referat depresi.docx

16

Click here to load reader

Upload: diyan110

Post on 14-Aug-2015

403 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Depresi.docx

BAGIAN ILMU PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GANGGUAN DEPRESI

Oleh :

Yunita Purnamasari 1102090027

Pembimbing :

dr. Ilhamuddin

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2013

Page 2: Referat Depresi.docx

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................. i

Halaman Pengesahan................................................................................... ii

I. Definisi................................................................................................. 1

II. Etiologi................................................................................................. 1

III. Patofisiologi.......................................................................................... 1

IV. Diagnosis.............................................................................................. 1

V. Diagnosis Banding............................................................................... 1

VI. Penatalaksanaan................................................................................... 1

Daftar Pustaka............................................................................................ 1

Page 3: Referat Depresi.docx

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama / NIM : Yunita Purnamasari/1102090033

Judul Referat : Gangguan Depresi

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu

Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Februari 2013

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Ilhamuddin

Page 4: Referat Depresi.docx

I. Definisi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,

termasuk pada perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,

konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta

gagasan bunuh diri. (ilmu kedokteran jiwa darurat kaplan)

II. Epidemiologi

1. Insiden dan prevalensi

Gangguan depresi berat, paling sering terjadi dengan prevalensi

seumur hidup sekitar 15 persen. Perempuan dapat mencapai 25 persen.

Sekitar 10 persen di perawatan primer dan 15 persen dirawat rumah

sakit.

2. Jenis kelamin

Perempuan dua kali lipat lebih besar dibanding laki – laki. Diduga

adanya perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stressor

psikososial antara laki – laki dan perempua.

3. Usia

Rata – rata usia sekitar 40 tahunan, hampir 50 persen awitan diantara

usia 20 – 50 tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul pada masa

anak atau lanjut usia. Data terkini menunjukkan, gangguan depresi

berat diusia kurang dari 20 tahun mungkin berhubungan dengan

meningkatnya pengguna alkohol dan penyalahgunaan zat dalam

kelompok usia tersebut.

4. Status perkawinan

Paling sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai hubungan

interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai atau pisah.

Wanita yang tidak menikah memiliki kecenderungan lebih rendah

untuk menderita depresi dibandingkan dengan yang menikah namun

hal ini berbanding terbalik untuk laki – laki.

Page 5: Referat Depresi.docx

III. Etiologi

Menurut Kaplan, faktor –faktor yang dihubungkan dengan penyebab

depresi dapat dibagi atas:

1. Faktor Biologi

Data penelitian biopsikologi menyatakan yang paling berperan dalam

patofisologi gangguan mood adalah disregulasi pada amin biogenik

(norepinefrin, serotonin dan dopamin). Penurunan serotonin dapat

mencetuskan depresi, dan pada beberapa pasien yang bunuh diri

memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan

serebrospinal yang rendah serta konsentrasi tempat ambilan serotonin

yang rendah di trombosit. Beberapa pasien depresi juga memiliki

respon neuroendokrin yng abnormal. Walaupun norepinefrin dan

serotonin adalah amin biogenik yan paling sering dihubungkan dengan

patofisologi depresi, dopamin juga telah diperkirakan memiliki

peranan dalam depresi. Data menyatakan bahwa aktivitas dopamin

mungkin menurun pada depresi dan meningkat pada mania.

Faktor neurokimiawi lain seperti adenylate cyclase, phospotidylinositol

dan regulasi kalsium mungkin juga memiliki relevansi penyebab.

Kelainan pada neuroendokrin utama yang menarik perhatian dalam

adalah sumbu adrenal, tiroid dan hormon pertumbuhan. Neuroendokrin

yang lain yakni penurunan sekresi nokturnal melantonin, penurunan

pelepasan prolaktin karena pemberian tryptopan, penurunan kadar

dasar folikel stimulating hormon (FSH), luteinizing hormon (LH) dan

penurunan kadar testoteron pada laki-laki.

2. Faktor Genetik

Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di

dalam perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola

penurunan genetika adalah jelas melalui mekanisme yang kompleks,

bukan saja tidak mungkin untuk menyingkirkan efek psikososial tetapi

faktor non genetik kemungkinan memainkan peranan kausatif dalam

perkembangan gangguan mood pada sekurangnya beberapa orang.

Page 6: Referat Depresi.docx

Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemugkinan menderita

suatu gangguan mood menurun saat derajat hubungan kekelurgaa

melebar. Sebagai contoh, sanak saudara derajat kedua (sepupu) lebih

kecil kemungkinannya menderita daripada sanak saudara derajat

pertama (kakak).

Peneltian adopsi juga telah menunjukkan bahwa orang tua biologis

dari anak adopsi dengan gangguan mood mempunyai suatu prevalensi

gangguan mood yang serupa dengan orang tua anak penderita

gangguan mood yang tidak diadopsi.

3. Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis

yang telah lama direplikasi bahwa peristiwa kehidupan yang

menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama

gangguan mood daripada episode selanjutnya, hubungan tersebut telah

dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat.

Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan

paling berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah

kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang

paling berhubungan dengan onset satu episode depresi adalah

kehilangan pasangan. Beberapa artikel teoritik dan dari banyak

laporan, mempermasalahkan hubungan fungsi keluarga dan onset

dalam perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat

psikopatologi didalam keluarga mungkin mempengaruhi kecepatan

pemulihan, kembalinya gejala dan penyesuaian pasca pemulihan.

IV. Klasfikasi

Berikut adalah pembagian dari episode depresif :

1) Episode depresif ringan (F32.0)

Suasana perasaan mood yang depresif, kehilangan minat

dan kesenangan, dan mudah menjadi lelah biasanya dipandang

sebagai gejala depresi yang paling khas; sekurang-kurangnya dua dari

ini, ditambah sekurang-kurangnya dua gejala lazim di atas harus ada

Page 7: Referat Depresi.docx

untuk menegakkan diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala yang berat

di antaranya. Lamanya seluruh episode berlansung ialah sekurang-

kurangnya sekitar 2 minggu (Depkes RI, 1993).

Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah

tentang gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan

pekerjaan biasa dan kegiatan social, namun mungkin ia tidak akan

berhenti berfungsi sama sekali (Depkes RI, 1993).

2) Episode depresif sedang (F32.1)

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala yang paling

khas yang ditentukan untuk episode depresif ringan, ditambah

sekurang-kurangnya tiga (dan sebaiknya empat) gejala lainnya.

Beberapa gejala mungkin tampil amat menyolok, namun ini tidak

esensial apabila secara keseluruhan ada cukup banyak variasi

gejalanya. Lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2

minggu (Depkes RI, 1993).

Individu dengan episode depresif taraf; sedang biasanya

menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan dan urusan rumah tangga (Depkes RI, 1993).

3) Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2)

Pada episode depresif berat, penderita biasanya

menunjukkan ketegangan atau kegelisahan yang amat nyata, kecuali

apabila retardasi merupakan ciri terkemuka. Kehilangan harga diri dan

perasaan dirinya tak berguna mungkin mencolok, dan bunuh diri

merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus berat.

Anggapan di sini ialah bahwa sindrom somatik hampir selalu ada pada

episode dpresif berat.

Semua tiga gejala khas yang ditentukan untuk episode

depresif ringan dan sedang harus ada, ditambah sekurang-kurangnya

empat gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas

berat. Namun, apabila gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi)

menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu utnuk

Page 8: Referat Depresi.docx

melaporkan banyak gejalanya secara terinci. Dalam hal demikian,

penentuan menyeluruh dalam subkategori episode berat masih dapat

dibenarkan. Episode depresif biasanya seharusnya berlangsung

sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan

beronset sangat cepat, maka mungkin dibenarkan untuk menegakkan

diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.

Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin

penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau

urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

Kategori ini hendaknya digunakan hanya untuk episode

depresif berat tunggal tanpa gejala psikotik; untuk episode

selanjutnya, harus digunakan subkategori dari gangguan depresif

berulang.

4) Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)

Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut

F32.2 tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresif.

Wahamnya biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau

malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat merasa bertanggung

jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya

berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau

daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju

pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan

sebagai serasi atau tidak serasi dengan suasana perasaan (mood).

5) Episode depresif lainnya (F32.8)

6) Episode depresif YTT (F32.9)

V. Gejala Klinis

Beberapa pasien depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami

depresi dan tidak mengeluh tentang gangguan mood meskipun mereka

menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik

bagi dirinya. Hampir semua pasien depresi (97 persen) mengeluh tentang

penurunan energi dimana mereka mengalami kesulitan menyelesaikan

Page 9: Referat Depresi.docx

tugas, mengalami hendaya di sekolah dan pekerjaan, dan menurunnya

motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru. Sekitar 80 persen pasien

mengeluh masalah tidur, khususnya terjaga dini hari (terminal insomnia)

dan sering terbangun di malam hari karena memikirkan masalah yang

dihadapi. Kecemasan adalah gejala tersering dari depresi dan menyerang

90 persen pasien depresi. (buku psikiatri UI)

Berikut merupakan beberapa gejala depresi (ringan, sedang dan

berat) berdasarkan PPDGJ – III :

Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :

- Afek depresi (sedih, murung, lesu, menangis)

- Kehilangan minat dan kegembiraan

- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya

aktivitas.

Gejala lainnya :

a) Konsentrasi dan perhatian berkurang

b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

d) Pandangan masa depan suram dan pesimis

e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f) Tidur terganggu

g) Nafsu makan terganggu

Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan

masa sekurang – kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan

tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa

beratnya dan berlangsung cepat.

Kategori diagnosis episode depresif ringan, sedang dan berat hanya

digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif

berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan

depresif berulang.

Page 10: Referat Depresi.docx

VI. Diagnosis Banding

1) Gangguan Skizofrenia

Terutama katatonik, tetapi tiap jenis skizofrenia dapat terlihat atau

menjadi depresi selama atau setelah satu episode. Adanya penyesuaian

premorbid yang buruk, gangguan proses pikir formal dengan waham

yang tersusun baik dan halusinasi yang komplek, tidak ada riwayat

siklik, dan tidak ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan

afektif, menyokong dugaan suatu skizofrenia.

2) Gangguan Skizoafektif

Suatu gangguan psikotik yang memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi

beberapa saat bertumpang tindih dengan gejala – gejala mood mayor.

3) Gangguan Cemas Menyeluruh

Pertama terlihat ansietas yang sangat menonjol. Pasien dengan cemas

hendaknya selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya depresi.

(buku saku psikiatri ed.6)

VII. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien dengan gangguan mood harus diarahkan

kepada beberapa tujuan. Pertama, keselamatan pasien harus terjamin.

Kedua, kelengkapan evaluasi diagnostik pasien harus dilaksanakan.

Ketiga, rencana terapi bukan hanya untuk gejala, tetapi kesehatan jwa

pasien kedepan juga harus diperhatikan. (buku psikiatri UI)

Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan

beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus

bergantung pada diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap

terap sebelumnya. (buku saku psikiatri ed.6)