pesan paus fransiskus untuk hari orang miskin sedunia i, paus fransiskus untuk hari orang...
TRANSCRIPT
0
1
Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Orang Miskin Sedunia I,
19 November 2017
“Kita Mengasihi Tidak Dengan Perkataan Tetapi
Dengan Perbuatan”
1.“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan
perkataan tetapi dengan perbuatan” (1Yoh 3:18). Perkataan
ini dari rasul Yohanes mengungkapkan suatu perintah dari
mana tak seorang Kristiani pun dapat mengelak. Ketegasan
dengan mana “rasul yang dikasihi” menyampaikan perintah
Yesus sampai pada kita di kini hari masih menjadi lebih
lugas oleh pertentangan yang nyata antara kata-kata kosong
yang sering menjadi buah bibir kita dan perbuatan-
perbuatan nyata dengan mana sebaliknya kita dipanggil
untuk menilai diri kita. Cintakasih tidak mengenal alibi:
siapa yang bermaksud mengasihi seperti Yesus telah
mengasihi, harus menjadikan teladan-Nya sebagai
miliknya; terutama, ketika dipanggil untuk mengasihi
orang-orang miskin. Gaya mengasihi dari Anak Allah, pada
pihak lain, memang terkenal, dan Yohanes
2
mengingatkannya dengan tulisan yang jelas. Hal itu
berdasar pada dua pilar penting: Allah pertama-tama
mengasihi (cfr. 1Yoh 4:10, 19); dan Dia mengasihi dengan
menyerahkan seluruh diri-Nya, juga hidup-Nya sendiri (cfr.
1 Yoh 3:16).
Sebuah cintakasih sedemikian tidak dapat tinggal tanpa
jawaban. Karena diberikan secara unilateral, tanpa
mengharapkan sesuatu sebagai imbalan, seluruh cintakasih
itupun mengobarkan hati demikian rupa, sehingga siapa
saja merasa wajib untuk membalasnya, biarpun kelemahan
dan kedosaan sendiri. Hal ini mungkin jika rahmat Allah,
cintakasih-Nya yang berbelas kasih diterima, sedapat
mungkin, dalam hati kita, guna menggerakkan kehendak
kita dan juga perasaan kasih untuk Allah sendiri dan
sesama. Dengan demikian belas kasihan yang terbuka,dari
hati Trinitas, mampu menggerakkan hidup kita dan
menghasilkan bela rasa dan perbuatan-perbuatan belas
kasih untuk saudara-saudara dan saudari-saudari yang
berada dalam kekurangan.
2. “Orang miskin ini berseru dan Tuhan mendengarkannya”
(Mz 34:7). Selamanya Gereja telah memahami pentingnya
akan suatu seruan demikian. Kita mempunyai suatu
kesaksian besar sejak halaman-halaman pertama Kisah para
Rasul, di mana Petrus meminta untuk memilih tujuh orang
“penuh Roh Kudus dan bijaksana” (6:3) karena mereka
akan melakukan pelayanan membantu orang-orang miskin.
Pasti inilah tanda-tanda pertama dengan mana persekutuan
Kristiani mengungkapkan diri di panggung dunia:
3
pelayanan bagi mereka yang paling miskin. Semua itu telah
menjadi mungkin karena pemahaman bahwa hidup dari
para murid Yesus harus menjadi nyata dalam suatu
persaudaraan dan solidaritas yang demikian,
menyelaraskan dengan pengajaran utama dari Guru, yang
telah memaklumkan orang-orang miskin berbahagia dan
ahli waris dari Kerajaan surga (cfr Mt 5:3).
“Mereka menjual harta miliknya dan membagi-bagikannya
kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-
masing” (Kis 2:45). Ungkapan ini menunjukkan dengan
jelas akan keprihatinan hidup dari umat Kristiani perdana.
Penginjil Lukas, pengarang suci yang lebih dari siapa pun
telah memberikan ruang pada belaskasihan, tidak membuat
retorika kepada siapa pun ketika melukiskan kalimat-
kalimat hidup-berbagi dari persekutuan Kristiani perdana.
Sebaliknya, dengan mengkisahkannya dia bermaksud untuk
berbicara kepada kaum beriman dari setiap generasi, dan
juga bagi kita, guna mendukungnya dalam kesaksian dan
mendorong tindakan kita demi kebaikan mereka yang
berkekurangan. Pengajaran demikian disampaikan dengan
keyakinan teguh oleh rasul Yakobus, sehingga dalam
suratnya dia menggunakan ungkapan-ungkapan yang tegas
dan menentukan:
“Dengarkanlah saudara-
saudari yang kukasihi:
Bukankah Allah
memilih orang-orang
yang dianggap miskin
oleh dunia ini untuk
4
menjadikan kaya dalam iman dan menjadi akhli waris
Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa
yang mengasihi Dia? Tetapi kamu telah menghinakan
orang-orang miskin! Bukanlkah justeru orang-orang kaya
yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke
pengadilan? Apakah gunanya saudara-saudaraku, jika
seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal
ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu
menyelamatkan kamu? Jika seorang saudara atau saudari
tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-
hari, dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan,
kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!,
tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi
tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya
dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka
iman itu pada hekekatnya adalah mati” (Yak 2:5-6, 14-17).
3. Terdapat saat-saat di mana umat Kristiani tidak
mendengarkan panggilan ini secara mendalam, karena
membiarkan diri terjangkit oleh mentalita duniawi. Tetapi
Roh Kudus tidak menjadi urung memanggilnya untuk
melihat hal yang utama. Nyatanya, Dia telah
membangkitkan laki-laki dan perempuan yang dengan
aneka cara telah mengabdikan hidupnya untuk orang-orang
miskin. Betapa banyak halaman sejarah, selama dua ribu
tahun, telah ditulis oleh umat Kristiani, bahwa dalam
kesederhanaan dan kerendahan hati, dan dengan cita-cita
murah hati dari cintakasih, telah melayani saudara-
saudarinya yang paling miskin.
5
Teladan yang paling mencolok adalah St. Fransiskus dari
Assisi, yang diikuti oleh para laki-laki dan perempuan saleh
selama beradab-abad. Dia tidak merasa puas untuk
merangkul para penderita kusta dan memberikan mereka
sedekah, tetapi memilih pergi ke Gubbio untuk tinggal
bersama mereka. Dia melihat perjumpaan ini sebagai titik
balik dari pertobatannya: “Ketika saya berada dalam
kedosaanku, nampaknya sesuatu yang pahit memandang
penderita kusta, dan Tuhan sendiri menghantar saya di
antara mereka dan saya menunjukkan belaskasihan kepada
mereka. Dan ketika saya meninggalkan mereka, apa yang
nampaknya pahit bagiku telah berubah menjadi rasa manis
dari pikiran dan tubuh” (Teks 1-3: FF110). Kesaksian ini
menunjukkan kuasa transformatif dari cintakasih dan peri
hidup Kristiani.
Kita mungkin berpikir akan orang-orang miskin hanya
sebagai penikmat dari karya sukarela yang kebetulan kita
lakukan, atau tindakan-tindakan tak terduga dari
kedermawanan yang menggerakkan nurani kita. Namun
perbuatan-perbuatan yang baik dan berfaedah mungkin
menjadikan kita peka terhadap keperluan orang-orang dan
ketidakadilan yang sering menjadi penyebabnya.
Kenyataan ini semestinya menghantar kepada suatu
perjumpaan sejati dengan orang-orang miskin dan suatu
sikap berbagi sebagai suatu gaya hidup. Doa dan perjalanan
kita akan kemuridan dan pertobatan menemukan keteguhan
dari kesejatian injili, tepatnya dalam cintakasih dan hidup-
berbagi demikian. Cara hidup ini membangkitkan
kegembiraan dan kedamaian jiwa, karena kita menyentuh
6
dengan tangan kita daging dari Kristus. Jika kita sejatinya
ingin berjumpa dengan Kristus, kita harus menyentuh
tubuh-Nya dalam tubuh-tubuh yang menderita dari orang-
orang miskin, sebagai suatu jawaban kepada persekutuan
sakramental yang terwujud dalam Ekaristi. Tubuh Kristus,
yang dibagi-bagikan dalam liturgi kudus, dapat dilihat,
melalui cintakasih dan hidup berbagi, dalam wajah-wajah
dan pribadi-pribadi yang paling rentan dari saudara-saudara
dan saudari-saudari kita. Nasehat St. Yohanes Krisostomus
tetaplah aktual: “Jika kamu ingin menghormati tubuh
Kristus, jangan mencemoohnya ketika telanjang; jangan
menghormati Kristus Ekaristik dengan pakaian-pakaian
sutera, dan sewaktu meninggalkan gereja, melalaikan
Kristus lain yang menderita kedinginan dan ketelanjangan”
(Hom. In Mathaeum, 50.3: PG 58).
Kita dipanggil untuk menjadi
dekat dengan orang-orang
miskin, berjumpa dengan
mereka, bertatap muka dengan
mereka, merangkul mereka dan
membiarkan mereka merasa
hangat akan kasih yang
memecahkan kesepian mereka. Tangan mereka yang
terlentang juga merupakan suatu undangan untuk keluar
dari kepastian dan kesenangan kita, dan mengakui nilai dari
kemiskinan dalam dirinya.
4. Marilah kita tidak melupakan bahwa bagi para murid
Kristus kemiskinan terutama suatu panggilan untuk
7
mengikuti Yesus dalam kemiskinan-Nya sendiri. Itu berarti
berjalan di belakang-Nya dan di samping-Nya, suatu
perjalanan yang menghantar kepada kebahagiaan dari
Kerajaan surga (cf. Mt 5:3; Lk 6:20). Kemiskinan berarti
memiliki sebuah kerendahan hati yang secara kodrati
menerima keterbatasan dan kedosaan dan galibnya
memampukan kita untuk mengatasi cobaan merasa maha
kuasa dan abadi. Kemiskinan adalah suatu sikap batiniah
yang menghalangi pengutamaan atas uang, karier dan
kemewahan sebagai tujuan kita dalam hidup dan syarat bagi
kebahagiaan kita. Sebaliknya kemiskinan menciptakan
syarat-syarat untuk menanggung dengan bebas
tanggungjawab pribadi dan sosial kita, meskipun
keterbatasan, dengan kepercayaan kepada kedekatan Allah
dan sokongan rahmat-Nya. Kemiskinan, yang dipahami
secara demikian, adalah pegangan yang mengizinkan kita
untuk menilai bagaimana sebaiknya menggunakan barang-
barang dan membangun hubungan-hubungan yang tidak
ingat diri dan juga tidak posesif (cf. Katekismus Gereja
Katolik, no. 25-45).
Marilah kita mengambil sebagai teladan kita St. Fransiskus
dari Assisi dan kesaksian dari kemiskinannya yang sejati.
Justeru karena dia menjaga tatapan yang terpaku pada
Kristus, Fransiskus mampu melihat dan melayani-Nya
dalam orang-orang miskin. Jika kita ingin membantu
mengubah sejarah dan memajukan pembangunan sejati,
kita harus mendengar seruan orang-orang miskin dan
berupaya untuk mengakhiri keterpinggiran mereka. Pada
saat yang bersamaan, saya meminta orang-orang miskin
8
dalam kota-kota dan persekutuan kita untuk tidak
kehilangan makna dari kemiskinan injili yang merupakan
bagian dari kehidupan harian.
5. Kita tahu betapa sulit bagi dunia semasa kita untuk
melihat dengan jelas kemiskinan sebagaimana adanya.
Namun dalam cara beragam kemiskinan menantang kita
sehari-hari, dalam wajah-wajah yang ditandai oleh
penderitaan, keterpinggiran, penindasan, kekerasan,
siksaan dan penjara, perang, perampasan kebebasan dan
martabat, kebodohan dan buta huruf, darurat medis dan
kelangkaan kerja, perdagangan orang dan perbudakan,
pembuangan, kemiskinan ekstrim dan migrasi terpaksa.
Kemiskinan punya wajah dari perempuan-perempuan, laki-
laki dan anak-anak yang dieksploitasi dalam keperluan-
keperluan mendasar, yang hancur oleh mekanisasi kuasa
dan uang. Betapa suatu daftar yang pahit dan tanpa akhir
kita harus menyusun untuk menambahkan kemiskinan yang
lahir akibat ketidakadilan sosial, kemerosotan moral,
keserakahan dari sedikit orang, dan ketidakpedulian yang
telah menjadi umum!
Pada masa kita, sementara selalu muncul kekayaan yang
semakin tak berwajah yang terkumpul dalam tangan-tangan
sedikit orang yang punya privilese, dan sering kali disertai
dengan pelanggaran hukum dan pelahapan yang menindas
martabat manusiawi, terjadi skandal meluasnya kemiskinan
pada bidang-bidang luas dari masyarakat di seluruh dunia.
Berhadapan dengan penampilan ini, orang tidak dapat
tinggal masa bodoh dan apalagi menjadi pasrah diri. Karena
9
kemiskinan yang mengerogoti semangat prakarsa dari
demikian banyak orang muda, dengan menghalanginya
untuk mendapatkan pekerjaan; karena kemiskinan yang
mematikan rasa tanggungjawab dengan menyodorkan
kesukaan akan perwakilan dan penelitian tentang hal-hal
yang menyenangkan diri; karena kemiskinan yang
meracuni ruang-ruang dari partisipasi dan membatasi
ruang-ruang dari profesionalisme dengan merendahkan jasa
dari siapa yang bekerja dan produktif; karena semuanya itu,
maka kita semestinya menjawab dengan suatu visi baru dari
hidup dan masyarakat.
Semua orang miskin ini
– seperti ucapan kasih
dari Beato Paulus VI –
termasuk dalam Gereja
karena “hak injili”
(Amanat pada
pembukaan Sidang II
Konsili Ekumenis
Vatikan II, 29 September 1963) dan mewajibkan pilihan
fundamental bagi mereka. Terberkatilah tangan-tangan
yang terbuka untuk menyambut orang-orang miskin dan
menyokongnya: tangan-tangan yang membawa
pengharapan. Terberkatilah tangan-tangan yang melampaui
setiap pembatas dari budaya, agama dan kebangsaan
dengan menuangkan minyak penghiburan pada luka-luka
kemanusiaan. Terberkatilah tangan-tangan yang terbuka
tanpa meminta sesuatu pun sebagai gantinya, tanpa ‘jika’,
10
tanpa ‘tetapi’ dan tanpa ‘mungkin’: tangan-tangan yang
menurunkan berkat Allah bagi saudara-saudarinya.
6. Pada akhir Yubileum dari Kerahiman saya berkeinginan
mempersembahkan kepada Gereja Hari Orang Miskin
Sedunia, agar di seluruh dunia persekutuan-persekutuan
Kristiani mudah-mudahan selalu semakin menjadi tanda
nyata dari cintakasih Kristus bagi yang terkecil dan yang
paling berkekurangan. Pada Hari-hari Sedunia lain yang
telah dicetuskan oleh para pendahulu saya, yang telah
menjadi suatu tradisi juga dalam hidup dari persekutuan
hidup lain, saya ingin menambahkan Hari Sedunia ini, yang
membawa kepada kebersamaannya sebuah unsur dari
keterpenuhan injili yang menantang, yaitu pilihan utama
Yesus untuk orang-orang miskin.
Saya mengundang seluruh Gereja dan laki-laki serta
perempuan yang berkehendak baik untuk menatap, pada
hari ini, mereka yang mengulurkan tangannya seraya
mengeluh mohon bantuan dan meminta solidaritas kita.
Mereka adalah saudara-saudara dan saudari-saudari kita,
tercipta dan dikasihi oleh satu-satunya Bapa surgawi. Hari
Sedunia ini bertujuan untuk merangsang pertama-tama
kaum beriman agar mereka mengambil sikap terhadap
budaya kelangkaan dan suka membuang, dengan
membangun budaya perjumpaan yang benar. Pada waktu
yang bersamaan undangan dialamatkan kepada semua
orang, tanpa membedakan anutan agamawi, agar terbuka
pada sikap hidup berbagi dengan orang-orang miskin dalam
setiap bentuk solidaritas, sebagai tanda nyata dari
11
persaudaraan. Allah telah menciptakan langit dan bumi bagi
semua orang; manusia-manusialah yang telah memulaikan
pembangunan batas-batas, tembok dan pagar, seraya
mengkhianati anugerah asli yang diperuntukkan bagi umat
manusia tanpa pengecualian siapa pun.
7. Merupakan keinginan saya bahwa dalam pekan sebelum
Hari Orang Miskin Sedunia, yang pada tahun ini jatuh pada
19 November, Hari Minggu ke-33 Masa Biasa,
persekutuan-persekutuan Kristiani akan melakukan setiap
upaya untuk menciptakan saat-saat perjumpaan dan
persahabatan, solidaritas dan bantuan nyata. Mereka dapat
mengundang orang-orang miskin dan para relawan untuk
merayakan Ekaristi bersama pada hari Minggu ini,
demikian rupa sehingga akan terselenggara suatu perayaan
yang semakin sejati dari Hari Raya Tuhan Yesus Kristus,
Raja Semesta Alam, pada hari Minggu berikutnya.
Martabat Raja dari Kristus sangat jelas di Golgotha, ketika
Pribadi yang tak bersalah, dipaku pada kayu salib, miskin,
telanjang dan dilucuti segalanya, menjelma dan
mewahyukan kepenuhan kasih Allah. Keterasingan
sempurna Yesus dari Bapa menyatakan kemiskinan-Nya
yang nyata dan mengungkapkan kuasa dan cintakasih yang
membangkitkan-Nya kepada hidup baru pada hari
Kebangkitan.
Pada Hari Minggu ini, jika terdapat oarng miskin di mana
kita hidup, yang mencari perlindungan dan bantuan,
marilah kita mendekati mereka: itu akan menjadi saat yang
berfaedah untuk berjumpa dengan Allah yang kita cari.
12
Sesuai dengan pengajaran Kitab Suci (cf. Kej 18:3-5; Ibr
13:2), marilah kita menyambut mereka sebagai tamu-tamu
terhormat pada meja perjamuan kita; mereka dapat menjadi
guru-guru yang membantu kita menghayati iman dengan
lebih tekun. Dengan kepercayaan dan ketersediaan mereka
untuk menerima bantuan, mereka menunjukkan kepada kita
dalam suatu gaya yang tenang dan sering penuh gembira,
bagaimana pentingnya hidup dengan sederhana dan
berpaling dari sikap ingat diri kepada penyelenggaraan
Allah.
8. Hati dari semua prakarsa nyata yang dilakukan pada hari
ini semestinya selalu doa. Marilah kita tidak lupa bahwa
Bapa Kami adalah doa orang miskin. Permohonan kita akan
rejeki mengungkapkan kepercayaan kita kepada Allah
untuk keperluan mendasar dari hidup. Segala sesuatu yang
Yesus ajarkan kita dalam doa menyatakan dan membawa
serta seruan dari semua orang yang menderita
ketidakpastian hidup dan kekurangan dalam kebutuhan
mereka. Ketika para murid minta Yesus untuk mengajari
mereka berdoa, Dia menjawab dalam kata-kata dengan
mana orang miskin berbicara kepada Bapa kita, di dalam
siapa semua mengakui diri mereka sebagai saudara-saudara
dan saudari-saudari. Bapa Kami adalah sebuah doa yang
diucapkan dalam jamak: rejeki yang kita minta adalah “kita
punya”, dan yang mengandung syering, partisipasi dan
tanggungjawab bersama. Dalam doa ini, kita semua
mengakui kebutuhan kita untuk mengatasi segala bentuk
sikap ingat diri, guna masuk ke dalam kegembiraan yang
saling menerima.
13
9. Saya minta saudara-
saudara Uskup, dan semua
imam dan diakon yang dari
panggilannya mempunyai
perutusan untuk
menyokong orang miskin,
bersama dengan semua
pribadi hidup bakti dan
semua serikat, gerakan-gerakan dan para relawan di mana
saja, untuk membantu membuat Hari Orang Miskin
Sedunia suatu tradisi yang secara nyata menjadi sumbangan
bagi evangelisasi dalam dunia sekarang ini.
Oleh karena itu, Hari Sedunia yang baru ini, seharusnya
menjadi suatu ajakan yang kuat kepada kesadaran nurani
kita sebagai kaum beriman, dengan membiarkan diri kita
bertumbuh dalam keyakinan bahwa sikap hidup-berbagi
dengan orang miskin memampukan kita untuk memahami
kebenaran terdalam dari Injil. Orang miskin bukanlah
persoalan: mereka adalah suatu sumber dari mana berasal
daya upaya menerima dan menghayati intisari dari Injil.
Vatikan, 13 Juni 2017
Hari Raya St. Antonius dari Padua
Fransiskus
* Terjemahan oleh Mgr. P. Turang
14
KATEKESE PESAN HARI ORANG MISKIN
SEDUNIA
1. Siapa yang mencanangkan Hari Orang Miskin
Sedunia?
Sri Paus Fransiskus
2. Kapan Hari Orang Miskin Sedunia dimulai dan
dirayakan?
Hari Orang Miskin Sedunia dimulai pada tahun 2017,
tepatnya pada 19 November 2017, Hari Minggu Biasa
ke-33.
3. Manakah tema Hari Orang Miskin Sedunia 2017?
“Marilah kita mengasihi tidak dengan perkataan tetapi
dengan perbuatan”.
4. Manakah teks Kitab Suci yang diambil Sri Paus
sebagai dasarnya?
1Yoh 3:18: “Anak-anakku, marilah kita mengasihi
bukan dengan perkataan tetapi dengan perbuatan dan
dalam kebenaran”.
5. Mengapa Rasul Yohanes mengangkat dan
menegaskan cintakasih dalam surat-suratnya?
Karena itulah perintah dari Yesus Kristus: hendaklah
kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi
kamu. Yesus sendiri telah menentukan sikap-Nya, yaitu
mengutamakan orang miskin.
6. Bagaimana teladan Yesus Kristus dalam
cintakasih?
Yesus Kristus mewahyukan cintakasih Bapa-Nya. Dia
mengorbankan diri dengan menyerahkan seluruh
hidup-Nya demi kebaikan sesama. Dalam pengajaran-
15
Nya, Yesus mengutamakan orang-orang miskin,
bahkan Dia menyebut mereka berbahagia dan ahli
waris Kerajaan surgawi.
7. Manakah dua pilar utama dalam cintakasih Allah?
Allah pertama-tama mengasihi (1Yoh 4:10, 19) dan
cintakasih-Nya utuh dan sepenuhnya, dengan
menyerahkan hidup-Nya (1 Yoh 3:16).
8. Bagaimana sikap manusia, para murid Kristus?
Para murid Kristus berkewajiban untuk memberikan
jawaban, biarpun terbatas dan kedosaan. Karena rahmat
Allah sendiri, maka para murid Kristus mampu
melakukan cintakasih, yaitu belas kasihan bagi
saudara-saudari yang berkekurangan dalam hidup.
9. Bagaimana cara hidup umat Kristiani perdana?
Mereka prihatin dengan seruan orang-orang miskin.
Mereka mewujudkan hidup-berbagi (Kis 2:45). Para
Rasul memilih tujuh orang Diakon yang “penuh Roh
Kudus dan bijaksana” untuk memberikan jawaban
terhadap keprihatinan ini (Kis 6:3), yaitu melayani
saudara-saudara yang berkekurangan.
10. Bagaimana pengajaran Rasul Yakobus?
Rasul Yakobus mengingatkan persekutuan Kristiani,
agar iman menghasilkan perbuatan baik bagi sesama.
(Yak 2: 5-6, 14-17). Iman tanpa perbuatan adalah mati.
11. Mengapa pengajaran tentang cintakasih penting
bagi persekutuan Kristiani?
Persekutuan Kristiani tidak luput dari godaan mentalita
duniawi. Dalam keterbatasan dan kelemahan,
persekutuan Kristiani mendapat dorongan Roh Kudus,
16
agar kemurahan hati tetap teguh, khususnya kepada
orang-orang miskin. Cintakasih adalah perintah Yesus
Kristus untuk dilaksanakan oleh para murid-Nya dalam
perjalanan mereka di dunia.
12. Menurut Sri Paus Fransiskus, siapa dapat menjadi
teladan?
St. Fransiskus dari Assisi. Dia mengalami pertobatan
dan pembaruan diri justeru dengan peduli akan orang-
orang yang menderita. Kesaksian hidupnya menjadi
alat pembaruan perihidup Kristiani.
13. Bagaimana persekutuan Kristiani menghayati
cintakasih kepada Kristus?
Persekutuan Kristiani menghayati perayaan Ekaristi
dan menerima Tubuh dan Darah Kristus. Dalam
keseharian hidup, persekutuan Kristiani harus
menyentuh tubuh Kristus di dalam tubuh-tubuh yang
menderita dari sesama. Orang-orang miskin harus
menjadi kepedulian utama dari persekutuan Kristiani
dalam perjalanan di atas bumi ini.
14. Bagaimana persekutuan Kristiani mengalami
kemiskinan itu?
Pertama-tama, para murid Kristus harus menghayati
kemiskinan Kristus sendiri. Dengan memahami
kemiskinan Kristus, persekutuan Kristiani menjadi
rendah hati dan tersedia membantu dan berada bersama
kaum miskin. Dengan sokongan rahmat Allah,
persekutuan Kristiani mampu menggunakan barang-
barang duniawi dengan sikap bersesama: membangun
17
hidup berbagi yang efektif, yaitu komunikasi sosial
ekonomi dalam keseimbangan dan keselarasan.
15. Apa makna kemiskinan bagi persekutuan
Kristiani?
Kemiskinan harus menjadi sikap batiniah, agar
persekutuan Kristiani terhindar dari haus berlebihan
akan uang, karier dan kemewahan. Kemiskinan
membantu persekutuan Kristiani untuk dengan bebas
menanggung tanggungjawab pribadi dan sosial dalam
bingkai kemajuan pembangunan sejati martabat setiap
orang. Persekutuan Kristiani menghayati pola hidup
sederhana karena memahami tujuan dari barang-barang
duniawi dalam kebenaran Injil.
16. Apamakna yang utama dari kemiskinan bagi orang-
orang miskin?
Orang-orang miskin tidak semestinya kehilangan
makna dari kemiskinan injili, karena hal itu perlu
menjadi bagian utuh dari keseharian hidup. Orang
miskin pun harus berjuang untuk bebas dari sikap ingat
diri.
17. Manakah tanda-tanda dari wajah kemiskinan
dalam dunia kita?
Penderitaan, keterpinggiran, penindasan, kekerasan,
siksaan dan penjara, perang, perampasan kebebasan
dan martabat, kebodohaan dan buta huruf, darurat
medik dan kelangkaan pekerjaan, perdagangan orang
dan perbudakan, keterbuangan, kemelaratan dan kgrasi
terpaksa. Semuanya adalah tanda-tanda dari eksploitasi
atas keperluan-keperluan mendasar manusiawi.
18
18. Mengapa kemiskinan menjadi kejahatan
manusiawi dalam dunia kita?
Sumber kekayaan semakin tidak berwajah, karena
hanya terpusat pada segelintir orang. Martabat
manusiawi berada dalam kemerosotan: orang muda
kehilangan pekerjaan, tanggungjawab sosial hanya
untuk kesenangan dan kepuasan diri, tiada ruang
partisipasi bagi semua, ruang profesionalisme terbatas
dan tiada penghargaan atas jasa pekerja. Persoalannya,
bagaimana membangun suatu visi baru akan hidup dan
masyarakat.
19. Bagaimana secara lambat laun kemiskinan dapat
ditanggulangi?
Perlu tangan-tangan yang terbuka dan membawa
pengharapan; tangan-tangan yang melampaui batas-
batas budaya, agama dan kebangsaan guna
menyembuhkan luka-luka kemanusiaan; tangan-tangan
yang berbela rasa guna menurunkan berkat Allah bagi
sesama yang berkekurangan; tangan-tangan yang bebas
dari korupsi dan kejahatan yang menghina martabat
manusiawi, khususnya di kalangan orang miskin.
20. Manakah tujuan mendasar dari Hari Orang Miskin
Sedunia dalam Gereja Katolik?
Di seluruh dunia, persekutuan-persekutuan gerejawi
semakin menjadi tanda nyata dari cintakasih Kristus
bagi saudara-saudari yang terkecil dan paling
berkekurangan. Persekutuan gerejawi menghayati
keterpenuhan injili yang menantang, yaitu pilihan
utama Yesus untuk orang-orang miskin.
19
21. Manakah harapan-harapan dari Hari Orang
Miskin Sedunia?
Solidaritas Kristiani harus menjadi perbuatan nyata,
karena sesama yang berkekurangan diciptakan dan
dikasihi oleh satu-satunya Bapa surgawi. Persekutuan
Kristiani harus memajukan budaya perjumpaan yang
sejati. Sikap berbagi hidup dengan kalangan orang
miskin adalah solidaritas sebagai tanda dari
persaudaraan yang nyata manusiawi.
22. Mengapa Hari Orang Miskin Sedunia dirayakan
pada hari Minggu sebelum Hari Raya Tuhan Yesus
Kristus, Raja Semesta Alam?
Perayaan Hari Orang Miskin Sedunia hendaknya
menjadi persiapan efektif untuk merayakan Hari Raya
Tuhan Yesus Kristus, Raja Alam Semesta, yang dalam
hidup duniawinya telah mewahyukan dan mewujudkan
kepenuhan kasih Allah bagi umat manusia.
23. Bagaimana hubungan peduli orang miskin dan
iman Kristiani kita?
Pendekatan bantuan bagi orang miskin adalah
perjumpaan kita dengan Allah. Dengan menyambutnya
dengan penuh hormat, kita belajar bagaimana menjadi
orang beriman sejati. Kita belajar dari kesederhanaan
hidup orang miskin, kita belajar keluar dari sikap ingat
diri dan menyerahkan diri pada penyelenggaraan Allah.
20
24. Manakah dasar utama dari sikap kita terhadap
orang miskin?
Dasar utama adalah doa. Doa Bapa Kami adalah doa
orang miskin. Kita mohon keperluan kita dari Allah,
karena kita percaya atas penyelenggaraan-Nya. Yesus
mengajarkan bagaimana jaminan atas ketidakpastian
dan kekurangan dalam hidup. Permohonan kita dalam
doa Bapa Kami bermakna plural: rejeki yang kita minta
adalah “milik kita bersama”, di mana ada sikap hidup
berbagi, ambil bagian bersama dan tanggungjawab
bersama. Doa Bapa Kami mengungkapkan
kegembiraan bersama, di mana terdapat sikap dan
tindakan saling menerima dan memberi.
25. Manakah permintaan dari Sri Paus Fransiskus
dalam pesan beliau?
Persekutuan gerejawi kita, apapun bentuk dan
wewenangnya, membangun suatu tradisi baru sebagai
sumbangan bagi evangelisasi dalam dunia semasa.
Inilah ajakan kesadaran nurani Kristiani untuk
memahami dan mengungkapkan kebenaran terdalam
dari Injil Yesus Kristus, karena orang miskin adalah
sumber daya untuk menghayati Injil dalam kebenaran.
26. Di mana Rasul Paulus mengungkapkan “pelayanan
kasih”?
Antara lain: 2Kor 8: 1-15; Gal 6: 1-10; Rom 12: 9-21
21
Pesan Fransiskus untuk FAO 2017
“Kelaparan dan Gizi buruk bukan hanya gejala-gejala
struktural dari beberapa daerah, tetapi keadaan dari
keterbelakangan pada umumnya yang disebabkan oleh
ketidakpedulian banyak orang dan egoisme dari segelintir
orang”
Sri Paus dalam menyambut Hari Pangan Sedunia ke-40,
2017, ingin merefleksikan tentang “Bagaimana
mengadakan perubahan di masa depan”.
Karena saya tidak dapat hadir, sebagaimana kebiasaan yang
telah lama berlaku, saya minta Sekretaris Negara Kardinal
Pietro Parolin, untuk menyampaikan pesan-ku sebagai
dorongan dan dukungan guna menyatakan seluruh
penghargaan-ku dan pandangan-ku akan tanggungjawab
berat yang dipercayakan kepada FAO.
Takhta Suci mengikuti dengan perhatian besar akan
kegiatan internasional dan ingin berjalan bersama untuk
mengarahkannya bukan demi suatu kemajuan sederhana
atau tujuan-tujuan teoretis, tetapi suatu penghapusan efektif
akan kelaparan dan gizi buruk. Kita semua sadar bahwa
tidaklah cukup tujuan
untuk memastikan bagi
semua orang rejeki harian,
tetapi perlulah mengakui
bahwa semua orang punya
hak dan harus mendapatkan
faedahnya. Jika tujuan-
tujuan berkelanjutan yang ditetapkan berada jauh, yang
22
tergantung pada kekurangan dari suatu budaya solidaritas
yang tidak berhasil membuka jalan dalam kegiatan-
kegiatan internasional, karena sering tinggal terikat pada
pragmatisme dari statistik atau keinginan akan suatu
efisiensi yang terlepas dari pemikiran hidup berbagi.
Kewajiban dari setiap negara untuk memperbesar tingkat
nutrisi, memperbaiki kegiatan pertanian dan keadaan
penghidupan dari penduduk perdesaan, menjadi nyata
dalam memberikan penyemangatan pada bidang pertanian,
dalam produksi yang meningkat dan pemajuan suatu
distribusi memadai akan bahan pangan. Tetapi hal ini
tidaklah cukup. Nyatanya, tujuan-tujuan demikian meminta
untuk mempertimbangkan setiap hari bahwa hak dari setiap
orang untuk menjadi bebas dari kemiskinan dan kelaparan
tergantung pada kewajiban seluruh keluarga manusiawi
untuk secara nyata membantu sejauh berada dalam
kekurangan.
Jadi, ketika sebuah negara
berada dalam tingkat tidak
memberikan jawaban yang
memadai karena hal itu
tidak dimungkinkan oleh
taraf perkembangannya,
keadaannya yang miskin,
perubahan iklim atau situasi-situasi dari ketidak-amanan,
perlulah bahwa FAO dan lembaga-lembaga antar-
pemerintahan lain semestinya siap sedia secara khusus
menenggarai untuk melakukan suatu tindakan bersesama
yang memadai. Bertolak dari kesadaran bahwa barang-
23
barang yang dipercayakan oleh Pencipta untuk semua
orang, maka sangat mendesak bahwa solidaritas semestinya
menjadi kriteria yang menginspirir setiap bentuk kerjasama
antar-hubungan internasional.
Suatu pandangan akan situasi dunia tidak menghadirkan
gambaran yang bertentangan. Khususnya, kita tidak dapat
hanya tinggal berprihatin dan mungkin pasrah. Pada saat ini
kesulitan nyata mewajibkan kita untuk menjadi lebih sadar
bahwa kelaparan dan gizi buruk bukan hanya gejala-gejala
kodrati atau struktural dari daerah-daerah geografis
tertentu, tetapi terlebih merupakan hasil dari suatu keadaan
yang lebih rumit dari keterbelakangan, yang disebabkan
oleh ketidapedulian dari banyak orang dan egoisme
segelintir orang. Peperangan, terorisme, pemindahan
terpaksa dari pribadi-pribadi selalu semakin menghalangi
atau sekurang-kurangnya dengan kuat mengkondisikan
kegiatan-kegiatan yang serupa dari kerjasama, bukan hanya
dari kegagalan, tetapi terutama hasil dari pilihan yang tepat.
Orang berbicara tentang suatu mekanisme yang rumit yang
khususnya menghantam golongan-golongan yang lebih
rentan, tidak saja mengucilkan dari proses-proses produktif,
tetapi sering terpaksa untuk meninggalkan tanah mereka
untuk mencari perlindungan dan pengharapan akan
kehidupan. Sebagaimana juga mereka ditentukan oleh
keputusan-keputusan yang diambil dalam kebebasan dan
kesadaran penuh, maka data yang berhubungan dengan
bantuan-bantuan bagi negara-negara miskin, yang nyatanya
menjadi semakin dikurangi, biarpun permintaan-
permintaan yang terikat pada situasi-situasi dari krisis yang
24
selalu lebih destruktif, menjadi nyata dalam aneka daerah
dari bumi ini.
Kita harus menjadi sadar bahwa dalam kasus-kasus ini
kebebasan memilih dari setiap orang terhubungkan dengan
solidaritas bagi semua, dalam kaitan dengan kebutuhan-
kebutuhan, dengan melakukan dalam bona fide kewajiban-
kewajiban yang diambil atau yang ditetapkan. Sebagai
tambahan, juga terdorong oleh keinginan untuk
menyemangati para Pemerintah, saya ingin menyatukan diri
dengan menyumbang secara simbolik pada program FAO,
ialah benih-benih bagi keluarga-keluarga perdesaan yang
hidup di daerah-daerah yang terperangkap dalam konflik-
konflik dan kekeringan. Gerakan ini memperluas pekerjaan
yang Gereja lakoni menurut panggilannya sendiri untuk
berada di pihak kaum miskin dari dunia dan menemani
tanggungjawab nyata dari semua orang demi kebaikan
mereka.
Sekarang ini kewajiban-kewajiban ini diminta oleh Agenda
untuk pembangunan 2030, ketika diangkat konsep akan
keamanan pangan sebagai
tujuan tidak dapat
disepelekan. Namun hanya
suatu usaha dari solidaritas
sejati akan mampu
menghapus jumlah besar
dari pribadi-pribadi bergizi
buruk dan terampas dari
keperluan untuk hidup. Itulah suatu tantangan besar bagi
FAO dan bagi semua lembaga Masyarakat Internasional.
25
Suatu tantangan di mana juga Gereja merasa berkewajiban
di urutan pertama.
Saya berharap terutama bahwa sidang-sidang dari
Konferensi ini mampu memberikan suatu dorongan baru
pada kegiatan dari Organisasi dan menetapkan alat-alat
yang diinginkan dan dinantikan oleh jutaan saudara-saudari
kita yang melihat dalam tindakan FAO tidak saja bantuan
teknis untuk meningkatkan sumber-sumber daya dan
pendistribusian hasil-hasil produksi, tetapi juga tanda nyata,
sering satu-satunya, dari suatu persaudaraan yang
memungkinkan mereka memiliki kepercayaan akan masa
depan.
Berkat Allah yang mahakuasa, kaya akan belaskasihan,
turun atas kamu serta karya-mu dan memberikan kepadamu
kekuatan yang perlu untuk menyumbang bagi suatu
kemajuan sejati dari keluarga manusiawi.
Vatikan, 3 Juli 2017
Fransiskus
26
1. Manakah tema utama FAO 2017?
“Upaya penghapusan kelaparan dan gizi buruk” dalam
dunia
2. Manakah perhatian utama Sri Paus Fransiskus
dalam pesan kepada FAO?
Sri Paus Fransiskus menekankan solidaritas antar-
negara yang bergerak di bawah naungan FAO,
khususnya terhadap negara-negara miskin yang
berada dalam aneka kekurangan.
3. Apa yang menjadi dasar dari pemikiran Sri Paus
Fransiskus?
Dunia serta barang-barang ciptaan dianugerahkan
Pencipta bagi semua orang. Setiap orang mempunyai
hak atasnya dan harus mendapatkan faedahnya.
4. Apakah yang diharapkan Fransiskus dalam upaya
mengatasi kelaparan dan gizi buruk?
Kerjasama internasional dalam meningkatkan hasil-
hasil pertanian, memberdayakan penduduk perdesaan,
memperbaiki sarana pertanian dan terutama
mengutamakan penduduk-penduduk yang mengalami
kesulitan akibat perubahan iklim atau darurat
keamanan.
5. Bagaimana harapan Sri Paus Fransiskus terhadap
FAO?
Fransiskus mengharapkan bahwa FAO dan kerjasama
lembaga antar-pemerintah tidak saja berhenti pada
tujuan-tujuan pembangunan secara teoretis, tetapi
sejatinya menetrapkan program yang efektif untuk
menghapus kelaparan dan gizi buruk.
27
6. Manakah salah satu penegasan Fransiskus tentang
pembangunan?
Fransiskus mendorong agar pekerjaan FAO tidak
berhenti pada pragmatisme dari statistik atau efisiensi
efektif, tetapi memajukan perkembangan kebijakan
berbagi hidup dalam solidaritas yang benar.
7. Menurut Fransiskus, apakah yang menyebabkan
keterbelakangan sebagian masyarakat dunia?
Persoalan kelaparan dan gizi buruk yang terjadi
karena keterbelakangan disebabkan bukan oleh
keadaan kodrati tetapi oleh ketidak-pedulian banyak
orang dan egoisme segelintir orang. Kerjasama
masyarakat internasional perlu mengambil keputusan
bebas dan kesadaran penuh untuk membantu
perubahan hidup dalam lingkungan masyarakat yang
berkekurangan.
8. Bagaimana sikap dan tindakan Gereja Katolik?
Gereja Katolik selalu bersama dan berharap kerjasama
internasional dalam mengatasi kelaparan dan gizi
buruk. Gereja Katolik sadar bahwa kenyataan
menantang ini adalah juga tantangan dalam panggilan
hidupnya.
9. Manakah sumbangan simbolik dari Takhta Suci
untuk FAO?
Fransiskus memberikan sumbangan simbolik dalam
bentuk benih-benih kepada FAO untuk disampaikan
kepada keluarga-keluarga di daerah yang terkena
dampak konflik dan kekeringan.
28
10. Bagaimana seharusnya tindakan FAO dalam
mengatasi kelaparan dan gizi buruk?
Jutaan manusia berharap bahwa FAO tidak saja secara
teknis meningkatkan sumber daya dan pembagian
yang memadai, tetapi menjadi tanda nyata dari suatu
persaudaraan yang membantu sesama yang
berkekurangan untuk memandang masa depan dengan
penuh kepercayaan.
29
APA YANG DAPAT KITA LAKUKAN UNTUK
MERAYAKAN HARI ORANG MISKIN SEDUNIA
SECARA KONSTRUKTIF, KREATIF DAN EFEKTIF
Persekutuan gerejawi di
Keuskupan kita mempunyai
kewajiban untuk mewujudkan
hasil-hasil Musyawah Pastoral
kita. Salah satu tujuan adalah
mengupayakan komunikasi
sosial ekonomi dalam keluarga, khususnya keluarga-
keluarga yang berkekurangan. Kesepakatan kita pasti
memiliki makna iman dalam menyambut perayaan Hari
Orang Miskin Sedunia, yang dicanangkan oleh Sri Paus
Fransiskus dalam Gereja Katolik Universal.
Perjalanan persekutuan gerejawi selalu berada bersama
saudara-saudari yang berkekurangan. Mereka tercipta
sebagai manusia bermartabat dan perlu mendapatkan
pertolongan untuk memajukan perkembangan hidup
sebagai manusia yang layak. Pengajaran Kristiani sejak
semula mengungkapkan kewajiban para murid Kristus
untuk peduli akan sesama yang berkekurangan. Yesus
Kristus sendiri telah memberikan teladan dan menyerahkan
diri-Nya demi kebaikan semua orang, khususnya mereka
yang terkecil dan terpinggirkan dalam hidup masyarakat.
Pada tingkat Keuskupan
1. Menyelenggarakan lokakarya atau seminar tentang
“Ajaran Sosial Gereja” bagi para imam bersama para
pemimpin umat awam
30
2. Menyelenggarakan seminar tentang hubungan
“Gereja dan Kemiskinan” dalam lingkungan Gereja
dan masyarakat
3. Menyelenggarakan seminar tentang ASG di
kalangan OMK dan anak-anak sekolah
4. Komisi Pembangunan Manusia Seutuhnya
Keuskupan mengembangkan program pengentasan
orang-orang dari kemiskinan
5. Mengupayakan penyediaan benih-benih tanaman
yang bermutu dalam bingkai pembangunan yang
berkelanjutan
6. Mengupayakan pemanfaatan sumber air di kawasan
parokial yang mengalami kekurangan air untuk
hidup dan penghidupan
Pada tingkat Paroki
1. Mengadakan analisis tentang kemiskinan dalam
persekutuan gerejawi setempat
2. Seminar tentang Pengajaran Sosial Gereja dan
Persekutuan Gerejawi setempat
3. Mengupayakan kerjasama kooperatif dalam
menanggulangi kemiskinan
dengan memanfaatkan lahan yang
tersedia
4. Melakukan perbaikan rumah
keluarga miskin dalam
persekutuan gerejawi setempat
atas dasar solidaritas Kristiani
31
5. Mengadkan pendidikan pembangunan bagi kaum
muda di paroki, khususnya dalam menciptakan
lapangan kerja
6. Mengupayakan lumbung pangan di paroki, termasuk
menanam tanaman pangan yang selaras alam
setempat
Pada tingkat Stasi/ Kapela/ KUB
1. Mendirikan koperasi primer simpan pinjam dalam
bidang pertanian, peternakan dan usaha kecil
2. Mendorong terciptanya kerjasama dalam
komunikasi sosial ekonomi yang menunjang
pemberdayaan hidup timbal balik
3. Mendorong para pedagang besar untuk membantu
para pedagang kecil dalam mengelola usaha guna
keberlanjutan dalam melayani masyarakat setempat
4. Membangun sikap suka berbagi dalam persekutuan
para murid Kristus setempat, khususnya dalam hal
pendidikan dan kesehatan
5. Mengupayakan langkah-langkah efektif dalam
mengurangi keluarga-keluarga miskin di Stasi/
Kapela dan KUB
6. Mendorong umat setempat untuk melibatkan diri
dalam program pembangunan pemerintah setempat
7. Keluarga-keluarga miskin
berupaya menanam pohon
buah-buahan yang bernilai
gizi dan ekonomis di masa
depan
32
8. Menggerakkan pemeliharaan ternak yang
berkelanjutan demi menyokong ketahanan hidup
sosial ekonomi di masa depan
9. Menggerakkan serta mendorong umat setempat
untuk mengusahakan kebun Paroki demi kebaikan
bersama, terutama umat yang tidak memiliki tanah
garapan
Pada tingkat keluarga
1. Keluarga melakukan pekerjaan dengan rajin dan
tekun untuk memenuhi keperluan rumahtangga
2. Keluarga mengatur ekonomi rumahtangga dengan
bijaksana dan penuh tanggungjawab
3. Keluarga belajar membangun pola hidup sederhana
dan sikap suka berbagi dalam hidup berkeluarga
4. Keluarga mengembangkan keterbukaan serta
transparansi dalam hidup ekonomi rumahtangga
Pada tingkat pribadi
1. Setiap pribadi belajar mengatur hidup dengan baik
dan bijaksana menurut prinsip hidup Kristiani
2. Setiap pribadi belajar membangun sikap peduli
sesama sejak usia dini dan hormat akan sesama,
khususnya orang miskin
3. Setiap pribadi memanfaatkan teknologi komunikasi
secara bertanggungjawab guna menyuburkan rukun
hidup yang berwatak manusiawi
33
4. Setiap pribadi murid Kristus belajar membangun diri
bebas dari kekerasan, diskriminasi dan korupsi yang
membuat sesama menjadi miskin
5. Setiap pribadi yang menyebut dirinya murid Kristus
pantas menghayati solidaritas Kristiani dengan benar
PENUTUP
Perayaan Hari Orang Miskin Sedunia merupakan bagian
utuh kewajiban iman
dalam upaya bersama
untuk menghadirkan
peradaban kasih dalam
persekutuan gerejawi dan
masyarakat. Keadaan
saudara-saudari yang
miskin adalah tanda luka-
luka dalam perjalanan bersama di dunia kita.
Persekutuan gerejawi kita perlu menemukan jalan yang
efektif untuk menyembuhkan luka-luka kemanusiaan akibat
kemiskinan material maupun rohani. Sebagai makhluk
ciptaan Allah dengan tanggungjawab pelayanan, kita
semestinya menggerakkan semua sumber daya untuk
membantu saudara-saudari yang berkekurangan.
Kemurahan hati yang ikhlas adalah sikap dasar untuk hidup
berbagi guna mengembangkan kebersamaan hidup dalam
keseimbangan. Kehadiran kemiskinan dalam masyarakat
selalu memperlihatkan ketimpangan serta kesenjangan
sosial, yang pada gilirannya merugikan pertumbuhan
34
martabat manusiawi bagi siapa saja. Persekutuan gerejawi
kita harus senantiasa mencari serta memohon kekuatan Roh
Kudus, yang mampu menggerakkan hati kita terbuka akan
kebutuhan sesama, khususnya mereka yang berkekurangan.
Orang miskin bukanlah suatu persoalan, tetapi bagian dari
tanggungjawab manusiawi bersama. Kenyataan kemiskinan
dalam masyarakat mengharapkan penghampiran dari hati
ke hati. Kehadiran sumber daya seperti teknologi, uang dan
infrastruktur, harus dipandang sebagai sarana untuk
menggerakkan keseimbangan sosial, agar setiap orang
mampu melakukan pekerjaan yang layaknya memenuhi
penghidupan serta hidup secara manusiawi. Kelompok
orang yang hidup dalam kecukupan, bahkan kemewahan,
punya kewajiban untuk membangun hidup berbagi dengan
sesama yang berada dalam keterbatasan hidup layak.
Kesadaran hati nurani yang benar mudah-mudahan tumbuh
subur dalam persekutuan gerejawi, agar semua orang boleh
mengalami kegembiraan hidup dalam ketenangan yang
adil.
Pada tahun pertama dari Hari Orang Miskin Sedunia, setiap
paroki mempersiapkan diri dan memilih satu program
kegiatan yang melibatkan seluruh persekutuan gerejawi
setempat. Perayaan iman ini
mudah-mudahan menjadi
daya tarik dan daya pikat bagi
perbaikan hubungan sosial
ekonomi yang pada
gilirannya dapat membangun
kembali martabat manusiawi
35
dari saudara-saudari kita yang berkekurangan. Marilah kita
menjadikan bulan November dan Desember 2017 sebagai
waktu khusus peduli bagisaudara-saudari yang miskin dan
berkekurangan. Biarpun kecil dan sederhana, marilah kita
melakukan perbuatan kasih bagi saudara-saudari kita yang
miskin dan berkekurangan dalam pemenuhan hidup layak
sebagai manusia, makhluk tercipta yang dikasihi Allah.
Orang kaya telah mendapat kasih karunia dalam hubungan
dengan panggilan karya di dunia. Mereka adalah sesama
yang mendapat tanggungjawab besar untuk menolong dan
membuka kemungkinan kerja bagi sesama, terutama kaum
miskin. Kepedulian mereka terhadap orang miskin
merupakan penegasan dari bagian kebahagiaan mereka.
Bilamana kaum kaya hanya memperhatikan kepentingan
dirinya sendiri, mereka berada dalam lingkungan tertutup
dan terasing dari perjalanan bersama di atas bumi ini.
Bilamana keserakahan menguasai hidup orang kaya, maka
mereka tidak pernah mengalami kebahagiaan hidup
seutuhnya dan sepenuhnya. Oleh karena itu, orang kaya
harus terbuka terhadap keadaan hidup orang miskin, agar
orang miskin boleh mengalami suatu hubungan yang
memungkinkan mereka mengalami perubahan hidup.
Orang kaya perlu membangun hidup yang tidak pernah
menganggap hina kaum miskin, tetapi sebaliknya ikut serta
mencari jalan keluar agar kemiskinan dalam masyarakat
dapat menemukan jalan perbaikan. Uluran kasih orang kaya
tidak cukup, bila kehadirannya memperkuat ketidakadilan
dalam hidup masyarakat. Sebagaimana keterbatasan
manusia dan pun kedosaan, maka mudah-mudahan kita rela
36
dan berani membangun kerjasama efektif dalam
mengadakan perubahan terhadap kemiskinan yang masih
menyelimuti perjalanan bersama di dunia kita. Marilah kita
mengupayakan sikap dan tindakan yang peduli akan
sesama, khususnya mereka yang berkekurangan dalam
memenuhi hidup layaknya manusiawi. Keadaan
kemiskinan, seperti gizi buruk dan kelaparan, tidak
seluruhnya akibat dari kenyataan struktural kodrati, tetapi
akibat ketidakpedulian banyak orang dan egoisme segelintir
orang. Orang kaya dapat membantu kaum miskin dengan
membuka lapangan kerja yang disertai dengan pendidikan
serta pelatihan kerja.
Dengan merayakan Hari Orang Miskin Sedunia,
persekutuan gerejawi dioses kita mengingat kembali akan
“Tahun Orang Miskin” yang pernah kita jalani bersama.
Tekad kita bersama mendapat semangat baru, agar
tanggungjawab sosial kita semakin tumbuh dan
berkembang sesuai dan selaras dengan panggilan serta
perutusan iman Kristiani dalam tata duniawi kita.
Komunikasi sosial ekonomi yang terlaksana dalam
keseimbangan, di dalam keluarga dan masyarakat, adalah
bagian utuh dari evangelisasi guna menghadirkan
peradaban yang berwatak manusiawi dan berkeadilan
secara berkelanjutan.
Selamat menunaikan perayaan Hari Orang Miskin Sedunia!
Kupang, 31 Agustus 2017
Mgr. Petrus Turang
37