universitas pancasila festival entrepreneurshi p pancasila

263
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710 Universitas Pancasila Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila 13 - 15 Agustus 01 8

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Page 2: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

PROCEEDINGS

Jakarta, Senin-Rabu 13-15 Agustus 2018

Gedung Serba Guna Universitas Pancasila

FEB-UP PRESS

Page 3: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

PROCEEDINGS

FESTIVAL ENTREPRENEURSHIP UNIVERSITAS PANCASILA

“ Semangat dan Jiwa Entrepreneurship Pancasila Membangun

Nasionalisme Bangsa” Pelindung : Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila

Penanggungjawab : Rektor Universitas Pancasila

Ketua

: Dr. Sri Widyastuti, S.E., M.M., M.Si.

Wakil Ketua I : Nana Nawasiah, S.E., M.M.

Wakil Ketua II

: Laili Savitri Noor, S.E., M.M.

Sekretaris : Trisnani Indriati, S.E., M.Si.

: Irma Sari Permata, S.E., M.M

Bendahara : Sri Ambarwati, S.E., M.S.M., Ak., C.A.

: Sungkowo, S.Sos.

Reviwer : Dr. Hendra Nurtjahjo., S.H., M.Hum (FH Univ. Pancasila)

Dr. M. Ilham Hermawan, S.H., M.H. (FH Univ. Pancasila)

Dr. Sri Widyastuti , S.E., M.M., M.Si (FEB Univ. Pancasila)

Dr. Agus S. Irfani, MBA (FEB Univ. Pancasila)

Drs. Wahyu Triono (FEB Univ. Nasional)

Drs. Suadi Sapta Putra, M.Si. (FEB Univ. Nasional)

Editor : Dr. Lailah Fujianti., S.E., M.Si., Ak., CA

Indah Masri., S.E., M.Ak., Ak., CA Chaerani Nisa,

S.E., M.S.M.

Setter/Layouter : Yohanes Pamungkas

Design Cover : M. Firman

Cetakan I, 2018

ISBN : …………………………..

Page 4: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Penerbit : FEB-UP PRESS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PANCASILA

Jl. Srenseng Sawah Jagakarsa Jakarta Selatan

Telp. +62-21-787709

Fax. +62-217270133

Web; WWW.univpancasila.ac.id

Email : [email protected]

Page 5: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Page 6: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Daftar Isi

Kata Pengantar …………….……………………………………………………… i

Daftar Isi…………………………………………………………………………… iii

Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Di Kalangan Mahasiswa Melalui Pendekatan Pengajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya Memperkokoh Ketahanan

Nasional……………………………………………………………………………..

1-6

Peran Generasi Millennial dalam Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Di Era

Digital………………………………………………………………………………

7-19

Implementasi Nilai – Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat………….. 10-30

Pendalaman Pengetahuan Dan Metodologi Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila

Dalam Kehidupan Masyarakat……………………………………………………..

31-56

Analisis Pengamalan Nilai-Nilai Luhur Sila I (Keagamaan) Sebagai Pondasi Pertanggungjawaban Pengembalian Kredit UMKM ……………………………….

57-75

Relevansi Produk Domestik Bruto Dengan Nilai Pancasila………………………

76-91

Meningkatkan Daya Entrepreneurship Bidang Rantai Lapangan Pekerjaan, Rantai Pendidikan, dan Rantai Perdagangan dengan Membawa Filosofi Pancasila Melalui

Peluang Usaha………………………………………………………………………

92-109

Pembuatan Souvenir Sebagai Wadah Pengembangan Entrepreneurship Masyarakat

Desa Wisata Ciapus Bogor…………………………………………………………

110-124

Peningkatan Potensi Ekonomi Masyarakat Pulau Pramuka Melalui Komersialisasi Cenderamata Berbasis Bahan Baku Lokal: Suatu Upaya Pemerataan Pendapatan guna Perwujudan Berkeadilan Sosial……………………………………………….

124-138

Digitalisasi Koperasi Dan Produk UMKM Di Indonesia…………………………..

139-152

Creating An Economic Space For Ekonomi Pancasila In The Global Disruption

Market………………………………………………………………………………………….

153-167

Meningkatkan Semangat Entrepreneurship yang Berjiwa Pancasila untuk Membangun Desa Bukit Langkap Melalui Pelatihan Komputer…………………...

168-179

Page 7: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Membangun Karakter Pancasila Di Era Global Melalui Teknologi Gawai Ramah

Anak…………………………………………………………………………………

180-193

Koperasi Indonesia, Apa Kabar?................................................................................. 194-218

Menggagas Tersusunnya Suatu Haluan Bidang Ekonomi (UMKM) sesuai UUD’45 untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat……………………………….

219-226

Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) Sebagai Perwujudan Pengamalan

Nilai-Nilai Pancasila…………………………………………………………………

227-234

Semangat Dan Jiwa Entrepreneurship Pancasila Membangun Nasionalisme

Bangsa………………………………………………………………………………

235-243

Page 8: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Di Kalangan Mahasiswa Melalui Pendekatan

Pengajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya Memperkokoh Ketahanan

Nasional

M. RUBIUL YATIM, S.E., S.S., M.Ag.1

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila

Abstrak

Di antara kata kunci tersebut adalah kata esa pada sila kesatu, kata adil dan adab

dalam sila kedua, kata persatuan dalam sila ketiga, kata hikmat dan musyawarah

dalam sila keempat, dan kata adil pada sila kelima. Hal ini tentunya dapat menjadi

salah satu pintu masuk (entry point) dalam menjelaskan dan menjabarkan nilainilai

Pancasila melalui pendekatan pendidikan ajaran agama Islam. Apabila pemahaman

ini sudah tersampaikan di kalangan mahasiswa maka tentu sikap resistensi dan

penolakan terhadap Pancasila akan jauh lebih mudah untuk ditinggalkan dan

dihilangkan.

1. Pendahuluan

Pendekatan pengajaran pendidikan agama Islam dalam mensosialisasikan dan

menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila terhadap mahasiswa merupakan satu hal

yang sangat efektif dan strategis. Hal ini dikarenakan spirit religiusitas berupa nilai-

nilai Ketuhanan sesungguhnya sangatlah kental dan kuat dalam jati diri bangsa

Indonesia maupun dalam perumusan Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia

oleh para pendiri bangsa (the founding fathers).

Strategis dan pentingnya nilai-nilai Ketuhanan ini juga dapat dilihat pada

pilihan Yudi Latif dalam memberikan judul pada salah satu sub-bab bukunya yaitu

dengan judul “Ketuhanan dalam perumusan Pancasila dan Konstitusi.” 2Hal ini

tampaknya untuk memberikan gambaran bagaimana sesungguhnya nilai-nilai

Ketuhanan memiliki dominasi yang begitu kuat dalam proses perumusan Pancasila

pada masa awal kemerdekaan.

Oleh karena itu, upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui penetrasi dan

pencerahan ajaran agama Islam adalah suatu keniscayaan yang patut dilakukan di

lingkungan Universitas Pancasila.3 Hal ini disebabkan ruang indoktrinasi dogma

1 Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila pengampu mata

kuliah Pendidikan Agama Islam, Ekonomi Syariah, Bahasa Indonesia, ISBD, Kewarganegaraan, dan

lainnya. 2 Lihat Yudi Latif dalam Negara Paripurna; Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, terbitan PT

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011, hal. 67. 3 Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) At Taqwa Universitas Pancasila bahkan telah menyelenggarakan saresehan/workshop dengan tema “Membumikan Nilai-Nilai Filosofis Pancasila

Page 9: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

dan penyadarannya akan jauh lebih luas dan lebih mudah diterima oleh kalangan

mahasiswa.

Tentunya agar proses ini dapat tercapai dengan baik dan optimal maka

penguasaan terhadap nilai-nilai ajaran Islam dan nilai-nilai Pancasila secara

bersamaan dalam berbagai dimensinya menjadi syarat mutlak. Oleh karenanya

dibutuhkan seorang pengajar yang mumpuni dan berkualitas dalam upaya

internalisasi nilai-nilai Pancasila tersebut.

2. Pembahasan

Sebagai suatu landasan idiil ketahanan nasional Indonesia, Pancasila sebagai

falsafah adalah menyadarkan rakyat Indonesia bahwa hidup pada dasarnya

menganut alam pikiran yang mengungkapkan keterkaitan antara manusia dengan

Tuhannya, antara manusia dengan sesama manusia, antara manusia dengan

masyarakat dan antara manusia dengan lingkungannya.4 Hal ini tentunya sejalan

dan sebangun dengan tujuan diturunkannya Syariat Islam dalam kehidupan bagi

para pemeluknya; yang dikenal dengan istilah hablum minallah (hubungan manusia

dengan tuhannya) dan hablum minannas (hubungan manusia dengan manusia

lainya beserta konteks lingkungannya).

Jika ditelaah maka akan didapati ada beberapa ayat Al Quran maupun Sunnah

Nabi Muhammad SAW yang kandungannya ternyata sangat erat dan sejalan dengan

prinsip nilai-nilai Pancasila. Boleh jadi bahkan dapat diyakini bahwa memang sila-

sila Pancasila itu diambil atau mendapat inspirasi dari sumber ajaran Islam. Di

antara ayat-ayat tersebut adalah:

Untuk sila kesatu – Ketuhanan Yang Maha Esa

Al Quran surat Al Baqoroh ayat 163 1 .

ن ٱل ارحيم ـ ه إ ال هو ٱل ارحم ـ ال إل ه وٲحد ـ هكم إل ـ وإل

)١٦٣(

Artinya adalah: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada

Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

2. Al Quran surat Al Ikhlas ayat 1

د ( أح هو ٱ الل )١ق ل

Artinya adalah: “Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa”

Untuk sila kedua – Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

3. Al Quran surat Al Maidah ayat 8

dalam Perspektif Agama Islam (Al Quran & Sunnah) melalui Mimbar Khutbah Jumat” pada tanggal

6 Februari 2017 di Aula Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila. Didaulat sebagai narasumber dalam acara tersebut yaitu Dr (HC) Ir. Siswono Yudo Husoda, Yudi Latif, Ph. D, dan Prof. Andi Faisal Bhakti, Ph. D. Adapun out-put yang dihasilkan adalah dengan

Page 10: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

ن قو رمانڪم شنـا يج شہداء بٱ لقسط ول ا ٱلاذين ءامنوا كونوا ق اوٲمين الل أ يہ دلويـ ٱ دلو ا ع ى أ ال ا م

هو

مىون ( بما ع خبير إ ان ٱ الل رب لىتاقوى وٱعاقوا ٱا لل ) ٨أق

Artinya adalah: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang

benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun

dikeluarkannya tema-tema khutbah jumat selama setahun di tahun 2017 yang diambil dari lima sila

yang ada di dalam Pancasila. 4 Lihat Karsadi, dalam Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi; Upaya Membangun Moral dan

Karakter Bangsa, terbitan Pustaka Pelajar, 2014, hal. 76.

terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya

ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah

kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan

jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka

sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu

kerjakan”

4. Al Quran surat An Nisa ayat 135

ٱل و كم أو ى أنفس ولو ا ٱلاذين ءامنوا كونوا ق اوٲمين بٱلقسط شہداء الل أ يہ ن ۞ يـ ٲلد

ل بہم ا ف أو ا فٱ الل فقي ر أو غنيا ربين إن يكن ق و إن وٱل دلو ا عتابعوا ٱلهوى أن ت ع ل

مىون كان بما ع رضوا فإ ان ٱ الل ع أو و ۥ ا عل

ا ( )١٣٥خبي ر

Artinya adalah: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang

benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap

dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun

miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu

mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika

kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka

sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu

kerjakan”

Untuk sila ketiga – Persatuan Indonesia

5. Al Quran surat Ali Imran ayat 103

ا ول جمي موا بحبل ٱ الل تص وٱ دا ء أع كنتم ىيكم إذ وٱذكروا نعمت ٱ الل عف ارقو ا

من ٱلناار فأنقذ ى شفا حفرة ا وكنتم إخوٲ ن متهۦ بحتم بن فأص م فألاف بين قىوبكم

ين ٱ الل تهۦ منہ ا كذٲلك يب لكم ءايـ

عدون ( )١٠٣لعلاكم عہ

Artinya adalah: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)

Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah

kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuhmusuhan, maka

Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,

Page 11: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,

lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah

menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

6. Al Quran surat Al Hujurat ayat 13

ا ارفو ا وقبا ٮ ل لتكم شعو ب ـ ن وأنث وجعل ر كم من ذ ـ ا ٱلنااس إانا خىقن أ يہ يـ ند ٱ الل رمكم إ ان أ

ىي م خبي ر ( قٮكم إ ان ٱ الل )١٣أت

Artinya adalah: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa

- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

Untuk sila keempat – Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

daam Permusyawaratan Perwakilan

7. Al Quran surat As Shod ayat 20

ه ـ ن نا مىكه ۥ وءاعي )٢٠ٱلحكمة وفصل ٱلخطاب ( وشدد

Artinya adalah: “Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan

kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan”

8. Al Quran surat Ali Imran ayat 159

لنت لهم من ٱ الل فر لهم فبما ر حمة نہم وٱستغ ف وا من حولك فٱ نفض ب ل ولو كنت فظا غىيظ ٱلقل

كىين ( ب ٱلمتو يح إ ان ٱ الل ى ٱ الل ا كل زمت فتو ر فإذا م ف ٱل )١٥٩وشاورهم

Artinya adalah: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku

lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi

berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena

itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila

kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya”

9. Al Quran surat As Syuro ayat 38

ابوا لر اموا ٱلوٱ لاذين ٱستج م وأق هم ينفقون (بہ ـ م وم اما رزقن شورى بينہ رهم )٣٨اصىوة وأم

Artinya adalah: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)

seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka

menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”

Untuk sila kelima – Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Page 12: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

10. Al Quran surat An Nahl ayat 90

ن و ـ حس ل وٱل يأمر بٱلعد ۞ إ ان ٱ الل ن ٱلفحشاء وٱلمنڪر وٱلبغ يعظكم ب وينه إيتا ى ذى ٱلقر

)٩٠لعلاڪم عذ اكرون (

Artinya adalah: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang

dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi

pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”

11. Al Quran surat An Nisa ayat 36

ركوا بهۦ شيـ عش ول بدوا ٱ الل ن ا ۞ وٱ ـ ن إحس وبٱلوٲلدم ا ـ ب وٱليت ى ٱلقر وبذ

وٱل ب وٱلجار ٱلجنب كين وٱلجار ذى ٱلقر ـ ب وٱبن ٱل اسبيل وٱلمساصاحب بٱلجن

فخو را ( ب من ڪان مختال يح ل إ ان ٱ الل نكم ـ م ) ٣٦وما مىكت أ

Artinya adalah: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada

dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,

tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil

dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang

yang sombong dan membangga-banggakan diri”

Selain itu, ada pula ayat-ayat Al Quran yang berisi ruang keterbukaan dalam

perbedaan dan kemajemukan, di antaranya yaitu:

1. Al Quran surat Ar Rum ayat 22

يـ وٲنكم إ ان ف ذٲلك ل سنتڪم وأل ف أل ـ ض وٱختى ر وٲت وٱل ـ خىق ٱل اسم تهۦ ىمين ومن ءايـ ـ ل لع ت

)٢٢(

Artinya adalah: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah

menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna

kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-

tanda bagi orang-orang yang mengetahui”

2. Al Quran surat Al Kafirun ayat 6

م ول دين ( )٦لكم دينك

Artinya adalah: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”

3. Al Quran surat Al Baqoroh ayat 256

بٱ اللمن غوت ويؤ ـ بٱل اط فر فمن يك شد من ٱلغ ى إكراه ف ٱلد ين قد عاب اين ٱلر ل

وة سك بٱلعر ٱستم فقد

ىي م ( سمي ع ٱنفصام لها وٱ الل ) ٢٥٦ٱلوثق ل

Artinya adalah: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.

Page 13: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada

Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat

kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui2

4. Al Quran surat Al Hujurat ayat 13

ر كم من ذ ـ ہا ٱلنااس إانا خىقن أ إ ان يـ ا ارفو ا وقبا ٮ ل لت

كم شعو ب ـ ن وأنث وجعل

ند ٱ الل رمكم أ

ىي م خبي ر ( إ ان ٱ الل قٮكم )١٣أت

Artinya adalah: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa

- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

5. Al Quran surat Al Baqoroh ayat 62

رى وٱل ـ بـ إ ان ٱلاذين ءامنوا وٱلاذين هادوا وٱلناص ا اصـ ل ح ـ مل ص ر و خ وٱليوم ٱل ين من ءامن بٱ الل

ند ر بهم ول رهم هم أج يحزنون ( فل هم ىيہم ول )٦٢خو ف

Artinya adalah: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang

Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja

diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian

dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka,

tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih

hati”

3. Kesimpulan

Berdasarkan kosa kata yang ada dalam setiap sila di dalam Pancasila maka

dapat ditemukan bahwa hampir semua kata kuncinya ternyata berkait erat dengan

istilah-istilah yang ada di dalam sumber ajaran Islam (Al Quran dan Hadis). Di

antara kata kunci tersebut adalah kata esa pada sila kesatu, kata adil dan adab dalam

sila kedua, kata persatuan dalam sila ketiga, kata hikmat dan musyawarah dalam

sila keempat, dan kata adil pada sila kelima.

Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu pintu masuk (entry point) dalam

menjelaskan dan menjabarkan nilai-nilai Pancasila melalui pendekatan pendidikan

ajaran agama Islam. Apabila pemahaman ini sudah tersampaikan di kalangan

mahasiswa maka tentu sikap resistensi dan penolakan terhadap Pancasila akan jauh

lebih mudah untuk ditinggalkan dan dihilangkan. Harapannya kemudian

internalisasi nilai-nilai Pancasila yang dilakukan secara strategis dan simultan dapat

akan berjalan mulus tanpa hambatan. Konsekwensinya tentu akan terwujud

stabilitas politik yang baik di negara Indonesia sehingga terwujud ketahanan

nasional yang kuat.

Page 14: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

DAFTAR PUSTAKA

Audah, Ali. 1996. Konkordansi Al Quran; Panduan kata dalam mencari Ayat

Quran. Pustaka Litera AntarNusa. Bogor.

Departemen Agama RI. Al Quran dan Terjemahnya. Penerbit PT Syamil Cipta

Media.

Karsadi. 2014. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi; Upaya Membangun

Moral dan Karakter Bangsa. Terbitan Pustaka Pelajar.

Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna; Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas

Pancasila. Terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

M.S., Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Penerbit Paradigma. Yogyakarta.

Peran Generasi Millennial dalam Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Di Era

Digital

Agus Hiplunudin [email protected]

Abstrak

Pancasila merupakan suatu Philosofische grondslag suatu Weltanschauung

yang diusulkan Bung Karno di depan sidang BPUPKI 1 Juni 1945 sebagai dasar

bagi negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila secara garis besar termuat pada sila-

silanya; Pertama, nilai-nilai ketuhana. Kedua, nilai-nilai kemanusiaan. Ketiga,

nilai-nilai persatuan. Keempat, nilai-nilai kerakyatan. Kelima, nilai-nilai keadilan.

Nilai-nilai Pancasila tersebut harus diimplementasikan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Namun, di era digital memiliki kesulitan tersendiri,

tatapi kesulitan tersebut dapat teratasi jika generasi millennial mampu

mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila tersebu.

Kata Kunci : Generasi, Milenia, Nilai-nilai Pancasila, SARA

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Page 15: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Generasi muda merupakan pilar pembangunan sekaligus generasi penerus

bangsa. Namun, kondisi saat ini dimana tekhnologi informasi berkembang begitu

cepat sehingga anak muda dimanjakan oleh tekhonologi informasi itu. Salah satu

permasalahan yang kemudian muncul dari pengaruh perkembangan tekhnologi

yakni memudarnya semangat nasionalisme di kalangan generasi muda dan salah

satu penyebabnya banyaknya pengaruh budaya asing yang masuk di negara kita,

sehingga mengakibatkan generasi muda melupakan budaya sendiri karena

menganggap bahwa budaya asing merupakan budaya yang lebih modern

dibanding budaya bangsa ini. Pada zaman dimana teknologi berkembang pesat hal

ini beriringan dengan nilai-nilai Pancasila yang semakin meluntur dan dianggap

tidak bisa menjadi pegangan hidup serta solusi bagi kehidupan bangsa teritama

oleh anak-anak muda. Keadaan ini membuat para pemuda kehilangan orientasi

idiologi seiring dengan memudarnya nilai-nilai Pancasila dan sehingga

adanya cenderung mencoba ideologi baru. Akhirnya, pengamalan terhadap nilai-

nilai Pancasila semakin jauh dan tersisihkan dari kehidupan pemuda Indonesia yang

tentunya akan mempengaruhi semua aspek kehidupan; sosial, politik, ekonomi,

dan budaya.

Pancasila mupakan ideologi bangsa Indonesia sehingga menjadi landasan

fundamental dalam kehidupan bermasyarakat. Paling tidak terdapat 3 (tiga)

tataran nilai dalam Pancasila: Pertama, nilai dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat

amat abstrak dan tetap, yang terlepas dari pengaruh perubahan waktu. Nilai dasar

merupakan prinsip, yang bersifat abstrak, bersifat amat umum, tidak terikat oleh

waktu dan tempat, dengan kandungan kebenaran yang bagaikan aksioma. Kedua,

nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat kontekstual. Nilai instrumental

merupakan penjabaran dari nilai dasar tersebut, yang merupakan arahan

kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Ketiga, nilai

praksis, yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-hari, berupa cara

bagaimana rakyat melaksanakan (mengaktualisasikan) nilai Pancasila (Mulyono,

2010)

Nilai-nilai Pancasila tersebut harus diimplementasikan secara integral,

sehingga Pancasila betul-betul tercermin dalam kehidupan bermasyarakat.

Generasi muda merupakan hal yang paling diharapkan untuk konsisten

menerapkan nilai-nilai Pancasila sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara

yang diterjemahkan dalam pembangunan nasional betul-betul mereflesikan

idiologi bangsa, Pancasila. Pada era milenial dewasa ini dimana generasi muda

disibukan oleh apa yang terpampang dalam media digital terutama media sosial

dan sejenisnya. Hal tersebut membuat generasi muda berkecenderungan

untuk hidup secara individualis mereka tidak lagi terikat perasaan saling

memiliki. Dalam hal ini paling tidak ada tiga nilai Ideologi Pancasila yang harus

dijabarkan dalam kondisi masyarakat digital saat ini yakni nilai gotong royong,

tolong-menolong, dan tolernasi. Gotong royong sebagai kegiatan untuk

menyelesaikan persoalan secara bersam-sama. kemudian, nilai tolong-menolong

berkaitan dengan rasa simpati dan empati sesama warga masyarakat terutama yang

Page 16: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

menghadapi kesulitan hidup, dan nilai toleransi untuk menjaga keakraban antar

sesama warga baik dalam hal suku, ras dan agama. Indonesia telah bisa mengakses

internet. Sementara di laporan yang sama dijelaskan dari ratusan juta pengguna

internet di Indonesia tersebut 60% persennya telah mengakses internet

menggunakan ponsel pintar (smartphone)— inilah era digital dan mayoritas

penggunanya yakni generasi millennial.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran generasi millennial dalam implementasi nilai-nilai

Pancasila di Era Digital?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung generasi

millennial dalam implementasi nilai-nilai Pancasila di Era Digital?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah peran generasi millennial dalam

implementasi nilai-nilai Pancasila di Era Digital.

2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan

pendukung generasi millennial dalam implementasi nilai-nilai Pancasila di

Era Digital.

1.4. Manfaat Penulisan Makalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka manfaat penulisan

makalah ini sebagai berikut:

1. Secara Teoritis: Secara teoritis diharapkan makalah ini dapat memperkaya

teori untuk mengetahui bagaimanakah peran generasi millennial dalam

implementasi nilai-nilai Pancasila di Era DigitalSecara Praktis

2. Secara Praktis: dapat digunakan agar generasi millennial berperan dalam

implementasi nilai-nilai Pancasila di Era Digital dewasa ini. Mampu

menelaah faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung

Berdasarkan uraian di atas; makalah ini akan menguraikan mengenai

“Peran Generasi Millennial dalam Implementasi Nilai-nilai Pancasila di Era

Digital”. Judul tersebut dirasakan tepat untuk menggali: Imlementasi nilai-nilai

Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat dewasa ini dihadapkan

pada suatu kenyataan yakni berkembangnya tekhnologi informasi berupa internet

sehingga era zaman ini dapat disebut “era digital” dan generasi muda sekarang biasa

diistilahkan generasi “millennial”. Menurut catatan salah satu media online

www.goodnewsfromindonesia.id: Menujukkan Indonesia jumlah pengguna

internet mencapai 132 juta. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa setengah atau

Page 17: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

lebih dari 50 persen penduduk generasi millennial dalam implementasi nilai-nilai

Pancasila di Era Digital sehingga nilai-nilai Pancasila dapat diimplementasikan

dalam kehidupan bermasyarakat di era digital dewasa ini.

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Landasan Teori

Makalah ini menguraikan mengenai “Peran Generasi Millennial dalam

Implementasi Nilai-nilai Pancasila di Era Digital”. Judul tersebut dirasakan tepat

untuk menggali: Imlementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan

bermasyarakat karenanya landasan teori yang dibangun yakni; teori generasi

millennial, teori mengenai nilai-nilai Pancasila dan teori tentang era digital.

2.1.1. Generasi Millennial

Dalam kajian ilmu sosial, generasi millenial merupakan kelompok

demografis setelah generasi X. Generasi ini lahir antara 1980 hingga 2000.

Dengan demikian, generasi millenial sekarang berusia 18 tahun hingga 38 tahun.

Di Indonesia, proporsi generasi millenial sekitar 34,45 persen, lebih dari sepertiga

jumlah penduduk negeri ini. Dari kajian beberapa peneliti, generasi millenial

cenderung unik dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Keunikannya

terletak pada penggunaan teknologi dan budaya pop/ musik yang sangat kental.

Karenanya, millenial seakan tidak bisa lepas dari internet, hiburan

(entertainment), serta traveling. Millenial yang sangat kreatif dan percaya diri lebih

suka bekerja keras dalam bidang usaha yang digeluti, untuk kemudian dinikmati

dengan perjalanan panjang dan pengalaman (https: // nasional. kompas. com/ read/

2018). Genenarsi milennial merupakan generasi yang memiliki cita rasa yang

berbeda dengan generasi sebelumnya. Keberadaan mereka telah dimanjakan oleh

kemajuan tekhnologi terutama dunia digital.

2.1.2. Nilai-nilai Pancasila

Pancasila adalah dasar negara, ideologi bangsa dan falsafah serta pandangan

hidup bangsa, yang di dalamnya terkandung nilai dasar, nilai instrumental dan nilai

praksis. Selain itu Pancasila sebagai ideologi terbuka setidaknya memiliki dua

dimensi nilai-nilai, yaitu nilai-nilai ideal dan aktual. Namun nilai-nilai itu

kondisinya dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawa globalisasi, sehingga

berdampak terjadinya pergeseran peradapan, yang juga membawa perubahan

pemaknaan dan positioning Pancasila (Sultan Hamengku Buwono X, Kongres

Pancasila IV, UGM 2012). Pancasila adalah suatu Philosofische grondslag, suatu

Weltanschauung yang diusulkan olen Bung Karno di depan sidang BPUPKI 1 Juni

1945 sebagai dasar bagi negara Indonesia yang kemudian merdeka. Pancasila

dikualifikasikan sebagai falsafah dan ideologi yang menunjukkan jati diri atau citra

visioner bangsa Indonesia. Pancasila lebih di dorong oleh persatuan dan kesatuan

bangsa, sehingga proses pembangsaan selalu dihadapkan pada tantangan baru.

(Sutrisno, 2006). Lebih lanjut Sutrisno menjelaskan Pancasila sebagai ideologi

Page 18: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila-sila Pancasila. Ketuhanan

Yang Maha Esa yang terdapat pada sila pertama terkandung nilai, bahwa negara

yang didirikan sebagai perwujudan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang

Maha Esa, sehingga segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan

penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral penyelenggaraan negara,

politik negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundang-undangan

negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan

Yang Maha Esa.

Kemanusiaan yang adil dan beradab yang terdapat pada sila kedua secara

sistematis didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga di

dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai, bahwa negara harus menjunjung

tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab, sehingga

dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan

negara harus mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat

manusia, terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi) harus

dijamin dalam peraturan perundang-undangan negara.

Persatuan Indonesia yang terdapat pada sila ketiga terkandung nilai-nilai,

bahwa negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu

sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang terdapat pada sila

keempat terkandung nilai-nilai, bahwa hakikat negara adalah sebagai penjelmaan

sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada sila kelima terkandung nilai-nilai yang

merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup bersama, maka di dalam sila

kelima terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama

(kehidupan sosial).

Kelima sila Pancasila merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat abstrak dan bersifat

hierarki. Nilai-nilai Ketuhanan menduduki hierarki yang tertinggi, karena menjadi

sumber dari nilai-nilai kemanusiaan, kebangsaan, demokratis, dan keadilan

sosial, sedangkan nilai-nilai kemanusiaan menjadi sumber nilai kebangsaan,

demokrasi, dan keadilan sosial.

2.1.3. Era Digital

Dalam teori New Media Theory menjelaskan gambaran mengenai kekuatan

media baru dalam mempengaruhi bentuk-bentuk barunya yang berbentuk digital.

Dengan munculnya media baru akan membawa perubahan yang sangat

cepat dalam kehidupan manusia dengan tanpa batas dan lebih efektif (Nurjanah,

2014).

Kehadiran internet kiranya satu paket dengan perkembangan media sosial. Media

sosial yang berkembang dalam masyarakat memiliki berbagai macam sebutan yang

berbeda. Ada yang menyebut media sosial dengan sebutan dunia maya, dunia

virtual, bahkan situs jejaring sosial (Nurjanah, 2014).

Page 19: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Dalam hal ini Boyd dan Ellison (Ruhban, 2013) mendefinisikan situs jejaring

sosial sebagai layanan berbasis jaringan yang membuat seseorang dapat

membangun suatu profil publik atau semi publik dalam sistem yang terbatas,

mengartikulasi suatu daftar pengguna lain yang berbagi jaringan dengannya,

melihat dan mentransfer daftar koneksi mereka dan orang lain dalam system. Lebih

lanjut; New media (media sosial) memiliki beberapa pengaruh. Berikut

pengaruh new media dalam beberapa aspek seperti yang ditulis oleh (Syaibani,

2011) a) Individu; pengguna new media akan mendapatkan pengaruh besar jika

menggunakannya dengan intensitas yang tinggi. Di satu sisi, pengguna bisa

mengekspresikan segala idea tau gagasan melalui layanan-layanan yang dapat

digunakan tanpa ada batasan. Namun disisi lain, seorang bisa menjadi individualis

jika menggunakan internet dengan intesitas yang tinggi tanpa bersosialisasi di dunia

nyata. b) Ekonomi; new media menunjang perkembangan ekonomi melalui

ecommerce atau komersial elektronik. New media sangat memungkinkan adanya

ruang pemasaran dan marketing. Selain itu akses mendapatkan material atau

bahan pun akan lebih luas dan mudah. Namun disisi lain internet juga dapat

mengubah perilaku masyarakat. c) Politik; internet telah memunculkan istilah

baru yakni electronic democracy. Dalam hal ini Howard (Syabiani, 2011)

menyampaikan bahwa internet merupakan komponen baru dalam sistim

komunikasi politik. Website dapat digunakan untuk menyampaikan ide-ide dari

para politikus, kepengurusan dan adanya ruang diskusi terbukadari bawah keatas

dan sebaliknya dari atas ke bawah juga. Ruang diskusi inilah yang memberikan

nilai demokratis dalam komunikasi politik. d) Perubahan sosio-kultural; new

media telah merubah banyak dari bentuk komunikasi yang dilakukan manusia

selama ini. Perkembangan teknologi telah banyak mempengaruhi cara masyarakat

dalam berkomunikasi dan ini merupakan proses mutualisme yang menciptakan

jaringan sosial. Perubahan pola komunikasi ini juga dapat mempengaruhi

perubahan pada pola interaksi masyarakat yang beralih dari bentuk nyata (fisik)

menjadi maya (digital).

2.2. Penelitian Terdahulu dan Solusi Tentang Imlementasi Nilai

Pancasila pada Generasi Millennial

Penelitian mengenai peran pemuda dalam implementasi nilai-nilai Pancasila

di era digital terbilang masih langka, kendati demikian Andi Mulia Santri A pada

2018 dengan tesinya yang berjudul: “Pengaruh Identitas Nasional dan

Internalisasi Ke-Pancasila-an Terhadap Sikap Sosial Mahasiswa di Yogyakarta”

dalam abtraknya menulis: Sikap sosial merupakan sikap yang dimiliki mahasiswa

(generasi muda/millennial) terhadap lingkungan sosialnya. Munculnya berbagai

peristiwa sosial merupakan salah satu dampak dari perubahan sikap sosial yang

terjadi akibat pergeseran nilai dan pandangan hidup dalam masyarakat yang tidak

lepas dari pengaruh arus globalisasi. Identitas nasional dan ke-Pancasila-an

merupakan sumber nilai bangsa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat

pengaruh identitas nasional dan internalisasi ke-Pancasila-an terhadap sikap sosial

Page 20: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

mahasiswa DIY, dengan hipotesis penelitian menyatakan ada pengaruh dari

identitas nasional dan internalisasi ke-Pancasila-an terhadap sikap sosial. Subjek

dalam penelitian ini adalah mahasiswa DIY, N=350. Uji hipotesis menggunakan uji

analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian menunjukkan ada pengaruh identitas

nasional terhadap sikap sosial mahasiswa DIY dan ada pengaruh internalisasi ke-

Pancasila-an terhadap sikap sosial mahasiswa DIY.

Adapun solusi implementasi nilai-nilai pancasila oleh generasi millennial

telah disampaikan Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc menyatakan menanamkan nilai-

nilai Pancasila, menurutnya, tidak cukup hanya lewat pendidikan, kursus, dan

media massa dikarenakan jumlah informasi yang masuk ke generasi muda cukup

masif di era dunia digital. Pengenalan nilai-nilai Pancasila yang dilakukan oleh

pendidik dan tokoh agama harus berorientasi pada selera anak muda. Oleh karena

itu, perlu dicari metode yang efektif. “Kita harus bisa memproduksi konten yang

positif dengan metode yang lebih baik, saya pikir perlu ditopang oleh anak-anak

muda yang berkiprah di industri kreatif, ”. Generasi milenium sekarang ini,

dikatakan Menteri, merupakan generasi yang tidak menyukai informasi yang

berupa teks panjang namun sebaliknya menyukai informasi berupa kalimat pendek,

gambar dan video. “Mereka generasi tweet, generasi yang menyukai gambar dan

video, bukan generasi teks,”paparnya.

Mensesneg menekankan jangan sampai informasi yang diterima oleh anak

muda berisi hal-hal yang bersifat negatif dan menjurus radikal serta mengancam

keragaman. Oleh karena itu, perlu disebarluaskan informasi yang bersifat positif

dan membangun semangat kebangsaan. Akademisi dan tokoh agama, menurutnya,

mampu mengambil peran ke arah itu. “Kita harus berorientasi pada selera

mahasiswa dan selera anak muda,” (https://ugm.ac.id/id/).

3. Metodologi

Adapun tulisan ini berdasarkan analisis kajian pustaka atau studi literasi, di

mana penulis tidak terjun langsung kelapangan mengumpulkan data-data primer.

Namun dalam hal ini penulis hanya menggunakan data sekunder dalam analisis baik

melalui literasi/kajian teori maupun penelaahan hasil penelitian, para peneliti

dengan tema yang sama, tentunya dengan mencantumkan peneliti tersebut

kedalam daftar putaka.Disebut penelitian kepustakaan karena data-data atau bahan-

bahan yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian tersebut berasal dari

perpustakaan baik berupa buku, ensklopedi, kamus, jurnal, dokumen, majalah dan

lain sebagainya (Hadi, 1990). Secara garis besar, sumber bacaan yang ada di

perpustakaan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: a. Sumber acuan

umum yang biasanya berisi tentang teori-teori dan konsep-konsep pada umumnya

yaitu kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensklopedi, monograp, dan

sejenisnya. b. Sumber acuan khusus yaitu berupa junal, bulletin penelitian, tesis dan

lain-lain (Komider,1995).

Page 21: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Dalam mencari sumber bacaan, seorang peneliti harus selektif sebab tidak semua

dapat dijadikan sebagai sumber data. Menurut Sumadi Suryabrata paling tidak ada

dua kriteria yang biasa digunakan untuk memilih sumber bacaan yaitu (a) prinsip

kemutakhiran (recency) dan (b) prinsip relevansi (relevance). Kecuali untuk

penelitian historis, perlu dihindarkan penggunaan sumber bacaan yang yang sudah

lama dan dipilih sumber yang lebih mutakhir. Sumber yang telah lama mungkin

memuat teori-teori atau konsep-konsep yang sudah tidak berlaku lagi, karena

kebenarnnya telah dibantah oleh teori yang lebih baru atau hasil penelitian yang

lebih kemudian (Komider, 1995).

4. Pembahasan

4.1 Peran Generasi Millennial dalam Implementasi Nilai-nilai Pancasila di

Era Digital

Generasi millennial kini tengah ramai diperbincangkan, sebab keberadaan

mereka dihadapkan pada dua sisi yang saling berbeda, pada satu sisi mereka

menghadapi realitas sosial yang real (nyata) namun di sisi lain mereka dihadapkan

pada realitas absurd atau realitas tak nyata yang kemudian diistilahkan sebagai

dunia maya atau dunia digital. Generasi millennial menggunakan situs jejaring

sosial sebagai layanan berbasis jaringan yang membuat seseorang dapat

membangun suatu profil publik atau semi publik dalam sistem yang terbatas,

mengartikulasi suatu daftar pengguna lain yang berbagi jaringan. Jaring sosial pada

zaman sekarang adalah satu ke satuan; pada intinya segala hal yang berhubungan

dengan digital atau elektronik tentunya akan terkoneksi dengan internet, tak

terkecuali radio dan televisi. Keberadaan generasi milennial berikut dunia

digitalnya tentunya sangat mempengaruhi implementasi nilai-nilai Pancasila dalam

masyarakat.

Komposisi penduduk Indonesia, 90 juta millenial (20-34 tahun), dengan total

fertility rate (angka kelahiran) 2,28 (per 1.000 orang per tahun), dan angka kematian

anak 24 (per 1.000 kelahiran), meski angka harapan lama sekolah masih 12,72

tahun. Artinya, generasi millenial seharusnya memiliki peran penting untuk masa

depan negeri ini. Wajah masa depan Indonesia tergantung dari visi, interaksi,

dan nilai-nilai yang diserap generasi millenial negeri ini. Faktanya, generasi

millenial negeri ini masih rentan dengan pertarungan hoaks dan pelintiran

kebencian. Terlebih lagi, medan kontestasi di media sosial turut mpengaruhi

persepsi generasi millenial dalam membangun cara pandang serta melihat masa

depan negeri ini (https: // nasional. kompas. com/ read/ 2018).

Indonesia merupakan negara multi kultur dan multi etnis atas kerenanya

penapsiran mengenai implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan

bermasyarakatpun kian ragam, berbeda-beda. Seiring perkembangan dunia digital

yang amat pesat informasi hoax dan ujaran kebencianpun kian marak dalam dunia

digial (media sosial) tersebut, sehingga konflik pun terjadi. Masyarakat milennial

Indonesia sebagai masyarakat yang cukup akrab dengan konflik di media sosial

tentunya memerlukan formula khusus untuk mencegahnya. Dalam hal ini (Cogan

Page 22: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

dan Derricot, 1998) menyatakan perlunya penguatan delapan karakteristik yang

harus dimiliki warganegara pada era digital dewasa ini: (1) kemampuan mengenal

dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global (digital); (2)

kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas

peran atau kewajibannya dalam masyarakat; (3) kemampuan untuk memahami,

menerima, dan menghormati perbedaan-perbedaan budaya; (4) kemampuan

berpikir kritis dan sistematis; (5) kemauan untuk menyelesaikan konflik dengan

cara damai tanpa kekerasan; (6) kemauan mengubah gaya hidup dan kebiasaan

konsumtif untuk melindungi lingkungan; (7) memiliki kepekaan terhadap hak

asasi dan mampu untuk mempertahankannya (seperti hak kaum wanita, minoritas

etnis,); dan (8) kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik

pada tingkatan lokal, nasional, dan internasional.

Jika karakter tersebut dimiliki oleh generasi milennial tentunya konflik

digital dapat dipecahkan, yang akan berdampak pada kemampuan generasi

millennial dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di era digital yakni

generasi milennial yang memiliki kesadaran ketuhanan sebagai refleksi dari

perwujudan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, sehingga

segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara

bahkan moral negara, moral penyelenggaraan negara, politik negara,

pemerintahan negara, hukum dan peratur perundang-undangan negara, kebebasan

dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

Generasi milennial yang memiliki kesadaran kemanusiaan yang adil dan beradab

yang tentunya dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga di dalam sila

kemanusiaan menyebabkan tumbuhnya kesadaran untuk menjunjung tinggi harkat

dan martabat manusia. Menjunjung tinggi Persatuan Indonesia dimana

menyadari pada hakikatnya kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk

individu dan makhluk sosial. Selanjutnya menjunjung tinggi kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan sebagai

penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Menyadari pentinya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang merupakan

tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup bersama, dan keadilan sosial dapat

terwujud. Dengan terinternalisasinya nilai-nilai Pancasila pada generasi millennial

tentunya hal tersebut akan memperbaiki kehidupan bangsa, dan secara idiologis

generasi millennial kedepan menjadi generasi yang memiliki karakter kebangsaan

yang kuat yang tentunya akan mempengaruhi cara berpikir dan carahidup jika

demikian akan terefleksikan dalam kehidupan sehari-hari; sosial, politik,

ekonomi, hukum, dan budaya. Seperti yang telah dikemukakan generasi millennial

merupakan generasi yang begitu akrab dengan tekhnologi, mereka memiliki

semangat baru dalam segala bidang, mereka melakukan inovasi-inovasi

dibidang ekonomi sebab generasi millennial memiliki jiwa kewira usahaan yang

tinggi. Generasi millennial juga berpolitik dengan cara membentuk komunitas-

komunitas dan melakukan kritik politik melalui media sosian atau media digital.

Kekuatan politik dan ekonomi generasi milennial tertuang, tercurahkan pada suatu

Page 23: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

wadah yakni media digital atau media sosial dan kekuatannya bisa mengancam

eksistensi suatu negara.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa peran generasi

millennial di era digital dewasa ini sangatlah besar terutama dalam hal

pengimplementasian nilai-nilai Pancasila. Jika generasi millennial menerapkan

nilai-nilai Pancasila maka negara akan kuat, idiologi Pancasila akan menjadi

idiologi yang diperhitungkan dunia internasional. Pancasila merupakan dasar

negara atau ideologi bangsa dan falsafah serta pandangan hidup bangsa, yang di

dalamnya terkandung nilai dasar suatu nilai umum atau abstrak, nilai instrumental

dan nilai praksis sehingga pengamalannya dapat diselaraskan dengan keadaan

zaman secara kontekstual.

Generasi millennial memiliki tanggung jawab besar terhadap

keberlangsungan bangsa Indonesia di era digital—peran mereka sangat

menentukan. Adapun peran generasi millennial di era digital secara garis besar:

Pertama, Bidang Ekonomi: Sebuah ekonomi digital adalah ekonomi yang

didasarkan pada barang elektronik dan jasa yang dihasilkan oleh bisnis elektronik

dan diperdagangkan melalui perdagangan. elektronik. Kedua, Bidang Sosial dan

Budaya: nilai-nilai dan budaya masyarakat yang mengalami perubahan dengan cara

meniru atau menerapkannya secara selektif terjadi secara cepat dan tidak terhingga.

Ketiga, Bidang Pertahanan dan Keamanan: Pentingnya keamanan informasi

menyongsong era Internet of Things [IoT] yang segalanya serba terhubung.

Keempat, Bidang Politk: Teknologi benar-benar dimanfaatkan oleh para politisi

yang ingin mendapatkan simpati, empati dari masyarakat luas dan dunia digital

sebagai corongnya. Guna kelangsungan bangsa generasi millennial sangat berperan

menterjemahkan nilai-nilai Pancasila ke semua segi bidang kehidupan di era digital.

4.2 Faktor-faktor yang Menjadi Penghambat dan Pendukung Generasi Millennial

dalam Implementasi Nilai-nilai Pancasila di Era Digital

Riset CSIS (Survei Centre for Strategic and International Studies)

menunjukkan kelompok millennial cenderung tidak setuju jika ada gagasan

mengganti Pancasila dengan ideologi yang berbeda. Aspirasi ketidak setujuan ini

sangat tinggi, yakni sebanyak 90,5 persen, berbanding dengan yang setuju, 9,5

persen (https: // nasional. kompas. com/ read/ 2018). Berdasarkan fenomena

tersebut artinya secara umum Pancasila masih banyak para pendukungnya di

dalam negri. Sejauh ini idiologi Pancasila cukup mengakar di benak mesyarakat,

namun belum tentu mereka menerjemahkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam hal ini generasi millennial memiliki peranan yang besar untuk

mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila itu—terutama kaitannya dengan era

digital. Karenanya perlu diketahui faktor-faktor penghambat dan pendukung bagi

generasi millennial dalam implementasi nilai-nilai Pancasila tersebut.

4.2.1 Faktor-faktor Penghambat Generasi Millennial dalam

Implementasi Nilai-nilai Pancasila di Era Digital

Page 24: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Generasi millennial merupakan anak muda yang begitu akrab dengan

tekhnologi terutama internet, mereka banyak menghabiskan waktunya di dunia

digital, hal ini mencetak mereka menjadi diri yang individualis bahkan hedonis,

belum lagi konten-konten yang ditampilkan di dunia digital banyak yang tidak

sesuai dengan kepribadian dan budaya bangsa pada akhirnya generasi millennial

berkecenderungan menyerap budaya-budaya populer dibanding budaya bangsa

yang notabene diidentikkan dengan tradisi, tradisional, kuno dan kolot.

Mengenai pilihan untuk mengakses dunia digital, dalam hal ini McQuail

merumuskan motif serta motivasi dalam menggunakan media tersebut, yaitu: 1.

Informasi Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk: (a). Mencari berita tentang

peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat, dan

dunia. (b). Mencari bimbingan. menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat,

dan halhal yang berkaitan dengan penentuan pilihan. c. Memuaskan rasa ingin tahu

dan minat umum. (d). Belajar, pendidikan diri sendiri. (e). Memperoleh rasa damai

melalui penambahan pengetahuan. 2. Identitas pribadi Motivasi ini berkaitan

dengan usaha untuk: (a). Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi. (b).

Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media). (c). Meningkatkan

pemahaman tentang diri sendiri. 3. Integrasi dan interaksi sosial Motivasi ini

berkaitan dengan usaha untuk: a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang

lain, empati sosial. (b). Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan

rasa memiliki. (c). Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial. (d).

Memperoleh teman selain dari manusia. (e). Membantu menjalankan peran sosial.

(f). Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman,

dan masyarakat. 4. Hiburan Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk: (a).

Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. (b). Bersantai. (c).Memperoleh

kenikmatan jiwa dan estetis. (d). Mengisi waktu. e. Penyaluran emosi. (f).

Membangkitkan gairah seks (McQuail, 1987). Generasi millennial memiliki

kecenderungan memilih dunia digital sebagai sarana hiburan, untuk bersenang-

senang (hedon), berinteraksi sosial yang berujung pada kehidupan yang

individualis.

4.2.2. Faktor-faktor Pendukung Generasi Millennial dalam Implementasi

Nilai-nilai Pancasila di Era Digital

Generasi millennial merupakan suatu generasi yang memiliki jiwa baru, didukung

oleh jumlah mereka yang banyak. Internet mengubah cara berpikir manusia di era

millennial salah satunya dalam konteks pembelajaran. Manusia millennal dapat

mengakses buku, jurnal, tutorial, hingga belajar kerajinan tangan—melalui internet

tersebut. Dalam konteks Ekonomi; new media (internet) menunjang

perkembangan ekonomi melalui e-commerce atau komersial elektronik. New

media sangat memungkinkan adanya ruang pemasaran dan marketing. Selain itu

akses mendapatkan material atau bahan pun akan lebih luas dan mudah. Namun

disisi lain internet juga dapat mengubah perilaku masyarakat.

Page 25: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Generasi millennial memiliki kapasitas untuk memainkan dunia digital,

mereka telah berhasil memanfaatkan tekhnologi kesegala bidang kehidupan,

inilah faktor pendukung generasi millennial dalam pengimplementasian nilai-nilai

Pancasila di era digital dewasa ini. Generasi millennial telah mampu

memaksimalkan kebermanfaatan dunia digital:

Bidang Ekonomi: bisnis online, market place atau e-commerce; pemasaran

online, transaksi jarak jauh, penerimaan karyawan secara online, bekerja online,

pelayanan administratif secara online. Bidang Sosial Budaya; dapat mempengaruhi

hampir seluruh lapisan masyarakat terutama remaja dan anakanak, era digital;

dengan cepat mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup hingga budaya suatu

bangsa ini dapat dimanfaatkan dalam pembentukkan karakter Bangsa. Pertahanan

dan Keamanan: Dengan penguasaan pengetahuan yang disebabkan oleh kemajuan

dalam bidang teknologi informasi, musuh dapat dibuat bertekuk lutut melalui sarana

yang berupa teknologi komputer. Bidang Politik: Generasi millennial dengan

jejaring sosialnya mampu menyampaikan visi misi partai politik yang diusungnya.

Sesuai dengan paparan di atas dimana generasi millennial memiliki faktor

pendukung untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di era digital,

bahkan faktor pendukung tersebut jika berhasil dimaksimalkan niscaya nilai-nilai

Pancasila dapat diterjemahkan kesemua bidang kehidupan dalam masyarakat

dewasa ini, masyarakat digital. Saat ini nilainilai Pancasila nyaris tidak tercermin

dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai Pancasila masih belum membumi,

masih belum diamalkan secara baik oleh bangsa Indonesia. Pancasila seakan

hanya menjadi simbol saja, tanpa terimplementasi secara nyata khususnya

generasi muda pada era digital ini mendapat pengaruh yang sangat kuat dari nilai-

nilai budaya luar, sehingga mulai banyak sikap dan perilaku yang tidak sejalan

dengan nilai-nilai Pancasila. Dampaknya nilai-nilai nasionalisme pun oleh

sebagian pihak dipandang mengalami kemerosotan pada saat ini, terutama di

kalangan generasi millennail. Semua yang dikemukakan tersebut jika mampu

memanfaatkan faktor pendukung generasi millennial dalam pengimplementasian

Pancasila dewasa ini, niscaya Pancasila dapat diterjemahkan dan terinplementasi di

era digital.

5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Simpulan

Pancasila merupakan suatu Philosofische grondslag suatu Weltanschauung

yang diusulkan Bung Karno di depan sidang BPUPKI 1 Juni 1945 sebagai dasar

bagi negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila secara garis besar termuat pada sila-

silanya; Pertama, nilai-nilai ketuhana. Kedua, nilai-nilai kemanusiaan. Ketiga,

nilai-nilai persatuan. Keempat, nilai-nilai kerakyatan. Kelima, nilai-nilai keadilan.

Nilai-nilai Pancasila tersebut harus diimplementasikan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Namun, di era digital memiliki kesulitan tersendiri,

Page 26: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

tatapi kesulitan tersebut dapat teratasi jika generasi millennial mampu

mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila tersebu.

5.2. Saran

Adapun saran dalam tulisan makalah ini, berdasarkan simpulan yang telah

dikemukakan di atas dapat disimak sebagai berikut:

1. Generasi millennial harus sadar dan mampu menerjemahkan nilai-nilai

Pancasila di era digital.

2. Generasi millennial harus menghindari nilai-nilai hidup individualis dan

hedonis di era digital.

3. Generasi millennial harus kritis, dinamis, inovatif, dan kreatif

memanfaatkan tekhnologi era digital.

4. Pemerintah harus terlibat secara aktif dalam hal sosialisasi implementasi

nilai-nilai Pancasila di era digital.

5. Pemerintah harus membuat regulasi (peraturan perundangan) terkait

dunia digital demi terciptanya harmonisasi di era digital yang sering

diwarnai hoax dan ujaran kebencian hingga konflik SARA

6. Generasi millennial dan pemerintah harus bekerjasama menyamakan

persepsi tentang implementasi nilai-nilai Pancasila di era digital

DAFTAPUSTAKA

Cogan, John J dan Derricot, R. 1998. Citizenship for the 21st Century: An

International Perspective on Education. London: Cogan Page

McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa (Edisi Kedua). Jakarta: Erlangga.

Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta : Fak.Psikologi

UGM. Komidar, Joseph. S. 1995. Use of Library dalam

Syahrin Harahap. Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuluddun. Jakarta

: Rajawali Pers. Kumpulan Makalah Kongres Pancasila IV. Yogyakarta:

UGM.

Nurjanah, Siti. 2014. Pengaruh Penggunaan Media Sosial Facebook Terhadap

Perilaku Cyberbullying Pada Siswa SMA N 12 Pekanbaru. Jurnal FISIP

Volume 1 No. 2 Oktober

Ruhban, Apris. 2013. Kontrol Diri dan Intensitas Penggunaan Facebook Pada

Remaja. Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02

Syaibani, Yunus Ahmad. 2011. New Media, Teori dan Aplikasi. Surakarta: Lindu

Pustaka

Sutrisno, Slamet. 2006. Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: Andi.

Mulyono, Mulyono, M.Hum. (2010) Dinamika Aktualisasi Nilai Pancasila

Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara. Citra Leka dan Sabda:

http://eprints.undip.ac.id/3241/. Akses: 20/07/18

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/02/06/inilah-perkembangan-digital-

indonesia-tahun-2018. Akses: 20/07/18.

Page 27: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

(http://rumahmillennials.com/siapa-itu-generasimillenials/#.W09j1hF9jIU. Akses: 20/07/18.

https://ugm.ac.id/id/news/14541meneguhkan.pancasila.dan.semangat.kebangsaan.

di.era.milenial. Akses: 20/07/18.

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Penelitian

Detail&act=view&typ=html&buku_id=154820&obyek_id=4. Akses: 20/07/18.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Demi Semangat

Kebhinekaan Generasi

Millenial",https://nasional.kompas.com/read/2018/03/10/21305651/demise

mangat- kebhinekaan-generasi-millenial. Editor : Palupi Annisa

Auliani. Akses:2010 tahun 2012

Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal

Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan

Pendidikan Tinggi, 2016

Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pembelajaran

dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi,

2016

Implementasi Nilai – Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat

Riyanto

Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Interstudi

Abstrak

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia, dasar negara Republik

Indonesia dan ideologi nasional masyarakat Indonesia sejah dahulu, sehingga

kristalisasi nilai – nilai luhur Pancasila dalam masyarakat Indonesia dijaga dan

Page 28: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

terpelihara serta dapat membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa yang lain.

Keunikan bangsa Indonesia telah mengakar dalam jiwa bangsa dan menjadikan ciri

khas yang membedakan dengan bangsa lain, serta mewujudkan Pancasila menjadi

sebuah perisai bangsa. Untuk menjaga kelestarian, keampuhan dan kesaktian

Pancasila, harus diusahakan kegiatan nyata dan terus dalam penghayatan dan

pengamalan nilai Pancasila oleh komponen bangsa melalui kegiatan kehidupan

sosial kemasyarakat dan menjadikan contoh pengamalan dalam lingkungan

keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Cita – cita bangsa memberikan

kesejahteraan warganya membutuhkan waktu, tenaga, pikiran dan biaya yang besar.

Perlu perencanaan prioritas setiap periode perencanaan dan berpartisipasi aktif

dalam setiap kegiatan serta suasana nyaman dan keamanan terjamin. Untuk

menjadikan Indonesia di kenal bangsa internasional harus ada upaya untuk

menumbuhkan semangat kebangsaan Indonesia harus dipupuk dan di

tumbuhkembangkan dari balita sampai kepada penyelenggara negara, agar

semangant Pancasila menjadi landasan dan pedoman oleh setiap generasi bangsa.

Penulisan untuk mendorong pembangunan manusia lahir dan batin, peduli dan

tanggungjawab dan semangat gotong royong yang sadar bangsa dan negara.

Implementasi Pancasila dalam kehidupan hakekatnya relisasi dalam mencapai

tujuan bangsa, dengan Pancasila sebagai pedoman masyarakat dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara.

Kata Kunci : Pancasila, penghayatan, pengamalan

1. Pendahuluan

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia, dasar negara Republik

Indonesia dan sekaligus ideologi nasional yang telah ada di dalam masyarakat

Indonesia sejah dahulu, sehingga sudah ada kristalisasi nilai – nilai luhur Pancasila

dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Keyakinan terhadap keluhuran itu

dijaga dan terpelihara serta dapat membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa –

bangsa yang lain.

Proses perjalanan menjadi falsafah bangsa, dasar negara, dan ideologi bangsa

Indonesia tercatat dan terabadikan jiwa masyarakat yang tidak lekang dimakan usia,

sehinga proses kristalisasi nilai – nilai yang telah digali dalam jiwa kehidupan dan

tradisi bangsa Indonesia itu selalu terpelihara dengan proses pembelajaran norma

dan etika serta cinta tanah air Indonesia berjalan terus menerus. Sungguhpun

Pancasila sudah berulang kali akan di ganti oleh kelompok orang yang memiliki

kepentingan, namun nyatanya Pancasila tetap berdiri kokoh karena keluhuran nilai

– nilai telah mengakar dan terpelihara di dalam masyarakat Indonesia.

Sungguhpun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadikan ciri

globalisasi dengan kecepatan tinggi, serta menyentuh setiap aspek kehidupan

manusia, dan menerobos dinding geografis, kebangsaan dan kebudayaan bahkan

peradaban dunia, sehingga muatan global tidak dapat dicegah lagi dan berkembang

Page 29: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

tensparan terhadap perkembangan informasi transportasi dan teknologi serta

mempengaruhi manusia namun Pancasila itu tetap menjadi jiwa seluruh rakyat

Indonesia, karena nilai – nilai luhurnya digali dan bersumber dari agama,

kebudayaan dan adat istiadat.

Kepentingan global harus diidentifikasi agar dapat dipisahkan antara

kepentingan nasional dan kepentingan global agar saling mendukung satu sama

lain, sehingga kepentingan global tetap mengakar kepada pribadi bangsa tetap

sebagai pembeda dengan bangsa lainnya, sehingga ketika masuka kepada ranah dan

peran generasi muda sudah siap melanjutkan fungsi dan tanggungjawab untuk

melanjutkan dan mengisi kemerdekaan yang sudah diperjuangkan oleh para

pendahulu bangsa.

Generasi harus mampu mengkritisi realitas kepentingan global, sehingga

peran generasi muda yang sangat di harapkan dalam memupuk rasa nasionalime

dan meningkatkan partisipasinya dalam organisasi kepemudaan, terlibat dalam

kewirausahaan muda, teknokrat dan ilmuwan serta nasionalisme yang menciptakan

karya anak bangsa dan mengapresiasi generasi muda dalam berbagai bidang

pembangunan nasional Indonesia.

Keunikan bangsa Indonesia bersendikan agama, tradisional atau budaya serta

adat istiadat telah mengakar di setiap jiwa bangsa dan tersebar seluruh penjuru tanah

air menjadikan ciri khas dan mampu membedakan dengan bangsa lain, serta

membetuk karakter dan budaya dan mampu mewujudkan Pancasila menjadi sebuah

perisai bangsa yang mampu menjaga nilai keluhurannya.

Menyadari bahwa untuk menjaga kelestarian, keampuhan dan kesaktian

Pancasila, harus diusahakan melalui kegiatan nyata dan terus menerus dalam

penghayatan dan pengamalan nilai – nilai luhur Pancasila oleh setiap komponen

bangsa Indonesia. Setiap penyelenggara negara, setiap lembaga kenegaraan dan

lembaga kemasyarakatan harus mengiplementasikan Pancasila melalui kegiatan

kehidupan sosial kemasyarakat yang bersendikan Pancasila dan menjadikan contoh

pengamalan dan penghayatan dalam kehidupan sehari – hari dalam lingkungan

keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Penulisan karya tulis tentang implementasi nilai- nilai Pancasila dalam

kehidupan bermasyarakat bertujuan untuk mendorong pengamalan dan

penghayatan nilai Pancasila dalam kehidupan rumah tangga, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara mengidentifikasi upaya dalam mempertahankan nilai

luhur Pancasila benar – benar mengakar dalam diri bangsa Indonesia.

1.1. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar negara membutuhkan satu perlakuan khusus dalam

jiwa bangsa untuk mengawal perjalanan bangsa menuju cita – cita bangsa Indonesia

yaitu terbentuknya masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir batin

berdasarkan Pancasila dan Undang – undang dasar 1945 dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Page 30: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Cita – cita bangsa menjadi negara bisa memberikan kesejahteraan secara lahir

dan batin kepada seluruh warga negaranya bukan perkara yang mudah sepertihanya

mengunyah cabe, yang terasa pedasnya, akan tetapi membutuhkan waktu, tenaga,

pikiran, ide dan biaya yang besar. Perlu adanya perencanaan yang matang dengan

prioritas khusus setiap periode perencanaan. Membutuhkan panggilan anak bangsa

untuk berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan perwujudan cita – cita bangsa itu.

Oleh karena itu membutuhkan perjuangan seluruh komponen bangsa dan negara

dalam suasana yang nyaman dan keamanan yang mempu menjamin proses

perwujudan karya luhur bangsa.

Perjuangan para pendiri negara yang telah menetapkan Pancasila sebagai

dasar negara sekaligus pandangan bangsa Indonesia membutuhkan proses yang

panjang, karena berbagai tantangan dan hambatan dari segala penjuru yang

berusaha untuk menggati Pancasila dengan ideologi yang lain, bermunculan.

Pancasila telah memberikan kontribusi nyata dan mampu membedakan

dengan bangsa lain, sungguhpun ujian silih berganti namun nyatanya Pancasila

tetap tidak tergantikan. Lewat keunikan setiap daerah di penjuru nusantara dengan

nafas tradisional menjadikan Indonesia memiliki ciri khas yang menonjol dan

mampu mewujudkan kebudayaan tradisional dalam ke bhinekaan Indonesia, yang

di kagumi oleh bangsa asing.

Untuk menjadikan Indonesia lebih di kenal oleh bangsa – bangsa

internasional harus ada upaya nyata untuk menumbuhkan semangat nilai – nilai

nasional Indonesia dalam kehidupan. Rasa bangga bertanah air Indonesia dipupuk

dan di tumbuhkembangkan mulai dari starta balita sampai kepada penyelenggara

negara, agar semangant membangun bernafaskan Pancasila menjadi landasan dan

pedoman setiap generasi bangsa.

1.2. Rumusan Masalah

Untuk mengiplementasikan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat perlu

upaya – upaya yang nyata agar nilai – nilai Pancasila tidak terkikis oleh kebudayaan

asing yang mengancam keberlangsungan bangsa dan negara Indonesia, serta

menjadikan Pancasila sebagai pandangan dan pedoman hidup sekaligus menjadi

ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain. Upaya implementasi nilai luhur

pancasila tersebut adalah:

1.2.1. Adanya implementasi nilai – nilai Pancasila melalu pendidikan formal dan

tidak formal.

1.2.2. Memberikan kesempatan terhadap kebudayaan tradisional daerah untuk

berkembang sesuai dengan koridornya.

1.2.3. Memupuk kembali semangat gotong royong dalam segala aspek kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan ini selain sebagai partisipasi dalam kegiatan lomba, ada beberapa

tujuan penting lainnya, yaitu :

Page 31: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

1.3.1. Tujuan penulisan karya tulis ini untuk membantu mendorong percepatan

pembangunan manusia Indonesai secara lahir dan batin, sehat jasmani dan

rohani yang sadar terhadap bangsa dan negara.

1.3.2. Menumbuhkan kembali sikap peduli terhadap tanggung jawab berbangsa dan

bernegara khusunya pada generasi muda bangsa.

1.3.3. Mendorong bangkitnya semangat gotong royong yang telah mengakar dalam

masyarakat Indonesia agar dapat dirasakan dalam segala aspek kehidupan

bangsa.

1.4. Manfaat Penulisan

Penulisan karya tulis tentang implementasi nilai – nilai Pancasila dalam

kehidupan bermasyarakat, untuk:

1.4.1 Mengingatkan kembali usaha – usaha dalam menggali dan merumuskan

Pancasila yang telah di lakukan oleh para pendiri bangsa sebagai tonggak

sejarah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kepada generasi muda

yang akan melanjutkan dan mengisi kemerdekaan Indonesia untuk

mewujudkan cita – cita bangsa yaitu terwujudnya masyarakat adil dan

makmur yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa dan berkeadilan sosial dalam

suasana yang beradab.

1.4.2 Mengingatkan kembali kepada masyarakat terhadap ciri bangsa Indonesia

yang mampu membedakan dengan bangsa lain yaitu adanya Gotong

Royong yang sudah mengakar pada diri bangsa Indonesia.

1.4.3 Membantu para penyelenggara negara untuk segera fokus pada tujuan bangsa

dan negara yaitu terbentuk masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

Pancasila dan Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang

bersatu berdaulat adil dan makmur.

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Landasan Teori

Pancasila adalah ideologi dasar negara Indonesia yang digali dari bumi

Indonesia asli, yang berasal dari dua suku kata Sansekerta, yaitu, panca yang berarti

lima dan sila yang berarti asas atau dasar atau peraturan yang baik. Secara

etimologis kata Pancasila memiliki arti secara harafiah dasar yang memiliki lima

unsur pokok. Nilai yang terkandung dalam Pancasila memiliki serangkaian nilai,

yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Kelima nilai

tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh untuk mengacu tujuan yang satu,

sehingga membentuk pandangan hidup bangsa, yang sesuai karakter dan nurani

bangsa karena bersumber kepribadian bangsa Indonesia.

Implementasi nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat

hakekatnya merupakan relisasi praktis dalam mencapai tujuan bangsa, dimana

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara Republik Indonesia dan

ideologi bangsa yang dijadikan pedoman masyarakat dalam kehidupan berbangsa

Page 32: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

dan bernegara. Pengertian Pancasila dalam sejarah Indonesia menunjukkan hal –

hal sebagai berikut:

1. Pancasila merupakan produk otentik negara Indonesia (The Founding father).

2. Nilai – nilai Pancasila bersumber dan digali dari agama, kebudayaan dan adat

istiadat.

3. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat kenegaraan.

Kesaktian Pancasila dalam perjalanan sejarah menunjukkan bahwa Pancasila

memang sudah menjadi bagian hidup dalam jiwa bangsa Indonesia, dan semangat

itu tetap tumbuh dalam sejarah bangsa Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan adanya

hal – hal sebagai berikut :

1. Betatpun lemahnya pemerintahan suatu rezim, tetapi Pancasila tetap bertahan

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Betapapun ada upaya untuk mengganti Pancasila sebagai ideologi bangsa,

tetapi terbukti Pancasila merupakan pilihan yang terbaik bagi bangsa

Indonesia.

3. Pancasila merupakan pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia karena bersumber

dan digali dari nilai – nilai agama, kebudayaan dan adat istiadat yang hidup

dan berkembang di bumu Indonesia.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia mendorong proses penetapan

kristalisasi sikap dan perilaku terbentuknya Pancasila sebagai ideologi negara.

Pancasila sebagai ideologi negara dipahami memiliki tiga demensi, antara lain:

1. Dimensi Realitas: mengandung makna bahwa nilai – nilai dasar yang

terkandung dalam dirinya bersumber dari nilai – nilai real yang hidup dalam

masyarakatnya. Hal ini mengandung arti bahwa nilai – nilai Pancasila

bersumber dari nilai – nilai kehidupan bangsa Indonesia sekaligus juga bahwa

nilai – nilai Pancasila harus dijabarkan dalam kehidupan nyata sehari – hari

baik dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat maupun dalam aspek

penyelenggaraan negara.

2. Dimensi idealitas, mengandung cita – cita yang ingin dicapai dalam bidang

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini berarti bahwa

nilai – nilai dasar Pancasila mengandung adanya tujuan yang dicapai sehingga

menimbulkan harapan dan optimesme serta mampu menggugah motivasi

untuk mewujudkan cita – cita.

3. Dimensi fleksibilitas, mengandung relevansi atau kekuatan yang merangsang

masyarakat untuk mengembangkan pemikiran – pemikiran baru tentang nilai

– nilai dasar yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, Pancasila

sebagai ideology bersifat terbuka karena sifat demokratis dan mengandung

dinamika internal yang mengundang dan merangsang warga negara yang

menyakini untuk mengembangkan pemikiran baru, tanpa khawatir

kehilangan hakikat dirinya (alfian:1991:192 – 195)

2.2. Pendapat Penulis Pendahulu

Page 33: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Memperhatikan pendapat dan tulisan – tulisan para pemakalah yang ada

terdapat pesamaan – persamaan dalam memandang dan menghayati nilai – nilai

luhur yang terkandung dalam Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

Seperyi disampaikan Bapak Aminullah, Dosen Program Studi Pendidikan Olah

Raga dan Kesehatan, Institut Keguruan Ilmu Pendidikan dalam Jurnal Ilmiah IKIP

Matarang Volume 3 Nomor 1 Tahun 2018 , bahwa untuk kelestarian kemampuan

dan kesaktian Pancasila, perlu diusahakan secara nyata terus menerus penghayatan

dan pengamalan nilai – nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga

negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan

lembaga kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah.

Menurut Arindha Ayuningtyas, yang di unggah dalam website

http://arindhaayuningtyas.wordlpress.com pada tanggal 3 mei 2012, memberikan

pendapat bahwa perlu adanya langkah konkrit berupa usaha untuk memasukkan

kembali nilai – nilai Pancasila sebagai materi bahan ajar pada sistem pendidikan

nasional. Karena dipandang sebagai kebijakan yang relevan dan tidak mengurangi

hakekat dan tujuan dasar pelaksanaan pendidikan nasional yang ingin menciptakan

manusia yang berakhlak cerdas.

Doni Saputra P, dari STIMIK Amikom Yogyakarta, bahwa untuk menjadi

dasar negara dan menjadikan ideologi bangsa dan negara perlu perjuangan dan

proses yang cukup panjang, dan cara utama dalam memajukan bangsa menjadi lebih

bermartabat dan berguna khususnya bagi negara Indonesia.

2.3. Uraian Masalah dan Pemecahan

Implementasi nilai – nilai Pancasila akan mengalami tantangan dan hambatan

untuk dapat mengakar di hati masyarakat apabila tidak dilakukan usaha – usaha

nyata dalam mengembalikan motivasi dan semangat Pancasila dan

mengkristalisasikan ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

yang sudah menjadi jiwanya bangsa Indonesia.

Sejak adanya penghapusan ketetapan Majelis Permusyawaratan Perwakilan

(MPR) nomor ketetapan Nomor II/MPR/1978 dengan Eka Prasetya Pancakarsa

dengan 36 (tiga puluh enam) butir – butir Pancasila sebagi implementasi

sebelumnya. Dan kemudian diganti dengan Ketetapan baru Nomor I/MPR/2003

dengan 45 (empat puluh lima) butir – butir Pancasila, bukan merupakan sebuah

prestasi yang bagus dalam mengimplementasikan Pancasila sebagai pandangan dan

pedoman hidup berbangsa dan bernegara, justru menunjukkan kegamangan dan

ketidakmampuan mengimplementasikan dan mempertahankan nilai Pancasila

dalam kehidupan sehari hari.

Bagi mayoritas masyarakat Indonesia pengamalan dan penghayatan terhadap

nilai luhur Pancasila bukan terletak jumlahnya berapa yang pantas dan bisa

dilaksankan dalam praktek kehidupan seharai – hari sebagai pribadi warga negara

maupun sebagai masyarakat bangsa, tetapi seberapa besar hasil yang diperoleh

dalam mendorong dan melaksanakan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dapat membedakan bangsa

Page 34: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Indonesia dengan bangsa yang lain. Kesantunan dan etika ketimuran masyarakat

Indonesia merupakan bagian dari ciri – ciri yang terukir dalam jiwa yang

prakteknya sangat terukur dalam kehidupan sehari – hari, sederhana, lugas dan tetap

menunjukkan kualitas yang patut di hargai dan di hormati.

Masyarakat sudah lebih mengenal dengan 36 butir – butir Pancasila dalam

mengamalkan Pancasila karena dalam pelaksanaannya ada sosialisasi dan

penghayatan nyata sebagai aplikasinya. Namun ketika masyarakat di hadapkan

kepada butir – butir yang berisi 45 butir, seolah – olah ada penghilangan makna

dalam mengaplikasikan Pancasila dalam kehidupan sehari – hari. Selain itu ada

perbedaan mendasar dalam mengimplementasikan dalam kehidupan diantara butir

yang berjumlah 36 dengan butir yang berjumlah 45. Butir- butir yang berjumlah 36

dirasakan lebih aplikatif di dalam pengamalan dan pelaksanaan, sementara butir –

butir yang berjumlah 45 lebih berupa suatu pernyataan sikap dan masih belum

maksimal dalam pelaksanaan dan pengamalan silai – sila Pancasila dalam

kehidupan sehari – har. Sehingga butir yang berjumlah 45 belum atau kurang

menunjukkan suatu pedoman dalam pelaksanaan jiwa Pancasila, dan belum

dirasakan tentang sosialisasinya dalam masyarakat Indonesia.

Ini merupakan fenomena dalam mengimplementasikan nilai – nilai Pancasila

yang ada dalam masyarakat, jadi perlu ada usaha nyata dan serius dalam

mengembalikan jiwa Pancasila ke dalam hati masyarakat Indonesia. Secara

keseluruhan masyarakat Indonesia menyetujui adanya jiwa Pancasila dan bumi

Indonesia dan menjadikan tuntunan dan pedoman hidup dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara, sungguhpun masih terdapat upaya pelemahan –

pelemahan dan mengawal ideologi negara.

3. Metode Penulisan

3.1. Teknik Pengumpulan Data

4. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil sampel daerah yang diyakini

sudah melakukan kegiatan yang bersendikan Pancasila melalui penghayatan

dan pengamalan nilai masyarakat Pembahasan

4.1. Permasalahan

Dekadensi moral generasi muda bangsa pada akhir – akhir ini semakin

tergerus adanya arus globalisasi yang terus menerus mengikis seluruh kehidupan

manusia khusunya bangsa Indonesia. Tanpa adanya upaya nyata besar

kemungkinan bangsa Indonesia dihadapkan kepada ancaman, tantangan, hambatan

dan gangguan dalam penyelenggaraan bangsa dan negara.

Banyaknya perbedaan dalam cara pandang masalah semakin meruncing dan

tidak kunjung selesai untuk mencari solusi cara – cara mereduksi masalah – masalah

yang nyata, yang justru semakin di peruncing dengan perbedaan golongan, partai

dan bahkan suku, sehingga semakin rumit permasalah yang dihadapi oleh bangsa

Indonesia. Semakin banyak partai politik yang ada tidak menunjukkan kadar yang

semakin baik dalam memberikan pelajaran demokrasi kepada anak bangsa justru

semakin menghasut dan memperkeruh keadaan yang meminjam baju demokrasi,

Page 35: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

belum lagi persoalan yang di hadapi oleh anggaran negara berhubungan dengan

banyaknya partai politik.

Pengikisan rasa cinta tanah air itu merambah juga di dunia fashion, merek

perdagangan dan juga periklanan di media massa maupun media lainnya. Maraknya

pecinta club – club sepakbola luar negeri menyumbang angka pengikisan rasa cinta

tanah air. Bisa saja dimulai dari cinta pemain bola luar negeri dengan kerudung baju

club sepakbola tetapi mengebiri club bola di tanah air dan menyusutkan rasa

persatuan dan cinta tanah air. Penggunaan merek – merek dagang yang cenderung

menggunakan kata – kata asing yang dianggapnya sebagai upaya global terhadap

merek namun sesungguhnya hanya sebagai penggembira saja.

Banyak nama komplek perumahan yang cenderung menggunakan kata – kata

asing juga bentuk – bentuk pengikisan rasa cinta tanah air, yang di awali dengan

nama dan tembok yang membatasi komplek sebagai upaya bentuk batas area yang

sesungguhnya merupakan pembatasan terhadap kemampuan sosial yang bisa

menjauhkan sikap gotong royong yang menjadi ciri umum bangsa Indonesia.

Pembatasan ini pula akan mejadikan lingkungan yang terkotak – kotak sehingga

kehidupan budaya tradisional (lokal) tidak dapat di adopsi di komplek tersebut

sehingga tradisional setempat semakin melemah dan semakin hilang tak berbekas

karena tidak ada regenerasi yang menghidupkan nilai budaya tradisional itu.

Masalah – masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari – hari banyak yang

tidak mewujudkan pemupukan terhadap nilai – nilai kebangsaan yang intinya

merupakan implementasi dari pengamalan nilai – nilai luhur Pancasila dalam

kehidupan sehari – hari.

Ketidakpedulian yang semakin membesar cenderung membuat kotak – kotak

social yang mengangga lebar, yang juga melunturkan sikap dan adat ketimuran dan

di miliki bangsa Indonesia yang dikenal dengan santun itu. Tidak ada rasa

menghormati satu sama lain dengan menganggap dirinya juga bisa melakukan yang

sama atau bahkan melebihi orang lain di satu sisi merupakan sikap yang boleh

dipupuk tapi disisi lain merupakan persaingan yang harus menjadi bagian dari

pembinaan sikap dan mental bangsa.

Oleh karenanya perlu suasana yang stabil dan kondusif untuk menjamin

terselenggaranya budaya dan etika berbangsa dan bernegara. Hal ini bisa

dilaksanakan selama komponen bangsa bisa menghargai jerih payah dan usaha para

pendahulunya dan secara estafet memberikannya kepada generasi mudah yang

bertanggung jawab dan telah mendapatkan pembekalan – pembekalan nyata dalam

menjaga dan melangsungkan nilai – nilai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila hanya lahir di bumi Indonesia yang terdiri atas suku bangsa,

budaya, adat istadat, Bahasa dan keragaman lainnya. Semakin banyak keragaman

akan menyuburkan nilai bangsa yang ber – Bhineka Tunggal Ika, meskipun

beragaman dan bermacam – macam latar belakangnya, budaya, suku, agama,

bahasa tetap berkeyakinan dalam membentuk, membangun, mempertahankan bumi

Indonesia

Page 36: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

4.2. Pemecahan masalah

Menghadirkan Pancasila dalam sendi – sendi kehidupan berbangsa dan

bernegara bukan perkara mudah, namun perlu adanya upaya nyata setiap elemen

bangsa Indonesia yang bersatu mewujudkan setiap ide atau pendapat dalam suatu

kelompok atau masyarakat, jika tidak, sudah pasti tidak memiliki nilai tawar dan

hanya akan menjadi formalitas yang dipaksakan.

Upaya nyata dalam menghadirkan Pancasila sebagai dasar negara dan

pandangan hidup bangsa Indonesia dimulai dari pendidikan formal mulai dari

lapisan paling bawah, dimulai sejak balita melalui pengenalan simbul – simbul atau

lambang untuk memudahkan cara mengingat lambang dan dibarengi dengan adanya

pesan moral nilai – nilai luhur. Mulai dari adanya kepedulian bersama, rasa cinta

tanah air, persatuan dan kesatuan, serta sikap tenggang rasa dan keadilan sosial serta

bagaimana mengagumi ciptaan Tuhan Yang Maha Esa melalu kegiatan

pembelajaran.

Untuk selanjutnya baru ada pembelajaran sejarah Pancasila serta sikap dan

perilaku yang berhubungan dengan sila – sila Pancasila sebagai implementasi

pengamalan dan penghayatan dalam kehidupan sehari – hari. Pengenalan butir –

butir Pancasila mulai ditanamkan dalam pendidikan karakter anak bangsa ini,

sehingga di kemudian hari mulai terbentuk sikap dan etos Pancasila dalam diri

generasi muda bangsa yang selalu dipelihara dalam jiwa generasi muda.

Sikap cinta tanah air dimulai dari kearifan lokal yang ada disekiling

lingkungan sekolah dan tempat tinggal, seperti kesenian daerah baik berupa

kesenian atau tradisional lainnya yang dimiliki oleh setiap daerah dijadikan

pembelajaran agar rasa kecintaan terhadap budaya dan tanah air mulai tumbuh dan

berkembang. Pada tahapan ini harus pula di tumbuhkan mengenai cara

membedakan kecintaan terhadap tanah air dan kecintaan terhadap hal – hal yang

bersifat kegemaran. Bagaimana cara menghargai hasil karya orang lain, atau

membangkitkan rasa empati dengan beberapa pengandaian atau visualisasi dari

sikap yang mudah di lihat dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari – hari, serta

memberikan perbandingan yang jelas dan terukur.

Pengembangan lingkungan secara global juga harus tetap memperhatikan

konsep – konsep nasionaisme Indonesia, seperti penamaan komplek perumahan

atau penamaan gedung – gedung, bahkan sampai pada penamaan jalan sudah mulai

bergeser dari arah western, ini merupakan perilaku bersifat umum namun

sesungguhnya di dalamnya terdapat unsur pengikisan budaya cinta terhadap tanah

air dan bangsa .

Pengembangan lingkungan sosial juga bisa dibangun mulai dari tingkat

rumah tangga yang tergabung dalam Rukun Tetangga (RT). Kepedulian sosial dan

lingkungan tingkat RT ini, apabila berjalan serentak seluruh tanah air sudah pasti

kondisi social makro bangsa Indonesia bisa teratasi dengan baik, paling tidak dapat

mereduksi masalah mikro tingkat rumah tangga. Dari pengamatan sudah banyak

upaya – upaya yang dilakukan pada tingkat RT, misalnya melakukan iuran

sederhana setiap rumah tangga dalam lingkungan RT dan hasilnya untuk pembinaan

Page 37: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

dalam RT tersebut. Akumulasi dana dapat digunakan untuk menjenguk warga yang

sakit, santunan warga yang meninggal atau hanya sekedar untuk membantu

membelikan kain kafan, untuk membantu perawatan jalan di lingkungan RT untuk

keperluan yang di anggap mendapat prioritas. Dari model ini sudah tercipta

beberapa pengamalan sila – sila dalam Pancasila.

Seperti dalam kegiatan pada tingkat RT, untuk mengatur penggunaan dana

yang terkumpul bisa di tambahkan kegiatan lain, misalkan arisan warga, koperasi

warga ataukegiatan lain yang sifatnya untuk saling mengenal dan berinteraksi antar

warga yang satu dengan yang lain. Tentu saja hal yang demikian dikerjakan di luar

kegiatan pokok warga, tetapi harus didorong untuk mewujudkan adanya perilaku

mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan sendiri. Interaksi warga bisa

terjadi apabila kegiatan tersebut terjadwal atau berkala, seperti saling sapa, saling

mengunjungi, tukar menukar informasi atau bahkan membahas hal – hal yang

menjadi kepentingan sosial atau masyarakat

Banyak yang di dapat apabila pembinaan tingkat RT bisa menjadi kegiatan

yang dijadikan agenda nasional. Bukan saja masalah kenakalan remaja, bahaya

narkotika atau masalah sosial lainnya. Sosialisasi program dari pemerintahan atau

interaksi dari warga dapat saja terjadi dalam forum ini. Pembinaan remaja, karang

taruna atau bisa saja memberikan pembekalan – pembekalan terhadap warga

terhadap isu – isu yang sedang berkembang.

Sendi – sendi kehidupan dapat dibentuk mulai dari lingkungan paling mikro,

seperti kepedulian sosial, saling tenggang rasa antar sesama, menghargai kepada

yang lebih tua dan sayang kepada yang muda dapat terbentuk dari lingkungan

makro ini. Saling bertukar informasi dan komunikasi serta ketrampilan menjadi

nilai positif dan modal dasar dalam membangun lingkungan makro.

Jika kondisi ketertiban dan keamanan lingkungan sosial dapat terjaga, maka

kegiatan apapun bentuknya dan bersifat positif pasti akan mendapat dukungan dan

sumbangan dari warganya. Karena dalam lingkungan yang kondusif akan terjadi

pelaksanaan dan penghayatan nilai – nilai luhur Pancasila, berapapun jumlahnya

butir – butir itu, sepanjang itu yang di gariskan oleh pemerintah sebagai penanggung

jawab negara dan bangsa Indonesia.

Sebagai bagian bangsa yang memahami arti pentingnya nilai persatuan dan

kesatuan di negeri yang multi suku, ras, agama, bahasa, adat isitadat dalam

keragaman hayati. Letak strategis negara yang diapit oleh dua saudera, pasifik dan

atlantik, dua benua Australia dan Asia, memberikan nilia tawar bangsa Indonesia

sekaligus sebagai poros yang tidak tergantikan. Dari letak geografis ini akan

menjadi sebuah unggulan baru apabila, Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan

yang adil dan beradab dalam persatuan Indonesia, yang dilakukan dengan adanya

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /

perwakilan yang di dukung adanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Simpulan Dan Saran

5.1. Kesimpulan

Page 38: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Implementasi terhadap nilai – nilai luhur Pancasila dalam kehidupan

bermasyarakat dapat dimulai dari lingkungan rumah tangga atau lingkungan mikro

yang tergabung dalam Rukurn Tetangga (RT), dimana Ketua RT sebagai alat

pengendali kegiatan, karena akan lebih efektif, berbiaya murah dan sasaran yang

beragam bentuk dan kondisi.

Kehidupan masyarakat dalam Rukun Tetangga (RT) bisa dijadikan pilot project

dalam mengimplementasikan suatu gagasan atau ide – ide kehidupan sosial masyarakat

berbangsa dan bernegara, karena RT adalah garda terdepan bangsa.

5.2. Saran – saran

Dalam mengawal dan mengimplenetasikan nilai – nilai luhur Pancasila saran

yang lebih tepat adalah lingkungan Rukun Tetangga, sehingga perlu kiranya

dijadikan percontohan dalam melakukan sosialisasi terhadap kegiatan yang

dipandang mampu dijadikan pilot project nasional, dengan catatan kehidupan

berpolitik tidak dibenarkan masuk dalam lingkungan Rukun Tetangga.

DAFTAR PUSTAKA

Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara , Sekjen MPR- RI, tahun 2012

http://afandyfirmansyah4.blogspot.com/2017/09/laporan-implementasinilai-

nilai.html

http://alfin1991.blogspot/2011/05/implementas-Pancasila-sebagai.html

http://arindhaayuningtyas.wordpress.com

Implementasi Nilai – nilai Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Jurnal

Imliah IKIP Mataram Volume 3 Nomor 1 ISSN-2355 – 6358 halaman 620 –

628.

Panduan Pemasyarakatan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Tap MPR, Sekjen

MPR RI

Pendalaman Pengetahuan dan Metodologi Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila

Dalam Kehidupan Masyarakat

S. Y. Soeharso

Fakultas Psikologi Universitas Pancasila

Page 39: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Abstrak

Pancasila itu adalah kita, tentang kita, dari kita, untuk kita dan oleh kita.

Pembudayaan Pancasila sebagai ideologi negara, pandangan hidup bangsa dan

dasar negara telah dicoba sejak zaman orde lama dengan konsep TUBAPI (Tujuh

Bahan Pokok Indoktrinasi), dan ternyata “gagal” karena persoalan metode

pembudayaannya kepada masyarakat yang satu arah sehingga masyarakat tidak

merasa memiliki, kemudian dicoab kembali dpada zaman orde baru dengan konsep

P4 (Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila) melalui BP7 yang juga karena

pola indoktrinasi, satu arah dan Pancasila cenderung dijadikan sebagai

“alat politik” oleh penguasa saat itu, maka setelah orde baru selesai dan diganti

dengan orde reformasi maka Pancasila pun ikut “tenggelam” dan terdengar. BP7

dibuarkan, P4 ditiadakan, PMP dibuang, dan materi pelajaran Pancasila dari tingkat

SD, SMP dan SMA digabung dengan mata pelajaran Kewarganegaraan.

Setelah dua puluh tahun (20) masa orde Reformasi dari 1998 hingga tahun

2018 ternyata kadar keberpancasilaan warga negara dan aparatur penyelenggara

negara juga tidak mengalami peningkatan sebagai pedoman dalam laku pikir, laku

sikap dan laku tindak setiap insan penyelenggara negara dan warga negara,

Pemerintah Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kala pada tahun 2017 berkomitmen

menghidupkan, merevitalisasi dan membumikan kembali Pancasila baik bagi

penyelenggaran negara mapun warga negara dengan mendirikan Unit Kerja

Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila. (UKP-PIP).

UKP-PIP baru berjalan beberapa bulan pada bulan Februari 2018 UKPPIP

bertransformasi dan direvitalisasi menjadi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

(BPIP). Agar kesalahan pembudayaan Pancasila di masa lalu tidak terulang kembali

maka perlu dipikirkan instrumen dan kebijakan apa saja yang dapat mendorong dan

mengakselerasi pembudayaan Pancasila bagi aparatur penyelenggara negara dan

warga negara. Banyak metode pembelajaran yang dapat dilakukan, namun

berdasarkan teori dan pengalaman salah satu metode yang efektif adalah melalui

experiential learning dan project based learning. Selain metodologi pembelajaran,

pengetahuan / pemahaman tentang Pancasila pun perlu di-refresh atau disegarkan

kembali. Makalah ini mencoba hendak menjawab permasalahan pembudayaan

Pancasila tersebut dalam perspektif historis, konseptual, filosofis dan

implementatif.

1. Pendahuluan

a) Latar Belakang

Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia tidak cukup hanya dihafal dan

diperbincangkan, didiskursuskan di ruang-ruang kelas semata. Pancasila

diharapkan mampu mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat,

jembatan penghubung antar kelompok masyarakat dan tercermin dalam perilaku

aparatur penyelenggara negara. Pancasila harus hadir di semua sendi kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tak terkecuali Pancasila wajib hadir di

Page 40: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

kalangan kaum muda saat ini (generasi milenial dan gen. Y) yang lebih akrab

dengan gawai (gadget) yang sering disebut generasi FANG (Facebook, Amazon,

Netflix dan Google), yang berkarakteristik serba cepat dan instan, inovatif, bebas

dan kurang menyukai banyak aturan yang mengekang daya kreativitas mereka.

Pancasila harus mampu mengadaptasi diri dari segala bentuk perubahan dan

perkembangan zaman, agar Pancasila semakin mudah dipahami, dihayati, diyakini

dan dilaksanakan oleh masyarakat, khususnya generasi muda di seluruh penjuru

tanah air. Agar Pancasila tidak hanya menjadi sebuah hiasan dinding di kelas-kelas,

baik di sekolah-sekolah, kampus dan kantor-kantor pemerintah, maka metode

pembelajaran Pancasila haruslah menarik, menyenangkan, dan sesuai dengan tugas-

tugas perkembangan generasi muda dari usia 15 tahun hingga 25 tahun.

Metode Belajar dari pengalaman (experiential learning) dan menceritakan

pengalaman masing-masing pribadi (story telling) dalam mengimplementasikan

Pancasila di lingkungan masing-masing akan lebih mengena di hati para partisipan,

pembelajar dan pendengar, khususnya generasi muda daripada hanya diberikan

melalui metode ceramah semata dan bersifat one way communication. Kalaupun

ceramah, ceramah interaktif dan tanya jawab langsung dengan mahasiswa/siswa

akan lebih hidup dan dinamis ketika membincangkan Pancasila dalam kehidupan

sehari-hari.

Pancasila merupakan ideologi yang paling cocok untuk menjadi budaya

bangsa Indonesia, menjadi cara laku, dan pedoman hidup setiap anak bangsa atau

siapa saja yang warga negara Indonesia. Hal itu dikarenakan Pancasila digali dan

dirumuskan dari nilai-nilai budaya nusantara dari ratusan tahun sebelum

kemerdekaan. Digali dan dipelajari oleh Bung Karno dan kawan-kawan bapak dan

ibu pendiri bangsa yang prihatin karena bangsanya dijajah selama ratusan tahun

sehingga bertekad untuk membebaskan bangsanya dari penjajahan. Puncaknya

pada tanggal 17 Agustus atas desakan para pemuda, Bung Karno dan Bung Hatta

memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan pada tanggal 18 Agustus 2017

Pancasila dijadikan dasar (falsafah) negara, pandangan hidup, ideologi nasional dan

ligatur (pemersatu) dalam perikehidupan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia.

Agar Pancasila dapat menjadi prinsip hidup dan laku hidup (budaya) bagi

bangsa Indonesia maka wajib dipelajari baik pada level pengetahuan /logos (sejarah

dan falsafahnya), dihayati/diyakini/mitos dan dipedomani sebagai tingkah

laku/ethos serta dipedomani sebagai benteng sabuk pengaman (safety belt) bagi

eksistensi bangsa dan NKRI serta diimplementasikan di seluruh sendi kehidupan

berbangsa dan bernegara.

a.1.) Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila

1) Urgensi dibentuknya UKP Pancasila

Dalam menjalankan pembangunan berlandaskan konsepsi Pancasila, perlu

adanya keserasian dan keseimbangan antara pembangunan infrastruktur

fisikmaterial dengan supra-struktur nilai-ideologi. Dalam usaha memenuhi

keseimbangan ini, Pemerintahan Presiden Ir. H. Joko Widodo dan Wakil Presiden

H.M. Jusuf Kalla (Jokowi-JK) hadir dengan menawarkan VISI transformatif:

Page 41: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

“Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian

berlandaskan gotong-royong (Pancasila).”

Upaya untuk mewujudkan visi tersebut akan ditempuh melalui MISI

sebagai berikut:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan

wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan

sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai

negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis

berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri

sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan

sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju,

kuat dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Dalam kerangka visi-misi mewujudkan Indonesia yang mandiri, berdaulat,

dan berkepribadian berdasarkan gotong-royong, maka dirumuskan sembilan agenda

prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut

NAWA CITA.

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

daerahdaerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan

penegakkan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

internasional.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor

strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

2

9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi

sosial

Page 42: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Indonesia.

Tujuh (7) misi dan sembilan (9) agenda prioritas tersebut bisa

dikategorisasikan ke dalam 3 (tiga) ranah; 1) ranah mental-kultural, 2) ranah

material (ekonomi) dan 3) ranah politik. Pada ketiga ranah tersebut, Pemerintahan

Jokowi-JK akan berusaha melakukan berbagai perubahan secara akseleratif

(dipercepat), berlandaskan prinsip-prinsip Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945).

Ketiga ranah revolusi (perubahan dipercepat) tersebut selaras dengan

gagasan Trisakti Bung Karno. Revolusi material diusahakan agar bangsa Indonesia

bisa berdikari (mandiri) dalam perekonomian; revolusi mental, agar bangsa

Indonesia bisa berkepribadian dalam kebudayaan; revolusi politik, agar bangsa

Indonesia bisa berdaulat dalam politik.

Dalam bidang kebudayaan, Pemerintahan Jokowi-JK mencanangkan

gerakan “Revolusi Mental”. Bagaimanapun juga, revolusi mental yang dicanangkan

pemerintahan ini bukanlah sesuatu yang terlepas dari dasar filsafat dan ideologi

negara (Pancasila). Oleh karena itu, gerakan revolusi mental ini harus ditempatkan

dalam kerangka “Revolusi Pancasila.”

Pembangunan mental-budaya tersebut diharapkan menjadi koreksi terhadap

konsepsi pembangunan yang terlalu menekankan pembangunan infrastruktur

ekonomi dan politik dengan cenderung mengabaikan perhatian pada pembangunan

ideologi-mental. Dari serangkaian gatra ketahanan nasional (ideologi, politik,

ekonomi, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan), gatra ideologi merupakan

gatra yang paling rawan. Indeks Ketahanan Nasional yang disusun Labkurtannas

Lemhannas RI mengindikasikan melemahnya ketahanan ideologi dan politik dalam

kurun tujuh tahun terakhir (2010-2016). Indeks ketahanan ideologi (meliputi

variabel toleransi, kesederajatan dalam hukum, kesamaan hak kehidupan sosial, dan

persatuan bangsa), telah merosot dari skornya 2,31 (pada 2010) menjadi 2,06 pada

2016.

Gambaran yang sama diperlihatkan oleh hasil Survei Nilai-Nilai

Kebangsaan (SNK) oleh BPS 2015 (Survei pertama kali di Indonesia). Dari setiap

100 orang Indonesia, 18 orang bahkan tidak tahu judul lagu kebangsaan Republik

Indonesia; 53% orang Indonesia tidak hafal seluruhnya lirik lagu kebangsaan; 24

dari setiap 100 orang Indonesia tidak hafal sila-sila Pancasila; 42% orang Indonesia

terbiasa menggunakan barang bajakan; 55% orang Indonesia jarang bahkan tidak

pernah ikut kerja bakti.

Menurunnya ketahanan ideologi ini berbanding terbalik dengan hakikat ancaman

dalam era peperangan non-konvensional, yang kerap disebut sebagai

“war by proxy”. Dalam peperangan non-konventional ini, sumber ancaman yang

memiliki kapasitas untuk merongrong ketahanan nasional dan keselamatan warga

bukan hanya berasal dari kekuatan aktor-aktor negara, melainkan juga non-negara

(korporatokrasi). Dalam peperangan generasi terakhir ini, ancaman nyata atas

ketahanan nasional tidaklah berasal dari serangan bersenjata, melainkan berupa

Page 43: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

serangan ideologis dan “kekuatan lunak” lainnya dengan menggunakan “pemain

pengganti” (proxy) untuk mempengaruhi pusat-pusat pengambilan keputusan (the

center of gravity) dan para pemuka pendapat (critical mass), yang pada gilirannya

bisa mempengaruhi pikiran, sikap, dan tindakan masyarakat luas yang diarahkan

untuk memenuhi kepentingan “pemain-pemain” kuat (major powers). Ketika

negara-bangsa dihadapkan pada tantangan seperti itu, pengalaman traumatis

instrumentasi Pancasila di masa lalu membuat kepercayaan penyelenggara dan

warga negara terhadap Pancasila merosot. Selama belasan tahun terakhir, Pancasila

tidak lagi menjadi pelajaran wajib di sekolah, bahkan ada kegamangan di kalangan

penyelenggara negara untuk mengartikulasikan Pancasila di ruang publik. Situasi

demikian membiarkan pasokan moral bagi peserta didik hanya diisi oleh moral

partikularitas keagamaan yang cenderung diisi oleh kelompok-kelompok militan,

yang membuat peserta didik kurang terpapar dan terbudayakan dalam moral publik.

3

Kalaupun ada program bina ideologi dan mental yang dilaksanakan oleh

berbagai kementerian dan lembaga negara selama ini pada umumnya bersifat

permukaan (superfisial) dan kompartementalis, tanpa adanya kejelasan arah,

sistematik, struktur dan koordinasi. Oleh karena itu, dirasa perlu adanya lembaga

koordinasi yang melakukan pembinaan ideologi Pancasila secara terpimpin,

terencana, terstruktur, sistematik dan terpadu (sinergik).

Adapun materi pembelajaran Pancasila dalam pendidikan dan sosialisasi

wawasan kebangsaan kurang dipersiapkan secara sungguh-sungguh, baik dari segi

isi, metodologi, dan daya tarik serta evaluasi terhadap dampak yang ditimbulkan

dari pembinaan tersebut. Untuk itu, perlu ada lembaga yang mempersiapkan materi

pembelajaran Pancasila sesuai dengan ragam dan taraf perkembangan masyarakat

dan peserta didik.

Sementara itu, arus globalisasi tata-nilai membawa dampak pluralisasi, polarisasi,

dan fragmentasi ideologi dalam kehidupan kebangsaan yang makin luas

cakupannya, dalam penetrasinya dan instan kecepatannya. Dalam menghadapi

perkembangan ini, eksistensi Indonesia sebagai republik dituntut untuk berdiri

kokoh di atas cita negara dan cita hukum Pancasila. Untuk itu, perlu ada lembaga

yang memimpin pelaksanakan pembinaan ideologi Pancasila di seluruh lapisan

penyelenggara negara dan masyarakat.

Penetapan 1 Juni sebagai Hari Pancasila hendaknya tidak berhenti sebatas

seremoni, namun perlu diisi dengan bobot substansi. Untuk itu, perlu ada lembaga

yang sungguh-sungguh menangani substansi peringatan hari Pancasila itu sebagai

momentum pengungkit gerakan kebajikan Pancasila.

Berbagai alasan tersebut bersama dengan pertimbangan strategis lainnya

mendorong Presiden untuk membentuk lembaga khusus, Unit Kerja Presiden

Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP Pancasila). Tugas unit ini memang berat di

tengah skeptisisme masyarakat. Namun, kita tidak bisa memandang usaha

pemantapan ideologi Pancasila secara taken for granted, sebagai sesuatu yang

dengan sendirinya tercapai tanpa usaha-usaha secara sengaja. Kehadiran UKP

Page 44: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Pancasila ini merupakan jawaban atas aspirasi banyak pihak mengenai pentingnya

usaha pembinaan ideologi Pancasila secara lebih terencana, terkoordinasi dan

terstruktur serta evaluasi terhadap dampak yang ditimbulkannya pada perilaku

masyarakat dan aparatur penyelenggara negara di semua Kementerian/Lembaga,

Pemda dan warga negara.

a.2.) Tugas dan Fungsi UKP Pancasila

Merujuk pada Perpres No. 54/2017, UKP Pancasila mempunyai tugas

membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan umum pembinaan ideologi

Pancasila dan melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan

ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan. Dalam melaksanakan

tugas tersebut, UKP Pancasila menyelenggarakan FUNGSI:

1. Perumusan arah kebijaksanaan umum pembinaan ideologi Pancasila.

2. Penyusunan garis-garis besar haluan ideologi Pancasila dan road map

pembinaan ideologi Pancasila.

3. Koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pelaksanaan pembinaan ideologi

Pancasila.

4. Pelaksanaan advokasi pembinaan ideologi Pancasila.

5. Pemantauan, evaluasi, dan pengusulan langkah dan strategi untuk

memperlancar pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila.

6. Pelaksanaan kerja sama dan hubungan antar lembaga dalam pelaksanaan

ideologi Pancasila.

Tugas dan fungsi UKP Pancasila tersebut sejalan dengan 9 (sembilan)

Agenda Prioritas Pembangunan Nasional Presiden Jokowi – Jusuf Kalla

(Nawacita), terutama:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara (Nawacita prioritas No.

1);

2. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan

desa dalam kerangka negara kesatuan (Nawacita prioritas No. 3);

3. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan

penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya

(Nawacita prioritas No. 4);

4. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (Nawacita prioritas No. 5);

5. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik (Nawacita prioritas No. 7);

6. Melakukan revolusi karakter bangsa (Nawacita prioritas No. 8); dan

7. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

(Nawacita prioritas No. 9);

b) Rumusan Masalah

Melihat kondisi kualitas kebangsaan akhir-akhir ini yang mulai digerogoti oleh

mental egoisme dan primordialisme sempit, lunturnya gotong royong serta

Page 45: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

masuknya berbagai nilai ideologi yang bertentangan dengan Pancasila akibat

terjadinya “kekosongan” pendidikan Pancasila selama hampir 20 tahun sejak era

reformasi serta terpaan globalisasi maka dapat diidentifikasi 5 (lima) permasalahan

pembinaan ideologi Pancasila, sbb.:

1. Kurangnya pemahaman tentang Pancasila dan aktualisasi Pancasila di

kalangan aparatur penyelenggara negara dan masyarakat;

2. Menguatnya sikap eksklusivisme di kalangan masyarakat baik

berdasarkan etnik/suku bangsa atau agama dan ikatan-ikatan

primordialisme lainya;

3. Masih tingginya kesenjangan sosial dan keadilan sosial di masyarakat

serta yang ditandai masih tingginya jumlah penduduk miskin dan

pengangguran;

4. Belum terintegarsinya Pancasila dalam sistem

kelembagaan

(institusionalisasi) per-UU-an, kebijakan dan peratutan lainnya;

5. Isu tentang minimnya contoh-contoh keteladanan (role model) di

ruangruang publik, baik oleh penyelenggara negara maupun warga

negara.

c) Tujuan Penulisan

Penulisan makakah ditulis dengan tujuan utama mencari rumusan kebijakan,

strategi dan metodologi implementasi nilai-nilai Pancasila bagi

penyelenggara negara dan warga negara dalam kehidupan bermasyarat,

berbangsa dan bernegara.

d) Manfaat Penulisan

1. Mendapatkan gambaran umum tentan gpokok-pokok permasalahan

mengapa implementasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara mengalami hambatan dan tantangan pada

zaman sekarang.

2. Mendapatkan berbagai alternatif solusi yang komprehensif dan integral

untuk mengakselerasi implementasi nilai-nilai pancasila dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2) TINJAUAN PUSTAKA

a) Pancasila : Perspektif Sejarah dan Filsafat

Soekarno pernah mengatakan “jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”

yang dikenal dengan ideom “Jasmerah”. Dari perkataan tersebut dapat dimaknai

bahwa sejarah mempunyai fungsi yang beragam bagi kehidupan. Seperti diungkap

seorang filsuf Yunani yang bernama Cicero (106-43 SM) yang mengungkapkan

Page 46: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

“Historia Vitae Magistra”, yang bermakna, “sejarah memberikan kearifan”.

Pengertian yang lebih umum yaitu “sejarah merupakan guru kehidupan”. Sejarah

memperlihatkan dengan nyata bahwa semua bangsa memerlukan suatu konsepsi

dan cita-cita. Jika mereka tidak memilikinya atau jika konsepsi dan cita-cita itu

menjadi kabur dan usang, maka bangsa itu adalah dalam bahaya (Soekarno, 1989:

64).

Cita-cita ideal sebagai landasan moralitas bagi kebesaran bangsa diperkuat

oleh cendekiawan-politisi Amerika Serikat, John Gardner, “No nation can achieve

greatness unless it believes in something, and unless that something has moral

dimensions to sustain a great civilization” (tidak ada bangsa yang dapat mencapai

kebesaran kecuali jika bangsa itu mempercayai sesuatu, dan sesuatu yang

dipercayainya itu memiliki dimensi-dimensi moral guna menopang peradaban

besar) (Madjid dalam Latif, 2011: 42).

Kuat dan mengakarnya Pancasila dalam jiwa bangsa menjadikan Pancasila

terus berjaya sepanjang masa karena ideologi Pancasila tidak hanya sekedar

“confirm and deepen” identitas Bangsa Indonesia sepanjang masa. Sejak Pancasila

digali dan dilahirkan kembali menjadi Dasar dan Ideologi Negara, maka ia

membangunkan dan membangkitkan 2 identitas yang “tertidur” dan yang

“terbius” selama kolonialisme (Abdulgani, 1979: 22).

b) Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan

Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah, terutama

rempah rempah yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara di luar Indonesia,

menyebabkan bangsa Asing masuk ke Indonesia. Bangsa Barat yang membutuhkan

rempah-rempah itu mulai memasuki Indonesia, yaitu Portugis, Spanyol, Inggris dan

Belanda. Masuknya bangsa Barat seiring dengan keruntuhan Majapahit sebagai

akibat perselisihan dan perang 6 saudara, yang berarti nilai-nilai nasionalisme sudah

ditinggalkan, walaupun abad ke XVI agama Islam berkembang dengan pesat

dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, seperti Samudra Pasai dan Demak,

nampaknya tidak mampu membendung tekanan Barat memasuki Indonesia.

Bangsa-bangsa Barat berlomba-lomba memperebutkan kemakmuran bumi

Indonesia ini. Maka sejak itu mulailah lembaran hitam sejarah Indonesia dengan

penjajahan Barat, khususnya Belanda. Masa pejajahan Belanda itu dijadikan

tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya, sebab

pada zaman penjajahan ini apa yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia pada

zaman Sriwijaya dan Majapahit menjadi hilang. Kedaulatan negara hilang,

persatuan dihancurkan, kemakmuran lenyap, wilayah dinjak-injak oleh penjajah.

Penjajahan Barat yang memusnahkan kemakmuran bangsa Indonesia itu tidak

dibiarkan begitu saja oleh segenap Bangsa Indonesia. Sejak semula imprialis itu

menjejakkan kakinya di Indonesia, di mana-mana bangsa Indonesia melawannya

dengan semangat patriotik melalui perlawanan secara fisik.

Kita mengenal nama-nama Pahlawan Bangsa yang berjuang dengan gigih

melawan penjajah. Pada abad ke XVII dan XVIII perlawanan terhadap penjajah

Page 47: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

digerakkan oleh pahlawan Sultan Agung (Mataram 1645), Sultan Ageng Tirta Yasa

dan Kiyai Tapa (Banten 1650), Hasanuddin (Makasar 1660), Iskandar Muda (Aceh

1635) Untung Surapati dan Trunojoyo (Jawa Timur 1670), Ibnu Iskandar

(Minangkabau 1680) dan lain-lain.

Pada permulaan abad ke XIX penjajah Belanda mengubah sistem

kolonialismenya yang semula berbentuk perseroan dagang partikelir yang bernama

VOC berganti dengan Badan Pemerintahan resmi yaitu Pemerintahan Hindia

Belanda. Semula pernah terjadi pergeseran Pemerintahan penjajahan dari Hindia

Belanda kepada Inggris, tetapi tidak berjalan lama dan segera kembali kepada

Belanda lagi. Dalam usaha memperkuat kolonialismenya Belanda menghadapi

perlawanan bangsa Indonesia yang dipimpin oleh Patimura (1817), Imam Bonjol di

Minangkabau (1822-1837), Diponogoro di Mataram (1825-1830),

Badaruddin di Palembang (1817), Pangeran Antasari di Kalimantan (1860) Jelantik

di Bali (1850), Anang Agung Made di Lombok (1895) Teuku Umar, Teuku Cik Di

Tiro, Cut Nya’Din di Aceh (1873-1904), Si Singamangaraja di Batak (1900).

Tidak ketinggalan perlawanan terhadap penjajah Belanda juga dilakukan

oleh para tokoh masyarakat dan rakyat Sulawesi Tengah yang dipimpin oleh Raja

Sigi Karanjalembah. Beliau adalah raja muda Sigi yang bergelar Toi Dompu. Ia

menentang secara terbuka aturan Hindia Belanda tentang Plakat Pendek atau

Perjanjian Singkat atau "Koerte Varklaring", yang berisi pengakuan raja-raja di

Nusantara untuk mengakui kekuasaan mereka atas wilayahnya. Raja Sigi bersama

rakyatnya melakukan perang terbuka melawan Belanda hingga ia ditangkap 1905

dan diasingkan ke Kabupaten Sukabumi tahun 1915. Raja Karanjalembah

meninggal pada tahun 1917 dalam pengasingannya di Kabupaten Sukabumi dan

dimakamkan di Desa Cisaat, Sukabumi. Pada tahun 2006, di masa pemerintahan

Gubernur Bandjela Paliudju, Pemprov Sulteng memindahkan jenazah Karanja

Lembah dari Sukabumi ke Desa Watunonju, Kabupaten Sigi. Makam

Karanjalembah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya di Provinsi Sulawesi

Tengah. Untuk mengenang Karanjalembah, banyak jalan raya di kota-kota

Sulawesi Tengah seperti Palu dan Sigi Biromaru yang dinamakan Jalan Karanja

Lembah (Wikipedia, 2017).

Pada Hakikatnya perlawanan terhadap Belanda terjadi hampir setiap

daerah/pelosok nusantara. Akan tetapi, perlawanan-perlawanan secara fisik terjadi

secara sendiri-sendiri di setiap daerah sehingga kurang memberikan efek yang

sigiunifkan terhadap kehadiran penjajah Belanda. Tidak adanya persatuan serta

koordinasi dalam melakukan perlawanan sehingga tidak berhasilnya bangsa

Indonesia mengusir kolonialis, imperialis sebaliknya semakin memperkukuh 7

kedudukan penjajah dengan melakukan politk adu domba (devide et impera). Hal

ini membuktikan betapa pentingnya rasa persatuan (nasionalisme) dalam

menghadapi penjajahan baik masa lalu, masa kini maupun masa mendadatang.

c) Kebangkitan Nasional 1908

Page 48: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Pada permulaan abad ke XX, bangsa Indonesia mengubah cara-caranya

dalam melakukan melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Kegagalan

perlawanan secara fisik yang tidak adanya koordinasi pada masa lalu mendorong

pemimpin-pemimpin Indonesia abad ke XX itu untuk merubah bentuk perlawanan

yang lain. Bentuk perlawanan itu ialah dengan membangkitkan kesadaran bangsa

Indonesia akan pentingnya bernegara.

Usaha-usaha yang dilakukan adalah mendirikan berbagai macam organisasi

politik di samping organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial.

Organisai sebagai pelopor pertama adalah Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908.

Mereka yang tergabung dalam organisasi itu memulai merintis jalan baru ke arah

tercapainya cita-cita perjuangan bangsa Indonesia., tokohnya yang terkenal adalah

dr. Wahidin Sudirohusodo. Kemudian bermunculan organisasi pergerakan lain,

yaitu Sarikat Dagang Islam (1909), kemudian berubah bentuknya menjadi

pergerakan politik dengan menganti nama menjadi Sarikat Islam (1911) di bawah

pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Berikutnya muncul pula Indische Parti (1913)

dengan pimpinan Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara,

namun karena terlalu radikal sehingga pemimpinnya di buang ke luar negeri (1913).

Akan tetapi perjuangan tidak kendur karena kemudian berdiri Partai Nasional

Indonesia (1927) yang di pelopori oleh Sukarno dan kawankawan.

a. Sumpah Pemuda 1928

Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadilah penonjolan peristiwa sejarah

perjuangan bangsa Indonesia mencapai cita-citanya. Pemuda-pemuda Indonesia

yang di pelopori oleh Muh. Yamin, Kuncoro Purbopranoto dan lain-lain

mengumandangkan Sumpah Pemuda yang berisi pengakuan akan adanya Bangsa,

tanah air dan bahasa satu yaitu Indonesia. Melalui sumpah pemuda ini makin

tegaslah apa yang diinginkan oleh Bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air

dan bangsa itu diperlukan adanya persatuan sebagai suatu bangsa yang merupakan

syarat mutlak. Sebagai tali pengikat persatuan itu adalah Bahasa Indonesia.

Realisasi perjuangan bangsa pada tahun 1930 berdirilah Partai Indonesia yang

disingkat dengan Partindo (1931) sebagai pengganti PNI yang dibubarkan.

Kemudian golongan Demokrat yang terdiri dari Moh. Hatta dan Sutan Syahrir

mendirikan PNI Baru, dengan semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai

dengan kekuatan sendiri.

b. Perjuangan Bangsa Indonesia Zaman Penjajahan Jepang

Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah Perang Pasifik, dengan dibomnya Pearl

Harbour oleh Jepang. Dalam waktu yang singkat Jepang dapat menduduki daerah-

daerah jajahan Sekutu di daerah Pasifik. Kemudian pada tanggal 8 Maret 1942

Jepang masuk ke Indonesia menghalau penjajah Belanda, pada saat itu Jepang

mengetahui keinginan bangsa Indonesia, yaitu Kemerdekaan Bangsa dan tanah air

Indonesia. Peristiwa penyerahan Indonesia 8 dari Belanda kepada Jepang terjadi

di Kalijati Jawa Tengah tanggal 8 Maret 1942.

Page 49: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Jepang mempropagandakan kehadirannya di Indonesia untuk membebaskan

Indonesia dari cengkraman Belanda. Oleh sebab itu, Jepang memperbolehkan

pengibaran bendera merah putih serta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Akan

tetapi hal itu merupakan tipu muslihat agar rakyat Indonesia membantu Jepang

untuk menghancurkan Belanda.

Kenyataan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia bahwa sesungguhnya Jepang tidak

kurang kejamnya dengan penjajahan Belanda, bahkan pada zaman ini bangsa

Indonesia mengalami penderitaan dan penindasan yang sampai kepada puncaknya.

Kemerdekaan tanah air dan bangsa Indonesia yang didambakan tak pernah

menunjukkan tanda-tanda kedatangannya, bahkan terasa semakin menjauh

bersamaan dengan semakin mengganasnya bala tentara Jepang. Kekecewaan rakyat

Indonesia akibat perlakuan Jepang itu menimbulkan perlawananperlawanan

terhadap Jepang baik secara illegal maupun secara legal, seperti pemberontakan

PETA di Blitar.

Sejarah berjalan terus, di mana Perang Pasifik menunjukan tanda-tanda akan

berakhirnya dengan kekalahan Jepang di mana-mana. Untuk mendapatkan bantuan

dari rakyat Indonesia, Jepang berusaha membujuk hati bangsa Indonesia dengan

mengumumkan janji kemerdekaan kelak di kemudian hari apabila perang telah

selesai. Kemudian janji yang kedua kemerdekaan diumumkan lagi oleh Jepang

berupa “Kemerdekaan tanpa syarat” yang disampaikan seminggu sebelum Jepang

menyerahkan kepada bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaannya, bahkan

menganjurkan agar berani mendirikan negara Indonesia merdeka dihadapan musuh

Jepang.

d) Pancasila Pra Kemerdekaan

Dr. Radjiman Wediodiningrat, selaku Ketua Badan dan Penyelidik Usaha

Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), pada tanggal 29 Mei 1945, meminta kepada

sidang untuk mengemukakan dasar (negara) Indonesia merdeka, permintaan itu

menimbulkan rangsangan memutar kembali ingatan para pendiri bangsa ke

belakang. Hal ini mendorong mereka untuk menggali kekayaan kerohanian,

kepribadian dan wawasan kebangsaan yang terpendam lumpur sejarah (Latif, 2011:

4). Begitu lamanya penjajahan menyebabkan bangsa Indonesia hilang arah dalam

menentukan dasar negaranya. Atas permintaan Dr. Radjiman inilah, figurfigur

negarawan bangsa Indonesia berpikir keras untuk menemukan kembali jati diri

bangsanya. Pada sidang pertama BPUPK yang dilaksanakan dari tanggal 29 Mei -

1 Juni 1945, tampil berturut-turut untuk berpidato menyampaikan usulannya

tentang dasar negara. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin

mengusulkan calon rumusan dasar Negara Indonesia yang bersifat sosiologi politik

termasuk bentuk negara, bela negara, wilayah negara dengan beberapa prinsip

sebagai berikut:

1) Peri Kebangsaan,

2) Peri Kemanusiaan,

3) Peri Ketuhanan, 4) Peri Kerakyatan dan 5) Kesejahteraan Rakyat.

Page 50: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Kemudian Prof. Dr. Soepomo pada tanggal 30 Mei 1945 mengemukakan teoriteori

Negara, yaitu:

1) Teori negara perseorangan (individualis),

2) Paham negara kelas dan 3) Paham negara

integralistik.

Selanjutnya oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang mengusulkan lima

dasar negara yang terdiri dari:

1) Nasionalisme (kebangsaan Indonesia),

2) Internasionalisme (peri kemanusiaan),

3) Mufakat (demokrasi),

4) Kesejahteraan sosial, dan

5) Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan) (Kaelan, 2000: 37-

40).

Pidato pada tanggal 1 Juni 1945 tersebut, Ir Soekarno mengatakan, “Maaf,

beribu maaf! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu

diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka Tuan Ketua yang

mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya yang

diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda:

“Philosofische grond-slag” daripada Indonesia Merdeka. Philosofische grond-slag

itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam dalamnya, jiwa, hasrat, yang

sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia yang kekal dan

abadi” (Bahar, 1995: 63; Latif, 2011).

Ir. Soekarno demikian hebatnya menjelaskan Pancasila dengan runtut, logis

dan koheren, namun dengan rendah hati Ir. Soekarno membantah apabila disebut

sebagai pencipta Pancasila. Beliau mengatakan, “Kenapa diucapkan terima kasih

kepada saya, kenapa saya diagung-agungkan, padahal toh sudah sering saya

katakan, bahwa saya bukan pencipta Pancasila. Saya sekedar penggali Pancasila

daripada bumi tanah air Indonesia ini, yang kemudian lima mutiara yang saya gali

itu, saya persembahkan kembali kepada bangsa Indonesia. Malah pernah saya

katakan, bahwa sebenarnya hasil, atau lebih tegas penggalian daripada Pancasila ini

saudara-saudara, adalah pemberian Tuhan kepada saya… Sebagaimana tiaptiap

manusia, jikalau ia benar-benar memohon kepada Allah Subhanahu Wataala, diberi

ilham oleh Allah Subhanahu Wataala” (Soekarno dalam Latif, 2011: 21).

Selain ucapan yang disampaikan Ir. Soekarno di atas, Pancasila pun

merupakan khasanah budaya Indonesia, karena nilai-nilai tersebut hidup dalam

sejarah Indonesia yang terdapat dalam beberapa kerajaan yang ada di Indonesia,

seperti berikut:

1. Pada kerajaan Kutai, masyarakat Kutai merupakan pembuka zaman sejarah

Indonesia untuk pertama kali, karena telah menampilkan nilai sosial politik,

dan Ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri dan sedekah kepada para

Brahmana (Kaelan, 2000: 29).

2. Perkembangan kerajaan Sriwijaya oleh Mr. Muhammad Yamin disebut

sebagai Negara Indonesia Pertama dengan dasar kedatuan, itu dapat

Page 51: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

ditemukan nilai-nilai Pancasila material yang paling berkaitan satu sama

lain, seperti nilai persatuan yang tidak terpisahkan dengan nilai keTuhanan

yang tampak pada raja sebagai pusat kekuasaan dengan kekuatan religius

berusaha mempertahankan kewibawaannya terhadap para datu. Nilai-nilai

kemasyarakatan dan ekonomi yang terjalin satu sama lain dengan nilai

internasionalisme dalam bentuk hubungan dagang yang terentang dari

pedalaman sampai ke negeri-negeri seberang lautan pelabuhan kerajaan dan

Selat Malaka yang diamankan oleh para nomad laut yang menjadi bagian

dari birokrasi pemerintahan Sriwijaya (Suwarno, 1993: 20-21).

3. Pada masa kerajaan Majapahit, di bawah raja Prabhu Hayam Wuruk dan

Adipatih Mangkubumi, Gajah Mada telah berhasil mengintegrasikan

nusantara. Faktor factor yang dimanfaatkan untuk menciptakan wawasan

nusantara itu adalah: kekuatan religio magis yang berpusat pada Sang

Prabhu, ikatan sosial kekeluargaan terutama antara kerajaan-kerajaan

daerah di Jawa dengan Sang Prabhu dalam lembaga Pahom Narandra.

Jadi, dapatlah dikatakan bahwa nilai-nilai religious sosial dan politik yang

merupakan materi Pancasila sudah muncul sejak memasuki zaman sejarah

(Suwarno, 1993: 23-24). Bahkan, pada masa kerajaan ini, istilah Pancasila dikenali

yang terdapat dalam buku Nagarakertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma

karangan Empu Tantular. Dalam buku tersebut istilah Pancasila di samping

mempunyai arti “berbatu sendi yang lima” (dalam bahasa Sansekerta), juga

mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama), yaitu:

1. Tidak boleh melakukan kekerasan

2. Tidak boleh mencuri

3. Tidak boleh berjiwa dengki

4. Tidak boleh berbohong

5. Tidak boleh mabuk minuman keras (Darmodihardjo, 1978: 6).

Kedua zaman, baik Sriwijaya maupun Majapahit dijadikan tonggak sejarah

karena pada waktu itu bangsa telah memenuhi syarat-syarat sebagai bangsa yang

mempunyai negara. Baik Sriwijaya maupun Majapahit waktu itu merupakan

negara-negara yang berdaulat, bersatu serta mempunyai wilayah yang meliputi

seluruh Nusantara. Pada zaman tersebut bangsa Indonesia telah mengalami

kehidupan yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem, kerta raharja

(Darmodihardjo dkk, 1991: 21).

Selain zaman kerajaan, masih banyak fase yang harus dilewati menuju

Indonesia merdeka hingga tergalinya Pancasila yang setelah sekian lama tertimbun

oleh penjajahan Belanda. Sebagai salah satu tonggak sejarah yang merefleksikan

dinamika kehidupan kebangsaan yang dijiwai oleh nilai-nilai

Pancasila adalah termanifestasi dalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober

1928 yang berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah

yang satu, tanah air Indonesia; Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa

yang satu, bangsa Indonesia; Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa

persatuan, bahasa Indonesia. Penemuan kembali Pancasila sebagai jati diri bangsa

Page 52: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

terjadi pada sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai 1 Juni

1945.

Pada tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPK, Ir. Soekarno

menyebutkan lima dasar bagi Indonesia merdeka. Sungguh pun Ir. Soekarno telah

mengajukan lima sila dari dasar negara, beliau juga menawarkan kemungkinan lain,

sekiranya ada yang tidak menyukai bilangan lima, sekaligus juga cara beliau

menunjukkan dasar dari segala dasar kelima sila tersebut. Alternatifnya bisa diperas

menjadi Tri Sila bahkan dapat dikerucutkan lagi menjadi Eka Sila. Tri Sila meliputi:

socio-nationalisme, socio democratie dan ke-Tuhanan. Sedangkan Eka Sila yang

dijelaskan oleh Ir. Soekarno yaitu “Gotong Royong” karena menurut Ir. Soekarno

negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong royong (Latif, 2011: 18-

19). Tetapi yang lahir pada tanggal 1 Juni itu adalah nama

Pancasila (disamping nama Trisila dan Ekasila yang tidak terpilih) (Notosusanto,

1981: 21). Ini bukan merupakan kelemahan Ir. Soekarno, melainkan merefleksikan

keluasan wawasan dan kesiapan berdialog dari seorang negarawan besar. Faktanya

Ir, Soekarno diakhir sejarah terbukti sebagai penggali Pancasila, dasar negara

Republik Indonesia.

Setelah sidang pertama BPUPK dilaksanakan, terjadi perdebatan sengit

yang disebabkan perbedaan pendapat. Karena apabila dilihat lebih jauh para

anggota BPUPKI terdiri dari elit Nasionalis netral agama, elit Nasionalis Muslim

dan elit Nasionalis Kristen. Elit Nasionalis Muslim di BPUPKI mengusulkan Islam

sebagai dasar Negara, namun dengan kesadaran yang dalam akhirnya terjadi

kompromi politik antara Nasionalis netral agama dengan Nasionalis Muslim untuk

11 menyepakati Piagam Jakarta (22 Juni 1945) yang berisi “tujuh kata”: “…dengan

kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi

“Ketuhanan Yang Maha Esa” (Risalah Sidang BPUPK, 1995; Anshari, 1981;

Darmodihardjo, 1991). Kesepakatan peniadaan tujuh kata itu dilakukan dengan

cepat dan legowo demi kepentingan nasional oleh elit Muslim: Moh. Hatta; Ki

Bagus Hadikusumo, Teuku Moh. Hasan dan tokoh muslim lainnya. Jadi elit Muslim

sendiri tidak ingin republik yang dibentuk ini merupakan negara berbasis agama

tertentu (Eleson dalam Surono dan Endah (ed.), 2010: 37; Latif , 2011).

e) Falsafah Pancasila

Pancasila adalah lima nilai fundamental yang diidealisasikan sebagai konsepsi

tentang dasar (falsafah) negara, pandangan hidup bangsa dan ideologi negara-

bangsa Indonesia. Kelima nilai dasar itu adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Setiap bangsa memiliki konsepsi dan cita-citanya masing-masing sesuai dengan

kondisi, tantangan dan karakteristik bangsa yang bersangkutan. Dalam pandangan

Page 53: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Soekarno, “Tidak ada dua bangsa yang cara berjoangnya sama. Tiaptiap bangsa

mempunyai cara berjoang sendiri, mempunyai karakteristik sendiri. Oleh karena

pada hakekatnya bangsa sebagai individu mampunyai keperibadian sendiri.

Keperibadiaan yang terwujud dalam pelbagai hal, dalam kebudayaannya, dalam

perekonomiannya, dalam wataknya dan lain-lain sebagainya” (Soekarno,

1958, I: 3).

Oleh karena itu, cara bangsa Indonesia merumuskan konsepsi dan cita-cita

nasionalnya tidak begitu saja mengekor ideologi-ideologi dominan yang ada.

Dalam pidatonya di PBB, Bung Karno menyangkal pendapat seorang filosof

Inggris, Bertrand Russel, yang membagi dunia ke dalam dua poros pengikut

konsepsi Declaration of American Independence dan Manifesto Komunis.

“Maafkan, Lord Russell. Saya kira tuan melupakan adanya lebih daripada seribu

juta rakyat, rakyat Asia dan Afrika, dan mungkin pula rakyat-rakyat Amerika Latin,

yang tidak menganut ajaran Manifesto Komunis ataupun Declaration of

Independence.” Selanjutnya dia katakan bahwa Indonesia tidak dipimpin oleh

kedua paham itu; tidak mengikuti konsep liberal maupun komunis. “Dari

pengalaman kami sendiri dan dari sejarah kami sendiri tumbuhlah sesuatu yang

lain, sesuatu yang jauh lebih sesuai, sesuatu yang jauh lebih cocok.” Lantas dia

simpulkan, “Sesuatu itu kami namakan Pancasila.”

Dalam menyusun konsepsi dasar kenegaraan dan kebangsaan Indonesia itu,

Soekarno mengingatkan bahwa kita “harus dapat meletakkan negara itu atas suatu

meja statis yang dapat mempersatukan segenap elemen di dalam bangsa itu, tetapi

juga harus mempunyai tuntunan dinamis ke arah mana kita gerakkan rakyat, bangsa

dan negara ini;... kita memerlukan satu dasar yang bisa menjadi dasar statis dan

yang bisa menjadi Leitstar dinamis”.4 Lebih lanjut ia katakan, “Kalau kita mencari

satu dasar yang statis yang dapat mengumpulkan semua, dan jikalau kita mencari

suatu Leitstar dinamis yang dapat menjadi arah perjalanan, kita harus menggali

sedalam-dalamnya di dalam jiwa masyarakat kita sendiri…. Kalau kita mau

memasukkan elemen-elemen yang tidak ada di dalam jiwa Indonesia, tak mungkin

dijadikan dasar untuk duduk di atasnya.” Selengkapnya, dia katakan: “Nah, oleh

karena bangsa atau rakyat adalah satu jiwa, maka kita pada waktu kita memikirkan

dasar statis atau dasar dinamis bagi bangsa tidak boleh mencari hal-hal di luar jiwa

rakyat itu sendiri. Kalau kita mencari hal-hal di luar jiwa rakyat itu sendiri, kandas.

Ya bisa menghikmati satu dua, seratus dua ratus orang, tetapi tidak bisa

menghikmati sebagai jiwa tersendiri. Kita harus tinggal di dalam lingkungan dan

lingkaran jiwa kita sendiri. Itulah kepribadian. Tiaptiap bangsa mempunyai

kepribadian sendiri, sebagai bangsa. Tidak bisa opleggen dari luar. Itu harus laten

telah hidup di dalam jiwa rakyat itu sendiri”.

Dalam perjalanannya, sejarah konseptualisi Pancasila melintasi rangkaian panjang

fase “pembibitan”, fase “perumusan”, dan fase “pengesahan”. Fase “pembibitan”

4 Istilah “Leitstar” yang digunakan oleh Soekarno berasal dari bahasa Jerman yang berarti “guiding star” (bintang pimpinan).

Page 54: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

setidaknya dimulai pada 1920-an dalam bentuk rintisan-rintisan gagasan untuk

mencari sintesis antarideologi dan gerakan seiring dengan proses “penemuan”

Indonesia sebagai kode kebangsaan bersama (civic nationalism).

Fase “perumusan” dimulai pada masa persidangan pertama Badan Penyelidik

Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), 29 Mei-1 Juni 1945, dengan Pidato

Soekarno (1 Juni) sebagai mahkotanya yang memunculkan istilah Panca Sila.

Rumusan Pancasila dari Pidato Soekarno itu lantas digodok dalam pertemuan Chuo

Sangi In yang membentuk “Panitia Sembilan”, yang melahirkan rumusan baru

Pancasila dalam versi Piagam Jakarta, pada 22 Juni. Fase “pengesahan” dimulai

pada 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(PPKI) yang melahirkan rumusan final, yang mengikat secara konstitusional dalam

kehidupan bernegara.

Sejak tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila telah menjadi dasar falsafah negara

(Philosophische Gronslag), ideologi negara dan pandangan hidup

(Weltanschauung) bangsa Indonesia. Istilah-istilah tersebut bisa dimaknai dengan

merujuk pada pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945. Dalam pidato tersebut, ia

menyebut istilah “Philosfische Gronslag” sebanyak 4 kali plus 1 kali menggunakan

istilah “filosifische principe”; sedangkan istilah “Weltanschauung” ia sebut

sebanyak 31 kali.

Tentang istilah “Philosophische Grondslag”, ia definisikan sebagai “Fundamen,

filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalamdalamnya untuk

di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka.” Frase “untuk diatasnya didirikan

gedung Indonesia Merdeka” menjelaskan bahwa Pancasila sebagai Philosophische

Grondlag merupakan padanan dari istilah “Dasar Negara”. Alhasil, pengertian

Pancasila sebagai “dasar negara” tak lain adalah

Pancasila sebagai “dasar filsafat/falsafah negara”.

Tentang istilah Weltanschauung, ia tidak memberikan definisinya secara eksplisit;

namun tersirat dari contoh-contoh yang ia berikan, antara lain, sebagai berikut:

1. Hitler mendirikan Jermania di atas “national-

sozialistische Weltanschauung”.

2. Lenin mendirikan negara Sovyet di atas “Marxistische, Historisch

Materialistiche Weltanschaaung”,

3. Nippon mendirikan negara di atas “Tenno Koodo Seisin”,

4. Saudi Arabia, Ibn Saud, mendirikan negara di

atas satu

“Weltanschauung”, bahkan di atas dasar agama, yaitu Islam, 5. Sun Yat

Sen mendirikan negara Tiongkok merdeka di atas “Weltanschauung” San

Min Chu I, yaitu Mintsu, Minchuan, Minshen: Nasionalisme, Demokrasi,

Sosialisme. 12

Dengan demikian, pengertian Bung Karno tentang “Weltanschauung” itu dekat

dengan ideologi. Dengan kata lain, Pancasila sebagai pandangan hidup/pandangan

dunia (Weltanschauung) bangsa Indonesia hendak dijadikan sebagai ideologi

Page 55: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

negara. Perlu dijelaskan bahwa filsafat/falsafah (philosophy) dan Weltanschauung

(pandangan hidup/pandangan dunia) tidak selalu sebangun. Filsafat berkonotasi

sebagai pemikiran saintifik dan rasional dengan klaim validitas universalnya.

Adapun Weltanschauung berkonotasi sebagai pandangan yang relatif lebih

personal, eksistensial dan historikal. Filsafat ada dalam lingkungan pengetahuan,

sedangkan Weltanschauung ada dalam lingkungan hidup (Wolters, 1983;

Driyarkara, 2006).

Filsafat sebagai filsafat tidak otomatis menjadi Weltanschauung. Dengan

berfilsafat orang berhasrat memerlukan memandang realitas sedalam-dalamnya.

Untuk menjadi Weltanschauung, pemikiran filsafat itu harus dijadikan sikap dan

pendirian orang/sekelompok orang tentang dunia kehidupan. Pemikiran yang

abstrak beralih menjadi pendirian hidup, yang kemudian pendirian itu diterima dan

dijalankan. Sebaliknya, “Weltanschauung” tidak selalu didahului dan melahirkan

filsafat. Di dalam berbagai kearifan tradisional berbagai suku di Indonesia,

terkandung adanya Weltanschauung, tetapi pada umumnya tanpa rumusan filsafat.

Selain itu, ada pula Weltanschauung yang melahirkan rumusan filsafat, dan filsafat

berbuah Weltanschauung. Atas dasar itu, terdapat perbedaan pandangan di antara

para pakar mengenai hubungan filsafat dan Weltanschauung. A.B. Wolters

membedakannya ke dalam 5 kelompok pandangan.

1. “Weltanschauung” berbeda dengan filsafat. Hal ini dikemukakan oleh

Kierkegaard, tokoh Eksistensialisme dan Carl Jaspers yang menulis buku

“Psychologie der Weltanscauungen”.

2. “Weltanschauung” adalah mahkota dari Filsafat. Menurut model ini,

“Weltanschauung” adalah manifestasi tertinggi dari filsafat. Tujuan filsafat

adalah menjelaskan arti kehidupan dan nilai yang dianut. Pandangan ini

dianut oleh Neo Kantianism aliran Baden (Ricket dan Wundt). 3.

“Weltanschauung” berdampingan dengan filsafat. Betapapun

“Weltanschauung” itu “absah” (legitimate) keberadanya, dan jangan

dicampuradukkan dengan “scientific philosophy” yang mengandung bebas

nilai (value-free nature). Aliran ini dianut oleh H. Ricket, E. Husserl dan

Max Weber.

4. “Weltanschauung” menghasilkan filsafat. Filsafat tidak menghasilkan

“Weltanschauung”, tetapi kebalikannya, yaitu dihasilkan oleh

“Weltanschauung”. Dianut oleh Dilthey dan Karl Mannheim.

5. “Weltanschauung” sebangun dengan Filsafat. Aliran ini dianut oleh Friedrich

Engels yang menyatakan bahwa, “Materialisme Dialektis itu merupakan

Weltanschauung ilmiah yang sesungguhnya dan oleh karena itu sinonim dengan

filsafat” (Wolters, 1983: 14-25).

Pengertian Bung Karno yang memandang Pancasila sebagai

Weltanschauung dan sekaligus sebagai Philosophische Grondslag menyerupai

pandangan Friedrich Engels. Bahwa “Weltanschauung” sebangun dengan filsafat

yang menyatu dalam ideologi. Dengan kata lain, ideologi adalah pendangan dunia

Page 56: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

(Weltanschauung) yang diteoritisasikan dan disistematisasikan secara

ilmiahfilosofis. Ideologi juga bisa dikatakan sebagai filsafat yang dimanifestasikan

12 sebagai keyakinan normatif, kerangka interpretatif dan operatif dalam dunia

kehidupan.

Dasar berfikir Bung Karno kira-kira dapat dijelaskan seperti ini. Bahwa nilai-nilai

pandangan/pendirian hidup yang digali dari berbagai kearifan suku bangsa,

keagamaan, dan nilai-nilai kemanusiaan dipandang sebagai bantalan

“Weltanschauung” bagi negara Indonesia merdeka. Agar “Weltanschauung”

berbagai suku bangsa dan golongan di negeri ini tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi

mengandung kesatuan dan koherensi yang bisa menjadi dasar dan haluan bersama,

maka “Weltanschauung” tersebut perlu dirumuskan secara sistematik dan rasional;

menjadi Weltanschauung ilmiah (scientific worldview), yang sebangun dengan

filsafat (Philosophische Grondslag). Selanjutnya, Pancasila sebagai scientific

worldview itu menjadi ideologi negara.

3). Metodologi Penulisan

Metode penulisan makalah ini dilakukan dengan menggunakan metode deskripsi

literature review, kajian buku-buku sejarah lahirnya Pancasila dan pengalaman

praktis ebagai nara sumber dan fasilitator penamaman dan pemantapan nilai-nilai

Pancasila.

4). Pembahasan

Pancasila sebagai ideologi negara dapat dikatakan sebagai ideologi

“integralistik” yang mengatasi partikularitas paham perseorangan dan golongan.

Dalam pengertian bahwa dalam wilayah privat (keluarga) dan komunitas (etnis,

agama, dan golongan masyarakat), masing-masing perseorangan dan golongan

masih bisa mengembangkan partikularitas ideologinya masing-masing. Namun

dalam wilayah publik kenegaraan, segala perseorangan dan golongan itu harus

menganut ideologi Pancasila sebagai titik temu. Namun demikian, harus segera

diingatkan bahwa meskipun antara wilayah privat, komunitas, dan publik itu bisa

dibedakan secara ketegoris, dalam realitas hidup tidak selalu bisa dipisahkan.

Berbeda dengan paham individualisme yang menarik garis demarkasi yang ketat

antara “the public self” (yang melibatkan relasi sosial yang bisa diobservasi)

dengan “private self” (yang tidak bisa diakses oleh yang lain), menurut ideologi

Pancasila ketiga wilayah itu tidak sepenuhnya terpisah. Meski demikian, berbeda

pula dengan paham kolektivisme totalitarian ala libertarian socialism, yang bisa

semena-mena mengintervensi wilayah privat.

Ideologi Pancasila memandang bahwa sumber-sumber moral privat dan komunitas

(agama, kearifan lokal, dan lain-lain) dapat melakukan pengisian dan dukungan

terhadap perumusan Pancasila sebagai moral publik. Di sisi lain, meski Pancasila

tidak bermaksud mengintervensi pengembangan moral privat dan komunitas,

namun bisa mencegah secara hikmat-bijaksana pengembangan moral privat dan

Page 57: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

komunitas yang dapat membahayakan kehidupan publik. Istilah ideologi berasal

dari kata ‘idea’ yang berarti ‘gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan ilmu.

Secara harfiah, ideologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang ide-ide,

atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Secara umum, ideologi dapat

didefinisikan sebagai seperangkat keyakinan dan paradigma pengetahuan yang

menyeluruh dan sistematis yang memberikan landasan interpretasi untuk bertindak

(Heywood, 2012: 1214; Kaelani, 2013: 60 13

61). Dengan demikian, setiap ideologi idealnya harus mampu memadukan tiga

unsur: keyakinan, pengetahuan, tindakan. Pertama, ideologi mengandung

seperangkat keyakinan berisi tuntunan-tuntunan normatif-preskriptif yang menjadi

pedoman hidup. Kedua, ideologi mengandung semacam paradigma pengetahuan

berisi seperangkat prinsip, doktrin dan teori, yang menyediakan kerangka

interpretasi dalam memahami realitas. Ketiga, ideologi mengandung dimensi

tindakan yang merupakan level operasional dari keyakinan dan pengetahuan itu

dalam realitas konkrit.

Pancasila sebagai ideologi dipandang oleh Bung Karno dan pendiri bangsa lainnya

lebih memenuhi kebutuhan manusia dan lebih menyelamatkan manusia daripada

Declaration of Independence-nya Amerika Serikat atau Manifesto Komunis.

Declaration of Independence tidak mengandung Keadilan Sosial; adapun Manifesto

Komunis tidak mengandung Ketuhanan Yang Maha Esa (“harus disublimir dengan

Ketuhanan Yang Maha Esa”).5 Oleh karena itu, Bung Karno menyebut Pancasila

sebagai hogere optrekking (peningkatan) daripada Declaration of Independence

dan Manifesto Komunis.

Secara historis kelima sila Pancasila merupakan perpaduan (sintesis) dari

keragaman keyakinan, paham dan harapan yang berkembang di negeri ini. Sila

pertama merupakan rumusan sintesis dari segala aliran agama dan kepercayaan.

Sila kedua merupakan rumusan sintesis dari segala paham dan cita-cita

sosialkemanusiaan yang bersifat trans-nasional. Sila ketiga merupakan rumusan

sintesis dari kebhinekaan (aspirasi-identitas) kesukuan ke dalam kesatuan bangsa.

Sila keempat merupakan rumusan sintesis dari segala paham mengenai kedaulatan.

Sila kelima merupakan rumusan sintesis daripada segala paham keadilan

sosialekonomi.

Pilar ideologis dari kelima sila tersebut utamanya ditopang oleh “trilogi ideologi”

arus utama: ideologi-ideologi berhaluan keagamaan; ideologi-ideologi berhaluan

kebangsaan (nasionalisme); dan ideologi-ideologi berhaluan sosialisme. Ketiga

haluan ideologis tersebut, meski memiliki titik perbedaan, menemukan titik temu

dalam tiga prinsip dasar: sosio-religius, sosio-nasionalisme, dan sosiodemokrasi.

Sosio-religius adalah prinsip religositas yang bermurah hati (sosius); yang penuh

welas asih dan lapang. Semangat ”ke-Tuhanan yang berkebudayaan, ke-Tuhanan

5 Dalam ungkapan Soekarno, Manifesto komunis “harus disublimir dengan Ketuhanan Yang Maha Esa”;

barangkali maksudnya, harus ditransendesikan agar tidak terpenjara dalam berhala materialisme yang dapat

menyandera tujuan emansipasi sosial.

Page 58: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

yang berbudi pekerti yang luhur, ke-Tuhanan yang hormatmenghormati satu sama

lain”. Prinsip ini terkandung pada sila pertama. Sosionasionalisme adalah prinsip

kebangsaan yang bermurah hati (sosius); penuh welas asih dan lapang; semangat

kebangsaan yang menjunjung tinggi perikemanusiaan kedalam dan keluar.

“Kebangsaan yang kita anjurkan bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan

chauvinisme…. Kita harus menuju persatuan dunia, persaudaraan dunia.” Prinsip

ini merupakan perpaduan dari sila kedua dan ketiga. Sosio-demokrasi adalah

demokrasi yang bermurah hati (sosius); penuh welas asih dan lapang; demokrasi

yang berorientasi keadilan sosial, yang tidak hanya menghendaki partisipasi dan

emansipasi di bidang politik, tetapi juga partisipasi dan emansipasi di bidang

ekonomi. ”Demokrasi sejati jang mencari keberesan politik dan ekonomi,

keberesan negeri dan keberesan rezeki. Sosio-demokrasi adalah demokrasi-politik

dan demokrasi-ekonomi.” Prinsip ini merupakan perpaduan dari sila keempat dan

kelima.

Ketiga prinsip tersebut dipersatukan oleh semangat cinta kasih. Semangat cinta

kasih itulah yang dalam kata kerjanya disebut Bung Karno dengan istilah “gotong-

royong”. Menurutnya, gotong-royong adalah paham yang dinamis, lebih dinamis

dari kekeluargaan. “Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama,

pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua

buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopiskuntul-

baris buat kepentingan bersama!”

Di atas landasan cinta kasih, semua sila Pancasila hendak dikembangkan dengan

semangat gotong-royong. Maknanya adalah: Prinsip ketuhanannya harus berjiwa

gotong-royong (ketuhanan yang berkebudayaan, yang lapang dan toleran); bukan

ketuhanan yang saling menyerang dan mengucilkan. Prinsip intenasionalismenya

harus berjiwa gotong-royong (yang berperikemanusian dan berperikeadilan); bukan

internasionalisme yang menjajah dan eksploitatif. Prinsip kebangsaannya harus

berjiwa gotong-royong (mampu mengembangkan persatuan dari aneka perbedaan,

“bhineka tunggal ika”); bukan kebangsaan yang meniadakan perbedaan atau

menolak persatuan. Prinsip demokrasinya harus berjiwa gotong-royong

(mengembangkan musyawarah mufakat); bukan demokrasi yang didikte oleh suara

mayoritas (mayorokrasi) atau minoritas elit penguasa-pemodal (minorokrasi).

Prinsip kesejahteraannya harus berjiwa gotongroyong (mengembangkan partisipasi

dan emansipasi di bidang ekonomi dengan semangat kekeluargaan); bukan visi

kesejahteraan yang berbasis individualismekapitalisme; bukan pula yang

mengekang kebebasan individu seperti dalam sistem etatisme.

Dalam perkembangannya, kekokohan keyakinan normatif Pancasila itu belum

didukung oleh dimensi pengetahuan dari ideologi. Berbeda dengan anggapan

umum yang memandang Pancasila sekadar teori, pada kenyataannya, Pancasila

justru belum dikembangkan ke dalam seperangkat teori secara elaboratif dan

komprehensif, yang dapat mewarnai konsepsi-konsepsi pengetahuan. Padahal,

proses objektivikasi dari Pancasila sebagai keyakinan menjadi Pancasila sebagai

ilmu sangat penting, karena ilmu merupakan jembatan antara idealitas-ideologis

Page 59: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

dan realitas-kebijakan. Setiap rancangan perundang-undangan selalu didahului oleh

naskah akademik. Jika pasokan teoritis atas naskah ini diambil dari teori-teori

pengetahuan yang bersumber dari paradigma-ideologis yang lain, besar peluang

lahirnya kebijakan perundang-undangan yang tak sejalan dengan imperatif moral

Pancasila. Salah satu cara untuk mengembangkan dimensi pengetahuan dari

Pancasila bisa ditempuh melalui proses apropriasi (penyerapan) terhadap khasanah

teori-teori pengetahuan yang ada, sejauh dianggap sejalan dengan nilainilai

Pancasila.

Jika Pancasila sebagai landasan normatif telah begitu kuat, dan Pancasila sebagai

kerangka paradigma pengetahuan masih dalam taraf percobaan, dimensi tindakan

dari Pancasila masih jauh panggang dari tuntutan keyakinan dan pengetahuan.

Pancasila belum banyak diimplementasikan ke dalam level operasional kebijakan

dan tindakan penyelenggaraan negara. Tantangan ini harus segera dijawab dengan

cara menumbuhkan kepercayaan diri dan daya juang agar Pancasila mempunyai

konsistensi dengan produk-produk perundangan, koherensi antarsila, dan

korespondensi dengan realitas sosial. Dalam kaitan ini, Pancasila yang semula

hanya melayani kepentingan vertikal (negara) menjadi Pancasila yang melayani

kepentingan horizontal, serta menjadikan Pancasila sebagai kritik kebijakan negara.

Dalam kerangka itu, Pancasila sebagai falsafah, pandangan hidup dan ideologi

kenegaraan Indonesia mengandung cita hukumnya (rechts idee) tersendiri. Bahwa

nilai-nilai Pancasila harus dipandang sebagai norma dasar bernegara

(Grundnorm/Staatsfundamentalnorm) yang menjadi sumber dari segala sumber

hukum di Indonesia. Dalam kedudukannya seperti itu, Pancasila adalah dasar

persatuan dan haluan kemajuan-kebahagiaan bangsa. Selama kita belum bisa

membumikan nilai Pancasila dalam kehidupan nyata, selama itu pula bangsa

Indonesia sulit meraih kemajuan-kebahagiaan yang diharapkan. Agar Pancasila

dapat “membumi” dalam perilaku setiap warga negara dan apartur penyelenggara

negara paling sedikit melalui 3 tahapan lapisan ideologi yaitu Keyakinan (mitos);

Pengetahuan (Logos) dan Tindakan (Ethos).

a. Wawasan Keyakinan

Seperti telah diuraikan di atas, setiap ideologi yang menghendaki

kesaktian dalam memengaruhi kehidupan publik secara efektif perlu mengalami

proses 'pengakaran' (radikalisasi) yang melibatkan tiga lapis ideologis:

keyakinan (mitos), pengetahuan (logos) dan tindakan (etos). Secara esensial,

setiap sila Pancasila mencerminkan suatu perspektif keyakinan akan keutuhan

integritas kodrat kemanusiaan. Bahwa kodrat manusia pada dasarnya bisa

dikerucutkan ke dalam lima unsur, yang satu sama lain saling kaitmengait,

saling menyempurnakan.

Sila pertama meyakini bahwa keberadaan manusia merupakan ada yang

diciptakan. Manusia adalah kristalisasi dari cinta kasih Sang Maha Pencipta

sebagai ada pertama. Sebagai makhluk ciptaan, manusia bersifat terbatas, relatif

dan tergantung, sehingga memerlukan keterbukaan pada sesuatu yang

Page 60: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

transenden untuk menemukan sandaran religi pada yang mutlak. Menolak

transendensi pada yang mutlak beresiko memutlakan yang relatif. Saat religi

dipungkiri, manusia terdorong untuk mencari penggantinya dengan

mempertuhankan hal-hal yang imanen. Sebagai kristalisasi dari cinta kasih

“Tuhan”, manusia juga harus mengembangkan cara berketuhanan yang penuh

cinta kasih.

Sila kedua meyakini bahwa keberadaan manusia merupakan ada

bersama. Manusia tidak bisa berdiri sendiri, terkucil dari keberadaan yang lain.

Untuk ada bersama dengan yang lain, manusia tidak bisa tidak harus

adabersama-dengan-cinta, dengan mengembangkan rasa kemanusiaan yang adil

dan beradab.

Sila ketiga meyakini bahwa dalam ada bersama, manusia sebagai

makhluk sosial memerlukan ruang hidup yang konkrit dan pergaulan hidup

dalam realitas kemajemukan. Cara menghidupkan cinta kasih dalam

kebhinekaan manusia yang mendiami tanah-air sebagai geopolitik bersama

itulah manusia mengembangkan rasa kebangsaan.

Sila keempat meyakini bahwa dalam mengembangkan kehidupan

bersama, cara mengambil keputusan yang menyangkut masalah bersama

ditempuh dengan semangat cinta kasih. Ukuran utama dari cinta adalah saling

menghormati. Cara menghormati manusia dengan memandangnya sebagai

subyek yang berdaulat, bukan obyek manipulasi, eksploitisasi dan eksklusi,

itulah yang disebut demokrasi dalam arti sejati.

Sila kelima meyakini bahwa keberadaan manusia adalah roh yang

menjasmani. Secara jasmaniah, manusia memerlukan papan, sandang, pangan,

dan pelbagai kebutuhan material lainnya. Perwujudan khusus kemanusiaan

melalui cara mencintai sesama manusia dengan berbagi kebutuhan jasmaniah

secara fair itulah yang disebut dengan keadilan sosial.

b. Wawasan Pengetahuan

Pada dimensi pengetahuan, wawasan keyakinan

Pancasila mengandung konsekuensi paradigmatis yang dapat menurunkan

konsepsikonsepsi teoritis.

Sila pertama mengkonseptualisasikan bahwa nilai-nilai ketuhanan

(religiositas) sebagai sumber etika dan spiritualitas (yang bersifat

vertikaltransendental) dianggap penting sebagai fundamen etik kehidupan

bernegara. Indonesia bukanlah negara sekular yang ekstrem, yang memisahkan

“agama” dan “negara”. Negara menurut alam Pancasila malah diharapkan dapat

melindungi dan mengembangkan kehidupan beragama; sementara agama

diharapkan bisa memainkan peran publik yang berkaitan dengan penguatan

etika sosial.

Indonesia juga bukan “negara agama”, yang hanya merepresentasikan

salah satu (unsur) agama dan memungkinkan agama untuk mendikte negara.

Sebagai negara yang dihuni oleh penduduk dengan multiagama dan

Page 61: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

multikeyakinan, negara Indonesia diharapkan dapat mengambil jarak yang sama

terhadap semua agama/keyakinan, melindungi semua agama/keyakinan, dan

harus dapat mengembangkan politiknya sendiri secara independen dari dikte-

dikte agama. Menurut konsepsi sila pertama, peran agama dan negara tidak

perlu dipisahkan, tetapi harus dibedakan. Dengan syarat bahwa keduanya saling

mengerti batas otoritasnya masing-masing yang disebut dengan istilah

“toleransi-kembar” (twin tolerations).

Sila kedua mengkonseptualisasikan bahwa nilai-nilai kemanusiaan

universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam, dan sifat-sifat sosial

manusia (yang bersifat horizontal) dianggap penting sebagai fundamen etika-

politik kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia. Prinsip kebangsaan yang

luas, yang mengarah pada persaudaraan dunia, dikembangkan melaui jalan

eksternalisasi dan internalisasi. Keluar, bangsa Indonesia menggunakan

segenap daya dan khazanah yang dimilikinya untuk secara bebas-aktif ‘ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial’. Kedalam, bangsa Indonesia mengakui dan

memuliakan hak-hak dasar warga dan penduduk negeri. Landasan etik sebagai

prasyarat persaudaraan universal ini adalah “adil” dan “beradab”.

Sila ketiga mengkonseptualisasikan bahwa aktualisasi nilai-nilai etis

kemanusiaan itu terlebih dahulu harus mengakar kuat dalam lingkungan

pergaulan kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia

yang lebih jauh. Dalam internalisasi nilai-nilai persaudaraan kemanusiaan ini,

Indonesia adalah negara persatuan kebangsaan yang mengatasi paham golongan

dan perseorangan. Persatuan dari kebhinekaan masyarakat Indonesia dikelola

berdasarkan konsepsi kebangsaan yang mengekspresikan persatuan dalam

keragaman, dan keragaman dalam persatuan, yang dalam slogan negara

dinyatakan dengan ungkapan ’bhineka tunggal ika’. Di satu sisi, ada wawasan

persatuan yang berusaha mencari titik-temu dari segala kebhinekaan yang

terkristalisasikan dalam dasar negara (Pancasila), Konstitusi negara dan segala

turunan perundang-undangannya, negara persatuan, bahasa persatuan, dan

simbol-simbol kenegaraan lainnya. Di sisi lain, ada wawasan kebhinekaan yang

menerima dan memberi ruang hidup bagi aneka perbedaan, seperti aneka

agama/keyakinan, budaya dan bahasa daerah, dan unit-unit politik tertentu

sebagai warisan tradisi budaya.

Sila keempat mengkonseptualisasikan bahwa nilai ketuhanan, nilai

kemanusiaan, dan nilai kebangsaan itu dalam aktualisasinya harus menjunjung

tinggi kedaulatan rakyat dalam semangat permusyawaratan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan. Dalam visi demokrasi permusyawaratan, demokrasi

memperoleh kesejatiannya dalam penguatan daulat rakyat, ketika kebebasan

politik berkelindan dengan kesetaraan ekonomi, yang menghidupkan semangat

persaudaraan cinta kasih dalam kerangka ’musyawarah-mufakat”. Dalam

prinsip musyawarah-mufakat, keputusan tidak didikte oleh golongan mayoritas

(mayorokrasi) atau kekuatan minoritas elit politik dan pengusaha (minorokrasi).

Page 62: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Demokrasi Pancasila hendak merealisasikan cita permusyawaratan (deliberatif-

argumentatif) dan cita hikmat-kebijaksanaan (kearifan konsensual). Demokrasi

yang bersifat imparsial (inklusif), didedikasikan bagi banyak orang, dan

berorientasi jauh ke 16 depan demi kemaslahatan dan kebahagiaan hidup

bersama.

Sila kelima mengkonseptualisasikan bahwa nilai ketuhanan, nilai

kemanusian, nilai kebangsaan dan nilai kerakyatan itu memperoleh kepenuhan

artinya sejauh dapat mewujudkan keadilan sosial. Di satu sisi, perwujudan

keadilan sosial itu harus mencerminkan imperatif etis keempat sila lainnya. Di

sisi lain, otentisitas pengalaman sila-sila Pancasila bisa ditakar dari perwujudan

keadilan sosial dalam perikehidupan kebangsaan. Dalam visi keadilan sosial

menurut Pancasila, yang dikehendaki adalah keseimbangan antara pemenuhan

kebutuhan jasmani dan rohani, keseimbangan antara peran manusia sebagai

mahkluk individu (yang terlembaga dalam pasar) dan peran manusia sebagai

makhluk sosial (yang terlembaga dalam negara), juga keseimbangan antara

pemenuhan hak sipil dan politik dengan hak ekonomi, sosial dan budaya. Cita

keadilan sosial hendak diwujudkan melalui perekonomian merdeka yang

berkeadilan dan berkemakmuran; berlandaskan usaha tolong-menolong

(gotong-royong) dan pengusaan negara atas cabangcabang produksi yang

penting-yang menguasasi hajat hidup orang banyak, serta atas bumi, air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya; seraya memberi peluang bagi hak

milik pribadi dengan fungsi sosial.

c. Wawasan Tindakan

Pancasila sebagai landasan konsepsional menuntut perwujudan kerangka

operatif sebagai pedoman perilaku penyelenggara negara dan warga negara dalam

kehidupan publik.

Sila Pertama

1) Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan

agama dan kepercayaan masing-masing.

2) Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan

penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan

hidup.

3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan

agama dan kepercayaannya.

4) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

5) Berbuat baik dengan amanah, jujur dan bersih. Sila Kedua

1) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan

kewajiban antara sesama manusia.

2) Saling mencintai sesama manusia dan mengembangkan sikap

tenggang rasa.

3) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan.

Page 63: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

4) Berani membela kebenaran dan keadilan.

5) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat

manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan

bekerjasama dengan bangsa lain.

Sila Ketiga

1) Cinta Tanah Air dan Bangsa.

2) Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamtan

bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

3) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

4) Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.

17

5) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-

Bhineka Tunggal Ika.

Sila Keempat

1) Menjunjung daulat rakyat dengan mengutamakan kepentingan umum

2) Menghormati perbedaan pandangan dengan tidak memaksakan

kehendak kepada orang lain.

3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan dengan

dibimbing oleh kearifan dan akal sehat sesuai dengan hati nurani yang

luhur.

4) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan

melaksanakan hasil musyawarah.

5) Mengemban amanah publik secara betanggung jawab

Sila Kelima

1) Mengembangkan usaha bersama dengan semangat tolong-menolong

2) Suka memberi pertolongan dan menjauhi sikap pemerasan terhadap

orang lain.

3) Tidak melakukan kegiatan perekonomian yang memboroskan

sumberdaya dan merugikan kesejahteraan umum.

4) Suka bekerja keras dan menghargai hasil karya orang lain.

5) Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan

berkeadilan sosial.

5). SIMPULAN DAN SARAN

a) Simpulan

Kelemahan dalam pembumian / implementasi nilai-nilai Pancasila dalam

kehidupan bermasayarat terletak pada beberpa faktor antara lain fasilitator

yang kurang memahami konsepsi Pancasila, materi yang kurang menarik

dan yan gpaling penting adalah metodologi pembelajaran penyemaian nilai-

nilai Pancasila khususnya untuk generasi di zaman now. b) Saran

Terdapat bermacam-macam metode, pendekatan dan

taktik pembelajaran Pancasila

Page 64: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Beberapa metode pembelajaran Pancasila di kalangan generasi muda saat

ini yang dapat disarankan antara lain sebagai berikut:

a. Multi platform & multi media (gadget, applikasi, interbet, youtube,

Instagram, twitter, face book, netflix dll.)

b. Menggunakan model pembelajaran experiential learning dan project based

learning

c. Story telling

d. Psiko Drama

e. Projek perubahan bersama (Contoh Alihzar dan Kolese Kanisius)

f. Musik dan Entertainment

g. Event/Festival

h. Nonton Film

i. Games/Outbound

j. Bedah Rumah, Reparasi Jamban, Pengadaan Air bersih dan kerjakerja sosial

kemasyareakat lainnya sesuai dengan Tri Dharma Pergutuan Tinggi

khususnya fungsi Pengabdian Kepada Masyarakat.

Demikian makalah implementasi nilai 18-nilai Pancasila dalam kehidupan

membangsa dan menegara yang digali dan dirumuskan dari nilai-nilai Budaya

Bangsa di seluruh nusantara sebagai pedoman bagi pendirian hidup dan laku hidup

baik bagi aparatur penyelenggara negara dan warga negara Indonesia.

Terimakasih kepada para bapak dan ibu bangsa yang telah mewariskan

mutiara katulistiwa yang terindah bagi Bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain di

dunia. Amin

DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, Roeslan, 1979, Pengembangan Pancasila di Indonesia,

Yayasan Idayu, Jakarta.

Ali, As’ad Said, 2009, Negara Pancasila Jalan KemaslahatanBerbangsa,

Pustaka LP3ES, Jakarta.

Anshari, Endang Saifuddin, 1981, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan

Sejarah Konsensus Nasional antara Nasionalis Islam dan Nasionalis “Sekular”

tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, Kaelan, 2000, Pendidikan

Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

_____, 2012, Problem Epistemologis Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara,

Paradigma, Yogyakarta.

Latif, Yudi, 2011, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas

Pancasila, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Latif, Yudi, 2014, Mata Air Keteladanan; Pancasila Dalam Perbuatan, Mizan

Media Utama, Jakarta.

Latif, Yudi, 2015, Revolusi Pancasila, Mizan Media Utama, Jakarta

Page 65: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

MD, Moh. Mahfud, 2011, “Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Menegakkan

Konstitusionalitas Indonesia”, Makalah pada Sarasehan Nasional 2011 di

Universitas Gajah Mada Yogyakarta tanggal 2-3 Mei 2011.

Setiardja, A. Gunawan, 1994, Filsafat Pancasila Bagian II: Moral Pancasila,

Universitas Diponegoro, Semarang.

Soekarno, 1989, Pancasila dan Perdamaian Dunia, CV Haji Masagung, Jakarta.

Suwarno, 1993, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, Kanisius, Yogyakarta.

Tjkarawerdaja, S. Dkk., 2017, Sistem Ekonomi Pancasila, Rajawali Pres, Jakarta

Yamin, Muhammad, 1954, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia,

Djambatan, Jakarta/Amsterdam.

Yayasan Amerta, 2018. Revitalisasi Pancasila: Warisan Agung Pendiri Bangsa.

Penerbit Amerta, Jakarta.

Analisis Pengamalan Nilai-Nilai Luhur Sila I (Keagamaan) Sebagai Pondasi

Pertanggungjawaban Pengembalian Kredit UMKM

Lailah Fujianti

Rafrini Amyulianthy

Shanti Lysandra

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila

Abstrak

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, dimana sila pertama berbunyi

Ketuhanan yang Maha Esa. Sila pertama ini sebagai dasar bahwa masyarakat

Indonesia tidak terkecuali pimpinan UMKM harus beragama. Setiap agama

mengajar penganutnya untuk bertanggungjawab atas kewajibannya. Mengingat

Kredit bermasalah Usaha Micro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami

peningkatan. Untuk itu penelitian ini akan mengkaji bagaimana pengamalan nilai-

nilai luhur sila pertama (keagamaan) menjadi pondasi pertanggungjawaban

pengembalian kredit UMKM. Secara lebih detail tujuan penelitian ini mengkaji

pengaruh tingkat keagamaan pelaku UMKM terhadap tanggungjawab

pengembalian kredit UMKM. Sampel Penelitian 174 UMKM dari 5 (lima Sentra

UMKM di Wilayah Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan Keagamaan

berpengaruh terhadap tanggungjawab pengembalian kredit UMKM.

Kata kunci: Keagamaan, kinerja UMKM, Kredit UMKM.

1. Pendahuluan

Page 66: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

1.1 Latar Belakang Masalah

UMKM di banyak negara memegang peranan penting dalam peningkatan

pertum-buhan ekonomi nasional (Mura dan Buleca, 2012; Zhang dan Tang,2012),

tidak terkecuali di Indonesia. Peranan penting UMKM terlihat dari kontribusinya

terhadap PDB pada tahun 2011 sebesar 56,5% (Yoga, 2011 dan Sutrisno, 2012).

Menurut Irfani (2011,2013), kontribusi UMKM tersebut lebih besar daripada

kontribusi kapitalisasi pasar modal Indonesia terhadap PDB nasional sebesar 52%

(2011) dan 48,17% (2013). Di samping itu jumlah unit usaha UMKM juga

menunjukkan perkembangan setiap tahunnya. Berdasarkan Kementrian Koperasi

dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, jumlah UMKM tahun 2011

sebanyak 53,2 juta unit usaha atau 99,91 persen dari seluruh jumlah pelaku usaha

di Indonesia. Penyerapan tenaga kerja mencapai 90,9 juta pekerja atau sebanding

dengan 97,1 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia. Nilai investasi UMKM

mencapai Rp640,4 triliun atau 52,9 persen dari total investasi. Penghasilan devisa

UMKM sebesar Rp183,8 triliun atau 20,2% dari devisa Indonesia (http://ditjenpdn.

kemandag.go.id).

Hal tersebut diatas menunjukkan pentingnya peranan UMKM dalam

perekonomian. Untuk itu diperlukan pembinaan dan bantuan dari pihak pemerintah

untuk mengatasi kelemahan UMKM di segi permodalan, karena menurut Tim

Peneliti Deputi Bidang Sumberdaya UMKM (2006) salah satu kelemahan UMKM

adalah keterbatasan modal dan akses finansial (Beck dan Kunt, 2006). Pemerintah

Indonesia sebenarnya telah memberikan kemudahan kepada pelaku UMKM dalam

rangka memperoleh bantuan kredit, salah satunya adalah kebijaksanaan yang

mengharuskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan menyisihkan sebagian

keuntungannya untuk memberikan pinjaman permodalan dengan tingkat suku

bunga rendah kepada UMKM dan koperasi melalui program Corporate Social

Responsibility (CSR).

Pemberian kredit di satu sisi membantu UMKM dalam hal permodalan akan

tetapi di sisi lain akan mendatangkan risiko berupa kredit macet. Tingkat kredit

macet atau non-performing loan (NPL) sektor UMKM penerima Kredit Usaha

Rakyat (KUR) yang mendapat penjaminan dari Perum Janiman Kredit Indonesia

(Jamkrindo) sebesar 1,26% dari total KUR yang mencapai 18,453 triliun per

November 2011 (http://www.jamkrindo. com). Total kredit macet UMKM untuk

tahun 2012 sebesar 2,65% dari total kredit yang digulirkan untuk UMKM

(http://keuangan.kontan.co.id). Fenomena ini menjadi penting untuk mengkaji

variabel-variabel tanggungjawab pengembalian kredit UMKM.

Pengamalan nilai-nilai luhur sila pertama menghendaki masyarakat Indonesia

memiliki dan mengamalkan ajaran agamanya dan sila pertama ini sebagai dasar

bahwa masyarakat Indonesia tidak terkecuali pimpinan UMKM harus beragama.

Untuk itu pengamalan nilai-nilai sila pertama selanjutnya akan digunakan istilah

keagamaan. Keagamaan sebagai sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan

sistem perilaku yang terlambangkan dimana semuanya itu berpusat pada persoalan-

persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (Glock dan Star, 1965).

Page 67: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Keagamaan dalam kehidupan individu sebagai suatu sistem nilai yang memuat

norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka

acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama

yang dianutnya. Keagamaan berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong

individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan

latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai kesucian, serta ketaatan

(Cooper, et al., 2002).

Hasil penelitian sebelum membuktikan adanya hubungan keagamaan dengan

tanggungjawab. Purnawan, 2010 menunjukkan ada pengaruh keagamaan dengan

kedisiplinan guru dalam mengajar. Oktaviani, 2011 menunjukkan bahwa ada

hubungan positif signifikan keagamaan dengan kedisiplinan anggota Polisi. Fauzan

menunjukkan keagamaan berpengaruh terhadap etika berbisnis. Keagamaan dapat

menjadi spirit dalam bertanggungjawab. Berangkat dari meningkatnya kredit macet

UMKM, maka penelitian ini akan mengkaji pengamalan nilai-nilai luhur sila

pertama (keagamaan) dalam kaitannya dengan tanggungjawab pengembalian

kredit. Selanjutnya penelitian ini akan mengkaji lebih jauh tentang perbedaan

tanggungjawab pengembalian kredit pimpinan UMKM pria dan wanita dan apakah

ada pengaruh keagamaan dengan tanggungjawab kredit pengembalian kredit.

Apakah ada Perbedaan pengaruh keagamaan terhadap tanggungjawab

pengembalian kredit antara pimpinan UMKM.

2. Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.1 Nilai-nilai Luhur sila Pertama

Keagamaan adalah sesuatu yang mengikat dan mengukuhkan seseorang

atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan

dengan lingkung-an sekitarnya (Oktaviani et al., 2011). Glock dan Stark, (1965)

mendefinisikan keagamaan (keagamaan) sebagai sistem simbol, sistem keyakinan,

sistem nilai dan sistem perilaku yang terlambang-kan dan semuanya itu berpusat

pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Orang yang

agamis (religius) akan mencoba selalu patuh terhadap ajaran agamanya, berusaha

mempelajari pengetahuan tentang agamanya, menjalankan ritual agamanya,

meyakini dokrin-dokrin agamanya dan merasakan pengalaman beragama

(Risnawita & Ghufron, 2010). Berdasarkan beberapa definisi keagamaan

(keagamaan) dapat disimpulkan bahwa orang yang religius selalu patuh terhadap

ajaran agamanya, menjalankan ritual agamanya, dan merasakan pengalaman

beragama.

Glok dan Stark (1965) menyatakan terdapat lima dimensi dalam keagamaan,

yaitu:

1. Dimensi Keyakinan (The belief). Dimensi ini mencakup gagasan yang sistematis

bahwa orang yang agamis (religius) percaya dan memegang teguh terhadap

agama beserta ajarannya. Dimensi ini juga berkaitan dengan tingkatan sejauh

mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam agamanya, misalnya

kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka.

Page 68: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

2. Dimensi Praktik keagamaan (Religious practice). Praktik keagamaan mencakup

dua bentuk, yaitu ritual dan ketaatan. Ritual ditunjukkan khusus dengan tindakan

keagamaan yang formal, penganut agama diharapkan taat untuk melakukannya.

3. Dimensi Pengalaman (The experience). Dimensi ini berhubungan dengan

pengalaman keagamaan subjektif yang pernah dialami seseorang. Seperti

perasaan akan keberadaan Ilahi.

4. Dimensi Pengetahuan (The Knowledge). Dimensi ini merupakan pengetahuan

dimana orang yang religius diharapkan memiliki pengetahuan mengenai ajaran

agama yang dogmatis, ritual dan bacaan-bacaan keagamaan.

5. Dimensi Penghayatan (The Consequential). Dimensi ini mengacu pada dampak

dari agama yang dianut oleh seseorang pada perilaku individu dalam

kehidupannya.

Purnawan (2011) mengungkapkan dalam penelitiannnya bahwa ada

pengaruh keagamaan terhadap tingkat kedisiplinan guru dalam mengajar. Oktaviani

(2011) menunjukkan ada hubungan positif signifikan antara keagamaan dan

kedisiplinan anggota polisi. Keagamaan memengaruhi ketaatan dalam membayar

pajak (Pope dan Mohdali, 2010). Tu et al. (2011) melakukan penelitian di Tibet dan

hasil penelitiannya menunjukkan keagamaan berpengaruh terhadap kinerja.

2.2 Tanggungjawab Pengembalian Kredit

Tanggungjawab dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah responsibility.

Menurut Bertens, (2007:133) responsibility adalah keharusan seseorang sebagai mahluk

rasional dan bebas untuk tidak mengelak serta memberikan penjelasan mengenai

perbuatannya, secara retrosfektif atau prosfektif. Berdasarkan pengertian di atas tanggung

jawab pengembalian kredit dapat diartikan sebagai kesiapan melunasi kredit yang tertera

dalam kontrak. Tanggungjawab pengembalian kredit dalam tulisan ini dibagi dua dimensi

yaitu ketepatan dan kecukupan. Orang yang bertanggungjawab dalam pengembalian

kredit tentu akan membayar kreditnya dengan tepat waktu dan atau membayar dengan

jumlah yang

cukup. Berdasarkan hal tersebut hipotesa penelitian adalah

H1 : Keagamaan berpengaruh terhadap Tanggungjawab Pengembalian Kredit

UMKM

2.3 Model Penelitian

Model Penelitian dapat dilihat pada gambar berikut

Page 69: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

3.

Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Tipe investigasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kausalitas dan komperatif, karena

menyatakan keterkaitan hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan

variabel dependen. Dimensi waktu yang digunakan adalah cross sectional yang

mencerminkan gambaran dari keadaan pada waktu tertentu yaitu tahun 2016.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini teknik

purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pemilihan sampel

berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2010). Sampel di ambil berdasarkan

pertimbangan lokasi yaitu 174 pelaku UMKM yang berlokasi di Jabodetabek.

3.3 Metode yTeknik Pengumpulan data

Gambar 1

Model Penelitian

Metode Penelitian

3.1 Metode yang Digunakan

Page 70: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Data dalam penelitian merupakan data primer yang dikumpulkan melalui

kuesioner. Kuesioner untuk orientasi entrepreneur dan kompetensi entrepeneur

menggunakan skala linkert yaitu 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral,

4= setuju, dan 5 = sangat setuju.

3.4 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variable adalah sebagai berikut :

3.5 Teknik Analisis data

Suatu konsep dan model penelitian tidak dapat diuji dalam suatu model

prediksi hubungan relasional dan kausal jika belum melewati tahap purifikasi

dalam model pengukuran. Model pengukuran dalam PLS disebut dengan outer

model dan inner model.

Partial Least Quared (PLS) merupakan teknik Structural Equation Modelling

(SEM) yang berbasis varian, yang dikebangkan Ring et al, 2005 sebagai alternatif

untuk situasi dasar teori perancangan lemah dan atau indikator yang tidak

memenuhi pengukuran reflektif serta membangun hubungan yang belum ada

landasan teorinya. Dasar penggunaan PLS dalam penelitian ini yaitu hubungan

keagamaan dengan tanggungjawab kredit belum ada landasan teorinya. Uji

ketepatan model ada 2 (dua) yaitu (1) uji outer model dan (2) uji inner model. Uji

outer model adalah pengujian kesesuaian indikator dengan dengan variabel

kontruknya yang digunakan dalam model. Uji ini ada dua yaitu uji validitas model

dan uji reliabilitas model, (2) Uji inner model adalah pengujian hubungan

3.5.1 Uji Instrumen Penelitian

3.5.1.1 Pengujian Validitas Instrumen

Pengujian validitas data digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dianggap valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,

2008). Uji validitas dalam penelitian ini digunakan Korelasi Produk-Moment

Pearson. Kuesioner dinyatakan valid jika nilai r – hitung lebih dari nilai r tabel besar

0,235.

3.5.1.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika

jawaban seseorang konsisten dari waktu ke waktu atau nilai Cronbach`s Alpha lebih

besar 0,7

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variable Dimention Indicator Scale

Page 71: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Religiousity

The belief - Tidak berani melakukan kecurangan dalam usaha karena yakin Tuhan mengetahui

Ordinal

- Tidak berani melakukan

kecurangan/kejahatan dalam usaha karena

yakin akan dapat balasan dari Tuhan

Ordinal

- Yakin apapun yang saya kerjakan Tuhan

mengetahuinya

Ordinal

Religious

practice - Melaksanakan ritual agama yang saya

yakini

Ordinal

- Mengunjungi rumah peribadatan agama

yang

saya yakini

Ordinal

- Berdoa untuk kesuksesan usaha kami Ordinal

The experience - Ketika saya berdoa kepada Tuhan, saya merasakan kedamaian

Ordinal

- Hati saya menjadi tenang ketika saya mengingat

Tuhan Ordinal

- Beberapa doa yang saya panjatkan

dikabulkan Tuhan

Ordinal

The Knowledge - Mengetahui perintah dan larangan dalam agama

saya Ordinal

- Membaca kitab suci agama saya Ordinal

The

Consequential - Jujur dalam setiap kegiatan karena perintah

agama yang saya Ordinal

- Bertanggungjawab terhadap semua kewajiban

karena perintah agama saya Ordinal

- Bekerja keras untuk kemajuan usaha karena

perintah agama saya Ordinal

Tanggung jawab

Pengembalian kresit

Ketepatan - Jika saya memimjam modal usaha, saya selalu

mebayar tepat waktu Ordinal

- Tidak pernah terlambat dalam membayar hutang

usaha kepada rekanan / bank Ordinal

Kecukupan - Membayar hutang usaha sesuai dengan jumlah

hutang Ordinal

- Tidak pernah mengunggak dalam pembayaran

hutang Ordinal

3.5.2 Uji Validitas Outer Model Pengukuran dalam PLS

Convergent Validity, merupakan pengukuran kesesuaian antara indikator

yang ditentukan dalam model sebagai pembentuk variabel laten yang dibangun

dalam penelitian. Convergent Validity dari model pengukuran dengan indikator

yang bersifat refleksif dapat dilihat dari outer loading factor dan nilai AVE. Suatu

indikator dikatakan valid dari segi outer loading factor bila nilai outer loading

Page 72: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

factor indikator sebesar 0,60 untuk penelitian exploratory research dan 0,7 untuk

penelitian confirmatory research (Hair et al., 2011). Dalam penelitian ini indikator

validitas konstruk dinyatakan valid bila memiliki outer loading factor di atas 0,60.

Suatu indikator dikatakan valid dari nilai Average Variance Extracted (AVE)

bila nilai AVE sebesar 0,50 untuk penelitian exploratory research maupun

penelitian confirmatory research (Hair et al., 2011). Dalam penelitian ini indikator

validitas konstruk dinyatakan valid bila memiliki AVE lebih besar 0,50. Nilai AVE

dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : 2

AVE = i2 + ii var( ) i

Dimana : λ Faktor loading

εi Error variance

3.5.3 Uji Reliabilitas Model Pengukuran dalam PLS

Uji reliabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi dan

ketepatan indikator dalam mengukur kontruknya latennya. Dalam PLS dengan

menggunakan program SmartPLS2.0M3, untuk mengukur reliabilitas suatu

konstruk dengan indikator reflektif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cronbach

alpha dan composite reliability. Suatu indikator memenuhi syarat uji reliabilitas bila

nilai cronbach alpha sebesar 0,60 untuk penelitian exploratory research dan 0,7

penelitian confirmatory research (Hair et al., 2011). Dalam penelitian ini suatu

indikator dinyatakan reliabel bila memiliki nilai cronbach alpha di atas 0,7.

Realibilitas indikator dapat juga dilihat dari nilai composite reliability. Suatu

indikator memenuhi syarat uji reliabilitas bila nilai composite reliability sebesar

0,60 untuk penelitian exploratory research dan 0,7 penelitian confirmatory

research (Hair et al., 2011). Dalam penelitian ini suatu indikator dinyatakan

reliabel bila memiliki nilai composite reliability di atas 0,7. Composite reliability

dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

(

Dimana : c = ( i)2 + i)2var( ) i

i λ Faktor loading εi Error variance

Kriteria (rule of thumb) uji reliabilitas

indikator reflektif telah diuraikan di

atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat

Page 73: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

pada tabel 4.4 rule of thumb evaluasi

reliabilitas outer model PLS.

Tabel 4.4

Rule of Thumb Evaluasi Reliabilitas Indikator ReflektifOuter

Model PLS.

Rule of Thumb Keterangan

Cronbachs Alpha > 0,70

Composite Reliability > 0,70

Reliabel

Reliabel

3.5.4 Uji Inner Model Struktural Dalam PLS

Pengujian kelayakan inner model dievaluasi menggunakan R-squares, dan

Q2 predictive relevance. Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi

perubahan variabel eksogen terhadap variabel endogen. Semakin tinggi nilai R2

berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan. Menurut

Chin (1998) dalam Latan dan Ghozali (2012) nilai R- squares 0, 67; 0,33 dan 0,19

menunjukkan model kuat, moderat dan lemah.

3.5.5 Pengujian Hipotesa

Pengujian Hipotesis adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan tujuan

memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis mengenai parameter

populasi. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi variabel konstruk eksogen

terhadap variabel konstruk endogen dan atau variabel endogen terhadap variabel

endogen lainnya dalam model struktural. Kriteria signifikansi dalam penelitian ini

digunakan tingkat signifkansi 5 % dengan one tail, sehingga variabel eksogen

signifikan mempengaruhi variabel endogen dan variabel endogen mempengaruhi

variabel endogen lainnya bila nilai t hitung lebih besar dari 1,650

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Profil Responden

4.1.1 Jenis Kelamin Responden

Responden adalah pemilik atau pimpinan UMKM 208 orang. Responden

didominasi oleh pria sebesar 137 orang dan sisanya adalah wanita sebesar 71 orang.

Gambar 4.1

Page 74: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Jenis Kelamin Responden

4.1.2 Usia Usaha Responden

Usia usaha yang dipimpin oleh responden terbanyak baru berusia 2,5 – 5

tahun, terbanyak kedua yaitu usia usaha 7,5 – 10 th. Usia usaha selebihnya 0-2,5

tahun ada 14 unit UMKM , 5 – 7,5 tahun 34 UMKM dan di atas 10 th ada 37

UMKM.

Gambar 4.2

Usia UMKM

4.1.3 Tingkat Pendidikan Responden

Responden penelitian rata-rata berpendidikan SMA. Responden yang

berpendidikan S2 dan S3 belum ada. Jumlah responden yang menjadi SD ada 13

Orang, Berpendidikan SMP 43 orang dan sisanya 27 berpendidikan S1

Series1 ; WANITA ; 71

Series1 ; PRIA ; 137

Series1 ; 0 - ,5 2 th ; 14

Series1 ; di atas ,5 2 - th 5 ; 67

Series1 ; di atas 5 - 7 ,5 th ; 34

Series1 ; di atas 7 ,5 - 10 ; 56

Series1 ; di atas th 10 ; 37

Page 75: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Gambar 4.3

Tingkat Pendidikan Responden

4.1.4 Pengalaman Responden

Responden penelitian rata-rata berpengalaman 5-10 tahun di bidang usaha

yang digeluti saat ini. Jumlah responden berpengalaman 0-5 th 36, 172

berpengalaman di atas 5-10 th, dan belum ada yang di atas 10 th Gambar

4.4

Pengamanan Responden

4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument Keagamaan

Uji Validitas instrument dilakukan untuk 174 responden yang berasal dari

keseluruhan sentra UMKM Bogor. Keagamaan dalam penelitian terdiri dari 5

dimensi yaitu keyakinan, praktek keagamaan, pengalaman, pengetahuan dan

konskuensi. Keyakinan memiliki instrument yaitu KY1 sampai dengan KY3.

Praktek keagamaan memiliki instrument yaitu PR1 sampai dengan PR3.

Series1 ; SD ; 13

Series1 ; SMP ; 43

Series1 ; SMA ; 125

Series1 ; S1 ; 27

Series1 ; 5 Th ; 36

Series1 ; Diatas 5 - 10 Th ; 172

Series1 ; Diatas 10 Th ; 0

Page 76: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Pengalaman memiliki instrument yaitu PL1 sampai dengan PL3. Pengetahuan

memiliki instrument yaitu PT1 dan PT2. Konsekuensi meniliki instrument yaitu

KK1 sampai dengan KK2.

Hasil pengujian validitas instrument tersebut menunjukkan KY1 bernilai r

hitung 0,631 lebih besar dibandingkan dengan r tabel 0,1448. Hal ini menunjukkan

KY1 telah memenuhini validitas instrument. KY2 dan KY3 juga bernilai r hitung

lebih besar dibandingkan dengan dari r tabel sehingga keselutuhan instrument dari

variabel keagamaan telah memenuhi uji validitas instrument

Tabel 4.1

Uji Validitas Instrument Keagamaan

Indikator Corrected Item-Total Correlation

R Table Explanation

KY1 KY2 KY3 PR1 PR2 PR3 PL1 PL2 PL3 PT1 PT2 KK1 KK2 KK3

,631 ,631

,620

,606

,640

,522

,645

,621

,663

,647

,630

,692

,755

,774

> > >

> >

> >

> >

> >

> >

>

0,1448 0,1448

0,1448

0,1448

0,1448

0,1448

0,1448

0,1448

0,1448

0,1448

0,1448

0,1448

0,1448

0,1448

Validity Validity Validity Validity Validity Validity Validity Validity Validity Validity Validity Validity Validity Validity

Seperti hal uji validitas instrument, reliabilitas instrument juga di uji atas 174

responden sentra UMKM Bogot. Hasil reliabilitas variabel keagamaan

menunjukkan nilai Cronbach's Alpha di atas 0,70. Hal ini menunjukkan keseluruhan

instrument dari variabel tersebut memenuhi reliabilitas instrument.

Tabel 4.2

Uji Reliabilitas Instrument Keagamaan

Cronbach's

Alpha

N of

Items Parameter Explanation

,921 14 > 0,7 Reliable

4.2.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument Tanggungjawab Kredit

Tanggungjawab kredit dalam penelitian terdiri dari 2 dimensi yaitu ketepatan

pembayaran dan kecukupan jumlah pembayaran. Ketepatan memiliki instrument

yaitu KT1 dan KT2. Kecukupan meniliki instrument yaitu KC1 dan KC2. Hasil

pengujian validitas instrument tersebut menunjukkan KT1 bernilai r hitung 0,838

lebih besar dari r tabel 0,145, hal ini menunjukkan KT1 telah memenuhi validitas

Page 77: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

instrument. KT2 sampai KC2 juga menunjukkan nilai r hitung lebih besar dari r

tabel. Jadi secara keselutuhan instrument dari variabel

tanggungjawab kredit telah memenuhi uji validitas instrument

Tabel 4.5

Uji Validitas Instrument Tanggungjawab Kredit

Indikator

Corrected Item-

Total

Correlation R Table

Explanati

on

KT1

KT2

KC1

KC2

,838

,902

,582

,871

> 0,145

> 0,145 >

0,145 >

0,145

Validity

Validity

Validity

Validity

Hasil reliabilitas variabel tanggungjawab kredit menunjukkan nilai

Cronbach's Alpha di atas 0,70. Hal ini menunjukkan keseluruhan instrument dari

variabel tersebut memenuhi syarat reliabilitas instrument. Tabel 4.6

Uji Validitas Instrument Tanggungjawab Kredit

Cronbach's

Alpha

N of

Items Parameter Explanation

,907 4 > 0,7 Reliable

4.3. Uji Vadiditas Outor Model

Validitas suatu indikator secara keseluruhan dapat dilihat dari 2 uji validitas

model yaitu (1) convergent validity yang di evaluasi melalui nilai faktor loading

indikator di atas 0,60, nilai AVE di atas 0,50, dan nilai communality di atas 0,50.

(2) Diskriminat Validity yang di evalusi dari nilai cross loading lebih besar untuk

mengukur variabel konstruknya dibanding variabel konstruk lainnya dalam

persamaan struktural.

Page 78: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

4.3.1 Uji Vadiditas Model Indikator Keagamaan

Indikator Keagamaan berjumlah 12 yaitu KY1, sampai dengan KK3. Hasil

uji convergent validity menunjukkan nilai loading factor indikator KY1 sebesar

0,662, nilai tersebut lebih besar dari 0,600; nilai AVE di atas 0,500 maka indikator

KY1 tersebut memenuhi uji validitas outor model dari segi convergent validity.

Indikator lainnya KY2 sampai dengan KK3 menunjukkan hal yang sama maka

seluruh indikator memenuhi uji validitas outor model dari segi convergent validity.

Tabel 4.7

Uji Validitas Model Indikator Keagamaan

KY1 0,662 > 0,600

KY2 0,646 > 0,600

KY3 0,638 > 0,600

PL1 0,718 > 0,600

PL2 0,694 > 0,600

PL3 0,730 > 0,600

PR1 0,660 > 0,600

PR2 0,688 > 0,600

PT1 0,727 > 0,600

Gambar 5.5

Uji PLS Outor dan Inner Model

Page 79: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

PT2 0,715 > 0,600

KK1 0,769 > 0,600

KK2 0,823 > 0,600

KK3 0,838 > 0,600

AVE 0,516 > 0,5

4.3.2 Uji Vadiditas Indikator Tanggungjawab Kredit

Indikator The credit refund berjumlah 4 yaitu KC1 sampai dengan KT2 .

Hasil uji convergent validity menunjukkan nilai loading factor indikator KC1

sebesar 0,726 lebih besar dibandingkan dengan parameter 0,600, begitu juga

indikator lainnya maka indikator –indikator tersebut memenuhi uji validitas outor

model segi convergent validity

Tabel 4.8

Uji Validitas Model Indikator The Credit Refund

KC1 0,726 > 0,600

KC2 0,940 > 0,600

KT1 0,926 > 0,600

KT2 0,960 > 0,600

AVE 0,797 > 0,500

4.4 Uji Reliabilitas Model

Uji reliabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi dan

ketepatan indikator dalam mengukur kontruknya latennya. Suatu indikator

memenuhi syarat uji reliabilitas bila nilai cronbach alpha sebesar 0,70. Hasil uji

reliabilitas model menunjukkan nilai cronbach alpha variabel keagamaan sebesar

0,922 tanggungjawab pengembalian kredit sebesar 9,11. Nilai cronbach alpha

masing-masing variabel tersebut lebih besar dari 0,70, hal ini berarti memenuhi

syarat reliabilitas model.

Tabel 4.9

Nilai Uji Reliabilitas Model

KEAGAMAAN 0,922 > 0,700

Page 80: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

TJ

PENGEMBALI

AN KREDIT

0,911 > 0,700

4.5 Uji Inner Model

Uji inner model merupakan uji kelayakan model struktural dalam PLS yang

dievaluasi melalui nilai R square. Nilai R square variabel tanggungjawab kredit

sebesar 0,216 lebih kecil dari 0,33. Hal ini berarti besarnya variasi tanggungjawab

pengembalian kredit dipengaruh 21,6 % oleh keagamaan sedangkan sisanya

sisanya 78,4 % dipengaruhi variabel lain diluar penelitian.

Hasil penelitian ini masih menunjukkan ada pengaruh lemah keagamaan terhadap

tanggungjawab kredit

Tabel 4.10

Nilai R Square

R Square

TJ

PENGEMBALI

AN KREDIT

0,216

4.6 Uji Hipotesis

Uji hipotesis 1 menunjukkan nilai t statistik 3,013 dan nilai tersebut lebih

besar dari t tabel 1,980. Hal ini berarti hipotesa 1 diterima. Penerimaan hipotesa 1

berarti ada pengaruh keagamaan terhadap kinerja UMKM. Uji hipotesis 2

menunjukkan nilai t statistik 2,729 dan nilai tersebut lebih besar dari t tabel 1,980.

Hal ini berarti hipotesa 2 diterima. Penerimaan hipotesa 2 berarti ada pengaruh

kinerja UMKM terhadap tanggungjawab pengembalian kredit. Uji hipotesis 3

menunjukkan nilai t statistik 4,739 dan nilai tersebut lebih besar dari t tabel 1,980.

Hal ini berarti hipotesa 3 diterima. Penerimaan hipotesa 3 berarti ada pengaruh

keagamaan terhadap tanggungjawab pengembalian kredit.

Tabel 5.15

Hasil Uji Hipotesis

Original

Sample (O) Sample

Mean (M)

Standard Deviation (STDEV)

Standard

Error (STERR)

T Statistics (|O/STERR|

)

KEAGAMAAN -> TJ

PENGEMBALIA

N KREDIT

0,465 0,493 0,072 0,072 6,474

4.2 Pembahasan

Page 81: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Berdasarkan hasil uji hipotesis 2 menunjukkan hipotesa diterima. Hal ini

berarti ada pengaruh signifikan keagamaan terhadap tanggungjawab kredit UMKM.

Koefisien beta menunjukkan positif 0,465. Hal ini menunjukkan tingkat

keagamaan pelaku UMKM akan meningkatkan tanggungjawab kredit UMKM.

Besarnya pengaruh keagamaan terhadap tanggungjawab pengembalian kredit

sebesar 0,400 atau memberikan konstribusi 16 % (0,400 X 0,400 X 100).

Keagamaan sebagai dasar pijakan kegiatan berbisnis sudah hampir ditinggalkan

dalam prakteknya (Karami et al 2014). Akan tetapi penelitian ini menunjukkan

keagamaan seseorang akan mempengaruhi tanggungjawabnya dalam pengembalian

kredit. Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian Wening dan Choerudin

(2015) bahwa keagamaan seseorang mempengaruh tanggungjawabnya untuk

berkomitmen dalam organisasi. Hal senada dikemukakan Youssef et al (2015)

bahwa keagamaan nasabah bank berdampak pada sikap dan prilaku nasabah.

Setiap manusia memiliki naluri keagamaan, yaitu naluri untuk

berkepercayaan. Naluri itu muncul bersamaan dengan hasrat memperoleh kejelasan

tentang hidup dan alam raya yang menjadi lingkungan hidup sendiri. Keberagamaan

diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan

hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga

ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supra natural. Hal ini

termasuk dalam tanggungjawab pengembalian kredit.

Menurut Suhardiyanto (2001), keagamaan adalah hubungan pribadi dengan

pribadi ilahi Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang (Tuhan) yang

berkonsekuensi hasrat untuk berkenan kepada pribadi yang ilahi itu dengan

melaksanakan kehendak-Nya dan menjauhi yang tidak dikehendakinya

(larangannya). Hubungan pribadi yang baik dengan pribadi yang ilahi ini menurut

Suhardiyanto (2001) memampukan orang untuk melihat kebaikan Tuhan dalam

sesama, suatu sikap yang setelah tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang

akan membuahkan cinta tidak hanya pada Tuhan saja tetapi juga pada sesama

ciptaan Tuhan, baik itu manusia maupun alam ciptaan lain sehingga dalam hidup

sehari-hari sebagai buahnya bagi manusia akan tumbuh atau muncul sikap saling

menghargai, saling mencintai, dan muncul rasa sayang pada alam lingkungannya,

sehingga “kesejahteraan bersama, lahir batin” dapat terwujud.

Pemahaman yang benar terhadap agama dan pengamalan yang terus menerus

terhadap keyakinan agamanya akan membedakan seseorang dengan orang lain.

Tanpa adanya pemahaman yang benar dan pengamalan atas keyakinan agamanya,

sebuah keniscayaan akan membentuk pribadi-pribadi yang terampil, inisiatif,

memiliki jiwa kepemimpinan (leadership), bertanggung jawab, jujur, disiplin, setia

kawan, optimis, semangat, toleran, dan lain-lain (Fausan, 2013)

6. Konklusi

Pijakan keagamaan dalam kegiatan bisnis sudah mulai banyak ditinggalkan.

Pelaku bisnis cenderung beroentasi pada pencapaian profitabilitas, yang terkadang

untuk mencapai hal tersebut tidak lagi didasarkan norma-norma keagamaan yang

Page 82: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

diyakini oleh seseorang. Hasil penelitian ini masih membuktikan adanya pengaruh

keagamaan pelaku UMKM terhadap tanggungjawab pengembalian kredit walaupun

pengaruh tersebut masih lemah. Hal ini mengimplikasikan bahwa factor keagamaan

harus juga menjadi pertimbangan dalam keputusan pemberian kredit meskipun

pengaruhnya lemah. Penelitian ini menggunakan 5 kuster UMKM dimana masing-

masing UMKM memiliki ciri dan karakteristik tertentu atau bersifat heterogen. Hal

ini pula yang diduga kuat penyebab pengaruh keagamaan dalam penelitian ini

ditemukan masih lemah. Untuk itu disarankan penelitian selanjutnya untuk menguji

sampel yang homogen. Penelitian ini juga menyajikan bukti empiris keagamaan

berpengaruh terhadap kinerja UMKM dan tanggungjawab pengembalian UMKM

untuk disarankan kepada pihak yang terkait untuk menumbuhkan tanggungjawab

pengembalian kredit UMKM melalui pendekatan agama.

DAFTAR PUSTAKA

AAhad M. Osman-Gani Junaidah Hashim Yusof Ismail, (2013)," Establishing

linkages between religiosity and spirituality on employee performance",

Employee Relations, Vol. 35 Iss 4 pp. 360 – 376

Ancok, Djamaludin, Suroso, Fuat Nashori, 2004, Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Asih, Mukti,2007, Analisis factor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit

pengusaha kecil pada progam kemitraan corporate social responsibility

(Studi Kasus: PT Telkom Divre II Jakarta). http://repository.ipb.ac.id

Beck, Thorsten., Kunt, Asli Demirguc, 2006, “Small and medium-size enterprises:

Access to finance as a growth constraint”,Journal of Banking &

Finance,30:2931–2943

Benk S, Cakmank AF dan Budak T, 2011, “An Investigation of Tax Compliance

intention: A Theory of Planned Behavior Approach”, European Journal of

Economics, Finance and Administrative Sciences : ISSN 1450-2275 Issue 28

180-188

Bertens. K. 2007, Etika, Penerti PT Gramedia Pustaka Utama edisi ke sepuluh.

Cooper, John, Nettler, Ronald., Mahmaoud, Mohamed, 2002, Pemikiran Islam, Penerbit

Erlangga.

Durlauf, S.N., A. Kourtellos and C.M. Tan, (2005), “How Robust are the Linkages

between Religiosity and Economic Growth?”, mimeo, Department of

Economics, University of Wisconson-Madison.

Furseth, Inger and Pål Repstad, 2006, An introduction to the sociology of religion.

Classical and contemporary perspectives, Farnham: Ashgate.

Glock, C. Y., & Stark, R. (1965). Religion and society in tension. San Francisco: Rand

McNally

Page 83: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Handoyo, Mastuty, 2009, Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian

pembiayaan syariah untuk UMKM Agrobisnis pada KBMT Wihdatul

Ummah Kota Bogor. Karami, Masoud. , Omid Olfati , Alan J. Dubinsky ,

(2014) "Influence of religiosity on retail salespeople's ethical perceptions:

the case in Iran", Journal of Islamic Marketing, Vol. 527 Iss: 1, pp.144 – 172

Karatepe, Osman M., Uludag, Orhan, Menevis, Ismet., Hadzimehmedagic, Lejla., Baddar,

Lulu, 2006, The effects of selected individual characteristics on frontline employee

performance and job satisfaction.Tourism Management. 14 Vol. 27 (547–560).

Kasmir (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Keenam, Jakarta:PT

Raja Grafindo Persada.

Kleanthis K. Katsaros Athanasios N. Tsirikas Christos S. Nicolaidis ,

(2014),"Managers' workplace attitudes, tolerance of ambiguity and firm

performance", Management Research Review, Vol. 37 Iss 5 pp. 442 – 465

Kwon, O., 2003, Buddhist and protestant Korean immigrants: Religious beliefs and

socioeconomic aspect of life, New York: LFB Scholarly Publishing LLC.

María Carmen Díaz-Fernández, M.C.D., Rodríguez, M.R.G (2014),"Top

management demographic characteristics and company performance",

Industrial Management & Data Systems, Vol. 114 Iss 3 pp. 365 - 386

Martin, Bugeja., Matolcsy, Zoltan P., Spiropoulos, Helen, 2012. Is there a gender

gap in CEO compensation?. Journal of Corporate Finance 18 : 849–859

McCarty, W.B. (2007), “Prayer in the workplace: risks and strategies to manage

them”, Business Renaissance Quarterly, Vol. 2 No. 1, pp. 97-105.

Muhammamah, Eka Nur, 2008, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Pengembalian Kredit oleh UMKM (Studi Kasus Nasabah Kupedes

PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor)

(http://repository.ipb.ac.id). Diakses 18 Februari 2013.

Munizu, Musran, 2010, Pengaruh faktor-faktor eksternal dan internal terhadap

kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan. Jurnal

Manajemen dan kewirausahawan, Volume 12, (1) :33-41

Mura, Ladislav., Buleca, Ján. 2012. Evaluation of Financing Possibilities of Small

and Medium Industrial Enterprises.Procedia Economics and Finance 3 : 217 –

222

Neely, Andy, 2007, Business Performance Measurement: Unifying Theory and

Integrating Practice. Second edition. Cambrige University Press

Nursahid, F., 2006, ”Praktik Kedermawanan Sosial BUMN: Analisis terhadap

Model Kedermawanan PT. Krakatau Steel, PT. Pertamina dan PT.

Telekomunikasi Indonesia”, Jurnal Filontropi dan Masyarakat Madani, 1: 5-

21.

Oktaviani, Erni Dwi, Rustam, Amrizal, Rohmatun, 2011, Keagamaan dan Tingkat Kedisiplinan

pada Anggota Polri, Journal Proyeksi, Vol. 6 (2) 2011, 58-67.

Page 84: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Olowookere, E.i 2014. Influence of Religiosity and Organizational Commitment on

Organizational Citizenship Behaviours: A Critical Review of Literature.

Advances in Social Sciences Research Journal. Vol.1, No.3 p 48-63

Pope J dan Mohdali R, 2010, “The role of religiosity in tax morale and tax

compliance”, Australian Tax Forum :565-592

Purnawan., Asmadi Asmad, 2010, “Pengaruh keagamaan terhadap kedisiplinan

guru sekolah menengah atas negeri Mirit Kabupaten Kebumen”,

http://repository.uii.ac.id. Diakses 18 Februari 2013.

Risnawita & Ghufron, 2010, Teori-teori psikologi, Yogyakarta: Azzuz Media.

Robbins, Stephen P., Judge, Timothy A., 2008, Perilaku Organisasi, Buku 1, Jakarta:

Salemba Empat, Halaman 126-127.

Rupasingha, Anil, Chilton, John B., 2009, “Religious adherence and county economic growth

in the US”, Journal of Economic Behavior &

Organization, Volume 72, Issue 1, , Pages 438–450.

Sjah, Taslim, 2007, “Dealing with unpaid agricultural credit in Lombok”,

Agroteksos, Volume 17 Nomor, 57-60.

Triwibowo, Dicky, 2009, “Faktor-faktor yang memengaruhi pengembalian kredit

bermasalah oleh nasabah di sector perdagangan agribisnis (kasus pada BPR

Rama Ganda Bogor)”, http://repository.ipb.ac.id.

Tu, Qin., Bulte, Erwin., Tan, Shuhao. 2011. Religiosity and economic performance:

Micro-econometric evidence from Tibetan area. China Economic Review.

Volume 22, Issue 1, March 2011, Pages 55–63

Vasconcelos, A.F. (2009), “Intuition, prayer, and managerial decision-making

processes: a religion-based framework”, Management Decision, Vol. 47 No.

6, pp. 930-949.

Wening N., Choerudin A. 2015. The Influence of Religiosity Towards Organizational

Commitment, Job Satisfaction And Personal Performance.

Polish Journal Of Management Studies. Vol.11 No2 p 181-191

Youssef, Mariam Mourad Hussein Abou., Wael Kortam Ehab Abou-Aish., Noha

El Bassiouny. 2015. Effects of religiosity on consumer attitudes toward

Islamic banking in Egypt. Journal of Bank Marketing, Vol. 33 Iss 6 pp. 786 -

807

Zhang Weimei, Tang Feng-e., 2012, “Analysis of Performance Management in

Small and Medium Enterprises”, 2nd International Conference on

Mechanical, Industrial, and Manufacturing Engineering, Procedia 1 : 8–12.

Suhardiyanto. 2001. Pendidikan Religiusitas. Yogjakarta: Kanisius

Page 85: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Relevansi Produk Domestik Bruto Dengan Nilai Pancasila

Aulia Keiko Hubbansyah1, Feriansyah2 1Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pancasila

2Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Abstrak

Studi ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian konsep ukuran kesejahteraan

dengan menggunakan indikator PDB per kapita dengan nilai pancasila yang

diturunkan ke dalam sistem ekonomi Pancasila.Terkait tujuan di atas, studi ini

menunjukkan bahwa konsep pengukuran kesejahteraan yang diadaptasi selama ini,

yakni PDB, memiliki kelemahan inheren yang tidak selaras dengan azas-azas

Pancasila. Ini karena PDB per kapita hanya mengukur pemenuhan kebutuhan yang

bersifat material saja sebagai basis kesejahteraan. Padahal, di dalam sistem

ekonomi Pancasila, yang dimaksud memajukan kesejahteraan umum meliputi tidak

hanya aspek material, tetapi juga sosial dan spiritual.

Sehingga, membuat PDB per kapita tidak cukup memadai digunakan sebagai

indikator pembangunan ekonomi yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila.

1. Pendahuluan

Sebagai dasar negara, Pancasila adalah pandangan hidup, ideologi nasional dan

pemersatu kehidupan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia. Dalam perannya ini,

Pancasila menjadi sumber kepribadian, moralitas dan haluan dalam hidup

berbangsa (Tjakrawerdaja et al. 2017). Pancasila bukan hanya sekedar nilai-nilai

kebangsaan yang abstrak, tapi juga dasar pedoman yang konkret. Di dalamnya ada

Page 86: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

pengakuan akan ketuhanan, penghormatan HAM, semangat persatuan dan nilai

demokrasi dalam rangka mencapai tujuan bersama, yakni kesejahteraan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Sebagai pedoman hidup yang konkret, nilai-nilai tersebut

menjadi rujukan berperilaku di dalam hidup berbangsa dan bernegara di berbagai

bidang, termasuk ekonomi.

Kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan ekonomi nasional, secara

formal, diformulasikan pada batang tubuh melalui rumusan pasal 33 UUD 1945

tentang perekonomian nasional. Pada pasal ini diatur setidaknya dua hal, yakni (1)

penyelengga-raan perekonomian nasional yang berdasarkan azas kekeluargaan dan

(2) penguasaan negara atas sumberdaya yang menguasai hajat hidup orang banyak.

Pengelolaan ekonomi nasional, sebagaimana diatur di dalam pasal 33 UUD

1945 di atas, mendorong munculnya pemikiran dan pembahasan yang luas

berkaitan dengan sistem ekonomi Indonesia. Secara kronologis, refleksi atas pasal

33 UUD 1945 memicu lahirnya konsep sistem ekonomi Pancasila, yang pertama

kali dipopulerkan oleh Emil Salim pada 1965. Sejak saat itu, perdebatan mengenai

konsep ekonomi Pancasila terus berlangsung, bahkan menurut Nugroho (2014),

menjadi salah satu isu terbesar dalam sejarah ilmu sosial di Indonesia pada periode

1980-an. Perdebatan mengenai ekonomi Pancasila ketika itu melibatkan tulisan dan

pendapat dari puluhan sarjana, bukan hanya dari lingkungan ekonomi, melainkan

juga dari ilmu-ilmu lainnya seperti filsafat, hukum, politik dan lainlain. Sejak 1980

hingga 1981, diselenggarakan empat seminar penting di Yogyakarta maupun

Jakarta guna membicarakan topik ekonomi Pancasila ini.

Dari berbagai tulisan dan pendapat yang ada, ditekankan bahwa hal pokok

yang membedakan sistem ekonomi Pancasila dengan sistem ekonomi nonPancasila

lainnya adalah cara pandangnya dalam melihat hakikat manusia. Dalam hal

ekonomi Pancasila, manusia lebih dimaknai secara utuh, tidak hanya sekedar

economic dan social man tapi juga religious man. Ini berbeda dari sistem ekonomi

liberal yang hanya melihat manusia dalam konteks economic man, atau sistem

ekonomi sosialis yang memandang manusia sebagai social man semata. Oleh

karena itu, tujuan memajukan kesejahteraan umum di dalam sistem ekonomi

Pancasila tidak hanya meliputi aspek materiil, melainkan juga spiritual. Dengan

kata lain, kesejahteraan yang hendak diwujudkan di dalam sistem ekonomi

Pancasila bersifat menyeluruh karena meliputi aspek materil maupun spiritual.

Persoalannya adalah, sekalipun secara konseptual ekonomi Pancasila sudah

cukup mapan, akan tetapi, sebagaimana kritik Sumawinata (2005), konsep ini

belum diturunkan ke dalam landasan teori yang jelas dan aplikatif. Dengan kata

lain, ekonomi Pancasila hingga kini masih merupakan gagasan fragmentaris yang

belum tersimpul menjadi sebuah gagasan utuh. Akibatnya, terjadi kesenjangan

antara ekonomi Pancasila di tataran konsep dengan penerapannya di tataran praktis.

Karena rumusan teorinya yang belum jelas ini, sejumlah Ekonom bahkan secara

skeptis menyebut ekonomi Pancasila sebagai “ekonomi yang bukan-bukan”, dalam

arti bukan ekonomi kapitalis dan bukan pula ekonomi sosialis.

Page 87: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Ketiadaan landasan teori ekonomi Pancasila yang jelas ini berakibat pada

belum terealisasinya moralitas Pancasila secara utuh di dalam pengelolaan ekonomi

nasional. Dalam konteks yang praktis, kondisi ini bahkan menyulitkan kita untuk

mengidentifikasi sejauh mana capaian realisasi nilai-nilai Pancasila tersebut di

bidang ekonomi. Hal ini terjadi, salah satunya, karena ukuran-ukuran praktis yang

digunakan tidak sesuai dengan azas ekonomi Pancasila. Ukuran kesejahteraan

dengan menggunakan rumus pendapatan per kapita konvensional, seperti Produk

Nasional Bruto (PNB)/Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita, tidak cocok

diaplikasikan dalam konteks ekonomi Pancasila karena hanya mempertimbangkan

dimensi material saja. Padahal, sebagaimana dikemukakan sebelumnya, konteks

kesejahteraan yang dimaksud di dalam ekonomi Pancasila bukan hanya

kesejahteraan material, tetapi juga spiritual (Mubyarto, 1993). Terkait dengan hal

ini, Bung Hatta (1960) dalam buku Ekonomi Terpimpin, sedari awal bahkan

mengkritisi paham national income atau PNB ini sebagai ukuran kemakmuran

rakyat. Ini karena, dengan pendekatan ini pendapatan nasional keseluruhannya

mungkin saja bertambah, akan tetapi pertambahan tersebut bisa tidak menyentuh

pendapatan rakyat. Secara tegas, Bung Hatta mengatakan bahwa ini tidak sesuai

dengan cita-cita memperbesar kesejah-teraan rakyat.

Karena itu, ketiadaan ukuran praktis, seperti perhitungan pendapatan

nasional, yang sesuai dengan azas ekonomi Pancasila menyulitkan kita untuk

menilai apakah sistem ekonomi yang sudah dan sedang berjalan di Indonesia sudah

merupakan refleksi dari filsafat atau ideologi Pancasila atau belum (Mubyarto,

1993). Pendapatan nasional dianggap sebagai variabel makroekonomi paling

penting, sebab seringkali keberhasilan kebijakan ekonomi seringkali diukur dari

perkembangan tingkat pendapatan nasional suatu negara (Fioramonti, 2017).

Berkaitan dengan permasalahan di atas, studi ini bertujuan untuk

menganalisis kesesuaian konsep ukuran kesejahteraan dengan menggunakan

indikator PDB per kapita dengan nilai pancasila yang diturunkan ke dalam sistem

ekonomi Pancasila. Adapun struktur penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

bagian 2 membahas sejarah munculnya konsep PNB/PDB; bagian 3 mendiskusikan

kritik-kritik yang dimunculkan terhadap PDB; Bagian 4 mendiskusikan relevansi

PDB dengan ekonomi Pancasila, dan yang terakhir, bagian 5 berisi kesimpulan dan

saran.

2. Sejarah Kelahiran Produk Domestik Bruto (PDB)

Perhitungan pendapatan nasional, berdasarkan sejarahnya, telah dimulai pada 1652

di Irlandia oleh William Petty. Pada waktu itu, William Petty diminta menjalankan

sebuah survei sistematis mengenai kesejahteraan negara bagian dari program

redistribusi tanah yang dijanjikan Cromwell kepada pasukannya sebagai hadiah atas

keberhasilan mereka memadamkan pemberontakan. Dalam 13 bulan, dengan

bantuan instrumen survei yang inovatif serta prajurit yang terlatih, Petty bisa

Page 88: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

menyelesaikan survei tersebut dan menyusun peta-peta dari sekitar 30 wilayah,

yang membentang sepanjang lebih dari lima juta acre. Down Survey

─nama dari penelitian yang dilakukan William Petty ini─ adalah usaha pertama

yang pernah dilakukan untuk mengukur kekayaan suatu negeri melalui analisis

ekonomi yang sistematis. Pada waktu itu survei yang disusun oleh Petty ini berguna

untuk memberi pemerintah informasi baru buat menaikkan pajak dan mem-batasi

jumlah kekayaan yang dimiliki oleh perorangan. Secara politis, tindakan tersebut

ditujukan untuk mengendalikan otonomi lokal dan mencegah pemupukan modal di

tangan pihak-pihak yang potensial menjadi lawan

(Firamonti, 2017).

Dalam perkembangannya, perhitungan pendapatan nasional terus mengalami

perkembangan. Sekalipun begitu, penemuan Sistem Neraca Nasional (SNA) dan

Produk Domestik Bruto atau PDB pada dasarnya terbilang relatif baru. SNA

dirumuskan di AS pertama kali oleh ekonom Simon Kuznets dan sekelompok kecil

peneliti muda pada dekade 1930-an. Tujuannya membantu pemerintah AS agar

dapat memberi dorongan pada perekonomian supaya mampu keluar dari periode

depresi besar. Dalam hal ini, meski pemerintah pusat berusaha menguasai keadaan

dengan berbagai cara, tetapi ketiadaan data yang sistematis mengenai kondisi

perekonomian menyulitkan pemerintah di dalam mengidentifikasi seberapa efektif

kebijakan ekonomi yang telah dikerjakan.

Kalaupun ada ukuran yang digunakan sebelum SNA, data-data yang digunakan

sebagai dasar rancangan kebijakan relatif tidak sistematik, seperti indeks harga

saham, bongkar muat kereta barang dan indeks produksi industri. Karena metode

yang digunakan masih belum terukur, maka data-data perekonomian nasional yang

dikumpulkan sebelum SNA tidak komplet, dan yang lebih penting, dimanipulasi

untuk kepentingan pemerintah yang mengalami tekanan politik.

Mengatasi kendala ketersediaan data di atas, Kuznets diminta untuk menggarap

konseptualisasi dan pengukuran pendapatan nasional melalui metodologi yang

lebih sistematis dan bisa diandalkan. Bersama dengan Departemen Perdagangan,

Kuznets menyusun estimasi pendapatan nasional selama kurun waktu sejak

dimulainya Depresi Besar 1929 - 1931 untuk memperkirakan bukan hanya kondisi

perekonomian terkini, tetapi juga kinerjanya selama kurun waktu tersebut (Kapuria

et al. 1995). Di tengah keterbatasan yang ada, Kuznets berhasil menyelesaikan

proyek tersebut (Carson, 1975).

Hasil kerja Kuznets ini segera menarik perhatian banyak pihak, yang kemudian

diselenggarakanlah konferensi terkait perhitungan pendapatan nasional. Di dalam

kon-ferensi tersebut, dibicarakan banyak hal, meliputi baik aspek metodologi

maupun juga konseptual. Dalam kesempatan itu pula, sebagaimana dijelaskan oleh

Kuznets, bahwa istilah “Produk Nasional Bruto” atau PNB pertama kali

diperkenalkan sebagai ukuran makro dari keluaran ekonomi. Dalam

perkembangannya, tepatnya pada 1991, PNB digantikan oleh PDB, yang masih

menjadi singkatan paling populer bagi penyebutan pendapatan nasional secara

umum. Dalam perjalanannya, ukuran PDB didapati makin menguat dominasinya

Page 89: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

sebagai parameter yang serba kuasa untuk memandu kebijakan ekonomi di benua

Eropa. Pada tingkat supranasional, kondisi ini terjadi, salah satunya, karena

disepakatinya traktat Maastricht, yang menjadi landasan kerja bagi proses integrasi

ekonomi di wilayah Eropa, dan yang paling penting, diberlakukannya Pakta

Stabilitas dan Pertumbuhan, yang menautkan kemampuan pemerintah untuk

memper-tahankan kesejahteraan masyarakat dengan kinerja PDB. Sejak itu, PDB

menjadi alat ukur yang utama, dan hampir seluruh negara menerima bahwa hanya

apabila PDB meningkat, maka negara mampu membiayai sekolah, rumah sakit, dan

jaminan sosial (Fioramonti, 2017).

Secara operasional, PNB dan PDB seringkali dipertukarkan sebagai ukuran pen-

dapatan dan kesejahteraan karena keduanya memiliki prinsip yang sama. Sekalipun

begitu, perlu juga untuk dijelaskan, bahwa kalaupun ada perbedaan di antara

keduanya, maka perbedaannya adalah lebih pada tekanannya saja. Dalam arti, PDB

menekanan pada aspek kewilayahan, sementara PNB pada aspek kewarganegaraan.

Dalam hal ini, PDB merujuk pada nilai keseluruhan barang dan jasa yang

diproduksi oleh suatu negara dalam periode tertentu.

Adapun PNB adalah nilai keseluruhan produksi barang dan jasa yang dihasilkan

oleh warga negara dalam periode tertentu. Kata “domestik” dalam PDB

mengandung arti bahwa segala kegiatan atau produksi yang ada di negara Indonesia

termasuk pendapatan orang asing yang ada di negara tersebut. Sedangkan kata

“nasional” pada PNB berarti perhitungannya sudah mengurangkan pendapatan

orang asing yang ada di Indonesia dan memasukkan pendapatan warga negara

tersebut yang ada di luar negeri (Prasetyo, 2011).

3. Kritik Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Sejarah mencatat, meskipun konsep PDB yang dikembangkan pertama kali oleh

Simon Kuznet pasca kejadian great depression 1930 telah menjadi indikator dan

tolok ukur kesejahteraan yang diadaptasi oleh hampir seluruh negara di dunia.

Termasuk men-jadi ukuran kesejahteraan yang sangat diandalkan oleh negara,

pemerintah dan ekonom Indonesia. Sekalipun begitu, sejak tahun 1960, PDB

sebagai proksi kesejahteraan telah menerima banyak kritik. Bahkan kritik tersebut

datang dari beberapa ahli ekonomi, antara lain, Galbraith (1958), Samuelson

(1961), Mishan (1967), Hueting (1974), Daly (1977), Hartwick (1990), Vellinga

dan Withagen (1996), Weitzman dan Lofgren (1997), Layard (2005), Fleurbaey

(2009), dan Victor (2010).

PDB yang digunakan sebagai sebuah ukuran kesejahteraan publik, menurut para

pakar, mengandung kecacatan inheren sehingga tidak tepat apabila kenaikannya

selalu diidentikkan dengan kualitas hidup yang meningkat. Ini karena PDB, secara

konseptual, mengesampingkan fakta pembangunan ekonomi yang lebih luas, yang

meliputi aspek nature, social dan human capital. Dalam kaitannya dengan filsafat

Pancasila, konsep PDB tidak mempertimbangkan dimensi pembangunan lain (yang

sejatinya juga penting), seperti spiritualitas, kebudayaan dan nilai. Dengan

demikian, keberatan paling utama terhadap PDB adalah karena ia hanya mampu

Page 90: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

mengukur sebagian saja dari aktivitas ekonomi, seperti pertukaran barang dan jasa,

dan menghilangkan aspek-aspek lain yang sifatnya fundamental. Dalam hal ini,

nilai-nilai ekonomi Pancasila yang memandang manusia itu sebagai makhluk homo

economicus, homo socius, dan homo religious tidak terliputi di dalam pengukuran

PDB. Dengan kata lain, kehendak ekonomi Pancasila untuk memajukan

kesejahteraan bersama, baik aspek material maupun spiritual, tidak dapat dilihat

dari ukuran PDB yang terlalu praktis.

Menurut Stiglitz (2010) PDB tidak mumpuni sebagai standar kesejahteraan

sosial karena bagi Stiglitz, PDB telah mengesampingkan ketimpangan ekonomi dan

tidak mengintegrasikan jasa lingkungan ke dalam keputusan ekonomi. Daftar

masalah lainnya dari PDB sebagai sebuah proksi untuk pembangunan sosial

berkelanjutakan adalah kegagalan PDB menggambarkan kondisi human capital

(baik sosial dan organisasional), dan tidak menghitung sirkulasi pendapatan

antarindividu yang dapat memperbesar kesejahteraan sosial dan personal

(Wilkinson dan Picket 2009). Selain itu, menurut Henderson (2010), PDB

mengabaikan berbagai visi berbeda dari goals of development seperti perbedaan

kebudayaan. Lebih jauh, berbagai kritik memperlihatkan bahwa PDB tidak hanya

gagal dalam mengevaluasi aspek kritis kualitas hidup, tetapi juga memicu dan

menumbuhkan aktivitas yang bertentangan dengan kesejahteraan sosial dalam

jangkan panjang. Meskipun, pada dasarnya PDB benar-benar telah menghitung

nilai perekonomian melalui sirkulasi barang dan jasa, namun hasil penilaian

tersebut tidak menyediakan penilaian yang lengkap dan dapat diandalkan mengenai

ekonomi suatu negara untuk saat ini dan di masa depan berkaitan dengan masalah

kualitas hidup, kebahagiaan, kesejahteraan dan parameter masyarakat krusial

lainnya.

Lebih jauh kembali, kritik terhadap PDB juga dikemukakan oleh Van den

Berg (2009) dalam tulisannya Relax about PDB growth: implication for climate and

crisis policies. Menurut Van Den Berg, kritik terhadap PDB setidaknya secara

umum dapat dibagi ke dalam delapan kategori argumen, yaitu :

1. Prinsip proper accounting,PDB adalah perkiraan biaya, bukan manfaat dari

semua kegiatan ekonomi yang terkait pasar. Selain itu, PDB tidak tidak

menggambarkan keragaman sosial dengan tidak memasukkan eksternal biaya.

2. Intertemporal considerations, korelasi positif antara pertumbuhan PDB dalam

periode-periode tertentu dengan kemajuan yang dirasakan tidak boleh

disalahartikan dengan gagasan bahwa PDB adalah ukuran kesejahteraan sosial

yang baik, atau bahwa pertumbuhan PDB adalah kondisi yang diperlukan untuk

kemajuan. Hal ini dikarenakan tidak mungkin kesejahteraan individu atau sosial

dapat meningkat begitu banyak mengikuti ukuran dari PDB.

3. Lexiographic preferences, pertumbuhan PDB per kapita dan peningkatan

konsumsi material adalah kompensasi yang tidak sempurna karena kurangnya

kepuasan akan kebutuhan dasar, seperti komunitas, kebahagiaan, udara bersih

dan akses langsung ke alam. Dimana jenis masalah di atas tidak dapat ditangkap

oleh PDB.

Page 91: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

4. Empirical studies of happiness, pendapatan individu absolut bukan proksi yang

cocok dari kesejahteraan individu karena juga bergantung pada pendapatan

relative dan berbagai faktor-faktor pendapatan-independen. Agregasi

pendapatan absolut individu dalam suatu PDB oleh karena itu tidak dapat

memberikan indikator kesejahteraan sosial yang kuat.

5. Income distribution, relative income and rivalry for status, PDB per Kapita

mewakili pendapatan rata-rata dan mengabaikan (perubahan) distribusi

pendapatan. Hal ini mengikrarkan bahwa pertumbuhan PDB dapat

melebihlebihkan pertumbuhan kesejahteraan.

6. Formal versus informal economy, PDB hanya mencakup transaksi yang

memiliki harga pasar dan mengabaikan kegiatan informal seperti pertukaran

barang kebudayaan, dll di luar pasar meskipun ini dapat berkontribusi pada

kesejahteraan individu.

7. Environmental externalities and depletion of natural resources, harga pasar

sebagai basis perhitungan PDB saat ini tidak cukup mencerminkan biaya sosial,

menyebabkan perhitungan PDB untuk memberikan yang terbaik dari proksi

kesejahteraan sosial yang tidak akurat.

Baudrilliard (2011) dalam tulisannya mengenai masyarakat konsumtif menjelaskan

secara tajam mengenai paradigma pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya hanya

akan menciptakan dua kejadian yang kontradiktif, yaitu kemakmuran dan

kemiskinan. Kemakmuraan akan dirasakan oleh pelaku ekonomi yang menikmati

dominansi proporsi dari kue perekonomian, sedangkan kemiskinan akan menjadi

peluh bagi pelaku ekonomi yang terpinggirkan. Baudrilliard lebih lanjut menyebut

bahwa pertumbuhan merupakan fungsi dari kemiskinan, yang mana ideologi

pertumbuhan ─yang ditopang oleh rezim PDB─ mengarah pada pemiskinan

psikologis dan kemiski-nan sistemik karena apa yang dibutuhkan (konsumsi)

melebihi ambang batas dari apa yang dihasilkan

(produksi).

Makna dari kritik Baudrilliard (2011) terhadap pertumbuhan ekonomi

ternyata pernah disampaikan oleh Bung Hatta sebagai the founding father di dalam

bukunya Ekonomi Terpimpin. Bung Hatta (1960) dalam hal ini mengungkapkan

bahwa tujuan ekonomi Indonesia adalah mencapai kemakmuran rakyat dengan

tenaga produktif yang ada di dalam masyarakat dan menolak mengenai paham

national income (PDB) yang menjadikan pendapatan agregat sebagai ukuran. Ini

karena, menurut Bung Hatta (1960) pendapatan nasional keseluruhannya bisa

bertambah, tetapi pendapatan rakyat masing-masing dapat ditekan serendah-

rendahnya. Secara tegas, Bung Hatta mengatakan bahwa ini tidak sesuai dengan

amanat serta cita-cita memajukan kemakmuran rakyat yang tertanam di dalam

Undang-Undang Dasar Indonesia (Hatta, 1960).

4. Relevansi PDB dengan Ekonomi Pancasila

Diukur dari nilai PDB per kapita, Indonesia merupakan negara dengan tingkat

pertumbuhan PDB per kapita tertinggi dalam kurun waktu 2007 – 2016. Dengan

Page 92: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

meng-gunakan nilai PDB per kapita tahun 2007 sebagai basis diketahui bahwa

dalam rentang waktu 10 tahun, PDB per kapita Indonesia tumbuh sebesar 88 persen,

atau sekitar 8.8 persen tiap tahunnya. Secara nominal, PDB per kapita Indonesia

meningkat dari yang sebelumnya USD 1.910 pada 2007, menjadi USD 3.600 pada

2016.

Grafik 1. PDB Per Kapita dalam US Dollar di Negara ASEAN-6 Periode 2007 –

2016

Dilihat dari capaian ini, dengan asumsi PDB sebagai ukuran pendapatan, maka

dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia bertumbuh

paling cepat dibanding dengan lima negara utama ASEAN lain, meliputi Singapura,

Malaysia, Filipina, Thailand dan Brunei Darussalam. Akan tetapi, sebagaimana

telah dijelaskan di bagian sebelumnya, tujuan memajukan kesejahteraan umum

seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945 ─yang melahirkan konsepsi Ekonomi

Pancasila, belum tentu tercapai. Karena, pengukuran PDB per kapita hanya

mendasarkan dirinya pada pemenuhan aspek material saja. Hal ini tidak mencukupi

kriteria kesejahteraan yang dicita-citakan dalam konteks sistem ekonomi Pancasila.

Gambar 1. Dimensi Manusia Menurut Teori Ekonomi Pancasila

Page 93: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Manusia, dalam perspektif ekonomi Pancasila, tidak hanya dilihat sebagai

homo econo-micus, atau makhluk ekonomi, yang cuma menuntut pemenuhan

materi saja. Tetapi juga sebagai homo socius, dan yang lebih penting, homo religius.

Hal ini berbeda dari sistem ekonomi liberal yang hanya melihat manusia dalam

konteks economic man, atau sistem ekonomi sosialis yang memandang manusia

sebagai social man semata. Pandangan ekonomi Pancasila ini pada dasarnya

diturunkan dari filsafat Pancasila yang berakar pada fenomena etnik nusantara

(Tjakrawerdaja et al. 2017). Pandangan ini berbeda dari sistem ekonomi liberal

yang hanya melihat manusia dalam konteks economic man, atau sistem ekonomi

sosialis yang memandang manusia sebagai social man semata. Oleh karena itu,

tujuan memajukan kesejahteraan umum di dalam sistem ekonomi Pancasila tidak

hanya meliputi aspek materiil, tetapi juga sosial dan spiritual. Dengan demikian,

kesejahteraan yang hendak diwujudkan di dalam sistem ekonomi Pancasila bersifat

menyeluruh karena meliputi aspek materil maupun spiritual.

Perpaduan dalam diri manusia Indonesia sebagai makhluk ekonomi, sosial dan

religius, dalam menjalankan aktivitas ekonomi, secara nyata ditunjukkan oleh

Sitorus (2016). Dalam studinya, Sitorus (2016) yang bertujuan memformulasikan

basis social responsibility, atau yang lebih dikenal dengan CSR, di tengah kerangka

hidup yang ter-jebak pada spirit kapitalistik, menemukan bahwa tidak selalu

motivasi pelaku usaha di Indonesia didasarkan atas perburuan keuntungan (profit

oriented). Sebagai contoh, Cak Min ─salah satu responden penelitian Sitorus

(2016)─ yang berprofesi sebagai penjual nasi goreng keliling menuturkan bahwa ia

bertujuan untuk memuaskan pelanggannya dengan menyajikan makanan yang enak

dengan harga terjangkau. Cak Min dalam hal ini tidak menetapkan harga yang

mahal, meskipun makanan yang ia jual porsinya banyak, dan yang lebih penting,

rasanya enak. Lebih lanjut, Cak Min menjelaskan bahwa ia tidak pernah menaikkan

harga secara tiba-tiba atau mengurangi porsi makanan ketika harga bahan baku

meningkat. Bahkan, Cak Min menggratiskan pelanggan yang tidak mampu

membayar. Ia tidak takut rugi, karena Cak Min yakin bahwa rezeki telah diatur oleh

Tuhan, sehingga manusia tidak perlu berpikir terlalu rumit. Urusan manusia,

menurut Cak Min, hanyalah berusaha sedangkan sisanya serahkan saja kepada

Tuhan. Biar Tuhan yang bekerja.

Pada diri Cak Min, dan beberapa responden lainnya, Sitorus (2016) menemukan

bahwa persoalan materi bukanlah motivasi utama mereka melakukan aktivitas

ekonomi ─sebagaimana terlihat jelas dari cerita Cak Min di atas. Bagi mereka,

keberlanjutan usaha tidak semata-mata ditentukan oleh keuntungan (profit), tapi

juga kehadiran Tuhan di dalam hidup mereka. Dalam hal ini, Cak Min dan yang

lainnya tidak takut untuk rugi. Sebaliknya, mereka sangat bersyukur dengan

capaian usahanya, meski dengan untung yang hanya sedikit (Sitorus, 2016).

Kondisi ini oleh Triyuwono (2011) disebut dengan manunggaling, yang berarti ada

kesatuan hubungan antara Tuhan dan Manusia di dalam hidupnya. Oleh karena itu,

pengukuran kesejahteraan yang dicerminkan dari tingkat pen-dapatan rata-rata,

Page 94: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

seperti PDB per kapita, jelas tidak memadai karena menyembunyikan aspek-aspek

lain yang sifatnya fundamental.

Tabel 1. Jumlah Orang Miskin (dalam persentase)

Tingkat kesejahteraan yang meningkat pesat dalam 10 tahun terakhir, seperti yang

diperlihatkan dari nilai PDB per kapita, didapati tidak memiliki relevansi dengan

kondisi kemiskinan di Indonesia. Dalam hal ini, dibandingkan dengan negaranegara

lain, tingkat kemiskinan di Indonesia menempati posisi kedua tertinggi setelah Laos

(62 persen), yakni mencapai 43.3 persen pada 2011 ─dengan standar pengeluaran

USD 2 per hari berdasarkan purchasing power parity (PPP). Akan tetapi,

berdasarkan ukuran kemiskinan masing-masing negara (poverty threshold),

persentase jumlah orang miskin di Indonesia jauh lebih kecil, yaitu hanya sekitar

11.2 persen pada 2015. Perbedaan ini terjadi karena batas kemiskinan (poverty

threshold) di Indonesia sangat rendah, di mana orang dikategorikan miskin bila

jumlah pengeluarannya di bawah Rp 356.378 per bulan di perkotaan, dan Rp

333.034 per bulan di pedesaan. Sehingga, tingkat kemiskinan yang relatif rendah

menurut batas kemiskinan domestik ini didapatkan lebih karena ambang batasnya

yang terlalu rendah dan jauh dari hidup layak.

Tabel 2. Human Development Index (HDI)

Page 95: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Tabel 2 menunjukkan skor HDI negara-negara di kawasan ASEAN. Untuk

diketahui, HDI merupakan ukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf,

pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara di dunia. HDI umumnya

digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju,

negara berkem-bang, atau negara terbelakang, dan yang lebih penting, untuk

mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Peningkatan kesejahteraan berdasarkan PDB per kapita tidak berdampak pada

peningkatan kualitas manusia Indonesia. Bahkan, berbeda dengan nilai PDB per

kapita yang terus tumbuh, skor HDI Indonesia mengalami tren penurunan dari

0.701 pada 2006 menjadi 0.689 pada 2015. Pada 2015, di ASEAN, posisi Indonesia

berada di bawah Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand. Sementara itu untuk

level dunia, pada tahun yang sama, skor HDI Indonesia berada pada peringkat ke-

113 dari 188 negara. Posisi bahkan lebih rendah dari negara Samoa,

Maladewa, dan Libya. Ini menunjukkan bahwa keberhasilan kebijakan ekonomi

─yang diukur dari peningkatan nilai PDB─ tidak dapat meningkatkan kualitas

hidup masyarakat Indonesia. Sebaliknya, dengan skor HDI yang terus menurun,

mengindikasikan jika tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia semakin rendah.

Tabel 3. Koefesien Gini periode 2005 – 2014

Page 96: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Tabel 3 menunjukkan koefesien Gini negara-negara di kawasan ASEAN pada

periode 2005 – 2014. Koefesien gini adalah ukuran yang menunjukkan kondisi

ketim-pangan pendapatan secara menyeluruh. Nilai koefesien gini berkisar dari 0

dan 1. Angka 0 mengindikasikan pemerataan pendapatan yang sempurna.

Sebaliknya, koefesien gini bernilai 1 menunjukkan kondisi pendapatan yang tidak

merata secara sempurna.

Seperti yang dapat diamati, peningkatan nilai PDB per kapita di Indonesia diikuti

dengan meningkatnya nilai koefesien gini dari sekitar 0.343 pada 2005 menjadi

0.413 pada 2014. Peningkatan nilai koefesien gini ini menunjukkan bahwa kondisi

ketimpang-an pendapatan antara penduduk kaya dan miskin di

Indonesia semakin memburuk. Dengan kata lain, perkembangan ekonomi ─di mana

PDB per kapita meningkat secara pesat─ lebih dinikmati oleh kelompok

masyarakat mampu (menengah ke atas). Ini artinya, manfaat positif yang

ditimbulkan dari kebijakan ekonomi di Indonesia lebih dirasakan oleh kelompok

mampu daripada kelompok tidak mampu. Dalam hal ini, efek menetes ke bawah

(trickle down effect) yang diekspektasikan tidak terwujud. Lebih lanjut,

dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, kondisi ketimpangan di Indonesia

termasuk salah satu yang terburuk. Ini mengindikasikan bahwa peningkatan PDB

per kapita yang pesat tidak memberi tambahan kesejahteraan untuk masyarakat

kelompok miskin di Indonesia. Pendapat ini diperkuat dengan semakin kecilnya

bagian atau share pendapatan yang diterima oleh 20 persen kelompok termiskin di

Indonesia, seperti dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:

Page 97: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Tabel 4. Bagian Pendapatan yang Diterima Kelompok 20 Persen Termiskin

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa kelompok 20 persen termiskin di

Indonesia hanya memperoleh bagian atau share sebesar 7.3 persen dari pendapatan

nasional pada 2011. Nilainya ─yang sudah sangat rendah ini─ bahkan turun bila

dibandingkan dengan tahun 2000 yang sebesar 8.4 persen. Secara sederhana,

dapatlah disimpulkan bahwa, di tengah fase pertumbuhan PDB yang tinggi, ternyata

orang miskin di Indonesia didapati semakin miskin dari waktu ke waktu. Dengan

demikian, tujuan memajukan kesejahtera-an umum, sebagaimana yang tertera pada

konstitusi, tampaknya masih jauh dari realita.

Gambar 2. Corruption Perception Index

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Indeks persepsi korupsi dalam studi ini digunakan sebagai proxy capaian pem-

bangunan spiritualitas masyarakat Indonesia. Ini penting karena ekonomi Pancasila

menghendaki peningkatan kesejahteraan yang menyeluruh, tidak hanya meliputi

aspek material saja tetapi juga spiritual. Secara sederhana, spiritualitas ─dalam

konteks hidup bernegara─ dapat dimaknai sebagai penerapan atau pengamalan

nilai-nilai religius (agama) dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, korupsi,

yang pada dasarnya merupakan tindakan pencurian melalui penyalahgunaan

kepercayaan untuk kepentingan pribadi dan kelompok, adalah perilaku yang

30

40

50

60

70

80

90 Singapura

Malaysia

Indonesia

Thailand

Philliphina

Page 98: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

dilarang oleh agama. Sehingga, maraknya perilaku korupsi, salah satunya,

merupakan cerminan dari rendahnya tingkat spiritualitas dalam masyarakat

tersebut.

Peningkatan kesejahteraan (diukur dari pertambahan PDB per kapita) tampaknya

tidak diikuti dengan pendalaman spiritualitas. Hal ini tercermin dari skor indeks

persepsi korupsi yang rendah, yakni 37 pada 2017. Indeks persepsi korupsi

dikumpulkan melalui survey kepada masyarakat. Sehingga, indeks persepsi korupsi

ini dapat menggambarkan persepsi/pandangan masyarakat Indonesia atas praktek-

praktek korupsi yang terjadi. Nilai indeks yang rendah mengindikasikan bahwa

masyarakat melihat praktek korupsi berlangsung secara masif di Indonesia.

Gambar 3. Tindak Pidana Korupsi Periode 2004 – 2017

Sumber: KPK (2017)

Praktek korupsi yang masif tersebut terbukti dari bervariasinya pelaku korupsi

yang ditangani KPK, yakni mulai dari pejabat publik, pengacara, kelompok swasta

hingga korporasi. Pejabat publik yang meliputi pejabat eselon, anggota DPR dan

DPRD, walikota/bupati dan wakil, kepala lembaga/kementerian, gubernur, hakim,

komisioner, jaksa dan duta besar, adalah kelompok koruptor terbesar. Secara

struktural, praktek-praktek korupsi yang masif ini yang pada akhirnya membuat

ekonomi Indonesia menjadi berbiaya tinggi. Dibandingkan dengan negara lain di

kawasan ASEAN, indeks persepsi korupsi Indonesia termasuk salah satu yang

terendah. Adapun di level dunia, skor indeks persepsi korupsi Indonesia menempati

peringkat 96 dari 180 negara. Ini menunjukkan jika kualitas pengamalan nilai-nilai

religius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terlihat semakin rendah.

5. Kesimpulan dan Saran

18 4

175

144

78

71

25

18

17

7

6

4

2

1

0 200

Swasta

Eselon I/II/III

Anggota DPR dan DPRD

Lainnya

Walikota/Bupati dan Wakil

Gubernur

Hakim

Komisioner

Jaksa

Pengacara

Duta besar

Polisi

Korporasi

Page 99: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Studi ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian konsep ukuran kesejahteraan

dengan menggunakan indikator PDB per kapita dengan nilai pancasila yang

diturunkan ke dalam sistem ekonomi Pancasila. Studi memperlihatkan bahwa

ukuran kesejahteraan dengan pendekatan pendapatan agregat seperti PDB per

kapita tidaklah memadai. Ini karena peningkatan PDB per kapita kenyataannya

tidak diikuti dengan peningkatan kualitas sosial dan spritualitas, sebagaimana

diindikasikan antara lain, dari tingginya angka kemiskinan, menurunnya kualitas

manusia Indonesia, meningkatnya ketimpangan pendapatan masyarakat dan

merosotnya pengamalan nilai-nilai spiritual dalam kehidu-pan berbangsa dan

bernegara. Terkait dengan tujuan penelitian, dengan adanya temuan-temuan seperti

di atas, studi ini menyimpulkan bahwa konsep pengukuran kesejahteraan yang

diadaptasi selama ini, yakni PDB, memiliki kelemahan inheren yang tidak selaras

dengan azas-azas Pancasila. Ini karena PDB per kapita hanya mengukur pemenuhan

kebutuhan yang bersifat material saja sebagai basis kesejahteraan. Padahal, di

dalam sistem ekonomi Pancasila, yang dimaksud memajukan kesejahteraan umum

meliputi tidak hanya aspek material, tetapi juga sosial dan spiritual. Sehingga,

membuat PDB per kapita tidak cukup memadai digunakan sebagai indikator

pembangunan ekonomi yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila.

Bergerak dari kesimpulan di atas, studi ini menyarankan agar dilakukan upaya

rekonseptualisasi rumusan pendapatan nasional, sebagai indikator kesejahteraan,

dengan mempertimbangkan nilai-nilai dalam filsafat pancasila yang tidak hanya

berfokus pada pemenuhan aspek material semata, tetapi juga aspek sosial dan

spiritual sebagai tolok ukur kesejahteraan manusia. Oleh karena penting bagi

Indonesia untuk mengembangkan ukuran-ukuran praktis yang mengakomodasi

nilai-nilai Pancasila yang telah dianut sebagai ideologi. Sehingga bisa diketahui

nantinya seberapa jauh capaian realisasi nilai-nilai Pancasila tersebut dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di bidang ekonomi. Hal yang sama

sebelumnya pernah dilakukan Rusia (sewaktu masih bernama Uni Soviet) yang

merumuskan konsep ukuran kesejahteraannya sendiri dengan hanya menghitung

barang-barang fisik dan tidak menyertakan jasa yang diberikan pemerintah maupun

swasta. Hal ini karena, menurut filsafat materialisme yang mereka anut, jasa bukan

merupakan pendapatan primer melainkan semata-mata hasil dari pendistribusian-

nya. Dengan demikian, di dalam penghitungan pendapatan nasionalnya, Rusia (Uni

Soviet) tidak memasukkan sektor pemerintah dn industri jasa. Atau, kerajaan

Bhutan yang memakai konsep Kebahagiaan Nasional Bruto (KNB) sebagai dasar

ukuran kesejahteraan dengan mengadopsi nilai ajaran Budha, meliputi (1) tata

kelola pemerin-tahan yang baik, (2) pembangunan sosial ekonomi yang

berkelanjutan, (3) pelestarian budaya, dan (4) konservasi lingkungan.

Daftar Pustaka

Page 100: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

[The ASEAN Secretariat]. 2017. ASEAN Statistical Yearbook. Jakarta : ASEAN

Secretariat.

Baudrilliard JP. 2011. Masyarakat Konsumsi. Bantul : Kreasi Wacana.

Carson CS. 1975. The history of the United States national income and product

accounts : The development of an analytical tool. Review of Income and

Wealth. 21(2) : 153-181.

Daly HE. 1989. For the Common Good : Redirecting the Economy Toward

Community, the Environment, and a Sustainable Future. Boston : Beacon

Press.

Fioramonti, L. 2017. Problem Produk Domestik Bruto. Serpong : Regensi Melati Mas.

Fleurbaey M. 2009. Beyond GDP: The quest for a measure of social welfare. Journal

of Economic Literature. 47(4) : 1029 – 1075.

Hartwick JM. 1990. Natural resources, national accounting and economic

depreciation. Journal of Public Economics. 43 : 291 – 304.

Hatta, M. 1960. Economi Terpimpin. Jakarta : Asco.

Henderson H. 2010. Contuining the Conversation Ont the Politics of Happiness is

There a “Politics of Happiness?”

Hueting R. 1974. New Scarcity and Economic Growth. Amsterdam : Elsevier.

Kapuria-Foreman V, Perlman M. 1995. An economic historian’s economist:

remembering simon kuznets”. Economic Journal. 105(433) : 1524 – 1547.

Layard R. 2005. Happiness : Lessons from A New Science. London : Penguin.

Mishan EJ. 1967. The Cost of Economic Growth. London : Stapless Press.

Mubyarto. 1993. Ekonomi Pancasila : Gagasan dan Kemungkinan. Jakarta : LP3ES.

Nugroho T. 2014. “Pandangan Historis—Struktural Kerakyatan (Sebuah

Pengamatan)”. Kata Pengantar untuk M. Dawam Rahardjo. Ekonomi Politik

Pembangunan. Jakarta : Fadli Zon Library

Samuelson PA. 1961. The Evaluation of Social Income : Capital Formation and

Wealth. New York : St. Martin’s Press.

Stiglitz JE, Sen A, Fitoussi JP. 2010. Missmeasuring Our Lives : Why GDP Doesn’t

Add Up. New York : The New Press.

Sumawinata S. 2005. Politik Ekonomi Kerakyatan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Tjakrawerdaja S, Soerdano S, Lenggono PS, Purwandaya B, Karim M, Agusalim L.

2017. Sistem Ekonomi Pancasila. Depok : RajaGrafindo Persada.

Van den Bergh JCJM. 2009. The GDP Paradox. Journal of Economic Psychology.

30(2) : 117 – 135.

Vellinga N, Withagen C. 1996. On the concept of green national income. Oxford

Economic Papers. 49(4) : 499-514.

Victor PA . 2010. Ecological economics and economic growth. Ecological

Economics Reviews, Annals of the New York Academy Sciences. 1185 : 237

– 245.

Page 101: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Weitzman ML, Lofgren KG. 1997. On the welfare significance of green accounting

as taught by parable. Journal of Environmental Economics and Management.

32 : 139 – 153.

Wilkinson RG, dan Pickett K. 2009. The Spirit Level : Why Greater Equality Makes

Societies Stronger. New York : New York.

Meningkatkan Daya Entrepreneurship Bidang Rantai Lapangan Pekerjaan, Rantai

Pendidikan, dan Rantai Perdagangan dengan Membawa Filosofi Pancasila

Melalui Peluang Usaha

Etika Sabariah

Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika Jakarta

Abstrak

Indonesia negara kaya karena memiliki pluralism (banyak ragam) sumber daya. Itu

sebabnya dimasa berakhirnya masa kejayaan penjajah, Indonesia dipecah menjadi

negara boneka. Akan tetapi siasat tersebut dapat hancur karena persatuan bangsa

Indonesia. Tapi sekarang masalah intoleransi sering terjadi. Faktor penyebab

persatuan terluka, salah satunya terkait dengan sumber daya sehingga pemerataan

ekonomi sosial adalah faktor terpenting dalam pembangunan. Ketahanan nasional

ditingkatkan salah satunnya dengan pembangunan ekonomi sosial, caranya dengan

meningkatkan peluang usaha untuk wirausaha yang membawa filosofi Pancasila.

Tujuan penelitian ini adalah memberikan sebuah informasi dan konsep baru untuk

penelitian lebih lanjut, mengenai entrepreneurship yang membawa Filosofi

Pancasila untuk meningkatkan persatuan bangsa Indonesia, menciptakan

keselarasan dan keseimbangkan serta pemerataan pembangunan nasional dan

berkelanjutan melalui peningkatan daya peluang untuk wirausaha, membangun

kesatuan bangsa melalui entrepreneurship yang membawa filosofi Pancasila,

meningkatkan ketahanan nasional, dan meningkatkan pemberdayaan dan perlibatan

putra-putri daerah dari segala unsur dan segala penjuru geografi dalam

pembangunan nasional melalui entrepreneurship. Penelitian berdasarkan tujuan

riset eksploratif konseptual, dengan jenis kualitatif. Pendekatan deduktif digunakan

untuk mempertemukan fakta dan teori, data yang digunakan adalah data sekunder

dengan observasi dan studi literature, lingkungan penelitian adalah pemerintahan

dan bisnis, unit analisis mencari titik temu antara fenomena, sumber teori, untuk

menentukan problem solving menjaga persatuan bangsa dengan meningkatan

ketahanan nasional melalui pembangunan ekonomi sosial dengan mencari peluang

Page 102: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

usaha untuk kewirausahaan yang membawa filosofi Pancasila. Hasil pengamatan

terhadap fenomena yang sedang terjadi terkait dengan penelitian adalah: 1) geografi

kependudukan berdasar letak atau keberadaan tempat tinggal, 2) jumlah angka

pengangguran, 3) masalah prinsip persatuan bangsa Indonesia. Analisis dilakukan

terhadap fakta terkait dengan pembangunan ekonomi sosial pada penelitian ini

antaralainnya: 1) Indonesia adalah negara yang dicontoh toleransinya oleh

mancanegara, 2) Icon pembangunan mengacu pada iklim usaha & kerja yang

mengedepankan digitaling, star up, dan kewirausahaan sebagai pioneer, dimana

perkembangan usaha dagang, jasa dan manufacturing yang sudah mengalami titik

jenuh dimodifikasi & inovasi oleh ketiga unsur tersebut, 3) mengacu pada harapan

Menristekdikti, Muhammad Nasir bahwa perlu dilakukan perubahan untuk riset

kedepan yang harus didekatkan dengan demand side dan memperhatikan market

drivernya. Selain itu beberapa faktor yang menjadi masalah munculnya intoleransi

antaralain: 1) meningkatnya pengangguran, daya beli kurang, meningkatnya biaya

hidup dan godaan secara ekonomi, 2) belum disosialisasikan budaya belajar tuntas.

Setelah dianalisa maka dilakukan titik temu dan mencari problem solving, dengan

metode meningkatkan peluang usaha di area kosong, mengingat titik jenuh

usaha&kerja dibidang yang sudah ada berdasarkan: 1) area, 2) bidang jasa dan

dagang lebih banyak daripada manufacturing, 3) status pekerja lebih banyak

daripada pengusaha, 4) hasil produk baru membutuhkan keahlian & modal. Oleh

karena itu peluang usaha & kerja diciptakan antaralainnya: 1) entrepreneurship

dibidang pengolahan hutan & kelautan, 2) meningkatkan rantai perdagangan &

pendidikan. Penelitian direkomendasikan ke Departemen Kehutanan RI,

Departemen Kelautan, dan Institusi Akademika untuk mengembangkan penelitian

ini.

Kata Kunci: Persatuan, Ketahanan Nasional, Pembangunan Ekonomi Sosial,

Peluang Usaha, Entrepreneurship, Tata Kelola Area Kosong Untuk Peluang

Usaha.

I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kaya, boleh dikatakan dari bawah bumi sampai langit

Indonesia, isinya harta karun semua karena memiliki pluralism (banyak ragam)

sumber daya mulai dari udara sampai bumi, hingga keragaman kehidupan yang

melekat pada sumber daya manusianya (keaneka ragaman segala kehidupan, adat

istiadat, bahasa, gaya hidup, filosofi hidup, makanan, pakaian, rumah dan

peralatan). Itulah sebabnya siasat penjajah terakhir pada zaman dahulu, adalah

melakukan politik mendirikan negara boneka dalam mengantisipasi perlawanan

para pejuang diseluruh Nusantara Indonesia. Seperti diketahui Negara boneka

hanya punya keterbatasan sumber daya, sehingga mudah ditakhlukan oleh penjajah,

dan hasil sumber dayanya dari berbagai negara boneka diambil oleh penjajah,

sehingga penjajah menikmati pluralism (banyak ragam) sumber daya dari berbagai

Page 103: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

negara boneka tersebut. Dan masalah tersebut mulai disadari oleh bangsa Indonesia,

yang terus berjuang melawan politik penjajah tersebut dengan bersatu, hingga

akhirnya Indonesia merdeka sampai sekarang.

Masalah persatuan sekarang ini mulai diganggu oleh orang yang tidak

bertanggungjawab. Banyak sekali ujaran kebencian serta sikap dan tindakan yang

bersentuhan dengan unsur SARA, menjadi icon–icon yang digunakan dalam

berinteraksi sosial.

Ada banyak faktor yang menyebabkan persatuan terluka, salah satunya terkait

dengan sumberdaya. Untuk itulah pemerataan ekonomi sosial adalah salah satu

faktor terpenting yang harus selalu dipikirkan disetiap langkah pembangunan di

masa pemerintahan siapapun dan dimanapun. Pembangunan ekonomi sosial dapat

dibangun salah satu caranya dengan meningkatkan daya entrepreneur bidang rantai

lapangan pekerjaan, rantai pendidikan, dan rantai perdagangan dengan membawa

Filosofi Pancasila, melalui peluang usaha. Oleh karena itu Penelitian ini digunakan

untuk menyampaikan gagasan yang bersifat penjajagan untuk menjawab fenomena

yang terkait dengan masalah persatuan yang sedang terjadi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengidentifikasi peluang usaha untuk meningkatkan

entrepreneurship yang membawa Filosofi Pancasila.

2. Bagaimana meningkatkan daya entrepreneurship dibidang rantai lapangan

pekerjaan, rantai pendidikan, dan rantai perdagangan.

3. Bagaimana pembangunan ekonomi sosial dibangun dengan meningkatkan

daya entrepreneurship dengan membawa filosofi Pancasila.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah:

1. Memberikan sebuah informasi dan konsep baru untuk penelitian lebih

lanjut, mengenai entrepreneurship yang membawa Filosofi Pancasila untuk

meningkatkan persatuan bangsa Indonesia.

2. Menciptakan keselarasan dan keseimbangan serta pemerataan

pembangunan nasional dan berkelanjutan, melalui peningkatan daya

peluang untuk wirausaha (entrepreneurship).

3. Membangun kesatuan bangsa melalui entrepreneurship yang membawa

filosofi Pancasila

4. Meningkatkan Ketahanan Nasional melalui sandang, pangan, papan, dan

pelestarian segala sumber daya

5. Meningkatkan pemberdayaan dan pelibatan putra putri daerah dari segala

unsur dan segala penjuru geografi dalam pembangunan nasional melalui

entrepreneurship.

Page 104: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peluang usaha ditemukan untuk meningkatkan

daya entrepreneurship.

2. Bagaimana teori, metode terkait dengan entrepreneurship serta topik

penelitian pada pembangunan ekonomi sosial dapat menemukan problem

solving yang dapat meningkatkan persatuan dan ketahanan nasional melalui

peningkatan daya entrepreneurship yang membawa filosofi Pancasila.

II. Tinjauan Pustaka

2.1. Penelitian Terdahulu

Irawan, Arif, dkk (2017), Dalam penelitian dengan judul: Analisis Persepsi

Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Keberadaan Kawasan KPHP Model Poigar,

menjabarkan dalam abstraknya bahwa: penerapan skema pemberdayaan dikawasan

kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) model poigar perlu perhatikan

persepsi dan perilaku masyarakat. Untuk dapat mengetahuinya pada masyarakat

Desa Lolan, maka digunakan skala likert. Untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi perilaku digunakan uji korelasi Rank Spearman (Rs). Dan hasilnya

persepsi yang baik tidak memberikan pengaruh significant terhadap perilaku.

Karakteristik sosial masyarakat yang berpengaruh terhadap perilaku masyarakat

adalah pendidikan, tingkat pendapatan yang bersumber dari luar kawasan dan

tingkat interaksi dengan hutan.

2.2. Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan deduktif yang mengacu pada kebenaran umum bahwa: entrepreneurship

dapat ditingkatkan melalui peluang usaha.

a. Manajemen Strategis

Manajemen strategis bertujuan untuk menciptakan langkah-langkah efektif

dan efisien dalam mencapai tujuan. Harta karun yang paling berharga di era

globalisasi ini, adalah: faktor produksi, informasi, ilmu pengetahuan, skill,

atau kemampuan kerja, modal, jaringan, serta tepat waktu (up date), dan

loyalitas, dimana semua itu dibangun dengan daya analisis yang tinggi, kerja

keras, hubungan baik, kepercayaan, ketelitian, detail dan lainlain. Harta

karun tersebut adalah modal yang akan digunakan dalam manajemen

strategis, dimana tujuan manajemen strtaegis adalah memenangkan sebuah

kompetisi, dengan menciptakan efisiensi dan efektivitas dengan harta karun

tersebut untuk menambah nilai dengan berbagai macam inovasi. Berfikir

strategis adalah sebuah keharusan dalam menjawab semua permasalahan

kehidupan secara luas. Berfikir strategis adalah berfikir kritis. Cara berfikir

ini harus diajarkan kepada setiap generasi dalam menghadapi persaingan

hidup yang kini tidak lagi dihambat oleh jarak, ruang, tempat, dan waktu,

Page 105: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

yang dikenal dengan sebutan era (zaman) globalisasi. (Sabariah, Etika,

Manajemen Straegis,

2016)

b. Entrepreneurship

Wirausaha adalah alternatif bagi siapapun, kalangan masyarakat, yang akan

muncul ketika adanya suatu dorongan usaha yang tumbuh dari inspirasi,

motivasi dan peluang. (Sabariah, Etika, Manajemen Strategis,

2016)

c. Ketahanan Nasional

Pendidikan kewiraan dimaksudkan untuk memperluas cakrawala berfikir

para mahasiswa sebagai warga negara Indonesia sekaligus sebagai pejuang

bangsa dalam usahanya menciptakan serta meningkatkan kesejahteraan dan

keamanan nasional untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara,

demi terwujudnya aspirasi perjuangan nasional dengan tujuan memupuk

kesadaran bela negara dan berfikir komprehensif integral (terpadu)

dikalangan mahasiswa dalam rangka ketahanan nasional. Dengan

pendidikan kewiraan ini output (keluaran) yang diharapkan adalah: (1)

Mampu menghayati dan mengimplementasi wawasan nusantara dan

ketahanan nasional, (2) Mampu memahami politik dan strategi nasional

serta mampu, menyebarkan dan melaksanakan materi-materi GBHN sesuai

dengan bidang profesinya, (3) Mampu berperan serta dalam sistem

pertahanan keamanan rakyat semesta. Tujuannya dari pendidikan kewiraan

adalah: (1) Kecintaan kepada Tanah Air Indonesia, (2) Kesadaran berbangsa

dan bernegara kesatuan Republik Indonesia, (3) Yakin akan kesaktian

Pancasila dan UUD 1945, (4) Rela berkorban demi bangsa dan negara, (5)

Kemampuan awal bela negara. Ketahanan nasional adalah upaya untuk

menghadapi segala bentuk ancaman dengan sesuatu kemampuan, kekuatan,

ketangguhan, keuletan, dan daya tahan”

(Lemhannas, 1993, Kewiraan Untuk Mahasiswa)

d. Pancasila

Pancasila terdiri dari 5 (lima) sila, yaitu: (1) Sila Pertama: Ketuhanan

Yang Maha Esa, (2) Sila kedua : Kemanusian Yang Adil dan Beradab, (3)

Sila ketiga: Persatuan Indonesia, (4) Sila keempat: Kerakyatan Yang

Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /

perwakilan, (5) Sila kelima: Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

(https://pancasila.weebly.com/penerapan-sila-sila-pancasila.html).

2.3. Metode Penelitian

Penelitian ini lebih difokuskan pada fenomena atau peristiwa yang diambil

melalui berbagai sumber informasi dan studi literature untuk dicari problem

solvingnya. Oleh karena itu metode penelitian yang digunakan adalah sebagai

berikut:

a. Jenis penelitian berdasar tujuannya, menggunakan riset eksploratif

konseptual, dengan jenis penelitian kualitatif.

Page 106: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

b. Pendekatan deduktif digunakan pada penelitian ini, karena didasarkan pada

teori umum (general), bahwa wirausaha ditingkatkan salah satunya melalui

peluang usaha.

c. Data yang digunakan adalah data sekunder melalui media informasi dan

literature, dengan teknik pengumpulan datanya dengan observasi.

d. Lingkungan penelitian adalah pemerintahan dan bisnis.

e. Unit analisis dalam penelitian berkaitan dengan berbagai sumber teori yang

saling berkorelasi dengan fenomena atau peristiwa, dan mencari titik temu

untuk meningkatkan faktor-faktor terkait dengan pembangunan nasional

yang diarahkan pada pembangunan kewirausahaan yang ditingkatkan

melalui mencari peluang usaha dengan pemanfaatan tekhnologi dgital,

informasi, dan tekhnologi lain, melalui rantai pendidikan, rantai

perdagangan dan rantai lapangan pekerjaan dengan membawa filosofi

Pancasila, sehingga pejabaran problem solving dalam penelitian ini dapat

melengkapi metode-metode problem solving sebelumnya terkait dengan

pembanggunan ekonomi yang ditujukan untuk meningkatkan ketahanan

nasional agar persatuan bangsa Indonesia tetap terjaga.

III. Hasil Penelitian dan Pembahasan

3.1. Hasil Pengamatan Terhadap Fenomena Yang Sedang Terjadi Terkait Dengan

Penelitian

3.1.1. Geografis kependudukan berdasar letak atau keberadaan tempat tinggal

Berdasarkan geografis kependudukan: ada tiga jenis wilayah yaitu: (1) Ibu

Kota, (2) Kota, dan (3) Desa, dimana desa terdiri dari: desa swadaya, desa

swakarya, dan desa swasembada. Menurut Mekarjaya pembagian pedesaan

menurut tingkat Permendagri No 84 tahun 2016 tentang susunan organisasi

pemerintah desa, disebutkan bahwa sejumlah perangkat desa akan ditentukan

sesuai dengan klarifikasi desa menurut tingkat perkembangannya. Klarifikasi

desa adalah sebagai berikut: 1) Desa Swadaya yaitu desa yang memiliki

potensi tertentu tetapi tidak dikelola dengan sebaik-baiknya, dengan ciri,

daerah terisolir dengan daerah lainnya, penduduknya jarang, mata

pencaharian homogeny yang bersifat agraris, bersifat tertutup, masyarakat

memegang teguh adat, tekhnologi masih rendah, sarana dan prasarana sangat

kurang, hubungan antar manusia sangat erat, dan pengawasan sosial

dilakukan oleh keluarga, 2) Desa Swakarya yaitu desa peralihan atau transisi

menuju desa swasembada, dengan ciri sebagai berikut: kebiasaan atau adat

istiadat sudah tidak mengikat penuh, sudah mulai mempergunakan alat-alat

dan tekhnologi, sudah tidak terisolasi lagi walau letaknya jauh dari pusat

perekonomian, telah memiliki tingkat perekonomian, pendidikan, jalur lalu

lintas dan prasarana lain, jalur lalu lintas antara desa dan kota sudah agak

lancar, 3) Desa swasembada adalah desa yang masyarakatnya telah mampu

memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya

sesuai dengan kegiatan pembangunan regional. Cirinya adalah kebanyakan

Page 107: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

berlokasi di ibukota kecamatan, penduduknya padat, tidak terikat dengan

adat istiadat, telah memiliki fasilitas yang memadai dan lebih maju dari desa

lain, partisipasi masyarakat yang sudah lebih efektif.

(sumber: http://mekarjaya.tanahbumbukab.go.id/?p=297, 3-3-2016, mekarjaya)

3.1.2. Angka Pengangguran

Tingkat pengangguran adalah dasar untuk menjadi acuan dari keberhasilan

sebuah pembangunan ekonomi. Seperti diketahui bahwa pembangunan ekonomi

harus memperhatikan: (1) karakter, jenis, dan tingkat pendidikan, (2) tingkat

kebutuhan pemberi kerja (investor atau pemilik modal dan pemerintah), (3)

perubahan iklim ekonomi pada era globlalisasi terkait dengan kerjasama ekonomi

antar negara, (4) tingkat sosial ekonomi yang dikaitkan dengan berbagai jenis sosial

yang ada di segala penjuru nusantara (sosial interaksi, sosial komunikasi, sosial

style hidup, sosial terkait dengan filosofi hidup, sosial terkait dengan adat istiadat,

tatanan kehidupan, keragaman bentuk seni budaya/sandang/papan/pangan), (5)

keragaman sumber daya [hayati (hewani dan botani), mineral, dan geografi

(pegunungan, daratan, sungai dan laut].

Menurut sumber Badan Pusat Statistik Indonesia

Tabel 1

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Daerah

Pada Bulan Febuari 2016 – Agustus 2017

Wilayah Tahun 2016 Tahun 2017

Febuari Agustus Febuari Agustus

Kota 6,53 % 6,60 % 6,50 % 6,79 %

Desa 4,35 % 4,51 % 4,00 % 4,01 %

Jumlah 5,50 % 5,61 % 5,33 % 5,50 %

Tabel 2

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut tingkat pendidikan

Jenjang

Pendidikan

Tahun 2 016

Jumlah Juta Orang %

Universitas 11,32 9,35 %

Diploma I, II, III 3,28 2,71 %

SMK 12,59 10,40 %

SMA 21,13 17,46 %

SMP 21,72 17,95 %

SD Kebawah 50,98 42,13 %

Sumber: https://www.bps.go.id

3.1.3. Masalah prinsip persatuan bangsa yang didasarkan pada fenomena yang

terjadi

Page 108: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Indonesia adalah negara yang memiliki keragaman dalam segala hal.

Merdeka dari penjajahan karena masing-masing daerah menyatakan diri untuk

bersatu, dan menolak segala bentuk penjajahan dan sepakat dalam janji sumpah

pemuda pada tahun 1928. Prinsip persatuan antaralainnya:

a. Keaneka ragaman itu tidak bisa diseragamkan, tapi hanya bisa ditebarkan.

Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aktivitas pada sekian banyak

aktivitas yang berprinsip pada persatuan sebagai berikut:

• Pada dunia kerja kita temui sebuah arti persatuan, sebagai contohnya

adalah suatu perusahaan sedang melakukan proyek di daerah pedalaman

Kalimantan. Dibutuhkan kekompakan yang tergantung pada kinerja

anggota tim. Dan kinerja tergantung pada keahlian masing-masing

anggota tim, yang salah satunya dari ilmu implementasi yang hanya

dimiliki oleh putra daerah yang benar-benar mengetahui medan atau

area, sehingga berfungsi sebagai penuntun dan pembimbing dari semua

sumber daya manusia yang berada dalam satu tim yang masing-masing

membawa teori dan pengalaman implementasi pada bidangnya masing-

masing.

• Dalam pertandingan antar negara baik dibidang olah raga, seni budaya,

tekhnologi dan masih banyak lainnya, maka tim yang bertanding, entah

berasal dari daerah atau kepulauan yang ada di Indonesia, sudah jelas

kemenangannya bukanlah berdasarkan kemenangan kelompok tim,

melainkan kemenangan bangsa Indonesia.

b. Bukti alasan keaneka ragaman tidak bisa diseragamkan, tapi hanya bisa

ditebarkan adalah keaneka ragaman tersebut indah untuk ditebarkan,

antaralainya sebagai berikut:

• Margasatwa yang ada disetiap daerah atau kepulauan Indonesia, disatukan

menjadi satu wadah di kebun binatang. Kita tidak perlu pergi ke papua

hanya untuk melihat burung merak, kita tidak perlu pergi ke nusa tenggara

timur hanya untuk melihat komodo. Keragaman margasatwa dari seluruh

penjuru Indonesia, dapat dilihat dengan jarak yang cukup dekat dengan

rumah tinggal kita, sehingga anak-anak kita dapat mengenal Indonesia dari

banyak ragam sumber daya yang dimiliki.

• Putra daerah berhak untuk belajar dan bekerja dimanapun diseluruh wilayah

Indonesia. Seperti diketahui bahwasanya masih banyak pembangunan

ekonomi yang membutuhkan pertukaran SDM antar daerah, selain itu

pendidikan terkait dengan perkembangan tekhnologi dan pengetahuan lebih

banyak berada di kota besar dan ibu kota negara, sehingga putra daerah yang

lebih didominasi kurang berkembang dalam pendidikan IPTEKnya berhak

untuk belajar di daerah manapun di seluruh nusantara untuk mendapatkan

kebutuhan akan pendidikan tersebut. Hal tersebut mengacu pada jenis

interaksi yang berlaku secara universal di era ekonomi terbuka, atau dikenal

dengan sebutan era globalisasi, dimana tidak ada larangan bagi siapun untuk

belajar ke negara manapun.

Page 109: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

• Keaneka ragaman budaya yang ada di Indonesia, telah terwakilkan

keberadaanya di bangunan bersejarah yaitu: Taman Mini Indonesia. Kita

dapat mengenal anggota keluarga kita sendiri, tanpa harus mengunjungi

daerah masing-masing diseluruh nusantara, apabila anggaran kita terbatas.

c. Perkembangan dunia bisnis dan ekonomi global tidak lagi mengenal kendala

waktu, tempat, jarak bahkan kecepatan. Segala sesuatunya menjadi mudah

dengan perkembangan IPTEK, hardware, software, jaringan dan beragam

peralatan canggih yang hampir mengganti posisi kerja manusia, untuk

menjawab permasalahan tersebut. Dengan demikian perkembangan dunia

bisnis sekarang mengharuskan manusia sudah meninggalkan pemikiran

terkotak, dan mulai mengembangkan pola pikir terpadu. Pemikiran ini

disebut dengan konsep berfikir strategis. (Sabariah, Etika, 2016)

Oleh karena itu usaha untuk memporak porandakan Bhineka Tunggal Ika adalah

sesuatu yang tidak manusiawi, jika kita melihat dasar alasannya. Oleh karena itu

Bhineka Tunggal Ika harus dihayati, diamalkan, di terima secara universal sebagai

bagian dari filosofi hidup dari semua anak bangsa Indonesia yang terlahir di dunia,

seperti satu keluarga, satu sama lain harus saling menerima perbedaan.

3.2. Analisis Terhadap Fakta Terkait Dengan Pembangunan Ekonomi Sosial.

3.2.1. Fakta Toleransi

Fakta bahwa Indonesia merupaka negara yang dicontoh oleh banyak

macanegara dalam hal toleransinya, adalah saat diselenggarakannya konferensi

toleransi dunia yang pertama (WTC) 2017 di Indonesia & Asia Tenggara di

pendopo Kabupaten Purwakarta bulan mei 2017. Akan tetapi kebanggaan kita

tersebut, sedikit diuji oleh munculnya kasus intoleransi, yang menggunakan unsur

perbedaan yang dipandang dari sisi kebencian, sehingga titik temu untuk mencari

penyelesaian cukup sulit. Hal yang menjadi masalah penting karena setiap pendapat

yang mengarah pada ujaran kebenciaan, disembar luaskan melalui tekhnologi

informasi dan mencari massa. Hal inilah yang menjadikan Ibu Pertiwi menangis,

karena putra-putrinya bertengkar dengan mengedepankan perbedaan. Sementara itu

banyak pihak lain yang memanfaatkan situasi tersebut untuk mencapai tujuan atau

keinginannya.

3.2.2. Icon Pembangunan

Icon Pembangunan mengacu pada iklim usaha dan kerja yang

mengedepankan pada digitaling, Star Up, dan wirausaha sebagai pioneer,

mengingat bahwa perkembangan usaha dagang, jasa, dan manufacturing sudah

mengalami titik jenuh sehingga dimodifikasi dan diinovasi oleh tiga unsur yaitu:

digitaling, Star Up dan wirausaha. Hal tersebut terlihat faktanya dari pencanangan

ekonomi kreatif menjadi tulang punggung Indonesia, sehingga BEKRAF (Badan

Ekonomi Kreatif) dibentuk oleh pemerintah per 20-1-2015, dengan mengacu pada

pangsa pasar yang diarahkan ke negara maju, yang rata-rata penduduknya tidak lagi

Page 110: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

didominasi oleh kebutuhan sandang, pangan dan papan melainkan pada kebutuhan

rekreasi dan refreshing. (Sabariah, etika, 2018)

3.2.3. Riset Terapan

Pada acara kuliah umum di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Menteri Riset

Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Muhammad Nasir, mengatakan

bahwa: Riset terapan masih rendah, kebanyakan riset perguruan tinggi di Indonesia

adalah riset dasar, karena itu perlu dilakukan perubahan. Riset kedepan harus

didekatkan dengan demand side, dan harus memperhatikan market drivernya.

3.3. Beberapa Faktor yang menjadi masalah munculnya intoleransi.

Masalah intoleransi adalah masalah yang muncul dari sebuah penolakan atas

adanya sebuah perbedaan, karena sesuatu hal seperti salah satunya terkait dengan

keadilan. Dalam penelitian ini, faktor keadilan sosial adalah bagian yang menjadi

pertimbangan untuk mencari problem solving terkait dengan masalah intoleransi.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan intoleransi terjadi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya angka pengangguran, daya beli kurang, biaya hidup, dan

godaan secara ekonomi, dengan berdirinya mall pencakar langit,

beragamnya produk mulai dari makanan, minuman, pakaian dan

barangbarang lainnya.

2. Belum disosialisasikannya budaya belajar tuntas, seperti: 1). mendengarkan

tuntas dan tidak memotong pembicaraan (contoh kasus pada anak-anak

melakukan adu debat), 2) membaca tuntas, lalu berfikir setelah itu

bertindak, (contoh kasus pada kurang berfungsi peran mesin nomor antrian

& tutorial dalam mengganti peran petugas), 3) menanyakan standar

operating prosedur atau peraturannya sebelum klarifikasi atau adu debat

(contoh kasus pada pengurusan administrasi di perkantoran atau pusat

pelayanan umum, 4) membiasakan diri mencatat (mendokumentasikan)

terkait dalam segala hal, sehingga dapat mengurangi faktor salah paham

(contoh kasus pada interaksi saling menyalahkan), 5) mencari terlebih

dahulu sumber informasi baru memberikan pendapat atau bersikap pada

suatu informasi (tipe pendidikan ini sebenarnya sudah diajarkan disekolah

dan di dunia kerja dan usaha, dimana dalam dunia pendidikan, setiap karya

tulis, daftar pustaka harus jelas dan dicantumkan, dan didunia kerja setiap

formulir atau laporan selalu ada informasi yang bertanggungjawab atau

yang memiliki otoritas. Akan tetapi implementasi ini kurang direalisasikan

dalam kehidupan interaksi sosial. Metode belajar tuntas tersebut cukup

dapat dihandalkan untuk menangkal serangan Hoax.

3.4. Mencari Peluang Usaha

Mencari Peluang Usaha Yang Meningkatkan Entrepreneurship Dalam

Pembangunan Ekonomi Sosial Untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional Sehingga

Persatuan Nasional Dapat Dipertahankan. Metode mencari peluang usaha dan kerja

Page 111: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

ini didasarkan pada pengamatan terhadap titik jenuh usaha dan kerja dibidang yang

sudah ada berdasarkan: (1) Area (kota kecil, kota besar, desa, ibu kota, dan daerah

transmigrasi), (2) Berdasarkan bidang lebih banyak pada perdagangan dan jasa,

dibandingkan pada pengolahan pangan (bertani, dan beternak) dan pengolahan

bahan pangan (pabrikasi), (3) Berdasarkan status kerja lebih banyak sebagai pekerja

bukan pengusaha, (4) Berdasarkan hasil produk, dibutuhkan keahlian dan modal

untuk dapat menghasilkan produk baru. Seperti kita ketahui bahwa salah satu

filosofi Pancasila pada sila ke 5 adalah: “Keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, bentuk perwujudannya adalah keadilan

ekonomi, yang telah dibangun dengan banyak teori, pengalaman dan implementasi

dari jasa-jasa para tokoh-tokoh Indonesia dari mulai Indonesia merdeka hingga

sekarang berumur 72 tahun. Untuk meningkatkan daya keadilan sosial secara

ekonomi yang membawa filosofi Pancasila pada penelitian ini, hanya sedikit

menambah penyempurnaan saja, dengan cara atau metode sebagai berikut:

3.4.1. Meningkatkan peluang usaha dan kerja melalui rantai lapangan pekerjaan.

Peluang usaha di era globalisasi ini, nampaknya sudah cukup sulit dicari,

karena jika dilihat dari keragaman jenis usaha, dan jenis produk apapun sudah

hampir semua ada. Oleh karena itu peluang usaha di Indonesia hanya dapat

ditemukan dengan mudah melalui celah kekosongan area terhadap suatu usaha atau

suatu pekerjaaan yang sudah ada pada umumnya. Metode tersebut adalah meratakan

suatu usaha (entrepreneur) dan pekerjaan kesegala tempat (area, wilayah, atau

daerah). Peluang usaha tersebut antaralainnya:

3.4.1.1 Entrepreneur dibidang pengolahan hutan.

Pada acara Lokarkarya Hutan & Deforestasi Indonesia (29/1/2017) yang

diselenggarakan sebagai upaya mewujudkan persamaan persepsi tentang definisi

hutan gundul (Defoterasi) yang meliputi: metode perhitungan, pengukuran, dan

pelaporan serta tata kelola hutan yang baik. Menurut Siti Nurbaya: Pengendali

defoterasi adalah salah satu isu strategis bidang kehutanan, dimana defoterasi

mengandung implikasi tekanan internasional.”. Tata kelola hutan alam primer dan

lahan gambut untuk penurunanan emisi dari defoterasi & degradasi hutan telah

diterbitkan: Instruksi Presiden RI. No. 6 tahun 2017 tentang penundaan &

penyempurnaan tata kelola pemberian izin baru hutan alam primer & lahan gambut.

Instruksi presiden ini melanjuti dari Instruksi Presiden no.8/2015, no 6/2013 dan no

10/2011. Lokakarya ini adalah bagian dari pengembangan national forest

monitoring system (NFMS) atau system monitoring kehutanan nasional

(SIMONTANA). Hasil analisis data terjadi penurunan defoterasi (netto) nasional,

yang semula di tahun 2016 sebesar 630 ribu hectare (ha), kini hanya tinggal 479

ribu hectare (ha). (Wisnubro, 2018). Menurut Ruhimat (2010) menyatakan bahwa

optimasi pemanfaatan dan pengelolaan hutan bagi kesejahteraan masyarakat dapat

dilakukan dengan memegang prinsip bahwa setiap kawasan hutan harus dikelola

dengan tetap memperhatikan sifat, karakteristik, dan fungsi pokok yaitu fungsi

Page 112: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

konservasi, lindung dan produksi. Sedangkan menurut Mamuko, Walangitan &

Tilaar (2016) menyatakan bahwa keberhasilan program rehabilitasi hutan dan lahan

sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor teknis, kelembagaan maupun

faktor sosial ekonomi masyarakat. Berdasarkan informasi tersebut, maka wirausaha

dibidang pengolahan hutan bukan untuk mengeksploitasinya tapi melestarikan, dan

memanfaatkan kekayaan hutan dengan bijak. Oleh karena itu mengembang biakan

komponen hutan, dan mengambil hasilnya untuk menyeimbangkan populasi

masing-masing habitat, adalah upaya melestarikan serta mengembangkan nilai

manfaatnya. Untuk itu ada beberapa metode yang dapat dilakukan antaralainnya:

A. Pelestarian cagar alam dengan melibatkan pribumi asli daerah sebagai

satpam hutan. Usaha tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan, yang

tidak mengubah pola dari kehidupan masyarakat lokal, sebagai misal adalah

daerah pedalaman salah satu sumber mata pencaharianya adalah berburu

binatang atau mengambil hasil tanaman hutan. Mereka dapat diajak

melestarikan lingkungannya sekaligus menjaga mata pencaharian dan

keahlian mereka agar tidak terancam punah. Dengan cara seperti itu maka

satu mata pencaharian tambahan lagi didapati oleh orang pribumi lokal

khususnya orang pedalaman.

B. Hutan dikembangkan seperti lahan tanam dan ternak (persawahan, ladang

atau peternakan). Selama ini hutan mengolah dirinya sendiri, dan hasilnya

diambil oleh manusia. Kini sudah saatnya hutan dijadikan lahan tanam, dan

beternak dengan membantu hutan untuk melakukan regenerasi, sehingga

hasilnya dapat kita ambil tanpa merusak cara regenerasinya, keasliannya,

serta kelestariannya. Metodenya dilakukan dengan cara:

• Memberi makanan adalah salah satu upaya melestarikan siklus hidup

satwa hutan, agar berkembang biak. Seperti kita ketahui bahwa masalah

kita salah satunya adalah sampah, jika program sampah telah mampu

terpilah dengan sempurna, maka usaha melestarikan alam termasuk

menjaga hutan dapat berjalan seiring sejalan dengan mengurangi limbah

sampah organik, karena sisa sayur dan buah yang terpilah tidak

menumpuk di TPA (tempat pembuangan sampah), melainkan dapat kita

sebarkan ke hutan lindung, agar margasatwa hutan dapat memakannya.

Akan tetapi untuk menjalankan hal tersebut harus dilakukan dengan

sistem pengendali yang tepat, salah satunya sisa sayur dan buah yang

tidak ditumpuk di TPA harus melalui uji kendali seperti : dicuci,

terpilah, bebas dari pestisida atau hal-hal yang berbahaya, sehingga

margasatwa aman memakan sampah tersebut. Makanan tersebut dapat

diberikan pada satwa hutan dengan penyebaran pada titik-titik tertentu,

yang aman dari predator dan terpantau oleh CCTV. Metode pemilahan

limbah organik tersebut sangat sederhana, karena pada pusat-pusat

limbah seperti TPS atau pasar di pasang conveyor portabel agar limbah

organik terpilah dan dapat dipindahkan ke tempat yang terpisah, setelah

Page 113: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

itu diarea pengelolaan diuji kendali, lalu di packing dan di hantarkan ke

area pemberian makanan untuk margasatwa hutan.

• Jika komponen hutan sudah melebihi batas toleransi populasi, maka

dapat dilakukan pengurangan, salah satunya adalah pemburuan hewan

hutan. Sistem ini cukup sulit dalam pelaksanaanya, karena itu

diperlukan seperangkat aturan kendali yang bijaksana terkait dengan

aktivitas berburu, salah satunya dengan pencermatan angka populasi

yang harus hati-hati, teliti dan detail melalui angka statistika dengan

dibantu seperangkat tekhnologi, sehingga kepunahan komponen dapat

dicegah, tanpa mencegah masyarakat memanfaatkan hasil hutan sebagai

salah satu sumber pendapatan.

• Pada pelaksanaan sistemnya dibawah kendali pemerintah dengan

melibatkan berbagai institusi atau lembaga terkait, dimana kinerja untuk

membantu regenerasi hutan dengan membuat subur dan kemudian

mengawasi masa panennya, agar populasinya seimbang.

C. Tata kelola area tepi hutan, dimana pinggiran area hutan batasannya adalah

area tempat tinggal atau pemukiman penduduk. Pengelolaannya diarahkan

pada bagaimana area tersebut menjadi: wisata kebun binatang ditepi hutan,

wisata kemah edukasi dengan program 1000 pohon, atau program

pembelajaran biota hutan, dan taman rekreasi hutan. Metodenya dilakukan

dengan dibuatkannya dinding pemisah, agar hewan tersebut tidak memasuki

batas aman area pemisah antara hutan dengan ladang atau pemukiman.

Dinding tersebut berupa aliran sungai dan pagar tanaman, yang merupakan

sumber makanan mereka. Pada metode pelaksanaan dilakukan secara

bertahap, melalui pengembangan dan pengelolaan hutan pada jarak

kilometer tertentu terlebih dahulu, setelah itu jika program berhasil

dikembangkan lagi jarak kilometernya.

Metode problem solving dengan membuat entrepreneurship dibidang

pengolahan hutan akan memberikan manfaat antaralain: (1) Mengurangi limbah

organik menumpuk di TPA, (2) Menjaga melestarikan alam dengan menjaga

kebersihan lingkungan, sekaligus menebarkan makanan untuk area krisis makanan

untuk hewan, salah satunya untuk margasatwa hutan sebagai akibat penggundulan

hutan, (3) Membuka lapangan pekerjaan baru untuk sumber daya manusia pribumi

lokal termasuk pribumi pedalaman, tanpa syarat pendidikan, karena yang

dibutuhkan hanyalah keahlian dalam mengenal lingkungan area, medan tempat

tinggal serta hutan dimana program pelestarian alam dilakukan, (4) Membuka

lapangan pekerjaan untuk tenaga pemilah (buruh), (5) Membuka lapangan

pekerjaan bagi para sarjana dengan pendidikan statistik, kehutanan, dokter hewan,

dan para sarjana lain terkait dengan ilmu alam (air, tanah, udara, botani dan hewani),

pertanian dan peternakan, (6) Menambah daftar pekerjaan bagi para prajurit

keamanan negara untuk menjaga keamanan area sekaligus menjaga pelestarian,

dengan kemudahan fasilitas akses, karena hutan yang dijadikan lahan usaha, akan

memberikan tambahan infrastruktur serta fasilitas yang baik dalam menjaga

Page 114: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

keamanan, (7) Menambah lapangan pekerjaan dengan berbagai jenis terkait dengan

wisata, penelitian hutan serta keamananan hutan, (8) Menambah mata pencaharian

penduduk lokal dengan hasil buruan hewan yang boleh dilakukan jika populasi

hewan sudah diatas angka toleransi, (9) Menambah lapangan pekerjaan untuk para

ahli statistik yang harus memantau jumlah margasatwa dan komponen hutan serta

berbagai faktor yang akan diukur dalam keilmuan dibidang statistika. Dimana data

dari para pekerja ini, digunakan untuk mengambil kebijakan yang tepat terkait

pengelolaan hutan, (10) Munculnya akademisi pendidikan yang berkonsentrasi

pada bidang tata kelola hutan melalui bidang keamanan, manajemen, ekonomi

kehutanan, statitistik kehutanan dan lain sebagainya, (11) Munculnya bidang usaha

pariwisata hutan dengan keaneka ragaman seperti olah raga, perhotelan,

perkemahan, budidaya tanaman bunga di hutan, penelitian hutan, keamanan hutan

dan lain sebagainya, (14) Munculnya usaha baru yang mungkin terjadi, jika kita

sudah mengenal hutan dengan sebaikbaiknya seperti menemukan sumber energi

baru dihutan, menemukan tanaman obat di hutan dan lain sebagainya, (15)

Pengelolaan hutan ini adalah usaha yang dapat meningkatkan rasa persatuan karena

pekerjaan tersebut melibatkan banyak sumber daya manusia baik dari pusat

pemerintahan, putra daerah yang dikota, desa bahkan putra daerah di pedalaman.

3.4.1.2 Entrepreneur dibidang kelautan.

Selain pengolahan hutan perlu dikembangkan juga peningkatan usaha

dibidang kelautan, dengan memanfaatkan pulau-pulau tak berpenghuni menjadi

tempat wisata, melalui pembangunan infrastruktur jembatan yang disambungkan

antara pulau satu kepulau yang lain pada jarak yang memungkinkan dan manajemen

resiko adalah bagian dari kendalinya. Problem solving tersebut memberi manfaat,

sebagai berikut: (1) Meningkatkan daya saing wisata sekaligus membuka peluang

kerja dan usaha, (2) Meningkatkan keamanan territorial daerah laut, (3)

Meningkatkan peluang usaha dan kerja tanpa terkendala pada syarat pendidikan,

sebagai misal usaha kursus menyelam dikedalaman laut tanpa alat bantu pernafasan

yang diajarkan oleh orang pedalaman.

3.4.2. Meningkatkan Peluang Usaha & Kerja Melalui Rantai Perdagangan

Perdagangan nasional sudah makin semarak di tanah air, dimana-mana keaneka

ragaman makanan, pakaian, rempah-rempah, bahan obat-obatan, peralatan dan

masih banyak lagi, dari masing-masing daerah dari segala penjuru kepulauan

Indonesia, terkadang mudah kita temui, tanpa kita harus berkunjung ke daerah

dimana barang-barang tersebut berada. Pedagang nasional yang menjual

barangbarang dari segala penjuru kepulauan Indonesia adalah pedagang yang

membawa pesan moril filosofi Pancasila. Seperti kita ketahui bahwa strategi

pemasaran berjalan begitu cepat dengan alat bantu tekhnologi informasi, digital dan

tekhnologi akomodasi (transportasi). Kemajuan tekhnologi ini hendaknya kita

maksimalkan dampak positifnya, salah satunya dengan membantu pemasaran

produk-produk putra daerah agar lebih dikenal oleh putra daerah lain disegala

penjuru Indonesia.

Page 115: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Yang bercocok tanaman, yang berburu, yang mengambil hasil hutan, kerajinan dll

SDM Pusat Daerah/KotaAntar Berinteraksi Sebagai PerantaraSDM Daerah Berinteraksi Sebagai PengelolaSDM

Daerah

Pemasaran Digital Dan Tekhnologi BarangDibawah Pengawasan Pemerintah Bagian -Barang Ilegal dan Aparat Keamanan

Informasi Dibawah Pengawasan

Calon Buyer KEMOINFO Pelestarian Cagar Alam Pemerintah Bagian dan sumber Daya

Akademisi BEKRAFT Pusat Departemen Pusat Departemen Pusat Lokal

Litbang EXIM Industri

3.4.3. Meningkatkan Peluang Usaha dan Kerja Melalui Rantai Pendidikan:

Beberapa metode pendidikan yang dapat diterapkan, antaralainnya:

1. Pembangunan sumber daya manusia adalah pembangunan yang sudah

sangat mendesak dalam hal pemerataanya. Karena kemajuan tekhnologi

sudah sangat canggih dan pesat perkembangannya, dan untuk dapat

memasuki lapangan pekerjaan, salah satu syaratnya adalah menguasai

tekhnologi, setidaknya mampu menjalankan atau mengoperasionalkan

tekhnologi yang digunakan oleh para pemilik modal dalam menjalankan

usahanya. Oleh karena itu dibutuhkan akademisi pendidikan yang mampu

menghasilkan sumber daya manusia yang memenuhi kebutuhan para

pemodal tersebut. Dan hal itu pada kenyataannya, hanya banyak di jumpai

diarea perkotaan, sedangkan sumber daya yang diolah para pemodal

terkadang letaknya jauh dari perkotaan. Dan yang menjadi masalah adalah

sumber daya manusia yang mampu mengoperasionalkan tekhnologi

tersebut seperti (mesin, energi, transportasi dan lain sebagainya), jarang

yang bersedia ditempatkan diarea pekerjaan dekat dengan sumber daya

yang dikelola oleh pemilik modal. Hal tersebut jelas menciptakan

kesenjangan yang tidak logis, seperti halnya mempunyai kunci, tapi

kuncinya tidak berada pada tempatnya untuk digunakan. Hal tersebut

menyebabkan pintu ekonomi tidak akan terbuka. Untuk menjawab masalah

tersebut, maka hendaklah pemerintah meningkatkan pendidikan sumber

daya manusia yang berasal dari putra daerah, untuk dapat menjalankan

operasional tekhnologi (mesin, transportasi, informasi dan lain

sebagainya), sehingga investor tidak akan ragu lagi untuk menanamkan

modalnya ke daerah-daerah yang masih membutuhkan pembangunan

khususnya pembangunan ekonomi, salah satu caranya dengan mendirikan

akademisi didaerah terkait yang mana investor akan menanamkan modal.

Akademisi tersebut memfokuskan pada pendidikan SDM yang dibutuhkan

oleh investor terkait dengan penggunaan tekhnologi.

2. Untuk masyarakat pedalaman yang tidak menginginkan tekhnologi

memasuki kehidupan mereka, hendaknya kita hormati kearifan lokalnya.

Page 116: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Mereka adalah putra-putri Ibu Pertiwi yang juga istimewa karena ilmu

implementasi mereka dalam mengenal medan atau area tempat tinggal,

mengetahui kehadiran hewan buas, mengetahui arah mata angin,

mengobati sakit dengan tanaman yang mereka ketahui, memilih jalan hidup

sederhana, menyatu dengan alam, dan terlepas dari berbagai kepentingan

adalah sangat berharga. Kesederhanaan itu harus dihargai, akan tetapi

mereka harus belajar mengenai membaca, menulis, menghitung dan

berbahasa Indonesia, agar: (1) jembatan interaksi antar anak pribumi di

seluruh Indonesia dapat berjalan dengan baik, (2) mereka tidak dibohongi

dalam perniagaan, (3) membantu mereka meminta pertolongan apabila

keamanan diri mereka dan wilayah tempat tinggal dalam keadaan bahaya,

(4) usaha, kerja serta hasil produktivitas mereka adalah bagian dari

rangkaian pembangunan ekonomi.

3. Pendidikan berhemat dan menjaga keamanan uang atau asset (harta) adalah

pelajaran yang harus dipelajari dengan baik. BRI (Bank Rakyat Indonesia)

adalah salah satu bank milik negara yang juga membawa filosofi Pancasila,

karena dimanapun daerah atau wilayah, selalu ada BRI. Yang menjadi

masalah adalah banyak masyarakat yang tidak mau menabung dan memilih

menyimpannya di rumah, karena alasan: (1) uang yang mereka punya

sedikit, atau bank jauh dari tempat tinggal, (2) mereka banyak yang tidak

mengetahui pinjaman modal dengan bunga ringan, sehingga mereka

banyak terlibat hutang pada rentenir, sehingga keadaan ekonomi semakin

terpuruk. Peran BRI hendaknya lebih diperluas lagi fungsinya dalam

membantu masyarakat mengenal dengan bijak bagaimana menyimpan dan

meminjam uang. Peningkatan peran BRI dapat melalui kerjasama dengan

banyak pihak, seperti contohnya menghantarkan ahli pertanian dan modal

pinjaman untuk sampai kedaerah yang mata pencahariannya pertanian, tapi

daerah tersebut masih miskin sebagai akibat pengolahan pertanian yang

masih kurang pengetahuan, dan modal (pupuk, mesin, air, uang dan lain

sebagainya). Dengan memajukan pertanian atau peternakan daerah

tersebut, melalui pembinaan dan asupan modal maka BRI (Bank Rakyat

Indonesia), dapat menjaga likuiditas dan solvabilitas usaha dengan

memperluas usaha menyalurkan pinjaman dan menghimpun dana, ke

masyarakat secara luas, sekaligus menjadi patner kerja masyarakat dalam

pembangunan ekonomi sosial.

4. Kesimpulan

4.1 Kesimpulan

Indonesia adalah negara kaya karena memiliki pluralism (banyak ragam)

sumber daya mulai dari udara sampai bumi, hingga keragaman kehidupan yang

melekat pada sumber daya manusianya (adat istiadat, bahasa, gaya hidup, filosofi

hidup, makanan, pakaian, rumah dan peralatannya. Indonesia merdeka dari

penjajah, karena rakyatnya bersatu, akan tetapi sekarang masalah persatuan mulai

Page 117: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

diganggu. Ada banyak faktor yang menyebabkan persatuan terluka, salah satunya

terkait dengan sumber daya. Untuk itulah pemerataan ekonomi sosial adalah salah

satu faktor terpenting disetiap pembangunan. Pembangunan ekonomi sosial harus

mempertimbangkan dan menyesuaikan keadaan sosial, serta sumber daya yang

dimiliki masing-masing daerah. Untuk meningkatkan pembangunan ekonomi,

dibutuhkan peluang usaha, yang pada kenyataanya cukup sulit di temukan, karena

titik jenuh usaha dan kerja yang hampir semua ada berdasarkan: 1) area, 2) bidang

jasa dan perdagangan, 3) status kerja yang lebih banyak sebagai pekerja daripada

pengusaha, dan 4) berdasarkan segala macam hasil produk dengan berbagai

inovasinya. Oleh karena itu peluang usaha hanya dapat ditemukan melalui metode

mencari celah kekosongan area terhadap suatu usaha atau pekerjaan yang sudah ada

pada umumnya. Oleh karena itu metode problem solving dalam penelitian ini dapat

membantu: 1) menciptakan keselarasan dan keseimbangan serta pemerataan

pembangunan nasional dan berkelanjutan melalui peningkatkan daya peluang untuk

wirausaha, 2) membangun kesatuan bangsa melalui entrepreneurship yang

membawa filosofi Pancasila, 3) meningkatkan ketahanan nasional melalui sandang,

pangan, papan dan pelestarian segala sumber daya, 4) meningkatkan pemberdayaan

dan pelibatan putra-putri daerah dari segala unsur dan segala penjuru geografi

dalam pembangunan nasional, 5) meningkatkan kinerja statistik sebagai dasar untuk

melakukan klarifikasi.

4.2 Saran

Untuk meningkatkan daya keadilan sosial ekonomi yang membawa filosofi

Pancasila, yaitu dengan metode:1) meningkatkan peluang usaha dan kerja melalui

rantai lapangan pekerjaan, yang dapat dilakukan melalui mencari peluang di area

kosong, seperti : entrepreneur dibidang pengolahan hutan, dan entrepreneur

dibidang kelautan, 2) meningkatkan peluang usaha dan kerja melalui rantai

perdagangan, serta 3) meningkatkan peluang usaha dan kerja melalui rantai

pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ariefianto, M.Doddy, Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan menggunakan

Eviews, 2017, PT.Erlangga, Jakarta

Departemen Pendidikan&Kebudayaan RI, UUD 1945, P-4, GBHN, 1993

Hakim, Abdul, Pengantar Ekonometrika dengan Aplikasi EViews, 2014,

EKONISIA, Yogyakarta

https://pancasila.weebly.com/penerapan-sila-sila-pancasila.html

http://mekarjaya.tanahbumbukab.go.id/?p=297, 3-3-2016, mekarjaya Http://jpp.go.id,

2018: Luas Penggundulan Hutan Tahun 2016-2017 Berkurang,

Wisnubro, 30/1/2018

Page 118: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

http://sejarahri.com/sejarah-sumpah-pemuda/29/10/2015

http://biz.kompas.com/read/2017/05/22/185435128/Toleransi.di.purwakarta.

istimewa.jadi contoh.dunia

https://www.bps.go.id/website/images/tenaga-kerja-Agustus-2017-ind.jpg

Lembaga Pertahanan Nasional, Kewiraan Untuk Mahasiswa, 1993, PT Gramedia,

Jakarta

Mamuko, F., Walangitan, H., & Tilaar, W. (2016). Persepsi dan partisipasi

masyarakat dalam

Upaya rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow

Timur. Eugenia

22(2), 80-91

Ruhimat, I. S. (2010). Implementasi kebijakan Kesatuan Pengelolaan Hutan

(KPH) di Kabupaten

Banjar. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutan, 7(3), 169-178.

Sabariah, Etika, Manajemen Strategi, 2016, Pustaka Pelajar, 2016

Sabariah, Etika, Manajemen Tekhnik Audit di Era Digital Untuk Meningkat

Kan kinerja, kredibilitas serta kontinuitas usaha KAP, BPK RI dan KPK

RI sebagai Salah Satu Bentuk Revolusi Bisnis Era Digital, 2018, Prosiding

STIE STEMBI, Bandung

Soemohadi Widjojo, T.Arini, Mudah Menyusun SOP, 2018, Penebar Swadaya

Grup, Jakarta

Suliyanto, Metode Riset Bisnis, 2006, Andi Offset, Yogyakarta

Page 119: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Pembuatan Souvenir Sebagai Wadah Pengembangan Entrepreneurship

Masyarakat Desa Wisata Ciapus Bogor

Nungky Puspita

Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila

1.1. Latar Belakang

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan

sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli

daerah, maka program pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan potensi

pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan

ekonomi. Pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi

dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata

menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik

(Spillane,1994:14). Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam

UndangUndang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan

bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan

nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,

memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja,

mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek

Page 120: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan

mempererat persahabatan antar bangsa.

Industri pariwisata tidak bisa dipisahkan dari komponen pariwisata itu sendiri,

seperti Atraksi, Amenitas, Aksesibilitas, Fasilitas Penunjang dan kelembagaan

merupakan rangkaian yang terkait antara komponen satu dengan yang lain,

Fasilitas penunjang wisatwan seperti tempat untuk membeli oleh-oleh,

Cinderamata atau souvenir merupakan sebuah komponen yang penting,

dikarenakan souvenir merupakan salah satu benda yang dapat dikembangkan dan

dapat mendatangkan add value / nilai tambah bagi pelaku pariwisata. Salah satu

objek wisata yang terdapat di Bogor adalah Ciapus Bogor, Ciapus merupakan

sebuah desa wisata yang terdapat di kaki Gunung Salak, Daya tarik utama yang

terdapat di Ciapus adalah Pura terbesar ke 2 Se-Indonesia selain itu terdapat objek-

objek wisata lainnya seperti Curug, Curug adalah nama lain dari air terjun, hal

yang kurang yang terdapat pada tempat wisata seperti tempat wisata lainnya adalah

souvenir yang bisa dibeli oleh wisatawan.

Souvenir merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah Destinasi

Wisata ataupun Objek Wisata. Sudah menjadi sebuah kebiasaan setiap wisatawan

untuk membeli souvenir khas yang terdapat pada suatu destinasi wisata yang

dikunjunginya, mulai dari gantungan kunci, kalung, gelang, baju, celana, topi dan

berbagai jenis souvenir kreatif lainnya, dan souvenir bisa menjadi pemasukan

tambahan untuk warga sekitar Ciapus yang mana dapat dijual ke Wisatawan. Oleh

karena itulah kami dalam penelitian ini memiliki tujuan dimana masyarakat lokal

dapat berwirausaha dengan menjual souvenir atau oleh-oleh. Harris dan Vogel

(2004) mengemukakan bahwa kegiatan pariwisata yang berbasis masyarakat dapat

memberikan kontribusi dan insentif bagi perlindungan alam dan budaya disamping

memberikan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Dari latar belakang diataslah penelitian ini dilakukan, karena belum adanya

souvenir yang terdapat di ciapus sehingga diperlukannya perencanaan pembuatan

souvenir yang baik untuk menambah manfaat bagi masyarakat lokal dan

bagaimana memberdayakan masyarakat lokal itu sendiri agar mereka dapat

memanfaatkan peluang bisnis dan dapat mengerti bagaiamana mengelola dan

meminimalisir dampak dari kegiatan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk Souvenir yang dapat diproduksi dengan bercirikan khas

Desa Wisata Taman Sari Ciapus Bogor.

2. Apa saja bentuk Souvenir yang dapat diproduksi dengan berbahan dasar

batik Bogor.

3. Bagaimana pengembangan wirausaha di masyarakat desa wisata dalam

membuat souvenir.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengidentifikasi Souvenir apa yang bisa di Produksi di Ciapus.

Page 121: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

2. Untuk Mengidentifikasi bentuk Souvenir yang dapat diproduksi dengan

berbahan dasar batik Bogor.

3. Untuk Mengidentifikasi pengembangan wirausaha di masyarakat desa

wisata dalam membuat souvenir.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Dapat membantu penulis memperdalam materi dan membantu memberikan

ilmu dalam membuat suatu usaha souvenir serta dapat dijadikan acuan bagi

penulis lain apabila ingin melakukan penelitian sejenis

2. Manfaat Praktis

Dari penulisan ilmiah ini diharapkan masyarakat desa dapat menerapkan

hasil penelitian berupa jenis-jenis souvenir yang sederhana yang dapat di

produksi rumahan dan membantu perekonomian dan menambah penunjang

atraksi wisata berupa produksi buah tangan khas desa.

2. Landasan Teori

2.1 Atraksi Wisata

Definisi atraksi wisata yang lain adalah “segala hal yang membuat wisatawan

tertarik‟ (Lundberg,1985: 33); atraksi bisa berupa situs atraksi atau

peristiwaperistiwa, dimana keduanya merupakan pengaruh gravitasi yang

mempengaruhi‟ (Burkart dan Medlik,1974: 44); atraksi adalah merupakan daya

pikat‟, jika tidak demikian, tidak bisa dikatakan sebagai sebuah atraksi‟

(Gunn,1972: 37), terkadang alam dan sejarah mempunyai daya tarik intrinsik‟

(Gunn,1979: 71).

Dari berbagai peristilahan dan definisi berbagai ahli pariwisata, dapat dikatakan

bahwa kata atraksi, daya pikat‟ merupakan kata yang menarik dalam penjabaran

atraksi wisata.Namun hal ini pun masih ditentang kembali oleh Pigram (1983:193),

bahwa atraksi sebagai daya pikat bukanlah semata-mata sebuah

kesatupaduan‟Ungkapan seperti atraksi, faktor pendorong, kesatupaduan memiliki

arti yang biasa. Makna yang lebih berarti, akan terungkap ketika terjadinya suatu

proses. Melalui contoh Bumi menjaga keseimbangan dengan daya tarik gravitasi,

dan magnet menarik besi dengan gaya tarik magnet.

Proses tersebut melibatkan sebuah kesatupaduan sifat didalam menarik suatu

benda yang mampu membuat suatu perubahan fisik dan menggerakkan benda lain

didalam suatu area.Sebagai tempat yang menawarkan atraksi, daerah tujuanwisata

mempunyai keistimewaan pada suatu wilayah sebagai suatu tempat untuk berlibur

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Sesuatu yang menarik wisatawan yang berbeda dari tempat asalnya dimana

wisatawan dapat melakukan aktivitas yang sesuai dengan keinginannya.

2. Memberikan kesenangan dan pengalaman yang menarik, kepuasan

pengunjung/wisatawan untuk menghabiskan waktu berliburnya.

Page 122: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

3. Mengembangkan potensi pengetahuan/pendidikan.

4. Menyajikan atraksi wisata, memberikan kesenangan kepada wisatawan.

5. Kemungkinan membayar dalam kunjungannya (Walsh-Heron and Stevens,

1990 ed. Swarbrooke, 1995:4).

Swarbrooke (1995:36) mengemukakan atraksi wisata adalah a service

product.Sebagai sebuah produk jasa (Sasser, 1978 ed Swarbrooke), maka (1) atraksi

wisata yang ditawarkan didalamnya termasuk pelayanan yang diberikan oleh tenaga

kerja yang bekerja disektor tersebut. (2) ada konsumen yang menikmati produk

atraksi wisata yang ditawarkan, (3) atraksi wisata tidak bisa diukur (not

standardize), yang artinya produk wisata sangat tergantung dari proses terjadinya

penawaran produk yang melibatkan pengelola, pelayanan dan konsumen. (4)

produk wisata dapat rusak dan bersifat tidak bisa disimpan (perishable and cannot

be stored), yang artinya proses produksi dan konsumsi terjadi secara bersamaan. (5)

produk wisata tidak bisa dibawa pulang, dan harus dinikmati di destinasi

penghasilproduk tersebut. Yang bisa dibawa pulang hanyalah pengalaman selama

menikmati produk wisata yang telah dinikmati. (6) Lingkungan/atmosphere tempat

diselenggarakannya produk merupakan faktor penting bagi produkyang ditawarkan.

2.2 Souvenir

Souvenir adalah barang-barang kerajinan tangan (handy crafts), yang merupakan

hasil kreativitas para pengrajin yang mampu merubah benda-benda yang terbuang

dan tidak berharga menjadi produk-produk kraft tangan yang menarik dan diminati

banyak orang, terutama para wisatawan. Dalam kamus The Collins Cobuild

Dictionary (2009), kata souvenir diartikan:”Souvenir is usually small and relatively

inexpensive article given, kept or purchased as a reminder of a place visited, an

occasion, etc.” (Souvenir adalah benda yang ukuranya relative kecil dan harganya

tidak mahal untuk dihadiahkan, disimpan atau dibeli sebagai kenang-kenangan

kepada suatu tempat yang dikunjungi, suatu kejadian tertentu, dsb).Sementar a itu,

dalam kamus Webster English Dictionary (2004), kata souvenir diartikan sebagai,

“an object a traveler brings home for the memories associated with it.” (Souvenir

adalah benda yang dibawa pulang oleh wisatawan sebagai kenang-kenangan bagi

perjalanannya itu). Dalam Bahasa Indonesia

“souvenir” sering disebut dengan “cendera mata”, “oleh-oleh”, atau “buah tangan”.

Mungkin, dahulu jika seseorang melakukan perjalanan ke suatu tempat di luar

tempat tinggalnya, keluarga, famili, atau rekan, sering mengatakan “nanti kalau

pulang, jangan lupa bawakan souvenir” atau “cenderamata, oleh-oleh, atau buah

tangan”.

Dengan demikian, pengertian souvenir dalam bahasa Indonesia, walaupun disebut

cenderamata, oleh-oleh, atau buah tangan, tetapi maknanya hampir sama dengan

yang terdapat dalam The Collins Cobuild Dictionary atau Webster English

Dictionary, yaitu benda yang ukuran kecil, harganya murah dan sebagai kenang-

kenangan bagi suatu perjalan ke daerah tertentu. Dengan demikian, “souvenir”

berhubungan erat dengan kegiatan “perjalanan” seseorang, maka tidak

Page 123: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

mengherankan jika istilah souvenir melekat dengan kegiatan pariwisata; bahkan

menjadi bagian dari produk wisata. Hal ini karena ada pengaruh “souvenir”

terhadap motivasi perjalanan seseorang ke suatu Daerah Tujuan Wisata.

2.1. Entrepreneur (Wirausaha)

Pengertian Kewirausahaan Pada hakikatnya setiap insan telah tertanam jiwa

wirausaha yang berarti memiliki kreativitas dan mempunyai tujuan tertentu, serta

berusaha untuk mencapai keberhasilan dalam hidupnya. kita sering menyaksikan

berbagai aktivitas seseorang atau sekelompok orang mengeluarkan sejumlah uang

untuk membeli sejumlah barang. Gambaran tersebut merupakan gambaran kegiatan

seorang wirausahawan dalam kesehariannya yang menjalankan aktivitas tanpa rasa

cangggung, takut, malu ataupun minder. Semua yang mereka lakukan diperoleh dari

pengalaman yang pernah mereka lakukan atau pengalaman orang lain.

Menurut Kasmir (2006:16), wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang

berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai

kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani

memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak

pasti.

Menurut Schumpeter dalam Alma (2011:24), wirausaha adalah orang yang

mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa

yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku

baru. Sukses dalam berwirausaha tidak diperoleh secara tiba-tiba atau instan dan

secara kebetulan, tetapi dengan penuh perencanaan, memiliki visi, misi, kerja keras,

dan memiliki keberanian secara bertanggung jawab. Berikut adalah gambar menuju

kewirausahaan sukses menurut Steinhoff dalam Suryana (2014:108).

2.2. Desa Wisata

Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan

fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat

yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Suatu desa wisata memiliki

daya tarik yang khas (dapat berupa keunikan fisik lingkungan alam perdesaan,

maupun kehidupan sosial budaya masyarakatnya) yang dikemas secara alami dan

menarik sehingga daya tarik perdesaan dapat menggerakkan kunjungan wisatawan

ke desa tersebut (Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011: 1). Ada dua

pengertian tentang desa wisata: (1) Apabila tamu menginap disebut desa wisata; (2)

Apabila tamu hanya berkunjung disebut wisata desa. Masyarakat adalah penggerak

utama dalam desa wisata.Masyarakat itu sendiri yang mengelola pariwisata

tersebut,sehingga tidak ada investor yang bisa masuk untuk mempengaruhi

perkembangan desa wisata itu sendiri.Apabila ada suatu desa wisata yang dikelola

oleh investor berarti desa tersebut bukanlah desa wisata dalam arti sebenarnya

(Hasbullah Asyari, 2010: 2).

Menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR) yang dimaksud dengan desa wisata adalah

suatu daerah wisata yang menyajikan keseluruhan suasana yang mencerminkan

Page 124: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

keaslian perdesaan baik dari sisi kehidupan sosial, ekonomi, budaya, keseharian,

adat istiadat, memiliki arsitektur dan tata ruang yang khas dan unik, atau kegiatan

perekonomian yang unik dan menarik serta memiliki potensi untuk

dikembangkannya komponen kepariwisataan (Soetarso Priasukmana, 2001: 37).

Tujuan dan sasaran pembangunan desa wisata (dalam Soetarso Priasukmana, 2001:

38), antara lain :

a) Mendukung program pemerintah dalam program kepariwisataandengan

penyediaan program alternatif.

b) Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat desa setempat.

c) Memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha bagi penduduk.

3. Metode Penelitian

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah Desa Wisata Taman Sari Ciapus Bogor

dimana aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian ini adalah membuat

kreativitas souvenir sebagai penunjang atraksi wisata di desa wisata tersebut

mengingat bahwa desa wisata itu belum memiliki kreatifitas souvenir yang dapat

mereka produksi dan diperjualbelikan sebagai buah tangan untuk para wisatawan

yang berkunjung ke atraksi wisata yang ada didaerah mereka. Selain itu penelitian

ini juga ingin melihat kendala-kendala baik dalam pembuatan maupun memperoleh

ketersediaan bahan baku.

3.2 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dimana

datanya diambil melalui proses wawancara dengan tokoh masyarakat, wisatawan

yang sedang berkunjung dan pengelola atraksi yang terdapat di Desa Wisata Taman

Sari guna memperoleh hasil yang akurat untuk dijadikan sebagai data yang

informative guna proses pembahasan penelitian. Pendekatan kualitatif fokus pada

satu variable atau satu objek penelitian sebab yang dituju adalah kedalaman dan

dalam pelaksanaan metode-metode dalam pendekatan kualitatif membutuhkan

keterlibatan peneliti secara partisipatoris pada kegiatan penelitian karena peneliti

merangkap juga sebagai pengambil keputusan dalam menetapkan beberapa hal

penting saat pengumpulan data dan informasi (Rully dan Poppy, 2014:49).

3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa:

1. Data primer dimana peneliti akan mewawancarai tokoh masyarakat,

wisatawan yang sedang berkunjung dan pengelola atraksi yang terdapat di

Desa Wisata Taman Sari.

2. Data Sekunder diperoleh dari website dan data-data yang didapat dari Dinas

Pariwisata kabupaten Bogor guna sebagai pendukung informasi penelitian.

Page 125: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

3.4 Devinisi Operasional

Pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada para responden sebagian

diambil dari teori sanchez at al (2006) adalah sebagai berikut:

1. Atraksi wisata adalah sumber daya yang bersifat alami, dikontrol dan diatur

untuk kegiatan bersenang-senang, hiburan, musik dan pendidikan, serta

dikunjungi oleh publik

2. Souvenir adalah barang-barang kerajinan tangan (handy crafts), yang

merupakan hasil kreativitas para pengrajin yang mampu merubah bendabenda

yang terbuang dan tidak berharga menjadi produk-produk kraft tangan yang

menarik dan diminati banyak orang, terutama para wisatawan.

3. Atraksi wisata segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai

berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia

yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan.

4. Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru atau inovasi guna

memperoleh kesejahteraan atau kekayaan individu dan mendapatkan nilai

tambah bagi masyarakat.

5. Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan

fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat

yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam memperoleh data penelitian ini adalah dengan

beberapa cara:

1. Pengumpulan data primer akan dilakukan dengan observasi langsung ke

kabupaten Bogor untuk memperoleh informasi kreativitas souvenir yang dapat

dihasilkan, masyarakat, wisatawan, pemerintah dan pengelola atraksi.

masyarakat, wisatawan, pemerintah dan pengelola atraksi Desa Wisata Taman

Sari Ciapus Bogor.

2. Pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan memperoleh data-data

tertulis yang didapat melalui Dinas Pariwisata maupun internet.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data digambarkan sebagai berikut:

• Wawancara

Wawancara dilakukan secara semi-struktural di mana seluruh pertanyaan

yang diajukan kepada responden bersifat open-ended. Hasil wawancara ini

akan dianalisis dengan menggunakan metode spss untuk mengidentifikasi

konsep-konsep yang terkait dengan wacana. Adapun responden yang

diwawancara adalah tokoh masyarakat, wisatawan yang sedang berkunjung

dan pengelola atraksi yang terdapat di Desa Wisata Taman Sari.

• Observasi

Page 126: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam atas fenomena yang

diamati, peneliti akan melakukan observasi langsung ke lapangan. Beberapa

lokasi penelitian lapangan yang direncanakan akan ditinjau secara seksama.

• Studi Dokumen dan Literatur

Untuk melengkapi data-data empirik yang di dapat dari teknik-teknik di atas,

studi ini juga akan mengumpulkan data sekunder dari beberapa sumber terkait

antara lain Badan Pusat Statistik dan Suku Dinas Budaya dan Pariwisata

kabupaten Bogor. Data sekunder tersebut meliputi hal-hal yang berkaitan

dengan perkembangan aktifitas masyarakat, pengelola atraksi dan wisatawan.

Selain mengumpulkan data sekunder berupa statistik, studi literatur juga

dilakukan untuk memahami konsep dan gagasan yang berkembang.

3.7 Sample

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data

primer diambil dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview)

terhadap tokoh masyarakat, wisatawan, dan pengelola atraksi Desa Wisata Taman

Sari ciapus Bogor. Sedangkan data sekunder diambil dari beberapa instansi terkait

seperti BPS, Dinas priwisata Kabupaten Bogor.

3.8 Validasi data

Dalam Sugiyono (2009:270) dikemukakan bahwa uji keabsahan data pada

penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas, uji transferability, reliabilitas dan uji

confirmability.

Uji transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif

yang menunjukkan ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian kepopulasi

dimana sample diambil.Untuk mempermudah pembaca dalam memahami hasil

penelitian kualitatif, peneliti membuat uraian yang lebih rinci, jelas, sistematis dan

dapat dipercaya. Menurut Faisal (1990 dalam Sugiyono, 2009:277) apabila

pembaca memperoleh gambaran yang jelas mengenai apa hasil penelitian maka

laporan penelitian tersebut memenuhi standar transferability.

Uji reliabilitas dan uji confirmability dapat dilakukan secara bersama-sama

karena aktivitas pada pengujian ini adalah mengaudit proses penelitian mulai dari

bagaiman peneliti menentukan permasalahan, memasuki lapangan, menentukan

sumber data analisis data sampai mendapatkan hasil dan menarik kesimpulan

(Sugiyono, 2009:277).

3.9 Analisis data

Analisi data yang dilakukan pada penelitian berdasarkan tehnik analisis model

Miles dan Huberman ( Sugiyono, 2009:246-253). Aktivitas yang dilakukan ada 3

tahap yaitu:

1. Data Reduction

Page 127: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Fungsi reduksi data adalah untuk mengorganisir data agar mudah ditarik

kesimpulan.Reduksi data kualitatif dapat ditransformasikan melalui seleksi

yang ketat, ringkasan atau uraian singkat, mengkategorikan dalam suatu

pola yang lebih luas.

2. Data Display

Data display atau penyajian data pada penelitian ini dapat dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan dan sabagainya. Miles dan Huberman

berpendapat bahwa dalam penelitian kualitatif teks naratif merupakan

bentuk pemyajian data yang paling sering digunakan (Sugiyono,

2009:249).Tujuan penyajian data adalah untuk memudahkan peneliti

maupun pembaca dalam menyimpulkandata yang telah didapat dalam

penelitian.

3. Conclusion

Pada tahap ini kesimpulan awal yang masih bersifat sementara akan

ditentukan oleh bukti-bukti dilapangan. Sugiyono (2009:252)

mengemukakan bahwa kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat

menjawab rumusan masalah namun kemungkinan juga tidak.Hal ini

dikarenakan rumusan masalah bersifat sementara dan dapat berkembang

setelah peneliti berada di lapangan.

4. Pembahasan

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Geografi

Berdasarkan letak geografisnya Desa Taman Sari berada pada

106°44’18.35’’106°44’41.47’’ BT dan 6°39’16.72’’-6°39’46.59’’ LSBerikut

adalah batas

wilayah dari lokasi penelitian, batas Utara

: Jalan Ciapus batas Timur :

permukiman penduduk batas Selatan :

ladang dan hutan

batas Barat : jalan lingkungan

Page 128: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Gambar 4.1. Lokasi desa wisata

Sumber: dokumen pribadi

a) Aksesibilitas

Desa Taman Sari dilalui oleh jalan kabupaten, yaitu Jalan Raya Ciapus. Akses

dari jalan tol terdekat, yaitu Jalan Tol Jagorawi, dapat ditempuh melalui dua rute.

Rute pertama yaitu rute Tol Jagorawi – Jalan Ir. H. Juanda – Jalan Kapten – Jalan

Raya Ciapus dan rute kedua yaitu Tol Jagorawi – Jalan Pahlawan – Jalan Kapten

– Jalan Raya Ciapus.

Jarak tempuh rute pertama yaitu ±8.4 km dengan waktu tempuh ±14 menit,

sedangkan jarak tempuh rute kedua yaitu ±10.4 km dengan waktu tempuh ±16

menit jika arus jalan lancar.Lebar Jalan Raya Ciapus yaitu 7–8.5 m dengan kondisi

jalan yang berlubang pada beberapa titik.Perjalanan menuju ke lokasi desa dapat

ditempuh dengan kendaraan umum dan pribadi.

b) Iklim

Iklim di Desa Taman Sari mengikuti iklim Kabupaten Bogor menurut

klasifikasi Schmidt dan Ferguson, termasuk Iklim Tropis tipe A (Sangat Basah)

di bagian selatan dan tipe B (Basah) di bagian utara. Suhu berkisar rata-rata antara

20°C-30°C.Curah hujan tahunan antara 2.500 mm sampai lebih dari 5.000

mm/tahun.

Lokasi penelitian berada di Desa Taman Sari memiliki suhu rata-rata pada

sebesar 26.3°C.Curah hujan rata-rata sebesar 335.0 mm/bulan dan kelembapan

sebesar 83.8%.Lokasi desa yang berada cukup dekat dengan Gunung

HalimunSalak juga mempengaruhi pada cuaca setempat yang lebih sejuk.

c) Topografi dan Kemiringan

Kondisi topografi di lokasi cukup berbukit-bukit dengan kemiringan beragam

dari 0-45 % dan ketinggian antara 624-631 meter di atas permukaan laut.Kondisi

tersebut disebabkan oleh letak desa yang cukup dekat dengan Gunung Halimun-

Salak di sebelah barat daya.

Page 129: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Gambar 4.2. Lokasi desa wisata

Sumber: dokumen pribadi

b. Potensi Pembuatan Souvenir di Desa Wisata Taman Sari

Souvenir merupakan slah satu komponen yang harus terdapat dalam sebuah

tempat wisata, disamping manfaat ekonomi tambahan yang dapat didatangkan oleh

souvenir, souvenir juga dapat menjadi media promosi sebuah tempat secara tidak

langsung, Contoh, kaos produksi dari Jogja yang berhasil mempromosikan tempat

pariwisata Candi Borobudur dan Malioboro. Hanya dengan motif dan tulisan yang

sederhana, seperti bertuliskan “I LOVE JOGJA”, “I LOVE

BOROBUDUR”, “I LOVE MALIOBORO”, dan lain sebagainya.

Sangat disayangkan ketika melihat Desa Taman Sari yang sejatinya terdapat

banyak pengusaha sepatu, kuliner, kaos, pertanian dan tanaman hias belum juga

memanfaatkan peluang itu. Padahal, jika pengusaha-pengusaha sepatu dan

tanaman hias di Desa Taman Sari berpikir lebih kreatif, maka akan tercipta produk

kaos dan cinderamata yang unik dan menjanjikan yang sekaligus dapat menunjang

kemajuan industri pariwisata di Desa Taman Sari. Di dekat kawasan Desa Taman

Sari, terdapat tempat pariwisata Candi dan air terjun. Tempat pariwisata itu sangat

potensial untuk dijadikan aset industri pariwisata. Namun tidak banyak orang yang

melihat potensi ini. Bahkan warga Desa Taman Sari sendiri belum banyak yang

melirik potensi ini.

Minimnya kesadaran terhadap peluang-peluang bisnis ini memang sangat

memprihatinkan. Banyak pebisnis pemula (pemuda) yang lebih melirik bisnis yang

terlihat instant. Seperti bisnis periklanan (advertising) di media online dengan

sistem paid per click, yang artinya kita akan dibayar setiap ada orang yang mengklik

iklan yang kita tampilkan melalui blog atau website kita. Banyak buku dan artikel

di dunia maya meng-iming-imingi “cepat kaya” dengan bisnis semacam itu.

Sepintas memang terlihat lebih mudah, karena untuk mendapatkan penghasilan kita

hanya perlu menjadi publisher iklan yang dapat dilakukan dengan website atau blog

gratisan. Namun sebenarnya menekuni bisnis tersebut juga membutuhkan

perjuangan yang besar.

Page 130: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Selain itu, ada juga jenis bisnis yang menawarkan bayaran setiap klik iklan yang

kita lakukan (paid to click). Ini sangat merugikan bagi generasi muda.Bisnis

semacam ini dapat mematikan jiwa kewirausahaan generasi muda.Karena dengan

bisnis semacam ini dapat membentuk mindset atau pola pikir yang mengatakan

“mendapatkan keuntungan itu semudah mengklik iklan”.Padahal jika dibandingkan

dan dikalkulasi lebih teliti, waktu dan biaya yang kita perlukan untuk mengklik

dengan bayaran yang diberikan pun tidak sepadan.

Ide untuk memproduksi kaos, Baju, Sepatu dan Sendal khas tempat pariwisata

Desa Taman Sari dapat menjadi solusi alternatif bagi pebisnis muda dalam

menghadapi bisnis-bisnis instant di atas.Banyak tenaga ahli yang memproduksi

baju.Yang menjadi sorotan terpenting adalah masalah desain baju.Adalah sebuah

tantangan tersendiri bagi generasi muda untuk dapat membuat desain baju dan kaos

dengan ikonnya sendiri.Namun itu sebenarnya juga tidak menjadi kendala utama.

Objek desain baju dan kaosnya pun sebenarnya bisa lebih bervariasi, yakni

dengan membuat objek desain lain berupa candi dan airterjun Dua keuntungan akan

didapatkan dengan ide ini. Pertama, dapat menciptakan produk berupa saouvenir

yang menjanjikan keuntungannya.Kedua, dapat berperan serta memberikan

kontribusi terhadap kemajuan industri pariwisata.

Dari data kusioner yang peneliti sebar di objek wisata curug nangka terhadap

30 responden mengatakan bahwa tidak adanya souvenir dan ketertarikan mereka

terhadap souvenir yang berciri khas tempat tersebut untuk dibeli, artinya mayoritas

responden mengatakan bahwa mereka tertarik untuk membeli souvenir dengan

bercirikhas tempat tersebut. Tetapi tidak adanya souvenir membuat para

pengunjung tidak dapat membawa souvenir sebagai oleh-oleh terutama untuk

pengunjung yang berdomisili di luar Bogor, hal inilah yan perlu diubah, kedepannya

seharusnya masyarakat setempat bisa melihat peluang tersebut dan membuat

souvenir berciri khas tempat tersebut.

Selain itu mayoritas responden mengatakan bahwa souvenir yang membuat

mereka tertarik adalah kaos dan gelang tangan, menurut mereka kedua souvenir

tersebut adalah sebuah souvenir umum yang seharusnya terdapat pada tempat

wisata, yang mana bercirikan tempat wisata tersebut, potensi pembuatan baju

dengan corak khas curug nangka bisa menjadi alternative pilihan untuk

pengrajinpengrajin kaos di Desa Taman Sari, walaupun curug nangka tidak berada

di Desa Taman Sari, tetapi seharusnya Warga Desa Taman Sari bisa melihat potensi

tersebut, yang mana hanya diperlukan tempat untuk menjajakkan souvenirsouvenir

tersebut. Tempat untuk menjajakkan souvenir tersebut sebetulnya ada di lahan

parkir curug nangka, hanya membutuhkan beberapa ruang untuk menjajakan

souvenir-souvenir tersebut agar terlihat menarik wisatawan, karena disanalah pintu

masuk wisatawan dan sangat berpotensi untuk dilihat dan dibeli oleh wisatawan

dengan target wisatwan yang berdomisili diluar daerah Bogor.

Selain itu juga, Desa Taman Sari merupakan penghasil tanaman hias, pertanian

dan jamur tiram, yang dimana itu bisa dikreatifkan menjadi makan khas untuk oleh-

oleh, misalnya seperti Ubi Ungu, Dodol Nanas, Keripik Pisang, Sari Buah Pala dan

Page 131: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Jamur Goreng Crispy, apa yang peneliti katakan tersebut sesuai dengan apa yang

peneliti pernah lihat dikampung sindang barang, dimana ekonomi kretifnya berjalan

dengan hanya bermodalkan potensi-potensi pertanian pada daerah tersebut dan itu

terbukti dengan tingkat kunjungan wisatwan pada daerah tersebut yang meningkat

setiap tahunnya.

Pada daftar wawancara yang telah dilakukan terdapat daftar harga untuk

kirakira berapa rentang harga souvenir yang dijangkau oleh para pengunjung curug

nangka, dan mayoritas bisa membeli dengan harga Rp.25.000 kebawah, itu artinya

daya beli pengunjung berkisaran dengan harga seperti diatas, alasan pengunjung

kenapa harga tersebut cocok bagi mereka adalah, karena biaya transportasi dari luar

Bogor yang cukup mahal, memang penelitia kui bahwa rata-rata pengunjung

mengatakan mahal dan susahnya transportasi menuju ke Curug Nangka, selain itu

harga tiket masuk kawasan yang terbilang mahal bagi mereka, perlu diketahui

bahwa Harga tiket masuk ke Curug Nangka adalah Rp. 25.000 per orang, dan itupun

belum termasuk biaya parker, dan itu tergolong mahal bagi mereka yang hanya

menikmati Air Terjun.

Souvenir yang dibuat untuk dijual harus memiliki kualitas agar wisatawan

sendiri tidak kecewa, misalnya apabila akan dibuat kaos, dengan harga Rp.25.000

tentu kainnya tidak terlalu bagus, tetapi bisa dikuatkan dengan desaign, warna, dan

sablon yang tahan lama dan tidak cepat pudar apabila sering dicuci dan terkena terik

panas matahari, selain itu untuk gantungan kunci bisa dibuat design seperti curug

nanga degan menggunakan kayu, atau gelang tangan yang berciri khas Curug

Nangka tersebut.

Kembali kepada itu semua, pembuatan Souvenir untuk wisatawan sangat

dianjurkan, dengan potensi kunjungan yang selalu ramai disetiap akhir pecan, dan

souvenir-souvenir berupa Kaos, gantungan konci, tempat tisyu, snack dengan hasil

pertanian asli daerah Desa Taman Sari menjadi alternative utama dalam pembuatan

souvenir, karena pasar yang dilirik disini adalah mayoritas anak muda dan keluarga

yang menghabiskan akhir pekannya untuk beristirhat dari aktivitasnya.

Page 132: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

c. Potensi Pembuatan Souvenir berbahan Batik di Desa Wisata Taman Sari

Batik merupakan identitas Indonesia, dan telah didaftarkan sebagai warisan

dunia UNESCO, hampir seluruh masyarakat Indonesia mengenal apa itu Batik dan

Indonesia memiliki beragam motif dan jenis batik.

Ada beberapa destinasi yang menggunakan Batik sebagai bahan dasar

pembuatan souvenir pada destinasi tersebut, seperti Yogyakarta, Bali, Solo dan

Pekalongan menggunakan Batik sebagai bahan dasar pembuatan souvenirnya.

Bogor merupakan sebuah kabupaten dengan mayoritas etnis Sunda, dan memiliki

ragam motif Batik juga, tetapi penggunaan Batik sebagai bahan dasar untuk

membuat Souvenir masih dirasa sangat kurang.

Ketika Peneliti melakukan wawancara kepada wisatawan di Curug Nangka

yang merupakan wilayah administratif kabupaten Bogor, memang mayoritas

pengunjung yang merupakan anak muda tidak begitu tertarik dengan souvenir

dengan berciri khas Batik, ketika ditanya lebih lanjut mereka mengatakan bahwa

tidak mengerti dengan Batik dan model batik, dan tidak tertarik dengan Batik, ini

bisa disebut dengan tantangan yang dihadapai oleh Indonesia, dimana anak muda

yang seharusnya melestarikan batik malah tidak mengganggap batik itu penting.

Berdasarkan analisa uji dari peneliti bahwa ada beberapa produk yang dapat

dihasilkan dengan kain batik seperti pembuatan tas, dompet dan tempat hanphone.

Apabila akan dipasarkan di objek wisata air terjun, itu bisa menjadi sebuah

terobosan baru dan juga sebaliknya bisa tidak dilirk oleh wisatawan, yang berfikir

seharusnya batik tidak dijual pada tempat seperti itu, Batik Bogor memang

berpotensi untuk dikembangkan sebagai sebuah Souvenir seperti halnya yang

terjadi di Yogyakarta, tetapi itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, dan disini

peneliti tidak bisa mengulas lebih banyak tentang potensi Batik Bogor sebagai

bahan dasar pembuatan batik karena responden di Curug Nangka sendiri anak muda

dan mayoritas tidak tertarik dengan batik.

Gambar 4.4. contoh souvenir buatan warga

Sumber: dokumen pribadi

d. Pengembangan kewirausahaan masyarakat di Desa Wisata Taman Sari

Dalam Pengembangan kewirausahaan masyarakat di Desa Taman Sari

diberikan penyuluhan tentang cara pembuatan souvenir maupun pembudidayaan.

Page 133: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Dalam kegiatan ini masyarakat Desa Taman Sari diharapkan dapat membuat suatu

karya yang bernilai guna. Yang mana hasil karya kreatifitas yang telah dibuat dapat

memiliki nilai jual untuk menjadikan souvenir ciri khas Desa Wisata Taman Sari

Ciapus Bogor.

Dalam acara partisipasi masyarakatnya terbilang antusias, dengan sekitar 25

orang Ibu rumah tangga yang tidak memiliki aktivitas dan hanya melakukan

partisipasi penanaman Jamur serta pengelolaan makanan dengan produk utama

yang berupa pertanian, namun pada hasil kajian bahwa masyarakat juga dapat

memproduksi souvenir dengan kerajinan tangan dengan pendampingan yang baik.

Untuk pembuatan souvenir itu sendiri akan memberdayakan masyarakat

sekitar khususnya kaum ibu-ibu yang akan dibina dalam membuat kaos sablon,

kerajinan tangan dan penjahitan tas, dompet dan tempat handphone tersebut.

Sehingga diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan dalam pembentukan

industri rumahan.

Gambar 4.5. penyuluhan pembuatan souvenir pada warga

Sumber: dokumen pribadi

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan

bahwa beberapa souvenir yang telah direncanakan sebelumnya mendapatkan

respon yang positif oleh konsumen, konsumen sangat ingin mendapatkan souvenir

yang berciri khas dari Desa taman sari ciapus ini yang berupa produk kreatifitas

yang di rancang langsung oleh masyarakat lokal. Hal ini sangat berdampak positif

bagi kelangsungan perkembangan kawasan desa wisata desa taman sari ciapus ini,

dimana dengan demikian akan memberikan penghasilan bagi masyarakat lokal dan

kemudahan mendapatkan oleh-oleh souvenir bagi wisatawan.

Selain souvenir yang telah dipaparkan diatas terdapat juga kemungkinan bagi

masyarakat lokal memasarkan makanan yang berupa cemilan dari Desa Wisata

Taman Sari Ciapus Bogor seperti yang telah diketahui, Desa Taman Sari merupakan

penghasil tanaman hias, pertanian dan jamur tiram, yang dimana itu bisa

dikreatifkan menjadi makan khas untuk oleh-oleh, misalnya seperti Ubi Ungu,

Dodol Nanas, Keripik Pisang, Sari Buah Pala dan Jamur Goreng Crispy, dimana

bentuk cemilan tersebut merupakan salah satu potensi besar bagi pendapatan

Page 134: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

masyarakat lokal dimana dengan berjalannya ekonomi kretif maka akan

memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi masyarakat lokal itu sendiri.

Terdapat 2 souvenir yang sangat diminati oleh pengunjung yang berkunjung ke

Desa Wisata Taman Sari Ciapus ini yaitu Souvenir cendera mata yang berupa baju,

handmade yang menggambarkan beberapa destinasi Desa Wisata Taman Sari

Ciapus tersebut, kemudian gelang yang dibuat oleh masyarakat lokal. Kemudian

yang kedua terdapat makanan oleh-oleh yang berasal dari budidaya agrowisata oleh

masyarakat lokal yang akan dijadikan cemilan khas desa taman sari ciapus ini yaitu

berupa keripik jamur, keripik nanas, dan keripik nangka. Kemudian untuk batik

bogor berdasarkan kuisioner yang telah disebar tidak cocok untuk dipasarkan diarea

desa wistaa taman ciapus bogor ini, tetapi ada beberapa produk yang dapat

dihasilkan dengan kain batik seperti pembuatan tas, dompet dan tempat hanphone.

Dari hasil pembuatan souvenir ini berpeluang bagi masyarakat Desa Taman Sari

Ciapus menjadi wirausahawan yang mana bisa memasok hasil buatan tangan

mereka ke toko-toko souvenir ataupun membuka toko souvenir sendiri.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adapun beberapa saran untuk Desa

Wisata Taman Sari ciapus bogor adalah, bentuk partisipasi masyarakat harus lebih

tercipa, dimana masyarakat harus lebih sadar dan lebih kreatif dalam membuat

beberapa bentuk souvenir yang akan dipasarkan untuk dijual kepada

konsumen/wisatawan yang mengunjungi Desa Wisata Taman Sari ciapus bogor ini.

Apabila bentuk partisipasi masyarakat telah terjalin maka akan berakibat bagi

pendapatan masyarakat meningkat dan terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat

lokal dan hal tersebut sesuai dengan landasan yang ingin dilakukan oleh pemerintah

yaitu mensejahterakan masyarakat lokal merupakan tujuan utama dari

pembentukan suatu kawasan wisata.

Page 135: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Peningkatan Potensi Ekonomi Masyarakat Pulau Pramuka Melalui Komersialisasi

Cenderamata Berbasis Bahan Baku Lokal: Suatu Upaya Pemerataan Pendapatan

guna Perwujudan Berkeadilan Sosial

Lailah Fujianti

Harimurti Wulandjani

Ati Hermawanti

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila

Abstrak

Salah satu kelengkapan dan daya tarik destinasi wisata di samping keindahan

alamnya adalah cenderamata yang akan dijadikan buah tangan bagi wisatawan dan

sekaligus media promosi untuk memperkenalkan destinasi wisata tersebut.

Cenderamata menjadi sarana yang sangat efektif untuk mengenalkan daerah tujuan

wisata. Akan tetapi Pulau Pramuka belum memiliki cenderamata yang layak

dijadikan buah tangan bagi wisatawan atau yang dapat dikomersilkan. Untuk itu

kami dari tim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila melaksanakan

pelatihan yang berguna untuk menambah ketrampilam masyarakat dalam

pembuatan cendertamata, meningkatkan jiwa wirausaha dan peningkatan

pengetahuan pembukuan usaha. Cendramata yang dilatihkan adalah cendramata

yang berbahan baku local yaitu kulit kerang. Cenderamata berbetuk kalung, hiasan,

gelang.

1. Pendahuluan

1.1 Analisa Situasi

Pulau pramuka merupakan salah satu pulau dari gugusan pulau seribu yang

berlokasi di kepulauan seribu. Pulau ini sebelumnya bernama Pulau Elang, karena

banyak populasi jenis burung elang yang hidup dan berkembang biak di pulau

tersebut. Tidak ada catatan pasti kapan nama pulau tersebut berubah menjadi Pulau

Pramuka. Pulau Pramuka memiliki letak yang strategis. Letak ini yang

menyebabkan pulau ini ditunjuk sebagai Pusat pemerintahan di Kepulaun Seribu.

Pulau Pramuka dapat dicapai dengan mengunakanan kapal ferry tradisional

berbahan kayu dengan lama perjalanan 2 jam 30 menit dari Pelabuhan Muara

Angke atau dengan mengunakan kapal cepat speed boat 50 menit dari pantai

Marina Ancol d Jakarta dari

Page 136: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Gambar 1

Panorama Pulau Pramuka

Kepulauan seribu tampa penghuni. Luas wilayah dari pulau ini 16 hektar

dengan jumlah penduduk 1.004 jiwa. Suku asli Pulau Pramuka berasal dari suku

bugis Sulawesi Selatan. Saat ini penduduk yang bermukim di pulau ini berbaur dari

beberapa suku yang ada di Indonesia terbesar adalah Bugis, Madura, Banten dan

Betawi. Pulau Pramuka memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yang lengkap

dibandingkan pulau lainnya yang ada dikepulauan seribu. Sarana dan prasana

meliputi masjid, rumahsakit, sekolah, dermaga, tempat pelelangan ikan dan

penginapan.

Kebijaksanaan pembangunan DKI Jakarta menghendaki pengembangan

wilayah Kepulauan Seribu termasuk Pulau Pramuka diarahkan terutama untuk (1)

Meningkatkan kegiatan pariwisata (2) Meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat nelayan melalui peningkatan budidaya laut dan (3) Pemanfaatan sumber

daya perikanan dengan konvervasi ekosistem terumbu karang dan mangrove.

Sebagai salah satu pulau tujuan wisata, pulau pramuka menyajikan panorama

keindahan alam yang eksostis, terutama pantai dan lautnya. Pulau ini memiliki

gugusan pasir pantai yang putih bersih, air laut yang jernih sehingga memungkinkan

menyaksikan ragam gugusan terumbu karang yang indah dan juga berbagai spesies

ikan hias. Pulau ini juga menyajikan kenyamanan bagi yang mereka yang menyukai

olahgara air seperti scuba diving dan snocrkeling. Gambar 1.2

Panorama Terumbu Karang Laut Pulau Pramuka

Sumber :http://tempatwisataunik.com

Pulau Pramuka termasuk pulau yang berpenghuhi, karena ada beberapa

pulau di

Page 137: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Sumber : http://www.tempatwisatamu.com https://alwaysrestlessfeet.wordpress.com

Pulau pramuka juga menyajikan panorama alam yang indah di sore hari

dengan suasana sunset yang menawan. Keindahan alam dan kelengkapan sarana

dan prasana yang dimiliki menjadikan pulau pramuka ini menjadi salah satu

destinasi wisata favorit di Kepulauan Seribu.

Gambar 1.2

Pulau Pramuka di Sore Hari

Salah satu kelengkapan dan daya tarik destinasi wisata di samping keindahan

alamnya adalah cenderamata yang akan dijadikan buah tangan bagi wisatawan dan

sekaligus media promosi untuk memperkenalkan destinasi wisata tersebut.

Cenderamata menjadi sarana yang sangat efektif untuk mengenalkan daerah tujuan

wisata. Akan tetapi Pulau Pramuka belum memiliki cenderamata yang layak

dijadikan buah tangan bagi wisatawan atau yang dapat dikomersilkan.Hal ini

tentunya perlu menjadi perhatian oleh pemerintah yang terkait guna menunjang

peningkatan kunjungan wisatawan dan meningkatkan penghasilan masyarakat

disamping yang bersumber dari hasil tankapan ikan laut. Untuk itu kami dari tim

pengabdian masyarakat Universitas Pancasila akan melaksanakan pengabdian

masyarakat yang berguna untuk menambah ketrampilam masyarakat dalam

Sumber : http://www.tempatwisatamu.co m http://wisatapulaupramuka.com

Page 138: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

pembuatan cendertamata, meningkatkan jiwa wirausaha dan peningkatan

pengetahuan pembukuan usaha. Disamping itu tim juga akan melakukan kegiatan

social dalam bentuk penanaman pohon mangrove sebagai wujud partisipasi dalam

mencegah erosi dan abrasi pantai.

1.2 Permasalahan Mitra

Mata pengcaharian keluarga berupa nelayan yang sangat dipengaruhi oleh

musim, sehingga memerlukan sumber income tambahan. Salah satu yang potensil

digali sebagai sumber income tambahan adalah komersialisasi cenderatamata

mengingat pulau pramuka merupakan destinasi wisata.

Sumber penghasilan keluarga adalah suami yang merupakan nelayan.

Anggota kelompok yang merupakan ibu rumah tangga sangat potensil untuk dilatih

membuat cenderamata untuk dikomersilkan pada wisatawan yang datang ke pulau

tersebut. Keterampilan membuat cenderamata yang akhir berhasil dikomersilkan

akan menambah pendapatan keluarga. Permasalahan yang dihadapi anggota

kelompok Mitra 1 dan 2, yaitu belum memiliki keahlian cara membuat kerajinan

cenderamata yang terbuat dari pasir dan kulit kerang. Belum memperoleh

pengetahuan bagaimana merintis usaha serta melakukan pembukuan usaha, untuk

itu pengabdian ini ditujukan untuk itu

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan adalah membimbing masyarakat dalam hal memanfaat

limbah kerrang menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis sehingga dapat menambah

income bagi keluarga. Masyarakat yang dibimbing adalah ibu-ibu rumah tangga

yang ada di pulau Pramuka. Cara pembimbingan dilakukan dengan cara :

1. Melatih mengenali bahan baku limbah kerrang yang berpotensi ekonomis

2. Melatih cara mempersiapkan bahan baku kulit kerrang untuk diolah menjadi

cendremata

3. Melatih cara membuat cendramata dari kulit kerang

4. Melatih cara menghitung biaya produksi dan pembukuan sederhana 5.

Melatih cara memasarkan produksi cendremata.

Salah satu dari tridharma perguruan yang harus dilaksanakan oleh dosen

adalah

2. Pelaksanaan Pelatihan untuk Peningkatan Potensi Ekonomi Masyarakat

Pulau Pramuka Melalui Komersialisasi Cenderamata Berbasis Bahan Baku Lokal

Acara diawali dengan melakukan pelatihan pembuatan cenderamata,

pelatihan kewirausahaan dan pelatihan akuntansi sederhana. Rundown acara

pengabdian adalah sebagai berikut :

Page 139: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Tabel 6.1

Susunan Acara Pengabdian Pulau Pramuka

WAKTU ACARA

Sabtu 15 Juli 2017

09.00 -09.30

Resgitrasi peserta pelatihan

09.30 - 10.00

Sambutan :

- Ketua Penitia

- Lurah Pulau Pramuka

10.00- 12.00 Pelatihan Pembuatan Cendera mata

12.00 - 13.30 ISHOMA

13.30 - 15.00 Pelatihan Pemasaran

15.00- 15.30 Cofee break

15.30- 17.30 Pelatihan Pembukuan Usaha

17.30-18.00

Penutupan

2.1 Registrasi Peserta Pelatihan

Peserta pelatihan cenderamata adalah ibu-ibu PKK warga dari beberapa

Rukun Tetangga, yang ada dipulau pramuka. Pelatihan ini diharapakan agar Ibu –

ibu PKK memiliki kemampuan dalam pembuatan cenderamata yang berbasis bahan

baku lokal seperti kulit kerang dan pasir.

Acara pelatihan dimulai dengan registrasi peserta yang dikoordinasi ibu RT

01 RW 05 Kelurahan pulau Panggang. Pelatihan ini diikuti 24 peserta. Peserta

adalah ibu PKK yang berasal dari berbagai Rukun Tetangga (RT) di wilayah

Rukum Warga (RW) di Kepulauan Pramuka kelurahan Pulau Panggang.

Namanama peserta pelatihan sebagai berikut :

Page 140: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Petugas Registrasi dan Suasana Registrasi Peserta Pelatihan

Gambar 1

Nama Peserta Pelatihan

2.2 Proses Pelatihan

Proses Pelatihan di awali Sambutan dari ketua tim pengabdian di sampaikan

oleh ibu Lailah Fujianti. Sambutan ini pada intinya menyampaikan maksud dan

tujuan dilakukannya pengabdian dan sekaligus memperkenal anggota-anggota

pelaksana pengabdian serta ucapan terima kasih kepada pak Lurah dan warga Pulau

Pramuka Kelurahan Pulau Panggang.

Page 141: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Sambutan Ketua Tim Pengabdian

Page 142: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Anggota Tim Pengabdian dan Pak Lurah Pulau Panggang

Page 143: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Sambutan dan Pemberian Cenderamata Pak Lurah Pulau Panggang

2.3 Pelatihan Pembuatan Cenderamata

Indonesia memiliki banyak destinasi wisata, bahkan banyak sudah terkenal

sampai ke mancanegara. Ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan

pendapatan negara atau pemda yang bersumber dari industri pariwisata.

Kesempatan ini sekalgius jadi tantangan tersendiri bagi pemerintah pusat,

pemerintah daerah, pramuka wisata, travel biro perjalanan tentang bagaimana cara

mempromosikan destinasi wisata tersebut kepada orang yang belum

mengetahuinya? Salah satunya dengan media yang dapat digunakan adalah

cenderamata. Cinderamata adalah barang-barang kerajinan tangan, yang

Page 144: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

merupakan hasil kreativitas para pengrajin yang mampu merubah benda-benda

yang terbuang dan tidak berharga menjadi produk-produk kerajinan tangan yang

menarik dan diminati banyak orang, terutama para wisatawan.

Istilah cenderamata dikenal juga dengan istilah lain adalah souvenir. Dalam

kamus The Collins Cobuild Dictionary (2009), kata souvenir diartikan: Souvenir is

usually small and relatively inexpensive article given, kept or purchased as a

reminder of a place visited, an occasion, etc Sementara itu, dalam kamus Webster

English Dictionary (2004), kata souvenir diartikan sebagai, an object a traveler

brings home for the memories associated with it.

Bahasa Indonesia cenderamata sering juga disebut souvenir atau oleh-oleh

atau buah tangan. Souvenir berhubungan erat dengan kegiatan perjalanan sehingga

tisak mengherankan jika istilah souvenir melekat dengan kegiatan pariwisata.

Istilah souvernir dan cenderamata dalam penulisan digunakan bergantian sebagai

maksud yang sama. Cendramata sangat penting dalam memperkenalkan suatu

daerah wisata karena salah satu fungsi cenderamata adalah sebagai alat media

promosi, sama pentingnya komunikasi bagi manusia. Promosi inilah yang menjadi

salah satu kunci untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, bagaimana

memperkenalkan destinasi wisata kepada calon wisatawan, dan tetap bertahan

sebagai tempat wisata yang cukup diminati.

Pelatihan cenderamata bertujuan agar pulau pramuka memiliki

pengrajinpengrajin yang mampu menghasilkan cenderamata yang berbasis bahan

baku local. Cenderamata ini diharapkan nanti akan jadi media promosi dalam

memperkenalkan Pulau Pramuka sebagai destinasi wisata dan tentunya diharapkan

pula akan meningkat potensi ekonomi masyarakat Pulau Pramuka.

Pelatihan cenderamata pada pengabdian kali ini adalah cenderamata yang

berbahan baku kulit kerang. Pelatihan kerajinan dari bahan baku yang lain seperti

pasir, akan diadakan pada pengabdian selanjutnya. Bentuk hasil kerajinan yang

terbuat dari kulit kerang sangat beragam mulau dari assories, gantungan kunci,

periasan kalung, periasan gelang atau bunga yang didesain cukup menarik.

Kerajinan Gantungan kunci dari Kulit Kerajinan Gelang dari Kulit Kerang

Page 145: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Beberapa hasil kerajinan yang berbahan baku kulit kerang dapat berupa gantungan

kunci, gelang kalung dan hiasan bunga.

Kerang

Kerajinan kalung dari kulit kerrang

Ibu Ita merupakan instruktur pelatihan kerajinan. Gambar dibawah ini

memperlihat ketika ibu Ita menjelaskan bagaimana proses pembuatan cendera

didampingi dari tim pengabdian ibu Ati.

Page 146: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Peragaan Hasil Pembuatan Kerajinan dari kulit keran

g

Peragaan Proses Pembuatan Kerajinan dari kulit kerang

2.2 Pelatihan Pembuatan Pemasaran dan Wirausaha

Seorang wirausahawan merupakan seseorang yang mampu menciptakan

bisnis baru dengan mengambil resiko dan kondisi ketidakpastian demi mencapai

keuntungan yang diharapkan. Mereka memaksimalkan peluang yang berada di

sekitar mereka untuk dijadikan sumber daya yang diperlukan dalam proses

kewirausahaan yang sedang dijalankan. Seorang wirausaha dituntut mampu

mengoptimalisasi setiap keadaan sekitarnya menjadi peluang dalam mencapai

keuntungan. Dalam setiap peluang pasti terdapat resiko didalamnya, resiko tersebut

berupa kemungkinan berhasil dan kemungkinan gagal. Oleh sebab itu, seorang

wirausaha harus berani mengambil resiko dan lebih menyukai tantangan. Ide kreatif

dan inovasi seorang wirausaha tidak sedikit yang berasal dari proses meniru dan

duplikasi, kemudian terus berkembang dan berujung pada proses sesuatu yang baru

dan berbeda. Hal tersebut dikarenakan semangat inovasi dan kreasi yang tumbuh

pada jiwa seorang wirausaha.

Pelatihan kewirausahawan dalam pengabdian ini dimaksudkan untuk

menumbuhkan jiwa usaha dikalangan masyarakat Pulau Pramuka. Kerajinan

cenderamata yang ditopang dengan semangat kreasitifitas dibarengi dengan jiwa

wirausaha diharapkan kedepan akan timbul wirausaha yang mampu

mengkomersialkan kerajinan cenderamata yang berbahan baku dari kerang.

Cenderamata ini nanti dapat menjadi media promosi guna mengenalkan pulau

pramuka sebagai destinasi wisata.

Page 147: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Pelatihan wirausaha dilakukan oleh ketua tim pelatihan wirausaha dan dibantu

dengan anggota tim. Susunan tim pelatihan kewirausahawan sebagai berikut :

Saat Pemberian Materi Kewirausahawan

2.3 Pelatihan Pembukuan Sederhana

Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas,

mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan

keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang membutuhkan dengan mudah

dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. Akuntansi

berasal dari kata asing accounting yang artinya bila diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi

digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil

keputusan sehingga disebut sebagai bahasa bisnis. Fungsi utama akuntansi adalah

sebagai informasi keuangan suatu organisasi. Dari laporan akuntansi kita bisa

melihat posisi keuangan suatu organisasi beserta perubahan yang terjadi di

dalamnya. Akuntansi dibuat secara kualitatif dengan satuan ukuran uang. Informasi

mengenai keuangan sangat dibutuhkan khususnya oleh pihak manajer / manajemen

untuk membantu membuat keputusan suatu organisasi.

Pemilik usaha sering bingung dan bertanya “Apakah usaha saya perlu

menerapkan pelaporan akuntansi?” atau “Pentingkah pelaporan keuangan untuk

usaha kerajinan kerang saya?”. Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut

adalah “Perlu dan Penting”. Pada dasarnya, setiap kegiatan yang di dalamnya

Page 148: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

terdapat transaksi keuangan perlu menerapkan pembukuan akuntansi, begitu juga

untuk UKM. Karena pembukuan akuntansi akan membuat pengusaha UKM,

mengetahui arus kas dan kondisi keuangan usahanya. Namun sayangnya, banyak

pengusaha UKM yang tidak memahami permasalahan tersebut. Mereka

menganggap bahwa pembukuan akuntansi memakan waktu dan biaya mereka

dalam melakukan usaha mereka tersebut. Terlebih lagi, mereka juga menganggap

kegiatan usaha yang mereka jalani adalah usaha keluarga dan tidak terlalu rumit

untuk di jalankan. Padahal banyak manfaat yang didapat jika pengusaha UKM

menerapkan pembukuan akuntansi. Manfaat dari pembukauan salah satunya

adalah mengetahui kondisi uaha dan membantu anda mendapatkan kredit pinjaman.

Materi yang diberikan dalam pelatihan akuntansi adalah Pembukuan

Sederhana untuk Usaha. Materi ditekankan perlunya pembukuan bagi suatu usaha.

Uang usaha tidak dicampur adukkan dengan uang pribadi. Uang usaha dapat

digunakan untuk kepentingan pribadi tetapi harus dicatat sebagai pengambilan

pribadi.

Suasana Pelatihan Akuntansi Sederhana untuk Usaha

Page 149: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

3. Kesimpulan Dan Saran

3.1 Kesimpulan

Kegiatan pengabdian ini sangat di sambut baik oleh peserta dan dinilai sangat

membantu mengembangkan pengetahuan masyarakat Pulau Pramuka. Pelatihan

pembuatan cenderamata juga disambut baik, tetapi masyarakat menginginkan

pelatihan bukan hanya peragaan tetapi mereka langsung terlibat dalam pembuatan

cenderamata tersebut.

Pelatihan Kewirausahawan juga di sambut baik oleh peserta, tetapi mereka

mengemukan kendalan modal awal dalam memulai usaha, karena pada tahap awal

tidak ada bank yang bersedia memberikan permodalan. Bentuk usaha yang saat ini

banyak digeluti adalah usaha dalam bentuk jualan gorengan itupun hanya di hari

sabtu dan minggu ketika banyak wisatawan yang berkunjung.

Pelatihan Pembukuan Sederhana juga disambut baik oleh peserta. Beberapa

peserta baru mendengar istilah akuntansi dan manfaat akuntansi. Beberapa peserta

bertanya apakah bagi mereka yang tidak memiliki usaha perlu juga akuntansi.

3.2 Saran

Masyarakat menyambut baik kegiatan ini untuk disarankan untuk pengabdian

selanjutnya sebagai berikut :

1. Pelatihan cenderamata sebaiknya peserta langsung terlibat

2. Pelatihan cenderamata yang lain berbahan baku pasir

3. Pelatihan Cenderamata bukan hanya satu model tapi beberapa model

4. Mengharapkan pengabdian masyarakat dalam bentuk lain seperti cara

mengelola objek wisata, cara mempromosikan objek wisata

Page 150: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Digitalisasi Koperasi Dan Produk UMKM Di Indonesia

Weni apriliyani

Nurlaeli Aprilia Sahri

Muhammad Zamzami

Universitas Trilogi

Abstrak

Meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat merupakan salah satu peran

koperasi, namun saat ini peran koperasi tersebut sedikit tidak terlihat pada

permasalahan ekonomi masyarakat saat ini. Dengan adanya permasalahan tersebut

maka dibuatlah kajian ini untuk mengaktivasi peran koperasi yang menghilang,

diharapkan bahwa dengan adanya kajian ini koperasi akan beroperasi secara

maksimal dan peran koperasi dirasakan masyarakat. Kajian ini merupakan kajian

kualitatif, informasi yang didapatkan dari studi kasus mengenai koperasi yang saat

ini tidak beroperasi secara maksimal, kecintaan masyarakat Indonesia terhadap

produk lokal, dan revolusi industri 4.0 yang sangat identik dengan teknologi.

Koperasi online merupakan hasil dan solusi dari permasalahan terkait dengan

pengoprasian koperasi yang tidak maksimal. Sehingga kami selaku penulis paper

ini ingin merealisasikan tujuan dan peran koperasi, dengan menjual produkproduk

khas lokal daerah-daerah yang ada di Indonesia, proses penjualan produkproduk

lokal tersebut dibantu dengan koperasi online agar segmen pasar dan sasaran

konsumen lebih luas.Namun tidak semua masyarakat Indonesia telah mengerti

teknologi dan mampu mengoperasikan koperasi online. Keterbatasan yang kedua

adalah kecintaan masyarakat terhadap produk-produk lokal sangat minim, sehingga

perlu penyuluhan dan pemaparan mengenai manfaat dan kualitas produk lokal tidak

lebih buruk dibandingkan dengan produk impor.Setelah adanya penelitian ini

diharapkan koperasi dapat beroperas secara maksimal karena terbentuknya koperasi

online. Dan dengan adanya penelitian ini pula diharpakn kesejahteraan masyarakat

Indonesia khususnya dalam bidang ekonomi terbantu.

Kata kunci : Koperasi, Enterpreneur, Produk lokal.

Page 151: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992, Koperasi adalah badan usaha yang

beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan

kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi dapat berperan

dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta

mendorong pertumbuhan ekonomi dan khususnya berperan dalam

mewujudkan stabilitas ekonomi di Indonesia. Koperasi memberikan kontribusi

yang cukup besar terhadap pembentukan produk nasional, peningkatan ekspor,

perluasan lapangan kerja serta peningkatan dan pemerataan pendapatan.

Koperasi sangat memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi

di Indonesia. Namun, sejak berdirinya koperasi di Indonesia sampai saat ini

tidak tumbuh menjadi usaha yang besar sehingga perwujudan ekonomi tersebut

terhambat bahkan banyaknya koperasi di Indonesia yang sudah tidak

beroperasi dikarenakan sesuatu hal seperti sedikitnya minat masyarakat

terhadap koperasi, koperasi sulit untuk berkembang karena banyaknya pesaing

dan perkembangan teknologi yang semakin canggih.

Indonesia telah berada dalam Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan adanya

peningkatan teknologi dalam kehidupan sehari – hari seperti pemesanan

makanan kini tidak hanya melalui telfon atau pesan langsung ke toko

melainkan dapat dipesan melalui digital handphone dengan melalui salah satu

aplikasi atau website dan hal inilah yang menjadi pesaing besar koperasi untuk

berkembang dimana semakin banyaknya masyarakat menggunakan kemajuan

teknologi untuk kebutuhan sehari – hari dan semakin terlupakannya usaha –

usaha yang masih bertahan dalam konsep terdahulu seperti koperasi. Selain itu,

semakin banyaknya entrepreneur yang mulai memanfaatkan fenomena

tersebut. Hal ini ditandai dengan meningkatnya rasio presentase jumlah

entrepreneur di Indonesia saat ini yang diumumkan oleh Kementerian

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) yaitu sebesar 3,1% dari total

penduduk Indonesia, jika dihitung dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar

260 juta jiwa maka jumlah wirausaha Indonesia saat ini mencapai sekitar 8,06

juta jiwa. Peningkatan presentase ini telah melampaui batas standar

internasional yaitu sebesar 2% namun Indonesia masih memiliki jumlah

entrepreneur yang rendah dibandingkan dengan negara tetangga lainnya

seperti singapura dan malaysia.

Sehubungan dengan masalah koperasi dan berkembangnya teknologi saat ini,

maka kami menciptakan sebuah gagasan untuk menumbuhkan kembali nilai

koperasi dengan memanfaatkan suatu digital dimana menyediakan sebuah

platform bagi para Usaha Kecil Menengah (UKM) di seluruh Indonesia sebagai

anggota koperasi untuk memperkenalkan dan memasarkan produk lokal khas

Indonesia yang berasal dari seluruh daerah terdiri dari 34 provinsi demi

Page 152: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara merata. Karena

menurut Pramono Anung (Sekretaris Kabinet) koperasi akan menjadi semakin

kuat jika disesuaikan dengan cara berpikir, konsep dan pendekatan masyarakat

misalnya dengan menggunakan digital. Selain itu, dengan dibuatnya koperasi

yang berbasis digital maka pasar yang ditargetkan semakin luas sehingga

meningkatkan kembali minat masyarakat terhadap koperasi dan seluruh

produk lokal khas Indonesia dapat dikenal dan dipasarkan oleh masyarakat

Indonesia. Hal tersebut dapat menunjukkan dan membuktikan rasa

nasionalisme masyarakat terhadap tanah air dengan memproduksi produk –

produk lokal.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan yang akan dibahas :

1. Bagaimana perancangan digitalisasi dalam koperasi terhadap produk

umkm Indonesia?

2. Apakah dampak digitalisasi dalam koperasi terhadap produk umkm

Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini ialah :

1. Untuk mengetahui perancangan digitalisasi dalam koperasi terhadap

produk umkm Indonesia

2. Untuk mengetahui dampak digitalisasi dalam koperasi terhadap produk

umkm Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan

Beberapa manfaat penulisan yang dilihat dari berbagai sisi :

1. Bagi pemerintah

Pemerintah dapat mewujudkan gagasan ini untuk menghidupkan

kembali jiwa koperasi serta memajukannya sehingga dapat meratakan

pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2. Bagi Usaha Kecil Menengah

Seluruh UKM atau pengrajin di Indonesia dapat memanfaatkan

koperasi online untuk memperkenalkan produk – produk lokas khas

Indonesia yang selama ini masih belum dikenal banyak orang sehingga

dapat memperluas pasarnya hingga ke seluruh Indonesia dan

Internasional.

3. Bagi masyarakat

Masyarakat dapat mengetahui lebih banyak produk – produk lokas

khas Indonesia yang berasal dari 34 provinsi serta dapat menunjukkan

rasa nasionalisme terhadap bangsa dengan mencintai dan memproduksi

produk khas Indonesia.

Page 153: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Nilai – Nilai Pancasila

Menurut Kaelan dan Zubaidi (2007 : 31), Pancasila yang merupakan sebagai

ideologi negara merupakan suatu sistem nilai dalam negara karenanya sila –

sila Pancasila pada haikatnya merupakan suatu kesatuan. Pancasila merupakan

serangkaian nilai yang menjadi landasan serta motivasi atas segala perbuatan

yang bersifat universal sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari –

hari. Pancasila dibentuk berdasarkan dari kepribadian bangsa yang sesuai

dengan hati nurani bangsa Indonesia. Adapun nilai – nilai yang terkandung

dalam sikap sila Pancasila adalah sebagai berikut :

2.1.1 Nilai Ketuhanan

Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa setiap

penyelenggaraan sikap moral yang berkaitan dengan negara harus

berdasarkan dan dijiwai dengan nilai pancasila ini.

2.1.2 Nilai Kemanusiaan

Nilai yang terkandung dalam sila kemanusiaan yaitu negara harus

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan yang

beradab (Kaelan dsn Zubaidi, 2007 : 32). Sila kedua ini memberikan pelajaran

bagi masyarakat bahwa sikap dan tingkah laku manusia harus didasarkan norma

– norma dan budaya yang berlaku. 2.1.3 Nilai Persatuan

Kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Di

dalam suatu negara, setiap manusia memiliki perbedaan baik dari suku, ras,

kelompok, golongan maupun agama. Namun, hal tersebut tidak menjadi

penghalang bagi bangsa untuk tetap menjadi satu kesatuan. Karena bangsa

Indonesia mempunyai nasionalisme yang merupakan perasaan satu sebagai

bangsa dengan seluruh warga yang ada dalam masyarakat serta mempunyai

semboyan Bhineka Tunggal Ika yang mengartikan bahwa walaupun

berbeda – beda namun masih dalam satu kesatuan yang sama.

2.1.4 Nilai Kerakyatan

Rakyat merupakan subjek pendukung pokok Negara (Kaelan dan Zubaidi,

2007 : 35). Dalam sila keempat ini mengandung nilai yang artinya dari

rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Dalam nilai ini juga terkandung nilai

demokrasi yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari – hari warga

Indonesia agar terciptannya suatu keputusan yang akan berguna bagi

seluruh bangsa.

2.1.5 Nilai Keadilan

Nilai yang terkandung dalam sila kelima pancasila ialah dibagi menjadi tiga

yang harus terwujud yaitu keadilan distributif dimana hubungan keadilan

antara negara terhadap warga negaranya, keadilan legal dimana hubungan

keadilan antara warga negara dengan negaranya dan keadilan komutatif

hubungan keadilan antara warga negara satu dengan yang lainnya.

Page 154: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

2.2 Sistem Ekonomi Pancasila

Pancasila merupakan dasar Negara Bangsa Indonesia, sistem ekonomi

pancasila berarti bahwa sistem ekonomi yang didasarkan pancasila.

Kekeluargaan dan gotong royong merupakan ciri dari pancasila, sehingga

sistem ekonomi pancasila dalam menjalankan seluruh kegiatan perekonomian

tersebut sangat menjunjung tinggi kekeluargaan dan gotong royong. Menurut

(Bung Hatta 1960) Sistem Ekonomi Pancasila dapat berjalan dengan teratur

jika ada aturan yang mengatur secara resmi tentang kemakmuran rakyat. Hal

tersebut dapat di implementasi jika daya beli masyarakat terhadap barang lokal

dapat ditekan dan akan meningkat, sehingga pendapatan nasional meningkat.

Namun saat ini sistem ekonomi pancasila sangatlah sulit untuk diidentifikasi

secara nyata dalam kegiatan perekonomian, hal tersebut dapat terjadi karena

peminatan masyarakat terhadap produk-produk lokal sangatlah minim karena

masyarakat Indonesia lebih senang dan suka terhadap produk - produk impor

yang menurut asumsi mereka kualitas produk impor lebih berkualitas

dibandingkan dengan produk lokal.

2.3 Koperasi sebagai penggerak ekonomi rakyat

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas

kekeluargaan. Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi mempunyai ciri – ciri

sebagai berikut :

a) Kumpulan orang bukan kumpulan modal, sehingga masyarakat bisa

dengan mudah menjadi anggotanya. Koperasi sebagai pelaku ekonomi

rakyat, anggotanya terdiri dari unit – unit usaha kecil di sektor

pertanian, kelautan dan sektor informal lainnya.

b) Wadah kegiatan bisnis sosial yang bekerja untuk kepentingan

kesejahteraan anggotanya.

Melalui kegiatan bisnis sosial, usaha kecil dari rakyat banyak akan

memiliki ptensi tawar (bargaining power) yang besar, baik di pasar

input maupun pasar output.

c) Sarana pemerataan ekonomi

Dengan peranan tersebut, koperasi akan dapat mengupayakan

terciptanya lapangan usaha yang produktif dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan serta mewujudkan kemakmuran bersama seluruh

rakyat, sehingga mampu menjadi soko guru perekonomian rakyat.

2.4 Digitalisasi Ekonomi

Definisi Digitalisasi Ekonomi menurut Encarta Dictionary adalah

“Business transactions on the Internet: the marketplace that exists on the

Internet“. Pengertian Digitalisasi Ekonomi lebih menitikberatkan pada

transaksi dan pasar yang terjadi di dunia internet. Pengertian yang lebih luas

Page 155: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

dari sekedar transaksi atau pasar adalah New Economy yang menurut PC

Magazine adalah “The impact of information technology on the economy“.

Pengertiannya lebih menonjolkan pada penerapan teknologi informasi dalam

bidang ekonomi.

3. Metodelogi Penulisan

3.1 Metode Penulisan

Metode peulisan menurut Arikuntio (2006:26) adalah teknik yang digunakan

penulis untuk memperoleh data guna mendapatkan hasil dari penulisan yang

disusun. Penulisan ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian

kualitatif menurutu Herdiansyah (2010:9) adalah penelitian karya ilmiah yang

bertujuan untuk mengupas suatu fenomena secara alamiah dengan

mengutamakan proses pemahaman dan komunikasi yang mendalam antara

peneliti dengan fenomena yang terjadi. Metode kualitatif disini menggunakan

studi kasus mengenai banyaknya koperasi yang sudah tidak beroperasi lagi

dikarenakan beberapa hal seperti koperasi sulit untuk berkembang.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Beberapa cara penulis dalam mengumpulkan data guna untuk kepentingan

penulisan ialah :

1. Studi Literatur

Menurut Nzir (2013, h. 93), studi literatur adalah teknik pengumpulan

data dengan melakukan baca dan telaah terhadap buku – buku ilmiah

yang sesuai dengan topik, catatan – catatan penting, laporan yang

memiliki hubungan dengan topik yang dimiliki dan sumber – sumber

lain yang relevan. Dalam teknik pengumpulan data ini menggunakan

data sekunder yang berasal dari beberapa sumber ilmu dan informasi

tersebut.

3.3 Objek penelitian

Di dalam penulisan ini, penulis membahas mengenai koperasi yang akan

dibangun untuk para ukm di seluruh Indonesia khususnya ukm yang

memproduksi makanan, minuman, kerajinan khas Indonesia guna untuk

memajukan koperasi dan memperkenalkan produk khas Indonesia yang masih

belum diketahui banyak orang. Fokus awal dalam pembuatan penulisan ini

adalah provinsi bengkulu, karena provinsi bengkulu merupakan provinsi

termuda di Pulau Sumatra namun memiliki potensi yang besar dari produk

kerajinan dan makanan khas yang dikelola oleh para umkm di Kota Bengkulu,

terlebih lagi Provinsi Bengkulu merupakan kota kelahiran dari Ibu Fatmawati

Soekarno Putri, beliau merupakan istri dari Presiden pertama Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Fatmawati Soekarno Putri merupakan salah satu sosok

pahlawan yang sangat berkesan dan berarti untuk kemerdekaaan Indonesia,

Page 156: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

karena beliau merupakan tokoh penjahit Bendera Sangkakala Merah Putih

untuk dikibarkan pada saat kemerdekaan Indonesia. Sehingga penulisan ini

ingin mengenang jasa-jasa beliau dengan mengembangkan produk kerajinan

dan makanan khas bengkulu dengan menggunakan koperasi online sebagai

platform.

4. Pembahasan

4.1 Digitalisasi Koperasi Terhadap Produk UMKM di Indonesia

Digitalisasi adalah proses mengubah berbagai informasi, kabar, atau berita

dari format analog menjadi format digital sehingga lebih mudah untuk

diproduksi, disimpan, dikelola, dan didistribusikan (Wikipedia,2017).

Sehingga digitalisasi koperasi merupakan proses mengubah format analog

menjadi format digital pada proses operasional koperasi di Indonesia, tujuan

digitaliasi koperasi ini agar produk lokal Indonesia lebih dikenal oleh

masyarakat Indonesia ataupun mancanegara, mengembangkan umkm di

Indonesia, meningkatkan pendapatan negara melalui peningkatan pendapatan

disetiap provinsi di Indonesia.

Digitalisasi koperasi merupakan suatu hal yang baru untuk dunia

perekonomian di Indonesia, karena belum pernah ada koperasi yang beroperasi

dengan cara digital seperti perusahaan fintech. Di era 4.0 tulisan ini

menginginkan koperasi dapat bersaing dan memperluas segmen pasarnya agar

dapat menjadi badan hukum yang berjalan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,

karena Pancasila merupakan Dasar Negara Indonesia.

4.2 Dampak Digitalisasi Koperasi

Berkembangnya koperasi digital ini nantinya akan berdampak besar pada

pendapatan negara ataupun pendapatan setiap provinsi karena terjualnya

produk lokal Indonesia skala nasional sampai internasional. Salah satu tujuan

utama dibentuknaya koperasi online untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi masyarakat Indonesia, dengan meningktanya perekonomian setiap

provinsi di Indonesia

4.3 Pemecahan Masalah Koperasi Di Indonesia

Tulisan tentang permasalahan koperasi di Indonesia menghasilkan suatu

pemecahan masalah mengenai pembentukan koperasi berbasis online seperti

perusahaan fintech yang saat ini sedang marak dan menguasai perekonomian

Indonesia. Mengapa harus koperasi online? Karena saat ini pola hidup

masyarakat Indonesia sangat ingin sesuatu yang cepat, tepat, dan tanpa

berkorban untuk mengdapatkan sesuatu yang diinginkan, terlebih lagi tulisan

ini bertujuan untuk mengaktivasi peran koperasi di Indonesia. Dengan adanya

koperasi online ini ukm yang memproduksi kerajinan lokal atau makanan lokal

provinsinya masing-masing dapat memasarkan produknya dengan fasilitas

Page 157: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

koperasi online ini dan proses distribusi atau pembelian konsumen kepada

produk yang diinginkan jauh lebih mudah karena adanya koperasi online

tersebut.

4.4 Cara penggunaan koperasi online (Prototype)

4.4.1 Cara daftar menjadi anggota

Gambar 4.1

Halaman Awal Website

Ketika memasuki website atau aplikasi koperasi online, pertama

akan masuk kehalaman utama dari website atau aplikasi koperasi online,

disini terdapat kolom Home, Product, Membership, Contact, dan About.

Kolom produk yang terdiri dari kerajinan, makanan dan minuman lalu

membership sebagai hal yang utama. Sebelum bertransaksi sebaiknya

mendaftar menjadi anggota koperasi online, namun jika tidak mendaftar

tetap dapat bertransaksi di website atau aplikasi koperasi online. Cara

mendaftar menjadi anggota koperasi online adalah dengan menekan

kolom membership.

Page 158: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Gambar 4.2

Form Pendaftaran Anggota

Setelah menekan kolom membership maka akan muncul halaman seperti

gambar diatas disana terdapat kolom biodata yang harus isi untuk

menjadi anggota koperasi online, apabila telah mengisi dan melakukan

scan ktp di tempat yg tersedia selanjutnya hanya perlu menekan tombol

done.

Gambar 4.3

Kode Pembayaran Simpanan Pokok dan Wajib

Lalu diberikan kode pembayaran sesuai dengan total simpanan pokok

dan wajib yang ada apabila telah selesai melakukan transaksi silahkan

menekan tombol done.

Page 159: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Gambar 4.4

Halaman Utama Setelah Menjadi Anggota Koperasi

Setelah menekan tombol done akan kembali ke halaman utama, namun

ada tambahan kolom seperti digambar yaitu kolom keanggotaan yang

berisi struktur koperasi, jadwal rapat anggota dan profile. Dengan begitu

sudah terdaftar menjadi anggota koperasi online. Dan silahkan anda

bertransaksi sesuai kebutuhan.

4.4.2 Deskripsi Profil Anggota

Jika ingin melihat profile dari keanggotaan anda maka hanya perlu

ke kolom kenggotaan lalu pilih profil untuk melihat profil.

Gambar 4.5

Page 160: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Halaman Profil Anggota

Setelah menekan tombol profil maka akan ada tampilan halaman seperti

diatas yang berisi data pribadi.

4.4.3 Cara melakukan transaksi pembelian

Pertama akan berada pada halaman awal dari website atau aplikasi

koperasi online apabila sudah menjadi anggota maka akan ada kolom

keanggotaan, apabila belum menjadi anggota maka kolom tersebut tidak

ada. Dalam melakukan transaksi pembelian barang, pertama harus

memilih produk apa yang ingin dibeli, koperasi online menyediakan

produk kerajinan dan makanan tradisional. sebagai contoh cobalah

memilih makanan.

Gambar 4.6

Halaman Daftar Provinsi

Setelah menekan tombol makanan maka akan keluar halaman tampilan

seperti gambar diatas yaitu nama nama provinsi di Indonesia, namun

untuk memudahkan mencari, sudah pisahkan sesuai pulau yang ada di

Indonesia. Lalu pilih salah satu provinsi, sebagai contoh pilih provinsi

Bengkulu.

Gambar 4.7

Page 161: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Halaman Daftar Produk

Maka akan keluar halaman tampilan seperti diatas yaitu daftar nama

produk, harga, dan gambar dari produk pilih salah satu produk yang

diinginkan cobalah memilih Lempuk Durian khas Bengkulu.

Gambar 4.8

Deskripsi dan Rating Produk

Selanjutnya akan keluar halaman tampilan seperti diatas yang berisi

gambar produk, deskripsi produk, harga, rating dari pembeli lain, dan

tombol buy. Jika sudah yakin maka hanya perlu menekan tombol buy.

Gambar 4.9

Halaman Data Pembeli Pembayaran

Lalu harus mengisi halaman diatas yaitu nama penerima produk, alamat

penerima, nomer telepon, dan menggunakan jasa angkutan apa, pilih

metode pembayaran yang sesuai dengan keinginan , setelah itu tekan

tombol pay.

Page 162: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Gambar 4.10

Kode Pembayaran

Setelah itu maka akan keluar kode pembayaran yang harus dibayarkan

sesuai dengan harga produk yang dibeli. Setelah membayar maka dapat

menekan tombol done.

Gambar 4.11

Konfirmasi Keberhasilan Transaksi

Setelah transaksi berhasil maka akan keluar halaman seperti diatas yang

berarti berhasil melakukan transaksi, apabila ingin melacak pesanan

maka perlu menekan track order, dan apabila ingin melihat keranjang

belanja cukup menekan tombol shopping card.

4.4.4 Cara melakukan transaksi penjualan

Transaksi penjualan produk hanya dapat dilakukan apabila sudah menjadi

anggota koperasi online, pertama harus kekolom produk lalu pilih upload

produk.

Gambar 4.12

Proses Upload Produk

Page 163: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Setelah memilih upload produk maka dihadapkan pada 2 pilihan upload

yaitu makanan dan kerajinan, pilihlah sesuai keinginan dan kebutuhan.

Gambar 4.13

Pengisian Deskripsi dan Harga Produk

Apabila sudah memilih untuk mengupload makanan atau kerajinan

tradisional maka harus mengisi kebutuhan yang sesuai diatas yaitu

mengupload foto produk, lalu mengisi harga, deskripsi, dan asal

makanan atau kerajinan yang akan dijual.

Apabila sudah berhasil mengupload produk yang ingin dijual maka akan

keluar ke tampilan awal dari website atau aplikasi koperasi ini, apabila

ingin melihat produk yang dijual maka cukup melihatnya di kolom

kerajinan atau makanan sesuai produk.

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Tulisan ini menghasilkan suatu program untuk membantu koperasi dalam

melakukan kegiatan operasionalnya. Program tersebut adalah koperasi online,

koperasi online dibentuk untuk menjadi platform setiap ukm di Indonesia untuk

mengembangkan usahanya dan menjadi wadah untuk meningkatkan

perekonomian disetiap provinsi di Indonesia.

Dengan adanya koperasi online tersebut diharapkan akan membantu

perkembangan perekonomian disetiap provinsi dan kesejahteraan masyarakat

dalam bidang ekonomi.

5.2 Saran

Masyarakat Indonesia diharapkan untuk menjadi pendukung koperasi online

agar tujuan koperasi sebagai badan hukum yang membantu untuk mengatasi

Page 164: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

permasalahan ekonomi di setiap provinsi di Indonesia dapat terlaksana dengan

baik.

DAFTAR PUSTAKA

Tjakrawerdaja, Subiakto., Soenarto, Soedarno., P. Setia, Lenggono., Budhi,

Purwandaya., Muhammad, Karim., dan Lestari, Agusalim. (2017). “Sistem

Ekonomi Pancasila”. Jakarta. Rajawali pers

Terjunbebas. (2016). “Lempuk Durian” https://bengkuluprov.go.id/lempukdurian/

(diakses tanggal 25 Juli 2018)

Hanung,Raditya. (2018). “Sudah Meratakah Pertumbuhan Ekonomi di Seluruh

Provinsi ?”. https://www.cnbcindonesia.com/news/20180214122617-164349/sudah-

meratakah-pertumbuhan-ekonomi-di-seluruh-provinsi-

(diakses tanggal 25 Juli 2018)

Kementrian, Koperasi. (2015). “Data Koperasi”

http://www.depkop.go.id/beritainformasi/data-informasi/data-koperasi/ (diakses

tanggal 25 Juli 2018) Walfajri , Maizal. (2018). “Kemenkop targetkan 1.100

koperasi baru di 2018”.

http://keuangan.kontan.co.id/news/kemenkop-targetkan-1100-koperasibaru-di-2018

(diakses tanggal 25 Juli 2018)

Gideon, Arthur. (2018). ” Koperasi Masa Kini Harus Berkonsep Digital”.

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3586537/koperasi-masa-kini-harusberkonsep-

digital (diakses tanggal 25 Juli 2018)

Creating an Economic Space For Ekonomi Pancasila In The Global Disruption

Market

Eka Sudarmadji

Ismiriati Nasip

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila

Universitas Bina Nusantara

Abstract

Page 165: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Indonesia’s Gini coefficient is growing fastest around the region and has become

the sixth highest in the world. Inequality is not solely of income and wealth but is

also opportunities. Unequal also affected the opportunity and the outcomes and it

indicated that both inequalities are interrelated. Inequality is also about the power

to decide the rules, who control the capital and resources. The link between

inequality and social conflict especially in the current Indonesian economics system

is being more attentive. Hence, the study is to explore the probability to endorse the

idea of the revitalization of Ekonomi Pancasila in favor of the people to implement

the Ekonomi Pancasila in real life situation. The whole idea is essentially trying to

defend the Indonesian economy, especially if it involves the interests of what is here

often referred to as people’s economy or ekonomi kerakyatan as it calls Ekonomi

Pancasila. In many cases, the definition is seen to be vague; there is no clear

definition to it and term has been loosely utilized, misleading and many economists

have used them for namesake. The study is trying to explore the other method

solution to eliminate the vagueness of Ekonomi Pancasila and trying to find the

room on how Ekonomi Pancasila as a whole system has not yet been applied as an

active policy, especially in this current global disruption era, and when we concern

with equality and social justice in the current Indonesian economics system.

Keywords: Ekonomi Pancasila; Equality; Indonesian Economics System; Social

Justice.

I. INTRODUCTION

National Statistic Burau (“BPS”) announces our poverty rate at 9.82% as of

the year 2017, and it is the first time in Indonesian history that the poverty line is

below 10%. This measurement is the material or monetary approach, which means

that this expenditure is compared to a limit of the rupiah exchange rate needed to

meet the minimum living needs. Unfortunately, increasing the Indonesian rupiah

against the USD can be a threat. However, the other good news is Indonesian

State-Owned of Enterprises (“SOEs”) will take control of 51% of Freeport

Indonesia’s equity, and hold the majority stake in the world’s largest gold mine.

Everybody hopes it can benefit Indonesian people.

Research on the economics of Ekonomi Pancasila is focused on whether the

Ekonomi Pancasila as an alternative economic system is still applicable during this

turbulence era. Since Ekonomi Pancasila as a public philosophy that runs parallel

and does not represent something on the continuum between a capitalist and a

socialist economy, the debate regarding Ekonomi Pancasila policy that is connected

to the presence of capitalist economy systems generally sees it as a source of

concern, where it is thought of as mostly un-benefits for most of Indonesian society.

The emerged of the ASEAN Economic Community (“AEC”), without any

boundaries, all Indonesian companies including the MSMEs forces to compete with

each other in a single ASEAN market. Though Indonesia was destined to play a

Page 166: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

central role representing almost 40 percent of the region’s economic output as a

member of the G20, pivotal market and has lion’s heart in AEC role, the benefits

will go only to the small percentage of Indonesian society. In addition to AEC,

Indonesia also has formed the Regional Comprehensive Economic Partnership

(RCEP) together with six free trade agreement partners, which are India, China,

Japan, Korea, Australia and New Zealand.

These facts will bring about more competition with the others; in theory -

the business will go to the process through market selection; eliminating

weak/inefficient sectors of enterprises, strengthen the efficient ones and innovation.

This strategy can lead to some casualties in several Indonesia business sectors as

well as MSMEs. If we really understand the idea of a socio-economic development,

it is clear that the competition ideas are not relevant to the ideas of the family

economy that are mandated by the Constitution 1945. As we can see in the

elucidation of article 33 of the Constitution, the kinship economy is a democratic

economy, where the prosperity of society takes precedence over the prosperity of

the individual. And the way to implement such an economy is through a cooperative

economic system, not an economy based on free competition

The recent concern as Mubyarto’s critics on Indonesia economics that now

turn to be characterized to be more homo-economicus, whereas the economic theory

is inhabited by a specific type of organism. These members of the species are always

rational. As the people try to maximize profit, their utility or equivalently, they

choose the point on the highest indifferent curve. In addition to their constraints, the

homo-economicus people rationally measure all the costs and benefits (Menkju,

2007). In this case of Indonesian recent situation, most of the conglomerate's

tycoons, foreign companies, and private enterprises try to maximize and tends to

misbehave on their operation in Indonesia. The concern with equality and social

justice created Indonesians are most unhappy about social inequalities in Indonesia,

and believe that the gap has grown to become wider, World Bank (2015).

Tarli Nugroho (2012), mentioned that when introducing the Ekonomi

Pancasila, even Emil Salim is not interested in setting up a new economic theory,

or a new economic system as an alternative economic system since there is nothing

wrong in economics, and Emil Salim argue that only its application that might be

mistaken. On the other hand, Mubyarto (2005) and Sri-Edi Swasono

(2002) said that stated capitalist has failed in Indonesia. Mubyarto’ (2005) also

stated that the mainstream economics cannot be fully implemented in Indonesia,

and especially that so many Indonesian economists were skeptical of Ekonomi

Pancasila. They believe that Ekonomi Pancasila is a not-for-nothing economy,

which is a capitalist economy nor a socialist economy. Many of them still disagree

for alternative ideas.

The clearest outline of the main characteristics of a hypothetical Pancasila

economic system is based solely on Pancasila as a public philosophy. Pancasila is

the first interpretation of economics, which consists of five provisions of belief in

God, humanitarianism, nationalism, democracy, and social justice. A second

Page 167: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

interpretation of the economic provisions Article 33 of the Constitution 1945 has its

roots in the anti-capitalist tradition of Indonesian nationalism. Peter McCawley

(2006) concluded in his research that most of the skeptical idea due to Ekonomi

Pancasila was quite unclear, is just how this new economic system might differ from

both of a capitalist and a socialist economy. He claimed that the price system used

to allocate resources, and macroeconomic aggregates in Ekonomi Pancasila

behave the same as they did in capitalist societies.

The main criticism addressed to the debate on an Ekonomi Pancasila system

is quite unclear how it might be implemented, or what the practical implications of

its implementation might be. It agrees with Tarli Nugroho (2012) who stated Emil

Salim’s understanding that mainstream economics is universal. It’s a matter of

discrepancy between economic theory and practice, then the fallacy lies in practice.

So, according to Emil, there is no point in formulating a new theory because there

is no false economic science, only its application may be mistaken.

Reflecting on the Mubyarto’s (2005) ideas, it appears that the whole idea is

essentially trying to defend the Indonesian economy, especially if it involves the

interests of what is here often referred to as people’s economy or Ekonomi

Kerakyatan as he calls it the Ekonomi Pancasila. In many cases, the definition of

the economics of “Ekonomi Kerakyatan” is seen to be vague; there is no clear

definition to it. Therefore, many economists have shifted towards Social Economy,

Ekonomi Rakyat, or Social Entrepreneurship, but again, these terms have been

loosely utilized, misleading and many economists have used them for namesake.

The study is trying to explore the other method solution to eliminate the

vagueness of Ekonomi Pancasila and trying to find the room on how Ekonomi

Pancasila as a whole system has not yet been applied as an active policy especially

in this current global disruption era. Especially when we concern with equality and

social justice in the current Indonesian economics system, hence the concept of

social entrepreneurship and the social entrepreneur which differ from a traditional

business, probably can create the small room in people economy proposed by

Mubyarto (2005) and Sri-Edi Swasono (2002). Since social entrepreneurship and

the social entrepreneur focuses on the people as stakeholders of the social enterprise,

the study also elaborates how to empower strategies addressed to the need for the

people to own and control the social enterprises themselves.

The other solution has already available right now, Article 33 of the

Constitution 1945 illustrates how communal ownership takes priority. And Article

33 of the Constitution 1945 also explicitly describes how the economic structure is

regulated under this constitution, which SOEs should be the main players in the

Indonesian economy. Again, in the implementation, we need to see that SOEs to

embrace to the achievement of social justice and inequality condition, such as

education, healthcare, or poverty reduction. The study will explore the important

economic theory, which is applicable and can explain the behavior of the Indonesian

SOEs. This includes how we can empower strategies addressed to the needs of the

Indonesian people to control the behavior of the Indonesian SOEs.

Page 168: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

II. THEORITICAL FRAMEWORK

Pancasila as a public philosophy is becoming the first interpretation of the

economic system, and the other interpretation is the economic provisions Article 33

of the Constitution 1945. Unlike Pancasila, the Article 33 of the Constitution 1945

has been amended through the fourth amendment in 2002. There are additional two

new paragraphs which are: the national economy is organized based on economic

democracy with the principle of togetherness, fair efficiency, sustainability,

environmental insight, independence, and by maintaining the balance of progress.

National economic unity and further provisions concerning the implementation of

this article shall be governed by law. Therefore, now the Article 33 consists of 5

(five) verses.

There are a huge of empirical research, the definition of the Ekonomi

Pancasila is seen to be vague; there is no clear definition to it. The vagueness of

Ekonomi Pancasila system was coming along with numerous conclusion stated

below:

“. . . A Pancasila economic system does not represent something on the

continuum between a capitalist economy and a socialist one, or a jointventure

between capitalism and socialism . . . It is an economic system which runs

parallel to and beside these two major economic systems. . .”

Hence, we need to look for the solution to eliminate the vagueness of Ekonomi

Pancasila; some economist came up with the revitalization of Ekonomi Pancasila.

The others have shifted towards Ekonomi Rakyat, Social Economy, Social Market

Economy, Social Enterprises, or Social Entrepreneurship, but again, these terms

have been loosely utilized, misleading, and many economists have used them for

namesake.

The idea of the revitalization of Ekonomi Pancasila in the implementation

of economic policies in favor of the people, unfortunately still in the

frameworkbased instead of the strategy plan to implement the Ekonomi Pancasila

in real life situation. This framework is to define the mission and direction for

Ekonomi Pancasila, so it is defined as a basic structure underlying a system,

concept, or text of Ekonomi Pancasila. Instead of having the framework, Indonesia

also needs a strategic plan that tends toward short-term, actionable tasks and

flexibility to adapt to the changing market trends, policy mandates, and market

needs for spurs the Ekonomi Pancasila in place.

2.1 Economics of Ekonomi Kerakyatan & ‘Hunger Game’ Society

The trickle-down economy failed in Indonesian economic system during

implementation in the new-order era, Fuad Bawazier (2017), the theories which

assumed that economic growth encouraged by a free market, will definitely prevail

Page 169: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

with regards to achieving more justice and comprehensiveness in the world. In

fact, it has never been confirmed, instead it is favorable for the wealthy; on the other

hand, it causes the poverty for the society. In retrospect of the growing poverty, we

come closer to becoming a ‘Hunger Games’ society, with the top 20% of Indonesian

wealthy individual live-off the remaining 80% of the Indonesian citizen, and these

top 20% watch us fight for social services then finally leaving 80% in abject

poverty. The Hunger Games society refers to a serial famous novel and movies

made by Hollywood, is about the "haves" and the "have-nots". In the Hunger Games

society, there is no middle class, just two different classes which are the super-rich

and the super-poor. To escape from Hunger Games society we arrive to the

question: Is it possible for the Indonesian economics system to move to a model of

social justice and abandoning a current platform that has been in place?

Mubyarto was initiated using the term of Ekonomi Kerakyatan, claimed to

be more popular than Ekonomi Pancasila. In its development, it was legalized into

one of the decisions of the People's Consultative Assembly, namely MPR Tap no.

XVI/1998 and it was further strengthened in several subsequent MPR Decisions,

even within Law no. 25/2000 on the National Development Program (Propenas). In

Ekonomi Kerakyatan, Mubyarto refers to Koperasi which mean cooperative

organizations or cooperative spirit which is mainly based on the spirit of

cooperation within the framework of Indonesia's socialist economic system.

Mubyarto’s Ekonomi Kerakyatan, also embraces the dimension of justice, in which

the spirit of social solidarity through the equitable distribution of wealth in order to

reduce inequality in the distribution of wealth in society.

The socialist economic systems are considered successful in implementing

this system, such as Germany and China. The idea proposed by Ludwig Erhard in

which the principles of individuality, solidarity, and subsidiarity are fulfilled in this

system (Ludwig, 1964). The socialist system shows the existence of communal

ownership of factors of production where the state organizes centrally about its

distribution. On the contrary, the capitalist refers to the ‘laizes-faire’ where every

individual is free.

The five verses in Article 33 of the Constitution 1945 illustrates how

communal ownership takes priority. It is a guarantee that whole Indonesian people

are involved in the process and enjoyed by the wider community. The words

communal, and people's prosperity illustrate are becoming a key element in the

expected economic activity. Article 33 of the Constitution 1945 also explicitly

describes how the economic structure is regulated under this constitution.

Under these ideas, SOEs is the main player in the economy. Indirectly, this

also indicates the need for strengthening of State-Owned Enterprises in managing

natural resources, so it is not dependent on foreign capital owners. The local private

and foreign enterprises can play an important role in Indonesia Ekonomi

Kerakyatan with a transparent control mechanism so that there is no false

composition in this economic structure. On the top, the principle of kinship acts as

the main spirit of the economy. Under this socialist economic system, it becomes

Page 170: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

clear how the private and foreign businesses actors are able to effectively work in

the national economy and make a positive contribution.

2.2 Market Failures and State-Owned of Enterprises (“SOEs”)

In the economy, especially in the capitalist economic system, SOEs tends to

be justified as a solution to meet market failures. Some forms of market failures

include: 1) public goods, where the nature of their consumption will result in

depletion, 2) positive externalities, where the providers of the externalities are not

compensated for this effect, 3) negative externalities, where the generators of the

externalities do not have to pay for these effects, 4) information asymmetries, where

moral hazard are sensitive and adverse selection problems, 5) incomplete markets,

where consumers cannot obtain the products even if they are willing to pay their

price, 6) natural monopolies, where it is more efficient for society to have one

provider than to have competition among firms, and thus there is the danger of

undersupply and overpricing.

An alternative to market failure, the creation of SOEs could also be based

on a political and ideological approach. In brief, these are: 1) economic communist

ideology, which justifies the creation of SOEs and the nationalization of private

firms as a response to the accumulation of wealth. A milder version of the

communist ideology is the socialist ideology, which induces the creation of state-

owned enterprises alongside the regulation of private enterprise, 2) economic

nationalist ideology, which contends that the government needs to make SOEs to

accelerate the development of the nation and address the powerlessness of private

endeavors to accomplish this, 3) economic social ideology, which recommend that

government needs to put resources into SOEs to encourage the accomplishment of

socially attractive destinations such as education, healthcare, or poverty reduction,

4) economic strategic ideology, , which legitimizes the creation of SOEs as being

strategic to the country, such as defense.

III. RESEARCH METHODS

The method used in this research is the study of literature by using descriptive

analysis. The study that focuses on weighing, dilemmas and policy solutions for the

existence of the economics of Ekonomi Pancasila that is unstoppable debating in

Indonesia. The complication of Ekonomi Pancasila itself is a testament to the

importance of research in this field. Further analysis of the literature on the

government policies of the Ekonomi Pancasila. This research study the direction

and scope of government policy towards the Ekonomi Pancasila. The best policy

for the Ekonomi Pancasila is to focus on how to develop and create the small room

in people economy, especially in the current turbulence era.

IV. RESULT AND DISCUSSION

Page 171: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 01 8

Basically, there is no quick-fix policy solution and no unified measure to calculate

the successful implementation of economic of Ekonomi Pancasila and combating

the inequality at the same time. It has been challenging for the government to fight

inequality in many ways such as combating the corruption in public sectors,

allocating more funds on public services, and encouraging the big corporations as

well as the rich individuals to pay their fair share of tax. On the other hands, the

government has to focus to tackle the main drivers, especially in the economic

sectors such as an inequality of opportunity in business sectors for the poor people

to develop the skills that most of them trapped in low-productivity and in lowwage

informal jobs.

Page 172: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

172

Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Description Years Companies

Micro & Small % Big % Mikro Small

Σ Perusahaan

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2,529,847

2,554,787

2,812,747

2,887,015

3,220,563

3,385,851

202,877

424,284

405,296

531,351

284,501

283,022

2,732,724

2,979,071

3,218,043

3,418,366

3,505,064

3,668,873

99.15%

99.22%

99.27%

99.31%

99.31%

99.29%

23,345

23,370

23,592

23,698

24,529

26,322

0.85%

0.78%

0.73%

0.69%

0.69%

0.71%

Σ Tenaga Kerja

2010

2011

2012

2013

2014

2015

4,817,261

4,791,144

5,607,782

5,408,857

6,039,855

6,464,394

1,629,999

3,483,491

3,523,506

4,325,254

2,322,891

2,271,387

6,447,260

8,274,635

9,131,288

9,734,111

8,362,746

8,735,781

58.89%

64.12%

64.94%

66.04%

61.75%

62.47%

4,501,145

4,629,369

4,928,839

5,004,912

5,180,531

5,247,301

41.11%

35.88%

35.06%

33.96%

38.25%

37.53%

Σ Nilai Input (Billion IDR)

2010

2011

2012

2013

2014

2015

45,267.4

15,520.6

84,130.2

98,518.7

146,932.4

180,416.4

32,357.2

36,239.5

101,937.5

201,018.1

164,179.1

169,210.0

77,624.6

51,760.1

186,067.8

299,536.8

311,111.5

349,626.4

5.57%

3.13%

9.78%

8.35%

13.86%

13.12%

1,317,243.0

1,599,860.0

1,716,224.0

3,289,204.0

1,934,153.0

2,315,675.0

94.43%

96.87%

90.22%

91.65%

86.14%

86.88%

Σ Nilai Output (billion IDR)

2010

2011

2012

2013

2014

2015

108,577.7

28,227.5

143,461.2

162,791.7

252,449.2

311,117.9

79,136.2

54,867.7

174,510.2

327,106.7

260,860.7

259,249.1

187,713.9

83,095.2

317,971.4

489,898.3

513,310.0

570,366.9

7.83%

3.08%

9.98%

21.27%

12.41%

11.98%

2,208,330.0

2,618,050.0

2,869,622.0

1,813,867.0

3,623,609.0

4,192,579.0

92.17%

96.92%

90.02%

78.73%

87.59%

88.02%

Σ Value Added (Billion IDR)

2010

2011

2012

2013

2014

2015

63,310.3

12,706.8

59,331.0

64,272.9

105,516.8

130,701.5

46,779.0

18,628.3

72,572.7

126,088.6

96,681.6

90,039.0

110,089.3

31,335.1

131,903.7

190,361.5

202,198.5

220,740.5

11.00%

2.99%

10.26%

11.43%

10.68%

10.57%

891,088.0

1,018,190.0

1,153,398.0

1,475,338.0

1,691,470.0

1,866,814.0

89.00%

97.01%

89.74%

88.57%

89.32%

89.43%

Table.1: MSMEs and Big Entrprieses, Biro Pusat Statistik.

Page 173: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

173 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

As shown on Table 1, the MSMEs are the engine for the Indonesian economy,

accounting for more than 90% of all business and more than 60% of total

employment compare with the big enterprises. Unfortunately it was a very small

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id

percentage around 10-11% contribution of MSMEs to Indonesian national

economies. In the next future, the growth outlook becomes a huge challenge for

Indonesia economies since there are a lot of obstacles facing by MSMEs from

reaching its full potential. It is shown that Indonesian MSMEs has a lot of creative

and entrepreneurial talent and play a critical role in alleviating the poverty and

empowering communities. Unfortunately, they have not well-served by other

institutional especially the financial institution. Hence, support in term of the fiscal

policy is necessary to be taken by the Indonesian government to spurs their

businesses.

Fiscal policy in the form of financial support and tax incentives can play an

important role in encouraging entrepreneurship (IMF April 2016). Although

Indonesia has the support of fiscal policy and tax incentives, the fiscal policy so far

is unfortunately not very coordinated. Fiscal policies that were issued at various

levels (Government Regulation and Regulation of the Minister of Finance) are

considered unmonitored and lead to a variety of tax incentives that have been

provided useless and not important by entrepreneurs. At the result, when Brazil’s

Gini coefficient has successfully decreased by 14 points through fiscal policy,

Indonesia’s fiscal policy only reduced the Gini by 3 points based on the year 2012,

Oxfam (2017).

4.1 Article 33 of the Constitution 1945 and Indonesian SOEs

Traditional prespectives of SOEs are typically framed that SOEs were not

efficient, not productive and administrative bureaucracy in the terms of operational

and financial. As a result, the majority of literature tend to view SOEs as poorly

managed with inefficient bureaucracy procedures that limit the execution of

strategies and resource allocations. There are two clarifications on SOEs in

academic view: an economy that focuses on the arrangement of market

imperfections, and politics.

Market Imperfection happens when markets can't productively and unable

to efficiently allocate products or resources to the most welfare-enhancing use, such

as taxation, regulation or direct ownership; the latter instrument results in the

creation of SOEs (see Levy, 1987; Lindsay, 1976; and a review in Lawson, 1994).

SOEs as a result of the ideology and the political strategy of the government can be

distinguished by four types of economic ideologies or political strategies:

communism, nationalism, social, and strategic. The researches of SOEs is based on

Page 174: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

174 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

three criteria; 1) the legal existence of the firm, 2) the deals with how state

ownership is exercised, and 3) the degree of state ownership in the firm.

4.1.1 PR China’s SOEs Case

At the early 1980s, the Chinese government began to introduce the SOEs that

dominate the country’s oil sector today. That was included in how they modernize

the economy and much changed the state ministries, recycling and then establishing

SOEs. That reform affected the firms’ behavior as corporate entities in important

ways. In the beginning, All Chinese SOEs are encouraged to attract investments

into the country (inbound), but over time until now - after being able - they are

newly invested outbound.

Then the twin pricing system was introduced and permitted, hence the

companies were able to sell at market prices any crude oil and natural gas produced

in excess of the quota set by the State Planning Commission. Twin pricing system

inevitably succeeded in bringing about greater justice for the whole People

Republic of China. In a normal corporation, the shareholders’ exercise capital

discipline can be done through their right to company earnings in the form of

dividends, however, in fact, China’s SOEs never paid at all. In Financing, the

Chinese SOEs enjoyed the government support - both diplomatically and

financially, and not available to publicly trade Western companies. The Critics

arose that the sources of financing were artificially low and put competitors at a

disadvantage. The government funds come without preconditions; it requires all the

SOEs to generate more jobs for the Chinese worker.

Every time investing out - these SOEs cooperate with the largest banks; one

of them is the Export-Import China Bank, which is also a state-owned enterprise of

China. The Exim Bank loan is a key success factor for SOEs or Chinese companies

including China Petroleum Corporation (Sinopec, CNPC & CNOOC). For

example, investments in Sinopec in Africa (Angola) are very successful because

they are encouraged or supported by China's EXIM Bank Investment without a

String (no string) and without strict pre-conditions. Only Chinese investment

always includes clauses about 70% of construction works to be done by Chinese

companies including the freedom to bring in labor from China.

Even if there is a clause for the local contractor to take some role, the

requirements on the details of the work including the term & condition to be

completed and the local contracting companies have to compete directly with

Chinese contracting companies - so exactly the match between ant and elephant.

But the most scientific explanation of why every Chinese investment always carries

a prerequisite of 70% of the work to be done by Chinese companies, including in

bringing Chinese labor - can be explained by Dual Agency Theory Problem (Agent

vs. Principal Theory). Agency Theory focuses on managing relationships between

two parties where managers are called agents assigned by politicians called

Page 175: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

175 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

principals to take action on behalf of the principal. The principal provides incentives

and establishes a control mechanism to the agent so that the agent works in

accordance with the principal desires and not for the sole agent (Holmstrom, 1979;

Jensen & Meckling, 1976).

Dual Agency Theory Problem can explain the behavior of the Chinese

SOEs, which are: 1) the Chinese state-owned company is owned by Chinese’ citizen

where the SOEs belongs (home-country), and is referred to as the principal, while

the politicians are categorized as agents. The politician who oversaw the managers

of SOEs are assigned by the citizens, whose goal is to lead SOEs to achieve the

profits of SOEs that are social and economic, and made for the benefit of citizens.

For the case of China State-Owned Investment, it can be concluded that the

managers of the SOEs of China or agents should be satisfied by politicians or

principals who have authorized the managers of agents to run or lead the SOEs, the

politicians continued to sit in their seat. Meanwhile, the politicians’ agents must

also satisfy the Chinese community/citizen principal who in fact is the indirect

owner of the SOEs that represented by SASAC (shareholders are represented by

SASAC – State-Owned Assets Supervision and Administration Commission).

Therefore, the politicians like it or not have to satisfy the society/people of China

to benefit from the existence of the SOEs. Where in it is the availability of

employment for Chinese society - so if the additional employment is not available

or does not occur, the position of the politicians will be lost in the next election.

Unlike China state-owned investment, that needs to satisfy the Chinese

community/citizen principal who acts as the indirect owner of the SOEs represented

by SASAC. Indonesian SOEs act like other private companies that have to satisfy

their own shareholders, and exercise capital discipline can be done through their

right to company’s earnings in the form of dividends. These facts will make the

competition getting tough with the others and lead to some casualties in several

Indonesia micro and informal sectors that occupy the biggest position in the

Indonesian industry, which is above 83% of the total number of companies in

Indonesia.

The mandate of Article 33 holds controlled market share with the main

players of the state either directly or through SOEs and the allocation of economic

resources for the benefits of Indonesian people. In the principle, the allocation of

resources has to run as efficiently and effectively as possible prioritize to the equal

and social justice aspect. The principle of partisanship as manifested in Article 33

of the Constitution 1945 is different from the capitalist market economy system,

which allocates economic resources to go to the process through market selection;

eliminating weak/in-efficient sectors or enterprises, strengthen the efficient ones

and innovation.

There are several reasons that Indonesia SOEs has to become the main

players as manifested in Article 33 of the Constitution 1945, which are: 1)

Page 176: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

176 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Indonesian people may task the SOEs with a mandate to achieve social and

economic objectives that increase the welfare of Indonesian people, 2) stated may

select and task managers to achieve objectives that are beneficial to the SOEs and

Indonesian people, 3) managers of SOEs who are monitored and controlled may

purse that gives them prestige and economically good for the firms.

4.3 Article 33 of the Constitution of 1945 and Social Enterprises

The informal economic sector is assumed to be poor due to the low wage and

its part of poverty. There are many empirical kinds of literature explaining that rules

and regulations, and formal economic sector’s behavior are one of the main factors

behind the many informal economic sectors. World Bank (2010) report stated that

the majority of informal workers live in rural areas; they tend to be poor and

generally have their own business. All forms of policies through the issuance of

laws in regulating the ease and simplification of company registration and

legalization towards formality effort just give the impact that isn't extremely

important until today (Rothenberg et al., 2016). As a result, Indonesia has low levels

of enterprise creation, in these case, social enterprises creation can perform a

function in garnering resources and capitalizing sub-market opportunities.

The social enterprise is designed to tackle the social challenges, improve the

communities and the environment hence the profits from the sale of their good or

services are reinvested to the local communities. Therefore, the social enterprises

are expecting to have the impacts to the beneficiaries, innovative and sustain. The

concept of social enterprise is different from other the traditional one. It focuses on

the poor people as stakeholders of the social enterprises, hence the empowerment

strategies should be taken to the need to own and control these social enterprises.

Social entrepreneurship is probably one of another solution to tackle the

inequality opportunities in the business sectors. It can be revitalizing disadvantaged

people by improving the skills, generating jobs, and combating the poverty, OECD

(2003b). In the reality, there are a low contribution from the poor people and gaps

getting wider as a result of market failure and the inability of the government to

fulfill its social responsibilities (OECD 1999). Sadly, Indonesia SOEs were being

considered to be justified as one of the solutions to meet market failures and to

fulfill the social responsibilities were not good enough so far.

Social Entrepreneurship is an idea whose time has come – it is in keeping

with the twenty-first century, where economics has overtaken politics. The Social

Justice approach, then again, tends to eliminate the individual objectives and

focuses on strategies and techniques for mass mobilization. But Its do well to

recognize that individuals also play a key role so that more effective ways is

supporting the individual that fostering entrepreneurship. The challenge is to get

the adjust directly between the individual and the larger community or partners,

between the economics and the politics issues, between social justice and social

Page 177: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

177 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

entrepreneurship. Entrepreneurs are the change agents in the economy by creating

new ways of doing things. Therefore, the same token can have applied that social

entrepreneurs are the change agents in society – they move society forward.

V. CONCLUSION

“Kemanusian Yang Adil dan Beradab” – Article 5th of Indonesia’s Principle.

Like the other countries, Indonesian has to pursuit for providing the social

justice to its citizen of more than 260 million people and the government policies

should focus on eradicating poverty, providing job opportunities and narrowing the

gap between rich and poor. The significant corrective action needs to be taken,

otherwise, an inequality will deepen. The inequality will undermine the economic

growth if the gap is getting wider.

Indonesia’s economic growth has benefited the rich and has only been enjoyed by

the richest 20%, while the 80% of the population were left behind. The four richest

billionaires in Indonesia have more wealth ($25bn) than that poorest 40% of

Indonesians or 100 million people, Oxfam (2017). Gini coefficient is an indicator

of income inequality in a country, the higher the Gini coefficient, the more unequal

the distribution of income. Indonesia Gini coefficient is the sixth highest in the

world and has been growing fastest so far. The trend remains worryingly high. The

Indonesian government has tried to reduce the Gini Coefficient to 36% from 41%

by the year 2019. A new reform in the Indonesia public policies can break the cycle

of inequality, by tackling those drivers. Brazil is a good sample that able to reduce

’s Gini coefficient which fell by 14 points inequalities through fiscal policy, World

Bank (2016).

Picture 1 showing that the poverty line absolute and percentage poverty to

Indonesia population were calculation under national poverty line that has a value

of Rp 361.990 or $25/month per person based on 2016 poverty line. The alarming

firgures come from Gini ratio, Indonesia’s GINI ratio still stood and stable at 0.41

in the years of 2011-2015 and slightly down to 0.39 in 2017. It is contradictive

despite the economy continue to expand to almost $1trillion in 2017.

Page 178: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

178 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Grafik.1: GINI Ratio and Proverty Line, Oxfam (2017)

According to BPS in September 2017, more than 26.2 million, or 10.2

percent of the population live in poverty; unfortunately, an International agency

Oxfam believes that the real figure is much higher. If the $3.10 World Bank

moderate poverty line is used, the Indonesians are falling below the poverty line

was about 93 million or 36 percent of the population, Oxfam (2017). The

consumption grew 6% after inflation rate adjusted only for the richest 10% of

Indonesians compared with 2% for the poorest 40%, World Bank (2016). Based on

World Bank Survey 2014, most Indonesians thought that income distribution was

very unequal or not equal at all and urging government action, and 61% of

Indonesian prefer the lower economic growth than inequality. On the other hand,

Oxfam survey at 2017, 92% of Indonesians for quite unequal or not equal at all, and

88% urging and or very urging for government to tackle it.

The Indonesian taxation system has failed in redistributing wealth, and to

fund inequality-reducing public services, neither the trickle-down economy in

Indonesian economic system. A numerous economic justice policy package has

launched to tackle inequality, including the new measures to increase land

redistribution. However, the Indonesian government must go further especially to

increase employment opportunities for Indonesians such as improving the access to

credit for MSME, focus on improving the deregulation, cutting red tape, and

through fiscal incentives.

0

1 , 0

2 , 0

0 3 ,

4 , 0

5 , 0

, 6 0

, 0 7

8 , 0

, 9 0

1

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Poverty Line & GINI Ratio

Proverty to Population Proverty (Absolute) Gini Coecient/ Gini Ratio

Page 179: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

179 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Inequality is not solely of income and wealth but is also inequality of

opportunity, unequal opportunity leading to unequal wealth (outcomes), and wealth

(outcomes) affecting opportunities for both current and future generations, it

indicates that both inequalities are interrelated. An inequality is also about power

in who decides the rules, who control the capital and resources. Recent inequalities

have been gaining more attention, given the link between inequality and social

conflict especially in the current Indonesian economics system implemented so far.

The positive correlation found between economic inequality and routine violence

in Indonesia.

The available solution today cannot be used to solve the problems in raising people

economy proposed by Mubyarto (2005) and Sri-Edi Swasono (2002). Thus, the

future study has to provide alternative solutions on new ways to cope with people

economy which is trapped in the capitalist economic system. The social

entrepreneurship and the social entrepreneur that focuses on the people as

stakeholders of the social enterprise is probably one of the best solutions right now.

The basic problem is that entrepreneurs should be given the benefit/pleasure that

exceeds the pain/cost, then rationally since the total utility is high. The basic model

of the concept of utilitarianism cost-benefit analysis is used by lowering and raising

the cost/pain in one side and benefit/pleasure for the social entrepreneur.

Answering the state of the reluctance of informal enterprises in Indonesia, this

study tries to find out the aspect of cost and benefits through the Utilitarian Cost-

Benefit Analysis, an analysis in view on a rational course of action that must be

done to maximize net profit. Utilitarianism is a general term for any view that the

actions and policies should be evaluated on the basis of benefits and costs occur

which may be borne by the community. In any situation, the correct action or policy

is one that should result in the maximum profit at the lowest expenses (when all

existing alternative measures focused on cost).

There are two steps taken in the Utilitarianism Strategy which are: stage 1),

creating or making a program that can increase the amount of benefit/pleasure;

stage 2), creating regulations which will make the social entrepreneur business

competitive with a way of reducing the cost/pain which is expected to create new

conditions that may raise the benefit/pleasure on the other. At the end of the target

on the amount of total benefit/pleasure minus the total cost/pain produce hightotal-

utility, it means that it will provide magnitude and create total benefit/pleasure more

than the total cost/pain, will provide a stimulus to the social entrepreneur.

Page 180: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

180 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Picture.1: Modified from Entrepreneurship determinants: Cultural & Capabilities

(Eurostat 2012) & Utilitarianism versus Kant, Linda S. Neff

Meningkatkan Semangat Entrepreneurship yang Berjiwa Pancasila untuk

Membangun Desa Bukit Langkap Melalui Pelatihan Komputer

Agustinus Samosir

Suyadi

Page 181: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

181 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Tri Hasanah

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Rawas

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 16, arti dari pendidikan

berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan

agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan

pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Dengan demikian nampak bahwa

pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya merupakan suatu pendidikan yang

memberikan kemandirian dan kebebasan pada masyarakat untuk menentukan

bidang pendidikan yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2016) pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui

berkenaan dengan hal. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Tindakan

seseorang semestinya dapat mencerminkan butir-butir pancasila yang ada di

Indonesia sehingga dapat menumbuhkan semangat entrepreneurship dengan

menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pegangan dimana butir

pancasila Kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan seluruh rakyat

Indonesia. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia untuk mendapat

perlakukan yang sama di Bumi Pertiwi. Mentransformasi pengetahuan dengan

pedekatan pelatihan dapat meningkatakan kompetensi seseorang dalam mengali

potensi yang telah dimiliki terutama dibidang Entrepreneurship. Oleh karena itu

diperlukan wadah yang tepat dan untuk memberikan dukungan dan bimbingan yang

terus menerus. Masyarakat yang sadar terhadap kemajuan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK) merupakan masyarakat yang peduli terhadap pentingnya ilmu

pengetahuan. Terkhusus remajanya, pribadi individu yang harus mampu menguasai

ilmu dan pengetahuan. Beranjak dari sebuah fenomena yang telah memjadi

konsumsi publik dari waktu ke waktu menuntut pendidik peduli terhadap

lingkungan sekitar.

Desa Bukit Langkap Kecamatan Karang Jaya Kabupaten Musi Rawas Utara

merupakan sebuah Desa yang kebanyakan penduduknya berpenghasilan sebagai

Petani. Penurunan penghasilan pendapatan warga setempat didominasi penghasilan

petani yang semakin menurun dari harga karet, sawit, palawija yang semakin rendah

harganya. Kebutuhan hidup yang semakin besar menuntut warganya untuk dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya meskipun dengan pemenuhan yang serba

minimum. Akibatnya berdampak pada anak-anak mereka yang mulai beranjak

besar dimana ada sebagian orang tua yang tidak mampu membiayai pendidikan

anaknya di sekolah formal dari tingkat, TK, SD, SMP hingga SMA. Keperihatinan

kami pada sebuah masa depan anak-anak yang berada di desa Bukit Langkap dan

sekitarnya ketika mereka tidak dapat mengeyam yang namanya pendidikan

Page 182: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

182 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

informal maupun non formal. Oleh karena itu, kami berupaya kedepan untuk dapat

memberikan pengetahuan dengan yang berbasis Entreprenuership melalui

pelatihan di bidang ilmu dan teknologi terutama penguasaan dalam Bidang

Kemampuan Dasar dalam praktek pengunaan Komputer.

Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan formal,

berlangsung dalam waktu yang relative singkat, dan mempergunakan metode yang

lebih mengutamakan praktik dari pada teori (rivai, 2009). Pengetahuan sebuah

peraktek langsung terkait pengunaan komputer menjadi topik kajian dimana

penyelengara masih keterbatasan akan, Instruktur, fasilitas, Sarana dan Prasarana.

Demikianlah dari penjelasan diatas bawasanya kami tertarik untuk melakukan

kajian berkaitan dengan Meningkatkan Semangat Entrepreneurship untuk

Membangun Desa Bukit Langkap Melalui Pelatihan Komputer.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Mengembangkan Semangat Entrepreneurship untuk Membangun Desa

Bukit Langkap Melalui Pelatihan Komputer ?

2. Bagaimana Meningkatkan Semangat Entrepreneurship untuk Membangun Desa

Bukit Langkap Melalui Pelatihan Komputer ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan Entrepreneurship untuk Membangun Desa Bukit Langkap Melalui

Pelatihan Komputer.

2. Meningkatkan Semangat Entrepreneurship untuk Membangun Desa Bukit

Langkap Melalui Pelatihan Komputer

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam penulisan ini adalah:

1. Bagi Siswa SMP,SMA & Umum

Meningkatkan Semangat Entrepreneurship untuk Membangun Desa Bukit

Langkap Melalui Pelatihan Komputer diharapkan dapat menarik minat siswa

untuk belajar lebih aktif mengikuti pendidikan informal dalam pengamalan

butir-butir pancasila.

2. Bagi pembaca:

Sebagai referensi agar dapat ditindak lanjuti dalam penelitian yang berbeda

guna peningkatan kompetensi. Sebagai kontribusi pada ilmu pendidikan

sebagai upaya peningkatan kualitas siswa dan umum khususnya pada sekolah

menengah pertama, menegah atas dan umum

Page 183: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

183 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Butir-Butir Pancasila

2.1.1 Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab.

2. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-

penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama

dan kepercayaannya.

4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2.1.2 Kemanusiaan yang adil dan beradab

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara

sesama manusia.

2. Saling mencintai sesama manusia.

3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.

4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.

5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

7. Berani membela kebenaran dan keadilan.

2.1.3 Persatuan Indonesia

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan

negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.

4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.

5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berBhinneka

Tunggal Ika.

2.1.4 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan dan perwakilan

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk

kepentingan bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.

5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil

musyawarah.

6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang

luhur.

Page 184: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

184 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral

kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia

serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

2.1.5 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap

dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong. Bersikap adil beradab

2. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

3. Menghormati hak-hak orang lain.

4. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

5. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

6. Tidak bersifat boros.

7. Tidak bergaya hidup mewah.

8. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

9. Suka bekerja keras.

10. Menghargai hasil karya orang lain.

11. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan

sosial.

2.2. Metode Transformasi

Menurut Hebert Bisno (1968) yang dimaksud metode adalah teknik-teknik

yang digeneralisasikan dengan baik agar dapat diterima atau dapat diterapkan

secara sama dalam sebuah praktek, atau bidang disiplin dan praktek. Beberapa

faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam mengajar sperti yang

dikemukakan oleh Winarno Surakhmad dalam Syaiful Bahri Djamarahdan Aswan

Zain (2010), Sebagai berikut:

1. Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya

2. Peserta didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya

3. Situasi yang berbagai-bagai keadaannya

4. Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya

5. Pribadi Instruktur serta kemampuan profesionalnya yang

berbeda-beda Berdasarkan relevasi ahli metode teknik pendekatan

dengan mengunakan teknikteknik tertentu dalam mentransformasi atau

menyalurkan baik itu tujuan maupun ilmu pengetahuan yang tidak

terlepas dengan peran serta peserta didik dalam menerima masukan yang

didukung dengan situasi, fasilitas dan profesionallitas seorang instruktur

2.3 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan

Page 185: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

185 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses

yang berurutan), yakni : a. Kesadaran

Seseorang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

stimulus (objek).

b. Merasa tertarik

Stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai tampak.

c. Menimbang-menimbang

Baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya

d. Mencoba

Sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaptasi

Subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,kesadaran dan sikapnya

terhadap stimulus

Bawasanya pengetahuan berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia

melalui pengamatan akal. Pengetahuan merupakan informasi yang telah

dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk dikehendaki yang lantas

melekat di benak seseorang.

2.4 Pelatihan

Pelatihan adalah suatu metode pendidikan yang dilakukan dengan cara

mengajarkan keahlian dan keterampilan tertentu kepada karyawan Hasibuan

(2017). Dalam metode ini supervisor diperlukan sebagai petunjuk untuk

memberikan kepada para peserta mengenai tugas yang akan dilaksanakan dan

bagaimana cara mengerjakannya. Metode pelatihan terbaik tergantung dari

berbagai faktor. Berdasarkan penjelasan Veithzal rivai (2010), dengan melakukan

pelatihan ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu instruktur, peserta, materi

(bahan), metode, tujuan pelatihan, dan lingkungan yang mendukung.

Berikut ini beberapa penjelasan mengenai langkah-langkah pendahuluan

dalam persiapan pelatihan menurut T.Hani Handoko (2011) yaitu: a. Penilaian dan

Identifikasi Kebutuhan

Untuk memutuskan pendekatan yang akan digunakan, organisasi perlu

mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan pelatihan. Penilaian kebutuhan

mendiagnosa masalah-masalah dan tantangan-tantangan lingkungan yang

dihadapi organisasi sekarang, kemudian manajemen mengidentifikasikan

berbagai masalah dan tantangan yang dapat diatasi melalui pelatihan jangka

panjang.Pelatihan dapat juga digunakan apabila tingkat kecelakaan atau

pemborosan tinggi, semangat kerja dan motivasi rendah atau masalah

operasional lainnya.

Page 186: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

186 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

b. Sasaran–sasaran Pelatihan

Setelah dievaluasi kebutuhan–kebutuhan pelatihan dilakukan, maka

sasaransasaran dinyatakan dan ditetapkan.Sasaran ini mencerminkan prilaku

dalam kondisi yang diinginkan.

c. Isi Program

Isi program ditentukan oleh identifikasi kebutuhan-kebutuhan dan

sasaransasaran pelatihan.Program mungkin berupaya untuk mengajarkan

berbagai keterampilan tertentu, menyampaikan pengetahuan yang dibutuhkan

atau mengubah sikap.Apapun isinya, program hendaknya memenuhi

kebutuhankebutuhan organisasi dan peserta.Para peserta juga perlu meninjau isi

program, apakah relevan dengan kebutuhan, atau motivasi mereka untuk

mengikuti program tersebut rendah atau tinggi.Agar isi program efektif,

prinsip-prinsip belajar perlu dipertahankan mengenai kemajuan para peserta

pelatihan, semakin terpenuhinya prinsip–prinsip tersebut, pelatihan akan

semakin efektif.

Ada beberapa dimensi dan indikator dalam pelatihan seperti yang akan

dijelaskan oleh Mangkunegara (2011), Indikator-indikator pelatihan tersebut yaitu

sebagai berikut: 1. Instruktur

a. Pendidikan

Pendidikan lebih diarahkan pada peningkatan kemampuan (ability) seseorang

melalui jalur formal dengan jangka waktu yang panjang, guna memaksimalkan

penyampaian materi kepada peserta pelatihan.

a. Penguasaan materi

Penguasaan materi bagi seorang instruktur merupakan hal yang penting untuk

dapat melakukan proses pelatihan dengan baik sehingga para peserta pelatihan

dapat memahami materi yang hendak disampaikan.

2. Peserta

a. Semangat mengikuti pelatihan

Hal ini merupakan salah satu faktor yang menentukan proses pelatihan. Jika

instruktur bersemangat dalam memberikan materi pelatihan maka peserta

pelatihan akan bersemangat mengikuti program pelatihan tersebut, dan

sebaliknya.

b. Seleksi

Sebelum melaksanakan program pelatihan terlebih dahulu perusahaan melakukan

proses seleksi, yaitu pemilihan sekelompok orang yang paling memenuhi kriteria

untuk posisi yang tersedia di perusahaan.

Page 187: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

187 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

3. Materi

a. Sesuai tujuan

Materi yang diberikan dalam program pelatihan kepada peserta pelatihan harus

sesuai dengan tujuan pelatihan sumber daya manusia yang hendak dicapai oleh

perusahaan.

b. Sesuai komponen peserta

Materi yang diberikan dalam program pelatihan lebih efektif apabila sesuai

dengan komponen peserta sehingga program pelatihan tersebut dapat

menambah kemampuan peserta.

c. Penetapan sasaran

Materi yang diberikan kepada peserta harus tepat sasaran sehingga mampu

mendorong peserta pelatihan untuk mengaplikasikan materi yang telah

disampaikan dalam melaksanakan pekerjaannya.

4. Metode

a. Pensosialisasian tujuan

Metode penyampaian sesuai dengan materi yang hendak disampaikan, sehingga

diharapkan peserta pelatihan dapat menangkap maksud dan tujuan dari apa

yang disampaikan oleh instruktur.

b. Memiliki sasaran yang jelas

Agar lebih menjamin berlangsungnya kegiatan pelatihan sumber daya manusia

yang efektif apabila memiliki sasaran yang jelas yaitu memperlihatkan

pemahaman terhadap kebutuhan peserta pelatihan

5. Tujuan

a. Meningkatkan keterampilan

Hasil yang diharapkan dari pelatihan yang diselenggarakan yaitu dapat

meningkatkan keterampilan/ skill, pengetahuan dan tingkah laku peserta

atau calon karyawan baru.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan. Menurut Akker (1999)

terdapat tiga kriteria kualitas yaitu :

a. Validitas (pakar dan teman sejawat) suatu validitas yang baik jika sesuai dengan

content pembelajaran tercantum sesuai dengan indikator pembelajaran.

Page 188: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

188 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-

7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

b. Kepraktisan berarti produk yang dihasilkan mudah digunakan oleh pengguna

dalam hal ini peserta pelatihan.

c. Keefektifan berarti tercapainya tujuan transformasi yang terlihat dari hasil

pelatihan.

3.1 Tahap-Tahap Meningkatkan Semangat Entreprenuership dengan

Pelatihan Komputer

Menghasilankan

a. Instruktur Entrepreneurship

a. Kesadaran b. Peserta untuk

b. Merasa tertarik c. Materi Membangun

c. Menimbang-nimbang

d. Melasanakan d. Metode Desa Bukit

3.2 Lokasi

e. Pengetahuan

e. Tujuan

Langkap Melalui

Pelatihan

3.2.Alat dan Bahan Komputer

Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian yaitu :

a. Tempat Pelatihan (Ruangan Pelatihan)

b. Modul Pelatihan (Ms.Word,Excel dan Porwerpoin)

c. Instruktur

d. Listrik

e. Laptop/notebook

f. Infocus

g. Sertifikat

h. Konsumsi

3.3. Metode Analisa Hasil

Data hasil pelasanaan pelatihan akan ukur berdasarkan item pengukuran dengan

menghubungkan antara variable pengetahuan dan variable pelatihan pengujian

dengan observasi langsung dengan metode wawancara kepada peserta pelatihan

dengan memonitoring setiap 3 (tiga) bulan sekali. Selama pelaksanaan akan

dilakukan 2 kali monitoring dan 1 kali wawancara hasil ahir penelitian.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

dokumentasi, observasi dan tes hasil belajar.

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data

Page 189: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

189 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

No

Teknik Pengumpulan

Data

Instrumen Data

1 Dokumentasi

Melalakuan Transformasi

pengetahuan dan kompetensi

dalam Praktek Langsung

dalam pengunaan

komputer,untuk program

word,exsel dan powerpoin

Video dan Foto

aktifivas

2 Walkthrough Lembar saran dan

Informasi Saran

dan

komentar komentar

3 Observasi Lembar Observasi

Aktifitas Peserta

didik

4 Tes Hasil Pelatihan Prtaktek Langsung Hasil Pelatihan

3.4 Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Hasil Observasi

Data hasil observasi dianalisis dengan cara memberikan skor pada setiap deskriptor

yang terlihat pada peserta didik. Data yang diperoleh dari hasil observasi berupa

aktifitas peserta didik pada tahap Pertama. Adapun format lembar observasi adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.2. Format Lembar Observasi

No Nama Siswa Indikator

1 1 2 3 4 5

2

Skor yang diberikan yaitu : 1 untuk indikator yang terlihat, dan 0 untuk indikator

yang tidak terlihat. Hasil aktifitas peserta ditulis dalam lembar observasi. Data hasil

observasi yang diperoleh akan dihitung perindikator dengan cara menentukan

besarnya frekuensi masing-masing aktifitas, kemudian menghitung persentasenya.

Data hasil observasi akan dibuat interval selang kategori berdasarkan skor

maksimal dan minimal. Selanjutnya dihitung (dalam %) tentang keaktifan siswa.

Tabel 3.3. Kategori Keaktifan

Page 190: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

190 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Skor (%) Kategori

81-100 Sangat Aktif

61-80 Aktif

41-60 Cukup Aktif

21-40 Kurang Aktif

0-20 Buruk

(Modifikasi Arikunto, 2008:276

4. Pembahasan

Berdasarkan Butir-butir Pancasila sebagai Berikut : Ketuhanan yang maha

Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan,

Keadilan Seluruh Rakyat Indonesia. Upaya menumbuhkan semangat

entrepreneurship dengan menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai

pegangan dimana butir pancasila Kemanusiaan yang adil dan beradap serta keadilan

seluruh rakyat Indonesia. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia untuk

mendapat perlakuakan yang sama di Bumi Pertiwi. Mentransformasi Pengetahuan

dengan pedekatan pelatihan dapat meningkatakan kopetensi seseorang dalam

mengali potensi yang telah dimiliki terutama dibidang Entrepreneurship. Relevasi

ahli metode teknik pendekatan dengan mengunakan teknik-teknik tertentu dalam

mentransformasi atau menyalurkan baik itu tujuan maupun ilmu pengetahuan yang

tidak terlepas dengan peran serta peserta didik dalam menerima masukan yang

didukung dengan situasi, fasilitas dan profesionallitas seorang instruktur. Menurut

Veithzal rivai (2010), dengan melakukan pelatihan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi yaitu instruktur, peserta, materi (bahan), metode, tujuan pelatihan,

dan lingkungan yang mendukung.

Langkah-langkah Pelaksanaan Pelatihan lebih dalam:

Penilaian yang dilakuakan terhadap identifkasi kebutuhan-kebutuhan yang

diperlukan untuk pelatihan meliputi : Tempat Pelatihan (Ruangan Pelatihan),

Modul Pelatihan (Word,Exsel dan Porwerpoin), Instruktur, Listrik, Leptop,

Infokus, Sertifikat, Konsumsi. Dimana Sasaran-saran menjur kepada warga di Desa

Isi Program

Sasaran

Sasaran

Pelatihan

Sasara n -

sasaran

Penilaian dan

Identifikasi

Kebutuhan -

Kebutuhan

Penilaian dan

Identifikasi

Prinsip - prinsip

Belajar

Page 191: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

191 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Bukit Langkap yang masih belajar di tingkat SMP, SMA dan Umum. Prinsip

Belajar dilakukan dengan Pelatihan satu per satu dilaksanakan dengan praktek

langsung, dengan Isi program pelatihan di berikan pelatihan Word, Exsel,

Powerpoin.

Berdasarkan Hasil Pelatihan yang dilakukan bahwasanya pengetahuan yang

berkaitan dengan kesadaran, ketertarikan, menimbang-nimbag, melaksanakan,

pengetahuan dapat mendukung mereka dalam menjalankan pekerjaan mereka

dimana didukung dengan instruktur, peserta, materi, metode, metode, tujuan,

menghasilkan Semangat jiwa entrepreneurship. Berdasarkan Tabel 4.1. Tabel.4.1

Hasil Pelaksanaan Pelatihan

No Indikator

Pengetahuan

(Kewirausahaan)

Indikator

Pelatihan

(Komputer)

Skor Katagori

1 Kesadaran Instruktur 73 Aktif

2 Merasa Tertarik Peserta 75 Aktif

3 Menimbang-nimbag Materi 83 Sangat Baik

4 Melaksanakan Metode 70 Aktif

5 Pengetahuan Tujuan 82 Sangat Baik

Berdasarkan Butir Pancasila Kemanusiaan yang adil dan beradap dan

Keadilan seluruh rakyat Indonesia. Bawasanya Setiap Warganegara dapat memliki

hak yang dalam mendapatkan keadilan demikian dengan mendapatkan ilmu

pengetahuan yang dapat meningkatkan wawasan serta kemampuan diri pribadinya.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pelatihan adalah suatu

metode pendidikan yang dilakukan dengan cara mengajarkan keahlian dan

keterampilan tertentu kepada karyawan Hasibuan (2017). Dalam metode ini

supervisor diperlukan sebagai petunjuk untuk memberikan kepada para peserta

mengenai tugas yang akan dilaksanakan dan bagaimana cara mengerjakannya.

5. Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

Berdasarkan Hasil Pelaksanaan pelatihan Enterprenuership komputer dapat

disimpulkan bahwa Pada tahap ini pengetahuan yang baik ketika terlaksananya

kesadaran dari setiap individu masing-masing terkait pentingnya pengetahuan.

Penyelenggaraan pelatihan komputer di Desa Bukit Langkap merupakan ajang

membuka wawasan pengetahuan bagi anak-anak pada jenjang pertama yang berada

di Desa Bukit Langkap. Berbekal pengetahuan penguasaan skill pengetahuan

Page 192: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

192 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

komputer dapat membuka peluang jiwa enterprenuership. Seorang

entreperneurship harus mampu mengikuti perkembangan teknologi dibidangnya

dan juga tidak terlepas dari rasa memiliki jiwa pancasila di dukung dengan sarana

dan prasaran serta kesadaran dari kalangan pendidik untuk dapat peduli dengan

lingkungan sekitar. Dengan demikian hal ini dapat meningkatkan pemahaman yang

lebih baik dibidangnya bagi kemajuan sumber daya manusia terkhusus dapat

membangun masyarkat di Desa Bukit Langkap. Penerapan pelatihan ini diguna kan

untuk pengembangan Desa Bukit Langkap dan kemajuan masyarakat yang

mayoritas berpenghasilan petani dan sesuai dengan sila ke 5 yang berbunyi keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5.2 Saran

Kami berharap semoga peserta pelatihan dapat menjadi seorang yang berjiwa

entrepreneurship yang jiwa pancasila dan dapat mengembangkan daerah

Desa Bukit Langkap dan sekitarnya

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

A.A. Anwar Prabu Mangkunegara.2011.Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan.Bandung: Rosda.

Ali,Muhammad,2006.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen. Jakarta :

Penerbit Pustaka Amani

Akker, Jan van den (Ed). (1999). Desaign Approaches and Tool in Education and

Training. London: Kluwer Academic Publishers.

Bisno, Herbert. 1968.definisi metode.ml.scribd.com (14 November 2014)

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ghozali, I, 2012. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS 20.

Semarang .Badan Penerbit

Hasibuan,Malayu,2006.Manajemen Sumber Daya Manusia,Edisi Ketuju Cetakan

Kedelapan.Jakarta :Penerbit Bumi Aksara

Handoko, T.Hani.2011. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia.

Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Notoatmodjo,S.2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Cetakan 2

Jakarta:PT.Rineka Cipta.

KBBI,2016.Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Rivai,Veithzal,2010.Manajemen Sumber Daya Manusia: Jakarta. PT.Raja Grafindo

Persada

Page 193: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

193 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Membangun Karakter Pancasila Di Era Global Melalui Teknologi Gawai

Ramah Anak

Hakiki Rahmi

Page 194: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

194 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Dianah Afifah

Rila Sanda Wahyuni

Marchela Benedicta Trisanti

Universitas Trilogi

ABSTRAK

Saat ini implementasi nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan

bermasyarakat sudah mulai memudar. Hal ini dapat diamati secara langsung dalam

kehidupan kita sehari-hari. Arus globalisasi merupakan satu diantara penyebab

terjadinya hal ini. Salah satunya adalah perkembangan teknologi yang semakin

pesat dewasa ini, telah menjadi penyebab memudarnya nilai-nilai pancasila

dikalangan masyarakat, khususnya menyerang anak usia dini.

Permasalahan yang akan ditelaah dalam tulisan ini adalah Bagaimana

memanfaatkan teknologi yang ramah terhadap anak (usia dini) untuk

mengembangkan generasi penerus bangsa yang tidak hanya terdidik secara formal,

namun juga memiliki karakter pancasila. Tujuan penulisan karya ilmiah ini untuk

memberikan informasi akan pentingnya penerapan nilai-nilai pancasila kepada

anak usia dini, serta memberikan informasi kepada orangtua dalam membangun

karakter pancasila melalui sebuah permainan “Kenali Pancasila Ku”.

Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan cara

pandang berbeda khusunya bagi orangtua dan anak usia dini dalam memanfaatkan

teknologi melalui permainan “Kenali Pancasila Ku”. Aplikasi permainan yang

umumnya sering digunakan anak-anak usia dini dengan menggunakan

handphone/gadget ini, akan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat menjadi

sarana bermain dan belajar untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bahwa Pancasila merupakan Ideologi dan Dasar

Negara Indonesia yang berisi tujuan hingga cita-cita yang dimiliki bangsa

Indonesia. Selain itu Pancasila juga dijadikan sebagai pedoman hingga pandangan

hidup bagi masyarakat Indonesia. Dengan adanya Pancasila diharapkan mampu

membentuk karakter masyarakat Indonesia sehingga sesuai dengan ketentuan

agama hingga adat istiadat yang menjadi dasar pengembangan nilai-nilai Pancasila.

Namun demikian, implementasi atas nilai- nilai yang terkandung dalam

Pancasila sudah mulai memudar seiring berkembangnya zaman dan teknologi.

Arus globalisasi yang begitu cepat menjadi salah satu penyebab utama memudarnya

nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai macam bentuk

teknologi informasi canggih seperti handphone, tablet, laptop dan gadget lainnya

Page 195: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

195 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

merupakan alat pemicu berkembangnya arus globalisasi. Tanpa disadari, kemajuan

teknologi ini telah membawa dampak besar terhadap perubahan sifat hingga

perilaku masyarakat, sehingga tidak lagi sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Berdasarkan laporan Wearesocial terdapat beberapa fakta mencengangkan,

diantaranya adalah tentang jumlah pengguna internet dunia yang telah mencapai

4,021 miliar orang. Di Indonesia sendiri, jumlah pengguna internet sudah mencapai

132 juta orang. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa setengah atau lebih dari 50

persen penduduk Indonesia telah mampu mengakses internet. Data informasi

tersebut membuktikan bahwa perilaku konsumtif merupakan salah satu dampak

yang disebabkan oleh arus globalisasi. Perilaku konsumtif ini bukan hanya

menyerang masyarakat dewasa melainkan sudah mempengaruhi anak usia dini. Hal

ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, anak – anak ditingkat TK yang telah

mengerti bahkan memiliki smartphone. Sebuah revolusi teknologi yang telah

memberikan pengaruh besar terhadap pola pikir hingga kepribadian anakanak usia

dini di Indonesia.

Implikasinya, banyak perilaku tercela yang dilakukan anak usia dini baik ke

orangtua nya sendiri hingga ke teman-temannya. Menurut data KPAI, jumlah kasus

pendidikan per tanggal 30 Mei 2018, berjumlah 161 kasus, adapun rinciannya; anak

korban tawuran sebanyak 23 kasus atau 14,3 persen, anak pelaku tawuran sebanyak

31 kasus atau 19,3 persen, anak korban kekerasan dan bullying sebanyak 36 kasus

atau 22,4 persen, anak pelaku kekerasan dan bullying sebanyak 41 kasus atau 25,5

persen, dan anak korban kebijakan (pungli, dikeluarkan dari sekolah, tidak boleh

ikut ujian, dan putus sekolah) sebanyak 30 kasus atau 18,7 persen. Pada fase seperti

inilah peran orangtua sangat diperlukan dalam mengantisipasi pengaruh negatif dari

penggunaan teknologi informasi. Orangtua seharusnya dapat lebih selektif dalam

mendidik anak-anak nya sehingga mampu melampaui fase negatif dari pemakaian

teknologi informasi tersebut.

Melalui penulisan karya ilmiah ini, penulis ingin membantu para orangtua

dalam memberikan tawaran alternatif berupa permainan edukatif yang dapat

diakses dengan mudah oleh anak-anak usia dini sehingga karakter Pancasila dapat

ditanamkan sejak dini. Permainan ini merupakan aplikasi permainan sederhana

yang dapat diinstal pada gadget milik anak-anak. Games ini diharapkan mampu

membekali pola pikir berkarakter Pancasila pada anak-anak usia dini, yang pada

akhirnya mampu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2. Rumusan Masalah

1) Bagaimanakah menciptakan generasi penerus bangsa yang

memiliki karakter Pancasila ditengah era globalisasi dengan

memanfaatkan teknologi gawai ramah anak?

1.3. Tujuan Penulisan

Page 196: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

196 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

2

1) Untuk memberikan tawaran alternatif berupa inovasi dalam bentuk

permainan sebagai media untuk membentuk karakter Pancasila di

kalangan anak usia dini

2) Untuk mendukung pengaplikasian program revolusi mental

pemerintah

1.4. Manfaat Penulisan

1) Bermanfaat bagi pengembangan karakter Pancasila pada anak usia dini

2) Dapat membekali anak usia dini (generasi bangsa) sehingga mampu

mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan seharihari

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pancasila

A. Pengertian Pancasila

Pancasila merupakan ideologi dasar bagi Negara Indonesia. Keberadaan

Pancasila dijadikan sebagai rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan

bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila adalah konsepsi hasil buah pikir,

renungan filsafat, dan extract theosofie. Sebagai hasil olah pikir, Pancasila menjadi

ideologi kehidupan bernegara. Sebagai falsafah, Pancasila menjadi weltanschauung

atau pandangan hidup (way of life) yang menjadi pegangan personal maupun

komunal dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks kehidupan bernegara

yang lebih konkrit, Pancasila kemudian menjadi rechtsideologie yang menjadi

sandaran fundamental (staatsfundamentalnorm) bagi tatanan norma hukum yang

menjadi tulang punggung kehidupan berbangsa dan bernegara. (Sutanto, 2018)

B. Nilai Luhur Pancasila

Sila Pertama, Menunjukan bahwasanya Tuhan merupakan sebab pertama dari

segala hal, demikian pula Tuhan ditempatkan pada sila pertama dengan maksud

tersebut Tuhan maha Esa, itulah sebabnya masyarakat Indonesia perlu

mengamalkan sikap toleransi antar umat beragama dimana masing-masing agama

memiliki hak untuk memercayai ke Esa-an Tuhan. Dengan berdasarkan azaz

tersebut maka masyarakat Indonesia diharapkan tidak memaksakan agama kepada

pemeluk agama lain. Dengan dibentuknya sila pertama maka masyarakat Indoneia

akan berpedoman bahwa agama dan negara Indonesia adalah satu kesatuan yang

utuh dan Indonesia bukan Bangsa yang mendasarkan pada agama tertentu

Page 197: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

197 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Sila Kedua, Menunjukan bahwasanya manusia memiliki hakikat pribadi yang

mono-pluralis, hal demikian menunjukan bahwasanya manusia terdiri atas susunan

kodrat jiwa dan raga. Nilai Luhur kemanusiaan akan menumbuhkan sikap

4

keberadaban dimana masyarakat Indonesia diharapkan memiliki kepribadian untuk

menghormati hak asasi manusia, anti penjajahan, mengutamakan keadilan,

menghargai sesama manusia dan memiliki sikap tenggang rasa.

Sila Ketiga, Menunjukan pengakuan terhadap hakikat satu tanah air, satu

bangsa, satu bahasa yang terikat dalam satu negara Indonesia. Hal demikian

merupakan suatu keseluruhan dan keutuhan. Nilai luhur persatuan Indonesia

mengandung makna cinta tanah air, memiliki nasionalisme, ber-Bhineka Tunggal

Ika, cinta persatuan dan kesatuan tanpa memiliki kecondongan terhadap ras

tertentu.

Sila Keempat, Menunjukan bahwasanya Indonesia menjunjung dan mengakui

adanya rakyat yang segala seuatunya berasal dari rakyat, dilaksanakan oleh rakyat

serta diperuntukan kepada rakyat. Nilai Luhur kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan mengandung makna

yaitu mengutamakan permusyawaratan, bersikap demokratis, tidak memaksakan

kehendak terhadap orang lain, mengutamakan perdamaian dalam penyelesaian

masalah serta tidak bersikap individualis.

Sila Kelima, Menunjukan bahwasanya bangsa Indonesia mengakui hakikat

adil berupa pemenuhan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan. Nilai luhur

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna untuk

mengutamakan sikap adil dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, cinta

kekeluargaan, menghormati kedaulatan antar bangsa, menyetarakan hakikat

berbangsa terhadap bangsa lain dengan tujuan untuk saling menghargai

C. Implementasi Pancasila

Pancasila diamalkan secara imperatif, dimana apabila Pancasila yang menjadi

dasar negara tersebut dilanggar maka negara berhak untuk menuntut 5 sesuai

dengan hukuman yang diberlakukan di Indonesia. Nilai-nilai Pancasila digunakan

sebagai dasar dan pandangan hidup bernegara. Pancasila yang merupakan filsafat

juga ditujukan sebagai pegangan hidup dan manfaat praktis, artinya pancasila

mempunyai fungsi dan peranan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan sehari-

hari dalam bermasyarakat.

Secara formal, pada tahun 2003 pemerintah melaui Tap MPR No.

I/MPR/2003 telah merumuskan 45 butir Pancasila sebagai Pedoman Penghayatan

dan Pengamalan Pancasila. Adapun ke-45 Butir Pancasila terangkum dibawah ini

Page 198: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

198 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

:

Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

3. Sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan

penganut kepercayaan yang berbeda-beda

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan

kepercayaan

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menyangkut

hubungan pribadi manusia

6. Sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah

7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan

martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi

setiap 6 manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,

kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan

sebagainya.

3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

8. Berani membela kebenaran dan keadilan.

9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat

manusia.

10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama

dengan bangsa lain.

Sila ketiga: Persatuan Indonesia

1. Menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan

bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan

pribadi dan golongan.

2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa 3.

Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air

Indonesia.

5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial.

Page 199: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

199 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. Sila

keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaran / perwakilan

1. Setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang

sama.

2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk

kepentingan bersama.

4. Musyawarah untuk mufakat diliputi semangat kekeluargaan.

5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai

hasil musyawarah.

6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan

hasil keputusan musyawarah.

7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas

kepentingan pribadi dan golongan.

8

8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani

yang luhur.

9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral

kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat

manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan

kesatuan demi kepentingan bersama.

10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk

melaksanakan pemusyawaratan.

Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan

suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan

terhadap orang lain.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan

gaya hidup mewah.

8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau 8

merugikan kepentingan umum.

9. Suka bekerja keras.

Page 200: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

200 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan

dan kesejahteraan bersama.

11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang

merata dan berkeadilan sosial.

2.1.2 Teknologi Harus Dikendalikan oleh Manusia

Berkembangnya teknologi informasi, maka ujaran kebencian seolah-olah

sulit untuk dibendung. Untuk itu kembalilah pada norma-norma yang tertuang

dalam Pancasila yang diwariskan oleh leluhur kita. (Sutanto, 2018)

Dewasa ini, kalangan muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa,

benarbenar telah hidup sendiri dengan gadget nya. Sebuah kondisi yang cenderung

membentuk generasi mendatang sebagai pribadi yang mengikuti media sosial, yang

sangat berbeda dengan hasil pembentukan pergaulan interaksi sosial secara

langsung. Dalam kondisi seperti ini, kesadaran masyarakat, khususnya orangtua

sangat berperan penting bagi pembetukan generasi dimasa mendatang.

Sebagaimana diketahui masyarakat Indonesia saat ini telah menjadi pengguna

media sosial terbanyak di dunia. Realitas ini dapat menimbulkan implikasi positif

sekaligus negatif. Implikasi negatif tersebut juga dirasakan langsung oleh anak usia

dini. Diantaranya, dalam bentuk cyber-bullying, ketergantungan pada gadget

(nomophobia), membentuk anak-anak unsocial (individual), pornografi dan

membuat anak menjadi pribadi plagiat. Oleh karena itu, pembatasan penggunaan

media sosial bukanlah menjadi pilihan terbaik untuk memberikan kesadaran pada

anak-anak usia dini. Justru respon dari para pengguna (anak usia dini) sangat

menentukan bagaimana pribadinya terbentuk dikemudian hari. Kesadaran seperti

inilah yang diharapkan membuat pengguna media sosial bisa lebih mengendalikan

teknologi dan bukan dikendalikan oleh teknologi. Dengan mengendalikan

teknologi, seorang pengguna media sosial bisa menempatkan perilaku yang tidak

menimbulkan kebencian ataupun kemarahan terhadap siapapun dan bagi siapapun.

Dalam konteks seperti itulah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila

sangat relevan untuk diinternalisasikan dalam teknologi gawai yang biasa

dimainkan oleh anak-anak usia dini. Sebagaimana permainan “The Sims” yang

sangat digandrungi anak-anak dapat direkayasa sedemikian rupa sehingga secara

kognitif akan mempengaruhi pola pikir yang didasari oleh nilai-nilai Pancasila.

2.2. Uraian Pendapat Terdahulu (State of The Art)

Berdasarkan hasil analisis data pada sejumlah penelitian disimpulkan, bahwa

alat permainan edukatif berperan penting dalam pengembangan kemampuan

kognitif anak di kelompok B TK PGRI Baiya, karena alat permainan edukatif

berperan sebagai media pembelajaran yang dapat merangsang perkembangan

kognitif anak. Terbukti dari semakin meningkatnya jumlah persentase anak yang

masuk kategori berkembang sangat baik (BSB). Kemampuan menyusun balok,

meningkat dari 8,33% menjadi 25%. Kemampuan menyusun puzzel, meningkat

dari 12,5% menjadi 29,17%. Kemampuan mengelompokkan gambar binatang

9

Page 201: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

201 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

berkaki 2 dan berkaki 4, meningkat dari 20,83% menjadi 45,83%. Dan kemampuan

membandingkan jumlah bola yang lebih banyak dan lebih sedikit, meningkat dari

16,67% menjadi 41,67%.

(Munawara, 2014)

Sementara Radlia (2017), menyimpulkan bahwa kontribusi paling besar

yang dapat mempengaruhi penggunaan gawai pada anak adalah orangtua. Artinya

orangtua memegang peranan penting penggunaan gawai pada anak-anak mereka.

Games edukasi dianggap unggul dalam beberapa aspek jika dibandingkan dengan

metode pembelajaran konvensional. Salah satu keunggulan yang signifikan adalah

adanya animasi yang dapat meningkatkan daya ingat sehingga anak dapat

menyimpan materi pelajaran dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan

metode pengajaran konvensional. (Vitianingsih, 2016)

2.3. Uraian Mengenai Pemecahan Masalah

Di era globalisasi dimana ruang lingkup dunia tak mengenal batas,

teknologi menjarah tak mengenal usia, perkembangan zaman tak dapat dibendung,

10 budaya terus berkembang sesuai peradaban dunia. Pancasila perlu menyesuaikan

diri dengan perubahan yang terjadi. Seperti yang kita ketahui dimana fakta terlihat

begitu jelas, generasi milenial semakin terpaku pada perkembangan teknologi,

namun yang patut dipertanyakan apakah bangsa kita mampu memilah penggunaan

teknologi tersebut dengan baik dan benar? Apakah bangsa kita secara umum

mengetahui akibat dari perluasan teknologi sudah mulai menunjukan dampak

negatif bagi generasi muda yang mana akan menjadi tunas-tunas penerus berdirinya

bangsa ini? Kita perlu mengkaji bahwasanya usia belia tak lagi mengenal masa

keemasan usianya dengan mengembangkan potensi dan bakatnya. Mereka tidak

lagi banyak berkolaborasi dengan teman seusianya dikarenakan permasalahan

dampak teknologi tersebut. Sudah semestinya diusia keemasannya mereka tumbuh

dengan berekspresi sesuai dengan hal yang disukainya yang dikemudian hari dapat

dijadikan bekal untuk bertahan di masa mendatang. Jika sudah seperti demikian,

maka penanaman nilai-nilai pancasila perlu dikonversi sesuai dengan zamannya.

Tulisan ilmiah ini, merupakan tawaran awal yang tentu saja masih harus

dioperasionalisasikan dalam bentuk games yang aplikatif. Games “Kenali

Pancasila Ku” diadopsi dari games ‘The Sims” yang sangat digandrungi oleh anak-

anak. Games “The Sims” tadi akan direkayasa melalui penambahkan beberapa level

yang dimana setiap levelnya harus melewati beberapa misi berupa implementasi

dari butir-butir Pancasila (yang akan dipilih secara selektif).

Penggunaan animasi pada games ini diharapkan dapat merubah pola pikir (kognitif)

anak usia dini sehingga perilaku kesehariannya berkarakter Pancasila.

3. Metodologi Penulisan

Page 202: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

202 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Metode yang kami pakai adalah penelitian kualitatif, metode penelitian

kualitatif menurut Sugiyono (2010: 15), merupakan metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

yang alamiah, (sebagai jawabannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah

sebagai instrummen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara

purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data

bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna

dari pada generalisasi.

Alasan penulis memilih metode penelitian ini adalah adalah untuk

mengetahui seberapa parah budaya barat saat ini mempengaruhi para generasi

penerus bangsa, seberapa parah nilai-nilai implementasi pancasila diabaikan atau

tidak dijadikan pedoman umum saat ini, kami penulis berusaha untuk membuat

aplikasi ini sebagai acuan untuk menjadikan pancasila lebih dihargai, dimengerti,

dan dijadikan pedoman bagi para generasi muda penerus bangsa.

Metode dasar dari permainan ini kami ambil dari sebuah permainan

bernama The Sims. The Sims merupakan sebuah permainan komputer simulasi

strategik yang dibuat oleh desainer permainan Will Wright, dipublikasi oleh Maxis,

dan didistribusikan oleh Electronic Arts. Permainan ini adalah simulasi aktivitas

sehari-hari dalam rumah tangga. Pada tanggal 4 Februari 2000, permainan ini telah

terjual sebanyak 16 juta kopi yang membuatnya sebagai permainan komputer

dengan penjualan terbesar dalam sejarah.[1].

Cara bermain di games ini adalah pertama pilih karakter yang ingin dimainkan,

tetapi bisa disesuaikan dengan keinginan dari pemain. Setelah itu, pemain bisa

merancang rumah tempat tinggal dari karakter tersebut. Dan selanjutnya, pemain

bisa mengendalikan karakter sesuai dengan keinginannya.

Page 203: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

203 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Dari permainan The Sims ini kami ingin membuat sebuah pengembangan

dari permainan ini yaitu membentuk suatu karakter yang berdasarkan nilai-nilai

Pancasila pada anak usia dini. Dalam permainan ini nilai-nilai implementasi

Pancasila kami jabarkan secara detail berdasarkan 45 butir 4P (Pedoman,

Penghayatan, dan Pengamanan Pancasila) yang ditanamkan disetiap misinya. Pada

permainan ini kami mengadaptasi beberapa alur dalam permainan The Sims, yaitu

dari pemilihan karakter dan melakukan kegiatan sehari-hari yang digambarkan dari

misinya, yang membedakan adalah permainan The Sims dengan permainan “Kenali

Pancasila Ku” ada pada setiap level permainan. “Kenali Pancasila Ku” terdapat misi

yang harus dijalankan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dan diiringi dengan

permainan sederhana yang harus dijalankan pada setiap misinya

4. Pembahasan

Kini moral generasi muda sangat memprihatinkan. Hal ini sudah terlihat

dari perilaku mereka dikehidupan sehari-hari. Sebenarnya hal ini merupakan

dampak dari arus globalisasi. Seperti yang kita ketahui arus globalisasi tidak bisa

dijauhkan dari perkembangan teknologi informasi. Kemunculan berbagai macam

alat teknologi informasi canggih mulai menggerogoti pola pikir masyarakat mulai

dari anak-anak hingga dewasa.

Pada umumnya anak – anak cepat sekali untuk mengikuti dan belajar

sesuatu dari apa yang mereka lihat. Seperti yang kita ketahui bahwa anak jaman

sekarang tidak bisa dijauhkan dari handphone/gadget mereka. Sebenarnya hal ini

terjadi karena faktor orangtua juga. Para orangtua saat ini justru memfasilitasi

bahkan mengizinkan anaknya bermain handphone/gadget. Padahal tidak semua isi

dari handphone/gadget itu bisa dinikmati oleh semua umur. Memang banyak fitur-

fitur yang disediakan namun tidak semua dari fitur tersebut pantas untuk anak-anak.

Pola pikir sederhana yang dimiliki anak-anak sangat mudah untuk dipengaruhi.

Dikhawatirkan mereka cepat meniru apa yang ada di fitur-fitur tersebut. Salah satu

fitur yang sangat digemari saat ini adalah permainan (Games). Kini banyak sekali

Page 204: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

204 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

jenis games yang tersedia, bahkan konsep yang dimiliki juga menarik perhatian

khalayak umum. Namun tak semua games pantas untuk dimainkan oleh anak-anak,

karena ada beberapa jenis games yang mengadung unsur kekerasan. Tanpa disadari

hal ini jika dibiarkan akan membawa pengaruh negatif bagi moral generasi muda

Indonesia. Oleh karena itu, inovasi baru berupa permainan edukatif yang

menyenangkan sangat dibutuhkan dewasa ini.

Permainan edukatif adalah semua bentuk permainan yang dirancang untuk

memberikan pengalaman pendidikan atau pengalaman belajar kepada para

pemainnya, termasuk permainan tradisional dan moderen yang diberi muatan

pendidikan dan pengajaran Atas dasar pengertian itu, permainan yang dirancang

untuk memberi informasi atau menanamkan sikap tertentu, misalnya untuk

memupuk semangat kebersamaan dan kegotongroyongan, termasuk dalam kategori

permainan edukatif karena permainan itu memberikan pengalaman belajar kognitif

dan afektif (Adams, 1975).

Maka dari itu, kami mencoba untuk membuat suatu inovasi baru untuk

memenuhi kebutuhan tersebut dengan meluncurkan sebuah aplikasi games yang

memenuhi kriteria yang dibutuhkan. Kami juga mempertimbangkan inovasi ini

dengan kondisi moral generasi muda saat ini. Yang mana kini generasi muda kita

sangat jauh dari nilai-nilai pancasila. Kami pun berfikir bagaimana caranya agar

bisa menanamkan kembali nilai – nilai pancasila dengan mengikuti trend saat ini.

Dan kami rasa permainan edukatif sangat cocok untuk digunakan sebagai media

untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Konsep dasar games edukatif ini adalah implementasi dari lima sila

pancasila tapi dengan visual yang tidak monoton. Sasaran dari games edukatif yang

kami buat ini adalah generasi muda dari cakupan umur 5 tahun – 12 tahun.

Permainan ini akan mempertemukan anak – anak dengan permasalahan yang ada

di sekitar mereka dan memberikan informasi tentang bagaimana cara

penyelesaiannya. Masalah yang akan muncul digames ini bukanlah permasalahan

yang sifatnya kompleks, mengingat permainan ini ditujukan untuk anak – anak.

Dalam games “KENALI PANCASILA KU” ini, disetiap levelnya pemain

akan diberikan misi-misi yang harus diselesaikan. Untuk menyelesaikan misi

tersebut, pemain harus menyelesaikan permainan sederhana, dimana permainan

sederhana ini akan berbeda-beda disetiap misinya. Jika pemain sudah berhasil

memenangkan permainan sederhana ini, pemain akan mendapatkan sebuah kunci

yang dapat membantunya menyelesaikan misi. Setelah pemain menyelesaikan misi

tersebut, pemain akan dibekali informasi mengenai makna dari misi yang baru saja

diselesaikan. Yang mana misi tersebut merupakan contoh implementasi dari nilai-

nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Di games ini terdapat 3 level dalam games ini yaitu Level Perunggu, Level

Perak dan Level Emas. Level ini dibuat dengan melihat tingkat kesulitan dari

permainan sederhana yang ada didalamnya. Disetiap levelnya akan terdapat 5 misi

Page 205: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

205 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

yang harus diselesaikan. 5 misi ini mengacu pada implementasi setiap sila-sila

Pancasila yang berlandaskan pada “45 butir 4P (Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila)” menurut Badan Pembeniaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Yang mana juga ditetapkan dalam Tap MPR no. I/MPR/2003. Adapun misi-misi

yang ada dalam games ini adalah :

1. Beribadah sesuai keyakinan yang diyakininya

Misi ini dibuat dengan berlandaskan pada 45 butir P4 tepatnya butir ke 1

dan 2 dari Sila Pertama Pancasila. Misi ini terdapat di Level Perunggu. Untuk

menyelesaikan misi ini, pemain harus menyelesaikan permainan sederhana terlebih

dahulu. Khusus untuk misi yang berhubungan dengan Sila Pertama Pancasila,

permainan sederhana nya adalah menyusun puzzle. Puzzle yang disediakan berupa

puzzle pada umumnya, yang didesain khusus dengan tampilan gambar yang disukai

anak-anak. Pemain akan diberikan waktu untuk menyusun puzzle sesuai tingkat

kesulitan level. Jika pemain berhasil memenangkan puzzle ini, pemain akan

mendapatkan sebuah kunci yang dapat membantunya menyelesaikan misi pada

level ini. Kunci ini digunakan untuk membuka sebuah kotak yang berisi barang-

barang yang diperlukan untuk menyelesaikan misi. Untuk misi ini barang tersebut

berupa perlengkapan ibadah yang dapat dikenakan oleh pemain untuk beribadah.

Pemain akan dianjurkan untuk menggunakan barang tersebut dalam misi ini,

barulah misi terselesaikan. Lalu akan muncul kotak dialog yang memperlihatkan

bahwa pemain sudah mengamalkan sila pertama dari Pancasila, dan bunyi sila

tersebut akan dimunculkan dalam kotak dialog ini.

2. Menolong seseorang yang mengalami kesulitan

Misi ini dibuat dengan berlandaskan pada 45 butir P4 tepatnya butir ke 4

dan 7 dari Sila Kedua Pancasila. Misi ini terdapat di Level Perunggu. Untuk

menyelesaikan misi ini, sama seperti misi sebelumnya pemain harus menyelesaikan

permainan sederhana terlebih dahulu. Khusus untuk misi yang berhubungan dengan

Sila Kedua Pancasila, permainan sederhana berbeda dari Sila Pertama yaitu mencari

kunci di tumpukan sampah yang berserakan. Pemain harus membuang sampah-

sampah tersebut ke dalam tong sampah yang disediakan. Pemain akan diberikan

waktu untuk membersihkan sampah-sampah tersebut sesuai tingkat kesulitan level.

Jika pemain berhasil, pemain akan menemukan sebuah kunci yang dapat

membantunya menyelesaikan misi pada level ini. Hanya kunci ini yang dapat

membuka sebuah kotak, dimana kotak tersebut berisi barangbarang untuk

menyelesaikan misi ini. Untuk misi ini barang tersebut berupa barang yang bisa

menolong orang yang mengalami kesulitan. Pemain akan dianjurkan untuk

menggunakan barang tersebut dalam misi ini, barulah misi terselesaikan. Lalu akan

muncul kotak dialog yang memperlihatkan bahwa pemain sudah mengamalkan sila

kedua dari Pancasila, dan bunyi sila tersebut akan dimunculkan dalam kotak dialog

ini.

3. Mengikuti Upacara Bendera

Page 206: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

206 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Misi ini dibuat dengan berlandaskan pada 45 butir P4 tepatnya butir ke 3

dan 4 dari Sila Ketiga Pancasila. Misi ini terdapat di Level Perunggu. Untuk

menyelesaikan misi ini, sama seperti misi sebelumnya pemain harus menyelesaikan

permainan sederhana terlebih dahulu. Khusus untuk misi yang berhubungan dengan

Sila Ketiga Pancasila, jenis permainan sederhana nya yaitu memukul penjahat.

Pemain harus bisa menemukan penjahat diantara orang-orang baik yang akan

muncul dilubang-lubang yang ada. Jika pemain menemukan penjahat tersebut,

pemain diharapkan segera memukul penjahat tersebut agar masuk kembali ke

lubang-lubang yang ada. Pemain akan diberikan waktu dan target jumlah penjahat

sesuai tingkat kesulitan level. Jika pemain berhasil, pemain akan mendapatkan

sebuah kunci yang dapat membantunya menyelesaikan misi pada level ini.

Kegunaan kunci ini sama seperti misi sebelumnya yaitu untuk membuka sebuah

kotak namun isinya berbeda. Isi kotak ini berupa perlengkapan yang harus

digunakan pemain untuk mengikuti upacara bendera, barulah misi terselesaikan.

Lalu akan muncul kotak dialog yang memperlihatkan bahwa pemain sudah

mengamalkan sila ketiga dari Pancasila, dan bunyi sila tersebut akan dimunculkan

dalam kotak dialog ini.

4. Mengikuti Pemilihan Ketua Kelas

Misi ini dibuat dengan berlandaskan pada 45 butir P4 tepatnya semua butir

dari Sila Keempat Pancasila. Misi ini terdapat di Level Perunggu. Untuk

menyelesaikan misi ini, sama seperti misi sebelumnya pemain harus menyelesaikan

permainan sederhana terlebih dahulu. Khusus untuk misi yang berhubungan dengan

Sila Keempat Pancasila, Jenis permainan sederhana nya berupa menghitung hasil

suara pemilihan umum. Pemain harus menghitung jumlah suara yang diperoleh oleh

salah satu kandidat pemilihan umum. Dimana nantinya akan muncul beberapa

nama-nama kandidat lainnya sebagai bahan pengecoh bagi pemain dalam

menghitung nama kandidat yang diperintahkan permainan ini. Pemain akan

diberikan waktu sesuai tingkat kesulitan level. Jika pemain jawaban pemain benar

maka pemain dianggap berhasil memenangkan permainan ini. Hadiah atas

permainan ini sama seperti misi-misi sebelumnya yaitu pemain akan mendapatkan

sebuah kunci yang dapat membantunya menyelesaikan misi pada level ini.

Kegunaan kunci ini sama yaitu untuk membuka sebuah kotak yang isinya berbeda.

Isi kotak pada misi ini berupa pulpen yang akan digunakan untuk menulis salah satu

nama teman yang dipilih pemain untuk menjadi ketua kelas, barulah misi

terselesaikan. Lalu akan muncul kotak dialog yang memperlihatkan bahwa pemain

sudah mengamalkan sila keempat dari Pancasila, dan bunyi sila tersebut akan

dimunculkan dalam kotak dialog ini.

5. Berbagi dengan teman yang terkena musibah

Misi ini dibuat dengan berlandaskan pada 45 butir P4 tepatnya butir 1, 5 &

11 dari Sila Kelima Pancasila. Misi ini terdapat di Level Perunggu. Untuk

menyelesaikan misi ini, masih sama seperti misi sebelumnya pemain harus

Page 207: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

207 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

menyelesaikan permainan sederhana terlebih dahulu. Untuk misi yang berhubungan

dengan Sila Kelima Pancasila, Jenis permainan sederhana nya adalah menyusun

buku. Pemain harus menyusun buku-buku setinggi mungkin jika perlu melebihi

batas ketinggian maksimum dalam waktu yang ditentukan dalam permainan.

Pemain akan diberikan waktu dan batas ketinggian sesuai tingkat kesulitan level.

Jika pemain berhasil mencapai batas ketinggian maka pemain dianggap berhasil

memenangkan permainan ini. Hadiah atas permainan ini sama seperti misi-misi

sebelumnya yaitu pemain akan mendapatkan sebuah kunci yang dapat

membantunya menyelesaikan misi pada level ini. Kegunaan kunci ini tetap sama

yaitu untuk membuka sebuah kotak. Isi kotak pada misi ini berupa

pakaian/kebutuhan lainnya yang akan diberikan kepada salah satu teman yang

terkena musibah, barulah misi terselesaikan. Lalu akan muncul kotak dialog yang

memperlihatkan bahwa pemain sudah mengamalkan sila keempat dari Pancasila,

dan bunyi sila tersebut akan dimunculkan dalam kotak dialog ini.

Jika kelima misi ini selesai, itu tandanya pemain berhasil menyelesaikan

Level Perunggu. Pemain akan dihadiahi sebuah mendali perunggu dan kunci

perunggu. Kunci perunggu ini yang dapat membuka Level Perak. Barulah pemain

bisa melanjutkan permainan di Level selanjutnya hingga ke Level Emas.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, konsep misi disetiap Level nya

akan tetep sama yaitu berlandaskan pada 45 butir 4P (Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila). Namun implementasi sila-sila pancasila dalam misi nya

berbeda-beda dan tentunya dengan tingkat kesulitan yang berbeda pula. Hal ini

dilakukan untuk melatih kesiapan, pola pikir dan ketangkasan anak-anak dalam

menghadapi apapun yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Selain itu,

menanamkan semangat pantang menyerah dalam diri anak-anak apalagi jika

tujuannya adalah untuk menolong sesama.

6. Simpulan Dan Saran

6.1. Simpulan

Perkembangan teknologi informasi bukanlah halangan untuk tetap

menanamkan nilai – nilai Pancasila kepada generasi muda. Hanya perlu ide

kreatif untuk bisa memanfaatkan peluang ini sehingga dapat lebih bermanfaat

bagi nusa dan bangsa. Salah satunya melalui rekayasa game “the sims” yang

digandrungi anak-anak menjadi game edukasi “kenali pancasila ku”. Terdapat

beberapa kelebihan dari game edukasi dibandingkan dengan metode edukasi

konvensional, salah-satu kelebihan utama game edukasi adalah pada aspek

visualisasi dari permasalahan-permasalahan yang nyata dalam kehidupan sehari-

hari. Tingkat kesulitan dari setiap level game “kenali panasila ku”mengharuskan

setiap pemain (anak usia dini) ditunyut untuk belajar sehingga dapat

menyelesaikan permasalahan sesuai instruksi dan tools yang disediakan dalam

game, sehingga akan membimbing pemain untuk secara aktif menggali

Page 208: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

208 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

informasi, sekaligus memperkaya pengetahuan dan strategi didalam

mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Melalui aplikasi permainan seperti itu,

diharapkan generasi muda, dapat lebih selektif lagi menggunakan teknologi yang

ada. Sehingga, dampak negatifnya tidak akan menjadi boomerang bagi identitas

nasional bangsa.

6.2. Saran

1. Karya ilmiah ini harus ditindaklanjuti dengan studi emphiris lebih lanjut

untuk mengembangan konsep yang ada menjadi aplikasi games yang bisa

dioperasionalkan

2. Perlunya komitmen dari para orangtua yang memiliki anak usia dini untuk

lebih selektif dalam memberikan pilihan permainan pada gawai yang

dimiliki anaknya

DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Yusuf. 2018. Pancasila Tacit Knowledge untuk Kehidupan Jaring

Pengaman Peradaban Dunia. Bogor : PT. Idemedia Pustaka Utama.

Widiastuti, Rina. 2018. “Hari Anak Nasional, KPAI Catat Kasus Bullying Paling

Banyak”. https://nasional.tempo.co/read/1109584/har20 i-anaknasional-

kpai-catat-kasus-bullying-paling-banyak

Ramadhan, Bagus. 2018. “Inilah Perkembangan Digital Indonesia Tahun 2018”,

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/02/06/inilah-

perkembangandigital-indonesia-tahun-2018, diakses pada Rabu, 25 Juli 2018

pukul 12.17

http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-pancasila-sebagai-

ideologi-dan-dasar-negara/, diakses pada Rabu, 25 Juli 2018 pukul 10.57

http://roda2blog.com/2014/07/10/45-butir-butir-pedoman-pengamalan-pancasila-

terbaru/, diakses pada Jum’at, 27 Juli 2018 pukul 16.15

https://asikbelajar.com/beberapa-pengertian-alat-permainan/, diakses pada Kamis,

26 Juli 2018 pukul 20.05 https://nasional.tempo.co/read/1109584/hari-

anak-nasional-kpai-catat-kasusbullying-paling-banyak, diakses pada Selasa,

31 Juli 2018 pukul 16.15

http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Bungamputi/article/view/2990/2066,

diakses pada Selasa, 31 Juli 2018 pukul 17.10

Vitianingsih, Anik Vega. 2016. “Game Edukasi Sebagai Media Pembelajaran

Pendidikan Anak Usia Dini”. Universitas Dr. Soetomo : Surabaya.

Radliya, Nizar Rabbi. Apriliya, Seni. Zakiyyah, Tria Ramdhaniyah. 2017.

“Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Perkembangan Sosial Emosional

Anak Usia Dini”. Universitas Komputer Indonesia : Tasikmalaya.

Page 209: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

209 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Koperasi Indoensia, Apa kabar ?

M. Nuruddin Subhan, S.E. M.M.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila

Abstrak

Koperasi di Indonesia saat ini kurang terdengar gaungnya seperti badan usaha –

badan usaha lain, seolah-olah Koperasi hanya indekost atau hanya tamu di negeri

ini. Sebuah badan usaha berlabel Koperasi acapkali hanya disejajarkan dengan

bisnis kelas recehan dan tidak diperhitungkan kontribusinya dalam peningkatan

PDB (Produk Domestik Bruto). Sejak Aliansi Koperasi Internasional (International

Co-operative Alliance / ICA) menghimpun daftar 300 Koperasi Dunia (Global 300

List) beberapa tahun lalu, belum ada satupun Koperasi Indonesia yang mampu

memasuki posisi tersebut. Dalam penelitian ini, sejumlah Koperasi besar di

Indonesia dengan aset dan volume usaha triliunan rupiah diharapkan dapat

menjawab hal-hal tersebut di atas. Penelitian ini membeberkan sebuah peta baru

mengenai potensi ekonomi Koperasi yang selama ini nyaris tak terdengar dan sudah

saatnya Koperasi-Koperai besar itu berbicara di panggung ekonomi nasional. Untuk

menjaga objektivitas dalam penelitian ini diperlukan sebuah penilaian atau tolok

ukur yang tepat. Dalam hal ini mengacu pada ketentuan Kementerian Koperasi dan

UMKM yaitu yang asetnya di atas Rp.10 milyar, omzet atau volume usahanya di

atas Rp.50 milyar. Untuk melengkapinya, kami juga memasukan tolok ukur

pelayanan karena salah satu ciri dan keunikan badan usaha Koperasi (pembeda

dengan badan usaha lain) adalah pelayanan/benefit untuk anggotanya. Pemberian

bobot (dalam persentase) dari masing-masing tolok ukur juga telah dilakukan. Hasil

dari penelitian ini didapatkan bahwa terdapat sejumlah Koperasi besar di Indonesia

dengan aset dan volume usaha triliunan rupiah yang didasarkan pada semangat

meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan pada anggota.

Kata Kunci : Koperasi, Ekonomi, UMKM, Indonesia

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Page 210: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

210 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Sebuah badan usaha berlabel Koperasi acapkali hanya disejajarkan dengan

bisnis kelas recehan dan tidak diperhitungkan kontribusinya dalam peningkatan

PDB (Produk Domestik Bruto). Koperasi di Indonesia saat ini kurang terdengar

gaungnya seperti badan usaha – badan usaha lain, seolah-olah Koperasi hanya

indekost atau hanya tamu di negeri ini. Sejak Aliansi Koperasi Internasional

(International Co-operative Alliance / ICA) menghimpun daftar 300 Koperasi

Dunia (Global 300 List) beberapa tahun lalu, belum ada satupun Koperasi

Indonesia yang mampu memasuki posisi tersebut. Apalagi, Undang-Undang Dasar

1945 Pasal 33 Ayat 1 menyatakan bahwa : Perekonomian Indonesia disusun sebagai

usaha bersama atas azas kekeluargaan. Di dalam penjelasan undang-undang tersebut

antara lain dinyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan

kemakmuran orang- seorang, dan badan usaha yang sesuai adalah Koperasi.

Undang-undang Dasar 1945 menempatkan Koperasi pada kedudukan sebagai

sokoguru perekonomian nasional. Oleh karena itu tepat sekali jika penelitian ini

memilih topik Koperasi Indonesia, dengan maksud dan tujuan agar Koperasi

berperan mengisi pembangunan ekonomi Indonesia serta tidak mengabaikan sistem

ekonomi yang dituntut oleh Undang-Undang Dasar Negara kita.

Ilmu Koperasi lahir bersamaan dengan lahirnya lembaga Koperasi. Di

negara-negara yang telah memiliki gerakan Koperasi yang kuat biasanya ilmu

Koperasinya pun sudah terlihat mantap. Sebagai perbandingan dengan ilmu-ilmu

lainnya, para akademisi berdedikasi untuk menjelaskan serta mendeskripsikan

keadaan dan masalah-masalah Koperasi, namun sayangnya ilmu Koperasi ini masih

dianggap sebagai menara gading. Meskipun begitu, para pakar tersebut telah

menggunakan landasan ilmiah untuk membantu Koperasi agar berhasil dengan

baik. Oleh karenanya, ilmu Koperasi harus sudah ditanamkan ke dalam kegiatan

jaringan kerja swadaya Koperasi. Para pakar Koperasi yang baik, telah memberikan

pengaruh luar biasa kuat dalam pengembangan dan pembangunan Koperasi.

Sebagai ilustrasi di Indonesia, kami dapat menyebutkan beberapa nama besar

seperti : Muhammad Hatta, Sri Edi Swasono, maupun Yuyun Wirasasmita. Mereka

mengetahui apa yang dikatakan filsuf Emmanuel Kant bahwa : Tidak ada yang lebih

praktis selain sebuah teori yang baik.

Penelitian ini membeberkan sebuah peta baru mengenai potensi ekonomi

Koperasi yang selama ini nyaris tak terdengar dan sudah saatnya Koperasi

“berbicara” di panggung ekonomi nasional. Dalam penelitian ini, sejumlah

Koperasi besar di Indonesia (100 Koperasi) dengan aset dan volume usaha triliunan

rupiah diharapkan dapat menjawab hal-hal tersebut di atas. Kami juga memasukan

tolok ukur pelayanan karena salah satu ciri dan keunikan badan usaha Koperasi

(pembeda dengan badan usaha lain) adalah pelayanan/benefit untuk anggotanya.

Menurut Burhan Arif (1990), masalah komitmen pelayanan terhadap anggota akan

selalu aktual terutama ketika Koperasi harus selalu bersaing dengan badan usaha

lain (non Koperasi). Komitmen anggota terhadap Koperasinya tidak akan menjadi

Page 211: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

211 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

masalah sejauh pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan anggota dapat dipenuhi oleh

Koperasi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

disajikan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah aset Koperasi-Koperasi di Indonesia sudah menunjukan kemampuan

untuk “berbicara” di panggung ekonomi nasional ?

2. Apakah volume usaha/omset Koperasi-Koperasi di Indonesia sudah menunjukan

kemampuan untuk “berbicara” di panggung ekonomi nasional ?

3. Apakah benefit untuk anggota (pelayanan kepada anggota) sudah menjadi tujuan

usaha Koperasi-Koperasi di Indonesia ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitan

Adapun tujuan penelitian ini, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk melihat seberapa besar aset Koperasi-Koperasi di Indonesia

2. Untuk melihat seberapa besar volume usaha/omset Koperasi-Koperasi di

Indonesia

3. Untuk melihat seberapa besar Koperasi-Koperasi di Indonesia memiliki benefit

bagi anggotanya

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai referensi bagi yang berniat untuk memperdalam masalah Koperasi

di Indonesia.

2. Sebagai sumbangan pikiran bagi Kementerian, Kanwil, Dinas yang menaungi

Koperasi dan Lembaga-Lembaga yang berkepentingan dengan badan usaha dan

bidang perekonomian di Indonesia.

3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi mata kuliah Ekonomi Koperasi di Kampus-

Kampus.

4. Sebagai sumbangan materi pelatihan bagi Koperasi-Koperasi di Indonesia.

2. Tinjauan Pustakan

2.1. Aset Badan Usaha

Aset adalah kekayaan (sumber daya) yang dimiliki oleh entitas bisnis yang bisa

diukur secara jelas menggunakan satuan uang serta sistem pengurutannya berdasar

pada seberapa cepat perubahannya dikonversi menjadi satuan uang kas. Misalnya

gedung dan uang tunai, diurutkan uang tunai (kas) dulu baru kemudian gedung.

Berdasarkan yang paling lancar dan gedung tentunya bisa di ukur berdasarkan satu

satuan uang tunai. Misal katakanlah Rp 40 juta atau Rp 100 juta dinyatakan dalam

satuan “Rp” bukan 40 kg atau 100 kg ataupun km.

Page 212: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

212 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Kekayaan perusahaan ini bisa berbentuk wujud fisik atau juga non fisik

(hak) yang memiliki nilai. Aktiva adalah sumber daya yang dimiliki karena

terjadinya peristiwa dimasa lalu dan manfaat ekonominya diharapkan diperoleh

oleh perusahaan di masa yang akan datang. Aset bermanfaat secara langsung

ataupun tak langsung, Sifatnya produktif dan masuk dalam bagian operasi

perusahaan dan juga memiliki kemampuan dalam mengurangi pengeluaran kas.

Aset memiliki potensi manfaat di masa yang akan datang, potensi manfaat

tersebut bisa dalam bentuk hal hal yang produktif yang bisa menghasilkan kas atau

setara kas. Manfaat yang lain dari aktiva adalah aset sebagai penghasil barang dan

jasa, dapat ditukar dengan aktiva lain, melunasi kewajiban (hutang). Ada beberapa

cara untuk memperoleh Aset :

1. Aset bisa diperoleh dengan cara diproduksi atau dibangun sendiri,

2. Bisa didapat dengan dibeli,

3. Pertukaran aset maupun sumbangan dari pihak lain.

Jika ditelaah, kepemilikan aset tidak hanya mengenai aset aset yang berhak

milik saja, tetapi bisa juga hak hak yang lain misalnya hak sewa, hak guna

bangunan, hak tagih, hak pakai maupun yang lainnya. Perbedaan hak kepemilikan

tersebut nantinya akan mempengaruhi jenis item dan penggolongan aktiva didalam

laporan keuangan. Contoh aktiva misalnya uang tunai (kas), tanah, bangunan,

peralatan, perlengkapan, sewa dibayar dimuka, hak paten dan lainnya.

2.1.1. Jenis Jenis Aset

Aset dalam akuntansi umumnya dikelompokkan ke dalam tiga bagian :

Aset Lancar, Aset Tetap dan Aset Tak Berwujud.

Aset Lancar | Current Assets

Aktiva ini biasanya digunakan dan bermanfaat dalam waktu yang relatif

singkat, tidak lebih dari satu tahun buku dan bisa dikonversikan ke bentuk uang kas.

Contoh aktiva lancar seperti uang tunai (kas/cash), temporary invesment ( investasi

jangka pendek), accounts receivable (piutang dagang), notes receivable (wesel

tagih), inventories (persediaan), accrued receivable (pendapatan yg msih akan

diterima), prepaid expense (beban dibayar dimuka).

Aset Tetap | Fixed Assets

Aktiva tetap merupakan sumberdaya/kekayaan harga yang dimiliki suatu

entitas bisnis yang sifatnya permanen dan bisa diukur dengan jelas. Aktiva tetap

digunakan dan bermanfaat dalam waktu yang relatif lama, lebih dari satu tahun

buku. Tujuan aktiva tetap diperoleh perusahaan adalah untuk digunakan sendiri dan

tidak dijual. Kecuali ada hal hal atau kondisi khusus yang mengharuskan

perusahaan menjual aktiva tetapnya. Contoh aktiva tetap misalnya bangunan, tanah,

peralatan kantor, mesin, kendaraan dan yang lainnya.

Page 213: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

213 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Aset Tak Berwujud | Intangible Assets

Sesuai namanya, Wujud aset ini tak tampak, tidak bisa disimpan, dipegang

bentuknya namun bisa dirasakan manfaatnya. Aset Tak Berwujud ini bisa

merupakan hak hak perusahaan yang kepemilikannya diatur dan dilindungi oleh

peraturan perundang undangan. Contoh misalnya hak paten, hak guna bangunan,

hak sewa atau hak kontrak, franchise, trademark goodwill dan lain-lain.

2.1.2. Hal-Hal Lain Mengenai Aset

Aset Lancar biasanya diurutkan berdasarkan tingkat kecairannya dan

umumnya tersusun sebagai berikut : a Kas, yaitu jumlah uang yang tersedia baik

dalam kas perusahaan maupun uang yang disimpan di dalam bank. b Marketable

Securities (Surat Berharga), yaitu pemilikan surat-surat berharga yang bersifat

sementara, sehingga setiap saat dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan kas

perusahan

c Notes Receivable (Wesel Tagih), adalah janji dari seseorang berupa pernyataan

kesanggupan untuk membayar pada waktu tertentu secara tertulis. Notes

Receivable ini bisa dipindahkan atau diperjualbelikan maupun dialihkan

kepada bank untuk menambah kas. d Account Receivable (Piutang Dagang),

adalah suatu tagihan terhadap perusahaan atau orang-orang tertentu yang

timbul akibat penjualanpenjualan barang dagangan dengan kredit atau

tagihan yang disebabkan perusahaan telah memberikan jasa tertentu. e

Merchandise Inventory (Persediaan Barang), terdiri dari beberapa jenis

barang yang dibeli perushaaan untuk dijual kembali . Jadi pembelian

peralatan atau perlengkapan yang diperuntukan kepentingan perusahaan dan

bukan untuk dijual kembali, tidaklah boleh dimasukkan dalam perkiraan

persediaan barang dagangan.

f Prepaid Expense (Biaya dibayar dimuka), adalah jumlah biaya yang dibayar

dahulu dengan syarat melebihi jangka waktu pembukuan , digolongkan sebagai

harta. g Office Supplies (Perlengkapan Kantor), adalah barang-barang

keperluan kantor. h Adapun, untuk Aset Tetap memiliki beberapa unsur antara

lain sebagai berikut :

i Masa Manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh

perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan

diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.

j Biaya Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau

nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada

saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi

dan tempat yang siap untuk dipergunakan. k Nilai Wajar adalah suatu

jumlah, untuk itu suatu aset mungkin ditukar atau suatu kewajiban

diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk

melakukan transaksi wajar.

Page 214: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

214 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

l Jumlah Tercatat (Carrying Amount) adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan

suatu aktiva setelah dikurangi akumulasi penyusutan.

m Jumlah yang Dapat Diperoleh Kembali (Recoverable Amount) adalah

jumlah yang diharapkan dapat diperoleh kembali dari penggunaan suatu

aktiva di masa yang akan datang, termasuk nilai sisanya atas pelepasan

aktiva.

n Pengakuan

Untuk diakui sebagai aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap maka harus

dipenuhi syarat berikut :

1. Mempunyai manfaat keekonomian

Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang

akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam

perusahaan. Dalam menentukan suatu pos memenuhi kriteria pertama untuk

pengakuan, suatu perusahaan harus menilai tingkat kepastian aliran manfaat

keekonomian masa yang akan datang berdasarkan bukti yang tersedia pada

waktu pengakuan awal. Adanya kepastian yang cukup bahwa manfaat

keekonomian masa yang akan datang akan mengalir ke perusahaan

membutuhkan suatu kepastian bahwa perusahaan akan menerima imbalan dan

menerima resiko terkait. Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika resiko dan

imbalan telah diterima perusahaan. Sebelum hal ini terjadi, transaksi untuk

memperoleh aktiva biasanya dapat dibatalkan tanpa sanksi yang signifikan,

dan karenanya aktiva tidak diakui.

2. Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal

Kriteria kedua untuk pengakuan biasanya dapat dipenuhi langsung karena

transaksi pertukaran mempunyai bukti pembelian aktiva yang

mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aktiva dikontruksi

sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat dibuat dari

transaksi dengan pihak eksternal dan perusahaan untuk perolehan bahan baku,

tenaga kerja dan input lain yang digunakan dalam proses kontruksi.

3. Aktiva yang digunakan dalam operasi/kegiatan utama perusahaan

dan tidak untuk dijual

4. Memiliki umur ekonomi yang panjang, biasanya lebih dari satu

tahun dan disusutkan nilainya

5. Memiliki bentuk fisik yang aktual

Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aktiva perusahaan, dan karenanya

signifikan dalam penyajian laporan keuangan. Lebih jauh lagi, penentuan apakah

suatu pengeluaran merupakan aktiva atau beban dapat berpengaruh signifikan pada

hasil operasi yang dilaporkan perusahaan.

Perolehan Aset Tetap

Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea

impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi (non-refundable), dan setiap biaya

Page 215: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

215 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

yang dapat didistribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut pada

kondisi untuk penggunaan yang dimaksudkan, setiap potongan dagang dan rabat

dikurangkan dari harga pembelian. Contoh dari biaya yang dapat didistribusikan

secara langsung adalah : Biaya persiapan tempat; Biaya pengiriman awal (initial

delivery), Biaya simpan dan bongkar muat (handling cost), Biaya pemasangan

(installation costs) dan Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur. Biaya

administrasi dan overhead umum lainnya bukan merupakan suatu komponen biaya

aset tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat didistribusikan secara langsung pada

biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya. Demikian pula Biaya

permulaan (start-up costs) dan pra produksi tidak merupakan bagian biaya suatu

aset kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa aset ke kondisi kerjanya. Rugi

operasi awal yang terjadi sebelum suatu aset mencapai kinerja yang direncanakan

diakui sebagai suatu beban. Harga perolehan dari masing – masing aset tetap yang

diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan

tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang

bersangkutan.

2.2. Volume Usaha

Bila kita seorang pengusaha, baik sebagai Owner, Distributor, Agen, Reseller,

Dropshipper dan sebagainya tidak mengetahui perbedaan Volume Usaha (Omset),

Profit, Cash, dan Free Cash (Income) maka ini berbahaya. Kenapa ? Karena untuk

apa kita berbisnis kalau saja tidak tahu mana yang dinamakan "keuntungan bersih"

dan "keuntungan kotor". Kata-kata ini memang sering kita dengar namun kalau

tidak tahu bedanya ya sama saja. Berikut dipaparkan perbedaan antara keduanya.

Volume Usaha (Omset) adalah seluruh jumlah uang yang didapat dari hasil

penjualan dalam jangka waktu tertentu namun belum dikurangi dengan biaya HPP

(Harga Pokok Produksi) dan Expense (Gaji, Tagihan Listrik, Biaya Iklan, dan lain

lain). Pokoknya Omset itu adalah seluruh uang yang didapat dari hasil penjualan

selama jangka waktu tertentu (misal : 1 bulan) tapi belum dikurangi dengan seluruh

biaya yang sudah kita keluarkan untuk Produksi barang, Pemasaran barang, Gaji

karyawan, Tagihan-tagihan, dan lain lain. Profit adalah sejumlah uang yang didapat

dari hasil penjualan dalam jangka waktu tertentu tapi sudah dikurangi dengan Biaya

HPP (Harga Pokok Produksi) dan Expense (Gaji, Tagihan Listrik, Biaya Iklan,

Pemasaran dan lain lain). Profit itu hanyalah laporan diatas kertas saja. Artinya

profit itu masih harus kita ubah lagi agar bisa menjadi Cash dan menjadi Free Cash

( Income).

Jika profit itu hanyalah laporan diatas kertas saja maka Cash adalah uang

yang nyata kita terima atau masuk ke rekening bisnis kita yang dihasilkan dari hasil

penjualan yang sudah dikurangi oleh seluruh biaya pengeluaran. Cash ini juga harus

kita bagi 2 (dua). Tidak semua cash ini dapat perusahaan nikmati, nanti malah bisnis

kita menjadi gagal. Atau sebaliknya, cash yang diperoleh kemudian diputar

Page 216: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

216 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

kembali untuk bisnis. Ini sama saja perusahaan berbisnis capek-capek tapi tidak

menikmati apa-apa. Cash dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Cash yang diputar kembali untuk berbisnis.

2. Free Cash.

Yang harus kita ketahui adalah : Yang dapat perusahaan nikmati itu adalah Free

Cash. Inilah target utama perusahaan dalam berbisnis.

Free Cash adalah uang yang sudah tidak lagi digunakan dan

disangkutpautkan dengan bisnis perusahaan dan bisa dinikmati untuk kepentingan

pemilik, karyawan maupun stakeholder lain. Dalam arti, ini murni uang perusahaan

dari hasil berbisnis, yang sesuka hati perusahaan gunakan untuk hal apapun yang

perusahaan suka. Sekarang kita sudah memahami perbedaannya dan sudah tahu

juga mana yang menjadi target utama sebuah usaha.

Pasti kita sudah tidak asing lagi kan dengan kata omset? Dalam bisnis,

omset adalah seluruh jumlah uang yang didapat dari hasil penjualan dalam jangka

waktu tertentu namun belum dikurangi dengan biaya HPP (Harga Pokok Produksi,

bahan baku, peralatan, dan lain sebagainya), serta expense (Gaji karyawan, tagihan

listrik, gaji pimpinan, biaya pemasaran, biaya distribusi, biaya tempat, biaya

komunikasi, biaya sewa, biaya transportasi, dan lain sebagainya).

Meskipun nilai omset dari sebuah perusahaan seringkali dijadikan patokan

untuk menilai skala dari besar kecilnya perusahaan tersebut, namun sebenarnya

angka yang disebutkan belum mencerminkan keuntungan bersih yang mampu

didapatkan. Hal ini karena angka tersebut harus dikurangi beban-beban yang belum

dibayarkan. Omset juga sering disebut dengan pendapatan kotor.

2.2.1. Cara Menghitung Volume Usaha

Agar kita semakin jelas dalam memahami apa itu Volume Usaha (Omset),

berikut disampaikan dan diberikan cara menghitung omset perusahaan dengan

benar. Sebagai contoh, ada sebuah depot makanan dalam 1 (satu) bulan mampu

memasarkan masakannya, antara lain : 150 porsi rawon seharga @Rp 12.000,- 120

porsi soto ayam seharga @Rp 12.000,- 110 porsi ayam bakar seharga @Rp 13.000,-

Maka untuk menghitung nilai omset dari depot makanan tersebut adalah :

150 porsi rawon x Rp 12.000 = Rp 1.800.000,- 120

porsi soto ayam x Rp 12.000 = Rp 1.440.000,- 110

porsi ayam bakar x Rp 13.000 = Rp 1.430.000,-

Jadi, total omset dari depot makanan dalam 1 (satu) bulan adalah: Rp. 1.800.000 +

Rp. 1.440.000 + Rp. 1.430.000 = Rp 4.670.000,-

2.2.2. Cara Meningkatkan Volume Usaha

Berikut adalah beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan

omset perusahaan dengan baik. a. Promosi & Branding

Melakukan promosi dan branding yang kuat tentu akan meningkatkan omset

perusahaan dengan cepat. Tidak perlu melakukannya dengan biaya yang mahal dan

sulit, cukup lakukan promosi dan branding sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Page 217: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

217 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

b. Kualitas Produk

Selain sangat berpengaruh pada intergritas bisnis, kualias produk juga sangat

berpengaruh pada angka penjualan produk. Sudah menjadi hal wajib bagi semua

bisnis untuk selalu mempertahankan kualitas produk mereka. Ini sangat sederhana,

namun cukup sulit dilakukan. Jika kualitas produk sangat baik, konsumen pun akan

loyal dan terus berbelanja di perusahaan kita. c. Layanan Terbaik

Karena semakin banyaknya pesaing di luar sana, maka salah satu kunci untuk

menang dalam persaingan adalah meningkatkan kualitas layanan. Pelayanan yang

cepat, ramah memperlakukan pelanggan, hingga menambah fasilitas tambahan

seperti koneksi Internet gratis di tempat bisnis kita, ini akan membuat pelayanan

kepada konsumen bisa memiliki nilai tambah.

Itulah beberapa hal yang dapat dipelajari dari istilah omset dalam ekonomi. Omset

yang besar belum tentu menunjukkan angka pendapatan bersih yang besar. Untuk

mendapatkan angka pasti sebuah omset, kita dapat melihatnya melalui laporan

keuangan. Kini, kita dapat membuat laporan keuangan dengan mudah

menggunakan software akuntansi. Jurnal sebagai software akuntansi online dapat

membantu kita membuat laporan keuangan secara lengkap dengan mudah, cepat,

aman, dan nyaman. Hanya dengan memasukkan seluruh transaksi keuangan ke

dalam jurnal, kita akan dapat melihat secara realtime kondisi keuangan perusahaan

kita. Beberapa hal yang disebutkan di atas adalah kondisi dalam perusahaan

dagang, lalu bagaimana pengertian volume usaha pada Koperasi ?

2.2.3. Volume Usaha Koperasi Simpan Pinjam

Volume usaha atau jumlah pinjaman yang disalurkan oleh Koperasi simpan

pinjam, Koperasi jasa keuangan syariah, unit simpan pinjam Koperasi, dan unit jasa

keuangan syariah Koperasi saat ini mencapai Rp 49,78 miliar. "Tren perkembangan

perKoperasian setiap tahun meningkat antara 10-12 persen," kata Asisten Deputi

Urusan Pengembangan dan Pengendalian Simpan Pinjam, Deputi Bidang

Pembiayaan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenekop

UKM) Rosdiana V. Sipayung di Jakarta, Senin (4/3/2017). Berdasarkan data

Kemenkop UKM, jumlah Koperasi simpan pinjam (KSP) di Indonesia terdata 8.761

unit dan Koperasi jasa keuangan syariah (KJKS) 898 unit. Jumlah unit simpan

pinjam (USP) Koperasi sebanyak 86.203 unit adapun unit jasa keuangan syariah

(UJKS) Koperasi 2.088 unit. Jumlah total anggota KSP, KJKS, USP Koperasi, dan

UJKS Koperasi sebanyak 17.944.641 orang. Adapun dana yang berhasil dihimpun

tercatat sebanyak Rp 14,145 miliar. Rosdiana mengatakan, tren perkembangan

Koperasi yang terus meningkat di Indonesia, antara lain, karena faktor pertumbuhan

ekonomi.

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Padang,

Yulisman, Jumat (24/11/2017) mengatakan volume usaha Koperasi terdiri dari

volume usaha simpan pinjam dan sektor riil. Volume usaha Simpan Pinjam sebesar

Page 218: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

218 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Rp1,15 miliar dan usaha sektor riil Rp314 juta. Sementara akumulasi permodalan

Koperasi sampai dengan 2016 sebesar Rp1,04 miliar yang terdiri dari modal sendiri

Rp579 juta dan modal luar Rp468 juta. Ia mengatakan jumlah volume usaha

Koperasi itu masih jauh di bawah, dibandingkan dengan daerah lainnya di luar

Sumbar seperti di Pulau Jawa yang telah mencapai triliunan. "Oleh karena itu, pada

tahun 2018 volume usaha Koperasi ditargetkan naik sebesar lima persen," katanya.

Selain itu, hingga saat ini Koperasi di Kota Padang telah menyerap tenaga kerja

sebanyak 2.786 orang yang terdiri dari manajer dan karyawan dengan 124.853

Orang anggota Koperasi. "Jika Koperasi berkembang maka persentase pertambahan

tenaga kerja di sektor Koperasipun akan meningkat, dan pada 2018 ditargetkan

dapat naik sebesar lima persen" ujar dia. Sementara Staf Ahli Bidang Ekonomi dan

Pembangungan Kota Padang Afrizal Khaidir mengatakan dari 676 Koperasi aktif

di daerah itu, baru 101 unit atau 15 persen yang masuk kategori sehat. Koperasi

yang volume pembiayaannya sudah mencapai Rp2,5 miliar setahun dan wajib

diaudit akuntan publik sesuai Peraturan Menteri Koperasi dan UKM RI No. 15

Tahun 2015 baru sekitar 17 persen atau 115 unit dari Koperasi aktif yang ada. "Jika

dievaluasi, masalah utama dalam pengembangan Koperasi di Kota Padang yakni

masih banyak tunggakan macet pada usaha simpan pinjam sehingga Koperasi sulit

meningkatkan skala usaha," ujarnya.

Koperasi syariah mengalami pertumbuhan positif di Indonesia, sekalipun

jumlahnya masih minim. Dari total unit usaha Koperasi yang mencapai 150.223

unit usaha, 1,5% merupakan Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah

(KSPPS). Data Kemenkop menyebutkan, jumlah KSPPS sebanyak 2.253 unit

dengan angggota 1,4 juta orang. Rinciannya, modal sendiri mencapai Rp 968 miliar,

modal luar Rp 3,9 triliun, serta volume usaha Rp 5,2 triliun. "Perkembangan

Koperasi pembiayaan syariah sangat potensial. Kinerjanya saat ini sangat baik,

berkualitas dari sisi kesehatan Koperasi, SDM, dan IT," kata Deputi Pembiayaan,

Kementerian Koperasi dan UKM Braman Setyo kepada Investor Daily, Jumat

(28/10/2017). Festival Ekonomi dan Keuangan Syariah bertujuan untuk akselarasi

pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Juga, mendorong

akses keuangan inklusif dalam pendalaman pasar keuangan. Serta, meningkatkan

akses keuangan masyarakat termasuk optimalisasi pemanfaatan zakat dan wakaf

untuk kegiatan produktif. Braman menjelaskan, Badan Wakaf Indonesia (BWI) saat

ini mengelola sebanyak 145 lembaga wakaf. Adapun Kemenkop telah

memfasilitasi 103 KSPPS sebagai pengumpul wakaf dan zakat. Potensi wakaf per

tahun mencapai Rp 11,4 triliun. "Ini potensi yang luar biasa dan sangat menjanjikan

bagi pengembangan keuangan syariah Indonesia," tambah Braman. Ke depan, kata

Braman, diperlukan pedoman akuntasi dalam pelaporan dana wakaf. Oleh karena

itu, perlu disusun pedoman sistim akuntansi (PSAK) wakaf yang merupakan

amanat Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No 16/2015 tentang pelaksanaan

kegiatan unit simpan pinjam pembiayaan syariah oleh Koperasi. "Pada pasal 27

Page 219: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

219 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

disebutkan KSPPS wajib melakukan kegiatan mal (menghimpun, mengelola dan

menyalurkan zakat infaq dan wakaf)," kata Braman. Selain itu, untuk memperkuat

keungan syariah di Indonesia, lanjutnya, Kemenkop UKM akan memperkuat

dukungan kepada Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), khususnya dalam

rangka pembentukan jaringan Koperasi syariah.

2.3. Pelayanan bagi Anggota

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau

badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan“ (UU No 25 Tahun 1992). Koperasi adalah lembaga ekonomi rakyat

yang menggerakkan perekonomian rakyat dalam memacu kesejahteraan

masyarakat. Oleh karena itu, pertumbuhan usaha dan produknya dari waktu ke

waktu perlu selalu ditingkatkan. Setiap perusahaan selalu menjalani aktivitas

bisnisnya untuk dapat memberikan nilai terbaik bagi perusahaan dalam rangka

pertumbuhan dan keselamatan. Konsumen adalah kata kunci bagi kesuksesan

sebuah perusahaan, untuk itu setiap perusahaan berusaha untuk menyusun strategi

untuk menarik mereka, sehingga mereka menjadi pembeli produknya. Bukan hanya

itu saja, perusahaan juga harus terus berupaya memberikan pelayanan yang baik

agar konsumen menjadi puas.

Menurut Budiarto dan Dolly (2001: 12-17) “Ada tiga tingkat kepuasan

pelanggan yaitu, pelanggan sangat puas, pelanggan puas dan pelanggan tidak puas”.

Pelanggan sangat puas, yaitu jika layanan yang diterima dari layanan yang

diharapkan. Pelanggan puas, yaitu jika layanan yag diterima sama dengan layanan

yang diharapkan. Pelanggan tidak puas, yaitu jika layanan yang diterima tidak

sebagus layanan yang diharapkan. Menurut Rangkuti (2006:45) ”Kepuasan nasabah

merupakan respon nasabah terhadap ketidakpuasan antara tingakat kepentingan

sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakain”. Kepuasan

nasabah merupakan salah satu rahasia keberhasilan suatu bisnis. Sekalipun

demikian, masih banyak orang yang dengan sengaja atau tidak sengaja melupakan

hal ini. Banyak kegagalan bisnis terjadi karena nasabah dikecewakan sehingga

mereka mencari altrenatif ke produk sejenis lainnya.

Perusahaan yang berhasil bertahan dalam perdagangan adalah perusahaan

yang mampu memberikan kepuasan kepada konsumen dan pelayanan yang lebih

baik dari pesaingnya. Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan

kualitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan

yang bermutu kepada pelanggannya. Kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen

sekarang sudah menjadi hal yang penting bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan

pelanggan selalu mencari nilai yang dianggap paling tinggi dari beberapa produk

atau jasa yang ada.

Menurut Kotler (2004:23) “Kualitas pelayanan merupakan bentuk penilaian

konsumen terhadap tingkat pelayanan yang diterima (perceived service) dengan

Page 220: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

220 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

tingkat pelayanan yang diharapkan (expected service)” . Apabila pelayanan yang

diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan,maka kualitas pelayanan

dipersepsikan baik dan memuaskan. Kepuasan yang telah terbentuk dapat

mendorong konsumen melakukan pembelian ulang dan nantinya akan menjadi

pelanggan setia. Menurut Amin (2000: 21-25) “Salah satu strategi yang sampai

saat ini masih dianggap handal adalah menciptakan pelayanan terbaik bagi

konsumen”. Dalam dunia bisnis, khususnya yang bergerak dibidang jasa, kepuasan

pelanggan merupakan elemen penting dan menentukan dalam mempertahankan

maupun menumbuh kembangkan perusahaan. Demikian pula dengan bisnis

perbankan termasuk didalamnya Koperasi dan lembaga keuangan lainnya

merupakan bisnis jasa yang berdasar pada asas kepercayaan, sehingga masalah

kualitas layanan menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilan bisnis ini.

Koperasi selalu menyediakan produk yang bermacam-macam agar anggota

menjadi puas. Untuk itu Koperasi selalu berusaha mengembangkan produknya agar

konsumen menjadi pelanggan setia dan tidak beralih ke produk atau Koperasi lain.

Untuk itu Koperasi harus selalu memperhatikan jenis produk yang dimilikinya.

Dalam mempertahankan kelangsungan kegiatan Koperasi agar tidak bangkrut

Koperasi ini membuat inovasi agar anggota menjadi puas. Salah satu cara yang

ditempuh oleh Koperasi adalah menawarkan bermacam-macam produk jasa antara

lain: 1) Pinjaman untuk usaha, 2) Pinjaman untuk kesehatan, 3) Pinjaman dana

talangan, 4) Simpanan umum/Simpanan hari raya, 5) Simpanan berjangka.

Menurut Tjiptono (2005:43) ”Hanya perusahaan yang benar-benar

berkualitas saja yang berlaku mampu bersaing dalam pasar global” . Untuk

memenagkan persaingan perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada

konsumen atau nasabah, misalnya dengan memberikan atau menawarkan produk

bermutu tinggi dan berkualitas, harga lebih murah, penyerahan produk yang lebih

cepat, dan pelayanan yang lebih baik daripada pesaingnya. Koperasi berusaha

memberikan pelayanan yang baik dan selalu menawarkan produk jasa yang

berkualitas agar anggota Koperasi menjadi puas. Koperasi dapat dianggap berhasil

apabila telah mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam rangka pembangunan

nasional berdasarkan asas kekeluargaan.

Perekonomian pada masa kini yang lebih mengarah kepada ekonomi global,

memungkinkan semua perusahaan bisa memasuki pasar diluar batas – batas negara,

hal ini merupakan peluang bagi dunia usaha jika mampu memamfaatkannya atau

ancaman jika kita tidak bisa memamfaatkannya. Globalisasi ekonomi di tandai

dengan proses liberalisasi perdagangan dan investasi ekonomi pasar bebas,

mengharuskan setiap elemen ekonomi untuk melakukan perubahan. Disadari atau

tidak kenyataan akan datangnya era tersebut, mengharuskan setiap negara untuk

mengubah arah kebijakan ekonominya. era globalisasi dalam skema perdagangan

bebas cepat atau lambat mengakibatkan perubahan ekonomi dunia.

Page 221: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

221 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Akibat yang diterima oleh negara berkembang adalah ketidakstabilan

ekonomi dalam negeri, karena keharusan melakukan perubahan mendasar dalam

sistem ekonomi dunia tidak dapat terelakan.daya dukung perkonomian suatu negara

terdapat pada efektivitas perilaku ekonomi negara yang bersangkutan. Pelaku

ekonomi utama yang menjadi perdebatan dalam konteks era perdagangan bebas

adalah Koperasi. Di kebanyakan negara berkembang, peranan pemerintah nampak

menonjol yang mengakibatkan ketergantungan dan kegagalan Koperasi untuk

mandiri. Sebagai bagian dari sistem ekonomi, Koperasi memerlukan kesempatan

untuk bekerja sebagai suatu sistem dalam upaya memberikan gerakan untuk

mandiri (otonomi) karena secara tidak langsung otonomi merupakan hal yang

mutlak diperlukan untuk menegakkan prinsip Koperasi, demokrasi dalam Koperasi,

dan kemandirian dalam Koperasi itu sendiri.

Prospek masa depan Koperasi sebagai suatu badan usaha yang diharapkan

menjadi soko guru perekonomian seperti amanat konstitusi negara ( UUD 45)

sangat ditentukan oleh mampu tidaknya kemandirian dilaksanakan untuk menjawab

tantangan dan ancaman. Sementara dilihat dari fungsi badan usaha, ketangguhan

Koperasi dapat di ukur oleh kemampuannya dalam mengembangkan dan

menguasai pasar. Koperasi harus mampu memberikan alternatif rasional bagi

pelanggannya (anggota) melalui berbagai kebijakan insentif usaha maupun

perbaikan dalam teknis pelayanan pelanggan.

Pelayanan mengandung pengertian : Setiap kegiatan atau manfaat yang

diberikan oleh suatu pihak yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula

berakibat kepemilikan sesuatu (Kotler, 2008: 83). Pengertian yang lebih luas juga

disampaikan oleh Daviddow bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja yang

mempertinggi kepuasan pelanggan. Ada dua faktor yang dijadikan pedoman

anggota yaitu layanan yang diterima dan harapannya tentang layanan yang akan

diberikan. Ketika anggota memutuskan untuk bertransaksi dalam bentuk apapun

pada Koperasi sebenarnya mereka sudah mempunyai harapan tentang layanan

seperti apa yang akan diperoleh berdasarkan pengalamannya, komunikasi dari

mulut – ke mulut yang pernah didengarnya, informasi lain yang pernah diterima

serta dipengaruhi oleh kebutuhannya. Selain dipengaruhi oleh pengalaman, harapan

yang ada pada pelanggan Koperasi atau anggota Koperasi juga dipengaruhi oleh

komunikasi eksternal yang dilakukan oleh pengurus atau pengelola mengenai

Koperasi kepada anggota atau masyarakat. Dalam hal ini diperlukan pentingnya

promosi yang sesuai dengan kenyataan karena jika tidak memuaskan layanan akan

mengecewakan, oleh karena itu diperlukan komunikasi pemasaran yang dilakukan

secara tepat agar dapat memenuhi kebutuhan serta keinginan dari aparat anggota.

Sebuah perusahaan yang didirikan tidak ada artinya tanpa adanya

pelanggan. ’’Tujuan perusahaan adalah untuk menciptakan pelanggan’’, demikian

yang dikatakan Peter Drucker (1994:4). Dari pendapat di atas dapat dipahami

bahwa pelanggan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh

Page 222: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

222 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

perusahaan. Pada organisasi Koperasi, pelanggannya adalah anggota sendiri,

menurut Jochen Ropke (1985) Koperasi merupakan organisasi yang anggotanya

sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan . upaya untuk menciptakan dan

mempertahankan pelanggan hendaknya menjadi prioritas yang lebih besar bagi

perusahaan. Lebih dari itu hendaknya perusahaan juga terus berupaya agar

pelanggan dapat menjadi pelanggan yang loyal. Salah satu upaya untuk

menciptakan, mempertahankan, dan meningkatkan hubungan yang lebih baik

dengan pelanggan adalah dengan cara memberikan pelayanan yang berkualitas

secara konsisten dan lebih baik, serta memberikan pelayanan yang lebih unggul dari

pada pesaing. Intinya, ’Bagaimana menciptakan performance yang memenuhi atau

melebihi harapan pelanggan”.

2.4.1. Keanggotaan Koperasi

Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau

badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota,

dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi

kesejahteraan para anggotanya (Arifinal Chaniago, 1984: 1). Pendapat senada

dengan pendapat Jochen Ropke (1985) yakni Koperasi merupakan organisasi yang

anggotanya sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.

2.4.2. Kualitas Pelayanan

Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan dalam proses

pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain, oleh karena itu pelayanan

merupakan proses. Sebagai prose, pelayanan berlangsung secara rutin dan

berkesinambungan (Moenir, 1995: 27). Sagimun dalam Purwanti (1999: 5)

Pelayanan adalah pemenuhan kebutuhan anggotanya baik pemenuhan material

maupun spiritual. Kotler (1998: 83) merumuskan pelayanan sebagai tindakan atau

unjuk kerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak yang lain secara prinsip

intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Menurut

Olsen dan Wyekoff dalam Yamit (2001: 22) kualitas pelayanan merupakan suatu

perbandingan antara harapan pemakai jasa dengan kinerja kualitas jasa pelayanan.

Dengan kata lain ada dua factor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu

harapan dan kinerja yang dirasakan karyawannya.

Syafrizal dalam jurnal Kualitas Pelayanan dalam Kepuasan Pelanggan

(2008), kualitas pelayanan merupakan penyampaian secara excellent atau superior

pelayanan yang ditujukan untuk memuaskan pelanggan sesuai dengan persepsi dan

harapannya. Kepuasan pelanggan akan tercapai bila kualitas pelayanan yang

dirasakan oleh pelanggan sama dengan jasa yang diharapkan, dalam arti

kesenjangan yang terjadi adalah kecil atau masih dalam batas toleransi.

2.4.3. Dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut Parasuraman (1998: 77), bahwa terdapat lima dimensi kualitas

pelayanan yaitu sebagai berikut :

Page 223: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

223 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

1. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu organisasi dalam

menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan

kemampuan sarana dan prasarana fisik organisasi dan keadaan lingkungan

sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa.

Yang meliputi fasilitas fisik (gedung), perlengkapan dan peralatan yang

dipergunakan (tekhnologi), serta penampilan pegawainya.

2. Reliability, atau keandalan yaitu kemampuan organisasi (perusahaan) untuk

memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.

Kinerja harus disesuaikan dengan pelanggan yang berarti ketepatan waktu,

pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpatik.

3. Responsiveness, atau tanggapan yaitu kemampuan untuk membantu dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, penyampaian

informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya suatu

alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negative dalam kualitas

pelayanan.

4. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu, pengetahuan, kesopansantunan,

dan kemampuan pegawai untuk menumnbuhkan rasa percaya para pelanggan

perusahaan (organisasi). Dimana jaminan ini terdiri dari beberapa komponen

antara lain: komunikasi, keamanan kompetensi, dan sopan santun.

5. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau

bersifat pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya

memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan (organisasi)

diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami

kebutuhan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman

bagi pelanggan.

Menurut Moenir (1995: 40), banyak kemungkinan tidak adanya layanan yang

memadai antara lain :

1. Tidak/kurang adanya kesadaran terhadap tugas atau kewajiban yang menjadi

tanggung jawabnya. Akibatnya mereka bekerja dan melayani seenaknya.

2. Sistem, prosedur dan metode kerja yang ada tidak memadai sehingga mekanisme

kerja tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan dan tidak berjalan

sebagaimana mestinya.

3. Pengorganisasian tugas pelayanan yang belum serasi, sehingga terjadi simpang

siur penanganan tugas, tumpang tindih atau tercecernya suatu tugas tudak ada

yang menangani.

4. Pendapatan pegawai tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Akibatnya pegawai

tidak tenang dalam bekerja, berusaha mencari tambahan pendapatan dalam jam

kerja.

5. Kemampuan pegawai yang tidak memadai untuk tugas yang dibebankan

kepadanya. Akibatnya hasil pekerjaan tidak memenuhi standar yang telah

ditetapkan.

Page 224: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

224 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

6. Tidak tersedianya sarana pelayanan yang memadai, yang mengakibatkan

pekerjaan menjadi lamban, waktu banyak yang hutang dan penyelesaian

masalah terlambat.

Dimensi-dimensi kualitas pelayanan yang telah dikemukakan diatas, harus

dilaksanakan dengan baik. Apabila tidak, hal tersebut menimbulkan kesenjangan

antara organisasi (perusahaan) dan pelanggan karena perbedaan persepsi mereka

tentang wujud pelayanan. Menurut Rambat Lupiyoadi (2001: 150). Lima

kesenjangan (gap) yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai

kualitas pelayanan sebagai berikut :

1. Gap Persepsi Manajemen, yaitu adanya perbedaan antara penilaian pelayanan

menurut pengguna jasa dan persepsi managemen mengenai harapan pengguna

jasa.

2. Gap Spesifikasi Kualitas, yaitu kesenjangan antara persepsi manajemen

mengenai harapan pengguna jasa dan spesifikasi kualitas jasa. Kesenjangan

terjadi antara lain karena tidak memadainya komitmen manajemen terhadap

kualitas jasa, persepsi mengenai ketidaklayakan, tidak memadainya standarisasi

tugas dan tidak adanya penyusunan tujuan.

3. Gap Penyampaian Pelayanan, yaitu kesenjangan antara spesifikasi kualitas dan

penyampaian jasa. Kesenjangan ini terutama disebabkan oleh faktor-faktor

sebagai berikut :

a. Ambisius peran, yaitu sejauh mana pegawai dapat melakukan tugas sesuai

dengan harapan pelanggan.

b. Konflik peran, yaitu sejauh mana pegawai meyakini bahwa mereka tidak

memuaskan semua pihak.

c. Kesesuaian pegawai dengan tugas yang harus dikerjakannya.

d. Kesesuaian tekhnologi yang digunakan pegawai.

e. Sistem pengendalian atasan, yaitu tidak memadainya system penilaian dari

sistem imbalan.

f. Perceived control yaitu sejauh mana pegawai merasakan kebebasan atau

fleksibilitas untuk menentukan cara pelayanan.

g. Team work yaitu sejauh mana pegawai dan managemen merumuskan tujuan

bersama di dalam memuaskan pelanggan secara bersama-sama dan terpadu.

4. Gap Komunikasi, yaitu kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi

eksternal. Kesenjangan ini terjadi karena tidak memadainya komunikasi

horizontal dan adanya kecenderungan untuk memberikan janji yang berlebihan.

Dalam hal ini komunikasi eksetrnal telah mendistorsi harapan pelanggan.

5. Gap dalam Pelayanan yang Dirasakan, yaitu perbedaan persepsi antara jasa yang

dirasakan dan yang diharapkan oleh pelanggan (Rambat Lupiyoadi 2001: 151).

2.4.4. Pengembangan Kualitas Pelayanan

Page 225: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

225 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Salah satu konsep yang dimiliki kaitan erat dan berdampak langsung terhadap

keberhasilan pendekatan kualitas pelayanan adalah system computer. Dalam usaha

meningkatkan pelayanan, tiap organisasi haruslah memperhatikan dan

mendengarkan pendapat yang dikeluarkan oleh pelanggan mengenai jasanya (Berry

dan Parasuraman, 1997: 79). Dalam mengembangkan kualitas pelayanan yang

efektif melalui system informasi, ada lima petunjuk yang perlu dilakukan (Berry

dan Parasuraman, 1997: 80) :

1. Mengukur besarnya harapan pelanggan atas pelayanan. Perusahaan atau suatu

organisasi harus dapat mengukur besarnya harapan yang muncul atas pelayanan

yang diberikan kepada pelanggan.

2. Menentukan di mana titik berat kualitas informasi. Perusahaan atau organisasi

harus mampu menetapkan titik berat kualitas informasi yang ingin dicapai.

Penitikberatan kualitas informasi pada proses keputusan pihak manajemen yang

berkaitan dengan peningkatan pelayanan yang diharapkan.

3. Mengetahui saran pelanggan. Perusahaan atau organisasi dituntut untuk dapat

mendengarkan dan memahami saran pelanggan mengenai produk atau jasanya.

4. Menghubungkan kinerja pelayanan dan output yang dihasilkan oleh perusahaan.

Organisasi diharapkan mampu mengkaitkan kinerja pelayanan dengan tujuan

organisasi.

Dapat disimpulkan bahwa Koperasi harus mampu memberi alternatif rasional

bagi pelanggannya (anggota) melalui berbagai kebijakan insentif usaha maupun

perbaikan dalam teknis pelayanan pelanggan. Sehingga indikator yang digunakan

pada variabel kualitas pelayanan ini adalah :

1. Ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan.

2. Kesesuaian dalam hasil pelayanan yang diberikan.

3. Pemberian fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang.

2.4.5. Loyalitas Pelanggan

Mendapatkan anggota yang loyal merupakan keinginan setiap organisasi

Koperasi yang ingin sukses dalam jangka panjang. Akan tetapi untuk memperoleh

pelanggan atau anggota yang loyal bukan pekerjaan mudah. Untuk itu diperlukan

langkah – langkah dan tahapan yang harus dilakukan serta sejumlah faktor yang

ikut mempengaruhinya. Menurut Oliver (1997) bahwa definisi loyalitas pelanggan

(costumer loyality) adalah suatu komitmen untuk bertahan secara mendalam

dengan melakukan pembelian ulang atau berlangganan kembali dengan produk atau

pelayanan yang terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun

pengaruh situasi dan usaha – usaha pemasaran mempunyai potensi untuk

menyebabkan perubahan perilaku.

Jika dilihat dari definisi yang di kemukakan oliver tersebut dapat dikatakan

bahwa pelanggan yang loyal mempunyai semacam fanatisme yang relatif permanen

dalam jangka panjang terhadap suatu produk perusahaan yang menjadi pilihannya.

2.4.6. Karakteristik Pelanggan yang Loyal

Page 226: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

226 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Adapun karakteristik pelanggan yang loyal menurut Griffin (1995: 31)

adalah : ”(1) Melakukan pembelian secara teratur, (2) Membeli diluar lini produk

atau pelayanan, (3) Merekomendasikan pada orang lain , dan (4) Menujukan

ketahanan dari daya tarik pesaing (tidak terpengaruh) oleh daya tarik produk sejenis

dari pesaing”.

Semua karakteristik di atas dapat terwujud, jika pelanggan yang

menggunakan produk/pelayanan tertentu merasa terpuaskan oleh produk atau

layanan tersebut. Pelanggan yang puas terhadap kualitas pelayanan yang baik akan

senang melakukan pembelian atau mengguanakan pelayanan secara berulang –

ulang, lebih lanjut mereka akan dengan mudah merekomendasikan kepada orang

lain mengenai keunggulan suatu produk atau pelayanan. Bahkan menurut

Hermawan Kartajaya mengatakan bahwa “Orang (pelanggan) yang setia (loyal)

akan tetap membeli kendati harga lebih mahal, bisa mengajak orang lain untuk

membeli kendati harga lebih mahal, bisa mengajak orang lain membeli brand

tersebut, tidak bisa melihat brand lain, bahkan mau dimanfaatkan jika suatu saat

terjadi brand erotion.

2.4.7. Tingkatan Loyalitas Pelanggan

Untuk menjadi pelanggan yang loyal, seseorang harus melalui beberapa

tahap, proses ini berlangsung lama dengan penekanan dan perhatian yang berbeda

untuk masing – masing tahap, karena setiap tahap mempunyai kebutuhan yang

berbeda. Perusahaan akan memiliki peluang yang lebih besar untuk membentuk

calon pembeli menjadi pelanggan yang loyal, jika peruasahaan memperhatikan

masing – masing tahap dan memenuhi kebutuhan setiap tahapan tersebut. Griffin

(1995:35) dan Hill (1996:60) menyatakan bahwa “tahapan atau tingkatan loyalitas

pelanggan secara rangking dan merupakan suatu komitmen dimulai dari suspects,

prospects, first time custumer, repeat costumer, client, advocate sampai dengan

partners.”

Suspects meliputi semua orang yang diyakini untuk membeli atau

membutuhkan produk/pelayanan, akan tetapi orang tersebut belum mendapatkan

informasi mengenai produk/pelayanan peruasahaan, neniliki daya beli dan

mempunyai informasi dari rekomendasi word of mouth. First time costumer yaitu

pelanggan yang membeli untuk yang pertama kalinya, mereka masih menjadi

konsumen baru. Repeat costumer yaitu pelanggan yang telah melakukan pembelian

dua kali atau lebih terhadap produk atau pelayanan perusahaan yang sama. Client

yaitu pelanggan yang telah membeli semua barang yang dibutuhkan dan ditawarkan

perusahaan, secara teratur dan hubungan ini berlanggsung lama, dan mereka

memiliki sifat retention. Advocate yaitu para client yang sudah sedemikian

merasakan kepuasan sehingga menceritakan kepada pihak lain, sebagai pemberi

rekomendasi word of mouth, dan ikut serta memasarkan produk/pelayanan

perusahaan. Partner (sebuah partnership) merupakan suatu kekuatan dari

Page 227: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

227 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

hubungan antara pelanggan dan supplier yang berkelanjutan sebab keduanya

meliha adanya manfaat bersama.

2.4.8. Hubungan Kualitas pelayanan dengan loyalitas pelanggan

Pada dasarnya tujuan akhir dari perusahaan adalah menciptakan kepuasan

pelanggan. Pelanggan yang terpuaskan oleh pengguna produk atau pelayanan

perusahaan merupakan modal dasar bagi perusahaan. Terciptanya kepuasan

pelanggan dapat bermamfaat bagi terciptanya hubungan yang harmonis antara

perusahaan dan pelanggan, memberikan dasar yang baik untuk pembelian ulang

oleh pelanggan, terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk suatu

rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mout) yang menguntungkan bagi

perusahaan fandy Tjiptono, 1998: 24).

Dalam kaitanya dengan kualitas , kortler dalam fandy Tjiptono (1998:24)

mengatakan bahwa “kualitas harus di mulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir

pada persepsinya pelanggan”. Hal ini berarti citra kualitas yang baik bukanlah dari

penilaian perusahaan, melainkan dari persepsi pelanggan. Sejalan dengan

pemikiran kortler, di dalam perspektif kualitas antara lain di kenal user based

approach, yaitu kualitas tergantung pada orang yang memandanginya, sehingga

produk yang memuaskan prefensi seseorang ( misalnya perseived quality)

merupakan produk yang berkulitas tinggi.

Berdasarkan uraian di atas dapar di tarik kesimpulan bahwa loyalitas

pelanggan akan tercipta jika perusahaan dapat memberikan kepuasan pelanggan

dengan menyediakan produk yang berkualitas sesuai dengan harapan pelanggan

yang pada akhirnya kualitas suatu produk/ pelayanan perusahaan akan menciptakan

loyalitas pelanggan pada perusahaan. Dalam kenyataannya, keinginan pelanggan

dari waktu ke waktu selalu berubah sebagai akibat dari pengalaman masa lalu (past

experince), kebutuhan pribadi (personal nedds), dan percakapan dari mulut ke

mulut (word of mouth), maka sebenarnya kualitas merupakan kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, pelayanan, manusia, proses dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan, sehingga perhatian tehadap suatu produk tidak

lagi hanya terbatas pada produk yang dihasilkan, akan tetapi pada aspek proses,

sumber daya manusia dan lingkungan yang semuanya itu akan memberi pengaruh

terhadapa loyalitas pelanggan.

Untuk memelihara loyalitas pelanggan Griffin (1995:152-156) memberikan

konsep pemasaran yang menggunakan program – program yang memberikan nilai

tambah pada perusahaan dan produknya di mata konsumen. Adapun program

progrram yang di maksud antara lain :

1. Relationship Marketing, yaitu pemasaran yang bertujuan untuk membangun

hubungan baik dalam jangka panjang dengan konsumen.

2. Frequency Marketing, yaitu pemasaran yang bertujuan membangun

komunikasi dan konsumen. Perusahaan secara berkala membuat pertanyaan

seputar produk yang di gunakan konsumen.

Page 228: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

228 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

3. Membership Marketing, yaitu mengorganisasikan konsumen ke dalam

kelompok keanggotaan atau klub, yang mendorong mereka melakukan

pembelian ulang dan meningkatkan loyalitas mereka.

Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa :

Pelayanan adalah pemenuhan kebutuhan anggotanya baik pemenuhan material

maupun spiritual. Sedangkan kualitas pelayanan merupakan suatu perbandingan

antara harapan pemakai jasa dengan kinerja kualitas jasa pelayanan. Dengan kata

lain ada dua factor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu harapan dan

kinerja yang dirasakan karyawannya.

Loyalitas pelanggan (costumer loyality) adalah suatu komitmen untuk

bertahan secara mendalam dengan melakukan pembelian ulang atau berlangganan

kembali dengan produk atau pelayanan yang terpilih secara konsisten dimasa yang

akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha – usaha pemasaran mempunyai

potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Jika dilihat dari definisi yang di

kemukakan oliver tersebut dapat dikatakan bahwa pelanggan yang loyal

mempunyai semacam fanatisme yang relatif permanen dalam jangka panjang

terhadap suatu produk perusahaan yang menjadi pilihannya.

Ini berarti bahwa loyalitas pelanggan akan tercipta jika perusahaan dapat

memberikan kepuasan pelanggan dengan menyediakan produk yang berkualitas

sesuai dengan harapan pelanggan yang pada akhirnya kualitas suatu produk/

pelayanan perusahaan akan menciptakan loyalitas pelanggan pada perusahaan

4. Metode Penelitian

Untuk menjaga objektifitas dalam penelitian ini, diperlukan sebuah penilaian

atau tolok ukur yang tepat. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeringkatan terhadap

Koperasi-Koperasi di Indonesia yang kami jadikan sebagai obyek penelitian.

Penentuan peringkat mengacu pada ketentuan Kementerian Koperasi dan UKM,

yaitu : Asetnya di atas Rp. 10 miliar ; Omsetnya atau Volume Usahanya di atas Rp.

50 miliar ; dan Jumlah Anggotanya lebih dari 1000 orang.

Pemeringkatan Koperasi-Koperasi di Indonesia ini juga berdasarkan data

Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tahun Buku 2016 masing-masing

Koperasi, serta data-data penunjang lainnya. Kami berusaha semaksimal mungkin

untuk mengumpulkan data-data tersebut dari Koperasi-Koperasi yang ada di

Indonesia, namun mengingat keterbatasan waktu dan kendala teknis lainnya dalam

penelitian ini, mungkin saja ada Koperasi yang tidak masuk atau tidak tercantum

dalam pemeringkatan karena data-data yang dibutuhkan tidak diterima secara

lengkap.

Analisis data pemeringkatan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Masing-masing parameter yang digunakan diberikan bobot secara proporsional.

Berikut ini adalah bobot masing-masing parameter :

Page 229: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

229 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Parameter Bobot Penilaian

Aset Omset / Volume Usaha

Jumlah Anggota Pelayanan

30% 35%

15%

20%

Pemberian bobot terbesar pada omset atau volume usaha dengan bobot

masingmasing 30% dan 35% didasarkan pada semangat Koperasi yang bertujuan

untuk mendapatkan laba sebagaimana bentuk badan usaha lainnya. Hal tersebut

hanya dapat tercapai jika Koperasi memacu skala usaha yang diukur dengan aset

dan omset. Penggunaan parameter jumlah anggota dengan bobot 15% karena

keunikan badan usaha Koperasi yang berbeda dengan badan usaha lainnya,

Koperasi merupakan kumpulan orang yang dalam hal ini adalah anggota untuk

mencapai tujuan bersama. Sisa hasil usaha (SHU) Koperasi akan diberikan kepada

anggota secara proporsional, oleh karena itu peran anggota sangat besar bagi

kemajuan usaha Koperasi. Adapun parameter pelayanan dengan bobot 20% karena

dual identity anggota Koperasi, selain sebagai pemilik (owner) dari badan usaha

Koperasi, juga sebagai pelanggan (customer) yang harus mendapatkan pelayanan

Koperasi.

4 (empat ) parameter tersebut dihitung berdasarkan bobotnya masingmasing,

hingga akhirnya kami dapatkan nilai akhirnya. Nilai akhir tersebut akan kami

jadikan sebagai tolok ukur dalam menentukan peringkat (penomoran di dalam

tabel) Koperasi-Koperasi yang kami teliti, walaupun tanpa pemeringkatan tersebut

pun tetap dapat mewakili hasil penelitian ini.

Penelitian ini sengaja dibuat dengan tujuan untuk mempromosikan Koperasi-

Koperasi di Indonesia bagi masyarakat kampus khususnya dan masyarakat

Indonesia umumnya. Hal semacam ini diperlukan untuk memberikan pencerahan,

meningkatkan citra Koperasi, memberi motivasi bagi para pegiat dan pengelola

Koperasi untuk meningkatkan produktifitas usaha bagi kesejahteraan anggota

Koperasi, membuka peluang usaha bagi mereka yang hendak mengembangkan

bisnis Koperasi dalam skala yang lebih luas dan lebih besar.

Penelitian ini disajikan sengaja dibuat ringan agar enak dibaca oleh berbagai

kalangan. Sasaran pembacanya lebih diorientasikan bagi masyarakat umum. Bagi

pengamat dan pegiat Koperasi yang berminat untuk mendalami proses manajemen

Koperasi yang sangat unik akan mendapatkan informasi awal untuk dijadikan

bahan kajian yang lebih mendalam. Sesuai dengan jatidirinya Koperasi mempunyai

sistem nilai dan prinsip yang berbeda dengan badan usaha lainnya, Koperasi bukan

Page 230: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

230 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

hanya sekedar badan usaha yang hanya mendapatkan laba, perusahaan koperasi

dikelola secara demokratis untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi

anggotanya.

Adapun model penelitian yang kami lakukan adalah sebagai berikut :

Sampel dalam penelitian ini mengambil sebanyak 27 buah Koperasi Primer

yang mewakili bermacam Koperasi yang digolongkan berdasarkan pada bidang

usaha dan jenis anggotanya. Ke 27 Koperasi tersebut kami kupas neraca laporan

keuangan-nya untuk kami ambil data tentang asetnya masing-masing. Kemudian,

kami kupas lagi laporan laba rugi-nya untuk kami ambil data tentang omset atau

volume usaha masing-masing. Neraca dan laba rugi berasal dari Laporan Rapat

Anggota Tahunan (Tahun 2016) Koperasi masing-masing. Untuk data tentang

pelayanan pada anggota Koperasi dan data tentang jumlah anggota, kami dapatkan

dari profil 100 Koperasi besar di Indonesia yang diterbitkan oleh

Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia yang disponsori oleh Bank

Bukopin.

4. Hasil Penelitian

Perkembangan usaha Koperasi yang dicerminkan oleh indikator keuangan

Koperasi seperti: Modal Sendiri, Modal Luar, Volume Usaha dan Sisa Hasil Usaha

Koperasi periode 2015 – 2016 memberikan gambaran perkembangan yang tidak

jauh berbeda dengan perkembangan kelembagaan. Perkembangan modal sendiri

Koperasi memberikan pencerminan kewajiban anggota dalam membayar simpanan

pokok dan simpanan wajib kepada Koperasi. Dengan perkembangan jumlah

anggota sebanyak 240.395 orang atau 0,88 persen, modal sendiri meningkat sebesar

Rp. 2.569.464,34 juta atau 27,28 persen. Propinsi dengan perkembangan jumlah

modal sendiri terbesar adalah Propinsi Sulawesi Tenggara dengan peningkatan

sebesar Rp. 102.934,00 juta atau 186,91 persen; Propinsi Kalimantan Barat dengan

peningkatan sebesar Rp. 76.286,74 juta atau 132,76 persen dan Propinsi Jawa Barat

dengan peningkatan sebesar Rp. 1.204.667,02 juta atau 110,28 persen. Propinsi

Page 231: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

231 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

yang mengalami penurunan modal sendiri adalah Propinsi Kalimantan Timur

dengan penurunan sebesar Rp. 54.688,21 juta atau 75,98 persen; Propinsi Bengkulu

dengan penurunan sebesar Rp. 27.944,37 juta atau 46,14 persen; dan Propinsi

Sulawesi Tengah dengan penurunan sebesar Rp.104.844,00 juta atau 44,99 persen.

Jika diteliti lebih jauh terhadap data perkembangan modal sendiri Koperasi,

terlihat adanya indikasi perubahan dalam struktur keanggotaan yang ada, yaitu

adanya perubahan yang besar terhadap jumlah anggota yang keluar dan yang baru

masuk menjadi anggota. Gambaran tersebut terlihat pada Propinsi Sumatera Barat,

Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan

Maluku Utara. Dalam hal modal luar Koperasi, perkembangannya dirasakan sangat

kecil, dimana pada periode yang sama perkembangan modal luar secara nasional

tercatat hanya mencapai 13,10 persen atau Rp. 1.957.630,20 juta. Propinsi dengan

perkembangan jumlah modal luar terbesar adalah Propinsi Jambi, yaitu sebesar Rp.

139.727,65 juta atau 87,43 persen; Propinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar Rp.

93.414,10 juta atau 79,40 persen; dan Propinsi Maluku yaitu sebesar Rp. 15.986,00

juta atau 72,92 persen. Propinsi dengan penurunan jumlah modal luar adalah

Propinsi Bangka Belitung yaitu sebesar Rp. 19.975,35 juta atau 61,04 persen;

Propinsi Lampung yaitu sebesar Rp. 389.915,81 juta atau 39,84 persen dan Propinsi

Kalimantan Tengah yaitu sebesar Rp. 18.734,17 juta atau 15,47 persen.

Disisi lain, perkembangan transaksi usaha Koperasi yang dicerminkan oleh

besarnya nilai volume usaha Koperasi pada periode yang sama, tercatat mengalami

perkembangan sebesar 18,83 persen atau Rp. 5.965.391,65 juta. Propinsi dengan

perkembangan volume usaha Koperasi terbesar adalah Propinsi

Sulawesi Tengah yaitu sebesar Rp. 61.586,00 juta atau 92,13 persen; Propinsi DI

Yogyakarta yaitu sebesar Rp. 188.785,44 juta atau 57,50 persen; dan Propinsi

Kalimantan Barat yaitu sebesar Rp. 158.173,59 juta atau 56,19 persen. Propinsi

dengan penurunan jumlah volume usaha terbesar adalah Propinsi Nanggroe Aceh

Darussalam yaitu sebesar Rp. 250.846,83 juta atau 51,70 persen; Propinsi Bangka

Belitung yaitu sebesar Rp. 18.614,37 juta atau 46,00 persen dan Propinsi

Kalimantan Selatan yaitu sebesar Rp.22.917,00 juta atau 11,51 persen. Dari

perkembangan volume usaha Koperasi, perkembangan sisa hasil usaha Koperasi

nasional mengalami peningkatan sebesar 15,62 persen atau Rp. 292.307,84 juta.

Propinsi dengan perkembangan sisa hasil usaha terbesar adalah Propinsi Jawa Barat

yaitu sebesar Rp. 747.654,52 juta atau 428,31 persen; Propinsi Sulawesi Tengah

yaitu sebesar Rp. 7.281,00 juta atau 172,05 persen dan Propinsi Kalimantan Tengah

yaitu sebesar Rp. 5.905,11 juta atau 88,93 persen. Propinsi dengan penurunan

jumlah sisa hasil usaha terbesar adalah Propinsi Lampung, yaitu sebesar

Rp.649.757,22 juta atau 93,78 persen; Propinsi Bangka Belitung yaitu sebesar Rp.

2.895,52 juta atau 76,10 persen dan Propinsi NAD yaitu sebesar Rp. 61.866,15 juta

atau 74,30 persen.

Penelitian ini sengaja dibuat dengan tujuan untuk mempromosikan Koperasi-

Page 232: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

232 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Koperasi di Indonesia bagi masyarakat kampus khususnya dan masyarakat

Indonesia umumnya. Hal semacam ini diperlukan untuk memberikan pencerahan,

meningkatkan citra Koperasi, memberi motivasi bagi para pegiat dan pengelola

Koperasi untuk meningkatkan produktifitas usaha bagi kesejahteraan anggota

Koperasi, membuka peluang usaha bagi mereka yang hendak mengembangkan

bisnis Koperasi dalam skala yang lebih luas dan lebih besar.

Penelitian ini disajikan sengaja dibuat ringan agar enak dibaca oleh berbagai

kalangan. Sasaran pembacanya lebih diorientasikan bagi masyarakat umum. Bagi

pengamat dan pegiat Koperasi yang berminat untuk mendalami proses manajemen

Koperasi yang sangat unik akan mendapatkan informasi awal untuk dijadikan

bahan kajian yang lebih mendalam. Sesuai dengan jatidirinya Koperasi mempunyai

sistem nilai dan prinsip yang berbeda dengan badan usaha lainnya, Koperasi bukan

hanya sekedar badan usaha yang hanya mendapatkan laba, perusahaan koperasi

dikelola secara demokratis untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi

anggotanya.

Dari hasil penelitian ini, terdapat 3 (tiga) kelompok sumber kekuatan dalam

pengembangan usaha Koperasi :

1. Kelompok pertama adalah Koperasi yang berkembang karena kehandalan dan

kreatifitas pengelolanya. Kelompok Koperasi ini berkembang dari inovasi dan

kreatifitas pengelola Koperasi dalam memanfaatkan berbagai peluang usaha.

Banyak anggota yang diuntungkan oleh kemampuan pengelola dalam memenuhi

kebutuhan dan aspirasinya, serta mampu melayani pelanggannya dengan prima

sehingga menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi kepentingan anggota dan

masyarakat sekitarnya. Tipe Koperasi yang demikian banyak dijumpai pada

Koperasi-Koperasi Karyawan, seperti Koperasi Karyawan PT. Telkomsel,

Koperasi Karyawan PT. Indosat, Koperasi Warga Semen Gresik dan Koperasi

Karyawan PT. Garuda Indonesia. Pada umumnya Koperasi tipe ini memiliki

pengelola yang sangat profesional.

2. Kelompok kedua adalah Koperasi yang berkembang karena proses pendidikan

yang terus menerus dilakukan, sejak awal pendirian, dalam proses

pengembangan usaha, maupun dalam mengendalikan kegiatan usahanya.

Perkembangan usaha Koperasi kelompok ini pada umumnya lebih stabil dan

berkelanjutan. Loyalitas kebersamaan dikembangkan dari proses pendidikan

yang teratur. Mereka memiliki disiplin yang lebih kuat dalam menjalankan

sistem nilai dan prinsip-prinsip Koperasi. Koperasi Kredit Lantang Tipo,

Koperasi Kredit Pancur Kasih di Kalimantan Barat dan Koperasi Kredit Melati

di kota Depok termasuk tipe Koperasi yang mengandalkan kekuatan pendidikan

anggotanya. Begitu juga Koperasi yang berbasis tanggung renteng seperti

Koperasi Setia Bakti Wanita Surabaya dan Koperasi Setia Budi Wanita Malang.

Koperasi berbasis syariah seperti KJKS UGT Sidogiri di Pasuruan, KJKS Bina

Umat Sejahtera di Rembang. Kelompok Koperasi ini mempunyai hubungan

Page 233: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

233 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

emosional, saling percaya, dan keterbukaan antara pengelola dan anggota.

Hubungan yang demikian dihasilkan dari proses pendidikan dan komunikasi

yang dikembangkan secara berkesinambungan.

3. Kelompok ketiga adalah Koperasi yang berkembang karena kekuatan kharisma

pimpinannya. Para anggota menjadi sangat loyal berpartisipasi pada kegiatan

usaha Koperasi karena merasakan manfaat dan pengaruh loyalitas pemimpinnya

dalam memberikan perhatian dan pelayanan kepada para anggotanya. Koperasi

yang berkembang dari tipe ini adalah Koperasi Simpan Pinjam Jasa di

Pekalongan yang dipimpin oleh Bapak Zacky Junaid (Alm.), Koperasi Pondok

Pesantren Sidogiri yang dipimpin oleh KH. Mahmud Ali Zain, Koperasi Simpan

Pinjam Kodanua yang dipimpin oleh Bapak HR. Soepriyono dan Koperasi

Keluarga Guru Jakarta (KKGJ) yang dipimpin oleh Bapak Alim Suardi.

Semangat dan kepedulian tokoh-tokoh tersebut sangat luar biasa dalam memberi

manfaat bagi kepentingan anggota Koperasi.

Berikut adalah hasil penelitian kami terhadap 27 Koperasi primer di Indonesia

yang sudah kami rangkum dalam bentuk tabel sehingga memudahkan siapapun yang

membacanya atau siapapun nanti yang akan menggunakan hasil penelitian ini :

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah disampaikan di bab sebelumnya,

keberadaan Koperasi-Koperasi di Indonesia ditinjau dari Aset, Volume usaha

(Omset) dan Benefit pada anggotanya (berdasarkan data Laporan Rapat Anggota

Tahunan / RAT Tahun Buku 2016 masing-masing Koperasi) maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

Page 234: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

234 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

1. Dari 27 (dua puluh tujuh) sampel Koperasi di Indonesia, jika dirata-ratakan

jumlah asetnya adalah sebesar Rp. 480.150.000.000,- ; Aset tertinggi dimiliki

oleh Koperasi Simpan Pinjam Jasa di kota Pekalongan yaitu sebesar Rp.

2.408.540.000.000,- ; Aset terendah dimiliki oleh Koperasi Peternak Sapi

Bandung Selatan (KPBS) sebesar Rp. 81.206.000.000,- ; Hal ini menunjukan

bahwa badan usaha Koperasi sudah memiliki kemampuan untuk “berbicara” di

panggung ekonomi nasional apabila dilihat dari jumlah aset yang dimiliki.

2. Dari 27 (dua puluh tujuh) sampel Koperasi di Indonesia, jika dirata-ratakan

jumlah volume usahanya (omsetnya) adalah sebesar Rp. 645.468.000.000,- ;

Volume usaha tertinggi dimiliki oleh Koperasi Karyawan PT. Telkomsel di

Jakarta yaitu sebesar Rp. 3.061.066.000.000,- ; Volume usaha terendah dimiliki

oleh Koperasi Keluarga Guru Jakarta sebesar Rp. 126.313.000.000,- ; Hal ini

menunjukan bahwa badan usaha Koperasi sudah memiliki kemampuan untuk

“berbicara” di panggung ekonomi nasional apabila dilihat dari jumlah volume

usaha (omset) yang dimiliki.

3. Dari 27 (dua puluh tujuh) sampel Koperasi di Indonesia jika dirata-ratakan skala

pelayanannya (benefit bagi anggota) adalah 83,15 (skala 0 -100) ; Pelayanan

(benefit bagi anggota) yang memiliki skala tertinggi adalah

Koperasi Kodanua di Jakarta yaitu sebesar 95 ; Skala terendah dalam parameter

pelayanan (benefit bagi anggota) hanya berhenti di angka 70 ; Hal ini menunjukan

bahwa tercapainya tujuan usaha Koperasi di Indonesia, yaitu memberikan benefit

(manfaat) bagi anggotanya dan yang tidak kalah penting adalah identitas anggota

sebagai customer Koperasi - terlayani dengan baik. Daftar Pustaka

1. Hendrojogi ; Koperasi (Asas, Teori dan Praktek) ; Rajawali Press ; Februari

2016

2. Soetjipto ; Mengembangkan Koperasi (Penerapan Prinsip Manajemen,

Strategi Bisnis, Mengenal Potensi dan Masalah, Mengelola sesuai Prinsip

Koperasi) ; Penerbit Universitas Atmajaya Yogyakarta ; 2016

3. Tiktik Sartika Partomo ; Ekonomi Koperasi (Pemikiran Dasar, Sejarah,

Manajemen, Permodalan, Sistem Pasar, Pembangunan Ekonomi dan Peran

dalam Globalisasi) ; Ghalia Indonesia ; 2012

4. Irsyad Muchtar dan Muhammad Taufiq ; The Largest Hundred Indonesia

Co-operatives ; Peluang dan Info Pasar, Bank Bukopin, Kementerian

Koperasi dan UKM Republik Indonesia ; 2014

5. Ropke Jochen ; Philipps University Marburg Germany ; Ekonomi Koperasi

(Terjemahan) ; Graha Ilmu Yogyakarta ; 2013

6. Ubaidilah ; Peran Volume Usaha dalam Mencapai Keberhasilan Koperasi ;

Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.1 – 2016

7. Bayu Pariyasa, Anjuman Zukhri, Luh Indrayani ; Pengaruh Modal, Volume

Dan Anggota Terhadap Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Serba Usaha ; Jurnal

Universitas Pendidikan Ganesha Bali Vol: 4 No: 1 Tahun 2014

Page 235: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

235 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

8. Raidayani, Said Muhammad ; Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil

Usaha (SHU) ; Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam Volume 3 Nomor 2,

September 2017 (ISSN. 2502-6976) Universitas Syiah Kuala.

Menggagas Tersusunnya Suatu Haluan Bidang Ekonomi (UMKM) sesuai

UUD’45 untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

Ati Hermawati

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila

Abstrak

Reformasi hanya berhasil dalam lingkup demokratisasi dibidang politik saja,

tetapi gagal dalam demokrasi ekonomi. Rakyat tambah sengsara, rakyat

terpinggirkan, pengangguran makin melonjak, kesempatan kerja makin terbatas,

harga barang-barang melambung tinggi. Cita-cita kemerdekaan Indonesia tidak

hanya untuk memperjuangkan kedaulatan bangsa secara politik, tetapi juga

kedaulatan dan kemandirian secara ekonomi. Cita-cita kemerdekaan untuk

mencapai masyarakat adil dan makmur (mandiri secara ekonomi) hanya dapat

diwujudkan jika seluruh potensi dan sumber daya bangsa dikelola secara bersinergi

melalui pengembangan dan pengintegrasikan seluruh instrument dan kebijakan

politik-ekonomi yang berorientasi pada kesejahteraan bersama. Dampak tidak

adanya GBHN , diantaranya Eksekutif berjalan tanpa arah, sebagai konsekuensi

Page 236: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

236 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

dari adanya Pemilihan Presiden secaraca langsung, Kemudian Ekonomi menjadi

lebih Liberal, Perkembangan perekonomian Nasional yang menurun saat ini

berdampak penurunan juga terhadap kesejahteraan Masyarakat Indonesia pada

umumnya. Hal ini dikarenakan pembangunan sector ekonomi yang berlandaskan

demokrasi Pancasila dengan pengertian pembangunan nasional yang melandaskan

pada dari, oleh dan untuk rakyat telah terpasung. Sangat dibutuhkan suatu Haluan

khususnya bidang ekonomi khususnya UMKM untuk Terbangunnya ekonomi

kerakyatan, demi teratanya peluang berusaha dan distribusi hasil bagi seluruh

rakyat Indonesia. Dan Terciptanya relasi ekonomi saling member antardaerah serta

antara pusat dan daerah-daerah sebagai upaya optimalisasi pengembangan potensi

ekonomi daerah.

Kata Kunci : Haluan, Ekonomi Kerakyatan, Kesejahteraan Rakyat

A. Latar Belakang

Era Reformasi yang mengantarkan bangsa Indonesia lepas dari belenggu

kekuasaan Orde Baru tidak serta merta membawa perubahan yang mendasar bagi

kehidupan rakyat. Reformasi yang diharapkan mampu membawa bangsa ini keluar

dari kesulitan ekonomi ternyata jauh dari yang diimpikan. Ada memang kemajuan

yang dicapai, itu tak bisa kita pungkiri. Namun, efek negative yang ditimbulkan di

jaman reformasi ini demikian dahsyat. Reformasi telah kebablasan dan para elit

lebih mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok daripada kepentingan

bangsa. Reformasi hanya berhasil dalam lingkup demokratisasi dibidang politik

saja, tetapi gagal dalam demokrasi ekonomi. Rakyat tambah sengsara, rakyat

terpinggirkan, pengangguran makin melonjak, kesempatan kerja makin terbatas,

harga barang-barang melambung tinggi. Para elit politik tidak memikirkan rakyat.

Mereka asyik ramai-ramai mendirikan partai, saling berebut kue pembangunan,

membangun koalisi yang ujung-ujungnya hanya tercipta politik dagang sapi

Kita memang baru belajar berdemokrasi, namun kita pun telah salah menafsirkan

makna demokrasi yang sesungguhnya tidak sesuai dengan nafas dan kultur budaya

bangsa yang lebih mengutamakan gotong royong dan musyawarah untuk mufakat.

Bangsa Indonesia telah mengalami sebuah rentetan sejarah yang sangat panjang

dengan titik kulminasinya Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Proklamasi

sesungguhnya sebuah kebulatan tekad dari segenap bangsa Indonesia dari Sabang

sampai Merauke untuk tidak lagi menjadi bangsa terjajah. Pernyataan ini

mengandung konsekkuensi bahwa kita menolak segala macam bentuk penjajahan

di atas bumi ini termasuk penjajahan budaya, eksploitasi manusia atas manusia dan

penjajahan terhadap bangsa sendiri.

Peran sentral manusia Indonesia dalam mengisi cita-cita Proklamasi

Kemerdekaan adalah membebaskan negari ini dari kebodohan, kemiskinan,

keterbelakangan dan kesengsaraan. Sebab , selama 350 tahun hidup dalam

Page 237: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

237 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

penjajahan, bangsa Indonesia hanya menjadi bangsa kuli, diperas tenaganya,

diinjak-injak harkat martabatnya oleh kaum penjajah sesuka hatinya. Oleh karena

itu kemerdekaan harus dimaknai dengan sebuah cita-cita luhur bagaimana bangsa

yang sangat kaya raya ini, gemah ripah lohjinawi mampu keluar dari krisis dan

mampu menjadi bangsa besar dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di

dunia. Untuk menuju cita-cita itu para elit politik harus memiliki agenda bersama (

common platform ), menyatukan visi masa depan dengan tidak lagi berpikir apa

yang saya dapat dari negeri ini. Tetapi berpikir, apa yang bisa saya berikan kepada

negeri ini.

Sejarah penderitaan rakyat Indonesia yang begitu getir hidup dalam

kungkungan penjajahan jangan sampai terulang lagi. Cukuplah sudah kaum petani

menangis karena harga pupuk selangit, cukuplah sudah kaum buruh berteriakteriak

minta upah dinaikkan, cukuplah sudah kaum buruh berteriak-teriak minta upah

dinaikkan, cukuplah sudah para anak-anak jalanan meminta=minta di jalanan

sekedar untuk mencari sesuap nasi, jangan biarkan balita kita menangis karena tak

mampu membeli susu, jangan biarkan busung lapar menerpa caloncalon generasi

penerus bangsa, jangan biarkan rakyat menjadi kuli di negeri orang. Kita harus

sadar bahwa reformasi harusnya memberikan kesejahteraan kepada rakyat,

reformasi seharusnya mengangkat harkat dan martabat rakyat sehingga rakyat tidak

lagi menjadi kelompok marginal yang selalu ditindas hakhaknya, selalu berada

dipinggiran.

Cita-cita kemerdekaan Indonesia tidak hanya untuk memperjuangkan

kedaulatan bangsa secara politik, tetapi juga kedaulatan dan kemandirian secara

ekonomi. Cita-cita kemerdekaan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur

(mandiri secara ekonomi) hanya dapat diwujudkan jika seluruh potensi dan sumber

daya bangsa dikelola secara bersinergi melalui pengembangan dan

pengintegrasikan seluruh instrument dan kebijakan politik-ekonomi yang

berorientasi pada kesejahteraan bersama.

Dalam menyambut masa discruption, bangsa Indonesia dituntut untuk

mampu berinteraksi-sejenjang dengan bangsa-bangsa lain di dunia, diberbagai

dimensi kehidupan. Untuk itu, seluruh komponen bangsa Indonesia

bertanggungjawab memperbaiki segala kekurangan dan mengejar berbagai

ketinggalan, dengan bekerja keras meningkatkan kinerja nasional. Untuk

menghaluani pemerintah dalam menyelenggarakan empat fungsi-negara yang

tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945, yang sebenarnya merupakan tanggung

jawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang sesuai pasal 3 Undang-

undang UUD 1945 yang berbunyi “ Majelis Pemusyawaratan Rakyat menetapkan

Undang-undang Dasar dan garis-garis besar dari haluan Negara “ tetapi setelah

amandemen UUD ke empat pasal 3 diubah fungsi MPR berkurang hilang peran

menetapkan garis-garis besar dari haluan Negara sehingga pemerintah tidak

memiliki Garis-garis Besar Haluan Negara yang ditetapkan.

Page 238: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

238 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Dampak tidak adanya GBHN , diantaranya Eksekutif berjalan tanpa arah,

sebagai konsekuensi dari adanya Pemilihan Presiden secara langsung maka

Presiden diberi peran besar untuk membuat program pembangunannya sesuai

dengan janji-janinya selama masa kampanye. Bila sebelumnya arah, kebijakan dan

pedoman dalam pembangunan dituangkan didalam GBHN, maka kini GBHN

ditiadakan. Sebagai gantinya, janji-janji Presiden selama kampanye dianggap

sebagai program Pembangunan. Kemudian Ekonomi menjadi lebih Liberal, kita

sering berbicara mengenai Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan versus

Ekonomi Liberal. Bahkan, menjadi wacana hangat dibicarakan diberbagai seminar

ilmiah. Pada awal-awal munculnya gerakan reformasi orang bicara lantang tentang

ekonomi yang berbasis pada rakyat, orang menganggap selama ini kita telah salah

jalan, lebih banyak menempuh jalan kapitalisme, namun saat ini ternyata slogan

ekonomi kerakyatan sudah jarang terdengar. Berdasarkan hal tersebut diatas maka

penuilis memiliki pemikiran/gagasan tentang perlunya Garis Besar Haluan

Negara (GBHN) dalam ini pendekatan dalam bidang Ekonomin khususnya

UMKM dan Koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan Rakyat.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian ‘Garis Besar Haluan Negara”. Istilah ‘garis besar haluan Negara (

selanjutnya disingkat GBHN), kita temukan dalam dictum Pasal 3 UUD 1945 (

sebelum Amandemen), yang telah dikutip di halaman pertama. Pasal 3, seperti

Pasal 6 dan Pasal 37 UUD’45 bermuatan kekuasaan limpahan (delegated power)

yang dilimpahkan oleh rakyat berdaulat kepada Majelis. Dalam hal ini, yang kita

pelajari hanya kekuasaan limpahan yang terkandung di dalam pasal 3 yaitu

‘menetapkan garis-garis besar daripada haluan Negara. ‘Kekuasaan limpahan ‘ini

cukup jelas, karena hanya memiliki makna tunggal yaitu : rakyat melimpahkan

wewenang menetapkan garis-garis besar besar daripada haluan negara’ yang

ada pada dirinya. Kepada MPR. Bagi MPR selaku jelmaan dari seluruh rakyat

Pasal 3 tersebut merupakan sumber wewenang yang sahih dan syah untuk

menetapkan GBHN.

Dari frase Penjelasan : Mengingat dinamik masyarakat, sekali dalam lima

tahun Majelis memperhatikan segala kejadian dan segala aliran-aliran pada waktu

itu dan menetukan haluan-haluan apa yang hendak dipakai untuk di kemudian hari,

terungkap makna bahwa UUD’45 menganut faham bahwa masyarakat bersifat

dinamik, bahwa dinamiknya selama lima tahun, aspirasi masyarakat yang dalam

terminology Penjelasan UUD’45 dinyatakan perkembangan kualitatif melalui

‘segala yang terjadi’. Yang dimaksud dengan ‘segala yang terjadi’ adalah fungsi

(novum) yang signifikan dalam kaitannya dengan kehidupan bernegara, yang

terlahir dari interaksi antar berbagai subyek dalam kehidupan bermasyarakat. Yang

dimaksud dengan ‘ segala aliran pada waktu itu’ ialah aliran kehendak yang

Page 239: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

239 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

signifikan dari masyarakat, yang terlahir dari fungsi tersebut diatas yang mereka

ingini untuk diwujudkan.

Dari relasi antaraungkapan ‘sekali lima tahun ‘ dan ungkapan untuk di

kemudian hari, kita mendapat pengetahuan pertama bahwea ‘haluan-haluan apa

yang hendak dipakai’ itu menunjukkan pada masa lima tahun berikutnya dari masa

lima tahun dipakainya ‘haluan-haluan’ sebelumnya. Pengetahuan kedua teralisr

secara deduktif dari pengetahuan-pertama adalah : arti dari ‘haluan-haluan apa yang

hendak dipakai untuk di kemudian hari adalah haluan-haluan untuk masa lima

tahun.

Dari serba makna yang terkandung dalam Penjelasan Pasal 3 UUD’45 di atas,

kita mendapat pengetahuan bahwa : garis-garis besar haluan Negara adalah haluan-

haluan untuk masa lima tahun yang terungkap dari segala yang terjadi pada masa

lima tahun sebelumnya.

2. Pengertian’ Garis Besar’. Pertanyaan yang muncul dari ungkapan ‘garis-garis

besar haluan negara’ adalah seberapa besar atau seberapa umum haluan itu

sewajarnya ditetapkan, untuk mendapat ukuran yang niscaya dan memadai, perlu

diketahui beberapa hal yang berkaitan dengannya, yakni :

a. Garis besar’ ini adalah garis-besarnya dari haluan Negara yang berjangka

waktu lima tahun; jadi meskipun garis-besar,haluan itu tak selayaknya

bersifat terlalu umum, melainkan bersifat umum-konkrit.

b. Makin renik (detail) rumusannya, makin kabur kualitasnya sebagai h a l u a

n. Ia menjadi berkualitas sebagai program, karena itu GBHN tidak boleh

memuat rumusan renik.

c. Ditinjau dari manajemen penyelenggaraan Negara secara nasional, GBHN

berada pada jenjang sasaran nasional, yaitu jenjang dibawah tujuan nasional

dan diatas jenjang program nasional. Per definisi, sasaran nasional adalah :

‘kondisi nyata yang segera hendak dicapai oleh suatu bangsa dengan

melibatkan segenap usaha dan sumber-kemampuan bangsa yang tersedia

pada saat sasaran nasional ditetapkan.

3. Pengertian ‘Ekonomi Menurut Paradigma Pancasila’.

Pemahaman ekonomi menurut paradigma Pancasila adalah kehidupan

masyarakat yang terbentuk oleh interaksi antar segenap sumberdaya, lingkungan,

distribusi kerja, pertukaran nilai, dan kebutuhan manusia. Sedangkan, ekonomi

kerakyatan adalah kehidupan masyarakat yang melalui interaksi antaraktivitas

pertukaran dan integrative yang dikendali oleh ancaman normative, dengan

menggunakan instrument ‘pemilikan-negara atas cabang produksi yang menguasai

hajat hidup orang banyak’ mentransformasi bumi, air, dan kekayaan alam yang

Page 240: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

240 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

terkandung di dalamnya menjadi sebesar-besar kemakmuran rakyat, sekaligus

mendampakkan cegahan penguasaan perorangan terhadap kehidupan ekonomik

orang banyak.

Sehubungan dengan kedua pengertian itu, ekonomi memiliki fungsi sebagai

sarana pewujud kesejahteraan umum yang merata bagi seluruh rakyat, melalui

pelaksanaan sub-sub dimensi ekonomi, antara lain ; sub-dimensi industry,

perdagangan, pertanian, ketenagakerjaan, usaha nasional, investasi, keuangan,

koperasi serta usaha mikro, kecil dan menengah.

C. Pembahasan

1. Kondisi Ekonomi Indonesia

Pembahasan penulis mengenai Kondisi raelitas ekonomi Indonesia saat ini

hanya pada aspek UMKM yang ada akan dilakukan dengan mengacu kepada

konsep ekonomi dan ekonomi kerakyatan, menurut paradigm Pancasila. Hasil

pembahasan ini diharapkan dapat mengidentifikasi seberapa jauh kinerja ekonomi

nasional yang telah dicapai saat ini memenuhi kondisi ekonomi yang diharapkan

terwujud pada masa akan datang.

Ketergantungan yang tinggi industry alat angkut, mesin dan peralatan,

industry kimia elektronik, dan industry padat teknologi lainnya kepada bahan baku

import dari merupakan tantangan bagi pengembangan environmental resource

based industry yang mengoptimalkan penggunaan bahan baku local. Liberalisasi

perdagangan dan regionalisasi ekonomi dunia merupakan alat terselebung bagi

Negara-negara industry maju untuk menjaga kepentingan dalam persaingan global.

Di samping itu Liberalisasi ekonomi yang diciptakan melalui AFTA dan WTO

memungkinkan industriawan asing masuk dalam industry nasional.

Indonesia telah lama dikenal dengan kekayaan alamnya. Sehubungan dengan

itu, orientasi industry yang memiliki tergantungan tinggi terhadap bahan baku

impor perlu diubah kepemanfaatan potensi daerah dan peningkatan ekspor.

Kebijakan pembangunan industry hendaknya diarahkan untuk memberdayakan

daerah sebagai subyek pengembangan industry nasional dengan tema ‘satu daerah

satu produk unggulan’ diharapkan dapat memperkuat struktur industry dari

ancaman globalisasi.

Industri mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi yang ternyata

justru lebih tahan terhadap guncangan krisisi moneter, merupakan potensi kekuatan

industry nasional. Pengembangan UMKM dan koperasi menghadapi kendala

berupa rendahnya kualitas SDM yang kurang berjiwa kewirausahaan, melainkan

terlalu tergantung pada kebijakan pemerintah, kurang memiliki daya inovatif dan

kreativitas, etos kerja, dan profesionalisme bisnis. Di samping itu, kurangnya sarana

dan prasarana usaha seperti transportasi dan telekomunikasi, kurangnya pendanaan

dan penguasaan teknologi informasi, telah memperlebar kesenjangan dalam

Page 241: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

241 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

perekonomian nasional. Fakta menunjukkan bahwa pasar lesu tidak bergairah , nilai

tukar rupiah menurun, tersumbang oleh menurun drastisnya daya beli masyarakat.

Dalam memasuki masa Industri ke Empat yang ditandai oleh semakin

pesatnya kemajuan IPTEK, terbukanya perekonomian regional dan global sejalan

dengan kesepakatan WTO/GATT, akan mendorong meningkatnya jumlah dan jenis

produk barang dan jasa dari luar negeri mengalir deras ke pasar Indonesia.

Demikian pula, pengembangan pengelolaan usaha melalui kerjasama regional

(APEC dan AFTA), akan menambah jumlah pelaku pasar yang sangat berkualitas.

Hal ini merupakan tantangan besar bagi usaha nasional diantaranya UMKM.

Pemerintah saat ini mulai banyak menghapus komoditi yang selama ini

mengandung subsidi, maka harga barang-barang itu menjadi lebih mahal, namun

dampaknya rakyat kecil menanggung akibatnya. Sementara Negara-nagara

kapitalis dapat mengeksport barang-barang tersebut karena kran import telah

dibuka lebar-lebar.

2. Solusi Umum.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umum, perlu diintegrasikan

segenap potensi ekonomi di pusat dan di daerah melalui pola kemitraan yang

proposional antara pelakuekonomi berskala besar dan pelaku ekonomi mikro, kecil

dan menengah serta koperasi. Untuk itu pemerintah harus tetap mengoptimalkan

fungsinya sebagairegulator dan pengendaliu ekonomi nasional melalui instrument

perpajakan, perbankan, dan kebijakan otonomi daerah. Dalam rangka peningkatan

kemampuan UMKM dan koperasi untuk berperan di pasar global, perlu

ditingkatkan penguasaan mereka terhadap teknologi informasi baru, seperti E-

Commerce , E-Marketing sebagai instrument untuk melakukan penetrasi pasar dan

menangkap peluang bisnis global, tanpa harus selalu menunggu bantuan

pemerintah. Dasar pertimbangna dari usaha di atas adalah bahwa dalam liberalisasi

perdagangan sangat sulit untuk mengusasi pangasa pasar secara global, regional,

dan domestic sekalipun.

Dalam kaitannya dengan kondisi geigrafik Indonesia yang terdiri dari

pulaupulau, perlu diperbaiki sitem jalur distribusi di pasar domestic. Dengan system

distribusi fisik terintegrasi, diharapkan distorsi dan perbedaan harga antar wilayah

dapat diminimalkan. Selama ini focus kebijakan ekonomi bersifat terpusat yang

pengembangan kelembagaan tidak merefleksi integrasi dari komponen struktur

pelaku ekonomi nasional (BUMN,BUMD,BUUS,UMKM&Koperasi).

Sehubungan dengan pengembangan ekonomi kerakyatan, UMKM dan Koperasi

perlu lebih diberdayakan dengan memperkuat struktur permodalannya melalui

Skim Kredit lunak dari pemerintah dan sector ini hendaknya diberi peluang yang

lebih besar untuk berperan aktif dalam meningkatkan kinerja ekonomi nasional.

Maksud dari kebijakan pemberian kesempatan yang adil kepada UMKM dan

Koperasi identik dengan kebijakan redistribusi asset produktif kepada sector ini,

seperti upaya untuk mengurangi konsentrasi penguasaan ekonomi oleh pelaku

Page 242: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

242 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

bisnis tertentu, misalnya terkonsentrasinya hak pengelolaan hutan (HPH) kepada

sekelompok orang yang dekat dengan kekuasaan. Kebijakan redistribusi asset ini

diharapkan dapat mendorong UMKM dan Koperasi dapat berperan di berbagai

sector perekonomian demi teratakannya kesejahteraan rakyat. Kebijakn ini sejalan

dengan ketentuan pembatan penguasaan asset yang mengarah kepada monopoli,

seiring pula dengan kebijakan swastanisasi BUMN, untuk menghindarkan

terjadinya pemusatan ekonomi seperti pada masa lalu, sekaligus member

kesempatan kepada pelaku ekonomi rakyat.

3. Rumusan Haluan

Haluan 1 : Terbangunnya ekonomi kerakyatan, demi teratanya peluang berusaha dan

distribusi hasil bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sarana Pewujud ;

Dalam mewujudkan ekonomi kerakyatan diperlukan berbagai kondisi

penunjang yang meliputi terkembangkannya industry berbasis sumberdaya

alam yang berwawasan lingkungan (Environmental resourse based industry

), ekonomi berbasis pada relasi dari seluruh komponen bangsa, ekonomi

berbasis teknologi tepat budaya ( cultural technology based economy)

relasiekonomi regional dan global. Untuk mewujudkan Haluan tersebut, perlu

dibuat regulasi tentang pembatasan pemilikan sumberdaya daerah oleh subyek

dari daerah lain. Mengingat terjadinya pergeseran nilai comparative advantage

dalam persaingan industry menjadi competitive advantage mengubah pola

foreign direct investment (FDI). FDI dari perusahaanperusahaan global ke

Negara-negara berkembang tidak hanya didasari pada keunggulan komparatif

sumberdaya alam, melainkan juga cenderung memilih Negara yang memiliki

sumberdaya manusia yang professional dan menguasai teknologi maju.

Sehubungan dengan itu, untuk membangun ekonomi kerakyatan yang berelasi

dengan ekonomi regional dan global, perlu ditingkatkan kualitas sumberdaya

manusia Indonesia yang menguasai dinamik teknologi, antara lain mampu

mengakses E-Commerce, dan Cyberg Trading System.

Haluan 2 : Terciptanya relasi ekonomi saling member antardaerah serta antara pusat

dan daerah-daerah sebagai upaya optimalisasi pengembangan potensi ekonomi

daerah.

Sarana Pewujud :

Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah perlu dirancang suatu studi

kelaikan mengenai pembangunan secara seimbang dan terintegrasi antara

potensi ekonomi daerah dan prasarana yang dibutuhkan.

Page 243: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

243 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

D. Simpulan

1. Perkembangan perekonomian Nasional yang menurun saat ini berdampak

penurunan juga terhadap kesejahteraan Masyarakat Indonesia pada

umumnya. Hal ini dikarenakan pembangunan sector ekonomi yang

berlandaskan demokrasi Pancasila dengan pengertian pembangunan

nasional yang melandaskan pada dari, oleh dan untuk rakyat telah

terpasung.

2. Sangat dibutuhkan suatu Haluan khususnya bidang ekonomi khususnya

UMKM untuk Terbangunnya ekonomi kerakyatan, demi teratanya peluang

berusaha dan distribusi hasil bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan Terciptanya

relasi ekonomi saling member antardaerah serta antara pusat dan daerah-

daerah sebagai upaya optimalisasi pengembangan potensi ekonomi daerah.

\

Page 244: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

244 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (Ukm) Sebagai Perwujudan

Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila

Mulyadi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila

ABSTRAK

Sila kelima pancasila berbunyi : keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Contoh sikap yang mencerminkan sila tersebut antara lain adalah

berusaha menolong orang lain sesuai kemampuan. Dalam konteks tersebut

Universitas Pancasila sebagai perguruan tinggi mempunyai tri dharma yaitu

pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pada

sisi lain Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mempunyai tanggung jawab sosial

perusahaan atau sering disebut Corporate Social Responsibility (CSR).

Kerjasama yang terbangun antara Pancasila dan BUMN dalam

pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) berupa peminjaman modal kerja

melalui program kemitraan BUMN, disertai dengan pembinaaan berupa pelatihan,

monitoring usaha dan pengembalian pinjaman, manajemen usaha kecil dan

kewirausahaan yang sangat diperlukan oleh para pengusaha kecil merupakan wujud

pengamalan nilai-nalai pancasila terutama sila kelima dari pancasila.

Untuk mengetahui apakah pembinaan berupa kegiatan pelatihan dan

monitoring yang dilaksanakan efektif atau tidak. Penulis pernah telah mengadakan

penelitian dengan sampel dalam penelitian adalah para pelaku usaha kecil

menengah mitra binaan PT Antam (Persoro) Tbk di wilayah Jakarta, Bogor, Depok

dan Tangerang sebanyak 30 pelaku UKM yang saat ini masih aktif menjadi mitra

binaan. Hasilnya adalah bahwa pelatihan dan monitoring samasama berpengaruh

terhadap kinerja UKM mitra binaan. Ini berarti pembinaan UKM yang dilaksanakan

Universitas Pancasila sebagai pengabdian kepada masyarakat dan BUMN dalam

rangka tanggung jawab sosial perusahaan dengan membantu usaha kecil sesuai

ketentuan bermanfaat bagi usaha kecil tersebut.

Kata Kunci : Pemberdayaan, Usaha Kecil Menengah (UKM), Nilai-Nilai

Pancasila

A. Pendahuluan

Usaha Kecil Menengah atau yang disingkat UKM merupakan suatu bagian

penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan negara

Page 245: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

245 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Indonesia. UKM ini sangat memiliki peranan penting dalam lajunya peronomian

masyarakat. Usaha Kecil Menengah juga sangat membantu negara atau pemerintah

dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan lewat UKM juga banyak tercipta unit-

unit kerja baru yang menggunakan tenaga kerja baru yang dapat mendukung

pendapatan rumah tangga. Selain itu juga UKM juga memiliki fleksibilitas yang

tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. UKM ini

perlu perhatian yang khusus dan didukung oleh informasi yang akurat, agar terjadi

link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen

daya saing usaha, yaitu jaringan pasar.

Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah salah satu motor penggerak

perekonomian di negara kita. UKM yang ada di negara kita ini menyumbang sekitar

60 persen dari PDB (Product Domestic Bruto) dan juga memberikan kesempatan

kerja. Jadi bisnis UKM (Usaha Kecil Menengah) di Indonesia akan terus

berkembang dan memberikan peluang usaha bagi mereka yang menyukai dunia

wirausaha. Walaupun dunia usaha di Indonesia mengalami perkembangan yang

cukup pesat, tidak sedikit dari UKM yang kesulitan memilih jenis usaha yang akan

digeluti. Alasannya beragam, ada yang sulit memulai usaha karena kurangnya

modal, kurang pengalaman, tidak punya pengetahuan bisnis, tidak mengerti cara

pemasaran bisnis, dan masih banyak lagi kendala lainnya.

Berkaitan dengan permasalahan kekurangan modal sekarang ini tersedia

sumber-sumber pendanaan bagi UKM, selain dari modal sendiri dan kredit

perbankan, sudah tersedia dana CSR (Corporate Social Responsibility) BUMN dari

bagian keuntungan perusahaan itu sendiri. Selain itu berkaitan dengan

permasalahan lainnya seperti kurangnya pengalaman, tidak punya pengalaman

bisnis, tidak mengerti cara pemasaran bisnis juga dilakukan pembinaan berupa

pelatihan manajemen usaha kecil dan monitoring penggunaan pinjaman.

B. Permasalahan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Masalah mendasar Usaha Kecil Menengah (UKM) yang paling menonjol

menyangkut penyediaan pembiayaan usaha. Kebutuhan modal sangat terasa pada

saat seseorang ingin memulai usaha baru. Biasanya bila motivasinya kuat,

seseorang akan tetap memulai usaha tetapi dengan modal seadanya.

Pada usaha yang sudah berjalan, modal tetap menjadi masalah lanjutan untuk

berkembang. Masalah yang menghadang usaha kecil menyangkut kemampuan

akses pembiayaan, akses pasar dan pemasaran, tata kelola manajamen usaha kecil

serta akses informasi. Kesulitan usaha kecil mengakses sumber-sumber modal

kerena keterbatasan informasi dan kemampuan menembus sumber modal tersebut.

Padahal pilihan sumber modal sangat banyak dan beragam.

Page 246: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

246 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Universitas Pancasila sejak tahun 2009, melakukan kerjasama pemberdayaan

UKM dengan beberapa BUMN seperti antara lain PT Antam (Persero) Tbk, PT Jasa

Raharja (Persero), PT Jasindo (Persero) dan sebagainya.

Seperti halnya PT Antam (Persero) Tbk, melalui program Corporate Social

Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan, atau yang lebih

populer pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) disebut dengan Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Melalui program kemitraan PT Antam

(Persero) Tbk melaksanakan kredit kemitraan, yaitu pinjaman modal kerja bagi

para pengusaha kecil dan menengah dengan tingkat bunga yang sangat rendah yaitu

sebesar 6 persen per tahun. Selain itu para pengusaha kecil diberikan pelatihan

tentang hal-hal yang berkaitan dengan manajemen usaha kecil dan menengah dan

juga dilakukan monitoring, yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan kinerja

usaha kecil dan menengah yang menjadi mitra binaan BUMN yang bersangkutan.

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi Usaha Kecil Menengah

(UKM) dalam meningkatkan dan memberdayakan usaha tersebut. Selain peran dari

pemerintah, dunia akademisi, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga penelitian

telah melakukan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan atau

meningkatkan kinerja UKM.

Salah satu program yang sering dilakukan adalah kegiatan pelatihan dan

monitoring UKM yang sudah menjadi mitra binaan BUMN tersebut. Kegiatan

pelatihan berupa manajemen usaha kecil, kewirausahaan, pencatatan keuangan dan

sebagainya. Sedangkan kegiatan monitoring berupa monitoring perkembangan

usaha, monitoring pembayaran angsuran pinjaman dan sebagainya.

C. Analisis dan Pembahasan

Usaha Kecil Menengah (UKM) sejak beberapa dekade ini telah mampu

membuktikan eksistensi dirinya sebagai basis terakhir didalam perekonomian

bangsa pada masa krisis yang pernah melanda Bangsa Indonesia. Dalam kehidupan

perekonomian kita, keberadaan UKM telah mewakili hampir seluruh unit usaha

dalam berbagai sektor ekonomi.

Dalam perkembangannya, banyak masalah dan kendala yang dihadapi UKM,

diantaranya tidak tersedianya sistim administrasi atau akuntansi yang baik

dikarenakan belum adanya pemisahaan kekayaan usaha dengan kekayaan pribadi

para pelaku UKM tersebut, masalah permodalan cukup sering menjadi kendala

UKM, serta masalah penyusunan rencana bisnis untuk menghadapi persaingan

yang semakin ketat. Kendala dari UKM tersebut berdampak pada hasil dan kualitas

dari produktivitas yang akan menyebabkan terbatasnya pendapatan.

Dalam kaitannya dengan masalah permodalan atau dana, tidak mengherankan

apabila berbagai pendekatan yang dilakukan Pemerintah, baik dalam bentuk dana

bergulir melalui Departemen atau instansi terkait maupun dana bergulir dari BUMN

sering mengalami kemacetan. Didalam bentuk pola pembiayaan UKM jika tanpa

Page 247: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

247 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

disertai pembiayaan pembenahan manajerial dan pendampingan maka seringkali

dapat menimbulkan kegagalan serta berapapun dana yang disalurkan tidak akan

membawa manfaat tanpa disertai dengan perbaikan kelembagaan dan manajemen.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Universitas Pancasila bekerjasama

dengan BUMN melaksanakan kegiatan pendampingan penyaluran dana dan

monitoring pengembalian dana pinjaman program kemitraan dengan BUMN sejak

tahun 2009 hingga sekarang ini.

Rangkaian Kegiatan pendampingan tersebut dimulai sejak UKM mitra

binaan melakukan akad kredit dengan BUMN. Kegiatan tersebut sangatlah

diperlukan dengan harapan bahwa UKM yang menjadi mitra binaan dapat

berkembang dan terjaga kelangsungan usahanya serta terjadi kelancaran

pengembalian pinjaman.

Dengan terselenggaranya kegiatan pendampingan penyaluran kredit

kemitraan UKM mitra binaan di berbagai wilayah, diharapkan para mitra binaan

dapat meningkatkan hal-hal sebagai berikut :

1. Memperoleh akses permodalan dari BUMN khususnya melalui dana

program kemitraan BUMN.

2. Kemampuan dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya, terutama

dalam hal pemahaman laporan keuangan dan pengembangan pasar.

2. Motivasi dalam pengembalian pinjaman tepat waktu.

Melalui kegiatan ini diharapkan pelaku UKM mitra binaan dapat

meningkatkan kesejahteraan mereka, mampu mengelola usaha dan pengembangan

usaha, serta menimbulkan kesadaran untuk membayar cicilan pinjaman tepat

waktu. Dalam hal perekrutan, Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dipilih adalah

para pelaku UKM di berbagai wilayah yang mempunyai usaha memungkinkan

untuk dikembangkan. Namun masih mempunyai kendala untuk mengajukan

pinjaman di sistem perbankan karena kurangnya pengetahuan tentang perbankan

dan persyaratan administratif pinjaman di perbankan, antara lain tentang pencatatan

keuangannya.

Secara umum persyaratan pinjaman melalui dana kemitraan BUMN

adalah sebagai berikut :

1. Rekomendasi Perguruan Tinggi pendamping

2. Profil UKM dan hasil survey Lapangan

3. Formulir yang berisi Laporan Keuangan

4. Fotocopy KTP, Kartu Keluarga, Jaminan

5. Pasphoto 4 x 6 dan Foto Usaha

6. Surat Keterangan Usaha (SKU) dari kelurahan setempat.

Semua persyaratan ini dilampirkan bersamaan dengan pengajuan

proposal dari setiap UKM calon mitra binaan yang diajukan oleh pihak

pendamping dari Perguruan Tinggi.

Page 248: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

248 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Dalam hal pendampingan, pelaksanaan pendampingan UKM mitra

binaan ini dilakukan melalui urutan kegiatan sebagai berikut :

1. Penyuluhan Usaha

Penyuluhan usaha dilakukan di kelurahan atau di kecamatan dimana

potensi UKMnya cukup besar.

2. Pemberkasan Administratif

Berupa persyaratan yang diperlukan untuk pengajuan pinjaman antara lain

surat keterangan usaha dari pemda setempat, foto usaha, foto kopi KTP

dan lain-lain

3. Survey UKM

Survey UKM dilakukan oleh pihak pendamping ke tempat usaha dan

tempat tinggal UKM yang bersangkutan, untuk memastikan bahwa usaha

yang dijalankan memang layak untuk memperoleh pinjaman.

4. Pembuatan Proposal Pinjaman dan Pengajuan ke BUMN

Pembuatan proposal dilakukan hanya terhadap UKM calon mitra binaan

yang dianggap layak berdasarkan survey lapangan. Kemudian proposal

tersebut diajukan ke BUMN.

5. Akad Kredit

Akad kredit dilakukan antara pelaku UKM dan BUMN serta pendamping

dari Perguruan Tinggi.

6. Pendampingan UKM

Setelah akad kredit dilakukan, maka UKM telah resmi menjadi mitra

binaan dan proses pendampingan dimulai untuk 2 tahun ke depan.

Tabel 1 Pola Kegiatan Pendampingan UKM Mitra Binaan

Uraian Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 28

Penyuluhan Usaha

Pemberkasan Administratif

Survey UKM

Pembuatan Proposal Pinjaman dan

Pengajuan ke BUMN

Akad Kredit

Pendampingan UKM

Kegiatan pendampingan dan monitoring usaha UKM mitra binaan dimulai

setelah UKM melakukan akad kredit. Maka sejak itulah program pengembangan

dan pemberdayaan UKM dilakukan. Adapun kegiatan pengembangan UKM antara

lain adalah :

Page 249: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

249 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

1. Kegiatan Pelatihan

Kegiatan pelatihan pertama kali biasanya diadakan sekaligus Akad Kredit

Bagi UKM Mitra Binaan PT Antam Tbk selama satu hari, dengan materi-materi

tentang Pentingnya Laporan Keuangan Bagi Perkembangan UKM, kewirausahaan

(Entrepreneur), Manajemen Usaha Kecil dan sebagainya.

Metode yang digunakan dalam pelatihan ini berupa penjabaran konsep, studi

kasus dan diskusi. Demi efektifitas dan tercapainya tujuan pelatihan ini metode

penyajian yang digunakan adalah partisipatif, sehingga peserta terdorong aktif

terlibat menyampaikan pendapat dan bahasa yang digunakan sangat sederhana

sehingga mudah dipahami.

Fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan disesuaikan kebutuhan

mereka, bisa satu atau dua hari meliputi : modul, sertifikat, seminar kit, konsumsi

dan transport peserta. Pelatihan ini merupakan langkah awal kegiatan

pendampingan UKM mitra binaan yang dilakukan oleh Universitas Pancasila.

Tujuan dari kegiatan ini adalah bahwa UKM mitra binaan sejak awal sudah

tertib administrasi. Semua transaksi usaha yang dijalankan dicatat sehingga

pengusaha kecil tahu, apakah usaha yang dijalankan menguntungkan atau tidak.

Kondisi lain yang sering terjadi adalah tidak ada pemisahan antara uang untuk

keperluan bisnis dan rumah tangga.

Tujuan lainnya dari pelatihan yang diselenggarakan juga untuk

menumbuhkan kreativitas UKM, karena bisa saja terjadi usaha yang digeluti UKM

tersebut akan menghadapi usaha sejenis yang berdekatan. Bisa dicontohkan usaha

waralaba yang lebih modern bisa bertahan meskipun mereka juga menghadapi

persaingan yang tajam, hal ini karena mereka mempunyai krativitas.

2. Pendampingan dan Monitoring UKM

Monitoring penggunaan pinjaman, penyuluhan-penyuluhan sebanyak 5 kali

selama 2 tahun, monitoring perkembangan usaha dan pengembalian pinjaman.

Biaya pendampingan selama 2 tahun tersebut dibebankan pada anggaran program

CSR BUMN mitra kerjasama Universitas Pancasila.

Monitoring pinjaman dilakukan mitra pendamping setelah UKM tersebut

memperoleh dana kemitraan dari BUMN, monitoring tersebut selama 2 tahun

ditambah 3 bulan. Biasanya setelah dana pinjaman dicairkan melalui rekening bank

yang dimiliki UKM yang bersangkutan, maka UKM diberi tenggang waktu

pembayaran selama 3 bulan, yang disebut grace period, yaitu periode dimana UKM

diberi kesempatan selama 3 bulan untuk memanfaatkan modal yang dipinjam untuk

pengembangan usahanya.

Setiap bulan UKM mitra binaan membayar angsuran sesuai dengan tabel

angsuran yang ada dalam perjanjian yang dibuat antara UKM dan BUMN yang

terdapat pada surat perjanjian kredit antara UKM dan BUMN. Setelah membayar

Page 250: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

250 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

angsuran UKM tersebut melaporkan kepada pendamping (UP). Jika pada akhir

bulan UKM tidak ada berita, maka pendamping bisa mengambil inisiatif untuk

mencari informasi kepada UKM yang bersangkutan.

Pendamping membuat rekapitulasi pembayaran UKM mitra binaan dan

melaporkan kepada mitra kerja bulan. Selanjutnya jika UKM tersebut tidak lancar

dalam pembayaran, maka pihak pendamping bisa melakukan penagihan dan

memotivasi UKM yang bersangkutan untuk membayar tepat pada waktunya.

3. Kegiatan Pameran dan Bazar

Kegiatan pameran produk-produk UKM mitra binaan biasanya dilaksanakan

langsung oleh BUMN yang bersangkutan dalam. Namun tidak menutup

kemungkinan kegiatan tersebut juga dilaksanakan oleh pembina. Kegiatan pemeran

dan bazar sering dilaksanakan pada saat acara HUT BUMN, HUT UP atau pada

acara-acara kegiatan pemeran yang diselenggarakan pemerintah, Kadin dan pihak

terkait lainnya.

Sebagai bahan evaluasi, apakah kegiatan pemberdayaan Usaha Kecil

Menengah (UKM) efektif atau tidak yang dijalankan selama ini, maka penulis telah

melakukan penelitian terhadap UKM mitra binaan Universitas Pancasila dan PT

Antam (Persero) Tbk di wilayah wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang

sebanyak 30 pelaku UKM yang saat ini masih aktif menjadi mitra binaan. Dengan

topik apakah pelatihan dan monitoring berpengaruh terhadap kinerja UKM (Y).

Data diambil melalui metode kuesioner (angket), metode wawancara dan metode

observasi.

Jabodetabek dengan sampel sebanyak 30 UKM yang aktif mengikuti berbagai

kegiatan yang diselenggarakan, hasil penelitian tersebut menghasilkan bahwa

pelatihan dan monitoring sama-sama berpengaruh terhadap kinerja UKM mitra

binaan PT Antam (Persero) Tbk, dengan koefisien korelasi antara pelatihan dan

monitoring terhadap kinerja UKM masing-masing sebesar 0,669 dan 0,856. Ini

berarti pembinaan UKM yang dilaksanakan Universitas Pancasila sebagai

pengabdian kepada masyarakat dan BUMN dalam rangka tanggung jawab sosial

perusahaan dengan membantu usaha kecil sesuai ketentuan bermanfaat bagi usaha

kecil tersebut.

D. Kesimpulan

Dengan terselenggaranya kegiatan pendampingan penyaluran kredit

kemitraan UKM mitra binaan di berbagai wilayah, diharapkan para mitra

binaan dapat meningkatkan hal-hal sebagai berikut :

1. Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai perwujudan

pengamalan nilai-nilai Pancasila, terutama sila kelima dari Pancasila.

Page 251: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

251 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

2. Masing-masing pihak yang bekerjasama telah menjalankan tugasnya

masing-masing. Bagi Universitas Pancasila sebagai wujud tri dharma yang

ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat. Sedangkan bagi BUMN

sebagai tanggung jawab sosial perusahaan untuk membantu lingkungan

sekitarnya.

3. Bagi UKM mitra binaan, dapat memperoleh akses permodalan dari BUMN

khususnya melalui dana program kemitraan BUMN.

4. Bagi UKM mitra binaan diharapkan mampu dalam menjalankan dan

mengembangkan usahanya, terutama dalam hal pengembangan pasar dan

termotivasi dalam pengembalian pinjaman tepat waktu

E. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari

pelaksanaan pendampingan UKM mitra binaan maka disarankan bahwa :

a. Kegiatan pendampingan perlu diperluas di luar wilayah jabodetabek dan

BUMN yang lainnya. Karena saat ini masih lebih terkonsentrasi di

Jabodetabek

b. Para UKM diharapkan mampu mengelola usahanya dengan sebaikbaiknya

sehingga dapat membayar kembali angsuran pinjamannya.

c. Kegiatan pelatihan bagi mitra binaan sebaiknya dimanfaatkan semaksimal

mungkin oleh UKM mitra binaan itu sendiri.

d. Diperlukan sosialisasi yang lebih luas, sehingga semakin banyak pengusaha

kecil yang memanfaatkan program kemitraan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Basu Swasta DH dan Sukotjo W, Pengantar Bisnis Modern, (Pengantar Ekonomi

Perusahaan Modern), Liberty, Yogyakarta, 1993

BPS, 2015, Profil Usaha Kecil Menengah Tidak Berbadan Hukum, Indonesia.

Survey Usaha Terintegrasi, Jakarta, 2015

Kartajaya, Hermawan. 2007, Seri 9 Elemen Marketing, On Service. Bandung: Mizan

Pustaka.

Kotler, Philip, 1995, diterjemahkan oleh Ancella Anitawai Hermawan, Manajemen

Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi Dan Pengendalian,

Buku Dua, Edisi ke-8, Indonesia, Salemba Empat, Prentice Hall.

Lupiyoadi, Rambat, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba Empat, Jakarta.

Maine Department of Economy and Communities. 2016. Maine’s Creative

Page 252: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

252 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Economy : Community Handbook, Augusta Maine : State of Maine Office on The

Governor 1 State House Station

Ni Nyoman Sunariani, dkk, 2017, ”Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) Melauli Program Binaan Di Provinsi Bali”, Jurnal Ilmiah

Manajemen dan Bisnis, Volume 2 No. 1 Tahun 2017

Nugroho, S.J. (2003). Perilaku UKM Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan

Penelitian Pemasaran. Cetakan Kedua, Jakarta: Kencana

Simamora.Bilson, (2002). Panduan Riset Perilaku UKM. Cetakan Pertama. Jakarta:

PT.Gramedia Pustaka Utama. Sriyana. 2010. ” Strategi Pengembangan Usaha

Kecil dan Menengah (UKM) : Studi Kasus di Kabupaten Bantul.

Supriyanto, (2006), ”Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Sebagai Salah Satu Upaya Penanggulangan Kemiskinan”, Jurnal Ekonomi

dan Pendidikan, Volume 3 Nomor 1, April 2006

Stanton, William J, 1993, diterjemahkan oleh Sundaru Sadu, Prinsip Pemasaran,

Edisi ke – 7, Erlangga Jakarta.

Semangat Dan Jiwa Entrepreneurship Pancasila Membangun Nasionalisme

Bangsa

Roy Prakoso, SE. MM

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila

Abstract

Tingkat kemiskinan yang masih tinggi di pedesaan sebesar sebesar 61,4%,

mayoritas penduduk miskin terkonsentrasi bekerja disektor pertanian (49,90%)

serta disparitas (kesenjangan prosentase kemiskinan) tinggi antara kota dan desa,

Page 253: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

253 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

dimana kota sebesar 7,26% sementara desa sebesar 13,47% merupakan suatu alasan

bagaimana desa harus diberdayakan agar lebih sejahtera. Terlebih lagi dampak

neatif dari kemiskinan itu sendiri memiliki multiplier efek yang dapat menimbulkan

kecemburuan social, arus urbanisasi serta disintegrasi bangsa.

Entrepreuneurship (kewirausahaan) dilingkungan pedesaan dapat menjadi

alternative didalam meminimalisir tingkat kemiskinan di pedesaan. Mengatasi

kemiskinan merupakan upaya memberdayakan masyarakat untuk hidup mandiri,

baik secara ekonomi, social, budaya dan politik. Masyarakat miskin seyogyanya

diberi akses yang luas untuk menjangkau berbagai sumber-sumber daya yang dapat

menopang kehidupan mereka. Oleh karena itu program bantuan seharusnya

difokuskan untuk menumbuhkan ekonomi produktif, dengan memberikan bantuan

modal usaha tanpa agunan pada masyarakat miskin, juga memberikan pelatihan

keterampilan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha kemandirian

Namun demikian kreteria entrepreneur (wirausaha) haruslah menjadi kepedulian

kita semua. Seorang wirausaha, selain dituntut dengan prinsip dasar untuk memiliki

daya kreatifitas, jujur dan pantang menyerah atas segala problematika yang

dihadapi dalam mengelola usahanya, juga berpotensi menciptakan lapangan kerja

untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan daya beli masyrakat, menambah

penerimaan negara dari pajak dan pada akhirnya berkontribusi terdapat

peningakatan PDB (Produk Domestik Bruto) suatu negara. PDB menjadi salah satu

indicator tingkat kemakmuran atau kesejahteraan ekonomi suatu negara

dibandingkan negara lain.

Cita-cita ideal wirausaha Pancasila, adalah bagaimana dengan usaha yang

dijalankannya wirausahawan dapat menyerap tenaga kerja sebesar-besarnya dalam

upaya mengurangi pengangguran. Mereka juga berupaya untuk selalu jujur dan

konsisten didalam menyisihkan keunguntungannya untuk kepedulian kepada

masyarakat dan lingkungan. Sehingga dikaitkan dengan semangat dan jiwa

entrepreneurship Pancasila membangun nasionalisme bangsa, atau dapat

disimpulkan bahwa entrepreneurship Pancasila berpedoman pada nilai-nilai luhur

Pancasila, setiap langkah dan upayanya dalam berwirausaha selalu mengedepankan

kepentingan bangsa dan kedaulatan negara. Peduli dan ikut berpartisipasi pada

pembangunan bangsa, khususnya rakyat Indonesia serta dalam rangka mewujudkan

sila ke dua, kemanusiaan yang adil dan peradab, sila ke tiga, persatuan Indonesia

serta sila ke lima Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia.

1. Pendahuluan

Menurut data BPS tingkat kemiskinan berpusat di desa sebesar 61,4%.

Mayoritas penduduk miskin bekerja disektor pertanian (49,90%). Disparitas

(kesenjangan prosentase kemiskinan) tinggi antara kota dan desa, dimana kota

Page 254: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

254 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

sebesar 7,26% sementara desa sebesar 13,47%.Pengertian Kemiskinan secara

umum adalah adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu untuk

memenuhi kebutuhan dasarnya seperti pangan, sandang, tempat tinggal,

pendidikan, dan kesehatan yang layak. Sedangkan Secara kuantitatif, kemiskinan

merupakan suatu keadaan dimana taraf hidup manusia serba kekurangan atau “tidak

memiliki harta beda. Sedangkan secara kualitatif, pengertian kemiskinan adalah

keadaan hidup manusia yang tidak layak. Adapun faktor Penyebab Kemiskinan,

antara lain : laju pertumbuhan penduduk, angka pengangguran tinggi, tingkat

pendidikan yang rendah, bencana alam, distribusi yang tidak merata. Sedangkan

dampak kemiskinan, antara lain : kriminalitas meningkat, angka kematian yang

tinggi, akses pendidikan tertutup, pengangguran semakin banyak, munculnya

konflik di masyarakat

Ketidakberhasilan dalam pengentasan, selain disebabkan factor bantuan

social yang tidak mendidik masyarakat miskin, juga cara pemahaman yang selalu

didasarkan pada pemikiran neo-klasik, bahwa kemiskinan disebakan oleh kondisi

ekonomi tanpa mempertimbangkan aspk social, budaya dan politik masyarakat.

Akibat dari pandangan itu, proyek pengentasan kemiskinan atau pemberdayaan

masyarakat lebih berorientasi pada perbaikan peningkatan pendapatan ekonomi

masyarakat.

Mengatasi kemiskinan merupakan upaya memberdayakan masyarakat untuk

hidup mandiri, baik secara ekonomi, social, budaya dan politik. Masyarakat miskin

seyogyanya diberi akses yang luas untuk menjangkau berbagai sumbersumber daya

yang dapat menopang kehidupan mereka. Oleh karena itu program bantuan

seharusnya difokuskan untuk menumbuhkan ekonomi produktif, dengan

memberikan bantuan modal usaha tanpa agunan pada masyarakat miskin, juga

memberikan pelatihan keterampilan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha

kemandirian. Dengan demikian, secara bertahap masyarakat membebaskan diri dari

ketergantungan kepada pemerintah (jurnal, Atma Ras, Universitas Hasanudin,

Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan, 2013).

Berdasarkan data BPS (Biro Pusat Statistik) Penduduk 15 Tahun Ke Atas

yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama pada tahun 2017, sector

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan menempati urutan

teratas dengan prosentase sebesar 29,68 %. Mengingat sector pertanian,

perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan pada umumnya berlokasi

dipedasaan atau seputar pedesaan, maka dapat disimpulkan konsentrasi pekerjaan

di sector tersebut sebesar 29,68% berada di desa dan sekitarnya.

Dalam upaya pengentasan kemiskinan yang mayoritas berada dipedesaan,

perlu dipikirkan untuk memberdayakan masyarakat desa agar memiliki tingkat

penghidupan yang lebih baik kedepannya. Salah satu caranya adalah dengan

melakukan pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship) di pedesaan, sehingga

masyarakat akan lebih mandiri dan sejahtera.

Page 255: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

255 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

2. Metodologi

a. Berupa pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber, baik literature

maupun daring (online) dengan mengakses beberapa situs yang relevan

dengan judul pada tulisan.

b. Data yang telah masuk dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif

menggunakan statistik sederhana yaitu prosentase.

3. Pembahasan

Terkait dengan kewirausahaan, perlu juga dipahami akan pengertian dari

bisnis (business) sebagai kegiatan yang dilakukan seorang wirausahawan. bisnis

adalah upaya terorganisasi individu-individu dalam memproduksi dan menjual,

untuk mendapatkan keuntungan, produk (barang dan jasa) yang memenuhi

kebutuhan masyarakat (Pride Hughes Kapoor, pengantar bisnis, p: 10). KBBI

mendefinisikan wirausahawan (terjemahan dari entrepreneur) adalah orang yang

pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam

berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur

permodalan operasinya, serta memasarkannya. Sementara Wikipedia

mendefinisikan entrepreneur adalah seorang yang mampu menciptakan lapangan

kerja baru dan mencari cara-cara atau teknik yang lebih baik dalam pemanfaatan

sumber daya, memperkecil pemborosan serta menghasilkan barang atau jasa dalam

upayanya memuaskan kebutuhan orang lain.

Louis Jacques Filion dalam buku De l'intuition au projet d'entreprise

menggambarkan wirausaha sebagai orang yang imajinatif, yang ditandai dengan

kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai sasaran-sasaran

itu. Ia juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluangpeluang dan

membuat keputusan.

Sebagai perwujudan wirausaha pancasila, tentu harus pula memperhatikan

etika dalam berusaha juga harus dilandasi pada konsep Good Governance, Good

dalam Good governance menurut Lembaga Administrasi negara (2000:6)

mengandung dua pengertian, petama nilai-nilai yang menjunjung tinggi

keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan

rakyat dalam pencapaian tujuan nasional. Kedua aspek-aspek fungsional dari

pemerinahan yang efektif dan efesien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai

tujuan-tujuan tersebut (Ani Sri Rahayu).

Pelaku usaha juga harus memiki etika bisnis yang baik, hal ini untuk

mencegah adanya moral hazard didalam berusahaan, contoh kasus enron,

worldcom, Barings, Lapindo dan lain-lain, menunjukkan etika bisnis kurang

diperhatikan didalam berusaha. Adapun etika atau ethics adalah the standards of

moral behavior, that is accepted by society as right versus wrong (laura portoless

dias Amit J. Shah, introduction to business, p:110). Etika (ethics), studi tentang

benar dan salah serta moralitas pilihan yang dibuat oleh individu, sedangkan etika

Page 256: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

256 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Bisnis (business ethics) adalah penerapan standar moral untuk situasi bisnis. (Pride

Hughes Kapoor, pengantar bisnis, p: 43).

Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran

dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang

bagaimana atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab

berhadapan dengan pelbagai ajaran moral (Suseno. 1987). Etika sendiri terbagi dua,

etika umum dan etika khusus. Etika umum mempertanyakan prinsipprinsip yang

berlaku bagi setiap manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu

dalam hubungannya dengan pelbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987).

Etika khusus itu sendiri dibagi menjadi dua, etika individual yang membahas

kewajiban manusia terhadap diri sendiridan etika social yang membahas tentang

kewajiban manusia terhadap manusia lain dalam hidup masyarakat, yang

merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus.

Pancasila disebut sebagai dasar filsafat negara, Philosofische Gronslag dari

negara mengandung konsekuensi bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan

negara harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini meliputi segala peraturan

perundang-undangan dalam negara, pemerintahan dan aspek-aspek kenegaraan

lainnya. Negara adalah Lembaga kemasyarakatan dalam hidup Bersama. Suatu

negara akan hidup dan berkembang dengan baik manakala negara tersebut memiliki

dasar filsafat sebagai sumber nilai kebenaran, kebaikan dan keadilan. Pancasila

sebagai dasar filsafat negara pada hakikatnya merupakan suatu sumber nilai bagi

bangsa dan negara Indonesia. Maka seluruh aspek dalam penyelenggaraan negara

didasarkan dan diliputi oleh nilai-nilai Pancasila. Sehingga Pancasila sebagai dasar

filsafat negara pada hekekatnya merupakan asas kerohanian negara. (Prof. DR.

Kaelan. M.S, Filsafat Pancasila,)

Semenatara itu, dari penjabaran secara rinci nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila, antara lain menjabarkan pada Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia, disebutkan :

- Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

- Menghormati hak orang lain

- Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri

sendiri

- Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat

pemerasan terhadap orang lain dan yang bertentangan dengan atau

merugikan kepentingan umum. (Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan, 2017,p: 21)

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2016 dengan jumlah penduduk 252

juta, jumlah wirausaha non pertanian yang menetap mencapai 7,8 juta orang atau

3,1 persen. Dengan demikian tingkat kewirausahaan Indonesia telah melampaui 2

persen dari populasi penduduk, sebagai syarat minimal suatu masyarakat akan

sejahtera (kumparan.com). Namun rasio ini masih lebih rendah dibandingkan

Page 257: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

257 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

dengan negara lain seperti Malaysia 5 persen, China 10 persen, Singapura 7 persen,

Jepang 11 persen maupun AS yang 12 persen. Pemberdayaan masyarakat,

khususnya generasi muda untuk lebih mau terjun kedalam dunia wirausaha, tentu

perlu di dukung oleh berbagai factor, baik dari pemerintah, lembaga Pendidikan

dan juga perbankan. Dengan pertambahan jumlah wisausaha, maka diharapkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik lagi dari kondisi saat ini, hal ini

dikarenakan adanya peningkatan kinerja pada sector riil (industry barang dan jasa)

yang dibantu oleh sector financial dalam hal ini perbankan dan juga Lembaga

keuangan lain bukan bank. Namun demikian kreteria entrepreneur (wirausaha)

haruslah menjadi kepedulian kita semua. Seorang wirausaha, selain dituntut dengan

prinsip dasar untuk memiliki daya kreatifitas, jujur dan pantang menyerah atas

segala problematika yang dihadapi dalam mengelola usahanya, juga berpotensi

menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan daya

beli masyrakat, menambah penerimaan negara dari pajak dan pada akhirnya

berkontribusi terdapat peningakatan PDB (Produk Domestik Bruto) suatu negara.

PDB menjadi salah satu indicator tingkat kemakmuran atau kesejahteraan ekonomi

suatu negara dibandingkan negara lain.

PDB adalah, nilai total semua produk (barang dan jasa) dalam sebuah nilai

mata uang,yang diproduksi dalam batas-batas suatu negara selama periode satu

tahun, (pengantar bisnis, Pride Hughes Kapoor, 2014). Jika mengacu pada

persamaan dasar ekonomi Y = C+S, maka peningkatan pendapatan masyarakat juga

akan mendorong naiknya C= Consumption (konsumsi) dan S =Saving (tabungan).

Hal ini menjadi relevan, bilamana seseorang membuka usaha dan mempekerjakan

orang lain, maka pekerja tersebut akan memperoleh pendapatan secara rutin setiap

bulannya. Pendapatan tersebut akan dikonsumsikan dan sebagai ditabung untuk

keperluan dimasa yang akan datang . Konsumsi akan menimbulkan efek produksi

barang dan jasa dengan menggunakan factor-faktor produksi. Sementara tabungan

akan menjadi bermanfaat bila mana melaluli lebaga keuangan disalurkan kembali

kemasyarakat sebagai kredit untuk menunjang operasional perusahaan.Sehingga

jelas, bagaimana seorang wirausaha memiliki kontribusi nyata dalam banyak hal

dalam pembangunan, baik dari sisi ekonomi, social dan politik suatu negara.

Peningkatan wirausaha, secara langsung akan terjadi penyerapan tenaga kerja

untuk menopang akifitas produksi, baik barang maupun jasa. Disamping itu

tentunya hal ini juga akan meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat

Indonesia, yang saat ini telah mencapai USD 4.051 (estimasi per April 2018

menurut IMF), dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lain Indonesia

masih menduduki peringkat ke 4, dibawah Malaysia dan Thailand.

GDP and GDP per capita data are according to International Monetary Fund's April

2018

Page 258: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

258 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Peringkat Negara Populasi (Dalam

Juta)

GDP Nominal

(Juta Dolar)

GDP Nominal Perkapita

(Juta Dolar)

1 Singapore 5.661 349,659 61,766

2 Brunei 0.434 14,438 33,233

3 Malaysia 32.474 364,919 11,237

4 Thailand 69.182 483,739 6,992

5 Indonesia 265.316 1,074,966 4,051

6 Philippines 107.411 332,449 3,095

7 Laos 6.777 18,337 2,705

8 Vietnam 94.575 240,779 2,545

9 Cambodia 16.253 24,36 1,498

10 Myanmar 52.832 70,715 1,338

Sumber : wikipedia

Seperti kita ketahui sudah bukan rahasia, bahwa sampai dengan saat ini

banyak pengusaha dengan ijin HPH (hak untuk mengusahakan hutan) melakukan

eksploitasi hutan secara berlebihan, antara lain dengan melakukan penebangan

hutan tanpa terkendali dan mengabaikan aspek reboisasi yang pada akhirnya

menyebabkan kerusakan lingkungan dan efek rumah kaca yang merugikan seluruh

kehidupan dimuka bumi. Berdasarkan data CPI (Corruption Perception Index)

Indonesia menempati peringkat ke 96 dengan nilai 37 pada tahun 2017 nilai yang

sama diperoleh Indonesia pada tahun 2016 (semakin kecil nilainya semakin baik).

Dari kondisi diatas terlihat bahwa index korupsi di Indonesia masih cukup tinggi.

Fakta berbicara banyaknya kasus atas operasi tangkap tangan (OTT) KPK (Komisi

Pemberantasan Korupsi) akhir-akhir ini yang melibatkan penyelenggara negara

dengan pengusaha disatu sisi, membuktikan bahwa korupsi masih menjadi bagian

dari perilaku negative dan kejahatan serius yang bertantangan dengan norma dan

etika dalam nilai luhur Pancasila di Indonesia. Dalam kata pengantarnya

Transparansi Internasional Indonesia, didalam laporan hasil survey Indeks Persepsi

Korupsi di Indonesia tahun 2017, menyatakan sebagai berikut : praktik korupsi

telah terbukti menimbulkan kerugian di banyak bidang dan memperlambat proses

pemulihan ekonomi di Indonesia, seperti dampak negatifnya terhadap perbaikan

iklim usaha, kebiasaan masyarakat dalam berbisnis dan juga meningkatkan

kemiskinan. Berbagai cara telah diusahakan oleh pemerintah baik di tingkat pusat

Page 259: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

259 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

maupun daerah untuk mengurangi praktik suap di kalangan pengusaha dan aparatur

pemerintah. Permasalahannya seberapa efektif upaya pemberantasan korupsi

khususnya di era otonomi daerah yang telah memberikan keleluasaan terhadap

pemerintah daerah, untuk mengurangi praktik korupsi antara pengusaha dan

pemerintah.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir kondisi pemberantasan korupsi di

Indonesia mengalami kenaikan, meski tidak terlalu optimis. Hal ini terafirmasi

dalam laporan Corruption Perception Index (CPI) yang tiap tahun dikeluarkan oleh

Transparency International. Pada tahun 2016, menurut Transparency International,

Indonesia mendapatkan skor 37 pada rentang 0-100 (0 berarti sangat korup dan 100

berarti sangat bersih). Indonesia menempati posisi 90 dari 176 negara yang

disurvei. Dari pernyataan diatas, jelas disebutkan adanya kata pengusaha sebagai

bagian dari pelaku korupsi di Indonesia yang pada umumnya bekerjasama membuat

kesepatan dengan aparat pemerintah, atau dengan anggota legislative baik pusat

maupun daerah.

Kondisi diatas bertolak belakang, dengan cita-cita ideal wirausaha Pancasila,

yang lebih berpedoman kepada, bagaimana dengan usaha yang dijalankannya,

dapat menyerap tenaga kerja sebesar-besarnya dalam upaya mengurangi

pengangguran. Mereka juga berupaya untuk selalu jujur dan konsisten didalam

menyisihkan keuntungannya untuk kepedulian kepada masyarakat dan lingkungan.

Melalui program CSR (Corporate Social Responsibillity) misalnya, serta tak lupa

pula untuk taat dalam membayar pajak dan kewajiban lain kepada negara. Karena

mereka sadar, bahwa pajak yang dibayarkan akan kembali kepada masyarakat

dalam bentuk fasilitas kesehatan, sekolah gratis serta sarana infrastruktur dan

keamanan yang semakin baik. Pembangunan bangsa yang merata yang meliputi

seluruh wilayah Indonesia. Sebagai informasi Badan Pusat Statistik (BPS)

mencatat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2017

mencapai 70,81 (rentang 70-80 tinggi versi UNDP). Angka ini meningkat sebesar

0,63 poin atau tumbuh sebesar 0,90 persen dibandingkan 2016. IPM tertinggi di

jawa, sebagian Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, sisanya sedang. Sementara

terendah berapa pada Propinsi Papua. IPM merupakan indikator penting untuk

mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia

(masyarakat/penduduk). Menurut BPS, IPM sendiri disusun mengacu tiga aspek

esensial. Ketiganya meliputi dimensi kesehatan yang diukur dengan indikator umur

harapan hidup, dimensi pengetahuan atau pendidikan yang diukur dengan harapan

lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, serta dimensi hidup layak yang mengacu

pendekatan pengeluaran per kapita disesuaikan. Sehingga jelas dari informasi

tersebut IPM di Indonesia belum merata. Oleh karena itu perlu pemerataan dan

penyebaran konsentrasi usaha tidak hanya di Jawa dan Sumatera saja tapi meliputi

wilayah tengah dan timur Indonesia. Hal ini juga mencakup kosep nasionalisme

bangsa di kaitkan dengan entrepreneurship Pancasila.

Page 260: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

260 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Nasionalisme sendiri, adalah satu paham yang menciptakan dan

mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris nation), dengan

mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang

mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan

nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari

internal maupun eksternal (Wikipedia).

4. Kesimpulan dan saran a. Kesimpulan

Jelas sudah, jika berbicara dalam konteks wirausaha Pancasila, adalah

wirausaha yang selalu berdoman pada etika dan norma yang berlaku

dimasyarakat. Wirausaha Pancasila seyogyanya selalu berpegang teguh

pada norma dan prinsip kejujuran, bertanggung jawab, baik terhadap

pribadi, keluarga, maupun diinternal perusahaan, masyarakat dan

pemerintah secara umum. Dengan kata lain wirausaha Pancasila akan selalu

mengedapankan prinsip good governance (tata kelola yang baik),

menghargai dan berbuat terbaik kepada setiap stake holder nya, taat dalam

membayar pajak dan juga selalu menjaga kelestarian lingkungan dimana

mereka berusaha.

Entrepreneur yang secara konsisten menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila,

tentu dapat dipastikan mereka memiliki jiwa nasionalisme yang kuat dan

mengakar dalam setiap pemikiran dantindakannya.

Jika mengacu kepada pengertian diatas dapat dikatakan bahwa seorang

wirausaha Pancasila didalam aktivitas nya, baik secara individu maupun

bersama-sama memiliki tjuan untuk kepentingan bangsa dan negara diatas

kepentingan lainnya. Dengan jiwa dan semangat Pancasila mereka akan

berupaya, agar setiap strategi pengembangan usahanya ditujukan

bagaimana bisa ikut berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Bagaimana

agar produk atau jasa yang dihasilkannya lebih dominan menjadi konsumsi

public dalam negeri dari pada produk atau jasa yang dihasilkan negara lain.

Sehingga dikaitkan dengan semangat dan jiwa entrepreneurship Pancasila

membangun nasionalisme bangsa, atau dapat disimpulkan bahwa

entrepreneurship Pancasila berpedoman pada nilai-nilai luhur Pancasila,

setiap langkah dan upayanya dalam berwirausaha selalu mengedepankan

kepentingan bangsa dan kedaulatan negara. Peduli dan ikut berpartisipasi

pada pembangunan bangsa, khususnya rakyat Indonesia serta dalam rangka

mewujudkan sila ke dua, kemanusiaan yang adil dan peradab, sila ke tiga,

Page 261: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

261 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

persatuan Indonesia serta sila ke lima Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh

bangsa Indonesia.

b. Saran

Praktek KKN (korupsi, Kolusi dan Nepotisme) sudah seharusnya diberantas

dan tidak pernah ditolerir didalam iklim berusaha di Indonesia. Oleh karena

itu diperlukan adanya komitmen bersama semua komponen bangsa, baik

pemerintah, masyarakat, pengusaha, politisi, epmuka agama dan semua

elemen bangsa untuk secara konsisten penerapkan perilaku budaya tertib

Pancasila, dengan selalu memegang teguh ajaran dan nilainilai luhur

Pancasila. Adanya penerapan hukuman yang memiliki efek jera yang tinggi

juga sangat perlu diterapkan secara berkesinambungan, tak lupa

penghargaan kepada pelaku usaha yang selalu taat dan konsisten dalam

menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam keseharian baik di keluarga,

masyarakat dan juga lingkungan bisnis.

Daftar Pustaka

a. Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan (PPKn), 2017

b. Kaelan. M.S, Prof. DR. Filsafat Pancasila, 2009

c. Pride Hughes Kapoor, Pengantar Bisnis (Introduction to Business), 204

d. Lembaga Administrasi negara (2000:6)

e. laura portoless dias Amit J. Shah, introduction to business

f. BPS (Biro Pusat Statistik), Data Sosial Ekonomi Strategis, April 2018

g. Atma Ras, jurnal, Universitas Hasanudin, Pemberdayaan Masyarakat

Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan, 2013

h. Wikipedia, GDP and GDP Per capita

i. Transparansi Internasional Indonesia, laporan hasil survey Indeks Persepsi

Korupsi di Indonesia tahun 2012

Page 262: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

262 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8

Page 263: Universitas Pancasila Festival Entrepreneurshi p Pancasila

ISBN: 978-602-70083-7-3

263 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila www.fepfebup.com

Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta 12640 ekonomi.univpancasila.ac.id Phone : 021-7873710

Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Festival Entrepreneurshi p Pancasila

13 - 15 Agustus 201 8