referat asd wd
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Referat ASD Wd
1/6
DEFEK SEPTUM ATRIUM (ASD)
1.1 Definisi
Defek Septum Atrium (ASD) adalah salah satu jenis penyakit jantung
bawaan non sianosis dimana terdapatnya defek pada sekat yang memisahkan
atrium kiri dan kanan atau septum interatrial yang terjadi karena kegagalan fusi
septum interatrial semasa janin, mulai dari ukuran kecil, sedang, sampai besar.
Defek septum atrium di klasifikasi berdasarkan letak defeknya, salah satunya
dikenal dengan istilah defek septum atrium sekundum.1,2
1.2 EpidemiologiDefek ostium sekundum merupakan jenis terbanyak dari defek septum
atrium. Kelainan ini merupakan 7-10 % dari seluruh penyakit jantung bawaan.1
1.3 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi lubang, diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu ASD
sekundum (bila lubang terletak pada daerah fosa ovalis), ASD primum (bila
lubang terletak di daerah ostium primum, yang mana ini termasuk salah satu
bentuk defek septum atrioventrikular), defek sinus venosus (bila lubang terletak di
daerah sinus venosus dekat muara vena kava superior atau inferior).2
1.4 Patofisiologi
Karena tekanan di atrium kiri lebih daripada tekanan di atrium kanan,
maka pada defek septum atrium terjadi pirau ke kanan. Akibatnya terjadilah beban
volume di atrium kanan, ventrikel, dan a. pulmonal. Ketiga struktur ini akan
mengalami dilatasi. Derajat dilatasi dipengaruhi oleh besarnya defek serta
perbedaan antara tahanan sistemik dan tahanan paru.1
Karena beban tekanan pada defek septum atrium septum tidak begitu
berat, maka kelainan vascular paru tidak terjadi secepat pada kelainan jantung
bawaan dengan beban tekanan yang berlebihan seperti pada defek septum
ventrikel atau duktus arteriosus persisten. Pada defek septum atrium kelainan
-
7/22/2019 Referat ASD Wd
2/6
vascular paru biasanya terjadi pada decade tiga, tetapi bila telah terjadi biasanya
bersifat progresif.1
1.5 Manifestasi Klinis
Sebagian pasien defek septum atrium sekundum asimtomatik. Kecurigaan
biasanya timbul bila pada pemriksaan rutin ditemukan bising jantung. Pada defek
septum atrium, dapat terjadi infeksi saluran pernafasan berulang tidak begitu berat
dibandingkan dengan defek septum ventrikel. Gagal jantung biasanya tidak terjadi
pada masa bayi dan anak, gagal jantung kongestif terjadi pada defek septum
atrium yang besar). Selain itu juga bisa timbul sesak nafas, keluhan kesulitan
menyusu, gagal tumbuh kembang pada bayi atau cepat capai saat aktivitas fisik
pada anak lebih besar.1,2
Pertumbuhan fisis umumnya normal atau hampir normal. Hanya pada
defek yang sangat besar didapatkan deformitas dada. Pada palpasi tidak
ditemukan getaran bising. Kadang dapat diraba aktivitas ventrikel kanan yang
meningkat. Pada auskultasi didapatkan bunyi jantung I normal, sedangkan bunyi
jantung II terdengar dengan terpisah (split) yang lebar dan menetap. Split yang
menetap terjadi karena jumlah darah dalam jantung kanan relatif tetap, karena
fluktuasi derajat pirau yang seimbang dengan fluktuasi air balik dengan
respirasi.1,2
Dalam keadaan normal, pada waktu inspirasi alir balik darah ke jantung
kanan akan bertambah, sehingga waktu ejeksi ventrikel kanan juga bertambah
lama. Pada defek septum atrium penambahan alir balik ke jantung kanan akan
menyebabkan tekanan di atrium kanan bertambah, sehingga pirau kiri ke kanan
melintasi defek akan berkurang. Sebaliknya, pada ekspirasi pengurangan alir balik
ke jantung kanan akan menyebabkan berkurangnya tekanan atrium kanan,sehingga pirau kiri ke kanan bertambah. Dengan demikian maka jumlah darah
dari ventrikel kanan, baik pada fase inspirasi maupun fase ekspirasi, lebih kurang
sama. Akibatnya split bunyi jantung II menetap (A2-P2 pada defek septum atrium
tidak bervariasi lebih dari 0.02 detik). Split yang melebar dan menetap ini
merupakan tanda fisis yang sangat penting pada defek septum atrium.1
Jumlah darah yang besar dalam jantung kanan ini akan menyebabkan
terjadinya stenosis pulmonal relatif, sehingga akan bising sistolik ejeksi yang
2
-
7/22/2019 Referat ASD Wd
3/6
halus di sela iga 2 para sterna kiri atau di tepi kiri atas sternum yang biasanya
menjalar ke tepi kiri sternum bagian tengah. Pada defek septum atrium yang
besar, dapat terjadi stenosis trikuspid relatif akibat aliran yang deras, sehingga
terdengar bising mid diastolik yang bertambah keras pada inspirasi di tepi kiri
sternum bagiam bawah. Keadaan ini biasanya terjadi bila rasio aliran pulmonal /
sistemik lebih dari 2 : 1.1,2
Juga bisa terjadi bising pansistolik mitral insufisiensi di daerah apeks bila
terdapat celah pada katup mitral (pada ASD primum) atau penyulit prolaps katup
mitral (pada ASD sekundum). Tanda-tanda gagal jantung kongestif pada ASD
terjadi dengan aliran pirau yang besar atau dengan komplikasi mitral insifisiensi
berat akibat prolaps katup mitral atau celah pada katup mitral.2
1.6 Diagnosis
Diagnosis defek ostium sekundum didasarkan pada riwayat yang
asimtomatik dengan pertumbuhan normal atau hamper normal, bunyi jantung II
yang split lebar dan menetap, bising ejeksi sistolik di sela iga kiri atas dengan atau
tanpa bising mid diastolik di daerah tricuspid. Pada EKG di dapatkan deviasi
sumbu ke kanan, hipertrapi ventrikel kanan, dan mungkin pembesaran atrium
kanan. Pada foto dada jantung normal atau membesar tingan, segmen pulmonal
menonjol dan corakan vaskular paru bertambah. Diagnosis dipastikan dengan
pemeriksaan ekokardiografi, atau bila perlu dengan kateterisasi jantung.1
1.7 Diagnosis Banding
Bising fungsional inosen yang menyerupai bising defek astium sekundum,
apalagi bila disertai dengan split yang lebar. Tetapi split ini berubah dengan faserespirasi. Foto dada dan EKG pada bising nosen selalu normal. Stenosis pulmonal
ringan atau sedang sering menyebabkan bising ejeksi sistolik dengan komponen
P2 yang lambat (split), namun P2 ini lemah, bahkan tidak terdengar pada stenosis
berat.1,2
Pada EKG juga didapatkan deviasi sumbu ke kanan dan hipertropi
ventrikel kanan. Pada stenosis pulmonal murni corakan paru adalah normal.
Gambaran klinis dan foto dada pasien dengan defek ostium primum sama dengan
3
-
7/22/2019 Referat ASD Wd
4/6
pasien defek sekumdum. Kelainan ini dapat dibedakan dengan defek sekundum
karena pada defek ostium primum sumbu berdeviasi ke kiri. Pemeriksaan
ekokardiografi 2 dimensi memastikan diagnosis. 1
1.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiogram
Pada EKG dapat ditemukan adanya deviasi sumbu QRS ke kanan, Right
bundle branch block, hipertropi ventrikel kanan, pada ASD primum akan terlihat
interval PR memanjang dan sumbu QRS berdeviasi ke kiri, sedangkan pada SVD
mungkin sumbu gelombang P negatif.2
b. Foto rontgen toraks
Akan tampak kardiomegali pada foto rontgen toraks akibat pembesaran atrium
dan ventrikel kanan, kadang disertai dengan penonjolan segmen pulmonal.
Tampak gambaran vaskular paru yang berkurang di daerah tepi pada hipertensi
pulmonal yang sudah terjadi penyakit vaskular paru.2
c. Ekokardiogram
Terdapat bermacam - macam jenis ekokardiografi, pada ekokardiografi M-
mode akan terlihat dilatasi ventrikel kanan dan pergerakan septum ventrikular
yang paradox, pada ekokardiografi 2 dimensi, terlihat lokasi celah ASD pada
pandangan subsifoid (ASD primum, ASD sekundum, dan SVD superior atau
inferior), menentukan semua muara vena pulmonalis khususnya pada SVD karena
sering disertai anomalous pulmonary venous drainage, selain itu juga akan
tampak mitral insufisiensi akibat prolaps katup mitral pada ASD sekundum besar
atau akibat celah pada daun katup mitral anterior pada ASD primum.2
Ekokardiografi doppler dan berwarna digunakan untuk menentukan arahaliran pirau ASD serta menghitung tingginya tekanan arteri pulmonalis bila ada
trikuspid insufisiensi. Jenis lain dari ekokardiografi adalah trans esophageal,
dilakukan bila direncanakan penutupan ASD sekundum secara non bedah dengan
pemasangan amplatzer septal occluderatau adanya keraguan ada tidaknya ASD.2
d. Sadap jantung
4
-
7/22/2019 Referat ASD Wd
5/6
Pemeriksaan sadap jantung dilakukan bila sudah terdapat hipertensi pulmonal
atau untuk evaluasi pada pemasangan penutupan ASD sekundum dengan
pemasangan ASO atau pada kasus kasus tertentu untuk mengukurflow ratio.2
1.9 Tatalaksana
a. ASD dengan aliran pirau yang kecil
Pada ASD dengan aliran pirau yang kecil perlu dipantau baik secara klinis
maupun ekokardiografi. Bila hasil ekokardiografi meragukan antara kecil dan
sedang, sebaiknya pada usia 15 tahun dilakukann pemeriksaan sadap jantung
untuk memastikan besarnya FR. Penutupan ASD sekundum dengan pemasangan
ASO (bila memenuhi syarat) atau operasi. Penutupan ASD dilakukan bila FR
sama dengan atau lebih dari 5.2
b. ASD dengan aliran pirau yang besar
Pada bayi dengan ASD besar atau dengan penyulit mitral insufisiensi berat
biasanya timbul gagal jantung kongestif, sedangkan pada anak atau orang dewasa
biasanya gejala yang timbul adalah akibat HP. Punutupan ASD secara bedah
ataupun nonbedahhhh (ASO) sebaiknya segera dilakukan.2
c. Bayi tanpa GJK
Meskipun aliran pirau cukup besar tetapi tanpa gejala GJK, maka operasi
penutupan ASD dapat ditunda sampai usia pra sekolah (3-4 tahun).2
d. Bayi dengn GJK
Pada bayi yang mengalami GJK harud diberikan obat obat anti gagal jantung
yaitu digitalis, diuretik dan vasodilator. Bila GJK dapat teratasi secara
medikamentosa maka operasi penutupan ASD dapat ditunda sampai usia diatas 1
tahun tanpa didahului pemeriksaan sadap jantung. Tetapi bila tidak teratasi maka
operasi penutupan harus dilakukan lebih dini.
2
e. Anak atau orang dewasa dengan hipertensi pulmonal
Hipertensi pulmonal terjadi pada ASD yang besar dan perlu mendapat
perhatian khusus karena akan meningktkan resiko operasi. Bila belum ada tanda
tanda penyakit vascular paru, mak aoperasi penutupan ASD dapat dilakukan tanpa
didahului pemeriksaan sadap jantung. Tetapi bila diduga sudah terjadi PVP, maka
perlu dilakukan pemeriksaan sadap jantung untuk menilai reaktifitas vascular
paru. Pemasangan ASO pada ASD sekundum dengan HP tidak dianjurkan.
5
-
7/22/2019 Referat ASD Wd
6/6
Bila trnyata perhitungan PARI kurang dari U/m2 maka resiko operasi
penutupan ASD kecil. Tetapi bila PARI lebih atau sama dengan 8 U/m2 dan
dengan pemberian O2 100 % dapat turun sampai kurang dari 8 U/ m2, maka
operasi penutupan masih dapat dilakukan tetapi dengan resiko tinggi dengan atau
tanpa membuat celah seperti PFO pada septum. Bila dengan O2 100 % ternate
masih lebih atau sama dengan 8 U/m2, maka operasi penutupan tidak dianjurkan
lagi.2
f. Anak atau orang dewasa ranpa HP
Bila tidak ada tanda tanda HP, operasi penutupan ASD dilakukan secara
elektif. Pada anak dianjurkan usia prasekolah ( 3-4 tahun). Bila pada pemeriksaan
ekokardiografi lubang ASD sudah cukup jelas, maka penutupan ASD sekundum
dengan pemasangan ASO atau dengan operasi dapat dilakukan tanpa pemeriksaan
sadap jantung.2
6