ptk word

36
Meningkatan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004:4). Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut. Merunut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang. Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang

Upload: febry-firmansyah

Post on 20-Feb-2016

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hyihkkhj

TRANSCRIPT

Page 1: PTK word

Meningkatan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Metode

Quantum Teaching dan Snowball Throwing

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi

dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama

orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati

Sidi, 2004:4). Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya,

hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada

saat yang sama.

Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan.

Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya

merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan

melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk

merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses

pembelajaran tersebut.

Merunut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses

pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang.

Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Para pendidik

masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para guru sendiri belum siap dengan kondisi yang sedemikian

plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran

duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk

mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit.

Page 2: PTK word

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Cikatomas diperoleh

informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya

sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk

mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru

mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan,

mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-

hari yang kontekstual.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran

teacher centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai guru. Apalagi

pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran sarat materi sehingga siswa dituntut memiliki pemahaman

yang holistik terhadap materi yang disampaikan guru.

Upaya untuk membangkitkan motivasi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cikatomas dalam pembelajaran IPS

sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk

bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok.

Namun demikian, hasil pembelajaran IPS pada Ulangan Harian Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014

belum begitu memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai IPS yang hanya 71,29 berada pada

urutan ke-4 setelah Bahasa Indonesia (rata-rata 79,22), Ilmu Pengetahuan Alam (rata-rata 76,35), dan

Matematika (rata-rata 74,12).

Terkait belum optimalnya hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cikatomas maka penulis

berupaya untuk menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing secara

kolaborasi sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang

aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan

judul: "Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching dan Snowball

Throwing Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Cikatomas".

Page 3: PTK word

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS materi Negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi

model pembelajaran

Quantum Teaching dan Snowball Throwing siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cikatomas?

C. Tujuan

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan hasil

belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum

Teaching dan Snowball Throwing siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cikatomas.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional sebagai berikut :

1. Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam

bentuk nilai hasil belajar IPS.

2. IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang

berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan

keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Depdiknas, 2004).

3. Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara

aktif, baik segi fisik, mental, dan emosionalnya dengan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) yang diramu dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti

"melempar bola salju".

Jadi yang dimaksud dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

dalam pembelajaran IPS adalah upaya guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran IPS secara

holistik, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada siswa kelas VIII Sekolah Dasar Anjasmoro

Semarang.

Page 4: PTK word

BAB II

KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teoretis

1. Hasil Belajar IPS

a. Konsep Dasar Pembelajaran IPS di SMP

Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa. Mereka harus memperoleh

kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan

dan pengetahuan kepada siswa, yang merupakan proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah

dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu (B. Suryosubroto, 1997:148).

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan,

nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Puskur Balitbang

Depdiknas, 2003:2). Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru

dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan pencapaian tujuan tersebut.

b. Ranah Hasil Belajar IPS

Pemerian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam

pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor secara proporsional. Horward Kingsly membagi tiga macam hasil belajar, yakni

(a) ketrampilan dan kebiasaan,

(b) pengetahuan dan pengertian,

(c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

ditetapkan dalam kurikulum.

Sedangkan Gagne membagi lima hasil belajar, yakni

(a) informasi verbal, (b) keterampilan verbal, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) ketrampilan motoris.

Page 5: PTK word

Dalam dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan

instraksional, menggunakan klasikfikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah pisikmotoris (Nana Sudjana,

2002:22).

Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan

atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintensis, dan evaluasi. Ranah efektif berkenan dengan sikap

yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

Ranah psikomotoris berkenan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam

aspek ranah psikmotoris,

(a) gerakan refleks,

(b) keterampilan gerakan dasar,

(c) kemampuan perseptual,

(d) keharmonisan atau ketepataan,

(e) gerakan keterampilan,

(f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan konsep di atas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil belajar IPS adalah

kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar

IPS.

2. Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

a. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Tintin Heryatin (2004) mengenai pengembangan model pembelajaran Quantum

dalam mata pelajaran bahasa Inggris dalam rangka pengembangan kurikulum berbasis sekolah

menyimpulkan bahwa model pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil

pembelajaran Bahasa Inggris di kelas 2 SMU, dengan hasil belajar rata-rata memuaskan dan dapat

mendorong perkembangan psikologis siswa untuk lebih percaya diri dan menghargai setiap keberhasilan

sekecil apapun (http://pps.upi.edu/org/abstrak thesis/abstrakpk/abstrakpk04.html).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu di atas maka dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas

mengenai peningkatan hasil belajar IPS materi negara-

Page 6: PTK word

negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sehingga orisinilitas konsep ini dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah. Terhadap hasil-hasil penelitian yang secara variabel berhubungan akan semakin

membuktikan akurasi hasil-hasil penelitian sebelumnya.

b. Konsep Dasar Quantum Teaching dan Snowball Throwing

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching dengan demikian

adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Semua unsur

yang menopang kesuksesan belajar harus diramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menciptakan

suasana belajar (Bobby De Porter, 2002:89).

Secara aplikatif, pembelajaran Quantum Teaching berasaskan sistem TANDUR, yakni:

Jika dicermati, model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing bertalian erat dengan teori

belajar behavioristik dan teori perkembangannya Piaget. Pandangan Behaviouristik, yang melahirkan Teori

Belajar Koneksionisme dan Teori Belajar Kondisioning. Teori belajar Koneksionisme dengan tokohnya

Thorndike berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan

respon. Bilamana terjadi koneksi antara R - S dan diikuti dengan keadaan yang memuaskan, maka koneksi

itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya bila koneksi, diikuti dengan keadaan yang tidak memuaskan, maka

kekuatan koneksi akan menjadi berkurang (Hilgard dan Bower dalam TIM MKDK IKIP Semarang,

1990:110).

Hal lain yang mendasari pentingnya penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball

Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar

mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live

together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001:5).

Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan

dapat diartikan melempar bola salju. Adapun langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing sebagai

berikut: 1) guru menyampaikan materi yang akan disajikan, 2) guru membentuk kelompok-kelompok dan

memanggil

Page 7: PTK word

masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, 3) masing-masing ketua

kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh

guru ke temannya, 4) masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu

pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok, 5) kertas

tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah

siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab

pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran, 6) evaluasi, dan 7) penutup

(www.puskur_balitbang_depdiknas.com).

B. Kerangka Berpikir

Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing merupakan salah satu

wujud aplikasi pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran IPS. Melalui model pembelajaran Quantum

Teaching dan Snowball Throwing, siswa dilibatkan secara holistik baik aspek fisik, emosional, dan

intelektualnya.

Serangkaian kegiatan penerapan kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball

Throwing merupakan refleksi dari sistem Tandur yakni Tumbuhkan (memberikan apersepsi), Alami

(memasangkan kartu kata dan mengomentari salah satu negara ), Namai (menyimpulkan materi),

Demostrasikan (melakukan Snowball Throwing), Ulangi (merangkum materi dalam lagu), dan Rayakan

(memberi reward). Selengkapnya dapat disimak dalam kerangka berpikir di bawah ini:

C. Hipotesis

Hipotesis adalah kalimat pernyataan penelitian yang dihasilkan dari hasil kajian teoretis dunia pustaka.

Pernyataan ini merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang dikaji dalam penelitian (Purwadi

Suhandini, 2000:7). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model

pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing ada peningkatan hasil belajar IPS materi negara-

negara Asia Tenggara pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cikatomas. Adapun indikator kinerjanya adalah

sebagai berikut:

1. Guru terampil mengelola proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran Quantum

Teaching dan Snowball Throwing .

Page 8: PTK word

2. Terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS yang ditandai dengan

aktivitas siswa minimal baik dalam lembar observasi.

3. 85% siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cikatomas mengalami ketuntasan belajar dalam materi negara-

negara Asia Tenggara.

Page 9: PTK word

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri atas empat

komponen pokok penelitian kelas yakni:

1) perencanaan (planning),

2) tindakan (acting),

3) pengamatan (observing), dan

4) refleksi (reflecting). Menurut Zainal Aqib (2007:21),

Model Kurt Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:

A. Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) materi pokok negara-negara tetangga (Asia)

dengan indikator:

(1) Mengidentifikasi berdirinya Asean (Association of South East Asia Nations),

(2) Mengidentifikasi negara-negara tetangga (Asia Tenggara). Pada pelaksanaan siklus 1 direncanakan

sebanyak dua kali pertemuan.

2. Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Sebelumnya penulis melakukan

beberapa hal antara lain:

a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mendengarkan cerita guru tentang latar

belakang negara-negara di Asia Tenggara, dilanjutkan dengan pembentukan nama kelompok dengan nama-

nama negara Asean.

b. Alami, siswa memasangkan kartu kata tokoh pendiri Asean dengan asal negaranya, kegiatan ini

dilakukan secara berkelompok.

c. Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya dengan

bimbingan guru.

d. Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing dengan cara setiap kelompok menyiapkan satu

pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas

Page 10: PTK word

tersebut dikepal menjadi bulat seperti bola. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola

tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru.. Kelompok lain berusaha

menangkap bola tersebut. Kelompok yang terakhir memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab

pertanyaan dari bola tersebut.

e. Ulangi, guru merangkum materi dan dirangkum menjadi sebuah lagu. Lagu tersebut diadopsi dari lagu-

lagu yang sudah familiar bagi siswa, kemudian dinyanyikan berulang-ulang.

f. Rayakan, kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling banyak dalam pembelajaran tersebut

berhak mendapatkan reward berupa lagu-lagu seperti lagu "Kamu Anak Cerdas".

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan kepala sekolah untuk mengamati

tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran

Quantum Teaching dan Snowball Throwing. Di samping itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang

menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS.

4. Refleksi

Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta menyesuaikan dengan

ketercapaian indikator kinerja maka peneliti mengubah strategi pada siklus dua agar pelaksanaannya lebih

efektif.

B. Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) masih materi pokok

negara-negara tetangga (Asia) dengan indikator:

(1) mengidentifikasi keadaan sosial negara-negara tetangga,

(2) Membandingkan keadaan pemerintah, penduduk, ekonomi, sosial, budaya

Page 11: PTK word

negara-negara Asia Tenggara Dalam hal ini siswa sudah mengetahui tentang anggota negara-negara Asean

yang sekarang. Siklus II direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus ini dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung meliputi kegiatan

sebagai berikut:

a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mengamati peta negara-negara Asia

Tenggara, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan kelompok dengan menggunakan nama ibukota

negara-negara Asia Tenggara.

b. Alami, secara berkelompok siswa memberi komentar tentang keadaan sosial salah satu negara di Asia

Tenggara.

c. Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya dengan

bimbingan guru.

d. Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing, setiap kelompok menyiapkan satu pertanyaan

yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut digulung dimasukkan ke dalam bola yang di belah

kemudian di tutup dengan isolatif. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke

kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Kelompok lain berusaha menangkap bola

tersebut. Siswa yang terakhir memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola

tersebut.

e. Ulangi, siswa merangkum materi dalam bentuk lagu dengan bimbingan guru kemudian dinyanyikan

berulang-ulang.

f. Rayakan, kelompok yang tergiat dalam pembelajaran tersebut berhak mendapatkan reward berupa

tepuk, misalnya dengan tepuk The Best.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi

3. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan kepala sekolah untuk mengamati

tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti

Page 12: PTK word

pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing. Di

samping itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pembelajaran Quantum

Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS.

4. Refleksi

Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru maka peneliti mengecek

apakah indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya sudah tercapai. Bila belum tercapai maka

peneliti tetap melanjutkan siklus berikut, dan seterusnya sampai mencapai indikator kinerja.

C. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif (Supardi,

2006:131). Terhadap perolehan hasil belajar IPS dianalisis secara kuantitatif dengan memberikan nilai pada

hasil belajar siswa. Data-data tersebut dianalisis mulai dari siklus satu dan siklus dua untuk dibandingkan

dengan teknik deskriptif presentase. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif

prosentase, yang dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan sangat

kurang sebagai berikut:

Tabel 3.1: Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Prosentase

Kriteria Nilai Penafsiran

Baik Sekali 86 - 100 Hasil belajar baik sekali

Baik 71 - 85 Hasil belajar baik

Cukup 56 - 70 Hasil belajar cukup

Kurang 41 - 55 Hasil belajar kurang

Sangat Kurang < 40 Hasil belajar sangat kurang

(Depdiknas, 2002:4)

Hasil observasi dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang digambarkan dengan kata-kata

atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Page 13: PTK word

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Telah diketahui bahwa subjek penelitian berjumlaah 42 siswa. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini

dilakukan dalam 2 (dua) siklus, yakni siklus I (pada tanggal 20 dan 27 Agustus 2007) dan siklus II (pada

tanggal 3 dan 10 September 2007). Berikut disajikan paparan hasil penelitian yang terdiri atas hasil belajar

IPS melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dan hasil

observasi terhadap proses pembelajaran.

A. Hasil Penelitian

Siklus I

1. Paparan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan data hasil penelitian siklus I mengenai hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara

melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing diperoleh data untuk

nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 100, nilai terendah sebesar 50, dan rata-rata hasil belajar

IPS sebesar 81,90. selengkapnya dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan

kategori hasil belajar IPS sebagai berikut:

Tabel 4.1 Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPS Siklus I

Interval Frekuensi Persentase Kategori

86-100 18 43% Baik Sekali

71-85 14 33% Baik

56-70 7 17% Cukup

41-45 3 7% Kurang

< 40 0 0% Sangat Kurang

Jumlah 42 100%

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS melalui kolaborasi model pembelajaran

Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 43% siswa berada pada kategori baik sekali, 33% baik, 17%

cukup, dan 7% kurang. Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik batang berikut ini:

Page 14: PTK word

Adapun rata-rata hasil belajar IPS Siklus I melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan

Snowball Throwing sebesar 81,90 dan ketuntasan individual baru mencapai 76,19%. Potret pembelajaran

IPS belum mencapai tujuan yang diharapkan guru yang tertuang dalam indikator kinerja > 85% dari jumlah

siswa dalam kelas telah mencapai ketuntasan belajar individual, sehingga perlu dilaksanakan siklus II.

2. Observasi Proses Pembelajaran IPS

Hasil observassi pada siklus I diperoleh gambaran tentang sikap dan perilaku siswa perihal kesungguhan

siswa. Perhatian siswa mulai terpusat pada pelajaran walauupun belum maksimal. Sedangkan semangat

siswa dalam mengikuti pelajaran IPS mulai meningkat. Siswa lebih bersemangat jika dibandingkan dengan

kondisi awal sebelum model Quantum Teaching dan Snowball Throwing diterapkan.

Kemajuan siswa juga terlihat dalam hal keberanian siswa ketika mengemukakan pendapat. Siswa mulai

berani mengemukakan pendapatnya, hal ini terlihat dari keaktifan siswa bertanya tentang materi yang

belum dimengerti. Siswa juga tidak malu lagi menjawab pertanyaan, setiap siswa selalu berusaha

menjawab pertanyaan dengan benar tanpa malu-malu lagi. Keberanian siswa juga semakin terlihat ketika

harus tampil di depan kelas, mereka berani tampil memimpin lagu atau pun menyanyi rangkuman materi di

depan kelas.

Perilaku lain yang menujukkan peningkatan yaitu dalam hal ketepatan. Tugas yang diberikan kepada siswa

dapat diselesaikan dengan baik walaupun belum semuanya dapat diselesaikan tepat waktu. Hal lain yang

meningkat yaitu kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan. Selain itu dalam membuat pertanyaan,

siswa mampu membuat pertanyaan sesuai materi yang sedang dipelajari. Siswa belum dapat menyelesaikan

tugas lebih awal dari waktu yang ditentukan. Hal ini lantaran siswa belum terbiasa menyelesaikan tugas

dengan cepat. Namun kemampuan menjawab pertanyaan ada peningkatan. Siswa dapat menjawab

pertanyaan secara cepat dan tepat.

Dari sudut guru kemampuan mengajar guru mulai ada peningkatan walaupun belum signifikan. Guru sudah

mulai mengelola ruang, fasilitas, strategi, interaksi dengan siswa, dan evaluasi dengan baik. Namun untuk

pengelolaan waktu masih belum dapat terlaksana dengan efektif, karena guru belum terbiasa menggunakan

model

Page 15: PTK word

pembelajaran secara kolaborasi. Kesan umum guru dalam mengajar masih sedikit kaku, kurang luwes dan

belum terlalu peka terhadap kondisi siswa.

Siklus II

1. Paparan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara

melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing diperoleh data untuk

nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 100, nilai terendah sebesar 65. selengkapnya dapat dibaca

pada tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan kategori hasil belajar IPS sebagai berikut:

Tabel 4.2 Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPS Siklus II

Interval Frekuensi Persentase Kategori

86-100 23 55% Baik Sekali

71-85 15 36% Baik

56-70 4 9% Cukup

41-45 0 0% Kurang

< 40 0 0% Sangat Kurang

Jumlah 42 100%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS melalui kolaborasi model pembelajaran

Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 55% siswa berada pada kategori baik sekali, 36% baik, dan

9% cukup. Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik batang berikut ini:

Adapun rata-rata hasil belajar IPS Siklus II melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan

Snowball Throwing sebesar 87,62 dan ketuntasan individual mencapai 90,48%. Potret pembelajaran IPS

sudah mencapai tujuan yang tertuang dalam indikator kinerja yakni > 85% dari jumlah siswa dalam kelas

telah mencapai ketuntasan belajar individual, sehingga penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil, dan

tidak perlu mengadakan siklus berikutnya.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tinndakan penelitian yang menyatakan :

"Dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Quantum

Page 16: PTK word

Teaching dan Snowball Throwing, ada peningkatan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara

pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cikatomas", berarti diterima kebenarannya.

2. Observasi Proses Pembelajaran IPS

Hasil observasi siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Kesungguhan siswa dalam

mengikuti pelajaran IPS lebih meningkat. Perhatian siswa secara penuh tertuju pada materi pelajaran IPS.

Semangat siswa lebih meningkat, semua siswa mengikuti pelajaran dengan penuh semangat, tidak ada yang

malas atau kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPS.

Keberanian siswa mebgemukakan pendapat juga semakin meningkat. Siswa sudah berani mengungkapkan

pendapat, mengomentari suatu hal atau pun mengungkapkan ide-idenya. Keberanian lain yang juga

semakin meningkat yaitu keberaniannya menjawab pertanyaan. Mereka berlomba-lomba untuk

memperoleh pertanyaan dan menjawabnya. Peningkatan juga terlihat pada kemampuan siswa untuk tampil

di kelas. Masing-masing siswa berusaha tampil dengan sebaik-baiknya.

Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi di aspek ketepatan. Rata-rata siswa di kelas mampu

menjawab pertanyaan dengan tepat. Mereka juga mampu menyelesaikan tugas tepat waktu. Selain itu siswa

juga lebih mampu membuat pertanyaan yang bagus yang mudah dipahami dan sesuai dengan materi.

Aspek kecepatan siswa juga mengalami peningkatan. Siswa dapat menyelesaikan tugas lebih awal.

Kecepatan juga terlihat saat siswa menjawab pertanyan. Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan cepat

dan tepat. Sehinga pelajaran dapat berlangsung dengan lancar, aktif, kreatif, bermakna, dan menyenangkan

Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi pada guru sebagai fasilitator pembelajaran. Kualitas guru

dalam mengajar lebih meningkat dibandingkan siklus sebelumnya. Guru lebih tenang, dapat menciptakan

suasana pembelajaran yang efektif, terkesan luwes, dan dapat menguasai kelas, mengelola ruang,

menggunakan model pembelajaran, dan strategi dengan tepat. Hal yang lebih menggembirakan lagi guru

terkesan lebih kreatif, lebih bergairah mengajar, membawa suasana kelas menjadi menjadi segar.

Page 17: PTK word

Dengan suasana kelas yang demikian ternyata siswa lebih mudaah memahami materi pelajaran. Hasil

belajar siswa meningkat dan kualitas guru dalam mengajar juga meningkat. Sehingga tidak aneh lagi jika

anatara guru dan siswa terjalin hubungan yang dinamis, harmonis, dan menyenangkan.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPS materi Negara-negara

Asia Tenggara melalui kolaborasi model Quantum Teaching dan Snowball Thorwing. Hal tersebut

diindikasikan dari perolehan rata-rata siklus I (81,90) dan siklus II (87,62). Sedangkan pencapaian

ketuntasan belajar individu pada siklus I sebesar 76,19% dan siklus II sebesar 90,48% sehingga indikator

kinerja penelitian tindakan kelas ini seleai pada siklus II.

Terjadinya hipotesis tindakan dalam penelitian ini membuktikan bahwa penerapan kolaborasi model

pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Thorwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Disampik aspek kognitif siswa, penerapan model tersebut juga mampu meningkatkan aspek afektif dan

psikomotor. Aspek afektif yang tampak yakni kesungguhan, keberanian, sementara aspek psikomotor dapat

dilihat dari kecepatan dan ketepatan siswa menyelesaikan serangkai tugas.

Hal tersebut dengan pendapat Nana Sudjana (2002) bahwa dalam pembelajaran terdapat tiga ranah yang

menjadi fokus peningkatan kualitas pembelajaran yakni ranah kognitif, ranah efektif,dan ranah

psikomotoris. Dengan demikian hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan rujukan oleh peneliti lain

yang hendak menelaah dan menindakkritisi sebagai fenomena aktual bidak pendidikan kususnya dalam hal

inovasi pembelajaran.

Page 18: PTK word

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik simpulan bahwa dalam melalui

kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing terbukti dapat meningkatkan

hasil belajar IPS materi negara-negara Asia tenggara pada siswa kelas VIII SMP Anjasmoro Semarang. Hal

tersebut ditadai dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya peningkatan

rata-rata hasil IPS dari siklus I sebesar 81,90 dan 87,62 pada siklus II. Sedangkan untuk pencapaian

ketuntasan belajar individual, siklus I sebesar 76,19% dan siklus II sebesar 90,48%.

Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin meningkat dari rata-rata sedang

menjadi baik bahkan baik sekali. Demikian juga aktifitas guru semakin meningkat yakni mampu mengelola

proses pembelajaran IPS lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Para guru sekolah dasar, hendaknya lebih memiliki kmitmen yang tinggi dalam menjalankan

tugasnya dengan melaksanakan tugas pokok secara profesional, mengkaji dan menerapkan

berbagai inovasi pembelajaran secara variatif sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS.

2. Para kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, hendaknya lebih mengintensifikiasikan perannya

sebagai supervisor agar guru sekolah dasar memiliki motivasi dalam menerapkan model-model

pembelajaran yang bermakna. Selebihnya, pemberian kesmpatan untuk mengikuti penataran,

bintek, workshop, dan sejenisnya kepada guru perlu mendapat perhatian

Page 19: PTK word

DAFTAR PUSTAKA

Bobbi DePorter. 2002. Quantum Teaching. Boston: Allyn Bacon.

B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

.... 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kelas di SMP, SMPLB, SLB Tingkat Dasar, dan MI. Jakarta:

Depdiknas.

.............2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas.

Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur

Balitbang Depdiknas.

Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

RoSMPakarya.

Purwadi Suhandini. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES.

Puskur Balitbang Depdiknas. 2003. Model-model Pembelajaran Efektif.

(www.puskur_balitbang_depdiknas.com).upadate 28 Agustus 2007.

Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yakarta: Bumi Aksara.

Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Tintin Heryatin. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Quantum dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris

dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah. Hasil Penelitian.

(http://pps.upi.edu/org/abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html). update 28 Agustus 2007.

Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

Oleh : Nanang Wiwit Sinudarsono, S.Pd.