referat kep1.doc
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
1/38
REFERAT KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) BERAT
PENDAHULUAN
Definisi
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan
protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi
(AKG). Anak usia dibawah 5 tahun (balita) merupaka golongan yang rentan terhadap
masalah kesehatan dan izi, diantaranya adalah masalah kurang energi protein (KEP) yang
merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Pemerintah dan masyarakat berupaya
menurunkan prevalensi KEP. Namun pada saat ini Indonesia sedang dilanda krisis
ekonomi yang berdampak juga pada peningkatan jumlah penderita KEP. Hal ini ditandai
dengan ditemukannya penderita gizi buruk yang sudah jarang ditemui.
Orang yang beresiko untuk menjadi KEP jika terdapat 1 atau lebih kriteria, yaitu
kehilangan berat badan > 10% dalam 3 bulan terakhir, BB/TB < 90%, BMI < 18,5
Untuk megantisipasi masalah diatas, diperlukan upaya pencegahan dan
penanggulangan secara terpadu di setiap tingkat pelayanan kesehatan, termasuk pada
sarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas perawatan, puskesmas, balai
pengobatan,puskesmas pembantu, pos pelayanan terpadu, dan pusat pemulihan gizi yang
disertai peran aktif masyarakat.
Agar upaya penanggulangan gizi buuk lebih efektif diperlukan peran rumah sakit
yang lebih proaktif dalam membina puskesmas. Peran proaktif yang diharapkan adalah
memfasilitasi pelayanan rujukan melipputi pengetahuan, keterampilan, dan sarana.
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
2/38
Epidemiologi
KEP merupakan penyakit gizi yang sangat penting pada negara yang sedang
berkembang karena prevalensinya tinggi dan hubungannya dengan angka morbiditas dan
mortalitas anak, terhambatnya pertumbuhan fisik, dan ketidakcukupan perkembangansosial dan ekonomi. Analisis epidemiologi dari 53 negara sedang berkembang
mengindikasikan bahwa 56% kematian pada anak-anak 6-59 bulan dipicu oleh potensiasi
malnutrisi dengan penyakit infeksius dan malnutrisi ringan-sedang sebanyak 83% dari
kematian itu.
KLASIFIKASI
KEP ringan
Bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku median WHO-NCHS
dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS
KEP sedang
Bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80% baku
median WHO-NCHS
KEP berat
Bila BB/U < 60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB < 70% baku
median WHO-NCHS
KEP berat secara klinis terdapat dalam 3 bentuk klinis, yaitu:
1. Marasmus
Gejala klinis yang dapat ditemukan adalah
- Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Perubahan mental (cengeng, rewel, apatis)
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
3/38
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada daerah
pantat tampak seperti memakai celana longgar/baggy pants) sehingga turgor kulit
berkurang. Kulit juga tampak kering dan dingin
- Perut cekung
- Iga gombang
- Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare
- Otot-otot atrofi
- Tekanan darah rendah dan tidak jarang terdapat bradikardi
- Frekuensi nafas berkurang
- Anemia
2. Kwashiokor
Gejala klinis yang dapat ditemukan adalah:
- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)
- Penampilan seperti anak gendut
- Pertumbuhan terganggu, berat badan dibawah 60% menurut welcome-trust, begitu pula
dengan tinggi badannya bila KEP sudah berlangsung lama
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis karena mudah dicabut tanpa rasa sakit dan rontok. Pada kwashiorkor yang
lanjut terlihat rambut kusam, kering, halus, jarang. Warna hitam menjadi merah, coklat,
kelabu sampai putih.
- Perubahan status mental, rewel, banyak menangis, dan pada stadium lanjut sangat apatis
- Pembesaran hati
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
4/38
- Otot mengecil (hipotropi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
- Kelainan kulit disebut crazy pavement dermatosis dimulai dengan titik merah
menyerupai petechie, berpadu menjadi bercak yang lambat laun menghitam, yang
kemudian akan mengelupas maka terdapat bagian yang merah dikelilingi oleh batas-
batas yang masih hitam. Bagian tubuh yang sering basah disebabkan terjadinya keringat
atau air kencing dan terus-menerus berupa bercak merah muda yang meluas dan
berubah warna mendapat tekanan merupakan predileksi terjadinya crazy pavement
dermatosis.
- Sering disertai penyakit infeksi, anemia, dan diare
3. Marasmic-kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinis kwashiorkor
dan marasmus, dengan BB/U < 60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang
tidak mencolok.
Etiologi
Orang yang beresiko menjadi kurang energi protein (KEP) adalah orang
kehilangan berat badan ketika terjadi:
- Intake atau asimilasi gastrointestinal untuk menghasilkan kalori tidak mencukupi
kebutuhan gizi.
- Kebutuhan energi lebih besar dibandingkan konsumsi makanan dan asimilasinya dalam
tubuh
- Metabolisme nutrisi yang tidak berfungsi baik karena adanya proses penyakit intrinsik.
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
5/38
Primer
KEP terjadi karena kekurangan konsumsi dan tidak tersedianya bahan makanan.
Faktor-faktor penyebab KEP akibat dari asupan makanan yang kurang atau asupan
makanan dengan kualitas nutrisi protein yang rendah diantaranya :
1. Faktor sosial dan ekonomi
Kemiskinan menyebabkan ketersediaaan makanan yang rendah, kepadatan penduduk
dan kondisi pemukiman yang tidak sehat, serta perawatan anak yang tidak layak
adalah penyebab sering KEP yang berakibat pada kebiasaan perawatan bayi atau anak
yang kurang, kesalahpahaman mengenai kegunaan makanan tertentu, ketidakcukupan
pemberian makan selama sakit, dan distribusi makanan yang tidak tepat. Masalah
sosial seperti kekerasan anak, perampasan orang tua, ditinggalkan saat lansia,
alkoholisme, dan kecanduan obat dapat menyebabkan KEP. Kebiasaan budaya dan
sosial yang menentukan makanan tabu, beberapa makanan dan kebiasaan makan
terutama populer diantara dewasa dan wanita, dan perpindahan dari daerah desa
tradisional ke kota pinggiran dapat menyebabkan atau mempercepat pemunculan
KEP.
2. Faktor Biologis
Malnutrisi maternal sebelum dan/atau selama kehamilan lebih sering menyebabkan
berat badan bayi baru lahir yang rendah. Penyakit infeksius adalah penyumbang
utama sebagai penyebab KEP, seperti diare, campak, AIDS, tuberkulosis yang
menyebabkan keseimbangan negatif protein dan energi karena anoreksia
(pengurangan asupan makanan), muntah, penurunan absorpsi (kehilangan nutrien),
dan proses katabolik (peningkatan kebutuhan dan kehilangan metabolik).
Makanan-makanan dengan konsentrasi rendah protein dan energi akibat terjadinya
kelebihan air dari formula susu atau makanan dari sayuran yang sangat tinggi yang
mempunyai kepadatan nutrien yang rendah dapat menimbulkan KEP pada anak-anak.
Makanan yang rendah protein dan kaya akan karbohidrat terutama menimbulkan
kwashiorkor.
3. Faktor Lingkungan
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
6/38
Kondisi pemukiman padat/tidak sehat menimbulkan infeksi, yang juga merupakan
penyebab KEP yang sangat penting, terutama diantara orang dengan kejadian diare
yang berat dan sering. Pola pertanian, kekeringan, banjir, perang, dan perpindahan
darurat akan mengalami kekurangan makanan dan dapat menyebabkan KEP di semua
populasi.
4. Umur Host
KEP dapat mempengaruhi semua tingkat umur, namun lebih sering pada bayi dan
anak-anak yang sedang tumbuh dengan peningkatan kebutuhan nutrisi (mereka tidak
mendapat makanan sendiri dan biasanya tinggal pada kondisi higienis di bawah
rendah), sehingga sering menjadi diare atau infeksi lainnya. Bayi yang disapih lebih
awal dari ASI atau yang diberi susu formula untuk jangka panjang tanpa pemberian
makanan komplemen yang cukup akan menjadi malnutrisi karena kekurangan asupan
energi dan protein yang adekuat.
Sekunder
Kekurangan kalori-protein akibat penyakit, seperti pada penyakit ginjal, hati,
jantung, dan paru-paru.
PATOFISIOLOGI
1. Respon Metabolik Terhadap Pemasukan Energi Inadekuat
KEP merupakan hasil dari tidak tercukupinya kebutuhan energi dan nutrisi dalam
waktu yang lama. Manifestasinya tergantung dari beberapa faktor, misalnya umur,
infeksi, status nutrisi awal dan kebiasaan mengurangi makan.
Pada keadaan puasa terjadi pengurangan lemak dan perubahan endokrin yang
mempunyai tujuan untuk menjaga fungsi vital dan bertahan hidup sampai didapatkan
lagi energi dari makanan. Akibatnya akan terjadi perubahan-perubahan yaitu
berkurangnya aktivitas, pertumbuhan yang lambat dan perubahan komposisi badan.
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
7/38
Selain itu akan terjadi penurunan laju metabolisme dan peningkatan total cairan tubuh
terutama di ekstaselular.
Hormon cortisol akan meningkat pada keadaan kelaparan dan stress. Sekresi
insulin akan menurun dan akan terjadi resistensi insulin di perifer. Aktivitas insulin-
growth faktor 1 serta efektor metabolik pertumbuhan yang mempengaruhi hormon
pertumbuhan juga berkurang. Efek keseluruhan dari perubahan hormon ini adalah
mobilisasi lemak, degradasi protein otot, dan penurunan basal metabolic rate.
Peningkatan aldosterone yang berperan dalam kehilangan potassium sudah diikuti
oleh pengurangan energi dan penurunan sintesis adenosin trifosfat dalam sodium
pump.
2. Adaptasi Terhadap Penurunan Pemasukan Protein
Selama kehilangan protein, otot skelet yang hilang akan diganti untuk menjaga
enzim yang penting dan memberikan energi untuk proses metabolisme, sehingga
terjadi proses pembentukan protein otot dan peningkatan pemecahan yang akan
memberikan asam amino essensial untuk sintesis protein dan glukoneogenesis. Di
dalam hepar, terdapat pertukaran laju sintesis dari protein yang berbeda : sintesis
albumin, transferrin dan apolipoprotein B akan menurun sedangkan sintesis protein
lain akan dijaga.
3. Perubahan Elektrolit
Pada marasmus dan kwashiorkor akan terjadi retensi sodium sehingga akan terjadi
peningkatan total sodium dalam tubuh, meskipun kadar serumnya rendah sedangkan
total potasium dalam tubuh akan menurun. Selain sodium dan potasium, elektrolit
lain juga akan berubah seperti fosfat , magnesium dan kalsium.
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
8/38
Hipofosfatemia ditemukan dalam anak-anak yang malnutrisi dan berhubungan
dengan tingginya angka mortalitas. Kadar fosfat yang rendah berhubungan dengan
diare dan dehidrasi. Selain hipofosfatemia, hipokalemia juga bisa menyebabkan
hipotonus dan kematian mendadak (sudden death).
4. Interaksi dengan Infeksi
Infeksi dan nutrisi saling berhubungan. Kondisi dimana pemasukan energi dan
protein yang tidak cukup berhubungan dengan kondisi peningkatan bakteri dan
mikroba lain. Produk makanan yang berasal dari daging seperti daging merah, daging
unggas, ikan, susu dan telur merupakan sumber nutrisi yang penting untuk melawan
infeksi. Lemak dibutuhkan untuk memfasilitasi penyerapan dari vitamin seperti E, D
dan A serta untuk menjaga infeksi.
Selama infeksi, terdapat perubahan metabolik yang akan meningkatkan produksi
protein fase akut. Produksi protein fase akut dan perubahan metabolik pada infeksi
diperantarai oleh sitokin, lipid-derived factor termasuk prostaglandin, leukotrien, dan
platelet aktivating factor. Perubahan endokrin juga berperan; hormon-hormon
katabolik juga meningkat seperti glukokortikoid, glukagon, dan epinefrin. Sebagai
tambahan bahwa perubahan efek metabolisme terhadap infeksi sesuai dengan status
nutrisinya.
5. Sitokin
Sintesin sitokin dipercepat oleh infeksi, trauma, iskemi dan keadaan lain. Sitokin
berperan dalam metabolisme protein dan otot, puasa, dan cachexia pada kanker.
Pada anak yang malnutrisi berat didapatkan penurunan reaksi inflamasi dan
menumpulnya responfebrile.
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
9/38
6. Protein Fase Akut
Sitokin memodulasi pembentukan protein fase akut. Pembentukan protein
tersebut adalah di dalam hati dan meningkat bila ada stress seperti infeksi. Pada anak
malnutrisi berat akan terjadi penurunan protein fase akut negatif seperti albumin,
prealbumin, fibronektin dan retinol binding protein. Hal tersebut akan mengakibatkan
meningkatnya sistesis protein dalam hepar.
7. Kwashiorkor
Kwashiorkor berhubungan dengan kurangnya diet protein dan edema yang terjadi
adalah akibat dari rendahnya albumin, namun ada pendapat yang mengatakan bahwa
kwashiorkor tergantung dari intake energi bukan protein dan edema tidak tergantung
dari albumin.
8. Perubahan Organ dan Sistem
Sistem Endokrin
Perubahan endokrin diperantarai oleh adaptasi metabolik terhadap kelaparan.
Atrofi pankreas biasanya ditemukan pada anak sehingga akan mempengaruhi
hormon insulin, glukagon, dan arginine. Penelitian menunjukkan bahwa pada
anak dengan malnutrisi terdapat peningkatan hormon pertumbuhan namun
konsentrasi yang tinggi itu akan mengurangi berat badan. Konsentrasi kortisol
yang tinggi dengan infeksi dan peninggian kortisol ini akan mengakibatkan
hipoglikemi. Fungsi kelenjar tiroid juga mengalami perubahan.
Sistem Imun
Anak dengan KEP berat sangat rentan terkena infeksi terutama bakteri gram
negatif dan dapat meninggal karena sepsis. Pada anak dengan malnutrisi terdapat
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
10/38
perubahan imunitas selular, sistem komplemen dan fungsi PMN dan imunitas
humoral.
Hati
Pada KEP berat, terdapat perubahan produksi protein karier dan protein akut
inflamasi relatif meningkat yang berespon terhadap infeksi atau jejas. Pada
kwasiorkor terdapat pembesaran hati dan terdapat infiltrasi lemak dan akumulasi
trigliserida. Perubahan ini akan baik bila gejala klinisnya membaik dan tidak ada
bukti bahwa kwasiorkor yang lama akan mengakibatkan kerusakan hati.
Jantung
Pada anak dengan KEP berat, curah jantung menurun. Serta dapat terjadi sinus
bradikardi. Bersamaan dengan itu terdapat defisiensi seperti hipokalemia, anemia
dan defisiensi vitamin yang akan berpengaruh terhadap jantung. Efusi perikardial
juga mungkin ada pada malnutrisi dengan edema. Selama penyembuhan, ukuran
jantung meningkat cepat. Bila pergantian/pemasukan makanan dilakukan dengan
cepat terutama bila makanannya tinggi sodium maka gagal jantung dan kematian
mendadak akan terjadi. Tindakan pertama untuk mengatasi hal tersebut adalah
dengan membatasi intake sodium dan memberikan diuretik. Keadaan tersebut
terlihat atau mirip seperti sepsis oleh karena itu kematian yang terjadi dianggap
wajar. Kelainan jantung bukan kelainan primer di jantung tetapi karena syndrome
refeeding.
Saluran Pernapasan
Pengurangan massa otot berpengaruh juga pada otot pernapasan termasuk
diafragma. Hal tersebut akan menurunkan fungsi otot-otot pernapasan yang akan
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
11/38
mempengaruhi kapasitas vital dan inspirasi maksimal dan tekanan inspirasi.
Kelemahan ini akan mengakibatkan abnormalitas elektrolit seperti rendahnya
fosfat dan hipokalemia. Ventilasi berespon terhadap hipoksia tetapi tidak
berespon terhadap hiperkapni. Karena perubahan tersebut, takipnea dan retraksi
sub costal dapat berguna sebagai tanda untuk mendiagnosis pneumoni pada
malnutrisi.
Saluran Pencernaan
Diare dan malnutrisi biasanya terjadi bersamaan. Malnutrisi meningkatkan risiko
terjadinya diare persisten (>14 hari). Pada KEP berat, pengaruh terhadap saluran
pencernaan adalah penurunan produksi asam lambung, penipisan mukosa usus
halus, hilangnya villi dan sel kripta. Perubahan tersebut akan mengganggu fungsi
mukosa, peningkatan permeabilitas dan malabsorpsi. Meskipun ada gangguan
fungsi saluran pencernaan makanan tetap harus diberikan.
Hematologi
Anemia biasanya terjadi pada malnutrisi dan mungkin berhubungan dengan
defisiensi besi dan atau penurunan produksi sel darah merah untuk adaptasi dari
pengecilan massa tubuh. Rendahnya transferin berhubungan dengan peningkatan
resiko kematian di rumah sakit pada anak dengan KEP.
Kulit dan Rambut
Pada marasmus, kulit kering akibat hilangnya lemak subkutan. Hal tersebut
mengakibatkan meningkatnya area permukaan, menurunnya proteksi terhadap
suhu sehingga gampang terjadi hipotermi. Rambut menjadi lebih tipis serta
tumbuhnya lambat dan mudah rontok.
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
12/38
Pada kwasiorkor, beberapa perubahan mirip dengan acrodematitis
enteropatika dan akan membaik dengan pemebrian salep seng. Hal tersebut
mendukung adanya defisiensi seng. Defisiensi nutrisi lain seperti EFA, vitamin B
dan asam amino yang berpengaruh terhadap perubahan kulit. Rambut juga
terpengaruh, terjadi depigmentasi (tanda klasik).
Fungsi Otak dan Perkembangan
Anak dengan KEP berat pada umur-umur awal mungkin terdapat penurunan
pertumbuhan otak, myelinasi saraf, produksi neurotransmitter dan kecepatan
konduksi saraf. Dalam jangka panjang, bila lingkungan tidak mendukunk, terjadi
perubahan dari perilaku dan kognitif anak.
Tulang
Anak dengan KEP berat biasanya akan stunted setelah sembuh. Pada malnutrisi
terdapat laju turnover tulang yang rendah dan tinggi pada fase penyembuhan.
Demineralisasi tulang disebabkan oleh defisiensi fosfat. Defisiensi nutrisi lain
oleh vitamin D yang menyebabkan riketsia dan osteomalasia, vitamin C
menyebabkan scurvy dan perubahan bentuk tulang karena defisiensi tembaga
mungkin dapat ditemukan.
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis KEP didapatkan dari anamnesa makanan, gambaran klinis termasuk
antropometri serta pemeriksaan laboratorium. Karakteristik klinik, biokimia, dan
fisiologis dari KEP bervariasi berdasarkan kehebatan penyakit, umur pasien, keberadaan
defisit nutrisi lain dan infeksi, dan predominan defisiensi energi atau protein.
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
13/38
MANIFESTASI KLINIS
Penurunan berat badan dan lemak di bawah kulit merupakan gambaran fisik yang
paling konsisten pada KEP ringan sampai sedang pada orang dewasa. Anak-anak dengan
KEP memberikan gambaran tambahan yang berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan fisik seperti bentuk tubuh kerdil (tinggi badan tidak sesuai dengan umur)
atau kurus kering (berat badan yang sangat rendah, tidak sesuai dengan tinggi badan) dan
keterlambatan pubertas. KEP juga menyebabkan keterlambatan perkembangan kognitif
dan psikososial anak.
a. Marasmus
Seiring adanya kegagalan dalam kenaikan berat badan akan diikuti kehilangan
berat badan, dengan kehilangan turgor kulit yang menjadi keriput dan longgar karena
lemak subkutan menghilang. Karena lemak hilang terakhir dari pipi, maka muka bayi
dapat bertahan relatif normal untuk beberapa saat sebelum menjadi lisut/berkerut dan
keriput. Atrofi otot pun terjadi dengan hipotonia.
Suhu biasanya subnormal, denyut nadi menjadi lambat dan BMR berangsur
berkurang. Awalnya, bayi akan bertingkah namun kemudian menjadi lesu tanpa
gairah, dan makannya berkurang. Bayi menjadi konstipasi namun tipe starvasi dari
diare nampak, dengan stool kecil mengandung mucus.
Kehilangan otot dan lemak subkutan memberi karakteristik KEP nonedematus
berat sebagai penampakan tulang-kulit. Pasien marasmus anak-anak memiliki
keterlambatan pada pertumbuhan longitudinal yang nyata. Rambut tipis dan kering,
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
14/38
tanpa kilau normal, mudah dicabut tanpa rasa sakit. Kulit kering dan tipis, dengan
sedikit elastisitas dan mudah keriput.
Beberapa pasien anoreksia, lapar, tetapi jarang menyesuaikan dengan makanan
jumlah besar dan mereka mudah muntah. Diare dapat terjadi dengan tanda-tanda
lemah, dan anak-anak sering tidak dapat berdiri tanpa pertolongan. Denyut jantung,
tekanan darah dan suhu tubuh rendah namun takikardi dapat terjadi. Hipoglikemia
dapat terjadi, terutama setelah puasa 6 jam atau lebih, dan sering disertai dengan
hipotermia 35,5oC atau kurang. Terjadi distensi abdomen dan nodus limfatikus mudah
teraba.
Ciri-ciri pelengkap umum antara lain gastroenteritis akut, dehidrasi, infeksi
respiratori, dan lesi mata disebabkan hipovitaminosis A. Infeksi sistemik
menimbulkan syok septik atau perdarahan intravaskular dengan angka mortalitas
tinggi.
Gejala singkat dari marasmus :
- Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua ataupun monyet
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada daerah
pantat tampak seperti memakai celana longgar/baggy pants)
-Perut cekung
- Iga menonjol
- Sering disertai : - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
- diare
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
15/38
b. Kwashiorkor
Bukti klinik awal dari malnutrisi protein adalah tidak jelas tetapi termasuk letargi,
apati, atau iritabilitas. Pada keadaan berlanjut, menyebabkan pertumbuhan yang
terhambat, kurang stamina, hilangnya jaringan otot, peningkatan kemungkinan
infeksi, dan edema. Imunodefisiensi sekunder adalah satu dari banyak manifestasi
serius dan konstan.
Infeksi, baik akut maupun kronik (TB dan HIV), dan infestasi parasit sangat
umum terjadi, sedangkan anoreksia, muntah dan diare berlanjut. Otot menjadi lemah,
tipis, dan atrofi, tetapi kadang-kadang ada kelebihan lemak subkutan. Perubahan
mental umumnya terjadi, terutama iritabilitas dan apatis.
Ciri-ciri predominan dari kwashiorkor adalah edema tanpa rasa sakit, biasanya
pada kaki, tetapi pemanjangan sampai perineum, ekstrimitas atas dan muka pada
kasus yang berat. Kebanyakan pasien mempunyai lesi kulit (sering membingungkan
dengan penyakit pellagra) pada daerah edema, tekanan berlanjut, atau iritasi yang
sering. Kulit dapat eritematus, dan berkilau pada daerah edematus dengan zona yang
kering, hiperkeratosis, dan hiperpigmentasi. Lemak subkutan dipertahankan dan ada
pengurangan otot. Defisit berat badan, setelah dihitung terhadap berat edema biasanya
tidak seberat pada marasmus. Tinggi badan mungkin normal atau kurang, tergantung
dari kekronikan dan riwayat nutrisi lampau.
Rambut kering, rapuh, dan tanpa kemilau normal dan mudah dicabut tanpa sakit.
Rambut keriting menjadi lurus, dan pigmentasi biasanya berubah tidak mengkilap
coklat, merah, atau putih kekuning-kuningan. Mereka apatis dan iritabel, mudah
menangis, dan memiliki ekspresi sengsara dan sedih. Anoreksia (kadang-kadang
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
16/38
perlu pemberian makan lewat NGT), muntah setelah makan, dan diare umumnya
terjadi. Kondisi ini meningkat tanpa pengobatan gastrointestinal spesifik sebagai
kemajuan kesembuhan nutrisi. Hepatomegali disebabkan oleh infiltrasi lemak berat,
perut sering menonjol keluar karena distensi lambung dan loop intestinal, peristaltik
tidak beraturan dan sering lambat, tonus dan kekuatan otot secara besar dikurangi,
serta terjadi takikardi. Hipotermia dan hipoglikemia dapat terjadi setelah waktu puasa
pendek.
Diferensial diagnosis harus dibuat dari kasus lain edema dan hipoproteinemia
serta dari KEP sekunder yang disebabkan oleh kelemahan dalam absorpsi atau
metabolisme protein. Infeksi fatal dapat terjadi, tanpa demam, takikardi, distres
respiratori, atau leukositosis yang tepat. Kasus meninggal umumnya akibat edema
paru dengan bronchopneumonia, septikemis, gastroenteritis, dan ketidakseimbangan
air dan elektrolit.
Gejala singkat dari kwashiorkor:
- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa
sakit, rontok
- Perubahan status mental, apatis, dan rewel
- Pembesaran hati
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
17/38
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Sering disertai : - penyakit infeksi, umumnya akut
- anemia
- diare.
c. Marasmic-Kwashiorkor
Bentuk marasmik-kwashiorkor adalah kombinasi karakteristik klinik KEP
marasmus dan kwashiorkor (edematus). Ciri-ciri utama adalah edema dari
kwashiorkor dengan atau tanpa lesi kulit dan pengurangan otot dan penurunan lemak
subkutan dari marasmus. Saat edema hilang selama pengobatan awal, penampakan
pasien menyerupai marasmus. Ciri-ciri biokimia dari marasmus dan kwashiorkor
terlihat, namun perubahan defisiensi protein berat biasanya predominan.
Gejala singkat dari marasmik-kwashiorkor:
Gambaran klinik merupakan gabungan/campuran dari beberapa gejala klinik
marasmus dan kwashiorkor.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah : Hb, Leukosit, Eritrosit, Nilai Absolut Eritrosit, Hematokrit, Apus Darah Tepi,
Albumin, Protein Total, Ureum, Kreatinin, Kolesterol, HDL, Trigliserida, Fe,
TIBC, Transthyretin Serum, Elektrolit, Glukosa, Bilirubin, Indeks Protrombin
dan Biakan
Urin : Kultur, Urea N, Hidroksiprolin
Apus Rektal
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
18/38
Ciri-ciri biokimia dan histopatologis dari KEP berat
Penemuan biokimia umum sebagai berikut :
1. Konsentrasi total protein serum dan terutama albumin secara nyata berkurang pada
KEP edematus, dan normal atau rendah pada marasmus.
2. Hemoglobin dan hematokrit biasanya rendah, terlebih pada kwashiorkor daripada
marasmus.
3. Rasio asam amino nonesensial dan esensial plasma meningkat pada kwashiorkor dan
biasanya normal pada marasmus.
4. Level Free Fatty Acid (FFA) serum meningkat, terutama pada kwashiorkor.
5. Level glukosa darah normal atau rendah setelah puasa 6 atau lebih.
6. Eksresi urin kreatinin, hidroksiprolin, 3-metil histidin, dan urea nitrogen rendah.
Banyak perubahan biokimia lain yang sudah diterangkan pada KEP berat,
meskipun mempunyai sedikit pengaruh pada diagnosis penyakit.
Penelitian histopatologis menunjukkan atrofi nonspesifik, terutama pada jaringan dengan
angka turnover sel yang besar seperti mukosa usus, sumsum tulang merah, dan epitel
testikular, sedangkan pada vili usus dan enterosit kehilangan penampakan columnarnya.
Perubahan kulit terdiri atas atrofi dermal, ekimosis, ulserasi, dan deskuamasi
hiperkeratosis, terlihat pada daerah yang iritasi. Hepar pada kwashiorkor besar dengan
infiltrasi lemak; lemak periportal terlihat pertama dan berlanjut sejalan dengan
meningkatnya kehebatan penyakit.
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
19/38
PENATALAKSANAAN
Pasien dengan KEP tidak kompleks seharusnya diobati di luar rumah sakit sejauh
memungkinkan. Perawatan rumah sakit meningkatkan resiko infeksi silang dan situasi
yang tidak umum, meningkatkan apatis dan anoreksia pada anak-anak, sehingga
makannya akan sulit. Anak-anak dengan malnutrisi berat dengan tanda dari prognosis
buruk atau komplikasi lain dan tinggal di lingkungan sosial menyedihkan yang tidak
mempunyai sarana medis dan nutrisional cukup, harus dirawat. Strategi pengobatan
dibagi ke dalam 3 tingkat : a) Pemulihan kondisi kehidupan yang mengancam b)
Pemulihan status nutrisi tanpa mengganggu homeostasis dan c) Menjamin rehabilitasi
nutrisi.
Dehidrasi sedang atau berat, manifestasi atau dugaan infeksi, tanda defisiensi
vitamin A berat, anemia berat, hipoglikemia, diare berlanjut, kulit dan lesi membran
mukus, anoreksia, dan hipotermia seluruhnya harus diobati. Untuk dehidrasi ringan
sampai sedang, dapat diberikan oral atau NGT, saat memungkinkan, untuk mencegah
aspirasi. Cairan intravena (iv) diperlukan untuk pengobatan dehidrasi berat. Jika cairan
iv tidak dapat diberikan, infus intraosseus (marrow) atau intraperitoneal dari 70mL/kg
larutan Ringer Laktat (RL) dapat menyelamatkan hidup. Antibiotik seharusnya efektif
diberikan parenteral untuk 5-10 hari.
Saat dehidrasi sudah diperbaiki, pemberian makanan dengan oral atau NGT
dimulai dengan sedikit namun sering dari susu cair (66 kkal dan 1,0 g protein/100 mL
pada ~ 120 mL/kg/24 jam) dengan suplementasi nutrien; kekuatan dan volume bertahap
ditingkatkan dan sering menurun lebih dari 5-7 hari berikutnya. Pada hari 6-8, anak-anak
seharusnya mendapat 150 mL/kg/24 jam pada ~6 pemberian susu energi tinggi (114 kkal
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
20/38
dan 4,1 g protein/100mL). Susu sapi atau yoghurt untuk anak-anak intoleransi laktosa,
seharusnya dibuat dengan 50 g gula /L.
Infeksi bakteri seharusnya diobati secara bersamaan dengan terapi makanan, jika
tidak berat dapat ditunda sampai pemulihan selesai.
TATA LAKSANA RAWAT INAP KEP BERAT/GIZI BURUK
Pada tata laksana rawat inap penderita KEP berat/Gizi buruk di rumah sakit terdapat 5
(lima) aspek penting, yang perlu diperhatikan :
A. Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat/Gizi buruk (10 langkah utama).
B. Pengobatan penyakit penyerta.
C. Kegagalan pengobatan.
D. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas.
E. Tindakan pada kegawatan.
A. PRINSIP DASAR PENGOBATAN RUTIN KEP BERAT/GIZI BURUK
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu :
1. Mengatasi/mencegah hipoglikemia
2. Mengatasi/mencegah hipotermia
3. Mengatasi/mencegah dehidrasi
4. Mengkoreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Mengobati/mencegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
21/38
8. Mengkoreksi defisiensi nutrien mikro
9. Melakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Menyiapkan dan merencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Dalam proses pengobatan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi,
fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus terampil memilih langkah
mana yang cocok untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan pada semua penderita
KEP berat/Gizi buruk (kwashiorkor, marasmus maupun marasmik-kwashiorkor).
TABEL KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN
ZAT GIZI FASESTABILISASI TRANSISI REHABILITASI
Energi 100 Kkal/KgBB/hr 150 Kkal/KgBB/hr 150-200 Kkal/KgBB/hr
Protein 1-1,5 g/KgBB/hr 2-3 g/KgBB/hr 4-6 g/KgBB/hr
Vitamin A Vitamin A oral pada hari I :
umur > 1 tahun : 200.000 SI,
6-12 bulan : 100.000 SI,
< 6 bulan : 50.000 SI,
kecuali bila dapat dipastikan
anak sudah mendapat
suplementasi vit.A pada 1
bulan terakhir. Bila ada
tanda/gejala defisiensi vit.A,
berikan vitamin dosis terapi.
Vitamin A oral pada hari I :
umur > 1 tahun : 200.000
SI,
6-12 bulan : 100.000 SI,
< 6 bulan : 50.000 SI,
kecuali bila dapat
dipastikan anak sudah
mendapat suplementasi
vit.A pada 1 bulan terakhir.
Bila ada tanda/gejala
defisiensi vit.A, berikan
vitamin dosis terapi.
Vitamin A oral pada hari I :
umur > 1 tahun : 200.000
SI, 6-12 bulan : 100.000 SI,
< 6 bulan : 50.000 SI,
kecuali bila dapat
dipastikan anak sudah
mendapat suplementasi
vit.A pada 1 bulan terakhir.
Bila ada tanda/gejala
defisiensi vit.A, berikan
vitamin dosis terapi.
Asam Folat 1 mg/hari (5 mg pada hari
pertama)
1 mg/hari (5 mg pada hari
pertama)
1 mg/hari (5 mg pada hari
pertama)
Zinc 2 mg/kgBB/hari 2 mg/kgBB/hari 2 mg/kgBB/hari
Cuprum 0,2 mg/kgBB/hari 0,2 mg/kgBB/hari 0,2 mg/kgBB/hari
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
22/38
Fe 3 mg/kgBB/hari atau
sulfas ferrosus 10
mg/kgBB/hari
(Bila BB mulai naik)
3 mg/kgBB/hari atau
sulfas ferrosus 10
mg/kgBB/hari
(Bila BB mulai naik)
3 mg/kgBB/hari atau
sulfas ferrosus 10
mg/kgBB/hari
(Bila BB mulai naik)Cairan 130 ml/KgBB/hr atau
100 ml/KgBB/hr (jika
edema)
150 ml/KgBB/hr 150-200 ml/KgBB/hr
Sepuluh Langkah Utama Pada Tatalaksana KEP Berat
Langkah ke-1 : Pengobatan /Pencegahan Hipoglikemia
Hipoglikemia dan hipotermia biasanya terjadi bersama-sama, sebagai tand adanya
infeksi. Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu ketiak < 36 0C/ Suhu dubur 36,5 C, bila memakai
pemanas ukur setiap 30 menit. Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
24/38
waktu, terutama malam hari. Raba suhu anak. Bila ada hipotermia, periksa
kemungkinan hipoglikemia.
Pencegahan
Segera beri makan/formula khusus setiap 2 jam (langkah 6). Sepanjang malam selalu
beri makan. Selalu selimuti dan hindari basah. Hindari paparan langsung dengan
udara (mandi atau pemeriksaan medis terlalu lama)
Langkah ke-3 : Pengobatan/Pencegahan Dehisrasi
Jangan menggunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali pada keadaan syok/renjatan.
Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan perlahan-lahan untuk
menghindari beban sirkulasi dan jantung (penanganan kegawatan)
Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak Na dan kurang K untuk
penderita KEP berat. Sebagai pengganti, berikan larutan garam khusus yaitu Resomal
atau penggantinya (lampiran tentang cairan Resomal). Tidaklah mudah untuk
memperkirakan status dehidrasi pada KEP berat dengan menggunakan tanda-tanda klinis
saja. Jadi, anggap semua anak KEP berat dengan diare encer mengalami dehidrasi
sehingga harus diberi cairan resomal/pengganti sebanyak 5 mL/kgbb setiap 30 menit
selama 2 jam p.o. atau lewat pipa nasogastrik. Selanjutnya beri 5-10 mL/kgbb/jam untuk
4-10 jam berikutnya; jumlah tepat yang harus diberikan tergantung berapa banyak anak
menginginkannya dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah. Ganti
resomal/ cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula khusus sejumlah, bila
keadaan rehidrasi menetap/stabil. Selanjutnya mulai beri formula khusus (langkah 6).
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
25/38
Selama pengobatan, pernafasan cepat dan nadi lemah akan membaik, dan anak mulai
kencing.
Pemantauan
Penilaian atas kemanuan proses rehidrasi setiap -1 jam selama 2 jam pertama
tiap jam untuk 6-12 jam, dengan memantau denyut nadi, pernafasan, frekuensi
kencing dan frekuensi diare/muntah. Adanya air mata, mulut basah, kecekungan mata
dan ubun-ubun besar yang berkurang, perbaikan turgor kulit, merupakan tanda bahwa
rehidrasi telah berlangsung, tetapi pada KEP berat perubahan ini sering kali tidak
terlihat, walaupun rehidrasi sudah tercapai. Pernafasan dan denyut nadi yang cepat
dan menetap selama rehidrasi menunjukkan adanya infeksi atau kelebihan cairan.
Tanda kelebihan cairan : frekuensi pernafasan dan nadi meningkat, edema dan
pembengkakan kelopak mata bertambah. Bila ada tanda-tanda tersebut, hentikan segera
pemberian cairan dan nilai kembali setelah 1 jam.
Pencegahan
Bila diare encer berlanjut, teruskan pemberian formula khusus (langkah 6). Ganti
cairan yang hilang dengan Resomal/pengganti (jumlah lk sama) sebagai pedoman,
berikan Resomal/penganti sebanyak 50-100mL setiap kali buang air besar cair. Bila
masih mendapat ASI teruskan.
Langkah ke-4 : Koreksi Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Pada semua KEP berat terjadi kelebihan Na tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
Defisiensi K dan Mg sering terjadi dan paling sedikit perlu 2 minggu, untuk pemulihan.
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
26/38
Ketidakseimbangan elektrolit ini ikut berperan dlam terjadinya edema (jangan obati
edema dengan pemberian diuretikum). Berikan K 2-4 mEq/kgbb/hr (150-300 mg
KCL/kgbb/hr), Mg 0,3-0,6 mEq/kgbb/hr (7,5-15 mg MgCl2/kgbb/hr). Untuk rehidrasi,
berikan cairan rendah Na (resomal/pengganti). Siapkan makanan tanpa diberi garam.
Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang ditambahkan langsung
pada makanan. Penambahan 20 mL larutan pada 1 L formula, dapat memenuhi kebutuhan
K dan Mg (lampiran untuk cara pembuatan larutan)
Langkah ke-5 : Pengobatan dan Pencegahan Infeksi
Pada KEP berat, tanda yang biasanya menunjukkan adanya infeksi seperti demam
seringkali tidak tampak, karenanya pada semua KEP berat beri secara rutin antibiotika
spektrum luas. Vaksinasi campak bila usia anak > 6 bulan dan belum pernah diimunisasi
(bila keadaan anak sudah memungkinkan, paling lambat sebelum anak dipulangkan).
Ulangi pemeberian vaksin setelah keadaan gizi anak menjadi baik. Beberapa ahli
memberikan metronidazol (7,5 mg/kgbb, setiap 8 jam selama 7 hari) sebagai tambahan
pada antibiotika spektrum luas guna mempercepat perbaikan mukosa usus dan
mengurangi risiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik akibat pertumbuhan bakteri
anaerob dalam usus halus.
Pilihan antibiotika spektrum luas, bila tanpa penyulit Kotrimoksazol 5 mL suspensi
pediatri p.o. 2x/hari selama 5 hari (2,5 mL bial berat badan < 4 kg). Bila anak sakit berat
(apatis, letargi) atau ada penyulit (hipoglikemia, hipotermia, infeksi kulit, saluran nafas
atau saluran kencing), berikan Ampisillin 50mg/kgbb im/iv setiap 6 jam selama 2 hari,
kemudian p.o. amoksisilin 15mg/kgbb setiap 8 jam selama 5 hari. Bila amoksisilin tidak
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
27/38
ada, teruskan ampisilin 50 mg/kgbb setiap 6 jam p.o. dan Gentamisin 7,5
mg/kgbb/i.m./i.v. sekali sehari selama 7 hari. Bila dalam 48 jam tidak terdapat kemajuan
klinis, tambahkan kloamfenikol 25 mg/kgbb/i.m/i.v. setiap 6 jam selama 5 hari. Bila
terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik spesifik yang sesuai.
Tambahkan obat malaria bila pemeriksaan darah untuk malaria positif. Bila anoreksia
menetap setelah 5 hari pengobatan antibiotika, lengkapi pemberian hingga 10 hari. Bila
masih tetap ada, nilai kembali keadaan anak secara lengkap, termasuk lokasi infeksi,
kemungkinan adanya organisme yang resisten serta apakah vitamin dan mineral telah
diberikan dengan benar.
Langkah ke-6 : Mulai pemberian Makanan
Pada awak fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat hati-hati karena keadaan faali
anak sangat lemah dan kapasitas homeostasis berkurang. Pemebrian makanan harus
segera dimulai setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan
protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja.
Formula khusus seperti F WHO 75 yang dianjr\urkan dan jadwal pemberian makanan
harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut di atas (tabel
pemberian diet dan cairan). Berikan formula dengan cairan/gelas. Bila anak terlalu terlalu
lemah, berikan dengan sendok/pipet. Pada anak dengan selera makan baik tanpa edema,
jadwal pemberian makanan pada fase stabilisasi ini dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja
(1 hari untuk setiap tahap). Bila masukan makanan < 80 Kkal/kgbb/hr, berikan sisa
formula nasogastrik. Jangan memberikan makanan lebih dari 100 Kkal/kgbb/hr pada fase
stabilisasi ini. Pantau dan catat jumlah yang diberikan dan sisanya, muntah, frekuensi
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
28/38
buang air besar dan konsistensi tinja dan berat badan harian. Selama fase stabilisasi, diare
secara perlahan-lahan berkurang dan berat badan mulai naik, tetapi pada penderita
dengan edema, berat badannya akan menurun dulu bersamaan dengan menghilangnya
edema, baru kemudian BB mulai naik. Bila diare berlanjut atau memburuk walaupun
pemberian nutrisi sudah berhati-hati, lihat bab diare persisten.
Langkah ke-7 : Perhatikan Tumbuh Kejar
Pada masa rehabilitasi, dibutuhkan berbagi pendekatan secara gencar agar tercapai
masukan makan yang tinggi dan pertambahan berat badan lebih dari 10 gram/kgbb/hari.
Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan, biasanya 1-2 minggu,
setelah dirawat.
Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal jantung yang dapat
terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
Pada periode transisi, dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula
khusus awal ke formula khusus lanjutan.
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0,9-1 g per 100 ml) dengan
formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2,9 g per 100 ml) dalam jangka
waktu 48 jam.
Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan
energi dan protein yang sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali (=200 ml/kgBB/hari).
Pemantauan pada masa transisi
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
29/38
Frekuensi nafas
Frekuensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 x/ menit dan denyut nadi > 25 x/ menit dalam
pemantauan setiap 4 jam berturut-turut, kurangi volume pemberian formula.
Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi
Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering
Energi 150-220 Kkal/kgBB/hari
Protein 4-6 g/kgBB/hari
Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula karena energi dan
protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar.
Pemantauan setelah periode transisi
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan
Timbang anak setiap pagi sebelum anak diberi makan
Setiap minggu, kenaikan BB dihitung (g/kgBB/hari)
Bila kenaikan BB
Kurang (< 5 g/kgBB/hr) perlu re-evaluasi menyeluruh
Sedang (5-10 g/kgbb/hr), evaluasi apakah masukan makanan mencapai target atau
apakah infeksi telah dapat diatasi.
Langkah ke-8 : Koreksi Defisiensi Nutrien-mikro
Semua KEP berat, menderita kekurangan vitamin dan mineral. Walaupun anemia biasa
dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi (Fe), tetapi tunggu sampai anak
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
30/38
mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya setelah minggu ke-2). Pemberian
besi pada masa awal dapat memperburuk keadaan infeksinya.
Berikan setiap hari multivitamin, asam folat 1 mg/hr 95 mg pada hari pertama), seng (Zn)
2 mg/kgbb/hr, tembaga (Cu) 0,25mg/kgbb/hr. Bila berat badan mulai naik : Fe 3
mg/kgbb/hr atau sulfas ferrosus 10 mg/kgbb/hr. Vitamin A oral pada hari ke-1
Anak > 1 tahun : 200.000 SI
6-12 bulan : 100.000 SI
0-5 bulan : 50.000 SI (jangan berikan bila pasti sebelumnya
anak sudah mendapat vitamin A)
Langkah ke-9 : Berikan Stimulasi Sensorik dan Dukung Emosional
Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, berikan kasih
sayang, linkungan yang ceria, terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit/hari,
aktivitas fisik segera setelah sembuh, keterlibatan ibu (memberikan makanan,
memandikan, bermain, dsb)
Langkah ke -10 : Tindak Lanjut di Rumah
Bila anak berat badannya sudah mencapai 80% BB/U, dapat dikatakan anak sembuh.
Pola pemberian makanan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah
setelah penderita dipulangkan.
Peragakan kepada orang tua pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan
nutrien yang padat. Serta terapi bermain yang terstruktur.
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
31/38
Sarankan agar membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur, pemberian
suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster) serta pemberian vitamin A setiap 6 bulan.
B. PENGOBATAN PENYAKIT PENYERTA
Pengobatan ditujukan pada penyakit yang sering menyertai KEP berat, yaitu :
Defisiensi vitamin A, dermatosis, parasit/cacing, diare melanjut, dan tuberkulosis (khusus
tuberkulosis pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali
alergi) dan R-foto toraks. Bila positif, sangat mungkin tuberkulosis (TB), obati sesuai
pedoman pengobatan TB).
Bila terdapat defisiensi vitamin A pada mata vitamin A pada hari ke-1, 2 dan 14
p.o dengan dosis :
Usia > 1 thn : 200.000 SI/x
6-12 bulan : 100.000 SI/x
0-5 bulan : 50.000 SI/x
Bila terdapat ulserasi pada mata tambahkan perawatan lokal untuk mencegah
prolaps lensa berupa :
Tetes mata kloramfenikol atau salep mata tetrasiklin setiap 2-3 jam selama 7-10
hari
Tetes mata atropin, 1 tetes, 3 kali sehari selama 3-5 hari
Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
Dermatosis (ditandai hipo/hiperpigmentasi, deskuamasi/ kulit mengelupas, lesi
ulserasi eksudatif yang menyerupai luka bakar dan sering disertai infeksi sekunder antara
lain oleh kandida; umumnya terdapat defisiensi Zn).
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
32/38
Setelah suplementasi Zn dan dermatosis membaik penyembuhan akan lebih
cepat bila :
Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KMnO4 1% selama 10 menit.
Salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
Usahakan daerah perineum tetap kering
Parasit/cacing
Mebendazol 100 mg p.o. 2x sehari selama 3 hari
Diare berlanjut (diare biasa menyertai KEP berat tetapi akan berkurang dengan
sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Intoleransi laktosa tidak jarang
sebagai penyebab diare. Diobati hanya bila diare berlanjut dan tidak ada perbaikan
keadaan umum)
Berikan formula bebas/rendah laktosa
Metronidazol 7,5 mg/kgBB p.o setiap 8 jam, selama 7 hari
Sering kerusakan mukosa usus dan giardiasis merupakan penyebab lain
berlanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik.
C. KEGAGALAN PENGOBATAN
Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan kenaikan berat badan :
1. Tingginya angka kematian
Bila mortalitas >5%, perhatikan saat terjadi kematian :
dalam 24 jam pertama : kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis yang
terlambat/ tidak terdeteksi, atau proses rehidrasi kurang tepat.
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
33/38
dalam 72 jam : diperiksa apakah volume formula terlalu banyak atau pemilihan
formula tidak tepat.
malam hari : kemungkinan terjadi hipotermia karena selimut kurang memadai,
tidak diberi makan, perubahan konsentrasi formula terlalu cepat.
2. Kenaikan berat badan tidak adekuat pada fase rehabilitasi
Penilaian kenaikan BB : - baik : > 10 g/kgBB/hr
- sedang : 5-10 g/kgBB/hr
- kurang : 80% atau berat badan/tinggi badan >90%. Anak KEP
berat yang pulang sebelum rehabilitasi tuntas, di rumah harus diberi makanan tinggi
energi (150 Kkal/kgBB/hari) dan tinggi protein (4-6 gram/kgBB/hari) :
memberi makanan untuk anak yang sesuai (energi dan protein) dengan porsi paling
sedikit 5 kali sehari.
memberi makanan selingan diantara makanan utama.
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
34/38
mengupayakan makanan selalu dihabiskan.
memberi suplementasi vitamin dan mineral atau elektrolit.
meneruskan ASI.
E. TINDAKAN PADA KEGAWATAN
a. Syok (renjatan) :
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis. Syok karena dehidrasi akan membaik dengan
cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak.
Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaC1 0,9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar
dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam 1 jam pertama.
Evaluasi setelah 1 jam :
Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernafasan) dan status
hidrasi/syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti diatas untuk 1
jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per
oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan
formula khusus (F-75/pengganti).
Bila tidak ada perbaikan klinis pada anak menderita syok septik. Dalam hal ini,
berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah
sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah
pemberian formula (F-75/pengganti).
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
35/38
b. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila :
Hb
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
36/38
3. Kebutuhan protein mulai dari 1 sampai 6 gram per kg BB/hari.
4. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi atau pemberian
bahan makanan sumber mineral tertentu, sebagai berikut :
Bahan makanan sumber mineral khusus :
Sumber Zn : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam.
Sumber Cuprum : tiram, daging, hati
Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai
Sumber Magnesium : daun seledri, bubuk coklat, kacang-kacangan, bayam,
Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentang, apel, alpukat,
bayam, daging tanpa lemak.
5. Jumlah cairan 130-200 ml per kg BB/hari, bila terdapat edema dikurangi.
6. Cara pemberian : per oral atau lewat pipa nasogastrik (NGT).
7. Porsi makanan kecil dan frekuensi makan sering.
8. Makanan fase stabilisasi hipoosmolar/isoosmolar dan rendah laktosa dan rendah serat
(lihat tabel formula WHO dan modifikasi).
9. Meneruskan pemberian ASI.
10. Membedakan jenis makanan berdasarkan berat badan, yaitu:
BB7 kg dapat langsung diberikan
makanan anak secara bertahap.
11. Mempertimbangkan hasil anamnesis riwayat gizi.
B. EVALUASI DAN PEMANTAUAN PEMBERIAN DIET
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
37/38
1. BB sekali seminggu: Bila tidak naik, kaji penyebab antara lain: masukkan zat gizi
tidak adekuat, defisiensi zat tertentu, misalnya iodium, adanya infeksi, adanya
masalah psikologis.
2. Pemeriksaan laboratorium: Hb, Gula darah, feses (adanya cacing), dan urin
3. Masukan zat gizi: bila kurang, modifikasi diet sesuai selera
4. Kejadian diare: gunakan formula rendah atau bebas laktosa dan hiperosmolar, misal:
susu rendah laktosa, tempe, dan tepung-tepungan
5. Kejadian hipoglikemi: beri minum air guila atau makan setiap 2 jam
C. PENYULUHAN GIZI DI RUMAH SAKIT
1. Menggunakan leaflet khusus yang berisi: jumlah, jenis, dan frekuensi pemberian
makanan
2. Selalu memberikan contoh menu
3. Mempromposikan ASI
4. Memperhatikan riwayat gizi
5. Mempertimbangkan sosial-ekonomi keluarga
6. Memberikan demonstrasi atau praktek memasak makanan balita untuik ibu
D. TINDAK LANJUT
1. Merujuk ke puskesmas
2. Merencanakan dan mengikuti kunjungan rumah
3. Merencanakan pemberdayaan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
-
7/29/2019 Referat KEP1.doc
38/38
Behrman, Richard E., MD., et. al. 2000.Nelson Textbook of Pediatrics 16th ed.
Pennsylvania :W. B. Saunders Company.
Braunwald, Eugene, M.D., et al. Harrisons Principles Of Internal Medicine 15th
ed.Volume 1. McGraw Hill Medical Publishing Division.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Pedoman Kekurangan Energi Protein (KEP).
Mahan, L. Kathleen, MS, RD, CDE., Escott-Stump, Sylvia, MA, RD. 1996.Krauses
Food, Nutrition and Diet Therapy 9th ed. Pennsylvania : W. B. Saunders
Company.
Penny, Mary E.,MB, ChB. 2004.Nutrition in Pediatric: Protein-Energy Malnutrition:
Pathophysiology, Clinical Consequences, and Treatment. Pennsylvania :
Lippincott Williams & Wilkins.
Shils, Maurice E., M.D., Sc.D.,et. al.1999.Modern Nutrition in Health and Disease 9th
ed.Volume 1 & 2. Pennsylvania : Lippincott Williams & Wilkins.