refka diare
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja,
dengan atau tanpa lender, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari
biasanya dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari.[1]
Diare merupakan salah satu penyakit paling sering menyerang anak di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Diare masih merupakan salah satu penyebab
utama morbilitas dan mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam
berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan
ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia. Diperkirakan, anak
berumur di bawah lima tahun mengalami 203 episode diare per tahunnya dan
empat juta anak meninggal di seluruh dunia akibat diare dan malanutrisi.
Kematian akibat diare umumnya disebabkan dehidrasi (kehilangan cairan). Lebih
kurang 10% episode diare disertai dehidrasi akibat kehilangan cairan dan
elektrolit tubuh secara berlebihan. Bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami
dehidrasi dibanding anak yang lebih besar.[2]
Karena itu, penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare
adalah mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti
(cairan rehidrasi) baik yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun
parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka kematian akibat
dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare.[1,3]
Berikut akan dibahas sebuah refleksi kasus mengenai Diare dengan
Dehidrasi Ringan-Sedang pada pasien anak yang dirawat di ruangan bangsal
perawatan anak RSUD Undata Palu.
1
KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 1 tahun 8 bulan
Tanggal masuk/jam : 1-12-20013/18.30 WITA
B. Anamnesis
1) Keluhan Utama : Buang air besar cair
2) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien anak laki-laki usia 1 tahun 8 bulan masuk dengan keluhan
buang air besar cair sejak subuh kurang lebih 5 kali, warna kuning
kehijauan, lendir (-), darah (-),menangis saat BAB, tidak berbau
busuk, volume tidak terlalu banyak.
Selain itu, pasien juga mual (+) muntah (+) sebanyak 1 kali,
muntah bercampur makanan dan air, lendir (-) dan darah (-). Nafsu
makan turun selama sakit tapi pasien sering minum.
Demam dialami sejak subuh, demam terus-terus, demam tidak
disertai kejang, menggigil dan berkeringat dingin.
BAK lancar, dan kesan normal berwarna kuning jernih seperti
biasanya.
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien sering diare dan demam sebelumnya
4) Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama
5) Riwayat social-ekonomi :
Pasien masuk rumah sakit dengan pembiayaan JAMKESPRO
6) Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Pasien lahir spontan, cukup bulan dibantu oleh bidan dengan berat
lahir 2550 gram dan panjang badan 45 cm.
2
7) Anamnesis makanan
Pasien tidak mendapat ASI sejak lahir. Pasien hanya diberikan susu
formula sampai umur 4 bulan kemudian diberikan bubur dan sekarang
pasien sudah mulai makan makanan keluarga.
8) Riwayat Imunisasi :
Ibu pasien mengatakan Imunisasi dasar pasien lengkap dan selesai
umur 9 bulan
BCG : 1x
Hepatitis : 3x
DPT : 3x
Polio : 3x
Campak : 1x
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kondisi Umum : Sakit sedang BB : 9 kg
Kesadaran : Compos mentis TB : 80 cm
Status gizi : Gizi kurang
2. Tanda Vital
Tekanan Darah: 100/60 mmHg Pernapasan : 32 x/menit
Nadi : 124 x/menit Suhu : 39,6 C⁰
3. Kulit : Tidak ada sianosis, tidak ada ikterus dan turgor kulit baik (< 2
detik)
4. Kepala-Leher : Normochepal, bibir kering, Konjunctiva tidak
anemis, Sklera tidak iketrus, Mata tidak cowong, Tidak ada edema
palpebra, Tidak ada othorhea, Tidak ada rhinorrhea, Tidak ada lidah
kotor, Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3
5. Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Simetris bilateral, tidak ada masa, tidak ada cicatrik,
tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : Vocal fremitus lapangan paru kanan sama dengan
lapangan paru kiri
Perkusi : sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : Bunyi bronkovesikuler, tidak ada ronki, tidak ada
whizing
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada spacium intercostalis IV
midclavicula sinistra
Perkusi : Redup, tidak ada cardiomegali
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, tidak ada bunyi
tambahan
6. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen cembung, tidak ada masa, tidak ada
cicatrik
Auskultasi : Peristaltik kesan meningkat
Perkusi : Tympani
Palpasi : Nyeri tekan seluruh regio abdomen, tidak ada
organomegali
7. Genetalia : Tidak ada fimosis
8. Anggota gerak
Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada udem
Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada udem
9. Tulang belakang: tidak ada skoliosis, tidak ada lordosis, tidak ada
kifosis
10. Otot-otot : tonus baik, tidak ada atrofi
Skoring Dehidrasi: Berdasarkan modifikasi UNHAS
4
Keadaan Umum : Lemas (2)
Mata : Biasa (1)
Mulut : Kering (2)
Pernafasan : 32 x/menit (2)
Turgor : Baik (1)
Nadi : 124 x/menit (2)
Total skor : 10
Interpretasi : Dehidrasi ringan-sedang
D. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium (Darah Rutin)
Hasil Pemeriksaan darah Range normal pemeriksaan darah
RBC : 4,58 x 1012 /L
HCT : 35,7 %
PLT : 469 x 103 /L
WBC : 14,6 x 103 /L
HB : 12,4 g/dl
RBC : 6-17.5 x 1012/L
HCT : 36-47 %
PLT : 150.000-450.000 /L
WBC : 4.500-13.000 /L
HGB : 12-15,2 gr/dL
E. Resume
Anamnesis
Pasien anak laki-laki usia 1 tahun 8 bulan masuk dengan keluhan
buang air besar cair kurang lebih 5 kali, warna kuning kehijauan,
menangis saat BAB, bau busuk, volume tidak terlalu banyak, pasien juga
mual (+) muntah (+) sebanyak 1 kali, muntah bercampur makanan dan air,
nafsu makan menurun dan sering minum. Demam terus-menerus.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan bayi tampak rewel, status gizi : gizi
normal, nampak dehidrasi ringan-sedang dan peristaltik usus meningkat.
Pemeriksaan Fisik
5
Pasien tampak sakit sedang, dengan kesadaran kompos mentis, tanda-
tanda vital : TD : 100/60 mmHg, P : 32 x/menit, N : 124 x/menit, S :
39,6 C⁰ , dengan status gizi : gizi baik. Leukosit : 14,6 x 103 /L
F. Diagnosis Kerja
- Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
G. Terapi
- IVFD RL 28 tpm
- Paracetamol syrup 3 x 120 mg ( 1 Cth)
- Inj. Ceftriaxone 2 x 250 mg/iv tiap 12 jam
- Zink 1 x 20 mg (selama 10 hari)
- Oralit 700 ml (3 jam pertama)
H. Anjuran
- Feses rutin
- Kultur feses
Follow Up
Tgl 01/12/2013 : (3 Jam, setelah rehidrasi awal)
Jam 21.30
- S : BAB cair 4 kali, tidak ada muntah
- O:
KU : Sakit sedang, Composmentis
TTV : TD : 100/70 mmHg
Nadi : 98 x/mnt
Resp : 28 x/mnt
Suhu : 37,8 °C
Skoring Dehidrasi: Berdasarkan modifikasi UNHAS
Keadaan Umum : Baik (1)
Mata : Biasa (1)
Mulut : Biasa (1)
Pernafasan : 28 x/menit (1)
6
Turgor : Baik (1)
Nadi : 98 x/menit (1)
Total skor : 6
Interpretasi : Tidak Dehidrasi
Peristaltik (+) kesan meningkat
- A: Diare akut tanpa dehidrasi
- P:
IVFD RL 28 tpm
Paracetamol syrup 3 x 120 mg ( 1 Cth)
Inj. Ceftriaxone 2 x 250 mg/iv tiap 12 jam
Zink 1 x 20 mg (selama 10 hari)
Oralit 100-200 ml setiap kali BAB
Tgl 02/12/2013
- S : BAB cair 3 kali, berampas.
- O :
KU : Sakit sedang, Compos mentis
TTV :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 98 x/mnt
Resp : 28 x/mnt
Suhu : 36,5 °C
Peristaltik (+) kesan meningkat
- A: Diare tanpa dehidrasi
- P:
o Zink 1 x 20 mg (selama 10 hari)
o Oralit 100-200 ml setiap kali BAB
Tgl 03/12/2013
7
- S : BAB 1 kali, berampas.
- O :
KU : Sakit sedang, Compos mentis
TTV :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 100 x/mnt
Resp : 30 x/mnt
Suhu : 36,5 °C
Peristaltik (+) kesan normal
- A: Post. Diare
- P:
o Zink 1 x 20 mg (selama 10 hari)
Pasien dipulangkan
DISKUSI
8
Secara operasional, diare akut adalah buang air besarlembek /cair bahkan
dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering biasanya ( biasanya 3 kali
atau lebih dalam sehari ) dan berlangsung kurang dari 14 hari.[3]
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil anamnesis didapatkan
pasien mengalami BAB 5 kali, tidak berbau busuk, menangis saat BAB (+),
muntah 1 kali, nafsu makan turun. Dari pemeriksaan fisik didapatkan status gizi :
gizi kurang, hasil skoring dehidrasi menunjukkan dehidrasi ringan-sedang,
peristaltik usus meningkat dan turgor kulit kembali normal (< 2 detik). Dari
pemeriksaan darah rutin didapatkan nilai leukosit 14,6 x 109/L (Meningkat).
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6
besar, tetapi yang sering ditemukan dilapangan ataupun klinis adalah diare yang
disebabkan oleh infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang
digambarkan dalam bagan berikut : [3,6]
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak adalah :
9
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin dari virus atau bakteri) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
3. Gangguan motilitis usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan.
Penentuan Mikroorganisme penyebab diare
Tanda&
Gejala
Rotavirus ETEC EIEC Salmonella Shigella
Disentri
Vimbrio
Cholera
Mual/muntah Dari
permulaan
- - - Jarang Jarang
Demam + - + + + -
Sakit Tenesmus kadang-
kadang
tenesmus
+kolik
Kolik +
pusing
Tenesmus,
kolik
Kolik
Gejala lain - Distensi
abdomen
hipertensi Bakteremia
Toksonemi
a
Bisa ada
kejang
-
Sifat Tinja
Volume Sedang Banyak menurun Menurun menurun Sangat
banyak
Frekuensi >10 kali Sering sering Sering Sering
sekali
Terus
menerus
Konsistensi Cair Cair kental Berlendir Kental Cair
Mucus Jarang + + + sering -
10
Darah - - + Kadang + Sering + -
Bau - - - Bau telur
busuk
Bau tinja Amis
Warna Kuning
kehijauan
Warna
tinja
Tidak
spesifik
Kuning - Cucian
beras
Leukosit - - + + + -
Pada pasien ini jenis diarenya adalah diare sekresi. Kemungkinan penyebab
diare pada pasien ini karena infeksi oleh rotavirus, dengan tanda dan gejala yang
khas pada diare akibat rotavirus, yaitu BAB cair berwarna kuning kehijauan, tanpa
lendir dan darah, frekuensi kuang lebih 5 kali, tidak berbau busuk, disertai
menangis saat BAB, dapat diawali muntah, penurunan nafsu makan, dan demam.
Penentuan derajat dehidrasi menurut modifikasi UNHAS
Penilaian 1 2 3
Keadaan umum
Mata
Mulut
Baik
Biasa
Biasa
Lemas
Cekung
Kering
Gelisah, lemas,
ngantuk, syok
Sangat cekung
Sangat kering
Pernafasan
Turgor
Nadi
< 30 x/menit
Baik
< 120 x/menit
30 – 40 x/menit
Kurang
120-140 x/menit
> 40 x/menit
Jelek
>140 x/menit
Interpretasi
6 : Tidak dehidrasi (Rencana terapi A)
7-12 : Dehidrasi ringan-sedang (Rencana terapi B)
≥ 13 : Dehidrasi berat (Rencana terapi C)
Dalam penanganan diare terdapat kebijakan dari Departemen Kesehatan
Republik Indonesia mengenai penetapan lima pilar penatalaksanaan diare bagi
11
semua kasus diare yang diderita anak balita, baik dirawat dirumah maupun sedang
dirawat dirumah sakit, yaitu:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit,
2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut,
3. ASI dan makanan tetap diteruskan,
4. Antibiotik selektif, dan
5. Nasihat kepada orang tua.
Dari hasil ini dapat ditegakan diagnosis diare akut akut dengan dehidrasi
ringan sedang. Untuk penatalaksanaan diare dengan dehidrasi ringan-sedang pada
pasien ini, diberikan terapi B menurut manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008 :[4]
Sealin itu pasien juga diberikan zink dengan dosis 1 x 20 mg yang diberikan
selama 10 hari, zink disini berguna mengembalikan motilitas usus dan
meningkatkan daya tahan tubuh terutama daya tahan saluran pencernaan. Untuk
anak diare tetap diberika ASi dan makanan, pada kasusu ini pasien telah berumur
1 tahun 8 bulan sehingga anak tetap diberikan ASI dan makanan sesuai dengan
12
umr anak yaitu makanan keluarga sesuai kemampuan anak (sebanyak 3x) yaitu
minimal 1/3 porsi makan orang dewasa yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur,
buah dan berikan selingan berupa kue atau biskuit sebanyak 2xsehari. Untuk
pemberian antibiotik disini perlu dilakukan kultur urin terlebih dahulu untuk
menentukan mikroorganisme penyebab secara pasti, namun pada kasusu ini tidak
dilakukan kultur urin tapi tetap diberikan antibiotic karena terjadi peningkatan
leukosit (14,6 x 109/L), antibiotic yang diberikan adalah Seftriakson yang
merupakan antibiotic broad spectrum. Selain itu perlu nasihati orang tua agar
memberi anaknya cukup minum karena diare dapat menyebabkan dehidrasi
kerana cairan dan elektorlit cukup banyak terbuang selama diare.
Muntah merupakan suatu cara saluran pencernaan membersihkan dirinya
sendiri dari isinya sendiri ketika hamper semua bagian atas saluran pencernaan
teriritasi secara luas. Iritasi berlebihan dari duodenum menyebabkan suatu
rangsangan yang kuat untk muntah. Pada tahap awal dari iritasi, antiperistaltik
mulai terjadi. Antiperistaltik adlah gerakan peristaltic kea rah atas saluran cerna
bukan ke arah bawah. Hal ini dapat dimulai sampai sejauh ileum di salran
pencernaan, dan gelombang antiperistaltik bergerak mundur, proses ini benar-
benar dapat mendorong sebagian besar isi usus halusbagian bawah kembali ke
duodenum, menjadi sangat meregang, peregangan ini menjadi pencetus
munculnya mualda merangsang pusat muntah. Sekali pusat muntah terangsang
efek yang timbul adalah (1) napas dalam, (2) naiknya tulang lidah dan laring
untuk menarik sfingter esophagus terbuka, (3) penutupan glottis untuk mencegah
aliran muntah memasuki paru, dan (4) pengangkatan palatum mole untuk
menutup nares posterior. Kemudia n terjadi kontraksi diafragma yang kuat ke
bawah bersama dengan kontraksi semua otot dinding abdomen. Keaadn ini
memeras perut diantara diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu
tekanan intragasitrik sampai ke batas yang tiggi. Akhirnya, sfringter esophagus
bagian bwah berelaksasi secara lengkap, membuat pegeluaran isi lambung ke atas
melalu esophagus.
Penyebab muntah pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Yaitu
faktor saluran cerna dan diluar saluran cerna. Muntah pada anak ini dapat
13
disebabkan oleh karena gastroenteritis/ diare. Muntah pada anak yang mengalami
infeksi dapat disertai dengan gejala lainnya seperti demam, mual, sakit perut, atau
diare. [5]
Komplikasi yang dapat terjadi pada diare akut gangguan elektrolit seperti:
hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia, hipokalemia, dan kejang.
Prognosis diare dapat ditentukan oleh derajat dehidrasi, sehingga
penatalaksanaannya sesuai dengan ketepatan cara pemberian rehidrasi. Apabila
penanganan yang diberikan tepat dan sesegera mungkin, maka dapat mencegah
komplikasi dari diare tersebut. Pada kasus ini, pasien memiliki prognosis bonam,
karena awalnya pasien sempat mengalami dehidrasi ringan-sedang, namun dengan
penanganan yang cepat serta sesuai, pasien menunjukkan perbaikan kondisi yang
signifikan, dan tidak ditemukan komplikasi berat pada pasien.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasan R. dkk. 2005. Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
2. Juffrie, M. Dkk. Buku Ajar Gastroenterologi- Hepatologi, jilid I, Badan
Penerbit IDAI, Jakarta
3. Departemen Kesehatan RI. 1999. Buku Ajar Diare. Departemen Kesehatan
RI : Jakarta.
4. Departemen Kesehatan RI. 2010 Manajemen Terpadu Balita Sakit,
Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
5. Guyton, Arthur C. Fisiologi Kedokteran, edisi 11. EGC : Jakarta.
6. Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan, Lintas
Diare. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
15