relevansi spiritualitas kosmis st. fransiskus asisi … · manusia menganggap lingkungan hidup yang...

177
RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI BAGI PEMBERDAYAAN JEMAAT DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK DALAM RANGKA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Febriyanto NIM: 021124011 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Upload: nguyenngoc

Post on 11-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI

BAGI PEMBERDAYAAN JEMAAT

DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK

DALAM RANGKA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Febriyanto

NIM: 021124011

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

Page 2: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

ii

S K R I P S I

RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI

BAGI PEMBERDAYAAN JEMAAT

DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK

DALAM RANGKA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Oleh:

Febriyanto

NIM: 021124011

Telah disetujui oleh: Pembimbing,

Dra. J. Sri Murtini, M.Si. tanggal, 23 Juli 2007

Page 3: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

iii

S K R I P S I

RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI

BAGI PEMBERDAYAAN JEMAAT

DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK DALAM RANGKA PELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Febriyanto

NIM: 021124011

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 1 September 2007

dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Tanda Tangan

Ketua : Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. ……………………

Sekretaris : F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd. ……………………

Anggota : 1. Dra. J. Sri Murtini, M.Si. ……………………

2. P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si. ……………………

3. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. ……………………

Yogyakarta, 1 September 2007

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D.

Page 4: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

bapakku

ibuku,

saudara-saudaraku,

dan

semua orang yang berkehendak baik

dalam pelestarian lingkungan hidup.

Page 5: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

v

MOTTO

“Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada

akhir musim yang mengairi bumi.”

(Hos 6:3)

Page 6: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan

dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Juli 2007

Penulis,

Febriyanto

Page 7: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

vii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI BAGI PEMBERDAYAAN JEMAAT DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK DALAM RANGKA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis akan krisis lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan Agung Pontianak. Krisis lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan Agung Pontianak saat ini telah mengancam kehidupan semua makhluk hidup yang ada saat ini dan generasinya yang akan datang.

Krisis lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan Agung Pontianak disebabkan oleh manusia yang cenderung berusaha menguasai dan mengeksploitasi lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan kelestarian dan penghargaan terhadap keagungan nilai ciptaan Allah yang terkandung di dalamnya. Kenyataan semacam ini memberikan tuntutan kepada manusia untuk memperbaharui pandangan, sikap dan perilakunya terhadap lingkungan hidup. Dalam rangka pembaharuan pandangan, sikap dan perilaku manusia ini, penulis mengajak manusia untuk bersahabat dan mencintai lingkungan hidup melalui pembentukan kepribadian berdasarkan spriritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi. Dalam hidup sehari-hari, St. Fransiskus Asisi sungguh bersahabat dengan seluruh ciptaan yang ada di sekitarnya. Ia begitu mencintai dan menghargai keagungan Allah yang terkandung dalam tiap-tiap ciptaanNya. Pada akhirnya, persahabatan dengan ciptaan tersebut dapat menghantar dirinya dalam relasi yang harmonis dengan Allah Pencipta. Oleh karena itu, kepribadian St. Fransiskus Asisi perlu diteladani oleh manusia saat ini dalam rangka mewujudkan keutuhan ciptaan. Dalam upaya pembentukan kepribadian manusia yang senantiasa menjaga keutuhan ciptaan ini, katekese umat merupakan momen yang penting pertama-tama untuk membantu jemaat agar menyadari dan peka terhadap krisis lingkungan hidup yang terjadi di sekitarnya, kemudian berupaya untuk mengatasinya secara bersama-sama. Di dalam katekese umat, jemaat dapat menggali inspirasi dan belajar mencintai alam sesuai dengan teladan St Fransiskus Asisi. Maka, di dalam skripsi ini penulis membuat sekaligus menawarkan usulan program katekese umat dalam rangka pelestarian lingkungan hidup berdasarkan spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan bagi semua orang yang berkehendak baik dalam melestarikan lingkungan hidup berdasarkan spritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi. Secara khusus bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam rangka pelestarian lingkungan hidup di bumi Keuskupan Agung Pontianak tercinta.

Page 8: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

viii

ABSTRACT

The title of the thesis is “THE COSMIC SPIRITUALITY OF ST. FRANCES DE ASISI FOR EMPOWERING THE FAITHFUL AT ARCHBISHOP PONTIANAK IN THE FRAME WORK OF ENVIRONMENTAL CONSERVATION”. This title has been chosen according the writer’s concern of environmental crisis which has been happening in the Archbishop Pontianak. Presently, the environmental crisis happeneing in the Archbishop Pontianak. Can threaten all God’s creatures now and in the future. The environmental crisis that has happened in Archbishop Pontianak is caused by the people who try to control and exploit environmental conservation in their neighborhood. People think that the environment in their surrounding is only their object to get their needs. They never observe the conservation needs and appreciation towards the grandeur of God’s power. In reality, people must renew their capability to appreciate God’s mercy in taking care the environment. To revitalize people’s point of view, attitude, and behavior, the writer asks people to understand and love the environment through personal appreciation related to the cosmic spirituality of St. Frances. In the daily life, St. Frances Asisi declared his love and friendship to all God’s creatures. He really loved and appreciated God’s blessings, through his creatures. Finally, the friendship with all creatures could bring him in to a harmonic relation with God. Because of that, St. Frances’s personality needs to be applied by the faithful today to protect God’s creation wholly together. Through catechism, the faithful can find the inspiration and learn to love the universe as deep as what St. Frances has done. So, in the thesis the writer does not only make but also proporse the cathecism programs with the aim of conserving the environment according to cosmic spirituality St. Frances De Asisi.

The writer hopes that the thesis can be one source of ideas and hope that the faithful do the better things for the environmental conservation to based on the cosmic spirituality of Frances. Specifically, for the faithful at the Archbishop Pontianak. Hopefully, the thesis can give advantages is beneficial for them in their way to conserve the environment of the beloved archbishop Pontianak.

Page 9: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya yang

melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI BAGI

PEMBERDAYAAN JEMAAT DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK

DALAM RANGKA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP”.

Skripsi ini ditulis berdasarkan keprihatinan penulis terhadap krisis lingkungan

hidup yang terjadi saat ini, khususnya di Keuskupan Agung Pontianak. Krisis ini

terjadi karena ulah manusia yang secara serakah mengekploitasi bumi. Sebagai

akibatnya terjadilah kerusakan alam, selain itu pelbagai sendi kehidupan publik juga

menjadi terpuruk, baik itu ekonomi, sosial, budaya, religius dan politik. Banyak

masyarakat yang mengandalkan alam sebagai mata pencahariannya menjadi

kehilangan sumber kehidupan, bahkan pelbagai pencemaran dan kerusakan alam

telah menimbulkan bencana yang merugikan hidup manusia. Situasi yang

memprihatinkan ini menuntut gerakan bersama dalam pelestarian lingkungan hidup.

Berhadapan dengan situasi semacam ini manusia perlu menciptakan paradigma

baru dalam berelasi dengan alam. Manusia harus menjaga dan menghargai alam,

karena dalam masing-masing unsur ciptaan tersebut telah mempunyai nilai dan

martabat untuk tetap ada di dunia ini. Paradigma baru yang perlu diupayakan oleh

manusia ini dapat terwujud dengan sikap penghargaan dan kemampuan untuk

berelasi dengan alam secara harmonis. Salah satu jalan untuk mewujudkan

paradigma baru ini adalah dengan meneladani kepribadian St. Fransiskus Asisi yang

Page 10: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

x

mampu berelasi secara harmonis dengan alam ciptaan. Ia juga sungguh menyadari

eksistensinya di tengah dunia sebagai mandataris Allah pencipta yang bertugas

menjaga keutuhan dan keharmonisan ciptaan. Kedekatan St. Fransiskus dengan alam

ciptaan ini pada akhirnya mampu menghantar dirinya pada pertemuan secara pribadi

dengan Pencipta. Oleh karena itu, kepribadian St. Fransiskus Asisi layak untuk

diteladani berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan hidup saat ini. Secara nyata

spiritualitas ini digali dalam katekese umat, sehingga dapat sungguh memberdayakan

jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam melestarikan lingkungan hidup yang

ada di sekitar mereka.

Skripsi ini telah disusun berkat dukungan dan bantuan pelbagai pihak, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis dengan hati yang tulus

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. J. Sri Murtini, M.Si., selaku dosen pembimbing utama yang telah

mendampingi, membimbing, memberikan perhatian, sumbangan pemikiran, dan

memotivasi penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik sekaligus

dosen pembimbing kedua yang telah bersedia membimbing, mendampingi, dan

memotivasi penulis selama studi sampai dengan penyelesaian sripsi ini.

3. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen penguji ketiga yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan berkaitan isi

skripsi ini.

4. Segenap staf, dosen, dan karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan

Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan

Page 11: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

xi

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang membantu

penulis selama studi sampai selesainya penulisan skripsi ini.

5. Rekan-rekan mahasiswa, angkatan 2001 dan 2002 yang telah meneguhkan,

memberi dukungan, dan berjuang bersama dalam semangat persaudaraan untuk

mewujudkan kepribadian katekis yang bermutu dan bijaksana.

6. Akhirnya, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu per satu yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman,

sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis

sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang membangun demi

perbaikan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan banyak

manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dalam pelestarian lingkungan hidup.

Yogyakarta, 23 Juli 2007

Penulis

Febriyanto

Page 12: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv

MOTTO .................................................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. vi

ABSTRAK.............................................................................................................. vii

ABSTRACT............................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix

DAFTAR ISI........................................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ xvii

BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 8

D. Manfaat Penulisan...................................................................................... 9

E. Metode Penulisan ....................................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ................................................................................. 10

BAB II. PANDANGAN UMUM TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DAN GAMBARAN KEADAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK .................................................. 12

A. Pandangan Umum tentang Lingkungan Hidup......................................... 12

1. Pengertian Lingkungan Hidup ................................................................ 13

2. Kedudukan dan Pergumulan Manusia di Tengah Lingkungan Hidup... 15

a. Kedudukan manusia di tengah lingkungan hidup ............................... 15

b. Pergumulan manusia di tengah lingkungan hidup .............................. 16

3. Beberapa Pandangan tentang Lingkungan Hidup................................... 18

a. Antroposentrisme ................................................................................ 19

Page 13: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

xiii

b. Biosentrisme ....................................................................................... 20

c. Ekosentrisme ....................................................................................... 21

d. Pandangan Gereja tentang lingkungan hidup ..................................... 23

B. Gambaran Keadaan Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak. 29

1. Keadaan Geografis Keuskupan Agung Pontianak.................................. 30

2. Pola Pengelolaan Hutan dan Penyelamatan Keanekaragaman Hayati dalam Tradisi Masyarakat Adat Dayak di Keuskupan Agung Pontianak ............................................................................................. 31

a. Kearifan masyarakat adat Dayak mengelola hutan............................. 32

b. Persepsi masyarakat adat Dayak mengenai hutan .............................. 33

c. Perladangan dalam masyarakat adat Dayak........................................ 34

d. Nilai alam bagi masyarakat adat Dayak.............................................. 35

3. Kerusakan Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak ............ 36

a. Kerusakan sungai ................................................................................ 36

b. Kerusakan hutan.................................................................................. 40

4. Ancaman Kelestarian Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak pada Masa yang Akan Datang ............................................. 46

a. Perusahaan-perusahaan HTI................................................................ 46

b. Perusahaan-perusahaan HPH .............................................................. 48

5. Upaya Gereja dalam Pelestarian Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak..................................................................................... 50

a. Seruan Pastoral.................................................................................... 50

b. Lokakarya ........................................................................................... 51

BAB III. SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI......................... 55

A. Spiritualitas Kosmis ................................................................................. 56

1. Pengertian Spiritualitas ......................................................................... 57

2. Pengertian Spiritualitas Kosmis ............................................................ 58

B. Keberadaan St. Fransiskus Asisi di Tengah-tengah Lingkungan Hidup.. 59

1. Riwayat Singkat Hidup St. Fransiskus Asisi ........................................ 60

2. Situasi Lingkungan Hidup Pada Zaman St. Fransiskus Asisi............... 62

3. Munculnya Perhatian St. Fransiskus Asisi terhadap Lingkungan hidup 64

a. Tahap pertama................................................................................... 64

Page 14: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

xiv

b. Tahap kedua ...................................................................................... 64

c. Tahap ketiga ...................................................................................... 65

C. Perwujudan Spiritualitas Kosmis di dalam Hidup St. Fransiskus Asisi... 66

1. Relasi St. Fransiskus Asisi dengan Pelbagai Unsur Ciptaan ................ 67

a. Relasi dengan makhluk hidup ........................................................... 67

b. Relasi dengan bukan makhluk hidup ................................................ 72

c. Sikap dasar relasi St. Fransiskus Asisi .............................................. 72

2. Relasi St. Fransiskus Asisi dengan Allah di dalam Doa....................... 73

D. Gita Sang Surya sebagai Puncak Pengungkapan Spiritualitas Kosmis St. Fransiskus Asisi ................................................................................. 74

1. Kedudukan Gita Sang Surya sebagai Cermin Kepribadian Kosmis St. Fransiskus Asisi ............................................................................... 76

2. Gita Sang Surya sebagai Bentuk Pengungkapan Rasa Persaudaraan St. Fransiskus Asisi dengan Semua Unsur Kosmos.............................. 76

3. Gita Sang Surya sebagai Ungkapan Kepribadian St. Fransiskus Asisi yang Senantiasa Mengangkat Martabat Ciptaan................................... 77

4. Gita Sang Surya Mengungkapkan Pandangan St. Fransiskus Asisi terhadap Pelbagai Unsur Kosmos ......................................................... 78

E. Relevansi Spiritualitas Kosmis St. Fransiskus Asisi bagi Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak............ 79

1. Dasar Relevansi .................................................................................... 80

2. St. Fransiskus Asisi Sebagai Pola Anutan Pelestarian Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak................................................. 81

BAB IV. KATEKESE UMAT SEBAGAI BENTUK PEMBERDAYAAN

JEMAAT DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK DALAM RANGKA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP ........................ 84

A. Gambaran Umum Katekese Umat ........................................................... 85

1. Pengertian Katekese Umat .................................................................. 85

2. Tujuan Katekese Umat........................................................................ 87

3. Isi Katekese Umat ............................................................................... 89

4. Peserta Katekese Umat ....................................................................... 91

5. Pendamping Katekese Umat ............................................................... 92

Page 15: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

xv

B. Katekese Umat dengan Metode Analisis Sosial sebagai Salah Satu Usaha yang Penting dalam Pelestarian Lingkungan Hidup.................... 94

1. Arti dan Tujuan Analisis Sosial .......................................................... 96

2. Unsur-unsur dalam Analisis Sosial ..................................................... 97

a. Unsur historis ................................................................................. 97

b. Unsur struktural ............................................................................. 98

3. Pelbagai Pembagian Masyarakat ........................................................ 99

4. Pelbagai Derajat dan Tingkatan Masalah yang Ada ........................... 99

5. Analisis Sosial dengan “Tiga Poros” .................................................. 100

a. Poros negara................................................................................... 100

b. Poros pasar..................................................................................... 101

c. Poros masyarakat ........................................................................... 101

6. Model atau Kerangka Pikir dalam Analisis Sosial ............................. 102

a. Model konsensus ........................................................................... 102

b. Model konflik ................................................................................ 104

7. Proses Katekese Umat dengan Metode Analisis Sosial ...................... 107

a. Langkah pertama: Melihat dan menyadari fenomena ketidakadilan sosial yang ada....................................................... 107

b. Langkah kedua: Merumpun fenomena ketidakadilan itu.............. 108

c. Langkah ketiga: Mencari akar ketidakadilan dan akibatnya......... 109

d. Langkah keempat: Merefleksikannya dalam iman (Kitab Suci dan Ajaran Gereja)................................................................ 110

e. Langkah kelima: Merencanakan aksi yang kemudian disusul dengan aksi.................................................................................... 111

C. Usulan Program Katekese Umat bagi Jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup....................... 111

1. Pengertian Program............................................................................. 112

2. Tujuan Program .................................................................................. 113

3. Latar Belakang Pemilihan Program.................................................... 113

4. Alasan Pemilihan Tema ...................................................................... 114

5. Tema dan Tujuan Program.................................................................. 115

6. Penjabaran Program............................................................................ 118

7. Petunjuk Pelaksanaan Program........................................................... 121

Page 16: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

xvi

8. Contoh Persiapan Katekese Umat....................................................... 122

a. Identitas ........................................................................................... 122

b. Pemikiran dasar............................................................................... 123

c. Pengembangan langkah................................................................... 124

BAB V. PENUTUP ................................................................................................ 137

A. Kesimpulan ............................................................................................. 137

B. Saran ....................................................................................................... 141

1. Bagi Umat Beriman Kristiani pada Umumnya................................... 142

2. Bagi Para Aktivis Sosial ..................................................................... 143

3. Bagi Para Katekis................................................................................ 144

4. Bagi Jemaat Kristiani di Keuskupan Agung Pontianak...................... 146

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 149

LAMPIRAN ........................................................................................................... 152

Lampiran 1: Teks Cerita St. Fransiskus Asisi Tokoh Pelestarian Lingkungan Hidup................................................................................................. (1)

Lampiran 2: Peta Keuskupan Agung Pontianak ................................................... (4)

Lampiran 3: Peta Kawasan Hutan di Pulau Kalimantan dari tahun 1900 sampai dengan Prakiraannya pada tahun 2020 ............................... (5)

Lampiran 4: Peta Kawasan Proyek Penanaman Kelapa Sawit di Pulau Kalimantan ...................................................................................... (6)

Lampiran 5: Peta Kawasan Hutan Lindung di Pulau Kalimantan ....................... (7)

Page 17: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab

Deuterokanonika. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh

Lembaga Alkitab Indonesia). Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia,

2001, hlm 6.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CA: Centesimus Annus, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang

Kenangan Ulang Tahun Keseratus Ensiklik Rerum Novarum, 11

Mei 1991.

CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II

tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.

LE: Laborem Exercens, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang Kerja

Manusia, 14 September 1981

PP: Populorum Progressio, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang

Perkembangan Bangsa-bangsa, 26 Maret 1967.

SRS: Sollicitudo Rei Socialis, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang

Keprihatinan Sosial, 30 Desember 1987.

C. Singkatan Tarekat/Kongregasi Religius

Singkatan tarekat/kongregasi religius mengikuti Komisi Liturgi KWI.

Penanggalan Liturgi 2004: Tahun C/II. Yogyakarta: Kanisius, 2003, hlm 4-6.

Page 18: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

xviii

D. Singkatan Lain

& : Dan Art : Artikel Bdk : Bandingkan DAS : Daerah Aliran Sungai DE : Deep Ecology Ed : Editor

Ha : Hektar

HPH : Hak Pengusahaan Hutan HTI : Hutan Tanaman Industri IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kalbar : Kalimantan Barat Komkat : Komisi Kateketik KOMSOS : Komisi Sosial KWI : Konferensi Waligereja Indonesia LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat PB : Perjanjian Baru Pemda : Pemerintah Daerah PL : Perjanjian Lama PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia PSDA : Pelestarian Sumber Daya Alam

St : Santo

Thn : Tahun

WALHI : Wahana Lingkungan Hidup

Page 19: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini, manusia banyak menemukan dan mendengar kabar

tentang krisis lingkungan hidup baik di media cetak maupun elektronik. Krisis

lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini telah mengancam kehidupan semua

makhluk hidup termasuk manusia, padahal krisis ini adalah dampak ulah manusia

sendiri. Sampai saat ini ternyata pengelolaan lingkungan hidup secara

bertanggungjawab belum membudaya. Manusia cenderung menguras lingkungan

hidup yang ada di sekitarnya, tanpa penghargaan dan penghormatan terhadap hak

hidup mahluk ciptaan lain. Keadaan ini terutama menimpa negara-negara sedang

berkembang dan berpenduduk padat, khususnya di Indonesia. Krisis ini tentunya

menuntut keseriusan berpikir dan bertindak demi masa depan yang lebih baik dan

luput dari bencana-bencana yang memprihatinkan (Chang, 2001: 29).

Keluhan akan krisis lingkungan hidup ini dirasakan juga oleh masyarakat yang

tinggal di Pontianak. Kalau tidak ada hujan selama lima hari saja, kota Pontianak

panasnya bukan main. Hampir setiap malam orang santai di luar rumah mencari

angin karena kepanasan. Tim ilmuwan dari American Geophysical Union (AGU)

menemukan bahwa bumi yang manusia huni telah mengalami pembesaran di wilayah

khatulistiwa. Pemanasan global yang terjadi saat ini terutama disebabkan karena

kerusakan hutan. Populasi hutan di dunia menurun drastis, seiring dengan

penebangan kayu baik secara legal maupun ilegal. Di Kalimantan Barat sendiri,

kerusakan hutan yang terjadi menurut data Program Pemberdayaan Sistem Hutan

Page 20: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

2

Kerakyatan Kalbar (PPSHK) ditambah lagi dengan kebakaran hutan serta

pembukaan lahan perkebunan besar di Kalbar mencapai luas 500.000 Ha setiap tahun

dan aktornya para pemegang HPH dan HTI (Kusmiran, 2005: 36). Dengan kenyataan

ini, pemanasan global akan mengancam kehidupan manusia. Dampak pemanasan

global ini sangat dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di kota Pontianak, karena

pusat katulistiwa di dunia ini berada di kota Pontianak.

Eksploitasi hutan tak terkendali di Kalimantan Barat beberapa tahun ini telah

menimbulkan banyak bencana lingkungan hidup. Akibat pembabatan hutan, daya

serap air menjadi kecil. Pada musim kemarau, masyarakat dihadapkan pada kondisi

kekurangan air. Sungai-sungai mengalami kekeringan, akibatnya transportasi macet.

Padahal, dahulu kondisi semacam ini jarang atau tidak pernah terjadi di Kalbar. Ini

adalah dampak penebangan hutan tak terkendali oleh perusahaan maupun kelompok

perorangan yang menyebabkan lahan kritis terus bertambah. Keadaan ini berdampak

buruk pada potensi kawasan hutan di Kalbar yang menjurus pada kehancuran sumber

daya ekologi dan kehancuran hidrologi (Indil, 2004: 10).

Keadaan lingkungan yang buruk dewasa ini tentu menuntut pengembangan

sikap etis yaitu mengurangi eksplorasi dan eksploitasi yang tidak bertanggung jawab

dari manusia terhadap lingkungan hidup. Sikap dan tindakan yang merusak

lingkungan hidup harus ditinggalkan, karena merusak lingkungan hidup sama dengan

membunuh kehidupan. Tuntutan etis ini bukan lagi hanya suatu nilai ideal, tetapi

bernilai praktis untuk menyelamatkan kehidupan bersama (Pare, 1992a: 44).

Berhadapan dengan krisis lingkungan hidup yang terjadi saat ini, bagaimana

peranan agama dalam pelestarian lingkungan hidup? Dalam hal ini, agama di dunia

Page 21: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

3

berperan penting untuk merumuskan pandangan-pandangan mengenai alam dan

menciptakan perspektif mengenai peran manusia di dalam alam. Olah karena itu,

tinjauan mengenai pelbagai pandangan tentang dunia yang religius penting artinya

untuk menganalisis akar-akar krisis lingkungan hidup maupun mengusulkan

pemecahannya (Tucker & Grim, 2003: 7).

Secara khusus bagaimana peranan Gereja terhadap krisis lingkungan hidup

yang terjadi sekarang ini. Untuk menanggapi krisis ekologi dewasa ini, dogma

kekristenan tentang penciptaan alam semesta diharapkan dapat memberikan

sumbangan yang penting bagi pelestarian lingkungan hidup. Pandangan kekristenan

mengenai alam ciptaan secara implisit mengajak umat manusia untuk mengambil

sikap yang pantas dan bijaksana menghadapi bukti cinta kasih Allah dan pentas

kemuliaan-Nya. Sebab penciptaan alam semesta tidak hanya bertujuan memenuhi

kebutuhan hidup jasmani umat manusia, tetapi juga menawarkan nilai-nilai luhur

yang mendewasakan umat manusia (Chang, 1989: 109-110). Gereja juga

mengingatkan jemaatnya bahwa para leluhur mereka sudah mewariskan cinta kodrati

kepada alam dan binatang dengan mengajarkan hidup dalam keselarasan dengan

alam dan hidup serba seimbang. Khususnya sebagai umat Katolik yang termotivasi

iman, mereka harus mengembangkan penghayatan mendalam akan makna

lingkungan hidup. Kemanusiaan sejati hanya ada dalam kesatuan dengan ciptaan lain

(Konferensi Waligereja Indonesia, 1996b: 38).

Pandangan Gereja tentang alam ciptaan dapat dipahami berangkat dari

kesadaran manusia sebagai “gambar Allah”, “wakil Allah”, dan “pusat dunia” yang

mengundang manusia untuk mengatur, memelihara, dan menciptakan kembali

Page 22: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

4

dunianya. Manusia hanyalah bagian dari seluruh ciptaan dan hidupnya disangga oleh

alam semesta. Kesadaran ini hendaknya tidak dimengerti secara personal saja,

melainkan dimengerti dari aspek sosial dan ekologis. Kesadaran ini penting dalam

menjalin hubungan dan tanggung jawab terhadap kehidupan bersama dan alam

semesta (Konferensi Waligereja Indonesia, 1996a: 151).

Salah satu ungkapan keprihatinan Gereja yang mengundang kepedulian

jemaatnya untuk menanggapi krisis lingkungan hidup adalah:

Selain masalah konsumerisme, yang memprihatinkan juga dan erat berhubungan dengan manusia ialah soal lingkungan hidup. Karena manusia lebih ingin memiliki daripada menemukan dan mengembangkan dirinya. Ia secara berlebihan dan tidak teratur menyerap sumber-sumber daya bumi maupun hidupnya sendiri. Di balik pengrusakan alam lingkungan yang bertentangan dengan akal sehat ada kesesatan di bidang antropologi, yang memang sudah tersebar luas. Manusia, yang menyadari bahwa dengan kegiatannya ia mampu mengubah dan dalam arti tertentu “menciptakan dunia”, melupakan bahwa kegiatannya itu selalu harus didasarkan pada pengurniaan segalanya oleh Allah menurut maksudnya semula. Manusia mengira boleh semaunya sendiri mendaya-gunakan bumi dan menikmati hasilnya, dengan menaklukkannya tanpa syarat kepada kehendaknya sendiri seolah-olah bumi tidak mengemban tuntutan serta maksud-tujuannya semula yang diterimannya dari Allah, dan yang manusia memang dapat mengembangkan, tetapi tidak boleh mengkhianati. Manusia bukannya menjalankan tugasnya bekerja sama dengan Allah di dunia. Ia justru malahan mau menggantikan tempat Allah, dan dengan demikian akhirnya membangkitkan pemberontakan alam, yang tidak diaturnya tetapi justru disiksanya (CA, art. 37).

Berdasarkan dokumen di atas, secara jelas Gereja mengingatkan jemaat

Kristiani bahwa masalah lingkungan hidup yang terjadi kian berat. Kritik tajam telah

dilontarkannya terhadap sikap manusia yang memanfaatkan alam dengan semena-

mena. Sikap peduli terhadap lingkungan hidup menjadi hal yang penting untuk

menjawab keprihatinan ini.

Di Keuskupan Agung Pontianak sendiri, seruan untuk melestarikan lingkungan

hidup dapat ditemukan dalam Surat Gembala Prapaska 2003, Uskup Agung

Page 23: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

5

Pontianak, Mgr Hieronymus Bumbun, OFM Cap., mengungkapkan bahwa

bagaimanapun semua orang harus bertoleransi dan rekonsiliasi dengan alam di

sekitarnya. Semua orang harus sadar bahwa perusakan lingkungan hidup melalui

penebangan hutan, pertambangan emas, dan limbah industri raksasa sudah

mengancam keberadaan dan kesehatan manusia (Yos, 2003: 35).

Manusia harus sadar bahwa dirinya diutus untuk mengatur dan memimpin

dunia dengan baik adanya sesuai dengan kehendak Allah (Kej 1: 26–28). Sebagai

warga gereja yang bertanggungjawab dalam menjawab krisis ekologi pada zaman

sekarang ini. Jemaat memerlukan suatu teologi baru yang berkenaan dengan seluruh

alam ciptaan dan kebutuhan akan spiritualitas kosmis. Agama-agama di dunia,

termasuk agama tradisional dan penduduk asli dapat memberikan sumbangan banyak

terhadap pencarian itu. St. Fransiskus dari Asisi pelindung ekologi, hendaknya dapat

dijadikan sumber inspirasi manusia dalam hal visi masyarakat kosmis yang

mencakup manusia, tumbuhan, binatang, matahari, bulan, dan seluruh alam ciptaan

Allah (Komisi Internasional untuk Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan,

2001: 140).

Berhadapan dengan krisis lingkungan hidup saat ini, Chang (1989: 5)

berpendapat bahwa cara hidup St. Fransiskus Asisi dapat dijadikan sebagai inspirasi

dalam pelestarian lingkungan hidup. St. Fransiskus Asisi adalah seorang tokoh

religius abad XIII dan orang kudus populer yang berpengaruh besar dari dulu hingga

sekarang. Banyak umat manusia yang mengagumi dan meneladani cara hidupnya

sebagai pengamal Injil suci yang setia. St. Fransiskus Asisi yang berhati sederhana

telah melahirkan mentalitas baru dalam berelasi dengan kosmos. Maka, tidak

Page 24: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

6

mengherankan bahwa Paus Yohanes Paulus II menetapkan St. Fransiskus Asisi

sebagai pelindung pelestarian lingkungan hidup.

Dalam hidupnya, St. Fransiskus Asisi sering mengundurkan diri untuk berdoa

di alam yang ada sekitarnya. Ia mengajarkan bahwa dunia ciptaan ini adalah tanda

langsung kegiatan ilahi yang penuh rahmat terhadap manusia. Ia memanggil mereka

dengan sebutan “saudara” dan “saudari”, ia melihat semua binatang, tumbuhan dan

gejala alami sebagai sahabat ciptaan Allah. Jalan hidup yang ia sarankan ialah

kesederhanaan hidup, keutamaan yang tenang, tak tertarik akan usaha pencarian akal

budi dan ambisi duniawi, dan hubungannya yang intim dan kekeluargaan dengan

alam semesta. Ada yang mengatakan bahwa St. Fransiskus Asisi itu adalah orang

yang paling mirip dengan Yesus dalam sejarah kristianitas. Teladan hidupnya, doa-

doa yang ia tulis, pendekatan iman yang sederhana dan langsung, membuat banyak

gerakan kaum awam dan kongregasi pria serta wanita yang mengikuti jalan hidupnya

maupun gerakan kaum awam sendiri. Oleh karena itu spiritualitas St. Fransiskus dari

Asisi ini merupakan salah satu yang paling berpengaruh dalam sejarah kristianitas

(Michel, 2001: 131-132).

Dalam rangka pelestarian lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak

saat ini spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi ini perlu digali, sehingga dapat

menjadi inspirasi bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam melestarikan

lingkungan hidup. Untuk mendalami dan memberikan kesadaran akan pentingnya

nilai-nilai spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi kepada jemaat di Keukupan

Agung Pontianak, penyelenggaraan katekese umat menjadi hal yang penting.

Katekese umat dapat membantu jemaat mendalami spiritualitas kosmis St.

Page 25: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

7

Fransiskus Asisi, sehingga pada akhirnya mereka dapat peka dan peduli terhadap

krisis lingkungan hidup yang terjadi di sekitar mereka saat ini.

Katekese umat pertama-tama perlu diupayakan sebagai jalan untuk

memberikan kesadaran kepada jemaat di Keuskupan Agung Pontianak akan adanya

fakta krisis lingkungan yang terjadi di sekitar mereka. Berangkat dari kesadaran ini,

diharapkan jemaat dapat belajar dari St. Fransiskus Asisi untuk melestarikan

lingkungan hidup. Oleh karena itu, penyelenggaraan katekese umat sangat penting

diupayakan bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak secara terus menerus untuk

menciptakan kelestarian lingkungan hidup.

Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman

(penghayatan iman) antara anggota jemaat atau kelompok, sehingga iman masing-

masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna (Komisi Kateketik KWI,

1995: 11). Sikap hidup melestarikan lingkungan hidup merupakan salah satu bentuk

penghayatan iman, karena pelestarian lingkungan hidup adalah mandat atau

kehendak Allah. Tuhan menciptakan manusia agar manusia dapat memuliakan

Tuhan melalui hidupnya dan keharmonisan hubungan dengan alam ciptaan-Nya

(Suprihadi Sastrosupeno, 1984: 15). Dalam hal ini, katekese umat mempunyai

peranan penting bagi upaya Gereja dalam menghayati panggilan Allah untuk

melestarikan lingkungan hidup saat ini.

Dalam proses katekese umat itu sendiri, pelaksanaan analisis sosial sangat

penting untuk menganalisis permasalahan sosial yang terjadi di sekitar hidup jemaat.

Analisis sosial dapat didefinisikan sebagai usaha memperoleh gambaran yang lebih

lengkap tentang situasi sosial dengan menggali hubungan-hubungan historis dan

Page 26: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

8

strukturalnya. Analisis sosial berperan sebagai perangkat yang memungkinkan

manusia menangkap dan memahami realitas yang dihadapi (Holland & Henriot,

1986: 30). Berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan hidup, analisis sosial

sangat diperlukan untuk membantu sekaligus memberikan gambaran kepada jemaat

di Keuskupan Agung Pontianak tentang situasi krisis lingkungan hidup yang terjadi

di sekitar mereka saat ini. Pada akhirnya melalui proses ini diharapkan jemaat di

Keuskupan Agung Pontianak sadar dan peduli akan krisis lingkungan hidup yang

terjadi di sekitar mereka.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis merasa

terpanggil untuk memilih judul skripsi ”RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS

ST. FRANSISKUS ASISI BAGI PEMBERDAYAAN JEMAAT DI

KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK DALAM RANGKA PELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP”.

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa di Keuskupan Agung Pontianak terjadi krisis lingkungan hidup?

2. Apa relevansi spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi bagi upaya pelestarian

lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak?

3. Apa upaya penting yang harus ditempuh untuk memberdayakan jemaat di

Keuskupan Agung Pontianak dalam melestarikan lingkungan hidup?

C. Tujuan Penulisan

1. Memaparkan penyebab krisis lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan

Agung Pontianak.

Page 27: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

9

2. Memaparkan relevansi spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi bagi upaya

pelestarian lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak.

3. Memaparkan upaya penting yang harus ditempuh untuk memberdayakan jemaat

di Keuskupan Agung Pontianak dalam melestarikan lingkungan hidup.

4. Memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Program Studi

Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

1. Memberikan inspirasi bagi penulis untuk memberdayakan jemaat di Keuskupan

Agung Pontianak dalam rangka melestarikan lingkungan hidup.

2. Mendorong dan memberdayakan jemaat di Keuskupan Agung Pontianak untuk

melestarikan lingkungan hidup melalui katekese umat berdasarkan spiritualitas

kosmis St. Fransiskus Asisi.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan skripsi ini adalah deskriptif analisis. Dalam penulisan skripsi

ini penulis berusaha mengumpulkan dan memaparkan data-data sekunder (buku-

buku, majalah, surat kabar, artikel dan dokumen Gereja) maupun data primer

(pengalaman dan pengamatan langsung penulis di lapangan) tentang spiritualitas

kosmis St. Fransiskus Asisi, katekese umat dan upaya pelestarian lingkungan hidup

di Keuskupan Agung Pontianak. Kemudian, penulis menganalisis data-data tersebut

dalam suatu kajian pustaka tentang relevansi spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi

dalam rangka pelestarian lingkungan hidup yang diuraikan dalam skripsi ini, upaya

Page 28: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

10

ini ditempuh untuk memberikan sumbangan pemikiran dan pemahaman bagi penulis

secara pribadi maupun bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam rangka

pelestarian lingkungan hidup.

F. Sistematika Penulisan

Judul skripsi yang dipilih oleh penulis adalah “RELEVANSI SPIRITUALITAS

KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI BAGI PEMBERDAYAAN JEMAAT DI

KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK DALAM RANGKA PELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP”. Judul ini akan diuraikan dalam lima bab, sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah,

tujuan, manfaat, metode, dan sistematika penulisan skripsi ini.

Bab II : Pandangan Umum Tentang Lingkungan Hidup dan Gambaran

Keadaan Lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak. Bab ini berbicara

mengenai pandangan umum tentang lingkungan hidup dan keadaan lingkungan hidup

di Keuskupan Agung Pontianak.

Bab III : Spiritualitas Kosmis St. Fransiskus Asisi. Bab ini menguraikan

pemahaman tentang spiritualitas kosmis, keberadaan St. Fransiskus di tengah-tengah

lingkungan hidup, perwujudan spiritualitas kosmis di dalam hidup St. Fransiskus

Asisi, Gita Sang Surya sebagai puncak pengungkapan spiritualitas kosmis St.

Fransiskus Asisi, dan relevansi spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi bagi upaya

pelestarian lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak.

Bab IV : Katekese Umat sebagai Bentuk Pemberdayaan Jemaat di Keuskupan

Agung Pontianak dalam rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bab ini berbicara

mengenai gambaran umum tentang katekese umat, katekese umat dengan metode

Page 29: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

11

analisis sosial sebagai salah usaha yang penting dalam pelestarian lingkungan hidup,

dan usulan program katekese umat bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak

dalam rangka pelestarian lingkungan hidup.

Bab V : Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

Page 30: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

BAB II

PANDANGAN UMUM TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DAN

GAMBARAN KEADAAN LINGKUNGAN HIDUP

DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK

Pada bab I penulis telah mengungkapkan latar belakang penulisan skripsi ini,

yaitu keprihatinan akan krisis lingkungan hidup yang terjadi di pelbagai belahan

dunia, khususnya di Keuskupan Agung Pontianak. Krisis lingkungan hidup yang

terjadi di Keuskupan Agung Pontianak telah mengancam kehidupan seluruh makhluk

hidup. Oleh karena itu, upaya pelestarian lingkungan hidup sangat penting dilakukan

untuk menjamin keberlangsungan hidup semua makhluk hidup yang ada di

Keuskupan Agung Pontianak, baik yang ada saat ini maupun bagi generasi yang akan

datang.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, penulis menyadari pentingnya menggali

pandangan umum tentang lingkungan hidup itu sendiri, agar dapat dipahami

sejauhmana pengaruh pandangan tersebut dalam relasi antara manusia dengan

lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Dengan memahami pandangan-pandangan

tentang lingkungan hidup yang ada, diharapkan dapat ditemukan penyebab krisis

lingkungan hidup itu itu sendiri beserta solusinya. Maka, pada bab II ini penulis akan

membahas pandangan umum tentang lingkungan hidup dan gambaran keadaan

lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak.

A. Pandangan Umum tentang Lingkungan Hidup

Manusia dapat memahami lingkungan hidup berdasarkan pandangan-

pandangan tentang lingkungan hidup yang berkembang di tengah-tengah hidupnya.

Page 31: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

13

Pelbagai pandangan tentang lingkungan hidup ini muncul dari kesadaran, bahwa

antara manusia dan lingkungan hidup terdapat hubungan yang tak dapat terpisahkan.

Hal ini terutama didasarkan atas kesadaran, bahwa lingkungan hidup merupakan

tempat tinggal sekaligus sumber kehidupan umat manusia. Kesadaran ini muncul

secara berangsur-angsur dalam proses interaksi manusia dengan lingkungannya

secara turun-temurun hingga saat ini.

1. Pengertian Lingkungan Hidup

Pada masa sekarang ini dalam pelbagai pembahasan tentang lingkungan hidup,

perhatian manusia pasti akan segera terarah pada persoalan seputar sampah,

pencemaran limbah industri, pembabatan dan kerusakan hutan, ataupun konversi

lahan untuk perkebunan besar. Pemahaman tentang lingkungan hidup yang

dipersempit semacam ini sebenarnya tidak salah, namun menurut Halid Muhamad

sebagaimana yang diungkapkan oleh Mifa (2005: 3) pemahaman semacam ini

amatlah sempit. Menurutnya esensi dari lingkungan hidup adalah tapak kehidupan

manusia, yakni soal ruang dan interaksi yang ada di dalamnya.

Secara umum pemahaman mengenai lingkungan hidup dapat dimengerti dari

istilah ekologi, karena di dalam kajian ilmu ekologi manusia berusaha mempelajari

tentang lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Istilah ekologi menurut Chang

(2001: 14) terbentuk dari dua kata dasar Yunani, yaitu oikos (rumah atau tempat

tinggal) dan logos (kata atau uraian). Secara harafiah, ekologi berarti penyelidikan

tentang organisme-organisme yang di dalam jagat raya. Ekologi juga dapat

dirumuskan sebagai ilmu atau studi tentang organisme dalam hubungan dengan

seluruh unsur lingkungan hidup. Ekologi berusaha menyoroti, menganalisis, dan

Page 32: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

14

memajukan seluruh unsur alam dalam semesta (Chang, 1989: 19). Ekologi juga dapat

diartikan sebagai hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan hidup

(Buntaran, 1996: 21).

Berdasarkan pemahaman yang ada di atas, munculnya ekologi sebagai ilmu

berangkat dari kesadaran akan adanya permasalahan dalam hubungan antar

organisme yang ada dalam jagat raya ini, terutama dalam hubungan manusia dengan

lingkungan hidup di sekitarnya. Manusia merupakan salah satu unsur yang ada di

dalam lingkungan hidup. Hidup manusia di dunia ini selain berhubungan dengan

sesamanya, ia juga mempunyai hubungan dengan tumbuhan, hewan, dan benda-

benda di sekitarnya. Dunia binatang, tumbuhan, dan zat-zat hidup yang dibutuhkan

bagi kebutuhan hidup manusia termasuk dalam pengertian lingkungan hidup

(Suprihadi Sastrosupeno, 1984: 46).

Pemahaman tentang lingkungan hidup sangat ditentukan oleh bagaimana

manusia menyadari eksistensi lingkungan hidup di sekitarnya. Menurut filsuf

Whitehead seperti yang diungkapkan oleh Edi Petebang (1999b: 12), ada tiga prinsip

dasar bagaimana manusia melihat dan mengelola alam di sekitarnya. Pertama,

keseluruhan kosmos merupakan suatu organisme. Kedua, manusia adalah bagian dari

alam. Ketiga, semua ciptaan yang ada merupakan subyek yang telah memiliki nilai

dalam dirinya masing-masing. Selanjutnya Whitehead mengungkapkan bahwa alam

semesta atau kosmos merupakan suatu organisme besar yang terbentuk dari banyak

organisme kecil yang berhubungan dengan lingkungan hidup sebagai bagian dari

suatu keseluruhan. Jadi lingkungan hidup merupakan keseluruhan organisme atau

ciptaan yang ada di jagat raya ini.

Page 33: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

15

2. Kedudukan dan Pergumulan Manusia di Tengah Lingkungan Hidup

Eksistensi manusia di dunia ini tidak terpisahkan dan sangat tergantung dari

lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Menurut Buntaran (1996: 14-15) eksistensi

manusia dapat dilihat dalam kedudukan dan pergumulan manusia di tengah

lingkungan hidup sebagai berikut:

a. Kedudukan manusia di tengah lingkungan hidup Tempat dan kedudukan manusia di tengah lingkungan hidup dapat dilihat dari dua segi. 1) Segi struktur perilaku dan kemampuan: a) Tingkatan anorganik (benda mati): hanya memiliki berat dan gaya,

bergerak bukan atas kemauan sendiri; b) Tingkatan tumbuh-tumbuhan; sudah memiliki kehidupan untuk

bertumbuh tetapi masih bergantung pada kekuatan di luar dirinya; c) Tingkatan hewan: ada kehidupan dan pertumbuhan, ada semangat dan

kehendak yang berdasarkan keteraturan (insting; naluri); d) Tingkatan manusia: mempunyai kelengkapan sebagai makhluk hidup

yang berkehendak dan berakal budi yang pada prinsipnya dapat berbuat menurut kemauan sendiri.

2) Kedudukan manusia dalam keseluruhan ekosistem

Manusia dan unsur-unsur lainnya memberi sumbangan kepada seluruh ekosistem dari tempatnya masing-masing dan dengan caranya yang khas.

Lingkungan Biotik

Lingkungan

Abiotik

Manusia

Ekosistem

Page 34: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

16

Keunggulan manusia yang memiliki akal budi bukan merupakan keunggulan yang harus dimanfaatkan demi diri sendiri saja melainkan juga yang harus diabdikan demi keseluruhan ekosistem. Oleh karena itu, dari gambar di atas dapat dilihat bahwa manusia berada di antara unsur-unsur lainnya. Unsur-unsur itu membentuk suatu lingkaran ekosistem yang berkaitan satu sama lain.

Berdasarkan dua teori di atas, dapat dilihat bahwa dalam hal perilaku dan

kemampuan, kedudukan manusia memang lebih “tinggi” dari unsur-unsur lain yang

ada di dunia ini. Perilaku dan kemampuan manusia ditempatkan dalam struktur

tertinggi, karena akal budi yang dimiliki manusia tidak dimiliki oleh makhluk

lainnya. Keunggulan manusia dalam bidang perilaku dan kemampuan ini tidak

memberikan arti bahwa manusia merupakan pusat dari lingkungan hidup yang ada di

sekitarnya, melainkan manusia merupakan bagian dari lingkungan hidup. Dalam

eksistensinya di jagat raya ini manusia merupakan bagian dari ekosistem atau

lingkungan yang ada di sekitarnya. Selain itu, pada prinsipnya hidup manusia

tergantung dari ekosistem yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, untuk menjamin

keberlangsungan hidupnya, manusia diharapkan dapat memanfaatkan lingkungan

hidup yang ada di sekitarnya dalam prinsip keseimbangan ekosistem tersebut.

b. Pergumulan manusia di tengah lingkungan hidup

Semenjak bumi ini ada, pelbagai perubahan pada permukaan bumi telah terjadi

sebagai suatu kenyataan yang menunjukkan bahwa bumi ini bersifat dinamis. Dalam

proses ini, pelbagai peristiwa alam, antara lain: perubahan suhu, erosi, banjir, dan

sebagainya telah sering terjadi di permukaan bumi. Dinamika peristiwa alam

semacam ini pada awalnya tidak dirasakan sebagai sesuatu yang merugikan.

Dinamika peristiwa alam tersebut barulah dirasakan sebagai suatu masalah ketika

Page 35: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

17

manusia hadir di bumi, karena dapat merugikan manusia. Terutama semenjak

manusia hadir dan berperan di bumi, proses perubahan atau peristiwa alam pada

permukaan bumi terjadi semakin kompleks. Kehadiran manusia di bumi ini

menimbulkan semakin banyak masalah lingkungan hidup, pada akhirnya kerusakan

lingkungan hidup ini mengancam hidup manusia sendiri dan pelbagai makhluk

lainnya (Buntaran, 1996: 16).

Secara historis, pergumulan manusia di tengah lingkungan hidup yang ada di

sekitarnya berkaitan langsung dengan pola ekonomi dan kebudayaan masyarakat

tertentu (Buntaran, 1996: 17-21). Pola tersebut adalah sebagai berikut:

1) Masyarakat peramu

Pada masa ini, manusia memanfaatkan alam dengan cara sederhana yakni

dengan berburu, memetik buah-buahan, dan mengumpulkan hasil hutan. Hidup

manusia pada saat ini sangat ekologis, karena mereka sangat dekat dengan alam.

Pada masa ini manusia masih sangat peka terhadap gejala-gejala alam yang terjadi di

sekitarnya. Mereka tidak mengeksploitasi lingkungan hidup yang ada di sekitarnya

dan pada saat-saat tertentu mereka membiarkan lingkungan hidup itu pulih kembali

setelah dimanfaatkan.

2) Masyarakat peladang atau petani

Sekitar sepuluh ribu sampai dua belas ribu tahun yang lalu, manusia mulai

belajar mengenai cara menggembalakan hewan dan mengolah tanah. Manusia mulai

tinggal menetap di daerah tertentu dan membuka lahan dengan membakar hutan.

Pembukaan lahan ini digunakan sebagai tempat menggembalakan hewan dan

menanam bahan makanan. Secara berangsur-angsur di bidang pertanian terjadi

Page 36: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

18

revolusi yang menyangkut metode, teknik, peralatan, dan pengolahan hasil pertanian.

Manusia juga mulai mampu mengolah energi alam, seperti: air dan angin untuk

kepentingan pertanian. Revolusi di bidang pertanian ini memberikan banyak bahan

makanan bagi manusia. Banyaknya bahan makanan ini membawa pengaruh pada

pertambahan jumlah penduduk. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, manusia

menyadari bahwa semakin banyak juga bahan makanan yang diperlukan untuk

menunjang kehidupannya. Maka, manusia mulai membuka lahan secara besar-

besaran dan tidak jarang terjadi kerusakan alam akibat manajemen pertanian yang

buruk. Pada masa inilah manusia mulai menciptakan pola hidup yang merusak alam.

3) Masyarakat industri

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan manusia di bidang pertanian dan

pelbagai bidang kehidupan lainnya. Manusia juga semakin berusaha mengubah dan

menguasai alam dengan mengembangkan eksplorasi sumber daya alam. Hal ini

terutama dimulai pada abad kedelapan belas yang ditandai dengan munculnya

masyarakat industri. Pada masa ini manusia telah merintis suatu gerakan raksasa

dalam penggunaan energi fosil seperti batu bara, minyak, dan gas bumi untuk

produksi yang menghasilkan pelbagai barang industri. Peningkatan eksplorasi

sumber daya alam pada masa ini telah menimbulkan banyak kerusakan di permukaan

bumi yang sekaligus mengancam kehidupan semua makhluk yang tinggal di atasnya.

3. Beberapa Pandangan tentang Lingkungan Hidup

Seorang filsuf dan sekaligus ekolog dari Norwegia yang bernama Arne Naess

mengungkapkan sebagaimana yang dikutip oleh Keraf (2002: xiv), bahwa krisis

Page 37: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

19

lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini hanya bisa diatasi dengan melakukan

perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam yang fundamental dan

radikal. Dalam hal ini budaya cinta lingkungan hidup hendaknya sungguh dihayati

secara utuh, baik secara pribadi maupun bersama-sama. Oleh karena itu, pelbagai

pandangan tentang lingkungan hidup perlu dipahami, agar dapat diketahui

sejauhmana pengaruh pandangan tersebut pada relasi antara manusia dengan alam

sekitarnya. Untuk memahami pandangan manusia tentang lingkungan hidup, akan

dibahas tentang beberapa pandangan manusia tentang lingkungan hidup.

Dalam hubungan manusia dengan alam, menurut Pare (1992b: 70-72) ada tiga

sikap manusia menanggapi dunia yaitu: sikap geosentris, antroposentris, dan

biosentris. Sikap ini didasari oleh tiga pandangan manusia terhadap lingkungan

hidup. Keraf (2002: 1) juga mengungkapkan bahwa ada tiga pandangan manusia

terhadap lingkungan hidup yakni antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme.

a. Antroposentrisme

Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan hidup yang memandang

manusia sebagai pusat dari alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap

paling menentukan dalam tatanan ekosistem. Alam semesta hanya mendapat nilai

dan perhatian sejauh menunjang kepentingan manusia. Cara pandang antroposentris

telah mendorong manusia untuk menguras alam semesta. Seandainya manusia

mempunyai sikap peduli terhadap alam, itu semata-mata dilakukan demi menjamin

kebutuhan hidupnya saja, bukan karena pertimbangan bahwa alam mempunyai nilai

pada diri sendiri yang pantas untuk dilindungi. Cara pandang ini telah melahirkan

sikap dan perilaku rakus dan tamak yang menyebabkan manusia tidak

Page 38: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

20

mempertimbangkan kelestarian alam (Keraf, 2002: 33-35). Pada akhirnya sikap

antroposentris ini telah mempengaruhi dan berakar pada manusia zaman modern

sekarang ini, manusia angkuh dan merasa berhak menguasai lingkungan hidup yang

ada di sekitarnya (Pare, 1992b: 71).

Pandangan manusia terhadap alam yang bersifat antroposentris menciptakan

hubungan manusia dengan alam yang hanya didasarkan atas pemuasan kebutuhan

manusia sesaat saja. Nilai alam dan lingkungan ditentukan secara sepihak oleh

manusia, dengan pertimbangan bahwa alam bermanfaat atau tidak bagi hidupnya.

Hubungan semacam ini cenderung bersifat negatif, karena alam tidak dipandang

sebagai bagian dari kehidupan manusia, melainkan dianggap sebagai obyek

kebutuhan manusia saja (Suprihadi Sastrosupeno, 1984: 75-78).

b. Biosentrisme

Biosentrisme adalah teori etika lingkungan hidup yang memandang bahwa

manusia mempunyai hubungan yang begitu erat dengan seluruh kosmos. Manusia

dipandang sebagai salah satu organisme hidup dari alam semesta dan mempunyai

rasa saling tergantung dengan penghuni alam semesta lainnya. Manusia tidak

dipandang sebagai makhluk yang begitu agung yang berhak secara mutlak untuk

mengatur dan menguasai alam. Manusia merupakan bagian dari alam semesta dan

manusia adalah makhluk yang terbatas seperti makhluk lainnya yang ada di muka

bumi ini (Pare, 1992b: 72).

Pandangan biosentris melihat bahwa alam mempunyai nilai pada dirinya

sendiri, lepas dari kepentingan manusia. Semua makhluk hidup bernilai pada dirinya

sendiri sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral, terlepas

Page 39: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

21

apakah ia bernilai bagi manusia atau tidak. Pandangan ini mengklaim bahwa manusia

mempunyai nilai moral dan berharga justru karena kehidupan dalam diri manusia

bernilai pada dirinya sendiri. Hal ini juga berlaku bagi segala sesuatu yang hidup dan

yang memberi serta menjamin kehidupan bagi makhluk hidup (Keraf, 2002: 49-50).

Pandangan biosentris memberikan kesadaran dalam diri manusia, bahwa

dirinya bergantung sepenuhnya pada alam yang di sekitarnya. Dalam kondisi

semacam ini terlihat bahwa alam menguasai manusia, karena secara jasmaniah

manusia memang tidak bisa melepaskan diri dari keadaan alam di sekitarnya.

Kondisi manusia yang tergantung dengan alam dapat dimaknai, bahwa hidup

manusia ditentukan oleh alam. Segala tindakan dan kelakuan manusia tergantung di

mana ia berada dan pola kelakuannya juga ditentukan oleh alam di sekitarnya.

Manusia tidak bisa memilih jalan untuk menentukan hidupnya selain menyerah

kepada alam. Hidup manusia terutama keterampilan dan pekerjaannya ditentukan

oleh alam yang ada di sekitarnya. Dalam kenyataan ini hubungan antara manusia

dengan alam menjadi pasif, manusia hanya berusaha menyesuaikan diri dengan

kondisi alam di sekitarnya saja (Suprihadi Sastrosupeno, 1984: 70-74).

b. Ekosentrisme

Ekosentrisme adalah teori etika lingkungan hidup yang memusatkan perhatian

pada keseluruhan komunitas ekologis, baik yang hidup dan tidak hidup. Hal ini

didasarkan, karena secara ekologis makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya

saling terkait antara satu sama lain. Salah satu versi teori ekosentrisme adalah Deep

Ekologi (kepedulian lingkungan hidup yang dalam), teori ini dipelopori oleh Arne

Naess. Teori DE menuntut suatu etika dan cara pandang yang tidak berpusat pada

Page 40: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

22

manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya. DE memusatkan perhatian

kepentingan jangka panjang yang menyangkut kepentingan seluruh komunitas

ekologis. DE merupakan etika yang bernilai praktis, sebagai sebuah gerakan yang

bersifat komprehensif dan konkret. DE menuntut dan menghimpun semua orang

yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama dalam sebuah gerakan atau gaya

hidup yang selaras dengan alam untuk memperjuangkan isu lingkungan hidup dan

politik (Keraf, 2002: 75-77). DE memberikan kesadaran kepada manusia bahwa

dirinya bukan penguasa dan bukan pula pusat alam semesta, karena keberadaan

manusia terkait dan berhubungan dengan hukum saling ketergantungan dengan alam

semesta yang ada di sekitarnya (Chang, 2001: 77).

Pandangan ekosentris menciptakan hubungan persahabatan antara alam dan

manusia. Prinsip persahabatan dengan alam merupakan pilihan terbaik yang harus

dilakukan, karena dalam prinsip ini manusia menempatkan dirinya sebagai unsur

yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan unsur alam lainnya. Alam dan

manusia ditempatkan secara sejajar sebagai sesama makhluk yang saling

membutuhkan. Dalam praktek kehidupan sehari-hari, manusia memang memerlukan

alam untuk menunjang keberlangsungan dan kenyamanan hidupnya, namun manusia

tidak perlu menguras dan merusaknya.

Hubungan antara manusia dengan alam sebagai sahabat merupakan

keharusan, karena pada prinsipnya manusia membutuhkan alam begitu pula

sebaliknya. Kondisi ini menyebabkan hubungan antara manusia dengan alam

menjadi sebuah kebutuhan. Manusia sadar, bahwa hidupnya tidak dapat terlepas dari

alam. Hubungan yang terjadi antara manusia dan alam ini mempunyai nilai rohani

Page 41: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

23

yang menempatkan manusia dan alam pada tempat semula ketika manusia diciptakan

sebagai mandataris Tuhan di dunia ini (Suprihadi Sastrosupeno, 1984: 79-83).

Cara pandang ekosentris sering juga dikenal dengan istilah geosentrisme, di

mana pandangan ini didasarkan pada prinsip mutualisme atau kesalingtergantungan

antar organisme. Manusia menyadari ketergantungannya dengan alam yang ada di

sekitarnya. Keberadaan alam bukan hanya merupakan bagian dari manusia,

melainkan manusia pun merupakan bagian integral dari alam (Pare, 1992b: 70-71).

d. Pandangan Gereja tentang lingkungan hidup

Pandangan Gereja tentang lingkungan hidup terangkum dalam pandangan

Gereja terhadap dunia (Buntaran, 1996: 49-55). Pandangan ini muncul berdasarkan

Kitab Suci baik Kitab Suci Perjanjian Lama maupun Kitab Suci Perjanjian Baru.

Selanjutnya Gereja mengeluarkan pandangan-pandangannya tentang lingkungan

hidup dalam Ajaran Sosial Gereja, di mana pada dasarnya pandangan-pandangan

yang ada dalam Ajaran Sosial Gereja ini diilhami oleh Kitab Suci. Munculnya Ajaran

Sosial Gereja ini didorong oleh kesadaran untuk menghayati Injil yang sesuai dengan

keprihatinan yang terjadi di tengah hidup umat manusia saat ini, dalam hal ini adalah

krisis lingkungan hidup. Oleh karena itu, akan dibahas pandangan Gereja tentang

lingkungan hidup berdasarkan Kitab Suci dan Ajaran Sosial Gereja.

1) Pandangan Gereja tentang lingkungan hidup berdasarkan Kitab Suci

Pandangan Gereja tentang lingkungan hidup berdasarkan Kitab Suci

merupakan refleksi teologis umat Israel. Orang Kristen dan Yahudi tidak

menggunakan Kitab Suci sebagai sumber pengetahuan tentang alam semesta, karena

Page 42: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

24

Kitab Suci tidak secara eksplisit mengupas tentang gejala-gejala alam semesta. Para

penulis Kitab Suci tidak menggunakan bahasa yang khas tentang ilmu alam,

melainkan menempatkan manusia pada kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan yang

hidup bersama makhluk ciptaan lain (Chang, 2001: 46). Walaupun Kitab Suci tidak

membahas masalah lingkungan hidup secara ilmiah, namun para penulis Kitab Suci

telah melukiskan keberadaan segala ciptaan dalam hubungannya dengan sabda

Tuhan.

a) Kitab Suci Perjanjian Lama

Dalam PL, kosmos dipandang sebagai yang berbeda dari Tuhan. Dunia

dilukiskan sebagai suatu keadaan dengan keindahan yang tidak sanggup diungkapkan

secara penuh oleh gaya sastra mazmur dan kebijaksanaan. Kosmos adalah segala

kandungan yang diciptakan melalui sabda Tuhan. Gagasan ini adalah ajaran iman

yang kebenarannya terus-menerus dipertegas ketika manusia u berhadapan dengan

rangkaian percobaan baru (Chang, 2001: 47).

Paham tentang lingkungan hidup banyak ditemui dalam Kitab Kejadian. Dalam

kitab ini pengarang mengaitkan pengalaman hidup mereka dari kawasan lingkungan

hidup dengan pemahaman tentang penyelenggaraan ilahi Israel, sebagai bangsa yang

dipersatukan Tuhan dan bangsa yang dijanjikan tanah khusus. Mereka

menggolongkan alam semesta ke dalam peristiwa penciptaan manusia dan

menyisipkannya ke dalam terjadinya kehidupan. Pada bab-bab pertama Kitab

Kejadian dilukiskan tentang refleksi peristiwa penciptaan. Pada bab ini dilukiskan

hubungan ilahi dengan dunia bermula dari maksud awal Tuhan untuk menciptakan

alam semesta bagi seluruh umat manusia (Chang, 2001: 48).

Page 43: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

25

Kisah Penciptaan (Kej 1-2) mengungkapkan beberapa kesadaran bangsa Israel

bahwa Allah mengubah kekacauan atau ketidakteraturan asali (khaos) menjadi

kehidupan dan keteraturan (kosmos). Selain itu kisah penciptaan yang diungkapkan

dalam Kitab Kejadian menunjukkan bahwa manusia mendapat kepercayaan dari

Tuhan menjadi wakil-Nya di bumi. Tuhan telah memberikan kepercayaan kepada

umat manusia untuk menjaga, memelihara dan mengelola dunia ciptaan supaya tetap

dalam keadaan baik (Buntaran, 1996: 47).

Selain pada Kitab Kejadian, gagasan tentang kosmos juga diungkapkan dalam

Kitab Mazmur. Doa-doa bangsa Israel dalam Kitab Mazmur mencerminkan

kedekatan hidup mereka dengan makhluk ciptaan, seperti dengan keindahan matahari

yang merupakan simbol kekuasaan ilahi. Kosmos yang dilukiskan dalam Kitab

Mazmur adalah dunia yang bermakna, seperti penjelmaan makna yang diberikan

Tuhan melalui sabda-Nya yang mencipta. Tiap benda adalah buah sabda Tuhan. Oleh

karena itu, ciptaan membawa makna dalam dirinya (Chang, 2001: 5).

Allah telah memberikan kepercayaan kepada manusia untuk memelihara bumi

ini sesuai dengan rencana-Nya. Kepercayaan yang diberikan oleh Allah itu

merupakan tanggungjawab manusia. Manusia hidup bersama makhluk ciptaan Allah

lainnya dalam satu komunitas di bumi, maka manusia harus mengupayakan relasi

yang baik dengan lingkungan hidup di sekitarnya.

b) Kitab Suci Perjanjian Baru

Dalam PB, keberadaan kosmos dikaitkan dengan Yesus Kristus dan manusia di

hadapan Yesus Kristus. Kata kosmos dalam PB dihubungkan dengan gagasan

“ruang”. Kata ini juga dipergunakan untuk melukiskan “kemanusiaan”. Gambaran

Page 44: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

26

tentang kosmos dalam PB dipandang sebagai sarana untuk pewartaan Injil. PB tidak

berbicara tentang kosmos dalam dirinya sebagai benda belaka, namun pembicaraan

tentang kosmos dikaitkan dengan dunia manusia, tempat manusia bertindak dan

melakukan sesuatu secara bertanggung jawab (Chang, 2001: 51).

Menurut Paulus, yang dimaksudkan dengan kosmos adalah segala sesuatu yang

bukan Tuhan, yakni alam semesta (universum). Kosmos mencakup semua benda

(Rm 11: 36); ini mencakup kemanusiaan yang dilukiskan sebagai alam semesta (Gal

3: 22); kosmos mencakup kekuasaan ilahi (1 Kor 8:4). Kosmos adalah ruang yang

meliputi semua yang berada di luar Tuhan. Bagi Paulus secara pribadi kosmos tidak

mempunyai arti keteraturan, karena dunia telah kehilangan keseimbangan dan

keserasiannya (Chang, 2001: 52).

Ada tiga pokok pikiran Paulus yang menjadi permenungan manusia tentang

kosmos (Chang, 2001: 52-53). Pertama, dunia sebagai penciptaan yang berdimensi

kristosentris. Tidak ada satu pun unsur di permukaan bumi yang terpisah dari kuasa

Kristus. Tuhan telah menciptakan dunia di dalam Kristus sebagai titik keteguhan

yang kekal, awal dan akhir. Tuhan hadir dalam Yesus Kristus dan berkarya di dunia

ini. Kedua, penebusan kosmos Allah merukunkan diri dengan semua makhluk yang

ada di permukaan bumi melalui keselamatan yang terlaksana melalui dan di dalam

Kristus. Kesetiakawanan antara manusia dan kosmos tetap berlaku hingga sekarang.

Ketiga, manusia kristen dan dunia. Dalam hal ini, Paulus memegang dua pernyataan

tentang sikap manusia kristen yang harus diwujudkan terhadap alam semesta, yaitu:

dunia diciptakan Tuhan dengan baik dan dunia sekarang menjadi sasaran kuasa

negatif dosa. Dari dua pernyataan ini, Paulus menganut prinsip yang pertama, karena

Page 45: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

27

semua yang diciptakan itu baik dan dikuduskan oleh firman Allah. Orang Kristen

bertugas untuk bertindak sesuai kehendak Tuhan dengan memandang dunia seperti

yang dilakukan oleh Allah.

Alam semesta merupakan lambang kehendak baik Allah kepada manusia. Allah

memulai karya penyelamatan dari peristiwa penciptaan dengan perantaraan sabda-

Nya. Dalam diri Sang Sabda itulah karya keselamatan Allah berlangsung terus-

menerus sepanjang sejarah, sampai memuncak dan terpenuhi dalam karya penebusan

Kristus. Dalam penciptaan termuat pengharapan, maka dapat disimpulkan bahwa

masih tampak perwujudan pengharapan segala makhluk ciptaan Tuhan akan

pemulihan citra ilahi anak-anak Allah dalam hubungan dengan dunia alam semesta

(Buntaran, 1996: 48).

2) Pandangan Gereja tentang lingkungan hidup dalam Ajaran Sosial Gereja

Pandangan Gereja terhadap masalah lingkungan hidup telah muncul semenjak

kepemimpinan paus Paulus VI. Perhatian paus Paulus VI tentang krisis ekologi

tertuang dalam teks-teks penting seperti ensiklik Populorum Progressio (1967),

pesan dalam konferensi bangsa-bangsa tentang lingkungan hidup di Stockholm tahun

1972, dan pesan pada hari Lingkungan Hidup Sedunia V (1977). Dalam teks-teks

tersebut paus berbicara tentang krisis lingkungan hidup beserta ancamannya. Paus

mendesak perubahan tingkah laku manusia, dengan pembatasan dalam penggunaan

kekayaan alam. Paus menegaskan pentingnya kerjasama untuk menanggulangi krisis

lingkungan hidup (Chang, 2001: 62-63).

Page 46: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

28

Pandangan pimpinan Gereja Katolik tentang lingkungan hidup yang telah

dirintis sejak kepemimpinan paus Paulus VI, kemudian terungkap secara jelas

sesudah Konsili Vatikan II. Pandangan Gereja Katolik terhadap lingkungan hidup

dapat ditemukan di dalam pesan-pesan paus Yohanes Paulus II. Perhatian paus

Yohanes Paulus II terhadap krisis lingkungan hidup tertuang dalam beberapa ajaran

sosial gereja yakni Sollicitudo Rei Socialis, Laborem Exercens dan Centesimus

Annus (Purwo Hardiwardoyo, 2006: 52-54).

Dalam ajaran sosial gereja Sollicitudo Rei Socialis yang merupakan peringatan

20 tahun ensiklik Populorum Progressio, paus Yohanes Paulus II mengingatkan

pentingnya kesadaran yang lebih mantap tentang batas-batas dari sumber daya alam

dan perlunya penghormatan pada keutuhan alam (SRS, art. 26). Paus juga

mengungkapkan tiga pertimbangan tentang perlunya sikap hormat terhadap ciptaan

dalam perkembangan IPTEK bangsa-bangsa. Pertimbangan tersebut meliputi:

pertama, tidak layaknya manusia menggunakan makhluk ciptaan lain semau sendiri;

kedua, sumber daya alam terbatas, maka kesewenang-wenangan dalam penggunaan

sumber daya alam akan membahayakan persediaannya, khususnya bagi generasi

yang akan datang; ketiga, dampak langsung atau tidak langsung dari industri ialah

pencemaran lingkungan hidup yang dapat membahayakan kesehatan penduduk (SRS,

art. 34).

Paus Yohanes Paulus II juga mengungkapkan adanya perkembangan yang berat

sebelah sebagai pendorong timbulnya krisis lingkungan hidup. Manusia dengan

segala kemajuan dan penemuan IPTEK lebih menitikberatkan perkembangan yang

bersifat duniawi, yakni perkembangan yang serba instan dan tak terbatas serta paham

Page 47: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

29

ekonomistis yang mengejar penimbunan harta benda, kelimpahan, konsumerisme,

materialisme dan pelbagai ketidakpuasan dalam diri manusia. Paus mendorong

semua orang menggalang kekuatan menghadapi krisis ini. Secara khusus orang

katolik diingatkan bahwa mereka wajib menjaga semua ciptaan berdasarkan

kepercayaan akan Tuhan sebagai pencipta (SRS, art. 34).

Paus Yohanes Paulus II dalam dokumen Laborem Exercens yang menyoroti

masalah kerja manusia, kembali mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan

antara kemajuan dunia dan perlindungan terhadap alam. Paus mengakui bahwa salah

satu dari beberapa kenyataan positif dalam masyarakat moderen adalah

berkembangnya kesadaran bahwa warisan alam ini terbatas dan sedang mengalami

pencemaran yang tidak boleh dibiarkan lagi (LE, art. 1).

Selanjutnya paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa masalah lingkungan

hidup kian berat. Paus mengkritik sikap manusia yang serakah dan boros dalam

memanfaatkan kekayaan alam (CA, art. 38). Manusia seharusnya menjadi

kolaborator Tuhan dan bukan menggantikan kedudukan dan peran Tuhan. Beliau

juga berbicara tentang tanggungjawab manusia dalam perlindungan dan

penyelamatan ekologi, melindungi jenis-jenis hewan yang terancam punah dan

keseimbangan umum bumi (Chang, 2001: 65).

B. Gambaran Keadaan Lingkungan Hidup Di Keuskupan Agung Pontianak

Lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak merupakan buah karya

ciptaan Allah begitu kaya dan indah. Secara turun temurun masyarakat telah

memanfaatkannya bagi keberlangsungan hidup mereka. Keasrian dan kelestariannya

lingkungan hidup yang ada di Keuskupan Agung Pontianak perlu senantiasa dijaga,

Page 48: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

30

bukannya dirusak atau dieskploitasi. Untuk mengetahui keadaan lingkungan hidup

ini, pertama-tama akan disajikan tentang keadaan lingkungan hidup di Keuskupan

Agung, kemudian krisis lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan Agung

Pontianak.

1. Keadaan Geografis Keuskupan Agung Pontianak

Keuskupan Agung Pontianak terletak di propinsi Kalimantan Barat. Keuskupan

ini meliputi kota madya Pontianak, kota Singkawang, kabupaten Pontianak,

kabupaten Sambas, dan kabupaten Bengkayang. Posisi teritorial Keuskupan Agung

Pontianak secara umum berada dari ujung pantai Barat propinsi Kalimantan Barat

membentang ke pantai Utara sampai tanjung Datuk (perbatasan Malaysia Timur atau

Serawak). Luas Keuskupan Agung Pontianak kurang lebih 37.000 km² [Lamp. 2:

(4)]. Keuskupan ini memiliki 19 paroki yang tersebar di daerah pesisir pantai dan

pedalaman (Hasto Rosariyanto ed., 2001: 220-221). Jumlah umat Katolik di

Keuskupan Agung Pontianak pada tahun 2003 mencapai 242.853 jiwa.

Seperti keadaan geografis pulau Kalimantan pada umumnya, di Keuskupan

Agung Pontianak banyak terdapat sungai yang panjang dan hutan yang lebat. Salah

satu sungainya yang terkenal adalah sungai Kapuas. Selain itu, hutan yang berada di

Keuskupan Agung Pontianak juga memiliki hasil yang beragam, sehingga

merupakan salah satu sumber penghasilan sekaligus kehidupan masyarakatnya.

Hutan di Keuskupan Agung Pontianak adalah bagian dari hutan tropis Kalimantan

yang merupakan kawasan hutan tropis terkaya ke-dua di dunia setelah Amazon (Edi

Petebang, 1999a: 5). Kenyataan ini menunjukkan bahwa kekayaan alam di

Keuskupan Agung Pontianak merupakan aset besar dunia.

Page 49: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

31

Keadaan hutan di Keuskupan Agung Pontianak masuk ke dalam golongan

hutan tropis yang dibagi lagi dalam beberapa formasi yaitu: hutan payau, hutan

nipah, hutan rawa, hutan bukit-bukit, belukar dan hutan gunung. Keuskupan Agung

Pontianak merupakan daerah yang mengandung banyak hujan. Rata-rata hujan setiap

bulan 100-350 mm, di mana pada bulan Januari – Februari dan Juni curah hujan

sangat sedikit. Bahan tambang yang banyak ditemukan adalah emas, intan, kaolin,

batubara, dan bauksit (Nila Riwut ed., 2003: 3-8).

Menurut data yang dikeluarkan Pemda Kalbar 1996, luas hutan yang ada di

Kalbar adalah 9.204.425 ha atau sekitar 67% dari luas wilayahnya. Sisanya kawasan

non hutan 33% digunakan untuk pelbagai kepentingan, seperti pemukiman, jalan dan

lahan pertanian. Potensi lahan yang tersedia di Kalimantan Barat memang cukup

luas, baik untuk pertanian tanaman pangan lahan kering 1.500.000 ha, lahan basah

(sawah) pada daerah cekungan dan lahan untuk perkebunan 2.300.000 ha, lahan

penggembalaan ternak 2.700.000 ha dan lahan untuk pertambakan 13.000.000 ha.

Sebagian besar tanahnya merupakan tanah yang sangat rendah tingkat kesuburannya,

karena memiliki kandungan yang asam yang tinggi. Struktur dan tekstur tanah yang

kurang baik ini membuat tanahnya mudah tererosi dengan topografi yang

bergelombang hingga berbukit-bukit (Andasputra & Jueng ed., 1996: 73).

2. Pola Pengelolaan Hutan dan Penyelamatan Keanekaragaman Hayati dalam

Tradisi Masyarakat Adat Dayak di Keuskupan Agung Pontianak

Pada dasarnya masyarakat adat di Keukupan Agung Pontianak Kalimantan

Barat (Dayak) telah memiliki pengetahuan (indigeneous knowledge) dalam

pengelolaan hutan dan penyelamatan keanekaragaman hayati yang berpijak pada

Page 50: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

32

nilai dan tradisi sehari-hari. Menurut Surjani (1996: 15-22), ada beberapa pola

pengelolaan hutan dan penyelamatan keanekaragaman hayati dalam masyarakat

dayak di Kalimantan Barat. Pola pengelolaan hutan ini menunjukkan bahwa

masyarakat Dayak telah memiliki tradisi dalam melestarikan lingkungan hidup yang

ada di sekitar mereka.

a. Kearifan masyarakat adat Dayak dalam mengelola hutan

Peran serta masyarakat adat di Kalimantan Barat dalam mengelola hutan dan

menyelamatkan keanekaragaman hayati sudah dilakukan sejak dahulu. Hal ini

terbukti dengan keberadaan kawasan hutan lindung yang dikukuhkan dengan hukum

adat setempat. Tradisi pengelolaan hutan ini telah diwariskan secara turun-temurun,

sehingga masyarakat adat menyadari bahwa alam merupakan bagian dari diri

mereka. Warisan ini dijadikan motivasi dan komitmen untuk menciptakan aturan-

aturan yang menata kehidupan sehari-hari orang Dayak, termasuk tata cara

masyarakat adat berperilaku terhadap alam.

Masyarakat Dayak, mengupayakan nafkah sehari-hari mayoritas bersumber

pada hasil berladang. Sistem perladangan yang berkaitan erat dengan ekonomi,

sosial, budaya, dan kepercayaan ini telah menjadi kesatuan dengan kehidupan

mereka sehari-hari. Keyakinan ini menjadi alasan bagi mereka untuk

mempertahankan hutan dan segala kekayaan alamnya. Keberadaan hutan sangat

penting bagi masyarakat Dayak, karena hampir keseluruhan kegiatan dan kebutuhan

masyarakat Dayak bergantung pada hutan. Jika hutan punah, maka beragam

keanekaragaman budaya Dayak akan terancam punah. Aspek-aspek kehidupan itulah

yang mendorong masyarakat adat Dayak menghargai alam di sekitarnya.

Page 51: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

33

b. Persepsi masyarakat adat Dayak mengenai hutan

Bagi masyarakat adat Dayak, hutan adalah suatu kawasan atau kumpulan

tumbuhan yang tumbuh alami (hutan alam) maupun kawasan yang ditanami

tumbuhan yang diinginkan (hutan modifikasi) yang menjadi penopang seluruh aspek

kehidupan. Masyarakat Dayak Kanayatn (merupakan penduduk mayoritas yang

tinggal di Keuskupan Agung Pontianak) mengklasifikasikan 3 jenis hutan, yaitu:

tembawang, udas dan hutan garapan. Pertama, Tembawang artinya bekas

perkampungan yang sudah lama tidak dihuni lagi (ditinggalkan). Hutan tembawang

dalam masyarakat Dayak merupakan sebuah kawasan yang banyak ditumbuhi

beraneka ragam jenis buah-buahan, baik itu yang sengaja ditanam oleh para leluhur

mereka maupun tumbuh secara alami. Di kawasan ini tumbuh tanaman buah-buahan

dan tumbuhan lain yang dilindungi dengan hukum adat. Kedua, udas adalah sebuah

kawasan tumbuhan, yang pohonnya belum pernah ditebang atau belum mengalami

gangguan serius. Udas juga sering dinamakan dengan hutan tua. Ketiga, hutan

garapan yaitu kawasan hutan yang biasa digunakan oleh masyarakat dayak untuk

bercocok tanam atau kebun.

Masyarakat adat juga mengenal adanya hutan lindung yang merupakan sebuah

kawasan hutan milik masyarakat yang dilindungi dengan hukum adat atas

kesepakatan bersama atau perjanjian. Isi perjanjian itu antara lain: kawasan tersebut

tidak boleh dijadikan tempat perladangan, tidak boleh mengambil atau menebang

pohon yang diameternya di bawah 80 cm, dan tidak boleh memperjualbelikan hasil

hutan yang bersumber dari kawasan ini.

Page 52: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

34

c. Perladangan dalam masyarakat adat Dayak

Masyarakat adat Dayak sering membuka ladang secara berpindah. Sistem

ladang berpindah ini bertujuan agar kesuburan lahan yang telah diladangi dapat pulih

kembali. Bagi masyarakat Dayak, perladangan semacam ini sering disebut dengan

perladangan daur ulang. Sistem ladang berpindah yang dilakukan masyarakat Dayak

ini sering menimbulkan opini yang negatif bagi pihak lain. Masyarakat Dayak sering

dipandang sebagai perusak hutan, karena sering melakukan ladang berpindah.

Sebernarnya kegiatan perladangan berpindah ini mempunyai banyak manfaat dalam

keberlangsungan kehidupan masyarakat Dayak. Pertama, merupakan salah satu

sumber pemenuhan kebutuhan pangan. Kedua, Masyarakat dayak mempunyai tradisi

dalam membuka hutan yang diwariskan secara turun temurun. Perladangan adalah

usaha untuk memelihara tradisi, karena hampir seluruh aspek budaya Dayak

bersumber pada sistem perladangan.

Pola pengelolaan hutan masyarakat adat Dayak di Kalimantan Barat di atas

menunjukkan bahwa masyarakat adat Dayak di Kalimantan Barat kaya akan budaya

untuk berelasi dengan alam dan menghargai lingkungan yang ada di sekitarnya

sebagai bagian dari hidup mereka. Namun, seiring dengan adanya pengaruh

globalisasi, nilai-nilai dan tradisi penghargaan terhadap alam ini kadang menjadi

luntur. Masyarakat adat yang memilih cara hidup pada tatanan norma dan tradisi

sering dianggap terbelakang. Hal semacam ini menjadi polemik, baik itu di tengah-

tengah masyarakat Dayak itu sendiri maupun mayarakat luar. Masyarakat adat yang

telah terpengaruh oleh budaya globalisasi sering menjadi aktor yang merobohkan

budaya ini. Padahal tradisi pelestarian alam semacam ini merupakan kekayaan

Page 53: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

35

budaya yang memelihara eksistensi masyarakat adat Dayak itu sendiri, sebagai

masyarakat yang beradab dan mempunyai kekayaan kebijaksanan warisan nenek

moyang mereka. Oleh karena itu, upaya pelestarian budaya masyarakat Dayak dalam

menjaga keutuhan alam akan memberikan kontribusi yang penting dalam

menghadapi krisis lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak.

d. Nilai alam bagi masyarakat adat Dayak

Bagi masyarakat adat Dayak yang ada di Keuskupan Agung Pontianak,

fenomena kehancuran alam yang terjadi sekarang ini merupakan awal kehancuran

total (genocide). Keberadaan alam terutama hutan, tanah, dan sungai adalah tiga

elemen utama yang memungkinkan orang Dayak untuk tetap eksis. Ketiga elemen

alam ini telah membentuk identitas tersendiri yang melahirkan “orang Dayak” atau

“budaya Dayak”. Ketiga elemen di atas merupakan penopang dan sekaligus identitas

yang menentukan harkat dan martabat hidup orang Dayak.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak memandang bahwa alam

beserta unsur-unsurnya sangat diperlukan untuk dapat menjaga eksistensi budayanya.

Upacara-upacara adat, ritual, dan kepercayaan orang Dayak berhubungan erat dengan

alam yang ada di sekitarnya. Kehadiran alam, terutama hutan beserta isinya bagi

masyarakat Dayak bukan hanya bernilai ekonomis, tetapi lebih bernilai sosial budaya

(Atok ed., 1998: 23-24).

Hutan merupakan tempat budaya hidup dan berkembang, sehingga membentuk

peradaban orang Dayak. Hutan menjadi sumber inspirasi untuk melahirkan karya

seni dan pelbagai upacara adat. Orang Dayak percaya bahwa di hutan roh-roh leluhur

Page 54: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

36

mereka bersemayam. Oleh karena itu, keberadaan hutan juga berhubungan erat

dengan kehidupan spiritual masyarakat adat Dayak (Edi Petebang, 1999a: 8)

3. Kerusakan Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak

Di Keuskupan Agung Pontianak sumber daya alam dinilai sebagai potensi yang

menghasilkan pemasukan besar dalam pembangunan. Bersamaan dengan itu, terjadi

pula kerusakan alam yang disebabkan dari kegiatan pembabatan hutan terutama oleh

perusahaan-perusahahan HPH, HTI, dan pertambangan emas liar. Kondisi semacam

ini diperburuk lagi oleh limbah-limbah perindustrian yang mengolah produk

kehutanan, perkebunan dan pertambangan tersebut yang dibuang secara

sembarangan.

Kerusakan lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak terutama meliputi

dua bagian yaitu: kerusakan sungai dan kerusakan hutan. Berikut ini akan diuraikan

mengenai kedua pokok masalah tersebut.

a. Kerusakan Sungai

Sebagai daerah yang memiliki banyak sungai, peran sungai sangat penting dan

sentral bagi masyarakat di Keuskupan Agung Pontianak. Dalam kehidupan sehari-

hari, sungai merupakan jalur transportasi dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga

masyarakat. Di tengah-tengah pentingnya peranan sungai tersebut, telah muncul

kerusakan sungai yang mengancam kehidupan masyarakat. Masalah kerusakan

sungai di Keuskupan Agung Pontianak terdiri dari dua bagian yaitu pendangkalan

dan tercemarnya sungai-sungai di Keuskupan Agung Pontianak oleh limbah air

raksa.

Page 55: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

37

1) Pendangkalan Sungai

Di Kalimantan Barat, telah terjadi pendangkalan sungai Kapuas sebagai akibat

sendimentasi karena kurangnya vegetasi hutan. Sejumlah pejabat daerah di Kalbar

menuding bahwa rusaknya vegetasi hutan di Kalbar disebabkan oleh masyarakat

peladang yang telah membabat hutan. Pendapat para pejabat ini, kemudian dibantah

oleh Soemarsono Suryoprojo, presidium Wahana Lingkungan Hidup (WALHI)

Kalbar. Menurutnya, masyarakat peladang sangat kecil kontribusinya terhadap

kerusakan lingkungan. Hal serupa juga diungkapkan oleh Sandra Moniaga, SH.,

Koordinator Pengembangan Hukum Lingkungan Sekretariat WALHI. Beliau

menyatakan bahwa:

Pendangkalan air sungai, baik karena penyusutan volume air maupun karena pengendapan air lumpur, bukan disebabkan oleh peladang berpindah, melainkan oleh beroperasinya perusahaan-perusahaan HPH, pertambangan, proyek perkebunan, pengembangan pemukiman dan proyek-proyek HTI (Andasputra & Djueng ed., 1996: 52).

Tentunya pendangkalan sungai ini akan mengancam kehidupan masyarakat

yang ada di Keukupan Agung Pontianak, terutama bagi masyarakat pedalaman yang

belum memiliki jalan raya sebagai jalur transportasi utama. Pembangunan jalan raya

yang di pedalaman Keuskupan Agung Pontianak masih sangat minim, banyak

masyarakat pedalaman yang masih mengandalkan sungai sebagai jalur utama

transportasi untuk mendukung kehidupan mereka. Upaya untuk mempertahankan

kedalaman sungai menjadi hal yang penting untuk menjamin keberadaan jalur

transportasi bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat yang ada di Keuskupan

Agung Pontianak.

Page 56: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

38

2) Pencemaran sungai

Selain pendangkalan sungai, masalah kerusakan sungai yang terjadi adalah

tercemarnya beberapa sungai di Keuskupan Agung Pontianak oleh bahan kimia.

Salah satu contoh kasus pencemaran sungai di Keuskupan Agung Pontianak dapat

dilihat dari tercemarnya sungai yang berada di Kecamatan Mandor. Mandor

merupakan salah satu tempat wisata yang berada di Kabupaten Pontianak. Dahulu,

hampir setiap hari kawasan wisata alam sungai Mandor dikunjungi oleh para

wisatawan yang ingin mandi menikmati dingin dan beningnya air bebatuan di sana.

Bagi masyarakat setempat, air sungai Mandor ini menjadi satu-satunya sumber air

bersih untuk kebutuhan rumah tangga. Keadaan semacam ini menjadi daya tarik

tersendiri bagi para wisatawan yang merindukan suasana alam yang dilatarbelakangi

kehidupan alam pedesaan yang asri dengan adat-istiadat masyarakat pedalaman.

Setelah kegiatan pertambangan emas liar beroperasi di sepanjang sungai

Mandor, kini yang tampak hanya kegersangan dan tidak ada kehidupan biota sungai

Mandor yang patut dibanggakan lagi. Warna airnya keruh, sepekat tanah liat.

Penduduk yang dulunya menggantungkan sumber air bersih dari sungai kini

menggali sumur untuk bisa mendapatkan air bersih. Ada juga penduduk yang

membeli tong atau drum bekas untuk menadah air hujan. Bagi kaum perempuan, ada

sesuatu yang hilang. Mereka tidak bisa lagi mencuci dan mandi di sungai, karena di

tempat itulah mereka saling berbagi cerita dan rasa. Sedangkan bagi anak-anak,

semakin sempit ruang gerak bermainnya, karena sungai tempat mereka oceng

(bahasa Dayak Kanayatn berarti mandi sembari bermain dan bersenda gurau) sudah

menjadi tempat yang menjijikkan. Itulah salah satu fakta kerusakan sungai yang

Page 57: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

39

terjadi di Keuskupan Agung Pontianak yang disebabkan oleh kegiatan penambangan

emas. Ada dugaan bahwa limbah air raksa (Mercury) yang digunakan untuk

meleburkan emas dibuang ke sungai itu juga, padahal air raksa merupakan zat yang

berbahaya (Andasputra ed., 1999: 39-40).

Selanjutnya Ryo (2006, 15) mengungkapkan bahwa “Sejumlah sungai di

Kalimantan Barat tercemar Merkuri”. Hal ini disebabkan karena penambangan emas

tanpa ijin oleh penambang tradisional. Dalam jangka panjang, pencemaran ini akan

menyebabkan degradasi kualitas lingkungan yang mengakibatkan penurunan

populasi ikan dan terakumulasinya unsur kimia pada manusia. Menurut Tri Budiarto

Kepala Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kalimantan

Barat “Kami menemukan beberapa titik di sejumlah sungai di Kalimantan Barat

tercemar merkuri. Pemerintah daerah harus segera meneliti. Apalagi, merkuri sangat

berbahaya bukan saja bagi satwa, tetapi juga manusia”. Diungkapkan juga bahwa

beberapa sungai yang kandungan merkurinya di atas ambang batas yaitu sungai

Mandor, Perabi, Landak, dan sungai Kapuas. Sungai-sungai ini berada di wilayah

Keuskupan Agung Pontianak.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas luasnya 9.313.277,94 ha. Sungai ini

merupakan sungai yang terpanjang di Indonesia ±1.114 km atau hampir setara

dengan panjang pulau Jawa (jarak Jakarta-Surabaya). Diperkirakan hampir 60%

Penduduk Kalimantan Barat menggantungkan diri pada DAS sungai Kapuas, seperti

untuk: mandi, mencuci, sumber air minum, dan pelbagai keperluan sehari-hari

lainnya (Lorens, 2006: 15). Pencemaran sungai Kapuas tentunya akan mengancam

kehidupan masyarakat, khususnya di Keuskupan Agung Pontianak.

Page 58: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

40

b. Kerusakan Hutan

Kasus kerusakan hutan di Keuskupan Agung Pontianak, dapat dilihat dari

adanya fakta penyusutan luas area hutan di Kalimantan Barat pada tahun 1998 dan

2002 yang cukup signifikan.

Penyusutan kawasan hutan di Kalimantan Barat

No Kelompok Hutan Thn 1998 (Ha) Thn 2002 (Ha) 1 Hutan lahan kering primer 1.873.767 1.362.166 2 Hutan lahan kering sekunder 2.024.234 2.247.746 3 Hutan pegununan 24.553 22.616 4 Hutan mangrove 188.592 136.999

(Indil, 2004: 10)

Dari kenyataan di atas dapat diketahui bahwa penyusutan hutan di Kalimantan

Barat dari tahun 1998-2002 adalah 565.131 ha. Penyusutan hutan di atas terutama

disebabkan dari kegiatan pembukaan lahan perkebunan oleh perusahaan HTI dan

penebangan kayu oleh perusahaan HPH [(Lamp. 3: (5)].

1) Kerusakan hutan akibat proyek perusahaan HTI

Di Kalimantan Barat banyak perusahaan yang membuka lahan untuk proyek

penanaman kelapa sawit. Sering kali dijumpai kasus perambahan hutan lindung milik

masyarakat sebagai proyek perusahaan HTI. Keadaan semacam ini tentu membuat

banyak kawasan hutan lindung di Kalimantan Barat menjadi rusak. Selain masalah

rusaknya hutan, proyek perusahaan HTI juga menimbulkan masalah lain yakni

masalah kabut asap dan lebih parah lagi adalah kebakaran hutan (terutama hutan

lindung) yang tidak terkendali akibat mekanisme pembersihan lahan yang buruk.

Masalah kebakaran hutan dan kabut asap merupakan masalah yang cukup

serius, karena telah menimbulkan polusi udara bagi masyarakat yang ada di

Page 59: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

41

Kalimantan Barat, khususnya di Keuskupan Agung Pontianak. Sejak tahun 1991,

hampir setiap akhir bulan Juli sampai Oktober warga Kalimantan Barat dibuat resah

oleh kabut asap. Kabut asap yang menyelimuti kota Pontianak membuat

terhambatnya dunia penerbangan. Selain itu, dampak yang dapat langsung dirasakan

oleh masyarakat adalah cuaca yang tidak mengenakan, mata terasa perih dan nafas

sesak. Dampak kabut asap ini juga dirasakan oleh warga Indonesia lainnya, bahkan

negara Malaysia, Brunei, dan Singapura memprotes Indonesia karena kabut asap

tersebut.

Kebakaran hutan, kabut asap dan kemarau merupakan simbol nyata kehancuran

lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak. Kabut asap menjadi pengganti

embun pagi di bumi Katulistiwa. Banyak pihak yang saling menuding tentang aktor

pelaku kabut asap tersebut. Para peladanglah yang sering dituding sebagai penyebab

utamanya, padahal pembakaran ratusan ribu hektar hutan oleh perusahaan didiamkan

saja. Di Kalimantan Barat banyak perusahaan yang mengusahakan perkebunan

kelapa sawit dalam skala besar. Perkebunan kelapa sawit menjadi primadona

Kalimantan Barat, sehingga hampir semua Kabupatennya dapat ditemukan hamparan

perkebunan sawit yang luas.

Kabut asap bukan hanya mengganggu aktifitas manusia. Banyak hutan dan

lahan gambut yang terbakar, hal ini merupakan pertanda bahwa musnahnya kawasan

gambut dan hutan di Kalimantan Barat. Siapa yang bertanggungjawab dalam hal ini?

Mantan menteri negara lingkungan hidup Ir. Sarwono Sudarsono pernah

mengungkapkan dalam acara aneka dialog RCTI tanggal 11 Agustus 1997, bahwa

kabut asap yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia akibat perkebunan.

Page 60: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

42

Banyak perusahaan yang melakukan pembersihan lahan (land clearing) untuk lokasi

pembangunan perkebunan besar, seperti perkebunan kelapa sawit, karet, dan

tanaman industri lainnya. Sarwono menyarankan alternatif baru dalam pembersihan

lahan yakni dengan metode Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) caranya: semak

belukar atau pohon yang ditebang ditambah zat adiktif, lalu dipendam dalam tanah

menjadi kompos (Andasputra ed., 1999: 44-47).

Sampai saat ini kebakaran hutan dan kabut asap masih sering dan terus melanda

wilayah Keuskupan Agung Pontianak, bahkan ke daerah-daerah lainnya. Aktornya

utamanya tidak lain adalah perusahaan perkebunan yang melakukan pembakaran

untuk pembersihan lahan untuk arel perkebunan ratusan bahkan ribuan hektar.

Padahal, semenjak tahun 1997 mantan menteri lingkungan hidup telah memberikan

cara atau metode pembersihan lahan kepada perusahaan. Dari kenyataan ini, penulis

dapat menilai bahwa masih banyak perusahaan yang sengaja melakukan pembakaran

lahan, karena pembukaan lahan dengan sistem bakar bersifat lebih praktis.

Pembukaan lahan dengan sistem bakar juga tidak memerlukan banyak biaya,

dibandingkan dengan cara yang diusulkan oleh mantan menteri lingkungan hidup

tersebut. Saat ini masih banyak perusahaan perkebunaan yang hanya mengejar

keuntungan uang sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan dampak pengelolaan

lahan yang mereka lakukan yakni kabut asap. Oleh karena itu, sudah sewajarnya

perusahan-perusaahaan semacam ini pantas dituding sebagai pihak yang bertanggung

jawab terhadap kebakaran hutan dan kabut asap yang terjadi di Keuskupan Agung

Pontianak dan sekitarnya.

Page 61: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

43

Berdasarkan kenyataan di atas, dapat disadari bahwa tudingan mengenai para

peladang tradisional sebagai aktor penyebab kebakaran hutan dan kabut asap di

Keuskupan Agung Pontianak bersifat keliru. Dalam pengolahan lahan, para peladang

tradisional tidak melakukan pembakaran pada areal yang luas seperti perusahaan-

perusahaan perkebunan. Perusahaan-perusahaan perkebunan melakukan pembakaran

ratusan bahkan ribuan hektar. Kalaupun para peladang tradisional melakukan

pembakaran ladang, para peladang tradisional (Dayak) memiliki manajemen

pembakaran ladang tersendiri. Managemen ini diwariskan secara turun temurun atas

dasar pengalaman hidup masyarakat Dayak.

Pembakaran ladang oleh masyarakat Dayak mempertimbangkan sejumlah

faktor seperti arah dan kekencangan angin yang masing-masing berbeda pada saat

pagi, siang, dan sore. Sebelum ladang dibakar telah dibuat jalur pengamanan api

(piadang) agar api tidak merambah ke hutan sekitarnya. Jika api merambah, mungkin

akan menghabiskan kebun atau hutan di sekitarnya. Selain itu, api juga dapat

melahap tanah keramat atau tanah perkuburan. Jika tanah keramat tersebut terbakar,

maka peladang akan dihukum secara adat dan menanggung resiko dari perbuatannya,

misalnya mengalami sakit tertentu dan ladangnya tidak memberikan hasil seperti

yang diharapkan. Situasi seperti ini memang sulit dipahami secara ilmiah, tetapi

inilah kepercayaan masyarakat adat Dayak dalam mempertahankan keharmonisan

hubungan mereka dengan alam yang telah berlangsung selama berabad-abad

(Andasputra & Djuweng ed., 1996: xii).

Berdasarkan kepercayaan masyarakat Dayak di atas, maka sangat aneh apabila

masyarakat peladang yang ada di Kalimantan Barat dituding sebagai penyebab

Page 62: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

44

terjadinya kabut asap dan kebakaran hutan. Masalah kabut asap dan kebakaran hutan

yang tidak terkendali baru muncul ketika banyak perusahaan perkebunan kelapa

sawit hadir di bumi Kalimantan Barat, sementara masyarakat Dayak telah berladang

selama berabad-abad dan baru satu dekade terakhir ini masalah kabut melanda bumi

khatulistiwa dan sekitarnya.

2) Kerusakan Hutan Akibat Penebangan Kayu

Masalah kerusakan hutan di Keukupan Agung Pontianak bukan hanya

disebabkan dari pembukaan lahan perkebunan oleh perusahaan HTI. Kerusakan

hutan di Kalimantan juga disebabkan oleh kegiatan penebangan kayu oleh

masyarakat dan perusahaan HPH. Penebangan kayu di bumi Kalimantan membabi

buta, baik secara illegal logging maupun legal loging. Setiap hari beratus-ratus truk

perampok (illegal) dan pengusaha ala “legalisasi” pemerintah regional, atas nama

Pendapatan Asli Daerah (PAD) telah mengambil kayu yang ada di bumi Kalimantan.

Pengambilan kayu ini telah memporak-porandakan ekosistem tanah, air, hutan.

Sebagai akibatnya, keberadaan masyarakat adat turut terancam.

Kegiatan penebangan kayu di Kalimantan Barat, khususnya di Keuskupan

Agung Pontianak dilakukan oleh perusahaan HPH dan masyarakat perorangan. Aksi

penebangan kayu telah mengakibatkan banyak kawasan hutan yang ada di

Kalimantan Barat rusak berat. Masyarakat yang berada di dalam dan sekitar bekas

hutan kegiatan penebangan kayu hidup menderita bukan hanya kehilangan pelbagai

jenis kayu untuk bahan bagunan rumah mereka, tetapi juga punahnya jenis bahan

obat-obatan, sayur-sayuran, binatang buruan, dan sumber air bersih.

Page 63: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

45

Perusahaan HPH beroperasi di Kalimantan Barat sejak tahun 1968. Pada

waktu itu ada 75 perusahaan HPH diberi ijin untuk mengambil kayu yang ada di

Kalimantan Barat. Pada tahun 1967 luas hutan di Kalimantan Barat adalah 9,2 juta

hektar, dua puluh tahun kemudian (1987) berkurang 30,19% atau tinggal 6.422.520

ha (Edi Petebang, 1999a: 7). Pada tahun 2002, luas hutan di Kalimantan Barat

kurang lebih 3 juta hektar. Penulis tidak menemukan data statistik yang lengkap

tentang sisa hutan yang ada Kalimantan Barat pada tahun 2007. Kiranya data statistik

pada tahun 1987 dan 2003 ini dapat memberikan gambaran betapa parahnya kasus

penebangan kayu di Kalimantan Barat, termasuk di Keuskupan Agung Pontianak.

Dalam kasus penebangan kayu secara ilegal (ilegal loging) yang dilakukan oleh

masyarakat sendiri, banyak ditemui masyarakat yang menebang kayu yang bekerja

dengan perusahaan HPH atau cukung kayu. Mereka secara sengaja diberi alat untuk

menebang kayu (chainsaw) oleh perusahaan HPH, sehingga kayu-kayu yang

ditebang dapat dijual kepada perusaahan tersebut. Kalaupun ada masyarakat yang

bekerja sebagai karyawan di perusahan HPH, mereka hanya bekerja sebagai

penebang pohon, pengupas kulit, dan penebas jalan penebangan kayu. Masyarakat

yang bekerja dengan perusahanan HPH biasanya dapat dijumpai camp penebangan

dan menamakan diri sebagai karyawan pete (sebutan perusahaan HPH bagi orang

Dayak). Pada camp ini juga terdapat gadis-gadis desa yang menjadi tukang cuci,

tukang masak, dan beberapa di antaranya bahkan menjadi pemuas nafsu karyawan

pete. Sudah banyak masyarakat yang berkerja di pete meninggal akibat tertimpa

pohon atau luka terkena chainsaw, namun mereka tetap bersedia bekerja di

perusahaan HPH tersebut karena gaji yang ditawarkan cukup mengiurkan (Pak Raja,

Page 64: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

46

1999: 11). Keberadaan HPH memang membawa dampak negatif yang kompleks.

Bukan hanya hutan yang semakin berkurang, tetapi juga kehidupan sosial budaya

Dayak menjadi terancam.

4. Ancaman Kelestarian Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak

pada Masa yang Akan Datang

Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) di

Kalimantan Barat ada 165 ijin usaha perkebunan kelapa sawit (masih akan ada

penambahan), 185 ijin Hutan Tanaman Industri, dan 458 Hak Pengusahaan Hutan

(Hendi Candra, 2006: 23). Pemberian ijin semacam ini akan mengancam kelestarian

lingkungan alam yang ada di Kalimantan Barat. Dalam pemberian ijin tersebut,

pemerintah seharusnya sungguh selektif, karena ijin tersebut mudah dimanfaatkan

oleh perusahan-perusahan yang tidak bertanggungjawab untuk menguras bumi

Kalimantan Barat khususnya bumi Keuskupan Agung Pontianak, padahal lahan-

lahan kritis yang ada belum terpulihkan.

a. Perusahaan-perusahaan HTI

Wabah kabut asap memang sampai saat ini merupakan ancaman bagi penduduk

kalimantan dan sekitarnya. Terutama berkaitan dengan program pemerintah untuk

membuka dua juta hektar kelapa sawit di kalimantan, satu juta hektar di antaranya

dibuka di Kalimantan Barat [Lamp. 4: (6)]. Pemerintah memberikan kepercayaan

kepada pihak swasta, di mana dalam hal ini perusahaan-perusahaan diberi

kesempatan secara intensif membuka perkebunan kelapa sawit tersebut. Ely (2006a:

18) mengungkapkan bahwa:

Page 65: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

47

Realisasi izin pembukaan lahan telah diberikan. Rencana pemerintah membuka dua juta hektar perkebunan kelapa sawit di perbatasan Kalimantan akan menuai berbagai persoalan, tidak hanya masalah lingkungan, tetapi juga konflik sosial, baik horizontal maupun vertikal. Selain itu sebagian besar lahan di wilayah perbatasan tidak sesuai untuk sawit. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya menangguhkan rencana itu. “Lakukan kajian yang sangat cermat, jangan sampai di kemudian hari, dan semakin memperburuk keadaan, seperti proyek satu juta hektar lahan gambut,” tutur anggota Komisi I DPR Suripto di Jakarta selasa (24/1). Pendapat senada di sampaikan aktifis World Wide Fund For Nature (WWF) Indonesia Mubarik Ahmad. Ia menjelaskan, di wilayah perbatasan Kalimantan yang dicanangkan menjadi perkebunan sawit terdapat tiga taman nasional dan dua hutan lindung kaya biodiversity (keanekaragaman hayati)-nya, tetapi juga menjadi hulu bagi 14 Daerah Aliran Sungai (DAS) dari 23 DAS di Kalimantan [Lamp. 5: (7)]. Selanjutnya Ely (2006b, 17) mengungkapkan tentang tanggapan pihak

pemerintah mengenai rencana rencana tersebut, dalam hal ini adalah menteri

pertanian Anton Priyono. Beliau mengungkapkan bahwa:

Dalam lima tahun pemerintah menargetkan tiga juta hektar perkebunan sawit baru, dua hektar di antaranya di Kalimantan. Menteri Pertanian Anton Apriyono mengatakan, lahan itu untuk memenuhi kebutuhan sawit dalam negeri, ekspor, dan pengembangan energi biodisel. Target tersebut telah ditetapkan sejak setahun yang lalu. Padahal berbagai kalangan meminta rencana membuka dua juta hektar kebun sawit baru di perbatasan Kalimantan ditangguhkan. Sebab, tidak hanya akan menimbulkan persoalan lingkungan, tetapi konflik sosial horizontal maupun vertikal.

Rencana pemerintah untuk membuka perkebunan kelapa sawit di bumi

Kalimantan memang menuai kritik dari banyak pihak. Kawasan yang direncanakan

oleh pemerintah sebagai lahan perkebunan tersebut merupakan kawasan yang masih

berhutan, terutama hutan primer. Sedangkan kawasan-kawasan yang di kategorikan

sebagai lahan kritis tidak menjadi prioritas.

Dalam master plan rehabilitasi hutan di Kalimantan Barat Tahun 2003-2006

luas total lahan kritis di Kalimantan Barat adalah 5.043.037 ha. Luas lahan kritis ini

Page 66: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

48

jika diolah untuk perkebunan ternyata lebih dari cukup. Menurut Emil Salim

(Andasputra ed., 1999: 47), aktifis lingkungan hidup mengatakan bahwa:

Kelapa sawit adalah tumbuhan yang tidak memerlukan lahan khusus untuk tumbuh. Jenis tumbuhan ini bisa tumbuh dimana saja, termasuk di lahan kristis. Mengapa harus mengorbankan sisa hutan jantung Borneo yang menduduki peringkat ke-3 sisa hutan di seluruh dunia.

Dari kenyataan di atas, tentunya kerusakan lingkungan hidup dan kabut asap

akan terus menjadi masalah serius yang harus siap dihadapi oleh masyarakat di

Keuskupan Agung Pontianak. Dalam hal ini banyak masyarakat yang prihatin atas

kebijakan pemerintah pusat yang kurang menyadari dampak negatif dari izin

pembukaan perkebunan kelapa sawit tersebut. Masyarakat merupakan pihak yang

sangat dirugikan, karena dampak kerusakan lingkungan hidup langsung mereka

rasakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Oleh karena itu, pemerintah dan

perusahaan-perusahaan perkebunan swasta merupakan pihak yang pantas

bertanggungjawab atas kerusakan hutan dan kabut asap yang terjadi di bumi

Keuskupan Agung Pontianak, baik pada masa sekarang maupun yang akan datang.

b. Perusahaan-perusahaan HPH

Niagara (2006: 32) bersumber pada WALHI Indonesia mengungkapkan

tentang rencana RRC untuk menghancurkan hutan tropis di Indonesia. Cina

memerlukan kayu sebanyak 800 ribu meter kubik yang akan digunakan untuk

membangun olimpiade 2008 di Beijing. Oleh karena itu, Friends of the Earth

Internasional (WALHI Internasional) menyerukan kepada pemerintah Cina dan

komite Olympiade Internasional menghentikan rencana tersebut demi

menyelamatkan hutan yang masih tersisa. Rata-rata kecepatan penebangan hutan di

Page 67: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

49

Indonesia sendiri mencapai angka 35 km² pertahunnya dan kayu yang didapatkan

dari Indonesia secara ilegal mencapai 90% dari keseluruhan. Kawasan hutan yang

diduga menjadi sasaran ekploitasi tersebut terdapat di Papua dan Kalimantan. Kedua

kawasan ini masih menyimpan cadangan kayu kualitas tinggi yang menjadi incaran

para investor.

Selain untuk memenuhi kebutuhan olympiade, ancaman hutan di pulau

Kalimantan juga disebabkan atas kebutuhan akan bahan baku industri negara-negara

maju. Oleh karena itu, pembalakan atau penebangan kayu secara liar sulit diberantas,

terutama karena didukung oleh cukong kayu yang beroperasi secara terorganisir

dalam sindikat internasional yang tak jarang didukung oleh institusi pemerintah

sejumlah negara. Para pelakunya adalah negara-negara maju termasuk Amerika

Serikat, Jepang, Inggris, Cina, Malaysia, Singapura, dan beberapa negara Uni Eropa

(Sri Hartati, 2007: 33).

Pemenuhan kebutuhan kayu di negara-negara industri seperti di atas tentunya

akan mengancam sisa hutan di Kalimantan, khususnya di Keuskupan Agung

Pontianak. Masyarakat perlu bersikap kritis untuk mencegah kasus pembalakan kayu

yang ada di sekitar mereka. Kasus-kasus pembalakan kayu perlu ditindak tegas

secara serius oleh penegak hukum maupun aparatur pemerintahan. Pemerintah

diharapkan dapat membuat kebijakan yang mampu menanggulangi kasus-kasus

pembalakan kayu baik telah terjadi maupun yang akan mengancam kelestarian

lingkungan hidup. Sudah banyak kawasan hutan dan tradisi masyarakat adat yang

hilang dan rusak oleh kasus pembalakan kayu.

Page 68: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

50

5. Upaya Gereja dalam Pelestarian Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung

Pontianak.

Berhadapan dengan krisis lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan Agung

Pontianak. Gereja telah berusaha untuk menanggulanginya, antara lain melalui:

seruan pastoral dan lokakarya:

a. Seruan Pastoral

Uskup Agung Pontianak, Mgr Hieronymus Bumbun, OFM Cap., dalam Surat

Gembala Prapaska 2003 telah memberikan seruan untuk melestarikan lingkungan

hidup di Keukupan Agung Pontianak, beliau mempertegas kembali Surat Gembala

KWI, November 2001, yaitu bertoleransi dengan lingkungan hidup. Menurut beliau,

manusia tidak dapat mempermasalahkan alam yang telah murka dan membawa

bencana, karena manusialah yang serakah mengeksploitasi alam ciptaan-Nya.

Kesalahan itu bukanlah kehendak Allah Sang Pencipta. “Alam akan bersahabat dan

menolong manusia, kalau manusia pun menghargai dan memeliharanya seperti nenek

moyangnya” (Yos, 2003: 37).

Berdasarkan seruan pastoral di atas, jemaat perlu menyadari bahwa krisis

lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan Agung Pontianak telah mengancam

keberlangsungan hidup semua makhluk yang hidup di yang ada di sana. Upaya untuk

melestarikan lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak memang tidak

mudah untuk dilaksanakan, terutama apabila berbenturan dengan kepentingan

perusahaan maupun pemerintah pusat. Namun, kiranya jemaat diharapkan mampu

secara bertahap kritis, bekerjasama dan berdialog dengan semua pihak yang

berkepentingan untuk menjaga keutuhan lingkungan hidup yang ada di sekitarnya.

Page 69: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

51

b. Lokakarya

Gereja di Keuskupan Agung Pontianak juga berupaya menanggapi krisis

lingkungan hidup dengan melakukan lokakarya yang dihadiri oleh perwakilan

seluruh regio Kalimantan. Mereka menyadari bahwa krisis lingkungan hidup

merupakan permasalahan bersama yang telah mengancam kelestarian lingkungan

hidup di seluruh wilayah regio Kalimantan. Berdasarkan laporan hasil lokakarya

Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) bekerjasama dengan KOMKAT dan

KOMSOS Keuskupan Agung Pontianak, di Rumah Retret Constantini Sungai

Ambawang – Pontianak, 23-30 Oktober 2004. Para peserta mengungkapkan bahwa

bersamaan dengan usaha pelestarian lingkungan hidup ala pemerintah, seperti:

reboisasi hutan dan pembangian bibit, para peserta lokakarya, sebagai pribadi,

lembaga Gereja dan beberapa LSM telah mencoba melakukan usaha membagun

budaya cinta ekologi (Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Regio Kalimantan,

2005: 1-5). Adapun upaya tersebut adalah:

1) Evaluasi tentang usaha yang telah dilakukan

Pelbagai pihak yang ikut serta dalam lokakarya tersebut juga melakukan

evaluasi berkaitan usaha untuk menjaga keutuhan lingkungan hidup yang telah

dilaksanakan selama ini, yaitu:

a) Para peserta secara pribadi

Pada umumnya para peserta lokakarya secara pribadi telah berusaha melakukan

penyadaran dan himbauan kepada masyarakat, agar mereka melindungi kawasan

hutan yang ada di sekitar hidupnya. Selain itu, peserta juga telah mendorong

Page 70: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

52

masyarakat untuk berani menuntut hak-haknya atas kerugian dan kehancuran

lingkungan hidup yang mengancam kehidupan anak cucu mereka.

b) Lembaga Gereja

Gereja Keuskupan Agung Pontianak melalui lembaga-lembaganya seperti

Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE), Komisi Keadilan dan Perdamaian

(KKP), dan Komisi Kateketik (KOMKAT), telah mengusahakan pemberdayaan

masyarakat melalui: penyadaran, penyuluhan hukum, animasi APP, animasi

lingkungan hidup, lokakarya, pengadaan air bersih, penerbitan majalah/brosur,

analisis sosial, pengadaat bibit dan percontohan karet terpadu.

c) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Kebanyakan LSM telah melakukan koservasi wilayah hutan lindung, reboisasi,

pemetaan wilayah adat, lokakarya, dan pendidikan hukum. Tentunya usaha semacam

ini dilakukan oleh LSM melalui kerja sama dengan masyarakat dan Gereja.

2) Faktor Pendukung dan Penghambat

Berdasarkan laporan hasil lokakarya Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE)

Keuskupan Agung Pontianak, di Rumah Retret Constantini Sungai Ambawang –

Pontianak, 23-30 Oktober 2004. Para peserta lokakarya juga menyadari beberapa hal

yang hal yang mendukung dan menghambat upaya pelestarian lingkungan hidup

tersebut, yaitu:

a) Faktor Pendukung:

o Tersedianya tenaga atau relawan yang sadar dan kritis.

o Masyarakat mulai sadar akan ancaman masa depan.

Page 71: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

53

o Masyarakat mulai merespon secara positif.

o Respon Gereja yang mulai positif.

o Adanya dukungan tenaga LSM.

o Adanya bantuan dana (dalam dan luar negeri).

o Respon positif pemerintah daerah yang mulai mendengar.

b) Faktor penghambat:

o Problem lingkungan hidup yang belum dianggap sebagai prioritas pelayanan

Gereja, perhatian masih di sekitar altar.

o Masih ada komisi gerejawi yang belum aktif: orientasi programnya belum

jelas dan belum berkesinambungan atau bahkan belum ada realisasinya.

o Sulit atau mahalnya alat transportasi dan komunikasi (fasilitas dan jarak

tempuh antar daerah).

o Kebijakan pemerintah pusat yang masih mendukung para pemodal yang

memiliki perusahaan, bukannya mendukung masyarakat adat.

o Tekanan aparat (oknum militer, hukum, dan polisi) yang telah diperalat oleh

perusahan-perusahaan HPH dan HTI.

o Tokoh-tokoh adat yang dihasut dan diperalat oleh perusahaan.

Upaya pelestarian lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak sampai

sekarang masih menjadi agenda besar yang memerlukan uluran tangan semua pihak.

Sampai saat ini masih terus berlangsung kegiatan perusakan lingkungan hidup, baik

dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Kegiatan pembukaan perkebunan,

penebangan kayu, dan pertambangan emas liar yang merupakan penyebab utama

Page 72: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

54

kerusakan lingkungan hidup belum dapat dihentikan. Oleh karena itu, dalam upaya

pelestarian tersebut memerlukan kerjasama dan dukungan semua pihak. Dalam

lokakarya di atas, agenda realisasi pelestarian lingkungan hidup ditargetkan dapat

tercapai pada tahun 2016. Tentunya usaha ini memerlukan dukungan dan kerjasama

semua pihak baik itu masyarakat, Gereja maupun pemerintah untuk mewujudkan

bumi Keuskupan Agung Pontianak yang lestari.

Page 73: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

BAB III

SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI

Pada bab II, penulis telah memaparkan pandangan umum tentang lingkungan

hidup dan krisis lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak. Dalam

pembahasan tersebut, penulis menyadari bahwa krisis lingkungan hidup yang terjadi

di Keuskupan Agung Pontianak disebabkan oleh perilaku manusia yang

mengekspolitasi alam. Perilaku ini berakar dari kekeliruan manusia memandang

lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Eksistensi lingkungan hidup hanya

dipandang sebagai obyek kepentingan manusia saja, padahal lingkungan hidup

merupakan ciptaan Tuhan yang mempunyai tempat dan nilai sebagai subyek di jagat

raya ini.

Berhadapan dengan kekeliruan pandangan dan perilaku manusia terhadap alam

saat ini. Manusia diharapkan memperbaharui kekeliruannya tersebut dalam suatu

kesadaran baru untuk mencintai dan menghargai segala unsur alam yang ada di

sekitarnya. Dalam rangka pembaharuan pandangan dan perilaku manusia terhadap

alam, penulis mengajak manusia untuk meneladani kepribadian St. Fransiskus Asisi

yang begitu peka dan setia menjaga keutuhan ciptaan. Dalam hidupnya ia berusaha

menciptakan relasi yang harmonis dengan pelbagai unsur alam yang ada di

sekitarnya, termasuk dengan Allah sendiri sebagai Pencipta. Kedekatan St.

Fransiskus Asisi dengan lingkungan hidup telah menjadikannya sebagai tokoh

pelindung pelestarian lingkungan hidup. Keteladanan St. Fransiskus Asisi dalam

relasinya dengan lingkungan hidup ini terangkum dalam spiritualitas kosmis St.

Fransiskus Asisi, di dalamnya terungkap pandangan, sikap, dan pergaulan St.

Page 74: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

56

Fransisikus Asisi dengan semua ciptaan, termasuk dengan Allah. Spiritualitas kosmis

St. Fransiskus Asisi perlu digali dan dihayati oleh manusia dalam rangka pelestarian

lingkungan hidup. Dengan menggali spiritualitas St. Fransiskus Asisi ini manusia

diharapkan dapat menemukan inspirasi dalam menghadapi krisis lingkungan hidup

saat ini. Untuk menggali dan memahami spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi,

maka pada bab III akan dibahas pemahaman tentang spritualitas kosmis, perjalanan

hidup St. Fransiskus Asisi dan relevansinya bagi upaya pelestarian lingkungan hidup

di Keuskupan Agung Pontianak.

A. Spiritualitas Kosmis

Dalam kehidupan sehari-hari orang Kristiani, istilah spiritualitas tentu tidak

asing dalam hidup mereka. Spiritualitas dapat dimaknai sebagai suatu daya atau

semangat yang dihayati oleh seseorang di dalam hidupnya. Secara praksis

spiritualitas diwujudkan dalam pelbagai aspek kehidupan seseorang baik itu dalam

pandangan, sikap, dan perbuatannya di dalam kehidupan sehari-hari. Suatu

spiritualitas memberikan pedoman dan arah hidup tertentu yang ingin dicapai oleh

seseorang sesuai dengan tujuan hidupnya. Di dalam Gereja Katolik biasanya suatu

spiritualitas diinspirasikan dari tokoh Santo atau Santa. Ada pelbagai spiritualitas

yang dapat dikenal dalam Gereja Katolik, antara lain: spiritualitas Ignatian,

spiritualitas Fransiskan, dan spiritualitas Vincentian. Pelbagai spiritualitas ini

mempunyai kekhasan masing-masing yang tidak dapat begitu saja disamakan antara

satu dengan yang lainnya, namun pada prinsipnya semua spiritualitas dalam Gereja

Katolik ini merupakan spiritualitas kristiani yang mempunyai dasar dan arah hidup

yang satu dan sama, yakni berpusat pada hidup dan cita-cita Yesus Kristus.

Page 75: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

57

1. Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas adalah sesuatu yang bersifat rohani atau hidup rohani. Kata ini

menekankan segi kebersamaan dan menandakan hubungan seseorang secara personal

dengan Allah. Spiritualitas mencakup dua segi, yaitu askese dan mistik. Askese

merupakan usaha melatih diri secara teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan

Allah. Sedangkan mistik merupakan aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi

manusia dengan Allah. Askese menandakan jalan dan mistik tujuan keagamaan

hidup manusia. Dasar hidup spiritualitas sejati adalah Roh Kristus. Spiritualitas juga

dapat disebut cara mengamalkan kehidupan beriman seseorang yang berusaha

menjalankan hidup yang dikehendaki oleh Tuhan. Untuk mencapainya orang perlu

mempererat hubungan dengan Tuhan (Heuken, 2002: 11-12).

Menurut Banawiratma (1990: 57-58) kata spiritualitas berhubungan dengan

kata roh, yaitu daya kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan. Dalam hal ini

spiritualitas dapat diartikan sebagai kekuatan atau roh yang memberi daya tahan pada

seseorang atau kelompok untuk mempertahankan, memperkembangkan, dan

mewujudkan tujuan atau cita-cita hidup mereka. Spiritualitas terwujud dalam

kehidupan sehari-hari dan merupakan kesadaran untuk tahan uji dalam mewujudkan

tujuan dan pengharapan manusia. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa istilah

spiritualitas bukan hanya mencakup aspek rohani saja. Spiritualitas merupakan

hubungan pribadi seseorang dengan Tuhan yang diwujudkan dalam sikap, tindakan,

perilaku manusia. Spiritualitas dihayati oleh manusia dengan sesamanya sebagai

makhluk ciptaan Tuhan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa spiritualitas sebagai

bentuk penghayatan iman seseorang dalam kehidupannya sehari hari.

Page 76: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

58

2. Pengertian Spiritualitas Kosmis

Untuk memahami spiritualitas kosmis, perlu juga dipahami mengenai istilah

kosmis itu sendiri. Kata kosmis berakar dan memiliki kesamaan arti dengan kata

kosmos. Kata ini berasal dari Yunani, yakni cosmos. Arti asli kosmos adalah

dandanan yang rapi atau barang-barang hiasan yang asri. Kosmos juga diterapkan

pada langit yang bertaburan bintang, diandaikan bahwa langit diciptakan untuk

menghiasi dan memperindah bumi. Selain itu, kosmos juga berarti keteratuan atau

keselarasan alam semesta, di mana lawannya adalah kekacauan (chaos). Dalam hal

ini kosmos dapat berarti alam semesta dengan segala isinya, termasuk bumi, tata

surya dan galaksi (Bagus, 1996: 501-502).

Chang (1989: 34) sendiri berpendapat bahwa kosmos merupakan keseluruhan

yang teratur, kehidupan bersama yang apik tersusun, menganut sistem aturan dan

harmoni di mana penataan dan keteraturan mendapat titik berat. Umumnya kosmos

juga dipandang sebagai ruangan yang memungkinkan manusia untuk mendapatkan

tempat mewujudkan keberadaannya, sambil menunjukkan kesatuan, keindahan dan

ketersembunyian di dalamnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa kosmos merupakan

keseluruhan alam semesta dengan segala isinya yang tertata secara harmonis.

Sedangkan spiritualitas kosmis merupakan kepribadian hidup seseorang yang

berusaha mewujudkan keteraturan dan keharmonisan seluruh ciptaan, yakni alam

semesta beserta isinya. Spiritualitas kosmis dihayati dalam kehidupan beriman

seseorang, karena pada dasarnya spiritualitas berkaitan dengan relasi pribadi antara

manusia dengan Tuhan. Sebagai orang beriman tentunya manusia terbuka pada

Page 77: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

59

kehendak Tuhan. Tuhan menghendaki agar manusia dapat berelasi dengan baik

seluruh ciptaan-Nya. Relasi ini terwujud dalam pandangan, sikap, dan perilaku

manusia terhadap semua ciptaan.

Dalam krisis kehidupan yang terjadi di pelbagai belahan dunia sekarang ini,

kiranya penghayatan spiritualitas kosmis sangat penting diwujudkan oleh manusia.

Spiritualitas kosmis dapat memberikan kesadaran kepada manusia untuk senantiasa

membangun hubungan yang harmonis, baik itu dengan sesamanya manusia maupun

dengan segenap ciptaan lainnya. Hubungan manusia yang harmonis dengan seluruh

unsur ciptaan juga akan mengantar manusia pada relasi yang harmonis dengan Allah

sebagai pencipta. Secara khusus dalam menghadapi krisis lingkungan hidup yang

terjadi saat ini, spiritualitas kosmis memberikan kesadaran kepada manusia bahwa

lingkungan hidup merupakan sesamanya yang telah diciptakan oleh Allah yang

pantas untuk dilindungi dan dijaga keutuhannya.

B. Keberadaan St. Fransiskus Asisi di Tengah-tengah Lingkungan Hidup

Setiap orang kenal dengan St. Fransiskus Asisi yang akrab dengan seluruh

ciptaan dan hidup dalam kemiskinan karena ingin mengikuti Yesus. Baginya,

kemiskinan menjadi sarana kedamaian yang dibawa oleh Kristus. Dalam hidupnya,

ia suka berkotbah, bermati raga, berdoa dalam kesunyian dan sangat akrab dengan

alam. Ia mendirikan ordo Fransiskan untuk pria dan ordo Klaris untuk wanita.

Keseluruhan hidup rohaninya sangat khas, konkret, manusiawi, dan etis. Ia

memelihara devosi mendalam kepada Yesus Kristus, sehingga ia memperoleh

stigmata (Heuken, 2002: 92).

Page 78: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

60

1. Riwayat Singkat Hidup St. Fransiskus Asisi

St. Fransiskus Asisi dilahirkan pada akhir tahun 1181 di Asisi. Oleh karena itu,

ia diberi gelar Asisi karena ia berasal dan menutup usia di kota ini. Asisi adalah kota

kecil di Italia Tengah. Kota ini terletak di daerah Umbria, tanah dataran yang

membentang pada kaki Gunung Subasio. Ia berasal dari keluarga pedagang kaya.

Ayahnya bernama Pietro Bernadone dan ibunya bernama Donna Piecca. Ayahnya

adalah seorang pedagang yang cukup cerdik dan ulet. Ia memiliki sebuah toko kain

wol yang cukup besar di Asisi. Oleh karena itu, semasa mudanya ia diberi

kepercayaan untuk mengelola toko kain wol milik ayahnya (Groenen, 1997:11-12).

Keadaan sosial dan moral masyarakat Italia akhir abad ke-12 ikut

mempengaruhi masa mudanya. Pada masa muda kegemarannya tak terkontrol dalam

hal kesenangan material. Ia dididik menurut patokan-patokan duniawi secara mewah.

Akibatnya, ia sering melakukan tindakan-tindakan yang tak disenangi. Ia pernah

memimpin gerombolan anak-anak nakal menelusuri jalan-jalan raya di Babilonia.

Ketika terjadi perang antara Asisi dan Perugia pada tahun 1202, St. Fransiskus Asisi

ikut berperang di pihak Asisi. Dalam perang tersebut ia tertangkap dan dipenjara

selama satu tahun. Setelah bebas dari penjara ia kembali hidup berfoya-foya seperti

sebelumnya.

Pada tahun 1204 ia mengalami sakit yang serius, keadaan semacam ini

membuat dia mulai muak dengan kehidupan yang digulatinya selama ini. Pada tahun

1205 ia mencoba untuk memberikan makna dalam kehidupannya dengan menjadi

serdadu dalam peperangan di Apulina (Italia Selatan). Dalam perjalanan perang

tersebut dia menginap di Spoleto (dekat kota Asisi), ia kemudian jatuh sakit dan

Page 79: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

61

bermalam di situ. Ketika sedang tidur, ia bermimpi dan mendengar suara yang

mengatakan kepadanya untuk kembali ke Asisi. Ia pun taat dan kembali ke Asisi,

itulah awal pertobatan St. Fransiskus Asisi (Groenen, 1997: 63-64).

Setelah mengalami mimpi di Spoleto dan kembali ke Asisi. Ia mengumpulkan

teman-temannya, namun ia tidak ditanggapi secara baik oleh teman-temannya. Ia

kecewa dan berusaha mencari ketenangan dengan meneruskan perjalanan ke Roma,

ketika tiba di lapangan gereja St. Petrus ia bergabung dan hidup bersama dengan

orang-orang miskin. Pada tahun 1926, ketika bermeditasi di kapel St. Damiano, ia

mendengar suara Yesus yang tersalib di altar yang menyuruhnya untuk memperbaiki

gereja. Ia kemudian memperbaiki gereja dengan mempergunakan semua

kekayaannya, namun ayahnya kemudian menuntutnya di pengadilan. Ayahnya

meminta supaya ia mengganti uang yang telah dipergunakannya untuk memperbaiki

gereja. Berhadapan dengan tuntutan ayahnya tersebut, dalam naungan uskup Asisi

dan di hadapan umum ia menolak hak waris yang ia miliki dari keluarganya.

Semenjak saat itu, ia mengabdikan diri dalam hidup doa, ketenangan, membantu

orang miskin, dan memperbaiki gereja.

Pada tahun 1209, ketika mengikuti suatu perayaan misa di kapel Maria dari

para Malaikat, ia mendengar kutipan Injil yang menggarisbawahi misi para rasul. Ia

menjadi sadar akan tugasnya untuk mengumpulkan para pengikutnya. Sabda Kristus

merupakan aturan hidup pertamanya. Pengikut yang pertama berjumlah 12 orang

pada tanggal 16 April 1209, sehingga tanggal ini dianggap sebagai tanggal pendirian

ordo yang sering dikenal dengan “Saudara-saudara Dina”. Semenjak saat itu ia

Page 80: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

62

sepenuhnya mendalami hidup rohani, menjadi pewarta Kristus, mengumpulkan

pengikut dari pelbagai daerah, dan membantu orang miskin.

Pada tahun 1225 St. Fransiskus Asisi mengalami penyakit mata dan Stigmata.

Ia kemudian berangkat menuju Rieti untuk mendapat penyembuhan, namun

penyakitnya itu tidak sembuh. Kemudian, pada tahun 1226 ia dibawa ke Siena untuk

mendapat penyembuhan baru dan mengisi masa musim dingin. Ketika penyakitnya

semakin mengganas, ia dibawa ke Asisi. Pada saat itulah ia menggubah “Gita Sang

Surya”. Ia kemudian meminta dihantar ke Pontiuncula, karena merasa ajalnya sudah

semakin dekat. Akhirnya ia meninggal di sana pada tanggal 3 Oktober dan

dimakamkan di Gereja San Giorgio pada tanggal 4 Oktober 1226. Pada tahun 1228

Paus Gregorius IX menyatakan St. Fransiskus Asisi sebagai orang kudus, kemudian

pada tahun 1230 jenazahnya dipindahkan ke Basilika San Fransesco di Asisi (Chang,

1989: 13-18).

Dalam perjalanan hidup St. Fransiskus Asisi, panggilan Allah telah

menuntunnya dari jalan yang menyesatkan dan menunjukkan langkah baru dalam

hidupnya. Ia terus menghayati hidup dalam pertobatan, sehingga membuat

pembaharuan dalam hidup rohaninya. Pertemuan dengan Yesus dan peresapan

sabda-Nya di gereja San Domino telah memperjelas arah pertobatannya. Pertobatan

menghantar St. Fransiskus Asisi pada transformasi diri, yakni hidup dalam suasana

keharmonisan dan persaudaraan dengan ciptaan maupun dengan Allah.

2. Situasi Lingkungan Hidup pada Zaman St. Fransiskus Asisi

Kota kelahiran St Fransiskus Asisi berada di daerah Umbria. Umbria adalah

daerah yang khas, di sana tidak terdapat gunung-gunung yang megah atau pantai

Page 81: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

63

yang mempersonakan. Daerah ini merupakan lembah gersang yang banyak

ditumbuhi pohon Zaitun, semak-semak, dan beberapa pohon Saru yang memberikan

warna permai. Seperti kebanyakan kota yang berada di daerah Umbria, kota Asisi

pun terletak di lereng gunung yaitu Monte Subasio dengan ketinggian seribu tiga

ratus meter dari permukaan laut (Gobry, 1976:7).

Pada zaman St. Fransiskus Asisi memang sudah terjadi pencemaran lingkungan

hidup, walaupun tidak separah saat ini baik dari segi bentuk dan ukurannya.

Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi pada zamannya dipengaruhi oleh pelbagai

penyimpangan pada bidang kehidupan publik. Pada bidang politik para penguasa

saling memperebutkan kekuasaan melalui peperangan. Pada bidang sosial banyak

terjadi penindasan dari para tuan tanah terhadap masyarakat kelas bawah. Pada

bidang ekonomi banyak para pedagang yang hanya mencari keuntungan pribadi saja.

Pada bidang religius juga banyak terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh para

pemimpin agama. Sebagai akibatnya banyak muncul gerakan pembaharu yang sering

disertai dengan kekerasan, sebagai reaksi terhadap penyimpangan tersebut.

Di tengah-tengah munculnya gerakan pembaharu terhadap penyimpangan

pelbagai sendi kehidupan tersebut, hadirlah St. Fransiskus Asisi yang terdorong oleh

ilham Ilahi ingin memperbaiki kehidupan masyarakatnya. Ia melakukan gerakan

pembaharuan dengan cara berbeda, yakni dalam cinta kasih atau tanpa disertai

kekerasan. Ia menghadapi segala macam pencemaran lingkungan hidup yang terjadi

dengan sikap penuh perdamaian dan persaudaraan. Ia banyak mengajarkan kepada

masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, apa yang diajarkannya

tersebut sungguh dihayatinya sendiri dalam hidupnya (Buntaran, 1996: 58-59).

Page 82: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

64

3. Munculnya Perhatian St. Fransiskus Asisi terhadap Lingkungan Hidup

Perhatian St. Fransiskus Asisi terhadap lingkungan hidup muncul dari

perjalanan hidup dan dalam relasinya dengan Allah. Kedekatannya dengan Allah

membuat ia peka akan kehendak Allah dari dirinya, sehingga ia mampu menyadari

bahwa Allah menghendaki agar dirinya mengupayakan relasi yang harmonis dengan

sekalian ciptaanNya. Pengalaman hidup yang mendorongnya mencintai lingkungan

hidup ini hadir melalui proses tahap demi tahap (Buntaran, 1996: 55-56).

a. Tahap pertama

Tahap ini dianggap paling menentukan dalam hidup St. Franiskus Asisi. Tahap

ini adalah pengalamannya berjumpa dengan Allah secara pribadi lewat mimpinya,

kemudian lewat salib di gereja San Damiano. Lewat penampakan-penampakan yang

dialaminya, ia mulai mengenal Yesus Kristus sesungguhnya dan menyadari apa

dikehendaki-Nya dari dirinya. Itulah saat awal pertobatan St. Fransiskus Asisi yang

pada akhirnya mengubah sekaligus memperbaharui seluruh jalan hidupnya dan sejak

saat itu hidupnya diperdamaikan dengan Allah.

b. Tahap kedua

Tahap ini terjadi dalam perjumpaannya dengan Allah lewat sesama manusia,

yakni: dalam diri orang kusta, miskin, sakit, dan dalam diri musuhnya. St. Fransiskus

Asisi sungguh menyadari bahwa Allah sungguh hadir dalam diri masing-masing

ciptaan-Nya. Dengan kesadaran ini, ia sungguh menghargai orang-orang yang ada di

sekitarnya. Ia telah diperdamaikan dengan Allah dan kini telah membawa

perdamaian bagi sesamanya manusia.

Page 83: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

65

c. Tahap ketiga

Tahap ini terjadi ketika St. Fransiskus Asisi berjumpa dengan Allah melalui

pelbagai ciptaan-Nya, antara lain: hewan, tumbuhan, batu, api, angin, dan air. Benih

perdamaian dengan Allah yang dialaminya semenjak awal pertobatan telah

mendorongnya membawa perdamaian kepada semua ciptaan-Nya di alam semesta.

Tahap-tahap perjalanan hidup St. Fransiskus Asisi ini, telah menghantarnya pada

kesadaran untuk memberikan perhatian yang penuh kepada semua ciptaan.

Kesadaran ini memampukannya untuk menjalin hubungan dengan semua ciptaan

dalam suasana persaudaraan sebagai sesama ciptaan Tuhan.

Menurut Chang (1989: 38-42) munculnya perhatian St. Fransiskus Asisi

terhadap alam juga mempunyai kaitan dengan pembawaan alamiah yang telah ia

dapatkan semenjak kanak-kanak atau sebelum ia bertobat. Pembawaan ini tumbuh

dan semakin menonjol ketika ia mengalami pertobatan seumur hidup dan

penyelarasan kehendaknya dengan kehendak Allah.

Selain pembawaan alamiah yang ada dari dalam dirinya, perkembangan

relasinya dengan semua ciptaan juga dipengaruhi oleh suasana hidup religiusnya

yang menitik beratkan kemiskinan. Ia sungguh menyadari, bahwa penghayatan

kemiskinan dapat menghantar seseorang pada pengakuan atas Allah sebagai pemilik

segala sesuatu. Penghayatan kemiskinan dalam dirinya telah memberikan kesadaran,

bahwa segala ciptaan adalah pemberian dan milik Allah. Ia menghapus segala

kecendrungan manusiawi yang ada dalam dirinya untuk memiliki dan menguasai

ciptaan lain. Dalam suasana penghayatan kemiskinan tersebut, ia hanya mengagumi

keindahan dan kebaikan Allah yang hadir dalam tiap-tiap ciptaan. Ia sangat segan

Page 84: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

66

untuk menguasai dan menyalahgunakan alam ciptaan yang telah dipercayakan oleh

Allah kepadanya demi kepentingan pribadi.

Penghayatan kemiskinan dalam diri St. Fransiskus Asisi telah

memampukannya melepaskan diri dari ikatan duniawi yang fana. Ia mengarahkan

usaha dan keinginannya bukan tertuju pada kepentingan pribadi, melainkan tertuju

kepada Allah. Pada akhirnya melalui pertobatan dan penghayatan kemiskinan

tersebut, hidupnya dapat berakar dan tumbuh dalam suasana cinta terhadap sekalian

ciptaan. Dengan mencintai segenap ciptaan, ia pun dapat bertemu dan semakin

mengenal Pencipta.

C. Perwujudan Spiritualitas Kosmis di dalam Hidup St. Fransiskus Asisi

Bagi St. Fransiskus Asisi, keberadaan pelbagai unsur ciptaan merupakan tanda

dan sarana keselamatan yang dianugerahkan oleh Allah melalui Yesus Kristus

kepada manusia. Pengalaman pertobatan yang dialaminya telah mengubah hidup dan

membawa dirinya dalam suasana perdamaian dengan Allah. Sebelum bertobat ia

terikat pada dunia, hidupnya penuh dengan kesenangan duniawi. Ia mengikuti gaya

hidup yang mengejar popularitas, kehormatan, gengsi, dan kemewahan. Setelah

bertobat, ia mengalami perubahan dalam menjalin hubungan dengan dunia.

Meskipun ia telah meninggalkan dunia, bukan berarti ia mengabaikan dunia. Dunia

yang ditinggalkannya justru menjadi tempat ia menyembah dan memuji Tuhan.

Dengan demikian, tampak sifat universal Allah terhadap segala ciptaan. Allah yang

mendatangi manusia secara universal itu disambut oleh St. Fransiskus Asisi dengan

pelbagai cara, yaitu ciptaan menjadi tempat memuji Allah, ciptaan menjadi rekan dan

batu loncatan untuk sampai kepada Allah, dan ciptaan sebagai alasan untuk

Page 85: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

67

mengucap syukur kepada Allah, karena semua ciptaan adalah bukti kasih Allah yang

turut ambil bagian dalam kebaikan Allah dengan cara mereka sendiri (Buntaran,

1996: 56).

St. Fransiskus Asisi sungguh menyadari bahwa Tuhan menampakkan jejak-

Nya dalam segala ciptaan, tanpa harus menjadi hamba atau penguasa alam ciptaan. Ia

menyambut kehadiran Tuhan dengan penuh rasa cinta lewat relasinya dengan

pelbagai ciptaan.

1. Relasi St. Fransiskus Asisi dengan Pelbagai Unsur Ciptaan

St. Fransiskus Asisi dikenal oleh banyak orang, karena kedekatan dan rasa

cintanya terhadap semua makhluk ciptaan. Kedekatan dan cintanya itu hadir dalam

seluruh hidupnya. Ia sungguh menyadari makna kehadiran alam yang ada sekitarnya

sebagai sesama ciptaan Tuhan. Kesadaran tersebut membuat dirinya peka dan

terdorong untuk menggali makna setiap makhluk ciptaan. Pergaulan St. Fransiskus

Asisi dengan ciptaan ini meliputi tiga bagian (Chang, 1989: 58-67).

a. Relasi dengan makhluk hidup

St. Fransiskus Asisi sangat mencintai makhluk hidup yang ada di sekitarnya.

Rasa cinta ini diwujudkannya secara nyata dalam pergaulannya dengan pelbagai

makhluk hidup. Pergaulannya dengan mahluk hidup ini sendiri dibagi lagi menjadi

tiga bagian, yaitu:

1) Dunia flora

St. Fransiskus Asisi sungguh menyadari, bahwa dunia flora memiliki peran dan

makna yang khas di hadapan Tuhan. Ia berusaha menggali makna tersebut dalam

Page 86: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

68

hubungannya dengan dunia flora. Dalam suatu perjalanan ke pegunungan, dengan

pendengaran yang tajam ia peka mendengar pesan yang disampaikan Tuhan melalui

dunia flora. Ia kemudian memberitahukan pesan tersebut kepada teman-temannya

“Dengar, apakah kalian mendengar dedaunan pohon membisikan sesuatu di udara?

Suara itu berbicara mengenai Tuhan Pencipta. Tataplah apa yang diciptakan Allah

bagi kita, karena kebaikannya tak terbatas” (Chang, 1989: 58).

St. Fransiskus Asisi juga sering mengingatkan saudaranya yang akan mencari

kayu bakar. Dia selalu mengatakan supaya jangan menebang semua pohon, tetapi

tebanglah pohon secukupnya saja sehingga ada pohon yang dibiarkan tetap hidup.

Hal yang sama juga diingatkannya kepada saudaranya yang bekerja di kebun. Dia

mengatakan supaya seluruh kebun jangan ditanami dengan sayuran yang dapat

dimakan saja, tetapi juga menanam tanaman yang dapat menghasilkan daun-daunan

hijau. Ia bahkan mengatakan, agar saudaranya tersebut membuat kebun kecil yang

indah. Kebun kecil ini ditanami dengan semua jenis tanaman yang menghasilkan

daun berbau wangi dan berbunga yang indah, supaya pada saat tanaman ini

menghasilkan ia dapat mengundang semua orang untuk melihat hal itu. Dengan

melihat hal itu, ia mengharapkan agar manusia dapat terdorong untuk memuji Allah.

Menurutnya setiap ciptaan akan mengatakan dan berseru, “Tuhan telah menciptakan

saya demi engkau, hai manusia” (Bigaroni, 2003: 169-170).

Keakraban dan persaudaraan St. Fransiskus Asisi dengan dunia flora juga

menunjukkan kedekatan dan keeratan hubungannya dengan Sang Pencipta. Masing-

masing dunia flora mempunyai cara yang khas untuk memuji pencipta, manusia

hendaknya belajar dari dunia flora untuk memuji dan memuliakan Allah. Lewat

Page 87: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

69

penghargaan yang diberikannya kepada dunia flora, ia dapat memberikan

penghargaan kepada Sang Pencipta.

2) Dunia fauna

St. Fransiskus Asisi juga berusaha menggali pesan dan makna ciptaan dalam

pergaulannya dengan dunia fauna. Ia bahkan menaruh perhatian yang besar terhadap

cacing, padahal selama ini orang lain sering mengganggap bahwa cacing merupakan

binatang yang rendah. Apabila menemukan cacing di jalan, ia memungut dan

meletakannya di tempat yang aman supaya cacing tersebut tidak diinjak orang.

Selain itu, ia sering meluangkan waktunya untuk menyaksikan kecerdikan lebah-

lebah yang memuji kemuliaan Tuhan dalam aktifitas hidup mereka (Gobry, 1976:

113).

Cinta kasih St. Fransiskus Asisi begitu besar terhadap semua jenis hewan, baik

itu kepada hewan yang merayap, burung-burung, maupun hewan yang tidak

memiliki panca indera sekalipun. Di antara jenis-jenis hewan tersebut, ia paling

menyayangi anak domba. Baginya, anak domba merupakan lambang kerendahan hati

Yesus Kristus. Dalam perjalanannya ke Osimo bersama saudaranya yang bernama

Paulus, dia berjumpa dengan seorang gembala yang sedang menggembalakan

sekawanan kambing dan bandot. Seekor anak domba terlihat sedang merumput

dengan tenang dan sederhana di antara kawanan kambing dan bandot tersebut.

Ketika ia melihat anak domba itu, ia kemudian berkata kepada saudaranya tersebut:

Kau lihat anak domba dengan amat tenangnya di tengah-tengah sekalian kambing dan bandot itu? Demikianlah kataku, Tuhan kita Yesus Kristus berjalan-jalan dengan lemah lembut dan rendah hati di tengah-tengah kaum Parisi dan imam-imam besar. Karena itu aku meminta kepadamu, hai anakku,

Page 88: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

70

demi cinta kasih kepadaNya, bersama aku mengasihi anak domba ini, membelinya dan mengeluarkannya dari tengah-tengah kambing dan bandot itu.

Paulus begitu kagum dengan belas kasih St. Fransiskus Asisi terhadap anak

domba tersebut. Mereka kemudian berniat membeli dan membebaskan anak domba

itu, namun tidak mempunyai apa-apa selain jubah tua yang mereka pakai. Untunglah

tiba-tiba datang seorang pedagang yang dapat membantu mereka membeli anak

domba itu, sehingga mereka dapat membebaskannya dari kawanan kambing dan

bandot (Gobry, 1976: 115-117).

Perhatian St. Fransiskus Asisi terhadap dunia fauna juga tampak dalam

pergaulannya dengan burung-burung. Dalam suatu perjalanan menuju Bevagna,

ketika ia sedang memperhatikan kawanan burung di sawah, tiba-tiba muncul

rombongan burung dari pelbagai penjuru dan mendarat di kakinya. Ketika ia

merentangkan tangannya puluhan ekor burung hinggap di atasnya (Chang, 1989: 60).

Hal ini menunjukkan kedekatan dan persahabatan antara St. Fransiskus Asisi dengan

burung-burung, sehingga burung-burung tersebut tidak merasa takut kepadanya.

St. Fransiskus Asisis juga mampu menaklukkan serigala ganas yang

mengancam kehidupan penduduk di kota Gubio. Dengan lemah lembut ia menyapa

serigala yang ganas tersebut, sehingga serigala itu menjadi taat kepadanya. Pada

akhirnya serigala itu menjadi jinak dan bahkan menjadi sahabat penduduk di Kota

Gobio (Setiawati, 1990: 26-28). Kehangatan relasi St. Fransiskus Asisi juga

dirasakan oleh hewan jenis lain, antara lain: kelinci, dan ikan. Ia mengganggap

hewan mempunyai daya tangkap khas yang sanggup merekam maksud manusia,

walaupun hewan tidak bisa berbicara seperti manusia.

Page 89: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

71

3) Dunia manusia

Hidup St. Fransiskus Asisi juga dikenal karena cinta dan perhatiannya terhadap

sesama manusia. Kecintaan St. Fransiskus Asisi kepada sesamanya manusia ini,

terutama didasarkan atas kesadaran dalam dirinya bahwa manusia diciptakan sebagai

makhluk yang secitra dengan Allah. Ia selalu menunjukkan sikap solider dan penuh

rasa persaudaraan kepada semua golongan manusia, tanpa terkecuali terhadap orang

miskin, penderita kusta, dan musuhnya sekalipun.

Penghayatan kemiskinan dalam diri St. Fransiskus Asisi telah membuatnya

sangat dekat dengan orang-orang miskin. Ia sungguh memberikan perhatian kepada

orang miskin, karena orang miskin sering dianggap rendah oleh masyarakat umum.

Salah satu bentuk belas kasihannya kepada orang miskin adalah membantu mereka

mendapatkan pakaian yang baik, walaupun ia sendiri hanya mempunyai jubah yang

sederhana. Ia membantu orang miskin mendapatkan pakaian dengan meminta

pakaian kepada orang-orang kaya. Ia sangat benci apabila ada orang yang menghina

apalagi memaki orang miskin. Menurutnya “Siapa yang menghina orang miskin,

berlaku tidak hormat kepada Kristus” (Gobry, 1976: 116).

Menurut Chang (1989: 62) dasar pergaulan St. Fransiskus Asisi dengan

sesamanya manusia adalah “Kasihanilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang

yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah

bagi orang yang membenci kamu (Luk 6: 27-28). Rasa cintanya sungguh terlaksana

kepada semua manusia. Selain itu, ia juga berpegang teguh pada teks Injil

kesayangannya yang berbunyi: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang

lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat 7:12).

Page 90: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

72

b. Relasi dengan bukan makhluk hidup

Selain memberikan perhatian kepada mahkluk hidup, St. Fransiskus Asisi juga

memberikan perhatian dan cintanya kepada unsur-unsur alam, antara lain: air, api,

batu karang, dan kayu. Rasa cinta St. Fransiskus Asisi terhadap alam ini didasarkan

atas kesadaran, bahwa makna ilahi dan penciptaan dapat digali dari unsur-unsur alam

tersebut (Chang, 1989: 64).

St. Fransiskus Asisi memandang air sebagai simbol penyucian pada waktu

permandian. Ketika mencuci tangan, ia memilih tempat yang pantas, agar air yang

dipergunakan untuk mencuci tangan tersebut bukan merupakan air yang tercemar.

Kalau ia berjalan di atas batu, dia biasanya berjalan dengan rasa segan dan hormat

demi cintanya terhadap Dia yang disebut batu karang. Baginya, batu karang yang

kokoh merupakan simbol Yesus Kristus (Bigaroni, 2003: 169).

Penghargaan St. Fransiskus Asisi terhadap unsur-unsur alam menunjukkan

bahwa ia selalu memupuk sikap menghargai dan membenarkan keberadaan unsur-

unsur alam sebagai hasil cinta kasih Allah. Penghargaan terhadap alam ini pada

akhirnya mendekatkannya dengan Sang Pencipta, sekaligus ia dapat memahami

makna ciptaan di balik unsur-unsur alam tersebut.

c. Sikap dasar relasi St. Fransiskus Asisi dengan pelbagai unsur ciptaan

Kehidupan St. Fransiskus Asisi yang penuh cinta kasih telah membuatnya

akrab dengan semua ciptaan. Keakraban ini dipengaruhi oleh anugerah ilahi yang

diberikan oleh Allah dalam dirinya. Anugerah ini berkaitan dengan kepekaannya

untuk menggali makna ilahi di balik setiap ciptaan, sehingga lewat pergaulannya

dengan semua makhluk ia dapat menemukan kehadiran Allah. Semua ciptaan tidak

Page 91: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

73

merasa takut bergaul dengannya. Dalam pergaulannya tersebut, ia telah menyalurkan

cinta kasih yang menciptakan kedamaian dan ketenangan batin. Apabila ia bertemu

dengan hewan buas, ia mempersenjatai diri dengan penuh sikap lemah-lembut dan

ramah-tamah. Begitu juga halnya dengan makluk ciptaan lainnya, ia selalu berusaha

bersahabat dengan mereka dengan sikap persaudaraan.

Dalam hubungannya dengan kosmos, ia menganggap keseluruhan kosmos

sebagai saudara-saudarinya, mengingat keterciptaan dan ketergantungan segenap

ciptaan pada Allah yang satu dan sama. Baginya, manusia sebagai salah satu

makhluk ciptaan perlu menjalin persaudaraan yang akrab dengan semua unsur

ciptaan, sebab sekalian ciptaan bisa menjadi anak tangga yang menuntun manusia ke

tahta Sang Pencipta. Kedekatan St. Fransiskus Asisi dengan alam semesta dan segala

ciptaan secara khusus dapat disimak dalam kidung rohaninya, ‘Gita Sang Surya’

yang digubah dua bulan menjelang ia wafat. Dalam kidung ini, tampak persaudaraan

dan persahabatannya secara akrab dengan semua mahkluk ciptaan Tuhan (Chang,

2001: 105-106).

2. Relasi St. Fransiskus Asisi dengan Allah di dalam Doa

Setelah mengalami pertobatan, St. Fransiskus Asisi selalu berdoa untuk

mendekatkan diri dan mendengarkan kehendak Allah dari dirinya. Di dalam doa dia

dapat berjumpa dengan Allah dan dalam perjumpaannya tersebut ia mengungkapkan

pelbagai dinamika suasana batinnya. Doa merupakan momen paling berharga

baginya untuk berbicara dengan Allah tentang rasa syukurnya atas anugerah dan

kasih yang telah diberikan oleh Allah di dalam hidupnya.

Page 92: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

74

Dengan adanya kesadaran bahwa doa itu sangat bermakna bagi hidupnya,

maka St. Fransiskus Asisi berusaha mengajak semua orang untuk memuji dan

memuliakan Allah lewat doa. Dengan doa manusia dapat dipersatukan, dekat dan

mampu memahami misteri keselamatan Allah. Ia banyak menulis doa yang

menunjukkan kesatuan dan rasa syukurnya kepada Allah atas pelbagai kebaikan yang

telah diberikan-Nya bagi manusia. Salah satu doa yang menunjukkan ajakan untuk

memuji Tuhan dapat disimak dari doanya berikut ini:

Takutlah akan Tuhan dan muliakanlah dia Ya Tuhan, Engkau layak menerima puji-pujian dan kemuliaan Kamu sekalian yang takut akan Tuhan, pujilah Dia Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu Pujilah dia, langit dan bumi Pujilah Tuhan, kamu sekalian sungai Muliakanlah Allah, hai anak-anakNya Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenaNya Aleluya, aleluya, aleluya. Kaulah Raja Israel Semua yang bernafas memuji Allah Pujilah Tuhan karena Dia baik Segala karyaNya pujilah Allah Semua unggas di udara pujilah Allah.” (Chang, 1989:68-69)

D. Gita Sang Surya sebagai Puncak Pengungkapan Spiritualitas Kosmis

St. Fransiskus Asisi

Puncak pengungkapan spritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi dapat dipahami

dengan menggali Gita Sang Surya yang telah digubahnya dua bulan sebelum ia

meninggal. Dalam rasa penderitaan fisik yang dialaminya ketika ia menanggung

stigmata dan sakit mata, ia masih mampu menyadari kehadiran dan kasih Allah di

dalam hidupnya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sakit fisik yang dialaminya

tidak mampu menghalangi rasa cintanya terhadap Allah dan segala makluk

ciptaanNya, bahkan sakit fisik yang dialaminya semakin memperuncing jiwa

Page 93: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

75

religiusnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Gita Sang Surya yang

digubahnya dalam ketidakberdayaan fisik sungguh mencerminkan eksisistensinya

yang begitu setia dan peka terhadap visi hidupnya yakni menjaga keutuhan dan

keharmonisan seluruh ciptaan. Gita Sang Surya yang telah digubah oleh St.

Fransiskus Asisi untuk memuji dan memuliakan Allah waktu ia sakit di San

Damiano adalah sebagai berikut:

Tuhan yang penyayang, mahaluhur dan mahakuasa, kepadaMulah puji- pujian dan kemuliaan, kehormatan dan segala keluhuran. MilikMu saja kesemuanya itu, Sang Mahaluhur, dan tiada insan layak menyebut NamaMu. Terpujilah Engkau, Tuhanku, dengan sekalian makhlukMu, terutama tuanku saudara Surya, dia itu siang dan menerangi kami dengan pancarannya. Dia itu elok dan bersinar dengan teramat cerahnya, pembawa lambangMu, Sang Mahaluhur. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena saudari Rembulan dan Bintang-bintang. Kau pasang mereka di cakrawala, serba terang, indah dan mulia. Terpujilah Engkau, Tuhanku,karena saudara Angin, udara dan mega, cerah-cuaca dan sekalian iklim; Kaupelihara sekalian mahlukMu dengan senantiasa. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena saudara Air, besar gunanya, merendah, mulia dan murni. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena saudara Api malam kelam Kauterangi dengannya, dia itu bagus lagi periang, gagah lagi perkasa. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena saudari kami, Ibu Pertiwi, penyuap dan pengasuh kami, penghasil buah-buahan, bunga beraneka warna dan hijau-hijauan. Terpujilah Engkau, Tuhanku, oleh sekalian pemaaf demi kasihMu, oleh penanggung duka dan derita. Bahagialah yang menanggungnya dengan tenang, sebab mereka akan Kauberi mahkota, Tuhan yang mahaluhur. Terpujilah Engkau, Tuhanku, Karena saudara kami Maut jasmani, darinya tiada insan hidup terlepas. Malanglah yang mati dalam dosa. Bahagialah yang didapati dalam kehendak suciMu, maut kedua takkan mencelakakannya. Puji dan muliakanlah Tuhanku, beri syukur kepadaNya, Abdilah Dia dengan kerendahan hati besar (Wahyo, 1975:73-74)

Page 94: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

76

1. Kedudukan Gita Sang Surya Sebagai Cermin Kepribadian Kosmis

St. Fransiskus Asisi

Gita Sang Surya berperan penting untuk mengungkapkan penghayatan

kepribadian kosmis St. Fransiskus Asisi, karena gita atau kidung ini merupakan

cerminan dari keseluruhan pribadinya. Di dalam kidung ini, Ia mengungkapkan cinta

dan perhatiannya kepada seluruh ciptaan, termasuk kepada Allah Pencipta. Pada bait

pertama Gita Sang Surya terungkap secara jelas bahwa ia sangat memuji Allah. Hal

ini memiliki arti yang sangat penting, di mana Allah merupakan fokus atau tempat

yang memainkan peranan utama di dalam hidupnya (Rout, 2001:20).

Dalam Gita Sang Surya St. Fransiskus Asisi sungguh mengungkapkan

kepribadiannya yang begitu mencintai alam ciptaan. Dalam suasana penderitaan

akibat sakit mata dan stigmata yang diterimanya, ia masih berusaha untuk menyadari

dan merasakan kembali keindahan pelbagai macam ciptaan. Dalam suasana penuh

rasa kekaguman tersebut, ia senantiasa menyertakan rasa kekaguman kepada Tuhan

sebagai penciptanya. Ia sungguh menyadari betapa baik dan agungnya Allah, karena

telah menciptakan segala sesuatu yang sungguh bermanfaat bagi kehidupan seluruh

umat manusia. Salah satu kekhasan yang muncul dari Gita Sang Surya tersebut

adalah kepribadiannya yang begitu akrab bersahabat dengan pelbagai unsur ciptaan.

Hal ini terlihat jelas, di mana dalam Gita Sang Surya ia memanggil ciptaan sebagai

“saudara” dan “saudari” (Chang, 1989: 86).

2. Gita Sang Surya sebagai Bentuk Pengungkapann Rasa Persaudaraan

St. Fransiskus Asisi dengan Semua Unsur Kosmos

Di dalam Gita Sang Surya St. Fransiskus Asisi juga menggunakan kata

“sekalian”. Hal ini menunjukkan universalisme rasa persaudaraan dalam dirinya

Page 95: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

77

terhadap ciptaan. Ia mulai mengungkapkan rasa persaudaraannya dari langit yakni

matahari, bulan dan bintang. Setelah itu ia mengungkapkan persaudaraannya pada

bumi yang memiliki empat unsur pokok pendukung kehidupan yakni: udara, air, api,

dan tanah.

Setelah menyinggung pelbagai unsur makrokosmos, St. Fransiskus Asisi

kemudian menyinggung unsur mikrokosmos, khususnya manusia. Ia sungguh

menyadari eksistensi dirinya dan manusia lain yang berada di tengah-tengah

mikrokosmos. Baginya, keberadaan pelbagai unsur alam sungguh bermanfaat bagi

manusia. Allah telah menganugerahkan semua ciptaan untuk digunakan dan

dimanfaatkan demi keberlangsungan hidup umat manusia, namun dalam

pemanfaatan ini manusia harus tahu batas. Dalam hal ini, ia berusaha mewujudkan

integritas dan persaudaaran antara unsur mikrokosmos dengan makrokosmos (Chang,

1989:89).

3. Gita Sang Surya sebagai Ungkapan Kepribadian St. Fransiskus Asisi yang

Senantiasa Mengangkat Martabat Ciptaan

Dalam Gita Sang Surya, St. Fransiskus Asisi menggunakan istilah “saudara”

dan “saudari” untuk menyapa pelbagai unsur alam. Penggunaan istilah ini

menunjukkan keintiman hubungannya dengan pelbagai unsur alam. Rasa

persaudaraan ini muncul secara murni dari dalam lubuk hatinya. Melalui sapaan

tersebut, secara jelas ia menyadari keberadaan dirinya bersama-sama dengan

makhluk ciptaan lain telah diciptakan oleh Allah dalam satu kesatuan kosmos yang

tidak dapat terpisahkan. Dalam taraf kesadaran ini ia ingin mengupayakan rasa

Page 96: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

78

solidaritasnya terhadap ciptaan, terutama atas pelbagai perusakan dan penindasan

terhadap ciptaan yang telah terjadi (Chang, 1989:89-91).

Bagi St. Fransiskus Asisi, masing-masing ciptaan Tuhan mempunyai nilai

dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, semua ciptaan Tuhan berhak untuk dihormati

dan dihargai, bukan untuk dirusak demi kepentingan manusia secara sepihak saja.

Semua ciptaan adalah sesama saudara yang sederajat dan membentuk suatu kesatuan

di dalam Tuhan sebagai Pencipta segala sesuatu (Buntaran 1996: 56-58).

4. Gita Sang Surya Mengungkapkan Pandangan St. Fransiskus Asisi terhadap

Pelbagai Unsur Kosmos

Pandangan St. Fransiskus Asisi terhadap kosmos atau ciptaan secara jelas

dapat digali dari Gita Sang Surya yang telah digubahnya. Berdasarkan Gita Sang

Surya yang digubahnya tersebut dapat dirangkum bahwa ada beberapa pokok

pandangannya terhadap ciptaan (Chang, 2001: 106).

Pertama, St. Fransiskus Asisi mengangkat martabat ciptaan non-manusia, baik

yang bernyawa atau tidak bernyawa. Selama ini martabat ciptaan non-manusia

kurang diperhatikan dan bahkan diremehkan oleh sebagian besar umat manusia. Oleh

karena itu, ia menggunakan istilah yang khas manusiawi untuk menyapa ciptaan

yaitu saudara dan saudari. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa ia sungguh menyadari

eksistensi ciptaan sebagai sesamanya.

Kedua, berdasarkan Gita Sang Surya manusia menyadari bahwa St. Fransiskus

Asisi telah menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap ciptaan. Ciptaan

memiliki nilai dalam diri mereka masing-masing, tanpa ditentukan oleh manusia.

Eksistensi ciptaan dalam jagat raya ini tidak tergantung dan berasal dari manusia.

Page 97: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

79

Oleh karena itu, pelbagai ciptaan pantas untuk dilindungi dan dihargai seperti halnya

manusia menghargai sesamanya manusia.

Ketiga, di dalam Gita Sang Surya terkandung kesadaran St. Fransiskus Asisi

akan keberadaan pribadinya sebagai bagian dari unsur atau elemen dalam alam

semesta yang tergantung penuh pada Pencipta. Ia menyadari hal ini dengan

menghayati hidup dalam kebersamaan dengan ciptaan lain. Ia berusaha membentuk

persaudaraan yang universal. Dengan adanya persaudaraan semacam ini semua

ciptaan akan semakin dipersatukan dengan Allah.

E. Relevansi Spiritualitas Kosmis St. Fransiskus Asisi bagi Upaya Pelestarian

Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak

St. Fransiskus Asisi terkenal karena perhatian dan cintanya kepada orang

miskin dan alam. Cintanya kepada alam didasarkan pada pemahaman bahwa semua

ciptaan yang ada di sekitarnya telah membentuk satu keluarga bersamanya. Perasaan

kekeluargaan sangat menonjol dalam sikapnya terhadap semua unsur ciptaan. Ia

melihat dan percaya bahwa rangkulan penyelenggaraan Allah atas semua unsur

ciptaan membentuk persaudaraan dalam Kristus. Pilihannya untuk hidup sebagai

orang miskin dan persahabatannya dengan semua makhluk sangat layak menjadi

contoh bagi manusia dewasa ini (Pare, 1992b: 90). Oleh karena itu, kepribadian St.

Fransiskus Asisi ini sangat relevan sebagai teladan dan inpirasi bagi jemaat yang ada

di Keuskupan Agung Pontianak dalam mengupayakan pelestarian lingkungan hidup

yang ada di sekitar mereka saat ini.

Page 98: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

80

1. Dasar Relevansi

Dalam krisis lingkungan yang terjadi sekarang ini. Menurut Lynn White

sebagaimana yang diungkapkan oleh Edi Petebang (1999b: 12), bahwa teknologi

modern dan perkembangan ilmu pengetahuan belaka tidak sanggup mengeluarkan

manusia dari krisis lingkungan hidup yang terjadi dewasa ini, hingga manusia

menemukan suatu religi baru atau memikirkan kembali agama kuno umat manusia

(Chang, 1989:118). Krisis lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak ditandai

dengan kecenderungan masyarakat untuk mengeksploitasi lingkungan hidup. Krisis

lingkungan hidup ini salah satunya diakibatkan oleh masyarakat yang meninggalkan

tradisi nenek moyang mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Padahal

bagi masyarakat adat di Keuskupan Agung Pontianak, tradisi untuk melestarikan

alam mempunyai nilai religius. Mereka percaya, bahwa alam merupakan anugerah

dari yang Mahakuasa yang pantas untuk dilestarikan.

Berhadapan dengan kelunturan tradisi ini, masyarakat perlu memperbaiki

perilakunya yang dimaknai sebagai suatu pertobatan seperti yang dilakukan oleh St.

Fransiskus Asisi. Pertobatan dapat menghantarkan masyarakat yang ada di

Keuskupan Agung Pontianak untuk merefleksikan dan melaksanakan tradisi nenek

moyang mereka yang setia menjaga kelestarian alam. Dasar relevansi spiritualitas

kosmis St. Fransisikus Asisi ini adalah pertobatan. Berangkat dari pertobatanlah, St.

Fransiskus Asisi dapat dekat dan menjalin hubungan cinta kasih dengan segenap

ciptaan maupun dengan Pencipta.

Pertobatan dapat menghatar manusia pada perubahan sikap terhadap alam,

sekaligus memperkembangkan masyarakat kosmis. Melalui pertobatan manusia akan

Page 99: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

81

terdorong untuk bertindak sesuai dengan kehendak ilahi, yaitu mencintai semua

ciptaan. Dalam suasana pertobatan manusia diundang untuk merenungkan

keberadaannya dan mendekatkan diri pada Allah sebagai pencipta segala sesuatu.

Dalam suasana kedekatan dengan Allah, manusia dapat melaksanakan kehendak-Nya

untuk mengasihi ciptaan, tanpa ada niat untuk menguasainya.

2. St. Fransiskus Asisi Sebagai Pola Anutan Pelestarian Lingkungan Hidup

di Keukupan Agung Pontianak

Kehadiran St. Fransiskus Asisi yang telah menjungkirbalikkan pandangan dan

perilaku manusia saat ini yang cenderung berusaha menguasai dan mengeksploitasi

lingkungan hidup. Pandangan dan teladan St. Fransiskus Asisi pada dasarnya telah

meluruskan tradisi masyarakat adat Dayak di Keuskupan Agung Pontianak untuk

melestarikan alam. Oleh karena itu, dalam karya pastoral ekologi peranan

spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi sangat penting untuk meneguhkan sekaligus

mengundang jemaat menghadapi krisis lingkungan hidup.

Keadaan dan situasi masyarakat di Keuskupan Agung Pontianak yang

mayoritas merupakan masyarakat agraris, pada dasarnya telah memiliki tradisi untuk

menjaga keutuhan lingkungan hidup. Sebagai masyarakat agraris mereka akrab

dengan lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Mereka memiliki tradisi

pengelolaan hutan dan penyelamatan keanekaragaman hayati yang merupakan

warisan budaya nenek moyang. Warisan budaya masyarakat yang ada di Keuskupan

Agung Pontianak ini merupakan potensi untuk menciptakan masyarakat kosmis.

Masyarakat kosmis merupakan masyarakat yang senantiasa menjaga hubungan yang

harmonis dengan ciptaan dalam kehidupannnya sehari-hari. Tradisi pengelolaan

Page 100: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

82

hutan dan kekayaan hayati dalam masyarakat adat di Keuskupan Agung Pontianak

tentunya sangat relevan dengan misi hidup St. Fransiskus Asisi untuk menjaga

keutuhan ciptaan.

Spritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi kiranya dapat memberikan sumbangan

gagasan, teladan, dan pola anutan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup di

Keuskupan Agung Pontianak. Jalur utama yang ditempuh dalam upaya pelestarian

lingkungan hidup berdasarkan spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi adalah cinta

kasih kepada semua ciptaan. Jalur utama cinta kasih terhadap ciptaan sebenarnya

tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat yang ada di Keuskupan Agung

Pontianak, khususnya dalam kehidupan masyarakat adat. Tradisi masyarakat adat

dalam pengelolaan hutan dan penyelamatan keanekaragaman hayati merupakan bukti

bahwa pada dasarnya masyarakat atau jemaat di Keuskupan Agung Pontianak

mencintai lingkungan hidup yang ada di sekitar mereka. Tradisi dalam masyarakat

adat ini dijalankan untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan alam ciptaan

dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tentunya hal ini dapat menjadi potensi yang

mendukung dalam penghayatan spiritualitas Kosmis St. Fransiskus Asisi bagi jemaat

di Keuskupan Agung Pontianak.

Di Keuskupan Agung Pontianak juga banyak berkarya ordo dan tarekat yang

didirikan oleh St. Fransiskus Asisi sendiri, antara lain: OFM Cap, MTB dan SMFA.

Ordo dan tarekat ini berkarya pada pelbagai bidang kehidupan publik, terutama pada

lembaga-lembaga Gereja di Keuskupan Agung Pontianak. Tentunya keberadaan

tarekat dan ordo yang mendasarkan diri pada semangat St. Fransiskus Asisi dapat

menjadi faktor pendukung atau potensi untuk mewujudkan dan memperkembangkan

Page 101: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

83

spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi di Keuskupan Agung Pontianak. Dengan

adanya faktor pendukung ini, diharapkan bahwa spiritualitas kosmis St. Fransiskus

Asisi dapat sungguh terwujud di tengah-tengah kehidupan masyarakat, khususnya

jemaat di Keuskupan Agung Pontianak. Kiranya, upaya ini dapat menciptakan suatu

habitus baru dalam perwujudan masyarakat kosmis di Keuskupan Agung Pontianak

untuk melestarikan lingkungan hidup.

Page 102: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

BAB IV

KATEKESE UMAT SEBAGAI BENTUK PEMBERDAYAAN JEMAAT

DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK DALAM RANGKA

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Pada bab III penulis telah mengungkapkan tentang spiritualitas kosmis St.

Fransiskus Asisi. Dari pembahasan tersebut, penulis dapat menyadari bahwa

spritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi sungguh relevan sebagai inspirasi pelestarian

lingkungan hidup saat ini, khususnya bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak.

St. Fransiskus Asisi merupakan salah satu tokoh besar dalam Gereja, oleh karena itu

spiritualitas kosmis yang ia miliki merupakan “harta kekayaan” Gereja yang dapat

membantu umat manusia menanggapi keprihatinan akan krisis lingkungan hidup

yang terjadi saat ini. Dengan menghayati spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi,

manusia dapat menyadari bahwa segenap ciptaan mempunyai peran dan kekhasan

masing-masing dalam jagat raya ini. Kesadaran semacam ini pada akhirnya dapat

menghantarkan manusia dalam kesadaran untuk menjaga keutuhan dan kelestarian

seluruh ciptaan yang ada di jagat raya ini.

Dalam pelestarian lingkungan hidup berdasarkan spiritualitas kosmis St.

Fransiskus Asisi, katekese umat menjadi bagian penting sebagai suatu bentuk

pemberdayaan jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam pelestarian lingkungan

hidup. Dalam hal ini, katekese umat merupakan kegiatan pastoral gereja yang

membangun kesadaran sekaligus memberdayakan jemaat di Keuskupan Agung

Pontianak agar mencintai lingkungan hidup seperti yang diwujudkan oleh St.

Fransiskus Asisi. Oleh karena itu, katekese umat hendaknya dapat dilaksanakan

Page 103: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

85

secara terus-menerus di dalam hidup jemaat, sehingga melalui katekese umat mereka

dapat menanggapi sekaligus mencari solusi atas kepihatinan akan krisis lingkungan

hidup yang terjadi di sekitar mereka. Maka pada bab ini akan membahas tentang

katekese umat dan usulan progamnya, khususnya katekese umat dengan metode

analisis sosial dalam rangka melestarikan lingkungan hidup berdasarkan nilai-nilai

spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi.

A. Gambaran Umum Katekese Umat

Jemaat kristiani tentunya tidak asing dengan istilah katekese umat, karena

dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga gereja mereka diharapkan terlibat secara

aktif dalam kegiatan ini. Kegiatan ini terutama dilaksanakan untuk mendalami iman

jemaat, sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka dapat semakin menghayati

imannya secara dewasa. Untuk memahami katekese umat secara umum, maka

berikut ini akan diuraikan mengenai:

1. Pengertian Katekese Umat

Paus Yohanes Paulus II memberikan pengertian bahwa katekese adalah:

Pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud menghantar pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18).

Berdasarkan rumusan arti katekese di atas dapat dipahami bahwa ketekese

hendaknya dilaksanakan secara teratur dan terencana untuk membantu jemaat

mengkomunikasikan imannya, sehingga mereka dapat saling meneguhkan dan

mengembangkan imannya dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam komunikasi ini

jemaat tidak hanya mengungkapkan imannya, tetapi juga mendengarkan dan

Page 104: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

86

menangkap iman dari tradisi Gereja serta yang paling penting adalah menghayati

imannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui katekese, jemaat dapat

menumbuhkembangkan imannya untuk mencapai kepenuhan iman dalam Kristus.

Dalam lingkup Gereja lokal Indonesia, para wakil gereja merumuskan katekese

yang diilhami oleh terang Konsili Vatikan II dan disesuaikan dengan situasi konkret

umat Indonesia. Para wakil gereja merumuskan katekese pada pertemuan PKKI II di

Klender dengan istilah katekese umat, di mana katekese umat dimengerti sebagai

komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota

jemaat. Melalui kesaksian itu para peserta saling membantu sedemikian rupa,

sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna

(Komisi Kateketik KWI, 1995: 11).

Katekese umat lebih dipahami sebagai komunikasi iman daripada tukar

menukar gagasan. Memang unsur pengetahuan juga penting tetapi hal yang menjadi

titik tolaknya adalah pengalaman hidup jemaat beriman yang menghayati imannya

dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman merupakan langkah awal dari katekese

umat, kemudian direfleksikan di dalam terang iman dan diusahakan agar sampai

pada pengalaman baru yang lebih baik.

Dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan hidup, melalui katekese umat

diharapkan jemaat semakin mampu mengupayakan pelestarian lingkungan hidup.

Hal ini merupakan salah satu bentuk penghayatan iman jemaat dalam kehidupan

sehari-hari, demi terwujudnya Kerajaan Allah di dunia ini. Oleh karena itu, dalam

katekese umat yang berwawasan ekologis, harta kekayaan Injili hendaknya dikupas

dan direfleksikan dalam cakrawala kesadaran akan keluhuran alam semesta. Pertama,

Page 105: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

87

kisah penciptaan dengan cara penafsiran baru akan memiliki banyak peranan dalam

katekese semacam ini. Kedua, tema Kerajaan Allah akan mendapat penekanan baru,

sebagai sebuah rumusan yang diidamkan Yesus sendiri tentang dunia baru sebagai

lingkup keselamatan, bukan tempat manusia melampiaskan egoismenya. Ketiga,

penglihatan visioner kitab Wahyu akan mendapat tempat yang berarti, khususnya

dalam peranan misteri salib dan pembentukan dunia baru (Putranto, 2006: 10).

2. Tujuan Katekese Umat

Katekese merupakan sarana pewartaan Kabar Gembira kepada seluruh

jemaat, sehingga dengan pewartaan tersebut jemaat mengalami perkembangan dalam

iman. Oleh karena itu, katekese memiliki tujuan yang khusus yaitu mengembangkan

iman umat, menuju pada kepenuhan hidup Kristen. Secara bertahap umat ditolong

untuk mendalami misteri Yesus Kristus, supaya seluruh hidupnya diresapi oleh

sabdaNya (CT, art. 20).

Berdasarkan pemahaman ini, maka katekese umat hendaknya dilaksanakan

secara bertahap dan terencana untuk membantu jemaat memperkembangkan

imannya. Jemaat diharapkan dapat mengenal dan mendalami misteri kedatangan

Yesus Kristus ke dunia. Dalam hal ini, katekese umat membantu jemaat

menumbuhkembangkan iman, sehingga mencapai kepenuhan hidup dalam Kristus.

Dalam PKKI II dirumuskan bahwa katekese umat memiliki tujuan sebagai

berikut:

a. supaya dalam terang injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari.

b. dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadirannya dalam kenyataan hidup sehari-hari

Page 106: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

88

c. dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita;

d. pula kita semakin bersatu dalam kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas gereja setempat dan mengokohkan gereja semesta;

e. sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat (Komisi Kateketik KWI, 1995: 12).

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan katekese umat

pertama-tama membantu jemaat secara pribadi memperkembangkan hidupnya dalam

pengolahan pengalaman hidup yang didasari oleh suasana pertobatan, sehingga

mereka peka akan campur tangan Allah dalam hidup mereka sehari-hari. Katekese

umat memampukan jemaat untuk memiliki dasar iman yang kuat secara biblis dan

teologis, sehingga jemaat mampu mempertanggungjawabkan dan memaknai

imannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui dasar biblis dan teologis yang kokoh,

jemaat dapat mengetahui rahasia keselamatan. Oleh karena itu, dengan inspirasi

biblis dan teologis diharapkan jemaat mampu menggali dan menghayati iman sesuai

kehendak Allah.

Katekese umat dilaksanakan untuk membangun kesadaran jemaat, bahwa

mereka merupakan bagian dari karya keselamatan Kristus. Dalam hal ini katekese

umat membantu dan mengajak jemaat menanggapi pelbagai persoalan dan

keprihatinan hidup mereka, sehingga tercipta transformasi sosial di tengah-tengah

hidup jemaat. Transformasi ini adalah mengusahakan kehidupan yang lebih baik

demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Usaha untuk mewujudkan Kerajaan

Allah di dunia ini merupakan cita-cita Yesus Kristus. Selain itu, katekese umat

diharapkan dapat mengajak jemaat ambil bagian untuk mewujudkan cita-cita Yesus

Kristus itu, karena sebagai jemaat kristiani mereka telah mempunyai komitmen untuk

menjadi murid-Nya. Sebagai konsekuensinya jemaat dipanggil untuk mewujudkan

Page 107: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

89

Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan muara akhir penyelenggaraan katekese

umat itu sendiri. Kerajaan Allah merupakan nilai kebenaran yang bersifat obyektif

dan universal. Kerajaan Allah menjadi cita-cita hidup semua orang yang

berkehendak baik. Kerajaan Allah tidak dapat dibangun sendiri saja, karena

kehadiran Kerajaan Allah menyangkut unsur yang kompleks dan komprehensif di

dunia ini.

3. Isi Katekese Umat

Katekese umat memerlukan isi yang jelas, agar sungguh mampu

menumbuhkembangkan iman jemaat sesuai dengan ajaran iman Gereja. Paus

Yohanes Paulus II menyatakan bahwa:

Karena katekese merupakan suatu momen atau aspek dalam pewartaan Injil, isinya juga tidak dapat lain kecuali isi pewartaan Injil sendiri secara menyeluruh. Satu-satunya amanat yakni Warta Gembira Keselamatan yang telah didengar sekali atau ratusan kali dan telah diterima setulus hati, dalam ketekese terus menerus didalami melalui refleksi dan studi sistematis, melalui kesadaran akan gema pantulannya dalam kehidupan pribadi seseorang, suatu kesadaran yang meminta komitmen yang semakin penuh dan dengan mengintegrasikannya dalam keseluruhan yang organis dan selaras yakni peri hidup Kristen dalam masyarakat dan dunia (CT, art. 26).

Berdasarkan artikel di atas dapat dipahami bahwa isi katekese umat adalah hidup,

karya, dan Warta Gembira Yesus Kristus. Warta Gembira Keselamatan yang dibawa

oleh Yesus Kristus merupakan inspirasi, pedoman iman dan pengharapan hidup

jemaat. Sebagai jemaat Kristiani mereka sadar dipanggil untuk turut serta dalam

pewartaan Kabar Gembira, sehingga Kabar Gembira menjadi komitmen dan dasar

hidup jemaat yang harus diperjuangkan di tengah-tengah masyarakat. Maka, melalui

katekese umat diharapkan jemaat dapat semakin menghayati panggilan hidupnya

dalam kehidupan sehari-hari.

Page 108: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

90

Di dalam katekese umat, jemaat bersaksi tentang imannya akan Yesus Kristus

sebagai pengantara Allah yang bersabda kepada manusia dan pengantara manusia

menanggapi sabda Tuhan. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup di dalam Kitab

Suci, khususnya dalam Perjanjian Baru yang mendasari iman Gereja (Komisi

Kateketik KWI, 1995: 15). Jadi dalam katekese umat, pola dan penentunya adalah

Yesus Kristus, karena melalui dan di dalam Dialah manusia dapat berjumpa dengan

Allah. Seluruh hidup dan karya Yesuslah yang dapat menuntun manusia pada jalan

keselamatan.

Di dalam katekese umat perlu juga diperhatikan bahwa katekese umat

hendaknya mampu mendorong jemaat untuk merefleksikan dan memaknai

pengalaman hidupnya, sehingga berangkat dari realitas hidup itu jemaat dapat

semakin menghayati imannya secara penuh dalam penghayatan iman baru akan

Yesus Kristus. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa isi katekese perlu

memperhatikan konteks katekese umat yang berasal dari, oleh, dan untuk jemaat.

Dalam realitas dan konteks hidupnya, jemaat tidak terlepas dalam eksistensinya

sebagai bagian masyarakat. Untuk itu, katekese umat diharapkan mampu

menanggapi dan menjawab kebutuhan masyarakat secara luas. Katekese umat

diusahakan dapat menjawab keprihatinan-keprihatinan global yang terjadi di tengah-

tengah masyarakat, sehingga melalui katekese umat semua orang dapat menghayati

imannya akan Yesus Kristus secara nyata dalam pelayanan untuk menjawab segala

permasalahan hidup yang ada. Jadi, isi katekese umat itu tidak terlepas dari medan

keprihatinan dan permasalahan hidup manusia di dunia saat ini. Keprihatinan dunia

Page 109: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

91

saat ini merupakan tantangan bagi perwujudan Kerajaan Allah yang merupakan

amanat sekaligus misi Yesus Kristus yang ingin dihadirkan melalui katekese umat.

4. Peserta Katekese Umat

Paus Yohanes Paulus II telah menyatakan bahwa katekese merupakan

pembinaan iman yang ditujukan kepada anak-anak, kaum muda, dan orang-orang

dewasa dalam iman (CT, Art. 26). Berdasarkan dokumen ini, dapat dipahami bahwa

semua orang beriman merupakan subyek katekese umat. Semua orang beriman

memiliki hak untuk mendalami imannya melalui kegiatan katekese umat.

Peserta katekese umat adalah jemaat beriman itu sendiri, artinya semua orang

beriman yang secara pribadi memilih Yesus Kristus dan secara bebas berkumpul

untuk mendalami Yesus Kristus. Kristus menjadi pola hidup pribadi maupun pola

kehidupan kelompok (Lalu, 2005: 69). Semua orang beriman berarti mereka yang

secara sadar terpanggil untuk mendalami imannya secara terus menerus. Sebagai

warga Gereja tentunya semua umat beriman menyadari pentingnya katekese umat

untuk mendalami imannya. Di dalam katekese umat mereka dapat saling

mengkomunikasikan, meneguhkan dan memperkembangkan imannya secara

bersama. Mereka yang secara pribadi memilih Yesus Kristus berarti semua orang

beriman yang sudah memilih Kristus secara mutlak dan mengungkapkan

keputusannya dalam permandian, maupun bagi mereka yang ingin mengenal Kristus

(para katekumen). Sedangkan mereka yang bebas berkumpul untuk mendalami

Kristus dimaksudkan bahwa penghayatan iman mengandaikan suasana bebas. Secara

teori Gereja menolak paksaan dalam hal agama, karena secara psikologi dan teologi

menunjukkan bahwa komunikasi iman yang dalam hanya mungkin terjadi dalam

Page 110: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

92

suasana sukarela. Dalam hal ini peserta katekese umat merupakan subyek yang

secara bebas hadir untuk mendalami imannya (Komisi Kateketik KWI, 1995: 16).

Di dalam katekese umat, jemaat memiliki tempat yang sentral. Setiap anggota

jemaat diterima dan dihormati sebagai pelaku atau subyek katekese umat. Mereka

secara aktif ambil bagian di dalam proses katekese umat. Merekalah yang bersama-

sama berkomunikasi, berefleksi, dan bersaksi secara bersama sehingga dapat saling

meneguhkan antara satu dengan yang lain dalam terang iman Gereja.

Katekese umat hendaknya membantu jemaat agar semakin bertanggungjawab

terhadap pelbagai dinamika kehidupannya. Keadaan hidup jemaat sendiri terdiri dari

pelbagai kebutuhan, minat dan permasalahan hidup yang khas. Maka, katekese umat

akan dikatakan berhasil apabila dapat menjawab dan menananggapi kebutuhan atau

permasalahan yang dihadapi oleh jemaat.

5. Pendamping Katekese Umat

Meskipun di dalam katekese umat lebih menekankan peranan umat,

kehadiran seorang pendamping atau katekis tidak dapat di kesampingkan.

Pendamping katekese umat merupakan pihak yang membantu umat dalam

penghayatan dan pergumulan hidup berimannya. Untuk membantu dan mengarahkan

umat dalam menghayati imannya ini, pendamping katekese umat hendaknya dapat

menjadi sahabat, patner, dan mitra umat itu sendiri. Dalam keberadaannya tersebut,

pendamping akan dekat kehidupan umat dan mampu memahami segala

permasalahan dan kebutuhan umat yang dilayaninya. Pendamping dan umat dapat

menyadari bahwa mereka bersama-sama hidup dalam peziarahan spiritual untuk

mewujudkan Kerajaan Allah. Mereka secara bersama-sama menyadari bahwa untuk

Page 111: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

93

mewujudkan Kerajaan Allah itu, mereka diutus untuk melayani sesamanya.

Sehubungan dengan pendamping katekese umat, PKKI II menegaskan bahwa:

Dalam katekese yang menjemaat ini pemimpin katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya para peserta berani berbicara secara terbuka. Tugas mengajar yang dipercayakan kepada hierarki menjamin agar seluruh kekayaan iman berkembang dengan lurus (Lalu, 2005: 71).

Dalam Gereja Indonesia pemimpin katekese umat biasanya disebut katekis, guru

jumat, porhanger, guru minggu, guru agama, ketua umat dan lain-lain. Dalam hal ini

pemimpin katekese umat diharapkan dapat membawakan diri sesuai dengan fokus

perhatiannya. Pemimpin katekese umat hendaknya tidak membawakan diri sebagai

pembesar yang memberikan indoktrinasi kepada bawahannya. Pemimpin katekese

umat tidak memberi kesan seakan-akan dia lebih pandai dibandingkan peserta dalam

menyampaikan pengetahuan dan pandangannya. Pemimpin katekese umat

hendaknya meneladani Yesus Kristus sebagai seorang figur pemimpin sejati (Komisi

Kateketik KWI, 1995: 17). Kiranya, profil kepemimpinan Kristus menjadi pola

keteladanan yang dapat mengarahkan seorang pemimpin katekese umat menjadi

figur katekis yang dicita-citakan oleh Gereja.

Pendamping hendaknya mampu memberikan sumbangan pemikiran dan

pemahaman kepada umat tentang jalan keselamatan yang dikehendaki oleh Allah.

Untuk itu pendamping dituntut mempunyai wawasan iman yang luas dan mendalam,

sehingga dengan kemampuannya itu ia dapat membantu jemaat dalam penghayatan

iman. Berangkat dari wawasan dan pemahaman iman yang luas, pendamping mampu

menjadi pelopor yang mendampingi jemaat untuk bersama-sama menyatukan aksi,

refleksi dan aksi baru dalam mewujudkan misi Gereja.

Page 112: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

94

Pendamping juga diharapkan mampu memberikan keteladanan, motivasi, dan

dukungan bagi jemaat untuk menghayati iman dalam pembaharuan hidup dan

pelayanan baru secara terus menerus. Untuk menjadi pendamping yang sejati, ia

harus meneladani Yesus Kristus sendiri yang mampu menghayati iman-Nya akan

Bapa, sehingga melalui penghayatanNya ini Ia dapat memberikan teladan kepada

jemaat-Nya untuk mewujudkan Kerajaan Allah. Jadi, seorang pendamping itu

hendaknya mampu menjadikan pola pendampingan Yesus sendiri sebagai inspirasi

pelayanan atau pendampingannya kepada jemaat.

B. Katekese Umat dengan Metode Analisis Sosial sebagai Salah Satu Usaha

yang Penting dalam Pelestarian Lingkungan Hidup.

Analisis sosial bukanlah merupakan metode katekese umat yang baru di

Indonesia, karena pada PKKI IV tahun 1988 di Bali analisis sosial sudah

diperkenalkan sebagai sarana yang perlu dipakai untuk mewujudkan katekese umat

yang mempunyai kontak dengan realitas situasi masyarakat. Semenjak saat itu

pelbagai lokakarya baik di tingkat nasional maupun regional telah diupayakan untuk

mendalami keterampilan mengadakan analisis sosial. Kemudian pentingnya analisis

sosial di dalam katekese umat ditegaskan lagi dalam pernyataan bersama peserta

PKKI V di Caringin Bogor tanggal 22-30 September 1992, di mana analisis sosial

disadari sebagai sarana yang penting khususnya dalam situasi sosial Indonesia saat

ini. Analisis sosial, terutama dalam model konflik perlu diupayakan untuk

mengungkapkan wujud konkret ketidakadilan dalam struktur sosial yang berlaku,

sehingga masyarakat peka akan ketidakadilan yang terjadi di dalam hidup mereka.

Analisis sosial sejalan dengan tugas keberadaan Kristiani di tengah dunia untuk

Page 113: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

95

mengungkit kesenjangan yang ada antara Kerajaan Allah yang sedang terwujud di

dunia dengan kenyataan-kenyataan yang menentangnya (Setyakarjana, 1997: 104).

Analisis sosial sangat dianjurkan untuk dilaksanakan terutama dalam

memproses tema-tema yang menyangkut ketidakadilan di tengah masyarakat (Lalu,

2005:65). Analisis sosial dalam katekese umat diharapkan dapat membantu jemaat

secara kritis menyadari situasi sosialnya. Krisis lingkungan hidup yang terjadi di

tengah hidup jemaat merupakan salah satu keprihatinan atau permasalahan sosial.

Dalam katekese umat tentang lingkungan hidup, analisis sosial dapat digunakan

untuk membantu jemaat sadar dan kritis atas keprihatinan atau permasalahan sosial

tersebut. Maka, berangkat dari kesadaran ini jemaat diharapkan peduli dan mampu

menanggapi krisis lingkungan hidup.

Dalam kasus perusakan lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan Agung

Pontianak, banyak ditemui kasus ketidakadilan antara kebijakan perusahaan-

perusahaan HTI dan HPH yang dilindungi oleh pemerintah pusat Republik Indonesia

dengan masyarakat adat. Ketidakadilan ini mencakup kebijakan perusahaan yang

cenderung merugikan kehidupan masyarakat adat, khususnya dalam pemanfaatan

sumber daya alam yang ada. Pemilihan katekese umat dengan metode analis sosial

sangat cocok digunakan untuk membangun jemaat di Keuskupan Agung Pontianak

menjadi subyek yang kritis terhadap pelbagai kebijakan perusahaan dan pemerintah.

Terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di sekitar

mereka.

Analisis sosial dalam katekese umat sangat penting untuk membantu jemaat

menyadari situasi hidupnya secara konkrit. Dalam katekese tentang lingkungan

Page 114: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

96

hidup, analisis sosial dapat digunakan untuk membantu jemaat menyadari krisis

lingkungan yang terjadi di tengah-tengah hidupnya. Sehingga berangkat dari

kesadaran ini, jemaat dapat mengambil sikap dan tindakan yang peduli terhadap

krisis lingkungan hidup yang ada. Maka berikut ini akan diuraikan mengenai model

katekese analisis sosial dan relevansinya bagi pengembangan jemaat di Keuskupan

Agung Pontianak dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

1. Arti dan Tujuan Analisis Sosial

Analisis sosial adalah suatu usaha untuk mempelajari struktur sosial yang ada,

mendalami institusi ekonomi, politik, agama, budaya, dan keluarga, sehingga dapat

diketahui sejauhmana dan bagaimana institusi-institusi itu menyebabkan

ketidakadilan sosial. Dengan mempelajari institusi-institusi itu, manusia akan mampu

melihat masalah sosial yang ada dalam konteksnya yang lebih luas. Keberhasilan

dalam melihat suatu masalah sosial yang hendak dipecahkan dalam konsteksnya

yang lebih luas akan memampukan manusia untuk menentukan aksi yang tepat dan

diharapkan dapat menyembuhkan akar penyebab dari masalah yang dihadapi. Jadi,

analisis sosial adalah suatu usaha nyata yang merupakan bagian penting dalam

menegakkan keadilan sosial (Lalu, 2005:80).

Selain pengertian di atas, analisis sosial juga dapat didefinisikan sebagai usaha

memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan

menggali hubungan-hubungan historis dan strukturalnya. Dalam hal ini, analisis

sosial berperan sebagai perangkat yang memungkinkan manusia menangkap dan

memahami realitas yang dihadapi melalui penyelidikikan terhadap struktur dari

lembaga-lembaga ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan, karena dari struktur

Page 115: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

97

lembaga-lembaga itulah muncul pelbagai masalah dan ke sana pula pelbagai

kebijakan tertuju (Holand & Henriot, 1986:30-31).

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan analisis sosial

pertama-tama menggali dan menganalisis permasalahan sosial dengan mendalami

intitusi-insitusi sosial yang ada dan mempengaruhi hidup masyarakat. Kedua, setelah

menemukan akar permasalahan sosial, maka ditentukan aksi konkrit untuk

menyembuhkan permasalahan sosial yang terjadi. Kemudian yang ketiga adalah

melakukan aksi bersama untuk menciptakan transformasi sosial di tengah-tengah

masyarakat, terutama di dalam intitusi yang menyebabkan ketidakadilan sosial

tersebut, sehingga melalui aksi sosial tercipta kehidupan yang lebih baik.

2. Unsur-unsur dalam Analisis Sosial

Dalam analisis sosial, ada sejumlah unsur yang perlu diselidiki. Unsur-unsur ini

ada di dalam masyarakat, di antaranya adalah: unsur historis, unsur struktural,

pelbagai pembagian masyarakat, dan pelbagai derajat dan tingkatan masalah yang

ada (Holand & Henriot, 1996: 39-50).

a. Unsur historis

Salah satu unsur terpenting dalam analisis sosial adalah masalah sejarah, karena

menyangkut titik dari mana berangkat dan ke mana tujuan pergi suatu analisis.

Memandang masalah sejarah adalah langkah pembebasan karena menempatkan

kejadian yang sedang berlangsung dan pelbagai tantangan dalam sebuah perspektif.

Unsur sejarah ditempatkan pada konteks yang lebih luas dengan memperjelas masa

lalu, serta menawarkan wawasan baru yang lebih baik bagi masa depan.

Page 116: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

98

Jika masalah sejarah dipandang secara serius, maka perlu dikembangkan suatu

bentuk kesadaran historis. Kesadaran historis memandang gerak waktu, dalam hal ini

waktu menunjukkan deretan pelbagai kejadian khas dimana manusia terlibat secara

sadar dan dapat dipengaruhi dengan sengaja.

b. Unsur struktural

Analisis sosial secara tajam berusaha mengenali struktur-struktur masyarakat

yang mencakup institusi-institusi dimana manusia melaksanakan kehidupan sosial,

antara lain: pemerintahan, hukum, pendidikan, perdagangan, tenaga kerja, gereja, dan

keluarga. Struktur-struktur sosial tersebut merupakan kenyataan yang harus dipahami

jika manusia menghendaki efektivitas tindakan bagi keadilan.

Keadilan sosial merupakan masalah struktural, bukan sekedar masalah

pribadi. Dengan bantuan analisis sosial manusia dapat mengenali struktur-struktur

utama yang sedang berlangsung dalam situasi tertentu dan maju mengatasi

pertimbangan-pertimbangan pribadi menuju perubahan tertentu. Dalam sebuah

analisis sosial yang sungguh mempertimbangkan struktur-struktur sosial, gabungan

institusional antara pelbagai struktur harus dikaji. Misalnya, tentang hubungan antara

struktur ekonomi dengan struktur politik yang berkembang dalam suatu wilayah.

Selain itu, melihat hubungan antara kekuatan ekonomi perusahan dan kekuatan

politik dalam sebuah negara, khususnya di negara-negara berkembang. Maka,

melalui analisis sosial manusia dapat mengamati struktur-struktur budaya yang

berperan sebagai basis institusional pelbagai cita-cita, mitos, dan simbol dalam suatu

masyarakat.

Page 117: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

99

3. Pelbagai Pembagian Masyarakat

Analisis sosial memungkinkan manusia melihat lebih jelas pembagian-

pembagian masyarakat menurut agama, ras, sex, kelas, umur, gografis, dll. Situasi

pembagian masyarakat semacam ini hadir sebagai sebuah fakta atau realitas yang

menjadi unsur kunci dalam analisis sosial. Ada dua alasan yang mendasari

pentingnya mengenali pembagian masyarakat. Pertama, dampak peristiwa tertentu

dalam situasi sosial mempengaruhi meluruh masyarakat. Kedua, jika dalam

pembagian masyarakat terdapat pertentangan, maka akan mengakibatkan kekacauan

proses perubahan sosial.

Analisis sosial dapat membuat manusia sadar akan pelbagai pembagian yang

ada di dalam masyarakat, sehingga pelbagai fakta yang ruwet tak-terabaikan.

Masalah “kelas” atau “kedudukan sosial” dalam masyarakat moderen sungguh rumit,

meskipun demikian dalam analisis kelas yang mendalam memungkinkan manusia

untuk melihat siapa tokoh yang membuat keputusan besar terutama dalam bidang

politik dan ekonomi yang pada gilirannya mempengaruhi masyarakat umum.

Analisis kelas dapat dibuat dengan mengajukan tiga pertanyaan sederhana yakni:

pertama siapa yang membuat keputusan? Kedua, siapa yang diuntungkan oleh

keputusan itu? dan ketiga, siapa yang dirugikan oleh keputusan itu?

4. Pelbagai Derajat dan Tingkatan Masalah yang Ada

Dalam analisis sosial, masalah yang terjadi dalam pelbagai tingkat: lokal,

regional, dan internasional harus diperhatikan, sehingga dapat diketahui tingkatan

permasalahan yang ada. Kerangka pemikiran semacam ini juga akan

mengungkapkan hubungan antar pelbagai tingkat masalah. Jawaban atas pelbagai

Page 118: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

100

masalah tersebut memang akan bermacam-macam sesuai dengan tingkat

permasalahannya. Meskipun demikian, terdapat hubungan antar tingkat

permasalahan. Hubungan itu perlu dikenali untuk menemukan jawaban yang

sungguh akurat. Dalam hal ini, masalah yang terjadi dalam pelbagai tingkat dapat

ditemukan semacam “garis merah”. Suatu masalah yang bersifat lokal, garis

merahnya mungkin terkait pada masalah regional dan bahkan internasional.

Analisis permasalahan menurut tingkatan dan hubungannya sungguh penting,

karena akan meluruskan salah paham bahwa masalah lokal itu bersaing dengan

masalah global. Sebuah permasalahan merupakan bagian dari keseluruhan

permasalahan yang ada. Hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhan dapat

dimengerti dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan berikut: Siapa yang mempunyai

kekuasaan? Bagi siapa kekuasaan itu dipergunakan? Penggunaan itu didasari nilai

apa? dan Dengan visi mana memandang masa depan?

5. Analisis Sosial dengan “Tiga Poros”

Dalam Nota Pastoral tahun 2004 yang berjudul ”Keadaan publik menuju habitus

baru bangsa”, KWI memperkenalkan analisa sosial dengan tiga poros, yaitu poros

negara, poros pasar, dan poros masyarakat. Dalam hal ini, hidup bersama yang sehat

seharusnya dibangun di atas pertimbangan tiga poros kekuatan yang sama-sama

mengelola ruang publik, yakni negara, pasar, dan masyarakat. Masing-masing

mempunyai landasan keberadaan serta aturan main yang berbeda (Lalu, 2005: 84).

a. Poros negara

Negara bertanggungjawab menyelenggarakan kesejahteraan umum melalui

badan-badannya bergerak di ruang publik. Keberadaan negara didasarkan atas

Page 119: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

101

kekuasaan yang dilimpahkan secara sah oleh masyarakat, melalui proses demokratis

(Pemilu). Oleh karena itu, lembaga publik ini mempunyai kuasa relgulatif (menjaga

keteraturan) yang memungkinkan pengaturan dan koordinasi hidup bersama. Dalam

analisis sosial fungsi lembaga ini perlu dianalisis, apakah kebijakan-kebijakan publik

yang dikeluarkan oleh negara telah mendukung terciptanya kesejahteraan umum?

b. Poros pasar

Pasar atau sektor bisnis bergerak di ruang publik melalui urusan transaksi jual-

beli barang atau jasa secara spontan. Di dalam sektor ini, tentunya upaya untuk

memperloleh keuntungan baik bagi penjual dan pembeli merupakan hal yang lumrah,

tetapi perlu diperhatikan apakah persaingan yang ada pada sektor ini berkembang

secara sehat atau tidak. Dalam sektor pasar, pelbagai kebijakan yang muncul secara

spontan perlu dikaji apakah sudah mendukung tercipnya kesejahteraan umum, atau

mungkin malah menghambat kesejahteraan umum, terutama kesejahteraan bagi

kaum miskin.

c. Poros masyarakat

Masyarakat berinteraksi di ruang publik atas dasar saling percaya dan tata

perilaku sosial yang diandaikan telah diterima dan dihormati semua pihak.

Kedamaian dan kesejahteraan hidup di ruang publik merupakan cita-cita hakiki

kehidupan masyarakat. Dalam hal ini analisis sosial perlu membangun masyarakat

sebagai pihak yang kritis terhadap pelbagai peraturan pemerintah dan kebijakan

spontan pasar dalam rangka mendukung terciptanya masyarakat yang harmonis.

Page 120: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

102

6. Model atau Kerangka Pikir dalam Analisis Sosial

Dalam menganalisa masyarakat, seseorang mempunyai model atau kerangka

pikir yang mempengaruhi bagaimana seseorang memilih obyek studi dan cara

mendekati obyek studi tersebut. Ada dua model yang saling melatarbelakangi

seseorang dalam mendekati masalah-masalah sosial, yaitu model konsensus dan

model konflik (Lalu, 2005: 87-94).

a. Model Konsensus

Struktur sosial yang ada merupakan hasil konsensus bersama anggota

masyarakat, perjanjian dan pengakuan bersama akan nilai-nilai. Dalam model ini,

setiap masyarakat pada hakekatnya dipandang teratur dan stabil. Kestabilan ini

disebabkan karena adanya kultur bersama yang dianut dan dihayati oleh anggota

masyarakat. Kultur ini meliputi nilai, norma, dan tujuan bersama yang hendak

dicapai, meskipun ada kemungkinan perbedaan kultur dalam individu, pada

umumnya ada konsensus yang kuat mengenai nilai dan norma sosial yang ada.

Adanya konsensus bersama semacam inilah yang dianggap dapat menciptakan

kestabilan dalam tata sosial masyarakat.

Model ini melihat bahwa masalah sosial merupakan penyimpangan dari nilai

dan norma bersama, maka masalah sosial dianggap membahayakan stabilitas sosial.

Penyelesaian masalah sosial diusahakan dalam kerangka tata sosial yang sudah ada,

dengan kata lain orang yang menganut paham ini tidak mempersoalkan tata sosial

yang ada. Model konsensus melatarbelakangi dua ideologi, yaitu konservatif dan

liberal:

Page 121: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

103

1) Ideologi konservatif

Kaum konservatif menjunjung tinggi struktur sosial, termasuk stratifikasi sosial

atau tingkat sosial. Bagi kaum ini, setiap orang harus berkembang sesuai dengan

bakat dan kemampuaannya, oleh karena itu perbedaan tingkat sosial ini disebabkan

karena adanya perbedaan dalam bakat dan kemampuan masing-masing individu.

Perbedaan dalam tingkat prestasi menuntut masyarakat untuk memberi imbalan dan

jasa yang berbeda-beda. Prestasi dan hak untuk mendapat balas jasa yang berbeda

merupakan dasar adanya hak milik pribadi, maka milik pribadi dianggap sebagai

balas jasa atas usaha masing-masing individu.

Kaum konservatif cenderung melihat bahwa masalah kemiskinan merupakan

kesalahan orang miskin itu sendiri. Orang miskin dinilai bodoh, malas, tidak punya

keterampilan, dan sebagainya. Kaum konservatif melihat bahwa kultur dan

mentalitas yang orang miskin merupakan penyebab kemiskinan yang mereka alami.

Kaum konservatif menilai positif struktur sosial yang sudah ada. Oleh karena itu,

orang miskin dianggap gagal menyesuaikan diri atau menyimpang dari ketentuan

atau struktur sosial yang ada. Kaum koservatif tidak mendukung campur tangan

pemerintah untuk mengatasi kemiskinan. Campur tangan pemerintah mereka tentang

karena dianggap dapat membuat orang miskin malas.

2) Ideologi liberal

Kaum liberal memandang bahwa manusia pertama-tama digerakkan oleh

motivasi kepentingan ekonomi pribadi, dan mereka selalu mempertahankan hak

manusia untuk mencapai cita-cita pribadi semaksimal mungkin. Hak dan kebebasan

individu sangat ditekankan untuk melindungi individu dari kesewenangan negara.

Page 122: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

104

Bagi kaum liberal masalah kemiskinan merupakan masalah serius yang harus

diselesaikan dalam struktur politik dan ekonomi yang sudah ada. Dalam hal ini,

kesempatan yang sama untuk berusaha bagi setiap individu tanpa diskriminasi

menjadi hal yang sangat penting.

Bagi kaum liberal, orang miskin dapat mengatasi kemiskinannya apabila mereka

diberi kesempatan untuk berusaha. Untuk mengatasi kemiskinan kaum liberal

mengusulkan perbaikan terhadap pelayanan, kesempatan kerja, dan pendidikan bagi

kaum miskin. Apabila perbaikan terhadap pelbagai sektor publik tersebut dilakukan,

maka kaum miskin akan mampu menyesuaikan diri dengan kultur dominan dalam

masyarakat dan meninggalkan kultur mereka yang lama.

b. Model konflik

Kerangka pikir atau model konflik memandang bahwa struktur sosial yang ada

sebagai hasil pemaksaan sekelompok kecil anggota masyarakat terhadap mayoritas

warga masyarakat. Struktur sosial bukanlah hasil konsensus seluruh warga, apalagi

persetujuan bersama mengenai nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Struktur

adalah dominasi kelompok kecil dan kepatuhan atau ketundukan sebagian besar

masyarakat. Hukum dan undang-undang yang ada dalam masyarakat merupakan

ciptaan kelompok kecil atau elite yang memerintah untuk melaksanakan kepentingan

mereka.

Penganut model ini menilai bahwa konflik merupakan sumber potensial bagi

perubahan sosial. Mereka tidak mempermasalahkan kultur atau mentalitas kaum

miskin, sebab persoalan kultur kaum miskin dianggap tidak mendasari struktur

ekonomi dan politik yang sudah ada. Struktur sosial selalu dipermasalahkan, karena

Page 123: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

105

dianggap sebagai penyebab kemiskinan. Penganut model ini melihat bahwa

masyarakat yang ada merupakan masyarakat massal, dimana kelompok elite berada

di atas dan massa rakyat miskin berada di bawah yang sama sekali tidak

terorganisasi.

Bagi penganut model konflik, kemiskinan memang sengaja dipertahankan oleh

kelompok elite sebab kaum miskin mempunyai fungsi untuk menjamin dan

menjalankan kepentingan kaum elite. Dengan kata lain, situasi kemiskinan dapat

menciptakan tenaga kerja yang murah, sehingga dapat menguntungkan orang kaya.

Segala usaha pelayanan yang diberikan kaum elit, dianggap upaya untuk

memanipulasi, mengontrol, dan mengendalikan kaum miskin demi terhindarnya

kekacauan sosial. Oleh karena itu, jalan keluar yang ditawarkan oleh penganut

model konflik terhadap masalah sosial yang ada adalah dengan melakukan

perubahan terhadap struktur sosial yang ada di dalam masyarakat.

Supaya lebih jelas, perbedaan antara model konsensus dengan konflik akan

disajikan tabel berikut ini:

Model Konsensus No Aspek

Konservatif Liberal Model Konflik

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Struktur

sosial

Hasil Konsensus:

Tidak dipermasalahkan

bahkan dipertahankan.

Sama dengan

konservatif.

Buatan sekelompok kecil,

yang dipakasakan kepada

minoritas dan selalu

dipermasalahkan.

1,1 Stratifikasi

sosial

Disebabkan oleh

perbedaan bakat

individu; jasa atau

karya seseorang dan

Sama dengan

konservatif.

Dibuat oleh yang

berkuasa. Hak milik

pribadi itu relatif,

mempunyai fungsi

Page 124: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

106

(1) (2) (3) (4) (5)

masyarakat wajib

memberi balas jasa. Ini

dasar hak milik pribadi.

Menekankan asas

ketidak-samarataan.

sosial. Menekankan asas

kesamarataan.

1.2 Otoritas/

Kepemimpi-

nan

Dinilai sangat hakiki. Sama dengan

konservatif.

Bersikap kritis terhadap

kepemimpinan. Otoritas

akan mementingkan dirin

sendiri.

1.3 Konflik

kelas

Cenderung menutup

adanya konflik kelas

dan menekankan

adanya persatuan.

Sama dengan

konservatif.

Cenderung membuka

konflik kelas yang

disembunyikan.

1.4 Stabilitas Stabilitas ditekankan. Sama dengan

konservatif.

Dinamika atau perubahan

sosial ditekankan.

1.5 Peraturan Sedikit mungkin

peraturan. Laissez faire,

laissez paser.

Sama dengan

konservatif.

Perlu adanya peraturan

yang membatasi elite.

2 Kemiskinan Kesalahan orang yang

bersangkutan sebagai

penyebab.

Kurangnya

kesempatan berusaha

bagi orang miskin.

Struktur sosial sebagai

sebab.

3 Usaha untuk

mengatasi

kemiskinan

Membiarkan dan

menentang segala

usaha/bantuan dari

pemerintah/dari luar.

Himbauan moral.

Menyediakan dan

memperluas

kesempatan untuk

berusaha bagi orang

miskin.

Merubah struktur sosial,

demokrasi, dan kekuasaan

berada di tangan orang

miskin.

4 Aktor

perubahan

demi

mengatasi

kemiskinan

Orang yang

bersangkutan sendiri.

Pemerintah elite. Aktor utama adalah orang

miskin sendiri.

Page 125: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

107

(1) (2) (3) (4) (5)

5 Cara

mengatasi

Menertibkan orang-

orang yang

bersangkutan

(himbauan moral).

Mengembangkan dan

merealisir

kemungkinan-

kemungkinan yang

ada dalam sistem.

Mengganti sistem atau

aturan.

7. Proses Katekese Umat dengan Metode Analisis Sosial

Menurut Lalu (2005: 66) dalam memproses katekese umat dengan tema-tema

yang menyangkut ketidakadilan dianjurkan untuk menggunakan pendekatan analisis

sosial. Dalam PKKI IV sudah disadari bahwa penghayatan iman kristiani terjadi

dalam kenyataan sosial yang konkret, karena dalam kenyataan sosial itulah muncul

masalah-masalah sosial. Oleh karena itu, untuk menangkap masalah masalah-

masalah sosial itu diperlukan analisis sosial. Hal yang perlu diperhatikan dari proses

ini adalah sifat proses yang hidup dan dinamis. Proses berkembang melalui langkah-

langkah secara bertahap. Tahap itu bersifat dinamis dan dibangun dalam proses dan

kelompok. Proses katekese umat yang menggunakan pendekatan analisis sosial

secara berturut sebagai berikut:

a. Langkah I: Melihat dan menyadari fenomena ketidakadilan sosial yang ada

Katekese umat hendaknya diangkat dari situasi konkret masyarakat atau jemaat

yang dihadapi. Situasi yang diangkat ini merupakan persoalan yang terjadi di dalam

hidup mereka, misalnya bencana banjir, krisis lingkungan hidup ketidakadilan,

kelaparan atau kebutuhan masyarakat seperti makan, minum, rumah, pendidikan

anak, dsb. Situasi konkret itu hendaknya diamati dan disadari secara utuh. Hal ini

Page 126: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

108

dapat dijalankan dengan mengajukan masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat

dengan menggunakan bantuan dokumen (fakta, peristiwa) tertentu. Oleh karena itu,

pada langkah ini peserta diajak untuk mengamati peristiwa atau fakta permasalahan

sosial yang terjadi di tengah-tengah hidupnya dengan menggunakan media cerita

bergambar, laporan peristiwa, sound-slide, atau video (Lalu, 2005: 75 ; bdk

Adisusanto, 1992: 230).

b. Langkah II: Merumpunkan fenomena ketidakadilan itu

Katekese umat dengan metode analisis sosial bertolak dari situasi konkrit

masyarakat yang didasarkan atas kesadaran bahwa Allah bersabda bukan secara

anonim, melainkan bahwa Allah selalu menyapa manusia dalam pelbagai situasi

hidupnya yang konkret. Secara faktual, hidup manusia berada dalam konteks sosio-

budaya tertentu. Oleh karena itu, supaya seseorang dapat mendengarkan dan

menghayati sabda Allah dengan baik, ia perlu menghadirkan diri dalam konteks

sosio-budaya yang ada di tengah-tengah hidupnya. Hal ini berarti, dalam katekese

umat manusia ditolong agar memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah yang

dihadapi di dalam masyarakat. Oleh karena itu, pada langkah ini peserta diajak untuk

mendalami masalah yang ada dengan memberikan kesempatan kepadanya untuk

mengutarakan perasaan, reaksi spontan atas dokumen atau peristiwa yang baru

dibaca/diamati/didengar. Setelah itu, peserta diberi kesempatan untuk menceritakan

kembali peristiwa atau fenomena yang telah disajikan tersebut sesuai dengan apa

yang mereka tangkap atau pahami dari peristiwa atau fenomena yang telah

dibaca/diamati/didengar tersebut (Lalu, 2005: 75 ; bdk Adisusanto, 1992: 231).

Page 127: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

109

c. Langkah III: Mencari akar dari ketidakadilan dan akibatnya

Katekese umat mencoba membantu jemaat untuk memperoleh gambaran

tentang masalah-masalah masyarakatnya dan menemukan akar masalah tersebut.

Untuk mencapai tujuan ini, analisis sosial merupakan salah satu alat bantu yang

sangat bermanfaat. Kepedulian akan masalah-masalah masyarakat merupakan titik

tolak dari katekese umat yang akan memacu jemaat untuk mendengarkan Allah yang

bersabda di tengah-tengah hidupnya, sehingga mereka dapat menyadari arti

keselamatan bagi hidupnya dan apa yang perlu dilakukan dalam penghayatan iman

yang memasyarakat.

Oleh karena itu, pada langkah ini, peserta diajak dan diberi kesempatan untuk

menganalisa dan merangkum peristiwa atau masalah tersebut, baik secara pribadi

maupun kelompok (Lalu, 2005: 75 ; bdk Adisusanto, 1992: 231).

Adapun pertanyaan penuntun yang dapat digunakan pada langkah ini, antara

lain sebagai berikut:

Apa yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa atau masalah tersebut?

Gejala-gejala dan akibat-akibat apa yang muncul dari peristiwa atau

masalah tersebut?

Siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan dengan peristiwa atau

masalah tersebut?

Apa yang menjadi sebab peristiwa atau masalah tersebut?

Apa yang menjadi akar atau sebab utamanya?

Page 128: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

110

d. Langkah IV: Merefleksikannya dalam iman (Kitab Suci dan ajaran Gereja)

Pada langkah ini peserta diajak untuk merefleksikan dan merenungkan

permasalahan atau fenomena yang telah diamati atau didengar tersebut dalam terang

sabda Allah dan ajaran gereja. Hal ini bertujuan supaya jemaat menjadi lebih sadar

akan panggilannya sebagai orang beriman untuk bertindak memperbaiki keadaan.

Diharapkan bahwa ajaran gereja dan sabda Allah ini, dapat memberikan kesadaran

kepada umat untuk bermetanoia, memberi inspirasi, dan meneguhkan mereka untuk

berani bertindak (Lalu, 2005: 75-76 ; bdk Adisusanto, 1992: 231-232).

Allah telah bersabda secara sempurna dan definitif dalam dan melalui Putera-

Nya Yesus Kristus, Sabda yang menjelma menjadi manusia. Peristiwa Yesus Kristus

direkam oleh murid-murid-Nya yang pertama, diwartakan dengan ajaran dan

kesaksian hidup mereka, dan diungkapkan secara tertulis dalam Kitab Suci. Dengan

demikian Kitab Suci yang merupakan ungkapan tertulis sabda Allah, mempunyai

peranan penting dalam katekese umat. Melalui Kitab Suci umat diajak untuk

mendengarkan Allah yang bersabda kepada mereka terhadap masalah-masalah yang

dihadapi dalam masyarakat. Untuk itu perikope Kitab Suci yang dipilih harus sesuai

atau mendekati masalah-masalah yang dihadapi, agar sabda Allah tersebut mampu

menyapa hidup mereka. Dalam hal ini, umat perlu diajak dan diberi kesempatan

untuk sungguh-sungguh mendengarkan dan merenungkan sabda Allah maupun

ajaran gereja yang didalami tersebut.

Dalam proses renungan, umat diharapkan dapat menemukan dan memahami

kepedulian Allah terhadap masalah yang dihadapi oleh masyarakat-Nya. Proses ini

diharapkan dapat membantu umat untuk mengerti serta meresapkan pandangan dan

Page 129: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

111

sikap Allah atas peristiwa yang terjadi di dalam hidup mereka. Dalam proses ini

umat diajak untuk membayangkan apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Allah

dalam situasi hidup mereka tersebut. Dengan demikian, umat diajak untuk

memikirkan apa arti keselamatan bagi hidupnya dan apa yang perlu mereka perbuat

agar keselamatan tersebut sungguh-sungguh terjadi .

e. Langkah V: Merencanakan aksi yang kemudian disusul dengan aksi

Berdasar pada hasil analisa, terutama penemuan akar atau sebab utama

masalah, dan renungan atas ajaran gereja dan sabda Tuhan, peserta kemudian diajak

untuk memperbaharui diri secara pribadi maupun bersama dengan masyarakat,

terutama mereka yang menderita karena masalah tersebut. Maka pada tahap ini,

diharapkan peserta katekese umat membuat niat atau rencana yang secara utuh

dibulatkan dalam tekat untuk bertindak. Tindakan ini tentunya dilakukan di luar

waktu pelaksanaan katekese umat, namun merupakan implementasi dari katekese

umat yang berujung pada aksi nyata. Upaya semacam ini sangat penting untuk

dilaksanakan demi mewujudkan transformasi sosial di dalam masyarakat (Lalu,

2005: 76 ; bdk Adisusanto, 1992: 232).

C. Usulan Program Katekese Umat bagi Jemaat di Keuskupan Agung

Pontianak dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup

Berdasarkan keprihatinan akan krisis lingkungan hidup yang terjadi di

Keuskupan Agung Pontianak dan beberapa masukan dari Komkat Keuskupan Agung

Pontianak, maka berikut ini penulis membuat usulan program katekese umat dengan

metode analisis sosial yang bertujuan untuk menjawab keprihatinan tersebut. Usulan

program ini belum dicoba atau diujikan di lapangan, namun dalam penyusunan

Page 130: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

112

program ini penulis telah berusaha membuat program katekese umat yang sesuai

dengan dinamika hidup dan permasalahan yang dihadapi oleh jemaat di Keuskupan

Agung Pontianak khususnya berkaitan dengan krisis lingkungan hidup.

Usulan program katekese umat ini diharapkan dapat membantu sekaligus

memberdayakan jemaat di Keuskupan Agung Pontianak menjadi subyek yang

sungguh kritis, peka dan peduli dalam melestarikan lingkungan hidup yang ada di

sekitar mereka. Dalam usulan program katekese umat ini secara berturut-turut akan

diterangkan pengertian, tujuan, pemikiran dasar penyusunan program, tema

pertemuan, dan contoh persiapan katekese umat.

1. Pengertian Program

Program adalah prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan

urutan acara yang dilaksanakan (Mangunharjana, 1986: 16). Pengertian ini

mengandaikan bahwa penyusunan program dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan untuk membantu seseorang melaksanakan tujuan program itu

sendiri secara bertahap dan maksimal. Dalam penyusunan suatu program dijabarkan

mengenai tema dan beberapa subtema yang akan digali. Dalam program juga

diuraikan mengenai materi, metode, sarana, dan sumber bahan yang dipergunakan

dalam suatu pertemuan.

Program yang tersusun secara matang, tentunya akan mempermudah pelaksana

program itu sendiri dalam melaksanakan tugasnya yakni mendampingi peserta

mencapai tujuan suatu kegiatan. Dalam kaitannya dengan skripsi ini penulis

mengartikan bahwa program merupakan suatu rencana kegiatan yang disusun secara

Page 131: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

113

sistematis dan berkesinambungan, sehingga dapat membantu jemaat di Keuskupan

Agung Pontianak melestarikan lingkungan hidup.

2. Tujuan Program

Penyusunan program dimaksudkan untuk memperjelas arah dan tujuan yang

ingin dicapai dalam suatu kegiatan yang dilaksanakan. Program juga dapat dijadikan

barometer untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan yang akan

dilaksanakan. Oleh karena itu, penyusunan program sangat menentukan dalam

pencapaian maksud atau tujuan pelaksanaan kegiatan itu sendiri, di mana dalam hal

ini adalah kegiatan katekese umat.

Tujuan penyusunan program katekese umat dalam skripsi ini pertama-tama

adalah membantu jemaat di Keuskupan Agung Pontianak menyadari pelbagai krisis

lingkungan hidup yang terjadi dan mengancam kehidupan mereka. Berangkat dari

kesadaran ini, mereka diharapkan dapat terpanggil untuk mengupayakan pelestarian

lingkungan hidup. Dalam hal ini mereka diundang untuk belajar dan menggali

inspirasi dari spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi, sehingga mereka dapat terlibat

secara aktif dalam pelestarian lingkungan hidup.

3. Latar Belakang Pemilihan Program

Dalam suatu pelaksanaan katekese umat, seringkali perencanaan mengenai

tujuan dan langkah-langkah katekese umat yang akan dilaksanakan kurang

dipersiapkan secara matang. Sebagai akibatnya proses katekese umat yang

dilaksanakan sering tumpang tindih dan tidak terarah. Pelaksanaan katekese umat

menjadi kering dan tujuan pelaksanaan katekese umat itu tidak dapat dicapai. Oleh

Page 132: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

114

karena itu, seorang pendamping katekese umat perlu merencanakan suatu katekese

umat dengan matang. Pendamping perlu mempersiapkan pelbagai aspek

pelaksanaan katekese umat, antara lain: tema pertemuan, judul, materi, metode,

sarana, dan sumber bahan yang akan digunakan.

Program katekese umat bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak ini

dirumuskan dalam rangka menjawab keprihatinan akan krisis lingkungan hidup.

Usulan program katekese umat ini menggunakan metode analisis sosial, karena

dalam pelbagai kasus perusakan lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak

masih banyak jemaat yang belum kritis terhadap pelbagai kepentingan perusahaan

dan pemerintah yang cenderung merugikan kelestarian lingkungan hidup yang ada di

sekitar mereka. Oleh karena itu, melalui program katekese umat dengan metode

analis sosial ini diharapkan dapat membangun jemaat di Keuskupan Agung

Pontianak menjadi subyek yang kritis dan peka dalam menjaga kelestarian

lingkungan hidup. Maka, pada akhirnya diharapkan pelaksanaan program katekese

umat ini sungguh membantu jemaat di Keuskupan Agung Pontianak melestarikan

lingkungan hidup, khususnya dengan belajar dari spiritualitas kosmis St. Fransiskus

Asisi. Program katekese umat dalam skripsi ini diharapkan dapat memberi

sumbangan pemikiran dalam pelaksanaan katekese umat tentang pelestarian

lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak.

4. Alasan Pemilihan Tema

Krisis lingkungan yang terjadi di Keuskupan Agung Pontianak saat ini

mengundang seluruh masyarakat, khususnya jemaat yang ada di Keuskupan Agung

Pontianak untuk mengembangkan sikap dan perilaku cinta terhadap lingkungan

Page 133: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

115

hidup. Selama ini masih banyak jemaat yang ada di Keuskupan Agung Pontianak

yang kurang kritis dan sadar akan ancaman krisis lingkungan hidup yang terjadi di

sekitar mereka. Padahal krisis lingkungan hidup yang terjadi merupakan ancaman

bagi keberlangungan hidup semua makhluk termasuk manusia. Untuk membangun

jemaat yang sungguh peka terhadap krisis lingkungan hidup, lembaga Gereja

pertama-tama perlu membantu jemaatnya menyadari fakta krisis lingkungan hidup

yang terjadi di sekitar mereka. Dalam upaya ini, katekese umat berperanan penting

sebagai suatu bentuk pembangunan kesadaran dalam hidup jemaat akan krisis

lingkungan hidup.

Dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, mereka memerlukan spiritualitas

yang dapat memberikan inspirasi sekaligus semangat untuk mengembangkan sikap

dan perilaku cinta terhadap lingkungan hidup, dalam hal ini adalah spiritualitas

kosmis St. Fransiskus Asisi. Melalui katekese umat, jemaat dapat menggali inspirasi

dalam rangka pelestarian lingkungan hidup. Maka, diharapkan pelaksanaan katekese

umat semacam ini dapat membantu dan mendorong jemaat di Keuskupan Agung

Pontianak mewujudkan kelestarian lingkungan hidup.

5. Tema dan Tujuan Program

Berdasarkan keprihatinan akan krisis lingkungan hidup di Keuskupan Agung

Pontianak, maka tema program katekese umat yang di usulkan adalah:

Tema : Spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi dalam rangka

pelestarian lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak

Tujuan : Jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dapat mewujudkan

Page 134: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

116

pelestarian lingkungan hidup dengan inspirasi spiritualitas

kosmis St. Fransiskus Asisi.

Penulis menjabarkan usulan tema di atas dalam tiga sub tema yang memiliki

penekanan tersendiri. Ketiga sub tema itu adalah:

Sub Tema I : Keutuhan Ciptaan Allah

Tujuan : Bersama pendamping peserta menyadari bahwa Allah telah

menciptakan alam semesta ini secara utuh, sehingga mereka

berupaya mewujudkan keutuhan ciptaan Allah yang ada di

sekitar hidup mereka.

Sub Tema II : Martabat manusia dan alam

Tujuan : Bersama pendamping peserta menyadari bahwa martabat

manusia dan alam adalah sesama ciptaan Allah, sehingga

mereka berusaha membangun persaudaraan dengan alam yang

ada di sekitarnya.

Sub Tema III : Dosa telah merusak hubungan manusia dengan sesamanya dan

Pencipta

Tujuan : Bersama pendamping peserta bertobat demi terwujudnya

hubungan yang harmonis dengan sesamanya dan Pencipta.

Sub Tema IV : Panggilan hidup manusia untuk memuliakan Allah pencipta

Tujuan : Bersama pendamping peserta dapat terpanggil untuk

memuliakan Allah melalui doa dan pergaulannya dengan

segenap ciptaan.

Page 135: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

117

Sub Tema V : Gerakan cinta alam demi terwujudnya bumi Keuskupan Agung

Pontianak yang lestari

Tujuan : Bersama pendamping peserta dapat mewujudkan aksi cinta

alam dengan cara memelihara, melindungi dan mengelola alam

secara baik dan bijaksana demi terwujudnya bumi Keuskupan

Agung Pontianak yang lestari.

Page 136: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

118

6. Penjabaran Program

Tema : Spritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi dalam rangka pelestarian lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak

Tujuan : Jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dapat mewujudkan pelestarikan lingkungan hidup dengan inspirasi spiritualitas

kosmis St. Fransiskus Asisi.

No Sub Tema Tujuan Materi Metode Sarana Sumber bahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Keutuhan

Ciptaan Allah

Bersama pendamping peserta menyadari bahwa Allah telah menciptakan alam semesta ini secara utuh, sehingga mereka berupaya mewujudkan keutuhan ciptaan Allah yang ada di sekitar hidup mereka.

Sikap dan perilaku manusia yang menguras alam ciptaan St. Fransiskus Asisi sebagai tokoh pelestarian lingkungan hidup yang dikenal dengan Kidung Gita Sang Surya yang digubahnya Kisah penciptaan

Menonton Film Informasi Sharing Diskusi

Televisi VCD Kitab Suci Madah Bakti Kertas Flap Spidol Film “Turtle Word”

Chang, 1989: 25-31; 86-89. Kej 1:1-31 Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1998: 80-82.

2 Martabat manusia dan alam

Bersama pendamping peserta menyadari bahwa martabat manusia dan alam adalah sesama ciptaan Allah, sehingga mereka berusaha membangun persaudaraan dengan alam yang ada di sekitarnya.

Perilaku manusia yang merendahkan martabat ciptaan lain St. Fransiskus Asisi yang senantiasa mengangkat martabat seluruh ciptaan Tuhan menciptakan manusia untuk memelihara

taman Eden

Menonton Film Informasi Sharing diskusi

Televisi VCD Kitab Suci Madah Bakti Kertas Flap Spidol Film Pertambangan emas liar

Chang, 1989: 89-96. Kej 2:8-20 Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1998: 83-84.

Page 137: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

119

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 3 Dosa telah

merusak hubungan manusia dengan sesamanya dan Pencipta

Bersama pendamping peserta bertobat demi terwujudnya hubungan yang harmonis dengan sesamanya dan Pencipta.

Krisis lingkungan hidup yang terjadi saat ini berakar dari dosa dalam diri manusia Pertobatan dalam hidup St. Fransiskus Asisi Manusia jatuh ke dalam dosa

Informasi Sharing Diskusi

Kitab Suci Madah Bakti Kertas Flap Spidol Lagu Ebit G. Ade. Untuk Kita Renungkan

Suprihadi Sastrosupeno, 1984: 85-88. Buntaran, 1996: 55-58. Kej 3:1-24 Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1998: 85-87.

4 Panggilan hidup manusia untuk memuliakan Allah pencipta

Bersama pendamping peserta dapat terpanggil untuk memuliakan Allah melalui doa dan pergaulannya dengan segenap ciptaan.

Kurangnya kesadaran manusia bahwa Allah hadir dalam segenap alam ciptaan-Nya Sikap dan tindakan St. Fransiskus Asisi yang memuliakan Allah lewat doa dan penghargaan hormatnya terhadap alam ciptaan Kebesaran Tuhan dalam segala ciptaan-Nya

Menonton film Informasi Sharing Diskusi

Televisi VCD Kitab Suci Madah Bakti Kertas Flap Spidol Film ilegal loging

Chang, 1989: 44-50; 67-71. Mzm 104:1-35 Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1999: 239-240 .

Page 138: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

120

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 5 Gerakan

cinta Alam demi terwujudnnya bumi Keuskupan Agung Pontianak yang lestari

Bersama pendamping peserta dapat mewujudkan aksi cinta alam dengan cara memelihara, melindungi dan mengelola alam dengan baik dan bijaksana demi terwujudnya bumi Keuskupan Agung Pontianak yang lestari.

Sikap dan tindakan yang perlu dikembangkan untuk menciptakan kelestarian lingkungan hidup Keintiman hubungan St. Fransiskus Asisi dengan alam ciptaan Mewujudkan dunia baru

Menonton Film Informasi Sharing Diskusi

Televisi VCD Kitab Suci Madah Bakti Kertas Flap Spidol Film dari Amerika Latin “Burning Seasson

Chang, 1989: 58-65. 2 Ptr 3:1-18 Bergant & Karis ed., 2002: 458-459.

Page 139: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

121

7. Petunjuk Pelaksanaan Program

Program katekese umat yang diusulkan dalam skripsi ini dilaksanakan selama

satu tahun dalam lima kali pertemuan. Tempat dan waktu pelaksanaan disesuaikan

dengan kesepakatan antara pendamping dan peserta katekese umat, dalam hal ini

yang perlu diperhatikan adalah tempat pelaksanaan katekese umat memiliki sarana

yang mendukung dalam proses pelaksanaan program katekese umat di atas.

Pada umumnya proses pertemuan diawali dengan menggali pengalaman

peserta sendiri, terutama berkaitan dengan krisis lingkungan hidup yang ada di

sekitar mereka dengan bantuan film ataupun lagu tentang krisis lingkungan hidup.

Penggalian pengalaman ini dilakukan baik secara pribadi maupun bersama dengan

metode analisis sosial, kemudian disharingkan kepada seluruh peserta yang hadir

baik itu secara langsung dari peserta itu sendiri maupun melalui perwakilan

kelompok. Setelah menggali pengalamannya, peserta diajak untuk mendalami

spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi. Spiritualitas ini didalami dengan menggali

riwayat hidup, ajaran, pandangan, dan teladan St. Fransiskus Asisi dalam berelasi

dengan ciptaan maupun dengan Allah, sehingga mereka dapat menemukan inspirasi

dalam rangka pelestarian lingkungan hidup.

Dalam setiap pertemuan katekese umat peserta senantiasa diajak untuk

berefleksi secara biblis dari Kitab Suci yang sesuai dengan sub tema yang telah

ditentukan. Melalui upaya ini diharapkan peserta dapat menemukan peneguhan dari

Allah berkaitan dengan upaya mereka dalam melestarikan lingkungan hidup. Setelah

itu, peserta diajak untuk membangun niat-niat yang ingin dicapai sesuai dengan tema

yang ditentukan. setelah pertemuan pertama dilaksanakan, maka pada pertemuan

Page 140: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

122

berikutnya sangat penting dilakukan evaluasi berkaitan dengan pelaksanaan niat-niat

yang telah diungkapkan dalam pertemuan sebelumnya oleh para peserta, baik secara

individu maupun komunal..

Dalam setiap pertemuan katekese umat peranan pendamping sangat penting

untuk membantu jemaat mencapai tujuan pertemuan itu sendiri. Pendamping

diharapkan mampu merangkum setiap sharing yang diungkapkan oleh peserta.

Pendamping diharapkan dapat memberikan peneguhan dan masukan agar

pengalaman hidup peserta dapat diluruskan sesuai dengan ajaran Gereja. Oleh karena

itu, pendamping diharapkan menguasai materi yang akan ia sampaikan. Selain itu,

pendamping perlu mempersiapkan pelbagai sarana yang akan dipergunakannya di

dalam program katekese umat yang telah diuraikan.

8. Contoh Persiapan Katekese Umat

a. Identitas

1) Sub Tema I : Keutuhan Ciptaan Allah

2) Tujuan : Bersama pendamping peserta menyadari bahwa Allah telah

menciptakan alam semesta ini secara utuh, sehingga mereka

berupaya mewujudkan keutuhan ciptaan Allah yang ada di

sekitar hidup mereka.

3) Pendekatan : Analisis Sosial

4) Metode : Menonton film, informasi, sharing, diskusi kelompok, dan

tanya jawab.

5) Sarana : Televisi, VCD, Kitab Suci, Madah Bakti, Kertas Flap, Spidol,

Kitab Suci dan Film “Turtle Word”.

Page 141: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

123

6) Sumber Bahan :

Chang. Wiliam, 1989: 25-31; 86-89.

Kej 1:1-31

Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1998: 80-82.

7) Peserta : Umat di Paroki St. Maria Nyarumkop, Keuskupan Agung

Pontianak, Kalimantan Barat.

8) Waktu : Sabtu, 5 Januari 2008, Pkl. 19.00-20.30 WIB

9) Tempat : Balai Paroki St. Maria Nyarumkop

b. Pemikiran dasar

Di tengah arus globalisasi yang terjadi saat ini, manusia menjadi kurang

menghargai lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Manusia secara serakah

berlomba-lomba menguras alam, padahal alam yang ada di sekitarnya merupakan

sumber kehidupan manusia yang harus dilestarikan terutama bagi kehidupan generasi

yang akan datang. Pada akhirnya pandangan dan sikap serakah ini telah

menimbulkan kerusakan lingkungan hidup seperti yang terjadi saat ini. Keaadaan

semacam ini juga terjadi di Keuskupan Agung Pontinak, sebagai akibatnya

lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan Agung Pontianak menjadi rusak.

Allah telah menciptakan bumi beserta isinya dengan utuh dan baik adanya.

Semuanya itu telah diciptakan oleh Allah untuk mendukung keberlangsungan hidup

semua makhluk. Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang secitra

dengan-Nya dan memberikan mereka kuasa untuk mengelola pelbagai ciptaan

dengan baik.. Kesadaran semacam ini memberikan tugas dan tanggungjawab kepada

manusia untuk senantiasa menjalin hubungan yang harmonis dengan ciptaan lainnya.

Page 142: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

124

Salah satu jalan untuk mewujudkan relasi yang harmonis dengan alam adalah

dengan menghayati spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi. Ia begitu loyal dan peka

terhadap keutuhan ciptaan. Ia mampu berelasi secara harmonis dengan alam ciptaan

dan sungguh menyadari keberadaannya di dunia ini sebagai mandataris Pencipta

yang bertugas menjaga keutuhan ciptaan atau kosmos. Untuk itu, mendalami

spritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi ini, jemaat di Keuskupan Agung Pontianak

dapat memberikan inpirasi dan teladan yang positif berkaitan dengan upaya

pelestarian lingkungan hidup.

Berhadapan dengan krisis lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini manusia

diharapkan mewujudkan relasi yang harmonis dengan lingkungan hidup yang ada di

sekitarnya sebagaimana yang diteladankan oleh St. Fransiskus Asisi. Dalam

kehidupannya sehari-hari, manusia diharapkan mempunyai sikap penuh penghargaan

terhadap lingkungan hidup. Manusia diharapkan berperilaku secara bijaksana dan

penuh tanggungjawab dalam memanfaatkan pelbagai sumber daya alam bagi

keberlangsungan hidupnya. Upaya ini diharapkan terwujud dalam aksi nyata baik

secara individu maupun kolektif di dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pengembangan langkah:

1) Pembukaan

a) Lagu Pembukaan: Puji Syukur 707 “Betapa Tidak Kita Bersyukur”.

Betapa kita tidak bersyukur bertanah air kaya dan subur, lautnya luas gunungnya megah, menghijau padang bukit dan lembah. Reff:

Bumi yang hijau langitnya terang, berpadu dalam warna cemerlang, indah jelita damai dan teduh persada kita jaya dan teduh. Reff:

Reff: Itu semua berkat karunia Allah yang agung maha kuasa. 2X

Page 143: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

125

b) Pengantar

Pertama-tama saya ucapkan terima kasih dan selamat bertemu kepada bapak,

ibu, dan saudara-saudari yang telah sudi meluangkan waktu untuk berkumpul

bersama dalam Yesus Kristus malam hari ini. Pada pertemuan kali ini kita akan

mencoba untuk menyadari betapa indah dan kayanya lingkungan hidup yang telah

dianugerahkan kepada kita. Mungkin selama ini kita kurang menyadari betapa

agungnya lingkungan hidup yang ada di sekitar kita, padahal dalam hidup keseharian

kita sangat tergantung darinya. Bahkan mungkin kita kurang menghargainya, yakni

merusak dan dan mengekploitasinya demi kepentingan sesaat saja. Oleh karena itu,

pada pertemuan ini kita diajak untuk menyadari betapa indah dan kayanya

lingkungan hidup yang anugerahkan kepada kita. Maka, dengan pertemuan ini

diharapkan kita dapat terpanggil untuk melestarikan pelbagai kekayaan lingkungan

hidup. Dalam upaya pelestarian ini, kita diajak untuk meneladani St. Fransiskus Asisi

yang begitu setia dan peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup. Kiranya, teladan

dari Fransiskus Asisi yang akan kita dalami pada pertemuan kali ini dapat menjadi

inspirasi sekaligus dorongan bagi kita untuk melestarikan lingkungan hidup yang ada

di sekitar kita.

c) Doa Pembukaan

Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur dan berterima kasih atas

pelbagai kelimpahan dan kekayaan lingkungan hidup yang telah Engkau

anugerahkan kepada kami, sehingga kami dapat memanfaatkannya bagi

keberlangsungan hidup ini. Pada kesempatan ini kami juga berterima kasih kepada-

Mu, karena Engkau telah memberikan kesempatan kepada kami berkumpul untuk

Page 144: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

126

mendalami SabdaMu dan menyadari betapa agung dan indahnya karya ciptaan-Mu

bagi hidup kami. Terangilah hati dan budi kami melalui perantaraan Roh Kudus-Mu

agar kami terpanggil untuk menjadi perantaraan-Mu di bumi ini dalam melestarikan

ciptaanMu yang agung. Amin.

2) Langkah I: Melihat dan menyadari fenomena ketidakadilan sosial yang ada

Peserta diajak untuk menyadari fenomena atau situasi krisis lingkungan hidup

yang terjadi di sekitar mereka dengan menonton film “Turtle World”.

(Bapak, ibu dan saudara/i sekalian, pada pertemuan tentang upaya untuk

melestarikan lingkungan hidup yang ada di sekitar kita, pertama-tama kita diajak

untuk menyaksikan film yang berjudul “Turle World”, oleh karena itu diharapkan

bapak, ibu, dan saudarai/i sekalian menyimak film yang akan bersama-sama kita

saksikan berikut ini)

3) Langkah II: Merumpunkan fenomena ketidakadilan itu

Pada langkah ini peserta diajak untuk mendalami masalah krisis lingkungan

hidup sesuai dengan peristiwa yang terjadi dalam film “Turtle World” yang telah

mereka saksikan secara bersama-sama.

a) Peserta diajak dan diberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaan atau reaksi

spontan atas peritiwa atau fenomena krisis lingkungan hidup yang telah mereka

saksikan dalam film “Turle World”

Adapun pertanyaan penuntun dalam proses ini adalah:

Bagaimana kesan dan perasaan anda setelah menyaksikan film “Turle World”

tadi?

Page 145: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

127

Coba ceritakan kembali peritiwa yang terjadi dalam film “Turle World”

tersebut?

b) Rangkuman

Dalam film Turtle Worl, kita menyaksikan bahwa lingkungan hidup berada di

punggung Kura-kura. Setelah menyaksikan film tadi, tentunya dalam diri kita

muncul pelbagai perasaan. Salah satunya adalah perasaan senang dan kagum, karena

kita menyaksikan betapa indahnya alam yang berada di sekitar hidup kera. Perasaan

heran dan lucu muncul, karena kita menyaksikan bahwa kera-kera bisa berpikir

secara berkembang untuk membangun pelbagai macam bangunan yang mendukung

hidupnya. Kemudian, kita merasa sedih dan takut karena kera-kera menjadi begitu

serakah dalam memanfaatkan alam yang ada di sekitarnya, sehingga pada akhirnya

lingkungan hidup yang ada di sekitar mereka menjadi rusak dan kura-kura yang

merupakan penopang hidup mereka terancam mati

Dalam film tadi dikisahkan bahwa pada awalnya keadaan lingkungan hidup

diciptakan sangat indah. Lingkungan hidup yang berada di punggung Kura-kura

merupakan bekal dan penunjang hidup makhluk di dunia ini. Kura-kura telah

memberikan kekayaan alam kepada kera secara cuma-cuma untuk dikelola secara

bijaksana bagi keberlangsungan hidup kera, bahkan kekayaan lingkungan hidup yang

diberikan Kura-kura cukup untuk memberikan cadangan bagi hidup generasi-

generasi selanjutnya. Dalam kisah cerita tadi kita dapat melihat betapa kera itu tamak

dan tidak pernah puas, mereka berusaha menguras kekayaan alam yang ada di

sekitarnya, tanpa memperhatikan kelestariannya. Sebagai akibatnya alam menjadi

rusak dan pada akhirnya mengancam kehidupan mereka sendiri.

Page 146: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

128

4) Langkah III: Mencari akar dari ketidakadilan dan akibatnya

a) Pendamping mengajak peserta mencari akar permasalahan dan akibatnya sesuai

dengan peristiwa yang terjadi dalam film “Turle World” yang telah disaksikan

dalam hubungannya dengan pengalaman hidup peserta sehari-hari.

(Pendamping membagi peserta dalam beberapa kelompok kecil untuk

mendiskusikan beberapa pertanyaan penuntun mendalami film Turtle World dan

menggali pengalaman peserta)

Bagian mana dari film tadi yang menarik bagi anda dan mengapa anda

tertarik pada bagian tersebut?

Berilah contoh peristiwa yang terjadi dalam hidup anda sehari-hari yang

memiliki kesamaan dengan film tersebut?

Siapa pihak yang diuntungkan dan dirugikan dari peristiwa yang terjadi

pada film tadi dan dalam hidup anda sehari-hari?

Bagaimana seharusnya sikap dan tindakan kita terhadap kekayaan alam

yang ada di sekitar kita?

(Penyampaian hasil diskusi secara pleno)

b) Rangkuman

Peristiwa yang terjadi dalam film “Turtle World” telah memberikan kesadaran

kepada kita tentang pentingnya menjaga dan melestarikan alam. Peristiwa yang telah

kita saksikan tadi tentunya sering kita alami dan temui dalam kehidupan kita sehari-

hari. Kita menyadari bahwa betapa kaya dan indahnya alam ciptaan Allah bagi hidup

kita di bumi Kalimantan ini. Kekayaan alam yang ada di sekitar kita ini sebenarnya

cukup untuk mensejahterakan seluruh penduduk yang ada, juga bagi generasi kita

Page 147: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

129

yang akan datang. Dalam kenyataannya, sebagai manusia kita cenderung merasa

tidak puas dan tamak, manusia berusaha menguras dan mengeksploitasi kekayaan

alam yang ada. Siapa sebenarnya pihak yang diuntungkan dan dirugikan dari sikap

manusia yang merusak alam seperti ini? Dalam hidup kita sehari-hari di bumi

Kalimantan ini, kita tentunya tidak asing lagi mendengar dan menjumpai pelbagai

kasus kerusakan alam yang diakibatkan oleh perusahaan-perusaahaan pengelola

hutan, maupun ulah kita sendiri sebagai penduduk pribumi yang mengelola alam

dengan tidak bijaksana. Kita sering mendengar dan menjumpai kasus kerusakan

hutan dan sungai akibat pembukaan perkebunan secara besar-besaran, maupun akibat

pertambangan emas. Dalam kasus semacam ini, tentunya kita merasa dirugikan,

karena yang diuntungkan adalah para pemegang saham yang telah mengeksploitasi

bumi kita. Oleh karena itu, dalam upaya pelestarian alam kita perlu bersikap kritis

terhadap pelbagai kebijakan perusahaan-perusahaan dan para pemilik modal yang

akan mengeksploitasi alam yang ada di sekitar kita. Selain itu, dalam hidup kita

sendiri secara pribadi kita dituntut untuk menjaga kelestarian alam yang ada di

sekitar kita dengan memanfaatkan alam secara bijaksana.

5) Langkah IV: Merefleksikannya dalam iman (Kitab Suci dan ajaran Gereja)

a) Refleksi Teologis Biblis (Kitab Suci)

Pendamping mengajak peserta membaca Kitab Suci Kej 1:1-31

(Pendamping memberi kesempatan kepada masing-masing peserta untuk

membaca dan menyimak Kitab Suci Kej 1:1-31).

Page 148: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

130

Pendamping mengajak peserta mendalami Kitab Suci Kej 1:1-31 dengan

beberapa pertanyaan penuntun, sebagai berikut:

Ayat manakah yang menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan dunia ini

dengan baik adanya? Mengapa anda memilih ayat tersebut?

Berdasarkan teks Kitab Suci tadi, tindakan apa yang dikehendaki oleh Allah

dalam rangka menjaga keutuhan alam ciptaanNya?

Renungan dari Pendamping

Dalam Kisah Penciptaan Kej 1:1-31, berulang kali secara jelas dituliskan

bahwa “Allah melihat segala yang dijadikanNya itu sungguh baik” (ayat 21, 25, dan

31). Allah telah menciptakan segala sesuatu secara baik dan sempurna demi suatu

kehidupan bagi mahkluk dari situasi ketidakteraturan (khaos) menjadi kehidupan dan

keteraturan (kosmos). Dalam kisah ini dapat ditemukan puncak penciptaan, Allah

telah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya.

Pada ayat 28, Allah telah berfirman “Beranak cuculah dan bertambah banyak,

penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-

burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. Firman Allah

kepada manusia yang tertuang pada ayat ini yakni “menguasai dunia” hendaknya

tidak dimaknai secara harafiah. Bila firman ini dimaknai secara harafiah akan

berbuah pada egoisme dalam diri manusia dan kehancuran seluruh ciptaan. Tentunya

firman ini mempunyai makna bahwa Allah telah memberikan tugas dan

tanggungjawab kepada manusia untuk memimpin seluruh alam ciptaan. Tugas dan

tanggungjawab ini diwujudkan dengan memelihara, memanfaatkan, dan menjaga

keutuhan seluruh ciptaan-Nya. Dalam hal ini dapat dipahami, bahwa Allah telah

Page 149: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

131

memberikan mandat kepada manusia sebagai makhluk tertinggi yang secitra dengan-

Nya. Dengan keberadaannya itu, manusia diharapkan mampu melakukan

pengolahan, pengaturan, pemeliharaan atas makhluk ciptaan dengan bijaksana.

Manusia dipanggil oleh Allah untuk mengembangkan dunia ciptaan, bukan untuk

merusaknya. Alam ciptaan diberikan oleh Allah untuk kebaikan seluruh umat

manusia, bukan hanya bagi kebahagiaan segelintir orang saja.

Allah telah menciptakan alam bagi keberlangsungan seluruh makhluk hidup,

termasuk manusia. Untuk itu semua makhluk hidup berhak untuk mengelola dan

memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitarnya. Sebagai makhluk tertinggi,

Allah menghendaki agar melalui manusia dapat tercipta kehidupan alam yang selaras

dan teratur. Dalam hal ini manusia diharapkan mampu menata keberadaan semua

ciptaan itu menjadi suatu tata kehidupan dalam hubungan yang selaras dan harmonis

antar semua organisme dan mahluk hidup yang telah diciptakan-Nya.

Berikut ini, kita diajak secara bersama belajar dari St. Fransiskus Asisi yang

sungguh menjalankan kehendak Allah dalam menjaga keutuhan ciptaanNya sesuai

dengan pesan yang terkandung di dalam perikopa Kitab Suci yang telah kita dalami

ini.

b) Pendamping mengajak peserta untuk mendalami Spiritualitas Kosmis

St. Fransiskus Asisi.

Pengantar

Setelah mendalami teks Kitab Suci, maka sekarang ini mari secara bersama kita

belajar dari St. Fransiskus Asisi tentang usahanya dalam menjaga keutuhan ciptaan

Allah. St. Fransiskus Asisi adalah seseorang yang sungguh mampu menjalankan

Page 150: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

132

kehendak dan perintah Allah dalam menjaga keutuhan ciptaanNya. Kiranya teladan

St. Fransiskus Asisi yang akan didalami berikut ini dapat memberikan inspirasi dan

dorongan bagi upaya kita dalam melestarikan lingkungan hidup.

Pendamping mengajak peserta mendalami riwayat singkat hidup St.

Fransiskus Asisi dan Gita Sang Surya

Pendamping membagikan teks cerita tentang St. Fransiskus Asisi beserta

Kidung Gita Sang Surya yang digubahnya [Lamp. 1: (1-3)]. Peserta kemudian diberi

kesempatan untuk membaca teks tersebut. Pendamping mengajak peserta mendalami

teks yang telah dibagikan tersebut dengan beberapa pertanyaan penuntun, sebagai

berikut:

Mengapa St. Fransiskus Asisi dikenal sebagai tokoh pelestarian lingkungan

hidup?

Apa yang diungkapkan oleh St. Fransikus Asisi tentang alam ciptaan di

dalam teks Kidung Gita Sang Surya yang digubahnya tersebut?

Apa pesan yang terkandung dari Kidung Gita Sang Surya yang digubah oleh

St. Fransiskus Asisi tersebut bagi kita dalam rangka melestarikan lingkungan

hidup?

Rangkuman Pendamping

Dalam perjalanan hidup St. Fransiskus Asisi tersebut, panggilan Allah telah

menuntunnya dari jalan yang menyesatkan pada langkah baru. Ia menghayati hidup

dalam pertobatan dan pembaharuan dalam hidup rohaninya. Perhatian St. Fransiskus

Asisi terhadap lingkungan hidup muncul dari rangkaian perjalanan hidupnya yang

penuh dengan dinamika. Kedekatan St. Fransiskus Asisi dengan Allah membuat ia

Page 151: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

133

peka akan kehendak Allah dari dirinya, sehingga ia mampu menyadari bahwa Allah

menghendaki dirinya mengupayakan relasi yang harmonis dengan sekalian ciptaan.

Pertobatan telah menghantar St. Fransiskus Asisi pada transformasi diri, di mana ia

hidup dalam keharmonisan dengan ciptaan maupun dengan Allah sendiri.

Dalam hidupnya ia sungguh mencintai pelbagai unsur kosmos yang ada di

sekitarnya. Ia berusaha untuk senantiasa menjaga keutuhan dan membangun

hubungan atau relasi yang harmonis dengan kosmos. Keharmonisan relasi ini

terwujud dalam pergaulannya dengan pelbagai unsur kosmos, baik itu makhluk hidup

maupun dengan non makhluk hidup, termasuk dengan Allah sendiri sebagai

pencipta. Ia sungguh mampu menyadari keterciptaan kosmos berasal dari Allah.

Melalui kedekatannya dengan unsur kosmos ia mampu menyadari kehadiran dan

kehendak Allah di dalam hidupnya, yakni mewujudkan keutuhan kosmos. Dengan

sikap dan kepribadian semacam ini membuat dirinya dikenal sebagai tokoh

pelestarian lingkungan hidup

Dalam Gita Sang Surya terlihat jelas, bahwa St. Fransiskus Asisi sungguh

mencintai semua unsur ciptaan. Dalam suasana penuh rasa kekaguman tersebut, ia

juga mengungkapkan kekagumannya kepada Tuhan sebagai penciptanya. Ia sungguh

menyadari betapa baik dan agungnya Allah, karena telah menciptakan segala sesuatu

yang sungguh bermanfaat bagi kehidupan manusia.

St. Fransiskus Asisi juga menggunakan kata “sekalian” dalam Gita Sang Surya

yang digubahnya. Hal ini menunjukkan universalisme rasa persaudaraan dalam diri

St. Fransiskus Asisi terhadap semua unsur kosmos, baik itu makrokosmos maupun

mikrokosmos. Dalam hal ini St. Fransiskus Asisi berusaha mewujudkan integritas

Page 152: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

134

dan persaudaraan dengan semua unsur kosmos. Hal ini terlihat jelas ketika ia

memanggil ciptaan dengan sapaan “saudara” dan “saudari”.

Dalam Gita Sang Surya tersebut kita dapat menggali pesan St. Fransiskus Asisi

bagi manusia. St. Fransiskus Asisi mengharapkan agar manusia menyadari

keberadaannya dan makhluk lain sebagai ciptaan Allah yang telah dipersatukan

dalam satu kesatuan kosmos yang tidak dapat terpisahkan. Dalam taraf kesadaran

semacam ini St. Fransiskus Asisi juga ingin mengupayakan rasa solidaritas manusia

dengan sesama ciptaan. Semua ciptaan Tuhan berhak untuk dihormati dan dihargai,

bukan untuk dirusak oleh manusia. Semua ciptaan adalah sesama saudara yang

sederajat dan membentuk suatu kesatuan di dalam Tuhan.

6) Langkah V: Merencanakan aksi yang kemudian disusul dengan aksi

Bapak, ibu, dan saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita telah

menggali pengalaman hidup kita berkaitan dengan sikap dan upaya menjaga

kelestarian lingkungan hidup yang ada di sekitar kita. Kita menonton film “Turtle

World” untuk menyadari krisis lingkungan hidup yang terjadi di sekitar kita,

kemudian kita bersama-sama telah memahami ajaran Allah dalam menjaga

kelestarian ciptaanNya dalam Kitab Suci Kej 1:1-25. Allah telah memberikan tugas

dan tanggungjawab kepada manusia untuk menjadi gembala atas seluruh alam

ciptaanNya. Tugas dan tanggungjawab ini diwujudkan dengan tindakan memelihara,

memanfaatkan dan menjaga keutuhan seluruh ciptaanNya. Manusia dipanggil oleh

Allah untuk mengembangkan dunia ciptaan ini.

Setelah memahami kehendak Allah yang terkandung di dalam Kitab Suci, kita

kemudian belajar dari St. Fransiskus Asisi dalam menjaga kelestarian dan keutuhan

Page 153: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

135

lingkungan hidup. St. Fransisikus Asisi telah memberikan kita teladan dan inspirasi

dalam melestarikan lingkungan hidup, terutama karena ia sangat peka mewujudkan

panggilan Allah untuk menjaga keutuhan ciptaanNya. Oleh karena itu, kita

diharapkan untuk semakin mampu dan berani memperjuangkan terwujudnya

keutuhan ciptaan, khususnya lingkungan hidup yang ada di sekitar kita yakni bumi

Keuskupan Agung Pontianak tercinta. Tentunya upaya ini memerlukan sikap kritis

dan kerjasama dengan semua pihak.

Untuk mewujudkan upaya kita dalam melestarikan lingkungan hidup, maka

dengan teladan dan semangat St. Fransiskus Asisi serta dorongan Roh Kudus kita

dipersilahkan membangun niat dalam diri kita masing-masing. Niat-niat ini akan kita

panjatkan kepada Allah dan tentunya sangat diharapkan bahwa kita dapat sungguh

berusaha mewujudkan niat-niat kita tersebut dalam hidup kita.

Pertanyaan penuntun untuk membuat niat-niat tersebut adalah:

• Apa langkah konkrit yang perlu kita laksanakan untuk merelestarikan

lingkungan hidup yang ada di sekitar kita?

(Niat-niat dari peserta dituliskan dalam kertas kecil dan dikumpulkan untuk

dibicarakan bersama dalam pertemuan berikutnya. Setelah itu, peserta diajak untuk

menyampaikan doa-doa permohonan secara spontan dengan pengantar dari

pendamping dan diakhiri dengan doa Bapa Kami).

Pengantar doa umat dari pendamping:

Bapak, ibu, dan saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus dengan

penuh rasa hormat dan penuh kerendahan hati, marilah kita hunjukkan doa-doa

permohonan kita kepada Tuhan kita Yesus Kristus.

Page 154: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

136

7) Penutup

a) Doa Penutup:

Allah Bapa sumber pengharapan, kami bersyukur atas penyertaan-Mu dalam

pertemuan kami malam hari ini. Engkau telah membuka hati dan pikiran kami,

sehingga kami mampu menggali pengalaman kami masing-masing dalam terang

Sabda-Mu yang meneguhkan iman kami. Semoga dengan iman kami kepada-Mu,

dalam hidup ini kami semakin mampu dan peka mewujudkan kelestarian lingkungan

hidup yang ada di sekitar kami. Terangilah dan dampingilah kami dalam upaya

mewujudkan keutuhan ciptaanMu, sehingga lingkungan hidup yang ada di sekitar

kami tetap lestari dan senantiasa dapat menopang hidup kami baik bagi hidup kami

sekarang maupun bagi anak cucu kami kelak. Dengan perantaraan Yesus Kristus

yang bersama Dikau dan dalam persekutuan dengan Roh Kudus, hidup dan berkuasa,

kini dan sepanjang segala masa. Amin.

b) Lagu Penutup: Madah Bhakti 533 “Tingkatkan Karya Serta Karsa”

Reff: Tingkatkan karya serta karsa, membangun dunia alaupun rintangan menghadang di jalan majulah terus kita kan menang, jangan bimbang

Laksanakan karya nyata, jangan hanya berbicaran jangan pula pura-pura. Kemajuan nusa bangsa, tugas kita para warga,jangan lena dalam karya. Agar datang dunia baru, jangan kita lupa ilmu, terus maju jangan ragu.

Page 155: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

BAB V

PENUTUP

Sebagai akhir skripsi ini, penulis hendak mengungkapkan beberapa pokok

gagasan yang berupa kesimpulan dan saran. Pada bagian kesimpulan, penulis

membuat semacam rangkuman dari isi keseluruhan skripsi ini. Pada bagian saran,

penulis membuat beberapa gagasan yang perlu ditegaskan, diperhatikan, dan

diperkembangkan lagi secara lebih mendalam berkaitan dengan relevansi spiritualitas

kosmis St. Fransikus Asisi bagi pengembangan jemaat di Keuskupan Agung

Pontianak dalam rangka pelestarian lingkungan hidup. Kiranya saran-saran yang

diungkapkan penulis pada bagian akhir skipsi ini dapat menjadi pertimbangan

sekaligus sumbangan pemikiran bagi semua pihak yang peduli terhadap pelestarian

lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak, khususnya bagi jemaat kristiani di

Keuskupan Agung Pontianak sendiri. Pokok-pokok gagasan pada bagian akhir

skripsi ini sekaligus juga merupakan harapan penulis untuk mewujudkan kelestarian

karya ciptaan Allah di bumi Keuskupan Agung Pontianak yang begitu kaya, indah,

dan agung.

A. Kesimpulan

Pelestarian lingkungan hidup merupakan wacana yang begitu aktual dalam

menanggapi krisis lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak saat ini. Krisis

lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan Agung Pontianak telah mengancam

kelestarian pelbagai sumber daya alam dan keberlangsungan hidup semua makhluk

Page 156: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

138

yang ada di sana. Krisis lingkungan hidup terjadi akibat pandangan dan sikap dasar

manusia yang cenderung menganggap lingkungan hidup sebagai obyek

kebutuhannya saja. Dalam hal ini manusia menganut paham antroposentris. Manusia

memandang bahwa dirinya merupakan makhluk yang paling berkuasa dan

mempunyai kedudukan yang lebih tinggi di bumi ini, sehingga mempunyai hak

mutlak untuk memanfaatkan seluruh isi bumi tanpa mempertimbangkan

kelestariannya. Paham yang semacam ini juga memberikan penilaian tersendiri pada

manusia terhadap alam, alam hanya dinilai dari segi fungsionalnya bagi manusia.

Penghargaan manusia terhadap alam hanya didasarkan atas manfaatnya secara

ekonomis saja bagi kepentingan manusia. Paham atau pandangan yang semacam ini

tentunya membuat manusia menjadi serakah menguasai dan mengekploitasi alam

yang ada di sekitarnya. Sebagai akibatnya krisis lingkungan tidak dapat dihindari,

padahal krisis lingkungan yang terjadi mengancam kehidupan manusia sendiri

termasuk seluruh mahluk hidup di bumi ini.

Krisis lingkungan hidup yang terjadi saat ini telah mengundang perhatian

Gereja. Bentuk perhatian Gereja terhadap krisis lingkungan hidup dapat dijumpai

dalam pelbagai himbauannya tentang pentingnya pelestarian lingkungan hidup. Salah

satu himbauan ini dapat dijumpai dalam Ajaran Sosial Gereja, di mana Gereja dalam

terang Injili telah menghimbau jemaatnya untuk mengupayakan pelestarian

lingkungan hidup, karena lingkungan hidup merupakan karya Allah diciptakan bagi

keberlangsungan hidup umat-Nya. Gereja mengingatkan bahwa alam semesta ini

merupakan tempat perwujudan kasih dan keselamatan Allah bagi seluruh makhluk

hidup. Begitu pula halnya dengan kekayaan alam di Keuskupan Agung Pontianak

Page 157: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

139

yang merupakan buah tangan karya Allah. Allah telah menciptakan alam di

Keuskupan Agung Pontianak bagi keberlangungan hidup ciptaan-Nya. Manusia

sebagai makhluk yang secitra dengan-Nya dipanggil untuk mengelola alam secara

bijaksana dan menjaga keutuhannya bagi keberlangsungan hidup semua makhluk

hidup yang ada saat ini, maupun bagi generasi yang akan datang. Tentunya himbauan

Gereja ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi manusia yang berkehendak

baik dalam pelestarian lingkungan hidup, terutama untuk mengembalikan

keharmonisan martabat dan hubungan manusia dengan lingkungan hidup yang telah

diciptakan-Nya.

Krisis lingkungan hidup yang terjadi saat ini mengundang manusia untuk

memperbaharui pandangan atau paradigmanya terhadap lingkungan hidup. Manusia

harus meninggalkan paradigma lama yang memandang alam hanya sebagai obyek

kebutuhannya saja (antroposentrisme) dan mengupayakan paradigma baru yang

memandang alam sebagai sesama ciptaan Allah (ekosentrisme). Manusia harus

menyadari bahwa makluk hidup lain juga berhak untuk eksis di muka bumi ini.

Lingkungan hidup adalah ciptaan Allah yang menopang keberlangsungan hidup

manusia, sehingga pantas untuk dilindungi dan dijaga keutuhannya. Pelestarian

terhadap alam oleh manusia bukan hanya didasarkan atas kebaikan dalam diri

manusia saja, tetapi sebuah tuntutan etis dan mutlak pada diri manusia di mana Allah

telah menciptakan manusia secitra dengan-Nya dan menjadikan manusia sebagai

mandataris-Nya untuk menjaga keutuhan alam dan mengelolanya secara bijaksana.

Berhadapan dengan krisis lingkungan hidup yang terjadi saat ini manusia

dituntut untuk memperbaharui paradigma dan perilakunya terhadap lingkungan

Page 158: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

140

hidup. Dalam rangka pembaharuan paradigma dan perilaku ini, manusia dipanggil

untuk menciptakan hubungan atau persahabatan yang harmonis dengan lingkungan

hidup yang ada di sekitarnya. Dalam skripsi ini, pembaharuan paradigma dan

perilaku manusia terhadap lingkungan hidup diupayakan melalui pembentukan

kepribadian berdasarkan spriritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi. St. Fransiskus

Asisi merupakan model orang kudus ekologi yang sudah tidak asing lagi di dalam

Gereja.

Gambaran kepribadian St. Fransisikus Asisi yang sungguh mencintai alam ini

secara nyata dapat ditemukan dalam Gita Sang Surya yang digubahnya dua bulan

sebelum ia meninggal. Dalam Gita Sang Surya tersebut terungkap kesadaran St.

Fransisikus Asisi tentang keberadaan segala unsur ciptaan sebagai sesamanya. Dalam

Gita Sang Surya St. Fransiskus Asisi menganggap unsur ciptaan sebagai saudara dan

saudarinya. Rasa persaudaraan St. Fransiskus Asisi dengan segala unsur ciptaan

dapat juga ditemukan dalam pelbagai biografi tentang hidupnya yang ditulis oleh

para sahabat dan pengikutnya. Pelbagai kisah tentang hidupnya menunjukkan bahwa

ia sungguh bersahabat secara harmonis dengan seluruh ciptaan. Ia juga begitu

mencintai dan menghargai keagungan ciptaan Allah. Pada akhirnya melalui

persahabatannya itu ia dapat dekat dengan Pencipta. Oleh karena itu, diharapkan

bahwa jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dapat menginternalisasikan

spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi dalam hidup mereka sehari-hari demi

kelestarian lingkungan hidup.

Katekese umat sangat penting dalam rangka pembentukan kepribadian manusia

yang didasari oleh spiritualitas St. Fransiskus Asisi. Katekese umat dapat menjadi

Page 159: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

141

momen yang penting untuk mendorong sekaligus membantu jemaat agar peka dan

peduli terhadap krisis lingkungan hidup yang terjadi di sekitarnya. Di dalam katekese

umat, jemaat bersama dengan pendamping pertama-tama diharapkan dapat

menyadari krisis lingkungan hidup yang terjadi, kemudian jemaat dapat belajar dari

spiritualitas St. Fransiskus Asisi untuk mengatasi krisis lingkungan hidup yang

terjadi di sekitar mereka. Pada akhirnya dengan belajar dari spiritualitas St.

Fransisikus Asisi jemaat dapat terpanggil dan ambil bagian dalam upaya pelestarian

lingkungan hidup.

Dalam skripsi ini, penulis juga membuat dan sekaligus menawarkan usulan

program katekese umat untuk membantu jemaat di Keuskupan Agung Pontianak

untuk mendalami spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi dalam rangka pelestarian

lingkungan hidup. Dalam usulan program ini jemaat diajak untuk menyadari krisis

lingkungan hidup yang terjadi di sekitar mereka dan mendalami spiritualitas kosmis

Fransiskus Asisi sebagai inspirasi pelestarian lingkungan hidup yang ada di sekitar

mereka. Kiranya program katekese yang telah disusun tersebut dapat membantu

karya pelestarian lingkungan hidup bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak.

B. Saran

Penulisan skripsi ini ditujukan kepada seluruh umat beriman kristiani, para

aktivis sosial, para katekis dan calon katekis, serta semua orang yang berkendak baik

dalam mengupayakan pelestarian lingkungan hidup, khususnya bagi jemaat di

Keuskupan Agung Pontianak. Pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa

gagasan dan sumbangan pemikiran yang berupa saran, supaya skripsi ini dapat

Page 160: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

142

memberikan kesadaran dan dorongan bagi semua orang dalam rangka pelestarian

lingkungan hidup.

1. Bagi Umat Beriman Kristiani pada Umumnya

Umat beriman kristiani mempunyai tugas panggilan dari Allah untuk menjaga

keutuhan ciptaanNya. Dalam hal ini, Gereja telah menghimbau seluruh jemaatnya

untuk melestarikan lingkungan hidup. Sebagai jemaat kristiani yang termotivasi

iman, mereka harus ambil bagian secara aktif mengembangkan penghayatan

imannya. Tanggungjawab jemaat beriman kristiani dalam pelestarian lingkungan

hidup adalah salah satu bagian dari upaya membangun Kerajaan Allah di dunia ini.

Dunia ini merupakan tempat perwujudan Kerajaan Allah, sekaligus sebagai tempat

perwujudan kasih dan karya keselamatan yang Allah berikan kepada umat manusia.

Upaya membangun Kerajaan Allah yang salah satunya tercipta dalam upaya menjaga

keutuhan ciptaan di dunia ini, di mana pada hakikatnya merupakan cita-cita seluruh

umat manusia. Oleh karena itu untuk mewujudkan keutuhan ciptaan di dunia ini,

umat beriman kristiani harus mampu bekerjasama dengan semua pihak yang

berkehendak baik dan mempunyai tujuan yang sama dalam melestarikan lingkungan

hidup.

Pelestarian lingkungan hidup merupakan kehendak Allah yang diberikan

kepada manusia sebagai mandatarisnya di dunia ini. Sikap hidup yang merusak

keutuhan ciptaan merupakan tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah.

Sikap hidup manusia yang bertentangan dengan kehendak Allah akan menghantar

manusia pada dosa dan pada akhirnya menjauhkan relasi antara manusia dengan

Allah. Untuk itu manusia perlu menghayati kehendak Allah itu dalam hidupnya

Page 161: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

143

sehari-hari. Sikap dan perilaku pelestarian lingkungan merupakan cara atau seni

hidup yang dapat mendorong umat beriman kristiani untuk semakin peka terhadap

kasih Allah yang hadir dalam segenap ciptaan. Melalui cara hidup yang demikian

tentunya dapat menghantar jemaat beriman kristiani baik secara individu maupun

komunal semakin dekat berelasi dengan Allah sebagai pencipta, seperti yang

diteladankan oleh St. Fransiskus Asisi.

2. Bagi Para Aktivis Sosial

Para aktivis sosial selama ini telah berusaha menegakkan keadilan dan kebenaran

pada pelbagai sendi kehidupan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan krisis

lingkungan hidup. Mereka terpanggil untuk mengupayakan pelestarian lingkungan

hidup dengan mendorong dan mengajak masyarakat untuk kritis dan peka terhadap

krisis lingkungan hidup yang terjadi. Dalam upaya pembangunan masyarakat yang

kritis dan peka terhadap krisis lingkungan hidup yang terjadi tidak jarang mereka

sering berhadapan dengan masyarakat yang begitu sulit dihadapi. Khususnya untuk

menumbuhkembangkan pola pikir dan pandangan masyarakat yang cenderung

bersifat konservatif. Dalam hal ini adalah masyarakat yang tidak mau meninggalkan

pandangan antroposentrisme, di mana paham ini cenderung memandang alam hanya

sebagai obyek pemenuhan kebutuhan manusia saja. Tidak dapat dipungkiri bahwa

pandangan lama semacam ini sulit untuk dirubah dalam diri manusia, karena

pandangan ini dinilai sangat menguntungkan bagi manusia. Oleh karena itu,

kesadaran para aktivis sosial yang berusaha membangun kontientisasi bagi

masyarakat akan pandangan terhadap alam secara baru yang memberi ruang terhadap

Page 162: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

144

pelestarian lingkungan hidup memerlukan dukungan dan perhatian dari segenap

lapisan masyarakat.

Berhadapan dengan tantangan semacam ini, sangat pentinglah bagi para aktivis

sosial untuk membangun semangat kerjasama, sabar dan pantang menyerah di dalam

hidup ini. Semangat semacam ini menjadi bagian penting dalam usaha merombak

pola pikir atau pandangan keliru yang berkembang dalam masyarakat tentang

eksisistensi lingkungan hidup bagi manusia. Kesadaran akan pentingnya semangat

kerjasama, sabar dan pantang menyerah akan membawa konsekuensi yang positif

bagi para aktivis sosial dalam perjuangannya bersama segenap lapisan masyarakat

untuk mewujudkan kelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu semangat

kerjasama, sabar dan pantang menyerah perlu senantiasa diupayakan dan

dipertahankan oleh para aktivis sosial dalam upaya mereka mengatasi dan menjawab

keprihatinan akan krisis lingkungan hidup yang ada.

3. Bagi Para Katekis

Sebagai katekis yang berada di tengah-tengah masyarakat, yang pada saat ini

sering dinilai sedang mengalami disorientasi identitas pada diri mereka sendiri saat

berhadapan dengan semakin kompleksnya fenomena krisis kehidupan manusia. Para

katekis sebagai patner atau mitra jemaat dalam mengembangkan iman diharapkan

mempunyai semangat kerja keras, pantang menyerah dan rasa sosial yang tinggi

dalam pelbagai rangkaian hidupnya. Dalam hal ini para katekekis dan calon ketekis

diharapkan berusaha meneladani kepribadian Yesus Kristus yang mampu bertindak

secara bijaksana menghadapi keterpurukan pelbagai dimensi kehidupan manusia

pada zamanNya. Dengan berusaha meneladani pola hidup dan kepribadian Yesus

Page 163: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

145

Kristus sebagai sosok katekis yang sejati, diharapkan para katekekis dan calon

katekis merasa kuat, tabah dan bijaksana menghadapi pelbagai krisis kehidupan yang

terjadi saat ini di tengah-tengah hidup jemaat.

Berhadapan dengan krisis lingkungan hidup yang terjadi pada saat ini, para

katekis diharapkan mampu menjadi mitra jemaat dalam melestarikan lingkungan

hidup. Para katekis harus mampu membangun kesadaran dan mengarahkan jemaat

yang ia layani, sehingga peka dan kritis terhadap krisis lingkungan hidup yang terjadi

saat ini. Dalam hal ini, para katekis dapat memanfatkan momen katekese umat yang

ia pimpin dan dampingi untuk memberikan kesadaran bagi jemaat akan pentingnya

pelestarian lingkungan hidup.

Untuk membangun kesadaran akan krisis lingkungan hidup beserta ancamannya.

Para katekis diharapkan dapat menguasai metode analisis sosial. Metode ini sangat

penting untuk membantu jemaat mengetahui dan menyadari situasi sosial termasuk

pelbagai keprihatinannya, dimana salah satunya adalah krisis lingkungan hidup.

Melalui katekese dengan metode analisis sosial, para katekis bersama-sama dengan

jemaat dapat menyadari krisis lingkungan hidup yang terjadi di sekitar hidup mereka.

Dalam hal ini, itu para katekis diharapkan senantiasa terus belajar untuk

memperkembangkan wawasan pengetahuan dan keterampilan yang mendukung

karyanya di tengah hidup jemaat.

Kesadaran akan krisis lingkungan hidup saat ini beserta ancamannya bagi

generasi yang akan datang, akan mendorong mereka untuk peka dan kritis akan krisis

lingkungan hidup yang terjadi saat ini. Berangkat dari kesadaran ini diharapkan

mereka secara bersama dapat merencanakan dan melaksanakan aksi pelestarian

Page 164: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

146

lingkungan hidup. Oleh karena itu, upaya semacam ini perlu terus diupayakan oleh

para katekis bersama dengan umat secara berkesinambungan, sehingga mereka dapat

sungguh mewujudkan panggilan Allah untuk menciptakan keutuhan ciptaan Allah di

dunia ini.

4. Bagi Jemaat Kristiani di Keuskupan Agung Pontianak

Dalam skripsi ini, jemaat beriman kristiani di Keuskupan Agung Pontianak

merupakan subyek utama dalam perjuangan untuk mewujudkan kelestarian

lingkungan hidup di sana. Jemaat di Keukupan Agung Pontianak pertama-tama perlu

mensyukuri pelbagai kekayaan dan keindahan alam yang telah dianugerahkan oleh

Allah di tengah-tengah hidup mereka. Melalui kesadaran ini mereka diharapkan

terpanggil untuk mewujudkan kelestariannya. Dalam rangka pelestarian lingkungan

hidup di Keuskupan Agung Pontianak, jemaat perlu mengupayakan transformasi

paradigma dan perilaku terhadap lingkungan hidup yang ada di sekitar mereka,

karena paradigma dan perilaku mereka selama ini terhadap alam telah terbukti tidak

mampu menjaga keutuhan alam. Untuk menciptakan kelestarian lingkungan hidup

yang ada di Keuskupan Agung Pontianak, mereka telah diajak untuk mendalami dan

meneladani kepribadian St. Fransiskus Asisi yang begitu peka dan loyal dalam

menjaga keutuhan ciptaan. Dalam hal ini, mereka diharapkan mempunyai inspirasi

dan tokoh teladan dalam melestarikan lingkungan hidup.

Dalam upaya melestarikan kekayaan alam yang ada di daerahnya, jemaat di

Keuskupan Agung Pontianak sebenarnya telah memiliki kultur dan pengetahuan

untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup yang telah diwariskan secara turun

termurun dari nenek moyang mereka (indigeneus knowledge), secara eksplisit kultur

Page 165: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

147

ini dimanifestasikan dalam pelbagai hukum adat yang mereka miliki untuk menjaga

keharmonisan pelbagai dimensi kehidupan mereka. Seiring perkembangan arus

globalisasi dan pelbagai kepentingan yang ada, kultur untuk melestarikan lingkungan

hidup menjadi luntur. Dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, jemaat di

Keuskupan Agung Pontianak diharapkan mampu melaksanakan kultur pelestarian

lingkungan hidup yang mereka miliki, agar kehidupan mereka dapat tetap eksis di

muka bumi ini.

Dalam skripsi ini, jemaat di Keuskupan Agung Pontianak diundang untuk

meneladani kepribadian St. Fransiskus Asisi demi pelestarian lingkungan hidup.

Dalam hal ini, eksistensi spritualitas St. Fransiskus Asisi di tengah-tengah hidup

jemaat bukan merupakan penghalang atau batu sandungan bagi kultur yang ada di

tengah-tengah kehidupan jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam melestarikan

lingkungan hidup. Kehadiran spiritualitas Kosmis St. Fransiskus Asisi sangat relevan

dengan kultur jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam melestarikan lingkungan

hidup, karena secara bersama mengarahkan manusia untuk menjaga keletarian

lingkungan hidup.

Spritualitas Kosmis St. Fransiskus Asisi merupakan seni hidup dan gambaran

kepribadian manusia yang sungguh peka dan peduli dalam mengupayakan keutuhan

dan keharmonisan hubungan segala unsur yang telah diciptakan oleh Allah, termasuk

keharmonisan hubungan manusia dengan Allah sendiri. Sebagai umat beriman

kristiani, jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dipanggil untuk mewujudkan relasi

yang harmonis dengan segala ciptaan termasuk dengan Allah. Oleh karena itu,

spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi dapat menjadi kekayaan kultur atau budaya

Page 166: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

148

cinta lingkungan hidup yang dapat mendorong jemaat di Keuskupan Agung

Pontianak agar semakin peka dan peduli dalam pelestarian lingkungan hidup. Maka,

dalam rangka pelestarian lingkungan hidup mereka diharapkan dapat mensinergikan

potensi budaya itu dengan spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi, sehingga dari

upaya semacam ini jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dapat menciptakan

kelestarian lingkungan hidup yang ada di sekitar mereka.

Page 167: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

DAFTAR PUSTAKA

Adisusanto, F.X. (1992). Katekese Sosial. Dalam Komisi Kateketik KWI. (Ed.).

Bunga Rampai Katekese Sosial (hh. 228-232). Jakarta: Obor. Andasputra, Niko. (Ed.). (1999). Perlawanan Rakyat di Hutan Kalimantan.

Pontianak: Institut Dayakologi. _______________& Djueng. (Ed.). (1996). Manusia Dayak Orang Kecil yang

Terperangkap Modernisasi. Pontianak: Institut Dayakologi. Atok. (Ed.). (1998). Pemberdayaan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis

Masyarakat. Pontianak: Pembinaan Pengelolaan Sumber Daya Alam Kemasyarakatan (PPSDAK) Pancur Kasih.

Bagus, Lorens. (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Banawiratma, J. B. (Ed.). (1990). Spiritualitas Transformatif. Yogyakarta:

Kanisius. Bergant, Dianne & Karris, Robert. J. (Ed.). (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian

Baru, Yogyakarta: Kanisius Bigaroni, Marino. (2003). Legenda Perugia. Jakarta: SEKAFI. Buntaran, Fredi. (1996). Saudari Bumi Saudara Manusia: Sikap Iman dan

Kelestarian Lingkungan. Yogjakarta: Kanisius. Chang, Wiliam. (1989). Jiwa Kosmis Fransiskus Asisi. Ende-Flores: Nusa Indah. _____________(2001). Moral Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisius. Edi Petebang. (1999a). Hutan Menangis Rakyat Menjerit. Kalimantan Review,

September, 5-8. ____________ (1999b). Mengurus Alam. Kalimantan Review, September, 12-13. Ely. (2006a, 25 Januari). Tangguhkan Kelapa Sawit: Realisasi Ijin Pembukaan

Lahan yang Telah Diberikan. KOMPAS, 18. ____ (2006b, 26 Januari). Target: Tiga Juta Hektar Sawit. KOMPAS, 17. Gorbry, Ivan. (1976). Fransiskus dari Asisi (A. Soejitno dan P. Wahyo,

Penerjemah). Ende-Flores: Arnoldus. Groenen, Cletus. (1997). Fransiskus dari Asisi. Jakarta: SEKAFI. ______________(1992). Riwayat Hidup Fransiskus oleh Ketiga Temannya.

Jakarta: SEKAFI Hasto Rosaliyanto, F. (Ed.). (2001). Bercermin pada Wajah-wajah Keuskupan

Gereja Katolik Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Hendi Candra. (2006). PSDA yang Eksploratif dan Pelestarian DAS Kapuas

Secara Efektif. Kalimantan Review, 130, 22-23. Heuken, A. (2002). Spiritualitas Kristiani. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Holand, Joe & Henriot, Peter. (1986). Analisis Sosial & Refleksi Teologis.

Yogyakarta: Kanisius. Indil, Petrus. (2004). Hutan Kalbar Terus Susut. DUTA, 201, 10-11. Keraf, Sony. A. (2002). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit KOMPAS. Komisi Internasional untuk Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan

(KPKC). (2001). Buku Pegangan Bagi Promotor Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan. (Seri Hidup Baru 5). Yogyakarta: Kanisius.

Page 168: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

150

Komisi Kateketik KWI. (1995). Katekese Umat dan Evangelisasi Baru. Yogyakarta: Kanisius.

Komisi Liturgi KWI. (2003). Penanggalan Liturgi 2004: Tahun C/II. Yogyakarta: Kanisius.

Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Regio Kalimantan. (2005). Membangun Budaya Cinta Ekologi di Kalimantan. Pontianak: Percetakan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Agung Pontianak.

Konferensi Waligereja Indonesia. (1996a). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius

__________________________. (1996b). Pedoman Gereja Katolik Indonesia. Bogor: SMK Grafika Mardi Yuana.

Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial Gereja Tahun 1891-1991 dari Rerum Novarum sampai Centesimus Annus. (1999). (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Kusmiran, Tony. (2005). Pemanasan Global Tanggung Jawab Siapa? Kalimantan Review, 117, 36.

Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI. Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Deuterokanonika. (2001). Jakarta:

Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia. Lorens. (2006). Menyelamatkan Kapuas. Kalimantan Review, 130, 15. Mangunharjana, A. (1986). Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta:

Kanisius. Michel, Thomas. (2001). Pokok-pokok Iman Kristiani. Yogyakarta: Universitas

Sanata Dharma. Mifa, Hermanus. (2005). Pendidikan Berwawasan Lingkungan. EDUCARE, 03, 3. Niagara, A. (2006). Rencana RRC Hancurkan Hutan Indonesia. Kalimantan

Review, 130, 32. Nila Riwut. (Ed.). (2003). Meneleser Paratau Tatu Hiang: Menyelami Kekayaan

Leluhur. Palangkaraya: PUSAKALIMA. Pak Raja. (1999). Melawat ke Kota di Hutan Belantara. Kalimantan Review,

September, 11. Pare, Dion (1992a). Mengembangkan Relasi Etis dengan Lingkungan. Para

Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Katolik. (Ed.). Dengarlah Keluhan Alam Hai Manusia. (hh. 44-52). Ende: Percetakan Arnoldus.

__________(1992b). Dari Kesadaran Baru ke Spiritualitas untuk Memelihara: Memahami Bumi dalam Terang Ciptaan. Para Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Katolik. (Ed.). Dengarlah Keluhan Alam Hai Manusia. (hh. 70-98). Ende: Percetakan Arnoldus.

Purwo Hardiwardoyo, Al. (2006). 7 Masalah Sosial Aktual. Yogyakarta: Kanisius. Putranto, C. B. (2006). Keluhuran Martabat Manusia dalam Ciptaan: Unsur-

unsur Berkatekese Berwawasan Ekologis. (Seri Puskat No. 370). Yogyakarta: Pusat Kateketik.

Rout, P. (2001). Fransiskus dan Bonaventura. Yogyakarta: Kanisius. Ryo. (2006, 7 Maret). Sejumlah Sungai di Kalbar Tercemar Mercury. KOMPAS,

15.

Page 169: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

151

Setyakarjana, J. S. (1997). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Kateketik.

Setyawati, M. (1990). Santo Fransiskus dari Asisi. Yogyakarta: Kanisius. Sri Hartati (2007, 13 Januari). Hutan Dihancurkan, Bencana Didapat. KOMPAS,

33. Suprihadi Sastrosupeno, M. (1984). Manusia Alam dan Lingkungan. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Surjani, A. (1996). Pola Pengelolaan Hutan dan Penyelamatan Keanekaragaman

Hayati dalam Tradisi Masyarakat Adat Kalbar. Kalimantan Review, 19, 15-22.

Tucker, Mary Evelin & Grim, John. A. (Ed.). (2003). Agama Filsafat dan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisius.

Wahyo, Pater. (1975). Wejangan St. Fransiskus dari Asisi. Ende-Flores: Nusa Indah.

Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OFM. (1998). Tafsiran Alkitab Masa Kini 1: Kejadian - Ester. Jakarta: Bina Kasih.

__________________________________(1999). Tafsiran Alkitab Masa Kini 2: Ayub - Maleakhi. Jakarta: Bina Kasih.

Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Yos, H.O. (2003). Kita Diutus Untuk Melindungi dan Memelihara Martabat Manusia dan Ciptaan Manusia. DUTA, 189, 35.

Page 170: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

LAMPIRAN

Page 171: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

(1)

Lampiran 1: Teks Cerita St. Fransiskus Asisi Tokoh Pelestarian Lingkungan

Hidup

Sebagai jemaat beriman kristiani, tentunya kita tidak asing mendengar tokoh St. Fransiskus Asisi. Ia dilahirkan di Asisi pada akhir tahun 1181. Ia diberi gelar Asisi karena berasal dan menutup usia di Asisi. Ayahnya bernama Pietro Bernadone dan ibunya bernama Donna Piecca. Ayah St. Fransiskus Asisi adalah seorang pedagang yang cukup cerdik dan ulet. Pada masa muda St. Fransiskus Asisi dididik menurut patokan-patokan duniawi secara mewah. Akibatnya, ia sering melakukan tindakan yang tak disenangi. Ia pernah menjadi serdadu dalam perang di Perugia pada tahun 1202 dan di Apulina pada tahun 1205. Dalam perjalanan perangnya di Apulina dia menginap di Spoleto (dekat kota Asisi) ia jatuh sakit dan bermalam di situ. Ketika sedang bermalam di Spoleto, ia bermimpi dan mendengar suara yang mengatakan kepadanya untuk kembali ke Asisi. Ia pun taat dan kembali ke Asisi, itulah awal pertobatan St. Fransiskus Asisi. Pada tahun 1926, ketika bermeditasi di kapel St. Damiano, ia mendengar suara Yesus yang tersalib di altar yang menyuruhnya memperbaiki gereja. Ia kemudian memperbaiki gereja dengan mempergunakan kekayaan yang dimilikinya, walaupun kemudian ditentang oleh ayahnya.

Dalam hidupnya, St. Fransiskus Asisi mengabdikan diri dalam hidup doa, ketenangan, membantu orang-orang kusta, dan memperbaiki gereja. Ia banyak mengajarkan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, apa yang diajarkannya tersebut sungguh dihayatinya sendiri dalam hidupnya. Ia menghormati semua ciptaan dalam suasana penuh kehangatan dan cinta kasih. Kehidupan semacam ini membuat dia akrab dengan semua ciptaan. Ia berusaha menggali makna ilahi di balik setiap ciptaan, sehingga lewat pergaulannya dengan semua makhluk ia dapat menemukan kehadiran Allah.

Pada tahun 1225 St. Fransiskus Asisi mengalami penyakit mata dan Stigmata. Ketika penyakitnya itu semakin mengganas dan merasa ajalnya sudah dekat, Ia kemudian meminta supaya dihantar ke Pontiuncula. Akhirnya, ia meninggal di sana pada tanggal 3 Oktober dan dimakamkan di Gereja San Giorgio pada tanggal 4 Oktober 1226. Pada tahun 1228 Paus Gregorius IX menyatakan St. Fransiskus Asisi sebagai orang kudus, kemudian pada tahun 1230 jenazahnya dipindahkan ke Basilika San Fransesco di Asisi .

St. Fransiskus Asisi sangat dekat dengan semua ciptaan dan pelbagai makhluk ciptaan tidak ada merasa takut bergaul dengannya. Ia menyalurkan cinta kasih yang menciptakan kedamaian dan ketenangan batin. Apabila ia bertemu dengan hewan buas, ia mempersenjatai diri dengan penuh sikap lemah-lembut dan ramah-tamah. Begitu juga halnya dengan makluk ciptaan lainnya, ia berusaha bersahabat dengan mereka dengan sikap persaudaraan. Persahabatan St. Fransiskus Asisi juga tampak dengan dunia fauna. Dalam suatu perjalanan menuju Bevagna, ketika ia sedang memperhatikan kawanan burung di sawah, tiba-tiba muncul rombongan burung dari pelbagai penjuru dan mendarat di kakinya. Ketika ia merentangkan tangannya puluhan ekor burung hinggap di atasnya. Hal ini menunjukkan kedekatan dan persahabatan antara St. Fransiskus Asisi dengan burung-burung, sehingga burung-

Page 172: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

(2)

burung tersebut tidak merasa takut kepadanya. Selain itu ia juga mampu menaklukan serigala ganas yang mengancam kehidupan penduduk di kota Gubio. Dengan lemah lembut St. Fransiskus Asisi menyapa serigala yang ganas tersebut, sehingga serigala itu taat kepadanya. Pada akhirnya, serigala itu menjadi jinak dan bahkan menjadi sahabat penduduk di Kota Gobio. Kehangatan relasi St. Fransiskus Asisi juga dirasakan oleh hewan jenis lain, antara lain: kelinci, dan ikan. St. Fransiskus Asisi mengganggap hewan mempunyai daya tangkap khas yang sanggup merekam maksud manusia, walaupun hewan tidak bisa berbicara seperti manusia.

St. Franiskus Asisi juga sering mengingatkan saudaranya yang akan mencari kayu bakar. Dia mengingatkan supaya jangan menebang semua pohon, tetapi tebanglah pohon secukupnya saja sehingga ada pohon yang dibiarkan hidup. Hal yang sama juga diperintahkannya kepada saudaranya yang bekerja di kebun. Dia mengatakan supaya jangan menanami seluruh kebun dengan sayuran yang dapat dimakan saja, tetapi juga menanam tanaman yang dapat menghasilkan daun-daunan hijau. Ia bahkan mengatakan, agar pekerja kebun tersebut membuat kebun kecil yang indah. Kebun kecil ini ditanami dengan semua jenis tanaman yang menghasilkan daun berbau wangi dan berbunga yang indah, supaya pada saat tanaman ini menghasilkan ia dapat mengundang semua orang untuk melihat hal itu. Dengan melihat hal itu manusia dapat terdorong untuk memuji Allah, sebab setiap ciptaan mengatakan dan berseru, “Tuhan telah menciptakan saya demi engkau, hai manusia”.

St. Fransiskus Asisi juga memberikan perhatian dan cintanya kepada non-makhluk hidup unsur-unsur alam, antara lain: air, api, batu karang, dan kayu. Rasa cintanya terhadap alam ini didasarkan atas kesadaran, bahwa makna ilahi dan penciptaan dapat digali dari unsur-unsur alam tersebut. Sebelum wafat, St. Fransiskus Asisi telah menggubah “Gita Sang Surya”. Adapun isi kidung tersebut adalah:

“Tuhan yang penyayang, Mahaluhur dan Mahakuasa, kepadaMulah puji-pujian dan kemuliaan, kehormatan dan segala keluhuran. MilikMu saja kesemuanya itu, Sang Mahaluhur,dan tiada insan layak menyebut NamaMu. Terpujilah Engkau, Tuhanku, dengan sekalian makhlukMu, terutama tuanku saudara Surya, dia itu siang dan menerangi kami dengan pancarannya. Dia itu elok dan bersinar dengan teramat cerahnya, pembawa lambangMu, Sang Mahaluhur. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena saudari Rembulan dan Bintang-bintang. Kau pasang mereka di cakrawala, serba terang, indah dan mulia. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena saudara Angin, udara dan mega, cerah-cuaca dan sekalian iklim; Kaupelihara sekalian mahlukMu dengan senantiasa. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena saudara Air, besar gunanya, merendah, mulia dan murni. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena saudara Api, malam kelam Kauterangi dengannya, dia itu bagus lagi periang, gagah lagi perkasa. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena saudari kami, Ibu Pertiwi, penyuap dan pengasuh kami, penghasil buah-buahan, bunga beraneka warna dan hijau-hijauan.

Page 173: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

(3)

Terpujilah Engkau, Tuhanku, oleh sekalian pemaaf demi kasihMu, oleh penanggung duka dan derita. Bahagialah yang menanggungnya dengan tenang, sebab mereka akan Kauberi mahkota, Tuhan yang mahaluhur. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena saudara kami maut jasmani, darinya tiada insan hidup terlepas. Malanglah yang mati dalam dosa. Bahagialah yang didapati dalam kehendak suciMu, maut kedua takkan mencelakakannya. Puji dan muliakanlah Tuhanku, beri syukur kepadaNya, abdilah Dia dengan kerendahan hati besar.”

Page 174: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

(4)

Lampiran 2: Peta Keuskupan Agung Pontianak

Page 175: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

(5)

Lampiran 3: Peta Kawasan Hutan di Pulau Kalimantan dari Tahun 1900

sampai dengan Prakiraannya pada Tahun 2020

Page 176: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

(6)

Lampiran 4: Peta Kawasan Proyek Penanaman Kelapa Sawit di Pulau

Kalimantan

Page 177: RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI … · Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan

(7)

Lampiran 5: Peta Kawasan Hutan Lindung di Pulau Kamimantan