referat

10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paternitas 2.1.1 Definisi Paternitas merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan informasi mengenai siapa ayah biologis dari seorang anak. Paternitas adalah salah satu contoh kasus sengketa keluarga yang semakin banyak dijumpai di masyarakat, sehingga semakin disadari bahwa setiap anak memiliki hak untuk megetahui tentang asal usul mereka. 5 Informasi mengenai orang tua kandung memiliki peranan penting terhadap anak, seperti hak atas pengasuhan, hak waris, sengketa menganut agama dan berbagai kepentingan lainnya. 5 2.1.2 Dasar hukum Di Indonesia, ketentuan hukum tentang anak dan perkawinan sudah diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, yaitu : 4 a. Pasal 42: anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah. b. Pasal 43: anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya (1). Kedudukan anak tersebut dalam 5

Upload: wilda-septi-pratiwi

Post on 12-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

REFERAT

TRANSCRIPT

10

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Paternitas2.1.1 DefinisiPaternitas merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan informasi mengenai siapa ayah biologis dari seorang anak. Paternitas adalah salah satu contoh kasus sengketa keluarga yang semakin banyak dijumpai di masyarakat, sehingga semakin disadari bahwa setiap anak memiliki hak untuk megetahui tentang asal usul mereka.5Informasi mengenai orang tua kandung memiliki peranan penting terhadap anak, seperti hak atas pengasuhan, hak waris, sengketa menganut agama dan berbagai kepentingan lainnya.5

2.1.2 Dasar hukumDi Indonesia, ketentuan hukum tentang anak dan perkawinan sudah diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, yaitu : 4a. Pasal 42: anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah.b. Pasal 43: anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya (1). Kedudukan anak tersebut dalam ayat (1) di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah (2).c. Pasal 44: (1) Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh isterinya, bilamana ia dapat membuktikan bahwa isterinya telah berzina dan anak itu akibat dari perzinaan tersebut. (2) Pengadilan memberikan keputusan tentang sah tidaknya anak atas permintaan pihak yang bersangkutanPada permasalahan mengenai sengketa anak, maka pengadilan memiliki kekuasaan untuk mengadili berdasarkan alat bukti sesuai dengan Pasal 1866 KUH Perdata dan Pasal 164 yang terdiri dari:a. Bukti tulisan/ suratb. Bukti saksic. Persangkaand. Pengakuan dane. Sumpah

2.2 Penentuan Paternitas berdasarkan DNADNA pertama kali ditemukan oleh D.Watson dan Francis Crick pada tahun 1953. Deoxyribonucleic acid (DNA) adalah rangkaian polimer yang tersusun atas 4 jenis molekul asam nukleotida yang dirangkai pada suatu ikatan. Pada rangkaian DNA, terdapat non-coding region yang menjadi variasi berbeda antar individu. Variasi normal DNA tersebut disebut polimorfisme DNA. Polimorfisme diturunkan dari generasi ke generasi lainnya melalui mekanisme yang berbeda, sehingga setiap individu mendapatkan 50% genom inti masing-masing dari ayah dan ibu serta 100% genom mitokondria.2Identifikasi dengan menggunakan DNA dapat dilakukan dengan: 2,3a. DNA IntiIdentifikasi menggunakan DNA inti atau nDNA memilki spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi. Setiap saudara kandung akan memilki profil nDNA yang berbeda karena pada saat penggabungan materi genetik terjadi rekombinasi. Pemeriksaan nDNA juga dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin sesorang berdasarkan lokus tertentu. Proses pewarisan dari nDNA diturunkan secara Mendellian, dimana seorang anak mendapatkan materi nDNA sebanyak:i. 22 kromosom somatik + kromosom X atau Y dari sperma ayahii. 22 kromosom somatik + 1 kromosom X dari ovum ibuPemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan metode Short Tandem Repeats (STRs) yang terdiri dari rangkaian 2-6 bp yang berulang beberapa kali. Prinsip pemeriksaan STRs terdiri dari beberapa tahapan, yaitu Polymerase Chain Reaction (PCR), elektroforesis, analisis data dan pengambilan kesimpulan. Lokus yang digunakan dapat berbeda-beda sesuai dengan standar yang berlaku di Negara masing masing. Interpretasi hasil pemeriksaan DNA dilakukan dengan mengidentifikasi profil alel yang berupa garis-garis berwarna abu-abu yang akan saling bersesuaian di garis tertentu. Untuk identifikasi individu, selurul alel dicocokkan dengan individu.8 Jika pembanding merupakan profil alel orang tua, maka setengah dari alel-alel harus sesuai dengan profil alel orang tua. Pada kasus sengketa keayahan, pemeriksaan dilakukan dengan mencocokkan alel ibu terlebih dahulu. Namun hal ini akan lebih sulit pada kasus pemerkosaan atau pelaku lebih dari satu orang.2Setelah dilakukan pemeriksaan selanjutnya dilakukan interpretasi, yang terdiri dari eksklusi, inklusi, dan tidak dapat disimpulkan. Eksklusi berarti seseorang dapat disingkirkan dari kemungkinan sebagai orang yang dicari. Jika pada pemeriksaan ditemukan perbedaan pada lebih dari 2 lokus, maka dapat disimpulkan bahwa hasil tersebut dieksklusikan. Inklusi berarti seseorang tidak dapat disingkirkan dari kemungkinan sebagai orang yang dicari. Hal ini terjadi pencocokkan terjadi pada semua alel. Namun hal ini harus diikuti dengan penghitungan faktor koreksi berdasarkan pendekatan genotipe dan fenotipe. Hasil pemeriksaan yang tidak dapat disimpulkan atau inconclusive terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan pemeriksaan terlalu sedikit atau terjadinya kontaminasi.2b. DNA MitokondriaIdentifikasi dengan DNA mitokondria atau mtDNA dilakukan karena urutan molekul mtDNA memiliki urutan molekul yang bervariasi sehingga dapat membedakan individu, hanya diturunkan dari ibu sehingga keturunan ibu akan memiliki urutan mtDNA yang identik dan isolasi mtDNA yang mudah karena memiliki ribuan molekul mtDNA. Prinsip pemeriksaan mtDNA melalui beberapa tahapan, yaitu pengumpulan bahan pemeriksaan, pengambilan sampel, isolasi DNA, proses PCR, sekuensing mtDNA, analisis data dan pengambilan kesimpulan.2,7Spesimen yang diambil dari jenazah adalah dari korban dan pembanding berupa barang yang mengandung mtDNA jenazah tersebut atau kerabat dari garis keturunan ibu yang sama. Pada kasus bayi tertukar, spesimen diambil dari bayi dan kedua ibu. Interpretasi urutan mtDNA dilakukan pada hypervariable segment I (HVS I) dan diperbanyak untuk selanjutnya dilakukan sekuensing untuk mencegah kesalahan pembacaan. Setalah urutan didapatkan, HVS I dibandingkan dengan HVS II yang selanjutnya akan dibandingkan dengan HVS I/II pembanding. Jika pada keduanya terdapat kecocokan, maka dapat disimpulkan bahwa orang tersebut tidak dapat disingkarkan dari kemungkinan individu yang dicari. Penarikan kesimpulan pada pemeriksaan mtDNA sama dengan kesimpulan nDNA yaitu berupa eksklusi, inklusi, dan tidak dapat disimpulkan.2

2.3 Penentuan paternitas berdasarkan golongan darahPenentuan paternitas sesuai dengan Hukum Mendel yang menyatakan:31. Aglutinogen (antigen) tidak mungkin timbul pada anak jika antigen tersebut tidak ada pada salah satu atau kedua orang tua anak tersebut.2. Orang tua yang homozigot harus meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada anaknya.3. Anak yang homozigot harus mendapatkan gen untuk antigen tersebut dari masing-masing orang tuanya.Penerapan Hukum Mendel dalam system A-B-O adalah:31. Aglutinogen A atau B tidak mungkin timbul pada anak bila aglutinogen tersebut tidak terdapat pada salah satu atau kedua orang tuanya.2. Orang tua dengan golongan darah AB tidak mungkin mempunyai anak dengan golongan darah O.3. Anak dengan golongan darah O tidak mungkin mempunyai orang tua dengan golongan darah AB.

Kemungkinan golongan darah yang muncul pada anak berdasarkan golongan darah orang tuanya dapat dilihat pada Tabel 2.1Tabel 2.1. Golongan darah pada anak berdasarkan golongan darah orang tua (Sistem A-B-O)

Golongan darah kedua orang tuanyaGolongan darah yang mungkin pada anakGolongan darah yang tidak mungkin pada anak

O x OOA, B, AB

O x AO, AB, AB

A x AO, AB, AB

O x BO, BA, AB

B x BO, BA, AB

A x BO, A, B, ABTidak Ada

O x ABA, BO, AB

A x ABA, B, ABO

B x ABA, B, ABO

AB x ABA, B, ABO

Pada tabel 2.1 dapat dilihat bahwa seorang lelaki tertuduh dengan golongan darah B dan darah ibu si anak adalah B tidak mungkin memiliki anak dengan golongan darah A sehingga lelaki tertuduh tersebut tidak mungkin merupakan ayah dari anak tersebut. Penentuan paternitas dengan menggunakan sistem A-B-O juga dapat digunakan untuk kasus bayi tertukar. Misalnya: Pasangan pertama (O, AB) memiliki bayi dengan golongan darah O , sedangkan pasangan kedua (O, A) memiliki bayi dengan golongan darah B. Pada kasus diatas dapat dilihat bahwa bayi pertama merupakan anak dari pasangan kedua dan bayi kedua merupakan anak dari pasangan pertama.

2.4 Cara pengambilan sampel2.4.1 Sampel DNAPengambilan sampel DNA harus berdasarkan permintaan pihak kepolisisan yang disertai permintaan tertulis dari kepolisian untuk pemeriksaan dimaksud. Terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui, antara lain:a. Semua barang bukti yang mengalami kontak langsung harus diambil dengan menggunakan alat steril.b. Setiap barang bukti dikemas dalam amplop dan diberi label kemudian dikirim ke laboratorium.c. Petugas memproteksi diri agar tidak terjadi kontaminasi dengan memakai sarung tangan steril, masker dan penutup kepala.d. Menghindari kesalahan pelabelan spesimen.Pada spesimen berupa darah, dapat dimasukkan dalam tabung atau File Transport Access (FTA) card yang selanjutnya dikemas dalam amplop tertutup dan diberi label. Jumlah darah minimal yang dibutuhkan adalah sebanyak 50L namun lebih baik mengambil jumlah yang lebih banyak untuk pemeriksaan ulang atau disimpan sebagai arsip. Spesimen berupa epitel mukosa diambil dengan cotton bud dengan mengorekkan pada dinding rongga mulut dan dimasukkan ke dalam tabung steril. Pada pengambilan spesimen berupa saliva, digunakan kertas saring berukuran 2 cm X 4 cm.5Sementara pada jenazah, prinsip yang digunakan adalah mengambil spesimen dari yang paling segar. Pengambilan spesimen dari dalam tubuh dilakukan menghindari kontaminan seperti yang mungkin terjadi pada bagian luar jenazah. Pengambilan spesimen tetap menggunakan prinsip steril. Pelabelan dan penyimpanan spesimen menjadi hal yang penting karena akan menjadi identitas yang akan memudahkan dalam proses pemeriksaan. Jika pengambilan spesimen telah dilakukan dengan benar, maka hal yang harus dilakukan adalah isolasi DNA. Pada isolasi ini biasanya menggunakan teknologi PCR. Prinsip teknologi ini adalah sesuai dengan proses replikasi DNA di dalam sel yang sedang bermitosis. Hal ini memungkinkan dilakukan mendapatkan hasil yang mudah dan cepat.22.4.2 Sampel golongan darahBahan yang digunakan :6a. sampel darah ibu, ayah dan anakb. reagen anti A dan anti B Metode yang digunakan sebagai berikut:a. Cek golongan darah ibu, ayah dan anak dengan cara meneteskan reagen anti A dan anti B dimana hasilnya bila:A: ditetesi anti A mengalami aglutinasi, ditetesi anti B tidak mengalami aglutinasiB: ditetesi anti A tidak mengalami aglutinasi, ditetesi anti B mengalami aglutinasiAB: ditetesi anti A tidak mengalami aglutinasi, ditetesi anti B tidak mengalami aglutinasiO: ditetesi anti A mengalami aglutinasi, ditetesi anti B mengalami aglutinasi

b. setelah diketahui golongan darah masing-masing, maka dari interpretasi yang didapatkan kemudian dicocokkan apakah mereka bias dimungkinkan mempunyai hubungan darah atau tidak.

5