rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

15
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) SEBAGAI ANTIMIKROBA TERHADAP BAKTERI Salmonella Typhi SECARA IN VITRO Noorhamdani*, Sudiarto**, Rahmadiyah Azaria Rahmah*** ABSTRAK Salmonella Typhi merupakan bakteri patogen penyebab penyakit demam tifoid di Indonesia. Salmonella Typhi dilaporkan sudah mengalami resisten terhadap beberapa obat antimikroba sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menemukan alternatif terapi lain. Alternatif terapi adalah menggunakan bahan alami sebagai bahan antimikroba, yaitu rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn). Kandungan aktif rimpang kencur yang diduga bermanfaat sebagai antimikroba adalah saponin, dan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antimikroba ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn) terhadap Salmonella Typhi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan post test only control group design, menggunakan metode difusi disk untuk menentukan KHM dan metode dilusi agar untuk menentukan KBM. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Salmonella Typhi yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. Konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur yang digunakan yaitu 15%, 17,5%, 20%, 22,5% dan 25% dengan empat kali pengulangan. Hasil penelitian dengan metode difusi disk menunjukkan KHM pada konsentrasi ekstrak 17,5% dengan diameter hambat 13mm, dan metode dilusi agar menunjukkan KBM pada konsentrasi ekstrak 25%. Hasil uji statistik Kruskal Wallis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada perubahan konsentrasi esktrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn) terhadap pertumbuhan Salmonella Typhi (p < 0,05). Uji statistik Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni Salmonella Typhi yang signifikan seiring dengan peningkatan dosis ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn). Uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang erat antara konsentrasi ekstrak dengan pertumbuhan bakteri (Korelasi, r = -0,982; p < 0,05). Kesimpulan penelitian ini yaitu ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn) mempunyai pengaruh sebagai antimikroba terhadap Salmonella Typhi dengan kadar hambat minimum (KHM) 17,5% dan kadar bunuh minimum (KBM) 25%. Kata kunci : rimpang kencur (Kaempferia galangal Linn), antimikroba, Salmonella Typhi.

Upload: yogi-nugraha

Post on 25-Jun-2015

1.696 views

Category:

Health & Medicine


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga Linn)

SEBAGAI ANTIMIKROBA TERHADAP BAKTERI Salmonella Typhi SECARA IN VITRO

Noorhamdani*, Sudiarto**, Rahmadiyah Azaria Rahmah***

ABSTRAK

Salmonella Typhi merupakan bakteri patogen penyebab penyakit demam tifoid di

Indonesia. Salmonella Typhi dilaporkan sudah mengalami resisten terhadap beberapa obat

antimikroba sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menemukan alternatif terapi lain.

Alternatif terapi adalah menggunakan bahan alami sebagai bahan antimikroba, yaitu

rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn). Kandungan aktif rimpang kencur yang diduga

bermanfaat sebagai antimikroba adalah saponin, dan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui potensi antimikroba ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga

Linn) terhadap Salmonella Typhi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental

laboratoris dengan post test only control group design, menggunakan metode difusi disk

untuk menentukan KHM dan metode dilusi agar untuk menentukan KBM. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Salmonella Typhi yang diperoleh dari Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. Konsentrasi ekstrak etanol

rimpang kencur yang digunakan yaitu 15%, 17,5%, 20%, 22,5% dan 25% dengan empat kali

pengulangan. Hasil penelitian dengan metode difusi disk menunjukkan KHM pada

konsentrasi ekstrak 17,5% dengan diameter hambat 13mm, dan metode dilusi agar

menunjukkan KBM pada konsentrasi ekstrak 25%. Hasil uji statistik Kruskal Wallis

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada perubahan konsentrasi esktrak

etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn) terhadap pertumbuhan Salmonella Typhi

(p < 0,05). Uji statistik Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni

Salmonella Typhi yang signifikan seiring dengan peningkatan dosis ekstrak etanol rimpang

kencur (Kaempferia galanga Linn). Uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan

yang erat antara konsentrasi ekstrak dengan pertumbuhan bakteri (Korelasi, r = -0,982; p <

0,05). Kesimpulan penelitian ini yaitu ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga

Linn) mempunyai pengaruh sebagai antimikroba terhadap Salmonella Typhi dengan kadar

hambat minimum (KHM) 17,5% dan kadar bunuh minimum (KBM) 25%.

Kata kunci : rimpang kencur (Kaempferia galangal Linn), antimikroba, Salmonella Typhi.

Page 2: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

ABSTRACT

Salmonella Typhi is a pathogen causing typhoid fever in Indonesia. Salmonella Typhi

is reported to have suffered resistant to several antimicrobial drugs that need to be

conducted to find other alternative therapies. Alternative therapy is the use of natural

materials as antimicrobial materials, the rhizome kencur (Kaempferia galanga Linn). The

active substances suspected having antimicrobial effect on the rhizome kencur are

saponins, and essential oils. This study was condicted to determine the antimicrobial

potential of ethanol extract of rhizome kencur (Kaempferia galanga Linn) against Salmonella

Typhi. This study was an experimental research laboratory with a post test only control

group design, using the disk diffusion method to determine the MIC and the dilution method

in order to determine the MBC. The sample used in this study were Salmonella Typhi

obtained from the Laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine, Brawijaya University,

Malang. The concentration of ethanol extract of rhizome kencur used were 15%, 17,5%,

20%, 22,5% and 25% with four repetitions. The results by the disk diffusion method showed

MIC extract at a concentration of 17,5% inhibition of 13mm diameter, and the dilution

method showed KBM extract at a concentration of 25%. Kruskal Wallis test results showed

statistically significant difference in the concentration of ethanol extracts rhizome kencur

(Kaempferia galanga Linn) on the growth of Salmonella Typhi (p < 0.05). Mann Whitney

statistical test showed that there is decrease in number of colonies of Salmonella Typhi

significantly with increasing doses of ethanol extract of rhizome kencur (Kaempferia Galanga

Linn). Spearman correlation test showed a close relationship between the concentration of

the extract with bacterial growth (correlation, r = -0.982, p < 0.05). The conclusion of this

study is ethanol extract of rhizome kencur (Kaempferia galanga Linn) has as an antimicrobial

effect against Salmonella Typhi with levels of minimum inhibitory (MIC) of 17.5% and a

minimum level of kill (MBC) 25%.

Keywords : kencur rhizome (Kaempferia galanga Linn), antimicrobial, Salmonella Typhi.

*Laboratorium Mikrobiologi FKUB

**Laboratorium Fisiologi FKUB

***Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

PENDAHULUAN

Demam tifoid merupakan suatu

penyakit yang disebabkan oleh

Salmonella Typhi. Salmonella Typhi

merupakan bakteri gram negatif berbentuk

batang dan tumbuh secara baik pada

perbenihan yang mengandung empedu1.

Sampai saat ini demam tifoid masih

menjadi masalah kesehatan dalam

Page 3: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

masyarakat, Di Indonesia demam tifoid

masih bersifat endemik. Berdasarkaan

kasus di rumah sakit besar yang ada di

Indonesia, angka kejadian demam tifoid

lebih cenderung meningkat dari tahun ke

tahun, dengan rata-rata kasus morbiditas

500/100.000 penduduk dan kasus

mortalitas sebesar 0.6-5%2 Banyaknya

kasus demam tifoid yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella Typhi, memiliki

dampak terhadap meningkatnya

pemakaian antibiotik. Hampir setiap

penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri, terapi utamanya menggunakan

antibiotik. Akibatnya masyarakat mulai

tergantung dengan penggunaan antibiotik,

yang akhir-akhir ini memang mudah

didapatkan. Berdasarkan kejadian

tersebut maka kini muncul suatu

permasalah baru yang serius, yaitu

terjadinya resistensi bakteri terhadap

antibiotik yang digunakan3. Saat ini bakteri

Salmonella Typhi dikabarkan memang

sudah mengalami resistensi terhadap dua

atau lebih antibiotik yang biasa digunakan

seperti ampisilin, kloramfenikol, dan

kotrimoksazol4. Dengan meningkatnya

populasi yang resisten maka antibiotik

yang dulu pernah efektif kini sudah

kehilangan nilai kemoterapeutiknya. Oleh

karena itu pengembangan obat-obat baru

dan berbeda untuk menggantikan

antibiotik yang sudah tidak efektif tersebut

memang dibutuhkan5.

Indonesia memiliki ribuan

tumbuhan yang tersebar di berbagai

daerah, dimana keanekaragaman hayati

yang ada tersebut dapat dimanfaatkan

sebagai bahan baku obat-obat baru yang

tradisional dan efektif. Masyarakat

Indonesia telah mengenal dan memakai

obat tradisional sejak dahulu kala untuk

mengobati berbagai macam penyakit.

Sekarang ini dengan semakin

meningkatnya angka resistensi terhadap

berbagai jenis obat maka bisa dijadikan

sebagai salah satu landasan untuk

menggali kembali penggunaan obat

tadisional. Minyak atsiri dari beberapa

tumbuhan memiliki sifat aktif biologis

sebagai antibakteri dan antijamur.

Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai

antibiotik alami dan bahan pengawet pada

makanan. Oleh karena itu tidak heran bila

minyak atsiri mampu menarik perhatian

dunia6. Salah satu tanaman yang memiliki

kandungan minyak atsiri, mudah tumbuh

dan banyak ditanam di Indonesia adalah

kencur. Selain itu rimpang kencur juga

memiliki bahan aktif lain yang diduga

mampu memiliki ativitas sebagai

antimikroba7,8,.

Kencur bersama dengan

temulawak, kunyit dan jahe termasuk

dalam kelompok rimpang-rimpangan

(Zingiberaceae) sudah sejak lama

digunakan sebagai obat tradisional dan

diklaim bisa menyembuhkan berbagai

macam jenis penyakit9. Berdasarkan pada

penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, semua tanaman tersebut di

atas memiliki efek sebagai antibakteri10.

Page 4: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

Bahkan beberapa penelitian berhasil

membuktikan bahwa ekstrak temulawak,

jahe, dan kunyit masing-masing memiliki

efek antimikroba terhadap Escherichia coli

dan Pseudomonas fluorescens yang

termasuk dalam golongan bakteri gram

negatif11,12. Maka harapannya ekstrak

rimpang kencur juga memiliki efek

terhadap bakteri Salmonella Typhi secara

in vitro karena sama-sama termasuk

dalam golongan bakteri gram negatif.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang

digunakan adalah desain eksperimental

laboratorium (True experiment-post test

only control group design) dengan

menggunakan metode difusi disk untuk

menentukan Konsentrasi Hambat Minimum

(KHM) dan metode dilusi agar untuk

menentukan Konsentrasi Bunuh Minimum

(KBM) dari ekstrak etanol rimpang kencur

sebagai antimikroba terhadap Salmonella

Typhi dengan masing-masing konsentrasi

0%, 15%, 17,5%, 20%, 22,5%, dan 25%.

Konsentrasi yang digunakan ditentukan

berdasarkan uji pendahuluan yang telah

dilakukan sebelumnya.

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah

bakteri Salmonella Typhi yang diperoleh

dari Laboratorium Mikorbiologi FKUB

Malang.

Ekstraksi Rimpang Kencur

Ekstraksi rimpang kencur

merupakan hasil dari metode Soxhlet

dengan pelarut etanol 96%.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di

Laboratorium Mikrobiologi FKUB Malang

pada bulan September sampai Desember

2012.

Sampel dan Estimasi Jumlah

Pengulangan

Pengulangan yang dilakukan

pada penelitian ini sebanyak 4 kali

sedangkan jumlah sampel yang diperlukan

dihitung dengan rumus : Jumlah

pengulangan x jumlah perlakuan = 4 x 6 =

24.

Metode Ekstraksi

Rimpang kencur yang digunakan

dibeli dari Balai Materia Medika Batu

sebanyak 200 gram bahan kering, setelah

itu dilakukan proses ekstraksi

menggunakan alat Soxhlet.

Proses ekstraksi sebagai berikut :

sampel kencur yang telah terbungkus

dengan kertas saring, dimasukkan ke dalam

tabung ekstraktor Soxhlet 250 mL. Tabung

ekstraktor Soxhlet dirangkai dengan labu

atas bulat 500 mL berleher dua yang telah

diisi 200 mL pelarut etanol 96%. Biarkan

cairan etanol mengalir ke bawah melalui

pipa penghubung. Kemudian dimasukkan

Page 5: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

beberapa butir pecahan porselain kedalam

labu pelarut (isolator panas). Setelah

pendingin dipasang, alirkan aquades ke

pendingin melalui keran. Labu dipanaskan

dengan waterbath. Jika etanol sudah

mendidih akan terjadi kondensasi uap

etanol dalam pendingin dan selanjutnya

destilat etanol yang mengandung ekstrak

kencur akan turun ke dalam labu.

Ekstraksi ini dilakukan sampai cairan

dalam Soxhlet jernih. Hentikan proses

ekstraksi dan biarkan cairan menjadi dingin.

Kemudian dilakukan proses evaporasi.

Pasang evaporator pada tiang permanen

agar dapat digantung dengan kemiringan

30-40° terhadap meja percobaan dengan

susunan dari bawah ke atas: alat pemanas

air, labu penampung hasil, rotatory

evaporator, dan tabung pendingin. Tabung

pendingin dihubungkan dengan alat pompa

sirkulasi air dingin dengan bak penampung

air dingin melalui pipa plastik, tabung

pendingin juga terhubung dengan pompa

vakum dan penampung hasil penguapan.

Hasil ekstraksi dimasukkan dalam labu

ekstraksi, kemudian dirangkai kembali.

Rotatory evaporator, alat pompa sirkulasi air

dingin dan alat pompa vakum dinyalakan.

Pemanas aquades dinyalakan juga

sehingga hasil ekstraksi dalam tabung

penampung evaporasi ikut mendidih dan

pelarut etanol mulai menguap. Hasil

penguapan etanol akan dikondensasikan

menuju labu penampung etanol sehingga

tercampur dengan hasil evaporasi

sedangkan uap lain tersedot pompa vakum.

Setelah kental maka proses evaporasi

dihentikan dan hasil evaporasi diambil.

Setelah evaporasi selesai, ekstrak

dipanaskan dengan oven kembali dengan

suhu 78,4oC selama 2 jam (sesuai dengan

titik didih etanol)13. Hal ini bertujuan untuk

menghilangkan sisa-sisa etanol 96% yang

mungkin masih tersisa.

Penentuan KHM dan KBM

Untuk menentukan KHM

dengan menggunakan metode difusi disk

pada awalnya siapkan lempeng agar

Mueller Hinton (MH). Kapas lidi steril

dicelupkan dalam tabung biakan bakteri,

goreskan kapas tersebut ke seluruh

permukaan agar MH, kemudian

permukaan agar dibiarkan mengering

kurang lebih 5 menit. Siapkan 6 tabung

yang sudah diberi tanda 15%, 17,5%,

20%, 22,5%, 25% dan KP. Masukkan 8,5

mL aquades steril ke dalam tabung

bertanda 15% lalu tambahkan 1,5 mL

ekstrak etanol rimpang kencur sehingga

mencapai konsentrasi bahan 15%.

Masukkan 8,25 mL aquades steril ke

dalam tabung bertanda 17,5% lalu

tambahkan 1,75 mL ekstrak etanol

rimpang kencur sehingga mencapai

konsentrasi bahan 17,5%. Masukkan 8 mL

aquades steril ke dalam tabung bertanda

20% lalu tambahkan 2 mL ekstrak etanol

rimpang kencur sehingga mencapai

konsentrasi bahan 20%. Masukkan 7,75

mL aquades steril ke dalam tabung

bertanda 22,5% lalu tambahkan 2,25 mL

ekstrak etanol rimpang kencur sehingga

mencapai konsentrasi bahan 22,5%.

Page 6: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

Masukkan 7,5 mL aquades steril

ke dalam tabung bertanda 25% lalu

tambahkan 2,5 mL ekstrak etanol rimpang

kencur sehingga mencapai konsentrasi

bahan 25%. Masukkan 9,8 mL aquades

steril ke dalam tabung bertanda KP lalu

tambahkan 0,2 mL kloramfenikol.

Rendam kertas disk steril ke dalam

masing-masing tabung selama 10 menit.

Kemudian tempatkan kertas disk yang

sudah direndam ke atas lempengan

sesuai dengan variabel konsentrasi

masing-masing. Kemudian inkubasi

selama 18 jam dengan suhu 37oC.

Pada hari kedua didapatkan data

KHM dan dilakukan pengamatan pada

masing-masing konsentrasi dengan cara

menghitung diameter daya hambat yang

dihasilkan masing-masing variabel

menggunakan mistar.

Sedangkan untuk menentukan

KBM digunakan metode dilusi tabung

dengan urutan pengerjaan sebagai berikut

: ekstrak etanol rimpang kencur

disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm

selama 15 menit agar larutan ekstrak

menjadi homogen dan tidak mengendap.

Untuk perlakuan yang diambil adalah

larutannya.

Sediakan 7 tabung steril, 5 tabung

sebagai uji antibakteri, 1 tabung sebagai

kontrol bahan (KB), dan 1 tabung sebagai

kontrol kuman (KK). Masukkan 1 mL

ekstrak etanol rimpang kencur saja ke

dalam tabung KB tanpa menambahkan

suspensi bakteri. Masukkan 0,85 mL

aquades steril ke dalam tabung 2 lalu

tambahkan 0,15 mL ekstrak etanol

rimpang kencur (15%). Masukkan 0,825

mL aquades steril ke dalam tabung 3 lalu

tambahkan 0,175 mL ekstrak etanol

rimpang kencur (17,5%). Masukkan 0,80

mL aquades steril ke dalam tabung 4 lalu

ditambahkan 0,20 mL ekstrak etanol

rimpang kencur (20%). Masukkan 0,775

mL aquades steril ke dalam tabung 5 lalu

ditambahkan 0,225 ml ekstrak etanol

rimpang kencur (22,5%). Masukkan 0,75

ml aquades steril ke dalam tabung 6 lalu

ditambahkan 0,25 mL ekstrak etanol

rimpang kencur (25%). Masukkan 1 mL

suspensi bakteri Salmonella Typhi saja ke

dalam tabung KK tanpa menambahkan

ekstrak etanol rimpang (0%). Masukkan 1

mL suspensi bakteri Salmonella Typhi

dengan konsentrasi bakteri 106 CFU/ml

ke dalam tabung 2-6. Ambil bakteri dari

tabung bertanda 0%/KK sebanyak 1 ose

kemudian digoreskan pada NAP sebagai

original inoculum kemudian diinkubasi

selama 18-24 jam pada suhu 370C.

Pada hari kedua, semua tabung

dikeluarkan dari inkubator, kemudian dari

masing-masing tabung dilusi diambil satu

ose kemudian digoreskan pada NAP yang

berbeda sesuai dengan konsentrasi

masing-masing. Kemudian diinkubasi 18-

24 jam pada suhu 370C.

Pada hari ketiga didapatkan

data KBM dan dilakukan pengamatan

pada masing-masing konsentrasi dengan

cara menghitung jumlah bakteri dengan

colony counter. KBM ditentukan dari tidak

adanya jumlah bakteri yang tumbuh pada

Page 7: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

Nutrient Agar Plate (NAP) atau jumlah

bakteri tersebut < 0,1% Original Inoculum

(OI). OI adalah bakteri dengan konsentrasi

106 CFU/ml yang ditanamkan pada media

agar sebelum diinkubasi. Data jumlah

koloni kemudian dianalisis dengan uji non

parametrik Kruskal Wallis untuk

mengetahui perbedaan pengaruh dari

konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur

terhadap Salmonella Typhi. Selain itu,

dilakukan uji multi komparasi Mann

Whitney untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan signifikan pengaruh

efek ekstrak etanol rimpang kencur dari

masing-maisng konsentrasi terhadap

pertumbuhan Salmoenlla Typhi. Setelah

itu dilakukan uji non parametrik korelasi

Spearman yang bertujuan untuk

menentukan besarnya pengaruh dan arah

hubungan antara konsentrasi ekstrak

terhadap pertumbuhan SalmonellaTyphi

secara in vitro. Terakhir dilakukan Uji

Regresi Linier untuk mengetahui besar

pengaruh variabel independen (ekstrak

etanol rimpang kencur dengan berbagai

konsentrasi) terhadap variabel dependen

(jumlah koloni bakteri). Pengolahan data

dilakukan dengan SPSS 16 for Windows.

HASIL PENELITIAN

Penentuan KHM

Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan konsentrasi ekstrak etanol

rimpang kencur (Kaempferia galanga

Linn), dengan variasi 0% (Kontrol Kuman);

15%; 17.5%; 20%; 22.5%; 25%. KHM

(Konsentrasi Hambat Minimum) atau MIC

(Minimum Inhibitory Concentration) adalah

konsentrasi terendah antimikroba yang

mampu menghambat pertumbuhan bakteri

(ditandai dengan tidak adanya kekeruhan

pada tabung), setelah diinkubasikan

selama 18-24 jam (Dzen dkk, 2003).

Ekstrak etanol rimpang kencur

berwarna kuning keruh. Sebelum

diinkubasikan warnanya sudah terlihat

sangat keruh, meskipun apabila

dibandingkan dengan konsentrasi lain

memiliki tingkat kekeruhan yang berbeda-

beda. Akibat kekeruhan tersebut, maka

penentuan KHM ekstrak etanol rimpang

kencur terhadap Salmonella Typhi tidak

dapat ditentukan dengan metode dilusi

tabung. Maka penentuan KHM pada

penelitian ini menggunakan metode difusi

disk. KHM ditentukan dengan besar

diameter hambat yang dihasilkan oleh disk

yang telah direndam dalam ekstrak etanol

rimpang kencur kemudian ditanam pada

agar plate yang telah digoreskan dengan

Salmonella Typhi dan diinkubasi selama

18-24 jam.

Peubah yang diamati pada

penelitian ini yaitu terbentuknya daerah

hambatan pertumbuhan bakteri yang ada

di sekeliling kertas disk berupa ukuran

diameter daerah hambat. Pengukuran

dilakukan dengan menggunakan mistar

plastik. Interpretasi daerah hambatan

Page 8: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

pertumbuhan bakteri mengacu pada

standar umum obat asal tanaman yakni

diameter daya hambat berukuran 12-

24mm14.

Berdasarkan hasil uji difusi disk

dapat diukur diameter hambat

pertumbuhan bakteri dan dapat ditentukan

KHM. Dari hasil pengamatan diameter

yang dihasilkan disk KP atau kontrol

positif adalah 23mm. Pada disk 5 dimana

konsentrasi ekstrak sebesar 15%

hambatan yang dihasilkan sebesar 9mm.

Disk 4 dengan konsentrasi ekstrak 17,5%

menghasilkan hambatan sebesar 13mm.

Disk 3 dengan konsentrasi ekstrak 20%

menghasilkan hambatan sebesar 18mm.

Disk 2 dengan konsentrasi 22,5%

menghasilkan hambatan 26mm. Disk 1

dengan konsentrasi 25% memiliki

hambatan 28mm. Hasil ini menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan daya hambat

dari setiap peningkatan konsentrasi

ekstrak.

Disk 4 dengan konsentrasi

17,5% merupakan konsentrasi minimum

yang mampu menghambat pertumbuhan

bakteri dengan zona hambat sebesar 13

mm. Walaupun zona hambat tersebut

tidak sebesar pada konsentrasi 20%,

22,5% dan 25%, namun konsentrasi

17,5% sudah cukup efektif dalam

menghambat bakteri Salmonella Typhi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa KHM

pada penelitian ini adalah konsentrasi

17,5.

Gambar 1. Gambaran Mikroskopik Bakteri Salmonella Typhi dengan Perbesaran 1000x dengan Pewarnaan Gram (Gram negatif, Berbentuk Batang dan Berwarna Merah).

Gambar 2. Penanaman Bakteri Salmonella Typhi dengan Medium MacConkey (Koloni Berwarna Pucat).

Page 9: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

Gambar 3. Penanaman Bakteri Salmonella Typhi pada Medium Bismuth Sulfite Agar Menunjukkan Adanya Gambaran Black Jet Colony.

Gambar 4. Uji Difusi Disk Sesudah Diinkubasi.

Penentuan KBM

Hasil uji dilusi dilakukan

penanaman dengan metode streaking

pada media NAP untuk mengetahui

Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM).

Setelah itu dilakukan perhitungan jumlah

koloni pada masing-masing konsentrasi

dan perulangan dengan alat colony

counter. Berdasarkan perhitungan jumlah

koloni, diperoleh nilai KBM pada

konsentrasi 25% dimana konsentrasi ini

memenuhi syarat KBM yaitu < 0,1% dari

OI (Original Inoculum : 34075 CFU/mL)

atau tidak terdapat pertumbuhan bakteri

sama sekali. Dapat terlihat pola dimana

semakin tinggi konsentrasi ekstrak, jumlah

koloni bakteri semakin berkurang.

Tabel 1. Jumlah Koloni Salmonella Typhi pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak

Konsentrasi Jumlah Koloni (CFU/mL) 1 2 3 4 total rata-rata log

0% (KK) 2126565 2437425 2551500 2303190 9418680 2354670 6,37

15% 165321 158256 194994 156843 675414 168853,5 5,23

17,5% 25716 31792 33134 36667 127309 31827,25 4,50

Page 10: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

20% 142 92 88 52 374 93,5 1,97

22,5% 27 28 61 69 185 46,25 1,67

25% 0 0 0 0 0 0 0

100% (KB) 0 0 0 0 0 0 0

OI 31700 34900 36100 33600 136300 34075 4,53

Gambar 5. Pertumbuhan Koloni Salmonella Typhi pada Media NAP Sesudah

Diinkubasi.

Analisis Data

Uji Kruskal Wallis

Semua analisis dihitung

berdasarkan batas kepercayaan 95%,

artinya kemungkinan kesalahan hasil

penelitian berkisar 5%. Berdasarkan uji

Kruskal Wallis didapatkan nilai signifikansi

yaitu p = 0,000 (p < 0,05), menunjukkan

bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak

mengakibatkan perbedaan jumlah koloni

bakteri.

Uji Mann Whitney

A B C

D E F

G H

Page 11: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

Uji multi komparasi Mann Whitney

guna melihat apakah terdapat perbedaan

jumlah koloni bakteri antara dua macam

dosis yang berbeda. Hasilnya

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

jumlah koloni yang bermakna masing-

masing kelompok perlakuan jika

dibandingkan antar kelompok perlakuan (p

< 0,05). Pada konsentrasi ekstrak 20%

memiliki efek yang sama dengan

konsentrasi ekstrak 22,5% (p > 0,05)..

Namun terdapat perbedaan atau

penurunan jumlah koloni yang signifikan

pada dosis 25% jika dibandingkan dengan

konsentrasi 22.5%, dengan demikian

dosis optimal dalam penelitian ini adalah

konsentrasi 25%.

Uji Korelasi Spearman

Uji korelasi non parametrik

Spearman menunjukkan adanya korelasi

bermakna antara dua variabel

(konsentrasi ekstrak terhadap jumlah

koloni bakteri) di mana korelasinya

berbanding terbalik, artinya semakin tinggi

konsentrasi ekstrak, maka semakin

rendah jumlah koloni bakteri dan

korelasinya sangat kuat.

Uji Regresi Linier

Uji regresi linier memberikan nilai

R2 70,1% menunjukkan bahwa sebanyak

96,4% jumlah koloni bakteri dipengaruhi

oleh paparan ekstrak, sedangkan 3,6%

dipengaruhi oleh faktor lain, seperti waktu

penyimpanan ekstrak yang lama sehingga

menurunkan daya kerjanya, resistensi

bakteri terhadap ekstrak, suhu pada saat

penyimpanan ekstrak, atau adanya

kesalahan lain yang dilakukan saat

penelitian. Berdasrkan hasil penelitian,

dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol

rimpang kencur dengan

kandungansaponin dan minyak atsiri

mempunyai efek anitimikroba terhadap

bakteri, khususnya Salmonellla Typhi.

PEMBAHASAN

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah rimpang kencur yang

diesktrak dengan ekstraksi Soxhlet

menggunakan pelarut etanol 96%.

Kadar Hambat Minimum (KHM)

pada penelitian ini diperoleh dengan

mengukur zona hambat ekstrak etanol

rimpang kencur yaitu pada kisaran 12–24

mm, setelah diinkubasikan selama 24 jam.

Pada penelitian ini zona hambat yang

didapat secara berturut-turut pada

konsentrasi 15%; 17,5%; 20%; 22,5% dan

25% ialah, 9mm, 13mm, 18mm, 26mm,

dan 28mm. Sehingga konsentrasi 17,5%

ditentukan sebagai KHM, yaitu dengan

diameter hambat 13mm. Adapun kisaran

konsentrasi ekstrak yang dipakai,

didapatkan melalui penelitian

pendahuluan. Semakin luas diameter

zona hambat berarti semakin sedikit

jumlah bakteri yang tumbuh. Hal ini

menunjukkan adanya aktivitas hambatan

pertumbuhan bakteri oleh ekstrak etanol

rimpang kencur dengan mekanisme kerja

saponin dan minyak atsiri yang terdapat

pada ekstrak etanol rimpang kencur dalam

Page 12: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

menghambat pertumbuhan Salmonella

Typhi dengan mengganggu proses

terbentuknya dinding sel, mendenaturasi

protein, serta merusak membran dan

dinding sel15,16,17,18. KHM merupakan

konsentrasi terkecil yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri

sehingga peneliti menetapkan konsentrasi

17,5% sebagai KHM karena diameter

zona hambat yang signifikan mulai tampak

pada konsentrasi ini meskipun tidak

seluas hambatan pada konsentrasi 20%,

22,5% dan 25%.

Hasil penggoresan pada NAP

digunakan untuk menentukan KBM

(Konsentrasi Bunuh Minimum). KBM

ditentukan dengan melihat pertumbuhan

koloni pada NAP yang sudah digoreskan

dan diinkubasi, dimana tidak didapatkan

pertumbuhan koloni sama sekali atau

jumlah pertumbuhan koloni < 0,1% dari OI

(Original Inoculum). Dari penanaman pada

NAP, didapatkan KBM 25% dimana tidak

didapatkan pertumbuhan koloni sama

sekali atau jumlah koloni < 0,1% dari OI

(Original Inoculum = 34075 CFU/mL).

Sebelum menentukan KBM, telah

dilakukan perhitungan jumlah koloni pada

masing-masing konsentrasi.

Berdasarkan pemaparan di

atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

ekstrak etanol rimpang kencur dapat

digunakan sebagai antimikroba terhadap

bakteri, khususnya Salmonella Typhi. Hal

itu dikuatkan oleh beberapa penelitani

yang sudah menggunakan ekstrak etanol

rimpang kencur terlebih dulu.

Kochuthressia, at al (2012)

menyebutkan bahwa ekstrak etanol

rimpang kencur memiliki aktivitas

antimikroba terhadap bakteri

Streptococcus faecalis, Klabsiella

pneumonia, Pseudomonas aeruginosa

dan Vibrio cholera dengan masing-masing

diameter hambat 19,7±0,20, 14,9±0,95,

12,1±0,40, 12,3±0,16. Selain itu penelitian

yang dilakukan oleh Hertiani, dkk (2010)

didapatkan KBM ekstrak etanol rimpang

kencur terhadap Streptococcus Mutans

pada konsentrasi 2.724%19,20.

Gholib (2009) meneliti tentang

efek antifungi ekstrak etanol rimpang

kencur terhadap Trichophyton

mentagrophytes dan Cryptococcus

neoformans dengan metode difusi agar.

Pada penelitian tersebut didapatkan KHM

untuk jamur Trichophyton mentagrophytes

dan Cryptococcus neoformans masing-

masing pada konsentrasi 0,15% dan 2%21.

Dari beberapa penelitian di atas

dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol

rimpang kencur dapat digunakan sebagai

antimikroba terhadap bakteri gram positif

maupun gram negative. Namun, dapat

ditemukan perbedaan KHM dan KBM

pada penelitian-penelitian yang telah

disebutkan. Perbedaan-perbedaan

tersebut dapat disebabkan oleh faktor

tanah dan iklim serta nutrisi yang

diperoleh kencur tersebut.

Uji lanjutan mengenai farmakologi,

farmakokinetik, toksisitas, juga uji secara

in vivo ekstrak ini perlu dilakukan.

Perbedaan geografi antar negara dan

Page 13: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

antar daerah dalam suatu negara juga

perlu diperhitungkan. Selain itu, pengujian

terhadap efek samping jangka pendek dan

jangka panjang juga perlu dilakukan.

Maka, penelitian ini masih sangat dini

untuk langsung diterapkan secara klinis

dalam bidang pengobatan masyarakat.

PENUTUP

Kesimpulan

a. Ekstrak etanol rimpang kencur terbukti

memiliki efek antimikroba terhadap

bakteri Salmonella Typhi secara in

vitro. Hal ini ditunjukkan dengan seiring

meningkatnya konsentrasi ekstrak,

semakin sedikit pula koloni bakteri

yang tumbuh.

b. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

ektstrak etanol rimpang kencur

terhadap Salmonella Typhi didapatkan

pada konsentrasi 17,5% dengan

diameter hambat 13mm dan

Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)

ekstrak etanol rimpang kencur

terhadap Salmonella Typhi didapatkan

pada konsentrasi 25%.

Saran

a. Perlu penelitian lebih lanjut untuk

mengetahui presentasi masing-masing

bahan aktif yang terkandung dalam

ekstrak etanol rimpang kencur.

b. Perlu penelitian lebih lanjut untuk

melihat efektivitas ekstrak etanol

rimpang kencur secara in vivo (hewan

coba dan uji klinik) sebelum digunakan

sebagai alternatif pengobatan di

masyarakat.

c. Diharapkan dapat dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai efek antimikroba

ekstrak etanol rimpang kencur pada

fungi, virus, maupun pada bakteri yang

lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rostinawati, T. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Agar. Diterbitkan

oleh Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Jatinangor.

2. Departemen Kesehatan RI, (DEPKES). 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Page 14: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

3. Soranta, E.W. 2009. Aktivitas

Antibakteri Ekstrak etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Multiresisten Antibiotik. Skripsi. Diterbitkan oleh Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

4. Suharman, Y.S., Viviona, S., Erly.

2010. Resistensi Salmonella Typhi Terhadap Beberapa Jenis Obat Antimikroba di Padang. (Abstrak). Diterbitkan oleh Universitas Andalas, Sumatera Barat.

5. Soranta, E.W. 2009. Aktivitas

Antibakteri Ekstrak etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Multiresisten Antibiotik. Skripsi. Diterbitkan oleh Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

6. Yuharmen, Eryanti, Y., Nurbalati. 2002. Uji Aktivitas Antimikroba Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galanga). Diterbitkan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia Universitas Riau.

7. Miranti, L. 2009. Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga L.) dengan Basis Salep Larut Air Terhadap Sifat Fisik Salep dan Daya Hambat Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Skripsi. Diterbitkan oleh Fakultas Farmasi Univertis Muhammadiyah, Surakarta.

8. Winarto, W.P. 2007. Tanaman Obat

Indonesia Untuk Pengobatan Herbal. Karyasari Herba Media. Hal: 150-167.

9. Departemen Pertanian, (DEPTAN). 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis

Tanaman Obat. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

10. Winarti, C. dan Nurdjanah, N.

Peluang Tanaman Rempah dan Obat Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian, 2005, 24 (2): 47-55.

11. Meilisa. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri dan Formulasi dalam Sediaan Kapsul Dari Ekstrak Etanol Rimpang Tumbuhan Temulawak (Curcuma Xantorrhiza, Roxb) Terhadap beberapa bakteri. Skripsi. Diterbitkan oleh Fakultas Farmasi Universitas sumatera Utara, Medan.

12. Astuti, D.V. 2000. Uji Antibakteri Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc) Terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Skripsi. Diterbitkan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Dipenogoro, Semarang.

13. Lestari, W.E.W. 2006. Pengaruh Nisbah Rimpang Dengan Pelarut dan Lama Ekstraksi Terhadap Mutu Oleoresin Jahe Merah. Skripsi. Diterbitkan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

14. Departemen Kesehatan RI, (DEPKES). 1988. Inventaris Obat Indonesia Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

15. Arsyi, I.A. 2008. Uji aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Dan Arbenan (Duchesnea Indica Andr.Focke) terhadap Staphyloscoccus aureus dan Pseudomonas Aeroginosa Multiresisten Antibiotik beserta Profil Kromatografi Lapisan Tipisnya. (online).

Page 15: Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)

http://etd.eprints.ums.ac.id/1517/1/K100040115.pdf. Diakses pada 10 Desember 2011. Pukul 22.00 WIB.

16. Yuniaswan, A.P. 2008. Efektivitas Esktrak Daun Anting-Anting (Acalypha indica) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus Secara In Vitro. (Online), (http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/18066/1/Efektivitas-ekstrak-daun-anting-angting-%28Acalypha-indica%29-sebagai-antibakteri-terhadap-Staphylococcus-aureus-secara-in-vitro.pdf, Diakses tanggal 23 Februari 2013).

17. Cowan, M.M. 1999. Plant Product as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology Reviews, Hal 564-582. (Online), (http://www. pubmedcentral.nih.gov/about/copyright.html., Diakses tanggal 2 Desember 2011).

18. Ajizah, A. Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak

Daun Psidium Guajava L. Bioscientiae, 2004, 1 (1): 31-38.

19. Kochuthressia K.P, Britto S.J., Jaseentha M.O., Raphael R. 2012. In Vitro Antimicrobial Evaluation of Kaempferia galanga L. Rhizome Extract. American Journal Biotechnology and Molecular Sciences, 2 (1): 3.

20. Febriana, A. 2010. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kencur (Kaempferia galangal L.) Terhadap Bakteri Penyebab Karies Gigi Streptococcus mutans. (Abstrak). Diterbitkan oleh Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

21. Gholib, D. 2009. Daya Hambat Ekstrak Kencur Terhadap Trichophyton Mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans Jamur Penyebab Penyakit Kurap Pada Kulit dan penyakit Paru. Bul. Littro. Vol.20 No.1.

Telah disetujui oleh, Prof.Dr.dr.Noorhamdani AS, DMM, Sp.MK

NIP. 19501110 1980021 001