refka diare

22
PENDAHULUAN Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan atau tanpa lender, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari. [1] Diare merupakan salah satu penyakit paling sering menyerang anak di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia. Diperkirakan, anak berumur di bawah lima tahun mengalami 203 episode diare per tahunnya dan empat juta anak meninggal di seluruh dunia akibat diare dan malanutrisi. Kematian akibat diare umumnya disebabkan dehidrasi (kehilangan cairan). Lebih kurang 10% episode diare disertai dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit tubuh secara berlebihan. Bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar. [2] Karena itu, penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare adalah mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan 1

Upload: wisnu46

Post on 22-Oct-2015

66 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refka Diare

PENDAHULUAN

Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja,

dengan atau tanpa lender, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari

biasanya dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari.[1]

Diare merupakan salah satu penyakit paling sering menyerang anak di

seluruh dunia, termasuk Indonesia. Diare masih merupakan salah satu penyebab

utama morbilitas dan mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam

berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan

ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia. Diperkirakan, anak

berumur di bawah lima tahun mengalami 203 episode diare per tahunnya dan

empat juta anak meninggal di seluruh dunia akibat diare dan malanutrisi.

Kematian akibat diare umumnya disebabkan dehidrasi (kehilangan cairan). Lebih

kurang 10% episode diare disertai dehidrasi akibat kehilangan cairan dan

elektrolit tubuh secara berlebihan. Bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami

dehidrasi dibanding anak yang lebih besar.[2]

Karena itu, penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare

adalah mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti

(cairan rehidrasi) baik yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun

parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka kematian akibat

dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare.[1,3]

Berikut akan dibahas sebuah refleksi kasus mengenai Diare dengan

Dehidrasi Ringan-Sedang pada pasien anak yang dirawat di ruangan bangsal

perawatan anak RSUD Undata Palu.

1

Page 2: Refka Diare

KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : An. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 1 tahun 8 bulan

Tanggal masuk/jam : 1-12-20013/18.30 WITA

B. Anamnesis

1) Keluhan Utama : Buang air besar cair

2) Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien anak laki-laki usia 1 tahun 8 bulan masuk dengan keluhan

buang air besar cair sejak subuh kurang lebih 5 kali, warna kuning

kehijauan, lendir (-), darah (-),menangis saat BAB, tidak berbau

busuk, volume tidak terlalu banyak.

Selain itu, pasien juga mual (+) muntah (+) sebanyak 1 kali,

muntah bercampur makanan dan air, lendir (-) dan darah (-). Nafsu

makan turun selama sakit tapi pasien sering minum.

Demam dialami sejak subuh, demam terus-terus, demam tidak

disertai kejang, menggigil dan berkeringat dingin.

BAK lancar, dan kesan normal berwarna kuning jernih seperti

biasanya.

3) Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Pasien sering diare dan demam sebelumnya

4) Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama

5) Riwayat social-ekonomi :

Pasien masuk rumah sakit dengan pembiayaan JAMKESPRO

6) Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

Pasien lahir spontan, cukup bulan dibantu oleh bidan dengan berat

lahir 2550 gram dan panjang badan 45 cm.

2

Page 3: Refka Diare

7) Anamnesis makanan

Pasien tidak mendapat ASI sejak lahir. Pasien hanya diberikan susu

formula sampai umur 4 bulan kemudian diberikan bubur dan sekarang

pasien sudah mulai makan makanan keluarga.

8) Riwayat Imunisasi :

Ibu pasien mengatakan Imunisasi dasar pasien lengkap dan selesai

umur 9 bulan

BCG : 1x

Hepatitis : 3x

DPT : 3x

Polio : 3x

Campak : 1x

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Kondisi Umum : Sakit sedang BB : 9 kg

Kesadaran : Compos mentis TB : 80 cm

Status gizi : Gizi kurang

2. Tanda Vital

Tekanan Darah: 100/60 mmHg Pernapasan : 32 x/menit

Nadi : 124 x/menit Suhu : 39,6 C⁰

3. Kulit : Tidak ada sianosis, tidak ada ikterus dan turgor kulit baik (< 2

detik)

4. Kepala-Leher : Normochepal, bibir kering, Konjunctiva tidak

anemis, Sklera tidak iketrus, Mata tidak cowong, Tidak ada edema

palpebra, Tidak ada othorhea, Tidak ada rhinorrhea, Tidak ada lidah

kotor, Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, tidak ada pembesaran kelenjar

getah bening, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

3

Page 4: Refka Diare

5. Thorax

Paru-paru

Inspeksi : Simetris bilateral, tidak ada masa, tidak ada cicatrik,

tidak ada retraksi dinding dada

Palpasi : Vocal fremitus lapangan paru kanan sama dengan

lapangan paru kiri

Perkusi : sonor diseluruh lapangan paru

Auskultasi : Bunyi bronkovesikuler, tidak ada ronki, tidak ada

whizing

Jantung

Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada spacium intercostalis IV

midclavicula sinistra

Perkusi : Redup, tidak ada cardiomegali

Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, tidak ada bunyi

tambahan

6. Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen cembung, tidak ada masa, tidak ada

cicatrik

Auskultasi : Peristaltik kesan meningkat

Perkusi : Tympani

Palpasi : Nyeri tekan seluruh regio abdomen, tidak ada

organomegali

7. Genetalia : Tidak ada fimosis

8. Anggota gerak

Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada udem

Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada udem

9. Tulang belakang: tidak ada skoliosis, tidak ada lordosis, tidak ada

kifosis

10. Otot-otot : tonus baik, tidak ada atrofi

Skoring Dehidrasi: Berdasarkan modifikasi UNHAS

4

Page 5: Refka Diare

Keadaan Umum : Lemas (2)

Mata : Biasa (1)

Mulut : Kering (2)

Pernafasan : 32 x/menit (2)

Turgor : Baik (1)

Nadi : 124 x/menit (2)

Total skor : 10

Interpretasi : Dehidrasi ringan-sedang

D. Pemeriksaan penunjang

- Laboratorium (Darah Rutin)

Hasil Pemeriksaan darah Range normal pemeriksaan darah

RBC : 4,58 x 1012 /L

HCT : 35,7 %

PLT : 469 x 103 /L

WBC : 14,6 x 103 /L

HB : 12,4 g/dl

RBC : 6-17.5 x 1012/L

HCT : 36-47 %

PLT : 150.000-450.000 /L

WBC : 4.500-13.000 /L

HGB : 12-15,2 gr/dL

E. Resume

Anamnesis

Pasien anak laki-laki usia 1 tahun 8 bulan masuk dengan keluhan

buang air besar cair kurang lebih 5 kali, warna kuning kehijauan,

menangis saat BAB, bau busuk, volume tidak terlalu banyak, pasien juga

mual (+) muntah (+) sebanyak 1 kali, muntah bercampur makanan dan air,

nafsu makan menurun dan sering minum. Demam terus-menerus.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan bayi tampak rewel, status gizi : gizi

normal, nampak dehidrasi ringan-sedang dan peristaltik usus meningkat.

Pemeriksaan Fisik

5

Page 6: Refka Diare

Pasien tampak sakit sedang, dengan kesadaran kompos mentis, tanda-

tanda vital : TD : 100/60 mmHg, P : 32 x/menit, N : 124 x/menit, S :

39,6 C⁰ , dengan status gizi : gizi baik. Leukosit : 14,6 x 103 /L

F. Diagnosis Kerja

- Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang

G. Terapi

- IVFD RL 28 tpm

- Paracetamol syrup 3 x 120 mg ( 1 Cth)

- Inj. Ceftriaxone 2 x 250 mg/iv tiap 12 jam

- Zink 1 x 20 mg (selama 10 hari)

- Oralit 700 ml (3 jam pertama)

H. Anjuran

- Feses rutin

- Kultur feses

Follow Up

Tgl 01/12/2013 : (3 Jam, setelah rehidrasi awal)

Jam 21.30

- S : BAB cair 4 kali, tidak ada muntah

- O:

KU : Sakit sedang, Composmentis

TTV : TD : 100/70 mmHg

Nadi : 98 x/mnt

Resp : 28 x/mnt

Suhu : 37,8 °C

Skoring Dehidrasi: Berdasarkan modifikasi UNHAS

Keadaan Umum : Baik (1)

Mata : Biasa (1)

Mulut : Biasa (1)

Pernafasan : 28 x/menit (1)

6

Page 7: Refka Diare

Turgor : Baik (1)

Nadi : 98 x/menit (1)

Total skor : 6

Interpretasi : Tidak Dehidrasi

Peristaltik (+) kesan meningkat

- A: Diare akut tanpa dehidrasi

- P:

IVFD RL 28 tpm

Paracetamol syrup 3 x 120 mg ( 1 Cth)

Inj. Ceftriaxone 2 x 250 mg/iv tiap 12 jam

Zink 1 x 20 mg (selama 10 hari)

Oralit 100-200 ml setiap kali BAB

Tgl 02/12/2013

- S : BAB cair 3 kali, berampas.

- O :

KU : Sakit sedang, Compos mentis

TTV :

TD : 90/60 mmHg

Nadi : 98 x/mnt

Resp : 28 x/mnt

Suhu : 36,5 °C

Peristaltik (+) kesan meningkat

- A: Diare tanpa dehidrasi

- P:

o Zink 1 x 20 mg (selama 10 hari)

o Oralit 100-200 ml setiap kali BAB

Tgl 03/12/2013

7

Page 8: Refka Diare

- S : BAB 1 kali, berampas.

- O :

KU : Sakit sedang, Compos mentis

TTV :

TD : 90/60 mmHg

Nadi : 100 x/mnt

Resp : 30 x/mnt

Suhu : 36,5 °C

Peristaltik (+) kesan normal

- A: Post. Diare

- P:

o Zink 1 x 20 mg (selama 10 hari)

Pasien dipulangkan

DISKUSI

8

Page 9: Refka Diare

Secara operasional, diare akut adalah buang air besarlembek /cair bahkan

dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering biasanya ( biasanya 3 kali

atau lebih dalam sehari ) dan berlangsung kurang dari 14 hari.[3]

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil anamnesis didapatkan

pasien mengalami BAB 5 kali, tidak berbau busuk, menangis saat BAB (+),

muntah 1 kali, nafsu makan turun. Dari pemeriksaan fisik didapatkan status gizi :

gizi kurang, hasil skoring dehidrasi menunjukkan dehidrasi ringan-sedang,

peristaltik usus meningkat dan turgor kulit kembali normal (< 2 detik). Dari

pemeriksaan darah rutin didapatkan nilai leukosit 14,6 x 109/L (Meningkat).

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6

besar, tetapi yang sering ditemukan dilapangan ataupun klinis adalah diare yang

disebabkan oleh infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang

digambarkan dalam bagan berikut : [3,6]

Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak adalah :

9

Page 10: Refka Diare

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin dari virus atau bakteri) pada

dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam

rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi

rongga usus.

3. Gangguan motilitis usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan.

Penentuan Mikroorganisme penyebab diare

Tanda&

Gejala

Rotavirus ETEC EIEC Salmonella Shigella

Disentri

Vimbrio

Cholera

Mual/muntah Dari

permulaan

- - - Jarang Jarang

Demam + - + + + -

Sakit Tenesmus kadang-

kadang

tenesmus

+kolik

Kolik +

pusing

Tenesmus,

kolik

Kolik

Gejala lain - Distensi

abdomen

hipertensi Bakteremia

Toksonemi

a

Bisa ada

kejang

-

Sifat Tinja

Volume Sedang Banyak menurun Menurun menurun Sangat

banyak

Frekuensi >10 kali Sering sering Sering Sering

sekali

Terus

menerus

Konsistensi Cair Cair kental Berlendir Kental Cair

Mucus Jarang + + + sering -

10

Page 11: Refka Diare

Darah - - + Kadang + Sering + -

Bau - - - Bau telur

busuk

Bau tinja Amis

Warna Kuning

kehijauan

Warna

tinja

Tidak

spesifik

Kuning - Cucian

beras

Leukosit - - + + + -

Pada pasien ini jenis diarenya adalah diare sekresi. Kemungkinan penyebab

diare pada pasien ini karena infeksi oleh rotavirus, dengan tanda dan gejala yang

khas pada diare akibat rotavirus, yaitu BAB cair berwarna kuning kehijauan, tanpa

lendir dan darah, frekuensi kuang lebih 5 kali, tidak berbau busuk, disertai

menangis saat BAB, dapat diawali muntah, penurunan nafsu makan, dan demam.

Penentuan derajat dehidrasi menurut modifikasi UNHAS

Penilaian 1 2 3

Keadaan umum

Mata

Mulut

Baik

Biasa

Biasa

Lemas

Cekung

Kering

Gelisah, lemas,

ngantuk, syok

Sangat cekung

Sangat kering

Pernafasan

Turgor

Nadi

< 30 x/menit

Baik

< 120 x/menit

30 – 40 x/menit

Kurang

120-140 x/menit

> 40 x/menit

Jelek

>140 x/menit

Interpretasi

6 : Tidak dehidrasi (Rencana terapi A)

7-12 : Dehidrasi ringan-sedang (Rencana terapi B)

≥ 13 : Dehidrasi berat (Rencana terapi C)

Dalam penanganan diare terdapat kebijakan dari Departemen Kesehatan

Republik Indonesia mengenai penetapan lima pilar penatalaksanaan diare bagi

11

Page 12: Refka Diare

semua kasus diare yang diderita anak balita, baik dirawat dirumah maupun sedang

dirawat dirumah sakit, yaitu:

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit,

2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut,

3. ASI dan makanan tetap diteruskan,

4. Antibiotik selektif, dan

5. Nasihat kepada orang tua.

Dari hasil ini dapat ditegakan diagnosis diare akut akut dengan dehidrasi

ringan sedang. Untuk penatalaksanaan diare dengan dehidrasi ringan-sedang pada

pasien ini, diberikan terapi B menurut manajemen terpadu balita sakit (MTBS)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008 :[4]

Sealin itu pasien juga diberikan zink dengan dosis 1 x 20 mg yang diberikan

selama 10 hari, zink disini berguna mengembalikan motilitas usus dan

meningkatkan daya tahan tubuh terutama daya tahan saluran pencernaan. Untuk

anak diare tetap diberika ASi dan makanan, pada kasusu ini pasien telah berumur

1 tahun 8 bulan sehingga anak tetap diberikan ASI dan makanan sesuai dengan

12

Page 13: Refka Diare

umr anak yaitu makanan keluarga sesuai kemampuan anak (sebanyak 3x) yaitu

minimal 1/3 porsi makan orang dewasa yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur,

buah dan berikan selingan berupa kue atau biskuit sebanyak 2xsehari. Untuk

pemberian antibiotik disini perlu dilakukan kultur urin terlebih dahulu untuk

menentukan mikroorganisme penyebab secara pasti, namun pada kasusu ini tidak

dilakukan kultur urin tapi tetap diberikan antibiotic karena terjadi peningkatan

leukosit (14,6 x 109/L), antibiotic yang diberikan adalah Seftriakson yang

merupakan antibiotic broad spectrum. Selain itu perlu nasihati orang tua agar

memberi anaknya cukup minum karena diare dapat menyebabkan dehidrasi

kerana cairan dan elektorlit cukup banyak terbuang selama diare.

Muntah merupakan suatu cara saluran pencernaan membersihkan dirinya

sendiri dari isinya sendiri ketika hamper semua bagian atas saluran pencernaan

teriritasi secara luas. Iritasi berlebihan dari duodenum menyebabkan suatu

rangsangan yang kuat untk muntah. Pada tahap awal dari iritasi, antiperistaltik

mulai terjadi. Antiperistaltik adlah gerakan peristaltic kea rah atas saluran cerna

bukan ke arah bawah. Hal ini dapat dimulai sampai sejauh ileum di salran

pencernaan, dan gelombang antiperistaltik bergerak mundur, proses ini benar-

benar dapat mendorong sebagian besar isi usus halusbagian bawah kembali ke

duodenum, menjadi sangat meregang, peregangan ini menjadi pencetus

munculnya mualda merangsang pusat muntah. Sekali pusat muntah terangsang

efek yang timbul adalah (1) napas dalam, (2) naiknya tulang lidah dan laring

untuk menarik sfingter esophagus terbuka, (3) penutupan glottis untuk mencegah

aliran muntah memasuki paru, dan (4) pengangkatan palatum mole untuk

menutup nares posterior. Kemudia n terjadi kontraksi diafragma yang kuat ke

bawah bersama dengan kontraksi semua otot dinding abdomen. Keaadn ini

memeras perut diantara diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu

tekanan intragasitrik sampai ke batas yang tiggi. Akhirnya, sfringter esophagus

bagian bwah berelaksasi secara lengkap, membuat pegeluaran isi lambung ke atas

melalu esophagus.

Penyebab muntah pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Yaitu

faktor saluran cerna dan diluar saluran cerna. Muntah pada anak ini dapat

13

Page 14: Refka Diare

disebabkan oleh karena gastroenteritis/ diare. Muntah pada anak yang mengalami

infeksi dapat disertai dengan gejala lainnya seperti demam, mual, sakit perut, atau

diare. [5]

Komplikasi yang dapat terjadi pada diare akut gangguan elektrolit seperti:

hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia, hipokalemia, dan kejang.

Prognosis diare dapat ditentukan oleh derajat dehidrasi, sehingga

penatalaksanaannya sesuai dengan ketepatan cara pemberian rehidrasi. Apabila

penanganan yang diberikan tepat dan sesegera mungkin, maka dapat mencegah

komplikasi dari diare tersebut. Pada kasus ini, pasien memiliki prognosis bonam,

karena awalnya pasien sempat mengalami dehidrasi ringan-sedang, namun dengan

penanganan yang cepat serta sesuai, pasien menunjukkan perbaikan kondisi yang

signifikan, dan tidak ditemukan komplikasi berat pada pasien.

14

Page 15: Refka Diare

DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan R. dkk. 2005. Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

2. Juffrie, M. Dkk. Buku Ajar Gastroenterologi- Hepatologi, jilid I, Badan

Penerbit IDAI, Jakarta

3. Departemen Kesehatan RI. 1999. Buku Ajar Diare. Departemen Kesehatan

RI : Jakarta.

4. Departemen Kesehatan RI. 2010 Manajemen Terpadu Balita Sakit,

Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

5. Guyton, Arthur C. Fisiologi Kedokteran, edisi 11. EGC : Jakarta.

6. Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan, Lintas

Diare. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

15