referat letsu

25
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri. Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Letak sungsang terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke-32 dan terjadi pada 1-3%persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm. Prognosis bayi pada presentasi bokong jauh lebih buruk daripada presentasi puncak kepala. Faktor penyebab utama kematian perinatal adalah pelahiran prematur, kelahiran kongenital, serta trauma lahir. Hampir 30 tahun yang lalu, Brenner dkk. (1974) melaporkan angka kematian total pada 1016 pelahiran sungsang sebesar 25 % dibandingkan dengan 2,6 % pada pelahiran bukan sungsang. Pada setiap tahap kehamilan, mereka menemukan bahwa kematian antepartum, intrapartum serta kematian neonatal secara bermakna lebih tinggi pada presentasi bokong. Kelainan kongenital diketahui sebesar 6,3 % pada pelahiran sungsang dibandingkan dengan 2,4 persen pada pelahiran bukan sungsang. 1 1

Upload: asnatasia

Post on 26-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

djjd

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT LETSU

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di

fundus uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri. Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari

persalinan yang ada. Letak sungsang terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur

kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke-32 dan terjadi pada

1-3%persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm.

Prognosis bayi pada presentasi bokong jauh lebih buruk daripada presentasi puncak kepala.

Faktor penyebab utama kematian perinatal adalah pelahiran prematur, kelahiran kongenital, serta

trauma lahir. Hampir 30 tahun yang lalu, Brenner dkk. (1974) melaporkan angka kematian total

pada 1016 pelahiran sungsang sebesar 25 % dibandingkan dengan 2,6 % pada pelahiran bukan

sungsang. Pada setiap tahap kehamilan, mereka menemukan bahwa kematian antepartum,

intrapartum serta kematian neonatal secara bermakna lebih tinggi pada presentasi bokong. Kelainan

kongenital diketahui sebesar 6,3 % pada pelahiran sungsang dibandingkan dengan 2,4 persen pada

pelahiran bukan sungsang. 1

1

Page 2: REFERAT LETSU

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Letak sungsang didefinisikan sebagai letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong) 1

2.2 Klasifikasi

Letak sungsang dibagi menjadi:

1. Letak bokong murni (frank breech), yaitu hanya bokong saja yang jadi bagian depan sedangkan kedua tungkai bawah lurus ke atas.

2. Letak bokong kaki (complete breech), yaitu disamping bokong teraba kaki, baik teraba kedua kaki atau satu kaki.

3. Letak kaki (footling breech/incomplete breech), yaitu salah satu atau kedua kaki terletak sebagai bagian yang terendah.

Gambar 3 macam presentasi bokong 1

2

Page 3: REFERAT LETSU

2.3 Etiologi

Terjadinya presentasi bokong harus membuat kita waspada akan adanya sesuatu

menghalangi terjadinya presentasi kepala. Teori yang digunakan sekarang adalah teori akomodasi,

yaitu presentasi belakang kepala merupakan hasil akomodasi janin yang berbentuk ovoid sesuai

dengan bentuk uterus. Pada kehamilan aterm akomodasi bokong dan kedua tungkai yang terlipat

lebih besar dari pada fundus uteri. Oleh karena itu presentasi bokong terjadi apabila terdapat

gangguan hubungan akomodasi janin dengan akomodasi uterus.

Karena berbagai sebab yang belum begitu jelas, menjelang kehamilan aterm, kavum uteri

telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal dengan presentasi verteks, presentasi bokong

umumnya terjadi pada akhir trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm 2.

Faktor predisposisi :

1. Pelvis : yaitu bentuk pelvis yang sempit.

2. Akomodasi uterus : misalnya bikornu, uterus berseptum, tumor pelvis, kelemahan dinding

uterus, hidramnion

3. Janin : yaitu bentuk atau ukuran janin yang tidak sesuai dengan akomodasi

uterus, seperti prematuritas, kehamilan ganda, hidrosefalus, kematian

janin intra uterin, trisomi kromosomal 18 dan 21 (sindrom down).

4. Plasenta : plasenta previa (1,2,3,4).

2.4 Diagnosis

Subyektif

Pasien pada kehamilannya mungkin akan merasakan bahwa gerakan janin lebih terasa dibagian bawah perutnya dan beberapa pasien mengeluh adanya rasa tekanan pada perut bagian atas akibat tertekan oleh adanya janin

Pemeriksaan abdomen

Secara klinis dapat di tegakkan diagnosis presentasi bokong dengan cara

pemeriksaan Leopold, yaitu :

Leopold I : didapatkan kepala janin yang bulat dan keras menempati fundus

uteri.

Leopold II : didapatkan punggung janin pada satu sisi, bagian kecil pada sisi lain.

Leopold III : didapatkan bokong yang lunak diatas pintu atas panggul.

Leopold IV : didapatkan bokong yang mapan dibawah simfisis.

3

Page 4: REFERAT LETSU

Pemeriksaan luar dengan Palpasi

Pemeriksaan Dalam

Diagnosis presentasi bokong murni diperkuat dengan pemeriksaan vagina yaitu

dengan meraba, bagian-bagian khusus. Tuberositas iskiadika, sakrum maupun anus biasanya

teraba, dan setelah turun lebih jauh, genitalia eksterna dapat dibedakan (2). Pada presentasi

bokong lengkap, kaki dapat diraba disebelah bokong, sedangkan pada presentasi kaki, letak

salah satu kaki atau kedua kaki lebih rendah dari bokong(2).

Pemerikasaan Utrasonografi

Presentasi bokong dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG. Ukuran kepala,

diameter biparietal, derajat fleksi janin, kelainan janin, jumlah air ketuban, letak plasenta,

kehamilan ganda, abnormalitas uterus(2).

Pemeriksaan Computered Tomografi (CT Scan)

Teknik imagin/scanning ini dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang

tipe presentasi bokong, ada tidaknya fleksi kepala bayi, dan pengukuran panggul secara akurat (2).

2.5 Penatalaksanaan

1.Dalam Kehamilan

Pada umur kehamilan 28 – 30 minggu, mencari penyebab letak sungsang yakni dengan USG ;seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus.Jika tidak ada kelainan pada hasil USG dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada Kontra Indikasi).

4

Page 5: REFERAT LETSU

2. Dalam Persalinan

Jenis Pimpinan persalinan sungsang

Persalinan pervaginam

Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu :

a) Persalinan spontan (spontaneous breech)Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut cara bracht.Tahapan :1) Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusar (skapula

depan). Disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan bokong yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.

2) Tahap kedua : fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena fase ini kepala janin mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan. Bila mulutsudah lahir, janin dapat bernapas lewat mulut.

3) Tahap ketiga : fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), kedunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan intrakranial.

5

Page 6: REFERAT LETSU

Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht,4 :

(1) Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva.(2) Ketika timbul his ibu disuruh mengejan. Pada waktu mulai membuka vulva (crowning)

disuntikkan 2-5 unit oksitosin intra muskulus untuk merangsang rahim sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.

(3) Saat bokong membuka dilakukan episiotomi. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram secara bracht yaitu kedau ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha sedangkan jari jari lain memegang panggul.

(4) Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang,segera kendorkan tali pusat.(5) Penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin untuk mengikuti gerakan rotasi

anterior dengan cara punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan.

Bersamaan dengan dimulainya gerakan hiperlordosis, asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uterus sesuai dengan sumbu panggul. Maksud ekspresi Kristellar ini adalah : Agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat segera diselesaikan. Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi. Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dan kepala janin sehingga

tidak terjadi lengan menjungkit.

(6) Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar, perut, bahu dan lengan dan akhirnya kepala.4

6

Page 7: REFERAT LETSU

b). Prosedur manual aid (partial breech extraction)

Terdiri dari 3 tahapan :

1. Tahapan pertama : Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada frank breech) yang memakai tenaga ibu sendiri.

2. Tahapan kedua :lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.

Cara digunakan untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :

a. Klasik (Deventer)b. Muellerc. Lovsetd. Bickenbach

3. Tahapan ketiga : Lahirnya kepala

a. Mauriceau b. Prague terbalik

1) Tahap pertama, lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan tenaga ibu sendiri.

2) Tahap kedua, Persalinan Bahu : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong

a. Klasik (Deventer)

i. Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini ialah melahirkan lengan belakang terlebih dahulu, karena lengan belakang berada di ruangan yang lebih luas (sakrum) baru kemudian melahirkan lengan depan yang berada dibawah simfisis.

ii. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan di elevasi ke atas sejauh mungkin, sehingga perut janin mendekati perut ibu.

iii. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke jalan lahir dan dengan jari tengah dan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.

iv. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam kebawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.

v. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.

vi. Bila lengan depan sukar dilahirkan maka harus diputar menjadi lengan belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu

7

Page 8: REFERAT LETSU

badan janin sedang jari-jari lainmencengkram dada. Putaran di arahkan ke perut dan dada janin, sehingga lengan depan terletak dibelakang kemudian dilahirkan dengan teknik diatas.1,4

Gambar 3. Klasik Manuver

b. Persalinan bahu dengan cara Mueller

Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui ekstraksi ; disusul melahirkan lengan belakang di belakang ( depan sacrum )

Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul

Gambar 4 (kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan

8

Page 9: REFERAT LETSU

Gambar 5 (kanan) Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari tangan kiri penolong)

Tehnik pertolongan persalinan bahu cara Mueller :

1. Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.2. Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh janin sampai

bahu depan lahir (gambar 4 ) dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah.

3. Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan tangan kanan dan dilakukan elevasi serta traksi keatas (gambar 5),, traksi dan elevasi sesuai arah tanda panah) sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila tidak dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan belakang anak (inset pada gambar 5) 1,4

Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu jauh kedalam jalan lahir maka resiko infeksi berkurang.

c. Cara Lovset1. Prinsip persalinan secara lovset ialah memutar badan janin dalam setengah lingkaran

bolak-balik sambil dilakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya lahir dibawah simfisis.

2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah yang berlawanan setengah lingkaran, demikian seterusnya bolak-balik, sehingga bahu belakang tampak dibawah simfisis dan lengan dapat dilahirkan.

3. Bila lengan janin tidak dapat lahir dengan sendirinya, maka lengan janin ini dapat dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan jari penolong.4

Gambar 6. Tubuh janin dipegang dengan pegangan femuropelvik.

Dilakukan pemutaran 1800 sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

9

Page 10: REFERAT LETSU

Gambar 7. Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Gambar 8. Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu belakang kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

d. Cara Bichkenbach’s

Prinsip persalinan secara Bickenbach’s merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.

e. Melahirkan lengan menunjuk (nucheal arm) Yang dimaksud lengan menunjuk ialah bila salh satu lengan janin melingkar di

belakang leher dan menunjuk ke suatu arah.

o

10

Page 11: REFERAT LETSU

Bila lengan belakang yang menunjuk, maka badan atas janin dicengkram dengan kedua tangan penolong, sehingga kedua ibu jari diletakkan pada punggung janin sejajar sumbu panjang badan. Sedang jari-jari lain mencengkram dada. Badan anak diputar searah dengan arah lengan menunjuk ke arah belakang (sakrum), sehingga lengan tersebut terletak didepan dada dan menjadi lengan belakang. Kemudian lengan ini dilahirkan dengan cara klasik.

Bila lengan depan yang menunjuk, maka dilahirkan dengan cara yang sama, hanya cara memegang badan atas dibalik, yaitu ibu jari diletakkan di dada dan jari lain mencengkram punggung.

f. Melahirkan lengan menjungkit

Yang dimaksud lengan menjungkit ialah bila lengan dalam posisi lurus keatas disamping kepala. Cara terbaik untuk melahirkan lengan menjungkit ialah dengan cara Lovset.

3. Tahap ke III. Persalinan Kepala (after coming head)

Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang dapat dilakukan dengan berbagai cara :

1. Cara Mouriceau ( Viet – Smellie)

Gambar 9. Tehnik Mouriceau

11

Page 12: REFERAT LETSU

i. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan kedalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk, jari keempat mencengkram fosa kanina, sedang jari lain mencengkram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkram leher janin dari arah punggung.

ii. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam kebawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi Kristellar. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang mencengkram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah simfisis, kepala janin di elevasi keatas dengan subosiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hisung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahirlah seluruh kepala janin.1,

2. Cara Prague Terbalik

Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin menghadap simfisis.Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak diletakkan diatas telapak tangan tersebut.Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati perut ibu.Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.1

Gambar 10. Persalinan kepala dengan tehnik Prague terbalik

c). Prosedur Ekstraksi SungsangYaitu janin dilahirkan sepenuhnya dengan menggunakan tenaga penolong. Ekstraksi

sungsang dilakukan jika ada indikasi seperti gawat janin, persalinan macet, tali pusat menumbung.4

1) Teknik ekstraksi kaki3

a. Tangan yang searah dengan bagian-bagian kecil janin dimasukkan secara obstetrik ke dalam jalan lahir, sedang tangan yang lain membuka labia. Tangan yang didalam mencari kaki depan dengan menelusuri bokong, pangkal paha sampai lurur, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang di luar mendorong fundus uterus kebawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.

12

Page 13: REFERAT LETSU

b. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan dibelakang betis sejajar sumbu panjang betis. Dan jari-jari lain didepan betis. Dengan pegangan ini, kaki janin ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir.

c. Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari dibelakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain didepan paha.

13

Page 14: REFERAT LETSU

d. Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas sehingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua trokhanter telah lahir berarti bokong lahir.

e. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka akan lahir lebih dulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam kebawah.

f. Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelvik. Dengan pegangan ini badan janin ditarik curam kebawah sampai pusar lahir.

g. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara persalinan yang sama seperti manual aid.

2) Teknik ekstraksi bokonga. Ekstraksi bokong dilakukan jika jenis letak sungsang adalah letak bokong murni, dan

bokong sudah berada di dasar panggul, sehingga sukar untuk menurunkan kaki.b. Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan ke

dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini, pelipatan paha dikaitkan dan ditarik curam kebawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini, maka tenaga penolong yang lain mencengkram pergelangan tangan tadi dan turut menari curam kebawah.

14

Page 15: REFERAT LETSU

c. Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak dibawah simfisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.

d. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks, kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.

Penyulit anak :

1. Sufokasi / aspirasi :

Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus yang

menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini merangsang janin

untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi.

2. Asfiksia :

Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada fase cepat

3. Trauma intrakranial:

Terjadi sebagai akibat :

Panggul sempit

Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)

Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)1,5.

15

Page 16: REFERAT LETSU

4. Fraktura / dislokasi:

Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif

Fraktura tulang kepala

Fraktura humerus

Fraktura klavikula

Fraktura femur

Dislokasi bahu

5. Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat tekanan pada

pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi dan juga akibat regangan pada

leher saat membebaskan lengan.

Mengingat penyulit pada janin akibat persalinan pervaginam cukup berat, maka

perlu dilakukan evaluasi obstetric dengan teliti, sebelum memutuskan untuk melahirkan janin

pervaginam. Bila sudah diputuskan melahirkan janin pervaginam, maka penolong dituntut

untuk menguasai tehnik persalinan tang terampil. Cara persalinana dengan ekstraksi total

merupakan cara persalinana dengan penyulit janin yang sangat buruk, yaitu kematian janin

lebih banyak dibandingkan persalinan spontan. Oleh karena itu cara persalinan ini sekarang

sudah tidak dianjurkan lagi pada janin hidup. Kematian perinatal pada letak sungsang

dibanding letak belakang kepala rata – rata 5 kali lebih banyak1,4,5.

Prosedur persalinan sungsang per abdominam3 :

1) Persalinan letak sungsang dengan seksio sesarea merupakan cara yang terbaik

ditinjau dari janin.

2) Beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menentukan bahwa letak sungsang harus

dilahirkan perabdominam, misalnya :

a. Primigravida tua

b. Nilai sosial janin tinggi (high social value baby)

c. Riwayat persalinan yang buruk

d. Janin besar, lebih dari 3,5 kg – 4 kg

e. Dicurigai, adanya kesempitan panggul

f. Prematuritas

3) Indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominam disebut indeks Zatuchini dan Andros :

16

Page 17: REFERAT LETSU

0 1 2paritas primi MultiUmur kehamilan >39 minggu 38 minggu <37 mingguTaksiran berat janin >3630 g 3629-3176 g <3176 gPernah letak sungsang

tidak 1 kali >2 kali

Pembukaan serviks <2 cm 3 cm >4cmstation <-3 -2 -1 atau lebih

rendah

Keterangan :≤3 : persalinan per abdominam4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, jika nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam>5 : dilahirkan pervaginam

2.6 Komplikasi

Komplikasi letak sungsang:

a. Morbiditas dan mortalitas bayi tinggi

b. Dapat menurunkan IQ bayi

c. Komplikasi segera :

Ibu, trias komplikasi:

Perdarahan

Trauma persalinan

Infeksi

Bayi, trias komplikasi :

Perdarahan : intrakranial, asfiksia, dan aspirasi air ketuban

Infeksi pasca partum: meningitis dan infeksi lainnya.

Trauma persalinan:

- Kerusakan alat vital di daerah medula oblongata

- Trauma ekstremitas: dislokasi persendian dan fraktura ekstremitas

- Trauma alat visera: lever ruptura dan lien ruptura

Kematian bayi karena:

Asfiksia berat

Perdarahan intrakranial

Infeksi otak-meningitis.6

17

Page 18: REFERAT LETSU

2.7. Prognosis

Bagi ibu pada letak sungsang tidak banyak berbeda dengan prognosis pada letak kepala,

mungkin ruptura perineum lebih sering terjadi. Sebaliknya, prognosis bagi anak dengan letak

sungsang lebih buruk terutama jika anaknya besar dan ibunya seorang primigravida. Kematian anak

dengan letak sungsang kurang lebih 14%, jika kematian karena prematuritas dikurangi, kematian

anak dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar daripada kematian anak letak kepala. 3

Penyebab kematian anak pada letak sungsang: 3

1. Setelah tali pusat lahir, kepala anak mulai masuk kedalam rongga panggul, sehingga tali pusat

tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga, bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit

setelah tali pusat lahir, supaya anak dapat lahir selamat.

2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan cepat.

3. Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena tarikan badan anak.

4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat menumbung, karena bagian depan anak

kurang baik menutup bagian bawah rahim.

Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi, karena mungkin terjadi fraktur dari humerus atau

clavicula pada waktu melahirkan lengan, paralisis lengan karena tekanan atau tarikan pada pleksus

brachialis pada waktu melahirkan kepala dengan cara Mauriceau.

18

Page 19: REFERAT LETSU

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JH, WenstromKD. Breech

Presentation and Delivery in William Obstetrics, 21st edition.New York: Mc Graw Hill

Company, 2001;509-535.

2. Cunningham F Gary, MacDonald Paul C, Gant Norman F, Leveno Kenneth J. Gilstrap III Larry

C, eds Dystocia Due to Abnormalities in Presentation, Position or Development of the

Fetus. In: Williams obstetrics. 19th ed. Connecticut: Appleton & Lange, 1993: 3-500.

3. Sastrawinata, et all. editor. Obstetri Patologi Edisi . Bandung:

4. Wiknjosastro H,Saifuddin AB,Rachimhadhi T, Ilmu bedah Kebidanan. Jakarta. Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardo,2009.

5. Distosia (Patologi Persalinan) dalam Obstetri Patologi Bagian Obstetri dan Ginekologi, edisi

1979. Bandung: Elstar Offset: 169 – 18

6. Manuaba, Ida Bagus Gde. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.

Edisi 2001. Jakarta: EGC

19