ptk sq3 r
TRANSCRIPT
PENERAPAN SQ3R DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MEMBACA CEPAT SISWA DI KELAS III SD NEGERI UJUNG TEBU
CURUG KOTA SERANG
LAPORAN PTK
Disusun untuk memenuhi tugas workshop guru dalam Pengembangan karir PTK SD
Oleh :
ERNA KURNIA, S.Pd
NIP. 19870917 200902 2 001
SEKOLAH DASAR NEGERI UJUNGTEBU
UPT PENDIDIKAN KECAMATAN CURUG
KOTA SERANG
2012
LEMBAR PERSETUJUAN PTK
ERNA KURNIA, S.Pd
19870917 200902 2 001
PENERAPAN SQ3R DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT
SISWA DI KELAS IV SD NEGERI UJUNGTEBU CURUG KOTA SERANG
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Ujungtebu Kecamatan Curug Kota Serang)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Kepala Sekolah SDN Ujungtebu
Dra. Hj. ROQAYAH, MM.Pd
NIP. 19630104 198412 2 003
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke khadirat Allah swt. Yang telah memberikan rakhmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua, sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjunan Nabi
Muhammad saw. beserta keluarga, para sahabat, serta kita pengikutnya hingga akhir zaman.
Penelitian Tindakan Kelas ini disusun untuk memenuhi tugas workshop guru dalam
Pengembangan karir PTK SD.
Banyak kendala yang saya hadapi dalam penyusunan PTK ini, semua kendala dan
rintangan saya hadapi dengan sebaik mungkin. Tentunya, semua kendala tidak akan mampu saya
hadapi sendiri, ada satu waktu dimana sayapun membutuhkan bantuan, bimbingan, arahan dan
juga saran-saran dan dorongan dari orang lain. Untuk itu, dalam kesempatan ini, perkenankanlah
saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Hj. Roqayah, MM.Pd, selaku kepala SDN Ujungtebu.
2. Para pengawas SD di lingkungan UPT Pendidikan Kecamatan Curug Kota Serang.
Saya sangat menyadari bahwa tiada karya manusia yang sempurna, tentunya masih
banyak kekurangan dari segi penyajian maupun isinya, untuk itu kritik dan saran yang membangun
dari seluruh pembaca sangat saya harapkan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Serang, Juni 2010
Penulis
ABSTRAKSI
Erna Kurnia. (2010). Penerapan SQ3R Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca
Cepat Siswa Di Kelas III SD Negeri Ujungtebu Curug Kota Serang.
Latar belakang penelitian didasarkan pada hasil pengamatan bahwa guru dalam
pembelajarannya kurang tepat dalam menggunakan metode dan langkah-langkah yang sesuai
dengan topik pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk membantu menambah wawasan dan pengetahuan guru
tentang penggunaan metode pembelajaran SQ3R.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas, yang
meliputi beberapa siklus tindakan.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Aktifitas siswa dari siklus I sampai siklus III mengalami
peningkatan. (2) Hasil belajar siswa berdasarkan rata-rata hasil belajar dari pra siklus sampai
dengan siklus III terjadi peningkatan.
Hasil penelitian direkomendasikan: (1) Bagi guru SD, agar terus berusaha meningkatkan
kemampuan siswa dalam membaca cepat dengan metode SQ3R. (2) Bagi Kepala Sekolah dan
pengawas UPTD Pendidikan Kecamatan Curug agar terus meningkatkan potensi guru-guru di
Sekolah Dasar dalam bidang pengajaran dengan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca
cepat. (3) Bagi para siswa, agar lebih giat lagi dalam belajar terutama dalam membaca cepat dan
pemahamannya.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PTK ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
ABSTRAKSI ...................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. v
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................................... 4
A. Kajian Teori ................................................................................................. 4
B. Model SQ3R dalam Pembelajaran ............................................................... 12
C. Kerangka Berfikir ........................................................................................ 14
D. Hipotesis Tindakan ...................................................................................... 15
BAB III METODEPENELITIAN ................................................................................... 17
A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ...................................................... 17
B. Subyek Penelitian ......................................................................................... 17
C. Prosedur (Langkah-langkah Penelitian) ....................................................... 17
D. Instrumen Penelitian .................................................................................... 20
E. Teknik Analisis Data .................................................................................... 20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 22
A. Deskripsi Data .............................................................................................. 22
B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................... 27
C. Jawaban Hipotesis ........................................................................................ 30
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .......................................................... 31
A. Kesimpulan .................................................................................................. 31
B. Rekomendasi ................................................................................................ 31
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1. Bagan Langkah-langkah Pembelajaran SQ3R ...................................... 14
4.1. Hasil Tes Belajar Siswa Pada Kegiatan Pra Siklus ............................... 22
4.2. Observasi Siswa dalam Aktifitas Belajar .............................................. 25
4.3. Observasi Guru dalam Pembelajaran .................................................... 26
4.4. Hasil Tes Belajar Siswa Pada Kegiatan Siklus I ................................... 26
4.5. Rekapitulasi Kegiatan Belajar Siswa .................................................... 28
4.6. Rekapitulasi Hasil Tes Belajar Siswa ...................................................... 102
DAFTAR GRAFIK
Grafik
4.1. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa ...................................................... 30
4.2. Rekapitulasi Hasil Tes Belajar Siswa dari Seluruh Siswa ....................... 30
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Foto-foto Kegiatan
3. Surat Keputusan (SK) Pembimbing
4. Surat Izin Penelitian
5. Surat Keterangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
0
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peran pendidikan sangatlah penting dalam menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Pada hakekatnya, pendidikan merupakan suatu upaya yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, setiap proses pendidikan akan
bermakna mengembangkan potensi hidup seluas-luasnya. Dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia memerlukan suatu pendekatan untuk mengembangkan potensi siswa dalam
menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni menyimak, mewicara, membaca dan
menulis. Sehubungan dengan upaya meningkatkan keterampilan membaca pada siswa,
masalah keterampilan membaca cepat perlu mendapat perhatian. Untuk itu penulis ingin
mengetahui sejauh mana keberhasilan pengajaran Bahasa Indonesia dalam membaca
cepat jika diterapkan dengan metode SQ3R.
SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah yaitu, survei
(prabaca), question (mengajukan pertanyaan), read (membaca), recite atau recall
(berhenti sejenak atau mengingat), dan review (tinjauan atau mengulang). Dalam
membaca cepat terkandung didalamnya pemahaman yang cepat pula. Untuk itu kita perlu
menguasai teknik-teknik membaca cepat dan efektif. Untuk memahami bacaan perlu
diambil langkah-langkah strategis, yaitu menggunakan metode SQ3R.
Dalam meningkatkan keterampilan membaca, terutama membaca cepat siswa
bukan hal yang mudah. Faktor yang mempengaruhi terwujudnya keterampilan membaca
cepat siswa seperti halnya tersedia sarana dan prasarana, kemauan dan motivasi siswa,
teknik membaca dan metode yang digunakan guru. Pada dasarnya yang menjadi
permasalahan dalam pembelajaran membaca cepat yaitu:
1. Guru tidak sesuai dalam menerapkan pendekatan pembelajaran
2. Siswa kurang termotivasi untuk belajar
3. Keterbatasan guru dalam hal kemampuan menyampaikan materi pelajaran.
Kerugian yang terjadi pada masalah ini apabila tidak diteliti yaitu kita tidak bisa
mengetahui sejauh mana perkembangan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Dan
kita tidak bisa mengetahui bahwa dalam pengajaran pembelajaran Bahasa Indonesia
apakah mencapai tujuan atau tidak.
Dengan adanya penelitian ini kita bisa mengetahui sejauh mana perkembangan
kemampuan anak dalam pembalajaran Bahasa Indonesia. Tepatnya kemampuan anak
dalam membaca cepat. Selain itu juga kita dapat mengetahui metode atau pendekatan apa
yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Namun dalam
penelitian ini penulis menggunakan SQ3R.
Pada dasarnya kemampuan membaca anak SD itu kurang diperhatikan. Untuk itu
sebagai calon guru kita harus dapat menciptakan cara untuk menumbuhkan minat
2
membaca siswa. Misalnya dengan cara membiasakan anak untuk membaca cerita
dongeng. Meningkatkan keterampilan membaca cepat siswa bukan hal yang mudah.
Teknik membaca yang baik akan mengantarkan siswa untuk terampil membaca. Hal lain.
Dengan metode yang digunakan oleh guru dalam pengajaran haruslah sesuai dengan
karakteristik siswa baik secara individu maupun kelompok. Metode SQ3R merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan ketrampilan membaca cepat pada anak.
Berdasarkan dari semua permasalahan di atas, penulis terinspirasi untuk
mengadakan penelitian di Kelas III SD Negeri Ujungtebu dengan judul Penelitian
Tindakan Kelas “Penerapan SQ3R Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat
Siswa di Kelas III SD Negeri Ujungtebu Curug Kota Serang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dengan
menggunakan metode SQ3R, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah penggunaan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca
cepat?
2. Sejauhmana peningkatan kemampuan siswa dalam membaca cepat dengan
menggunakan metode SQ3R?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian yang
ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Ingin membantu kesulitan siswa dalam membaca cepat dengan menggunakan langkah-
langkah metode SQ3R.
2. Ingin membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca cepat dengan
menggunakan metode SQ3R.
D. Manfaat Penelitian
Bertitik tolak dari tujuan yang ingin dicapai setelah proses penelitian berlangsung,
penulis berharap agar penelitian ini memperoleh hasil sebagai berikut:
1. Kegunaan Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan mengenai efektifitas metode pembelajaran dengan
menggunakan metode SQ3R
b. Mampu menerapkan pembelajaran dengan metode SQ3R
c. Dapat mensosialisasikan pembelajaran dengan metode SQ3R
d. Menemukan rancangan PTK yang efektif untuk memecahkan masalah dalam
kegiatan belajar
3
2. Kegunaan Bagi Guru
a. Dapat meningkatkan keterampilan dalam proses belajar mengajar dengan metode
pembelajaran yang menggunakan metode SQ3R
b. Dapat mengetahui teknik pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan
metode SQ3R
3. Kegunaan Bagi Siswa
a. Meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan pada pelajaran Bahasa
Indonesia
b. Mendapatkan pengalaman secara langsung dari hasil belajar sehingga mampu
menerapkan konsep membaca cepat dalam kehidupan sehari-hari
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Isi pembelajaran,
menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan
pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu,
setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk
setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi
pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian
tujuan belajar dapat terpenuhi.
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan belajar dalam
berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa
kompetensi belajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca,
berbicara, menyimak, dan mendengarkan.
Secara universal, pengertian bahasa ialah suatu pelahiran yang bentuk dasarnya
ujaran. Ujaran inilah yang membedakan manusia dengan mahluk lain. Dengan ujaran
inilah manusia mengungkapkan hal yang nyata atau maya, yang berwujud, yang tampak
kasat mata, yang ghoib, khayati, mendeskripsikan situasi dan konadisi masa lampau, masa
kini, maupun masa yang akan datang. Ujaran manusia itu menjadi bahasa, tatkala dua
orang manusia atau lebih bersepakat bahwa seperangkat bunyi memiliki makna yang
disetujui bersama.
2. Teori Membaca dan Penerapannya pada Pengajaran Bahasa Indonesia
Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Membaca adalah
suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperolah pesan,
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses
yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam
suatu pandanagn sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui.
Kalau hal ini tidak terpenuhi pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap
atu dBahasa Indonesiahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik
(Hodgson 1960, dalam Henry Guntur Tarigan, 2008:7). Dan membaca merupakan proses
yang kompleks. Proses ini melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Menurt Burns
dkk. (1997 :7) , (dalam Farida Rahim 2007 : 12).
Dari segi linguistik membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan
pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan berbicara dan
menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspekpembacaan sandi
5
(decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa
lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi
bunyi yang bermakna. (Anderson 1972 dalam Henry Guntur Tarigan, 2008 : 7-8).
Istilah-istilah linguistic decoding dan encoding tersebut akan lebih mudah
dimengerti kalau kita dapat memahami bahwa bahasa (language) adalah sandi (code)
yang direncanakan untuk membawa /mengandung makna (meaning). Beberapa ahli lebih
cenderung memakai istilah recording (membaca) sebab pertama sekali lambang-lambang
tertulis (written Symbols) di ubah menjadi bunyi, kemudian barulah sandi itu dibaca (are
decoded). Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan alat
untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis berhubungan erat karena keduanya
merupakan alat untuk mengutarakan makna, mengemukakan pendapat, mengekspresikan
pesan. (Anderson 1972 dalam Henry Guntur Tarigan, 2008 : 8-9).
Membaca dapat pula di artikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk
berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain, yaitu
mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.
Ada pula beberapa penulis beranggapan, bahwa “membaca” adalah suatu kemampuan
untuk melihat lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis
tersebut melalui fonik (phonics = suatu metode pengajaran membaca ucapan, ejaan
berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi/menuju membaca lisan
(oral reading).
Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat
dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis.
Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis, tetapi berada pada pikiran pembaca.
Demikianlah, makna itu akan berubah karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang
berbeda-beda yang dia pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata
tersebut. (Anderson 1972 dalam Henry Guntur Tarigan, 2008 : 9).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa reading adalah bringing meaning to and
getting meaning from printed ar written material, memetik serta memahami atau makna
yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finhochiaro and Bonomo 1973 dalam Henty
Guntur Tarigan, 2008 : 9). Jelaslah bagi kita bahwa membaca adalah suatu proses yang
bersangkut paut dengan bahasa. Menyimak dan berbicara haruslah selalu mendahului
kegiatan membaca. Oleh karena itu, sangat penting sekali diingat agar setiap kesulitan
yang berkenaan dengan bunyi, intonasi, atau jeda haruslah dijelaskan sebelum para
pelajar disuruh membaca dalam hati ataupun membaca lisan. (Finocchiaro and Bonomo
1973 dalam Henry Guntur Tarigan, 2008 : 9). Kesimpulan yang dapat diambil, bahwa
“membaca ialah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya” (Lado 1976
dalam Henry Guntur Tarigan : 9).
Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak. Ada 2 cara
yang ditempuh pembaca dalam memperoleh makna dari barang cetak antara lain:
6
a. Langsung, yakni menghubungkan ciri penanda visual bunyi dari tulisan dengan
maknanya, biasanya digunakan oleh pembaca lanjut.
b. Tidak langsung, yakni mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkannya
dengan makna, biasanya digunakan oleh pembaca permulaan.
Kegiatan membaca menjadi dua tahap :
a. Dalam tahap persiapan, anak mulai menyadari tentang fungsi barang cetak, konsep
tentang cara kerja barang cetak, konsep tentang huruf, konsep tentang kata.
b. Dalam tahap perkembangan, anak mulai memahami pola bahasa yang terdapat dalam
barang cetak. Anak mulai belajar memasangkan satu kata dengan kata yang lain.
Pengajaran membaca sangat tepat digunakan sebagai sarana untuk membimbing
anak menjadi pembaca yang mandiri dan menumbuhkan minat baca. Melalui pengajaran
membaca bersuara, guru dapat menjadikan barang cetak (mati) menjadi hidup. Melalui
kegiatan ini guru dapat memberikan contoh cara membaca dengan kecepatan, irama dan
suara yang tepat. Selain itu, guru dapat mengajak anak dengan bahasa tulis. Cara yang
ditempuh untuk mengajak anak mengakrabi buku adalah sebagai berikut :
a. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
b. Perkenalkan buku-buku baru
c. Pilih waktu yang paling tepat
d. Beri kesempatan untuk merespon isi buku
e. Berikan bimbingan dalam memahami bacaan
f. Gunakan cara dan waktu yang bervariasi.
Untuk dapat memacu perkembangan anak dalam membaca. Clay (1966)
mengemukakan perlunya penciptaan kondisi yang kondusif bagi kegiatan membaca.
Kondisi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Kemahiran membaca diperoleh melalui interaksi sosial dan tingkah laku emulatif
(kompetitif).
b. Anak menguasai kemahiran membaca sebagai hasil dari pengalaman hidupnya.
c. Anak akan menguasai kemahiran membaca jika ia tahu tujuan dan memerlukan
proses.
d. Kegiatan bermain memainkan peran dalam penguasaan bahasa.
3. Manfaat Membaca
Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks.
Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Di zaman yang semakin maju dan
modern sekarang ini, membaca adalah hal yang penting bagi kehidupan. Dengan
membaca kita dapat melakukan apa saja dan melaksanakan kegiatan apapun. Seperti
tanda-tanda jalan mengarahkan orang-orang yang berpergian sampai pada tujuannya,
menginformasikan pengemudi mengenai bahaya dijalan, dan mengingat aturan-aturan lalu
lintas. Itulah manfaatnya membaca.
7
Disamping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan
sehari-hari manusia. Jadi kemampuan membaca itu sangat penting bagi manusia untuk
menjalani kehidupan.
4. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan
dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Membaca juga hendaknya
mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung
lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam
kegiatan membaca dikelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan
menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan
membaca itu sendiri. Dalam pengajaran membaca di Sekolah Dasar (SD), tujuan
membaca mencakup :
a. Kesenangan
b. Menyempurnakan membaca nyaring
c. Menggunakan strategi tertentu
d. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topic
e. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya
f. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis
g. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi
h. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari
suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari struktur teks
i. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Blanton, dkk. Dan Irwin dalam burns
dkk. 1996. Dalam Farida Rahim, 2007 : 11-12).
Berikut beberapa hal yang penting dalam tujuan membaca:
a. Membaca untuk menemukan atu mengetahui penemuan-penemuan yang telah
dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang telah terjadi pada
tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh.
Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau
fakta-fakta (reading for details or fact).
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik,
masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami oleh
tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai
tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama
(reading for main ideas).
c. Membaca untuk menemukan atau untuk mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya, setiap
tahap dibuat untuk memecahkan suaatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian
8
buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan,
orgnisasi cerita (reading for sequence).
d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti
cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca,
mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat
mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca
inferensi (reading for inference).
e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar
mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar
atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk
mengklasifikasikan (reading to classify).
f. Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran
tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja
seperti cara tokoh, bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca
mengevaluasi (reading to evaluate).
g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya
berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan,
dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk
memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).
(Anderson 1972, dalam Henry Guntur Tarigan 2008 : 9-11).
5. Aspek-aspek Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan
serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Sebagai garis besarnya, terdapat dua
aspek penting dalam membaca yaitu :
a. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada
pada urutan yang lebih rendah (lower order).
b. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap
pada urutan yang lebih tinggi (higher order).
Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis
(mechanical skills) tersebut, aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring,
membaca bersuara (atau reading aloud; oral reading). Untuk keterampilan pemahaman
(comprehension skills), yang paling tepat adalah dengan membaca dalam hati (silent
reading), yang dapat pula di bagi atas :
a. Membaca ekstensif (extensive reading)
b. Membaca intensif (intensif reading)
Selanjutnya, membaca ekstensif ini mencakup pula :
1. Membaca survey (survey reading)
2. Membaca sekilas (skimming)
9
3. Membaca dangkal (superficial reading).
Sedangkan, membaca intensif dapat pula dibagi atas:
1. Membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup pula:
a. Membaca teliti (close reading)
b. Membaca pemahaman (comprehensive reading)
c. Membaca kritis (critical reading)
d. Membaca ide (reading for ideas).
2. Membaca telaah bahasa (language study reading), yang mencakup pula:
a. Membaca bahasa asing (foreign language reading)
b. Membaca sastra (literary reading).
6. Membaca sebagai Suatu Keterampilan
Dalam berkomunikasi kita kita menggunakan keterampilan berbahasa yang telah
kita miliki, seberapapun tingkat atau kualitas keterampilan itu. Dalam berkomunikasi,
sipengirim mungkin menyampaikan pesan berupa pikiran, perasaan, fakta, kehendak
dengan menggunakan lambang-lambang berupa bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan.
Dengan kata lain, dalam proses encoding si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-
bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi yang di ucapkan. Selanjutnya pesan yang di
formulasikan dalam wujud bunyi (bahasa lisan) tersebut disampaikan kepada penerima.
Aktivitas tersebut biasa dikenal dengan istilah berbicara. Dipihak lain, si penerima
melakukan aktivitas decoding berupa pengubahan bentuk-bentuk bahasa yang berupa
bunyi-bunyi lisan tersebut kembali menjadi pesan. Aktivitas tersebut biasa disebut dengan
istilah mendengarkan (menyimak).
Adapula pengirim menyampaikan pesan itu dengan menggunakan lambang-
lambang berupa tulisan. Dalam proses encoding si pengirim merubah pesan menjadi
bentuk-bentuk bahasa tertulis, kemudian dikirimkan kepada penerima. Aktivitas tersebut
biasa disebut dengan istilah menulis. Kemudian, sipenerima dalam proses decoding
berupaya memaknai bentuk-bentuk bahasa tertulis itu sehingga pesan dapat diterima
secara utuh. Aktivitas tersebut kita kenal dengan istilah membaca.
Komunikasi sesungguhnya terjadi dalam suatu konteks kehidupan yang dinamis,
dalam suatu konteks budaya. Dalam komunikasi yang sesungguhnya, ketika melakukan
proses encoding si pengirim berada dalam satu konteks yang berupa riang, waktu, peran,
serta konteks budaya yang menjadi latar belakang pengirim dan penerima. Keberhasilan
suatu komunikasi sangat bergantung kepada proses encoding dan decoding yang sesuai
dengan konteks komunikasi. Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbahasa dalam
posisi sebagai pengirim pesan, dalam proses encoding ia terampil memilih bentuk-bentuk
bahasa yang tepat, sesuai dengan konteks komunikasi.
Dapat di bayangkan bila kita tidak memiliki kemampuan berbahasa. Kita tidak
dapat mengungkapkan pikiran, tidak dapat mengekspresikan perasaan, dan tidak dapat
10
melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Di pihak lain, kita tidak dapat memahami pikiran,
perasaan, gagasan, fakta yang disampaikan oleh orang kepada kita (Isah Cahyani,
Hodijah, 2008 : 3-6).
Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa membaca
adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan
serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan perkataan lain,
keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu :
a. Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca
b. Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistic yang formal
c. Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning (Broughton (et al)
1978, dalam Henry Guntur Tarigan 2008 : 11-12).
Membaca adalah keterampilan reseftif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat
dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara.
Tetapi, pada masyarakat memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, seringkali
keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan
menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca antara lain
sebagai berikut. Pembaca harus :
1. Mengenal system tulisan yang digunakan
2. Mengenal kosakata
3. Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama
4. Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata sulit, dari konteks tertulis
5. Mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat dan sebagainya
6. Menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat seperti subjek, predikat, objek,
preposisi, dan sebagainya
7. Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis
8. Merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan dan partisBahasa Indonesian
9. Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-
kesimpulan
10. Menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal
untuk memahami topic utama dan informasi utama
11. Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan
12. Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang
berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara
mendalam (Isah Cahyani, Hodijah 2008 : 9-10).
7. Membaca Cepat
Membaca adalah aktifitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar
tindakan yang terpisah-pisah. Pemahaman dan kecepatan membaca menjadi amat
11
tergantung pada kecakapan dalam menjalankan setiap organ tubuh yang diperlukan untuk
itu.
Dalam membaca cepat terkandung didalamnya pemahaman yang cepat pula.
Bahkan pemahaman inilah yang menjadi pangkal tolak pembahasan, bukannya kecepatan.
Akan tetapi, tidak berarti bahwa membaca lambat akan meningkatkan pemahaman.
Bahkan orang yang biasa membaca lambat untuk mengerti suatu bacaan akan dapat
mengambil manfaat yang besar dengan membaca cepat.
Kecepatan membaca sangat tergantung pada bahan dan tujuan yang membaca, dan
sejauh mana keakraban pembaca dengan bahan tersebut. Kecepatan membaca harus
seiring dengan kecepatan pembaca memahami bahan bacaan itu.
Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh seseorang dalam membaca adalah
mereka terlalu menekuni detail sehingga kehilangan ide sentralnya. Menemukan ide
pokok suatu paragraf atau bacaan adalah kunci untuk mengerti apa yang kita baca itu.
Apabila ide pokok telah dikuasai, maka detailnya menjadi mudah kita kenali. Oleh karena
itu, dalam membaca apa saja pembaca harus cepat menemukan ide pokoknya. Jangan
membuang waktu untuk menekuni detail.
Kegiatan membaca dilakukan bersama-sama oleh mata dan otak. Mata bekerja
seperti kamera, yaitu memotret. Hasilnya, film negative. Selanjutnya, proses dilakukan di
otak, hasilnya, yaitu gambar positif. mata melihat dan mata menginterpretasikan saat itu
juga sehingga “apa yang anda lihat, itulah yang anda dapat”. Otak menyerap apa yang
dilihat mata. Oleh karena itu, melihat adalah mengerti. Unsur utama membaca itu adalah
otak, mata hanya alat untuk mengantarkan gambar ke otak lalu otak memberikan
interpretasi terhadap apa yang dituju oleh mata itu.
Skimming dan scanning adalah keterampilan membaca yang diatur secara
sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien dapat menolong kita memberikan
keputusan yang tepat terhadap bahan-bahan itu. Kecepatan membaca pun harus fleksibel.
Artinya, kecepatan itu tidak harus selalu sama. Adakalanya kecepatan itu diperlambat.
Hal itu tergantung pada bahan dan tujuan kita membaca. Pada hakikatnya, membaca cepat
itu adalah keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan kita,
yang ada relevansinya dengan kita, tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni
bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan (Soedarso 2006 : 1-2).
8. Metode SQ3R
System membaca SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson tahun 1941,
merupakan system membaca yang semakin populer yang digunakan orang. SQ3R
merupakan proses membaca yang terdiri dari 5 langkah. Yaitu, survey, question, read,
recite atau recall, dan review.
Dalam system SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu kita survey bacaan
untuk mendapat gagasan umum apa yang kita baca. Lalu dengan mengajukan berbagai
12
pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya kita harapkan terdapat dalam bacaan
tersebut kita akan lebih mudah memahami bacaan. Selanjutnya dengan mencoba
mengutarakan kata-kata sendiri pokok-pkok pentingnya, kita akan menguasai dan
mengingatnya lebih lama. (Soedarso 2006 : 59-60).
B. Model SQ3R dalam Pembelajaran
SQ3R merupakan system membaca yang terdiri dari lima langkah, yaitu : survey.
Question, read, recite (recall), dan review. Berikut penjelasan langkah-langkahnya.
1. S (Survey)
Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara
lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca
dengan maksud untuk :
1. Mempercepat menangkap arti
2. Mendapatkan abstrak
3. Mengetahui ide-ide yang penting
4. Melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut
5. Mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan
6. Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
Prabaca dilakukan hanya beberapa menit, tetapi dengan cara yang sistematis kita cepat
menemukan ide-ide penting dan organisasi bahan. Hak itu akan sangat membantu
mencapai tujuan kita membaca.
Survey buku, dalam prabaca buku, tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah
memperhatikan judul buku dan mengajukan pertanyaan tentang topik yang terkandung
didalamnya. Lalu melihat nama penulis dan atributnya yang biasanya memberikan
petunjuk isi tulisan. Untuk melihat aktualisasinya, lihat tahun penerbitannya. Kalau ada,
baca juga sampul buku bagian belakang yang memnuat pesan penerbit mengenai hal
penting dari buku. Tahap berikutnya adalah sebagai berikut :
1. telusuri daftar isi, untuk mendapatkan keseluruhan organisasi buku/informasi buku.
2. Baca pengantar, adakalanya kalau kita pergi keperpustakaan, dihadapkan pada deretan
buku yang mengupas hal yang sama.
3. Lihat table, grafik, dan lain-lain. Bagian buku ini dapat memperjelas dan mempercepat
pemahaman isi buku.
4. Apendiks, jangan dilupakan suplemen atau apendiks yang biasanya memberi tambahan
informasi yang berharga sementara kita membaca.
5. Telusuri indeks, dapatkan kata-kata kunci untuk mencocokkan dengan tujuan dan
kebutuhan kita.
Survey bab, sebelum membaca suatu bab, adakan survey terlebih dahulu, lebih teliti
lagi dibandingkan survey secara keseluruhan tadi. Selain itu juga kita mengamati sub
judul-sub judul dan kaitannya, amati juga alat-alat bantu visual yang ada di bab itu seperti
13
grafik, peta dan lain-lain. Lalu perhatikan, paragraf pertama dan akhir ringkasan, dan sub
judul.
2. Q (Question)
Bersamaan pada saat survey, ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang isi
bacaan itu, dengan mengubah judul dan sub judul serta sub dari sub judul menjadi suatu
pertanyaan. Gunakan kata-kata siapa, apa, kapan, dimana, atau mengapa. Pada waktu
survey buku keseluruhan pertanyaan penbaca mungkin terlalu umum, tetapi pada saat
survey bab ke bab pertanyaan–pertanyaan itu dapat lebih spesifik. Suatu pertanyaan dapat
menimbulkan beberapa pertanyaan lain tentang isi secara lebih mendalam. Dengan
adanya berbagai pertanyaan itu cara membaca kita menjadi lebih aktif dan lebih mudah
menangkap gagasan yang ada darBahasa Indonesiada kalau hanya membaca asal
membaca.
3. R (Read)
Setelah melewati tahap survey dan timbul beberapa pertanyaan yang kita harapkan
akan mendapat jawaban di bacaan yang kita hadapi, langkah berikutnya adalah : Read,
membaca.
Jadi, membaca itu baru langkah ketiga, bukan langkah pertama atau satu-satunya
langkah untuk mennguasai bacaan. Baca tulisan itu bagian demi bagian. Sementara
membaca bagian-bagian itu carilah jawaban atas pertanyaan yang kita bentuk berdasarkan
judul-judul bagian atau pertanyaan lain yang muncul sehubungan dengan topic bacaan itu.
Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang penting,
yang mendukung ide pokok. Perlambat cara membaca dibagian-bagian yang penting atau
yang dianggap sulit dan percepat kembali pada bagian-bagian yang tidak penting atau
yang telah anda ketahui.
Pada tahp membaca ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu, yang pertama,
jangan membuang catatan-catatan. Ini akan memperlambat anda dalam membaca. Yang
kedua, jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah pada kata maupun frase tertentu,
bisa jadi setelah selesai membaca acapkali ternyata salah memilihnya. Pada tahap
membaca ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pekoknya serta mengetahui
detail yang penting.
4. R (Recite atau Recall)
Setiap selesai membaca suatu bagian, berhetilah sejenak dan cobalah menjawab
pertanyaan-pertanyaan bagian itu atau menyebutkan hal-hal penting dari bab itu. Pada
kesempatan itu, kita dapat juga membuat catatan seperlunya. Jika masih mengalami
kesulitan, ulangi membaca bab itu sekali lagi. Sebelum menginjak langkah selanjutnya,
pastikan empat langkah ini dijalani dengan benar. Sekalipun bahan itu mudah dimengerti,
tahap mengutarakan kembali hal-hal penting itu jangan dilewatkan agar tidak mudah kita
lupakan.
14
5. R (Review)
Daya ingat kita terbatas. Sekalipun pada waktu membaca 85% kita menguasai
isibacaan, kemampuan kita dalam waktu 8 jam untuk mengingat detail yang penting
tinggal 40%. Dan, dalam tempo dua minggu pemahaman kita tinggal 20%.
Oleh karena itu, janganlah dilewatkan langkah terakhir ini : Review. Setelah selesai
keseluruhan dari apa yang harus dibaca, ulangi untuk menelusuri kembali judul-judul dan
subjudul dan bagian-bagian penting lainnya dengan menemukan pokok-pokok penting
yang perlu untuk diingat kembali. Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas
pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang barangkali kita lewati sebelum
ini. (Soedarso 2006 : 64).
Tabel 2.1
Bagan langkah-langkah pembelajaran SQ3R
C. Kerangka Berfikir
Banyak orang apabila menghadapi buku atau bahan lainnya langsung saja mulai
membaca kata pertama pada kalimat pertama, paragraf pertama, dan halaman pertama.
Dengan tekun ditelusuri kata demi kata, kalimt demi kalimat. Pada umumnya orang (yang
belum pernah mendapat latihan khusus) membaca terlalu lambat, jauh lebih lambat dari pada
kemampuannya. Hal itu disebabkan hal-hal berikut :
1. Kebiasaan yang lama yang salah yang telah mendarah daging dibawa dari kecil.
2. Tidak agresif dalam usahanya memahami arti bacaan. Tidak konsentrasi, sehingga tidak
cepat menanggapi dan tidak cepat berusaha menyelesaikan bacaan.
3. Persepsimya kurang sehingga lambat dalam menginterpretasikan apa yang dibaca.
No Langkah-langkah Pembelajaran
1. Guru mempersiapkan materi pembelajaran
2. Guru menjelaskan tentang metode SQ3R
3. Siswa di beri materi bacaan dan melakukan survey atau Prabaca
4. Bersamaan pada saat survey siswa dipersilahkan untuk
Mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan
5. Siswa membaca bacaan dan mencari jawaban atas pertanyaan
Yang dibentuk judul-judul bagian atau pertanyaan lain yang
Muncul sehubungan dengan topik bacaan itu.
6. Setiap selesai membaca suatu bagian, siswa berhenti sejenak
Dan menjawab pertanyaan-pertanyaan atau menyebutkan
hal-hal penting dari bacaan itu.
7. Setelah selesai keseluruhan dari apa yang dibaca ulangi untuk
Menelisuri kembali isi bacaan dan bagian-bagian penting
Lainnya dengan menemukan pokok-pokok penting yang perlu
Untuk diingat kembali.
15
Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar
tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan,
mengamati dan mengingat-ingat. Kita tidak dapat membaca tanpa menggerakan mata atau
tanpa menggunakan pikiran kita. Pemahaman dan kecepatan membaca menjadi amat
tergantung pada kecakapan dalam menjalankan setiap organ tubuh yang diperlukan untuk itu.
Pada waktu anak belajar membaca, ia belajar mengenal kata demi kata, mengejanya,
dan membedakannya dengan kata-kata lain. Misalnya, padi dan pagi, ibu dan ubi. Anak harus
membaca dengan bersuara, mengucapkan setiap kata secara penuh agar diketahui apakah
benar atau salah ia membaca. Selagi belajar anak diajari membaca secara struktural, yaitu dari
kiri kekanan dan mengamati tiap kata dengan seksama pada susunan yang ada.
Keterbatasannya belum memungkinkan memanipulasi arti kata dan susunan kata itu dalam
kalimat. Oleh karena itu, pada waktu membaca anak melakukan kebiasaan berikut :
1. Menggerakkan bibir untuk melafalkan kata yang dibaca.
2. Menggerakan kepala dari kiri kekanan.
3. Menggunakan jari atau benda lain untuk menunjuk kata demi kata.
Ada beberapa hambatan membaca cepat yaitu, membaca dengan bersuara (vokalisasi),
menggerakkan bibir, menunjuk kata demi kata dengan jari, dan menggerakkan kepala dari
kiri ke kanan, merupakan kebiasaan yang menghambat. Kebiasaan yang melibatkan fisik itu
mudah diatasi dan dalam tempo dua minggu kebiasaan itu akan hilang, asalkan kita mau
mempraktekan cara-cara penaggulangannya. Hambatan lain yang sulit diatasi adalah regresi
atau mengulangi beberapa kata kebelakang dan subvokalisasi atau melafalkan kata dalam
batin.
Dengan menghilangkan sama sekali cara membaca dalam melafalkan dalam batin apa
apa yang dibaca memang tidak mungkin, tetapi masih dapat diusahakan dengan cara
melebarkan jangkauan mata sehingga satu fiksasi (pandangan mata) dapat menangkap
beberapa kata sekaligus dan langsung menyerap idenya darBahasa Indonesiada
melafalkannya. Kita harus sadar bahwa yang penting dalam membaca adalah menangkap ide,
bukan mengingat-ingat atau menekuni symbol-simbol yang tercetak itu.
Berdasarkan pengamatan penulis, kemampuan membaca siswa Kelas IV SDN
Ujungtebu cukup baik karena pembelajaran membaca di kelas mendapat respons yang baik.
Siswa sepertinya bosan dan jenuh dengan kegiatan membaca. Keberhasilan membaca
didasarkan pada 2 faktor yaitu faktor linguistik atau yang berkaitan dengan ketatabahasaan
(mengidentifikasi bunyi dan pengetahuan gramatikal) dan faktor non linguistik (penggunaan
teknik membaca dan kemampuan mengidentifikasi tujuan yang termuat dalam isi teks).
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah “sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan
pendapat meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan” Sedangkan yang dimaksud
tindakan adalah “sesuatu yang dilakukan”.
16
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hipotesis tindakan adalah jawaban
sementara meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan dengan melakukan suatu tindakan.
Sistem membaca SQ3R merupakan sistem membaca yang semakin populer di
gunakan orang. SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah. Yaitu,
survey, question, read, recite atau recall, dan review.
Sesuai dengan uraian diatas maka hipotesis tindakan ini adalah “dengan menggunakan
metode SQ3R maka kemampuan siswa dalam membaca meningkat”.
17
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SDN Ujungtebu Kecamatan Curug Kota Serang.
Penelitian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Juli 2012.
Penelitian dilakukan karena siswa kurang memahami isi bacaan dengan membaca
cepat. Hal ini sesuai dengan latar belakang yang menyatakan bahwa siswa kurang
termotivasi untuk belajar. Hal tersebut mengakibatkan kemampuan siswa dalam membaca
cepat menjadi rendah.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian pada kegiatan pembelajaran adalah siswa kelas III, SDN
Ujungtebu, kecamatan Curug, Kota Serang, yang berjumlah 32 orang, terdiri dari 22
orang laki-laki dan 10 orang perempuan, yang menjadi masalah Penilitian Tindakan Kelas
(PTK) ini adalah membaca cepat dengan metode SQ3R.
C. Prosedur (Langkah-langkah Penelitian)
1. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif merupakan papaparan (deskripsi) informasi tentang gejala, peristiwa, kejadian
sebagaimana adanya (Suharsimi Arikunto, 2008:56).
Sesuai dengan uraian di atas maka dipilihlah jenis penelitian Tindakan (Action
Research). Penelitian tindakan adalah kegiatan kajian tentang situasi sosial dengan
maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh pelaksanaan, telaah,
diagnesis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengaruh menciptakan hubungan
yang diperlukan antara evaluasi diri dan perkembangan profesional (dalam Suwarsih
Madya, 1994:16).
Menurut Kemmis dan Taggart (1988:15), penelitian tindakan adalah suatu
penelitian yang bersifat reflektif diri yang dilakukan oleh peserta-peserta tindakan dalam
situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan sosial
mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktek-praktek itu, terhadap situasi tempat
mereka melakukan praktek-praktek tersebut.
Berdasarkan pada definisi penelitian tindakan yang diberikan oleh beberapa pakar
diatas, maka dapat disimpulkan pengertian Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitain
dalam bidang yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penelitian yang dilakukan dengan jalan merancang, melaksanakan, mengobservasi, dan
18
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisBahasa Indonesiatif, dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa meningkat.
2. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini terdiri dari pra siklus dan siklus tindakan yang terdiri dari empat
tahap, yaitu : tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Sedangkan pra iklus
terdiri dari dua tahap yaitu : tahap observasi dan refleksi.
1. Pra Siklus
Proses pra siklus merupakan tahap awal dari rangkaian siklus tindakan. Pada
kegiatan pra siklius ini dilakukan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar yang
sesungguhnya. Kegiatan ini lebih dikenal juga dengan sebutan kegiatan awal untuk
melihat kondisi dalam pembelajaran disekolah. Kegiatan pra siklus dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi dimaksudkan untuk memperoleh pembelajaran Bahasa Indonesia di
SDN Ujungtebu sesuai dengan kondisi aslinya (belum dikenai tindakan). Pelaksanaan
observasi terutama ditekankan kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Bahasa Indonesia yang dibuat guru.
1) Pelaksanaan proses dan pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
materi membaca cepat. Pengamatan dilakukan terhadap proses belajar siswa dan
mengajar guru.
2) Dalam tahap observasi ini diadakan tes mengenai materi membaca cepat dengan
tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dan hasil pembelajaran selama
kegitan belajar mengajar.
b. Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama dengan guru diskusi tentang permasalahan
yang diperoleh pada saat observasi. Hasil tes yang dilakukan pada saat observasi
yang berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia tentang membaca cepat
menunjukan bahwa kemampuan siswa kurang dalam materi membaca cepat.
Berdasarkan hasil diskusi maka peneliti mencoba menerapkan metode SQ3R untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami membaca cepat. Selanjutnya
peneliti merencanakan penelitian ke dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
2. Proses Penelitian Siklus I
Siklus I dilakukan merupakan hasil refleksi dari pra siklus, dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Perencanaan
19
Dalam tahap ini peneliti melakukan beberapa perencanan, yang berkaitan
dengan langkah-langkah yang akan dilakukan dengan tahap tindakan. Perencanaan
dalam penelitian dijabarkan sebagai berikut :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai pembelajaran
membaca cepat dengan metode SQ3R yang akan dilaksanakan pada saat kegiatan
belajar mengajar.
2) Menentukan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada saat Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM).
3) Menyusun dan membuat alat observasi yang digunakan dalam penelitian untuk
melihat aktivitas siswa dalam pengembangan pembelajaran membaca cepat
dengan metode SQ3R.
4) Menyusun penilaian (tes tertulis) yang akan digunakan dalam Proses Belajar
Mengajar (PBM).
5) Membuat rencana untuk melakukan perbaikan sebagai tindak lanjut.
6) Merencanakan untuk pengolahan data dari hasil penelitian.
b. Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan apa
yang telah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ini untuk memperbaiki
proses pembelajaran. Adapun tindakan tahapan dijabarkan sebagai berikut :
1) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, jumlah setiap kelompok berjumlah 5
orang
2) Guru membagikan Lembar Keja siswa (LKS) yang berisi soal tentang membaca
cepat kepada tiap kelompok untuk diselesaikan dalam diskusi kelompok.
3) Melaksanakan diskusi kelas setelah siswa menyelesaikan tugas kelompoknya.
4) Guru melakukan observasi terhadap jalannya pembelajaran saat siswa diskusi
kelompok dan diskusi kelas.
5) Melakukan tes individu untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menyelesaikan
membaca cepat dengan metode SQ3R.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti mengamati aktivitas guru dan siswa dalam Proses
Belajar Mengajar (PBM) dengan menggunakan metode SQ3R. Hasil observasi akan
dijadikan dasar refleksi bagi tindakan yang telah dilakukan untuk merencanakan
kegiatan atau tindakan selanjutnya. Tahap observasi dalam penelitian ini dijabarkan
sebagai berikut :
1) Pengamatan terhadap aktivitas siswa pada proses pembelajaran berlangsung yaitu
pada saat siswa berdiskusi kelompok dalam menyelesaikan soal.
2) Penerapan terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R.
20
d. Refleksi
Pada tahap ini bertujuan untuk merefleksikan hasil dari proses belajar
mengajar yaitu dengan berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka
keja, proses, problem, isu dan hambatan yang muncul dalam perencanaan dan
pelaksanaan tindakan. Pada tahap refleksi dalam penelitian dijabarkan pada kegiatan
sebagai berikut :
1) Kegiatan diskusi antara guru dan peneliti setelah tindakan dilakukan.
2) Mereflesikan hasil diskusi untuk melaksanakan siklus selanjutnya.
D. Instrumen Penelitian
Teknik penelitian adalah salah satu cara untuk mengumpulkan dan mengolah data.
Teknik ini perlu ditindaklanjuti untuk mengetahui tentang kemampuan siswa dalam
membaca cepat. Selain mengukur kemampuan siswa juga tentang proses belajar mengajar
siswa dan kegiatan mengajar guru dalam menggunakan metode SQ3R.
Teknik pengumpulan data merupakan suatu prosedur atau langkah-langkah yang akan
ditempuh dalam mengumpulkan data untuk memperoleh data diperlukan alat pengumpul
data atau instrument penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi langsung
Dalam penelitian ini observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran
berlangsung, dan juga hal-hal apa saja yang harus di perbaiki untuk pembelajaran
selanjutnya.
2. Tes
Tes adalah alat yang digunakan dalam pengukuran. Tes ini dimaksudkan untuk
mengukur ketercapaian siswa dalam setiap materi ajar yang telah disampaikan.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang dan
menggolongkan data untuk menjawab dua permasalahan pokok (Basrowi & Suwandi,
2008:131).
Data yang dipakai dalam menganalisis data ini yaitu jenis data kuantitatif. Data
kuantitatif dapat dianalisis secara deskriptif, bisa dengan presentase, mean, median,
modus, grafik, table dan sebagainya.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam analisis data yaitu:
a. Mengidentifikasi apa yang ada dalam data
b. Melihat pola-pola yang ada
c. Membuat interprestasi
21
Sedangkan tahap-tahapnya dalam analisis data ini yaitu:
a. Validasi hipotesis
b. Interpretasi dengan acuan teori
c. Tindakan untuk perbaikan lebih lanjut yang juga dimonitor dengan teknik penelitian
kelas.
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas, terdiri dari dua tahap yaitu: pra siklus, siklus 1.
Setiap tindakan pembelajaran terdiri dari satu siklus, setiap siklus terdiri dari: perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
1. Pra Siklus
a. Observasi
Pada tahap pra siklus ini peneliti mengadakan penjajagan melalui kegiatan
observasi sehingga diperoleh gambaran tentang pengelolaaan pembelajaran dan pada
tahap ini masih merupakan pembelajaran awal dari guru kelas, jadi belum ada
tindakan. Dalam pembelajaran, guru menggunakan metode yang kurang sesuai dengan
materi yang diajarkan sehingga anak kurang termotivasi untuk belajar.
Adapun data dari hasil tes belajar siswa pada pra siklus dapat dilihat dari tabel
berikut :
Table 4.1
Hasil Tes Belajar Siswa Pada Kegiatan Pra Siklus
No. Nama Siswa L/P Nilai Perolehan Keterangan
1. Sahroni L 50
2. Asnah P 50
3. Mustapid L 50
4. Adam L 50
5. Andi L 60
6. Hafdudin L 60
7. Masyopi L 60
8. M. Abdul Kodir L 50
9 Saripudin L 60
10. A. Ruba Alam L 60
11. Andini P 80
12. Aprianto L 60
13. Aris L 50
14. Aripa P 60
15. Asep L 70
16. Deni Triyadi L 60
17. Eep Wahyudi L 60
18. Fajar Saputra L 55
19. Fajar L 55
20. Windi Patika Sari P 70
21. Hapid L 60
22. Indriyani P 50
23. Lia Handayani P 75
23
No. Nama Siswa L/P Nilai Perolehan Keterangan
24. Marinah P 60
25. Masfatmawati P 75
26. Masyuda R. L 75
27. Maulana Yusuf L 70
28. Naufal Muzaki L 80
29. Saprudin L 60
30. Siti Sartika P 65
31. Susilawati P 60
32. Ma’rup L 60
Jumlah 1960
Rata-rata 61,25
Prosentase 61,25%
Keterangan:
Nilai rata-rata = SiswaJumlah
PerolehanNilaiJumlah = 25,61
32
1960
Prosentase Kelas = %100xIdealSkorJumlah
PerolehanNilaiJumlah = %25,61%100
32
1960x
b. Refleksi
Setelah observasi dilakukan, peneliti bersama guru dan kepala sekolah
mendiskusikan dan merefleksi hasil pengamatan dan diperoleh kesimpulan sabagai
berikut:
1) Perencanaan dan pembelajaran membaca cepat yang dibuat oleh guru kurang
tepat. Apersepsi yang dilakukan guru kurang menarik perhatian siswa sehingga
siswa menjadi kurang termotivasi untuk belajar.
2) Hasil belajar siswa rendah, hal ini disebabkan karena pembelajaran kurang
bermakna.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas maka peneliti mencoba menerapkan
pendekatan pemecahan maalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
membaca cepat. Pembelajaran dengan metode SQ3R inilah yang akan digunakan pada
siklus I.
2. Siklus I
Siklus I dilakukan merupakan hasil refleksi dari pra siklus, dengan langkah–
langkah sebagai berikut.
a. Perencanaan
Dalam tahap inipeneliti merencanakan hal-hal yang berkaitan dengan langkah-
langkah yang dilakukan dalam tahap tindakan yaitu:
24
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai pembelajaran
membaca cepat dengan metode SQ3R yang akan dilaksanakan pada saat kegiatan
belajar mengajar.
2) Menentukan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada saat Kegiatan Belajar
Mengajar.
3) Menyusun dan membuat alat observasi yang digunakan dalam penelitian untuk
melihat aktifitas siswa dalam pengembangan pembelajaran membaca cepat dengan
metode SQ3R.
4) Menyusun penilaian (tes tertulis) yang akan digunakan dalam Proses Belajar
Mengajar (PBM).
5) Membuat rencana untuk melakukan perbaikan sebagai tindak lanjut.
6) Merencanakan untuk pengolahan data dari hasil penelitian.
b. Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan apa
yang telah direncanakan sebelumnya. Pelaksaan tindakan ini untuk memperbaiki
proses pembelajaran. Adapun tindakan tahapan dijabarkan sebgai berikut :
1) Guru mengkondisikan siswa dalam memberikan motivasi belajar agar siswa dapat
belajar dengan baik.
2) Siswa melaksanakan pra baca
3) Siswa mengajukan pertanyaan dari bacaan yang telah disediakan.
4) Siswa membaca bacaan dan memahaminya
5) Siswa melakukan recite atau berhenti sejenak saat membaca.
6) Siswa mengingat bagian-bagian penting yang telah dibaca.
7) Guru mengukur waktu kecepatan saat siswa membaca.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti mengamati aktifitas guru dan siswa dalam Proses Belajar
Mengajar (PBM) dengan menggunakan metode SQ3R. hasil observasi akan dijadikan
dasar refleksi bagi tindakan yang telah dilakukan untuk merencanakan kegiatan atau
tindakan selanjutnya. Tahap observasi dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :
1) Pengamatan terhadap aktifitas siswa pada proses pembelajaran berlangsung yaitu,
pada saat siswa membaca teks .
2) Penerapan terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R.
Hasil observasi terhadap proses dan hasil belajar siswa adalah dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
25
Tabel 4.2
Observasi Siswa dalam Aktifitas Belajar.
NO ASPEK YANG
DIOBSERVASI INDIKATOR
NILAI Jumlah
1 2 3 4
1. Aktivitas siswa a. Membaca teks dengan 3
dalam membaca Lancar
Cepat b. Dapat menemukan 3
Pikiran pokok dalam
Teks
c. Dapat mempercepat 2
Menangkap arti
2. Aktivitas siswa a. Dapat mengetahui 2
Dalam memahami Isi bacaan
Isi bacaan b. Dapat menentukan 1
Kalimat utama
c. Dapat menentukan 1
Kalimat penjelas
3. Aktivitas siswa a. Ketepatan dalam 2
dalam menjawab menjawab soal
soal latihan Latihan
Jumlah 2 3 2 - 14
Rata-rata 2
Nilai rata-rata = 27
14
Kriteria Penilaian :
Nilai Angka Keterangan
3,50 – 4,00 Baik sekali
3,00 – 3,49 Baik
2,50 – 2,99 Cukup
2,00 – 2,49 Kurang
1,00 – 1,99 Kurang sekali
Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh maka dapat disimpulkan aktifitas
belajar siswa tergolong ke dalam kriteria kurang.
26
Tabel 4.3
Observasi Guru dalam Pembelajaran
Tabel 4.4
Hasil Tes Belajar Siswa Pada Kegiatan Siklus I
No. Nama Siswa L/P Nilai Perolehan Keterangan
1. Sahroni L 55
2. Asnah P 60
3. Mustapid L 55
4. Adam L 56
5. Andi L 65
6. Hafdudin L 65
7. Masyopi L 65
8. M. Abdul Kodir L 55
9 Saripudin L 70
10. A. Ruba Alam L 65
11. Andini P 85
No Proses KBM Pelaksanaan
Ya Tidak
1. Perencanaan
a. Membuat rencana pembelajaran.
b. Menyiapkan materi pelajaran.
c. Menyiapkan sumber belajar.
d. Menyiapkan media pembelajaran
e. Menyiapkan alat pengumpul data
2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan tujuan, manfaat dan langkah-
langkah pembelajaran.
b. Mengadakan apersepsi dengan mengajukan
pertanyan tentang cerita anak.
c. Guru menyuruh masing-masing siswa
mensurvai isi bacaan.
d. Guru menyuruh siswa mengajukan
pertanyaan yang dapat membimbing siswa
dalam kegiatan membaca.
e. Guru menyuruh siswa membaca isi teks
bacaan.
f. Guru menyuruh siswa menceritakan isi
bacaan dengan kata-kata sendiri.
g. Guru menyuruh siswa meninjau kembali isi
bacaan
3. Evaluasi
a. Melaksanakan evaluasi proses dan hasil.
b. Menyimpulkan materi bersama siswa.
c. Melakukan penskoran perkembangan siswa
d. Memberikan penugasan berupa PR
27
No. Nama Siswa L/P Nilai Perolehan Keterangan
12. Aprianto L 65
13. Aris L 55
14. Aripa P 65
15. Asep L 80
16. Deni Triyadi L 65
17. Eep Wahyudi L 65
18. Fajar Saputra L 60
19. Fajar L 65
20. Windi Patika Sari P 80
21. Hapid L 65
22. Indriyani P 60
23. Lia Handayani P 80
24. Marinah P 65
25. Masfatmawati P 80
26. Masyuda R. L 80
27. Maulana Yusuf L 75
28. Naufal Muzaki L 85
29. Saprudin L 65
30. Siti Sartika P 70
31. Susilawati P 75
32. Ma’rup L 65
Jumlah 2161
Rata-rata 67,53
Prosentase 67,53%
Keterangan:
Nilai rata-rata = SiswaJumlah
PerolehanNilaiJumlah = 53,67
32
2161
Prosentase Kelas = %100xIdealSkorJumlah
PerolehanNilaiJumlah = %53,67%100
32
2161x
d. Refleksi
Dari hasil diskusi dengan guru kelas terhadap pembelajaran yang sudah
dilakukan, terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki atau ditingkatkan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil belajar siswa yang masih rendah dan masih belum sesuai dengan apa
yang di harapkan. Keadaan ini segera diperbaiki pada pelaksanaan siklus II.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas dengan menggunakan
metode SQ3R, maka hasil temuan dan pembahasan penelitian diuraikan sebagai berikut:
1. Pra siklus
28
Data hasil penelitian pra siklus menunjukkan banyaknya kekurangan-kekurangan,
diantaranya metode yang digunakan oleh guru kurang tepat sehingga hasil belajar
siswa rendah.
2. Siklus I
Pada siklus ini guru sudah memperbaiki pembelajarannya dengan menggunakan
metode SQ3R. Pengelolaan kelas meningkat, Respon siswa sudah lebih aktif dalam
KBM walaupun ada beberapa dengan perolehan nilai yang masih kurang.
Dapat disimpulkan, rata-rata kecepatan membaca siswa dapat dilihat dari hasil perhitungan
sebagai berikut:
Jumlah kpm (kata permenit) =
= 60600
100x
= kpm100600
6000
Jadi, kecepatan rata-rata membaca siswa yaitu 100 kpm (kata per menit)
Tabel 4.5
Rekapitulasi Kegiatan Belajar Siswa
NO ASPEK YANG
DIOBSERVASI INDIKATOR Siklus I
1. Aktivitas siswa a. Membaca teks dengan 3
dalam membaca Lancar
Cepat b. Dapat menemukan 3
Pikiran pokok dalam
Teks
c. Dapat mempercepat 2
Menangkap arti
2. Aktivitas siswa a. Dapat mengetahui 2
Dalam memahami Isi bacaan
Isi bacaan b. Dapat menentukan 1
Kalimat utama
c. Dapat menentukan 1
Kalimat penjelas
3. Aktivitas siswa a. Ketepatan dalam 2
dalam menjawab menjawab soal
soal latihan Latihan
Jumlah 14
Rata-rata 2
29
Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Tes Belajar Siswa
No. Nama Siswa Pra Siklus Siklus I
1. Sahroni 50 55
2. Asnah 50 60
3. Mustapid 50 55
4. Adam 50 56
5. Andi 60 65
6. Hafdudin 60 65
7. Masyopi 60 65
8. M. Abdul Kodir 50 55
9 Saripudin 60 70
10. A. Ruba Alam 60 65
11. Andini 80 85
12. Aprianto 60 65
13. Aris 50 55
14. Aripa 60 65
15. Asep 70 80
16. Deni Triyadi 60 65
17. Eep Wahyudi 60 65
18. Fajar Saputra 55 60
19. Fajar 55 65
20. Windi Patika Sari 70 80
21. Hapid 60 65
22. Indriyani 50 60
23. Lia Handayani 75 80
24. Marinah 60 65
25. Masfatmawati 75 80
26. Masyuda R. 75 80
27. Maulana Yusuf 70 75
28. Naufal Muzaki 80 85
29. Saprudin 60 65
30. Siti Sartika 65 70
31. Susilawati 60 75
32. Ma’rup 60 65
Jumlah 1960 2161
Rata-rata 61,25 67,53
Prosentase 61,25% 67,53%
30
Grafik 4.1.
Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa
Grafik rekapitulasi hasil proses belajar siswa yang disajikan di atas menunjukkan adanya
peningkatan yang dicapai dalam proses belajar siswa.
Grafik 4.2.
Rekapitulasi Hasil Tes Belajar Siswa dari Seluruh Siswa
Grafik rekapitulasi hasil tes belajar siswa yang disajikan di atas menunjukkan adanya
peningkatan yang dicapai dalam hasil tes belajar siswa.
C. Jawaban Hipotesis
Berdasarkan pengolahan data dan analisis data di atas, maka hipotesis “dengan
menggunakan metode SQ3R maka kemampuan siswa dalam membaca meningkat”. Oleh
karena itu, hipotesis hasil penelitian ini dapat diterima.
2
0
0.5
1
1.5
2
2.5
Siklus I
61.25
67.53
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
Pra Siklus Siklus I
Nil
ai R
ata-
rata
Nil
ai R
ata-
rata
31
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari data yang diperoleh selama penelitian berlangsung terhadap pembelajaran
membaca cepat, dapat disimpulkan bahwa adanya interaksi yang baik antara guru dan siswa.
Proses pembelajaran dilaksanakan secara baik, dan secara sistematis. Melalui proses
pembelajaran dan latihan yang secara berkesinambungan serta menggunakan metode yang
sesuai dalam proses pembelajaran membaca cepat.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan setelah data terkumpul melalui kegiatan
observasi dan tes, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Aktifitas siswa berdasarkan rata-rata nilai aktifitas siswa dari siklus I mengalami
peningkatan. Maka ada peningkatan aktifitas belajar siswa dengan menggunakan metode
SQ3R.
2. Hasil belajar siswa berdasarkan rata-rata hasil belajar dari siklus I mengalami
peningkatan. Maka dengan menggunakan metode SQ3R hasil belajar siswa meningkat.
B. Rekomendasi
Pembelajaran membaca cepat yang biasa dilakukan guru selama ini kurang di pahami
oleh siswa. Karena dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentunya dalam belajar membaca
cepat guru harus mempunyai strategi dalam mengajar. Belajar membaca cepat bukan berarti
membacanya yang cepat akan tetapi pemahaman dalam membaca juga harus cepat. Dalam
hal ini, metode SQ3R menjadi solusi untuk pngajaran dalam pembelajaran membaca cepat.
Meskipun pada awalnya memerlukan penyesuaian Karena belum terbiasa menggunakan
metode tersebut. Akan tetapi, perlahan terjadi perubahan yang lebih baik. Hal ini dapat
dilihat dari hasil belajar siswa yang terus meningkat.
Berdasarkan pengalaman tersebut, peneliti merasa yakin bahwa pembelajaran
membaca cepat dengan menggunakan metode SQ3R akan menjadi solusi terhadap kegiatan
belajar mengajar. Atas dasar kesimpulan diatas, maka rekomendasi yang dapat diberikan
yaitu sebagai berikut :
1. Bagi guru di Sekolah Dasar
Agar terus berupaya meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang studi Bahasa
Indonesia khususnya pada pembelajaran membaca cepat dan pemahamannya hendaknya
menggunakan metode SQ3R.
2. Bagi Kepala sekolah dan Pengawas di lingkungan UPTD Pendidikan Kecamatan Curug
Diharapkan dapat terus meningkatkan potensi guru-guru Sekolah Dasar dalam bidang
pengajaran melalui pelatihan dan memaksimalkan KKG dimasing-masing gugus sekolah
yang membahas metode pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R dalam
32
pembelajaran Bahasa Indonesia tentunya pembelajaran membaca cepat dan
pemahamannya.
3. Bagi para siswa, khususnya siswa Kelas III
Agar lebih giat lagi dalam belajar. Terutama dalam pembelajaran membaca cepat dan
pemahamannya dengan menggunakan metode SQ3R.
33
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, Suhardjono Supardi. Penelitian Tindakan Kelas. (2008). Jakarta: Bumi
Aksara
Cahyani Isah, Hodijah. (2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung:
UPI Press
Hidayat Kosadi, Burhan Jazir, Misdan Undang. (1990). Strategi Belajar Mengajar Bahasa
Indonesia. Bandung: Bina Cipta
Indihadi Dian, Zaenudin Enuh, Gusrayani. (2006). Pembinaan Bahasa Indonesia. Bandung: UPI
Press
Rahim Farida. (2007). Jakarta: Bumi Aksara
Soedarso. (2006). Spead Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Subagyo, et. al. (2006). Terampil Berbahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas 4. Semarang:
Bengawan Ilmu
Tarigan Guntur Henry. (2008). Membaca sebagai Suatu Kemampuan Berbahasa. Bandung:
Angkasa
Tarigan Guntur Henry. (1993). Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Angkasa
________ (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI
http://konselingcentre.co.cc/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=31
http://ptkguru.wordpress.com/page/2/
http://alhafizh84.wordpress.com/2009/12/03/prosedur-penelitian-tindakan -kelas-ptk/
34
35
FOTO-FOTO KEGIATAN
PRA SIKLUS
SIKLUS I
36