tetapi kaum petani itu sendiri tidak dapat memimpin suatu revolusi. Kelihatan teori tersebut terlalu dibuat-buat. Oleh karena itu kita harus melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi berkembangnya gerakan komunis. 5.Fasisme Istilah fasisme dikembangkan dari istilah latin fasces yang merupakan symbol kekuasaan pada jaman romawi kuno. Fasisme sebagai gerakan politik muncul di Italia setelah Perang Dunia 1 dan sempat menguasai Negara itu dari tahun 1922 sampai dengan tahun 1943. Tetapi sebelum itu telah dikenal istilah Fasci yang seringkali diartikan sebagai kelompok politik yang memperjuangkan tujuan-tujuan tertentu. Fasisme sebagai gerakan politik lebih eksklusif sifatnya setelah dikaitkan dengan gerakan-gerakan yang diorganisir oleh Bennito Mussolini pada tahun 1919. Dalam banyak hal, Fasisme yang dikembangkan Mussolini dan Nazisme oleh Hitler sangat dipengaruhi oleh pemikiran Fichte dan Hegel.Dalam hubungan ini bisa dikatakan bahwa fasisme tidak lain merupakan perkembangan radikal dari teori Negara Hegel. Bertitik tolak dari pemikiran-pemikiran itulah , fasisme dan Nazisme memandang Liberalisme sebagai gerakan yang lebih berorientasi kepada pemuasan kebutuhan material dengan mengabaikan soal-soal moral dan spiritual.Sebaliknya, Fasisme menganggap ideology mereka lebih mendasarkan diri pada nilai-nilai spiritual dan loyalitas daripada sekedar pemenuhan kebutuhan perseorangan selain itu fasisme bukanlah ideology yang bersifat dogmatis dan kaku, akan tetapi merupakan Ideologi yang luwes dimana ajaran-ajaranya diterima sebagai suatu kenyataan darurat sesuai dengan suasana yang ada dalam masyarakat dan Negara. Hakikat fasisme adalah kepercayaan dan instink,dan bukanya akal atau ajaran. Dengan hanya bersandar pada berbagai pernyataan Mussolini, sulit bagi kita untuk memperoleh gambaran apa sebenarnya yang dikehendaki oleh Fasisme di masa-masa yang akan datang. Akan tetapi secara umum bisa ditarik suatu pengertian bahwa dalam jangka pendek Fasisme ingin segera memulihkan kondisi yang ada pada saat itu. Fasisme bukan sekedar sistem

pemikiran yang terintegrasi, akan tetapi secara gradual menjelma sebagai respon terhadap situasi dan kondisi yang berlangsung. Hal yang demikian sangat wajar apabila kita tilik dari kelahiran fasisme itu sendiri. 6. Ideologi Pancasila Pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan hidup sekaligus juga merupakan ideologi Negara. Itu berarti bahwa Pancasila merupakan gagasan dasar yang berkenaan dengan kehidupan Negara. Pancasila mencita-citakan masyarakat yang dijiwai dan mencerminkan nilai-nilai dasar yang terkandung didalam Pancasila. Pancasila sebagai ideologi Negara juga membawakan nilai-nilai tertentu yang digali dari realitas sodio budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila membawakan kekhasan tertentu yang membedakannya dengan ideologi lain, kekhasan itu terletak pada sila-silanya. Ideologi Pancasila mendasarkan diri pada system pemikiran filsafat Pancasila, yang di dalamnya juga mengandung pemikiran mendasar mengenai hal tersebut.

E. Pancasila sebagai ideologi terbukaPancasila sebagai ideologi bersifat khas sebagai refleksi perilaku bangsa indonesia dan tercermin dalam setiap segi kehidupannya. Nilainilai dasar tersebut bersifat dinamis. Artinya, upa pengembangan sesuai dengan perubahan dan tuntunan masyarakat bukan sesuatu yang tabu sehingga nila-nilai dasar itu tidak menjadi beku,kaku,dan melahirkan sifat fanatik yang tidak logis. Atas dasar itu pemikiran tersebut, bangsa Indonesia telah menerapkan Pancasila sebagai ideologi terbuka. Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman, dan adanya internal. Penegasan Pancasila sebagai ideologi terbuka, bukan saja merupakan suatu penegasan kembali pola pikir yang dinamis dari para pendiri negara kita pada tahun 1945, tetapi juga merupakan suatu kebutuhan konseptual dalam dunia modern yang berubah dengan cepat.

Penegasan Pancasila sebagai ideologi terbuka membawa implikasi:

(1) bangsa Indonesia harus mempertajam kesadaran akan nilai-nilai dasarnya yang bersifat abadi; dan (2) bangsa Indonesia harus menyadari adanya kebutuhan untuk mengembangkan nilai-nilai dasar secara kretif dan dinamis untuk menjawab kebutuhan dan tantangan zaman. Pengertian terbuka adalah terbuka untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar pada tatanan nilai instrumental. Dan tentu ada pembatasan keterbukaan tersebut. Sekurangkurangnya ada dua pembatasan keterbukaan itu: 1. Kepentingan stabilitas nasional Walaupun pada dasarnya semua gagasan untuk menjabarkan nilai dasar dapat diajukan, namun jika sejak awal sudah dapat diperkirakan gagasan itu akan menimbulkan keresahan yang meluas, selayaknya dicarikan momentum, bentuk, serta metode yang tepat untuk menyampaikannya.

2. Larangan terhadap ideologi Marxisme-Leninisme/Komunis. Marxisme-Leninisme/Komunisme memiliki wawasan yang negatif terhadap konflik karena tidak mengenal perdamaian.