rasional -...

22
14 Rasional Di tengah tuntutan masyarakat yang sedang kuat menuntut anak-anak bangsa ini memiliki kualitas, baik untuk kepentingan dirinya maupun untuk kepentingan masyarakat pada umumnya, terlebih pada era otonomi daerah yang berjalan menginjak tahun ke delapan, namun arah kebijakan pendidikan seringkali menjadi tidak sinergis antara Pusat (Depdiknas RI) dengan SKPD di Tingkat Pemerintah Daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. Gambaran tidak sinergis akan nampak terlihat pada tataran rumusan kebijakan maupun pada tataran operasinal. Hal ini akan sangat dimaklumi karena pergeseran sistem pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik akan memberikan sumbangan yang tidak kecil untuk mempersiapkan pemindahan kewenangan dan tanggung jawab yang biasanya atas dasar kebijakan pusat, sekarang harus diatur sendiri oleh daerah. Pendidikan adalah salah satu sektor yang dilimpahkan urusannya dari pusat ke daerah dan menjadi urusan wajib daerah (obligatory function) untuk menyelenggarakan dan memberikan layanan pendidikan terhdap masyarakat. Pendidikan adalah hak dan sekaligus kewajiban bagi masyarakat, jika dilihat dari fungsi sosialnya pendidikan adalah kebutuhan dasar dan bagi pemerintah daerah adalah menjadi program layanan dasar bagi masyarakat. Pendidikan di Batam saat ini secara umum berjalan sangat baik, kontribusi terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) telah menjadikan Kota Batam yang terbaik di Provinsi Kepulauan Riua. Namun demikian tentunya tidak ada gading yang tak

Upload: vokhuong

Post on 26-May-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

14

Rasional

Di tengah tuntutan masyarakat yang sedang kuat menuntut anak-anak bangsa ini

memiliki kualitas, baik untuk kepentingan dirinya maupun untuk kepentingan

masyarakat pada umumnya, terlebih pada era otonomi daerah yang berjalan menginjak

tahun ke delapan, namun arah kebijakan pendidikan seringkali menjadi tidak sinergis

antara Pusat (Depdiknas RI) dengan SKPD di Tingkat Pemerintah Daerah baik provinsi

maupun kabupaten/kota. Gambaran tidak sinergis akan nampak terlihat pada tataran

rumusan kebijakan maupun pada tataran operasinal. Hal ini akan sangat dimaklumi

karena pergeseran sistem pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik akan

memberikan sumbangan yang tidak kecil untuk mempersiapkan pemindahan

kewenangan dan tanggung jawab yang biasanya atas dasar kebijakan pusat, sekarang

harus diatur sendiri oleh daerah. Pendidikan adalah salah satu sektor yang dilimpahkan

urusannya dari pusat ke daerah dan menjadi urusan wajib daerah (obligatory function)

untuk menyelenggarakan dan memberikan layanan pendidikan terhdap masyarakat.

Pendidikan adalah hak dan sekaligus kewajiban bagi masyarakat, jika dilihat dari fungsi

sosialnya pendidikan adalah kebutuhan dasar dan bagi pemerintah daerah adalah menjadi

program layanan dasar bagi masyarakat.

Pendidikan di Batam saat ini secara umum berjalan sangat baik, kontribusi

terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) telah menjadikan Kota Batam yang

terbaik di Provinsi Kepulauan Riua. Namun demikian tentunya tidak ada gading yang tak

15

retak, Kota Batam dengan 12 kecamatan yang letak geografis berbentuk pulau atau juga

orang mengenal dengan daerah hiterland, tentunya akan membawa kendala yang tidak

sederhana, minat untuk mengakses pendidikan, minat untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi, putus sekolah, pola perilaku yang akan mengikuti

orangtuanya, daya jangkau dan intensitas layanan dan pembinaan oleh para pengelola

dan pembina pendidikan semkain tidak terprogram karena berbagai alasan termasuk

alasan administratif dan sistem penghargaan. Semua ini akan sangat memungkinkan

tingkat aksesibilitas yang sebenarnya menjadi rendah, angka buta aksara semakin tinggi

(kalaupun tidak ada data yang jelas untuk membedakan anak tidak/belum pernah sekolah

dengan anak buta aksara yang terditeksi secara kasat mata menurut para penyusun data,

serta anak yang putus sekolah yang tidak sedikit terlebih jika dari kelas rendah, ini akan

menjadikan mereka buta aksara kembali). Layanan anak berkebutuhan khusus (ABK)

tidak terungkap datanya, pada hal secara teoritis diperkirakan terdapat sekitar 5 % atau

menurut prediksi BPS sekitar 2, % dan UNICEP sekitar 2,5 % dari jumlah penduduk

adalah mereka yang tergolong sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK); data tentang

PLB/SLB tidak terungkap. Selanjutnya data tentang layanan pendidikan melalui jalur

pendidikan nonformal itupun tidak jelas; berapa SKB, PKBM, KB, KBU dan sebagainya

terlebih data tentang “Mitra Pendidikan Nonformal/PLS) sama sekali tidak terungkap.

Selain itu Kota Batam adalah daerah urban yang selalu akan diminati untuk didatangi

berbagai ragam orang dengan kualifikasi dalan status sosial yang beragam pula.

Implikasinya dan konsekuensinya adalah bagaimana melakukan pemetaan kebutuhan

layanan bagi penduduk yang terkadang tidak jelas asal muasalnya akan tetapi mereka

adalah menjadi bagian dari masyarakat yang harus terlayani dan dapat mengakses

pendidikan. Namun demikian, sebagai sebuah Kota, Batam adalah daerah yang akan

16

terus dikembangkan dan berkembang sesuai dengan tuntutan yang dihadapi, karena Kota

Batam yang berbatasan langsung dengan dua negara maju (Malaysia dan Singapura)

akan mendorong masyarakatnya terus maju dan berkembang sesuai dengan tuntutan

jaman. Semangat ini dijawantahkan dalan visi keempat (d) Kota Batam yang sangat

berkaitan erat dengan layanan pendidikan dan peningkatan mutu sumber daya

manusianya baik dari segi pendidikan maupun kesehatan; yaitu : “Meningkatkan

kualitas sumber daya manusia yang sehat, menguasai IPTEK dan bermuatan

IMTAQ melalui peningkatan dan pemerataan pelayanan pendidikan dan

pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat serta pembinaan

kepemudaan dan olah raga”. Sangat tepat, dan ini harus menjadi “pijakan arah

kebijakan bidang pendidikan” di Kota Batam, khususnya oleh SKPD Dinas Pendidikan

Kota Batam; karena ini adalah energi dan pemacu semangat dan secara mendasar

menjadi dasar pengembangan rencana strategis (RENSTRA) dan/atau rencana

pembangunan jangka menengah (RPJM) Dinas Pendidikan.

Pendidikan di Kota Batam jauh melebihi kualitas pendidikan di kabupaten dan kota

di Provinsi Kepulauan Riau (berdasarkan data yang ada), artinya ini akan menjadi modal

dasar untuk lebih mengembangkan program pembangunan bidang pendidikan secara

komprehensif , integratif (PF/PNF/PI), sistematis yang didasarkan pada data yang

diharapkan lebih akurat, sehingga tidak menimbulkan tafsir yang berbeda dan menjadi

salah tafsir. Sajian data dari mulai jumlah penduduk usia sekolah, jumlah guru, atau data

yang missing yang terkadang timbul tenggelam pada setiap tahunnya akan menyesatkan

analisis dan perencanaan program. Oleh karena itu Program Pendidikan Untuk Semua

(PUS) dan Rencana Aksi Daerah (RAD) yang dikembangkan ini akan menjadi bahan

mengkaji ulang data dan mengembangkan program yang lebih mikro khususnya pada

17

SKPD Dinas Pendidikan Kota Batam; seperti bagaimana layanan perawatan dan

pendidikan anak usia dini, pemberantasan buta aksara, akasesibilitas perempuan terhadap

pendidikan, keaksaran fungsiaonal, life skills, dan memperoleh pendidikan yang

bermutu.

2.1 Tinjauan Geografis dan Potensi Penduduk

Pergeseran paradigama pembangunan dari system sentralistik birokratik ke sistem

desentralistik demokratik yang lebih dikenal dengan ”Otonomi Daerah”, berimplikasi

terhadap sistem pengelolaan pembangunan pendidikan yang bergeser ke arah yang sama;

yakni manajemen pembangunan pendidikan yang desentralistik. Artinya Pemerintah

Daerah (PEMDA) memiliki konsekuensi mengimplementasikan kewenangan wajib

(obligatory function) dalam menyelenggarakan pendidikan, seperti yang diamanatkan

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2004 (Bab I, ayat (1), huruf (f) ).

Penyelenggaraan pendidikan di manapun di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) tentunya harus sejalan dengan hakekat pendidikan itu sendiri serta visi, misi,

tujuan dan fungsi pembangunan Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik

Indonesia No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyuratkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa ,dan negara

( Bab I, pasal 1, butir 1). Selanjutnya (pada butir 2) yang dimaksud dengan Pendidikan

Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan undang-Undang Dasar

18

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan

nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Uraian di atas memberi gambaran tentang sejumlah esensi yang menjadi tanggung

jawab baik pemerintah maupun pemerintah daerah dalam memberikan layanan dasar

terhadap masyarakat; yakni penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan seperti diurai di

atas, begitu syarat esensi; artinya pendidikan tidak sekadar diselenggarakan untuk

menggugurkan kewajiban, akan tetapi pendidikan harus diselenggarakan melalui

perencanaan yang baik dan dimplementasikan dengan baik sehingga akan memberikan

atmosfir belajar dan proses pembelajaran yang normatif, fungsional, sehingga dapat

menumbuhkembangkan potensi diri sasaran didik yang memiliki “ke-kaffah-an”

kecerdasan; baik kecerdasan spiritual keagamaan (yang akan mendorong kepemilikan

akhlak mulia, pribadi yang baik), kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, kecerdasan

intelektual/akademik, kecerdasan ekonomik, maupun kecerdasan cultural. Esensi lain

yang teramat penting adalah bagaimana pendidikan dan atau pembelajaran dapat

menjawab tuntutan perubahan zaman.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terutama

teknologi komunikasi dan informasi, menyebabkan batas Negara dan bangsa menjadi

“imajiner”; budaya dan peradaban bangsa-bangsa akan melintas dan dapat diakses tanpa

batas sehingga akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Artinya ada hal

yang penting untuk disikapi, karena ”madani-nya dunia” salah satunya dipicu oleh

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (khususnya teknologi informasi) yang tidak

hanya berpengaruh terhadap proses pendidikan; tetapi berpengaruh terhadap pemaknaan

pendidikan itu sendiri bagi masa depan anak-anak bangsa. Inilah “Dunia Madani” dengan

segala aspek kemajuan dan tuntutannya. Persoalannya adalah bagaimana upaya-upaya

19

pendidikan, para pelaku pendidikan, para pengambil kebijakan menyikapi dan melakukan

upaya strategis dan signifikan, sehingga anak-anak bangsa ini menjadi asset pembangunan

yang mampu bergaul, merespons (kreatif dan inovatif), melakukan komparasi, dan

memiliki daya saing dalam tatanan “dunia madani”, namun tetap memiliki ketahanan

moral dan budaya.

Kota Batam, secara geografis letaknya sangat strategis, yakni terletak pada jalur

pelayaran Internasional, memiliki luas total (wilayah darat dan laut) 3.990,00 Km2, yang

berbatasan dengan : Singapura dan Malaysia di sebelah Utara, Kabupaten Lingga di

sebelah Selatan, Kabupaten Karimun dan Laut Internasional di sebelah Barat, serta

Kabupaten Bintan dan Kota Tanjung Pinang di sebelah Timur, memiliki penduduk

berjumlah 702.079 jiwa, terdiri atas 340.712 jiwa laki-laki dan 359.793 jiwa perempuan

yang berdomisili di 12 Kecamatan dan 64 Kelurahan; dengan kepadatan penduduk 314,

87 per kilo meter persegi (Sumber: Profil Batam dan Profil Pendidikan Batam 2006).

Batam sebagai wilayah yang berbatatasan langsung dengan dua Negara ( Singapura

dan Malaysia ) yang dikenal sebagai negara berpotensi sumber daya manusia dan

ekonomi maju; sejak awal (OB) dikembangkan sebagai daerah Industri, Perdagangan, dan

Pariwisata dalam skala nasional dan internasional. Oleh karena itu, sangat tepat ketika

Pemerintah Kota Batam menetapkan Visi : “TERWUJUDNYA BATAM MENUJU

BANDAR DUNIA YANG MADANI DAN MENJADI LOKOMOTIF PERTUMBUHAN

EKONOMI NASIONAL”. Guna mencapai visi tersebut di atas, Pemerintah Kota Batam

merumuskan Misi yang diusung sebagai berikut :

a. Mengembangkan Kota Batam sebagai Kota pusat kegiatan Industri, Per dagangan,

Pariwisata, Kelautan dan Alih Kapal yang mempunyai akses ke pasar global dalam

suatu sistem tata ruang terpadu yang didukung oleh infrastruktur, sistem transportasi,

20

sistem Teknologi Informasi (TI) dan penataan lingkungan kota yang bersih sehat,

hijau dan nyaman

b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui fasilitas pengembangan dan pembinaan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Koperasi dan investasi yang didukung

oleh iklim/situasi usaha yang kondusif berlandaskan supermasi hukum.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat hinterland dan

masyarakat miskin melalui penyediaan fasilitas infrastruktur dasar, penataan dan

pembinaan usaha sektor informal serta penanggulangan masalah sosial.

d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, menguasai IPTEK dan

bermuatan IMTAQ melalui peningkatkan dan pemerataan pelayanan pendidikan dan

pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat serta pembinaan kepemudaan

dan olah raga.

e. Menggali, mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai seni budaya Melayu dan

Budaya daerah lainnya serta mengembangkan kehidupan kemasyarakatan yang

harmonis, bertoleransi dan berbudi pekerti.

f. Mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang baik. (Sumber : Batam Dalam Angka :

2006)

Kearifan yang dirumuskan dalam Visi dan Misi Pemerintah Kota Batam, adalah

potensi energi yang mendorong setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)

mengejawantahkan ke dalam visi, misi, arah kebijakan, dan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM), sehingga Visi dan Misi Kota Batam dapat tercapai. Adalah

Dinas Pendidikan Kota Batam, sebagai salah satu SKPD teknis, berupaya

21

mengejawantahkan ke dalam Rencana Pembangunan Bidang Pendidikan (RPJMBP) dan

berupaya mengimplementasikanya secara efektif dan efisien;

Besarnya jumlah penduduk dan keragaman etnis (heterogenitas) ditunjang dengan

kekayaan sumber daya alam (SDA) yang tersedia, bisa dijadikan potensi berharga untuk

menunjang pembangunan, namun disisi lain bisa pula menjadi beban apabila kuantitas

penduduk tidak diimbangi dengan kualitas yang memadai ini penting diperhatikan karena

essensi pembangunan manusia memandang bahwa keberdayaan manusia menjadi tujuan

akhir (ends) dan seluruh proses pembangunan dengan penekanan prinsip perlunya

peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui upaya meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, pengalaman, daya kreativitas dan energi (termasuk hidup sehat).

2.2 Tuntutan Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia

Gambar 2.1

Jumlah Penduduk Kota Batam Tahun 2007

4453542028

14280

69811

9481

20046

74572

7422669152

105388

120142

80654

Batu Ampar

Nongsa

Galang

S. Beduk

Bulang

B. Padang

Sekupang

Lubuk baja

Bengkong

Batam Kota

Sagulung

Batuaji

22

Arah kebijakan Pembangunan nasional ke depan menuntut sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas, baik kualitas intelektual, spiritual, emosional, sosial; bahkan

kualitas keterampilan dan kecakapan hidup bagi setiap individu anak-anak bangsa ini;

sehingga mereka bukan hanya dapat berkomparasi akan tetapi harus dapat berkompetisi

baik pada tataran lokal, regional, nasional bahkan internasional. Tindak berlebihan

manakala isu globalisasi, era pasar bebas dan era otonomi daerah menuntut kebutuhan

akan sumber daya manusia yang berkualitas makin mendesak dan tidak dapat ditunda-

tunda lagi. Pada saat ini mutu sumber daya manusia Kota Batam (baca: data IPM

Provinsi Kepulauan Riau) sacara umum menjadi yang terunggul di Provinsi Kepulauan

Riau. Namun karena posisinya yang sangat strategis dan penuh tantangan; baik secara

regional, nasional, maupun internasional, kiranya Pemerintah daerah Kota Batam sangat

berkepentingan untuk terus mendorong sejumlah SKPD yang berkaitan dengan

peningkatan sumber daya manusia untuk terus memberdayakan dan meningkatkan upaya

pengembangan program strategis dan operasional dalam upaya meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, terlebih untuk memprioritaskan pembangunan bidang

pendidikan.

Terdapat berbagai indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan

kecederungan dinamika pembangunan manusia. Salah satunya adalah Indeks

Pembangunan Manusia atau Development Index (HDI) yang didalamnya memasukan 2

(dua) indikator dalam bidang pendidikan, yakni Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama

Sekolah penduduk usia dewasa (15 tahun ke atas). Indeks Pembangunan manusia (IPM)

merupakan indikator komposit tunggal yang digunakan mengukur pencapaian

pembangunan manusia yang telah dilakukan disuatu negara atau wilayah. Walaupun

tidak mampu mengukur semua dimensi dan pembangunan manusia, namun diperkirakan

23

mampu mengukur dimensi pokok pembangunan manusia yang melihat kecenderungan

status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. Ketiga komponen dasar itu

adalah umur panjang (Usia Harapan Hidup) dan hidup sehat yang diukur melalui angka

harapan hidup, berpengetahuan dan berketerampilan yang diukur melalui melek huruf

dan rata-rata lama sekolah, serta akses terhadap sumber daya dan sumber-sumber

layanan terutama pendidikan dan kesehatan maupun ekonomi yang dibutuhkan untuk

mencapai standar hidup layak (berdaya beli) yang diukur dengan pendapatan perkapita

yang disesuaikan dengan standar.

Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu daerah memperlihatkan upaya

pencapaian nilai ideal (100 atau 1) dan angka ini dapat diperbandingkan antar daerah.

Dengan demikian, tantangan bagi semua daerah adalah bagaimana menemukan cara

yang tepat dalam mengembangkan program pembangunan untuk ngurangi jarak terhadap

nilai ideal. Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukkan posisi kualitas manusia Kota

Batam dari tahun 2003 (73,2), 2004 (75,8), 2005 (76,5), dan 2006 (76,7); artinya Kota

Batam selalu berada dalam kategori di atas IPM kabupaten/kota lainnya bahkan

terunggul dengan posisi ke 1 dari 6 kabupaten/kota dan di atas rerata IPM Provinsi

Kepulauan Riau (lihat Tabel 2.1). Artinya perkembangan kualitas sumber daya manusia

di Kota Batam jika dilihat dari angka IPM menunjukan kualitas yang baik, tanpa harus

terus memperbandingkan dengan daerah yang telah lebih dahulu maju, Kota Batam terus

memacu diri untuk kepentingan kesejahteraan masyarakatnya; karena Pemerintah Daerah

Kota Batam menyadari bahwa wilayahnya sangat strategis untuk terus dipacu

perkembangannya sehingga visi yang dicanangkan tentang : “TERWUJUDNYA

BATAM MENUJU BANDAR DUNIA YANG MADANI DAN MENJADI

24

LOKOMOTIF PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL” dapat dicapai dengan baik,

sehingga masyarakat Kota Batam menjadi sejahtera.

25

Tabel 2.1

Perkembangan IPM Propinsi Kepulauan Riau Menurut Kecamatan

Tahun 2003, 2004, 2005 dan 2006

2003 2004 2005 2006

Karimun 69.3 71.0 71.1 72.0

Bintan 67.3** 69.7 70.9 71.6

Natuna 64.7 67.7 68.4 69.0

Lingga - 67.7 69.4 69.9

Kota Batam 73.2 75.8 76.5 76.7

Kota Tanjung Pinang - 72.2 72.7 72.9

Propinsi Kepulauan Riau - 70.8 72.2 72.8Sumber : BPS Kota Batam

Ket ** : Termasuk Kab. Lingga dan Kota Tanjung Pinang

Kab/KotaIPM

Jika menganalisis data yang dapat diperoleh, terdapat hal yang sangat rentan untuk

menjadi pertanyaan masyarakat; apakah di Kota Batam memang telah bebas buta aksara

atau hanya dalam jumlah yang sangat kecil seperti yang tersaji pada tabel 2.2 kolom ke 4,

atau memang terjadi kekeliruan penafsiran sehingga terkesan bahwa Kota Batam (baca:

sebagai contoh pada tahun 2005) tidak ada yang buta aksara; pada hal pada kolom 3-nya

tersaji data 71.294 orang penduduk yang tidak/belum pernah sekolah, apakah ini tidak buta

aksara ?. Ironis memang, sajian data yang diperoleh dari profil pendidikan Kota Batam,

nampaknya memerlukan pencermatan lebih lanjut sehingga tidak menyesatkan bagi para

pelaku pendidikan di Kota Batam manakala akan menyusun rencana kerja pembangunan

pendidikan. Tahun 2006 data buta aksara di Kota Batam sebesar 721 orang, namun

penduduk yang tidak/belum pernah sekolah trendnya ditemukan menjadi menurun yaitu

menjadi sebesar 52.140 orang penduduk; artinya dalam kurun waktu satu tahun data ini

missing (hilang) sebesar 19.154 orang. Pertanyaannya adalah apakah 19.154 orang

26

penduduk itu bersekolah atau mengikuti program pendidikan kesetaraan atau keaksaraan

melalui jalur pendidikan nonformal atau bagaimana, namun itulah data yang ditemukan.

Tahun 2007 trendnya menjadi naik, jumlah penduduk buta aksara seperti tersaji pada

kolom 4 tabel 2.2 jumlah menjadi 757, artinya naik sejumlah 36 orang. Namun yang

sangat mengejutkan adalah kenaikan data penduduk yang tidak/belum pernah sekolah

angkanya menjadi naik secara spektakuler yaitu menjadi sebesar 96.940 orang penduduk,

artinya trendnya naik tajam baik dari tahun 2005 maupun tahun 2006. Selain itu ditemukan

data (Data Keadaan Penduduk Kota Batam Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006),

terdapat angka yang cukup besar yaitu 7.725 orang anak usia 7-12 tahun (usia SD) yang

tidak menamatkan SD/MI-nya; manakala mereka drop out pada kelas rendah, artinya

sangat dimungkinkan mereka buta aksara kembali. Pluktuasi , konsistensi, dan tingkat

akurasi data yang disajikan sangat dikhawatirkan akan menjadi kendala dalam

pengambilan kebijakan untuk kepentingan penyusunan dan pengembangan rencana

strategis dan operasional SKPD (Dinas Pendidikan Kota Batam) maupun pengambilan

kebijakan pada tingkat Pemerintah Daerah Kota Batam.

Tabel 2.2

Keadaan Umum Pendidikan Kota Batam

TahunJumlah

Penduduk

Tidak/Belum

Pernah SekolahButa Huruf

2005 596.515 71.294 0

2006 702.239 52.140 721

2007 720.844 96.940 757

Sumber Profil Pendidikan Batam. 2005, 2006 dan 2007

27

Hal lain yang juga menjadi kendala untuk melakukan analisis ini adalah tidak

ditemukan dengan pasti data angka rata-rata lama sekolah (RLS), sehingga pada analisis

ini belum dapat menyajikan data tersebut. Namun demikian untuk kepentingan studi ini

terutama untuk penyusunan Rencana Aksi Daerah Pendidikan Untuk Semua (RADPUS),

data pendukung lainnya akan memberikan dukungan yang cukup signifikan dan diprediksi

dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada. Sebagai bahan dasar data tentang

Indeks Pembangunan Manusia Kota Batam telah memberikan gambaran bahwa

pengembangan sumber daya mansuianya baik, dan sebagai gambaran bagaimana

persentase penduduk kelompok usia sekolah terhadap total seluruh penduduk dapat

dicermati data pada tabel 2.3 di bawah ini.

28

Tabel 2.3

Persentase Penduduk Kelompok Usia Sekolah

Terhadap Total Seluruh Penduduk

L P L+P L P L+P L P L+P

Belakang padang 5.04 6.82 11.86 2.54 2.99 5.53 2.93 2.99 5.92

Batuampar 4.76 2.79 7.55 1.85 1.74 3.59 1.88 2.80 4.68

Sekupang 4.86 6.29 11.15 2.23 2.04 4.27 1.64 1.72 3.36

Nongsa 4.90 7.04 11.94 2.01 2.20 4.21 0.86 1.37 2.23

Bulang 6.29 8.15 14.44 2.22 4.21 6.43 1.66 1.62 3.27

Lubuk Baja 4.03 7.80 11.82 1.62 1.65 3.27 1.66 1.59 3.25

Sei Beduk 2.94 2.52 5.46 0.69 0.70 1.38 0.84 1.25 2.09

Galang 7.14 7.72 14.87 3.32 3.45 6.77 3.08 2.23 5.31

Bengkong 6.98 6.03 13.01 1.78 1.90 3.68 1.48 1.68 3.16

Batam Kota 4.91 4.91 9.82 2.39 2.36 4.74 1.71 2.00 3.71

Sagulung 5.27 5.17 10.44 1.19 1.24 2.43 0.95 1.10 2.04

Batu Aji 4.34 3.78 8.12 1.04 1.14 2.19 1.49 1.77 3.26

Rata-rata 4.86 5.26 10.11 1.69 1.74 3.43 1.47 1.70 3.16

Penduduk Usia 13-

15 Tahun

Penduduk Usia 16-

18 Tahun

Penduduk Usia 7-

12 TahunKecamatan

Sumber Profil Pendidikan 2007

Hal lain yang penting untuk dianalisis dalam rangka melihat kondisi umum

pendidikan Kota Batam adalah terkait Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka

Partisipasi Murni (APM). Mencermati APK ataupun APM artinya mencermati tingkat

aksesibilitas anak usia sekolah terhadap jenjang atau tingkat pendidikan tertentu.

Gambaran APK untuk tingkat pendidikan SD/MI dari sajian data 2005 samapai dengan

2007 trendnya sangat baik; yaitu pada tahun 2005 APM SD/MI sebesar 92,77%, tahun

2006 sebesar 98,54%, dan tahun 2007 naik menjadi 102,31%. Sedangkan APM SD/MI

tentunya tidak berbeda bahwa trendnyapun menjadi naik; yaitu pada tahun 2005 sebesar

83,23%, tahun 2006 sebesar 91,01%, dan pada tahun 2007 menjadi sebesar 96,97%.

29

Artinya dari data yang tersaji Pemerintah Daerah Kota Batam memiliki tugas untuk

mendorong sekitar 3,3% anak usia sekolah SD/MI untuk kembali kesekolah atau ditangani

oleh jalur pendidikan nonformal baik melalui Program Paket A ataupun Keaksaraan

fungsional.

Gambaran APK untuk tingkat pendidikan SMP/MTs dari sajian data 2005 sampai

dengan 2007 trendnya sangat baik; yaitu pada tahun 2005 APM SMP/MTs sebesar

79,70%, tahun 2006 sebesar 79,95%, dan tahun 2007 naik menjadi 89,02%. Sedangkan

APM SMP/MTs terjadi pluktuasi kalaupun pada angka yang relatif kecil; yaitu pada tahun

2005 sebesar 69,21%, tahun 2006 sebesar 74,71%, dan pada tahun 2007 terjadi penurunan

yaitu menjadi sebesar 74,14%. Artinya dari data yang tersaji Pemerintah Daerah Kota

Batam memiliki tugas untuk mendorong sekitar 25,86% anak usia sekolah SMP/MTs

(lulusan SD/MI yang tidak melanjutkan atau yang drop out dari SMP/MTs) untuk kembali

kesekolah atau didorong untuk melanjutkan studinya atau ditangani oleh jalur pendidikan

nonformal baik melalui Program Paket B.

Mengapa ini menjadi penting untuk Kota Batam, karena hal ini terkait dengan

Program Nasional tentang Wajib Belajar Sembilan Tahun dan Program Pemberantasan

Buta Aksara.

Gambaran APK untuk tingkat pendidikan SMA/MA/SMK (Jenjang Sekolah

Menengah) dari sajian data 2005 samapai dengan 2007 trendnya naik secara perlahan;

yaitu pada tahun 2005 APK SMA/MA/SMK sebesar 58,61%, tahun 2006 sebesar 59,10%,

dan pada tahun 2007 naik menjadi 60,81%. Sedangkan APM SMA/MA/SMK terjadi

pluktuasi kalaupun pada angka yang relatif kecil; yaitu pada tahun 2005 sebesar 52,75%,

pada tahun 2006 tuju menjadi sebesar 52,11%, sedangkan pada tahun 2007 terjadi

kenaikan lagi yaitu menjadi sebesar 58,84%. Artinya dari data yang tersaji Pemerintah

30

Daerah Kota Batam memiliki tugas untuk mendorong sekitar 41,16% anak usia sekolah

SMA/MA/SMK (lulusan SMP/MTs yang tidak melanjutkan menurut data tahun 2006

terdapat sebesar 4.87 anak, dan yang drop out dari SMA/MA/SMK menurut data tahun

2006 sebesar 1.264 anak) untuk kembali kesekolah atau didorong untuk melanjutkan

studinya atau ditangani oleh jalur pendidikan nonformal baik melalui Program Paket C

atau dalam bentuk lain seperti ”Home Schooling” , karena sebagai Kota yang

dikembangkan sebagai pintu gerbang internasional akan membutuhkan sumber daya

manusia yang kompeten dan mampu melakukan tugas-tugas dirinya dan mengacu kepada

kepentingan masyarakat pada umumnya.

Tabel 2.10

Angka partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)

Menurut Jenjang Pendidikan kota Batam

SD/MI SMP/MTS SMA SD/MI SMP/MTs SMA

2005 92.77 79.70 58.61 83.23 69.21 52.75

2006 98.54 79.95 59.10 91.01 74.71 52.11

2007 102.31 89.02 60.81 96.97 74.14 58.84

TahunAPK APM

Sumber Profil Pendidikan Kota Batam 2005-2007

Menganalisis kondisi umum pendidikan Kota Batam khususnya pendidikan dasar,

ada hal yang cukup menggembirakan apabila melihat sajian data tahun 2005 sampai tahun

2007 tentang rata-rata angka mengulang (AU), rata-rata angka putus sekolah (APS), dan

rata-rata angka lulusan (AL); baik SD/MI maupun SMP/MTs. Rata-rata angka mengulang

(AU) SD/MI tahun 2005 sebesar 3,60%, pada tahun 2006 trendnya menjadi turun yakni

hanya sebesar 0,17%; namun pada tahun 2007, naik kembali menjadi 3,0% (baca: lihat

Tabel 2.11). Rata-rata angka putus sekolah (APS) SD/MI terjadi pluktuasi yang sangat

31

signifikan, pada tahun 2005 rata-rata angka putus sekolah (APS) SD/MI sebesar 0,19%,

pada tahun 2006 trendnya menjadi menjadi naik menjadi sebesar 1,56%; namun pada

tahun 2007, menurun kembali menjadi 0% (Baca: lihat : Tabel 2.11). Rata-rata angka

lulusan (AL) SD/MI terjadi trend yang baik dan naik secara signifikan dari tahun 2005 –

2007. Pada tahun 2005 rata-rata angka lulusan (AL) SD/MI sebesar 76,25%, pada tahun

2006 naik menjadi sebesar 99,83%; dan pada tahun 2007 naik menjadi 100% (baca: lihat

tabel 2.11).

Selanjutnya dari data yang tersaji pada tabel 2.11 tentang rata-rata angka mengulang

(AU), rata-rata angka putus sekolah (APS), dan rata-rata angka lulusan (AL) SMP/MTs

dari tahun 2005 – 2007; gambaran sebagai berikut. Rata-rata angka mengulang (AU)

SMP/MTs tahun 2005 sebesar 0,75%, pada tahun 2006 naik menjadi sebesar 19,30%;

namun pada tahun 2007, naik turun drastis menjadi 1,0% (baca: lihat Tabel 2.11). Rata-

rata angka putus sekolah (APS) SMP/MTs terjadi pluktuasi yang sangat signifikan, pada

tahun 2005 rata-rata angka putus sekolah (APS) SMP/MTs sebesar 0,90%, pada tahun

2006 trendnya menjadi menjadi naik menjadi sebesar 1,56%; namun pada tahun 2007,

menurun kembali menjadi 0% (Baca: lihat : Tabel 2.11). Rata-rata angka lulusan (AL)

SD/MI terjadi trend yang baik dan naik secara signifikan dari tahun 2005 – 2007. Pada

tahun 2005 rata-rata angka lulusan (AL) SD/MI sebesar 76,25%, pada tahun 2006 naik

menjadi sebesar 2,15%; namun pada tahun 2007 turun lagi menjadi 0,0% (baca: lihat tabel

2.11). Selanjutnya rata-rata angka lulusan (AL) SMP/MTs tahun 2005 – 2007, terjadi juga

pluktuasi. Tahun 2005 rata-rata angka lulusan SMP/MTs sebesar 99,88%, namun pada

tahun 2006 terjadi penurunan cukup signifikan, yaitu menjadi sebesar 88,70%, namun

pada tahun 2007 trend-nya menjadi naik kembali kalaupun tidak sebesar tahun 2005; yaitu

32

menjadi 96%. Artinya SKPD Dinas Pendidikan Kota Batam tetap harus tetap berjuang

agar angka-angka tersebut dapat ditekan atau dinaikan.

33

Tabel 2.11

Rata-rata Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah dan Angka Lulusan

Tingkat SD, MI, SLTP, MTs di Kota Batam

AU APS AL AU APS AL

2005 3.60 0.19 76.25 0.75 0.90 99.88

2006 0.17 1.56 99.83 19.30 2.15 80.70

2007 3 0 100 1 0 96

SD/MI (%) SLTP/MTs (%)Tahun

Keterangan : AU : Angka mengulang

APS : Angka putus Sekolah

AL : Angka Lulusan

Sumber Profil Pendidikan Kota Batam Tahun 2005-2007

2.3 Pembiayaan Pendidikan

Keluhan tentang mahalnya biaya pendidikan masih sangat dirasakan oleh masyarakat

terutama kelas menengah ke bawah. Hal ini sangat mempengaruhi tingkat aksesibilitas

(angka partisipasi sekolah) dan kerapkali menjadi alasan mengapa anak menjadi putus

sekolah atau orang tua tidak mau menyekolahkan anaknya atau pula mereka tidak mampu

untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kesulitan ekonomi dan

tingginya angka kemiskinan pada situasi seperti sekarang mi tidak sedikit menjadi suatu

penghalang bagi harapan dan cita-cita anak terutama bagi masyarakat ekonomi

lemah/miskin. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika sekarang ini, tentu lambat laun

akan mempengaruhi ketahanan perekonomian negara lain terutama negara berkembang

dan tidak memiliki ketahanan yang baik. Sekalipun UU RI N0. 20 tahun 2003 telah

34

mensyaratkan agar pemerintah termasuk pemerintahan di daerah menganggarkan minimal

20 persen dari total anggaran pembangunan, nampaknya masih cukup sulit untuk

terealisasi. Namun dengan dimenangkan gugatan PGRI di Mahkamah Konstitusi

Pemerintah mencoba menepati janjinya sesuai dengan amanat undang-undang, dan pada

RAPBN 2009, pendidikan dianggarkan sebesar 20%, apakah itu akan berubah lagi (kita

tunggu saja). Namun bagi Pemerintah Daerah Kota Batam hal ini tentunya akan menjadi

pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pembangunan pendidikan, karena hal ini akan

sangat menentukan masa depan anak-anak bangsa dan warga masyarakat. Sebagai

landasan hukum dan dasar legalitas pendanaan pendidikan Pemerintah telah menerbitkan

PPRI No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. Pada pasal 2 ayat (1 dan 2)

menyebutkan bahwa: (1) Pendanaan Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara

Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, (2) Masyarakat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi: a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan

masyarakat; b. Peserta didik orang tua atau wali peserta didik; dan c. Pihak lain selain

yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang mempunyai perhatian dan peranan dalam

bidang pendidikan. Pada pasal (3) ayat (1) disebutkan bahwa biaya pendidikan meliputi a.

Biaya satuan pendidikan b. Biaya penyelenggaraan dan / atau pengelolaan pendidikan; dan

c. Biaya pribadi peserta didik.

Gambaran anggaran pendidikan yang disediakan Pemerintah Daerah Kota Batam

dapat dilihat pada tabel 2.12.

35

Tabel 2.12

Anggaran Dinas Pendidikan

Kota Batam 2007

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

A

Belanja

Tidak

Langsung

91.520.923.022 78.316.724.373 85,99

BBelanja

Langsung92.497.030.882 92.298.151.478 99,78

Jumlah 184.017.953.904 170.614.875.851

Sumber Profil Pendidikan Kota Batam 2007