rantai produksi telur ayam ras

2
 Badan Pengkajian dan Pengembangan KebijakanPerdagangan T elur ayam merupakan makanan ideal dan cukup mudah didapatkan serta merupakan produk pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat secara luas. Harga telur ayam tergolong relaf murah dibanding sumber protein hewani lainnya. Informasi mengenai kandungan gizi dalam 100 gram telur ayam segar disajikan dalam Tabel 1. RANTAI PRODUKSI TELUR AYAM RAS DAN UPAYA PENYEIMBANGAN PASOKAN Tabel 1 Komposisi Gizi dalam 100 Gram Telur  Komposisi Kimia Telur Ayam Segar  Utuh Kuning Telur Putih Telur Kalori (kkal) 162,0 361,0 50,0 Protein (gram) 12,8 16,3 10,8 Lemak (gram) 1 1,5 31,9 0,0 Karbohidrat (gram) 0,7 0,7 0,8 Kalsium (gram) 54,0 147, 0 6,0 Fosfor (gram) 180,0 586,0 17,0 Vitamin A (SI) 900,0 2000,0 0,0 Vitamin B (SI) 0,1 0,27 0,0 Sumber: Komposisi Bahan Makanan, Departemen Kesehatan (2005) Gambar 1 menunjuk kan p erkembangan harga telur ayam ras mulai dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Mei 2014. Berdasarkan gambar tersebut, harga telur ayam ras cenderung uktuaf. Fluktuasi harga telur ayam ras dipengaruhi oleh faktor-f aktor yang mempengaruhi permintaan ( demand ) dan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran (supply ). Secara umum, faktor yang mempengaruhi uktuasi harga telur ayam ras dari sisi permintaan adalah adanya permintaan yang nggi pada saat hari besar keagamaan, dan terjadi kelangkaan pada barang penggantelur seperdaging ayam dan daging sapi. Sedangkan dari sisi penawaran, uktuasi harga telur ayam ras antara lain dipengaruhi oleh harga Day Old Chick  (DOC) ayam Final Stock  (FS) petelur, harga pakan, dan faktor lingkungan. Periode kenaikan harga telur ayam yang Sumber: Kementan dan BPS (2014), diolah Sementara itu, data potensi genek ayam grand parent st ock, parent stock dan fnal stoc k  pertahun disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Potensi Genek Bibit Ayam Petelur  Bibit Ayam Petelur Potensi Genetik/ 80 Minggu Potensi Genetik/ tahun  GPS 67 74 ekor PS 44-48 ekor PS  PS 90 94 ekor FS 59-61 ekor FS  FS 385 460 butir telur 250-300 butir telur Perbandingan Kebutuhan dan Realisasi Impor Grand Parent Stock  Ayam Petelur Keseimbangan pasar telur ayam ras akan terwujud jika jumlah telur ayam ras yang beredar di pasaran sesuai dengan kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap telur ayam ras. Keseimbanga n antara kebutuhan dan pasokan telur ayam di pasaran yang tercermin dalam harga telur ayam ras di pasaran, merupakan harga yang wajar bagi produsen dan konsumen. Namun jika kondisi pasokan telur ayam kurang ( under supply ) atau berlebih (over supply ), maka harga yang terbentuk di pasaran bisa terlalu nggi atau terlalu rendah dimana hal ini akan merugikan salah satu pihak. Jika harga telalu nggi maka konsumen dirugikan karena harga telur ayam ras menjadi dak terjangkau. Namun jika harga terlalu rendah, maka produsen/peternak dirugikan karena harga di pasar dak mampu untuk menutup biaya produksi yang lebih nggi. Perbandinga n kebutuhanbibit grand parent stock  petelur dengan realisasi impornya disajikan dalam Gambar 5. Selama tahun 2011-2013 terjadi lonjakan impor bibit grand parent stock  petelur lebih dari 100% dari 20.879 ekor per tahun menjadi 43.693 ekor pertahun. Sementara kebutuhan bibit grand parent stock  di dalam negeri selama tahun tersebut hanya berkisar antara 27.876 ekor sampai dengan 29.354 ekor per tahun. Dengan melihat perbandingan tersebut bisa disimpulkan bahwa kondisi pasokan telur ayam ras mengalami over supply yang menyebabkan terlalu rendahnya harga telur. Kondisi over supply  tersebut menyebabkan banyak peternak yang merugi dan gulung kar karena harga dak bisa menutup Harga Pokok Produksi (HPP) peternak yang terdiri atas harga DOC fnal stock , biaya pakan, biaya sarana produksi ternak (sapronak) dan upah karyawan. Sumber: Kementan dan BPS (2014), diolah Upaya Kementerian Perdagangan dalam Mewujudkan Keseimban ganPasar Perunggasan Menyikapi hal tersebut, Menteri Perdagangan mengeluarkan surat edaran dengan Nomor 644/M-DAG/SD/42014 tanggal 15 April 2014 perihal harga penjualan DOC di ngkat peternak yang ditujukan kepada Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) dan para pengusaha pembibitan unggas. Dalam surat edaran tersebut, pemerintah meminta produsen untuk menjual DOC dengan harga maksimal Rp 3.200/ekor dan mengurangi produksi telur tetas baik untuk ayam pedaging maupun ayam petelur sebesar 15%, dan proporsi distribusi DOC sebesar 70% untuk memenuhi kebutuhan peternak mandiri, alias untuk dijual bebas. Sementara yang diperuntukkan bagi kebutuhan internal perusahaan untuk dibudidayakan sendiri (peternak mitra perusahaan) cukup di kisaran 30%. Dampak kebijakan ini terhadap harga telur ayam akan terus dievaluasi secara berkala sebagai masukan untuk menetapkan strategi penyeimbangan pasar perunggasan pada waktu yang akan datang. Selain pengurangan dari sisi pasokan, upaya menjaga keseimbangan pasar telur ayam ras bisa dilakukan dengan mengembangkan industri turunan produk unggas dan mempromosikan peningkatan konsumsi telur ayam ras. Pengembang an industri turunan bisa diwujudkan dalam bentuk pengembangan industri tepung telur dan turunan produk unggas lainnya, misalnya mayonnaise, agar dapat menyerap telur yang dihasilkan oleh para peternak telur ayam ras. Upaya promosi peningkatan konsumsi telur ayam ras bisa diwujudkan dalam iklan layanan masyarakat dan memberikan fasilitasi kepada para pelaku usaha perunggasan untuk ikut dalam pameran produk-produk makanan seper Pameran Pangan Nusa. Gambar 5 Perbandingan Kebutuhan Bibit GPSLayer  Dengan Ralisasi Impor GPS Sebagai produk pangan sumber protein yang banyak dikonsumsi masyarakat, harga telur ayam yang cenderung beruktuasi- dengan kecenderungan nggi terjadi pada saat hari raya keagamaan dan langkahnya barang substusi-bisa meresahkan masyarakat. Fluktuasi harga ini bisa diatasi jika keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan terjaga. Upaya menjaga keseimbangan pasar telur ayam ras di Indonesia bisa dilakukan dengan pengurangan dari sisi pasokan, maupun mengembangkan industri turunan produk unggas dan mempromosikan peningkatan konsumsi telur ayam ras.

Upload: avif-haryana

Post on 07-Oct-2015

101 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Leaflet ini membahas tentang rantai produksi telur ayam ras di Indonesia

TRANSCRIPT

  • Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

    Telur ayam merupakan makanan ideal dan cukup mudah didapatkan serta merupakan produk pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat secara luas. Harga telur ayam tergolong relatif murah dibanding sumber protein

    hewani lainnya. Informasi mengenai kandungan gizi dalam 100 gram telur ayam

    segar disajikan dalam Tabel 1.

    RANTAI PRODUKSI TELUR AYAM RASDAN UPAYA PENYEIMBANGAN PASOKAN Tabel 1 Komposisi Gizi dalam 100 Gram Telur

    Komposisi Kimia Telur Ayam Segar Utuh Kuning Telur Putih Telur

    Kalori (kkal) 162,0 361,0 50,0

    Protein (gram) 12,8 16,3 10,8

    Lemak (gram) 11,5 31,9 0,0

    Karbohidrat (gram) 0,7 0,7 0,8

    Kalsium (gram) 54,0 147,0 6,0

    Fosfor (gram) 180,0 586,0 17,0

    Vitamin A (SI) 900,0 2000,0 0,0

    Vitamin B (SI) 0,1 0,27 0,0

    Sumber: Komposisi Bahan Makanan, Departemen Kesehatan (2005)

    Gambar 1 menunjukkan perkembangan harga telur ayam ras mulai dari

    bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Mei 2014. Berdasarkan gambar

    tersebut, harga telur ayam ras cenderung fluktuatif. Fluktuasi harga telur ayam

    ras dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan (demand) dan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran (supply). Secara umum, faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga telur ayam ras dari sisi permintaan

    adalah adanya permintaan yang tinggi pada saat hari besar keagamaan, dan

    terjadi kelangkaan pada barang pengganti telur seperti daging ayam dan daging

    sapi. Sedangkan dari sisi penawaran, fluktuasi harga telur ayam ras antara lain

    dipengaruhi oleh harga Day Old Chick (DOC) ayam Final Stock (FS) petelur, harga pakan, dan faktor lingkungan. Periode kenaikan harga telur ayam yang

    Sumber: Kementan dan BPS (2014), diolah

    Sementara itu, data potensi genetik ayam grand parent stock, parent stock dan final stock pertahun disajikan pada Tabel 4.

    Tabel 4 Potensi Genetik Bibit Ayam Petelur

    Bibit Ayam Petelur Potensi Genetik/ 80 Minggu Potensi Genetik/ tahun

    GPS 67 74 ekor PS 44-48 ekor PS

    PS 90 94 ekor FS 59-61 ekor FS

    FS 385 460 butir telur 250-300 butir telur

    Perbandingan Kebutuhan dan Realisasi Impor Grand Parent Stock Ayam Petelur

    Keseimbangan pasar telur ayam ras akan terwujud jika jumlah telur ayam

    ras yang beredar di pasaran sesuai dengan kebutuhan konsumsi masyarakat

    terhadap telur ayam ras. Keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan telur

    ayam di pasaran yang tercermin dalam harga telur ayam ras di pasaran,

    merupakan harga yang wajar bagi produsen dan konsumen. Namun jika kondisi

    pasokan telur ayam kurang (under supply) atau berlebih (over supply), maka harga yang terbentuk di pasaran bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah dimana

    hal ini akan merugikan salah satu pihak. Jika harga telalu tinggi maka konsumen

    dirugikan karena harga telur ayam ras menjadi tidak terjangkau. Namun jika

    harga terlalu rendah, maka produsen/peternak dirugikan karena harga di pasar

    tidak mampu untuk menutup biaya produksi yang lebih tinggi.

    Perbandingan kebutuhan bibit grand parent stock petelur dengan realisasi impornya disajikan dalam Gambar 5. Selama tahun 2011-2013 terjadi lonjakan

    impor bibit grand parent stock petelur lebih dari 100% dari 20.879 ekor per tahun menjadi 43.693 ekor pertahun. Sementara kebutuhan bibit grand parent stock di dalam negeri selama tahun tersebut hanya berkisar antara 27.876 ekor sampai dengan 29.354 ekor per tahun. Dengan melihat perbandingan tersebut

    bisa disimpulkan bahwa kondisi pasokan telur ayam ras mengalami over supply yang menyebabkan terlalu rendahnya harga telur. Kondisi over supply tersebut menyebabkan banyak peternak yang merugi dan gulung tikar karena harga

    tidak bisa menutup Harga Pokok Produksi (HPP) peternak yang terdiri atas

    harga DOC final stock, biaya pakan, biaya sarana produksi ternak (sapronak)

    dan upah karyawan.

    Sumber: Kementan dan BPS (2014), diolah

    Upaya Kementerian Perdagangan dalam Mewujudkan Keseimbangan Pasar Perunggasan

    Menyikapi hal tersebut, Menteri Perdagangan mengeluarkan surat edaran

    dengan Nomor 644/M-DAG/SD/42014 tanggal 15 April 2014 perihal harga

    penjualan DOC di tingkat peternak yang ditujukan kepada Gabungan Perusahaan

    Pembibitan Unggas (GPPU) dan para pengusaha pembibitan unggas. Dalam surat

    edaran tersebut, pemerintah meminta produsen untuk menjual DOC dengan

    harga maksimal Rp 3.200/ekor dan mengurangi produksi telur tetas baik untuk

    ayam pedaging maupun ayam petelur sebesar 15%, dan proporsi distribusi DOC

    sebesar 70% untuk memenuhi kebutuhan peternak mandiri, alias untuk dijual

    bebas. Sementara yang diperuntukkan bagi kebutuhan internal perusahaan

    untuk dibudidayakan sendiri (peternak mitra perusahaan) cukup di kisaran 30%.

    Dampak kebijakan ini terhadap harga telur ayam akan terus dievaluasi secara

    berkala sebagai masukan untuk menetapkan strategi penyeimbangan pasar

    perunggasan pada waktu yang akan datang.Selain pengurangan dari sisi pasokan, upaya menjaga keseimbangan

    pasar telur ayam ras bisa dilakukan dengan mengembangkan industri turunan

    produk unggas dan mempromosikan peningkatan konsumsi telur ayam ras. Pengembangan industri turunan bisa diwujudkan dalam bentuk pengembangan

    industri tepung telur dan turunan produk unggas lainnya, misalnya mayonnaise, agar dapat menyerap telur yang dihasilkan oleh para peternak telur ayam ras.

    Upaya promosi peningkatan konsumsi telur ayam ras bisa diwujudkan

    dalam iklan layanan masyarakat dan memberikan fasilitasi kepada para pelaku

    usaha perunggasan untuk ikut dalam pameran produk-produk makanan seperti

    Pameran Pangan Nusa.

    Gambar 5 Perbandingan Kebutuhan Bibit GPS Layer Dengan Ralisasi Impor GPS

    Sebagai produk pangan sumber protein yang banyak dikonsumsi masyarakat, harga telur ayam yang cenderung berfluktuasi- dengan kecenderungan tinggi terjadi pada saat

    hari raya keagamaan dan langkahnya barang substitusi-bisa

    meresahkan masyarakat. Fluktuasi harga ini bisa diatasi jika

    keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan terjaga. Upaya

    menjaga keseimbangan pasar telur ayam ras di Indonesia

    bisa dilakukan dengan pengurangan dari sisi pasokan, maupun mengembangkan industri turunan produk unggas dan mempromosikan peningkatan konsumsi telur ayam ras.

  • relatif sering terjadi adalah menjelang bulan puasa dan beberapa bulan setelah

    lebaran, sedangkan waktu-waktu terjadi penurunan harga telur ayam adalah

    2-3 bulan setelah lebaran (Nuryati dkk, 2011). Karena pentingnya telur ayam

    dalam konsumsi masyarakat ini, kenaikan harga telur ayam ras sangat dirasakan

    masyarakat terutama menjelang hari besar keagamaan nasional atau ketika

    distribusinya terganggu.

    Pada bulan Juli tahun 2013 misalnya, terjadi kenaikan harga telur ayam ras

    yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan menjelang hari raya Idul Fitri,

    sedangkan pada awal bulan Januari 2014 terjadi kenaikan harga telur ayam ras

    akibat banjir di beberapa kota di Indonesia yang menyebabkan terganggunya

    distribusi dan pasokan telur ayam ras. Sebaliknya jika stok telur ayam ras di

    masyarakat berlebih (over supply) maka harga telur ayam ras akan turun. Jika penurunan harga ini sampai berada dibawah Harga Pokok Produksi (HPP)

    peternak, maka peternak akan mengalami kerugian karena harga jual tidak bisa

    menutup biaya produksinya.

    Gambar 1 Perkembangan Harga Telur Ayam RasSumber: BPS (2014)

    Dengan melihat fluktuasi harga telur ayam ras pada Gambar 1, terlihat

    bahwa ketersedian stok telur ayam ras merupakan salah satu faktor penting

    yang menentukan stabilitas harga telur ayam ras di tingkat konsumen. Sesuai

    dengan amanat Pasal 26 ayat 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang

    Perdagangan, bahwa dalam menjamin pasokan dan stabilisasi harga barang

    kebutuhan pokok dan barang penting, Menteri Perdagangan menetapkan

    kebijakan harga, pengelolaan stok dan logistik, serta pengelolaan ekspor-impor.

    Agar kewenangan tersebut bisa dilaksanakan dengan baik, maka keseimbangan

    antara pasokan dan kebutuhan terhadap bahan pangan pokok seperti telur

    ayam ras harus perlu terus dijaga untuk memastikan bahwa harga pasar

    yang terbentuk terjangkau di tingkat konsumen sekaligus mampu melindungi

    pendapatan produsen/peternak.

    Rantai Produksi Telur Ayam RasRantai produksi telur ayam ras mulai dari grand parent stock sampai

    dengan dihasilkannya produk peternakan ayam petelur yang berupa daging

    dan telur ayam ras (Gambar 2). Secara hierarkis terdapat tiga jenis bibit ayam

    petelur yang dipelihara pada perusahaan pembibitan di Indonesia:

    1. Grand Parent Stock (GPS) Bibit ayam grand parent stock adalah anakan ayam dari telur tetas hasil

    beberapa kali perkawinan silang antar ayam galur murni (pure line). Perkawinan silang tersebut bertujuan untuk mendapatkan karakteristik/

    sifat unggul dalam kemampuan menghasilkan telur. Perusahaan

    pembibitan di Indonesia mendapatkan bibit ayam ini dengan cara impor

    dari luar negeri. Selanjutnya ayam grand parent stock jantan dan betina dipelihara dalam satu kandang dengan perbandingan antara jantan

    dan betina 1:10. Telur tetas yang dihasilkan dari perkawinan ayam

    grand parent stock selanjutnya akan dibawa ketempat penetasan telur (hatchery) untuk ditetaskan menjadi DOC parent stock.

    2. Parent Stock (PS) Bibit ayam parent stock adalah anakan ayam yang dihasilkan dari telur

    tetas ayam grand parent stock. Sebagai mana pada ayam grand parent stock, ayam parent stock jantan dan betina dipelihara oleh perusahaan pembibitan dalam satu kandang dengan perbandingan antara jantan dan

    betina 1:10. Telur tetas yang dihasilkan dari perkawinan ayam parent stock selanjutnya akan dibawa ketempat penetasan telur (hatchery) untuk ditetaskan menjadi DOC final stock.

    3. Final Stock (FS) Bibit ayam final stock adalah anakan ayam yang dihasilkan dari telur tetas

    ayam parent stock. DOC final stock merupakan bibit ayam yang dipelihara di tingkat peternak ayam baik peternakan ayam mandiri maupun

    peternakan yang terintegrasi dengan perusahaan pembibitan. Dalam

    pemeliharaannya DOC final stock dipisahkan antara jantan dan betina,

    karena dalam usaha ayam petelur yang diperlukan hanya betinanya.

    Adapun DOC ayam petelur jantan dipelihara menjadi ayam pedaging yang

    biasa disebut ayam pejantan. Telur yang dihasilkan oleh induk ayam final

    stock adalah telur yang tidak dibuahi/ tidak berembrio.

    Peternak

    Breeder

    Impor DOC GPS

    DOC PS

    DOC FS

    Ayam Petelur

    Ayam Pejantan

    Telur

    Daging

    Gambar 2 Rantai Produksi Telur ayam rasSumber: Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas-GPPU (2014)

    Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pembibitan Ternak Kementerian

    Pertanian, seekor grand parent stock mampu menghasilkan 67-74 ayam PS layer semasa hidupnya ( 80 minggu), sedangkan seekor ayam parent stock mampu menghasilkan 90-94 FS layer betina semasa hidupnya ( 80 minggu).

    Adapun potensi genetik ayam final stock petelur dalam menghasilkan telur telah mencapai 250-300 telur tiap tahunnya atau sekitar 385-460 telur

    semasa hidupnya. Hasil perhitungan jumlah produksi ayam parent stock, final stock dan telur ayam ras dalam setahun ditunjukkan oleh Gambar 3.

    1 tahun

    Gambar 3 Jumlah telur ayam ras tiap ekor GPS/tahunSumber: Kementan (2014), diolah

    Penyediaan DOC final stock ayam petelur sudah dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, namun bibit grand parent stock seluruhnya masih diimpor dari USA, Inggris, Belanda, German dan Prancis. Strain1 ayam petelur yang diimpor adalah Isa Brown, Lohmann Brown, Hy-line dan

    Novogen. Tabel 1 menunjukkan realisasi pemasukan (impor) DOC grand parent stock petelur per perusahaan tahun 2011-2013. Terdapat empat

    perusahaan pembibitan (breeder) yang melaksanakan impor DOC grand parent stock petelur pada tahun 2011 2013. Jumlah impor DOC GPS didominasi oleh PT. ISA Indonesia sebesar 40-60%. Jumlah DOC yang diimpor pada tahun

    2013 mengalami peningkatan tajam dibandingkan jumlah impor pada dua

    tahun sebelumnya.

    Estimasi Kebutuhan Bibit Ayam Grand Parent StockKebutuhan impor bibit grand parent stock bisa diestimasi berdasarkan

    data kebutuhan konsumsi per kapita telur ayam ras beserta potensi genetik

    ayam final stock, parent stock dan grand parent stock. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, konsumsi telur ayam per kapita tahun 2010-2013

    berkisar antara 6,1 kg s.d 6,7 kg. Konsumsi tersebut masih tergolong rendah

    dibandingkan konsumsi telur di negara maju yang mencapai 330 butir atau

    sekitar 20,6 kg per kapita per tahun. Namun demikian tren konsumsi telur di

    Indonesia mengalami kenaikan seiring dengan pola kenaikan jumlah penduduk.Tabel 3 menunjukkan perhitungan estimasi kebutuhan bibit grand

    parent stock berdasarkankan data konsumsi telur ayam ras per kapita tahun 2010-2013. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil bahwa estimasi

    kebutuhan bibit grand parent stock ayam petelur berkisar antara 27.783 ekor sampai dengan 29.256 ekor.

    Tabel 2 Realisasi Impor DOC GPS Layer 2011-2013

    Nama Breeder Tahun 2011 2012 2013

    PT. ISA Indonesia 12.900 16.900 19.040

    PT. Japfa Comfeed Indonesia 4.843 5.140 6.710

    CV. Missouri 3.136 6.314 11.193

    PT. Wonokoyo - - 6.750

    Total 20.879 28.354 43.693

    Sumber: Kementan (2014), diolah

    Tabel 3 Estimasi Kebutuhan DOC GPS

    Tahun 2010 2011 2012 2013

    Konsumsi kg/kapita/tahun 6.726 6.662 6.518 6.153

    Jumlah Pddk.(x1000 jiwa) 237,641.3 241,990.7 245,425.2 248,818.1

    Konsumsi (ton) = 1,598,375.6 1,612,142.0 1,599,681.5 1,530,977.8

    Kons. Telur (butir) = 25,574,008,939 25,794,272,694 25,594,903,258 24,495,644,309

    FS (ekor) = 85,531,802 86,268,471 85,601,683 81,925,232

    PS (ekor)= 1,399,866 1,411,923 1,401,010 1,340,838

    GPS (ekor)= 29,103 29,354 29,127 27,876

    Sumber: Kementan dan BPS (2014), diolah1 Strain adalah nama jenis bibit hasil proses seleksi yang juga merupakan merek dagang.