renstrabun.2010-2014

140
1 Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, 2010 RENSTRA Rencana Strategis PEMBANGUNAN PERKEBUNAN 2010-2014

Upload: 0810480121

Post on 30-Jun-2015

6.351 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: RenstraBun.2010-2014

1

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

JAKARTA, 2010

RE

NS

TR

A

Rencana Strategis

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN

2010-2014

Page 2: RenstraBun.2010-2014

2

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

KATA PENGANTAR

Dokumen Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014 disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan perkebunan secara sistematis dan terpadu sesuai skala prioritas nasional periode 5 (lima) tahun ke depan. Renstra ini merupakan penjabaran dari RPJMN II (2010-2014) yang ditujukan untuk lebih memantapkan

penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian. Selain itu, Renstra ini juga diarahkan untuk menjadi bahan rujukan bagi pemerintah daerah dalam menyusun/ menyesuaikan rencana pembangunan perkebunan di daerahnya masing-masing dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional. Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan ini merupakan penyempurnaan dari Rancangan Awal Renstra Pembangunan Perkebunan 2010-2014 yang telah disesuaikan dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014, dan Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2010-2014. Disamping itu juga didasarkan atas capaian kinerja pembangunan perkebunan periode 2005-2009, isu strategis dan permasalahan yang

Page 3: RenstraBun.2010-2014

3

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

dihadapi, dan berbagai kecenderungan yang mempengaruhi pembangunan perkebunan ke depan. Oleh karena itu kebijakan pembangunan perkebunan dituntut harus lebih efisien, produktif, berdaya saing, berkeadilan, berkelanjutan serta terdesentralisasi untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014 ini tersusun berkat dukungan dan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih, semoga dokumen ini bermanfaat untuk perencanaan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 dan menjadi landasan yang kuat bagi pembangunan perkebunan periode selanjutnya.

Jakarta, Mei 2010 Direktur Jenderal Perkebunan,

Ir. Achmad Mangga Barani, MM NIP. 19490612 197503 1 001

Page 4: RenstraBun.2010-2014

4

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................ ii DAFTAR TABEL.......................................................................... vii DAFTAR BOKS........................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN................................................................... x I. PENDAHULUAN.................................................................. 1 1.1. Kondisi Umum Pembangunan Perkebunan Tahun

2005-2009.................................................................. 3 1.1.1. Indikator Makro............................................... 4 1.1.1.1. Pembentukan Produk Domestik

Bruto (PDB)....................................... 4 1.1.1.2. Perkembangan Keterlibatan

Tenaga Kerja..................................... 5 1.1.1.3. Kesejahteraan Pekebun.................... 6 1.1.1.4. Perkembangan Investasi................... 8 1.1.1.5. Perkembangan Neraca

Perdagangan..................................... 10 1.1.2. Indikator Mikro................................................ 12 1.1.2.1. Perkembangan Luas Areal................ 12 1.1.2.2. Perkembangan Produksi................... 13 1.1.2.3. Perkembangan Produktivitas............ 15 1.1.2.4. Perkembangan Mutu Pertanaman...... 16 1.2. Potensi dan Permasalahan......................................... 17 1.2.1. Potensi............................................................ 17 1.2.1.1. Sumber Daya Hayati.......................... 17 1.2.1.2. Sumber Daya Lahan dan

Agroekosistem.................................. 18 1.2.1.3. Sumber Daya Manusia....................... 20 1.2.1.4. Teknologi.......................................... 20 1.2.1.5. Pasar................................................ 21 1.2.2. Permasalahan................................................. 21 1.2.2.1. Peraturan Daerah.............................. 21 1.2.2.2. Lahan................................................ 22 1.2.2.3. SDM dan Kelembagaan/Organisasi

Pekebun............................................ 23

Page 5: RenstraBun.2010-2014

5

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

1.2.2.4. Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan...................................... 24

1.2.2.5. Efisiensi Agribisnis Perkebunan........ 25 1.2.2.6. Liberalisasi Pasar Global................... 25 1.2.2.7. Perubahan Iklim Global..................... 27 1.2.2.8. Akses Pekebun terhadap Sumber

Permodalan....................................... 28 II. PEMBANGUNAN PERKEBUNAN JANGKA MENENGAH

TAHUN 2010-2014............................................................... 29 2.1. Visi Pembangunan...................................................... 29 2.1.1. Visi Pembangunan Nasional............................ 29 2.1.2. Visi Pembangunan Pertanian........................... 30 2.1.3. Visi Pembangunan Perkebunan....................... 30 2.2. Misi Pembangunan..................................................... 30 2.2.1. Misi Pembangunan Nasional............................ 30 2.2.2. Misi Pembangunan Pertanian.......................... 31 2.2.3. Misi Pembangunan Perkebunan....................... 32 2.3. Tujuan Pembangunan................................................. 32 2.3.1. Agenda Pembangunan Nasional...................... 32 2.3.2. TujuanPembangunan Pertanian....................... 33 2.3.3. Tujuan Pembangunan Perkebunan.................. 33 2.4. Sasaran Strategis Pembangunan................................ 34 2.4.1. Sasaran Pembangunan Nasional..................... 34 2.4.2. Sasaran Kementerian Pertanian...................... 34 2.4.3. Sasaran Makro Pembangunan Perkebunan..... 36 2.4.4. Sasaran Mikro Pembangunan Perkebunan...... 37 III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN

PERKEBUNAN TAHUN 2010-2014...................................... 40 3.1. Arah Kebijakan Nasional............................................ 40 3.1.1. Arah Kebijakan Umum..................................... 40 3.1.2. Prioritas Nasional............................................ 40 3.1.2.1. Prioritas 5: Ketahanan Pangan.......... 41 3.1.2.2. Prioritas 8: Energi............................. 42 3.1.3. Arah Kebijakan Bidang-Bidang

Pembangunan................................................. 42 3.2. Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian.................... 45 3.3. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan................ 47 3.4. Strategi Pembangunan Perkebunan........................... 47

Page 6: RenstraBun.2010-2014

6

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

3.4.1. Strategi Umum................................................ 47 3.4.2. Strategi Khusus............................................... 50 3.4.2.1. Strategi peningkatan produksi,

produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan................ 51

3.4.2.2. Strategi pengembangan komoditas... 51 3.4.2.3. Strategi peningkatan dukungan

terhadap sistem ketahanan pangan... 52 3.4.2.4. Strategi investasi usaha

perkebunan....................................... 53 3.4.2.5. Strategi pengembangan sistem

informasi manajemen perkebunan..... 53 3.4.2.6. Strategi pengembangan SDM............ 54 3.4.2.7. Strategi pengembangan

kelembagaan dan kemitraan usaha... 54 3.4.2.8. Strategi pengembangan dukungan

terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup............................... 55

IV. PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN

TAHUN 2010-2014....................................... 57 4.1. Program Pembangunan Perkebunan.......................... 57 4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan.......................... 58 4.2.1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu

tanaman semusim........................................... 59 4.2.2. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu

tanaman rempah dan penyegar....................... 59 4.2.3. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu

tanaman tahunan............................................. 59 4.2.4. Dukungan penyediaan benih unggul bermutu

dan sarana produksi........................................ 60 4.2.5. Dukungan perlindungan perkebunan dan

penanganan gangguan usaha.......................... 60 4.2.6. Dukungan manajemen dan dukungan teknis

lainnya............................................................. 60 4.2.7. Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih

dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Medan............................ 61

Page 7: RenstraBun.2010-2014

7

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

4.2.8. Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Surabaya....................... 61

4.2.9. Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Ambon.......................... 62

4.3. Fokus Kegiatan Pembangunan Perkebunan................ 62 4.3.1. Revitalisasi Perkebunan.................................. 63 4.3.2. Swasembada Gula Nasional............................ 64 4.3.3. Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan

Bakar Nabati (Bio-Energi)............................... 65 4.3.4. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu

Kakao Nasional............................................... 67 4.3.5. Pengembangan Komoditas Ekspor.................. 68 4.3.6. Pengembangan Komoditas Pemenuhan

Kebutuhan Dalam Negeri................................. 70 4.3.7. Dukungan Pengembangan Tanaman

Perkebunan Berkelanjutan.............................. 71 4.4. Pendanaan Pembangunan Perkebunan...................... 74 V. MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN.................... 76 5.1. Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah............... 76 5.2. Peran Serta Masyarakat............................................. 77 5.3. Dukungan Institusi Terkait.......................................... 77 5.4. Mekanisme Perencanaan............................................ 81 5.5. Monitoring, Evaluasi, Pengawasan, dan

Pengendalian.............................................................. 82 6. PENUTUP............................................................................ 83 LAMPIRAN................................................................................. 87

Page 8: RenstraBun.2010-2014

8

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR TABELTABELTABELTABEL

Tabel 1. Perkembangan PDB Sub Sektor Perkebunan Tahun 2005-2009................................................ 5

Tabel 2. Perkembangan Angkatan Kerja Sub Sektor Perkebunan Tahun 2005-2009.............................. 6

Tabel 3. Perkembangan Indeks NTP Perkebunan Rakyat dibandingkan dengan Sub Sektor Lainnya pada Sektor Pertanian Tahun 2007-2009....................... 7

Tabel 4. Tingkat Pendapatan Pekebun Tahun 2005-2007............................................................ 8

Tabel 5. Perkembangan Investasi Perkebunan Tahun 2005-2007............................................................ 9

Tabel 6. Realisasi Subsidi Bunga Skim Kredit KKP-E dan KPEN-RP Tahun 2007-2009.................................. 10

Tabel 7. Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Unggulan Perkebunan Tahun 2005-2009............... 11

Tabel 8. Perkembangan Luas Areal Komoditas Unggulan Perkebunan.......................................................... 13

Tabel 9. Perkembangan Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan.......................................................... 14

Tabel 10. Perkembangan Produktivitas Komoditas Unggulan Perkebunan.......................................... 16

Tabel 11. Perkembangan Mutu Pertanaman........................ 17 Tabel 12. Perbandingan Simpanan CO2 Rata-Rata pada

Lahan Perkebunan, Hutan dan Lahan Terlantar (Semak Belukar dan Alang-Alang)....................... 19

Tabel 13. Sasaran Skor PPH Perkebunan 2010-2014........... 35 Tabel 14. Sasaran Konsumsi Komoditas Pangan Utama

(Gula) 2010-2014.................................................. 35 Tabel 15. Sasaran Makro Pembangunan Perkebunan Tahun

2010-2014............................................................ 37 Tabel 16. Sasaran Luas Areal Komoditas Unggulan

Nasional 2010-2014.............................................. 37 Tabel 17. Sasaran Produksi Komoditas Unggulan Nasional

2010-2014........................................................... 38 Tabel 18. Sasaran Produktivitas Komoditas Unggulan

Nasional 2010-2014............................................. 39

Page 9: RenstraBun.2010-2014

9

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Tabel 19. Sasaran Mutu Pertanaman Tahun 2010-2014........ 39 Tabel 20. Indikator Kinerja Revitalisasi Perkebunan Tahun

2010-2014............................................................ 63 Tabel 21. Indikator Kinerja Swasembada Gula Nasional

Tahun 2010-2014.................................................. 64 Tabel 22. Indikator Kinerja Penyediaan Bahan Tanaman

Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio-Energi) Tahun 2010-2014............................................................ 66

Tabel 23. Indikator Kinerja Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional Tahun 2010-2014.......... 68

Tabel 24. Indikator Kinerja Pengembangan Komoditas Ekspor Tahun 2010-2014...................................... 69

Tabel 25. Indikator Kinerja Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri Tahun 2010-2014........................................................... 71

Tabel 26. Indikator Kinerja Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Tahun 2010-2014............................................................ 72

Tabel 27. Proyeksi Penyediaan Dana APBN untuk Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Tahun 2010-2014............................................................ 74

Page 10: RenstraBun.2010-2014

10

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR BOKSBOKSBOKSBOKS

Boks 1. Strategi Khusus Pembangunan Perkebunan......... 50 Boks 2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan.................... 58 Boks 3. Fokus Kegiatan Pembangunan Perkebunan.......... 62 Boks 4. Kaitan antara Kegiatan Pembangunan

Perkebunan dengan Fokus Kegiatan.................... 73 Boks 5. Institusi terkait Lingkup Kementerian Pertanian

dan Jenis Dukungan yang diperlukan untuk Pembangunan Perkebunan................................... 79

Boks 6. Institusi terkait di luar Kementerian Pertanian dan Jenis Dukungan yang diperlukan untuk Pembangunan Perkebunan................................... 80

Page 11: RenstraBun.2010-2014

11

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN

Lampiran 1. Proyeksi Luas Areal Kelapa Sawit per Provinsi Tahun 2010-2014.......................... 87

Lampiran 2. Proyeksi Luas Areal Kakao per Provinsi Tahun 2010-2014........................................ 88

Lampiran 3. Proyeksi Luas Areal Karet per Provinsi Tahun 2010-2014........................................ 89

Lampiran 4. Proyeksi Luas Areal Kelapa per Provinsi Tahun 2010-2014........................................ 90

Lampiran 5. Proyeksi Luas Areal Kopi per Provinsi Tahun 2010-2014........................................ 91

Lampiran 6. Proyeksi Luas Areal Tebu per Provinsi Tahun 2010-2014........................................ 92

Lampiran 7. Proyeksi Luas Areal Jambu Mete per Provinsi Tahun 2010-2014.......................... 93

Lampiran 8. Proyeksi Luas Areal Cengkeh per Provinsi Tahun 2010-2014........................................ 94

Lampiran 9. Proyeksi Luas Areal Teh per Provinsi Tahun 2010-2014........................................ 95

Lampiran 10. Proyeksi Luas Areal Tembakau per Provinsi Tahun 2010-2014.......................... 96

Lampiran 11. Proyeksi Luas Areal Kapas per Provinsi Tahun 2010-2014........................................ 97

Lampiran 12. Proyeksi Luas Areal Lada per Provinsi Tahun 2010-2014........................................ 98

Lampiran 13. Proyeksi Luas Areal Jarak Pagar per Provinsi Tahun 2010-2014.......................... 99

Lampiran 14. Proyeksi Luas Areal Nilam per Provinsi Tahun 2010-2014........................................ 100

Lampiran 15. Proyeksi Luas Areal Kemiri Sunan per Provinsi Tahun 2010-2014.......................... 101

Lampiran 16. Proyeksi Produksi Kelapa Sawit (CPO) per Provinsi Tahun 2010-2014.......................... 102

Lampiran 17. Proyeksi Produksi Kakao (Biji Kering) per Provinsi Tahun 2010-2014.......................... 103

Lampiran 18. Proyeksi Produksi Karet (Karet Kering) per Provinsi Tahun 2010-2014.................... 104

Page 12: RenstraBun.2010-2014

12

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 19. Proyeksi Produksi Kelapa (Kopra) per Provinsi Tahun 2010-2014.......................... 105

Lampiran 20. Proyeksi Produksi Kopi (Biji Kering) per Provinsi Tahun 2010-2014.......................... 106

Lampiran 21. Proyeksi Produksi Tebu (Gula) per Provinsi Tahun 2010-2014.......................... 107

Lampiran 22. Proyeksi Produksi Jambu Mete (Gelondong Kering) per Provinsi Tahun 2010-2014....... 108

Lampiran 23. Proyeksi Produksi Cengkeh (Bunga Kering) per Provinsi Tahun 2010-2014..... 109

Lampiran 24. Proyeksi Produksi Teh (Daun Kering) per Provinsi Tahun 2010-2014.......................... 110

Lampiran 25. Proyeksi Produksi Tembakau (Daun Kering) per Provinsi Tahun 2010-2014..... 111

Lampiran 26. Proyeksi Produksi Kapas (Serat Berbiji) per Provinsi Tahun 2010-2014.................... 112

Lampiran 27. Proyeksi Produksi Lada (Lada kering) per Provinsi Tahun 2010-2014.......................... 113

Lampiran 28. Proyeksi Produksi Jarak Pagar (Biji Kering) per Provinsi Tahun 2010-2014.... 114

Lampiran 29. Proyeksi Produksi Nilam (Daun Kering) per Provinsi Tahun 2010-2014.................... 115

Lampiran 30. Proyeksi Produksi Areal Kemiri Sunan per Provinsi Tahun 2010-2014.......................... 116

Lampiran 31. Tabel Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah Per-Kementerian/ Lembaga.................................................... 117

Page 13: RenstraBun.2010-2014

13

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Page 14: RenstraBun.2010-2014

14

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

1 PENDAHULUAN

alah satu agenda utama pembangunan nasional 2010-2014 Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II adalah pembangunan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan rakyat. Adapun prioritas nasional terkait dengan sektor pertanian adalah (1) Program aksi ketahanan pangan (prioritas 5) yang ditujukan untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing, peningkatan pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam, (2) Program aksi energi (prioritas 8) yang salah satunya ditujukan untuk pengembangan dan pemakaian energi terbarukan yang konsisten, (3) Program aksi reformasi birokrasi dan tata kelola (prioritas 1) dan (4) program aksi lingkungan hidup dan pengelolaan bencana (prioritas 9). Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang Nomor 18/2004 tentang Perkebunan, secara ekonomi perkebunan berfungsi meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; secara ekologi berfungsi meningkatkan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung, dan secara sosial budaya berfungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Adapun karakteristik perkebunan dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain dari jenis komoditas, hasil produksi, dan bentuk pengusahaannya. Dari aspek komoditas, perkebunan terdiri atas 127 jenis tanaman, berupa tanaman tahunan dan tanaman semusim dengan areal sebaran mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. Ditinjau dari aspek produksi, hasil produksi perkebunan merupakan bahan baku industri baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Apabila ditinjau dari bentuk pengusahaannya, usaha perkebunan meliputi perkebunan besar negara (6%), perkebunan besar swasta (21%), dan perkebunan rakyat (72%).

S

Page 15: RenstraBun.2010-2014

15

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi serta perubahan dalam tatanan nilai, politik, perekonomian dan lingkungan hidup, perkebunan dituntut untuk menerapkan sistem pembangunan yang cerdas dan inovatif agar sub sektor ini dapat tetap berada pada posisi dan perannya selama lima tahun ke depan. Sistem pembangunan dimaksud adalah sistem yang menjadikan sikap profesional sebagai karakter yang menonjol; menjadikan pengetahuan sebagai landasan utama pengambilan keputusan; mengembangkan tradisi ketergantungan pada alam menjadi bekerjasama dengan alam melalui rekayasa teknologi sehingga setiap produk yang dihasilkan senantiasa

memenuhi persyaratan pasar; menjadikan efisiensi dan produktivitas sebagai dasar utama dalam alokasi sumber daya; dan menjadikan mutu serta keunggulan sebagai orientasi. Keberhasilan dalam menjalankan sistem dimaksud pada gilirannya akan menghasilkan komoditas berdaya saing tinggi yang dapat menjawab tuntutan dinamika

lingkungan strategis dan berkontribusi meng-atasi permasalahan-permasalahan yang menjadi isu nasional serta mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk mencapai sasaran-sasaran strategis lima tahun ke depan. Agar dapat operasional secara sistematis dan berkelanjutan, sistem dimaksud harus dirumuskan dalam doku-men rencana strategis yang disepakati bersama oleh semua pemangku kepentingan perke-bunan.

Page 16: RenstraBun.2010-2014

16

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Dengan mengacu kepada UU No. 25/2004 tentang Sistem Perenca-naan Pembangunan Nasional, UU No.7/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (khusus tahun 2010-2014/RPJMN II ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya saing

perekonomian), UU No.18/2004 tentang Perkebunan, PP No.40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, Perpres No.5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, Permentan No.15/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014, dan Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2010-2014 serta peraturan perundangan terkait lainnya, disusun Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan Tahun 2010-2014, yang akan memberi arah pembangunan perkebunan pada periode tersebut. Renstra Pembangunan Perkebunan 2010-2014 ini merupakan dokumen perencanaan yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembangunan perkebunan yang akan dilaksanakan selama lima tahun ke depan. Dokumen ini disusun berdasarkan analisis strategis atas potensi, peluang, permasalahan, dan tantangan terkini yang dihadapi pembangunan perkebunan selama 2010-2014.

Page 17: RenstraBun.2010-2014

17

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Sesuai dengan reformasi perencanaan dan penganggaran tahun 2010-2014 yang mengharuskan Kementerian/Lembaga untuk merestrukturisasi program dan kegiatan dalam kerangka anggaran berbasis kinerja, dokumen Renstra ini dilengkapi dengan indikator kinerja yang akuntabel untuk kepentingan monitoring dan evaluasi selama periode 2010-2014.

1.1. Kondisi Umum Pembangunan Perkebunan Tahun 2005-2009

Pembangunan perkebunan didasarkan atas asas manfaat dan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta berkeadilan yang diselenggarakan untuk memenuhi fungsinya dalam aspek ekonomi, ekologi dan sosial budaya. Pencapaian pembangunan perkebunan selama periode 2005-2009 dalam ketiga aspek dimaksud tercermin dari indikator berikut:

1.1.1. Indikator Makro 1.1.1.1. Pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Pada tataran makro, perkebunan mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi yang ditunjukkan oleh nilai PDB yang dihasilkannya. Tabel 1 memperlihatkan perkembangan PDB perkebunan selama periode 2005-2009. Atas dasar harga berlaku, nilai PDB perkebunan secara kumulatif mengalami peningkatan, yaitu dari Rp.56,43 trilyun pada tahun 2005 menjadi Rp.130,50 trilyun pada tahun 2009 atau tumbuh rata-rata per tahunnya sebesar 23,52%. Angka ini lebih besar dari rata-rata laju pertumbuhan PDB Pertanian (23,30%) maupun PDB nasional (17,94%). Rata-rata pangsa terhadap PDB Pertanian 19,83% atau 2,11 terhadap PDB nasional.

Page 18: RenstraBun.2010-2014

18

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Sektor/Sub Sektor

Nilai PDB (Rp.Triliun) Laju pertumbuhan

(%/tahun) 2005 2006 2007 2008 20091)

1. Berdasarkan harga berlaku

a) Perkebunan 56,43 63,40 81,60 106,19 130,50 23,52

b) Pertanian2) 281,96 328,83 408,03 536,87 649,25 23,30

c) Nasional 2.774,28 3.339,22 3.949,32 4.954,03 5.334,49 17,94

d) Nasional tanpa Migas 2.458,23 2.967,04 3.532,81 4.426,39 3.665,28 19,18

Pangsa Perkebunan terhadap PDB Pertanian (%)

20,01 19,28 20,00 19,78 20,10

2. Berdasarkan harga konstan 2000

a) Perkebunan 39,81 41,32 43,14 44,79 45,53 3,42

b) Pertanian2) 197,96 204,30 211,25 222,14 224,42 3,20

c) Nasional 1.750,82 1.847,13 1.963,09 2.082,10 2.135,46 5,10

d) Nasional tanpa Migas 1.605,26 1.703,42 1.820,51 1.939,25 1.994,82 5,59

Pangsa Perkebunan terhadap PDB Pertanian (%)

20,11 20,23 20,42 20,16 20,29

Berdasarkan harga konstan, nilai PDB perkebunan secara kumulatif juga mengalami peningkatan, yaitu dari Rp. 39,81 trilyun pada tahun 2005 menjadi Rp. 45,53 trilyun pada tahun 2009 atau meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan per tahun mencapai 3,42%. Angka ini lebih besar dari rata-rata laju pertumbuhan PDB pertanian, namun masih di bawah rata-rata laju pertumbuhan PDB nasional. Tabel 1. Perkembangan PDB sub sektor perkebunan tahun 2005-2009

Sumber : BPS, 2009; Ditjenbun, 2009; Bappenas, 2009.

Keterangan :1) Data proyeksi; 2)Diluar kehutanan dan perikanan.

Page 19: RenstraBun.2010-2014

19

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

1.1.1.2. Perkembangan Keterlibatan Tenaga Kerja Sub sektor perkebunan masih menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja. Dari sekitar 114 juta tenaga kerja nasional pada tahun 2009, sebesar 19,70 juta orang (17,32%) diantaranya merupakan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan. Atau jika dikalkulasi di sektor pertanian yang dapat menyerap 43,03 juta orang, perkebunan dapat menyerap 45,78% tenaga kerja diantaranya. Tabel 2 memperlihatkan bahwa tenaga kerja pada sub sektor perkebunan selama periode 2005-2009 menunjukkan peningkatan meskipun rata-rata laju pertumbuhannya di bawah 1% per tahun.

Terkait dengan penyerapan tenaga kerja baru, sub sektor perkebunan tahun 2005-2009 telah dapat menciptakan lapangan kerja baru rata-rata 430 ribu orang per tahun terutama pada komoditi kelapa sawit. Tabel 2. Perkembangan Angkatan Kerja Sub Sektor Perkebunan

tahun 2005-2009

Nasional Pertanian Perkebunan Nasional Pertanian

2005 105,86 41,31 18,95 17,90 45,87

2006 106,39 40,14 19,03 17,89 47,41

2007 109,94 41,21 19,05 17,33 46,23

2008 111,95 41,33 19,40 17,33 46,94

2009 113,74 43,03 19,70 17,32 45,78

Laju Pertumbuhan (%/tahun) 1,82 1,06 0,98

Angkatan Kerja (Juta Orang)Tahun

Pangsa Tenaga Kerja

Perkebunan (%)

terhadap

Sumber :BPS, 2009; Ditjenbun Perkebunan,2009.

Page 20: RenstraBun.2010-2014

20

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

1.1.1.3. Kesejahteraan Pekebun Indikator yang biasanya dipergunakan untuk mengukur kesejahteraan petani adalah indeks Nilai Tukar Petani (NTP) dan produktivitas tenaga kerja. NTP dipergunakan untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Nilai dari indeks NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin tinggi tingkat kesejahteraan petani. Indeks NTP perkebunan rakyat baru dihitung mulai tahun 2008, sehingga tahun 2007 dijadikan basis perhitungan. Perkembangan indeks NTP perkebunan rakyat dibandingkan dengan sub sektor lainnya dalam sektor pertanian adalah seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan Indeks NTP perkebunan rakyat dibandingkan dengan sub sektor lainnya pada sektor pertanian tahun 2007-2009

2007 2008 2009*

Perkebunan Rakyat 100,00 103,88 103,89 1,94

Hortikultura 100,00 98,24 101,17 0,61

Pangan 100,00 97,28 93,63 -3,24

Peternakan 100,00 102,51 104,94 2,44

Indeks NTP

Sub Sektor

Laju

pertumbuhan/

Penurunan

(%/tahun)

Sumber : BPS, 2009; *) angka sementara

Page 21: RenstraBun.2010-2014

21

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Merujuk pada Tabel 3, pada tahun 2008, pekebun mempunyai indeks NTP tertinggi dibandingkan dengan petani pangan, hortikultura maupun peternakan. Namun demikian, pertumbuhannya pada tahun 2009 diperkirakan tidak begitu signifikan sebagai dampak dari krisis keuangan global. Krisis keuangan global menyebabkan melemahnya per-mintaan ekspor komoditas perkebunan sehingga harga komoditas perkebunan cende-rung menurun, sedangkan di sisi lain harga barang yang harus di konsumsi pekebun di dalam negeri meningkat cukup tajam. Produktivitas tenaga kerja adalah perkembangan pendapatan tenaga kerja yang diukur dari nilai PDB per tenaga kerja di sektor/sub sektor bersangkutan. Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa sepanjang tahun 2005-2009 pendapatan pekebun menunjukkan peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan mencapai 14,47% per tahun. Namun demikian, jika dibandingkan dengan tahun 2008, pendapatan pekebun pada tahun 2009 hanya mengalami peningkatan yang relatif kecil (± 0,98%) yaitu menjadi minimal US$ 1.555 per kepala keluarga.

Page 22: RenstraBun.2010-2014

22

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Tabel 4. Tingkat pendapatan pekebun tahun 2005-2009

TahunPendapatan pekebun

(US$/KK/2 ha/tahun)

2005920

20061.178

20071.389

20081.551

20091.555

Laju pertumbuhan

(%/tahun)14,47

Sumber : Ditjenbun, 2009.

1.1.1.4. Perkembangan Investasi Secara umum investasi pada sub sektor perkebunan selama tahun 2005-2009 menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan dengan rata-rata laju pertumbuhan sekitar 17% per tahunnya (Tabel 5). Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat juga bahwa komponen terbesar dari investasi perkebunan adalah belanja masyarakat yang mencapai lebih dari 80% dari keseluruhan realisasi investasi. Adapun investasi Pemerintah yang direalisasikan melalui APBN dan APBD, meskipun pertumbuhannya mengesankan (sekitar 54% per tahun), namun kontribusinya terhadap keseluruhan realisasi investasi hanya di bawah 1%. Hal ini dapat dipahami mengingat investasi Pemerintah pada pembangunan perkebunan hanya bersifat sebagai pemicu saja.

Page 23: RenstraBun.2010-2014

23

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Investasi swasta selama periode 2005-2009 menunjukkan penurunan tajam sampai dengan tahun 2007 dan setelah itu cenderung menguat kembali. Penurunan ekstrim terjadi pada tahun 2007 yang salah satunya disebabkan oleh mulai melemahnya perekonomian global.

Tabel 5.Perkembangan investasi perkebunan tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

1. Belanja Pemerintah 0,427 0,531 0,799 1,156 2,277 54,12

2. Pinjaman Luar Negeri 0,020 0,000 0,000 0,000 0,000 -25,00

4. Belanja Masyarakat

a. Peremajaan dan perluasan (swadaya) 19,138 19,404 22,712 36,298 35,930 19,31

b. Kredit revitalisasi perkebunan 0,000 0,000 1,857 1,679 1,602 42,88

c. KKPE tebu 0,876 0,876 0,567 1,501 1,275 28,60

5. Belanja Swasta (korporasi/koperasi, CV, dll) 3,700 3,810 2,270 2,277 2,279 -9,26

TOTAL 24,161 24,621 28,205 42,911 43,363 17,41

Sumber Dana

Realisasi investasi (Rp.Triliun/Tahun) Laju

Pertumbuhan

(%/tahun)

Sumber : Ditjenbun, 2009.

Salah satu keterbatasan pe-kebun untuk pengembangan usahanya adalah modal. Dalam upaya membantu pekebun mengatasi masalah kesulitan modal, Kementeri-an Pertanian mengembang-kan berbagai skim kredit program yang terdiri dari skim kredit program dengan fasilitas subsidi bunga dan skim kredit program dengan fasilitas penjaminan.

Pada saat ini pekebun telah mendapatkan kepercayaan untuk memanfaatkan fasilitas skim kredit program dengan fasilitas bunga subsidi yang meliputi Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dan Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP).

Page 24: RenstraBun.2010-2014

24

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

KKP-E dapat dimanfaatkan oleh kelompok yang sudah bankable tetapi tidak feasible jika dikenakan bunga komersial. Bunga yang dibayarkan petani hanya 7% dan sisanya disubsidi oleh Pemerintah. Plafond KKP-E yang dialokasikan pada tahun 2009 sebesar Rp.2,928 triliun. KPEN-RP diperuntukkan bagi kelompok yang sudah bankable tetapi tidak feasible jika dikenakan bunga komersial. Bunga yang dibayarkan petani hanya 7% untuk kelapa sawit dan kakao, dan 6% untuk karet sedangkan sisanya disubsidi oleh Pemerintah. Pada tahun 2008 Pemerintah mengalokasikan plafond untuk subsidi bunga KPEN-RP sebesar Rp.449,168 milyar dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 640,616 milyar. Realisasi subsidi bunga untuk skim kredit KKP-E (khusus tebu) dan KPEN-RP sepanjang tahun 2007 sampai dengan 2009 adalah seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Realisasi Subsidi Bunga Skim Kredit KKP-E dan KPEN-RP

tahun 2007-2009

2007 2008 2009

1 KKP-E (tebu) 28,37 75,08 63,74

2 KPEN-RP - 8,89 27,61

Realisasi Subsidi Bunga (Rp. milyar)No Skim Kredit

Sumber : Ditjenbun, 2009. Kelompok yang sudah feasible namun belum bankable dimungkinkan untuk memanfaatkan skim kredit program dengan fasilitas penjaminan yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan besaran kredit maksimum Rp. 500 juta per debitur dengan kisaran suku bunga 14% untuk kredit Rp. 5 juta s/d 500 juta dan suku bunga sampai dengan 22% untuk kredit sampai dengan Rp. 5 juta. Adapun kelompok yang sudah feasible dan bankable, difasilitasi skim kredit usaha komersial.

Page 25: RenstraBun.2010-2014

25

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

1.1.1.5. Perkembangan Neraca Perdagangan Neraca perdagangan untuk 12 komoditas unggulan perkebunan periode 2005-2009 tumbuh secara mengesankan. Sebagaimana terlihat pada Tabel 7, surplus neraca komoditas perkebunan tahun 2005 adalah sebesar US$ 7,88 milyar, meningkat menjadi US$ 28,45 milyar pada tahun 2009 atau tumbuh per tahunnya rata-rata sebesar 38%. Fakta tersebut membuktikan bahwa selain sebagai sumber pendapatan masyarakat, sub sektor perkebunan juga mampu memberikan kontribusi bagi penerimaan devisa negara yang dapat diandalkan.

Page 26: RenstraBun.2010-2014

26

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Tabel 7. Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Unggulan Perkebunan Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 20091)

1. Karet

- Ekspor (lateks, lembaran, sit angin,jelutong primer, dll) 2.584,08 4.322,47 4.986,65 6.152,25 7.782,80 33,13

- Impor (lateks, lembaran, sit angin, sole crepe, dll) 26,17 29,14 372,67 743,04 3.138,65 403,01

- Neraca 2.557,91 4.293,33 4.613,98 5.409,21 4.644,15 19,60

2. Kelapa sawit

- Ekspor (CPO, inti, RBD, babassu, dll) 4.430,92 5.551,16 9.078,28 14.110,23 19.198,70 45,08

- Impor (inti, RBD, babassu, dll) 11,95 11,09 7,04 13,11 14,51 13,30

- Neraca 4.418,97 5.540,07 9.071,24 14.097,12 19.184,20 45,15

3. Kelapa

- Ekspor (kopra, minyak kelapa, kelapa olahan, bungkil, dll) 513,74 363,08 695,92 900,92 1.107,69 28,69

- Impor (minyak kelapa, kelapa olahan, arang tempurung batok, dll) 4,02 6,37 4,35 1,68 1,53 -10,82

- Neraca 509,72 356,71 691,57 899,24 856,67 22,29

4. Kopi

- Ekspor (biji kopi, kopi bubuk, dll) 504,41 588,50 636,42 991,46 1.191,24 25,19

- Impor (biji kopi, kopi bubuk, dll) 6,22 11,76 78,31 18,44 45,11 180,80

- Neraca 498,19 576,74 558,11 973,02 1.146,13 26,17

5. Kakao

- Ekspor (biji,paste, tepung, butter, dll) 667,10 855,05 924,24 1.269,02 1.502,43 22,99

- Impor (biji,paste, tepung, butter, dll) 85,46 76,03 83,24 119,13 131,51 12,99

- Neraca 581,64 779,02 841,00 1.149,89 1.370,92 24,46

6. Jambu mete

- Ekspor (gelondong dan kacang mete) 68,97 56,58 82,83 77,76 82,10 6,97

- Impor (kacang mete) 0,83 0,65 1,72 1,74 2,37 44,97

- Neraca 68,14 55,93 81,12 76,02 79,73 6,43

7. Lada

- Ekspor (lada putih, lada hitam,lada lainnya, dll) 58,44 77,26 132,50 185,70 252,48 44,95

- Impor (lada putih, lada lainnya, dll) 0,52 0,99 0,73 0,92 1,13 28,80

- Neraca 57,92 76,26 131,77 184,78 251,35 45,17

8. Cengkeh

- Ekspor (buah utuh, cengkeh dengan tangkai) 14,92 23,53 33,95 7,25 7,67 7,30

- Impor (cengkeh dengan tangkai) 0,80 0,10 0,00 0,00 - 0,00

- Neraca 14,12 23,43 33,95 7,25 7,67 9,51

9. Teh

- Ekspor (daun teh hijau, teh hijau, teh hitam fermentasi) 121,50 134,52 126,62 158,96 171,03 9,49

- Impor (daun teh hijau, teh hijau, teh hitam fermentasi) 7,17 8,70 10,66 11,99 13,68 17,61

- Neraca 114,33 125,81 115,96 146,97 157,36 9,01

10. Tebu

- Ekspor (hablur, molases, dll) 20,00 48,52 29,73 80,04 134,69 85,34

- Impor (hablur, molases, dll) 376,10 355,40 1.101,95 437,68 595,54 45,09

- Neraca -356,10 -306,88 -1.072,22 -357,64 -460,86 -49,45

11. Kapas

- Ekspor (biji) 30,06 32,73 41,04 39,74 42,83 9,72

- Impor (cotton linters) 579,90 622,24 803,12 1.218,56 1.486,94 27,53

- Neraca -549,84 -589,51 -762,08 -1.178,82 -1.444,11 -28,42

12. Tembakau

- Ekspor (virginia lembaran, irisan asapan, tangkai, dll) 107,28 102,55 424,72 508,81 928,00 102,98

- Impor (virginia lembaran, irisan asapan, tangkai, dll) 142,21 150,23 267,79 401,92 536,54 41,87

- Neraca -35 -48 157 107 391 156,07

Total Perkebunan

- Ekspor 9.121 12.156 17.193 24.482 31.722 36,67

- Impor 1.241 1.273 2.732 2.968 3.269 33,99

- Neraca 7.880 10.883 14.461 21.514 28.452 38,00

No. Komoditi Perkebunan

Laju

Pertumbuhan

(%/Tahun)

Nilai Perdagangan (US$ juta)

Sumber: Ditjenbun, 2009.

Keterangan: 1) Data sementara

Page 27: RenstraBun.2010-2014

27

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Nilai ekspor komoditas perkebunan masih mempunyai potensi besar untuk ditingkatkan karena saat ini sebagian besar produk ekspor perkebunan masih dalam bentuk produk primer sehingga nilai tambah belum dapat dinikmati di dalam negeri. Dalam hal impor komoditas primer perkebunan, yang harus mendapatkan perhatian serius adalah masih relatif tingginya impor beberapa komoditas yang sesungguhnya masih memiliki potensi/peluang pengembangannya di dalam negeri seperti karet, serat kapas, gula tebu dan tembakau. Namun demikian, upaya

Pemerintah melalui kegiatan-kegiatan strategis terbukti mampu mengurangi impor komoditi tersebut. Sebagai contoh, program akselerasi peningkatan produktivitas tebu telah berhasil menjadikan Indonesia berswasembada gula konsumsi rumah tangga sejak tahun 2008. Program pengembangan kapas rakyat mampu meningkatkan produktivitas sehingga mampu berkontribusi sebesar 3% dari kebutuhan kapas nasional.

1.1.2. Indikator Mikro 1.1.2.1. Perkembangan Luas Areal Pertumbuhan areal perkebunan selama tahun 2005-2009 meningkat cukup tinggi dengan rata-rata laju pertumbuhan per tahun mencapai 3,67%. Sampai dengan tahun 2009, luas areal perkebunan diperkirakan telah mencapai 19,53 juta hektar yang meliputi perkebunan rakyat (±74%), perkebunan besar negara (±6%) dan perkebunan besar swasta (±20%).

Page 28: RenstraBun.2010-2014

28

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Tabel 8. Perkembangan Luas Areal Komoditas Unggulan Perkebunan

2005 2006 2007 2008 20091)

Kelapa Sawit 5.454,82 6.594,91 6.766,84 7.363,85 7.508,02 8,57

Kakao 1.167,05 1.320,82 1.379,28 1.425,22 1.475,34 6,11

Karet 3.279,39 3.346,43 3.413,72 3.424,22 3.435,42 1,17

Kelapa 3.803,61 3.788,89 3.787,99 3.783,07 3.807,06 0,02

Kopi 1.255,27 1.308,73 1.295,91 1.295,11 1.289,18 0,69

Tebu 381,79 396,44 428,40 436,51 422,94 2,67

Jambu Mete 579,65 569,93 570,41 573,72 573,21 -0,28

Cengkeh 448,86 445,36 453,29 456,47 459,19 0,57

T e h 140,54 135,59 133,73 127,71 127,41 -2,41

Tembakau 198,21 172,23 198,05 196,63 202,45 1,03

Kapas 5,66 6,26 13,75 15,87 12,46 31,05

Lada 191,99 192,60 189,05 183,08 191,54 -0,02

Jarak Pagar 2,64 2,77 6,87 8,22 9,31 46,46

Nilam 20,45 16,53 16,86 16,92 13,83 -8,77

Kemiri Sunan - - - - 0,30 -

TOTAL 16.929,93 18.297,49 18.654,15 19.306,60 19.527,66 3,67

Laju

Pertumbuhan

(%/Tahun)

Komoditi

Luas Areal (000 Ha)

Sumber: Ditjenbun, 2009. Keterangan: 1) Data sementara

Sebagaimana terlihat pada Tabel 8, komoditas yang luasnya meningkat tajam adalah jarak pagar akibat amanah Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain, dan kapas dengan laju petumbuhan per tahun masing-masing mencapai 46,46% dan 31,05%. Komoditas lain yang mengalami peningkatan luas areal dengan laju pertumbuhan per tahun sebagai berikut adalah kelapa sawit (8,57%), kakao (6,11%), tebu (2,67%), karet (1,17%), tembakau (1,03%), kopi (0,69%), cengkeh (0,57%), dan kelapa (0,02%). Di sisi lain terdapat juga komoditas yang mengalami penurunan yaitu nilam, teh, jambu mete, dan lada, dengan laju per tahunnya masing-masing mencapai -8,77%, -2,41%, -0,28%, dan -0,02%. Berkurangnya luas areal tersebut disebabkan beberapa faktor seperti

Page 29: RenstraBun.2010-2014

29

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

kematian tanaman oleh serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau konversi ke komoditas lain, maupun prospek yang kurang menjanjikan.

1.1.2.2. Perkembangan Produksi

Produksi komoditas perkebunan pada periode 2005-2009 umumnya mengalami peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan per tahunnya mencapai 10,36%. Komoditas yang produksinya meningkat sangat nyata selama pelaksanaan RPJM pertama adalah jarak pagar dan kapas dengan laju pertumbuhan per tahun masing-masing mencapai 373,24% dan 73,56%. Komoditas lain yang produksinya meningkat cukup tinggi adalah kelapa sawit (15,98%), kakao (5,93%), tebu (4,13%), tembakau (3,81%), karet (3,69%), kopi (2,22%), jambu mete (1,77%), kelapa (1,20%), lada (1,16%), dan cengkeh (1,03%). Namun demikian masih terdapat

Page 30: RenstraBun.2010-2014

30

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

komoditas yang rata-rata produksinya mengalami penurunan, yaitu teh, dengan laju penurunan per tahun mencapai 0,45% meskipun kemudian cenderung naik kembali. Perkembangan produksi beberapa komoditas unggulan perkebunan tahun 2005-2009 adalah seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Perkembangan Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan

2005 2006 2007 2008 20091)

Kelapa Sawit (CPO) 11.861,62 17.350,85 17.664,72 19.200,00 20.570,00 15,98

Kakao (kakao kering) 748,83 769,39 740,01 803,59 933,87 5,93

Karet (karet kering) 2.270,89 2.637,23 2.755,17 2.751,29 2.594,46 3,69

Kelapa (setara kopra) 3.096,85 3.131,16 3.193,27 3.239,67 3.247,38 1,20

Kopi (biji kering) 640,37 682,16 676,48 698,02 698,00 2,22

Tebu (gula) 2.241,78 2.307,03 2.448,14 2.704,00 2.624,07 4,13

Jambu Mete (gelondong kering) 135,07 149,23 146,15 156,65 143,28 1,77

Cengkeh (bunga kering) 78,35 61,41 80,41 70,54 75,54 1,03

T e h (daun kering) 167,28 146,86 150,22 153,97 162,61 -0,45

Tembakau (daun kering) 153,47 146,27 164,85 168,04 176,94 3,81

Kapas (serat berbiji) 3,07 4,16 12,93 20,02 18,67 73,56

Lada (lada kering) 78,33 77,53 74,13 80,42 81,66 1,16

Jarak Pagar (biji kering) 0,22 2,89 8,85 10,97 13,01 373,24

Nilam (daun Kering) 61,37 99,18 101,17 103,21 85,73 12,17

Kemiri Sunan (biji kering) - - - - 4,80 -

TOTAL 21.537,48 27.565,33 28.216,50 30.160,39 31.430,02 10,36

Laju

Pertumbuhan

(%/tahun)

Komoditi

Produksi (000 ton)

Sumber: Ditjenbun, 2009. Keterangan: 1) Data sementara Peningkatan produksi berbagai komoditas unggulan perkebunan selama 2005-2009 dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan perkebunan periode tersebut, yaitu Revitalisasi Perkebunan Kelapa Sawit, Karet dan Kakao, Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional, Pengembangan Kapas Rakyat, Akselerasi Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tebu, Pengembangan Kelapa Terpadu, Pengembangan Tanaman Penghasil Bio-Fuel (Bio-Energi), Revitalisasi Perlindungan Perkebunan, Revitalisasi Perbenihan, dan Pengembangan Komoditas Unggulan Nasional di luar Revitalisasi Perkebunan dalam rangka mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada seperti lada, jambu mete, kopi dan teh.

Page 31: RenstraBun.2010-2014

31

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

1.1.2.3. Perkembangan Produktivitas

Seiring dengan meningkatnya produksi dan luas areal, selama periode 2005-2009 produktivitas komoditas perkebunan secara umum juga menunjukkan kecenderungan meningkat (Tabel 10). Namun demikian nilai produktivitas tersebut rata-rata masih mencapai 72,5% dari potensi/standar yang ditetapkan dari hasil penelitian. Komoditas yang produktivitasnya meningkat secara drastis adalah jarak pagar, kapas, dan nilam dengan laju petumbuhan per tahun masing-masing mencapai 388,54%, 29,00%, dan 25,82%. Komoditas lain yang mengalami peningkatan adalah kelapa sawit (5,39%), tembakau (3,38%), kelapa (3,11%), karet (2,19%), cengkeh (2,18%), jambu mete (2,07%), kopi (1,80%), dan tebu (1,44%). Tabel 10. Perkembangan Produktivitas Komoditas Unggulan

Perkebunan

2005 2006 2007 2008 20091)

Kelapa Sawit (CPO) 2.925 3.498 3.634 3.424 3.562 5,39

Kakao (kakao kering) 921 849 796 889 818 -2,76

Karet (karet kering) 862 967 993 994 936 2,19

Kelapa (setara kopra) 925 947 1.142 1.164 1.035 3,11

Kopi (biji kering) 683 695 673 729 731 1,80

Tebu (gula) 5.872 5.820 5.710 6.190 6.204 1,46

Jambu Mete (gelondong kering) 428 469 474 474 463 2,07

Cengkeh (bunga kering) 248 207 246 232 264 2,18

T e h (daun kering) 1.462 1.322 1.363 1.447 1.432 -0,34

Tembakau (daun kering) 777 867 856 863 884 3,38

Kapas (serat berbiji) 540 664 941 1.261 1.498 28,63

Lada (lada kering) 688 668 656 702 681 -0,19

Jarak Pagar (biji kering) 8 97 437 758 921 388,54

Nilam (daun kering) 3.000 6.000 6.000 6.100 6.200 25,82

Kemiri Sunan (biji kering) - - - - 16.000 -

Komoditi

Produktivitas (Kg/Ha) Laju

Pertumbuhan

(%/Tahun)

Sumber: Ditjenbun, 2009. Keterangan: 1) Data sementara

Page 32: RenstraBun.2010-2014

32

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Namun demikian, terdapat juga komoditas yang mengalami penurunan produktivitas, yaitu kakao, teh, dan lada. Penurunan produktivitas kakao dimulai sejak tahun 2006 akibat tanaman tua, kurang terpelihara, dan serangan OPT. Intervensi Pemerintah melalui berbagai kegiatan yang bersifat penghela, lambat laun menunjukkan keberhasilan sebagaimana terlihat pada tahun 2008. Pada tahun 2008 produktivitas kakao, lada, dan teh mulai meningkat masing-masing sekitar 4,71%, 9,46% dan 5,09% dibandingkan dengan tahun 2006. Khusus untuk kakao, upaya yang dilaksanakan adalah peningkatan produksi dan mutu tanaman seluas 450 ribu hektar melalui Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional selama tiga tahun ke depan.

1.1.2.4. Perkembangan Mutu Pertanaman Perubahan perilaku konsumen dan liberalisasi perdagangan berimplikasi pada semakin ketatnya persaingan produk-produk perkebunan di pasar internasional. Pasar tidak hanya menuntut terpenuhinya standar produk dari aspek jumlah saja tetapi juga dari aspek mutu termasuk mutu pertanaman yang mendukung terpenuhinya berbagai atribut produk yang lebih detail, seperti : atribut keamanan produk (safety attributes), atribut nutrisi (nutritional attributes), atribut nilai (value attributes), atribut pengepakan (packaging attributes), atribut lingkungan (ecolabelled

attibutes), dan atribut kemanusiaan (humanistic attributes). Tabel 11. Perkembangan Mutu Pertanaman

2005 2006 2007 2008 2009

1. Jumlah populasi tanaman 70 71 72 73 75

2. Luas serangan OPT 33 33 32 32 32

3. Penggunaan benih bersertifikat 30 32 35 39 43

NO. PARAMETERRATA-RATA (%)

Sumber: Ditjenbun, 2009.

Banyak parameter yang dapat dijadikan ukuran untuk mutu pertanaman. Namun, tidak semua parameter tersebut dapat diukur kinerjanya secara kuantitatif sebagaimana dipersyaratkan dalam reformasi perencanaan dan penganggaran. Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal

Page 33: RenstraBun.2010-2014

33

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Perkebunan menetapkan tiga parameter untuk mengukur secara kuantitatif kinerja pembangunan perkebunan dari aspek mutu pertanaman yang meliputi jumlah populasi tanaman, luas serangan OPT dan penggunaan benih bersertifikat. Perkembangan mutu pertanaman selama periode 2005-2009 adalah seperti pada Tabel 11.

1.2. Potensi dan Permasalahan Sebagai negara besar yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote, Indonesia memiliki banyak potensi yang dapat digali untuk mensukseskan agenda pembangunan perkebunan seperti potensi wilayah yang luas, jumlah penduduk yang besar dan kondisi agroklimat serta budaya yang beranekaragam. Di sisi lain Indonesia juga menghadapi banyak hambatan dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, seperti fenomena iklim (El-Nino) yang berakibat munculnya bencana alam (banjir, kekeringan). Beberapa potensi dan permasalahan yang mempengaruhi kinerja pembangunan perkebunan periode 2005-2009 dan menjadi faktor yang menentukan keberhasilan implementasi rencana pembangunan perkebunan periode 2010-2014, adalah sebagai berikut:

1.2.1. Potensi 1.2.1.1. Sumber Daya Hayati

Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversity yang mempunyai jumlah kea-nekaragaman hayati terbesar di dunia. Walaupun luas daratannya hanya 1,3 % dari seluruh daratan bumi, tetapi Indonesia memiliki keaneka-ragaman flora dan fauna yang sangat berlimpah. Sekitar 10%

spesies berbunga, 12% spesies mamalia, 16% spesies reptil dan amphibia,

Page 34: RenstraBun.2010-2014

34

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

17% spesies burung serta 25% spesies ikan terdistribusi di Indonesia. Sebagian spesies bahkan tidak terdapat di belahan bumi lain. Melimpahnya keanekaragaman flora merupakan potensi sumber daya genetik untuk menghasilkan klon/varietas unggul perkebunan disamping dapat dimanfaatkan sebagai bahan bio-fuel, bio-pesticide, bio-fertilizer

atau untuk tujuan komersial lainnya. Demikian juga dengan kekayaan fauna, antara lain serangga yang dapat dimanfaatkan sebagai agensia hayati untuk mengendalikan OPT perkebunan. Selain itu beberapa tanaman merupakan komoditas spesifik perkebunan yang memiliki keunggulan komparatif dan kompe-titif sehingga sangat berpotensi untuk mengisi pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Dalam rangka mengupayakan keberlanjutan ketersediaan sumberdaya genetik (SDG) untuk menghasilkan varietas dan klon-klon baru, dilakukan eksplorasi SDG baik di dalam maupun luar negeri serta membangun kebun-kebun koleksi yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. 1.2.1.2. Sumber Daya Lahan dan Agroekosistem Ketersediaan lahan menjadi salah satu keunggulan komparatif dalam pengembangan perkebunan. Apabila dikelola dengan baik keunggulan komparatif ini dapat mendukung keunggulan kompetitif. Saat ini masih tersedia lahan potensial untuk pengembangan perkebunan sekitar 24 juta

hektar yang meliputi lahan berpotensi baik (18,74 juta hektar), lahan berpotensi sedang (2,99 juta hektar) dan sisanya lahan berpotensi bersyarat, seperti lahan rawa dan gambut, yang masih memerlukan inovasi teknolo-

Page 35: RenstraBun.2010-2014

35

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

gi khusus untuk pengem-bangannya. Potensi lainnya dalam pembangunan perkebunan adalah kondisi agroekosistem. Komponen agroekosistem yang meliputi kondisi geografis, penyinaran matahari, intensitas curah hujan yang hampir merata sepanjang tahun di beberapa wilayah, dan keanekaragaman jenis tanah menjadi faktor yang sangat mendukung dan potensial untuk pengembangan perkebunan. Komponen agroekosistem lainnya, yaitu tanaman perkebunan, selain bernilai ekonomis juga mempunyai potensi ekologis yaitu sebagai pemfiksasi CO2, produsen O2 dan sebagai tanaman yang berfungsi konservasi lahan dan air. Selain itu, komoditi perkebunan juga berpotensi menurunkan emisi CO2 terutama bila komoditi perkebunan dikembangkan untuk merehabilitasi lahan semak belukar/alang-alang. Simpanan CO2 rata-rata pada beberapa lahan perkebunan dan perbandingannya dengan lahan hutan dan lahan terlantar (semak belukar dan alang-alang), tersaji pada Tabel 12.

Tabel 12. Perbandingan Simpanan CO2 Rata-Rata pada Lahan Perkebunan, Hutan dan Lahan Terlantar (Semak Belukar

dan Alang-Alang)

SISTEM PEMANFAATAN LAHAN SIMPANAN CO2 RATA-RATA

(TON/HA)

Lahan Perkebunan - Kelapa sawit 60 - Karet 68 - Kelapa 60 - Jarak Pagar 10 - Teh 28 - Tebu 9 - Kopi 51 - Kakao 58 Lahan Hutan - Hutan primer 300 - Hutan sekunder (Kalimantan Tengah) 132 Lahan Terlantar - Semak belukar 15 - Alang-alang 2 Sumber: Badan Litbang Pertanian, 2009.

Page 36: RenstraBun.2010-2014

36

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

1.2.1.3. Sumber Daya Manusia

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan perkebunan. Dari segi jumlah, sub sektor perkebunan mempunyai SDM yang melimpah. Saat ini, dari sekitar 114 juta orang angkatan kerja Indonesia, sekitar 38%-nya (43 juta orang) bekerja di sektor pertanian dan sekitar 17%-nya (19,7 juta orang) diantaranya menggantungkan hidup-nya pada sub sektor perkebunan. Melalui pendekatan yang tepat, besarnya jumlah angkatan kerja tersebut merupakan potensi untuk mengembangkan perkebunan. Dengan adanya lembaga pendidikan yang kompeten,

peningkatan kualitas dan kapabilitas SDM perkebunan bukan merupakan suatu hal yang sulit untuk diwujudkan. Tidak kalah pentingnya dalam hal potensi SDM adalah petugas terampil, terlatih dan berdedikasi tinggi jumlahnya dapat ditingkatkan secara signifikan yang siap dimanfaatkan untuk melaksanakan pembangunan perkebunan. 1.2.1.4. Teknologi Teknologi budidaya terapan, baik yang dihasilkan oleh lembaga penyedia teknologi maupun individu praktisi perkebunan, telah tersedia untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan, antara lain teknologi somatic embryogenesis/kultur jaringan, rekayasa genetik, sambung samping, sambung pucuk, pengendalian OPT secara terpadu, pengolahan limbah kebun sebagai pupuk organik dan teknologi budidaya yang adaptif terhadap perubahan iklim. Selain

Page 37: RenstraBun.2010-2014

37

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

berperan meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan, teknologi terapan tersebut juga bersifat ramah lingkungan. Disamping teknologi budidaya terapan, teknologi pemuliaan tanaman juga telah dihasilkan antara lain melalui rekayasa genetika dalam rangka mendukung pengadaan varietas unggul guna menciptakan komoditas perkebunan berdaya saing tinggi. 1.2.1.5. Pasar

Pasar dalam negeri merupakan pasar yang sangat potensial terkait dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia dan adanya ber-bagai upaya Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Pasar internasional juga menjadi sangat potensial seiring dengan liberalisasi perdagangan dunia. Potensi pasar komoditas perkebunan juga semakin tinggi mengingat semakin

beragamnya sumber bahan baku dan derivatif produk perkebunan, antara lain bio-fuel yang memiliki potensi besar untuk mengganti energi fosil yang semakin langka dan jumlahnya semakin menipis. Selain itu semakin meningkatnya permintaan produk specialty dan organik perkebunan di pasar internasional menambah tingginya potensi pasar komoditas perkebunan di masa depan.

Page 38: RenstraBun.2010-2014

38

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

1.2.2. Permasalahan 1.2.2.1. Peraturan Daerah Otonomi Daerah memberikan kewenangan dan tanggung jawab yang luas secara proporsional kepada daerah. Wujud otonomi daerah adalah pengaturan dan pembagian wewenang serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dampak positif yang diharapkan dari implementasi otonomi daerah adalah bahwa inisiatif daerah lebih terpacu sehingga potensi ekonomi daerah, termasuk subsektor perkebunan dapat digali secara optimal. Dalam konteks ini sudah seharusnya daerah mengetahui potensi perkebunan sebagai dasar untuk meregulasi pengelolaan sumberdaya, seperti penentuan jenis komoditi dan tipe kegiatan perkebunan yang sesuai di daerahnya. Disisi lain, dampak negatif dari otono-mi daerah mulai dirasakan oleh pela-ku usaha perkebun-an antara lain masih terdapatnya bebe-rapa kebijakan pe-merintah daerah da-lam bentuk peratur-an daerah yang ku-rang selaras dengan kebijakan nasional seperti kebijakan dalam pemanfaatan sumber daya alam. Konsekuensi dari hal tersebut adalah terjadinya kompetisi pemanfaatan sumber daya alam yang kurang

Page 39: RenstraBun.2010-2014

39

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

menguntungkan bagi pembangunan perkebunan dan ketimpangan antara kabupaten/kota yang satu dengan yang lain dalam satu provinsi. Faktor lain adalah pemberlakuan beberapa peraturan daerah yang membebani pelaku perdagangan dalam negeri/antar daerah dengan berbagai pungutan atau retribusi yang mengakibatkan terjadinya hambatan dalam internal trade (desa-kota, antar daerah dan antar pulau) yang bermuara pada berkurangnya daya saing produk lokal di pasar domestik. Disamping itu, institusi yang menangani perkebunan di beberapa kabupaten/kota tidak jelas keberadaannya, hal ini merepresentasikan bahwa komitmen

Pemerintah Daerah terhadap pembangunan perkebunan masih kurang optimal. Kurangnya komitmen daerah dalam pembangunan perkebunan juga tercermin dari penempatan SDM yang kurang sesuai dengan bidang profesinya serta sangat cepatnya pergantian pimpinan pada institusi yang membidangi perkebunan di daerah.

1.2.2.2. Lahan

Sumber daya lahan merupakan salah satu faktor produksi utama dalam pembangunan perkebunan. Masalah lahan dalam pemba-ngunan perkebunan erat kaitannya dengan pemanfaatan, status ke-pemilikan, dan pengua-saannya. Dari aspek pemanfaatan, peningkatan jumlah pen-duduk yang pesat dan distribusinya yang tidak merata telah melampaui daya dukung lahan sehingga lahan menjadi sumber daya yang langka. Kondisi demiki-an menimbulkan terjadi-nya kompetisi pemanfaa-tan lahan yang kurang sehat bagi kepentingan multi sektor yang seringkali menjadi pemicu terjadinya konflik sosial. Hal lain yang menjadi masalah

Page 40: RenstraBun.2010-2014

40

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

dalam pemanfaatan lahan adalah terdapatnya penelantaran lahan oleh perusahaan perkebunan terhadap lahan yang sudah dialokasikan untuk perkebunan. Dari sekitar 8 juta hektar kawasan hutan yang telah dilepas untuk perkebunan, sekitar 4 juta hektar masih terlantar. Dari sekitar 4 juta hektar lahan terlantar tersebut, sekitar 2 juta hektar diantaranya telah berstatus Hak Guna Usaha (HGU). Status kepemilikan lahan menjadi salah satu masalah krusial dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan. Rata-rata pekebun tidak memiliki dokumen kepemilikan lahan yang memadai dalam bentuk sertifikat. Hal ini menghambat pekebun dalam mengembangkan usaha kebunnya karena kesulitan dalam mengakses dana perbankan atau lembaga keuangan resmi lainnya. Hingga saat ini sertifikat tanah yang diterbitkan untuk lahan pertanian yang luasnya mencapai 25 juta hektar baru sekitar 12 juta persil atau sekitar 16% dari seluruh persil yang ada di Indonesia. Struktur penguasaan lahan yang tidak seimbang dan kontroversi antara HGU dengan hak masyarakat sesuai hukum adat (hak ulayat), menimbulkan masalah dalam alokasi sumber daya lahan dan distribusinya. Konflik terjadi tatkala hak negara untuk menguasai suatu lahan dalam bentuk HGU untuk usaha perkebunan berbenturan dengan klaim masyarakat adat atas lahan yang sama sebagai hak ulayat. Masalah lain dalam hal penguasaan lahan adalah adanya kesenjangan luas penguasaannya antara perkebunan besar dan perkebunan rakyat. 1.2.2.3. SDM dan Kelembagaan/Organisasi Pekebun Budaya kerja baik pekebun maupun petugas sebagai pembina masih berorientasi kepada anggaran Pemerintah. Pekebun umumnya selalu mengharapkan bantuan dari Pemerintah, sementara kegiatan pembinaan dan bimbingan dari petugas umumnya baru dimulai ketika anggaran Pemerintah tersedia. Akibatnya pembinaan dan bimbingan berjalan tidak berkesinambungan sehingga kapasitas pekebun antara lain dalam hal adopsi teknologi, wirausaha, manajemen, kemampuan lobi dan akses informasi masih kurang optimal. Selain itu, adanya kesenjangan antara jumlah petugas yang diperlukan dengan yang tersedia, terbatasnya jumlah dan tidak meratanya distribusi petugas yang kompeten, serta

Page 41: RenstraBun.2010-2014

41

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

ketidaksesuaian penempatan petugas, menjadi masalah lain dalam pembangunan perkebunan periode 2005-2009. Meskipun berbagai upaya pengembangan dan penumbuhan kelembagaan usaha perkebunan telah dilakukan yaitu pembentukan 2.750 unit koperasi perkebunan, tujuh asosiasi pengusaha komoditi (GAPKINDO, GAPKI, AELI, AEKI, ATI, ASKINDO, dan AGI), 12 asosiasi petani komoditi (APLI untuk lada, APCI untuk cengkeh, APKI dan MAPI untuk kelapa, APKAI untuk kakao, APKASINDO untuk kelapa sawit, AKPARINDO untuk karet, ASPEKINDO untuk kapas, APJMI untuk jambu mete, APKI untuk kopi, APTEH untuk teh, APTRI dan BKAPTRI untuk tebu, GIKPN, dan GAPERINDO), enam dewan komoditi (Dewan Gula Indonesia, Dewan Minyak Sawit Indonesia, Dewan Kelapa Indonesia, Dewan Atsiri Indonesia, Dewan Rempah Indonesia, dan Dewan Kakao Indonesia), dan satu komisi komoditi yaitu Komisi Karet Indonesia, namun keberadaannya belum menunjukkan kontribusinya sebagai kelembagaan yang profesional, produktif dan mandiri. Selain itu, ketergantungan kelembagaan pekebun terhadap pihak lain terutama terhadap Pemerintah yang masih sangat tinggi menyebabkan kelembagaan pekebun tidak memiliki posisi tawar yang seimbang dan optimal untuk melakukan kerjasama kemitraan usaha dengan pelaku agribisnis lainnya (pedagang dan industri pengolahan). Meskipun lembaga pendidikan untuk peningkatan SDM telah tersedia, namun lembaga pendidikan yang khusus menangani perkebunan, terutama di luar pulau Jawa, sampai dengan saat ini masih sangat terbatas, padahal lokasi pengembangan perkebunan sebagian besar di luar Jawa. Hal ini mengakibatkan jumlah petugas masih terbatas dan distribusinya tidak merata. 1.2.2.4. Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berbagai kegiatan pembangunan perkebunan periode 2005-2009 telah berhasil meningkatkan produktivitas dan mutu sebagian besar komoditas perkebunan. Meskipun demikian, secara umum produktivitas dan mutu komoditas perkebunan tersebut masih di bawah potensi(72,5%) dan masih dapat ditingkatkan lagi.

Page 42: RenstraBun.2010-2014

42

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Beberapa kendala dalam upaya peningkatan produksi dan mutu tanaman perkebunan antara lain kondisi infrastruktur perkebunan yang belum memadai. Kondisi infrastruktur perkebunan seperti jalan usaha perkebunan saat ini umumnya sudah banyak yang rusak sedangkan pembangunan baru dan pemeliharaan infrastruktur yang ada belum

memadai. Kondisi ini menghambat pekebun dan investor dalam mengembangkan agribisnis perkebunan. Selain itu belum optimalnya penggunaan dan ketersediaan benih unggul bermutu/bersertifikat serta sarana produksi lainnya, adanya serangan hama penyakit tanaman dan gangguan usaha perkebunan, belum terpenuhinya standar populasi tanaman per hektar, dan didominasinya pertanaman oleh tanaman tua/rusak merupakan masalah lain yang juga menghambat upaya peningkatan produktivitas dan mutu tanaman perkebunan. 1.2.2.5. Efisiensi Agribisnis Perkebunan Meskipun untuk komoditas tertentu seperti kelapa sawit, Indonesia merupakan salah satu negara paling efisien dalam menjalankan agribisnisnya, namun secara umum efisiensi agribisnis perkebunan Indonesia masih belum memenuhi harapan. Kondisi ini antara lain tercermin dari beberapa hal, seperti belum terpenuhinya skala ekonomi usaha agribisnis perkebunan khususnya perkebunan rakyat; belum terintegrasinya usaha agribisnis perkebunan dalam suatu kawasan pengembangan perkebunan seperti yang diamanahkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, misalnya sumber bahan baku belum terintegrasi dengan unit pengolahan; dominasi produk primer dalam perdagangan komoditi perkebunan yang mengakibatkan perolehan nilai tambah tidak dinikmati oleh para pelaku agribisnis perkebunan; belum optimalnya pemanfaatan limbah dan hasil

Page 43: RenstraBun.2010-2014

43

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

samping perkebunan, dan; belum dilaksanakannya portofolio/diversifikasi usaha perkebunan secara optimal yang dapat menjamin kelangsungan usaha. 1.2.2.6. Liberalisasi Pasar Global Sebagai salah satu fenomena globalisasi, isu liberalisasi pasar global atau liberalisasi perdagangan semakin marak setelah disetujui dan ditandatanganinya kesepakatan General Agreement on Tariff and Trade (GATT)-Putaran Uruguay oleh 122 negara anggota, termasuk Indonesia, di Marrakesh, Maroko pada tanggal 15 April 1994 (Marrakesh Meeting). Pada pertemuan tersebut disetujui pula perubahan nama GATT menjadi World Trade Organization (WTO).

Dengan banyaknya negara yang merasa semakin pentingnya perdagangan bebas antar negara dan adanya kekhawatiran akan kegagalan perundingan GATT-Putaran Uruguay, maka negara-negara yang berada pada suatu kawasan dengan kesamaan potensi dan kebutuhan maupun hubungan geografis dan tradisional terdorong untuk membentuk kelompok/kawasan perdagangan bebas (free trade area),seperti : AFTA (Asean Free Trade

Area) yang mencakup negara-negara anggota ASEAN; NAFTA (North

America Free Trade Area) yang mencakup Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko; APEC (Asia Pacific Economic Community) yang mencakup negara-negara di kawasan Asia Pasifik; Uni Eropa (European Union) yang

Page 44: RenstraBun.2010-2014

44

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

mencakup negara-negara di kawasan Eropa Barat, dan; ACFTA (Asean-

China Free Trade Area) yang mencakup negara-negara Asean dengan China. Sebagai bagian dari tatanan perekonomian dunia, Indonesia yang menganut sistem ekonomi terbuka harus ikut melaksanakan perdagangan bebas. Komitmen mengenai hal itu dimanifestasikan dalam bentuk keikutsertaan Indonesia pada AFTA, APEC, ACFTA, dan WTO. Secara umum komitmen negara-negara yang terlibat liberalisasi pasar global adalah menghilangkan secara bertahap hambatan tarif (tariff barrier) dan sebagai gantinya menerapkan hambatan non-tarif (non-

tariff barrier) dalam meka-nisme ekspor-impor. Meski-pun masalah hambatan tarif dapat diatasi secara bertahap, namun agribisnis perkebunan Indonesia akan menghadapi masalah yang lebih berat yaitu hambatan non-tarif berupa hambatan teknis (technical barrier) maupun aspek sanitasi dan fitosanitasi (Sanitary and Phytosanitary). Hambatan teknis yang telah ada dan akan banyak dipakai dalam agribisnis perkebunan ke depan adalah isu mutu produk, isu lingkungan, isu property right, isu hak asasi manusia (HAM), dan isu ketenagakerjaan. Tidak jarang masing-masing negara/kawasan tujuan ekspor menetapkan sendiri standar untuk ekspor atau impor produk perkebunan. Sebagai contoh Uni Eropa mengkaitkan impor CPO dengan isu pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan (RSPO).

Page 45: RenstraBun.2010-2014

45

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Hambatan lainnya adalah konsumen, menuntut atribut produk yang lebih

detail, seperti : atribut keamanan produk (safety attributes), atribut nutrisi

(nutritional attributes), atribut nilai (value attributes), atribut pengepakan

(packaging attributes), atribut lingkungan (ecolabelled attibutes), dan atribut

kemanusiaan (humanistic attributes). Sebagian dari atribut tersebut telah

melembaga, baik secara internasional seperti penerapan SPS (Sanitary dan

Phytosanitary) maupun secara individual melalui penerapan standar mutu produk

pertanian setiap negara.

Liberalisasi pasar global juga berimplikasi pada “hilangnya” batas-batas geografis dan administrasi suatu negara sehingga memungkinkan penguasaan sumber daya oleh pihak asing/negara lain dalam memanfaatkan melimpahnya sumberdaya Indonesia melalui perusahaan global, aliansi strategis dan perusahaan multinasional. 1.2.2.7. Perubahan Iklim Global Pemanasan global mengaki-batkan perubahan iklim mikro dan meningkatnya frekwensi maupun inten-sitas kejadian cuaca eks-trim. Intergovernmental Pa-

nel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa pemanasan global dapat menyebabkan perubahan yang signifikan dalam sistem fisik dan biologis serta siklus hidrologi seperti peningkatan intensitas badai tropis, perubahan pola presipitasi, salinitas air laut, perubahan pola angin, mempengaruhi masa reproduksi hewan dan tanaman, distribusi spesies dan ukuran populasi, frekuensi serangan hama dan wabah penyakit, serta mempengaruhi berbagai ekosistem yang terdapat di daerah dengan garis lintang yang tinggi, lokasi yang tinggi, serta ekosistem-ekosistem pantai.

Page 46: RenstraBun.2010-2014

46

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Bagi sub sektor perkebunan, dampak perubahan iklim global adalah terjadinya penurunan produksi dan berubahnya agroekosistem yang dapat menjadi penyebab meningkatnya eksplosi hama dan penyakit tanaman. Selain itu, perubahan iklim global juga menyebabkan bergesernya pola dan kalender tanam, serta meningkatnya intensitas kekeringan, kebanjiran dan kebakaran kebun. Disisi lain, teknologi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim bagi sub sektor perkebunan belum begitu berkembang, demikian juga kurang tersosialisasinya informasi dalam antisipasi perubahan iklim terkait usaha tani perkebunan.

1.2.2.8. Akses Pekebun terhadap Sumber Permodalan Permodalan masih merupakan kendala yang dihadapi oleh pekebun dalam menjalankan usaha perkebunannya. Umum-nya pekebun tidak memiliki modal yang cukup untuk memulai atau mengembangkan usaha perkebunannya sehingga harus meminjam ke pihak lain. Sulitnya mengakses permodal-an kepada perbankan atau lembaga keuangan resmi lainnya, menyebabkan pekebun mencari pinjaman modal kepada para pemilik modal yang umumnya adalah pedagang hasil perkebunan yang menarik modalnya ketika panen tiba sehingga pekebun tidak leluasa menjual hasil panennya. Sebagian pekebun malah meminjam modal kepada rentenir dengan bunga pinjaman yang tinggi. Meskipun Pemerintah telah menyediakan kredit melalui skim kredit program KKP-E, KPEN-RP, KUR, maupun kredit komersial, namun fasilitas kredit tersebut pada kenyataannya masih sulit diakses oleh pekebun. Kesulitan mengakses perbankan atau lembaga keuangan resmi lainnya umumnya disebabkan pekebun belum dapat memenuhi persyaratan adminitrasi perbankan terutama dalam hal jaminan/agunan untuk memperoleh kredit. Disamping itu, resiko agribisnis perkebunan yang cukup tinggi menyebabkan perbankan enggan memberikan kredit kecuali untuk beberapa komoditas seperi kelapa sawit dan tebu. Hal lain yang mempersulit akses pekebun terhadap sumber permodalan adalah belum tersedianya lembaga keuangan dan perbankan yang khusus bergerak di bidang perkebunan dan belum tersedianya lembaga penjaminan resiko usaha perkebunan.

Page 47: RenstraBun.2010-2014

47

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Page 48: RenstraBun.2010-2014

48

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

2 PEMBANGUNAN PERKEBUNAN JANGKA MENENGAH TAHUN 2010-2014

2.1. Visi Pembangunan

2.1.1. Visi Pembangunan Nasional Indonesia terus berupaya untuk mewujudkan pemerintah yang bersih, berwibawa dan bebas KKN serta memberikan pelayanan publik yang baik, efisien dan murah bagi berbagai pelaku kepentingan, sehingga dihormati oleh dunia internasional. Oleh karena itu visi pembangunan nasional 2010-2014 yang dikenal sebagai Visi Indonesia 2014 adalah : “Terwujudnya

Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan” dengan penjelasan sebagai berikut: Kesejahteraan Rakyat adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demokrasi adalah terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia. Keadilan adalah terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.

2.1.2. Visi Pembangunan Pertanian Dari aspek sektoral, Visi Indonesia 2014 tersebut dirumuskan oleh Kementerian Pertanian sebagai focal point dalam pembangunan pertanian, menjadi: "Terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang

Page 49: RenstraBun.2010-2014

49

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan,

nilai tambah, daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani".

2.1.3. Visi Pembangunan Perkebunan Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan pembangunan pertanian, tentunya visi pembangunan perkebunan harus selaras dengan visi pembangunan nasional dan visi pembangunan pertanian. Visi yang ingin diwujudkan melalui pembangunan perkebunan selama 2010-2014 adalah "Terwujudnya peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu

tanaman perkebunan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejah-

teraan masyarakat perkebunan".

2.2. Misi Pembangunan

2.2.1. Misi Pembangunan Nasional Misi pembangunan 2010-2014 adalah rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan untuk mencapai visi Indonesia 2014, yaitu terwujudnya Indonesia Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan, namun tidak dapat terlepas dari kondisi dan tantangan lingkungan global dan domestik pada kurun waktu 2010-2014 yang mempengaruhinya.

Misi pemerintah dalam periode 2010-2014 diarahkan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai, serta meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis. Usaha-usaha Perwujudan visi Indonesia 2014 akan dijabarkan dalam misi pemerintah tahun 2010-2014 sebagai berikut.: (1) Melanjutkan pembangunan menuju indonesia yang sejahtera; (2) Memperkuat pilar-pilar demokrasi, dan; (3) Memperkuat dimensi keadilan di semua bidang pembangunan.

Page 50: RenstraBun.2010-2014

50

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

2.2.2. Misi Pembangunan Pertanian Untuk dapat berkontribusi secara signifikan dalam misi pembangunan nasional 2010-2014 sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Kementerian Pertanian menetapkan misinya sebaga berikut: (1) Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis

iptek dan sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis;

(2) Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan; Mengamankan plasma-nutfah dan meningkatkan pendayagunaannya untuk mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan;

(3) Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri serta mampu memanfaatkan iptek dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi;

(4) Meningkatkan produk pangan segar dan olahan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) dikonsumsi;

(5) Meningkatkan produksi dan mutu produk pertanian sebagai bahan baku industri;

(6) Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi secara vertikal dan horisontal guna menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan;

(7) Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan sumberdaya lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional;

(8) Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan, dan;

(9) Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan profesional.

Page 51: RenstraBun.2010-2014

51

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

2.2.3. Misi Pembangunan Perkebunan Mengacu pada misi pembangunan nasional dan Kementerian Pertanian, misi yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan untuk melaksanakan pembangunan perkebunan adalah: (1) Memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman

perkebunan; (2) Menfasilitasi penyediaan benih unggul bermutu serta sarana produksi; (3) Menfasilitasi penanganan perlindungan tanaman dan gangguan usaha

perkebunan; (4) Memfasilitasi pengembangan usaha perkebunan serta penumbuhan

kemitraan yang sinergis antar pelaku usaha perkebunan secara berkelanjutan;

(5) Mendorong penumbuhan dan pemberdayaan kelembagaan petani serta memfasilitasi peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan harmonisasi antara aspek ekonomi, sosial dan ekologi;

(6) Memberikan pelayanan di bidang perencanaan, peraturan perundang-undangan, manajemen pembangunan perkebunan dan pelayanan teknis lainnya yang terkoordinasi, efisien dan efektif.

2.3. Tujuan Pembangunan

2.3.1. Agenda Pembangunan Nasional Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010-2014, ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional tahun 2010-2014, yaitu:

− Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat;

− Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan;

− Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi;

− Agenda IV : Penegakkan Hukum Dan Pemberantasan Korupsi, dan;

− Agenda V : Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkeadilan.

Page 52: RenstraBun.2010-2014

52

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

2.3.2. Tujuan Pembangunan Pertanian Sebagai terjemahan dari agenda nasional, Kementerian Pertanian menetapkan tujuannya untuk melaksanakan pembangunan pertanian sebagai berikut: (1) Mewujudkan sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan yang

berbasis sumberdaya lokal. (2) Meningkatkan dan memantapkan swasembada berkelanjutan. (3) Menumbuhkembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk

diversifikasi pangan. (4) Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian. (5) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

2.3.3. Tujuan Pembangunan Perkebunan Untuk dapat mendukung pencapaian agenda pembangunan nasional dan tujuan pembangunan pertanian, tujuan pembangunan perkebunan ditetapkan sebagai berikut: 1) Meningkatkan produksi, produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya

saing perkebunan; 2) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkebunan; 3) Meningkatkan penerimaan dan devisa negara dari subsektor

perkebunan; 4) Mendukung penyediaan pangan di wilayah perkebunan; 5) Memenuhi kebutuhan konsumsi dan meningkatkan penyediaan bahan

baku indutri dalam negeri; 6) Mendukung pengembangan bio-energi melalui peningkatkan peran

subsektor perkebunan sebagai penyedia bahan bakar nabati; 7) Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya secara arif dan

berkelanjutan serta mendorong pengembangan wilayah; 8) Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia perkebunan; 9) Meningkatkan peran subsektor perkebunan sebagai penyedia lapangan

kerja; 10) Meningkatkan pelayanan organisasi yang berkualitas.

Page 53: RenstraBun.2010-2014

53

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

2.4. Sasaran Strategis Pembangunan

2.4.1. Sasaran Pembangunan Nasional

Salah satu sasaran pembangunan nasional yang ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014 adalah Pembangunan Kesejahteraan Rakyat yang meliputi pembangunan ekonomi dan pembangunan pangan.

Sasaran pembangunan ekonomi adalah: (1) Pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,3–6,8 persen per tahun, dan sebelum

tahun 2014 tumbuh 7 persen; (2) Inflasi rata-rata 4–6 persen, (3) Tingkat pengangguran (terbuka) 5–6 persen pada akhir tahun 2014,

dan; (4) Tingkat kemiskinan 8–10 persen pada akhir tahun 2014.

Selanjutnya, sasaran pembangunan pangan adalah terjadinya pertumbuhan komoditas pangan utama: (1) produksi padi 3,22 persen per tahun; (2) produksi jagung 10,02 persen per tahun; (3) kedelai 20,05 persen per tahun, (4) gula 12,55 persen per tahun, dan; (5) daging sapi 7,40 persen per tahun.

2.4.2. Sasaran Kementerian Pertanian

Sesuai kontrak kinerja Menteri Pertanian dengan Presiden RI, selama lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian mencanangkan empat target utama, yaitu: (1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan

Saat ini tebu (gula) sudah dalam posisi swasembada untuk kebutuhan rumah tangga, sehingga ke depan ditargetkan untuk mempertahankan posisi tersebut bahkan pada tahun 2014 telah mencapai swasembada gula nasional baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri.

(2) Peningkatan diversifikasi pangan

Page 54: RenstraBun.2010-2014

54

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi mencapai ketahanan pangan. Sasarannya adalah tercapainya pola konsumsi pangan yang aman, bermutu, dan bergizi seimbang yang dicerminkan oleh tercapainya skor pangan harapan (PPH) sekurang-kurangnya 93,3 pada tahun 2014.

Dari sub sektor perkebunan diharapkan dapat berkontribusi terhadap skor PPH sebesar 15 yang berasal dari minyak dan lemak, dan gula. Adapun sasaran untuk skor PPH Perkebunan sebagai berikut:

Tabel 13. Sasaran Skor PPH Perkebunan 2010-2014

No. Makanan 2010 2011 2012 2013 2014

1. Minyak dan lemak 10,1 10,1 10,1 10,0 10,0

2. Gula 4,9 4,9 5,0 5,0 5,0

Skor PPH perkebunan 15 15 15 15 15 Sumber: Renstra Kementerian Pertanian, 2010-2014.

Sedangkan sasaran konsumsi komoditas pangan utama 2010-2014 sebagai berikut:

Tabel 14. Sasaran Konsumsi Komoditas Pangan Utama (Gula) 2010-2014

No. Komoditas Sasaran Konsumsi (kg/kapita/tahun)

2010 2011 2012 2013 2014 1. Gula 9,4 9,5 9,5 9,5 9,6

Sumber: Renstra Kementerian Pertanian, 2010-2014.

(3) Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekpor

Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada peningkatan kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor. Pada akhir 2014, ditargetkan 50% produk pertanian yang diperdagangkan harus dalam bentuk olahan.

(4) Peningkatan kesejahteraan petani Prioritas utama dalam kerangka peningkatan kesejahteraan petani adalah upaya peningkatan pendapatan petani. Pendapatan petani/pekebun diharapkan dapat meningkat menjadi minimal US$ 1.840/KK/2 ha/tahun pada tahun 2014.

Page 55: RenstraBun.2010-2014

55

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

2.4.3. Sasaran Makro Pembangunan Perkebunan Indikator makro yang digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan perkebunan periode lima tahun ke depan adalah pertumbuhan PDB (berdasarkan harga berlaku dan harga konstan), keterlibatan tenaga kerja, tambahan lapangan kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun, ekspor perkebunan dan NTP perkebunan rakyat. Tabel 15. Sasaran Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

Laju

Pertumbuhan

(%/tahun)

1 Pertumbuhan PDB

- harga berlaku (%) 10,84 11,03 11,22 11,41 11,60 1,71

- harga konstan (%) (tahun 2000) 2,97 3,02 3,08 3,14 3,19 1,80

2 Keterlibatan tenaga kerja (juta orang) 19,78 20,08 20,45 20,9 21,42 2,01

3 Tambahan lapangan kerja (ribu orang) 226,00 300,00 370,00 450,00 520,00 23,31

4 Investasi (Rp. Triliun) 45,18 51,73 57,31 62,9 68,49 10,98

5 Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar) 28,86 33,97 40,77 49,10 59,00 19,58

6 Pendapatan pekebun (US$/KK/2 ha) 1.600,00 1.660,00 1.720,00 1.780,00 1.840,00 3,56

7 Ekspor perkebunan (US$ milyar) 31,89 37,52 44,08 51,99 61,25 17,72

8 NTP Perkebunan Rakyat 105,02 106,07 107,1307 108,20 109,28 1,00

NO. INDIKATOR

SASARAN

Sasaran makro yang ingin dicapai pada tahun 2010-2014 melalui pembangunan perkebunan seperti pada Tabel 15 adalah pertumbuhan PDB sebesar 1,71% per tahun dari 10,84% pada tahun 2010 menjadi 11,60% pada tahun 2014 (harga berlaku) dan 1,80% per tahun dari 2,97% pada tahun 2010 menjadi 3,19% pada tahun 2014 (harga konstan); pertumbuhan keterlibatan tenaga kerja sebesar 2,01% per tahun dari 19,78 juta orang pada tahun 2010 menjadi 21,42 juta orang pada tahun 2014; pertumbuhan tambahan lapangan kerja sebesar 23,31% per tahun dari 226 ribu orang pada tahun 2010 menjadi 520 ribu orang pada tahun 2014; pertumbuhan investasi sebesar 10,98% per tahun dari Rp.45,18 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp.68,49 triliun pada tahun 2014; pertumbuhan neraca perdagangan sebesar 19,58% per tahun dari US$ 28,86 milyar pada tahun 2010 menjadi US$ 59,00 pada tahun 2014; pertumbuhan pendapatan pekebun sebesar 3,56% per tahun dari US$ 1.600/KK/2 ha/tahun pada tahun 2010 menjadi US$ 1.840/KK/2 ha/tahun pada tahun 2014; pertumbuhan ekspor sebesar 17,72% per tahun dari US$ 31,89 milyar pada

Page 56: RenstraBun.2010-2014

56

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

tahun 2010 menjadi US$ 61,25 milyar pada tahun 2014, dan; pertumbuhan NTP perkebunan rakyat sebesar 1,00% per tahun dari 105,02 pada tahun 2010 menjadi 109,28 pada tahun 2014.

2.4.4. Sasaran Mikro Pembangunan Perkebunan

Pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 akan lebih difokuskan pada 15 komoditas unggulan nasional, yaitu karet, kelapa sawit, kakao, kelapa, jarak pagar, teh, kopi, jambu mete, lada, cengkeh, kapas, tembakau, tebu, nilam, dan kemiri sunan. Indikator mikro yang digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan perkebunan selama lima tahun ke depan adalah luas areal, produksi, produktivitas, dan sasaran mutu pertanaman pada ke-15 komoditas tersebut.

Tabel 16. Sasaran Luas Areal Komoditas Unggulan Nasional 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

Laju

Pertumbuhan

(%/tahun)

1 Kelapa sawit 8.127,00 8.342,00 8.557,00 8.772,00 8.987,00 2,55

2 Kakao 1.655,00 1.746,00 1.837,00 1.929,00 2.020,00 5,11

3 Karet 3.445,00 3.456,00 3.466,00 3.476,00 3.487,00 0,30

4 Kelapa 3.807,37 3.813,78 3.820,20 3.826,61 3.833,00 0,17

5 Kopi 1.291,00 1.308,00 1.328,00 1.331,00 1.354,00 1,20

6 Tebu 464,64 572,12 631,85 691,95 766,61 13,47

7 Jambu mete 573,35 574,12 574,90 575,67 577,00 0,16

8 Cengkeh 464,79 469,44 474,13 478,87 483,66 1,00

9 Teh 129,00 130,00 130,13 130,26 130,39 0,27

10 Tembakau 205,00 205,00 205,00 205,00 205,00 0,00

11 Kapas 15,00 17,50 20,00 23,50 25,00 13,71

12 Lada 192,00 193,00 194,00 195,00 196,45 0,57

13 Jarak pagar 10,19 12,47 15,07 17,98 21,22 20,14

14 Nilam 14,00 15,00 16,00 17,00 18,00 6,49

15 Kemiri sunan 1,00 2,00 4,00 7,00 10,00 79,46

20.394,34 20.856,43 21.273,28 21.676,84 22.114,33 2,04 Pertumbuhan sub sektor perkebunan

No. Komoditi

SASARAN LUAS AREAL (000 ha)

Luas areal komoditas unggulan nasional diproyeksikan tumbuh rata-rata sebesar 2,04% per tahun dari 20,394 juta hektar pada tahun 2010 menjadi 22,144 juta hektar pada tahun 2014, kecuali tembakau yang luasnya diproyeksikan konstan yaitu sekitar 205 ribu hektar untuk lima tahun ke depan (Tabel 16). Sasaran luas areal tebu rata-rata meningkat sebesar 13,47% per tahun dimaksudkan untuk mendukung pencapaian swasembada gula nasional

Page 57: RenstraBun.2010-2014

57

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

pada tahun 2014 melalui perluasan areal di luar pulau Jawa. Pengembangan kapas rakyat ditargetkan meningkat rata-rata 13,71% per tahun dalam rangka kontribusi sebesar 4% dari total kebutuhan kapas di dalam negeri. Sebaran proyeksi luas areal per provinsi diuraikan pada Lampiran 1 s.d. 15. Tabel 17. Sasaran Produksi Komoditas Unggulan Nasional 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

Laju

Pertumbuhan

(%/tahun)

1 Kelapa sawit (CPO) 23.200,00 24.429,00 25.710,00 27.046,00 28.439,00 5,22

2 Kakao (biji kering) 988,00 1.074,00 1.342,00 1.539,00 1.648,00 13,86

3 Karet (karet kering) 2.681,00 2.711,00 2.741,00 2.771,00 2.801,00 1,10

4 Kelapa (setara kopra) 3.266,00 3.290,00 3.317,00 3.348,00 3.380,00 0,86

5 Kopi (biji kering) 698,00 709,00 718,00 728,00 738,00 1,40

6 Tebu ( gula ) 2.996,00 3.867,23 4.396,20 4.934,73 5.700,00 17,63

7 Jambu mete (gelondong kering) 144,97 148,00 152,00 156,00 159,12 2,36

8 Cengkeh (bunga kering) 77,52 79,51 83,49 84,49 85,51 2,49

9 Teh (daun kering) 168,00 171,00 174,00 177,00 182,00 2,02

10 Tembakau ( daun kering) 181,00 182,00 183,00 183,00 184,00 0,41

11 Kapas (serat berbiji) 26,25 33,00 40,00 57,00 63,00 24,99

12 Lada (lada kering) 82,93 85,02 87,15 89,34 91,58 2,51

13 Jarak pagar (biji kering) 15,00 20,00 24,00 29,00 35,00 23,71

14 Nilam (daun kering) 91,00 97,00 106,00 116,00 124,00 8,05

15 Kemiri sunan (biji kering) 4,80 4,80 4,80 4,80 4,80 0,00

34.620,47 36.900,56 39.078,64 41.263,36 43.635,01 5,96 Pertumbuhan sub sektor perkebunan

No. Komoditi

SASARAN PRODUKSI (000 ton)

Sebagaimana terlihat pada Tabel 17, produksi 15 komoditas unggulan nasional (karet, kelapa sawit, kakao, kelapa, jarak pagar, teh, kopi, jambu mete, lada, cengkeh, kapas, tembakau, tebu, nilam, dan kemiri sunan) diproyeksikan tumbuh rata-rata sebesar 5,96% per tahun dari 34.62 juta ton pada tahun 2010 menjadi 43,63 juta ton pada tahun 2014, sedangkan tingkat produksi kemiri sunan selama lima tahun ke depan diperkirakan belum mengalami pertumbuhan, dan berada pada kisaran 4.800 ton per tahunnya akibat masih belum berkembangnya budidaya tanaman kemiri sunan di masyarakat selama beberapa tahun belakangan ini dan baru akan dikembangkan mulai tahun 2010. Sebaran proyeksi produksi per provinsi untuk tahun 2010-2014 adalah seperti pada Lampiran 16 s.d. 30.

Page 58: RenstraBun.2010-2014

58

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Tabel 18. Sasaran Produktivitas Komoditas Unggulan Nasional 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

2 Kelapa sawit (CPO) 3.888 3.997 4.109 4.225 4.344 2,81

3 Kakao (biji kering) 1.000 1.100 1.200 1.400 1.500 10,73

1 Karet (karet kering) 999 1.000 1.009 1.014 1.019 0,50

4 Kelapa (setara kopra) 1.105 1.119 1.135 1.151 1.200 2,09

7 Kopi (biji kering) 780 840 900 900 900 3,71

13 Tebu ( gula ) 6.448 6.760 6.960 7.130 7.440 3,65

8 Jambu mete (gelondong kering) 537 569 579 616 640 4,50

10 Cengkeh (bunga kering) 266 274 281 289 300 3,05

6 Teh (daun kering) 1.520 1.600 1.680 1.760 1.780 4,04

12 Tembakau ( daun kering) 885 888 890 892 893 0,23

11 Kapas (serat berbiji) 1.750 1.900 2.000 2.200 2.500 9,37

9 Lada (lada kering) 694 713 722 734 760 2,30

5 Jarak pagar (biji kering) 1.000 1.250 1.500 1.750 2.000 18,99

14 Nilam (daun kering) 6.300 6.400 6.500 6.550 6.600 1,17

15 Kemiri sunan (biji kering) 16.000 16.000 16.000 16.000 16.000 -

No. Komoditi

PROYEKSI PRODUKTIVITAS (kg/ha) Laju

Pertumbuhan

(%/tahun)

Tabel 19 memperlihatkan sasaran mutu pertanaman tahun 2010-2014. Jumlah populasi tanaman untuk 15 komoditas unggulan nasional sebagai salah satu indikator mutu pertanaman diproyeksikan meningkat dan mencapai 80% dari populasi standarnya pada tahun 2014. Parameter lainnya, yaitu luas serangan OPT diproyeksikan turun menjadi hanya 26% pada tahun 2014. Adapun penggunaan benih unggul bermutu/bersertifikat akan meningkat dan mencapai 60% pada tahun 2014.

Tabel 19. Sasaran Mutu Pertanaman 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1. Jumlah populasi tanaman 76 77 78 79 80

2. Luas serangan OPT 32 31 29 27 26

3. Penggunaan benih unggul

bermutu/bersertifikat

45 48 52 55 60

NO. PARAMETERTARGET RATA-RATA (% )

Page 59: RenstraBun.2010-2014

59

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Page 60: RenstraBun.2010-2014

60

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN TAHUN 2010-2014

3.1. Arah Kebijakan Nasional

3.1.1 Arah Kebijakan Umum Mengacu pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia baik dewasa ini maupun dalam lima tahun mendatang, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera, memperkuat pilar-pilar demokrasi dan memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan kesenjangan gender.

3.1.2. Prioritas Nasional Visi dan Misi pemerintah 2010-2014, perlu dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Sebelas Prioritas Nasional tersebut yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Prioritas yang terkait dengan sub sektor perkebunan meliputi: prioritas 5 (ketahanan pangan) dan prioritas 8 (energi) dengan uraian sebagai berikut:

Page 61: RenstraBun.2010-2014

61

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

3.1.2.1. Prioritas 5: Ketahanan Pangan Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian, peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Peningkatan pertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar 3,7% per tahun dan Indeks Nilai Tukar Petani dengan kisaran antara 115-120 pada tahun 2014. Oleh karena itu, substansi inti program aksi ketahanan pangan adalah sebagai berikut: (1) Lahan, Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian

Penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian, pengembangan areal pertanian baru seluas 2 juta hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar.

(2) Infrastruktur Pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya.

(3) Penelitian dan Pengembangan Peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi.

(4) Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau, serta sistem subsidi yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul yang teruji, pupuk, teknologi dan sarana pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat jumlah, dan terjangkau.

(5) Pangan dan Gizi Peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan melalui peningkatan pola pangan harapan.

(6) Adaptasi Perubahan Iklim Pengambilan langkah-langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.

Page 62: RenstraBun.2010-2014

62

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

3.1.2.2. Prioritas 8: Energi Pencapaian ketahanan energi nasional yang menjamin kelangsungan pertumbuhan nasional melalui restrukturisasi kelembagaan dan optimalisasi pemanfaatan energi alternatif seluas-luasnya. Oleh karena itu, substansi inti program aksi bidang energi adalah sebagai berikut: (1) Kebijakan: Pengambilan kewenangan atas kebijakan energi ke dalam

Kantor Presiden untuk memastikan penanganan energi nasional yang terintegrasi sesuai dengan Rencana.

(2) Energi alternatif: Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan. Di samping sebelas prioritas nasional tersebut di atas, upaya untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional juga melalui pencapaian prioritas nasional lainnya di bidang politik, hukum, dan keamanan, di bidang perekonomian, dan di bidang kesejahteraan rakyat.

3.1.3. Arah Kebijakan Bidang-Bidang Pembangunan Pembangunan Nasional dilakukan secara menyeluruh di berbagai bidang kehidupan masyarakat. Untuk itu, perencanaan pembangunan nasional dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) bidang pembangunan menurut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, yaitu: (1) Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama (2) Bidang Ekonomi (3) Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (4) Bidang Sarana dan Prasarana (5) Bidang Politik (6) Bidang Pertahanan dan Keamanan (7) Bidang Hukum dan Aparatur (8) Bidang Wilayah dan Tataruang (9) Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Disamping terlibat dalam pencapaian Prioritas Nasional (RPJMN 2010-2014, Buku I), pembangunan pertanian ditempatkan pada kelompok

Page 63: RenstraBun.2010-2014

63

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

pembangunan Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup/SDA dan LH (RPJMN 2010-2014, Buku II). Dalam lima tahun ke depan (2010–2014), pembangunan SDA dan LH masih terus diarahkan kepada dua kelompok (kluster), yaitu: (1) Pemanfaatan SDA yang mendukung pembangunan ekonomi, dan; (2) Peningkatan kualitas dan kelestarian LH. Pemanfaatan SDA dalam mendukung pembangunan ekonomi dijabarkan pada tiga prioritas, yaitu: (1) Peningkatan Ketahanan Pangan, Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan; (2) Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi, dan; (3) Peningkatan pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan. Kemudian pembangunan SDA dan LH untuk meningkatkan kualitas dan kelestarian LH ditekankan pada empat prioritas, yaitu: (1) Perbaikan kualitas lingkungan hidup; (2) Peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan; (3) Peningkatan pengelolaan sumber daya kelautan; (4) Peningkatan kualitas informasi iklim dan bencana alam serta kapasitas

adaptasi dan mitigasi perubahan iklim Sasaran utama prioritas Peningkatan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah: (1) Terpeliharanya ketersediaan beras dan meningkatnya tingkat

ketersediaan pangan pokok lainnya dari produksi dalam negeri; (2) Tercapainya tingkat pertumbuhan PDB sektor pertanian, perikanan,

dan kehutanan rata-rata 3,7 - 3,9 persen per tahun; (3) Meningkatnya aksesibilitas rumah tangga miskin dan rumah tangga

rawan pangan terhadap pangan; (4) Terjaganya stabilitas harga komoditas pangan, termasuk ikan pada

tingkat yang terjangkau oleh kelompok masyarakat berpendapatan menengah ke bawah;

(5) Meningkatnya ketersediaan dan konsumsi ikan sebagai sumber pangan protein hewani;

Page 64: RenstraBun.2010-2014

64

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

(6) Meningkatnya nilai tambah dan daya saing produk pertanian, perikanan, dan kehutanan di kawasan Asia dan global;

(7) Membaiknya tingkat kesejahteraan petani, yang diindikasikan oleh peningkatan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) menjadi 115-120 dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) menjadi 115-120.

Peningkatan produksi dan produktivitas pangan, pertanian, perikanan, dan kehutanan terutama diarahkan untuk meningkatkan ketersediaan pangan dan bahan baku industri dalam negeri. Untuk itu, sasaran ini akan diwujudkan melalui pencapaian: (1) Terpeliharanya swasembada beras dan meningkatnya swasembada

bahan pangan lain (jagung, kedele, gula, daging sapi, dan susu) dari produksi dalam negeri, dengan sistem produksi yang semakin efisien;

(2) Terjaminnya ketersediaan input produksi pangan, pertanian, perikanan, dan kehutanan, baik benih/bibit, pupuk, obat-obatan, alat maupun mesin;

(3) Meningkatnya produksi perikanan menjadi 22,39 juta ton pada tahun 2014;

(4) Terpeliharanya dan/atau meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya lahan dan air untuk kegiatan pertanian, perikanan, dan kehutanan;

(5) Terbangunnya dukungan sarana dan prasarana pembangunan pertanian, perikanan, kehutanan, dan perdesaan yang memadai terutama di sentra-sentra produksi;

(6) Berkembangnya ilmu pengetahuan, dan teknologi yang mendukung pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan;

(7) Terkendalinya organisme pengganggu komoditas pertanian, perikanan, dan kehutanan;

(8) Berkembangnya usaha hutan rakyat untuk bahan baku industri pertukangan 250 ribu, hutan desa 500.000 ha, dan hutan kemasyarakatan 2 juta ha;

(9) Penambahan tanaman HTI dan HTR seluas 3 juta ha; (10) Peningkatan produksi hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu

(HHBK), dan jasa lingkungan sebesar 5%; (11) Pengelolaan logged over area (LOA) oleh pemegang ijin usaha

pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi seluas 2,5 juta ha.

Page 65: RenstraBun.2010-2014

65

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

3.2. Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian Arah kebijakan Kementerian Pertanian dalam melaksanakan pembangunan pertanian periode 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1) Melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang

terbukti sangat baik kinerja dan hasilnya, antara lain bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan, Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT).

2) Melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat seperti Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), Sarjana Membangun Desa (SMD) dan Penggerak Membangun Desa (PMD), dan rekrutmen tenaga pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri pertanian di perdesaan.

3) Pemantapan swasembada beras, jagung, daging ayam, telur, dan gula konsumsi melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan.

4) Pencapaian swasembada kedelai, daging sapi, dan gula industri. 5) Peningkatan produksi susu segar, buah lokal, dan produk-produk

substitusi komoditas impor. 6) Peningkatan kualitas dan kuantitas public goods melalui perbaikan

dan pengembangan infrastruktur pertanian seperti irigasi, embung, jalan desa, dan jalan usahatani.

7) Jaminan penguasaan lahan produktif. 8) Pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani. 9) Penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional. 10) Pemberdayaan masyarakat petani miskin melalui bantuan sarana,

pelatihan, dan pendampingan. 11) Penguatan akses petani terhadap iptek, pasar, dan permodalan bunga

rendah. 12) Mendorong minat investasi pertanian dan kemitraan usaha melalui

promosi yang intensif dan dukungan iklim usaha yang kondusif. 13) Pembangunan kawasan komoditas unggulan terpadu secara vertikal

dan/atau horizontal dengan konsolidasi usahatani produktif berbasis lembaga ekonomi masyarakat yang berdaya saing tinggi di pasar lokal maupun internasional.

Page 66: RenstraBun.2010-2014

66

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

14) Pengembangan bio-energi berbasis bahan baku lokal terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat khususnya di perdesaan dan mensubstitusi BBM.

15) Pengembangan diversifikasi pangan dan pembangunan lumbung pangan masyarakat untuk mengatasi rawan pangan dan stabilisasi harga di sentra produksi.

16) Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit tumbuhan dan hewan secara terpadu.

17) Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nutfah nasional.

18) Penguatan sistem perkarantinaan pertanian. 19) Penelitian dan pengembangan berbasis sumberdaya spesifik lokasi

(kearifan lokal) dan sesuai agro-ekosistem setempat dengan teknologi unggul yang berorientasi kebutuhan petani.

20) Pengembangan industri hilir pertanian di perdesaan yang berbasis kelompok tani untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian, membuka lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan keseimbangan ekonomi desa-kota.

21) Berperan aktif dalam melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani seperti perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional, penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi.

22) Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan minat generasi muda menjadi wirausahawan agribisnis.

23) Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel dan good governance.

3.3. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan pertanian periode 2010-2014, dalam menjalankan tugas pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka pembangunan perkebunan periode 2010-2014 yang dibedakan menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis pembangunan perkebunan tahun 2010-2014.

Page 67: RenstraBun.2010-2014

67

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Kebijakan umum pembangunan perkebunan adalah: Mensinergikan

seluruh sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing

usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk

perkebunan melalui partisipasi aktif masyarakat perkebunan, dan

penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada ilmu

pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola

pemerintahan yang baik. Adapun kebijakan teknis pembangunan perkebunan yang merupakan penjabaran dari kebijakan umum pembangunan perkebunan adalah: Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan

berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, SDM, kelembagaan dan

kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan dukungan

pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan

3.4. Strategi Pembangunan Perkebunan

3.4.1. Strategi Umum Untuk mencapai sasaran, mewujudkan visi, misi dan tujuan, serta mengimplementasikan kebijakan pembangunan perkebunan selama periode 2010-2014, strategi pembangunan pertanian tahun 2010-2014 yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi menjadi strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014. Komponen tujuh gema revitalisasi dan penjelasannya secara garis besar adalah sebagai berikut: 1) Revitalisasi lahan

Ketersediaan sumberdaya lahan, termasuk air, yang memadai baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor yang sangat fundamental bagi pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar tanaman harus dijaga kelestariannya agar sistem produksi dapat berjalan secara berkesinambungan. Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian secara serius dalam revitalisasi lahan adalah:

Page 68: RenstraBun.2010-2014

68

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

ketersediaan, kesuburan atau pengelolaan, status dan kepemilikan lahan pertanian, dan ketersediaan air pertanian.

2) Revitalisasi perbenihan Setelah lahan dan air maka dalam aspek budidaya ketersediaan benih dan bibit unggul merupakan suatu hal yang sangat fundamental. Perpaduan antara lahan yang subur dengan benih/bibit yang unggul akan memproduksi/melahirkan produksi yang unggul. Secara historis peran benih unggul telah dibuktikan pada saat keberhasilan dalam peningkatan produksi pada era Revolusi Hijau ditahun 1960-an, dan keberhasilan swasembada beras dan jagung yang dicapai baru-baru ini antara lain juga karena penggunaan benih unggul. Dengan demikian untuk mencapai dan mempertahankan swasembada pangan yang berkelanjutan maka perangkat perbenihan/perbibitan harus kuat.

3) Revitalisasi infrastruktur dan sarana Jalan usaha tani sangat penting meningkatkan efisiensi usaha tani terutama dalam hal pengangkutan sarana produksi dan hasil panen. Upaya untuk membuat jalan usaha tani dan jalan tingkat desa perlu terus dilakukan. Untuk hal ini koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah setempat sangat diperlukan terutama untuk membuka akses ke daerah sentra produksi pertanian.

4) Revitalisasi sumber daya manusia Manusia merupakan sumberdaya yang sangat vital karena merupakan pelaku utama pembangunan, termasuk pertanian. Tanpa pelaku yang handal dan berkompeten, maka pembangunan pertanian tidak dapat berjalan secara optimal. Kementerian Pertanian mengembangkan berbagai kegiatan bagi peningkatan sumberdaya manusia pertanian melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan sekolah lapang. Pembinaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia ini diperuntukkan bagi petani dan aparatur pertanian.

5) Revitalisasi pembiayaan petani Kendala yang dialami petani utamanya petani menengah kebawah adalah akses terhadap permodalan. Hal ini disebabkan karena masalah klasik yaitu tidak adanya jaminan/agunan yang dipersyaratkan perbankan. Pada kondisi ini petani terpaksa berhubungan dengan rentenir yang sudah barang tentu dengan bunga yang sangat mencekik.

Page 69: RenstraBun.2010-2014

69

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Untuk memperbaiki kendala ini maka upaya-upaya yang selama ini dilakukan perlu diteruskan seperti penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi seperti KKP-E, KPEN-RP, KUPS; memperluas skim baru yang lebih mudah; menumbuhkan kelembagaan ekonomi mikro di pedesaan; melakukan koordinasi dengan instansi di pusat dan di daerah untuk mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan koperasi termasuk skim pembiayaan yang sudah ada, dan; menumbuhkan kembali koperasi khusus dibidang pertanian.

6) Revitalisasi kelembagaan petani Kegiatan pertanian secara alami melibatkan sumberdaya manusia (petani) yang cukup banyak, sarana produksi dan permodalan yang cukup besar. Selain itu juga sangat berhubungan erat dengan sumber inovasi teknologi dan informasi pasar mulai dari hulu sampai hilir. Dengan karakteristik seperti ini maka untuk mempermudah melakukan koordinasi sangat diperlukan kelembagaan petani. Melalui kelembagaan petani, mereka dengan mudah melakukan koordinasi diantara mereka dan antara kelompok. Demikian juga melalui kelompok mereka akan menjadi kuat untuk bisa mengakses pasar dan informasi.

7) Revitalisasi teknologi dan industri hilir. Hal yang perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi teknologi dan industri hilir adalah meningkatkan kegiatan penelitian khususnya dalam rangka penciptaan inovasi teknologi benih, bibit, pupuk, obat hewan dan tanaman, alsintan dan produk olahan, pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, dan pengelolaan limbah kebun menjadi suatu produk bermanfaat; mempercepat diseminasi hasil penelitian dengan mengoptimalkan kelembagaan pengkajian, diklat, penyuluhan, tenaga teknis pertanian lapangan dan kelembagaan petani; mendorong pengembangan industri pengolahan pertanian di perdesaan secara efisien guna peningkatan nilai tambah dan daya saing di pasar dalam negeri dan internasional; meningkatkan jaminan pemasaran dan stabilitas harga komoditas pertanian, dan; meningkatkan dan menjaga mutu dan keamanan pangan pada semua tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir.

Page 70: RenstraBun.2010-2014

70

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

3.4.2. Strategi Khusus Strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 merupakan strategi yang mengacu pada target utama pembangunan pertanian sehingga sifatnya masih sektoral. Agar lebih sesuai dengan karakteristik khusus sub sektor perkebunan, strategi umum dimaksud diformulasikan ke dalam strategi khusus sebagai berikut:

BOKS 1. STRATEGI KHUSUS PEMBANGUNAN PERKEBUNAN

� Peningkatan Produksi, Produktivitas, Dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan

� Pengembangan komoditas

� Peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan

� Investasi usaha perkebunan

� Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan

� Pengembangan SDM

� Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha

� Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup

3.4.2.1. Strategi peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu

tanaman perkebunan berkelanjutan

Strategi ini merupakan upaya untuk meningkatkan produksi, produktivi-tas, dan mutu tanaman perkebunan baik melalui penerapan teknologi budidaya yang baik (Good Agri-

cultural Practices/GAP) berupa

Page 71: RenstraBun.2010-2014

71

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

penyediaan benih unggul bermutu/ bersertifikat dan sarana produksi, optimasi pemanfaatan sumber daya lahan dan dukungan perlindungan perkebunan yang optimal. Adapun rencana aksi dari strategi tersebut meliputi: (a) Mengembangkan budidaya ta-naman perkebunan melalui pene-rapan

IPTEK dan 4-ASI (Intensi-fikasi, Rehabilitasi, Ekstensi-fikasi dan Diversifikasi), yang didukung dengan sistem penyu-luhan dan pendampingan yang intensif.

(b) Mengoptimalkan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, dukungan perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya.

(c) Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan pada wilayah perbatasan, pemekaran, penyangga, maupun kawasan ekonomi khusus (KEK), dan optimalisasi pemanfaatan lahan.

3.4.2.2. Strategi pengembangan komoditas

Sesuai keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 tanggal 22 September 2006 dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3399/Kpts/PD.310/10/2009 tanggal 19 Oktober 2009, komoditi binaan Direktorat Jenderal Perkebunan berjumlah 127 jenis tanaman. Strategi pengembangan komoditas dilakukan melalui upaya-upaya memprioritaskan pengembangan komoditas unggulan nasional yang meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao, teh, jambu mete, cengkeh, lada, jarak pagar, tebu, tembakau, kapas, nilam, dan kemiri sunan, dan mendorong pemerintah daerah untuk memfasilitasi pengembangan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya. Rencana aksi untuk strategi ini adalah: (a) Mendorong pengembangan komoditas unggulan nasional dan lokal

sesuai dengan peluang pasar, karakteristik dan potensi wilayah dengan penerapan teknologi budidaya yang baik.

(b) Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan, seperti lahan pekarangan, lahan pangan, lahan cadangan dan sisa aset lahan lainnya dengan pengembangan cabang usahatani lain yang sesuai.

Page 72: RenstraBun.2010-2014

72

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

(c) Menumbuhkembangkan kawasan komoditas unggulan berbasis pedesaan dengan pengelolaan dari hulu sampai hilir dalam satu kawasan.

(d) Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan untuk mendukung penumbuhan sentra-sentra kegiatan ekonomi pada wilayah khusus antara lain wilayah perbatasan dan penyangga (bufferzone), wilayah konflik/pasca konflik, wilayah bencana alam serta wilayah pemekaran.

(e) Mendorong pengembangan aneka produk (products

development) perkebunan serta upaya peningkatan mutu untuk memperoleh peningkatan nilai tambah.

(f) Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana pen-dukung pengembangan per-kebunan.

3.4.2.3. Strategi peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan

Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (UU nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan). Sebagai tindak lanjut dari target utama Kementerian Pertanian,

Page 73: RenstraBun.2010-2014

73

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

yaitu Peningkatan Diversifikasi Pangan yang diindikasikan dari skor PPH (93,3 pada tahun 2014), sub sektor perkebunan diamanahkan secara khusus untuk berkontribusi dalam pemenuhan skor PPH tersebut dari komponen minyak dan lemak, dan gula yang ditargetkan rata-rata 15 point per tahun sampai dengan 2014.

Rencana aksi yang akan dilakukan meliputi: (a) Meningkatkan pengembangan

diversifikasi usahatani dengan komoditas bahan pangan di areal perkebunan secara in-tensif dan berkelanjutan.

(b) Meningkatkan penyediaan protein hewani melalui in-tegrasi cabang usahatani ter-nak yang sesuai pada areal perkebunan.

(c) Mendorong ketersediaan dan keterjangkauan sumber pa-ngan yang berasal dari per-kebunan.

3.4.2.4. Strategi investasi usaha perkebunan

Strategi ini dimaksudkan untuk lebih mendorong iklim investasi yang kondusif dalam pengembangan agribisnis perkebunan dan meningkatkan peran serta pekebun, UMKM, masyarakat, dan swasta. Perbankan telah menyediakan kredit program dan kredit komersial untuk investasi di bidang perkebunan. Kredit program untuk petani meliputi KKP-E, KPEN-RP, dan KUR. Selain itu Pemerintah juga memberikan bantuan melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK). Rencana aksi dari strategi ini adalah: (a) Memberikan fasilitasi, advokasi dan bimbingan dalam memperoleh

kemudahan akses untuk pelaksanaan investasi usaha perkebunan; (b) Mendorong pelaksanaan pemanfaatan dana perbankan untuk

pengembangan perke-

Page 74: RenstraBun.2010-2014

74

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

bunan terutama untuk usaha kecil dan mene-ngah; (c) Mendorong terciptanya iklim investasi yang kon-dusif, mencakup: pe-

ngembangan sistem pela-yanan prima, jaminan ke-pastian dan keamanan berusaha;

(d) Memberikan fasilitasi ter-sedianya sumber dana dari pengembangan komoditas dan sumber lainnya untuk pengembangan usaha perkebunan;

(e) Mendorong lembaga penjamin kredit untuk berpartisipasi dalam pembangunan perkebunan.

3.4.2.5. Strategi pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan

Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi yang secara rasional serta mampu mentransfer data sehingga menjadi informasi guna meningkatkan produk-tivitas. Berbagai capaian yang telah diraih yaitu Simonev, SAI, Simpeg, website, dan e-form maupun e-government. Dalam rangka pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan ini ditempuh rencana aksi sebagai berikut: (a) Mengembangkan sistem informasi, mencakup kemampuan menyusun,

memperoleh dan menyebar luaskan informasi yang lengkap mengenai SDM, teknologi, peluang pasar, manajemen, permodalan, usaha perkebunan untuk mendorong dan menumbuhkan minat pelaku usaha, petani dan masyarakat.

(b) Meningkatkan jejaring kerja dengan institusi terkait.

Page 75: RenstraBun.2010-2014

75

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

3.4.2.6. Strategi pengembangan SDM

Strategi ini diarahkan untuk mendukung berlangsungnya proses perubahan guna terwujudnya sistem dan usaha agribisnis perkebunan yang bertumpu kepada kemampuan dan kemandirian pelaku usaha perkebunan. Berkenaan dengan hal tersebut, rencana aksi yang akan dilaksanakan mencakup upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas SDM baik petugas, pekebun, maupun masyarakat dengan cara: (a) Petugas

− Meningkatkan kualitas, moral dan etos kerja petugas termasuk di dalamnya petugas fungsional.

− Meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun sistem pengawasan yang efektif.

− Meningkatkan penerapan sistem recruitment dan karir yang terprogram serta transparan untuk mewujudkan petugas yang profesional.

− Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan sikap prakarsa petugas yang pro-aktif dalam mewujudkan pelayanan prima sesuai kebutuhan pelaku usaha.

(b) SDM Pekebun dan Masyarakat

− Meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan kemandirian pekebun dan masyarakat untuk mengoptimasikan usahanya secara berkelanjutan.

− Memfasilitasi dan mendorong kemampuan pekebun dan masyarakat untuk dapat mengakses berbagai peluang usaha dan sumberdaya dalam memperkuat/memper-tangguh usaha taninya.

− Menumbuhkan kebersamaan dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan pekebun dan masyarakat dalam mengelola kelembagaan petani dan kelembagaan usaha serta menjalin kemitraan.

3.4.2.7. Strategi pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha

Kelembagaan petani didorong untuk tumbuh dari bawah yang dimulai dari kelompok tani, gabungan kelompok tani, sampai koperasi komoditi yang berbadan hukum. Kelembagaan petani dikelompokkan menjadi dua, yaitu

Page 76: RenstraBun.2010-2014

76

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

kelembagaan petani yang bersifat sosial dan yang berfungsi ekonomi. Kelembagaan petani yang bersifat sosial berupa asosiasi petani yang sampai saat ini telah terbentuk sebanyak 11 asosiasi petani. Sedangkan kelembagaan petani yang berfungsi ekonomi berupa koperasi komoditi yang sampai saat ini telah terbentuk 2.750 unit.

Strategi pengembangan kelembagaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelembagaan agribisnis perkebunan dalam memanfaatkan peluang usaha yang ada. Adapun strategi pengembangan kemitraan usaha dimaksudkan untuk dapat memperoleh manfaat maksimal dari kegiatan agribisnis perkebunan. Untuk itu rencana aksi yang akan ditempuh adalah: (a) Mendorong peningkatan kemampuan dan kemandirian kelembagaan

petani untuk menjalin kerjasama usaha dengan mitra terkait serta mengakses berbagai peluang usaha dan sumberdaya yang tersedia.

(b) Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan komoditas yang tumbuh dari bawah.

(c) Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan keuangan pedesaan.

(d) Meningkatkan fungsi pendampingan kepada petani dan kelembagaan usahanya.

(e) Memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan, saling menghargai, saling bertanggung jawab, saling memperkuat dan saling ketergantungan antara petani, pengusaha, karyawan dan masyarakat sekitar perkebunan.

Disisi lain kalangan usaha dapat berperan dalam memperkuat asosiasi komoditi maupun dewan komoditi perkebunan. 3.4.2.8. Strategi pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA

dan lingkungan hidup

Strategi ini merupakan upaya untuk memanfaatkan sumberdaya perkebunan secara optimal sesuai dengan daya dukung sehingga kelestariannya dapat tetap terjaga. Melalui strategi ini, pengembangan perkebunan dapat dilaksanakan secara harmonis ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi secara berkelanjutan. Rencana aksi dari strategi ini adalah:

Page 77: RenstraBun.2010-2014

77

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

(a) Meningkatkan penerapan sistem pertanian konservasi pada wilayah-wilayah perkebunan termasuk lahan kritis, gambut, DAS Hulu dan pengembangan perkebunan di kawasan penyangga sesuai kaidah-kaidah konservasi tanah dan air.

(b) Meningkatkan penerapan paket teknologi ramah lingkungan. (c) Meningkatkan pemanfaatan pupuk organik, pestisida nabati, agens

pengendali hayati serta teknologi pemanfaatan limbah usaha perkebunan yang ramah lingkungan.

(d) Meningkatkan kampanye peran perkebunan dalam kontribusi penyerapan karbon dan penyedia oksigen dan peningkatan peran serta fungsi hidro-orologis.

(e) Meningkatkan upaya-upaya penerapan pembukaan lahan tanpa bakar.

Page 78: RenstraBun.2010-2014

78

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Page 79: RenstraBun.2010-2014

79

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

4 PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN TAHUN 2010-2014

4.1. Program Pembangunan Perkebunan Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan No.SE-1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas No.0142/M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah output. Berdasarkan restrukturisasi tersebut ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan tahun 2010 – 2014 adalah: “Peningkatan

produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan”. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha secara optimal. Dari 127 komoditas binaan Ditjen Perkebunan, prioritas penanganan difokuskan pada 15 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu karet, kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, cengkeh, jarak pagar, kemiri sunan, tebu, kapas, tembakau, dan nilam. Sedangkan Pemda didorong untuk memfasilitasi dan melakukan pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing-masing.

Page 80: RenstraBun.2010-2014

80

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan

Sebagai penjabaran dari program, masing-masing unit eselon II lingkup Ditjen. Perkebunan mempunyai satu kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat sembilan kegiatan pembangunan perkebunan, yaitu:

BOKS 2. KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN

� Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim;

� Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman rempah dan penyegar;

� Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman tahunan;

� Dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi;

� Dukungan perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha;

� Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya;

� Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Medan;

� Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Surabaya;

� Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Ambon.

4.2.1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim

Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim dimaksudkan untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha serta pelayanan organisasi secara optimal.

Page 81: RenstraBun.2010-2014

81

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Prioritas pengembangan tanaman semusim difokuskan pada empat komoditas strategis yaitu tebu, kapas, tembakau dan nilam.

4.2.2. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman rempah dan penyegar

Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman rempah dan penyegar dimaksudkan untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman rempah dan penyegar melalui intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha serta pelayanan organisasi secara optimal. Prioritas pengembangan tanaman rempah dan penyegar difokuskan pada lima komoditas strategis yaitu kakao, kopi, lada, teh dan cengkeh.

4.2.3. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman tahunan

Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman tahunan dimaksudkan untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman tahunan melalui intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha serta pelayanan organisasi secara optimal. Prioritas pengembangan tanaman tahunan difokuskan pada enam komoditas strategis yaitu karet, kelapa sawit, kelapa, jambu mete, jarak pagar, dan kemiri sunan.

Page 82: RenstraBun.2010-2014

82

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

4.2.4. Dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi

Dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi dimaksudkan untuk memfasilitasi penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi serta penguatan kelembagaan perbenihan dan sarana produksi perkebunan. Prioritas kegiatan ini adalah menyediakan sumber bahan tanaman perkebunan melalui pembangunan dan pemeliharaan kebun induk/kebun sumber benih serta penguatan kelembagaan usaha (usaha perbenihan kecil dan besar) dan kelembagaan UPJA perkebunan.

4.2.5. Dukungan perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha

Dukungan perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha dimaksudkan untuk memfasilitasi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan penanganan gangguan usaha perkebunan (GUP). Prioritas kegiatan ini adalah menurunkan luas serangan OPT, pelatihan petani melalui sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SL-PHT), penurunan titik api untuk kebakaran lahan dan kebun, penanganan kasus gangguan usaha perkebunan, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

4.2.6. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya

Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya dimaksudkan untuk memfasilitasi dan memberikan dukungan pelayanan organisasi yang berkualitas. Prioritas kegiatan ini adalah memfasilitasi pelayanan perencanaan program, anggaran, dan kerjasama yang berkualitas; pelayanan administrasi keuangan dan aset yang berkualitas, pelayanan organisasi, tata laksana kepegawaian, humas, hukum dan administrasi perkantoran yang

Page 83: RenstraBun.2010-2014

83

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

berkualitas; dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi yang berkualitas.

4.2.7. Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih, dan

penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Medan

Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Medan dimaksudkan untuk memfasilitasi terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih, penerapan teknologi proteksi tanaman dan memberikan dukungan pelayanan organisasi yang berkualitas sebagai rujukan UPTD. Prioritas kegiatan ini adalah memfasilitasi pelayanan sertifikasi benih dan peningkatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan.

4.2.8. Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan

penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Surabaya

Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Surabaya dimaksudkan untuk memfasilitasi terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih, penerapan teknologi proteksi tanaman dan memberikan dukungan pelayanan organisasi yang berkualitas sebagai rujukan UPTD. Prioritas kegiatan ini adalah memfasilitasi pelayanan sertifikasi benih dan peningkatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan.

4.2.9. Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Ambon

Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Ambon dimaksudkan untuk

Page 84: RenstraBun.2010-2014

84

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

memfasilitasi terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih, penerapan teknologi proteksi tanaman dan memberikan dukungan pelayanan organisasi yang berkualitas sebagai rujukan UPTD. Prioritas kegiatan ini adalah memfasilitasi pelayanan sertifikasi benih dan peningkatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan.

4.3. Fokus Kegiatan Pembangunan Perkebunan Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan sumber daya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan skala prioritas, diharapkan sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efesien untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada secara komprehensif. Atas dasar skala prioritas tersebut ditetapkan tujuh fokus kegiatan pembangunan sebagai berikut:

BOKS 3. FOKUS KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN

� Revitalisasi perkebunan

� Swasembada gula nasional

� Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi)

� Gerakan peningkatan produksi dan mutu kakao nasional

� Pengembangan komoditas ekspor

� Pengembangan komoditas pemenuhan kebutuhan dalam negeri

� Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan.

4.3.1. Revitalisasi Perkebunan

Revitalisasi perkebunan adalah upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan, dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang

Page 85: RenstraBun.2010-2014

85

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

didukung kredit investasi dan subsidi bunga oleh Pemerintah dengan me-libatkan Perusahaan di bidang usaha perkebunan sebagai mitra atau langsung kelompok tani/koperasi pekebun sebagai pelaksana. Seperti periode sebelumnya, untuk periode 2010-2014 revitalisasi

perkebunan masih diperuntuk-kan untuk tiga komoditas, yaitu kelapa sawit, karet, dan kakao. Sesuai skim kredit, untuk kelapa sawit dan kakao dikenakan bunga untuk petani sebesar tujuh persen, adapun untuk karet enam persen sedangkan selisih bunga terhadap bunga komersial akan disubsidi oleh Pemerintah. Sampai dengan tahun 2014 diproyeksikan pengem-bangan kelapa sawit melalui revitalisasi perkebunan mencapai luas 732 ribu hektar, karet 220 ribu hektar, dan kakao 134 ribu hektar. Rincian

proyeksi pengembangan ketiga komoditas tersebut per tahunnya dapat dilihat pada indikator kinerja revitalisasi perkebunan tahun 2010-2014 seperti pada Tabel 20. Tabel 20. Indikator Kinerja Revitalisasi Perkebunan Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1. Kelapa Sawit 125 153 153 153 148

2. Karet 10 53 53 53 51

3. Kakao 0 34 34 34 32

135 240 240 240 231

c TANAMANRENCANA PENGEMBANGAN PER TAHUN (ribu

hektar)

Jumlah 4.3.2. Swasembada Gula Nasional Fokus kegiatan ini ditujukan untuk mempercepat peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tebu dalam memper-

Page 86: RenstraBun.2010-2014

86

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

tahankan swasembada gula konsumsi rumah tangga yang telah dicapai sejak tahun 2008 dan mendukung program pencapaian swasembada gula nasional tahun 2014. Upaya ini merupakan bagian dari serang-kaian rencana jangka panjang swasembada gula nasional dengan asumsi apabila produksi gula nasional minimal dapat memenuhi 90% dari konsumsi domestik. Pencapaian swasembada gula di Indonesia ditempuh melalui tiga tahap: (1) swasembada gula konsumsi untuk memenuhi kebutuhan langsung rumah tangga pada tahun 2009, (2) swasembada gula konsumsi langsung rumah tangga, industri dan sekaligus menutup neraca perdagangan gula nasional tahun 2010-2014, (3) swasembada gula berdaya saing mulai tahun 2015-2025 yang difokuskan pada modernisasi industri berbasis tebu yang memiliki nilai tambah.

Tabel 21. Indikator Kinerja Swasembada Gula Nasional Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1 Areal (ribu ha) 464,64 572,12 631,85 691,95 766,61

2 Produksi tebu (ribu ton) 37.450,00 47.743,58 53.612,13 58.746,73 67.061,71

3 Produktivitas tebu (ton/ha) 80,60 83,45 84,85 84,90 87,48

4 Rendemen (%) 8,00 8,10 8,20 8,40 8,50

5 Produksi hablur (ribu ton) 2.996,00 3.867,23 4.396,20 4.934,73 5.700,00

6 Produktivitas hablur (ton/ha) 6,45 6,76 6,96 7,13 7,44

7 Produksi molases (ribu ton) 1.685,25 2.148,46 2.412,55 2.643,60 3.017,78

NO. INDIKATORTARGET PER TAHUN

Sebagaimana terlihat pada Tabel 21, pada akhir tahun 2014, luas areal pertanaman tebu diproyeksikan mencapai 766,61 ribu hektar. Luasan ini diperhitungkan dapat mendukung pencapaian 5,7 juta ton hablur pada tahun 2014 sehingga swasembada gula konsumsi langsung rumah tangga dan industri dapat tercapai dan sekaligus menutup neraca perdagangan gula nasional.

Page 87: RenstraBun.2010-2014

87

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

4.3.3. Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar

Nabati (Bio-Energi) Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) adalah upaya untuk mengembangkan tanaman penghasil bahan bakar nabati /bio-energi dalam rangka memenuhi sebagian kebutuhan bahan bakar untuk men-substitusi 3% bahan bakar fosil pada tahun 2014. Landasan hukum dari fokus kegiatan ini adalah Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Inpres No. 1 Tahun 2006 yang antara lain menginstruksikan kepada Menteri Pertanian untuk (1) mendorong penye-diaan tanaman bahan baku sumber bahan bakar nabati (biofuel), (2) mela-kukan penyuluhan pengembangan tana-man bahan baku bahan bakar nabati

(biofuel), (3) memfasilitasi penyediaan benih dan bibit tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel) dan (4) mengintegrasikan kegiatan pengembangan dan kegiatan pasca panen tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel).

Page 88: RenstraBun.2010-2014

88

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Sampai dengan tahun 2014 terdapat empat komoditas perkebunan yang ditetapkan sebagai tanaman sumber bahan bakar nabati, yaitu jarak pagar, kelapa sawit, kelapa, dan kemiri sunan. Pengembangan tanaman sumber bahan bakar nabati utamanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi bagi penduduk di wilayah-wilayah terisolasi yang sulit untuk mengakses bahan bakar fosil dan pengutuhan desa mandiri energi. Indikator kinerja dari fokus kegiatan ini seperti disajikan pada Tabel 22. Pada akhir tahun 2014 diproyeksikan luas pertanaman jarak pagar mencapai 21 ribu hektar yang dapat memproduksi 35 ribu ton biji jarak kering atau setara dengan 8.050 ton minyak kasar untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan energi masyarakat pedesaan. Luas pertanaman kemiri sunan pada akhir tahun 2014 diproyeksikan mencapai 10 ribu hektar namun tingkat produksinya masih terbatas, yaitu sekitar 4.800 ton biji kering setara dengan 2.832 ton minyak kasar untuk 300 ha tanaman yang diusahakan sebelum tahun 2010. Pengalokasian bahan bakar nabati dari komoditas kelapa sawit dan kelapa perlu dilakukan secara hati-hati karena minyak yang dihasilkan dari kedua komoditas merupakan edible oil untuk bahan pangan. Selama periode 2010-2014, dari total produksi CPO, sebesar rata-rata 3,79 persen dialokasikan untuk sumber energi setiap tahunnya. Sedangkan untuk kelapa, sebesar rata-rata 5 persen dari total produksi per tahunnya dialokasikan untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi.

Page 89: RenstraBun.2010-2014

89

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Tabel 22. Indikator Kinerja Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio-Energi) Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1. Jarak pagar

a. Luas areal (ribu hektar) 10,00 12,00 15,00 18,00 21,00

b. Produksi (ribu ton) 15,00 20,00 24,00 29,00 35,00

c. Produktivitas (kg/ha) 1.000,00 1.250,00 1.500,00 1.750,00 2.000,00

2. Kelapa sawit

Produksi (ribu ton) 879,28 925,86 974,41 1.025,04 1.077,84

2. Kelapa

Produksi (ribu ton) 163,30 164,50 165,85 167,40 169,00

3. Kemiri Sunan

a. Luas areal (ribu hektar) 1,00 2,00 4,00 7,00 10,00

b. Produksi (ribu ton) 4,80 4,80 4,80 4,80 4,80

c. Produktivitas (kg/ha) 16.000,00 16.000,00 16.000,00 16.000,00 16.000,00

NO. INDIKATORTARGET PER TAHUN

Page 90: RenstraBun.2010-2014

90

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

4.3.4. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao

Nasional Sampai dengan tahun 2009, luas pertanaman kakao di Indonesia diperkirakan telah mencapai sekitar 1,48 juta hektar yang didominasi perkebunan rakyat. Kondisi umum dari perkebunan kakao rakyat adalah kurang terawat, umur tanaman sudah tua, bahan tanam yang digunakan rata-rata bukan klon unggul. Kondisi ini menyebabkan tingginya tingkat serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Kondisi tersebut mengakibatkan rendahnya produktivitas dan mutu kakao yang dihasilkan dan tentunya hal ini menjadi salah satu hambatan dalam pengembangan kakao di Indonesia. Gerakan peningkatan produksi dan mutu kakao nasional merupakan upaya untuk meningkatkan produksi dan mutu kakao melalui kegiatan peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi kakao pada sentra produksi yang terserang OPT utama kakao (PBK, Busuk buah dan VSD), pemberdayaan petani serta penyediaan fasilitas pendukung lainnya. Gerakan peningkatan produksi dan mutu kakao nasional dicanangkan Wakil Presiden RI pada tanggal 6 Agustus 2008 untuk memperbaiki tanaman seluas 450.000 ha yang berlangsung selama 3 tahun, mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Namun gerakan ini akan tetap dilanjutkan sampai dengan tahun 2014 meskipun target dan pendanaannya menjadi berkurang.

Page 91: RenstraBun.2010-2014

91

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Tabel 23. Indikator Kinerja Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1. Rehabilitasi (ribu hektar) 81,85 93,15 15,00 15,00 10,00

2. Intensifikasi (ribu hektar) 30,55 49,45 15,00 20,00 20,00

3. Peremajaan (ribu hektar) 22,60 27,40 5,00 5,00 5,00

4. Pengendalian OPT (ribu hektar) 135,00 170,00 35,00 40,00 35,00

5. Pemberdayaan petani (kelompok tani) 6.750,00 8.500,00 1.750,00 2.000,00 1.750,00

NO. INDIKATORTARGET PER TAHUN

Berdasarkan Tabel 23, dapat dilihat bahwa sampai dengan akhir tahun 2014, melalui gerakan ini, rehabilitasi pertanaman kakao diproyeksikan mencapai 215 ribu hektar, intensifikasi 135 ribu hektar, peremajaan 65 ribu hektar, pengendalian OPT 415 ribu hektar, dan pemberdayaan petani 20.750 kelompok tani.

4.3.5. Pengembangan Komoditas Ekspor Pengembangan komoditas ekspor adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu tanaman ekspor dalam rangka mempertahankan pangsa pasar internasional yang sudah ada serta penetrasi pasar yang baru. Terdapat sepuluh komoditas perkebunan yang menjadi fokus pengembangan untuk tujuan ekspor, yaitu kelapa sawit, karet, kopi, kelapa, kakao, jambu mete, lada, tembakau, teh, dan nilam. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa selama periode 2010-2014, pendapatan negara dari ekspor komoditas perkebunan diproyeksikan tumbuh sebesar 17,72 persen per tahun dengan nilai ekspor pada tahun 2014 mencapai US$ 61,25 milyar. Untuk mencapai sasaran makro tersebut maka luas, produksi, dan produktivitas komoditas ekspor diproyeksikan berkembang seperti pada Tabel 24.

Page 92: RenstraBun.2010-2014

92

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Tabel 24. Indikator Kinerja Pengembangan Komoditas Ekspor Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1. Tembakau

a. Luas areal (ribu hektar) 205 205 205 205 205

b. Produksi (ribu ton) 181 182 183 183 184

c. Produktivitas (kg/ha) 885 888 890 892 893

2. Nilam

a. Luas areal (ribu hektar) 14 15 16 17 18

b. Produksi (ribu ton) 91 97 106 116 124

c. Produktivitas (kg/ha) 6.300 6.400 6.500 6.550 6.600

3. Kopi

a. Luas areal (ribu hektar) 1.291 1.308 1.328 1.331 1.354

b. Produksi (ribu ton) 698 709 718 728 738

c. Produktivitas (kg/ha) 780 840 900 900 900

4. Teh

a. Luas areal (ribu hektar) 129 130 130 130 130

b. Produksi (ribu ton) 168 171 174 177 182

c. Produktivitas (kg/ha) 1.520 1.600 1.680 1.760 1.780

5. Kakao

a. Luas areal (ribu hektar) 1.655 1.746 1.837 1.929 2.020

b. Produksi (ribu ton) 988 1.074 1.342 1.539 1.648

c. Produktivitas (kg/ha) 1.000 1.100 1.200 1.400 1.500

6. Lada

a. Luas areal (ribu hektar) 192 193 194 195 196

b. Produksi (ribu ton) 83 85 87 89 92

c. Produktivitas (kg/ha) 694 713 722 734 760

7. Kelapa

a. Luas areal (ribu hektar) 3.807 3.814 3.820 3.827 3.833

b. Produksi (ribu ton) 3.103 3.126 3.151 3.181 3.211

c. Produktivitas (kg/ha) 1.105 1.119 1.135 1.151 1.200

8 Kelapa sawit

a. Luas areal (ribu hektar) 8.127 8.342 8.557 8.772 8.987

b. Produksi (ribu ton) 22.321 23.503 24.736 26.021 27.361

c. Produktivitas (kg/ha) 3.888 3.997 4.109 4.225 4.344

9. Karet

a. Luas areal (ribu hektar) 3.445 3.456 3.466 3.476 3.487

b. Produksi (ribu ton) 2.681 2.711 2.741 2.771 2.801

c. Produktivitas (kg/ha) 999 1.000 1.009 1.014 1.019

10. Jambu mete

a. Luas areal (ribu hektar) 573 574 575 576 577

b. Produksi (ribu ton) 145 148 152 156 159

c. Produktivitas (kg/ha) 537 569 579 616 640

NO. INDIKATORTARGET PER TAHUN

Page 93: RenstraBun.2010-2014

93

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

4.3.6. Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri

Terdapat dua komoditas perkebunan yang pengembangannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, yaitu kapas dan cengkeh. Kebutuhan industri tekstil dan produk tekstil Indonesia akan serat kapas mencapai 500 ribu ton per tahun, namun produksi serat kapas nasional hanya dapat memenuhi 2 persen dari kebutuhan tersebut. Oleh karena itu dengan pengembangan kapas rakyat diharapkan pada tahun 2014 telah mencapai luas 25.000 ha dengan produksi 63 ribu ton atau dapat mengurangi impor menjadi 95% dari total kebutuhan dalam negeri.

Saat ini sebagian besar hasil cengkeh (± 90 %) digunakan sebagai bahan baku pembuatan industri rokok kretek (PRK), sisa-nya untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan obat– obatan. Seluruh kebutuhan ter-sebut masih dapat dipenuhi dari dalam negeri. Namun demikian, kecenderungan yang ada memperlihatkan bahwa pertumbuhan tingkat permintaan cengkeh lebih tinggi dari per-tumbuhan produksinya. Meski-pun sampai saat ini ekses permintaan dapat dipenuhi dari stock PRK, namun secara jangka panjang akan terjadi kelangkaan pasokan cengkeh. Sehingga pe-

ngembangan dan peningkatan produktivitas cengkeh masih tetap diperlukan.

Page 94: RenstraBun.2010-2014

94

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Pengembangan komoditas pemenuhan kebutuhan dalam negeri, ditujukan untuk meningkatkan produksi dan mutu komoditas kapas dan cengkeh untuk meningkatkan kontribusi kedua komoditas ini dalam memenuhi kebutuhan nasional. Sehubungan dengan hal tersebut, indikator kinerja kedua komoditas ini untuk periode 2010-2014 ditetapkan seperti pada Tabel 25. Tabel 25. Indikator Kinerja Pengembangan Komoditas Pemenuhan

Kebutuhan Dalam Negeri Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1. Kapas

a. Luas areal (ribu hektar) 15 18 20 24 25

b. Produksi (ribu ton) 26 33 40 57 63

c. Produktivitas (kg/ha) 1.750 1.900 2.000 2.200 2.500

2. Cengkeh

a. Luas areal (ribu hektar) 465 469 474 479 484

b. Produksi (ribu ton) 78 80 83 84 86

c. Produktivitas (kg/ha) 266 274 281 284 300

NO. INDIKATORTARGET PER TAHUN

4.3.7. Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan

Berkelanjutan

Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan dilaksanakan dalam rangka mendukung peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui penyediaan benih unggul dan sarana produksi, pengendalian OPT, penanganan gangguan usaha perkebunan, adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim, pelayanan organisasi yang berkualitas serta kegiatan lain dalam rangka mendukung tercapainya target indikator kinerja dari 6 fokus/prioritas kegiatan yang telah diuraikan di atas. Tabel 26 memperlihatkan indikator capaian kinerja dari masing-masing kegiatan untuk mendukung pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan.

Page 95: RenstraBun.2010-2014

95

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Tabel 26. Indikator Kinerja Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1. Dukungan penyediaan benih bermutu dan sarana

produksi perkebunan

a. Jumlah penggunaan benih unggul bermutu (%) 45 48 52 55 60

b. Jumlah penggunaan sarana produksi (%) 45 50 56 61 65

c. Jumlah varietas yang difasilitasi pelepasannya 14 14 14 14 14

d. Jumlah kelembagaan perbenihan (unit) 210 225 240 255 270

e. Jumlah kelembagaan UPJA (unit) 59 73 88 99 114

2. Dukungan perlindungan perkebunan dan gangguan

usaha perkebunan

a. Jumlah areal pengendalian OPT (ribu hektar) 51,47 52,29 53,13 53,98 54,84

b. Jumlah penurunan titik api (titik api) 2.500 2.250 2.025 1.823 1.640

c. Jumlah penanganan kasus GUP (kasus) 36 38 40 42 44

d. SL-PHT Perkebunan (kelompok tani) 500 515 530 546 563

3. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya

a. Pelayanan perencanaan program, anggaran dan

kerjasama yang berkualitas (provinsi)

32 32 32 32 32

b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dan

aset yang berkualitas (provinsi)

32 32 32 32 32

c. Pelayanan organisasi, tata laksana kepegawaian,

humas, hukumdan administrasi perkantoran yang

berkualitas (provinsi)

32 32 32 32 32

d. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data

dan informasi yang berkualitas (provinsi)

32 32 32 32 32

4. Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan

penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan

a. Jumlah bibit yang tersertifikasi (dalam 1.000 batang) 201.542 221.603 232.787 243.663 255.869

b. Jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan

(paket)

19 20 23 24 25

5. Pengembangan integrasi kebun-ternak (paket) 27,00 28,00 29,00 30,00 31,00

NO. INDIKATORTARGET PER TAHUN

Page 96: RenstraBun.2010-2014

96

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

BOKS 4. KAITAN ANTARA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DENGAN FOKUS KEGIATAN

Kegiatan Pembangunan Perkebunan

Fokus Kegiatan

1) Peningkatan produksi,

produktivitas dan mutu

tanaman semusim

− Pencapaian swasembada gula nasional

− Pengembangan komoditas ekspor (tembakau, nilam)

− Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri

(kapas)

− Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan.

2) Peningkatan produksi,

produktivitas dan mutu

tanaman rempah dan penyegar

− Gerakan peningkatan produksi dan mutu kakao nasional

− Revitalisasi perkebunan (kakao)

− Pengembangan komoditas ekspor (kopi, kakao, teh, dan lada)

− Pengembangan komoditas pemenuh-an konsumsi dalam negeri

(cengkeh)

− Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan.

3) Peningkatan produksi,

produktivitas dan mutu

tanaman tahunan

− Revitalisasi perkebunan (kelapa sawit, karet)

− Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati/bio energi

(kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, kemiri sunan dan integrasi

kebun-ternak)

− Pengembangan komoditas ekspor (kelapa sawit, kelapa, karet,

jambu mete)

− Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan.

4) Dukungan penyediaan benih

unggul bermutu dan sarana

produksi

Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan khususnya

dalam hal pembangunan dan pemeliharaan kebun sumber bahan tanaman

dan penguatan kelembagaan perbenihan dan sarana produksi.

5) Dukungan perlindungan

perkebunan dan penanganan

gangguan usaha,

Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan khususnya

dalam hal fasilitasi pengendalian OPT perkebunan dan penanganan

gangguan usaha perkebunan (GUP)

6) Dukungan manajemen dan

dukung-an teknis lainnya

Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan khususnya

pada pelayanan perencanaan program, anggaran dan kerjasama yang

berkualitas; pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dan aset

yang berkualitas; pelayanan organisasi, tata laksana kepegawaian, humas,

hukum, dan administrasi perkantoran yang berkualitas; evaluasi

pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi.

7) Dukungan pengujian, penga-

wasan mutu benih dan

penerapan teknologi proteksi

tanaman perkebunan (BBP2TP

Medan, BBP2TP Surabaya,

BBP2TP Ambon)

Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan khususnya

pada fasilitasi pelayanan sertifikasi benih, dan jumlah teknologi terapan

perlindungan

Page 97: RenstraBun.2010-2014

97

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

4.4. Pendanaan Pembangunan Perkebunan

Untuk dapat mencapai sasaran-sasaran pembangunan perkebunan yang telah ditetapkan, investasi yang dibutuhkan sangatlah besar, yaitu 285,61 triliun rupiah selama periode 2010-2014. Sebagian besar (sekitar 95%) kebutuhan investasi tersebut diproyeksikan terpenuhi dari swadaya masyarakat, perbankan, dan swasta. Sisanya dipenuhi dari anggaran Pemerintah baik melalui APBN maupun APBD.

Besaran pembiayaan pembangunan perkebunan yang berasal dari APBN untuk membiayai Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan setiap tahunnya seperti pada Tabel 27.

Tabel 27. Proyeksi Penyediaan Dana APBN untuk Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Tahun 2010-2014

BASED YEAR 2010 2011 2012 2013 2014

1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu

Tanaman Semusim

45.573.600 47.850.000 50.244.894 52.757.139 55.394.996

2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu

Tanaman Tahunan

79.154.300 83.110.000 87.267.616 91.630.997 96.212.546

3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu

Tanaman Rempah dan Penyegar

46.072.900 1.048.380.000 50.795.372 53.335.141 56.001.898

4. Dukungan Penyediaan Benih Bermutu dan

Sarana Produksi Perkebunan

30.661.200 32.190.000 33.803.973 35.494.172 37.268.880

5. Dukungan Perlindungan Perkebunan dan

Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan

23.034.800 24.190.000 25.395.867 26.665.660 27.998.943

6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis

Lainnya Ditjen. Perkebunan

165.757.717 175.610.000 186.120.927 197.325.291 209.279.705

7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu

Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi

Tanaman Perkebunan (Surabaya)

16.420.288 17.230.000 19.128.564 20.661.963 22.329.729

8. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu

Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi

Tanaman Perkebunan (Medan)

32.319.496 33.930.000 37.032.556 39.672.267 42.522.771

9. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu

Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi

Tanaman Perkebunan (Ambon)

15.121.699 15.880.000 17.592.202 18.989.878 20.509.243

454.116.000 1.478.370.000 507.381.971 536.532.506 567.518.711

NO. KEGIATAN

PROYEKSI PENYEDIAAN DANA DARI APBN (ribu rupiah)

JUMLAH Catatan:

1) Kenaikan alokasi anggaran 5 % per tahun untuk mengantisipasi laju inflasi yang besarnya diperkirakan sekitar 5 %

2) Tahun 2011, alokasi anggaran sudah termasuk untuk Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional sebesar

Rp. 1.000 milyar

3) Alokasi anggaran dapat berubah disesuaikan dengan kebijakan serta dinamika lingkungan strategis

Page 98: RenstraBun.2010-2014

98

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Dengan mempertimbangkan kecilnya anggaran Pemerintah dari APBN terhadap keseluruhan kebutuhan investasi untuk pembangunan perkebunan, maka APBN hanya dimanfaatkan untuk kegiatan pengungkit, antara lain penyediaan benih, perlindungan perkebunan, pembinaan, pengawalan, operasional dan pengawasan.

Target pembangunan perkebunan dan kebutuhan pendanaan tahun 2010 – 2014 untuk Direktorat Jenderal Perkebunan sebagaimana Lampiran 31.

Page 99: RenstraBun.2010-2014

99

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Page 100: RenstraBun.2010-2014

100

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

5 MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN

5.1. Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah Sesuai dengan kewenangan yang ada, tugas pemerintah adalah memfasilitasi, menyusun pedoman, standar, kriteria dan prosedur penyelenggaraan pembangunan perkebunan secara nasional serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan program pemerintah. Sedangkan tugas propinsi adalah melakukan pembinaan, pengawasan dan penyusunan petunjuk pelaksanaan (Juklak) serta mengkoordinasi pembangunan perkebunan antar kabupaten/kota di wilayahnya. Untuk tingkat kabupaten/kota tugasnya adalah menyusun petunjuk teknis (Juknis) dan menyelenggarakan pembangunan perkebunan diwilayahnya. Pokok-pokok kegiatan penyelenggaraan pembangunan perkebunan sesuai dengan kewenangan tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota adalah sebagai berikut :

1) Pemerintah Pusat: menetapkan kebijaksanaan, menyusun

perencanaan nasional, penyediaan data dan informasi, norma, kriteria, strategi, standar teknis, kajian serta pengembangan model, introduksi dan demonstrasi pembangunan perkebunan, melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas sub-sektor di tingkat pusat dan koordinasi lintas wilayah provinsi serta melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program.

2) Pemerintah Propinsi: menetapkan kebijaksanaan pembangunan perkebunan, menyusun perencanaan dan petunjuk pelaksanaan serta melakukan koordinasi lintas sektor, lintas sub-sektor dan lintas wilayah tingkat propinsi serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan program.

3) Pemerintah Kabupaten/Kota: menyusun perencanaan, petunjuk teknis pelaksanaan, dan penyediaan fasilitas penunjang serta

Page 101: RenstraBun.2010-2014

101

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

melakukan koordinasi dan pelaksanaan di tingkat kabupaten/kota serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan program.

5.2. Peranserta Masyarakat

Pembangunan perkebunan pada dasarnya dilaksanakan oleh masyarakat dan dunia usaha, sedangkan fungsi pemerintah lebih bersifat fasilitasi dan pembinaan. Terwujudanya peran-serta masyarakat, pekebun dan dunia usaha pada pembangunan perkebunan yang sinergi di semua tingkatan perlu didorong secara maksimal. Untuk itu ditempuh upaya terencana melalui konsultasi, koordinasi dan pengembangan jejaring-kerja yang baik dalam suatu sistem yang terintegrasi.

5.3. Dukungan Institusi Terkait Dukungan yang diharapkan dari institusi terkait lainnya dalam pembangunan perkebunan secara garis besar adalah dalam hal dukungan sarana dan prasarana serta regulasi baik dari institusi di lingkup Kementerian Pertanian maupun di luar Kementerian Pertanian, sebagai berikut: 1) Dukungan sarana dan prasarana

− Pembangunan dan peningkatan kualitas jalan penghubung, maupun jalan produksi dan koleksi terutama pada kebun-kebun kelapa sawit dan sentra-sentra komoditas perkebunan lainnya.

− Penyediaan alsin, pupuk dan pestisida sesuai kebutuhan secara 6 tepat (waktu, tempat, jumlah, jenis, dosis dan harga) sehingga dapat terjangkau oleh pekebun.

− Unit pengolahan di sentra produksi komoditas perkebunan, sehingga mengurangi biaya transportasi dan meningkatkan kualitas produk, hal ini akan meningkatkan efesiensi dan efektifitas mutu produk.

− Penyediaan sarana pelabuhan, gudang dan sistem komunikasi yang menjangkau sentra produksi.

Page 102: RenstraBun.2010-2014

102

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

− Penyediaan terminal agribisnis untuk mendekatkan produsen dengan pasar/ konsumen.

− Penyediaan irigasi atau air bersih pada sentra-sentra produksi perkebunan.

− Penyediaan pendanaan yang sesuai dengan karakteristik agribisnis perkebunan.

2) Kebutuhan regulasi

− Pembebasan, penihilan dan keringanan pajak serta berbagai pungutan yang dibebankan kepada pekebun atau produsen produk primer.

− Adanya jaminan kepastian hukum dan keamanan berusaha bagi pelaku usaha sesuai karakteristik agribisnis perkebunan.

− Dukungan dan fasilitasi pendanaan dari pemerintah dengan skema pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik agribisnis perkebunan.

Page 103: RenstraBun.2010-2014

103

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

BOKS 5. INSTITUSI TERKAIT LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN

DAN JENIS DUKUNGAN YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMBANGUNAN PERKEBUNAN

− Ditjen. Sarana dan Prasarana

: Perbaikan/penyediaan infrastruktur pertanian (jaringan irigasi dan jalan produksi) terutama di sentra produksi tebu dan kapas; pembuatan sumur resapan, sumur dalam dan dangkal, embung pengadaan pompa air, springkler, pencetakan lahan tebu dan kapas serta pengadaan traktor, pengadaan pupuk, dan investasi.

− Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

: Penguatan kelembagaan perbenihan, penyediaan klon unggul, kajian ketersediaan air di wilayah pengembangankapas dan tebu, pengembangan teknologi tepat guna dibidang perbenihan, budidaya dan pengolahan hasil, serta pengembangan teknologi pengamatan dan pengendalian OPT

− Ditjen. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

: Pengolahan hasil di sentra produksi, stabilisasi/kepastian harga komoditas primer, dan informasi pasar/market intelegent, penyediaan terminal agribisnis.

− Sekretariat Jenderal : Subsidi bunga modal investasi, penjaminan kredit pertanian, dan penyediaan pendanaan yang sesuai dengan karakteristik agribisnis perkebunan.

− Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penyuluhan

: Rekruitmen tenaga kontrak pendamping, peningkatan kapasitas SDM petani dan revitalisasi penyuluhan serta pengembangan dan penguatan kelembagaan.

− Ditjen. Peternakan dan Kesehatan Hewan

: Penyediaan ternak pada areal kelapa sawit, kakao, kopi, dan tebu (integrasi kebun- ternak)

− Ditjen. Tanaman Pangan

: Pengembangan tan. pangan di areal perkebunan dalam rangka optimasi pemanfaatan lahan guna mendukung ketahanan pangan dan peningkatan pendapatan.

− Badan Karantina Pertanian

: Pencegahan penyebaran OPT/OPTK antar wilayah dan penyusunan non tariff barrier.

− Inspektorat Jenderal : Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan.

Page 104: RenstraBun.2010-2014

104

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

BOKS 6. INSTITUSI TERKAIT DI LUAR KEMENTERIAN PERTANIAN

DAN JENIS DUKUNGAN YANG DIPERLUKAN UNTUK

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN − Kementerian Pekerjaan Umum: Penyediaan/perbaikan sarana jalan penghubung antara sentra

produksi dengan outlet pemasaran, jembatan, dll.

− Kementerian Perhubungan: Penyediaan sarana pelabuhan dan gudang serta kelancaran transportasi.

− Kementerian Perindustrian: Pengembangan industri hilir berbasis perkebunan pemberian insentif untuk pengembangan industri hilir berbasis perkebunan.

− Kementerian Perdagangan: Penerapan kebijakan ekspor impor dan pengaturan harga yang kondusif.

− Kementerian Keuangan: Penyediaan dukungan dan fasilitasi pendanaan (skim pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik agribisnis perkebunan), pembebasan, penihilan dan keringanan pajak serta berbagai pungutan yang dibebankan kepada petani/produsen produk primer.

− Kementerian Negara Lingkungan Hidup: Dukungan kebijakan yang sinergi dengan kebijakan pembangunan perkebunan

− Kementerian Negara BUMN: Penyediaan sarana produksi a.l. pupuk sesuai kebutuhan secara 6 tepat (waktu, tempat, jumlah, jenis, dosis, dan harga) shg dapat terjangkau oleh pekebun, dan rehabilitasi pabrik gula (PG).

− Kementerian Kehutanan : Penyediaan dan pelepasan lahan hutan konversi untuk perkebunan.

− Kementerian Negara Koperasi dan UKM: Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan ekonomi petani (koperasi) dan skim kredit untuk koperasi.

− Kementerian Dalam Negeri: Kebijakan yang dapat mendukung implementasi dan keberlanjutan pembangunan perkebunan di daerah.

− Kementerian Luar Negeri: Diplomasi dan kampanye untuk meningkatkan citra dan penetrasi produk perkebunan di tataran internasional

− Kementerian Hukum dan HAM: Akselerasi penetapan indikasi geografis komoditas perkebunan

− Badan Pertanahan Nasional (BPN) : Kemudahan sertifikasi lahan petani dan HGU Perkebunan.

− Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB): Penanganan bencana di wilayah perkebunan

− Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG): Penyediaan data dan prediksi agroklimatologi

Page 105: RenstraBun.2010-2014

105

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

5.4. Mekanisme Perencanaan Mekanisme perencanaan pembangunan perkebunan dibangun dengan mengacu pada arah dan kebijakan nasional serta mensinergiskan dengan perencanaan dari daerah. Rujukan yang dipakai adalah UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No.7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (2005-2025), UU No.18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, Peraturan Pemerintah RI No.40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, dan Peraturan Pemerintah RI No.39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional II 2005 – 2009 yang dikeluarkan Bappenas, dan Perpres No.5 Tahun 2010 tentang RPJMN tahun 2010-2014 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15/Permentan/RC.110/1/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014. Pemerintah Kabupaten/Kota di bawah koordinasi Bappeda melakukan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian termasuk Perkebunan sebagai bahan untuk diusulkan ke tingkat Propinsi. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian juga dilakukan di tingkat Propinsi sebagai media koordinasi dan evaluasi atas usulan Pemerintah Kabupaten/Kota. Bappeda Propinsi berperan mengkoordinasikan pembangunan pertanian termasuk perkebunan terutama dalam memadukan kegiatan, pengembangan wilayah dan sumber pembiayaan pembangunan. Pemerintah Pusat melakukan pertemuan regional perencanaan pembangunan perkebunan guna mensosialisasikan kebijakan nasional dan membangun komitmen dengan Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota. Pemerintah Pusat memfasilitasi rencana pembangunan perkebunan daerah yang sejalan dengan kebijakan nasional berdasarkan pertimbangan kesesuaian rencana daerah dengan : (a) rencana pembangunan nasional, (b) rencana tata ruang wilayah, (c) kesesuaian tanah dan iklim serta ketersediaan tanah untuk usaha perkebunan, (d) perkembangan IPTEK, (e) sosial-budaya, (f) lingkungan hidup, (g) kepentingan masyarakat, (h) pasar, (i) aspirasi daerah dengan tetap

Page 106: RenstraBun.2010-2014

106

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

menjunjung tinggi keutuhan bangsa dan negara, dan (j) Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan.

5.5. Monitoring, Evaluasi, Pengawasan, dan Pengendalian Pemerintah mempunyai kewenangan menyusun standar dan prosedur monitoring, evaluasi, pengawasan, dan pengendalian dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi fasilitasi pembangunan. Monitoring dan evaluasi serta pelaporan wajib dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota. Monitoring ditujukan untuk memantau proses pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai dari setiap kegiatan pembangunan. Evaluasi dilaksanakan sebagai upaya pengawasan, penilaian dan perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatan agar berjalan sesuai dengan tujuan dan terselenggara secara efektif dan efisien. Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan kegiatan, sehingga dilakukan pada saat sebelum dimulai kegiatan (ex-ante), saat dilakukan kegiatan (on-going), dan setelah setelah dilakukan kegiatan (ex-post). Ketaatan, kelengkapan, dan kelancaran pelaporan akan dijadikan pertimbangan pengalokasian anggaran pada tahun berikutnya. Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Proses pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing-masing instansi. Pengawasan dilakukan oleh aparat pengawas fungsional dan pengawasan oleh masyarakat.

Page 107: RenstraBun.2010-2014

107

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Page 108: RenstraBun.2010-2014

108

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

6 PENUTUP Strategi untuk melaksanakan visi dan misi pembangunan nasional dijabarkan secara bertahap dalam periode lima tahunan (Rencana Pembangunan Jangka Menengah/RPJM). Masing-masing tahap mempunyai skala prioritas dan strategi pembangunan yang merupakan kesinambungan dari skala prioritas dan strategi pembangunan pada periode sebelumnya. Skala prioritas untuk RPJMN ke-2 (2010-2014) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian. Sebagai bagian dari pembangunan pertanian, tujuan dan sasaran pembangunan perkebunan diarahkan untuk mendukung empat target utama pembangunan pertanian yaitu: (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; serta (4) peningkatan pendapatan petani. Untuk itu, sasaran utama pembangunan perkebunan yang meliputi sasaran makro (pertumbuhan PDB, keterlibatan tenaga kerja, tambahan lapangan kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun, nilai ekspor, dan NTP perkebunan rakyat) dan sasaran mikro (produksi, luas areal, produktivitas, dan mutu pertanaman) diproyeksikan sedemikian rupa sehingga selaras dengan empat target utama pembangunan pertanian tersebut. Secara makro, sasaran pembangunan perkebunan diproyeksikan sebagai berikut: pertumbuhan PDB sebesar 1,71% per tahun (harga berlaku) dan 1,80% per tahun (harga konstan); pertumbuhan keterlibatan tenaga kerja sebesar 2,01% per tahun; pertumbuhan tambahan lapangan kerja sebesar 23,31% per tahun; pertumbuhan investasi sebesar 10,98% per tahun; pertumbuhan neraca perdagangan sebesar 19,58% per tahun; pertumbuhan

Page 109: RenstraBun.2010-2014

109

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

pendapatan pekebun sebesar 3,56% per tahun; pertumbuhan ekspor sebesar 17,72% per tahun, dan; pertumbuhan NTP perkebunan rakyat sebesar 1,00% per tahun. Pada tataran mikro, proyeksi sasaran utama pembangunan perkebunan adalah sebagai berikut: produksi dari 15 komoditas utama meningkat menjadi 43,6 juta ton pada tahun 2014 dari 31,4 juta ton pada tahun 2009 atau rata-rata sebesar 6,79% per tahun; luas areal perkebunan bertambah 1,72 juta hektar pada tahun 2014 meskipun kontrak kinerja Menteri Pertanian hanya 0,6 juta hektar. Produktivitas tanaman ditargetkan mencapai 75% dari potensi standar yang diterbitkan lembaga penelitian. pada tahun 2014. Sedangkan mutu pertanaman sampai dengan tahun 2014 ditargetkan sebagai berikut: jumlah populasi tanaman 80% dari standar, luas serangan OPT menurun menjadi 26% dari total areal perkebunan dan penggunaan benih unggul bermutu/bersertifikat mencapai 60%. Baik sasaran makro maupun mikro pembangunan perkebunan akan menjadi pedoman bagi Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menetapkan sasaran pembangunan perkebunan di tingkat nasional dan regional yang disesuaikan dengan potensi sumber daya serta karakteristik permasalahan yang dihadapi di lapangan. Disadari bahwa untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut di atas tidaklah mudah, namun berdasarkan keragaan dan kinerja pembangunan perkebunan periode 2005-2009 dan dengan tekad kerja keras, sasaran tersebut optimis dapat dicapai apabila para pemangku kepentingan dapat bekerja sama untuk mengatasi berbagai masalah dan kendala yang menjadi faktor penghambat utama serta memberikan dorongan yang diyakini akan menjadi faktor kunci pengungkit keberhasilan. Pembangunan perkebunan merupakan masalah kompleks, hingga membutuhkan penanganan yang melibatkan berbagai fungsi dan kebijakan. Hanya saja berbagai fungsi dan kebijakan tersebut tidak sepenuhnya berada di bawah wewenang Direktorat Jenderal Perkebunan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi perkebunan, bahkan lebih banyak berada di bawah kewenangan institusi lain baik lingkup Kementerian Pertanian maupun di luar Kementerian

Page 110: RenstraBun.2010-2014

110

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Pertanian. Dengan demikian kerja sama antar pelaku pembangunan perkebunan mutlak dibutuhkan untuk kesuksesan pelaksanaan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014.

Page 111: RenstraBun.2010-2014

111

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

LAMPIRAN Lampiran 1.

PROYEKSI LUAS AREAL KELAPA SAWIT PER PROVINSI TAHUN 2010-2014

1 Aceh 325,36 333,97 342,58 351,19 359,79

2 Sumatera Utara 1.200,56 1.232,32 1.264,08 1.295,85 1.327,61

3 Sumatera Barat 356,81 366,25 375,69 385,13 394,57

4 Riau 1.865,36 1.914,71 1.964,06 2.013,41 2.062,75

5 Kepulauan Riau 0,61 0,62 0,64 0,66 0,67

6 Jambi 537,96 552,19 566,42 580,65 594,88

7 Sumatera Selatan 830,37 852,34 874,30 896,27 918,24

8 Bangka Belitung 190,39 195,43 200,47 205,50 210,54

9 Bengkulu 196,63 201,83 207,04 212,24 217,44

10 Lampung 188,68 193,67 198,66 203,65 208,64

11 Jawa Barat 12,85 13,19 13,53 13,86 14,20

12 Banten 16,70 17,14 17,58 18,03 18,47

13 Jawa Tengah - - - - -

14 D.I. Yogyakarta - - - - -

15 Jawa Timur - - - - -

16 Bali - - - - -

17 NTB - - - - -

18 NTT - - - - -

19 Kalimantan Barat 553,35 567,99 582,63 597,26 611,90

20 Kalimantan Tengah 806,81 828,16 849,50 870,85 892,19

21 Kalimantan Selatan 301,45 309,42 317,40 325,37 333,35

22 Kalimantan Timur 426,89 438,18 449,48 460,77 472,06

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah 59,57 61,15 62,72 64,30 65,87

26 Sulawesi Selatan 19,68 20,20 20,72 21,24 21,76

27 Sulawesi Barat 30,04 30,83 31,63 32,42 33,22

28 Sulawesi Tenggara 137,92 141,57 145,22 148,87 152,52

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua 30,44 31,25 32,05 32,86 33,66

32 Papua Barat 38,46 39,47 40,49 41,51 42,52

TOTAL 8.127 8.342 8.557 8.772 8.987

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

No. PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 112: RenstraBun.2010-2014

112

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 2. PROYEKSI LUAS AREAL KAKAO PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 72,31 76,29 80,26 84,28 88,26

2 Sumatera Utara 104,21 109,94 115,67 121,46 127,19

3 Sumatera Barat 54,07 57,04 60,01 63,02 65,99

4 Riau 6,51 6,87 7,23 7,59 7,95

5 Kepulauan Riau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

6 Jambi 1,79 1,89 1,99 2,09 2,18

7 Sumatera Selatan 6,79 7,16 7,53 7,91 8,28

8 Bangka Belitung 0,56 0,59 0,62 0,65 0,68

9 Bengkulu 20,83 21,97 23,12 24,27 25,42

10 Lampung 45,09 47,57 50,05 52,56 55,04

11 Jawa Barat 20,45 21,57 22,69 23,83 24,95

12 Banten 7,77 8,19 8,62 9,05 9,48

13 Jawa Tengah 8,36 8,82 9,28 9,75 10,21

14 D.I. Yogyakarta 5,46 5,77 6,07 6,37 6,67

15 Jawa Timur 63,89 67,40 70,92 74,47 77,98

16 Bali 14,08 14,86 15,63 16,41 17,19

17 NTB 6,38 6,73 7,09 7,44 7,79

18 NTT 60,00 63,30 66,60 69,93 73,23

19 Kalimantan Barat 12,32 12,99 13,67 14,36 15,03

20 Kalimantan Tengah 1,21 1,28 1,34 1,41 1,48

21 Kalimantan Selatan 2,57 2,71 2,85 2,99 3,13

22 Kalimantan Timur 45,60 48,10 50,61 53,15 55,65

23 Sulawesi Utara 13,50 14,24 14,98 15,73 16,47

24 Gorontalo 11,41 12,03 12,66 13,29 13,92

25 Sulawesi Tengah 244,33 257,77 271,20 284,78 298,22

26 Sulawesi Selatan 293,57 309,71 325,86 342,17 358,32

27 Sulawesi Barat 173,34 182,87 192,40 202,04 211,57

28 Sulawesi Tenggara 254,68 268,69 282,69 296,85 310,85

29 Maluku 19,54 20,62 21,69 22,78 23,85

30 Maluku Utara 45,76 48,28 50,79 53,34 55,85

31 Papua 22,35 23,58 24,81 26,05 27,28

32 Papua Barat 16,28 17,18 18,07 18,98 19,87

TOTAL 1.655,00 1.746,00 1.837,00 1.929,00 2.020,00

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO. PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 113: RenstraBun.2010-2014

113

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 3. PROYEKSI LUAS AREAL KARET PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 120,31 120,70 121,05 121,39 121,78

2 Sumatera Utara 469,82 471,32 472,68 474,04 475,54

3 Sumatera Barat 127,92 128,33 128,70 129,07 129,48

4 Riau 383,30 384,52 385,64 386,75 387,97

5 Kepulauan Riau 31,79 31,90 31,99 32,08 32,18

6 Jambi 441,49 442,90 444,18 445,47 446,88

7 Sumatera Selatan 657,22 659,32 661,23 663,13 665,23

8 Bangka Belitung 30,23 30,33 30,42 30,50 30,60

9 Bengkulu 73,70 73,94 74,15 74,37 74,60

10 Lampung 84,04 84,31 84,55 84,80 85,06

11 Jawa Barat 52,50 52,67 52,82 52,97 53,14

12 Banten 23,04 23,11 23,18 23,25 23,32

13 Jawa Tengah 30,46 30,56 30,65 30,74 30,83

14 D.I. Yogyakarta - - - - -

15 Jawa Timur 25,25 25,33 25,40 25,48 25,56

16 Bali 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09

17 NTB - - - - -

18 NTT - - - - -

19 Kalimantan Barat 401,95 403,24 404,40 405,57 406,85

20 Kalimantan Tengah 271,29 272,16 272,95 273,73 274,60

21 Kalimantan Selatan 135,72 136,16 136,55 136,94 137,38

22 Kalimantan Timur 56,92 57,10 57,27 57,43 57,61

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah 3,09 3,10 3,11 3,12 3,13

26 Sulawesi Selatan 18,62 18,68 18,73 18,79 18,85

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara 1,18 1,19 1,19 1,19 1,20

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua 5,01 5,03 5,04 5,06 5,07

32 Papua Barat 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

TOTAL 3.445,00 3.456,00 3.466,00 3.476,00 3.487,00

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO. PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 114: RenstraBun.2010-2014

114

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 4. PROYEKSI LUAS AREAL KELAPA PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 113,02 113,21 113,40 113,59 113,78

2 Sumatera Utara 116,78 116,98 117,17 117,37 117,57

3 Sumatera Barat 91,12 91,28 91,43 91,58 91,74

4 Riau 557,03 557,97 558,91 559,85 560,78

5 Kepulauan Riau 39,26 39,32 39,39 39,45 39,52

6 Jambi 120,70 120,90 121,10 121,31 121,51

7 Sumatera Selatan 61,74 61,84 61,95 62,05 62,16

8 Bangka Belitung 9,73 9,74 9,76 9,78 9,79

9 Bengkulu 8,64 8,65 8,67 8,68 8,70

10 Lampung 145,62 145,87 146,12 146,36 146,61

11 Jawa Barat 185,76 186,07 186,39 186,70 187,01

12 Banten 99,82 99,98 100,15 100,32 100,49

13 Jawa Tengah 233,73 234,12 234,52 234,91 235,30

14 D.I. Yogyakarta 43,71 43,79 43,86 43,94 44,01

15 Jawa Timur 293,73 294,22 294,72 295,21 295,70

16 Bali 70,65 70,77 70,88 71,00 71,12

17 NTB 66,84 66,96 67,07 67,18 67,29

18 NTT 160,47 160,74 161,01 161,28 161,55

19 Kalimantan Barat 111,27 111,46 111,65 111,83 112,02

20 Kalimantan Tengah 88,93 89,08 89,23 89,38 89,53

21 Kalimantan Selatan 51,49 51,57 51,66 51,75 51,83

22 Kalimantan Timur 33,98 34,04 34,10 34,15 34,21

23 Sulawesi Utara 273,80 274,26 274,72 275,18 275,64

24 Gorontalo 64,78 64,89 65,00 65,11 65,22

25 Sulawesi Tengah 173,44 173,73 174,02 174,31 174,60

26 Sulawesi Selatan 112,57 112,76 112,95 113,14 113,33

27 Sulawesi Barat 60,11 60,22 60,32 60,42 60,52

28 Sulawesi Tenggara 63,68 63,79 63,89 64,00 64,11

29 Maluku 91,39 91,54 91,70 91,85 92,00

30 Maluku Utara 215,55 215,91 216,27 216,64 217,00

31 Papua 31,47 31,53 31,58 31,63 31,69

32 Papua Barat 16,56 16,58 16,61 16,64 16,67

TOTAL 3.807,37 3.813,78 3.820,20 3.826,61 3.833,00

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO. PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 115: RenstraBun.2010-2014

115

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 5. PROYEKSI LUAS AREAL KOPI PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 114,72 115,72 116,73 117,75 118,78

2 Sumatera Utara 82,72 83,61 84,51 85,42 86,34

3 Sumatera Barat 49,99 50,44 50,89 51,34 51,80

4 Riau 10,85 10,85 10,85 10,85 10,85

5 Kepulauan Riau 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14

6 Jambi 20,56 19,30 18,85 18,69 18,63

7 Sumatera Selatan 259,43 271,99 287,20 285,01 302,61

8 Bangka Belitung 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

9 Bengkulu 104,33 104,88 105,44 105,99 106,55

10 Lampung 165,03 165,89 166,75 167,62 168,49

11 Jawa Barat 25,09 25,69 25,69 25,69 25,69

12 Banten 9,53 9,53 9,53 9,53 9,53

13 Jawa Tengah 38,55 38,55 38,55 38,55 38,54

14 D.I. Yogyakarta 1,62 1,62 1,62 1,62 1,62

15 Jawa Timur 94,66 94,78 94,89 95,01 95,12

16 Bali 32,32 32,45 32,60 32,74 32,89

17 NTB 14,07 14,07 14,07 14,07 14,07

18 NTT 70,37 70,88 71,39 71,90 72,42

19 Kalimantan Barat 13,10 13,10 13,10 13,10 13,10

20 Kalimantan Tengah 8,17 8,17 8,17 8,17 8,17

21 Kalimantan Selatan 7,51 7,51 7,51 7,51 7,51

22 Kalimantan Timur 15,42 15,42 15,42 15,42 15,42

23 Sulawesi Utara 9,46 9,46 9,46 9,46 9,46

24 Gorontalo 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64

25 Sulawesi Tengah 11,82 11,82 11,82 11,82 11,82

26 Sulawesi Selatan 75,24 75,97 76,71 77,46 78,22

27 Sulawesi Barat 23,29 23,40 23,53 23,68 23,85

28 Sulawesi Tenggara 11,14 11,14 11,14 11,14 11,14

29 Maluku 8,16 8,17 8,16 8,16 8,16

30 Maluku Utara 3,41 3,41 3,41 3,41 3,41

31 Papua 7,89 7,66 7,48 7,35 7,25

32 Papua Barat 0,74 0,74 0,74 0,74 0,74

TOTAL 1.291,00 1.308,00 1.328,00 1.331,00 1.354,00

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 116: RenstraBun.2010-2014

116

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 6. PROYEKSI LUAS AREAL TEBU PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh - - 6,00 8,00 10,00

2 Sumatera Utara 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00

3 Sumatera Barat - - - - -

4 Riau - - 6,00 8,50 15,00

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi - - - 6,00 10,00

7 Sumatera Selatan 18,00 19,50 20,00 23,00 25,00

8 Bangka Belitung - - - - -

9 Bengkulu - - - - -

10 Lampung 123,00 126,50 127,87 131,32 134,90

11 Jawa Barat 25,00 26,00 28,00 29,00 30,00

12 Banten - - - - -

13 Jawa Tengah 57,00 59,01 65,00 68,00 70,00

14 D.I. Yogyakarta 6,64 6,75 6,80 6,90 7,00

15 Jawa Timur 205,00 210,00 220,00 230,00 240,00

16 Bali - - - - -

17 NTB - - 6,00 8,00 10,00

18 NTT - - 11,00 13,00 14,30

19 Kalimantan Barat - 10,50 11,00 14,00 15,00

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan - - - - -

22 Kalimantan Timur - - - - -

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo 7,20 7,36 7,47 7,48 7,49

25 Sulawesi Tengah - - - - -

26 Sulawesi Selatan 10,80 12,40 14,00 14,50 17,00

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara - 28,00 29,71 36,25 59,92

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua - 54,10 61,00 76,00 89,00

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 464,64 572,12 631,85 691,95 766,61

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO. PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 117: RenstraBun.2010-2014

117

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 7. PROYEKSI LUAS AREAL JAMBU METE PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh - - - - -

2 Sumatera Utara - - - - -

3 Sumatera Barat - - - - -

4 Riau - - - - -

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi - - - - -

7 Sumatera Selatan - - - - -

8 Bangka Belitung - - - - -

9 Bengkulu - - - - -

10 Lampung - - - - -

11 Jawa Barat - - - - -

12 Banten - - - - -

13 Jawa Tengah 63,14 62,62 62,12 61,63 61,15

14 D.I. Yogyakarta 56,12 55,67 55,22 54,78 54,35

15 Jawa Timur 7,02 6,96 6,90 6,85 6,79

16 Bali 85,58 87,40 89,18 90,94 92,67

17 NTB 119,60 119,41 117,24 116,08 115,50

18 NTT 119,25 119,13 119,00 118,88 118,76

19 Kalimantan Barat - - - - -

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan - - - - -

22 Kalimantan Timur - - - - -

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah 84,18 84,45 86,70 87,93 89,14

26 Sulawesi Selatan 21,05 21,15 21,26 21,37 21,47

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara 16,84 16,70 16,57 16,44 16,31

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara 0,58 0,64 0,70 0,77 0,85

31 Papua - - - - -

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 573,35 574,12 574,90 575,67 577,00

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO. PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 118: RenstraBun.2010-2014

118

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 8. PROYEKSI LUAS AREAL CENGKEH PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 22,33 22,55 22,78 23,01 23,24

2 Sumatera Utara 3,11 3,14 3,17 3,20 3,23

3 Sumatera Barat 7,00 7,07 7,14 7,21 7,28

4 Riau 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

5 Kepulauan Riau 15,48 15,64 15,80 15,95 16,11

6 Jambi 0,19 0,20 0,20 0,20 0,20

7 Sumatera Selatan 0,20 0,20 0,20 0,20 0,21

8 Bangka Belitung 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14

9 Bengkulu 1,03 1,04 1,05 1,06 1,07

10 Lampung 7,74 7,81 7,89 7,97 8,05

11 Jawa Barat 32,85 33,18 33,51 33,84 34,18

12 Banten 15,58 15,73 15,89 16,05 16,21

13 Jawa Tengah 39,65 40,04 40,44 40,85 41,25

14 D.I. Yogyakarta 3,02 3,05 3,08 3,11 3,14

15 Jawa Timur 42,46 42,88 43,31 43,75 44,18

16 Bali 15,65 15,81 15,97 16,13 16,29

17 NTB 1,51 1,52 1,54 1,55 1,57

18 NTT 13,53 13,67 13,80 13,94 14,08

19 Kalimantan Barat 1,15 1,16 1,17 1,18 1,20

20 Kalimantan Tengah 0,13 0,14 0,14 0,14 0,14

21 Kalimantan Selatan 1,81 1,83 1,85 1,87 1,88

22 Kalimantan Timur 0,21 0,20 0,21 0,21 0,21

23 Sulawesi Utara 76,71 77,48 78,25 79,04 79,83

24 Gorontalo 6,77 6,84 6,91 6,97 7,04

25 Sulawesi Tengah 44,95 45,40 45,85 46,31 46,77

26 Sulawesi Selatan 42,13 42,55 42,97 43,40 43,84

27 Sulawesi Barat 2,27 2,30 2,32 2,34 2,37

28 Sulawesi Tenggara 9,82 9,92 10,02 10,12 10,22

29 Maluku 36,56 36,92 37,29 37,67 38,04

30 Maluku Utara 17,96 18,15 18,32 18,50 18,69

31 Papua 2,10 2,12 2,14 2,16 2,18

32 Papua Barat 0,76 0,77 0,78 0,79 0,79

TOTAL 464,79 469,44 474,13 478,87 483,66

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO. PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 119: RenstraBun.2010-2014

119

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 9.

PROYEKSI LUAS AREAL TEH PER PROVINSI TAHUN 2010-2014

1 Aceh - - - - -

2 Sumatera Utara 5,10 5,11 5,12 5,13 5,14

3 Sumatera Barat 4,97 5,01 5,06 5,11 5,16

4 Riau - - - - -

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi 2,63 2,63 2,63 2,63 2,63

7 Sumatera Selatan 1,47 1,47 1,47 1,47 1,47

8 Bangka Belitung - - - - -

9 Bengkulu 1,08 1,07 1,06 1,05 1,04

10 Lampung - - - - -

11 Jawa Barat 99,81 100,73 100,76 100,79 100,81

12 Banten - - - - -

13 Jawa Tengah 9,45 9,50 9,54 9,59 9,63

14 D.I. Yogyakarta 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14

15 Jawa Timur 2,46 2,46 2,47 2,47 2,47

16 Bali - - - - -

17 NTB - - - - -

18 NTT - - - - -

19 Kalimantan Barat - - - - -

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan - - - - -

22 Kalimantan Timur 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah 1,76 1,76 1,76 1,76 1,76

26 Sulawesi Selatan 0,13 0,13 0,14 0,14 0,14

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara - - - - -

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua - - - - -

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 129,00 130,00 130,13 130,26 130,39

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO. PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 120: RenstraBun.2010-2014

120

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 10. PROYEKSI LUAS AREAL TEMBAKAU PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 1,05 1,05 1,05 1,05 1,05

2 Sumatera Utara 3,68 3,68 3,68 3,68 3,68

3 Sumatera Barat 1,44 1,44 1,44 1,44 1,44

4 Riau - - - - -

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11

7 Sumatera Selatan 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11

8 Bangka Belitung - - - - -

9 Bengkulu - - - - -

10 Lampung 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21

11 Jawa Barat 8,36 8,36 8,36 8,36 8,36

12 Banten - - - - -

13 Jawa Tengah 41,69 41,69 41,69 41,69 41,69

14 D.I. Yogyakarta 4,61 4,61 4,61 4,61 4,61

15 Jawa Timur 109,54 109,54 109,54 109,54 109,54

16 Bali 1,22 1,22 1,22 1,22 1,22

17 NTB 29,21 29,21 29,21 29,21 29,21

18 NTT 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50

19 Kalimantan Barat - - - - -

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan - - - - -

22 Kalimantan Timur - - - - -

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah - - - - -

26 Sulawesi Selatan 2,29 2,29 2,29 2,29 2,29

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara - - - - -

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua - - - - -

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 205,00 205,00 205,00 205,00 205,00

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO. PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 121: RenstraBun.2010-2014

121

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 11. PROYEKSI LUAS AREAL KAPAS PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh - - - - -

2 Sumatera Utara - - - - -

3 Sumatera Barat - - - - -

4 Riau - - - - -

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi - - - - -

7 Sumatera Selatan - - - - -

8 Bangka Belitung - - - - -

9 Bengkulu - - - - -

10 Lampung - - - - -

11 Jawa Barat - - - - -

12 Banten - - - - -

13 Jawa Tengah 0,80 1,00 1,00 1,00 1,00

14 D.I. Yogyakarta 0,80 1,00 1,00 1,00 1,00

15 Jawa Timur 1,60 2,00 2,50 3,00 3,00

16 Bali 1,00 1,00 1,50 2,00 2,00

17 NTB 0,80 1,00 1,50 2,00 2,50

18 NTT 2,50 3,50 4,00 6,00 7,00

19 Kalimantan Barat - - - - -

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan - - - - -

22 Kalimantan Timur - - - - -

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah - - - - -

26 Sulawesi Selatan 7,50 8,00 8,50 8,50 8,50

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara - - - - -

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua - - - - -

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 15,00 17,50 20,00 23,50 25,00

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO. PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 122: RenstraBun.2010-2014

122

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 12.

PROYEKSI LUAS AREAL LADA PER PROVINSI TAHUN 2010-2014

1 Aceh 1,03 1,04 1,04 1,05 1,05

2 Sumatera Utara 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18

3 Sumatera Barat 0,49 0,49 0,49 0,49 0,50

4 Riau 0,07 0,08 0,08 0,08 0,08

5 Kepulauan Riau 0,36 0,36 0,36 0,37 0,37

6 Jambi 0,09 0,09 0,09 0,10 0,10

7 Sumatera Selatan 12,07 12,13 12,19 12,25 12,31

8 Bangka Belitung 35,79 35,97 36,15 36,33 36,52

9 Bengkulu 8,09 8,13 8,17 8,21 8,25

10 Lampung 65,89 66,22 66,55 66,88 67,22

11 Jawa Barat 2,79 2,81 2,82 2,83 2,85

12 Banten 1,05 1,05 1,06 1,06 1,07

13 Jawa Tengah 1,72 1,73 1,74 1,75 1,76

14 D.I. Yogyakarta 0,06 0,06 0,06 0,06 0,07

15 Jawa Timur 0,91 0,92 0,92 0,92 0,93

16 Bali 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

17 NTB 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14

18 NTT 0,52 0,53 0,53 0,53 0,53

19 Kalimantan Barat 10,81 10,86 10,92 10,97 11,03

20 Kalimantan Tengah 7,85 7,89 7,93 7,97 8,01

21 Kalimantan Selatan 1,08 1,09 1,10 1,10 1,11

22 Kalimantan Timur 14,29 14,40 14,51 14,61 15,16

23 Sulawesi Utara 0,66 0,66 0,67 0,67 0,67

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah 1,13 1,14 1,15 1,15 1,16

26 Sulawesi Selatan 12,32 12,38 12,44 12,50 12,56

27 Sulawesi Barat 11,68 11,74 11,79 11,85 11,91

28 Sulawesi Tenggara 0,79 0,80 0,80 0,81 0,81

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara 0,06 0,06 0,06 0,06 0,07

31 Papua 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 192,00 193,00 194,00 195,00 196,45

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO. PROVINSI2010 2011 2012 2013 2014

Page 123: RenstraBun.2010-2014

123

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 13. PROYEKSI LUAS AREAL JARAK PAGAR PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh - - - - -

2 Sumatera Utara 0,09 0,10 0,13 0,16 0,18

3 Sumatera Barat 0,29 0,35 0,44 0,53 0,62

4 Riau - - - - -

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi 0,29 0,35 0,44 0,53 0,62

7 Sumatera Selatan 0,25 0,30 0,38 0,46 0,53

8 Bangka Belitung 0,05 0,06 0,08 0,10 0,11

9 Bengkulu 0,17 0,20 0,25 0,30 0,35

10 Lampung 0,75 0,90 1,12 1,34 1,57

11 Jawa Barat 0,29 0,35 0,44 0,53 0,62

12 Banten 0,28 0,34 0,42 0,50 0,59

13 Jawa Tengah 0,28 0,34 0,42 0,50 0,59

14 D.I. Yogyakarta 0,28 0,34 0,43 0,51 0,60

15 Jawa Timur 0,28 0,33 0,42 0,50 0,58

16 Bali - - - - -

17 NTB 1,27 1,77 1,69 1,92 2,49

18 NTT 1,15 1,38 1,72 2,06 2,41

19 Kalimantan Barat 0,11 0,13 0,16 0,19 0,22

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan 0,12 0,14 0,18 0,22 0,25

22 Kalimantan Timur 0,12 0,14 0,18 0,22 0,25

23 Sulawesi Utara 0,69 0,82 1,03 1,24 1,44

24 Gorontalo 0,72 0,86 1,08 1,30 1,51

25 Sulawesi Tengah 0,33 0,40 0,50 0,60 0,70

26 Sulawesi Selatan 0,72 0,86 1,08 1,30 1,51

27 Sulawesi Barat 0,18 0,22 0,28 0,33 0,39

28 Sulawesi Tenggara 0,68 0,82 1,02 1,22 1,43

29 Maluku 0,18 0,22 0,28 0,33 0,39

30 Maluku Utara 0,21 0,26 0,32 0,38 0,45

31 Papua 0,29 0,35 0,44 0,53 0,62

32 Papua Barat 0,11 0,13 0,16 0,19 0,22

TOTAL 10,19 12,47 15,07 17,98 21,22

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO. PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 124: RenstraBun.2010-2014

124

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 14.

PROYEKSI LUAS AREAL NILAM PER PROVINSI TAHUN 2010-2014

1 Aceh 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9

2 Sumatera Utara 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9

3 Sumatera Barat 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6

4 Riau - - - - -

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5

7 Sumatera Selatan - - - - -

8 Bangka Belitung - - - - -

9 Bengkulu 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4

10 Lampung 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0

11 Jawa Barat 1,0 1,1 1,1 1,2 1,3

12 Banten - - - - -

13 Jawa Tengah 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6

14 D.I. Yogyakarta - - - - -

15 Jawa Timur 2,0 2,1 2,2 2,3 2,4

16 Bali - - - - -

17 NTB - - - - -

18 NTT - - - - -

19 Kalimantan Barat - - - - -

20 Kalimantan Tengah 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

21 Kalimantan Selatan 2,5 2,5 2,6 2,7 2,8

22 Kalimantan Timur - - - - -

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah - - - - -

26 Sulawesi Selatan - - - - -

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara - - - - -

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua - - - - -

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 14,00 15,00 16,00 17,00 18,00

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO. PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 125: RenstraBun.2010-2014

125

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 15. PROYEKSI LUAS AREAL KEMIRI SUNAN PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh - - - - -

2 Sumatera Utara - - - - -

3 Sumatera Barat - - - - -

4 Riau - - - - -

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi - - - - -

7 Sumatera Selatan - - - - -

8 Bangka Belitung - - - - -

9 Bengkulu - - - - -

10 Lampung - - - - -

11 Jawa Barat 0,35 0,70 1,40 2,45 3,50

12 Banten - - - - -

13 Jawa Tengah 0,15 0,30 0,60 1,05 1,50

14 D.I. Yogyakarta - - - - -

15 Jawa Timur 0,15 0,30 0,60 1,05 1,50

16 Bali 0,20 0,40 0,80 1,40 2,00

17 NTB 0,15 0,30 0,60 1,05 1,50

18 NTT - - - - -

19 Kalimantan Barat - - - - -

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan - - - - -

22 Kalimantan Timur - - - - -

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah - - - - -

26 Sulawesi Selatan - - - - -

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara - - - - -

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua - - - - -

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 1,00 2,00 4,00 7,00 10,00

PROYEKSI LUAS AREAL PER TAHUN (RIBU HA)

NO. PROVINSI20142010 2011 2012 2013

Page 126: RenstraBun.2010-2014

126

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 16. PROYEKSI PRODUKSI KELAPA SAWIT (CPO) PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 933 992 1.053 1.117 1.184

2 Sumatera Utara 3.535 3.656 3.782 3.911 4.045

3 Sumatera Barat 1.176 1.227 1.280 1.334 1.391

4 Riau 5.098 5.273 5.453 5.640 5.833

5 Kepulauan Riau 67 75 83 91 100

6 Jambi 1.905 1.999 2.098 2.200 2.306

7 Sumatera Selatan 2.311 2.421 2.536 2.656 2.780

8 Bangka Belitung 427 447 468 490 513

9 Bengkulu 463 483 503 524 546

10 Lampung 535 558 581 606 631

11 Jawa Barat 37 38 39 41 42

12 Banten 48 49 50 52 54

13 Jawa Tengah - - - - -

14 D.I. Yogyakarta - - - - -

15 Jawa Timur - - - - -

16 Bali - - - - -

17 NTB - - - - -

18 NTT - - - - -

19 Kalimantan Barat 2.198 2.355 2.519 2.691 2.871

20 Kalimantan Tengah 1.838 1.964 2.094 2.231 2.375

21 Kalimantan Selatan 584 621 660 701 743

22 Kalimantan Timur 986 1.077 1.173 1.273 1.378

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah 171 185 199 214 230

26 Sulawesi Selatan 85 95 106 117 129

27 Sulawesi Barat 39 48 58 70 81

28 Sulawesi Tenggara 275 293 312 330 350

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua 278 324 374 426 481

32 Papua Barat 210 248 289 331 376

TOTAL 23.200 24.429 25.710 27.046 28.439

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014

Page 127: RenstraBun.2010-2014

127

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 17. PROYEKSI PRODUKSI KAKAO (BIJI KERING) PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 24,27 26,38 32,96 37,80 40,48

2 Sumatera Utara 80,37 87,36 109,16 125,18 134,05

3 Sumatera Barat 57,82 62,86 78,54 90,07 96,45

4 Riau 4,94 5,37 6,71 7,70 8,24

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi 0,55 0,60 0,75 0,86 0,92

7 Sumatera Selatan 1,18 1,28 1,60 1,83 1,96

8 Bangka Belitung 0,12 0,13 0,17 0,19 0,21

9 Bengkulu 6,12 6,66 8,32 9,54 10,21

10 Lampung 30,80 33,48 41,83 47,97 51,37

11 Jawa Barat 4,43 4,81 6,01 6,89 7,38

12 Banten 2,94 3,19 3,99 4,57 4,90

13 Jawa Tengah 3,94 4,28 5,35 6,14 6,57

14 D.I. Yogyakarta 1,24 1,35 1,68 1,93 2,06

15 Jawa Timur 24,35 26,47 33,07 37,93 40,61

16 Bali 9,90 10,76 13,44 15,42 16,51

17 NTB 2,18 2,37 2,96 3,40 3,64

18 NTT 15,36 16,70 20,86 23,92 25,62

19 Kalimantan Barat 2,53 2,75 3,44 3,95 4,23

20 Kalimantan Tengah 0,38 0,41 0,52 0,59 0,64

21 Kalimantan Selatan 0,25 0,27 0,34 0,39 0,41

22 Kalimantan Timur 30,62 33,29 41,59 47,70 51,07

23 Sulawesi Utara 3,70 4,02 5,03 5,76 6,17

24 Gorontalo 3,73 4,06 5,07 5,82 6,23

25 Sulawesi Tengah 188,26 204,64 255,71 293,24 314,01

26 Sulawesi Selatan 156,24 169,84 212,22 243,38 260,61

27 Sulawesi Barat 112,40 122,18 152,67 175,08 187,48

28 Sulawesi Tenggara 174,81 190,03 237,45 272,30 291,59

29 Maluku 8,74 9,51 11,88 13,62 14,59

30 Maluku Utara 17,68 19,22 24,02 27,54 29,49

31 Papua 13,83 15,03 18,78 21,54 23,06

32 Papua Barat 4,34 4,72 5,90 6,76 7,24

TOTAL 988,00 1.074,00 1.342,00 1.539,00 1.648,00

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014

Page 128: RenstraBun.2010-2014

128

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 18. PROYEKSI PRODUKSI KARET (KARET KERING) PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 87,34 88,30 89,27 90,25 91,25

2 Sumatera Utara 425,48 430,16 434,89 439,68 444,51

3 Sumatera Barat 91,46 92,47 93,48 94,51 95,55

4 Riau 355,31 359,21 363,17 367,16 371,20

5 Kepulauan Riau 22,05 22,29 22,53 22,78 23,03

6 Jambi 300,63 303,94 307,28 310,66 314,08

7 Sumatera Selatan 528,32 534,13 540,00 545,94 551,95

8 Bangka Belitung 19,33 19,55 19,76 19,98 20,20

9 Bengkulu 50,79 51,35 51,91 52,49 53,06

10 Lampung 67,35 68,09 68,84 69,60 70,37

11 Jawa Barat 56,82 57,45 58,08 58,72 59,36

12 Banten 14,76 14,92 15,08 15,25 15,42

13 Jawa Tengah 29,49 29,81 30,14 30,47 30,81

14 D.I. Yogyakarta - - - - -

15 Jawa Timur 23,73 23,99 24,26 24,52 24,79

16 Bali 0,11 0,12 0,12 0,12 0,12

17 NTB - - - - -

18 NTT - - - - -

19 Kalimantan Barat 262,49 265,89 269,00 271,80 274,31

20 Kalimantan Tengah 195,56 197,71 199,89 202,09 204,31

21 Kalimantan Selatan 106,30 107,47 108,65 109,85 111,06

22 Kalimantan Timur 27,22 27,52 27,82 28,13 28,44

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah 3,36 3,40 3,44 3,47 3,51

26 Sulawesi Selatan 10,06 10,17 10,28 10,39 10,51

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara 1,31 1,32 1,33 1,35 1,36

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua 1,71 1,73 1,75 1,77 1,78

32 Papua Barat 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

TOTAL 2.681,00 2.711,00 2.741,00 2.771,00 2.801,00

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

No. Provinsi2010 2011 2012 2013 2014

Page 129: RenstraBun.2010-2014

129

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 19. PROYEKSI PRODUKSI KELAPA (KOPRA) PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 66,25 66,74 67,29 67,91 68,56

2 Sumatera Utara 104,02 104,79 105,65 106,63 107,65

3 Sumatera Barat 81,89 82,49 83,17 83,95 84,75

4 Riau 572,92 577,13 581,87 587,30 592,92

5 Kepulauan Riau 11,39 11,47 11,57 11,68 11,79

6 Jambi 117,51 118,37 119,34 120,46 121,61

7 Sumatera Selatan 66,66 67,15 67,79 68,42 69,07

8 Bangka Belitung 2,62 2,64 2,66 2,68 2,71

9 Bengkulu 8,43 8,49 8,56 8,64 8,72

10 Lampung 121,38 122,27 123,27 124,43 125,62

11 Jawa Barat 142,06 143,11 144,28 145,63 147,02

12 Banten 60,13 60,58 61,07 61,64 62,23

13 Jawa Tengah 182,10 183,44 184,94 186,67 188,46

14 D.I. Yogyakarta 46,30 46,64 47,02 47,46 47,91

15 Jawa Timur 248,89 250,72 252,78 255,14 257,58

16 Bali 67,36 67,86 68,41 69,05 69,71

17 NTB 53,39 53,79 54,23 54,73 55,26

18 NTT 65,27 65,75 66,29 66,91 67,55

19 Kalimantan Barat 76,84 77,40 78,04 78,77 79,52

20 Kalimantan Tengah 87,94 88,59 89,32 90,15 91,01

21 Kalimantan Selatan 34,15 34,40 34,69 35,01 35,34

22 Kalimantan Timur 21,33 21,49 21,67 21,87 22,08

23 Sulawesi Utara 274,33 276,34 278,61 281,22 283,90

24 Gorontalo 60,70 61,15 61,65 62,22 62,82

25 Sulawesi Tengah 189,86 191,26 192,83 194,63 196,49

26 Sulawesi Selatan 76,52 77,08 77,71 78,44 79,19

27 Sulawesi Barat 40,57 40,87 41,21 41,59 41,99

28 Sulawesi Tenggara 59,41 59,84 60,33 60,90 61,48

29 Maluku 71,68 72,21 72,80 73,48 74,18

30 Maluku Utara 233,22 234,94 236,86 239,08 241,36

31 Papua 12,58 12,67 12,77 12,89 13,01

32 Papua Barat 8,06 8,12 8,19 8,26 8,34

TOTAL 3.266 3.290 3.317 3.348 3.380

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014

Page 130: RenstraBun.2010-2014

130

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 20. PROYEKSI PRODUKSI KOPI (BIJI KERING) PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 49,56 50,34 50,98 51,69 52,40

2 Sumatera Utara 51,37 52,18 52,84 53,58 54,31

3 Sumatera Barat 32,83 33,34 33,77 34,24 34,71

4 Riau 4,36 4,43 4,49 4,55 4,61

5 Kepulauan Riau 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

6 Jambi 10,44 10,61 10,74 10,89 11,04

7 Sumatera Selatan 151,87 154,26 156,22 158,40 160,57

8 Bangka Belitung 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

9 Bengkulu 56,72 57,61 58,34 59,15 59,97

10 Lampung 142,80 145,05 146,89 148,93 150,98

11 Jawa Barat 8,02 8,15 8,25 8,36 8,48

12 Banten 2,81 2,86 2,89 2,94 2,98

13 Jawa Tengah 15,57 15,81 16,01 16,24 16,46

14 D.I. Yogyakarta 0,36 0,36 0,37 0,37 0,38

15 Jawa Timur 50,18 50,97 51,61 52,33 53,05

16 Bali 16,14 16,39 16,60 16,83 17,06

17 NTB 4,47 4,54 4,59 4,66 4,72

18 NTT 19,21 19,51 19,76 20,03 20,31

19 Kalimantan Barat 4,25 4,32 4,37 4,43 4,50

20 Kalimantan Tengah 2,97 3,02 3,06 3,10 3,14

21 Kalimantan Selatan 3,01 3,06 3,10 3,14 3,19

22 Kalimantan Timur 4,31 4,38 4,43 4,49 4,56

23 Sulawesi Utara 5,34 5,43 5,50 5,57 5,65

24 Gorontalo 0,82 0,83 0,84 0,86 0,87

25 Sulawesi Tengah 4,80 4,88 4,94 5,01 5,08

26 Sulawesi Selatan 34,47 35,02 35,46 35,95 36,45

27 Sulawesi Barat 12,81 13,01 13,18 13,36 13,55

28 Sulawesi Tenggara 3,51 3,57 3,61 3,66 3,71

29 Maluku 1,58 1,61 1,63 1,65 1,67

30 Maluku Utara 0,41 0,42 0,42 0,43 0,43

31 Papua 2,72 2,76 2,79 2,83 2,87

32 Papua Barat 0,23 0,24 0,24 0,24 0,25

TOTAL 698,00 709,00 718,00 728,00 738,00

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014

Page 131: RenstraBun.2010-2014

131

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 21. PROYEKSI PRODUKSI TEBU (GULA) PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh - - 43,30 57,73 74,79

2 Sumatera Utara 48,88 59,52 62,09 63,39 66,53

3 Sumatera Barat - - - - -

4 Riau - - 39,25 55,62 111,54

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi - - - 30,19 74,36

7 Sumatera Selatan 84,90 121,52 140,80 162,24 183,71

8 Bangka Belitung - - - - -

9 Bengkulu - - - - -

10 Lampung 992,71 1.043,27 1.090,58 1.133,15 1.188,77

11 Jawa Barat 135,00 178,45 191,94 201,89 212,29

12 Banten - - - - -

13 Jawa Tengah 331,39 374,69 426,98 462,98 485,00

14 D.I. Yogyakarta 35,95 39,56 43,62 45,67 48,78

15 Jawa Timur 1.274,35 1.306,20 1.367,46 1.519,62 1.735,19

16 Bali - - - - -

17 NTB - - 86,98 102,87 113,26

18 NTT - - 42,76 57,05 72,36

19 Kalimantan Barat - 77,85 85,61 108,97 117,15

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan - - - - -

22 Kalimantan Timur - - - - -

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo 41,16 42,38 44,28 44,40 44,92

25 Sulawesi Tengah - - - - -

26 Sulawesi Selatan 51,66 65,89 82,36 85,20 107,08

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara - 184,38 204,54 249,60 414,58

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua - 373,52 443,65 554,16 649,69

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 2.996,00 3.867,23 4.396,20 4.934,73 5.700,00

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014

Page 132: RenstraBun.2010-2014

132

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 22. PROYEKSI PRODUKSI JAMBU METE (GELONDONG KERING) PER

PROVINSI TAHUN 2010-2014

1 Aceh - - - - -

2 Sumatera Utara - - - - -

3 Sumatera Barat - - - - -

4 Riau - - - - -

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi - - - - -

7 Sumatera Selatan - - - - -

8 Bangka Belitung - - - - -

9 Bengkulu - - - - -

10 Lampung - - - - -

11 Jawa Barat - - - - -

12 Banten - - - - -

13 Jawa Tengah 15,97 16,15 16,42 16,69 16,86

14 D.I. Yogyakarta 14,20 14,35 14,60 14,84 14,99

15 Jawa Timur 1,78 1,79 1,83 1,86 1,87

16 Bali 21,65 22,53 23,75 24,63 25,56

17 NTB 30,17 30,50 31,02 31,53 31,85

18 NTT 30,17 30,72 31,28 32,20 32,75

19 Kalimantan Barat - - - - -

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan - - - - -

22 Kalimantan Timur - - - - -

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah 21,30 22,03 22,92 23,81 24,58

26 Sulawesi Selatan 5,32 5,45 5,62 5,79 5,92

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara 4,26 4,31 4,38 4,45 4,50

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara 0,15 0,17 0,19 0,21 0,23

31 Papua - - - - -

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 144,97 148,00 152,00 156,00 159,12

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014

Page 133: RenstraBun.2010-2014

133

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 23. PROYEKSI PRODUKSI CENGKEH (BUNGA KERING) PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 2,95 3,02 3,13 3,17 3,25

2 Sumatera Utara 0,44 0,45 0,46 0,47 0,48

3 Sumatera Barat 1,82 1,87 1,94 1,96 2,01

4 Riau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

5 Kepulauan Riau 1,94 1,99 2,06 2,09 2,14

6 Jambi 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

7 Sumatera Selatan 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

8 Bangka Belitung 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

9 Bengkulu 0,14 0,15 0,15 0,15 0,16

10 Lampung 0,52 0,53 0,55 0,56 0,57

11 Jawa Barat 2,47 2,54 2,63 2,66 2,73

12 Banten 2,90 2,98 3,09 3,13 3,20

13 Jawa Tengah 6,89 7,07 7,33 7,42 7,60

14 D.I. Yogyakarta 0,38 0,39 0,40 0,41 0,42

15 Jawa Timur 8,79 9,02 9,35 9,47 9,69

16 Bali 4,81 4,94 5,12 5,18 5,31

17 NTB 0,39 0,40 0,41 0,41 0,42

18 NTT 1,08 1,11 1,15 1,16 1,19

19 Kalimantan Barat 0,23 0,23 0,24 0,24 0,25

20 Kalimantan Tengah 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

21 Kalimantan Selatan 0,41 0,42 0,43 0,44 0,45

22 Kalimantan Timur 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

23 Sulawesi Utara 9,86 10,11 11,49 11,63 10,91

24 Gorontalo 0,61 0,63 0,65 0,66 0,67

25 Sulawesi Tengah 9,34 9,58 9,94 10,06 10,30

26 Sulawesi Selatan 6,36 6,53 6,77 6,85 7,02

27 Sulawesi Barat 0,41 0,42 0,44 0,45 0,46

28 Sulawesi Tenggara 1,72 1,76 1,83 1,85 1,89

29 Maluku 9,28 9,52 9,88 10,00 10,23

30 Maluku Utara 3,52 3,61 3,74 3,79 3,88

31 Papua 0,09 0,09 0,09 0,09 0,10

32 Papua Barat 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

TOTAL 77,52 79,51 83,49 84,49 85,51

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014

Page 134: RenstraBun.2010-2014

134

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 24. PROYEKSI PRODUKSI TEH (DAUN KERING) PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh - - - - -

2 Sumatera Utara 12,40 12,62 12,84 13,06 13,43

3 Sumatera Barat 5,80 5,90 6,01 6,11 6,28

4 Riau - - - - -

5 Kepulauan Riau - - - -

6 Jambi 6,50 6,62 6,73 6,85 7,04

7 Sumatera Selatan 2,64 2,69 2,74 2,79 2,86

8 Bangka Belitung - - - - -

9 Bengkulu 1,79 1,82 1,85 1,88 1,93

10 Lampung - - - - -

11 Jawa Barat 122,46 124,65 126,84 129,02 132,67

12 Banten - - - - -

13 Jawa Tengah 10,37 10,56 10,75 10,93 11,24

14 D.I. Yogyakarta 0,14 0,14 0,14 0,14 0,15

15 Jawa Timur 4,60 4,68 4,76 4,85 4,98

16 Bali - - - - -

17 NTB - - - - -

18 NTT - - - - -

19 Kalimantan Barat - - - - -

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan - - - - -

22 Kalimantan Timur - - - - -

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah 1,50 1,53 1,55 1,57 1,60

26 Sulawesi Selatan 0,28 0,28 0,29 0,29 0,30

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara - - - - -

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua - - - - -

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 168 171 174 177 182

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014

Page 135: RenstraBun.2010-2014

135

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 25. PROYEKSI PRODUKSI TEMBAKAU (DAUN KERING) PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh - - - - -

2 Sumatera Utara 3,62 3,64 3,66 3,66 3,68

3 Sumatera Barat - - - - -

4 Riau - - - - -

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi - - - - -

7 Sumatera Selatan - - - - -

8 Bangka Belitung - - - - -

9 Bengkulu - - - - -

10 Lampung - - - - -

11 Jawa Barat 7,24 7,28 7,32 7,32 7,36

12 Banten - - - - -

13 Jawa Tengah 39,82 40,04 40,26 40,26 40,48

14 D.I. Yogyakarta 3,62 3,64 3,66 3,66 3,68

15 Jawa Timur 94,12 94,64 95,16 95,16 95,68

16 Bali 1,81 1,82 1,83 1,83 1,84

17 NTB 30,77 30,94 31,11 31,11 31,28

18 NTT - - - - -

19 Kalimantan Barat - - - - -

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan - - - - -

22 Kalimantan Timur - - - - -

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah - - - - -

26 Sulawesi Selatan - - - - -

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara - - - - -

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua - - - - -

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 181,00 182,00 183,00 183,00 184,00

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014

Page 136: RenstraBun.2010-2014

136

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 26. PROYEKSI PRODUKSI KAPAS (SERAT BERBIJI) PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh

2 Sumatera Utara

3 Sumatera Barat

4 Riau

5 Kepulauan Riau

6 Jambi

7 Sumatera Selatan

8 Bangka Belitung

9 Bengkulu

10 Lampung

11 Jawa Barat

12 Banten

13 Jawa Tengah 1,40 1,89 2,00 2,43 2,52

14 D.I. Yogyakarta 1,40 1,89 2,00 2,43 2,52

15 Jawa Timur 2,80 3,77 5,00 7,28 7,56

16 Bali 1,75 1,89 3,00 4,85 5,04

17 NTB 1,40 1,89 3,00 4,85 6,30

18 NTT 4,38 6,60 8,00 14,55 17,64

19 Kalimantan Barat

20 Kalimantan Tengah

21 Kalimantan Selatan

22 Kalimantan Timur

23 Sulawesi Utara

24 Gorontalo

25 Sulawesi Tengah

26 Sulawesi Selatan 13,13 15,09 17,00 20,62 21,42

27 Sulawesi Barat

28 Sulawesi Tenggara

29 Maluku

30 Maluku Utara

31 Papua

32 Papua Barat

TOTAL 26,25 33,00 40,00 57,00 63,00

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014

Page 137: RenstraBun.2010-2014

137

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 27. PROYEKSI PRODUKSI LADA (LADA KERING) PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 0,28 0,29 0,30 0,31 0,31

2 Sumatera Utara 0,10 0,10 0,10 0,10 0,11

3 Sumatera Barat 0,14 0,14 0,15 0,15 0,16

4 Riau 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

5 Kepulauan Riau 0,06 0,06 0,06 0,06 0,07

6 Jambi 0,03 0,03 0,04 0,04 0,04

7 Sumatera Selatan 3,67 3,80 3,89 3,98 4,07

8 Bangka Belitung 15,45 16,01 16,39 16,77 17,14

9 Bengkulu 4,05 4,20 4,30 4,40 4,50

10 Lampung 24,33 24,28 24,99 25,74 26,55

11 Jawa Barat 0,76 0,79 0,81 0,83 0,84

12 Banten 0,41 0,43 0,44 0,45 0,46

13 Jawa Tengah 1,13 1,17 1,20 1,23 1,25

14 D.I. Yogyakarta 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

15 Jawa Timur 0,36 0,37 0,38 0,39 0,40

16 Bali 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

17 NTB 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

18 NTT 0,09 0,09 0,09 0,10 0,10

19 Kalimantan Barat 5,25 5,44 5,57 5,70 5,83

20 Kalimantan Tengah 3,24 3,36 3,44 3,52 3,60

21 Kalimantan Selatan 0,54 0,56 0,58 0,59 0,60

22 Kalimantan Timur 11,44 11,86 12,14 12,42 12,70

23 Sulawesi Utara 0,28 0,29 0,30 0,31 0,31

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah 0,16 0,17 0,17 0,18 0,18

26 Sulawesi Selatan 6,20 6,43 6,58 6,73 6,88

27 Sulawesi Barat 4,65 4,82 4,93 5,04 5,16

28 Sulawesi Tenggara 0,22 0,23 0,24 0,24 0,25

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

31 Papua 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 82,93 85,02 87,15 89,34 91,58

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014

Page 138: RenstraBun.2010-2014

138

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 28. PROYEKSI PRODUKSI JARAK PAGAR (BIJI KERING) PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh - - - - -

2 Sumatera Utara 0,13 0,17 0,21 0,25 0,30

3 Sumatera Barat 0,44 0,59 0,70 0,85 1,03

4 Riau - - - - -

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi 0,44 0,59 0,70 0,85 1,03

7 Sumatera Selatan 0,38 0,51 0,61 0,74 0,89

8 Bangka Belitung 0,08 0,11 0,13 0,16 0,19

9 Bengkulu 0,25 0,33 0,40 0,48 0,58

10 Lampung 1,12 1,49 1,79 2,17 2,61

11 Jawa Barat 0,44 0,59 0,70 0,85 1,03

12 Banten 0,42 0,56 0,67 0,81 0,98

13 Jawa Tengah 0,42 0,56 0,67 0,81 0,98

14 D.I. Yogyakarta 0,43 0,57 0,68 0,82 0,99

15 Jawa Timur 0,42 0,55 0,66 0,80 0,97

16 Bali - - - - -

17 NTB 1,62 2,16 2,59 3,13 3,78

18 NTT 1,72 2,29 2,75 3,33 4,01

19 Kalimantan Barat 0,16 0,21 0,26 0,31 0,37

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan 0,18 0,24 0,29 0,35 0,42

22 Kalimantan Timur 0,18 0,24 0,29 0,35 0,42

23 Sulawesi Utara 1,03 1,37 1,65 1,99 2,40

24 Gorontalo 1,08 1,44 1,73 2,10 2,52

25 Sulawesi Tengah 0,50 0,67 0,80 0,97 1,17

26 Sulawesi Selatan 1,08 1,44 1,73 2,09 2,52

27 Sulawesi Barat 0,28 0,37 0,44 0,53 0,64

28 Sulawesi Tenggara 1,02 1,36 1,63 1,97 2,38

29 Maluku 0,28 0,37 0,44 0,53 0,64

30 Maluku Utara 0,32 0,43 0,51 0,62 0,75

31 Papua 0,44 0,59 0,70 0,85 1,03

32 Papua Barat 0,16 0,21 0,26 0,31 0,37

TOTAL 15,00 20,00 24,00 29,00 35,00

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014

Page 139: RenstraBun.2010-2014

139

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 29. PROYEKSI PRODUKSI NILAM (DAUN KERING) PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh 9,75 10,30 11,20 12,40 12,40

2 Sumatera Utara 9,75 10,20 11,20 12,50 12,40

3 Sumatera Barat 7,80 8,40 9,20 10,50 11,00

4 Riau - - - - -

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi 7,15 7,70 8,60 9,50 10,30

7 Sumatera Selatan - - - - -

8 Bangka Belitung - - - - -

9 Bengkulu 6,50 7,00 8,00 9,00 9,70

10 Lampung 3,90 4,40 5,30 6,00 7,00

11 Jawa Barat 6,50 7,00 7,30 7,50 9,00

12 Banten - - - - -

13 Jawa Tengah 7,80 8,40 9,30 11,00 11,00

14 D.I. Yogyakarta - - - - -

15 Jawa Timur 13,00 13,60 14,60 14,00 16,00

16 Bali - - - - -

17 NTB - - - - -

18 NTT - - - - -

19 Kalimantan Barat - - - - -

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan 16,25 17,00 17,30 19,00 19,20

22 Kalimantan Timur 2,60 3,00 4,00 4,60 6,00

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah - - - - -

26 Sulawesi Selatan - - - - -

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara - - - - -

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua - - - - -

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 91,00 97,00 106,00 116,00 124,00

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014

Page 140: RenstraBun.2010-2014

140

Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014

Lampiran 30. PROYEKSI PRODUKSI KEMIRI SUNAN PER PROVINSI

TAHUN 2010-2014

1 Aceh - - - - -

2 Sumatera Utara - - - - -

3 Sumatera Barat - - - - -

4 Riau - - - - -

5 Kepulauan Riau - - - - -

6 Jambi - - - - -

7 Sumatera Selatan - - - - -

8 Bangka Belitung - - - - -

9 Bengkulu - - - - -

10 Lampung - - - - -

11 Jawa Barat 425,00 850,00 1.700,00 2.975,00 4.250,00

12 Banten - - - - -

13 Jawa Tengah - - - - -

14 D.I. Yogyakarta - - - - -

15 Jawa Timur 225,00 450,00 900,00 1.575,00 2.250,00

16 Bali 200,00 400,00 800,00 1.400,00 2.000,00

17 NTB 150,00 300,00 600,00 1.050,00 1.500,00

18 NTT - - - - -

19 Kalimantan Barat - - - - -

20 Kalimantan Tengah - - - - -

21 Kalimantan Selatan - - - - -

22 Kalimantan Timur - - - - -

23 Sulawesi Utara - - - - -

24 Gorontalo - - - - -

25 Sulawesi Tengah - - - - -

26 Sulawesi Selatan - - - - -

27 Sulawesi Barat - - - - -

28 Sulawesi Tenggara - - - - -

29 Maluku - - - - -

30 Maluku Utara - - - - -

31 Papua - - - - -

32 Papua Barat - - - - -

TOTAL 1.000,00 2.000,00 4.000,00 7.000,00 10.000,00

No. Provinsi

PROYEKSI PRODUKSI PER TAHUN (RIBU TON)

2010 2011 2012 2013 2014