quality control hasil pendidikan melalui standar penilaian...
TRANSCRIPT
Page 1
Quality Control Hasil Pendidikan Melalui Standar Penilaian Dalam Kurikulum 2013 Oleh:
Dra Singgih Trihastuti, M.Pd Widyaiswara LPMP D.I. Yogyakarta
Abstrak
Sistem pendidikan Indonesia mengharapkan terjadi proses pengembangan kualitas personal anak didik sebagai generasi mendatang, yang diyakini sebagai faktor penentu pertumbuhan bangsa Indonesia. Standar pendidikan Indonesia membantu perencanaan dasar implementasi dan supervisi pada pendidikan untuk mewujutkan kualitas pendidikan nasional. Arah Penjaminan Mutu ditentukan Pemerintah (UU no 20 th 2003 pasal 50 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.
Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Adapun tujuannya untuk mengawal agar : butir-butir mutu (criteria, butir-butir mutu, SNP) dapat dirumuskan dengan benar, dilaksanakan secara tertib, dan dievaluasi untuk peningkatan.
Salah satu dari delapan standar nasional pendidikan, yakni standar penilaian membantu mengontrol mutu/Quality Control hasil pendidikan. Pada standar penilaian disarankan terdapat bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. Dengan penilaian, kemajuan belajar pada siswa dapat diketahui, bila hasil kurang mengantarkan kompetensi siswa, maka guru dapat merefleksi untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya. Rancangan penilaian hasil belajar hendaknya ditata dengan jelas kemampuan apa yang harus dinilai, materi atau isi bahan ajar yang diujikan, alat penilaian yang akan digunakan, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang berlaku serta berpedoman pada standar penilaian. Penilaian harus dilaksanakan secara komprehensif, artinya kemampuan yang diukurnya meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Kata kunci : Quality Control, hasil pendidikan, standar penilaian
Page 2
A. PENDAHULUAN
Pemerintah Republik Indonesia menentukan kebijakan nasional dan standar
nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Arah Penjaminan Mutu
ditentukan Pemerintah melalui Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 50
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Amanat Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses
berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di
masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh-kembangnya
bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman. Membangun kehidupan masa kini
dan masa datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan pretasi bangsa di
masa lalu, serta kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa
depan. Ketiga dimensi kehidupan bangsa, masa lalu, masa sekarang, masa yang akan
datang, menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum 2013.
Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses
berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di
masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor penentu bagi tumbuh kembangnya
bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman. Melalui dimensi kehidupan tersebut
pendidikan selalu menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial budayanya,
mengembangkan kehidupan individu peserta didik sebagai warganegara yang tidak
kehilangan kepribadian dan kualitas untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, serta
membangun kehidupan masa depan yang lebih baik.
Tujuan dan Fungsi pendidikan nasional yang diamanatkn UU no 20 th 2003
pasal 50 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadi parameter utama untuk
merumuskan Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan “berfungsi
sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu”. Standar Penilaian merupakan
salah satu dari delapan (8) Standar Nasional Pendidikan. Standar penilaian ini
bertujuan untuk mengendalikan mutu atau Quality Control hasil pendidikan.
Page 3
B. PEMBAHASAN
1. Standar Penilaian
Pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan wujud
pelaksanaan tugas profesional pendidik sebagaimana termaktub dalam
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Penilaian
hasil belajar oleh pendidik tidak terlepas dari proses pembelajaran. Oleh karena
itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik menunjukkan kemampuan guru sebagai
pendidik profesional. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Terdapat perubahan Standar Penilaian dari Peraturan
Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian menjadi Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan, dan muncul Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 tentang tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
Standar Penilaian Pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi
pendidik, satuan pendidikan, dan Pemerintah pada satuan pendidikan untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah (Permendikbud tentang standar penilaian
no 66 Tahun 2013). Tujuan disusunnya Standar Penilaian tersebut adalah untuk
menjamin: 1) perencanaan penilaian pesrta didik sesuai dengan kompetensi
yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian; 2) pelaksanaan
penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan
sesuai dengan konteks sosial budaya; dan 3) pelaporan hasil penilaian peserta
didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan
sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi digunakan untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik,
penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan
Page 4
tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu
tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.
Ketentuan dalam permendikbud no 66 tentang standar penilaian berisi
penjelasan tentang cakupan penilaian berikut: penilaian otentik merupakan
penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai masukan (input),
proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian diri merupakan penilaian
yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan
posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian berbasis portofolio
merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses
belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di
dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.
Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk
memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik. Ulangan harian
merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi
peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.
Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9
minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. Ulangan akhir
semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik diakhir semester.
Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua
KD pada semester tersebut Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut
UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk
mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah
Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat
kompetensi tersebut Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut
UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah
Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat
Page 5
kompetensi tersebut. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan
kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka
menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara
nasional. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan
pendidikan.
2. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga
dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap
standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup
materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan
proses. Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan
nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek
diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik,
sedang, kurang, diperlukan adanya ukuran yang jelas bagaimana yang baik, yang
sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria. Dari pengertian
tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program
yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara apa
yang dicapai dengan kriteria yang harus dicapai. Perbandingan bisa bersifat mutlak,
bisa pula bersifat relatif. Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan
tersebut menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku.
Sedangkan perbandingan yang bersifat relatif artinya hasil perbandingan lebih
menggambarkan posisi suatu objek yang dinilai terhadap objek lainnya dengan
bersumber pada kriteria yang sama. Dengan demikian, inti penilaian adalah proses
menentukan nilai suatu objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu.
Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang
diakhiri dengan judgment. Interpretasi dan judgment merupakan tema penilaian
yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan
dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar itu maka dalam kegiatan penilaian selalu
Page 6
ada objek/program yang dinilai, ada kriteria, dan ada interpretasi/judgment.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar
yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek
yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
luas mencakup bidang pengetahuan, sikap, dan ke trampilan. Oleh sebab itu,
dalam penilaian hasil belajar rumusan kemampuan dan tingkah laku yang
diinginkan dikuasai siswa (kompetensi) menjadi unsur penting sebagai dasar dan
acuan penilaian.
Penilaian proses pembelajaran adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan
pengajaran. Tujuan pembelajaran pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah
laku pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh
mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan
perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Misalnya
dengan melakukan perubahan dalam strategi mengajar, memberikan bimbingan
dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan demikian hasil penilaian tidak hanya
bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa,
tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses
pembelajaran. Artinya setiap guru yang melaksanakan proses pembelajaran harus
melaksanakan kegiatan penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah penilaian
proses. Tidak ada proses pembelajaran tanpa penilaian. Dengan demikian,
kemajuan belajar siswa dapat diketahui dan guru dapat selalu memperbaiki kualitas
proses pembelajaran yang dilaksanakannya. Penilaian hasil belajar hendaknya
dirancang dengan jelas, mencakup kemampuan apa yang harus dinilai, materi atau
isi bahan ajar yang diujikan, alat penilaian yang akan digunakan, dan interpretasi
hasil penilaian. Sebagai patokan atau ramburambu dalam merancang penilaian
hasil belajar adalah kurikulum yang berlaku terutama tujuan dan kompetensi mata
pelajaran, ruang lingkup isi atau bahan ajar serta pedoman pelaksanaannya.
Page 7
Penilaian harus dilaksanakan secara komprehensif, artinya kemampuan yang
diukur meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Alat penilaian harus
valid dan reliabel. Valid artinya mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan).
Reliabel artinya hasil yang diperoleh dari penilaian bersifat konsisten atau ajeg
(ketetapan). Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tidak lanjutnya.
Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru sebagai bahan untuk
menyempurnakan program pembelajaran, memperbaiki kelemahan-kelemahan
pembelajaran, dan kegiatan bimbingan belajar pada siswa yang memerlukannya.
Dalam penilaian perlu juga dijelaskan mengenai standar penilaian yakni cara yang
digunakan dalam menentukan derajat keberhasilan hasil penilaian sehingga dapat
diketahui kedudukan siswa, apakah telah menguasai tujuan pembelajaran ataukah
belum. Standar penilaian hasil belajar pada umumnya dibedakan kedalam dua
standar, yakni standar penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan
(PAP). Dalam kurikulum 2013 standar yang digunakan adalah PAP.
Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah penilaian yang menggunakan acuan
pada tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dikuasai siswa. Derajat
keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan atau kompetensi yang seharusnya
dicapai atau dikuasai siswa bukan dibandingkan dengan prestasi kelompoknya.
Dalam penilaian ini ditetapkan kriteria minimal harus dicapai atau dikuasai siswa.
Kriteria minimal yang biasa digunakan dalam kurikulum 2013 kompetensi
pengetahuan dan keterampilan 2,66 (B-) / 66,50 %, dan untuk kompetensi sikap B
(Baik) dari tujuan atau kompetensi yang seharusnya dikuasai siswa. Makin tinggi
kriterianya makin baik mutu pendidikan yang dihasilkan. Standar penilaian acuan
patokan berbasis pada konsep belajar tuntas atau mastery learning. Artinya setiap
siswa harus mencapai ketuntasan belajar yang diindikasikan oleh penguasaan
materi ajar minimal mencapai kriteria yang telah ditetapkan. Jika siswa belum
mencapai kriteria tersebut siswa belum dinyatakan berhasil dan harus menempuh
ujian kembali. Karena itu penilaian acuan patokan sering disebut stándar mutlak.
Dalam sistem ini guru tidak perlu menghitung nilai ratarata kelas sebab prestasi
siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Melalui sistem penilaian
acuan patokan sudah dapat dipastikan prestasi belajar siswa secara bertahap akan
Page 8
lebih baik sebab setiap siswa harus mencapai kriteria minimal yang telah
ditentukan. Namun sistem ini menuntut guru bekerja lebih keras sebab setiap guru
harus menyediakan remedial bagi siswa yang belum memenuhi standar yang telah
ditentukan.
Kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya dimaknai sebagai hasil belajar, dalam permendikbud Nomor 104 Tahun
2014 tentang tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah, dipesankan bahwa rumusan hasil belajar
diklasifikasi menjadi tiga lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup
kompetensi : sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan. (sumber:
Olahan Krathwohl dkk.,1964 dalam stándar penilaian no 66 tahun 2013 )
a. Sikap (Spirituan dan sosial)
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap spiritual dan
sikap sosial diskripsinya sebagai berikut :
- Tingkatan Sikap 1 Menerima nilai : kesediaan menerima suatu nilai dan
memberikan perhatian terhadap nilai tersebut
- Tingkatan Sikap 2 Menanggapi nilai: Kesediaan menjawab suatu nilai dan ada
rasa puas dalam membicarakan nilai tersebut
- Tingkatan Sikap 3 Menghargai nilai: Menganggap nilai tersebut baik; menyukai
nilai tersebut; dan komitmen terhadap nilai tersebut
- Tingkatan Sikap 4 Menghayati nilai: Mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri
- Tingkatan Sikap 5 Mengamalkan nilai : Mengembangkan nilai tersebut sebagai
ciri dirinya dalam berpikir, berkata, berkomunikasi, dan bertindak (karakter)
b. Pengetahuan
Sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik pada kemampuan berpikir adalah
sebagai berikut :
- Kemampuan berpikir mengingat : mengemukakan kembali apa yang sudah
dipelajari dari guru, buku, sumber lainnya sebagaimana aslinya, tanpa
melakukan perubahan. Deskripsi kemampuan berfikir mengingat meliputi:
Pengetahuan hafalan: ketepatan, kecepatan, kebenaran pengetahuan yang
diingat dan digunakan ketika menjawab pertanyaan tentang fakta, definisi
Page 9
konsep, prosedur, hukum, teori dari apa yang sudah dipelajari di kelas tanpa
diubah/berubah.
- Kemampuan berpikir memahami: Sudah ada proses pengolahan dari bentuk
aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar, foto tidak
berubah. Deskripsi kemampuan berpikir memahami meliputi: Kemampuan
mengolah pengetahuan yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru seperti
menggantikan suatu kata/istilah dengan kata/istilah lain yang sama maknanya;
menulis kembali suatu kalimat/paragraf/tulisan dengan kalimat/paragraf/tulisan
sendiri dengan tanpa mengubah artinya informasi aslinya; mengubah bentuk
komunikasi dari bentuk kalimat ke bentuk grafik/tabel/visual atau sebaliknya;
memberi tafsir suatu kalimat/paragraf/tulisan/data sesuai dengan kemampuan
peserta didik; memperkirakan kemungkinan yang terjadi dari suatu informasi
yang terkandung dalam suatu kalimat/paragraf/tulisan/data.
- Kemampuan berpikir menerapkan: Menggunakan informasi, konsep, prosedur,
prinsip, hukum, teori yang sudah dipelajari untuk sesuatu yang baru/belum
dipelajari. Deskripsi kemampuan berpikir menerapkan meliputi: Kemampuan
menggunakan pengetahuan seperti konsep massa, cahaya, suara, listrik,
hukum penawaran dan permintaan, hukum Boyle, hukum Archimedes, membagi
/ mengali/ menambah/ mengurangi/ menjumlah, menghitung modal dan harga,
hukum persamaan kuadrat, menentukan arah kiblat, menggunakan jangka,
menghitung jarak tempat di peta, menerapkan prinsip kronologi dalam
menentukan waktu suatu benda/peristiwa, dan sebagainya dalam mempelajari
sesuatu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
- Kemampuan berpikir menganalisis: Menggunakan keterampilan yang telah
dipelajarinya terhadap suatu informasi yang belum diketahuinya dalam
mengelompokkan informasi, menentukan keterhubungan antara satu kelompok/
informasi dengan kelompok/ informasi lainnya, antara fakta dengan konsep,
antara argumentasi dengan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu
karya dengan karya lainnya. Deskripsi kemampuan berpikir menganalisis
meliputi: Kemampuan mengelompokkan benda berdasarkan persamaan dan
perbedaan ciri-cirinya, memberi nama bagi kelompok tersebut, menentukan
Page 10
apakah satu kelompok sejajar/lebih tinggi/lebih luas dari yang lain, menentukan
mana yang lebih dulu dan mana yang belakangan muncul, menentukan mana
yang memberikan pengaruh dan mana yang menerima pengaruh, menemukan
keterkaitan antara fakta dengan kesimpulan, menentukan konsistensi antara
apa yang dikemukakan di bagian awal dengan bagian berikutnya, menemukan
pikiran pokok penulis/pembicara/nara sumber, menemukan kesamaan dalam
alur berpikir antara satu karya dengan karya lainnya, dan sebagainya
- Kemampuan berpikir mengevaluasi : Menentukan nilai suatu benda atau
informasi berdasarkan suatu kriteria. Deskripsi kemampuan berpikir
mengevaluasi meliputi : Kemampuan menilai apakah informasi yang diberikan
berguna, apakah suatu informasi/benda menarik/menyenangkan bagi dirinya,
adakah penyimpangan dari kriteria suatu pekerjaan/keputusan/ peraturan,
memberikan pertimbangan alternatif mana yang harus dipilih berdasarkan
kriteria, menilai benar/salah/bagus/jelek dan sebagainya suatu hasil kerja
berdasarkan kriteria.
- Kemampuan berpikir mencipta: Membuat sesuatu yang baru dari apa yang
sudah ada sehingga hasil tersebut merupakan satu kesatuan utuh dan berbeda
dari komponen yang digunakan untuk membentuknya. Deskripsi kemampuan
berpikir mencipta meliputi : Kemampuan membuat suatu cerita/tulisan dari
berbagai sumber yang dibacanya, membuat suatu benda dari bahan yang
tersedia, mengembangkan fungsi baru dari suatu benda, mengembangkan
berbagai bentuk kreativitas lainnya.
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada dimensi pengetahuan
meliputi Faktual, Konseptual, Prosedural, Metakognitif. Dimensi Pengetahuan
Faktual, meliputi : Pengetahuan tentang istilah, nama orang, nama benda,
angka, tahun, dan hal-hal yang terkait secara khusus dengan suatu mata
pelajaran. Dimensi pengetahuan konseptual, meliputi: Pengetahuan tentang
kategori, klasifikasi, keterkaitan antara satu kategori dengan lainnya, hukum
kausalita, definisi, teori. Dimensi Pengetahuan Prosedural, meliputi : Pengetahuan
tentang prosedur dan proses khusus dari suatu mata pelajaran seperti
algoritma, teknik, metoda, dan kriteria untuk menentukan ketepatan
Page 11
penggunaan suatu prosedur. Dimensi Pengetahuan Metakognitif, meliputi :
Pengetahuan tentang cara mempelajari pengetahuan, menentukan
pengetahuan yang penting dan tidak penting (strategic knowledge),
pengetahuan yang sesuai dengan konteks tertentu, dan pengetahuan diri (self-
knowledge). Ranah pengetahuan berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif
tingkat rendah, sedangkan aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif
tingkat tinggi.
c. Keterampilan
Sasaran penilaian hasil belajar oleh Pendidik pada keterampilan abstrak
berupa kemampuan belajar terdiri atas: 1) Mengamati, 2) Menanya,3)
Mengumpulkan informasi/mencoba, 4) Menalar/meng-asosiasi, 5)
Mengomunikasikan (Sumber: Olahan Dyers dalam stándar penilaian No 104 tahun
2014). Kemampuan Belajar keterampilan dan diskripsinya sebagai berikut :
1) Mengamati
Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu
tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang
diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati
2) Menanya
Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik
(pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)
3) Mengumpulkan informasi/mencoba,
Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi,
validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data.
4) Menalar/mengasosiasi,
Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai
keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan
kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori,
mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antarberbagai
Page 12
jenis fakta/konsep/ teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur
baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/
konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan;
mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari
konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.
5) Mengkomunikasikan
Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk
tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain.
Sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik pada keterampilan kongkret
meliputi: 1) Persepsi (perception),2) Kesiapan (set),3) Meniru (guided response), 4)
Membiasakan gerakan (mechanism),5) Mahir (complex or overt response), 6)
Menjadi gerakan alami (adaptation),7) Menjadi tindakan orisinal (origination). Tujuh
keterampilan kongkret dideskripsikan sebagai berikut :
1) Persepsi (perception): menunjukan perhatian untuk melakukan suatu gerakan
2) Kesiapan (set): menunjukan kesiapan mental dan fisik untuk melakukan suatu
gerakan
3) Meniru (guided response): meniru gerakan secara terbimbing
4) Membiasakan gerakan (mechanism) : melakukan gerakan mekanistik
5) Mahir (complex or overt response) : melakukan gerakan kompleks dan
termodifikasi
6) Menjadi gerakan alami (adaptation) : menjadi gerakan alami yang diciptakan
sendiri atas dasar gerakan yang sudah dikuasai sebelumnya
7) Menjadi tindakan orisinal (origination) : menjadi gerakan baru yang orisinal dan
sukar ditiru oleh orang lain dan menjadi ciri khasnya
Bagaimana menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan ?
Penilaian dimensi sikap
Sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang
dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai nilai atau
pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga
Page 13
terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud
dalam bahan ajar ini adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang
dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku.
Penilaian demensi sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik sebagai hasil dari
suatu program pembelajaran. Penilaian sikap juga merupakan aplikasi suatu
standar atau sistem pengambilan keputusan terhadap sikap. Kegunaan utama
penilaian sikap sebagai bagian dari pembelajaran adalah refleksi (cerminan)
pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara individual.
Kurikulum 2013 membagi demensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang
terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap
sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual merupakan
perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa,
sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya
mewujudkan harmoni kehidupan.
Dimensi sikap spiritual mengacu pada Kompetensi Inti Satu/KI-1:
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, sedangkan demensi
sikap sosial mengacu pada Kompetensi Inti Dua/ KI-2: Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Berdasarkan rumusan KI-1 dan KI-2 di atas, penilaian sikap spiritual mencakup:
menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, dan untu sikap sosial
mencakup: jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun dan
percaya diri. Guru dapat menambahkan sikap sikap tersebut menjadi perluasan
cakupan penilaian sikap. Perluasan cakupan penilaian sikap didasarkan pada
karakterisitik kompetensi dasar pada KI-1 dan KI-2 setiap mata pelajaran.
Acuan penilaian adalah indikator, karena indikator merupakan tanda
tercapainya suatu kompetensi. Indikator harus terukur. Dalam konteks penilaian
sikap, indikator merupakan tandatanda yang dimunculkan oleh peserta didik, yang
Page 14
dapat diamati atau diobservasi oleh guru sebagai representasi dari sikap yang
dinilai. Berikut beberapa contoh indikator dari sikap sikap yang tersurat dalam KI-1:
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut: (1) Berdoa sebelum dan
sesudah menjalankan sesuatu, (2) Menjalankan ibadah tepat waktu, (3) memberi
salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut, (4)
Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, (5) Menjaga lingkungan
hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah dan masyarakat, (6) Memelihara
hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, (7) Bersyukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia, (8) Menghormati orang
lain menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.
Serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik
sebagai hasil dari suatu program pembelajaran, teknik dan bentuk instrument yang
dapat digunakan sesuai dengan standar penilaian yaitu teknik observasi, penilaian
diri, penilaian antar teman, dan jurnal.
Teknik Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun
tidak langsung menggunakan instrumen yang berisi sejumlah indikator perilaku
yang diamati. Observasi langsung dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa
perantara orang lain. Sedangkan observasi tidak langsung dilakukan dengan
bantuan orang lain, seperti guru lain, orang tua, peserta didik, dan karyawan
sekolah.
Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi yaitu pedoman observasi
berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Daftar cek
digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu sikap atau perilaku. Sedangkan
skala penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku peserta didik dalam suatu
rentangan sikap. Pedoman observasi secara umum memuat pernyataan sikap atau
perilaku yang diamati dan hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai kenyataan.
Pernyataan memuat sikap atau perilaku yang positif atau negatif sesuai indikator
penjabaran sikap dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar. Rentang skala hasil
Page 15
pengamatan antara lain berupa : (1) selalu, sering, kadangkadang, tidak pernah,
(2) sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik
Pedoman observasi dilengkapi juga dengan rubrik dan petunjuk penskoran.
Rubrik memuat petunjuk/uraian dalam penilaian skala atau daftar cek. Sedangkan
petunjuk penskoran memuat cara memberikan skor dan mengolah skor menjadi
nilai akhir. Agar observasi lebih efektif dan terarah hendaknya : (1) dilakukan
dengan tujuan jelas dan direncanakan sebelumnya. Perencanaan mencakup
indikator atau aspek yang akan diamati dari suatu proses, (2) menggunakan
pedoman observasi berupa daftar cek atau skala penilaian, (3) pencatatan
dilakukan selekas mungkin, (4) kesimpulan dibuat setelah program observasi
selesai dilaksanakan.
Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri
menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.
Skala penilaian dapat disusun dalam bentuk skala Likert atau skala semantic
differential. Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu
gejala atau fenomena. Sedangkan skala semantic differential yaitu skala untuk
mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi
tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak
dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis,
atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic
differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk
mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.
Kriteria penyusunan lembar penilaian diri: (1) pertanyaan tentang pendapat,
tanggapan dan sikap, misal : sikap responden terhadap sesuatu hal, (2) gunakan
kata kata yang sederhana dan mudah dimengerti oleh responden, (3) usahakan
pertanyaan yang jelas dan khusus, (4) hindarkan pertanyaan yang mempunyai
Page 16
lebih dari satu pengertian, (5) hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti, (6)
pertanyaan harus berlaku bagi semua responden
Penilaian antar peserta didik
Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan untuk penilaian antar peserta didik adalah daftar cek
dan skala penilaian (rating scale) dengan teknik sosiometri berbasis kelas. Guru
dapat menggunakan salah satu dari keduanya atau menggunakan dua duanya.
Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku.
Kelebihan yang ada pada jurnal adalah peristiwa/kejadian dicatat dengan
segera. Dengan demikian, jurnal bersifat asli, objektif dan dapat digunakan untuk
memahami peserta didik dengan lebih tepat. Sementara itu, kelemahan yang ada
pada jurnal adalah reliabilitas yang dimiliki rendah, menuntut waktu yang banyak,
perlu kesabaran dalam menanti munculnya peristiwa sehingga dapat mengganggu
perhatian dan tugas guru, apabila pencatatan tidak dilakukan dengan segera,
maka objektivitasnya berkurang.
Terkait dengan pencatatan jurnal, maka guru perlu mengenal dan
memperhatikan perilaku peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Aspek aspek pengamatan ditentukan terlebih dahulu oleh guru sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran yang diajar. Aspek-aspek pengamatan yang sudah
ditentukan tersebut kemudian dikomunikasikan terlebih dahulu dengan peserta
didik di awal semester.
Penilaian Dimensi Pengetahuan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam lampirannya menuliskan bahwa untuk
Page 17
semua mata pelajaran, Kompetensi Inti yang harus dimiliki oleh peserta didik pada
ranah pengetahuan adalah memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
Pengetahuan faktual berisi konvensi (kesepakatan) dari elemen-elemen
dasar berupa istilah atau simbol (notasi) dalam rangka memperlancar pembicaraan
dalam suatu bidang disiplin ilmu atau mata pelajaran (Anderson, L. & Krathwohl, D.
2001). Pengetahuan faktual meliputi aspek-aspek pengetahuan istilah,
pengetahuan khusus dan elemen elemen yang berkenaan dengan pengetahuan
tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan sebagainya.
Sebagai contoh dari pengetahuan faktual yaitu :pengetahuan tentang langit, bumi,
dan matahari;pengetahuan tentang fakta fakta mengenai kebudayaan dan pranata
sosial; pengetahuan tentang karya tulis ilmiah dalam bentuk buku dan jurnal;
pengetahuan tentang simbol-simbol dalam peta; pengetahuan tentang matahari
yang mengeluarkan sinar panas; pengetahuan tentang fakta fakta yang penting
dalam bidang kesehatan.
Pengetahuan konseptual memuat ide (gagasan) dalam suatu disiplin ilmu
yang memungkinkan orang untuk mengklasifikasikan sesuatu objek sebagai contoh
atau bukan contoh, juga mengelompokkan (mengkategorikan) berbagai objek.
Pengetahuan konseptual meliputi prinsip (kaidah), hukum, teorema, atau rumus
yang saling berkaitan dan terstruktur dengan baik (Anderson, L. & Krathwohl, D.
2001). Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan klasifikasi dan kategori,
pengetahuan dasar dan umum, pengetahuan teori, model, dan struktur. Contoh
pengembangan konsep yang relevan misalnya sebagai berikut: pengetahuan
tentang teori evolusi dan rotasi bumi; pengetahuan tentang macam-macam
hubungan interaksi dan sistem sosial; pengetahuan tentang struktur kalimat yang
benar dan bagianbagiannya; pengetahuan tentang fungsi peta dalam geografi;
pengetahuan tentang hukum hukum fisika dasar; pengetahuan tentang makanan
sehat.
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana urutan
langkah langkah dalam melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural meliputi
Page 18
pengetahuan dari umum ke khusus dan algoritma, pengetahuan metode dan teknik
khusus dan pengetahuan kriteria untuk menentukan penggunaan prosedur yang
tepat (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001). Contoh pengetahuan prosedural antara
lain sebagai berikut: pengetahuan tentang prosedur pemanfaatan panas matahari
sebagai sumber tenaga; pengetahuan tentang prosedur pendirian organisasi sosial;
pengetahuan tentang mengartikan kata yang didasarkan pada analisis struktur
kalimat; pengetahuan tentang langkah langkah pembuatan gambar peta;
pengetahuan tentang langkah langkah pengukuran tegangan listrik; pengetahuan
tentang pola makan yang baik dan sehat.
Indikator pencapaian kompetensi pengetahuan dijabarkan dari Kompetensi
Dasar (KD) yang merupakan jabaran dari Kompetensi Inti (KI) di setiap mata
pelajaran. Penyusunan instrumen penilaian ditentukan oleh kata kerja operasional
yang ada di dalam KD dan indikator pencapaian kompetensi yang dirumuskan.
Kata kerja operasional pada indikator juga dapat digunakan untuk penentuan item
tes (pertanyaan/soal).
Teknik penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan dengan tes tulis, tes
lisan, dan penugasan. Tiap tiap teknik tersebut dilakukan melalui instrumen tertentu
yang relevan. Teknik dan bentuk instrumen penilaian kompetensi pengetahuan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian
Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
Tes tulis Pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benarsalah,
menjodohkan, dan uraian.
Tes lisan Daftar pertanyaan.
Penugasan Pekerjaan rumah dan/atau tugas yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan
karakteristik tugas.
Penilaian Dimensi Keterampilan
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup:
Page 19
penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang dilengkapi rubrik.
Cakupan penilaian dimensi keterampilan meliputi keterampilan peserta didik
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori.
Keterampilan ini meliputi: keterampilan mencoba, mengolah, menyaji, dan menalar.
Dalam ranah konkret keterampilan ini mencakup aktivitas menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat. Sedangkan dalam ranah abstrak,
keterampilan ini mencakup aktivitas menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang.
Pada setiap akhir tahun pelajaran, sesuai dengan Permendikbud Nomor 68
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum , kompetensi inti
keterampilan (KI-4), menjadi tagihan di masing-masing kelas. Kelompok
Kompetensi Dasar (KD) keterampilan dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti
keterampilan (KI-4). Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu
mata pelajaran.
Ranah keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karakteristik kompetensi beserta
perbedaan proses pemerolehannya mempengaruhi Standar Isi. (Permendikbud 54
tahun 2013 tentang SKL). Untuk memudahkan pengukuran terhadap perolehan
keterampilan, baik ranah konkret dan abstrak dari kelompok kompetensi dasar,
harus dijabarkan/diuraikan ke dalam indicator-indikator yang mudah diukur dan
diamati.
Page 20
Indikator pencapaian kompetensi keterampilan merupakan ukuran,
karakteristik, ciri ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan
ketercapaian suatu kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata
pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi keterampilan dikembangkan oleh guru
dari KI-4 dan KD keterampilan dengan memperhatikan perkembangan dan
kemampuan setiap peserta didik. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan
menjadi dua atau lebih indikator pencapaian kompetensi keterampilan, hal ini
sesuai dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut. Indikator
indikator pencapaian hasil belajar dari setiap kompetensi dasar merupakan acuan
untuk melakukan penilaian.
Berdasarkan Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar
Penilaian, pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja,
yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio.
a. Tes praktik
Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Tes
praktik dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan
sesuatu.Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang
menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium,
praktik salat, praktik olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi,
membaca puisi/deklamasi, dan sebagainya. Untuk dapat memenuhi kualitas
perencanaan dan pelaksanaan tes praktik, berikut ini adalah petunjuk teknis dan
acuan dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian melalui tes praktik.
Pengertian Tes perbuatan atau tes praktik merupakan suatu tes yang
penilaiannya didasarkan pada perbuatan/praktik peserta didik. Sebelum menulis
butir soal untuk tes perbuatan, guru dapat mengecek dengan pertanyaan berikut.
Tepatkah kompetensi (yang akan diujikan) diukur dengan tes tertulis? Jika
jawabannya tepat, kompetensi yang bersangkutan tidak tepat diujikan dengan tes
perbuatan/praktik. Dalam menilai perbuatan/kegiatan/praktik peserta didik dapat
digunakan beberapa jenis penilaian perbuatan di antaranya adalah penilaian kinerja
Page 21
(performance), penugasan (project), dan hasil karya (product).
Kaidah Penulisan Butir Soal Tes Perbuatan
Dalam menulis butir soal untuk tes perbuatan, penulis soal harus
mengetahui konsep dasar penilaian perbuatan/praktik. Maksudnya pernyataan
dalam soal harus disusun dengan pernyataan yang betul-betul menilai
perbuatan/praktik, bukan menilai yang lainnya.
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal, perhatikan
terlebih dahulu kompetensi dari materi yang akan ditanyakan.
Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas (meliputi: pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus diselesaikan
peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Aspek yang dinilai di
antaranya meliputi kemampuan (1) pengelolaan, (2) relevansi, dan (3) keaslian.
Kaidah penulisan soal tes perbuatan adalah seperti berikut.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan: kinerja, hasil
karya, atau penugasan).
b. Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus sesuai.
c. Materi sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinuitas,
keterpakaian sehari-hari tinggi).
d. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat
kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
perbuatan/praktik.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Disusun pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan
terbaca
Page 22
3. Bahasa/Budaya
a. Rumusan kalimat soal komunikatif
b. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
c. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda
atau salah pengertian.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung
perasaan peserta didik.
Penulisan Soal Penilaian Kinerja (Performance Assessment)
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal, perhatikan
terlebih dahulu kompetensi dari materi yang akan ditanyakan.
Penulisan Soal Penilaian Penugasan (Project)
Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas (meliputi: pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus diselesaikan
peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Adapun aspek yang dinilai
di antaranya meliputi kemampuan (1) pengelolaan, (2) relevansi, dan (3) keaslian.
Penulisan Soal Penilaian Hasil Karya (Product)
Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik dalam
membuat suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, misal lukisan,
gambar, patung, dll. Aspek yang dinilai di antaranya meliputi: (1) tahap persiapan:
pemilihan dan cara penggunaan alat, (2) tahap proses/produksi: prosedur kerja,
dan (3) tahap akhir/hasil: kualitas serta estetika hasil karya. Di samping itu, guru
dapat memberikan penilaian pada pembuatan produk rancang
bangun/perekayasaan teknologi tepat guna misalnya melalui: (1) adopsi, (2)
modifikasi,
b. Proyek
Proyek adalah tugas tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam
Page 23
waktu tertentu. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu.Tugas tersebut
berupa suatu investigasi dari perencanaan, pengumpulan, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, penyelidikan dan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran dan indikator/topik tertentu
secara jelas.
Pada penilaian proyek, setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu
dipertimbangkan: (1) kemampuan pengelolaan: kemampuan peserta didik dalam
memilih indikator/topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan
data serta penulisan laporan, (2) relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran
dan indikator/topik, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran, dan (3) keaslian: proyek
yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek peserta didik.
c. Penilaian portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
reflektif integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau
kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat
berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap
lingkungannya.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya
peserta didik atau hasil ulangan dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik
oleh peserta didik. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan
dinilai oleh guru. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan
Page 24
peserta didik dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus
melakukan perbaikan.
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam
merencanakan penilaian portofolio: (1) menentukan kompetensi dasar (KD) yang
akan dinilai pencapaiannya melalui tugas portofolio pada awal semester dan
diinformasikan kepada peserta didik, (2) merumuskan tujuan pembelajaran yang
akan dinilai pencapaiannya melalui penilaian portofolio, (3) menjelaskan tentang
tujuan penggunaan, macam dan bentuk serta kriteria penilaian dari kinerja dan
atau hasil karya peserta didik yang akan dijadikan portofolio. Penjelasan disertai
contoh portofolio yang telah pernah dilaksanakan, (4) menentukan kriteria
penilaian. Kriteria penilaian portofolio ditentukan oleh guru atau guru dan peserta
didik, (5) menentukan format pendokumentasian hasil penilaian portofolio,
minimal memuat topik kegiatan tugas portofolio, tanggal penilaian, dan catatan
pencapaian (tingkat kesempurnaan) portofolio, (6) menyiapkan map yang diberi
identitas: nama peserta didik, kelas/semester, nama sekolah, nama mata
pelajaran, dan tahun ajaran sebagai wadah pendokumentasian portofolio peserta
didik.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses pembelajaran.
Artinya setiap guru yang melaksanakan proses pembelajaran harus melaksanakan
kegiatan penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah penilaian proses.Tidak ada
proses pembelajaran tanpa penilaian. Dengan penilaian, kemajuan belajar siswa
dapat diketahui dan guru dapat selalu memperbaiki kualitas proses pembelajaran
yang dilaksanakannya. Penilaian hasil belajar hendaknya dirancang dengan jelas,
kemampuan apa yang harus dinilai, materi atau isi bahan ajar yang diujikan, alat
penilaian yang akan digunakan, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan
atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang
berlaku yaitu kurikulum 2013, terutama tujuan dan kompetensi mata pelajaran,
ruang lingkup isi atau bahan ajar serta pedoman pelaksanaannya. Penilaian harus
Page 25
dilaksanakan secara komprehensif, artinya kemampuan yang diukur meliputi aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2. Saran
Agar penilaian dapat meningkatkan pembelajaran atau meningkatkan hasil belajar,
penilaian harus menghasilkan informasi yang relevan dengan pembelajaran, baik
informsi formal maupun informal. Di samping tes tertulis yang lazim digunakan
dalam penilaian hasil belajar, guru perlu mengadakan penilaian dengan cara lain.
Banyak alternatif penilaian diantaranya: produk dari siswa, portofolio siswa, karya
tulis siswa, penyelidikan oleh siswa, penilaian kinerja, dan pengamatan. Penilaian
kompetensi keterampilan dapat dilakukan melalui penilaian kinerja yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu
dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio.
Page 26
Daftar Pustaka
Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001. A Taxonomy For Learning, Teaching and Assessing. New York: Longman.
Kemdikbud, 2013, Petunjuk Penilaian Kurikulum 2013
Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran