pengaruh dow jones islamic market dow jones …digilib.unila.ac.id/47217/3/skripsi full tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH DOW JONES ISLAMIC MARKET, DOW JONES
INDUSTRIAL AVERAGE, INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN, DAN INDEKS SAHAM SYARIAH
INDONESIA TERHADAP JAKARTA ISLAMIC
INDEX (PERIODE 2013-2017)
(Skripsi)
Oleh:
DESRI AYU PUSPITA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGARUH DOW JONES ISLAMIC MARKET, DOW JONES
INDUSTRIAL AVERAGE, INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN, DAN INDEKS SAHAM SYARIAH
INDONESIA TERHADAP JAKARTA ISLAMIC
INDEX (PERIODE 2013-2017)
Oleh
Desri Ayu Puspita
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh Dow Jones Islamic Market,
Dow Jones Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Saham
Syariah Indonesia terhadap Jakarta Islamic Index (Periode 2013-2017)”. Teori
yang digunakan dalam penelitian adalah teori efisiensi pasar dan teori faktor-
faktor yang mempengaruhi harga saham yang mana kedua teori ini akan
mempengaruhi Jakarta Islamic Index. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari situs-situs keuangan. Populasi yang dipilih adalah harga saham
pada hari perdana perdagangan saham setiap bulannya dari variabel dependen dan
variabel independennya yang diambil selama 5 tahun dengan total populasi
sebanyak 60 populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan
populasi dengan tambahan kriteria opening price. Hasil pengujian menggunakan
uji t parsial menunjukkan bahwa Dow Islamic Market, Dow Jones Industrial
Average dan Indeks Saham Syariah Indonesia berpengaruh signifikan terhadap
Jakarta Islamic Index, sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan tidak
berpengaruh signifikan terhadap Jakarta Islamic Index. Hasil pengujian secara
menyeluruh dengan menggunakan uji F simultan menunjukan bahwa Dow Jones
Islamic Market, Dow Jones Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan
dan Indeks Saham Syariah Indonesia berpengaruh signifikan terhadap Jakarta
Islamic Index.
Kata kunci: DJIM, DJIA, IHSG, ISSI, Saham, Pasar Efisien
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF DOW JONES ISLAMIC MARKET, DOW JONES
INDUSTRIAL AVERAGE, JAKARTA STOCK EXCHANGE, AND
INDONESIA SHARIA STOCK INDEX TO JAKARTA ISLAMIC
INDEX ( PERIOD 2013-2017)
By
Desri Ayu Puspita
This research is aim to determine “The influence of Dow Jones Islamic Market,
Dow Jones Industrial Average, Jakarta Stock Exchange and Indonesia Sharia
Stock Index to Jakarta Islamic Index (Period 2013-2017)”. The theories that used
in the research are eficiency market and the factors that effect the stock price,
which that both will affect the Jakarta Islamic Index. This research is a
descriptive quantitative and using the secondary data from financial websites.
Population that used in this research is the first day of stock price each month
from the dependent varibabel Jakarta Islamic Index and the independent variabel
Dow Jones Islamic Market, Dow Jones Industrial Average, Jakarta Stock
Exchange and Indonesia Sharia Stock Index around 5 years with the total of
population are 60. Sample are as same as with the popuation with opening price
criteria is added. Partial t test Showed that Dow Jones Islamic Market, Dow
Jones Industrial Average and Indonesia Sharia Stock Index affect the Jakarta
Islamic Index significantly, but Jakarta Stock Exchange doesn’t affect the Jakarta
Islamic Index significantly. F test showed that Dow Jones Islamic Market, Dow
Jones Industrial Average, Jakarta Stock Exchange and Indonesia Sharia Stock
Index affect the Jakarta Islamic Index significantly.
Keyword: DJIM, DJIA, IHSG, ISSI, Stock, Efficiency Market
PENGARUH DOW JONES ISLAMIC MARKET, DOW JONES
INDUSTRIAL AVERAGE, INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN, DAN INDEKS SAHAM SYARIAH
INDONESIA TERHADAP JAKARTA ISLAMIC
INDEX (PERIODE 2013-2017)
Oleh
Desri Ayu Puspita
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU ADMINISTRASI BISNIS
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Desri Ayu Puspita
dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 2
Maret 1997. Penulis merupakan anak pertama dari 3
besaudara dari pasangan Heri Jayadi dan Deasy
Aryati.
Penulis memulai jenjang pendidikannya dari Taman
Kanak-Kanak (TK) Fransiskus 1 Tanjung Karang
pada tahun 2001, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SD Fransiskus 1
Tanjung Karang pada 2003 dan melanjutkan pendidikannya kembali di SMP
Fransiskus 1 pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikannya di SMAN 2 Bandar Lampung di penjurusan IPA. Pada tahun 2015
penulis melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Lampung pada jurusan
Ilmu Administrasi Bisnis.
Penulis aktif mengikuti ekstrakulikuler sejak di TK dan SD dengan mengikuti
kegiatan tari, tergabung dalam kegiatan Drumband Githa Andrepati di SD
Fransiskus, dan memenangkan berbagai lomba di tingkat kotamadya. Saat SMP,
penulis mulai aktif mengikuti berbagai organisasi seperti OSIS dan Yusero, serta
tak lupa mengikuti ekstrakulikuler seperti mading dan KIR. Ketertarikan terhadap
organisasi ini berlanjut ketika penulis memasuki jenjang SMA dengan aktif
mengikuti berbagai organisasi yaitu Rohis pada tahun 2012 yang diawali dengan
ketidaksengajaan dan menjadi anggota bidang Hubungan Masyarakat. Pada tahun
2013-2014, Penulis mendapatkan amanah sebagai Sekretaris Umum Rohis SMAN
2 Bandar Lampung. Selain mengikuti organisasi Rohis, penulis mengikuti Bina
Vokalia dan terpilih pada bagian alto voice sejak tahun 2012-2015. Sejak
memasuki dunia perkuliahan, penulis mengikuti organiasasi FSPI FISIP Unila
pada 2015 di bagian Media Center dan dibidang yang sama pula pada tahun
berikutnya. Pada tahun 2017, penulis mendapatkan amanah sebagai sekretaris
BKPM FSPI Unila. Selain aktif pada orgaanisasi FSPI, penulis juga pernah
mengikuti BEM U KBM Unila sebagai staff ahli Pemberdayaan Wanita dan
mendapat berbagai pengalaman pertama yang luar biasa.
Penulis juga mengikuti training dan seminar seperti pelatihan desain grafis dan
LKMI-TD oleh UKMF FSPI, dan pernah mengabdikan diri pada KKN Unila 2018
di desa Kanyangan, Kota Agung Barat, Tanggamus. Prestasi yang didapatkan
penulis ketika kuliah adalah penerima hibah Program Mahasiswa Wirausaha 2018
dan Juara II Lomba Stocklab dalam kegiatan BFC 2018.
Untuk medapatkan gelar sarjana atau S.A.B. pada Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, maka penulis
melakukan penelitian Skripsi dengan judul: Pengaruh Dow Jones Islamic
Market, Dow Jones Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan, dan
Indeks Saham Syariah Indonesia terhadap Jakarta Islamic Index (Periode
2013-2017).
PERSEMBAHAN
Terucap syukur atas karunia nikmat yang telah Allah SWT berikan,
ku persembahkan karya ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku
kepada:
Kedua Orang Tuaku Tercinta
Bapak Heri Jayadi dan Ibu Deasy Aryati yang telah membesarkanku dengan
penuh kasih sayang, memberikan motivasi dan dukungan kepadaku yang tidak
hanya dalam mengenyam pendidikan namun dalam segala urusan.
Kedua Adikku yang Kusayangi
Dyah Suci Ramadhanti dan Dian Asti Prameswari yang menjadi motivasi
terbesarku dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih telah menjadikan rumah
sebagai tempat terbaik.
Sahabat-Sahabatku
Yang selalu ada disisiku dan menerima kekurangan-kekuranganku.
Keluarga Besarku
Keluarga besarku yang selalu mencintai dan mesuporku dari kecil hingga saat
ini.
Untuk Keluarga Besar Ilmu Administrasi Bisnis
Serta Untuk Almamater Tercinta
MOTTO
“Qadarullah Wa Maa Sya’a Fa’ala”
“Ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat apa yang dikehendaki-
Nya”
(H.R Muslim)
“We just have to open our eyes, our hearts, our minds, if we just look bright
we’ll see the signs, we can’t keep hiding from the truth, let it take us by suprise”
(Maher Zain – Open Your Eyes)
“There’ll be a day that I find a better me when I read this sentence again”
(Desri Ayu Puspita)
SANWACANA
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam atas segala limpahan
nikmat, rahmat serta karunia-Nya yang telah diberikan dan shalawat beriring
salam selalu tersanjung agung-kan kepada uswatun hasanah kita Rasulullah SAW
yang selalu dinantikan syafa’atnya di yaumul akhir sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Dow Jones Islamic Market, Dow Jones
Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan, dan Indeks Saham Syariah
Indonesia terhadap Jakarta Islamic Index (Periode 2013-2017)” disusun sebagai
salah satu syarat mencapai gelar sarjana Ilmu Administrasi Bisnis (S.A.B.)
Universitas Lampung. Selama proses penulisan skripsi ini penulis menyadari
keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu peneliti banyak
memperoleh bimbingan, saran, gagasan dan masukan dari berbagai pihak yang
sangat berharga bagi penulisan karya ini. Dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Dadang Karya Bakti, M.M., selaku Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
5. Bapak Ahmad Rifa’i, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Bisnis Universitas Lampung.
6. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos., M.Sc, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Administrasi Bisnis Universitas Lampung.
7. Bapak Drs. Dian Komarsyah D., M.S., selaku Pembimbing Akademik dari
penulis.
8. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran memberi saran, motivasi,
dan nasehat yang berharga.
9. Bapak Supriyanto, S.A.B., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran memberikan saran, dan
dukungan kepada penulis.
10. Ibu Mediya Destalia, S.A.B., M.A.B., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran,
memotivasi, dan dukungan kepada penulis.
11. Untuk Bapak, Ibu, Dosen dan Staff jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Universitas Lampung. Terimakasih banyak atas ilmu yang bermanfaat,
pengalaman serta kerjasamanya dari awal perkuliahan hingga saya
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
12. Kedua Orang Tua yang kucintai, Bapak Heri Jayadi dan Ibu Deasy Aryati
yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan, bimbingan dan
semangat kepada penulis hingga bisa menyelesaikan skripsi ini dan dalam
segala urusan.
13. Kedua adikku yang kusayangi, Dyah Suci Ramadhanti, dan Dian Asti
Prameswari yang menjadi semangat utamaku dalam menyelesaikan skripsi
ini.
14. Para mahasiswa pembimbing yang membantuku dalam menyelesaikan
skripsi ini, Siti Holidah, Shella Ernita Sari, Agita Putri Belina, Rianti
Khairunisa, Mba Githa Yustika, dan Kak Erig Rustantiyo.
15. Sahabat-sahabatku yang selalu ada dan sabar disampingku selama 3 tahun
lebih ini, gengsku, Assyifa Salsabila, Ulfa Faridah, Helen Wandita, dan
Eka Zurina Hasanah, serta tak lupa juga untuk Novita Handayani.
16. Sahabat-sahabat Tada-Tadaku yang selalu membuat kejutan yang manis
untukku, Assyifa Salsabila, dan Riza Habiburahman.
17. Sahabat-Sahabat Bincess ku yang paling rusuh, Assyifa Salsabila, Gendiz
Zahranadiva, Dwi Surya Lestari, dan Zulita Winarsih yang mana bibit
Salsa dan Gendiz didalamnya.
18. Sahabat-sahabat SMA ku yang menyayangiku tanpa tapi, Aisyah Anggun,
Hapsari Caturianita, dan Melsya Halim Utami.
19. Keluarga Besar Ilmu Administrasi Bisnis 2015 dengan segala karakter,
sifat dan perilakunya yang telah memberi warna pada kehidupan
perkuliahan penulis, Junia Ferlita, empat serangkai (Afifah,dkk), Lengs
family yang banyak banget anggotanya pokoknya, Geng terberisik (Dini
dkk), Yuli dkk, Klara dkk, Dian dkk, Minan dkk, Ambar dkk, Elen dkk,
Ayu Safitri, Agit dkk, dan lainnya yang tak mampu penulis sebutkan satu
persatu.
20. Keluarga Besar FSPI FISIP Unila, khususnya Squad FSPI Bangkit, MCF
Asik 2015, dan adik-adik BKPM ku, terimakasih telah memberikan
banyak pengalaman berharga untukku.
21. Keluarga Besar BEM U KBM Universitas Lampung pada Kabinet
Kolaborasi Hebat, khususnya bidang Pemberdayaan Wanita, terimakasih
telah memberikan pengalaman yang luar biasa kepada penulis.
22. Untuk seluruh keluarga besar penulis yang telah mendukung dan
memberikan doa untukku.
23. Global Computer yang telah berbaik hati untuk membantu menghemat
biaya penulis.
24. Semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, namun sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 8 Oktober 2018
Penulis
Desri Ayu Puspita
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR RUMUS ............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasar Efisien ............................................................................................. 11
2.1.1 Bentuk-Bentuk Efisiensi Pasar ..................................................... 12
2.1.2 Bentuk Efisiensi Pasar di Indonesia ............................................. 15
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham ................................... 16
2.3 Indeks Harga Saham ................................................................................. 20
2.3.1 Dow Jones Islamic Market ........................................................... 24
2.3.2 Dow Jones Industrial Average ..................................................... 28
2.3.3 Indeks Harga Saham Gabungan ................................................... 29
2.3.4 Indeks Saham Syariah Indonesia .................................................. 30
2.3.5 Jakarta Islamic Index ................................................................... 33
2.4 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 42
2.5 Kerangka Konseptual ................................................................................ 45
2.6 Hipotesis .................................................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian dan Sumber Data ............................................................ 49
3.1.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 49
3.1.2 Sumber Data ................................................................................. 50
3.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 50
3.3 Teknik Pengambilan Sampel .................................................................... 51
3.3.1 Populasi ........................................................................................ 51
3.3.2 Sampel .......................................................................................... 52
3.4 Definisi Operasional Variabel .................................................................. 52
3.5 Metode Analisis ........................................................................................ 53
3.5.1 Analisis Regresi Berganda ............................................................ 54
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 54
ii
3.5.2.1 Uji Normalitas ................................................................ 55
3.5.2.2 Uji Heterokedastisitas .................................................... 56
3.5.2.3 Uji Multikolinearitas ...................................................... 57
3.5.2.4 Uji Autokorelasi .............................................................. 59
3.5.3 Uji Hipotesis .................................................................................. 62
3.5.3.1 Uji t Parsial .................................................................... 62
3.5.3.2 Uji F Simultan ................................................................ 63
3.5.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................... 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Pasar Modal Syariah di Indonesia .............................. 66
4.2 Gambaran Umum Kriteria Jakarta Islamic Index .................................... 69
4.3 Hasil Penelitian ......................................................................................... 72
4.3.1 Hasil Analisis Regresi Berganda .................................................. 72
4.3.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................... 75
4.3.2.1 Hasil Uji Normalitas ...................................................... 75
4.3.2.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................... 76
4.3.2.3 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................. 78
4.3.2.4 Hasill Uji Autokorelasi .................................................. 81
4.3.3 Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 84
4.3.3.1 Hasil Uji t Parsial ........................................................... 84
4.3.3.2 Hasil Uji F Simultan ...................................................... 89
4.3.3.3 Hasil Koefisien Determinasi (R2) .................................. 92
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 102
5.2 Saran ......................................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tabel Penelitian-Penelitian terdahulu .................................................... 44
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional ................................................................... 53
Tabel 4.1 Hasil Analisis Regresi Berganda .......................................................... 73
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 75
Tabel 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas .................................................................. 77
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................... 78
Tabel 4.5 Hasil Pengobatan Uji Multikolinieritas................................................. 80
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................... 82
Tabel 4.7 Hasil Pengobatan Uji Autokorelasi ....................................................... 83
Tabel 4.8 Hasil Uji t Parsial .................................................................................. 86
Tabel 4.9 Hasil Uji F Simultan ............................................................................. 90
Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................ 92
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kinerja Jakarta Islamic Index .............................................................. 4
Gambar 2.1 Bentuk Weak Form Efficiency............................................................ 12
Gambar 2.2 Bentuk Strong Form Efficiency .......................................................... 15
Gambar 2.3 Sektor yang Termasuk dalam DJIM .................................................. 26
Gambar 2.4 Kinerja DJIM ..................................................................................... 27
Gambar 2.5 Kinerja DJIA ..................................................................................... 28
Gambar 2.6 Kinerja IHSG dan JII ......................................................................... 29
Gambar 2.7 Kinerja ISSI ....................................................................................... 32
Gambar 2.8 Kinerja JII .......................................................................................... 34
Gambar 2.9 Bagan Kerangka Konseptual .............................................................. 46
Gambar 3.1 Ilustrasi Data Sekunder ...................................................................... 50
Gambar 3.2 Statistik Darbin-Watson .................................................................... 61
v
DAFTAR RUMUS
Halaman
Tabel 3.1 Rumus Regresi Berganda ....................................................................... 54
Tabel 3.2 Rumus Uji t Parsial ............................................................................... 62
Tabel 3.3 Rumus Uji F Simultan .......................................................................... 63
Tabel 3.4 Rumus Uji Koefisien Determinasi ........................................................ 65
Tabel 4.1 Estimasi Model Regresi pada Waktu t ................................................. 79
Tabel 4.2 Estimasi Model Regresi pada Waktu t-1 .............................................. 80
Tabel 4.3 Estimasi Model First Difference Delta ................................................. 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dikutip dari situs Bank Indonesia, pada bulan Januari 2017 tingkat inflasi di
Indonesia mencapai 3,49%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penggerusan atas
nilai rupiah pada tahun sebelumnya. Hal ini menjadi salah satu alasan kita harus
berinvestasi, diantaranya agar dana yang kita miliki sekarang akan mengasilkan
return lebih tinggi dari pada nilai inflasi yang akan terjadi dimasa depan.
Investasi adalah suatu sarana dimana dana yang tersedia sekarang dapat
dimainkan dengan harapan mendapatkan penghasilan berupa pendapatan positif
dan/atau menjaga atau menaikan nilai dari investasinya tersebut (Gitman dan
Joehnk, 2005:3). Seorang investor mengharapkan keuntungan berupa tambahan
nilai guna atas dana yang diinvestasikannya saat ini pada bentuk suatu aktiva yang
produktif yang disimpan dalam suatu periode tertentu.
Ada berbagai macam pilihan investasi yang bisa dilakukan oleh seorang investor,
seperti menginvestasikan hartanya pada aktiva nyata seperti rumah, emas, dan
tanah atau berinvestasi pada aktiva keuangan, seperti berinvestasi pada pasar
modal. Pasar modal merupakan salah satu sarana untuk berinvestasi maupun
sebagai sarana pendanaan untuk pemerintah ataupun instansi lain yang
memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan jangka panjang (Martalena dan
2
Malinda, 2011:2). Instrumen keuangan dalam pasar modal salah satunya adalah
saham. Saham adalah bukti bahwa seseorang memiliki perusahaan yang berbentuk
surat berharga. Investor dapat memberikan dananya kepada perusahaan yang
mengeluarkan saham atau yang disebut dengan emiten. Saham dapat menjadi
alternatif berinvestasi untuk jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
Berinvestasi saham memiliki berbagai keuntungan bagi investor seperti
kesempatan untuk memperoleh deviden dan kesempatan untuk memperoleh
capital gain. Pembelian saham harus dilakukan secara hati-hati, karena semakin
tinggi tingkat keuntungannya maka akan semakin tinggi resikonya. Salah satu
yang bisa kita jadikan pertimbangan adalah indeks saham yang berhubungan
dengan saham tersebut.
Suatu indeks saham mencerminkan pergerakan harga saham-saham didalamnya.
Indeks saham sebagai suatu indikator yang menggambarkan kondisi perdagangan
pada saham-saham tersebut seperti apakah indikator terssebut menggambarkan
kondisi dalam tren jual atau tren beli yamg menjadi salah satu dasar investor
untuk melakukan kegiatan jual beli saham. Berdasarkan pendapat Darmadji dan
Fakhruddin (2001:95), indeks harga saham diharapkan memiliki 5 fungsi, yaitu
untuk melihat tren pasar yang sedang terjadi, untuk melihat tingkat keuntungan,
untuk melihat kinerja suatu portofolio, pembentukan sebuah portofolio dan
sebagai sarana berkembangnya produk devariatif.
Dikutip dari IDX, Bursa Efek Indonesia saat ini memiliki 12 jenis indeks harga
saham (dengan penambahan JII) yang terdiri dari Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), Indeks Sektoral, Indeks LQ45, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI),
3
Jakarta Islamic Index (JII), Indeks Kompas100, Indeks BISNIS-27, Indeks
PEFINDO25, Indeks SRI-KEHATI, Indeks Papan Utama, Indeks Papan
Pengembangan dan Indeks Individual. dua dari sebelas indeks yang telah
disebutkan termasuk dalam kategori indeks syariah, yaitu Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index (JII).
Indonesia seperti yang kita ketahui adalah negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia dan berdasarkan hal tersebut, maka didirikan suatu indeks saham
yang memiliki basis syariah pada 3 Juli 2000 dengan nama Jakarta Islamic Index
(JII). Hadirnya indeks syariah ini merupakan solusi bagi investor muslim
Indonesia yang ingin menanamkan modalnya tanpa khawatir akan unsur non
syariah didalamnya karena saham-saham didalamnya telah terfiltrasi dari segala
sesuatu yang haram dalam kegiatan transaksinya.
Jakarta Islamic Index (JII) adalah salah satu indeks saham pada BEI sebagai
alternatif investasi dengan prinsip syariah yang terdiri dari 30 saham terliquid dari
Indeks Saham Syariah Indonesia. Jakarta Islamic Index (JII) ini merupakan salah
satu indeks yang mencerminkan pergerakan perekonomian syariah di Indonesia
yang terdiri atas perusahaan-perusahaan syariah berkapitalisasi besar. Investor
muslim dapat memaksimalkan keuntungan dengan pemilihan saham dalam index
ini tanpa khawatir pada unsur-unsur non syariah didalamnya. Hal ini dikarenakan
JII akan selalu dikontrol oleh Dewan Syariah Nasional MUI yang selalu dikaji
ulang setiap 6 bulan sekali.
4
Sumber: Yahoo Finance (2018)
Gambar 1.1 Kinerja Jakarta Islamic Index.
Pada gambar diatas dapat kita lihat bahwa grafik Jakarta Islamic Index
mengalami kenaikan dan penurunan. Berdasarkan data historical price yang
dikutip dari Yahoo Finance, pada 4 Maret 2013 Jakarta Islamic Index ditutup
pada 646,9 poin. Pada tanggal 16 Desember 2013, Jakarta Islamic Index
mengalami penurunan paling dalam selama tahun 2013, yaitu menyentuh closing
price sebesar 560,8 poin. Pada 16 Desember 2013, Jakarta Islamic Index
mengalami kenaikan hingga 3 Maret 2015 setelah mengalami penurunan,
kemudian mengalami penurunan sepanjang Maret-September 2015. Penurunan ini
merupakan penurunan paling dalam selama Maret 2013-Mei 2018, yaitu closing
price pada tanggal 28 September 2015 sebesar 542 poin.
Setelah mengalami penurunan, Jakarta Islamic Index mengalami kenaikan yang
paling tinggi selama 2013-2015, yaitu menembus closing price sebesar 758,2 poin
pada 8 Agustus 2016. Selama bulan Agustus 2016 hingga Desember 2016
kembali mengalami penurunan dan mengalami kenaikan setelahnya. Selama tahun
2017 Jakarta Islamic Index mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak terlalu
5
tinggi. Pada pembukaan awal 2018, terjadi kenaikan poin yang sangat besar
sehingga Jakarta Islamic Index menyentuh poin tertingginya selama Maret 2013-
Mei 2018, yaitu pada 794 poin yang terjadi pada closing price tanggal 26 Januari
2018.
Pergerakan Jakarta Islamic Index ini dipengaruhi oleh faktor-faktor internal
maupun faktor-faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi pergerakan masing-masing saham didalam Jakarta Islamic Index,
sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan
makroekonomi Indonesia, maupun faktor-faktor di dunia yang mempengaruhi
Jakarta Islamic Index termasuk didalamnya adalah indeks yang mempengaruhi
Jakarta Islamic Index.
Perdagangan yang terjadi antar negara akan mempengaruhi suatu indeks saham
setiap negara baik dari segi kinerja maupun pergerakan dari indeks saham tersebut
(Arifin, 2014). Hal ini dikarenakan ekspor-impor akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu negara eksportir yang akan mempengaruhi nilai tukar
dalam negara tersebut yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan dari
negara eksportir yang berujung pada pergerakan indeksnya.
Amerika Serikat adalah negara yang paling banyak melakukan kegiatan ekspor
dan impor dengan Indonesia. Oleh karena itu segala sesuatu yang mempengaruhi
suatu perekonomian Amerika akan mempengaruhi perekonomian di Indonesia.
Perekonomian di suatu negara digambarkan oleh suatu indeks dan dalam
penelitian ini indeks negara Amerika Serikat diwakili oleh Dow Jones Industrial
Average.
6
Dow Jones Islamic Market adalah indeks pertama di dunia yang menggambarkan
kinerja saham global yang berdasarkan prinsip syariah. Peneliti memilih Dow
Jones Islamic Market sebagai salah satu indeks yang mewakili pergerakan saham
syariah yang tersebar di seluruh dunia dan Indonesia adalah negara yang termasuk
di dalamnya. Indeks ini diduga akan memberikan pengaruh bagi perekonomian
Indonesia yang bersifat syariah. Hal ini dikarenakan Indonesia termasuk negara
yang menjadi salah satu pertimbangan perhitungan dalam indeks Dow Jones
Islamic Market ini.
Dow Jones Industrial Average adalah indeks tertua yang paling banyak dikutip di
dunia yang terdiri atas 30 saham berkapitalisasi besar di Amerika Serikat (Jaka,
2002:156). Peneliti memilih Dow Jones Industrial Average sebagai salah satu
indeks yang mewakili pergerakan saham di Amerika Serikat karena indeks ini
menggambarkan pergerakan seluruh saham yang ada di Amerika Serikat yang
diduga akan memberikan pengaruh bagi perekonomian Indonesia.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indeks yang menggambarkan
kinerja seluruh saham di Indonesia. Peneliti memilih Indeks Harga Saham
Gabungan sebagai suatu variabel yang diteliti dalam penelitian ini dikarenakan
IHSG menggambarkan seluruh pergerakan perekonomian di Indonesia termasuk
didalamnya adalah pergerakan perekonomian syariah di Indonesia. Pergerakan
IHSG diduga akan memberikan pengaruh pada perekonomian syariah di
Indonesia.
7
Indeks Saham Syariah Indonesia adalah suatu indeks yang menggambarkan
kinerja saham-saham di Indonesia yang memenuhi syarat-syarat saham syariah.
Peneliti memilih Indeks Saham Syariah Indonesia sebagai salah satu indeks yang
akan diteliti dikarenakan ISSI merupakan cerminan dari perekonomiah syariah di
Indonesia yang diduga akan memberikan pengaruh pada Jakarta Islamic Index.
Menurut penelitian terdahulu oleh Egan (2014), menunjukkan Dow Jones Islamic
Market memiliki pengaruh dalam jangka panjang dan jangka pendek yang
signifikan dengan koefisien yang positif terhadap Jakarta Islamic Index. Menurut
Yoghi (2014), bahwa hasil pengolahan impuls respon function menunjukkan
bahwa pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Dow Jones Industrial
Average tidak besar. Umumnya variabel-variabel ini memberikan respon negatif
dan mempengaruhi Jakarta Islamic Index hingga mencapai titik keseimbangan
baru.
Berdasarkan atas latar belakang yang telah disebutkan, peneliti tertarik untuk
mengetahui apakah dengan melakukan penelitian ini akan terjadi perubahan harga
pada Jakarta Islamic Index yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti faktor variabel dependen dalam penelitian ini dan juga
untuk mengetahui keseuaian teori pasar efisiensi dengan perubahan harga pada
Jakarta Islmic Index yang merupakan saham syariah unggulan di Indonesia yang
bersifat fluktuatif, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dengan judul "Pengaruh Dow Jones Islamic Market, Dow Jones
Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Harga
8
Saham Syariah Indonesia terhadap Jakarta Islamic Index (Periode 2013-
2017)".
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah Dow Jones Islamic Market secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap Jakarta Islamic Index?
2. Apakah Dow Jones Industrial Average secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap Jakarta Islamic Index?
3. Apakah Indeks Harga Saham Gabungan secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap Jakarta Islamic Index?
4. Apakah Indeks Saham Syariah Indonesia secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap Jakarta Islamic Index?
5. Apakah Dow Jones Islamic Market, Dow Jones Industrial Average, Indeks
Harga Saham Gabungan, dan Indeks Saham Syariah Indonesia secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Jakarta Islamic Index?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasakan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh signifikansi Dow Jones Islamic Market secara parsial
terhadap Jakarta Islamic Index.
2. Mengetahui pengaruh signifikansi Dow Jones Industrial Average secara parsial
terhadap Jakarta Islamic Index.
9
3. Mengetahui pengaruh signifikansi Indeks Harga Saham Gabungan secara
parsial terhadap Jakarta Islamic Index.
4. Mengetahui pengaruh signifikansi Indeks Saham Syariah Indonesia secara
parsial terhadap Jakarta Islamic Index.
5. Mengetahui pengaruh signifikansi Dow Jones Islamic Market, Dow Jones
Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan, dan Indeks Saham Syariah
Indonesia secara simultan terhadap Jakarta Islamic Index
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini terbagi atas manfaatsecara teoritis dan secara praktis,
yaitu:
a. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengetahui penerapan dari teori
efesiensi dan teori faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham pada
variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Jakarta Islamic Indeks.
b. Kegunaan Praktis
1. Bagi investor
Penelitian ini secara praktis diharapkan mampu menambah wawasan kepada
investor tentang pergerakan indeks saham lain yang mampu mempengaruhi
Jakarta Islamic Index.
2. Bagi pihak lain
Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menambah wawasan dan
sebagai bahan referensi tentang Jakarta Islamic Index.
10
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan peneliti untuk mengetahui
pengaruh dari Dow Jones Islamic Market, Dow Jones Industrial Average,
Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Saham Syariah Indonesia
terhadap Jakarta Islamic Indeks.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasar Efisien
Pasar yang efisien adalah pasar yang mana semua informasi yang ada
digambarkan oleh harga sekuritasnya (Tandelilin, 2005:221). Ada beberapa
definisi mengenai efisiensi pasar, antara lain definisi pasar efisien yang
didasarkan pada akurasi dari ekspetasi harga, definisi berdasarkan nilai intrinsik
sekuritas, definisi berdasarkan distribusi atas informasi dan definisi berdasarkan
proses dinamik (Jogiyanto, 2013:558). Pasar tersebut bisa disebut sebagai suatu
pasar yang efisien apabila semua informasi yang diterima, baik itu informasi masa
lalu atau informasi sekarang dalam suatu pasar yang akan membawanya pada titik
keseimbangan baru.
Ciri penting dari pasar yang efisien adalah harga saham cepat bereaksi terhadap
informasi yang digambarkan dengan random walk (gerakan acak) dari harga
saham. Kecepatan penerimaan informasi yang akurat, kerasionalan investor, harga
yang tidak bisa diprediksi, serta kesesuaian return yang didapatkan yang
dibandingkan dengan resikonya (normal return) inilah yang nantinya yang dapat
mengukur keefisienan pasar tersebut.
12
2.1.1 Bentuk-Bentuk Efisiensi Pasar
Menurut Fama (dalam Jogiyanto, 2013:549), mengatakan bahwa efisiensi pasar
modal dibagi atas tiga bentuk yaitu weak form, semi strong form dan strong form.
1. Weak Form
Weak Form atau efisiensi pasar lemah adalah keadaan yang menggambarkan
bahwa harga-harga sekuritas sekarang tercermin dari informasi-informasi masa
lalu secara penuh. Bentuk ini juga berkaitan dengan teori random walk bahwa
nilai sekarang tidak berhubungan dengan nilai sekarang (Jogiyanto, 2013:549).
Hal ini berarti informasi di masa lalu seperti informasi volume perdagangan,
harga saham di masa lalu dan kejadian-kejadian di masa lalu tidak bisa menjadi
suatu dasar untuk meramal harga saham di masa mendatang sehingga suatu
Analisa teknikal tidak bisa dijadikan dasar dalam pemilihan saham. Pada
bentuk Weak Form ini seorang investor dapat mengambil abnormal return
yang disebabkan oleh harga sahamnya yang fluktuatif.
Sumber: Samsul (2006:270)
Gambar 2.1 Bentuk Weak Form Efficiency.
13
2. Semi Strong Form
Semi Strong Form atau efisiensi pasar setengah kuat adalah keadaan dimana
harga-harga sekuritas sekarang tidak hanya mencerminkan harga-harga
sekuritas di waktu yang lalu tetapi juga berdasarkan informasi-informasi yang
dipublikasikan (all publicly available information). Informasi yang diketahui
sekarang telah dimasukan kedalam harga pasar sekarang (Pandji dan Piji,
2006:85).
Informasi yang dipublikasikan termasuk laporan keuangan dari emiten dan
informasi yang dipublikasikan dapat mempengaruhi harga sekuritas hanya pada
perusahaan yang mempublikasikan tersebut atau hanya mempengaruhi
sekuritas sejumlah perusahaan atau bahkan dapat mempengaruhi semua harga
sekuritas pada pasar saham tergantung dari informasi apa yang dipublikasikan.
Adapun jenis pengumuman yang dapat mempengaruhi harga sekuritas menurut
Jogiyanto (2013:551) adalah:
a. Pengumuman yang berkaitan dengan laba.
b. Pengumuman tentang peramalan dari pejabat perusahaan.
c. Pengumuman yang berkaitan dengan dividen.
d. Pengumuman yang berkaitan dengan pendanaan.
e. Pengumuman yang berkaitan pemerintah.
f. Pengumuman yang berkaitan dengan investasi.
g. Pengumuman yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.
h. Pengumuman yang berkaitan dengan hukum.
i. Pengumuman tentang pemasaran, produksi dan penjualan.
j. Pengumuman yang berkaitan dengan manajemen-direksi.
14
k. Pengumuman yang berkaitan dengan merger, ambil alih dan divestasi.
l. Pengumuman tentang industri sekuritas.
Pada bentuk efisiensi pasar setengah kuat ini analisis fundamental tidak dapat
dijadikan dasar untuk mendapatkan abnormal return pada investasi jangka
pendek hingga menengah. Analisis yang tepat adalah dengan menggunakan
analisis teknikal, akan tetapi analisis fundamental akan diperlukan apabila
seorang ingin berinvestasi jangka panjang pada pasar modal dengan bentuk
efisiensi pasar setengah kuat.
3. Strong Form
Strong Form atau efisiensi pasar kuat adalah keadaan dimana harga-harga
sekuritas sekarang tidak hanya mencerminkan informasi-informasi yang
dipublikasikan saja, melainkan juga informasi pasar dan informasi privat. Pada
bentuk efisisensi pasar kuat ini informasi tidak ada investor yang
memanfaatkan informasi pribadi untuk mendapatkan abnormal return atau
keuntungan yang berlebih dalam jangka waktu pendek. Efisiensi pasar kuat ini
biasanya terjadi di negara maju seperti pada Bursa Saham Amerika yang mana
di negara ini semua informasi telah tersebar merata. Hal ini menyebabkan
investor asing lebih tertarik untuk menanamkan sahamnya pada negara-negara
dengan pasar modal yang memiliki bentuk efisiensi pasar lemah atau setengah
kuat agar mendapatkan return yang lebih tinggi dibandingkan menanamkan
sahamnya pada negara-negara dengan pasar modal yang memiliki bentuk
efisiensi pasar kuat karena pergerakan pasar modalnya lebih stabil.
15
Sumber: Samsul (2006:270)
Gambar 2.2 Bentuk Strong Form Efficiency
2.1.2 Bentuk Efisiensi Pasar di Indonesia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gusti dan Gusti (2017), menyatakan
bahwa bentuk efisiensi yang terjadi di Indonesia adalah bentuk efisiensi setengah
kuat secara informasi yang mana informasi tersebut akan membawa pada titik
keseimbangan baru. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Fudji
(2012) yang juga menyatakan bahwa pasar modal Indonesia berada pada tingkat
efisiensi pasar bentuk semi kuat karena pengumuman perubahan pendapatan akan
mepengaruhi harga saham pada pasar modal di Indonesia. Adapun menurut
Suryadi, Muslimin dan Husnah (2016), menyatakan bahwa pada indeks saham
syariah yang ada di Indonesia juga menunjukan pasar modal efisien yang
berbentuk setengah kuat. Hal ini dibuktikan oleh tidak adanya investor yang
mendapatkan abnormal return yang signifikan dalam jangka waktu yang lama.
Pasar modal di Indonesia berada pada efisiensi pasar bentuk semi kuat yang
berarti kondisi di pasar mencerminkan seluruh informasi yang ada. Penyesuaian
harga pada titik keseimbangan baru akan terjadi ketika suatu informasi diperoleh
16
termasuk diantaranya informasi mengenai perubahan indeks lain yang
mempengaruhi harga saham dalam pasar modal di Indonesia. Pada bentuk
efisiensi pasar ini, investor tidak bisa menggunakan Analisa fundamental untuk
memperoleh abnormal return terkecuali jika investasi tersebut bersifat jangka
panjang. Untuk mendapatkan abnormal return pada jangka pendek, diperlukan
perhitungan secara teknikal dalam pasar yang berbentuk setengah kuat.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Saham adalah efek atau surat berharga yang menunjukkan bukti kepemilikan
suatu perusahaan yang berbentuk sertifikat (Parluhutan, Jauhari dan Tri, 2010:1).
Saham memiliki sifat atas nama sehingga saham dapat diperjualbelikan.
Seseorang yang memiliki saham berarti ia telah memiliki perusahaan yang
dibuktikan melalui surat berharga. Saham ditujukan perusahaan dalam rangka
mencari modal untuk kelangsungan perusahaan yang memerlukan dana yang
disebut juga dengan emiten.
Harga saham mencerminkan suatu kinerja dari perusahaan dari saham tersebut.
Kinerja perusahaan yang baik akan mempengaruhi peningkatan harga sahamnya,
begitu pula sebaliknya apabila kinerja perusahaan buruk, maka akan
mempengaruhi penurunan dari harga saham perusahaan terssebut. Harga saham
bersifat fluktuatif yang dalam jangka pendek tidak dapat ditebak secara pasti, akan
tetapi pada jangka panjang umumnya harga saham searah dengan kinerja dari
suatu perusahaan emiten (Sawidji, 2008:23). Harga saham yang berfluktuatif
dapat disebabkan oleh banyak faktor baik itu faktor internal maupun faktor
eksternal yang mempengaruhinya. Alwi (dalam Zulfikar, 2016:92) menyatakan
17
bahwa faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham terdiri atas faktor
internal dan faktor eksternal yaitu:
1. Faktor Internal
a. Pengumuman yang berhubungan dengan produksi, pemasaran dan penjualan
yang meliputi rincian kontrak, pengiklanan, laporan produksi, perubahan
harga, penarikan produk baru, laporan penjualan dan laporan keamanan
produk.
b. Pengumuman yang berhubungan dengan pendanaan, seperti pengumuman
tentang hutang atau ekuitas.
c. Pengumuman yang berhubungan dengan badan direksi manajemen, seperti
penggantian dan perubahan direktur, struktur organisasi, serta manajemen.
d. Pengumuman yang berhubungan dengan pengambilan diversifikasi, seperti
investasi equitas, laporan take over dan laporan merger.
e. Pengumuman yang berhubungan dengan investasi, seperti pengembangan
riset, ekspansi pabrik dan penutupan usaha.
f. Pengumuman yang berhubungan dengan ketenagakerjaan seperti
pemogokan, kontrak baru dan negosiasi baru.
g. Pengumuman yang berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan,
seperti ROA, EPS, DPS, NPM dan lainnya.
2. Faktor Eksternal
a. Pengumuman yang berasal dari pemerintah, seperti perubahan deposito,
suku bunga dan tabungan, inflasi, kurs valuta asing, regulasi serta deregulasi
ekonomi yang berasal dari pemerintah.
18
b. Pengumuman hukum, seperti tuntutan yang dilayangkan oleh karyawan
kepada perusahaan dan tuntutan yang dilayangkan perusahaan terhadap
manajernya.
c. Pengumuman dari industri sekuritas, seperti insider trading, harga saham,
volume, laporan pertemuan tahunan dan pembatasan atau penundaan
trading.
d. Naik turunnya nilai tukar dan gejolak politik dalam negeri.
e. Isu yang tersebar baik dari dalam dan luar negeri.
Sedangkan menurut Samsul (2006:335), terdapat banyak faktor baik
mikroekonomi maupun makroekonomi yang mempengaruhi harga saham.
1. Faktor Makroekonomi
a. Faktor makroekonomi yang bersifat ekonomi, seperti suku bunga, inflasi,
kurs, tingkat pertumbuhan ekonomi, harga minyak global, valuta asing dan
indeks saham regional.
b. Faktor makroekonomi yang bersifat nonekonomi, seperti peristiwa hukum,
peristiwa politik domestik, peristiwa sosial dan peristiwa politik
internasional.
Faktor makroekonomi memiliki pengaruh yang tidak selalu sama terhadap
harga saham, seperti perbedaan pengaruh keniakan nilai kurs dolar terhadap
rupiah yang berdampak positif pada emiten yang bergerak dibidang ekspor,
namun berpengaruh sebaliknya terhadap emiten yang bergerak di bidang
ekspor.
19
2. Faktor Mikroekonomi
Faktor mikroekonomi terdiri atas beberapa variabel, seperti DER, nilai buku
perlembar saham, deviden perlembar saham, laba perlembar saham dan rasio
keuangan lainnya.
Yoghi (2014) menyatakan bahwa perekonomian suatu negara dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian dunia, sehingga fluktuasi pasar modal di negara kuat
akan mempengaruhi pasar modal yang lebih kecil atau yang disebut juga
dengan contagion effect. Senada dengan pernyataan tersebut, penelitian yang
dilakukan oleh Tantra (2015) menunjukkan bahwa indeks Dow Jones
Industrial Average berpengaruh signifikan terhadap nilai IHSG di BEI.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) merupakan salah satu cerminan dari
pasar modal di Amerika Serikat. Pasar modal Amerika Serikat merupakan
pasar modal di negara kuat akan mempengaruhi IHSG yang merupakan salah
satu cerminan dari pasar modal di Indonesia sebagai negara yang pasar
modalnya lebih kecil.
Pasar modal merupakan salah satu cermin dari kondisi perekonomian di suatu
negara (Yoghi, 2014). Kondisi perkenomian suatu negara yang kuat apabila
mengalami perubahan positif, maka akan mempengaruhi kinerja perusahaan
didalam negara tersebut. Kinerja perusahaan yang bergerak positif akan
mempengaruhi harga saham yang dimiliki perusahaan. Saham dari perusahaan-
perusahaan yang bergerak positif akibat dari perekonomian yang membaik
akan menyebabkan indeks saham didalamnya bergerak naik. Indeks saham
yang naik tersebut akan menandakan bahwa permintaan terhadap saham-saham
20
di negara tersebut meningkat yang menggambarkan menguatnya perekonomian
di dalam negara tersebut. Gupta, dkk. (dalam Rini, 2015) menyatakan bahwa
pasar modal menunjukkan salah satu indikator sehat atau tidaknya
perekonomian suatu negara.
Perekonomian negara yang membaik akan mempengaruhi kurs dalam negara
tersebut, sehingga kenaikan suatu indeks saham akan memberi pengaruh
kenaikan kurs di negara tersebut. Kenaikan kurs seperti kurs dollar akan
mempengaruhi kegiatan ekspor-impor pada perusahaan yang menggunakan
kurs dollar dalam aktivitas perdagangannya, seperti kegiatan ekspor-impor
antara Indonesia dan Amerika. Nilai ekspor Indonesia terbesar adalah ke
Amerika Serikat (Samsul, 2006:335). Hal ini menunjukkan bahwa apabila kurs
dollar menguat maka akan menguntungkan perusahaan ekspor di Indonesia.
Kenaikan kurs juga mempengaruhi pembentukan harga barang dan jasa yang
ada dalam perusahaan ekspor impor tersebut. Hal ini berpengaruh langsung
pada tingkat profitabilitas pada perusahaan (Martien dan Nisful, 2015). Prospek
perusahaan yang baik akan mempengaruhi permintaan dari investor.
Permintaan investor yang meningkat akan meningkatkan harga saham dalam
perusahaan tersebut yang nantinya akan menaikan poin pada indeks saham di
negara tersebut.
2.3 Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang dapat menunjukkan pergerakan
dari harga saham yang memiliki fungsi untuk menggambarkan tren pasar
21
(Martalena dan Malinda, 2011:99). Indeks saham terdiri atas kumpulan saham
berdasarkan kategori tertentu yang mana indeks tersebut menjadi sebuah indikator
atas pergerakan saham-saham didalamnya. Apabila saham perusahaan didalamnya
mengalami peningkatan yang diakibatkan kinerja perusahaan yang membaik,
maka akan meningkatkan nilai dari indeks tersebut, begitu pula sebaliknya,
apabila saham perusahaan didalamnya mengalami penurunan yang diakibatkan
kinerja perusahaan yang menurun, maka akan mempengaruhi penurunan pada
nilai indeks tersebut.
Pergerakan indeks dapat membantu investor untuk melihat apakah suatu pasar
modal sedang dalam tren naik atau sedang dalam tren turun yang akan menjadi
salah satu pedoman bagi investor untuk membeli, menahan ataupun menjual
saham yang akan atau telah dimilikinya. Menurut Pandji dan Pidji (2006:101),
pengukuran indeks harga saham memerlukan dua macam waktu, yaitu waktu yang
berlaku dan waktu dasar. Hal ini dikarenakan indeks harga saham
membandingkan perubahan harga saham dari suatu waktu ke waktu yang lain.
Dikutip dari IDX, Bursa Efek Indonesia saat ini memiliki 12 jenis indeks harga
saham (dengan penambahan Indeks Saham Syariah Indonesia atau ISSI) yang
terdiri dari Indeks Harga Saham Gabungan, Indeks sektoral, Indeks LQ45, Indeks
Kompas100, Indeks BISNIS-27, Indeks PEFINDO25, Indeks SRI-KEHATI,
Indeks Papan Utama, Indeks Papan Pengembangan, Indeks Individual, Indeks
Saham Syariah Indonesia dan Jakarta Islamic Indeks. Adapun indeks-indeks
tersebut adalah:
22
a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu indeks yang menunjukkan
pergerakan harga saham yang komponen penghitungannya menggunakan
semua saham yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
b. Indeks Sektoral
Indeks Sektoral adalah suatu indeks yang menunjukkan pergerakan harga
saham pada masing-masing sektor. Ada sepuluh sektor yang terdapat pada
Bursa Efek Indonesia, yaitu pertambangan, pertanian, industri dasar, keuangan,
aneka industri, properti, konsumsi, manufaktur, perdagangan dan jasa, serta
infrastruktur.
c. Indeks LQ45
Indeks LQ45 adalah indeks yang terdiri atas 45 perusahaan terpilih yang
didasarkan oleh dua hal yaitu kapitalisasi pasar dan pertimbangan atas
liquiditas yang di evaluasi setiap 6 bulan sekali.
d. Indeks Kompas100
Indeks Kompas100 adalah indeks yang terdiri atas 100 perusahaan terpilih
yang didasarkan oleh dua hal yaitu kapitalisasi pasar dan pertimbangan atas
liquiditas yang di evaluasi setiap 6 bulan sekali.
e. Indeks BISNIS-27
Indeks ini merupakan hasil kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan
harian Bisnis Indonesia yang terdiri dari 27 saham perusahaan terpilih.
Pemilihan saham-saham pada indeks ini didasarkan atas kriteria seperti
fundamental, teknikal atau akuntabilitas dan liquiditas transaksi serta tata
kelola perusahaan.
23
f. Indeks PEFINDO25
Indeks ini merupakan hasil kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan
lembaga rating PEFINDO yang terdiri dari 25 saham perusahaan terpilih.
Pemilihan saham-saham pada indeks ini didasarkan atas kriteria seperti ROE,
total asset dan opini dari akuntan publik, juga tidak lupa memperhatikan faktor
seperti liquiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik. Indeks ini bertujuan
untuk memberikan informasi tambahan khususnya bagi saham-saham emiten
kecil dan menengah.
g. Indeks SRI-KEHATI
Indeks ini merupakan hasil kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) yang terdiri dari 25
saham perusahaan terpilih. Kata SRI merupakan singkatan dari Sustainable
Responsible Investment. Pemilihan saham-saham pada indeks ini didasarkan
atas kriteria seperti Price Earning Ratio atau PER, total aset dan free float.
h. Indeks Papan Utama
Indeks Papan Utama merupakan suatu indeks yang terdiri atas saham-saham
yang termasuk dalam papan utama di Bursa Efek Indonesia.
i. Indeks Papan Pengembangan
Indeks Papan Utama merupakan suatu indeks yang terdiri atas saham-saham
yang termasuk dalam papan pengembangan di Bursa Efek Indonesia.
j. Indeks Individual.
Indeks Individual merupakan suatu indeks yang menggambarkan perubahan
harga dari masing-masing saham yang tercatat di BEI. Indeks ini berfungsi
untuk mengukur kinerja dari suatu saham terhadap harga dasar saham tersebut.
24
k. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Indeks Harga Saham Syariah Indonesia adalah indeks yang menggambarkan
kinerja saham-saham di Indonesia yang memenuhi syarat-syarat saham syariah.
l. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index (JII) adalah sebuah indeks yang dikeluarkan oleh BEI
sebagai alternatif investasi dengan prinsip syariah yang terdiri dari 30 saham
terliquid dari ISSI.
Dua dari sebelas indeks yang telah disebutkan diatas yaitu Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index (JII) termasuk dalam kategori indeks
saham syariah yaitu indeks yang didalamnya berisi saham-saham dari emiten yang
memenuhi ketentuan syariah. Berdasarkan pendapat Darmadji dan Fakhruddin
(2001:95), indeks harga saham diharapkan memiliki 5 fungsi, yaitu untuk melihat
tren pasar yang sedang terjadi, untuk melihat tingkat keuntungan, untuk melihat
kinerja suatu portofolio, pembentukan sebuah portofolio dan sebagai sarana
berkembangnya produk devariatif.
2.3.1 Dow Jones Islamic Market
Dow Jones Islamic Market adalah indeks islam pertama yang diluncurkan pada 24
Mei 1999 di Bahrein. Indeks ini diluncurkan tiga tahun setelah The Amana Fund
diluncurkan sebagai equity fund pertama yang diluncurkan oleh The North
American Islamic Trust pada tahun 1996. Dow Jones Islamic Market merupakan
salah satu bagian dari Dow Jones Global Index yang didirikan oleh Charles Dow
yang mendirikan Dow Jones & Company dan editor The Wall Street Journal.
25
Nurul dan Mustafa (2008:49) menyatakan bahwa Dow Jones Islamic Market
diciptakan dan dipelihara menggunakan metodologi yang konsisten. Indeks ini
melakukan evaluasi terhadap saham-saham perusahaan didalamnya setiap tiga
bulan sekali, yaitu pada bulan Maret, Juni, September dan Desember. Evaluasi ini
dilakukan oleh Sharia Suvervisory Board (SSB) pada Dow Jones Islamic Market
dengan mempertimbangkan rasio finansial dan aktivitas bisnisnya.
Nurul dan Mustafa (2008:46) menjelaskan bahwa Sharia Suvervisory Board
(SSB) akan mengeluarkan saham dari perusahaan apabila:
a. Total aset apabila diperbandingkan dengan hutangnya mencapai angka lebih
dari 33%.
b. Total piutang apabila diperbandingkan dengan hutangnya mencapai angka
lebih dari 47%.
c. Non operating interestincome terhadap operating incomenya mencapai angka
lebih besar dari 9%
Indeks ini terdiri dari seluruh perhitungan saham syariah dari negara-negara di
seluruh dunia termasuk di dalamnya Indonesia. Syafiq (2011) menyebutkan
bahwa Sharia Suvervisory Board (SSB) tidak memasukkan perhitungan indeks
Dow Jones Islamic Market (DJIM) pada saham perusahaan-perusahaan yang
bergerak dibidang usaha seperti:
a. Minuman keras begitu pula dengan turunannya.
b. Alkohol.
c. Industri hiburan.
d. Jasa keuangan konvensional.
26
e. Senjata dan alat pertahanan.
f. Tembakau.
Nurul dan Mustafa (2008:46) menyebutkan bahwa selain tidak termasuknya
perusahaan-perusahaan diatas, Dow Jones Islamic Market (DJIM) juga tidak
memasukkan perusahaan yang bergerak pada perusahaan yang memproduksi
rokok atau tobacco. Hal ini dikarenakan rokok termasuk dalam industri yang tidak
memenuhi kriteria halal dalam indeks DJIM sama halnya dengan ketentuan rokok
di Indonesia.
Sumber: S&P Dow Jones Indices (2018)
Gambar 2.3 Sektor yang Termasuk dalam DJIM
DJIM tersusun dari sebelas sektor yang berebeda. Kesebelas sektor terebut adalah
technology (teknologi) yang merupakan sektor terbesar yang menyusun DJIM
sebesar 28,1%, kemudian health care (kesehatan) sebesar 17,7%, industrials
(industrial) sebesar 15,3%, consumer goods (barang konsumer) sebesar 13,2%,
consumer services (pelayanan konsumer) sebesar 8,2%, oil & gas (minyak dan
27
gas) sebesar 6,4%, basic materials (industri dasar) sebesar 6,4%, financials
(keuangan) sebesar 3,3%, telecommunications (telekomunikasi) sebesar 0,9% dan
terakhir adalah sektor utilities (kebutuhan) sebesar 0,6%.
Ada 57 negara yang termasuk dalam perhitungan DJIM ini termasuk di antaranya
Indonesia. Adapun negara-negara yang tergabung dalam DJIM yaitu Amerika
Serikat, Inggris, Jepang, China, Switzerland, Jerman, Korea Selatan, Prancis,
Kanada, Australia, Belanda, Taiwan, India, Swedia, Denmark, Hongkong,
Finlandia, Spanyol, Malaysia, Italia, Rusia, Irlandia, Thailand, Brazil, Afrika
Selatan, Norwegia, Selandia Baru, Singapura, Belgia, Mexico, Polandia, UAE,
Portugal, Kuwait, Philipina, Peru, Austria, Turki, Hungaria, Morocco, Pakistan,
Chili, Romania, Greece, Luxemberg, Mesir, Bahrain, Slovenia, Oman, Republik
Czech, Yordania, Sri Langka, Bulgaria, Lithuania, Estonia, Latvia dan termasuk
di dalamnya adalah Indonesia.
Sumber: S&P Dow Jones Indices (2018)
Gambar 2.4 Kinerja DJIM
Dapat kita lihat pada gambar grafik diatas bahwa DJIM memiliki kinerja yang
baik karena hampir selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya selama hampir
sepuluh tahun terakhir terkecuali pada tahun 2009. Pada tahun 2009, DJIM
mengalami penurunan yang bergerak searah dengan DJIA.
28
2.3.2 Dow Jones Industrial Average
Dow Jones Industrial Average adalah indeks tertua yang paling banyak dikutip di
dunia yang terdiri atas 30 saham berkapitalisasi besar di Amerika Serikat (Jaka,
2002:156). Indeks ini pertama kali diluncurkan pada 26 Mei 1896 yang didirikan
oleh Charles Dow, Edward Jones dan Charles Bregstresser. Indeks ini dibuat
dengan tujuan untuk menggambaran pergerakan perekonomian di Amerika
Serikat. Ketiga puluh saham yang termasuk dalam DJIA terdiri atas semua jenis
industri terkecuali pada sektor kebutuhan dan transportasi yang diperdagangkan di
NYSE dan Nasdaq. Pada awalnya indeks DJIA ini terdiri atas 12 emiten yang
terdiri dari 4 perusahaan kereta api, perusahaan gula, kapas, gas, minyak dan
tembakau. Indeks ini kemudian dikembangkan menjadi 30 emiten pada tahun
1928.
Sumber: S&P Dow Jones Indices (2018)
Gambar 2.5 Kinerja DJIA
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh penulis dari Tirto menyatakan bahwa pada
tahun 1929 indeks ini pernah mengalami Stock Market Crash, kemudian pada 13
Oktober 1989 indeks ini pernah terguncang resesi akibat Black Friday. Pada 29
Maret 1999 nilai perdagangan dari indeks ini mencapai hingga 10 ribu poin. Pada
gambar grafik kinerja diatas dapat di bahwa seetahui bahwa selama hampir 10
29
tahun terakhir DJIA terus mengalami kenaikan harga terkecuali pada tahun 2009.
Pada tahun 2017 DJIA mengalami kenaikan poin yang sangat tingi dikarenakan
pasca-pemilu AS. Berdasarkan pendapat IBAS Research, perubahan DJIA
mempunyai dampak yang cepat pada IHSG di BEJ dengan koefisien korelasi
adalah positif 0,18 selama setahun (Jaka, 2002:45).
2.3.3 Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan adalah suatu indeks mencerminkan pergerakan
seluruh saham di Indonesia dan menjadi salah satu pedoman untuk investor ketika
melakukan aktivitas perdagangan saham di pasar modal Indonesia. Indeks Harga
Saham Gabungan atau yang disebut juga Composite Stock Price Index adalah
indeks gabungan dari semua saham yang terdaftar di Bursa Efek (Samsul,
2006:185). Menurut Thian (2008:4), IHSG merupakan hasil perhitungan dari
seluruh saham dengan dipengaruhi besarnya kapitalisasi pada suatu saham. IHSG
dapat dihitung dengan rumus:
IHSG = (Nilai kapitalisasi pasar : Nilai dasar) x 100 (Thin, 2008:5). Adapun kode
saham dari IHSG adalah ^JKSE.
Sumber: Yahoo Finance (2018)
Gambar 2.6 Kinerja IHSG (^JKSE) dan JII (^JKII)
30
Gambar kinerja IHSG dan JII diatas menggambarkan bahwa IHSG (dengan kode
saham adalah ^JKSE) dan JII (dengan kode saham adalah ^JKII) mempunyai
pergerakan yang searah. Ketika IHSG bergerak naik maka JII juga mengikuti
pergerakan naiknya, begitu pula ketika IHSG bergerak turun, maka JII juga
mengikuti pergerakan turunnya.
Pasaribu (dalam Arifin, 2014) menyatakan bahwa ada tiga hal utama yang
mempengaruhi IHSG, yaitu faktor domestik (meliputi fakor fundamental seperti
pendapatan nasional, inflasi, jumlah uang yang beredar, nilai tukar rupiah dan
suku bunga), faktor aliran modal ke Indonesia dan faktor asing yang
menyebabkan terintegrasinya pasar modal di dunia akibat globalisasi. Hal ini
menunjukkan bahwa IHSG juga dipengaruhi oleh faktor-faktor makroekonomi
baik secara internal maupun secara eksternal.
2.3.4 Indeks Saham Syariah Indonesia
Dikutip dari IDX, Indeks Saham Syariah Indonesia atau yang disebut juga dengan
Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) adalah indeks saham syariah yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia yang diluncurkan pada 12 Mei 2011. ISSI merupakan suatu
indeks yang mencerminkan kondisi pasar modal yang bersifat syariah di
Indonesia. ISSI memiliki kode saham ^ISSI. ISSI didirikan oleh DSN-MUI
bersama dengan Bapepam-LK. ISSI terdiri atas seluruh saham di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang memiliki ketentuan syariah.
Ardana (2016) mengatakan bahwa pendirian dari ISSI ini didukung dengan fatwa
DSN-MUI mengenai industri dari pasar modal syariah, yaitu jual beli saham yang
tertuang pada fatwa no.05 tahun 2000. Fatwa no.05 tahun 2000 diperkuat dengan
31
dikeluarkannya fatwa no.40 tahun 2003. Fatwa no.40 tahun 2003 berisi pedoman
mengenai pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang
pasar modal.
Indeks Saham Syariah Indonesia menggambarkan pergerakan saham syariah di
Indonesia dengan menggunakan perhitungan indeks dengan rata-rata tertimbang
dari kapitalisasi pasar yang menggunakan tahun dasar perhitungan ISSI yaitu
Desember 2007. Saham yang dapat masuk ke dalam Indeks Saham Syariah
Indonesia ini difiltrasi oleh Dewan Efek Syariah dan dikaji ulang setiap dua kali
dalam setahun, yaitu pada bulan Mei dan November. Perusahaan yang tidak
memenuhi ketentuan syariah akan dikeluarkan dari listing ISSI.
Filtrasi saham pada Indeks Saham Syariah Indonesia berdasarkan atas ketentuan-
ketentuan tentang kriteria saham syariah di Indonesia. Adapun ketentuan itu
adalah keputusan DSN-MUI yang kemudian ditindaklanjuti oleh keputusan
Bapepam-LK mengenai kriteria penerbitan efek syariah yang juga berlaku pada
ISSI. Adapun kriteria yang harus dipenuhi menggunakan pedoman Fatwa DSN-
MUI no: 40/DSN-MUI/X/2003 mengenai pasar modal dan pedoman umum
penerapan prinsip syariah pada bidang pasar modal, kemudian ditindaklanjuti
dengan keputusan dari ketua Bapepam-LK no. KEP.-130/BL/2006 mengenai
penerbitan efek syariah yang kemudian ditindaklanjuti kembali dengan peraturan
nomor: KEP-314/BL/2007 mengenai kriteria dan penerbitan Daftar Efek Syariah
(Hanafi, 2011).
32
Sumber: Data diolah (2018)
Gambar 2.7 Kinerja ISSI
Berdasarkan gambar grafik diatas dapat kita lihat bahwa ISSI mengalami
penurunan dan kenaikan harga. ISSI mengalami opening price tertinggi sepanjang
tahun 2012-2014 yaitu pada tanggal 2 Maret 2014 yaitu sebesar 174,32 poin,
kemudian mengalami kenaikan dan penurunan harga sepanjang tahun 2014-2016
hingga mencapai titik opening price terendah pada periode tersebut yaitu pada 1
Februari 2016 dengan poin 144,88 yang kemudian dilanjutkan oleh tren kenaikan
harga hingga pada awal Januari 2018.
Menurut Syahrir (dalam Ardana, 2016) terdapat faktor-faktor penting yang
mempengaruhi perkembangan dari suatu indeks saham syariah yaitu beberapa
variabel moneter dan makroekonomi seperti SBIS (Surat Berharga Indonesia
Syariah), inflasi, nilai tukar, jumlah uang yang beredar dan lain – lain, kemudian
faktor internal yang dapat mempengaruhi perkembangan dari suatu indeks saham
yaitu kondisi ekonomi nasional, kebijakan pemerintah, kondisi politik keamanan
dan lain-lain.
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
200,00
Jan
uar
i, 2
01
3
Ap
ril,
20
13
Juli,
20
13
Okt
ob
er, 2
01
3
Jan
uar
i, 2
01
4
Ap
ril,
20
14
Juli,
20
14
Okt
ob
er, 2
01
4
Jan
uar
i, 2
01
5
Ap
ril,
20
15
Juli,
20
15
Okt
ob
er, 2
01
5
Jan
uar
i, 2
01
6
Ap
ril,
20
16
Juli,
20
16
Okt
ob
er, 2
01
6
Jan
uar
i, 2
01
7
Ap
ril,
20
17
Juli,
20
17
Okt
ob
er, 2
01
7
33
2.3.5 Jakarta Islamic Index
Jakarta Islamic Index (JII) adalah indeks syariah pertama di Indonesia yang
diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000. Indeks didirikan oleh Bursa Efek Jakarta
(BEJ) yang bekerja sama dengan PT Danareksa Investama Management. JII
adalah suatu indeks yang terdiri dari atas 30 saham unggulan yang juga termasuk
ke dalam indeks saham ISSI. Saham-saham tersebut berkapitalisasi besar dan
liquid.
Investor muslim dapat memaksimalkan keuntungan dengan pemilihan saham
dalam index ini tanpa khawatir pada unsur-unsur non syariah didalamnya. Hal ini
dikarenakan JII akan selalu dikontrol oleh Dewan Syariah Nasional MUI yang
selalu dikaji ulang setiap enam bulan sekali.
Awal mula hadirnya Jakarta Islamic Index (JII) disebabkan oleh momentum
berkembangnya pasar modal syariah di Indonesia pada tahun 1997 dengan
peluncuran dana reksa syariah pada 3 Juli 1997. Peluncuran dana reksa syariah ini
disusul dengan peluncuran Jakarta Islamic Index pada 3 Juli 2000 oleh PT
Danareksa Investama Management dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang kini
bergabung dengan Bursa Efek Surabaya menjadi satu kesatuan dalam Bursa Efek
Indonesia (Andini, 2015). Peluncuran Jakarta Islamic Index dimaksudkan agar
investor dapat menanamkan modal berupa saham dengan prinsip-prinsip syariah.
Hal ini didasarkan karena masyarakat Indonesia mayoritas adalah beragama Islam
dan pemeluknya disebut dengan muslim. Islam mengatur pemeluk agamanya agar
selalu tunduk pada prinsip-prinsip syariah. Saham-saham yang termasuk ke dalam
34
Jakarta Islamic Index adalah 30 saham terliquid yang telah memenuhi syarat
syariah.
Kriteria saham syariah yang masuk dalam JII harus memenuhi kriteria yang sama
seperti saham syariah pada ISSI, yaitu memenuhi kriteria dari keputusan DSN-
MUI yang kemudian ditindaklanjuti oleh keputusan Bapepam-LK mengenai
kriteria penerbitan efek syariah yang juga berlaku pada ISSI. Adapun kriteria yang
harus dipenuhi menggunakan pedoman Fatwa DSN-MUI no: 40/DSN-
MUI/X/2003 mengenai pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip
syariah pada bidang pasar modal, kemudian ditindaklanjuti dengan keputusan dari
ketua Bapepam-LK no. KEP.-130/BL/2006 mengenai penerbitan efek syariah
yang kemudian ditindaklanjuti kembali dengan peraturan nomor: KEP-
314/BL/2007 mengenai kriteria dan penerbitan Daftar Efek Syariah (Hanafi,
2011).
Sumber: Yahoo Finance (2018)
Gambar 2.8 Kinerja JII
35
Pada gambar data diatas dapat kita lihat bahwa grafik Jakarta Islamic Index
bersifat sangat dinamis dan bergerak fluktuatif karena selalu mengalami kenaikan
dan penurunan. Pergerakan Jakarta Islamic Index ini dipengaruhi oleh faktor-
faktor internal maupun faktor-faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi pergerakan masing-masing saham didalam Jakarta
Islamic Index, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berhubungan
dengan makroekonomi Indonesia, maupun faktor-faktor di dunia yang
mempengaruhi Jakarta Islamic Index termasuk didalamnya adalah indeks yang
mempengaruhi Jakarta Islamic Index. Indeks yang akan diteliti pengaruhnya
terhadap Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini adalah Dow Jones Islamic
Market, Dow Jones Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan dan
Indeks Harga Saham Syariah Indonesia.
Ada beberapa lembaga penting yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pasar
modal syariah yang didalamnya termasuk Jakarta Islamic Index. Adapun
lembaga-lembaga yang terlibat adalah Bapepam, Dewan Syarian Nasional –
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), bursa efek, perusahaan efek, emiten, serta
profesi dan lembaga penunjang pasar modal (Nurul dan Mustafa, 2008:57).
1. Bapepam
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) adalah lembaga yang bertugas untuk
mengatur dan mengawasi kegiatan di pasar modal di bawah Kementrian
Keuangan Indonesia yang berfungsi untuk menjaga permodalan di Indonesia
agar berjalan dengan baik dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
Salah satu kegiatan pasar modal yang diatur dan diawasi oleh Bapepam adalah
36
pasar modal syariah yang pengembangannya dicanangkan oleh Bapepam. Ada
dua strategi Bapepam dalam mengembangkan pasar modal berbasis syariah.
Dikutip dari Nurul dan Mustafa (2008:58), Strategi pertama yang dimaksud
adalah pengembangan kerangka hukum untuk pasar modal syariah. Strategi
yang kedua adalah mendorong pengembangan dari produk pasar modal syariah.
Strategi-strategi tersebut oleh Bapepam dibagi menjadi tujuh implementasi
strategi yaitu:
a. Pengaturan penerapan prinsip syariah.
b. Penyusunan standar akuntansi.
c. Pengembangan profesi pelaku pasar.
d. Melakukan sosialisasi mengenai prinsip syariah.
e. Pengembangan produk.
f. Penciptaan produk baru.
g. Peningkatan kerja sama bersama DSN MUI.
2. Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) adalah suatu
lembaga yang menangani smasalah-masalah yang berkaitan dengan aktivitas
pada lembaga keuangan syariah yang bertujuan untuk mendorong penerapan
prinsip syariah dalam bidang perekonomian. Dikutip dari DSN-MUI bahwa
DSN-MUI memliki tugas yang mempengaruhi suatu perekonomian berbasis
syariah. Adapun tugas-tugas yang dijalankan oleh DSN-MUI adalah:
37
a. Menetapkan fatwa dari sistem, produk, kegiatan, dan jasa dari lembaga
keuangan syariah, lembaga bisnis syariah, dan lembaga perekonomian
syariah lainnya.
b. Mengawasi penerapan fatwa-fatwa melalui Dewan Pengawas Syariah pada
lembaga keuangan syariah, lembaga bisnis syariah, dan lembaga
perekonomian syariah lainnya.
c. Membuat pedoman atas implementasi fatwa dalam menjabarkan fatwa
tertentu agar tidak terjadi mult penafsiran pada saat akan diimplementasikan
di lembaga keuangan syariah, lembaga bisnis syariah, dan lembaga
perekonomian syariah lainnya.
d. Mengeluarkan ta’limat atau surat edaran kepada lembaga keuangan syariah,
lembaga bisnis syariah, dan lembaga perekonomian syariah lainnya.
e. Merekomendasi calon anggota dan/atau mencabut rekomendasi anggota
Dewan Pengawas Syariah pada lembaga keuangan syariah, lembaga bisnis
syariah, dan lembaga perekonomian syariah lainnya.
f. Merekomendasikan calon anggota Ahli Syariah Pasar Modal (ASPM)
dan/atau mencabut rekomendasi dari Ahli Syariah Pasar Modal.
g. Menerbitkan pernyataan keselarasan syariah atau pernyataan kesesuaian
syariah atas produk dan ketentuan yang diterbitkan oleh otoritas yang
bersangkutan.
h. Menerbitkan pernyataan kesesuaian syariah dari sistem, produk , jasa dan
kegiatan di lembaga keuangan syariah, lembaga bisnis syariah, dan lembaga
perekonomian syariah lainnya.
38
i. Menerbitkan sertifikat kesesuaian syariah bagi lembaga perekonomian
syariah dan lembaga bisnis syariah lainnya yang memerlukannya.
j. Menyelenggarakan program sertifikasi keahlian syariah yang ditujukan
untuk lembaga keuangan syariah, lembaga bisnis syariah, dan lembaga
perekonomian syariah lainnya.
k. Melakukan edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan literasi bisnis,
keuangan, dan ekonomi syariah.
l. Menumbuhkan dan mengembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam
kegiatan perekonomian khususnya keuangan.
3. Bursa efek
Bursa efek terdiri atas dua kata yaitu bursa dan efek. Bursa adalah suatu pasar.
Efek menurut UU Nomor 8 tahun 1995 Bab I pada Pasal 5 adalah surat
berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas suatu efek, dan setiap derivatif dari efek.
Bursa efek adalah suatu tempat dimana terjadi perdagangan atau kegiatan jual
beli dari efek. Perusahaan yang telah terdaftar. Indonesia memiliki bursa efek
yang diberi nama Bursa Efek Indonesia (BEI) atau dalam bahasa asing disebut
dengan Indonesia Stock Exchange (IDX). IDX merupakan hasil penggabungan
dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Bursa Efek
Indonesia yang merupakan hasil penggabungan ini mulai aktif beroperasi pada
1 Desember 2007.
39
4. Perusahaan efek
Perusahaan efek sering kali disebut juga dengan perusahaan sekuritas.
Perusahaan efek adalah suatu perusahaan yang menjembatani antara emiten
dan nasabahnya dalam memperdagangkan suatu efek. Dikutip dari website
OJK, pengertian perusahaan efek adalah pihak-pihak yang melakukan suatu
kegiatan usaha yang memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai
penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan/atau manajer investasi.
Adapun fungsi dari perusahaan efek adalah:
a. Melakukan penawaran umum dari suatu efek sekuritas.
b. Memperdagangkan suatu efek.
c. Mengelola portofolio dari suatu efek.
5. Emiten
Emiten adalah pihak-pihak baik itu berbentuk orang perseorangan, perusahaan,
asosiasi, usaha bersama, maupun kelompok yang terorgansasi yang
membutuhkan dana atau modal untuk kelangsungan perusahaan dengan cara
menerbitkan suatu efek berdasarkan tata cara yang telah diatur oleh Undang-
Undang.
Dikutip dari website Otoritas Jasa Keuangan (OJK), efek yang dapat
ditawarkan bisa berupa saham, obligasi, surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, tanda bukti utang, kontrak berjangka atas efek, unit penyertaan
kontrak investasi kolektif, sukuk yang merupakan suatu efek syariah, dan setiap
derivatif dari suatu efek.
40
6. Profesi penunjang pasar modal
Dikutip dari OJK, Ada beberapa profesi penunjang pasar modal diantaranya
akuntan, konsultan hukum, penilai, dan notaris. Akuntan yang dimaksud
sebagai profesi penunjang pasar modal adalah akuntan publik. Keempat profesi
ini memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam kegiatan pasar modal, dan
keempatnya menunjang kelancaran dalam kegiatan perdaggangan di pasar
modal.
Akuntan publik berfungsi untuk melakukan pemeriksaan yang berkaitan
dengan keuangan dari emiten. Konsultn hukum adalah pihak yang melakukan
pemeriksaan dari segi hukum, memberikan pendapat dari segi hukum, dan
memberikan saran kepada kliennya. Penlilai adalah pihak yang melakukan
penilaian dari suatu asset perusahaan terbuka yang akan go public. Notaris
adalah pihak yang mengaktakan dokumen yang berkaitan dengan pasar modal.
7. Lembaga penunjang pasar modal
Dikutip dari OJK, lembaga penunjang pasar modal terdiri dari kustodian, biro
administrasi efek, dan wali amanat. Masing-masing dari lembaga penunjang
pasar modal terdiri dari kustodian, biro administrasi efek, dan wali amanat ini
memiliki suatu fungsi.
8. Kustodian
Kustodian berfungsi untuk menitipkan harta dan bertindak sebagai agen
perantara saja dan tidak terlibat dalam perekomendasian kegiatan perdagangan
efek. Biro administrasi efek berfungsi dalam membantu investor dalam
41
pengadministrasian dalam kegiatan perdagangan efek. Wali amanat berfungsi
untuk mengawasi kepentingan dari kreditur efek yang bersifat utang.
Menurut Nurul dan Mustafa (dalam Andini, 2015), ada beberapa kendala dalam
pengembangan dari pasar modal syariah. Adapun kendala-kendala tersebut
antara lain:
1. Belum adanya ketentuan yang menjadi legistimasi atas pasar modal syariah
dari pemerintah.
2. Pasar modal syariah masih tercampur dengan unsur konvensional dalam
praktiknya.
3. Kurangnya sosialisasi tentang instrumen syariah dalam pasar modal.
4. Belum adanya kontrak kesepahaman antar aliran pemikiran, oleh karena itu
dibutuhkan pakar multidisipliner yang menguasai tafir teologis sampai pada
struktur finansial.
Kendala-kendala tersebut membutuhkan strategi agar pasar modal syariah di
Indonesia berjalan dengan baik. Adapun strategi yang harus dikembangkan
menurut Nurul (dalam Andini, 2015) adalah:
1. Pembuatan undang-undang khusus yang membahas tentang pasar modal
syariah.
2. Perlunya keaktifan pengusaha muslim untuk terjun dalam pasar modal
sehingga akan menciptakan kehiupan ekonomi yang islami.
3. Perlunya rencana baik itu dari jangka pendek maupun jangka panjang dalam
mengakomodir perkembangan dari instrument-instrumen syariah yang ada
pada pasar modal.
42
4. Perlunya mengadakan kajian-kajian ilmiah yyang membahas tentang pasar
modal syariah.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dapat dijadikan bahan acuan untuk mengetahui alur
penelitian yang akan dikerjakan. Penelitian terdahulu dijadikan referensi karena
memiliki kesamaan dengan penelitian ini baik dari kesamaan alur pemikiran,
maupun dari setiap hubungan variabel didalamnya sehingga akan membantu
penelitian ini. Penelitian terdahulu mengenai Jakarta Islamic Index memiliki
variabel, waktu, metode dan hasil yang berbeda pula. Penelitian-penelitian
terdahulu yang dijadikan acuan pada penelitian berjumlah empat penelitian.
Adapun penelitian-penelitian tersebut adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Alfina (2012) berjudul “Pengaruh Variabel
Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dan Jakarta Islamic
Index (JII)”. Penelitian ini menggunakan metode multiple regression yang
menggunakan SPSS 16. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
GDP, tingkat pertumbuhan jumlah uang yang beredar, tingkat inflasi,
perubahan tingkat suku bunga, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika, Dow Jones, tingkat pertumbuhan harga minyak, Indeks Harga Saham
Gabungan dan Jakarta Islamic Index. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Dow Jones memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Jakarta Islamic Index.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yoghi Citra Pratama (2012) berjudul “Pengaruh
Indeks Regional terhadap Jakarta Islamic Index (JII)”. Penelitian ini
menggunakan metode analisis deskriptif korelasional (kausal) dengan Vector
43
Error Corection Model (VECM). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah indeks Nikkei, Indeks Harga Saham Gabungan, Dow Jones dan Jakarta
Islamic Index. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham
Gabungan dan Dow Jones memiliki pengaruh yang tidak besar dan umumnya
memberikan respon negatif dan memiliki kecenderungan untuk membawa
Jakarta Islamic Index pada suatu titik keseimbangan baru.
3. Penlitian yang dilakukan oleh Egan Janitra (2014) berjudul “Do World Gold
Price, Dow Jones Islamic Market and Inflation Affect The Performance of
Jakarta Islamic Index?”. Penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriptif dengan model Error Corection Model (ECM). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah DJIM, harga emas, inflasi dan Jakarta
Islamic Index. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Dow Jones Islamic
Market memberi pengaruh yang signifikan dengan koefisien positif untuk
jangka panjang maupun jangka pendek.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Imam Muttaqin (2017) berjudul “Pengaruh
Inflasi, Jumlah Uang yang Beredar, Suku Bunga Bank Indonesia dan IHSG
Terhadap Indeks Harga Saham Syariah di Jakarta Islamic Index (JII) Periode
Januari 2011-2016”. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi
dengan Error Corection Model (ECM). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah inflasi, kurs, M2, BI rate, Indeks Harga Saham Gabungan
dan Jakarta Islamic Index. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel
Indeks Harga Saham Gabungan memiliki pengaruh signifikan terhadap Jakarta
Islamic Index.
44
Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul
Penelitian Variabel
Teknik
Analisis Hasil
1 Alfina
(2012)
Pengaruh Va-
riabel Mak-
ekonomi Ter-
hadap Indeks
Harga Saham
Gabungan dan
Jakarta Isla-
mic Index (JII)
GDP, tingkat
pertumbuhan
jumlah uang
yang beredar,
tingkat inflasi,
perubahan ting-
kat suku bunga,
perubahan nilai
tukar rupiah
terhadap dolar
Amerika, Dow
Jones, tingkat
pertumbuhan
harga minyak,
IHSG dan JII
Metode
multiple
regressi-
on
Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa
perubahan nilai tukar
dollar, tingkat suku
bunga, dan Dow
Jones berpengaruh
signifikan terhadap
IHSG dan JII,
sedangkan GDP,
tingkat inflasi, jumlah
uang yang beredar,
dan harga minyak
dunia tidak berpe-
ngaruh signifikan ter-
hadap IHSG dan JII,
dan secara kese-
luruhan variabel mak-
roekonomi lebih ber-
pengaruh pada IHSG
dibandingkan JII.
2 Yoghi
Citra
Pratama
(2012)
Pengaruh In-
deks Regio-
nal terhadap
Jakarta Isla-
mic Index (JII)
Variabel yang
digunakan da-
lam penelitian
ini adalah in-
deks Nikkei,
IHSG, Dow
Jones dan JII
Metode
analisis
deskrip-
tif kore-
lasional
(kausal)
dengan
VECM
Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa
IHSG, Indeks Nikkei
dan Dow Jones
memiliki pengaruh
yang tidak besar dan
umumnya membe-
rikan respon negatif
dan memiliki kecen-
derungan untuk mem-
bawa JII pada suatu
titik keseimbangan
baru.
3 Egan
Janitra
(2014)
Do World
Gold Price,
Dow Jones
Islamic Mar-
ket and In-
flation Affect
The Pefor-
mance of
Jakarta Isla-
mic Index?
DJIM, harga
emas, inflasi
dan JII
Metode
analisis
deskrip-
tif de-
ngan
model
ECM
Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa
DJIM memberi pe-
ngaruh yang signi-
fikan dengan koefi-
sien positif untuk
jangka panjang dan
jangka pendek, se-
dangkan variabel har-
ga emas dan inflasi
hanya berpengaruh
signifikan pada jang-
ka panjang saja.
45
No Peneliti Judul
Penelitian Variabel
Teknik
Analisis Hasil
4 Nur
Imam
Mutta-
qin
(2017)
Pengaruh In-
flasi, Jumlah
Uang yang
Beredar, Suku
Bunga Bank
Indonesia dan
IHSG Terha-
dap Indeks
Harga Saham
Syariah di Ja-
karta Islamic
Index (JII)
Periode Ja-
nuari 2011-
2016
Variabel yang
digunakan da-
lam penelitian
ini adalah in-
flasi, kurs, M2,
BI rate, IHSG
dan JII
Metode
analisis
regresi
dengan
ECM
Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa
kurs, inflasi, jumlah
uang yang beredar
dan BI rate tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan ter-
hadap JII, sementara
IHSG berpengaruh
signifikan dan secara
simultan semua vari-
abel berpengaruh sig-
nifikan terhadap JII.
Sumber: Data diolah (2018)
2.5 Kerangka Konseptual
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang dapat menunjukkan pergerakan
dari harga saham yang memiliki fungsi untuk menggambarkan tren pasar
(Martalena dan Malinda, 2011:99). Tren pasar yang dimaksud adalah tren naik
ataupun tren turun. Indeks saham terdiri atas kumpulan saham berdasarkan
kategori tertentu yang mana indeks tersebut menjadi sebuah indikator atas
pergerakan seluruh saham didalamnya. Suatu indeks saham dapat
menggambarkan suatu keadaan perekonomian di suatu negara. Indeks saham
bersifat fluktuatif sebagai akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut berupa faktor-faktor internal maupun faktor-faktor
eksternal.
Penelitian ini akan mendeskripsikan pengaruh dari Dow Jones Islamic Market,
Dow Jones Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Saham
46
Syariah Indonesia terhadap Jakarta Islamic Index. Adapun Kerangka konseptual
pada penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut:
Gambar 2.9 Bagan Kerangka Konseptual
Berdasarkan bagan kerangka konseptual diatas dapat kita lihat bahwa:
1. Dow Jones Islamic Market sebagai variabel X1 secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Jakarta Islamic Index sebagai variabel Y. Indeks ini
diduga akan memberikan pengaruh bagi perekonomian Indonesia yang bersifat
syariah. Hal ini dikarenakan Indonesia termasuk negara yang menjadi salah
satu pertimbangan perhitungan dalam indeks Dow Jones Islamic Market ini.
2. Dow Jones Industrial Average sebagai variabel X2 secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Jakarta Islamic Index sebagai variabel Y. Indeks Dow
Jones Industrial Average menggambarkan pergerakan seluruh saham yang ada
di Amerika Serikat yang merupakan negara yang paling banyak melakukan
Jakarta Islamic
Index
(Y)
Dow Jones Islamic
Market
(X1)
Indeks Harga
Saham Gabungan
(X3)
Dow Jones
Industrial Average
(X2)
Indeks Saham
Syariah Indonesia
(X4)
47
kegiatan impor di Indonesia. Hal ini diduga akan memberikan pengaruh bagi
perekonomian Indonesia.
3. Indeks Harga Sahaam Gabungan sebagai variabel X3 secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Jakarta Islamic Index sebagai variabel Y.
IHSG menggambarkan seluruh pergerakan perekonomian di Indonesia
termasuk didalamnya adalah pergerakan perekonomian syariah di Indonesia.
Pergerakan IHSG diduga akan memberikan pengaruh pada perekonomian
syariah di Indonesia.
4. Indeks Saham Syariah Indonesia sebagai variabel X4 secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Jakarta Islamic Index. ISSI merupakan
cerminan dari perekonomiah syariah di Indonesia yang diduga akan
memberikan pengaruh pada Jakarta Islamic Index yang juga merupakan saham
unggulan dalam ISSI yang bersifat syariah.
5. Dow Jones Islamic Market, Dow Jones Industrial Average, Indeks Harga
Saham Gabungan, dan Indeks Saham Syariah Indonesia secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Jakarta Islamic Index.
2.6 Hipotesis
Morissan (dalam Erig, 2017) menyatakan bahwa perumusan hipotesis memiliki
tujuan untuk memberikan arah kepada peneliti mengenai penelitian yang nanti
akan dilaksanakan dan bertujuan untuk mencegah trial and error research dengan
harapan akan menemukan sesuatu yang penting. Adapun hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
48
H01 : Terdapat pengaruh yang tidak signifikan secara parsial antara Dow Jones
Islamic Market terhadap Jakarta Islamic Index.
Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Dow Jones Islamic
Market terhadap Jakarta Islamic Index.
H02 : Terdapat pengaruh yang tidak signifikan secara parsial antara Dow Jones
Industrial Average terhadap Jakarta Islamic Index.
Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Dow Jones
Industrial Average terhadap Jakarta Islamic Index.
H03 : Terdapat pengaruh yang tidak signifikan secara parsial antara Indeks Harga
Saham Gabungan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Jakarta
Islamic Index.
Ha3 : Terdapat pengaruh yang tidak signifikan secara parsial antara Indeks Harga
Saham Gabungan terhadap Jakarta Islamic Index.
H04 : Terdapat pengaruh yang tidak signifikan secara parsial antara Indeks
Saham Syariah Indonesia terhadap Jakarta Islamic Index.
Ha4 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Indeks Saham
Syariah Indonesia terhadap Jakarta Islamic Index.
H05 : Terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara Dow Jones Islamic Market,
Dow Jones Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan, dan Indeks
Saham Syariah Indonesia secara simultan terhadap Jakarta Islamic Index.
Ha5 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Dow Jones Islamic Market, Dow
Jones Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan, dan Indeks
Saham Syariah Indonesia secara simultan terhadap Jakarta Islamic Index.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian dan Sumber Data
3.1.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantiatif. Lehmann (dalam
Muri, 2017:62) menyatakan bahwa penelitian ini adalah jenis penelitian yang
memiliki tujuan mendeskripsikan dengan sistematis, akurat dan faktual mengenai
fakta dan sifat-sifat tertentu dari suatu populasi atau mencoba menggambarkan
suatu fenomena secara mendetail. Penelitian tersebut mendeskripsikan suatu
masalah yang ada dengan suatu pendekatan kuantitatif.
Penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan fakta-fakta dalam
mengintepretasikannya yaitu berdasarkan data-data yang diperoleh dilapangan
yang bisa di pertanggung jawabkan. Penelitian ini akan mendeskripsikan
signifikansi antara Dow Jones Islamic Market, Dow Jones Industrial Average,
Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Saham Syariah Indonesia sebagai
variabel independen terhadap Jakarta Islamic Index sebagai variabel
independennya baik secara parsial maupun signifikansi semua variabel
independennya secara simultan.
50
3.1.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder
adalah data yang dikumpukan oleh pihak lain untuk tujuan yang lain bukan yang
diperoleh oleh periset itu sendiri (Istijanto, 2010:38). Pada penelitian dengan
menggunakan data sekunder, periset merupakan pihak kedua yang mendapatkan
informasi setelah pihak lain sebagai pihak pertama mendapatkan informasi dari
pihak pertama.
Sumber: Istijanto (2010:39)
Gambar 3.1 Ilustrasi Data Sekunder
Data dalam penelitian ini diambil secara tidak langsung dari lembaga yang
mempublikasikan datanya seperti Yahoo Finance, S&P Dow Jones Indices, IDX
dan situs-situs pasar modal.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Library Research
Library research atau studi kepustakaan berfungsi sebagai referensi dalam
menyusun penelitian ini, seperti memberikan referensi mengenai konsep, teori
dan alur dalam penelitian ini. Data diperoleh dari buku, skripsi, thesis, jurnal
ilmiah dan naskah publikasi dari penelitian ilmiah yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Sumber asli
(di lapangan)
Pihak lain
(pihak pertama) Periset
(pihak kedua)
51
b. Internet Research
Penelitian ini juga menggunakan internet untuk memperoleh data-data yang
berhubungan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh menggunakan teknik
dokumentasi dari data sekunder yang dipublikasikan oleh Yahoo Finance, S&P
Dow Jones Indices, IDX dan situs-situs pasar modal.
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data time series atau runtut
waktu dari suatu objek. Menurut Supranto (2007:105), time series atau runtut
waktu adalah data yang dikumpulkan untuk menggambarkan suatu kegiatan dari
waktu ke waktu (hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan dan tahun ke
tahun).
3.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2007:55), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari subjek atau objek yang memiliki karakteristik dan kuantitas tertentu yang
ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik menjadi suatu
kesimpulan yang mana dari suatu populasi ini akan diambil suatu sampel untuk
dijadikan bahan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah harga saham pada
hari perdana perdagangan saham setiap bulannya dari variabel dependen yaitu
Jakarta Islamic Index dan variabel independennya yaitu Dow Jones Islamic
Market, Dow Jones Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan dan
Indeks Saham Syariah Indonesia yang diambil selama 5 tahun dengan total
populasi sebanyak 60 populasi (5 tahun x 12 bulan) pervariabel.
52
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari suatu populasi yang karakteristiknya akan diselidiki
yang dianggap dapat mewakili keseluruhan dari populasi (Arifin, 2014). Adapun
sampel dalam penelitian ini adalah harga saham pada hari perdana perdagangan
saham setiap bulannya dari variabel dependen yaitu Jakarta Islamic Index dan
variabel independennya yaitu Dow Jones Islamic Market, Dow Jones Industrial
Average, Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Saham Syariah Indonesia.
Adapun pemilihan sampel pada penelitian ini memiliki beberapa kriteria yaitu :
1. Merupakan opening price pada hari perdana perdagangan saham setiap
bulannya dari variabel dependen yaitu Jakarta Islamic Index dan variabel
independennya yaitu Dow Jones Islamic Market, Dow Jones Industrial
Average, Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Saham Syariah Indonesia.
2. Pengambilan sampel menggunakan periode sebanyak 5 tahun dari variabel
dependen yaitu Jakarta Islamic Index dan variabel independennya yaitu Dow
Jones Islamic Market, Dow Jones Industrial Average, Indeks Harga Saham
Gabungan dan Indeks Saham Syariah Indonesia pada tahun 2013-2017.
Sehingga diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 sampel (5 tahun x
12 bulan) pervariabel.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional digunakan peneliti untuk mengukur suatu variabel. Dalam
penelitian ini pengukuran menggunakan karakter dari variabel dependen dan
independen. Opening price adalah harga awal pembukaan saham yang berubah
53
setiap harinya. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini dapat dijelaskan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional
Variabel Definisi Indikator
Dow Jones Islamic
Market (X1)
Dow Jones Islamic Market
adalah indeks pertama di dunia
yang menggambarkan kinerja
saham global yang berdasarkan
prinsip syariah.
• Opening price = nilai
saham pada awal
pembukaan perdaga-
ngan
Dow Jones Industrial
Average (X2)
Dow Jones Industrial Average
adalah indeks tertua yang paling
banyak dikutip di dunia yang
terdiri atas 30 saham
berkapitalisasi besar di Amerika
Serikat (Jaka, 2002:156).
• Opening price = nilai
saham pada awal
pembukaan perdaga-
ngan
Indeks Harga Saham
Gabungan (X3)
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) adalah indeks yang
menggambarkan kinerja seluruh
saham di Indonesia.
• Opening price = nilai
saham pada awal
pembukaan perdag-
angan
Indeks Saham Syariah
Indonesia (X4)
Indeks Saham Syariah Indonesia
adalah indeks yang meng-
gambarkan kinerja saham-saham
di Indonesia yang memenuhi
syarat-syarat saham syariah.
• Opening price = nilai
saham pada awal
pembukaan perdaga-
ngan
Jakarta Islamic In-
dex (Y)
Jakarta Islamic Index (JII)
adalah salah satu indeks saham
pada BEI sebagai alternatif
investasi dengan prinsip syariah
yang terdiri dari 30 saham
terliquid dari Indeks Saham
Syariah Indonesia
• Opening price = nilai
saham pada awal
pembukaan perdaga-
ngan
Sumber: Data diolah (2018)
3.5 Metode Analisis
Metode penelitian dalam penelitian ini dengan menggunakan cara perhitungan
statistik dengan uji analisis regresi berganda, uji asumsi klasik dan uji hipotesis
dengan menggunakan Eviews. Uji asumsi klasik terdiri uji normalitas, uji
54
multikolinieritas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, sedangkan uji hipotesis
terdiri dari koefisien determinasi, uji F simultan dan uji T parsial.
3.5.1 Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda yang menggambarkan
hubungan semua variabel X dan Y secara linier. Analisis ini berfungsi untuk
mengetahui besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel independen (X) yang
dalam penelitian ini adalah variabel Dow Jones Islamic Market, Dow Jones
Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Saham Syariah
Indonesia, serta variabel dependen (Y) yang dalam penelitian ini adalah Jakarta
Islamic Index. Persamaan dalam regresi berganda adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e …………………………….…… (3.1)
Keterangan:
Y = Jakarta Islamic Index
X1 = Dow Jones Islamic Market
X2 = Dow Jones Industrial Average
X3 = Indeks Harga Saham Gabungan
X4 = Indeks Saham Syariah Indonesia
a = Konstanta
b1-b4 = Koefisien regresi
e = Eror
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah suatu persyaratan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam suatu model regresi linier atau Ordinary least Square
(OLS) terdapat penyimpangan asumsi klasik yang akan mengganggu hasil dari
penelitian ini. Adapun tujuan dari uji asumsi klasik adalah untuk memastikan
bahwa penelitian ini memiliki model regresi yang tepat dan tidak bias. Uji asumsi
55
klasik yang digunakan model regresi berganda pada penelitian ini adalah uji
normalitas, uji heterokedastisitas, multikolinearitas dan uji autokorelasi.
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah salah satu bentuk pengujian dalam uji asumsi klasik.
Menurut Santoso (2016:173), uji normalitas berfungsi untuk mengetahui
apakah dalam model regresi, residual atau variabel pengganggu memiliki
distribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode
Jarque-Bera yaitu membandingkan probabilitas Jarque-Bera dengan alpha
pada penelitian ini.
Ketentuan hipotesis dalam uji ini adalah :
H0 = Data terdistribusi normal.
Ha = Data tidak terdistribusi dengan normal.
Adapun kriteria pengambilan keputusan pada uji normalitas adalah:
a. Jika nilai probabilitas Jarque-Bera < 0,05 (alpha), maka H0 ditolak dan
sebaiknya Ha diterima yang berarti data terdistribusi secara tidak normal.
b. Jika nilai probabilitas Jarque-Bera > 0,05 (alpha), maka H0 diterima dan
sebaiknya Ha ditolak yang berarti data terdistribusi secara normal.
Apabila data tidak terdistribusi normal dalam penelitian ini maka akan
mengganggu hipotesis dalam penelitian ini karena tidak memenuhi syarat
dari uji asumsi klasik. Adapun ketidaknormalan data dapat diatasi dengan
cara:
56
a. Menghapus data yang out liers.
b. Menambah jumlah sampel.
c. Mentransformasi data pada penelitian ini.
3.5.2.2 Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedasitas merupakan salah satu bentuk pengujian dalam uji
asumsi klasik. Menurut Santoso (2016:174), Uji heterokedastisitas
berfungsi untuk mengetahui adanya ketidaksamaan varian dari residual
pada semua pengamatan pada model regresi yang merupakan
penyimpangan asumsi klasik. Uji yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
hetereskedastisitas data adalah uji Glejser, Uji White, uji Breusch-Pagan-
Godfrey, uji Harvey, dan uji ARCH. Uji heterokedastisitas dalam penelitian
ini menggunakan uji Glejser. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara
membandingkan probabilitas dari Chi-Square atau probabilitas dari F
dengan alpha dalam penelitian ini yaitu 0,05.
Ketentuan hipotesis dalam uji ini adalah :
H0 = Tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Ha = Terjadi gejala heteroskedastisitas.
Adapun kriteria pengambilan keputusan uji heterokedastisitas dengan uji
Glejser bisa dengan membandingkan nilai probabilitas Chi-Square dan
alpha dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika probabilitas Chi-Square < 0,05 (alpha), maka H0 ditolak dan
sebaiknya Ha diterima yang berarti terjadi gejala heteroskedastisitas.
57
b. Jika probabilitas Chi-Square > 0,05 (alpha), maka H0 diterima dan
sebaiknya Ha ditolak yang berarti tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Kriteria pengambilan keputusan uji heterokedastisitas dengan uji Glejser
bisa juga dengan membandingkan nilai probabilitas F dan alpha dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Jika probabilitas F < 0,05 (alpha), maka H0 ditolak dan sebaiknya Ha
diterima yang berarti terjadi gejala heteroskedastisitas.
b. Jika probabilitas F > 0,05 (alpha), maka H0 diterima dan sebaiknya Ha
ditolak yang berarti tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Ghazali (dalam Arifin, 2014), menyatakan bahwa model regresi yang baik
adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas atau disebut juga dengan
homoskedastisitas. Model regresi yang mengandung heteroskedastisitas
akan mengganggu penelitian ini. Data yang mengalami gejala
heteroskedastisitas dapat diobati dengan cara mentransformasi data dalam
penelitian. Adapun transformasi data yang bisa dilakukan adalah dengan
menggunakan metode Generalized Least Square, transformasi dengan
logaritma, dan melakukan White Heteroscedasticity atau Robust Standar
Error.
3.5.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas adalah salah satu bentuk pengujian dalam uji asumsi
klasik. Menurut Gujarati (2003:28), uji multikolinearitas berfungsi untuk
melihat ada tidaknya korelasi yang tinggi antar variabel bebas (independen)
dalam model regresi berganda. Ada atau tidaknya multikolinearitas dalam
58
suatu model regresi dapat dilihat dengan beberapa cara. Setiawan dan Dwi
(2010: 92) menjelaskan bahwa multikolinieritas dapat dideteksi dengan
cara:
1. Melihat R2 dalam model apakah tinggi atau tidak (tinggi apabila diatas
> 0,7).
2. Melihat tingginya koefisien korelasi.
3. Apabila dalam model regresi memperoleh suatu koefisien regresi yang
berbeda terhadap koefisien korelasi antara Y dan Xj.
4. Melihat nilai indeks kondisi.
5. Melihat nilai tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF)
Penelitian ini mendeteksi multikolinieritas dengan cara Melihat nilai dari
Variance Inflation Factor (VIF). Pengambilan keputusan pada uji
multikolinearitas adalah mempunyai VIF dibawah 10. Jika terdapat
multikolinearitas, maka akan mengganggu hubungan antara variabel
independen dan variabel dependennya.
Ketentuan hipotesis dalam uji ini adalah :
H0 = Tidak terjadi gejala multikolinieritas.
Ha = Terjadi gejala multikolinieritas.
Data yang mengalami multikolinieritas akan mengganggu penelitian,
sehingga dibutuhkan suatu pengobatan agar terbebas dari penyimpangan
asumsi klasik. Masalah multikolinieritas dapat diatasi dengan beberapa
cara. Menurut Setiawan dan Dwi (2010:93), cara-cara untuk mengatasi
kasus multikolinieritas yaitu:
59
a. Menggunakan informasi apriori.
b. Menggabungkan data tampang lintang (cross section) dan data berkala
(time series).
c. Mengeluarkan satu variabel ataupun lebih dan kesalahan spesifikasi.
d. Penambahan data baru
e. Melakukan transformasi variabel yang bisa dilakukan dengan cara
logaritma atau first difference delta.
f. Melakukan metode lain untuk mengatasi multikolinieritas seperti regresi
dengan pendekatan Bayes.
3.5.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah salah satu bentuk pengujian dalam uji asumsi
klasik. Menurut Ghazali (dalam Arifin, 2014), uji autokorelasi berfungsi
untuk menguji ada atau tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Menurut Teguh
(2010:222), penyebab autokrorelasi salah satunya adalah data berupa data
time series yang mana nilai pada masa sekarang dipengaruhi oleh nilai pada
masa lalu.
Metode uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Breusch-Godfrey LM Test. Uji ini membandingkan antara probabilitas Chi-
Square atau probabilitas F dengan alpha dalam penelitian ini. Uji
autokorelasi juga dapat dilakukan dengan menghitung nilai statistik Durbin-
Watson (DW). Ketentuan hipotesis dalam uji ini adalah :
60
H0 = Tidak terjadi gejala autokorelasi.
Ha = Terjadi gejala autokorelasi.
Adapun keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan membandingkan
antara probabilitas Chi-Square dan alpha memiliki ketentuan sebagai
berikut:
a. Jika probabilitas Chi-Square < 0,05 (alpha), maka H0 ditolak dan
sebaiknya Ha diterima yang berarti terjadi gejala autokorelasi.
b. Jika probabilitas Chi-Square > 0,05 (alpha), maka H0 diterima dan
sebaiknya Ha ditolak yang berarti tidak terjadi gejala autokorelasi.
Adapun kriteria pengambilan keputusan uji autokorelasi dengan
membandingkan nilai probabilitas F dan alpha memiliki ketentuan sebagai
berikut:
a. Jika probabilitas F < 0,05 (alpha), maka H0 ditolak dan sebaiknya Ha
diterima yang berarti terjadi gejala autokorelasi.
b. Jika probabilitas F > 0,05 (alpha), maka H0 diterima dan sebaiknya Ha
ditolak yang berarti tidak terjadi gejala autokorelasi.
Uji autokorelasi juga dapat dilakukan dengan menghitung nilai statistik
Durbin-Watson (DW). Nilai statistik dari Durbin-Watson (DW) yang telah
diketahui kemudian dibandingkan dengan nilai dU, dL, 4-dU, atau 4-dL
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku sehingga dapat diketahu
apakah suatu data memiliki masalah autokorelasi yang akan mengganggu
penelitian ini atau tidak.
61
Autokorelasi Ragu-Ragu Tidak Ada Ragu-ragu Autokorelasi
Positif Autokorelasi Negatif
0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4
Sumber: Agus (dalam Zulfikar, 2016:224)
Gambar 3.2 Statistik Darbin-Watson.
Keputusan ada tidaknya masalah autokorelasi memiliki ketentuan yang
didasarkan letak dari nilai Durbin-Watson hitung hasil penelitian terhadap
nilai dari dU, dL, 4-dU, atau 4-dL. Zulfikar (2016:103), menyatakan bahwa
keputusan ada tidaknya masalah autokorelasi memiliki ketentuan yaitu
sebagai berikut:
a. Jika nilai dU < DW < 4-dU, artinya tidak ada autokorelasi, sehingga H0
diterima dan sebaliknya Ha ditolak.
b. Jika DW < dU, artinya ada autokorelasi positif, sehingga H0 di ditolak
dan sebaliknya Ha diterima.
c. Jika DW > 4-dL, artinya autokorelasi negatif, sehingga H0 ditolak dan
sebaliknya Ha diterima.
d. Jika dU < dW < dL atau 4-dU < d < 4-dL, maka tidak dapat ditarik
kesimpulan yang pasti.
Apabila suatu data mengalami autokorelasi maka dibutuhkan suatu
pengobatan agar tidak menganggu hasil dari penelitian ini. Pengobatan
suatu autokorelasi dapat dilakukan dengan melakukan transformasi data
62
menggunakan uji Run Test, transformasi data dengan metode Cochrane
Orcutt, ataupun transformasi data dengan melakukan first difference delta.
3.5.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan bagian penting dari suatu penelitian yang berfungsi untuk
menjawab hipotesis yang dibuat oleh peneliti (Zulfikar, 2016:169). Uji hipotesis
dalam penelitian ini terdiri dari uji t parsial, , uji F simultan dan uji koefisien
determinasi.
3.5.3.1 Uji t Parsial
Uji t berfungsi untuk menguji signifikansi secara parsial variabel
independen terhadap variabel dependennya (Ridho, 2013). Adapun rumus
dari uji t adalah :
t = 𝑟√𝑛−2
√1−𝑟2 …………………...………………………………………... (3.2)
Keterangan:
t = t hitung
r = korelasi parsial
r2 = Koefisien korelasi ganda
n = Jumlah sampel
Ketentuan hipotesis dalam uji ini adalah :
H0 = Tidak berpengaruh signifikan
Ha = Berpengaruh signifikan
Rodoni (dalam Arifin, 2014) menyatakan bahwa kriteria pengambilan
keputusan menurut berdasarkan tingkat signifikan adalah:
63
a. Jika probabilitas signifikansi > 0,05 (alpha), maka H0 diterima, yang
berarti suatu variabel independen dalam suatu penelitian tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya dan sebaliknya
Ha ditolak.
b. Jika probabilitas signifikansi < 0,05 (alpha), maka H0 ditolak dan
sebaliknya Ha diterima yang berarti suatu variabel independen dalam
suatu penelitian berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya.
Pengambilan keputusan juga berdassarkan perbandingan antara t tabel dan t
hitungnya dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan sebaliknya Ha ditolak yang
berarti suatu variabel independen dalam suatu penelitian tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya.
b. Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan sebaliknya Ha diterima yang
berarti suatu variabel independen dalam suatu penelitian berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependennya.
3.5.3.2 Uji F Simultan
Uji F disebut juga dengan uji ANOVA (Analysist of Variance) adalah uji
yang berfungsi untuk mengetahui signifikansi secara umum pengaruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependennya
(Ridho, 2013). Adapun rumus dari uji F adalah :
F = 𝑅2 𝑘⁄
(1−𝑅2) (𝑛−𝑘−1)⁄ ………………………………….……………… (3.3)
Keterangan:
F = F hitung
64
R2 = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah sampel
Pengambilan keputusan didasarkan pada tingkat probabilitas signifikansi
yang dibandingkan dengan alpha pada penelitian ini yaitu 0,05 dan
perbandingan antara nilai F tabel dengan F hitungnya.
Ketentuan hipotesis dalam uji ini adalah :
H0 = Tidak berpengaruh signifikan
Ha = Berpengaruh signifikan
Menurut Nachrowi dan Usman (dalam Arifin, 2014), menyatakan bahwa
kriteria dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada perbandingan
antara nilai F tabel dengan F hitungnya. Adapun ketentuan tersebut adalah:
a. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan sebaliknya Ha ditolak.
b. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan sebaliknya Ha diterima.
Kriteria pengambilan keputusan yang didasarkan pada tingkat
signifikansinya adalah:
a. Jika probabilitas signifikansi > 0,05 (alpha), maka H0 diterima dan
sebaliknya Ha ditolak.
b. Jika probabilitas signifikansi < 0,05 (alpha), maka H0 ditolak dan
sebaliknya Ha diterima.
3.5.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Siagan dan Sugiarto (2000:259), menyatakan bahwa uji koefisien
determinasi digunakan untuk menunjukkan besarnya sumbangan dari
65
variabel penjelas terhadap variabel responnya. Nilai koefisien determinasi
berada antara 0 sampai 1, yang mana semakin mendekati angka 1 maka
semakin besar pengaruh variabel independennya terhadap variabel
dependen. Biasanya koefisien determinasi untuk data time series tinggi, hal
ini berbeda dengan data cross-section yang relatif lebih rendah karena
variasi yang besar pada masing-masing pegamatan (Ghazali dalam Arifin,
2014). Adapun rumus dari uji koefisien determinasi adalah:
Kd = r2 x 100% ……………………………………………………….. (3.4)
Keterangan:
Kd = Koefisien determinasi
r2 = Koefisien korelasi
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan oleh peneliti
pada bab sebelumnya, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dow Jones Islamic Market (DJIM) berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap Jakarta Islamic Index.
2. Dow Jones Industial Average (DJIA) berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap Jakarta Islamic Index.
3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap Jakarta Islamic Index. Hal ini dikarenakan saham-saham
dalam JII lebih terpengaruh oleh faktor global dibandingkan makroekonomi
Indonesia itu sendiri.
4. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap Jakarta Islamic Index.
5. Dow Jones Islamic Market, Dow Jones Industrial Average, Indeks Harga
Saham Gabungan dan Indeks Saham Syariah Indonesia secara simultan
berpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index.
103
5.2 Saran
Beberapa saran dan masukan yang disajikan oleh peneliti berdasarkan penelitian
ini antara lain:
1. Disarankan kepada investor selain mempertimbangkan faktor-faktor eksternal
dan makroekonomi pada penelitian ini yaitu Dow Jones Islamic Market, Dow
Jones Industrial Average, Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Saham
Syariah Indonesia, hendaknya investor juga memperhatikan kondisi eksternal
global lainnya, makroekonomi lainnya yang ada di Indonesia dan faktor
mikroekonomi.
2. Disarankan kepada pihak lain agar tidak hanya mmpelajari Jakarta Islami Index
pada penelitian ini saja, akan tetapi pada sumber-sumber lainnya yang lebih
lengkap seperti buku atau situs-situs keuangan.
3. Apabila pada kemudian hari akan dilakukan penelitian tentang indeks kembali,
disarankan kepada peneliti untuk memeriksa dan menyesuaikan terlebih dahulu
sebelum menentukan data seperti apa yang akan digunakan karena tidak semua
data tersedia dan memeriksa kembali kesamaan tanggalnya, kemudian meneliti
terlebih dahulu variabel bebas yang akan digunakan apakah terdapat
kemungkinan berhubungan sehingga tidak mengakibatkan gangguan
multikolinearitas dan disarankan kepada peneliti untuk menggunakan metode
Error Correction Model dari pada menggunakan model regresi linier berganda
agar dapat mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendeknya dan
untuk menghindari terjadinya masalah multikolinieritas dan autokorelasi
karena data berbentuk time series.
DAFTAR PUSTAKA
Alfina. 2014. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan dan Jakarta Islamic Index (JII). Skripsi thesis.
Andini, Noni. 2015. Analisis Kebangkrutan Perusahaan degan Menggunakan
Metode Z-Score Altman pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islmic
Index periode Desember 2010 - Mei 2014. Skripsi.
Ardana, Yudhistira. 2016. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks
Saham Syariah di Indonesia : Model ECM. Jurnal Bisnis dan Manajemen.
Volume 6 (1) h.17-28.
Cahyono, Jaka. 2002. Investing in JSX now? No, I’m Not That Fool : Another 22
Stategi dan Teknik meraih untung di bursa saham. Jakarta : Gramedia.
Citra, Yoghi. 2012. Pengaruh Indeks Regional terhadap Jakarta Islamic Index
(JII). Jurnal etikonomi. Volume 11 (2) h. 125-141.
Darmadji Dan Fakhruddin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia Pendekatan Tanya
Jawab. Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Gusti, dan Gusti. 2017. Pengujian Efesiensi Pasar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Manajemen Unud. Volume 6 (4) h. 2105-2132 .
Hanafi, Syafiq. 2011. Perbandingan Kriteria Syari’ah pada Indeks Saham Syari’ah
Indonesia, Malaysia, dan Dow Jones. Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum.
Volume 45 (2) h. 1-15
Hian, Thin. 2008. Panduan Berinvestasi Saham Edisi Terkini. Jakarta : Gramedia.
Istijanto. 2010. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran : Cara Praktis Meneliti
Konsumen dan Pesaing. Jakarta : Gramedia.
Janitra, Egan. 2014. Do World Gold Price, Dow Jones Islamic Market and Inflation
Affect The Performance of Jakarta Islamic Index?. Jurnal Ekonomi dan
Studi Pengembangan. Volume 15 (2) h. 97-108.
Jogiyanto. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi kedelapan.
Togyakarta : BPFE.
Gitman, dan Joehnk. 2005. Fundamental Of Investing, 9th edition. New York :
Pearson Addison Wesley.
Martalena dan Malinda. 2011. Pengantar Pasar Modal. Edisi pertama. Yogyakarta
: Andi.
Martien dan Nisful. 2015. Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Pergerakan
Harga Saham pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) di Bursa Efek
Indonesia (BEI). JESTT. Volume 2 (11) h. 928-942.
Muttaqin, Imam. 2017. Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang yang Beredar, Suku Bunga
Bank Indonesia, dan IHSG Terhadap Indeks Harga Saham Syariah di
Jakarta Islamic Index (JII) Periode Januari 2011-2016. Naskah publikasi
ilmiah.
Nurul dan Mustafa. 2008. Investasi pada Pasar Modal Syariah. Jakarta : Kencana.
Pandji dan Piji. 2006. Pengantar Pasar Modal (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka
Cipta.
Parluhutan, Jauhari, dan Tri. 2010. Jurus-Jurus Berinvestasi Saham untuk Pemula.
Jakarta : TransMedia.
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Jakarta : Balai Pustaka.
Ridho, Early. 2013. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap Jakarta Islamic
Index. Skripsi thesis.
Rustantiyo, Erig. 2017. Pengaruh Penggunaan Teknik Animasi pada Tayangan
Iklan Televisi Produk Oreo Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.
Skripsi.
Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta :
Erlangga.
Santoso. 2016. Statiska Hospitalitas. Yogyakarta : Deepublish.
Saputra, Arifin. 2014. Pengaruh Indeks DJI, Indeks NKY225, Indeks SSE, Indeks
Kospi, dan Indeks STI terhadap IHSG. Skripsi.
Setiawan dan Dwi. 2010. Ekonometrika. Yogyakarta : Andi.
Setyastuti, Rini. 2015. Keterkaitan antara Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga, dan
Indeks Harga Saham di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan. Volume 16 (1) h. 14-25.
Sri, Fudji. 2012. Analisis Efesiensi Pasar Modal Indonesia. .Jurnal Ilmu
Manajemen dan Akuntansi Terapan. Volume 3 (2) h. 35-44.
Sugian dan Sugiarto. 2000. Metode Statiska untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta :
Gramedia.
Sugiyono. 2007. Statiska untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.
Supranto. 2007. Statistik untuk Pemimpin Berwawasan Global. Edisi 2. Jakarta :
Salemba Empat.
Suryadi, Muslimin, dan Husnah. 2016. Analisis Efesiensi Pasar Modal pada Indeks
Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Katalogis. Volume 4 (6)
h.132-142.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi. Edisi
pertama. Yogyakarta : Kanisius
Wahyono Teguh. 2010. Analisis Regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17.
Jakarta : Gramedia.
Widiatmodjo ,Sawidji. 2008. Seri Membuat Uang Bekerja untuk Anda : Cara Cepat
Memulai Investasi Saham Panduan Bagi Pemula. Jakarta : Gramedia.
Yeri dan Slamet. 2017. Statistik Inferensial. Yogyakarta : Andi.
Yusuf, Muri. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Edisi Pertama. Jakarta : Kencana.
Zulfikar. 2016. Pengantar Pasar Modal dengan Pendekatan Statiska. Yogyakarta
: Deepublish.
www.bi.go.id. Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen) Berdasarkan Perhitungan
Inflasi Tahunan. Diakses pada 8 September 2018 pukul 05:53 WIB.
www.dsnmui.or.id. Sekilas DSN-MUI. Diakses pada 16 September 2018 pukul
14:00 WIB.
www.finance.yahoo.com. Summary for Jakarta Islamic Index. Diakses pada 29 Juli
2018 pukul 21:48 WIB.
www.finance.yahoo.com. Summary for Jakarta Stock Exchange. Diakses pada 29
Juli 2018 pukul 22:00 WIB.
www.idx.co.id. Fatwa dan Regulasi. Diakses pada 16 September 2018 pukul 14:15
WIB.
www.idx.co.id. IDX Syariah. Diakses pada 16 September 2018 pukul 14:20 WIB.
www.idx.co.id. Lembaga Penunjang Pasar Modal. Diakses pada 16 September 2018
pukul 14:28 WIB.
www.idx.co.id. Produk Syariah. Diakses pada 16 September 2018 pukul 14:25
WIB.
www.idx.co.id. Profesi Penunjang Pasar Modal. Diakses pada 16 September 2018
pukul 14:22 WIB.
www.marketwatch.com. Indonesia Sharia Stock Index Interactives Charts. Diakses
pada 30 Juli 2018 pukul 09:55 WIB.
www.tirto.id. Dow Jones, S&P atau Nasdaq?. Diakses pada 28 Juli 2018 pukul
21:30 WIB.
www.us.spindices.com. Dow Jones Industrial Average®. Diakses pada 28 Juli
2018 pukul 21:16 WIB.
www.us.spindices.com. Dow Jones Islamic World Market World Index. Diakses
pada 28 Juli 2018 pukul 21:01 WIB.