analisis permintaan telur ayam di kota …/analisis...efek substitusi dan efek ... elastisitas...

94
ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Oleh : Viarka Kresnawati H 0305088 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: hacong

Post on 14-Mar-2018

247 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

i

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM

DI KOTA SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

Viarka Kresnawati

H 0305088

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

ii

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM

DI KOTA SURAKARTA

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

Viarka Kresnawati

H0305088

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 3: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

iii

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM

DI KOTA SURAKARTA

yang dipersiapkan dan disusun oleh VIARKA KRESNAWATI

H 0305088

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal: Februari 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Erlyna Wida Riptanti, SP, MP NIP. 132 305 155

Setyowati, SP, MP NIP. 19710322 199601 2 001

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS NIP. 19570104 198003 2 001

Surakarta, Februari 2010

Mengetahui Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

Page 4: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas

limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA

SURAKARTA”. Skripsi ini sebagai syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan laporan penelitian ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya

bantuan dari semua pihak, baik instansi maupun perorangan. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS.

2. Ir. Agustono, M.Si selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi

Pertanian/Agribisnis.

3. Ir. Sugiharti Mulya H, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan / Program

Studi Sosial Ekonomi Pertanian / Agrobisnis.

4. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP selaku Dosen Pembimbing Utama skripsi

sekaligus Pembimbing Akademis yang telah mendampingi dan memberikan

ilmu, saran dan masukan selama penyusunan skripsi ini dan selama masa

perkuliahan.

5. Ibu Setyowati, SP. MP, selaku Dosen Pembimbing Pendamping, terima kasih

atas nasehat, saran, kritik dan masukan-masukan, serta bimbingannya.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Endang Siti Rahayu, MS selaku dosen penguji yang

memberikan masukan-masukan yang sangat berguna dalam memperbaiki

skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta terutama Jurusan Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama

masa perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

8. Pak Samsuri dan Mbak Ira, atas segala bantuan administrasinya selama kuliah

sampai penyusunan skripsi.

Page 5: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

v

9. Kesbanglinmas serta Bappeda Kota Surakarta yang telah memberikan izin

penelitian kepada penulis.

10. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Surakarta, Dinas

Pertanian Kota Surakarta, BPS Kota Surakarta , dan instansi-instansi lain yang

terkait dengan penelitian ini yang telah memberikan banyak informasi penting

serta bantuan kepada penulis.

11. Orang tuaku tercinta Bapak Drs. Pramono, SU dan Ibu Sunarhayati terima

kasih atas doa, dukungan, motivasi, kesabaran, kasih sayang, dan semua yang

selama ini telah diberikan kepada penulis.

12. Kakak dan adik-adikku yang tersayang (Mbak Andryati Rika Puspitasari, SE,

Sahasika Prabaswara, dan Parithustha Mahayati) terima kasih atas motivasi,

doa, dan semangat yang telah diberikan.

13. Sahabatku dekatku Nia terima kasih atas motivasi, semangat, doa, dan

persahabatan terindah yang telah diberikan selama ini.

14. Mas Ryan terima kasih atas semangat, motivasi, dan dorongan yang sudah

diberikan selama ini.

15. Teman-temanku tersayang: Devi, Siti, Diana, Tria, Ana, Anis, Nurul, Nelly,

Pandan, Niken, Pitri, dan Windarti terimakasih banyak untuk semua bantuan,

motivasi, serta doanya.

16. Teman-temanku Agrobisnis 2005 yang terkasih yang telah memberikan

pengalaman dan kebersamaan.

17. Semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penelitian dan

penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,

terima kasih atas bantuannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung dari semua pihak

untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta,

Penulis

Page 6: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

RINGKASAN .................................................................................................. xi

SUMMARY ..................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5

II. LANDASAN TEORI ................................................................................. 6

A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 6

B. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 7

1. Telur Ayam ..................................................................................... 7

2. Teori Permintaan ............................................................................. 9

3. Kurva Permintaan ........................................................................... 11

4. Utilitas (Teori Nilai Guna) .............................................................. 13

5. Elastisitas Permintaan ..................................................................... 15

C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 19

D. Hipotesis............................................................................................... 22

E. Asumsi-asumsi ..................................................................................... 23

F. Pembatasan Masalah ............................................................................ 23

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................... 24

Page 7: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

vii

III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 27

A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 27

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ................................................... 28

C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 28

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 28

E. Metode Analisis Data .......................................................................... 29

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ........................................ 34

A. Keadaan Alam ...................................................................................... 34

B. Keadaan Penduduk ............................................................................... 36

C. Keadaan Sarana Perekonomian ............................................................ 40

D. Keadaan Umum Peternakan ................................................................. 41

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 44

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 44

B. Hasil Analisis dan Pembahasan Penelitian ............................................ 58

1. Estimasi Fungsi Permintaan ............................................................. 58

2. Pengujian Model ............................................................................... 59

3. Pengujian Asumsi Klasik ................................................................. 72

4. Elastisitas Permintaan ....................................................................... 73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 78

A. Kesimpulan .......................................................................................... 78

B. Saran..................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta Tahun 2004-2007 ................................................................................... 2

Tabel 2. Tingkat Konsumsi Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun 2005-2008 ............................................................................................. 3

Tabel 3. Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2004-2007 ............. 3

Tabel 4. Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun 2003-2007 ... 4

Tabel 5. Pendapatan Perkapita di Kota Surakarta Tahun 2004-2007 ....... 27

Tabel 6. Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2007.. 34

Tabel 7. Luas Penggunaan Tanah di Kota Surakarta Tahun 2007 ............ 35

Tabel 8. Perkembangan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2003 – 2007 ... 36

Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2007 .......................................................... 37

Tabel 10. Keadaan Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007 .............................................................. 38

Tabel 11. Keadaan Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007 ................................................................................. 39

Tabel 12. Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kota Surakarta Tahun

2007 ............................................................................................ 40

Tabel 13. Banyaknya Kendaraan Angkutan Umum yang Berdomisili di Kota Surakarta Tahun 2007 ........................................................ 41

Tabel 14. Banyaknya Usaha Peternakan Ayam di Kota Surakarta Tahun 2007 ............................................................................................. 42

Tabel 15. Banyaknya Produksi Telur Ayam Ras Menurut Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2007 ........................................................ 42

Tabel 16. Permintaan Telur Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................................................... 44

Tabel 17. Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................................................... 46

Tabel 18. Perkembangan Harga Telur Itik di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................................................... 48

Tabel 19. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ........................................................................ 50

Page 9: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

ix

Tabel 20. Perkembangan Harga Beras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................................................... 51

Tabel 21. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Tahun 1993-2007 ................................................................................... 53

Tabel 22. Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................................................... 55

Tabel 23. Perkembangan Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................................................... 57

Tabel 24. Hasil Analisis Varian Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta ................. 60

Tabel 25. Hasil Analisis Uji t Masing-Masing Variabel Bebas .................. 60

Tabel 26. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta ..................................................................................... 65

Tabel 27. Nilai Elastisitas Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta....... 74

Page 10: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Kurva Permintaan ............................................................... 12

Gambar 2. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode Hicks ................................................................................... 14

Gambar 3. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode Slutsky ................................................................................. 15

Gambar 4. Kerangka Berpikir ............................................................... 22

Gambar 5. Grafik Perkembangan Permintaan Telur Ayam Di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................ 45

Gambar 6. Grafik Perkembangan Harga Telur Ayam Ras Di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................ 47

Gambar 7. Grafik Perkembangan Harga Telur Itik Di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................................ 49

Gambar 8. Grafik Perkembangan Harga Daging Ayam Ras Di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................ 51

Gambar 9. Grafik Perkembangan Harga Beras Di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................................ 52

Gambar10. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................ 54

Gambar 11. Grafik Perkembangan Pendapatan Per kapita Di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................ 56

Gambar 12. Grafik Perkembangan Jumlah Toko Roti Di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................ 58

Page 11: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, dan jumlah toko roti.

Lampiran 2. Data harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, dan jumlah toko roti setelah ditransformasi ke bentuk Ln.

Lampiran 3. Perhitungan Angka Beban Tanggungan dan Sex Ratio

Lampiran 4. Regression Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta

Lampiran 5. Perhitungan Standar Koefisien Regresi

Lampiran 6. Peta Kota Surakarta

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian

Page 12: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xii

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM

DI KOTA SURAKARTA

Viarka Kresnawati H 0305088

RINGKASAN

Viarka Kresnawati. H 0305088. 2010. “Analisis Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta”. Skripsi dengan pembimbing Erlyna Wida Riptanti, SP, MP dan Setyowati, SP, MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menidentifikasi dan menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta serta menganalisis elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Metode dasar yang digunakan adalah metode diskriptif. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) di Kota Surakarta. Data yang digunakan adalah data sekunder time series selama 16 tahun. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dalam bentuk double logarithmic.

Hasil analisis menunjukkan model fungsi permintaan telur ayam di Kota Surakarta memiliki nilai R2 adjusted sebesar 0,984 yang berarti 98,4% permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat dijelaskan oleh variable bebas yang digunakan dalam model yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan jumlah toko roti., sedangkan sisanya sebesar 1,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Berdasarkan analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui bahwa signifikansi sebesar 0,000 yang berarti variabel-varabel bebas yang diamati secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Berdasarkan uji t menunjukkan bahwa harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata secara individu terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta pada tingkat kepercayaan 95%. Jumlah penduduk merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta karena mempunyai nilai standar koefisien regresi paling besar. Berdasarkan nilai elastisitas harga, permintaan telur ayam bersifat inelastis. Berdasarkan nilai elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan barang komplementer. Berdasarkan nilai elastisitas pendapatan, telur ayam merupakan barang normal.

Page 13: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xiii

DEMAND ANALYSIS OF CHICKEN EGGS

IN SURAKARTA

Viarka Kresnawati H 0305088

SUMMARY

Viarka Kresnawati. H 0305088. 2010. “Demand Analysis of Chicken Eggs in Surakarta”. By guidance of Erlyna Wida Riptanti, SP, MP and Setyowati, SP, MP. Agriculture Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta.

The research aims are to identify and to analyze the variables that effect the demand for chicken eggs in Surakarta and to analyze the elasticity of demand for chicken eggs.

The basic method applied in this research is deskriptive. Research location is determined purposively in Surakarta. The data used secondary data time series for 16 years. Method of data analysis used in this study is a multiple linear regression in double logarithmic form.

The results of analysisi shows that the model egg demand function in Surakarta has adjusted R2 value of 0,984 which means 98,4% demand for chicken eggs in Surakarta can be explained by the independent variables used in the mode, consist of chicken eggs prices, prices of duck eggs, chicken meat prices, rice prices, populations, income per capita, and the number of bakeries, while the remaining 1,6% is explained by the other variables outside the model. Based on the analysisi performed F test can be seen that the significance of 0,000 which means that variable-free varabel observed simultaneously have real impact on demand for chicken eggs in Surakarta. Basedon t test shows that the chicken egg prices, prices of duck eggs, chicken meat prices, rice prices, populations, and income per capita have real impact individualy on the demand of eggs in surakarta on 95% of confidence level. The population is the most influential variable on the demand of chicken eggs in surakarta for the largest standard value of regression coefficient. Based on the valueof price elasticity, demand for chicken eggs is inelastic. Based on the cross elasticity value, duck eggs and chicken meat are are substitutes, while the rice is complementary goods. Based on the income elasticity value, chicken eggs is a normal.

Page 14: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xiv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris sehingga pertanian menjadi sektor

yang utama bagi perekonomian negara Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi

alam Indonesia yang sesuai untuk pertanian serta tanahnya yang subur. Selain

itu negara Indonesia juga memiliki sumber daya alam yang sangat beragam.

Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila Indonesia disebut sebagai

negara agraris. Sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia

bermatapencaharian sebagai petani. Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima

subsektor yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan

kehutanan (Soekartawi, 1999).

Salah satu subsektor pertanian yang mempunyai peranan cukup penting

adalah subsektor peternakan, dimana komoditi peternakan sangat berperan

dalam pemenuhan gizi nasional khususnya protein hewani. Kecenderungan

peningkatan konsumsi bahan pangan sumber protein hewani yang berasal dari

ternak telah mendorong subsektor peternakan menjadi salah satu sumber

pertumbuhan baru bagi sektor pertanian (Soedjana, 1997).

Banyak jenis usaha peternakan yang diusahakan masyarakat, salah

satunya adalah peternakan ayam. Hasil dari peternakan ayam berupa daging

dan telur. Telur ayam merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam dan

menjadi bahan makanan yang akrab dalam kehidupan sehari-hari karena

hampir tiap orang mengkonsumsinya sebagai bahan pangan.

Telur ayam merupakan salah satu bahan pangan yang banyak

mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Telur ayam banyak

mengandung berbagai jenis protein berkualitas tinggi termasuk mengandung

semua jenis asam amino esensial bagi kebutuhan manusia. Juga mengandung

berbagai vitamin dan mineral, termasuk vitamin A, riboflacin, asam folat,

vitamin B6, vitamin B12, choline, besi, kalsium, fosfor dan potasium. Telur

ayam juga merupakan makanan termurah sumber protein yang lengkap. Satu

1

Page 15: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xv

butir telur ayam berukuran besar mengandung sekitar 7 gram protein

(Santoso, 2007).

Berdasarkan informasi mengenai gizi-gizi yang terkandung di dalam

telur ayam, maka dapat diketahui bahwa telur ayam sangat bermanfaat bagi

tubuh karena kandungan protein yang tinggi, khususnya protein hewani.

Telur ayam digunakan sebagai bahan masakan, lauk pauk, bahan dasar

pembuatan kue maupun makanan, dan menjadi salah satu bahan baku industri

(mie telur). Kebutuhan akan telur ayam tidak hanya berasal dari rumah

tangga, tetapi juga berasal dari warung-warung makan di pinggir jalan, rumah

makan, hotel, catering, toko kue, perusahaan roti, dan industri mie.

Kota Surakarta merupakan kota kuliner karena hampir di setiap sudut

kota banyak dijumpai pedagang makanan yang menjual berbagai macam

makanan dan jajanan khas sehingga kuliner merupakan salah satu objek

wisata yang menarik di Kota Surakarta. Salah satu jenis kuliner yang dijual di

Kota Surakarta adalah kue/roti. Selain itu berdasarkan data dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta jumlah toko roti dari tahun ke

tahun menunjukkan peningkatan. Sedangkan dalam pembuatan roti, telur

ayam dibutuhkan sebagai bahan baku dalam pengolahannya. Perkembangan

jumlah toko roti dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta Tahun 2004-2007

Tahun Jumlah Toko Roti (unit) 2004 2005 2006 2007

158 171 202 230

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Ketahanan Pangan,

tingkat konsumsi per kapita untuk telur ayam menunjukkan peningkatan dari

tahun 2005-2008. Tingkat konsumsi perkapita untuk telur ayam di Kota

Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 16: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xvi

Tabel 2. Tingkat Konsumsi Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun 2005-2008

Tahun Tingkat Konsumsi Telur Ayam di Kota Surakarta (kg/ kap/ tahun)

2005 2006 2007 2008

6,3 6,6 6,9 7,2

Sumber : Kantor Ketahanan Pangan Kota Surakarta, 2008

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi

perkapita telur ayam di Kota Surakarta dari tahun 2005-2008 menunjukkan

peningkatan. Selain itu, jumlah penduduk dari tahun 2005-2007 juga

cenderung menunjukkan peningkatan. Jumlah penduduk di Kota Surakarta

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2004-2007

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) 2004 2005 2006 2007

510.711 534.540 512.898 515.372

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Sedangkan berdasarkan Laporan Akhir Departemen Pertanian (2005),

permintaan telur ayam secara nasional meningkat sebesar 10,3% per tahun.

Pertumbuhan permintaan tersebut berasal dari pertumbuhan penduduk

sebesar 1,8% per tahun dan pertumbuhan konsumsi per kapita sebesar 8,1%.

Sementara produksi telur ayam meningkat 9,95% per tahun selama periode

1969-1997 dan selanjutnya menurun menjadi 7,73% per tahun selama tahun

1997-2003. Sedangkan permintaan telur ayam secara nasional berdasarkan

data Pusat Informasi Pasar (Pinsar) Unggas Nasional pada tahun 2008 adalah

mencapai 920 ribu ton (Departemen Pertanian, 2009).

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Permintaan Telur

Ayam di Kota Surakarta ”.

Page 17: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xvii

Perumusan Masalah

Telur ayam merupakan salah satu hasil peternakan yang mempunyai

kandungan gizi berupa protein hewani yang bermanfaat bagi tubuh. Selain itu,

harga telur ayam relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber protein

hewani lainnya. Akan tetapi permintaan telur ayam di Kota Surakarta sendiri

berfluktuasi. Permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4. Perkembangan Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun 2003-2007

Tahun Permintaan Telur Ayam (kg) 2003 2004 2005 2006 2007

3.572.794,59 2.790.019,85 2.409.120,06 2.591.665,23 2.695.806,03

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berfluktuasinya permintaan telur ayam di Kota Surakarta diduga

dipengaruhi oleh variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging

ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, dan jumlah

toko roti. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah variabel-variabel tersebut

berpengaruh terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta, maka perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, juga perlu diketahui bagaimana

elastisitas permintaan dari telur ayam itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Variabel-variabel apakah yang berpengaruh terhadap permintaan telur

ayam di Kota Surakarta ?

2. Bagaimanakah elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta ?

Tujuan Penelitian

Penelitian Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi

permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

2. Menganalisis elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Page 18: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xviii

Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan

pengetahuan. Selain itu, penelitian ini merupakan salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang berkenaan dengan

pemenuhan permintaan khususnya permintaan telur ayam.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai

sumber informasi dan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.

II. LANDASAN TEORI

Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Suslinawati dan Masyhuri (2001) yang

berjudul “Analisis Permintaan Telur Berdasarkan Jenis dan Strata Pendapatan

di Kalimantan Selatan”, dapat diketahui bahwa permintaan telur ayam ras

bersifat inelastis dan kurang responsif terhadap perubahan harga. Untuk

permintaan yang inelastis, terjadinya perubahan harga telur ayam ras akan

menyebabkan perubahan yang lebih kecil dalam jumlah telur ayam ras yang

diminta. Elastisitas silang menunjukkan telur itik bersubstitusi dengan telur

ayam ras secara signifikan. Elastisitas pendapatan untuk permintaan telur

ayam ras menunjukkan bahwa telur ayam ras merupakan barang normal.

Menurut penelitian Wijayanti; Masyhuri; dan Ken Surtiyah (1999)

yang berjudul “Analisis Konsumsi Pangan Hewani Pada Tingkat Rumah

Tangga di Daerah Istimewa Yogyakarta”, menunjukkan bahwa pola konsumsi

pangan hewani pada tingkat rumah tangga di propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor

ekonomi yang dianggap berpengaruh adalah pendapatan konsumen, harga

barang itu sendiri, dan harga barang lain. Faktor pendapatan berpengaruh

positif yang berarti jumlah konsumsi bahan makanan sumber protein hewani

Page 19: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xix

akan senantiasa meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat dengan asumsi faktor-faktor lain tidak berubah.

Faktor harga berpengaruh negatif dan signifikasi terhadap konsumsi pangan

hewani, berarti meningkatnya suatu harga komoditi akan menurunkan

permintaan.

Berdasarkan hasil penelitian Mubyarto, dkk pada tahun 1974 yang

berjudul “Elatisitas Permintaan dan Penawaran Telur, Daging, dan Susu di

Indonesia”, dari data Susenas II (1964/65), Susenas III (1967) dan Susenas IV

( 1969/70) diperoleh hasil perhitungan elastisitas pengeluaran daging dan telur

dengan memisahkan antara penduduk kota dan penduduk pedesaan yang

menunjukkan hasil yang elastis. Ini berarti bahwa untuk setiap kenaikan

pendapatan (atau pengeluaran), maka permintaan akan daging dan telur naik

juga akan mengalami kenaikan (Mubyarto, 1989).

Menurut penelitian Rismarini (2005) yang berjudul “Proyeksi

Permintaan Telur Ayam Ras di Surakarta”, dalam menganalisis permintaan

menggunakan fungsi double logarithmic. Dari hasil penelitian diketahui

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di

Surakarta adalah : harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam

ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita. Dari hasil

analisis uji F menunjukkan bahwa variabel yang diamati secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Surakarta.

Sedangkan pada uji t diketahui bahwa variabel harga telur ayam ras, harga

telur itik, dan jumlah pernduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan telur

ayam ras di Kota Surakarta pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan

variabel harga daging ayam ras, harga beras, dan pendapatan perkapita

berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Kota Surakarta pada

tingkat kepercayaan 95%.

Pada penelitian terdahulu memberikan sumbangan pemikiran

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota

Surakarta yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras,

jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita. Selain itu, pada penelitian

6

Page 20: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xx

Rismarini (2005) model analisis yang digunakan untuk menganalisis

permintaan adalah sama yaitu menggunakan fungsi double logarithmic.

Tinjauan Pustaka

Telur Ayam

Telur merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan

kehidupan kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai

banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap

dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe,

dll. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak

orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan

makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang

relatif murah dan mudah ditemukan (Anonim, 2008).

Menurut catatan Pelita ke tiga, penduduk Indonesia masih

kekurangan protein hewani. Kekurangan ini dapat dicukupi dengan

memperbanyak konsumsi daging, susu, dan telur. Tetapi jalan yang paling

mudah dan cepat untuk mencukupi kekurangan protein hewani di negara

kita adalah dengan meningkatkan produksi dan konsumsi telur.

Peningkatan produksi telur sangat mudah dikerjakan dengan

menggalakkan peternakan ayam jenis unggul (ayam ras) atau jenis unggas

petelur lainnya misalnya itik alabio dan burung puyuh, pada masyarakat.

Unggas relatif mempunyai siklus hidup yang pendek, jauh lebih pendek

daripada siklus hidup ternak besar seperti misalnya lembu, domba ataupun

ternak-ternak lainnya. Dalam waktu singkat, 5-6 bulan ayam sudah

bertelur. Sementara sesudah produksi telurnya menurun, dagingnya masih

dapat digunakan sebagai bahan makanan sumber protein dan lemak

(Hadiwiyoto, S. 1983).

Telur merupakan salah satu bahan makanan yang paling praktis

digunakan, tidak memerlukan pengolahan yang sulit. Kegunaannya yang

paling umum untuk lauk pauk. Tetapi terkadang digunakan sebagai

campuran/ ramuan obat-obatan tradisional. Dari segi lain, dipandang dari

sudut pengolahan bahan makanan, telur merupakan bahan makanan yang

Page 21: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxi

banyak memegang peranan di dalam membantu mencukupi kebutuhan

gizi, terutama protein. Telur kaya dengan protein yang sangat mudah

dicerna. Dalam berbagai hal baik sekali untuk menolong penderita sakit,

untuk substitusi makanan anak-anak, disenangi oleh semua orang sebagai

pelengkap pemenuhan kebutuhan protein (Hadiwiyoto, S. 1983).

Telur ayam merupakan yang paling umum dikonsumsi dan sangat

bernutrisi tinggi. Telur ayam banyak mengandung berbagai jenis protein

berkualitas tinggi termasuk mengandung semua jenis asam amino esensial

bagi kebutuhan manusia. Juga mengandung berbagai vitamin dan mineral,

termasuk vitamin A, riboflacin, asam folat, vitamin B6, vitamin B12,

choline, besi, kalsium, fosfor dan potasium. Telur ayam juga merupakan

makanan termurah sumber protein yang lengkap. Satu butir telur ayam

berukuran besar mengandung sekitar 7 gram protein. Kandungan vitamin

A, D dan E terdapat dalam kuning telur. Telur memang dikenal menjadi

salah satu dari sedikit makanan yang mengandung vitamin D. Satu kuning

telur besar mengandung sekitar 60 kalori dan putih telur mengandung

sekitar 15 kalori. Satu kuning telur besar mengandung dua per tiga jumlah

kolesterol harian yang dianjurkan yaitu 300 mg. Lemak dalam telur juga

terdapat dalam bagian kuning telur. Satu kuning telur juga mengandung

separuh jumlah choline harian yang dianjurkan. Choline merupakan nutrisi

yang penting untuk perkembangan otak dan juga sangat penting untuk

wanita hamil dan menyusui untuk memastikan perkembangan otak janin

yang sehat (Santoso, 2007).

Teori Permintaan

Permintaan dalam terminologi ekonomi adalah jumlah yang

diinginkan dan dapat dibeli konsumen dari pasar dalam berbagai tingkat

harga, yang selalu dilibatkan dengan hubungan harga-kuantitas. Hukum

permintaan mengatakan bahwa untuk barang normal ada hubungan

terbalik antara harga dan kuantitas, yaitu apabila harga naik maka

kuantitas yang ingin dibeli konsumen akan berkurang (Downey, 1992).

Page 22: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxii

Permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai

tingkat harga pada periode tertentu dan pasar tertentu pula. Atau dalam

pengertian sehari-hari, permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang

dan jasa yang diminta atau dibutuhkan. Atas dasar kebutuhan ini individu

tersebut mempunyai permintaan akan barang, dimana makin banyak

jumlah penduduk maka semakin besar permintaan masyarakat akan

sesuatu jenis barang. Akan tetapi kenyataannya barang di pasar

mempunyai nilai atau harga. Jadi permintaan baru mempunyai arti apabila

didukung oleh “daya beli” permintaan barang sehingga merupakan

permintaan efektif (effeective demand). Sedangkan permintaan yang hanya

didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan

absolut/potensial (absolut/potensial demand) (Sudarsono, 1985).

Konsep permintaan digunakan untuk mengukur keinginan pembeli

dalam suatu pasar. Fungsi permintaan mengukur hubungan antara jumlah

barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya

(Arsyad, 1995).

Menurut Sudarman (2000), ada empat faktor yang mempengaruhi

permintaan terhadap komoditi tertentu pada suatu daerah. Empat faktor

tersebut adalah :

a. Harga barang itu sendiri

Sesuai dengan hukum permintaan, maka jumlah barang yang

diminta akan berubah secara berlawanan dengan perubahan harga.

b. Harga barang-barang lain yang ada kaitannya dalam penggunaan

Barang-barang konsumsi pada umumnya mempunyai kaitan

penggunaan antara yang satu dengan yang lain. Kaitan penggunaan

antara kedua barang konsumsi pada dasarnya dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu saling mengganti (substituted relation) dan

saling melengkapi (complementary relation). Dua barang dikatakan

mempunyai hubungan yang saling mengganti apabila naiknya harga

salah satu barang mengakibatkan naiknya permintaan terhadap barang

yang lain. Sedangkan dua barang dikatakan mempunyai hubungan

Page 23: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxiii

yang saling melengkapi apabila naiknya harga salah satu barang

mengakibatkan turunnya permintaan terhadap barang yang lain.

c. Penghasilan (dalam arti uang) konsumen

Faktor ini merupakan faktor penentu yang penting dalam

permintaan suatu barang. Pada umumnya semakin besar penghasilan

seseorang maka semakin besar pula permintaan seseorang terhadap

suatu barang, demikian sebaliknya.

d. Jumlah konsumen

Pada umumnya, jumlah konsumen sangat mempengaruhi

jumlah permintaan terhadap suatu barang, semakin banyak jumlah

konsumen, maka semakin banyak pula permintaan konsumen terhadap

suatu barang, demikian pula sebaliknya.

Permintaan terbentuk atas faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan sekaligus

merumuskan hubungan antara permintaan dengan variabel yang diduga

mempengaruhinya adalah metode regresi non linear berganda dalam

bentuk log ganda, disebut juga dengan model elastisitas konstan. Disebut

dengan elastisitas konstan karena koefisiennya secara langsung dapat

menunjukkan elastisitasnya. Bentuk fungsinya dituliskan sebagai berikut

Y = β0X1β1 X2

β2 eUt

Fungsi tersebut berbentuk non linear sehingga agar dapat diestimasi harus

ditransformasikan terlebih dahulu ke dalam bentuk double logarithmic,

sehingga bentuknya menjadi sebagai berikut:

Ln Y = ln α + β1ln X1 + β2ln X2 + Ut

(Sumodiningrat, 1994).

Transformasi dalam bentuk log ganda seringkali akan mengurangi

heteroskedastisitas. Hal ini disebabkan karena transformasi yang

memampatkan skala untuk pengukuran varietas, mangurangi perbedaan

antara ke dua nilai dari 10 kali lipat menjadi 2 kali lipat. Misalnya angka

80 adalah 10 kali angka 8, tetapi ln 80 (= 4,3820) hanya 2 kali lipat

besarnya ln 8 (= 2,0794). Manfaat yang lain dari transformasi log ganda

Page 24: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxiv

bahwa koefisien b1 mengukur elastisitas Q terhadap X. Misalnya, jika Q

adalah permintaan dan X adalah pendapatan, b1 akan mengukur elastisitas

pendapatan sedangkan dalam model asli b1 hanya mengukur tingkat rata-

rata perubahan konsumen untuk satu unit perubahan dalam pendapatan

(Gujarati, 1997).

Kurva Permintaan

Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang

menggambarkan sifat hubungan antara harga sesuatu barang tertentu

dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli

(Sukirno, 2003).

Permintaan pasar (market demand) untuk suatu barang adalah

kuantitas total suatu barang tersebut oleh seluruh pembeli potensial. Kurva

permintaan pasar (market demand curve) menunjukkan hubungan antara

kuantitas total yang diminta dengan harga pasar dari barang tersebut,

ketika semua faktor lain dianggap konstan. Bentuk kurva permintaan pasar

dan posisinya ditentukan oleh bentuk kurva permintaan setiap individu

untuk produk yang diminta. Permintaan pasar tidak lebih merupakan efek

kombinasi dari berbagai pilihan ekonomi konsumen (Nicholson, 2002).

Perubahan dalam jumlah yang diminta adalah pergerakan di

sepanjang kurva permintaan tertentu yang mencerminkan perubahan

dalam harga dan jumlah. Pergeseran dalam permintaan atau pergeseran

dari satu kurva permintaan ke kurva lainnya, mencerminkan perubahan

dalam satu atau beberapa variabel non harga dalam fungsi permintaan

produk. Ketika permintaan berbanding terbalik dengan salah satu faktor

seperti suku bunga, pengurangan faktor tersebut mengarah pada

peningkatan permintaan dan kenaikan dalam faktor tersebut mengarah

pada penurunan permintaan (Pappas dan Mark H, 1995).

Kemiringan (slope) dari suatu kurva permintaan menggambarkan

besarnya perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat perubahan

harga. Semakin landai suatu kurva permintaan semakin besar perubahan

jumlah barang yang diminta jika harga naik atau turun.

Page 25: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxv

P

P1

P2

D1 D2

0 Q1 Q2 Q3 Q

Gambar 1. Kurva Permintaan

Dari gambar tersebut dapat diamati bahwa turunnya harga dari P1 ke

P2 mempunyai pengaruh yang tidak sama terhadap jumlah barang yang

diminta untuk kurva permintaan D1 dan D2. Untuk kurva yang lebih

curam, yaitu D1, jumlah barang yang diminta bertambah sebanyak Q1Q2,

sedangkan untuk kurva permintaan yang lebih landai, yaitu D2 bertambah

sebanyak Q1Q3. jadi dapat disimpulkan bahwa semakin landai kurva

permintaan semakin besar respon permintaan terhadap perubahan harga

(Burhan, 2006).

Utililitas (Teori Nilai Guna)

Dalam membahas mengenai nilai guna perlu dibedakan di antara

dua pengertian: nilai guna total dan nilai guna marginal. Nilai guna total

mengandung arti jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari

mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna

marginal berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat

dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang

tertentu. Hipotesis utama teori nilai guna atau lebih dikenal sebagai hukum

nilai guna marginal yang semakin menurun menyatakan bahwa tambahan

nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu

barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus

menambah konsumsinya ke atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan

nilai guna akan menjadi negatif yaitu apabila konsumsi ke atas barang

Page 26: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxvi

tersebut ditambah satu unit lagi, maka nilai guna total akan menjadi

semakin sedikit (Sukirno, 2003).

Secara teoritis derivasi permintaan (yang menunjukkan pengaruh

perubahan tingkat harga terhadap jumlah yang diminta) dapat dipecah

menjadi dua bagian yang dikenal dengan efek substitusi dan efek

pendapatan. Pemecahan dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu Metode

Hicks dan Metode Slutsky. Metode pertama adalah metode Hicks.

Gambar 2. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode Hicks

Dari gambar 1 terlihat keseimbangan awal pada titik 1 (pada BL1

dan IC1). Misalkan tingkat harga X mengalami penurunan dan BL1

berubah menjadi BL2. Keseimbangan akhir ada pada titik 3 dengan kurva

indiferen yang lebih tinggi (disini keseimbangan konsumen meningkat,

walaupun tingkat pendapatan nominal tetap karena pendapatan riil

konsumen terhadap komoditas X naik).

Sebelum keseimbangan bergeser ke tititk 3, sebenarnya secara

teoritis terlebih dahulu keseimbangan bergeser ke titik 2. Titik 2

menunjukkan persinggungan IC1 dengan BL2”. Pada keadaan tersebut

komposisi X dan Y telah berubah. Fenomena ini menunjukkan antara titik

1 dan 2 sama tingkat kepuasannya (pada kurva indiferen yang sama) tetapi

jumlah barang X yang dikonsumsi meningkat (sedangkan jumlah barang Y

yang dikonsumsi turun). Keadaan ini terjadi karena harga barang X

mengalami penurunan. Sehingga jelas konsumen mensubstitusikan barang

Page 27: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxvii

Y dengan barang X karena barang X lebih murah untuk satu tingkat

kepuasan yang sama. Inilah yang dinamakan efek substitusi (es).

Selanjutnya perhatikan antara BL2 dan BL2” dimana kedua garis

anggaran tersebut pararel, yang menunjukkan perubahan pendapatan.

Perubahan pendapatan diperoleh karena perubahan harga komoditas X

yang turun, jadi seolah-olah terjadi kenaikan pendapatan. Jadi perubahan

keseimbangan dari titik 2 ke titik 3 disebabkan karena perubahan

pendapatan, dan inilah yang dinamakan efek pendapatan (ed).

Selanjutnya metode kedua adalah Metode Slutsky.

Gambar 3. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode Slutsky

Keseimbangan awal adalah pada titik 1. Jika harga X turun maka

garis anggaran BL bergerak dari BL1 menjadi BL2. Perbedaan metode

Slutsky dengan metode Hicks terletak pada analisis efek substitusi. Titik 1

(titik keseimbangan awal) setelah harga barang X turun, tetap dapat

dikonsumsi tetapi dengan mempergunakan garis anggaran yang lebih

rendah yakni BL3. keseimbangan konsumen ada pada titik 4 dengan IC4.

disini IC4 lebih tinggi dari IC1 pergeseran dari titik 1 ke titik 4 inilah yang

merupakan efek substitusi menurut Slutsky. Jadi karena harga barang X

turun, konsumen mengubah komposisi barang dengan memperbanyak

barang X (X1 ke X4) dan meningkatkan kepuasan IC naik walaupun

sebenarnya baik posisi 1 dan 4 dibiayai dengan jumlah uang yang sama.

Sama dengan metode Hicks, pergeseran titik 4 ke 3 menunjukkan efek

Page 28: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxviii

pendapatan (perhatikan kedua garis anggaran yang pararel, seolah-olah

menunjukkan terjadinya kenaikan pendapatan) (Sugiarto, 2005).

Elastisitas Permintaan

Secara teori maupun dalam praktek sehari-hari analisis ekonomi

adalah sangat berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana responsifnya

permintaan terhadap perubahan harga. Oleh sebab itu perlu dikembangkan

satu pengukuran kuantitatif yang menunjukkan sampai dimana besarnya

pengaruh perubahan harga terhadap perubahan permintaan. Ukuran ini

dinamakan elastisitas permintaan (Sukirno, 2003).

Elastisitas dapat diukur dengan dua cara yang berbeda, yang disebut

elastisitas titik dan elastisitas busur. Elastisitas titik mengukur elastisitas di

titik tertentu di sebuah fungsi. Konsep elastisitas titik dipergunakan untuk

mengukur pengaruh terhadap variabel dependen Y dari sebuah perubahan

yang sangat kecil atau marginal dalam variabel independen X. Walaupun

konsep elastisitas titik dapat sering kali memberikan perkiraan yang akurat

dari pengaruh terhadap Y dari perubahan kecil (kurang dari 5 persen)

dalam X, konsep ini tidak dipergunakan untuk mengukur pengaruh

perubahan berskala besar terhadap Y, karena elastisitas umumnya

bervariasi di titik-titik yang berbeda di sepanjang sebuah fungsi. Untuk

menilai pengaruh perubahan berskala besar dalam X, konsep elastisitas

busur dipergunakan. Elastisitas busur mengukur elastisitas rata-rata di

sepanjang kisaran tertentu dari sebuah fungsi (Pappas dan Mark H, 1995).

Ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara

permintaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya ialah elastisitas

permintaan. Elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi tiga macam,

yaitu :

Elastisitas harga

Elastisitas pendapatan

Elastisitas silang

(Burhan, 2006).

Elastisitas Harga

Page 29: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxix

Menurut Sudarman (2000), elastisitas harga adalah tingkat

kepekaan relatif dari jumlah yang diminta konsumen, akibat adanya

perubahan harga barang. Dengan kata lain elastisitas harga adalah

perubahan proporsional dari sejumlah barang yang diminta dibagi

dengan perubahan proporsional dari harga.

Angka elastisitas harga selalu bernilai negatif sehingga tanda di

depan koefisien sering tidak ditulis. Elatisitas harga selalu bernilai

negatif karena sifat variabel harga dan jumlah barang yang diminta

bersifat terbalik. Kenaikan harga selalu diikuti dengan penurunan

permintaan, dan sebaliknya (Firdaus, 2008).

Ukuran elastisitas yang paling luas dipergunakan adalah

elastisitas harga dari permintaan, yang mengukur daya tanggap jumlah

yang diminta terhadap perubahan dalam harga produk, dengan

mempertahankan nilai semua variabel lainnya dalam fungsi

permintaan konstan. Dengan menggunakan rumus elastisitas titik,

elastisitas harga dari permintaan ditemukan sebagai berikut :

εp = (P)hargadalampersentaseperubahan(Q)jumlahdalampersentaseperubahan

(Pappas dan Mark H, 1995).

Elastisitas Pendapatan

Koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya

perubahan permintaan terhadap sesuatu barang sebagai akibat daripada

suatu perubahan pendapatan pembeli dinamakan elastisitas permintaan

pendapatan atau secara ringkas elastisitas pendapatan. Untuk

kebanyakan barang, kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan

permintaan. Disini terdapat hubungan yang searah diantara perubahan

pendapatan dan perubahan permintaan, dengan demikian elastisitas

pendapatannya adalah positif. Barang-barang yang elastisitas

pendapatannya adalah demikian dinamakan barang normal. Beberapa

jenis barang mengalami pengurangan dalam jumlah yang dibeli apabila

pendapatan bertambah, berarti perubahan pendapatan dan jumlah yang

Page 30: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxx

dibeli bergerak ke arah yang berkebalikan, dengan demikian

elastisitasnya negatif. Barang seperti ini dinamakan barang inferior

(Sukirno, 2003).

Sesuatu barang dinamakan normal apabila ia mengalami

kenaikan dalam permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan.

Kebanyakan barang yang ada dalam masyarakat termasuk dalam

golongan ini. Beberapa contohnya adalah pakaian, sepatu, berbagai

jenis kendaraan, dan berbagai jenis makanan (Sukirno, 2000).

Elastisitas pendapatan dari permintaan mengukur daya tanggap

permintaan terhadap perubahan dalam pendapatan, dengan

mempertahankan pengaruh semua variabel lainnya tetap konstan.

Membiarkan I untuk mewakili pendapatan, elastisitas titik dalam

pendapatan didefinisikan sebagai berikut :

εI = (I)PendapatandalamPerubahanPersentase

(Q)JumlahdalamPerubahanPersentase

Pendapatan dan jumlah yang dibeli umumnya bergerak dalam

arah yang sama, yaitu pendapatan dan penjualan berkaitan secara

langsung dan bukan secara terbalik (Pappas dan Mark H, 1995).

Elastisitas Silang

Koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya

perubahan permintaan terhadap sesuatu barang apabila terjadi

perubahan terhadap harga barang lain dinamakan elastisitas

permintaan silang atau dengan ringkas elastisitas silang. Apabila

perubahan harga barang Y menyebabkan permintaan barang X

berubah, maka sifat perhubungan diantara keduanya digambarkan oleh

elastisitas silang (Sukirno, 2003).

Dalam kehidupan nyata suatu barang konsumsi biasanya tidak

berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan barang

lain dalam fungsinya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Misalnya

beras dan jagung, keduanya merupakan bahan makanan yang dapat

dipertukarkan. Oleh karena itu perubahan harga beras tidak saja

Page 31: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxxi

mempengaruhi jumlah beras yang diminta tetapi juga mempengaruhi

jumlah jagung yang diminta. Dengan pengertian bahwa perubahan

jumlah barang X yang diminta tersebut adalah semata-mata

diakibatkan oleh perubahan harga barang Y. Dalam arti ekonomi maka

selain besar kecilnya angka elastisitas silang yang lebih penting lagi

artinya adalah tandanya. Tanda positif berarti barang X dan barang Y

merupakan barang pengganti, sedangkan tanda negatif berarti barang

X dan barang Y adalah komplementer (Mubyarto, 1989).

Konsep elastisitas harga silang dipergunakan untuk meneliti

daya tanggap permintaan akan satu produk terhadap perubahan dalam

harga produk lainnya. Elastisitas harga silang diketahui dengan

permintaan berikut ini :

εpx = XHargadalamPerubahanPersentaseYJumlahdalamPerubahanPersentase

dimana Y dan X adalah dua produk yang berbeda. Elastisitas harga

silang untuk pengganti selalu positif, harga satu barang dan permintaan

akan barang lainnya selalu bergerak dalam arah yang sama. Elastisitas

harga silang adalah negatif untuk pelengkap, harga dan jumlah

bergerak dalam arah yang berlawanan. Yang terakhir, elastisitas harga

silang nol, atau dekat dengan nol, untuk barang-barang yang tidak

berkaitan, variasi dalam harga satu barang tidak berpengaruh terhadap

permintaan akan barang kedua (Pappas dan Mark H, 1995).

Kerangka Berpikir

Telur ayam merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam yang

menjadi bahan makanan yang akrab dalam kehidupan sehari-hari karena

hampir tiap orang mengkonsumsinya sebagai bahan pangan. Telur ayam juga

mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh karena mengandung

protein hewani. Selain kandungan gizi yang berguna bagi tubuh, telur ayam

banyak dimanfaatkan untuk bahan masakan, lauk pauk, bahan baku

pembuatan kue, bahan baku industri mie, dan lain-lain.

Page 32: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxxii

Permintaan merupakan jumlah barang atau komoditi yang diminta pada

kurun waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu

barang atau komoditi adalah harga barang itu sendiri, harga barang substitusi,

harga barang komplementer, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita.

Perubahan permintaan telur ayam dianggap dipengaruhi oleh beberapa

variabel yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik dan harga daging ayam ras

sebagai barang substitusi, harga beras sebagai barang komplementer, jumlah

penduduk, pendapatan per kapita, dan jumlah toko roti. Berikut merupakan

penjelasan mengenai variabel-variabel yang dipilih dan dianggap

mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

a. Harga telur ayam ras : Permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga

dari barang itu sendiri. Sesuai dengan hukum permintaan yaitu semakin

tinggi harga, maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan

sebaliknya. Oleh karena itu, variabel harga telur ayam dimasukkan sebagai

variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam.

b. Harga telur itik : Telur itik dipilih sebagai variabel yang mempengaruhi

permintaan telur ayam karena kandungan gizi dari telur itik yang sama

dengan telur ayam dan mempunyai manfaat yang sama dengan telur ayam

yaitu dapat digunakan sebagai lauk pauk, bahan campuran masakan dan

bahan baku pembuatan kue sehingga dimasukkan ke dalam variabel harga

barang sustitusi.

c. Harga daging ayam ras : Daging ayam ras dipilih sebagai variabel yang

mempengaruhi permintaan telur ayam karena daging ayam digunakan

sebagai pelengkap (lauk pauk) dan harganya lebih murah dibandingkan

harga daging yang lain sehingga dimasukkan ke dalam variabel harga

barang substitusi.

d. Harga beras : Beras dipilih sebagai variabel yang mempengaruhi

permintaan telur ayam karena pada umumnya telur ayam digunakan

sebagai pelengkap (lauk pauk) saat makan. Sedangkan beras merupakan

makanan pokok masyarakat Indonesia, sehingga beras dimasukkan ke

dalam variabel harga barang komplementer.

Page 33: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxxiii

e. Pendapatan perkapita : Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting

dalam menentukan permintaan telur ayam karena perubahan pendapatan

akan mempengaruhi permintaan telur ayam.

f. Jumlah penduduk : Peningkatan jumlah penduduk pada umumnya

menyebabkan peningkatan permintaan karena kebutuhan akan pangan juga

meningkat, sehingga jumlah penduduk dimasukkan sebagai salah satu

variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam.

g. Jumlah toko roti : Jumlah toko roti yang terdapat di Kota Surakarta

dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam

karena telur digunakan dalam campuran bahan baku pembuatan kue dan

dibutuhkan dalam jumlah besar.

Hubungan antara permintaan telur ayam di Kota Surakarta dengan

faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dianalisis dengan menggunakan

analisis regresi non linier berganda dengan model perpangkatan. Secara

matematis persamaan model yang digunakan dapat ditulis sebagai berikut:

Qd = b0. X1b1. X2

b2. X3b3. X4

b4. X5b5. X6

b6. X7b7. e

Fungsi tersebut berbentuk non linier sehingga untuk memudahkan dalam

perhitungan, maka persamaan ditransformasikan ke dalam bentuk double

logaritmik, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

Ln Qd = Ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4+ b5 Ln X5+

b6 Ln X6 + b7 Ln X7 + e

Keterangan :

Ln Qd : Permintaan telur ayam (Kg/Tahun)

Ln bo : Konstanta

b1, b2,…b4 : Koefisien regresi

Ln X1 : Harga telur ayam ras (Rp/Kg)

Ln X2 : Harga telur itik (Rp/Kg)

Ln X3 : Harga daging ayam ras (Rp/Kg)

Ln X4 : Harga beras (Rp/Kg)

Ln X5 : Jumlah penduduk (Jiwa/ Tahun)

Ln X6 : Pendapatan per kapita per tahun (Rp/Tahun)

Page 34: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxxiv

Ln X7 : Jumlah toko roti (Unit/ Tahun)

e : Kesalahan pengganggu

Kemudian untuk mengetahui besar kecilnya perubahan volume

permintaan telur ayam di Kota Surakarta sebagai akibat dari perubahan

faktor-faktor yang mempengaruhinya maka digunakan konsep elstisitas.

Elastisitas merupakan besarnya perubahan relatif dari suatu variabel yang

dijelaskan (Y) yang disebabkan oleh perubahan relatif dari suatu variabel

penjelas (X). Elastisitas permintaan dibedakan menjadi tiga, yaitu elastisitas

harga, leastisitas silang, dan elastisitas pendapatan. Elastisitas permintaan

telur ayam dapat diketahui dari nilai koefisien regresi masing-masing variabel

bebasnya karena nilai koefisien regresi tersebut merupakan nilai

elastisitasnya.

Dari konsep mengenai kerangka teori pendekatan masalah yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk mengkaji faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang maka dapat digambarkan

kerangka berpikir sebagai berikut:

Page 35: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxxv

Gambar 4. Kerangka Berpikir

Hipotesis

Diduga bahwa harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras,

harga beras, pendapatan per kapita masyarakat, jumlah penduduk, dan

jumlah toko roti berpengaruh terhadap permintaan telur ayam di Kota

Surakarta.

Diduga bahwa harga telur ayam ras mempunyai elastisitas harga negatif, harga

telur itik dan harga daging ayam ras mempunyai elastisitas silang positif,

harga beras mempunyai elastisitas silang negatif, dan pendapatan

perkapita mempunyai elastisitas pendapatan positif.

Asumsi-asumsi

Selera konsumen selama penelitian adalah konstan atau tidak mengalami

perubahan.

Elastisitas permintaan

Permintaan telur ayam ras

Kebutuhan sehari-hari masyarakat Surakarta

Harga

Telur ayam ras Variabel penduga: 1. Harga telur ayam ras 2. Harga telur itik 3. Harga daging ayam ras 4. Harga beras 5. Jumlah penduduk 6. Pendapatan perkapita 7. Jumlah toko roti Estimasi fungsi

permintaan

Silang Pendapatan

Page 36: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxxvi

Variabel-variabel lain diluar penelitian yang tidak dimasukkan dalam model

tercakup dalam error.

Konsumen bertindak dan bersikap secara rasional dalam membelanjakan uang

yang dimilikinya dan mempunyai pengetahuan yang lengkap tentang

harga.

Di daerah penelitian dalam keadaan stabil, artinya tidak ada wabah penyakit

atau bencana yang dapat mempengaruhi permintaan telur ayam dalam

skala besar.

Pembatasan Masalah

1. Data yang digunakan adalah data time series mulai dari tahun 1992 –

2007.

2. Jenis telur ayam yang diteliti adalah telur ayam ras.

3. Jenis beras yang diteliti untuk variabel harga barang-barang lain adalah

beras IR 64.

4. Permintaan yang dimaksud adalah jumlah keseluruhan telur ayam ras yang

ada di Kota Surakarta secara agregat.

5. Penelitian ini hanya terbatas pada variabel-variabel, yaitu : harga telur

ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah

penduduk, pendapatan perkapita, dan jumlah toko roti.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Telur ayam yang dimaksud adalah jenis telur ayam ras yang masih mentah.

Permintaan telur ayam adalah jumlah telur ayam ras yang dikonsumsi oleh

konsumen di Kota Surakarta, dinyatakan dalam satuan kg/tahun.

Harga yang dimaksud adalah harga riil, dimana harga riil adalah harga

absolut yang dideflasi dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar

(2002 = 100) untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Harga terdeflasi

dapat dicari dengan rumus :

Px = HtIHKtIHKd

´

Page 37: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxxvii

Keterangan :

Px = Harga yang terdeflasi

IHKd = Indeks Harga Konsumen tahun dasar

IHKt = Indeks Harga Konsumen tahun t

Ht = Harga sebelum terdeflasi

(Sukirno, 2000)

Harga telur ayam ras adalah harga riil telur ayam ras pada setiap tahunnya

yang berlaku di Kota Surakarta, dinyatakan dalam satuan Rp/kg.

Harga telur itik adalah harga riil telur itik pada setiap tahunnya yang berlaku

di Kota Surakarta, dinyatakan dalam satuan Rp/kg.

Harga daging ayam ras adalah harga riil daging ayam ras pada setiap

tahunnya yang berlaku di Kota Surakrta, dinyatakan dalam satuan Rp/kg.

Harga beras adalah harga riil beras pada setiap tahunnya yang berlaku di Kota

Surakrta, dinyatakan dalam satuan Rp/kg.

Pendapatan per kapita yang dimaksud adalah pendapatan riil per kapita yang

dinyatakan dalam rupiah. Pendapatan riil per kapita didapatkan dengan

melakukan pendeflasian terhadap pendapatan per kapita tahun yang

bersangkutan dengan indeks implisit tahun dasar (2002 = 100).

Pendapatan riil per kapita dihitung dengan rumus :

Yt = abtYIHtIRd

´

Keterangan :

Yt = Pendapatan per kapita pada tahun t yang terdeflasi

IRd = Indeks Implisit PDRB tahun dasar

IHt = Indeks Implisit PDRB tahun t

Yabt = Pendapatanp per kapita tahun t sebelum terdeflasi

Jumlah penduduk adalah jumlah total penduduk di Kota Surakarta dan

dinyatakan dalam satuan jiwa/tahun.

Jumlah toko roti adalah jumlah total toko roti yang ada di Kota Surakarta dan

dinyatakan dalam satuan unit/tahun.

Page 38: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxxviii

Elastisitas adalah besarnya perubahan relatif dari suatu variabel yang

dijelaskan (Y) yang disebabkan oleh perubahan relatif dari suatu variabel

penjelas (X).

Elastisitas harga adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah telur ayam yang

diminta oleh konsumen, akibat adanya perubahan harga barang.

Elastisitas pendapatan adalah koefisien yang menunjukkan besarnya

perubahan permintaan terhadap telur ayam akibat perubahan pendapatan.

Elastisitas silang adalah koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan

permintaan terhadap telur ayam akibat terjadi perubahan terhadap harga

barang lain.

Uji koefisien determinasi (R2) adalah untuk menunjukkan seberapa besar

proporsi sumbangan variabel bebas secara bersama-sama terhadap

permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Uji F adalah untuk menguji seluruh variabel bebas yang diteliti secara

bersama-sama terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Uji t adalah untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas secara

individu terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Multikolinieritas adalah untuk menguji apakah dalam regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas.

Autokorelasi adalah suatu keadaan adanya korelasi antara kesalahan

pengganggu periode tertentu (t) dengan kesalahan pengganggu pada

periode sebelumnya (t-1).

Heteroskedastisitas adalah kesalahan pengganggu yang muncul dalam fungsi

regresi populasi adalah tidak seragam.

Page 39: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xxxix

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1994), metode deskriptif analitis

adalah metode yang mempunyai ciri memusatkan diri pada pemecahan

masalah-masalah yang ada pada masa sekarang (actual) dimana data-data

yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis.

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian diambil secara sengaja atau purposive yaitu

pengambilan sampel dengan sengaja karena alasan yang diketahui dari sifat-

sifat sampel tersebut (Singarimbun dan Effendi, 1995). Daerah penelitian

yang dipilih adalah Kota Surakarta dengan pertimbangan:

1. Konsumsi telur ayam perkapita di Kota Surakarta dari tahun ke tahun

semakin meningkat (dapat dilihat pada Tabel 2.).

2. Pendapatan perkapita penduduk di Kota Surakarta meningkat dari tahun ke

tahun. Pendapatan perkapita dijadikan pertimbangan pemilihan lokasi

karena dengan semakin menigkatnya pendapatan, maka daya beli

masyarakat akan meningkat. Perkembangan pendapatan perkapita dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Pendapatan Perkapita di Kota Surakarta Tahun 2004-2007

Tahun Pendapatan Perkapita (Rp/tahun) 2004 2005 2006 2007

7.676.402,25 8.223.741,60 8.635.848,61 9.240.005,78

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

3. Kota Surakarta merupakan salah satu kota kuliner sehingga banyak

terdapat tempat-tempat yang menjual berbagai macam makanan yang

salah satunya adalah roti. Di Kota Surakarta sendiri jumlah toko roti dari

tahun ke tahun semakin meningkat (dapat dilihat pada Tabel 1.).

27

Page 40: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xl

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah

dikumpulkan dan diolah pihak lain, biasanya dalam bentuk publikasi

(Supranto, 1984).

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini data time series

kurun waktu 16 tahun (1992 – 2007) meliputi data permintaan telur ayam,

data perkembangan harga telur ayam, data perkembangan harga telur itik,

data perkembangan harga beras, data jumlah penduduk, data pendapatan

per kapita penduduk, dan data jumlah toko roti yang ada di Kota Surakarta

serta data pendukung lainnya.

2. Sumber Data

Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, dan Dinas Pertanian Kota Surakarta serta instansi-instansi

lain yang terkait.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan

mengenai data-data yang diperoleh dengan mencari informasi pada petugas

instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian.

2. Pencatatan

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yaitu

dilakukan dengan pencatatan data yang ada pada instansi atau lembaga

pemerintahan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta, Dinas Pertanian Kota Surakarta, BPS Kota

Surakarta.

3. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

terhadap obyek yang akan diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang

jelas mengenai obyek yang diteliti.

Page 41: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xli

E. Metode Analisis Data

1. Estimasi Fungsi Permintaan

Hubungan antara permintaan telur ayam di Kota Surakarta dengan

variabel-variabel yang mempengaruhinya dapat dianalisis dengan

menggunakan analisis regresi non linier berganda dengan model

perpangkatan. Secara matematis persamaan model yang digunakan dapat

ditulis sebagai berikut:

Qd = b0. X1b1. X2

b2. X3b3. X4

b4. X5b5. X6

b6. X7b7 . e

Fungsi tersebut berbentuk non linier sehingga untuk memudahkan

dalam perhitungan, maka persamaan ditransformasikan ke dalam bentuk

double logaritmik, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

Ln Qd = Ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4+ b5 Ln X5+

b6 Ln X6 + b7 Ln X7 + e

Keterangan :

Ln Qd : Permintaan telur ayam (Kg/Tahun)

Ln bo : Konstanta

b1, b2,…b4 : Koefisien regresi

Ln X1 : Harga telur ayam ras (Rp/Kg)

Ln X2 : Harga telur itik (Rp/Kg)

Ln X3 : Harga daging ayam ras (Rp/Kg)

Ln X4 : Harga beras (Rp/Kg)

Ln X5 : Jumlah penduduk (Jiwa)

Ln X6 : Pendapatan per kapita per tahun (Rp/Tahun)

Ln X7 : Jumlah toko roti (Unit/ Tahun)

e : Kesalahan pengganggu

2. Pengujian Model

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar proporsi

sumbangan variabel-variabel bebas secara bersama-sama terhadap

variabel tidak bebas. Dalam penelitian ini digunakan nilai Adjusted R2

untuk mengevaluasi model regresi yang terbaik. Nilai Adjusted R2

Page 42: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xlii

dapat naik turun apabila satu variabel independen ditambahkan dalam

model. Secara matematis jika nilai R2= 1, maka adjusted R2 = R2 = 1,

sedangkan jika nilai R2 = 0 maka adjusted R2 = (1-k)/(n-k). Jika nilai

k > 1, maka nilai adjusted R2 akan bernilai negatif.

b. Uji F

Untuk menguji seluruh variabel bebas yang diteliti berpengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas dilakukan uji F,

hipotesis yang akan di uji yaitu:

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4≠ b5 ≠ b6 ≠ 0 (minimal ada satu yang ≠ 0)

Kriteria pengambilan keputusan :

1) Jika tingkat signifikasi > 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak,

maka variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata

terhadap variabel tidak bebas.

2) Jika tingkat signifikasi < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima,

maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap variabel tidak bebas.

c. Uji - t

Untuk mengetahui apakah variabel bebas yang digunakan secara

parsial atau individu berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas,

maka dilakukan uji t.

Hipotesis yang digunakan yaitu:

Ho : bi = 0

Ha : bi ≠ 0

Kriteria pengambilan keputusan :

1) Jika tingkat signifikasi > 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak,

berarti variabel bebas yang digunakan sebagai penduga secara

parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

Page 43: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xliii

2) Jika tingkat signifikasi < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima,

berarti variabel bebas yang digunakan sebagai penduga secara

parsial berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

d. Variabel yang paling berpengaruh

Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh

terhadap permintaan telur ayam, digunakan standard koefisien regresi,

yang dapat diperoleh dengan rumus :

βi = β x id

d y

Keterangan :

βi = Standar koefisien regresi variable bebas ke-i

β = Koefisien regresi variable bebas ke-i

dy = Standar deviasi variable tak bebas

di = Standar deviasi variable bebas ke-i

Nilai standar koefisien regresi yang terbesar merupakan variabel

yang paling berpengaruh terhadap permintaan.

3. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menguji apakah terjadi kesalahan dalam model yang

digunakan dalam penelitian, maka perlu dilakukan pengujian asumsi

klasik. Adapun uji yang dilakukan yaitu :

a. Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika

variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi

antar sesama variabel bebas yang lainnya sama dengan nol. Menurut

Gujarati (1997), pedoman suatu model regresi yang bebas

multikolinieritas yaitu dilakukan uji matrik correlation. Bila matrik

pearson correlation tidak ada satupun yang lebih dari 0,8 maka dapat

disimpulkan bahwa antara variabel bebas tidak terjadi

multikolinearitas.

Page 44: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xliv

b. Autokorelasi

Autokorelasi adalah suatu keadaan adanya korelasi antara

kesalahan pengganggu periode tertentu (t) dengan kesalahan

pengganggu pada periode sebelumnya (t-1).

Menurut Santoso (2002), untuk mendeteksi adanya autokorelasi

adalah dengan panduan angka D-W (Durbin-Watson), dengan patokan:

1. Angka D-W dibawah angka -2 berarti terdapat autokorelasi positif,

2. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak terdapat

autokorelasi

3. Angka D-W diatas angka +2 berarti terdapat autokorelasi negatif.

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini digunakan metode grafik

dengan melihat diagram pencar (scatterplot) untuk mendeteksi ada

tidaknya heteroskedastisitas. Menurut Santoso (2002), jika ada pola

tertentu dimana setiap titik-titik yang ada membentuk suatu pola

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah

terjadi heterokedastisitas.

4. Elastisitas Permintaan

Untuk mengetahui nilai elastisitas dari masing-masing variabel yang

mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat diketahui

dari nilai koefisien regresi masing-masing variabel penduganya. Elastisitas

permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang

dibeli sebagai akibat adanya perubahan salah satu variabel yang

mempengaruhinya. Elastisitas permintaan dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Elastisitas harga (Price Elasticity of Demand)

Kriteria dari elastisitas harga yaitu:

1. Inelastis ( Ep < 1)

Perubahan permintaan lebih kecil daripada perubahan harga.

2. Elastis (Ep > 1)

Page 45: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xlv

Permintaan terhadap suatu barang dikatakan elastis apabila

perubahan harga suatu barang menyebabkan perubahan permintaan

yang besar.

3. Elastis uniter (Ep = 1)

4. Inelastis sempurna (Ep = 0)

Berapapun harga suatu barang, orang akan tetap membeli sejumlah

yang dibutuhkan.

5. Elastis sempurna (Ep = ~)

Perubahan harga sedikit saja menyebabkan perubahan permintaan

tidak terbilang besarnya.

(Firdaus, 2008).

b. Elastisitas silang (Cross Elasticity)

Kriteria dari elastisitas silang yaitu:

1. Ec > 0 : barang substitusi

2. Ec < 0 : barang komplementer

3. Ec = 0 : berarti dua macam barang tersebut tidak berkaitan

(Firdaus, 2008).

c. Elastisitas pendapatan (Income Elasticity)

Kriteria dari elastisitas pendapatan yaitu:

1. Ei + : barang normal

2. Ei = 0 : barang netral

3. Ei - : barang inferior

(Sudiyono, 2002).

BAB IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Lokasi dan Luas Wilayah

Penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.

Kota Surakarta mempunyai luas wilayah 44,04 km2 dan terbagi menjadi

Page 46: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xlvi

lima kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan,

Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Banjarsari.

Luas wilayah masing-masing kecamatan yang ada di Kota Surakarta

adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2007

No. Kecamatan Luas Wilayah (km2)

Persentase (%)

1. Laweyan 8,64 19,62 2. Serengan 3,19 7,24 3. Pasar Kliwon 4,82 10,95 4. Jebres 12,58 28,56 5. Banjarsari 14,81 33,63

Jumlah 44,04 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kecamatan yang mempunyai

wilayah terluas adalah Kecamatan Banjarsari dengan presentase 33,63%,

sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan

Serengan dengan presentase 7,24%.

2. Kondisi Geografis

Berdasarkan letak geografis Kota Surakarta terletak antara 1100 45’

15” - 1100 45’ 35” Bujur Timur, dan antara 70 36’- 70 56’ Lintang Selatan.

Wilayah Kota Surakarta merupakan daerah dataran rendah dengan

ketinggian tempat ± 92 m dari permukaan laut dengan kemiringan tanah

0–15% . Batas-batas wilayah Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo

3. Penggunaan Tanah

Kota Surakarta mempunyai luas wilayah 44,04 km2 dan Kota

Surakarta sendiri terbagi menjadi lima kecamatan. Penggunaan tanah di

Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7. Luas Penggunaan Tanah di Kota Surakarta Tahun 2007

34

Page 47: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xlvii

No Penggunaan Tanah Luas Wilayah (ha) Persentase (%) 1. Perumahan/ Pemukiman 2.731,02 62,01 2. Jasa 427,13 9,70 3. Perusahaan 287,48 6,53 4. Industri 101,42 2,30 5. Tanah Kosong 53,38 1,21 6. Tegalan 85,27 1,94 7. Sawah 149,32 3,39 8. Kuburan 72,86 1,65 9. Lapangan Olahraga 65,14 1,48 10. Taman Kota 31,60 0,72 11. Lain-lain 399,44 9,07 Jumlah 4.404,06 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

penggunaan tanah di Kota Surakarta adalah untuk perumahan/ pemukiman

sebesar 62,01%. Sedangkan hampir 20% dari total luas tanah dipergunakan

untuk kegiatan perekonomian, meliputi jasa, perusahaan, dan industri. Hal

ini tidak mengherankan karena Kota Surakarta selain sebagai kota wisata

dan kuliner, Kota Surakarta juga dikenal sebagai kota dagang sehingga

kegiatan perekonomian menjadi yang utama di Kota Surakarta.

Penggunaan tanah untuk pertanian sangat sedikit hanya sekitar 5% dari

total luas tanah. Oleh karena itu, kegiatan pertanian di Kota Surakarta

bukan yang utama dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan

produk-produk pertanian, Kota Surakarta mendatangkan dari daerah-

daerah di sekitar Kota Surakarta termasuk hasil produksi ternak.

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk maupun pertumbuhan penduduk perlu untuk

diketahui karena dapat digunakan untuk mengetahui dan memperkirakan

kebutuhan-kebutuhan masyarakat baik berupa kebutuhan akan pangan,

Page 48: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xlviii

kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Pertumbuhan penduduk di Kota

Surakarta tahun 2003-2007 ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 8. Perkembangan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2003 – 2007

Tahun Jumlah Penduduk

(jiwa) Persentase Pertumbuhan

(%) 2004 2005 2006 2007

510.711 534.540 512.898 515.372

- 0,93

- 0,84 0,10

Rata-rata 2.073.521 0,19

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa jumlahpenduduk di

Kota Surakarta tahun 2004–2007 2.073.521 jiwa. Sedangkan untuk

pertumbuhan penduduk Kota Surakarta dari tahun 2004 sampai tahun 2007

menunjukkan peningkatan sebesar 0,19%. Peningkatan penduduk tersebut

juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan-kebutuhan hidup,

khususnya kebutuhan pangan.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut kelompok umur merupakan suatu

bentuk penggolongan penduduk berdasarkan umur sehingga dapat

diketahui jumlah penduduk usia belum produktif, jumlah penduduk usia

produktif, dan jumlah penduduk usia tidak produktif. Berdasarkan umur

penduduk dapat digolomgkan menjadi tiga kelompok, yaitu usia belum

produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun), dan usia tidak

produktif (> 65 tahun). Jumlah penduduk di Kota Surakarta pada tahun

2007 adalah sebesar 515.372 jiwa yang terdiri dari laki-laki 246.132 jiwa

dan perempuan 269.240 jiwa. Jumlah penduduk di Kota Surakarta

berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2007

Kelompok Umur (th)

Jenis Kelamin Jumlah

Prosentase (%) Laki-laki Perempuan

0-14 61.056 59.996 121.052 23,49 15-64 171.296 188.680 359.976 69,85 > 65 13.780 20.564 34.344 6,66

Page 49: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xlix

Jumlah 246.132 269.240 515.372 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa prosentase

penduduk usia produktif adalah 69,85% lebih banyak daripada prosentase

penduduk usia belum produktif dan usia tidak produktif yaitu sebesar

30,15%. Dari jumlah penduduk usia produktif dan jumlah penduduk usia

tidak produktif dapat diketahui Angka Beban Tanggungan (Burden

Dependency Ratio). Angka Beban Tanggungan merupakan angka yang

menunjukkan banyaknya penduduk usia tidak produktif yang harus

ditanggung oleh tiap penduduk usia produktif. Berdasarkan perhitungan

nilai Angka Beban Tanggungan (Lampiran 3), dapat diketahui besarnya

Angka Beban Tanggungan di Kota Surakarta yaitu sebesar 43,17% yang

berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Kota Surakarta harus

menanggung 43 penduduk usia tidak produktif.

Sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan

jumlah penduduk perempuan. Berdasarkan perhitungan nilai sex ratio

(Lampiran 3) dapat diketahui nilai sex ratio di Kota Surakarta yaitu sebesar

91,42%, yang artinya setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 91

orang penduduk laki-laki.

Keadaan penduduk di Kota Surakarta yang sebagian besar merupakan

penduduk usia produktif dapat memberikan gambaran akan kebutuhan

pangan yang tinggi karena pada usia-usia produktif umumnya banyak

melakukan kegiatan-kegiatan sehingga diperlukan adanya tenaga untuk

menunjang aktivitas yang dapat diperoleh dari berbagai bahan pangan.

Oleh karena itu, dengan banyaknya penduduk usia produktif makan akan

berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan akan pangan.

3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di suatu masyarakat memberikan gambaran

mengenai kemajuan suatu masyarakat. Dengan semakin banyaknya

penduduk yang mengenyam pendidikan dan semakin tinggi tingkat

pendidikan, maka semakin majulah masyarakat tersebut. Tingkat

Page 50: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

l

pendidikan di suatu daerah dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat akan

pentingnya pendidikan, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan

ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Keadaan penduduk menurut

tingkat pendidikan dapat diamati pada tabel beriikut :

Tabel 10. Keadaan Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007

Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) Tidak sekolah Belum tamat SD Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/ PT

12.468 49.199 28.018 77.029 77.830 83.364 30.090

3,48 13,74 7,83

21,52 21,74 23,29 8,40

Jumlah 357.998 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan

penduduk di Kota Surakarta cukup baik karena sebagian besar penduduk

mengenyam pendidikan sampai 9 tahun, sesuai dengan program

pemerintah wajib belajar 9 tahun. Penduduk yang tidak sekolah dan tidak

tamat SD sedikit sekali hanya 11,31% saja dan sisanya sudah tamat SD

hingga Tamat Akademi/ PT. Dengan tingkat pendidikan yang cukup baik

tersebut, maka akan berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat

khususnya dalam hal gizi dan kesehatan. Semakin tinggi pendidikan

seseorang maka keinginan untuk perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan

akan meningkat. Apabila keinginan akan perbaikan gizi meningkat, maka

kebutuhan akan bahan pangan dan bahan makanan yang mempunyai

kandungan zat-zat gizi tinggi juga akan meningkat, misalnya telur ayam

yang banyak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Masyarakat di Kota Surakarta memiliki mata pencaharian yang

beragam. Keberagaman tersebut disebabkan antara lain karena perbedaan

latar belakang sosial ekonomi masyarakat, keterampilan yang dimiliki,

tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, modal yang tersedia dan

Page 51: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

li

kesempatan. Keadaan penduduk Kota Surakarta menurut mata pencaharian

yaitu :

Tabel 11. Keadaan Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) Petani sendiri Buruh tani Pengusaha Buruh industri Buruh bangunan Pedagang Angkutan PNS/POLRI/TNI Pensiunan Lain-lain

450 438

8.752 74.655 63.114 32.710 15.347 26.445 16.974

162.526

0,11 0,11 2,18

18,60 15,72 8,15 3,82 6,59 4,23

40,49 Jumlah 401.411 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa mata

pencaharian penduduk di Kota Surakarta yang terbanyak adalah lain-lain,

misalnya pegawai swasta dengan presentase 40,49%. Sedangkan untuk

penduduk yang bermatapencaharian di sektor pertanian hanya sedikit

sekali yaitu sebesar 0,11%. Berdasarkan informasi dari Departemen

Pertanian Kota Surakarta, penduduk yang bermatapencaharian sebagai

peternak hanya sedit sekali walaupun penduduk yang memelihara binatang

ternak juga cukup banyak, akan tetapi umumnya hanya memelihara 2-8

ekor saja dan hanya dijalankan sebagai hobi serta hasilnya untuk

dikonsumsi sendiri. Hal ini dikarenakan sebagian besar tanah di Kota

Surakarta dipergunakan untuk perumahan dan kegiatan-kegiatan

perekonomian sehingga penyediaan lahan untuk kegiatan pertanian

maupun peternakan sangat sedikit sekali. Dengan semakin banyaknya

penduduk yang bekerja, maka diharapkan pendapatan per kapita penduduk

juga akan meningkat. Apabila pendapatan per kapita meningkat maka

dapat mempengaruhi pola konsumsi dari seseorang sehingga kebutuhan

akan pangan yang lebih baik juga akan meningkat dan pada akhirnya akan

meningkatkan kebutuhan bahan pangan dan bahan makanan yang

Page 52: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lii

mengandung banyak zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, misalnya telur

ayam.

C. Keadaan Sarana Perekonomian

Perkembangan perekonomian di suatu wilayah dapat dilihat dari

ketersediaan sarana perekonomian yang terdapat di wilayah tersebut apah

sudah memadai atau belum. Sarana-sarana perekonomian tersebut dapat

berupa lembaga-lembaga perekonomian baik yang disediakan pemerintah atau

pihak swasta serta dari swadaya masyarakat setempat. Salah satu sarana yang

dapat menunjang jalannya perekonomian di suatu daerah adalah pasar, sebab

di pasar inilah terjadi transaksi jual beli barang dan atau jasa. Banyaknya pasar

di Kota Surakarta sebagai berikut :

Tabel 12. Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kota Surakarta Tahun 2007

No. Jenis Pasar Jumlah (unit) 1. 2. 3. 4.

Departement Store Pasar Swalayan Pusat Perbelanjaan Pasar Tradisional a. Umum b. Hewan c. Buah d. Sepeda e. Ikan f. Lain-lain

(mebel, bunga, elektronik, cinderamata dll)

1 9 3

28 2 2 1 1

15

Jumlah 62

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sarana perekonomian yang ada di

Kota Surakarta sangat memadai. Berbagai jenis pasar ada di Kota Surakarta

mulai dari departement store sampai pasar tradisional yang menjual berbagai

jenis barang. Banyaknya jumlah pasar yang tersedia dapat berpengaruh

terhadap pemasaran telur ayam karena akan memudahkan produsen untuk

menjual hasil produksinya. Selain itu pada umumnya harga barang-barang di

pasar umum lebih murah dibandingkan di pasar swalayan atau pusat-pusat

perbelanjaan. Oleh karena itu, masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan khususnya bahan pangan lebih memilih untuk membeli di pasar

Page 53: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

liii

umum. Dengan semakin mudahnya konsumen untuk mendapatkan kebutuhan

bahan pangan dengan harga yang terjangkau, maka dapat meningkatkan

permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Selain sarana perekonomian berupa pasar yang ada di Kota Surakarta,

terdapat juga sarana perhubungan sebagai penunjang kegiatan perekonomian

berupa angkutan umum yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 13. Banyaknya Kendaraan Angkutan Umum yang Berdomisili di Kota Surakarta Tahun 2007

No. Jenis Kendaraan Jumlah (unit) 1. Taksi 423 2. Angkutan 443 3. Bus perkotaan 281

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana pengangkutan

yang ada di Kota Surakarta cukup memadai. Oleh karena itu dengan

memadainya sarana transportasi yang ada di Kota Surakarta maka akan

memudahkan masyarakat untuk menjangkau tempat atau lokasi-lokasi seperti

pasar untuk membeli berbagai kebutuhan khususnya kebutuhan akan bahan

pangan.

D. Keadaan Umum Peternakan

Pertanian merupakan kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman

pangan dan hortikultura, perikanan, peternakan, dan perkebunan. Kota

Surakarta bukan merupakan sentra produksi dari hasil-hasil pertanian maupun

peternakan. Akan tetapi ada peternakan-peternakan yang diusahakan di Kota

Surakarta diantaranya peternakan ayam ras (pedaging dan petelur), ayam

sayur, itik, burung puyuh, sapi (potong dan perah), kambing, dan domba.

Akan tetapi lokasi dari peternakan-peternakan tersebut berada di pinggiran

Kota Surakarta/berada di daerah lain misalnya, Sukoharjo, Karanganyar,

Sragen. Hal ini dikarenakan lahan untuk peternakan sudah tidak ada.

Selain itu adanya Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah

Tingkat II dengan Nomor: 524/ 060/ 1/ 1996 tentang pelarangan beternak babi

juga berdampak terhadap peternakan yang lain karena banyak masyarakat

Page 54: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

liv

yang terganggu dan protes dengan adanya peternakan di sekitar pemukiman.

Hal ini dikarenakan dengan adanya peternakan menyebabkan polusi udara.

Dampak dari adanya peraturan tersebut adalah berkurangnya jumlah usaha

peternakan yang ada di Surakarta, dan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 14. Banyaknya Usaha Peternakan Ayam di Kota Surakarta Tahun 1996-1998

Tahun Jumlah Usaha Peternakan Ayam (unit) 1996 1997 1998

13 13 1

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2007 menunjukkan

bahwa Kota Surakarta merupakan daerah yang banyak mengimpor ternak,

sedangkan ternak yang keluar dari Kota Surakarta sangatlah kecil. Banyaknya

produksi telur ayam ras di tiap kecamatan di Kota Surakarta dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 15. Banyaknya Produksi Telur Ayam Ras Menurut Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2007

No. Kecamatan Telur Ayam Ras (kg) 1. Laweyan - 2. Serengan 32.116,00 3. Pasar Kliwon - 4. Jebres 28.935,00 5. Banjarsari -

Rata-Rata 12.210,20

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa di Kota Surakarta hanya

ada dua kecamatan yang memproduksi telur ayam ras yaitu Kecamatan

Serengan dan Kecamatan Jebres. Dengan sedikitnya produksi telur ayam ras

yang ada di Kota Surakarta maka untuk memenuhi permintaan, maka harus

mendatangkan dari daerah-daerah di sekitar Kota Surakarta misalnya Sragen,

Karanganyar, Klaten. Sedikitnya hasil produksi peternakan juga disebabkan

tidak tersedianya tanah untuk peternakan sehingga menyebabkan hasil

produksi ternak yang dihasilkan Kota Surakarta sendiri belum mampu

mencukupi permintaan yang ada.

Page 55: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lv

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul Analisis Permintaan Telur Ayam di

Kota Surakarta ini diduga ada beberapa variabel yang mempengaruhi

permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Variabel-variabel tersebut adalah

harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras,

jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan jumlah toko roti yang ada di

Kota Surakarta.

1. Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta

Permintaan telur ayam adalah banyaknya semua telur ayam yang

masuk di Kota Surakarta selama satu tahun. Pada penelitian ini peneliti

mengambil banyaknya jumlah permintaan telur ayam yang diperoleh dari

Kantor Badan Pusat Statistik Kota Surakarta. Besarnya permintaan telur

ayam di Kota Surakarta setiap tahun dari tahun 1992-2007 dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 16. Permintaan Telur Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Permintaan Telur Ayam Ras (Kg) Perkembangan (%) 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

2.455.537,75 2.359.997,01 2.522.641,35 3.534.043,56 3.978.375,11 4.107.812,05 2.525.393,89 2.133.595,78 2.607.526,98 3.074.232,25 2.953.038,15 3.572.794,59 2.790.019,85 2.409.120,06 2.591.665,23 2.695.806,03

- -3,30 5,62

34,94 15,35 4,47

-54,67 -13,54 16,37 16,12 -6,40 21,41

-27,04 -13,16

6,31 3,60

Rata-rata 2.894.474,98 0,38

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

44

Page 56: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lvi

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa permintaan akan

telur ayam ras di Kota Surakarta dari tahun 1992-2007 rata-rata adalah

2.894.474,98 kg/tahun. Sedangkan untuk rata-rata perkembangan

permintaan telur ayam ras di Kota Surakarta mengalami peningkatan yaitu

sebesar 10.999,00 kg/tahun atau 0,38%. Pada tahun 1998 terjadi

penurunan permintaan yang cukup besar karena pada tahun 1997-1998

kondisi perekonomian Indonesia memburuk. Hal ini disebabkan adanya

krisis moneter yang menyebabkan harga barang maupun jasa termasuk

harga pangan mengalami peningkatan sedangkan di satu sisi pendapatan

tetap (tidak berubah) sehingga menyebabkan permintaan akan telur ayam

mengalami penurunan. Masyarakat/ konsumen lebih memilih

membelanjakan uangnya untuk membeli kebutuhan pangan pokok, yaitu

beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia.

Perkembangan permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat dilihat

pada grafik di bawah ini.

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Tahun

Kg

Permintaan Telur Ayam Ras

Gambar 5. Grafik Perkembangan Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

2. Harga Telur Ayam Ras

Harga telur ayam ras dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang

dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram telur ayam

ras. Data mengenai perkembangan harga telur ayam ras dari tahun 1992-

2007 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Page 57: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lvii

Tabel 17. Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Indeks Harga

Konsumen (2002 = 100)

Harga Sebelum

Terdeflasi (Rp/kg)

Harga Setelah

Terdeflasi

(Rp/kg)

Perkembangan

(%)

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

27,63 30,46 33,04 36,65 39,08 41,67 73,70 78,13 79,04 89,21

100,00 103,53 104,79 115,30 134,40 147,59

1.776 2.015 2.019 2.022 2.040 2.025 5.710 7.642 6.515 6.151 6.935 6.540 6.865 7.530 8.260 9.233

6.427,80 6.615,23 6.110,77 5.517,05 5.220,06 4.859,61 7.747,63 9.781,13 8.242,66 6.894,97 6.935,00 6.317,01 6.522,57 6.530,79 6.145,83 6.255,84

- 2,83

-7,61 -8,95 -4,48 -5,43 43,54 30,66

-23,20 -20,32

6,04 -9,32 3,10 0,12

-5,80 1,66

Rata-rata 6.632,75 0,18

Sumber : Disperindagkop Kota Surakarta

Harga telur ayam ras yang dianalisis adalah harga setelah terdeflasi.

Dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (2002=100) maka harga

absolut (sebelum terdeflasi) dikonversikan menjadi harga relatif (setelah

terdeflasi) yang dimaksudkan untuk menyesuaikan harga karena adanya

pengaruh inflasi yang terjadi setiap tahun.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata

perkembangan harga telur ayam ras dari tahun 1992-2007 mengalami

peningkatan sebesar 0,18% dengan rata-rata harga sebesar Rp 6.632,75.

Pada tahun 1998 harga telur ayam ras mengalami peningkatan yang sangat

tajam karena pada tahuntersebut terjadi krisis moneter yang menyebabkan

harga-harga melambung tinggi. Naiknya harga tersebut juga berdampak

terhadap usaha peternakan ayam karena harga pakan meningkat sehingga

harga dari telur ayam itu sendiri juga meningkat. Akan tetapi mulai tahun

Page 58: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lviii

2000 harga telur ayam mengalami penurunan karena perekonomian

Indonesia sudah mulai membaik sehingga harga-harga barang mulai stabil

yang mengakibatkan harga telur ayam juga mengalami penurunan.

Perkembangan harga telur ayam ras di Kota Surakarta dapat dilihat

pada grafik di bawah ini.

0100020003000400050006000700080009000

10000

1990 1995 2000 2005 2010

Tahun

Rp/

Kg

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 6. Grafik Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

3. Harga Telur Itik

Harga telur itik yang dimaksud adalah jumlah uang yang dibayarkan

oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram telur itik. Data

mengenai perkembangan harga telur itik dari tahun 1992-2007 sebelum

dan setelah dideflasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Page 59: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lix

Tabel 18. Perkembangan Harga Telur Itik di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Indeks Harga Konsumen

(2002 = 100)

Harga Sebelum

Terdeflasi (Rp/kg)

Harga Setelah

Terdeflasi

(Rp/kg)

Perkembangan

(%)

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

27,63 30,46 33,04 36,65 39,08 41,67 73,70 78,13 79,04 89,21

100,00 103,53 104,79 115,30 134,40 147,59

2.952 3.176 3.582 4.235 4.651 4.811 9.265 8.720 8.314 9.320

11.267 11.867 12.000 13.216 14.990 15.774

10.684,04 10.426,79 10.841,40 11.555,25 11.901,23 11.545,48 12.571,23 11.629,34 10.518,72 10.447,26 11.267,00 11.462,38 11.451,47 11.462,27 11.153,27 10.687,72

- -1,97 3,69 6,36 3,08

-3,17 9,14

-8,39 -9,89 -0,64 7,30 1,74

-0,10 0,10

-2,75 4,15

Rata-rata 11.225,30 0,02

Sumber : Disperindagkop Kota Surakarta

Harga telur itik yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga

setelah terdeflasi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa harga

telur itik setelah terdeflasi selama tahun 1992-2007 mengalami

perkembangan yang meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar

0,02% per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 11.225,30 per kg.

Harga telur itik yang mangalami kenaikan tertinggi tarjadi pada

tahun 1998 yaitu meningkat sebesar 9,14%. Hal ini disebabkan pada tahun

1998 terjadi krisis moneter yang melanda negara Indonesia sehingga

menyebabkan harga barang maupun jasa mengalami peningkatan.

Sedangkan harga terendah dari telur itik terjadi pada tahun 2000 dengan

penurunan sebesar 9,89%. Hal ini dikarenakan perekonomian sudah mulai

membaik dan harga-harga mulai stabil sehingga harga telur itik menurun.

Page 60: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lx

Berdasarkan pengamatan harga telur itik lebih mahal dibandingkan

dengan harga telur ayam ras karena pada pembudidayaan itik lebih sulit

dibandingkan dengan ayam ras. Hal ini disebabkan itik agar mau bertelur

kondisi lingkungan harus sesuai, apabila ada perubahan sedikit saja pada

lingkungan maka itik tidak mau bertelur. Menurut Prasetyo (2006), masa

produksi telur yang ideal adalah selama 1 tahun; lantai litter dialasi

campuran pasir dan kapur dan ditutup dengan kulit pada jerami; kepadatan

4 ekor/m2 (50-100 ekor/kandang). Sedangkan menurut Menteri Negara

Riset dan Teknologi (2005), untuk peternakan ayam ras telur dapat

dipanen 3 kali dalam sehari; kandang dibuat dengan lantai yang ditutup

dengan kulit padi/jerami; satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri

dari ribuan ekor ayam petelur. Selain itu, tidak seperti ayam yang bertelur

tiap 5-6 bulan.

Perkembangan harga telur itik di Kota Surakarta dapat dilihat pada

grafik di bawah ini.

2000400060008000

10000120001400016000

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Tahun

Rp/

Kg

Harga sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 7. Grafik Perkembangan Harga Telur Itik di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

4. Harga Daging Ayam Ras

Harga daging ayam ras yang dimaksud adalah jumlah uang yang

dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram daging ayam

ras. Data mengenai perkembangan harga daging ayam ras dari tahun

Page 61: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxi

1992-2007 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 19. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Indeks Harga

Konsumen (2002 = 100)

Harga Sebelum

Terdeflasi (Rp/kg)

Harga Setelah

Terdeflasi

(Rp/kg)

Perkembangan

(%)

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

27,63 30,46 33,04 36,65 39,08 41,67 73,70 78,13 79,04 89,21

100,00 103,53 104,79 115,30 134,40 147,59

3.563 3.833 4.324 5.111 5.614 5.870 9.288

11.006 10.606 13.604 12.625 12.840 12.043 12.357 14.048 15.265

12.895,40 12.583,72 13.087,17 13.945,43 14.365,40 14.086,87 12.602,44 14.086,78 13.418,52 15.249,41 12.625,00 12.402,20 11.492,51 10.717,26 10.452,38 10.342,84

- -2,44 3,94 6,72 3,29

-2,18 -11,62 11,62 -5,23 14,34

-20,55 -1,74 -7,12 -6,07 -2,07 -0,86

Rata-rata 12.772,08 -1,25

Sumber : Disperindagkop Kota Surakarta

Harga daging ayam ras yang dianalisis dalam penelitian ini adalah

harga setelah terdeflasi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa

harga daging ayam ras setelah terdeflasi selama tahun 1992-2007

mengalami perkembangan yang menunjukkan penurunan dengan rata-rata

sebesar 1,25% per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 12.772,08 per kg.

Kenaikan harga daging ayam ras yang tertinggi yaitu terjadi pada

tahun 2001 sebesar 14,34%. Hal ini disebabkan produksi daging ayam

dari daerah penghasil menurun sehingga jumlah daging ayam yang masuk

ke Kota Surakarta juga menurun. Sedangkan harga daging ayam pada

tahun 2002 mengalami penurunan sebesar 20,55%. Hal ini dikarenakan

Page 62: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxii

produksi daging ayam ras meningkat (produksi tahun 2001 = 188.097 kg

dan produksi tahun 2002 = 441.406 kg).

Perkembangan harga daging ayam ras di Kota Surakarta dapat dilihat

pada grafik di bawah ini.

2000

5000

8000

11000

14000

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Tahun

Rp/

Kg

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 8. Grafik Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

5. Harga Beras

Harga beras yang dimaksud adalah jumlah uang yang dibayarkan

oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram beras. Data mengenai

perkembangan harga beras dari tahun 1992-2007 sebelum dan setelah

dideflasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 20. Perkembangan Harga Beras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Indeks Harga

Konsumen (2002 = 100)

Harga Sebelum

Terdeflasi (Rp/kg)

Harga Setelah

Terdeflasi

(Rp/kg)

Perkembangan

(%)

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002

27,63 30,46 33,04 36,65 39,08 41,67 73,70 78,13 79,04 89,21

100,00

643 692 806 812 905

1011 1899 1978 2150 2067 2500

2.327,18 2.271,18 2.439,47 2.215,55 2.315,76 2.426,21 2.576,66 2.531,68 2.246,96 2.317,00 2.500,00

- -2,33 6,99

-9,31 4,17 4,59 6,26

-1,87 -11,84

2,91 7,61

Page 63: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxiii

2003 2004 2005 2006 2007

103,53 104,79 115,30 134,40 147,59

2356 2515 3195 3375 3660

2.275,67 2.400,04 2.771,03 2.511,16 2.344,33

-9,33 5,17

15,43 -10,81 -6,94

Rata-rata 2.404,37 0,04

Sumber : Disperindagkop Kota Surakarta

Harga beras yang diteliti adalah beras jenis IR 64. Berdasarkan tabel

di atas dapat diketahui bahwa rata-rata perkembangan harga beras dari

tahun 1992-2007 menunjukkan peningkatan sebesar 0,04% per tahun

dengan rata-rata harga Rp 2.404,37 per kg. Penurunan harga yang terbesar

yaitu pada tahun 2000 sebesar 11,84%. Hal ini dikarenakan produksi beras

meningkat (produksi tahun 1999 = 15.428 kw dan produksi tahun 2000 =

17.304 kw) sehingga harga beras mengalami penurunan. Sedangkan

peningkatan harga beras yang paling besar adalah pada tahun 2005 yaitu

sebesar 15,43%. Hal ini dikarenakan pada bulan Oktober 2005 terjadi

kenaikan BBM yang rata-rata sebesar 200% serta adanya kenaikan pupuk

dan pestisida dengan rata-rata kenaikan sebesar 30% (Munawir, 2006).

Oleh karena itu, hal ini menyebabkan kenaikan harga beras.

Perkembangan harga beras di Kota Surakarta dapat dilihat pada

grafik di bawah ini.

5001000150020002500300035004000

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Tahun

Rp/

Kg

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 9. Grafik Perkembangan Harga Beras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

6. Jumlah Penduduk

Page 64: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxiv

Jumlah penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah

penduduk yang menetap di Kota Surakarta. Data mengenai perkembangan

jumlah penduduk dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut :

Tabel 21. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Perkembangan (%)

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

523.455 527.767 531.377 533.628 536.005 539.387 542.832 546.469 550.251 553.580 554.630 555.395 510.711 534.540 512.898 515.372

- 0,81 0,67 0,42 0,44 0,63 0,64 0,68 0,71 0,62 0,20 0,14

-8,34 4,45

-4,04 0,46

Rata-rata 535.518,56 -0,09

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa

perkembangan jumlah penduduk di Kota Surakarta menunjukkan

penurunan sebesar 0,09%. Sedangkan rata-rata jumlah penduduk adalah

535.518,56 jiwa. Pada tahun 2004 terjadi penurunan jumlah penduduk

yang cukup besar yaitu sebesar 8,34%. Penurunan ini menurut data dari

BPS disebabkan pada tahun 2004 jumlah penduduk yang pergi lebih

banyak dibandingkan jumlah penduduk yang datang dengan jumlah

masing-masing penduduk yang pergi 8.757 jiwa dan jumlah penduduk

yang datang 8.680 jiwa. Jumlah penduduk yang pergi lebih banyak karena

adanya penduduk yang pindah ke luar kota untuk mencari pekerjaan

Page 65: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxv

maupun transmigarasi ke daerah lain. Penurunan pada tahun 2006 juga

disebabkan karena jumlah penduduk yang pergi lebih banyak yaitu

sebesar 14.102 jiwa dibandingkan jumlah penduduk yang datang sebesar

13.768 jiwa. Beberapa penyebab penduduk datang ke Kota Surakarta

adalah untuk mencari pekerjaan, untuk menempuh pendidikan

(bersekolah).

Selain itu, penyebab lainnya adalah adanya kesalahan dalam

pencatatan, seperti pada saat registrasi banyak penduduk yang tidak

tercatat atau melaporkan kejadian demografi yang dialaminya seperti

kematian, kelahiran, maupun kepindahan (Out Migran).

Perkembangan jumlah penduduk di Kota Surakarta dapat dilihat

pada grafik di bawah ini.

500510520530540550560

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Tahun

Jiw

a

Jumlah Penduduk

Gambar 10. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

7. Pendapatan Perkapita

Perkembangan pendapatan per kapita di Kota Surakarta selama

tahun 1992-2007 tersaji dalam tabel berikut ini:

Page 66: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxvi

Tabel 22. Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Indeks Implisit PDRB

(2002 = 100)

Pendapatan Perkapita Sebelum

Terdeflasi (Rp)

Pendapatan Perkapita Setelah

Terdeflasi (Rp)

Perkembangan (%)

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

35,86 38,50 41,01 43,32 44,96 46,37 69,33 78,35 87,64 94,47

100,00 105,96 113,34 146,86 154,31 162,13

1.648.272,73 1.620.689,34 1.851.609,09 2.277.590,28 2.579.316,06 2.751.034,76 3.572.047,69 4.089.713,65 5.275.368,89 5.924.319,52 6.623.419,73 7.354.989,22 7.676.402,25 8.223.741,60 8.635.848,61 9.240.005,78

4.595.955,93 4.209.329,50 4.515.521,10 5.257.661,91 5.737.446,59 5.933.427,42 5.152.097,38 5.220.106,36 6.019.628,29 6.271.343,52 6.623.419,73 6.941.315,59 6.773.094,10 5.599.715,10 5.596.428,37 5.699.133,89

- -6,86 5,43

13,17 8,52 3,48

-13,87 1,21

14,19 4,47 6,25 5,64

-2,99 -20,83

0,06 1,82

Rata-rata 5.634.101,49 1,22

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata

perkembangan pendapatan per kapita di Kota Surakarta dari tahun 1992-

2007 menunjukkan peningkatan sebesar 1,22% atau Rp 68.736,04 per

tahun.

Peningkatan pendapatan per kapita ini disebabkan karena kegiatan

perekonomian di Kota Surakarta menunjukkan adanya peningkatan. Hal

ini dapat dilihat dari adanya perbaikan maupun penambahan jumlah

sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pemerintah untuk

memperlancar kegiatan perekonomian misalnya, perbaikan jalan raya,

Page 67: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxvii

transportasi dan komunikasi, pembangunan pusat pertokoan dan

perbelanjaan. Dengan adanya peningkatan sarana dan prasarana tersebut

maka akan memperlancar kegiatan-kegiatan perekonomian sehingga dapat

mendorong masyarakat untuk membuka usaha maupun pengusaha untuk

memperbesar usahanya sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru

bagi masyarakat. Selain itu, berdasarkan data BPS, perindustrian di Kota

Surakarta pada tahun 2006 mampu menyerap 11.764 orang sebagai tenaga

kerja. Dengan banyaknya kesempatan kerja yang ada maka dapat

mengurangi adanya jumlah pengangguran sehingga akan dapat

meningkatkan pendapatan per kapita penduduk di Kota Surakarta.

Perkembangan pendapatan perkapita di Kota Surakarta dapat dilihat

pada grafik di bawah ini.

100000020000003000000400000050000006000000700000080000009000000

10000000

19911992199319941995199619971998199920002001200220032004200520062007

Tahun

Rp

Pendapatan perkapita Sebelum Terdeflasi

Pendapatan perkapita Setelah Terdeflasi

Gambar 11. Grafik Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

8. Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta

Jumlah toko roti yang dimaksud adalah jumlah keseluruhan toko roti

yang ada di Kota Surakarta. Perkembangan jumlah toko roti di Kota

Surakarta dari tahun 1992-2007 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 68: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxviii

Tabel 23. Perkembangan Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Jumlah Toko Roti (unit) Perkembangan (%) 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

25 29 36 58 64 70 62 64 76 91

112 137 158 171 202 230

- 4,04 7,07

22,21 6,06 6,06

-8,08 2,02

12,11 15,14 21,20 25,24 21,20 13,12 31,29 28,27

Rata-rata 99,06 12,93

Sumber : Disperindagkop Kota Surakarta

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata

perkembangan jumlah toko roti di Kota Surakarta menunjukkan

peningkatan sebesar 12,93%. Sedangkan rata-rata jumlah toko roti di Kota

Surakarta adalah 99,06 unit. Peningkatan jumlah toko roti ini salah

satunya dikarenakan adanya pembinaan mengenai usaha pembuatan roti/

kue kepada masyarakat yang diadakan oleh Disperindagkop Kota

Surakarta sehingga masyarakat dapat meningkatkan kemampuan

khususnya ketrampilan dalam usaha pembuatan kue/roti . Dengan bekal

ketrampilan tersebut maka dapat mendorong masyarakat untuk membuka

usaha pembuatan roti.

Selain faktor tersebut Kota Surakarta yang dikenal sebagai kota

kuliner karena hampir di setiap sudut kota banyak dijumpai pedagang

Page 69: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxix

makanan yang menjual berbagai jenis makanan dan jajanan khas sehingga

kuliner menjadi salah satu objek wisata yang menarik di Kota Surakarta.

Selain sebagai pusat objek wisata kuliner, Kota Surakarta juga dikenal

sebagai pusat perdagangan karena di Kota Surakarta banyak dijumpai

berbagai macam usaha dagang baik berupa konveksi, kerajinan,

furniture,kuliner, dan lain-lain. Selain itu, masyarakat di Kota Surakarta

juga banyak yang bermatapencaharian sebagai pedagang. Salah satu usaha

di bidang kuliner yang banyak diusahakan di Kota Surakarta yaitu toko

roti. Dengan semakin meningkatnya jumlah toko roti, maka akan

mempengaruhi jumlah permintaan telur ayam karena dalam proses

pembuatan roti membutuhkan telur ayam untuk bahan bakunya.

Perkembangan jumlah toko roti di Kota Surakarta dapat dilihat

pada grafik di bawah ini.

20406080

100120140160180200220240260

1991

19921993

1994199519961997

19981999

20002001

20022003

2004200520062007

Tahun

Uni

t

Jumlah Toko Roti

Gambar 12. Grafik Perkembangan Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

B. Hasil Analisis dan Pembahasan Penelitian

1. Estimasi Fungsi Permintaan

Page 70: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxx

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh model fungsi permintaan

telur ayam di Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

Ln Qd = - 8,948 – 0,820 Ln X1 + 0,944 Ln X2 + 0,455 Ln X3 – 0,948 Ln

X4 + 1,526 Ln X5 + 0,287 Ln X6

Keterangan :

Qd : Permintaan telur ayam (Kg/Tahun)

X1 : Harga telur ayam ras (Rp/Kg)

X2 : Harga telur itik (Rp/Kg)

X3 : Harga daging ayam ras (Rp/Kg)

X4 : Harga beras (Rp/Kg)

X5 : Jumlah penduduk (Jiwa)

X6 : Pendapatan per kapita per tahun (Rp/Tahun)

2. Pengujian Model

Untuk menganalisis hubungan antara permintaan telur ayam di Kota

Surakarta dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya digunakan

model regresi linier berganda dalam bentuk fungsi double logarithmic.

Agar dapat memperoleh hasil regresi yang terbaik maka harus memenuhi

kriteria statistik sebagai berikut :

a. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar

sumbangan variable-variabel bebas secara bersama-sama terhadap

variable tidak bebasnya. Berdasarkan hasil dari analisis diperoleh nilai

adjusted R2 sebesar 0,984. Hal ini menunjukkan bahwa 98,4%

permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat dijelaskan oleh variabel

bebas yang digunakan dalam model yaitu harga telur ayam ras, harga

telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk,

pendapatan per kapita, dan jumlah toko roti., sedangkan sisanya

sebesar 1,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar model, misalnya:

selera, status sosial, pendidikan, ekspektasi.

Page 71: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxi

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang

diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan

telur ayam di Kota Surakarta. Hasil analisis uji F dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 24. Hasil Analisis Varian Variable-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta.

Model Jumlah Kuadrat

df Kuadrat Rata-Rata

F Hitung Signifikasi

Regresi Residu

0,564 0,005

7 8

0,081 0,001

133,956 0,000

Total 0,569 15

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 3

Berdasarkan analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui bahwa

signifikasi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-varabel

bebas yang diamati yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik, harga

daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita,

dan jumlah toko roti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

c. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang

diteliti secara individual tehadap permintaan telur ayam di Kota

Surakarta. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 25. Hasil Analisis Uji t Masing-Masing Variabel Bebas

Variabel Koefisien regresi

t hitung Signifikasi

Harga telur ayam ras (X1) -0,820 -18,970 0,000*** Harga telur itik (X2) 0,944 6,361 0,000*** Harga daging ayam ras (X3) 0,455 3,953 0,004*** Harga beras (X4) -0,948 -6,099 0,000*** Jumlah penduduk (X5) 1,526 4,005 0,004*** Pendapatan perkapita (X6) 0,287 2,760 0,025** Jumlah toko roti (X7) 0,057 2,162 0,063ns

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 3

Keterangan :

Page 72: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxii

*** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 99% ** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 95% ns : tidak signifikan

Berdasarkan uji t pada tabel di atas menunjukkan bahwa harga

telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, dan

jumlah penduduk dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata secara

individu terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta pada

tingkat signifikasi 95%. Berikut penjelasan mengenai masing-masing

pengaruh dari variabel bebas tehadap permintaan telur ayam di Kota

Surakarta:

1. Harga Telur Ayam Ras

Menurut Firdaus (2008), permintaan menggambarkan keadaan

keseluruhan dari hubungan antara harga dan jumlah permintaan.

Selain itu hukum permintaan menyatakan bahwa makin rendah

harga suatu barang, makin banyak permintaan atas barang tersebut,

dan sebaliknya.

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai

koefisien regeresi parsial dari harga telur ayam ras adalah -0,820.

Hal ini berarti apabila harga telur ayam ras naik sebesar 1%, maka

permintaan telur ayam akan menurun sebesar 0,820%. Nilai

koefisien regresi parsial tersebut menunjukkan bahwa apabila

harga telur ayam naik, maka permintaan telur ayam menurun.

Tanda negatif menunjukkan bahwa antara harga telur ayam ras

dengan permintaan telur ayam mempunyai hubungan terbalik.

Menurut Herlambang (2002), semakin sedikit produk

pengganti suatu produk, maka akan semakin inelastis

permintaannya. Telur ayam permintaannya bersifat inelastis (nilai

kurang dari nol) karena untuk makanan yang membutuhkan

campuran telur dalam proses pembuatannya, biasanya

menggunakan telur ayam atau telur itik. Hal ini dikarenakan jenis

telur yang banyak dimanfaatkan maupun dikonsumsi adalah telur

Page 73: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxiii

ayam, telur itik, dan telur puyuh. Oleh karena itu, konsumen atau

masyarakat tidak mempunyai banyak alternatif pengganti untuk

makanan yang membutuhkan bahan campuran telur sehingga

walaupun terjadi kenaikan harga, maka jumlah permintaan telur

ayam tidak akan berkurang banyak.

2. Harga Telur Itik

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai

koefisien regeresi parsial dari harga telur itik adalah 0,944. Hal ini

berarti apabila harga telur itik naik sebesar 1%, maka permintaan

telur ayam akan meningkat sebesar 0,944%. Telur itik merupakan

barang pengganti dari telur ayam karena mempunyai kegunaan

yang sama serta sama-sama mempunyai kandungan protein

hewani. Selain itu, jenis telur yang banyak yang dikonsumsi oleh

masyarakat adalah telur ayam, telur itik, dan telur puyuh.

Sedangkan jenis telur yang biasanya digunakan untuk campuran

kue adalah telur ayam dan telur itik. Oleh karena itu, apabila harga

telur itik mengalami kenaikan, maka permintaan telur ayam akan

meningkat karena masyarakat akan beralih ke barang lain yang

harganya lebih murah dengan kegunaan yang sama.

3. Harga Daging Ayam Ras

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai

koefisien regeresi parsial dari harga daging ayam ras adalah 0,455.

Hal ini berarti apabila harga daging ayam ras naik sebesar 1%,

maka permintaan telur ayam akan meningkat sebesar 0,455%. Hal

ini dikarenakan pada umumnya masyarakat menggunakan daging

ayam ras untuk lauk pauk saja. Daging ayam ras harganya lebih

murah dibandingkan dengan harga daging yang lain misalnya

daging sapi.

4. Harga Beras

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai

koefisien regeresi parsial dari harga beras adalah -0,948. Hal ini

Page 74: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxiv

berarti apabila harga beras naik sebesar 1%, maka permintaan telur

ayam akan menurun sebesar 0,948%. Nilai koefisien regresi parsial

ini terbentuk karena beras merupakan makanan pokok dari

masyarakat Indonesia sehingga jika harga beras naik, maka

pengeluaran akan lebih digunakan untuk membeli beras daripada

untuk membeli kebutuhan pangan non pokok. Selain itu, pada

masakan tertentu misalnya nasi goreng, beras dan telur ayam

digunakan secara bersama-sama. Sedangkan apabila pendapatan

tetap dan harga beras naik maka akan menyebabkan penurunan

daya beli sehingga akan menyebabkan penurunan jumlah

pembelian telur ayam. Oleh karena itu apabila terjadi kenaikan

harga beras, maka permintaan telur ayam akan menurun karena

beras merupakan barang pelengkap yang mempunyai hubungan

negatif dengan telur ayam.

5. Jumlah Penduduk

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai

koefisien regeresi parsial dari jumlah penduduk adalah 1,526. Hal

ini berarti apabila jumlah penduduk naik sebesar 1%, maka

permintaan telur ayam akan meningkat sebesar 1,526%. Nilai

koefisien regresi parsial pada variabel jumlah penduduk tersebut

paling besar karena jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap

permintaan telur ayam karena dengan meningkatnya jumlah

penduduk maka kebutuhan pangan akan meningkat. Selain itu,

dengan meningkatnya jumlah penduduk maka konsumsi perkapita

penduduk termasuk konsumsi perkapita untuk telur ayam juga akan

meningkat karena kebutuhan pangan meningkat. Selain itu, dengan

semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya

gizi bagi tubuh yang salah satunya dapat diperoleh dari telur ayam,

dapat meningkatkan permintaan telur ayam.

6. Pendapatan Perkapita

Page 75: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxv

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai

koefisien regeresi parsial dari pendapatan perkapita adalah 0,287.

Hal ini berarti apabila pendapatan perkapita naik sebesar 1%, maka

permintaan telur ayam akan meningkat sebesar 0,287%. Telur

ayam merupakan sumber protein hewani yang harganya lebih

murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya

misalnya daging. Telur ayam merupakan barang normal yang

apabila harga telur ayam meningkat, maka permintaan telur ayam

akan menurun. Akan tetapi perubahan jumlah telur ayam yang

diminta lebih kecil daripada perubahan dari pendapatan. Selain itu,

untuk membeli telur ayam, masyarakat atau konsumen tidak perlu

menyisihkan pendapatan dengan jumlah yang besar karena harga

dari telur ayam lebih murah dibandingkan dengan sumber protein

hewani lain (misalnya, daging). Oleh karena itu, perubahan

pendapatan hanya menyebabkan perubahan yang kecil pada jumlah

permintaan telur ayam.

7. Jumlah Toko Roti

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel

jumlah toko roti tidak berpengaruh nyata secara signifikan karena

nilai dari uji t adalah 0,063 > 0,05. Oleh karena itu, dalam fungsi

permintaan variabel jumlah toko roti tidak dimasukkan dalam

fungsi permintaan.

d. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh

Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh dapat

diketahui dari nilai standar koefisien regresi. Semakin besar nilai

standar koefisien regresi maka semakin besar pengaruh variabel bebas

tersebut terhadap permintaan telur ayam. Nilai standar koefisien regresi

dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 76: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxvi

Tabel 26. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta

Variabel Standar Koefisien Regresi

Peringkat

Jumlah penduduk (X5) 10,768 1 Harga telur itik (X2) 3,503 2 Harga beras (X4) 3,098 3 Harga telur ayam ras (X1) 0,943 4 Harga daging ayam ras (X3) 0,762 5 Pendapatan perkapita (X6) 0,386 6 Jumlah toko roti (X7) 0,017 7

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 4

Telur ayam merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam dan

menjadi salah satu bahan makanan yang akrab dalam kehidupan sehari-

hari karena hampir tiap orang mengkonsumsinya. Harga telur ayam

yang lebih murah (± Rp 9.500 – Rp 12.000/kg) dibandingkan harga

sumber protein hewani lainnya (daging ayam ± Rp 22.000/kg, daging

sapi ± Rp 65.000/kg) serta kandungan gizi telur ayam yang lengkap

khususnya protein hewani menyebabkan telur ayam dijadikan sebagai

sumber protein hewani yang banyak dicari dibandingkan sumber

protein hewani lainnya. Telur ayam sering digunakan atau

dimanfaatkan untuk lauk pauk, bahan baku masakan, dan bahan

campuran pembuatan kue maupun makanan. Apalagi dalam pembuatan

kue/roti, telur ayam merupakan salah satu bahan utama yang harus ada

dalam proses pembuatan kue. Telur ayam juga banyak digunakan

dalam campuran pembuatan masakan misalnya, nasi goreng, mie

goreng, cap cay, gudeg, dan lain-lain. Penjelasan mengenai pengaruh

dari masing-masing variabel bebas terhadap permintaan telur ayam di

Kota Surakarta dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 77: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxvii

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk menggambarkan potensi banyaknya

konsumen yang membeli suatu barang. Oleh karena itu, dengan

semakin meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan juga

akan meningkat khususnya kebutuhan akan pangan karena setiap

orang membutuhkan pangan untuk pertumbuhan dan pemenuhan

gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Telur ayam merupakan salah satu

bahan makanan yang banyak mengandung protein hewani dan

dapat digunakan sebagai lauk pauk, masakan, maupun kue.

Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, jumlah penduduk

mempunyai pengaruh terbesar dalam permintaan telur ayam di Kota

Surakarta. Hal ini dikarenakan dengan semakin meningkatnya

jumlah penduduk, maka kebutuhan pangan maupun bahan makanan

akan meningkat. Oleh karena itu, jumlah penduduk sangat

berpengaruh terhadap permintaan telur ayam.

Selain itu, dengan meningkatnya jumlah penduduk maka

konsumsi perkapita penduduk termasuk konsumsi perkapita untuk

telur ayam juga akan semakin meningkat karena kebutuhan pangan

meningkat. Selain itu, dengan semakin meningkatnya pengetahuan

masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh yang salah satunya

dapat diperoleh dari telur ayam, dapat meningkatkan permintaan

telur ayam.

Menurut Soekartawi (1993), peningkatan jumlah penduduk

berarti menyebabkan perubahan struktur umur. Oleh karena itu,

bertambahnya jumlah penduduk adalah tidak proporsional dengan

pertambahan jumlah barang yang diminta. Untuk permintaan telur

ayam juga mengalami perubahan karena konsumsi telur ayam

antara orang dewasa dengan anak-anak maupun remaja berbeda

Menurut Sediaoetama (2000), kebutuhan protein harian yang

direkomendasikan secara konsisten terus menurun dengan semakin

bertambahnya umur. Kebutuhan protein untuk anak-anak usia 0-1

Page 78: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxviii

tahun adalah yang tertinggi yaitu 1,53 gr/hari/berat badan, sebab

pada usia ini protein dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan

badan. Oleh karena itu, konsumsi telur ayam untuk anak-anak

maupun remaja lebih banyak karena kandungan protein yang

terdapat dalam telur ayam digunakan untuk pertumbuhan.

Selain itu, berdasarkan laporan penelitian Setiawan (2006),

terjadinya perubahan struktur penduduk telah berdampak pada

meningkatnya kebutuhan protein hewani baik pada tingkatan

individu maupun masyarakat. Oleh karena itu dengan

meningkatnya jumlah penduduk akan sangat berpengaruh terhadap

permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

2. Harga Telur Itik

Telur itik merupakan salah satu jenis telur unggas yang banyak

dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia selain telur ayam.

Kandungan protein pada telur itik lebih banyak terdapat pada

bagian kuning telur 17% sedangkan bagian putihnya 11%. Protein

telur mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan

tubuh untuk hidup sehat.

Berdasarkan nilai standar koefisien regresi dapat diketahui

bahwa harga telur itik mempunyai urutan kedua dalam

mempengaruhi permintaan telur ayam. Hal ini dikarenakan telur

itik mempunyai kegunaan yang sama seperti pada telur ayam

karena sama-sama dapat digunakan sebagai bahan baku masakan,

lauk pauk, dan campuran pembuatan kue dan makanan.

Sebagai bahan baku masakan, telur itik dapat digunakan

sebagai bahan pelengkap pada masakan gudeg sebagai pengganti

dari telur ayam. Telur itik juga dapat digunakan sebagai campuran

pembuatan kue, misalnya bolu kukus maupun campuran dalam

pembuatan berbagai jenis makanan yang membutuhkan telur dalam

pengolahannya. Selain kesamaan dari manfaat telur itik juga

Page 79: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxix

mempunyai kandungan gizi yang sama seperti pada telur ayam

yaitu sama-sama banyak mengandung protein hewani.

Telur itik merupakan barang pengganti dari telur ayam karena

mempunyai kegunaan yang sama serta sama-sama mempunyai

kandungan protein hewani. Selain itu, jenis telur yang banyak yang

dikonsumsi oleh masyarakat adalah telur ayam, telur itik, dan telur

puyuh (Astawan, 2008). Sedangkan jenis telur yang biasanya

digunakan untuk campuran kue adalah telur ayam dan telur itik.

Oleh karena itu, apabila harga telur ayam mengalami kenaikan,

maka masyarakat akan beralih ke barang lain yang harganya lebih

murah dengan kegunaan yang sama.

3. Harga Beras

Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, harga beras dalam

mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta menempati

urutan ketiga. Beras merupakan makanan pokok dari masyarakat

dan telur ayam merupakan bahan makanan yang digunakan

masyarakat sebagi pelengkap (lauk pauk). Menurut Soekartawi

(1993), beras merupakan barang normal yang selalu mengikuti

kaidah hukum permintaan yang menyatakan bahwa makin tinggi

harga, makin berkurang permintaan.

Pada masyarakat Indonesia beras merupakan makanan pokok

sehingga apabila harga beras mengalami kenaikan maka

pengeluaran akan lebih digunakan untuk membeli beras. Sedangkan

apabila pendapatan tetap dan harga beras naik maka akan

menyebabkan penurunan daya beli sehingga akan menyebabkan

penurunan jumlah pembelian telur ayam. Oleh karena itu apabila

terjadi kenaikan harga beras, maka permintaan telur ayam akan

menurun karena beras merupakan barang pelengkap yang

mempunyai hubungan negatif dengan telur ayam.

4. Harga Telur Ayam Ras

Page 80: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxx

Harga merupakan salah satu faktor utama yang sangat

diperhatikan oleh konsumen untuk mengambil keputusan dalam

pembelian suatu barang. Oleh karena itu, apabila di dalam suatu

pasar menjual sejenis barang yang mempunyai manfaat atau

kegunaan yang sama, maka konsumen akan lebih memilih untuk

membeli barang yang harganya lebih murah. Berdasarkan tabel di

atas dapat diketahui bahwa nilai dari standar koefisien regresi

variabel harga telur ayam ras mempunyai urutan keempat dalam

mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Harga dari telur ayam sendiri cenderung berfluktuasi karena

Kota Surakarta bukan merupakan sentra produksi telur ayam

sehingga untuk memenuhi permintaan telur ayam, Kota Surakarta

mendatangkan telur ayam dari kota-kota di sekitar Surakarta

misalnya Karanganyar, Klaten, dan Sragen. Sedangkan jumlah telur

ayam yang didatangkan ke Surakarta jumlahnya tidak menentu

sehingga menyebabkan harga berfluktuasi. Apabila jumlah telur

ayam yang masuk ke Surakarta banyak maka harga dari telur ayam

menurun, dan sebaliknya. Jumlah yang tidak menentu tersebut

dikarenakan waktu produksi telur ayam yang berbeda-beda antara

peternakan yang satu dengan peternakan yang lain.

Banyaknya kegunaan telur ayam sebagai bahan baku

pengolahan berbagai jenis makanan dan masakan dan pentingnya

keguanaan telur ayam dalam proses pembuatan kue menyebabkan

berfluktuasinya harga telur ayam tidak banyak berpengaruh

terhadap permintaan telur ayam. Selain itu untuk mengendalikan

harga pada saat hari raya karena biasanya permintaan telur ayam

akan meningkat, maka pemerintah mengadakan pasar murah

dengan menjual berbagai kebutuhan pangan maupun kebutuhan

pokok salah satunya telur ayam. Telur ayam tersebut dibeli oleh

pemerintah (Dinas Pertanian) sesuai dengan harga beli dari

peternak, akan tetapi dijual ke masyarakat dengan harga yang lebih

Page 81: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxxi

murah dari yang dijual di pasar-pasar. Hal ini bertujuan agar

penduduk yang berpendapatan rendah mampu untuk membeli telur

ayam.

Menurut Herlambang (2002), semakin sedikit produk

pengganti suatu produk, maka akan semakin inelastis

permintaannya. Telur ayam permintaannya bersifat inelastis karena

untuk makanan yang membutuhkan campuran telur dalam

pembuatannya biasanya menggunakan telur ayam dan dapat diganti

dengan menggunakan telur itik. Hal ini dikarenakan jenis telur yang

banyak dimanfaatkan oleh konsumen adalah telur ayam, telur itik,

dan telur puyuh. Oleh karena itu, konsumen atau masyarakat tidak

mempunyai banyak alternatif pengganti untuk bahan campuran

pembuatan kue maupun makanan yang membutuhkan bahan

campuran telur sehingga walaupun terjadi kenaikan harga, maka

jumlah permintaan telur ayam tidak akan berkurang banyak.

5. Harga Daging ayam Ras

Sedangkan harga daging ayam ras mempunyai urutan kelima

dalam mempengaruhi permintaan telur ayam karena daging ayam

ras biasanya digunakan sebagai lauk pauk dan bahan campuran

masakan selain mempunyai kandungan gizi yang sama yaitu protein

hewani. Masyarakat lebih memilih daging ayam ras sebagai barang

pengganti dari telur ayam khususnya untuk lauk pauk karena

harganya yang lebih murah dibandingkan dengan harga daging

lainnya (daging sapi dan daging kambing). Dalam pembuatan kue,

daging ayam hanya digunakan sebagai pelengkap (isi roti) sehingga

jumlah yang dibutuhkan tidak sebanyak telur ayam yang

merupakan bahan dasar pembuatan kue.

6. Pendapatan Perkapita

Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, pendapatan

perkapita berada pada urutan keenam dalam mempengaruhi

permintaan telur ayam. Pada pendapatan yang terbatas biasanya

Page 82: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxxii

digunakan dahulu untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok yaitu

beras. Apabila kebutuhan pangan pokok tersebut sudah terpenuhi,

maka baru digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan bahan

makanan lain. Perkonomian masyarakat di Kota Surakarta

menunjukkan adanya peningkatan dan hal tersebut dapat dilihat dari

adanya peningkatan pendapatan. Dengan semakin baiknya tingkat

pendapatan tersebut, maka kebutuhan akan bahan makanan yang

lain (non beras) dapat terpenuhi. Dengan terpenuhinya semua

kebutuhan pangan pokok (beras) dan non pokok, maka pendapatan

akan digunakan untuk memenuhi barang-barang kebutuhan yang

lain.

Telur ayam merupakan salah satu jenis makanan yang banyak

mengandung protein hewani dan harganya yang lebih murah

dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya misalnya

daging. Selain itu, telur ayam merupakan barang normal yang

apabila harga telur ayam meningkat, maka permintaan telur ayam

akan menurun. Akan tetapi perubahan jumlah telur ayam yang

diminta lebih kecil daripada perubahan dari pendapatan. Selain itu,

untuk membeli telur ayam, masyarakat atau konsumen tidak perlu

menyisihkan pendapatan dengan jumlah yang besar karena harga

dari telur ayam lebih murah dibandingkan dengan sumber protein

hewani lain (misalnya, daging). Oleh karena itu, perubahan

pendapatan hanya menyebabkan perubahan yang kecil pada jumlah

permintaan telur ayam.

7. Jumlah Toko Roti

Sedangkan untuk variabel jumlah toko roti pengaruhnya paling

rendah terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Hal ini

dikarenakan sebagian besar toko roti dalam memenuhi kebutuhan

telur ayam untuk proses pembuatan kue/roti, memesan langsung ke

peternak karena harganya lebih murah dibandingkan dengan

membeli di pasar. Oleh karena itu, jumlah permintaan dari sebagian

Page 83: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxxiii

besar toko roti tidak tercatat di instansi pemerintah karena memesan

langsung ke peternak sehingga jumlah toko roti pengaruhnya paling

rendah terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Pada permintaan telur ayam di Kota Surakarta variabel yang

paling berpengaruh adalah jumlah penduduk karena dengan

meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan-kebutuhan juga

meningkat khususnya kebutuhan pangan. Permintaan telur ayam juga

mengalami peningkatan karena telur ayam merupakan salah satu bahan

pangan yang hampir tiap orang mengkonsumsinya dan telur ayam

merupakan salah satu sumber protein hewani yang harganya lebih

murah daripada sumber protein hewani lainnya, misalnya daging. Oleh

karena itu, agar permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat

terpenuhi maka kelancaran dalam pendistribusian perlu diperhatikan.

Hal ini dapat dilakukan dengan perbaikan maupun penambahan sarana

serta prasarana yang dapat mendukung kelancaran distribusi.

3. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi

klasik maka dilakukan pegujian asumsi klasik yang meliputi

Multikolinieritas, Autokorelasi, dan Heteroskedastisitas.

a. Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan keadaan adanya korelasi antar

variabel bebas dalam model regresi. Sedangkan untuk model regresi

yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel bebas. Oleh

karena itu, untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat

dilihat dari nilai matrik Pearson Correlation (PC<0,8). Hasil dari

analisis diperoleh nilai matrik Pearson Correlation tidak ada yang

lebih besar dari 0,8 (nilai matrik Pearson Correlation yang terbesar

adalah 0,732). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinieritas di antara variabel-variabel bebas.

Page 84: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxxiv

b. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan suatu keadaan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin Watson (D-W). Sedangkan kriteria pengujian yang digunakan adalah :

1. Angka D-W dibawah angka -2 berarti terdapat autokorelasi positif,

2. Angka D-W diantara angka -2 sampai +2 berarti tidak terdapat

autokorelasi, dan

3. Angka D-W diatas angka +2 berarti terdapat autokorelasi negatif.

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui nilai Durbin Watson yaitu

sebesar 1,510 sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa dalam model

yang digunakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai tersebut berada

di antara -2 sampai +2.

c. Heteroskedastisitas

Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan

diagram scatterplot. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui pada

diagram scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan

tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di

atas maupun di bawah angka 0 dan sumbu Y. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi

heteroskedastisitas.

4. Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif jumlah unit

barang yang dibeli akibat adanya perubahan salah satu faktor yang

mempengaruhinya. Untuk mengetahui nilai elastisitas dari masing-masing

variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta

dapat diketahui dari nilai koefisien regresi masing-masing variabel

penduganya karena salah satu ciri menarik dari model logaritma berganda

adalah nilai koefisien regresi bi menunjukkan nilai elastisitasnya.

Hasil analisis elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta

dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 85: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxxv

Tabel 27. Nilai Elastisitas Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta

Variabel Nilai elastisitas Harga Silang Pendapatan Harga telur ayam ras (X1) -0,820 Harga telur itik (X2) 0,944 Harga daging ayam ras (X3) 0,455 Harga beras (X4) -0,948 Pendapatan per kapita (X6) 0,287

Sumber: Diadopsi dari Lampiran 3

Nilai elastisitas permintaan tersebut dapat dijelaskan berikut ini :

a. Elastisitas Harga

Menurut Firdaus (2008), angka elastisitas harga selalu bernilai

negatif karena sifat variabel harga dan jumlah barang yang diminta

bersifat terbalik. Berdasarkan hasil analisis diketahui besarnya nilai

elastisitas harga telur ayam ras sebesar -0,820. Nilai elastisitas

bertanda negatif menunjukkan bahwa variabel harga telur ayam

mempunyai hubungan terbalik dengan permintaan telur ayam. Artinya

jika harga telur ayam naik 1% maka permintaan telur ayam akan turun

sebesar 0,820%, begitu juga sebaliknya. Menurut Herlambang (2002),

nilai elastisitas yang kurang dari satu menunjukkan bahwa persentase

perubahan jumlah produk yang diminta lebih kecil dari presentase

perubahan faktor yang mempengaruhinya. Permintaan telur ayam

bersifat inelastis karena nilai koefisien elastisitasnya kurang dari 1,

yang artinya bahwa persentase perubahan jumlah yang diminta lebih

kecil dari perubahan harga.

Hal ini disebabkan karena telur ayam merupakan salah satu

bahan makanan yang mempunyai banyak manfaat/kegunaan yaitu

dapat digunakan untuk bahan utama campuran pembuatan kue

maupun makanan yang membutuhkan telur dalam proses

pengolahannya. Untuk bahan campuran pembuatan makanan yang

membutuhkan telur, telur ayam dapat diganti dengan menggunakan

Page 86: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxxvi

telur itik. Oleh karena itu, konsumen atau masyarakat tidak

mempunyai banyak alternatif pengganti untuk bahan campuran

pembuatan kue maupun makanan yang membutuhkan bahan

campuran telur sehingga walaupun terjadi kenaikan harga, maka

jumlah permintaan telur ayam tidak akan berkurang banyak. Hal ini

dikarenakan untuk jenis telur yang dapat digunakan untuk campuran

pembuatan makanan adalah telur ayam dan telur itik.

Telur ayam merupakan barang normal karena dengan adanya

kenaikan harga pada telur ayam menyebabkan menurunnya

permintaan telur ayam. Telur ayam merupakan bahan makanan yang

paling praktis digunakan dan tidak memerlukan pengolahan yang sulit

dan banyak digunakan untuk lauk pauk, campuran untuk makanan

(misalnya, sosis), campuran untuk masakan (misalnya, cap cay, gudeg,

nasi goreng, dan lain-lain), serta merupakan bahan dasar pembuatan

roti.

Selain itu, telur ayam merupakan sumber protein hewani yang

harganya lebih murah dibandingkan sumber protein hewani lainnya,

misalnya daging sehingga untuk pemenuhan protein hewani

masyarakat lebih memilih telur ayam. Telur ayam juga mempunyai

daya simpan yang cukup lama (± 7 hari) sehingga masyarakat/

konsumen tidak perlu membeli telur ayam sedikit demi sedikit. Oleh

karena itu, kenaikan harga telur ayam ras tidak akan berpengaruh

banyak terhadap jumlah permintaan telur ayam.

b. Elastisitas Silang

Dari hasil analisis diketahui bahwa besarnya elastisitas silang

dari harga telur itik adalah 0,944. Artinya, jika harga telur itik naik 1%

maka permintaan telur ayam akan naik sebesar 0,944%, begitu juga

sebaliknya. Nilai elastisitas silang dari harga daging ayam ras adalah

sebesar 0,455. Hal ini berarti bahwa jika harga daging ayam ras naik

1%, maka permintaan telur ayam akan naik sebesar 0,455%. Tanda

Page 87: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxxvii

positif pada nilai elastisitasnya menunjukkan bahwa telur itik dan

daging ayam ras merupakan barang substitusi dari telur ayam.

Nilai elastisitas silang dari telur itik lebih besar dibandingkan

nilai elastisitas silang dari daging ayam ras. Hal ini dikarenakan telur

itik dapat digunakan sebagai barang pengganti dari telur ayam yaitu

dapat digunakan sebagai lauk pauk, bahan campuran makanan dan

masakan, serta dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuatan

roti/ kue serta banyak mengandung protein hewani. Telur itik

digunakan sebagai pengganti dari telur ayam karena jumlah telur yang

banyak tersedia atau dijual di pasar adalah telur ayam ras serta telur

itik, sedangkan untuk telur ayam kampung yang tersedia di pasar

sedikit karena produksi yang tidak kontinue dan jumlah telur yang

dihasilkan juga sedikit sehingga tidak mampu untuk memenuhi

permintaan. Sedangkan daging ayam ras lebih banyak digunakan

sebagai barang pengganti telur ayam untuk lauk pauk maupun bahan

untuk masakan.

Menurut Firdaus (2008), apabila nilai elastisitas silang >0 maka

merupakan barang substitusi, sedangkan apabila nilai elastisitas silang

<0 maka merupakan barang komplementer. Sedangkan untuk

elastisitas silang dari harga beras adalah -0,948. Hal ini berarti jika

harga beras naik sebesar 1% maka permintaan telur ayam akan turun

sebesar 0,948%, dan sebaliknya. Nilai elastisitas harga silang kurang

dari nol (Ec<0) menunjukkan bahwa beras merupakan barang

komplementer dari telur ayam.

Hal ini dikarenakan beras merupakan makanan pokok

masyarakat Indonesia dan telur ayam merupakan salah satu makanan

pelengkap saat makan. Selain itu, untuk masakan tertentu misalnya nsi

goreng, beras dan telur ayam digunakan secara bersama-sama. Oleh

karena itu, apabila harga beras mengalami kenaikan, maka permintaan

telur ayam akan menurun karena alokasi pengeluaran untuk membeli

Page 88: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxxviii

telur lebih digunakan untuk membeli beras (pangan pokok) terlebih

dahulu.

c. Elastisitas Pendapatan

Dari hasil analisis diketahui besarnya elastisitas pendapatan

adalah 0,287. Ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pendapatan

sebesar 1% maka akan mengakibatkan bertambahnya jumlah

permintaan telur ayam sebesar 0,287% begitu juga sebaliknya. Angka

elastisitas pendapatan bertanda positif menunjukkan bahwa telur ayam

termasuk barang normal.

Artinya apabila pendapatan meningkat maka permintaan telur

ayam juga akan meningkat. Akan tetapi persentase perubahan

permintaan lebih kecil daripada perubahan pendapatan karena nilai

elastisitasnya kurang dari satu. Nilai elastisitas pendapatan tersebut

menunjukkan bahwa perubahan pendapatan hanya berpengaruh kecil

terhadap jumlah telur ayam yang diminta. Hal ini dikarenakan telur

ayam merupakan bahan makanan yang menjadi alternatif pertama

untuk pemenuhan protein hewani karena harganya lebih murah

dibandingkan sumber protein hewani lainnya sehingga perubahan

pendapatan tidak berpengaruh besar terhadap permintaan telur ayam.

Selain itu, biasanya telur ayam digunakan untuk lauk pauk, bahan

campuran masakan, dan bahan campuran pembuatan kue maupun

makanan sehingga telur ayam sudah menjadi bahan makanan yang

umum dikonsumsi oleh masyarakat.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Page 89: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

lxxxix

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. a. Harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga

beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan jumlah toko roti

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan telur

ayam di Kota Surakarta.

b. Harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga

beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita secara individu

berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta

pada taraf kepercayaan 95%.

c. Jumlah penduduk merupakan variabel yang paling berpengaruh

terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

2. Analisis elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta menunjukkan:

a. Permintaan telur ayam bersifat inelastis.

b. Telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi dari telur

ayam, sedangkan beras merupakan barang komplementer dari telur

ayam.

c. Elastisitas pendapatan bernilai positif sehingga telur ayam merupakan

barang normal.

B. Saran

Jumlah penduduk merupakan variabel yang paling mempengaruhi

permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Dengan semakin meningkatnya

jumlah penduduk, maka permintaan telur ayam akan semakin meningkat

karena kebutuhan pangan juga meningkat. Oleh karena itu, agar peningkatan

permintaan terhadap telur ayam dapat terpenuhi, maka diperlukan perbaikan

maupun penambahan sarana maupun prasarana (misalanya perbaikan jalan,

angkutan) sehingga dapat memperlancar pendistribusian telur ayam di Kota

Surakarta. Dengan semakin lancarnya pendistribusian telur ayam maka akan

semakin mudah konsumen dalam mendapatkan telur ayam. Selain itu, dengan

semakin mudahnya konsumen mendapatkan telur ayam maka harga menjadi

lebih rendah sehingga permintaan telur ayam dapat terpenuhi.

78

Page 90: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xc

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Kandungan Gizi Telur. http://mietha.wordpress.com/2008/11/26/telur-makanan-berlimpah-gizi/. Diakses pada tanggal 3 Mei 2009.

Arsyad, L. 1995. Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta.

Astawan, Made. 2008. Telur Asin, Aman dan Penuh Gizi. http//:www.depkes.go.id/index.php. Diakses pada tanggal 3 Mei 2009.

BPS. 1992. Surakarta Dalam Angka 1992. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

____. 1993. Surakarta Dalam Angka 1993. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 1994. Surakarta Dalam Angka 1994. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 1995. Surakarta Dalam Angka 1995. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 1996. Surakarta Dalam Angka 1996. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 1997. Surakarta Dalam Angka 1997. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 1998. Surakarta Dalam Angka 1998. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 1999. Surakarta Dalam Angka 1999. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 2000. Surakarta Dalam Angka 2000. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 2001. Surakarta Dalam Angka 2001. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 2002. Surakarta Dalam Angka 2002. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 2003. Surakarta Dalam Angka 2003. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 2004. Surakarta Dalam Angka 2004. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 2005. Surakarta Dalam Angka 2005. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 2006. Surakarta Dalam Angka 2006. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

. 2007. Surakarta Dalam Angka 2007. BPS Kota Surakarta. Surakarta.

Burhan, U. 2006. Konsep Dasar Teori Ekonomi Mikro. BPFE Unibraw. Malang.

Departemen Pertanian. 2005. Laporan Akhir Pengembangan Model Permintaan dan Penawaran Komoditas Pertanian Utama. PUSLITBANG. Bogor.

__________. 2009. Impor Unggas Ancam Peternak Kecil. http://www.indonesia.go.id/id/index.php. Diakses pada tanggal 6 Januari 2010.

Disperindag. 1992. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 1992. Disperindagkop Kota Surakarta.

Page 91: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xci

_________. 1993. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 1993. Disperindagkop Kota Surakarta.

. 1994. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 1994. Disperindagkop Kota Surakarta.

. 1995. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 1995. Disperindagkop Kota Surakarta.

. 1996. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 1996. Disperindagkop Kota Surakarta.

. 1997. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 1997. Disperindagkop Kota Surakarta.

. 1998. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 1998. Disperindagkop Kota Surakarta.

. 1999. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 1999. Disperindagkop Kota Surakarta.

. 2000. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 2000. Disperindagkop Kota Surakarta.

. 2001. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 2001. Disperindagkop Kota Surakarta.

. 2002. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 2002. Disperindagkop Kota Surakarta.

. 2003. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 2003. Disperindagkop Kota Surakarta.

. 2004. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 2004. Disperindagkop Kota Surakarta.

. 2005. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 2005. Disperindagkop Kota Surakarta.

Page 92: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xcii

. 2006. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 2006. Disperindagkop Kota Surakarta.

. 2007. Perkembangan Harga Rata-rata Bahan Pokok Dan Barang Strategis (Barang Penting Lainnya) Di Kota Surakarta 2007. Disperindagkop Kota Surakarta.

Downey, W. D. dan S. P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Erlangga. Jakarta.

Firdaus, M. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.

Gujarati, D. 1997. Ekonometrika Dasar (diterjemahkan oleh Sumarno Zain). Erlangga. Jakarta.

Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging, dan Telur. Liberty. Yogyakarta.

Herlambang, Tedy. 2002. Ekonomi Manajerial dan Strategi Bersaing. PT. Raj Grafindo Persada. Jakarta.

Kantor Ketahanan Pangan. 2008. Neraca Bahan Pangan Kota Surakarta. Kantor Ketahanan Pangan. Surakarta.

Menteri Negara Riset dan Teknologi. 2005. Tentang Budidaya Peternakan Ayam Ras Petelur. http://www.ristek.go.id. Diakses pada tanggal 6 Januari 2010.

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi Ketiga. LP3ES. Jakarta.

Munawir, Wahyudin. 2006. Impor Beras dan Nasib Petani. http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=263201&kat_id=16&kat_id1=&kat_id2=. Diakses pada tanggal 6 Januari 2010.

Pappas, J. L. dan M. Hirschey. 1995. Ekonomi Manajerial Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta.

Prasetyo, L. Hardi. 2006. Sistem Pemeliharaan Itik Petelur MA. Tabloid Sinar Tani Edisi 27 September 2006. Puslitbangnak.

Rismarini, 2005. Proyeksi Permintaan Telur Ayam Ras di Surakarta. Skripsi S1 Tidak Dipublikasikan. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Santoso, D. 2007. Telur : Sumber Protein Termurah. http://www.dennysantoso.com. Diakses pada tanggal 3 Mei 2008.

Santoso, S. 2002. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional . PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Dian Rakyat. Jakarta.

Setiawan, Nugraha. 2006. Dampak Perubahan Struktur Penduduk Jawa Barat Terhadap Kebutuhan Protein Hewani dan Produk Peternakan. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/03/dampak_perubahan

Page 93: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xciii

_struktur_penduduk_jawa_barat.pdf. Diakses pada tanggal 30 Januari 2010.

Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.

Soedjana, Tjeppy D., 1997. Penawaran, Permintaan dan Konsumsi Produk Peternakan di Indonesia. Jurnal Forum Agroekonomi. Volume 1 No. 2 Desember 1997.

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

_________. 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudarman, A. 2000. Teori Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta.

Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Sugiarto dan Teddy, H. 2005. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sukirno, S. 2000. Pengantar Teori Ekonomi Edisi Kedua. BPFE UI. Jakarta.

________. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sumodiningrat, G. 1994. Pengantar Ekonometrika. BPFE. Yogyakarta.

Supranto. 1984. Metode Ramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan. Edisi Kedua. Gramedia. Jakarta.

Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah-Ilmiah Dasar. Penerbit Tarsito. Bandung.

Suslinawati dan Masyhuri, Mas Seodjono. 2001. Analisis Permintaan Telur Berdasarkan Jenis dan Strata Pendapatan di Kalimantan Selatan. Jurnal Agroekonomi Vol. VIII No. 1 Juni 2001. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Wijayanti, Irene Kartika Eka; Masyhuri; dan Ken Suratiyah. 1999. Analisis Konsumsi Pangan Hewani Pada Tingkat Rumah Tangga di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Agroekonomi Vol. VI No. 1 Juni 1999. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Page 94: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA …/Analisis...Efek Substitusi dan Efek ... elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

xciv