masterplan bumn 2010-2014

190
Gedung Kementerian Badan Usaha Milik Negara Jl. Medan Merdeka Selatan 13 Jakarat Pusat KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

Upload: ruhul-dahrial

Post on 30-Jun-2015

7.436 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Masterplan BUMN 2010-2014

Gedung Kementerian Badan Usaha Milik Negara

Jl. Medan Merdeka Selatan 13 Jakarat Pusat

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

Page 2: Masterplan BUMN 2010-2014

i

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI i

KATA PENGANTAR iv

BAB I : PENDAHULUAN 1

I.1. Maksud dan Ruang Lingkup 1

I.2. Visi dan Misi Presiden Dalam RPJMN 2010-2014 2

I.3. Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Kementerian BUMN sesuai Renstra

Kementerian BUMN Tahun 2010-2014

5

I.4. Prioritas RPJMN 2010-2014 Di Bidang Pembinaan BUMN 7

I.5. Arah Kebijakan Pembinaan BUMN Sesuai Renstra Kementerian BUMN

Tahun 2010-2014 dan master Plan BUMN Tahun 2010-2014

9

I.6. Perkembangan BUMN Dan Kontribusinya Dalam Perekonomian Nasional

serta Potensi-potensi Yang Dimiliki BUMN

10

BAB II : PERKEMBANGAN BUMN TAHUN 2005-2009 17

II.1. Perkembangan Kinerja BUMN 17

II.1.1 Perkembangan Jumlah BUMN 17

II.1.2. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN 18

II.1.3. Perkembangan Kontribusi BUMN 19

II.2. Perkembangan Sektoral BUMN 21

II.2.1. Sektor Usaha Perbankan 22

II.2.2. Sektor Usaha Asuransi 23

II.2.3. Sektor Usaha Jasa Keuangan 24

II.2.4. Sektor Usaha Jasa Konstruksi 25

II.2.5. Sektor Usaha Farmasi 26

II.2.6. Sektor Usaha Aneka Industri 27

II.2.7. Sektor Usaha Kawasan Industri dan Perumahan 27

II.2.8. Sektor Usaha Sarana Angkutan dan Pariwisata 28

II.2.9. Sektor Usaha Prasaran Angkutan 29

II.2.10. Sektor Usaha Logistik dan Sertifikasi 30

II.2.11. Sektor Usaha Perkebunan 31

Page 3: Masterplan BUMN 2010-2014

ii

II.2.12. Sektor Usaha Kehutanan 31

II.2.13. Sektor Usaha Perikanan 32

II.2.14. Sektor Usaha Kertas, Percetakan, dan Penerbitan 33

II.2.15. Sektor Usaha Penunjang Pertanian 34

II.2.16. Sektor Usaha Pertambangan dan Semen 35

II.2.17. Sektor Usaha Industri Strategis 36

II.2.18. Sektor Usaha Energi & Sumber Daya Alam 37

II.2.19. Sektor Usaha Telekomunikasi, Media dan Industri Penunjang

Telekomunikasi

38

II.3. Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik 38

II. 3.1. Assessment GCG 39

II. 3.2. Re-Assessment GCG 39

II. 3.3. Self Assessment GCG (Mandiri) 40

II. 3.4. Review Tindak Lanjut Hasil Assesment GCG 40

II. 3.5. Monitoring GCG melalui Kuesioner 41

II. 3.6. Pelatihan Risk Management dan Internal Control System 41

II. 3.7. Evaluation Tools atas Internal Control dan Risk Management 41

II. 3.8. Pengkajian Penyempurnaan Evaluation Tools Penerapan GCG 41

II. 3.9. Penyusunan Kriteria Penilaian GCG Tingkat Lanjutan 43

II.4 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan 43

II.4.1. Program Kemitraan Tahun 2005 - 2009 43

II.4.2. Program Bina Lingkungan Tahun 2005 - 2009 47

BAB III : RENCANA DAN PELAKSANAAN PROGRAM

PEMBINAAN BUMN TAHUN 2005-2009

51

III.1. Rencana Program Tahun 2005-2009 52

III.1.1 Rencana Rightsizing Tahun 2005-2009 52

III.1.2 Rencana Privatisasi Tahun 2005 - 2009 55

III.1.3 Program Kewajiban Pelayanan Umum (Public Service Obligation -

PSO) Tahun 2005 - 2009

55

III.1.4 Program Optimalisasi Aset BUMN Tahun 2005-2009 57

III.1.5 Program Pengembangan Teknologi Informasi Tahun 2005-2009 58

III.2 Pelaksanaan Program Tahun 2005 - 2009 59

III.2.1 Pelaksanaan Restrukturisasi Tahun 2005 - 2009 59

Page 4: Masterplan BUMN 2010-2014

iii

III.2.2 Pelaksanaan Privatisasi 2005 - 2009 67

III.2.3 Pelaksanaan Public Servive Obligation (PSO) Tahun 2005-2009 70

III.2.4 Pelaksanaan Optimalisasi Aset BUMN 2005-2009 71

III.2.5 Pelaksanaan Penyediaan Data, Informasi serta Teknologi Informasi

2005 - 2009

73

III.2.6 Pelaksanaan Penanganan Bantuan Pemerintah Yang Belum

Ditetapkan Statusnya (BPYBDS) 2005 - 2009

75

BAB IV : PROGRAM PEMBINAAN BUMN TAHUN 2010 - 2014 78

IV. 1. Program Restrukturisasi 2010 - 2014 78

IV. 1.1. Definisi, Maksud dan Tujuan Restrukturisasi 78

IV. 1.2. Ruang Lingkup Restrukturisasi 78

IV. 1.3. Program Restrukturisasi 79

IV. 2. Program Privatisasi 2010 - 2014 104

IV. 2.1. Definisi, Maksud dan Tujuan Privatisasi 104

IV. 2.2. Arah Kebijakan Privatisasi 104

IV. 2.3. Kriteria Privatisasi 105

IV. 2.4. Metode Privatisasi 106

IV. 2.5. Prosedur Privatisasi 107

IV. 3. Program Penyelenggaran Public Service Obligation (PSO) 2010 - 2014 111

IV. 4. Program Optimalisasi Aset BUMN 2010 - 2014 112

IV. 5. Program Pengembangan Data, Informasi & Teknologi (TI) 2010 - 2014 113

IV. 6. Monitoring Penyelesaian Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan

Statusnya (BPYBDS)

115

BAB V : KESIMPULAN

LAMPIRAN

121

Page 5: Masterplan BUMN 2010-2014

KATA PENGANTAR

Kementerian BUMN sebagai instansi pemerintah yang memiliki tugas merumuskan

kebijakan di bidang pembinaan dan pengawasan BUMN memiliki peran strategis dan penting

dalam upaya memacu perekonomian Indonesia. Upaya ini dapat dilakukan melalui: (1)

perumusan kebijakan yang mengarahkan BUMN agar mampu menyediakan barang/jasa

berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, (2)

memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional, serta (3) menjadi agen

pemerintah dalam menyelenggarakan kemaslahatan hidup masyarakat luas sebagaimana

diamanatkan dalam UU BUMN.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, maksud dan

tujuan didirikannya BUMN adalah untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan

perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan Negara pada khususnya, mengejar

keuntungan, menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang

bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, menjadi perintis

kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi dan

turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,

koperasi, dan masyarakat.

Perubahan yang sangat cepat dalam dua dekade terakhir serta diperkirakan akan

semakin cepat pada masa-masa mendatang menyebabkan semakin perlunya pembentukan

BUMN-BUMN yang unggul dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, strategi pengelolaan

BUMN ke depan perlu diarahkan pada peningkatan daya saing BUMN, perbaikan sinergi

antar BUMN, pengembangan kemampuan berusaha dan penciptaan peluang-peluang baru

melalui manajemen yang dinamis dan profesional untuk dapat memasuki dan berkompetisi

dalam era persaingan global. Disamping itu, perbaikan tata kelola perusahaan (good

corporate governance) juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam memenangkan

persaingan.

Restrukturisasi BUMN merupakan proses yang berkelanjutan dan satu kesatuan yang

terintegrasi dengan strategi penyelamatan ekonomi nasional. Hal ini diutamakan agar BUMN

dapat mencapai tujuan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap ekonomi nasional,

anggaran negara dan kesejahteraan masyarakat secara luas.

Master Plan BUMN 2010-2014 ini menggambarkan kebijakan utama penataan

BUMN ke depan dan di dalamnya dijelaskan berbagai kebijakan Pemerintah dalam

melaksanakan pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaras dengan kebijakan

Page 6: Masterplan BUMN 2010-2014

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Maksud Dan Ruang Lingkup

Master Plan BUMN 2010-2014 memuat berbagai kebijakan Pemerintah dalam

melaksanakan pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang selaras dengan

kebijakan sektoral, yang merupakan penyempurnaan terhadap dokumen serupa yang

diterbitkan pada tahun 2005 oleh Kementerian Negara BUMN.

Dokumen ini menjelaskan kebijakan pemerintah dalam pembinaan BUMN,

kerangka analisis program pembinaan BUMN serta tindakan spesifik Kementerian

BUMN yang telah diambil saat ini atau yang akan direncanakan dalam jangka pendek

dan jangka panjang (tahun 2010-2014), yang meliputi program restrukturisasi BUMN,

privatisasi BUMN, public service obligation, optimalisasi aset BUMN, serta data,

informasi dan teknologi informasi. Disamping program-program tersebut juga

dijelaskan mengenai program Kemitraan dan Bina Lingkungan serta perkembangan

Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya.

Melalui penerbitan Master Plan ini, Kementerian BUMN bermaksud

memberikan penjelasan mengenai kebijakan dan program pembinaan BUMN kepada

publik, pembuat kebijakan, manajemen/ karyawan BUMN dan para pelaku ekonomi.

Berbagai kebijakan dalam pembinaan BUMN yang dilaksanakan oleh

Kementerian BUMN pada dasarnya dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja dan

nilai perusahaan. Program pembinaan BUMN tersebut dilandasi oleh peraturan

perundangan yang berlaku, yaitu pasal 33 Undang-undang Dasar 1945, Undang-

undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Undang-undang Nomor 17 Tahun

2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025,

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014, serta peraturan lainnya yang terkait.

Page 7: Masterplan BUMN 2010-2014

2

I.2. Visi Dan Misi Presiden Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2010-2014

Dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, Presiden telah menetapkan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, yang

merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) 2005-2025. RPJMN tahun 2010-2014 tersebut telah ditetapkan dalam

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010.

Presiden telah menetapkan VISI1 untuk masa pemerintahan periode 2010-2014

yaitu “Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan”, dengan penjelasan

sebagai berikut:

- Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui

pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan

sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini

dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

- Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis,

berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung

jawab serta hak asasi manusia.

- Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh

seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh

bangsa Indonesia.

Sedangkan Misi2 yang akan dilaksanakan dalam rangka mencapai visi tersebut

adalah (1) Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera; (2)

Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi; (3) Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua

Bidang.

Misi pemerintah dalam periode 2010-2014 diarahkan untuk mewujudkan

Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai, serta meletakkan pondasi yang lebih

kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis, namun tidak dapat terlepas dari kondisi

dan tantangan lingkungan global dan domestik pada kurun waktu 2010-2014 yang

mempengaruhinya.

Page 8: Masterplan BUMN 2010-2014

3

Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010-2014,

ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional3 tahun 2010-2014, yaitu: (1)

Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat; (2) Perbaikan Tata

Kelola Pemerintahan; (3) Penegakan Pilar Demokrasi; (4) Penegakkan Hukum Dan

Pemberantasan Korupsi; (5): Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkeadilan.

Visi dan Misi pemerintah 2010-2014 tersebut dirumuskan dan dijabarkan

lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas4 sehingga lebih mudah

diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya, yaitu: (1) reformasi birokrasi

dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5)

ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9)

lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan

paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, tema dari Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-20145 adalah (1)

memantapkan penataan kembali NKRI; (2) meningkatkan kualitas SDM; (3)

membangun kemampuan IPTEK; dan (4) memperkuat daya saing perekonomian.

Bidang-Bidang yang menjadi perhatian utama RPJMN Tahun 2010-2014

adalah:

(1) Pertahanan dan Keamanan, yang ditandai dengan: peningkatan

kemampuan struktur pertahanan Negara dan lembaga keamanan Negara;

(2) Hukum : meningkatnya kesadaran dan penegakan hukum, tercapainya

konsolidasi penegakan supremasi hukum, penegakan hak asasi manusia, dan

kelanjutan penataan sistem hukum nasional;

(3) Politik, yang ditandai dengan: membaiknya pelaksanaan desentralisasi dan

otonomi daerah; kuatnya peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan

bangsa; posisi penting Indonesia sebagai negara demokrasi yang besar makin

meningkat dengan keberhasilan diplomasi di forum internasional;

UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025

Page 9: Masterplan BUMN 2010-2014

4

(4) Pelayanan Publik. Kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat,

transparan dan akuntabel makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar

pelayanan minimum di semua tingkatan pemerintah;

(5) Kesejahteraan Rakyat yang terus meningkat ditunjukkan oleh

membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia : meningkatnya

pendapatan per kapita; menurunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran

disertai dengan berkembangnya lembaga jaminan sosial; meningkatnya tingkat

pendidikan masyarakat; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat;

meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh kembang optimal,

kesejahteraan, dan perlindungan anak; terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan

penduduk; menurunnya kesenjangan kesejahteraan antarindividu, antarkelompok

masyarakat, dan antardaerah; dipercepatnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan

potensial di luar Jawa; makin mantapnya nilai-nilai baru yang positif dan produktif

dalam rangka memantapkan budaya dan karakter bangsa;

(6) Daya Saing Perekonomian yang meningkat melalui : penguatan industri

manufaktur sejalan dengan penguatan pembangunan pertanian dan kelautan serta

sumber daya alam lainnya sesuai dengan potensi daerah secara terpadu; meningkatnya

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; percepatan pembangunan

infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan dunia

usaha; peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan; penataan kelembagaan

ekonomi yang mendorong prakarsa masyarakat; pengembangan jaringan infrastruktur

transportasi, serta pos dan telematika; peningkatan pemanfaatan energi terbarukan,

khususnya bioenergi, panas bumi, tenaga air, tenaga angin, dan tenaga surya untuk

kelistrikan; pengembangan sumber daya air dan pengembangan perumahan dan

permukiman; industri kelautan yang meliputi perhubungan laut, industri maritim,

perikanan, wisata bahari, energi dan sumber daya mineral dikembangkan secara

sinergi, optimal, dan berkelanjutan;

(7) Pengelolaan SDA dan LH yang makin berkembang melalui : penguatan

kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan

berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan

hidup yang disertai dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; terpeliharanya

keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya yang

dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal

Page 10: Masterplan BUMN 2010-2014

5

pembangunan nasional pada masa yang akan datang; mantapnya kelembagaan dan

kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan;

terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan yang didukung oleh semua

sektor; meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan

ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan

terkait dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang.

I.3. Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Kementerian BUMN Sesuai Rencana Strategis

Kementerian BUMN Tahun 2010-2014

Upaya Pemerintah dalam memperkuat daya saing perekonomian nasional guna

peningkatan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan cita-cita

Bangsa Indonesia pada umumnya dan misi Pembangunan Jangka Panjang (tahun

2005-2025) dan Pembangunan Jangka Menengah (tahun 2010-2014) pada khususnya,

memerlukan adanya koordinasi dan peran serta dari seluruh lembaga/institusi

Pemerintah.

Kementerian BUMN sebagai instansi pemerintah yang memiliki tugas

merumuskan kebijakan di bidang pembinaan dan pengawasan BUMN, diharuskan

mengambil peran dalam upaya perbaikan kondisi perekonomian Indonesia melalui:

(1) perumusan kebijakan yang mengarahkan BUMN agar mampu menyediakan

barang/jasa berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat, (2) memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional,

serta (3) menjadi agen pemerintah dalam menyelenggarakan kemaslahatan hidup

masyarakat luas sebagaimana diamanatkan dalam UU BUMN.

Berdasarkan hal-hal tersebut, sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian

BUMN Tahun 2010-2014, telah ditetapkan Visi6 Kementerian BUMN yaitu

“Mewujudkan BUMN sebagai instrumen Negara untuk peningkatan

kesejahteraan rakyat berdasarkan mekanisme korporasi”.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian BUMN menetapkan Misi7

sebagai berikut (1) Meningkatkan kualitas pengelolaan BUMN yang semakin

transparan dan akuntabel; (2) Meningkatkan peran BUMN untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi nasional dan pendapatan negara; (3) Meningkatkan kualitas

Page 11: Masterplan BUMN 2010-2014

6

pelaksanaan penugasan pemerintah untuk pelayanan umum(PSO); (4) Meningkatkan

peran BUMN dalam usaha keperintisan; (5) Meningkatkan peran BUMN dalam

rangka pengembangan UMKM; (6) Peningkatan peran BUMN untuk percepatan

pelaksanaan prioritas pembangunan nasional.

Berdasarkan visi dan misi di atas, Kementerian Negara BUMN di dalam Rencana

Strategisnya menetapkan 9 (sembilan) tujuan dan 30 sasaran strategis yang ingin

dicapai dalam periode pemerintahan tahun 2010-2014, sebagai berikut:

Tujuan 1 : Meningkatnya Kapasitas dan Kemampuan Pembinaan

BUMN

Sasaran 1.1 : Terlaksananya reformasi birokrasi

Sasaran 1.2 : Meningkatnya kapasitas dan kemampuan SDM

Sasaran 1.3 : Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai

Sasaran 1.4 : Terlaksananya penyusunan dan harmonisasi peraturan

perundang-undangan

Tujuan 2 : Terwujudnya penerapan best practices GCG dan sistem

penilaian kinerja

Sasaran 2.1 : Tersusunnya best practice GCG

Sasaran 2.2 : Terlaksananya penerapan best practice GCG

Sasaran 2.3 : Terlaksananya sistem remunerasi berbasis kinerja di BUMN

Sasaran 2.4 : Terlaksananya sistem penilaian kinerja di BUMN yang

mangacu pada standar internasional.

Tujuan 3 : Meningkatnya peran BUMN dalam pengelolaan SDA

strategis dan pertahanan nasional

Sasaran 3.1 : Terwujudnya kebijakan untuk meningkatkan porsi SDA

strategis yang dikelola oleh BUMN

Sasaran 3.2 : Terlaksananya penerapan peraturan perundang-undangan yang

berpihak pada BUMN untuk mengelola SDA strategis

Sasaran 3.3 : Terlaksananya penerapan peraturan perundangan yang

berpihak pada BUMN dalam pengembangan industri

pertahanan

Sasaran 3.4 : Terwujudnya kemampuan BUMN industri pertahanan untuk

penyediaan alutsista

Tujuan 4 : Meningkatnya Kinerja BUMN

Sasaran 4.1 : Meningkatnya keuntungan BUMN

Sasaran 4.2 : Meningkatnya sinergi antar BUMN

Page 12: Masterplan BUMN 2010-2014

7

Tujuan 5 : Meningkatnya peran BUMN untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi nasional

Sasaran 5.1 : Meningkatnya belanja modal (Capital Expenditure) BUMN

Sasaran 5.2 : Meningkatnya belanja operasional (Operating Expenditure)

BUMN

Tujuan 6 : Meningkatnya kualitas pelaksanaan penugasan

pemerintah untuk pelayanan umum

Sasaran 6.1 : Terlaksananya pemisahan tanggungjawab antara pemberi

tugas (Pemerintah) dan pelaksana tugas (BUMN) secara

konsisten

Sasaran 6.2 : Terwujudnya pelaksanaan tugas pelayanan umum secara

transparan.

Tujuan 7 : Meningkatnya peran BUMN dalam keperintisan usaha

dan pengembangan UMKM

Sasaran 7.1 : Meningkatnya peran BUMN dalam program Public Private

Partnership (P3)

Sasaran 7.2 : Meningkat dan meluasnya jangkauan penyaluran dana PKBL

Sasaran 7.3 : Meningkatnya efektivitas penyaluran dana pemerintah (KUR)

untuk pengembangan UMKM

Tujuan 8 : Terwujudnya sistem pengelolaan BUMN yang semakin

sehat dan kompetitif

Sasaran 8.1 : Terwujudnya harmonisasi peraturan perundang-undangan

yang mengarah pada perwujudan pengelolaan BUMN

berbasis mekanisme korporasi

Sasaran 8.2 : Terwujudnya jumlah BUMN yang ideal

Sasaran 8.3 : Berkurangnya BUMN yang rugi dan bermasalah

Tujuan 9 : Meningkatnya peran BUMN dalam percepatan

pelaksanaan prioritas pembangunan nasional

Sasaran 9.1 : Meningkatnya peran BUMN untuk ketahanan energi

Sasaran 9.2 : Meningkatnya peran BUMN untuk ketahanan pangan

Sasaran 9.3 : Meningkatnya peran BUMN untuk pembangunan

infrastruktur

Sasaran 9.4 Meningkatnya peran BUMN untuk peningkatan pertahanan

Sasaran 9.5 Meningkatnya peran BUMN dalam pengembangan UMKM

Sasaran 9.6 Meningkatnya peran BUMN untuk lingkungan hidup

Page 13: Masterplan BUMN 2010-2014

8

I.4. Prioritas RPJMN Tahun 2010-2014 Di Bidang Pembinaan BUMN

Permasalahan dan tantangan dalam pembinaan dan pengawasan BUMN yang

dicantumkan dalam RPJM 2010-2014 adalah sebagai berikut: (1) masih terdapatnya

ketidakharmonisan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan penafsiran

yang berpengaruh terhadap kepastian hukum di bidang pengurusan, pengawasan, dan

pembinaan BUMN; (2) kondisi ekonomi baik nasional, regional, maupun global yang

sedang dalam tahap pemulihan; (3) persaingan usaha yang makin ketat; (4)

pelaksanaan otonomi daerah yang sering tidak kondusif bagi pengembangan usaha;

serta (5) pelaksanaan tata kelola yang baik (good governance).

Terkait dengan hal tersebut, dalam RPJMN tahun 2010-2014, sasaran

pembangunan dalam pembinaan BUMN8 adalah sebagai berikut: (1) meningkatnya

kapasitas dan kemampuan pembinaan BUMN; (2) terwujudnya penerapan best

practices GCG dan sistem penilaian kinerja; (3) meningkatnya peran BUMN dalam

pengelolaan SDA strategis dan pertahanan nasional; (4) meningkatnya keuntungan

BUMN; (5) meningkatnya peran BUMN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

nasional; (6) meningkatnya kualitas pelaksanaan penugasan pemerintah untuk

pelayanan umum; (7) meningkatnya peran BUMN dalam keperintisan usaha dan

pengembangan UMKM; (8) terwujudnya sistem pengelolaan BUMN yang semakin

sehat dan kompetitif; (9) meningkatnya peran BUMN dalam percepatan pelaksanaan

prioritas pembangunan nasional.

Selanjutnya, kegiatan prioritas yang terkait dengan Kementerian BUMN

dalam RPJMN 2010-2014 adalah program di bidang Pembinaan dan Pengawasan

BUMN9, sebagai berikut:

(1) Dukungan pelaksanaan program prioritas Pemerintah bidang energi (Prioritas

Nasional), yaitu :

a. Transformasi dan konsolidasi BUMN bidang energi dimulai dari PLN dan

Pertamina yang selesai selambat-lambatnya 2010 dan diikuti oleh BUMN

lainnya.

Page 14: Masterplan BUMN 2010-2014

9

b. Peningkatan kapasitas pembangkit listrik sebesar rata-rata 3.000 MW per

tahun mulai 2010 dengan rasio elektrifikasi yang mencakup 62% pada

2010 dan 80% pada 2014; dan produksi minyak bumi sebesar lebih dari

1,2 juta barrel per hari mulai 2014.

c. Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi alternatif

geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW pada

2014 dan dimulainya produksi coal bed methane untuk membangkitkan

listrik pada 2011 disertai pemanfaatan potensi tenaga surya, microhydro,

dan nuklir secara bertahap.

d. Revitalisasi industri pengolah hasil ikutan/turunan minyak bumi dan gas

sebagai bahan baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya.

e. Perluasan program konversi minyak tanah ke gas sehingga mencakup 42

juta Kepala Keluarga pada 2010; penggunaan gas alam sebagai bahan

bakar angkutan umum perkotaan di Palembang, Surabaya, dan Denpasar.

(2) Restrukturisasi BUMN besar/ penting/ strategis (Prioritas Nasional)

(3) Penyusunan best practice GCG

(4) Penetapan system remunerasi berbasis kinerja di BUMN

(5) Penyusunan peraturan mengenai penerapan system penilaian yang mengacu pada

standar internasional

(6) Kajian, evaluasi dan monitoring pendayagunaan asset BUMN

(7) Penetapan target, monitoring dan evaluasi kinerja BUMN

(8) Penetapan peraturan pelaksanaan pemisahan administrasi keuangan PSO dan

Perpres tentang SOP pelaksanaan PSO

(9) Penyusunan peraturan perundangan yang mengarah pada perwujudan pengelolaan

BUMN berbasis mekanisme korporasi murni

(10) Kajian BUMN rugi dan bermasalah

(11) Penyusunan dan pelaksanaan Program Tahunan Privatisasi

(12) Kajian rightsizing BUMN

(13) Uji kepatutan dan kelayakan calon Direksi dan Dewan Komisaris

(14) Dukungan pelaksanaan program prioritas Pemerintah bidang ketahanan pangan

(15) Dukungan pelaksanaan program prioritas Pemerintah bidang infrastruktur

Page 15: Masterplan BUMN 2010-2014

10

I.5. Arah Kebijakan Pembinaan BUMN Sesuai Rencana Strategis Kementerian

BUMN Tahun 2010-2014 Dan Master Plan BUMN Tahun 2010-2014

Arah kebijakan utama terkait dengan pembinaan BUMN adalah

restrukturisasi, revitalisasi dan profitisasi BUMN secara bertahap dan

berkesinambungan. Melalui penerapan kebijakan ini, BUMN yang ada akan

dikelompokkan ulang berdasarkan sektor industrinya. Dalam rangka mencapai jumlah

dan skala BUMN yang ideal, maka dalam Master Plan BUMN Tahun 2010-2014,

Kementerian BUMN menyusun program rightsizing untuk memperbaiki struktur

bisnis BUMN secara menyeluruh. Hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan

kinerja dan nilai (value) perusahaan.

Peningkatan kinerja dan nilai BUMN tersebut dilakukan melalui langkah-

langkah restrukturisasi dan privatisasi. Restrukturisasi dilakukan baik secara sektoral

maupun korporasi. Restrukturisasi sektoral dilakukan untuk menciptakan iklim usaha

yang kondusif sehingga tercapai efisiensi dan pelayanan yang optimal. Sedangkan

restrukturisasi korporasi meliputi penataan kembali bentuk badan usaha, kegiatan

usaha, organisasi, manajemen dan keuangan. Privatisasi dilakukan dalam rangka

meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan, perbaikan struktur keuangan dan

manajemen, penciptaan struktur industri yang sehat dan kompetitif, pemberdayaan

BUMN yang mampu bersaing dan berorientasi global, penyebaran kepemilikan oleh

publik serta pengembangan pasar modal domestik.

Selain itu, dalam konteks pembinaan BUMN juga akan diambil kebijakan

berupa: (1) pemantapan proses seleksi pengurus BUMN secara profesional, transparan

dan obyektif; (2) penetapan peraturan pelaksanaan UU BUMN dan harmonisasi

peraturan perundang-undangan lainnya sesuai dengan UU Perseroan Terbatas

dan/atau Capital Market Protocol; (3) penerapan Good Governance dan Good

Corporate Governance; (4) peningkatan kinerja dan daya saing dan keberlanjutan

usaha BUMN; (5) peningkatan kualitas pelaksanaan pelayanan umum; serta (6)

peningkatan peran BUMN dalam mendorong pelaksanaan prioritas pembangunan

nasional.

Page 16: Masterplan BUMN 2010-2014

11

I.6. Perkembangan, Kontribusi Dalam Perekonomian Nasional Serta Potensi-Potensi

Yang Dimiliki BUMN

Sampai dengan akhir tahun 2009 terdapat 141 BUMN yang terdiri dari 14

BUMN berbentuk Perum, 112 BUMN berbentuk Persero, dan 15 BUMN yang

merupakan Persero Terbuka. Adapun perkembangan jumlah BUMN dan kepemilikan

Negara minoritas tahun 2005-2009 sebagaimana tersebut pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah BUMN Tahun 2005-2009

Uraian

2005

2006

2007

2008

2009

Perum 13 13 14 14 14

Persero 114 114 111 113 112

Persero Tbk 12 12 14 14 15

Jumlah BUMN 139 139 139 141 141

Kepemilikan Negara Minoritas 21 21 21 20 19

BUMN memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang yang sampai

dengan saat ini belum termanfaatkan secara optimal. Seperti yang telah disebutkan

dalam Rencana Strategis Kementerian Negara Tahun 2010-2014, potensi-potensi

tersebut antara lain: (1) keberadaan BUMN di hampir semua sektor usaha, (2)

kepemilikan aset yang besar, (3) brand image BUMN, (4) pengalaman usaha BUMN,

(5) profesionalisme SDM. Disamping itu data, informasi dan teknologi informasi

pada BUMN telah tersedia dan terbangun dengan baik.

I.6.1. Keberadaan BUMN

Sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945, BUMN merupakan salah satu

penggerak utama perekonomian nasional, di samping usaha swasta dan koperasi.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN, swasta dan koperasi

melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. BUMN

berperan strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-

kekuatan swasta besar dan turut membantu pengembangan usaha kecil/koperasi.

BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang signifikan

dalam bentuk berbagai jenis penerimaan Negara, antara lain pajak dan dividen.

Pada masa awal kemerdekaan, peran BUMN/pemerintah dalam

perekonomian nasional cukup penting. Di awal era pembangunan,

BUMN/pemerintah masuk antara lain ke dalam sektor-sektor yang memerlukan

pembiayaan cukup besar, tidak diminati swasta dan bersifat pioneering. Sektor

Page 17: Masterplan BUMN 2010-2014

12

korporasi yang andal dalam membangun perekonomian nasional diperlukan untuk

menciptakan lapangan kerja, menghasilkan barang dan jasa untuk dalam negeri

maupun ekspor, dan memberi layanan yang optimal bagi konsumen.

Jika melihat pada BUMN yang ada saat ini, kita akan mengetahui bahwa

BUMN adalah sebuah entitas yang memiliki potensi untuk dapat berkembang

menjadi sebuah entitas bisnis yang besar dan kuat. Hampir di semua lini bisnis dan

sektor usaha yang ada di Indonesia, terdapat BUMN yang menjalankan usahanya.

Bahkan di beberapa sektor usaha, BUMN adalah penguasa pasar (market leader)

sehingga memiliki peran yang sangat signifikan baik bagi stabilitas sektor bisnis

maupun ekonomi secara umum.

Jumlah BUMN yang mencapai 141 dan tersebar hampir di semua sektor

usaha tidak hanya membuat BUMN sangat berpotensi untuk berkontribusi yang

signifikan kepada masyarakat dan negara secara umum, tetapi juga memiliki

potensi yang besar untuk menjalin sinergi yang saling menguntungkan diantara

sesama BUMN sehingga akan memberikan percepatan dalam pencapaian kinerja

perusahaan.

Keberadaan BUMN selama ini telah memberikan kontribusi yang besar

kepada Negara, baik berupa dividen, penerimaan Negara dari Pajak dan

kontribusinya bagi pergerakan sektor riil. Rata-rata dividen yang diberikan BUMN

kepada Negara selama periode 2005–2009 sebesar Rp.23,14 Triliun per tahun,

demikian juga kontribusi BUMN dalam bentuk pajak cenderung meningkat dimana

rata-rata pajak yang diberikan selama periode 2005–2009 sebesar Rp.73,27 Triliun

per tahun. Belanja modal (capital expenditures/Capex) dan belanja operasional

(operational expenditures/Opex) BUMN juga mengalami peningkatan. Pada awal

tahun 2004, Capex BUMN adalah Rp.32,26 triliun dan Opex sebesar Rp.453,40

triliun, sedangkan posisi pada akhir tahun 2008 Capex sebesar Rp.128,32 triliun

dan Opex sebesar Rp.1.028,37 triliun. Peningkatan Capex dan Opex tersebut

menunjukkan kontribusi BUMN bagi pergerakan sektor riil.

Page 18: Masterplan BUMN 2010-2014

13

BUMN sebagai badan usaha juga dapat berperan dalam mendorong

penerapan praktek-praktek bisnis dengan standar etika dan transparansi,

independensi, akuntabilitas, responsibilitas dan fairness (GCG) serta

profesionalisme pengelolaan perusahaan. Dorongan untuk meningkatkan praktek

good corporate governance perlu mendapatkan perhatian, sehingga upaya-upaya

restrukturisasi/revitalisasi/ profitisasi yang berkelanjutan perlu terus dilaksanakan.

I.6.2. Kepemilikan Aset

Sampai dengan akhir tahun 2009, total aset BUMN tercatat mencapai ±

Rp2.150 Triliun yang sebagian besar masih menggunakan nilai buku. Sebuah nilai

yang sangat besar yang apabila mampu dimanfaatkan secara maksimal tentu akan

memicu pertumbuhan sektor riil dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

(sustainability growth). Namun, dari total aset BUMN tersebut, belum seluruhnya

dimanfaatkan secara optimal dengan baik guna menghasilkan pendapatan bagi

perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari rasio return on asset (ROA) BUMN yang

masih relatif kecil, yaitu sebesar 3,39%. Dari total aset yang mencapai + 2.150

trilliun tersebut, laba BUMN pada akhir tahun 2009 hanya mencapai Rp.72,84

triliun, dengan return on equity (ROE) sebesar 12,89%.

Aset yang belum didayagunakan tersebut menjadi potensi tersendiri bagi

BUMN dalam upayanya untuk terus memperbaiki kinerja agar dapat memberikan

kontribusi yang lebih besar kepada kesejahteraan rakyat. Melalui kerja sama usaha

dengan swasta maupun BUMN, aset-aset yang masih idle tersebut akan menjadi

salah satu kunci dalam upaya untuk mewujudkan BUMN yang sehat, berkinerja

baik, dan berdaya saing tinggi.

I.6.3. Brand image BUMN

Tidak dapat dipungkiri bahwa perjalanan sejarah telah membuat BUMN

memiliki brand image yang sangat kuat khususnya di dalam negeri. Dengan usaha-

usaha yang dijalankan di sektor perintisan membuat nama BUMN dikenal luas di

seluruh nusantara. Pos Indonesia, Bank BRI, Pegadaian, PLN, dan Pertamina adala

BUMN-BUMN yang sudah sangat melekat di benak seluruh rakyat Indonesia.

Bukan hanya karena mereka menguasai hajat hidup orang banyak tetapi lebih dari

itu, mereka adalah bagian dari sejarah perkembangan bangsa Indonesia.

Page 19: Masterplan BUMN 2010-2014

14

Brand image yang sangat kuat ini merupakan salah satu competitive

advantage yang dimiliki oleh BUMN untuk bersaing dengan perusahaan swasta

lain. Competitive advantage ini harus dapat dioptimalkan sehingga bisa

mendukung upaya penciptaan BUMN yang sehat, berkinerja baik dan berdaya

saing tinggi sehingga mampu memberikan kontribusi yang optimal bagi

perekonomian nasional.

Brand image BUMN semakin membaik yang tergambar dari semakin

meningkatnya jumlah BUMN yang mendapatkan penghargaan ditingkat nasional,

regional, dan internasional.

I.6.4. Pengalaman usaha BUMN

Jika dilihat secara seksama, hampir seluruh BUMN lahir pada awal

kemerdekaan Indonesia bahkan ada beberapa BUMN yang merupakan hasil

nasionalisasi perusahaan-perusahaan belanda. Dengan usia yang sudah sedemikian

lama, BUMN seharusnya memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak daripada

perusahaan-perusahaan swasta lain yang belum begitu lama berdiri.

Pengalaman adalah salah satu nilai tambah yang sangat penting bagi

perusahaan terutama untuk menghadapi persaingan usaha yang semakin kompetitif.

Pemahaman yang mendalam tentang nature of business menjadi salah satu kunci

agar suatu perusahaan mampu berkembang dan bisa menjawab setiap tantangan

zaman. Namun patut diperhatikan juga bahwa, pengalaman usaha BUMN tersebut

harus selalu diiringi dengan inovasi dan kreativitas usaha sehingga BUMN akan

tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat.

I.6.5. Profesionalisme SDM

Dengan eksistensi di dalam perekonomian dan pengalaman yang cukup

lama di dunia bisnis serta besarnya jumlah aset yang dikelola, maka sumber daya

manusia dan profesionalisme yang dimiliki oleh BUMN kiranya tidak perlu

diragukan lagi. Perbaikan sistem remunerasi yang semakin berkeadilan dan

berbasis kinerja semakin mendorong peningkatan profesionalisme SDM BUMN.

Ketatnya pengawasan dalam pengelolaan BUMN juga semakin mendorong

peningkatan integritas SDM BUMN. Mekanisme penetapan pengurus BUMN yang

semakin transparan dan mengutamakan nilai-nilai profesionalisme dan integritas

Page 20: Masterplan BUMN 2010-2014

15

semakin mendorong persaingan SDM BUMN untuk meningkatkan kapasitas dan

kemampuan dalam setiap pengambilan keputusan.

I.6.6. Data, Informasi dan Teknologi Informasi

Disamping hal-hal tersebut diatas, penguasaan terhadap data, informasi, dan

teknologi informasi menjadikan BUMN memiliki sarana yang relatif lebih lengkap

dalam menghadapi persaingan di pasar lokal maupun pasar global serta

memberikan kemampuan bagi BUMN untuk menciptakan nilai tambah dan

mengembangkan usaha. Dalam situasi turbulensi ekonomi, BUMN membutuhkan

kecepatan dalam seluruh aspek pengambilan keputusan korporasi. Tanpa

penguasaan data dan informasi, BUMN akan kehilangan kesempatan dan

kecepatan mengantisipasi perubahan.

Penguasaan data dan informasi menjadi faktor yang penting karena data

dan informasi yang dapat disajikan dengan cepat, tepat, dan lengkap akan

membantu manajemen melakukan analisis dan mengambil keputusan dengan cepat

dan akurat. Bagi perusahaan, implementasi teknologi informasi akan sangat

berperan dalam pengendalian internal perusahaan. Agar teknologi informasi yang

diimplementasikan di BUMN dapat dipastikan memberikan outcome sesuai dengan

kebutuhan bisnis, maka BUMN perlu mempunyai kebijakan tata kelola teknologi

informasi yang menjadi bagian dari tata kelola perusahaan yang baik (good

corporate governance). Kini, implementasi teknologi informasi lebih mengarah

pada sinergi pemanfaatan informasi dan teknologi informasi yang digunakan pada

rantai bisnis baik di lingkungan internal maupun eksternal, dengan demikian

pemanfaatan teknologi informasi akan meningkatkan efisiensi dan menciptakan

nilai tambah perusahaan.

Page 21: Masterplan BUMN 2010-2014

16

Keberadaan BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi Indonesia dengan

segala peran, bentuk kontribusinya terhadap perekonomian serta potensi-potensi

yang dimilikinya, seyogianya dapat menjadi lokomotif ataupun pelaku ekonomi yang

handal yang dapat mendukung, baik Visi dan Misi Pemerintah untuk

mensejahterakan rakyat, mewujudkan demokrasi dan memeratakan keadilan,

bidang-bidang/program-program yang tertuang dalam RPJM 2010-2014, maupun

dalam mewujudkan Visi dan Misi Kementerian BUMN, yakni mewujudkan BUMN

menjadi instrumen negara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat berdasarkan

mekanisme korporasi.

Peningkatan peran dan kualitas pembinaan dan pengawasan BUMN dalam

melaksanakan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang dicantumkan

dalam Renstra Kementerian BUMN 2010-2014, dalam mengatasi permasalahan dan

tantangan yang dihadapi maupun dalam mencapai sasaran-sasaran pembangunan

dalam pembinaan BUMN seperti yang tercantum dalam RPJM 2010-2014, maka

transformasi/konsolidasi/

restrukturisasi/revitalisasi secara bertahap dan berkesinambungan, dalam kerangka

untuk terus meningkatkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good

corporate governance), menjadi sangat penting artinya.

Segala upaya yang telah dilakukan selama ini, baik yang telah berhasil,

sedang dalam penyelesaian, belum berhasil maupun yang masih akan dilakukan,

pada dasarnya adalah untuk meningkatkan efisiensi/efektifitas perusahaan sehingga

kinerja dan nilai perusahaan meningkat. Yang pada gilirannya akan memberikan

kontribusi yang optimal bagi perekonomian nasional.

Seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) diharapkan memahami

ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait dengan BUMN dan

menjalankan peran, fungsi, tugas dan tanggungjawab masing-masing untuk

mendukung peningkatan peran dan kualitas pembinaan dan pengelolaan BUMN

dalam rangka meningkatkan kinerja/nilai dan kontribusi perusahaan dalam

perekonomian nasional.

Page 22: Masterplan BUMN 2010-2014

17

BAB II

PERKEMBANGAN BUMN TAHUN 2005-2009

Kinerja BUMN dalam lima tahun terakhir (2005-2009) sebagian besar

menunjukkan kecenderungan perbaikan, meskipun terdapat sebagian kecil BUMN masih

menghadapi kendala-kendala untuk berkembang. Di bawah ini disajikan perkembangan

kinerja BUMN masing-masing sektor, penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

(GCG) dan perkembangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.

II. 1. Perkembangan Kinerja BUMN

II. 1.1.Perkembangan Jumlah BUMN

Jumlah BUMN di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 141 perusahaan dan

beroperasi pada hampir seluruh sektor usaha, khususnya industri hulu. Di samping itu,

negara juga memiliki saham dengan kepemilikan minritas pada 19 badan usaha.

Perkembangan jumlah BUMN dan kepemilikan negara minoritas dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1 : Perkembangan Jumlah BUMN di Indonesia

Periode tahun 2005 - 2009

Pada Tahun 2005 terjadi pengurangan jumlah Perjan (Perjan Rumah Sakit dan RRI

berubah menjadi Badan Layanan Umum/BLU) dan pengurangan jumlah Persero (Merger

4 Persero Perikanan, PT TVRI menjadi BLU dan Likuidasi PT AAF). Tahun 2007,

terdapat 2 (dua) Persero menjadi Tbk, Likuidasi PT ISI dan terbentuknya Perum LKBN

Antara. Pada tahun 2008 terjadi penambahan jumlah BUMN yaitu PTDI dan PT Askrindo,

dan pada tahun 2009 terjadi penambahan BUMN Tbk yaitu PT Bank BTN.

Jumlah BUMN ( Saham Negara ? 51%) 2005 2006 2007 2008 2009

Persero Tbk 12 12 14 14 15 Persero 114 114 111 113 112 Perum 13 13 14 14 14 Perjan 0 0 0 0 0 Jumlah BUMN 139 139 139 141 141 Jumlah Perusahaan Dengan Saham Negara ? 51 %

21 21 21 19 19

Page 23: Masterplan BUMN 2010-2014

18

II. 1.2.Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN

Data kinerja BUMN periode tahun 2005-2009 secara umum dapat dilihat pada

tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2 : Perkembangan Kinerja BUMN Periode tahun 2005 - 2009

Rp Miliar

2005 2006 2007 2008 Prog 2009

Total Aset 1.291.254 1.451.371 1.717.322 1.969.117 2.150.032

Total Hutang 921.193 1.005.481 1.217.626 1.454.487 1.584.998

Ekuitas 370.060 445.890 499.696 514.630 565.034

Pendapatan 655.152 754.720 865.349 1.161.496 931.000

Laba Bersih 25.770 49.171 63.307 64.185 72.840

Dari tabel 2 tersebut di atas, terlihat bahwa kinerja BUMN mengalami

peningkatan/pertumbuhan yang terlihat dari total asset, total ekuitas, total pendapatan, dan

total laba bersih.

Selanjutnya, perkembangan ROA, ROE, laba, aset, ekuitas dan kontribusi BUMN

dapat dilihat pada grafik-grafik dan tabel-tabel sebagai berikut :

a. Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE)

Return on Asset (ROA) periode 2005 – 2009 berkisar antara 2,00% - 3,69% atau rata-

rata 3,15% per tahun, sedangkan Return on Equity (ROE) berfluktuasi dari tahun ke tahun

dengan kisaran antara 6,96% - 12,89% atau rata-rata 11,20% per tahun. Gambaran

perkembangan ROA dan ROE dapat dilihat dalam grafik berikut:

Grafik 1: Perkembangan ROA dan ROE

Page 24: Masterplan BUMN 2010-2014

19

b. Perkembangan Total Aktiva, Ekuitas dan Hutang

Dilihat dari sisi jumlah aset, tampak terjadi pertumbuhan yang cukup signifikan dalam

periode tahun 2005-2009. Namun pertumbuhan jumlah aset tersebut dirasakan belum

proporsional dengan pertumbuhan modal perusahaan yang pertumbuhannya relatif lambat.

Hal ini disebabkan sebagian besar aset dibiayai dari dana eksternal/hutang.

Grafik 2: Perkembangan Total Aktiva, Ekuitas dan Hutang

(dalam Rp Triliun)

c. Perkembangan Jumlah Laba Bersih

Sama halnya dengan jumlah aset, jumlah laba bersih yang diperoleh BUMN pada periode

tahun 2005-2009 juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu tumbuh rata-

rata 20,28%/tahun.

II. 1.3. Perkembangan Kontribusi BUMN

Kontribusi BUMN terhadap penerimaan negara pada dasarnya bersumber dari

dividen BUMN dan pajak yang disetorkan BUMN.

a. Kontribusi Dividen

Pada periode tahun 2004-2009 terjadi pertumbuhan kontribusi deviden rata-rata

25,09% per tahun. Pertumbuhan tersebut disamping karena meningkatnya keuntungan

BUMN, juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk meningkatkan devidend pay out

ratio dari rata-rata 20% sebelum krisis moneter 1997, menjadi sekitar 40% setelah krisis

moneter, bahkan beberapa BUMN dikenakan lebih dari 50%. Gambaran kontribusi

dividen BUMN sebagaimana terlihat pada Grafik 5 sebagai berikut.

Page 25: Masterplan BUMN 2010-2014

20

Grafik 5: Kontribusi Dividen BUMN

Catatan : Pembagian laba tahun 2009 belum ditetapkan oleh RUPS

b. Kontribusi Pajak

Kontribusi BUMN lainnya yaitu pajak, pada periode tahun 2005-2009 juga

mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu rata-rata 18,13% per tahun. Peningkatan

kontribusi pajak BUMN antara lain disebabkan oleh adanya peningkatan keuntungan

BUMN. Gambaran kontribusi pajak sebagaimana terlihat pada Grafik 6 sebagai berikut.

Grafik 6: Kontribusi Pajak

Selain kontribusi dalam bentuk deviden dan pajak, maka sebelum 5 tahun terakhir

terdapat hasil divestasi/privatisasi BUMN yang disetorkan ke kas Negara karena situasi

keuangan Pemerintah maupun kebijakan pada saat itu. Namun demikian, kurang lebih

dalam waktu 5 tahun terakhir, telah diambil kebijakan yang pada intinya hasil privatisasi

BUMN terutama adalah untuk keperluan mendukung pengembangan BUMN itu sendiri.

Sampai dengan tahun 2009 telah dilakukan privatisasi terhadap 15 BUMN melalui

metode IPO dan SPO (13 BUMN) dan metode EMBO (2 BUMN). Adapun gambaran

hasil privatisasi 2004-2009 sebagaimana terlihat pada Grafik 7 sebagai berikut.

Page 26: Masterplan BUMN 2010-2014

21

Grafik 7: Kontribusi Privatisasi

Peran 15 BUMN Tbk dalam Pasar Modal cukup besar, hal ini dapat dilihat dari

penguasaan kapitalisasi pasar per 30 Desember 2009 yang mencapai 31,57% atau senilai

Rp 637,48 Triliun dari total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) . Adapun

gambaran kapitalisasi pasar BUMN Terbuka 2005-2009 sebagaimana terlihat pada Grafik

8 sebagai berikut.

Grafik 8 : Kapitalisasi Pasar BUMN Terbuka

260

493

589

355

637

31,57%32,97%

29,64%

40,23%

32,40%

0

100

200

300

400

500

600

700

2005 2006 2007 2008 2009

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

40,00%

45,00%

Kapitalisasi Pasar BUMN Tbk % Kapitalisasi Pasar BUMN Tbk

II. 2. Perkembangan BUMN Secara Sektoral

Dalam Rencana Strategis Kementerian BUMN tahun 2010-2014 terdapat 19 sektor

usaha BUMN yang meliputi : sektor usaha perbankan, asuransi, jasa keuangan, jasa

konstruksi, industri farmasi, aneka industri, kawasan industri dan perumahan, sarana

angkutan dan pariwisata, prasarana angkutan, logistik dan jasa sertifikasi, perkebunan,

kehutanan, perikanan, kertas percetakan dan penerbitan, penunjang pertanian,

pertambangan dan semen, industri strategis, energi dan sumber daya mineral serta sektor

telekomunikasi, media dan penunjang telekomunikasi.

Page 27: Masterplan BUMN 2010-2014

22

II. 2.1. Sektor Usaha Perbankan

Terdapat 4 Bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI dan BTN) yang semuanya merupakan

BUMN Terbuka. Masing-masing bank BUMN ini memiliki fokus bisnis yang berbeda

yaitu Corporate Banking, Commercial Banking dan Consumer Banking (Mandiri dan

BNI), micro banking (BRI) dan pembiayaan perumahan (BTN). Isu utama BUMN

perbankan adalah adanya PBI No.8/16/2006 Tentang Kepemilikan Tunggal (Single

Presence Policy) Pada Perbankan Indonesia yang mengharuskan keempat Bank BUMN

untuk masuk dalam satu kepemilikan (misalnya holding atau merger). Sedangkan Bank

Ekspor Indonesia (BEI) sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2009 telah

berubah menjadi Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang pembinaan dan

pengawasanya berada di bawah Menteri Keuangan.

Kinerja operasional Bank BUMN tahun 2005-2009 tercermin dari tingkat Capital

Adequency Ratio (CAR), Net Non Performing Loan (NPL), tingkat penyaluran pinjaman,

serta Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun. Tabel 3 menunjukkan rata-rata

CAR dan NPL, serta total penyaluran pinjaman dan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh

4 BUMN selama periode tahun 2005-2009.

Tabel 3. Kinerja Operasional BUMN Perbankan

Periode Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

CAR 17,89% 19,24% 19,03% 14,82% 16,07%

NPL Net 6,91% 3,93% 2,28% 1,56% 1,25%

Loan/Kredit (Rp Juta) 260.317.540 292.499.989 363.520.599 478.618.745 564.224.717

DPK (Rp Juta) 438.172.120 487.565.432 583.330.640 685.262.593 804.162.583

Adapun kinerja Bank BUMN tahun 2005 - 2009 pada umumnya meningkat yang

antara lain disebabkan Bank BUMN telah berhasil dalam melakukan restrukturisasi, baik

yang bersifat operasional maupun finansial. Peningkatan kinerja tersebut antara lain

tercermin dalam peningkatan pencapaian pendapatan dan laba bersih perseroan. Dalam

kurun waktu 5 tahun, terjadi pertumbuhan aset yang cukup tinggi, yaitu 15,4%,

pertumbuhan aset tersebut diikuti dengan peningkatan pertumbuhan laba bersih rata-rata

26,9%. Gambaran mengenai data keuangan pokok BUMN Perbankan tersaji dalam Tabel

4 sebagai berikut.

Page 28: Masterplan BUMN 2010-2014

23

Tabel 4. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perbankan

Tahun 2005 – 20091

Rp Miliar

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 563.054 624.234 742.855 851,248 938,427

Ekuitas 49.943 59.774 68.688 71.380 86.989

Pendapatan 61.602 68.186 75.877 88.039 92.667

Laba Bersih 6.263 8.969 10.484 13.576 17.484

II. 2.2.Sektor Usaha Asuransi

Terdapat 10 (sepuluh) BUMN yang bergerak di sektor usaha asuransi, PT Askes, PT

Jamsostek, PT Taspen, PT Asabri, PT Jasindo, PT Jasa Raharja, PT Jiwasraya, PT ASEI,

PT Askrindo dan PT RUI. Adapun isu utama BUMN Sektor Asuransi adalah adanya

Undang-undang Nomor 40/2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang Sistem Jaminan

Nasional (SJSN) yang menetapkan perlu adanya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Nasional. Keempat BUMN asuransi yang direncanakan akan dijadikan/ditunjuk sebagai

badan penyelenggara jaminan sosial, adalah PT Askes, PT Jamsostek, PT Taspen dan PT

Asabri, dengan kemungkinan perubahan bentuk/status hukum BUMN tersebut.

Selama periode tahun 2005-2009, BUMN Asuransi mampu meningkatkan kinerja

operasional yang tercermin dari peningkatan premi/iuran yang dihimpun, dana investasi,

dan cadangan teknis. Gambaran mengenai kinerja operasional tersebut dapat dilihat pada

tabel 5 berikut.

Tabel 5. Perkembangan Premi, Investasi, dan Cadangan Teknis BUMN Asuransi

Tahun 2005 – 2009

Rp Miliar

Premi 11,118 12,965 15,038 19,088 18,557

Investasi 63,712 79,426 97,484 104,566 109,362

Cadangan Teknis 27,516 31,650 38,116 45,144 60,588

20092005 2006 2007 2008

Dalam kurun waktu 5 tahun, terjadi pertumbuhan aset yang cukup tinggi, yaitu

20,7%, pertumbuhan aset tersebut diikuti dengan peningkatan pertumbuhan laba bersih

rata-rata 27,8%. Secara agregat, data keuangan pokok BUMN Sektor Asuransi dapat

dijelaskan dalam Tabel 6 di bawah ini.

1 Sumber: Data publikasi diolah

Page 29: Masterplan BUMN 2010-2014

24

Tabel 6. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Asuransi

Tahun 2005 – 2009

Rp Miliar

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 69.561 86.219 105.450 133.828 147.076

Ekuitas 6.690 9.719 12.026 12.327 18.793

Pendapatan 15.815 21.341 25.212 33.622 36.455

Laba Bersih 1.728 2.318 2.606 3.291 4.548

II. 2.3. Sektor Usaha Jasa Keuangan

Terdapat 7 (tujuh) BUMN yang bergerak di sektor usaha jasa keuangan dan 1

(satu) perusahaan minoritas. Masing-masing BUMN Usaha Jasa Keuangan memiliki

karakteristik berbeda sehingga isu yang dihadapi juga berbeda-beda. Sebagai contoh, PT

PANN Multi Finance saat ini dalam kondisi ekuitas negatif terkait beban bunga hutang

SLA untuk proyek pesawat terbang dan kapal ikan yang merupakan penugasan

pemerintah. Sementara itu, PT PPA yang semula hanya mengelola aset eks BPPN, saat ini

sesuai PP 61 tahun 2008 mendapat tambahan tugas untuk melakukan restrukturisasi dan

revitalisasi BUMN, pengelolaan aset BUMN dan kegiatan investasi. Terkait fungsi untuk

melakukan restrukturisasi dan revitalisasi BUMN, maka PT PPA telah memperoleh PMN

sebesar Rp 1,5 Triliun pada tahun 2008 dan sebesar Rp 1 Triliun pada tahun 2009. Saat ini

BUMN yang telah dan sedang dalam program restrukturisasi oleh PT PPA per 31

Desember 2009 adalah 17 BUMN.

5 BUMN lain di sektor ini meliputi PT Danareksa (sekuritas, investasi dan

manajemen investasi), Perum Pegadaian, Perum Jamkrindo (penjaminan kredit kecil),

PT PNM (jasa pembiayaan), dan PT Kliring Berjangka Indonesia (kliring berjangka dan

resi gudang). Untuk Perum Pegadaian saat ini dalam proses pemerseroan. Perum

Jamkrindo dan PT PNM terlibat intensif dalam penjaminan dan penyaluran kredit

kecil/KUR yang memerlukan perhatian Pemerintah untuk menjaga kelayakan tingkat

modal minimal apabila menghadapi kredit bermasalah. Sedangkan untuk PT Danareksa,

restrukturisasi lanjutan untuk penguatan likuiditas dan permodalan, perlu dilakukan

mengingat PT Danareksa masih memiliki akumulasi kerugian yang cukup besar.

Selanjutnya PT Kliring Berjangka Indonesia memerlukan dukungan dari instansi terkait

untuk kegiatan usaha resi gudang.

Page 30: Masterplan BUMN 2010-2014

25

Dalam 5 tahun terakhir terlihat adanya pertumbuhan laba, ekuitas dan aset BUMN

Jasa Keuangan, sebagaimana terlihat pada Tabel 7 dibawah ini, dengan rata-rata

pertumbuhan aset 26,7% per tahun dan laba bersih 19,6% per tahun.

Tabel 7. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Jasa Keuangan

Tahun 2005 – 2009

Rp Miliar

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 11.974 13.711 16.943 22.133 30.553

Ekuitas 1.423 1.963 3.025 5.218 7.076

Pendapatan 2.661 3.107 3.543 4.198 5.380

Laba Bersih 520 767 754 973 1.010

II. 2.4. Sektor Usaha Jasa Konstruksi

BUMN Sektor Usaha Jasa Konstruksi terdiri dari 14 BUMN yang 2 (dua)

diantaranya adalah BUMN Terbuka. Keempat belas BUMN tersebut adalah PT Adhi

Karya, PT Wijaya Karya, PT PP, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, PT Amarta

Karya, PT Nindya Karya, PT Istaka Karya, PT Brantas Abipraya, PT Indra Karya, PT

Bina Karya, PT Indah Karya, PT Virama Karya dan PT Yodya Karya. Disamping itu

terdapat perusahaan konsruksi dimana kepemilikan negara adalah minoritas, yaitu PT

Rekayasa Industri. Periode 2005 – 2009, terjadi pertumbuhan aset BUMN Jasa Konstruksi

rata-rata 21,6% per tahun dengan kenaikan laba yang meningkat rata-rata 25,8% per tahun,

sedangkan total ekuiti per tahun tumbuh 27,1%.

Isu strategis yang dihadapi BUMN konstruksi antara lain meningkatnya kebutuhan

modal kerja yang disebabkan oleh meningkatnya proyek yang diterima dan meningkatnya

harga bahan baku yang menimbulkan tingkat hutang tinggi (leverage) sehingga

mempengaruhi kinerja perusahaan, persaingan yang ketat dalam mendapatkan proyek baik

proyek pemerintah maupun proyek swasta, serta keterbatasan dalam tenaga ahli.

Secara agregat, dari tahun 2005-2009, kinerja BUMN Sektor Usaha Jasa

Konstruksi mengalami trend yang positif, ditandai dengan kenaikan beberapa indikator

kinerja keuangan utama sebagaimana terlihat dalam Tabel 8 sebagai berikut.

Page 31: Masterplan BUMN 2010-2014

26

Tabel 8. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Jasa Konstruksi

Tahun 2005-2009

Rp Miliar

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 10.672 12.499 16.274 20.768 23.116

Ekuitas 1.482 1.607 2.737 3.159 3.763

Pendapatan 13.478 16.163 19.361 25.324 29.843

Laba Bersih 254 295 417 512 657

II. 2.5. Sektor Usaha Industri Farmasi

BUMN Sektor Usaha Farmasi meliputi 3 (tiga) BUMN yang 2 (dua) diantaranya

berbentuk Persero Terbuka yang bergerak di bidang farmasi dan obat-obatan (PT Kimia

Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk) serta 1 (satu) BUMN yang bergerak di bidang produk

vaksin yang sahamnya dimiliki 100% oleh Negara RI (PT Bio Farma). Isu-isu strategis

yang dihadapi oleh BUMN farmasi meliputi antara lain :

a. Kecenderungan upaya merger/akuisisi perusahaan-perusahaan farmasi di Indonesia

maupun global untuk langkah efisiensi dan pengembangan pasar.2

b. Dalam kaitannya Obat Generik BUMN Farmasi menghadapi masalah impor bahan

baku dan harga beli Pemerintah terhadap Obat Generik.

c. Persaingan obat-obat kimia dengan obat-obat herbal dengan penitrasi pasar yang

cukup tajam dan harga yang relatif lebih kompetitif.

Total aset BUMN Farmasi meningkat rata-rata 13,0% dan laba bersih rata-rata

23,0% per tahun dalam kurun waktu 2005-2009, sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 9

di bawah ini.

Tabel 9. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Farmasi

Tahun 2005 - 2009

Rp Miliar

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 2.240 2.548 3.148 3.342 3.627

Ekuitas 1.557 1.666 1.828 2.018 2.321

Pendapatan 2.934 3.832 4.384 4.989 5.083

Laba Bersih 118 145 180 198 267

2 Sumber: www.pfizer.com dan Laporan Tahunan PT Kalbe Farma

Page 32: Masterplan BUMN 2010-2014

27

II. 2.6. Sektor Usaha Aneka Industri

BUMN Sektor Aneka Industri meliputi 4 (empat) BUMN yang terdiri dari 2 (dua)

BUMN yang bergerak di bidang usaha TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) yaitu PT Industri

Sandang Nusantara (ISN) dan PT Primissima. PT IGLAS bergerak dalam industri gelas

dan PT Garam bergerak dalam industri garam. Beberapa isu strategis yang dihadapi oleh

BUMN Aneka Industri antara lain :

a. Alat-alat produksi relatif tua sehingga produktivitas rendah dan biaya perawatan tinggi

sehingga mengurangi daya saing.

b. Beban hutang cukup besar dan mengalami kesulitan likuiditas/modal kerja.

Kenaikan total aset BUMN sektor Aneka Industri selama periode 2005 – 2009

sangat kecil, yaitu hanya 3,0% per tahun, namun demikian dalam kurun waktu tersebut

BUMN Sektor Aneka Industri belum mampu membukukan laba. Gambaran umum kinerja

BUMN Aneka Industri 2004-2009 terlihat pada Tabel 10 sebagai berikut.

Tabel 10. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Aneka Industri

Tahun 2005 - 2009

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Total Aktiva 876.741 804.468 778.308 874.226 971.543

Ekuitas 214.944 119.302 47.261 45.168 (65.832)

Pendapatan/sales 658.648 554.513 557.661 441.221 473.101

Laba/(Rugi) Bersih (53.432) (94.117) (72.014) (158.210) (97.948)

II. 2.7. Sektor Usaha Kawasan Industri dan Perumahan

BUMN Kawasan Industri dan Perumahan terdiri dari 5 (lima) BUMN Kawasan

Industri, PT KI Makasar, PT KI Wijayakusuma, PT KBN, PT PDIP Batam dan PT KI

Medan, 1(satu) BUMN Perumahan, Perum Perumnas. Disamping itu terdapat 3

perusahaan dengan kepemilikan negara minoritas. Isu-isu strategis yang dihadapi oleh

BUMN Kawasan Industri dan Perumahan antara lain adalah persaingan pembangunan

perumahan oleh BUMN dengan swasta, dan perlunya sinkronisasi kebijakan/regulasi

antara Pusat dengan Daerah (pembebasan lahan/lokasi, perijinan, dll).

Selama 5 tahun terakhir, BUMN sektor Kawasan Industri dan Perumahan

mengalami pertumbuhan aset yang cukup signifikan, yaitu 4,3%, dengan pertumbuhan

Page 33: Masterplan BUMN 2010-2014

28

laba bersih 35,9%. Gambaran umum kinerja BUMN Sektor Usaha Kawasan Industri dan

Perumahan tahun 2005–2009, terlihat pada Tabel 11 sebagai berikut.

Tabel 11. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kawasan Industri dan

Perumahan Tahun 2005 – 2009

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 1.862.744 1.844.286 1.882.827 1.975.317 2.194.730

Ekuitas 992.286 1.033.394 977.377 1.035.817 784.543

Pendapatan 614.335 541.794 569.469 795.642 547.035

Laba Bersih 66.319 59.479 (44.540) 69.965 79.056

II. 2.8. Sektor Usaha Sarana Angkutan dan Pariwisata

BUMN yang bergerak di sektor usaha sarana angkutan dan pariwisata terdiri dari 9

(sembilan) BUMN Sarana Angkutan dan 3 (tiga) BUMN Pariwisata, yakni PT Garuda

Indonesia, PT Merpati Nusantara, PT PELNI, PT Djakarta Lloyd, PT ASDP, PT Pelayaran

Bahtera Adhiguna, Perum Damri, Perum PPD, PT Kereta Api Indonesia, PT TWCBPB,

PT BTDC, PT Hotel Indonesia Natour. Isu Strategis BUMN Sarana Angkutan dan

Pariwisata meliputi antara lain :

a. Penyelesaian restrukturisasi perusahaan meliputi restrukturisasi hutang, organisasi dan

SDM.

b. Kondisi armada angkutan yang sudah tua yang menggangu tingkat kenyamanan dan

keselamatan penumpang.

c. Pemberlakuan UU No. 17 Th 2008 tentang pelayaran, yang intinya memisahkan antara

regulator dan operator sehingga akan berdampak negatif pada kinerja perusahaan

pelayaran.

d. BUMN Sektor Perhotelan mengalami kesulitan untuk melakukan pengembangan

usaha karena kekurangan modal kerja dan pada umumnya bangunan hotel sudah tua

serta mengalami kelebihan jumlah pegawai

Aset BUMN sarana angkutan dan pariwisata tumbuh relatif kecil yakni rata-rata

9,9% per tahun, sedangkan pendapatan usaha tumbuh lebih baik yaitu 11,1%. Sekalipun

demikian sampai dengan tahun 2008 BUMN sarana angkutan dan pariwisata masih merugi

sekalipun dari tahun ke tahun kerugiannya menurun dan pada tahun 2009 telah

memperoleh laba.

Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Sarana Angkutan dan

Pariwisata tahun 2004-2009 dapat dilihat dalam Tabel 12 sebagai berikut.

Page 34: Masterplan BUMN 2010-2014

29

Tabel 12. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Sarana Angkutan dan

Pariwisata Tahun 2005-2009

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 20.838.857 22.745.403 26.236.458 29.773.930 30.157.259

Ekuitas 8.455.946 8.558.845 6.094.218 8.957.672 11.524.591

Pendapatan 19.756.565 20.900.200 23.421.342 30.915.881 29.117.797

Laba Bersih (1.078.189) (641.928) (259.700) (67.269) 1.285.381

II. 2.9. Sektor Usaha Prasarana Angkutan

BUMN Sektor Prasarana Angkutan terdiri dari 4 (empat) BUMN Kepelabuhanan,

PT Pelindo I – IV dan 2 (dua) BUMN Kebandarudaraan, PT Angkasa Pura I & II, 1 (satu)

BUMN Pengerukan, PT Rukindo, dan 1 (satu) BUMN Operator Jalan Tol, PT Jasa Marga.

Total aset BUMN sektor Usaha Prasarana Angkutan tumbuh 13,2% dengan pertumbuhan

laba bersih mencapai 14,1% per tahun.

Isu strategis yang dihadapi oleh BUMN Sektor Usaha Prasarana Angkutan antara

lain :

a. Pemberlakuan UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, maka akan ada pemisahan

antara operator dan regulator yang akan diatur oleh Badan Otoritas Pelabuhan

b. Pemberlakuan Undang-undang No.1 th 2009 tentang penerbangan serta antisipasi

pemisahan Air Traffic Services (ATS), maka investasi untuk segmen usaha ATS

dibatasi untuk investasi yang sangat prioritas. Investasi difokuskan kepada segmen

usaha jasa layanan penumpang, jasa pendaratan dan segmen usaha non aeronautika.

Perkembangan kinerja BUMN Sektor Prasarana Angkutan dapat dilihat dalam Tabel 13

sebagai berikut.

Tabel 13. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Prasarana Angkutan Tahun

2005-2009

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 29.756.136 31.581.510 39.905.883 44.119.357 48.430.061

Ekuitas 18.156.546 20.156.595 27.771.345 31.167.157 33.925.330

Pendapatan 9.220.220 10.170.750 11.544.916 13.885.706 14.976.955

Laba Bersih 2.224.508 2.168.984 2.669.753 3.818.881 3.534.367

Page 35: Masterplan BUMN 2010-2014

30

II. 2.10. Sektor Usaha Logistik dan Jasa Sertifikasi

Terdapat 10 (sepuluh) BUMN yang bergerak di Sektor Perdagangan, Pergudangan,

Distribusi, dan Jasa Sertifikasi, meliputi PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT PP

Berdikari, PT Sarinah, PT Banda Ghara Reksa, PT Varuna Tirta Prakasya, PT Pos

Indonesia, PT Surveyor Indonesia, PT Sucofindo, PT Biro Klarifikasi Indonesia dan PT

Survey Udara Penas. Isu strategis yang dihadapi BUMN Sektor Perdagangan,

Pergudangan, Distribusi, dan Jasa Sertifikasi antara lain :

a. Kinerja BUMN Perdagangan kurang optimal. Di samping tingkat kompetisi di sektor

perdagangan dan masalah internal antara lain keuangan dan operasional, namun

BUMN Perdagangan memiliki beberapa kelebihan berupa jaringan pemasaran yang

cukup luas, klien yang cukup banyak dan SDM yang kompeten

b. BUMN sektor pergudangan terkendala dengan keterbatasan pendanaan untuk ekspansi

usaha dan terkait erat dengan regulasi Pemda dan laju pengembangan daerah setempat

c. Bisnis utama PT Pos Indonesia, khususnya jasa pengiriman kalah bersaing dengan

perusahaan swasta. Beban PSO yang ditanggung PT Pos tidak seimbang dengan dana

kompensasi PSO dari Pemerintah. Saat ini pemisahan biaya antara PSO dan non PSO

belum dapat dilaksanakan.

d. Untuk sektor Jasa Penilai di samping PT Sucofindo dan PT Surveyor Indonesia perlu

bersaing dengan swasta, maka masalah cross ownership diantara keduanya perlu

diseleisaikan.

e. Khusus PT Survey Udara, kinerja keuangannya sangat buruk dan mengalami kesulitan

likuiditas. Perusahaan ini tidak dapat bersaing dan memiliki alat produksi yang sudah

tua.

Kinerja BUMN sektor perdagangan, pergudangan, distribusi dan jasa sertifikasi,

dalam 5 tahun terakhir relatif berfluktuasi dengan kecenderungan tumbuh. Hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan mencapai 20,6% dan aset tumbuh

rata-rata 7,1%. Perkembangan kinerja BUMN sektor perdagangan, pergudangan, distribusi

dan jasa sertifikasi 2005–2009 mengalami pertumbuhan yang baik sebagaimana terlihat

pada Tabel 14 sebagai berikut.

Tabel 14. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Logistik dan Jasa Sertifikasi

Tahun 2005–2009

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 19.061.184 17.164.292 22.581.622 24.702.243 24.055.692

Ekuitas 7.397.124 7.051.687 7.569.082 5.243.791 4.730.631

Pendapatan 14.438.575 13.020.885 16.421.619 23.966.967 28.766.245

Laba Bersih (28.672) 63.687 201.019 153.864 (493.168)

Page 36: Masterplan BUMN 2010-2014

31

II. 2.11. Sektor Usaha Perkebunan

BUMN Sektor Perkebunan terdiri dari 14 PT Perkebunan Nusantara (PTPN I s.d.

XIV) & PT RNI. Isu strategis yang dihadapi BUMN Sektor Perkebunan antara lain:

a. Produk dan produktivitas perkebunan pada umumnya rendah karena umur tanaman

yang sudah tua dan komposisi tanaman tidak ideal. Hal tersebut timbul karena

keterlambatan replanting.

b. Kemampuan leverage secara umum rendah sehingga perlu dilakukan holding.

c. Sebagian usia fasilitas pabrik sudah tua.

d. Kemampuan dan kualifikasi SDM belum memenuhi standardisasi.

e. Kemampuan untuk membiayai investasi rendah karena kemampuan leverage secara

sendiri-sendiri sangat rendah, untuk itu perlu dilakukan holding.

Adapun perkembangan kinerja BUMN Sektor Perkebunan dari tahun 2005- 2009

dapat dilihat pada Tabel 15. Dengan pertumbuhan aset selama periode 2005 – 2009 rata-

rata sebesar 14,6% per tahun, terjadi pula peningkatan laba bersih rata-rata 26,9%,

sedangkan ekuitas meningkat rata-rata 16,7%.

Tabel 15. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perkebunan

Tahun 2005-2009

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 21.686.263 24.024.230 29.148.790 34.817.283 37.221.838

Ekuitas 7.288.544 7.688.783 9.915.193 12.124.789 13.338.934

Pendapatan 20.708.684 21.392.560 27.947.074 33.328.532 33.212.420

Laba Bersih 1.236.507 1.003.547 2.474.774 2.929.335 1.803.400

II. 2.12. Sektor Usaha Kehutanan

BUMN Sektor Kehutanan terdiri atas 6 (enam) BUMN yaitu PT Inhutani I s.d. V

dan Perum Perhutani. Isu strategis yang dihadapi BUMN Sektor Kehutanan antara lain:

a. Keterbatasan areal lahan yang dikuasai PT Inhutani I-V, akibat adanya pencabutan

areal kerja yang dikelola oleh Departemen Kehutanan pada awal tahun 2000-an.

b. Keterbatasan modal kerja, investasi pada usaha kehutanan memerlukan time period

yang cukup lama yaitu sampai dengan 7-8 tahun untuk dapat menikmati hasilnya. Oleh

Page 37: Masterplan BUMN 2010-2014

32

sebab itu dunia perbankan sampai dengan saat ini belum ada yang mau menyalurkan

modalnya di usaha kehutanan.

c. Peralatan industri milik PT Inhutani yang sudah tidak sesuai lagi dengan produksi hasil

hutan saat ini, karena desain awal industri ditujukan untuk produk kayu alam.

d. Kondisi sosial lingkungan wilayah hutan yang belum mendukung sepenuhnya

keamanan dan kelestarian hutan, sehingga diperlukan penanganan khusus dari BUMN

pengelola hutan.

e. Pasar kayu HTI terbatas pada industri kertas dalam negeri.

Kinerja keuangan BUMN kehutanan cenderung membaik dalam 5 tahun terakhir.

Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan laba bersih rata-rata 48,9%, pendapatan tumbuh

12,9%. Sekalipun demikian, aset belum tumbuh secara optimal karena hanya tumbuh 0,1%

sedangkan ekuitas mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,9%.

Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Kehutanan tahun 2005-

2009 terlihat dalam Tabel 16 sebagai berikut.

Tabel 16. Tabel Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kehutanan

Tahun 2005-2009

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa 2009

Aset 2.652.404 2.746.187 2.712.451 2.681.087 2.660.510

Ekuitas 2.054.601 2.055.379 1.934.810 1.904.732 1.894.671

Pendapatan 1.587.490 1.814.031 2.352.597 2.603.839 2.530.760

Laba Bersih 41.104 45.043 37.487 118.131 103.736

II. 2.13. Sektor Usaha Perikanan

Terdapat 2 (dua) BUMN yang bergerak di sektor usaha perikanan yaitu Perum

Prasarana Perikanan Samudra (PPS) dan PT Perikanan Nusantara. Isu strategis yang

dihadapi BUMN Sektor Perikanan antara lain :

a. Paska penggabungan perusahaan perikanan belum beroperasi dengan baik

b. Kondisi perusahaan secara keseluruhan kurang baik. Kondisi keuangan perusahaan

sangat buruk dengan ekuitas negatif. Perusahaan beroperasi belum normal sebagai

dampak peleburan BUMN PT Tirta Raya Mina, PT Usaha Mina, dan PT Perikani.

Banyak aktiva perusahaan yang tidak produktif.

c. Jumlah dan umur armada serta modal kerja masih menjadi hambatan untuk kelancaran

operasi.

Page 38: Masterplan BUMN 2010-2014

33

Kinerja BUMN perikanan masih memprihatinkan meskipun terdapat

perkembangan positif dalam beberapa aspek. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan

aset mencapai 20,1% meskipun masih menderita ekuitas negatif.

Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Perikanan terlihat

sebagaimana dalam Tabel 17 sebagai berikut.

Tabel 17. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perikanan

Tahun 2005-2009

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 102.304 147.613 197.204 198.112 202.116

Ekuitas 82.592 (77.037) (16.463) (21.457) (22.224)

Pendapatan 72.472 103.459 98.232 123.294 156.563

Laba Bersih (1.263) (15.955) (11.907) (253) 2.223

II. 2.14. BUMN Sektor Usaha Kertas, Percetakan dan Penerbitan

BUMN Sektor Usaha Kertas, Percetakan dan Penerbitan terdiri dari 2 (dua)

BUMN Kertas, PT Kertas Kraft Aceh, PT Kertas Leces dan 4 (empat) BUMN Percetakan

dan Penerbitan, PT Balai Pustaka, PT Pradya Paramita, Perum Peruri, Perum PNRI. Isu

strategis yang dihadapi BUMN Sektor Kertas, Percetakan dan Penerbitan antara lain :

a. Sektor kompetitif dan daya saing sangat rendah karena , mesin sudah cukup tua

sehingga beban pemeliharaan tinggi , struktur permodalan kurang sehat, ekuitas

negatif karena mengalami rugi terus-menerus, dan kesulitan memperoleh pasokan gas

b. Industri kertas sudah sangat kompetitif, sedangkan BUMN kertas memiliki mesin yang

sudah tua dan kesulitan bahan baku serta permodalan

c. Pemerintah telah mencabut hak ekslusif pada BUMN untuk mencetak dan

mengedarkan buku pelajaran sehingga saat ini sektor percetakan dan penerbitan

bersifat kompetitif.

d. Skala usaha yang relatif sangat kecil dan eksistensi BUMN Percetakan dan penerbitan

Kinerja BUMN Kertas, Percetakan dan Penerbitandalam 5 tahun terakhir

berfluktuasi. Aset mengalami pertumbuhan rata-rata 6,5%, pendapatan mengalami

pertumbuhan 10,8% sedangkan laba bersih cenderung berfluktuasi.

Page 39: Masterplan BUMN 2010-2014

34

Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Kertas, Percetakan dan

Penerbitan dapat dilihat dalam Tabel 18 sebagai berikut.

Tabel 18. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Percetakan dan

Penerbitan

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 2.964.367 3.130.927 3.862.694 3.863.871 3.743.045

Ekuitas 347.771 241.728 616.929 492.071 294.163

Pendapatan 1.818.628 1.717.406 2.482.568 2.578.222 2.581.518

Laba Bersih (110.565) (123.653) 47.289 (16.344) (145.319)

II. 2.15. Sektor Usaha Penunjang Pertanian

BUMN Sektor Usaha Penunjang Pertanian terdiri dari 1 (satu) BUMN Pupuk, PT

PUSRI, 2 (dua) BUMN Perbenihan, PT SHS dan PT Pertani, 2 (dua) BUMN Pengairan,

PT Jasa Tirta I & II, dan Perum Bulog. Isu strategis yang dihadapi BUMN Sektor

Penunjang Pertanian antara lain:

a. Untuk Perum Jasa Tirta I & II, tarif jasa air yang ditetapkan Pemerintah (Menteri PU)

masih dibawah tingkat keekonomiannya (tidak ekonomis) sehingga perusahaan tidak

memperoleh dana yang cukup (dari pendapatan jasa air) untuk membiayai

pemeliharaan prasarana/sarana yang dikelola sehingga seperti pengerukan sedimentasi

bendungan, pemeliharaan saluran irigasi dan daerah aliran sungai (DAS). Akibatnya

umur ekonomis dari sarana/prasarana tersebut semakin pendek dan sering terjadi

banjir.

b. Untuk Perum Bulog, penetapan harga pembelian beras (HPB) oleh Pemerintah untuk

kebutuhan raskin ditetapkan berdasarkan besarnya dana subsidi raskin yang ditetapkan

dalam APBN dan bukan atas dasar kalkulasi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan

dan penyaluran raskin.

HPB yang ditetapkan Pemerintah lebih rendah dari total biaya yang dikeluarkan oleh

Bulog, sehingga Bulog mengalami kerugian. Terdapat kekurang”fair”an SK penetapan

HPB oleh Menkeu, yakni apabila HPB lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan, maka

kelebihannya harus disetor ke kas Negara. Sedangkan apabila HPB lebeih rendah,

kekurangannya menjadi kerugian Bulog. Seyogianya kekurangan tersebut selayaknya

diganti Pemerintah selaku pemberi tugas.

c. Untuk BUMN Pupuk, usia pabrik sudah tua serta kurangnya pasokan gas.

d. Untuk BUMN Perbenihan, sangat tergantung pada adanya subsidi benih. Apabila

subsidi benih dihilangkan maka BUMN bisa merugi.

Page 40: Masterplan BUMN 2010-2014

35

Selama periode 2005 – 2009 BUMN sektor Usaha Penunjang Pertanian mengalami

pertumbuhan aset sebesar 13,3% yang diikuti dengan pertumbuhan laba bersih 28,9% per

tahun. Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Penunjang Pertanian terlihat

sebagaimana dalam Tabel 19 sebagai berikut.

Tabel 19. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Penunjang Pertanian

Tahun 2005-2009

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 20.646.942 21.553.074 24.586.399 33.296.701 32.994.934

Ekuitas 8.568.255 9.098.299 11.148.122 12.601.730 15.529.732

Pendapatan 17.224.337 17.073.962 24.473.379 39.126.581 39.297.837

Laba Bersih 868.136 897.935 1.719.806 2.184.835 2.049.956

II. 2.16. Sektor Usaha Pertambangan dan Semen

BUMN Sektor Usaha Pertambangan dan Semen terdiri dari 7 BUMN yaitu 4

(empat) BUMN Sektor Pertambangan, PT Aneka Tambang, PT Timah, PT BB Bukit

Asam, PT Sarana Karya, dan 3 (tiga) BUMN Semen, PT Semen Gresik, PT Semen

Baturaja dan PT Semen Kupang. Diantara isu strategis BUMN Pertambangan adalah

rencana pembentukan BUMN Pertambangan yang terintegrasi (IRC) melalui pembentukan

Holding Company guna meningkatkan skala ekonomis, leverage dan nilai perusahaan

yang sampai saat ini masih dalam tahap pembahasan.

Sedangkan isu strategis yang dihadapi BUMN Semen adalah optimalisasasi

holding BUMN Semen (PT Semen Gresik Group Tbk) dengan melakukan pemisahan aset

(spin off) PT Semen Gresik Tbk dan pengembangan usaha PT Semen Baturaja guna

meningkatkan kapasitas produksi.

Pada periode 2005 – 2009, BUMN sektor Pertambangan dan Semen dapat

meningkatkan total aset dengan rata-rata pertumbuhan 13,9% per tahun dengan

pertumbuhan laba bersih yang cukup tinggi, yaitu 38,9% per tahun. Pertumbuhan tersebut

diikuti dengan peningkatan ekuitas rata-rata 22,6% per tahun. Perkembangan kinerja

keuangan BUMN Sektor Pertambangan dan Semen dapat dilihat pada Tabel 20 sebagai

berikut.

Page 41: Masterplan BUMN 2010-2014

36

Tabel 20. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Pertambangan dan Semen Tahun

2005-2009

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 197.834.182 225.610.789 279.771.590 321.841.157 329.413.225

Ekuitas 81.918.469 134.420.344 161.505.091 169.361.679 171.453.926

Pendapatan 329.958.353 371.854.949 420.952.937 585.867.650 374.807.089

Laba Bersih 9.069.349 22.081.547 33.186.800 35.566.054 19.496.734

II. 2.17. Sektor Usaha Industri Strategis

BUMN sektor usaha Industri Strategis terdiri dari 2 (dua) BUMN Industri

Pertahanan, PT Dahana dan PT Pindad, 3 (tiga) BUMN Baja dan Konstruksi Baja, PT

Krakatau Steel, PT Boma Bisma Indra, PT Barata Indonesia, 1 (satu) BUMN Industri

Kereta Api, PT INKA, 1 (satu) BUMN Kedirgantaraan, PT Dirgantara Indonesia dan 4

(empat) BUMN Dok Perkapalan, PT Dok Kodja Bahari, PT Dok & Perkapalan Surabaya,

PT PAL Indonesia, PT Indusri Kapal Indonesia.

Isu-isu strategis yang dihadpi oleh BUMN Sektor Usaha Industri Strategis adalah :

a. Keterbatasan pendanaan, sehingga pengembangan usaha berjalan sangat lambat.

b. Tingginya ketergantungan kepada bahan baku impor.

c. Skala usaha dan kapasitas produksi yang masih rendah, sehingga belum efisiensi yang

berdampak pada lemahnya daya saing.

d. Prasarana dan saran produksi yang relatif telah berusia tua dan ketinggalan teknologi

yang memerlukan dana cukup besar untuk revitalisasi dan alih teknologi.

e. Kondisi keuangan perusahaan yang sudah mengkhawatirkan, sehingga menyulitkan

untuk akses ke sumber pendanaan dan untuk mendapatkan order pekerjaan (PT Barata

Indonesia, PT Boma Bisma Indra, PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, PT

Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, PT Industri Kapal Indonesia).

Perkembangan kinerja BUMN Sektor Industri Strategis dari tahun 2005-2009

terlihat dalam Tabel 21. Pada periode 2005 – 2009, BUMN sektor Usaha Industri Strategis

dapat meningkatkan total aset dengan rata-rata pertumbuhan 9,3% per tahun, yang juga

diikuti dengan pertumbuhan ekuitas rata-rata 15,8% per tahun. Pada tahun 2006 dan 2007

BUMN Sektor Industri Strategis masih mengalami kerugian, namun pada 2 tahun terakhir

sudah mampu membukukan laba.

Page 42: Masterplan BUMN 2010-2014

37

Tabel 21. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Industri Strategis

Tahun 2005-2009

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 15.982.193 18.305.011 19.790.843 24.724.658 22.169.961

Ekuitas 3.566.036 4.404.781 4.364.670 4.646.064 4.823.251

Pendapatan 15.062.416 15.780.303 18.638.017 25.398.892 21.274.755

Laba Bersih 228.707 (237.971) (181.194) 373.554 400.863

II. 2.18. Sektor Usaha Energi dan Sumber Daya Alam

BUMN Sektor Usaha Energi terdiri dari 5 (lima) BUMN, PT PLN, PT Pertamina,

PT PGN, PT Batan Teknologi dan PT EMI. Dengan pertumbuhan aset selama periode

2005 – 2009 rata-rata mencapai sebesar 12,4% per tahun, sedangkan ekuitas meningkat

rata-rata sebesar 1,0 %.

Isu-isu strategis yang dihadapi oleh BUMN sektor usaha energi antara lain :

a. Produk yang dihasilkan berhubungan dengan hayat hidup orang banyak (mengemban

tugas Public Service Obligation/PSO), sehingga penetapan harga/tarif masih diatur

oleh Pemerintah.

b. Perlunya dilakukan restrukturisasi secara menyeluruh (PT Pertamina,

PT Perusahaan Listrik Negara), baik organisasi maupun usaha, termasuk anak-anak

perusahaan agar operasional perusahaan lebih efisien dan efektif.

c. Investasi untuk pembangunan pembangkit listrik baru (PT Perusahaan Listrik Negara)

membutuhkan waktu dan dana yang sangat besar, sehingga kebutuhan masyarakat

terhadap listrik belum terpenuhi sebagaimana harapan.

Adapun perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Energi adalah

sebagaimana Tabel 22 sebagai berikut.

Tabel 22. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Energi Tahun 2005-2009

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 236.310.016 266.199.786 297.965.615 322.428.217 376.484.955

Ekuitas 146.049.529 147.756.069 145.186.024 138.119.760 151.239.966

Pendapatan 85.011.144 114.944.477 127.013.989 184,268,485 166.361.897

Laba Bersih (3.588.986) 452.330 (3.758.415) (9.962.804) 13.040.486

Page 43: Masterplan BUMN 2010-2014

38

II. 2.19. Sektor Usaha Telekomunikasi, Media dan Industri Penunjang

Telekomunikasi

BUMN yang bergerak di sektor usaha telekomunikasi terdiri dari 5 (lima) BUMN,

PT Telkom, PT INTI, PT LEN Industri, Perum LKBN Antara, Perum Perusahaan Film

Negara. Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Telekomunikasi adalah

sebagaimana Tabel 22.

Isu strategis yang dihadapi oleh BUMN sektor usaha telekomunikasi antara lain :

a. Saat ini terdapat 10 perusahaan operator telepon seluler di Indonesia yang berdampak

pada perang tarif dan tingkat persaingan yang sangat ketat.

b. Untuk pengembangan infrastruktur dan layanan telekomunikasi dibutuhkan dana

yang sangat besar, sementara dengan ketatnya persaingan menuntut setiap operatoe

untuk melakukan efisiensi secara ketat.

c. Kepemilikan asing dalam industri telekomunikasi terkait dengan masalah naionalisme

dan karena telekomunikasi termasuk industry yang menguasai hayat hidup orang

banyak.

d. Ketatnya persaingan dan banyaknya alat-alat komunikasi yang masuk ke Indonesia

dari luar negeri, mengancam keberadaan perusahaan industri peralatan

telekomunikasi Indonesia (PT Industri Telekomunikasi Indonesia).

Pada periode 2005 – 2009, BUMN sektor Usaha Industri Strategis dapat

meningkatkan total aset dengan rata-rata pertumbuhan 11,3% per tahun dengan

pertumbuhan laba bersih yang cukup tinggi, yaitu 6,2% per tahun. Pertumbuhan tersebut

diikuti dengan peningkatan ekuitas rata-rata 12,6% per tahun.

Tabel 22. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Telekomunikasi Tahun

2005-2009

Rp Juta

Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

Aset 63.176.678 76.301.596 83.230.795 92.500.325 96.378.922

Ekuitas 23.871.848 28.651.835 34.276.989 34.847.399 38.092.656

Pendapatan 42.528.270 52.220.931 60.496.862 62.020.947 48.617.237

Laba Bersih 8.012.347 11.017.141 12.854.898 10.623.901 9.324.478

II. .3. Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GCG)

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi perencanaan dan evaluasi penerapan tata

kelola perusahaan yang baik (GCG) di BUMN, Kementerian BUMN telah melakukan hal-

hal sebagai berikut :

Page 44: Masterplan BUMN 2010-2014

39

a. Untuk terus mendorong penerapan prinsip-prinsip GCG di BUMN serta untuk

menyesuaikan dengan best practice penerapan GCG dalam dunia usaha, maka telah

dilakukan upaya-upaya yang lebih intensif terhadap implementasi GCG di BUMN

(dengan hasil kegiatan sebagaimana dikemukan di butir II.3.1 s.d. II.3.8).

b. Kegiatan monitoring GCG dalam rangka fungsi pembinaan dan pengawasan kepada

BUMN .

II. 3.1. Assessment GCG

Pelaksanaan assessment GCG sampai akhir tahun 2009 mencapai 109 BUMN dari

141 BUMN, sehingga masih tersisa 32 BUMN yang belum dilakukan assessment. Dari

jumlah 32 BUMN yang tersisa tersebut diharapkan dapat diselesaikan pada tahun 2010.

Kualitas penerapan GCG dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori/tingkatan

capaian aktual penerapan GCG, dari “sangat baik” sampai dengan “sangat kurang”

sebagaimana terlihat pada Tabel 23 sebagai berikut.

Tabel 23. Hasil Asessment GCG pada BUMN Sampai Tahun 2009

Grade /

Tingkat Predikat Range Score

Jumlah BUMN

% sd 31 Des

2007

s.d. 31

Des

2008

sd 31 Des

2009

1 Sangat baik 90 < X < 100 - - - 0

2 Baik 75 < X < 90 29 30 59 54,13

3 Cukup 60 < X < 75 44 46 35 32,11

4 Kurang 50 < X < 60 9 9 6 5,50

5 Sangat Kurang X < 50 9 9 9 8,26

Jumlah 0 < X < 100 91 94 109 100,00

Tabel di atas menunjukkan skor hasil assessment GCG murni sebagian besar dalam

kategori cukup, yakni 48,95%, baik 31,91%, sedangkan yang berkategori kurang secara

kumulatif sebanyak 19,14%. Hal ini berarti, secara umum penerapan GCG pada BUMN

masih perlu peningkatan dalam kualitas penerapan prinsip-prinsip GCG-nya.

II. 3.2. Re-Assessment GCG

Re-assessment perlu dilakukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan

GCG pada BUMN yang masih dianggap perlu peningkatan. Re-assessment GCG ditujukan

kepada BUMN yang memenuhi kriteria, yaitu telah melaksanakan Program Assessment

Page 45: Masterplan BUMN 2010-2014

40

GCG, perolehan skor GCG-nya rendah (70<), dan Assessment-nya dilakukan dalam 2

tahun terakhir (2007-2008).

Sampai dengan tahun 2008, sebanyak 5 BUMN telah menyelesaikan re-

assessment GCG, yaitu PT Sarinah, PT Asuransi Jasa Raharja, PT Bhanda Ghara Reksa,

dan Perum Bulog dan PT Asuransi Jasa Indonesia. 5 BUMN yang telah melakukan re-

assessment tersebut berhasil melaksanakan langkah-langkah perbaikan yang signifikan

sehingga kualitas penerapan GCG mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil

assessment sebelumnya. Upaya perbaikan terutama pada aspek kebijakan GCG dan

pelaksanaan GCG di Direksi dan Dewan Komisaris. Sedangkan sebanyak 7 BUMN

lainnya masih dalam proses pelaksanaan oleh assessor.

II. 3.3. Self Assessment GCG (Mandiri)

Sampai dengan tahun 2009, terdapat 27 BUMN yang melakukan self assessment

GCG dan hasilnya telah dilaporkan kepada Kementerian BUMN. Program assessment

GCG yang dicanangkan oleh Kementerian BUMN telah meningkatkan perbaikan kualitas

penerapan prinsip-prinsip GCG pada BUMN. Hasil-hasil program assessment GCG

diharapkan dapat ditindaklanjuti secara konsekuen oleh BUMN. Karena kualitas

penerapan GCG dijadikan indikator kinerja utama dalam penilaian kinerja BUMN (Key

Performance Indicator). Pelaksanaan self assessment oleh BUMN telah memicu perbaikan

signifikan dalam penerapan GCG di BUMN. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan

skor GCG hasil self assessment dibandingkan dengan skor hasil assessment GCG murni

sebelumnya.

Dari 25 BUMN yang melaksanakan self assessment secara mandiri, sebanyak 24

BUMN mengalami peningkatan kualitas dalam penerapan prinsip-prinsip GCG-nya,

sedangkan terjadi penurunan skor GCG pada 1 BUMN, namun penurunan skor tersebut

tidak menurunkan kategori penilaian sebelumnya (kategorinya tetap “Baik”).

II. 3.4. Review Tindak Lanjut Hasil Assesment GCG

Review dilakukan terhadap BUMN yang memenuhi kriteria, yaitu BUMN

tersebut telah melaksanakan assessment GCG tahun 2005 dan sebelumnya, dan perolehan

skor di atas 70. Sampai dengan tahun 2009 jumlah BUMN yang telah direview berjumlah

47 BUMN.

Page 46: Masterplan BUMN 2010-2014

41

II. 3.5. Monitoring GCG melalui Kuesioner

Tim Koordinasi dan Monitoring GCG telah menyebarkan kuesioner untuk

pengumpulan data penerapan GCG pada 50 BUMN. Sampai dengan saat ini, BUMN yang

telah menyerahkan jawaban kuesioner sebanyak 21 BUMN. Hasil monitoring penerapan

GCG melalui kuesioner tersebut akan diolah untuk memberikan informasi mengenai

penerapan GCG pada BUMN tersebut, serta hal-hal yang dapat dijadikan bahan

pembelajaran bagi BUMN lainnya.

II. 3.6. Pelatihan Risk Management dan Internal Control System

Tujuan pelatihan risk management dan internal control system adalah untuk

memberikan pemahaman atas penerapan program risk management dan internal control

system sebagai satu kesatuan program yang terintegrasi dengan pelaksanaan GCG di

BUMN. Materi pelatihan meliputi : (1) konsep, prinsip dan nilai ekonomis manajemen

risiko korporasi dan keterkaitan dengan GCG dan internal audit; (2) kerangka kerja

internal manajemen risiko korporasi dari sudut pandang COSO; (3) key risk indicators

sebagai early warning system bagi korporasi; dan (4) pembelajaran melalui studi kasus.

II. 3.7. Evaluation Tools atas Internal Control dan Risk Management

Tim Koordinasi dan Monitoring GCG melakukan kajian atas evaluation tools

atas internal control (COSO Framework) yang terdiri dari 5 (lima) alat evaluasi, sesuai

dengan 5 (lima) komponen internal control dan contoh pengisian dalam evaluation tools

tersebut. Evaluasi atas internal control terdiri dari “point of focus” dan

penjelasan/komentar. Point of Focus merepresentasikan isu-isu yang relevan dengan

masing-masing komponen pengendalian internal yang dievaluasi. Tidak seluruh Point of

Focus ini relevan dengan setiap entitas. Penjelasan/komentar disediakan untuk mencatat

suatu penjelasan bagaimana masalah-masalah yang ditekankan dalam point of focus

diterapkan pada entitas yang dinilai, dan mencatat komentar-komentar yang relevan.

II. 3.8. Pengkajian Penyempurnaan Evaluation Tools Penerapan GCG

Sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 ini, kriteria assessment penerapan

GCG di lingkungan BUMN telah mengalami perkembangan dan perubahan sebagai

konsekuensi perkembangan praktik GCG yang dinamis. Perkembangan kriteria penilaian

GCG dilakukan sejalan dengan Program Assessment GCG Kementerian Negara BUMN,

sebagai berikut:

Page 47: Masterplan BUMN 2010-2014

42

a. Scorecard Penilaian GCG 224 parameter merupakan kriteria assessment yang pertama

kali dan digunakan sebagai kriteria assessment GCG pada 16 BUMN pada tahun 2001.

b. Sejalan dengan terbitnya Keputusan Menteri BUMN Nomor :KEP-117/MBU/2002

tentang Penerapan GCG pada BUMN, Scorecard Penilaian 224 parameter mengalami

pengembangan kriteria menjadi 256 parameter (Scorecard Penilaian 256 parameter).

Pengembangan kriteria tersebut pada tahun 2002 khususnya terkait dengan materi

mengenai Komite di tingkat Dewan Komisaris.

c. Selanjutnya pada tahun 2004, Kementerian Negara BUMN menerbitkan kriteria

assessment penerapan GCG sebagai hasil ADB Project. Kriteria assessment GCG -

ADB Project terdiri atas 81 parameter dengan menggunakan kuesioner.

d. Penyempurnaan Scorecard Penilaian GCG 256 parameter.

Pada tahun 2006, Kementerian Negara BUMN dan BPKP menandatangani

Memorandum of Understanding (MoU) Nomor: MOU-03/MBU/2006 –MOU-

199/K/D5/2006 tanggal 14 Februari 2006 tentang Kerjasama Percepatan

Pemberantasan Korupsi Dan Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Di

Lingkungan Badan Usaha Milik Negara. Kerjasama tersebut merupakan upaya kedua

belah pihak agar peningkatan kualitas penerapan GCG melalui program assessment

GCG dan revieu tindak lanjut hasil asessment GCG dilakukan secara

berkesinambungan. Tekad Kementerian BUMN untuk memiliki standar penilaian

GCG disambut oleh BPKP dengan memberikan masukan penyempurnaan scorecard

Penilaian GCG 256 parameter melalui:

Re-klasifikasi parameter sesuai tanggung jawab dan wewenang Organ BUMN dan

aspek penilaian berdasarkan TOR Kementerian BUMN, dan mengeliminasi

duplikasi/pengulangan parameter yang secara subtantif menjadi tanggung jawab

dominan pada salah satu Organ BUMN.

Perbaikan teknik pembobotan aspek penilaian GCG, indikator dan parameter

penilaian GCG yang dilakukan dengan menilai tingkat pengaruh parameter

terhadap indikator dan tingkat pengaruh indikator terhadap aspek-aspek penilaian

GCG.

Langkah-langkah penyempurnaan tersebut menghasilkan Scorecard Penailaian GCG

160 parameter yang dicakup dalam 50 indikator dan 5 aspek penilaian GCG.

Reklasifikasi, eliminasi dan perbaikan teknik pembobotan membawa dampak positif

terhadap penilaian yang tidak lagi redundency. Scorecard Penilaian GCG 160

Page 48: Masterplan BUMN 2010-2014

43

parameter tersebut disepakati oleh Kementerian BUMN cq Staf Ahli Bidang Tata

Kelola Perusahaan dan BPKP sesuai Kesepakatan Bersama tanggal 19 Oktober 2006,

sebagai metodologi assessment penerapan GCG di lingkungan BUMN yang

dilakukan oleh BPKP. Scorecard Penilaian GCG 160 parameter ditetapkan sebagai

standar penilaian GCG di lingkungan BUMN sesuai surat Sekretaris Kementerian

Negara BUMN Nomor :S-168/MBU/2008 tanggal 27 Juni 2008 tentang Assessment

Program GCG di BUMN, dan dengan disampaikannya surat tersebut kepada BUMN

maka surat Sekretaris Kementerian Negara BUMN Nomor :S-612/S.MBU/2005

tanggal 19 Oktober 2005 dinyatakan tidak berlaku.

II. 3.9. Penyusunan Kriteria Penilaian GCG Tingkat Lanjutan

Kriteria penilaian GCG di lingkungan BUMN dengan Scorecard Penilaian GCG

160 parameter disadari merupakan penilaian pada tahap pembentukan infrastruktur GCG

dan pelaksanaan internalisasi, sehingga lebih menitikberatkan pada aspek kelengkapan

infrastruktur GCG dan aspek kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

Selama pelaksanaan monitoring pelaksanaan assesssment GCG tahun-tahun

sebelumnya (sejak tahun 2006), tanggapan dan masukan mengenai parameter penilaian

GCG telah diperoleh baik dari Konsultan maupun dari pihak BUMN. Tanggapan dan

masukan tersebut selanjutnya akan dibahas Tim Koordinasi dan Monitoring dan jika

diperlukan diteruskan kepada BPKP sebagai bahan kajian perbaikan parameter penilaian

GCG.

Selanjutnya perlu tahapan yang lebih tinggi yakni tahap lanjutan dalam penilaian

penerapan GCG dengan fokus pada bagaimana infrastruktur GCG yang telah dibangun

bekerja dan memberikan hasil pada peningkatan nilai perusahaan secara optimal. Pada

tahap ini perlu dibuat parameter penilaian yang berorientasi hasil (results).

II. 4. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

II.4.1. Program Kemitraan Tahun 2005 - 2009

a. Realisasi Penyaluran Dana Program Kemitraan

Program Kemitraan adalah program program untuk meningkatkan kemampuan

usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba

BUMN. Adapun sumber Dana Kemitraan yaitu:

Page 49: Masterplan BUMN 2010-2014

44

1) Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen).

2) Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari

dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional.

3) Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.

Program Kemitraan selain dilaksanakan melalui penyaluran dana bergulir juga

pemberian dukungan non material kepada para mitra binaannya diantaranya yaitu:

1) Pembentukan cluster mitra binaan

2) Pemberian dukungan pelatihan dan keterampilan

3) Pemberian kesempatan untuk melakukan promosi pada event-event nasional maupun

internasional.

Program kemitraan ditujukan bagi usaha kecil yaitu memiliki kekayaan bersih

paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp

1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) serta masih berstatus non bankable.

Realisasi penyaluran pinjaman dan hibah selama tahun 2004-2006 sebagai berikut:

(Rp Juta)

2004 2005 2006 2007 2008 Prognosa 2009

1 Penyaluran Pinjaman 478,201.00 554,016.00 536,855.00 584,363.00 1,194,230.00 1,312,577.00

2 Hibah 60,961.00 66,596.00 40,911.00 72,731.00 105,664.00 197,095.00

539,162.00 620,612.00 577,766.00 657,094.00 1,299,894.00 1,509,672.00

No. UraianTahun

Total

Grafik penyaluran dana Program Kemitraan tahun 2004 - 2009:

Prognosa 2009

Page 50: Masterplan BUMN 2010-2014

45

Sedangkan total akumulasi dana Program Kemitraan tahun 2006 sampai dengan

tahun 2009 sebagai berikut:

(Rp Juta)

No Sd 2006 Sd 2007 Sd 2008 Sd. 2009

Pinjaman 5,364,292 5,949,655 7,143,885 8,456,332

Hibah 596,854 669,585 775,249 872,344

Total 5,961,146 6,619,240 7,919,134 9,328,676

Realisasi mitra binaan dalam 5 tahun terakhir disajikan sebagai berikut:

No Uraian 2005 2006 2007 2008 Prognosa

2009

1 Unit UKM 35.534 39.087 47.346 55.194 55.012

2 Outstanding 113.691 121.984 146.101

3 Akumulasi 446.367 493.713 560.907 640.417

b. Realisasi Penyaluran Pinjaman menurut Sektor Usaha

Rata-rata Penyaluran dana Program kemitraan dari tahun 2004 sampai dengan

tahun 2009 jika ditinjau dari kelompok sektor usaha mitra binaan, sebagian besar diserap

oleh sektor perdagangan (38%) kemudian oleh sektor Industri (22%), sektor Jasa (19%),

sector Peternakan dan Perikanan (10%), sektor Perkebunan dan Pertanian (9%), dan

sektor lainnya (2%).

Page 51: Masterplan BUMN 2010-2014

46

Beberapa penyebab rendahnya penyerapan sektor perkebunan, perikanan dan

peternakan antara lain :

1) Kebutuhan pendanaan untuk pengembangan usaha di sektor tersebut relatif cukup

besar;

2) Resiko usaha di sektor tersebut relatif cukup tinggi mengingat usaha sangat tergantung

pada kondisi alam;

3) Keterbatasan kemampuan pengelola PKBL dalam melakukan pembinaan sektor

tersebut.

c. Realisasi Distribusi Pinjaman Dana Program Kemitraan

Dalam mendistribusikan dana Program Kemitraan Bina Lingkungan, Kementerian

BUMN menunjuk BUMN Koordinator wilayah pada tiap propinsi untuk tugas

kooordinasi pelaksanaan penyaluran dana PKBL di tiap propinsi . Alokasi dana

penyaluran ditetapkan sesuai dengan rencana kegiatan anggaran BUMN. Dalam

distribusi penyaluran dana PKBL pada 33 propinsi di Indonesia daerah Jawa Barat yang

terbesar menerima pinjaman yaitu (13,5%), Jawa Timur (13%), Jawa Tengah ( 9,2 %),

DKI Jakarta ( 8,2% ), Bali (2,5%), Sumatra utara ( 7,4%), Sumatra Barat (2,3%),

Bengkulu (0,8%), Lampung (2%), Sumatra Selatan dan Babel ( 5,1%). Untuk Kalimantan,

penerima distribusi pinjaman PKBL yang terbesar adalah Kalimantan Timur (7,3%)

Kalimantan Selatan ( 2,3%), Kalimantan Barat (1,5%) Kalimantan Tengah (0,9%). Di

Sulawesi Barat dan Selatan ( 3,7%), Sulawesi Utara 2 %, Sulawesi tengah (0,9 %) dan di

Irian Jaya & Papua ( 1,8%), Maluku ( 1,6%), NTB (1,4%) , NTT (2,1%).

NAD 3,3%

Sumut 7,4%

Riau & Kepri

3,3%

Sumbar 2,3%Jambi 1,2%

Bengkulu 0,8%

Lampung

2,0%DKI Jakarta

8,2%

Jabar 13,5%

DIY 2,4%

Jateng 9,2%

Jatim 13,0%

Bali 2,5%

NTB 1,4%

NTT 2,1%

Kalbar 1,5%

Kaltim 7,3%

Sumsel & Babel

5,1%Kalsel 2,3%

Sulbar & Sulsel

3,7 %

Sulut 2,2%

Sultra 0,6%

Maluku Utara

0,3%

Maluku 0,8%

Irjabar & Papua

1,8%

Banten 2,6%

Kalteng 0,9%

Gorontalo 0,1%

Sulteng 0,9%

DISTRIBUSI DANA PROGRAM KEMITRAAN

Page 52: Masterplan BUMN 2010-2014

47

d. BUMN dengan Tingkat Jumlah Penyaluran Dana Kemitraan Terbesar

Kinerja pelaksanaan Program Kemitraan, termasuk tingkat efektivitas penyaluran

dana kemitraan, secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh kinerja penyaluran dari lima

BUMN yaitu PT Pertamina, PT Bank BRI, PT. Bank Mandiri, PT Jasa Raharja, dan PT.

Telkom. Total penyaluran dari lima BUMN tersebut mencapai 2,76 Triliun dari total

penyaluran nasional Rp.9,693 triliun. Jumlah penyaluran dari 5 BUMN Dari jumlah

dana tersedia Pertamina mempunyai kontribusi terbesar yaitu 1,19 Triliun atau sebesar

12% dari jumlah dana yang tersedia secara nasional.

II.4.2. Program Bina Lingkungan Tahun 2005 - 2009

a. Realisasi Penyaluran Dana Program Bina Lingkungan

Program Bina Lingkungan, adalah program pemberdayaan kondisi sosial

masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Adapaun

sumber dana Program Bina Lingkungan yaitu:

1) Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen).

2) Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program BL.

Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05.MBU/2007 ruang lingkup

program Bina lingkungan berupa :

1) Bantuan korban bencana alam.

2) Bantuan pendidikan dan pelatihan.

3) Bantuan peningkatan kesehatan.

4) Bantuan pengembangan prasarana dan atau sarana umum.

5) Bantuan sarana ibadah.

6) Bantuan pelestarian alam.

Pelaksanaan penyaluran dilakukan secara langsung kepada objek penerima

bantuan, namun tidak menutup kemungkinan bekerja sama dengan pihak lain berdasarkan

kondisi/pertimbangan tertentu, misalnya keterbatasan SDM, keahlian/pengetahuan,

efisiensi biaya, dan sebagainya.

Bantuan diberikan oleh BUMN berdasarkan proposal/permohonan yang

disampaikan masyarakat maupun atas inisiatif/program kerja BUMN itu sendiri. Terhadap

objek bantuan, BUMN wajib melaksanakan survey untuk memastikan kebenaran,

Page 53: Masterplan BUMN 2010-2014

48

kebutuhan dan kewajaran permintaan bantuan. Mengingat dana yang terbatas, BUMN

wajib pula memperhatiakn azas pemerataan dalam penyaluran.

Penyaluran dana Bina Lingkungan per tahun serta akumulasi dana Bina

Lingkungan sampai dengan tahun 2009 disajikan sebagai berikut:

(Rp Juta)

b. Realisasi Program Bina Lingkungan BUMN Peduli

Kementerian BUMN bersama BUMN melaksanakan program Bina Lingkungan

BUMN Peduli yang merupakan program bina lingkungan yang dilakukan secara bersama-

sama antar BUMN dan pelaksanaannya ditetapkan dan dikoordinir oleh Menteri BUMN.

Selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan 2009, Bina Lingkungan BUMN

Peduli telah berpartisapasi aktif dalam berbagai penanggulangan bencana alam antara

lain bencana Tsunami Aceh, gempa bumi di Padang dan Bengkulu, banjir besar Jakarta,

gempa bumi Jogjakarta, bencana Situ Gintung dan bencana gempa di Jawa Barat. Program

bantuan untuk bencana dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu tahap tanggap darurat berupa

bantuan sembako, obat-obatan dan perawatan selama periode darurat dan tahap

rehabilitasi yang merupakan bantuan pasca bencana. Fokus Program Bina Lingkungan

BUMN peduli pada tahap rehabiitasi adalah pembangunan sarana umum dan pemulihan

ekonomi masyarakat antara lain pembangunan pasar, sekolah dan sarana ibadah,

jembatan, pusat kesehatan masyarakat desa dan penyediaan air bersih.

Prognosa 2009

Page 54: Masterplan BUMN 2010-2014

49

Pada tahun 2008 Disamping membangun fasilitas umum, bantuan diberikan

dalam bentuk bea siswa dan bantuan buku kepada siswa sekolah, mulai SD sampai

dengan SMA. Buku-buku yang disumbangkan kepada sekolah didaerah lokasi Gempa

berupa buku-buku referensi penunjang pelajaran dan majalah-majalah sains agar dapat

membantu meningkatkan pengetahuan umum siswa.

Dalam rangka membantu mengurangi tingkat penganguran, BUMN Peduli telah

membuat program BUMN peduli pendidikan dan pelatihan dalam bentuk memberikan

pelatihan keterampilan praktis seperti Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) dibidang las,

bengkel, otomotive, garment dan keterampilan lainnya.

Bentuk pelatihan lain diberikan pula kepada guru guru SMP, MTs dan SMA

berupa pelatihan mengajar Fisika secara gampang, asik dan menyenangkan. Program ini

sangat membantu guru-guru dalam memberikan metode lain pengajaran Fisika pada

siswa, dengan demikian diharapkan fisika menjadi pelajaran yang menyenangkan.

Program Bina Lingkungan BUMN Peduli tahun 2009 berupa bantuan pendidikan

beasiswa pendidikan dan pelatihan yaitu pemberian beasiswa untuk S1, S2 dan S3 yang

direncanakan akan dikerjasamakan dengan pihak Universitas Negeri. Disamping itu

program ini juga untuk mahasiswa kurang mampu yang akan menyelesaikan program

pendidikannya. Selain program bea siswa pendidikan untuk pendidikan formal, bantuan

untuk pelatihan tetap dilaksanakan, tujuannya terutama untuk siswa putus sekolah agar

mendapat pelatihan guna mendapat pekerjaan.

Page 55: Masterplan BUMN 2010-2014

50

Kinerja seluruh BUMN selama periode waktu 2005-2009 terus mengalami

pertumbuhan yang cukup signifikan terlihat dari pertumbuhan asset dan Ekuitas

masing-masing dari Rp 1.291,25 Triliun dan Rp 370,06 Triliun pada tahun 2005

menjadi Rp 2.150,03 Triliun dan Rp 566,03 Triliun pada tahun 2009. Selanjutnya

pertumbuhan Laba Usaha dan Laba Bersih masing-masing dari Rp 82,57 Triliun

dan Rp 25,77 Triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 110,78 Triliun dan Rp 72,84

Triliun pada tahun 2009. Sedangkan dalam kurun waktu 2005-2009 capaian Return

on Assets (RoA) dan Return on Equity (RoE) rata-rata mencapai 3,15% dan 11,20%.

BUMN telah memberikan kontribusi yang relatif besar kepada Negara,

yaitu berupa dividen rata-rata dividen sebesar Rp 23,04 Triliun per tahun atau

mengalami peningkatan rata-rata sekitar 25% per tahun. Disamping kontribusi

Dividen, BUMN juga menyumbangkan kontribusi pajak, yang dalam periode 2004-

2008 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu rata-rata sekitar 18% per

tahun dengan sumbangan rata rata sebesar Rp 61,65 Triliun per tahun.

Selanjutnya kontribusi BUMN terhadap pengembangan usaha kecil melalui

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, maka dalam kurun waktu tahun 2005-

2009 BUMN telah menyalurkan dana Program Kemitraan sebesar Rp 8,56 Triliun

dengan akumulasi jumlah mitra binaan sampai dengan tahun 2009 mencapai

640.417 orang/unit kerja. Sedangkan dana Bina Lingkungan yang telah disalurkan

oleh BUMN selama kurun waktu 2005-2009 seluruhnya mencapai sebesar Rp 1,98

Triliun.

BUMN juga terus mengalami perbaikan dalam menerapkan prinsip-prinsip

tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) yang yang

ditunjukkan dengan peningkatan pencapaian skor hasil assessment dengan kategori

Baik.

Page 56: Masterplan BUMN 2010-2014

51

BAB III

RENCANA DAN PELAKSANAAN

PROGRAM PEMBINAAN BUMN TAHUN 2005-2009

Selama kurun waktu tahun 2005-2009 Kementerian BUMN telah melakukan

berbagai upaya pembinaan BUMN untuk meningkatkan kinerja dan nilai BUMN. Secara

umum dari data-data yang disajikan terlihat bahwa pertumbuhan aset BUMN

tidak/kurang agresif, dan modal perusahaan tumbuh lebih lambat serta return relatif

masih rendah karena selama ini sebagian besar kegiatan BUMN dibiayai dari dana

eksternal/hutang.

Namun demikian, disadari bahwa perlu dilakukan upaya-upaya pembinaan lebih

lanjut untuk lebih meningkatkan kinerja dan nilai BUMN tersebut. Kegiatan

restrukturisasi yang salah satu pokok utamanya adalah regrouping/konsolidasi BUMN

secara sektoral untuk memetakan kembali jumlah dan skala usaha masing-masing

BUMN/sektor tersebut, untuk mendapatkan jumlah dan skala yang lebih ideal

(rightsizing), sampai dengan akhir 2009 memang belum dapat dilakukan sepenuhnya.

Berdasarkan ketentuan yang ada, tindakan/kegiatan penataan jumlah dan skala BUMN

menuju jumlah dan skala yang lebih ideal (rightsizing) sebagaimana telah dikemukakan

dalam Master Plan BUMN Tahun 2005-2009 yaitu tahun 2007 menjadi 102 BUMN,

tahun 2008 menjadi 87 BUMN, tahun 2009 menjadi 69 BUMN, mengharuskan adanya

kajian bersama antara Menteri BUMN dan Menteri Keuangan (Menteri Teknis jika

diperlukan). Kajian-kajian yang telah dilakukan terhadap beberapa sektor menggunakan

DIPA Kementerian BUMN dan biaya perusahaan selama tahun 2005-2009 adalah

Sektor Perkebunan, Holding PT RNI, Sektor Farmasi, Sektor Konstruksi, Sektor Industri

Strategis, Sektor Pertambangan serta Sektor Dok dan Perkapalan.

Di samping itu, dalam rangka sosialisasi Master Plan BUMN Tahun 2005-2009,

telah disampaikan Master Plan tersebut kepada pihak-pihak terkait yaitu antara lain

Kantor Kementerian Perekonomian, Kementerian Keuangan, DPR (Komisi VI dan

Komisi XI) dan dalam berbagai kesempatan dan seminar juga telah disampaikan rencana

jumlah dan skala BUMN yang lebih ideal (rightsizing), karena berdasarkan data yang

ada, 25 BUMN Besar per Desember 2008, menunjukkan lebih dari 97% dari total aset

dan laba bersih serta 92% ekuitas dan 87% penjualan seluruh BUMN. Sebenarnya

jumlah BUMN sebanyak 141 BUMN seperti sekarang ini, mungkin bukan merupakan

Page 57: Masterplan BUMN 2010-2014

52

masalah sepanjang memiliki kinerja yang baik yang memberikan konstribusi yang terus

tumbuh dalam perekonomian nasional.

III.1 Rencana Program Tahun 2005 - 2009

III.1.1 Rencana Rightsizing Tahun 2005-2009

Pencapaian jumlah dan skala BUMN yang lebih ideal (rightsizing)

merupakan inti dari program restrukturisasi sektoral tahun 2005-2009.

Strategi rightsizing tersebut telah digariskan oleh Kementerian BUMN

untuk memperbaiki struktur bisnis BUMN secara menyeluruh dalam

rangka mencapai jumlah dan skala BUMN yang lebih ideal. Secara garis

besar, program rightsizing tersebut tetap berpegang pada asas-asas yang

telah disepakati dalam konstitusi yaitu Pasal 33 Undang-undang Dasar

1945, terutama mengenai keberadaan BUMN.

Selanjutnya, tata cara dan model penataan perlu dikaji secara

obyektif dengan mengedepankan kepentingan jangka panjang BUMN dan

perekonomian nasional. Beberapa opsi untuk rightsizing tersebut secara

garis besar dapat digambarkan sebagai berikut Stand Alone,

Merger/Konsolidasi, Holding, Divestasi, dan Likuidasi

Rencana program rightsizing tahun 2005-2009 atas masing-masing

opsi dapat disampaikan sebagai berikut :

a. Stand Alone

Kebijakan stand alone (BUMN tetap seperti sediakala) diterapkan

untuk mempertahankan keberadaan BUMN-BUMN tertentu utamanya

yang memiliki salah satu kriteria sebagai berikut:

1) Market share cukup signifikan dan mengandung unsur keamanan;

2) Single player atau masuk sebagai pemain utama;

3) Belum memiliki potensi untuk dimerger ataupun holding;

4) Keberadaannya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan

umumnya captive market.

Page 58: Masterplan BUMN 2010-2014

53

Dalam Master Plan BUMN Tahun 2005-2009, terdapat 35 BUMN

yang masuk kriteria stand alone (Lampiran 7.1.a)

b. Merger/Konsolidasi

Kebijakan ini dilakukan untuk mencapai struktur yang prospektif

bagi BUMN yang berada dalam sektor bisnis yang sama dengan pasar

yang identik dan kepemilikan Pemerintah 100%. Secara garis besar

kriteria untuk BUMN-BUMN yang akan di-merger atau konsolidasi

adalah sebagai berikut:

1) Jenis usaha dan segmen pasar sama;

2) Kompetisi tinggi;

3) Mayoritas saham dimiliki Pemerintah;

4) Kinerja tergolong kurang baik;

5) Going Concern diragukan, namun masih memiliki potensi untuk

digabung dengan BUMN lain.

Dalam Master Plan BUMN Tahun 2005-2009 terdapat 11 Sektor BUMN

(27 BUMN) yang dilakukan merger/konsolidasi (Lampiran 7.1.b).

c. Holding

Pembentukan holding menjadi pilihan yang rasional untuk BUMN

yang berada dalam sektor yang sama namun memiliki produk maupun

sasaran pasar yang berbeda, tingkat kompetisi yang tinggi, prospek bisnis

yang cerah dan kepemilikan Pemerintah yang masih dominan. Beberapa

kriteria utama BUMN-BUMN yang akan di-holding adalah sebagai

berikut:

1) Sektor usaha sama;

2) Jenis usaha dan segmen pasar berlainan;

3) Kompetisi tinggi;

4) Masih ada prospek/ bisnis prospektif;

5) Pemerintah merupakan pemilik mayoritas.

Dalam Master Plan BUMN Tahun 2005-2009 terdapat 8 Sektor BUMN

(48 BUMN) yang dilakukan holding (Lampiran 7.1.c).

Page 59: Masterplan BUMN 2010-2014

54

d. Divestasi

Kebijakan ini diutamakan bagi investor dalam negeri atau melalui

proses akuisisi dan/atau merger/konsolidasi oleh BUMN lain. Alternatif

ini dilakukan sesuai dengan kriteria dalam Undang-undang Nomor 19

tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2005. Disamping

itu terdapat kriteria tambahan yaitu:

1) Berbentuk Persero;

2) Berada pada sektor usaha atau industri yang kompetitif atau unsur

teknologinya cepat berubah;

3) Bidang usahanya menurut Undang-undang tidak secara khusus harus

dikelola oleh BUMN;

4) Tidak bergerak di sektor pertahanan dan keamanan;

5) Tidak mengelola sumber daya alam yang menurut ketentuan

peraturan perundangan tidak boleh diprivatisasi;

6) Tidak bergerak di sektor tertentu yang oleh pemerintah diberikan

tugas khusus untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang berkaitan

dengan kepentingan masyarakat;

7) Memenuhi ketentuan/peraturan pasar modal apabila privatisasi

dilakukan melalui pasar modal.

Dalam Master Plan BUMN Tahun 2005-2009 terdapat 27 BUMN yang

masuk kriteria divestasi (Lampiran 7.1.d).

e. Likuidasi

Kebijakan likuidasi dilakukan untuk BUMN-BUMN yang tidak

memiliki kewajiban PSO, berada dalam sektor yang kompetitif, skala

usaha kecil, mengalami kerugian selama beberapa tahun dan mempunyai

ekuitas yang negatif. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerugian

BUMN lebih lanjut. Beberapa BUMN yang termasuk dalam kategori ini

antara lain BUMN Sektor Angkutan Darat dan Aneka Industri.

Page 60: Masterplan BUMN 2010-2014

55

III.1.2 Rencana Privatisasi Tahun 2005 - 2009

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

BUMN dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Privatisasi, jo Peraturan Pemerintah 59 Tahun 2010, maka prosedur

privatisasi meliputi : Penyusunan Program Tahunan Privatisasi (PTP),

Pembahasan PTP untuk mendapatkan Arahan Komite Privatisasi dan

Rekomendasi Menteri Keuangan, Konsultasi dengan DPR untuk

mendapatkan persetujuan, Sosialisasi PTP serta Pelaksanaan PTP.

Sepanjang tahun 2007 – 2011 telah dimasukkan program privatisasi.

Untuk tahun 2007 sebanyak 24 BUMN, tahun 2008 sebanyak 15 BUMN,

dan 2009-2011 sebanyak 11 BUMN (Lampiran 7.2).

Pemilihan-pemilihan BUMN tersebut untuk diprivatisasi sesuai

dengan ketentuan/peraturan yang ada meliputi antara lain, industri

kompetitif atau kepemilikan negara minoritas. Di samping itu, sesuai

kebijakan yang dilakukan dalam 5 tahun terakhir, maka hasil privatisasi

diutamakan untuk kepentingan dan pengembangan BUMN.

III.1.3 Program Kewajiban Pelayanan Umum (Public Service Obligation -

PSO) Tahun 2005 - 2009

Kewajiban Pelayanan Umum (Public Service Obligation - PSO)

adalah kewajiban dunia usaha termasuk BUMN untuk melaksanakan

penyediaan fasilitas pelayanan umum berdasarkan penugasan dari

Pemerintah (Kementerian/Lembaga). Penyediaan fasilitas pelayanan umum

oleh Pemerintah adalah merupakan amanat dari pasal 34 ayat (3) Undang-

Undang Dasar 1945 yang menegaskan bahwa Pemerintah bertanggung

jawab atas fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Sesuai dengan pasal 66 UU nomor 19/2003 tentang BUMN,

Pemerintah dapat menugaskan penyediaan fasilitas pelayanan umum

tersebut kepada BUMN dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan

kegiatan BUMN yaitu sebagai unit usaha yang ditugaskan untuk memupuk

keuntungan dan menyetor bagian keuntungan (deviden) kepada Negara,

Page 61: Masterplan BUMN 2010-2014

56

dalam arti apabila penugasan (yang wujudnya berupa penyediaan barang

dan jasa tertentu yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat) tersebut menurut

kajian tidak fisibel, maka Pemerintah harus memberikan kompensasi atas

semua biaya yang telah dikeluarkan oleh BUMN termasuk margin yang

diharapkan.

Dalam rangka mewujudkan amanat UUD 1945 dan UU No. 19/2003

tersebut diatas, Kementerian BUMN telah menetapkan arah Kebijakan

Program Kewajiban Pelayanan Umum (Public Service Obligation - PSO),

yaitu:

- Mewujudkan kesamaan persepsi stakeholder (Eksekutif, legislatif,

yudikatif dan BUMN) terkait dengan pengertian, prinsip, substansi dan

peran strategis program PSO.

- Mewujudkan sistem dan prosedur baku yang bersifat teknis operasional

dalam pelaksanaan PSO.

- Mengupayakan penurunan peran PSO secara selektif dalam pengaturan

ekonomi berdasarkan perkembangan kondisi sosial ekonomi

masyarakat dan kebijakan Pemerintah.

- Menerapkan analisa ” risk management ” dalam pelaksanaan PSO.

Penjabaran atas arah kebijakan tersebut diatas dituangkan dalam bentuk

Program Kerja Utama sebagai berikut:

- Pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya PSO-BUMN tahun

yang akan datang, yang dilaksanakan setiap tahun.

- Evaluasi atas Laporan pelaksanaan PSO-BUMN tahun lalu, yang

dilaksanakan setiap tahun.

- Monitoring (on the spot) Pelaksanaan PSO-BUMN tahun yang lalu,

yang dilaksanakan setiap tahun.

- Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Kerangka

Dasar (Grand Design) dan Prosedur Operasional Baku (Standard

Operating Procedure/SOP) Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Umum

oleh BUMN.

- Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Negara BUMN tentang

Model Pemisahan Administrasi Pembukuan Kegiatan Kewajiban

Pelayanan Umum dari Kegiatan Komersial di BUMN.

Page 62: Masterplan BUMN 2010-2014

57

III.1.4 Program Optimalisasi Aset BUMN Tahun 2005-2009

Aset BUMN merupakan bagian dari kekayaan negara yang sudah

dipisahkan dan disertakan pada BUMN untuk dikelola dan dimanfaatkan

secara optimal oleh Direksi BUMN dalam rangka menghasilkan barang

dan/atau jasa sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian masing-masing

BUMN. Sampai dengan saat ini, kegiatan pengelolaan aset dimaksud telah

dilakukan oleh Direksi BUMN yang meliputi :

- penggunaan aset-aset produktif sebagai prasarana/sarana produksi; dan

- optimalisasi aset-aset tidak produktif melalui “pola kerjasama” dengan

pihak ketiga terhadap aset-aset yang idle/underutilized untuk

menciptakan nilai tambah dan “pola penghapusbukuan” terhadap aset-

aset yang secara ekonomis tidak menguntungkan untuk tetap

dipertahankan.

Namun demikian, dalam kenyataannya masih terdapat aset-aset

BUMN yang idle/belum termanfaatkan secara optimal. Beberapa

permasalahan yang menjadi kendala optimalisasi aset BUMN tersebut

antara lain :

- Belum adanya ketentuan dan prosedur baku mengenai optimalisasi aset

BUMN (baik pendayagunaan maupun pemindahtanganan) yang dapat

digunakan sebagai dasar konsep bagi Direksi BUMN dan dasar

penetapan kebijakan oleh Kementerian BUMN (selaku Pemegang

Saham) yang dapat diaplikasikan dan sesuai ketentuan/peraturan umum

terkait yang berlaku saat ini.

- Sinergi BUMN dalam rangka optimalisasi aset-aset BUMN masih

belum banyak dilakukan. Hal ini terkait keterbatasan informasi dan

koordinasi antar masing-masing BUMN.

- Terdapat beberapa peraturan dan kebijakan sektoral yang diterbitkan

oleh instansi/lembaga/pemerintah daerah yang cenderung menyebabkan

upaya optimalisasi aset oleh BUMN menjadi tidak mudah untuk

dilakukan.

Dalam rangka mengantisipasi berbagai persoalan yang kemungkinan

timbul dalam pengelolaan asset, pada tahun 2006 Kementerian BUMN

membentuk unit organisasi yang khusus menangani pendayagunaan asset,

sebagai kelengkapan unit yang menangani penghapusbukuan/pelepasan

asset BUMN. Unit organisasi tersebut diharapkan dapat mendukung

kebijakan Kementerian BUMN dalam melakukan langkah-langkah

pembinaan dan pengawasan atas kegiatan pengelolaan aset oleh Direksi

Page 63: Masterplan BUMN 2010-2014

58

BUMN yang mengarah pada konsep efisiensi dalam penggunaan sumber

daya dan pengelolaan resiko. Dalam pelaksanaan pengelolaan asset

BUMN, setelah dibentuknya unit organisasi yang menangani

Pendayagunaan Aset pada tahun 2006, telah disusun rencana pelaksanaan

pengelolaan aset sebagai berikut :

Rencana Kegiatan / Tahun 2007 2008 2009 Keterangan

1. Menyusun Kajiaan SOP konsultan - - selesai 2007

2. Menyusun Ketentuan Baku - internal internal belum realisasi

3. Menyusun Surat Edaran - internal - selesai 2009

4. Pemetaan Aset Idle - - internal belum realisasi

5. Penelitian Manfaat PA - - internal belum realisasi

6. Monitoring Berkala internal internal internal terealisasi

III.1.5 Program Pengembangan Teknologi Informasi Tahun 2005-2009

Sebagai acuan arah pengembangan teknologi informasi, telah

disusun master plan teknologi informasi Kementerian BUMN tahun 2006-

2009 yang berisi road map dan action plan per tahun berkaitan dengan tata

kelola teknologi informasi yaitu perencanaan, pengembangan,

pengoperasian, pemeliharaan, dan evaluasi/pengedalian. Tata kelola

teknologi informasi mencakup SDM/organisasi, tata laksana/proses, dan

teknologi, sehingga dalam master plan dimuat rencana tiga tahun ke depan

untuk infrastruktur sistem informasi/teknologi informasi, aplikasi,

kebijakan teknologi informasi, dan pengembangan SDM teknologi

informasi. Sedangkan untuk untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi

yang lengkap, cepat, dan relevan dilakukan pengumpulan, pengolahan, dan

penyajian, serta pendokumentasian laporan BUMN. Laporan BUMN

dikumpulkan dalam bentuk hardcopy, digital dokumen, dan e-reporting

(rincian program terlampir pada Lampiran 10).

Page 64: Masterplan BUMN 2010-2014

59

III.2 Pelaksanaan Program Tahun 2005 - 2009

III.2.1 Pelaksanaan Restrukturisasi Tahun 2005 - 2009

a. Restrukturisasi Sektoral dalam rangka perampingan BUMN untuk

mencapai jumlah dan skala BUMN yang lebih ideal (rightsizing).

Rencana Rightsizing 139 BUMN menjadi 102 BUMN pada

tahun 2007, 87 BUMN pada tahun 2008 dan 69 BUMN tahun 2009

(sebagaimana lampiran) secara umum belum dapat dilaksanakan

termasuk pergeseran jumlah dan skala BUMN yang lebih ideal

(righsizing), sesuai dengan Inpres Nomor 5 Tahun 2008 tentang fokus

program ekonomi tahun 2008-2009 karena beberapa hal antara lain,

belum seluruh BUMN dilakukan kajian dan masih diperlukan

koordinasi beberapa instansi terkait.

1). Stand Alone

Terhadap 35 BUMN besar dalam Master Plan BUMN

Tahun 2005-2009 dalam pelaksanaannya menjadi 34 BUMN.

Adapun PT Bank Ekspor Indonesia yang semula berada dalam

BUMN dengan kriteris Stand Alone, sesuai dengan Undang-undang

Nomor 2 Tahun 2009 telah menjadi Lembaga Ekspor Indonesia

yang pembinaan dan pengawasan di bawah Menteri Keuangan.

2). Merger/Konsolidasi

Terhadap 11 sektor BUMN yang direncanakan akan dimerger/

konsolidasi dalam Master Plan Tahun 2005-2009, telah dilakukan

kajian beberapa sektor BUMN sebagai berikut:

No Sektor Kegiatan

1). BUMN Farmasi Telah dilakukan kajian yang berkoordinasi

dengan PT Mandiri Sekuritas pada tahun

2005 bersama-sama dengan Deputi Teknis,

rekomendasi : Konsolidasi usaha melalui

peleburan KAEF dan INAF adalah lebih

baik dibandingkan dengan struktur

konsolidasi usaha lainnya.

2). BUMN Dok dan Perkapalan Telah dilakukan kajian yang berkoordinasi

dengan PT Sucofindo Appraisal Utama

pada tahun 2008 dengan rekomendasi :

Holding BUMN Dok dan Perkapalan

dengan terlebih dahulu dilakukan

restrukturisasi internal

Page 65: Masterplan BUMN 2010-2014

60

No Sektor Kegiatan

3). Kehutanan :

Inhutani I-V & Perhutani

Sudah dilakukan kajian oleh E&Y pada th

2003, namun masih diperlukan kajian lebih

lanjut.

Untuk sektor perdagangan, pertanian, kehutanan telah

dilakukan kajian awal oleh konsultan independen, namun konsultan

independen mengundurkan diri. Sedangkan 5 sektor lainnya belum

dilakukan kajian antara lain disebabkan karena belum dapat

dimasukkannya dalam rencana anggaran DIPA Kementerian BUMN

dan sebagian sektor BUMN yang telah dimasukkan dalam anggaran

DIPA tidak berhasil dilakukan kajian karena dalam proses pelelangan

yang dilaksanakan oleh Tim lelang Kementerian BUMN tidak ada

konsultan yang memenuhi kriteria dan adanya keterbatasan waktu

untuk diulang kembali.

3). Holding

Untuk BUMN-BUMN/ sektor yang direncanakan akan

dilakukan/dimasukkan dalam kegiatan holding telah dilakukan kajian

sebagai berikut :

No Sektor Kegiatan

1). BUMN Perbankan dan Jasa

Keuangan

Telah dilakukan kajian awal pembentukan

holding Perbankan dan Jasa Keuangan

bersama deputi Teknis, dimana hal tersebut

juga dalam rangka menindaklanjuti PBI

Nomor 8/16/2006 tentang Kepemilikan

Tunggal pada Perbankan Indonesia

2). Perkebunan :

PT PN I-XIV & RNI

Telah dilakukan kajian restrukturisasi

BUMN Perkebunan oleh Konsultan

Independen PT Danareksa Sekuritas & PT

Bahana Securities tahun 2005 dengan

rekomendasi pembentukan satu holding

(satu perusahaan induk)

3). Kontruksi:

Adhi, WIKA, Waskita, PP,

HK, Nindya, Istaka,

Brantas, Amarta

Konsultan PT Primus Sarana Artha

Consultan

Hasil kajian : 9 BUMN konstruksi menjadi

4-5, 5 BUMN konsultan divestasi.

Rapat forum BUMN karya, 9 BUMN

konstruksi jadi 6 BUMN, 5 BUMN

konsultan masuk ke BUMN konstruksi.

4). Pertambangan :

PT BA, ANTAM &

TIMAH

Telah dilakukan kajian oleh Citigroup,

Konsultan Hukum & Perpajakan yang

ditunjuk oleh BUMN Pertambangan dan

dikoordinir oleh Deputi PISET.

Page 66: Masterplan BUMN 2010-2014

61

No Sektor Kegiatan

5). BUMN Industri Strategis Telah dilakukan kajian yang berkoordinasi

dengan KAP Aryanto Amir Jusuf & Mawar

tahun 2005 bersama-sama dengan Deputi

Teknis, rekomendasi : revitalisasi bagi PT

KS (revitalisasi, divestasi perusahaan anak

& privatisasi), PT PAL, PT INKA dan PT

Barata Indonesia. Sedangkan untuk PT BBI

direkomendasikan untuk likuidasi atau

alternatif lain adalah pembentukan Strategic

Holding Company (SHC).

Untuk sektor kawasan, sektor kebandarudaraan dan sektor

pelabuhan belum dilakukan kajian antara lain disebabkan karena

belum dapat dimasukkan dalam rencana anggaran DIPA Kementerian

BUMN dan sebagian sektor BUMN yang telah dimasukkan dalam

anggaran DIPA tidak berhasil dilakukan kajian karena dalam proses

pelelangan yang dilaksanakan oleh Tim lelang Kementerian BUMN

tidak ada konsultan yang memenuhi. Sedangkan untuk sektor

pelayaran telah dilakukan kajian awal oleh konsultan independen,

namun konsultan independen mengundurkan diri karena tidak dapat

menyelesaikan pekerjaannya sesuai waktu yang ditentukan.

Khusus mengenai holding, maka telah pula dilakukan kajian

mengenai pembentukan Super Holding dengan 3 alternatif

pendekatan seperti dikemukakan dibawah ini. Namun demikian,

pendekatan yang digunakan dalam pendekatan holding pada akhirnya

bukanlah pembentukan super holding melainkan pembentukan

holding secara sektoral. Sebagai gambaran tentang rencana

pembentukan super holding dapat disampaikan sebagai berikut:

Alternatif I :

Top Down/ Secara Sekaligus

- Super Holding dibentuk melalui pendirian Satu Perusahaan Induk

(PT BUMN Holding) yang penyertaannya berasal dari inbreng

penyertaan Negara RI pada 141 BUMN.

- Selanjutnya manajemen PT BUMN Holding melakukan langkah-

langkah konsolidasi internal (merger, akuisisi, holding sektoral,

likuidasi dll)

Page 67: Masterplan BUMN 2010-2014

62

Alternatif II:

Bottom Up/ Secara Sektoral (Approach yang dijalankan bertahap

selama ini)

- Pembentukan Super Holding dilakukan secara bertahap melalui

pembentukan Holding-Holding sektoral misal Holding

Perkebunan, Holding Pertambangan, Holding Farmasi, Holding

Karya dll.

- Setelah Holding Sektoral terbentuk, maka dilanjutkan dengan

pembentukan Super Holding BUMN(PT BUMN Holding).

Alternatif III :

Fokus BUMN2 Besar dan Sektoral Yang Sudah Selesai

- Kombinasi holding sektoral yang relatif sudah selesai

(perkebunan, pertambangan, farmasi, dll) dan BUMN2 besar

Dalam kajian tersebut, fungsi-fungsi yang ditangani “Super Holding”

antara lain:

- Perencanaan Korporasi, Investasi dan Pengembangan

Merencanakan, mengkaji dan menyusun kebijakan2 strategis

tentang investasi/pengembangan serta strategic procurement

pada sub2 Holding.

Mengkoordinasikan program investasi dan pengembangan

serta strategic procurement sub2 Holding.

Mengevaluasi pelaksanaan investasi dan pengembangan dan

strategic procurement pada sub2 Holding.

- Keuangan

Merencanakan, mengkaji dan menyusun kebijakan-kebijakan

yang menyangkut masalah2 keuangan dan pendanaan untuk

investasi/pengembangan dan strategic procurement.

Mengkoordinasikan penyusunan sistem perencanaan dan

pengelolaan keuangan serta sistem akuntansi keuangan.

Mengevaluasi pelaksanaan sistem perencanaan dan

pengelolaan keuangan pada sub2 holding.

Page 68: Masterplan BUMN 2010-2014

63

- Teknologi Informasi dan Komunikasi

Merencanakan, mengkaji dan menyusun kebijakan sistem

informasi dan komunikasi Super holding.

Merencanakan, mengkaji dan menyusun kebijakan2 strategis

terkait SDM.

Mengkoordinasikan sitem administrasi dan analisa seluruh

informasi serta sistem perencanan dan pengembangan SDM

pad sub2 holding

Mengevaluasi kebijakan-kebijakan sistem dan teknologi

informasi pad sub2 holding.

4). Divestasi

Dari rencana divestasi sebanyak 27 BUMN sesuai Master Plan

BUMN Tahun 2005-2009, belum dapat dilaksanakan seluruhnya.

Namun pelaksanaan divestasi hanya dapat dilakukan terhadap 2

BUMN yaitu divestasi 5,31% saham PT PGN pada tahun 2006 yang

merupakan divestasi lanjutan IPO tahun 2003 yang telah mendapat

persetujuan DPR dan telah ada Peraturan Pemerintahnya, serta 11,3%

saham PT BNI pada tahun 2007 yang masuk dalam Program Tahunan

Privatisasi Tahun 2007.

Rencana divestasi terhadap 27 BUMN tersebut tidak terlaksana

karena beberapa hal sebagai berikut:

No BUMN Keterangan

1). PT Garuda Indonesia semula direncanakan divestasi melalui

strategic sale, namun dalam perjalanannya

berubah menjadi privatisasi melalui IPO

melalui penerbitan saham baru dan telah

mendapat persetujuan DPR tahun 2009

2). PT Merpati Nusantara

Airlines (MNA)

Dilakukan restrukturisasi / penyehatan oleh

PT PPA pada tahun 2007 karena kondisi

keuangan yang buruk

3). PT Asuransi Jiwasraya, PT

Asuransi Jasa Indonesia, PT

Semen Baturaja, PT Industri

Sandang Nusantara, PT

Sucofindo, PT Suveyor

Indonesia, PT Sarana Karya,

PT Pengerukan Indonesia,

PT Yodya Karya, PT

Virama Karya, PT Indra

Karya, PT Indah Karya, PT

Telah masuk dalam Program Tahunan

Privatisasi Tahun 2008, namun belum

mendapatkan persetujuan DPR.

Khusus untuk PT Pengerukan Indonesia

berubah dari rencana semula privatisasi

menjadi pengalihan saham secara inbreng

kepada PT Pelindo I-IV

Page 69: Masterplan BUMN 2010-2014

64

No BUMN Keterangan

Bina Karya.

4). PT Permodalan Nasional

Madani (PNM) dan PT

Cambrics Primissima

Telah diusulkan dalam Program Tahunan

Privatisasi tahun 2007, namun tidak

mendapatkan Arahan Komite Privatisasi

dan Rekomendasi Menteri Keuangan.

5). PT Danareksa, PT PANN

Multi Finance, PT Asuransi

Ekspor Indonesia, PT

Reasuransi Umum

Indonesia, Perum Damri, PT

Boma Bisma Indra, PT

Konversi Energi Abadi (PT

EMI)

Belum diusulkan masuk dalam PTP

6). PT Garam Direncanakan akan masuk dalam Program

Tahunan Privatisasi tahun 2012

7). PT Industri Soda Indonesia Direncanakan untuk didivestasi sesuai

Master Plan BUMN Tahun 2005-2009,

telah dilakukan likuidasi (dibubarkan)

berdasarkan RUPS Luar Biasa pada tanggal

9 Oktober 2007 dan Peraturan Pemerintah

Nomor 70 Tahun 2008 karena kondisi

keuangan perusahaan yang sangat buruk

8). PT Industri Gelas Diputuskan direstrukturisasi untuk

kelangsungan usaha mengingat kondisi

keuangan yang memprihatinkan.

Restrukturisasi oleh PT PPA

5). Likuidasi

PT Industri Soda Indonesia (ISI) yang semula direncanakan

untuk didivestasi sesuai Master Plan BUMN Tahun 2005-2009, telah

dilakukan likuidasi (dibubarkan) berdasarkan RUPS Luar Biasa pada

tanggal 9 Oktober 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun

2008 karena kondisi keuangan perusahaan yang sangat buruk dan

tidak ada prospek usaha. Dan saat ini sedang dilakukan penjualan

aset melalui lelang.

b. Restrukturisasi Korporasi

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

BUMN, restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka

penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis untuk

Page 70: Masterplan BUMN 2010-2014

65

memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja

dan meningkatkan nilai perusahaan. Restrukturisasi yang telah

dilakukan selama tahun 2005-2009 sebagai berikut:

1). PT Garuda Indonesia (Persero)

Restrukturisasi PT Garuda Indonesia yang dikoordinasikan oleh

Kantor Menko Perekonomian dalam bentuk tim. Restrukturisasi

yang telah dan sedang dilakukan adalah restrukturisasi hutang,

organisasi dan SDM serta armada. Dalam melakukan restrukturisasi

tersebut PT Garuda Indonesia telah mendapatkan suntikan dana

PMN pada tahun 2006 dan 2007 masing-masing sebesar Rp 500

miliar (total Rp 1 triliun).

Sejalan dengan program restrukturisasi tersebut pada tahun 2007

dan 2008 PT Garuda Indonesia direncanakan akan diprivatisasi,

mendapatkan Arahan Komite Privatisasi dan Rekomendasi Menteri

Keuangan serta telah mendapatkan persetujuan DPR RI.

2). PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)

Restrukturisasi PT Merpati Nusantara Airlines yang

dikoordinasikan oleh Kantor Menko Perekonomian dalam bentuk

tim. Dalam melakukan restrukturisasi tersebut PT Merpati

Nusantara Airlines telah mendapatkan suntikan dana PMN, yaitu

Tahun 2006 sebesar Rp 75 miliar dan 2007 sebesar Rp 450 miliar

untuk restrukturisasi hutang, restrukturisasi pegawai/lay off,

revitalisasi armada, dan modal kerja. Serta tahun 2008 kwartal IV,

menerima dana restrukturisasi sebesar RP 300 miliar melalui PT

PPA yang digunakan untuk restrukturisasi SDM, armada, relokasi

operasi dan penambahan modal kerja.

3). PT Bahtera Adhiguna (Persero)

Menyiapkan PT Bahtera Adhiguna (BAG) dalam Program Tahunan

Privatisasi (PTP) 2008. Sudah dibahas dalam Panja Komisi VI dan

Komisi XI DPR RI, namun belum memperoleh persetujuan

Pimpinan DPR. Karena Kondisi BAG yang memprihatinkan, sesuai

Page 71: Masterplan BUMN 2010-2014

66

pembahasan dengan Meneg BUMN, maka bersama Kedeputian

Teknis dan Sekretaris Kementerian sedang disiapkan usulan inbreng

BAG kepada PLN (semula direncanakan BAG diakuisisi PTBA).

4). PT Pengerukan Indonesia (Persero)

Menyiapkan Rukindo dalam Program Tahunan Privatisasi (PTP)

Tahun 2008. Seperti halnya dengan BAG, karena PT Pengerukan

Indonesia belum memperoleh persetujuan Pimpinan DPR untuk

diakuisisi oleh Pelindo I – IV yang selama ini membiayai

restrukturisasi Rukindo, maka Rukindo juga sedang disiapkan untuk

diinbrengkan kepada Pelindo I – IV.

5). Perum Pegadaian

Saat ini sudah dilakukan kajian untuk proses pemerseroan Perum

Pegadaian.

6). Restrukturisasi Korporasi yang Ditangani oleh PT PPA

Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2008

tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang Pengelolaan Aset ,

maka tugas restrukturisasi dan/atau revitalisasi BUMN menjadi tugas

PT PPA (matriks penanganan restrukturisasi oleh PT PPA sesuai

Lampiran 8), sedangkan unit Deputi Bidang Restrukturisasi dan

Privatisasi hanya mengikuti perkembangan pelaksanaan restrukturisasi

dan/atau revitalisasi BUMN tersebut dalam pembahasan-pembahasan

dengan PT PPA dan Unit Teknis bersama Menteri BUMN, yaitu

restrukturisasi BUMN sebagai berikut :

- PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)

- PT Waskita Karya (Persero)

- PT Berdikari (Persero)

- PT Djakarta Lloyd (Persero)

- PT Hotel Indonesia Natour (Persero)

- PT Varuna Tirta Prakarsya (Persero)

Page 72: Masterplan BUMN 2010-2014

67

- Perum Pengangkutan Djakarta

- Perum Produksi Film Negara

- PT Balai Pustaka (Persero)

- PT PAL Indonesia (Persero)

- PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

- PT Industri Gelas (Persero)

- PT Industri Sandang Nusantara (Persero)

- PT Kertas Kraft Aceh (Persero)

- PT PLN (Persero)

- PT Industri Kapal Indonesia (Persero)

- PT Cambrics Primissima (Persero)

- PT Semen Kupang (Persero)

III.2.2 Pelaksanaan Privatisasi 2005 - 2009

Selama kurun waktu 2005 - 2009 telah dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Persiapan Privatisasi

- Melakukan kajian dan seleksi terhadap BUMN untuk dimasukkan

dalam Program Tahunan Privatisasi (PTP) tahun 2007 (15 BUMN),

PTP tahun 2008 (44 BUMN termasuk carry over PTP tahun 2007)

dan 2009 (20 BUMN yang merupakan carry over PTPN tahun 2008)

Tahun 2005 dan 2006 tidak ada PTP karena Komite Privatisasi baru

terbentuk pada tanggal 13 Oktober 2006 melalui Keputusan Presiden

RI Nomor 18 Tahun 2006.

- Menyampaikan Usulan PTP kepada Komite Privatisasi untuk

mendapatkan arahan dan kepada Menteri Keuangan untuk

mendapatkan rekomendasi;

- Melakukan pembahasan dengan Tim Pelaksana Komite Privatisasi;

- Mendampingi Menteri BUMN melakukan pembahasan PTP dalam

rapat Komite Privatisasi;

- Berkoordinasi dengan BUMN dalam rangka melakukan konsultasi

dengan DPR RI (Komisi VI dan Komisi XI);

- Seleksi lembaga/profesi penunjang untuk privatisasi PT Wijaya Karya

Tbk, PT Jasa Marga Tbk, PT BNI Tbk, 6 BUMN minoritas, PT BTN,

PT Pembangunan Perumahan, PT Krakatau Steel (pelaksanaannya

direncanakan tahun 2010), PTPN III (ditunda pelaksanaannya), PTPN

IV (ditunda pelaksanaannya), PTPN VII (ditunda pelaksanaannya)

dan PT Rekayasa Industri/minoritas (ditunda pelaksanaannya).

Page 73: Masterplan BUMN 2010-2014

68

b. Pelaksanaan privatisasi

- Koordinasi dengan underwriter/Penasehat Keuangan melakukan due

diligence

- Pembahasan dan penandatanganan perjanjian-perjanjian/kontrak

dengan lembaga/profesi penunjang

- Usulan dan Pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)

dengan instansi terkait

- Pembahasan atas hasil due diligence dan hasil valuasi saham

- Pembahasan prospektus

- Usulan penetapan pricing, sizing atas saham yang akan dilepas oleh

Menteri BUMN.

- Pelaksanaan penjualan saham

- Laporan Penyetoran hasil penjualan saham

- Penetapan biaya dan hasil privatisasi

c. Hasil Privatisasi

Hasil privatisasi selama pelaksanaan Master Plan Tahun 2005 –

2009 adalah sebagai berikut:

PERUSAHAAN

PERSEROAN/

BUMN

%

SAHAM

DIJUAL

METODE

TARGET

APBN/

APBN-P

HASIL PRIVATISASI % SISA

SAHAM

NEGARA RI APBN PERUSAHAAN

TAHUN 2005 TIDAK ADA PRIVATISASI (Target APBN Rp 1 T)

TAHUN 2006

PT PGN Tbk 5,31 Placement Rp 3,195 T Rp. 2.088 miliar - 55,33

TAHUN 2007

PT BNI Tbk.

11,3

SPO

Rp 4,7 T

Rp. 3.086 miliar -

76,36 15 - Rp. 3.854 miliar

PT Jasa Marga 30 IPO - Rp. 3.362 miliar 70

PT Wijaya Karya 31,7 IPO - Rp. 759,58 miliar 68,3

Total Tahun 2007 Rp 3.086 mliar Rp 7.975,58 miliar

TAHUN 2008 TIDAK ADA PRIVATISASI (Target APBN Rp 0,5 T)

TAHUN 2009

PT BTN 27,08 IPO - - Rp 1.888,05 miliar 72,92%

TOTAL HASIL PRIVATISASI 2005 - 2009 Rp 5.174 miliar Rp 9.863,63 miliar

Tahun 2005 tidak ada pelaksanaan privatisasi karena tidak ada PTP

(Komite Privatisasi baru terbentuk tanggal 13 Oktober 2006). Dan pada

tahun 2006 juga tidak ada PTP, namun pelaksanaan privatisasi PT PGN

Page 74: Masterplan BUMN 2010-2014

69

Tbk merupakan privatisasi lanjutan yang sudah mendapat persetujuan

DPR dan telah ada Peraturan Pemerintah.

Pada tahun 2008 tidak ada pelaksanaan privatisasi karena kondisi

perekonomian dan pasar modal tidak mendukung, sedangkan pelaksanaan

privatisasi terhadap 6 BUMN Minoritas sampai saat ini masih dalam

proses karena PP tentang privatisasi 6 BUMN minoritas tersebut baru

terbit pada tanggal 31 Desember 2008.

Tahun 2009 dilaksanakan privatisasi terhadap PT Bank Tabungan Negara

(Persero).

d. Perkembangan dan Penyelesaian pelaksanaan privatisasi Yang

Masih Berlanjut

Hal-hal yang sedang ditindaklanjuti terkait dengan rencana pelaksanaan

privatisasi adalah :

1). Menindaklanjuti proses pelaksanaan privatisasi 5 BUMN minoritas

yang telah mendapatkan ada Peraturan Pemerintahnya.

2). Melakukan persiapan pelaksanaan privatisasi PT Garuda Indonesia

dan PT Krakatau Steel yang telah mendapatkan persetujuan DPR dan

rencananya akan dilaksanakan pada tahun 2009.

3). Mengusulkan kembali rencana privatisasi beberapa BUMN kepada

Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

selaku Ketua Komite Privatisasi.

4). Melakukan langkah-langkah persiapan privatisasi terhadap BUMN-

BUMN yang disulkan tersebut.

e. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan privatisasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan yang dapat menjadi

kendala/tantangan dalam pelaksanaa privatisasi adalah :

1). Pelaksanaan program privatisasi yang telah mendapat arahan Komite

Privatisasi, rekomendasi Menteri Keuangan dan persetujuan DPR

memerlukan waktu yang relatif lama sehingga terkadang sering

kehilangan momentum.

2). Perlunya sosialisasi program privatisasi secara menyeluruh kepada

seluruh stakeholders untuk menyamakan persepsi sehingga

pelaksanaan privatisasi tidak terhambat.

3). Pelaksanaan privatisasi dalam rangka restrukturisasi terhadap BUMN

yang kondisinya sudah mengkhawatirkan (penyelamatan) sulit

dilakukan karena tidak ada/terbatasnya investor yang berminat.

Page 75: Masterplan BUMN 2010-2014

70

4). Beberapa ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan privatisasi masih perlu disinkronisasikan kembali.

III.2.3 Pelaksanaan Public Servive Obligation (PSO) Tahun 2005-2009

Terkait dengan arah Kebijakan Program Kewajiban Pelayanan Umum (Public

Service Obligation - PSO), Kementerian BUMN telah melakukan berbagai

kegiatan sebagai berikut:

a. Sosialisasi Pelaksanaan PSO, antara lain melalui:

- Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) tentang PSO pada tanggal 3-4

Agustus 2006 di Bali, yang dihadiri oleh para pimpinan Komisi IV, V dan

VI DPR-RI, para pejabat dari (Kementerian/Lembaga) K/L pemberi tugas

PSO, para Direksi BUMN pelaksana PSO, para pejabat Departemen

Keuangan, dan Kementerian BUMN, dengan menampilkan para pakar

dan pejabat K/L sebagai pembicara.

- Rapat Koordinasi (Rakor) pelaksanaan PSO, pada tanggal 12 Mei 2009 di

Bogor, yang dihadiri oleh para pejabat eselon II K/L pemberi tugas, BPK,

Departemen Keuangan, dan Kementerian BUMN serta para Direktur

Keuangan BUMN pelaksana PSO, dimana dari Rakor tersebut telah

diperoleh berbagai masukan dan kesamaan pandangan mengenai prinsip

pelaksanaan PSO. Kesamaan pandangan tersebut merupakan bahan

masukan yang sangat berharga dalam penyusunan konsep Peraturan

Presiden tentang Kerangka Dasar (Grand Design) dan Prosedur

Operasional Baku (Standard Operating Procedure - SOP) Pelaksanaan

PSO. Keberadaan ketentuan tersebut sangat diperlukan untuk

menghindari timbulnya multi tafsir terhadap pelaksanaan PSO baik dari

sisi K/L pemberi tugas (regulator), penerima tugas (operator), maupun

pemeriksa (auditor).

b. Pengkajian pemisahan pembukuan kegiatan PSO dari kegiatan komersial

BUMN, dimana dari kajian tersebut telah diperoleh model pemisahan

pembukuan kegiatan PSO dari kegiatan komersial BUMN.

c. Penyusunan draft Peraturan Menteri BUMN tentang Pemisahan Pembukuan

Kegiatan PSO dari Kegiatan Komersial BUMN.

d. Finalisasi draft Peraturan Presiden (Perpres) tentang Kerangka Dasar (Grand

Design) dan Prosedur Operasional Baku (Standard Operating Procedure -

SOP) Pelaksanaan PSO

e. Pembentukan Tim Kecil guna menyelesaikan proses finalisasi Kerangka

Dasar (Grand Design) dan Prosedur Operasional Baku (Standard Operating

Procedure - SOP) Pelaksanaan PSO dengan melibatkan wakil dari

Kementerian Keuangan.

Page 76: Masterplan BUMN 2010-2014

71

f. Penyampaian draft Perpres tentang Kerangka Dasar (Grand Design) dan

Prosedur Operasional Baku (Standard Operating Procedure - SOP)

Pelaksanaan PSO dan pembahasannya dengan Sekretariat Kabinet.

Adapun Data Perkembangan Dana PSO selama 4 tahun terakhir dapat dijelaskan

pada Lampiran 9

III.2.4 Pelaksanaan Optimalisasi Aset BUMN 2005-2009

a. Pendayagunaan Aset BUMN

Pendayagunaan aset BUMN dimaksudkan untuk menciptakan nilai

tambah atas idle/underutilized sehingga dapat memberikan tambahan

kontribusi kepada BUMN. Manfaat dari pelaksanaan pendayagunaan aset

selain dapat menghasilkan tambahan pendapatan, BUMN akan menikmati

pula hal-hal sebagai berikut :

- Penghematan beban atas aktiva yang semula idle (beban PBB dan biaya

perawatan);

- Pendapatan ikutan kegiatan utama BUMN akibat bertambahnya volume

dengan adanya kerja sama pemanfaatan aktiva;

- Terbebasnya BUMN dari resiko okupasi aset akibat terlantarkan;

- BUMN dapat pula memperoleh akses dana/modal serta akses pasar

melalui mitra kerjasama dalam pendayagunaan aset.

Tabel : Perkembangan Pendayagunaan Aset BUMN

Periode tahun 2005 - 2009

Keterangan/Tahun 2006 2007 2008 2009

Persetujuan Pendayagunaan Aset 0 45 Surat 15 Surat 18 Surat

BUMN Memperoleh Persetujuan 0 17 BUMN 12 BUMN 12 BUMN

Kajian (NDB) Pendayagunaan 0 48 Nota 25 Nota 32 Nota

Catatan : Unit Pelaksana Pendayagunaan Aset baru dibentuk akhir tahun 2006 dan

secara efektif melakukan kegiatan pada tahun 2007.

b. Penghapusbukuan dan/atau Pemindahtanganan Aset (Aktiva Tetap)

BUMN

Kebijakan Kementerian BUMN dalam pengelolaan kekayaan BUMN

lebih diarahkan pada optimalisasi/pemanfaatan aktiva tetap yang dimiliki

BUMN terutama untuk aktiva tetap berupa tanah dan bangunan.

Penghapusbukuan dan pelepasan asset yang dimiliki BUMN hanya dilakukan

jika berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis tidak menguntungkan

bagi BUMN.

Page 77: Masterplan BUMN 2010-2014

72

Penetapan persetujuan Menteri BUMN atas usulan penghapusbukuan

dan pemindahtanganan aktiva tetap BUMN dilakukan secara prudent dengan

mempertimbangkan aspek legal, operasional dan dampak keputusan terhadap

kebijakan umum Kementerian BUMN dalam penghapusbukuan aktiva tetap

BUMN. Permohonan ijin atas penghapusbukuan harus disertai dengan

menyampaikan Pakta Integritas dari Direksi yang bersangkutan.

Tabel : Perkembangan Penghapusbukuan Aktiva Tetap BUMN

Periode tahun 2005 - 2009

Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Surat penghapusbukuan Aktiva Tetap BUMN 144 52 23 69 66 58

Jenis Aktiva Tetap :

- Tanah dan Bangunan 95 36 13 35 39 35

- Lainnya 49 16 10 34 27 23

Pola Pemindahtanganan :

- Kepada Pemda utk proyek pembangunan 8 5 1 3 10 8

- Kepada Pemda/Instansi (jual beli) 17 6 3 5 6 13

- Lelang/Hapus Administrasi 119 41 19 61 50 37

c. Penyediaan Sistem Informasi Aset BUMN

Dalam rangka mewujudkan wadah inventarisasi data dan informasi asset

BUMN berbasis Teknologi Informasi, Kementerian BUMN pada tahun 2008

telah membangun aplikasi portal asset Kementerian BUMN dan telah mulai

melakukan sosialisasi kepada 15 BUMN pada tahun 2009.

Untuk mendukung persiapan implementasi Portal Aset Kementerian

BUMN tersebut, telah dilakukan langkah awal sejak tahun 2007 dengan

memerintahkan kepada Direksi BUMN untuk melakukan inventarisasi dan

pemetaan aktiva tetap yang dimiliki masing-masing perusahaan.

Page 78: Masterplan BUMN 2010-2014

73

III.2.5 Pelaksanaan Penyediaan Data, Informasi serta Teknologi Informasi

2005 - 2009

a. Pengembangan Sistem Informasi dan Teknologi Informasi

Dalam kurun waktu tahun 2004-2009 pengembangan sistem informasi

dan teknologi informasi yang telah dicapai adalah :

- Tersedianya draft masterplan teknologi informasi tahun 2006-2009

yang menjadi acuan pengelolaan sistem informasi/teknologi

informasi Kementerian Negara BUMN

- Pengelolaan infrastruktur sistem informasi/teknologi informasi

Kementerian Negara BUMN yaitu (a) tersedianya domain

bumn.go.id untuk seluruh aplikasi Kementerian Negara BUMN, (b)

tersedianya layanan internet bagi seluruh pegawai selama 24/7,

disamping telah dilakukan penambahan bandwith layanan internet

yang semula 256 Kbps menjadi 4.196 Kbps, penyediaan 31 server

untuk mendukung aplikasi yang dimiliki oleh Kementerian Negara

BUMN yang berada di colocation Telkom Slipi dan penyediaan

jaringan di Gedung Kementerian Negara BUMN, Jl. Medan Merdeka

Selatan 13, Jakarta Pusat berjumlah 500 titik untuk 14 lantai, (c)

tersedianya satu PC untuk satu pegawai, yaitu dengan penggantian

dan penambahan PC untuk mendukung operasional Kementerian

Negara BUMN dari 204 unit pada tahun 2004 menjadi 456 unit pada

tahun 2009.

- Pengembangan sistem informasi, yaitu (a) layanan pengaduan

melalui SMS dengan short code 2866 (SMS Center), (b) tersedianya

portal publik Kementerian Negara BUMN yang telah diredesain,

portal PKBL, portal SDM, portal aset, Executive Information System

(EIS) dan Office Automation (OA), (c) tersedianya 300 akun email

bagi pegawai, (d) tersedianya draft panduan penyusunan masterplan

TI BUMN, tata kelola TI BUMN dan sinergi TI BUMN yang

dihasilkan oleh kelompok kerja TI BUMN yang dibentuk pada rapat

koordinasi bidang TI antara Kementerian Negara BUMN dengan

BUMN mulai tahun 2006.

Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka pengumpulan,

pengolahan, dan penyajian, serta pendokumentasian laporan BUMN untuk

memenuhi kebutuhan data dan informasi adalah:

- pengumpulan buku laporan BUMN yang kemudian dilanjutkan

dengan inputing/pemasukan data ke dalam database, penyimpanan

laporan secara fisik di perpustakaan juga sudah dilakukan scaning

laporan untuk menuju sistem pendokumentasian secara elektronik.

- Penyediaan data dividen baik mencakup kegiatan

perencanaan/penetapan target hingga monitoring penyetoran.

Page 79: Masterplan BUMN 2010-2014

74

- Penyiapan dan penyampaian data untuk Laporan Kinerja Pemerintah

Pusat yang dilakukan secara periodik yaitu Semester, Unaudited, dan

Audited.

- Pembangunan dan Pengelolaan Perpustakaan.

Saat ini sedang dilakukan implementasi penyampaian data/laporan

secara elektronik berbasis web melalui Executive Information System.

Dengan aplikasi ini maka akan dapat dilakukan electronic reporting,

electronic analyzing, hingga electronic documentation. Namun demikian

pengisian/input data ke dalam database existing (sistem lama) tetap

dilakukan secara paralel untuk memenuhi kebutuhan informasi di

Kementerian BUMN. Hal ini mengingat dibutuhkan payung hukum dan

SDM yang memadai untuk implementasi sistem baru dimana terdapat

perubahan cara penyampaian laporan periodik BUMN yang semula

disampaikan kepada Menteri BUMN dalam bentuk hardcopy sekarang

dalam bentuk dokumen digital dan e-reporting.

b. Implementasi, Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi

Pelatihan portal publik kepada admin BUMN yang dilaksanakan pada 6–

21 Agustus 2007 diikuti oleh 337 peserta dari 134 BUMN.

Peluncuran dan sosialisasi portal publik diselenggarakan pada 22

Agustus 2007 yang dihadiri oleh 228 undangan yang terdiri dari Direksi

BUMN, instansi pemerintah, dan wartawan.

Pelatihan Portal EIS, SDM, PKBL dan Publik kepada admin BUMN

yang dilaksanakan pada 14 April – 8 Mei 2008 dan 27 Agustus – 8

September 2009, diikuti oleh 672 peserta dari 142 BUMN.

Pelatihan Office Automation pada bulan Desember 2007 diikuti oleh

pegawai Kementerian Negara BUMN.

Pelatihan seluruh portal kepada 50 BUMN yang mengajukan permintaan

pelatihan tambahan kepada masing-masing BUMN mulai dari Oktober

2008 - 2009.

Sosialisasi pemakaian Open source di Kementerian Negara BUMN

(Linux) pada tahun 2008.

Rapat Koordinasi Bidang Sistem Informasi antara Kementerian

Negara BUMN dengan BUMN pada bulan Desember 2006.

Pembentukan Kelompok Kerja TI BUMN yang bertugas menyusun

panduan masterplan TI BUMN, Tata Kelola TI BUMN dan Sinergi

BUMN pada tahun 2006.

SDM

Pengadaan outsourcing tenaga bidang TI, 1 orang tahun 2004 menjadi

10 orang pada tahun 2009.

Page 80: Masterplan BUMN 2010-2014

75

Kursus dan Pelatihan

CCNA 1 orang

CISA Reviw Course 2 orang

Linux 15 orang

Zend Framework 3 orang

c. Hal-hal yang perlu ditindaklanjuti

Implementasi Portal Kementerian BUMN

Berdasarkan catatan BPK bahwa pemanfaatan aplikasi belum optimal

maka perlu diperlukan langkah-langkah untuk mengimplementasikan

seluruh modul-modul secara bertahap yang membutuhkan dukungan

(sponsorship) dari Menteri BUMN dalam bentuk kebijakan formal dan

peraturan.

Pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi

Pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi 2010 – 2014

mengacu pada Rencana Strategis Kementerian BUMN 2010 – 2014

dengan memperhatikan perubahan teknologi, kebutuhan, efisiensi, dan

kelanjutan implementasi sebelumnya.

Penambahan jumlah SDM yang memiliki kompetensi

Agar organisasi pengelola teknologi informasi dapat optimal

mendukung pencapaian strategi dan tujuan Kementerian BUMN dengan

memanfaatkan teknologi informasi, maka dibutuhkan jumlah SDM

yang memadai dan kompeten.

Panduan pengelolaan teknologi informasi di BUMN

Konsep panduan pengelolaan teknologi informasi di BUMN yang

meliputi panduan tata kelola, panduan penyusunan master plan, dan

panduan sinergi teknolgi informasi dapat ditetapkan Menteri BUMN

sehingga dapat diimplementasikan sebagai pedoman bagi BUMN untuk

menngkatkan peran teknologi informasi di perusahaan untuk

menciptakan nilai tambah dan daya saing.

Penyediaan Data dan Informasi

Agar perubahan cara penyampaian laporan BUMN kepada Menteri

BUMN dalam bentuk dokumen digital dan e-reporting, maka

dibutuhkan kebijakan Kementerian BUMN yang secara terintegrasi

mengaitkan dengan kepatuhan BUMN menyampaikan laporan dan

dipertimbangkan dalam penilaian kinerja BUMN dan penilaian GCG

BUMN.

III.2.6 Pelaksanaan Penanganan Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan

Statusnya (BPYBDS) 2005 - 2009

Bantuan pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya (BPYBDS) pada

umumnya merupakan investasi Pemerintah pada infrastruktur. Melalui

Kementerian Teknis Pemerintah melakukan pembangunan fasilitas serta

infrastruktur yang dicatat sebagai asset Negara hasil proyek. Berdasarkan data

yang tersedia, umumnya BPYBDS berasal dari asset eks proyek berupa tanah

dan bangunan, meskipun ada beberapa BPYBDS berasal dari eks dana

Page 81: Masterplan BUMN 2010-2014

76

talangan/pinjaman dari Pemerintah seperti pada PT Sarana Karya maupun PT

Dirgantara Indonesia. Aset Negara eks proyek Pemerintah diserahkelolakan

kepada BUMN dengan ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima Operasi

(BASTO) atau Berita Acara Serah Terima (BAST).

Dalam penetapan BPYBDS menjadi Penyertaan Modal Negara (PMN)

diawali dengan usulan dari BUMN kepada Kementerian Teknis pemilik proyek,

yang selanjutnya diteruskan kepada Kementerian Keuangan. Sebelum

ditettapkannya BPYBDS, Menteri Keuangan meminta BPKP melakukan

reviu/audit guna menetapkan nilai actual BPYBDS yang akan dijadikan PMB,

karena beberapa pertimbangan :

- Pada dasarnya anggaran eks proyek tidak menyebutkan peruntukkan

BPYBDS menjadi PMN;

- Kondisi asset BPYBDS sangat bervariatif, karena kondisi sudah cukup lama;

- Kelayakan penetapan status BPYBDS untuk dijadikan penyertaan atau

lainnya seperti disewakan atau dijual putus.

Penanganan penetapan status BPYBDS menjadi PMN selama ini belum

sebagaimana yang diharapkan, mengingat eksisting BPYBDS berasal dari

akumulasi tahun-tahun sebelumnya sejak tahun 1990. Rekapitulasi dan

penanganan BPYBDS dimulai dari tahun 2007 sejak dikeluarkannya Keputusan

Presiden Nomor 17 Tahun 2007 tentang Tim Penertiban Barang Milik Negara.

Gambaran penanganan BPYBDS dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel.

Perkembangan Rekapitulasi BPYBDS dan PMN Dalam Rp Juta

Keterangan/Tahun 2007 (Audit) 2008 (Audit) 2009 (un-Audit)

Jumlah BPYBDS 12.692.929,0 46.362.303,6 50.991.566,0

Menjadi PMN 100.000,0 99.272,4 59,980,0

Saldo BPYBDS 12.592.929,0 46.263.041,2 50.931.586,0

Catatan : 1. Tahun 2007 PMN pada PT Inka sebesar Rp.100 milyar

2. Tahun 2008 PMN pada PT PGN sebesar Rp 99,272 milyar

3. Tahun 2009 PMN pada PT PGN dan PJT II sebesar Rp 59,98 milyar

Page 82: Masterplan BUMN 2010-2014

77

Secara umum rencana rightsizing BUMN untuk mencapai jumlah dan skala

BUMN yang lebih ideal serta rencana privatisasi pada tahun 2005–2009 belum dapat

terlaksana sepenuhnya karena beberapa hal antara lain masih diperlukannya

kajian independen untuk beberapa sektor serta updating data untuk sektor-sektor

yang waktu kajiannya dirasakan memerlukan pembaharuan datanya, kesamaan

persepsi, serta sinkronisasi ketentuan dan peraturan perundang-undangan terkait.

Dengan adanya kajian yang lebih mendalam serta sosialisasi dan koordinasi dengan

instansi terkait, diharapkan program righsizing dan privatisasi dapat terlaksana

sesuai rencana.

Dari sisi peraturan perundangan, setiap BUMN dapat ditugaskan untuk

melaksanakan kewajiban pelayanan umum/ public service obligation (PSO). PSO

mempunyai peran penting dan strategis dalam pelaksanaan kebijakan Pemerintah

khususnya dibidang subsidi. Oleh karena itu kondisi BUMN yang ditugaskan oleh

Pemerintah (Kementerian/Lembaga – K/L) untuk melaksanakan tugas PSO harus

senantiasa terpelihara dengan baik agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Penugasan Pemerintah (K/L) kepada BUMN harus benar-benar memperhatikan

peran dan fungsi BUMN sebagai unit usaha, di sisi lain penugasan Pemerintah tidak

dapat dijadikan alasan oleh BUMN untuk mengalami kerugian. Pemisahan

pembukuan antara kegiatan usaha komersiil dan kegiatan usaha atas dasar

penugasan Pemerintah harus dilakukan secara jelas.

Dalam rangka pelaksanaan pendayagunaan aset BUMN, dengan adanya

ketentuan baku berupa peraturan Menteri diharapkan pemanfaatan aset BUMN

akan semakin optimal. Sedangkan percepatan penyelesaian BPYBDS menjadi PMN

akan membantu BUMN dalam melakukan restrukturisasi permodalan sehingga

akan meningkatkan leverage perusahaan.

Pembangunan dan pengembangan sistem informasi sangat diperlukan dalam

proses pengolahan data pada Kementerian BUMN. Pengolahan data dengan

memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sangat mendukung proses analisis

secara lebih cepat dan akurat. Hal ini sangat dibutuhkan para pengambil keputusan

dalam rangka pembinaan BUMN. Dengan mengikuti kemajuan perkembangan

teknologi informasi, Kementerian BUMN akan lebih efektif melakukan pembinaan

terhadap BUMN.

Page 83: Masterplan BUMN 2010-2014

78

BAB IV

PROGRAM PEMBINAAN BUMN TAHUN 2010 - 2014

IV. 1. Program Restrukturisasi 2010 - 2014

IV. 1.1. Definisi, Maksud dan Tujuan Restrukturisasi

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik negara, restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka

penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis untuk

memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan

meningkatkan nilai perusahaan.

Restrukturisasi dilakukan dengan maksud untuk menyehatkan BUMN agar

dapat beroperasi secara efisien dan efektif/produktif dan menerapkan tata kelola

perusahaan yang baik (GCG). Restrukturisasi juga bertujuan untuk meningkatkan

kinerja dan nilai perusahaan, memberikan manfaat berupa dividen dan pajak

kepada Negara, menghasilkan produk dan layanan dengan harga yang kompetitif

kepada konsumen dan memudahkan pelaksanaan privatisasi. Pelaksanaan program

restrukturisasi harus tetap memperhatikan asas biaya dan manfaat yang diperoleh.

IV. 1.2. Ruang Lingkup Restrukturisasi

a. Restrukturisasi Sektoral yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kebijakan

sektor dan/atau Peraturan Perundang-undangan;

b. Restrukturisasi Perusahaan/Korporasi yang meliputi :

1). Peningkatan intensitas persaingan usaha, terutama di sektor-sektor yang

terdapat monopoli, baik yang diregulasi maupun monopoli alamiah;

2). Penataan hubungan fungsional antara pemerintah selaku regulator dan

BUMN selaku badan usaha, termasuk di dalamnya penerapan prinsip-

prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan menetapkan arah dalam

rangka pelaksanaan kewajiban pelayanan publik.

3). Restrukturisasi Internal yang mencakup keuangan, organisasi/ manajemen,

operasional, sistem dan prosedur.

Page 84: Masterplan BUMN 2010-2014

79

IV. 1.3. Program Restrukturisasi

a. Restrukturisasi Sektoral

1). Rightsizing BUMN

Program restrukturisasi sektoral pada intinya adalah untuk mencapai

jumlah dan skala usaha BUMN yang ideal yang merupakan kelanjutan dan

penajaman dari program rightsizing BUMN yang terdapat di dalam Master

Plan BUMN 2005 – 2009.

Sebagaimana telah dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa dengan

memperhatikan perkembangan BUMN yang ada saat ini (tahun 2009)

sebanyak 141 BUMN, sebagian besar merupakan perusahaan dengan kinerja

dan skala usaha yang relatif kecil dengan kinerja yang belum optimal. Jika

diperhatikan, dari 141 BUMN yang ada pada akhir tahun 2009, berdasarkan

data per 31 Desember 2008, sebanyak 25 BUMN (25 BUMN besar) telah

mempresentasikan 97,16% dari total aset, 91,73% dari total ekuitas, 86,69%

dari total penjualan dan 98,11% dari total laba bersih seluruh BUMN.

Menyadari bahwa sebagian besar BUMN yang ada saat ini

kinerjanya belum optimal dan belum memiliki daya saing yang kuat

terutama dalam menghadapi perubahan iklim usaha yang sedemikian cepat

dalam era globalisasi dimana kegiatan perusahaan tidak lagi dibatasi oleh

batas-batas antar negara dan adanya saling ketergantungan antar bangsa,

pasar dan perusahaan-perusahaan. Kenyataan tersebut mengharuskan

Pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis dan nyata guna

terwujudnya BUMN yang handal dan mampu menjadi pemain utama

(champion) baik di tingkat nasional, regional maupun global, sehingga

reformasi BUMN melalui restrukturisasi (revitalisasi), profitisasi dan

privatisasi menjadi perioritas utama Kementerian BUMN dalam kebijakan

pembinaan BUMN ke depan.

Reformasi BUMN yang menjadi perioritas utama kebijakan

Kementerian BUMN dalam pembinaan BUMN tersebut dituangkan dalam

Program Rightsizing BUMN untuk memperbaiki struktur bisnis BUMN

Page 85: Masterplan BUMN 2010-2014

80

secara menyeluruh. Program rightsizing BUMN adalah program utama dari

program restrukturisasi/penataan kembali BUMN dengan cara pemetaan

secara lebih tajam, dan dilakukan regrouping/konsolidasi, untuk mencapai

jumlah dan skala usaha BUMN yang lebih ideal. Program ini tetap

dilakukan berdasarkan pertimbangan urgensi kepemilikan mayoritas Negara

pada suatu BUMN, profil sektoral, kinerja, penciptaan nilai dan potensi

sinergi antar BUMN tanpa mengabaikan azas-azas yang terdapat dalam

Pasal 33 UUD 1945.

BUMN-BUMN yang bidang usaha atau produk/jasa yang

dihasilkannya termasuk dalam kategori “menyangkut hajat hidup orang

banyak” sebagaimana digariskan pada Pasal 33 UUD 1945 tetap harus

dipertahankan kepemilikan mayoritas Negara pada BUMN tersebut.

Sedangkan terhadap BUMN yang bidang usahanya atau produk/jasa yang

dihasilkan tidak termasuk dalam kategori “menyangkut hajat hidup orang

banyak”, maka kepemilikan Negara pada BUMN tersebut dapat

dipertimbangkan untuk tidak mayoritas atau bahkan dilepas (divestasi),

tertutama untuk sektor-sektor atau BUMN yang dirasakan Negara tidak

perlu lagi ikut serta dalam sektor usaha tersebut.

2). Pedoman Rightsizing BUMN

“Kesepakatan” yang melibatkan berbagai elemen stakeholders

BUMN mengenai bidang usaha atau produk/jasa yang dihasilkan BUMN

yang “menyangkut hajat hidup orang banyak” perlu diterjemahkan

secara lebih riil. Ini berdasarkan pada konsep dasar penataan BUMN bahwa

apapun bentuknya kebijakan penataan BUMN tidak boleh mengurangi

fungsi pelayanan kepada masyarakat. BUMN-BUMN yang secara nyata

mengemban fungsi Public Service Obligation (PSO) akan tetap

dipertahankan keberadaannya tanpa mengurangi tuntutan efisiensi dan

transparansi manajemen.

Kriteria BUMN yang “menyangkut hajat hidup orang banyak”

selama ini menjadi perdebatan berbagai kalangan, namun beberapa kriteria

di bawah ini setidaknya dapat menerjemahkan berbagai pendapat tersebut

yaitu:

Page 86: Masterplan BUMN 2010-2014

81

Amanat Pendirian oleh Peraturan Perundangan untuk tetap

dimiliki oleh Negara;

Mengemban PSO;

Terkait erat dengan Keamanan Negara;

Melakukan Konservasi Alam/Budaya;

Berbasis Sumber Daya Alam yang menurut Undang-undang

harus dimiliki mayoritas oleh Negara;

Penting bagi stabilitas ekonomi/Keuangan Negara.

Apabila suatu BUMN yang bidang usaha atau produk/jasa yang

dihasilkan memiliki satu atau lebih kriteria-kriteria tersebut, maka dapat

dikategorikan sebagai BUMN yang ”menyangkut hajat hidup orang

banyak”. Konsekuensinya, BUMN tersebut mayoritas sahamnya harus

dimiliki oleh Negara. Namun hal ini masih menyisakan pertanyaan berapa

minimal saham yang harus dimiliki oleh Negara pada kategori ini. Apakah

kepemilikan 51% sudah mencukupi, ataukah harus lebih dari 51%. Bila

memperhitungkan kemungkinan terjadi dilusi pada momen-momen tertentu,

mungkin perlu dipertimbangkan untuk mempertahankan kepemilikan

Negara sedikitnya 55%.

Penataan BUMN melalui penerapan program rightsizing BUMN

perlu dikaji secara obyektif dengan mengedepankan kepentingan jangka

panjang BUMN dan perekonomian nasional. Secara umum cara atau model

rightsizing BUMN tersebut dapat dilakukan melalui berbagai shareholder

action dengan gambaran sebagai berikut:

Stand Alone

Kebijakan stand alone (tetap berdiri sendiri) diterapkan untuk

mempertahankan keberadaan BUMN tertentu utamanya yang memiliki salah

satu dari kriteria sebagai berikut:

Market share cukup signifikan;

Mengandung unsur keamanan;

Single player atau masuk sebagai pemain utama;

Belum memiliki potensi untuk dimerger/konsolidasi ataupun holding;

Keberadaannya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan

umumnya captive market.

Merger/Konsolidasi

Page 87: Masterplan BUMN 2010-2014

82

Kebijakan ini dilakukan untuk mencapai struktur yang prospektif

bagi BUMN yang berada dalam sektor bisnis yang sama dengan pasar yang

identik dan kepemilikan Pemerintah 100%. Secara garis besar kriteria untuk

BUMN-BUMN yang akan di-merger/konsolidasi adalah sebagai berikut:

Jenis usaha dan segmen pasar sama;

Kompetisi tinggi;

Mayoritas saham dimiliki Pemerintah;

Kinerja tergolong kurang baik;

Going Concern diragukan, namun masih memiliki potensi untuk

digabung dengan BUMN lain.

Nilai manfaat secara kualitatif yang dapat dicapai melalui

merger/konsolidasi secara umum adalah :

Meningkatkan efisiensi karena masing-masing perusahaan akan lebih

fokus pada kegiatan operasional, sedangkan pemasaran, pendanaan dan

kebijakan strategis lainnya ditarik ke perusahaan induk;

Terciptanya sinergi diantara perusahaan asal, seperti penciptaan industri

hilir baru;

Meningkatkan skala ekonomis perusahaan dengan daya saing yang lebih

baik;

Memperbaiki struktur permodalan dan membuka peluang pendanaan

untuk ekspansi bisnis;

Menciptakan value creation melalui perbaikan struktur permodalan dan

peningkatan kapasitas pendanaan.

Holding

Pembentukan holding ini menjadi pilihan yang rasional untuk

BUMN yang berada dalam sektor yang sama namun memiliki produk

maupun sasaran pasar yang berbeda, tingkat kompetisi yang tinggi, prospek

bisnis yang cerah dan kepemilikan Pemerintah yang masih dominan.

Beberapa kriteria utama BUMN-BUMN yang akan diholding adalah sebagai

berikut:

Sektor usaha sama;

Jenis usaha dan segmen pasar berlainan;

Kompetisi tinggi;

Masih ada prospek/ bisnis prospektif;

Pemerintah merupakan pemilik mayoritas.

Page 88: Masterplan BUMN 2010-2014

83

Nilai manfaat secara kualitatif yang dapat dicapai melalui

pembentukan holding secara umum adalah :

Meningkatkan efisiensi karena masing-masing perusahaan asal lebih

fokus pada kegiatan operasional, sedangkan pemasaran, pendanaan dan

kebijakan strategis lainnya ditarik ke perusahaan induk;

Terciptanya sinergi diantara perusahaan asal, seperti penciptaan industri

hilir baru;

Meningkatkan skala ekonomis perusahaan dengan daya saing yang lebih

baik;

Memperbaiki struktur permodalan dan membuka peluang pendanaan

untuk ekspansi bisnis;

Menciptakan value creation melalui perbaikan struktur permodalan dan

peningkatan kapasitas pendanaan.

Divestasi

Terkait dengan Program Rightsizing BUMN, kebijakan divestasi

dilakukan dengan melepas saham milik Negara pada suatu BUMN dalam

jumlah mayoritas. Kriteria BUMN yang dapat didivestasi sesuai dengan

kriteria BUMN yang boleh diprivatisasi sebagaimana diatur dalam Undang-

undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan

Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2005 tentang tata Cara Privatisasi

Perusahaan Perseroan (Persero). Selain kriteria-kriteria tersebut, terkait

dengan Program Rightsizing, terdapat kriteria tambahan lainnya, yaitu:

Berbentuk Persero;

Bergerak di bidang usaha yang kompetitif atau pihak swasta juga telah

banyak ikut berperan serta dalam menghasilkan produk/jasa yang sama

dengan suatu BUMN yang akan didivestasi;

Guna meningkatkan kinerja dan pengembangan usaha dibutuhkan modal

yang cukup besar, sementara kemampuan negara tidak memungkinkan

melakukan tambahan modal.

Dalam rangka penyelamatan dan mempertahankan kelangsungan hidup

suatu BUMN, dimana kemampuan negara tidak memungkinkan

melakukan tambahan modal.

Memenuhi ketentuan/peraturan pasar modal apabila divestasi saham

Negara RI pada suatu BUMN dilakukan melalui pasar modal.

Page 89: Masterplan BUMN 2010-2014

84

Likuidasi

Kebijakan likuidasi merupakan langkah terakhir yang diambil untuk

suatu BUMN guna mencegah kerugian yang lebih besar yang dapat

menimbulkan permasalahan yang lebih berat. Secara garis besar kriteria

BUMN yang akan dilikuidasi adalah sebagai berikut:

Tidak ada PSO – ”non strategis” (tidak harus dipertahankan status

BUMN);

Dalam beberapa tahun mengalami kerugian terus-menerus;

Kompetisi usaha tinggi;

Eksternalitas rendah;

Ekuitas negatif;

Usahanya tidak prospektif.

3). Skenario Program Rightsizing BUMN 2010 - 2014

Sejalan dengan dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang

Percepatan Pelaksanaan Perioritas Pebangunan Nasional Tahun 2010, terdapat 3

(tiga) program utama yang menjadi tanggung jawab Kementerian BUMN yang

meliputi restrukturisasi PT PLN, restrukturisasi PT Pertamina dan pelaksanaan

rightsizing 33 BUMN.

Melalui penerapanan Program Rightsizing BUMN, diharapkan Negara

akan memiliki beberapa BUMN dengan jumlah dan skala usaha BUMN yang

ideal dengan skenario rightsizing sebagai berikut:

Tahun 2010 ± 117 BUMN

Tahun 2011 ± 102 BUMN

Tahun 2012 ± 91 BUMN

Tahun 2013 ± 85 BUMN

Tahun 2014 ± 78 BUMN

Page 90: Masterplan BUMN 2010-2014

85

Program Rightsizing BUMN Tahun 2010

No Sektor BUMN Jmlh

Sblm

Jenis Restrukturisasi Jmlh

Stlh SA L D H MK

1 Kontruksi:

Adhi, WIKA,

Waskita, PP, HK,

Nindya, Istaka,

Brantas, Amarta

Konsultan

Konstruksi :

Indra, Indah,

Virama, Yodya &

Bina

9

5

Adhi,

WIKA,

PP, HK,

Nindya,

Amarta,

Brantas,

Istaka

-

-

-

-

-

-

-

Waskita

diambil

alih oleh

PPA

5 BUMN

Konsultan

Konstruksi

dialihkan

ke BUMN

Konstruksi

SA

8

0

2 Pengerukan

PT Rukindo

1 - - - - Diinbreng-

kan ke

Pelindo

0

3 Pelayaran :

BAG

1 - - - - Diinbreng-

kan ke

PLN

0

4 Perkebunan :

PT PN I-XIV &

RNI

15 -

- -

PTPN

I-XIV

& RNI

- 1

5 Aneka Industri :

PT Cambric

Primissima

1 - - - - 0

6 Pertambangan:

PT Sarana Karya

1 - - - - 0

Jumlah 33 9

BUMN Konstruksi dan Konsultan Konstruksi

BUMN Konstruksi terdiri dari PT Adhi Karya Tbk, PT Wijaya Karya Tbk,

PT Waskita Karya, PT PP Tbk, PT Hutama Karya, PT Nindya Karya,

PT Istaka Karya, PT Brantas Adipraya, PT Amarta Karya.

BUMN Konsultan Konstruksi terdiri dari PT Indra Karya, PT Indah Karya,

PT Virama Karya, PT Bina Karya dan PT Yodya karya.

Rencana restrukturisasi BUMN Konstruksi dan Konsultan Konstruksi telah

dilakukan kajian oleh Konsultan PT Primus Sarana Artha pada tahun 2005.

Page 91: Masterplan BUMN 2010-2014

86

Hasil kajian merekomendasikan dari 9 BUMN Konstruksi akan tetap

dipertahankan 5 BUMN Konstruksi Stand Alon (SA), yaitu PT Adhi Karya

Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, PT Waskita Karya, PT PP Tbk, PT Hutama

Karya. Sedangkan 4 BUMN Konstruksi lainnya dan 5 BUMN Konsultan

Konstruksi (PT Indra Karya, PT Indah Karya, PT Virama Karya, PT Bina

Karya dan PT Yodya karya) akan dilakukan program Merger/Konsolidasi

dengan mengalihkan saham milik Negara kepada 5 BUMN Konstruksi.

Dalam forum BUMN Karya telah disepakati bahwa 9 BUMN Konstruksi

akan diregrouping menjadi 6 BUMN, sedangkan 5 BUMN Konsultan

Konstruksi akan diakuisisi/inbreng ke 6 BUMN tersebut.

Memperhatikan kondisi masing-masing BUMN sampai dengan akhir tahun

2009, rencana restrukturisasi 9 BUMN Konstruksi akan dipertahankan SA

sebanyak 8 BUMN, sedangkan PT Waskita Karya karena memerlukan

restrukturisasi permodalan akan dikonsolidasikan dengan PT PPA yang

mengakibatkan kepemilikan Negara minoritas. 5 BUMN Konsultan

Konstruksi direncanakan akan diinbrengkan pada BUMN Konstruksi SA.

Namun demikian, mengingat hasil kajian sudah cukup lama (tahun 2005),

maka sebelum rencana restrukturisasi dilaksanakan, perlu dilakukan kajian

ulang dengan memperhatikan kondisi terkini.

PT Rukindo

Saham Negara RI pada PT Rukindo direncanakan akan diinbrengkan kepada

BUMN Kepelabuhan (PT Pelindo I - IV).

PT BAG

Terhadap PT BAG akan dilakukan pengalihan Saham Negara RI pada

PT BAG kepada PT PLN dalam rangka penyelamatan PT BAG.

Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, telah dilakukan penilaian kembali terhadap saham

Negara RI pada PT BAG oleh konsultan independen untuk menentukan

nilai wajar (nilai pasar) atas saham Negara RI pada PT BAG tersebut yang

akan dialihkan kepada PT PLN untuk dituangkan di dalam Rancangan

Peraturan Pemerintah tentang pengalihan saham tersebut.

BUMN Perkebunan

BUMN Perkebunan terdiri dari 15 BUMN, yaitu PTPN I – XIV dan

PT RNI.

Rencana Restrukturisasi BUMN Perkebunan (PTPN I – XIV dan PT RNI)

telah dilakukan kajian PT Danareksa Sekuritas dan PT Bahana Securities

pada tahun 2005 dan dilanjutkan oleh Tim Holding BUMN Perkebunan

(terdiri dari wakil Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan dan

BUMN Perkebunan) pada tahun 2006-2007.

Hasil kajian merekomendasikan pembentukan satu holding.

Page 92: Masterplan BUMN 2010-2014

87

Telah dilakukan pembahasan di Rakortas pada tanggal 8 November 2007.

Telah disampaikan surat Menteri Negara BUMN kepada Menteri Keuangan

yaitu Nomor : S-10/MBU/2008 tanggal 4 Januari 2008, Nomor S-

867/MBU/2008 tanggal 11 November 2008 & Nomor S-67/MBU/2009

tanggal 29 Januari 2009.

Menanggapi surat Menteri BUMN Nomor S-10/MBU/2008 tanggal 4

Januari 2008 kepada Menteri Keuangan yang juga ditembuskan kepada

Menteri, Menteri Pertanian melalui surat Nomor 45/TU.210/M/2/2008

tanggal 28 Februari 2008 telah menyatakan sependapat dengan rencana

pembentukan holding BUMN Perkebunan.

Telah dilaksanakan Seminar tentang Holding BUMN Perkebunan yang

diselenggarakan oleh Pusat Studi Hukum dan Pembangunan pada tanggal

18 Maret 2010 yang dibuka oleh Menteri BUMN dan dihadiri oleh Ketua

Komisi VI DPR RI dan beberapa anggota Komisi VI dan Komisi XI DPR

RI, Deputi Menteri BUMN yang membidangi BUMN Perkebunan dan

Deputi Menteri BUMN Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi. Dalam

seminar tersebut dapat disimpulkan bahwa restrukturisasi BUMN

Perkebunan dilakukan melalui pembentukan Holding BUMN Perkebunan

yang akan dilaksanakan pada tahun 2010.

Mengingat kondisi BUMN Perkebunan, baik internal maupun eksternal

telah mengalami perubahan yang cukup signifikan, terutama akibat krisis

keuangan pada akhir tahun 2008, maka rencana restrukturisasi BUMN

Perkebunan perlu dilakukan kajian ulang dengan memperhatikan kondisi

terkini.

PT Cambrics Primissima

PT Cambrics Primissima akan dilakukan divestasi seluruh saham milik Negara

(52,79%) melalui metode penjualan langsung kepada investor (strategic

Sale/SS) dengan pertimbangan :

Berada pada industri/sektor usaha yang kompetitif dan unsur teknologinya

cepat berubah;

Bidang usahanya menurut Undang-undang tidak secara khusus harus

dikelola oleh BUMN;

Tidak bergerak di sektor pertahanan dan keamanan;

Tidak mengelola sumber daya alam yang menurut ketentuan

peraturan perundangan tidak boleh diprivatisasi;

Tidak bergerak di sektor tertentu yang oleh pemerintah diberikan tugas

khusus untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan

kepentingan masyarakat;

Beberapa tahun terakhir mengalami kerugian dan nilai ekuitas terus

menurun;

Page 93: Masterplan BUMN 2010-2014

88

Operasional perusahaan mulai terganggu karena peralatan sudah tua dan

kesulitan likuiditas;

Terbatasnya akses pendanaan karena performance neraca yang terus

memburuk, sedangkan kemungkinan untuk mendapatkan tambahan

Penyertaan Modal Negara (PMN) sangat kecil;

Untuk kelangsungan hidup dan pengembangan usaha selain membutuhkan

dana, juga diperlukan adanya alih teknologi, jaringan pemasaran yang lebih

luas dan sistem manajerial yang lebih baik.

PT Sarana Karya

PT Sarana Karya akan dilakukan divestasi seluruh saham milik Negara (100%)

melalui metode penjualan langsung kepada investor (strategic Sale/SS) dengan

mengutamakan akuisisi oleh BUMN lain (akusisi) dengan pertimbangan :

Berada pada industri/sektor usaha yang kompetitif dan unsur teknologinya

cepat berubah;

Bidang usahanya menurut Undang-undang tidak secara khusus harus

dikelola oleh BUMN;

Tidak bergerak di sektor pertahanan dan keamanan;

Tidak mengelola sumber daya alam yang menurut ketentuan

peraturan perundangan tidak boleh diprivatisasi;

Tidak bergerak di sektor tertentu yang oleh pemerintah diberikan tugas

khusus untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan

kepentingan masyarakat;

Peralatan dan fasilitas produksi sangat terbatas dan tua dan kesulitan

likuiditas;

Pangsa pasar masih terbatas (PU);

Kesulitan akses pendanaan untuk investasi dan modal kerja karena

performance neraca yang jelek, sedangkan kemungkinan untuk

mendapatkan tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) sangat kecil;

Guna memperbaiki kinerja, sejak tahun 2008 telah dilakukan KSO dengan

PT Timah Tbk, dimana PT Timah Tbk telah memberikan dana sebesar Rp

17,86 milyar untuk investasi, pengembalian KP dan modal kerja.

Untuk kelangsungan hidup dan pengembangan usaha selain membutuhkan

dana, juga diperlukan adanya alih teknologi, jaringan pemasaran yang lebih

luas dan sistem manajerial yang lebih baik.

Pada tahun 2010, akan terjadi rightsizing terhadap 33 BUMN, sehingga pada akhir

tahun 2010 diharapkan jumlah BUMN menjadi ± 117 BUMN.

Page 94: Masterplan BUMN 2010-2014

89

Program Rightsizing BUMN Tahun 2011

No Sektor

BUMN

Jmlh

Sblm

Jenis Restrukturisasi Jmlh

Stlh SA L D H MK

1 Asuransi :

Askes,

Asabri,

Taspen,

Jamsostek,

Jasindo,

Jiwasraya,

RUI, ASEI,

Jasa Raharja,

Askrindo

10

Askes,

Asabri,

Taspen,

Jamsostek,

Jasindo,

Jiwasraya,

RUI,

ASEI, Jasa

Raharja,

Askrindo

-

-

-

-

10

2 Pelabuhan :

Pelindo I-IV

4 - - - - 2

3 Kebandar-

udaraan :

AP I – II

2 - - - - 1

4 Perda-

gangan :

PT PPI, PT

Sarinah, PT

PP Berdikari

3 - - - - 1

5 Pelayaran :

Pelni,

Djakarta

Lloid, ASDP

3 - - -

- 1

6 Kehutanan :

Inhutani I-V

& Perhutani

6

Perhutani

- - Inhutani

I-V

- 2

7 Pertanian :

PT SHS, PT

Pertani

2 - - - - 1

8 Pertam-

bangan :

PT BA,

ANTAM &

TIMAH

3 - - - - 1

9 Farmasi :

INAF, KF &

Biofarma

3 Biofarma

- - - INAF

& KF

2

Jumlah 36 21

Page 95: Masterplan BUMN 2010-2014

90

BUMN Asuransi

BUMN Asuransi terdiri dari 10 BUMN, yaitu PT ASABRI, PT Askes,

PT Taspen, PT Jamsostek, PT RUI, PT ASEI, PT Jasindo, PT Jiwasraya dan

PT Jasa Raharja dan PT Askrindo.

4 BUMN Asuransi (PT ASABRI, PT Askes, PT Taspen, PT Jamsostek) akan

menjadi Badan Penyelenggara SJSN dengan kemungkinan perubahan bentuk

hukum menjadi Perusahaan Umum (Perum), sehingga tetap menjadi BUMN

(SA).

Dengan demikian, 10 BUMN Asuransi tersebut tetap SA.

BUMN Pelabuhan

BUMN Pelabuhan terdiri dari 4 BUMN, yaitu PT Pelindo I – IV.

Dari 4 BUMN tersebut akan dilakukan pembentukan 2 holding BUMN

Pelabuhan berdasarkan wilayah, yaitu Wilayah Barat dan Wilayah Timur,

namun sebelumnya perlu dilakukan kajian terlebih dahulu.

BUMN Kebandar-udaraan

BUMN Kebandar-udaraan terdiri dari 2 BUMN, yaitu PT Angkasa Pura I &

II.

Dari 2 BUMN tersebut akan dilakukan pembentukan 1 holding BUMN

kebandar-udaraan, namun sebelumnya perlu dilakukan kajian terlebih dahulu.

BUMN Perdagangan

BUMN Perdagangan terdiri dari 3 BUMN, yaitu PT Perusahaan Perdagangan

Indonesia (PT PPI, PT Sarinah dan PT Berdikari.

Terhadap BUMN perdagangan tersebut akan dilakukan Merger/Konsolidasi

menjadi 1 BUMN, namun sebelumnya perlu dilakukan kajian terlebih

dahulu.

BUMN Pelayaran

BUMN Perlayaran terdiri dari 3 BUMN, yaitu PT Pelni, PT Djakarta Lloyd,

dan PT ASDP.

Terhadap 3 BUMN Pelayaran tersebut akan dilakukan pembentukan 1

holding BUMN Pelayaran, namun sebelumnya perlu dilakukan kajian

terlebih dahulu.

Page 96: Masterplan BUMN 2010-2014

91

BUMN Kehutanan

BUMN Kehutanan terdiri dari 6 BUMN, yaitu PT Inhutani I – V dan Perum

Perhutani.

Terhadap PT Inhutani I – V akan dilakukan pembentukan 1 holding, namun

sebelumnya perlu dilakukan kajian terlebih dahulu.

Perum Perhutani tetap dipertahankan berdiri sendiri (SA)

BUMN Pertanian

BUMN Pertanian terdiri dari 2 BUMN, yaitu PT Sang Hyang Seri dan

PT Pertani.

Terhadap BUMN Pertanian tersebut akan dilakukan Merger/Konsolidasi

menjadi 1 BUMN, namun sebelumnya perlu dilakukan kajian terlebih dahulu.

BUMN Pertambangan

BUMN Pertambangan terdiri dari 4 BUMN, yaitu PT Antam Tbk,

PT Timah Tbk dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PT BA Tbk).

Rencana restrukturisasi terhadap 3 BUMN Pertambangan tersebut telah

dilakukan kajian oleh Citigroup sebagai Financial Advisor (FA) dan

Soemadipradja & Taher (Konsultan Hukum) pada tahun 2006 yang

merekomendasikan pembentukan perusahaan induk (holding) yang

mengintegrasikan seluruh BUMN Pertambangan (Integrated Resouces

Comapny/IRC).

Telah disampaikan surat Menteri Negara BUMN kepada Menteri Keuangan

yaitu Nomor : S-10/MBU/2008 taggal 4 Januari 2008, Nomor S-

867/MBU/2008 taggal 11 Nopember 2008 & Nomor S-67/MBU/ 2009 taggal

29 Januari 2009

Mengingat kajian dilakukan pada tahun 2006 dan beberapa tahun terakhir telah

terjadi banyak perubahan kondisi baik internal maupun eksternal, maka

rencana restrukturisasi BUMN Pertambangan perlu dilakukan kajian ulang

dengan memperhatikan kondisi terkini.

BUMN Farmasi

BUMN Farmasi terdiri dari 3 BUMN, yaitu PT Bio Farma, PT Kimia Farma

Tbk dan PT Indofarma Tbk.

PT Bio Farma tetap dipertahankan SA karena adanya penugasan khusus dari

pemerintah untuk memperoduksi vaksin.

Terhadap 2 BUMN Farmasi lainnya (PT Kimia Farma Tbk dan

PT Indofarma Tbk) telah dilakukan kajian oleh PT Mandiri Sekuritas pada

tahun 2005.

Page 97: Masterplan BUMN 2010-2014

92

Hasil Kajian merekomendasikan untuk dilakukan merjer/konsolidasi melalui

peleburan PT Kimia Farma Tbk dengan PT Indofarma Tbk. Alternatif lain

yang direkomendasikan adalah pembentukan holding BUMN Farmasi.

Mengingat kajian dilakukan pada tahun 2005 dan beberapa tahun terakhir telah

terjadi banyak perubahan kondisi baik internal maupun eksternal, maka

rencana restrukturisasi BUMN Farmasi perlu dilakukan kajian ulang dengan

memperhatikan kondisi terkini.

Pada tahun 2011, akan terjadi rightsizing terhadap 35 BUMN, sehingga pada akhir

tahun 2011 jumlah BUMN akan menjadi ± 102 BUMN.

Program Rightsizing BUMN Tahun 2012

No Sektor

BUMN

Jmlh

Sblm

Jenis Restrukturisasi Jmlh

Stlh SA L D H MK

1 Sertifikasi

Sucofindo, SI,

BKI, Survai

Udara Penas

4 BKI

Survai

Udara

Penas

-

- SI,

Sucofindo

2

2 Kertas &

Percetakan/

Penerbitan : PT Balai

Pustaka, PT

Pradya

Paramita,

PERURI,

PNRI,KKA,

Kertas Leces

6 Peruri &

PNRI

- KKA

&

Kertas

Leces

- Balai

Pustaka,

& Pradya

Paramita

3

3 Penunjang

Pertanian :

Perum Jasa

Tirta I/II

2 - - - - 1

4 Dok &

Perkapalan :

PT DKB,

DPS, IKI,

PAL

4 - - - - 1

5 Aneka

Industri :

PT Garam

PT Insan

2 - -

- - 0

Jumlah 18 7

Page 98: Masterplan BUMN 2010-2014

93

BUMN Sertifikasi

BUMN Sertifikasi terdiri dari 4 BUMN, yaitu PT Biro Klasifikasi

Indonesia (PT BKI), PT Sucofindo, PT Surveyor Indonesia dan PT Survai

Udara Penas.

PT BKI akan tetap dipertahankan SA.

PT Sucofindo dan PT Surveyor Indonesia akan dilakukan

Merger/Kosolidasi, namun sebelumnya perlu dilakukan kajian terlebih

dahulu.

PT Survei Udara Penas akan dilakukan tindakan likuidasi karena kondisi

perusahaan baik keuangan, operasional dan prospek usaha yang tidak

memungkinan lagi untuk dipertahankan.

BUMN Kertas, Percetakan dan Penerbitan

BUMN Kertas, percetakan dan penerbitan terdiri dari 6 BUMN, yaitu

Perum Percetakan Uang RI (PERURI), Perum Percetakan Regara RI

(Perum PNRI), PT Kertas Kraft Aceh (PT KKA), PT Kertas Leces,

PT Balai Pustaka (PT BP) dan PT Pratnya Paramita.

PERURI dan Perum PNRI akan tetap dipertahankan berdiri sendiri (SA).

PT KKA dan PT Kertas Leces akan dilakukan divestasi seluruh saham

Negara RI melalui metode penjualan saham Negara langsung kepada

investor (strategic sale/SS) atau pengalihan saham Negara kepada BUMN

lain.

PT BP dan PT Pradnya Paramita akan dilakukan merger/konsolidasi

menjadi 1 BUMN, namun sebelumnya perlu dilakukan kajian terlebih

dahulu.

BUMN Penunjang Pertanian

BUMN Penunjang Pertanian terdiri dari 2 BUMN, yaitu Perum Jasa Tirta I

dan Perum Jasa Tirta II.

Perum Jasa Tirta I dan Perum Jasa Tirta II akan dilakukan

merger/konsolidasi menjadi 1 BUMN, namun sebelumnya perlu dilakukan

kajian terlebih dahulu.

BUMN Dok dan Perkapalan

BUMN Dok & Perkapalan terdiri dari 4 BUMN, yaitu PT PAL Indonesia,

PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari (PT DKB), PT Dok & Perkapalan

Surabaya (PT DPS) dan PT Industri Kapal Indonesia (PT IKI).

Rencana restrukturisasi BUMN Dok & Perkapalan telah dilakukan kajian

terhadap PT DKB dan PT PAL Indonesia oleh PT Sucofindo Appraisal

Utama pada tahun 2008.

Page 99: Masterplan BUMN 2010-2014

94

Hasil kajian merekomendasi untuk dilakukan restrukturisasi internal

terlebih dahulu, selanjutnya dibentuk holding BUMN Dok dan Perkapalan

bersama-sama dengan BUMN Dok dan Perkapalan lainnya, yaitu PT DPS

dan PT IKI.

Mengingat kajian dilakukan pada tahun 2005 dan beberapa tahun terakhir

telah terjadi banyak perubahan kondisi baik internal maupun eksternal,

maka rencana restrukturisasi BUMN Dok & Pertambangan perlu dilakukan

kajian ulang dengan memperhatikan kondisi terkini.

BUMN Aneka Industri

BUMN Aneka Industri terdiri dari 4 BUMN, yaitu PT Iglas, PT Insan dan

PT Garam.

Terhadap PT Garam dan PT Insan akan dilakukan divestasi seluruh saham

milik Negara melalui metode penjualan langsung saham Negara RI kepada

investor (strategic sale/SS) dengan pertimbangan selain membutuhkan

dana untuk memperbaiki kinerja dan pengembangan usaha, juga

membutuhkan teknologi yang lebih baik, jaringan pemsaran yang lebih luas

dan sistem manajerial yang lebih baik.

Pada tahun 2012, akan terjadi rightsizing terhadap 18 BUMN, sehingga pada akhir

tahun 2012 jumlah BUMN akan menjadi ± 91 BUMN.

Program Rightsizing BUMN Tahun 2013

No Sektor

BUMN

Jmlh

Stlh

Jenis Restrukturisasi Jmlh

Stlh SA L D H MK

1 Hotel &

Pariwisata :

PT BTDC, PT

HIN, PT

TWC, PPFN

4 PT TWC

PPFN

- - BTDC,

HIN

- 3

2 Energi :

PLN,

Pertamina,

PGN, EMI

4 PLN,

Pertamina,

PGN

- PT EMI

- - 3

3 Perikanan :

Perikanan

Nusantara &

PPPS

2 - - - - 1

4 Logistik

Perum Bulog,

PT BGR, PT

VTP, Posindo

4 Bulog,

Posindo

- BGR,

VTP

- - 2

5 Aneka

Industri

PT Iglas

1 - - PT Iglas

- - 0

Jumlah 15 9

Page 100: Masterplan BUMN 2010-2014

95

BUMN Hotel & Pariwisata

BUMN Hotel dan Pariwisata terdiri dari 3 BUMN, yaitu PT Hotel

Indonesia Natour (PT HIN), PT TWC Borobudur, PT BTDC.

PT TWC Borobudur tetap dipertahankan berdiri sendiri (SA) karena terkait

dengan pelestarian budaya.

PT BTDC dan PT HIN akan dijadikan holding, namun sebelumnya perlu

dilakukan kajian terlebih dahulu.

BUMN Energi

BUMN Energi terdiri dari 4 BUMN, yaitu PT Perusahaan Listrik Negara

(PT PLN), PT Pertamina, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PT PGN Tbk),

dan PT Energi Manajemen Indonesia (PT EMI)

PT PLN, PT Pertamina, PT PGN Tbk tetap dipertahankan berdiri sendiri

(SA).

PT EMI akan dilakukan divestasi seluruh saham Negara RI melalui

penjualan langsung kepada investor (strategic sale/SS) atau pengalihan

seluruh saham Negara kepada BUMN lain.

BUMN Perikanan

BUMN Perikanan teridi dari 2 BUMN, yaitu PT Perikanan Nusantara dan

Perum Prasarana Perikanan Samudera (Perum PPS).

PT Perikanan Nusantara dan Perum Prasarana Perikanan Samudra akan

dilakukan merger/konsolidasi, namun sebelumnya harus dilakukan kajian

terlebih dahulu.

BUMN Logistik

BUMN Logistik terdiri dari 4 BUMN, yaitu Perum Bulog, PT Banda Ghara

Reksa (PT BGR), PT Varuna Tirta Prasada (PT VTP) dan PT Pos

Indonesia.

Perum Bulog dan PT Pos Indonesia akan tetap dipertahankan berdiri sendiri

(SA).

PT BGR dan PT VTP akan dilakukan divestasi seluruh saham negara

melalui metode penjualan saham negara langsung kepada investor

(strategic sale/SS) atau pengalihan seluruh saham negara pada BUMN lain.

Page 101: Masterplan BUMN 2010-2014

96

BUMN Aneka Industri

PT Iglas akan dilakukan divestasi seluruh saham negara melalui metode

penjualan saham negara langsung kepada investor (strategic sale/SS) atau

metode lain yang sesuai.

Pada tahun 2013, akan terjadi rightsizing terhadap 15 BUMN, sehingga pada akhir

tahun 2013 jumlah BUMN akan menjadi ± 85 BUMN.

Program Rightsizing BUMN Tahun 2014

No Sektor BUMN Jmlh

Stlh

Jenis Restrukturisasi Jmlh

Stlh SA L D H MK

1 Angkutan &

Prasarana

Angkutan

Darat :

DAMRI &

PPD, PT Jasa

Marga

3 PT JM

- - - Damri,

& PPD

2

2 Industri

Strategis :

PT Inti, PT

Barata, PT

LEN, PT INKA,

PTKS, PT

Pindad, PT

Dahana, PT

BBI

8 PT KS,

PT INTI

- LEN,

Barata,

BBI

PT Pindad &

PTDahana

INKA

diakuisisi

oleh PT KAI

3

3 Semen

PT Semen

Gresik Tbk, PT

Semen Baturaja,

PT Semen

Kupang

3 PT Semen

Gresik

Tbk,

PT Semen

Baturaja

- PT

Semen

Kupang

- - 2

Jumlah 14 7

BUMN Angkutan dan Prasarana Angkutan

BUMN Angkutan dan Prasarana Angkutan terdiri dari 3 BUMN, yaitu

Perum PPD dan Perum Damri (BUMN Angkutan) serta PT Jasa Marga

(BUMN Prasarana Angkutan).

PT Jasa Marga akan tetap dipertahankan berdiri sendiri (SA).

Perum PPD dan Perum Damri akan dilakukan merger/konsolidasi menjadi

1 BUMN, namun sebelumnya perlu dilakukan kajian terlebih dahulu.

Page 102: Masterplan BUMN 2010-2014

97

BUMN Industri Strategis

BUMN Industri Strategis terdiri dari 8 BUMN, yaitu PT Krakatau Steel

(PT KS), PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT INTI), PT LEN

Industri, PT Barata Indonesia, PT Boma Bisma Indra (PT BBI),

PT Dahana, PT Pindad dan PT Industri Kereta Api (PT INKA).

PT KS dan PT INTI tetap dipertahankan berdiri sendiri (SA

PT LEN Industri, PT Barata Indonesia dan PT BBI akan dilakukan

divestasi seluruh saham negara RI melalui metode penjualan saham Negara

RI langsung kepada investor (strategic sale/SS) atau pengalihan seluruh

saham negara RI kepada BUMN lain.

PT Pindad dan PT Dahana yang merupakan BUMN dengan bidang usaha

yang terkait pada keamanan dan pertahanan akan dilakukan merger/

konsolidasi, namun sebelumnya perlu dilakukan kajian terlebih dahulu.

PT INKA akan dialihkan kepada PT KAI, sehingga PT INKA menjadi anak

perusahaan PT KAI, namun sebelumnya perlu dilakukan kajian terlebih

dahulu.

BUMN Semen

BUMN Semen terdiri dari 3 BUMN, yaitu PT Semen Gresik Tbk,

PT Semen Baturaja dan PT Semen Kupang.

PT Semen Gresik Tbk dan PT Semen Baturaja tetap dipertahankan berdiri

sendiri (SA).

PT Semen Kupang akan dilakukan divestasi seluruh saham Negara RI

melalui metode penjualan seluruh saham Negara RI langsung kepada

investor (strategic sale/SS) atau pengalihan seluruh saham negara RI pada

PT Semen Kupang kepada BUMN sejenis lainnya.

Pada tahun 2014, akan terjadi rightsizing 14 BUMN, sehingga pada akhir tahun

2014 jumlah BUMN akan menjadi ± 78 BUMN.

Page 103: Masterplan BUMN 2010-2014

98

Jumlah BUMN Hasil Rightsizing

No. BUMN Keterangan

BUMN PERBANKAN

1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk SA

2 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk SA

3 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk SA

4 PT Bank Tabungan negara (Persero) Tbk SA

BUMN ASURANSI

5 PT Reasuransi Umum Indonesia (Persero) 4 BUMN (PT Asabri,

PT Askes, PT Taspen,

PT Jamsostek)

Asuransi menjadi

Badan penyelenggaran

SJSN sengan

kemungkinan berubah

badan hukum menjadi

Perum (2011)

6 PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)

7 PT Asuransi Jasa Raharja (Persero)

8 PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero)

9 PT Asuransi Jiwasraya (Persero)

10 PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero)

11 PT Asuransi ABRI (Persero)

12 PT Asuransi Kesehatan (Persero)

13 PT Asuransi Tabungan Pensiunan (Persero)

14 PT Asuransi Jaminan Sosial Tenaga kerja (Persero)

BUMN JASA PEMBIAYAAN

15 Perum Pegadaian SA

16 Perum Jamkrindo SA

17 PT Danareksa SA

18 PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) SA

19 PT PANN Multi Finance (Persero) SA

20 PT Permodalan Nasional Madani (Persero) SA

21 PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) SA

BUMN JASA KONSTRUKSI & KONSULTAN KONSTRUKSI

22 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 8 BUMN Konstruksi SA,

1 BUMN Konstruksi

(PT Waskita Karya) diambil

alih oleh PT PPA dalam

rangka

restrukturisasi/revitalisasi dan

5 BUMN Konsultan

Konstruksi dialihkan ke

BUMN Konstruksi SA (2010)

23 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk

24 PT Hutama Karya (Persero)

25 PT Nindya Karya (Persero)

26 PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk

27 PT Amarta Karya (Persero)

28 PT Istaka Karya (Persero)

29 PT Brantas Adipraya (Persero)

BUMN PERUMAHAN & KAWASAN INDUSTRI

30 Perum Pembangunan Perumahan Nasional SA

31 PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) SA

32 PT Kawasan Industri Makasar (Persero) SA

33 PT Kawasan Industri Medan (Persero) SA

34 PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma (Persero) SA

35 PT PDI Pulau Batam (Persero) SA

BUMAN FARMASI

36 PT Bio Farma (Persero) SA

37 Hasil Merger/Konsolidasi PT Kimia Farma dan

PT Indofarma

2011

BUMN LOGISTIK

38 Perum Bulog PT VTP dan PT BGR dilakukan

divestasi atau dialihkan ke BUMN lain

(2013) 39 PT Pos Indonesia (Persero)

Page 104: Masterplan BUMN 2010-2014

99

BUMN PARIWISATA

40 PT TWC Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (Persero) SA

41 Holding (PT HIN dan PT BTDC) 2013

42 Perum Produksi Film Negara SA

BUMN JASA PENILAI

43 PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) PT Survai Udara Penas

dilikuidasi dan PT SI & PT

Sucofindo Merger/Konsolidasi

(2012)

44 Hasil Merger/Konsolidasi PT Sucofindo

dan PT Surveyor Indonesia

BUMN PELABUHAN

45 Holding BUMN Pelabuhan Wilayah Barat

(Pelindi I – II)

4 BUMN Pelabuhan menjadi 2

Holding berdasarkan wilayah

(2011) 46 Holding BUMN Pelabuhan Wilayah Timur

(Pelindo III – IV)

BUMN PELAYARAN

47 Holding BUMN Pelayaran (PT Pelni, PT Djakarta

Lloyd, PT ASDP)

PT BAG diinbrengkan

kepada PT PLN (2010)

BUMN KEBANDARUDARAAN

48 Holding BUMN Kebandarudaraan (PT AP I – II) 2011

BUMN ANGKUTAN DARAT & KERETA API

49 PT Kereta Api Indonesia (Persero) SA

50 Hasil Merger/Konsolidasi Perum Damri dan PPD 2014

BUMN PENERBANGAN

51 PT Garuda Indonesia (Persero) SA

52 PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) SA

BUMN PERDAGANGAN

53 Hasil Merger/Konsolidasi PT PPI, PT Sarinah dan

PT Berdikari

2011

BUMN JALAN TOL

54 PT Jasa Marga (Persero) Tbk SA

BUMN BAJA & KONSTRUKSI BAJA

55 PT Krakatau Steel (Persero) PT Barata Indonesia dan PT BBI dilakukan

divestasi atau dialihkan ke BUMN lain (2014)

BUMN DOK & PERKAPALAN

56 Holding BUMN Dok & Perkapalan (PT PAL, PT DKB,

PT DPS, PT IKI)

2012

BUMN ENERGI

57 PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) PT EMI

didivestasi

100% (2013) 58 PT Pertamina (Persero)

59 PT Perusahaan Gas Negara (Persero)

BUMN INDUSTRI BERBASIS TEKNOLOGI

60 PT Batan Teknologi (Persero) PT LEN Industri didivestasi atau

dialihkan kepada BUMN lain, PT Pindad

dan PT Dahana Merger/Konsolidasi dan

PT INKA dialihkan ke PT KAI (2014)

61 PT Dirgantara Indonesia (Persero)

62 PT Industri Telekomunikasi

Indonesia (Persero)

BUMN INDUSTRI PERTAHANAN

63 Hasil Merger/Konsolidasi PT Pindad dan PT Dahana 2014

BUMN PERTAMBANGAN

64 Holding BUMN Pertambangan (PT Antam, PT Timah,

PT BA)

2011

BUMN TELEKOMUNIKASI

65 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) SA

66 Perum LKBN Antara SA

Page 105: Masterplan BUMN 2010-2014

100

BUMN SEMEN

67 PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Semen Kupang dilakukan divestasi atau

dialihkan kepada BUMN lain (2014) 68 PT Semen Baturaja (Persero)

BUMN KEHUTANAN

69 Perum Perhutani SA

70 Holding BUMN Pertaniann (PT Inhutani I – V) 2011

BUMN PERIKANAN

71 Hasil Merger/Konsolidasi PT Perikanan Nusantara dan

Perum PPS

2013

BUMN PERKEBUNAN

72 Holding BUMN Perkebunan (PTPN I – XIV dan PT RNI) 2010

BUMN PERTANIAN

73 Hasil Merger/Konsolidasi PT Sang Hyang Seri dan

PT Pertani

2011

BUMN PENUNJANG PERTANIAN

74 Hasil Merger/Konsolidasi Perum Jasa Tirta I - II 2012

BUMN PERCETAKAN & PENERBITAN

75 Perum Percetakan Negara Republik Indonesia PT KKA, PT Kertas Leces

dilakukan divestasi atau

dialihkan kepada BUMN

lain (2012)

76 Perum Percetakan Uang Republik Indonesia

77 Hasil Merger/Konsolidasi PT Balai Pustaka dan

PT Pratnya Paramita

BUMN PUPUK

78 PT Pupuk Sriwijaya (Persero) SA

b. Restrukturisasi Perusahaan/Korporasi

Dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah

strategis untuk memperbaiki kondisi internal BUMN guna memperbaiki kinerja dan

meningkatkan nilai perusahaan, restrukturisasi perusahaan/korporasi merupakan

program rutin yang berkesinambungan yang dilaksanakan dari tahun-ketahun.

Program restrukturisasi ini harus dituangkan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan (RKAP) masing-masing BUMN setiap tahunnya.

Restrukturisasi perusahaan/korporasi ini tidak hanya dilakukan terhadap

BUMN yang mengalami kerugian atau kesulitan dalam kegiatan usahanya, tetapi

dilakukan pula pada setiap BUMN guna terus mengupayakan terwujudnya kinerja dan

nilai tambah perusahaan yang lebih baik. Restrukturisiasi perusahaan/korporasi ini

dilakukan terhadap segala aspek kegiatan perusahaan yang meliputi keuangan,

organisasi/manajemen, operasional, sistem dan prosedur. Melalui pembenahan dalam

segala aspek kegiatan perusahaan yang berkesinambungan tersebut BUMN akan

memiliki daya saing yang semakin baik yang selanjutnya akan berdampak kepada

peningkatan kinerja dan nilai tambah perusahaan.

Page 106: Masterplan BUMN 2010-2014

101

Selain itu, melalui pembenahan sistem dan prosedur yang tidak dapat

terpisahkan dari kegiatan restrukturisasi perusahaan/korporasi akan memperbaiki tata

kelola BUMN mengarah kepada tata kelola perusahaan yang sesuai dengan prinsip-

prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Khusus untuk penanganan BUMN-BUMN yang mengalami kerugian dan

mengalami kesulitan baik keuangan maupun operasional, restrukturisasi dilakukan

oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PT PPA sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 61 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang

Pengelolaan Aset, dimana tugas PT PPA ditambah untuk melakukan restrukturisasi

dan/atau revitalisasi BUMN. Pelaksanaan restrukturisasi perusahaan/korporasi oleh

PT PPA mulai dilaksanakan sejak bulan April 2009 dengan telah diterbitkannya

Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2009 tanggal 8 April 2009 tentang

Pedoman Restrukturisasi dan Revitalisasi Badan Usaha Milik Negara oleh Perusahaan

perseroan (Persero) PT Perusahaan Pengelola Aset.

Restrukturisasi dan/atau revitalisasi BUMN tersebut, pelaksanaanya

berpedoman kepada Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-01/MBU/2009

tentang Pedoman Restrukturisasi dan Revitalisasi BUMN oleh PT PPA dan dalam

pelaksanaannya dibentuk Komite Restrukturisasi dan Revitalisasi BUMN yang

keanggotaannya terdiri dari Menteri BUMN, Menteri Keuangan dan Menteri Teknis

tempat dimana sektor usaha BUMN bergerak (apabila diperlukan). Tugas Komite

Restrukturisasi dan Revitalisasi BUMN antara lain menetapkan BUMN yang akan

direstrukturisasi dan/atau direvitalisasi oleh PT PPA serta skema restrukturisasi

dan/atau revitalisasi yang akan diterapkan.

Berdasarkan data per 31 Desember 2008 (audited), BUMN mengalami

kerugian 3 tahun dalam 5 tahun terakhir berjumlah 22 BUMN. Dari 22 BUMN

tersebut, pada tahun 2009 telah diserahkan penanganannya kepada PT PPA untuk

dilakukan kajian tuntas (due deligence) sebanyak 11 BUMN, yaitu :

1). PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)

2). PT Kertas Kraft Aceh (Persero)

3). PT Industri Sandang (Persero)

Page 107: Masterplan BUMN 2010-2014

102

4). PT Industri Gelas (Persero)

5). PT Balai Pustaka (Persero)

6). PT Cambrics Primissima (Persero)

7). Perum PPD

8). PT Industri Kapal Indonesia (Persero)

9). Perum PFN

10). PT Survey Udara Penas (Persero)

11). PT Semen Kupang (Persero)

Selain 11 BUMN tersebut, pada tahun 2009 juga telah diserahkan kepada

PT PPA untuk menangani 6 BUMN lainnya yang mengalami kesulitan baik keuangan

maupun operasional (tidak termasuk dalam 24 BUMN rugi tersebut di atas), yaitu :

1). PT PAL Indonesia (Persero)

2). PT Waskita Karya (Persero)

3). PT Djakarta Lloyd (Persero)

4). PT PP Berdikari (Persero)

5). PT Hotel Indonesia Natour (Persero)

6). PT Varuta Tirta Persada (Persero)

Dari 17 BUMN yang telah diserahkan penanganannya kepada PT PPA, 3

BUMN diantaranya, yaitu PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), PT PAL

Indonesia (Persero) dan PT Waskita Karya (Persero) saat ini sedang dilaksanakan

program restrukturisasi dan revitalisasi. Sedangkan 13 BUMN lainnya masih dalam

proses kajian tuntas (due deligence) dengan progres yang bebeda-beda untuk

selanjutnya akan dimintakan keputusan skema restrukturisasi dan revitalisasinya

kepada Komite Restrukturisasi dan Revitalisasi dan persetujuan dari Menteri

Keuangan.

Sisanya sebanyak 11 BUMN yang mengalami kerugian 3 tahun dalam 5 tahun

terakhir akan dilanjutkan penyerahan penangannya kepada PT PPA pada tahun 2010

adalah :

1). PT Indah Karya (Persero)

2). PT Pelayaran nasional Indonesia (Persero)

3). PT Pengerukan Indonesia (Persero)

4). PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero)

5). PT Kertas Leces (Persero)

6). PT Pradnya Paramita (Persero)

7). PT Perikanan Nusantara (Persero)

8). Perum Prasarana Perikanan Samudera

9). PT Boma Bisma Indra (Persero)

10). PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

Page 108: Masterplan BUMN 2010-2014

103

11). PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

Terhadap 11 BUMN tersebut, sebelum penanganannya diserahkan kepada PT

PPA, maka akan dilakukan evaluasi terlebih dahulu berdasarkan kinerja per 31

Desember 2009 guna menentukan apakah akan diserahkan kepada PT PPA atau

langsung dilakukan restrukturisasi sektoral melalui shareholder action tertentu dalam

rangka rightsizing BUMN. Selanjutnya, penyerahan penanganan restrukturisasi dan

revitalisasi BUMN yang memiliki permasalahan kepada PT PPA akan dievaluasi

setiap tahunnya guna menentukan BUMN mana yang akan diserahkan.

Hal-hal yang Perlu Mendapatkan Perhatian dalam Program Restrukturisasi

Pelaksanaan program restrukturisasi baik restrukturisasi sektoral maupun

restrukturisasi perusahaan/korporasi oleh PT PPA yang telah dilakukan kajian yang

melibatkan tidak hanya Kementerian BUMN, tetapi sesuai dengan ketentuan dan

peraturan yang berlaku juga melibatkan instansi terkait lainnya antara lain seperti

Kementerian Keuangan, Kementerian Teknis, DPR RI, Kementerian Hukum dan

HAM, Sekretaris Negara dan Presiden yang akan membutuhkan waktu yang relatif

cukup lama, sehingga permasalahan yang dihadapi oleh BUMN tidak serta merta

dapat diatasi dan kajian yang telah dilakukan memerlukan pemutakhiran data dan

kajian kembali. Untuk itu, diperlukan peningkatan upaya-upaya koordinasi dan

komunikasi dengan instansi dan lembaga terkait tersebut.

Dengan kondisi keterbatasan APBN saat ini, restrukturisasi BUMN yang

memerlukan pendanaan sulit diharapkan mendapatkan suntikan dana dari APBN;

Terhadap BUMN yang sulit atau tidak mungkin lagi dipertahankan kelangsungan

hidupnya karena kondisi perusahaan yang sudah sangat mengkhawatirkan dan

tidak memiliki prospek, dalam penanganannya tetap harus mempertimbangkan

berbagai aspek sebelum keputusan likuidasi diambil.

Pelaksanaan restrukturisasi BUMN yang menimbulkan implikasi pajak, perlu

mendapatkan kejelasan untuk penanganan dampak pajak tersebut.

Perlu ditingkatkan sosialisasi program restrukturisasi untuk menyamakan persepsi

mengenai tujuan pelaksanaan program restrukturisasi BUMN.

Page 109: Masterplan BUMN 2010-2014

104

IV. 2. Program Privatisasi 2010 - 2014

IV. 2.1. Definisi, Maksud dan Tujuan Privatisasi

Sesuai Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang tata Cara

Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) jo Peraturan Pemerintah Nomor 59

Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005

tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero), Privatisasi adalah

penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain

dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat

bagi negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh

masyarakat.

Maksud privatisasi adalah memperluas kepemilikan masyarakat atas

Persero, meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan, menciptakan

struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik/kuat, menciptakan struktur

industri yang sehat dan kompetitif, menciptakan Persero yang berdaya saing dan

berorientasi global, dan menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas

pasar”. Sedangkan Tujuan privatisasi adalah untuk meningkatkan kinerja dan nilai

tambah perusahaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemilikan

saham Persero. Privatisasi dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip

transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung-jawaban, dan kewajaran.

IV. 2.2. Arah Kebijakan Privatisasi

Arah kebijakan privatisasi ke depan bukan semata-mata untuk pemenuhan

APBN, tetapi diperioritaskan dalam rangka mendukung pengembangan perusahaan

dengan metode utama melalui penawaran umum di pasar modal. Disamping juga

untuk lebih mendorong penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Privatisasi yang dilakukan tidak melalui metode penawaran umum lewat di

pasar modal akan dilakukan dengan sangat selektif dan hati-hati. Metode ini

terutama digunakan untuk BUMN-BUMN yang memerlukan pendanaan yang

tidak dapat diperoleh/dipenuhi dari pasar modal dan/atau Pemerintah serta

Page 110: Masterplan BUMN 2010-2014

105

memerlukan peningkatan kompetensi tehnis, manajemen dan pemasaran. Selain

itu, privatisasi juga dilakukan dalam rangka program restrukturisasi dan rightsizing

BUMN.

IV. 2.3. Kriteria Privatisasi

Kriteria Umum bagi BUMN-BUMN yang akan diprivatisasi telah

ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah

Nomor 33 tahun 2003 jo Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero). Kriteria umum tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Persero yang dapat diprivatisasi harus sekurang-kurangnya memenuhi kriteria:

1) Industri/sektor usahanya kompetitif; atau

2) Industri/sektor usaha yang unsur teknologinya cepat berubah.

b. Sebagian aset atau kegiatan dari Persero yang melaksanakan kewajiban

pelayanan umum dan/atau yang berdasarkan Undang-undang kegiatan

usahanya harus dilakukan oleh BUMN, dapat dipisahkan untuk dijadikan

penyertaan dalam pendirian perusahaan untuk selanjutnya apabila diperlukan

dapat diprivatisasi.

Sedangkan kriteria khusus yang harus dimiliki oleh BUMN yang akan

diprivatisasi adalah sebagai berikut:

1) Tidak ada PSO;

2) Telah dan sedang dalam restrukturisasi;

3) Ada kebutuhan dana untuk pengembangan;

4) Perbaikan struktur modal/leverage;

5) Rugi terus menerus;

profitisasi sulit dilaksanakan;

masih potensial profitisasi;

ada alokasi PMN tapi perlu pendanaan tambahan.

6) Perubahan regulasi yang berpengaruh pada sektor usaha;

7) Kepemilikan minoritas sehingga tidak ada kontrol negara dan lambat laun

kepemilikan akan terdilusi dan tidak strategis;

8) Untuk yang IPO, dalam 2 tahun berturut-turut menghasilkan laba.

Page 111: Masterplan BUMN 2010-2014

106

Sedangkan Persero yang tidak dapat diprivatisasi adalah:

1) Persero yang bidang usahanya berdasarkan peraturan perundangan hanya

boleh dikelola oleh BUMN;

2) Persero yang bergerak di sektor usaha yang berkaitan dengan pertahanan

dan keamanan negara;

3) Persero yang bergerak di sektor tertentu yang oleh Pemerintah diberikan

tugas khusus untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan

kepentingan masyarakat;

4) Persero yang bergerak di bidang usaha sumber daya alam yang secara tegas

berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang dilarang untuk

diprivatisasi.

IV. 2.4. Metode Privatisasi

Privatisasi dilakukan dengan menggunakan salah satu dari 3 metode di

bawah ini yaitu:

1) Penjualan Saham berdasarkan Ketentuan Pasar Modal;

2) Penjualan Saham Langsung kepada Investor/Strategic Sale (SS)

3) Penjualan Saham kepada Manajemen dan/atau Karyawan (Employee and

Management Buy Out /EMBO)

a. Penjualan Saham Berdasarkan Ketentuan Pasar Modal

Selain kriteria sebagaimana diatur sesuai dengan Undang-undang Nomor

19 tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2003, masing-masing

metode tersebut memiliki kriteria yang berbeda-beda. Kriteria BUMN yang akan

diprivatisasi dengan metode Penjualan Saham berdasarkan Ketentuan Pasar Modal

selain harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan pasar modal, juga

harus sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku lainnya yang terkait

dengan BUMN yang akan diprivatisasi.

b. Penjualan Saham Langsung kepada Investor (Strategic Sale/SS)

Penjualan Saham Langsung kepada Investor (Strategic Sale/SS) dapat

dilakukan terhadap BUMN-BUMN yang memenuhi kriteria di bawah ini:

1). Memerlukan bantuan dan keahlian, “know-how”, expertise dari mitra

strategis, seperti operasi/teknis, inovasi/pengembangan produk, manajemen,

pemasaran teknologi, dan kemampuan pendanaan;

2). Membutuhkan dana yang besar namun menghadapi keterbatasan dana dari

Pemerintah (selaku shareholder) dan/atau kesulitan menarik dana dari pasar

modal;

Page 112: Masterplan BUMN 2010-2014

107

3). Mendorong lebih lanjut pengelolaan dan pengembangan sebagian

aset/kegiatan operasionalnya yang dapat dipisahkan untuk dikerjasamakan

dengan mitra strategis;

4). Mengurangi kepemilikan Negara menjadi minoritas sepanjang tidak

bertentangan dengan regulasi;

5). Merupakan sektor yang bukan strategis bagi Pemerintah.

c. Penjualan Saham kepada Manajemen dan/atau Karyawan (Employee and

Management Buy Out /EMBO)

Adapun metode penjualan saham kepada Manajemen dan/atau karyawan

(Employee and Management Buy Out / EMBO) digunakan untuk BUMN-

BUMN yang masuk dalam kriteria:

1). Memiliki bidang usaha yang core business-nya jasa profesional

(brainware), atau core business-nya bukan jasa profesional tetapi bidang

usahanya sangat kompetitif dan memerlukan kompetensi tehnis khusus;

2). Nilai aset relatif kecil dan hasil penjualan saham relatif tidak terlalu besar;

3). Perusahaan harus menjaga kelangsungan (kesinambungan) program yang

telah terjadwal sehingga diharapkan program privatisasi tidak akan

mengubah dinamika manajemen yang ada dan tidak mempengaruhi

kegiatan usaha;

4). Nature of business–nya dianggap dapat dijalankan dan dimiliki oleh

karyawan/manajemen;

5). Modal perusahaan tidak terlalu besar, sehingga karyawan dan manajemen

mampu untuk berpartisipasi dalam kepemilikannya.

IV. 2.5. Prosedur Privatisasi

Prosedur privatisasi sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang tata

Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) jo Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun

2009 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata

Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) secara garis besar adalah sebagaimana

flowchart berikut ini.

Page 113: Masterplan BUMN 2010-2014

108

SeleksiBUMN

(dituangkandalam Program

TahunanPrivatisasi)

Arahan Komite

Privatisasi & Rekomendasi

Menkeu

SosialisasiKonsultasi/ Persetujuan

DPR

Penerbitan Peraturan

PemerintahPelaksanaan

a. Program Privatisasi Tahun 2010

No Perusahaan % Saham

Negara RI

% Saham

Dilepas Metode

1. PT PN III 100 Maks. 30

(saham baru)

IPO

2. PT PN IV 100 Maks. 30

(saham baru)

IPO

3. PT PN VII 100 Maks. 30

(saham baru)

IPO

4. PT BNI Tbk 76,36 Maks. 15

(right issue)

SPO

5. PT Primissima 52,79 Maks. 52,79

(divestasi)

SS

6. PT Kertas Padalarang 48,54 Maks 48,54

(divestasi)

SS

7. PT Sarana Karya 100 Maks 100

(divestasi)

SS/akuisisi

Catatan : PT Garuda Indonesia dan PT Krakatau Steel telah mendapatkan

persetujuan DPR RI pada tahun 2009 dan privatisasi akan dilaksanakan

tahun 2010.

Program Tahunan Privatisasi (PTP) Tahun 2010 telah disampaikan kepada

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi untuk

mendapatkan arahan dan kepada Menteri Keuangan untuk mendapatkan

rekomendasi masing-masing melalui surat Nomor S-885/MBU/2009 dan Nomor :

S-884/MBU/2009 tanggal 28 Desember 2009.

Page 114: Masterplan BUMN 2010-2014

109

b. Program Privatisasi Tahun 2011

No Perusahaan % Saham

Negara RI

% Saham

Dilepas Metode

1. PT Hutama Karya 100 Maks. 35

(saham baru)

IPO

2. PT Jasindo 100 Maks. 35

(saham baru)

IPO

3. PT Rekayasa Industri 4,97 Maks. 4,97

(divestasi)

IPO

4. PT Semen Baturaja 100 Maks. 35

(saham baru)

IPO

5. PT PNM 100 Maks. 49

(saham baru)

IPO/SS

6. PT KBN 88,74 Maks. 30

(saham baru)

IPO

7. PT KBI 100 Maks. 40

(divestasi)

SS

c. Program Privatisasi Tahun 2012

No Perusahaan % Saham

Negara RI

% Saham

Dilepas Metode

1. PT PANN 93,10 Maks. 30

(saham baru)

IPO/SS

2. PT Garam 100 Maks. 100

(divestasi)

SS

3. PT INTI 100 Maks. 49

(divestasi)

SS

4. PT Industri Sandang 100 Maks. 100

(divestasi)

SS

5. PT Kertas Kraft Aceh 96,65 Maks 96,65

(divestasi)

SS

6. PT Pegadaian 100 Maks. 30

(saham baru)

IPO

7. PT Danareksa 100 Maks. 30

(saham baru)

IPO

Page 115: Masterplan BUMN 2010-2014

110

d. Program Privatisasi Tahun 2013

No Perusahaan % Saham

Negara RI

% Saham

Dilepas Metode

1. PT SIER 50 Maks. 50

(divestasi)

SS

2. PT Industri Gelas 63,82 Maks. 63,82

(divestasi)

SS

3. PT Bhanda Gara Reksa 100 Maks. 100

(divestasi)

SS/akuisisi

4. PT Bahana PUI 17,78 Maks. 17,78

(divestasi)

SS/akuisisi

5. PT EMI 100 Maks. 100

(divestasi)

SS

6. PT Asuransi Jiwasraya 100 Maks. 30

(saham baru)

IPO

e. Program Privatisasi Tahun 2014

No Perusahaan % Saham

Negara RI

% Saham

Dilepas Metode

1. Holding/Merger

Farmasi

100 Maks.30

(saham baru)

IPO

2. PT Semen Kupang 61,48 Maks. 61,48

(divestasi)

SS

3. PT Barata Indonesia 100 Maks 100

(divestasi)

SS

4. PT BBI 100 Maks 100

(divestasi)

SS

5. PT SOCFINDO 10 Maks. 10

(divestasi)

SS

6. PT Merpati Nusantara 93,20 Maks. 40

(saham baru)

IPO

Catatan : PT Waskita Karya telah mendapatkan persetujuan DPR RI pada

tahun 2008 dan privatisasi akan dilaksanakan tahun 2014 setelah program

restrukturisasi diselesaikan.

Setelah penerapan program restrukturisasi dan privatisasi dalam kurun

waktu 2010 – 2014 tersebut di atas (dengan asumsi umum bahwa divestasi 100%

kepemilikan Negara pada BUMN hanya terhadap BUMN dengan nilai aset realif

kecil), diharapkan akan terjadi peningkatan kinerja dan nilai BUMN sebagai

berikut :

Page 116: Masterplan BUMN 2010-2014

111

1) Ekuitas BUMN akan meningkat dari Rp 566 Triliun pada tahun 2009

menjadi Rp 2.986 Triliun pada tahun 2014 (meningkat 5,28 kali).

2) Aset BUMN akan meningkat dari Rp 2.149 Triliun pada tahun 2009

menjadi Rp 11.583 Triliun pada tahun 2014 (meningkat 5,39 kali).

Hal-hal yang Perlu Mendapat Perhatian dalam Pelaksanaan Privatisasi BUMN

1). Proses pelaksanaan privatisasi, sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku

tidak hanya melibatkan Kementerian BUMN, tetapi juga instansi dan lembaga

lainnya seperti Komite Privatisasi, Kementerian Keuangan, DPR RI, Kementerian

Hukum dan HAM, Sekretaris Negara dan Presiden, sehingga membutuhkan waktu

yang relatif cukup lama yang kadang sering mengakibatkan hilangnya momentum

yang tepat dari pelaksanaan privatisasi tersebut. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya

peningkatan koordinasi dan komunikasi dengan instansi dan lembaga terkait

tersebut.

2). Perlu dilakukan peningkatan upaya-upaya sosialisasi yang lebih intensif dalam

rangka menyamakan persepsi mengenai privatisasi.

IV. 3. Program Penyelenggaran Public Service Obligation (PSO) 2010 - 2014

Pemerintah akan terus mendorong ketaatan semua pihak terhadap ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang PSO khususnya Pasal 66 UU No.

19 tahun 2003 tentang BUMN, dan menciptakan aturan-aturan pelaksanaan (Perpres atau

Peraturan Pemerintah) PSO, khususnya yang menyangkut Standard Operating Procedure

(SOP) tentang pengusulan/penugasan PSO, pelaksanaan PSO, dan pertanggungjawaban

pelaksanaan PSO; aturan mengenai besaran dan perhitungan margin pelaksanaan PSO;

dan aturan mengenai penuangan PSO dalam suatu kontrak yang jelas.

Dengan ketaatan semua pihak terhadap ketentuan perundang-undangan yang

berlaku dan penyempurnaan ketentuan-ketentuan pelaksanaan PSO, diharapkan

pelaksanaan PSO oleh BUMN akan dapat berjalan secara transparan, fair, dan

bertanggung jawab.

Page 117: Masterplan BUMN 2010-2014

112

Apabila pelaksanaan PSO dapat dilakukan secara transparan, fair dan

bertanggungjawab, maka penugasan pelaksanaan PSO oleh K/L akan dapat berjalan

dengan baik di satu sisi, dan di lain sisi BUMN yang ditugaskan untuk melaksanakan PSO

akan dapat berkembang secara sehat, dan tidak ada alasan bagi BUMN untuk rugi karena

adanya penugasan dari Pemerintah (K/L). Terpisahnya pembukuan kegiatan pelaksanaan

PSO dari kegiatan komersial BUMN secara keseluruhan, sehingga memudahkan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan PSO.

Kedepan diharapkan dana PSO/subsidi akan menurun seiring dengan

meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Namun naik-turunnya jumlah dana PSO/subsidi

sangat tergantung kepada kebijakan Pemerintah.

IV. 4. Program Optimalisasi Aset BUMN 2010 - 2014

Optimalisasi pengelolaan aset merupakan salah satu bentuk pendayagunaan aset,

baik melalui optimalisasi pemanfaatan ataupun penghapusbukuan. Dalam pelaksanaan

tugas optimalisasi pengelolaan aset tersebut, Kementerian BUMN telah membangun

sistem Bank Data Aset. Sistem Bank Data Aset tersebut dilakukan secara bertahap

sebagai berikut :

Pembangunan Portal Aset telah dilakukan tahun 2009 dan akan segera dilanjutkan

dengan sosialisasi serta trial pengisian Bank Data Aset tahun 2010 (Sistem Informasi

Aset BUMN berbasis TI);

Dalam rangka mempercepat pengumpulan data, telah dilakukan permintaan data aset

kepada para Deputi Teknis sebagai bahan masukan penyusunan Bank Data Aset

(Sistem Informasi Aset BUMN berbasis TI);

Kementerian BUMN secara langsung akan mengumpulkan data aset untuk

menyusun Bank Data Aset (Sistem Informasi Aset BUMN berbasis TI) untuk tahun

buku 2011 dari BUMN;

BUMN diwajibkan mengisi Bank Data Aset melalui Portal Aset setelah selesai

dilakukannya sosialisasi dan trial pengisian.

Dalam kurun waktu 2010 – 2014, beberapa kegiatan dan kebijakan yang akan

dilaksanakan dalam rangka optimalisasi aset BUMN adalah sebagai berikut :

Page 118: Masterplan BUMN 2010-2014

113

No Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014

1. Sistem Informasi Aset BUMN Berbasis TI

a. Pembangunan

b. Pemeliharaan

c. Sosialisasi

d. Implementasi

e. Monitoring, evaluasi, dan integrasi data BUMN

2. Optimalisasi Aset BUMN

a. Ketentuan dan prosedur

- Peraturan Pemindahtanganan Aktiva Tetap

BUMN

- Peraturan Pendayagunaan Aktiva Tetap

BUMN

- Standard Operating Procedure

b. Kajian optimalisasi aset BUMN

- Kajian aktiva tetap BUMN oleh konsultan

- Swakelola

c. Monitoring Pengelolaan Aset BUMN

3. Informasi dan akses data kepada stakeholders

IV. 5. Program Pengembangan Data, Informasi & Teknologi (TI) 2010 - 2014

IV. 5.1. Data

Unit data dan informasi akan dikembangkan menjadi pusat data dan

informasi yang lengkap, akurat, tajam dan terpercaya serta menjadi pendukung

think tank pengambilan keputusan Kementerian BUMN.

Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan penyediaan data dan

informasi tentang BUMN secara lengkap, akurat, dan mutakhir dengan

mendasarkan pada prinsip efisiensi dan efektivitas dalam pengumpulan,

pengolahan, dan pendokumentasiannya. Disamping itu, melaksanakan kajian-

kajian tentang isu-isu strategis BUMN yang menjadi salah satu referensi dalam

pengambilan keputusan Kementerian serta menjadi pusat penelitian yang kredibel

dan terpercaya yang siap menawarkan solusi atas permasalahan BUMN baik bagi

pihak internal maupun eksternal.

Kebijakan-kebijakan strategis yang akan diambil terkait pengembangan

data adalah :

Page 119: Masterplan BUMN 2010-2014

114

Mendorong pengumpulan dan pengolahan data yang efektif dan efisien dengan

memberdayakan system teknologi informasi;

Melibatkan secara aktif BUMN-BUMN dalam pengumpulan dan penyediaan

data dan infromasi dengan mengkaitkannya pada pengukuran kinerja BUMN

dan Direksi BUMN

Merekrut, melatih dan memberdayakan SDM yang trampil, cerdas dan

berpengalaman dalam melakukan analisa korporat

Tajam dan sensitive dalam melihat permasalahan BUMN dan berusaha

memberikan kajian untuk memberikan referensi solusi atas masalah yang

dihadapi tersebut.

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk pengembangan pusat data

dan informasi yang lengkap, akurat, tajam dan terpercaya dalam kurun waktu 2010

– 2014 adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN 2010 2011 2012 2013 2014

1 Penyiapan infrastruktur dan suprastruktur

data dan informasi

2 Positioning Pusat data dan Mapping isu-

isu strategis BUMN

3 Pelaksanaan kajian atas isu-isu strategis

BUMN

4 Diseminasi hasil kajian kepada

stakeholders

IV. 5.2. Informasi Dan Teknologi Informasi

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di Kementerian BUMN

diharapkan dapat mempercepat terwujudnya program pemerintah untuk melakukan

reinventing government melalui reformasi birokrasi penyelenggaraan kepemerintahan di

lingkungan Kementerian BUMN. Terkait dengan tujuan tersebut, implementasi teknologi

informasi dan Komunikasi dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi pengendalian,

meningkatkan efisiensi dan efektivitas, dan meningkatkan implementasi prinsip-prinsip

penyelenggaran kepemerintahan yang baik (good government governance) yang lain

seperti transparansi, akuntabilitas, dan kewajaran. Selain itu, dengan implementasi

teknologi informasi dan komunikasi diharapkan juga dapat menyediakan data/informasi

dengan murah, cepat, tepat, lengkap, konsisten, terkini, dan mudah diperoleh, sehingga

dapat membantu pimpinan mengambil keputusan dengan tepat.

Page 120: Masterplan BUMN 2010-2014

115

Sebagaimana disebutkan dalam PerMenKominfo No. 41 tentang Panduan Tata

Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional Versi 1 Tahun 2007, bahwa

mengingat pemanfaatan teknologi informasi dan Komunikasi oleh institusi pemerintahan

telah semakin meningkat, untuk memastikan pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi tersebut benar-benar mendukung tujuan penyelenggaraan pemerintahan, maka

harus memperhatikan efisiensi penggunaan sumber daya dan pengelolaan risiko.

Untuk mendukung tujuan penyelenggaraan pemerintahan, diperlukan rencana teknologi

informasi dan komunikasi yang lebih harmonis, pengelolaan yang lebih baik, peningkatan

efisiensi dan efektivitas belanja teknologi informasi dan komunikasi dan pendekatan yang

meningkatkan pencapaian nilai (value) dari implementasi teknologi informasi dan

komunikasi nasional.

Dengan tata kelola teknologi informasi dan komunikasi yang baik, diharapkan

Kementerian BUMN mendapatkan manfaat sinkronisasi dan integrasi rencana teknologi

informasi dan komunikasi dengan rencana strategis Kementerian BUMN, efisiensi belanja

teknologi informasi dan komunikasi, realisasi solusi teknologi informasi dan komunikasi

yang sesuai kebutuhan secara efisien, operasi sistem teknologi informasi dan komunikasi

yang memberikan nilai tambah secara signifikan kepada public dan internal manajemen

pemerintahan, serta dapat mengoptimalkan ketercapaian value dari penyelenggaraan

teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan kerja kementerian BUMN untuk

internal manajemen dan pelayanan public.

Secara terperinci, Kementerian BUMN akan menetapkan Master Plan khusus yang

terkait dengan teknologi informasi.

IV. 6. Monitoring Penyelesaian Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan

Statusnya (BPYBDS)

Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya (BPYBDS) pada

umumnya merupakan hasil proyek dari Kementerian Teknis yang sumber pembiayaannya

dipenuhi dari DIPA/APBN. Hasil proyek tersebut biasanya diserahkankelolakan kepada

BUMN, sehingga dalam pencatatan pembukuan BUMN sebagai barang yang

diserahkelolakan tersebut BPYBDS tidak secara tegas masuk kategori hutang atau ekuitas,

karena belum ada penetapan secara legal. Dalam rangka pelaksanaan restrukturisasi

Page 121: Masterplan BUMN 2010-2014

116

permodalan BUMN, status BPYBDS perlu ditetapkan secara definitif menjadi Penyertaan

Modal Negara yang pembukuannya masuk kedalam ekuitas perusahaan.

Menteri BUMN melalui Keputusan No.: Kep- 15/MBU/2010 tertanggal 25 Januari

2010 telah membentuk suatu Tim yang bertugas melakukan koordinasi dengan BUMN

Pemilik BPYBDS dalam rangka monitoring perkembangan penyelesaian BPYBDS

menjadi Penyertaan Modal Negara (PMN). Pada sat ini jumlah BPYBDS diperkirakan

mencapai Rp 47,3 trilyun dan US$ 18.29 juta, yang tersebar pada 23 BUMN, sebagaimana

terlampir.

Untuk dapat segera menyelesaikan perubahan status BPYBDS yang saat ini

tercatat pada BUMN tersebut, perlu ditempuh kebijakan sebagai berikut.

1) BUMN Pemilik BPYBDS diminta memberikan konfirmasi maupun penyempuranaan

atas hasil rekapitulasi Tim BPYBDS, baik jumlah BPYBDS maupun perkembangan

terakhir, agar data hasil rekapitulasi Tim BPYBDS akurat, updated sehingga valid

untuk melakukan monitoring.

2) BPYBDS yang baru saja diserahterimakan kepada BUMN melalui Berita Acara Serah

Terima (BAST) / Berita Acara Serah Terima Operasi (BASTO) maupun yang akan

diserahterimakan pada waktu mendatang, diharapkan secara langsung dimohonkan

untuk diproses menjadi penambahan Penyertaan Modal Negara dengan tetap

dilakukan reviu/audit dan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan serta instansi

terkait lainnya untuk preoses penyelesaian penetapan statusnya (seperti proses PMN

pada Bandara Dipati Amir, Bangka dan Bandara Sultan Toha, Jambi).

3) BPYBDS yang telah ditetapkan statusnya menjadi Penyertaan Modal Negara (PMN)

melalui Peraturan Pemerintah (PP) pada tahun-tahun sebelumnya, agar ditindaklanjuti

dengan tindakan korporasi melalui pengesahan RUPS tentang

Perubahan/Penambahan Modal Disetor serta perubahan Anggaran Dasar Perusahaan.

Penetapan RUPS tentang Perubahan Modal Disetor tersebut dapat dimohonkan secara

tertulis kepada Menteri BUMN dengan melampirkan dokumen pendukung.

Page 122: Masterplan BUMN 2010-2014

117

Dengan dapat diprosesnya secara langsung BAST/BASTO sebagaimana dimaksud

pada angka 2) di atas, eksisting BPYBDS saat ini secara bertahap dapat diselesaikan

penetapan statusnya sebagai PMN yang diharapkan dapat selesai hingga tahun 2013

dengan perkiraan jadwal penyelesaian sebagai berikut :

Keterangan/Tahun 2010 2011 2012 2013

Jumlah BPYBDS 47,35 triliun 19,13 triliun 11,96 triliun 4,79 triliun

Penyelesaian (PMN) 28,22 triliun 7,17 triliun 7,17 triliun 4,79 triliun

Penambahan Baru 0,00 triliun 0,00 triliun 0,00 triliun 0,00 triliun

Saldo BPYBDS 19,13 triliun 11,96 triliun 4,79 triliun 0,00 triliun

Page 123: Masterplan BUMN 2010-2014

118

Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN

guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan, sehingga dapat

memberikan manfaat berupa dividen dan pajak kepada Negara, menghasilkan produk dan

layanan dengan harga yang kompetitif kepada konsumen dan memudahkan pelaksanaan

privatisasi. Restrukturisasi meliputi restrukturisasi sektoral yang pelaksanaannya

disesuaikan dengan kebijakan sektor dan/atau peraturan peundang-undangan dan

restrukturisasi perusahaan/korporasi.

Program rightsizing BUMN adalah program utama dari program

restrukturisasi/penataan kembali BUMN dengan cara pemetaan secara lebih tajam, dan

dilakukan regrouping/konsolidasi, untuk mencapai jumlah dan skala usaha BUMN yang

lebih ideal. Program ini tetap dilakukan berdasarkan pertimbangan urgensi kepemilikan

mayoritas Negara pada suatu BUMN, profil sektoral, kinerja, penciptaan nilai dan potensi

sinergi antar BUMN tanpa mengabaikan azas-azas yang terdapat dalam Pasal 33 UUD

1945.

Cara atau model dalam rangka rightsizing BUMN dapat dilakukan melalui

berbagai shareholder action, yaitu Stand Alone, Merger/Konsolidasi, Holding, Divestasi

dan Likuidasi.

Skenario hasil rightsizing BUMN dalam kurun waktu 2010 – 2014, diharapkan

jumlah BUMN pada tahun 2010 menjadi ± 117 BUMN, pada tahun 2011 menjadi ± 102

BUMN, tahun 2012 menjadi ± 91 BUMN, tahun 2013 menjadi ± 85 BUMN dan tahun

2014 menjadi ± 78 BUMN.

Restrukturisasi perusahaan/korporasi merupakan program rutin yang

berkesinambungan dari tahun ke tahun dalam rangka terus memperbaiki kinerja dan

meningkatkan nilai perusahaan dan dituangkan dalam RKAP setiap BUMN setiap

tahunnya. Selain itu, terhadap perusahaan yang mengalami kerugian dan kesulitan

keuangan serta operasional, restrukturisasi dilakukan oleh PT PPA sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang

Pengelolaan Aset.

Pelaksanaan restrukturisasi perusahaan/korporasi oleh PT PPA mulai dilaksanakan

sejak bulan April 2009 dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri BUMN Nomor

PER-01/MBU/2009 tanggal 8 April 2009 tentang Pedoman Restrukturisasi dan

Revitalisasi Badan Usaha Milik Negara oleh Perusahaan perseroan (Persero)

Page 124: Masterplan BUMN 2010-2014

119

PT Perusahaan Pengelola Aset. Dengan dilakukannya restrukturisasi perusahaan/korporasi

oleh PT PPA, diharapkan sampai dengan akhir tahun 2014 seluruh BUMN yang

mengalami kerugian dan memiliki permasalahan keuangan dan operasional telah

menunjukkan perbaikan kinerja dan tidak ada lagi BUMN yang mengalami kerugian.

Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya,

kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar

manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh

masyarakat.

Arah kebijakan privatisasi ke depan bukan semata-mata untuk pemenuhan APBN,

tetapi diperioritaskan dalam rangka mendukung pengembangan perusahaan dengan

metode utama melalui penawaran umum di pasar modal. Disamping juga untuk lebih

mendorong penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Privatisasi yang dilakukan tidak melalui metode penawaran umum lewat di pasar

modal akan dilakukan dengan sangat selektif dan hati-hati. Metode ini terutama digunakan

untuk BUMN-BUMN yang memerlukan pendanaan yang tidak dapat diperoleh/dipenuhi

dari pasar modal dan/atau Pemerintah serta memerlukan peningkatan kompetensi tehnis,

manajemen dan pemasaran. Selain itu, privatisasi juga dilakukan dalam rangka program

restrukturisasi dan rightsizing BUMN. Dalam kurun waktu 5 tahun ke depan terdapat 36

BUMN yang akan diprivatisasi.

Setelah penerapan program restrukturisasi dan privatisasi dalam kurun waktu 2010

– 2014 (dengan asumsi umum bahwa divestasi 100% kepemilikan Negara pada BUMN

hanya terhadap BUMN dengan nilai aset realif kecil), diharapkan akan terjadi peningkatan

kinerja dan nilai BUMN sebagai berikut :

1) Ekuitas BUMN akan meningkat dari Rp 566 Triliun pada tahun 2009 menjadi

Rp 2.986 Triliun pada tahun 2014 (meningkat 5,28 kali).

2) Aset BUMN akan meningkat dari Rp 2.149 Triliun pada tahun 2009 menjadi

Rp 11.583 Triliun pada tahun 2014 (meningkat 5,39 kali).

Dalam kaitan dengan kewajiban pelayanan umum/ public service obligation (PSO),

Pemerintah akan terus mendorong ketaatan semua pihak terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dibidang PSO khususnya Pasal 66 UU No. 19 tahun

2003 tentang BUMN, dan menciptakan aturan-aturan pelaksanaan (Perpres atau Peraturan

Pemerintah) PSO, khususnya yang menyangkut Standard Operating Procedure (SOP)

tentang pengusulan/penugasan PSO, pelaksanaan PSO, dan pertanggungjawaban

Page 125: Masterplan BUMN 2010-2014

120

pelaksanaan PSO; aturan mengenai besaran dan perhitungan margin pelaksanaan PSO;

dan aturan mengenai penuangan PSO dalam suatu kontrak yang jelas. Selain itu, perlu

dilakukan pemisahan pembukuan antara kegiatan pelaksanaan PSO dari kegiatan

komersial BUMN secara keseluruhan, sehingga memudahkan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan PSO.

Optimalisasi pengelolaan aset merupakan salah satu bentuk pendayagunaan aset,

baik melalui optimalisasi pemanfaatan ataupun penghapusbukuan. Dalam pelaksanaan

tugas optimalisasi pengelolaan aset tersebut, Kementerian BUMN telah membangun

sistem Bank Data Aset.

Data dan informasi yang lengkap, akurat, tajam dan terpercaya akan menjadi

pendukung think tank pengambilan keputusan di Kementerian BUMN. Untuk mencapai

hal tersebut, maka diperlukan penyediaan data dan informasi tentang BUMN secara

lengkap, akurat, dan mutakhir dengan mendasarkan pada prinsip efisiensi dan efektivitas

dalam pengumpulan, pengolahan, dan pendokumentasiannya.

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di Kementerian BUMN

diharapkan dapat mempercepat terwujudnya program pemerintah untuk melakukan

reinventing government melalui reformasi birokrasi penyelenggaraan kepemerintahan di

lingkungan Kementerian BUMN. Terkait dengan tujuan tersebut, implementasi teknologi

informasi dan Komunikasi dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi pengendalian,

meningkatkan efisiensi dan efektivitas, dan meningkatkan implementasi prinsip-prinsip

penyelenggaran kepemerintahan yang baik (good government governance) yang lain

seperti transparansi, akuntabilitas, dan kewajaran. Selain itu, dengan implementasi

teknologi informasi dan komunikasi diharapkan juga dapat menyediakan data/informasi

dengan murah, cepat, tepat, lengkap, konsisten, terkini, dan mudah diperoleh, sehingga

dapat membantu pimpinan mengambil keputusan dengan tepat.

BPYBDS pada umumnya merupakan hasil proyek dari Kementerian Teknis yang

sumber pembiayaannya dipenuhi dari DIPA/APBN yang diserahkankelolakan kepada

BUMN, sehingga dalam pencatatan pembukuan BUMN sebagai barang yang

diserahkelolakan tersebut BPYBDS tidak secara tegas masuk kategori hutang atau ekuitas,

karena belum ada penetapan secara legal. Dalam rangka pelaksanaan restrukturisasi

permodalan BUMN, status BPYBDS perlu ditetapkan secara definitif menjadi Penyertaan

Modal Negara yang pembukuannya masuk kedalam ekuitas perusahaan.

Page 126: Masterplan BUMN 2010-2014

121

BAB V

KESIMPULAN

1. Keberadaan serta Maksud dan Tujuan Pendirian BUMN

Sesuai dengan Pasal 33 Undang Undang Dasar Tahun 1945 Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) merupakan salah satu penggerak utama perekonomian nasional

disamping Koperasi dan Swasta. BUMN pada dasarnya memiliki potensi yang sangat

besar namun belum termanfaatkan secara optimal, antara lain: (a) keberadaan BUMN di

hampir semua sektor usaha, (b) kepemilikan aset yang besar, (c) brand image BUMN, (d)

pengalaman usaha BUMN, (e) profesionalisme SDM, dan (f) penguasaan data, informasi

dan teknologi informasi. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara, BUMN didirikan dengan maksud dan tujuan: a) memberikan

sumbangan bagi perkembangan perekonomian Nasional pada umumnya dan penerimaan

Negara pada khususnya; b) mengejar keuntungan; c) menyelenggarakan kemanfaatan

umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi

pemenuhan hajat hidup orang banyak; d) menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang

belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; dan e) turut aktif memberikan

bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan

masyarakat.

2. Perkembangan Kinerja BUMN 2005-2009

Jumlah BUMN sampai dengan saat iniadalah sebanyak 141 BUMN terdiri dari

15 BUMN Tbk, 112 BUMN Persero dan 14 BUMN Perum. Kinerja seluruh BUMN

selama waktu 2005-2009 terus mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan terlihat dari

pertumbuhan asset dan Ekuitas masing-masing dari Rp 1.291,25 Triliun dan Rp 370,06

Triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 2.150,03 Triliun dan Rp 566,03 Triliun pada tahun

2009. Selanjutnya pertumbuhan Laba Usaha dan Laba Bersih masing-masing dari Rp

82,57 Triliun dan Rp 25,77 Triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 110,78 Triliun dan Rp

72,84 Triliun pada tahun 2009. Sedangkan dalam kurun waktu 2005-2009 capaian Return

on Assets (RoA) dan Return on Equity (RoE) rata-rata mencapai 3,15% dan 11,20%.

Page 127: Masterplan BUMN 2010-2014

122

3. Kontribusi BUMN 2005-2009

Dalam kurun waktu 2005-2009, BUMN telah memberikan kontribusi yang relatif

besar kepada Negara, baik berupa dividen, Pajak dan kontribusinya bagi pergerakan sektor

riil. Rata-rata dividen BUMN sebesar Rp 23,04 Triliun per tahun dengan peningkatan rata-

rata sekitar 25% per tahun. Sedangkan kontribusi pajak dalam periode 2004-2008

mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu rata-rata sekitar 18% per tahun dengan

sumbangan rata rata sebesar Rp 61,65 Triliun per tahun.

Kontribusi/peran dari 15 BUMN yang sudah masuk Pasar Modal (BUMN Tbk)

pada dasarnya juga relatif besar jika dilihat dari penguasaan/kapitalisasi pasar per 30

Desember 2009 yang mencapai 31,57% atau senilai Rp 637,48 Triliun dari total

kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI).

Selanjutnya kontribusi BUMN terhadap pengembangan usaha kecil melalui

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, dalam kurun waktu 2005-2009 penyaluran dana

Program Kemitraan sebesar Rp 8,56 Triliun dengan akumulasi jumlah mitra binaan sampai

dengan tahun 2009 mencapai 640.417 orang/unit kerja. Sedangkan dana Bina Lingkungan

yang telah disalurkan BUMN seluruhnya mencapai sebesar Rp 1,98 Triliun.

4. Pelaksanaan Master Plan 2005-2009

Dalam pelaksanaan Master Plan 2005-2009 banyak upaya-upaya yang telah

dilakukan Kementerian BUMN meskipun belum memberikan hasil yang optimal. Kegiatan

restrukturisasi melalui regrouping/konsolidasi sektoral untuk mendapatkan jumlah dan

skala BUMN yang ideal (rightsizing) sampai dengan akhir 2009 belum berhasil, dalam

artian bahwa rencana rightsizing BUMN menjadi 69 pada tahun 2009 belum dapat

dilaksanakan. Meskipun demikian Kementerian BUMN dibantu oleh konsultan

independen telah banyak menghasilkan kajian-kajian dan alternatif model terkait dengan

rencana rightsizing dimaksud. Kementerian BUMN juga telah melakukan kajian terhadap

25 BUMN besar dengan pendapatan, laba, aset dan ekuitas terbesar selama kurun waktu

2005-2009, dan kajian tentang kemungkinan pembentukan Super Holding dengan 3

alternatif pendekatan. Selain itu, Restrukturisasi korporasi, terutama terhadap BUMN yang

ditangani/diserahkan kepada PT Perusahaan Pengelola Asset (PT PPA) juga belum

berjalan secara baik. Dari 17 BUMN yang diserahkan kepada PT PPA, pelaksanaannya

Page 128: Masterplan BUMN 2010-2014

123

tidak dapat berjalan secara cepat sebagaimana yang diharapkan, sehingga banyak BUMN

yang tidak bisa segera pulih dari kesulitan yang dihadapinya.

Selanjutnya untuk pelaksanaan program Privatisasi, hingga akhir tahun 2009 baru

terdapat 15 BUMN yang Go Public (menjual sahamnya melalui Pasar Modal) atau baru

sekitar 11% dari jumlah BUMN yang ada. Meskipun demikian Kementerian BUMN telah

melakukan kajian dan seleksi terhadap BUMN untuk dimasukkan dalam Program Tahunan

Privatisasi (PTP) tahun 2007 (15 BUMN), PTP tahun 2008 (44 BUMN termasuk carry

over PTP tahun 2007) dan 2009 (20 BUMN yang merupakan carry over PTPN tahun

2008). Tahun 2005 dan 2006 tidak ada PTP karena Komite Privatisasi baru terbentuk pada

tanggal 13 Oktober 2006 melalui Keputusan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2006.

Kemudian terkait dengan program Optimalisasi Aset BUMN Kementerian

BUMN telah membentuk unit organisasi yang khusus menangani pendayagunaan asset

pada tahun 2006. Unit organisasi tersebut diharapkan dapat mendukung kebijakan

Kementerian BUMN dalam melakukan langkah-langkah pembinaan dan pengawasan atas

kegiatan pengelolaan aset oleh Direksi BUMN yang mengarah pada konsep efisiensi

dalam penggunaan sumber daya dan pengelolaan resiko.

5. Arah Kebijakan Pembinaan BUMN 2010-2014

Arah kebijakan pembinaan BUMN dalam kurun waktu 2010-2014 pada dasarnya

masih melanjutkan atau memantapkan program restrukturisasi, revitalisasi dan profitisasi

BUMN secara bertahap dan berkesinambungan, guna mencapai jumlah dan skala BUMN

yang ideal (rightsizing) sehingga dapat meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan,

memberikan manfaat berupa dividen dan pajak kepada Negara.

Arah kebijakan tersebut sejalan Visi dan Misi Presiden untuk masa pemerintahan

periode 2010-2014 yaitu “Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan” dan

sejalan dengan Visi Kementerian BUMN yaitu “Meningkatnya peran BUMN sebagai

instrumen Negara untuk peningkatan kesejahteraan rakyat berdasarkan mekanisme

korporasi”. Arah kebijakan pembinaan BUMN kedepan juga diselaraskan dengan bidang-

bidang yang menjadi perhatian utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2010-2014.

Adapun arah kebijakan pembinaan BUMN tahun 2010-2014 adalah sebagai

berikut :

Page 129: Masterplan BUMN 2010-2014

124

a. Terkait Program Restrukturisasi

Restrukturisasi Sektoral pelaksanaannya disesuaikan dengan kebijakan sektor

dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang ada, dan Restrukturisasi

Perusahaan/Korporasi diarahkan untuk meningkatkan intensitas persaingan usaha, menata

hubungan antara pemerintah selaku regulator dan BUMN selaku badan usaha, dan

restrukturisasi secara internal yang mencakup keuangan, organisasi/ manajemen,

operasional, sistem dan prosedur.

Restrukturisasi sektoral dimaksudkan untuk memperoleh jumlah dan skala

BUMN yang ideal (rightsizing) dengan skenario hasil rightsizing diharapkan menghasilan

jumlah BUMN sebagai berikut : a) tahun 2010 sebanyak +117 BUMN; b) tahun 2011

sebanyak +102 BUMN; c) tahun 2012 sebanyak +91 BUMN; d) tahun 2013 sebanyak

+85 BUMN; dan e) tahun 2014 sebanyak +78 BUMN.

b. Terkait Program Privatisasi

Arah kebijakan privatisasi ke depan adalah bahwa privatisasi bukan semata-mata

untuk pemenuhan APBN, tetapi diprioritaskan guna mendukung pengembangan

perusahaan dengan metode utama melalui penawaran umum di pasar modal (Initial Public

Offering/IPO). Privatisasi dilakukan dalam rangka mendukung program restrukturisasi dan

rightsizing BUMN, yang pelaksanaannya dilakukan melalui kriteria-kriteria tertentu

sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 dan

Peraturan Pemerintah 33 tahun 2005 jo Peraturan Pemerintah Nomor 59 tahun 2009.

Privatisasi dilakukan dengan menggunakan salah satu dari 3 metode yaitu: a) Penjualan

Saham berdasarkan Ketentuan Pasar Modal; b) Penjualan Saham Langsung kepada

Investor/Strategic Sale (SS); dan c) Penjualan Saham kepada Manajemen dan/atau

Karyawan (Employee and Management Buy Out /EMBO). Dalam kurun waktu 2010-2014

Kementerian BUMN diharapkan dapat melakukan privatisasi terhadap sekitar 36 BUMN.

c. Terkait Program PSO

Kementerian BUMN akan terus mendorong ketaatan semua pihak terhadap

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang PSO khususnya Pasal 66

UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN, dan menciptakan aturan-aturan pelaksanaan

(Perpres atau Peraturan Pemerintah) PSO sehingga diharapkan pelaksanaannya dapat

berjalan secara transparan, fair, dan bertanggung jawab dengan melakukan pemisahan

pembukuan antara kegiatan PSO dan kegiatan komersial.

Page 130: Masterplan BUMN 2010-2014

125

d. Terkait Program Optimalisasi Asset

Optimalisasi pengelolaan aset merupakan salah satu bentuk restrukturisasi aset,

baik melalui optimalisasi pemanfaatan ataupun penghapusbukuan. Dalam pelaksanaan

tugas optimalisasi pengelolaan aset tersebut, Kementerian BUMN telah membangun

sistem Bank Data Aset.

e. Terkait Program Pengembangan Data, Informasi dan Teknologi

Unit data dan informasi akan dikembangkan menjadi pusat data dan informasi

yang lengkap, akurat, tajam dan terpercaya serta menjadi think tank pengambilan

keputusan Kementerian BUMN. Kementerian BUMN diharapkan dapat menjadi pusat

penelitian yang kredibel dan terpercaya yang siap menawarkan solusi atas permasalahan

BUMN baik bagi pihak internal maupun eksternal. Selanjutnya pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi di Kementerian BUMN diharapkan dapat mempercepat

terwujudnya program tata kelola teknologi informasi dan komunikasi yang baik, sehingga

diharapkan Kementerian BUMN mendapatkan manfaat sinkronisasi dan integrasi rencana

teknologi informasi dan komunikasi dengan rencana strategis Kementerian BUMN

6. 25 BUMN Terbesar, Penguasaan Pasar BUMN Terbuka dan Value Creation

Dari 141 BUMN yang dimiliki Negara, ternyata 25 BUMN terbesar menguasai

97,16% dari total asset, 91,73% dari total Ekuitas, 86,69% dari total penjualan dan 98,11%

dari total laba bersih seluruh BUMN. Selanjutnya untuk 15 BUMN yang sudah go public

(Tbk) menguasai 46,14% dari total asset, 25,99% dari total Ekuitas, 12,82% dari total

penjualan dan 36,71% dari total laba bersih seluruh BUMN. Ditambahkan pula bahwa

penguasaan/kapitalisasi pasar BUMN Tbk per 30 Desember 2009 yang mencapai 31,57%

atau senilai Rp 637,48 Triliun dari total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dari kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Arah kebijakan pembinaan

BUMN dalam kurun waktu 2010-2014 untuk tetap melanjutkan/memantapkan program

restrukturisasi, revitalisasi dan profitisasi BUMN guna mencapai jumlah dan skala BUMN

yang ideal (rightsizing) pada dasarnya sudah sangat tepat, guna mendukung peningkatan

kinerja dan peningkatan nilai perusahaan, serta peningkatan kontribusi berupa dividen dan

pajak kepada Negara.

Diharapkan pada tahun 2014 nanti nilai perusahaan (value creation) dari BUMN

dari sisi ekuitas mencapai Rp 2.986 Triliun dan dari sisi asset mencapai Rp 11.583 Triliun

Page 131: Masterplan BUMN 2010-2014

126

dari posisi awal tahun 2010 masing-masing sebesar Rp 370,06 Triliun dan Rp 1.291,25

Triliun atau meningkat sekitar 5,39 kali.

7. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam rangka pelaksanaan Master

Plan BUMN 2010-2014

a. Master Plan BUMN 2005-2009 walaupun telah mendapatkan legitimasi dari

pimpinan pemerintahan tertinggi (Inpres Nomor 5 Tahun 2008), namun tetap perlu

menjadi perhatian pihak-pihak yang terkait untuk mengimplementasikannya. Untuk

itu Master Plan BUMN 2010-2014 perlu mendapatkan legitimasi lebih dini dari

pimpinan tertinggi pemerintahan sehingga akan menjadikan perhatian semua pihak

yang terkait untuk melaksanakannya. Di samping itu, perlunya sosialisasi yang

intensif guna menyamakan persepsi mengenai tujuan dari pelaksanaan rightsizing

BUMN.

b. Pelaksanaan program restrukturisasi baik sektoral maupun korporasi tidak hanya

melibatkan Kementerian BUMN, namun juga melibatkan Kementerian Keuangan

dan Kementerian Teknis serta DPR-RI. Dengan demikian penyelesaian proses

restrukturisasi harus melalui proses dan tahapan yang telah ditentukan dan relatif

membutuhkan waktu yang lebih lama/panjang, sehingga permasalahan yang

dihadapi BUMN tidak serta merta segera dapat diatasi.

c. Pelaksanaan restrukturisasi BUMN yang menimbulkan implikasi pajak sangat

memberatkan keuangan BUMN sehingga memerlukan adanya ketegasan

penanganan dari dampak perpajakan tersebut.

d. Pelaksanaan program privatisasi yang telah mendapat arahan dari Komite

Privatisasi dan rekomendasi dari Menteri Keuangan memerlukan waktu yang relatif

lama, sehingga sering kehilangan momentum pelaksanaannya di samping dapat

muncul resistensi dari stakeholder yang menghambat pelaksanaan privatisasi.

e. Perlunya sinkronisasi peraturan-peraturan yang terkait dengan pelaksanaan

kegiatan BUMN sehingga tidak saling bertentangan antara peraturan yang satu

dengan yang lainnya.

f. BUMN juga terus mengalami perbaikan dalam menerapkan prinsip-prinsip tata

kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) yang

Page 132: Masterplan BUMN 2010-2014

127

ditunjukkan dengan peningkatan pencapaian skor hasil assessment dengan kategori

Baik.

g. Pelaksanaan PSO sangat tergantung dari kebijakan Kementerian Teknis mengingat

DIPA PSO melekat pada Kementerian Teknis dimana BUMN beroperasi.

h. Implementasi Portal Kementerian BUMN belum optimal dan penyediaan Data dan

Informasi dari laporan BUMN yang terintegrasi perlu terus peningkatan.

i. Perlunya dukungan internal Kementerian BUMN dan seluruh pemangku

kepentingan (stakeholders) untuk pelaksanaan Master Plan 2010-2014.

Page 133: Masterplan BUMN 2010-2014

LAMPIRAN1. Pokok-pokok Data Keuangan BUMN Berdasarkan Sektor

2. Value Creation

3. Data BUMN 25 Besar

4. Data BUMN yang telah Listing di Bursa Efek

5. Peraturan yang terkait dengan Pembinaan BUMN

6. Program Kemitraan & Bina Lingkungan

7. Rencana Rightsizing dan Privatisasi Tahun 2005-2009

8. Matriks Penanganan Restrukturisasi Korporasi oleh PT PPA

9. Data BUMN Penyelenggara PSO

10. Program Berkesinambungan Teknologi Informasi Tahun 2006 - 2009

11. Master Plan Teknologi Informasi 2010 - 2014

Page 134: Masterplan BUMN 2010-2014

LAMPIRAN 1

POKOK-POKOK DATA KEUANGAN

BUMN BERDASARKAN SEKTOR

Page 135: Masterplan BUMN 2010-2014

Rp. JutaNo SEKTOR Akun 2005 2006 2007 2008 Prognosa 2009

Total Aset 563.054.282 624.234.048 742.855.386 851.248.814 938.427.310

Ekuitas 49.943.503 59.774.023 68.688.364 71.380.184 85.509.644

I PERBANKAN Pendapatan 61.602.709 68.186.406 75.877.567 88.039.178 91.391.359

Laba Bersih 6.263.393 8.969.481 10.484.173 13.576.186 16.025.677

ROA (%) 1,11% 1,44% 1,41% 1,59% 1,71%

ROE (%) 12,54% 15,01% 15,26% 19,02% 18,74%

DER (X) 10,27 9,44 9,81 10,93 9,97

Total Aset 69.561.960 86.219.343 105.450.022 133.828.033 147.076.592

Ekuitas 6.690.292 9.719.298 12.026.606 12.327.440 18.793.500

II ASURANSI Pendapatan 15.815.546 21.341.422 25.212.022 33.622.612 36.455.403

Laba Bersih 1.728.015 2.318.960 2.606.968 3.291.739 4.548.966

ROA (%) 2,48% 2,69% 2,47% 2,46% 3,09%

ROE (%) 25,83% 23,86% 21,68% 26,70% 24,20%

DER (X) 9,40 7,87 7,77 9,86 6,83

Total Aset 11.974.288 13.711.267 16.943.413 22.133.573 30.553.607

III JASA KEUANGAN Ekuitas 1.423.014 1.963.253 3.025.047 5.218.840 7.076.563

Pendapatan 2.661.342 3.107.638 3.543.823 4.198.697 5.380.300

Laba Bersih 520.676 767.030 754.749 973.257 1.010.009

ROA (%) 4,35% 5,59% 4,45% 4,40% 3,31%

ROE (%) 36,59% 39,07% 24,95% 18,65% 14,27%

DER (X) 7,41 5,98 4,60 3,24 3,32

Total Aset 10.672.501 12.499.312 16.274.265 20.768.360 23.116.379

IV JASA KONSTRUKSI Ekuitas 1.482.430 1.607.573 2.737.117 3.159.503 3.763.908

Pendapatan 13.478.513 16.163.158 19.361.457 25.324.570 29.843.766

Laba Bersih 254.734 295.231 417.257 512.082 657.933

ROA (%) 2,39% 2,36% 2,56% 2,47% 2,85%

ROE (%) 17,18% 18,37% 15,24% 16,21% 17,48%

DER (X) 6,20 6,78 4,95 5,57 5,14

Total Aset 2.240.055 2.548.070 3.147.972 3.342.452 3.627.184

V INDUSTRI FARMASI Ekuitas 1.556.985 1.665.878 1.828.228 2.017.965 2.321.245

Pendapatan 2.934.173 3.832.050 4.384.238 4.989.103 5.083.027

Laba Bersih 117.766 145.208 180.034 198.810 267.279

ROA (%) 5,26% 5,70% 5,72% 5,95% 7,37%

ROE (%) 7,56% 8,72% 9,85% 9,85% 11,51%

DER (X) 0,44 0,53 0,72 0,66 0,56

Page 136: Masterplan BUMN 2010-2014

Total Aset 876.741 804.468 778.308 874.226 971.543

VI ANEKA INDUSTRI Ekuitas 214.944 119.302 47.261 45.168 (65.832)

Pendapatan 658.648 554.513 557.661 441.221 473.101

Laba Usaha (30.697) (69.468) (51.121) (97.095) -

Laba Bersih (53.432) (94.117) (72.014) (158.210) (97.948)

ROA (%) -6,09% -11,70% -9,25% -18,10% -10,08%

ROE (%) -24,86% -78,89% -152,38% -350,27% 148,78%

DER (X) 3,08 5,74 15,47 18,35 (15,76)

Total Aset 1.862.744 1.844.286 1.882.827 1.975.317 2.194.730

Ekuitas 992.286 1.033.394 977.377 1.035.817 784.543

VII PERUMAHAN &

KAWASAN INDUSTRI

Pendapatan 614.335 541.794 569.469 795.642 547.035

Laba Bersih 66.319 59.479 (44.540) 69.965 79.056

ROA (%) 3,56% 3,23% -2,37% 3,54% 3,60%

ROE (%) 6,68% 5,76% -4,56% 6,75% 10,08%

DER (X) 0,88 0,78 0,93 0,91 1,80

Total Aset 20.838.857 22.745.403 26.236.458 29.773.930 30.310.131

VIII Sarana Angkutan dan

PariwisataEkuitas 8.455.946 8.558.845 6.094.218 8.957.672 11.550.057

Pendapatan 19.756.565 20.900.200 23.421.342 30.915.881 29.242.802

Laba Bersih (1.078.189) (641.928) (259.700) (67.269) 1.232.228

ROA (%) -5,17% -2,82% -0,99% -0,23% 4,07%

ROE (%) -12,75% -7,50% -4,26% -0,75% 10,67%

DER (X) 1,46 1,66 3,31 2,32 1,62

Total Aset 29.756.136 31.581.510 39.905.883 44.119.357 48.430.061

IX Prasarana Angkutan Ekuitas 18.156.546 20.156.595 27.771.345 31.167.157 33.925.330

Pendapatan 9.220.220 10.170.750 11.544.916 13.885.706 14.976.955

Laba Bersih 2.224.508 2.168.984 2.669.753 3.818.881 3.534.367

ROA (%) 7,48% 6,87% 6,69% 8,66% 7,30%

ROE (%) 12,25% 10,76% 9,61% 12,25% 10,42%

DER (X) 0,64 0,57 0,44 0,42 0,43

Total Aset 19.061.184 17.164.292 22.581.622 24.702.243 24.055.692

X LOGISTIK DAN JASA

SERTIFIKASI

Ekuitas 7.397.124 7.051.687 7.569.082 5.243.791 4.730.631

Pendapatan 14.438.575 13.020.885 16.421.619 23.966.967 28.766.245

Laba Bersih (28.672) 63.687 201.019 153.864 (493.168)

ROA (%) -0,15% 0,37% 0,89% 0,62% -2,05%

ROE (%) -0,39% 0,90% 2,66% 2,93% -10,42%

DER (X) 1,58 1,43 1,98 3,71 4,09

Rp. JutaNo SEKTOR Akun 2005 2006 2007 2008 Prognosa 2009

Page 137: Masterplan BUMN 2010-2014

Total Aset 21.686.263 24.024.230 29.148.790 34.817.283 37.221.838

XI PERKEBUNAN Ekuitas 7.288.544 7.688.783 9.915.193 12.124.789 13.338.934

Pendapatan 20.708.684 21.392.560 27.947.074 33.328.532 33.212.420

Laba Bersih 1.236.507 1.003.547 2.474.774 2.929.335 1.803.400

ROA (%) 5,70% 4,18% 8,49% 8,41% 4,85%

ROE (%) 16,97% 13,05% 24,96% 24,16% 13,52%

DER (X) 1,98 2,12 1,94 1,87 1,79

Total Aset 2.652.404 2.746.187 2.712.451 2.681.087 2.660.510

XII KEHUTANAN Ekuitas 2.054.601 2.055.379 1.934.810 1.904.732 1.894.671

Pendapatan 1.587.490 1.814.031 2.352.597 2.603.839 2.530.760

Laba Bersih 41.104 45.043 37.487 118.131 103.736

ROA (%) 1,55% 1,64% 1,38% 4,41% 3,90%

ROE (%) 2,00% 2,19% 1,94% 6,20% 5,48%

DER (X) 0,29 0,34 0,40 0,41 0,40

Total Aset 102.304 147.613 197.204 198.112 202.116

XIII PERIKANAN Ekuitas 82.592 (77.037) (16.463) (21.457) (22.224)

Pendapatan 72.472 103.459 98.232 123.294 156.563

Laba Bersih (1.263) (15.955) (11.907) (253) 2.223

ROA (%) -1,23% -10,81% -6,04% -0,13% 1,10%

ROE (%) -1,53% 20,71% 72,33% 1,18% -10,00%

DER (X) 0,24 (2,92) (12,98) (10,23) (10,09)

Total Aset 2.964.367 3.130.927 3.862.694 3.863.871 3.743.045

XIV KERTAS, PERCETAKAN

& PENERBITANEkuitas 347.771 241.728 616.929 492.071 294.163

Pendapatan 1.818.628 1.717.406 2.482.568 2.578.222 2.581.518

Laba Bersih (110.565) (123.653) 47.289 (16.344) (145.319)

ROA (%) -3,73% -3,95% 1,22% -0,42% -3,88%

ROE (%) -31,79% -51,15% 7,67% -3,32% -49,40%

DER (X) 7,52 11,95 5,26 6,85 11,72

Total Aset 20.646.942 21.553.074 24.586.399 33.296.701 32.994.934

XV PENUNJANG

PERTANIAN

Ekuitas 8.568.255 9.098.299 11.148.122 12.601.730 15.529.732

Pendapatan 17.224.337 17.073.962 24.473.379 39.126.581 39.297.837

Laba Bersih 868.136 897.935 1.719.806 2.184.835 2.049.956

ROA (%) 4,20% 4,17% 6,99% 6,56% 6,21%

ROE (%) 10,13% 9,87% 15,43% 17,34% 13,20%

DER (X) 1,41 1,37 1,21 1,64 1,12

Rp. JutaNo SEKTOR Akun 2005 2006 2007 2008 Prognosa 2009

Page 138: Masterplan BUMN 2010-2014

Total Aset 197.834.182 225.610.789 279.771.590 321.841.157 329.413.225

XVI PERTAMBANGAN DAN

SEMENEkuitas 81.918.469 134.420.344 161.505.091 169.361.679 171.453.926

Pendapatan 329.958.353 371.854.949 420.952.937 585.867.650 374.807.089

Laba Bersih 9.069.349 22.081.547 33.186.800 35.566.054 19.496.734

ROA (%) 4,58% 9,79% 11,86% 11,05% 5,92%

ROE (%) 11,07% 16,43% 20,55% 21,00% 11,37%

DER (X) 1,42 0,68 0,73 0,90 0,92

Total Aset 15.982.193 18.305.011 19.790.843 24.724.658 22.169.961

XVII INDUSTRI STRATEGIS Ekuitas 3.566.036 4.404.781 4.364.670 4.646.064 4.823.251

Pendapatan 15.062.416 15.780.303 18.638.017 25.398.892 21.274.755

Laba Bersih 228.707 (237.971) (181.194) 373.554 400.863

ROA (%) 1,43% -1,30% -0,92% 1,51% 1,81%

ROE (%) 6,41% -5,40% -4,15% 8,04% 8,31%

DER (X) 3,48 3,16 3,53 4,32 3,60

Total Aset 236.310.016 266.199.786 297.965.615 322.428.217 376.484.955

XVIII ENERGI Ekuitas 146.049.529 147.756.069 145.186.024 138.119.760 151.239.966

Pendapatan 85.011.144 114.944.477 127.013.989 184.268.485 166.361.897

Laba Bersih (3.588.986) 452.330 (3.758.415) (9.962.804) 13.040.486

ROA (%) -1,52% 0,17% -1,26% -3,09% 3,46%

ROE (%) -2,46% 0,31% -2,59% -7,21% 8,62%

DER (X) 0,62 0,80 1,05 1,33 1,49

Total Aset 63.176.678 76.301.596 83.230.795 92.500.325 96.378.922

XIX TELEKOMUNIKASI Ekuitas 23.871.848 28.651.835 34.276.989 34.847.399 38.092.656

Pendapatan 42.528.270 52.220.931 60.496.862 62.020.947 48.617.237

Laba Bersih 8.012.347 11.017.141 12.854.898 10.623.901 9.324.478

ROA (%) 12,68% 14,44% 15,44% 11,49% 9,67%

ROE (%) 33,56% 38,45% 37,50% 30,49% 24,48%

DER (X) 1,65 1,66 1,43 1,65 1,53

Total Aset 1.291.254.098 1.451.371.212 1.717.322.536 1.969.117.714 2.150.032.735

Ekuitas 370.060.716 445.890.031 499.696.008 514.630.305 565.034.664

TOTAL Pendapatan 655.152.420 754.720.896 865.349.769 1.161.496.020 931.000.069

Laba Bersih 25.770.454 49.171.979 63.307.236 64.185.713 72.840.956

ROA (%) 2,00% 3,39% 3,69% 3,26% 3,39%

ROE (%) 6,96% 11,03% 12,67% 12,47% 12,89%

DER (X) 2,49 2,25 2,44 2,83 2,81

Rp. JutaNo SEKTOR Akun 2005 2006 2007 2008 Prognosa 2009

Page 139: Masterplan BUMN 2010-2014

LAMPIRAN 2

VALUE CREATION SEKTOR BUMN

Page 140: Masterplan BUMN 2010-2014

Value Creation

3KEDEPUTIAN RESTRUKTURISASI DAN PRIVATISASI

KEMENTERIAN NEGARA BUMN

8

NILAI PERUSAHAAN (Rp. Miliar)

No Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 KETERANGAN

1 Perbankan 332,533 399,039 478,847 574,617 689,540PER 2010 =20.75 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

2 Asuransi 41,271 49,525 59,430 71,316 85,580PER 2010 =9.07 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

3 Jasa Pembiayaan 10,559 12,670 15,204 18,245 21,894PER 2010 =9.82 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

4Percetakan &

Penerbitan1,784 2,141 2,569 3,083 3,699

PER 2010 =12.98 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

5 Perikanan 107 128 154 184 221PER 2010 =47.99 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

6 Kehutanan 3,529 4,235 5,082 6,098 7,318PER 2010 =34.02 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

7 Perkebunan 21,713 26,056 31,267 37,520 45,024PER 2010 =12.04 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

8Logistik dan

Sertifikasi6,603 7,924 9,509 11,410 13,693

PER 2010 =32.45 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

Page 141: Masterplan BUMN 2010-2014

Value Creation … Lanjutan

9 Konstruksi 11,303 13,563 16,276 19,531 23,437PER 2010 =16.2 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

10 Kawasan Industri 3,392 4,070 4,884 5,861 7,033PER 2010 =59.9 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

11 Aneka industri 8,025 9,630 11,556 13,867 16,640PER 2010 =20.23 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

12Sarana Angkutan &

Pariwisata33,111 39,734 47,680 57,217 68,660

PER 2010 =25.76 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

13 Prasarana Angkutan 57,968 69,562 83,474 100,169 120,203PER 2010 =16.97 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

14 Penunjang Pertanian 71,072 85,286 102,344 122,812 147,375PER 2010 =34.67 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

15 Pertambangan 197,247 236,697 284,036 340,843 409,012PER 2010 =48.03 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

16 Industri Strategis 13,298 15,957 19,149 22,978 27,574PER 2010 =18.03 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

17 Energi 502,143 602,571 723,085 867,702 1,041,243PER 2010 =17.66 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

18 Telekomunikasi 124,313 149,175 179,010 214,812 257,774PER 2010 =13.33 dan asumsi

pertumbuhan laba 20% per tahun

1,439,969 1,727,963 2,073,556 2,488,267 2,985,920

NILAI PERUSAHAAN (Rp. Miliar)

No Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 KETERANGAN

Page 142: Masterplan BUMN 2010-2014

Kesimpulan Value Creation BUMN

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Aset BUMN 2.150,00 11.582,54

Ekuitas 566,03 2.985,92

Hutang 1.629,60 8.596,61

DER 2.88x 2.88x

Aset BUMN akan meningkat dari Rp.2.150T pada tahun 2009

menjadi Rp.11.583 T pada tahun 2014

(meningkat 5,39x)

(Dengan asumsi DER sama dengan posisi 2009 yaitu 2,88 x)

Ekuitas BUMN akan meningkat dari Rp.566T pada tahun 2009

menjadi Rp.2.986 T pada tahun 2014

(meningkat 5,28x)

Page 143: Masterplan BUMN 2010-2014

LAMPIRAN 3

DATA BUMN 25 BESAR

Page 144: Masterplan BUMN 2010-2014

Coverage 25 BUMN Besar

Dari 141 BUMN, sebagian besar adalah perusahaan dengan Kinerja dan skala usaha yang relatif kecil. Lebih dari

97% dari Total ASET dan LABA BERSIH serta 92% EKUITAS dan 87% PENJUALAN seluruh BUMN berasal dari

hanya dari 25 BUMN terbesar (data Audited 2008).

BUMN Terbesar dan Proporsinya Terhadap Total

(Rp. Trilliun)

14. PT Jamsostek

15. PT TB Bukit Asam Tbk

16. PT Taspen

17. Perum Bulog *

18. PT Jasa Marga Tbk

19. PT Pelabuhan Indonesia II

20. PT Bank Ekspor Indonesia

21. PT Angkasa Pura II

22. PT Angkasa Pura I

23. PT Garuda Indonesia

24. PT Kereta Api Indonesia *

25. PT PLN *

1. PT Pertamina *

2. PT Bank Mandiri Tbk

3. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

4. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

5. PT Pupuk Sriwidjaja *

6. PT Bank Negara Indonesia Tbk

7. PT PGN Tbk

8. PT Aneka Tambang Tbk

9. PT Semen Gresik Tbk

10. PT Krakatau Steel

11. PT Askes

12. PT Timah Tbk

13. PT Bank Tabungan Negara

25 BUMN Terbesar

Aset Ekuitas Penjualan Laba bersih

Total 2008 1,977.80 526.13 1,161.71 78.47

14 Tbk

% 46.14 25.99 12.82 36.71

Σ 912.56 136.74 148.93 28.81

25 BUMN

% 97.16 91.73 86.69 98.11

Σ 1,921.63 482.62 1,007.09 76.99

1. PT Bank Mandiri Tbk

2. PT Telkom Tbk

3. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

4. PT Bank Negara Indonesia Tbk

5. PT PGN Tbk

6. PT Aneka Tambang Tbk

7. PT Semen Gresik Tbk

8. PT Timah Tbk

9. PT TB Bukit Asam Tbk

10. PT Jasa Marga Tbk

14 BUMN Tbk

11. PT Kimia Farma Tbk

12. PT Indo Farma Tbk

13. PT Adhi Karya Tbk

14. PT Wijaya Karya Tbk

Catatan:

* BUMN Pelaksana PSO (5 yang lainnya yaitu PELNI, Sang

Hyang Seri, Pertani, POS dan Antara)

Page 145: Masterplan BUMN 2010-2014

NO COPY ALLOWED

BUMN

Kecil Lainnya

DI, PNM, Waskita, Askrindo, PTPN II, Hutama, Jasindo, PTPN XIII, Peruri, PTPN VI, PTPN VIII, PTPN X, KF, Perhutani,

Pelindo I, ASDP, PANN, PTPN XI, PTPN IX, Jamkrindo, KertasLeces, Perumnas, Pelindo IV, PPI, Djakarta Lloyd, Nindya,

MNA, PTPN XII

SGG, AP I, AP II, KAI, Pelindo II, Askes, Timah, Pelni, Wika, PTBA, PTPN III, PTPN IV, Adhi Karya, Asabri, Posindo, Pelindo III, RNI,

Danareksa, PAL, PTPN VII, PTPN V, PT PP, Jasa Raharja

Telkom, Jamsostek, BTN, Pusri, Taspen, PGN, Bulog, KS, JasaMarga, GIA, BEI, Jiwasraya, Pegadaian, Antam,

Bank Mandiri, Pertamina, PLN, BRI, BNI Aset > 100 T

Aset 10 T -- <100 T

5 BUMN

14 BUMN

Aset 2,5 T -- <10 T23 BUMN

Aset 1 T -- <2,5 T

72 BUMN

28 BUMN

Aset <1 T

Breakdown Berdasarkan Aset

Breakdown Berdasarkan PendapatanBUMN

Kecil Lainnya

Posindo, Jiwasraya, Pelindo II, Pelindo III, Perhutani, MNA, AP II, Pelni, I, Jasa Raharja, PTPN VI, PTPN VIII, PTPN II, PTPN XI, Peruri, PTPN X, Indo Farma, PTPN IX, PPI, SHS,

Nindya Karya, Sucofindo, BEI

Antam, Timah, Jamsostek, PTBA, Adhi Karya, Taspen, Askes, Wika, KAI, PTPN III, BTN, PTPN IV, PP, PTPN V, PTPN VII, RNI, Jasindo, Waskita, Pegadaian, Jasa

Marga, Hutama, PTPN XIII, KF

Telkom, Pusri, BRI, Mandiri, KS, Bulog, GIA, BNI, SGG, PGN

Pertamina, PLNPendapatan>100T

Pendapatan 10 T -- <100 T

2 BUMN

10 BUMN

Pendapatan 2,5 T -- <10 T23 BUMN

Pendapatan 1 T -- <2,5 T

84 BUMN

23 BUMN

Pendapatan <1 T

Breakdown Figur Keuangan Pokok

Page 146: Masterplan BUMN 2010-2014

NO COPY ALLOWED

BUMN

Kecil LainnyaPTPN XIII, KF, Peruri, PANN,

Jiwasraya, PPA, Taspen, Jasindo,

Bio farma, PAL, PTPN X, Asabri, PTPN VIII, Danareksa, RNI, Adhi Karya, ASEI, PTPN XII, PTPN VI, Perumnas, PNM, INTI, Sucofindo, PP, PTPN XI, Waskita, GIA, KBN, Inhutani III, Posindo, Inhutani I, PTPN IX, Hutama,

INAF, Kertas Leces, Semen Baturaja, SI, Inka, Jasa Tirta II, Rukindo, Garam, BTDC, Pindad, Inhutani II, Dahana, SHS, Berdikari, PTPN II,

Damri, KBI, TWC Borobudur

PGN, Antam, SGG, AP I, Jasa Marga, AP II, KS, PELNI, Pelindo II, BEI, Bulog, PTBA, Timah, KAI, BTN, Pelindo III, PTPN IV, Askes, PTPN III, Jamsostek, Pegadaian, Askrindo, JasaRaharja, Wika, ASDP, PTPN VII, Pelindo I, PTPN V, Perhutani, Jamkrindo, Pelindo IV

Telkom, Bank Mandiri, BRI, BNI, Pusri

Pertamina, PLNEkuitas > 100 T

Ekuitas 10 T -- <100 T

2 BUMN

5 BUMN

Ekuitas 1 T -- <10 T31 BUMN

Ekuitas 100 M -- < 1 T

53 BUMN

51 BUMN

Ekuitas <100 MBreakdown Berdasarkan Ekuitas

Breakdown Berdasarkan Laba Bersih

Laba Bersih>10T

Laba Bersih 1T -- <10T

2 BUMN

9 BUMN

Laba Bersih 100M -- <1T35 BUMN

Laba Bersih 10 M -- < 100 M

53 BUMN

43 BUMN

Laba Bersih<10 M

BUMN Kecil Lainnya

PPI, Bulog, PTPN X, PTPN XII, ASDP, PPA, PTPN IX, Waskita, PANN, Askrindo, Hutama, Sucofindo, ASEI, PTPN II, INKA, Jasa Tirta II, BTDC, BKI, Dahana, Inhutani V, Jiwasraya, KBN,

Danareksa, Damri, KAI, Posindo, PTPN XI, Pindad, SI, KBI, BGR, Brantas, Istaka, KIM, Perumnas, Kertas Leces, Jasa Tirta I, Djakarta Lloyd, PNM, SHS, DPS, PTPN I, LEN

Jamsostek, Pelindo II, PTPN III, PTPN IV, Pegadaian, Jasa Marga, KS, Askes, AP II, PelindoIII, BTN, KF, PTPN V, AP I, Taspen, PTPN VII, BEI, Jasa Raharja, Peruri, RNI, PTPN XIII,

Pelindo I, Asabri, PTPN VIII, Perhutani, Wika, ADHI, GAI, Pelindo IV, PP, PTPN VI, Semen Baturaja, Jasindo, Bio Farma, Jamkrindo

BRI, Bank Mandiri, PGN, SGG, PTBA, Antam, Timah, Pusri, BNI

Pertamina, Telkom

Breakdown Figur Keuangan Pokok (Lanjutan)

Page 147: Masterplan BUMN 2010-2014

LAMPIRAN 4

DATA BUMN YANG TELAH LISTING DI

BURSA EFEK

Page 148: Masterplan BUMN 2010-2014

BUMN Yang Telah Listing

1. PT Telkom Tbk

2. PT Bank Mandiri Tbk

3. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

4. PT Bank Negara Indonesia Tbk

5. PT Bank Tabungan Negara Tbk.

6. PT PGN Tbk

7. PT Aneka Tambang Tbk

8. PT Semen Gresik Tbk

8. PT Timah Tbk

9. PT TB Bukit Asam Tbk

11. PT Kimia Farma Tbk

12. PT Indo Farma Tbk

13. PT Adhi Karya Tbk

14. PT Wijaya Karya Tbk

15. PT Jasa Marga Tbk

16. PT Pembangunan Perumahan Tbk

Page 149: Masterplan BUMN 2010-2014

Kementerian Negara BUMN 17

RAHASIA & TERBATAS

Kapitalisasi Pasar BUMN Tbk

Sumber : diolah dari www.bapepam.go.id

Catatan : Kapitalisasi Pasar BUMN Tbk tahun 2005 dan 2006 adalah kapitalisasi terhadap Bursa Efek Jakarta,

sedangkan Kapitalisasi Pasar BUMN Tbk Tahun 2007, 2008 & 2009 adalah kapitalisasi terhadap Bursa Efek

Indonesia

153.00

250.00260.00

493.00

636.26

386.14

630.77

29.60%

36.80%32.40%

40.23%

32.00%

35.87%

31.98%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Kapitalisasi pasar BUMN Terbuka (Rp triliun) % terhadap total kapitalisasi pasar

Page 150: Masterplan BUMN 2010-2014

LAMPIRAN 5

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN

PEMBINAAN BUMN

Page 151: Masterplan BUMN 2010-2014

NO COPY ALLOWED

Pembinaan dan Pengelolaan BUMN

UU No. 19 PRP th1960

tentang Perusahaan

Negara

PP No. 12 th 1998 tentang Perusahaan Perseroan; PP No. 13 th 1998 tentang Perusahaan Umum

PP No. 12 th 1969 tentang Perusahaan

Perseroan;

Inpres No. 11 tahun 1973; PP No. 3 th 1983

tentang Tata Cara Pembinaan dan

Pengawasan Perusahaan Jawatan,

Perusahaan Umum dan Perusahaan

Perseroan

(1960-1969) (1969-1998)

Pembinaan BUMN oleh

Departemen/ Menteri

Teknis

• Menteri Keuangan sebagai

Pembina Keuangan

• Menteri Teknis sebagai Pembina

Teknis

Menteri Keuangan sebagai

Pemegang Saham Negara RI /

Pemilik Modal pada BUMN dan

memegang Kewenangan Pembinaan

BUMN

(1998)

PP No. 50 th 1998; Inpres No. 15

Th 1998; Keppres No. 38/1999;

Keppres No. 39/1999

Pengalihan tugas dan

kewenangan Menteri Keuangan

sebagai Pemegang Saham

dalam Perusahaan Perseroan

(Persero) kepada Menteri

Negara Pendayagunaan BUMN

(1998-2001)

PP No. 64 th. 2001

Pengalihan/ Pelimpahan

kedudukan, tugas dan

kewenangan Menteri

Keuangan pada Persero,

Perum dan Perjan kepada

Menteri BUMN

(2001-2003)

UU 19/2003

tentang BUMN

Menteri BUMN adalah pihak

yang mendapatkan Kuasa dari

Negara/ Pem.Pus selaku

Pemegang Saham/ Pemilik

Modal BUMN (pasal 1 ayat 5)

(2003-Sekarang)

PP No. 41 th. 2003

(2003-Sekarang)

Pelimpahan kedudukan, tugas

dan kewenangan Menteri

Keuangan pada Persero,

Perum dan Perjan kepada

Menteri BUMN

Page 152: Masterplan BUMN 2010-2014

No. Keterangan Dasar Hukum

1 • Dalam UU 17/2003, kewenangan pengelolaan keuangan Negara,

termasuk kepemilikan kekayaan Negara yang dipisahkan, serta

pembinaan dan pengawasan kepada perusahaan Negara (BUMN)

dilakukan oleh Menteri Keuangan.

• Dalam UU 19/2003, kewenangan sebagai wakil Pemerintah selaku

pemegang saham atau pemilik modal pada BUMN dilakukan oleh

Menteri yang ditunjuk atau dikuasakan untuk itu.

• PP 41/2003 tentang pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan pada

persero, Perum dan Perjan kepada Menteri BUMN.

Undang-Undang No.17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara

Undang-Undang No.19 Tahun 2003

tentang BUMN

Peraturan Pemerintah No.41 tahun

2003

2 Pembinaan BUMN secara ringkas:

• Bentuk BUMN disederhanakan menjadi dua bentuk yaitu Persero dan

Perum, sedangkan bentuk hukum Perjan ditiadakan.

• Persero ditiadakan untuk mengejar keuntungan sedangkan Perum

dibentuk untuk melaksanakan kemanfaatan umum dalam kerangka

korporasi.

• Pembinaan terhadap Persero dan perum dilakukan oleh Menteri

BUMN dalam kedudukan sebagai pemegang saham/ pemilik modal

BUMN.

• Penatausahaan penyertaan saham/modal pada BUMN, pengusulan

penyertaan modal Negara, pendirian BUMN dan pengalihan bentuk

Perjan dilakukan oleh Menteri Keuangan.

• Penegasan kembali praktek-praktek corporate Governance yang

mengatur pelaksanaan pengelolaan BUMN secara baik

• Penetapan prosedur privatisasi untuk menjammin transparansi dan

persaingan yang adil serta menjamin terdapatnya manfaat bagi publik

daru program privatisasi tersebut.

Undang-Undang No.19 Tahun 2003

tentang BUMN

PEMBINAAN BUMN

20

Page 153: Masterplan BUMN 2010-2014

No. Keterangan Dasar Hukum

3 Ketentuan mengenai Good Corporate Governance Peraturan Menteri BUMN Nomor:

PER-8/4/PBI/2006

4 Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi dan Komisaris BUMN Peraturan Menteri BUMN Nomor:

PER-03/MBU/2009

Keputusan Menteri BUMN Nomor:

KEP-09A/MBU/2005

KEP-59/MBU/2004

5 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Peraturan Menteri BUMN Nomor:

PER-5/MBU/2007

Keputusan Menteri BUMN Nomor:

KEP-236/MBU/2003

6 Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkuingan BUMN Peraturan Menteri BUMN Nomor:

PER-05/MBU/2008

Surat Menteri BUMN No: S-

298/S.MBU/2007

7 Sinergi BUMN Surat Edaran Menteri BUMN Nomor;

SE-03/MBU.S/2009

8 Privatisasi BUMN Undang-Undang No: 19/2003

Peraturan Pemerintah No: 33/2005

Jo. PP No: 59/2009

Peraturan Menteri BUMN No: 1/2010

9 Pedoman Pemindahtanganan Aktiva Tetap Instruksi Menteri No: 1&2 Tahun 2002

Keputusan Menteri Keuangan No:

89/KMK.013/1991

PEMBINAAN BUMN

2121

Page 154: Masterplan BUMN 2010-2014

No. Keterangan Dasar Hukum

1 Kajian bersama rencana peleburan BUMN oleh Menteri Negara BUMN dan

Menteri Keuangan. Kajian Bersama tersebut dapat mengikutsertakan Menteri

Teknis dan/atau Menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang dianggap

perlu dan/atau dapat menggunakan konsultan independen.

Ps 4 UU No. 19/2003 ttg BUMN

Ps 4 - 8 PP No. 45/2005 ttg Pendirian,

Pengurusan, Pengawasan dan

Pembubaran BUMN

Ps 10 PP No. 44/2005 ttg Tata cara

penatausahaan dan PMN pada BUMN

dan PT

2 Pembahasan dengan DPR RI dalam rangka mendapatkan persetujuan

(Terkait dengan pengalihan kekayaan negara berupa selain tanah dan

bangunan yang nialainya lebih dari Rp 100 milyar kedalam perusahaan milik

Negara – UU Perbendaharaan Negara)

Ps 45 - 46 UU No. 1/2004 ttg

Perbendaharaan Negara

UU No. 17/2003 ttg Keuangan Negara

3 Menteri Negara BUMN menyampaikan RPP tentang peleburan kepada

Menteri Keuangan untuk diteruskan ke Presiden guna mendapatkan

persetujuan.

Ps 11 PP No. 44/2005 ttg Tata cara

penatausahaan dan PMN pada BUMN

dan PT

4 Menteri Negara BUMN melaksanakan peleburan BUMN setelah diterbitkannya

PP mengenai peleburan BUMN

Ps 10 UU No. 19/2003 ttg BUMN

Ps 10 PP No. 43/2005 ttg Penggabungan,

Peleburan, Pengambilalihan dan

Perubahan Bentuk Hukum BUMN

5 Tata cara peleburan BUMN dengan BUMN dilakukan sesuai dengan Peraturan

perundang-undangan di bidang perseroan terbatas

PP 43/2005 Pasal 11 ayat (1)

PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN BUMN

2222

Page 155: Masterplan BUMN 2010-2014

No. Keterangan Dasar Hukum

6 Direksi BUMN yang akan melakukan peleburan menyusun Rancangan

Peleburan

UU 40/2007 tt g PT Pasal 123 ayat (1) & (2)

7 Rancangan peleburan tersebut harus mendapat persetujuan Dewan Komisaris

dan RUPS masing-masing BUMN

UU 40/2007 tt g PT Pasal 123 ayat (3)

8 Direksi BUMN yang akan melakukan peleburan wajib mengumumkan ringkasan

rancangan paling sedikit dal 1 Surat Kabar dan mengumumkan secara tertulis

kepada karyawan BUMN yang akan melakukan peleburan dalam jangka waktu

paling lambat 30 hari sebelum pemanggilan RUPS yang di dalamnya juga

memuat bahwa pihak yang berkepentingan dapat memperoleh rancangan

peleburan di Kantor BUMN sejak tanggal pengumuman sampai

penyelenggaraan RUPS

UU 40/2007 tt g PT Pasal 127 ayat (2) & (3)

9 Kreditur dapat mengajukan keberatan dalam jangka waktu paling lambat 14 dari

setelah pengumuman. Apabila dalam jangka waktu tersebut kreditur tidak

mengajukan keberatan dianggap menyetujui peleburan

UU 40/2007 tt g PT Pasal 127 ayat (4) & (5)

10 Dalam hal keberatan kreditur tidak dapat diselesaikan oleh Direksi sampai

dengan penyelenggaraan RUPS, maka keberatan tersebut harus disampaikan

dalam RUPS guna mendapat penyelesaian. Selama penyelesaian belum

tercapai, peleburan tidak dapat dilaksanakan.

UU 40/2007 tt g PT Pasal 127 ayat (6) & (7)

2323

PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN BUMN

Page 156: Masterplan BUMN 2010-2014

No. Keterangan Dasar Hukum

11 Rancangan peleburan yang telah disetujui RUPS dituangkan dalam akta peleburan

yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa indonesia dan akta peleburan

tersebut akan menjadi dasar pembuatan akta pendirian BUMN hasil peleburan

UU 40/2007 tt PT Pasal 128 ayat (1)

& (3)

12 Salinan akta peleburan dilampirkan pada pengajuan permohonan untuk

mendapatkan keputusan Menteri Hukum dan Ham mengenai pengesahan badan

hukum hasil peleburan dan penyampaian pemberitahuan kepada Menteri Hukum

dan Ham tentang perubahan anggaran dasar

UU 40/2007 tt PT

Pasal 129 & 130

13 Direksi BUMN hasil peleburan wajib mengumumkan hasil peleburan dalam 1 surat

kabar atau lebih dalam jangka waktu paling lambat 30 hari sejak tanggal berlakunya

peleburan

UU 40/2007 tt PT Pasal 133 ayat (1)

14 Peleburan Persero terbuka dilaksanakan dengan memperhatikan peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal

PP 43/2005 Pasal 46

15 • Merger & Akuisisi tidak boleh mengakibatkan monopoli dan atau persaingan

usaha tidak sehat (ps. 28).

• Komisi Pengawas Persaingan Usaha dapat membatalkan M&A yang

mengakibatkan monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat (ps. 47:2.e).

• Pelanggaran terhadap ps. 28 juga diancam pidana denda min. Rp. 25 milyar dan

max. Rp. 100 milyar atau pidana kurungan pengganti denda max. 6 bulan (ps.

48:1).

• Selain itu dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha atau

larangan untuk menjadi direktur atau komisaris min. 2 tahun dan max. 5 tahun

(ps. 49).

Pasal 28 dan Pasal 29 UU Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat tidak bisa dilaksanakan karena belum adanya PP (Peraturan Pemerintah).

Undang-undang No. 5/1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli Dan

Persaingan Tidak Sehat tanggal 5

Maret 1999

24

PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN BUMN

Page 157: Masterplan BUMN 2010-2014

No. Keterangan Dasar Hukum

16 Perbankan : Untuk dapat memperoleh izin Merger atau Konsolidasi, wajib dipenuhi

persyaratan sebagai berikut :

Pada saat terjadinya Merger atau Konsolidasi, jumlah aktiva Bank hasil Merger atau

Konsolidasi tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah aktiva seluruh

Bank di Indonesia;

Pasal 8 (ayat 2) PP NO. 28 TAHUN

1999 Tentang Merger, Konsolidasi

dan Akuisisi Bank

17 Penggabungan Usaha Atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik Atau Emiten.

• Merger/Konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan kepentingan Perseroan,

masyarakat dan persaingan sehat serta ada jaminan tetap terpenuhinya hak-hak

pemegang saham publik dan karyawan.

• Quorum dan Voting dalam RUPS hanya memperhitungkan kehadiran/suara

Pemegang Saham Independen.

Peraturan Bapepam IX.G.1 &

No.IX.E.1 tentang Benturan

Kepentingan.

25

PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN BUMN

Page 158: Masterplan BUMN 2010-2014

LAMPIRAN 6

PROGRAM KEMITRAAN

DAN BINA LINGKUNGAN

Page 159: Masterplan BUMN 2010-2014

Program Pengembangan UMKM yang dilakukan oleh Kementerian BUMN

DariUMKM non-bankable

ProgramKemitraan &Bina Lingkungan(PKBL)

Menjadi UMKM bankable

Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) oleh BUMN Sektor Perbankan

ProgramCorporate SocialResponsibility(CSR)

Page 160: Masterplan BUMN 2010-2014

Program PKBL dan CSR

Program Kemitraan & BinaLingkungan(PKBL)

Dasar Hukum : UU Nomor 19 tahun2003

Program Corporate Social Responsibility(CSR)

Dasar Hukum : UU Nomor 40 tahun2007

BUMN wajibmenyisihkan sebagianlaba bersihnya untukkeperluan pembinaanusaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.

Perseroan yang menjalankan kegiatanusahanya di bidangdan/atau berkaitandengan sumber dayaalam wajib melaksanakanTanggung Jawab Sosialdan Lingkungan yang dianggarkan dandiperhitungkan sebagaibiaya Perseroan

Program Kemitraan (2% dari laba bersih) :Program untuk meningkatkan kemampuan

usaha kecil agar menjadi tangguh danmandiri melalui pemanfaatan dana dari

bagian laba BUMN

Program Bina Lingkungan(2% dari laba bersih) :

Program pemberdayaan kondisi sosialmasyarakat oleh BUMN melalui

pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan(2 % dari net profit yang diperkirakan):

Komitmen Perseroan untuk berperan sertadalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitaskehidupan dan lingkungan yang

bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat

pada umumnya

Page 161: Masterplan BUMN 2010-2014

Pelaksanaan Program PKBL dan CSR

Bentuk Program

Pemberian bantuan pelatihan dan penyediaan prasarana Penyalurkan pinjaman modal langsung dengan bunga rendah Penyaluran bantuan dengan metode kluster, baik dalam kluster

lokasi, sektor, jenis usaha dan kluster dari hulu hilir, dengan tujuanuntuk memudahkan pelaksanaan penyaluran pinjaman danpembinaan usaha

Pelaksanaan sinergi antara BUMN, yaitu BUMN yang mempunyaidana bantuan besar bersinergi dengan BUMN yang tidak memilikidana namun mempunyai program yang bagus, melalui mekanismechanneling atau executing untuk sektor-sektor usaha di atas

Pemberian bantuan kesehatan dan bantuan dana pendidikan.

Contoh Pelaksaan Program: Pada bulan Januari 2010, Salah satu BUMN Karya telah menyalurkan dana kemitraan sebesar Rp 540 juta kepada 48 pengusaha mikro dan kecil

yang memiliki keterkaitan bidang usaha dengan perusahaan tersebut.

Program Wirausaha Mandiri yang telah dilaksanakan oleh Bank Mandiri sejak tahun 2007 s.d sekarang, dengan tujuan untuk menumbuhkankewirausahaan di beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Page 162: Masterplan BUMN 2010-2014

Gambaran Umum Penyaluran PKBL Secara Nasional

825,473

1,026,929

1,717,837

1,971,687

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

2006 2007 2008 2009

Realisasi Penyaluran Program PKBL

Realisasi Penyaluran Program PKBL

39,087

47,346

77,194 79,510

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

2006 2007 2008 2009

Jumlah Mitra Binaan

Jumlah Mitra Binaan

.. terdapat peningkatan realisasi penyaluran PKBL BUMN sebesar 138, 86 % antara tahun 2007 s.d

2009..

Rp juta Orang

.. peningkatan tersebut tercermin pula pada jumlah mitrabinaan PKBL BUMN yang mengalami peningkatan sebesar

138, 86 %..

Catatan:Data penyaluran PKBL untuk tahun 2009 masih berdasarkan pada hasil prognosa

Page 163: Masterplan BUMN 2010-2014

… nilai kredit MKM yang disalurkan Bank BUMN mengalami trend pertumbuhan yang positif …..

Source : Bank Indonesia

Rp. Triliun

Key Findings

Penyaluran kredit MKMoleh BUMN sektorperbankan selamaperiode 2007 s.d 2009mengalamipertumbuhan sebesar61,33%

Penyaluran Kredit UMKM oleb BUMN Sektor Perbankan

176,740

230,152

285,134

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

2007 2008 2009

Page 164: Masterplan BUMN 2010-2014

• Belanja Pemerintah untuk infrastruktur pada tahun 2009 meningkat 3 kalidibandingkan tahun 2005 dari Rp.20,9 Triliun menjadi Rp. 61,8 Triliun.

• Sebagai salah satu upaya untuk mendukung program pengembanganinfrastruktur yang dicanangkan oleh Pemerintah, Kementerian BUMN telahmendorong BUMN Konstruksi untuk berpartisipasi dalam pembangunaninfrastruktur, diantaranya melalui pembangunan ruas tol Trans Jawa sepanjang1.000 km yang dilakukan oleh kontraktor BUMN dan operator jalan tol JasaMarga. Diharapkan dengan kegiatan tersebut BUMN Konstruksi dapatmembangun kerjasama dengan para pengusaha, khususnya yang bergerak dibidang jasa konstruksi.

KEY POINTS

Infrastruktur

Beberapa bentuk sinergi BUMN Non Perbankan dengan Para Pengusaha

KetahananPangan

Untuk mendukung program ketahanan pangan yang dicanangkan olehPemerintah, Kementerian BUMN telah mendorong PTPN, baik secara sendiri-sendiri dan bersinergi, sebagai BUMN Perkebunan untuk melakukan perluasanlahan tanaman, pembangunan pabrik biodiesel, powerplant berbahan bakubiomassa sawit dan tebu, pabrik pupuk NPK dan kerjasama pembuatan pabrikban sepeda motor. Melalui upaya-upaya tersebut diharapkan PTPN dapatmembangun kerjasama dengan para pengusaha yang bergerak di bidang usahaperkebunan dan pengolahan produk-produk turunan dari hasil perkebunan.

Page 165: Masterplan BUMN 2010-2014

PLNUntuk mendukung program ketahanan energi yang dicanangkan olehPemerintah, Kementerian BUMN telah mendorong PLN melakukan upaya-upayasebagai berikut:• Penuntasan proyek pembangkit listrik 10.000 MW Tahap I yang dilanjutkan

dengan pembangkit listrik 10.000 MW Tahap II dengan fokus padapengembangan energi terbarukan yaitu panas bumi dan tenaga air.

• Melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap industri listrik nasional baik darisisi ketersediaan energi primer, penetapan Tarif Dasar Listrik, penyempurnaanpelaksanaan independent power producer (IPP) dan kebijakan terkait dengansubsidi.

Diharapkan melalui upaya-upaya tersebut PLN dapat membangun kerjasamadengan para pengusaha yang memiliki keterkaitan dengan bidang energi.

PertaminaDi sektor hulu, Pertamina dapat menjalin kerjasama dengan para pengusaha untukmeningkatkan produksi minyak dan gas bumi dalam bentuk KSO (KerjasamaOperasi). Sedangkan di sektor hilir, Pertamina dapat menjalin kerjasama denganpara pengusaha antara lain dalam keperluan distribusi BBM dan LPG.

KEY POINTS

Energi

Beberapa bentuk sinergi BUMN Non Perbankan dengan Para Pengusaha (lanjutan………)

Page 166: Masterplan BUMN 2010-2014

LAMPIRAN 7

RENCANA RIGHTSIZING DAN PRIVATISASI

TAHUN 2005-2009

Page 167: Masterplan BUMN 2010-2014

Rencana Rightsizing Tahun 2005 - 2009

No BUMN N0. BUMN

1 PT Bank Mandiri, Tbk 18 PT Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES)

2 PT Pertamina 19 PT Asuransi Jasa Raharja

3 PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) 20 PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA)

4 PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) 21 PT Asuransi ABRI (ASABRI)

5PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

(TELKOM)22 PT Pos Indonesia (POSINDO)

6 PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja 23Perum Pembangunan Perumahan Nasional

(PERUMNAS)

7 PT Bank Tabungan Negara (BTN) 24 Perum Percetakan Uang RI (PERURI)

8 PT Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) 25 Perum Perhutani

9 PT Perusahaan Gas Negara, Tbk (PGN) 26 PT Biofarma

10 PT Semen Gresik, Tbk 27 Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU)

11 PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) 28 Perum Percetakan Negara Indonesia (PNRI)

12 PT Taspen 29 Perum Prasarana Perikanan Samudra (PPS)

13 Perum Bulog 30PT TWC Borobudur, Prambanan dan Ratu

Boko

14 PT Jasa Marga 31 PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)

15 PT Bank Ekspor Indonesia (BEI) 32 PT Batan Teknologi

16 PT Kereta Api Indonesia (KAI) 33 Perum Produksi Film Negara (PFN)

17 Perum Pegadaian 34 PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI)

35 PT Perikanan Nusantara

Stand Alone

Page 168: Masterplan BUMN 2010-2014

Rencana Rightsizing Tahun 2005 – 2009 ….Lanjutan

Merger/KonsolidasiNo SEKTOR BUMN

1). Sektor Dok & Perkapalan

PT Dok dan Perkapalan Surabaya (DPS)

PT Industri Kapal Indonesia (IKI)

PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari

2). Sektor Perdagangan

PT Perusahaan Perdagangan Indonesia

PT PP Berdikari

PT Sarinah

3). Sektor PergudanganPT Bhanda Ghara Reksa (BGR)

PT Varuna Tirta Prakasya

4). Sektor PariwisataPT Bali Tourism & Development Corporation

PT Hotel Indonesia Natour (HIN)

5). Sektor Penunjang PertanianPerum Jasa Tirta I

Perum Jasa Tirta II

6). Sektor Kehutanan

PT Inhutani I

PT Inhutani II

PT Inhutani III

PT Inhutani IV

PT Inhutani V

7). Sektor PertanianPT Sang Hyang Seri (SHS)

PT Pertani

8). Sektor KertasPT Kertas Leces

PT Kertas Kraft Aceh

9). Sektor PercetakanPT Balai Pustaka (BP)

PT Pradnya Paramita

10). Sektor PertahananPT Pindad

PT Dahana

11). Sektor FarmasiPT Kimia Farma, Tbk

PT Indo Farma, Tbk

Page 169: Masterplan BUMN 2010-2014

Rencana Rightsizing Tahun 2005 – 2009 ….LanjutanHolding

No Sektor BUMN

1) Sektor Perkebunan

PT Perkebunan I (PTPN I)

PT Perkebunan II (PTPN II)

PT Perkebunan III (PTPN III)

PT Perkebunan IV (PTPN IV)

PT Perkebunan V (PTPN V)

PT Perkebunan VI (PTPN VI)

PT Perkebunan VII (PTPN VII)

PT Perkebunan VIII (PTPN VIII)

PT Perkebunan IX (PTPN IX)

PT Perkebunan X (PTPN X)

PT Perkebunan XI (PTPN XI)

PT Perkebunan XII (PTPN XII)

PT Perkebunan XIII (PTPN XIII)

PT Perkebunan XIV (PTPN XIV)

PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI)

2) Sektor Pertambangan

PT Aneka Tambang, Tbk (ANTAM)

PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk (PT BA)

PT Timah, Tbk

3) Sektor Konstruksi

PT Adhi Karya

PT Wijaya Karya (WIKA)

PT Waskita Karya

PT Pembangunan Perumahan (PP)

PT Hutama Karya

PT Nindya Karya

PT Istaka Karya

PT Brantas Abipraya

PT Amarta Karya

4) Sektor Industri Strategis

PT Krakatau Steel (KS)

PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI)

PT Barata Indonesia

PT LEN Industri

PT Industri Kereta Api (INKA)

PT PAL Indonesia

Page 170: Masterplan BUMN 2010-2014

Rencana Rightsizing Tahun 2005 – 2009 ….Lanjutan

Holding

No Sektor BUMN

5) Sektor Kawasan

PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN)

PT Kawasan Industri Medan (KIM)

PT Kawasan Industri Makassar (KIMA)

PT Pengembangan Daerah Industri (PDI) Pulau Batam

PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma (KIW)

6) Sektor KebandarudaraanPT Angkasa Pura I (AP I)

PT Angkasa Pura II (AP II)

7) Sektor Pelayaran

PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI)

PT Djakarta Lloyd

PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP)

PT Pelayaran Bahtera Adhiguna (BAG)

8) Sektor Pelabuhan

PT Pelabuhan Indonesia I (PELINDO I

PT Pelabuhan Indonesia II (PELINDO II)

PT Pelabuhan Indonesia III (PELINDO III)

PT Pelabuhan Indonesia IV (PELINDO IV)

Page 171: Masterplan BUMN 2010-2014

Rencana Rightsizing Tahun 2005 – 2009 ….Lanjutan

Divestasi

No BUMN No. BUMN

1 PT Garuda Indonesia (GIA) 15 PT Industri Soda Indonesia (ISI)

2 PT Merpati Nusantara (MNA) 16 PT Industri Gelas (IGLAS)

3 PT Asuransi Jiwasraya 17 PT Industri Sandang Indonesia (INSAN)

4PT Permodalan Nasional Madani

(PNM)18 Perum Damri

5 PT Dana Reksa 19 PT Boma Bisma Indra (BBI)

6 PT PANN Multi Finance 20 PT Primissima

7 PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) 21 PT Indra Karya

8 PT Semen Baturaja 22 PT Yodya karya

9 PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) 23 PT Virama Karya

10 PT Sucofindo 24 PT Indah Karya

11PT Reansuransi Umum Indonesia

(RUI)25 PT Konservasi Energi Abadi (Koneba)

12 PT Pengerukan Indonesia 26 PT Bina Karya

13 PT Garam27 PT Sarana Karya

14 PT Surveyor Indonesia (SI)

Page 172: Masterplan BUMN 2010-2014

Rencana Privatisasi Tahun 2007

No. BUMN% Saham

Negara

Rencana

MetodeDasar Pertimbangan

1 PT Jasa Marga 100 IPO Kompetitif

2 PT BNI 99,12 IPO/SPO Kompetitif

3 PT BTN 100 IPO Kompetitif

4 PT Wijaya Karya 100 IPO Kompetitif

5 PT Permodalan Nasional Madani 100 IPO Kompetitif

6 PT Garuda 100 IPO Kompetitif

7 PT Merpati 100 IPO Kompetitif

8 PT Krakatau Steel 100 IPO Kompetitif

9 PT Dirgantara 100 IPO Kompetitif

10 PT Industri Soda Indonesia 100 SS Kompetitif

11 PT IGLAS 100 SS Kompetitif

12 PT Cambrics Primissima 52,79 SS Kompetitif

13 PT Indah Karya 100 SS Kompetitif

14 PT Indra Karya 100 SS Kompetitif

15 PT Virama Karya 100 SS Kompetitif

16 PT Yodya Karya 100 SS Kompetitif

17 PT Bina Karya 100 SS Kompetitif

18 PT JIHD 1,33 SS Kepemilikan negara minoritas

19 PT Kertas Padalarang 40,76 SS Kepemilikan negara minoritas

20 PT Atmindo 36,56 SS Kepemilikan negara minoritas

21 PT Intirub 9,9 SS Kepemilikan negara minoritas

22 PT PPLI 5,00 SS Kepemilikan negara minoritas

23 PT Kertas Blabak 0,84 SS Kepemilikan negara minoritas

24 PT Kertas Basuki Rahmat 0,4 SS Kepemilikan negara minoritas

Page 173: Masterplan BUMN 2010-2014

Rencana Privatisasi Tahun 2008

No. BUMN% Saham

Negara

Rencana

MetodeDasar Pertimbangan

1 PT Asuransi Jasa Indonesia 100 IPO/Dilusi Kompetitif

2 PT Asuransi Jiwasraya 100 IPO/SO Kompetitif

3 PT Sarana Karya 100 IPO Pengembangan usaha

4 PT Rukindo 100 IPO Cut loss

5 PT Semen Baturaja 100 IPOButuh dana Pengembangan teknologi

dan pasar

6 PT Industri Sandang 100 IPO Pengembangan usaha

7 PT Krakatau Steel 100 IPO

- Sektor terbuka dan kompetitif

- Untuk meningkatkan daya saing

perusahaan (competitiveness)

8 PT INTI 100 IPO

Sektor kompetitif, perlu permodalan tinggi

untuk pengembangan (akan dikaji lebih

mendalam)

9 PT Koneba 100 IPO Kepemilikan Negara Minoritas

10 PT JIEP 50 SS/Divestasi Kompetitif

11 PT SIER 50 SS/Divestasi Kompetitif

12 PT Bank Bukopin 18 Placement Kepemilikan Negara Minoritas

13 PT Dirgantara 17SS/Dilusi/

Divestasi

- Perseroan membutuhkan tambahan

modal

- Akses keteknologi dan pemasaran

14 PT Rekayasa industri 4,97EMBO/

Divestasi

Sektor kompetitif, kepemilikan negara

minoritas (akan ditinjau kembali)

15 PT Surveyor 85,12SS/Divestasi

dan DilusiPengembangan perusahaan

Page 174: Masterplan BUMN 2010-2014

Rencana Privatisasi Tahun 2009-2011

No. BUMN% Saham

Negara

Rencana

MetodeDasar Pertimbangan

1 PT Kliring Berjangka 100 SS/Dilusi Kebutuhan pengembangan dana

2 PT ASEI 100SS/

DivestasiKompetitif

3 PT Reasuransi 100 IPO Pengembangan usaha

4 PT Danareksa 100 IPO Pengembangan usaha

5 PT Sucofindo 95,00 SSKompetitif/ Kebutuhan dana/

pengembangan usaha

6 PT Bank Mandiri Tbk 70 SO/Dilusi Butuh dana pengembangan bisnis

7 PT BRI Tbk 59,5 SO/Dilusi Kebutuhan pengembangan dana

8 PT Bank BTN 100 SO Kebutuhan pengembangan dana

9 PT Bahana PUI 17,78 SS/ Divestasi Kompetitif

10 PT Sucofindo 10 SS pengembangan usaha

11 BUMN Pupuk 100 IPO/SS pengembangan usaha

Page 175: Masterplan BUMN 2010-2014

LAMPIRAN 8

MATRIKS PENANGANAN RESTRUKTURISASI

KORPORASI OLEH PT PPA

Page 176: Masterplan BUMN 2010-2014

PROGRESS PENANGANAN RESTRUKTURISASI/REVITALISASI BUMN OLEH PPA

2009

NO BUMN STATUS

1PT Merpati Nusantara Airlines

(Persero)

Menteri Keuangan telah menyetujui pemberian pinjaman untuk pembelian

15 unit pesawat MA 60 yang akan direalisasikan tahun 2010-2011

2 PT PAL (Persero)

Perjanjian pemberian pinjaman telah ditandatangani pada tanggal 16

Desember 2009 yang digunakan untuk:

­ Penyelesaian pembangunan 10 kapal dengan jumlah plafond sebesar

USD 25,6 juta

­ Restrukturisasi korporasi sebesar maksimal Rp 193,37 M:

­ Perampingan karyawan Rp 90,19 M

­ Biaya talangan selama masa persiapan perampingan (3 bulan)

Rp38,50 M

­ Tambahan Modal kerja divisi pemeliharaan / perbaikan kapal dan

rekayasa umum Rp 27,50 M

­ Biaya talangan selama transisi fast cash business (3 bulan) Rp9,24 M

­ Biaya pengeluaran barang dari pelabuhan Rp 11 M

­ Pembayaran sebagian hutang pihak ketiga (closed project) Rp16,94 M

3 PT Waskita KaryaPelaksanaan setoran modal oleh PT PPA akan dilakukan setelah terbitnya

Peraturan Pemerintah terkait Restrukturisasi dan/atau Revitalisasi PT WK.

4 PT Semen Kupang (Persero)

PT Semen Kupang telah menandatangani Perjanjian KSO dengan PT

Sarana Agro Gemilang (SAG) pada tanggal 1 Sep 2009. Dengan adanya

KSO tersebut maka diharapkan di PT Semen Kupang (Persero) dapat

segera beroperasi kembali.

5 Perum Pengangkutan Permasalahan pembayaran pesangon karyawan telah diselesaikan dengan

melakukan penjualan aset property milik PPD.

6 Perum PPFNPT PPA belum dapat memberikan bantuan pinjaman sebagaimana yang

diperlukan oleh PPFN

Page 177: Masterplan BUMN 2010-2014

PROGRESS PENANGANAN RESTRUKTURISASI BUMN OLEH PT PPA … Lanjutan

2010

NO BUMN STATUS

1 PT Iglas (Persero)

­ Telah disampaikan kepada Komite Restrukturisasi dan Revitalisasi pada tanggal 2

Oktober 2009

­ Mengusulkan pemberian pinjaman sebesar Rp 106,77 milyar

­ Opsi penyelesaian lainnya yaitu kajian likuidasi dan divestasi telah disampaikan

kepada Ketuan Tim Pelaksana Komite RR

2 PT Djakarta LLyod (Persero)­ Kajian Restrukturisasi PT Djakarta Lloyd masih membutuhkan kajian lanjutan yang

harus dilengkapi dengan business plan dari Manajemen Djakarta Lloyd.

3PT Industri Sandang Nusantara

(Persero)

PPA telah memberikan talangan sebesar Rp 25 M di luar konteks restrukturisasi dan/atau

revitalisasi untuk membiayai kebutuhan operasional perusahaan dan saat ini sedang

dilaksanakan finalisasi Kajian Kelayakan Restrukturisasi dan/atau Revitalisasi (FDD dan

Kajian Bisnis).

4 PT Balai Pustaka (Persero)

Saat ini PT BP dalam proses penyelesaian Rencana Bisnis.

Arahan Menteri Negara BUMN dalam rapat tanggal 18 Januari 2010, disepakati bahwa PT

Balai Pustaka akan di restrukturisasi didasarkan sejarah Balai Pustaka.

5 PT Berdikari (Persero) Proses finalisasi kajian kelayakan restrukturisasi dan/atau revitalisasi

6 PT Hotel Indonesia (Persero) Finalisasi kajian kelayakan Restrukturisasi dan/atau Revitalisasi

7 PT Primisima (Persero) Finalisasi kajian kelayakan Restrukturisasi dan/atau Revitalisasi

8 PT Kertas Kraft Aceh (Persero)

­ PPA telah memberikan dana talangan sebesar Rp 125,72 milyar untuk Rasionalisasi

karyawan

­ Dilakukan Kajian menyeluruh atas opsi-opsi penyelesaian permasalahan KKA,

termasuk kajian pengoperasian kembali KKA.

­ Laporan kajian awal upaya pengoperasian kembali PT KKA telah disampaikan kepada

Menteri Negara BUMN

9 PT Varuna Tirta Prakasya (Persero)

Pengumpulan informasi dan identifikasi awal permasalahan. Sesuai informasi terakhir

Dirkeu, saat ini VTP sedang mempertimbangkan penyelesaian kewajiban kepada Bank

Mandiri. PPA telah menawarkan untuk membantu melakukan pembahasan kemungkinan

penyelesaian kewajiban tsb.

10 PT Industri Kapal (Persero) Sedang dilakukan Financial Due Diligence (FDD) dan Legal Due Diligence (LDD).

11 PT Survai Udara Penas (Persero) Proses pengumpulan data dan penyusunan laporan kajian

Page 178: Masterplan BUMN 2010-2014

LAMPIRAN 9

DATA BUMN PENYELENGGARA PSO

Page 179: Masterplan BUMN 2010-2014

47

NO BUMN PEMBERI TUGASDASAR HUKUM PRODUK/JASA

2006 2007 2008 2009PENUGASAN YANG DITUGASKAN

A. Bidang Sarana Perhubungan

1. PT KAI Menhub

-UU No. 13/2007 Ttg

Perkeretaapian

Penyediaan KA kelas

ekonomi 450.00 425.00 408.50 505.00

-Kontrak (tahunan)

2.PT PELNI Menhub -Keputusan Dirjen Perla

Penyediaan Kapal Laut

kelas 679.60 677.60 790.00 600.00

-Kontrak (tahunan) Ekonomi

3. PT Posindo Menkominfo -Keputusan Menkominfo

Penyediaan pelayanan

KPCLK 115.00 125.00 118.75 175.00

-Kontrak (tahunan)

4.Perum Antara

Menkominfo

-Keputusan Menkominfo

Penyediaan dan/atau

distribusi - - 38.96 42.05

-Kontrak (tahunan)

berita (cetak, vidio/TV,

Foto) tertentu kepada

kelompok/

daerah tertentu

B. Bidang Energi

5. PT Pertamina BPH Migas

Keputusan BPH Migas

(tahunan)

Penyediaan dan

distribusi 59,500.00 76,272.81 134,201.23 34,959.81

BBM tertentu

6. PT PLN Menteri ESDM UU Nomor 30/2009

Penyediaan tenaga

listrik 33,904.22 37,480.66 82,999.17 50,830.12

C. Bidang Pangan

7. PT Pusri Mentan

Surat/Keputusan..(tahunan

)

Penyediaan dan

distribusi 3,776.00 6,172.00 5,797.00 16,458.00

pupuk bersubsidi

8. PT SHS Mentan Surat Nomor…(tahunan)

Penyediaan dan

distribusi 176.11 319.29 933.44 1,283.63

benih dan pupuk

9. PT Pertani Mentan Surat Nomor…(tahunan)

Penyediaan dan

distribusi 31.84 68.31 732.64 1,169.54

benih dan pupuk

10. Perum Bulog Menko Kesra Surat/Keputusan (tahunan)

Penyediaan dan

penyaluran 5,318.89 6,269.12 11,289.95 12,448.78

Raskin dan CBP

JUMLAH 100,282.93 127,809.79 237,309.64 118.471.93

Catatan: Data tahun 2005 tidak dapat disajikan karena datanya tersebar, dan Asdep Kewajiban Pelayanan Umum yang bertugas memonitor dan menginventarisir data PSO baru

dibentuk pada tahun 2006

Page 180: Masterplan BUMN 2010-2014

LAMPIRAN 10

PROGRAM BERKESINAMBUNGAN

TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2006 - 2009

Page 181: Masterplan BUMN 2010-2014

PROGRAM BERKESINAMBUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2006

No Program Keterangan

1 Menyusun Kebijakan Teknologi Informasi

Kementerian Negara BUMNMenyusun Kebijakan Teknologi Informasi untuk diusulkan

dapat disahkan oleh Menteri dalam rangka

melaksanakan IT Governance

2 Pengembangan Infrastruktur Menambah jumlah server, PC/notebook, perangkat

jaringan, security, software, anti virus dan anti spyware

untuk mendukung aplikasi yang berjalan di atasnya

3 Pengembangan SDM Menambah jumlah SDM melalui outsorcing dan

meningkatkan kualitas SDM Teknologi informasi melalui

pendidikan, kursus dan sertifikasi

4 Pengembangan Aplikasi

a. Website Kementerian Negara BUMN dengan

alamat www.bumn.go.id atau www.bumn-

ri.com

Website Kementerian Negara BUMN mulai diluncurkan

pada tahun 2002. Agar website tersebut lebih dapat

memenuhi kebutuhan Kementerian Negara BUMN dalam

mendukung transparansi dan tanggung jawab

Kementerian Negara BUMN kepada publik, maka

dilakukan perubahan rancangan dan konten informasi

website.

a. Pembangunan Aplikasi Privatisasi BUMN Membangun aplikasi yang digunakan untuk membantu

menangani proses privatisasi BUMN dan membangun

sub portal yang menyajikan informasi ahsil privatisasi

kepada publik melalui www.bumn.go.id.

Page 182: Masterplan BUMN 2010-2014

PROGRAM BERKESINAMBUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2007

No Program Keterangan

1 Pengembangan Aplikasi

a. Pembangunan Sistem Informasi BUMN

(Executive Information System)Melakukan pembangunan aplikasi yang ditujukan untuk menyediakan informasi

terkait BUMN bagi pimpinan di lingkungan Kementerian Negara BUMN dan

membantu pimpinan dalam mengambil kebijakan dan keputusan terhadap

pengelolaan BUMN.

b. Pembangunan Office Automation dan

pembuatan dokumen elektronikMelakukan pembangunan aplikasi yang ditujukan untuk menyediakan otomasi alur

kerja yang melibatkan seluruh unit di Kementerian Negara BUMN seperti

perencanaan, keuangan, SDM, perlengkapan, arsip dan dokumentasi, dan unit tata

usaha. Implementasi Office Automation tersebut dimulai dengan pembuatan

dokumen elektronik yang akan disimpan dalam sistem.

c. Pembangunan Sistem Informasi Fit and

Proper Direksi BUMN

Melakukan pembangunan aplikasi yang dapat menyajikan informasi SDM

BUMN dan membantu proses Fit and Proper Test calon Direksi BUMN

UJI KEPATUTAN DAN KELAYAKAN Direksi dan Komisaris BUMN (CV

Direksi, Komisaris dan 1 tingkat di bawah Direksi, mekanisme UJI

KEPATUTAN DAN KELAYAKAN)

d. Pembangunan Sistem Informasi Fit and

Proper Direksi Anak Perusahaan BUMN

Melakukan pembangunan aplikasi yang dapat menyajikan informasi SDM

BUMN dan membantu proses Fit and Proper Test calon Direksi Anak

Perusahaan BUMN.

Uji Kepatutan dan Kelayakan Direksi dan Komisaris Anak Perusahaan BUMN

e. Pembangunan PKBL Online -

f. Knowledge Management Melakukan pembangunan aplikasi untuk menyimpan dan menyajikan informasi

Anggaran Dasar BUMN

2 Mobile access Portal publik dan eksekutif dapat diakses melalui HP, PDA

3 Operasional dan pemeliharaan

4 Sosialisasi Open source Sosialisasi pemakaian open sourse (Linux, Open Office di KNBUMN)

5 Penambahan Server Menyediakan perangkat yang memadai untuk menjalankan aplikasi

6 Reliabilitas email

Page 183: Masterplan BUMN 2010-2014

PROGRAM BERKESINAMBUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2008 & 2009

No Program Keterangan

2008

1 Pembangunan Portal Aset BUMN Melakukan pembangunan aplikasi yang dapat

menyajikan informasi aset BUMN dan membantu

Kementerian Negara BUMN dalam rangka

mengoptimalkan aset BUMN.

2 Penambahan dan Upgrade Perangkat Jaringan Menyediakan perangkat yang memadai untuk

menjalankan aplikasi

3 Pengadaan Infrastruktur untuk menyiapkan IP

PhoneMenyediakan perangkat yang memadai untuk

menjalankan aplikasi

2009

1 Upgrade Server Menyediakan perangkat yang memadai untuk

menjalankan aplikasi

2 Upgrade Storage Menyediakan perangkat yang memadai untuk

menjalankan aplikasi

3 Unified Communication (Integrasi voice, data,

video, email ke dalam perangkat komunikasi)Menyediakan perangkat yang memadai untuk

menjalankan aplikasi

4 Data Center standar Menyediakan infrastruktur datacenter bagi server dan

aplikasi dalam rangka mendukung ketersediaan dan

reliabilitas layanan TI

5 Reliabilitas jaringan dan keamanan Menyediakan keamanan data dan informasi yang

diproses melalui jaringan Kementerian BUMN

Page 184: Masterplan BUMN 2010-2014

REALISASI PROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2006

No. Program/Rencana Kerja Realisasi

1 Menyusun Kebijakan Teknologi

Informasi Kementerian Negara BUMNDraft Master Plan Teknologi Informasi Kementerian BUMN tahun

2006-2010

2 Pengembangan Aplikasi Pembangunan dan launching SMS Center 2866 untuk keluhan

dan pengaduan melalui SMS

Redesain Portal Publik dan Pembangunan Sub Portal Privatisasi

www.bumn.go.id dan http://priv.bumn.go.id

3 Pengembangan Infrastruktur

(hardware/software)

Pengadaan Server (18 unit), storage, dan perangkat jaringan

Pengadaan PC/notebook/printer/scanner

Pengadaan anti virus (200 lisensi)

Langganan layanan dedicated internet (1.024 Kbps)

Langganan domain bumn.go.id dan bumn-ri.com

Langganan layanan informasi saham real time (4 client)

4 Pengembangan dan peningkatan

kualitas SDM

Menambah jumlah SDM melalui outsorcing

Mengirim pegawai untuk mengikuti workshop, seminar,

pendidikan, kursus dan sertifikasi

5 Koordinasi pemanfaatan sistem

informasi/teknologi informasi

Pembentukan Kelompok Kerja TI BUMN yang bertugas

menyusun panduan masterplan TI BUMN, Tata Kelola TI BUMN

dan Sinergi BUMN pada tahun 2006

Rapat Koordinasi Bidang Sistem Informasi antara Kementerian

Negara BUMN dengan BUMN pada bulan Desember 2006

Page 185: Masterplan BUMN 2010-2014

REALISASI PROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2007

No. Program/Rencana Kerja Realisasi

1 Pengembangan Aplikasi

a. Pembangunan Sistem Informasi BUMN (Executive

Information System)Pembangunan Executive Information System http://eis.bumn.go.id

a. Pembangunan Office Automation dan pembuatan

dokumen elektronikPembangunan Office Automation http://oa.bumn.go.id dengan modul-modul perencanaan,

pengelolaan keuangan, pengelolaan SDM, pengadaan, pengelolaan aset, penyediaan ATK,

persuratan, perpustakaan, dokumentasi dan arsip, produk dan bantuan hukum, pengelolaan

aset TI, kehumasan, pengelolaan agenda/ jadwal, dan pengumuman

a. Pembangunan Sistem Informasi Fit and Proper

Direksi BUMNPembangunan Portal SDM http://sdm.bumn.go.id/internal dan http://sdm.bumn.go.id

a. Pembangunan PKBL Online Pembangunan portal PKBL http://pkbl.bumn.go.id/internal dan http://pkbl.bumn.go.id

2 Operasional dan pemeliharaan Migrasi colocation dari Telkom Slipi ke Telkom Karet untuk penambahan kapasitas server

karena kebutuhan aplikasi.

3 Pengembangan Infrastruktur (hardware/software) Pengadaan PC/notebook/printer/scanner

Langganan layanan dedicated internet (2.048 Kbps)

Langganan layanan informasi saham real time (6 client)

Penyediaan layanan internet menggunakan Jaringan lokal yang menghubungkan Lapangan

Banteng-Merdeka Selatan melalui DINAccess

Penyediaan jaringan di Gedung Kementerian Negara BUMN Jalan Merdeka Selatan 13,

Jakarta Pusat berjumlah 500 titik untuk 14 lantai (Pindah Kantor dari Gedung 16 Lantai

Jalan Dr Wahidin Raya 1 Jakarta)

4 Sosialisasi dan pelatihan pemanfaatan sistem

informasi/teknologi informasia. Pelatihan portal publik kepada admin BUMN yang dilaksanakan pada 6–21 Agustus

2007 diikuti oleh 337 peserta dari 134 BUMN.

b. Pelatihan Office Automation pada bulan Desember 2007 diikuti oleh pegawai

Kementerian Negara BUMN.

c. Pelatihan seluruh portal kepada 50 BUMN yang mengajukan permintaan pelatihan

tambahan kepada masing-masing BUMN

5 Pengembangan dan peningkatan kualitas SDM a. Pengadaan outsourcing tenaga bidang TI

b. Mengirim pegawai untuk mengikuti workshop, seminar, pendidikan, kursus dan

sertifikasi

Page 186: Masterplan BUMN 2010-2014

REALISASI PROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2008

No Program/Rencana Kerja Realisasi

1 Pembangunan Portal Aset BUMNPembangunan portal Aset (http://aset.bumn.go.id/internal dan

http://aset.bumn.go.id)

2Penambahan dan Upgrade Perangkat

Jaringan

Menyediakan perangkat jaringan yang memadai untuk

menjalankan aplikasi

3Pengadaan Infrastruktur untuk

menyiapkan IP Phone

Menyediakan prototype komunikasi voice dan video yang

tersedia untuk komunikasi di Kementerian BUMN

4 Sosialisasi Open sourceSosialisasi pemakaian Open source di Kementerian Negara

BUMN (Linux) pada tahun 2008 (15 orang)

5Pengembangan Infrastruktur

(hardware/software)

1) Pengadaan PC/notebook/printer/scanner

2) Penggantian dan Penambahan PC untuk mendukung

operasional Kementerian Negara BUMN dari 204 unit pada

tahun 2004 menjadi 456 unit pada tahun 2009.

6Pengembangan dan peningkatan

kualitas SDM

Kursus dan Pelatihan

1) CCNA 1 orang

2) CISA Reviw Course 2 orang

3) Zend Framework 3 orang

4) Java Standard Edition Course 1 orang

5) Project Management Course 1 orang

Page 187: Masterplan BUMN 2010-2014

REALISASI PROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2009

Program/Rencana Kerja Realisasi

Upgrade Server Menyediakan perangkat yang memadai untuk menjalankan aplikasi

Upgrade Storage Menyediakan perangkat yang memadai untuk menjalankan aplikasi

Unified Communication (Integrasi voice,

data, video, email ke dalam perangkat

komunikasi)

Menyediakan implementasi penuh komunikasi voice dan video yang

tersedia untuk komunikasi di Kementerian BUMN

Reliabilitas email Menyediakan email yang dapat memenuhi kebutuhan email yang aman,

mobile messaging dan web mail yang nyaman bagi pengguna

Data Center standar Berdasarkan prioritas realisasi ditunda ke anggaran tahun 2010

Reliabilitas jaringan dan keamananMenyediakan server yang berfungsi sebagai Single Sign On server melalui

Active Directory

Sosialisasi dan Implementasi Portal

Berkelanjutan

Pelatihan Portal EIS, SDM, PKBL dan Publik kepada admin BUMN yang

dilaksanakan pada 14 April – 8 Mei 2008 dan 27 Agustus – 8 September

2009, diikuti oleh 672 peserta dari 142 BUMN.

Pengembangan Infrastruktur

(hardware/software)

Upgrade jaringan internet menjadi 4.096 Kbps pada tahun 2009.

Penambahan 80 komputer bagi pegawai kementerian BUMN

Pengembangan dan peningkatan

kualitas SDM

Kursus dan Pelatihan

1) Diklat Pimpinan III 1 orang

2) Diklat Pimpinan IV 1 orang

Page 188: Masterplan BUMN 2010-2014

LAMPIRAN 11

MASTER PLAN TEKNOLOGI INFORMASI

KEMENTERIAN BUMN 2010 - 2014

Page 189: Masterplan BUMN 2010-2014

57

2010

2012

2013

Persiapan Fondasi Implementasi Sistem Terintegrasi

Monitoring BUMN dengan static Dashboard & Ekspansi Layanan

Peletakan Basis Knowledge Management

Pengambilan Keputusan Secara Dinamis

dengan BUMN Dashboard Dinamis

2014

Business Intelligent

ROADMAP 2010-2014

Page 190: Masterplan BUMN 2010-2014

ROADMAP 2010-20142010 2011 2012 2013 2014

1. Revitalisasi Infrastruktur Datacenter

2. Pemeliharaan Portal Publik

3. Pemeliharaan Portal Internal

4. Sistem Keamanan Terintegrasi

5. Unified Wireless LAN6. Pelatihan Pegawai

Sistem Informasi

1. Pemeliharaan danPenambahan FiturPortaPemeliharaan danPenambahan FiturPortal

2. Mailing Room3. Control Room4. Server dan Storage5. ETL otomatis dari

system BUMN6. Pelatihan7. IT Steering Commitee8. Rakor TI9. Tim Implementasi

BUMN10. Tim Implementasi

Kementerian BUMN

1. Pemeliharaan portalinternal dan eksternal, penyempurnaan fiturdan optimalisasipemanfaatan portal

2. Pelatihan/kursuskompetensi TI

3. Optimalisasipemanfaatan portal sebagai Knowledge Management dan DSS

4. Pemeliharaanhardware dan software

5. Implementasi Mailing Room (Tahap I)

6. Implementasi Control Room (Tahap I)

7. Rakor TI

1. Pemeliharaan portalinternal dan eksternal, penyempurnaan fiturdan optimalisasipemanfaatan portal

2. Pelatihan/kursuskompetensi TI

3. Optimalisasipemanfaatan portal sebagai Knowledge Management dan DSS

4. Pembentukan Tim Steering Committeeuntuk proyek TI

5. Pembangunan Business Intelligence

6. Rakor TI

1. Redesain database danaplikasi

2. Pembangunan dashboard denganQuery Dinamik

3. Optimalisasipemanfaatan portal sebagai Knowledge Management

4. Pelatihan/kursuskompetensi TI

5. Pemanfaatan Mailing Room

6. Audit Tata Kelola TI7. Rakor TI