referat hematoskezia

30
REFERAT HEMATOCHEZIA Pembimbing: dr. YM. Agung, Sp.PD disusun oleh : Grata Vendy Pradhana J500 070 023 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

Upload: vendy-pradhana

Post on 21-Jan-2016

105 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: referat hematoskezia

REFERAT

HEMATOCHEZIA

Pembimbing:

dr. YM. Agung, Sp.PD

disusun oleh :

Grata Vendy Pradhana

J500 070 023

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: referat hematoskezia

DAFTAR ISI

Daftar isi………………………………………………………………………… i

BAB I Pendahuluan…………………………………………………………….. 1

BAB II Tinjauan Umum………………………………………………………… 2

Definisi…………………………………………………………………. 2

Epidemiologi……………………………………………………………. 2

Klasifikasi................................................................................................. 3

Etiologi………………………………………………………………….. 4

Manifestasi Klinis……………………………………………………….. 8

Diagnosa………………………………………………………………… 9

Pemeriksaan Penunjang………………………………………………… 10

BAB III Penatalaksanaan………………………………………………………. 13

BAB IV Kesimpulan…………………………………………………………… 18

Daftar Pustaka………………………………………………………………….. 19

Page 3: referat hematoskezia

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan saluran cerna akut merupakan keadaan gawat darurat yang harus ditangani

secara cepat dan tepat karena dapat menyebabkan kematian. Sementara perdarahan

saluran cerna yang sifatnya kronik walaupun tidak terlihat nyata namun bila tidak

ditangani juga sangat berbahaya. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi dimana saja pada

traktus digestivus dari mulut sampai dengan anus. Darah dapat terlihat pada tinja atau

muntahan atau dapat saja berupa perdarahan tersembunyi yang hanya dapat dilihat

dengan pemeriksaan laboratorium. Perdarahan saluran cerna bagian bawah sebagian

besar terjadi pada usia tua. Dahulu, kematian yang disebabkan oleh perdarahan saluran

cerna bagian bawah yang akut sangat tinggi. Hal ini terutama disebabkan oleh kesulitan

untuk menemukan sumber pendarahan.5 Namun, seiring dengan kemajuan dan

pembangunan di bidang teknologi medis, khususnya kolonoskopi dan angiografi, telah

menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh perdarahan saluran cerna bagian

bawah sebesar 5-10% selama dekade terakhir. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh

peningkatan kemampuan dalam mencari sumber pendarahan, dalam resusitasi dan juga

perawatan medis yang lebih baik. Penyebab utama kehilangan darah dari saluran

pencernaan bagian bawah yang akut adalah divertikulosis dan angiodisplasia.5 Sementara

itu, penyebab utama perdarahan saluran cerna bagian bawah yang kronik adalah

keganasan dan penyakit di daerah perianal.5 Perdarahan saluran cerna bagian bawah

yang kronik terjadi secara bertahap dan sebentar-sebentar, sehingga seringkali pasien

tidak menyadarinya dan membutuhkan rawat inap di rumah sakit.5

Page 4: referat hematoskezia

BAB II

TINJAUAN UMUM

II.1 Definisi

Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya didefinisikan sebagai perdarahan yang

berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz.3

Hematochezia diartikan sebagai darah segar atau berwarna merah maroon yang keluar

melalui anus dan merupakan manifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian

bawah. Namun, perdarahan dari saluran pencernaan bagian atas yang masif juga dapat

menimbulkan hematochezia.1,3

Melena diartikan sebagai tinja berwarna hitam seperti ter, lengket, dengan bau yang

khas. Melena timbul bila hemoglobin dikonversi menjadi hematin atau hemokrom lain

oleh bakteri setelah 14 jam.1,2 Umumnya melena menunjukkan perdarahan di saluran

cerna bagian atas atau usus halus, namun melena dapat pula berasal dari perdarahan

kolon sebelah kanan dengan perlambatan mobilitas.2 Tidak semua kotoran hitam adalah

melena karena bismuth, atau obat-obat yang mengandung besi ( obat penambah darah )

dapat pula menyebabkan feces menjadi hitam.1,3

Darah Samar timbul bilamana ada perdarahan ringan namun tidak sampai merubah warna

feces. Darah samar dapat diketahui dengan tes Guaiac.1,3

Darah yang bisa dideteksi oleh tes Guaiac minimal 5-10ml/hr, sementara saluran cerna

secara normal sebenarnya kehilangan darah 0,5-1,5 ml/hari yang biasanya tidak terdeteksi

dengan tes Guaiac.1

II.2 Epidemiologi

Penyebab utama perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah diverticulosis,

malformasi arteri vena (AVM), dan kolitis iskemik.1 Dari keseluruhan perdarahan saluran

cerna, 20%nya adalah perdarahan saluran cerna bagian bawah , dan biasanya tidak lebih

berat dari perdarahan saluran cerna bagian atas. Perdarahan SCBB ini biasanya terjadi

pada orang tua berusia antara 63-77 tahun.1 Sebanyak 80% biasanya berhenti secara

spontan.1 Dalam dekade terakhir , kasus perdarahan saluran cerna meningkat secara

Page 5: referat hematoskezia

signifikan. Mortalitas akibat perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah 3,6 %,

sementara tingkat mortalitas akibat perdarahan saluran cerna bagian atas adalah 3,5–7%.3

Pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah yang dirawat di rumah sakit memiliki

angka mortalitas yang lebih tinggi, yaitu sebanyak 23% dibandingkan pasien yang rawat

jalan, hanya sebesar 3.6%.1

II.3 Klasifikasi

a. Perdarahan akut

Pasien – pasien yang mengalami perdarahan berat dan kontinyu harus dirawat di rumah

sakit. Penting untuk diingat bahwa pada 10-15% kasus yang pada awalnya bermanifestasi

sebagai perdarahan saluran cerna bagian bawah ternyata memiliki sumber perdarahan di

saluran cerna bagian atas.1 Petunjuk kemungkinan terjadinya perdarahan saluran cerna

bagian atas yang diawali dengan hematochezia adalah ketidakstabilan hemodinamik

( hipotensi, takikardi,perubahan posisi mengakibatkan perubahan pada tekanan darah)2,

melena, dan riwayat perdarahan saluran cerna bagian atas.1 Pemasangan NGT membantu

menegakkan diagnosa perdarahan saluran cerna bagian atas pada pasien dengan

perdarahan saluran cerna bagian bawah yang berat.1

b. Outlet-type bleeding

Yang dimaksud outlet-type bleeding adalah terlihat darah selama atau sesudah defekasi

pada kertas toilet atau handuk, tapi tanpa gejala ataupun faktor resiko khusus untuk ca

Page 6: referat hematoskezia

colorectal.1 Pasien outlet-type bleeding yang berusia muda, lebih dianjurkan

menggunakan fleksibel sigmoidoskopi dibandingkan kolonoskopi.

c. Perdarahan kronik-intermitten

Manifestasi klinis pada pasien ini adalah tes Guaiac positif, atau anemia atau keduanya.

Biasanya terjadi pada pasien-pasien rawat jalan yang tidak menyadari terjadinya

perdarahan saluran cerna bagian bawah namun mengalami anemia kronis. Walaupun

begitu jika anemi yang timbul sudah berat dan terdapat gejala-gejala kardiopulmoner

maka pasien tersebut harus dirawat inap untuk monitoring,evaluasi dan tata laksana lebih

lanjut. Pada pasien-pasien ini harus dievaluasi dengan kolonoskopi. Berdasarkan studi,

sekitar 25-41% dari pasien ini ditemukan kelainan pada endoskopi saluran cerna bagian

atasnya. Jadi, bila dengan kolonoskopi tidak ditemukan sumber perdarahan maka sebaik

nya dilakukan endoskopi. 1

II.4 Etiologi

Penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah :

a. Perdarahan divertikel kolon

Page 7: referat hematoskezia

Divertikel adalah kantong yang terjadi karena penonjolan kearah luar usus melalui

lapisan otot . Proses terbentuknya divertikel berhubungan dengan kebiasaan makan

pasien. Pasien dengan divertikel mempunyai kebiasaan makan makanan yang tidak atau

kurang berserat, akibatnya tinja yang terbentuk keras dan volumenya kecil, sehingga

kolon harus berkontraksi lebih keras untuk menggiring tinja keluar, maka sering timbul

tekanan tinggi dalam kolon biasanya di bagian bawah. Tekanan yang besar ini dapat

menekan celah lemah pada dinding usus. Paling sering divertikel ditemukan di bagian

sigmoid . Kelainan ini lebih sering ditemukan usia lebih dari 50 tahun. Pasien dengan

divertikel yang cukup banyak disebut divertikulosis. Bila divertikel ini meradang disebut

divertikulitis. Penonjolan ini besarnya berkisar antara beberapa milimeter sampai dua cm.

Leher divertikel dan pintunya biasanya sempit. Kadang-kadang di dalamnya terbentuk

fecolith.

Keluhan dan tandanya dapat berupa keluhan mulai dari yang ringan seperti mual, nyeri

pada perut kiri bawah, sembelit dan diare oleh karena gangguan pengerasan usus sampai

keluhan berat seperti pecahnya usus, abses dan perdarahan.

Pecahnya usus ditandai dengan perut yang menjadi tegang dan terasa nyeri. Abses

ditandai dengan adanya massa di perut kiri bawah yang sangat nyeri disertai keluhan

Page 8: referat hematoskezia

sembelit, demam dan keadaan umum penderita buruk. Perdarahan baru nyata setelah

keluar perdarahan saat penderita BAB, dan mungkin terjadi anemia. Pada penderita usia

lanjut, dapat terjadi perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan syok dan tidak jarang

memerlukan transfusi darah.

b. Angiodisplasia

Angiodisplasia (vascularectasis) diklasifikasikan sebagai penyebab perdarahan saluran

cerna bagian bawah secara bertahap atau kronis. Lima puluh empat persen dari

angiodisplasia kronis menyebabkan perdarahan di dalam usus. Angiodisplasia adalah lesi

degeneratif yang berkaitan dengan penuaan. Dua pertiga pasien dengan angiodisplasia

berusia di atas 70 tahun. Patogenesis angiodisplasia tidak diketahui,mungkin disebabkan

oleh parsial, obstruksi intermiten,mulai dari vena-vena submukosa sampai terjadinya

dilatasi, sehingga hubungan arteriovenosa didirikan. Angiodisplasia didiagnosis dengan

menggunakan kolonoskopi dan angiography. 5

c. Arteriovenous Malformation1

AVM dilaporkan sebagai sumber perdarahan saluran cerna bagian bawah pada 3-40%

pasien. AVMs biasanya kelainan kongenital dan ditemukan di usus pada 1-2% dari

spesimen autopsi. AVMs adalah suatu kelainan pada mukosa dan submukosa

pembuluh darah memiliki komunikasi langsung antara arteri dan vena tanpa campur

tangan kapiler. Lebih dari setengahnya berlokasi di kolon kanan, dan 47% persen

pasien mengalami hematochezia yang tanpa nyeri serupa dengan perdarahan yang

disebabkan oleh penyakit divertikular, dapat pula muncul berupa perdarahan yang

kronik dan intermitten. Faktor resikonya adalah orang tua, berusia lebih dari 60 tahun,

lokasi di sisi kanan kolon , dan pada pasien yang memiliki penyakit gagal ginjal

kronis dan stenosis aorta. Pemeriksaan terbaik untuk AVMs adalah angiography.

d. Kolitis

Kolitis merupakan istilah yang menunjukkan adanya proses peradangan atau inflamasi

pada kolon. Kolitis sering diawali dengan infeksi, toksin, produk bakteri, yang terjadi

pada individu yang rentan . Pelepasan bahan toksin menimbulkan reaksi inflamasi yang

Page 9: referat hematoskezia

menyebabkan perubahan mukosa dan dinding. Kolitis dibagi 2, yaitu kolitis ulseratif non

spesifik dan kolitis Crohn. Kolitis ulseratif berlangsung lama dan disertai masa remisi

dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Tanda dan gejala klinis yang penting adalah nyeri

abdomen, diare dan perdarahan rektum.6 Diagnosis banding antara lain : kolitis infeksi,

IBS, divertikulitis, enteritis radiasi, dan kanker kolon. Walaupun tidak ada tes darah

yang spesifik untuk kolitis iskemik, namun biasanya terdapat kenaikan leukosit, amilase,

kreatin fosfokinase dan serum laktat. Foto rontgen polos biasanya tidak ditemukan

sesuatu yang khas, meskipun tanda edema submukosa dan pneumatosis dapat dilihat

biasanya pada pasien dengan penyakit lanjut.Diagnosa dengan CT scan mungkin

memperlihatkan penebalan segmental kolon yang terkena. Evaluasi endoskopi dengan

sigmoidoskopi atau kolonoskopi dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada

pasien yang tidak jelas diagnosanya dan tidak memperlihatkan tanda-tanda peritonitis

atau perforasi.5

e. Penyakit perianal

Contohnya adalah hemoroid dan fissura ani, biasanya menimbulkan perdarahan dengan

warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan feces. Polip dan karsinoma kadang

menimbulkan perdarahan yang mirip dengan yang disebabkan oleh hemoroid, oleh

karena itu pada perdarahan yang diduga dari hemoroid perlu dilakukan pemeriksaan

untuk menyingkirkan kemungkinan polip dan karsinoma kolon. Pemeriksaan dilakukan

menggunakan anoskopi dan kolonoskopi. Kelainan perianal diterapi dengan obat

(suppositoria, pelumas, hydroxitison) tetapi sering kambuh sehingga skleroterapi /

koagulasi, ligasi, atau intervensi bedah dapat dipertimbangkan.5

f. Neoplasia kolon

Baik tumor ganas dan jinak di usus bisa mirip divertikulosis, dan kebanyakan terjadi pada

usia tua.Neoplasma jarang menyebabkan perdarahan masif. Perdarahan bisa berupa

sebentar-sebentar, atau kebanyakan kasus adalah perdarahan tersembunyi ( occult

blood). Dulu, diagnosis dibuat menggunakan barium enema, namun kini dengan

menggunakan kolonoskopi dan biopsi diagnosa dapat langsung dilakukan. Pengelolaan

Page 10: referat hematoskezia

tumor saluran cerna bagian bawah adalah dengan eksisi, baik dibantu oleh endoskopi

atau melalui operasi.5

g. Divertikulum Meckel7

Divertikulum Meckel adalah suatu kelainan bawaan, yang

merupakan suatu kantung (divertikula) yang menonjol dari dinding

usus halus. Divertikula bisa mengandung jaringan lambung

maupun jaringan pankreas. Divertikulum meckel adalah suatu sisa

dari struktur perkembangan yang tidak diserap seluruhnya pada

masa perkembangan janin. Penyebab yang pasti dari tidak

diserapnya sisa struktur tersebut tidak diketahui. Sekitar 2% dari

jumlah penduduk memiliki divertikulum meckel, tetapi hanya

sebagian kecil yang menunjukkan gejala.

Divertikulum meckel biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kantungnya dapat

melepaskan asam dan menyebabkan ulkus, sehingga terjadi perdarahan melalui rektum

yang tidak disertai nyeri. Tinja biasanya berwarna keunguan atau kehitaman. Pada remaja

dan orang dewasa, divertikulum lebih cenderung menyebabkan penyumbatan usus,

sehingga timbul nyeri kram dan muntah. Bisa terjadi peradangan mendadak pada

divertikulum yang disebut divertikulitis akut. peradangan ini menyebabkan nyeri perut

yang hebat, seringkali disertai muntah.Jika tidak menimbulkan gejala, maka tidak perlu

dilakukan pengobatan khusus. Jika terjadi perdarahan, maka dilakukan pengangkatan

divertikulum disertai pengangkatan jaringan usus di sekitarnya yang telah mengalami

kerusakan.Jika tidak ditemukan kerusakan pada jaringan usus di sekitarnya, maka yang

dibuang hanya divertikulumnya. Untuk memperbaiki anemia, mungkin perlu diberikan

zat besi tambahan. Jika terjadi perdarahan yang hebat, mungkin perlu dilakukan transfusi

darah.

II.4 Manifestasi Klinis

Perdarahan akut :

a.Sinkop : takikardia, kepala pusing,melayang

b.Syok : - tekanan darah turun (sistolik< 90 mmHg atau turun > 30 mmHg dari semula)

Page 11: referat hematoskezia

- takikardi, nadi cepat (> 100x/mnt) denyut kecil, lemah atau tidak teraba.

c. muka (kulit, mukosa) pucat

d. akral dingin

e.berkurangnya pembentukan air kemih.

f. berkurangnya aliran darah ke otak (bingung, disorientasi, rasa mengantuk dan syok)

Perdarahan Kronik:

Akibat kehilangan darah kronik:

a. anemia def.Fe

b. palpitasi

c. lemas

d. sesak napas

e. anoreksia

f. insomnia.

II.5 Diagnosa

Tentukan penyebab atau lokasi perdarahan, dilakukan setelah status hemodinamik stabil (

pada perdarahan akut )1

a. Anamnesis : tanyakan volume perdarahan, berapa kali mengalami perdarahan ,

juga penting ditanyakan kepada pasien mengenai riwayat penyakit terdahulu,

apakah pasien menderita tukak peptik,penyakit hati kronik, kelainan saluran cerna

bawah (hemorroid,kolitis, ca). Penting pula mengetahui riwayat penyakit

sekarang , beberapa petunjuk misalnya jika pasien mengaku:1

1) Feses terbungkus darah, biasanya menandakan perdarahan akibat hemoroid.

2) Darah bercampur dengan feses, menandakan sumber perdarahan yang lebih

proksimal.

3) Diare berdarah, terdapat tenesmus ani, biasanya merupakan gejala Irritable Bowel

Disease (IBD).

4) Diare berdarah, demam dan nyeri abdomen ,biasanya adalah pasien dengan kolitis

5) Jika terdapat nyeri saat defekasi biasanya adalah hemoroid atau fissura anal.

Page 12: referat hematoskezia

6) Jika feses berubah ukurannya menjadi bentuk panjang seperti pensil disertai

penurunan berat badan biasanya adalah pasien kanker kolon.

7) Perdarahan yang terjadi tanpa disertai nyeri biasanya terjadi pada pasien penyakit

divertikular , AVM, atau proctitis

Tanyakan pula apakah terdapat sesak, nyeri dada, lightheadedness, dan kelemahan.1

b. Pemeriksaan fisik

1) cek tanda vital :

a.Kesadaran

b.Tekanan darah : hipotensi orthostatik timbul pada kehilangan 15% volume darah.1 Bila

penderita syok tek. sistolik < 90 mmHg dan nadi > 100x/mnt,berkeringat dingin, muka

pucat, akral dingin maka kehilangan darah sekitar 40%.

c. Nadi

d.Pernafasan

e. Suhu

2) Mata : ada tidaknya anemis

3) Turgor kulit menurun

4) Ekstremitas : akral dingin, ujung-ujung jari sianotik

5)Auskultasi Jantung : irama cepat atau lambat

6)Abdomen : teraba massa atau tidak, ukuran hepar, splenomegali.1

auskultasi : peristaltik usus menurun atau tidak

7) Colok dubur : darah (+/-), palpasi massa (+/-), identifikasi feses, dan lakukan tes

Guaiac.1

c. Pemeriksaan laboratorium :1

1) darah : cito dan pemeriksaan darah lengkap . Selanjutnya perlu dicek Hb dan Ht tiap 6

jam

2) Elektrolit

3) BUN / serum creatinin

4) Liver Function Test

5) Faktor pembekuan : Prothrombin Time (PT)

Page 13: referat hematoskezia

: activated Partial Thrombin Time (aPTT)

II.6 Pemeriksaan Penunjang

a. Kolonoskopi

Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan

rectum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 16ANO0 cm.

Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan

ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi lebih baik

daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%. Sebuah kolonoskopi

juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan dan dilatasi dari

striktur. 1.

Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama

(perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 1,3% pada

pasien.1 Komplikasi lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada diagnostik

kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik,

sedangkan perforasi merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostic

Merupakan pemeriksaan terbaik untuk perdarahan saluran cerna bagian bawah, bisa

untuk diagnostik maupun terapeutik. Akurasi untuk diagnosa dengan kolonoskopi adalah

48% -90%.1 Terlihatnya darah segar pada ileum terminalis mengindikasikan sumber

perdarahan bukan berasal dari kolon.1

b. Urgent Colonoscopy

Adalah tindakan kolonoskopi yang dilakukan dalam 24 jam setelah episode perdarahan.

Pada pasien ini dilakukan persiapan awal yang minim dengan air atau gliserin enema.

Baru-baru ini digunakan polietilen glikol . Penyakit yang paling sering ditemukan oleh

kolonoskopi mendesak adalah kolitis iskemik transien .Urgent colonoscopy dianggap

aman dan berguna untuk pemeriksaan pada perdarahan saluran cerna bagian bawah akut

dan hemostasis.9

c. Flexible Sigmiodoskopi

Page 14: referat hematoskezia

Flexible sigmoidoscopi dapat menjangkau 65 cm kedalam lumen kolon dan dapat

mencapai bagian proksimal dari kolon kiri.1 Dapat digunakan tanpa sedatif dan dengan

persiapan enema yang minimal. Lima puluh persen dari kanker kolon dapat terdeteksi

dengan menggunakan alat ini. Flexible sigmoidoscopi tidak dianjurkan digunakan untuk

indikasi terapeutik polipektomi, kauterisasi dan semacamnya; kecuali pada keadaan

khusus, seperti pada ileorektal anastomosis. Flexible sigmoidoscopi setiap 5 tahun

dimulai pada umur 50 tahun merupakan metode yang direkomendasikan untuk screening

seseorang yang asimptomatik yang berada pada tingkatan risiko menengah untuk

menderita kanker kolon. Sebuah polip adenomatous yang ditemukan pada flexible

sigmoidoscopi merupakan indikasi untuk dilakukannya kolonoskopi, karena meskipun

kecil (<10 mm), adenoma yang berada di distal kolon biasanya berhubungan dengan

neoplasma yang letaknya proksimal pada 6-10% pasien.

d. Anoskopi

Anoskopi berguna hanya untuk diagnosa perdarahan yang sumbernya adalah di daerah

anorectal dan anal canal, termasuk di dalamnya adalah hemoroid interna dan fissura anal.

Lebih diutamakan daripada fleksibel sigmoidoskopi untuk mendeteksi hemoroid pada

pasien rawat jalan .1

e. Barium Enema: adalah suatu teknik radiografi dengan menggunakan media kontras

barium sulfat kemudian difoto dengan sinar –X sehingga akan tampak gambaran usus

dan bisa melihat apabila ada kebocoram obstruksi akibat polip atau massa. Pada pasien

muda dengan hematochezia minimal yang dengan fleksibel sigmoidoskopi memberikan

hasil negatif, barium enema merupakan alternatif dibandingkan kolonoskopi.1

h.Angiography: merupakan satu cara visualisasi untuk mendiagnosa kelainan pada

pembuluh darah seluruh tubuh dengan menggunakan sinar X. Perdarahan yang bisa

dideteksi oleh angiography adalah perdarahan yang masif yaitu sekitar 0,5-1,5 ml/min.1

II.7 Komplikasi

a. Shock Hipovolemi Gagal Ginjal Akut

Page 15: referat hematoskezia

b. Efek samping transfusi darah : reaksi hemolitik, infeksi.

BAB III

PENATALAKSANAAN HEMATOSCHEZIA

Tujuan :8 - stabilisasi hemodinamik

- stop perdarahan aktif

- cegah perdarahan ulang.

1. Resusitasi penderita : ( A – B – C )

a. Pasang infus : - Nadi > 100x/ mnt infus koloid atau NaCl 0.9%

untuk mengetahui jml kehilangan darah, penderita tidur terlentang ukur nadi / tek.

darah lalu penderita didudukkan dan bila nadi naik > 10x/ mnt & tek. Darah sistolis

turun > 10 mmHg maka kehilangan darah adalah sekitar 20%.8

b. Pernafasan : O2 2-4 ltr/menit

2. Ambil contoh darah (cross matched blood untuk transfusi)

3.Periksa hemoglobin,hematokrit,trombosit,leukosit (Hb kurang sesuai dengan jumlah

perdarahan pada tahap akut oleh krn belum terjadi hemodilusi, perlu waktu minimal 8

jam)

Pemberian transfusi segera pada :8

- penderita syok

- perdarahan terus-menerus

- gejala-gejala angina pectoris

- hematokrit < 20%

- Pasien resiko tinggi : orang tua, CHD, Sirosis hepatis diberikan transfusi PRC sampai

Hematokrit > 30 %

- Koagulopati dan trombositopenia harus dikoreksi segera. Trombosit harus

dipertahankan diatas 50.000/ml dan kagulopati harus dikoreksi dengan vitamin K atau

Page 16: referat hematoskezia

dengan fresh frozen plasma. Vitamin K harus diberikan oral kecuali pada pasien sirosis

atau obstruksi bilier, yang mana pada pasien ini diberikan secara subkutan. Status

hemodinamik merupakan indikator yang lebih baik untuk pemberian darah daripada Hb.

Transfusi diberikan sampai hemodinamik stabil atau Hematokrit 25 – 30%

4.Medikamentosa :

Paerdarahan akut : Transamin 3x1 kaps

: Vit K 3x1 tab

Beberapa perdarahan dapat diobati secara medikamentosa: 3

Hemoroid, fissura ani, dan ulkus rekti diobati dengan bulk-forming agent, sitz baths dan

menghindari mengedan. Kombinasi estrogen-progesteron dapat mengurangi perdarahan

pada pasien angiodisplasia , dan IBD biasanya memberi respon terhadap obat-obatan anti

inflamasi.

5. Observasi dan monitoring terus tanda-tanda vital: observasi tanda-tanda hemodinamik

yaitu tekanan darah, nadi, pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110

mmHg, pernafasan cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38 – 39 derajat Celcius, kulit

dingin pucat atau cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas, sirkulasi darah ke ginjal

berkurang, menyebabkan urine berkurang.

Page 17: referat hematoskezia

Pasien dengan perdarahan SCBB akut

Pertimbangkan perdarahan SCBAPasang NGT

+/- upper endoscopy

Upper endoscopy

Evaluasi dan resusitasi

Tangani sebagai perdrahan SCBA

Arteriography

Kolonoskopi

Sumber teridentifikasiHasil pemeriksaan (-)

Perdarahan berhenti

Endoskopi kapsul

Terapi sesuai kebutuhan

Perdarahan ringan-sedang perdarahan berat

Tidak

Ya

Intensitas

PerdarahanGambaran klinis

Infus IV /

transfusiTujuan akhir

Perdarahan

Ringan

Denyut nadi dan Hb

normal

- Mempertahankan

akses intravena

sampai diagnosis

jelas

- memasatikan

tersedia darah

Page 18: referat hematoskezia

Perdarahan

Sedang

Denyut nadi

istirahat > 100x/mnt

dan`/ atau Hb <

10g/dl

- menggan

tikan cairan

- meminta 4

unit preparat

PRC

Mempertahankan Hb> 9 g/dl

Perdarahan

Hebat

Kolaps dan atau

syok

- tek. Sistolik

< 100

mmHg

- denyut nadi

>100x/mnt

- gantikan

cairan

dengan cepat

- pastikan

tersedia

darah

- lakukan

transfusi

menurut

pengkajian

klinis dan

kadar HB/Ht

- mempertahankan vol

urin > 0,5

ml/kgBB/jam

- mempertahankan tek

sistolik >100 mmHg

- mempertahankan Hb

> 9 g/dl

6. Terapi Bedah

Pada beberapa diagnostik , seperti divertikulum Meckel atau keganasan , bedah

merupakan pendekatan utama setelah keadaan pasien stabil.

Page 19: referat hematoskezia

tanda kehilangan cairan/hemodinamik tidak stabil perdarahan berkurang

Perdarahan aktif berkurang

Perdarahan aktif,dicurigai di SCBB

Kemungkinan perda- lokasi perdarahanRahan di SCBA tak teridentifikasi

Normal

Lokasi perdarahan Ditemukan

Perdarahan berulang

perdarahan cukup banyak ,perlu

transfusi darah

Tanda-tanda vitalResusitasiTes darah

Golongan darah dan crossmatch

Infus NaClPRC dan factor lain jika dibutuhkan

Endoskopi elektif

Kolonoskopi segera atau scintigrafi eritrosit + angiografiEndoskopi

SCBA segera

-Endoskopi SCBA-OMD follow through-Enteroskopi

Kauterisasi elektrik , injeksi zat sklerotik, angiografi embolisasi

Suplemen zat besi

Pertimbangan:AngiografiEnteroskopi operasiKolektomi pasial

BEDAH

Page 20: referat hematoskezia

IV.KESIMPULAN

Hematoschezia adalah perdarahan saluran cerna bagian bawah yang berwarna merah

segar atau merah marun, dan pendarahan ini terletak di bawah ligamentum Treitz ke

anus. Kemungkinan penyebab hematoschezia adalah divertikulosis, angiodisplasia,

neoplasma, kelainan perianal,divertikulum Meckeli, infeksi dan non-infeksi kolitis,

intususepsi. Dalam kebanyakan kasus pendarahan adalah sepele dan sebentar-sebentar,

kecuali untuk divertikulosis, yang menyebabkan pendarahan yang cukup hebat.

Diagnosis dan terapi hematoschezia bisa sebagian besar dilakukan melalui endoskopi,

hanya sebagian kecil bagian memerlukan intervensi bedah untuk diagnosis. Untuk kasus

hematochezia yang akut, diperlukan penatalaksanaan yang tepat karena perdarahan yang

masif beresiko kematian, diperlukan pantauan terus terhadap tanda-tanda vital pasien.

Page 21: referat hematoskezia

DAFTAR PUSTAKA

1. Greenberger,Norton.Blumberg,Richard.Burakoff,Robert: Current Diagnosis and

Treatment Gastroenterology,Hepatology,&Endoscopy. McGraw-

Hill,Lange.2009 : 343-351.

2. Kasper,Dennis.Braunwald,Eugene.Hauser,Stephen, et al.Harrison’s Principles of

Internal Medicine, 16th edition.McGraw –Hill: 235-238.

3. Sudoyo,Aru.Setiyohadi,Bambang.Idrus,Alwi.et al.Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Edisi 4.Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta 2006 : 289-

297.

4. Syamsi,Rusi Muhaimin.WHO: Penggunaan Klinis Darah.EGC,Jakarta 2004:161.

5. Wandono,Hadi. Acta Med Indonesia Vol 39 .October - December 2007

6. Malueka,Rusdi Ghazali: Radiologi Diagnostik.Pustaka Cendekia

Press,Yogyakarta:2006.

7. http:// www.kalbe.co.id diakses tanggal 08/11/09

8. http://www.akademik.unsri.ac.id diakses tanggal 08/11/09

9. http://content.karger.com/ProdukteDB/produkte.asp diakses tanggal 09/11/09