renstra kementrian sosial 2010 2014

166
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Kondisi Umum Pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia telah menunjukkan banyak kemajuan terutama bagi warga masyarakat yang kurang beruntung dan rentan. Dalam konsep penyelenggaraan kesejahteraan sosial warga masyarakat tersebut dikenal dengan sebutan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan masyarakat miskin yang menjadi kelompok sasaran pelayanan sosial. Kemajuan kondisi sosial masyarakat terutama PMKS seperti tercermin pada indikator sosial, antara lain jangkauan pelayanan sosial di satu sisi dan penurunan jumlah PMKS dan masyarakat miskin, kemandirian dan keberfungsian sosial PMKS dan masyarakat miskin, serta tercermin pada tumbuh dan berkembangnya kelembagaan sosial, organisasi sosial, pranata sosial, pilar-pilar partisipasi sosial (volunteerism), dan nilai-nilai kesetiakawanan sosial yang menjadi karakteristik dan jati diri bangsa Indonesia. Selain itu, pencapaian pembangunan kesejahteraan sosial bisa terlihat juga dari indikator sosial lainnya yakni: adanya peningkatan produktivitas PMKS dan masyarakat miskin sebagai sumber daya manusia yang dapat berpartisipasi aktif dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Berbagai penyediaan pelayanan kesejahteraan sosial oleh berbagai pemangku kepentingan di Indonesia telah meningkat cukup berarti dari waktu ke waktu. Namun demikian upaya pelayanan tersebut masih jauh dari yang diharapkan apabila dibandingkan dengan populasi PMKS yang jauh lebih besar jumlah dan sebarannya, dibandingkan dengan sumber daya yang disediakan dan intervensi yang telah dilakukan. Ada sejumlah permasalahan mendasar yang dihadapi antara lain: (i) cakupan atau jangkauan pelayanan program kesejahteraan sosial yang dibagi ke dalam empat pilar intervensi (lihat gambar 6) masih sangat terbatas, (ii) kegiatan bantuan dan jaminan sosial bagi PMKS masih tumpang tindih satu sama lain, (iii) pemerintah daerah belum optimal dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS yang tercermin dalam aspek pelayanan kelembagaan yang disediakan dan penyediaan anggaran, (iv) peran pemerintah yang masih dominan dalam pelayanan program pemberdayaan PMKS dan PSKS sehingga mengurangi esensi dari upaya pemberdayaan sosial itu sendiri, (v) peran masyarakat melalui organisasi nirlaba dan dunia usaha dalam pelayanan kesejahteraan sosial belum terarah dan terdayagunakan secara optimal, (vi) kapasitas sumber daya manusia pelaksana pelayanan kesejahteraan sosial dalam hal substansi teknis dan praktis masih

Upload: pekerja-sosial-masyarakat

Post on 30-Oct-2014

7.156 views

Category:

Education


4 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

1

BAB I PENDAHULUAN

1. Kondisi Umum

Pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia telah menunjukkan banyakkemajuan terutama bagi warga masyarakat yang kurang beruntung dan rentan.Dalam konsep penyelenggaraan kesejahteraan sosial warga masyarakat tersebutdikenal dengan sebutan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) danmasyarakat miskin yang menjadi kelompok sasaran pelayanan sosial. Kemajuankondisi sosial masyarakat terutama PMKS seperti tercermin pada indikatorsosial, antara lain jangkauan pelayanan sosial di satu sisi dan penurunan jumlahPMKS dan masyarakat miskin, kemandirian dan keberfungsian sosial PMKSdan masyarakat miskin, serta tercermin pada tumbuh dan berkembangnyakelembagaan sosial, organisasi sosial, pranata sosial, pilar-pilar partisipasi sosial(volunteerism), dan nilai-nilai kesetiakawanan sosial yang menjadi karakteristikdan jati diri bangsa Indonesia. Selain itu, pencapaian pembangunan kesejahteraansosial bisa terlihat juga dari indikator sosial lainnya yakni: adanya peningkatanproduktivitas PMKS dan masyarakat miskin sebagai sumber daya manusia yangdapat berpartisipasi aktif dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat danbernegara.

Berbagai penyediaan pelayanan kesejahteraan sosial oleh berbagai pemangkukepentingan di Indonesia telah meningkat cukup berarti dari waktu ke waktu.Namun demikian upaya pelayanan tersebut masih jauh dari yang diharapkanapabila dibandingkan dengan populasi PMKS yang jauh lebih besar jumlahdan sebarannya, dibandingkan dengan sumber daya yang disediakan danintervensi yang telah dilakukan. Ada sejumlah permasalahan mendasar yangdihadapi antara lain: (i) cakupan atau jangkauan pelayanan programkesejahteraan sosial yang dibagi ke dalam empat pilar intervensi (lihat gambar6) masih sangat terbatas, (ii) kegiatan bantuan dan jaminan sosial bagi PMKSmasih tumpang tindih satu sama lain, (iii) pemerintah daerah belum optimaldalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS yang tercermindalam aspek pelayanan kelembagaan yang disediakan dan penyediaan anggaran,(iv) peran pemerintah yang masih dominan dalam pelayanan programpemberdayaan PMKS dan PSKS sehingga mengurangi esensi dari upayapemberdayaan sosial itu sendiri, (v) peran masyarakat melalui organisasi nirlabadan dunia usaha dalam pelayanan kesejahteraan sosial belum terarah danterdayagunakan secara optimal, (vi) kapasitas sumber daya manusia pelaksanapelayanan kesejahteraan sosial dalam hal substansi teknis dan praktis masih

Page 2: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

2

terbatas, dan (vii) koordinasi dan komunikasi pada berbagai sektor dan levelmasih belum optimal.

Berbagai permasalahan tersebut di atas, maka tantangan ke depan bagipembangunan bidang kesejahteraan sosial adalah bagaimana meningkatkanakses dan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS. Hal ini dapatdiantisipasi dengan cara mendukung peningkatan pengelolaan programkesejahteraan sosial, peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM kesejahteraansosial, serta peningkatan kualitas tata kelola kepemerintahan yang baik dalampenyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Dari kompleksnya permasalahan kesejahteraan sosial di Indonesia, tetapi melaluipengalaman pelayanan sosial yang panjang, Kementerian Sosial telah berhasilmelakukan identifikasi terhadap PMKS ke dalam tujuh isu strategis, yaknikemiskinan (atau kefakirmiskinan), kecacatan, ketelantaran, ketunaan sosial,keterasingan, korban bencana, korban tindak kekerasan dan eksploitasi dandiskriminasi. Pengelompokan ini dapat memudahkan penetapan sasaranpelayanan sosial melalui kebijakan, program dan kegiatan penyelenggaraankesejahteraan sosial. Di dalam tujuh isu kesejahteraan sosial tersebut terdapatberbagai jenis penyandang permasalahan kesejahteraan sosial, antara lain, fakirmiskin, lanjut usia terlantar, penyandang cacat, anak telantar, komunitas adatterpencil, anak jalanan, gelandangan dan pengemis atau tunawisma.

Namun demikian di samping banyaknya kemajuan yang telah dicapai dalampembangunan kesejahteraan sosial, sangat besar tantangan yang dihadapi.Semakin kompleksnya permasalahan kesejahteraan sosial dan masih banyaknyayang belum sepenuhnya terselesaikan sejalan dengan dinamika sosial ekonomimasyarakat. Untuk itu, maka penanganan masalah kesejahteraan sosial melaluipembangunan kesejahteraan sosial perlu terus dilanjutkan secaraberkesinambungan dan ditingkatkan agar apa yang telah dicapai dapat terusditingkatkan dan jangkauan pelayanan dapat diperluas. Hal ini sesuai denganUndang Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan sosial yangmengamanatkan agar pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakatmenyelenggarakan kesejahteraan sosial bagi warga masyarakat yang kurangberuntung dan rentan, serta melakukan penanggulangan kemiskinan.

Memperhatikan hal tersebut di atas, dan melihat kenyataan yang ada khususnyaterkait dengan kondisi penyelenggaraan kesejahteraan sosial yangdiselenggarakan oleh Kementerian Sosial selama tahun 2004-2009, secara umummasih sangat jauh dari ideal. Hal tersebut tidak saja karena terbatasnya sumberdaya manusia (SDM) kesejahteraan sosial, dana, sarana dan prasarana, faktorkeluarga, masyarakat serta nilai-nilai sosial yang beragam dan terbatasnyaketersedian legal formal turut memberi pengaruh terhadap capaian kinerjapenyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Pada sisi lain permasalahan krisis ekonomi dan masih tidak menentunyakeuangan global, terbatasnya kesempatan lapangan kerja dan tingginyakelompok umur produktif yang tidak terserap pasar kerja serta meningkatnya

Page 3: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

3

jumlah lanjut usia semakin meningkatkan jumlah PMKS baik kualitatif maupunkuantitatif. Kondisi tersebut di atas apabila tidak disikapi dengan cepat, tepat,utuh dan menyeluruh akan menjadi beban bagi pemerintah dan masyarakat.Berikut ini adalah gambaran kondisi umum penyelenggaraan kesejahteraansosial.

1.1. Kondisi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Sasaran penerima manfaat penyelenggaraan kesejahteraan sosial melaluipelayanan dan rehabilitasi sosial adalah PMKS yang masuk ke dalamkategori: (i) anak meliputi balita, anak telantar, anak putus sekolah, anakjalanan, anak nakal, anak cacat, anak yang diperdagangkan, dan anak dalamsituasi darurat (yang memerlukan perlindungan khusus), (ii) penyandangcacat (anak maupun dewasa), (iii) tuna sosial, (iv) lanjut usia (lansia) telantar,dan (v) korban narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza).

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan oleh Departemen Sosialyang sejak adanya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara berubahmenjadi Kementerian Sosial. Selama periode RPJMN I (2004-2009) melaluiintervensi rehabilitasi sosial, dilaksanakan oleh Kementerian Sosial melaluiDirektorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial sesuai denganPeraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 82/HUK/2005 tentangOrganisasi Tata Kelola Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Kompleksitas masalah ketelantaran, kecacatan dan ketunaan sosial telahberkembang pesat hingga mencakup berbagai kelompok sasaran spesifikseperti permasalahan kesejahteraan sosial anak yang mencakup: anaktelantar, anak jalanan, anak berhadapan dengan hukum, anak balita telantar,anak rawan telantar, anak cacat, pekerja anak, anak korban eksploitasiseksual komersial, anak yang diperdagangkan, dan anak di pengungsian.

Permasalahan lanjut usia telantar, permasalahan kesejahteraan sosialpenyandang cacat yang mencakup; cacat tubuh, cacat rungu wicara, cacatnetra, cacat bekas penderita penyakit kronis, cacat retardasi mental, dancacat ganda. Permasalahan kesejahteraan sosial tunasosial yang mencakup:wanita tunasusila, waria tunasusila, gelandangan, pengemis, dan tunawisma.Permasalahan penderita HIV/AIDS, mantan narapidana, serta korbanpenyalahgunaan napza.

Kelompok sasaran di atas menurut Pusat Data dan Informasi KesejahteraanSosial (2008) sebagian di antaranya sudah teridentifikasi dan diketahuipopulasinya, di mana terdapat 2.250.152 anak telantar, 109.454 anakjalanan, 198.578 anak nakal, 1.644.002 lanjut usia terlantar, dan 1.544.184penyandang cacat. Sedangkan pada tahun 2008, terdapat 80.260 orangpenyalahgunaan napza dengan jumlah penderita ODHA sebanyak 11.483orang. Penyandang masalah ketunaan sosial diketahui ada 123.887 (terdiri

Page 4: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

4

atas 63.661 tuna susila, 35.057 pengemis, dan 25.169 gelandangan). Lebihjelasnya dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1Jumlah dan karakteristik PMKS yang memerlukan pelayanan

Rehabilitasi sosial

Sumber : Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial 2008.

PMKS tersebut di atas adalah warga masyarakat miskin dan rentan yangperlu mendapatkan pelayanan kesejahteraan sosial. Dengan pendekatanpekerjaan sosial Kementerian Sosial melakukan upaya untuk memenuhikebutuhan sosialnya karena mereka memiliki hak dan kewajiban yangsama sebagai warga negara. Pendekatan pekerjaan sosial diselenggarakandidasarkan pada hak sosial yang berhubungan langsung dengan harkatdan martabat manusia yang tidak bisa dinegosiasikan. Norma-normanyadisubstansiasi sebagai norma legal yang bisa dituntut melalui mekanismehukum, mensyaratkan manusia tidak hanya sebagai pribadi manusia tetapijuga sebagai pribadi hukum.

Pendekatan ini menempatkan negara (pemerintah, pemerintah daerah danmasyarakat) sebagai pemangku kepentingan yang menyelenggarakankesejahteraan sosial melalui intervensi pelayanan dan rehabilitasi sosial.Seperangkat hak asasi yang melekat pada hakekat dan eksistensi merekasebagai mahluk Tuhan wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungioleh negara, pemerintah, hukum, dan setiap orang demi kehormatan sertaperlindungan harkat dan martabat manusia.

Gambaran kondisi tersebut penting untuk menjadi titik awal pemikirandalam Rencana Strategis Kementerian Sosial 2010-2014 yang perludiantisipasi untuk mengurangi dampak sosial di masa yang akan datangbila tidak ditangani dengan cepat, tepat dan akurat. Secara teknis,dukungan pelayanan dan rehabilitasi sosial dilaksanakan oleh:

(1) Direktorat Pelayanan Sosial Anak: bertugas dalam hal penanganan anakbalita dan pengangkatan anak, anak dengan kecacatan, anak nakal(anak berhadapan hukum), anak telantar (anak tanpa pengasuhanorang tua), anak jalanan, perlindungan dan advokasi sosial anak.

Page 5: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

5

(2) Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia: memberikan pelayanan bagimasyarakat pralanjut usia dan lanjut usia telantar yang berusia 60 tahunatau lebih melalui pelayanan dalam panti, luar panti, mengurusi aspekaksesibilitas mereka, melakukan advokasi sosial dan mengurusikelembagaan lanjut usia.

(3) Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat:melayani para penyandang cacat tubuh, mantan penderita penyakitkronis, cacat mental dan fisik (cacat ganda), cacat mental, tunanetra,tunarungu, tunawicara, dan mengurusi aspek kelembagaan danperlindungan sosial serta advokasi bagi mereka.

(4) Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tunasosial: memberikanpelayanan dan rehabilitasi sosial bagi tunasosial yang meliputi tunasusila,gelandangan dan pengemis, bekas binaan warga pemasyarakatan (eksnarapidana), dan penderita HIV/AIDS.

(5) Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Napza:melaksanakan pencegahan, rehabilitasi sosial, pembinaan lanjut,perlindungan dan advokasi sosial bagi korban penyalahgunaan napza.

Dukungan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi PMKS sebagaimanadiuraikan di atas dilakukan di dalam sistem panti maupun nonpanti sertapeningkatan peran kelembagaan sosial yang diprakarsai oleh masyarakat.Kementerian Sosial dalam memberikan pelayanan rehabilitasi sosial di 38panti sosial dengan 16 karakteristik PMKS yang memberikan pelayananrehabilitasi dan perlindungan kepada (i) anak/balita terlantar, (ii) remajabermasalah khusus, (iii) lanjut usia, (iv) penyandang cacat, (v) korbanNapza, (vi) anak yang berhadapan dengan hukum, (vii) tunasosial, dan(viii) korban tindak kekerasan. Lebih jelasnya seperti terlihat dalam tabel1 di bawah ini.

Tabel 1Nama Panti danJenis Pengelolaan PMKS pada Kementerian Sosial

Tahun 2009

Sumber : Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial (Agustus, 2009).

Page 6: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

6

Unit Pelaksana Teknis (UPT) panti sosial merupakan pusat kesejahteraansosial yang berada di baris paling depan dalam pelaksanaan tugas dan fungsipenyelenggaraan kesejahteraan sosial dari pilar intervensi pelayanan danrehabilitasi sosial bagi PMKS. UPT panti sosial adalah sebuah pilihan yangharus tersedia di samping pilihan utama lainnya yakni pelayanan sosialberbasis keluarga dan komunitas dan/atau swasta, sehingga masyarakatterutama PMKS memiliki pilihan sesuai dengan kondisi mereka. UPT pantisosial yang dimiliki pemerintah daerah adalah yang paling banyakjumlahnya dibandingkan yang dimiliki Kementerian Sosial.

Kebijakan otonomi daerah pada tahun 1999 memberikan pilihan kepadapihak pengelola UPT panti sosial apakah tetap berada di bawah tanggungjawab Kementerian Sosial atau diserahkan kepada pemerintah daerah.Terkait dengan otonomi daerah itu, Kementerian Sosial RI pada akhirnyamenyerahkan 163 panti sosial dari jumlah keseluruhan 198 panti sosialkepada pemerintah daerahsesuai dengan semangat otonomi daerah. Hal ini dimaksudkan untukmenjamin keberlanjutan penyelenggaraan kesejahteraan sosial atau lebihtepatnya pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi PMKS di Indonesia.

Bagaimanapun pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi PMKS yang palingefisien dan cepat adalah dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi danKabupaten/Kota dengan semua UPT panti sosial yang dikelolanya karenamereka berada dekat dengan PMKS. Sampai dengan saat ini, terdapat 38UPT panti sosial (35 UPT setara eselon III dan 3 balai setara dengan UPTeselon II) milik Kementerian Sosial dengan kapasitas layanan masing-masing 100 hingga 150 klien.

Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan dalam mengantisipasiperkembangan masalah kesejahteraan sosial anak yang memerlukanpenanganan khusus, yakni mereka yang berada dalam situasi darurat,misalnya pengungsi anak, anak korban konflik bersenjata, anak korbankerusuhan, anak korban bencana, perdagangan (trafficking) anak, anakyang terpaksa dilacurkan, dan pekerja anak, maka dipandang perlu untukmembentuk lembaga nonstruktural di bawah tanggung jawab DirektoratPelayanan Sosial Anak, yaitu Social Development Centre for Children (SDC)di DKI Jakarta, Rumah Sejahtera Darussaa’adah di Banda Aceh (ProvinsiAceh) dan sepuluh Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) yang tersebardi Jakarta, Jambi, Aceh, Jawa Timur (Malang dan Ungaran), KalimantanBarat, Lampung, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.

Pelayanan sosial bagi anak usia dini khususnya anak usia di bawah limatahun (balita), diselenggarakan melalui Taman Balita Sejahtera di sembilanprovinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten,Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Riau, dan Sulawesi Selatan).

Dilakukan juga penyesuaian penyebutan/istilah atas beberapapermasalahan pada penanganan permasalahan sosial anak bertujuan untuk

Page 7: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

7

menghindari adanya stigma dan “labelling”. Peristilahan “anak jalanan”dan “anak telantar” menjadi “anak di luar asuhan orang tua”; “anak nakal”menjadi “anak yang berhadapan dengan hukum” atau disingkat ABH; “anakcacat” menjadi “anak dengan kecacatan”atau “anak dengan disabilitas”;“anak yang memerlukan perlindungan khusus” termasuk di dalamnya“anak adopsi”, “anak-anak di luar asuhan keluarga”, “anak cacat”, danpermasalahan sosial lainnya yang dihadapi anak menjadi prioritasKementerian Sosial.

1.1.1. Kondisi Pelayanan Sosial Anak

Berdasarkan data tahun 2003, diperkirakan ada 4,12 juta anaktelantar yang terdiri dari 1,14 juta balita dan 2,98 juta anak usia 6-18tahun. Tahun2007, Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan SosialKementerian Sosial mengumumkan ada 303.629 balita dan2.367.693 anak. Data terakhir menunjukkan bahwa pada kurunwaktu lima tahun terakhir terjadi penurunan jumlah anak telantarsebanyak 0,62 persen dari data anak terlantar tahun 2003.

Data tersebut adalah data yang teridentifikasi dan masih banyakdata lain yang belum terungkap terkait dengan permasalahankesejahteraan sosial anak, seperti kasus penculikan anak, kasusperdagangan anak, anak terpapar asap rokok, anak korbanperedaran narkoba, anak yang tidak dapat mengakses saranapendidikan, anak dengan HIV/AIDS, anak yang belum tersentuhlayanan kesehatan, dan anak yang tidak punya akte kelahiran.

Penurunan data anak terlantar tersebut terlihat dari data anakterlantar tahun 2008 yang berjumlah 2,25 juta jiwa (299.127 anakbalita terlantar, 2.250.152 anak terlantar, 109.454 anak jalanan, dan198.578 anak nakal). Namun demikian, populasi yang mencapailebih dari 2,6 juta anak telantar adalah jumlah yang masih sangatbesar sehingga menuntut upaya yang lebih intensif dan ekstensif.

Pelayanan kesejahteraan sosial anak yang dilaksanakan olehDirektorat Pelayanan Sosial Anak Direktorat Jenderal Pelayanan danRehabilitasi Sosial melalui penyelenggaraan penyantunan,perawatan, perlindungan, pengentasan anak di luar pengasuhanorang tua dan pengangkatan anak. Tujuan dari intervensi sosial yangdilaksanakan melalui pelayanan dan rehabilitasi sosial anak adalahuntuk mengembalikan fungsi sosial pengasuhan anak kepada orangtua atau keluarga. Di bawah ini adalah Tabel tentang jumlah anakbermasalah kesejahteraan sosial yang telah terlayani selama tahun2005-2009.

Selama periode 2005-2009, Kementerian Sosial sudah menjangkauanak sebanyak 1.190.649 jiwa dengan sasaran anak balita terlantar,anak terlantar, anak tanpa pengasuhan orang tua, anak jalanan, anak

Page 8: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

8

yang berhadapan dengan hukum, anak dengan kecacatan, dan anakyang berada dalam asuhan panti sosial. Sedangkan anak yangmembutuhkan perlindungan khusus yang ditangani melalui RPSAdi 15 lokasi dan 20 Lembaga Perlindungan Anak (LPA) mencapai945 jiwa. Lebih jelasnya lihat Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2Jumlah anak bermasalah kesejahteraan sosial yang telah dilayani

tahun 2005-2009

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial 2009.

Anak-anak yang berada di luar asuhan keluarga memilikikecenderungan mengalami penurunan jumlahnya. Hal ini terjadikarena adanya intervensi sosial dalam bentuk pembangunan pusat-pusat kesejahteraan sosial dalam bentuk Rumah Perlindungan SosialAnak (RPSA) dan optimalisasi peranan pusat-pusat pelayanan sosiallainnya.

Pembangunan kesejahteraan sosial dalam bentuk RPSA inidimaksudkan untuk memberikan pengasuhan alternatif bagi anakyang tidak bisa mendapatkan pengasuhan dan perawatan darikeluarga biologisnya, dan memperluas jaringan pelayanan sosialanak baik melalui organisasi sosial/lembaga swadaya masyarakat daridalam negeri maupun luar negeri. Pemerintah melalui KementerianSosial juga memfasilitasi pembangunan Social Development Center(SDC) di DKI Jakarta dan RPSA di tingkat provinsi. Tujuan SDCdan RPSA tersebut adalah melindungi anak-anak dari situasiterburuk yang dihadapi anak di jalanan, kepada situasi yangmemungkinkan anak dapat hidup, tumbuh kembang secara wajar,dan berpartisipasi.

Secara keseluruhan jumlah RPSA yang ada sebanyak 15 unit yangtersebar di 13 provinsi. RPSA merupakan sebuah pusat kesejahteraansosial bagi anak yang berada di luar pengasuhan keluarga u n t u kmeningkatkan kesejahteraan sosial mereka. Lebih jelasnya tentangnama dan lokasi RPSA dapat di lihat pada tabel 3 di bawah ini.

Page 9: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

9

Tabel 3Nama dan lokasi Rumah Perlindungan Sosial Anak

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2008.

Berdasarkan tabel 3 di atas terlihat dari 15 RPSA yang tersebar di 13provinsi, 7 RPSA di kelola oleh Dinas Sosial Provinsi, 1 RPSA dikelolamasyarakat dan 7 RPSA dikelola oleh Kementerian Sosial. Meskipundemikian, 8 RPSA yang dikelola oleh Dinas Sosial Provinsi danmasyarakat tetap berada dalam pembinaan Kementerian Sosial.

Keberadaan SDC dan RPSA memberikan alternatif pelayananrehabilitasi dan perlindungan sosial bagi anak yang mengalamipermasalan kesejahteraan sosial, yang selama ini hanya dikenalmelalui panti asuhan. Berdasarkan data Pusat Data dan InformasiKesejahteraan Sosial (2008) jumlah anak yang memerlukanpelayanan perlidungan sosial mencapai 2.857.311 anak (lihat gambar2).

Page 10: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

10

Gambar 2Populasi anak yang memerlukan perlindungan dan pelayanan sosial

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2008

Pusat kesejahteraan sosial ini dimaksudkan untuk memberikanpengasuhan dan perlindungan sementara kepada anak yang mengalamiketelantaran dan hidup di jalanan, dan berupaya untuk mengembalikananak kepada pengasuhan keluarga. Hal ini dilakukan melalui berbagaipelayanan kesejahteraan sosial dalam bentuk aktivitas pekerjaan sosialmelalui konseling, bimbingan sosial dan mental, dan vokasionalterutama bagi anak yang mengalami tindak kekerasan dan eksploitasi.Anak-anak seperti ini mengalami trauma dengan segala skalanyasehingga memerlukan pemulihan fisik, sosial dan psikologis.

Anak-anak yang berhadapan dengan hukum ditangani di dalam pantisosial dan di luar panti sosial melalui penanganan model keadilanrestoratif (restorative justice). Penanganan sosial anak dengan kecacatan(disabilitas) dilakukan di panti dan juga di dalam keluarga, denganharapan dapat memberikan peluang kepada mereka untuk sejajardengan anak pada umumnya, terutama terkait dengan pemenuhan hak-hak anak. Sementara Taman Balita Sejahtera dikhususkan bagi anakbalita dalam bentuk day care (pelayanan harian) dan lebih berorientasipada penanganan permasalahan gizi buruk anak, kondisi lingkungansosial yang kurang mendukung, dan lemahnya dukungan keluarga.

Permasalahan anak yang membutuhkan perlindungan khusus(AMPK), adalah anak-anak yang berada dalam situasi darurat, anakyang berkonflik dengan hukum, dan anak yang berasal dari kelompokminoritas, dan anak korban trafficking (perdagangan anak). Hal inimenggambarkan sudah semakin kompleksnya permasalahan danpenanganan yang diperlukan.

Page 11: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

11

Gambar 3Model pelayanan/perawatan anak berkelanjutan

Sumber : Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Pelayanan sosial bagi anak melalui pengembangan model pelayanananak secara berkelanjutan perlu lebih disosialisasikan di masa-masayang akan datang. Mengutamakan peningkatan kampanye publikuntuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa tanggung jawabterhadap pengasuhan anak adalah sepenuhnya berada pada orangtua.Kampanye sosial dilakukan melalui jalur pendidikan, media, dankelompok pengasuhan keluarga.

Upaya tersebut dimaksudkan untuk mencegah dan menghindariterjadinya penelantaran, eksploitasi, kekerasan terhadap anak sebagaitahap pertama (primary stage). Namun, apabila terjadi disfungsi sosialkeluarga, ketika terjadi penyimpangan perilaku dari anggota keluarga,selanjutnya diperlukan mediasi. Keberadaan mediator diharapkandapat membantu melakukan identifikasi dan assessment, khususnya bilamengarah pada dukungan finansial dan respite care. Tahapan ini disebuttahap kedua (secondary stage). Sebagai tindak lanjut dari tahap ini, jikabelum ada solusi terbaik menurut kepentingan anak, diperlukanintervensi dan tempat tinggal anak yang bersifat melindungi anak padatahap ketiga (tertiary stage).

Pelayanan di luar panti sosial hanya diberlakukan pada anak yangbermasalah yang memang kurang beruntung dalam keluarganya. Perandan fungsi sosial keluarga terhadap anak diupayakan berjalan denganoptimal, untuk mencari solusi terbaik bagi anak. Terdapat beberapabentuk pengasuhan yang ditawarkan, antara lain keluarga pengganti(foster care), pelayanan keluarga kerabat (kinship care), dan orangtuaasuh (foster parent). Sementara proses adopsi merupakan solusi terakhir.Adapun strategi pelayanan sosial anak yang saat ini dikembangkanadalah sebagai berikut,

(1) Sosialisasi dan promosi hak-hak anak: upaya ini diarahkan untukmeningkatkan kesadaran keluarga dan masyarakat akan hak-hak

Page 12: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

12

anak sehingga anak merasa aman dan terlindungi serta terpenuhinyakebutuhan sosial dasar anak.

(2) Penguatan keluarga dan pemberdayaan masyarakat: adalah upayayang diarahkan pada peningkatan peran dan fungsi keluarga danmasyarakat dalam memberikan perlindungan dan rasa aman padaanak. Dengan demikian anak akan tumbuh kembang secara wajardalam lingkungan yang melindungi.

(3) Fasilitasi dan peningkatan kapasitas kelembagaan: adalah upayayang diarahkan untuk meningkat peran dan fungsi lembaga sebagaiinstitusi penganti keluarga sedarah (keluarga inti). Melaluipeningkatan ini diharapkan kelembagaan sosial pelayanan anakdapat berperan secara optimal dalam memberikan perlindungandan rasa aman serta memperhatikan hak-hak anak.

(4) Penguatan dan pengembangan kerja sama serta kemitraan strategis:adalah upaya yang diarahkan untuk meningkat sinergisitaspenhyelenggaraan kesejahteraan sosial anak. Dengan demikiandapat dikembangkan program dan kegiatan yang utuh, menyeluruhdan berkelanjutan.

(5) Pengembangan model pelayanan sosial anak berbasis ilmupengetahuan dan teknologi: adalah upaya mencari solusi denganmenggunakan kerangka kajian dan analisis konsep dan teori untukmenemukenali penyelenggaraan kesejahteraan sosial yangmemenuhi rasa aman dan hak-hak anak.

(6) Peningkatan kualitas manajemen dan sistem informasi pelayanansosial anak: adalah upaya yang lebih bersifat sistem pendukunguntuk memberikan informasi dan pelayanan sosial anak dalamkerangka penyelenggaraan yang professional, transparan, danbertanggung jawab serta didasari oleh pemahaman hak-hak anaksebagai bagian dari solusi rehabilitasi dan perlindungan sosial anak.

1.1.2. Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia dalam kurun waktu tahun2004-2009 dilakukan oleh Kementerian Sosial melalui DirektoratPelayanan Sosial Lanjut Usia Direktorat Jenderal Pelayanan danRehabilitasi Sosial ditempuh melalui berbagai kebijakan, program dankegiatan yang menempatkan lanjut usia sebagai warga negara yangterhormat dan bermartabat. Kebijakan sosial lebih diarahkan kepadapelayanan kesejahteraan sosial basis keluarga dan komunitas ataumasyarakat di samping tetap memperhatikan kenyataan di lapanganbahwa banyak sekali lanjut usia telantar sekalipun mereka masihmemiliki keluarga sehingga panti sosial dengan pelayanan gratisnyamasih menjadi pilihan bagi mereka.

Page 13: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

13

Arah kebijakan ini ditempuh untuk mewujudkan sistem perlindungandan jaminan sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosiallanjut usia, dengan memberikan kesempatan yang luas untuk terusberaktivitas dan bekerja selama mungkin sehingga aktualitas dirinyadi dalam keluarga dan masyarakat lebih terjamin.

Berbagai program dan kegiatan terus dikembangkan oleh KementerianSosial dengan maksud untuk menumbuhkan suasana kehidupan yangmendorong pralanjut usia dan lanjut usia yang dapat melakukankegiatan sosial keagamaan dan kerohanian selama mungkin di dalamlingkungan keluarga dan komunitas. Dengan demikian, aksesibilitaslanjut usia terhadap sarana dan pelayanan umum diharapkan dapattersedia dengan semakin aktifnya mereka.

Secara garis besar, pelayanan sosial lanjut usia dilaksanakan melaluidua sistem pelayanan sosial yaitu pelayanan melalui sistem panti sosialdan pelayanan melalui sistem luar panti sosial. Program pelayanan sosiallansia dalam panti sosial, sampai saat ini telah dikembangkan enammodel pelayanan. Pertama, pelayanan sosial reguler yakni pelayanansosial kepada lanjut usia telantar agar dapat hidup secara wajar dalamkehidupan bermasyarakat yang dilaksanakan melalui tahapanpelayanan. Kedua, pelayanan harian lanjut usia (day care services) yaitupelayanan sosial yang diberikan pada lanjut usia potensial pada sianghari di pusat-pusat kesejahteraan sosial seperti panti sosial dan tidakmenginap. Ketiga, pelayanan sosial subsidi silang, yaitu pelayanan yangdiberikan kepada lanjut usia di dalam pusat kesejahteraan sosial sepertipanti sosial dengan menginap dengan memberikan kontribusi padainstitusi pelayanan dimaksud. Keempat, pelayanan sosial melalui TraumaCenter, yakni pelayanan sosial yang diberikan di dalam pusatkesejahteraan sosial kepada lanjut usia yang mengalami trauma. Kelima,pelayanan home care yaitu pelayanan dan perawatan sosial bagi lanjutusia yang diberikan oleh petugas panti sosial kepada keluarga lanjutusia telantar yang berada di sekitar lingkungan panti sosial. Keenam,pelayanan petirahan yaitu pelayanan sosial yang diberikan kepada lanjutusia dalam waktu-waktu tertentu (titipan) dengan menginap danmemberikan kontribusi atau kompensasi kepada instansi pelayanan.

Jumlah pusat kesejahteraan sosial seperti ini sampai dengan tahun 2009berjumlah 273 panti sosial, dan 2 panti sosial dikelola oleh KementerianSosial, 76 panti sosial dikelola oleh pemerintah daerah, dan 206 pantisosial dikelola oleh masyarakat.

Sedangkan program pelayanan sosial lanjut usia di luar panti sosial yangmeliputi pelayanan asuhan keluarga (home care services), pelayanan dalamkeluarga pengganti (foster care), pelayanan harian (day care services),usaha ekonomi produktif (UEP), Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Page 14: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

14

Disamping program tersebut, terdapat beberapa program lainnyaseperti,

(1) Program kelembagaan meliputi perintisan dan penguatan jejaringantar-lembaga nasional dan internasional, koordinasi antar-danintersektor, dan penyelenggaraan Hari Lanjut Usia Nasional danInternasional.

(2) Program perlindungan dan aksesibilitas meliputi Jaminan Sosialbagi Lanjut Usia Telantar (JSLU), yaitu pemberian bantuan danjaminan sosial kepada lanjut usia untuk memenuhi kebutuhanhidup sehari-hari sebesar Rp 300.000 per orang per bulan.

(3) Pelayanan Trauma Center, yaitu pelayanan sosial yang dilaksanakanoleh masyarakat kepada lanjut usia yang mengalami trauma.

(4) Pelayanan kedaruratan, yaitu pelayanan yang diberikan kepadalanjut usia dalam situasi darurat.

Tabel 4Hasil yang dicapai dalam pelayanan sosial lanjut usia

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2009

Tabel 4 di atas memperlihatkan gambaran capaian pelayanan lanjutusia terlantar yang diselenggarakan berdasarkan jenis pelayanan. Daritabel tersebut, masyarakat masih menempatkan pelayanan melaluipanti sosial, kegiatan usaha eknomi produktif dan jaminan sosial lanjut

Page 15: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

15

usia sebagai model pelayanan yang disukai sebagai solusi dalammengatasi permasalahan kesejahteraan lanjut usia terlantar.

1.1.3. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat

Jenis kecacatan yang ditangani Direktorat Pelayanan dan RehabilitasiSosial Penyandang Cacat Direktorat Jenderal Pelayanan dan RehabilitasiSosial yaitu tunanetra, cacat mental, cacat tubuh, tunagrahita, tunalaras,tunarungu wicara, dan penyakit kronis. Program dan kegiatanpelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat tersebut dilaksanakanmelalui tiga sistem: (i) Institutional-based yang mencakup programreguler, multilayanan, dan multitarget group melalui day care dan subsidisilang, dan program khusus yang meliputi outreach (penjangkauan),Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK), dan bantuan ahli kepadaorganisasi sosial dan rehabilitasi sosial berbasis masyarakat, (ii) Non-institutional-based yang mencakup pelayanan pendampingan denganpendekatan family-based dan community-based yang menyelenggarakanRehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM), (iii) pelayanan sosial lainnyamencakup Loka Bina Karya, Praktek Belajar Kerja (PBK), UsahaEkonomi Produktif/Kelompok Usaha Bersama (UEP/KUBE).

Program dan kegiatan pelayanan sosial dan rehabilitasi sosial bagipenyandang cacat diarahkan untuk:

(1) Meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja untukmeningkatkan kualitas hidup dan taraf kesejahteraan sosialpenyandang cacat;

(2) Meningkatkan kepedulian sosial masyarakat, memanfaatkanpotensi dan sumber kesejahteraan sosial dan sumber daya ekonomiuntuk pengembangan usaha ekonomi produktif dan membangunbudaya kewirausahaan bagi penyandang cacat;

(3) Mendapatkan bantuan sosial setiap bulan bagi penyandang cacatberat sesuai kriteria melalui sistem jaminan sosial;

(4) Meningkatkan aksesibilitas fisik penyandang cacat terhadap fasilitaspendidikan, kesehatan, pelayanan kesejahteraan sosial, dan sumberdaya ekonomi untuk meningkatkan kualitas hidup dankesejahteraan sosialnya;

(5) Meningkatkan aksesibilitas nonfisik penyandang cacat dalam setiappengambilan keputusan terkait kebijakan publik dan pelayanansosial sesuai dengan perspektif penyandang cacat.

Kementerian Sosial telah melakukan Program Pemberian Bantuan DanaJaminan Sosial bagi penyandang cacat berat sejak tahun 2006 dalambentuk Jaminan sosial penyandang cacat (JSPC). Program ini bertujuanuntuk memenuhi kebutuhan dasar penyandang cacat berat sehingga

Page 16: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

16

taraf kesejahteraan sosialnya terpelihara. Sasaran program ini adalahpenyandang cacat dengan kriteria tertentu (cacat berat) di mana merekadiberikan bantuan sosial dalam bentuk uang tunai sebesar Rp.300.000per orang per bulan selama setahun yang penyalurannya bekerja samadengan PT Pos Indonesia. Pada tabel 5 di bawah ini disajikan datamengenai Program Pemberian Bantuan Dana Jaminan Sosial bagiPenyandang Cacat Berat tahun 2006-2010.

Tabel 5Jumlah penyandang cacat yang menerima bantuan dana jaminan

sosial bagi penyandang cacat tahun 2006-2009 berdasarkan jumlahprovinsi/kabupaten kota

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteran Sosial,2009

Populasi penyandang cacat tahun 2004 mencapai jumlah 1.544.184orang. Dari jumlah tersebut, terdapat kecenderungan meningkatpenyandang cacat dari tahun ke tahun. Sementara itu, programpemberian bantuan dana Jaminan sosial bagi Penyandang Cacat Beratbaru dapat menjangkau jumlah yang sangat terbatas. Hal ini disebabkanketerbatasan anggaran pemerintah, dan sistem pendataan dalam rangkaverifikasi. Dalam konteks ini diperlukan adanya dana pendampingandari pemerintah daerah untuk menjamin keberlangsungan programdan untuk meningkatkan jumlah penyandang cacat berat yang dapatmenerima program tersebut.

Program pemberian bantuan dana jaminan sosial diberikan kepadapenyandang cacat berat yang telah didata oleh Dinas Sosial Provinsi.Kementerian Sosial. Hasil pendataan selanjutnya diverifikasi untukmenetapkan daftar nama calon penerima bantuan definitif. Penetapanpenerima bantuan sosial disahkan melalui Surat Direktur JenderalPelayanan dan Rehabilitasi Sosial atas nama Menteri Sosial RepublikIndonesia.

Langkah-langkah kebijakan dan program yang dikembangkanKementerian Sosial bagi penyandang cacat diuraikan sebagai berikut:

Page 17: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

17

(1) Pelaksanaan sosialisasi Rencana Aksi Nasional (RAN) penyandangcacat di 33 provinsi di Indonesia, dengan hasil yang cukupmenggembirakan serta dipahaminya tujuh aksi yang tertuangdalam RAN penyandang cacat serta terbentuknya kelompok kerja(pokja).

(2) Adanya komitmen 5 provinsi sebagai proyek uji coba rintisan(pilot project) jejaring pemberdayaan penyandang cacat di daerah.

(3) Adanya tim assessment pada Pusat Informasi Pelayanan RehabilitasiVokasional Penyandang Cacat di 4 provinsi untuk melakukanrekrutmen terhadap penyandang cacat dalam rangka untukmengikuti program keterampilan vokasional.

(4) Penyempurnaan program rehabilitasi sosial penyandang cacatmelalui penyempurnaan buku panduan.

(5) Penggandaan 29 jenis buku pedoman terkait dengan programdan pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat.

(6) Perumusan sistem dan prosedur teknis pemberian bantuan danaJaminan sosial penyandang cacat.

(7) Peningkatan kapasitas SDM penanganan penyandang cacat di unitpelaksana teknsi (UPT) terutama penguasaan bahasa isyarat danhuruf braille.

(8) Bantuan tanggap darurat terhadap penyandang cacat korbanbencana dan perlakuan yang salah.

(9) Pengadaan sarana dan prasarana bagi pelayanan kesejahteraansosial penyandang cacat.

(10) Uji coba forum komunikasi orang tua/keluarga denganpenyandang cacat mental.

(11) Uji coba refungsionalisasi Loka Bina Karya.(12) Bantuan kepada orsos (organisasi sosial) kecacatan dan panti sosial

masyarakat yang menangani penyandang cacat.(13) Penyelenggaraan Hari Internasional Penyandang Cacat (Hipenca).(14) Pemberian bantuan dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat Berat.(15) Pengembalian panti daerah (panti sosial penyandang cacat tubuh

Lou Bakri menjadi UPT Kementerian Sosial).(16) Konferensi di dalam dan luar negeri.

1.1.4. Pelayanan dan Rehabilitasi Tunasosial

Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tunasosial DirektoratJenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial selama periode tahun 2005-2009, telah menangani sebanyak 29.252 orang melalui kegiatanbimbingan sosial dan keterampilan serta bantuan usaha ekonomiproduktif yang teralokasi pada kegiatan seperti terlihat pada tabel 6. Disamping pemberian pelayanan sosial, capaian hasil (outcomes) juga dapatberupa terbentuknya jejaring kerja yang ada dalam masyarakat danpemerintah, potensi kelembagaan sosial masyarakat yang dapatberfungsi secara optimal. Potensi ekonomi yang ada di masyarakat sertapotensi pengembangan memungkinkan berkembangnya pelayanandan rehabilitasi sosial bagi tunasosial.

Page 18: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

18

Pembentukan jaringan kerja sangat membantu untuk memberikanpemahaman kepada masyarakat dan penyandang tunasosial,khususnya untuk kasus ODHA dan tunasusila. Kedua kasus ini cukupsignifikan karena berdampak ganda terhadap keluarga dan lingkungansekitar. Sampai dengan tahun 2009, di samping capaian tersebut diatas, pelayanan rehabilitasi sosial juga telah membentuk 712pendamping lapangan. Pendamping tersebut memberikan informasiterkait dengan pelayanan dan data yang berhubungan denganpermasalahan tunasosial di lapangan.

Tabel 6Pemanfaatan sumber daya sosial tahun 2001-2009

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2009

Upaya lain yang dilakukan dalam kerangka pelayanan sosial bagitunasosial adalah melalui kegiatan bimbingan sosial, bimbinganketerampilan dan pemberian bantuan Usaha Ekonomis Produktif (UEP)dalam rangka pembinaan lanjut yang diarahkan pada pemberdayaantunasusila (wanita dan waria tunasusila), gelandangan dan pengemisserta bekas warga binaan pemasyarakatan. Sebagian keluaran (output)hasil penanganan sebanyak 24.385 orang atau 60 persen kelompoksasaran pelayanan telah berhasil memanfaatkan bantuan danmeningkatkan taraf kesejahteraan sosial, dan dapat bersosialisasi denganmasyarakat dan lingkungan sosialnya.

Sementara itu, melalui kegiatan koordinasi dan keterpaduanpenanganan tunasosial diharapkan dapat tercapai sinkronisasi danharmonisasi pelaksanaan program Pelayanan dan Rehabilitasi Tunasosial.Dengan demikian upaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalammengatasi masalah tunasosial menjadi kerangka kegiatan yang utuh,menyeluruh, berkelanjutan dan bersinergi dengan para pemangkukepentingan lain. Gambaran koordinasi keterpaduan tersebut terlihatpada Tabel 7 di bawah ini.

Page 19: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

19

Tabel 7Koordinasi dan keterpaduan penanganan tunasosial tahun

2001–2009

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2009.

1.1.5. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza

Kebijakan pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaannapza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) dilakukan olehDirektorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban PenyalahgunaanNapza Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial melaluirehabilitasi sosial terpadu atau pemulihan terpadu. Rehabilitasi sosialterpadu ini mencakup aspek psikososial dan spiritual, dan vokasional.Di dalam upaya merehabilitasi sosial, dilaksanakan juga upayapeningkatan dan perluasan jangkauan pelayanan dan rehabilitasi sosialkorban napza, terutama pencegahan dan/atau rehabilitasi sosial berbasismasyarakat, peningkatan koordinasi intra - dan inter-instansipemerintah terkait dan partisipasi masyarakat, mengembangkan danmemantapkan peran serta masyarakat/lembaga swadaya masyarakat(LSM) dalam kegiatan pencegahan, pelayanan dan rehabilitasi sosialkorban napza, pengembangan dan peningkatan prasarana dan saranapelayanan rehabilitasi sosial bagi korban napza baik secara fisik maupunsumber daya manusia.

Di samping itu, ada upaya peningkatan profesionalisme pelayanan sosialmelalui pengembangan dan penyediaan sistem informasi tentangpermasalahan sosial penyalahgunaan napza, dan kegiatan pelayananserta rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan napza yang mencakupkegiatan pencegahan, rehabilitasi sosial, pengembangan dan pembinaanlanjut, serta kegiatan kelembagaan, perlindungan, dan advokasi sosial.

Page 20: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

20

Penyalahgunaan Napza adalah permasalahan kesejahteraan sosial yangmemiliki kecenderungan meningkat. Penambahan jumlah kasuspenyalahguna Napza bersumber pada dua arus. Pertama, penambahanyang berasal dari pengguna yang baru. Kedua, penambahan darimereka yang telah pulih setelah melaksanakan kegiatan rehabilitasikambuh kembali menggunakan Napza (relapse). Kompleksitasmasalahnya sering kali dipengaruhi oleh perubahan pola dan gaya hidupkorban.

Sebagai contoh, penyalahgunaan Napza menjadi salah satupenyumbang tercepat penyebaran HIV/AIDS, terutama pada merekayang menggunakan Napza jarum suntik (injecting drugs users/IDUs).Disinyalir, hampir 68 persen penyebaran epidemi tersebut saat ini terjadikarena penyalahgunaan Napza suntik. Data yang dimiliki KementerianSosial menunjukkan pada tahun 2006 terdapat 80.269 korbanpenyalahgunaan Napza, sedangkan Badan Narkotika Nasional tahun2006 memperkirakan ada 3,2 juta penyalahguna Napza.

Untuk mengetahui capaian program dan kegiatan pelayanan danrehabilitasi sosial korban penyalahgunaan Napza mulai dari pencegahan,pelayanan dan rehabilitasi sosial, pembinaan lanjut, pelembagaan,perlindungan dan advokasi sosial tentang masalah korbanpenyalahgunaan Napza dapat dilihat dalam uraian berikut.

(1) Tersedianya buku-buku, pedoman/acuan/panduan tentangpenanggulangan penyalahgunaan Napza, termasuk pedoman yangberbasis institusi ataupun rehabilitasi berbasis masyarakat.

(2) Terlatihnya sumber daya manusia (SDM) sebagai petugas/tenagapencegahan penyalahgunaan Napza di seluruh Indonesia.

(3) Meningkatnya profesionalisme petugas dan lembaga di bidangmanajemen dan teknis pelayanan.

(4) Meningkatnya persentase korban penyalahgunaan Napza yangtelah mendapat pelayanan rehabilitasi sosial dan menurunnyaangka kekambuhan.

(5) Meningkatnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalammenanggulangi penyalahgunaan Napza.

(6) Tersedianya database eks korban Napza, lembaga dan SDMpetugas/pekerja sosial di bidang penanggulangan Napza.

(7) Tersedianya informasi, media, dan sarana dalam kegiatanpencegahan dan rehabilitasi sosial penyalah guna Napza sehinggamudah untuk diakses masyarakat.

(8) Meningkatnya jumlah orsos/LSM/dunia usaha/masyarakat yangikut terlibat dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan Napza,termasuk dalam pembinaan lanjut (baik dari dalam maupun luarnegeri).

(9) Terbentuknya jaringan kerja antarlembaga rehabilitasi sosialkorban penyalahgunaan Napza.

(10) Meningkatnya aktivitas sosial ekonomi eks korban Napza.

Page 21: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

21

(11) Tersedianya perangkat perundang-undangan yang mendukungpemulihan korban penyalahgunaan Napza.

(12) Adanya forum perlindungan dan advokasi sosial pada tingkatnasional, provinsi, kota dan kabupaten.

1.2. Kondisi Umum Bantuan dan Jaminan Sosial

Bantuan dan jaminan sosial merupakan program yang diarahkan untukmemberikan perlindungan sosial kepada penduduk yang membutuhkanpelayanan secara khusus agar terlindungi dari risiko-risiko yang membuatmereka tidak berdaya atau lebih miskin dari kondisi sebelumnya. Untukmemberikan perlindungan kepada kelompok berisiko dan rentan tersebut,dipelukan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bidang bantuan dan jaminansosial. Pada Kementerian Sosial penyelenggaraan dimaksud dilaksanakan olehunit kerja eselon I yaitu Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui bantuan dan jaminan sosial inidilaksanakan secara bertahap, terencana, terprogram dan sistematis melaluikegiatan prioritas sesuai prinsip-prinsip pekerjaan sosial yang melekatsebagaimana tercermin dalam tugas pokok dan fungsi Kementerian Sosialterutama pada unit kerja eselon I. Program dan kegiatan bantuan dan jaminansosial dirancang dalam rangka mengantisipasi permasalahan kesejahteraansosial dengan mengedepankan kebutuhan bagi PMKS terutama yang rentanterhadap segala bentuk kebencanaan dan mereka yang tertimpa musibahbencana alam maupun bencana sosial. Tingginya kasus kebencanaan danmasih tingginya tingkat kerawanan sebagian besar masyarakat, diasumsikandapat meningkatkan jumlah PMKS. Kondisi ini menuntut adanya perubahanparadigma program bantuan dan jaminan sosial pada Kementerian Sosial.

Pergeseran paradigma mengenai penanganan permasalahan kesejahteraansosial ini didorong oleh meningkatnya partisipasi sosial masyarakat, duniausaha dan NGO lokal/nasional maupun internasional dalam memberikanbantuan dan jaminan sosial secara swadaya/sukarela berdasarkan nilai-nilaikesetiakawanan sosial sehingga menciptakan peluang kebersamaan dalammengatasi permasalahan kesejahteraan sosial yang diakibatkan oleh bencanaalam dan bencana sosial, serta tindak kekerasan yang terjadi di dalamlingkungan keluarga dan masyarakat.

1.2.1.Bantuan Sosial Korban Bencana Alam

Indonesia memiliki tingkat intensitas dan frekuensi bencana yang tinggidi hampir seluruh wilayah karena letak geografis dan geologis danbanyaknya vulkanis. Bencana alam seperti gempa bumi, gelombangtsunami, letusan gunung api, banjir, tanah longsor, angin puting beliung,musim kemarau yang panjang. Musim kemarau dan musim hujandengan intensitas tinggi dan panjang mengakibatkan bencana banjirdan tanah longsor. Setiap tahun berbagai jenis bencana alam seperti itu

Page 22: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

22

selalu terjadi dan mengakibatkan korban jiwa dan kerugian harta bendadalam jumlah tidak sedikit.

Berkenaan dengan permasalahan tersebut, penanggulangan bencanaalam yang merupakan upaya kemanusiaan diberikan dalam rangkaperlindungan dan penyelamatan untuk meminimalisasi jumlah korbandan mencegah terjadinya permasalahan sosial baru. Kementerian Sosialmelalui Direktorat Bantuan Sosial Korban Bencana Alam mempunyaitanggung jawab di bidang penanggulangan korban bencana alam secarafungsional, baik terhadap perorangan maupun kelompok masyarakat.

Peristiwa bencana alam besar tsunami di Provinsi Aceh dan pulau Nias(Provinsi Sumatera Utara) pada tahun 2004, bencana gempa bumiberkekuatan 8,7 pada skala Richter (SR) di Pulau Nias dan sebagianProvinsi Sumut pada tahun 2005, bencana gempa bumi yang melandaProvinsi DIY dan Jateng tahun 2006, bencana gempa bumi 6,8 SR dantsunami di Pangandaran Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat padatahun 2006, gempa bumi 7,2 SR di Provinsi Papua Barat pada bulanJanuari 2009, dan terakhir gempa bumi 7,3 SR yang melanda bagianselatan Provinsi Jawa Barat, membawa dampak yang luas .

Gambar 4Jumlah kasus kejadian bencana tahun 2004-2008

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2008

Berdasarkan data kejadian bencana yang dihimpun tahun 2004-2008menunjukkan bahwa intensitas kejadian bencana alam menurunsebagaimana dilihat dalam grafik berikut ini. Dengan penurunantersebut, tidak berarti bahwa Indonesia terlepas dari bayang-bayangterjadinya bencana alam.

Berdasarkan pengalaman penanganan kejadian bencana selama kurunwaktu 2004-2008 itu pula, paradigma penanggulangan bencana alam

Page 23: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

23

mengalami pergeseran dari fatalistic responsive atau kedaruratan menjadiproactive preparedness atau kesiapsiagaan menyangkut penyediaanperlindungan sosial melalui bantuan sosial yang relevan dengan upayapemenuhan kebutuhan dasar korban. Dalam terminologi yangdisepakati masyarakat internasional, pendekatan dalam penangananbencana tersebut dikenal dengan Disaster Risk Reduction (DRR).

Dalam pelaksanaan DRR, Direktorat Bantuan Sosial Korban BencanaAlam bekerjasama dengan sektor lain termasuk di dalamnya dari duniausaha, lembaga sosial masyarakat dan masyarakat luas. Adapun hasilyang dicapai antara lain sebagai berikut.

Membangun sistem dan mekanisme penanggulangan bencana secaraterpadu di pusat dan di daerah melalui kegiatan:

(1) Kesiapsiagaan, merupakan upaya untuk meminimalisasi jumlahkorban bencana dan kerusakan sarana prasarana akibat bencana.Upaya ini dilaksanakan dalam bentuk penyediaan berupa bantuandarurat, peralatan evakuasi, dan mobilisasi kendaraan siaga bencana,penyiapan masyarakat untuk memahami risiko bencana melaluipenyuluhan sosial, latihan, simulasi, dan gladi lapanganpenanggulangan bencana;

(2) Tanggap darurat, merupakan upaya dalam rangka percepatanpenanganan korban bencana dan mencegah terjadinyapermasalahan sosial baru akibat bencana. Upaya ini dilakukandalam bentuk aktivasi sistem penanggulangan bencana melaluiupaya penyelamatan, pemenuhan kebutuhan dasar, dan bantuanterapi psikososial, serta pelibatan personel terlatih dalampenanggulangan bencana (Taruna Siaga Bencana/Tagana);

(3) Pascabencana, merupakan upaya yang dilaksanakan dalam rangkapenguatan kondisi fisik dan psikososial korban bencana. Upaya inidilaksanakan dalam bentuk rehabilitasi sosial secara fisik ataupunnonfisik melalui bantuan stimulan bahan bangunan rumah (BBR),santunan sosial (bantuan biaya bagi korban meninggal), danbantuan sosial dalam rangka penguatan kondisi psikososial korban;

(4) Penanggulangan bencana berbasis masyarakat dengan personelterlatih yang dinamakan Taruna Siaga Bencana (Tagana). Taganatelah turut mengambil bagian penting dalam penanggulanganbencana alam secara berturut-turut dimulai pada tahun 2004sampai dengan tahun 2009.

Bantuan yang diberikan dalam penanggulangan bencana alam adalahbantuan Bahan Bangunan Rumah (BBR), bantuan perlengkapanevakuasi, bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, dan bantuan mobilitassiaga bencana. Bantuan tersebut bertujuan untuk mengurangi risiko

Page 24: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

24

sosial, ekonomi dan psikososial bagi para korban bencana alam. Melaluiupaya tersebut diharapkan tidak menimbulkan permasalahankesejahteraan sosial lain yang menambah permasalahan pada korban.Tabel 8 di bawah ini menjelaskan tentang capaian target fungsionalsasaran Direktorat BSKBA tahun 2005-2009.

Tabel 8.Capaian target fungsional sasaran Direktorat BSKBA

Tahun 2005-2009

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2009.

Penentuan target pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban bencanaalam setiap tahunnya mengalami kecenderungan meningkat danmelampaui target yang ditentukan. Hal ini terkait dengan kejadianbencana alam yang tidak dapat diprediksi sehingga penyiagaan bagikeadaan darurat misalnya menjadi sangat penting. Oleh karena ituuntuk menghindari kondisi yang lebih sulit, Kementerian Sosial telahmenyediakan gudang/baffer stock di setiap provinsi untukmengantisipasi kejadian dan keadaan darurat tersebut. Perbandingantarget pemenuhan kebutuhan dasar dan realisasi selama kurun waktu2005-2009 dapat di lihat pada tabel 9 berikut.

Page 25: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

25

Tabel 9.Perbandingan target dan realisasi pemenuhan kebutuhan dasar

Direktorat BSKBA tahun 2005-2009

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2009

1.2.2.Bantuan Sosial Korban Bencana Sosial

Penanganan masalah kebencanaan sosial masih terus dilakukan padasaat ini yakni melalui penuntasan pengungsi akibat konflik sosial,kebakaran, orang telantar di luar negeri, pelintas batas, pencemaranlimbah, ledakan bom dan kejadian luar biasa yang dinyatakanpemerintah sebagai bentuk bencana sosial. Bencana sosial yang melandatanah air dalam beberapa tahun terakhir telah menyadarkan kitatentang dampak sosial yang ditimbulkannya baik fisik maupunnonfisik, dan terganggunya ketertiban dan tatanan sosial dalamkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sementara itu, Indonesia juga dihadapkan pada fenomena sosial barudengan munculnya dampak sosial akibat pencemaran lingkungan olehlimbah industri, kebakaran hutan, dan berbagai kejadian luar biasayang telah menjadi kenyataan sosial, antara lain, peristiwa busung lapar,endemi flu burung, penataan lingkungan permukiman kumuh danlain-lain yang berdampak luas dalam kehidupan masyarakat danmemerlukan penanganan secara khusus.

Kementerian Sosial melalui unit kerja Eselon I yang mengurusipenanggulangan bencana sosial yakni Direktorat Jenderal Bantuan danJaminan Sosial melalui Direktorat Bantuan Sosial Korban BencanaSosial, telah mengembangkan model-model penanggulangan bencanasosial melalui pendekatan pekerjaan sosial dengan mengedepankanpenguatan potensi lokal (social capital) dan model jembatanpersahabatan untuk mencegah terjadinya bencana sosial. Modeltersebut berdasarkan pengalaman telah memberikan manfaat signifikanterhadap pencegahan kemungkinan munculnya bencana sosial padamasyarakat.

Direktorat Bantuan Sosial Korban Bencana Sosial dalam penangananbencana sosial dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu penanganan

Page 26: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

26

prabencana, tanggap darurat dan pasca bencana, dengan kegiatan yangtelah dilaksanakan sebagai berikut.

(1) Prabencana

Merupakan upaya untuk meminimalisasi jumlah korban bencanadan kerusakan sarana prasarana akibat bencana. Tahapan inidilaksanakan dalam rangka mencegah terjadinya bencana sosialdan atau mencegah muncul kembali bencana sosial yang pernahada, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan:

a) Keserasian Sosial dengan target penuntasan masalahkesejahteraan sosial di “hulu” yang diluncurkan pada tahun2006. Tujuan program ini adalah untuk mewujudkanintegrasi sosial dan penerimaan sosial dalam tatanan hidupberdampingan secara damai melalui sistem dan mekanismekerukunan sosial. Pada tahun 2009, seiring dengan telahtertanganinya korban konflik, program tidak hanyadiarahkan bagi penanganan korban konflik sosial tetapi jugamenjangkau lebih luas pada upaya pencegahan dalammasyarakat, khususnya di daerah rawan konflik sosial.Implementasi kegiatan dalam bentuk bantuan fisik (saranadan prasarana) yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat.Program keserasian sosial telah dilaksanakan di 8 provinsiyaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jambi,Kalimantan Tengah, Bangka-Belitung, Bengkulu, danSumatera Utara dengan jumlah sasaran yang telah terbantusampai pertengahan 2009 sebanyak 138.365 KK.

b) Penggalian kearifan lokal melalui forum-forum saresehandengan tokoh masyarakat lokal. Dialog secara terbuka diikutidengan kegiatan sosialisasi untuk menggugah kesadaran danpemahaman masyarakat terhadap potensi disintegrasi sosialyang memicu konflik sosial.

c) Penanganan implementasi MoU antara Pemerintah RI danGAM dari tahun 2005 hingga tahun 2009 melalui kegiatanReintegrasi Aceh dengan sasaran sebagai berikut (tabel 10).

Page 27: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

27

Tabel 10 Sasaran program reintegrasi Provinsi Aceh Tahun 2005 - 2009

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2009.

Dari sepuluh sasaran tersebut, yang belum diselesaikanpenanganannya adalah pembangunan rumah korban konflik danmasyarakat korban konflik. Hal ini diharapkan dapat dipenuhimelalui dana Otsus (otonomi khusus) yang dikelola PemerintahProvinsi Aceh.

(2) Tanggap Darurat

Merupakan upaya dalam rangka percepatan penanganan korbanbencana dan mencegah terjadinya permasalahan sosial baru akibatbencana. Tahapan dilaksanakan dalam rangka percepatanpenanganan untuk mencegah terjadinya permasalahan sosialbaru dan meminimalisasi jumlah korban, berupa pemberianbantuan sosial tanggap darurat bagi korban bencana sosialsebanyak 9.186 KK, bantuan bagi korban kebakaran dalam bentukbantuan bahan bangunan rumah (BBR) dan pembangunan rumahbagi korban konflik yang berada di tempat pengungsian sebanyak39.553 unit, dan bantuan untuk 589 orang telantar.

(3) Pasca Bencana

Merupakan upaya yang dilaksanakan dalam rangka penguatankondisi fisik dan psikososial korban bencana. Kegiatan inidilaksanakan dalam bentuk rehabilitasi sosial bagi korban bencanasosial akibat konflik sebanyak 384.991 KK/1.924.955 orang yangberada di 22 provinsi, meliputi pengungsi di Provinsi Papua,Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, NTT, NTB, Bali, Jawa Timur,Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, Banten, Kalimantan Barat, Aceh,Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Lampung,dan Riau.

Page 28: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

28

Kementerian Sosial telah mengalokasikan dana dengan upayabersama antara Kementerian Sosial dan Pemerintah Daerah,sehingga masalah pengungsi tersebut dapat diselesaikan padatahun 2005. Walaupun demikian sampai saat ini dalam kenyataanmasih terdapat eks pengungsi yang berasal dari Timor Timurmenuntut bantuan kompensasi akibat jajak pendapat. Tuntutantersebut telah ditangani Kementerian Koordinator BidangKesejahteraan Rakyat bersama Kementerian Dalam Negeri.

1.2.3.Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran

Direktorat Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan PekerjaMigran (KTKPM) menangani permasalahan sosial yang berkaitandengan tindak kekerasan dan pekerja migran. Ketersediaan lapanganpekerjaan yang terbatas di dalam negeri memicu banyaknya pendudukusia kerja yang menganggur mencari peluang kerja di luar negeri.Namun sering kali niat kuat ini tidak diiringi dengan penguasaanpengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang berbagai halyang perlu disiapkan dalam pengurusan perizinan ke luar negeri danketerampilan kerja yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh negarapenerima.

Berbagai permasalahan kesejahteraan sosial muncul ketika pekerjamigran berada di luar negeri seperti korban tindak kekerasan (KTK),korban perdagangan manusia (human trafficking), pelecehan seksualdan eksploitasi tenaga kerja. Pekerja migran yang menjadi korbantindak kekerasan menjadi permasalahan kesejahteraan sosial yangmengemuka karena para korban selain bermasalah mengenaikeimigrasian tetapi juga menjadi korban tindak kekerasan. Isu tindakkekerasan tidak hanya dialami oleh pekerja migran. Dewasa ini kasus-kasus korban tindak kekerasan banyak ditemukan di lingkunganterdekat, seperti kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukanoleh pasangannya atau oleh orangtua terhadap anaknya. Yang lebihluas lagi adalah kasus kekerasan yang terjadi karena konflik sosial.

Permasalahan kesejahteraan sosial korban tindak kekerasan dan pekerjamigran menjadi perhatian Kementerian Sosial mengingat dampak sosialjangka panjangnya yang dirasakan oleh para korban maupun keluargadan komunitasnya. Hasil yang telah dicapai melalui kegiatan BantuanSosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran (BS-KTKPM)sampai dengan tahun 2009 dari bantuan sosial korban tindak kekerasanyang diarahkan kepada terwujudnya keberfungsian sosial danpemulihan sosial KTKPM. Upaya yang dilakukan melalui bantuanUsaha Ekonomi Produktif (UEP) dan pengembangan unit-unitpelayanan sosial trauma center dengan target 33 provinsi.

Page 29: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

29

Korban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah yangteridentifikasi diberikan bantuan UEP dan mendapat pendampingandari pekerja sosial masyarakat sebagai pendamping. Bantuan sosial bagipekerja migran bermasalah dilaksanakan melalui bantuan makanandan pemulangan ke daerah asal melalui kerjasama dengan PT DAMRIdan PT Pelni. Pekerja migran yang telah dipulangkan ke daerah asaldirekomendasikan melalui Dinas Sosial setempat untuk mendapatbantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP).

1.2.4.Pengumpulan dan Pengelolaan Sumber Dana Sosial

Pengelolaan dana kesejahteraan sosial yang berasal dari masyarakatdengan lebih baik, tertib, transparan, akuntabel, efisien dan efektif telahberhasil dikembangkan Kementerian Sosial. Pengelolaan tersebutdilakukan melalui suatu badan yang menyelenggarakan danakesejahteraan sosial.

Kementerian Sosial telah membentuk Badan Pengelola DanaKesejahteraan Sosial (BPDKS) untuk mengelola dana tersebut.Bertindak sebagai ketua pelaksana adalah Direktur Jenderal Bantuandan Jaminan Sosial dan Direktur Direktorat Pengumpulan danPengelolaan Sumber Dana Sosial (PPSDS) sebagai sekretaris.

Penetapan dana kesejahteraan sosial sebagai Dana Hibah Dalam Negerimelalui kesepakatan Kementerian Sosial melalui Direktorat JenderalBantuan dan Jaminan Sosial dengan Departemen Keuangan denganterbitnya Surat Menteri Keuangan RI Nomor S-1237/MK.02/2009tanggal 8 Januari 2009.

Penetapan kriteria PMKS penerima bantuan sosial Dana Hibah DalamNegeri harus memenuhi risiko sosial sehingga penyaluran dana sosialini dapat dilaksanakan secara lebih selektif dan tepat sasaran.Peningkatan partisipasi dunia usaha, khususnya penyelenggara UndianGratis Berhadiah (UGB) dan Pengumpulan Uang dan Barang (PUB)ditandai dengan meningkatnya pengajuan permohonan izinpenyelenggaraan UGB dan PUB sebanyak 30 persen setiap tahunnya.Hal ini mencerminkan adanya rasa tanggung jawab dan kepeduliansosial yang besar dari kalangan dunia usaha terhadap masalahkesejahteraan sosial.

1.2.5.Jaminan Kesejahteraan Sosial

Kemiskinan bukan saja masalah yang dihadapi bangsa Indonesia.Kemiskinan sudah menjadi isu global dan menjadi agenda bersamabangsa-bangsa di dunia untuk menanggulanginya. Oleh karena itu,program penanggulangan kemiskinan harus dilaksanakan secarabersama-sama dan bersinergi. Semua pihak dapat terlibat aktif dalampenanganannya.

Page 30: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

30

Hingga sekarang pemerintah terus berupaya untuk menanggulangimasalah kemiskinan dari perspektif kesejahteraan sosial. Keberpihakanpemerintah terhadap masyarakat miskin dilakukan dengan berbagaiupaya dan kegiatan, baik yang bersifat rutin dalam programpembangunan pada masing-masing kementerian ataupun yang bersifatterobosan dengan penekanan pada kesejahteraan sosial. Programterobosan itu antara lain melalui percepatan penanggulangankemiskinan sekaligus sebagai sarana untuk mengembangkan sistemjaminan sosial bagi masyarakat sangat miskin.

Jaminan kesejahteraan sosial dikembangkan Kementerian Sosial dandilaksanakan oleh Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial berupaAsuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos). Askesos dimaksudkan sebagaiprogram pengganti pendapatan, pemeliharaan dan peningkatanpendapatan di mana peserta Askesos dapat melakukan proteksi sosialsecara mandiri dengan ikut serta membayar premi sebagai kewajibansosialnya.

Askesos yang diluncurkan pada tahun 2003 telah dilaksanakan dibeberapa kabupaten di 33 provinsi. Undang Undang Nomor 11 Tahun2009 Tentang Kesejahteraan Sosial telah secara eksplisitmengamanatkan Askesos sebagai model jaminan kesejahteraan sosial,sedangkan Bantuan Kesejahteraan Sosial Permanen (BKSP) merupakanjaminan perlindungan komunitas dengan memberdayakan organisasilokal.

Di samping Askesos, kegiatan lain adalah asuransi kesejahteraan sosialpermanen (BKSP) merupakan penyempurnaan dari JaminanKesejahteraan Sosial Gotong Royong (JKSGR) yang dikembangkanKementerian Sosial yang bertujuan: (i) terpenuhinya kebutuhan dasarhidup minimal sasaran BKSP sehingga dapat terpelihara tarafkesejahteraan sosialnya, (ii) terlembagakannya kegiatan penyantunanberbasis masyarakat, dan (iii) meningkatnya kepedulian sosial/kesetiakawanan sosial masyarakat khususnya dalam penangananPMKS nonpotensial yang telantar.

BKSP diujicobakan tahun 2003 di delapan provinsi pada 71 orsos/yayasan sebagai lembaga pelaksana, dan berkembang setiap tahunnyahingga tahun 2009 dengan jumlah sebanyak 699 lembaga. Pada awaltahun 2009, penyelenggaraan BKSP dialihkan ke Direktorat JenderalPelayanan dan Rehabilitasi Sosial yang merupakan bagian integral darikegiatan jaminan sosial terhadap sasaran lainnya.

1.2.6.Bantuan Tunai Bersyarat/Program Keluarga Harapan (PKH)

Kegiatan yang dikembangkan dalam rangka percepatanpenanggulangan kemiskinan sekaligus sebagai sarana untukpengembangan sistem jaminan sosial bagi masyarakat sangat miskin

Page 31: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

31

dilakukan melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini dinegara-negara lain dikenal dengan Conditional Cash Transfers (CCT).Program nasional di bidang penanggulangan kemiskinan dariperspektif kesejahteraan sosial ini adalah bantuan sosial tunai bersyaratbagi rumah tangga sangat miskin (RTSM) dengan katagori memilikiibu hamil, ibu menyusui, mempunyai balita, mempunyai anak usiasekolah SD dan SMP. Bentuk bantuan yang diberikan berupa biayatranspor anak ke sekolah dan biaya transpor mengunjungi pusatpelayanan kesehatan.

Tujuan PKH secara umum adalah untuk meningkatkan jangkauan atauaksesibilitas RTSM terhadap layanan publik, khususnya pendidikandan kesehatan. Pemberian bantuan uang tunai untuk jangka pendekdiharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran RTSM. Sedangkanjangka panjang diharapkan dapat terjadi perubahan perilaku yang padaakhirnya dapat memutus mata rantai kemiskinan RTSM tersebut.

PKH yang diluncurkan 2007 telah dilaksanakan di 13 provinsi, yakniSumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara,Gorontalo, Nusa Tenggara Timur, Aceh, Sumatera Utara, Nusa TenggaraBarat, Kalimantan Selatan, DI Yogyakarta, dan Banten, dengan 70kabupaten/kota dan 779 kecamatan. Target RTSM sampai dengan akhir2009 sebanyak 726.000 RTSM di 13 provinsi.

Dalam pelaksanaan PKH tersedia pendamping lapangan atau pekerjasosial pendamping PKH yang didukung oleh sistem teknologiinformasi online 24 jam di 70 kabupaten/kota dan 779 kecamatan,untuk terwujudnya perluasan jangkauan pelayanan dan penambahantarget RTSM dan wilayah kegiatan.

Di samping hal tersebut juga dilakukan penguatan koordinasi antar-instansi dan sosialiasi program mengingat koordinasi masih menjadikendala dalam pelaksanaan program tersebut, dengan melibatkanberbagai instansi terkait seperti Kementerian Kesehatan, KementerianPendidikan Nasional, Kementerian Agama, Kementerian Komunikasidan Informasi, Badan Pusat Statistik, dan PT Pos Indonesia sebagaiperusahaan BUMN yang ditunjuk untuk penyaluran bantuan PKH.Sebagai kegiatan yang menjadi prioritas nasional, maka fokus PKHpada 5 tahun mendatang dititik beratkan pada perluasan jangkauanwilayah dan penambahan jumlah RTSM. Melalui kebijakan inidiharapkan dapat menjangkau lebih dari dua juta RTSM dengancakupan wilayah di 33 provinsi.

1.3. Kondisi Umum Pemberdayaan Sosial

Pemberdayaan Sosial merupakan salah satu dari empat intervensikesejahteraan sosial yang diarahkan untuk mewujudkan warga negara yangmengalami masalah kesejahteraan sosial dan tidak berdaya agar mereka

Page 32: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

32

mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sebagaimana diamanatkan olehUndang Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial. Pengertianmengenai pemberdayaan sosial harus dimaknai secara arif, di mana tujuanpemenuhan kebutuhan dasar itu adalah tujuan awal agar untuk selanjutnyasecara bertahap kehidupan sosial yang lebih baik dan berkualitas sertakemandirian dapat dicapai.

Pemberdayaan sosial juga diarahkan agar seluruh sumber dan potensikesejahteraan sosial yang ada pada masyarakat secara individu, keluarga,kelompok atau komunitas dapat digali dan akhirnya menjadi sumberkesejahteraan sosial yang dapat didayagunakan untuk meningkatkankesejahteraan sosial masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.

Pemberdayaan sosial telah melekat dan terinternalisasi ke dalam strukturorganisasi Kementerian Sosial, bahkan menjadi salah satu pilar intervensikesejahteraan sosial yang mampu menggerakan fungsi sosial manusia selakuindividu, keluarga atau komunitas. Kementerian Sosial memiliki DirektoratJenderal Pemberdayaan Sosial yang memiliki tugas pokok dan fungsipemberdayaan sosial PMKS di satu sisi dan PSKS di sisi lain.

Lingkup sasaran pemberdayaan sosial adalah Keluarga terutama Fakir Miskindan Komunitas Adat Terpencil. Pemberdayaan sosial juga diarahkan untukmenggali nilai-nilai dasar kesejahteraan sosial dan Kelembagaan SosialMasyarakat. Melihat luas cakupan tugas serta kinerja yang harus dicapai, perludicermati lebih mendalam hal-hal yang berkaitan dengan kondisi aktualpermasalahan utama, capaian, proyeksi ke depan, modal dasar, tantangandan peluang agar dapat dirumuskan suatu rencana strategis yang tepat.

1.3.1. Pemberdayaan Sosial Fakir Miskin

Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosialyang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya, ditandaiadanya pengangguran, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan. Olehkarena itu, kemiskinan merupakan masalah nasional yangpenanggulangannya tidak dapat ditunda dan menjadi prioritas utamadalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Kemiskinanmerupakan masalah yang sulit ditanggulangi, karena mayoritas masukkategori kemiskinan kronis (chronic poverty) yang terjadi terus-menerusatau juga disebut kemiskinan struktural.

PMKS yang dikategorikan sebagai fakir miskin, termasuk kategorikemiskinan kronis, yang membutuhkan penanganan sungguh-sungguh, terpadu secara lintas sektoral dan berkelanjutan. Selain itu,terdapat sejumlah warga yang dikategorikan mengalami kemiskinansementara (transient poverty) yang ditandai dengan menurunnyapendapatan dan kesejahteraan masyarakat secara sementara akibatperubahan kondisi normal menjadi kritis, bencana alam, dan bencana

Page 33: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

33

sosial seperti korban konflik sosial. Kemiskinan sementara jika tidakditangani secara serius dapat menjadi kemiskinan kronis.

Pada awal RPJMN I 2004–2009 populasi fakir miskin di Indonesiatercatat 36,10 juta, sedangkan tahun 2009 berjumlah 32,5 juta orang(Badan Pusat Statistik, 2009). Berdasarkan catatan Kementerian Sosialdalam kurun waktu 2004–2009 telah dilakukan pemberdayaan3.518.176 orang atau 837.661 KK yang dilaksanakan oleh DirektoratJenderal Pemberdayaan Sosial Fakir Miskin.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan jumlah fakirmiskin di Indonesia, antara lain keadaan ekonomi nasional yang belumstabil. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yangdicapai masih di bawah 6 persen setiap tahunnya, posisi geografisIndonesia yang berada pada daerah rawan bencana baik gempa, gunungmeletus, banjir, tanah longsor, dan lain-lain. Target MDGs tahun 2015harus dapat menurunkan 50 persen dari jumlah penduduk miskin.Maka target penurunan jumlah penduduk miskin pada RPJMN II tahun2010– 2014 sebesar 7.000.000 orang atau 1.666.000 KK. Dengandemikian, rata-rata target yang akan dicapai setiap tahunnya adalah1.400.000 orang atau 333.334 KK melalui berbagai program dan kegiatanyang relevan serta dapat meningkatkan kesejahteraan fakir miskin.Komponen kegiatan pemberdayaan fakir miskin mencakup:

(4) Santunan hidup dan akses jaminan sosial merupakan kegiatanpemberian bantuan sosial kepada keluarga fakir miskin untukmemelihara taraf kesejahteraan sosialnya dalam jangka waktusampai kegiatan usaha ekonomi produktif telah rnenghasilkan

(1) Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif melalui KelompokUsaha Bersama (Kube) untuk meningkatkan kemampuan dalammengakses sumber daya ekonomi, meningkatkan kemampuanusaha ekonomi, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan penghasilan dan menciptakan kemitraan usaha yangsaling menguntungkan. Kegiatannya dilaksanakan dalam bentukbantuan pemberian fasilitas ekonomi atau bantuan modal usahayang disalurkan kepada fakir miskin dengan pendekatanKelompok Usaha Bersama (KUBE).

(2) Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM)-KUBESejahtera untuk memecahkan masalah/kendala permodalan dankebutuhan dana yang dihadapi Kube fakir miskin.

(3) Rehabilitasi sosial daerah kumuh (RSDK) untuk mendorongpartisipasi warga agar peduli dan tetap memelihara budayagotong royong serta kesetiakawanan sosial terhadap keluarga-keluarga fakir miskin di lingkungannya

Page 34: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

34

pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupsecara mandiri.

(5) Pengembangan kemitraan sosial dalam penanggulangankemiskinan untuk menumbuhkan jalinan kerja sama yang setaraantarperseorangan, kelompok, organisasi (PT, dunia usaha, LSM/orsos, kalangan perbankan) yang memiliki komitmen bekerjasama dalam mencapai tujuan penanggulangan kemiskinan.

(6) Pengembangan Desa Miskin/Adopsi Desa Miskin yang bertumpupada pendekatan pengembangan masyarakat (communitydevelopment).

(7) Manajemen pelayanan kesejahteraan sosial fakir miskin untukmeningkatkan profesionalisme pelayanan kesejahteraan sosialbagi fakir miskin agar efektivitas dan efisiensi pelaksanaanprogram bisa tercapai.

Sasaran kegiatan program pemberdayaan fakir miskin diarahkan pada:(i) keluarga fakir miskin yang tidak mempunyai sumber matapencaharian atau mempunyai mata pencaharian namun tidakmencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar serta tinggal di daerahhutan masyarakat, perdesaan/pertanian, suburban, perkotaan, pesisir/pantai, kepulauan terpencil, dan perbatasan antarnegara, dan (ii)keluarga fakir miskin yang mengalami penurunan pendapatan dankesejahteraannya secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisinormal menjadi kondisi kritis, seperti korban bencana alam, korbanbencana sosial/korban konflik sosial, terkena pemutusan hubungankerja, dan masalah lainnya yang menyebabkan terhentinya penghasilankeluarga.

1.3.2. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

Komunitas adat terpencil (KAT) merupakan kelompok sosial-budayayang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalamjaringan dan pelayanan, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik(Keppres Nomor 111/1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan SosialKomunitas Adat Terpencil). Kriteria umum Komunitas Adat Terpencil,terdiri atas: (i) berbentuk komunitas kecil, tertutup, dan homogen, (ii)pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan, (iii) padaumumnya masih hidup dengan sistem ekonomi subsistem, (iv) padaumumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit terjangkau, (v)peralatan dan teknologinya sederhana, (vi) ketergantungan padalingkungan hidup dan sumber alam setempat relatif tinggi, dan (vii)terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi, dan politik.

Keberadaan suku-suku tertentu yang relatif tertinggal, terpencil,terasing, dan belum banyak tersentuh oleh proses pembangunan cukup

Page 35: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

35

banyak dan tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,Papua, Kepulauan Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara, sampai PulauJawa (Banten) yang relatif lebih maju dan aksesibilitasnya lebih tinggi.Suku-suku tertentu itu telah lama tinggal di daerahnya dengan budayadan adat istiadat yang diturunkan dan diwariskan kepada generasipenerusnya.

Suku-suku tersebut pada umumnya masih memegang teguh adat danbudaya, cenderung tertutup serta menolak berbagai pengaruh budayaluar, bahkan proses pembangunan sekalipun. Beberapa di antaranyabahkan masih hidup dalam dunianya sendiri dan sangat jarangberinteraksi dengan masyarakat lain di sekitarnya. Mereka juga terpisahmenjadi masyarakat terasing di dalam wilayah atau daerah tertentu.

KAT pada umumnya merupakan kelompok masyarakat yangtermarginalisasi dan belum terpenuhi hak-haknya, baik dari segiekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Marginalisasi terhadap KATmuncul sebagai akibat dari lemahnya posisi tawar (bargaining position)mereka dalam menghadapi persoalan yang dihadapinya. KAT seringkali menjadi korban dari konflik kepentingan ekonomi wilayah.Eksploitasi sumber daya alam oleh pendatang (kekuatan ekonomi yangbesar) di wilayah pedalaman menjadikan hak-hak ulayat masyarakatatas tanah mereka hilang. Terjadi pula, lunturnya sistem budaya kearifanlokal, serta rusaknya lingkungan tempat mereka hidup. Selain itu,rendahnya aksesibilitas ke wilayah tempat tinggal KAT menyebabkansulitnya KAT setempat menjangkau fasilitas layanan publik yangdisediakan pemerintah. Berbagai kondisi tersebut menyebabkanketidakberdayaan dan rendahnya kualitas hidup KAT.

Persebaran KAT sesuai dengan data terakhir adalah 1.065.250 orang(213.050 KK) tersebar di 2.935 lokasi, 2.263 desa, 1.032 kecamatan,259 kabupaten di 27 provinsi (Pemutakhiran data KAT Tahun 2009).Permasalahan KAT meliputi: (i) kesenjangan sistem sosial budayadengan masyarakat Indonesia pada umumnya, (ii) ketertinggalan dalamsistem sosial, teknologi, dan ideologi, (iii) sangat kurang memadainyapemenuhan kebutuhan dasar (basic human needs), (iv) belum atau sangatsedikit menerima pelayanan pembangunan, (v) belum efektifnyapemanfaatan waktu dalam kehidupan sehari-hari, (vi) belummantapnya integrasi sosial KAT ke dalam sistem institusikemasyarakatan di sekitarnya, dan (vii) berkurangnya/menurunnyacitra bangsa karena di balik laju pembangunan di segala bidang, dalamkenyataan masih ada kelompok masyarakat yang hidup tertinggal.

Komunitas adat terpencil yang merupakan bagian dari masyarakat danbangsa Indonesia mempunyai kesempatan dan hak yang sama untukhidup sejahtera, dan maju serta bisa meningkatkan taraf kesejahteraanke arah terwujudnya integrasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara. Keterasingan, keterpencilan yang mereka

Page 36: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

36

alami tidak hanya menimbulkan kemiskinan, tetapi juga ketertinggalanyang berakibat lebih lanjut pada kerawanan mereka terhadap berbagaieksploitasi sehingga isu KAT terkait pula dengan isu HAM, lingkungan,dan integrasi sosial.

Pada awal PJMN I 2004–2009, berdasarkan hasil pemutakhiran dataKAT secara nasional, tercatat sebanyak 229.479 KK berada di 2.650lokasi. Mereka tersebar di 246 kabupaten, 852 kecamatan, dan 2.037desa. Mereka mendiami habitat yang bervariasi, seperti dataran tinggi/pegunungan, dataran rendah/rawa pedalaman/daerah perbatasan dandi atas perahu/pesisir pantai.

Sejak tahun 1999 sampai penghujung PJMN I, tingkat keberhasilanpemberdayaan KAT tercatat 75.621 (35,5 persen). Sementara tahun2009 sedang diberdayakan sebanyak 9.730 (4,57 persen), terdiri atasPemberdayaan Tahun I, sebanyak 2.620 KK, Pemberdayaan Tahun IIsebanyak 3.537 KK, dan Pemberdayaan Tahun III sebanyak 3.573 KK.Dengan demikian, sisa populasi KAT yang akan diberdayakan padaPJMN Tahap II dan PJMN seterusnya sebanyak 124.891 KK (58,83persen). Percepatan, peningkatan, dan perluasan jangkauanpemberdayaan KAT tersebut akan dilakukan melalui dua tahapan, yaitu:

(1) Percepatan, peningkatan, dan perluasan aksesibilitas lokasiketerpencilan KAT dengan dunia luar.

a) Selama PJMN I, pemberdayaan KAT bekerja sama denganpemerintah provinsi, kabupaten, dan lintas sektor terkait yangtergabung dalam kelompok kerja telah berhasil membukaakses di 909 lokasi KAT yang tersebar di tiga puluh provinsi.

b) Kegiatan itu dilakukan melalui pembangunan infrastrukturjalan sederhana, pemberian bantuan sarana transportasi,penerangan (genset) ataupun sarana informasi (buku-bukubacaan ataupun radio).

(2) Percepatan,peningkatan, dan perluasan pelayanan sosial dasar:a) Selama PJMN I, pelayanan sosial dasar bagi warga KAT telah

berhasil menjangkau 17.168 KK di tiga puluh provinsi.b) Komponen pelayanan sosial dasar yang diberikan untuk 17.168

KK meliputi tiga hal, yaitu:1) Program perumahan warga miskin diberikan dalam

bentuk pembangunan rumah sederhana tipe 30 ataubantuan bahan rumah (BBR).

2) Program jaminan hidup bagi 17.168 KK warga KAT selamasatu tahun.

3) Program pemberian sandang dalam bentuk selimutataupun pakaian pada saat kontak sosial awal.

Melalui dua tahapan tersebut, sampai tahun 2009 warga KAT PurnaBina yang berhasil tercatat sebanyak 3.548 KK di 63 lokasi pada 30

Page 37: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

37

provinsi. Komponen kegiatan pemberdayaan komunitas adat terpencil,meliputi:(1) Persiapan pemberdayaan melalui kegiatan pemetaan sosial.(2) Penjajakan awal, studi kelayakan, dan pemantapan kesiapan

masyarakat.(3) Pelaksanaan pemberdayaan (tahun I, II, dan III) baik secara insitu

maupun eksitu. Stimulus pengembangan masyarakat (insitu) bagiKAT yang sudah bertempat tinggal menetap dan memiliki matapencaharian.

(4) Pemantapan kelompok kerja (pokja) dan forum konsultasipemberdayaan KAT.

(5) Penempatan petugas lapangan (pendamping sosial).(6) Pengembangan sumber daya manusia (SDM), baik pengelola,

pendamping sosial, maupun warga dampingan sosial.(7) Perlindungan dan advokasi sosial KAT.(8) Pemantapan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan

pemberdayaan KAT.(9) Pengembangan manajemen sistem informasi KAT.(10) Monitoring dan evaluasi.

1.3.3. Pemberdayaan Kelembagaan Sosial Masyarakat.

Di bidang pengembangan potensi dan sumber kesejahteraan sosial(PSKS), selama lima tahun terakhir Kementerian Sosial melaluiDirektorat Pemberdayaan Kelembagaan Sosial Masyarakat telahmelakukan upaya pemberdayaan kelembagaan sosial masyarakat yangmerupakan infrastruktur pembangunan kesejahteraan sosial sepertikarang taruna (KT), pekerja sosial masyarakat (PSM), organisasi sosial(orsos), dunia usaha, dan kelompok-kelompok sosial masyarakat diantaranya wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (kelompokarisan, pengajian, usaha kecil, paguyuban suku/etnis dan kampung asal)dalam bentuk pelatihan manajemen pengelolaan dan pengembanganUEP.

Jumlah organisasi sosial (orsos) mengalami peningkatan yang relatifbesar. Berdasarkan data Pusdatin Kesos (2004), sebanyak 33.364 orsoslokal, dan 16 orsos luar negeri yang bermitra dengan Kementerian Sosial.Sementara, kemampuan orsos dalam pelayanan sosial relatif belummemadai, yang tercermin dari jumlah orsos yang relatif mandirisebanyak 5.714 orsos (32,34 persen) dari total orsos. Oleh karena itu,tetap diperlukan adanya bimbingan dan pemberdayaan orsos gunameningkatkan kemampuan dan kinerja orsos, serta mengurangiketergantungan terhadap bantuan pemerintah.

Selama PJMN I 2004-2009 infrastruktur yang diberdayakan sebagaiberikut: (1) jumlah karang taruna yang telah diberdayakan sebanyak9.980 karang taruna dari sekitar 62.092 karang taruna, sehingga jumlahyang belum diberdayakan sampai saat ini sekitar 52.112 karang taruna;

Page 38: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

38

(2) selanjutnya dari sejumlah 34.587 organisasi sosial, telah diberdayakan10.202 organisasi, sedangkan yang belum diberdayakan sampai saatini sekitar 24.385 organisasi sosial, (3) jumlah WKSBM yangdiberdayakan yang berada di 62.092 desa/kelurahan. (Dari jumlahtersebut, telah diberdayakan 1.136 WKSBM, sehingga dalam lima tahunke depan WKSBM yang perlu diberdayakan sebanyak 59.164 desa/kelurahan) ; (4) jumlah pekerja sosial masyarakat (PSM) 282.719, telahdiberdayakan 23.452 PSM, sehingga jumlah yang belum diberdayakansampai saat ini berjumlah 259.267 orang; (5) kerja sama kelembagaandan dunia usaha telah dilakukan pada 159 kegiatan.

Sebagai langkah antisipasi atas kompleksnya permasalahan dan kondisitenaga kesejahteraan yang ada, dan untuk melakukan upaya capacitybuilding, maka dibentuk tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK)yang sampai tahun 2009 sebagai awal pembentukannya telah ada 5.267orang TKSK di 5.267 kecamatan dan lima tahun ke depan akan terusditingkatkan seiring dengan perluasan wilayah.

Di samping kegiatan regular pemberdayaan karang taruna, organisasisosial, pekerja sosial masyarakat, WKSBM dan kerja sama kelembagaandan dunia usaha, dilakukan juga program inovasi seperti pertukarankarang taruna antar-wilayah dalam rangka keutuhan wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia yang diikuti peserta dari 33 provinsi danpengadaan TKSK.

Komponen kegiatan pemberdayaan kelembagaan sosial masyarakat:(1) Pemberdayaan dibidang Pemberdayaan Pertanian Terpadu bagi

Organisasi Sosial dan Karang Taruna.(2) Pemantapan Program Pemberdayaan Karang Taruna, Organisasi

Sosial dan PSM(3) Orientasi dan Seleksi Karang Taruna, Orsos dan PSM Berprestasi(4) Bantuan Stimulan Untuk Karang Taruna, Organisasi Sosial dan

PSM(5) Bimbingan Manajemen Organisasi Sosial(6) Penguatan Jaringan Kerja Orsos Melalui UEP(7) Pertemuan Jaringan kerja FKPSM tingkat Nasional(8) Pengadaan Seragam Atribut PSM(9) Bimbingan Sosial PSM di Perbatasan(10) Bimbingan Teknis PSM(11) Bantuan Kinerja Kelembagaan/kapasitas bagi Pengurus Karang

Taruna, FK PSM dan BKKKS(12) Pemantapan Potensi Kader Inti Karang Taruna(13) Penerbitan Media Informasi Karang Taruna(14) Temu Koordinasi Program dengan Pengurus Nasional Karang

Taruna(15) Jambore/Expo Karang Taruna 2010(16) Temu Karya Nasional/Rakernas Karang Taruna(17) Pertukaran Karang Taruna Antar Wilayah

Page 39: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

39

(18) Penghargaan bagi Pembina Karang Taruna(19) Pemantapan Fasilitator Pembekalan WKSBM(20) Pemantapan Pelaksana WKSBM(21) Orientasi Kepala Desa/Lurah(22) Pemantapan Fasilitator Pembekalan WKSBM(23) Perintisan Puskesos(24) Pemantapan Program Peningkatan Kerjasama Kelembagaan dan

Dunia Usaha.(25) Pemantapan Forum Kerjasama Kelembagaan Tanggung Jawab

Sosial Dunia Usaha(26) Pemantapan Peningkatan Kapasitas Pelaporan Sosial CSR(27) Penguatan Jaringan Kerjasama Kelembagaan (KKDU)

1.3.4. Pemberdayaan Keluarga

Permasalahan sosial senantiasa datang dari keluarga, mengingatkeluarga tidak mampu mengoptimalkan peran dan fungsinya secarabaik dan benar sesuai dengan potensi yang dimiliki. Upaya mengatasipermasalahan keluarga dalam kategori rentan disesuaikan denganpermasalahan yang ada. Hal ini mencerminkan bahwa keluarga sebagaisumber permasalahan, keluarga sebagai dampak adanya permasalahantetapi keluarga juga memiliki potensi untuk mengatasi masalah. Secaraumum, apabila penyelesaian permasalahan tidak diawali dari keluargaakan berdampak berkembangnya permasalahan baru di masyarakat.

Sebagai upaya preventif untuk mencegah permasalahan keluarga rentan,masalah sosial, psikologis, dan wanita rawan sosial ekonomi masuk kedalam golongan/kelompok fakir miskin adalah memfasilitasi merekadalam kegiatan yang bersifat bimbingan sosial dan pemberdayaan, baikdilakukan dalam mekanisme kelompok maupun perseorangan.Selanjutnya, mengembangkan peran dan fungsi kelembagaan formalsebagai pusat informasi dan pelayanan konsultasi kepada individu,keluarga, kelompok, masyarakat ataupun organisasi sehinggamendapatkan pelayanan tepat sasaran, pada tahun 2009 dikembangkanmelalui Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) yang saatini sudah mencapai 465 kabupaten/kota dan 66 LK3 berbasismasyarakat. Hal ini dilakukan untuk memfasilitasi keluarga padaumumnya ataupun keluarga bermasalah sosial psikologis untukmendapatkan pelayanan dan rujukan sesuai dengan permasalahannya.

Pemberdayaan yang dilakukan kepada keluarga rentan di Indonesiayang sebelumnya berjumlah 7.092.089 KK (Pusat Data dan InformasiKesejahteraan Sosial, 2007), pada tahun 2009 menjadi 6.770.205. SelamaPJMN I 2005–2009 telah diberdayakan 321.884 KK. Adapun kegiatandilakukan melalui Kelompok Usaha Bersama Keluarga Muda Mandiri(Kube-KMM) dan Asistensi Kesejahteraan Sosial Keluarga (AKSK).Pemberdayaan wanita rawan sosial ekonomi (WRSE) yang sebelumnyaberjumlah 1.184.400 orang (Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan

Page 40: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

40

Sosial, 2007) menjadi 1.167.613 orang atau telah diberdayakan melaluipemberdayaan perempuan (PP) sejumlah 16.787 orang pada PJMN I2005–2009, sedangkan penumbuhan LK3 sejumlah 465 kabupaten/kotadiharapkan mampu menangani permasalahan keluarga bermasalahsosial psikologis yang sampai saat ini berjumlah 287.665 orang (PusatData dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2007).

Selanjutnya pengembangan Lembaga Pemberdayaan Keluarga (LPK)mencapai 34 LPK di 7 provinsi dan Lembaga Pemberdayaan Perempuan(LPP) mencapai 17 LPP di 6 provinsi.

Selama tahun 2010–2014 diharapkan dapat diberdayakannya keluargarentan sebanyak 965.652 KK, wanita rawan sosial ekonomi sebanyak50.361 orang, dan fasilitas operasional LK3 kabupaten/kota sejumlah485 LK3, selanjutnya fasilitas operasional LK3 berbasis masyarakatberjumlah 301 LK3 di 33 provinsi. Komponen kegiatan pemberdayaankeluarga dilakukan melalui:

(1) Bimbingan kesejahteraan sosial keluarga (BKSK)(2) Pemberdayaan keluarga muda melalui Kube (Kube-KMM)(3) Asistensi kesejahteraan sosial keluarga (AKSK)(4) Konsultasi dan perlindungan kesejahteraan keluarga melalui LK3(5) Pemberdayaan kelembagaan keluarga(6) Pemberdayaan sosial keluarga(7) Peningkatan kesejahteraan sosial keluarga(8) Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas)

1.3.5. Keperintisan, Kepahlawanan, dan Kesetiakawanan Sosial

Pengembangan dan potensi sumber kesejahteraan sosial tidak hanyainfrastruktur kesejahteraan sosial yang menjadi mitra dalam penangananmasalah sosial semata, tetapi juga terhadap nilai-nilai kepahlawanan,keperintisan, dan kesetiakawanan sosial. Selama PJMN I 2004–2009telah dilakukan upaya pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan, dankesetiakawanan sosial (K2KS) yang dilaksanakan oleh DirektoratKeperintisan, Kepahlawanan, dan Kesetiakawanan Sosial melaluipemberian bantuan dan santunan sosial kepada warakawuri pahlawansebanyak 83 orang, perintis kemerdekaan sebanyak 465 orang, dan jandaperintis kemerdekaan sebanyak 1.319 orang.

Selain itu, kepada mereka diberikan pula bantuan kesehatan danbantuan perbaikan rumah untuk warakawuri pahlawan, perintiskemerdekaan, dan janda perintis kemerdekaan. Sementara untukpemeliharaan, pemugaran, dan pembangunan dilakukan di TMPNKalibata Jakarta, 88 MPN (makam pahlawan nasional), dan 50 TMP(taman makam pahlawan) tingkat provinsi. Pada tahun 2004–2009 telahdianugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 18 putra terbaik bangsasehingga sampai saat ini jumlah pahlawan nasional adalah sebanyak144 orang.

Page 41: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

41

Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah kecenderungan semakinmelemahnya pemahaman dan penghayatan nilai K2KS, menurunnyakondisi sosial ekonomi dan kesejahteraan para perintis kemerdekaan/janda perintis kemerdekaan, dan pejuang serta kondisi taman makampahlawan, makam pahlawan nasional sebagian besar kurang terawat.Upaya penanganan diarahkan untuk tetap terpeliharanya nilaiketeladanan dan jiwa kejuangan bagi kalangan generasi muda.Komponen kegiatan keperintisan, kepahlawanan, dan kesejahteraansosial meliputi:

(1) Penelusuran riwayat/sejarah perjuangan calon penerimapenghargaan.

(2) Pemberian tanda kehormatan/jasa dan penghargaan tingkatnasional.

(3) Pengenalan, penanaman dan penghayatan nilai K2KS (ziarah wisata,sarasehan kepahlawanan, dan napak tilas).

(4) Bantuan perbaikan rumah keluarga pahlawan, perintiskemerdekaan/ janda perintis kemerdekaan.

(5) Bimbingan pelestarian K2KS kepada guru, tokoh masyarakat/agama/pers.

(6) Pemugaran dan pemeliharaan TMP/MPN/MPK.

1.4. Kondisi Umum Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial

Pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial merupakan unsur penunjangunit teknis dalam pengembangan kualitas dan kuantitas sumber daya manusiadan kebijakan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, untukmendukung kapasitas sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidangkesejahteraan sosial dikembangkan oleh Badan Pendidikan dan PenelitianKesejahteraan Sosial melalui empat strategi kegiatan prioritas, yaitu (i) kegiatanpengelolaan sumber daya aparatur, (ii) pendidikan dan pelatihan teknispekerjaan sosial bagi aparatur ataupun masyarakat, (iii) kegiatan penelitiandan pengembangan, dan (iv) pendidikan kedinasan. Lebih jelasnya secaraterperinci dapat dijabarkan sebagai berikut.

1.4.1. Kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Aparatur

Kegiatan pengelolaan sumber daya aparatur merupakan kegiatanpendidikan dan pelatihan (Diklat) bagi para pelaksana pembangunankesejahteraan sosial, baik aparatur pemerintah maupun masyarakat yangmemiliki kepedulian dalam pembangunan kesejahteraan sosial.Kegiatan pendidikan dan pelatihan ditujukan untuk meningkatkankompetensi sumber daya manusia (SDM) kesejahteraan sosial, sehinggadiharapkan tercipta profesionalisme dalam penyelenggaraankesejahteraan sosial.

Page 42: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

42

1.4.2. Pendidikan dan Pelatihan teknis pekerjaan sosial bagi aparaturdan masyarakat

Diklat Manajemen Pekerjaan Sosial bagi aparatur ataupun masyarakat,Diklat Jabatan Fungsional Pekerja Sosial, Diklat Kepemimpinan TingkatIII dan IV di lingkungan Kementerian Sosial. Jumlah alumni Diklatdalam kurun waktu 2001-2009 secara terperinci dapat dilihat pada tabel11 di bawah ini.

Tabel 11Jumlah alumni diklat pegawai dan masyarakat 2005–2009

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2009.

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah aparatur pemerintah yangtelah mengikuti diklat dari target 7.056 peserta (2005-2009) hanya dapatdilaksanakan untuk 6.816 orang (95,64 persen). Hal ini karena padatahun 2007 terjadi kebijakan pemerintah untuk mengurangi biayaanggaran di MAK 024119 (biaya perjalanan dinas lainnya) sebesar 70persen sehingga berakibat pengurangan peserta Diklat, tetapi dari sisianggaran dapat terealisasi 100 persen. Demikian juga halnya padapelaksanaan kegiatan Diklat bagi masyarakat, dari yang ditargetkan6.422 orang hanya dapat dilaksanakan untuk 6.248 orang (92,90 persen).

1.4.3. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial

Kegiatan penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial yangdikembangkan Pusat Penelitian dan Pengembangan KesejahteraanSosial (Puslitbang Kesos) yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan,arah kebijakan, dan program pembangunan kesejahteraan sosial, sertakegiatan-kegiatan yang telah diluncurkan kementerian. Bahkan telahdikembangkan suatu penelitian untuk kebutuhan unit tekniskementerian (by research programme) seperti yang telahdiimplementasikan pada kegiatan pola konsentrasi di wilayahperbatasan antar-negara dan daerah terpencil (Kepulauan Miangas,Kepulauan Marore dan Kabupaten Sukabumi).

Page 43: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

43

Demikian juga yang dilakukan Balai Besar Penelitian dan PengembanganPelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Yogyakarta, sebagai pembedadengan kegiatan yang dilakukan Puslitbang Kesos, B2P3KS Yogyakartadiarahkan pada pengembangan uji coba model dan program regularpelayanan sosial di panti-panti sosial.

Sama halnya dengan yang dilakukan oleh Pusat PengembanganKetahanan Sosial Masyarakat (Pusbangtansosmas), bahkan kegiatannyalangsung memberikan intervensi kepada masyarakat sasaran, terutamakearifan lokal dan institusi-institusi lokal untuk mendukung programpenguatan desa yang berketahanan sosial.

Tabel 12Jumlah hasil penelitian 2005-2009

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2009

Berdasarkan tabel 12 mengenai hasil-hasil penelitian di atas, dapatdigambarkan bahwa secara total (overall) yang dicapai adalah:

(1) Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, menghasilkan19 paket penelitian (2005-2009). Target sasaran kegiatan penelitiandan pengembangan Pusbangtansosmas terkonsentrasi padapengembangan kapasitas pranata sosial guna menumbuhkembangkan kepedulian nilai-nilai kearifan lokal sebagai perintispembangunan kesejahteraan sosial dalam mengembangkanwilayah yang berketahanan sosial.

(2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial,menghasilkan 39 paket penelitian (tahun 2005-2009). Focus concerndari Puslitbang Kesos adalah penelitian-penelitian kebijakandepartemen dan penelitian pengembangan model pelayanan sosial.

(3) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan KesejahteraanSosial (BBPPPKS) Yogyakarta kegiatannya difokuskan padapenelitian terapan dengan setting pada pusat-pusat pelayanan sosiallangsung terhadap pengguna yang akan memberikan suatu

Page 44: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

44

rekomendasi bagi berlangsung-tidaknya suatu kegiatan. Untukkurun waktu tahun 2005-2009 menghasilkan 27 paket penelitian.

(4) Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), selama kurun waktu kegiatandari tahun 2005 s.d. 2009 telah melakukan pembangunan SistemInformasi Kesejahteraan Sosial (SIKS). Sasaran kegiatan ini diantaranya adalah mengupayakan pengumpulan dan pengolahandata PMKS dan PSKS, khususnya database dengan karakteristikby name by address. Secara bertahap, data yang sudah terintegrasidalam SIKS adalah data kemiskinan, kecacatan (termasuk didalamnya anak cacat), lanjut usia telantar, wanita rawan sosialekonomi, rumah tidak layak huni, anak telantar, balita telantar,dan komunitas adat terpencil. Seluruh database tersebut terintegrasidalam sistem informasi yang memungkinkan akses database secaraonline ataupun akses melalui intranet (area network).

1.4.4. Kegiatan Pendidikan Kedinasan

Kegiatan pendidikan kedinasan Kementerian Sosial merupakantanggung jawab Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosialyang pelaksanaannya dilakukan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial(STKS) Bandung bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri, baikluar negeri maupun dalam negeri. Mengenai studi program dan targetsasaran digambarkan pada tabel 13 berikut.

Tabel 13Pendidikan kedinasan, pascasarjana, dan tugas belajar dalam dan

luar negeri tahun 2005-2009

Sumber : Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial 2009

Berdasarkan tabel 13 tersebut, lulusan pendidikan kedinasan dilingkungan Kementerian Sosial yang diselenggarakan Sekolah TinggiKesejahteraan Sosial (STKS) Bandung dan program pascasarjana tugasbelajar (TB) S-2 dan S-3, sebagai berikut:

a) Pendidikan Pascasarjana S-2 dan S-3 beasiswa tugas belajar yangdiselenggarakan Pusdiklat Kesos di PTN dalam negeri ataupunluar negeri dari target 73 mahasiswa program pascasarjana S-2,

Page 45: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

45

baru terealisasi 73 mahasiswa (100 persen). Sementara untukprogram pendidikan pascasarjana S-3 dari yang ditargetkan 25mahasiswa, baru terealisasi 23 mahasiswa (92 persen), disebabkankekurangan peserta program S-3.

b) Pendidikan kedinasan program D-3, D-4, Sp-1, dan S-2 yangdiselenggarakan STKS Bandung, dari masing-masing targetsebagaimana tabel tersebut di atas antara lain:

1) Program D-3 khusus instruktur panti sosial dari target 30mahasiswa, pada 2008-2009 sudah terealisasi 100 persen (30mahasiswa). Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi denganDirektorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.

2) Program D-4 dari target 999 mahasiswa baru, terealisasikelulusannya untuk 739 mahasiswa (73,97 persen).

3) Program Sp-1 Pekerjaan Sosial yang baru dibuka programpendidikannya pada 2008 diikuti 32 mahasiswa dan tahun2009 sebanyak 60 mahasiswa baru. Program S-2 kerja samadengan IPB sebanyak 102 mahasiswa, sudah terealisasisebanyak 102 mahasiswa (100 persen).

1.5. Kondisi Umum Kepemerintahan Yang Baik

Keberhasilan yang telah dicapai dalam lintasan perjalanan historispembangunan kesejahteraan sosial selama periode 2005-2009, akan membawaimplikasi positif terhadap tingkat kemajuan yang signifikan dalam pelaksanaanpembangunan kesejahteraan sosial ke depan. Tantangan eksternal yangdihadapi tercermin dari masih rendahnya kemampuan sosial-ekonomisebagian besar penduduk Indonesia, implikasi konflik horizontal yang belumpulih, masih rendahnya daya dorong perekonomian, tingginya disparitaskesejahteraan sosial antar-daerah otonom, dan keterbatasan penyediaaninfrastruktur sosial, serta populasi PMKS yang masih menjadi beban sosial,baik bobot maupun kompleksitasnya.

Tantangan internal yang dihadapi masih belum optimalnya penyebaran SDMpembangunan kesejahteraan sosial sebagai dampak dari kebijakan otonomidaerah dan dihapuskannya pekerja sosial di tingkat kecamatan sertaditetapkannya PP Nomor 41 Tahun 2008 tentang SOTK Daerah. Hal lain yangturut memberikan pengaruh terhadap optimalisasi capaian kinerjaKementerian Sosial adalah kualitas sarana dan prasarana pelayanankesejahteraan sosial dan daya dukung anggaran (APBN) yang secara rasiomasih jauh dari kebutuhan ideal pembangunan kesejahteraan sosial,khususnya dalam penanganan masalah PMKS.

Gambaran kondisi tersebut penting untuk menjadi titik awal pemikiran Renstrauntuk. Sekretariat Jenderal serta dengan memperhatikan masih tingginyajumlah PMKS yang berdasarkan data Pusat Data dan Informasi KesejahteraanSosial masih sebesar 18,01 juta jiwa (Pusdatin: Provinsi/Kabupaten/Kota,

Page 46: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

46

Desember 2008). Hal lain yang perlu diantisipasi dari angka kemiskinan danPMKS tersebut adalah dampak yang akan muncul ke depan bila tidak diatasidengan cepat, tepat, dan akuntabel.

Dalam kurun waktu 2005-2009, Sekretariat Jenderal telah menjalankanbeberapa program dengan pencapaian kondisi sampai saat ini sebagai berikut:

(1) Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan program pemerintah yangdilaksanakan dan ditujukan untuk mengurangi dampak negatif akibatkrisis ekonomi global yang terjadi dari luar negeri dan berdampakterhadap masyarakat secara luas, khususnya kelompok masyarakat yangmasuk dalam kelompok kluster I dan II. Program telah dilaksanakanselama kurun waktu 2008 dan 2009 (dengan masa pemberian untukwaktu sembilan bulan) dengan jumlah penerima bantuan tahun 2008sebanyak 19.100 juta rumah tangga sasaran (RTS) dan tahun 2010sebanyak 18.497.302 RTS dengan dukungan anggaran sebesar Rp17.069.460.400.000 dari total anggaran BLT sebesar Rp 17,55 triliun.

(2) Sumber daya manusia merupakan salah satu elemen penting, termasukdalam kurun waktu 2005-2009. Jumlah SDM pembangunankesejahteraan sosial Kementerian Sosial (sampai dengan tahun 2010)berjumlah 4.245 pegawai. SDM pembangunan kesejahteraan sosial itutersebar di Kantor Kementerian Sosial pusat, dan unit pelaksana teknis(Balai Besar, Panti Sosial, dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial). Sejakdiberlakukannya otonomi daerah, untuk mengatasi kekurangan SDMpembangunan kesejahteraan sosial di UPT Panti Sosial dan di tingkatmasyarakat, Kementerian Sosial telah merekrut dan mendayagunakanSDM Kesejahteraan Sosial Aparatur/PNS sebanyak 1.214 orang, SDMKesejahteraan Sosial non-aparatur (tenaga kesejahteraan sosial) sebanyak36.462 orang, terdiri atas: (i) satuan bakti pekerja sosial (sakti peksos)sebanyak 100 orang; (ii) tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK)sebanyak 5.267 orang; (iii) pendamping fakir miskin sebanyak 1.340orang, (iv) pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) sebanyak3.069 orang, dan Taruna Siaga Bencana (Tagana) sebanyak 26.686 orang.

(3) Penyuluhan sosial merupakan gerak dasar pelaksanaan pembangunankesejahteraan sosial. Oleh karena itu, penyelenggaraan penyuluhan sosialmemiliki nilai strategis bagi keberhasilan pelaksanaan programpembangunan kesejahteraan sosial lainnya. Selama kurun waktu limatahun telah dilaksanakan penyuluhan sosial pascakonflik (PSPK) danpenyuluhan integrasi sosial (PIS). Selama tahun 2005-2008 telahdilakukan lima kali PSPK untuk empat provinsi dengan daerah konflikMaluku Utara (Jailolo I), Maluku (Suli), Maluku (Tual dan Masohi),Yogyakarta, dan Maluku Utara (Jailolo 2). Sementara kegiatan PISdilaksanakan di dua provinsi, yaitu Nusa Tenggara Barat dan Jawa Barat.Jumlah masyarakat yang diberi penyuluhan PSPK dan PIS sebanyak 930orang. Selain PSPK dan PIS, dilakukan pula penyuluhan sosial guguspulau dan perbatasan antarnegara sebanyak 15 kali, penyuluhan sosial

Page 47: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

47

Gugus Pulau sebanyak 23 kali, penyuluhan sosial daerah terpencilsebanyak 1 kali, penyuluhan sosial peningkatan masyarakat dalampenanggulangan bencana sebanyak 6 kali di enam provinsi, penyuluhansosial peningkatan masyarakat dalam peningkatan peran wanita di empatprovinsi dan penyuluhan sosial dasar untuk 33 provinsi. Jumlahmasyarakat yang berhasil diberi penyuluhan sosial selama 2005-2008adalah 1.532 orang.

(4) Kegiatan hubungan masyarakat yang telah dilaksanakan mencakuppelaksanaan publikasi dan pemberitaan, pelaksanaan hubunganantarlembaga, dan pengelolaan perpustakaan dan dokumentasi. Selamakurun waktu lima tahun (2005–2009) kegiatan publikasi dan pemberitaanyang telah dilaksanakan mencakup 48 kali mini feature pembangunankesejahteraan sosial, 110 kali talk show di televisi dan radio, 90 kali iklanlayanan masyarakat, 150.000 majalah Info Societa, 4.447 buku referensiperpustakaan Depsos, 20 kali pameran pembangunan kesejahteraan sosial,9 film dokumenter pembangunan kesejahteraan sosial, 1 unit press room,1 kali evaluasi opini publik pembangunan kesejahteraan sosial, 15 kalipertemuan peningkatan hubungan dengan kelembagaan masyarakat, dan1 kali renovasi perpustakaan Depsos.

(5) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial saat ini dihadapkan pada keadaan,permasalahan, dan tantangan yang berbeda dengan waktu sebelumnya.Perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional kini danke depan mensyaratkan perubahan paradigma kepemerintahan yangbertujuan akhir untuk terselenggaranya pengelolaan pemerintahan yangbaik (good governance). Sejalan dengan itu, Presiden Susilo BambangYudhoyono pada Pertemuan Tahunan Tingkat Nasional BakohumasPemerintah di Bali, 30-31 Agustus 2007 menyampaikan, pemerintah inginmeningkatkan fungsi hubungan masyarakat untuk membangun citrapositif, baik di dalam maupun di luar negeri. Lebih jauh lagi, Presidenmenyampaikan lima hal yang harus dilakukan oleh pejabat humas (publicrelations), yaitu (i) menyampaikan kebenaran (tell the truth); (ii) publicrelations harus terencana dan dapat terlaksana terus-menerus; (iii)gunakan bahasa atau cara yang tepat, efektif, dan positif; (iv) gunakanteknologi informatika; (v) lakukan evaluasi.

(6) Selanjutnya, persepsi masyarakat yang kurang terhadap pembangunankesejahteraan sosial mengakibatkan opini masyarakat terhadappembangunan kesejahteraan sosial kurang positif. Kondisi seperti inimenjadi perhatian Kementerian Sosial pada masa yang akan datang.Kegiatan hubungan masyarakat (humas) dalam rangka promosi,publikasi, dan pengembangan komunikasi pembangunan kesejahteraansosial perlu diupayakan untuk meningkatkan kegiatan hubunganmasyarakat secara lebih terencana dan berkelanjutan.

(7) Selama kurun waktu lima tahun ke depan, yakni 2010–2014, idealnyadilaksanakan kegiatan publikasi program kesejahteraan sosial sebanyak

Page 48: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

48

700 kali, kegiatan peragaan atau pameran sebanyak 50 kali, pembuatanfilm dokumenter kesejahteraan sosial sebanyak 33 kali, dan peningkatanhubungan kelembagaan dengan masyarakat sebanyak 20 kali. Dengankegiatan kehumasan seperti itu diharapkan promosi dan publikasi seluruhprogram kesejahteraan sosial dapat ditingkatkan, yang pada akhirnyaakan meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadappenyelenggaraan kesejahteraan sosial.

(8) Dalam rangka mendukung penyelenggaraan pelayanan kesejahteraansosial, selama periode lima tahun, 2004–2009, telah disahkan 29 peraturanperundangan sebagai payung penyelenggaraan kesejahteraan sosial,terdiri atas 25 Peraturan Menteri Sosial, dan 4 undang-undang yang telahdisahkan DPR RI. Sementara undang-undang yang telah disahkan DewanPerwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) adalah UU Nomor 20Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, UU Nomor11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, UU Nomor 24 Tahun 2007tentang Penanggulangan Bencana, dan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentangSistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang tersebut merupakanpayung hukum yang sangat penting bagi penyelenggaraan kesejahteraansosial.

(9) Sesuai dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004Tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional, Sekreariat Jenderal juga melakukanperencanaan program dan anggaran untuk mendukung penyelenggaraankesejahteraan sosial Sekretariat Jenderal, mensosialisasi hal tersebutmelalui mekanisme musyawarah perencanaan pembangunankesejahteraan sosial agar ada keterpaduan dan mikronisasi program dananggraran di pusat dengan di daerah mengigat penyelenggaraankesejahteraan sosial adalah tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah.

Penyelenggara Kepemerintahan Yang Baik di Kementerian Sosialdikoordinasi oleh Sekretariat Jenderal yang merujuk pada Permensos RINomor 82/HUK/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja KementerianSosial, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugasserta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi departemen.Berdasarkan Permensos RI tersebut, fungsi sekretariat jenderalmenyelenggarakan: (i) koordinasi kegiatan kementerian, (ii)penyelenggaraan pengelolaan administrasi umum untuk mendukungkelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian, (iii)penyelenggaraan hubungan kerja di bidang administrasi dengankementerian koordinator, kementerian negara, departemen lain, lembagapemerintah nondepartemen, serta lembaga lain yang terkait, dan (iv)pelaksana tugas lain yang diberikan menteri. Memperhatikan tugas danfungsi tersebut, Sekretariat Jenderal perlu merumuskan arah kebijakandan strategi sebagai komponen pendukung dalam penyelenggaraankesejahteraan sosial untuk menuju sasaran yang ingin dicapai pada 2010-2014. Dalam hubungan ini, perlu dilakukan perumusan program-program generik yang menjadi tugas pokok dan fungsi Sekretariat

Page 49: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

49

Jenderal Kementerian Sosial tahun 2010-2014, dan menyesuaikan denganperubahan kondisi dan dinamika tugas dan organisasi Kementerian Sosialyang terjadi guna memenuhi tuntutan pemangku kepentingan(stakeholder) dalam rangka pelaksanaan good governance

1.6. Kondisi Umum Pengawasan Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan wujud komitmen pemerintahuntuk meningkatkan harkat dan martabat warga masyarakat. Upayamengangkat derajat kesejahteraan sosial tersebut dapat dipandang sebagaibagian dari investasi sosial yang ditujukan untuk meningkatkan danmengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia,sehingga mampu menjalankan tugas- tugas kehidupannya secara mandirisesuai dengan nilai-nilai yang layak bagi kemanusiaan.

Perkembangan pembangunan kesejahteraan sosial saat ini diwarnai adanyaperubahan paradigma pembangunan nasional, yang bergeser dari sentralistikke arah desentralistik. Hal ini merupakan penjabaran dari kebijakanpemerintah untuk memberikan peran dan posisi yang lebih besar kepadamasyarakat sebagai pelaku dan pelaksana utama pembangunan.

Pembangunan kesejahteraan sosial memiliki ciri khas dibandingkan denganpembangunan lainnya, karena berkaitan dengan upaya mengatasipermasalahan kesejahteraan sosial dan meningkatkan potensi sumberkesejahteraan sosial. Alur masing-masing program memiliki tingkatpelaksanaan yang berbeda-beda, dengan tujuan akhir disesuaikan dengankemampuan sasaran khalayaknya (penyandang masalah).

Untuk itu, pembangunan kesejahteraan sosial khususnya dilakukan dalamdua bentuk, yaitu target group dan proses yang dilakukan secara time series,dalam kurun waktu yang terukur dan terarah. Di sini tidak hanya kebutuhananggaran yang besar, tetapi juga unsur pelaksananya. Pelaksana harusmengetahui pendekatan-pendekatan pekerjaan sosial.

Pada konteks pengawasan, selain perlu parameter yang mampu mengukurkinerja program, juga perlu pemeriksaan yang terintegrasi tentangpenggunaan keuangan, apakah menunjang pada tahap-tahap program yangdilaksanakan. Ini juga terkait dengan aparat pengawasan, dalam arti aparatpengawasan harus menguasai program dan alur kegiatannya. Sisi lain adalahkompetensi dalam teknik-teknik pemeriksaan di bidang operasional, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, serta keuangan.

Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI sebagai salah satu unit pengawasaninternal pemerintah telah melakukan perubahan sejalan dengan tuntutanmasyarakat dan perubahan paradigma pengawasan, bahwa pengawasan tidakhanya berperan sebagai “watch dog” semata tetapi juga harus bisa menjadimitra sebagai early warning signs (pemberi peringatan dini), konsultan dankatalisator bagi pelaku/pelaksana pembangunan kesejahteraan sosial di

Page 50: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

50

Kementerian Sosial RI, sehingga apabila program/organisasi telah menyimpangdari rencana yang telah ditetapkan, penanggulangannya bisa segera dilakukan.Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI diharapkan mampu “mengawal”arah pembangunan nasional bidang kesejahteraan sosial dalam mencapaitujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban. Dan sekaligus mampuberperan dalam memperbaiki/mengoreksi kesalahan dalam upayamemperkecil peluang penyelewengan terhadap pelaksanaan pembangunankesejahteraan sosial.

Untuk menghadapi berbagai permasalahan dalam pembangunankesejahteraan sosial, diperlukan langkah-langkah strategis di bidangpengawasan dalam mendukung pembangunan kesejahteraan sosial yangefektif, efisien, dan ekonomis sebagai berikut:

(1) Meningkatkan profesionalisme aparat pengawasan fungsional, bahwapelaksanaan pengawasan fungsional harus didasarkan pada suatu standarkeahlian dan keterampilan teknis yang memadai serta didukung integritaspribadi yang matang dan independen;

(2) Meningkatkan manajemen dan mengembangkan sistem informasipengawasan serta menyajikan informasi hasil pengawasan kepada pihak-pihak yang berkepentingan;

(3) Mendorong terlaksananya sistem pengendalian internal pada setiapinstitusi sosial dan pengawasan melekat oleh para atasan langsung secaraberjenjang, sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari tugas pokokdan fungsi, dan tersusunnya Laporan Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (LAKIP);

(4) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dari hasil pengawasan.

Selama tahun 2004-2009 yang merupakan Pembangunan Jangka MenengahNasional (PJMN) I, Inspektorat Jenderal telah melaksanakan pengawasandengan indikator capaian kinerja yaitu meningkatkan jumlah objekpemeriksaan sesuai dengan jenisnya, mendorong entitas terperiksa atastemuan-temuan agar tidak lagi melakukan penyimpangan.

Salah satu faktor rendahnya tingkat capaian kinerja pemeriksaan selama PJMNI adalah (a) jumlah entitas terperiksa belum sepenuhnya terjangkau, (b)temuan pemeriksaan berdasarkan unsur sistem pengendalian manajemenmasih cenderung berulang-ulang, (c) tenaga auditor terbatas, (d) proporsianggaran belum sebanding dengan jumlah entitas yang harus diperiksa, serta(e) belum optimalnya upaya penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan olehentitas terperiksa.Berbagai persoalan ini menjadi komitmen Inspektorat Jenderal sebagailandasan yang kuat untuk menghadapi Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional (RPJMN) II tahun 2010-2014 yang tertuang dalam bentukRencana Strategis Inspektorat Jenderal 2010-2014.

Page 51: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

51

2. Potensi dan Permasalahan

2.1. Potensi

Berdasarkan pengalaman, Kementerian Sosial memiliki potensi dan sumberkesejahteraan sosial (PSKS) yang dapat digunakan dalam jangka pendek,jangka menengah maupun jangka panjang. Apabila dapat digali dandikembangkan, maka PSKS ini dapat mendukung secara berkelanjutanpenyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dimotori oleh pemerintah melaluiKementerian Sosial.Indonesia adalah sebuah negara di mana Konstitusi negara yakni UUD 1945mewajibkan pemerintah membangun sebuah sistem kesejahteraan yanguniversal. Tetapi berdasarkan pengalaman negara-negara maju yang menganutideologi ‘negara kesejahteraan’ atau ‘welfare state’, menyerahkan sepenuhnyakepada negara untuk urusan social security system bagi seluruh warga negaralama-kelamaan membebani keuangan negara dan masyarakat.

Atas dasar pengalaman ini maka Indonesia mencoba mengembangkan sistemjaminan sosial yang selektif untuk memenuhi kebutuhan dan hak sosial dasarsemua penduduk melalui mekanisme APBN dengan jangkauan yang masihterbatas. Mengingat norma dan nilai-nilai luhur masyarakat kita masih kuatdan ada kecenderungan terjadinya koesksistensi nilai-nilai tradisional denganmodern, maka menjadi tugas Kementerian Sosial bersama-sama dengankementerian atau lembaga negara lainnya untuk terus mempromosikan danmengembangkan potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang ada dalammasyarakat.

Hal ini sangat penting agar masyarakat mengetahui bahwa mereka memilikipotensi dan sumber untuk mengatasi permasalahan kesejahteraan sosial padalevel individu, keluarga atau komunitas/masyarakat. Dari berbagai sudutpandang dan ukuran apapun, pelayanan sosial bagi PMKS yang dilakukanoleh keluarga dan komunitas/masyarakat adalah yang paling murah biayanya.Oleh karena itu, potensi dan sumber kesejahteraan sosial dimaksudsebagaimana telah diidentifikasi selama ini perlu terus digali dikembangkandan didayagunakan oleh pelaku pembangunan bidang kesejahteraan sosial.Potensi dan sumber kesejahteraan sosial dimaksud diuraikan di bawah ini.

2.1.1. Sumber Daya Manusia Pembangunan Kesejahteraan Sosial

Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pelaksanaankegiatan Kementerian Sosial. Integritas dan kompetensi sumber dayamanusia kesejahteraan sosial merupakan potensi utama dalammenjawab tuntutan pembangunan dan kualitas permasalahankesejahteraan sosial. Sumber daya manusia sebagaimana tertuang dalamUndang Undang Nomor 11 Tahun 2009 mencakup tenaga kesejahteraansosial, pekerja sosial profesional, relawan sosial, dan penyuluh sosial.Adapun potensi pegawai Kementerian Sosial selama periode tahun 2009,terlihat pada tabel 14 berikut.

Page 52: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

52

Tabel 14Komposisi pegawai Departemen Sosial berdasarkan golongan

tahun 2009

Sumber : Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2009

Berdasarkan Tabel 14 di atas terlihat bahwa komposisi pegawaiberdasarkan golongan memperlihat struktur yang besar pada golonganIII (65,75 persen), golongan II (17,43 persen) dan golongan I (3,09persen). Hal ini menggambarkan bahwa SDM Kementerian Sosialberdasarkan golongan sangat idial bagi pengembangan organisasi danoptimalisasi tugas pokok dan fungsi. Selanjutnya komposisi pegawaiberdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 15 di bawahini.

Tabel 15Komposisi pegawai Kementerian Sosial berdasarkan tingkat

Pendidikan tahun 2009

Sumber : Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2009

2.1.2. Pilar Partisipan Usaha Kesejahteraan Sosial

Keberadaan PSKS (karang taruna, orsos, PSM, WKSBM, KerjasamaKelembagaan Dunia Usaha (KKDU), Tagana, sakti peksos, dan TKSK)secara fungsional telah banyak memberikan dukungan terhadap prosespenanggulangan PMKS. Meskipun sinkronisasi, keterpaduan, dankoordinasi program masih belum usai dari yang diharapkanKementerian Sosial, PSKS diharapkan mampu berada pada barisanterdepan di tengah masyarakat untuk menyelesaikan masalah sosialnyasendiri, masalah sosial keluarga, dan masalah sosial lingkungannya.

Page 53: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

53

Besarnya jumlah pilar partisipasi usaha kesejahteraan sosial dapat dilihatdari data tabel 16 berikut.

Tabel 16Komposisi pegawai Kementerian Sosial berdasarkan tingkat

pendidikan tahun 2009

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2008.

2.1.3. Sarana dan Prasarana Pembangunan Kesejahteraan Sosial

Dalam pembangunan kesejahteraan sosial, sarana dan prasaranamempunyai peranan yang tidak kalah penting. Sarana dan prasaranapembangunan kesejahteraan sosial itu berupa panti sosial, pusatrehabilitasi sosial, pusat pendidikan dan pelatihan, pusat kesejahteraansosial, rumah singgah, dan rumah perlindungan sosial. Semua saranadan prasarana pembangunan kesejahteraan sosial harus memilikistandar minimum yang ditetapkan.

Tabel 17Jumlah panti sosial di lingkungan Kementerian Sosial

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2008.

Selain sarana dan prasarana berupa panti sosial dan pusat rehabilitasi,Kementerian Sosial juga memiliki Pusat Pendidikan dan PelatihanKesejahteraan Sosial, Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial

Page 54: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

54

Masyarakat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial,Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial. Kementerian Sosial jugamemiliki perkantoran di daerah untuk mendekatkan diri dengansasarannya, seperti:(1) Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial

(BBPPKS) di Padang, Banjarmasin, Lembang Bandung, Yogyakarta,Makassar, Jayapura;

(2) Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) di Bandung;(3) Balai Besar Penelitian, Pengembangan, dan Pelayanan Kesejahteraan

Sosial (B2P3KS) di Yogyakarta.

Semua kantor tersebut dilengkapi dengan sarana dan prasarana yangmemadai untuk memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan danpelatihan seperti aula, ruang belajar, perpustakaan, ruang komputer,laboratorium ruang tertutup (indoor), sarana olah raga, dan sebagainya.

2.1.4. Legislasi Kesejahteraan Sosial

Dalam menjalankan program pembangunan kesejahteraan sosial,Kementerian Sosial memiliki payung hukum sebagaimana dituangkandalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang KesejahteraanSosial dan beberapa undang-undang lain seperti Undang-UndangKesejahteraan Anak, Undang-Undang Kesejahteraan Lanjut Usia, dansebagainya. Dengan disahkannya Undang Undang Nomor 11 Tahun2009, maka penyelenggaraan pelayanan dan pengembangankesejahteraan sosial dapat dilakukan secara terencana, terarah, danberkelanjutan

.2.1.5.Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha

Pembangunan kesejahteraan sosial tidak hanya menjadi tanggung jawabpemerintah, khususnya Kementerian Sosial, namun juga tanggungjawab masyarakat dan dunia usaha. Partisipasi dunia usaha dilakukanmelalui program corporate social responsibility (CSR) yaitu program yangmengimplementasikan tanggung jawab sosial perusahaan kepadamasyarakat melalui kegiatan dan pelayanan kesejahteraan sosial.

2.1.6. Manajemen Pembangunan Kesejahteraan Sosial

Program pengembangan manajemen kesejahteraan sosial ditujukanuntuk meningkatkan kualitas manajemen dan profesionalisme lembagapelayanan kesejahteraan sosial melalui penelitian masalah sosial danpengembangan alternatif-alternatif intervensi pekerjaan sosial, penataansistem dan mekanisme kelembagaan, serta peningkatan kualitas saranadan prasarana pelayanan kesejahteraan sosial.

Page 55: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

55

2.1.7. Nilai Kesetiakawanan Sosial

Kesetiakawanan sosial atau rasa solidaritas sosial merupakan potensispiritual, komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa. Oleh karenaitu, kesetiakawanan sosial merupakan nurani bangsa Indonesia yangtereplikasi dari sikap dan perilaku yang dilandasi pengertian, kesadaran,keyakinan, tanggung jawab, dan partisipasi sosial sesuai dengankemampuan dari masing-masing warga dengan semangat kebersamaan,kerelaan untuk berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalamkebersamaan dan kekeluargaan.

Nilai kesetiakawanan sosial tercermin dari sikap mental yang dimilikiseseorang atau suatu komunitas, peka terhadap lingkungan sosialnyasehingga mendorong untuk peduli melakukan perbuatan bagikepentingan lingkungan sosialnya tersebut. Esensi kesetiakawanansosial adalah memberikan yang terbaik bagi orang lain. Tak terkecualibagi organisasi, lembaga publik dan dunia usaha yang dalam gerakkegiatannya membutuhkan dukungan dari masyarakat. Nilaikesetiakawanan sosial solidaritas sosial, dan kearifan lokal merupakanpotensi dan kekuatan Kementerian Sosial dalam menyelenggarakanpembangunan kesejahteraan sosial.

2.1.8. Komitmen, Dukungan, dan Kerja Sama Internasional

Pembangunan kesejahteraan sosial bukan hanya kewajiban pemerintah,khususnya Kementerian Sosial. Komitmen, dukungan, dan kerja samaregional dan internasional dengan pemerintah negara lain dan lembagakemanusiaan internasional yang bergerak di bidang kemanusiaanmerupakan komponen penting dalam pembangunan kesejahteraansosial. Apalagi dalam era globalisasi dewasa ini, tidak ada sudut duniadi belahan bumi mana pun yang tidak tersentuh oleh masyarakatinternasional, terutama mereka yang berkomitmen dan menghimpunkekuatan bersama untuk memberikan kontribusi pada usahakesejahteraan sosial di negara dan wilayah tertentu. Lembaga-lembagaseperti ini ada yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB), lembaga keagamaan, maupun lembaga naungan independen.Mereka merupakan partner kerja sama dalam usaha kesejahteraansosial.

2.2. Permasalahan

Selama kurun waktu 2005-2009, terdapat beberapa persoalan yang dihadapiKementerian Sosial yang dapat menjadi faktor penghambat pencapaian kinerjapada masa yang akan mendatang jika tidak segera diberi perhatian sepertikonstelasi faktor internal organisasi Kementerian Sosial dan faktor eksternal.

Page 56: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

56

Tabel 18Distribusi PMKS berdasarkan kelompok sasaran

Sumber: Diolah dari data Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2008.

Pemerintah menyadari pentingnya pembangunan di bidang kesejahteraansosial untuk mengupayakan agar berbagai masalah sosial seperti kemiskinan.ketelantaran, kecacatan, ketunaansosial, penyimpangan perilaku,ketertinggalan/ keterpencilan, serta korban bencana dan akibat tindakkekerasan dapat ditangani secara terencana, terpadu, dan berkesinambungan.Hal ini merupakan wujud komitmen pemerintah untuk meningkatkan harkatdan martabat sebagian warga masyarakat yang menyandang permasalahansosial.

Upaya mengangkat derajat kesejahteraan sosial tersebut, dapat dipandangsebagai bagian dari investasi sosial yang ditujukan untuk meningkatkan danmengembangkan kualitas SDM bangsa Indonesia, sehingga mampumenjalankan tugas-tugas kehidupannya secara mandiri sesuai dengan nilai-nilai yang layak bagi kemanusiaan.

Dalam hal ini, pembangunan kesejahteraan sosial dapat menjadi salah satusolusi untuk mengatasi kesenjangan sosial ekonomi serta berbagaikecenderungan primordialisme dan eksklusivisme yang mengancam tatananhidup bangsa Indonesia. Bila hal ini kita abaikan maka akan mengarah padaterjadinya friksi dan konflik horizontal, sehingga pada gilirannya dapatmenimbulkan disintegrasi sosial yang menurunkan harkat dan martabatbangsa.

Perkembangan pembangunan kesejahteraan sosial saat ini diwarnai olehadanya perubahan paradigma pembangunan nasional, yang bergeser darisentralistik ke arah desentralistik. Hal ini merupakan penjabaran darikebijakan pemerintah untuk memberikan peran dan posisi yang lebih besarkepada masyarakat sebagai pelaku dan pelaksana utama pembangunan.

Melalui kebijakan otonomi daerah, pemerintah memberikan kewenanganyang seluas-luasnya kepada daerah, khususnya daerah kabupaten/kota untuk

Page 57: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

57

menyelenggarakan pembangunan dan mengurus rumah tangganya sendiri.Kenyataan menunjukkan bahwa pemberian otonomi tersebut tidaksepenuhnya berjalan mulus, karena masih sering ditemukan adanya eksesnegatif yang mengakibatkan terjadinya hambatan dalam pelaksanaanpembangunan di bidang kesejahteraan sosial. Perubahan ini hendaknyadisikapi secara arif, bijaksana, dan diarahkan pada terwujudnya pemahamandan komitmen pelaku pembangunan kesejahteraan sosial di setiap daerahkabupaten dan kota.

Permasalahan sosial di Indonesia saat ini cenderung meningkat dilihat darijumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial dan kompleksitasnya. Untukmenghadapi berbagai permasalahan sosial tersebut, dalam kurun waktu 2010-2014, diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap (1) situasiperkembangan lingkungan strategis, baik global, regional, maupun nasional,(2) kondisi dan permasalahan sosial yang akan dihadapi pada kurun waktu2010-2014, serta (3) tantangan internal yang harus dilakukan pembenahandan perbaikan pada 2010-2014.

Tantangan eksternal yang akan dihadapi Kementerian Sosial mencakupperubahan lingkungan global, regional, dan nasional. Dalam lingkunganglobal, Kementerian Sosial menyadari bangsa-bangsa di dunia sedangmengalami perubahan yang dinamis atas penguasaan ilmu pengetahuan danteknologi dalam segenap aspek kehidupan. Nilai-nilai kehidupan yang bersifattradisional bergeser kepada nilai-nilai kehidupan modern yang disertaimunculnya dampak negatif berupa kesenjangan sosial di antara bangsa-bangsayang memerlukan perhatian lebih serius.

Perkembangan global lainnya adalah munculnya kecenderungan yangmenyatukan bangsa-bangsa ke dalam suatu kesatuan berdasarkankepentingan dan kesepahaman seperti meningkatnya kesadaran akandemokratisasi dan desentralisasi, HAM, lingkungan hidup, gender, civil society,serta komitmen terhadap penanggulangan kemiskinan dan berbagai masalahsosial lainnya.

Isu kemiskinan lebih mengedepan bersama kesempatan kerja dan integritassosial pada Konferensi Tingkat Tinggi Dunia yang diselenggarakan diDenmark. Diakui bahwa kemakmuran dunia yang ditandai dengan ukuranpeningkatan Gross National Product (GNP), tetapi pengangguran jugameningkat dan disintegrasi sosial semakin menjadi-jadi. Di berbagai belahandunia muncul berbagai kelompok dan gerakan sosial yang tidak dapat dicegaholeh batas kedaulatan suatu negara dan sering kali menimbulkan pergesekanyang pada akhirnya menyudutkan posisi suatu bangsa bila dianggap tidaksejalan dengan isu yang mereka perjuangkan.

Terjadinya proses akulturasi, asimilasi, dan difusi lintas budaya juga berpotensimenimbulkan konflik budaya dan negara/bangsa mulai kehilangan maknadan identitas budaya. World Commission on Environment and Development(WCED) mengemukakan empat prinsip untuk mewujudkan pembangunan

Page 58: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

58

berkelanjutan, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar manusia (fulfillment ofhuman needs); pemeliharaan lingkungan (maintenance of ecological integrity);keadilan sosial (social eguity), dan kesempatan menentukan nasib sendiri (selfdetermination). Dua hal pokok seperti pemenuhan kebutuhan hidup dankeadilan sosial akan menuntut penanganan lebih lanjut secara konsisten danbersungguh-sungguh oleh Kementerian Sosial, karena hal itumempresentasikan citra bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa di duniayang memegang komitmen. Selain itu, kedua hal tersebut merupakan amanahkonstitusi dan menjadi tujuan negara dan bangsa Indonesia.

Pada September 2000 telah dilaksanakan KTT Milenium PBB yang disepakati189 negara anggota PBB yang mendeklarasikan tujuan pembangunanmilenium (Millennium Development Goals/MDGs). Dalam tujuanpembangunan milenium, antara lain ditetapkan penurunan 50 persenpenduduk miskin pada akhir tahun 2015, sehingga pembangunankesejahteraan sosial harus memprioritaskan penanggulangan kemiskinansecara terarah, terpadu, dan berkelanjutan.

Dalam menangani permasalahan dan isu sosial regional, pemerintah Indonesiatelah berperan secara aktif dalam pertemuan kerja sama regional dalamkerangka ASEAN, ASEAN plus negara maju seperti Jepang, Cina, AmerikaSerikat, dan sebagainya, ataupun komisi regional di bawah PBB, UN-ESCAP(United Nation Economic Social Commissions of Asia and The Pacific) untuknegara-negara yang berada di kawasan Asia Pasifik. Dalam pertemuan tersebut,dibahas secara intensif komitmen dan kerja sama internasional untukmenghadapi isu-isu sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh masing-masingnegara.

Peralihan kehidupan berpolitik dengan sistem pemilu langsung untukmemilihpresiden dan wakil presiden, gubernur, dan bupati/wali kota, sertapemilu langsung anggota legislatif merupakan keberlanjutan proses reformasikehidupanpolitik-ekonomi dan sosial Indonesia sesuai dengan konsensuskolektif bangsa Indonesia ke depan. Komitmen nasional ini mengamanatkanbahwa Indonesia ke depan akan lebih mengacu pada upaya untuk mengatasiberbagai persoalan bangsa dengan lebih menekankan pada perwujudan rasaaman, adil, dan sejahtera bagi seluruh warga masyarakat.

Di samping itu, disadari pula bahwa Indonesia saat ini telah mengalamipergeseran sistem pemerintahan secara mendasar, dari sistem yang bersifatsentralistik beralih ke arah desentralistik dengan menekankan pada pemberianotonomi yang seluas-luasnya namun bertanggung jawab kepada daerahkabupaten dan kota, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pergeseran ini telah membawaperubahan secara mendasar di bidang politik, ekonomi, dan sosial budayayang ditandai oleh tumbuhnya kesadaran politik masyarakat atas hak-haknyasebagai warga negara, sistem pemerintahan yang lebih demokratis, semakinmeningkatnya peranan masyarakat dalam pembangunan, kebebasan

Page 59: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

59

berserikat, kebebasan menyampaikan pendapat, perlindungan terhadap hakmasyarakat, dan iklim perekonomian yang lebih kondusif.

Di samping perkembangan di atas, terdapat beberapa kecenderungan yangkurang kondusif seperti pemekaran daerah, baik kabupaten/kota maupunprovinsi baru, munculnya ego kewilayahan atas dasar kesukuan, kedaerahan,dan lain-lain, munculnya disparitas antarwilayah sebagai akibat dari terjadinyapenguasaan kekayaan daerah secara otonom, terjadinya diskontinuitashubungan kerja antara pemerintah kabupaten/kota dengan provinsi dan pusat.

Gerakan reformasi tahun 1997 mengikuti periode pascakrisis telahmenyebabkan terjadinya berbagai perubahan secara fundamental dalamsistem ketatanegaraan. Perubahan tersebut antara lain: pertama, tuntutankeadilan di bidang ekonomi di daerah semakin gencar didukung olehmunculnya berbagai gerakan separatis di sebagian wilayah menjadi ancamandisintegrasi nasional; kedua, sistem multipartai dengan jumlah hingga puluhan,menyebabkan terjadinya kooptasi eskalasi politik mulai dari akar rumputhingga pada tingkat elite politik, yang akan menjadi potensi meluasnyakepentingan kelompok yang akhirnya akan merapuhkan kohesi sosial danakhirnya mengancam stabilitas nasional; ketiga, semakin hilangnya identitasdan pembudayaan simbol-simbol integralistik seperti nasionalisme,patriotisme, dan penghargaan serta penghormatan terhadap simbol integrasiyang terefleksi pada Pancasila dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat,dan bernegara.

Selanjutnya, telah mulai bermunculan simbol-simbol kedaerahan, kesukuan,agama, yang kesemuanya mengarah pada sikap etnosentrisme; keempat,munculnya gejala kebebasan yang miskin kontrol, saling curiga, stigmatisasikelompok atas kelompok lainnya, serta terjadinya kristalisasi kelompok atasdasar kepentingan. Yang lebih membahayakan bagi kepentingan integrasinasional adalah, manakala sikap tersebut merambah pada akar rumput sepertikonflik antarkampung, antarmassa partai tertentu, antargolongan, konflikantarsuku yang merupakan contoh betapa hilangnya simbol-simbolintegralistik nasional pada tingkat akar rumput, yang pada akhirnya akanmemperburuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Berdasarkan uraian di atas, inti permasalahan eksternal yang sedang dan masihakan dihadapi dalam jangka waktu 2010-2014 mendatang dapat dirumuskansebagai berikut:

2.2.1. Kemiskinan

Kemiskinan telah menjadi fenomena sosial yang menuntut perhatianserius dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Dalamhal ini, yang dimaksud dengan kemiskinan adalah tidak terpenuhinyakebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang, perumahan,pendidikan, kesehatan, dan interaksi sosial. Itulah sebabnya masalahkemiskinan dapat muncul sebagai penyebab ataupun pemberat

Page 60: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

60

berbagai jenis permasalahan kesejahteraan sosial lainnya sepertiketunaan sosial, kecacatan, ketelantaran, ketertinggalan/keterpencilandan keresahan sosial, yang pada umumnya berkenaan denganketerbatasan kemampuan untuk mengakses berbagai sumberpelayanan.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia menurut data BPS per Maret2008 sebanyak 34,96 juta jiwa (15,42 persen). Pada tahun 2004, jumlahpenduduk miskin sebanyak 36,10 juta jiwa (16,66 persen). Berartiselama tahun 2004-2008 terjadi penurunan sebesar 1,14 juta jiwa (3,15persen). Rendahnya tingkat capaian penurunan angka kemiskinansebagai akibat:

(1) Kejadian bencana alam sepanjang tahun 2005-2008;(2) Terjadinya krisis ekonomi global, tingginya kurs nilai tukar dolar

terhadap mata uang rupiah yang berdampak terhadap tingginyaharga keperluan pada berbagai sektor dan memicu kenaikan hargapada sektor lainnya;

(3) Kejadian bencana sosial, seperti korban konflik sosial.

Walaupun terjadi penurunan jumlah, namun dibandingkan denganjumlah penduduk Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalahyang masih sulit ditanggulangi, karena mayoritas termasuk dalamkategori kemiskinan kronis (chronic poverty) yang terjadi terus-menerusatau disebut juga sebagai kemiskinan struktural. PMKS yangdikategorikan sebagai fakir miskin termasuk kategori kemiskinankronis, yang membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh,terpadu secara lintas sektor dan berkelanjutan. Jumlah keluarga fakirmiskin menurut data Pusdatin Kesos tahun 2008 sebanyak 3.274.060KK. Jumlah ini akan semakin bertambah mengingat masih adanyakelompok masyarakat yang tinggal di Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)sebanyak 2.456.521 KK dan Keluarga Rentan (KR) sebanyak 1.885.014KK (Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2008).

Selain itu, terdapat sejumlah penduduk yang dikategorikan mengalamikemiskinan sementara (transient poverty) yang ditandai denganmenurunnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat secarasementara sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadikondisi kritis, bencana alam dan bencana sosial, seperti korban konfliksosial. Kemiskinan sementara jika tidak ditangani serius dapat menjadikemiskinan kronis.

Faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan antara lain faktor internal(ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari,ketidakmampuan dalam menampilkan peranan sosial danketidakmampuan dalam mengatasi masalah-masalah sosial yangdihadapinya) dan faktor eksternal (kebijakan publik yang belumberpihak kepada penduduk miskin; tidak tersedianya pelayanan sosial

Page 61: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

61

dasar; tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah, terbatasnyalapangan pekerjaan, belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan,kesenjangan, dan ketidakadilan sosial, serta dampak pembangunan yangberorientasi kapitalis.

Dalam keadaan penduduk miskin tidak berdaya dalam menghadapimasalah internal dan eksternal, maka masalah kemiskinan yangdialaminya menjadi semakin sulit ditangani, karena berisiko menjadikemiskinan budaya (culture poverty), tidak ada kemauan/pasrah/patahsemangat (fatalistik) dan dalam keadaan situasi kritis cenderungmelakukan tindakan asosial, antisosial, perilaku desktruktif atau terlibatdalam perilaku kriminal seperti pencurian, perdagangan ilegal napza,pelacuran, perdagangan manusia, dan sebagainya. Berdasarkan haltersebut, kemiskinan dapat menimbulkan berbagai masalah sosial lainyang pada akhirnya dapat mengganggu keberfungsian sosial manusia.

2.2.2. Ketelantaran

Ketelantaran di sini dimaksudkan sebagai pengabaian/penelantarananak-anak dan orang lanjut usia karena berbagai penyebab. Kita semuasependapat bahwa anak merupakan aset dan generasi penerus bangsayang perlu ditingkatkan kualitasnya agar mampu bersaing dalam eraglobalisasi. Begitu pula lanjut usia perlu dijaga dan diasuh melaluipelayanan sosial agar kualitas hidup mereka meningkat dan mampumemberi kontribusi dalam kehidupan sosialnya.

Berdasarkan data, pada tahun 2008 jumlah balita telantar 299.127 balita,dan anak telantar 2.250.152 anak, anak jalanan 109.454 anak. (Sumber:Pusdatin Kesejahteraan Sosial). Sementara itu, jumlah lanjut usia telantarpada tahun 2008 telah mencapai 1.644.002 lansia. Data ini menunjukansebanyak 23,29 persen dari jumlah data PMKS masuk pada kriteriakelompok telantar. Fakta ini akan sangat berdampak pada tuntutanpeningkatan kesejahteraan keluarga. Masalah yang harus dihadapipemerintah adalah bagaimana meningkatkan pelayanan sosial bagi paralanjut usia agar mereka dapat hidup bahagia dalam suasana aman dantenteram yang tentu saja melalui usaha pelembagaan para lanjut usia.

Seperti halnya permasalahan anak telantar, maka permasalahan utamayang dihadapi Kementerian Sosial adalah pemenuhan hak dankebutuhan anak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 11Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, dan Undang-Undang Nomor23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Adalah hak anak untukmendapatkan perlindungan dari berbagai kegiatan yang dapatmengganggu pertumbuhannya, baik secara fisik, mental, maupun sosial.

Hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah, karena kondisi tersebutakan berakibat tumbuhnya kualitas SDM Indonesia yang rendah dan

Page 62: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

62

tidak mampu menghadapi persaingan global. Berbagai kebijakan danprogram perlu ditumbuh-kembangkan secara berkelanjutan agar dapatmencip-takan situasi dan kondisi yang kondusif bagi perkembangananak, yang merupakan amanah konstitusi untuk mencerdaskankehidupan bangsa, dan membangun masa depan bangsa.

Aspek lain yang perlu memperoleh perhatian khusus dalam kaitandengan masalah ketelantaran adalah jumlah orang lanjut usia yangkecenderungannya semakin meningkat. Kompleksitas permasalahannya semakin bertambah, padahal keberhasilan pembangunantercermin antara lain dengan semakin meningkatnya jumlah lanjut usiadalam struktur kependudukan. Jumlah manusia lanjut usia pada tahun2000 telah meningkat menjadi 15,3 juta orang atau 7,6 persen dari jumlahpenduduk dan pada tahun 2005 manusia lanjut usia diperkirakan akanmeningkat menjadi 22 juta orang dari jumlah penduduk pada tahun2020. Fakta ini akan sangat berdampak pada tuntutan peningkatankesejahteraan keluarga. Masalah yang harus dihadapi pemerintah adalahbagaimana memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan sosialbagi para lanjut usia agar kualitas hidup mereka terjamin sampaikematian.

2.2.3. Kecacatan

Kecacatan diartikan sebagai hilang/terganggunya fungsi fisik ataukondisi abnormal fungsi struktur anatomi, psikologi, maupun fisiologiseseorang. Kecacatan telah menyebabkan seseorang mengalamiketerbatasan atau gangguan terhadap fungsi sosialnya sehinggamemengaruhi keleluasan aktivitas fisik, kepercayaan, dan harga diriyang bersangkutan, dalam berhubungan dengan orang lain ataupundengan lingkungan. Kondisi seperti ini menyebabkan terbatasnyakesempatan bergaul, bersekolah, bekerja dan bahkan kadang-kadangmenimbulkan perlakuan diskriminatif dari mereka yang tidak cacat.

Sisi lain dari kecacatan adalah pandangan sebagian orang yangmenganggap kecacatan sebagai kutukan, sehingga mereka perludisembunyikan oleh keluarganya. Perlakuan seperti ini menyebabkanhak penyandang cacat untuk berkembang dan berkreasi sebagaimanaorang-orang yang tidak cacat tidak dapat terpenuhi. Masalah kecacatanakan semakin berat bila disertai dengan masalah kemiskinan,ketelantaran, dan keterasingan.

Jumlah penyandang cacat berdasarkan Pusdatin Kesejahteraan SosialTahun 2008 sebanyak 1.544.184 orang, (meliputi cacat fisik, mental,cacat ganda). Namun demikian, jumlah yang sebenarnya jauh lebihbesar dari data yang ada. Hal ini karena keluarga dan masyarakat yangmempunyai anggota keluarga yang mengalami kecacatan sering kalimenyembunyikannya sehingga penyandang cacat tidak dapat tersentuhpelayanan.

Page 63: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

63

2.2.4. Keterpencilan

Selain masalah kesejahteraan sosial yang terkait dengan kemiskinan,ada pula masalah isolasi alam yaitu keterpencilan dan keterasingan yangberakibat pada ketertinggalan yang dialami oleh sekitar 229.479 KKkomunitas adat terpencil yang tersebar di 182 lokasi, 158 desa, 139kecamatan, 82 kabupaten di 30 provinsi. (Sumber: Direktorat PKAT).Ketertinggalan dan keterpencilan berjalan seiring dengan masalah yangterkait dengan HAM, lingkungan, integrasi sosial, dan berbagaikerentanan terhadap eksploitasi dan perlakuan salah.

Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kehidupan masyarakatIndonesia masih terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang belumsepenuhnya terjangkau oleh proses pelayanan pembangunan, baikkarena isolasi alam maupun isolasi sosial budaya. Dengan demikian,mereka belum atau kurang mendapatkan akses pelayanan sosial dasar.Keadaan ini dapat menghambat proses pemerataan pembangunan danhasil-hasilnya menuju ke arah tercapainya keadilan sosial bagi seluruhrakyat Indonesia.

2.2.5. Ketunaan sosial dan Penyimpangan Perilaku

Ketunaan memberi indikasi atas ketidakberhasilan fungsi sosialseseorang, yakni tergantungnya salah satu atau lebih fungsi yangberkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik, emosi, konsep diri, danjuga kebutuhan religius, rekreasi, dan pendidikan seseorang. Kegagalanseseorang menjalankan fungsi sosialnya menyebabkan seseorangmenjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial. Indonesia saat inidihadapkan pada tingginya jumlah mereka yang tergolong sebagaiPMKS, seperti korban tindak kekerasan terhadap wanita dan orangtua, gelandangan dan pengemis, tunasusila, eks narapidana danpenyalahgunaan Napza serta penderita HIV/AIDS.

Masalah kesejahteraan sosial berupa ketunaan sosial menyangkut239.699 orang, yang terdiri atas tunasusila 63.661 orang, pengemis35.057 orang, gelandangan 25.169 orang, dan eks napi 115.820 orang,penderita HIV/AIDS 11,483 orang dan penyalahgunaan Napza 80.269orang. Sementara jumlah penyimpangan perilaku belum ada datanya.(Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2008). Selaindisebabkan masalah kemiskinan, ketunaansosial juga merupakan akibatdari ketidakmampuan kelompok tersebut untuk menyesuaikan diridengan lingkungan sehingga keberfungsian sosial mereka terganggu.Potret permasalahan lainnya adalah semakin marak dan terbukanyapenyimpangan perilaku seks komersial. Perilaku ini terjadi pada semuatingkat usia, tingkat pendidikan, dan status sosial ekonomi.Kecenderungan ini meningkat akibat terdorong oleh gaya hidup mewahyang tidak sesuai dengan pola hidup dan penghasilan yang merekadapatkan. Kehancuran ekonomi telah memperlebar jurang antara

Page 64: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

64

masyarakat mampu dan tidak mampu, dan mereka yang tidak mampuberusaha untuk tetap hidup walau dengan cara tidak layak.

Gambar 5Jumlah data tunasosial dan penyimpangan perilaku

berdasarkan karakteristik masalah

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial 2008

Mereka hidup menggelandang/mengemis, menjual diri, bahkanterjerumus menggunakan napza karena ketidakmampuannya, dan“tidak utuhnya” pertumbuhan konsep diri dan kepribadiannya. Kondisiini menunjukkan bahwa masyarakat sedang mengalami masalah danmemerlukan pertolongan yang sifatnya tidak semata-mata fisik tetapilebih kepada pertolongan yang bersifat pembinaan mental/sosial.Pemerintah perlu memperhatikan secara sungguh-sungguh agar tidakhanya semata-mata memperhatikan pembangunan fisik, tetapi lebihmemandang manusia sebagai subjek/pelaku yang akan menggerakkanlaju pertumbuhan ke arah masyarakat yang berkesejahteraan sosial.

2.2.6. Korban Bencana, Korban Tindak Kekerasan, Eksploitasi danDiskriminasi

Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas. Kondisigeografisnya berbentuk kepulauan yang tersebar luas dan dipersatukanoleh laut-laut di antara pulau-pulau. Namun, terbatasnya saranakomunikasi dan angkutan menjadi kendala dalam upayapenanggulangan bencana. Secara akumulatif, bencana alam yang timbulmenyebabkan kerugian sekitar Rp 1,5 triliun setiap tahunnya dan sampaidengan tahun 2008 telah mengakibatkan korban sebanyak 1.608.829jiwa (73%), 258.056 jiwa (12%) korban bencana sosial, 190.927 jiwa(9%) korban tindak kekerasan, 142.554 (6%) pekerja migran telantar.Kejadian alam seperti gempa bumi, gunung meletus, tanah longsor,dan tsunami beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian seriuspemerintah dan masyarakat. Indonesia yang mempunyai wilayah luasdan berkedudukan di khatulistiwa pada posisi silang antara dua benuadan dua samudra. Letak geografis, keadaan geologis, iklim, dan fisiografisuatu wilayah dapat menimbulkan kerawanan terhadap bencana alam

Page 65: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

65

di mana terdapat 500 gunung api (129 aktif), terdiri atas kepulauan (2/3 air), 500 sungai besar dan kecil (30 persen) yang melintasi permukimanpadat penduduk.

Bencana lain yang juga mengancam tatanan sosial dan ekonomiIndonesia adalah bencana sosial, yakni bencana yang disebabkan olehulah manusia (man-made disasters) antara lain karena kesenjanganekonomi, diskriminasi, ketidakadilan, kelalaian, ketidaktahuan, ataupunsempitnya wawasan dari sekelompok masyarakat. Permasalahanpengungsi akibat bencana sosial yang pada awal 2004 menyangkut 2,5juta orang, sampai dengan tahun 2008 telah diselesaikan semua melaluiprogram relokasi dan pemulangan ke daerah asal. Berbagai konflik dankerusuhan sosial beberapa tahun terakhir cenderung terus meningkatdi tanah air.

Hal ini merupakan ancaman serius bagi keutuhan bangsa. Dampaknyata dari persoalan ini adalah terjadinya kerugian yang besar mulaidari hartabenda, nyawa manusia, serta kerusakan tatanan dan pranatasosial. Untuk itu, penanganan bencana sosial perlu dilakukan secaraprofesional sistemik dan berkelanjutan dengan sebanyak mungkinmelibatkan partisipasi masyarakat. Proses tersebut mencakup berbagaikegiatan pada tataran hulu berupa pencegahan dan kesiapsiagaan untukmenghindari dan memperkecil kemungkinan terjadinya masalah, sertaberbagai kegiatan pada tataran hilir berupa rehabilitasi dan rekonstruksisosial bagi dampak-dampak yang ditimbulkannya.

Page 66: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

66

Page 67: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

67

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukandan Organisasi Kementerian Negara, Departemen Sosial berubah menjadiKementerian Sosial Republik Indonesia. Perubahan ini diharapkan dapatmeningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja pada Kementerian Sosial. Padasaat Renstra Kementerian Sosial di susun, Struktur Organisasi dan Tata Kerja(SOTK) Kementerian Sosial masih dalam pembahasan dengan KementerianPendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. SOTK yang diusulkantersebut menyesuaikan unsur-unsur fungsi dan kedudukan berdasarkan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

1. Visi Kementerian Sosial

“TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT”

Visi ini mengandung arti bahwa pembangunan bidang kesejahteraan sosialyang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakatditujukan untuk mewujudkan suatu kondisi masyarakat yang masuk kedalam kategori PMKS menjadi berkesejahteraan sosial pada tahun 2014.

Kondisi ini merupakan tujuan yang realistis yang dapat dicapai selama periodelima tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014 sesuai dengan target yangditetapkan oleh Kementerian Sosial. Kondisi dimaksud sesuai dengan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial adalah kondisiterpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapathidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melakukanfungsi sosialnya.

Secara konstitusional, visi ini merupakan jawaban terhadap amanat UndangUndang Dasar 1945 Pasal 34 di mana Fakir Miskin dan Anak Telantardipelihara oleh Negara. Undang Undang Dasar 1945 tidak memberikanpenjelasan bagaimana cara mensejahterakan fakir miskin dan anak telantar,hanya mewajibkan kepada Negara untuk memberikan proteksi terhadap fakirmiskin dan anak telantar, di mana kedua kelompok sasaran ini termasuk kedalam PMKS. Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang KesejahteraanSosial menjawab pertanyaan tentang bagaimana meningkatkan kesejahteraansosial PMKS termasuk di dalamnya fakir miskin dan anak telantar.

MDGs merupakan kesepakatan komunitas internasional terhadap penurunanangka kemiskinan di mana Indonesia ikut menandatanganinya. DenganKonstitusi negara yang didukung oleh Undang Undang Nomor 11 Tahun2009 memperkuat Indonesia untuk mewujudkan komitmen MDGs tersebut

BAB II

VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

Page 68: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

68

yang ditujukan bagi PMKS. Kesejahteraan sosial bagi PMKS dimaksud dapatmemberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan penurunanangka kemiskinan sesuai dengan MDGs.

Dengan demikian, visi Kementerian Sosial sebagaimana tersebut di atasmemiliki relevansi yang kuat dengan Undang Undang Dasar 1945, UndangUndang Nomor 11 Tahun 2009 dan Undang Undang lainnya, serta MDGsyang harus dicapai pada tahun 2015. Oleh karena itu perlu ada komitmenkuat dari pemangku kepentingan untuk mewujudkan visi tersebut.

2. Misi Kementerian Sosial Republik Indonesia

Sebagai kementerian, Kementerian Sosial mengemban dan melaksanakantugas sesuai dengan visi yang telah ditetapkan agar tujuan organisasi dapatterlaksana dan berhasil dengan baik. Agar pelaksanaan tugas dan fungsi dapatmencapai hasil yang optimal sesuai dengan visi yang telah ditetapkan,Kementerian Sosial menetapkan misi sebagai berikut:

(1) Meningkatkan aksesibilitas perlindungan sosial untuk menjaminpemenuhan kebutuhan dasar, pelayanan sosial, pemberdayaan sosial, danjaminan kesejahteraan sosial bagi PMKS;

(2) Mengembangkan perlindungan dan jaminan sosial bagi PMKS;(3) Meningkatkan profesionalisme penyelenggaraan perlindungan sosial

dalam bentuk bantuan sosial, rehabilitasi, pemberdayaan, dan jaminansebagai metode penanggulangan kemiskinan;

(4) Meningkatkan profesionalisme pelayanan sosial dalam perlindungan,jaminan, pemberdayaan, rehabilitasi, dan penanggulangan kemiskinan;

(5) Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan,dan kesetiakawanan sosial untuk menjamin keberlanjutan peran sertamasyarakat dalam penyelenggaran kesejahteraan sosial;

(6) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraankesejahteraan sosial.

3. Tujuan

Tujuan pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang ingin dicapaiKementerian Sosial tahun 2010-2014 adalah:

(1) Melindungi PMKS dari segala risiko sosial, perlakukan salah, tindakkekerasan, dan eksploitasi sosial;

(2) Terwujudnya aksesibilitas PMKS dalam pemenuhan kebutuhan sosialdasar;

(3) Terwujudnya mekanisme jaminan sosial berbasis komunitas dalampengelolaan risiko kehilangan atau penurunan pendapatan berbasiskontribusi (iuran);

(4) Terjaminnya PMKS yang mengalami masalah ketidak mampuan sosialekonomi untuk mendapatkan jaminan sosial melalui pembayaran iuranjaminan sosial oleh pemerintah;

Page 69: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

69

(5) Terjaminnya penghargaan bagi pejuang, perintis kemerdekaan, dankeluarga pahlawan;

(6) Terjaminnya penyandang cacat berat dan cacat ganda, lanjut usianonpotensial, eks - penderita penyakit kronis, dan penyandang cacatpsikotik dalam pemenuhan kebutuhan dasar yang layak;

(7) Terwujudnya masyarakat yang berdaya dalam memenuhi kebutuhandasarnya;

(8) Tersedia, terjangkau, dan terjaminnya pelayanan dan rehabilitasi sosialyang berkualitas bagi PMKS di semua provinsi, kabupaten dan kota.

4. Sasaran Strategis Kementerian Sosial Republik Indonesia

Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam lima tahun ke depan (2010-2014)adalah:

(1) Mencegah PMKS dari keterpurukan akibat risiko sosial, perlakukan salah,tindak kekerasan, dan eksploitasi sosial;

(2) Memberikan layanan langsung untuk memberikan perlindungan PMKSdalam menghadapi risiko sosial, kebencanaan, perlakukan salah, tindakkekerasan, dan eksploitasi sosial;

(3) Memberikan dukungan bagi PMKS baik kelompok rentan maupunkelompok berisiko sosial dalam menghadapi permasalahan kebencanaan,perlakuan salah, tindak kekerasan, dan eksploitasi sosial;

(4) RTSM (ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, anak usia sekolah dasar);(5) Penduduk yang bekerja di sektor informal berpenghasilan rendah yang

tidak tercakup dalam sistem asuransi formal;(6) Fakir miskin, anak yatim piatu telantar, lanjut usia telantar, penyandang

cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakitkronis;

(7) Pejuang, perintis kemerdekaan dan keluarga pahlawan;(8) Penyandang cacat berat dan cacat ganda, lanjut usia nonpotensial, eks

penderita penyakit kronis, dan penyandang cacat psikotik;(9) Meningkatnya kemauan dan kemampuan individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat miskin serta komunitas adat terpencil dalam memenuhikebutuhan dasar;

(10) Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat, lembagakesejahteraan sosial, dan dunia usaha dalam pemberdayaan sosial;

(11) Meningkatnya pemahaman dan gerakan kesetiakawanan sosial;(12) Tersedianya layanan PMKS (anak, lanjut usia, penyandang cacat, korban

napza, dan tunasosial) sesuai dengan standar pelayanan minimal (SPM)secara nasional;

(13) Kualifikasi untuk SDM Kesejahteraan Sosial dalam pelayanan rehabilitasisosial pada setiap unit layanan berpendidikan S-1 atau D-4 PekerjaanSosial;

(14) Seluruh unit layanan sosial menerapkan sistem pelayanan kesejahteraansosial sesuai dengan standardisasi dan akreditasi pelayanan;

Page 70: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

70

(15) Tersedianya sarana dan prasaran penanggulangan bencana, pelayananrehabilitasi sosial baik panti dan diluar panti kabupaten/kota dan nonpanti.

Page 71: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

71

1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Sesuai dengan misi dan arahan RPJPN 2005-2009, pembangunan nasionallebih diarahkan pada Visi: Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur,yang dijabarkan ke dalam delapan Misi Pembangunan Nasional. Salah satumisi tersebut adalah: Mewujudkan Pemerataan Pembangunan danBerkeadilan, yang dicerminkan melalui. (i) meningkatkan pembangunandaerah, (ii) mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, (iii)keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masihlemah, (iv) menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis, (v)menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanansosial serta sarana dan prasarana ekonomi, dan (vi) menghilangkandiskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender.

Selanjutnya, memperhatikan kebijakan nasional 2010-2014 yang dituangkanke dalam kerangka Visi 2014, yaitu Terwujudnya Indonesia Yang Sejahtera,Demokratis, dan Berkeadilan, Kesejahteraan Rakyat dipahami sebagaipeningkatan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi yangberlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam,sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting tersebut dikelolamelalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembangunan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat tersebutmengandung pengertian yang dalam dan luas, mencakup keadaan yangmencukupi dan memiliki kemampuan dalam mengatasi gejolak yang terjadi,baik dari luar maupun dari dalam. Kondisi ini perlu diwujudkan melaluiberbagai aspek pembangunan antara lain seperti, tata kelola yang baik danbersih (good governance and clean) dan memperhatikan keterkaitan desa-kotadalam kerangka pembangunan dan kemajuan ekonomi.

Pembangunan pelayanan kesejahteraan sosial selama periode 2004-2009, telahmemberikan perubahan yang menggembirakan, tetapi tetap menyisakan tugaske depan. Pelayanan kesejahteraan Sosial tersebut berdasarkan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, diubah menjadipenyelenggaraan kesejahteraan sosial. Di masa datang penyelenggaraankesejahteraan sosial menjadi lebih baik lagi karena melibatkan para pemangkukepentingan pusat, daerah dan masyarakat serta dunia usaha. Namundemikian tantangan dari berbagai karakteristik PMKS akan tidak mudah,tingginya jumlah PMKS dengan luasnya cakupan wilayah penyelenggaraankesejahteraan sosial, kualitas dan keragaman latar belakang nilai dan budaya,

BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Page 72: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

72

menjadi permasalahan yang memerlukan pemikiran strategis danmenyeluruh. Masih lemahnya pemahaman para pemangku kepentingantentang pentingnya penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagai alat untukmenurunkan jumlah PMKS, juga menjadi permasalahan sendiri. Hal inipenting untuk menjadi bahan pemikiran semua pihak, karena kebijakanterkait erat dengan pemangku kepentingan, dan kebijakan adalah pintu untukmelakukan perubahan ke arah perbaikan kondisi sosial yang lebih baik darikondisi sebelumnya.

Berdasarkan dokumen RPJPN 2005-2025 Bab II tentang kondisi umummengenai kehidupan sosial budaya dan kehidupan beragama (Butir 6)tercantum intervensi pemberdayaan sosial, pelayanan sosial, rehabilitasi sosialdan perlindungan sosial bagi masyarakat rentan termasuk bagi PMKS danpecandu narkotika dan obat-obat terlarang. Artinya bahwa sektor kesejahteraansosial terakomodasi di dalam RPJP dan oleh karenanya menjadi dasar bagiKementerian Sosial untuk melakukan intrevensi kesejahteraan sosial sesuaidengan UU Nomor 11 Tahun 2009.

Selanjutnya RPJPN juga memberikan arahan bahwa sistem perlindungan danjaminan sosial disusun, ditata dan dikembangkan untuk memastikan danmemantapkan pemenuhan hak-hak rakyat akan pelayanan sosial dasar. Didalam konteks ini, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang sudahdisempurnakan bersama sistem Perlindungan Sosial Nasional (SPSN) yangdidukung oleh peraturan perundang-undangan dan pendanaan serta sistemNomor Induk Kependudukan (NIK) dapat memberikan perlindungan penuhkepada masyarakat luas secara bertahap sehingga pengembangan SPSN danSJSN dilaksanakan dengan memperhatikan budaya dan sistem yang sudahberakar di kalangan masyarakat luas. (Dalam hal ini memperkuat bagipengembangan program Askesos bagi masyarakat.)

Ketersediaan akses dan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial perlu dibedakanberdasarkan kelompok PMKS. Gambaran masih rendahnya cakupanpelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS dapat terlihat pada tabel-tabelterdahulu. Intervensi yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkankesehatan ibu dan anak pada umumnya dilaksanakan dengan perluasancakupan pelayanan (aspek penyediaan). Khusus untuk masyarakat miskin,upaya mempercepat pencapaian target penurunan angka kematian ibu dananak perlu didukung dengan intervensi yang langsung diberikan kepadamereka, berupa insentif untuk mengakses pelayanan kesehatan di pusatpelayanan kesehatan terdekat (aspek permintaan).

Pada tahun 2000, alasan tertinggi penyebab masyarakat tidak dapat mengaksespusat pelayanan kesehatan adalah keterbatasan dana (34 persen). Meskipunmembaik pada tahun 2007 alasan ekonomi masih merupakan penyebabterpenting masyarakat miskin tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan,yaitu sebesar 25 persen (SDKI, 2007). Akses pada pelayanan pendidikanmemiliki gambaran yang hampir sama. Pada tahun 2003 penyebab tertinggi

Page 73: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

73

(67 persen) anak usia 7-18 tahun tidak dapat bersekolah adalah ketiadaandana. Meskipun membaik pada tahun 2007 alasan tidak bersekolah akibatketiadaan dana masih tetap besar, yaitu 57,2 persen (Susenas, 2003, 2007). 

Sebagaimana telah menjadi perhatian RPJM 2010-2014, dalam pembangunanbidang kesejahteraan sosial masih ditemukan adanya keterbatasan akses dankualitas pelayanan kesejahteraan sosial yang seharusnya berbeda berdasarkankelompok PMKS. Selain itu, cakupan pelayanan kesejahteraan sosial bagiPMKS masih rendah. Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan pemerintahadalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak terutama dari aspek penyediaan.Khusus untuk masyarakat miskin, upaya mempercepat pencapaian targetpenurunan angka kematian ibu dan anak perlu didukung dengan intervensiyang langsung diberikan kepada mereka, berupa insentif untuk mengaksespelayanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan terdekat (aspek permintaan). Sebagaimana diulas dalam RPJMN 2010-2014, alasan tertinggipenyebab masyarakat tidak dapat mengakses pusat pelayanan kesehatanadalah keterbatasan dana. Alasan ekonomi masih merupakan penyebabterpenting masyarakat miskin tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan.Sedangkan akses pada pelayanan pendidikan memiliki gambaran yang hampirsama, di mana penyebab tertinggi anak usia usia sekolah tidak dapatbersekolah adalah ketiadaan dana. Untuk itu, Kementerian Sosial terusmengembangkan Program Keluarga Harapan (PKH) bagi rumah tangga sangatmiskin (RTSM).

Di samping cakupan yang rendah, kegiatan bantuan sosial bagi PMKS yangselama ini dilakukan masih tumpang tindih. Penerima bantuan sosial darisebuah program, pada umumnya akan menerima tambahan bantuan melaluiprogram lainnya. Masalah ini dapat dihindari jika penajaman pada tingkatkebijakan dan penetapan sasaran program dilakukan dengan baik.Selanjutnya, pada tingkat pelaksanaan, masalah kelembagaan masihmendominasi permasalahan pelayanan kesejahteraan sosial. Alih fungsi pantisosial yang sebelumnya dibangun oleh Pemerintah, di beberapa daerahdigunakan untuk kegiatan selain pelayanan kesejahteraan sosial.  Sementaraitu, upaya pemberdayaan sosial yang seharusnya meletakkan berbagai upayauntuk membangun kapasitas individu dan kelembagaan PMKS masih belumberjalan secara optimal. Keputusan bagi penyelesaian masalah yang dihadapioleh PMKS masih lebih banyak dilakukan oleh aparat pemerintah sehinggabantuan yang disediakan pemerintah seringkali tidak tepat sasaran atau tidaktepat guna. Oleh karena itu tantangan ke depan adalah meningkatkan aksesdan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial dengan didukung oleh peningkatanpengelolaan program, peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM sertatata kelola kepemerintahan.  

Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial dilakukanmelalui empat fokus prioritas. Pertama, peningkatan Program KeluargaHarapan (PKH). Kedua, peningkatan pelayanan dan rehabilitasi sosial. Ketiga,peningkatan bantuan sosial. Keempat, pemberdayaan fakir miskin dankomunitas adat terpencil (KAT). Keempat fokus prioritas tersebut juga

Page 74: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

74

didukung oleh: (a) peningkatan kualitas rancangan dan pengelolaan program;(b) penyempurnaan kriteria, proses penargetan, serta proses seleksi penerimabantuan sosial; (c) peningkatan jumlah dan perluasan cakupan sasaranprogram; (d) penataan kelembagaan untuk pengelolaan program secara efektifdan efisien; (e) peningkatan kemampuan dan kualitas lembaga pendidikandan penelitian; dan (f) pengembangan sistem informasi manajemen yangberkualitas.

2. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Sosial

Untuk merealisasikan visi, misi, dan tujuan Kementerian Sosial selama limatahun ke depan sesuai dengan misi dan arahan RPJPN 2005-2009 tersebut diatas, perlu dibuat suatu strategi dan arah kebijakan yang utuh danmenyeluruh. Strategi dan arah kebijakan ini diharapkan dapat memberikanpanduan yang menuntun segenap komponen aparatur Kementerian Sosialdalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Memperhatikan hal tersebut dan menyikapi dinamika pembangunan bidangsosial, maka strategi dan arah kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan sosialtahun 2010-2014 dirumuskan berdasarkan pada (i) RPJMN Tahun 2010-2014,(ii) evaluasi capaian pembangunan kesejahteraan sosial sampai tahun 2009,(iii) kebijakan sebelas prioritas nasional Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, dan(iv) komitmen pemerintah pada konvensi internasional mengenai kemiskinan,khususnya tentang penurunan separuh penduduki miskin dunia hingga tahun2015 yang termuat dalam konvensi Millenium Development Goals (MDGs),dan (v) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,serta Perpres Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan OrganisasiKementerian Negara.

Memperhatikan arah kebijakan umum pembangunan nasional pada RPJMN2010-2014 yang melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yangsejahtera, kondisi ketercapaian ini tercermin dari peningkatan kesejahteraanmasyarakat secara keseluruhan, pengurangan kemiskinan, pengurangantingkat pengangguran, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaga danterpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan.

2.1 Tugas pokok Kementerian Sosial adalah

Menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untukmembantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

2.2 Fungsi

(1) perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya(2) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawabnya;(3) pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; dan(4) pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

Page 75: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

75

2.3 Indikator

Berdasarkan gambaran tersebut di atas, maka Kementerian Sosialmenyusun strategi dan arah kebijakan penyelenggaraan kesejahteraansosial tahun 2010-2014 yang mengintegrasikan tujuan, sasaran, kebijakan,program dan kegiatan yang terukur untuk mencapai misi KementerianSosial yang telah ditetapkan. Adapun strategi, proses dan indikatorcapaian kinerja Kementerian Sosial Tahun 2010-2014 merujuk padaPeraturan Menteri Sosial RI Nomor 111/HUK/2009 tentang IndikatorKinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial sebagaimana pada tabel 21.

Untuk mengukur capaian indikator kinerja dari strategi dan proses yangdigunakan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial pada KementerianSosial, maka dilakukan pengukuran indikator dengan jumlah sasaranyang diberikan pelayanan kesejahteraan sosial. Artinya, persentasedihitung berdasarkan pada jumlah PMKS yang diintervensi selama tahun2010-2014. Bukan pada total populasi PMKS yang ada, baik capaianpertahun maupun capaian selama lima tahun.

Capaian indikator kinerja Kementerian Sosial tersebut akan dapatdimungkinkan apabila mendapat dukungan optimal dari APBN danperan aktif Pemerintah Daerah melalui APBD serta partisipasi aktifmasyarakat dan Dunia Usaha. Hal yang lebih penting adalah adanyakemauan politik pemerintah melalui kerangka kebijakan nasional dankerangka kebijakan anggaran nasional untuk mengatasi permasalahankesejahteraan sosial PMKS, yang merupakan penyumbang terbesar angkakemiskinan di Indonesia.

Dengan anggaran yang terbatas sebagaimana pada Matrik Rencana TindakPembangunan Jangka Menengah 2010-2014 Per Kementerian Negarauntuk Kementerian Sosial, yang telah beberapa kali dibahas, sangat sulitmencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Terlebihcapaian indikator kinerja ini ditargetkan akan diselesaikan selama RPJM2010-2014 dan kesepakatan MDGs 2015.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentangKesejahteraan Sosial, kebijakan dan strategi Kementerian Sosial lebihdiarahkan pada:

(1) Rehabilitasi sosial, dimaksudkan untuk memulihkan danmengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsisosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdilaksanakan secara persuasif, motivatif, koersif, baik dalam keluarga,masyarakat maupun panti sosial.

(2) Jaminan sosial, adalah jaminan sosial yang diberikan dalam bentukasuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutandan tunjangan berkelanjutan untuk:

Page 76: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

76

(a) menjamin fakir miskin, anak yatim piatu telantar, lanjut usiatelantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik danmental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalahketidakmampuan sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnyaterpenuhi.

(b) menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluargapahlawan atas jasa-jasanya.Asuransi kesejahteraan sosial diselenggarakan untuk melindungiwarga negara yang tidak mampu membayar premi agar mampumemelihara dan mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya.Asuransi kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud diberikandalam bentuk bantuan iuran oleh pemerintah.

(3) Pemberdayaan sosial dimaksud untuk:(a) memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok, dan

masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial agarmampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

(b) meningkatkan peran serta lembaga dan/atau perseorangansebagai potensi dan sumber daya dalam penyelenggaraankesejahteraan sosial.Pemberdayaan sosial dilakukan melalui: peningkatan kemauandan kemampuan; penggalian potensi dan sumber daya;penggalian nilai-nilai dasar; pemberian akses; dan/ataupemberian bantuan usaha.

(4) Perlindungan sosial, dimaksudkan untuk mencegah dan menanganirisiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga,kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapatdipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.

Perlindungan sosial sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui:bantuan sosial, advokasi sosial, dan/atau bantuan hukum. Bantuan sosialdimaksudkan agar seseorang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakatyang mengalami guncangan dan kerentanan sosial dapat tetap hidupsecara wajar.

Advokasi sosial dimaksudkan untuk melindungi dan membela seseorang,keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dilanggar haknya.Advokasi sosial sebagaimana dimaksud diberikan dalam bentukpenyadaran hak dan kewajiban, pembelaan, dan pemenuhan hak.

Bantuan hukum diselenggarakan untuk mewakili kepentingan warganegara yang menghadapi masalah hukum dalam pembelaan atas hak,baik di dalam maupun di luar pengadilan. Bantuan hukum sebagaimanadimaksud diberikan dalam bentuk pembelaan dan konsultasi hukum.Penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan, program, dankegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan/atau

Page 77: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

77

masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber matapencaharian namun tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagikemanusiaan, dengan tujuan:

(a) meningkatkan kapasitas dan mengembangkan kemampuan dasarserta kemampuan berusaha masyarakat miskin;

(b) memperkuat peran masyarakat miskin dalam pengambilankeputusan kebijakan publik yang menjamin penghargaan,perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar;

(c) mewujudkan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik, dan sosialyang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperolehkesempatan seluas-luasnya dalam pemenuhan hak-hak dasar danpeningkatan taraf hidup secara berkelanjutan; dan

(d) memberikan rasa aman bagi kelompok masyarakat miskin danrentan.

Memperhatikan hal tersebut di atas maka kebijakan Kementerian Sosialpada pembangunan kesejahteraan sosial sebagaimana ketentuan dalamRPJMN 2010-2014 diarahkan untuk:

(a) Meningkatkan dan memeratakan pelayanan sosial yang adil, dalamarti bahwa setiap orang khususnya penyandang masalahkesejahteraan sosial berhak memperoleh pelayanan sosial.

(b) Meningkatkan profesionalisme SDM kesejahteraan sosial berbasispekerjaan sosial dalam penanganan masalah dan potensikesejahteraan sosial.

(c) Memantapkan manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosialdalam hal perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, danpelaporan serta koordinasi.

(d) Menciptakan iklim dan sistem yang mendorong peningkatan danpengembangan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraankesejahteraan sosial.

(e) Mendukung terlaksananya kebijakan desentralisasi dalampenyelenggaraan pemerintahan umum dan pembangunanberdasarkan keberagaman dan keunikan nilai sosial budaya sertamengedepankan potensi dan sumber sosial keluarga dan masyarakatsetempat.

Strategi pembangunan kesejahteraan sosial sebagaimana ketentuan dalamRPJMN 2010-2014 difokuskan pada:

(a) Kampanye sosial, yang mengandung makna memberikanpemahaman, sosialisasi, penyadaran, dan kepedulian terhadap pelakupembangunan kesejahteraan sosial dan penyandang masalah dalamupaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

(b) Kemitraan sosial, yang mengandung makna adanya kerja sama,kepedulian, kesetaraan, kebersamaan, dan jaringan kerja yang

Page 78: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

78

menumbuhkembangkan kemanfaatan timbal balik antara pihak-pihak yang bermitra.

(c) Partisipasi sosial, yang mengandung makna adanya prakarsa danperanan dari penerima pelayanan dan lingkungan sosialnya dalampengambilan keputusan serta melakukan pilihan terbaik untukpeningkatan kesejahteraan sosialnya.

(d) Advokasi dan pendampingan sosial, yang mengandung maknaadanya upaya-upaya memberikan perlindungan, pembelaan, danasistensi terhadap hak-hak dasar warga masyarakat.

3. Program Pembangunan 2010-2014

Program-program pembangunan kesejahteraan sosial Kementerian Sosialtahun 2010-2014 diarahkan bagi PMKS, yang ditempuh melalui enamprogram prioritas dengan indikator dampak (impact) yang ingin dicapaidiarahkan kepada: (i) peningkatan keberfungsian sosial dan kemandirianpenerima manfaat penyelenggaraan kesejahteraan sosial, (ii) peningkatankemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraankesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan, dan (iii) peningkatankualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial tahun 2010-2014, cross cuttingissues mengenai keadilan dan kesetaraan gender akan mendapat perhatiankarena memberikan Kontribusi positif terhadap keberhasilan program yangberkelanjutan.

3.1. Program Rehabilitasi Sosial

Salah satu bidang pembangunan kesejahteraan sosial yang penting sesuaidengan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 dan merupakan salahsatu tugas pokok Kementerian Sosial adalah memberikan pelayanandalam rangka rehabilitasi sosial dan juga perlindungan sosial terhadapPMKS. Rehabilitasi sosial dilaksanakan melalui Direktorat JenderalPelayanan dan Rehabilitasi Sosial (Ditjen Yanrehsos) yang kedudukan,tugas, dan fungsinya diatur dengan Peraturan Menteri Sosial RepublikIndonesia Nomor 82/HUK/2005 tentang Organisasi dan Tata KerjaKementerian Sosial, yaitu menyelenggarakan, memfasilitasi, danmengendalikan pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada para penyandangmasalah ketelantaran, kecacatan, dan ketunaan sosial.

Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bertanggung jawabuntuk memfasilitasi peningkatan kesejahteraan penyandang masalahkesejahteraan tersebut serta memberikan perlindungan sosial agar merekadapat berfungsi sosial dan menjadi modal pembangunan.

Kementerian Sosial memperoleh mandat dari Presiden RI untukmelakukan kajian ulang dan mengusulkan perbaikan kebijakan,peraturan dan proses pelaksanaan kegiatan pelayanan umum, khususnyapelayanan sosial yang diberikan kepada PMKS melalui basis institusionalpanti sosial yang berada di bawah tanggungjawab dan kewenangan

Page 79: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

79

Pemerintah. Penyempurnaan tersebut mencakup peningkatan kualitassumber daya manusia, manajemen, pelayanan sosial, sarana danprasarana, kelembagaan, pembiayaan dan monitoring dan evaluasi.

Untuk mendukung visi, misi, dan tujuan Kementerian Sosial tahun 2010-2014, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial melaluiprogram rehabilitasi sosial memiliki beberapa kegiatan, sebagai berikut.

3.1.1. Pelayanan Sosial Anak

Salah satu kegiatan program rehabilitasi sosial Direktorat JenderalPelayanan dan Rehabilitasi Sosial adalah Pelayanan Sosial Anak(oleh Direktorat Pelayanan Sosial Anak). Kegiatan ini dilaksanakanmelalui program pusat dan dekonsentrasi untukmenyelenggarakan usaha penyantunan, perawatan, perlindungan,pengentasan anak di luar pengasuhan keluarga, dan pengangkatananak. Tujuan dari program-program yang dilaksanakan dalampelayanan sosial anak adalah mengembalikan fungsi utamapengasuhan kepada keluarga.

Pemerintah juga merancang social development centre (SDC) danRumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA), suatu wadah bagi anakdi luar pengasuhan keluarga dengan kegiatan yang bertujuan untukmemberikan pengasuhan dan perlindungan sementara kepadaanak yang mengalami ketelantaran dan hidup di jalanan untukkemudian mencoba mengembalikan mereka kepada pengasuhankeluarganya, setelah diberikan program konseling, bimbinganmental/sosial, vokasional, dan lain-lain. Lebih khusus lagi padaRPSA, anak yang mengalami tindak kekerasan, eksploitasi,penyalahgunaan anak mempunyai trauma yang memerlukanperhatian untuk memulihkan dari segi fisik dan psikologisnya. Saatini sudah ada sepuluh RPSA di 9 provinsi.

Untuk anak yang berhadapan dengan hukum, penanganannyadilaksanakan dalam panti dan luar panti dengan penanganan yangsedang dikembangkan melalui model restorative justice. Penanganananak dengan disabilitas memberikan peluang untuk menempatkananak dengan kecacatan sejajar dengan anak pada umumnya,terutama terkait dengan pemenuhan hak-haknya. Sementara untukanak balita, lebih berbentuk day care dan lebih berorientasi untukmengatasi permasalahan gizi buruk anak di bawah usia lima tahundan family support. Permasalahan anak dengan permasalahannyayang sudah semakin spesifik disebut sebagai Anak-anak yangMembutuhkan Perlindungan Khusus (AMPK) yaitu anak dalamsituasi darurat, anak yang berkonflik dengan hukum, dan anakyang berasal dalam kelompok minoritas, perdagangan anak, danlain-lain. Hal ini menggambarkan sudah semakin kompleksnyapermasalahan dan penanganan yang diperlukan.

Page 80: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

80

3.1.2. Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Seperti kegiatan pelayanan sosial anak, Pelayanan Sosial Lanjut Usia(dilaksanakan oleh Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia) adalahsalah satu kegiatan Ditjen Yanrehsos yang memfokuskan padapelayanan sosial bagi lanjut usia. Pelayanan yang diberikan meliputi:

(1) Program pelayanan lansia dalam panti yang meliputi:pelayanan reguler, pelayanan harian (day care services),pelayanan subsidi silang, yang kesemuanya dilakukan di 237panti (2 panti milik Kementerian Sosial, 70 milik pemda, dan165 milik swasta/masyarakat).

(2) Program pelayanan lansia luar panti yang meliputi: home careservices (6 unit), foster care, day care services (6 unit), UEP, Kube(bantuan dan pembinaan).

(3) Program kelembagaan meliputi: jejaring antarlembaga nasionaldan internasional, koordinasi antar dan intersektor,penyelenggaraan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) dan HariLanjut Usia Internasional (HLUIN), pembinaan danpemberdayaan lembaga lansia.

(4) Perlindungan dan aksesibilitas meliputi Jaminan Sosial LanjutUsia/JSLU (2006-2009), Trauma Centre (5 unit), aksesibilitassosial, pelayanan kedaruratan, dan jaringan penanganan antarlembaga.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mewujudkan: (i) dukungankeluarga dan masyarakat terhadap kehidupan lanjut usia, (ii)sistem perlindungan dan jaminan sosial yang dapatmeningkatkan kehidupan penduduk lanjut usia, (iii)kesempatan kerja dan aktivitas untuk mengaktualisasikan diridalam keluarga dan masyarakat, (iv) iklim kehidupan yangmendorong lanjut usia dapat melakukan kegiatan sosialkeagamaan dan kerohanian, dan (v) aksesibilitas lanjut usiaterhadap sarana dan pelayanan umum.

3.1.3. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat

Pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat merupakan salahsatu kegiatan Ditjen Yanrehsos (dilaksanakan oleh DirektoratPelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat) yangdiarahkan untuk membantu penyandang cacat melalui upayapeningkatan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakanpelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat, memperluasjangkauan pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat,

Page 81: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

81

meningkatkan mutu dan profesionalisme pelayanan danrehabilitasi sosial, baik yang diselenggarakan oleh pemerintahmaupun masyarakat, dan memantapkan manajemen pelayanandan rehabilitasi sosial penyandang cacat.

Upaya pelayanan bagi penyandang cacat tersebut dilakukanmelalui; (i) rehabilitasi sosial, (ii) bantuan sosial, (iii) pemeliharaantaraf hidup, dan (iv) aksesibilitas. Adapun kegiatan pelayanan danrehabilitasi sosial penyandang cacat dilaksanakan melalui:

(1) Institutional-based yang mencakup program reguler,multilayanan dan multitarget group melalui day care dan subsidisilang, dan program khusus yang meliputi outreach, unitpelayanan sosial keliling (UPSK) dan bantuan tenaga ahlikepada organisasi sosial dan rehabilitasi berbasis masyarakat(RBM).

(2) Non-institutional-based yang mencakup pelayananpendampingan family-based (berbasiskan keluarga) dancommunity-based (berbasiskan masyarakat) yangmenyelenggarakan RBM, serta pelayanan-pelayanan lainmencakup UPSK, loka bina karya (LBK), praktik belajar kerja(PBK), UEP/Kube.

(3) Pemeliharaan taraf hidup/bantuan sosial.

3.1.4. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban PenyalahgunaanNapza

Dalam rangka mencapai sasaran kegiatan pelayanan dan rehabilitasikorban penyalahgunaan Napza (dilaksanakan oleh DirektoratPelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza)dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

(1) Meningkatkan dan memperluas jangkauan pelayanan danrehabilitasi sosial korban Napza, terutama yang berbasismasyarakat;

(2) Meningkatkan koordinasi intra dan interinstansi pemerintahterkait dan partisipasi masyarakat;

(3) Mengembangkan dan memantapkan peran serta masyarakat/lembaga swadaya masyarakat dalam kegiatan pencegahan,pelayanan, dan rehabilitasi sosial korban Napza;

(4) Mengembangkan dan meningkatkan prasarana dan saranapelayanan rehabilitasi sosial bagi korban Napza, baik secarafisik maupun sumber daya manusia, dalam rangkameningkatkan profesionalisme pelayanan sosial;

(5) Mengembangkan dan menyediakan sistem informasi tentangpermasalahan sosial penyalahgunaan Napza, baik secara fisik

Page 82: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

82

maupun sumber daya, dalam rangka meningkatkanprofesionalisme pelayanan sosial;

(6) Mengembangkan dan menyediakan sistem informasi tentangpermasalahan sosial penyalahgunaan Napza.

Kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dilakukan mencakup: (i)pencegahan, (ii) rehabilitasi sosial, (iii) pengembangan dan pembinaanlanjut, (iv) kelembagaan, perlindungan dan advokasi sosial.

3.1.5. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tunasosial

Kegiatan pelayanan dan rehabilitasi tunasosial adalah salah satu kegiatanDitjen Yanrehsos yang dilaksanakan oleh Direktorat Pelayanan danRehabilitasi Tunasosial bagi PMKS yang masuk dalam kelompoktunasusila, gelandangan dan pengemis, dan bekas warga binaan lembagapemasyarakatan. Melalui bimbingan sosial dan bimbingan keterampilanserta pemberian bantuan Usaha Ekonomis Produktif dalam rangkapelaksanaan program Pelayanan dan Rehabilitasi Tunasosial sertabimbingan teknis dalam rangka pembinaan lanjut yang diarahkan padapemberdayaan tunasusila (wanita dan waria tunasusila), gelandangan danpengemis, dan bekas warga binaan pemasyarakatan. Melalui upaya-upayatersebut tidak hanya tertanganinya masalah tunasosial tetapi juga dapatmeningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya serta dapat bersosialisasi ditengah masyarakat lingkungannya.

Upaya-upaya pelayanan dan rehabilitasi tunasosial dalam rangkamencapai sasaran pelayanannya mencakup:

(1) pelayanan dan rehabilitasi tunasusila: wanita penjaja seks, wariapenjaja seks

(2) pelayanan dan rehabilitasi gelandangan dan pengemis(3) pelayanan dan rehabilitasi eks narapidana(4) pelayanan dan rehabilitasi orang dengan HIV dan AIDS

3.2. Program Perlindungan dan Jaminan Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial bidang bantuan dan jaminan sosialmerupakan salah satu instrumen pembangunan nasional yang padahakikatnya merupakan piranti dalam mewujudkan keadilan sosial bagiseluruh masyarakat melalui pemanfaatan hasil-hasil pembangunan yangdicapai dalam pengentasan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Olehkarena itu, pelaksanaan pembangunan dilakukan secara bertahap, terencana,terprogram dan sistematis melalui kegiatan-kegiatan prioritas sesuai dengantugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial.

Program dan kegiatan telah dirancang untuk mengantisipasi berbagaitantangan dengan mengedepankan prioritas kebutuhan bagi penyandangmasalah kesejahteraan sosial. Meningkatnya partisipasi masyarakat, dunia

Page 83: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

83

usaha, ataupun NGO (organisasi nonpemerintah) lokal dan internasional telahmenciptakan peluang untuk bersama-sama mengentaskan permasalahan.

Pergeseran paradigma Program Bantuan dan Jaminan Sosial menjadiPerlindungan dan Jaminan Sosial merupakan terobosan dalam rangkapenyempurnaan program dan kegiatan. Pergeseran tersebut selanjutnya lebihfokus pada arah penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial selamakurun waktu 2010-2014 kepada upaya perlindungan dan jaminan sosial bagimasyarakat yang membutuhkan penanganan secara khusus, yaitu penduduk“rentan”, dan penduduk yang memiliki risiko sosial. Penduduk berisiko sosialadalah penduduk miskin kluster I dan II serta penduduk lainnya yang karenafaktor tertentu tidak memiliki kepastian masa depan. Sementara yangtermasuk penduduk rentan adalah masyarakat yang tidak terlepas dariberbagai bencana, tindak kekerasan, dan pekerja migran bermasalah sosial.Pergeseran tersebut seiring dengan mandat yang diamanatkan dalampembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesa 1945 alinea IV sertaPasal 34 ayat (1) dan (2).

Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan Rencana Strategis KementerianSosial Tahun 2010-2014, Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial,melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut.

3.2.1. Bantuan Sosial Korban Bencana Alam

Kegiatan bantuan sosial korban bencana alam dilaksanakan olehDirektorat Bantuan Sosial Korban Bencana Alam yang merupakan salahsatu kegiatan Ditjen Banjamsos yang fokus pada masalah-masalah sosialyang ditimbulkan sebagai ekses dari bencana alam.

Pengurangan risiko bencana menjadi salah satu prioritas penangananutama dari upaya bantuan sosial bagi korban bencana. Upayapengurangan risiko bencana ini dilakukan dengan memperkuat sistemdan mekanisme penanggulangan bencana yang terpadu di pusat dandi daerah, yakni:

(1) Kesiapsiagaan untuk dilakukannya penguatan kesiapsiagaanbantuan darurat, peralatan evakuasi dan mobilisasi kendaraansiaga bencana serta menyiapkan masyarakat untuk memahamirisiko bencana yang mengancam melalui penyuluhan sosial,latihan, simulasi, dan gladi lapangan penanggulangan bencana;

(2) Tanggap darurat dengan melakukan aktivasi sistempenanggulangan bencana melalui upaya penyelamatan,pemenuhan kebutuhan dasar, dan pelibatan personel pelatihdalam penanggulangan bencana;

Page 84: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

84

(3) Pascabencana, melakukan rehabilitasi sosial secara fisik maupunnonfisik melalui bantuan stimulan bahan bangunan rumah,santunan sosial, dan bantuan pemberdayaan ekonomi produktif;

(4) Membangun model penanggulangan bencana bidang bantuansosial dengan menggunakan pendekatan community-baseddevelopment atau penanggulangan bencana berbasis masyarakatdengan produk “kampung siaga bencana”.

3.2.2. Bantuan Sosial Korban Bencana Sosial

Kegiatan bantuan sosial korban bencana sosial yang dilaksanakan olehDirektorat Bantuan Sosial Korban Bencana Sosial ke depan diarahkanpada tiga tahapan penanggulangan bencana sosial yang difokuskanuntuk mencegah terjadinya potensi bencana sosial dengan mewujudkanmasyarakat yang berketahanan sosial. Dalam pelaksanaannya, upaya-upaya yang dilakukan sebagai berikut:

(1) Prabencana, melalui kegiatan yang bernuansa pencegahan denganmemperhatikan karakteristik permasalahan bencana sosial makaupaya yang dikembangkan diarahkan pada penguatan potensi lokaluntuk mencegah terjadinya potensi bencana sosial. Komponenkegiatan yang akan terus dikembangkan adalah keserasian sosialdan penggalian kearifan lokal.

(2) Tanggap darurat merupakan kegiatan pemberian bantuan daruratberupa bantuan makanan, sandang, dan papan bagi korbanbencana sosial.

(3) Rehabilitasi sosial merupakan bantuan pascabencana yangdititikberatkan pada pemulihan korban. Penanganan dilakukanmelalui tiga pola, yaitu melalui pemulangan ke daerah asal,terminasi/pemberdayaan di lokasi pengungsian, dan resettlementpada lokasi baru.

3.2.3. Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran

Kegiatan bantuan dan jaminan sosial yang dilaksanakan oleh DirektoratBantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migrandifokuskan pada upaya perlindungan sosial bagi korban tindakkekerasan dan pekerja migran bermasalah agar dapat melaksanakanfungsi sosialnya di masyarakat. Upaya tersebut dilaksanakan melalui:

(1) Pemulangan ke daerah asal dan pemberian makanan selama dipenampungan bagi pekerja migran bermasalah;

(2) Rehabilitasi psikososial melalui RPTC;

Page 85: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

85

(3) Bantuan Usaha Ekonomis Produktif sebagai bantuan stimulan bagikorban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah

3.2.4. Pengumpulan dan Pengelolaan Sumber Dana Sosial

Dana hibah dalam negeri yang dulu dikenal sebagai dana usahakesejahteraan sosial merupakan sumber yang dapat dimanfaatkanuntuk menjangkau permasalahan kesejahteraan sosial yang tidak dapatdisentuh oleh APBN yang alokasinya terbatas. Hal ini dilaksanakan olehDirektorat Pengumpulan dan Pengelonaan Sumber Dana Sosial. Olehkarena itu, pengumpulan dan pengelolaannya perlu dilakukan secaratransparan dan akuntabel. Upaya yang dilakukan untukmengoptimalkan pengumpulan dan pengelolaan sumber dana sosialtersebut adalah sebagai berikut:

(1) Meningkatkan pelayanan dan pemrosesan Surat Keputusan izinUndian Gratis Berhadiah (UGB) dan Pengumpulan Uang danBarang (PUB);

(2) Pengelolaan dan pemanfaatan dana hibah dalam negeri bagikemanfaatan PMKS yang berisiko sosial;

(3) Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalampenyelenggaraan kesejahteraan sosial.

3.2.5. Jaminan Kesejahteraan Sosial

Jaminan Sosial Nasional adalah program pemerintah dan masyarakatyang bertujuan memberi kepastian jumlah perlindungan kesejahteraansosial agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan hidup menujuterwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.Kegiatan ini dilaksanakan oleh Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial.

Perlindungan jaminan sosial mengenal beberapa pendekatan yangsaling melengkapi yang direncanakan dalam jangka panjang yang dapatmencakup seluruh rakyat secara bertahap sesuai dengan perkembangankemampuan ekonomi masyarakat. Pendekatan pertama adalahpendekatan asuransi sosial atau compulsory social insurance, yangdibiayai dari kontribusi/premi yang dibayarkan oleh setiap tenaga kerjadan/atau pemberi kerja. Kontribusi/premi dimaksud selalu harusdikaitkan dengan tingkat pendapatan/upah yang dibayarkan olehpemberi kerja. Pendekatan kedua berupa bantuan sosial (socialassistance) baik dalam bentuk pemberian bantuan uang tunai maupunpelayanan dengan sumber pembiayaan dari negara dan bantuan sosialmasyarakat lainnya.

Mekanisme jaminan sosial berbasiskan masyarakat yaitu penggalangandana secara swadaya untuk memberikan jaminan sosial bagi komunitas

Page 86: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

86

lokal telah tumbuh secara turun-temurun di masyarakat sepertijimpitan, arisan, baitulmal, ataupun kegiatan serupa dengan istilah yangberbeda di setiap daerahnya. Pada perkembangannya, sistem jaminansosial yang dibangun tidak dapat menjangkau kelompok berisiko,khususnya penyandang masalah kesejahteraan sosial. Oleh karena itu,dikembangkan sistem jaminan sosial dengan sasaran kelompok yangtidak dapat tercakup oleh sistem jaminan sosial konvensional. Yangdisebut Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos).

Askesos adalah jaminan pertanggungan dalam bentuk penggantianpendapatan keluarga bagi warga masyarakat pekerja mandiri padasektor informal terhadap risiko menurunnya kesejahteraan sosial akibatpencari nafkah utama mengalami sakit, kecelakaan, dan meninggaldunia sehingga berada dalam kondisi tidak terpenuhinya kebutuhandasar anggota keluarga.

Askesos merupakan program strategis dalam jaminan sosial berupaprogram pemeliharaan penghasilan (income maintenance) yang berskalanasional bagi masyarakat miskin atau marginal. Dalam pelaksanaannyaprogram Askesos ini bermitra dengan organisasi sosial/yayasan/lembagayang telah dibina oleh Kementerian Sosial sebagai pengelola ataupelaksana di lapangan dengan membentuk Tim Pengelola Askesos.

3.2.6. Bantuan Tunai Bersyarat/Program Keluarga Harapan (PKH)

Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaliguspengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial, dimulai padatahun 2007 pemerintah melaksanakan Program Keluarga Harapan(PKH). PKH juga sebagai sarana untuk mengembangkan sistemjaminan sosial bagi masyarakat sangat miskin. Program serupa ini dinegara lain dikenal dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) atauBantuan Tunai Bersyarat. Pelaksanan PKH yang berkelanjutandiharapkan dapat mempercepat pencapaian target MDGs pada tahun2015, yaitu menurunkan angka kemiskinan hingga setengahnya darikeadaan tahun 2000.

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program asistensi sosialkepada rumah tangga yang memenuhi kualifikasi tertentu denganmemberlakukan persyaratan dalam rangka untuk mengubah perilakumiskin. PKH diutamakan bagi rumah tangga sangat miskin (RTSM)yang memiliki ibu hamil/menyusui, dan anak usia 0-15 tahun, atauanak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikandasarnya. Tujuan jangka pendek PKH adalah memberikan income effectmelalui pengurangan beban pengeluaran RTSM. Sementara tujuanjangka panjangnya adalah untuk memutus mata rantai kemiskinanRTSM melalui peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan, dankapasitas pendapatan anak (price effect) serta memberikan kepastian

Page 87: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

87

akan masa depan anak (insurance effect) dan mengubah perilaku(behaviour effect) keluarga miskin.

PKH adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada RTSM.Sebagai imbalannya RTSM diwajibkan memenuhi persyaratan yangterkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusiamelalui aspek pendidikan dan kesehatan. Untuk mendukung PKH,sesuai dengan ketentuan yang berlaku Kementerian Sosial telahmembentuk Unit Pengelola PKH (UPPKH) yang dibentuk di tingkatpusat maupun daerah. UPPKH dilengkapi dengan Sistem InfomasiManajemen PKH berbasis komputer, dilengkapi oleh operator ITdengan keahlian SIM-PKH, dan tersedia Pendamping PKH atau dikenaldengan Pekerja Sosial Pendamping PKH, yang direkrut darimasyarakat, karang taruna, sarjana penggerak pembangunan, danunsur-unsur dari organisasi sosial masyarakat. Pada umumnya, paraPekerja Sosial pendamping PKH ini memiliki latar belakang pendidikansarjana, bahkan ada beberapa berkualifikasi sarjana strata 2. Tugas utamapara Pekerja Sosial Pendamping PKH ini adalah untuk mendampingiRTSM peserta PKH dalam memanfaatkan aksesibilitas terhadappelayanan pendidikan dan kesehatan.

Tujuan utama PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan danmeningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama kelompokmasyarakat miskin. Secara khusus, tujuan PKH adalah sebagai berikut:i) meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM, ii) meningkatkan tarafpendidikan anak-anak RTSM, iii) meningkatkan status kesehatan dangizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6 tahun dari RTSM, daniv) meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dankesehatan khususnya bagi RTSM.

RTSM peserta PKH menerima bantuan uang tunai yang besarnya mulaidari Rp660,000 hingga Rp2,200,000 untuk selama 6 tahun secara terus-menerus. Penentuan pemberian bantuan tunai bersyarat selama enamtahun ini berdasarkan pengalaman pelaksanaan CCT di negara-negaralain di mana dibutuhkan waktu selama 5-6 tahun untuk dapatmeningkatkan kualitas hidupnya. Dalam pada itu, dalam setiap periodetiga tahun dilakukan resertifikasi terhadap status kepesertaan RTSM.Apabila dalam periode 6 tahun mengikuti PKH ternyata RTSM masihberada di bawah garis kemiskinan, maka untuk exit strategy PKHmemerlukan koordinasi dengan program-program lain pada instansisektoral lainnya.

Pada tahun anggaran 2007, PKH telah berhasil menjangkau sasaransebanyak 383,584 RTSM, pada tahun 2008 ada penambahan pesertaPKH baru sebanyak 237.171 RTSM sehingga jumlahnya sampai dengantahun 2008 mencapai 620,755 RTSM. Pada tahun 2009, jumlah targetRTSM yang terlayani oleh PKH secara keseluruhan mencapai 726,000RTSM, dan pada tahun 2010 diproyeksikan mencapai 816,000 RTSM

Page 88: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

88

dengan adanya panambahan peserta PKH baru sebanyak 90,000 RTSM.Selama periode pelaksanaan RPJMN 2010-2014, Kementerian Sosialdirencanakan menjangkau seluruh RTSM sesuai dengan hasil verifikasiBPS terhadap RTSM dan hasil validasi database RTSM oleh SIMUPPKH.

Sesuai dengan ketentuan, salah satu exit strategy sebagaimana dimaksuddalam PKH adalah mendorong pemerintah daerah provinsi dankabupaten/kota melalui kantor Dinas Sosial masing-masing untukmenggunakan PKH sebagai salah satu strategi untuk menurunkanangka kemiskinan di daerah. Dengan menggunakan sistem danmekanisme yang telah diatur di dalam Pedoman Umum PKH 2007,pemerintah daerah dapat melanjutkan program ini terhadap RTSMpeserta PKH kalau dipandang pendapatannya masih berada di bawahgaris kemiskinan. Selain itu, pemerintah daerah juga dapat memperluasjangkauan pelayanan PKH kepada Rumah Tangga Miskin (RTM) agarlepas dari masalah kemiskinan. Dengan kata lain, mengingat PKHadalah program prioritas nasional maka bukan hanya KementerianSosial yang harus melaksanakannya tetapi pemerintah daerah juga dapatmengembangkan dan melanjutkannya sesuai dengan kemampuandukungan APBD.

Dalam melaksakan pengelolaan anggaran PKH, Kementerian Sosial(sesuai dengan Perpres No. 47 Tahun 2009 Tentang PembentukanOrganisasi Kementerian Negara disebut Kementerian Sosial) selamaini bekerja sama dengan PT Pos Indonesia yang menjadi mitra dalampenyaluran bantuan tunai bersyarat dari Kementerian Sosial kepadaRTSM. Berdasarkan pengalaman pelaksanaaan PKH, proses penyaluranbantuan tunai dari PT Pos Indonesia kadang-kadang mengalamiketerlambatan disebabkan prinsip economic of scales. Untukmempercepat penyaluran bantuan uang tunai dan meningkatkankualitas pelayanan PKH terhadap RTSM yang tersebar di berbagaipelosok tanah air, maka selama priode pelaksanaan RPJMN 2010-2014akan dikaji berbagai alternatif mitra.

Dalam rangka mendidik RTSM dalam pengelolaan keuangan keluarga,maka penyaluran bantuan tunai PKH secara langsung oleh KementerianSosial melalui mitra perbankan yang ditunjuk, menjadi sangatmemungkinkan. Dengan ini dapat menutup peluang dan kesempatanbagi mitra memperlambat proses penyaluran bantuan sosial kepadaRTSM. Hal ini juga terkait dengan upaya Kementerian Sosial meraihstatus opini BPK dari Wajar Dengan Pengecualian menuju Wajar TanpaPengecualian pada tahun 2011 dan seterusnya.

Sebagai program prioritas nasional, dalam lima tahun mendatang(2010-2014) PKH pelaksanaannya dititikberatkan pada perluasanjangkauan pelayanan terhadap target RTSM dan wilayah pelaksanaankegiatan PKH. Sejak diluncurkan pada tahun 2007 hingga tahun 2009,PKH telah menjangkau sejumlah kabupaten/kota di 13 provinsi denganjumlah peserta PKH sebanyak 726,000 RTSM. Pada tahun 2010, sasaran

Page 89: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

89

PKH diperluas kembali sehingga mencapai jumlah 816,000 RTSM di20 provinsi. Untuk tahun-tahun selanjutnya selama periode lima tahunRPJMN 2010-2014, secara bertahap PKH direncanakan menjangkausemua RTSM di 33 provinsi sesuai dengan hasil verifikasi BPS melaluiPendataan Program Perlindungan Sosial Tahun 2008 (PPLS 2008).

Kementerian Sosial memiliki rencana untuk memperluas jangkauanpelayanan sosial bagi RTSM (keluarga fakir miskin) agar terputus matarantai kemiskinannya dan sejalan dengan itu meningkatkan kualitasSDM terutama putra-putri RTSM sehingga menjadi generasi mudayang bermartabat dan berkualitas.

3.3. Program Pemberdayaan Sosial

Pemberdayaan sosial merupakan upaya yang diarahkan untuk mewujudkanwarga negara yang mengalami masalah sosial agar mempunyai daya, sehinggamampu memenuhi kebutuhan dasarnya (UU Nomor 11 2009 tentangKesejahteraan Sosial). Pengertian ini mesti dimaknai secara arif, yaitu bahwatujuan pemenuhan kebutuhan dasar adalah tujuan awal agar secara bertahapkehidupan yang lebih berkualitas dan kemandirian dapat dicapai.Pemberdayaan sosial secara simultan juga diarahkan agar seluruh potensikesejahteraan sosial dapat dibangun menjadi sumber kesejahteraan sosial yangmampu berperan optimal dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi pemberdayaan sosial, telah ditetapkanstruktur organisasi yang menjadi wadah penggerak berjalannya fungsi secaraoptimal, mempertimbangkan lingkup tugas yang meliputi pemberdayaan sosialkeluarga, fakir miskin, dan komunitas adat terpencil (KAT) sertapendayagunaan nilai-nilai dasar kesejahteraan sosial dan kelembagaan sosialmasyarakat. Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang KesejahteraanSosial Bagian Keempat Pasal 12 dan Pasal 13 telah menempatkanpemberdayaan sosial sebagai bagian integral dalam sistem kesejahteraan sosialnasional. Oleh karena itu, sangatlah proporsional jika lingkup ini dikelolasecara khusus melalui satuan organisasi Direktorat Jenderal PemberdayaanSosial.

Lingkup tugas Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial mengurusi duapersoalan utama yaitu: (1) kemiskinan dengan fokus penduduk miskin yangmeliputi fakir miskin dan komunitas adat terpencil yang selain miskin jugamengalami keterpencilan secara geografis yang mengakibatkan ketertinggalandalam berbagai aspek kehidupan, kerentanan dengan fokus keluarga rentan,serta keluarga pahlawan/perintis kemerdekaan yang mengalami kerentanan,dan (2) potensi dan sumber kesejahteraan sosial dalam pengelolaanpembangunan berbasis masyarakat (community-based) dengan fokus sumberdaya manusia merupakan modal dasar mencakup tenaga kesejahteraan sosial,organisasi dan kelembagaan sosial masyarakat, jaringan kesejahteraan sosial,nilai dasar kesejahteraan sosial, yaitu keperintisan, kejuangan, kepahlawanandan kesetiakawanan sosial.

Page 90: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

90

Terkait dengan hal tersebut di atas dan untuk mendukung visi, misi, dantujuan Rencana Strategis Kementerian Sosial Tahun 2010-2014, ProgramPemberdayaan Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial mempunyaibeberapa kegiatan, sebagai berikut.

3.3.1. Penanggulangan Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosialyang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya, ditandaioleh pengangguran, keterbelakangan, dan ketidak-berdayaan. Olehkarena itu, kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yangpenanggulangannya tidak dapat ditunda dan telah menjadi prioritasnasional dalam Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II Tahun 2010-2014. Masalah kemiskinan merupakan masalah yang sulitditanggulangi, karena mayoritas termasuk kategori kemiskinan kronis(chronic poverty) yang terjadi terus-menerus atau juga disebutkemiskinan struktural.

Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang dikategorikansebagai fakir miskin termasuk kategori kemiskinan kronis, yangmembutuhkan penanganan sungguh-sungguh, terpadu secara lintassektor dan berkelanjutan. Selain itu, terdapat sejumlah penduduk yangdikategorikan mengalami kemiskinan sementara (transient poverty) yangditandai dengan menurunnya pendapatan dan kesejahteraanmasyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisinormal menjadi kritis, bencana alam, dan bencana sosial seperti korbankonflik sosial. Kemiskinan sementara jika tidak ditangani secara seriusdapat menjadi kemiskinan kronis. Upaya yang dilakukan adalahpengentasan daerah tertinggal di sedikitnya 50 kabupaten selambat-lambatnya pada tahun 2014. Upaya yang dilakukan untuk mendukungkegiatan penanggulangan kemiskinan tersebut mencakup:

(1) Penyediaan akses kesempatan kerja dan berusaha, pelayanankesehatan dasar dan pendidikan dasar melalui KUBE.

(2) Penyediaan akses perumahan dan permukiman melalui rehabilitasisosial rumah tidak layak huni;

(3) Penyediaan akses pelatihan, modal usaha, dan pemasaran hasilusaha melalui pendampingan dan lembaga pembiayaan.

Secara khusus, Kementerian Sosial memperoleh mandat untukmemastikan pengentasan kemiskinan pada sekurang-kurangnya 50Kabupaten yang dapat dikategorikan sebagai daerah tertinggal. Mandattersebut akan dilaksanakan dengan memperhatikan tugas pokok,tanggungjawab dan kewenangan Kementerian Sosial serta

Page 91: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

91

meningkatkan koordinasi lintas sektoral dan kerjasama antarKementerian dan Lembaga.

3.3.2. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

Komunitas adat terpencil (KAT) merupakan kelompok sosial budayayang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalamjaringan dan pelayanan, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik(Keppres Nomor 111/1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan SosialKomunitas Adat Terpencil). Kriteria umum komunitas adat terpencil,terdiri atas: (1) berbentuk komunitas kecil, tertutup, dan homogen, (2)pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan, (3) padaumumnya masih hidup dengan sistem ekonomi subsistem, (4) padaumumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit terjangkau, (5)peralatan dan teknologinya sederhana, (6) ketergantungan padalingkungan hidup dan sumber alam setempat relatif tinggi, dan (7)terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi, dan politik.

Keberadaan suku-suku tertentu yang relatif tertinggal, terpencil, terasingdan belum banyak tersentuh oleh proses pembangunan cukup banyakdan tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua,Kepulauan Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara, bahkan di Pulau Jawayang relatif lebih maju dan aksesibilitasnya lebih tinggi. Suku-sukutertentu itu telah lama tinggal di daerahnya dengan budaya dan adatistiadat yang diturunkan dan diwariskan kepada generasi penerusnya.Suku-suku tersebut pada umumnya masih memegang teguh adat danbudaya, cenderung tertutup serta menolak berbagai pengaruh budayaluar, bahkan proses pembangunan sekalipun. Beberapa di antaranyabahkan masih hidup dalam dunianya sendiri dan sangat jarangberinteraksi dengan masyarakat lain di sekitarnya dan terpisah menjadimasyarakat terasing di dalam wilayah atau daerah tertentu.

KAT pada umumnya merupakan kelompok masyarakat yangtermarginalisasi dan belum terpenuhi hak-haknya, baik dari segiekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Marginalisasi terhadap KATmuncul sebagai akibat dari lemahnya posisi tawar (bargaining position)mereka dalam menghadapi persoalan yang dihadapinya. KAT seringkali menjadi korban dari konflik kepentingan ekonomi wilayah, dimana eksploitasi sumber daya alam oleh pendatang (kekuatan ekonomiyang besar) di wilayah pedalaman menjadikan hak-hak ulayatmasyarakat atas tanah mereka hilang. Terjadi pula, lunturnya sistembudaya kearifan lokal, serta rusaknya lingkungan tempat mereka hidup.Selain itu, rendahnya aksesibilitas ke wilayah tempat tinggal KATmenyebabkan sulitnya KAT setempat menjangkau fasilitas layananpublik yang disediakan pemerintah.

Berbagai kondisi tersebut menyebabkan ketidakberdayaan danrendahnya kualitas hidup KAT. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan

Page 92: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

92

untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan warga KATmeliputi:

(a) Persiapan Pemberdayaan;(b) Pemberdayaan sumberdaya manusia;(c) Pemberdayaan lingkungan sosial;(d) Pemberdayaan kelembagaan; dan(e) Perlindungan dan advokasi.

Kelima jen is kegiatan tersebut memerlukan koordinasi lintas sektoraldan kerjasama antara Kementerian dan/atau Lembaga, dan dilaksanakandengan menggunakan kerangka pengeluaran jangka menengah.Disamping itu, upaya-upaya peningkatan kualitas hidup dankesejahteraan sosial KAT akan diletakkan dalam kerangka pengentasankemiskinan pada daerah-daerah tertinggal, sebagaimana telahdisebutkan pada kegiatan penanggulangan kemiskinan. Dengandemikian, warga KAT dapat hidup secara wajar baik jasmani, rohani,dan sosial sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan yangpelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan adat istiadatsetempat (sesuai dengan mandat Keppres Nomor 111 Tahun 1999).

3.3.3. Pemberdayaan Keluarga

Permasalahan utama keluarga adalah kemiskinan, kerentanan dankerawanan sosial sebagai akibat negatif dari modernisasi.Ketidakberdayaan keluarga akan berdampak pada ketidakmampuankeluarga melaksanakan fungsi dan perannya, terutama membangunkeluarga yang sejahtera; mampu memecahkan masalah sosial yangdialaminya dan menjadi bagian masyarakat sejahtera.

Untuk mendukung kegiatan pemberdayaan keluarga, dilakukanupaya-upaya sebagai berikut:

(1) Pemberian asuransi kesejahteraan sosial keluarga (AKSK) kepadakeluarga yang menjadi sasaran kegiatan;

(2) Pembentukan lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga (LK3)di tingkat kabupaten;

(3) Pemberdayaan perempuan; dan

(4) Pembentukan Pusdaka (Pusat Data Keluarga).

3.3.4. Pemberdayaan Kelembagaan Sosial Masyarakat

Kelembagaan sosial masyarakat dalam konteks pembangunankesejahteraan sosial menjadi salah satu komponen penting di samping

Page 93: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

93

pemerintah dan dunia usaha. Kelembagaan sosial masyarakat tidakhanya berfungsi sebagai agen sosialisasi perubahan terencana yangtumbuh dari masyarakat dan atau diprakarsai oleh pemerintah. Lebihdari itu, dapat berperan sebagai perekat dan penguat keberhasilan dankeberlanjutan kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat.Dalam konteks pemberdayaan, suatu kegiatan dapat bertahan lama danberkelanjutan apabila didukung oleh kelembagaan lokal yang berakarpada masyarakat.

Untuk mendukung pemberdayaan kelembagaan sosial masyarakatdalam kerangka mendukung program pemberdayaan sosial, dilakukanbeberapa upaya sebagai berikut: (1) Pemberdayaan karang taruna; (2)Pemberdayaan organisasi sosial; (3) Pemberdayaan pekerja sosialmasyarakat; (4) Pengembangan wahana kesejahteraan sosial berbasismasyarakat di tingkat desa; dan (5) Pemberdayaan tenaga kesejahteraansosial kecamatan (TKSK) di tingkat kecamatan;

Serangkaian kegiatan pemberdayaan tersebut akan memperkuatpotensi sumberdaya kesejahteraan sosial dari dimensi kelembagaansosial masyarakat. Peran karang taruna, organisasi sosial, pekerja sosialmasyarakat, wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat, dantenaga kesejahteraan sosial kecamatan sangat vital untukmengoptimalkan peran serta masyarakat di tingkat lokal dan akarrumput. Untuk itu, perlu dilakukan revitalisasi terhadap kelembagaanyang telah lama eksis seperti karang taruna dan penguatan kapasitaskepada institusi yang baru tumbuh seperti TKSK.

3.3.5. Pelestarian Kepahlawanan, Keperintisan, dan KesetiakawananSosial

Salah satu fungsi program pemberdayaan sosial adalah sebagai pengikatnilai-nilai kesatuan NKRI. Untuk tumbuhnya nilai-nilai kepedulian sertakecintaan terhadap bangsa dan negara, dan untuk menumbuhkanpartisipasi sosial masyarakat terhadap kegiatan kesejahteraan sosial, bisadilakukan melalui upaya pelestarian nilai-nilai kepahlawanan,keperintisan, dan kesetiakawanan sosial.

Untuk mendukung upaya tersebut dan menanamkan nilai-nilai luhurkepahlawanan dan kesetiakawanan sosial dilakukan beberapa halsebagai berikut:

(1) Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional, pengakuan sebagaiPerintis Kemerdekaan (PK), Janda/Duda Perintis Kemerdekaan(JDPK), dan pemberian SLKS;

(2) Pemberian bantuan bulanan dan bantuan kesehatan keluargapahlawan, PK, dan JDPK, serta bantuan perbaikan rumah; dan

Page 94: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

94

(3) Sosialisasi dan aktualisasi nilai K2KS.

3.4. Program Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan PengembanganKesejahteraan Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial pada dasarnya merupakan proses atauserangkaian aktivitas yang terencana dan melembaga yang ditujukan untukmeningkatkan standar dan kualitas kehidupan manusia. Merujuk padaUndang Udang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,pembangunan kesejahteraan sosial mencakup seperangkat kebijakan,program, dan kegiatan pelayanan sosial yang dilakukan melalui pendekatanrehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosialguna meningkatkan kualitas hidup, kemandirian, dan terpenuhinya hak-hakdasar PMKS.

Dalam konteks pembangunan nasional, penyelenggaraan kesejahteraan sosialdapat didefinisikan sebagai kebijakan dan program yang dilakukan olehKementerian Sosial, dunia usaha, dan civil society untuk mengatasi masalahkesejahteraan sosia sekaligus memenuhi kebutuhan sosial PMKS melaluipendekatan pekerjaan sosial. Tujuan pembangunan kesejahteraan sosialpenganggulangan kemiskinan juga diarahkan dalam rangka mengingatsebagian pesar PMKS kondisinya miskin.

Meskipun pembangunan kesejahteraan sosial dirancang guna memenuhikebutuhan publik yang luas, target utamanya adalah para pemerlu pelayanankesejahteraan sosial (PPKS), yaitu mereka yang mengalami hambatan dalammenjalankan fungsi sosialnya sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhanhidupnya yang paling mendasar dan karenanya memerlukan pelayanankesejahteraan sosial. Orang miskin, anak-anak telantar, anak jalanan, anak/wanita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, lanjut usia telantar,orang dengan HIV/AIDS (ODHA), pekerja sektor informal, pekerja industriyang tidak mendapatkan jaminan sosial, adalah beberapa contoh PPKS.

Motor utama pembangunan kesejahteraan sosial adalah sumber daya manusiakesejahteraan sosial (SDMKS). Seperti dinyatakan oleh Undang Undang No.11/2009, SDMKS terdiri atas pekerja sosial profesional, tenaga kesejahteraansosial, relawan sosial, dan penyuluh sosial. SDMKS tersebut perlu ditingkatkanpengetahuan dan keterampilannya, demikian pula penguasaan nilai-nilaipraktik pekerjaan sosial. Oleh karena itu, untuk mendukung pencapaianprogram pendidikan, pelatihan, dan penelitian kesejahteraan sosial sertamendukung pencapaian visi, misi, dan tujuan Rencana Strategis KementerianSosial Tahun 2010-2014, Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosialmelakukan kegiatan sebagaimana diuraikan berikut :

3.4.1. Pendidikan Tinggi Kesejahteraan Sosial

Program pendidikan melalui Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial(STKS) adalah satu-satunya penyelenggaraan pendidikan formal yang

Page 95: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

95

menghasilkan lulusan Diploma IV jurusan kesejahteraan sosial dansarjana spesialis satu (Sp-1) dengan konsentrasi di bidang (khususnya)kesejahteraan sosial, yang dimiliki Kementerian Sosial.

Melalui lembaga pendidikan ini, SDMKS dididik ilmu pekerjaan sosialmelalui status tugas belajar (TB) dan izin belajar yang dibiayai olehinstansi asal peserta didik. Program ini dibuka untuk meningkatkansumber daya manusia (SDM) kesejahteraan sosial yang berkompeten,bermoral, dan memiliki integritas sebagai pemikir, perencana, danpelaksana penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui panti maupunluar panti.

3.4.2. Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial

Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusiakesejahteraan sosial yang berkompeten dan profesional denganmelakukan pendidikan dan pelatihan jabatan dan prajabatan aparaturpemerintah dalam lingkup pengembangan SDM kesejahteraan sosial.Upaya yang dilakukan meliputi:

(1) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan struktural danfungsional pekerja sosial;

(2) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan prajabatan golonganII dan III;

(3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan calon tenaga pelatih(trainning of trainner);

(4) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan skala nasional daninternasional;

3.4.3. Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional (I-VI)

Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusiakesejahteraan sosial pusat dan daerah yang kompeten di bidangpembangunan kesejahteraan sosial adalah penting. Pendidikan danpelatihan kesejahteraan sosial dibagi ke dalam 6 regional: Regional Idipusatkan di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan SosialPadang mencakup provinsi di Sumatera kecuali Lampung, Regional IIdipusatkan di Lembang, Bandung, yang mencakup provinsi Lampung,Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Barat; Regional III dipusatkan diBalai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakartayang mencakup Provinsi DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, danNTT; Regional IV dipusatkan di Banjarmasin mencakup Provinsi diKalimantan kecuali Kalimantan Barat; Regional V dipusatkan diMakassar mencakup provinsi di Sulawesi; Regional VI dipusatkan diJayapura mencakup provinsi di Papua dan Papua Barat serta Maluku

Page 96: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

96

dan Maluku Utara.

Upaya yang dilakukan oleh Balai Besar ini meliputi:

(1) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis pekerjaan sosial.

(2) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknologi sertametodologi pekerjaan sosial.

(3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bidang pelayananpembangunan kesejahteraan sosial.

(4) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga organikpembangunan kesejahteraan sosial.

3.4.4. Penelitian Kebijakan Pembangunan Kesejahteraan Sosial

Tujuannya, meningkatkan kualitas dan kuantitas pendayagunaan hasilpenelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial dalam lingkupkebijakan sosial. Dengan melakukan perumusan naskah kebijakansosial dalam konteks pembangunan kesejahteraan sosial.

Upaya yang dilakukan meliputi:

(1) Peningkatan kapasitas kelembagaan perangkat penelitian danpengembangan kesejahteraan sosial;

(2) Pengembangan penyelenggaraan penelitian kesejahteraan sosialsebagai acuan pelaksanaan pelatihan dan pelayanan kesejahteraansosial;

(3) Peningkatan kualitas sumber daya peneliti kesejahteraan sosial;

(4) Peningkatan kualitas jaringan kelembagaan penelitian denganperguruan tinggi, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, dantokoh masyarakat;

(5) Peningkatan kualitas SDM internal melalui pelaksanaan penelitianbersama di tingkat nasional dan internasional; dan

(6) Peningkatan sarana dan prasarana penelitian kesejahteraan sosial.

3.4.5. Penelitian Terapan Kebijakan Pembangunan Kesejahteraan Sosial

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitaskebijakan sosial melalui pendayagunaan hasil penelitian danpengembangan kesejahteraan sosial dalam lingkup pengembangan

Page 97: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

97

model pelayanan kesejahteraan sosial, dengan melakukan perumusannaskah uji coba model dalam lingkup pembangunan kesejahteraansosial.

Upaya yang dilakukan meliputi:

(1) Peningkatan kapasitas kelembagaan perangkat penelitian danpengembangan kesejahteraan sosial.

(2) Peningkatan kualitas sumber daya peneliti kesejahteraan sosial.

(3) Peningkatan kualitas jaringan kelembagaan penelitian denganperguruan tinggi, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, dantokoh masyarakat.

(4) Peningkatan kualitas SDM internal melalui pelaksanaan penelitianbersama di tingkat nasional dan internasional.

(5) Peningkatan sarana dan prasarana penelitian kesejahteraan sosial.

3.4.6. Pengembangan Sistem Informasi KesejahteraanSosial

Tujuan dari Pengembangan Sistem Informasi Sosial adalah untukmeningkatkan kualitas dan kuantitas sistem informasi kesejahteraansosial (SIKS) yang mampu menyajikan data dan informasi kesejahteraansosial secara akurat, lengkap, dan terbaru (up-to-date).

Upaya yang dilakukan meliputi: (1) pengembangan dan pemantapanSIKS; (2) pengumpulan dan pengelolaan data kesejahteraan sosial; (3)pengembangan situs web kesejahteraan sosial; (4) penyebarluasan datadan informasi kesejahteraan sosial; (5) pemantapan kompetensi danintegritas pengelola jaringan data dasar kesejahteraan sosial.

3.4.7. Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat

Tujuan Pengembangan Ketahanan sosial adalah untukmengembangkan sistem ketahanan sosial masyarakat melaluipemberdayaan pranata sosial lokal (kelembagaan sosial masyarakattradisional ataupun kelembagaan sosial bentukan pemerintah).

Upaya yang dilakukan meliputi:

(1) pengkajian tipologi masyarakat berketahanan sosial;

(2) pengembangan desa/kelurahan/komunitas berketahanan sosialmelalui model pemberdayaan pranata sosial; dan

Page 98: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

98

(3) kajian dampak sosial aktual (dampak kebijakan, sosial, ekonomi,politik, fenomena alam, ataupun dampak budaya).

3.4.8. Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lain Badan Pendidikandan Penelitian Kesejahteraan Sosial

Tujuan dari Dukungan Manajemen ini adalah untuk meningkatkankualitas pelaksanaan tugas Badan Pendidikan dan PenelitianKesejahteraan Sosial.

Upaya yang dilakukan meliputi:

(1) menyelenggarakan upaya peningkatan dukungan manajemenBadan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial; dan

(2) menyelenggarakan peningkatan tugas teknis lain BadanPendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial.

3.5. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis LainKementerian Sosial

Permasalahan dan kebutuhan-kebutuhan kesejahteraan PMKS rakyat tidakterlepas dari kondisi dan perubahan lingkungan, baik fisik maupun nonfisik,dalam kawasan lokal, nasional, dan global. Perencanaan yang lebih cermatperlu dilakukan dengan memperhatikan aspek manusia, lingkungan fisik,sosial, dan lingkungan strategisnya. Hal-hal ini akan mengaitkanpembangunan kesejahteraan sosial dengan bidang pembangunan yang lainyakni ekonomi, politik, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan. Di dalamkonteks inilah sesungguhnya posisi penyelenggaraan kesejahteraan sosialdapat diperhitungkan sebagai bagian integral dan bagian strategispembangunan nasional guna mewujudkan pencapaian indikator peningkatankesejahteraan rakyat.

Sekretariat Jenderal Kementerian Sosial, sebagai unit eselon I berfungsimemberikan dukungan manajemen dan pelaksanaan teknis lain KementerianSosial. Program ini dilakukan tidak hanya untuk mendukung kelancaranpelaksanaan tugas pokok dan fungsi kementerian, lebih dari itu untukmewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan baik.

Reformasi pembangunan yang mengarah pada tata pemerintahan yang baik(good governance), mengharuskan adanya penyesuaian manajemenpembangunan. Penyesuaian manajemen pembangunan di segala bidangmenjadi keharusan yang tidak dapat dihindarkan. Pembangunankesejahteraan sosial sebagai salah satu sektor pembangunan nasional, perlupula melakukan penyesuaian manajemen dimaksud. Hal ini dapat dilakukanpada semua aspek, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring danevaluasi. Sebagai salah satu unsur penting dalam sistem manajemen

Page 99: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

99

pembangunan, penyesuaian mekanisme perencanaan pembangunandilakukan dari top-down planning berubah menjadi mekanisme perencanaanyang didasarkan atas dasar keterpaduan top-down policy dan bottom-upplanning.

Dalam proses perencanaan berdasarkan prinsip keterpaduan bottom upplanning dan top down policy, rancangan kegiatan pembangunan kesejahteraansosial disusun secara bertahap mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi,dan pusat. Pendekatan pembangunan kesejahteraan sosial dilakukan denganmendorong partisipasi masyarakat sebesar-besarnya.

Memperhatikan mekanisme perencanaan agar dapat terpadu, berkelanjutan,dan memahami bahwa pembangunan kesejahteraan sosial mempunyaiimplikasi terhadap kualitas hidup manusia serta mampu memajukan kondisikehidupan manusia, maka diperlukan suatu perencanaan strategis yang dapatmemberikan arah untuk lima tahun ke depan. Guna mendukung tata keloladan manajemen pemerintahan yang bersih, baik,dan akuntabel, dilakukankegiatan-kegiatan sebagai berikut.

3.5.1. Perencanaan dan Penganggaran

Kegiatan perencanaan dan penganggaran merupakan salah satukegiatan yang dilakukan dengan tujuan melakukan koordinasiperencanaan dan penganggaran yang menjadi tugas pokok dan fungsiKementerian Sosial. Menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN),perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masadepan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkansumber daya yang tersedia. Dalam SPPN tersebut dijelaskan pulabahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satukesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkanrencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangkamenengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaranegara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

Fokus sasaran perencanaan dan penganggaran diarahkan padapencapaian empat target, yaitu (1) optimalisasi perencanaan programdan anggaran, (2) peningkatan kualitas pertemuan antara pusat dandaerah otonom, (3) tersedianya kebijakan pembangunan kesejahteraansosial, dan (4) citra baik Kementerian Sosial terkait dengan pelayananpublik dalam rangka peningkatan akses.

Pencapaian keempat target tersebut secara sinergis menjadi landasankuat bagi pembangunan kesejahteraan sosial pada daerah otonom dansekaligus menunjukkan signifikansi komitmen peningkatan dankeadilan. Fokus sasaran di bidang perencanaan dan penganggaran padaprinsipnya diarahkan pada penguatan unit kerja eselon I dan daerah

Page 100: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

100

otonom sebagai mitra Kementerian Sosial yang sinergis, terpadu, danmandiri.

Sasaran dimaksud dilaksanakan melalui:

(1) peningkatan akses informasi program dan anggaran secaraterencana sesuai dengan kondisi APBN dengan memperhatikankendala, potensi, dan coverage ratio yang ada;

(2) optimalisasi program dengan melakukan pengkajian kelompoksasaran dalam rangka optimalisasi dan harmonisasi sistemperencanaan; dan

(3) peningkatan akses data perencanaan sesuai dengan karakteristikdaerah otonom.

Untuk mendukung kegiatan tersebut, dilakukan upaya-upaya yangdiarahkan pada terlaksananya koordinasi analisis kebijakan perencanaankesejahteraan sosial, penyusunan program dan anggaran, administrasikerja sama luar negeri, serta evaluasi dan pelaporan.

3.5.2. Tata Kelola Keuangan

Tata Kelola Keuangan mempunyai tugas melaksanakan tata laksanakeuangan, perbendaharaan, verifikasi dan akuntansi, serta mempunyaifungsi: a) pelaksanaan urusan tata laksana keuangan; b) pelaksanaanurusan perbendaharaan; c) pelaksanaan urusan verifikasi danakuntansi.

Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negaramemuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penyusunananggaran. Perubahan mendasar tersebut meliputi aspek-aspekpenerapan pendekatan penganggaran dengan perspektif jangkamenengah (medium term expenditure framework), penerapanpenganggaran secara terpadu (unified budgeting), dan penerapanpenganggaran berdasarkan kinerja (performance-based budgeting).Perubahan mendasar dalam pendekatan penyusunan anggarantersebut, akan lebih menjamin keterkaitan antara proses perencanaandan penganggaran.

Guna mendukung kegiatan tata kelola keuangan yang akuntabel,transparan, dan bersih dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

(1) pembinaan pengelola keuangan di lingkungan Kementerian Sosial;

(2) penerapan sistem akuntansi keuangan;

Page 101: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

101

(3) pencatatan dokumen tata laksana keuangan dan pemutakhiran datadan informasi pelaksanaan program dan kegiatan.

3.5.3. Tata Kelola Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Tata Kelola Organisasi dan Sumber Daya Manusia mempunyai tugasmelaksanakan penataan organisasi dan tata laksana kementerian,pengelolaan kepegawaian, pembinaan jabatan fungsional pekerja sosial,serta mempunyai fungsi: (1) pelaksanaan analisis jabatan,pengorganisasian dan ketatalaksanaan departemen; (2) pelaksanaanurusan pengadaan dan pengembangan pegawai; (3) pelaksanaan urusanmutasi dan kesejahteraan pegawai; dan (4) pelaksanaan urusanpembinaan jabatan fungsional pekerja sosial.

Pembangunan bidang sumber daya manusia yang dihadapi dalam limatahun ke depan akan menentukan agenda, sasaran, serta programKementerian Sosial yang juga harus bersifat lintas kaitan dan lintaskoordinasi. Sasaran ini ditetapkan untuk mewujudkan sinkronisasikebijakan bidang SDM kesejahteraan sosial baik di tingkat pusatmaupun daerah; peningkatan kinerja pelayanan; kepastian waktu;transparansi; dan responsif terhadap permasalahan sosial yangberkembang di daerah; konsolidasi program dan anggaran; pengelolaandan pendayagunaan SDM kesejahteraan sosial, dan penataan strukturorganisasi dan prosedur kerja perangkat pemerintah pusat (kantorpusat, balai, dan UPT) agar sejalan dengan semangat konstitusi.

Untuk mendukung kegiatan itu, dilakukan upaya sebagai berikut:

(1) pemberian dukungan penataan dokumen yang terkait denganprosedur dan tata kerja organisasi dan kepegawaian;

(2) penyebaran SDMKS melalui rotasi, mutasi, dan promosi secaratransparan dan proporsional;

(3) dukungan sistem informasi manajemen kepegawaian;

(4) terselenggaranya peningkatan kompetensi dan kapasitas pegawai.

3.5.4. Hubungan Masyarakat

Hubungan Masyarakat merupakan salah satu pendukung manajemendan tata laksana teknis lainnya yang berfungsi untuk memberikaninformasi secara bertanggung jawab terkait kegiatan pembangunankesejahteraan sosial terhadap masyarakat dan pemangku kepentingan(stakeholder) pada berbagai satuan unit kerja, lintas unit, dan lintassektor.

Page 102: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

102

Kegiatan kehumasan menjadi semakin penting ketika informasi yangdikembangkan merupakan data yang diperlukan oleh para pemangkukepentingan lain dalam kerangka pembangunan kesejahteraan sosial.Untuk mendukung upaya tersedianya pelayanan informasi yangberkualitas, perlu dilakukan upaya sebagai berikut:

(1) kegiatan publikasi dan pemberitaan hasil-hasil pembangunankesejahteraan sosial;

(2) peningkatan kerja sama antarlembaga dalam kerangkapembangunan kesejahteraan sosial; dan

(3) pelaksanaan pengelolaan perpustakaan dan administrasi.

3.5.5. Peningkatan Sarana dan Prasarana

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik dalampembangunan bidang kesejahteraan sosial, Kementerian Sosial selamaperiode 2004-2009 telah melakukan berbagai upaya peningkatankualitas sarana dan prasarana kesejahteraan sosial baik yang ada padainstansi internal maupun kelembagaan sosial milik masyarakat.

Untuk mendukung hal dimaksud Sekretariat Jenderal telah melakukantugas pokok dan fungsinya dengan optimal sehingga sarana danprasarana instansi Kementerian Sosial semakin mendekati kebutuhan;Para pegawai dapat bekerja dengan nyaman dan dengan produktifitasyang cukup tinggi; Unit Kerja eselon I dan Unit Pelaksana teknis pusatdapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Itu semuadidukung oleh pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana yangterus diupayakan oleh Sekretariat jenderal.

Kebijakan peningkatan Sarana dan prasarana fisik dan nonfisik untukmendukung penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi PMKS dalambentuk misalnya, panti sosial dengan berbagai jenisnya, loka bina karya,balai besar pendidikan dan pelatihan kesejahtreraan sosial, sekolahtinggi kesejahteraan sosial (STKS) dan lain-lain sangat diperlukankeberadaannya agar PMKS memiliki pilihan untuk menerimapelayanan sosial.

Arah kebijakan ini sejalan dengan mandat dari Presiden RI kepadaKementerian Sosial untuk melakukan kajian ulang dan mengusulkanpenyempurnaan kebijakan, peraturan dan proses pelaksanaan kegiatanpelayanan umum, khususnya pelayanan yang diberikan oleh pantisosial yang berada di bawah tanggungjawab dan kewenanganPemerintah. Penyempurnaan tersebut mencakup sumberdayamanusia, standar pelayanan umum, sarana dan prasarana,kelembagaan, pembiayaan, pelayanan sosial dasar, serta monitoringdan evaluasi.

Page 103: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

103

Sebagiamana diketahui bahwa populasi PMKS sangat besar jumlahnyasedangkan kapasitas fasilitas kesejahteraan sosial sangat jumlahnya,sehingga kesenjangan antara kebutuhan dengan pasokan ini akan terusdiperkecil selama pelaksanaan RPJMN 2010-2014 dengan memperkecilkesenjangan dengan melakukan investasi sosial secara bertahap.Sementara itu masyarakat juga didorong, untuk ikut serta dalampenyelenggaraan kesejahteraan sosial berbasis institusi dimaksud.

Selama tahun 2004-2009 Depertemen Sosial telah memberikan subdidikepada panti milik masyarakat yang memberikan pelayanan sosialkepada PMKS. Pada periode lima tahun ke depan Kementerian Sosialakan terus melanjutkan subsidi kepada panti masyarakat dan revitalisasipanti sosial milik pemerintah daerah yang sebelum otonomi daerahadalah milik Kementerian Sosial.

3.5.6. Penyusunan Perundang-Undangan dan Bantuan Hukum

Fokus sasaran di bidang sistem advokasi sosial perundang-undangandiarahkan pada pencapaian dua target, yaitu (a) perumusan peraturanperundang-undangan, dan (b) pemberian bantuan hukum/advokasisosial bagi masyarakat dan UPT pusat yang bersentuhan dengan kasus-kasus hukum, serta program-program pusat yang memerlukandukungan kebijakan peraturan perundang-undangan.

Pencapaian dua target tersebut secara sinergis menjadi landasan kuatbagi pembangunan sistem advokasi sosial dan peraturan perundang-undangan pada unit kerja dan sekaligus menunjukkan signifikansikomitmen pengembangan advokasi dan peraturan perundang-undangan menuju penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosialyang taat asas dan taat aturan.

Fokus sasaran di bidang penguatan sistem advokasi sosial dan peraturanperundang-undangan pada prinsipnya diarahkan pada penguatan dankepastian pelaksanaan program pembangunan kesejahteraan sosial(penyelenggaraan kesejahteraan sosial menurut UU No. 11 tahun 2009).Sasaran itu dilaksanakan melalui tiga hal:

(1) penguatan peraturan perundang-undangan yang diperlukan danterkait dengan pembangunan kesejahteraan sosial khususnyasinkronisasi UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem JaminanSosial Nasional dengan UU Nomor 11 tahun 2009 tentangKesejahteraan Sosial;

(2) penyusunan Peraturan Pemerintah sesuai dengan amanat UUNomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

(3) peningkatan pemahaman pemerintah daerah dan pemangkukepentingan berkaitan dengan peraturan perundangan yang terkaitdengan pembangunan Kesejahteraan Sosial; dan

Page 104: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

104

(4) pengkajian produk-produk hukum dan kebijakan yang berlakudalam rangka memperkuat posisi dan peran pembangunan bidangkesejahteraan sosial dalam pembangunan nasional.

3.5.7. Penyuluhan Sosial

Tujuan Penyuluhan Sosial adalah untuk meningkatkan kualitaspenyuluhan sosial sebagai gerak dasar dalam pembangunankesejahteraan sosial melalui promosi dan publisitas secara langsungmaupun tidak langsung.

Peningkatan kualitas penyuluhan sosial mencakup unsur-unsurpengembangan materi, bentuk dan teknik penyuluhan sosial,manajemen pelaksanaan penyuluhan sosial, jaringan lintas fungsi antarunit, peningkatan kualitas sarana dan prasarana penyuluhan sosial,peningkatan kemampuan tenaga penyuluh ahli dan penyuluhlapangan.

3.6. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara

Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial sebagai salah satu unit pengawasaninternal pemerintah telah melakukan perubahan sejalan dengan tuntutanmasyarakat dan perubahan paradigma pengawasan. Pengawasan tidak hanyaberperan sebagai “watch dog” semata tetapi juga harus bisa menjadi mitrasebagai early warning signs (pemberi peringatan dini), konsultan dan katalisatorbagi pelaku/pelaksana pembangunan kesejahteraan sosial di KementerianSosial, sehingga apabila program/organisasi telah menyimpang dari rencanayang telah ditetapkan, Inspektorat Jenderal diharapkan mampu “mengawal”arah pembangunan nasional bidang kesejahteraan sosial dalam mencapaitujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban. Dan sekaligus mampuberperan dalam memperbaiki/mengoreksi kesalahan dalam upayamemperkecil peluang penyelewengan terhadap pelaksanaan pembangunankesejahteraan sosial.

Untuk menghadapi berbagai permasalahan dalam pembangunankesejahteraan sosial, diperlukan langkah-langkah strategis di bidangpengawasan dalam mendukung pembangunan kesejahteraan sosial yangefektif, efisien, dan ekonomis, sebagai berikut:

(1) meningkatkan profesionalisme aparat pengawasan fungsional, bahwapelaksanaan pengawasan fungsional harus didasarkan pada suatu standarkeahlian dan keterampilan teknis yang memadai serta didukung denganintegritas pribadi yang matang dan independen;

(2) Meningkatkan manajemen dan mengembangkan sistem informasipengawasan serta menyajikan informasi hasil pengawasan kepada pihak-pihak yang berkepentingan;

Page 105: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

105

(3) Mendorong terlaksananya pengawasan melekat oleh para atasan langsungsecara berjenjang, sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari tugaspokok dan fungsi, dan tersusunnya Laporan Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (LAKIP);

(4) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dari hasil pengawasan.Guna mendukung optimalisasi dukungan pengawasan dan akuntabilitasaparatur negara, dilakukan beberapa upaya, yaitu:a) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas inspektorat jenderal;b) pengawasan kinerja program pemberdayaan sosial;c) pengawasan kinerja program rehabilitasi sosial;d) pengawasan kinerja program perlindungan dan jaminan sosial; dane) pengawasan kinerja unit penunjang dan investigasi.

Secara khusus, Kementerian Sosial berkomitmen meningkatkan kinerja dantanggungjawab atas pengelolaan keuangan negara yang diperoleh dandibelanjakan untuk penyelenggaraan dan pembangunan kesejahteraan sosial,sebagaimana yang akan tercermin dalam laporan hasil pemeriksaan BadanPemeriksa Keuangan (BPK) setiap tahun. Untuk mencapai opini Wajar TanpaPengecualian (WTP) dalam laporan-laporan BPK tersebut, akan diprioritaskankegiatan-kegiatan sebagai berikut:

(1) Melakukan pendampingan terhadap kegiatan penyusunan laporankeuangan Kementerian Sosial. Pendampingan ini akan bekerjasama danberkonsultasi dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan(BPKP);

(2) Melakukan review terhadap laporan keuangan yang disiapkan SatkerUnit Eselon II setiap tiga bulan;

(3) Peningkatan kompetensi petugas dalam menerapkan Sistem AkutansiPemerintahan (SAP) melalui pelatihan dan sosialisasi;

(4) Penerapan Sistem Akuntasi Instansi (SAI) Kementerian Sosial sesuaidengan Standar Akutansi Pemerintahan (SAP), terutama yang berkaitandengan Barang Milik Negara (BMN), piutang dan persediaan;

(5) Mengintegrasikan inventarisasi dan penilaian aset antar unit kerja.

4. Bangunan Kesejahteraan Sosial

Proses penyelenggaraan kesejahteraan sosial sesungguhnya telah berlangsunglama dalam masyarakat kita, bukan sebuah fenomena baru. TugasKementerian Sosial adalah mereformulasi dan mereaktualisasi nilai-nilai luhuryang hidup di tengah masyarakat dengan beragam latar belakang budaya,namun memiliki tujuan sama. Nilai-nilai itu membentuk jati diri dan budayabangsa, antara lain nilai terpenting adalah: keperintisan, kepahlawanan dankesetiakawanan sosial. Ibarat mendirikan sebuah rumah, inilah yang menjadifondasi dari segenap proses penyelenggaraan kesejahteraan sosial.Penyelenggaraan kesejahteraan sosial tidak boleh dipandang sebagai aktivitasyang bersifat konsumtif belaka, namun harus ditempatkan sebagai investasi

Page 106: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

106

sosial berjangka panjang berkelanjutan yang akan menentukan eksistensibangsa Indonesia di tengah perubahan global.

Di atas fondasi itu diletakkan lantai dasar Sumber Daya Manusia kesejahteraansosial yang menjadi motor penggerak pembangunan sosial. Sumber daya ituterdiri dari para pekerja sosial profesional, tenaga kesejahteraan sosial, relawansosial, dan penyuluh sosial. SDM kesejahteraan sosial merupakan bagian dariPotensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), yakni unsur yang palingpenting karena seluruh potensi lain tergantung dari kualitas SDMpenggeraknya. Pembinaan dan peningkatan kompetensi SDM kesejahteraansosial menjadi agenda utama. Potensi lain yang dikembangkan adalah saranadan prasarana, ilmu pengetahuan dan teknologi, kelembagaan, organisasi danmanajemen yang terkait dengan kesejahteraan sosial.

Apabila fondasi (nilai) dan lantai (SDM) itu terbina dengan baik, maka pilar-pilar kokoh yang menjadi tugas pokok penyelenggara kesejahteraan sosial,yaitu rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungansosial dapat terlaksana dengan baik. Tugas lain ialah penanggulangankemiskinan sebagai karya kolaboratif berbagai kementerian/lembaga yangmenjadi salah satu prioritas pembangunan nasional. Keberhasilanpenyelenggaraan kesejahteraan sosial akan memberi arti bagi penurunan angkakemiskinan. Masyarakat sering terpaku pada hasil akhir angka kemiskinan,padahal di balik itu berlangsung proses pelayanan sosial yangberkesinambungan, memakan waktu lama dan anggaran besar.

Karena itu, penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan dalam kerangkakebijakan yang terpadu dengan melibatkan segenap unsur pemerintah,masyarakat, dan kalangan dunia usaha di dalam maupun luar negeri. Demimencapai hasil optimal, intervensi kebijakan kesejahteraan sosial dilakukanberdasarkan segmen penyandang masalah kesejahteraan sosial, meliputi aspekkemiskinan, kecacatan, ketunaan sosial, keterlantaran, keterpencilan, korbanbencana dan korban tindak kekerasan, eksploitasi serta diskriminasi. Padajangka waktu tertentu, bila segenap proses penyelenggaraan kesejahteraansosial berlangsung optimal, maka terwujudnya kesejahteraan sosial bagiseluruh lapisan masyarakat bukan sekadar impian.

Kesejahteraan sosial tidak hanya dambaan warga yang tergolong PMKS, sebabseluruh warga masyarakat merasakan dampak buruk dari kehadiran PMKS,bila tidak tertangani secara efektif. Kondisi konflik, kerawanan, bahkandisintegrasi bangsa akan terjadi, jika agenda pelayanan dan pemenuhankebutuhan dasar PMKS terabaikan. Untuk itu, Kementerian Sosial tidak akanbekerja sendirian. Berdasarkan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009Kesejahteraan Sosial, masyarakat yang menginginkan ketenteraman,kenyamanan, dan ketertiban sosial diberikan kesempatan seluas-luasnya untukberpartisipasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosialyang merata akan membentuk ketahanan sosial yang kuat sebagai bagiandari ketahanan nasional Indonesia (Gambar 6).

Page 107: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

107

Inilah bentuk/wujud bangunan kesejahteraan sosial dari seluruh upayapenyelenggaraan kesejahteraan sosial di berbagai bidang dan wilayah kerja.Dalam bangunan kesejahteraan sosial yang dicita-citakan itu seluruh wargamasyarakat akan bernaung dan berlindung, tidak hanya PMKS. KementerianSosial bertekad membangun rumah kesejahteraan bagi seluruh rakyatIndonesia tanpa diskriminasi.

Gambar 6Bangunan Kesejahteraan Sosial

Apabila bangunan kesejahteraan sosial sebagaimana diilustrasikan dalamgambar 6 di atas, dikonversikan ke dalam konsep RPJMN maka konseppenyelenggaraan kesejahteraan sosial sesuai dengan amanat Undang UndangNomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial yang secara skematisdigambarkan dalam bangunan kesejahteraan sosial (gambar 6) tersebut makaframe work penyelenggaraan kesejahteraan sosial dijabarkan seperti di bawahini.

Page 108: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

108

Gambar 7Framework penyelenggaraan kesejahteraan sosial

Page 109: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

109

BAB IV PENUTUP

Rencana Strategis Kementerian Sosial 2010-2014 merupakan dokumen tahapkedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007.Rencana Strategis Kementerian Sosial ini merupakan kelanjutan danpenyempurnaan dari Rencana Strategis Kementerian Sosial tahun 2004-2009.Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) 2004-2009, Kementerian Sosial membuatkebijakan dan program untuk meningkatkan kesejahteraan sosial bagi PMKSuntuk 5 tahun ke depan (2010 - 2014).

Sepanjang pelaksanaan RPJMN 2004-2009, banyak hal yang telah dicapai terutamabagi peningkatan kesejahteraan sosial PMKS, tentunya dengan segala kekurangandan keterbatasan. Di samping keterbatasan sumber daya yang ada, banyak sekalipelajaran dan hikmah yang dapat dipetik di mana Kementerian Sosial ternyatamemiliki kekuatan untuk menggerakan potensi dan sumber kesejahteraan sosial(PSKS) yang ada dalam masyarakat untuk mendukung pembangunan bidangkesejahteraan sosial.

Selama lima tahun terakhir Kementerian Sosial telah mampu membangunkepercayaan masyarakat terbukti dari diraihnya status opini BPK dengan WajarDengan Pengecualian selama dua tahun terakhir (2007-2008). Selain itu secarasinergi dan terpadu, Kementerian Sosial melalui program nonreguler sepertiBantuan Langsung Tunai (BLT), dan Bantuan Tunai Bersyarat/PKH serta program-program reguler lainnya telah berhasil menahan laju peningkatan jumlah pendudukmiskin dan memberikan akses bagi keluarga miskin untuk menyekolahkan anak-anak usia sekolah SD dan SMP, serta memeriksakan kesehatan ibu hamil danmenyusui serta balita keluarga miskin ke lembaga pendidikan formal danpelayanan kesehatan.

Menyongsong periode lima tahun ke depan (2010-2014), dengan visi KementerianSosial yang baru yakni “Terwujudnya Kesejahteraan Sosial Masyarakat”, diyakinidapat mengajak dan menggerakan seluruh jajaran kementerian pada level nasionaldan provinsi maupun kabupaten/kota untuk menyelenggarakan kesejahteraansosial kepada masyarakat terutama PMKS melalui berbagai sarana/prasarana milikpemerintah dan pemerintah daerah maupun masyarakat, dunia usaha, bahkanmelalui basis keluarga dan komunitas. Pernyataan visi yang baru kementerian inidapat lebih fokus dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi PMKS sesuaidengan amanat Undang Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.

Melalui Rencana Strategis Kementerian Sosial 2010-2014, diharapkan dapatmempertegas posisi dan peranan sektor kesejahteraan sosial dalam konstelasi

Page 110: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

110

Jakarta, Januari 2010

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIADR. SALIM SEGAF AL-JUFRI, MA

pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatdan menurunkan angka kemiskinan. Melalui Rencana Strategis Kementerian Sosialyang lebih terukur, Kementerian Sosial dapat membuat perencanaan, pelaksanaan,dan pengendalian program dan kegiatan dengan lebih baik dan berorientasi kepadahasil.

Rencana Strategis Kementerian Sosial ini juga disusun dengan memperhatikanRPJPN 2005-2025, pengalaman pelaksanaan pembangunan bidang kesejahteraansosial sampai dengan saat ini, dan kecenderungan perkembangan masyarakat,serta berbagai dampak dari krisis ekonomi global yang menimbulkan permasalahankesejahteraan sosial yang semakin kompleks. Dengan demikian Rencana Strategisini diharapkan dapat menjadi dokumen yang mampu memberikan arah bagikebijakan dan program pembangunan bidang kesejahteraan sosial, serta menjadibahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun/menyesuaikanrencana penyelenggaraan kesejahteraan sosial di daerah.

Keberhasilan penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam mewujudkan VisiKementerian Sosial harus didukung oleh (i) komitmen dari unsur pimpinan yangkuat dan bersinergi (ii) konsistensi kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah,(iii) keberpihakan kepada kesejahteraan sosial PMKS, (iv) peran serta masyarakat,organisasi sosial, dan dunia usaha secara aktif, (v) sistem birokrasi penyelenggaraankesejahteraan sosial yang kuat, transparan, akuntabel, dan efisien. Selain itu, sinergikementerian terkait lainnya dalam pelayanan sosial tetap dilanjutkan di dalamkerangka mencapai visi di atas.

Ke depan, melalui kerja keras, ketekunan, kebersamaan, dan kesungguhan segenapkomponen dan aparatur Kementerian Sosial, Kementerian Sosial akan menjadisebuah kementerian yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadappeningkatan kesejahteraan rakyat dan penurunan penduduk miskin.

Page 111: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

111

LAMPIRAN

Page 112: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

112

Page 113: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

113

LAMPIRAN I

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAHKEMENTERIAN SOSIAL 2010-2014

Page 114: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

114

Page 115: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

115

TAB

EL

19

REN

CA

NA

TIN

DA

K P

EMB

AN

GU

NA

N JA

NG

KA

MEN

ENG

AH

201

0-20

14P

ER K

EMEN

TER

IAN

/LEM

BA

GA

KE

ME

NT

ER

IAN

/LE

MB

AG

A: K

EM

EN

TE

RIA

N S

OS

IAL

RI

Page 116: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

116

Page 117: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

117

Page 118: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

118

TAB

EL

20

REN

CA

NA

TIN

DA

K P

EMB

AN

GU

NA

N JA

NG

KA

MEN

ENG

AH

201

0-20

14P

ER K

EMEN

TER

IAN

/LEM

BA

GA

KE

ME

NT

ER

IAN

/LE

MB

AG

A: K

EM

EN

TE

RIA

N S

OS

IAL

RI

Page 119: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

119

Page 120: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

120

Page 121: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

121

LAMPIRAN II

STRATEGI, PROSES DAN INDIKATOR CAPAIANPENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

2010 – 2014 KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA

Page 122: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

122

Page 123: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

123

Tabel 21

Strategi, proses, dan indikator capaian penyelenggaraan kesejahteraan

sosial 2010-2014 Kementerian Sosial Republik Indonesia

Page 124: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

124

Page 125: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

125

Page 126: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

126

Page 127: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

127

Page 128: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

128

Page 129: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

129

LAMPIRAN III

MATRIKS RENCANA STRATEGIS 2010 – 2014

KEMENTERIAN SOSIAL HASIL

TRILATERAL MEETING

Page 130: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

130

Page 131: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

131

Tabel

22

Matr

iks r

encana s

trate

gis

2010 -

2014 K

em

ente

rian S

osia

l

Hasil

Tri

late

ral

Meeti

ng

Page 132: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

132

Page 133: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

133

Page 134: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

134

Page 135: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

135

Page 136: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

136

Page 137: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

137

Page 138: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

138

Page 139: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

139

Page 140: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

140

Page 141: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

141

Page 142: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

142

Page 143: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

143

Page 144: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

144

Page 145: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

145

Page 146: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

146

Page 147: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

147

Page 148: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

148

Page 149: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

149

LAMPIRAN IV

DOKUMEN HASIL KESEPAKATANTRILATERAL MEETING RPJMN 2010 - 2014

Page 150: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

150

Page 151: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

151

DOKUMEN HASIL KESEPAKATAN

TRILATERAL MEETING RPJMN 2010 – 2014

DEPARTEMEN SOSIAL

1. UMUM

a. Tanggal dan Waktu

• Tanggal : 5 Desember 2009

• Waktu : 09.00 WIB – selesai

b. Tempat : Ruang monas 2 – 4, Hotel Aryaduta

Jl. Prapatan No. 44 – 48, Jakarta Pusat

c. Pimpinan Rapat : Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan

UKM

d. Peserta Pertemuan

1. Bappenas

a. Nama : DR. Prasetijono Widjojo MJ, MA

Jabatan : Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan

UKM

b. Nama : Drs. Pungky Sumadi, MCP, PhD

Jabatan : Direktur Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat

2. Departemen Keuangan

a. Nama : DR. Ir. Anny Ratnawati, MS

Jabatan : Direktur Jenderal Anggaran

b. Nama : Drs. Bambang Jasminto, Msc.

Jabatan : Direktur Anggaran II

3. Departemen Sosial

a. Nama : DR. Chazali H. Situmorang, APT, MSc. PhD

Jabatan : Sekretaris Jenderal Departemen Sosial

b. Nama : Mu’man Nuryana, MSc., PhD

Jabatan : Kepala Biro Perencanaan

2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

2..1. RPJMN 2010 – 2014

2..2. RENSTRA K/L 2010 - 2014

Page 152: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

152

Page 153: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

153

Page 154: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

154

Page 155: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

155

Page 156: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

156

Page 157: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

157

Page 158: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

158

Page 159: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

159

Page 160: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

160

Page 161: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

161

Page 162: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

162

Page 163: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

163

LAMPIRAN V

USULAN KEBUTUHAN PENDANAANUNTUK PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN

SOSIAL 2010-2014

Page 164: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

164

Page 165: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

165

Tab

el 2

3

Usu

lan

kebu

tuha

n pe

ndan

aan

untu

k pe

nyel

engg

araa

n

kese

jaht

eraa

n so

sial

201

0-20

14*

Rp. 000

Ket

eran

gan

: *) U

sula

n a

nggara

n b

erd

asa

rkan

keb

utu

han

jan

gka m

enen

gah

den

gan

men

gacu

kep

ad

a p

eratu

ran

SP

PN

Page 166: Renstra Kementrian Sosial 2010 2014

166