gagal ginjal kronik pada anak 1 doc referat

51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan masalah yang tidak jarang ditemukan pada anak. Kemajuan yang pesat dalam pengelolaan menjadikan prognosis penyakit ini membaik sehingga pengenalan dini GGK merupakan masalah yang penting. Membaiknya pengobatan pada akhir-akhir ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bertambahnya pengertian tentang patofisiologi GGK, aplikasi yang tepat dari prinsip pengelolaan medis GGK, dan kemajuan teknologi dalam tehnik dialisis serta transplantasi ginjal. Pada saat ini, telah dimungkinkan pengelolaan GGK pada anak yang sangat muda, pengelolaan ditujukan untuk mempertahankan kemampuan fungsional nefron yang tersisa selama mungkin dan memacu pertumbuhan fisik yang maksimal, sebelum dilakukannya dialisis atau transplantasi. Sulit untuk menentukan secara pasti angka kejadian GGK pada anak. ada tahun 1972, American Society of Pediatric Nephrology memperkirakan diantara anak yang berumur di bawah 16 tahun terdapat 2.5-4 persejuta populasi dari umur yang sama menderita GGK pertahunnya.4 Di negara Inggris, Gagal Ginjal Terminal pada anak dalam tahun 1997- 1999 penderita Gagal Ginjal Terminal per tahun pada anak berumur kurang dari 18 tahun adalah 7.4 persejuta populasi pada umur yang sama, dimana anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan, dengan perbandingan laki-laki : perempuan adalah 1.76:1. Esbjorner (1997) dari Swedia melaporkan insiden tahunan Gagal Ginjal Terminal sebesar 6.4 (4.4-9.5) per sejuta anak berusia 16 tahun 1

Upload: muetia-ichi

Post on 25-Jul-2015

225 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan masalah yang tidak jarang ditemukan pada anak.

Kemajuan yang pesat dalam pengelolaan menjadikan prognosis penyakit ini membaik sehingga

pengenalan dini GGK merupakan masalah yang penting. Membaiknya pengobatan pada akhir-

akhir ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bertambahnya pengertian tentang patofisiologi

GGK, aplikasi yang tepat dari prinsip pengelolaan medis GGK, dan kemajuan teknologi dalam

tehnik dialisis serta transplantasi ginjal. Pada saat ini, telah dimungkinkan pengelolaan GGK

pada anak yang sangat muda, pengelolaan ditujukan untuk mempertahankan kemampuan

fungsional nefron yang tersisa selama mungkin dan memacu pertumbuhan fisik yang maksimal,

sebelum dilakukannya dialisis atau transplantasi.

Sulit untuk menentukan secara pasti angka kejadian GGK pada anak. ada tahun 1972,

American Society of Pediatric Nephrology memperkirakan diantara anak yang berumur di

bawah 16 tahun terdapat 2.5-4 persejuta populasi dari umur yang sama menderita GGK

pertahunnya.4 Di negara Inggris, Gagal Ginjal Terminal pada anak dalam tahun 1997- 1999

penderita Gagal Ginjal Terminal per tahun pada anak berumur kurang dari 18 tahun adalah 7.4

persejuta populasi pada umur yang sama, dimana anak laki-laki lebih banyak dibandingkan

dengan anak perempuan, dengan perbandingan laki-laki : perempuan adalah 1.76:1. Esbjorner

(1997) dari Swedia melaporkan insiden tahunan Gagal Ginjal Terminal sebesar 6.4 (4.4-9.5) per

sejuta anak berusia 16 tahun pada periode tahun 1986-1994.

Di Jepang, Hattori (2002) melaporkan pada tahun 1998, prevalensi Gagal Ginjal Terminal

pada anak-anak yang berusia antara 0-19 tahun sebanyak 22 per sejuta populasi dari umur yang

sama. Anak-anak yang berusia lebih tua mempunyai prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan

adik-adiknya. Penyebab utama terjadinya Gagal Ginjal Terminal di Jepang adalah

hipoplasia/displasia ginjal dan glomerulosklerosis fokal segmental. Insiden pasien baru Gagal

Ginjal Terminal adalah 4 per sejuta populasi dari umur yang sama pada tahun 1998.

Angka kejadian GGK pada anak di Indonesia yang bersifat nasional belum ada. Pada

penelitian di 7 rumah sakit Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Indonesia didapatkan 2% dari

2889 anak yang dirawat dengan penyakit ginjal (tahun 1984-1988) menderita GGK. Di RSCM

Jakarta antara tahun 1991-1995 ditemukan GGK sebesar 4.9% dari 668 anak penderita penyakit

ginjal yang dirawat inap, dan 2.6% dari 865 penderita penyakit ginjal yang berobat jalan. GGK

1

Page 2: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

pada anak umumnya disebabkan oleh karena penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal

kongenital. Angka kejadian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya selama 5

tahun (1988-1992) adalah 0,07% dari seluruh penderita rawat tinggal di bangsal anak

dibandingkan di RSCM Jakarta dalam periode 5 tahun (1984-1988) sebesar 0,17%.

2

Page 3: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL

II. 1. Anatomi Ginjal

Ginjal merupakan organ ganda yang terletak di daerah abdomen, retroperitoneal antara

vertebra lumbal 1 dan 4. Pada neonatus kadang-kadang dapat diraba. Seluruh traktus

urinarius yaitu ginjal, ureter dan kandung kemih terletak di daerah retroperitoneal. Pada janin

permukaannya berlobulasi yang kemudian menjadi rata pada masa bayi.

Ginjal terdiri dari korteks dan medula. Tiap ginjal terdiri atas 8-12 lobus yang berbentuk

piramid. Dasar piramid terletak di korteks dan puncaknya yang disebut papila bermuara di

kaliks minor. Pada daerah korteks terdapat glomerulus, tubulus kontortus proksimal dan

distal. Daerah medula penuh dengan percabangan pembuluh darah arteri dan vena renalis,

ansa Henle dan duktus koligens. Satuan kerja terkecil dari ginjal disebut nefron. Tiap ginjal

mempunyai kira-kira 1 juta nefron. Nefron terdiri atas glomerulus, kapsula Bowman, tubulus

kontortus proksimal, ansa Henle dan tubulus kontortus distal. Ujung dari nefron yaitu tubulus

kontortus distal bermuara ada di duktus koligens.

3

Page 4: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

Nefron yang terletak di daerah korteks disebut nefron kortikal, sedangkan yang terletak di

perbatasan dengan medula disebut nefron juksta medular. Nefron juksta medular mempunyai

ansa Henle yang lebih panjang yang berguna terutama pada eksresi air dan garam. Sebagian dari

tubulus distal akan bersinggungan dengan arteriol aferen dan eferen pada tempat masuknya

kapsula Bowman. Pada tempat ini sel tubulus distal menjadi lebih rapat dan intinya lebih tegas

disebut makula densa. Juga dinding arteriol aferen yang bersinggungan mengalami perubahan

dan mengandung granula yang disebut renin. Daerah ini yang merupakan segitiga dengan batas-

batas pembuluh aferen, eferen dan makula densa disebut aparat juksta glomerular.

II.2. FISIOLOGI DASAR GINJAL

Fungsi ginjal terutama untuk membersihkan plasma darah dari zat-zat yang tidak diperlukan

tubuh terutama hasil-hasil metabolisme protein. Proses ini dilakukan dengan beberapa

mekanisme, yaitu :

1. filtrasi plasma di glomerulus

2. reabsorpsi terhadap zat-zat yang masih diperlukan tubuh di tubulus

3. sekresi zat-zat tertentu di tubulus

Jadi urin yang terbentuk sebagai hasil akhir adalah resultat dari filtrasi - sekresi -

reabsorpsi.

4

Page 5: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

Fungsi ginjal secara keseluruhan dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu :

I. Fungsi ekskresi

1. Ekskresi sisa metabolisme protein

Sisa metabolisme lemak dan karbohidrat yaitu CO2 dan H2O dikeluarkan melalui

paru dan kulit. Sisa metabolisme protein yaitu ureum, kalium, fosfat, sulfat

anorganik dan asam urat dilekuarkan melalui ginjal. Jadi bila terjadi kerusakan

ginjal, akan terjadi penimbunan zat-zat hasil metabolisme tersebut dengan akibat

terjadi azotemia,hiperkalemia, hiperfosfatemia, hiperurisemia dan lain-lain dengan

segala macam akibatnya.

2. Regulasi volume cairan tubuh

Bila tubuh kelebihan cairan maka terdapat rangsangan melalui a. karotis interna ke

osmoreseptor di hipotalamus anterior. Rangsangan tersebut diteruskan ke kelenjar

hipofisis posterior sehingga produksi hormon anti-diuretik (ADH) dikurangi dan

akibatnya diuresis menjadi banyak. Sebaliknya bila tubuh kekurangan air (dehidrasi),

maka produksi ADH akan bertambah sehingga produksi urin berkurang karena

penyerapan air di tubulus distal dan duktus koligens bertambah. Ginjal melakukan

konservasi cairan dengan mekanisme counter current.

5

Page 6: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

3. Menjaga keseimbangan asam-basa

Keseimbangan asam dan basa tubuh diatur oleh paru dan ginjal. Sesuai dengan

rumus Henderson Hasselbach :

pH = 6,1 (konstan) + log NaHCO3 (ginjal)

H2CO3 (paru)

6

Page 7: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

II. Fungsi endokrin

1. Partisipasi dalam eritropoesis

Pembentukan sel darah merah diperlukan zat erotropoetin. Eritropoetin, merangsang

produksi sel darah merah oleh sumsum tulang. Eritropoetin dirubah dari

proeritropoetin yang mungkin dibuat dalam hati oleh zat yang diproduksi ginjal yang

disebut faktor eritropoetik ginjal (kidney erythropoetic factor).

2. Pengaturan tekanan darah

Bila terjadi iskemia ginjal misalnya oleh stenosis arteri renalis, maka granula rennin

akan dilepaskan dari aparat jukstaglomerular. Renin akan merubah angiotensinogen

di dalam darah menjadi angiotensin I. Kemudian angiotensin I dirubah lagi menjadi

angiotensin II oleh enzim konvertase di paru. Angiotensin II mempunyai 2 efek,

yaitu pertama mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan kedua

merangsang korteks kelenjar adrenal untuk memproduksi aldosteron. Aldosteron

bersifat meretensi air dan natrium sehingga akibatnya volume darah bertambah.

Kombinasi kedua efek tersebut akan mengakibatkan hipertensi.

3. Keseimbangan kalsium dan fosfor

Ginjal mempunyai peranan pada metabolisme vitamin D. Vitamin D atau

7

Page 8: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

kolekalsiferol dirubah di hati menjadi 25 (OH)-kolekalsiferol (D3). Kemudian baru

setelah dirubah kedua kalinya yaitu di ginjal menjadi 1,25 (OH)2 D3 ia menjadi

metabolit aktif dan dapat menyerap kalsium di usus. Bila terjadi kerusakan ginjal

misal pada GGK, maka hanya sedikit dibentuk 1,25 (OH)2 D3 sehingga terjadi

hipokalsemia. Hal ini diperberat lagi dengan adanya retensi fosfor yang mempunyai

perbandingan terbalik dengan kalsium darah. Hipokalsemia akan merangsang

kelenjar paratiroid untuk memproduksi parathormon (PTH) dengan maksud untuk

meninggikan kadar kalsium darah.

BAB III

GAGAL GINJAL KRONIK

III.1 DEFINISI

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu keadaan menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG)

yang bersifat tidak reversibel dan terbagi dalam 4 stadium sesuai dengan jumlah nefron yang

masih berfungsi. Pada anak-anak GGK dapat disebabkan oleh berbagai hal, terutama karena

kelainan kongenital, glomerulonefritis, penyakit multisistem, dan lain-lain.

8

Page 9: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

Gagal ginjal kronik adalah apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit/1.73m2

luas permukaan tubuh, oleh karena dibawah kadar fungsi ginjal tersebut gangguan asidosis

metabolik dan hiperparatiroidisme sekunder telah tampak nyata, pertumbuhan mulai terganggu,

dan progresivitas penurunan fungsi ginjal akan terus berlanjut.

III.2 KLASIFIKASI

Dalam arti luas GGK menunjukkan bahwa pada anak tersebut telah terjadi penurunan fungsi

ginjal, tetapi beratnya gangguan fungsi ini bervariasi dari ringan sampai berat. Kebanyakan

penulis membuat klasifikasi berdasarkan presentase laju filtrasi glomerulus (LFG) yang tersisa.

GGK dibagi atas 4 tingkatan yaitu :

1. Gagal ginjal dini

Ditandai dengan berkurangnya sejumlah nefron sehingga fungsi ginjal yang ada sekitar 50-80%

dari normal. Dengan adanya adaptasi ginjal dan respon metabolik untuk mengkompensasi

penurunan faal ginjal maka tidak tampak gangguan klinis.

2. Insufisiensi ginjal kronik

Pada tingkat ini fungsi ginjal berkisar antara 25-50% dari normal. Gejala mulai dengan adanya

gangguan elektrolit, gangguan pertumbuhan dan keseimbangan kalsium dan fosfor. Pada tingkat

ini LFG berada di bawah 89 ml/menit/1,73m2.

3. Gagal ginjal kronik

Pada tingkat ini fungsi ginjal berkurang hingga 25% dari normal dan telah menimbulkan

berbagai gangguan seperti asidosis metabolik, osteodistrofi ginjal, anemia, hipertensi, dan

sebagainya. LFG pada tingkat ini telah berkurang menjadi di bawah 30 ml/menit/1,73m2.

4. Gagal ginjal terminal

Pada tingkat ini fungsi ginjal 12% dari normal, LFG menurun sampai < 10 ml/menit/1,73m2 dan

pasien telah memerlukan terapi dialisis atau transplantasi ginjal.

Klasifikasi lain GGK berdasarkan LFG, yaitu:

1. Gangguan fungsi ginjal (Impaired renal functions):

LFG = 80-50 ml/menit/1,73m2. Pada tingkat ini biasanya pasien masih asimptomatik.

2. Insufisiensi ginjal kronik

LFG = 50-30 ml/menit/1,73m2. Pada tingkat ini sudah bisa ditemukan gejala:

9

Page 10: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

Gangguan metabolik a.l. Hiperparatiroid sekunder, asidosis metabolik ringan

Hambatan pertumbuhan dan

Fungsi ginjal akan progresif menurun.

3. Gagal ginjal kronik

LFG = 30-10 ml/menit/1,73m2. Pada tingkat ini penurunan fungsi ginjal akan terus berlanjut.

4. Gagal ginjal terminal

LFG = < 10 ml/menit/1,73m2. Pada tingkat ini perlu dilakukan terapi pengganti yaitu dialisis

peritoneal/hemodialisis atau transplantasi. Tingkat ini juga disebut gagal ginjal tahap akhir (End

stage renal failure).

Fase sebelum GGT disebut pra GGT (Pre terminal renal failure). Pada fase ini perlu dilakukan

pengobatan konservatif secara berhati-hati untuk menjaga pertumbuhan anak secara optimal dan

memperlambat penurunan fungsi ginjal selama mungkin. Banyak diantaranya bisa mencapai

umur dewasa. Sebaiknya penanggulangan dilakukan oleh atau bersama dengan konsultan

nefrologi anak.

III.3 ETIOLOGI

Dua penyebab utama GGGK pada anak adalah kelainan kongenital dan glomerulonefritis

kronik. Etiologi yang paling sering didapatkan pada anak di bawah 6 tahun adalah kelainan

kongenital, kelainan perkembangan saluran kencing seperti uropati obstruktif, hipoplasia dan

displasia ginjal, dan ginjal polikistik. (lihat tabel). Menurut laporan EDTA, glomerulonefritis dan

pielonefritis merupakan penyebab tersering timbulnya GGK (24%), diikuti oleh penyakit

herediter (15%), penyakit sistemik (10,5%), hipoplasia ginjal (7,5%), penyakit vaskular (3%),

penyakit lainnya (9%) serta yang tidak diketahui etiologinya 7%. Dari kelompok pielonefritis

dan nefritis interstitial yang tersering adalah uropati obstruktif kongenital dan nefropati refluks

(>60%), diikuti oleh displasia ginjal.

Tabel 1. Etiologi GGK Pada Anak

Kelompok Penyakit Habib Potter Zilleruelo

Pistor

Kelainan kongenital termasuk uropati obstruktif

116 (43.0)

45 (29,2)

46 (56,8) 209 (33,5)

Glomerulonefritis kronis primer dan sekunder termasuk sekunder akibat

71 (26,3)

59 (38,4)

22 (27,1) 122 (19,6)

10

Page 11: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

kelainan sistemik

Nefritis interstitial dan pielonefritis yang tidak berhubungan dengan uropati obstruktif

-- 12 (7,8) -- 74 (11,9)

Kelainan herediter 61 (22,5)

20 (13,0)

2 (2,5) 119 (19,1)

Nefropati vaskular termasuk sindrom hemolitik uremik

11 (4,1)

9 (5,8) 5 (6,2) 27 (4,3)

Lain-lain 11 (4,1)

9 (5,8) 6 (7,4) 72 (11,6)

Secara praktis penyebab GGK dapat dibagi menjadi kelainan kongenital, kelainan didapat,

dan kelainan herediter:

1. Kelainan kongenital: hipoplasia renal, displasia renal, uropati obstruktif

2. Kelainan herediter: nefronoftisis juvenil, nefritis herediter, sindrom alport

3. Kelainan didapat: glomerulosklerosis fokal segmental, glomerulopati membranosa, kelainan

metabolit (oksalosis, sistinosis)

Penyebab GGK pada anak sangat erat hubungannya dengan usia saat timbul GGK. Gagal

ginjal kronik yang timbul pada anak di bawah usia 5 tahun sering ada hubungannya dengan

kelainan anatomis ginjal seperti hipoplasia, displasia, obstruksi dan kelainan malformasi ginjal.

Sedangkan GGK yang timbul pada anak diatas 5 tahun dapat disebabkan oleh penyakit

glomerular (glomerulonefritis, sindrom hemolitik ureumik) dan kelainan herediter (sindrom

Alport, kelainan ginjal kistik).

III.4 PATOFISIOLOGI

Tanpa memandang penyebab kerusakan ginjal, bila tingkat kemunduran fungsi ginjal

mencapai kritis, penjelekan sampai gagal ginjal stadium akhir tidak dapat dihindari. Mekanisme

yang tepat, yang mengakibatkan kemunduran fungsi secara progresif belum jelas, tetapi faktor-

faktor yang dapat memainkan peran penting mencakup cedera imunologi yang terus-menerus;

hiperfiltrasi yang ditengahi secara hemodinamik dalam mempertahankan kehidupan glomerulus;

masukan diet protein dan fosfor; proteinuria yang terus-menerus; dan hipertensi sistemik.

Endapan kompleks imun atau antibodi anti-membrana basalis glomerulus secara terus-menerus

pada glomerulus dapat mengakibatkan radang glomerulus yang akhirnya menimbulkan jaringan

parut.

11

Page 12: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

Cedera hiperfiltrasi dapat merupakan akhir jalur umum yang penting pada destruksi

glomerulus akhir, tidak tergantung mekanisme yang memulai cedera ginjal. Bila nefron hilang

karena alasan apapun, nefron sisanya mengalami hipertroti struktural dan fungsional yang

ditengahi, setidak-tidaknya sebagian, oleh peningkatan aliran darah glomerulus. Peningkatan

aliran darah sehubungan dengan dilatasi arteriola aferen dan konstriksi arteriola eferen akibat-

angiotensin II menaikkan daya dorong filtrasi glomerulus pada nefron yang bertahan hidup.

"Hiperfiltrasi" yang bermanfaat pada glomerulus yang masih hidup ini, yang berperan

memelihara fungsi ginjal, dapat juga merusak glomerulus dan mekanismenya belum dipahami.

Mekanisme yang berpotensi menimbulkan kerusakan adalah pengaruh langsung peningkatan

tekanan hidrostatik pada integritas dinding kapiler, hasilnya mengakibatkan keluarnya protein

melewati dinding kapiler, atau keduanya. Akhirnya, kelainan ini menyebabkan perubahan pada

sel mesangium dan epitel dengan perkembangan sklerosis glomerulus. Ketika sklerosis

meningkat, nefron sisanya menderita peningkatan beban ekskresi, mengakibatkan lingkaran

setan peningkatan aliran darah glomerulus dan hiperfiltrasi. Penghambatan enzim pengubah

angiotensin mengurangi hiperfiltrasi dengan jalan menghambat produksi angiotensin II, dengan

demikian melebarkan arteriola eferen, dan dapat memperlambat penjelekan gagal ginjal.

Model eksperimen insufisiensi ginjal kronis telah menunjukkan bahwa diet tinggi-protein

mempercepat perkembangan gagal ginjal, mungkin dengan cara dilatasi arteriola aferen dan

cedera hiperperfusi. Sebaliknya, diet rendah-protein mengurangi kecepatan kemunduran fungsi.

Penelitian manusia memperkuat bahwa pada individu normal, laju filtrasi glomerulus (LFG)

berkorelasi secara langsung dengan masukan protein dan menunjukkan bahwa pembatasan diet

protein dapat mengurangi kecepatan kemunduran fungsi pada insufisiensi ginjal kronis.

Beberapa penelitian yang kontroversial pada model binatang menunjukkan bahwa

pembatasan diet fosfor melindungi fungsi ginjal pada insufisiensi ginjal kronis. Apakah

pengaruh yang menguntungkan ini karena pencegahan penimbunan garam kalsium-fosfat dalam

pembuluh darah dan jaringan atau karena penekanan sekresi hormon paratiroid, yang

berkemungkinan nefrotoksin, masih belum jelas.

Proteinuria menetap atau hipertensi sistemik karena sebab apapun dapat merusak dinding

kapiler glomerulus secara langsung, mengakibatkan sklerosis glomerulus dan permulaan cedera

hiperfiltrasi.

Ketika fungsi ginjal mulai mundur, mekanisme kompensatoir berkembang pada nefron

sisanya dan mempertahankan lingkungan internal yang normal. Namun, ketika LFG turun di

bawah 20% normal, kumpulan kompleks kelainan klinis, biokimia, dan metabolik berkembang

sehingga secara bersamasaan membentuk keadaan uremia.

12

Page 13: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

III.5 GEJALA DAN TANDA

Gejala klinis yang timbul pada GGK merupakan manifestasi dari:

1. Kegagalan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Penumpukan metabolit toksik yang disebut toksin uremik.

3. Kurangnya hormon ginjal seperti eritropoietin dan bentuk aktif vitamin D (1,25

dihidroksivitamin D3).

4. Abnormalitas respons end organ terhadap hormon endogen (hormon pertumbuhan).

Pada pasien GGK yang disebabkan penyakit glomerulus atau kelainan herediter, gejala

klinis dari penyebab awalnya dapat kita ketahui sedangkan gejala GGK-nya sendiri tersembunyi

dan hanya menunjukkan keluhan non-spesifik seperti sakit kepala, lelah, letargi, kurang nafsu

makan, muntah, polidipsia, poliuria, gangguan pertumbuhan. Pada pemeriksaan fisik sering

ditemukan anak tampak pucat, lemah, dan menderita hipertensi. Keadaan ini dapat berlangsung

bertahun-tahun, sehingga pasien telah menderita gangguan anatomis berupa gangguan

pertumbuhan dan ricketsia. Namun dengan pemeriksaan yang teliti dan cermat akan ditemukan

keadaan-keadaan seperti azotemia, asidosis, hiperkalemia, gangguan pertumbuhan, osteodistrofi

ginjal, anemia, gangguan perdarahan, hipertensi, gangguan neurologi.

1. Gangguan keseimbangan elektrolit

Natrium

Dengan berkurangnya LFG yang progresif pada pasien GGK, ginjal akan

mempertahankan keseimbangan natrium dengan meningkatkan ekskresi natrium oleh nefron

yang masih baik. Bila adaptasi ini tidak terjadi, akan timbul retensi natrium yang akan

membahayakan tubuh. Meningkatnya ekskresi natrium ini disebabkan karena meningkatnya

rejeksi tubular dengan akibat meningkatnya fraksi ekskresi natrium (FeNa). Faktor-faktor

yang dapat meningkatkan FeNa pada pasien GGK belum jelas diketahui. Suda, dkk dalam

penelitiannya pada pasien GGK (LFG antara 11-66 ml/menit/1,73m2 melaporkan

kemungkinan peningkatan FeNa disebabkan pembentukan faktor natriuretik atrial. Tetapi

penderita GGK ini tidak dapat mengeliminasi beban natrium ini dengan cepat, yaitu pada

pasien GGK dengan LFG subnormal (LFG rata-rata 34ml/menit/1,73m2) hanya mampu

mengekskresi setengah dari jumlah natrium dalam waktu 2 jam setelah diberi infus NaCl,

dibanding orang normal. Hal ini menunjukkan toleransi pasien GGK terhadap peningkatan

masukan natrium yang tiba-tiba adalah buruk dan dapat menimbulkan perubahan volume

ekstraseluler dengan segala akibatnya.

Sebaliknya pasien GGK tidak mampu menurunkan ekskresi natrium pada saat

13

Page 14: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

diberikan diet dengan restriksi natrium. Konsentrasi minimum natrium urin pada pasien

GGK ringan sampai sedang adalah 25-50 mEq/L. Hal ini disebabkan karena

ketidakmampuan nefron distal meningkatkan reabsorbsi natrium. Bila diberikan restriksi

garam secara tiba-tiba pada pasien GGK akan menimbulkan penurunan volume cairan

ekstraseluler, perfusi ginjal dan LFG. Pasien Ggk karena penyakit ginjal interstitial,

displasia ginjal, dan penyakit ginjal kistik adalah yang paling sering menyebabkan salt

wasting ini. Tubulus ginjal pasien GGK karena nefropati obstruktif ditemukan kurang

responsif terhadap aldosteron endogen (pseudohipoaldosteronisme).

Kalium

Keseimbangan kalium relatif dapat dipertahankan pada LFG di atas 10

ml/menit/1,73m2. Homeostasis kalium pada pasien GGK dipertahankan dengan

meningkatkan ekskresi renal dan ekstrarenal. Ekskresi renal dicapai dengan meningkatkan

ekskresi fraksional (oleh proses sekresi tubulus ginjal) pada nefron yang masih berfungsi.

Sedangkan ekskresi ekstrarenal terutama melalui feses yaitu sebanyak 75% (pada orang

normal 20%). Walaupun demikian keadaan hiperkalemia tetap merupakan ancaman bagi

pasien GGK, karena mungkin saja mereka mendapat kalium dalam jumlah besar tiba-tiba

misalnya dari makanan, transfusi darah, keadaan sepsis, ataupun asidosis.

Pada pasien GGK selain hiperkalemia dapat terjadi hipokalemia. Keadaan

hipokalemia biasanya terjadi akibat pemakaian diuretik seperti hidroklortiazid, furosemid

atau bisa juga akibat pemberian diet rendah kalium. Gejalanya adalah penurunan atau

hilangnya refleks otot yang akan sangat berbahaya bila mengenai otot-otot interkostal

karena dapat menyebabkan henti napas (respiratory arrest).

Asidosis Metabolik

Asidosis metabolik biasanya ditemukan pada pasien GGK dengan LFG <25% dari

normal, ditandai dengan penurunan kadar bikarbonat plasma (tCO2 12-15 mEq/L) dan

peningkatan senjang anion. Asidosis metabolik terjadi akibat ketidakmampuan pengeluaran

ion hidrogen atau asam endogen yang dibentuk karena insufisiensi sintesis amonium pada

segmen nefron distal. Meningkatnya senjang anion terjadi akibat retensi anion seperti sulfat,

fosfat, urat, dan hipurat dalam plasma (pada ginjal normal anion ini diekskresi oleh filtrasi

glomerulus). Juga ada bukti yang menunjukkan bahwa kebocoran bikarbonat ginjal berperan

dalam menimbulkan asidosis ini, seperti pada sindrom Fanconi, asidosis tubular ginjal tipe

IV, dan hiperparatiroidisme sekunder.

Asidosis pada GGK dini (LFG 30-50% normal) lebih sering berupa tipe dengan

14

Page 15: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

senjang anion normal (hiperkloremik) dan sebaliknya pada GGK yang berat (LFG

<20ml/menit/1,73m2) biasanya berupa senjang anion yang besar. Selain terlibat dalam

patogenesis terjadinya gangguan pertumbuhan dan memperburuk hiperkalemia yang telah

ada, asidosis juga menimbulkan keadaan katabolik pada pasien GGK. Manifestasi klinis

asidosis adalah takipneu, hiperpneu, dan perburukan hiperkalemia dan mungkin gangguan

pertumbuhan.

2. Gangguan keseimbangan cairan

GGK dihubungkan dengan gangguan dalam pemeketan urin. Pada keadaan restriksi

cairan, orang normal mampu memekatkan urin sampai 1.500 mosmol/L, sedangkan pasien

GGK biasanya tidak mampu memekatkan urin di atas 300 mosmol/L. Berat jenis dan

osmolalitas urin seringkali mirip dengan plasma. Hal ini disebabkan karena dengan

bertambahnya nefron yang rusak, beban osmotik ekskresi yang ditanggung oleh nefron yang

tersisa semakin bertambah. Dengan demikian mengakibatkan reabsorbsi air oleh tubulus

berkurang dan menyebabkan berat jenis urin mirip dengan plasma (300 mosmol/L dan berat

jenis 1,010, disebut isostenuria). Isostenuria yang resisten terhadap pemberian pitresin dari

luar pada GGK, menunjukkan adanya gangguan terhadap respons tubulus terhadap ADH

yang juga berperan dalam terjadinya isostenuria. Hal di atas sering terjadi pada GGK yang

disebabkan oleh uropati obstruktif, displasia ginjal, penyakit ginjal kistik dan interstitial.

Pasien ini sering mengalami dehidrasi bila masukan cairan tidak mencukupi atau

dibatasi. Dehidrasi yang berulang dan syok akan memperburuk LFG. Anak yang demikian

dianjurkan untuk tidak dibatasi masukan cairannya dan segera mencari pertolongan bila

terserang gastroentritis. Pasien juga tidak dapat mengencerkan urin secara maksimal dan

tidak dapat membuang kelebihan cairan tubuh secara tepat dan efektif sehingga dapat timbul

masalah kelebihan cairan.

3. Gangguan metabolisme

Metabolisme karbohidrat

Pasien GGK dapat disertai timbulnya intoleransi glukosa akan menunjukkan adanya

hiperglikemia. Keadaaan ini sebagai akibat terjadinya resistensi terhadap insulin yang

menghambat masuknya glukosa ke dalam sel. Pada anak yang menderita GGK kadar insulin

plasma meningkat hingga harus dilakukan pemantauan kadar glukosa, karena dalam keadaan

akut pasien GGK memerlukan pemberian glukosa parenteral. Karena dialisis dapat

memperbaiki intoleransi glukosa pada pasien GGK, maka diduga toksin uremik yang

menyebabkan terjadinya resistensi insulin ini. Faktor lainnya seperti peninggian kadar

15

Page 16: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

glukagon dan hormon pertumbuhan juga berperan.

Metabolisme lemak

Biasanya timbul hiperlipidemia yang bermanifestasi sebagai hipertrigliserida, kadar

kolesterol darah normal, peninggian VLDL (very low density lipoprotein) dan penurunan

LDL (low density lipoprotein). Hal ini terjadi karena meningkatnya produksi trigliserida di

hepar akibat hiperinsulinemia dan menurunnya fungsi ginjal serta karena menurunnya

katabolisme trigliserida. Keadaan ini biasanya terjadi bila LFG <40ml/menit/1,73m2 dan

meningkatnya lemak ini sesuai dengan bertambahnya progresivitas GGK. Lebih dari 2/3

anak akan mengalami hiperlipidemia pada saat gagal ginjal terminal. Walaupun demikian

penyebab peningkatan produksi trigliserida dan VLDL ini belum diketahui. Akhir-akhir ini

diduga gangguan terjadi pada catabolic pathway trigliserida. Hal ini didukung oleh

seringnya terjadi penurunan klirens trigliserida pada pasien uremia yang mendapatkan

trigliserida (intralipid) dari luar. Mungkin ini disebabkan oleh menurunnya aktivitas

lipoprotein lipase dan lipase hati. Dialisis ternyata tidak memperbaiki keadaan

hiperlipidemia pada pasien GGK, mungkin karena tidak memadainya pembuangan toksin

uremik yang diduga berperan atau karena faktor lainnya.

4. Anemia

Anemia normositer, normokromik merupakan komplikasi GGK yang biasa

ditemukan dan berhubungan dengan derajat GGK. Penyebab utama anemia pada GGK

adalah berkurangnya produksi eritropoietin, suatu hormon glikoprotein yang diproduksi

ginjal (90%) dan sisanya diproduksi di luar ginjal (hati dan sebagainya). Kadar

eritropoietin serum nyata menurun pada pasien GGK berat, tetapi korelasi ini tidak jelas

pada LFG >20ml/menit/1,73m2. Anemia pada pasien dapat dikoreksi dengan pemberian

eritropoietin rekombinan dan responsnya tergantung dari dosis yang diberikan. Dengan

terapi ini terlihat perbaikan pada toleransi latihan, fungsi kognitif dan kualitas hidup

keseluruhan. Mekanisme lain terjadinya anemia pada GGK adalah pemendekan umur

eritrosit menjadi 2/3 umur normal, toksisitas aluminium karena pemakaian obat-obat

pengikat fosfat yang mengandung aluminium, iatrogenik karena kehilangan darah sewaktu

dialisis dan pengambilan contoh darah, serta terjadinya defisiensi asam folat pada pasien

yang sedang menjalani dialisis. Anemia yang terjadi karena toksisitas aluminium

mempunyai gambaran mikrositik, hipokromik yang mirip dengan defisiensi zat besi, tetapi

kemampuan mengikat besi dan kadar feritin serumnya normal.

16

Page 17: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

5. Gangguan perdarahan

GGK yang berat biasanya akan diperberat dengan adanya gangguan perdarahan yang

menyertai. Walaupun jumlah trombosit normal, tetapi waktu perdarahan sering memanjang.

Hal ini diduga disebabkan oleh adanya gangguan pada agregasi trombosit dan berkurangnya

respons terhadap ADP (adenosin difosfat) eksogen, kolagen, dan epinefrin. Jumlah platelet

factor 3 dan retraksi bekuan juga menurun pada GGK yang tidak menjalani dialisis, diduga

karena adanya peranan “dialyzable factor” sebagai penyebab. Faktor lain yang diduga

berperan dalam menyebabkan gangguan perdarahan adalah gangguan pada faktor VIII

(dapat diperbaiki dengan kriopresipitat dan desmopresin), gangguan metabolisme

(prostaglandin inhibitor-2) PGI2 dan aspirin.

6. Gangguan fungsi kardiovaskular

Hipertensi

Terjadinya hipertensi pada pasien GGK disebabkan karena tingginya kadar renin

akibat ginjal yang rusak. Tetapi bila LFG menurun dan jumlah urin berkurang, hipertensi

terjadi akibat kelebihan cairan. Keadaan ini akan menimbulkan keluhan sakit kepala, badan

lemah, gagal jantung bendungan, kejang; sedangkan hipertensi persisten mungkin terjadi

akibat berkurangnya LFG. Pada pasien hipertensi persisten yang tanpa keluhan harus

dievaluasi secara terus menerus untuk mencari adanya kerusakan organ target. Pemeriksaan

oftamologi perlu selalu dilakukan pada pasien hipertensi persisten, selain itu pemeriksaan

EKG perlu dilakukan untuk mencari adanya hipertrofi jantung kiri.

Pada penyakit GGK yang progresif, timbulnya hipertensi dapat merupakan akibat

langsung dari penyakit ginjalnya. Pada setiap keadaan hipertensi, kita harus meneliti semua

faktor yang dapat menimbulkan peninggian tekanan darah seperti faktor kardiovaskular,

peningkatan tahanan pembuluh darah perifer, faktor neurogen, faktor hormonal, dan faktor

renovaskular.

7. Gangguan jantung

Perikarditis

Perikarditis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada GGK, terutama timbul

pada pasien dengan uremia berat yang tidak dilakukan dialisis. Eksudat pada perikarditis

uremik biasanya sedikit dan bersifat fibrinosa atau serofibrinosa. Kadang pada pasien yang

mendapat dialisis yang adekuat juga timbul perikarditis dan efusi yang hemoragis. Pasien

yang mendapat terapi dialisis peritoneal dilaporkan lebih jarang menderita perikarditis.

Patogenesis perikarditis ini masih belum diketahui dengan pasti. Walaupun toksin uremik

17

Page 18: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

yang tinggi pada keadaan dialisis sering dijadikan kambing hitam, tetapi ada dugaan bahwa

kelebihan cairan berperan dalam menimbulkan perikarditis. Walaupun pasien perikarditis

uremik sering mengalami infeksi terutama oleh virus, tetapi pada cairan perikardial sulit

ditemukan penyebab infeksi, sedangkan cairan perikardial yang hemoragis sering

dihubungkan dengan pemakaian antikoagulan pada dialisis.

Manifestasi klinis perikarditis uremik dapat berupa nyeri dada, demam, dan efusi

perikardial. Setelah penumpukan cairan perikardial cukup banyak, pericardial rub akan

menghilang, dan bunyi jantung menjadi redup. Juga dapat terjadi tamponade jantung,

terutama pada efusi perikardial yang hemoragis. Perikarditis dan efusi perikardial uremik

yang lama.

Fungsi miokard dan respons terhadap latihan

Pada pasien GGK toleransi terhadap latihan rendah. Kapasitas kerja aerobik pada

pasien GGK dan GGT yang menjalani hemodialisis kronik dilaporkan menurun sesuai

dengan penurunan konsentrasi Hb. Toleransi terhadap latihan dilaporkan membaik, bila

anemia yang terjadi dikoreksi dengan eritropoietin rekombinan. Kardiomiopati uremik

sering menimbulkan gangguan fungsi jantung berupa gagal jantung kongestif yang biasanya

ditemukan pada GGK yang berat dan GGT. Kardiomiopati uremik ini disebabkan oleh

kelebihan cairan, anemia, hipertensi, dan mungkin toksin uremik.

Pada kebanyakan pasien GGK yang dilakukan dialisis, kelebihan cairan ini dapat

diatasi dengan dialisis sehingga fungsi jantung dapat diperbaiki; tetapi hal ini tidak terjadi

pada beberapa pasien; diduga penyebabnya toksin uremik. Pada pasien GGK dapat

ditemukan hipertrofi ventrikel kiri dan penebalan septum interventrikular.

8. Gangguan neurologis

Neuropati perifer

Komplikasi berupa neuropati motorik dan sensorik yang mengenai segmen distal

(neuropati perifer) jarang ditemukan pada anak. Penelitian terdahulu mendapatkan adanya

penurunan elektrofisiologis saraf perifer pada anak yang menderita GGK. Gejalanya dapat

berupa parestesia telapak tangan dan atau kaki, adanya rasa nyeri, mati rasa pada bagian

distal dan refleks tendon merupakan manifestasi neuropati perifer uremik. Pada pemeriksaan

dapat ditemukan menurunnya kecepatan konduksi saraf perifer. Pemeriksaan konduksi saraf

pada pasien GGK sebaiknya dilakukan secara serial untuk mendeteksi adanya gangguan

saraf sedini mungkin. Kedaaan ini sering terjadi pada keadaan uremia berat dan dengan

tindakan dialisis memberikan hasil yang bervariasi, sedangkan transplantasi ginjal

18

Page 19: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

memberikan hasil yang baik.

Ensefalopati hipertensif

Peninggian tekanan darah yang hebat dan tiba-tiba dapat menyebabkan nekrosis

arteri intrakranial dan edema serebri dengan gejala sakit kepala, penurunan kesadaran dan

kejang. Krisis hipertensi sering terjadi pada GGT. Tindakan penurunan tekanan darah yang

dilakukan segera tidak akan meninggalkan gejala sisa yang berat, tetapi bila telah terjadi

perdarahan intraserebral dan intraventrikular dapat menimbulkan gejala sisa yang berat dan

bahkan kematian.

Retardasi mental

Diperkirakan terjadi peningkatan kejadian retardasi mental dengan meningkatnya

gangguan fungsi ginjal pada bayi dan anak kecil yang menderita GGK pada tahun pertama

kehidupan. Hal ini diduga akibat pengaruh ureum terhadap perkembangan otak dan

banyaknya alumunium dalam makanan bayi. Terjadinya disfungsi otak diduga sebagai

akibat keracunan aluminium, karena suatu penelitian menunjukkan kejadian retardasi

mental dan disfungsi otak menurun pada bayi yang mendapat calcium binding agents yaitu

kalsium karbonat sebagai pengganti aluminium containing, fosfat binding agent.

9. Osteodistrofi ginjal

Penimbunan asam fosfat mengakibatkan terjadi hiperfosfatemia dan menyebabkan

kadar ion kalsium serum menurun. Keadaaan ini merangsang kelenjar paratiroid untuk

mengeluarkan hormon lebih banyak agar ekskresi fosfor meningkat dan kadar fosfat

kembali normal. Jadi osteodistrofi ginjal adalah kelainan tulang pada GGK sebagai akibat

gangguan absorpsi kalsium, hiperfungsi paratiroid, dan gangguan pembentukan vitamin D

aktif.

Gejala klinis osteodistrofi ginjal antara lain gangguan pertumbuhan, gangguan

bentuk tulang, fraktur spontan dan nyeri tulang. Apabila disertai gejala rakitis yang jelas

akan timbul hipotonia umum, lemah otot, dan nyeri otot. Pada pemeriksaan radiologi dan

histologi ditemukan gambaran tulang yang abnormal dengan ciri khas seperti osteomalasia

dan osteofibrosis. Pemeriksaan yang paling sederhana untuk melihat gambaran osteodistrofi

ginjal adalah ujung-ujung tulang panjang yaitu foto falangs, sendi lutut, dan sendi siku.

10. Gangguan pertumbuhan

Terjadinya gangguan pertumbuhan pada pasien GGK dapat disebabkan oleh banyak

19

Page 20: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

faktor. Kemungkinan faktor yang paling penting adalah umur waktu timbulnya GGK,

karena yang paling sering mempengaruhi pertumbuhan adalah penyakit ginjal kongenital.

Hal-hal yang diduga ada hubungannya dengan gangguan fungsi ginjal usia dini, asidosis,

osteodistrofi ginjal, dan gangguan hormonal.

Keadaan asidosis dapat mengganggu pertumbuhan anak pasien GGK. Terjadinya

osteodistrofi ginjal dan menurunnya nafsu makan pada pasien GGK akan menyebabkan

masukan makanan dan energi tidak adekuat sehingga mengganggu pertumbuhan. Adanya

gangguan sekresi hormon tumbuh dan insulin like growth factors pada pasien GGK akan

mempengaruhi pertumbuhan anak karena pemberian hormon tumbuh rekombinan dapat

mempercepat pertumbuhan anak tapi mekanismenya sendiri belum diketahui.

11. Perkembangan seksual

Keterlambatan perkembangan seksual sering dijumpai pada pasien GGK. Keadaan

ini merupakan akibat disfungsi gonad primer dalam memproduksi steroid gonad, disfungsi

hipofisis dan gangguan pengeluaran gonadotropin. Terjadinya gangguan pengeluaran

gonadotropin akan mengakibatkan terlambatnya pubertas. Keadaan ini mungkin disebabkan

uremia berat.

III.6 DIAGNOSIS

Kadang-kadang sulit membedakan apakah anak menderita GGA yang reversible, atau GGK.

Oleh karena itu sebaiknya dikenal kriteria atau indikasi kapan seorang anak harus segera

dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis (lihat Tabel 2.)

Tabel 2.

Indikasi untuk menegakkan diagnosis

Gagal Ginjal.

1. Abnormalitas elektrolit

2. Hiperkalemia: K+ > 6 mmol/L

3. Hipernatremia, Hyponatremia

4. Asidosis metabolik

5. Hipokalsemia, Hiperfosfatemia

6. Hipertensi Berat

20

Page 21: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

7. Edema Pulmo

8. Anuria/Oliguria

(Dikutip dari: Rigden SPA (2003). The management of chronic and end stage renal failure in

children. In: Webb NJA and Postlethwaite RJ, editors. Clinical paediatric nephrology. 3rd

edition. Oxford: Oxford University Press Inc., pp. 427-45)

Anamnesis dan pemeriksaan fisik penting untuk mengungkap penyebab gagal ginjal,

meskipun pada beberapa anak hal tersebut baru bisa diungkapkan melalui pemeriksaan-

pemeriksaan yang spesifik Tabel 3. Tabel 4 menunjukkan gejala-gejala yang dapat membantu

membedakan GGA dan GGK, dan Tabel 5 menunjukkan pemeriksaan-pemeriksaan untuk

menetapkan tingkat keparahan dan lamanya GGK.

Tabel 3.

Pemeriksaan-Pemeriksaan Spesifik untuk Menegakkan Diagnosa Gagal Ginjal Kronik.

1. USG Saluran Renal

2. Cyctourethrogram

3. Radio-isotope scans: DMSA, MAG3, or DTPA

4. Antegrade pressure flow studies

5. Urogram Intravena

6. Urinalisis

7. Kultur dan Mikroskopi Urin

8. C3, C4, antinuclear antibody, anti-DNA antibodies, anti-GBM antibodies, ANCA

9. Biopsi Renal

10. White cell cystine level

11. Eksresi Oxalat

12. Eksresi Purin

(Dikutip dari: Rigden SPA (2003). The management of chronic and end stage renal failure in

children. In: Webb NJA and Postlethwaite RJ, editors. Clinical paediatric nephrology. 3rd

edition. Oxford: Oxford University Press Inc., pp. 427-45)

Tabel 4.

21

Page 22: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

(Dikutip dari: Prasad Devarajan and Stuart L Goldstein (2007). Acute Renal Failure. In: Kanwal

K Kher MD, editors. Clinical pediatric nephrology. 2nd edition. McGraw-Hill Health., pp. 371)

Tabel 5.

Pemeriksaan untuk Menentukan Tingkat Keparahan GGK

1. Darah Rutin

2. AGD, Urea, Kreatinin, Kalsium, Fosfat, Alkalin Fosfat, Protein Total, Albumin, Asam

Urat

3. LFG

4. Rontgenografi

5. EKG atau Ekokardiografi

(Dikutip dari: Rigden SPA (2003). The management of chronic and end stage renal failure in

children. In: Webb NJA and Postlethwaite RJ, editors. Clinical paediatric nephrology. 3rd

edition. Oxford: Oxford University Press Inc., pp. 427-45)

III.7 PENATALAKSANAAN

Secara garis besar penatalaksanaan dapat dibagi 2 golongan, yaitu pengobatan konservatif

dan pengobatan pengganti. Di negara yang telah maju penanganan konservatif pasien GGK

hanya merupakan masa antara sebelum dilakukan dialisis atau transplantasi, sehingga tanggung

jawab dokter di sini adalah untuk menjaga pasien agar jangan mati mendadak dan agar

pembuluh darah, otot jantung, retina, dan tulang harus dipertahankan seutuhnya. Sebaliknya di

negara berkembang penanganan konservatif masih merupakan titik akhir dan tanggung jawab

dokter di sini menjaga kualitas hidup pasien selama beberapa bulan sebelum ajalnya. Pada

umumnya pengobatan konservatif masih mungkin dilakukan bila klirens kreatinin > 10

ml/menit/1,73 m2, tapi bila sudah < 10 ml/menit pasien tersebut harus diberikan pengobatan

22

Page 23: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

pengganti.

1. Terapi Konservatif

Tujuan terapi konservatif gagal ginjal pra-terminal, adalah:

a. Anak merasa sehat, tidak ada keluhan atau rasa sakit yang disebabkan oleh uremia,

seperti misalnya mual, muntah.

b. Merasa normal, seperti teman-temannya, mempunyai cukup energi untuk berpartisipasi

dalam kegiatan sekolah dan aktivitas sosial lainnya; sehingga dapat mencapai

pertumbuhan motorik, sosial, dan intelektual yang optimal.

c. Mempertahankan pertumbuhan fisik yang normal.

d. Mempertahankan agar fungsi keluarga berjalan seperti biasanya.

e. Memperlambat progresivitas penurunan LFG.

f. Mempersiapkan anak dan keluarganya untuk menghadapi keadaan gagal ginjal terminal.

Nutrisi

Malnutrisi energi protein seringkali ditemukan pada anak-anak dengan GGK.

Patogenesis terjadinya malnutrisi ini multifaktorial. Faktor-faktor tersebut, antara lain adalah

anoreksia, diet protein yang rendah, proses katabolisme akibat uremia yang menyebabkan

pemecahan protein otot dan inhibisi sintesis protein, sekresi kortisol dan hormon paratiroid

yang meningkat, resistensi insulin, asidosis metabolik, dan toksin uremia lain. Pada pasien

yang mendapat terapi dialisis, terjadi pembuangan asam amino, peptida dan protein melalui

dialisis, dan proses katabolisme pada hemodialisis yang akan memperberat malnutrisinya.

Bila nutrisi tidak diperhatikan, pasien gagal ginjal akan jatuh dalam keadaan malnutrisi, dan

anak-anak akan mengalami gagal tumbuh. Terapi nutrisi, berperan dalam menghambat

kecepatan penurunan fungsi ginjal dan akan dapat meningkatkan perasaan well-being serta

pertumbuhan.

Intake nutrisi yang direkomendasikan untuk anak-anak dengan GGK hendaklah

memperhatikan hal-hal berikut:

1. Asupan nutrisi sebaiknya dipantau melalui cara penilaian diet secara prospektif 3 hari

berturut-turut 2 kali setahun, dan lebih sering bila ada indikasi klinik.

2. Anak-anak dengan GGK cenderung kehilangan nafsu makan dan seringkali

mendapatkan intake dibawah kebutuhan yang dianjurkan. EAR adalah estimasi

kebutuhan rata-rata energi, protein, vitamin, mineral. Kriteria ini dipakai untuk

menggantikan Recommended Daily Allowance (RDA), yang didefinisikan sebagai

kecukupan kebutuhan nutrisi untuk anak sehat dengan jenis kelamin, tinggi badan dan

23

Page 24: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

umur yang sama. Asupan energi kurang dari 80% dari RDA telah terbukti berasosiasi

dengan gagal tumbuh (Rizzoni 1984), yang dapat dipulihkan dengan meningkatkan

energi menjadi 100% RDA. Asupan energi berlebih tidak memberikan manfaat, kecuali

pada anak-anak dengan ratio berat terhadap tinggi badan yang rendah, yang

membutuhkan asupan energi sampai 120% RDA. Untuk mencapai EAR yang sesuai

umur dan energi, sebagian besar anak dengan GGK membutuhkan suplemen kalori

dalam bentuk polimer glukosa atau emulsi lemak, dimana pada bayi dan anak-anak

kecil, diperlukan nutrisi tambahan melalui pipa nasogastrik.

3. Untuk mencegah atau mengobati hiperparatiroidisme sekunder, kadar fosfat plasma

harus dipertahankan antara mean dan -2SD untuk umurnya, dengan cara membatasi diet

fosfat dan pemakaian kalsium karbonat sebagai pengikat fosfat.9 Sumber fosfat

terbanyak adalah susu, keju dan yoghurt.

4. Pada binatang coba, diet rendah protein terbukti mampu menghambat laju penurunan

fungsi ginjal. Pada anak-anak, yang kebutuhan proteinnya lebih tinggi untuk

pertumbuhannya, restriksi protein ternyata tidak bermanfaat dalam menghambat laju

penurunan fungsi ginjal,10 dan bahkan akan mengakibatkan gagal tumbuh.11 Anak-anak

dengan GGK sebaiknya memperoleh asupan protein minimum sesuai EAR for age (lihat

tabel). Tetapi bila kadar urea darah anak tetap diatas 120 mg/dl, barulah dilakukan

restriksi protein secara bertahap sampai kadar ureumny menurun. Restriksi protein tidak

perlu diberlakukan bila protein telah mencapai 6% dari kebutuhan total kalori. Beberapa

penelitian mengenai pemberian diet protein yang dicampur dengan asam amino essensial

atau analog ketoasidnya menunjukkan perbaikan keadaan umum, perbaikan

pertumbuhan dan fungsi ginjal, namun diet ini sangat kompleks, mahal, rasanya tidak

enak, dan belum ada penelitian yang membuktikan bahwa diet ini lebih unggul

dibanding kelompok kontrol dengan makanan yang kurang kompleks.

Tabel 6. Kebutuhan Kalori dan Protein yang Direkomendasikan Untuk Anak dengan Gagal

Ginjal Kronik.

Umur Tinggi (cm) Energi (kkal) Minimal Protein

(g)

Kalsium (g) Fosfor (g)

0-2 bulan 55 120/kg 2,2/kg 0,4 0,2

24

Page 25: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

2-6 bulan

6-12 bulan

1-2 tahun

2-4 tahun

4-6 tahun

6-8 tahun

8-10 tahun

10-12 tahun

12-14 tahun L

P

14-18 tahun L

P

18-20 tahun L

P

63

72

81

96

110

121

131

141

151

154

170

159

175

163

110/kg

100/kg

1000

1300

1600

2000

2200

2450

2700

2300

3000

2350

2800

2300

2,0/kg

1,8/kg

18

22

29

29

31

36

40

34

45

35

42

33

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

0,9

1,0

1,2

1,4

1,3

1,4

1,3

0,8

0,8

0,4

0,5

0,7

0,8

0,9

0,9

1,0

1,2

1,4

1,3

1,4

1,3

0,8

0,8

L= Laki-laki P=Perempuan

Keseimbangan air dan elektrolit

Penilaian secara klinik adanya dehidrasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan turgor

kulit, kekeringan mukosa, tekanan darah, tekanan vena juguler, dan berat badan, yang harus

selalu dilakukan pada setiap kunjungan. Anak dengan uropati obstruktif atau displasia ginjal

umumnya cenderung menderita kekurangan garam natrium dan kalium, yang akan

mengganggu pertumbuhannya. Suplemen natrium khlorida sebaiknya diberikan pada kasus-

kasus tersebut dengan pemantauan ketat terhadap pertumbuhan, sembab, hipertensi, atau

hipernatremia. Kebutuhan air disesuaikan dengan jumlah urine yang keluar.

Anak-anak dengan penyakit ginjal primer yang menimbulkan hipertensi, dianjurkan untuk

membatasi asupan natrium dan air.

Sebagian besar anak dengan GGK mampu mempertahankan homeostasis kalium.

Bila terjadi hiperkalemia, perlu dipikirkan apakah tidak ada obat2an seperti misalnya ACE

inhibitors, katabolisme, atau asidosis metabolik, sebagai penyebabnya, sebelum membatasi

asupan kalium atau memberikan kalium exchange resin.

Tabel 7. Kebutuhan Kalori dan Protein (RDA) Berdasarkan Derajat Fungsi Ginjal

Umur/Tahun RDA LFG

25

Page 26: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

Kalori

kkal/kg

Protein g/kg 10-20o 5-10o <5

ml/menit/1,73m2

0-0,5

0,5-1

1-3

4-6

7-10

11-14

L

P

15-18

L

P

115

105

100

85

85

60

48

42

38

2,2

2,0

1,8

1,5

1,2

1,0

1,0

0,85

0,85

1,7

1,4

1,3

1,2

1,1

0,8

1,0

0,8

0,8

1,5

1,2

1,1

1,0

0,9

0,7

0,8

0,7

0,7

1,3

1,0

1,0

0,9

0,8

0,6

0,7

0,6

0,6

Keseimbangan asam – basa

Metabolik asidosis yang menetap seringkali menyebabkan gagal tumbuh pada bayi

dan menimbulkan demineralisasi tulang, serta hiperkalemia. Untuk mempertahankan

keseimbangan asam basa perlu diberikan suplemen natrium bikarbonat dimulai dari dosis 2

mmol/kg/hari, dengan pemantauan pH dan kadar bikarbonat pada analisis gas darahnya.

Osteodistrofi Renal

1. Kadar hormon paratiroid (PTH) meningkat dan kadar 1,25 dihydroxycholecalciferol

menurun, sejak mulai terjadinya insufisiensi ginjal ringan, yaitu pada LFG 50-80

ml/menit/1.73m2. Kadar fosfat plasma merupakan sebab utama terjadinya

hiperparatiroidisme sekunder. Fosfat mengatur sel paratiroid secara independen pada

kadar calcium serum dan kadar 1,25-dihydroxycholecalciferol endogen. Oleh karenanya

kontrol terhadap fosfat plasma adalah hal paling penting sebagai prevensi dan terapi

hiperparatiroidisme sekunder, meskipun hal tersebut paling sulit dicapai dalam jangka

panjang, oleh karena membutuhkan kepatuhan akan diet rendah fosfat yang ketat and

pemberian pengikat fosfat untuk mengurangi absorbsinya. Diet rendah fosfat berarti

membatasi intake susu sapi dan produknya. Bila kadar fosfat plasma tetap diatas harga

rata-rata untuk umur, pengikat fosfat misalnya kalsium karbonat 100 mg/kg/hari

diberikan bersama makanan, dosis disesuaikan sampai kadar fosfat plasma berada antara

harga rata-rata dan -2SD sesuai umurnya. Kalsium asetat, dan yang lebih baru,

26

Page 27: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

sevelamer (non-calcium/non-aluminium containing polymer) juga merupakan pengikat

fosfat yang bermanfaat.

2. Penurunan kadar fosfat plasma dapat meningkatkan kadar 1,25-dihydroxycholecalciferol

endogen dan kalsium ion, yang mampu menormalkan kadar PTH. Namun, bila kadar

PTH tetap tinggi dan kadar fosfat plasma normal, perlu ditambahkan vitamin D3

hidroksilasi.

3. Tipe, dosis, frekuensi, dan rute pemberian vitamin D sebagai prevensi dan terapi

osteodistrofi renal masih merupakan kontroversi. Dianjurkan pemberian dosis rendah

1,25-dihydroxycholecalciferol 15-30 ng/kg/sekali sehari untuk anak-anak dengan berat

kurang dari 20 kg, dan 250-500 ng sekali sehari untuk anak-anak yang lebih besar, untuk

menaikkan kadar kalsium plasma sampai batas normal atas: bila kadar PTH telah

normal, 1,25-dihydroxycholecalciferol dapat dihentikan sementara. Pemberian 1,25-

dihydroxycholecalciferol secara intravena lebih efektif untuk menurunkan kadar PTH,

tetapi dapat menyebabkan adynamic bone, oleh karena 1,25-dihydroxycholecalciferol

pada dosis tinggi mempunyai efek antiproliferatif pada osteoblast.

4. Kadar kalsium, fosfat, dan alkali fosfatase plasma hendaknya diperiksa setiap

kunjungan. Kadar PTH diukur setiap bulan, atau setiap kunjungan bila anak melakukan

kunjungan yang lebih jarang, dan terapi disesuaikan. Bila anak asimtomatik dan

parameter biokimia normal, hanya perlu dilakukan pemeriksaan radiologi manus kiri dan

pergelangan tangan setiap tahun untuk menilai usia tulang.

Hipertensi

Hipertensi dapat berasal dari penyakit ginjal primer, misalnya nefropati refluks,

penyakit ginjal polikistik autosomal resesif, atau karena GGK yang telah lanjut, akibat

retensi natrium dan air. Pengendalian tekanan darah pada GGK, bukan saja untuk mencegah

morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi itu sendiri, melainkan juga untuk mencegah

progresivitas penurunan fungsi ginjal. Bila tidak ada circulatory volume overload, sistolik

dan diastolik dalam pemeriksaan berulang lebih dari 90 persentil untuk umur, perlu

diberikan terapi antihipertensi untuk prevensi komplikasi hipertensi dan menghambat laju

GGK. Bila ada tanda-tanda circulatory volume overload sebagai penyebab hipertensi,

diberikan diuretik dari golongan furosemide dengan dosis 1-3 mg/kg dan diet rendah garam.

Infeksi

Anak-anak dengan kelainan ginjal rentan mengalami infeksi saluran kemih berulang.

Bila menderita refluks vesiko-ureter perlu diberikan antibiotik dosis rendah sebagai

27

Page 28: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

profilaksis.

Anemia

Anemia pada GGK adalah anemia normokromik normositer, karena produksi

eritropoietin yang tidak adekuat. Eritropoietin rekombinan (rHuEPO) telah dipakai secara

luas untuk mencegah anemia pada GGK. Disamping eritropoietin masih ada faktor lain yang

dapat mempermudah terjadinya anemia antara lain menurunnya daya survival sel darah

merah, inhibisi sumsum tulang terutama oleh PTH, kehilangan darah intestinal, dan paling

sering defisiensi besi dan folat.

Sebagian besar anak-anak dengan pra-GGT dapat mempertahankan kadar

hemoglobin tanpa bantuan terapi eritropoietin rekombinan, dengan cara pengaturan nutrisi

yang baik, suplemen besi dan folat, dan bila diperlukan supresi hiperparatiroid sekunder

dengan memakai pengikat fosfat yang tidak mengandung aluminium. Bila anemia tetap

terjadi, dapat diberikan eritropoietin rekombinan dengan dosis 50 unit/kg secara subkutan

dua kali seminggu, dosis dapat dinaikkan sesuai respon agar mencapai target hemoglobin

10-12 g/dl. Kadar ferritin serum dipertahankan diatas 100 mcg/l agar tercapai suplemen besi

yang adekuat. Anak-anak dengan pra-GGT biasanya mendapatkan suplemen besi peroral,

sedangkan mereka yang telah dilakukan dialisis biasanya memerlukan suplemen besi secara

intra-vena.

Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan indikator yang paing sensitif untuk terapi GGK yang

adekuat. Pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, status pubertal, volume

testes, dan lingkar lengan atas sangat dianjurkan untuk dilakukan secara rutin, sehingga

akan dapat dideteksi secara dini setiap gangguan kecepatan pertumbuhan. Faktor-faktor

yang menyebabkan gangguan pertumbuhan adalah multifaktorial, seperti tercantum dalam

tabel dibawah ini.

Tabel 8. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Gangguan Pertumbuhan pada Pasien GGK

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Gangguan Pertumbuhan pada Pasien GGK

1. Kurangnya masukan energy

2. Gangguan masukan energi

28

Page 29: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

3. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit, seperti defisiensi natrum kalium dan

asidosis metabolik

4. Osteodistrofi ginjal

5. Hipertensi

6. Infeksi

7. Anemia

8. Abnormalitas hormon

9. Terapi kortikosteroid

10. Faktor psikososial

(Dikutip dari: Rigden SPA (2003). The management of chronic and end stage renal failure in

children. In: Webb NJA and Postlethwaite RJ, editors. Clinical paediatric nephrology. 3rd

edition. Oxford: Oxford University Press Inc., pp. 427-45)

Pola pertumbuhan masing-masing anak dengan GGK dipengaruhi oleh umur anak,

umur saat onset GGK dan terapi yang diberikan. Pada anak normal, kecepatan pertumbuhan

maksimal selama tahun pertama kehidupan, pertumbuhan kemudian melambat selama masa

anak-anak, dan meningkat lagi dengan pubertal growth spurt. Pertumbuhan yang tidak

optimal pada salah satu atau kedua periode kritis tersebut akan mengakibatkan berkurangnya

tinggi badan akhir.

Anak-anak pra-pubertas dengan GGK yang tumbuh dibawah persentil ke-3 untuk

umurnya akan menunjukkan respon yang baik terhadap hormon pertumbuhan rekombinan

dengan dosis supra-fisiologik.

Mempertahankan fungsi ginjal

Pada sebagian besar anak dengan GGK, fungsi ginjalnya akan terus menurun secara

progresif, meskipun penyakit ginjal primernya telah tidak aktif. Progresifitas GGK berkaitan

dengan kelainan histologinya yaitu glomerulosklerosis progresif, fibrosis interstitial, dan

sklerosis vaskuler atau arterioler.

Untuk mempertahankan fungsi ginjal yang berada pada suatu fase tertentu, dapat

dilakukan dengan cara-cara: pengendalian hipertensi, menghilangkan proteinuria, mencegah

terjadinya hiperparatiroidisme sekunder, dan diet protein yang cukup.

Berbagai penelitian baik invivo maupun invitro membuktikan bahwa lipid

mempunyai peran penting dalam progresivitas penyakit ginjal kronik. Gangguan

metabolisme lipid sering ditemukan pada GGK sehingga menimbulkan keadaan

hiperlipoproteinemia, kadar HDL menurun, LDL meningkat, dan VLDL kholesterol sangat

29

Page 30: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

menurun, disertai hipertrigliseridemia, dan gangguan apolipoprotein. Hal ini disebabkan

karena terjadinya gangguan klirens lipoprotein LDL, dan menurunnya aktivitas lipolitik yang

sebagian disebabkan oleh hiperparatiroidisme sekunder dan resistensi insulin. Selain dengan

manipulasi diet, beberapa penelitian juga membuktikan manfaat penggunaan zat untuk

menurunkan kadar lipid darah terhadap perbaikan LFG dan aliran plasma ginjal.

Edukasi dan persiapan

Masa terapi konservatif GGK, merupakan saat terbaik untuk melaksanakan program

edukasi bagi pasien dan keluarganya, untuk menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi

sehingga mereka dan keluarganya akan ikut secara aktif dalam program pengobatan tersebut.

Masa tersebut juga dapat digunakan untuk mempersiapkan mereka menghadapi

stadium gagal ginjal terminal.

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum anak masuk dalam stadium GGT:

1. Anak harus telah mendapatkan imunisasi lengkap sebelum dilakukan transplantasi,

setidak-tidaknya 3 bulan sebelum dimulainya TPG.

2. Anak-anak dengan GGK yang mengalami disfungsi buli-buli, misalnya buli-buli

neurogenik, atau katup uretra posterior harus diatasi terlebih dahulu sebelum

transplantasi dilakukan.

3. Anak-anak yang membutuhkan dialisis sebelum transplantasi, tetapi tidak sesuai untuk

dialisis peritoneal, hendaknya dibuatkan fistula arteri-vena untuk akses hemodialisis.

2. Terapi Pengganti Ginjal

Tujuan terapi Gagal Ginjal Terminal pada anak-anak tidak hanya untuk

memperpanjang hidup anak, namun juga untuk meningkatkan kualitas hidup secara

keseluruhan, dengan tujuan utama adalah kehidupan masa dewasa yang lebih baik.

Transplantasi ginjal yang berhasil merupakan terapi pilihan untuk semua anak dengan gagal

ginjal terminal. Transplantasi ginjal dapat dilakukan dengan donor ginjal yang berasal dari

keluarga hidup atau jenazah.

Dialisis merupakan pelengkap dari transplantasi yang diperlukan pada saat sebelum

atau antara transplantasi, dan bukanlah merupakan pilihan alternatif dari transplantasi. Ada 2

pilihan dasar yaitu hemodialisis atau dialisis peritoneal. Tetapi pilihan tidak selalu dapat

dilakukan, bila misalnya terdapat kesulitan untuk memperoleh akses fistula A-V, maka

pilihan hanyalah dialisis peritoneal, atau misalnya adanya adhesi intra-abdominal, maka

dialisis peritoneal tidak bisa dipilih, kecuali hemodialisis.

30

Page 31: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

Seorang anak dipersiapkan untuk dilakukan transplantasi apabila laju filtrasi

glomerulus telah menurun sampai 10 ml/menit/1.73m2. Secara ideal sebenarnya adalah

melakukan transplantasi sebelum timbul gejala-gejala akibat gagal ginjal kronik dan

sebelum dialisis dibutuhkan. Tetapi hal tersebut jarang bisa dilakukan karena masa tunggu

untuk mendapatkan donor yang cocok tidak bisa dipastikan, masalah-masalah medis yang

tidak memungkinkan anak segera menjalani transplantasi, atau yang paling sering adalah

memberikan waktu yang cukup untuk pasien dan keluarganya guna mempersiapkan dan

menyesuaikan diri menghadapi situasi yang baru.

Indikasi untuk memulai dialisis adalah:

1. Timbulnya gejala sindrom uremia berupa letargi, anoreksia, atau muntah yang

mengganggu aktivitas sehari-harinya.

2. Gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam jiwa, misalnya

hiperkalemia yang tidak respon terhadap pengobatan konservatif.

3. Gejala kelebihan cairan yang tidak dapat diatasi dengan terapi diuretik.

4. Terjadi gagal tumbuh yang menetap meskipun telah dilakukan terapi konservatif yang

adekuat.

Dialisis

Keuntungan dan kerugian dialisis peritoneal dan hemodialisis dapat dilihat pada tabel

di bawah ini. Di Inggeris, Amerika Serikat, dan banyak negara-negara lain, dialisis

peritoneal lebih banyak dilakukan pada anak-anak.

Hemodialisis adalah suatu teknik untuk memindahkan atau membersihkan solut

dengan berat molekul kecil dari darah secara difusi melalui membran semipermeabel.

Hemodialisis membutuhkan akses sirkulasi, yang paling baik adalah pembuatan fistula A-V

pada vasa radial atau brachial dari lengan yang tidak dominan.

Pada dialisis peritoneal, membran peritoneal berfungsi sebagai membran semi-

permeabel untuk melakukan pertukaran dengan solute antara darah dan cairan dialisat.

Untuk memasukkan cairan dialisat kedalam rongga peritoneum perlu dipasang kateter

peritoneal dari Tenckhoff. Ada 2 cara pelaksanaan dialisis peritoneal, yaitu:

1. Automated Peritoneal Dialysis (APD), dimana dialisis dilakukan malam hari dengan

mesin dialisis peritoneal, sehingga pada siang hari pasien bebas dari dialisis.

2. Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), dialisis berlangsung 24 jam sehari

dengan rata-rata pertukuran cairan dialisat setiap 6 jam sekali.

Meskipun hemodialisis dan dialisis peritoneal merupakan TPG yang efektif, angka

31

Page 32: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

mortalitas dialisis lebih tinggi daripada transplantasi untuk semua kelompok umur.

Transplantasi

Merupakan terapi terbaik bagi anak-anak dengan gagal ginjal terminal oleh karena

akan memberikan rehabiltasi terbaik untuk hidup yang sangat mendekati wajar.4

Transplantasi dilakukan dengan ginjal jenazah atau ginjal yang berasal dari keluarga hidup

yang berusia relatif lebih tua, biasanya dari orang tuanya.

Di Eropa pada tahun 1984-1993 hampir 21% anak yang berusia kurang dari 21 tahun

mendapat ginjal dari donor hidup,12 sedangkan di Amerika Utara donor hidup mencapai

50% dari seluruh donor yang diterima anak-anak yang berusia kurang dari 21 tahun pada

tahun 1987-2000.

III.8 PROGNOSIS

Angka kelangsungan hidup anak-anak dengan gagal ginjal kronik saat ini semakin baik. Dari

1070 anak yang berumur kurang dari 18 tahun saat menerima ginjal donor jenazah di Inggeris

dan Irandia dalam periode 10 tahun (1986-1995): 91 (9%) meninggal dengan penyebab kematian:

19% oleh karena infeksi, 4.5% lymphoid malignant disease, 4.5% uremia karena graft failure.13

Sedangkan data dari Amerika Utara melaporkan angka kelangsungan hidup 5 tahun setelah

transplantasi donor hidup berkisar antara 80.8% pada anak-anak yang berusia kurang dari 1 tahun

saat ditransplantasi, sampai 97.4% pada anak-anak yang berusia antara 6-10 tahun.14

Sebagai penutup ingin kami tekankan bahwa terapi GGK adalah seumur hidup, meskipun

telah dilakukan transpantasi ginjal. Tetapi masa depan mereka tidaklah seburuk seperti yang

dibayangkan, banyak diantara mereka sekarang telah berhasil dalam profesi dan kehidupan

keluarga.

BAB IVDAFTAR PUSTAKA

32

Page 33: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

1. Rigden SPA. The management of chronic and end stage renal failure in children. In Webb N,

Postlethwaite Eds. Clinical Paediatric Nephrology 3rd ed. Oxford University Press Inc, 2003;

427-46.

2. Alatas, Husein. 2001. ”Buku Ajar Nefrologi Anak, edisi 2”. IDAI : JakartBehrman R.E, at all.

2004.

3. Nelson, Waldo. E. 2000. ”Nelson Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Penyakit Glomerulus,

hal.1809-1819”. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

4. Sekarwana N, Rachmadi D, Hilmanto D. Gagal Ginjal Kronik. Dalam Alatas H, Tambunan T,

Trihono PP, Pardede SO Eds. Buku Ajar Nefrologi Anak 2nd ed. Bali penerbit FKUI Jakarta,

2002; 509-30.

5.   Fogo AB, Kon V. Pathophysiology of progressive renal disease. In Avner ED, Harmon WE,

Niaudet P Eds. Pediatric Nephrology. Lippincott Williams & Wilkins USA, 2004; 1269-85.

6.   Kei-Chiu TN, Chiu MC. Pre-Renal Replacement Program : Conservative Management of

Chronic Kidney Disease. In Chiu MC, Yap HK Eds. Practical Paediatric Nephrology. Medcom

Limited Hongkong, 2005; 247-52.

7.   Yap HK. Anemia, Renal Osteodystrophy, Growth Failure in Chronic Renal Failure. In Chiu

MC, Yap HK Eds. Practical Paediatric Nephrology. Medcom Limited Hongkong, 2005;   253-

61.

8.   Winearls CG. Clinical Evaluation and Manifestation of chronic Renal Failure. In Johnson RJ,

Feecally J Eds. Comprehensive Clinical Nephrology. Harcourt Publishers Limited London,

2000;  section 14. 68 : 1-14.

9.   Fine RN, Whyte DA, Baydstrun II. Conservative management of chronic renal insufficiency.

In Avner ED, Harmon WE, Naudet P Eds. Pediatric Nephrology. Lippincott Williams & Wilkins

USA, 2004; 1291-305.

10. Kuizon BD, Sausky IB. Renal Osteodistrophy. In Avner ED, Harmon WE, Naudet P Eds. Pedi-

atric Nephrology. Lippincott Williams & Wilkins USA, 2004; 1291-305.

KATA PENGANTAR

33

Page 34: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul ”Gagal Ginjal Kronik” ini

dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Klinik Bidang Ilmu

Penyakit Anak Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di RSUD Kota Semarang periode 9 April

2012 – 16 Juni 2012. Di samping itu, makalah ini ditujukan untuk menambah pengetahuan bagi kita

semua tentang gagal ginjal kronik.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan

kerja sama yang telah diberikan selama penyusunan referat ini, kepada :

1. dr. Nanik Sri Mulyani Sp.M, selaku Direktur Rumah Sakit Umum daerah Kota

Semarang.

2. dr. Z. Hidayati Sp.A, selaku Ketua SMF, Pembimbing referat dan pembimbing

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Anak.

3. dr. Hartono Sp.A, selaku pembimbing Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Anak

4. dr. Slamet Widi Sp.A, selaku pembimbing Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Anak.

5. dr. Opi D.P Sp.A, selaku pembimbing Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Anak

6. Para staff di poliklinik Bagian Penyakit Anak RSUD Kota Semarang

7. Rekan- rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Anak RSUD Kota

Semarang periode 9 April 2012 – 16 Juni 2012.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, maka penulis sangat mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari semua pihak, supaya referat ini dapat menjadi lebih baik dan dapat

berguna bagi semua yang membacanya.

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun kekurangan

dalam makalah ini.

Semarang, 4 Juni 2012

Penulis

DAFTAR ISI

34

Page 35: Gagal Ginjal Kronik Pada Anak 1 Doc Referat

Halaman

Lembar Pengesahan..................................................................................... i

Kata Pengantar ............................................................................................ ii

Daftar isi ...................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

BAB II. ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL ..................................... 3

BAB III. GLOMERULONEFRITIS KRONIK (GGK).............................. 8

Definisi ....................................................................................... 8

Klasifikasi ................................................................................... 8

Etiologi ....................................................................................... 9

Patofisiologi ................................................................................ 11

Gejala Klinis ............................................................................... 12

Diagnosis .................................................................................... 19

Penatalaksanaan .......................................................................... 21

Prognosis .................................................................................... 31

Daftar Pustaka ............................................................................................. 32

35