rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
TRANSCRIPT
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga Linn)
SEBAGAI ANTIMIKROBA TERHADAP BAKTERI Salmonella Typhi SECARA IN VITRO
Noorhamdani*, Sudiarto**, Rahmadiyah Azaria Rahmah***
ABSTRAK
Salmonella Typhi merupakan bakteri patogen penyebab penyakit demam tifoid di
Indonesia. Salmonella Typhi dilaporkan sudah mengalami resisten terhadap beberapa obat
antimikroba sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menemukan alternatif terapi lain.
Alternatif terapi adalah menggunakan bahan alami sebagai bahan antimikroba, yaitu
rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn). Kandungan aktif rimpang kencur yang diduga
bermanfaat sebagai antimikroba adalah saponin, dan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui potensi antimikroba ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga
Linn) terhadap Salmonella Typhi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental
laboratoris dengan post test only control group design, menggunakan metode difusi disk
untuk menentukan KHM dan metode dilusi agar untuk menentukan KBM. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Salmonella Typhi yang diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. Konsentrasi ekstrak etanol
rimpang kencur yang digunakan yaitu 15%, 17,5%, 20%, 22,5% dan 25% dengan empat kali
pengulangan. Hasil penelitian dengan metode difusi disk menunjukkan KHM pada
konsentrasi ekstrak 17,5% dengan diameter hambat 13mm, dan metode dilusi agar
menunjukkan KBM pada konsentrasi ekstrak 25%. Hasil uji statistik Kruskal Wallis
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada perubahan konsentrasi esktrak
etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn) terhadap pertumbuhan Salmonella Typhi
(p < 0,05). Uji statistik Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni
Salmonella Typhi yang signifikan seiring dengan peningkatan dosis ekstrak etanol rimpang
kencur (Kaempferia galanga Linn). Uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan
yang erat antara konsentrasi ekstrak dengan pertumbuhan bakteri (Korelasi, r = -0,982; p <
0,05). Kesimpulan penelitian ini yaitu ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga
Linn) mempunyai pengaruh sebagai antimikroba terhadap Salmonella Typhi dengan kadar
hambat minimum (KHM) 17,5% dan kadar bunuh minimum (KBM) 25%.
Kata kunci : rimpang kencur (Kaempferia galangal Linn), antimikroba, Salmonella Typhi.
ABSTRACT
Salmonella Typhi is a pathogen causing typhoid fever in Indonesia. Salmonella Typhi
is reported to have suffered resistant to several antimicrobial drugs that need to be
conducted to find other alternative therapies. Alternative therapy is the use of natural
materials as antimicrobial materials, the rhizome kencur (Kaempferia galanga Linn). The
active substances suspected having antimicrobial effect on the rhizome kencur are
saponins, and essential oils. This study was condicted to determine the antimicrobial
potential of ethanol extract of rhizome kencur (Kaempferia galanga Linn) against Salmonella
Typhi. This study was an experimental research laboratory with a post test only control
group design, using the disk diffusion method to determine the MIC and the dilution method
in order to determine the MBC. The sample used in this study were Salmonella Typhi
obtained from the Laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine, Brawijaya University,
Malang. The concentration of ethanol extract of rhizome kencur used were 15%, 17,5%,
20%, 22,5% and 25% with four repetitions. The results by the disk diffusion method showed
MIC extract at a concentration of 17,5% inhibition of 13mm diameter, and the dilution
method showed KBM extract at a concentration of 25%. Kruskal Wallis test results showed
statistically significant difference in the concentration of ethanol extracts rhizome kencur
(Kaempferia galanga Linn) on the growth of Salmonella Typhi (p < 0.05). Mann Whitney
statistical test showed that there is decrease in number of colonies of Salmonella Typhi
significantly with increasing doses of ethanol extract of rhizome kencur (Kaempferia Galanga
Linn). Spearman correlation test showed a close relationship between the concentration of
the extract with bacterial growth (correlation, r = -0.982, p < 0.05). The conclusion of this
study is ethanol extract of rhizome kencur (Kaempferia galanga Linn) has as an antimicrobial
effect against Salmonella Typhi with levels of minimum inhibitory (MIC) of 17.5% and a
minimum level of kill (MBC) 25%.
Keywords : kencur rhizome (Kaempferia galanga Linn), antimicrobial, Salmonella Typhi.
*Laboratorium Mikrobiologi FKUB
**Laboratorium Fisiologi FKUB
***Program Studi Pendidikan Dokter FKUB
PENDAHULUAN
Demam tifoid merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh
Salmonella Typhi. Salmonella Typhi
merupakan bakteri gram negatif berbentuk
batang dan tumbuh secara baik pada
perbenihan yang mengandung empedu1.
Sampai saat ini demam tifoid masih
menjadi masalah kesehatan dalam
masyarakat, Di Indonesia demam tifoid
masih bersifat endemik. Berdasarkaan
kasus di rumah sakit besar yang ada di
Indonesia, angka kejadian demam tifoid
lebih cenderung meningkat dari tahun ke
tahun, dengan rata-rata kasus morbiditas
500/100.000 penduduk dan kasus
mortalitas sebesar 0.6-5%2 Banyaknya
kasus demam tifoid yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella Typhi, memiliki
dampak terhadap meningkatnya
pemakaian antibiotik. Hampir setiap
penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, terapi utamanya menggunakan
antibiotik. Akibatnya masyarakat mulai
tergantung dengan penggunaan antibiotik,
yang akhir-akhir ini memang mudah
didapatkan. Berdasarkan kejadian
tersebut maka kini muncul suatu
permasalah baru yang serius, yaitu
terjadinya resistensi bakteri terhadap
antibiotik yang digunakan3. Saat ini bakteri
Salmonella Typhi dikabarkan memang
sudah mengalami resistensi terhadap dua
atau lebih antibiotik yang biasa digunakan
seperti ampisilin, kloramfenikol, dan
kotrimoksazol4. Dengan meningkatnya
populasi yang resisten maka antibiotik
yang dulu pernah efektif kini sudah
kehilangan nilai kemoterapeutiknya. Oleh
karena itu pengembangan obat-obat baru
dan berbeda untuk menggantikan
antibiotik yang sudah tidak efektif tersebut
memang dibutuhkan5.
Indonesia memiliki ribuan
tumbuhan yang tersebar di berbagai
daerah, dimana keanekaragaman hayati
yang ada tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku obat-obat baru yang
tradisional dan efektif. Masyarakat
Indonesia telah mengenal dan memakai
obat tradisional sejak dahulu kala untuk
mengobati berbagai macam penyakit.
Sekarang ini dengan semakin
meningkatnya angka resistensi terhadap
berbagai jenis obat maka bisa dijadikan
sebagai salah satu landasan untuk
menggali kembali penggunaan obat
tadisional. Minyak atsiri dari beberapa
tumbuhan memiliki sifat aktif biologis
sebagai antibakteri dan antijamur.
Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
antibiotik alami dan bahan pengawet pada
makanan. Oleh karena itu tidak heran bila
minyak atsiri mampu menarik perhatian
dunia6. Salah satu tanaman yang memiliki
kandungan minyak atsiri, mudah tumbuh
dan banyak ditanam di Indonesia adalah
kencur. Selain itu rimpang kencur juga
memiliki bahan aktif lain yang diduga
mampu memiliki ativitas sebagai
antimikroba7,8,.
Kencur bersama dengan
temulawak, kunyit dan jahe termasuk
dalam kelompok rimpang-rimpangan
(Zingiberaceae) sudah sejak lama
digunakan sebagai obat tradisional dan
diklaim bisa menyembuhkan berbagai
macam jenis penyakit9. Berdasarkan pada
penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, semua tanaman tersebut di
atas memiliki efek sebagai antibakteri10.
Bahkan beberapa penelitian berhasil
membuktikan bahwa ekstrak temulawak,
jahe, dan kunyit masing-masing memiliki
efek antimikroba terhadap Escherichia coli
dan Pseudomonas fluorescens yang
termasuk dalam golongan bakteri gram
negatif11,12. Maka harapannya ekstrak
rimpang kencur juga memiliki efek
terhadap bakteri Salmonella Typhi secara
in vitro karena sama-sama termasuk
dalam golongan bakteri gram negatif.
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang
digunakan adalah desain eksperimental
laboratorium (True experiment-post test
only control group design) dengan
menggunakan metode difusi disk untuk
menentukan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) dan metode dilusi agar untuk
menentukan Konsentrasi Bunuh Minimum
(KBM) dari ekstrak etanol rimpang kencur
sebagai antimikroba terhadap Salmonella
Typhi dengan masing-masing konsentrasi
0%, 15%, 17,5%, 20%, 22,5%, dan 25%.
Konsentrasi yang digunakan ditentukan
berdasarkan uji pendahuluan yang telah
dilakukan sebelumnya.
Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah
bakteri Salmonella Typhi yang diperoleh
dari Laboratorium Mikorbiologi FKUB
Malang.
Ekstraksi Rimpang Kencur
Ekstraksi rimpang kencur
merupakan hasil dari metode Soxhlet
dengan pelarut etanol 96%.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi FKUB Malang
pada bulan September sampai Desember
2012.
Sampel dan Estimasi Jumlah
Pengulangan
Pengulangan yang dilakukan
pada penelitian ini sebanyak 4 kali
sedangkan jumlah sampel yang diperlukan
dihitung dengan rumus : Jumlah
pengulangan x jumlah perlakuan = 4 x 6 =
24.
Metode Ekstraksi
Rimpang kencur yang digunakan
dibeli dari Balai Materia Medika Batu
sebanyak 200 gram bahan kering, setelah
itu dilakukan proses ekstraksi
menggunakan alat Soxhlet.
Proses ekstraksi sebagai berikut :
sampel kencur yang telah terbungkus
dengan kertas saring, dimasukkan ke dalam
tabung ekstraktor Soxhlet 250 mL. Tabung
ekstraktor Soxhlet dirangkai dengan labu
atas bulat 500 mL berleher dua yang telah
diisi 200 mL pelarut etanol 96%. Biarkan
cairan etanol mengalir ke bawah melalui
pipa penghubung. Kemudian dimasukkan
beberapa butir pecahan porselain kedalam
labu pelarut (isolator panas). Setelah
pendingin dipasang, alirkan aquades ke
pendingin melalui keran. Labu dipanaskan
dengan waterbath. Jika etanol sudah
mendidih akan terjadi kondensasi uap
etanol dalam pendingin dan selanjutnya
destilat etanol yang mengandung ekstrak
kencur akan turun ke dalam labu.
Ekstraksi ini dilakukan sampai cairan
dalam Soxhlet jernih. Hentikan proses
ekstraksi dan biarkan cairan menjadi dingin.
Kemudian dilakukan proses evaporasi.
Pasang evaporator pada tiang permanen
agar dapat digantung dengan kemiringan
30-40° terhadap meja percobaan dengan
susunan dari bawah ke atas: alat pemanas
air, labu penampung hasil, rotatory
evaporator, dan tabung pendingin. Tabung
pendingin dihubungkan dengan alat pompa
sirkulasi air dingin dengan bak penampung
air dingin melalui pipa plastik, tabung
pendingin juga terhubung dengan pompa
vakum dan penampung hasil penguapan.
Hasil ekstraksi dimasukkan dalam labu
ekstraksi, kemudian dirangkai kembali.
Rotatory evaporator, alat pompa sirkulasi air
dingin dan alat pompa vakum dinyalakan.
Pemanas aquades dinyalakan juga
sehingga hasil ekstraksi dalam tabung
penampung evaporasi ikut mendidih dan
pelarut etanol mulai menguap. Hasil
penguapan etanol akan dikondensasikan
menuju labu penampung etanol sehingga
tercampur dengan hasil evaporasi
sedangkan uap lain tersedot pompa vakum.
Setelah kental maka proses evaporasi
dihentikan dan hasil evaporasi diambil.
Setelah evaporasi selesai, ekstrak
dipanaskan dengan oven kembali dengan
suhu 78,4oC selama 2 jam (sesuai dengan
titik didih etanol)13. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan sisa-sisa etanol 96% yang
mungkin masih tersisa.
Penentuan KHM dan KBM
Untuk menentukan KHM
dengan menggunakan metode difusi disk
pada awalnya siapkan lempeng agar
Mueller Hinton (MH). Kapas lidi steril
dicelupkan dalam tabung biakan bakteri,
goreskan kapas tersebut ke seluruh
permukaan agar MH, kemudian
permukaan agar dibiarkan mengering
kurang lebih 5 menit. Siapkan 6 tabung
yang sudah diberi tanda 15%, 17,5%,
20%, 22,5%, 25% dan KP. Masukkan 8,5
mL aquades steril ke dalam tabung
bertanda 15% lalu tambahkan 1,5 mL
ekstrak etanol rimpang kencur sehingga
mencapai konsentrasi bahan 15%.
Masukkan 8,25 mL aquades steril ke
dalam tabung bertanda 17,5% lalu
tambahkan 1,75 mL ekstrak etanol
rimpang kencur sehingga mencapai
konsentrasi bahan 17,5%. Masukkan 8 mL
aquades steril ke dalam tabung bertanda
20% lalu tambahkan 2 mL ekstrak etanol
rimpang kencur sehingga mencapai
konsentrasi bahan 20%. Masukkan 7,75
mL aquades steril ke dalam tabung
bertanda 22,5% lalu tambahkan 2,25 mL
ekstrak etanol rimpang kencur sehingga
mencapai konsentrasi bahan 22,5%.
Masukkan 7,5 mL aquades steril
ke dalam tabung bertanda 25% lalu
tambahkan 2,5 mL ekstrak etanol rimpang
kencur sehingga mencapai konsentrasi
bahan 25%. Masukkan 9,8 mL aquades
steril ke dalam tabung bertanda KP lalu
tambahkan 0,2 mL kloramfenikol.
Rendam kertas disk steril ke dalam
masing-masing tabung selama 10 menit.
Kemudian tempatkan kertas disk yang
sudah direndam ke atas lempengan
sesuai dengan variabel konsentrasi
masing-masing. Kemudian inkubasi
selama 18 jam dengan suhu 37oC.
Pada hari kedua didapatkan data
KHM dan dilakukan pengamatan pada
masing-masing konsentrasi dengan cara
menghitung diameter daya hambat yang
dihasilkan masing-masing variabel
menggunakan mistar.
Sedangkan untuk menentukan
KBM digunakan metode dilusi tabung
dengan urutan pengerjaan sebagai berikut
: ekstrak etanol rimpang kencur
disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm
selama 15 menit agar larutan ekstrak
menjadi homogen dan tidak mengendap.
Untuk perlakuan yang diambil adalah
larutannya.
Sediakan 7 tabung steril, 5 tabung
sebagai uji antibakteri, 1 tabung sebagai
kontrol bahan (KB), dan 1 tabung sebagai
kontrol kuman (KK). Masukkan 1 mL
ekstrak etanol rimpang kencur saja ke
dalam tabung KB tanpa menambahkan
suspensi bakteri. Masukkan 0,85 mL
aquades steril ke dalam tabung 2 lalu
tambahkan 0,15 mL ekstrak etanol
rimpang kencur (15%). Masukkan 0,825
mL aquades steril ke dalam tabung 3 lalu
tambahkan 0,175 mL ekstrak etanol
rimpang kencur (17,5%). Masukkan 0,80
mL aquades steril ke dalam tabung 4 lalu
ditambahkan 0,20 mL ekstrak etanol
rimpang kencur (20%). Masukkan 0,775
mL aquades steril ke dalam tabung 5 lalu
ditambahkan 0,225 ml ekstrak etanol
rimpang kencur (22,5%). Masukkan 0,75
ml aquades steril ke dalam tabung 6 lalu
ditambahkan 0,25 mL ekstrak etanol
rimpang kencur (25%). Masukkan 1 mL
suspensi bakteri Salmonella Typhi saja ke
dalam tabung KK tanpa menambahkan
ekstrak etanol rimpang (0%). Masukkan 1
mL suspensi bakteri Salmonella Typhi
dengan konsentrasi bakteri 106 CFU/ml
ke dalam tabung 2-6. Ambil bakteri dari
tabung bertanda 0%/KK sebanyak 1 ose
kemudian digoreskan pada NAP sebagai
original inoculum kemudian diinkubasi
selama 18-24 jam pada suhu 370C.
Pada hari kedua, semua tabung
dikeluarkan dari inkubator, kemudian dari
masing-masing tabung dilusi diambil satu
ose kemudian digoreskan pada NAP yang
berbeda sesuai dengan konsentrasi
masing-masing. Kemudian diinkubasi 18-
24 jam pada suhu 370C.
Pada hari ketiga didapatkan
data KBM dan dilakukan pengamatan
pada masing-masing konsentrasi dengan
cara menghitung jumlah bakteri dengan
colony counter. KBM ditentukan dari tidak
adanya jumlah bakteri yang tumbuh pada
Nutrient Agar Plate (NAP) atau jumlah
bakteri tersebut < 0,1% Original Inoculum
(OI). OI adalah bakteri dengan konsentrasi
106 CFU/ml yang ditanamkan pada media
agar sebelum diinkubasi. Data jumlah
koloni kemudian dianalisis dengan uji non
parametrik Kruskal Wallis untuk
mengetahui perbedaan pengaruh dari
konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur
terhadap Salmonella Typhi. Selain itu,
dilakukan uji multi komparasi Mann
Whitney untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan signifikan pengaruh
efek ekstrak etanol rimpang kencur dari
masing-maisng konsentrasi terhadap
pertumbuhan Salmoenlla Typhi. Setelah
itu dilakukan uji non parametrik korelasi
Spearman yang bertujuan untuk
menentukan besarnya pengaruh dan arah
hubungan antara konsentrasi ekstrak
terhadap pertumbuhan SalmonellaTyphi
secara in vitro. Terakhir dilakukan Uji
Regresi Linier untuk mengetahui besar
pengaruh variabel independen (ekstrak
etanol rimpang kencur dengan berbagai
konsentrasi) terhadap variabel dependen
(jumlah koloni bakteri). Pengolahan data
dilakukan dengan SPSS 16 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Penentuan KHM
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan konsentrasi ekstrak etanol
rimpang kencur (Kaempferia galanga
Linn), dengan variasi 0% (Kontrol Kuman);
15%; 17.5%; 20%; 22.5%; 25%. KHM
(Konsentrasi Hambat Minimum) atau MIC
(Minimum Inhibitory Concentration) adalah
konsentrasi terendah antimikroba yang
mampu menghambat pertumbuhan bakteri
(ditandai dengan tidak adanya kekeruhan
pada tabung), setelah diinkubasikan
selama 18-24 jam (Dzen dkk, 2003).
Ekstrak etanol rimpang kencur
berwarna kuning keruh. Sebelum
diinkubasikan warnanya sudah terlihat
sangat keruh, meskipun apabila
dibandingkan dengan konsentrasi lain
memiliki tingkat kekeruhan yang berbeda-
beda. Akibat kekeruhan tersebut, maka
penentuan KHM ekstrak etanol rimpang
kencur terhadap Salmonella Typhi tidak
dapat ditentukan dengan metode dilusi
tabung. Maka penentuan KHM pada
penelitian ini menggunakan metode difusi
disk. KHM ditentukan dengan besar
diameter hambat yang dihasilkan oleh disk
yang telah direndam dalam ekstrak etanol
rimpang kencur kemudian ditanam pada
agar plate yang telah digoreskan dengan
Salmonella Typhi dan diinkubasi selama
18-24 jam.
Peubah yang diamati pada
penelitian ini yaitu terbentuknya daerah
hambatan pertumbuhan bakteri yang ada
di sekeliling kertas disk berupa ukuran
diameter daerah hambat. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan mistar
plastik. Interpretasi daerah hambatan
pertumbuhan bakteri mengacu pada
standar umum obat asal tanaman yakni
diameter daya hambat berukuran 12-
24mm14.
Berdasarkan hasil uji difusi disk
dapat diukur diameter hambat
pertumbuhan bakteri dan dapat ditentukan
KHM. Dari hasil pengamatan diameter
yang dihasilkan disk KP atau kontrol
positif adalah 23mm. Pada disk 5 dimana
konsentrasi ekstrak sebesar 15%
hambatan yang dihasilkan sebesar 9mm.
Disk 4 dengan konsentrasi ekstrak 17,5%
menghasilkan hambatan sebesar 13mm.
Disk 3 dengan konsentrasi ekstrak 20%
menghasilkan hambatan sebesar 18mm.
Disk 2 dengan konsentrasi 22,5%
menghasilkan hambatan 26mm. Disk 1
dengan konsentrasi 25% memiliki
hambatan 28mm. Hasil ini menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan daya hambat
dari setiap peningkatan konsentrasi
ekstrak.
Disk 4 dengan konsentrasi
17,5% merupakan konsentrasi minimum
yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri dengan zona hambat sebesar 13
mm. Walaupun zona hambat tersebut
tidak sebesar pada konsentrasi 20%,
22,5% dan 25%, namun konsentrasi
17,5% sudah cukup efektif dalam
menghambat bakteri Salmonella Typhi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa KHM
pada penelitian ini adalah konsentrasi
17,5.
Gambar 1. Gambaran Mikroskopik Bakteri Salmonella Typhi dengan Perbesaran 1000x dengan Pewarnaan Gram (Gram negatif, Berbentuk Batang dan Berwarna Merah).
Gambar 2. Penanaman Bakteri Salmonella Typhi dengan Medium MacConkey (Koloni Berwarna Pucat).
Gambar 3. Penanaman Bakteri Salmonella Typhi pada Medium Bismuth Sulfite Agar Menunjukkan Adanya Gambaran Black Jet Colony.
Gambar 4. Uji Difusi Disk Sesudah Diinkubasi.
Penentuan KBM
Hasil uji dilusi dilakukan
penanaman dengan metode streaking
pada media NAP untuk mengetahui
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM).
Setelah itu dilakukan perhitungan jumlah
koloni pada masing-masing konsentrasi
dan perulangan dengan alat colony
counter. Berdasarkan perhitungan jumlah
koloni, diperoleh nilai KBM pada
konsentrasi 25% dimana konsentrasi ini
memenuhi syarat KBM yaitu < 0,1% dari
OI (Original Inoculum : 34075 CFU/mL)
atau tidak terdapat pertumbuhan bakteri
sama sekali. Dapat terlihat pola dimana
semakin tinggi konsentrasi ekstrak, jumlah
koloni bakteri semakin berkurang.
Tabel 1. Jumlah Koloni Salmonella Typhi pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak
Konsentrasi Jumlah Koloni (CFU/mL) 1 2 3 4 total rata-rata log
0% (KK) 2126565 2437425 2551500 2303190 9418680 2354670 6,37
15% 165321 158256 194994 156843 675414 168853,5 5,23
17,5% 25716 31792 33134 36667 127309 31827,25 4,50
20% 142 92 88 52 374 93,5 1,97
22,5% 27 28 61 69 185 46,25 1,67
25% 0 0 0 0 0 0 0
100% (KB) 0 0 0 0 0 0 0
OI 31700 34900 36100 33600 136300 34075 4,53
Gambar 5. Pertumbuhan Koloni Salmonella Typhi pada Media NAP Sesudah
Diinkubasi.
Analisis Data
Uji Kruskal Wallis
Semua analisis dihitung
berdasarkan batas kepercayaan 95%,
artinya kemungkinan kesalahan hasil
penelitian berkisar 5%. Berdasarkan uji
Kruskal Wallis didapatkan nilai signifikansi
yaitu p = 0,000 (p < 0,05), menunjukkan
bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak
mengakibatkan perbedaan jumlah koloni
bakteri.
Uji Mann Whitney
A B C
D E F
G H
Uji multi komparasi Mann Whitney
guna melihat apakah terdapat perbedaan
jumlah koloni bakteri antara dua macam
dosis yang berbeda. Hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
jumlah koloni yang bermakna masing-
masing kelompok perlakuan jika
dibandingkan antar kelompok perlakuan (p
< 0,05). Pada konsentrasi ekstrak 20%
memiliki efek yang sama dengan
konsentrasi ekstrak 22,5% (p > 0,05)..
Namun terdapat perbedaan atau
penurunan jumlah koloni yang signifikan
pada dosis 25% jika dibandingkan dengan
konsentrasi 22.5%, dengan demikian
dosis optimal dalam penelitian ini adalah
konsentrasi 25%.
Uji Korelasi Spearman
Uji korelasi non parametrik
Spearman menunjukkan adanya korelasi
bermakna antara dua variabel
(konsentrasi ekstrak terhadap jumlah
koloni bakteri) di mana korelasinya
berbanding terbalik, artinya semakin tinggi
konsentrasi ekstrak, maka semakin
rendah jumlah koloni bakteri dan
korelasinya sangat kuat.
Uji Regresi Linier
Uji regresi linier memberikan nilai
R2 70,1% menunjukkan bahwa sebanyak
96,4% jumlah koloni bakteri dipengaruhi
oleh paparan ekstrak, sedangkan 3,6%
dipengaruhi oleh faktor lain, seperti waktu
penyimpanan ekstrak yang lama sehingga
menurunkan daya kerjanya, resistensi
bakteri terhadap ekstrak, suhu pada saat
penyimpanan ekstrak, atau adanya
kesalahan lain yang dilakukan saat
penelitian. Berdasrkan hasil penelitian,
dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol
rimpang kencur dengan
kandungansaponin dan minyak atsiri
mempunyai efek anitimikroba terhadap
bakteri, khususnya Salmonellla Typhi.
PEMBAHASAN
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rimpang kencur yang
diesktrak dengan ekstraksi Soxhlet
menggunakan pelarut etanol 96%.
Kadar Hambat Minimum (KHM)
pada penelitian ini diperoleh dengan
mengukur zona hambat ekstrak etanol
rimpang kencur yaitu pada kisaran 12–24
mm, setelah diinkubasikan selama 24 jam.
Pada penelitian ini zona hambat yang
didapat secara berturut-turut pada
konsentrasi 15%; 17,5%; 20%; 22,5% dan
25% ialah, 9mm, 13mm, 18mm, 26mm,
dan 28mm. Sehingga konsentrasi 17,5%
ditentukan sebagai KHM, yaitu dengan
diameter hambat 13mm. Adapun kisaran
konsentrasi ekstrak yang dipakai,
didapatkan melalui penelitian
pendahuluan. Semakin luas diameter
zona hambat berarti semakin sedikit
jumlah bakteri yang tumbuh. Hal ini
menunjukkan adanya aktivitas hambatan
pertumbuhan bakteri oleh ekstrak etanol
rimpang kencur dengan mekanisme kerja
saponin dan minyak atsiri yang terdapat
pada ekstrak etanol rimpang kencur dalam
menghambat pertumbuhan Salmonella
Typhi dengan mengganggu proses
terbentuknya dinding sel, mendenaturasi
protein, serta merusak membran dan
dinding sel15,16,17,18. KHM merupakan
konsentrasi terkecil yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri
sehingga peneliti menetapkan konsentrasi
17,5% sebagai KHM karena diameter
zona hambat yang signifikan mulai tampak
pada konsentrasi ini meskipun tidak
seluas hambatan pada konsentrasi 20%,
22,5% dan 25%.
Hasil penggoresan pada NAP
digunakan untuk menentukan KBM
(Konsentrasi Bunuh Minimum). KBM
ditentukan dengan melihat pertumbuhan
koloni pada NAP yang sudah digoreskan
dan diinkubasi, dimana tidak didapatkan
pertumbuhan koloni sama sekali atau
jumlah pertumbuhan koloni < 0,1% dari OI
(Original Inoculum). Dari penanaman pada
NAP, didapatkan KBM 25% dimana tidak
didapatkan pertumbuhan koloni sama
sekali atau jumlah koloni < 0,1% dari OI
(Original Inoculum = 34075 CFU/mL).
Sebelum menentukan KBM, telah
dilakukan perhitungan jumlah koloni pada
masing-masing konsentrasi.
Berdasarkan pemaparan di
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
ekstrak etanol rimpang kencur dapat
digunakan sebagai antimikroba terhadap
bakteri, khususnya Salmonella Typhi. Hal
itu dikuatkan oleh beberapa penelitani
yang sudah menggunakan ekstrak etanol
rimpang kencur terlebih dulu.
Kochuthressia, at al (2012)
menyebutkan bahwa ekstrak etanol
rimpang kencur memiliki aktivitas
antimikroba terhadap bakteri
Streptococcus faecalis, Klabsiella
pneumonia, Pseudomonas aeruginosa
dan Vibrio cholera dengan masing-masing
diameter hambat 19,7±0,20, 14,9±0,95,
12,1±0,40, 12,3±0,16. Selain itu penelitian
yang dilakukan oleh Hertiani, dkk (2010)
didapatkan KBM ekstrak etanol rimpang
kencur terhadap Streptococcus Mutans
pada konsentrasi 2.724%19,20.
Gholib (2009) meneliti tentang
efek antifungi ekstrak etanol rimpang
kencur terhadap Trichophyton
mentagrophytes dan Cryptococcus
neoformans dengan metode difusi agar.
Pada penelitian tersebut didapatkan KHM
untuk jamur Trichophyton mentagrophytes
dan Cryptococcus neoformans masing-
masing pada konsentrasi 0,15% dan 2%21.
Dari beberapa penelitian di atas
dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol
rimpang kencur dapat digunakan sebagai
antimikroba terhadap bakteri gram positif
maupun gram negative. Namun, dapat
ditemukan perbedaan KHM dan KBM
pada penelitian-penelitian yang telah
disebutkan. Perbedaan-perbedaan
tersebut dapat disebabkan oleh faktor
tanah dan iklim serta nutrisi yang
diperoleh kencur tersebut.
Uji lanjutan mengenai farmakologi,
farmakokinetik, toksisitas, juga uji secara
in vivo ekstrak ini perlu dilakukan.
Perbedaan geografi antar negara dan
antar daerah dalam suatu negara juga
perlu diperhitungkan. Selain itu, pengujian
terhadap efek samping jangka pendek dan
jangka panjang juga perlu dilakukan.
Maka, penelitian ini masih sangat dini
untuk langsung diterapkan secara klinis
dalam bidang pengobatan masyarakat.
PENUTUP
Kesimpulan
a. Ekstrak etanol rimpang kencur terbukti
memiliki efek antimikroba terhadap
bakteri Salmonella Typhi secara in
vitro. Hal ini ditunjukkan dengan seiring
meningkatnya konsentrasi ekstrak,
semakin sedikit pula koloni bakteri
yang tumbuh.
b. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
ektstrak etanol rimpang kencur
terhadap Salmonella Typhi didapatkan
pada konsentrasi 17,5% dengan
diameter hambat 13mm dan
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
ekstrak etanol rimpang kencur
terhadap Salmonella Typhi didapatkan
pada konsentrasi 25%.
Saran
a. Perlu penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui presentasi masing-masing
bahan aktif yang terkandung dalam
ekstrak etanol rimpang kencur.
b. Perlu penelitian lebih lanjut untuk
melihat efektivitas ekstrak etanol
rimpang kencur secara in vivo (hewan
coba dan uji klinik) sebelum digunakan
sebagai alternatif pengobatan di
masyarakat.
c. Diharapkan dapat dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai efek antimikroba
ekstrak etanol rimpang kencur pada
fungi, virus, maupun pada bakteri yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rostinawati, T. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Agar. Diterbitkan
oleh Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Jatinangor.
2. Departemen Kesehatan RI, (DEPKES). 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
3. Soranta, E.W. 2009. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Multiresisten Antibiotik. Skripsi. Diterbitkan oleh Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
4. Suharman, Y.S., Viviona, S., Erly.
2010. Resistensi Salmonella Typhi Terhadap Beberapa Jenis Obat Antimikroba di Padang. (Abstrak). Diterbitkan oleh Universitas Andalas, Sumatera Barat.
5. Soranta, E.W. 2009. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Multiresisten Antibiotik. Skripsi. Diterbitkan oleh Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
6. Yuharmen, Eryanti, Y., Nurbalati. 2002. Uji Aktivitas Antimikroba Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galanga). Diterbitkan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia Universitas Riau.
7. Miranti, L. 2009. Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga L.) dengan Basis Salep Larut Air Terhadap Sifat Fisik Salep dan Daya Hambat Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Skripsi. Diterbitkan oleh Fakultas Farmasi Univertis Muhammadiyah, Surakarta.
8. Winarto, W.P. 2007. Tanaman Obat
Indonesia Untuk Pengobatan Herbal. Karyasari Herba Media. Hal: 150-167.
9. Departemen Pertanian, (DEPTAN). 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis
Tanaman Obat. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.
10. Winarti, C. dan Nurdjanah, N.
Peluang Tanaman Rempah dan Obat Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian, 2005, 24 (2): 47-55.
11. Meilisa. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri dan Formulasi dalam Sediaan Kapsul Dari Ekstrak Etanol Rimpang Tumbuhan Temulawak (Curcuma Xantorrhiza, Roxb) Terhadap beberapa bakteri. Skripsi. Diterbitkan oleh Fakultas Farmasi Universitas sumatera Utara, Medan.
12. Astuti, D.V. 2000. Uji Antibakteri Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc) Terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Skripsi. Diterbitkan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Dipenogoro, Semarang.
13. Lestari, W.E.W. 2006. Pengaruh Nisbah Rimpang Dengan Pelarut dan Lama Ekstraksi Terhadap Mutu Oleoresin Jahe Merah. Skripsi. Diterbitkan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
14. Departemen Kesehatan RI, (DEPKES). 1988. Inventaris Obat Indonesia Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
15. Arsyi, I.A. 2008. Uji aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Dan Arbenan (Duchesnea Indica Andr.Focke) terhadap Staphyloscoccus aureus dan Pseudomonas Aeroginosa Multiresisten Antibiotik beserta Profil Kromatografi Lapisan Tipisnya. (online).
http://etd.eprints.ums.ac.id/1517/1/K100040115.pdf. Diakses pada 10 Desember 2011. Pukul 22.00 WIB.
16. Yuniaswan, A.P. 2008. Efektivitas Esktrak Daun Anting-Anting (Acalypha indica) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus Secara In Vitro. (Online), (http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/18066/1/Efektivitas-ekstrak-daun-anting-angting-%28Acalypha-indica%29-sebagai-antibakteri-terhadap-Staphylococcus-aureus-secara-in-vitro.pdf, Diakses tanggal 23 Februari 2013).
17. Cowan, M.M. 1999. Plant Product as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology Reviews, Hal 564-582. (Online), (http://www. pubmedcentral.nih.gov/about/copyright.html., Diakses tanggal 2 Desember 2011).
18. Ajizah, A. Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak
Daun Psidium Guajava L. Bioscientiae, 2004, 1 (1): 31-38.
19. Kochuthressia K.P, Britto S.J., Jaseentha M.O., Raphael R. 2012. In Vitro Antimicrobial Evaluation of Kaempferia galanga L. Rhizome Extract. American Journal Biotechnology and Molecular Sciences, 2 (1): 3.
20. Febriana, A. 2010. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kencur (Kaempferia galangal L.) Terhadap Bakteri Penyebab Karies Gigi Streptococcus mutans. (Abstrak). Diterbitkan oleh Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
21. Gholib, D. 2009. Daya Hambat Ekstrak Kencur Terhadap Trichophyton Mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans Jamur Penyebab Penyakit Kurap Pada Kulit dan penyakit Paru. Bul. Littro. Vol.20 No.1.
Telah disetujui oleh, Prof.Dr.dr.Noorhamdani AS, DMM, Sp.MK
NIP. 19501110 1980021 001