refleksi kasus cidera kepala€¦ · refleksi kasus cidera kepala pembimbing: dr. fajar maskuri...

21
REFLEKSI KASUS CIDERA KEPALA Pembimbing: dr. Fajar Maskuri Sp.S, M.Sc Disusun oleh : Orisativa Kokasih 14/363109/KU/17024 KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BAGIAN SARAF RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • REFLEKSI KASUS

    CIDERA KEPALA

    Pembimbing:

    dr. Fajar Maskuri Sp.S, M.Sc

    Disusun oleh :

    Orisativa Kokasih

    14/363109/KU/17024

    KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BAGIAN SARAF

    RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM

    FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN

    KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    2019

  • LAPORAN KASUS

    A. Identitas Pasien

    Nama : Nn. S

    Tanggal Lahir : 30 Juli 1999 (20 thn)

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Status perkawinan : Belum Menikah

    Pekerjaan : Mahasiswa

    Alamat : Perum Sumberadi

    No CM : 13-**-**

    Tanggal masuk RS : 26 Agustus 2019, pasien rawat inap masuk dari IGD RSA

    UGM

    B. Data Dasar

    Dilakukan alloanamnesis pada tanggal 26 Agustus 2019 pukul 15.30 WIB di IGD

    RSA UGM.

    Keluhan Utama:

    Nyeri kepala post KLL

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Pasien datang dengan kondisi nyeri kepala post kecelakaan lalu lintas

    tunggal. Pasien tidak mengingat kejadian dan tampak bingung, os sulit dianamnesis.

    Kronologi kejadian tidak diketahui, tidak ada saksi mata, os ditemukan tergeletak di

    jalan dengan kondisi tertimpa motor. Nyeri kepala (+), muntah (+) 1x, nyeri bahu kiri

    (+), lengan kiri tidak dapat digerakkan, terdapat jejas di perut bagian kiri. Disangkal

    pandangan kabur, kejang.

    Riwayat Penyakit Dahulu:

  • Riwayat penyakit dengan keluhan serpa disangkal. Riwayat HT (-), DM (-), alergi (-),

    asma (-), kejang (-).

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Riwayat penyakit dengan keluhan serpa disangkal. Riwayat HT (-), DM (-), alergi (-),

    asma (-), kejang (-).

    Anamnesis Sistem

    Sistem serebrospinal : nyeri kepala (+), pingsan (-), kejang (-), vertigo (-), lupa

    kejadia (+).

    Sistem kardiovaskular : normal, tidak ada abnormalitas

    Sistem respirasi : normal, tidak ada abnormalitas

    Sistem gastroinstestinal : normal, tidak ada abnormalitas

    Sistem musculoskeletal : Nyeri di bagian clavicula, penurunan ROM di art

    glenohumeral (+)

    Sistem integument : Vulnus ekskoriatum regio iliaca sinistra abdomen.

    Sistem urogenital : BAK (+) normal, tidak ada keluhan

    C. Resume Anamnesis

    Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis. Nn.S, perempuan, usia 20 tahun

    datang ke IGD RSA UGM dengan kondisi nyeri kepala post kecelakaan lalu lintas

    tunggal. Saat dibawa ke RS, pasien sadar namun tampak kebingungan dan tidak ingat

    kronologi kejadian. Tidak ada saksi mata. Didapatkan muntah 1x, nyeri (+) di bahu

    kiri, lengan atas tidak bisa digerakkan, dan jejas (+) pada perut bagian kiri.

    D. DIAGNOSIS SEMENTARA

    a. Diagnosis Klinis : Cephalgia

    b. Diagnosis Topis : Hemisfer cerebri

    c. Diagnosis Etiologis : Cedera kepala sedang

  • d. Diagnosis Penyerta : Fraktur clavicula sinistra, vulnus ekskoriatum

    abdomen region iliaca sinistra

    E. PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2019 pukul 15.30 WIB

    E.1 Pemeriksaan Umum

    a. Kesan umum : Sonolen, tampak kesakitan, E3V3M6

    b. Tanda-Tanda Vital :

    Tekanan darah : 110/80 mmHg

    Frekuensi nadi : 100x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat

    Frekuensi nafas : 20x/menit, regular

    Suhu tubuh : 36,6 °C

    Saturasi : 99 %

    VAS : 10

    BB : 58 kg

    TB : 160 cm

    BMI : 22,6 kg/cm2 (normal)

    E.2 Pemeriksaan Umum

    a. Kepala

    Bentuk kepala normocephal, rambut hitam, terdistribusi merata, tidak

    mudah dicabut

    b. Leher

    Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening pada leher. Kaku kuduk (-),

    burdzinsky I (-)

    c. Wajah

    Raut muka pasien kesakitan dan tidak terdapat kelainan facies.

    d. Mata

    Edema palpebra (-/-), alis mata hitam dan tersebar merata, konjungtiva anemis (-),

    sklera ikterik (-)

    e. Telinga

    AD: Bentuk telinga normal, membran timpani tidak dinilai, nyeri tekan (-).

    AS: Bentuk telinga normal, membrane timpani tidak dinilai, nyeri tekan (-)

  • f. Hidung

    Bentuk hidung normal. Tidak tampak deviasi. Tidak tampak adanya sekret. Tidak

    tampak nafas cuping hidung.

    g. Mulut

    Mukosa gusi dan pipi tidak hiperemis, ulkus (-) , perdarahan gusi (-), sianosis (-),

    Perot (-), hipersalivasi (-).

    h. Thoraks

    i. Pulmo :

    1. Inspeksi : bentuk dada normal, gerak dada simetris, retraksi suprasternal dan

    supraclavicula (-)

    2. Palpasi : Taktil fremitus sama pada paru kanan dan kiri

    3. Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

    4. Auskultasi: Suara nafas vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

    Kesan: Paru dalam batas normal

    ii. Cor :

    1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

    2) Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

    3) Perkusi : Batas kanan bawah:ICS 5 mid axilaris anterior sinistra, Batas kanan

    atas: ICS 3 mid clavicularis sinistra, Batas kanan bawah: ICS 4 parasternal

    dekstra, Batas kanan atas: ICS 2 parasternal dekstra

    4) Auskultasi: S1-S2 reguler, intensitas normal, murmur (-), gallop (-).

    Kesan : Jantung dalam batas normal

    i. Abdomen

    1) Inspeksi : Datar, supel.

    2) Auskultasi : Bising usus (+), normal (2-6 x menit)

    3) Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen

    4) Palpasi : Dinding perut supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan

    (-), turgor baik

    Kesan : Abdomen dalam batas normal

    j. Ekstremitas

    Simetris, sianosis (-/-), akral hangat (+/+), CRT < 2detik

    k. Muskoloskeletal: Deformitas clavicula sinistra

  • E3. Neurobehaviour

    Status Psikiatri

    a. Tingkah Laku : Normoaktif

    b. Perasaan Hati : Normotimik

    c. Orientasi : O/W/T baik

    d. Kecerdasan : Sulit dinilai

    e. Daya Ingat : baru baik, lama buruk (suspek karena tidak sadar)

    Status Neurobehaviour

    a. Sikap tubuh : Simetris

    b. Gerakan Abnormal : Tidak ada

    c. Cara berjalan : sulit dinilai

    d. Ekstremitas : ROM terbatas di lengan atas kiri

    E4. Status Neurologis

    Kesadaran: Somnolen, E3V3M6

    Kepala: pupil isokor ∅ 3mm/3mm, Reflek cahaya +/+, Refleks kornea +/+, Nystagmus -/-

    Nervus Pemeriksaan Kanan Kanan

    N. I. Olfaktorius

    Daya penghidu normal normal

    N. II. Optikus

    Daya penglihatan normal normal

    Pengenalan warna normal normal

    Lapang pandang normal normal

  • N. III. Okulomotor

    N. III. Okulomotor

    Ptosis - -

    Gerakan mata ke medial normal normal

    Gerakan mata ke atas normal normal

    Gerakan mata ke bawah normal normal

    Ukuran pupil 3 mm 3 mm

    Bentuk pupil Bulat Bulat

    Refleks cahaya langsung + +

    N. IV. Troklearis

    N. IV. Troklearis

    Strabismus divergen - -

    Gerakan mata ke lat-bwh normal normal

    Strabismus konvergen - -

    N. V. Trigeminus

    N. V. Trigeminus

    Menggigit normal normal

    Membuka mulut normal normal

    Sensibilitas muka normal normal

    Refleks kornea normal normal

    Trismus - -

    N. VI. Abdusen

    Gerakan mata ke lateral normal normal

    Strabismus konvergen - -

    N. VII. Fasialis

    N. VII. Fasialis Kedipan mata normal normal

  • Lipatan nasolabial - -

    Sudut mulut Dbn Dbn

    Mengerutkan dahi normal normal

    Menutup mata normal normal

    Meringis normal normal

    Menggembungkan pipi normal normal

    Daya kecap lidah 2/3 ant normal normal

    N. VIII.

    Vestibulokoklearis

    N. VIII.

    Vestibulokoklearis

    Mendengar suara bisik normal normal

    Tes Rinne Tdk dilakukan Tdk

    dilakukan

    Tes Schwabach Tdk dilakukan Tdk

    dilakukan

    N.IX (GLOSSOFARINGEUS) Keterangan

    Arkus Faring Simetris

    Daya Kecap 1/3 Belakang normal

    Reflek Muntah normal

    Sengau normal

    Tersedak normal

    N. X (VAGUS) Keterangan

    Arkus faring Dalam batas normal

  • Reflek muntah normal

    Bersuara normal

    Menelan normal

    N. XI (AKSESORIUS) Keterangan

    Memalingkan Kepala Dalam batas normal

    Sikap Bahu Dalam batas normal

    Mengangkat Bahu Dalam batas normal

    Trofi Otot Bahu Tidak

    N. XII (HIPOGLOSUS) Keterangan

    Sikap lidah normal

    Artikulasi normal

    Tremor lidah Tidak ada tremor

    Menjulurkan lidah normal

    Kekuatan lidah normal

    Trofi otot lidah normal

    Fasikulasi lidah normal

    E.5 Fungsi Motorik

    Gerakan

    sdn

    bebas

    beba

    s

    bebas

    normal Tonus

    normal

    normal

    normal

  • Kekuatan

    Clonus -/-

    E.6 Refleks Fisiologis

    Refleks Biceps +2 +2

    Refleks Triceps +2 +2

    Refleks Patella +2 +2

    Refleks Achilles +2 +2

    E.7 Refleks Patologis

    Babinski - -

    Chaddock - -

    Oppenheim - -

    Gordon - -

    Schaeffer - -

    Mendel Bachterew - -

    Rosollimo - -

    Gonda - -

    Hofman Trommer - -

    E.8 Fungsi Sensorik

    5/5/5

    5/5/5

    5/5/5

    sdn

    Trofi eutrofi

    eutrofi

    eutrofi

    eutrofi

  • Kanan Kanan

    Rasa nyeri normal normal

    Rasa raba normal normal

    Rasa suhu normal normal

    Propioseptif normal normal

    E.9 Rangsang Meningeal

    Kaku kuduk : negatif

    Kernig sign : negatif

    Brudzinski I : negatif

    Brudzinski II : negatif

    Brudzinski III : negatif

    Brudzinski IV : negatif

    E.10 Fungsi Luhur

    a. Fungsi Luhur: baik

    b. Fungsi Vegetatif: BAK normal, BAB belum

    F. Hasil Pemeriksaan Penunjang

    Parameter Hasil Normal Value

    Leukosit 7.9 4.0-11.0

    Eritrosit 3.7 3.8-5.8

    Hemoglobin 11.6 11.5-16.5

    Hematokrit 31.4 37.0-47.0

    MCV 85.3 76.0-98.0

    MCH 31.5 27.0-32.0

  • MCHC 36.9 30.0-35.0

    Trombosit 228 150-450

    GDS 103 60-199

    Natrium (Na) 140 135-145

    Kalium (K) 3.4 3.5-5.1

    Klorida (Cl) 110 95-115

    Ureum 19.6 10.7-42.8

    Kreatinin 0.68 0.60-1.20

    Hasil MSCT Head

    Hasil: dilakukan MSCT kepala tanpa kontras. Potongan axial, coronal,dan sagital.

    - Tak tampak soft tissue swelling intracranial

    - Sistema tulang normal

    - Tampak lesi hypodens mengisi sinus maksilaris bilateral dn sinus

    etmoidalis bilateral danfrontalis sinistra

    - Cellulae mastoidea normal

    - Sulci dan gyri tak prominent

  • - Batas korteks dan medulla tegas

    - Sistema ventrikel simetris, ukuran normal, tak tampak edema

    periventrikuler

    - Struktur mediana di tengah, tidak terdeviasi

    - Tampak lesi hyperdens mengikuti gyri dan sulci di regio

    temporoparietalis dextra

    Kesan: SAH regio temporoparietalis dextra cum sinusitis maksilaris bilateral, etmoidalis

    bilateral, dan frontalis sinistra.

    G. Diagnosis Akhir

    Diagnosis klinis : Cephalgia, Penurunan kesadaran

    Diagnosis topis : Subarachnoid regio temporoparietalis dextra

    Diagnosis etiologi : CKB, traumatic SAH regio temporoparietalis dextra

    Diagnosis Penyerta : Fraktur 1/3 tengah clavicula sinistra, Vulnus excoriatum regio iliaca

    sinistra

    H. Tatalaksana

    H.1 Non Medikamentosa

    O2 via nasal kanul 3lpm

    Pasang NGT

    Head Up 30°

    H.2 Medikamentosa

    IVFD NaCl 0.9% : titofusin (1:1) 20 tpm

    Inf. Mannitol extra 250cc dilanjutkan 125cc/6jam

    Inj asam tranexamat 500 mg/12 jam

    PCT 500mg/4 jam PO

    Inj ranitidin 1A/12jam

    Cefixime 100mg/12 jam PO

    I. Plan

  • Rawat Bangsal

    J. Prognosis

    1. Death : Dubia ad bonam

    2. Disease : Dubia ad bonam

    3. Dissability : Dubia ad bonam

    4. Discomfort : Dubia ad bonam

    5. Dissatisfaction : Dubia ad bonam

    6. Distutition : Dubia ad bonam

  • PEMBAHASAN

    EPIDEMIOLOGI

    Traumatic Brain Injury (TBI) adalah salah satu penyebab utama kecacatan di Amerika

    Serikat, diperkirakan sekitar 13,5 juta orang mengalami disabilitas karena TBI1. Pada tahun

    2013, ada sekitar 2,5 juta kunjungan IGD, 282.000 rawat inap, dan 56.000 kematian terkait

    dengan TBI di Amerika Serikat2. TBI berkontribusi hingga 30 persen dari semua kematian

    terkait cedera di Amerika Serikat2. Insiden TBI sangat bervariasi di seluruh negara dan

    wilayah, di Selandia baru diperkirakan terdapat 811 kasus per 100.000 / tahun, sementara di

    Eropa Barat sekitar 7,3 per 100.000 / tahun3.

    KLASIFIKASI

    TBI adalah penyakit yang heterogen. Terdapat beberapa macam klasifikasi TBI, yakni

    berdasarkan keparahan klinis, mekanisme cedera, dan patofisiologi, yang masing-masing

    dapat mempengaruhi prognosis dan pengobatan.

    Clinical Severity Score - TBI diklasifikasikan menggunakan injury severity score; yang

    paling umum digunakan adalah Glasgow Coma Scale (GCS). Skor GCS 13 hingga 15

    dianggap sebagai cedera ringan, 9 hingga 12 dianggap cedera sedang, dan 8 atau kurang

    dianggap sebagai TBI parah.

    Skala neuroimaging - TBI dapat menyebabkan beberapa cedera patologis, yang sebagian

    besar dapat diidentifikasi pada neuroimaging4

    - Fraktur tengkorak

    - Epidural Hematoma (EDH)

    - Subdural Hematoma (SDH)

    - Subarakhnoid Hemmorrhage (SAH)

    - Intraparenchymal Hemmorrhage

    - Contusio Cerebri

    - Intraventrikular Hemmorrhage

    Terdapat dua skala penilaian yang berbasis computed tomography (CT) yang saat ini ada,

    yakni skala Marshall dan skala Rotterdam:

  • PATOFISIOLOGI

    Cedera otak primer - Cidera otak primer terjadi langsung pada saat trauma terjadi.

    Mekanisme yang terjadi merupakan dampak langsung dari akselerasi / deselerasi yang cepat,

    cedera penetrasi ataupun gelombang ledakan. Kerusakan yang dapat terjadi antara lain:

    - Kontusio serebral fokal adalah lesi yang paling sering dijumpai. Kontusio umumnya

    terdapat di daerah basal frontal dan temporal karena area ini sangat rentan terhadap

    dampak langsung pada mekanisme akselerasi/deselerasi

    - Hematoma ekstra aksial (diluar otak) umumnya ditemui ketika kekuatan

    didistribusikan ke ruang cranium dan lapisan otak yang paling dangkal.

    o Epiidural Hematoma (EDH) terjadi akibat robeknya arteri meningeal media.

    Biasanya terjadi pada fraktur cranium. EDH berbentuk lenticular.

    o Subdural Hematoma (SDH) terjadi akibat kerusakan bridging vein. SDH

    cenderung berbentuk bulan sabit.

    o Subarachnoid hemorrhage (SAH) dapat terjadi dengan gangguan pembuluh

    darah kecil dan biasanya terjadi pada fisura sylvian dan sisterna

    interpeduncular. Perdarahan pada intraventrikular atau perdarahan

    intraserebral superfisial juga dapat meluas ke ruang subaraknoid. Perdarahan

    biasanya terdistribusi di sulkus-sulkus serebri.

    o Intraventrikular hemmorhage terjadi akibat dari robeknya vena

    subependymal, atau merupakan ekstensi dari perdarahan intraparenkim atau

    subaraknoid yang berdekatan.

    Cedera otak sekunder - Cidera otak sekunder pada TBI merupakan mekanisme

    cedera molekuler yang dimulai pada saat trauma terjadi dan berlanjut selama berjam-jam atau

    berhari-hari. Dimulai dari eksitotoksisitas yang dimediasi oleh neurotransmitter, cedera

    radikal bebas pada membran sel, ketidakseimbangan elektrolit, disfungsi mitokondria,

    respons peradangan, apoptosis dan iskemia sekunder akibat vasospasme, oklusi

    mikrovaskular fokal, serta cedera vaskular. Hal ini dapat menyebabkan kematian sel neuron

    serta edema serebral dan peningkatan TIK yang dapat memperburuk cedera otak. Sehingga

    perburukan dapat terjadi dengan menghindari hipotensi dan hipoksia (yang menurunkan

    distribusi oksigen dan glukosa ke otak yang cedera), demam dan kejang (yang dapat

    meningkatkan kebutuhan metabolisme), dan hiperglikemia (yang memperburuk mekanisme

    cedera yang sedang berlangsung).

  • ETIOLOGI

    Penyebab cedera kepala di antaranya sebagai berikut:

    - Kecelakaan lalu lintas

    - Jatuh

    - Trauma benda tumpul

    - Kecelakaan kerja

    - Kecelakaan rumah tangga

    - Kecelakaan olahraga

    - Trauma tembak dan pecahan bom

    Sampai saat ini penyebab terpenting cedera kepala yang serius adalah kecelakaan lalu

    lintas (60% kematian yang disebabkan kecelakaan lalu lintas disebabkan karena cedera

    kepala).

    DIAGNOSIS

    Diagnosis cidera kepala harus dilakukan secara cepat dan akurat, mengingat kondisi

    emergensi. Proses anamnesis dan pemeriksaan fisik generalis dan neurologis harus efektif

    dan efisien, disesuaikan dengan kondisi lapangan yang membutuhkan tindakan segera.

    Anamnesis- berikut hal yang peru digali dalam anamnesis:

    - Mekanisme cedera kepala

    - Tingkat kesadaran

    - Durasi hilangnya kesadaran

    - Amnesia paska trauma

    - Nyeri kepala

    - Gejala neurologis lain (kejang, anosmia, hemiplegia, bingung, disorientasi, )

    - Obat rutin yang dikonsumsi pasien

    - RPD RPK dan gaya hidup (merokok, alkohol, narkoba)

    Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengenali tanda diagnostik klinik dari beberapa

    cidera kepala.

  • Epidural Hematoma (EDH)

    - Lucid interval

    - Kesadaran semakin lama semakin menurun

    - Hemiparesis kontralateral lesi yang terjadi belakangan

    - Pupil anisokor

    - Babinski (+) di kontralateral lesi

    - Fraktur temporal

    Subdural Hematoma (SDH)

    - Nyeri kepala

    - Kesadaran menurun atau normal

    Fraktur basis cranii:

    - Rinorrhea

    - Racoon eyes

    - Anosmia

    - Otorrhea

    - Gangguan N VII dan N VIII

    - Battle sign

    Subarachnoid hemorrhage (SAH)

    - Thunderclap headache

    - Penurunan kesadaran

    - Kejang epileptik

    - Riwayat tambahan warning leaks

    - Kaku kuduk

    - Perdarahan subhialoid

    - Demam

    - Peningkatan tekanan darah

    - Defisit neurologis fokal

    Pemeriksaan penunjang

    Pencitraan pada fase akut dilakukan dengan menggunakan CT scan nonkontras

    potongan aksial yang dapat dengan cepat mengidentifikasi massa desak ruang dalam bentuk

    hematom yang membutuhkan tatalaksana operatif segera. Menurut NICE (National Intitute of

    Health and Clinical Excellence) CT scan perlu dilakukan bila:

  • - GCS 1x

    - Amnesia tentang kejadian 30 menit sebelum cidera

    TATALAKSANA

    Tatalaksana cedera kepala bertujuan untu menstabilkan hemodinamik dan mencegah

    cidera jaringan otak sekunder dengan mencegah munculnya faktor komorbid seperti hipotensi

    dan hipoksia.

    Airway- pastikan jalan napas aman, jika perlu, pasang OPA.

    Breathing- pastikan pernapasan adekuat (pola napas, gerak dinding dada dan perut,

    simetrisitas, pastikan SpO2 >92%)

    Circulation-

    Dissability- lihat adanya disabilitas (lihat ada tidaknya lateralisasi, dan periksa GCS)

    Tatalaksana farmakologis dapat diberikan kristaloid isotonik sebagai cairan

    pengganti. Hindari cairan hipotonik karena dapat mengeksaserbasi edema serebri.

    Pertahankan perfusi serebral sebesar 50mmHg (butuh MAP sekitar 70mmHg). Bila terdapat

    peningkatan TIK, turunkan dengan manitol 20% 1-2g/kgBB dalam 0,5-1 jam tetes cepat,

    setelah 6 jam lanjutkan 0,5g/kgBB dalam 0,5-1 jam tetes cepat. Lanjutkan 0,25g/kgBB

    selama 0,5-1 jam tetes cepat.

    Tatalaksana operatif dilakukan sesuai indikasi. Perdarahan epidural >40cc dengan

    midline shifting atau >30cc pada fossa posterior dengan tanda penekanan batang otak,

    perdarahan epidural yang progresif, EDH dengan penkes, SDH luas >40cc/5mm dengan GCS

    >6, SDH dengan penkes, SDH dengan midline shif, ICH dengan penkes progresif, ICH

    dengan HT/bradikardi/gangguan napas, fraktur depressi, fraktur basis krani dengan laserasi

    serebri, open fracture cranii, edema serebri berat dengan peningkatan TIK.

  • REFERENSI:

    1. Schiller JS, Lucas JW, Ward BW, Peregoy JA. Summary health statistics for U.S.

    adults: National Health Interview Survey, 2010. Vital Health Stat 10 2012; :1.

    2. Taylor CA, Bell JM, Breiding MJ, Xu L. Traumatic Brain Injury-Related Emergency

    Department Visits, Hospitalizations, and Deaths - United States, 2007 and 2013.

    MMWR Surveill Summ 2017; 66:1.

    3. Li M, Zhao Z, Yu G, Zhang J. Epidemiology of Traumatic Brain Injury over the

    World: A Systematic Review. Austin Neurol & Neurosci 2016; 1:1007.

    4. Tiara Aninditha & Winnugroho Wiratman. 2017. Buku Ajar Neurologi Jilid 2.

    Tangerang : Penerbit Kedokteran Indonesia. Hal. 390, 527-544.

    https://www.uptodate.com/contents/traumatic-brain-injury-epidemiology-classification-and-pathophysiology/abstract/1https://www.uptodate.com/contents/traumatic-brain-injury-epidemiology-classification-and-pathophysiology/abstract/1https://www.uptodate.com/contents/traumatic-brain-injury-epidemiology-classification-and-pathophysiology/abstract/4https://www.uptodate.com/contents/traumatic-brain-injury-epidemiology-classification-and-pathophysiology/abstract/4https://www.uptodate.com/contents/traumatic-brain-injury-epidemiology-classification-and-pathophysiology/abstract/4https://www.uptodate.com/contents/traumatic-brain-injury-epidemiology-classification-and-pathophysiology/abstract/6https://www.uptodate.com/contents/traumatic-brain-injury-epidemiology-classification-and-pathophysiology/abstract/6