responsi encephalitis

2
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Anamnesis Berdasarkan hetero anamnesis didapatkan kejang berulang pada pasien dengan durasi kejang antara 15 detik hingga 1 menit. Kejang berulang terjadi secara general maupun fokal pada tangan dan kaki pasien, setelah kejang pasien tersadar dan menangis. Hal ini merupakan salah manifestasi klinis dari encephalitis dimana kejang yang berulang mendominasi dari keluhan pasien. Adanya demam merupakan salah satu tanda inflamasi dari terjadinya infeksi pada pasien. Muntah menandakan terjadinya peningkatanan tekanan intrakranial sebagai akibat dari proses inflamasi dalam otak. Selain itu pasien juga memiliki riwayat telinga kiri keluar nanah yang menandakan kemungkinan terjadinya infeksi lokal pada telinga kiri pasien yang tidak mendapat terapi adekuat sehingga memungkinkan perpindahan bakteri menuju otak. 4.2 Pemeriksaan Fisik 4.3 Pemeriksaan Penunjang 4.4 Penatalaksanaan Pasien di observasi ketat untuk monitoring terhadap kejang, kesadaran, tanda vital, dan balance cairannya. Pada pasien diberikan terapi paracetamol sesuai dengan dosis berdasrakan usia pasien berkaitan dengan keluhan demam pasien, dan di berikan anti kejang berupa phenobarbital 10 mg/kgBB/hari dengan dosis rumatan selanjutnya 5 mg/kgBB/hari. Namun pada pasien

Upload: loka-natari

Post on 16-Sep-2015

8 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

responsi encephalitis

TRANSCRIPT

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Anamnesis Berdasarkan hetero anamnesis didapatkan kejang berulang pada pasien dengan durasi kejang antara 15 detik hingga 1 menit. Kejang berulang terjadi secara general maupun fokal pada tangan dan kaki pasien, setelah kejang pasien tersadar dan menangis. Hal ini merupakan salah manifestasi klinis dari encephalitis dimana kejang yang berulang mendominasi dari keluhan pasien. Adanya demam merupakan salah satu tanda inflamasi dari terjadinya infeksi pada pasien. Muntah menandakan terjadinya peningkatanan tekanan intrakranial sebagai akibat dari proses inflamasi dalam otak. Selain itu pasien juga memiliki riwayat telinga kiri keluar nanah yang menandakan kemungkinan terjadinya infeksi lokal pada telinga kiri pasien yang tidak mendapat terapi adekuat sehingga memungkinkan perpindahan bakteri menuju otak.

4.2Pemeriksaan Fisik4.3Pemeriksaan Penunjang

4.4PenatalaksanaanPasien di observasi ketat untuk monitoring terhadap kejang, kesadaran, tanda vital, dan balance cairannya. Pada pasien diberikan terapi paracetamol sesuai dengan dosis berdasrakan usia pasien berkaitan dengan keluhan demam pasien, dan di berikan anti kejang berupa phenobarbital 10 mg/kgBB/hari dengan dosis rumatan selanjutnya 5 mg/kgBB/hari. Namun pada pasien ditemukan penurunan kesadaran dan urtikaria generalisata setelah pemberian paracetamol dan phenobarbital oleh karena itu dicurigai pasien mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap kedua obat tersebut. Pasien ditatalaksana dengan pemberian Adrenalin 1 : 10.000 ~ 0,7 ml i.v dan Diphenhidramine 1 mg/kgBB ~ 7 mg @ 12 jam dan dipasang sungkup O2 2 lpm. Pemberian phenobarbital di ganti dengan phenytoin 5 mg/kgBB/x ~ 35 mg i.v @ 12 jam. Pasien juga diberikan terapi Manitol 0,5 gr/kgBB/x ~ 3,75 gr @ 8 jam i.v, Dexamethasone 0,6 mg/kgBB/hari ~ 0,3 ml @ 6 jam untuk mengatasi edema cerebri dan Ceftriaxone 375 mg @ 12 jam iv untuk mencegah dan mengatasi infeksi. Pemberian paracetamol diganti dengan Ibuprofen 3,5 ml @ 6 jam bila suhu > 38oC dan diberikan intraoral.Terapi dipicu : ? Na fusidat cream di telinga kiri Carbamazepine 2,5 mg/kgBB/hari ~ 18,5 mg ~ 9,5 mg @ 12 jam p.o Citicholin 10 mg/kgB/x ~ 75 mg @ 24 jam iv Piperacilin Tazobactam 50 mg /kg/x ~ 370 mg @ 8 jam iv

Kebutuhan cairan dan kalori pasien dihitung dan didapatkan dengan ?