referat asd wd

Upload: heka-widya-putri

Post on 10-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Referat ASD Wd

    1/6

    DEFEK SEPTUM ATRIUM (ASD)

    1.1 Definisi

    Defek Septum Atrium (ASD) adalah salah satu jenis penyakit jantung

    bawaan non sianosis dimana terdapatnya defek pada sekat yang memisahkan

    atrium kiri dan kanan atau septum interatrial yang terjadi karena kegagalan fusi

    septum interatrial semasa janin, mulai dari ukuran kecil, sedang, sampai besar.

    Defek septum atrium di klasifikasi berdasarkan letak defeknya, salah satunya

    dikenal dengan istilah defek septum atrium sekundum.1,2

    1.2 EpidemiologiDefek ostium sekundum merupakan jenis terbanyak dari defek septum

    atrium. Kelainan ini merupakan 7-10 % dari seluruh penyakit jantung bawaan.1

    1.3 Klasifikasi

    Berdasarkan lokasi lubang, diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu ASD

    sekundum (bila lubang terletak pada daerah fosa ovalis), ASD primum (bila

    lubang terletak di daerah ostium primum, yang mana ini termasuk salah satu

    bentuk defek septum atrioventrikular), defek sinus venosus (bila lubang terletak di

    daerah sinus venosus dekat muara vena kava superior atau inferior).2

    1.4 Patofisiologi

    Karena tekanan di atrium kiri lebih daripada tekanan di atrium kanan,

    maka pada defek septum atrium terjadi pirau ke kanan. Akibatnya terjadilah beban

    volume di atrium kanan, ventrikel, dan a. pulmonal. Ketiga struktur ini akan

    mengalami dilatasi. Derajat dilatasi dipengaruhi oleh besarnya defek serta

    perbedaan antara tahanan sistemik dan tahanan paru.1

    Karena beban tekanan pada defek septum atrium septum tidak begitu

    berat, maka kelainan vascular paru tidak terjadi secepat pada kelainan jantung

    bawaan dengan beban tekanan yang berlebihan seperti pada defek septum

    ventrikel atau duktus arteriosus persisten. Pada defek septum atrium kelainan

  • 7/22/2019 Referat ASD Wd

    2/6

    vascular paru biasanya terjadi pada decade tiga, tetapi bila telah terjadi biasanya

    bersifat progresif.1

    1.5 Manifestasi Klinis

    Sebagian pasien defek septum atrium sekundum asimtomatik. Kecurigaan

    biasanya timbul bila pada pemriksaan rutin ditemukan bising jantung. Pada defek

    septum atrium, dapat terjadi infeksi saluran pernafasan berulang tidak begitu berat

    dibandingkan dengan defek septum ventrikel. Gagal jantung biasanya tidak terjadi

    pada masa bayi dan anak, gagal jantung kongestif terjadi pada defek septum

    atrium yang besar). Selain itu juga bisa timbul sesak nafas, keluhan kesulitan

    menyusu, gagal tumbuh kembang pada bayi atau cepat capai saat aktivitas fisik

    pada anak lebih besar.1,2

    Pertumbuhan fisis umumnya normal atau hampir normal. Hanya pada

    defek yang sangat besar didapatkan deformitas dada. Pada palpasi tidak

    ditemukan getaran bising. Kadang dapat diraba aktivitas ventrikel kanan yang

    meningkat. Pada auskultasi didapatkan bunyi jantung I normal, sedangkan bunyi

    jantung II terdengar dengan terpisah (split) yang lebar dan menetap. Split yang

    menetap terjadi karena jumlah darah dalam jantung kanan relatif tetap, karena

    fluktuasi derajat pirau yang seimbang dengan fluktuasi air balik dengan

    respirasi.1,2

    Dalam keadaan normal, pada waktu inspirasi alir balik darah ke jantung

    kanan akan bertambah, sehingga waktu ejeksi ventrikel kanan juga bertambah

    lama. Pada defek septum atrium penambahan alir balik ke jantung kanan akan

    menyebabkan tekanan di atrium kanan bertambah, sehingga pirau kiri ke kanan

    melintasi defek akan berkurang. Sebaliknya, pada ekspirasi pengurangan alir balik

    ke jantung kanan akan menyebabkan berkurangnya tekanan atrium kanan,sehingga pirau kiri ke kanan bertambah. Dengan demikian maka jumlah darah

    dari ventrikel kanan, baik pada fase inspirasi maupun fase ekspirasi, lebih kurang

    sama. Akibatnya split bunyi jantung II menetap (A2-P2 pada defek septum atrium

    tidak bervariasi lebih dari 0.02 detik). Split yang melebar dan menetap ini

    merupakan tanda fisis yang sangat penting pada defek septum atrium.1

    Jumlah darah yang besar dalam jantung kanan ini akan menyebabkan

    terjadinya stenosis pulmonal relatif, sehingga akan bising sistolik ejeksi yang

    2

  • 7/22/2019 Referat ASD Wd

    3/6

    halus di sela iga 2 para sterna kiri atau di tepi kiri atas sternum yang biasanya

    menjalar ke tepi kiri sternum bagian tengah. Pada defek septum atrium yang

    besar, dapat terjadi stenosis trikuspid relatif akibat aliran yang deras, sehingga

    terdengar bising mid diastolik yang bertambah keras pada inspirasi di tepi kiri

    sternum bagiam bawah. Keadaan ini biasanya terjadi bila rasio aliran pulmonal /

    sistemik lebih dari 2 : 1.1,2

    Juga bisa terjadi bising pansistolik mitral insufisiensi di daerah apeks bila

    terdapat celah pada katup mitral (pada ASD primum) atau penyulit prolaps katup

    mitral (pada ASD sekundum). Tanda-tanda gagal jantung kongestif pada ASD

    terjadi dengan aliran pirau yang besar atau dengan komplikasi mitral insifisiensi

    berat akibat prolaps katup mitral atau celah pada katup mitral.2

    1.6 Diagnosis

    Diagnosis defek ostium sekundum didasarkan pada riwayat yang

    asimtomatik dengan pertumbuhan normal atau hamper normal, bunyi jantung II

    yang split lebar dan menetap, bising ejeksi sistolik di sela iga kiri atas dengan atau

    tanpa bising mid diastolik di daerah tricuspid. Pada EKG di dapatkan deviasi

    sumbu ke kanan, hipertrapi ventrikel kanan, dan mungkin pembesaran atrium

    kanan. Pada foto dada jantung normal atau membesar tingan, segmen pulmonal

    menonjol dan corakan vaskular paru bertambah. Diagnosis dipastikan dengan

    pemeriksaan ekokardiografi, atau bila perlu dengan kateterisasi jantung.1

    1.7 Diagnosis Banding

    Bising fungsional inosen yang menyerupai bising defek astium sekundum,

    apalagi bila disertai dengan split yang lebar. Tetapi split ini berubah dengan faserespirasi. Foto dada dan EKG pada bising nosen selalu normal. Stenosis pulmonal

    ringan atau sedang sering menyebabkan bising ejeksi sistolik dengan komponen

    P2 yang lambat (split), namun P2 ini lemah, bahkan tidak terdengar pada stenosis

    berat.1,2

    Pada EKG juga didapatkan deviasi sumbu ke kanan dan hipertropi

    ventrikel kanan. Pada stenosis pulmonal murni corakan paru adalah normal.

    Gambaran klinis dan foto dada pasien dengan defek ostium primum sama dengan

    3

  • 7/22/2019 Referat ASD Wd

    4/6

    pasien defek sekumdum. Kelainan ini dapat dibedakan dengan defek sekundum

    karena pada defek ostium primum sumbu berdeviasi ke kiri. Pemeriksaan

    ekokardiografi 2 dimensi memastikan diagnosis. 1

    1.8 Pemeriksaan Penunjang

    a. Elektrokardiogram

    Pada EKG dapat ditemukan adanya deviasi sumbu QRS ke kanan, Right

    bundle branch block, hipertropi ventrikel kanan, pada ASD primum akan terlihat

    interval PR memanjang dan sumbu QRS berdeviasi ke kiri, sedangkan pada SVD

    mungkin sumbu gelombang P negatif.2

    b. Foto rontgen toraks

    Akan tampak kardiomegali pada foto rontgen toraks akibat pembesaran atrium

    dan ventrikel kanan, kadang disertai dengan penonjolan segmen pulmonal.

    Tampak gambaran vaskular paru yang berkurang di daerah tepi pada hipertensi

    pulmonal yang sudah terjadi penyakit vaskular paru.2

    c. Ekokardiogram

    Terdapat bermacam - macam jenis ekokardiografi, pada ekokardiografi M-

    mode akan terlihat dilatasi ventrikel kanan dan pergerakan septum ventrikular

    yang paradox, pada ekokardiografi 2 dimensi, terlihat lokasi celah ASD pada

    pandangan subsifoid (ASD primum, ASD sekundum, dan SVD superior atau

    inferior), menentukan semua muara vena pulmonalis khususnya pada SVD karena

    sering disertai anomalous pulmonary venous drainage, selain itu juga akan

    tampak mitral insufisiensi akibat prolaps katup mitral pada ASD sekundum besar

    atau akibat celah pada daun katup mitral anterior pada ASD primum.2

    Ekokardiografi doppler dan berwarna digunakan untuk menentukan arahaliran pirau ASD serta menghitung tingginya tekanan arteri pulmonalis bila ada

    trikuspid insufisiensi. Jenis lain dari ekokardiografi adalah trans esophageal,

    dilakukan bila direncanakan penutupan ASD sekundum secara non bedah dengan

    pemasangan amplatzer septal occluderatau adanya keraguan ada tidaknya ASD.2

    d. Sadap jantung

    4

  • 7/22/2019 Referat ASD Wd

    5/6

    Pemeriksaan sadap jantung dilakukan bila sudah terdapat hipertensi pulmonal

    atau untuk evaluasi pada pemasangan penutupan ASD sekundum dengan

    pemasangan ASO atau pada kasus kasus tertentu untuk mengukurflow ratio.2

    1.9 Tatalaksana

    a. ASD dengan aliran pirau yang kecil

    Pada ASD dengan aliran pirau yang kecil perlu dipantau baik secara klinis

    maupun ekokardiografi. Bila hasil ekokardiografi meragukan antara kecil dan

    sedang, sebaiknya pada usia 15 tahun dilakukann pemeriksaan sadap jantung

    untuk memastikan besarnya FR. Penutupan ASD sekundum dengan pemasangan

    ASO (bila memenuhi syarat) atau operasi. Penutupan ASD dilakukan bila FR

    sama dengan atau lebih dari 5.2

    b. ASD dengan aliran pirau yang besar

    Pada bayi dengan ASD besar atau dengan penyulit mitral insufisiensi berat

    biasanya timbul gagal jantung kongestif, sedangkan pada anak atau orang dewasa

    biasanya gejala yang timbul adalah akibat HP. Punutupan ASD secara bedah

    ataupun nonbedahhhh (ASO) sebaiknya segera dilakukan.2

    c. Bayi tanpa GJK

    Meskipun aliran pirau cukup besar tetapi tanpa gejala GJK, maka operasi

    penutupan ASD dapat ditunda sampai usia pra sekolah (3-4 tahun).2

    d. Bayi dengn GJK

    Pada bayi yang mengalami GJK harud diberikan obat obat anti gagal jantung

    yaitu digitalis, diuretik dan vasodilator. Bila GJK dapat teratasi secara

    medikamentosa maka operasi penutupan ASD dapat ditunda sampai usia diatas 1

    tahun tanpa didahului pemeriksaan sadap jantung. Tetapi bila tidak teratasi maka

    operasi penutupan harus dilakukan lebih dini.

    2

    e. Anak atau orang dewasa dengan hipertensi pulmonal

    Hipertensi pulmonal terjadi pada ASD yang besar dan perlu mendapat

    perhatian khusus karena akan meningktkan resiko operasi. Bila belum ada tanda

    tanda penyakit vascular paru, mak aoperasi penutupan ASD dapat dilakukan tanpa

    didahului pemeriksaan sadap jantung. Tetapi bila diduga sudah terjadi PVP, maka

    perlu dilakukan pemeriksaan sadap jantung untuk menilai reaktifitas vascular

    paru. Pemasangan ASO pada ASD sekundum dengan HP tidak dianjurkan.

    5

  • 7/22/2019 Referat ASD Wd

    6/6

    Bila trnyata perhitungan PARI kurang dari U/m2 maka resiko operasi

    penutupan ASD kecil. Tetapi bila PARI lebih atau sama dengan 8 U/m2 dan

    dengan pemberian O2 100 % dapat turun sampai kurang dari 8 U/ m2, maka

    operasi penutupan masih dapat dilakukan tetapi dengan resiko tinggi dengan atau

    tanpa membuat celah seperti PFO pada septum. Bila dengan O2 100 % ternate

    masih lebih atau sama dengan 8 U/m2, maka operasi penutupan tidak dianjurkan

    lagi.2

    f. Anak atau orang dewasa ranpa HP

    Bila tidak ada tanda tanda HP, operasi penutupan ASD dilakukan secara

    elektif. Pada anak dianjurkan usia prasekolah ( 3-4 tahun). Bila pada pemeriksaan

    ekokardiografi lubang ASD sudah cukup jelas, maka penutupan ASD sekundum

    dengan pemasangan ASO atau dengan operasi dapat dilakukan tanpa pemeriksaan

    sadap jantung.2

    6