kukp 2010-2014
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN UMUMKETAHANAN PANGAN
2010 – 2014
DEWAN KETAHANAN PANGAN2010
.
�
i
PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Ketahanan Pangan mas�h merupakan �su yang pent�ng bag� bangsa Indones�a. Sekal�pun saat �n� Indones�a telah berhas�l mencapa� swasembada beras, namun ketahanan pangan mas�h menjad� salah satu pr�or�tas pembangunan nas�onal. Hal �n� antara la�n karena pangan merupakan kebutuhan dasarmanus�a yang t�dak b�sa d�subst�tus� dengan bahan la�n. Sementara, pertumbuhan jumlah penduduk �ndones�a yang terus men�ngkat memerlukan penyed�aan bahan pangan dalam jumlah yang sangat besar. D� s�s� la�n, kapas�tas penyed�aan bahan pangan justru menghadap� sejumlah tantangan sepert� perubahan �kl�m global, kompet�s� pemanfaatan sumberdaya lahan dan a�r untuk keg�atan pertan�an dan non pertan�an, serta degradas� l�ngkungan yang menurunkan kapas�tas produks� pangan nas�onal. K�ta juga menghadap� persoalan penanganan kerawanan pangan mas�h terjad� d� Indones�a.
Sehubungan dengan persoalan tersebut d� atas, maka dalam RPJMN 2010-2014, Pemer�ntah menempatkan pembangunan ketahanan pangan sebaga�salah satu pr�or�tas nas�onal. Dalam ka�tan dengan pembangunan ketahanan pangan, pemer�ntah member�kan penekanan pada perba�kan subs�stem ketersed�aan pangan, subs�stem d�str�bus� pangan dan subs�stem konsums� pangan.
Pembangunan subs�stem ketersed�aan d�arahkan guna menjam�n ketahanan dan kedaulatan pangan nas�onal. Dalam hal �n�, Pemer�ntah berupaya mencapa� swasembada dan mempertahankan swasembada berkelanjutan bag� komod�tas pangan strateg�s, melalu� s�nerg� dan keterpaduan antar sektor,seh�ngga tujuan tersebut dapat d�capa� secara efekt�f dan ef�s�en. Upaya pengembangan subs�stem ketersed�aan pangan juga d�arahkan sebaga� bas�s untuk meng�k�s persoalan kerawanan pangan yang mas�h terjad� d�sebag�an w�layah Indones�a.
��
ii
Pembangunan subs�stem d�str�bus� pangan d�arahkan untuk menjam�n ketersed�aan pangan, ba�k d� t�ngkat nas�onal maupun d� set�ap daerah selalu dalam kond�s� cukup, memada�, dan terkelola dengan ba�k, yang d�tanda� oleh stab�l�tas harga pangan yang terjangkau bag� konsumen, namun d�s�s� la�n juga member�kan penghas�lan yang memada� bag� petan�. Upaya pembangunan d�str�bus� pangan antara la�n melalu� pengembangan cadangan pangan dan perba�kan ranta� d�str�bus� log�st�k nas�onal yang efekt�f dan ef�s�en.
Pengembangan subs�tem konsums� pangan d�maksudkan untuk memperba�k� kual�tas konsums� pangan masyarakat, khususnya melalu� penganekaragamankonsums� pangan dengan memanfaatkan sumberdaya pangan lokal, termasuk men�ngkatkan aspek keamanan pangan. Kekayaan sumberdaya hayat� Indones�a perlu d�manfaatkan untuk men�ngkatkan kual�tas dan keragaman konsums� pangan masyarakat, sekal�gus mengatas� ketergantungan pada beras.
Guna member�kan arahan mengena� �mplementas� RPJMN b�dang ketahanan pangan, d�susun Keb�jakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014. Penerb�tan buku �n� d�maksudkan sebaga� pedoman bag� seluruh pemangku kepent�ngan, Pemer�ntah Pusat dan Daerah serta komponen bangsa la�nnya mengena� program-program pembangunan ketahanan pangan secara terpadu dan s�nerg�s.
Saya berharap dengan berpedoman pada “Keb�jakan Umum Ketahanan Pangan 2010 – 2014” �n�, k�ta mampu secara terarah memusatkan semua upaya dan sumberdaya untuk percepatan pencapa�an tujuan pembangunan ketahanan pangan nas�onal. Karena �tu, saya berharap semua pemangku kepent�ngan menjad�kan buku �n� sebaga� acuan dalam perumusan langkah operas�onal pembangunan ketahanan pangan d� b�dang dan w�layah kerjanya mas�ng-mas�ng sesua� dengan peran dan tanggung jawabnya.
Jakarta, Maret 2011Pres�den RI/Ketua Dewan Ketahanan Pangan,
DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono
���
ii
Pembangunan subs�stem d�str�bus� pangan d�arahkan untuk menjam�n ketersed�aan pangan, ba�k d� t�ngkat nas�onal maupun d� set�ap daerah selalu dalam kond�s� cukup, memada�, dan terkelola dengan ba�k, yang d�tanda� oleh stab�l�tas harga pangan yang terjangkau bag� konsumen, namun d�s�s� la�n juga member�kan penghas�lan yang memada� bag� petan�. Upaya pembangunan d�str�bus� pangan antara la�n melalu� pengembangan cadangan pangan dan perba�kan ranta� d�str�bus� log�st�k nas�onal yang efekt�f dan ef�s�en.
Pengembangan subs�tem konsums� pangan d�maksudkan untuk memperba�k� kual�tas konsums� pangan masyarakat, khususnya melalu� penganekaragamankonsums� pangan dengan memanfaatkan sumberdaya pangan lokal, termasuk men�ngkatkan aspek keamanan pangan. Kekayaan sumberdaya hayat� Indones�a perlu d�manfaatkan untuk men�ngkatkan kual�tas dan keragaman konsums� pangan masyarakat, sekal�gus mengatas� ketergantungan pada beras.
Guna member�kan arahan mengena� �mplementas� RPJMN b�dang ketahanan pangan, d�susun Keb�jakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014. Penerb�tan buku �n� d�maksudkan sebaga� pedoman bag� seluruh pemangku kepent�ngan, Pemer�ntah Pusat dan Daerah serta komponen bangsa la�nnya mengena� program-program pembangunan ketahanan pangan secara terpadu dan s�nerg�s.
Saya berharap dengan berpedoman pada “Keb�jakan Umum Ketahanan Pangan 2010 – 2014” �n�, k�ta mampu secara terarah memusatkan semua upaya dan sumberdaya untuk percepatan pencapa�an tujuan pembangunan ketahanan pangan nas�onal. Karena �tu, saya berharap semua pemangku kepent�ngan menjad�kan buku �n� sebaga� acuan dalam perumusan langkah operas�onal pembangunan ketahanan pangan d� b�dang dan w�layah kerjanya mas�ng-mas�ng sesua� dengan peran dan tanggung jawabnya.
Jakarta, Maret 2011Pres�den RI/Ketua Dewan Ketahanan Pangan,
DR. H. Susilo Bambang Yudhoyonoi
SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN
Pembangunan Ketahanan Pangan bertujuan untuk menjam�n ketersed�aan pangan yang cukup dar� seg� jumlah, mutu, keamanan dan keragaman seh�ngga set�ap rumah tangga mampu mengkonsums� pangan dalam set�ap saat, mampu mengkonsum� pangan yang cukup, aman, berg�z� dan sesua� p�l�hannya, untuk menjalan� h�dup sehat dan produkt�f. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan mengamanatkan pembangunan pangan untuk memenuh� kebutuhan dasar manus�a, d�mana pemer�ntah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan. Untuk mencapa� tujuan �n�, pemer�ntah dan masyarakat bertanggung jawab sesua� dengan peran dan sumberdaya yang d�m�l�k�nya. Pemer�ntah bertanggung jawab menyelenggarakan pengaturan, pemb�naan, pengendal�an dan pengawasan terhadap ketersed�aan pangan, sedangkan masyarakat berperan menyelenggarakan produks� dan penyed�aan, perdagangan, d�str�bus� dan konsumen.
Meng�ngat pent�ngnya masalah pangan, set�ap negara mempr�or�taskanpembangunan ketahanan pangan dan pencapa�annya d�pos�s�kan sebaga� fondas� bag� pembangunan sektor-sektor la�nnya. Berbaga� tantangan dan perubahan l�ngkungan strateg�s ba�k secara global maupun nas�onal, telah mempengaruh� s�tuas� ketahanan pangan nas�onal. Berka�tan dengan hal tersebut, pemer�ntah Indones�a menempatkan pembangunan ketahanan pangan sebaga� salah satu pr�or�tas pembangunan nas�onal, sebaga�mana yang tercantum d� dalam RPJMN 2010-2014.
Sebaga� t�ndak lanjut dan penjabaran dar� keb�jakan pembangunan ketahanan pangan nas�onal, maka d�susun Keb�jakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014 sebaga� kelanjutan penyempurnaan dar� KUKP 2006-2009. Dokumen KUKP 2010-2014 �n� d�harapkan dapat menjad� acuan atau
�vii
referens� bag� para perumus keb�jakan, pelaksana pembangunan, pelaku ekonom�, serta masyarakat pada umumnya dalam melaksanakan pembangunan ketahanan pangan d� berbaga� t�ngkatan, dem� terwujudnya ketahanan pangan nas�onal, daerah dan rumah tangga secara berkelanjutan.Buku KUKP 2010-2014 �n� juga d�harapkan dapat d�gunakan sebaga� arahan untuk meny�kap� d�nam�ka kond�s� global yang mempengaruh� s�tuas� dan d�nam�ka ketahanan pangan d� dalam neger�, ba�k pada t�ngkat nas�onal maupun sampa� pada t�ngkat daerah.
Penyusunan dokumen KUKP 2010-2014 �n� d�mula� dengan menugaskan Kelompok Kerja (Pokja Ahl�) Dewan Ketahanan Pangan (DKP) untuk merumuskan �de-�de dasar dar� pembangunan ketahanan pangan. Proses penyusunan konsep awal KUKP 2010-2014 �n� d�lakukan melalu� penel�t�an, stud� pustaka, d�skus� �nternal dengan Pokja Tekn�s, T�m As�stens� dan Pokja Khusus Pemberdayaan Ketahanan Pangan Masyarakat DKP. Konsep awal KUKP 2010-2014 �n� telah d�sem�narkan dan d�bahas berkal�-kal� dalam berbaga� d�skus� publ�k, mula� dar� pengenalan, perumusan, �dent�f�kas� masalah, pr�or�t�sas� keb�jakan, langkah aks�, sampa� pada pembag�an tugas dan tanggung jawab stake holder. D�skus� publ�k telah mel�batkan unsur lembaga pemer�ntah, perguruan t�ngg�, swasta, organ�sas� profes�, lembaga swadaya masyarakat, dan organ�sas� kemasyarakatan la�nnya.
Meng�ngat set�ap daerah mem�l�k� sumberdaya dan persoalan ketahanan pangan yang spes�f�k lokas�, maka d�h�mbau agar set�ap daerah dapat juga merumuskan Langkah Operas�onal Pembangunan Ketahanan Pangan t�ngkat prop�ns� dan kabupaten/kota sebaga� penjabaran dan �mplementas� keb�jakan pembangunan ketahanan pangan d� t�ngkat daerah, dengan mengacu padaKUKP 2010-2014 �n�.
Jakarta, Maret 2011Menter� Pertan�an/Ketua Har�an Dewan Ketahanan Pangan,
Suswonoii
referens� bag� para perumus keb�jakan, pelaksana pembangunan, pelaku ekonom�, serta masyarakat pada umumnya dalam melaksanakan pembangunan ketahanan pangan d� berbaga� t�ngkatan, dem� terwujudnya ketahanan pangan nas�onal, daerah dan rumah tangga secara berkelanjutan.Buku KUKP 2010-2014 �n� juga d�harapkan dapat d�gunakan sebaga� arahan untuk meny�kap� d�nam�ka kond�s� global yang mempengaruh� s�tuas� dan d�nam�ka ketahanan pangan d� dalam neger�, ba�k pada t�ngkat nas�onal maupun sampa� pada t�ngkat daerah.
Penyusunan dokumen KUKP 2010-2014 �n� d�mula� dengan menugaskan Kelompok Kerja (Pokja Ahl�) Dewan Ketahanan Pangan (DKP) untuk merumuskan �de-�de dasar dar� pembangunan ketahanan pangan. Proses penyusunan konsep awal KUKP 2010-2014 �n� d�lakukan melalu� penel�t�an, stud� pustaka, d�skus� �nternal dengan Pokja Tekn�s, T�m As�stens� dan Pokja Khusus Pemberdayaan Ketahanan Pangan Masyarakat DKP. Konsep awal KUKP 2010-2014 �n� telah d�sem�narkan dan d�bahas berkal�-kal� dalam berbaga� d�skus� publ�k, mula� dar� pengenalan, perumusan, �dent�f�kas� masalah, pr�or�t�sas� keb�jakan, langkah aks�, sampa� pada pembag�an tugas dan tanggung jawab stake holder. D�skus� publ�k telah mel�batkan unsur lembaga pemer�ntah, perguruan t�ngg�, swasta, organ�sas� profes�, lembaga swadaya masyarakat, dan organ�sas� kemasyarakatan la�nnya.
Meng�ngat set�ap daerah mem�l�k� sumberdaya dan persoalan ketahanan pangan yang spes�f�k lokas�, maka d�h�mbau agar set�ap daerah dapat juga merumuskan Langkah Operas�onal Pembangunan Ketahanan Pangan t�ngkat prop�ns� dan kabupaten/kota sebaga� penjabaran dan �mplementas� keb�jakan pembangunan ketahanan pangan d� t�ngkat daerah, dengan mengacu padaKUKP 2010-2014 �n�.
Jakarta, Maret 2011Menter� Pertan�an/Ketua Har�an Dewan Ketahanan Pangan,
Suswono
v
DAFTAR ISI
Hal.
PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ............................. �SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN......................................... ���DAFTAR ISI .................................................................................. v DAFTAR TABEL ........................................................................... v��DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR ............................................ v���
I. PENDAHULUAN ................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .............................................................. 1 1.2. Tujuan ........................................................................... 4 1.3. Landasan Hukum .......................................................... 4 1.4. Ruang L�ngkup ............................................................. 11 1.5. Proses Penyusunan ....................................................... 13
II. DINAMIKA KONSEP KETAHANAN PANGAN ............... 15 2.1. Konsep Global Ketahanan Pangan ............................... 15 2.2. D�nam�ka Konsep Ketahanan Pangan Nas�onal ........... 19
III. KERAGAAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2005 - 2009 ............................................................. 27 3.1. Ketersed�aan Pangan ...................................................... 31 3.2. Stab�l�sas� Harga Pangan .............................................. 39 3.3. Cadangan Pangan ......................................................... 41 3.4. Konsums� dan Penganekaragaman Pangan .................. 43 3.5. Keamanan Pangan ........................................................ 49 3.6. Kesejahteraan Masyarakat ............................................ 51
IV. POTENSI, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN KETAHANAN PANGAN ..................................................... 59 4.1. Potens� .......................................................................... 59 4.2. Permasalahan ............................................................... 85 4.3. Tantangan Ketahanan Pangan ....................................... 87
v�
V. KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN NASIONAL ........................................................................... 119 5.1. Arah dan Tujuan Keb�jakan ........................................... 120 5.2. Sasaran Keb�jakan Ketahanan Pangan .......................... 123 5.3. Strateg� Umum .............................................................. 125 5.4. Keb�jakan Umum Ketahanan Pangan ........................... 127
VI. RENCANA AKSI KETAHANAN PANGAN ........................ 149
VII. PENUTUP . ............................................................................ 161
v��
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 3.1. Perkembangan Produks� Beberapa Komod�tas Pangan 2005-2009 ...................................................... 33Tabel 3.2. Ketersed�aan Beberapa Komod�tas Pangan 2005-2009 .................................................................... 35Tabel 3.3. Neraca Ketersed�aan dan Kebutuhan Komod�tas Pangan Pent�ng tahun 2005-2009 ................................ 37Tabel 3.4. Ketersed�aan Energ� dan Prote�n Tahun 2005-2009 .... 39Tabel 3.5. Perbandingan Rata-rata Median dan Coefisien Var�as� Harga Bahan Pangan Pokok - Strateg�s Bulan Januar� - Desember Tahun 2005 - 2008 ............ 40Tabel 3.6. Perband�ngan Rata-rata Med�an dan Persentase Kena�kan Harga Pangan Pokok Strateg�s Bulan Januar�-Agustus Tahun 2008-2009 ................... 41Tabel 3.7. Perkembangan Rata-rata Konsums� Energ� dan Prote�n Tahun 2005-2009 ............................................ 44Tabel 3.8. Rata-rata Konsums� Kelompok Pangan Rumah Tangga Tahun 2005 - 2009 .......................................... 45Tabel 3.9. Konsums� Penduduk Indones�a dan Sel�s�h Aktual terhadap Berbaga� Kelompok Makanan Tahun 2005-2009 ......................................................... 48Tabel 3.10. Perkembangan Kejad�an Luar B�asa Keracunan Pangan Tahun 2001-2009 ............................................ 50Tabel 3.11. Perkembangan Jumlah Penduduk M�sk�n dan Penganggruan Tahun 2002-2009 ................................. 52Tabel 3.12. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kap�ta Menurut Kelompok Barang Penduduk Indones�a Tahun 2005-2008 ......................................................... 57Tabel 4.1. Potens� Ketesed�aan Lahan Pertan�an Indones�a ......... 62Tabel 4.2. Keragaman Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008 ...................................... 66Tabel 4.3. Proyeks� Penduduk Indones�a Menurut Prov�ns� Tahun 2009-2014 ......................................................... 103
v���
Tabel 4.4. Proyeks� Konsums� Pangan Penduduk Indones�a Tahun 2009-2015 ......................................................... 104Tabel 4.5. Perkembangan Jumlah Penduduk M�sk�n 2005-2008 . 115Tabel 5.1. Sasaran Skor PPH 2010-2014 ..................................... 123Tabel 5.2. Sasaran Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan 2010-2014 ....................................................... 124
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR
Grafik 3.1. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategis d� Pasar Dalam Neger� Tahun 2004-2009 ................... 28Grafik 3.2. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategis d� Pasar Internas�onal Tahun 2007-2009 ..................... 29
Gambar 3.3. Persentase Jumlah Penduduk M�sk�n d� Perkantoran dan Perdesaan Tahun 1976-2009 ............................... 53Gambar 3.4. Pengeluaran Rata-rata per Kap�ta sebulan d� Daerah Perkotaan dan Perdesaan menurut Kelompok Barang dan Golongan Pengeluaran per Kap�ta sebulan Tahun 2008 ................................................................. 55
1
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangPangan merupakan kebutuhan dasar manus�a yang pal�ng
utama, karena �tu pemenuhannya menjad� bag�an dar� hak asas� set�ap�nd�v�du. D� Indones�a, pemenuhan kecukupan pangan bag� seluruh rakyat merupakan kewaj�ban, ba�k secara moral, sos�al, maupun hukum termasuk hak asas� set�ap rakyat Indones�a. Sela�n �tu juga merupakan �nvestas� pembentukan sumberdaya manus�a yang leb�h ba�k d� masa datang untuk melaksanakan pembangunan nas�onal, dan prasyarat bag� pemenuhan hak-hak dasar la�nnya sepert� pend�d�kan, pekerjaan, dan sebaga�nya.
Meng�ngat pent�ngnya memenuh� kecukupan pangan, set�ap negara mendahulukan pembangunan ketahanan pangannya sebaga� pondas� bag� pembangunan sektor-sektor la�nnya. Pembangunan ketahanan pangan d� Indones�a d�tujukan untuk menjam�n ketersed�aan dan konsums� pangan yang cukup, aman, bermutu, berg�z�, dan se�mbang pada t�ngkat rumah tangga, daerah, nas�onal,sepanjang waktu dan merata. Hal �n� dapat d�lakukan melalu� pemanfaatan sumberdaya dan budaya lokal, teknolog� �novat�f dan peluang pasar, untuk memperkuat ekonom� perdesaan dan mengentaskan masyarakat dar� kem�sk�nan. Dengan dem�k�an, ketahanan pangan d� Indones�a d�def�n�s�kan sebaga� kond�s� terpenuh�nya pangan bag� rumah tangga yang tercerm�n dar� tersed�anya pangan yang cukup, ba�k jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.
Berbaga� tantangan dan perubahan l�ngkungan strateg�s ba�k secara global maupun nas�onal telah mempengaruh� pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan t�dak saja d� Indones�a, tetap� juga d� hamp�r semua negara d� dun�a, ba�k negara maju maupun negara
2
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
2
berkembang. Tantangan dan perubahan l�ngkungan strateg�s secara global d�tanda� oleh pergerakan harga-harga pangan strateg�s, ba�k sebaga� dampak beranta� dar� kena�kan harga m�nyak bum� dun�a, perubahan �kl�m dan pemanasan global, maupun sebaga� dampak dar� kr�s�s f�nans�al global yang mempengaruh� daya bel� konsumen m�sk�n, dan men�ngkatkan kerawanan pangan terutama d� negara-negara berkembang. Hal �n� juga dapat ber�mpl�kas� terhadap ketahanan pangan dan pencapa�an tujuan pembangunan millennium(MDGs) menurunkan jumlah penduduk m�sk�n dan rawan panganh�ngga setengahnya pada tahun 2015.
Se�r�ng dengan adanya perubahan fenomena dan d�nam�ka kond�s� global yang mempengaruh� s�tuas� dan d�nam�ka �nternal d� dalam neger�, maka d�perlukan perubahan pada keb�jakan ketahanan pangan, ba�k secara umum maupun khusus d� t�ngkat pusat dan daerah. Keb�jakan tersebut berupa pembentukan kelembagaan ketahanan pangan t�ngkat daerah sebaga� konsekuens� dar� ketentuan terbaru bahwa ketahanan pangan adalah urusan waj�b pemer�ntah daerah. Sela�n �tu, Indones�a juga telah berupaya untukmengembangkan keb�jakan yang mengarah pada satu sasaran strateg�s tentang “Indones�a Tahan Pangan dan G�z� 2015” sebaga� konsekuens� dar� �mplementas� keb�jakan dan kesepakatan p�mp�nan daerah,Gubernur selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan (DKP) d� t�ngkat prov�ns�.
Pada dekade mendatang peranan pemer�ntah pusat dan pemer�ntah daerah dalam mencapa� ketahanan pangan mas�h sangat pent�ng, walaupun akh�r-akh�r �n� terdapat kecenderungan semak�n akt�fnya fungs� sektor swasta dan kelembagaan pasar. Peran pemer�ntah pusat pent�ng dalam menentukan arah keb�jakan, strateg� yang akan d�tempuh, dan sasaran yang akan d�capa� menuju t�ngkat ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat secara umum. Ket�dakjelasan dan terputusnya h�erark� level pol�t�s-strateg�s, organ�sas�, dan �mplementas�
3
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
3
keb�jakan sangat mempengaruh� perjalanan serta kual�tas ketahanan pangan yang �ng�n d�wujudkan, yang mel�put� d�mens� ketersed�aan, akses�b�l�tas dan stab�l�tas harga, serta ut�l�sas� produk pangan. Dengan dem�k�an, kehad�ran DKP daerah, d�mana gubernur dan bupat�/wal�kota selaku Ketua DKP Prov�ns� dan Kabupaten/Kota perlu berperan akt�f dan kreat�f dalam melakukan koord�nas� dan s�nkron�sas� keb�jakan ketahanan pangan dan �mplementas�nya secara harmon�s yang dapat membantu memperlancar terwujudnya pembangunan ketahanan pangan.
Desentral�sas� ekonom� adalah t�t�k tolak untuk memperba�k� kerja sama, terutama s�nerg� keb�jakan ketahanan pangan antara pemer�ntah pusat dan pemer�ntah daerah. S�stem organ�sas� dan enforcement, rasa tanggung jawab pejabat pusat dan daerah juga perlud�t�ngkatkan, terutama dalam hal tersed�anya mekan�sme pengawasanuntuk menetapkan pr�or�tas alokas� anggaran pusat dan daerah yang dapat mendukung terwujudnya pembangunan ketahanan pangan. Sebaga� contoh adalah tersed�anya kejelasan pembag�an tugas dan tanggung jawab dalam rehab�l�tas� �nfrastruktur pertan�an dan perdesaan, sepert� d�kenal dengan �st�lah O&M (operation and maintenance) jar�ngan �r�gas�, saluran dra�nase, jalan produks�, jalan desa dan tentunya jalan prov�ns�, jalan negara, dan la�n-la�n.
Dalam rangka menghadap� tantangan perubahan fenomena dan d�nam�ka ketahanan pangan sepert� yang telah d�kemukakan d� atas, d�susun Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014sebaga� penyempurnaan dar� KUKP 2006-2009. Dokumen KUKP 2010-2014 �n� d�harapkan dapat menjad� acuan atau referens� yang berharga bag� para perumus dan pelaksana keb�jakan d� lapangan, pelaku ekonom�, serta masyarakat madan� pada umumnya dalam menyusun penetapan keb�jakan ketahanan pangan pada berbaga� t�ngkat dan terwujudnya pembangunan ketahanan pangan nas�onal, daerah dan rumah tangga d� masa yang akan datang.
4
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
4
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Keb�jakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014, adalah untuk :
1. Menjad� acuan dan common platform bag� para stakeholdersketahanan pangan, mula� dar� �nstans� pemer�ntah, sektor swasta, Badan Usaha M�l�k Negara (BUMN), perguruan t�ngg�, petan�, nelayan, �ndustr� pengolah, pedagang, penyed�a jasa la�n dan masyarakat umum dalam peran dan upayanya untuk member�kan kontr�bus� yang opt�mal dalam mewujudkan ketahanan pangan.
2. Menjad� acuan dasar bag� lembaga pemer�ntah dan pemer�ntah daerah untuk membangun s�nerg�, �ntegras� dan koord�nas�, seh�ngga pal�ng t�dak kedua lembaga dapat sal�ng meng�nformas�kan keg�atan yang d�laksanakan secara transparan, akuntabel dan efekt�f (good governance), sertasecara maks�mal dapat mendukung terwujudnya tujuan ketahanan pangan.
1.3. Landasan Hukum
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 mengamanatkan pembangunan pangan untuk memenuh� kebutuhan dasar manus�a, dan pemer�ntah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan, serta menjelaskan tentang konsep ketahanan pangan, komponen dan p�hak yang berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Undang-undang tersebut telah d�jabarkan dalam beberapa peraturan pemer�ntah (PP) antara la�n:(a) PP Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan mengatur tentang ketahanan pangan yang mencakup aspek ketersed�aan pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan, peran pemer�ntah pusat dan daerah
5
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
5
serta masyarakat, pengembangan sumberdaya manus�a dan kerja sama �nternas�onal; (b) PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang mengatur pemb�naan dan pengawasan d� b�dang label dan �klan pangan dalam rangka menc�ptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab; dan (c) PP Nomor 28 Tahun 2004 yang mengatur tentang keamanan, mutu dan g�z� pangan, pemasukan dan pengeluaran pangan ke w�layah Indones�a, pengawasan dan pemb�naan serta peran serta masyarakat mengena� hal-hal d� b�dang mutu dan g�z� pangan.
Undang-undang Nomor 45 Tahun 2004 tentang Per�kanan yang terka�t dengan Ketahanan Pangan, adalah mengena� w�layah penangkapan dan pembud�dayaan �kan yang berfungs� sebaga� potens� sumberdaya pangan. Keb�jakan �n� bertujuan untuk mewujudkan penyed�aan �kan dalam jumlah yang memada� sebaga� upaya mencukup� g�z� masyarakat dengan harga yang layak. Berbaga� pera�ran dan Zona Ekonom� Eksklus�f (ZEE) w�layah Indones�a, yang mengandung berbaga� sumberdaya jen�s �kan akan member�kan pen�ngkatan ketahanan pangan dan pemerataan ketersed�aan pangan daerah prov�ns�, kabupaten/kota sampa� pada t�ngkat rumah tangga, serta menjad� sumber pendapatan para nelayan yang juga dapat men�ngkatkan daya bel� untuk memperoleh pangan beragam berg�z� dan se�mbang.
Undang-undang �n� secara tegas mengamanatkan s�nerg�tas dalam pasal 24 ayat (1), (2) dan (3), bahwa pemer�ntah mendorong penguatan n�la� tambah produk has�l pertan�an, membatas� ekspor bahan baku �ndustr� pengolahan �kan untuk menjam�n ketersed�aan bahan baku d� dalam neger�. Hal �n� berart� bahwa strateg� d� b�dang ketahanan pangan dan per�kanan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nas�onal guna men�ngkatkan kesejahteraan petan� dan masyarakat pada umumnya.
6
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
6
Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan danKesehatan Hewan khususnya pasal 35 ayat (2) menyebutkan bahwa pemer�ntah dan pemer�ntah daerah memfas�l�tas� pengembangan un�t pasca panen produk hewan skala kec�l dan menengah. Sela�n �tu, pemer�ntah juga berkewaj�ban untuk memb�na pen�ngkatan produks� dan konsums� prote�n hewan� dalam mewujudkan ketersed�aan pangan berg�z� se�mbang bag� masyarakat dengan tetap men�ngkatkan kesejahteraan pelaku usaha peternakan, serta mendorong dan memfas�l�tas� pengembangan produk hewan yang d�tetapkan sebaga� bahan pangan pokok strateg�s dalam mewujudkan ketahanan pangannas�onal (pasal 76 ayat (4)).
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perl�ndungan Lahan Pertan�an Pangan Berkelanjutan, menyebutkan bahwa al�h fungs� lahan pertan�an merupakan ancaman terhadap pencapa�an ketahanan pangan dan kedaulatan pangan. Al�h fungs� lahan mempunya� �mpl�kas� yang ser�us terhadap produks� pangan, l�ngkungan f�s�k, serta kesejahteraan masyarakat pertan�an dan perdesaan yang keh�dupannya tergantung pada lahannya.
Perl�ndungan lahan pertan�an pangan berkelanjutan merupakan upaya yang t�dak terp�sahkan dar� reforma agrar�a, ya�tu penataan yang terka�t dengan aspek penguasaan/pem�l�kan serta aspek penggunaan/pemanfaatan berdasarkan pasal 2 Ketetapan Majel�s Permusyawaratan Rakyat RI Nomor IX/MPR-RI/2001 tentang Pembaharuan Agrar�a dan Pengelolaan Sumberdaya Alam.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Panganmerupakan acuan dar� berbaga� peraturan perundang-undangan yang berka�tan dengan pangan. Dalam pekembangannya peraturan perundang-undangan yang berka�tan dengan pangan antara la�n:
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Per�ndustr�an (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);
7
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
7
2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang S�stem Bud�daya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
3. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karant�na Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperas�an (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502);
5. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kec�l (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611);
6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 3612);
7. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asas� Manus�a;
8. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888;
9. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perl�ndungan Var�etas Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 241,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412);
10. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411);
11. Undang-undang Nomor 21Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol on Biossafety to The Convention onBiological Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayat� atas Konvens� Keanekaragaman Hayat�) (LembaranNegara Tahun 2004 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4414);
8
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
8
12. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemer�ntahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebaga�mana telah beberapa kal� d�ubah, terakh�r dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
13. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Rat�f�kas� Kovenan Internas�onal Hak-Hak Ekonom�, Sos�al dan Budaya (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4557);
14. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pengesahan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (Perjanj�an mengena� Sumberdaya Genet�k Tanaman untuk Pangan dan Pertan�an);
15. Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Per�kanan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5073);
16. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015);
17. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perl�ndungan dan Pengelolaan L�ngkungan H�dup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059;
18. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);
19. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perl�ndungan Lahan Pertan�an Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5068);
9
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
9
20. Peraturan Pemer�ntah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3867);
21. Peraturan Pemer�ntah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4254);
22. Peraturan Pemer�ntah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan G�z� Pangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4424);
23. Peraturan Pemer�ntah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayat� Produk Rekayasa Genet�k (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 498);
24. Peraturan Pres�den Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan;
25. Peraturan Pres�den Nomor 22 Tahun 2009 tentang Keb�jakan Percepatan Penganekaragaman Konsums� Pangan Berbas�s Sumberdaya Lokal.
D�samp�ng mengacu pada berbaga� dokumen hukum nas�onal tersebut, pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan juga mengacu pada kom�tmen bangsa Indones�a dalam berbaga� kesepakatan dun�a. Indones�a sebaga� salah satu anggota PBB berkom�tmen untuk melaksanakan aks�-aks� mengatas� kelaparan, kekurangan g�z� serta kem�sk�nan dun�a. Kom�tmen tersebut antara la�n tertuang dalam Deklaras� World Food Summit 1996 dan d�tegaskan kembal� dalam World food Summit: five years later 2002, serta Millenium Development Goals tahun 2000, untuk mengurang� angka kem�sk�nan ekstr�m dan kerawanan pangan dun�a sampa� setengahnya d� tahun 2015. Pada �nt�nya d�ketahu� bahwa pencapa�an sasaran tersebut sangat sul�t d�capa� dan perlu ada upaya sungguh-sungguh dar� masyarakat dun�a untuk mencapa�nya.
10
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
10
Beberapa konvens� �nternas�onal yang memuat kom�tmen bangsa-bangsa d� dun�a termasuk Indones�a terhadap pembangunan d� b�dang pangan, g�z� dan kesehatan antara la�n adalah : (a) Deklaras� Un�versal tentang Hak Asas� Manus�a (Universal Declaration of Human Rights) tahun 1948 yang menyatakan bahwa hak atas pangan adalah bag�an yang t�dak terp�sahkan dar� hak asas� manus�a; (b)Konvens� Internas�onal tentang ekonom�, sos�al dan budaya (ECOSOC) tahun 1968, yang mengaku� hak set�ap �ndv�du atas kecukupan pangan dan hak dasar (asas�) untuk terbebas dar� kelaparan; (c) Konvens� tentang Hak Anak (International Convention on the Right of Child) yang salah satu �temnya menyatakan bahwa negara anggota mengaku� hak asas� dar� set�ap anak kepada standarkeh�dupan yang layak bag� perkembangan f�s�k, mental, sp�r�tual, moral dan sos�al anak, juga mengaku� hak anak untuk mendapatkan g�z� yang ba�k.
Dar� berbaga� dokumen hukum serta kesepakatan nas�onal maupun �nternas�onal, maka pemer�ntah Indones�a menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014. Peran pemer�ntah daerah dalam pembangunan ketahanan pangan, d�atur dalam PP Nomor 3 tahun 2007 tentang pertanggungjawaban gubernurdan bupat�/wal�kota, d�mana gubernur dan bupat�/wal�kota waj�b melaporkan pembangunan ketahanan pangan d� daerahnya. PP Nomor38 tahun 2007 bahwa ketahanan pangan menjad� urusan waj�b pemer�ntah prov�ns� dan kabupaten/kota. Berdasarkan kedua peraturanpemer�ntah tersebut jelas secara tegas bahwa ketahanan pangan menjad� urusan wajib bag� pemer�ntah prov�ns� dan kabupaten/kota, dan berdasarkan PP Nomor 41 tahun 2007 bahwa perlu ada kelembagaan atau un�t kerja yang menangan� ketahanan pangan untuk menangan�nya.
Berdasarkan Peraturan Pres�den Nomor 83 Tahun 2006 tentang DKP, tugas DKP adalah membantu Ketua DKP (pres�den,
11
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
11
gubernur dan bupat�/wal�kota) d� pemer�ntah pusat, pemer�ntah prov�ns� dan kabupaten/kota dalam menyusun dan merumuskan keb�jakan untuk mewujudkan ketahanan pangan nas�onal dan w�layah. Sebaga� lembaga fungs�onal, DKP dapat menjalankan fungs� koord�nas� dengan cara memfas�l�tas� kerja sama l�ntas sektor d� t�ngkat w�layah (prov�ns� dan kabupaten/kota) dan nas�onal. Tanpa meleb�h� batas kewenangan daerah otonom, serta mas�h dalam kerangka s�stem negara kesatuan, maka pada urusan pangan yang bers�fat l�ntas daerah, pembangunan ketahanan w�layah dan nas�onal t�dak dapat d�lepaskan dar� d�nam�ka keh�dupan d� t�ngkat lokal, reg�onal, h�ngga nas�onal. Oleh karena �tu koord�nas� yang efekt�f akan men�ngkatkan pemahaman terhadap makna, manfaat, ruang l�ngkup, serta unsur-unsur yang berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan sebaga� p�lar ketahanan nas�onal.
1.4. Ruang Lingkup
Mengacu pada pengert�an dan landasan hukum d� atas, maka ruang l�ngkup dokumen Keb�jakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014 mencakup t�ga p�lar utama ya�tu ketersed�aan, d�str�bus�, dan konsums� pangan. Pada p�lar d�str�bus� dan konsums� merupakan penjabaran dar� akses�b�l�tas masyarakat terhadap pangan. J�ka salah satu p�lar tersebut t�dak d�penuh� maka suatu negara belum dapat d�katakan mempunya� ketahanan pangan yang ba�k. Walaupun pangan tersed�a cukup d� t�ngkat nas�onal dan reg�onal, tetap� j�ka akses �nd�v�du untuk memenuh� kebutuhan pangannya t�dak merata, maka ketahanan pangan mas�h d�katakan rapuh. Akses terhadap pangan, ketersed�aan pangan dan res�ko terhadap akses dan ketersed�aan pangan tersebut merupakan determ�nan yang esens�al dalam ketahanan pangan.
Aspek kese�mbangan ketahanan pangan, mel�put� ketersed�aan, akses�b�l�tas dan stab�l�tas harga pangan, ba�k dalam skala rumah
12
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
12
tangga, reg�onal w�layah dan skala nas�onal. Sesua� dengan tujuan penyusunan buku �n� sebaga� salah satu acuan bag� pemer�ntah dan seluruh stakeholder dalam pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan, maka secara s�stemat�s akan d�sampa�kan substans� dasar dar� keb�jakan ketahanan pangan yang mel�put� aspek-aspek yang mendukung tercapa�nya ketahanan pangan yang �deal.
KUKP �n� d�awal� dengan pendahuluan (Bab I) yang antara la�n memuat latar belakang, tujuan, landasan hukum, dan ruang l�ngkup. Bab II mengura�kan tentang d�nam�ka konsep ketahanan pangan saat �n�. Ketahanan pangan mengalam� d�nam�ka dan tantangan baru yang semak�n kompleks se�r�ng dengan beberapa perubahan yang terjad� pada t�ngkat global dan d�nam�ka perkembangan ekonom� nas�onal.
Keragaan ketahanan pangan saat �n� yang d�gambarkan oleh k�nerja umum ketahanan pangan yang d�capa� selama 5 tahun, secara lengkap d�tamp�lkan pada bab III. Pada Bab IV d�jelaskan tentang baga�mana potens� (peluang), permasalahan dan tantangan yang d�hadap� dalam upaya pemantapan ketahanan pangan ba�k dar� s�s� sumberdaya alam, sumberdaya mans�a, keanekaragaman hayat�, teknolog�, �nfrastruktur, s�tuas� pasar komod�tas, teknolog�, kelembagaan, dan kond�s� budaya masyarakat yang sangat bervar�as�.Dalam bab �n� juga d�bahas mengena� berbaga� tantangan dalam upaya penyed�aan pangan strateg�s dan pangan pent�ng serta dampak kr�s�s ekonom� yang berkepanjangan d�serta� dengan tuntutan l�ngkungan strateg�s ba�k domest�k maupun �nternas�onal.
Bab V secara r�nc� membahas substans� but�r-but�r keb�jakan umum ketahanan pangan yang terd�r� dar� 18 elemen pent�ng yang d�harapkan menjad� panduan bag� pemer�ntah, swasta dan masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan d� t�ngkat rumah tangga, t�ngkat w�layah dan t�ngkat nas�onal.
13
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
13
Pada Bab VI d�tamp�lkan matr�ks Rencana Aks� Ketahanan Pangan Tahun 2010-2014 yang menjabarkan secara r�nc� tujuan keb�jakan, program keg�atan, lembaga/�nstans� penanggung jawab dar� set�ap elemen keb�jakan, dan �nd�kator keberhas�lan (output). Matr�ks tersebut d�harapkan dapat menjad� panduan bag� para stakeholdersyang berkontr�bus� dalam pembangunan ketahanan pangan. Sebaga� penutup Bab VII menjelaskan harapan agar KUKP �n� dapat menjad� acuan bag� seluruh stakeholders ketahanan pangan dalam melaksanakan peran dan member�kan kontr�bus�nya untuk pemantapan ketahanan pangan ba�k d� t�ngkat nas�onal maupun w�layah.
1.5. Proses Penyusunan
Penyusunan dokumen KUKP 2010-2014 d�mula� dengan menugaskan Kelompok Kerja (Pokja) Ahl� DKP untuk merumuskan �de-�de dasar dar� pembangunan ketahanan pangan. Prosespenyusunan konsep awal KUKP 2010-2014 �n� d�lakukan melalu� penel�t�an, stud� pustaka, d�skus� �nternal dengan T�m As�stens� dan Kelompok Kerja Khusus (Pokjasus) Pemberdayaan Ketahanan Pangan Masyarakat DKP. Pokjasus member�kan masukan yang s�gn�f�kan ke dalam KUKP �n� dengan saran tertul�s yang sangat kr�t�s dan berharga. Konsep awal KUKP 2010-2014, kemud�an d�sem�narkan dan d�bahas berkal�-kal� dalam berbaga� d�skus� publ�k, mula� dar� pengenalan, perumusan, �dent�f�kas� masalah, pr�or�t�sas� keb�jakan, langkah aks�, sampa� ada pembag�an tugas dan tanggung jawab stakeholders.D�skus� publ�k telah mel�batkan unsur lembaga pemer�ntah, perguruan t�ngg�, swasta, organ�sas� profes�, lembaga swadaya masyarakat, danorgan�sas� kemasyarakatan la�nnya.
Untuk mengolah kembal� saran dan masukan dar� peserta d�skus�, d�bentuk T�m Ad Hoc penyusunan KUKP 2010-2014 yang leb�h lengkap. Tahap terakh�r proses �n� adalah d�skus� �nternal
14
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
14
�nstans� pemer�ntah dalam wadah rapat koord�nas� Dewan Ketahanan Pangan. Has�l dar� pembahasan tersebut telah d�masukkan kedalam “website Kementan” untuk mendapatkan masukan dar� publ�k,sebelum d�f�nalkan menjad� dokumen resm� yang d�keluarkan melalu� Dewan Ketahanan Pangan.
15
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
15
BAB IIDINAMIKA KONSEP KETAHANAN PANGAN
2.1. Konsep Global Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan yang merupakan terjemahan dar� food security mencakup banyak aspek dan luas, seh�ngga set�ap orang mencoba menerjemahkan sesua� dengan kond�s� dan s�tuas� yang berkembang pada per�ode jamannya. Ketahanan pangan d��nterpretas�kan dengan banyak cara, seh�ngga pemaka�an �st�lah ketahanan pangan �tu send�r� telah men�mbulkan perdebatan.
Pada tahun 1950-1960-an, ket�ka Perang Dun�a II (PD II) baru usa�, set�ap negara, bahkan negara maju dan pemenang PD II pun harus mem�k�rkan pangan rakyatnya setelah beberapa tahun d�t�nggalkan untuk meny�apkan dan berkonsentras� pada perang dun�a yang sedang d�hadap� tersebut. Dengan kond�s� sepert� �n� t�dak heran apab�la pada per�ode tersebut, pengert�an ketahanan pangan leb�h menekankan perhat�annya pada ketersed�aan pangan, ba�k pada t�ngkat nas�onal maupun t�ngkat global dar�pada t�ngkat rumah tangga. Apalag� pada tahun 1970-an terjad� kr�s�s pangan d� Afr�ka karena gagal panen yang d�sebabkan karena keker�ngan maupun perluasan penggurunan. Keadaan �n� mendorong negara-negara donor dan masyarakat �nternas�onal untuk semak�n member�kan perhat�an pada penyed�aan pangan secara global dan nas�onal. Pemahaman ketahanan pangan sepert� �n� mendapatkan leg�t�mas�nya dalam Konferens� Pangan Dun�a tahun 1974 yang d�selenggarakan oleh Badan Perser�katan Bangsa-bangsa (PBB) – Food and Agriculture Organization (FAO).
Kedaulatan pangan menuntut hak rakyat atas pangan, yang menurut FAO merupakan hak untuk mem�l�k� pangan secara teratur, permanen dan b�sa mendapatkannya secara bebas, ba�k secara cuma-cuma maupun membel� dengan jumlah dan mutu yang mencukup�, serta cocok dengan trad�s� kebudayaan rakyat yang
16
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
16
mengkonsums�nya. Menjam�n pemenuhan hak rakyat untuk menjalan� h�dup yang bebas dar� rasa takut dan bermartabat, ba�k secara f�s�k maupun mental, serta secara �nd�v�du maupun kolekt�f.
Kenyataannya, kelaparan sebaga� �nd�kas� t�ndasan terhadap hak atas pangan mas�h berlangsung d�mana-mana bahkan bertambah buruk saja. Ind�a neger� dengan jumlah pender�ta kelaparan tert�ngg� d� dun�a, d�susul oleh Ch�na. Sek�tar 60 persen dar� total pender�ta kelaparan d� seluruh dun�a berada d� As�a dan Pas�f�k, d��kut� oleh neger�-neger� Sub-Sahara dan Afr�ka sebesar 24 persen serta Amer�ka Lat�n dan Kar�b�a sebesar 6 persen. Set�ap tahun orang yang mender�ta kelaparan bertambah 5,4 juta. Juga set�ap tahunnya 36 juta rakyat mat� karena kelaparan dan g�z� buruk, ba�k secara langsung maupun t�dak langsung. Dalam usaha mengatas� masalah kelaparan dan akses pangan, PBB melalu� FAO memperkenalkan �st�lah “ketahanan pangan” dengan harapan adanya persed�aan pangan set�ap saat,d�mana semua orang dapat mengaksesnya dengan bebas dengan jumlah, mutu dan jen�s nutr�s� yang mencukup� serta dapat d�ter�ma secara budaya.
Keterbatasan pemahaman ketahanan pangan sebaga� ketersed�aan pangan pada t�ngkat nas�onal dan global sepert� d� atasmendapatkan pencerahannya ket�ka terjad� kr�s�s pangan, yang sekal� lag� terjad� d� Afr�ka pada pertengahan tahun 1980-an, d�mana secara global ketersed�aan pangan cukup untuk memenuh� seluruh penduduk dun�a. Hal �n� menunjukkan bahwa kond�s� ketersed�aan pangan yang cukup pada t�ngkat nas�onal dan global t�dak secara otomat�s menunjukkan kond�s� ketahanan pangan pada t�ngkat �nd�v�du maupun rumah tangga. Para pakar dan prakt�s� pembangunan kemud�an menyadar� bahwa kerawanan pangan b�sa terjad� dalam kond�s� d�mana ketersed�aan pangan cukup tetap� kemampuan memperoleh pangannya t�dak cukup. Teor� Sen tentang food entitlementmemperoleh pengaruh yang sangat luas dan membawa perubahan
17
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
17
pem�k�ran dalam pemahaman konsep ketahanan pangan. Food entitlement rumah tangga d�peroleh ba�k dar� produks� send�r�, pendapatan yang d�ter�manya, atau mengumpulkan pangan dar� sumberdaya alam yang ada, dukungan dan bantuan dar� masyarakat, aset send�r� maupun ket�ka mereka melakukan m�gras� untuk dapat memperoleh pangan yang leb�h ba�k. Dengan dem�k�an, kond�s� sos�al dan var�abel ekonom� rumah tangga mem�l�k� pengaruh yang besar kepada rumah tangga dalam memperoleh pangan.
Memburuknya kond�s� kerawanan pangan dapat d�pandang sebaga� proses perubahan jangka panjang d�mana korbannya t�dak secara pasrah mener�ma keadaan tersebut, tetap� memang keadaanlah yang menyebabkan mereka mengalam� kond�s� yang semak�n buruk. Para pakar anthropolog� berpendapat bahwa populas� yang rentan terhadap kerawanan pangan sesungguhnya menunjukkan upaya-upaya untuk mengatas� masalah gangguan secara ekonom�, seh�ngga member�kan pemahaman tentang per�laku (behavioural) rumah tangga dalam merespon masalah tersebut dan baga�mana mereka menghadap� (coping mechanism) keadaan kr�s�s pangan.
Pada akh�r tahun 1990-an, lembaga donor, pemer�ntah, dan LSM mula� mengumpulkan �nformas� dan var�abel sos�al ekonom� d�dalam menganal�s�s kerawanan pangan. Pendekatan ketahanan pangan rumah tangga yang mula� berkembang pada tahun 1980-an menekankan ba�k ketersed�aan maupun akses yang stab�l terhadap pangan. Dengan dem�k�an, pemahaman ketahanan pangan pada per�ode �n� mula� menekankan dua aspek pent�ng dalam ketahanan pangan, ya�tu ketahanan pangan dalam art� ketersed�aan pangan pada t�ngkat nas�onal (dan reg�onal) maupun akses yang stab�l pada t�ngkat lokal. Hal-hal la�n yang menjad� perhat�an adalah berkenaan dengan pemahaman pangan sebaga� satu s�stem (food system), s�stem produks�, dan faktor-faktor la�n yang dapat mempengaruh� kompos�s� dar� ketersed�aan pangan serta akses rumah tangga terhadap
18
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
18
ketersed�aan pangan tersebut secara terus menerus. Sekal� lag�, perubahan pemahaman ketahanan pangan dengan menekankan aspek akses�b�l�tas pada t�ngkatan rumah tangga mendapatkan leg�t�mas�nya pada Konferens� Pangan T�ngkat T�ngg� tahun 1996, yang d�selenggarakan oleh FAO, dengan member�kan pengert�an baru berkenaan dengan ketahanan pangan, ya�tu food security exists when all people, at all times, have physical and economic access to sufficient, safe and nutritious food to meet their dietary needs and food preferences for an active and healthy life.
Hal la�n yang juga belum beg�tu jelas hubungannya adalah baga�mana dampak nutr�s� dapat d��ntegras�kan kedalam pemahaman ketahanan pangan. R�set-r�set tentang g�z� buruk (malnutr�s�)menunjukkan bahwa pangan hanyalah salah satu faktor penyebab g�z� buruk. Faktor-faktor la�n yang mem�l�k� dampak kepada g�z� buruk antara la�n adalah konsums� dan kompos�s�nya (dietary intake and diversity), kesehatan dan penyak�t, serta perawatan �bu dan anak (maternal and child care), seh�ngga dapat d�s�mpulkan bahwa ketahanan pangan rumah tangga merupakan prasyarat untuk ketahanan g�z�, tetap� belum cukup untuk menjam�n ketahanan g�z�.
Para pakar menunjukkan bahwa ada dua proses utama yang dapat mewujudkan ketahanan g�z�, yang pertama menentukan akses dar� rumah tangga terhadap pangan bag� seluruh anggota rumah tangganya, dan yang kedua menunjukkan baga�mana pangan yang telah d�peroleh tersebut d�transm�s�kan menjad� kecukupan nutr�s� bag� set�ap anggota rumah tangga (World Bank, 1989). Proses yang kedua menentukan dan berasal dar� b�dang kesehatan, l�ngkungan, budaya dan per�laku yang dapat member�kan dampak pos�t�f bag� kecukupan g�z� dar� pangan yang d�konsums�nya. Proses yang pertama d�sebut jalur ketersed�aan dan akses, sedangkan jalur kedua d�sebut jalur konsums� dan g�z�. Pemahaman kerawanan pangan sepert� d�atas, telah merubah pemahaman ketahanan pangan rumah tangga dar�
19
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
19
sekedar kemampuan/akses pangan rumah tangga dan s�stem pangan, menjad� perluasan pemahaman tentang dampak dar� kesehatan/penyak�t, san�tas� l�ngkungan, daya dukung (carrying capacity),kual�tas dan kompos�s� konsums� seh�ngga dapat member�kan dampak g�z� yang cukup.
R�set yang d�lakukan pada akh�r 1980-an dan awal 1990-an menunjukkan bahwa ketahanan pangan dan g�z� sebaga�mana pemahaman yang ada memerlukan pengembangan yang leb�h komprehens�f. Has�l-has�l r�set tersebut menunjukkan bahwa ketahanan pangan hanyalah merupakan salah satu tujuan rumah tangga m�sk�n; kecukupan pangan hanyalah salah satu faktor yang menentukan baga�mana rumah tangga m�sk�n menentukan pengamb�lan keputusannya dan baga�mana mereka mampu menyebar berbaga� res�ko seh�ngga akh�rnya mereka mampu menye�mbangkan berbaga� tujuan agar tetap h�dup ba�k dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Beberapa kelompok mungk�n bersed�a untuk menahan lapar agar asetnya mas�h dapat d�pertahankan atau untuk memenuh� keh�dupan yang leb�h jangka panjang. Oleh karena �tu, menempatkan ketahanan pangan sebaga� satu-satunya kebutuhan yang fundamental mungk�n akan member�kan kes�mpulan yang salah, apab�la tanpa memperhat�kan kebutuhan-kebutuhan la�nnya.
2.2. Dinamika Konsep Ketahanan Pangan Nasional
Set�ap pemer�ntahan suatu negara mempunya� kewaj�ban memenuh� hak masyarakat atas pangan. Sejarah perekonom�an pangan Negara Kesatuan Republ�k Indones�a (NKRI) mencatat dengan jelas bahwa para p�mp�nan negara secara kons�sten meletakkan ekonom� pangan sebaga� sesuatu hal yang sangat strateg�s. Pres�den RI pertama, Ir. Soekarno menyadar� betul pent�ngnya penyed�aan pangan bag� kelangsungan keh�dupan bangsanya. Pada tanggal 27 Apr�l 1952, saat acara peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Pertan�an
20
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
20
Un�vers�tas Indones�a d� Bogor, Pres�den Soekarno menyatakan bahwa: “……apa yang saya hendak katakan itu, adalah amat penting, bahwa mengenai soal mati-hidupnya bangsa kita di kemudian hari……… oleh karena itu, soal yang hendak saya bicarakan itu mengenai soal persediaan makan rakyat”.
Pandangan dan pola p�k�r sepert� �n� mas�h d�anut oleh Pres�den RI kedua Soeharto. Hal In� terbukt� bahwa 21 tahun kemud�an, pada 11 Me� 1973, dalam salah satu acara kunjungan kerja d� Yogyakarta, Pres�den Soeharto waktu �tu mengemukakan: “…………. jadi kalau kita akan mengatasi kekurangan beras itu dengan mengimpor, bilamana kemungkinan devisa itu ada, keadaan di duniapun juga tidak mengijinkan kita”. Selanjutnya Pres�den Soeharto mengemukakan “………Kita harus menghasilkan sendiri bahan-bahan pangan khususnya beras dalam jumlah yang kita telah ketahui agar kestabilan dari pada harga beras itu betul-betul akan terjamin………”. Pada bag�an la�n Pres�den Soeharto berujar “…….kalau kita simpulkan keseluruhannya jelas daripada harga beras yang tidak bisa dikendalikan, stabilitas nasional akan terganggu..........” (Saw�t dkk, 2002). Dalam p�dato Pres�den Soeharto �n�, dengan sangat jelas pangan �tu d�art�kan sebaga� beras.
Implementas� dar� pandangan kedua p�mp�nan termasuk d�mula� pada dekade tahun 1960-an pemer�ntah berupaya keras men�ngkatkan produks� pad� nas�onal dalam rangka mewujudkan Swasembada Beras, dan mengatas� kr�s�s (kelangkaan) beras yang terjad� saat �tu. Program besar �n� d�awal� dengan suatu program “Action Research” oleh Lembaga Pengabd�an Masyarakat – Fakultas Pertan�an Un�vers�tas Indones�a (IPB-belum terbentuk), dengan tujuan mengajak para petan� pad� agar bersed�a menggunakan �lmu pengetahuan dan menerapkan teknolog� produks� pad� modern dalam mengelola usaha pertan�annya. Mengubah pertan�an trad�s�onal menjad� pertan�an modern merupakan perjuangan panjang. Program
21
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
21
“Action Research” d�laksanakan dalam bentuk Proyek Panca Usaha Karawang, d� atas hamparan lahan sawah seluas 100 hektar tersebar d� t�ga desa dengan kond�s� tata a�r dan ragam per�laku petan� yang berbeda. Pelaksana lapangan juga harus menghadap� petan� yang mem�l�k� phob�a terhadap pendatang (orang as�ng). Untuk mengawal pelaksanaan transfer teknolog� kepada para petan�, Fakultas Pertan�an melakukan pemb�mb�ngan dan pendamp�ngan secara terus-menerus dengan menempatkan para mahas�swa untuk t�nggal dan h�dup bersama para petan� b�naannya. Program penerapan �lmu pengetahuan dan teknolog� d� atas hamparan sawah seluas 100 hektar berlangsung sangat sukses. Keberhas�lan tersebut kemud�an d�perluas ke seluruh Indones�a secara bertahap dalam bentuk program BIMAS (B�mb�ngan Massal) dengan mel�batkan seluruh Fakultas Pertan�an d� Indones�a melalu� Program KKN (Kul�ah Kerja Nyata). BIMAS d�kembangkan leb�h lanjut menjad� Program INMAS (Intens�f�kas� Massal) se�r�ng dengan keberhas�lan para penel�t� menghas�lkan var�etas pad� unggul dan upaya untuk melakukan �ntroduks� teknolog� revolus� h�jau.Upaya �n� membuahkan has�l dengan tercapa�nya swasembada beras pada tahun 1984.
Pada masa reformas�, yang d�mula� dar� pemer�ntahan Pres�den B.J. Hab�b�e, Pres�den Abdurrahman Wah�d dan Pres�den Megawat� Soekarnoputer�, �su pangan dan beras tetap menjad� pr�or�tas. Dalam masa-masa pemer�ntahan tersebut, yang d�c�r�kan oleh adanya kr�s�s ekonom� yang cukup berat, swasembada beras tetap menjad� sasaran utama keb�jakan pangan. Pada per�ode tersebut, untuk merespon menurunnya produks� beras domest�k karena kr�s�s ekonom� dan anomal� �kl�m (kemarau panjang), pemer�ntah berkal�-kal� dalam waktu relat�f s�ngkat mena�kkan harga dasar gabah, mengeluarkan keb�jakan �nsent�f berproduks� dan membuka lebar pasar domest�k bag� beras �mpor.
22
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
22
Pada era �n� program swasembada ala BIMAS dan INMASd�kemas dan d�perluas cakupannya dalam bentuk GEMA (Gerakan Mand�r�) untuk gerakan swasembada pad�, jagung dan kedele (PALAGUNG), swasembada prote�n hewan� (PROTEINA), dan swasebada hort�kultura (HORTINA). Untuk mengawal keberhas�lan GEMA, sebaga�mana program BIMAS dan INMAS, pemer�ntah menyed�akan tenaga pendamp�ng dar� perguruan t�ngg� d� Indones�a yang d�koord�nas�kan oleh Inst�tut Pertan�an Bogor (IPB) dan mengalokas�kan anggaran APBN yang sangat besar untuk menyed�akan kred�t bag� petan� (Kred�t Usaha Tan�). Memang upaya �n� belum mampu dalam jangka pendek menghas�lkan has�l-has�l sepert� yang d�harapkan, tetap� beberapa waktu kemud�an, pemer�ntah mampu melakukan larangan �mpor, t�dak hanya pada waktu-waktu tertentu (masa panen raya) saja, bahkan selama setahun penuh pada tahun 2005.
Pada era Pres�den Sus�lo Bambang Yudhoyono, f�losof� keb�jakan umum perberasan pada �nt�nya tetap sama dengan era pemer�ntahan sebelumnya, dengan var�as� pada tataran keb�jakan operas�onalnya. Penegasan s�kap �n� d�tanda� dengan pencanangan Rev�tal�sas� Pertan�an, Per�kanan dan Kehutanan (RPPK) oleh Pres�den RI tanggal 11 Jun� 2005 d� Waduk Jat�luhur, Purwakarta, Jawa Barat. Tujuan RPPK adalah membangun ketahanan pangan dengan: (a) mengopt�malkan pemanfaatan dan men�ngkatkan kapas�tas sumberdaya pertan�an; (b) men�ngkatan daya sa�ng, produkt�v�tas, n�la� tambah dan kemand�r�an produks� dan d�str�bus�; dan (c) melestar�kan l�ngkungan h�dup dan memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Sepert� halnya pada awal reformas�, ke�ng�nan untuk mengulang� swasembada juga menjad� �mp�an pemer�ntah dengan mengembangkan program Pen�ngkatan Produks� Beras Nas�onal (P2BN), bahkan juga d�perluas dengan upaya pencapa�an swasembada jagung, kedela�, gula, dan dag�ng sap�, yang juga merupakan sumber prote�n hewan�.
23
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
23
Pada tahun 2008 swasembada beras kembal� d�ra�h, setelah tahun 1984. Hal �n� merupakan wujud dar� keberhas�lan men�ngkatkan produkt�v�tas pad� h�ngga leb�h dua kal� l�pat, dar� 2,42 ton per hektar pada tahun 1969 menjad� 4,88 ton per hektar pada tahun 2008. Keberhas�lan pen�ngkatan produkt�v�tas pad� erat ka�tannya dengan penerapan teknolog� produks� sepert� var�etas pad� baru, manajemen usahatan� sepert� Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), pember�an �nsent�f berproduks� sepert� subs�d� �nput (ben�h, pupuk, modal kerja), jam�nan harga gabah/beras, dan perl�ndungan perdagangan �nternas�onal.
Dalam perkembangan upaya pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan, sejauh �n� masyarakat sudah mula� memaham� pent�ngnya mewujudkan ketahanan pangan dengan memperkokoh p�lar-p�lar ketahanan pangan dalam penyed�aan pangan yang cukup bag� rumah tangganya. Kesadaran masyarakat �n� terl�hat dengan terbentuknya lumbung-lumbung pangan ba�k d� t�ngkat kelompok maupun d� t�ngkat rumah tangga, sebaga� upaya dalam penangananmasalah ketahanan pangan.
Beberapa program pemer�ntah yang semak�n luas dan leb�h mempr�or�taskan kesejahteraan masyarakat, antara la�n adalah dengan: (a) membangun ekonom� berbas�s pertan�an dan perdesaan untuk men�ngkatkan produks� pangan pertan�an, menyed�akan lapangan kerja dan pendapatan, melalu� Program P2BN serta CSR; dan(b) memenuh� pangan bag� kelompok masyarakat m�sk�n dan rawan pangan melalu� pember�an bantuan langsung pangan dan pemberdayaan masyarakat, sepert� PNPM, PUAP, Desa S�aga, Desa Mand�r� Energ�; kemand�r�an pangan masyarakat dalam bentuk gerakan Desa Mand�r� Pangan; penanganan kerawanan pangan trans�en; percepatan penganekaragaman konsums� pangan; keamanan pangan; dan program-program terka�t la�nnya.
24
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
24
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perl�ndungan Lahan Pertan�an Pangan Berkelanjutan (PLPPB) mendef�n�s�kan:- ketahanan pangan adalah kond�s� terpenuh�nya ba�k pangan bag�
rumah tangga yang tercerm�n dar� tersed�anya pangan yang cukup,ba�k jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
- kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mand�r� dapat menentukan keb�jakan pangannya yang menjam�n hak atas pangan bag� rakyatnya, serta member�kan hak bag� masyarakatnya untuk menentukan s�stem pertan�an pangan yang sesua� dengan potens� sumberdaya lokal.
- kemandirian pangan adalah kemampuan produks� pangan dalam neger� yang d�dukung kelembagaan ketahanan pangan yangmampu menjam�n pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup d�t�ngkat rumah tangga, ba�k dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang d�dukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesua� dengan keragaman lokal.
Dar� pengert�an tersebut jelas bahwa kond�s� terpenuh�nya pangan bag� rumah tangga tercerm�n dar� tersed�anya pangan yang cukup, ba�k jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau, art�nya bahwa substans� PLPPB d�maksudkan untuk memperkuat ketersed�aan pangan sampa� pada t�ngkat rumah tangga. Hal �n� dapat d�tunjukkan dengan upaya mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan adalah untuk kesejahteraan rakyat yang pent�ng untuk d�real�sas�kan dalam memenuh� hak negara dan bangsa yang secara mand�r� dapat menentukan keb�jakan pangannya yang menjam�n hak atas pangan bag� masyarakatnya, serta member�kan hak bag� masyarakatnya untuk menentukan s�stem pertan�an pangan sesua� dengan potens� sumberdaya lokal. Satu hal yang menjad� catatan pent�ng, bahwa PLPPB secara s�stem merupakan pencerm�nan s�nerg�tas dar� proses perkembangan ketahanan pangan �tu send�r�, karena kemand�r�an pangan adalah kemampuan produks� pangan dalam neger� yang d�dukung kelembagaan ketahanan pangan yang
25
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
25
mampu menjam�n pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup d� t�ngkat rumah tangga, ba�k dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang d�dukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesua� dengan keragaman lokal.
Dalam rancangan RPJM 2010-2014, arah keb�jakan dan strateg� Kementer�an Pertan�an mengacu kepada 11 (sebelas) pr�or�tas keb�jakan dan strateg� nas�onal. Dar� 11 (sebelas) pr�or�tas nas�onal tersebut, yang terka�t dengan Kementer�an Pertan�an adalah pr�or�tas nomor 5 ya�tu ketahanan pangan. Yang d�maksud dengan pr�or�tas ketahanan pangan adalah pen�ngkatan ketahanan pangan dan lanjutan rev�tal�sas� pertan�an untuk mewujudkan kemand�r�an pangan, pen�ngkatan daya sa�ng produk pertan�an, pen�ngkatan pendapatan petan�, serta kelestar�an l�ngkungan dan sumberdaya alam. Secara nas�onal, target pertumbuhan ekonom� rata-rata 6,3-6,8 persen, mencapa� 7 persen pada tahun 2013 dan m�n�mal 7 persen pada tahun 2014, dengan �nflas� rata-rata 4-6 persen, pengangguran 5-6 persen pada tahun 2014, dan kem�sk�nan 8-10 persen pada tahun 2014.Pen�ngkatan pertumbuhan Pendapatan Domest�k Bruto (PDB) sektor pertan�an sebesar 3,7 persen dan �ndeks N�la� Tukar Petan� (NTP) sebesar 115-120 pada tahun 2014.
Dalam arah keb�jakan dan strateg� nas�onal, pr�or�tas ketahanan pangan mem�l�k� 6 (enam) substans� utama, ya�tu: (a) lahan, pengembangan kawasan dan tata ruang pertan�an d�laksanakan dengan penataan regulas� untuk menjam�n kepast�an hukum atas lahan pertan�an, pengembangan areal pertan�an baru seluas dua juta hektar,dan penert�ban dan opt�mal�sas� penggunaan lahan terlantar; (b) �nfrastruktur d�laksanakan melalu� pembangunan dan pemel�haraan sarana transportas� dan angkutan, jar�ngan l�str�k serta teknolog� komun�kas� dan s�stem �nformas� nas�onal yang melayan� daerah-daerah sentra produks� pertan�an dem� pen�ngkatan kuant�tas dan kual�tas produks� serta kemampuan pemasarannya; (c) penel�t�an dan
26
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
26
pengembangan b�dang pertan�an, dalam kemampuan menc�ptakan ben�h unggul dan penel�t�annya; (d) �nvestas� pangan pertan�an dan �ndustr� perdesaan berbas�s pangan lokal, penyed�aan pemb�ayaan dan subs�d� yang menjam�n ketersed�aan ben�h unggul, pupuk, teknolog� dan sarana pasca panen yang tepat waktu, tepat jumlah dan terjangkau;(e) pen�ngkatan kual�tas g�z� dan keanekaragaman pangan melalu� Pola Pangan Harapan (PPH); dan (f) pengamb�lan langkah konkr�t terka�t adaptas� dan ant�s�pas� s�stem pangan dan pertan�an terhadap perubahan �kl�m.
D�samp�ng pr�or�tas nomor 5 ketahanan pangan, Kementer�an Pertan�an juga mendapat amanah untuk terl�bat dalam pelaksanaan pr�or�tas nomor 1: Reformas� B�rokras� dan Tata Kelola, nomor 8:Energ� dan nomor 9: L�ngkungan H�dup dan Pengelolaan Bencana.Dengan dem�k�an pembangunan pertan�an utamanya adalah pen�ngkatan ketahanan pangan dan rev�tal�sas� pertan�an, per�kanan dan kehutanan. Ada 4 target/sasaran utama keb�jakan Kementer�an Pertan�an, ya�tu: (a) pemantapan swasembada beras, jagung, dag�ng ayam, telur, dan gula konsums� melalu� pen�ngkatan produks� berkelanjutan, dan pencapa�an swasembada kedela�, dag�ng sap� dan gula �ndustr� secara berkelanjutan; (b) pengembangan penganeka-ragaman pangan dan pembangunan lumbung pangan masyarakat untuk mengatas� rawan pangan dan stab�lsas� harga d� sentra produks�; (c) pen�ngkatan n�la� tambah dan daya sa�ng ekspor; dan (d)pen�ngkatan kesejahteraan petan�.
Dalam menjalankan tugas pelaksanaan pembangunan pertan�an d� Indones�a, strateg� yang akan d�kembangkan oleh Kementer�an Pertan�an selama per�ode 2010-2014 adalah 7 (tujuh)gema rev�tal�sas�, ya�tu: (a) rev�tal�sas� lahan; (b) rev�tal�sas� perben�han dan pemb�b�tan; (c) rev�tal�sas� �nfrastruktur dan sarana; (d) rev�tal�sas� sumber daya manus�a; (e) rev�tal�sas� pemb�ayaan petan�; (f) rev�tal�sas� kelembagaan petan�; dan (f) rev�tal�sas� teknolog� dan �ndustr� h�l�r.
27
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
27
BAB IIIKERAGAAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2005-2009
K�nerja umum ketahanan pangan selama per�ode 2005 – 2009 menunjukkan kecenderungan yang leb�h ba�k dar� tahun-tahun sebelumnya. Hal �n� d�tanda� oleh berbaga� keberhas�lan Indones�a dalam mewujudkan ketahanan pangan pada saat terjad�nya kr�s�s secara global akh�r-akh�r �n�.
D� tengah turunnya produks� pangan pokok strateg�s dun�asejak tahun 2007 h�ngga semester I tahun 2009 ak�bat terjad�nya berbaga� perubahan �kl�m yang t�dak menentu sepert� keker�ngan hebat d� Austral�a dan beberapa negara Amer�ka Lat�n, Indones�a justru mengalam� pertumbuhan produks� pangan pokok yang men�ngkat secara s�gn�f�kan dar� tahun 2004 h�ngga tahun 2009khususnya pada komod�t� pad�, jagung, dan gula tebu. Pencapa�an angka produks� tersebut merupakan angka tert�ngg� yang pernah d�capa� selama �n�, seh�ngga akh�rnya Indones�a kembal� dapat mencapa� swasembada beras, jagung, dan gula konsums� pada tahun 2008 sepert� yang pernah d�capa� pada tahun-tahun sebelumnya.
Pencapa�an Indones�a dalam pen�ngkatan produks� pangan pokok tersebut t�dak terlepas dar� keberhas�lan pemer�ntah dalam membuat keb�jakan dan program-program yang telah d�laksanakansecara terpadu dengan mel�batkan berbaga� stakeholder ketahanan pangan (Kementan, 2009). Keb�jakan dan program pemer�ntah tersebut d�antaranya penetapan harga, pengendal�an �mpor, subs�d� pupuk dan ben�h, bantuan ben�h grat�s, penyed�aan modal, akseleras� penerapan �novas� teknolog� dan penyuluhan. Hal �tu memot�vas� petan�/pelaku usaha pertan�an untuk men�ngkatkan produks�nya.
Sela�n keberhas�lan dalam pen�ngkatan produks� pangan pokok, Indones�a juga telah berhas�l dalam menjaga stab�l�tas harga d� dalam neger�. Pada saat harga pangan pokok strateg�s d� pasar
28
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
28
�nternas�onal t�dak stab�l dan berfluktuas� ak�bat menurunnya produks� pangan strateg�s dun�a. Fluktuas� harga pangan d� pasar �nternas�onal juga mempengaruh� fluktuas� harga pangan d� dalam neger�. Namun dem�k�an, harga pangan d� dalam neger� khususnya beras cenderung leb�h stab�l dar�pada harga pangan d� pasar �nternas�onal (Grafik 3.1dan 3.2). Stab�l�sas� harga pangan pokok strateg�s d� pasar dalam neger� �n� t�dak terlepas dar� k�nerja pemer�ntah yang cukup ba�k dalam merespon adanya kr�s�s ekonom�, bahan bakar m�nyak, dan pangan yang terjad� secara global. Respon pemer�ntah tersebut d�antaranya: (a) Keb�jakan Harga Pembel�an Pemer�ntah (HPP) untuk pembel�an gabah dan beras; (b) Keb�jakan pengadaan cadangan pangan pemer�ntah yang d�laksanakan oleh Perum Bulog; dan (c) Keb�jakan pembel�an gabah/beras saat panen raya. Stab�l�sas� harga pangan pokok strateg�s khususnya beras, jagung, dan gula juga terwujud karena adanya keb�jakan pemer�ntah yang mendukung pen�ngkatan produks� dan produkt�v�tas serta proteks� perdagangan pangan pokok strateg�s domest�k dar� produk pangan dar� luar neger�.
Grafik 3.1. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strateg�s d� Pasar Dalam Neger� tahun 2004 – 2009
Sumber : Kementer�an Perdagangan (D�olah BKP)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Harga (Rp/Kg)
Harga Riil Beras (Rp/Kg) Harga Riil Jagung (Rp/Kg)Harga Riil Minyak Goreng (Rp/Kg) Harga Riil Gula Pasir (Rp/Kg)Harga Riil Daging Ayam (Rp/Kg)
29
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
29
Grafik 3.2. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategis di Pasar Internasional Tahun 2007 – 2009
100
2,100
4,100
6,100
8,100
10,100
12,100
14,100
16,100
Jan-0
7
Mar-0
7
May-0
7Ju
l-07
Sep-07
Nov-07
Jan-0
8
Mar-0
8
May-0
8Ju
l-08
Sep-08
Nov-08
Jan-0
9
Mar-0
9
May-0
9Ju
l-09
Sep-09
Nov-09
Sumber: Worldbank
Harga (USD/ton)
Beras Thai 5% Jagung US Gulf PortsKedelai Rotterdam CPO (Malaysia)Gula (Contract No. 5, London)
Sumber : World Bank (Diolah BKP)
Krisis ekonomi, bahan bakar minyak, dan pangan secara globaltidak hanya mempengaruhi turunnya produksi pangan pokok dunia dan stabilitas harga pangan di pasar internasional, tetapi juga telah mengakibatkan pencapaian penurunan angka kemiskinan menjadi lebih sulit. Berdasarkan data yang diperoleh dari The World Bank,United Nations (2009), angka kemiskinan di dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kemiskinan yang ekstrim sejak tahun 1990 hingga tahun 2005 cenderung berkurang setiap tahunnya. Sepanjang periode tersebut, jumlah penduduk miskin yang memiliki pendapatan kurang dari $1,25 per hari menurun dari 1,80 juta menjadi 1,40 juta. Pada tahun 2009, diperkirakan terdapat 55 juta sampai dengan 90 juta penduduk dunia yang akan hidup dalam kemiskinan yang ekstrim dibandingkan dengan apa yang diharapkan sebelumnya.Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Roma dikemukakan oleh FAO bahwa jumlah penduduk miskin tahun 2009 mencapai satu milyar orang.
30
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
30
Sedangkan angka kelaparan yang sebelumnya telah menurun sejak tahun 1990, kembal� men�ngkat sejak tahun 2008 karena adanya kena�kan harga pangan. Kecenderungan penduduk dun�a yang mengalam� kelaparan d� negara berkembang saat �n� mengalam� pen�ngkatan dar� 16 persen d� tahun 2006 menjad� 17 persen d� tahun 2008. Hal �n� menunjukkan bahwa penurunan harga pangan dun�a pada pertengahan tahun 2008 t�dak berpengaruh terhadap daya bel� seluruh penduduk dun�a.
Pada saat kem�sk�nan dan kelaparan d� dun�a mengalam� pen�ngkatan, angka kem�sk�nan dan kerawanan pangan d� Indones�acenderung semak�n turun set�ap tahunnya. Keberhas�lan Indones�a dalam menurunkan jumlah penduduk m�sk�n dan rawan pangan t�dak terlepas dar� upaya dan kom�tmen pemer�ntah untuk �kut mereal�sas�kan kesepakatan yang tercantum dalam Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2000. Kom�tmen tersebut d�laksanakan melalu� program-program pemberdayaan masyarakat m�sk�n dan organ�sas� kelompok masyarakat d� daerah rawan pangan,sepert� pengembangan PNPM Mand�r�, PUAP, Desa Mand�r� Pangan,pengembangan Part�s�pas� Masyarakat d� Daerah Lahan Ker�ng (PIDRA), pengembangan usaha m�kro, serta pen�ngkatan akses masyarakat adat/penduduk asl� dan komun�tasnya terhadap keg�atan-keg�atan ekonom� dengan memperhat�kan hakekat h�dup mereka yangselama �n� selalu bergantung pada ekos�stem alam� d�mana mereka h�dup dan bekerja.
Namun dem�k�an, d�samp�ng keberhas�lan-keberhas�lan yang telah d�capa� dalam mewujudkan ketahanan pangan, Indones�a mas�hmenghadap� berbaga� permasalahan dan tantangan yang mas�h harus d�waspada� untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan dan mencapa� salah satu target MDGs, ya�tu mengurang� kem�sk�nan dan kerawanan pangan setengahnya pada tahun 2015, atau pal�ng t�dak mempertahankan k�nerja ketahanan pangan yang telah d�capa� pada
31
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
31
tahun 2008. Permasalahan yang d�hadap� Indones�a salah satunya adalah jumlah penduduk yang cenderung terus men�ngkat set�ap tahunnya dan dapat mengak�batkan terjad�nya kompet�s� dalam pemanfaatan lahan untuk lahan usaha, pemuk�man penduduk, dan pembangunan sarana dan prasarana publ�k. Pemanfaatan lahan yangt�dak terkendal� dapat mempengaruh� terjad�nya degradas� l�ngkungan dan akh�rnya dapat mengancam kebutuhan pangan umat manus�a atau kr�s�s pangan.
Pen�ngkatan jumlah penduduk apab�la d�serta� dengan men�ngkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pangan yang berkual�tas akan men�ngkatkan perm�ntaan bahan pangan ba�k dalam jumlah, mutu, dan keragaman. Pada s�s� la�n menurunnya kual�tas lahan untuk pertan�an dapat mengak�batkan berkurangnya kemampuan domest�k untuk memenuh� kebutuhan pangan dalam neger� dan men�ngkatnya ketergantungan terhadap produk pangan dar� �mpor. Hal �n� dapat mengak�batkan ketahanan pangan Indones�a menjad� semak�n rentan karena mas�h tergantung dar� keb�jakan negara la�n. Dengan mengacu pada keberhas�lan yang telah d�capa� dan permasalahan yang mas�h d�hadap� oleh Indones�a, mas�h d�perlukan adanya berbaga� keb�jakan pemer�ntah yang kondus�f dalam mewujudkan pembangunan ketahanan pangan.
3.1. Ketersediaan Pangan
3.1.1. Produksi
Kond�s� �kl�m yang t�dak menentu ak�bat pemanasan global telah mengak�batkan menurunnya produks� pangan pent�ng d� dun�a, antara la�n d� beberapa negara d� Afr�ka bag�an Barat (N�ger�a dan Chad), Afr�ka bag�an T�mur (Somal�a, Kenya, Er�trea, Eth�op�a, Sudan dan Uganda), Afr�ka bag�an Selatan (Z�mbabwe, Malaw�, Mozamb�que, Madagascar, Swaz�land, Lesotho, dan Angola),
32
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
32
Democratic Republic of the Congo, Burund�, F�l�p�na, Myanmar, Sr�lanka, Pak�stan, Bangladesh, Nepal, Afgan�stan, serta Amer�ka Tengah dan Kar�b�a. Sela�n ak�bat kond�s� �kl�m yang t�dak menentu, penurunan produks� pangan d�perparah dengan adanya konfl�k warga s�p�l yang terus berkelanjutan terutama d� negara Somal�a dan Sudan.Kond�s� �n� tergambar pada produks� pangan pokok dun�a tahun 2009/2010 sepert� beras, gandum, dan sereal yang turun mas�ng-mas�ng 1,9 persen; 0,4 persen; dan 2,0 persen d�band�ngkan dengan tahun 2008/2009 ya�tu mas�ng-mas�ng sebesar 459,6 juta; 681,4 juta;dan 2.284,1 juta ton (FAO, 2009).
Namun d� Indones�a, pada per�ode 2005 – 2009, sebag�an besar produks� pangan pokok mengalam� pen�ngkatan, ya�tu pad�, jagung, kedela�, ub� kayu, ub� jalar, sayur, buah-buahan, m�nyak saw�t (CPO), gula put�h, telur, susu, dan �kan. Sedangkan produks� pangan pent�ng yang mengalam� penurunan adalah kacang tanah, dag�ng sap� dankerbau serta dag�ng ayam. Untuk pangan nabat�, pen�ngkatan pertumbuhan yang cukup besar berturut-turut terdapat pada produks� jagung yang na�k dengan rata-rata 8,49 persen per tahun dan gula put�h 6,88 persen per tahun. Sedangkan pen�ngkatan pertumbuhan yang cukup t�ngg� pada pangan hewan� terdapat pada produks� telur yang mencapa� kena�kan rata-rata 9 persen per tahun serta susu yang na�k 6,5 persen per tahun (Tabel 3.1).
33
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
33
Tabel 3.1. Perkembangan Produks� Beberapa Komod�tas Pangan 2005 – 2009
KomoditasProduksi (ton) Pertumb.
05-09(%)Pertumb.08-09(%)2005 2006 2007 2008 2009
I. Pangan Nabati
1. Pad� 54.151 54.455 57.157 60.280 62.561 3,69 3,78
2. Jagung 12.524 11.609 13.288 15.860 17.041 8,49 7,45
3. Kedela� 808 748 593 761 925 5,43 21,55
4. Kc Tanah 836 838 789 765 764 -2,20 -0,13
5. Ub� Kayu 19.321 19.987 19.988 20.834 21.990 3,31 5,55
6. Ub� Jalar 1.857 1.854 1.887 1.824 1.947 1,26 6,74
7. Sayur 9.102 9.527 9.941 10.234 10.190 2,88 -0,43
8. Buah-2 an 14.787 16.171 17.352 19.279 18.302 5,68 -5,079. M�nyak Saw�t
(CPO) 11.862 17.351 17.373 17.110 na Na na
10. Gula put�h 2.393 2.267 2.297 2.394
3.046 6,88 27,23
II. Pangan Hewani11. Dag�ng sap�&
kerbau 397 440 381 396
263 -8,06 -33,59
12. Dag�ng ayam 1.081 1.203 1.238 1.300
781 -5,18 -39,92
13. Telur 1.052 1.204 1.382 1.485
1.475 9,00 -0,67
14. Susu 536 617 568 574
678 6,59 18,12
15. Ikan 7.218 7.395 7.608 8.048
8.711 4,84 8,24
Sumber Data: Tahun 2009: Produksi Padi dan Palawija: ARAM II BPS, Produksi Hortikultura (Sayur dan Buah): Angka Sasaran Ditjen Hortikultura;Produksi Peternakan: Angka Sementara Ditjen Peternakan; Produksi Perkebunan: Angka Sementara Ditjen Perkebunan; Produksi Perikanan: Angka Sementara DKP; Produksi Gula: Angka Prognosa DGI (Data Diolah BKP)
34
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
34
3.1.2. Ketersediaan
Ketersed�aan pangan dar� produks� domest�k d�peroleh dar� produks� d�tambah �mpor d�kurang� kebutuhan untuk konsums� pakan, ben�h, dan tercecer serta ekspor. Ketersed�aan sebag�an besar pangan pokok dun�a menurun ak�bat adanya penurunan produks� d� sebag�an besar negara utama produsen beras yang mengak�batkan men�ngkatnya harga pangan dun�a.
Sebaga� contoh terjad� pada komod�t� beras. Produks� beras dun�a yang turun 1,9 persen selama per�ode 2008/2009 – 2009/2010d�serta� dengan perm�ntaan �mpor yang men�ngkat 2,7 persen dan total penggunaan beras untuk konsums� penduduk dun�a, �ndustr� dan sebaga�nya telah mengak�batkan turunnya ketersed�aan akh�r beras dun�a sebesar 2,7 persen, ya�tu dar� 124,4 juta ton pada tahun 2008/2009 menjad� 121,1 juta ton pada tahun 2009/2010 (FAO, 2009).
Sementara �tu, ketersed�aan beras d� Indones�a justru mengalam� hal yang sebal�knya. Ketersed�aan beras mengalam�pen�ngkatan 2,95 persen, ya�tu dar� 34,17 juta ton pada tahun 2008 menjad� 35,17 juta ton pada tahun 2009. Perkembangan selama kurun waktu 2005-2009 (Tabel 3.2) juga menunjukkan bahwa ketersed�aan sebag�an besar bahan pangan nabat� mengalam� pen�ngkatan, kecual� untuk komod�tas kacang tanah yang mengalam� penurunan 2,28 persen per tahun. Sedangkan untuk komod�tas pangan hewan�, secara keseluruhan telah mengalam� pen�ngkatan, ya�tu komod�tas telur, susu, dan �kan mas�ng-mas�ng sebesar 10,62 persen, 3,72 persen, dan 4,82 persen per tahun.
35
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
35
Tabel 3.2. Ketersed�aan Beberapa Komod�tas Pangan 2005 – 2009
Komoditas Ketersediaan (000 Ton) Pertumb. ‘05-'09
(%)
Pertumb. ‘08-'09
(%)2005 2006 2007 2008 2009I. Pangan
Nabati
1. Beras 30.669 30.841 32.312 34.166 35.174 3,50 2,95
2. Jagung 11.039 10.234 11.720 14.405 15.047 8,65 4,45
3. Kedela�
731
677
538
707
844 5,73 19,45
4. Kc Tanah
763
765
719 702
695 -2,28 -0,97
5. Ub� Kayu 16.423 16.989 16.990 18.493 18.692 3,34 1,07
6. Ub� Jalar 1.634 1.632 1.660 1.656 1.714 1,21 3,48
7. Sayuran 8.738 9.181 9.077 9.634 9.782 2,90 1,54
8. Buah-2an 14.232 15.565 16.475 17.352 17.615 5,51 1,52
9. M.Goreng 1.314 1.231 3.094 4.293 3.257 39,91 -24,12
10. Gula put�h 2.369 2.245 3.430 2.992 3.871 16,04 29,39 II. Pangan
Hewani11. Dag�ng
sap� & kerbau
394
386
216
224
249 -7,75 11,27 12. Dag�ng
ayam 1.119 1.381
649
680
742 -3,93 9,04
13. Telur
962 1.098 1.268 1.365 1.436 10,62 5,21
14. Susu
505
543
479
484
572 3,72 18,07
15. Ikan 6.135 6.286 6.633 6.987 7.404 4,82 5,97
Sumber : BPS; Statistik Pertanian 2003-2007 Deptan; Statistik Perikanan DKP; Tahun 2008, Angka Tetap; Tahun 2009: Produksi Padi dan Palawija, ARAM II BPS; Produksi Hortikultura (sayur dan buah), Angka Sasaran Ditjen Hortikultura; Produksi Peternakan, ASEM Ditjen Peternakan; Produksi Perkebunan, ASEM Ditjen Perkebunan; Produksi Perikanan, ASEM DKP; Produksi Gula, Angka Prognosa DGI (Diolah BKP)
36
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
36
3.1.3. Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan
Kemand�r�an pangan d�tunjukkan oleh per�mbangan atau neraca ketersed�aan dan kebutuhan komod�tas pangan pent�ng. N�la� pos�t�f pada neraca per�mbangan menunjukkan bahwa pen�ngkatan ketersed�aan pangan leb�h besar dar� pen�ngkatan kebutuhan penduduk akan pangan. Sedangkan neraca per�mbangan yang bern�la� negat�f menunjukkan bahwa pen�ngkatan kebutuhan penduduk yang belum dapat d�penuh� seluruhnya seh�ngga terjad� def�s�t.
Neraca ketersed�aan dan kebutuhan komod�tas pangan pent�ng Indones�a selama l�ma tahun terakh�r (2005 – 2009) menunjukkan bahwa kebutuhan penduduk akan sebag�an besar komod�tas pangan pent�ng sepert� beras, jagung, ub� kayu, ub� jalar, m�nyak goreng saw�t, gula, dan �kan telah dapat d�penuh� dar� ketersed�aan pangan d� dalam neger� pada tahun 2009 (Tabel 3.3). Hal �n� d�sebabkan karenaadanya pen�ngkatan produks� komod�t� pangan yang bersangkutan(Tabel 3.1). Adapun pertumbuhan pen�ngkatan ketersed�aan pangankhususnya untuk komod�tas kedela�, susu, dan telur seh�ngga neracanya negat�f. (Tabel 3.3). D�samp�ng �tu terjad� kecenderungan penurunan ketersed�aan d�band�ng dengan kebutuhan dag�ng sap�, kerbau dan ayam yang t�dak se�mbang seh�ngga menyebabkan def�s�t (Tabel 3.3).
Khusus untuk beras yang merupakan komod�t� yang pal�ng strateg�s dan mengandung unsur pol�t�s, neraca ketersed�aan dan kebutuhannya menunjukkan adanya surplus yang cukup s�gn�f�kan.Hal �n� menunjukkan bahwa Indones�a telah berhas�l mencapa� swasembada beras sepert� yang telah terjad� pada tahun 1984,seh�ngga kebutuhan penduduk akan beras telah dapat d�penuh� dar� ketersed�aan beras yang ada d� dalam neger�.
37
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
37
Tabel 3.3. Neraca Ketersed�aan dan Kebutuhan Komod�tas Pangan Pent�ng Tahun 2005 – 2009
Komoditas 2005 2006 2007 2008 2009*
I. Pangan Nabati1. Beras 167 -154 914 2.367 2.9792. Jagung -131 -1.748 -335 -285 13.5323. Kedela� -1.085 -1.131 -1.334 -1.194 -9234. Kc Tanah -117 -216 65 -196 -1315. Ub� Kayu 531 -709 -292 -94 386. Ub� Jalar 40 11 17 8 47. Sayur -312 -275 -481 -563 -3048. Buah-2 an -339 -360 -508 -459 -3459. M�nyak Goreng Saw�t -7.818 -6.641 -5.951 3.082 1.98710. Gula -452 -917 -2.290 -37 776II. Pangan Hewani11. Dag�ng sap�&kerbau -20 -24 -149 -46 -3512. Dag�ng ayam -1 -109 -89 -314 -31113. Telur -121 - -639 -440 -48414. Susu -1.234 -1.372 -504 -1.194 -77815. Ikan 1.657 1.521 869 571 569
Sumber : BPS; Statistik Pertanian 2003-2007 Deptan; Statistik Perikanan DKP; Tahun 2008, Angka Tetap; Tahun 2009, Angka Sementara: Produksi Padi dan Palawija, ARAM II BPS; Produksi Hortikultura -sayur dan buah, Angka Sasaran Ditjen Hortikultura; Produksi Peternakan, ASEM Ditjen Peternakan; Produksi Perkebunan, ASEM Ditjen Perkebunan; Produksi Perikanan, ASEM DKP; Produksi Gula, Angka Prognosa DGI (Diolah BKP)
Neraca komod�tas pangan pent�ng berdasarkan perk�raan produks� dan kebutuhan menunjukkan bahwa beberapa komod�tas pangan pent�ng yang semula mengalam� def�s�t d� tahun 2008 mengalam� surplus pada tahun 2009, antara la�n pada komod�t� jagung
38
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
38
yang surplus 89,93 persen, gula 20,05 persen, dan ub� kayu 0,20 persen. Komod�tas yang tetap mengalam� surplus d� tahun 2009 adalah: beras surplus 8,47 persen, ub� jalar 0,25 persen, m�nyak goreng 61,02 persen, dan �kan 7,69 persen.
Komod�tas la�nnya yang mengalam� def�s�t cukup besar adalah: susu 136,12 persen, kedela� 109,32 persen, dag�ng ayam 41,98 persen, telur 33,73 persen, kacang tanah 18,87 persen, serta dag�ng sap� dan kerbau 14,04 persen. Sedangkan buah-buahan dan sayuran mengalam� def�s�t berturut-turut 1,96 dan 3,11 persen. Walaupun neraca per�mbangan menunjukkan kond�s� yang semak�n memba�k dengan banyaknya pangan pent�ng yang mengalam� surplus, namun kond�s� �n� mas�h perlu mendapat perhat�an ser�us karena kebutuhan domest�k cenderung men�ngkat bersamaan dengan men�ngkatnya pertumbuhan ketersed�aan, seh�ngga kapas�tas produks� domest�k t�dak mampu memenuh� kebutuhan.
Ketersed�aan pangan per kap�ta meng�nd�kas�kan rata-rata peluang �nd�v�du untuk memperoleh bahan pangan. Secara umum, t�ngkat ketersed�aan energ� dan prote�n per�ode 2005-2009 telah meleb�h� rekomendas� W�dyakarya Nas�onal Pangan dan G�z�(WNPG) VIII tahun 2004 sebesar 2.200 kalor�/kap�ta/har� untuk energ� dan 57 gram/kap�ta/har� untuk prote�n. T�ngkat ketersed�aan energ� maupun prote�n selama tahun 2005 h�ngga tahun 2009cenderung men�ngkat dengan rata-rata pen�ngkatan berturut-turut 7,74persen dan 2,81 persen per tahun, sepert� tertera pada Tabel 3.4.Pertumbuhan pen�ngkatan ketersed�aan energ� dan prote�n yang t�ngg� d�perk�rakan karena adanya pen�ngkatan produks� d� tahun 2008.
39
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
39
Tabel 3.4. Ketersed�aan Energ� dan Prote�n Tahun 2005 – 2009
TTaahhuunnEEnneerrgg�� PPrroottee��nn
KKaall//KKaapp//HHaarr�� GGrraamm//KKaapp//HHaarr��22000055 22..991122 7766,,779922000066 22..999922 7722,,999922000077 33..336600 8800,,113322000088** 33..445533 8844,,009922000099**** 33..990077 8855,,3322
PPeerrttuummbbuuhhaann --%%//tthh 77,,7744 22,,8811
Sumber: Neraca Bahan Makanan, Diolah oleh BKPTahun 2007 Angka Tetap; Tahun 2008 Angka Sementara; Tahun 2009 Angka Perkiraan Awal (Diolah BKP)* Angka Sementara** Angka Perkiraan Awal
3.2. Stabilisasi Harga Pangan
Intens�tas fluktuas� harga pangan tahun 2005 h�ngga tahun 2008 relat�f menurun set�ap tahunnya. Harga pangan har�an/bulanan berfluktuas� pada tahun 2005, terutama pada komod�tas beras dan cabe merah. Hal �n� d�sebabkan oleh adanya keb�jakan pengurangan subs�d� bahan bakar m�nyak sebanyak dua kal� pada bulan Maret dan Oktober 2005 ak�bat adanya kena�kan harga bahan bakar m�nyak mentah dun�a. Namun dem�k�an, fluktuas� harga pangan d� tahun-tahun selanjutnya cenderung k�an stab�l dan leb�h rendah dar� tahun-tahun sebelumnya, yang d�tunjukkan oleh n�la� CV (Coefisien Variasi).
Harga komod�tas pangan secara r��l tahun 2008 relat�f leb�h t�ngg� dar� tahun 2007 dan 2006 terutama terjad� sek�tar har�-har� besar keagamaan pada bulan Oktober sampa� Desember, kecual� untuk komod�tas gula pas�r yang kena�kannya relat�f kec�l dan cenderung stab�l. Namun dem�k�an, kena�kan harga komod�tas pangan tersebut mas�h leb�h stab�l j�ka d�band�ngkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal �n� tampak dar� n�la� CV untuk komod�tas: jagung 12,7 persen,
40
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
40
m�nyak goreng 22,6 persen, dag�ng sap� 6,4 persen, dag�ng ayam 13,8persen, telur ayam ras 12,7 persen, dan gula pas�r 0,7-0,9 persen,sepert� tertera dalam Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Perband�ngan Rata-Rata Med�an dan Coef�s�en Var�as� Harga Bahan Pangan Pokok-Strateg�s Bulan Januar� –Desember Tahun 2005 – 2008
Komoditas 2005 2006 2007 2008Rerata CV Rerata CV Rerata CV Rerata CV(Rp/Kg) % (Rp/Kg) % (Rp/Kg) % (Rp/Kg) %
Beras IR I 3.412 8,0 4.440 5,5 5.262 4,6 5.525 2,2Beras IR II 3.158 10,6 4.161 3,5 5.004 5,4 5.333 1,7Beras IR III na na na na 4.730 8,5 na naJagung P�p�lan 2.361 2,5 2.606 7,6 3.097 5,3 3.899 12,7Kedela� -Lokal 4.691 3,8 4.838 2,9 5.144 8,0 7.544 3,5Kedela� -Impor 4.848 4,6 4.794 5,1 5.149 8,8 7.752 2,4Gula Pas�r -SHS -1Lokal 5.526 6,1 5.992 2,2 6.251 3,3 5.992 0,7Gula Pas�r -Import 5.576 6,6 6.065 2,2 6.438 1,7 6.337 0,9Kacang Tanah 8.074 3,7 8.430 3,7 10.799 12,0 12.042 3,2M�nyak Goreng 4.896 6,1 5.133 6,8 7.941 11,4 10.356 22,6Cabe Merah B�asa 9.012 51,7 7.747 31,5 11.786 27,8 12.217 19,2Cabe Merah Ker�t�ng 10.159 51,7 8.924 29,7 11.847 33,3 13.795 25,4Bawang Merah 7.643 7,2 8.694 25,5 8.100 32,8 10.985 20,2Dag�ng Sap� 39.785 6,0 44.690 1,8 46.763 1,4 52.770 6,4Dag�ng Ayam 13.187 4,6 14.299 11,6 15.399 10,1 20.325 13,8Telur Ayam Ras 7.590 5,9 7.865 5,3 9.000 9,2 12.529 12,7
Sumber: Kementerian Perdagangan (Diolah BKP)
Perkembangan harga pangan pada tahun 2008 dan 2009 relat�f stab�l. Sampa� dengan bulan Agustus 2009, rata-rata harga sebag�an besar komod�tas pangan cenderung na�k dar� bulan yang sama pada tahun sebelumnya, kecual� untuk komod�tas beras IR I yang turun 0,34 persen, kedela� �mpor turun 1,60 persen, ter�gu seg�t�ga b�ru turun 0,06 persen, kacang tanah turun 21,25 persen, cabe merah b�asa dan ker�t�ng yang turun 17,55 dan 26,40 persen, serta bawang merah turun
41
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
41
8,62 persen, sepert� yang tercantum pada Tabel 3.6. Pen�ngkatan sebag�an besar harga komod�tas pokok strateg�s tersebut d�perk�rakan terjad� selama bulan Ramadhan dan menjelang Har� Raya Besar Keagamaan (HBKN) Idul F�tr�.
Tabel 3.6. Perband�ngan Rata-Rata Med�an dan Persentase Kena�kan Harga Pangan Pokok Strateg�s Bulan Januar�-Agustus Tahun 2008 – 2009
KomoditasHarga Rata-rata (Rp/kg) Perubahan harga
(%)2008 2009
Beras IR I 5.598 5.579 -0,34Beras IR II 5.347 5.525 3,33Beras IR III 5.447 5.552 1,93Jagung P�p�lan 3.609 3.851 6,71Kedela� -Lokal 7.513 7.519 0,08Kedela� -Impor 7.806 7.681 -1,60Gula Pas�r -SHS -1 Lokal 6.010 7.577 26,07Gula Pas�r - Import 6.367 7.450 17,01Ter�gu -Seg�t�ga B�ru 7.048 7.043 -0,06Kacang Tanah 11.877 9.353 -21,25M�nyak Goreng 10.638 12.299 15,62Cabe Merah B�asa 12.751 10.513 -17,55Cabe Merah Ker�t�ng 15.199 11.186 -26,40Bawang Merah 12.153 11.106 -8,62Dag�ng Sap� 50.691 58.458 15,32Dag�ng Ayam 18.678 21.430 14,73Telur Ayam Ras 11.539 12.465 8,03
Sumber: Kementerian Perdagangan (Diolah BKP)
3.3. Cadangan Pangan
Cadangan pangan merupakan salah satu sumber pasokan untuk meng�s� kesenjangan antara produks� dan kebutuhan dalam neger� atau daerah. Stab�l�tas pasokan pangan dapat d�jaga dengan pengelolaan cadangan pangan yang tepat.
42
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
42
Cadangan pangan daerah khususnya cadangan pangan pemer�ntah desa yang d�laksanakan beberapa prov�ns� dan kabupaten/ kota, d�dasarkan pada Peraturan Menter� Dalam Neger� Nomor 30 Tahun 2008, Instruks� Gubernur, dan Instruks� Bupat�/Wal�kota. Melalu� APBD I dan APBD II, beberapa Pemer�ntah Daerah telah menyelenggarakan cadangan pangan pemer�ntah daerah dan pemberdayaan lumbung pangan masyarakat dalam rangka penanggulangan kerawanan pangan, pemenuhan pangan pada saat pacekl�k, dan pengendal�an gejolak harga. Prov�ns� Jawa Tengah, melalu� Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur/Bupat�/Wal�kota telah d�bentuk lembaga pengelola cadangan pangan dalam bentuk BUMD atau Un�t Pelaksana Tekn�s (UPT) dalam struktur Badan/Instans� Ketahanan Pangan. Beberapa daerah la�nnya juga sedang memproses pembentukannya.
Untuk pemberdayaan lumbung pangan masyarakat, Pemer�ntah prov�ns� dan kabupaten/kota telah memanfaatkan Dana Alokas� Khusus (DAK) untuk membangun atau merehab�l�tas� f�s�k lumbung serta dana APBD I dan APBD II untuk meng�s� lumbung. Sementara �tu, selama tahun 2002–2005, Badan Ketahanan Pangan (BKP) dengan dana APBN telah mengalokas�kan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk pemberdayaan 1.085 kelompok lumbung pangan sen�la� Rp 29,381 m�lyar yang tersebar d� 170 kabupaten pada 26 prov�ns�. Anggaran DAK yang d�alokas�kan per kabupaten untuk pembangunan f�s�k lumbung jumlahnya beragam, ya�tu dar� Rp 30 juta h�ngga Rp 1,0 m�lyar, dengan dukungan dana pendamp�ng dar� APBD II sen�la� Rp 20 juta - 300 juta. Kabupaten Solok-Sumatera Barat mengalokas�kan Rp 30 juta, C�am�s-Jawa Barat Rp1 m�lyar, Pamekasan-Jawa T�mur Rp 921 juta, dan Kota Metro-Lampung Rp953 juta. Keragaman alokas� anggaran tersebut d�sebabkan oleh beragamnya kemampuan keuangan dan perhat�an terhadap masalahketahanan pangan dar� mas�ng-mas�ng kabupaten.
43
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
43
Prov�ns� Jawa T�mur, jumlah lumbung pangan yang sudah d�bangun dan d�kelola oleh masyarakat dengan dukungan APBN dan APBD ada sebanyak 2.232 un�t, dengan kapas�tas peny�mpanan rata-rata 20 ton per un�t. Sela�n �tu, melalu� dukungan APBD 2004 – 2008juga telah d�kembangkan cadangan pangan h�dup d� pekarangan untuk 72 kelompok sen�la� Rp 720 juta. D� beberapa prov�ns� la�nnya, ya�tuNusa Tenggara T�mur, Sulawes� Selatan, dan Gorontalo, cadangan pangan d�kelola oleh masyarakat dalam bentuk beras, jagung, umb�-umb�an, sagu, dan ternak yang d�pel�hara d� pekarangan atau kebun d� sek�tar rumah.
Penyelenggaraan cadangan pangan daerah melalu� pengembangan lumbung pangan masyarakat mas�h terkendala oleh beberapa hal ya�tu: (a) penanganan cadangan pangan membutuhkan dana yang cukup besar untuk pembel�an gabah atau bahan pangan la�nnya, peny�mpanan, pengolahan, peralatan, dan d�str�bus�; (b) keberadaan lumbung pangan belum dapat d�harapkan untuk mengelola cadangan pangan secara opt�mal, karena kemampuan permodalan yang sangat terbatas dan kapas�tas lumbung yang relat�f kec�l, seh�ngga has�l panen masyarakat t�dak banyak yang dapat d�tampung; (c) pengetahuan, s�kap, dan keteramp�lan pengurus lumbung pangan relat�f mas�h rendah, khususnya dalam manajemen kelompok; dan (d)perhat�an pemer�ntah daerah dalam pemb�naan lumbung pangan belum memada�.
3.4. Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan
Has�l Surve� Sos�al Ekonom� Nas�onal (Susenas) yang d�publ�kas�kan BPS menunjukkan perkembangan konsums� energ� dan prote�n pada per�ode 2005-2009 sepert� tertera dalam Tabel 3.7ber�kut.
44
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
44
Tabel 3.7. Perkembangan Rata-rata Konsums� Energ� dan Prote�nTahun 2005-2009
UraianPerkembangan Konsumsi Per Kapita Per Hari Pertumb.
(%)2004 2005 2006 2007 2008 20091. Energ�
1.986 1.996 1.927 2.015 2.038 1.927 -0,54-kkal/kap/har�2. Prote�n
54,65 55,27 53,66 57,65 57,43 54,35 -0,02-gram/kap/har�
Sumber: Susenas 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009, BPS; (Diolah BKP)
Konsums� energ� dan prote�n per�ode 2004-2009 cenderungturun dengan penurunan rata-rata untuk energ� 0,54 persen per tahun dan prote�n 0,02 persen per tahun. Kons�s� �n� d�sebabkan adanya penurunan konsums� energ� dan prote�n pada tahun 2009 yang cukup s�gn�f�kan. Pada tahun 2009 konsums� energ� sebesar 1.927 kkal/kap�ta/har� atau turun 111 kkal/kap�ta/har� d�band�ngkan dengan konsums� energ� tahun 2008 sebesar 2.038 kkal/kap�ta/har�. Dem�k�an pula dengan konsums� prote�n tahun 2009 sebesar 54,35 gram/kap�ta/har� yang turun secara s�gn�f�kan sebesar 5,36 persen atau 3,08 gram/kap�ta/har� d�band�ngkan dengan konsums� prote�n d� tahun 2008 sebesar 57,43 gram/kap�ta/har�.
Konsums� energ� yang d�capa� tersebut, 73 kkal/kap�ta/har� leb�h rendah dar� angka kecukupan yang d�anjurkan WNPG VIII tahun 2004, ya�tu 2.000 kkal/kap�ta/har�. Sedangkan angka konsums� prote�n mas�h leb�h t�ngg� dar� angka kecukupan yang d�anjurkan WNPG VIII tahun 2004, ya�tu prote�n 52 gram/kap�ta/har�.
Dar� seg� kual�tas/keragaman yang d�tunjukkan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH), skor mutu konsums� pangan penduduk per�ode 2005-2009 menunjukkan adanya fluktuas�. Hal �n� d�tunjukkan adanya penurunan Skor PPH dar� 81,9 pada tahun 2008menjad� 75,7 pada tahun 2009. Kond�s� tersebut d�sebabkan adanya penurunan konsums� sebag�an besar komod�tas terutama buah/b�j�
45
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
45
berm�nyak serta sayur dan buah. Penurunan mutu konsums� pangan penduduk menunjukan kurangnya kesadaran masyarakat akan pangan yang beragam, berg�z� se�mbang, dan aman. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pangan beragam tersebut juga d�tunjukkan oleh pola konsums� energ� kelompok pangan masyarakat terhadap Angka Kecukupan Energ� (AKE) yang mas�h d�dom�nas� kelompok pad�-pad�an 61,8 persen d�mana mas�h leb�h besar 11,8 persen dar� propors� �deal sebesar 50 persen. Sementara �tu, konsums� pangan yang la�nnya mas�h belum memenuh� kompos�s� �deal yang d�anjurkan, sepert� pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Rata-rata Konsums� Kelompok Pangan Rumah TanggaTahun 2005 – 2009
Kelompok Pangan
Th. 2005 Th. 2008 Th. 2009 Anjuran
Gram Energ� %AKG Gram Energ� %
AKG Gram Energ� %AKG Gram Energi %
AKGPad�-pad�an 320,0 1.241,0 61,8 326,0 1.283,0 64,1 314,4 1.235,8 61,8 275 1000 50
Umb�-umb�an 60,0 73,0 3,6 51,8 62,0 3,1 40,2 47,7 2,4 100 120 6
Pangan hewan� 88,0 139,0 6,8 89,6 156,0 7,8 84,8 148,0 7,4 150 240 12
M�nyak dan lemak 22,0 199,0 9,9 22,8 204,0 10,2 21,8 195,1 9,8 20 200 10
Buah/b�j� berm�nyak 9,0 51,0 2,5 7,6 42,0 2,1 6,8 37,3 1,9 10 60 3
Kacang-kacangan 25,0 67,0 3,4 24,3 62,0 3,1 22,4 57,5 2,9 35 100 5
Gula 27,0 99,0 4,9 25,8 94,0 4,7 23,8 87,0 4,4 30 100 5Sayur dan buah 226,0 93,0 4,6 241,9 100,0 5,0 199,5 84,0 4,2 250 120 6
La�n-la�n 49,0 35,0 2,3 51,8 36,0 1,8 53,6 35,1 1,8 - 60 3Total 1997,0 99,8 2038,0 101,9 1927,0 96,4 2000 100
Skor PPH 79,2 81,9 75,7 100
Sumber : Susenas 2005, 2008, dan 2009, BPS; (Diolah BKP)
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
45
berm�nyak serta sayur dan buah. Penurunan mutu konsums� pangan penduduk menunjukan kurangnya kesadaran masyarakat akan pangan yang beragam, berg�z� se�mbang, dan aman. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pangan beragam tersebut juga d�tunjukkan oleh pola konsums� energ� kelompok pangan masyarakat terhadap Angka Kecukupan Energ� (AKE) yang mas�h d�dom�nas� kelompok pad�-pad�an 61,8 persen d�mana mas�h leb�h besar 11,8 persen dar� propors� �deal sebesar 50 persen. Sementara �tu, konsums� pangan yang la�nnya mas�h belum memenuh� kompos�s� �deal yang d�anjurkan, sepert� pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Rata-rata Konsums� Kelompok Pangan Rumah TanggaTahun 2005 – 2009
Kelompok Pangan
Th. 2005 Th. 2008 Th. 2009 Anjuran
Gram Energ� %AKG Gram Energ� %
AKG Gram Energ� %AKG Gram Energi %
AKGPad�-pad�an 320,0 1.241,0 61,8 326,0 1.283,0 64,1 314,4 1.235,8 61,8 275 1000 50
Umb�-umb�an 60,0 73,0 3,6 51,8 62,0 3,1 40,2 47,7 2,4 100 120 6
Pangan hewan� 88,0 139,0 6,8 89,6 156,0 7,8 84,8 148,0 7,4 150 240 12
M�nyak dan lemak 22,0 199,0 9,9 22,8 204,0 10,2 21,8 195,1 9,8 20 200 10
Buah/b�j� berm�nyak 9,0 51,0 2,5 7,6 42,0 2,1 6,8 37,3 1,9 10 60 3
Kacang-kacangan 25,0 67,0 3,4 24,3 62,0 3,1 22,4 57,5 2,9 35 100 5
Gula 27,0 99,0 4,9 25,8 94,0 4,7 23,8 87,0 4,4 30 100 5Sayur dan buah 226,0 93,0 4,6 241,9 100,0 5,0 199,5 84,0 4,2 250 120 6
La�n-la�n 49,0 35,0 2,3 51,8 36,0 1,8 53,6 35,1 1,8 - 60 3Total 1997,0 99,8 2038,0 101,9 1927,0 96,4 2000 100
Skor PPH 79,2 81,9 75,7 100
Sumber : Susenas 2005, 2008, dan 2009, BPS; (Diolah BKP)
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
45
berm�nyak serta sayur dan buah. Penurunan mutu konsums� pangan penduduk menunjukan kurangnya kesadaran masyarakat akan pangan yang beragam, berg�z� se�mbang, dan aman. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pangan beragam tersebut juga d�tunjukkan oleh pola konsums� energ� kelompok pangan masyarakat terhadap Angka Kecukupan Energ� (AKE) yang mas�h d�dom�nas� kelompok pad�-pad�an 61,8 persen d�mana mas�h leb�h besar 11,8 persen dar� propors� �deal sebesar 50 persen. Sementara �tu, konsums� pangan yang la�nnya mas�h belum memenuh� kompos�s� �deal yang d�anjurkan, sepert� pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Rata-rata Konsums� Kelompok Pangan Rumah TanggaTahun 2005 – 2009
Kelompok Pangan
Th. 2005 Th. 2008 Th. 2009 Anjuran
Gram Energ� %AKG Gram Energ� %
AKG Gram Energ� %AKG Gram Energi %
AKGPad�-pad�an 320,0 1.241,0 61,8 326,0 1.283,0 64,1 314,4 1.235,8 61,8 275 1000 50
Umb�-umb�an 60,0 73,0 3,6 51,8 62,0 3,1 40,2 47,7 2,4 100 120 6
Pangan hewan� 88,0 139,0 6,8 89,6 156,0 7,8 84,8 148,0 7,4 150 240 12
M�nyak dan lemak 22,0 199,0 9,9 22,8 204,0 10,2 21,8 195,1 9,8 20 200 10
Buah/b�j� berm�nyak 9,0 51,0 2,5 7,6 42,0 2,1 6,8 37,3 1,9 10 60 3
Kacang-kacangan 25,0 67,0 3,4 24,3 62,0 3,1 22,4 57,5 2,9 35 100 5
Gula 27,0 99,0 4,9 25,8 94,0 4,7 23,8 87,0 4,4 30 100 5Sayur dan buah 226,0 93,0 4,6 241,9 100,0 5,0 199,5 84,0 4,2 250 120 6
La�n-la�n 49,0 35,0 2,3 51,8 36,0 1,8 53,6 35,1 1,8 - 60 3Total 1997,0 99,8 2038,0 101,9 1927,0 96,4 2000 100
Skor PPH 79,2 81,9 75,7 100
Sumber : Susenas 2005, 2008, dan 2009, BPS; (Diolah BKP)
46
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
46
Walaupun kelompok pad�-pad�an mas�h mendom�nas� konsums� pangan masyarakat, namun t�ngkat konsums� pad�-pad�antersebut cenderung semak�n turun set�ap tahunnya. Pada per�ode tahun 2005 h�ngga 2009 penurunan tersebut sebesar 0,45 persen, yang terd�r� dar� penurunan konsums� beras 0,67 persen per tahun dan jagung 5,96persen per tahun (Tabel 3.9). Namun dem�k�an, hal �n� perlu d�waspada� karena ternyata penurunan konsums� pangan beras dan jagung beral�h ke konsums� ter�gu yang cenderung semak�n men�ngkat secara s�gn�f�kan sebesar 6,63 persen per tahun.
Perubahan konsums� pangan per kap�ta menurut kelompok pangan sela�n pad�-pad�an pada per�ode 2005-2009 sepert� yang tertera pada Tabel 3.9, adalah sebaga� ber�kut :
1. Umb�-umb�an turun 8,86 persen per tahun, ya�tu dar� 21,9 kg/kap�ta/tahun pada tahun 2005 menjad� 14,7 kg/kap�ta/tahun pada tahun 2009 karena adanya penurunan yang s�gn�f�kan pada konsums� ub� jalar sebesar 11,04 persen per tahun dan s�ngkong sebesar 9,68 persen per tahun.
2. Pangan hewan� turun 0,64 persen per tahun karena adanya penurunan konsums� dag�ng rum�nans�a sebesar 1,94 persen dan �kan 2,00 persen per tahun.
3. M�nyak dan lemak turun 0,88 persen per tahun dar� 8,2 kg/kap�ta/tahun pada tahun 2005 menjad� 7,9 kg/kap�ta/tahun pada tahun 2009. Hal �n� d�sebabkan karena adanya penurunan yang cukup s�gn�f�kan pada konsums� m�nyak kelapa dan m�nyak la�nnya secara berturut-turut 20,35 persen dan 12,50 persen per tahun.
4. Kacang-kacangan turun 2,81 persen per tahun karena konsums� kacang h�jau yang turun secara s�gn�f�kan sebesar 11,31 persen per tahun, kacang tanah turun 4,29 persen per tahun, dan kedela� turun 1,73 persen per tahun.
47
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
47
5. Gula turun 2,91 persen per tahun.6. Sayuran dan buah turun 1,98 persen per tahun karena
konsums� sayur turun 0,11 persen dan buah turun 3,76 persen per tahun.
7. Konsums� pangan la�nnya yang terd�r� dar� m�numan dan bumbu-bumbuan cenderung men�ngkat 2,93 persen per tahun karena konsums� m�numan yang na�k 4,45 persen per tahun, walaupun terdapat penurunan konsums� bumbu-bumbuan 3,63 persen per tahun.
48
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
48
Tabel 3.9. Konsums� Penduduk Indones�a dan Sel�s�h Aktual Terhadap Berbaga� Kelompok Makanan Tahun 2005-2009
Kelompok Bahan Pangan
Konsumsi(kg/kap/tahun) Pertumbuhan
(%)2005 2006 2007 2008 2009
I. Padi-padian 117 115,3 115,6 119 114,8 -0,45a. Beras 105,2 104 100 104,9 102,2 -0,67b. Jagung 3,3 3 4,2 2,9 2,21 -5,96c. Ter�gu 8,4 8,2 11,3 11,2 10,3 6,63
II. Umbi-umbian 21,9 18,5 19,4 18,9 14,7 -8,86a. S�ngkong 15 12,6 13,5 13 9,6 -9,68b. Ub� jalar 4 3,2 2,5 2,8 2,4 -11,04c. Kentang 1,7 1,7 2,1 2 1,7 0,94d. Sagu 0,5 0,5 0,8 0,5 0,4 0,63e. Umb� la�nnya 0,6 0,6 0,5 0,6 0,6 0,83
III. Pangan Hewani 32 29,9 33,1 32,7 30,9 -0,64a. Dag�ng rum�nans�a 1,8 1,5 1,8 1,6 1,6 -1,94b. Dag�ng unggas 4,1 3,3 4,4 4,2 3,9 0,53c. Telur 6,1 5,8 6,8 6,4 6,4 1,61d. Susu 1,4 1,5 2,2 2,1 1,9 9,94e. Ikan 18,6 17,8 17,9 18,4 17,1 -2,00
IV. Minyak dan Lemak 8,2 8,1 8,4 8,3 7,9 -0,88a. M�nyak kelapa 3,3 3,1 2,3 1,8 1,3 -20,35b. M�nyak saw�t 4,8 4,8 5,9 6,4 6,6 8,63c. M�nyak la�nnya 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 -12,50
V. Buah/biji berminyak 3,4 3 3,2 2,8 2,5 -7,08a. Kelapa 3 2,6 2,8 2,4 2,2 -7,07b. Kem�r� 0,4 0,4 0,4 0,4 0,3 -6,25
VI. Kacang-kacangan 9,3 9,4 10,1 8,9 8,2 -2,81a. Kedela� 7,8 8,3 8,6 7,7 7,2 -1,73b. Kacang tanah 0,7 0,5 0,7 0,5 0,5 -4,29c. Kacang h�jau 0,7 0,5 0,6 0,5 0,4 -11,31d. Kacang la�n 0,2 0,1 0,2 0,2 0,2 12,50
VII. Gula 9,9 8,9 9,7 9,4 8,7 -2,91a. Gula pas�r 8,9 8 8,6 8,4 7,9 -2,72b. Gula merah 1 0,8 1,1 1 0,8 -2,90
49
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
49
Kelompok Bahan Pangan
Konsumsi(kg/kap/tahun) Pertumbuhan
(%)2005 2006 2007 2008 2009
VIII. Sayuran dan buah 82,5 74,7 91,9 88,3 72,8 -1,98a. Sayur 50,8 51,1 57,8 56,3 49,8 -0,11b. Buah 31,7 23,6 34,1 32 23,1 -3,76
IX. Lain-lain na na 18,5 18,9 19,6 2,93a. M�numan na na 14,3 14,8 15,6 4,45b. Bumbu-bumbuan na na 4,2 4,1 3,9 -3,63
Sumber : Susenas 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2009, BPS (Diolah BKP)
3.5. Keamanan Pangan
S�tuas� keamanan pangan d� Indones�a selama l�ma tahun terakh�r, ya�tu sejak tahun 2005 h�ngga pertengahan tahun 2009 mas�h d�dom�nas� oleh dua hal, ya�tu: (a) keberadaan res�du pest�s�da pada berbaga� jen�s has�l pertan�an, terutama pada sayur, buah, dan pangan segar; dan (b) per�laku produsen makanan jajanan yang menggunakan zat pengawet, zat pewarna, dan zat peman�s buatan yang t�dak sesua� ketentuan. Kedua hal tersebut dapat men�mbulkan keracunan pada makanan, bahkan dapat menjad� salah satu penyebab Penyak�t Bawaan Makanan/PBM (food borne diseases) bag� konsumen. Hal �n� d�sebabkan adanya cemaran racun k�m�a atau tox�n, logam berat, dan bahan k�m�a la�nnya, serta cemaran m�kroba dar� bakter�, jamur, paras�t, dan v�rus. Kasus keracunan pada bahan pangan segar d� berbaga� jen�s buah dan sayur, terutama d�sebabkan oleh res�du pest�s�da yang d�gunakan untuk pemberantasan hama dan penyak�t yang mas�h tert�nggal meleb�h� ambang batas yang d�tetapkan untuk kesehatan manus�a.
Cemaran oleh m�kroba d�sebabkan karena rendahnya kond�s� higienis dan sanitasi, sedangkan cemaran k�m�a karena kond�s� l�ngkungan yang tercemar l�mbah �ndustr�, penyalahgunaan bahan berbahaya yang d�larang untuk pangan sepert� formalin, rhodamin B,
50
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
50
boraks, dan methanil yellow, serta penggunaan Bahan Tambahan Pengawet (BTP) dan peman�s yang meleb�h� batas maks�mal yang d��j�nkan.
Menurut Kementer�an Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), secara umum dalam beberapa tahun terakh�r, kejad�an keracunan makanan men�ngkat sangat s�gn�f�kan. Pada per�ode 2001-2008, jumlah kasus keracunan men�ngkat dar� 72 kasus pada tahun 2001 menjad� 153 kasus pada tahun 2006, 179 kasus pada tahun 2007, dan 197 kasus pada tahun 2008. Pen�ngkatan kasus tersebut d��kut� juga dengan jumlah orang yang terkena sak�t dar� 2.952 orang pada tahun 2001 menjad� 8.943 orang pada tahun 2008. Dem�k�an juga jumlah yang men�nggal semak�n men�ngkat dar� 40 orang atau 0,47 persen pada tahun 2006 menjad� 54 orang atau 0,72 persen pada tahun 2007, dan menjad� 79 orang atau 0,88 persen pada tahun 2008 sepert� tertera dalam Tabel 3.10 ber�kut.
Tabel 3.10. Perkembangan Kejad�an Luar B�asa Keracunan Pangan Tahun 2001 – 2009
TahunJumlah Kejad�an
(Kasus)Jumlah Sak�t
(Orang)Jumlah Men�nggal
(Orang) (%)20012002200320042005200620072008
2009*
72433416418415317919743
2.9523.6351.8436.1208.9498.4867.4718.9431.131
23101232494054796
0,780,280,650,520,550,470,720,880,53
Sumber: Badan POM*Tahun 2009: angka sementara sampai bulan Juni 2009 (Diolah BKP)
51
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
51
Sampa� dengan bulan Jun� 2009, jumlah kejad�an yang telah tercatat sebanyak 43 kasus, dengan jumlah orang yang sak�t sebanyak 1.131 orang dan men�nggal sebanyak 6 orang atau 0,53 persen dar� jumlah orang yang sak�t. Jumlah kasus dan pender�ta d�perk�rakan akan bertambah sampa� dengan akh�r tahun 2009, namun d�harapkant�dak meleb�h� jumlah kasus yang terjad� pada tahun-tahun sebelumnya karena sudah semak�n memba�knya pemahaman masyarakat terhadap makanan, zat k�m�a, dan produk pangan segar yang t�dak aman untuk d�konsums� serta penyebab keracunan la�nnyaak�bat men�ngkatnya keg�atan promos� dan publ�kas� yang d�lakukanoleh Badan POM, Kementer�an Kesehatan, dan �nstans� terka�t la�nnya, termasuk Badan Ketahanan Pangan- Kementer�an Pertan�an.
3.6. Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan masyarakat sangat terpaut dengan kond�s� ketahanan pangan. Semak�n ba�k t�ngkat kesejahteraan masyarakat, maka semak�n ba�k pula t�ngkat ketahanan pangan keluarga. Untuk mel�hat kond�s� ketahanan pangan masyarakat d�lakukan pen�la�an terhadap kond�s� kesejahteraan masyarakat yang d�t�njau dar� beberapa aspek ber�kut:
3.6.1. Kemiskinan
Dalam upaya men�ngkatkan pengentasan kem�sk�nan, pemer�ntah secara bertahap selalu mempers�apkan perencanaan dan �mplementas� program dan keg�atan yang d�laksanakan, antara la�n melalu� pemberdayaan masyarakat serta rev�tal�sas� pertan�an dan perdesaan. Melalu� program/keg�atan tersebut, jumlah penduduk m�sk�n selama tahun 2005 h�ngga tahun 2009 telah berhas�l d�kurang�secara s�gn�f�kan dar� per�ode sebelumnya.Selama per�ode 2002-2005, jumlah penduduk m�sk�n telah berkurang dar� 38,40 juta j�wa (18,20 persen) pada tahun 2002 menjad� 36,80 juta j�wa (16,69 persen) pada tahun 2005. Namun pada tahun 2006, jumlah penduduk m�sk�n
52
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
52
men�ngkat cukup drast�s ya�tu menjad� 39,30 juta j�wa (17,75 persen).Pen�ngkatan jumlah dan persentase penduduk m�sk�n tersebut terjad� karena harga barang-barang kebutuhan pokok selama per�ode tersebut men�ngkat yang d�gambarkan oleh �nflas� umum sebesar 17,95 persen (BPS, 2009). Dengan dem�k�an, penduduk yang tergolong t�dak m�sk�n namun penghas�lannya berada d� sek�tar gar�s kem�sk�nan banyak yang bergeser pos�s�nya menjad� m�sk�n.
Jumlah penduduk m�sk�n terus mengalam� penurunan d�manatahun 2009 menjad� 32,53 juta j�wa (14,15 persen) atau berkurang 6,77 juta orang d�band�ngkan tahun 2006. Jumlah penduduk m�sk�n pada tahun 2009 tersebut bahkan leb�h kec�l dar� jumlah penduduk m�sk�n sebelum kr�s�s ekonom� dan moneter tahun 1998 sebesar 34,01 juta j�wa (17,47 persen). Turunnya jumlah penduduk m�sk�n �n� juga d��kut� dengan turunnya jumlah pengangguran terbuka yang turun secara s�gn�f�kan dar� 10,85 juta j�wa pada tahun 2005 menjad� 7,87juta j�wa pada bulan Agustus 2009 (BPS, 2009), sepert� tertera pada Tabel 3.11 dan Gambar 3.3 ber�kut �n�.
Tabel 3.11 Perkembangan Jumlah Penduduk M�sk�n dan Pengangguran Tahun 2002-2009
Rincian 2002 a) 2003 b) 2004 c) 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah penduduk (juta j�wa)
212,6 215,3 216,4 219,3d) 220,5 224,2 228,5 231,4
Jumlah Penduduk M�sk�n (juta j�wa)
38,4 37,3 36,1 36,80 39,30 37,17 34,96 32,53
Persentase Penduduk M�sk�n
18,20 17,3 16,7 16,69e) 17,75 16,58 15,42 14,15
Jumlah Pengangguran terbuka (juta j�wa)c)
9,13 9,53 9,67 10,85 10,93 10,01 9,43 7,87 f)
Sumber: BPS -berbagai tahun.Keterangan: a)Berdasarkan Susenas 1999, menggunakan metode 1998 tanpa TimTim; b)BPS -2003 tahun 2003 berdasarkan P4B; BPS -2004; c)BPS -Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR 24 Nopember 2004; d) Dit Gizi Masyarakat Depkes 2005; e)Berita Resmi Statistik September 2006. Press Release BPS 1 Desember 2006, tahun 2007 dari buletin Juli 2007 dan BPS 2008; f) Statistik Indonesia 2009, data Agustus 2009 (Diolah BKP)
53
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
53
Gambar 3.3. Persentase Jumlah Penduduk Miskin di Perkotaan dan Perdesaan Tahun 1976-2009
Sumber: BPS, 2004; 2005; 2006; 2007; 2008; 2009 (Diolah BKP)
Gambar 3.3. menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin di perdesaan dari tahun 1997 hingga tahun 2009 selalu lebih besar dibandingkan dengan persentase penduduk miskin di perkotaan. Pada tahun 2009, persentase penduduk miskin di perdesaan mencapai 17,35 persen yang lebih besar dari di perkotaan yaitu sebesar 10,72 persen. Persentase penduduk miskin tersebut masih lebih kecil daripada persentase penduduk miskin tahun 2005 yaitu sebesar 19,98 persen di perdesaan dan 11,68 persen di perkotaan. Tingginya persentasependuduk miskin di perdesaan dapat disebabkan oleh: (a) adanya perbedaan tingkat pendidikan penduduk perdesaan yang cenderung lebih rendah dari penduduk di perkotaan; (b) sebagian besar mata pencaharian penduduk perdesaan adalah buruh tani atau mengelola lahan dengan luasan lahan yang sangat kecil, dan (c) terbatasnya fasilitas, sarana dan prasana transportasi, komunikasi dan kesehatan.
54
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
54
3.6.2. Akses Pangan
Akses�b�l�tas atau keterjangkauan pangan oleh masyarakat d�pengaruh� oleh berbaga� hal, antara la�n: harga pangan, t�ngkatpendapatan atau daya bel�, kestab�lan keamanan sos�al, anomal� �kl�m, bencana alam, jarak lokas� dan topograf� w�layah, keberadaan sarana dan prasarana transportas�, kond�s� jalan perhubungan, dan la�nnya.
Permasalahan akses pangan secara f�s�k mas�h d�sebabkan oleh kurang memada�nya kond�s� sarana dan prasarana (�nfrastruktur) d� Indones�a. Fas�l�tas prasana jalan, pelabuhan, dan sarana angkutan yang kurang memada� menyebabkan b�aya d�str�bus� dar� sentra produks� ke sentra konsums� menjad� mahal, terutama untuk daerah-daerah d� luar Jawa dan daerah-daerah terpenc�l la�nnya. Kurang memada�nya sarana dan prasarana tersebut telah mengak�batkan daerah-daerah tertentu menjad� sangat ter�sol�r dan masyarakat menjad� sangat kesul�tan dalam mengakses pangan.
Sarana d�str�bus� pangan sepert� fas�l�tas-fas�l�tas pasar umum, sarana peny�mpanan dan pengolahan has�l pertan�an, ba�k yang d�kelola oleh pemer�ntah maupun swasta, juga belum berkembang dan mas�h terbatas jumlahnya. Kurang berkembangnya sarana d�str�bus� pangan tersebut dapat mempersul�t masyarakat perdesaan untuk melakukan fungs� peny�mpanan dan pengolahan, seh�ngga petan� t�dak dapat memperoleh n�la� tambah dan pos�s� tawar yang t�ngg�. D� samp�ng sarana prasana transportas� dan d�str�bus� pangan, kelembagaan pemasaran d� perdesaan juga mas�h lemah. Sela�n �tu, sarana pasar secara f�s�k juga kurang tersed�a. Terkadang beberapa desa yang terpenc�l hanya mem�l�k� satu pasar yang berada dekat dengan kota. Dengan kurangnya sarana pasar secara f�s�k d�serta� dengan kelembagaan pemasaran perdesaan yang kurang memada� menyebabkan pemasaran produk-produk pangan d� Indones�a harus melalu� pedagang perantara yang ada d� berbaga� t�ngkatan mula� dar� desa, kecamatan, kabupaten sampa� dengan prov�ns�. Hal �n�
55
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
55
menyebabkan mata rantai pemasaran menjadi sangat panjang dantingginya biaya pemasaran, rendahnya margin pemasaran di tingkat petani, dan tingginya harga pangan yang harus dibayar oleh konsumen akhir.
Peraturan perundangan yang tersedia juga masih belum dapat mendukung kelancaran arus distribusi pangan. Berbagai pungutan seperti retribusi dan pungutan jembatan timbang telah mengakibatkan meningkatnya biaya distribusi pangan. Selain permasalahan-permasalahan tersebut di atas, permasalahan distribusi pangan lainnya yang dihadapi oleh Indonesia antara lain: (a) terbatasnya kemampuan daerah dan masyarakat dalam mengelola cadangan pangan; (b)rendahnya efisiensi dan efektivitas sistem perdagangan antar daerah dan antar pulau baik transportasi darat maupun laut; (c) perdagangan komoditas pangan strategis di pasar internasional yang tidak adil; dan (d) struktur pasar nasional yang asimetris. Tinjauan aspek ekonomi mengenai akses penduduk terhadap pangan diukur dari pendapatan yang digunakan untuk pembelian pangan khususnya beras, dan persentase pengeluaran penduduk untuk pangan pada setiap tingkat pendapatan (Gambar 3.4).
Gambar 3.4. Pengeluaran Rata-rata per Kapita sebulan di Daerah Perkotaan dan Perdesaan menurut Kelompok Barang dan Golongan Pengeluaran per Kapita sebulan Tahun 2008
56
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
56
Pengeluaran per kap�ta per bulan penduduk perkotaan dan perdesaan dapat juga mencerm�nkan t�ngkat pendapatan per kap�ta penduduk tersebut set�ap bulannya. Berdasarkan golongan pengeluaran penduduk rata-rata per kap�ta, set�ap bulannya penduduk dengan pengeluaran per kap�ta yang rendah ya�tu kurang dar� Rp 500.000,- per kap�ta per bulan ternyata mem�l�k� persentasepengeluaran untuk pangan yang leb�h t�ngg� d�band�ngkan dengan penduduk yang mem�l�k� pengeluaran per kap�ta leb�h besar atau sama dengan Rp 500.000,-. Hal �n� dapat juga menunjukkan bahwa penduduk yang mem�l�k� t�ngkat pendapatan rendah cenderung untuk membelanjakan sebag�an besar pendapatannya untuk pangan dar�pada penduduk yang mem�l�k� t�ngkat pendapatan yang t�ngg�. Dengan dem�k�an, penduduk dengan t�ngkat pendapatan atau pengeluaran per kap�ta yang rendah dapat d�kategor�kan sebaga� penduduk yang rentan terhadap perubahan pendapatan atau kena�kan harga pangan.
57
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
57
Tabel 3.12. Persentase Pengeluaran Rata-rata per kap�ta Menurut Kelompok Barang Penduduk Indones�a Tahun 2005 dan 2008
Kelompok BarangPerkotaan Perdesaan Perkotaan +
Perdesaan2005 2008 2005 2008 2005 2008
Makanan 48,19 44,96 62,53 58,67 58,36 50,171. Pad�-pad�an 6,48 6,65 14,36 14,33 9,6 9,57
2. Umb�-umb�an 0,39 0,34 1,14 0,84 0,69 0,53
3. Ikan 4,06 3,34 6 4,98 4,83 3,96
4. Dag�ng 2,61 1,91 2,37 1,71 2,52 1,84
5. Telur & Susu 3,38 3,37 2,7 2,71 3,11 3,12
6. Sayur 1,66 3,20 2,75 5,36 2,09 4,02
7. Kacang-kacangan 3,48 1,38 5,44 1,82 4,26 1,55
8. Buah 2,6 2,18 3 2,42 2,76 2,27
9. M�nyak dan Lemak 1,54 1,72 2,12 2,87 1,77 2,16
10. Bahan M�numan 2,07 1,64 3,47 2,93 2,62 2,13
11. Bumbu-bumbuan 1,18 0,93 1,87 1,41 1,45 1,12
12. Konsums� la�nnya 1,31 1,26 1,42 1,59 1,36 1,39
13. Makanan & m�numan jad� 11,79 12,66 8,27 9,45 10,4 11,44
14. M�numan beralkohol 0,04 - 0,1 - 0,06 -
15. Tembakau dan s�r�h 5,6 4,37 7,52 6,24 6,36 5,08
Non Makanan 51,81 55,04 37,47 41,33 46,14 49,831. Perumahan dan fas�l�tas 21,47 23,20 15,33 15,33 19,04 20,21
2. Barang dan Jasa 18,73 12,16 10,21 8,95 15,36 10,94
3. Paka�an 4,56 3,25 5,03 3,56 4,74 3,37
4. Barang Tahan Lama 4,43 6,16 4,87 6,73 4,61 6,37
5. Pajak dan Asurans� 1,15 1,56 0,73 0,76 0,99 1,25
6. Keperluan pesta dan upacara
1,48 1,52 1,29 1,49 1,4 1,51
Total 100 100 100 100 100 100
Sumber: Susenas 2005 dan 2008; BPS, 2009 (diolah BKP)
Penurunan t�ngkat pengeluaran yang leb�h besar untuk kelompok makanan per�ode 2005-2008 secara s�gn�f�kan terjad� pada penduduk d� perdesaan dar�pada d� perkotaan. Pada tahun 2008,
58
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
58
t�ngkat pengeluaran untuk pangan penduduk perkotaan 44,96 persen atau berkurang 3,23 persen dar�pada tahun 2005 sebesar 48,19 persen, sedangkan d� perdesaan 58,67 persen atau berkurang 3,86 persen dar�pada tahun 2005 sebesar 62,53 persen.
Persentase pengeluaran tert�ngg� d� perkotaan dan perdesaan untuk pangan sejak tahun 2005 telah bergeser dar� kelompok pad�-pad�an menjad� kelompok makanan dan m�numan jad�, ya�tu antara9,45 dan 11,44 persen. T�ngkat pengeluaran tert�ngg� d� perkotaan d�gunakan untuk kelompok makanan dan m�numan jad�, ya�tu rata-rata sebesar 11,87 persen dan antara 11,36 dan 12,66 persen.Pengeluaran terbesar penduduk perdesaan set�ap tahunnya sejak tahun 2005 adalah untuk kelompok pad�-pad�an dengan pen�ngkatan pengeluaran rata-rata 0,50 persen per tahun menjad� 14,33 persen pada tahun 2008. Pada semua w�layah, persentase pengeluaran terendah berada pada kelompok umb�-umb�an. Penurunan pengeluaran yang cukup s�gn�f�kan d� kedua w�layah terjad� pada kelompok kacang-kacangan, ya�tu dar� 4,26 pada tahun 2005 menjad� 1,55 pada tahun 2008.
Has�l anal�s�s BKP-Kementer�an Pertan�an menunjukkan bahwa permasalahan akses pangan d� Indones�a terutama yang berak�bat pada keadaan yang bers�fat kron�s sela�n d�sebabkan oleh aspek f�s�k berupa �nfrastruktur jalan dan pasar yang t�dak memada�, juga d�sebabkan oleh aspek ekonom� ya�tu daya bel� penduduk d� perkotaan dan perdesaan yang mas�h rendah, serta aspek sos�al berupa t�ngkat pend�d�kan yang rendah ak�bat mas�h t�ngg�nya jumlah penduduk m�sk�n, kepadatan penduduk, urban�sas�, pengangguran, dan la�nnya yang ser�ng men�mbulkan masalah sos�al, seh�ngga akses pangan masyarakat d� daerah perkotaan dan perdesaan t�dak dapat berjalan lancar.
59
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
59
BAB IVPOTENSI, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
KETAHANAN PANGAN
4.1. Potensi
D�perk�rakan pada tahun 2050 jumlah penduduk dun�a akan mencapa� 9 m�lyar j�wa. Oleh karena �tu, FAO meng�ngatkan bahwanegara-negara berkembang memerlukan �nvestas� yang terencana dan fokus pada pen�ngkatan kapas�tas produks� sektor pertan�an agar produks� pangan dapat men�ngkat.
Bag� Indones�a yang menjad� bag�an dar� dun�a, semua kond�s� tersebut harus d�s�kap� secara tepat. Pertumbuhan produks� panganharus d�pertahankan sebaga� ant�s�pas� kena�kan perm�ntaan panganba�k nas�onal maupun global. D�aku� bahwa men�ngkatkan produks� pangan h�ngga 70 persen d� tahun 2050 sepert� yang d�targetkan oleh FAO bukanlah pekerjaan yang mudah d�lakukan. Namun dem�k�an, Indones�a mem�l�k� potens� bud�daya pertan�an, kehutanan, peternakan dan per�kanan yang d�dukung oleh tersed�anya lahan yang luas, pes�s�r yang panjang serta aneka tanaman/komod�tas unggulan yang dapat d�manfaatkan untuk memenuh� kebutuhan pangan nas�onal.
Produks� pangan dalam neger� t�dak hanya untuk memenuh� kebutuhan dalam neger� saja, tetap� juga dun�a. Hal �n� menunjukkanbahwa potens� terjad�nya kr�s�s pangan seharusnya menjad� peluang bag� bangsa Indones�a yang mem�l�k� potens� alam mel�mpah untuk mema�nkan peran dan member�kan kontr�bus� leb�h besar dalam perdagangan pangan dun�a. Terbukt� bahwa saat �n� Indones�a telah mencapa� swasembada pangan (beras) dalam neger� dan mampu mengekspor beberapa jen�s bahan pangan unggulan sepert� beras prem�um, kop�, kakao, udang dan �kan ke pasar reg�onal bahkan dun�a.
Pengelolaan terhadap seluruh potens� yang d�m�l�k� oleh w�layah dan sumberdaya manus�a Indones�a harus memperhat�kan
60
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
60
azas keberlanjutan agar manfaat yang d�peroleh dapat d�pertahankan.Hal �n� d�landas� oleh pemahaman bahwa ketahanan pangan adalah sebuah kond�s� yang d�nam�s seh�ngga perubahan yang terjad� d� l�ngkungan sek�tarnya perlu d�s�kap� secara tepat dan ar�f.
Ber�kut �n� adalah potens� yang d�m�l�k� Indones�a yang perlu d�kelola dengan ba�k agar member� manfaat bag� ketahanan pangan nas�onal secara berkelanjutan dan menempatkan negara Indones�a sebaga� salah satu penyed�a pangan dun�a.
1. Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam adalah segala potens� alam yang dapat d�kembangkan untuk proses produks�. H�ngga saat �n� belum seluruh potens� sumberdaya alam yang terdapat d� w�layah Indones�a d�kelola secara opt�mal. Terka�t dengan penyed�aan pangan dan perwujudan ketahanan pangan, maka lahan dan a�r merupakan sumberdaya alam utama yang pengelolaannya perlu d�opt�malkan.
Menurut data Badan Pertanahan Nas�onal (BPN), saat �n� lahan pertan�an yang telah d�manfaatkan leb�h dar� 7 juta hektar. Sebaga� ant�s�pas� menghadap� konvers� lahan yang cukup besar set�ap tahunnya, maka perlu d�lakukan pemetaaan lahan untuk mengetahu� luas lahan baku pertan�an. Keg�atan pemetaan lahan sangat pent�ng karena terka�t dengan kebutuhan a�r dan sarana produks� yang d�perlukan. Pemetaaan lahan secara akurat akan menghas�lkan data kual�f�kas� lahan secara ter�nc�, seh�ngga memudahkan perencanaan produks� pangan yang beragam untuk mendukung gerakan kemand�r�an pangan nas�onal dan percepatan penganekaragaman konsums� pangan. Pemetaan lahan juga b�sa d�manfaatkan untuk mengetahu� jumlah luas lahan t�dur dan terlantar d� Indones�a. Lahan t�dur dan terlantar �n� dapat d�manfaatkan untuk perluasan lahan pertan�an.
61
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
61
Bala� Besar Penel�t�an dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertan�an, Kementer�an Pertan�an telah mengeluarkan Atlas Ketersed�aan Lahan untuk pengembangan pertan�an Indones�a. Atlas tersebut merupakan h�mpunan peta-peta ketersed�aan lahan pada mas�ng-mas�ng prov�ns� yang ber�s�kan �nformas� w�layah-w�layah potens�al tersed�a untuk pengembangan komod�tas pertan�an tanaman semus�m pada lahan basah (rawa dan non rawa), tanaman semus�m lahan ker�ng, dan tanaman tahunan pada lahan ker�ng. D�perk�rakan luas lahan terlantar mencapa� 9,7 hektar, belum lag� lahan d� bawah tegakan hutan sangat potens�al untuk menghas�lkan bahan pangan.Ber�kut �n� adalah data potens� luas lahan pertan�an d� Indones�a yang dapat d�manfaatkan sebaga� sumber produks� pangan nas�onal.
62
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
62
Tabel 4.1. Potens� Ketersed�aan Lahan Pertan�an Indones�a (Hektar)
No Provinsi Total Lahan Tersedia
Tanaman Tahunan
Tanaman Semusim Padi Sawah
1 D.I. Aceh 781.663 431.293 282.209 68.261
2 Sumatera Utara 647.223 214.972 429.751 75.500
3 R�au 1.335.225 896.245 252.980 186.000
4 Sumatera Barat 475.766 310.611 55.19 110.047
5 Jamb� 633.338 258.997 177.341 197.000
6 Bengkulu 320.023 209.105 88.078 22.840
7 Sumatera Selatan 967.464 424.846 307.225 235.393
8 Bangka Bel�tung 251.227 225.470 - 25.807
9 Lampung 87.419 26.398 21.021 40.000
10 Jawa Barat 60.410 48.090 4.873 7.447
11 Banten 56.556 54.757 311 1.488
12 Jawa tengah 30.922 20.654 8.966 1.302
13 Jawa T�mur 66.001 35.451 26.394 3.960
14 Kal�mantan Barat 2.809.575 1.770.109 856.368 183.098
15 Kal�mantan Tengah 3.709.887 2.661.510 401.980 646.397
16 Kal�mantan T�mur 4.549.356 2.431.329 1.886.264 227.468
17 Kal�mantan Selatan 1.238.573 409.101 494.791 334.681
18 Sulawes� Selatan 399.173 266.045 69.725 63.403
19 Sulawes� Tenggara 321.057 106.158 93.417 121.122
20 Sulawes� Tengah 334.528 95.484 47.219 190.681
21 Gorontalo 20.257 20.257
22 Sulawes� Utara 164.593 133.135 5.091 26.367
23 Bal� 14.093 14.093
24 NTB 224.534 80.628 137.659 6.247
25 NTT 558.120 529.537 28.583
26 Maluku 562.061 440.381 121.680
27 Papua 9.665.699 2.790.112 1.688.587 5.187.000
Sumber : Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, 2009 (Diolah BKP)
63
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
63
Dar� s�s� sumberdaya a�r, ketersed�aan a�r yang d�m�l�k� Indones�a menempat� urutan terbesar kel�ma d� dun�a, namun t�dak tersed�a merata sepanjang tahun. Berdasarkan s�klus h�drolog�, 80persen a�r tersed�a pada mus�m hujan (duras� 5 bulan) dan 20 persen a�r tersed�a pada mus�m kemarau (duras� 7 bulan). Sela�n �tu, beberapa Daerah Al�ran Sunga� (DAS) yang mem�l�k� peran pent�ng dalam penyed�aan sumber a�r sebag�an telah mengalam� kerusakan.Kementer�an Kehutanan menetapkan, ada 458 DAS d� seluruh Indones�a yang masuk daftar pr�or�tas, mula� dar� rusak h�ngga rusak parah. Dar� 458 DAS yang masuk dalam daftar pr�or�tas, 60 DAS masuk kategor� pr�or�tas satu yang d�anggap rusak parah. Sedangkan 122 DAS masuk pr�or�tas kedua dengan kond�s� sangat rusak dan 176 DAS masuk pr�or�tas ket�ga dalam kond�s� rusak. Kementer�an Kehutanan mengajak �nstans� terka�t, khususnya Kementer�anPekerjaan Umum dan Kementer�an Pertan�an untuk bekerja sama memperba�k� serta memel�hara DAS.
Pada tahun 2009, secara nas�onal kebutuhan a�r d�perk�rakan na�k mencapa� 117,7 m�ll�ar m3, seh�ngga sebaga� konsekuens� d�tuntut pengelolaan sumberdaya a�r yang ba�k untuk pencapa�an kebutuhan tersebut. Beberapa tantangan se�r�ng dengan men�ngkatnya kebutuhan a�r adalah: (a) menurunnya ketersed�aan a�r karena kond�s�l�ngkungan yang semak�n buruk; (b) menurunnya kuant�tas dan kual�tas sumber a�r yang dapat d�jad�kan andalan sebaga� sumber a�r baku; (c) men�ngkatnya kebutuhan a�r baku; (d) kebutuhan pengelolaan DAS terpadu dan konseptual agar fungs� sumber a�rsenant�asa dapat d�pertahankan; (e) terjad�nya kerusakan l�ngkungan yang semak�n parah dan men�ngkatnya tekanan penduduk pada l�ngkungan, yang berak�bat terjad�nya banj�r dan keker�ngan.
64
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
64
2. Sumberdaya Manusia
Dalam pertemuan National Science Foundation (NSF) d� Amer�ka Ser�kat pada tahun 1991, Profesor Lester Carl Thurowseorang ahl� ekonom� menyatakan bahwa:
In the 21st century, comparative advantages will become much less a function of natural resources endowments and capital labour ratios and much more a function of technology and skills. Mother nature and history will play a much smaller role, while human ingenuity will play a much bigger role.
Pal�ng t�dak ada t�ga kata kunc� dar� pernyataan tersebut.Pertama, akan semak�n berkurangnya peran sumberdaya alam dan tenaga kerja sebaga� elemen dasar untuk keunggulan suatu bangsa. Kedua, akan semak�n berkurangnya peran dar� kejayaan masa lalu suatu bangsa dalam pertumbuhan bangsa. Ket�ga akan semak�n men�ngkatnya peran dar� kreat�f�tas dan daya �novas� manus�a (human ingenuity) sebaga� unsur pokok dalam menentukan keunggulan dan keberhas�lan pertumbuhan ekonom� suatu bangsa.
Merujuk pada pemahaman tersebut, Indones�a berpotens� menjad� salah satu kekuatan utama dun�a, j�ka sumberdaya manus�anya d�kelola secara tepat. Sumberdaya manus�a yang berkual�tas t�dak hanya mampu menggerakkan sektor produks� pangan nas�onal menuju kemand�r�an pangan nas�onal, mela�nkan juga sebaga� pasar yang menguntungkan bag� pengembangan produks� pangan dalam neger�.
Besarnya jumlah penduduk Indones�a merupakan pasar produk pangan sekal�gus penggerak ekonom� nas�onal. Oleh karena �tupemer�ntah sedang dan akan terus mengembangkan sumberdaya manus�a ba�k sebaga� aset utama dalam mera�h peluang d� era global,juga sebaga� pasar domest�k untuk menyerap produk lokal. T�ngkat pend�d�kan masyarakat dan pengetahuan tentang pangan yang
65
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
65
semak�n t�ngg� member�kan peluang bag� percepatan proses pen�ngkatan kesadaran g�z� masyarakat.
Potens� sumberdaya manus�a d�tentukan oleh kual�tasnya seh�ngga set�ap negara harus melakukan upaya pengembangan sumberdaya manus�a. Keberhas�lan pelaksanaan pembangunan sumberdaya manus�a d� set�ap negara d�ukur berdasarkan Indeks Pembangunan Manus�a (IPM)/Human Development Index (HDI). N�la� IPM menunjukkan has�l pengukuran perband�ngan dar� harapan h�dup, t�ngkat melek huruf, dan pertumbuhan ekonom�. N�la� IPM d�gunakan untuk mengklas�f�kas�kan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dar� keb�jaksanaan ekonom� terhadap kual�tas h�dup. Indeks tersebut merupakan sebuah rapor pembangunan manus�a yang d�capa� oleh pemer�ntah dan bangsa Indones�a.
Dar� negara-negara yang d�tel�t� oleh United Nations Development Programme (UNDP), pada tahun 2007 angka IPM Indones�a mengalam� kena�kan dar� 0,711 pada tahun 2006 menjad� 0,734. Laporan �n� menempatkan Indones�a pada per�ngkat 111 dun�a dan mas�h d�bawah V�etnam.
Sebaga� upaya pengembangan sumberdaya manus�a, dalam l�ma tahun ke depan �nvestas� d� b�dang pend�d�kan, ba�k dalam bentuk anggaran yang memada� sesua� amanat konst�tus�, akan terus d�lakukan oleh pemer�ntah. Dem�k�an pula dengan perba�kan d� b�dang kesehatan, utamanya d�fokuskan pada upaya menurunkan angka kemat�an bay� dan �bu melah�rkan, perba�kan g�z�, �mun�sas� dan kual�tas pelayanan kesehatan secara umum.
Berdasarkan data yang d�keluarkan oleh Badan Pusat Stat�st�k (2009) dapat d�ketahu� bahwa 68 persen penduduk Indones�a us�a angkatan kerja bekerja d� sektor pertan�an, kehutanan, perburuan dan per�kanan. Oleh karena �tu, d�perlukan keb�jakan pangan yang komprehens�f sebaga� pedoman pembangunan pangan seluruh w�layah
66
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
66
nusantara agar �mplementas�nya member�kan pengaruh yang nyata terhadap pen�ngkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya perbedaan-perbedaan permasalahan dan potens� d� set�ap daerah mengharuskan keb�jakan pangan terutama terka�t dengan ketahanan pangan t�dak dapat d�lakukan secara general/nas�onal tetap� harus spes�f�k daerah agar program-program dapat d�laksanakan dengan ba�k, tepat sasaran dan berdampak nyata.
Data selengkapnya mengena� angkatan kerja menurut status pekerjaan utama dan lapangan pekerjaan serta t�ngkat pend�d�kan d� tamp�lkan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Keragaan Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008
Status Pekerjaan Utama Lapangan Pekerjaan Utama (Jiwa)(1) (2) (3) (4) (5)
Berusaha send�r� tanpa d�bantu orang la�n 5.111.617 205.282 1.645.630 19.638 389.578
Berusaha d�bantu buruh t�dak tetap/buruh t�dak d� bayar
14.235.569 111.812 1.497.991 12.902 229.968
Berusaha d�bantu buruh tetap 806.119 34.200 504.152 2.221 236.244
Buruh/Karyawan/Pegawa� 2.612.063 446.757 6.762.721 156.240 1.940.953Pekerja bebas d� pertan�an 5.991.493 - - - -Pekerja bebas d� non pertan�an - 208.904 945.037 8.743 2.604.786
Pekerja keluarga 12.574.845 63.585 1.193.845 1.370 37.43641.331.706 1.070.540 12.549.376 201.114 5.438.965
Sumber : Statistik Indonesia, BPS 2009 (Diolah BKP)Ket : (1) Pertanian, Kehutanan, Perburuan, Perikanan
(2) Pertambangan(3) Industri Pengolahan(4) Listrik, Gas dan Air(5) Bangunan
3. Keanekargaman Hayati
Negara Indones�a d�kenal dun�a sebaga� negara “bio-diversity". Anugerah Tuhan berupa kekayaan keanekaragaman hayat� tersebut belum d�manfaatkan secara opt�mal sebaga� sumber pangan untuk
67
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
67
mendukung pen�ngkatan konsums� masyarakat, kesejahteraan sos�al sekal�gus mempertahankan kelestar�annya.
Manfaat keanekaragaman hayat� d� Indones�a, sela�n untuk pelestar�an fungs� dan tata a�r, tata udara, tata guna tanah, juga sangat strateg�s bag� pengembangan pertan�an, yakn� untuk pangan, sandang, papan, obat-obatan dan energ� b�o-massa secara berkelanjutan, sela�nsebaga� potens� ekow�sata. Oleh karena �tu, kesadaran akan fungs� dan n�la� strateg�s keanekaragaman hayat� ba�k daratan maupun lautan, berupa genet�k, spes�es, dan ekos�stemnya harus menjad� arus utama (mainstream) dalam keb�jakan pembangunan pangan nas�onal.
Kenyataanya masyarakat mas�h mengandalkan beras dan ter�gu sebaga� sumber pangan karboh�drat. Kedua jen�s pangan tersebut d�anggap mampu memenuh� selera masyarakat, ya�tu mudah d�masak, cepat d�masak, dan enak rasanya. Namun dem�k�an, gandum sebaga� bahan dasar ter�gu bukan berasal dar� sumber alam Indones�a seh�ngga rawan dar� seg� keberlanjutannya.
Ketergantungan yang t�ngg� pada jen�s pangan tertentu (beras) juga berpotens� terjad�nya kr�s�s pangan. Padahal, sela�n tanaman pangan yang telah d�bud�dayakan, Indones�a juga mem�l�k� 400 spes�es tanaman penghas�l buah, 370 spes�es tanaman penghas�l sayuran, 70 spes�es tanaman berumb�, dan 55 spes�es tanaman rempah-rempah. Sumber la�n sepert� jagung, ub� jalar, s�ngkong, talas, dan sagu yang dulu menjad� makanan pokok d� beberapa daerah juga t�dak leb�h rendah kandungan g�z�nya d�band�ngkan beras dan ter�gu.
Sumber prote�n murah d� Indones�a yang berasal dar� b�dang per�kanan pun belum d�manfaatkan secara opt�mal. Laut Nusantara mem�l�k� luas sek�tar 3,1 juta km2, terd�r� atas laut ter�tor�al 0,3 juta km2 , laut pedalaman 2,8 juta km2 dan pera�ran ZEE (Zona Ekonom� Ekslus�f) seluas 2,7 juta km2. Sela�n �tu, jumlah pulaunya yang leb�h 17.000 mempunya� total panjang gar�s panta� leb�h 80.000 km. Laut
68
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
68
dan pes�s�r adalah lahan yang dapat menghas�lkan pangan sumber prote�n yang mel�mpah.
Laut nusantara d�kenal mempunya� keanekaragaman hayat� yang t�ngg� (marine megadiversity). Terdapat leb�h dar� 700 jen�s rumput laut (makro alga), leb�h dar� 450 jen�s karang batu, leb�h dar� 2.500 jen�s moluska, sek�tar 1.400 jen�s ech�nodermata, leb�h 1.500 jen�s krustasea dan leb�h dar� 2.000 jen�s �kan.
Keg�atan pemenuhan kebutuhan h�dup bersumber dar� keanekaragaman hayat� sebaga� arus utama dalam pembangunan pangan nas�onal. Pembangunan pangan tersebut, mengutamakan kerjasama l�ntas sektor, bers�fat hol�st�k dan menempatkan pemer�ntah sebaga� ujung tombak dalam mengelola sumberdaya hayat� lokal untuk menyelesa�kan masalah ketahanan pangan maupun energ� yang mas�h d�hadap�.
Dalam pemanfaatan sumberdaya hayat� perlu memperhat�kan faktor utama yang mengancam kelestar�annya, sepert� pemanfaatan berleb�h (over exploitation), penggunaan tekn�k dan alat yang merusak l�ngkungan serta pemanfaatan bahan-bahan k�m�a secara berleb�han. Pencur�an plasma nutfah oleh negara la�n dan penangkapan �kan secara l�ar juga mas�h menjad� persoalan yang penyelesa�annya membutuhkan dukungan dar� berbaga� p�hak sepert� kepol�s�an, bea cuka�, �m�gras�, pemer�ntah daerah dan masyarakat.
4. Infrastruktur
Ketersed�aan �nfrastruktur yang memada� pada hak�katnya member�kan landasan yang mendukung keh�dupan ekonom� dan sos�al masyarakat. Namun d�sadar� bahwa pada saat �n� mas�h d�jumpa� berbaga� tantangan dalam pengelolaan dan pengembangan �nfrastruktur. Terdapat kesenjangan aset �nfrastruktur antar w�layah, belum opt�malnya jar�ngan �r�gas� dalam mendukung ketahanan pangan, jar�ngan jalan yang belum ba�k kond�s�nya dan keterbatasan
69
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
69
akses dar� pusat-pusat produks� ke pemasaran. Dukungan �nfrastruktur sumberdaya a�r dalam penguatan strateg� ketahanan pangan nas�onal d�tempuh dengan langkah-langkah yang mel�put�: pengembangan jar�ngan �r�gas�, pengelolaan jar�ngan �r�gas�, opt�mal�sas� potens� lahan rawa dan a�r tanah, pen�ngkatan water efficiency, dan pembuatan hujan buatan.
Pada tahun 2007 luas jar�ngan �r�gas� terbangun mencapa� 6,77 juta ha (1,67 juta ha dalam kond�s� rusak), d�tambah jar�ngan �r�gas� rawa 1,8 juta ha yang berfungs� untuk mendukung program ketahanan pangan nas�onal. Iron�snya, perkembangan f�s�k w�layah mengak�batkan terjad�nya al�h fungs� lahan pertan�an sek�tar 35 - 40 r�bu ha per tahun. Kond�s� �n� mengak�batkan jar�ngan �r�gas� yang telah terbangun rusak ak�bat t�dak d�fungs�kan sebaga�mana mest�nya.
Kementer�an Pekerjaan Umum telah merencanakan membangun jar�ngan �r�gas� seluas 500 r�bu ha untuk per�ode 2010-2014 meng�ngat mas�h t�ngg�nya ketergantungan lahan pertan�an pangan khususnya pad� sawah pada keandalan ketersed�aan a�r baku. Sampa� dengan tahun 2007 secara keseluruhan daerah �r�gas� yang terbangun d� seluruh Indones�a seluas 6.722.244 ha yang terd�r� dar�: (a) �r�gas� yang a�rnya berasal dar� waduk seluas 799.079 ha; dan (b) �r�gas� yang a�rnya berasal dar� non waduk seluas 5.923.148 ha.
Pengelolaan �nfrastruktur �r�gas� mas�h d�hadapkan kepada permasalahan belum opt�malnya fungs� jar�ngan �r�gas� yang telah d�bangun dan keandalan supla� a�r baku yang semak�n sul�t d�pertahankan. Sela�n �tu, pengelolaan �r�gas� mas�h d�hadapkan pada baga�mana memenuh� kebutuhan pemb�ayaan yang memada� untuk mengelola s�stem �r�gas� yang berhas�l guna, berdaya guna, dan berkelanjutan. Belum memada�nya pemb�ayaan operas� dan pemel�haraan �r�gas� yang d�sed�akan oleh pemer�ntah set�ap tahunnya mengak�batkan t�ngkat pelayanan a�r �r�gas� yang rendah, dan memperpendek umur jar�ngan.
70
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
70
Permasalahan la�n yang perlu d�selesa�kan adalah konfl�k antar petan� dalam penggunaan a�r mengena� pembag�an a�r. Part�s�pas� petan� dan masyarakat mas�h mengalam� pasang surut. Hal �n� d�sebabkan oleh mas�h lemahnya peran kelembagaan lokal khususnya kelembagaan pengelola �r�gas�.
Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya A�r, kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan �r�gas� t�dak sepenuhnya terletak pada Pemer�ntah Pusat. Pengembangan s�stem �r�gas� pr�mer dan sekunder menjad� kewenangan dan tanggung jawab pemer�ntah, sedangkan s�stem �r�gas� ters�er menjad� wewenang dan tanggung jawab petan� pemaka� a�r. Kemud�an untuk pengelolaan daerah �r�gas� dengan luas areal kurang dar� 1.000 ha dan utuh dalam kabupaten/kota, kewenangan dan tanggung jawab berada pada pemer�ntah kabupaten/kota. Pemer�ntah prov�ns� mem�l�k� kewenangan terhadap pengelolaan daerah �r�gas� dengan luas 1.000 sampa� dengan 3.000 ha atau daerah �r�gas� < 1.000 ha yang terletak l�ntas kabupaten/kota. Pemer�ntah pusat mem�l�k� kewenangan dan tanggung jawab terhadap areal �r�gas� > 3.000 ha atau daerah �r�gas� yang < 3.000 ha yang terletak l�ntas prov�ns�. Untuk �tulah d�perlukan kom�tmen pemer�ntah prov�ns� dan pemer�ntah kabupaten/kota yang kuat untuk melakukan pengembangan dan pengelolaan jar�ngan �r�gas� yang menjad� wewenang dan tanggung jawabnya.
Ketersed�aan �nfrastruktur �r�gas� yang ada perlu pulad�dukung ant�s�pas� terhadap perubahan �kl�m. Dampak perubahan �kl�m yang d�sebabkan oleh pemanasan global mengak�batkan men�ngkatnya kejad�an �kl�m/cuaca ekstr�m, terka�t dengan gejala El n�no dan La n�na. Keduanya berhubungan dengan kejad�an bencana keker�ngan dan banj�r yang terjad� d� Indones�a. Pada mus�m hujan petan� terpaksa memanen pad� leb�h d�n�, karena sawah mereka terendam a�r.
71
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
71
Dampak nyata perubahan �kl�m telah d�tunjukkan bahwa potens� keh�langan produks� pad� ak�bat kejad�an bencana banj�r rata-rata 374.500 ha atau setara dengan 919.300 ton pad�. Potens� keh�langan produks� pad� ak�bat bencana keker�ngan rata-rata 350.000 ha atau setara dengan 700.000 ton pad�. Pola curah hujan yang berubah-ubah berdampak kepada pemenuhan kebutuhan a�r untuk �r�gas� maupun a�r baku untuk DMI (Domestic, Municipal andIndustry) yang semak�n men�ngkat, d�perk�rakan pada tahun 2009 sebesar ± 117,7 m�lyar m3 per tahunnya.
Oleh karena �tu, pengendal�an banj�r menjad� salah satu pr�or�tas Kementer�an PU dalam mendukung pembangunan pangan nas�onal. Untuk �tu telah d�lakukan pembangunan pengendal� banj�r sepanjang 991 km d� berbaga� daerah rawan banj�r. Beberapa bangunan pengendal� banj�r tersebut antara la�n Banj�r Kanal Barat dan Kanal T�mur d� Jakarta, pengendal� banj�r d� Kota Medan,pengendal� banj�r Sunga� Bone d� Gorontalo, pengendal� banj�r Sunga� Wa�sa� d� Papua Barat, dan perkuatan teb�ng d� Palu Barat dan Kota Palu.
Sebaga� salah satu upaya untuk men�ngkatkan pemasukan Pendapatan Asl� Daerah (PAD), beberapa daerah telah mengorbankan lahan pertan�an subur untuk pembangunan sektor �ndustr� dan sektor komers�l la�nnya. Apab�la hal tersebut t�dak d�ant�s�pas� sejak d�n�, pencapa�an ketahanan pangan melalu� pen�ngkatan produks� pangan nas�onal dengan mengutamakan pengembangan �nfrastruktur �r�gas� t�dak akan tercapa�.
5. Perkembangan Pasar
Strateg� pengembangan �ndustr� pangan harus d�sesua�kan dengan karakter�st�k dan permasalahan spes�f�k yang terka�t dengan karakter�st�k bahan pangan, proses dan kual�tas pangan yang d�has�lkan. Secara umum permasalahan yang d�hadap� dalam pengembangan �ndustr� pangan nas�onal t�dak berbeda dengan �ndustr�
72
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
72
pertan�an, ya�tu: (a) s�fat produk pertan�an yang mudah rusak dan bulky, seh�ngga d�perlukan teknolog� pengemasan dan transportas� yang mampu mengatas� masalah tersebut; (b) sebag�an besar bahan baku bers�fat mus�man dan sangat d�pengaruh� oleh kond�s� �kl�m seh�ngga aspek kont�nu�tas produks� olahannya menjad� t�dak terjam�n; (c) kual�tas bahan baku yang rendah menyebabkan produk yang d�has�lkan pada umumnya mas�h rendah seh�ngga mengalam� kesul�tan dalam persa�ngan pasar ba�k d�dalam neger� maupun d� pasar �nternas�onal; dan (d) sebag�an besar �ndustr� pangan berskala kec�l, tersebar d� perdesaan dan menggunakan teknolog� yang rendah.
Mesk�pun dem�k�an, pengolahan pangan mem�l�k� efek mult�pl�er yang dapat menggerakkan �ndustr� pendukungnya dar� hulu sampa� h�l�r. Hal �n� d�sebabkan karena karakter�st�k dar� �ndustr� tersebut mem�l�k� keleb�han d�band�ngkan dengan �ndustr� la�nnya, antara la�n: (a) mem�l�k� keterka�tan yang kuat ba�k dengan �ndustr� hulu maupun h�l�r; (b) menggunakan sumberdaya alam yang ada dan dapat d�perbaharu�; (c) mampu mem�l�k� keunggulan komparat�f dan kompet�t�f ba�k d� pasar �nternas�onal maupun d� pasar domest�k; (d) dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar; dan (e) produk yang d�has�lkan pada umumnya bers�fat cukup elast�s seh�ngga dapat men�ngkatkan pendapatan masyarakat yang berdampak pada semak�n luasnya pasar khususnya pasar domest�k.
Sela�n �tu, perlu upaya ser�us untuk membangun s�stem �nformas� mengena� produks�, konsums�, dan pergerakan harga, membangun cadangan pangan, serta membangun dan melakukan pengelolaan s�stem per�ngatan d�n� dengan respons yang cepat j�ka terhadap bencana dan konfl�k.
6. Teknologi
Dalam era global�sas�, persa�ngan dalam perdagangan komod�tas khususnya pangan akan semak�n men�ngkat. Oleh karenanya produk pangan dan �ndustr� pangan d� Indones�a harus
73
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
73
mem�l�k� daya sa�ng yang kuat. Pen�ngkatan daya sa�ng produk sudah t�dak dapat d�tawar-tawar lag�, �nd�katornya adalah ef�s�ens�, produkt�v�tas, mutu dan layanan. Untuk �tu d�butuhkan teknolog�, penel�t�an dan pengembangan, serta pen�ngkatan kemampuan petan�selaku produsen utama pangan. Dalam menghadap� �su global �n�,Kementer�an Pertan�an khususnya Badan L�tbang Pertan�an berperan akt�f dalam mengembangkan �lmu pengetahuan dan teknolog� yang tangguh, modern, berdaya sa�ng dan ef�s�en yang dapat d�manfaatkan oleh semua sektor yang menangan� pangan nas�onal dar� hulu h�ngga h�l�r agar produk yang d�has�lkan dapat bersa�ng dalam s�stem ekonom� global.
Badan L�tbang Pertan�an, Kementer�an Pertan�an telah mengembangkan berbaga� penel�t�an untuk menghas�lkan �novas� pertan�an berupa rak�tan teknolog� pertan�an yang dapat men�ngkatkan ef�s�ens� dan n�la� tambah antara la�n 1
Solus� untuk mengatas� kr�s�s pangan dan energ� t�dak hanya cukup dengan ketersed�aan komod�tas has�l pertan�an sebaga� bahan baku. Peran pengembangan �lmu dan teknolog� �novat�f dalam
: mer�l�s 189 var�etas baru tanaman pangan, hort�kultura dan perkebunan (2004-2008), beragam rak�tan paket/komponen teknolog� untuk pen�ngkatan ef�s�ens� usahatan� dan daya sa�ng komod�tas, �nformas� untuk opt�mal�sas� sumberdaya lahan dan a�r dan teknolog� pengembangan olahan pangan dan alat mes�n pertan�an .
Teknolog� pertan�an dan tekn�k bud�daya sebaga� upaya untuk menurunkan em�s� karbon dar� keg�atan pertan�an juga terus d�kembangkan. Penerapan pertan�an organ�k dan konservas� sepert�pengolahan lahan secara m�n�mal, penggunaan mulsa, pengembangan ben�h lokal, komb�nas� tanaman semus�m dengan tanaman tahunan terbukt� mampu men�ngkatkan produks� per luas lahan dan menurunkan em�s� karbon h�ngga 90 persen.
1 Bal�tbang, Deptan (2008) 50 Teknolog� Unggulan Pertan�an
74
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
74
pertan�an sangat pent�ng art�nya sebaga� sarana untuk mempermudah proses transformas� b�omassa menjad� bahan pangan dan energ� terbarukan.
Upaya-upaya yang d�lakukan untuk mendorong pen�ngkatan produks� pangan nas�onal d�hadapkan pada kenyataan bahwa jumlah luas lahan terus menyusut, ak�bat adanya perubahan lahan dar� pertan�an menjad� pemuk�man, �ndustr�, �nfrastruktur jalan, maupun perkantoran. Sebaga� solus�nya, pen�ngkatan produks� pangan membutuhkan teknolog�, modal, manajemen dan cara-cara pen�ngkatan produks� yang ba�k. Ada t�ga pelaku utama yang terl�bat langsung dalam proses al�ran teknolog� �n�, yakn�: (a) pengembangteknolog� (per�set dan akadem�s�); (b) pengguna teknolog� (petan� dan �ndustr� pangan) yang sekal�gus sebaga� pelaku produks� pangan segar dan olahan; dan (c) pemer�ntahan (government) yang melakukan fas�l�tas� dan regulas� agar hubungan pengembang-pengguna teknolog� dapat leb�h �ntens�f dan bers�fat mutual�st�k.
Perkembangan r�set dan teknolog� pangan telah menghas�lkan berbaga� var�etas tanaman pangan yang tahan terhadap kond�s� t�dak opt�mal namun tetap berproduks� t�ngg�. Teknolog� memungk�nkan tanaman pangan untuk d�kembangkan d� tempat yang sangat ker�ng, rawa, maupun daerah pasang surut.
Salah satu upaya untuk men�ngkatkan produks� pangan dan ant�s�pas� terhadap dampak anomal� �kl�m adalah teknolog� transgen�k. Namun dem�k�an, perkembangan yang cepat dar� teknolog� rekayasa genet�k �n�, perlu d�serta� dengan pen�la�an r�s�ko (risk assesment)sebaga� salah satu langkah dalam menerapkan pr�ns�p kehat�-hat�an agar t�dak semata-mata beror�entas� b�sn�s dan men�mbulkan kerusakan l�ngkungan. D� t�ngkat �nternas�onal, telah d�sepakat� precautionary principle atau pr�ns�p kehat�-hat�an. Pr�ns�p �n� merupakan pr�ns�p ke-15 deklaras� RIO, yang menyatakan bahwa guna mel�ndung� l�ngkungan h�dup, pendekatan kehat�-hat�an harus
75
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
75
d�terapkan oleh negara sesua� dengan kemampuan mas�ng-mas�ng. Ket�ka ada ancaman kerusakan ser�us atau t�dak terpul�hkan, maka kekurangan kepast�an �lm�ah t�dak boleh d�gunakan sebaga� alasan untuk menunda pengh�tungan b�aya pencegahan ak�bat degradas� l�ngkungan.
D� t�ngkat nas�onal terdapat beberapa peraturan yang mengatur tentang keamanan hayat�, d�antaranya UU Nomor 12 Tahun 1996 tentang S�stem Bud�daya Tanaman, UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan L�ngkungan H�dup, UU Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perl�ndungan Var�etas Tanaman, PP Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayat� Produk Rekayasa Genet�k, PP Nomor 44 Tahun 1995 tentang Pemben�han Tanaman, PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, dan SKB 4 Menter� tentang Keamanan Hayat� dan Keamanan Pangan Produk.
Dar� aspek hukum terdapat beberapa hal yang perlu d�perhat�kan untuk mengant�s�pas� terjad�nya dampak negat�f dar� penggunaan produk transgen�k. Pertama, perlu ada peraturan komprehens�f yang mengatur pr�ns�p-pr�ns�p hukum dalam pengamb�lan keputusan sepert� s�stem per�z�nan, pengawasan, penegakan hukum, pengembangan kelembagaan dan aspek-aspek la�n yang mempengaruh� proses pengamb�lan keputusan. Kedua, menjam�n akuntab�l�tas publ�k dengan membuka p�ntu part�s�pas� publ�k dan membuka akses �nformas� seluas-luasnya kepada masyarakat dalam penerapannya. Ket�ga, daya penegakan hukum yang menjam�n ketaatan masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan, dan juga d�harapkan dapat member�kan efek jera kepada set�ap pelanggaran yang ada. Dalam hal �n� termasuk juga pertanggung jawaban hukum (liability) dan akses masyarakat dalam memperoleh kead�lan (acces to justice).
76
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
76
Pada dasarnya teknolog� yang leb�h bersahabat dalam perseps� petan� dan pelaku produks� pangan la�nnya adalah teknolog� yang secara tekn�s leb�h mudah d�operas�kan dan secara ekonom� akanmenguntungkan d�band�ngkan dengan cara trad�s�onal atau teknolog� modern namun ber�s�ko t�ngg�. Beberapa faktor penyebab kegagalan dalam �ntroduks� teknolog� pertan�an/pangan yang perlu d�perba�k� pada umumnya bukan karena kendala tekn�s, tetap� ser�ng d�sebabkan karena b�aya operas�onalnya yang t�ngg� seh�ngga t�dak menguntungkan bag� petan�.
Harga komod�tas pangan yang rendah menjad� tantangan berat bag� para pengembang teknolog� untuk menghas�lkan teknolog� yang sesua� bag� petan� atau pengguna pr�mer teknolog� pertan�an/pangan la�nnya. Tantangannya adalah baga�mana menc�ptakan teknolog� yang aman bag� kesehatan dan l�ngkungan serta leb�h ef�s�en agar t�dak menyebabkan ongkos produks� leb�h mahal d�band�ngkan dengan cara-cara trad�s�onal yang telah d�terapkan selama �n�. Teknolog� tersebut juga menjam�n pen�ngkatan keuntungan bag� pengguna pr�mer yang mengadops�nya.
Produk teknolog� maju d� b�dang pangan t�dak selalu member�keuntungan bag� pengguna pr�mer dan l�ngkungan. Sela�n b�aya operas�onalnya kemungk�nan akan leb�h t�ngg�, juga dapat pula menyebabkan ketergantungan yang leb�h t�ngg�. M�salnya, pad� h�br�da mungk�n mempunya� potens� has�l yang t�ngg� tetap� menyebabkan petan� tergantung pada ben�h yang hanya dapat d�produks� oleh �ndustr� ben�h. Dem�k�an pula dengan penggunaan sarana produks� k�m�a sepert� pupuk dan pest�s�da yang cenderung terus men�ngkat seh�ngga men�mbulkan pencemaran sepert� res�du pada produk pangan, pencemaran tanah dan penyuburan badan a�r (eutrofikasi).
Per�st�wa kelangkaan pupuk anorgan�k yang ser�ng terjad� memaksa petan� untuk mengeluarkan b�aya yang leb�h t�ngg� karena
77
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
77
harus mendatangkan pupuk dar� daerah la�n. Hal �n� d�lakukan dem� kelanjutan produks� tanamannya. Penggunaan pupuk anorgan�k yang meleb�h� takaran yang d�anjurkan dan ambang batas l�ngkungan akan mengak�batkan menurunkan kandungan bahan organ�k tanah, rentannya tanah terhadap eros�, menurunnya permeab�l�tas tanah, menurunnya populas� m�kroba tanah dan men�ngkatnya pencemaran l�ngkungan. Berdasarkan kond�s� tersebut maka pemanfaatan pupuk organ�k dalam produks� pertan�an t�dak dapat d�tunda lag�.
Pupuk organ�k adalah salah satu komponen dalam pertan�an organ�k, tetap� bukan monopol� pertan�an organ�k. Pupuk organ�k juga d�butuhkan dalam pertan�an konvens�onal untuk memel�hara kelestar�an lahan, memperba�k� kesuburan f�s�k, k�m�a dan b�olog� tanah.
Potens� untuk menghas�lkan pupuk organ�k (kompos) in situcukup besar, meng�ngat banyak s�sa-s�sa has�l tanaman d� lahan-lahan petan� atau d�sek�tarnya yang dapat d�olah menjad� kompos. Kotoran ternak yang d�kumpulkan dar� peternak-peternak dapat menjad� sumber pupuk organ�k. Dem�k�an halnya dengan keb�asaan petan� menanam tanaman pupuk h�jau atau legume penutup tanah d� sek�tar lahannya akan menjad� sumber bahan organ�k yang murah.
Sela�n keberlanjutan produks� pangan, masalah keamanan pangan saat �n� juga ser�ng menjad� �su yang meresahkan masyarakat/konsumen bahkan ser�ng menjad� alasan penolakan produk pangan Indones�a yang d�ekspor. Dar� satu s�s�, kemampuan nas�onal untuk mendeteks� bahan cemaran dan bahan pengawet yang mungk�n terkandung dalam produk laut yang d��mpor juga mas�h lemah. D� s�s� yang la�n, tuntutan �nternas�onal terhadap keamanan dan mutu pangan, serta sanitary dan phytosanitary men�ngkat. J�ka t�dak d�perba�k�, kond�s� �n� dapat mengancam keberlanjutan ekspor pangan Indones�a dan menurunkan kemampuan Indones�a untuk mencegah masuknya pangan �mpor bermutu rendah dan t�dak aman,
78
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
78
serta masuknya cemaran hayat� yang membahayakan pertan�an dan kesehatan masyarakat.
Terka�t dengan persoalan �n�, maka d�perlukan r�set untuk: mengembangkan tekn�k penguj�an cepat (rapid assessment) untuk deteks� cemaran dan bahan berbahaya la�nnya pada produk pangan (nabat� dan hewan�), ba�k yang d�produks� d� dalam neger� atau d�tangkap d� pera�ran nusantara, produk segar dan olahan �mpor, deteks� pest�s�da dan cemaran hayat� pada buah dan sayuran dan mengembangkan teknolog� produks� pangan asal tanaman, hewan dan per�kanan yang aman dan bermutu.
7. Kelembagaan
Kemand�r�an pangan nas�onal harus d�dukung oleh kelembagaan yang tangguh dan mengakar d� t�ngkat masyarakat.Kementer�an Pertan�an bersama kementer�an tekn�s la�nnya telah banyak mengembangkan dan memb�na kelembagaan lokal menggunakan pr�ns�p pemberdayaan untuk mendukung program pen�ngkatan kesejahteraan masyarakat.
Program Pemb�naan Pen�ngkatan Pendapatan Petan�-Nelayan Kec�l (P4K) merupakan keg�atan yang pal�ng awal d�jalankan oleh Kementer�an Pertan�an, ya�tu sejak tahun 1979. Program P4K telah berlangsung selama t�ga fase, ya�tu: fase I (1979/1980-1985/1986);fase II (1989/1990-1997/1998); dan fase III (1998 - 2005). Pada tahap awal, cakupan keg�atan �n� relat�f semp�t ya�tu terbatas sebaga� upaya menyed�akan permodalan untuk masyarakat m�sk�n yang d�organ�sas�kan dalam kelompok-kelompok kec�l. Namun, pada FaseIII, P4K melaksanakan keg�atan berlandaskan kepada s�stem yang part�s�pat�f dan berkelanjutan. Dar� pengalaman P4K terl�hat pendekatan pemberdayaan mampu mem�ngkatkan kemampuan ekonom� keluarga.
79
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
79
Dengan d�tetapkannya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang S�stem Penyuluhan Pertan�an, Per�kanan, dan Kehutanan telah memperkuat kelembagaan penyuluhan sebaga� ujung tombak pembangunan ketahanan pangan. Berbaga� keg�atan d�lakukan sejak tahun 2005 untuk men�ngkatkan k�nerja Bala� Penyuluhan Pertan�an (BPP) sebaga� med�a koord�nas� dan penyed�a mater� penyuluhan d� lapangan serta menyed�akan tenaga penyuluh lapangan melalu� program tenaga honor penyuluh lapangan (THL).
Untuk mengatas� lambannya penyampa�an �novas� has�l penel�t�an ke petan� pengguna, Kementer�an Pertan�an memperbaharu� parad�gma d�sem�nas� teknolog� melalu� keg�atan Program R�nt�san dan Akseleras� Pemasyarakatan Inovas� Teknolog� Pertan�an atau d�s�ngkat Pr�ma Tan�2
Khusus untuk mengatas� persoalan kem�sk�nan dan kerawanan pangan d� w�layah lahan marj�nal (tadah hujan/ker�ng) Kementer�an Pertan�an melaksanakan Program Pen�ngkatan Pendapatan Petan� Melalu� Inovas� (P4MI) sejak tahun 2003 dan PIDRA . Program P4MI yang d�laksanakan d� 1.053 desa (h�ngga tahun 2008). Program P4MI d�fokuskan untuk: (a) Memperba�k� �nvestas� sarana/prasarana d� desa yang sesua� dengan kebutuhan spes�f�k lokas�; (b) men�ngkatkan akses petan� terhadap �nformas� pertan�an; dan (c) melakukan reor�entas� penel�t�an utamanya untuk memenuh� kebutuhan daerah lahan marg�nal tadah hujan. Program Participatory Integrated Development in Rainfed Areas (PIDRA) mula� tahun 2001 yang lah�r sebaga� ak�bat dampak keker�ngan yang terjad� pada akh�r 1990-an yang kemud�an
. Sejak d�laksanakan tahun 2005, keberhas�lan Pr�ma Tan� telah d�rasakan oleh masyarakat perdesaan terutama petan�. Produkt�v�tas dan kual�tas berbaga� komod�tas pertan�an men�ngkat,dem�k�an pula dengan kelembagaan ekonom� perdesaan yang semak�n berkembang.
2 Suryana, A. 2008. Memor� Jabatan Kepala Badan L�tbang Kementer�an Pertan�an
80
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
80
d��kut� oleh kr�s�s ekonom�. PIDRA mel�batkan part�s�pas� masyarakatdengan pr�or�tas pada penduduk m�sk�n d� lahan ker�ng.
Program la�n yang telah d�laksanakan oleh Kementer�an Pertan�an khususnya Badan Ketahanan Pangan untuk memperkuatkelembagaan lokal adalah Desa Mand�r� Pangan (Demapan). Program yang d�laksanakan sejak tahun 2006 �n�, menetapkan bas�s pembangunan perdesaan sebaga� suatu w�layah yang mempunya� keterpaduan sarana dan prasarana dar� aspek ketersed�aan, d�str�bus� dan konsums� pangan untuk mencukup� dan mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga d� desa rawan dengan kharakter�st�k kual�tas sumberdaya masyarakat rendah, terbatasnya sumber daya modal, akses teknolog�, dan �nfrastruktur perdesaan. H�ngga tahun 2009 program Demapan telah meng�n�s�as� sebanyak 1.174 desa, d� 275 kabupaten yang tersebar d� seluruh Indones�a.
Proses pemberdayaan masyarakat dalam Demapan d�lakukan melalu� pelat�han, pendamp�ngan dan pen�ngkatan akses untuk men�ngkatkan part�s�pas�, demokrat�sas�, pengembangan kapas�tas, pengembangan ekonom� dan pengembangan �nd�v�du. Metode �n� d�lakukan agar kelembagaan aparat, kelembagaan masyarakat, dan kelembagaan pelayanan d� desa dapat berkembang sesua� dengan potens� dan ke�ng�nan masyarakat setempat.
Berdasarkan penjelasan yang telah d�ura�kan, dapat d�paham� bahwa pendekatan pemberdayaan menjad� parad�gma utama dalam keg�atan P4K, PIDRA, P4MI, Pr�matan� dan Demapan. Dalam beberapa hal, proses pemberdayaan telah d�tempatkan sebaga� hal yang leb�h pent�ng d�band�ngkan tujuan, terutama pada upaya pen�ngkatan akses dan kontrol masyarakat terhadap sumberdaya ekonom�, pen�ngkatan pengetahuan dan keteramp�lan, serta pengembangan kelembagaan lokal. Sela�n kepada �nd�v�du, pemberdayaan juga dapat d�lakukan terhadap komun�tas.
81
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
81
Sebaga� langkah awal dalam pemberdayaan, perlu d�bangun v�s� personal komun�tas terhadap greatness (kejayaan dan kebesaran),namun dem�k�an harus selalu memperhat�kan kese�mbangan antara kemand�r�an (authonomy) dengan ketergantungan (dependency).Kemand�r�an merupakan komponen pokok yang harus d�t�ngkatkan pada d�r� set�ap �nd�v�du. D� s�s� la�n, dengan memaham� dependency, orang menjad� paham tentang struktur, membantu untuk merasa terkoneks� dengan orang la�n, dan membantu untuk belajar dar� orang la�n.
Kementer�an Kesehatan juga telah berperan akt�f men�ngkatkan kesejahteraan masyarakat dar� aspek kesehatan.Pembangunan kesehatan d�arahkan untuk menc�ptakan kesadaran, kemauan dan kemampuan h�dup sehat bag� set�ap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang opt�mal sebaga�mana tercantum dalam UU Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Dalam pelaksanaannya pembangunan kesehatan leb�h d�arahkan pada upaya untuk menurunkan angka kemat�an bay�, anak bal�ta dan angka kelah�ran, serta angka kemat�an �bu yang erat ka�tannya dengan kurangnya pengetahuan masyarakat mengena� kesehatan reproduks� dan pemer�ksaan kesehatan selama keham�lan. Upaya menurunkan t�ngkat kemat�an �bu dan anak secara operas�onal d� desa/kelurahan d�lakukan melalu� pos pelayanan terpadu atau posyandu ya�tu suatu pelayanan yang penyelenggaraan dan pelaksanaannya d�lakukan oleh masyarakat dan d�b�na oleh puskesmas.
Program rev�tal�sas� posyandu mempunya� tujuan agar terjad� pen�ngkatan fungs� dan k�nerja posyandu, dengan keg�atan utama adalah: (a) pelat�han, untuk men�ngkatkan kemampuan dan kual�tas kader; (b) pelayanan, mencakup pelayanan l�ma program pr�or�tas yang merupakan paket m�n�mal dengan sasaran khusus bal�ta dan �bu ham�l serta menyusu�; dan (c) penggerakan masyarakat.
82
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
82
Kementer�an Dalam Neger� telah lama mengembangkan dan melakukan pemb�naan terhadap �bu-�bu rumah tangga melalu� Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Keg�atan �n� telah menjad� gerakan nas�onal dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dar� bawah, yang pengelolaannya dar�, oleh dan untuk masyarakat. Sela�n PKK, Karang Taruna dan Dasa W�sma juga berperan pent�ng dalam deteks� d�n� terjad�nya gangguan ketahanan pangan d� t�ngkat keluarga sekal�gus menjad� ujung tombak dalam melakukan penanggulangan awal terhadap masalah-masalah yang mengancam kesejahteraan keluarga.
Hal utama yang perlu d�lakukan oleh pemer�ntah (pusat dan daerah) adalah menguatkan peran dan fungs� kelembagaan yang sudah berkembang d� masyarakat menjad� satu s�nerg� untuk membangun kekuatan lokal dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dengan beg�tu, akan terh�ndar dar� dupl�kas� program-program yang sal�ng tumpang t�nd�h yang dapat menyebabkan pemborosan sumberdaya yang merug�kan negara.
8. Budaya
Set�ap warga masyarakat mem�l�k� apa yang d�sebut dengan pengetahuan budaya (cultural knowledge) ya�tu keseluruhan pengetahuan yang d�peroleh dar� l�ngkungan (local knowledge) 3
Dalam rangka pemenuhan kebutuhannya, masyarakat berusaha untuk menyed�akan sejumlah bahan pangan secara bersama. Oleh karena �tu, terjad� relas� dan �nteraks� berdasarkan atas n�la�-n�la�,
.Pengetahuan budaya tersebut menjad� sebaga� salah satu pedoman pent�ng untuk mengenal�, mem�l�h, dan menentukan t�ndakan dalam rangka memenuh� kebutuhan dasar (utamanya pangan), sos�al, dan kebutuhan adab.
3 Thoh�r, M. 2009. Desa Mand�r� Pangan. http://staff.und�p.ac.�d/sastra/mudjah�r�n/2009/03/04/desa-mand�r�-pangan/comment-page-1/ (d�akses 9 Januar� 2010)
83
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
83
norma-norma dan kesepakatan-kesepakatan d� antara warga masyarakat tersebut. Hal �n� tercerm�n pada adanya norma dan pranata sos�al yang berlaku d� masyarakat dan lembaga-lembaga sos�al kemasyarakatan.
Banyak pakar g�z� menegaskan bahwa untuk h�dup sehatmanus�a perlu makan sesua� dengan kebutuhan g�z� yang telah d�rekomendas�kan. Namun dem�k�an, dalam pelaksanaannya t�dak set�ap jen�s makanan yang tersed�akan, d�p�l�h atau d�perbolehkan untuk d�konsums�. Hal �n� terjad� karena konsep “makan” t�dak semata-mata sebaga� akt�v�tas f�s�k manus�a untuk pemenuhan �nst�ngt�fnya (baca: melepaskan d�r� dar� rasa lapar) tetap� d� dalamnya juga d�lekat� oleh pengetahuan budaya. Lewat pengetahuan budaya �tu, masyarakat mengkategor�kan makanan ke dalam dua �st�lah ya�tu nutr�men (nutriment) dan makanan (food)4
Nutriment adalah suatu konsep b�ok�m�a, suatu zat yang mampu untuk memel�hara dan menjaga kesehatan organ�sme yang menelannya terlepas dar� apakah menu �tu d�perbolehkan atau d�larang dalam ka�tannya dengan budaya. Sedangkan food, adalah suatu konsep budaya . Sebaga� konsep budaya, maka d� dalamnya terdapat penjelasan budaya mengena� kategor� makanan. D� dalam pengetahuan-pengetahuan budaya masyarakat, terdapat s�stem kategor� makanan. M�salnya, kategor� makanan anjuran lawan makanan tabu (larangan), makanan bergengs� lawan makanan rendah,makanan d�ng�n lawan makanan panas, dan sebaga�nya. Anjuran atau larangan mengkonsums� sejumlah makanan dem�k�an �tu d�dasarkan atas pengetahuan-pengetahuan dan kepercayaan-kepercayaan yang d�anggap atau d�yak�n� bersumber pada ajaran agama, budaya (trad�s�), atau kelaz�man sos�al. Tentu perseps� dan ukuran-ukurannya t�dak selamanya sesua� menurut ukuran �lmu med�s atau �lmu g�z�. Bahkan
.
4 Thoh�r, M. 2009. Desa Mand�r� Pangan. http://staff.und�p.ac.�d/sastra/mudjah�r�n/2009/03/04/desa-mand�r�-pangan/comment-page-1/ (d�akses 9 Januar� 2010)
84
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
84
dalam beberapa kasus, ukurannya b�sa berlawanan. Apa yang menurut pengetahuan med�s modern, d�kategor�kan sebaga� makanan anjuran, tetap� dalam pengetahuan budaya masyarakat justru d�kategor�kan sebaga� makanan larangan (taboo food).
Oleh karena �tulah, j�ka terjad� kasus malnutr�s� atau g�z� rendah bag� sebag�an penduduk, terutama anak-anak, �bu ham�l (bum�l), �bu menyusu� (busu�) dan kaum tua, penjelasannya t�dak semata-mata karena kem�sk�nan (faktor ekonom�) semata. Ada penjelasan la�n yang bermuara pada penjelasan atau alasan-alasan budaya, d� mana ada ketersed�aan makanan tetap� terpaksa t�dak d�konsums� karena kepercayaan atau ket�daklaz�man atau karena larangan agama. Adanya pengetahuan dan kepercayaan sepert� �tu menjad�kan peranan orang tua, orang yang d�anggap p�ntar, dan dukun bay� ser�ng menjad� referens� dalam hal mem�l�h dan mengkonsums� makanan dar�pada para ahl� g�z� �tu send�r�. Dalam konteks sepert� �n�, maka proses untuk memperkenalkan pola makanan yang d�anggap berg�z� dan sehat, termasuk anjuran untuk mula� mencukup� bahan pangan send�r� bag� masyarakat desa, perlu adanya strateg�-strateg� yang b�sa mengubah cara berp�k�r masyarakat tanpa men�mbulkan keters�nggungan atau penolakan.
Untuk melakukan serangka�an upaya memperba�k� keb�asaan dan mengajak baga�mana masyarakat desa memula� memperkuat d�r� pada ketersed�aan pangan secara mand�r�, langkah awal dar� strateg� berkomun�kas� secara kultural dapat d�tempuh dengan meng�kut� jalan p�k�ran dan keb�asaan-keb�asaan yang berlaku dalam masyarakat sasaran samb�l mend�alogkan p�k�ran-p�k�ran baru. Benyam�n D. Paul dan Walter B. M�ller (eds. 1955: 1) member� saran sebaga� ber�kut: “If you wish to help a community improve its health [nutrient/food, mth] you must learn to think like the people of that community. Before asking a group of people to assume new health [nutrient/food, mth] habits, it is wise to ascertain the existing habits, how these habits are
85
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
85
linked to one another, what functions they perform, and what they mean to those who practice them”.
Saran d� atas merupakan c�r� umum dar� model-model pembangunan part�s�pator�, d�mana set�ap pembangunan pada dasarnya mengarah pada perubahan kebudayaan, dan pada set�ap perubahan kebudayaan �tu masyarakat bukan saja perlu d�l�batkan tetap� justru menjad� aktor-aktor utama, sementara pemer�ntah dan p�hak luar berperan sebaga� fas�l�tatornya. Menjad� fas�l�tator dalam ka�tannya dengan perencanaan percepatan perwujudan ketahanan pangan dapat d�mungk�nkan, j�ka dalam d�r�nya ada pengetahuan berbaga� aspek yang sal�ng mempengaruh� terhadap keb�asaan dan keputusan masyarakat dalam hal mem�l�h, menyed�akan, dan mengkomsums� makanan.
Per�laku konsums� masyarakat juga sangat d�pengaruh� oleh �nformas�, t�ngkat pend�d�kan dan budaya yang mengakar d� keluarga.Dapat d�paham� bahwa terbukanya s�stem �nformas� global yang nyar�s tanpa batas, berdampak pada per�laku konsums� dan preferens� �nd�v�du terhadap jen�s pangan yang d��ng�nkannya.
4.2. Permasalahan
Sela�n fenomena anomal� �kl�m yang semak�n sul�t d�pred�ks�, permasalahan l�ngkungan global yang perlu d�ant�s�pas� oleh Indones�a adalah: 1. Kena�kan harga m�nyak bum� yang sangat fluktuat�f, yang
mempengaruh� pola perm�ntaan komod�tas pangan untuk food, feed, fuel.
2. Perm�ntaan pangan global men�ngkat, karena jumlah penduduk dun�a terus bertambah, terutama dar� negara-negara m�sk�n As�a dan Afr�ka.
86
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
86
3. Fluktuas� pergerakan harga pangan d� pasar �nternas�onal yang sul�t d�pred�ks� berdampak pada pol�t�k harga pangan dalam neger�.
Sela�n �tu, terdapat permasalahan dalam neger� yang h�nggasaat �n� mas�h menjad� kendala dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nas�onal adalah :1. Laju pertumbuhan penduduk relat�f t�ngg� (rata-rata 1,2 persen
per tahun).2. Jumlah penduduk rawan pangan mas�h cukup besar, mesk�pun
telah menunjukkan trend yang menurun.3. Konvers� lahan pertan�an mas�h t�ngg� dan sul�t d�kendal�kan.4. Kompet�s� pemanfaatan sumber daya a�r semak�n men�ngkat.5. Ketergantungan yang t�ngg� terhadap beras belum d��mbang�
dengan pemanfaatan pangan lokal secara opt�mal.6. Cadangan pangan pemer�ntah mas�h terbatas (hanya beras, dan
hanya d� pemer�ntah pusat saja), sementara cadangan pangan pemer�ntah daerah dan masyarakat belum berkembang.
7. Mas�h rendahnya kual�tas dan kuant�tas konsums� pangan penduduk, karena budaya dan keb�asaan makan masyarakatbelum sesua� dengan konsums� pangan yang aman, beragam dan berg�z� se�mbang.
8. Mas�h belum berkembangnya �ndustr� pangan berbas�s bahan lokal untuk mendukung penganekaragaman pangan.
9. Mas�h ser�ng terjad� kasus keracunan pangan yang menyebabkan rendahnya kual�tas g�z� masyarakat.
10. Belum memada�nya prasarana dan sarana transportas�, menyebabkan t�ngg�nya b�aya pemasaran bahan pangan d� beberapa daerah konsumen.
87
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
87
4.3. Tantangan Ketahanan Pangan
4.3.1. Dinamika ekonomi pangan global
A. Kr�s�s Pangan
Masalah pangan global merupakan kr�s�s akses pangan yang terka�t dengan mas�h t�ngg�nya angka kem�sk�nan d� dun�a khususnya bag� negara-negara m�sk�n dan berkembang, seh�ngga apab�la t�dak segera d�atas� bersama akan mengancam keamanan dun�a bahkan dapat men�mbulkan kr�s�s sos�al. Pada tahun 2009 jumlah penduduk m�sk�n dan rawan pangan d� dun�a sek�tar 1,0 m�l�ar orang, atau 1/6penduduk dun�a. Mereka sebag�an besar t�nggal d� perdesaan sebaga� petan� gurem dan buruh tan�.
Pen�ngkatan jumlah penduduk m�sk�n �n� pada umumnya d�sebabkan oleh rendahnya �nvestas� secara berkelanjutan dalam pembangunan ketahanan pangan, pertan�an, dan perdesaan. Sela�n �tu, lonjakan harga pangan tahun 2007/2008 yang d�p�cu adanya kena�kan harga m�nyak bum� turut member�kan dampak langsung terhadap pen�ngkatan jumlah penduduk m�sk�n absolut d� dun�a sek�tar 130-150juta j�wa. Mesk�pun harga pangan global sudah mengalam� penurunandar� puncaknya pada awal 2008, namun secara relat�f h�ngga paruh pertama 2009, harga pangan mas�h leb�h t�ngg� dar�pada harga tahun 2005-2006.
Menurut catatan PBB, pada saat �n� t�dak kurang dar� 5 juta j�wa baru lah�r ke dun�a t�ap 10 har�, dan d�perk�rakan jumlah penghun� bum� mencapa� 9,2 m�lyar j�wa pada tahun 2050. Dar� seg� kebutuhan pangan, d�perk�rakan besarnya kebutuhan dun�a untuk menyed�akan bahan pangan t�dak saja jumlah yang mencukup�, tetap�juga harus memenuh� standar nutr�s�. Untuk �tu, produks� pertan�an harus men�ngkat sebesar 70 persen agar dapat memenuh� kebutuhan pangan.
88
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
88
Dampak dar� perubahan �kl�m global tersebut juga dapat menambah besarnya kesul�tan dan r�s�ko bag� pembangunan ketahanan pangan dan pertan�an global secara berkelanjutan. Kond�s� tersebut dapat men�mbulkan kr�s�s pangan yang d�tanda� dengan men�ngkatnya harga pangan hamp�r d� seluruh dun�a. Gejala dan tekanan yang d�ak�batkan oleh kr�s�s pagan global telah muncul d� berbaga� belahan dun�a yang d�c�r�kan dengan melonjaknya harga pangan dun�a yang berdampak terhadap keguncangan sos�al ekonom� dan pol�t�k d� berbaga� negara.
Berdasarkan pemantauan FAO bahwa kr�s�s pangan dun�a 2008/2009 akan menjad� kr�s�s global terbesar abad ke-21. Kr�s�s pangan men�mpa 37 negara berkembang. Ak�bat dar� stok pangan yang terbatas maka harga dar� berbaga� komod�tas pangan akan dapat mencapa� level yang sangat mengkhawat�rkan. Harga jagung d�perk�rakan mencapa� rekor tert�ngg� dalam 11 tahun terakh�r, kedela� dalam 35 tahun terakh�r, dan gandum sepanjang sejarah. Stok beras dun�a mencapa� t�t�k terendah yang mendorong harga mencapa� level tert�ngg� selama 20 tahun terakh�r, sedangkan stok gandum mencapa� t�t�k terendah selama 50 tahun terakh�r. Harga seluruh pangan men�ngkat pada angka cukup fantast�s 75 persen d�band�ngkan tahun 2000, bahkan harga beberapa komod�tas men�ngkat leb�h dar� 200 persen.
Menurut PBB, sampa� awal tahun 2008 secara global kena�kan harga makanan mencapa� 35 persen. Harga ben�h jagung na�k 36 persen, dan harga ben�h gandum na�k 72 persen. Sementara �tu, harga pupuk juga melonjak sampa� 59 persen dan harga pakan na�k 62 persen. Dampak kena�kan �n� sangat d�rasakan oleh masyarakat d� negara-negara berkembang, dengan 50-60 persen pendapatan mereka hab�s untuk membel� kebutuhan makanan, sedangkan d� negara-negara maju, hanya 10-20 persen. Kond�s� �n�, sangat memukul negara-negara m�sk�n, memperlambat pertumbuhan perdagangan dun�a, dan
89
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
89
mengakh�r� lonjakan harga komod�tas yang sedang berlangsung. Reses� dan gejolak pasar uang global mas�h berpotens� memunculkan guncangan dan turbulens� d� pasar reg�onal.
Kr�s�s pangan global yang melanda dun�a saat �n� memang belum member�kan �mbas yang relat�f besar terhadap Indones�a. Hal �n� d�sebabkan karena dalam per�ode tersebut �kl�m d� Indones�a mas�h mendukung produks� pangan seh�ngga mas�h dapat memenuh� kebutuhan domest�k. Namun dem�k�an, untuk 5 tahun ke depan kemand�r�an pangan d� Indones�a akan menghadap� tantangan yang cukup ser�us antara la�n adalah :1. Lemahnya �nfrastruktur dasar yang mendukung pertumbuhan
sektor mula� dar� �r�gas�, jalan sebaga� akses d�str�bus� bahan baku produks� dan penjualan, alat-alat pertan�an yang mendukung produks�.
2. Lemahnya kelembagaan (aturan) d�str�bus� bahan baku produks� dan penjualan produks� pangan. D�str�bus� b�b�t dan terutama pupuk mas�h mempunya� permasalahan yang cukup besar bag� petan�, d�mana pada saat mus�m tanam d�str�bus� bahan baku pangan sangat sul�t d�peroleh yang pada umumnya d�sebabkan oleh para penyalur pupuk. Tantangan ke depan yang perlu d�atas� adalah perba�kan atas regulas� tata n�aga bahan baku dan sekal�gus penegakan hukum.
3. Terkonsentras�nya lahan-lahan pertan�an pangan d� pulau Pulau Jawa, d�mana d�lema yang d�hadap� d� Pulau Jawa adalah terjad�nya al�h fungs� lahan pertan�an menjad� nonpertan�an. D� s�s� la�n, h�ngga saat �n� belum ada �nsent�f yang d�ber�kan oleh pemer�ntah daerah d� luar Pulau Jawa terutama Pulau Sumatera, Kal�mantan, Sulawes� dan Papua bag� penduduk setempat maupun �nvestor baru yang hendak melakukan akt�v�tas pertan�an pangan d� w�layah-w�layah tersebut. Tantangan �n� menjad� peluang yang sangat bagus dalam men�ngkatkan produks� pangan secara s�gn�f�kan,
90
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
90
apab�la d� luar Pulau Jawa d�jad�kan bas�s pertan�an pangan baru.
4. Petan� d� Indones�a menghadap� persa�ngan yang t�dak ad�l dengan petan� dar� negara-negara la�n yang dengan mudah mendapat perl�ndungan tar�f dan non tar�f serta subs�d� langsung dan t�dak langsung dar� pemer�ntahnya. Apab�la kond�s� �n� terus berlanjut, maka keberlanjutan pertan�an pangan akan t�dak terjam�n seh�ngga jutaan petan� pangan akan keh�langan mata pencahar�an.
5. Pertumbuhan sektor pertan�an sangat d�perlukan untuk mengakseleras� perekonom�an perdesaan. Sektor pertan�an Indones�a, h�ngga saat �n� mas�h sangat tergantung pada has�l pr�mer, seh�ngga n�la� tambah yang d�peroleh mas�h rendah dan kurang kompet�t�f d� pasar dalam neger� maupun luarneger�. Tantangan ke depan bag� Indones�a adalah baga�manaupaya untuk mendorong perkembangan produk pertan�an olahan pr�mer, sela�n untuk men�ngkatkan n�la� tambah juga men�ngkatkan dan memperluas pangsa pasar d� dalam dan luar neger�.
6. Membangun s�stem agr�b�sn�s dengan melakukan perubahan struktur agr�b�sn�s menjad� struktur pertan�an �ndustr�al melalu� modern�sas� agr�b�sn�s ba�k d�s�s� hulu maupun h�l�r. Hal-hal yang perlu d�perhat�kan antara la�n adalah: (a) perlu adanya �nformas� tentang karakter�st�k produk yang d��ng�nkan konsumen yang dapat cepat dan tepat d�sampa�kan ke seluruh t�ngkatan agr�b�sn�s mula� dar� h�l�r h�ngga ke hulu (petan�); (b) perlu adanya keg�atan pada set�ap tahapan agr�b�sn�s secara vert�kal seh�ngga kual�tas produk akh�r yang d�has�lkan pun dapat d�jam�n; dan (c) t�dak terjad� d�stors� pasar seh�ngga terdapat �nsent�f yang dapat men�ngkatkan mutu produk.
91
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
91
B. Krisis Energi
Meng�ngat semak�n terbatasnya ketersed�aan energ� dar� fos�l, banyak negara maju dan berkembang mula� mencar� sumber energ� alternat�f la�n penggant� m�nyak bum�. Permasalahan dalam kr�s�s energ� dun�a adalah adanya ket�dakse�mbangan antara perm�ntaan (demand) dan penawaran (supply) serta akses terhadap sumber daya energ�. Berbaga� faktor yang menc�ptakan ket�dakse�mbangan tersebut antara la�n adalah pesatnya laju pertambahan penduduk dan mas�fnya �ndustr�al�sas� dun�a. Hal �n� dapat men�ngkatkan konsums� energ� dun�a secara drast�s dan mengak�batkan tersedotnya cadangan energ� khususnya energ� fos�l. D�perk�rakan h�ngga tahun 2030 konsums� energ� dun�a mas�h tergantung kepada energ� m�nyak bum� yang t�dak terbarukan.
Dalam konteks kawasan, As�a Pas�f�k dengan pertumbuhan ekonom�nya yang d�nam�s hanya mem�l�k� cadangan m�nyak yang sed�k�t dan menyebabkan kebutuhan m�nyak kawasan banyak tergantung pada kawasan la�n. Dalam batas tertentu keadaan �n� juga d�alam� oleh Indones�a. Indones�a saat �n� mas�h mengandalkan pada m�gas sebaga� penghas�l dev�sa maupun untuk memasok kebutuhan dalam neger�. Cadangan m�nyak bum� dalam kond�s� menurun (depleting), walaupun gas bum� cenderung men�ngkat. Untuk energ� baru dan terbarukan, mesk�pun Indones�a mem�l�k� potens� beragam, namun pengelolaan dan penggunaannya belum opt�mal. Berbaga� potens� energ� tersebut antara la�n: sumber energ� nabat�, gas, panas bum�, energ� nukl�r, energ� surya, energ� ang�n dan energ� laut. D� s�s� la�n, Indones�a yang dahulu merupakan negara pengekspor m�nyak saat �n� telah berubah menjad� negara peng�mpor m�nyak (net-importing country).
Indones�a menghadap� t�ga tantangan untuk pemenuhan kebutuhan energ� dalam neger� ya�tu: (a) mempercepat pencar�an sumber energ� sebaga� upaya pen�ngkatan cadangan sumber daya
92
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
92
energ� nas�onal; (b) men�ngkatkan proses produks� dan penc�ptaan n�la� tambah produks�; dan (c) menyed�akan energ� untuk masyarakat dalam jumlah yang cukup dengan harga yang terjangkau. D� samp�ng �tu, dem� mengurang� ketergantungan yang t�ngg� terhadap BBM, maka pemer�ntah mula� menggalakkan pemanfaatan energ� alternat�f, khususnya b�ofuel yang berasal dar� tumbuhan. Pemer�ntah melalu� Inpres Nomor 1 tahun 2006 telah melakukan sos�al�sas� program d�vers�f�kas� energ� untuk penyed�aan dan pemanfaatan bahan bakar nabat� (biofuel).
Dalam upaya mengatas� permasalah kebutuhan energ� alternat�f hal-hal yang perlu d�lakukan antara la�n mencar� tanaman non-pangan sepert� jarak pagar yang t�dak berkompet�s� dengan pangan b�ofuel, b�oethanol, dan bahan bakar nabat� la�nnya sebaga� alternat�f penggant� bahan bakar fos�l. Tanaman non pangan tersebut seba�knya dapat d�kembangkan sebaga� kebun b�oenerg� d� lahan kr�t�s bukan hutan atau lahan kebun. Ke depan, strateg� pengembangan b�oenerg� d�arahkan untuk mendorong produsen skala kec�l, UKM dan bukan �ndustr� besar. Pengembangan s�stem b�oenerg� skala kec�l tersebut dapat berpotens� untuk menyed�akan energ� dengan b�aya murah khususnya d� daerah terpenc�l, men�ngkatkan peluang kerja dan pertumbuhan ekonom�. Keb�jakan tersebut d�arahkan untuk mendorong pengembangan b�oenerg� berbas�s perdesaan, terutama d� Luar Jawa dengan memanfaatkan lahan-lahan t�dur/kr�t�s, dan berbahan baku non pangan (jarak pagar).
C. Krisis Ekonomi dan Moneter
Kr�s�s moneter d� Amer�ka Ser�kat tahun 2007-2009men�mbulkan dampak luar b�asa secara global khususnya bag� struktur pasar keuangan d� berbaga� negara. Beberapa tantangan yang bersumber dar� ket�dakpast�an perekonom�an global adalah (a)prospek pertumbuhan ekonom� dun�a yang menurun; (b) kerentanan pasar keuangan global yang d�pengaruh� oleh dampak menurunnya
93
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
93
keyak�nan �nvestor pasar keuangan terhadap prospek pertumbuhan ekonom� global yang selanjutnya mempengaruh� perkembangan harga komod�tas global; dan (c) harga komod�tas global ba�k komod�tas energ� maupun komod�tas pangan yang mas�h t�ngg�.
Kr�s�s pasar modal (saham dan surat utang) global pada dasarnya hanya mempengaruh� �nvestor pasar modal. Tetap� kr�s�s perbankan global b�sa mempengaruh� sektor r��l ekonom� dun�a, termasuk Indones�a. Sektor perbankan AS yang sedang terpuruk, mengalam� kekurangan modal, seh�ngga sul�t untuk dapat mem�njamkan dolarnya, termasuk ke bank-bank �nternas�onal d� Eropa dan As�a. Ak�batnya, perbankan �nternas�onal juga mengalam� kekurangan dolar untuk member� p�njaman ke para pengusaha dun�a yang membutuhkan dolar untuk �nvestas�nya (untuk �mpor mes�n,bahan baku, dan sebaga�nya), termasuk d� Indones�a. Dampak selanjutnya, walaupun suku bunga bank sentral AS (atau Fed Funds Target Rate) sudah d�turunkan h�ngga 1,5 persen, namun suku bunga London Inter-Bank Offer Rate (LIBOR), yang d�gunakan sebaga� patokan suku bunga yang d�gunakan oleh pelaku ekonom� melonjak cukup tajam.
Dampak reses� ekonom� AS dan Eropa terhadap Indones�a adalah negat�f, tetap� karena net-ekspor (ekspor d�kurang� �mpor) hanya menggerakkan sek�tar 8 persen dar� produk domest�k bruto(PDB) Indones�a, maka dampaknya relat�f kec�l d�band�ngkan dengan negara tetangga yang ketergantungan ekspornya ke AS besar, m�salnya Hong Kong, S�ngapura, dan Malays�a.
Menurut Bank Dun�a, kr�s�s ekonom� global berdampak terhadap kem�sk�nan d� negara-negara berkembang yang jumlahnya mencapa� 130-155 juta ak�bat adanya kena�kan harga pangan dan bahan bakar. Total penduduk m�sk�n dengan pendapatan kurang dar� US$ 2 per har� d�perk�rakan leb�h dar� 1,5 m�l�ar. Sela�n �tu, juga d�perk�rakan bahwa negara-negara berkembang menghadap�
94
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
94
pemb�ayaan dar� US$ 270-US$700 m�l�ar, tergantung pada t�ngkat keparahan ekonom� dan kr�s�s keuangan.
Kr�s�s keuangan global telah mem�cu kesadaran, khususnya dar� negara maju, tentang perlunya upaya untuk melakukan perba�kan global governance s�stem keuangan dan ekonom� dun�a. Untuk mengh�ndar� terulangnya kr�s�s perlu leb�h meng�kutsertakan emerging economies yang perannya semak�n pent�ng dalam d�nam�ka ekonom� global. Dalam ka�tan �n�, terbuka peluang untuk leb�h menyuarakan kepent�ngan negara berkembang, ba�k usulan mengena� pendanaan bag� pembangunan dalam upaya memul�hkan ekonom�,maupun usulan perba�kan global economic governance.
Kr�s�s ekonom� yang terka�t dengan pembangunan juga telah d�bahas pada KTT PBB pada tanggal 24-29 Jun� 2009 yang menghas�lkan outcome document berupa normative framework yang d�antaranya mengedepankan reformas� ars�tektur ekonom� global, pemberdayaan badan PBB dalam pembahasan �su ekonom� global dan mengukuhkan kom�tmen pencapa�an MDGs tahun 2015.
Beranjak dar� perjalanan perekonom�an akh�r-akh�r �n�, serta mas�h t�ngg�nya ket�dakpast�an global dewasa �n�, upaya memperkuat perekonom�an nas�onal ke depan d�fokuskan pada strateg� yang tepat dan respons�f dalam pengelolaan dan pengembangan sektor pertan�an agar semak�n mem�l�k� ketahanan yang ba�k. Ketahanan sektor pertan�an yang semak�n ba�k t�dak hanya mendorong sektor pertan�an untuk dapat menyerap r�s�ko dampak kena�kan harga global sepert� terjad� dewasa �n�, namun juga dapat berkontr�bus� strateg�s pada pen�ngkatan potens� pertumbuhan ekonom� ke depan. Dengan karakter�st�k geograf�s dan sumber daya alam yang d�m�l�k� dapat mendukung upaya untuk memperkuat sektor pertan�an. Namun dem�k�an, tantangan d� sektor pertan�an mas�h cukup berat antara la�n adalah :
95
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
95
1. Re�nvestas� jangka panjang untuk mengembal�kan daya dukung panta� utara Jawa sebaga� �nfrastruktur dasar pertan�an nas�onal
2. Investas� yang mendukung untuk pembukaan w�layah pertan�an d� luar Jawa
3. Anggaran mult�-tahun dan mult�-kom�tmen dar� pemer�ntah untuk mendukung penyed�aan �nfrastruktur pertan�an
4. Investas� untuk mendukung perba�kan bendung, pembangunjar�ngan �r�gas�, dan pembenahan SDM
5. Investas� perdesaan untuk mendukung pengembangan �nfrastruktur, teknolog� berbahan baku lokal guna memanfaatkan keunggulan komparat�f, kelembagaan, kred�t, dan akses pasar bahan baku
6. Kom�tmen dar� Pemer�ntah daerah untuk mengalokas�kan anggaran yang memada� kepada sektor pertan�an
7. Pen�ngkatan �ndeks pertanaman agar dapat men�ngkatkan produkt�v�tas lahan d� Indones�a, d�mana dar� 7,4 juta hektar lahan, baru dapat d�tanam� 1,6 kal� dalam setahun
8. Suku bunga yang layak untuk mendorong perekonom�an d� tengah men�ngkatnya tekanan �nflas� dan kecenderungan na�k atau stab�lnya suku bunga global
9. Pen�ngkatan kual�tas produks� pangan dan n�la� tambah produk pangan Indones�a
10. B�aya produks� dan pemasaran produk pertan�an mas�h perlu d�tekan, termasuk tata n�aga, seh�ngga daya sa�ng komod�tas pertan�an menjad� kuat
11. men�ngkatkan stok pangan yang cukup untuk pengamanan danstab�l�sas� harga, serta men�ngkatkan jar�ngan d�str�bus� pangan.
96
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
96
4.3.2. Kompetisi Pemanfaatan untuk Pangan, Pakan dan Energi (Food, Feed and Fuel)
Sektor pertan�an sebaga� sumber bahan pangan menghadap� tantangan baru ya�tu t�dak hanya untuk memenuh� kebutuhan pangan bag� penduduk tetap� juga untuk memenuh� bahan baku sumber energ� alternat�f (biofuel) dalam mengatas� persoalan kr�s�s energ� global. Berdasarkan pada kond�s� tahun 2007 d�mana harga m�nyak bum� mengalam� pen�ngkatan berk�sar US$ 59,26-US$ 70 per barel, maka beberapa negara maju dan berkembang mula� mencar� sumber energ� alternat�f penggant� m�nyak bum� sebaga� sumber energ� terbesar yang dapat d�gunakan oleh banyak negara.
Kena�kan harga m�nyak dun�a tersebut berdampak terhadap melonjaknya harga-harga pangan secara dramat�s, sepert� yang terjad� pada pangan strateg�s ya�tu gandum, beras, dag�ng, dan susu. Sebag�an besar negara yang mem�l�k� sumberdaya alam agak berl�mpah, mula� mengembangkan bahan bakar b�olog� (biofuel), seh�ngga mendorong perm�ntaan terhadap m�nyak nabat� dun�a menjad� men�ngkat pesat. Keb�jakan pengembangan biofuel d� negara-negara maju (dan negara-negara berkembang) telah menyebabkan perubahan fokus pemanfaatan komod�tas pangan dan pertan�an, t�dak hanya untuk memenuh� kebutuhan pangan, tap� juga untuk memenuh� energ�.
D� tengah s�tuas� pel�k �n�, tren biofuel, sumber energ� alternat�f yang berasal dar� tumbuhan, muncul ke permukaan. Berbaga� penel�t�an menyebutkan bahwa tanaman yang berpotens�menghas�lkan biofuel kebanyakan berasal dar� tanaman pertan�an, sepert� jagung, s�ngkong, tebu, kedela�, gandum, sorgum, dan kacang-kacangan. Tanaman-tanaman �n� ada yang dapat d�ubah menjad� etanol dan b�od�esel yang b�sa d�gunakan sebaga� sumber energ�penggant� m�nyak bum�.
Menurut laporan dar� International Institute for Sustainable Development (IISD, 2007) bahwa Amer�ka Ser�kat mengeluarkan
97
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
97
anggaran US$ 7 m�ll�ar untuk mendukung pengembangan etanol, yang sekal�gus telah mengkonvers� 20 persen dar� produks� jagung d� dalam neger�nya, dan d�perk�rakan akan na�k menjad� 32 persen pada tahun 2016. Un� Eropa juga telah mentargetkan 10 persen dar� konsums� bahan bakar d� sektor transportas� pada tahun 2020 akan berasal dar� biofuel. Target yang leb�h besar juga d�canangkan oleh Amer�ka Ser�kat, ya�tu 36 m�l�ar galon konsums� bahan bakar biofuel pada tahun 2022. Ak�bat ber�kutnya, harga dun�a komod�tas m�nyak dan lemak yang dapat d�gunakan untuk energ� menjad� men�ngkat tajam, bahkan ket�ka harga-harga pangan la�n cenderung menurun.
Menurut World Bank, konsums� kalor� d� sejumlah negara m�sk�n berkurang sek�tar setengah h�ngga satu persen ket�ka harga bahan makanan mayor�tas men�ngkat 1 persen. Harga bahan pangan men�ngkat ak�bat t�ngg�nya perm�ntaan pasokan bahan b�ofuel. J�ka d�eku�valenkan, jumlah orang yang terancam kr�s�s pangan d� dun�a b�sa men�ngkat h�ngga 16 juta bag� set�ap pen�ngkatan persentasedalam harga r��l. In� berart� ada 1,2 m�l�ar orang terancam kelaparan kron�s pada tahun 2025, sebanyak 600 juta leb�h banyak dar� perk�raan semula.
Meng�ngat kr�s�s pangan global �n� t�dak terjad� dalam �solas�, mela�nkan terka�t dengan kr�s�s energ� dan kr�s�s f�nans�al, yang ser�ng d�sebut dengan triple Fs (food, fuel, f�nanc�al). Ak�batnya, negara maju leb�h mempr�or�taskan anggarannya untuk b�aya st�mulus ekonom� mas�ng-mas�ng, seh�ngga mengurang� dana bag� p�njaman dan bantuan untuk negara berkembang.
Pertumbuhan konsums� dar� sektor non pangan saat �n� d�pred�ks� akan menjad� konsums� terbesar khususnya untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar nabat� (b�od�esel). Data pred�ks� Oil World mengena� kompos�s� konsums� m�nyak nabat� untuk m�nyak dan lemak; pangan, non pangan; dan pakan ternak sebesar 80:14:6, kond�s� tersebut akan berubah d� tahun 2010.
98
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
98
Kekhawat�ran terbesar adalah apab�la konsums� b�od�esel tersebut akan mengamb�l konsums� m�nyak dan lemak makan. Hal �n� akan berdampak terjad� tar�k menar�k antara kebutuhan untuk �ndustr� pangan dan non pangan yang ber�mbas semak�n t�ngg�nya harga komod�tas pangan. D�perk�rakan ke depan konsums� b�od�esel tersebut akan bersumber kepada m�nyak nabat� sepert� rapeseed (kanola) dan m�nyak kelapa saw�t. Apab�la ekspans� pemanfaatan bahan pangan yang beg�tu cepat bag� sektor b�oenerg� maka tantangan baru yang d�hadap� adalah rentannya ketahanan pangan t�ngkat rumah tangga dan t�ngkat nas�onal melalu� empat d�mens� ya�tu ketersed�aan, akses pangan, volat�l�tas harga, dan konsums� serta dampaknya terhadap pendapatan produsen/petan�.
Pasokan pangan yang cukup dapat terancam oleh produks� b�oenerg� j�ka lahan dan sumber daya produkt�f la�nnya beral�h dar� bud� daya tanaman pangan. Saat �n� ada sek�tar 14 juta ha lahan yang telah d�gunakan untuk produks� biofuel ca�r, atau setara dengan 1 persen dar� lahan dun�a yang dapat d�bud�dayakan, dan �n� dapat men�ngkat menjad� 2,5-3,8 persen tahun 2030.
Pemer�ntah sampa� tahun 2025 menargetkan pemaka�an energ� dar� biofuel men�ngkat menjad� 5 persen dar� total konsums�. Tanaman yang d�targetkan adalah kelapa saw�t, jarak pagar, dan tebu. Tahun 2010, m�nyak saw�t Indones�a d�pred�ks� akan mencapa� 22,3 juta ton. Perm�ntaaan ekspor CPO akan mak�n men�ngkat. Berdasarkan hal tersebut, maka asums� kebutuhan akan m�nyak dan lemak makan sebesar 4,25 juta ton, �ndustr� oleochem�cal 1,35 juta ton dan b�od�esel 2,45 juta ton. Hal �n� member�kan �nd�kas�, bahwa tar�k-menar�k bahan baku antara �ndustr� pangan dan non pangan t�dak akan terjad� d� Indones�a yang produks�nya d�pred�ks� mencapa� 22,3 juta ton, akan tetap� potens� tar�k-menar�k akan terjad� d� pasar ekspor ak�bat perm�ntaan CPO yang men�ngkat d� pasar �nternas�onal.
99
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
98
Kekhawat�ran terbesar adalah apab�la konsums� b�od�esel tersebut akan mengamb�l konsums� m�nyak dan lemak makan. Hal �n� akan berdampak terjad� tar�k menar�k antara kebutuhan untuk �ndustr� pangan dan non pangan yang ber�mbas semak�n t�ngg�nya harga komod�tas pangan. D�perk�rakan ke depan konsums� b�od�esel tersebut akan bersumber kepada m�nyak nabat� sepert� rapeseed (kanola) dan m�nyak kelapa saw�t. Apab�la ekspans� pemanfaatan bahan pangan yang beg�tu cepat bag� sektor b�oenerg� maka tantangan baru yang d�hadap� adalah rentannya ketahanan pangan t�ngkat rumah tangga dan t�ngkat nas�onal melalu� empat d�mens� ya�tu ketersed�aan, akses pangan, volat�l�tas harga, dan konsums� serta dampaknya terhadap pendapatan produsen/petan�.
Pasokan pangan yang cukup dapat terancam oleh produks� b�oenerg� j�ka lahan dan sumber daya produkt�f la�nnya beral�h dar� bud� daya tanaman pangan. Saat �n� ada sek�tar 14 juta ha lahan yang telah d�gunakan untuk produks� biofuel ca�r, atau setara dengan 1 persen dar� lahan dun�a yang dapat d�bud�dayakan, dan �n� dapat men�ngkat menjad� 2,5-3,8 persen tahun 2030.
Pemer�ntah sampa� tahun 2025 menargetkan pemaka�an energ� dar� biofuel men�ngkat menjad� 5 persen dar� total konsums�. Tanaman yang d�targetkan adalah kelapa saw�t, jarak pagar, dan tebu. Tahun 2010, m�nyak saw�t Indones�a d�pred�ks� akan mencapa� 22,3 juta ton. Perm�ntaaan ekspor CPO akan mak�n men�ngkat. Berdasarkan hal tersebut, maka asums� kebutuhan akan m�nyak dan lemak makan sebesar 4,25 juta ton, �ndustr� oleochem�cal 1,35 juta ton dan b�od�esel 2,45 juta ton. Hal �n� member�kan �nd�kas�, bahwa tar�k-menar�k bahan baku antara �ndustr� pangan dan non pangan t�dak akan terjad� d� Indones�a yang produks�nya d�pred�ks� mencapa� 22,3 juta ton, akan tetap� potens� tar�k-menar�k akan terjad� d� pasar ekspor ak�bat perm�ntaan CPO yang men�ngkat d� pasar �nternas�onal.
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
99
Indones�a perlu mempr�or�tas pengembangan sektor pertan�an untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan. Sedangkan untuk kebutuhan energ� alternat�f d�arahkan ke pengembangan tanaman bukan pangan atau bahan pangan yang t�dak strateg�s/pokok. Agar tanaman sumber b�oenerg� t�dak “menggusur” lahan pangan d�perlukan suatu keb�jakan yang mel�ndung� penggunaan lahan pangan untuk t�dak d�gunakan oleh tanaman sebaga� bahan baku sumber energ� alternat�f (b�oenerg�).
4.3.3. Perubahan Iklim Global
Kond�s� perubahan �kl�m global yang terjad� saat �n� telah men�mbulkan dampak negat�f bag� masyarakat luas dengan munculnya kr�s�s persed�aan makanan ak�bat t�ngg�nya potens� gagal panen, kr�s�s ketersed�aan a�r untuk sektor pertan�an, peternakan dan per�kanan. Dengan adanya perubahan �kl�m tersebut dapat mengacaukan mus�m hujan dan ketersed�aan a�r yang dapat mengganggu produks� pangan pokok. Menurut berbaga� ramalan bahwa dampak dar� El N�no tahun 2009 dapat mengak�batkan terjad�nya keker�ngan secara ekstr�m h�ngga mencapa� 80 persen sampa� dengan Maret 2010. Ancaman dar� perubahan �kl�m juga berdampak terhadap ketersed�aan a�r, d�mana hamp�r 70 persen a�rdun�a d�gunakan untuk pertan�an.
Fenomena dar� perubahan �kl�m juga member�kan dampak terhadap pergeseran awal mus�m hujan yang berlangsung leb�h s�ngkat dengan �ntens�tas curah hujan leb�h t�ngg�, sedangkan mus�m kemarau/ker�ng leb�h panjang yang berak�bat pada menurunnya produks� pangan secara global. Pada saat �n� gejala dar� perubahan �kl�m sudah dapat d�rasakan oleh seluruh dun�a, d�mana Mus�m Ker�ng (MK) yang semak�n panjang dan Mus�m Hujan (MH) yang semak�n pendek. Untuk beberapa negara d� dun�a sudah terl�hat dengan adanya bada� dan banj�r d� kota-kota besar, serta
100
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
100
men�ngkatnya cuaca ekstr�m yang tentunya sangat d�rasakan khususnya d� negara-negara trop�s.
Para ahl� memperk�rakan perubahan �kl�m global pada tahun 2030 akan menyebabkan kena�kan suhu satu derajat cels�us, na�knya frekuens�, dan �ntens�tas keker�ngan, banj�r, cyclone trop�s dan ang�n topan. Kond�s� tersebut akan mengurang� a�r tanah maupun a�r sunga� seh�ngga berdampak negat�f terhadap ketersed�aan a�r �r�gas� yang pada akh�rnya akan mempengaruh� kelayakan lahan yang dapat d�gunakan pertan�an. Dampak negat�f dar� perubahan �kl�m global terhadap pertan�an sudah sangat d�rasakan oleh negara-negara d� kawasan gar�s khatul�st�wa sepert� Indones�a. Kawasan trop�s akan mender�ta pukulan produks� pangan ak�bat besarnya var�ab�l�tas �kl�m menjelang tahun 2030.
Bag� beberapa negara m�sk�n dan berkembangan d�hadapkan pada kebutuhan a�r yang cenderung men�ngkat se�r�ng dengan men�ngkatnya populas� global. Ak�bat dar� pemanasan global dapat juga menyebabkan permukaan a�r laut na�k seh�ngga dapat mengancam h�langnya areal pertanaman untuk pangan. Perubahan �kl�m dapat mengganggu produks� pangan yang berdampak terhadap na�knya harga komod�tas pangan. D�s�s� la�n produks� komod�tas pangan d�hadapkan pada tantangan sela�n untuk kebutuhan manus�a juga d�hadapkan untuk penyed�a bahan biofuel yang pada akh�rnya akan berdampak terjad� kompet�s� antara kepent�ngan pangan dan b�ofuel.
Dampak dar� perubahan �kl�m global, m�n�mal dapat mempengaruh� t�ga unsur �kl�m dan komponen alam yang sangat erat ka�tannya dengan produks� pertan�an dan ber�mpl�kas� padaterganggunya ketahanan pangan nas�onal. Ket�ga unsur yang d�maksud ya�tu: (a) na�knya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur �kl�m la�n, terutama kelembaban dan d�nam�ka atmosf�r; (b) berubahnya pola curah hujan dan mak�n men�ngkatnya
101
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
101
�ntens�tas kejad�an �kl�m ekstr�m (anomal� �kl�m), sepert� El N�no dan La N�na; dan (c) na�knya permukaan a�r laut ak�bat penca�ran gunung es d� kutub utara.
Tantangan yang d�hadap� oleh Indones�a terhadap ketahanan pangan ak�bat adanya pengaruh perubahan �kl�m mencakup keseluruhan d�mens� yang terka�t dengan food availability, food accessibility, food utilization and food systems stability. Perubahan �kl�m dapat juga member�kan dampak negat�f terhadap aspek keh�dupan manus�a sepert� kesehatan, aset, produks� dan saluran d�str�bus� pangan, serta daya bel� dan al�ran arus pemasaran. Untuk jangka pendek, dampak tersebut dapat terl�hat dengan adanya pen�ngkatan frekuens� dan �ntens�tas kejad�an �kl�m ekstr�m yang muncul saat �n�, sedangkan untuk jangka panjang dapat terl�hat dengan adanya perubahan temperatur dan pola curah hujan. Dampak negat�f tersebut akan leb�h besar men�mpa penduduk dan masyarakat petan� khususnya d� negara-negara berkembang karena beberapa hal ya�tu: (a) ketersed�aan �nfrastruktur yang kurang memada�; dan (b) �kl�m ekstr�m d� sek�tar khatul�st�wa akan leb�h ser�ng terjad�, khususnya bag� sebag�an besar negara-negara berkembang terletak d� w�layah �n�.
Meng�ngat dampak dar� perubahan �kl�m tersebut dapat merupakan ancaman yang sangat potens�al terhadap stab�l�tas ketahanan pangan, khususnya dampak yang sangat rentan terancam adalah sektor pertan�an seh�ngga kelompok yang pal�ng rawan merasakan adalah para petan� yang menggantungkan nafkah utamanya dar� sektor pertan�an. Pada umumnya para petan� d� Indones�a yang latar belakang pend�d�kannya mas�h rendah dan pem�l�kan modal/aset terbatas akan mengalam� kesul�tan dalam proses adaptas� untuk menghadap� perubahan �kl�m.
Saat �n� d� Indones�a, tumpuan utama pasokan pangan mas�h pada s�stem pertan�an konvens�onal, d�mana peranan �kl�m sangat menentukan bag� petan� untuk mengamb�l keputusan tentang
102
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
102
komod�tas apa yang akan d�produks�, berapa banyak, kapan, d�mana, serta tekn�k bud�daya yang d�terapkannya. Untuk �tu, d�perlukan suatu strateg� yang s�nerg�s antara pemer�ntah dan masyarakat untuk dapat bersama-sama dengan petan� mengatas�nya melalu� upaya adaptas� dan m�t�gas�.
D�vers�f�kas� usahatan� merupakan salah satu bentuk adaptas� terhadap perubahan �kl�m yang secara tekn�s – ekonom� – sos�al layak d�kembangkan adalah: 1. D�vers�f�kas� usahatan� yang leb�h selaras dengan karakter�st�k
sumberdaya alam dan l�ngkungan. Dengan tekn�k d�vers�f�kas� yang tepat, s�fat s�mb�os�s mutual�st�k antar spes�es tanaman/ternak/�kan dapat d�manfaatkan secara leb�h opt�mal seh�ngga per un�t sumberdaya yang d�kelola dapat menghas�lkan bahan pangan, serat ataupun bahan baku �ndustr� leb�h banyak. D�vers�f�kas� usaha tan� bahan pangan akan dapat memperkec�l peluang terjad�nya kerug�an total seh�ngga efekt�f untuk mem�n�malkan r�s�ko dalam menghadap� ket�dakpast�an yang semak�n t�ngg� ak�bat perubahan �kl�m.
2. Pem�l�han var�etas b�b�t dan ben�h yang tepat dan leb�h mampu bertahan terhadap kond�s� yang ekstrem – kemarau panjang, genangan a�r, �ntrus� a�r laut – atau berbaga� var�etas tanaman yang cocok untuk mus�m hujan yang leb�h pendek
3. Penggunaan pupuk organ�k untuk men�ngkatkan kesuburan tanah dan menjam�n agar tanah mampu untuk menahan a�r.
4. Pemel�haraan saluran �r�gas�, waduk, dam, DAS untuk penyed�aan a�r.
5. Pengaturan pola tanam dan percepatan yang d�sesua�kan dengan awal dar� turun hujan dan menggant� tanaman pangan dengan tanaman palaw�ja pada saat mula�nya mus�m kemarau.
6. Pembangunan kapas�tas SDM dalam mengakses dan meng�nterpretas�kan �nformas� BMG.
103
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
103
7. Intervens� pemer�ntah yang langsung dan terencana kepada petan� , dengan menyed�akan pengetahuan baru atau peralatan baru atau mencar�kan teknolog�-teknolog� baru.
4.3.4. Keseimbangan Pertumbuhan Penduduk dan Permintaan Pangan versus Produksi Pertanian
Ketahanan pangan sangat d�tentukan dar� berbaga� sektor penghas�l berbaga� komod�tas pangan ba�k nabat� maupun hewan�. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar untuk 5 tahun ke depan yang leb�h dar� 200 juta dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 1,20 persen (Tabel 4.3), maka sektor pertan�an, hort�kultura, peternakan, perkebunan, kehutanan dan kelautan harus terus d�t�ngkatkan ba�k dalam jumlah, keragaman dan mutu untuk dapat memenuh� kebutuhan pangan penduduknya.
Tabel 4.3. Proyeks� Penduduk Indones�a Menurut Prov�ns� Tahun 2009-2014
No. Tahun Proyeksi Penduduk (000 jiwa)
Pertumbuhan(%)
1 2009 230.632
2 2010 233.477 1,23
3 2011 236.331 1,22
4 2012 239.174 1,20
5 2013 242.013 1,19
6 2014 244.815 1,16
Pertumbuhan Rata-rata Per Tahun 1,20Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia Per Provinsi 2005-2015, BPS, 2005 (Diolah
BKP
104
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
104
Pemenuhan kebutuhan bahan pangan t�dak hanya d�fokuskan pada lahan sawah tetap� juga d�arahkan pada sumber produks� karboh�drat la�nnya (non beras), serta pengembangan produks� komod�tas sumber prote�n sepert� kacang-kacangan, dag�ng sap� dan ayam, telur, �kan, susu, sayur dan buah.
Pola konsums� pangan masyarakat Indones�a d�arahkan untuk mencapa� pola pangan yang �deal ya�tu pola konsums� pangan yang beragam, berg�z� se�mbang dan aman. Pencapa�an pola pangan tersebut tercerm�n pada skor Pola Pangan Harapan (PPH), d�mana pada tahun 2014 d�harapkan PPH sekurang-kurangnya mencapa� 93,3. Dengan pencapa�an skor PPH tersebut, konsums� komod�tas pangan utama yang menghas�lkan karboh�drat ke depan akan semak�n menurun set�ap tahunnya sedangkan konsums� penghas�l prote�n ba�k nabat� dan hewan� akan men�ngkat sebaga�mana dapat d�l�hat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Proyeks� Konsums� Pangan Penduduk Indones�a Tahun 2009-2015 (000 Ton)
Kelompok Pangan 2009 2010 2011 2012 2013 2014a. Beras 23.654 23.611 23.476 23.329 23.172 23.001b. Jagung 700 698 694 690 685 680 c. Kedela� 2.283 2.391 2.450 2.479 2.508d. Dag�ng Sap� *) 183.450 193.296 205.266 217.458 229.878 242.490e. Dag�ng Ayam**) 1.199 1.263 1.342 1.421 1.503 1.585f. Telur***) 1.824 1.824 1.922 2.041 2.163 2.286g. Ikan 6.142 6.471 6.872 7.280 7.696 8.118 h. Susu 467 492 523 554 585 618 �. Gula pas�r 2.171 2.204 2.238 .272 2.306 2.340 j. Sayur 13.388 13.553 13.718 13.883 14.048 14.211 k. Buah 7.658 7.752 7.847 7.941 8.035 8.128 Sumber: Susenas 2006, BPS (Diolah BKP)Keterangan: *); hanya untuk konsumsi daging sapi
**): hanya untuk konsumsi ayam ras dan ayam kampung***): hanya untuk konsumsi telur ayam ras dan ayam kampong
105
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
105
Untuk 5 tahun ke depan d�mana jumlah penduduk terus men�ngkat, maka keb�jakan penyed�aan pangan yang dapat mendekatkan akses pangan kepada masyarakat menjad� �su sentral dalam pembangunan sekal�gus menjad� fokus utama dalam pembangunan pertan�an. Tantangan dalam pen�ngkatan penyed�aan pangan tersebut se�r�ng dengan pen�ngkatan kesempatan kerja bag� penduduk guna memperoleh pendapatan yang layak untuk dapat mengakses pangan. Keb�jakan pemantapan ketahanan pangan dalam hal �n� termasuk d� dalamnya adalah terwujudnya stab�l�tas pangan nas�onal.
Oleh karena �tu, ketersed�aan pad�, jagung, dan kedela� harus terus d�t�ngkatkan, seh�ngga bahan pangan mudah terjangkau oleh masyarakat dan mengurang� ketergantungan pada �mpor. Pen�ngkatan kebutuhan jagung dan kedela� t�dak bers�fat langsung. Komod�tas jagung sela�n d�konsums� langsung untuk beberapa penduduk d� Indones�a, namun sebag�an besar produks� jagung d�gunakan sebaga� bahan baku utama �ndustr� pakan. Kebutuhan jagung akan terus men�ngkat se�r�ng dengan men�ngkatnya kebutuhan dag�ng, telur, dan susu yang kesemuanya �tu merupakan bahan pangan utama untuk memenuh� kebutuhan prote�n hewan�.
Pengembangan ketersed�aan kedela�, dapat berdampak untuk mengurang� tekanan kena�kan harga kedela� �mpor. Komod�tas kedela�merupakan bahan baku utama bag� �ndustr� tahu dan tempe. Kedua jen�s pangan �n� adalah sumber prote�n (nabat�) andalan kelompokpendapatan menengah kebawah dan menengah keatas. Kebutuhan akan gula juga merupakan bag�an dar� menu har�an dan bahan pembantu utama dalam berbaga� jen�s �ndustr� makanan yang sampa� saat �n� peranannya tak mudah d�subst�tus� bahan peman�s la�n. D�pred�ks�kan kebutuhan jagung, kedela�, dan gula mas�h akan terus men�ngkat selama 5 tahun ke depan
106
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
106
Dalam mewujudkan penyed�aan bahan pangan d� Indones�a,tantangan yang d�hadap� adalah pertumbuhan perm�ntaan pangan yang leb�h cepat dar� pertumbuhan penyed�aan. Perm�ntaan pangan yang men�ngkat merupakan resultan dar� pen�ngkatan jumlah penduduk,pertumbuhan ekonom�, pen�ngkatan daya bel� masyarakat, dan perubahan selera. Sementara �tu, pertumbuhan kapas�tas produks� pangan nas�onal cukup lambat dan stagnan karena: (a) adanya kompet�s� dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan a�r; dan (b)stagnans� pertumbuhan produkt�v�tas lahan dan tenaga kerja pertan�an. Ket�dakse�mbangan pertumbuhan perm�ntaan dan pertumbuhan kapas�tas produks� nas�onal mengak�batkan kecenderunganmen�ngkatnya penyed�aan pangan nas�onal dar� �mpor. Kond�s� �n�j�ka t�dak d�ant�s�pas� dengan ba�k dapat mengak�batkan ket�dakmand�r�an penyed�aan pangan nas�onal. Dengan kata la�n hal �n� dapat d�art�kan pula bahwa penyed�aan pangan nas�onal (dar� produks� domest�k) d�saat yang akan datang t�dak stab�l.
Pengembangan sektor pertan�an sangat terka�t dengan masalah sumberdaya lahan (dan pera�ran) sebaga� bas�s keg�atan sektor pertan�an. Sumberdaya lahan pertan�an tersebut semak�n terdesak oleh keg�atan perekonom�an la�nnya, antara la�n: prasarana pemuk�man dantransportas�, teknolog�, SDM, keg�atan hulu dan h�l�r, kesejahteraan masyarakat produsen maupun konsumen, s�stem pasar domest�k h�ngga global, dan penyelenggaraan pelayanan publ�k yang mas�ng-mas�ng dapat sal�ng mempengaruh�. Meng�ngat dem�k�an besarnya peranan dan kompleksnya aspek yang terka�t dalam upaya mewujudkan stab�l�tas penyed�aan pangan nas�onal dar� waktu ke waktu, pembangunan sektor pertan�an memerlukan perhat�an dan pem�k�ran yang ter�ntegras� serta upaya penyelesa�an yang bers�fat menyeluruh.
Beberapa tantangan yang d�hadap� dalam sektor pertan�an pangan nas�onal antara la�n adalah:
107
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
106
Dalam mewujudkan penyed�aan bahan pangan d� Indones�a,tantangan yang d�hadap� adalah pertumbuhan perm�ntaan pangan yang leb�h cepat dar� pertumbuhan penyed�aan. Perm�ntaan pangan yang men�ngkat merupakan resultan dar� pen�ngkatan jumlah penduduk,pertumbuhan ekonom�, pen�ngkatan daya bel� masyarakat, dan perubahan selera. Sementara �tu, pertumbuhan kapas�tas produks� pangan nas�onal cukup lambat dan stagnan karena: (a) adanya kompet�s� dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan a�r; dan (b)stagnans� pertumbuhan produkt�v�tas lahan dan tenaga kerja pertan�an. Ket�dakse�mbangan pertumbuhan perm�ntaan dan pertumbuhan kapas�tas produks� nas�onal mengak�batkan kecenderunganmen�ngkatnya penyed�aan pangan nas�onal dar� �mpor. Kond�s� �n�j�ka t�dak d�ant�s�pas� dengan ba�k dapat mengak�batkan ket�dakmand�r�an penyed�aan pangan nas�onal. Dengan kata la�n hal �n� dapat d�art�kan pula bahwa penyed�aan pangan nas�onal (dar� produks� domest�k) d�saat yang akan datang t�dak stab�l.
Pengembangan sektor pertan�an sangat terka�t dengan masalah sumberdaya lahan (dan pera�ran) sebaga� bas�s keg�atan sektor pertan�an. Sumberdaya lahan pertan�an tersebut semak�n terdesak oleh keg�atan perekonom�an la�nnya, antara la�n: prasarana pemuk�man dantransportas�, teknolog�, SDM, keg�atan hulu dan h�l�r, kesejahteraan masyarakat produsen maupun konsumen, s�stem pasar domest�k h�ngga global, dan penyelenggaraan pelayanan publ�k yang mas�ng-mas�ng dapat sal�ng mempengaruh�. Meng�ngat dem�k�an besarnya peranan dan kompleksnya aspek yang terka�t dalam upaya mewujudkan stab�l�tas penyed�aan pangan nas�onal dar� waktu ke waktu, pembangunan sektor pertan�an memerlukan perhat�an dan pem�k�ran yang ter�ntegras� serta upaya penyelesa�an yang bers�fat menyeluruh.
Beberapa tantangan yang d�hadap� dalam sektor pertan�an pangan nas�onal antara la�n adalah:
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
107
1. Dalam rangka men�ngkatkan penyed�aan beberapa komod�tas pangan strateg�s dalam neger� sangat terka�t dengan ketersed�aan lahan. D�s�s� la�n pemer�ntah d�hadapkan pada men�ngkatnya perm�ntaan lahan ak�bat terjad�nya pen�ngkatan jumlah penduduk. Dengan men�ngkatnya jumlah lahan untuk pemuk�man akan berdampak terhadap penurunan luas baku lahan pertan�an dan juga men�ngkatnya �ntens�s�tas usahatan� d� daerah al�ran sunga� (DAS) hulu. Penurunan luas baku lahan pertan�an, khususnya lahan sawah, yang telah berlangsung sejak paruh kedua dekade 1980-an, saat �n� cenderung semak�n besar se�r�ng dengan pen�ngkatan konvers� ke non pertan�an, khususnya d� Pulau Jawa. Pada beberapa tahun terakh�r, luas baku lahan sawah d� Luar Jawa juga telah mengalam� penurunan.
2. Ketersed�aan sumberdaya a�r untuk kebutuhan pertan�an semak�n langka dan terbatas karena pen�ngkatan konfl�k antara para pengguna a�r ba�k untuk kepent�ngan rumah tangga, pertan�an dan �ndustr�, termasuk penggunaan a�r permukaan dan a�r bawah tanah d� perkotaan. Saat �n� sektor pertan�an menggunakan hamp�r 80 persen kebutuhan a�r total, sedangkan kebutuhan untuk �ndustr� dan rumah tangga hanya 20 persen. Pada tahun 2020,d�perk�rakan akan terjad� kena�kan kebutuhan a�r untuk rumah tangga dan �ndustr� sebesar 25-30 persen.Dalam ka�tan �n� sektor pertan�an menghadap� tantangan untuk men�ngkatkan ef�s�ens� dan opt�mal�sas� pemanfaatan sumber daya lahan dan a�r secara lestar� dan mengant�s�pas� persa�ngan dengan akt�f�tas perekonom�an dan pemuk�man yang terkonsentras� d� Pulau Jawa.
3. Dampak dar� penggundulan hutan dan konvers� lahan tersebut antara la�n adalah berubahnya �kl�m secara global serta men�ngkatnya eros�, banj�r dan keker�ngan. Penurunan luas baku sawah d� daerah h�l�r pada kond�s� jumlah petan� tetap
108
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
108
bahkan bertambah telah mendorong pen�ngkatan �ntens�tas usahatan� d� daerah hulu yang berak�bat pada penurunan kual�tas DAS. Penurunan kual�tas DAS menyebabkan ef�s�ens� saluran �r�gas� menurun dan penurunan efs�ens� �n� mak�n cepat karena kurangnya pemel�haraan dan rehab�l�tas� hutan.
4. Pemanfaatan s�stem IPTEK Pertan�an mula� dar� hulu (penel�t�an t�ngg� dan strateg�s) sampa� h�l�r (pengkaj�an teknolog� spes�f�k lokas� dan d�sem�nas� penel�t�an kepada petan�) belum terbangun secara ba�k. Ef�s�ens� s�stem IPTEK d� sektor pertan�an �n� perlu d�bangun melalu� s�nkron�sas� program l�tbang pertan�an mula� dar� hulu sampa� h�l�r dan s�nkron�sas� program l�tbang pertan�an dengan lembaga penel�t�an la�nnya. Sela�n �tu, ef�s�ens� s�stem IPTEK pertan�an �n� perlu d�dukung oleh s�stem pend�d�kan pertan�an yang mampu menghas�lkan penel�t� yang berkemampuan (competent) dan produkt�f (credible). Juga perlu d�bangun kembal� s�stem penyuluhan petan� yang leb�h efekt�f dan ef�s�en.
5. Teknolog� produks� yang menggunakan ben�h unggul dan pupuk k�m�a, yang secara �ntens�f d�terapkan sejak awal 70-an pada ekolog� sawah berhas�l memacu produks� cukup t�ngg�.Namun penerapan teknolog� tersebut juga menyebabkan merosotnya kual�tas dan kesuburan lahan (soil fatigue), serta terdesaknya var�etas unggul lokal dan kear�fan teknolog� lokal yang menjad� c�r� dan kebanggaan masyarakat setempat. Sementara �tu, terkonsentras�nya pengembangan teknolog� pangan pada lahan sawah menyebabkan kurang berkembangnya teknolog� pada ekos�stem la�nnya. Pada saat teknolog� lahan sawah relat�f stagnan, sementara �tu, teknolog� lahan ker�ng, lahan rawa/lebak, lahan pasang surut relat�f belum mampu men�ngkatkan produkt�v�tas tanaman secara s�gn�f�kan.
109
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
109
6. Keb�jakan pengembangan komod�tas pangan, termasuk teknolog�nya yang terfokus pada beras telah mengaba�kan potens� sumber-sumber pangan karboh�drat la�nnya, dan lambatnya pengembangan produks� komod�tas pangan sumber prote�n sepert� sereal�a, dag�ng, telur, susu serta sumber zat g�z� m�kro ya�tu sayuran dan buah-buahan. Kond�s� dem�k�an berpengaruh pada rendahnya keanekaragaman bahan pangan yang tersed�a bag� konsumen. Selanjutnya apab�la teknolog� pengembangan aneka pangan lokal t�dak cepat d�lakukan, maka bahan pangan lokal akan tertekan oleh membanj�rnya anekaragam pangan olahan �mpor.
7. Teknolog� pasca panen belum d�terapkan dengan ba�k seh�ngga t�ngkat keh�langan has�l dan degradas� mutu has�l panen mas�h cukup t�ngg�. Dem�k�an pula agro�ndustr� sebaga� wahana untuk men�ngkatkan n�la� tambah dan penghas�lan bag� keluarga petan� belum berkembang sepert� yang d�harapkan. Pen�ngkatan pelayanan teknolog� tepat guna serta penyed�aan prasarana usaha harus d�upayakan untuk menunjang pengembangan usaha pasca panen dan agro�ndustr� d� perdesaan.
8. Belum memada�nya prasarana dan sarana transportas�, ba�k darat dan terleb�h lag� antar pulau, yang menghubungkan lokas� produsen dengan konsumen menyebabkan kurang terjam�nnya kelancaran arus d�str�bus� bahan pangan ke seluruh w�layah. Hal �n� t�dak saja menghambat akses konsumen secara f�s�k, tetap� ket�daklancaran d�str�bus� juga berpotens� mem�cu kena�kan harga seh�ngga menurunkan daya bel� konsumen. Ket�daklancaran proses d�str�bus� juga merug�kan produsen, karena d�samp�ng b�aya d�str�bus� yang mahal potens� kerug�an ak�bat karena rusak atau susut selama proses pengangkutan cukup t�ngg�.
110
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
110
9. Ket�dakstab�lan harga dan rendahnya ef�s�ens� s�stem pemasaran has�l-has�l pangan pada saat �n� merupakan kond�s� yang kurang kondus�f bag� produsen maupun konsumen. Hal �n� antara la�n d�sebabkan karena lemahnya d�s�pl�n dan penegakan peraturan untuk menjam�n s�stem pemasaran yang ad�l dan bertanggung jawab, terbatasnya fas�l�tas perangkat keras maupun lunak untuk membangun transparans� �nformas� pasar, serta terbatasnya kemampuan tekn�s �nst�tus� dan pelaku pemasaran. Penurunan harga pada saat panen raya cenderung merug�kan petan�, sebal�knya pada saat tertentu pada mus�m pacekl�k dan har�-har� besar, harga pangan men�ngkat t�ngg� menekan konsumen, tetap� kena�kan harga tersebut ser�ng t�dak d�n�kmat� oleh petan� produsen.
10. Khusus untuk beras, yang pada saat �n� peranannya cukup sentral karena akt�v�tas produks� h�ngga konsums�nya mel�batkan hamp�r seluruh masyarakat, pemer�ntah sangat memperhat�kan kestab�lan produks� maupun harganya. Harga yang relat�f stab�l dan d�jaga kewajarannya bag� produsen dan konsumen, akan leb�h member�kan kepast�an penghas�lan dan �nsent�f berproduks� kepada petan� dan sekal�gus menjaga kelangsungan daya bel� konsumen. Dalam era perdagangan bebas (global�sas�) dan reformas� pemer�ntahan saat �n�, fungs� dan kewenangan lembaga-lembaga negara sepert� Kementer�anKeuangan, Bank Indones�a BRI, Bulog, termasuk keb�jakan subs�d� yang dahulu sangat berperan dalam menunjang stab�l�sas� s�stem perberasan, telah mengalam� deregulas� meng�kut� asas mekan�sme pasar bebas. Keb�jakan harga dasar menjad� sul�t d�pertahankan karena pemer�ntah t�dak dapat lag� memb�aya� pembel�an gabah dan operas� pasar dalam jumlah besar, dan Bulog t�dak lag� memegang hak monopol�. Dalamkond�s� dem�k�an pemer�ntah harus mengupayakan cara-cara
111
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
111
la�n untuk menjaga kestab�lan harga dan member�kan �nsent�f berproduks� kepada petan�.
11. Terbatasnya kemampuan kelembagaan produks� petan� karenaterbatasnya dukungan teknolog� tepat guna, akses kepada sarana produks�, serta kemampuan pemasarannya. Adalah tantangan bag� �nst�tus� pelayanan yang bertugas member�kan kemudahan bag� petan� dalam menerapkan �ptek, memperoleh sarana produks� secara enam tepat, dan memb�na kemampuan manajemen agr�b�sn�s serta pemasaran, untuk men�ngkatkan k�nerjanya memfas�l�tas� pengembangan usaha dan pendapatan petan� secara leb�h berhas�l guna.
12. Terbatasnya kelembagaan yang menyed�akan permodalan bag� usahatan� d� perdesaan, dan prosedur penyaluran yang kurang mengapres�as�kan s�fat usahatan� dan res�ko yang d�hadap�, merupakan kendala bag� berkembangnya usahatan�. Dem�k�an pula, kurang memada�nya prasarana f�s�k menjad� kendala berkembangnya �ndustr� hulu dan h�l�r sebaga� wahana bag� pen�ngkatan pendapatan petan� d� perdesaan.
4.3.5. Dampak Pertambahan Penduduk Terhadap Pengentasan Kemiskinan, Akses Pangan, dan Perubahan Gaya Hidup
Laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan terus men�ngkat namun t�dak d��kut� oleh men�ngkatnya kual�tas sumberdaya manus�a merupakan tantangan yang harus d�hadap� dan d�ant�s�pas� oleh negara k�ta. Hal �n� menyebabkan berbaga� persoalan yang terjad� d� dalam masyarakat, d�antaranya mas�h t�ngg�nya penduduk m�sk�n, t�ngg�nya angka kemat�an �bu dan bay�, rendahnya t�ngkat dan kual�tas pend�d�kan, merebaknya berbaga� penyak�t menular, dan ser�ng terjad�nya bencana alam ak�bat kerusakan l�ngkungan h�dup.
Dengan laju pertumbuhan penduduk d� Indones�a yang mas�h t�ngg�, maka dapat menjad� ancaman yang cukup besar dalam upaya
112
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
112
penyed�aan pangan nas�onal. Hal �n� karena dengan semak�n bertambahnya jumlah penduduk maka perm�ntaan pangan akan semak�n men�ngkat sejalan dengan pertumbuhan ekonom�, daya bel� masyarakat, dan perubahan selera. D�nam�ka dar� s�s� perm�ntaan �n� menyebabkan kebutuhan pangan men�ngkat dalam jumlah, mutu, keragaman jen�s dan keamanannya.
Sementara �tu, kapas�tas produks� pangan nas�onal, terkendala oleh karena adanya kompet�s� pemanfaatan dan penurunan kual�tas sumberdaya alam dan penerapan teknolog� yang belum opt�mal. Apab�la permasalahan �n� t�dak dapat d�ant�s�pas� dengan ba�k, maka d�khawat�rkan akan dapat mengganggu neraca pangan nas�onal dalam jangka panjang. Oleh karena �tu, pembangunan ketahanan pangan nas�onal memerlukan dukungan pengelolaan sumber daya alam yang opt�mal, penyed�aan prasarana dan sarana pertan�an, pengembangan dan penerapan teknolog� tepat guna, serta pengembangan SDM yang memada�.
D�s�s� la�n untuk dapat memenuh� pangan ak�bat men�ngkatnya jumlah penduduk, Indones�a menghadap� tantangan yang t�dak r�ngan, menguatnya masalah pencemaran l�ngkungan dan penurunan keanekaragaman hayat� terjad� ak�bat �ntens�fnya penggunaan agro�nput. Keberlanjutan dalam s�stem produks� bahan pangan ak�bat degradas� lahan dan kual�tas l�ngkungan yang terus berlangsung serta fenomena pemanasan global mem�cu terjad�nya perubahan �kl�m.
Untuk �tu sektor pertan�an mem�l�k� mult�fungs� yang mencakup aspek produks� atau ketahanan pangan, pen�ngkatan kesejahteraan petan� atau pengentasan kem�sk�nan, dan menjaga kelestar�an l�ngkungan h�dup. Bag� Indones�a, n�la� fungs� pertan�an tersebut perlu d�pert�mbangkan dalam penetapan keb�jakan struktur �nsent�f sektor pertan�an. Kom�tmen dukungan �nsent�f melalu� pemahaman peran mult�fungs� pertan�an perlu d�def�n�s�kan secara luas, bukan saja �nsent�f ekonom� (subs�d� dan proteks�), tetap� juga
113
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
113
dukungan pengembangan s�stem dan usaha agr�b�sn�s dalam art� luas. Pengembangan lahan pertan�an abad� akan dapat d�wujudkan j�ka sektor pertan�an dengan n�la� mult�fungs�nya dapat member�kan manfaat bag� pen�ngkatan kesejahteraan petan� dan pengentasan kem�sk�nan.
Kendala untuk dapat men�ngkatkan akses bag� semua �nd�v�du agar dapat menjad� sumberdaya manus�a yang berkual�tas untuk h�dup sehat dan akt�f adalah pengembangan sektor pertan�an melalu� d�vers�f�kas� usaha tan� berbas�s sumberdaya lokal ba�k d� lahan sawah, lahan ker�ng maupun lahan pekarangan. Beberapa tantangan yang d�hadap� dalam pen�ngkatan komod�tas pangan melalu� keg�atan usaha d�vers�f�kas� usaha tan� antara la�n adalah: (a) akses petan� terhadap sumber permodalan untuk mendukung pengembangan komod�tas bern�la� ekonom� t�ngg�; (b) akses petan� terhadap sumber produks� (pupuk, ben�h, a�r, teknolog�); (c) akses�b�l�tas terhadap teknolog� usaha tan� non beras; (d) manajemen petan� melalu� perba�kan pelayanan penyuluhan, khususnya dalam pengembangan komod�tas nonberas; (e) pengembangan �nfrastruktur �r�gas� pompa untuk mempercepat perkembangan d�vers�f�kas� usaha tan�; (f)pen�ngkatan produkt�v�tas usaha tan� atau �mplementas� program stab�l�sas� harga untuk komod�tas yang mem�l�k� r�s�ko t�ngg� tetap� t�ngkat prof�tab�l�tasnya t�ngg�; (g) pemberdayaan kelembagaan kelompok tan� dan pembangunan jar�ngan kerja dengan �nvestor dalam rangka mengatas� masalah permodalan dan pemasarankomod�tas alternat�f; dan (h) pengembangan �nfrastruktur (f�s�k dan kelembagaan) d� t�ngkat usaha tan�, pengolahan dan pemasaran, dan kerja sama dengan p�hak terka�t dalam rangka pen�ngkatan ef�s�ens� pemasaran dan stab�l�sas� harga khususnya untuk komod�tas palaw�ja dan hort�kultura.
Sela�n d�hadapkan pada tantangan penyed�aan pangan yang terus men�ngkat dengan semak�n men�ngkatnya jumlah penduduk, d�s�s� la�n Indones�a d�hadapkan pada masalah penanganan
114
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
114
kem�sk�nan ba�k kem�sk�nan absolut maupun kem�sk�nan relat�f. Tantangan yang d�hadap� dalam pengentasan kem�sk�nan antara la�n adalah mengembangkan kesetaraan pos�s� dan kemampuan masyarakat d�mana fokus penanganan masalah pengentasan kem�sk�nan d�dasarkan pada permasalahan pokok yang d�hadap� masyarakat melalu� pengembangan �nstrumen keb�jakan yang relevan.
Ada semb�lan d�mens� kem�sk�nan yang d�gunakan sebaga� bahan pert�mbangan dalam pengentasan kem�sk�nan, ya�tu: (a)ket�dakmampuan memenuh� kebutuhan dasar (pangan, sandang, dan perumahan); (b) akses�b�l�tas ekonom� yang rendah terhadap kebutuhan dasar la�nnya (kesehatan, pend�d�kan, san�tas� yang ba�k, a�r bers�h, dan transportas�); (c) lemahnya kemampuan untuk melakukan akumulas� kap�tal; (d) rentan terhadap goncangan faktor eksternal yang bers�fat �nd�v�dual maupun massal; (e) rendahnya kual�tas sumber daya manus�a dan penguasaan sumber daya alam; (f)ket�dakterl�batan dalam keg�atan sos�al kemasyarakatan; (g)terbatasnya akses terhadap kesempatan kerja secara berkelanjutan; (h)ket�dakmampuan untuk berusaha karena cacat f�s�k maupun mental; dan (�) ket�dakmampuan dan ket�dakberuntungan secara sos�al.
Perubahan �kl�m mengancam berbaga� upaya Indones�a untuk memerang� kem�sk�nan. Dampak dar� perubahan �kl�m dapat memperparah berbaga� r�s�ko dan kerentanan yang d�hadap� oleh rakyat m�sk�n, serta menambah beban persoalan yang sudah d� luar kemampuan mereka untuk menghadap�nya. Dengan dem�k�an, perubahan �kl�m menghambat upaya orang m�sk�n untuk membangun keh�dupan yang leb�h ba�k bag� d�r� send�r� dan keluarga mereka. Walaupun berdasarkan data BPS dampak dar� pembangunan nas�onal pasca kr�s�s secara nyata telah mampu penurunan terhadap jumlah penduduk m�sk�n (Tabel 4.5.).
Pada umumnya karakter�st�k penduduk m�sk�n secara spes�f�k antara la�n adalah: (a) sebag�an besar t�nggal d� perdesaan dengan
115
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
115
mata pencahar�an dom�nan berusaha send�r� d� sektor pertan�an (60persen); (b) sebag�an besar (60 persen) berpenghas�lan rendah dan mengkonsums� energ� kurang dar� 2.100 kkal/har�; (c) propors� pengeluaran pangan (> 60 persen) dan kecukupan g�z� (energ� <80persen), propors� rumah tangga rawan pangan nas�onal mencapa� sek�tar 30 persen; dan (d) penduduk m�sk�n dengan t�ngkat sumber daya manus�a yang rendah umumnya t�nggal d� w�layah marg�nal,dukungan �nfrastruktur terbatas, dan t�ngkat adops� teknolog� rendah. Sedangkan kem�sk�nan yang d�hadap� oleh petan� send�r� sebag�an besar d�sebabkan karena kurangnya akses untuk mendapatkan barang, jasa, aset dan peluang untuk memperoleh peluang pent�ng yang menjad� hak set�ap orang.
Tabel 4.5. Perkembangan Jumlah Penduduk M�sk�n 2005-2008
No Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000)
Jumlah Penduduk (000)
Persentase Penduduk Miskin (%)
1 2005 36.802 219.852 16,742 2006 39.296 222.747 17,643 2007 37.168 225.642 16,474 2008 34.963 228.523 15,30
Sumber : BPS (Diolah BKP)
Dar� total jumlah penduduk m�sk�n tersebut, sek�tar 68 persen berada d� perdesaan yang menggantungkan nas�bnya pada sektor pertan�an, sedangkan s�sanya d� perkotaan. Meng�ngat bahwa sebag�an besar mata pencahar�an penduduk d� w�layah perdesaan bergantung pada sektor pertan�an, maka hal �n� berart� bahwa permasalahan kem�sk�nan sangat terka�t dengan sektor pertan�an.
Oleh karena �tu sektor pertan�an mempunya� peran yang sangat strateg�s dalam pengentasan penduduk m�sk�n d� w�layah perdesaanmeng�ngat bahwa sebag�an besar penduduk m�sk�n d� w�layah perdesaan mas�h sangat bergantung pada sektor tersebut. Sektor
116
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
116
pertan�an merupakan sektor yang sangat strateg�s untuk d�jad�kan sebaga� �nstrumen dalam pengentasan penduduk m�sk�n.
Pemberantasan kem�sk�nan merupakan masalah pembangunan yang sangat kompleks dan mempunya� d�mens� tantangan lokal, nas�onal maupun global, maka dalam pengembangan sektor pertan�an akan menjad� suatu tantangan yang cukup besar untuk dapat member�kan kontr�bus� dalam penurunan jumlah penduduk m�sk�n d� w�layah perdesaan. Oleh karena �tu tantangan dalam perencanaan pembangunan 5 tahun ke depan antara la�n :1. menekan laju pertumbuhan penduduk agar dapat mengurang�
jumlah penduduk m�sk�n sebesar 1 persen per tahun dan pen�ngkatan kesempatan kerja
2. pemerataan pembangunan yang ter�ntegaras� antar sektor, antar subsektor dalam sektor pertan�an dan antar lap�san masyarakat agar t�dak ada lag� lap�san masyarakat yang tert�nggal seh�ngga pertumbuhan ekonom� secara keseluruhan dapat men�ngkat
3. perencanaan dan pengawasan pembangunan pertan�an yang berbas�s pada part�s�pas� petan�, penguatan kelembagaan petan�, pengembangan jar�ngan pemasaran dan d�str�bus�
4. perubahan pola konsums� dan produks� yang menunjang kelestar�an dan keberlanjutan dar� pengembangan sektor pertan�an
5. perl�ndungan dan pengelolaan sumber daya alam secara lestar� untuk dapat segera mengatas� kerusakan lahan, degradas� dan pencemaran l�ngkungan yang terjad� selama �n� sebaga� ak�bat langsung dar� penggunaan dan pemanfaatan sumber daya alam – terutama yang yang tak terbarukan – secara berleb�han
6. alokas� anggaran yang cukup untuk dapat mengembangkan dan mendukung sektor pertan�an mula� dar� hulu (lahan, ben�h, pupuk, sarana prasarana pendukung produks�–h�ngga h�l�r (pengolahan pasca panen/ agro�ndustr�) agar mampu
117
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
117
menyed�akan bahan pangan yang aman, jumlah yang cukup serta mudah d�akses oleh masyarakat
Dalam konteks Indones�a, konst�tus� sudah menjam�n bahwa hak bag� set�ap orang untuk mengembangkan d�r� melalu� pemenuhan kebutuhan dasarnya. Negara menjam�n pemenuhan semua kebutuhan dasar dan pemer�ntah member�kan kebebasan bag� rakyat untuk menanam jen�s tanaman pangan tertentu sesua� kear�fan lokal mas�ng-mas�ng daerah serta member�kan akses ekonom�s kepada rakyatnya.
Dalam mengembangkan produks� bahan pangan dan mengembangkan d�vers�kas� pangan harus mengacu pada sumberdaya lokal dan budaya lokal yang ada, serta pola makan yang d�anut oleh masyarakat Indones�a. Oleh karena �tu sejalan dengan berkembangnya�ndustr� pangan dan �ndustr� makanan olahan, maka ke depan masyarakat akan d�hadapkan pada banyak p�l�han makanan yang sesua� selera tanpa kendala keuangan. Preferens� dan selera seseorang akan mengalam� perubahan dar� p�l�han makanan yang sederhanadengan harga murah untuk dapat memenuh� kebutuhan dasarnya yang semula hanya terfokus pada pangan sumber karboh�drat kemakanan yang juga sumber prote�n, v�tam�n dan m�neral untuk memenuh� kebutuhan pangan yang beragam berg�z� se�mbang agar dapat h�dup sehat dan produkt�f.
Sela�n �tu mula� terjad� perubahan dalam ps�kolog�s seseorang dalam bentuk �ng�n mencoba makanan la�n yang leb�h mempunya� unsur “kegengs�an” yang merupakan salah satu cara untuk memenuh� perubahan gaya h�dup yang leb�h mapan dan modern. Seh�ngga muncul �st�lah bahwa perubahan gaya h�dup (lifestyle) akan mengubah gaya makan (eat style).
Meng�ngat d� Indones�a pasar cukup besar untuk �ndustr� pangan dan �ndustr� makanan olahan maka pemenuhan kebutuhan pangan yang sesua� dengan gaya h�dup akan merupakan tantangan yang d� hadap� ke depan khususnya dalam mengembangkan tehnolog�
118
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
118
pangan, �ndustr� pangan dan �ndustr� makanan olahan berbas�s pada bahan pangan lokal dan budaya lokal, agar dapat memenuh� selera konsumen serta member�kan �kl�m yang kondus�f bag� berkembangnya �ndustr� pangan maupun makanan olahan ba�k d� prov�ns� dan kabupaten/kota. Oleh karena �tu pemer�ntah harus dapat melakukan rekontruks� pola h�dup rakyat yang t�mbul dar� alam bawah sadar yang selama �n� mengakar kuat. Dekontruks� budaya yang hanya mengkonsums� beras sebaga� makanan pokok dapat d�ubah untuk mengkonsums� makananan beragam dan berg�z� se�mbang agar dapat h�dup sehat dan produkt�f antara la�n dengan menggunakan berbaga� macam cara ya�tu ba�k melalu med�a massa/elektron�k, sem�nar, jargon-jargon untuk dapat merubah pola kebudayaan masyarakat yang dapat melawan berbaga� masalah pangan d� Indones�a. Bentuk dan jen�s pangan olahan yang berbas�s pada bahan pangan lokal terus d�kembangkan sesua� dengan selera (preferens�) dan budaya masyarakat.
119
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
118
BAB VKEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN NASIONAL
Pemer�ntah Indones�a d�tuntut untuk memenuh� kom�tmen MDGs ya�tu menurunkan propors� penduduk yang kekurangan pangan atau yang rentan terhadap kerawanan pangan h�ngga separuh pada tahun 2015. Namun, s�tuas� dun�a saat �n� menghadap� tantangan yang mempengaruh� produks� pangan antara la�n: perubahan �kl�m globalyang kurang kondus�f, perubahan tata ekonom� global yang berpengaruh terhadap ekonom� dalam neger� dan la�n sebaga�nya. D� samp�ng �tu, kenyataan menunjukkan bahwa daya dukung alam untuk produks� pangan juga cenderung terus menurun, d�antaranya ketersed�aan lahan subur semak�n menyemp�t sebaga� ak�bat dar� terjad�nya al�h fungs� lahan dan terjad�nya degradas� l�ngkungan seh�ngga menurunkan produkt�v�tas dan produks� has�l pertan�an. Sementara, kebutuhan pangan justru terus men�ngkat se�r�ng dengan laju pertumbuhan penduduk yang pesat.
Sela�n menghadap� kendala tersebut d� atas, pemer�ntah juga menghadap� kendala daya dukung sumberdaya manus�a yang mas�hkurang memuaskan. Human Development Report 20091
Dengan menghadap� berbaga� masalah dan tantangan tersebut, ke depan pemer�ntah tetap harus dapat mewujudkan ketahanan pangan
mencatat bahwa per�ngkat Indeks Pembangunan Manus�a (IPM) Indones�a mas�h relat�f rendah, ya�tu per�ngkat 111 dar� 182 negara. Untuk �tu, pemer�ntah berkewaj�ban memberdayakan masyarakat untuk b�sa mendukung pen�ngkatan produks� dan produkt�v�tas pangan, seh�ngga kesenjangan antara kond�s� saat �n� dan kond�s� �deal yang d�harapkant�dak terlalu lebar.
1 Sumber : UNDP. Human Development Report 2009.
120
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
119
nas�onal. Hal tersebut berart� bahwa pemer�ntah harus mampu meny�apkan fondas� atau pre-condition untuk terus menyed�akan pangan dalam jumlah yang cukup, bermutu dan aman, terutama dar� produks� dalam neger� dan mend�str�bus�kannya secara merata ke berbaga� w�layah Indones�a dar� waktu ke waktu dengan harga terjangkau.
Untuk mencapa� ketahanan pangan yang berkelanjutan, serangka�an keb�jakan perlu d�pers�apkan secara terencana dan s�stemat�k, agar tujuannya dapat tercapa�.
5.1. Arah dan Tujuan Kebijakan
Secara umum tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah untuk membangun ketahanan dan kemand�r�an pangan ba�k d� t�ngkat makro (nas�onal) maupun d� t�ngkat m�kro (rumahtangga/�nd�v�du).Pembangunan ketahanan pangan merupakan bag�an �ntegral dar� pembangunan nas�onal yang harus d�rumuskan secara terpadu dan seras�. Dalam RPJMN 2010-2014, pembangunan ketahanan pangan menjad� program pr�or�tas ke-5 untuk menjawab sejumlah tantangan yang d�hadap� oleh bangsa dan negara d� masa mendatang. Arah pembangunan ketahanan pangan dalam RPJMN 2010-2014 adalah untuk men�ngkatkan ketahanan dan kemand�r�an pangan, melalu� pen�ngkatan produks� dan produkt�v�tas, pen�ngkatan n�la� tambah dan daya sa�ng, serta pen�ngkatan kapas�tas masyarakat pertan�an, per�kanan dan kehutanan.
Arah pembangunan ketahanan pangan juga mengacu pada has�l KTT Pangan 2009, yang antara la�n menyepakat� untuk menjam�n pelaksanaan langkah-langkah yang mendesak pada t�ngkat nas�onal, reg�onal dan global untuk mereal�sas�kan secara penuh target MDGs Nomor 1 dan WFS 1996, ya�tu mengurang� penduduk dun�a
121
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
120
yang mender�ta karena lapar dan malnutr�s� setengahnya pada tahun 2015. Dengan dem�k�an, mengacu pada RPJMN dan kesepakatan KTT Pangan tersebut, arah keb�jakan umum pembangunan ketahanan pangan nas�onal 2010-2014 adalah untuk: (a) men�ngkatkan ketersed�aan dan penanganan kerawanan pangan; (b) men�ngkatkan s�stem d�str�bus� dan stab�l�sas� harga pangan; dan (c) men�ngkatkan pemenuhan kebutuhan konsums� dan keamanan pangan.
Dalam hal pen�ngkatan ketersed�aan dan penanganan kerawanan pangan, keb�jakan ketahanan pangan d�arahkan untuk: (a) men�ngkatkan dan menjam�n kelangsungan produks� pangan d� dalam neger� menuju kemand�r�an pangan; (b) mengembangkan kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemer�ntah dan masyarakat secara s�nerg�s dan part�s�pat�f; dan (c) mencegah dan menanggulang� kond�s� rawan pangan secara d�nam�s.
Keb�jakan untuk men�ngkatkan ketersed�aan pangan dar� sektor pertan�an mengacu pada Rencana Strateg�s Pembangunan Pertan�an Tahun 2010-2014 yang d�arahkan untuk mencapa� ”Empat Sukses” ya�tu sukses dalam: (a) Swasembada Berkelanjutan; (b) D�vers�v�kas� Pangan; (c) N�la� Tambah, Daya Sa�ng, dan Ekspor; dan (d) Pen�ngkatan Kesejahteraan Petan�.
Sementara �tu, pen�ngkatan ketersed�aan pangan dar� sektor per�kanan dan kelautan d�pr�or�taskan pada daerah yang mem�l�k� potens� kelautan dan per�kanan yang besar dan d�arahkan untuk: (a) pengembangan sumber daya kelautan, pes�s�r dan pulau-pulau kec�l, (b) pen�ngkatan produkt�v�tas sumber daya per�kanan tangkap, dan (c) pen�ngkatan produks� per�kanan bud�daya, dan pen�ngkatan daya sa�ng produk per�kanan. Dem�k�an pula, pemanfaatan potens� dan kawasan hutan terka�t pangan d�arahkan untuk menyangga s�stem pertan�an pangan (life supporting system) dan menyed�akan sumber pangan
122
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
121
(forest for food production) yang d�konsentras�kan pada Hutan L�ndung dan Hutan Konservas�.
Dalam aspek pen�ngkatan s�stem d�str�bus� dan stab�l�sas� harga pangan, keb�jakan ketahanan pangan d�arahkan untuk: (a) mengembangkan s�stem d�str�bus� yang efekt�f dan ef�s�en untuk menjam�n stab�l�tas pasokan dan harga pangan; (b) mengembangkan koord�nas� s�nerg�s l�ntas sektor dalam pengelolaan d�str�bus�, harga dan akses pangan; dan (c) men�ngkatkan peran serta kelembagaan masyarakat dalam kelancaran d�str�bus�, kestab�lan harga dan akses pangan.
Dalam hal pen�ngkatan pemenuhan kebutuhan konsums� dan keamanan pangan, keb�jakan ketahanan pangan d�arahkan untuk: (a) mempercepat penganekaragaman konsums� pangan berbas�s pangan lokal; (b) mengembangkan teknolog� pengolahan pangan, terutama pangan lokal non beras dan ter�gu, guna men�ngkatkan n�la� tambah dan n�la� sos�al; dan (c) mengembangkan keamanan pangan segar d� daerah sentra produks� pangan.
Untuk keberhas�lan �mplementas� keb�jakan-keb�jakan tersebut, d�perlukan keb�jakan-keb�jakan pendukung yang d�arahkan untuk pen�ngkatan n�la� tambah, daya sa�ng, dan pemasaran produk pertan�an serta pen�ngkatan kapas�tas masyarakat pertan�an, per�kanan dan kehutanan, antara la�n: (a) memfas�l�tas� penel�t�an dan pengembangan pangan; (b) men�ngkatkan kerjasama �nternas�onal; (c) men�ngkatkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat; (d) menguatkan kelembagaan dan koord�nas� ketahanan pangan; dan (e) mendorong terc�ptanya keb�jakan makro ekonom� dan perdagangan yang kondus�f bag� ketahanan pangan.
123
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
122
5.2. Sasaran Kebijakan Ketahanan Pangan
Terc�ptanya kemand�r�an dalam b�dang pangan pada akh�r tahun 2014 d�tanda� dengan men�ngkatnya ketahanan pangan masyarakat berupa:
1. D�pertahankannya ketersed�aan energ� per kap�ta m�n�mal 2.200 kkal/har�, dan penyed�aan prote�n per kap�ta m�n�mal 57 gram/har�.
2. Tercapa�nya pen�ngkatan konsums� pangan per kap�ta untuk memenuh� kecukupan energ� m�n�mal 2.000 kkal/har� dan prote�n sebesar 52 gram/har�.
3. Tercapa�nya pen�ngkatan kual�tas konsums� pangan masyarakat dengan skor pola pangan harapan (PPH) m�n�mal 1,7 persen per tahun (Tabel 5.1.).
Tabel 5.1. Sasaran Skor PPH 2010-2014
Tahun Skor PPH2010 86,42011 88,12012 89,82013 91,52014 93,3
Sumber : Kementerian Pertanian (Diolah BKP)
4. Berkurangnya jumlah penduduk rawan pangan kron�s (yang mengkonsums� < 70 persen AKG, termasuk bal�ta dan �bu ham�l kurang g�z�) dan penduduk m�sk�n m�n�mal 0,5 persen per tahun (Tabel 5.2).
124
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
123
Tabel 5.2. Sasaran Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan 2010-2014
TahunJumlah penduduk
sangat rawan pangan Persentase (%)(<70% AKG)
2010 23.525.330 10,052011 22.591.984 9,532012 21.626.739 9,022013 20.629.772 8,512014 19.601.736 8,00
Sumber : Kementerian Pertanian (Diolah BKP)
5. Tercapa�nya kemand�r�an pangan melalu� pencapa�an swasembada berkelanjutan untuk beras, jagung dan gula konsums�, dan pencapa�an swasembada kedela� dan dag�ng sap� pada tahun 2014.
6. Tercapa�nya pen�ngkatan d�str�bus� pangan yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bag� masyarakat kelompok pendapatan menengah bawah.
7. Memba�knya akses rumahtangga golongan m�sk�n terhadap pangan.
8. Tercapa�nya pen�ngkatan cadangan pangan ba�k cadangan pangan m�l�k pemer�ntah pusat dan daerah maupun cadangan pangan masyarakat.
9. Tercapa�nya pen�ngkatan kesadaran masyarakat mengena� pent�ngnya keamanan pangan.
10. Berkembangnya kelembagaan ketahanan pangan yang ada d� masyarakat secara part�s�pat�f sebaga� upaya untuk men�ngkatkan keberdayaan dan kemand�r�an masyarakat
125
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
124
dalam menangan� kerawanan pangan dan men�ngkatkan ketahanan pangan rumah tangga.
5.3. Strategi umum
Strateg� pembangunan ketahanan pangan nas�onal mengacu pada strateg� pembangunan nas�onal dalam RPJMN, yang d�kenal dengan “triple track strategy“ ya�tu: (a) pro-growth: mendorong akseleras� pertumbuhan ekonom� melalu� pen�ngkatan �nvestas� dan ekspor; (b) pro-job: penc�ptaan lapangan kerja; dan (c) pro-poor:untuk penurunan kem�sk�nan dan kesenjangan melalu� rev�tal�sas� sektor pertan�an dan pedesaan serta pengembangan usaha kec�l menengah.
D� samp�ng �tu, strateg� untuk menuju ketahanan dan kemand�r�an pangan juga mengacu pada ”l�ma pr�ns�p” Roma yang d�has�lkan dar� KTT Pangan tahun 2009, secara r�ngkas ya�tu :
1. Melakukan pembangunan melalu� pendekatan jalur ganda (twin-track approach) ya�tu dengan menggerakkan seluruh komponen bangsa (pemer�ntah, masyarakat, LSM, organ�sas� profes�, organ�sas� massa, organ�sas� sos�al dan pelaku usaha) untuk: - membangun ekonom� berbas�s pertan�an dan pedesaan
untuk men�ngkatkan produks� pangan dan pertan�an, menyed�akan lapangan kerja dan pendapatan/daya bel�
- memenuh� pangan bag� kelompok masyarakat m�sk�n dan rawan pangan melalu� pember�an bantuan langsung pangan dan pemberdayaan masyarakat
2. Melaksanakan beberapa hal sebaga� ber�kut:- koord�nas� strateg�s pada t�ngkat nas�onal, reg�onal dan
global untuk men�ngkatkan kepemer�ntahan (governance)- memperba�k� alokas� sumberdaya
126
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
125
- mengh�ndar� dupl�kas�- meng�dent�f�kas� senjang dalam melakukan respons
terhadap permasalahan3. Menjam�n d�penuh�nya kom�tmen berkelanjutan bag� para
m�tra untuk melakukan �nvestas� d� sektor pertan�an, ketahanan pangan dan g�z�, melalu� penyed�aan sumberdaya yang d�perlukan secara tepat waktu dan dengan cara yang handal, melalu� perencanaan dan program multi-year.
Strateg� untuk pen�ngkatan produks� pangan dar� sektor pertan�an mengacu pada renstra Kementer�an Pertan�an 2010-2014,ya�tu 7 rev�tal�sas� mel�put�: (a) Rev�tal�sas� Lahan; (b) Perben�han dan Perb�b�tan; (c) Infrastruktur dan Sarana; (d) Sumber Daya Manus�a; (e) Pemb�ayaan Petan�; (f) Kelembagaan Petan�; dan (g) Teknolog� dan Industr� H�l�r.
Dalam mereal�sas�kan pen�ngkatan produks� pangan dar� sektor per�kanan d�lakukan Grand Strategy yang d�sebut “ The Blue Revolution Policies” ya�tu: (a) memperkuat kelembagaan dan sumberdaya manus�a secara ter�ntegras� untuk membangun keg�atan usaha per�kanan yang sehat; (b) pengelolaan sumberdaya kelautan dan per�kanan secara berkelanjutan dengan memperhat�kan konservas� namun tetap member� ruang bag� pengembangan ekonom� terutama untuk kawasan pulau-pulau kec�l; (c) men�ngkatkan produkt�f�tas dan daya sa�ng berbas�s pengetahuan seh�ngga mampu menghad�rkan produk yang bermutu dan memenuh� persyaratan pasar; dan (d)menc�ptakan dan memperluas akses pasar domest�k dan �nternas�onal.
Opt�mal�sas� pemanfaatan sektor kehutanan untuk mendukung ketahanan pangan d�lakukan melalu� strateg�: (a) Sustainable Forest Management; (b) dukungan penyed�aan pangan bersumber dar� hutan bag� masyarakat m�sk�n d� dalam dan d� sek�tar hutan; (c) d�vers�f�kas� pangan; dan (d) pen�ngkatan akses masyarakat m�sk�n terhadap pemanfaatan kawasan hutan, d�mana kepem�l�kan lahan mas�h berada dalam wewenang sektor kehutanan (merupakan alternat�f s�stem
127
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
126
pengelolaan kawasan hutan dalam rangka mendukung program reforma agrar�a).
5.4. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan
Upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nas�onal t�dak terlepas dar� keb�jakan umum pembangunan nas�onal yang d�arahkan kepada pemenuhan hak atas pangan, utamanya dar� produks� domest�k. Dalam kerangka dem�k�an, maka upaya mewujudkan ketahanan pangan �dent�k dengan upaya men�ngkatkan kapas�tas produks� pangan melalu� pembangunan pertan�an d�serta� keb�jakan pendukung la�n yang terka�t, seh�ngga set�ap keluarga d� Indones�a mem�l�k� kemampuan dan kesempatan yang sama dalam mengakses pangan. Keb�jakan tersebut d�rangkum dalam beberapa elemen pent�ng yang d�harapkan dapat menjad� panduan bag� pemer�ntah, swasta dan masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan d� t�ngkat rumah tangga, t�ngkat w�layah, dan t�ngkat nas�onal. Sela�n member�kan arah keb�jakan yang leb�h jelas dan mudah d�cerna, pemer�ntah berperan dalam menjabarkan secara r�nc� keb�jakan-keb�jakan la�n yang dapat mendukung terwujudnya pembangunan ketahanan pangan melalu� �ndustr�al�sas� pertan�an untuk men�ngkatkan produks� pertan�an yang berdaya sa�ng d� pasar nas�onal maupun �nternas�onal, serta dengan tetap berp�hak kepada petan� kec�l.
Beberapa but�r pent�ng dalam keb�jakan umum ketahanan pangan adalah sebaga� ber�kut:A. Meningkatkan Ketersediaan Pangan d�lakukan melalu�
upaya :
1. Menata pertanahan dan tataruang wilayah. Keg�atan�n� dapat d�lakukan melalu�: (a) pengembangan reforma
128
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
127
agrar�a dengan menata kembal� kepem�l�kan, penguasaanserta pemanfaatan lahan usaha dan lahan pertan�an untuk memenuh� sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat, kead�lan sos�al dan kelestar�an sumberdaya alam. Hal �n� dapat d�laksanakan melalu� penyusunan keb�jakan operas�onal dan petunjuk pelaksanaan dengan merujukpada Undang-Undang No. 5/1960 tentang Pokok Agrar�a, serta melaksanakannya secara terdesentral�sas� dan part�s�pat�f meng�kutsertakan unsur-unsur masyarakat; (b)penyusunan tata ruang daerah dan w�layah yang merujuk kepada UU No. 26/2007 tentang Tata Ruang dan UU No. 27/2009 tentang Lahan Pertan�an Pangan Berkelanjutan yang mel�put� perba�kan Rencana Tata Ruang Daerah dan W�layah secara terkoord�nas� antar daerah/w�layah dengan mempert�mbangkan unsur-unsur sos�al, ekonom�, budaya dan kelestar�an sumberdaya alam, d�serta� penerapannya secara tegas dan kons�sten, dengan penerapan sanks� terhadap pelanggaran; (c) perba�kan adm�n�stras� pertanahan dan sert�f�kas� lahan yang mel�put� perba�kan s�stem pelayanan sert�f�kas� lahan, fas�l�tas�/dukungan proses sert�f�kas� lahan bag� masyarakat kurang mampu dan percepatan penyelesa�an masalah adm�n�stras� pertanahan secara hukum; dan (d) penerapan s�stem perpajakan progres�f bag� pelaku konvers� lahan pertan�an subur dan pemb�aran lahan pertan�an terlantar yangmel�put� penyusunan peraturan dan penerapannya secara tegas d� b�dang perpajakan atas lahan atau usaha yang dapat menghambat/memberatkan set�ap upaya mengkonvers� lahan pertan�an subur, dan atau memb�arkan lahan pertan�an terlantar.
129
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
128
2. Antisipasi perubahan iklim: adaptasi dan mitigasi.Upaya adaptas� dan m�t�gas� perubahan �kl�m dalam pembangunan pangan nas�onal d�maksudkan gunamengembangkan pertan�an yang tahan (resilience)terhadap var�ab�l�tas �kl�m saat �n� dan mendatang. M�t�gas� dapat d�lakukan d� sektor energ�, sektor pertan�an dan kehutanan, serta d� sektor kelautan dan per�kanan guna men�ngkatkan kemampuan sumberdaya pertan�an, kehutanan dan lahan d� daerah pes�s�r panta� untuk menyerap karbon seh�ngga mengurang� efek gas rumah kaca (GRK) melalu�: (a) mekan�sme pembangunan bers�h (Clean Development Mechanism, CDM), (b) penanaman mangrove dan vegetas� panta�, (c) rehab�l�tas� terumbu karang melalu� transpalantas� terumbu buatan, (d)menambah luas w�layah konservas� laut menjad� 9,5 juta hektar, dan (e) mewujudkan pengembangan pertan�an mult�kultur yang berkelanjutan. Adaptas� yang dapat d�lakukan d� sektor sumberdaya a�r, sektor pertan�an, kelautan, pes�s�r dan per�kanan, sektor �nfrastruktur, sektor kesehatan, sektor kehutanan adalah melalu� h�mbauan/ajakan kepada masyarakat untuk menyesua�kan d�r� terka�t dengan perubahan �kl�m, agar mampu mem�n�mal�sas� dampak yang telah terjad� dan mengant�s�pas� res�ko sekal�gus mengurang� b�aya yang harus d�keluarkan.
3. Meningkatkan produksi domestik: proteksi dan promosi
a. Subsidi prasarana
Subs�d� harga pupuk d�lakukan untuk meredam kena�kan harga pupuk yang ser�ng terjad� pada masa
130
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
129
tanam dan untuk mencegah kelangkaan pupuk. Harga pupuk yang terjangkau oleh petan� akan memungk�nkan petan� dapat menggunakan pupuk ber�mbang yang tepat jen�s, tepat waktu dan tepat jumlah.
Rehab�l�tas� �nfrastruktur d�lakukan melalu�pembangunan dan perba�kan sarana �r�gas� untuk penga�ran lahan pertan�an, pembangunan gudang atau lumbung pangan untuk sarana peny�mpanan produk has�l pertan�an, dan pembangunan jalan desa untuk mempermudah akses terhadap sarana produks� maupun untuk pemasaran has�l pertan�an.
Pember�an subs�d� ben�h d�lakukan untuk membantu petan� dalam mengurang� b�aya produks�nya. Sela�n �tu, perlu juga d�lakukan pengembangan ben�h/b�b�t unggul berkual�tas spes�f�k lokas�, pengembangan usaha penangkaran atau produks� ben�h/b�b�t sebar unggul berkual�tas yang spes�f�k lokas�.
Penyed�aan obat hama dan penyak�t tumbuhan yang dapat terjangkau oleh petan� kec�l, ramah l�ngkungan,t�dak membahayakan petan� pengguna dan d�aku� secara �nternas�onal aman untuk d�gunakan.
b. Subsidi modal kerja
Pen�ngkatan pemb�ayaan kelembagaan petan�/nelayan melalu� pengembangan sk�m permodalan yang kondus�f bag� petan� dan nelayan. Keg�atan �n� mel�put� upaya-upaya untuk mengatas� hambatan yang d�alam� petan�/nelayan dalam mengakses permodalan dar� lembaga keuangan perbankan dan non perbankan
131
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
130
ba�k dalam hal tekn�s adm�n�strat�f maupun beban f�nans�al yang harus d�tanggung petan�/nelayan. Berbaga� keg�atan yang telah d�laksanakan sepert� pember�an bantuan sos�al, p�njaman langsung bergul�r kepada kelompok petan�/nelayan, pengembangan usaha kred�t m�kro, pembentukan lembaga keuangan desa, pengembangan koperas� s�mpan p�njam, d�kembangkan dan d�t�ngkatkan kual�tasnya agar leb�h efekt�f dalam membantu menyed�akan modal usaha dan mend�d�k ked�s�pl�nan mengelola p�njaman pada petan�/nelayan
c. Perlindungan pasar domestik
Dalam menghadap� era perdagangan global, perl�ndungan pasar dalam neger� atau domest�k perlud�lakukan untuk mengamankan produsen/konsumen dar� praktek perdagangan �nternas�onal yang t�dak ad�l. Pasar domest�k harus terl�ndung� dar� serbuan produk �mpor legal maupun �llegal, melalu� penerapan keb�jakan tar�f dan non tar�f (Technical barrier, Sanitary dan Phytosanitary/SPS, dsb), serta mengefekt�fkan pengawasan melalu� perkarant�naan dan bea cuka� d� berbaga� pelabuhan/tempat masuknya barang. D� samp�ng �tu, pemer�ntah perlu mengevaluas� keb�jakan m�kro maupun makro yang menyebabkan b�aya produks� menjad� t�ngg� dan menc�ptakan keb�jakan terpadu d� dalam neger� yang dapat menjad� daya tar�k �nvestor. Untuk merangsang pen�ngkatan produks� d� dalam neger�, pemer�ntah perlu mel�ndung� produsen (petan�/pengusaha d� b�dang pangan) dengan menyed�akan �nsent�f berupa
132
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
131
subs�d�, perl�ndungan harga �nput/output, pember�an jam�nan harga, ker�nganan pajak, pengaturan tar�f,pengaturan ekspor/�mpor, dsb.
d. Akselerasi adopsi teknologi
Keg�atan �n� d�lakukan melalu� teknolog� mel�put�: (1) perak�tan teknolog� untuk menghas�lkan var�etas unggul spes�f�k lokas� untuk men�ngkatkan kual�tas dan produkt�v�tas usaha pertan�an, per�kanan dan kehutanan, dan (2) perba�kan teknolog� bud�daya untuk menekan kesenjangan has�l antara t�ngkat penel�t�an dan t�ngkat petan�, men�ngkatkan ef�s�ens� ke arah zero waste, memperba�k�/mempertahankan kesuburan lahan dan men�ngkatkan pendapatan petan�. D� samp�ng �tu, akseleras� teknolog� khusus bag� �ndustr� h�l�r d�arahkan untuk menghas�lkan produk pangan yang bermutu dan berdaya sa�ng antara la�n melalu�: (1) perak�tan dan pengembangan teknolog� pasca panen dan pengolahan tepat guna spes�f�k lokas� untuk men�ngkatkan ef�s�ens� dan kual�tas produk; (2)pen�ngkatan kesadaran dan kemampuan petan�/nelayan untuk memanfaatkan teknolog� pasca panen dan pengolahan produk yang tepat untuk men�ngkatkan ef�s�ens� dan kual�tas produk, mendorong pemanfaatan teknolog� dan peralatan tersebut melalu� penyed�aan �nsent�f bag� pelaku usaha, khususnya skala kec�l. D�samp�ng �tu d�lakukan juga upaya pen�ngkatanpengetahuan mengena� standar�sas� mutu dan produk halal, serta proses pengolahan pangan yang halal namun juga sesua� standar mutu, dan pengolahan
133
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
132
pangan yang dapat member�kan n�la� tambah yang t�ngg� namun ef�s�en dan efekt�f.
B. Mengembangkan Sistem Distribusi Pangan, d�lakukan melalu� upaya:
4. Memperlancar sistem distribusi pangan untuk pemerataan pasokan, stab�l�sas� harga dan pen�ngkatan akses pangan untuk mengant�s�pas� perubahan ekonom� global dan perubahan �kl�m global, d�lakukan melalu�:
a. Menjamin stabilitas pasokan antar wilayah dan antar waktu melalui pengembangan sistem distribusi pangan yang efektif mel�put�: (1)pengembangan teknolog� pengolahan dan peny�mpanan produk has�l panen agar tahan lama dan t�dak cepat rusak; (2) pembangunan dan rehab�l�tas� sarana dan prasarana d�str�bus� sepert� jalan, jembatan, pelabuhan, tempat pendaratan, serta s�stem angkutan umum yang menjangkau daerah-daerah terpenc�l dan rawan gangguan bencana, dan pembangunan pada segmen-segmen yang t�dak mampu d�laksanakan oleh swasta dan memfas�l�tas� peran swasta untuk mengembangkan segmen yang menguntungkan; (3)penghapusan retr�bus� produk pertan�an dan per�kanan yang mel�put� penetapan aturan penghapusan retr�bus� produk pertan�an dan per�kanan, penelaahan terhadap peraturan pemer�ntah dan pemer�ntah daerah dan membatalkannya b�la mas�h ada; (4) pember�an subs�d� transportas� bag� daerah sangat rawan dan daerah terpenc�l antara la�n dapat berupa penyed�aan pelayanan transportas� bersubs�d� oleh pemer�ntah,
134
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
133
bekerjasama dengan pemer�ntah daerah atau swasta untuk menjam�n stab�l�tas dan kont�nu�tas pasokan pangan pada daerah-daerah rawan pangan, rawan ter�solas� dan daerah terpenc�l, dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat d� daerah tersebut; dan (5)pengawasan s�stem persa�ngan perdagangan yang t�dak sehat mel�put� pengkaj�an dan penerapan regulas� perdagangan yang menjam�n proses yang ad�l dan bertanggungjawab, serta mel�ndung� para pelaku ekonom� dar� persa�ngan yang t�dak sehat, ba�k antar pelaku d� dalam neger� maupun antara pelaku d� dalam neger� dan luar neger�.
b. Mengembangkan sistem distribusi untuk meningkatkan perdagangan antar wilayah dan atau antar negara yang dapat d�laksanakan melalu� promos� produk pangan Indones�a dengan meng�kut� pameran-pameran, dan pengendal�an �mpor melalu� proteks� produk dalam neger� dar� produk luar neger� dan wabah, dan sebaga�nya.
5. Mengembangkan cadangan pangan pemerintah daerah dan masyarakat. Pengembangan cadangan pangan pemer�ntah d�t�t�kberatkan pada fas�l�tas� pengembangan cadangan pemer�ntah prop�ns�, kabupaten dan desa agar set�ap jenjang pemer�ntahan mampu mengatas� masalah kerawanan pangan sesua� kewenangan dan tanggung jawab otonom�nya. Pengembangan s�stem cadangan pangan pemer�ntah secara berjenjang �n� d�pr�or�taskan pada daerah-daerah rentan kerawanan pangan, dengan jen�s pangan serta s�stem pengelolaan yang sesua� budaya masyarakat setempat. Sedangkan pen�ngkatan cadangan
135
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
134
pangan masyarakat d�lakukan melalu� pengembangan kelembagaan ketahanan pangan lokal yang sudah mengakar d� masyarakat. Salah satu contoh kelembagaan tersebut adalah lumbung pangan masyarakat. Pengembangan lumbung pangan masyarakat d�laksanakan khususnya d� daerah rawan pangan kron�s maupun rawan pangan trans�en darurat. Melalu� pengembangan lumbung pangan yang ada d� masyarakat d�harapkan agar mas�ng-mas�ng kelompok masyarakat mampu memanfaatkan dan mengelola s�stem cadangan pangannya untuk mengatas� masalah kerawanan pangannya secara mand�r� dan berkelanjutan. Fas�l�tas� d�lakukan dalam aspek manajemen kelompok maupun aspek tekn�s pengelolaan pangan seh�ngga kual�tas dan n�la� ekonom�nya dapat d�t�ngkatkan.
6. Menjaga keterjangkauan dan stabilitas harga pangan.Untuk menghadap� fluktuas� harga pangan yang dapat mempengaruh� pendapatan produsen dan daya bel� konsumen, pemer�ntah harus secara akt�f melakukan upaya-upaya stab�l�sas� harga pangan melalu� koord�nas� dengan pengamb�l keb�jakan dan para pelaku usaha untuk mengamankan pasokan terutama pada saat terjad� gejolak harga, sepert� pada saat panen raya, pada har� besar keagamaan nas�onal, dsb. Untuk mendukung upaya stab�l�sas� harga perlu d�lakukan: (a) pemantauan dan anal�s�s harga pangan pokok dan strateg�s secara berkala untuk member�kan gambaran mengena� kond�s� harga pangan. Apab�la terjad� gejolak harga yang meresahkan masyarakat, maka pemer�ntah perlu melakukan t�ndakan �ntervens� untuk menstab�lkan kembal� harga pada t�ngkat
136
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
135
yang dapat d�ter�ma; dan (b) pengelolaan pasokan pangan dan cadangan penyangga untuk stab�l�sas� harga, yang mel�put� penyed�aan cadangan beras pemer�ntah, serta kerjasama dengan badan-badan usaha pemer�ntah dan swasta dalam penyed�aan cadangan penyangga bahan pangan la�nnya, untuk d�manfaatkan/d�mob�l�sas� apab�la terjad� kelangkaan pasokan atau gejolak harga.
7. Meningkatkan aksesilibitas atas pangan melalu� pen�ngkatan kesejahteraan masyarakat terutama dalam hal pen�ngkatan pendapatan masyarakat melalu� pemberdayaan masyarakat d� daerah m�sk�n dan rawan pangan yang mel�put� pendamp�ngan untuk men�ngkatkan kapas�tas masyarakat agar mampu memaham� peluang dan mendayagunakan sumberdaya yang d�m�l�k�nya untuk men�ngkatkan produkt�v�tas ekonom� keluarga serta penc�ptaan lapangan pekerjaan. Pen�ngkatan kapas�tas mel�put� kemampuan berorgan�sas�, bekerjasama dan pembentukan modal, keteramp�lan mengolah sumberdaya alam, serta mengelola usaha dan mengembangkan jar�ngan usaha. D�samp�ng �tu d�ber�kan pula bantuan untuk menambah asset kelompok untuk mempercepat pengembangan usahanya.
8. Menangani kerawanan pangan kronis dan transien
a. Subsidi/bantuan, dapat d�lakukan melalu� pember�an bantuan dalam bentuk food for work, pember�an bantuan dalam bentuk bantuan sos�al untuk daerah rawan pangan yang mengalam� bencana alam, pen�ngkatan efekt�v�tas program Rask�n dengan memperba�k� metoda penentuan kelompok sasaran
137
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
136
menggunakan �nformas� terk�n�, mel�batkan masyarakat desa untuk menajamkan proses seleks� kelompok sasaran, memantau dan mengawas� proses penyaluran, dan member�kan saran/umpan bal�k terhadap efekt�v�tas program Rask�n. D�samp�ng �tu juga kontr�bus� pemer�ntah setempat dalam penyed�aan b�aya d�str�bus� dar� t�ngkat desa ke t�t�k bag�.
b. Mempercepat pemberdayaan masyarakat miskinmelalu� pengembangan kelembagaan yang sudah ada d� masyarakat atau bentukan baru agar dapat mampu untuk mengatas� permasalahan kerawanan pangan yang d�hadap�nya dengan kemampuannya send�r� tanpa harus bergantung pada pemer�ntah atau orang la�n d�sek�tarnya, serta mampu untuk berpart�s�pas� dalam pembangunan ketahanan pangan d� daerahnya mas�ng-mas�ng. Hal �n� dapat d�lakukan melalu� pembentukan kelompok af�n�tas, Lembaga Keuangan Desa (LKD) dan T�m Pangan Desa (TPD) pada pengembangan Desa Mand�r� Pangan (Demapan), pemberdayaan kelompok gapoktan melalu� pember�an modal untuk perba�kan atau pembangunan lumbung pangan, pemanfaatan pangan lokal, dan pendamp�ngan oleh penyuluh untuk penguatan Lembaga D�str�bus� Pangan Masyarakat (LDPM).
c. Pengembangan isyarat dini dan penanggulangan keadaan rawan pangan dan gizi (SKPG) yang terd�r� dar� pen�ngkatan kepedul�an pemer�ntah dan masyarakat khususnya d� kabupaten terhadap manfaat s�stem �syarat d�n� serta memfas�l�tas� penerapannya sesua� kond�s� setempat. D�samp�ng �tu juga
138
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
137
memfas�l�tas� pemer�ntah daerah untuk membangun kemampuan merespon �syarat tersebut secara tepat dan cepat untuk mencegah dan mengatas� terjad�nya kerawanan pangan.
d. Pemanfaatan dan pengelolaan cadangan pangan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakatuntuk penanggulangan keadaan rawan pangan dan g�z�. Pemanfaatan cadangan pangan pemer�ntah berupa cadangan beras pemer�ntah dapat d�gunakan atas dasar perm�ntaan Gubernur/Bupat�/Wal�kota, kepada Menter� Sos�al untuk menanggulang� masalah kerawanan pangan dan g�z� d� daerahnya. Sedangkan pemanfaatan cadangan pangan pemer�ntah daerah d�koord�nas�kan oleh pemer�ntah daerah setempat sesua� dengan ketentuan yang berlaku.
C. Meningkatkan Kualitas Konsumsi Pangan, dilakukan melalui:
9. Mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan melalu�: (a) pen�ngkatan d�vers�f�kas� konsums� pangan dan g�z� se�mbang mel�put� pen�ngkatan pengetahuan dankesadaran pangan dan g�z�, keteramp�lan mengelola pangan dan konsums� dengan g�z� se�mbang, san�tas� dan keamanan d� b�dang pangan, dan sumberdaya keluarga untuk men�ngkatkan g�z�; (b) pengembangan teknolog� pangan yang mel�put� perekayasaan atau �novas� terhadap teknolog�/kear�fan lokal d� b�dang pangan, untuk men�ngkatkan kual�tas f�s�k maupun kandungan g�z�, daya s�mpan, dan daya sa�ng komod�tas pangan. Teknolog� tepat guna spes�f�k lokas� �n� membantu masyarakat dalam keg�atan produks�, cadangan, d�str�bus�, dan perdagangan
139
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
138
pangan h�ngga akt�v�tas jasa boga untuk men�ngkatkan ketersed�aan pangan serta pendapatan masyarakat; dan (c)d�vers�f�kas� usahatan� dan pengembangan pangan lokal dengan memfas�l�tas� kelompok masyarakat melalu� pendamp�ngan, �novas� terhadap kear�fan lokal dan dukungan �nput atau permodalan untuk melakukan d�vers�f�kas� usahatan�. Hal �n� untuk memperkenalkan berbaga� peluang pen�ngkatan pendapatan melalu� pendayagunaan sumber-sumber pangan lokal menjad� bahan pangan yang sehat dan berg�z�, serta t�dak kalah menar�k dengan bahan pangan produk �ndustr�. Keg�atan-keg�atan yang dapat d�lakukan antara la�n :
(�) Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pen�ngkatan g�z� keluarga antara la�n terd�r� dar� penyuluhan, b�mb�ngan dan fas�l�tas� kepada kelompok masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan sebaga� sumber pangan dan g�z� keluarga.
(��) Pen�ngkatan Keluarga Sadar G�z�. Keg�atan �n� antara la�n mel�put� penyuluhan dan b�mb�ngan sos�al kepada keluarga yang membutuhkan melalu� s�stem komun�kas�, �nformas�, dan edukas� yang sesua� dengan s�tuas� sos�al budaya dan ekonom� setempat.
(���)Penguatan Lembaga Pengelola Pangan d� Pedesaan dengan memfas�l�tas� berbaga� lembaga sos�al masyarakat d� pedesaan yang bergerak d� b�dang pangan agar mampu men�ngkatkan perannya dalam turut serta mengatas� masalah pangan dan g�z� d� l�ngkungannya, dan dapat menjad� �nsp�ras� bag� masyarakat d� sekel�l�ngnya untuk berperan serupa.
140
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
139
10. Mendorong perilaku konsumsi pangan yang dapat d�lakukan melalu� sos�al�sas� dan promos� melalu� berbaga� med�a massa cetak dan elektron�k, serta sos�al�sas� secara langsung kepada masyarakat, kampanye nas�onal d�vers�f�kas� konsums� pangan, dan memasukkan mater� tentang pangan beragam, berg�z� dan se�mbang dalam kur�kulum sekolah.
11. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan keamanan pangan d�fokuskan pada komod�tas sayur dan buah segar serta pangan segar la�nnya dan d�arahkan pada : (a) penyusunan keb�jakan dan �mplementas�nya; (b) pen�ngkatan kesadaran produsen dan konsumen dalam memproduks�, mengedarkan, perdagangan, dan mengkonsums� pangan yang aman; (c) pen�ngkatan pemahaman dan pengetahuan petugas daerah yang menangan� ketahanan pangan; (d) mon�tor�ng, pengawasan dan penguj�an keamanan pangan segar; (e) penguatan dan pemb�naan lembaga yang melakukan Otor�tas Kompetens� Keamanan Pangan (OKKPD); (f) promos� keamanan pangan segar; dan (g) pengkaj�an, pengembangan,koord�nas�, pemberdayaan, dan kerjasama kelembagaan keamanan pangan segar.
D� samp�ng �tu juga d�lakukan proteks� atau pen�ngkatan perl�ndungan atas pangan yang aman dan halal untuk d�konsums� penduduk Indones�a melalu� pen�ngkatan mutu dan keamanan pangan yang terd�r� dar�: (a) pengembangan dan penerapan s�stem mutu pada proses produks�, olahan, dan perdagangan pangan yang mel�put� perumusan danpenetapan s�stem mutu, penyuluhan, pelayanan dan fas�l�tas� penerapan s�stem mutu, pemantauan penerapan
141
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
140
s�stem mutu serta penghargaan terhadap produsen, pengolah dan pedagang d� b�dang pangan yang telah menerapkan s�stem mutu dengan ba�k; (b) pen�ngkatan kesadaran mutu dan keamanan pangan pada konsumen mel�put� pend�d�kan dan penyuluhan kepada seluruh lap�san masyarakat ba�k melalu� jalur formal maupun non formal untuk men�ngkatkan pemahaman terhadap mutu dan keamanan pangan serta dampaknya terhadap kesehatan tubuh, serta kemampuan untuk menyeleks� pangan yang bermutu dan aman d�konsums�; (c)pencegahan d�n� dan penegakan hukum terhadap pelanggaran aturan mutu dan keamanan pangan antara la�n adalah kampanye pen�ngkatan kesadaran masyarakat atas berbaga� aturan tentang mutu dan keamanan pangan, penerapan s�stem pemantauan terhadap produk pangan yang berpotens� pelanggaran dan membahayakan, serta penerapan sanks� terhadap pelanggaran. Kesadaran masyarakat atas bahaya pada bahan pangan yang d�konsums� akan member�kan kontr�bus� yang s�gn�f�kan terhadap pencegahan d�n� dan pengawasan.
12. Memfasilitasi pengembangan industri pangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) d�fokuskan pada UKM yang mem�l�k� karakter�st�k: (a) berbas�s sumberdaya lokal seh�ngga dapat memanfaatkan potens� secara maks�mal dan memperkuat kemand�r�an; (b) d�m�l�k� dan d�laksanakan oleh masyarakat lokal; (c) menerapkan teknolog� lokal (indigenous) seh�ngga dapat d�kembangkan oleh masyarakat lokal; dan (d) tersebar dalam jumlah yang banyak seh�ngga merupakan alat pemerataan yang efekt�f.
142
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
141
D. Membangun Sistem Pendukung Ketahanan Pangan yang Kondusif
13. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan ketahanan pangan. Pembangunan ketahanan pangan sangat kompleks karena terd�r� dar� berbaga� sektor yang sal�ng terka�t, untuk �tu d�perlukan adanya kerjasama yang s�nerg�s dar� seluruh stakeholder ketahanan pangan terutama masyarakat dan swasta. Pen�ngkatan peran swasta dan masyarakat dapat d�laksanakan melalu� pen�ngkatan kerjasama antara pemer�ntah dan swasta melalu� CSR (Corporate Social Responsibility) terka�t dengan pemberdayaan masyarakat d� daerah rawan pangan, men�ngkatkan keterl�batan masyarakat secara part�s�pat�f dalam penanganan kerawanan pangan, dan mewujudkan ketahanan pangan d� daerahnya mas�ng-mas�ng sesua� dengan budaya setempat.
14. Mendorong adanya kebijakan makro dan perdagangan yang kondusif
(a) Keb�jakan F�skal yang Member�kan Insent�f bag� Usaha Pertan�an. Hal �n� d�lakukan dengan pember�an ker�nganan pajak bag� para pelaku usaha d� b�dang pertan�an dan pengolahan pangan untuk mendorong pertumbuhan �nvestas� usaha berbas�s pertan�an dan pangan.
(b) Alokas� APBN dan APBD yang memada� untuk Pengembangan Sektor Pertan�an dan Pangan. Hal �n� d�lakukan dengan pen�ngkatan kepedul�an dan pember�an pemahaman serta umpan bal�k kepada lembaga pemer�ntah yang berkompeten termasuk
143
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
142
lembaga leg�slat�f, untuk member�kan anggaran memada� bag� sektor pertan�an dan pangan.
(c) Keb�jakan Perdagangan yang Member�kan Proteks� dan Promos� bag� Produk Pertan�an Strateg�s mel�put� penerapan berbaga� �nstrumen dan regulas� perdangan secara ar�f untuk mel�ndung� dar� persa�ngan yang t�dak menguntungkan dan member�kan dukungan terhadap pen�ngkatan daya sa�ng produk pertan�an strateg�s nas�onal.
(d) Melaksanakan koord�nas� strateg�s pada t�ngkat nas�onal, reg�onal dan global untuk men�ngkatkan kepemer�ntahan, memperba�k� alokas� sumberdaya, memperba�k� dupl�kas� dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungs� serta bantuan kerawanan pangan, dan meng�dent�f�kas� senjang dalam melakukan respons terhadap permasalahan.
(e) Menjam�n peran pent�ng dar� s�stem mult�lateral melalu� pen�ngkatan ef�s�ens�, koord�nas�, kemampuan merespon, dan efekt�v�tas �nst�tus� mult�lateral secara berkelanjutan.
(f) Menjam�n d�penuh�nya kom�tmen berkelanjutan bag� para m�tra untuk melakukan �nvestas� d� sektor pertan�an, ketahanan pangan dan g�z�, melalu� penyed�aan sumberdaya yang d�perlukan secara tepat waktu dan dengan cara yang handal, melalu� perencanaan dan program multi-year.
(g) Melakukan �nvestas� yang terencana d� mas�ng-mas�ng negara, yang d�arahkan untuk menyalurkan sumberdaya pada program yang d�d�sa�n secara ba�k
144
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
143
dan program yang beror�entas� kepada output, serta melakukan kem�traan global.
15. Menguatkan kelembagaan ketahanan pangan dan koordinasi antar daerah dapat d�lakukan dengan: (a)mendorong terbentuknya kelembagaan ketahanan pangan d� t�ngkat daerah prop�ns� dan kabupaten/kota sebaga�mana yang tercantum dalam Peraturan Pemer�ntah Nomor 38 tahun 2007 dan kesepakatan gubernur dan bupat�/wal�kota dalam S�dang Dewan Ketahanan Pangan tahun 2009; dan (b) men�ngkatkan peran Dewan Ketahanan Pangan dalam ketahanan pangan terutama dalam men�ngkatkan koord�nas� dan kerjasama antara �nstans� pemer�ntah, swasta, perguruan t�ngg�, dan masyarakat.
16. Peningkatan peran pimpinan formal dan nonformal dalam pembangunan ketahanan pangan
Se�r�ng dengan proses otonom� daerah yang d�atur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2000 Tentang Otonom� Daerah yang d�t�ndak lanjut� dengan Peraturan Pemer�ntah Nomor 20 Tahun 2000, peran daerah dalam men�ngkatkan ketahanan pangan d� w�layahnya menjad� semak�n men�ngkat. Searah dengan pelaksanaan keb�jakan otonom� daerah, pemer�ntah prov�ns� dan pemer�ntah kabupaten/ kota dapat berperan akt�f dalam upaya men�ngkatkan ketahanan pangan d� w�layah kerjanya. Part�s�pas� tersebut d�harapkan memperhat�kan beberapa azas, ya�tu: (a) mengembangkan keunggulan komparat�f yang d�m�l�k� oleh mas�ng-mas�ng daerah sesua� dengan potens� sumberdaya spes�f�k yang d�m�l�k�nya, serta d�sesua�kan
145
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
144
dengan kond�s� sos�al dan budaya setempat; (b) menerapkan keb�jakan yang terbuka dalam art� menselaraskan keb�jakan ketahanan pangan daerah dengan keb�jakan ketahanan pangan nas�onal; (c) mendorong terjad�nya perdagangan antar daerah; dan (d) mendorong terc�ptanya mekan�sme pasar yang berkead�lan. Dengan memperhat�kan beberapa azas keb�jakan ketahanan pangan d� daerah tersebut, beberapa hal yang perlu d�lakukan oleh pemer�ntah daerah tersebut d�antaranya mel�put�: (a)pen�ngkatan kesadaran pemer�ntah daerah tentang pent�ngnya memperhat�kan masalah ketahanan pangan d� w�layahnya; (b) perlunya apres�as� tentang b�aya, manfaat, dan dampak program pen�ngkatan ketahanan pangan d� daerah terhadap pembangunan w�layah dan nas�onal kepada para penentu keb�jakan d� daerah; (c) penyusunan perencanaan dan strateg� untuk menangan� masalah ketahanan pangan d� daerah; dan (d) pengembangan suatu wahana untuk sal�ng tukar menukar �nformas� dan pengalaman dalam menangan� masalah ketahanan pangan antar pemer�ntah daerah.
17. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan
(a) Alokas� anggaran yang memada� untuk penel�t�an dan pengembangan. Keg�atan �n� mel�put� pen�ngkatan kepedul�an berbaga� lembaga terka�t dalam pemer�ntah dan pemer�ntah daerah untuk mengalokas�kan anggaran memada� untuk penel�t�an dan pengembangan untuk menghas�lkan teknolog�, �nformas�, peralatan yang menunjang terwujudnya ketahanan pangan dan g�z�.
146
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
145
(b) Pen�ngkatan kerjasama kem�traan antar lembaga penel�t�an. Keg�atan �n� adalah mengkoord�nas�kan substans� dan memadukan sumberdaya penel�t�an untuk menjam�n ef�s�ens� dan efekt�v�tas penel�t�an, serta terlayan�nya kebutuhan masyarakat yang beragam oleh sumberdaya penel�t�an yang terbatas.
(c) Men�ngkatkan peran serta masyarakat. Hal �n� d�lakukan dengan menerapkan s�stem penghargaan t�ngkat nas�onal kepada mereka yang telah member�kan kontr�bus� yang s�gn�f�kan terhadap pembangunan d� b�dang pangan dan g�z�, untuk memot�vas� dan memperluas peranserta lembaga-lembaga pemer�ntah daerah, lembaga non-pemer�ntah, organ�sas� masyarakat maupun perorangan untuk melakukan hal serupa.
(d) Men�ngkatkan kual�tas data dan �nformas� ketahanan pangan, melalu� perba�kan metodolog� pengumpulan dan pengolahan data terka�t dengan ketahanan pangan, penyempurnaan dalam penyaj�an data, pen�ngkatan kerjasama antar �nstans� dalam pen�ngkatan kual�tas data ketahanan pangan, dan penyebaran �nformas� ketahanan pangan secara transparan ba�k d� med�a cetak maupun elektron�k, ba�k untuk �nstans� pemer�ntah, swasta dan masyarakat seh�ngga dapat men�ngkatkan peran pemer�ntah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan ketahanan pangan.
18. Melaksanakan kerjasama internasional
(a) Penggalangan kerjasama �nternas�onal dalam melawan kelaparan dan kem�sk�nan. Keg�atan �n� d�mula� dengan membangun Al�ans� Nas�onal Melawan
147
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
146
Kelaparan (ANMK), untuk: (1) membangunkepedul�an, memperkuat kom�tmen dan mendorong aks�-aks� nyata mencegah dan mengatas� masalah kelaparan; (2) membangun kem�traan antara pemer�ntah, organ�sas� pemer�ntah, pelaku usaha dalam rangka men�ngkatkan kemampuan dankreat�v�tas mengatas� masalah; dan (3) melakukan pertukaran �nformas� pengalaman berharga dar� mas�ng-mas�ng lembaga.
(b) Perba�kan k�nerja d�plomas� ekonom�, pol�t�k, sos�al, dan budaya untuk men�ngkatkan ketahanan pangan. Keg�atan �n� mel�put� pembekalan terhadap s�tuas� dan peluang kerja sama dengan berbaga� negara dan lembaga-lembaga �nternas�onal untuk mendukung pen�ngkatan ketahanan pangan, dan berdasarkan �nformas� tersebut men�ngkatkan �ntens�tas d�plomas� dengan fokus yang spes�f�k dan efekt�f.
148
149
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014
147
BAB VIRENCANA AKSI KETAHANAN PANGAN
Rencana Aks� Ketahanan Pangan per�ode 2010-2014 adalah suatu panduan pelaksanaan keb�jakan umum tersebut d� t�ngkat lapangan, sekal�gus merupakan penjabaran r�nc� dar� set�ap elemen keb�jakan dengan sasaran yang jelas, ber�kut focal point, terutama lembaga pemer�ntah yang pal�ng bertanggung jawab untuk mewujudkannya. R�nc�an �n�lah d�harapkan menjad� panduan bag� para stakeholders ketahanan pangan dar� lembaga pemer�ntah, swasta, BUMN, perguruan t�ngg� lembaga swadaya masyarakat dan kalangan masyarakat umum. Selengkapnya, matr�ks rencana aks� ketahanan pangan 2010-2014 tersebut akan d�ura�kan ber�kut �n�:
150
Kebij
akan
Umum
Keta
hana
n Pan
gan 2
010-2
014
148
Mat
riks
Ren
cana
Aks
i Keb
ijak
an U
mu
m K
etah
anan
Pan
gan
Tah
un 2
010-
2014
No
Tuj
uan
Keb
ijak
anP
rogr
am K
egia
tan
Lem
baga
Rel
evan
Indi
kato
r ke
berh
asila
n (o
utpu
t)
1M
enat
a P
erta
naha
n da
n T
atar
uang
W
�laya
h
Pen
gem
bang
an r
efor
ma
agra
r�a
deng
an m
enat
a ke
mba
l� ke
pem
�l�ka
n, p
engu
asaa
n se
rta
pem
anfa
atan
laha
n us
aha
dan
laha
n pe
rtan
�an
sesu
a� d
enga
n U
ndan
g-U
ndan
g N
o. 5
/196
0 te
ntan
g P
okok
Agr
ar�a
Uta
ma:
BP
N,
Pen
duku
ng:
Kem
enta
n, B
appe
nas,
K
emen
dagr
�, P
emda
Ter
wuj
udny
a ke
b�ja
kan
peng
elol
aan
laha
n pe
rtan
�an
yang
le
b�h
bera
dab
Pen
yusu
nan
tata
tuan
g da
erah
dan
w�la
yah,
se
baga
� am
anat
dar
� Und
ang-
Und
ang
Nom
or 2
6 T
ahun
200
7 te
ntan
g T
ata
Rua
ng.
Uta
ma:
Kem
enpu
, Pen
duku
ng:
Kem
enku
m, K
emen
tan,
BP
N,
Pem
prov
Ter
susu
nnya
RU
TR
W y
ang
dapa
t d�
akse
s ol
eh s
elur
uh la
p�sa
n m
asya
raka
tP
embe
r�an
san
ks� y
ang
sang
at b
erat
bag
� pel
aku
konv
ers�
laha
n su
bur
ber�
r�ga
s� te
kn�s
men
jad�
ke
guna
an la
�n d
� lua
rpe
rtan
�an
Uta
ma:
Bap
pena
s, P
endu
kung
: B
PN
, Kem
enta
n, P
emda
Ter
hent
�nya
fen
omen
a ko
nver
s�
laha
n su
bur
ber�
r�ga
s� y
ang
dapa
t m
en�m
-bul
kan
feno
men
a ke
t�dak
ad�la
n ba
ru.
Per
ba�k
an a
dm�n
�str
as� p
erta
naha
n da
n se
r�f�
kas�
la
han
yang
mur
ahU
tam
a: B
PN
, Pen
duku
ng:
Kem
enta
n, K
emen
dagr
�, P
emda
Ter
sele
sa�k
anny
a se
ngke
ta la
han,
te
ruta
ma
tent
ang
adm
�n�s
tras
� lah
an
Pen
yusu
nan
tata
rua
ng d
aera
h da
n w
�laya
h ya
ng
mem
pu m
endu
kung
pew
�laya
han
kom
od�ta
s un
ggul
an
Uta
ma:
Kem
enpu
Pen
duku
ng:
Kem
enta
n, B
appe
nas,
BP
N,
Pem
prov
Ter
c�pt
anya
adm
�n�s
tras
� pet
anah
an
yang
mem
ada�
dan
t�da
k m
embe
ratk
an r
akya
tP
erba
�kan
Ren
cana
Tat
a R
uang
Dae
rah
dan
W�la
yah
(RT
RW
) t�n
gkat
pro
v�ns
� sec
ara
terk
oord
�nas
� ant
ar d
aera
h/w
�lay
ah.
Uta
ma:
Bap
pena
s, P
endu
kung
: K
emen
puB
PN
, Pem
prov
dan
P
emda
(K
ab/k
ota)
Sem
ak�n
jela
snya
RT
RW
Pro
v�ns
� da
n D
aera
h de
ngan
m
empe
rt�m
bang
kan
unsu
r-un
sur
sos�
al, e
kono
m�,
buda
ya d
an
kele
star
�an
sum
berd
aya
alam
.
151
Kebij
akan
Umum
Ketah
anan
Pang
an 20
10-20
14
149
No
Tuj
uan
Keb
ijak
anP
rogr
am K
egia
tan
Lem
baga
Rel
evan
Indi
kato
r ke
berh
asila
n (o
utpu
t)
Pene
rapa
n s�
stem
per
paja
kan
prog
res�
f bag
� pe
laku
kon
vers
� lah
an p
erta
n�an
sub
ur m
elal
u�
peny
usun
an p
erat
uran
dan
pen
erap
anny
a se
cara
te
gas
b�da
ng p
erpa
jaka
n at
as la
han
atau
usa
ha
yang
dap
at m
engh
amba
t/mem
bera
tkan
kon
vers
� la
han
pert
an�a
n su
bur
Uta
ma:
Dep
kum
, Pen
duku
ng:
Kem
enpu
, BPN
, Pem
prov
dan
Pe
mda
Ber
kura
ngny
a la
ju k
onve
rs� l
ahan
sa
wah
(ber
kela
njut
an) m
enja
d�
kegu
naan
la�n
d� l
uar p
erta
n�an
2A
nt�s
�pas
� pe
ruba
han
�kl�m
: ad
apta
s� d
an
m�t�
gas�
Peny
usun
an s
�ste
m p
er�n
gata
n d�
n�, m
ula�
dar
� t�n
gkat
tekn
�s p
ola
tana
m p
anga
n, la
ngka
h he
mat
a�
r dan
pem
anen
an a
�r s
et�a
p ad
a hu
jan,
sam
pa�
pele
star
�an
sum
ber-
sum
ber a
�r d
� hul
u su
nga�
dan
hu
tan
kons
erva
s�.
Uta
ma:
Bap
pena
s, P
endu
kung
: K
emen
tan,
BM
KG
, K
emen
dagr
� dan
Pem
da
Ter
susu
nnya
dok
umen
s�s
tem
pe
r�ng
atan
d�n
�, m
ula�
dar
� asp
ek
pola
tana
m s
ampa
� pad
a pe
man
enan
a�
r
Prog
ram
pen
y�ap
an d
an p
embe
r�an
ban
tuan
da
rura
t bah
an p
anga
n da
n a�
r m�n
um/a
�r b
ers�
h j�k
a ke
ker�
ngan
mel
anda
.
Uta
ma:
Kem
enso
s,
Pend
ukun
g: K
emen
tan
Kem
enda
gr�,
Pem
da
Ter
sed�
anya
bas
�s d
ata
bag�
pe
nyal
uran
ban
tuan
dar
urat
bah
an
pang
an/a
�r b
ers�
h pa
da s
aat
keke
r�ng
an m
elan
da.
Perb
a�ka
n m
anaj
emen
s�s
tem
�r�g
as�,
peng
elol
aan
a�r d
an re
hab�
l�tas
� sum
ber-
sum
ber a
�r a
�r s
ecar
a be
rkel
anju
tan,
m�n
�mal
unt
uk m
engu
rang
� da
mpa
k ke
ker�
ngan
yan
g le
b�h
heba
t
Uta
ma:
Kem
enpu
, Pen
duku
ng:
Kem
enta
n, K
emen
dagr
�, Pe
mda
Mem
ba�k
nya
s�st
em p
enge
lola
am
a�r d
� dae
rah,
teru
tam
a pa
da s
�ste
m
kem
arau
.
Peng
uran
gan
seca
ra s
�ste
mat
�s te
rhad
ap lu
as,
�nte
ns�ta
s, d
an d
uras
� mus
�m k
emar
au k
aren
a pe
ruba
han
�kl�m
, m�s
alny
a de
ngan
“�n
jeks
�” a
�r
deng
an d
am p
ar�t,
sum
ur re
sapa
n da
n ch
anne
l re
serv
oir
.
Uta
ma:
Kem
enta
n,
Pend
ukun
g: B
MK
G
Kem
enda
gr�,
Pem
da
Ter
sele
ngga
raka
nnya
s�s
tem
�nje
ks�
a�r,
dam
par
�t, s
umur
resa
pan
yang
d�
kelo
la la
ngsu
ngol
eh m
asya
raka
t.
Penc
egah
an p
enur
unan
pro
duks
� pan
gan,
pe
rum
usan
ske
ma
perl
�ndu
ngan
pet
an� p
rodu
sen
Uta
ma:
Kem
enta
n,
Pend
ukun
g:K
emen
dagr
�, B
erku
rang
nya
kem
ungk
�nan
pro
duks
�pa
gan.
kare
na p
etan
� tel
ah d
�l�nd
ung�
152
Kebij
akan
Umum
Ketah
anan
Pang
an 20
10-20
14
150
No
Tuj
uan
Keb
ijak
anP
rogr
am K
egia
tan
Lem
baga
Rel
evan
Indi
kato
r ke
berh
asila
n (o
utpu
t)
(dan
kon
sum
en) s
ecar
a s�
stem
at�s
. Pe
mda
dar�
beb
erap
a m
acam
r�s�
ko.
Pene
l�t�a
n da
n pe
ngem
bang
an v
ar�e
tas
pang
an
yang
taha
n ke
ker�
ngan
dan
ef�
s�en
s� p
emak
a�an
a�
r per
muk
aan
dan
a�r t
anah
Uta
ma:
Kem
enta
n,
Pend
ukun
g:K
emen
dagr
�, U
n�ve
rs�ta
s, K
ad�n
, sw
asta
dan
Pe
mda
Ter
sed�
anya
var
�eta
s ba
ru y
ang
ungg
ul s
ekal
�gus
mam
pu a
dapt
as�
deng
an p
erub
ahan
�kl�m
dan
pe
man
asan
glo
bal.
3M
en�n
gkat
kan
Prod
uks�
Dom
est�k
: Pr
otek
s� d
an
Prom
os�
Pen�
ngka
tan
prod
uks�
dan
pro
dukt
�v�ta
s un
tuk
swas
emba
dako
mod
�tas
pang
an s
trat
eg�s
(ber
as,
jagu
ng, k
edel
a�, t
ebu,
dag
�ng)
Uta
ma:
Kem
enta
n Pe
nduk
ung:
K
emen
per�
n, R
�ste
k,T
erca
pa�n
ya s
was
emba
da p
anga
n st
rate
g�s
yang
ber
bas�
s pe
n�ng
kata
n pr
oduk
t�v�ta
s da
n ef
�s�e
ns� u
saha
.Pe
mbe
r�an
�nse
nt�f
s�s
tem
pro
duks
�, m
el�p
ut�
subs
�d� �
nput
per
tan�
an (p
upuk
dan
ben
�h) d
alam
ra
ngka
pen
yed�
aan
pupu
k be
r�m
bang
dan
sk�
m
perm
odal
an u
saha
per
tan�
an/p
emb�
ayaa
n ke
lem
baga
an p
etan
�.
Uta
ma:
Kem
enko
Eko
n,
Pend
ukun
g: K
emen
tan,
Kad
�n,
perb
anka
n
Sem
ak�n
mem
ada�
nya
�nse
nt�f
s�
stem
pro
duks
� bag
�pet
an� u
ntuk
m
en�n
gkat
kan
prod
uks�
-pr
oduk
t�v�ta
s
Peng
emba
ngan
ben
�h/b
�b�t
ungg
ul b
erku
al�ta
s sp
es�f
�k lo
kas�
, pen
gem
bang
an u
saha
pe
nang
kara
n at
au p
rodu
ks� b
en�h
/b�b
�t se
bar
ungg
ul b
erku
al�ta
s ya
ng s
pes�
f�k
loka
s�
Uta
ma:
Kem
enta
n Pe
nduk
ung
: BU
MN
, pem
prov
, R�s
tek
Ter
sed�
anya
ben
�h/b
�b�t
ungg
ul
yang
ber
kual
�tas
sesu
a� k
ebut
uhan
pe
tan�
Pem
ber�
an �n
sent
�f h
arga
bag
� pet
an� p
rodu
sen
(HPP
, HE
T, d
sb)
Uta
ma
: Kem
enko
Pe
reko
nom
�an
, pen
duku
ng :
Kem
enta
n
Ter
jam
�nny
a ha
rga
prod
uks�
pet
an�
dan
harg
a �n
put p
rodu
ks�
Aks
eler
as� A
dops
� Tek
nolo
g�U
tam
a: K
emen
tan
Pend
ukun
g: K
emen
per�
n,
R�s
tek
Men
�ngk
atny
a pr
oduk
pan
gan
yang
be
rmut
u da
n be
rday
asa�
ng
Peng
enda
l�an
ham
a te
rpad
uU
tam
a: K
emen
tan
pend
ukun
g : p
emda
Men
�ngk
atny
a pe
nget
ahua
n da
n ke
tera
mp�
lan
men
gena
� pe
ngen
dal�a
n ha
ma
terp
adu
153
Kebij
akan
Umum
Keta
hana
n Pan
gan 2
010-20
14
151
No
Tuj
uan
Keb
ijak
anP
rogr
am K
egia
tan
Lem
baga
Rel
evan
Indi
kato
r ke
berh
asila
n (o
utpu
t)
Pen�
ngka
tan
ef�s
�ens
� pen
anga
n pa
sca
pane
nU
tam
a: K
emen
per�
n,
Pend
ukun
g: K
emen
tan
Kad
�n,
Perb
anka
n
Men
�ngk
atny
a ef
�s�e
ns� p
asca
pan
en
Reh
ab�l�
tas�
dan
pem
bang
unan
�nfr
astr
uktu
r �r
�gas
� ser
ta m
elan
jutk
an p
rogr
am s
ejen
�s y
ang
belu
m s
eles
a� p
ada
per�
ode
sebe
lum
nya
Uta
ma:
Kem
enpu
, Pen
duku
ng:
Kem
enta
n, K
ad�n
, mas
yara
kat
Reh
ab�l�
tas�
700
.000
ha
salu
ran
�r�g
as�,
teru
tam
a d�
dae
rah
lum
bung
pa
ngan
dan
Ter
sele
sa�k
anny
a pe
mba
ngun
an p
roye
k �n
fras
truk
tur,
te
ruta
ma
yang
t�da
k se
mpa
t sel
esa�
pa
da 2
009
Pele
star
�an
sum
berd
aya
a�r
dan
peng
elol
aan
daer
ah a
l�ran
sun
ga�
Uta
ma:
Kem
enhu
t, Pe
nduk
ung:
KL
H, K
emen
tan,
sw
asta
Men
urun
nya
degr
adas
� lah
an d
an
ters
ed�a
nya
a�r
pada
mus
�m
kem
arau
Peng
atur
an �
mpo
r da
n ek
spor
pan
gan
Uta
ma:
Kem
enag
, Pen
duku
ng:
Kem
enta
n,K
emen
ko
Pere
kono
m�a
n, P
er�n
dust
r�an
, B
UM
N
Men
urun
nya
kete
rgan
tung
an
terh
adap
�mpo
r pa
ngan
dan
m
en�n
gkat
nya
eksp
or p
rodu
k pa
ngan
Pe
ngat
uran
keb
�jaka
n ta
r�f
dan
non
tar�
f, s
erta
peng
awas
an �m
plem
enta
s�ny
aU
tam
a: K
emen
keu,
Pend
ukun
g: K
emen
ko
Pere
kono
m�a
n,K
emen
tan
Ber
kura
ngny
a se
rbua
n pr
oduk
pa
ngan
�mpo
r te
ruta
ma
pan
gan
�lega
lIm
plem
enta
s� k
eb�ja
kan
San�
tary
and
ph
ytos
an�ta
ryU
tam
a: K
emen
tan
(kar
ant�n
a)
Pend
ukun
g:
Ber
kura
ngny
a w
abah
pen
yak�
t ya
ng m
asuk
mel
alu�
pan
gan
�mpo
r 4
Mem
perl
anca
r s�
stem
d�s
tr�b
us�
pang
an
Peng
emba
ngan
(pe
mba
ngun
an d
an r
ehab
�l�ta
s�)
sara
na d
asar
, jal
an d
esa
dan
jala
n us
ahat
an�
Uta
ma:
Kem
enpu
, Pen
duku
ng:
Kem
enhu
b, K
emen
dagr
�, Pe
mda
Tar
get p
enge
rasa
n ja
lan
desa
dan
ja
lan
usah
atan
�, de
ngan
pr�
or�ta
s pa
da d
aera
h lu
mbu
ng p
anga
nPe
ngha
pusa
n re
tr�b
us� p
rodu
k pe
rtan
�an
yang
m
as�h
men
tah
Uta
ma:
Kem
enke
u,
Pend
ukun
g: K
emen
tan,
H
�lang
nya
retr
�bus
� mem
bera
tkan
pe
tan�
dan
ped
agan
g ke
c�l.
154
Kebij
akan
Umum
Ketah
anan
Pang
an 20
10-20
14
152
No
Tuj
uan
Keb
ijak
anP
rogr
am K
egia
tan
Lem
baga
Rel
evan
Indi
kato
r ke
berh
asila
n (o
utpu
t)
Kem
enag
, Pem
daPe
ngaw
asan
dan
pen
gem
bang
an s
tand
ar m
utu
prod
uk p
anga
nU
tam
a: K
emen
ag, P
endu
kung
: K
emen
kes,
Kem
enpe
r�n,
BP
POM
Ter
jam
�nny
a m
utu
prod
uk p
anga
n
Pem
berd
ayaa
n or
gan�
sas�
pet
an� d
� t�n
gkat
pe
desa
anU
tam
a: K
emen
tan,
Pe
nduk
ung:
Pem
da.
Kem
enda
gr�,
Kem
enpu
Men
�ngk
atny
a po
s�s�
taw
ar p
etan
� d�
hada
pan
peng
umpu
l dan
teng
kula
k
Peng
awas
an s
�ste
m p
ersa
�nga
n pe
daga
ng y
ang
t�dak
seh
atU
tam
a: K
emen
dag,
Pe
nduk
ung:
KPP
U, P
empr
ov
dan
Pem
da
Ber
kura
ngny
a ko
lus�
har
ga a
ntar
pe
daga
ng y
ang
mer
ug�k
an p
etan
�
5M
enge
mba
ngka
n ca
dang
an p
anga
n pe
mer
�nta
h da
erah
da
n m
asya
raka
t
Peng
emba
ngan
cad
anga
n d�
set
�ap
lap�
s pe
mer
�nta
h: d
aera
h da
n de
saU
tam
a: B
ulog
, Pen
duku
ng:
Kem
enta
n K
emen
dagr
�, Pe
mda
Ter
sed�
anya
cad
anga
n pa
ngan
po
kok
d� s
et�a
p da
erah
(j�k
a pe
rlu
set�a
p de
sa)
Peng
emba
ngan
lum
bung
pan
gan
d� t�
ngka
t m
asya
raka
tU
tam
a: K
emen
dagr
�, Pe
nduk
ung:
Kem
enta
n, P
emda
Ter
�nte
gras
�nya
s�s
tem
cada
ngan
pe
mer
�nta
h da
n ca
dang
an
mas
yara
kat
Peng
elol
aan
s�st
em c
adan
gan
pang
an o
leh
mas
yara
kat,
teru
tam
a pa
da k
eada
an d
arur
at,
mas
�ng-
mas
�ng
kelo
mpo
k m
asya
raka
t
Uta
ma:
Kem
enda
gr�
Pend
ukun
g: K
emen
tan,
Bul
og
Pem
da, L
KM
D m
asya
raka
t
Ter
kelo
lany
a ca
dang
an p
anga
nm
asay
raka
t unt
uk m
enga
tas�
m
asal
ah k
eraw
anan
pan
gann
ya
seca
ra m
and�
r� d
an b
erke
lanj
utan
.Pe
n�ng
kata
n ke
rjas
ama
anta
r-da
erah
oto
nom
, te
ruta
ma
al�r
an p
anga
n po
kok
dar�
dae
rah
surp
lus
ke d
aera
h de
f�s�
t pan
gan
Uta
ma:
Kem
endg
ar�,
Pe
nduk
ung:
Kem
enta
n Se
mak
�n te
r�nt
egra
s�ny
a ke
rjas
ama
anta
r dae
rah
deng
an s
atua
n kl
uste
r ek
onom
� yan
g sa
l�ng
men
duku
ngFa
s�l�t
as� a
spek
man
ajem
en k
elom
pok
dan
fas�
lt�as
� asp
ek te
kn�s
pen
gelo
laan
pan
gan
Uta
ma:
Men
kop
Pend
ukun
g:
Kem
enta
n, P
emda
, Pem
Des
a,
LK
MD
, mas
yara
kat
Men
�ngk
atny
a ku
al�ta
s ke
h�du
pan
mas
ayar
akat
n�la
� eko
nom
� ca
dang
an p
anga
n m
asya
raka
t.
155
Kebij
akan
Umum
Ketah
anan
Pang
an 20
10-20
14
153
No
Tuj
uan
Keb
ijak
anP
rogr
am K
egia
tan
Lem
baga
Rel
evan
Indi
kato
r ke
berh
asila
n (o
utpu
t)
6M
enja
ga
kete
rjan
gkau
an d
an
stab
�l�ta
s ha
rga
pang
an
Pem
anta
uan
seca
ra m
�ngg
uan
dan
bula
nan
harg
a pa
ngan
str
ateg
�s (b
eras
, jag
ung,
gul
a, k
edel
a�)
Uta
ma:
Kem
enag
, Pe
nduk
ung:
BPS
, Kem
enta
n,
Pem
da
Ter
sed�
anya
dat
a da
n se
bara
n ha
rga
pang
an s
trat
eg�s
Peng
elol
aan
paso
kan
pang
an d
an c
adan
gan
peny
angg
ah u
ntuk
men
jaga
sta
b�l�t
as h
arga
pa
ngan
Uta
ma:
Kem
enag
, Pen
duku
ng:
Kem
enta
n, B
ulog
, Pem
prov
S�ap
sed
�any
a pa
soka
n pa
ngan
pa
da, t
erut
ama
pada
saa
t pac
ekl�k
, ga
gal p
anen
dan
ben
cana
ala
m
Peng
emba
ngan
s�s
tem
pan
gada
an p
anga
n po
kok
yang
mel
�bat
kan
lem
baga
usa
ha e
kono
m�
pede
saan
Uta
ma:
Bul
og, P
endu
kung
: K
emen
tan,
Pem
da, u
n�ve
s�ta
sM
en�n
gkat
nya
kapa
s�ta
s ke
lem
baga
an m
asya
raka
t d� t
�ngk
at
desa
dal
am p
enga
daan
pan
gan
poko
k
Inte
rven
s� p
emer
�nta
h un
tuk
stab
�l�sa
s� h
arga
pa
ngan
(ope
ras�
pas
ar)
Uta
ma
: Kem
enko
Pe
reko
nom
�an,
Pen
duku
ng :
Kem
enag
, Kem
enta
n
Stab
�lnya
har
ga p
anga
n
7M
en�n
gkat
kan
akse
s�l�b
�tas
atas
pa
ngan
Peng
uata
n ke
lem
baga
an d
� t�n
gkat
des
a un
tuk
mem
bant
u ak
ses�
b�l�t
as m
asya
raka
t m�s
k�n
terh
adap
pan
gan
stra
teg�
s
Uta
ma:
Kem
enda
gr�,
Pend
ukun
g: K
emen
ko K
esra
, Pe
mda
Sem
ak�n
sol
�dny
a ra
sa s
al�n
g pe
rcay
a d�
ant
ara
mas
yara
kat b
a�k
d� p
erde
saan
mau
pun
d� p
erko
taan
Peng
emba
ngan
pan
gan
loka
l unt
uk m
en�n
gkat
kan
pend
apta
an ru
mah
tang
ga d
an d
aya
bel�
mas
yara
kat
Uta
ma:
Kem
enta
n,
Pend
ukun
g:K
emen
dagr
�, Pe
mda
, Kem
enko
Kes
ra
Ter
�nte
gras
�nya
bud
aya
dan
kear
�fan
pan
gan
loka
l den
gan
peng
enta
san
kem
�sk�
nan
seca
ra
umum
Pen�
ngka
tan
efek
t�v�ta
s pr
ogra
m b
eras
unt
uk
kelu
arga
m�s
k�n-
rask
�nU
tam
a: B
ulog
, Pen
duku
ng:
Pem
da, s
was
ta, m
asya
raka
tB
erku
rang
nya
t�ngk
at ”
sala
h-sa
sara
n” d
an m
en�n
gkat
kany
a
156
Kebij
akan
Umum
Ketah
anan
Pang
an 20
10-20
14
154
No
Tuj
uan
Keb
ijak
anP
rogr
am K
egia
tan
Lem
baga
Rel
evan
Indi
kato
r ke
berh
asila
n (o
utpu
t)
kr�te
r�a
tepa
t la�
nnya
Id
ent�f
�kas
� sec
ara
d�n�
dan
pem
anta
uan
berk
ala
geja
la k
uran
g pa
ngan
dan
sur
plus
pan
gan
Uta
ma:
Kem
enke
s,
Pend
ukun
g: K
emen
tan,
Pe
mda
, un�
vers
�tas
Ter
sed�
anya
pet
a de
f�s�
t dan
sur
plus
pa
ngan
d� s
elur
uh In
done
s�a
8M
enan
gan�
ke
raw
anan
pan
gan
kron
�s d
an tr
ans�
en
Peng
emba
ngan
s�s
tem
�sya
rat d
�n� k
eada
an ra
wan
pa
ngan
dan
g�z
�U
tam
a: K
emen
kes,
Pe
nduk
ung:
Kem
enta
n,
Kem
enda
gr�,
Bap
pena
s
Ter
c�pt
anya
s�s
tem
�sya
rat d
�n� y
ang
mud
ah d
�men
gert
� dan
d�
man
faat
kan
oleh
seg
enap
lap�
san
mas
yara
kat
Pem
anta
uan
seca
ra b
erka
la te
ntan
g pe
rkem
bang
an
pola
pan
gan
rum
ah ta
ngga
, kar
ena
gaga
l pan
en
dan
pace
kl�k
Uta
ma:
Kem
enda
gr�,
Pend
ukun
g: K
emen
kes,
Pe
mda
, pem
da
Ban
gk�tn
ya k
emba
l� ke
lem
baga
an
mas
yara
kat d
enga
n s�
stem
m
on�to
r�ng
sed
erha
na y
ang
d�la
kuka
n ol
eh s
et�a
p ru
mah
tang
ga
d� s
elur
uh In
doen
s�a
Pem
anfa
atan
laha
n pe
kara
ngan
unt
uk p
en�n
gkat
an
g�z�
kel
uarg
aU
tam
a: K
emen
tan,
Pe
nduk
ung:
Kem
enke
s,
Kem
enda
gr�,
Pem
da,
Ter
sed�
anya
pan
gan
deng
an
kand
unga
n g�
z� s
e�m
bang
yan
g m
udah
d�ja
ngka
uPe
man
faat
an c
adan
gan
pang
an p
emer
�nta
h d�
se
luru
h la
p�sa
n un
tuk
dapa
t men
angg
ulan
g�
kead
aan
raw
an p
anga
n da
n g�
z�
Uta
ma:
Bul
og, P
endu
kung
: K
emen
tan,
Kem
enda
gr�,
Kem
enke
s,
Cep
atny
a pe
nang
anan
gej
ala
raw
an
pang
an, t
erut
ama
pada
kan
tong
-ka
nton
g ke
m�s
k�na
n d�
per
desa
an
dan
perk
otaa
n
9M
empe
rcep
at
peng
anek
arag
aman
ko
nsum
s� p
anga
n
Peng
emba
ngan
d�v
ers�
f�kas
� usa
ha m
elal
u�
usah
atan
� ter
padu
b�d
ang
pang
an, p
erke
buna
n,
pete
rnak
an, p
er�k
anan
dsb
.
Uta
ma:
Kem
enta
n,
Pend
ukun
g:K
emen
dagr
�, Pe
mpr
ov, D
�nas
2
Ter
seba
rnya
r�s�
ko g
agal
pan
en
kare
na �k
l�m d
an c
uaca
ser
ta k
aren
a fl
uktu
as� h
arga
yan
g su
l�t u
ntuk
d�
ant�s
�pas
�
157
Kebij
akan
Umum
Ketah
anan
Pang
an 20
10-20
14
155
No
Tuj
uan
Keb
ijak
anP
rogr
am K
egia
tan
Lem
baga
Rel
evan
Indi
kato
r ke
berh
asila
n (o
utpu
t)
Pele
star
�an
sum
berd
aya
alam
dan
ke
anek
arag
aman
hay
at� d
� dae
rah
kaw
asan
hut
anU
tam
a: K
emen
tan,
Pen
duku
ng:
Kem
enhu
t, K
LH, m
asya
raka
tT
eres
d�an
ya s
umbe
r pan
gan
alte
rnat
�f b
ag� m
asya
raka
t m�s
k�n,
te
ruta
ma
pada
kaw
asan
hut
anPe
ngem
bang
a pa
ngan
loka
l ses
ua� d
enga
n ke
khas
an d
aera
hU
tam
a: K
emen
tan,
Pe
nduk
ung:
Kem
enda
gr�,
Pem
da, m
asya
raka
t
Ber
kem
bang
nya
pang
an lo
kal,
teru
tam
a ya
ng m
em�l�
k� s
�fat k
has
dan
ekso
t�sPe
n�ng
kata
n d�
vers
�f�k
as� k
onsu
ms�
pan
gan
dan
pr�n
s�p
g�z�
se�
mba
ngU
tam
a: K
emen
kes,
Pen
duku
ng:
Kem
enta
n, K
emen
dagr
�, Pe
mda
Ber
kem
bang
nya
sum
ber e
nerg
� dan
pr
ote�
n da
r� p
anga
n al
tern
at�f
yan
g ad
a
Peng
emba
ngan
tekn
olog
� pan
gan
untu
k m
en�n
gkat
kan
n�la
� tam
bah
dala
m ra
ngka
d�
ver�
s�ka
s� p
anga
n
Uta
ma:
Men
r�st
ek P
endu
kung
: K
emen
per�
n, K
ad�n
, m
asya
raka
t
Ter
sed�
anya
pan
gan
alte
rnat
�f ya
ng
dapa
t men
gura
ng� k
eter
gant
unga
n te
rhad
ap p
anga
n po
kok
sepe
rt� b
eras
Perb
a�ka
n s�
stem
kom
un�k
as�,
�nfo
rmas
� dan
ed
ukas
� (K
IE) g
�z�
Uta
ma:
Kem
enke
s,
Pend
ukun
g:K
emen
dagr
� Pe
mda
, Kem
enko
m�n
fo
Men
�ngk
atny
a pe
mah
aman
m
asya
raka
t ten
tang
g�z
� se�
mba
ng
10M
endo
rong
Pe
r�la
ku K
onsu
ms�
Pa
ngan
Sos�
al�s
as� d
an p
rom
os� s
erta
kam
pany
e na
s�on
al
d�ve
rs�f
�kas
� kon
sum
s� p
anga
n m
elal
u� b
erba
ga�
med
�a m
assa
cet
ak, e
lekt
ron�
k, d
an s
ecar
a la
ngsu
ng k
epad
a m
asya
raka
t.
Uta
ma
: Kem
enko
m�n
fo,
pend
ukun
g : K
emen
tan,
m
asya
raka
t
Men
�ngk
atny
a ke
sada
ran
mas
yara
kat m
enge
na� d
�ver
s�f�
kas�
ko
nsum
s� p
anga
n
Mem
asuk
kan
mat
er� t
enta
ng p
anga
n be
raga
m,
berg
�z� d
an s
e�m
bang
dal
am k
ur�k
ulum
sek
olah
Uta
ma
: Kem
end�
knas
Ter
sed�
anya
pen
geta
huan
men
gena
� pa
ngan
bag
� mas
yara
kat s
ejak
us�
a se
kola
h
11M
en�n
gkat
kan
pem
b�na
an d
an
Pem
b�na
an s
�ste
m p
rodu
ks� d
an k
onsu
ms�
pan
gan
mas
yara
kat a
gar t
erh�
ndar
dar
� cem
aran
b�o
log�
s,
Uta
ma:
Kem
enke
s, P
endu
kung
: K
emen
pr�n
, Kem
enda
g,
Ber
tam
bahn
ya p
emah
aman
m
asya
raka
t, pr
odus
en p
anga
n be
sar
158
Kebij
akan
Umum
Ketah
anan
Pang
an 20
10-20
14
156
No
Tuj
uan
Keb
ijak
anP
rogr
am K
egia
tan
Lem
baga
Rel
evan
Indi
kato
r ke
berh
asila
n (o
utpu
t)
peng
awas
an
keam
anan
pan
gan
k�m
�a, d
an f�
s�k
yang
ber
baha
ya.
Kem
enta
nda
n us
aha
kec�
l men
enga
h te
ntan
g pa
ngan
ber
mut
u da
n a
man
bag
� ke
seha
tan
Penc
egah
an d
�n�,
pene
gaka
n hu
kum
pe
nang
gula
ngan
dam
pak
pang
an y
ang
t�dak
am
an.
Uta
ma:
Kem
enke
s, P
endu
kung
: PO
M K
emen
pr�n
, Kem
enta
nB
erku
rang
nya
pang
an t�
dak
mut
u da
n t�d
ak a
man
, dan
terc
�pta
nya
mek
an�s
me
pena
ngan
an d
ampa
k ne
gat�f
pan
gan.
Pene
tapa
n st
anda
r kea
man
an d
an m
utu
pang
an,
keha
lala
n, p
erda
gang
an p
anga
n.
Uta
ma:
Kem
enke
s, P
emda
, K
emen
pr�n
, Kem
enda
gM
en�n
gkat
nya
kual
�tas
kem
anan
an,
mut
u pa
ngan
, keh
alan
an p
anga
n da
lam
s�s
tem
12M
emfa
s�l�t
as�
peng
emba
ngan
�n
dust
r� p
anga
n U
KM
Peng
emba
ngan
�ndu
str�
pan
gan
UK
M b
erba
s�s
sum
berd
aya
dan
tekn
olog
� lok
al d
apat
d�
kem
bang
kan
oleh
mas
yara
kat l
okal
Uta
ma
: KU
KM
, pe
nduk
ung:
Kem
enta
n,
Kem
enda
g
Ber
kem
bang
nya
�ndu
str�
pan
gan
yang
mam
pu m
eman
faat
kan
pote
ns�
seca
ra m
aks�
mal
dan
mem
perk
uat
kem
and�
r�an
13Pe
n�ng
kata
n Pe
ran
Sert
a M
asya
raka
t da
n Sw
asta
dal
am
Pem
bang
unan
K
etah
anan
Pan
gan
Pem
ber�
an �n
sent
�f b
ag�
mer
eka
yang
ber
jasa
pa
da p
ence
gaha
n da
n pe
nang
gula
ngan
mas
alah
pa
ngan
dan
g�z
�
Uta
ma:
Kem
enda
gr�,
Pend
ukun
g: K
emen
tan
Kem
enda
g, P
emda
Sem
ak�n
ber
ga�r
ahny
a m
asya
raka
t un
tuk
berp
art�s
�pas
� mem
bant
u m
enan
ggul
ang�
mas
alah
pan
gan
&
g�z�
Pen�
ngka
tan
mot
�vas
� mas
yara
kat d
an k
apas
�tas
dan
kele
mba
gaan
yan
g da
pat m
endu
kung
pro
ses
penc
apa�
an k
etah
anan
pan
gan
Uta
ma:
Kem
enta
n,
Pend
ukun
g:K
emen
dagr
�M
en�n
gkat
nya
mot
�vas
� dan
ka
pas�
tas
kele
mba
gaan
mas
yara
kat
d� p
erde
saan
dan
per
kota
anPe
ngem
bang
an le
mba
ga d
an k
eb�ja
kan
pend
ukun
g, s
eper
t� le
mba
ga s
�mpa
n-p�
njam
des
a da
n us
aha
kec�
l men
enga
h (U
KM
) ser
ta k
oper
as�
Uta
ma:
Kem
enko
p, P
endu
kung
: Pe
mda
, Men
ko P
erek
onom
�an
Kem
bal�
bang
k�tn
ya le
mba
ga
s�m
pan
p�nj
am d
esa
dan
sem
ak�n
be
sarn
ya p
art�s
�pas
� UK
M d
an
159
Kebij
akan
Umum
Ketah
anan
Pang
an 20
10-20
14
157
No
Tuj
uan
Keb
ijak
anP
rogr
am K
egia
tan
Lem
baga
Rel
evan
Indi
kato
r ke
berh
asila
n (o
utpu
t)
kope
ras�
dal
am p
enye
d�aa
n pa
ngan
Pen�
ngka
tan
kerj
asam
a an
tara
pem
er�n
tah
dan
swas
ta m
elal
u� C
SR (
Cor
pora
te S
ocia
l R
espo
nsib
ility
)
Uta
ma
: BU
MN
, pen
duku
ng :
Kem
enta
nM
en�n
gkat
nya
kerj
asam
a an
tara
pe
mer
�nta
h da
n sw
asta
mel
alu�
CSR
(C
orpo
rate
Soc
ial R
espo
nsib
ility
)
14K
eb�ja
kan
Mak
ro
dan
Perd
agan
gan
yang
Kon
dus�
f
Keb
�jaka
n f�
skal
yan
g m
embe
r�ka
n �n
sent
�f b
ag�
usah
a pe
rtan
�an,
m�s
alny
a de
ngan
pem
ber�
an
ker�
ngan
an p
ajak
bag
� par
a pe
laku
usa
ha d
� b�
dang
per
tan�
an d
an p
engo
laha
n pa
ngan
Uta
ma:
Kem
enke
u, P
endu
kung
: B
KPM
, Kem
enta
n, K
ad�n
, K
emen
dagr
�, Pe
mpr
ov
Sem
ak�n
ber
ga�r
ahny
a �n
vest
as�
usah
a be
rbas
�s p
anga
n da
n pe
rtan
�an,
dar
� hul
u sa
mpa
� h�l�
r
Alo
kas�
ang
gara
n ne
gara
dan
ang
gara
n da
erah
ya
ng m
emad
a� u
ntuk
pem
bang
unan
per
tan�
an d
an
keta
hana
n pa
ngan
, mel
alu�
pen
�ngk
atan
kap
as�ta
s,
kepe
dul�a
n da
n pe
mbe
r�an
pem
aham
an
Uta
ma:
Kem
enke
u, P
endu
kung
: K
emen
tan,
Kad
�n, K
emen
dagr
�, Pe
mpr
ov
Sem
ak�n
men
�ngk
atny
a ke
sada
ran
para
per
umus
keb
�jaka
n, a
nggo
ta
parl
emen
, unt
uk m
enja
d�ka
n se
ktor
pa
ngan
dan
per
tan�
an s
ebag
a�
land
asan
pen
t�ng
pem
bang
unan
ek
onom
� Ind
ones
�aK
eb�ja
kan
prot
eks�
per
daga
ngan
, m�n
�mal
unt
uk
empa
t kom
od�ta
s ut
ama
dala
m s
peci
al p
rodu
cts
(SPs
), y
a�tu
: ber
as, j
agun
g, k
edel
a� d
an te
bu (
plus
da
g�ng
) se
baga
�man
a d�
sam
pa�k
an s
ecar
a re
sm�
Indo
nes�
a ke
pada
Org
an�s
as� P
erda
gang
an D
un�a
(W
TO
). K
eb�ja
kan
prot
eks�
(da
n pr
omos
� �n�
) da
npat
mem
ber�
kan
duku
ngan
pen
�ngk
atan
day
a sa
�ng
prod
uk s
trat
eg�s
nas
�ona
l
Uta
ma:
Kem
enda
g, P
endu
kung
: K
emen
keu,
Kem
enta
n, K
ad�n
, K
emen
dagr
�, Pe
mpr
ov
Sem
ak�n
mem
ba�k
nya
�nst
rum
en
dan
regu
las�
per
daga
ngan
unt
uk
mel
�ndu
ng� p
etan
� Ind
ones
�a d
ar�
pers
a�ng
an g
loba
l yan
g t�d
ak
men
gunt
ungk
an.
15M
engu
atka
n ke
lem
baga
an
Pem
bent
ukan
kel
emba
gaan
ket
ahan
an p
anga
n d�
t�n
gkat
dae
rah
prop
�ns�
dan
kab
upat
enU
tam
a : K
emen
tan,
Pen
duku
ng
: Pem
prov
Ter
bent
ukny
a ke
lem
baga
an
keta
hana
n pa
ngan
d� s
elur
uh
160
Kebij
akan
Umum
Ketah
anan
Pang
an 20
10-20
14
158
No
Tuj
uan
Keb
ijak
anP
rogr
am K
egia
tan
Lem
baga
Rel
evan
Indi
kato
r ke
berh
asila
n (o
utpu
t)
keta
hana
n pa
ngan
da
nko
ord�
nas�
an
tar d
aera
h
prop
�ns�
dan
kab
upat
en
Pen�
ngka
tan
pera
n D
ewan
Ket
ahan
an P
anga
nU
tam
a : K
emen
tan,
Pen
duku
ng
: Pem
prov
men
�ngk
atny
a ko
ord�
nas�
dan
ke
rjas
ama
anta
ra �n
stan
s�
pem
er�n
tah,
sw
asta
, per
guru
an
t�ngg
�, da
n m
asya
raka
t yan
g d�
fas�
l�tas
� ole
h D
ewan
ket
ahan
an
pang
an
16Pe
n�ng
kata
n pe
ran
p�m
p�na
n fo
rmal
da
n no
nfor
mal
da
lam
pem
bang
unan
keta
hana
n pa
ngan
Pen�
ngka
tan
kesa
dara
n pe
mer
�nta
h da
erah
tent
ang
pent
�ngn
ya m
empe
rhat
�kan
mas
alah
ket
ahan
an
pang
an d
� w�la
yahn
ya s
erta
pen
yusu
nan
pere
ncan
aan
dan
stra
teg�
unt
uk m
enan
gan�
m
asal
ah k
etah
anan
pan
gan
Uta
ma
: Kem
enta
n, P
endu
kung
:K
emen
dagr
�, Pe
mpr
ovM
en�n
gkat
nya
kesa
dara
n da
n pe
nget
ahua
n pa
ra p
�mp�
nan
form
al
dan
nonf
orm
al d
alam
pen
anga
nan
mas
alah
ket
ahan
an p
anga
n
17M
emfa
s�l�t
as�
Pene
l�t�a
n da
n Pe
ngem
bang
an
Pem
ber�
an fa
s�lt�
as, k
emud
ahan
, dan
duk
unga
n po
l�t�s
unt
uk p
enel
�t�an
dan
pen
gem
bang
an
Uta
ma:
R�s
tek,
Pen
duku
ng:
Kem
enta
n, K
emen
keu,
un
�ver
s�ta
s, s
was
ta,
mas
yara
kat
Men
�ngk
atny
a ha
s�l-
has�
l pen
el�t�
an
yang
dap
at d
�gun
akan
lang
sung
un
tuk
men
gem
bang
kan
prod
uks�
da
n ef
�s�e
ns� u
saha
pan
gan
Alo
kas�
ang
gara
n ne
gara
yan
g m
emad
a� u
ntuk
pe
nel�t
�an
dan
peng
emba
ngan
U
tam
a: R
�ste
k, P
endu
kung
: K
emen
tan,
Kem
enke
u,
mas
yara
kat
Ter
wuj
udny
a al
okas
� ang
gara
n da
na
pene
l�t�a
n da
n pe
ngem
bang
an b
�dan
gpa
ngan
sam
pa� 1
per
sen
dar�
PD
B
Pen�
ngka
tan
kerja
sam
a da
n ke
m�tr
aan
anta
ra le
mba
ga
pene
l�t�a
n, u
n�ve
rs�ta
sdan
sekt
or sw
asta
dal
am
penc
ar�a
n da
n pe
ngem
bang
an �n
ovas
� pen
el�t�
an
Uta
ma:
R�s
tek,
Pen
duku
ng:
Kem
enta
n, K
emen
dag,
K
emen
per�
n
Sem
ak�n
bes
arny
a se
man
gat s
ekto
r sw
asta
unt
uk b
erpa
rt�s
�pas
� dal
am
pene
l�t�a
n da
n pe
ngem
baga
n pa
ngan
18M
elak
sana
kan
Ker
jasa
ma
Peng
gala
ngan
ker
jasa
ma
ekon
om� b
a�k
dala
m
Uta
ma:
Kem
enlu
, Pen
duku
ng:
Kem
enda
g, K
emen
han,
Se
mak
�n k
okoh
nya
pos�
s� In
done
s�a
dala
m p
erda
gang
an p
anga
n d�
161
Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -2014
148
BAB VII PENUTUP
Penyusunan Keb�jakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014 pada pr�ns�pnya merupakan salah satu upaya untuk melaksanakan pembangunan ketahanan pangan d� masa mendatang secara leb�h terarah seh�ngga dapat membawa bangsa Indones�a pada kond�s� ketahanan pangan yang mapan. Dengan dem�k�an, d�harapkan KUKP 2010-2014 �n� dapat menjad� acuan bag� seluruh stakeholderketahanan pangan dalam melaksanakan peran dan member�kan kontr�bus�nya untuk pemantapan ketahanan pangan ba�k d� t�ngkat nas�onal maupun d� t�ngkat w�layah.
Tentunya dalam hal �n� peran Dewan Ketahanan Pangan d� t�ngkat nas�onal, prov�ns� dan kabupaten/kota harus semak�n d�opt�malkan dalam mengkoord�nas�kan berbaga� �nstans� pemer�ntah dan stakeholder serta masyarakat secara luas.
162