referat mioma h24.doc

27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarkhe, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik. Walaupun jarang terjadi mioma uteri bisa berubah menjadi malignansi (<0,1%). Kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. sebanyak 28 orang (71,8%) dan terjadi pada wanita multipara yaitu sebanyak 26 orang (66,7%). Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche. Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan 1

Upload: nur-hiqmah-aisyah-fitriyani

Post on 11-Apr-2016

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: referat mioma H24.doc

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot

rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum

terjadinya menarkhe, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang

masih tumbuh. Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana

prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi

anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri

asimptomatik. Walaupun jarang terjadi mioma uteri bisa berubah menjadi malignansi

(<0,1%).

Kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka

40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya

hubungan mioma uteri dengan estrogen. sebanyak 28 orang (71,8%) dan terjadi pada

wanita multipara yaitu sebanyak 26 orang (66,7%). Mioma uteri belum pernah

ditemukan sebelum terjadinya menarche.

Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang

efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma

uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun morbiditas yang

ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri dapat

menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal. Beberapa teori menunjukkan

bahwa mioma turut berpengaruh terhadap meningkatnya resiko infertilitas. Adanya

hubungan antara mioma dan rendahnya fertilitas ini telah dilaporkan oleh dua survei

observasional (Marshall et al., 1998). Dilaporkan sebesar 27 – 40 % wanita dengan

mioma uteri mengalami infertilitas.

Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik umumnya adalah tindakan

operasi yaitu histerektomi ( pengangkatan rahim ) atau pada wanita yan ingin

mempertahankan kesuburannya, miomektomi ( pengangkatan mioma ) dapat menjadi

pilihan.

1

Page 2: referat mioma H24.doc

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat

yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma

atau fibroid. Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi

jaringan ikat. Mioma uteri adalah tumor jinak berasal dari miometrium. Mioma uteri

belum pernah tumbuh pada wanita yang belum mengalami menstruasi. Pada masa

menopause mioma uteri akan mengalami pengecilan. Setelah menopause hanya kira-

kira 10% mioma yang masih bertumbuh.. Sebagian besar mioma uteri ditemukan

pada masa reproduksi oleh karena adany rangsangan estrogen. Mioma uteri atau juga

dikenal dengan leiomioma uteri atau fibroid adalah tumor jinak rahim yang paling

sering didapatkan pada wanita.

2.2 Etiologi dan patofisiologi:

Etiologi pasti dari mioma uteri hingga kini masih belum diketahui dengan

jelas. Walaupun mioma uteri banyak terjadi tanpa penyebab, namun dari hasil

penelitian Miller dan Lipschultz yang megutarakan bahwa terjadi mioma uteri

tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya

dapat dirangsang, terus menerus oleh estrogen. Tumor sering ditemukan pada

perempuan usia reproduksi, terutama 40 - 50 tahun. Tumor jarang ditemukan sebelum

menarche dan dapat mengalami regresi setelah menopause. Tumor bertambah besar

pada kehamilan dan pada pemberian hormone estrogen, maka diduga penyebabnya

timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen. Meyer, de

Snoo mengemukan patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest dan genitoblast.

Teori “Cell Nest” ditemukan oleh Meyer pada awal tahun 1932. Mioma memiliki

reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori “Cell Nest”

atau teori “Genitoblat” membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata

menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari

2

Page 3: referat mioma H24.doc

otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma

uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan.

Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena

berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari

mioma submukosum, intramuskular dan subserosum.

Diduga setiap tumor berasal dari “original single muscle cell”. Setiap

leiomioma adalah monoclonal dan semua berasal dari satu progenitor miosit.

Disebutkan juga tumor berasal dari”totipotential primitive cell” atau “immature

muscle cell nest” dalam miometrium, yang berproliferasi akibat rangsangan terus-

menerus oleh hormone estrogen, sehingga terbentuk tumor yang terdiri dari jaringan

otot, jaringan ikat fibrous dan banyak pembuluh darah.

Saat ini ada pandangan lain yang menyebutkan bahwa pathogenesis

leiomioma uteri adalah karena adanya transformasi neoplastik yang mungkin

merupakan mutasi somatik miometrium normal ke leiomioma yang dipengaruhi oleh

hormone estrogen, progresteron dan factor pertumbuhan local seperti : epidermal

growth factor, insulin like growth factor dan platelet-derived growth factor. Reseptor

estrogen dan progresteron banyak didapatkan pada leiomioma uteri. Walaupun

inisiator mutasi somatic tidak jelas, namun efek mitogenik progresteron dapat

meningkatkan perkembangan mutasi somatik. Proliferasi mioma merupakan interaksi

kompleks dari estrogen, progresteron dan factor pertumbuhan local, namun semuanya

itu terjadi setelah adanya inisiasi dari tumor formation. Diduga kompleks genetic ikut

berperan dan akhir-akhir ini telah dapat diidentifikasi mutasi pada 2 gen, yaitu HMGI

(X) dan HMGI (Y) yang muncul pada perkembangan mioma uteri.

Pendapat lain mengatakan bahwa awal mula pembentukan tumor adalah

terjadinya mutasi somatik dari sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan

perubahan kromosom baik secara parsial maupun secara keseluruhan.

3

Page 4: referat mioma H24.doc

2.3 Faktor resiko

Tabel 1. Hubungan Faktor resiko pasien terhadap resiko mioma uteri dan pengaruh

hormon

Faktor Efek pada

Resiko

Mekanisme

Postmenopause Menurun Hypoestrogenism

Menarche dini Meningkat Meningkatnya lama paparan terhadap

estrogen

Obesitas Meningkat Meningkatkanya konversi androgen menjadi

estrogen

Kehamilan Menurun Adanya jeda dari paparan estrogen yang

kronis ; remodelling uterus selama involusi

post partum

Pil Kombinasi Menurun Paparan estrogen ditekan oleh progesteron

Merokok Menurun Penurunan level serum estrogen

Ras Afro Amerika Meningkat Perbedaan genetik pada produksi atau

metabolisme hormon

Riwayat Mioma Uteri

pada keluarga

Meningkat Perbedaan genetik pada produksi atau

metabolisme hormon

2.4 Klasifikasi Mioma Uteri

Mioma uteri diklasifikasikan berdasar lokasi dan arah pertumbuhannya. Menurut

tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4

jenis antara lain:

1. Mioma submukosa

2. Mioma intramural 4

Page 5: referat mioma H24.doc

3. Mioma subserosa

4. Mioma intraligamenter

Gambar 1 : Jenis-jenis mioma uteri

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa

(48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).

1. Mioma submukosa

Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.

Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering

memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar

mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa,

walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.

Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase,

dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan

dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.

5

Page 6: referat mioma H24.doc

Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma

submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma

submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga

rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang

dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa

kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

2. Mioma intramural

Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena

pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk

simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai

banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol

dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan

uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih

ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

3. Mioma subserosa

Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada

permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di

antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.

4. Mioma intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya

ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus

sehingga disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu

macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke

dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan

sabit.

Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas

otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like

pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang

terdesak karena pertumbuhan.

6

Page 7: referat mioma H24.doc

Gambar 2 : Representasi gambar uterus normal dan struktur vaskularnya :

A : pelebaran pembuluh darah pada endometrium dan miomerium pada uterus

normal

B : pelebaran pembuluh darah obstruksi fisik pada pembuluh darah miomatus

2.5 Perubahan sekunder pada mioma uteri

1. Atropi

Fibromioma menjadi kecil sesudah menopause ataupun sesudah

kehamilan.

2. Degenerasi hialin

Merupakan perubahan sekunder yang terjadi terutama pada penderita

yang berusia lanjut, yang dapat meliputi sebagian besar atau sebagian kecil

7

Page 8: referat mioma H24.doc

mioma uteri seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari

kelompok lainnya.

3. Degenerasi kistik

Degenerasi kistik dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana

sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang

tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang

luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan

konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dengan kista ovarium atau

suatu kehamilan.

4. Degenerasi membatu

Degenerasi membatu atau calcareous degeneration, terutama terjadi

pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.

Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma

menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

5. Degenerasi merah

Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis

diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi.

Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna

merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi

merah tampak khas pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit

demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar disertai nyeri pada perabaan.

Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma

bertangkai.

6. Degenerasi lemak

Degenerasi lemak jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi

hialin.

2.6 Gejala

8

Page 9: referat mioma H24.doc

Wanita dengan mioma uteri umumnya mengeluhkan apapun. Keluhan yang

diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah pertumbuhan, jenis,

besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50% saja mioma uteri

menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun. Gejala – gejala

yang dapat ditimbulkan oleh mioma uteri :

1. Perdarahan abnormal

Perdarahan merupakan gejala yang paling umum terjadi dan umumnya muncul

dengan menoragia, dan dapat juga terjadi metroragia. Patofisiologi yang mendasari

terjadinya perdarahan ini terkait dengan dilatasi venul. Tumor yang besar pada uterus

akan memberikan tekanan pada sistem vena di uterus, sehingga menyebaban dilatasi

venul pada miometrium dan endometirum. Mioma intramural dan subserous

menimbulkan kejadian menoragi yang hampir sama dengan mioma jenis submukosa.

2. Rasa nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan

sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan

peradangan. Dismenore umumnya juga ditemukan, pada penelitian yang

dilakukan Lippman (2003) melalui studi population-based cross-sectional,

melaporkan bahwa wanita dengan mioma uteri more lebih sering mengeluhkan

dispareunia atau nyeri pinggul di luar siklus dibanding dengan dismenore.

3. Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada

kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan

retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada

rectum dapat menyebkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan

pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

4. Infertilitas dan abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars

intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya

9

Page 10: referat mioma H24.doc

abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa

apabila peyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan

penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan

miomektomi.

2.7 Diagnosis

a. Anamnesis

Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,

faktor risiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Biasanya teraba massa

menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah panjang serta adanya

riwayat pervaginam terutama pada wanita usia 40-an. Kadang juga dikeluhkan

perdarahan saat kontak seksual.

b. Pemeriksaan Fisik

Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus.

Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan

c. Laboratorium

Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan

perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang

mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus menyebabkan

polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga

akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan

balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.

a. Ultrasonografi

Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam

menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama

bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar

10

Page 11: referat mioma H24.doc

baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri

secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang

mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.

Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan

akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.

Gambar 3. Pemeriksaan dengan USG transvagina

b. Histeroskopi

Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa,

jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat

diangkat.

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi

mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa

gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI

dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas,

11

Page 12: referat mioma H24.doc

termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi

pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.

Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil

Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan

observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila

janin imatur. Namun, pada torsi akut atau perdarahan intra abdomen memerlukan

interfensi pembedahan. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila

mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan mioma tergantung pada :

1. Ukuran tumor

2. Keluhan atau komplikasi

3. Umur dan paritas penderita

Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan,

10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu

diambil tindakan operasi.

I. Ukuran mioma kurang dari kehamilan 12 minggu

Tanpa keluhan / komplikasi :

- Tidak tergantung pada umur dan paritas, hanya dilakukan pengawasan dengan

pemeriksaan berkala tiap 3 – 6 bulan sekali. Apabila terjadi pembesaran atau

timbul komplikasi dipertimbangkan operasi.

Dengan keluhan / komplikasi perdarahan :

- Koreksi anemi dengan transfuse bila Hb ≤ 8 gr %

- Kuret dikerjakan bila Hb ≥ 8 gr %, kecuali pada perdarahan profus.

- Tujuan kuret :

- Menghentikan perdarahan

12

Page 13: referat mioma H24.doc

- Pemeriksaan PA untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan atau

penyakit lain. Bila tidak didapatkan keganasan, tindakan selnjutnya

tergantung pada umur dan paritas penderita.

- Umur < 35 tahun dan masih menginginkan anak dilakukan terapi konservatif,

bila gagal dipertimbangkan operasi.

- Umur > 35 tahun dengan jumlah anak > 2 dilakukan tindakan operasi.

II. Ukuran mioma lebih dari kehamilan 12 minggu

Dengan ataupun tanpa keluhan / komplikasi, dilakukan tindakan tindakan

operasi. Bila ada perdarahan dilakukan kuret dulu unutk menghentikan

perdarahan dan pemeriksaan patologi anatomi (PA) setelah anemianya terkoreksi.

Bila ada infeksi diberikan antibiotic.

III. Konservatif

Pengobatan konservatif ini meliputi :

1. Bila anemia beri tablet zat besi tiap 8 jam/hari

2. Pemberian kombinasi vitamin 1 x 1

3. Makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP)

4. Pengawasan lanjutan secara berkala tiap 3 – 6 bulan untuk melihat

besar tumor dan keluhan

Dapat dipertimbangkan pemberian obat-obatan yang bertujuan menurangi

kadar estrogen dan progresteron dalam darah (missal : GnRH agonist). Terapi

dengan obat-obatan diharapkan dapat memperkecil volume atau

menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia

padasaat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau

terapi pengganti sementara dari operatif. Preparat yang selalu digunakan

untuk terapi medikamentosa adalah analg GnRH, progesteron, danazol,

gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain

(gossipol,amantadine).

1. GnRH analog

13

Page 14: referat mioma H24.doc

Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita dengan

mioma uteri yang diberikan GnRHa leuprorelin asetat selam 6 bulan,

ditemukan pengurangan volume uterus rata-rata 67% pada 90 wanita

didapatkan pengecilan volume uterus sebesar 20% dan pada 35 wanita

ditemukan pengurangan volume mioma sebanyak 80%.

Efek maksimal dari GnRHa baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara

kerjanya menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga

kadarnya dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause.

Setiap mioama uteri memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap

pemberian GnRHa.

Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri

yang paling rensponsif terhadap pemberian GnRH ini. Keuntungan

pemberian pengobatan medikamentosa dengan GnRHa adalah:

1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri.

2. Mengurangi anemia akibat perdarahan.

3. Mengurangi perdarahan pada saat operasi.

4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan

mioma.

5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal.

6. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi.

2. Progesteron

Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri

pada pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone

25 mg perhari selama 21 hari dan tiga pasien lagi diberi tablet 200 mg, dan

pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran mioma uteri, hal ini belum

terbukti saat ini.

3. Danazol

Merupakan progesteron sintetik yang berasal dari testosteron. Dosis

substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus

14

Page 15: referat mioma H24.doc

sebesar 20-25% dimana diperoleh fakta bahwa danazol memiliki substansi

androgenik. Tamaya, dkk melaporkan reseptor androgen pada mioma

terjadi peningkatan aktifitas 5-reduktase pada miometrium dibandingkan

endometrium normal. Mioma uteri memiliki aktifitas aromatase yang tinggi

dapat membentuk estrogen dari androgen.

6. Goserelin

Merupakan suatu GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya terhadap

jaringan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama.

Pada pemberian goserelin dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri

dan dapat menghilangkan gejala menoragia dan nyeri pelvis. Pada wanita

premenopause dengan mioma uteri, pengobatan jangka panjang dapat

menjadi alternatif tindakan histerektomi terutama menjelang menopause.

Pemberian goserelin 400 mikrogram 3 kali sehari semprot hidung sama

efektifnya dengan pemberian 500 mikrogram sehari sekali dengan cara

pemberian injeksi subkutan. Untuk pengobatan mioma uteri, dimana kadar

estradiol kurang signifikan disupresi selama pemberian goserelin dan

pasien sedikit mengeluh efek samping berupa keringat dingin. Pemberian

dosis yang sesuai, agar dapat menstimulasi estrogen tanpa tumbuh mioma

kembali atau berulangnya peredaran abnormal sulit diterima. Peneliti

mengevaluasi efek pengobatan dengan formulasi depot bulanan goserelin

dikombinasi dengan HRT (estrogen konjugasi 0,3 mg) dan

medroksiprogesteron asetat 5 mg pada pasien mioma uteri.

7. Antiprostaglandin

Dapat mengurangi perdarahan yang berlebihan pada wanita dengan

menoragia, dan hal ini beralasan untuk diterima atau mungkin efektif untuk

menoragia yang diinduksi oleh mioma uteri. Ylikorhala dan rekan-rekan,

melaporkan pemberian Naproxen 500-1000 mg setiap hari untuk terapi

selama 5 hari tidak memiliki efek pada menoragia yang diinduksi mioma,

meskipun hal ini mengurangi perdarahan menstruasi 35,7% wanita dengan

menoragia idiopatik.

15

Page 16: referat mioma H24.doc

IV. Tindakan operasi

1. Pada yang masih menginginkan anak, bila mungkin dilakukan

miomektomi :

- Selama pengawasan tumor membesar lebih dari 8 cm dengan USG

- Keluhan perdarahan dan nyeri tidak teratasi dengan obat.

2. Pada usia 35–45 tahun dikerjakan histerektomi dan unilateral

salpingoooforektomi.

3. Pada usia lebih dari 45 tahun dikerjakan histerektomi dan unilateral

bilateral salpingoooforektomi.

Embolisasi Arteri Uterina

Suatu tindakan yang menghambat aliran darah ke uterus dengan cara

memasukkan agen emboli ke arteri uterina. Dewasa ini embolisasi arteri

uterina pada pasien yang menjalani pembedahan mioma. Arteri uterina yang

mensuplai aliran darah ke mioma dihambat secara permanen dengan agen

emboli (partikel polivynil alkohol). Keamanan dan kemudahan embolisasi

arteri uterina tidak dapat dipungkiri, karena tindakan ini efektif.

Proses embolisasi menggunakan angiografi digital substraksi dan dibantu

fluoroskopi. Hal ini dibutuhkan untuk memetakan pengisian pembuluh darah

atau memperlihatkan ekstrvasasi darah secara tepat. Agen emboli yang

digunakan adalah polivinyl alkohol adalah partikel plastik dengan ukuran

yang bervariasi. Katz dkk memakai gel form sebagai agen emboli untuk

embolisasi arteri uterina. Tingkat keberhasilan penatalaksanaan mioma uteri

dengan embolisasi adalah 85-90%.

2.9 Prognosis Mioma Uteri

Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi

yang extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau menembus

endometrium, maka diharusken SC (Sectio caesaria) pada persalinan berikutnya.

16

Page 17: referat mioma H24.doc

Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40%

pasien dan 2/3nya memerlukan tindakan lebih lanjut.

2.10 Diagnosis Banding Mioma Uteri

Diagnosis banding mioma uteri adalah kehamilan, neoplasma ovarium, dan

adenomyosis

2.11 Komplikasi

1. Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6 %

dari seluruh mioma serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.

Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang

telah diangkat. Kecurigaaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat

membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2. Torsio (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, sehingga timbul

gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikiana

terjadilah sindroma abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan

akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana

terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat

mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi

darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga

perdarahn berupa menorrhagia atau metrorrhagia disertai leukorea dan

gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.

BAB 3

17

Page 18: referat mioma H24.doc

PENUTUP

Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa frekuensi kejadian mioma

uteri paling tinggi antara usia 35 – 50 tahun yang mendekati angka 40%,

jarang ditemukan pada usia di bawah 20 tahun. Hal ini disebabkan karena

pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia

reproduksi serta akan turun pada usia menopause. Senada dengan pernyataan

di atas, Stoppler (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan mioma uteri

disebabkan oleh stimulasi hormon estrogen. Hormon estrogen disekresi oleh

ovarium mulai saat pubertas berangsur-angsur meningkat dan akan

mengalami penurunan bahkan tidak berproduksi lagi setelah usia menopause.

Terapi yang digunakan pada penderita mioma uteri bervariasi.

Penanganan operatif dilakukan apabila ukuran tumor lebih besar daripada

ukuran uterus, pertumbuhan tumor yang cepat, mioma denagn tangkai dan

torsi, bila menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya, hipermenorea, dan

penekanan organ sekitarnya. Menurut Derek (2001) histerektomi merupakan

terapi pilihan pada wanita tua, wanita yang tidak ingin memiliki keturunan

lagi dan pasien yang mengalami perdarahan haid berlebihan atau gejala

penekanan oleh massa tumor.

18

Page 19: referat mioma H24.doc

DAFTAR PUSTAKA

Derek LJ. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta:

Hipokrates,

Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 2. Jakarta:

EGC.

Guyton AC. 2002. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.

Joedosapoetro MS. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka

Prawirohardjo Sarwono. 2010. Ilmu Kandungan Yayasan Bina Pustaka.

Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Scott JR, Disala PJ, Hammond CB. 2002. Danforth Buku Saku Obstetric dan ginekologi. Jakarta: Widya Medika,

Williams. Gynaecology.2008 by The McGraw-Hill Companies

Wiknjosastro H et al.,. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka,

19