makalah gagal ginjal kronik

36
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Gagal Ginjal Kronik. Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian, etiologi, ptogenesis, epidemiologi, patofisiologis, gejala, diagnosa, gambaran laboratorium dan implikasi terhadap gizi, serta cara pengobatan Gagal Ginjal Kronik. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. 1

Upload: sri-sulistianingsih

Post on 07-Aug-2015

386 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah

tepat pada waktunya yang berjudul Gagal Ginjal Kronik.

Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian, etiologi, ptogenesis, epidemiologi,

patofisiologis, gejala, diagnosa, gambaran laboratorium dan implikasi terhadap gizi, serta cara

pengobatan Gagal Ginjal Kronik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai

segala usaha kita. Amin.

1

Page 2: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Definisi

Ginjal adalah salah satu organ utama system kemih atau uriner yang bertugas menyaring

dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Seperti diketahui, setelah sel –sel

tubuh mengubah makanan menjadi energi, maka akan dihasilkan pula sampah sebagai hasil

sampingan dari proses metabolisme tersebut yang harus dibuang segera agar tidak meracunia

tubuh. Sebagian lagi melalui ginjal bersama urin, dan sisanya melalui kulit dibawah keringat.

Ginjal bertugas menyaring zat –zat buangan yang dibawa darah agar darah tetap bersih,

dan membuang sampah metabolic tersebut agar sel –sel tubuh tidak menjadi loyo akibat keracunan.

Zat – zat tersebut berasal dari proses normal pengolahan makanan yang dikonsumsi, dan dari

pemecahan jaringan otot setelah melakukan suatu kegiatan fisik. Tubuh akan memakai makanan

sebagai energi dan perbaikan jaringan sel tubuh. Setelah tubuh mengambil secukupnya dari

makanan tersebut sesuai dengan keperluan untuk mendukung kegiatan, sisanya akan dikirim ke

dalam darah untuk kemudian disaring diginjal.

Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,

berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Diagnosis

penykit ginjal kronik adalah apabila laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari

60ml/menit/1,73m². Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar

derajat penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit,

dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault :

LFG (ml/menit/1,73m²) = ( 140 – umur ) x berat badan *)

72 x kreatinin plasma (mg/dl)

*) pada perempuan dikalikan 0,85

Kriteria penyakit ginjal kronik

Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan

atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi:

Kelainan patologis

Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau

kelainan dalam proses pencitraan

Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m² selama 3 bulan, dengan atau tanpa

kerusakan ginjal.

2

Page 3: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Klasifikasi penyakit ginjal kronik atas dasar derajat penyakit

Derajat Penjelasan LFG (ml/menit/1,73m²)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau

naik

≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG turun ringan 60 – 89

3 Kerusakan gunjal dengan LFG turun sedang 30 – 59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG turun berat 15 – 29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Pembedaan ini tidak selalu sama di seluruh dunia, tetapi ada baiknya dibedakan satu sama

lain untuk mencegah kesimpang siuran. Istilah azotemia menunjukan peningkatan kadar ureum dan

kreatinin darah, akan tetapi belum ada gejala gagal ginjal yang nyata. Sedangkan uremia adalah

fase simtomatik gagal ginjal di mana gejala ginjal dapat dideteksi dengan jelas.

Etiologi

Gagal ginjal kronik merupakan kelanjutan dari beberapa jenis penyakit sebagai berikut :

Penyakit jaringan ginjal kronis seperti glomerulonefritis. Glomerulonefritis atau yang biasa

disebut radang pada glomerulus (unit penyaring ginjal) dapat merusak ginjal, sehingga

ginjal tidak bisa lagi menyaring zat-zat sisa metabolisme tubuh dan menjadi penyebab

gagal ginjal.

Penyakit endokrin misalnya komplikasi diabetes, diabetes tipe 1 dan tipe 2.

Infeksi kronis, misalnya pielonefritis dan tuberkulosis. Pielonefritis adalah infeksi bakteri

pada salah satu atau kedua ginjal.

Kelainan bawaan seperti kista ginjal.

Obstruksi ginjal, misalnya batu ginjal.

Penyakit vaskuler seperti nefrosklerosis dan penyakit darah tinggi. Nefrosklerosis Maligna

adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi (hipertensi maligna),

maligna atau penurunan tekanan darah yang berlebihan menyebabkan aliran darah ginjal

berkurang sehingga arteri-arteri yang terkecil (arteriola) di dalam ginjal mengalami

kerusakan dan dengan segera terjadi gagal ginjal.

Penyakit jaringan pengikat misalnya lupus. Lupus ini terjadi ketika antibodi dan

komplemen terbentuk di ginjal yang menyebabkan terjadinya proses peradangan yang

biasanya menyebabkan sindrom nefrotik (pengeluaran protein yang besar) dan dapat cepat

menjadi penyebab gagal ginjal.

3

Page 4: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Obat – obatan yang merusak ginjal misalnya pemberian terapi aminoglikosida dalam

jangka panjang

Semua faktor tersebut akan merusak jaringan ginjal secara bertahap dan menyebabkan

gagalnya ginjal. Apabila seseorang menderita gagal ginjal akut yang tidak memberikan respon

terhadap pengobatan, maka akan terbentuk gagal ginjal kronik.

Patogenesis

Penurunan cadangan ginjal (LFG antar 50 % – 80 %). Tahap inilah yang paling ringan,

dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita ini belum merasasakan gejala - gejala dan

pemeriksaan LFG masih dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN

(Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal

mungkin hanya dapat diketahui dengan memberikan beban kerja yang berat, sepersti tes pemekatan

kemih yang lama atau dengan mengadakan test GFR yang teliti.

Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % – 50 %). Pada tahap ini penderita dapat melakukan

tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pada stadium ini pengobatan

harus cepat dalam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan

pencegahan pemberian obat - obatan yang bersifat mengganggu faal ginjal. Bila langkah - langkah

ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat.

Pada tahap ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai

meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda - beda, tergantung dari

kadar protein dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar

normal.

Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutama menyerang

tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter / hari. Biasanya ditemukan

anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5 % – 25 % . faal ginjal jelas sangat menurun

dan timbul gejala gejala kekurangan darah, tekanan darah akan naik, aktifitas penderita mulai

terganggu.

Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %). Semua gejala sudah jelas dan penderita

masuk dalam keadaan dimana tak dapat melakukan tugas sehari - hari sebagaimana mestinya.

Gejala - gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak nafas, pusing,

sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang - kejang dan akhirnya terjadi penurunan

kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur.

4

Page 5: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5 - 10 ml / menit

atau kurang.

Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok

sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala yang cukup

parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis caiaran dan elektrolit dalam

tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/ hari karena

kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula - mula menyerang tubulus ginjal,

Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia dan gejala gejala yang

dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal

ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi

ginjal atau dialisis.

Patofisiologis

Patofisiologi penyakit ginjal kronik sebenarnya tergantung pada penyakit yang

mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama.

Pengurangan masa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang

masih tersisa sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin

dan growth factor. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh penigkatan

tekanan kapiler dan aliran darah glomelurus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya

diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya

diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak

aktif lagi.

Adanya peningkatan aktivitas aksis renin renin - angiostein – aldosteron, sebagian

diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor β. Beberapa penyakit yang juga

dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas. Penyakit ginjal kronik adalah albuminuria,

hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia. Terdapat varibialitas interindividual untuk terjadinya

sklerosis dan fibrosis glomelurus maupun tubulointerstitial.

Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal,

pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi

pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar

urea dan kreartinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60 %, pasien masih belum merasakan keluhan

(asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG

5

Page 6: Makalah Gagal Ginjal Kronik

sebesar 30 %, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti, nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan

kurang dan penurunan berat badan.

Sampai pada LFG dibawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang

nyataseperti, anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium,

pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi

saluran kemih infeksi saluran pernapasan maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan

keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain

natrium dan kalium. Pada LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius,

dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal antara lain dialisis atau transplatasi ginjal.

Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.

Epidemiologi

Banyaknya pasien gagal ginjal kronik yang tak bergejala atau dirujuk menyebabkan

sulitnya mengetahui prevalensi gagal ginjal kronik dengan tepat. Angka yang lebih tepat adalah

banyaknya pasien gagal ginjal kronik yang masuk fase terminal oleh karena memerlukan atau

sedang menjalani dialisis. Dari data yang didasarkan atas kreatinin serum abnormal, saat ini

diperkirakan pasien gagal ginjal kronik adalah sekitar 2000 per juta penduduk. Kebanyakan

diantara pasien ini tidak memerlukan pengobatan pengganti, karena sudah terlebih dahulu

meninggal oleh sebab lain. Dibandingkan dengan penyakit jantung koroner, strok, DM, dan kanker,

angka ini jauh lebih kecil, akan tetapi menimbulkan masalah besar oleh karena pengobatannya

sangat mahal.

Data dan studi epidemiologis tentang gagal ginjal kronik di Indonesia dapat dikatakan tidak

ada. Yang ada tetapi juga langka, adalah studi atau data epidemiologis klinis. Pada saat ini tak

dapat dikemukakan pola prevalensi di Indonesia, demikian pula pola pola morbiditas dan

mortalitas. Data klinis yang ada, berasal dari RS rujukan nasional, RS rujukan propinsi dan RS

swasta spesifik. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa data tersebut berasal dari kelompok

khusus.

Gejala Klinis

1. Ginjal dan sistem urin : semula perubahan berupa tekanan darah rendah, mulut kering,

tonus kulit hilang, lesu, lelah, mual dan terakhir bingung. Karena ginjal kehilangan

kesanggupan mengekskresikan natrium, penderita akan mengalami retensi natrium dan

kelebihan natrium, sehingga penderita mengalami iritasi dan menjadi lemah. Keluaran urin

mengalami penurunan serta mempengaruhi komposisi kimianya.

6

Page 7: Makalah Gagal Ginjal Kronik

2. Jantung dan sirkulasi darah : gagal ginjal berlanjut menjadi tekanan darah tinggi, detak

jantung menjadi ireguler, pembengkakan gagal jantung kongestif.

3. Alat pernapasan : paru –paru mengalami perubahan dengan sangat rentan terhadap infeksi,

terjadi akumulasi cairan, kesakitan pneumonia serta kesulitan bernafas karena adanya gagal

jantung kongesif.

4. Saluran pencernaan : terjadi peradangan dan ulserasi pada sebagian besar alat saluran

pencernaan. Gejala lainnya adalah terasa metal di mulut, nafas bau amoniak, nafsu makan

menurun, mual dan muntah.

5. Kulit : sangat karakteristik kulit menjadi pucat, coklat kebiruan, kering, dan bersisik. Kuku

jari tangan menjadi tipis, rapuh, rambut kering dan mudah pata, perubahan warna dan

mudah rontok.

6. Sistem saraf : sindrome tungkai bergerak – gerak salah satu pertanda kerusakan saraf, rasa

sakit, seperti terbakar, gatal pada kaki dan tungkai. Dapat dikurangi dengan menggerak –

gerakan atau memutar – mutarnya. Juga dijumpai otot menjadi kram dan bergerak – gerak,

daya ingat berkurang, perhatian berkurang, mengantuk, iritabilitas, bingung, koma, dan

kejang. Dokter akan memeriksa gelombang otak guna menunjukan adanya kerusakan.

7. Kelenjar endokrin : gagal ginjal kronis memberikan pertumbuhan lambat pada anak – anak,

kurang subur serta nafsu seksual menurun bagi kedua jenis kelaamin, menstruasi berkurang

bahkan dapat berhenti sama sekali, impotensa dan produksi sperma menurun serta

peningkatan kadar gula darah seperti pada diabetes.

8. Perubahan darah : anemia, penurunan umur sel darah merah, kehilangan darah sewaktu

dialisis dan pendarahan saluran pencernaan, serta gangguan pembekuan darah.

9. Otot dan tulang: ketidakseimbangan mineral dan hormon menyebabkan otot dan tulang

terasa sakit, kehilangan tulang, mudah patah, deposit kalsium di dalam otak , mata, gusi,

persendian, jantung bagian dalam, dan pembuluh darah. Klasifikasi arteri akan

mengakibatkan penyakit jantung koroner. Pada anak – anak dijumpai pengapuran ginjal.

Gambaran Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilaksanakan untuk menetapkan adanya gagal ginjal kronik,

menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan derajat gagal ginjal kronik, menetapkan

gangguan sistem, dan membantu menetapkan etiologi. Gambaran laboratorium penyakit ginjal

kronik meliputi :

a. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.

b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan

penurunan LFG. Kadar kreatinin serum saja tidak bisa digunakan untuk memperkirakan

fungsi ginjal.

7

Page 8: Makalah Gagal Ginjal Kronik

c. Kelainan biokimiawi darah.

d. Kelainan urinalisasi.

Pemeriksaan – pemeriksaan yang umumnya dianggap menunjang kemungkinan adanya suatu

gagal ginjal kronik adalah :

- Laju endap darah meninggi yang diperberat oleh adanya anemi dan hipoalbuminemia.

- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang menurun.

- Ureum darah dan kreatinin serum meninggi.

Biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Perbandingan ini

bisa meninggi (ureum > kreatinin) pada perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas,

penyakit berat dengan hiperkatabolisme, pengobatan steroid dan obstruksi saluran kemih.

Perbandingan ini berkurang (ureum > kreatinin), pada diet rendah protein (TKU) dan tes

kliren kreatinin (TKK) menurun.

- Hiponatremia, umumnya karena kelebihan cairan.

- Hiperkalemia biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut (TKK < 5 ml/menit) bersama

dengan menurunnya diuresis. Hipokalemia terjadi pada penyakit ginjal tubuler atau

pemakaian diuretik yang berlebihan.

- Hipokalsemia dan hiperfosfatemia.

Hipokalsemia terutama terjadi akibat berkurangnya absorbsi kalsium di dalam usus halus

karena berkurangnya sintesis 1,25 (OH)2. Hiperfosfatemia terjadi akibat gangguan fungsi

ginjal sehingga pengeluaran fosfor berkurang. Antara hipokalasemia, hiperfosfatemia,

vitamin D, parathormon serta metabolisme tulang terdapat hubungan saling

mempengaruhi.

- Fosfatase lindi meninggi, akibat gangguan metabolisme tulang, yang meninggi terutama

isoensim fosfatalase lindi tulang.

- Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia umumnya disebabkan gangguan metabolisme

dan diit yang tidak cukup / rendah protein.

- Peninggian gula darah akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal, yang

diperkirakan desebabkan oleh intoleransi terhadap glukosa akibat resistensi terhadap

pengaruh insulin pada jaringan perifer dan pengaruh hormon somatotropik.

- Hipertrigliseridemia, akibat gangguan metabolisme lemak, yang disebabkan oleh

peninggian hormon insulin, hormon somatotropik dan menurunnya lipapase lipoprotein.

- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang menurun, “base

exercise” (BE) yang menurun, HCO³ yang menurun dan PCO₂ yang menurun, semuanya

disebabkan retensi asam –asam organik pada gagal ginjal dan kompensasi paru – paru.

8

Page 9: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Diagnosa

Bila gagal ginjal kronik telah bergejala maka umumnya diagnosis tidak sukar ditegakkan.

Gejala dan tanda gagal ginjal kronik sebaiknya dibicarakan sesuai dengan gangguan sistem yang

timbul.

Gangguan sistem pada gagal ginjal kronik :

a. Gastrointestinal

o Anoreksia, nausea, dan vomitus, yang berhubungan dengan gangguan metabolisme

protein di dalam usus, terbentuknya zat –zat toksik akibat metabolisme bakteri

usus seperti amonia dan metil guanidin, serta sembabnya mukosa usus.

o Foetor uremicum disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh

bakteri di mulut menjadi amonia sehingga nafas berbau amonia. Akibat yang lain

adalah timbulnya stomatitis dan parotitis.

o Cegukan (hiccup), sebabnya yang pasti belum diketahui.

o Gastritis erosevia, ulkus peptikum dan kolitis uremika.

b. Kulit

o Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan

urochrome.

o Gatal – gatal dengan ekskoriasi akibat toksin uremik dan pengendapan kalsium di

pori – pori kulit.

o Echymosis akibat gangguan hematologik.

o Urea fost : akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat.

o Bekas – bekas garukan karena gatal.

c. Hematologik

o Anemia normokrom, normositer.

1. Berkurangnya produksi eritropetin, sehingga rangsangan eritropoesis pada

sumsum tulang menurun .

2. Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana toksik

uremia.

3. Defisiensi besi, asam folat, akibat nafsu makan yang berkurang.

4. Perdarahan pada saluran pncernaan kulit.

5. Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroit sekunder.

o Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia.

9

Page 10: Makalah Gagal Ginjal Kronik

1. Masa pendarahan memanjang.

2. Perdarahan akibat agregasi & adhesi trombosit yang berkurang serta

menurunnya faktor trombosit III ADP (adenosine fosfat).

o Gangguan leukosit.

1. Hipersegmentasi lekosit.

2. Fagositosis dan kemotaksis berkurang, hingga memudahkan timbulnya

infeksi.

d. Saraf dan Otot

o “restless leg syndrome” : penderita merasa pegal di tungkai bawah dan selalu

menggerakkan kakinya.

o “burning feet syndrome” : rasa semutan dan seperti terbakar, terutama di telapak

kaki.

o Ensofalotpati metabolik :

1. Lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi.

2. Tremor, asteriksis, mioklonus.

3. Kejang – kejang.

o Miopati : kelemahan dan hipotrofi otot – otot terutama otot – otot proksimal

ekstremitas.

e. Kardiovaskuler

o Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktifitas sistem

renin – angiotensin – aldosteron.

o Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardial, penyakit jantung

koroner (akibat aterosklerosis yang timbul dini), dan gagal jantung (akibat

penimbunan cairan dan hipertensi).

o Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan elektrolit dan

klasifikasi metastastik.

o Edema akibat penimbunan cairan.

f. Endokrin

o Gangguan seksual : libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki – laki akibat

produksi testoseron dan spermatogenesis yang menurun, juga dihubungkan dengan

metabolit tertentu (zink, hormon paratiroit). Pada wanita timbul gangguan

menstruasi, gangguan ovulasi sampai ameorrhoe.

o Gangguan toleransi glukosa.

o Gangguan metabolisme lemak.

o Gangguan metabolisme vitamin D.

g. Gangguan lain

10

Page 11: Makalah Gagal Ginjal Kronik

o Tulang : osteoditrofirenal, yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa, osteosklerosis, dan

klasifikasi metastatik.

o Asam basa : asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik sebagai hasil

metabolisme.

o Elektrolit : hipokalsemia, hiperfosfatemia, hiperkalemia. Karena pada gagal ginjal

kronik telah terjadi gangguan keseimbangan homeostatik pada seluruh tubuh maka

gangguan pada suatu sistim akan mempengaruhi sistim lain, sehingga suatu

gangguan metabolik dapat menimbulkan kelainan pada berbagai sistem / organ

tubuh.

Implikasi Terhadap Gizi

Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang telah berlangsung lama. Gejala –

gejalanya secara umum disebut sindroma uremik, gejala utamanya adalah gejala gastro intestinal

seperti rasa mual , muntah dan menurunnya nafsu makan. Sehingga penderita umumnya berada

dalam status gizi kurang. Penelitian terbatas terhadap status gizi penderita gagal ginjal kronik tanpa

hemodialisis menunjukan bahwa dengan pengukuran antropometri 42,9% penderita berstatus gizi

baik, 50% penderita berada dalam status gizi kurang dan 7,1% berada dalam status gizi buruk.

Kebutuhan makanan yang mempengaruhi gagal ginjal kronik :

1. Asupan protein yang konsisten dan terkendali adalah penting.

Protein tetap diperlukan sebagai zat pembangun tetapi asupan terlalu banyak dapat

menyebabkan kadar BUN meningkat dan gejala uremia kembali. Oleh karena itu,

ukuran porsi sebaiknya ditimbang atau diukur terlebih dahulu dan sesudah itu

secara periodik di cek ketepatannya.

Kebutuhan protein dipenuhin secara tersebar sepanjang hari, jangan hanya

diberikan dalam satu hidangan.

2. Asupan kalori yang cukup adalah penting.

Kalori yang terlalu rendah akan meningkatkan katabolisme.

Bahan makanan sumber kalori tanpa protein, seperti mentega, minyak dan kue –

kue manis yang diperbolehkan dapat diberikan secara bebas.

3. Bagi yang memerlukan pembatasan cairan.

Sumber cairan termasuk juga makanan yang mencair pada temperatur kamar.

Cara yang mudah untuk mengukur masukan cairan adalah menggunakan air yang

berisi kebutuhan cairan total perhari dan menempatkan pada lemari es. Cairan yang

dikonsumsi, sesuai dengan jumlah air yang ada dalam kan.

Untuk mengurangi haus, cobalah :

11

Page 12: Makalah Gagal Ginjal Kronik

a) Permen (hard candies).

b) Air yang sangat dingin bukan air biasa.

c) Kumur dan jaga kebersihan mulut yang baik.

4. Bagi yang memerlukan pembatasan kalium.

Kebutuhan kalium didasarkan pada data laboratorium dan gejala klinik, bahkan

makanan disesuaikan dengan kesukaan / kebiasaan makanan pasien.

Cara mengurangi kandungan kalium pada sayuran dan buah – buahan : potong

kecil – kecil, rendam satu malam, dan rebus dalam air yang baru.

Ukuran porsi dibuat khusus sehingga setiap porsi mengandung kira – kira jumlah

protein, natrium dan kalium yang sama.

5. Pasien gagal ginjal yang dianjurkan banyak makan makanan manis (tinggi CHO) untuk

mencakupi asupan kalori, perlu diberi anjuran memperhatikan higinie mulut untuk

menghindari caries gigi.

6. Salah satu gejala sindroma uremik adalah menurunnya nafsu makan, maka pasien

dianjurkan untuk makan pagi yang baik. Karena uremia dapat mengakibatkan indra cita

rasa, pasien mungkin memilih makanan yang sangat berbumbu.

Terapi Medika Mentosa dan Gizi

Terapi medika mentosa

1. Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala, meminimalkan komplikasi

dan memperlambat perkembangan penyakit.

Langkah yang dilakukan adalah mencari faktor – faktor pemburuk pada gagal ginjal

kronik:

Infeksi traktus urinarius.

Obstruksi traktus urinarius.

Hipertensi.

Gangguan perfusi/aliran darah ginjal.

Gangguan elektrolit.

Pemakaian obat – obat nefrotoksik, termasuk bahan kimia dan obat tradisional.

Agen alkalinisasi (seperti natrium bikarbonat atau larutan Shohl), pertukaran

kation resin mengikat kalium, antibiotik, antasid alumunium hidroksida atau alumunium

karbonat untuk mengikat fosfor, agen antihipertensi, dan diuretetik merupakan tindakan

pengobatan yang paling sering digunakan.

12

Page 13: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Dialisis diperlukan bila langkah – langkah ini, yang dikombinasikan dengan

pembatasan diet, tidak cukup untuk mencegah atau mengontrol hiperkalemia, kejenuhan

cairan, uremia simtomatik (mengantuk, mual, muntah dan tremor), atau kenaikan yang

cepat dari kadar BUN dan kreatinin. Walaupun hemodialisis banyak digunakan, semakin

banyak jumlah pasien yang memakai CAPD (chronic ambulatory peritoneal dialysis) atau

CCPD (continuous cycling peritoneal dialysis), yang dilakukan setiap hari dan sangat

populer karena mudah dilakukan untuk pasien rawat jalan.

2. Pencucian darah

Cuci darah (dialisis) ada 2 macam , prinsip kerjanya berdasarkan proses difusi osmosis:

Hemodialisis : dipergunakan membran semipermeabel buatan (dialiser).

Peritoneal dialisis : menggunakan selaput dinding perut (peritoneum) pasien

sendiri sebagai membran semipermiabel.

Sisa metabolisme (racun –racun seperti ureum dan kreatinin) akan berpindah dari

pasien ke cairan dialisat setelah melalui membran tersebut, sehingga darah pasien menjadi

bersih.

Pada gagal ginjal kronik diperlukan terapi cuci darah seumur hidup sebagai terapi

pengganti ginjal kecuali dilakukan operasi cangkok ginjal untuk mengganti ginjal yang

rusak.

Idealnya cuci darah dilakukan 2 – 3 kali dalam seminggu. Apabila pasien ingin

mengurangi frekuensi dialisis, maka harus membatasi diet protein dan air lebih ketat, yang

mempunyai konsekuensi terjadi malnutrisi kurang disarankan. Penundaan cuci darah dapat

berisiko terjadi komplikasi seperti pembengkakan paru – paru, kejang – kejang, penurunan

kesadaran, gangguan elektrolit yang berat, perdarahan saluran cerna, gagal jantung bahkan

bisa menimbulkan kematian.

3. Transplantasi ginjal atau pencangkokan ginjal

Transplatasi ginjal adalah terapi pengganti ginjal yang melibatkan pencangkokan

ginjal dari orang hidup atau mati kepada orang yang membutuhkan. Transplatasi ginjal

adalah terapi pilihan untuk sebagian besar pasien dengan gagal ginjal kronik. Transplatasi

ginjal menjadi pilihan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Transplatasi ginjal biasanya diletakkan di fossa iliaka bukan diletakkan di tempat

ginjal yang asli, sehingga diperlukan pasokan darah yang berbeda, sepeerti arteri renalis

yang dihubungkan ke arteri iliaka eksterna dan vena renalis yang dihubungkan ke vena

iliaka ekstema.

Terdapat sejumlah komplikasi setelah transplatasi, seperti penolakan (rejeksi),

infeksi, sepsis, gangguan poliferasi limfa pasca transplatasi, ketidakseimbangan elektrolit.

Terapi gizi

13

Page 14: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Seiring penderita gagal ginjal kronik mengalami mual dan muntah oleh karena itu porsi

makanan diusahakan kecil tapi bernilai gizi dan diberikan dalam frekuensi yang lebih sering.

Makanan dihidanhkan secara menarik, bervariasi, sesuai dengan kebutuhan penderita. Karena

penderita sering mengalami malnutrisi maka perlu diperhatikan asupan energi dan protein.

Karbohidrat, protein, dan lemak merupakan sumber energi. Pemenuhan asupan energi terutama

diperoleh dari bahan makanan pokok. Masukan yang adekuat sangat diperlukan untuk mencapai

status gizi optinal.

Keadaan gizi penderita gagal ginjal kronik sangat penting untuk dipertahankan dan

ditingkatkan . Tujuan diet untuk pasien gagal ginjal kronik adalah :

1. Mencukupi kebutuhan protein untuk menjaga keseimbangan nitrogen dan juga mencegah

berlebihnya akumulasi sisa metabolisme diantara dialysis.

2. Memberikan cukup energi untuk mencegah katabolisme jaringan tubuh.

3. Mengatur asupan natrium untuk mengantisipasi tekanan darah dan oedem.

4. Membatasi asupan kalium untuk mencegah hiperkalemia.

5. Mengatur asupan cairan, untuk mencegah terjadinya kelebihan cairan di antara dialysis.

6. Membatasi asupan phospor.

7. Mencukupi kebutuhan zat –zat gizi lainnya terutama vitamin – vitamin yang larut dalam

proses dialisis.

Syarat diet :

Energi cukup yaitu 30 - 35 kkal/kg BB. Asupan energi harus harus optimal dari golongan

bahan makanan non protein. Ini dimaksudkan untuk mencegah gangguan protein sebagai

sumber energi, bahan – bahan ini biasa diperoleh dari minyak, mentega, margarin, gula,

madu, sirup, jamu dan lain – lain.

Protein 0,6 - 0,75 g/kg BB. Pembatasan protein dilakukan berdasarkan berat badan, derajat

insufisiensi renal, dan tipe dialisis yang akan dijalani. Protein hewani lebih dianjurkan

karena nilai biologisnya lebih tinggi ketimbang protein nabati. Mutu protein dapat

ditingkatkan dengan memberikan asam amino esensial murni.

1. Diet protein rendah I : 30 g protein , untuk BB 50 kg.

2. Diet protein rendah II : 35 g protein, untuk BB 60 kg.

3. Diet protein rendah III : 40 g protein, untuk BB 65 kg

Sumber protein ini biasanya dari golongan hewani misalnya telur, daging, ayam, ikan,

susu, dan lain dalm jumlah sesuai anjuran. Untuk meningkatkan kadar albuminnya

diberikan bahan makanan tambahan misalnya ekstrak lele atau dengan putih telur 4 kali

sehari.

14

Page 15: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Lemak cukup 20 – 30 % dari total kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak jenuh

ganda. Perbandingan lemak jenuh dan tk jenuh adalah 1:1.

Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang berasal dari protein

dan lemak. Karbohidrat yang diberikan pertama adalah karbohidrat kompleks.

Natrium yang diberikan antara 1 – 3 g. Pembatasan natrium dapat membantu mengatasi

rasa haus, dengan demikian dapat mencegah kelebihan asupan cairan. Bahan makanan

tinggi natrium yang tidak dianjurkan antara lain : bahan makanan yang dikalengkan.

Garam natrium yang ditambahkan ke dalam makanan seperti natrium bikarbonat atau soda

kue, natrium benzoate atau pengawetan buah, natrium nitrit atau sendawa yang digunakan

sebagai pengawet daging seperti pada “corner beff”.

Kalium dibatasi (40 – 70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium daarah > 5,5 mEq),

oligura, atau anuria. Makanan tinggi kalium adalah umbi, buah – buahan, alpukat, pisang

ambon, mangga, tomat, rebung, daun singkong, daun papaya, bayam, kacang tanah, kacang

hijau dan kacang kedelai.

Kalsium dan Phospor hendaknya dikontrol keadaan hipokalsium dan hiperphosphatemi, ini

untuk menghindari terjadinya hiperparathyroidisme dan seminimal mingkin mencegah

klasifikasi dari tulang dan jaringan tubuh. Asupan phosphor 400 – 900 ml/hari, kalsium

1000 – 1400 mg/hari.

Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui

keringat dan pernapasan ( ± 500 ml )

Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat , vitamin C, dan

vitamin D.

Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan :

Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan / dibatasi

Sumber karbohidrat

Sumber protein

Sumber lemak

Nasi, bihun, jagung, kentang,

makaroni, mie, tepung –

tepungan, singkong, ubi, selai,

madu, permen.

Telur, daging, ikan, ayam, susu.

Minyak jagung, minyak kacang

tanah, minyak kelapa sawit,

minyak kedelai; margarin dan

Kacang – kacangan dan hasil

olahannya, seperti tempe dan

tahu.

Kelapa, santan, minyak kelapa;

margarin, mentega biasa dan

15

Page 16: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Sumber vitamin dan mineral

mentega rendah garam.

Semua sayuran dan buah, kecuali

pasien dengan hiperkalemia

dianjurkan yang mengandung

kalium rendah / sedang.

lemak hewan.

Sayuran dan buah tinggi kalium

pada pasien dengan

hiperkalemia.

16

Page 17: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Kesimpulan

Ginjal adalah salah satu organ utama system kemih atau uriner yang bertugas menyaring

dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh.

Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,

berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria.

Gagal ginjal kronik merupakan kelanjutan dari beberapa jenis penyakit, seperti

glomerulonefritis, penyakit endokrin, infeksi kronis, kelainan bawaan, obstruksi ginjal,

penyakit vaskuler, penyakit jaringan, obat – obatan yang merusak ginjal misalnya

pemberian terapi aminoglikosida dalam jangka panjang.

Patofisiologi penyakit ginjal kronik sebenarnya tergantung pada penyakit yang

mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih

sama.

Gejala kliniknya dapat terlihat pada ginjal dan sistem urin, jantung dan sirkulasi darah, alat

pernapasan, kulit, sistem saraf, kelenjar endokrin, perubahan darah, otot dan tulang.

Gejala dan tanda gagal ginjal kronik sebaiknya dibicarakan sesuai dengan gangguan sistem

yang timbul.

Penelitian terbatas terhadap status gizi penderita gagal ginjal kronik tanpa hemodialisis

menunjukan bahwa dengan pengukuran antropometri 42,9% penderita berstatus gizi baik,

50% penderita berada dalam status gizi kurang dan 7,1% berada dalam status gizi buruk.

Pada terapi medika mentosa dapat dilakukann pengobatan, cuci darah, atau transplatasi

ginjal.

Pada terapi diet pemenuhan asupan energi terutama diperoleh dari bahan makanan pokok.

17

Page 18: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Gambar

Penam[ang ginjal normal Penampangan gagal ginjal

Tahap perubahan ginjal sehat menjadi gagal

ginjal kronik

18

Page 19: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Transplatasi ginjal Pencucian darah

Kata Sulit

1. Agregasi = hubungan satu object dengan object lain

dimana object satu dengan object lainnya sebenarnya terpisah.

2. ameorrhoe = gangguan dalam sistem reproduksi

wanita.

3. aminoglikosida = penanggulangan infeksi berat oleh

kuman gram – negatif .

4. anemia normositer normokrom = anemia yang sel darah merahnya

bentuknya normal dan kadar Hbnya normal.

5. anuria = suatu keadaan dimana tidak ada

produksi urine dari seorang penderita.

6. asimtomatik = suatu penyakit ketika pasien tidak

menyadari gejala apapun.

7. asteriksis = gerakan – gerakan aritmik cepat yang

terjadi karena interupsi sungkat pada kontraksi otot tonik.

8. azotemia = peningkatan nitrogen urea darah ( BUN)

dan ditegakkan bila konsentrasi ureum plasma meningkat.

9. base exercise = latihan dasar.

10. CAPD (chronic ambulatory peritoneal dialysis) = cuci darah mandiri, metode pencucian

darah dengan menggunakan peritoneum ( selaput yang melapisi perut dan pembungkus

organ perut ).

11. CCPD (continuous cycling peritoneal dialysis) = dialisis peritoneal yang menggunakan

mesin.

12. drajat insufisiensi ginjal = perjalanan terjadinya gagal ginjal

kronik stadium 2.

13. dialisa = proses pembangunan limbah metabolik

dan kelebihan cairan dari tubuh.

14. diuresis = penambahan volume urin yang

diproduksi dan jumlah ( kehilangan ) zat – zat terlarut dan air.

15. echymosis = bentuk manifestasi cedera pada jaringan

biologis akibat kerusakan yang terjadi pada kapiler darah.

16. efusi perikardial = kehadiran sejumlah abnormal dan / atau

karakter dalam ruang pericardial. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai gangguan lokal

dan sistemik, atau mungkin idiopatik.

19

Page 20: Makalah Gagal Ginjal Kronik

17. ekstremitas = anggota badan seperti lengan dan

tungkai

18. eritropoietin = adalah hormon glikoprotein yang

merupakan stimulan bagi eritropoiesis, sebuah lintasan metabolisme yang menghasilkan

eritrosit.

19. eritropoesis = suatu proses yang terus menerus dimana

sel progenitor eritroid yang primirif mengalami poliferasi dan diferensiasi.

20. fagositosis = proses seluler dari fagosit dan protista

yang menggulang partikel padat dengan membran sel dan membentuk fagosom internal.

21. fertilitas = kelahiran.

22. fibrosis = pembentukan jaringan ikat fibrosa yang

berlebihan dalam suatu organ atau jaringan dalam sebuah proses reparatif atau reaktif.

23. foetor uremicum = bau urin pada mulut dan badan.

24. fosfatase lindi = enzim yang meninggi akibat gangguan

metabolisme pada tulang

25. gastritis erosevia = Suatu peradangan permukaan mukosa

lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian

mukosa.

26. ginjal tubuler =

27. hiperfiltrasi = adalah suatu metoda penyaringan yang

dapat menyaring berbagai molekul besar dan ion – ion.

28. hiperfosfatemia = kadar fosfat serum > 5 mEq/l

29. hiperparatiroit = penyakit yang disebabkan oleh

kelebihan sekresi hormon paratiroid (PTH) yang ditandai dengan dekasifikasi tulang dan

terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium..

30. hipersegmentasi lekosit =

31. hipertrofi = peningkatan volume organ atau jaringan

akibat pembesaran komponen sel.

32. hipervolemia = kelebihan cairan di dalam bagian –

bagian ekstraseluler.

33. hipokalsemia = simtoma rendahnya kadar kalsium di

dalam plasma darah.

34. hiponatremia = gangguan pada garam darah dimana

kandungan natriumnya lebih rendah dari normal ( di bawah 135 mEq / L )

35. homeostatis = keseimbangan antara beberapa kekuatan

yang bertujuan menjaga kestabilan kondisi tertentu yang disebut sehat.

20

Page 21: Makalah Gagal Ginjal Kronik

36. Infeksi traktus urinarius = terjadinya infeksi sepanjang saluran

kemih, mulai dari ginjal sampai dengan uretra disertai dengan jumlah urin yang bermakna.

37. Insufiensi ginjal = gagal ginjal.

38. intoleransi = kondisi di mana laktase, sebuah enzim

yang diperlukan untuk mencerna laktosa, tidak diproduksi dalam masa dewasa.

39. kemotaksis = gerakan dari sel tubuh, bakteri atau

organisme sebagai respon akibat terpapar zat kimiawi tertentu dalam lingkungannya.

40. kista ginjal = tumor jinak pada ginjal.

41. klasifikasi metastatik. = penyebaran kanker dari situs awal ke

tempat lain di dalam tubuh.

42. kolitis uremika =

43. larutan Shohl =

44. lindi tulang =

45. metil guanidin = sebuah produk dari pembusukan

beracun. 

46. mioklonus = kontraksi otot involunter, acak, dan

sangat singkat.

47. morbiditas = tingkat kesakitan yang disebabkan oleh

penyakit tertentu.

48. mortalitas = ukuran jumlah kematian pada suatu

populasi.

49. nausea = rasa ingin muntah.

50. nokturia = keinginan membuang air kecil berkali -

kali

51. normistik normokrom = anemia murni, jumlah eritrosit

berkurang, namun tidak ada kelainan patologis pada bentuk dan ukuran.

52. oliguria = gangguan air kemih berupa

pengurangan atau pengecilan aliran urin yang lewat selama waktu tertentu.

53. osteitis fibrosa = gangguan tulang yang disebabkan oleh

kelebihan hormon paratiroid oleh fungsi peningkatan paratiroid.

54. osteoditrofirenal = gangguan metabolisme mineral.

55. osteomalasia = penyakit metabolisme tulang yang

dikarakteristikan oleh kurangnya minerak dari tulang.

56. osteosklerosis = pengerasan atau penambahan

rapatan tulang yang abnormal

57. parathormon = hormon penting untuk mengendalikan

keseimbangan kalsium darah.

21

Page 22: Makalah Gagal Ginjal Kronik

58. paratiroit = empat ginjal kecil yang terletak

dibelakang kelenjar tiroid.

59. perfusi = tehnik persiapan preparat dengan

mengeluarkan darah dari tubuh sebanyak – banyaknya, kemudian digantikan dengan cairan

latex.

60. perikarditis = proses peradangan yang mencakup

lapisan parietal dan viseral dari pericardium dan lapisan terluar dari myocardium.

61. poliferasi limfa =

62. poliuria = simtoma medis berupa kelainan

frekuensi diuresis / buang air kecil sebagai akibat kelebihan produksi air seni.

63. pruritus = sensasi kulit yang tidak nyaman bersifat

iritarif sampai tingkat ringan atau berat pada inflamasi kulit dan menimbulkan rangsangan

untuk menggaruk.

64. retikulosit = eritrosit muda yang sitoplasmanya

masih mengandung sejumlah besar sisa – sisa ribosome dan RNA yang berasal dari sisa

inti dari bentuk penuh pendahulunya.

65. sepsis = kondisi medis serius dimana terjadi

peradangan di seluruh tubuh yang disebabkan oleh infeksi.

66. simtomatik = pengobatan dengan menghilangkan atau

mengurangi gejala, misalnya demamnya diturunkan, rasa nyeri berkurang dan sebagainya.

67. sitokin = protein yang dibuat oleh sel darah putih

yang bertindak sebagai pembawa pesan antarsel.

68. sklerosis nefron =

69. somatotropik = hormon pertumbuhan yang termasuk.

hormon protein dan hormon polipeptida.

70. stomatitis = peradangan pada lapisan mukosa dari

setiap struktur di dalam mulut , yang mungkin melibatkan pipi, gusi, lidah,

bibir,tenggorokan dan atap atau lantai mulut.

71. parotitis = penyakit gondongan.

72. tes pemekatan kemih = tes beban kerja pada ginjal.

73. toksik uremia = bahan yang dituduh sebagai penyebab

sindrome klinik uremik.

74. transforming growth factor β =

75. tremor = gerakan bergetar yang berirama dan

tidak terkendali, yang terjadi karena otot berkontraksi dan berelaksasi berulang - ulang.

76. tubulointerstitial =

22

Page 23: Makalah Gagal Ginjal Kronik

77. ulkus peptikum = putusnya kontinuitas mukosa lambung

yang meluas sampai di bawah epitel.

78. urea fost = kristalisasi urea pada kulit.

79. urochrome = zat warna yang memberi warna alami

kekuningan pada urin.

80. varibialitas interindividual =

81. vasoaktif = mengerahkan efek pada kaliber

pembuluh darah.

82. vomitus = muntah.

23

Page 24: Makalah Gagal Ginjal Kronik

Daftar Pustaka

Almatsier, S . 2007 . Penuntun Diet, Instalasi Gizi Perjan RSCM . Jakarta : Gramedia .

Hartono, Andry . 2004 . Terapi Gizi dan Diett Rumah Sakit . Jakarta : Buku Kedokteran EGC .

http://www.purtierplacenta.com/penyebab-gagal-ginjal-bagian-7/

http://medicastore.com/penyakit/89/Pielonefritis.html

http://www.infopenyakit.com/2008/05/penyakit-gagal-ginjal.html

Kristanto, David . 2011. Gagal Ginjal Kronik . Bekasi : Media Komunitas Info .

Sidabutar, R.P & Suhardjono . 1992 . Gizi Pada Gagal Ginjal Kronik . Jakarta : Perhimpunan Nefrologi Indonesia .

Sitepoe, Mangku . 1996 . Penyakit (Diseases) . Jakarta : Gramedia .

Soeparman dkk . 1990 . Ilmu Penyakit Dalam Jilid III . Jakarta : Balai Penerbit FKUI .

Suyono, Slamet dkk . 2001 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III . Jakarta : FKUI .

24