referat kontrasepsi.docx

Upload: ian-pahlevi

Post on 12-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referat kontrasepsi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Penelitian sebelumnya mengenai prevalensi dismenorea pada mahasiswi sebuah universitas di Jakarta tahun 2004 menemukan bahwa 83,5% mahasiswi mengalami dismenorea. Pada penelitian lain, didapatkan hanya 38% wanita yang menganggap perdarahan yang banyak pada menstruasi sebagai masalah, padahal 76% dokter yang menerima kasus tersebut menganggapnya sebagai kasus yang perlu dirujuk. Hal tersebut menunjukkan masih rendahnya kesadaran wanita terhadap masalah gangguan menstruasi. Tahun-tahun awal menstruasi merupakan periode yang rentan terhadap terjadinya gangguan. Tujuh puluh lima persen wanita pada tahap remaja akhir mengalami gangguan yang terkait dengan menstruasi. Menstruasi yang tertunda, tidak teratur, nyeri, dan perdarahan yang banyak pada waktu menstruasi merupakan keluhan tersering yang menyebabkan remaja wanita menemui dokter. 1Cakir M et al. Dalam penelitiannya menemukan bahwa dismenorea merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar (89,5%), diikuti ketidakteraturan menstruasi (31,2%), serta perpanjangan durasi menstruasi (5,3%). Pada pengkajian terhadap penelitian-penelitian lain didapatkan prevalensi dismenorea bervariasi antara 15,8-89,5%, dengan prevalensi tertinggi pada remaja. Mengenai gangguan lainnya, Bieniasz J et al. mendapatkan prevalensi amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea sekunder 18,4%, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak 15,8%. Selain itu, dismenorea merupakan alasan utama yang menyebabkan remaja wanita absen dari sekolah. Sindrom pramenstruasi didapatkan pada 40% wanita, dengan gejala berat pada 2-10% penderita. Gangguan menstruasi memerlukan evaluasi yang seksama karena gangguan menstruasi yang tidak ditangani dapat mempengaruhi kualitas hidup dan aktivitas sehari-hari. 2Pada sebuah studi yang dilakukan terhadap mahasiswa didapatkan data bahwa sindrom pramenstruasi (67%) dismenorea (33%) merupakan keluhan yang dirasakan paling mengganggu. Efek gangguan menstruasi yang dilaporkan antara lain waktu istirahat yang memanjang (54%) dan menurunnya kemampuan belajar (50%). Penelitian yang dilakukan di sejumlah negara, termasuk negara-negara berkembang lainnya, mengungkapkan bahwa gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup banyak dihadapi oleh wanita, terutama pada usia remaja. Penelitian serupa di Indonesia masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, referat ini dibuat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai gangguan menstruasi pada wanita, beserta berbagai penanganannya.1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Menstruasi Normal Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. siklus menstruasi adalah proses kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin. Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan. 3,4Perdarahan menstruasi berasal dari sistem arteri dan vena, tetapi perdarahan dari arteri jauh lebih banyak dibandingkan dari vena. Perdarahan endometrium tampaknya terjadi setelah ruptur arteriola dari arteri spiralis, yang selanjutnya menimbulkan hematoma. Dengan adanya hematoma, endometrium superfisial mengalami distensi dan meluruh. Selanjutnya, timbul fisura pada lapisan fungsional di dekatnya, serta terjadi peluruhan fragmen-fragmen jaringan dalam ukuran dan darah. Perdarahan berhenti dengan terjadinya konstriksi arteriola. Perubahan yang menyertai nekrosis jaringan parsial juga berperan dalam menyekat ujung-ujung pembuluh. 5Permukaan endometrium akan pulih kembali dengan tumbuhnya tepi atau kerah, yang membentuk tepi bebas kelenjar endometrium yang meninggi Tepi-tepi ini dengan cepat terbentuk kembali melalui penyatuan tepi-tepi lembaran sel-sel tipis yang bermigrasi ini.5

2.1.1 Fisiologi MenstruasiFungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi 4 Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. 4Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita 3 Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama 7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari.6

2.1.2 Fase-fase dalam Siklus Menstruasi Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus Fase-fase tersebut adalah : 4a. Fase menstruasi atau deskuamasi Fase ini endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini berlangsung selama lima hari (rentang tiga sampai enam hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progeseron, LH (Luteinizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

b. Fase pascamenstruasi atau fase regenerasi Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama 4 hari.

c. Fase intermenstum atau fase proliferasi Fase ini merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari kelima ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal dalam sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Sejak saat ini, terjadi penebalan 8-10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase intermenstum atau fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.

Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : 1. Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel. 2. Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang tinggi. 3. Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis.

d.Fase pramenstruasi atau fase sekresi Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu : 1. Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan. 2. Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Akhir masa ini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel; desidua, terutama yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi

2.1.3 Perubahan Siklus Haid Perubahan siklus haid merupakan suatu keadaan siklus haid yang berbeda dengan yang sebelumnya, yang diukur mulai dari siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal, yang dapat berkisar kurang dari batas normal sekitar 22 35 hari. 7

2.2 Gangguan Pada HaidMenstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai umur 18 tahun setelah itu harus sudah teratur. Menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan interval 22-35 hari (dari hari pertama menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi berikutnya) dan pengeluaran darah menstruasi berlangsung 1-8 hari. Jumlah rata-rata hilangnya darah selama menstruasi adalah 50 ml (rentang 20-80 ml), atau 2-5 kali pergantian pembalut/hari. 6 Gangguan menstruasi paling umum terjadi pad awal dan akhir masa reproduktif, yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas 39 tahun. Gangguan ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus haid, atau jumlah dan lamanya menstruasi. Seorang wanita dapat mengalami kedua gangguan itu.4

2.2.1 Perubahan pada siklus haid 5,6a. Polimenorea Yaitu siklus haid pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari pendarahan). Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, akan menjadi pendeknya masa luteal. Penyebabnya ialah kongesti ovarium karena peradangan, endometritis, dan sebagainya.

b. Oligomenorea Yaitu siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang. Pada remaja oligomenorea dapat terjadi karena imaturitas poros hipotalamus hipofisis ovarium endomterium. Penyebab lainnya antara lain stress fisik dan emosi, penyakit kronis serta gangguan nutrisi.

c. Amenorea Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa. Sepanjang kehidupan individu, tidak adanya menstruasi dapat berkaitan dengan kejadian hidup yang normal seperti kehamilan, menopause, atau penggunaan metode pengendalian kehamilan. Selain itu, terdapat beberapa keadaan atau kondisi yang berhubungan dengan amenorea yang abnormal. Amenorea dibagi menjadi dua bagian besar : 1. Amenorea primer di mana seorang wanita tidak pernah mendapatkan sampai umur 18 tahun. Terutama gangguan poros hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan tidak terbentuknya alat genitalia. 2. Amenorea sekunder, pernah beberapa kali mendapat menstruasi sampai umur 18 waktu 3 bulan atau lebih. Penyebabnya sebagian besar bersumber dari penyebab yang mungkin dapat ditegakkan. Sebab terjadinya amenorea: a. Fisiologis : - sebelum menarche - hamil dan laktasi - menopause senium b. Kelainan congenital

c. Didapatkan : - infeksi genitalia - tindakan tertentu - kelainan hormonal - tumor pada poros hipotalamus-hipofisis atau ovarium - kelainan dan kekurangan gizi

2.2.2Perubahan jumlah darah haid A. Hipermenorea atau menoragia Hipermenorea adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal (lebih dari 8 hari). Terjadi pada masa haid baik teratur maupun tidak. Pendarahan semacam ini sering terjadi dan haidnya biasanya anovulasi. Penyebab terjadinya menoragia kemungkinan terdapat mioma uteri, polip endometrium atau hyperplasia endometrium (penebalan dinding rahim, dan biasanya terjadi pada ketegangan psikologi) 6

B.Hipomenorea Hipomenorea adalah pendarahan haid yang lebih pendek dari biasa dan/atau lebih kurang dari biasa penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita dengan penyakit tertentu. 6

2.2.3Gangguan pada Siklus dan Jumlah darah haid Pada keadaan ini terdapat gangguan siklus menstruasi, perdarahan terjadi dengan interval yang tidak teratur, dengan jumlah darah menstruasi bervariasi, pola menstruasi ini disebut metrorargia.4

2.2.4 Gangguan yang Berhubungan dengan HaidA. Sindrom pramenstruasi (pre-menstrual syndrom/ PMS) Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya terjadi mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid yang menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. Penyebab terjadinya tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada premenstrual syndrom terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesterone.8Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita keluhan-keluhan ini adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.9,10 Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala tersebut di atas. 6

B. Dismenorea Dismenorea adalah nyeri atau rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah, dll. Keluhan ini biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan sel telur. Kadang-kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur (disebut siklus anovulatory), terutama bila darah haid membeku di dalam rahim. Jadi rasa sakit terjadi ketika beku-bekuan itu didorong keluar rahim. Rasa sakit yang menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam sebelum haid datang dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. Sesuatu itu semua rasa tidak enak tadi hilang. Derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup ringan (berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivias sehari-hari), sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan pekerjaannya), berat (rasa nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan isirahat dan pengobatan untuk menghilangkan nyerinya). 4Sebab dismenorea dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu dismenorea primer, semata-mata berkaitan dengan aspek hormonal yang mengendalikan uterus dan tidak dijumpai kelainan anatomis, umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berevolusi. Dismenorea sekunder, rasa nyeri yang terjadi saat menstruasi berkaitan dengan kelainan anatomis uterus seperti endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna. 4

2.2.5Penyebab Gangguan HaidPenyebab gangguan haid sangat banyak, dan secara sistematis dibagi menjadi tiga kategori penyebab utama, yaitu :A. Keadaaan Patologi Panggul Lesi Permukaan pada Traktus Genital Mioma Uteri, Adenomiosis Polip Endometrium Hiperplasia Endometrium Adenokarsinoma endometrium, sarkoma Infeksi pada serviks, endometrium, dan uterus Kanker serviks, polip Trauma Lesi dalam Adenomiosis difus, mioma uteri, hipertrofi miometrium Endometriosis Malformasi arteri vena pada uterusB. Penyakit medis sistemik Gangguan hemostasis : penyakit von Willebrand, Gangguan faktor II, V, VII, VIII, IX, XIII, Trombositopenia, gangguan platelets Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungsi kelenjar adrenal, SLE Gangguan Hipotalamus hipofisis : adenoma, prolaktinoma, stres, olahraga berlebihan.C. Perdarahan uterus disfungsiMerupakan gangguan haid tanpa ditemukan keadaan patologi panggul dan penyakit sistemik.Selain ketiga faktor penyebab tersebut, bila perdarahan uterus abnormal, harus dipikirkan gangguan kehamilan sebagai penyebab. Penyebab Iatrogenik seperti penggunaan pil kontrasepsi, alat kontrasepsi dalam rahim, obat antikoagulansia, antipsikotik, dan preparat hormon bisa juga menyebabkan perdarahan sehingga harus dipikirkan pula saat evaluasi perdarahan uterus abnormal.

2.3 Menopause Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan indung telur. Berhentinya haid akan membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis.11

2.3.1Proses MenopauseSecara endokrinologis, wanita mengalami proses menua sejak di kandungan. Sejumlah 7.000.000 sel telur (folikel) terdapat pada kedua ovarium janin yang berusia 22-24 minggu dan berkurang akibat penghancuran sehingga sewaktu dilahirkan folikel bayi wanita tinggal 2.000.000 buah. Jumlah tersebut menjadi 200.000 saat mendapat haid pertamanya pada masa pubertas. 11 Semakin sedikit folikel berkembang, semakin kurang pembentukan hormon di ovarium, yaitu hormon progesteron dan estrogen. Haid akan menjadi tidak teratur hingga akhirnya endometrium akan kehilangan rangsangan hormon estrogen. Lambat laun haid pun berhenti, disebut proses menopause. 11

2.3.2JenisJenis Menopause Adapun jenis-jenis menopause yaitu : (11)1. Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45 dan 55, pada diri wanita yang paling tidak punya satu indung telur. Durasinya dalam kebanyakan kasus, adalah lima hingga sepuluh tahun, meskipun seluruh proses itu kadang kadang waktu tiga belas tahun. Selama itu menstruasi mungkin berhenti selama beberapa bulan dan kemudian kembali dan durasi intensitas dan alirannya mungkin bertambah atau berkurang. 2. Menopause prematur terjadi agak lebih cepat dibanding yang pertama, pada wanita di usia 30 tahun atau awal 40 tahun yang mempunyai setidak tidaknya satu indung telur. Durasinya biasanya lebih pendek dari pada menopause alamiah, satu hingga tiga tahun. 3. Menopause buatan dapat terjadi secara sangat mendadak, karena terdorong oleh operasi pengangkatan atau gangguan pada fungsi reproduksi termasuk pengangkatan indung telur.

2.3.3Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Menopause Beberapa faktor yang mempengaruhi menopause yaitu: (11) 1. Usia saat haid pertama sekali Semakin muda seorang mengalami haid pertama sekali, semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause artinya wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun akan mengalami menopase lebih dini, sedangkan wanita yang haid lebih dini seringkali akan mengalami menopause sampai pada usianya mencapai 50 tahun.

2. Faktor Psikis Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian mereka akan mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja.

3. Jumlah anak Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan, maka makin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga memperlambat penuaan tubuh.

4. Usia melahirkan Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan memperlambat proses penuaan tubuh.

5. Pemakaian kontrasepsi Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita yang menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.

6. MerokokDiduga, wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok.

7. Sosial Ekonomi Menopause dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, disamping pendidikan dan pekerjaan suami.

2.4Penanganan Perdarahan ireguler dalam bentuk metroragia, menometroragia, oligomenorea, perdarahan memanjang yang sudah terjadi dalam hitungan minggu atau bulan dan berbagai bentuk pola perdarahan lainnya. Bentuk pola perdarahan diatas digabungkan karena mempunyai penanganan yang relatif sama. Sebelum memulai dengan terapi hormon, sebaiknya penyebab sistemik dievaluaso terlebih dulu, seperti yang dilakukan di bawah ini. Periksa TSH : evaluasi penyakit hipotiroid dan hipertiroid sebaiknya dilakukan sejak awal. Periksa Prolaktin : bila ada oligomenorea atau hipomenorea Lakukan PAP smear : bila didapatkan perdarahan pascasenggama Bila curiga atau terdapat risiko keganasan endometrium : lakukan biopsi endometrium dan pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan dengan USG transvagina. Bila terdapat keterbatasan untuk melakukan evaluasi seperti tersebut di atas dapat segera melakukan pengobatan seperti di bawah ini yaitu : Berikan pil kontrasepsi kombinasi (estrogen-progestin) dosis 1 x 1 tablet sehari, diberikan secara siklik selama 3 bulan Bila terdapat kontraindikasi penggunaan pil kontrasepsi kombinasi, dapat diberi progestin : misalnya MPA 10 mg 1x1 tablet per hari. Pengobatan dilakukan selama 14 hari dan dihentikan selama 14 hari. Pengobatan progestin diulang selama 3 bulan.

Bila pengobatan medikamentosa gagal, sebaiknya dipertimbangkan untuk dirujuk ke tempat pengobatan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Pemeriksaan USG transvagina atau infus salin sonohisterografi dilakukan untuk mendeteksi mioma uteri dan polip endometrium. Kegagalan terapi medikamentosa bisa menjadi pertimbangan untuk melakukan tindakan bedah, misalnya ablasi endometrium, reseksi histerokopi, dan histerektomi.Pada keadaan tertentu terjadi variasi minor perdarahan ireguler yang tidak diperlukan evaluasi seperti diterangkan diatas. Perdarahan ireguler yang terjadi dalam 2 tahun setelah menarke biasanya karena anovulasi akibat belum matangnya poros hipotalamus hipofisis ovarium. Haid tidak datang dengan interval memanjang sering terjadi pada periode perimenopause. Pada keadaan demikian konseling sangat diperlukan, tetapi bila diperlukan dapat diberikan kombinasi estrogen progesteron.

MenoragiaMenoragia dapat ditangani tanpa biopsi endometrium. Karena siklusnya yang masih teratur jarang merupakan tanda kondisi keganasan. Walaupun demikian, bila perdarahan lebih dari 7 hari atau terapi dengan obat gagal, pemeriksaan lanjut menggunakan USG transvagina dan biopsi endometrium sangat dianjurkan. Pemeriksaan faal pembekuan darah sebaiknya dilakukan.Pengobatan medikamentosa untuk menoragia dapat dilakukan seperti di bawah ini, yaitu : Kombinasi estrogen progestinTatacara pengobatan sesuai pada pengobatan perdarahan ireguler Progestin diberikan jika terdapat kontraindikasi pemakain estrogen. Tata cara pengobatan sesuai dengan pengobatan perdarahan ireguler. NSAID (obat anti inflamasi non steroid) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berisi levonorgestrel terbukti efektif dan efisien dibandingkan dengan operasi histerektomi pada kasus menoragia.

Penanganan dengan Medikamentosa NonhormonPenanganan medikamentosa diberikan bila tidak ditemukan keadaan patologi pada panggul. Tujuan medikamentosa tersebut adalah mengurangi jumlah darah yang keluar, menurunkan risiko anemia, dan meningkatkan kualitas hidup. Medikamentosa nonhormon yang dapat digunakan untuk gangguan haid adalah sebagai berikut

Obat antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)Asam Mefenamat diberikan dosis 250 500 mg 2 4 kali sehari. Ibuprofen diberikan dengan dosis 600 1.200 mg per hari. NSAID dapat memperbaiki hemostasis endometrium dan mampu menurunkan jumlah darah haid 20 50%. Efek samping secara umum adalah dapat menimbulkan keluhan gastrointestinal dan merupakan kontraindikasi pada perempuan dengan ulkus peptikum.

AntifibrinolisisAsam traneksamat bekerja menghambat plasminogen secara reversibel dan bila diberikan saat haid mampu menurunkan jumlah perdarahan 40-50%. Efek samping asam traneksamat adalah keluhan gastrointestinal dan tromboemboli.

Penanganan dengan Terapi BedahSaat ini telah dikembangkan prosedur bedah invasif minimal dengan cara ablasi untuk mengurangi ketebalan endometrium. Cara ini diduga lebih mudah dilakukan, dan sedikit komplikasi. Namun tentunya masih perlu bukti dengan dilakukan evaluasi lebih lanjut. Beberapa prosedur bedah yang saat ini digunakan pada penanganan gangguan haid / perdarahan uterus abnormal adalah ablasi endometrium, reseksi transervik, histeroskopi operatif, miomektomi, histerektomi, dan oklusi atau emboli arteri uterina.

Perdarahan Uterus DisfungsiPenanganan PUD dilakukan untuk mencapai dua tujuan yang saling berkaitan, yaitu yang pertama mengembalikan pertumbuhan dan perkembangan endometrium abnormal yang menghasilkan keadaan anovulasi dan kedua membuat haid yang teratur.

Mengatur haid supaya normal kembaliSeperti pada perdarahan uterus abnormal, penangan pertama ditentukan berdasarkan kondisi hemodinamik. Bila hemodinamik tidak stabil segera masuk Rumah Sakit untuk perawatan perbaikan keadaan umum. Medikamentosa yang dipakai adalah kombinasi estrogen dan progestin atau progestin dan estrogen.

Mengatur Haid Setelah Penghentian PerdarahanTergantung pada dua hal, yaitu Usia dan Paritas.

Usia remaja, dapat diberikan obat : Kombinasi estrogen progesteron (pil kontrasepsi kombinasi) Progestin siklik, misalnya MPA dosis 10 mg per hari selama 14 hari, 14 hari berikutnya tanpa diberikan obat. Kedua pengobatan diatas diulang selama 3 bulan.

Usia Reproduksi Bila paritas multipara : berikan kontrasepsi hormon seperti di atas Bila infertilitas dan ingin hamil : berikan obat induksi ovulasi

Usia perimenopause Berikan pil kontrasepsi kombinasi dosis rendah atau injeksi DMPA

Dismenorea NSAIDNSAID adalah terapi awal yang sering digunakan untuk dismenorea. NSAID mempunyai efek analgetika yang secara langsung menghambat sintesis prostaglandindan menekan jumlah darah haid yang keluar. Pil Kontrasepsi kombinasiBekerja dengan cara mencegah ovulasi dan pertumbuhan jaringan endometrium sehingga mengurangi jumlah darah haid dan sekresi prostaglandin serta kram uterus. Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi sangat efektif untuk mengatasi dismenorea dan sekaligus akan membuat siklus haid menjadi teratur..Progestin dapat juga dipakai untuk pengobatan dismenorea, misalnya medroksi progesteron asetat (MPA) 5 mg atau didrogesteron 2 x 10 mg mulai haid hari ke-5 sampai 25.Bila penggunaan obat tersebut gagal mengatasi nyeri haid, sebaiknya dipertimbangkan untuk mencari penyebab dismenorea.

PMSTerapi hormon bermanfaat untuk mengurangi keluhan prahaid. Pemberian progestin misalnya didrogesteron dan medroksi progesteron asetat (MPA) dimulai hari ke-16 sampai 25 siklus haid akan mengurangi keluhan tersebut.Pil kontrasepsi kombinasi juga bermanfaat untuk mengatasi sindroma prahaid. Pil kontrasepsi jenis baru yang mengandung komponen progestin drospirenon dengan efek antimineralkortikoid akan mencegah retensi cairan sehingga mengurangi nyeri kepala, payudara, dan tungkai. Pola makan juga harus diperhatikan, dianjurkan untuk melakukan diet rendah garam. Bila terjadi retensi cairan berlebihan pengobatan menggunakan diuretika spironolakton bisa dipertimbangkan.

BAB IIIKESIMPULAN

Gangguan menstruasi dapat terjadi pada siklus, jumlah darah, ataupun keduanya, intensitas nyeri ataupun gejala awal menstruasi. Menopause merupakan hal yang fisiologis pada manusia. Namun dapat terjadi menopause buatan dan prematur, dengan onset usia yang lebih cepat. Penanganan gangguan menstruasi secara umum dilihat dari Keadaan umum pasien. Apabila perdarahan banyak dan akut, maka dilakukan perbaikan keadaan umum dengan masuk RS. Jika keadaan umum baik, diberikan terapi medikamentosa baik hormonal maupun nonhormonal. Jika terapi medikamentosa gagal, maka dipertimbangkan untuk dilakukan penanganan bedah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vegas A, Juraini N, Rodiah, Rahayu N, Fajarini D, Annisa, et al. 2004.Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswi tentang dismenorea dan faktor-faktor yang berhubungan pada mahasiswi tingkat satu dan dua universitas X di Jakarta. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Cakir M, Mungan I, Karakas T, Girisken I, Okten A.2007.Menstrual pattern and common menstrual disorders among university students in Turkey. Pediatrics International. 49(6):938-42.

3. Smeltzer, Suzanne C,. Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

4. Bobak, M & Irene et, al. 2004. Keperawatan maternitas. Edisi 4, Jakarta : EGC.

5. Hanafiah MJ. 2011.Haid dan siklusnya. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachim Hadi T, penyunting. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.h.103-24.

6. Manuaba, I.B.G. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan.

7. Varney, H. 2006. Buku ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

8. Harlow SD, Matanoski GM.2005. The association between weight, physical activity, and stress and variation in the length of the menstrual cycle. Am J Epid.133(1):38-49.

9. Rowland AS, Baird DD, Long S, Wegienka G, Harlow SD, Alavanja M, et al.2002. Influence of medical conditions and lifestyle factors on the menstrual cycle. Epidemiology.13(6):668-74.

10. Hirata M, Kumabe K, Inoue Y. 2002.Relationship between the frequency of menstrual pain and bodyweight in female adolescents. Nippon Koshu Eisei Zasshi. 49(6):516-24.

11. Hendarto, Hendy.2011. Gangguan Haid / perdarahan uterus Abnormal. Dalam : Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachim Hadi T, penyunting. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.h.161-185

12. Kasdu, D.2002. Kiat sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta : Puspa swara

20