ptk sd ips 6

Upload: deny-sulistio

Post on 05-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    1/19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Bagi peserta didik kelas V, mata pelajaran IPS relatif dianggap baru karena pada

    kelas sebelumnya mereka tidak mendapat pelajaran IPS, melainkan mata pelajaran

    Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial (PKPS) yang merupakan

    gabungan antara PPKn dan IPS. Karena itu, perkembangan minat dan kemampuan

    peserta didik dalam mata pelajaran IPS sangat menarik untuk diperhatikan.

    Pada penyajian kompetensi dasar yang pertama (1.1 Peninggalan Sejarah Bercorak

    Hindu Budha), dilakukan pembelajaran sebagaimana pembelajaran PKPS pada

    tahun sebelumnya. Dari hasil ulangan harian maupun pengamatan terhadap minat

    siswa diperoleh data yang kurang menggembirakan. Rata-rata nilai ulangan harian

    adalah 63, lebih rendah dari nilai rata-rata mata pelajaran PKn, Bahasa Indonesia,

    dan IPA. Sedangkan siswa yang tuntas belajar hanya 13 peserta didik dari 35

    peserta didik (37 %). Ketuntasan tersebut didasari asumsi bahwa standar ketuntasan

    adalah nilai 70. Dari segi minat, selama pembelajaran banyak disaksikan peserta

    didik yang kurang perhatian. Indikatornya antara lain : merebahkan kepala di

    bangku, bicara dengan teman sebangku, atau melakukan aktifitas yang tidak

    berhubungan dengan pembelajaran yang sedang diikuti.

    Hal yang lebih merisaukan adalah tidak terpacunya prestasi belajar dari peserta

    didik cepat belajar (fast learners). Dari ulangan tersebut, fast leaners hanya mampu

    mendapatkan nilai 80, padahal dalam mata pelajaran yang lain mereka bisa

    mendapatkan nilai lebih dari itu. Saat dikonfirmasi, fast learners menyatakan

    kurang berminat belajar IPS karena harus menghafal konsep-konsep yang luas,

    membosankan, dan tidak menarik katanya. Perlu ditambahkan, bahwa penentuan

    fast learners di kelas V didasarkan pada nilai kenaikan kelas sebelumnya dan hasil

    ulangan harian kompetensi dasar pertama di setiap mata pelajaran.

    Pada sisi guru, guru memang merasa cukup sulit untuk dapat memintarkan

    seluruh peserta didik. Hal itu karena setiap peserta didik mempunyai gaya belajar

    yang berbeda-beda, sehingga boleh jadi ada yang sejalan dengan gaya mengajar

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    2/19

    guru dan ada pula yang tidak. Untuk itu diperlukan variasi pola mengajar yang tidak

    hanya menggantungkan pada peran guru semata. Di sinilah fast learners memegang

    peran penting sebagai mitra bagi guru dan temannya untuk mencapai kesuksesan

    bersama

    Peningkatan peran fast learners dalam pembelajaran bukan sekedar untuk

    memanfaatkan mereka dalam membantu temannya, tapi hakikatnya merupakan

    suatu upaya agar mereka mendapat layanan belajar sesuai kecepatannya. Hal itu

    telah dijamin dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 juga mengamanatkan

    bahwa Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa

    berhak memperoleh pendidikan khusus (Pasal 5 ayat 4). Mengingat pendidikan

    khusus tersebut sulit diberikan, maka upaya memberdayakan fast learners dalam

    pembelajaran merupakan langkah strategis berefek ganda, yaitu memacu prestasi

    belajar fast learners sekaligus meningkatkan hasil belajar peserta didik normal

    lainnya di kelas.

    Dari sisi sekolah, keberadaan fast learners di kelas V merupakan kebutuhan wajib

    dan mendesak. Hal itu karena pada setiap tahun selalu diadakan kompetisi

    antarsiswa yang pesertanya adalah siswa kelas V. Kompetisi itu misalnya : siswa

    berprestasi, olimpiade MIPA, lomba mata pelajaran, dan sebagainya. Oleh karena

    itu, guru kelas V mengemban misi ganda yang menuntut kemampuan, kreatifitas,

    dan semangat tinggi. Pertama, harus mengantarkan peserta didik di kelas untuk

    menguasai kompetensi belajar yang ditentukan. Kedua, mempersiapkan peserta

    didik yang akan mewakili sekolah dalam kompetisi pada tingkat kecamatan,

    kabupaten , dan seterusnya.

    Untuk itu diperlukan inovasi model pembelajaran yang memungkinkan kedua misi

    di atas dapat terpenuhi sekaligus. Artinya, di satu sisi fast learners dapat belajar

    menurut kecepatan belajarnya, tapi pada saat bersamaan peserta didik yang lain

    dapat terpacu semangat dan prestasi belajarnya sehingga dapat menguasai

    kompetensi belajar yang diharapkan. Cara itu adalah dengan memberdayakan fast

    learners dalam suatu model kompetisi yang disebut Kompetisi Berbasis

    Akuntabilitas Individu (KOMBAV).

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    3/19

    B. PERMASALAHAN

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan dalam penelitian ini

    adalah:

    1. Apakah pemberdayaan fast learners dalam kompetisi model KOMBAV dapat

    meningkatkan hasil belajar IPS di kelas V?

    2. Apakah bentuk hasil belajar yang diperoleh dengan penerapan kompetisi model

    KOMBAV dalam pembelajaran IPS di kelas V?

    3. Apakah kompetisi model KOMBAV dapat memacu prestasi belajar peserta didik

    cepat belajar (fast learners)?

    4. Bagaimakah persepsi dan kesan peserta didik terhadap kompetisi model

    KOMBAV?

    C. TUJUAN

    Sejalan dengan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah :

    1. Ingin mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar IPS peserta didik di

    kelas V dengan pemberdayaan fast learners dalam kompetisi model KOMBAV

    2. Ingin mengetahui bentuk-bentuk hasil belajar yang didapat dari pelaksanaan

    pembelajaran dengan kompetisi model KOMBAV

    3. Ingin mengetahui apakah kompetisi model KOMBAV dapat memacu prestasi

    belajar peserta didik cepat belajar (fast learners)

    4. Ingin mengumpulkan persepsi dan kesan peserta didik tentang pelaksanaan

    pembelajaran IPS dengan kompetisi model KOMBAV

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    4/19

    BAB II

    KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

    A. KERANGKA TEORETIS

    1. Pengertian IPS

    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan

    sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora

    (Nursid Sumaatmaja, 2003:1.9). Bidang ilmu sosial meliputi sosiologi, ekonomi,

    psikologi sosial, antropologi, geografi, dan ilmu politik. Sedangkan humaniora

    meliputi norma, nilai, bahasa, dan seni yang menjadi komponen kehidupan

    masyarakat.

    Sementara itu, Ischak (2004:1.36) mengartikan IPS sebagai bidang studi yang

    mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat

    dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu. Ruang lingkup IPS

    adalah hal-hal yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya yang meliputi

    semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.

    Tujuan mempelajari IPS adalah membentuk warga negara yang berkemampuan

    sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan

    sosial. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam mempelajari IPS adalah

    pendekatan interdisipliner atau multidisipliner dan lintas sektoral.

    2.Mata Pelajaran IPS dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006

    Peraturan Menteri Pendidian Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006

    merupakan dasar hukum bagi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    (KTSP). Berdasarkan peraturan ini kembali dimunculkan mata pelajaran Ilmu

    Pengetahuan Sosial (IPS) setelah pada kurikulum sebelumnya (Kurikulum

    2004/KBK), mata pelajaran IPS digabung dengan Pendidikan Kewarganegaraan

    (PKn) menjadi Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial (PKPS).

    Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial

    (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB

    sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

    generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    5/19

    IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata

    pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia

    yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

    3. Pengertian Anak Cepat Belajar

    Terdapat berbagai perbedaan pandangan tentang kriteria untuk anak kecerdasan

    tinggi atau anak berbakat (gifted ) atau anak cepat belajar (fast learners). Pengertian

    anak berbakat dalam Program Percepatan Belajar (PPB) yang dikembangkan oleh

    Depdiknas membatasi pada 2 kriteria sebagai berikut : (1) mereka yang mempunyai

    taraf intelegensi (IQ) di atas 140 ; (2) mereka yang oleh psikolog dan atau guru

    diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi yang memuaskan,

    dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas,

    keterikatan terhadap tugas tergolong baik, serta kreatifitas yang memadai.

    Definisi keberbakatan (giftedness) yang lain adalah dari United State Of fice of

    Education (USOE) yang berbunyi sebagai berikut :

    Anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang yang

    berkualifikasi profesional memiliki kemampuan luar biasa dan mampu berprestasi

    tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang terdiferensiasi dan

    atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah reguler agar dapat

    merealisasikan kontribusi dirinya ataupun masyarakat .

    Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi kemampuan: intelektual umum,

    akademik khusus, berfikir kreatif produktif, memimpin, salah satu bidang seni, dan

    psikomotor.

    Jika diperhatikan dua definisi anak berbakat tersebut, perbedaannya ada dalam hal

    unjuk prestasi. Definisi pertama (menurut PPB) mempersyaratkan adanya peserta

    didik yang telah mencapai prestasi memuaskan (telah teraktualisasi), sedangkan

    definisi kedua (menurut USOE) hanya mempersyaratkan mampu berprestasi (punya

    potensi). Jadi anak berbakat tapi tidak menunjukkan prestasi atau disebut

    underachiever tidak masuk dalam definisi pertama. Selanjutnya anak cepat belajar

    dalam tulisan ini mengacu pada definisi pertama , khususnya kriteria butir 2.

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    6/19

    3. Kompetisi Model KOMBAV

    Kompetisi Berbasis Akuntabilitas Individu (KOMBAV) merupakan perpaduan

    antara pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kompetitif. Nilai kooperatif

    nampak pada saat peserta didik saling membantu dalam kelompok sebagai

    persiapan menghadapi lomba antarkelompok. Sedangkan nilai kompetitif nampak

    pada saat pelaksanaan lomba antarkelompok di kelas.

    Pembelajaran kooperatif ditujukan pada terbinanya kerjasama antara peserta didik

    yang pandai dengan yang lambat sehingga tercipta situasi tutor sebaya yang

    berlangsung secara alami tanpa ada tekanan atau keterpaksaan, tapi didasarkan pada

    kebutuhan untuk bekerjasama bagi pemenangan kelompok.

    Sedangkan pembelajaran kompetitif ditujukan untuk menggali potensi maksimal

    masing-masing peserta didik sehingga dapat disumbangkan bagi pemenangan

    kelompok dalam kompetisi dengan kelompok lain. Jadi, keberhasilan kelompok

    ditentukan oleh akuntabilitas individual atau sumbangan individu bagi kelompok,

    bukan oleh dominasi anggota yang pandai terhadap anggota lainnya.

    Melalui kompetisi model KOBAV ini, diharapkan akan tercipta pembelajaran yang

    menyenangkan, ketuntasan belajar yang lebih tinggi, hubungan sosial antarpeserta

    didik yang kompak, serta jiwa kompetisi yang tinggi yang merupakan modal bagi

    keberhasilan dalam kompetisi di tingkat yang lebih tinggi.

    B. KERANGKA BERFIKIR

    Secara skematis, kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah :

    KONDISI AWAL

    Guru belum menggunakan model kompetisi dalam pembelajaran

    Hasil belajar IPS rendah

    Semangat belajar rendah

    Fast learners belum terpacu prestasinya

    Semangat berkompetisi rendah

    TINDAKAN

    KONDISI AKHIR

    Guru mengunakan model kompetisi dalam pembelajaran

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    7/19

    SIKLUS 1

    KOMPETISI MODEL CERDAS CERMAT

    Hasil belajar IPS meningkat

    Semangat belajar meningkat

    Prestasi belajar fast learners terpacu

    Jiwa kompetisi terbina

    SIKLUS 2KOMPETISI MODEL KOMBAV

    C. HIPOTESIS TINDAKAN

    Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan

    dalam penelitian ini adalah : Pemberdayaan peserta didik cepat belajar (fast

    learners) dalam kompetisi model KOMBAV dapat meningkatkan hasil belajar IPS,

    baik hasil yang bersifat kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.

    BAB III

    PELAKSANAAN PENELITIAN

    A. PRA SIKLUS

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    8/19

    Kegiatan prasiklus dimaksudkan sebagai pengantar menuju siklus pertama. Setelah

    membuka pelajaran dan mengecek kesiapan peserta didik untuk belajar, maka guru

    mulai memperkenalkan materi yang akan dipelajari, apa yang harus disiapkan, dan

    tujuan yang ingin dicapai.

    Guru mengajak peserta didik untuk mengamati peta, menanyakan bagian-

    bagiannya, dan mulai menjelaskan contoh-contoh kenampakan alam dan buatan

    Indonesia. Kemudian guru memberikan tugas kelompok untuk mengidentifikasi

    kenampakan alam di Indonesia dengan membuka buku pelajaran IPS atau buku

    penunjang (RPUL) yang telah disiapkan. Setiap kelompok diberi kesempatan

    mempresentasikan hasil tugas kelompoknya dan kelompok lain berhak menanggapi

    berdasarkan hasil temuan kelompoknya. Guru kemudian mengajak peserta didik

    untuk mengamati peta dan mencoba untuk menemutunjukkan daerah sesuai letak

    kenampakan alam dan buatan yang telah diketahui.

    Pada bagian akhir guru membagi kelompok, menjelaskan tata tertib kompetisi pada

    pertemuan berikutnya, dan meminta kelompok untuk mempersiapkan diri sebaik-

    baiknya. Mengingat jumlah peserta didik di kelas ada 35 anak, maka kelas dibagi

    menjadi 7 kelompok yang beranggota 5 anak dengan dipimpin oleh seorang fast

    learners.

    B. SIKLUS 1

    Pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 7 Maret 2012 pada

    jam pelajaran ke 1, 2, dan 3. Setelah membuka pelajaran dan mengecek kesiapan

    peserta didik untuk belajar, maka guru memulai pelajaran. Pada pertemuan kedua

    ini, di kelas hadir kepala sekolah yang berperan sebagai observer pelaksanaan

    kegiatan .

    Guru memulai kompetisi dengan mengajak peserta didik mengatur meja dan

    mempersiapkan kelengkapan kompetisi. Guru mengulang tata tertib dan memberi

    kesempatan kelompok untuk berkoordinasi. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan

    pengundian regu yang berkompetisi pada tahap pertama (3 regu) dan pada tahap

    kedua (3 regu).

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    9/19

    Kompetisi dilaksanakan dengan model Cerdas Cermat. Pada setiap tahap dibagi

    dalam dua babak. Babak pertama adalah soal wajib sedangkan pada babak kedua

    adalah soal rebutan. Pada babak pertama (soal wajib), setiap regu (A,B,C) diberi

    kesempatan menjawab 10 pertanyaan. Penjawabnya adalah juru bicara yang

    ditunjuk dan memberikan jawaban setelah berunding dengan anggota kelompoknya.

    Setiap jawaban yang benar diberi nilai 100 sedangkan jawaban yang salah diberi

    nilai 0 dan regu yang lain diberi kesempatan untuk berebut menjawab. Jawaban

    hasil rebutan yang benar diberi nilai 100 sedangkan jawaban yang salah diberi nilai

    0.

    Pada babak kedua (soal rebutan), guru memberikan 10 soal yang diperebutkan oleh

    regu-regu yang berkompetisi. Setiap anggota regu boleh menjawab (tidak harus juru

    bicara) dengan ketentuan setiap jawaban benar diberi nilai 100 sedangkan jawaban

    yang salah diberi pengurangan nilai 100.

    Pada kompetisi ini pemenangnya adalah kelompok I yang dipimpin *******.

    Sebagai penghargaan setiap anggota mendapat uang mainan Rp 1.000.000,00 dan

    ucapan selamat dari regu yang lain.

    Untuk mengetahui pengaruh kompetisi terhadap penguasaan materi pelajaran, guru

    mengadakan evaluasi untuk setiap peserta didik. Selain itu guru juga membagikan

    angket untuk peserta didik agar diisi sejujurnya sesuai perasaan dan

    pemahamannya. Hasil evaluasi tertulis itu kemudian dipadukan dengan hasil angket

    dan hasil observasi untuk dijadikan sebagai bahan refleksi guna menentukan

    kegiatan pada siklus selanjutnya

    .

    C. SIKLUS 2

    Pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 14 maret 2012 pada

    jam pelajaran ke 1, 2, dan 3. Setelah membuka pelajaran dan mengecek kesiapan

    peserta didik untuk belajar, maka guru memulai pelajaran dengan menanyakan

    kesiapan masing-masing kelompok untuk mengikuti kompetisi berikutnya. Pada

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    10/19

    pertemuan ketiga ini, di kelas juga hadir kepala sekolah yang berperan sebagai

    observer.

    Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama, aturan kompetisi disempurnakan.

    Tujuannya adalah memberi kesempatan yang lebih luas kepada anggota kelompok

    untuk terlibat dalam kompetisi dan menghindari dominasi fast learners atas anggota

    lainnya. Pada kompetisi ini tidak ada lagi juru bicara. Setiap anggota mempunyai

    kesempatan yang sama untuk menjawab, kecuali pada babak rebutan.

    Konsekuensinya kemenangan kelompok akan lebih ditentukan oleh kemampuan

    rata-rata anggota kelompok, bukan lagi oleh kemampuan fast learners yang pada

    siklus pertama bertindak sebagai juru bicara.

    Kompetisi model Cerdas Cermat disempurnakan menjadi Kompetisi Berbasis

    Akuntabilitas Individu (KOMBAV). Secara rinci pelaksanaan KOMBAV adalah

    sebagai berikut

    1. Kompetisi dibagi dua tahap masing-masing tahap mempertandingkan 3 regu

    (A,B,C) sehingga pada babak final didapatkan 2 regu terbaik.

    2. Setiap anggota regu (5 anak) diberi nomor yaitu nomor 1, 2, 3, 4, dan 5

    3. Pada babak lemparan, soal nomor 1 hanya boleh dijawab oleh peserta nomor 1,

    jika gagal hanya boleh diperebutkan oleh peserta nomor 1 dari regu lain.

    4. Anggota regu yang lain dilarang membantu dalam bentuk apapun, jika melanggar

    akan dikenai sanksi pengurangan nilai

    5. Pada babak rebutan setiap anggota regu boleh menjawab dengan ketentuan bila

    jawaban benar mendapat nilai 100, sedangkan jika salah mendapat pengurangan

    nilai 100.

    Oleh karena itu, dalam kompetisi ini sangat dituntut kemampuan ketua regu untuk

    mengatur formasi anggotanya berdasarkan pemahamannya atas kemampuan

    masing-masing anggota regu.

    Pada kompetisi ini pemenangnya adalah kelompok II yang dipimpin ******.

    Sebagai penghargaan setiap anggota mendapat uang mainan Rp 1.000.000,

    Kegiatan selanjutnya adalah permainan Jutawan Kelas. Tujuan permainan ini

    adalah untuk menemukan peserta didik yang memiliki penguasaan yang tinggi

    terhadap materi yang telah dipelajari. Permainan ini sifatnya individual dan

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    11/19

    mengacu ada kuis Who Want to be Millioner yang sering ditayangkan di televisi.

    Pelaksanaannya adalah sebagai berikut

    1. Guru memberikan pertanyaan untuk diperebutkan peserta didik.

    2. Peserta didik yang dapat menjawab berhak duduk di kursi jutawan

    3. Setiap pertanyaan yang dijawab benar mendapatkan Rp 1.000.000,00 dan berhak

    menjawab pertanyaan berikutnya dengan hadiah yang sama

    4. Titik aman yang disediakan adalah Rp 1.000.000,00 ; Rp 5.000.000,00; dan Rp

    10.000.000,00. Artinya, jika peserta hanya dapat menjawab pertanyaan maksimal

    sampai pertanyaan ke-4, maka ia hanya mendapatkan Rp 1.000.000,00. Jika peserta

    dapat menjawab pertanyaan maksimal sampai pertanyaan ke-9, maka ia hanya

    mendapatkan Rp 5.000.000,00. Sedangkan jika dapat menjawab sempurna 10

    pertanyaan, maka ia mendapatkan Rp 10.000.000,00.

    5. Permainan ini dilaksanakan beberapa babak dan hadiah diserahkan segera setelah

    satu babak permainan

    Untuk mengetahui pengaruh KOMBAV terhadap penguasaan materi pelajaran, guru

    kembali mengadakan evaluasi untuk setiap peserta didik dengan soal yang berbeda

    dengan siklus pertama, tapi masih dalam lingkup materi yang sama. Selain itu, guru

    juga membagikan angket untuk peserta didik agar diisi sejujurnya sesuai perasaan

    dan pemahamannya. Hasil evaluasi tertulis itu kemudian dipadukan dengan hasil

    angket dan hasil observasi untuk dijadikan sebagai bahan refleksi guna menentukan

    perkembangan yang telah dicapai sekaligus sebagai dasar untuk kegiatan pada

    pertemuan selanjutnya

    .

    BAB IV

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    12/19

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL PENELITIAN

    1. Hasil Kegiatan PraSiklus

    Pada kegiatan prasiklus, peserta didik mengikuti pembelajaran secara klasikal

    sesuai RPP yang telah disusun. Kemampuan peserta didik dalam menyerap materi

    pembelajaran masih ditentukan oleh kemampuannya dalam menangkap penjelasan

    guru. Sifat kerjasama antarpeserta didik juga masih kurang padahal dalam

    pertemuan ini juga ada aktifitas yang melibatkan kerjasama antarpeserta didik,

    misalnya pada saat mengidentifikasi kenampakan alam dan buatan atau pada saat

    menemutunjukkan kenampakan alam dan buatan di peta

    .

    Secara fisik mereka memang nampak mengerjakan sesuatu bersama-sama, tapi

    belum bekerjasama. Artinya, ketua kelompok/anak yang pandai masih berperan

    dominan dalam mengerjakan tugas kelompok sedangkan anggota yang lain lebih

    berperan sebagai pembantu saja. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan

    pembelajaran konvensional dimana sifat kooperasi antarpeserta didik masih rendah.

    Berdasarkan evaluasi atas apa yang terjadi pada kegiatan prasiklus ini, guru/peneliti

    semakin mantap untuk mengembangkan model kompetisi dalam pembelajaran

    siklus 1 berupa cerdas cermat antarkelompok yang pelaksanaannya lazim dipahami

    peserta didik

    .

    2. Hasil Siklus 1

    Siklus 1 merupakan pelaksanaan kompetisi dalam bentuk cerdas cermat

    antarkelompok. Pada babak pertama, soal wajib dijawab oleh juru bicara kelompok

    sedangkan pada babak kedua soal dapat diperebutkan oleh semua peserta. Dalam

    pelaksanaan kompetisi terlihat jelas adanya dominasi fast learners terhadap anggota

    yang lain karena mereka bertindak sebagai juru bicara kelompok. Anehnya, anggota

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    13/19

    kelompok yang lain tidak merasa dirugikan. Mereka justru merasa diuntungkan

    karena bisa menggantungkan diri pada juru bicara. Kompetisi memang

    menghasilkan pemenang dengan nilai tertinggi pada setiap tahapan, tapi hal itu

    belum menggambarkan kinerja kelompok karena lebih merupakan hasil kerja

    perseorangan.

    Dari hasil angket, diketahui bahwa fast learners kurang bersungguh-sungguh dalam

    membantu belajar temannya, baik di dalam jam sekolah maupun di luar jam

    sekolah. Hal itu karena fast learners berpandangan bahwa ia dapat mewakili

    kelompok saat pelaksanaan kompetisi karena ia akan menjadi juru bicara.

    Sementara menurut pandangan anggota kelompok, umumnya mereka tidak

    mendapat kesempatan menjawab karena diwakili oleh juru bicara. Tapi secara

    umum peserta didik menyukai model kompetisi dalam pembelajaran karena

    menyenangkan dan dapat belajar sambil bermain seperti yang sering disaksikan di

    televisi.

    Dari hasil evaluasi, diketahui bahwa nilai-rata kelas adalah 7,1. Hal ini memang

    telah menunjukkan adanya peningkatan dari evaluasi pada kompetensi dasar

    sebelumnya, namun nilai-nilai tinggi masih didominasi oleh fast learners sementara

    anggota yang belum menunjukkan peningkatan yang menggembirakan..

    Dari hasil observasi, diketahui bahwa semangat peserta didik relatif tinggi untuk

    bisa memenangkan kompetisi. Namun dari aspek kerjasama dan partisipasi anggota

    terhadap kelompok masih rendah, sebaliknya dominasi ketua terhadap anggotanya

    masih tinggi. Dari segi kemampuan menghargai kelompok lain dan sikap lapang

    dada sudah menunjukkan hasil yang baik, sementara peran guru dapat sedikit

    berkurang karena pusat pembelajaran adalah pada kerjasama kelompok baik

    sebelum maupun saat berkompetisi.

    4. Hasil Siklus 2

    Siklus 2 merupakan penyempurnaan dari kompetisi pada pertemuan sebelumnya.

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    14/19

    Pada pertemuan ini kompetisi menggunakan model KOMBAV yang tidak

    mengenal adanya juru bicara karena setiap anggota kelompok punya hak yang sama

    dalam menjawab pertanyaan. Jadi, kemenangan kelompok akan ditentukan oleh

    kemampuan rata-rata anggota kelompok bukan oleh kemampuan perorangan.

    Akibatnya fast learners punya kewajiban besar untuk membantu belajar anggotanya

    agar dapat berkontribusi bagi pemenangan kelompok. Hasilnya mulai nyata,

    kelompok yang pada siklus 1 menjadi juara (Kelompok I), pada pertemuan ini

    kalah. Pemenang dalam KOMBAV adalah kelompok II yang membuktikan bahwa

    kemampuan anggotanya relatif lebih merata. Dalam KOMBAV nampak tanggung

    jawab yang besar dari fast learners terhadap kemampuan anggotanya dalam

    menjawab pertanyaan agar dapat memenangkan kelompok.

    Pada saat istirahat, bahkan di luar jam sekolah mereka lebih giat belajar kelompok

    dengan cara saling memberi pertanyaan. Anggota yang tidak mengikuti belajar

    kelompok akan menjadi sasaran teguran dari anggota kelompok yang lain. Kini, fast

    learners membantu belajar temannya bukan karena kasihan atau perintah guru, tapi

    lebih karena kebutuhan bersama untuk dapat memenangkan kompetisi.

    Dari hasil angket, juga diketahui bahwa fast learners telah bersungguh-sungguh

    dalam membantu belajar temannya, baik di dalam jam sekolah maupun di luar jam

    sekolah. Menurut pandangan anggota kelompok, mereka kini telah mendapat

    kesempatan menjawab karena tidak lagi diwakili oleh juru bicara. Secara umum

    mereka menyukai kompetisi model KOMBAV karena menyenangkan dan adil

    dalam pemberian kesempatan menjawab. Mereka juga minta agar pada mata

    pelajaran yang lain juga dilakukan kompetisi seperti ini.

    Dari hasil evaluasi, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas telah meningkat menjadi

    7,7. Hal ini telah menunjukkan adanya peningkatan dari siklus pertama, namun

    yang lebih penting adalah peningkatan hasil belajar tersebut bersifat merata bagi

    semua peserta didik, tidak lagi berfokus pada fast learners saja.

    Dari hasil permainan Jutawan Kelas, dapat diketahui kecepatan peserta didik dalam

    menjawab pertanyaan. Walaupun permainan ini lebih didominasi oleh fast learners,

    tapi hal itu bukan masalah karena memang permainan ini bersifat individu dan

    ditujukan untuk mengetahui peserta didik dengan penguasaan terbaik terhadap

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    15/19

    materi pelajaran. Data ini penting sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan

    peserta yang mewakili sekolah pada kompetisi di tingkat lebih tinggi. Namun,

    permainan ini telah memberi dorongan yang kuat bagi seluruh peserta didik untuk

    dapat menguasai materi sebaik-baiknya sehingga dapat duduk di kursi jutawan.

    Dari hasil observasi, diketahui bahwa semangat peserta didik jauh lebih tinggi dari

    siklus 1. Hal itu karena masing-masing peserta didik akan menjadi penentu bagi

    kelompoknya dalam memenangkan kompetisi. Dari aspek kerjasama, partisipasi

    anggota kelompok, dan dorongan moril fast learners kepada anggota kelompok

    meningkat pesat, sebaliknya dominasi ketua terhadap anggotanya cenderung lebih

    menurun. Kemampuan menghargai kelompok lain tetap menunjukkan hasil yang

    tinggi. Dari sisi sikap lapang dada memang ada sedikit penurunan. Hal itu karena

    fast learners cenderung menyalahkan anggota yang gagal menjawab sebagai sumber

    kekalahan kelompok. Namun bahwa hal itu merupakan ekspresi wajar dan

    manusiawi sebagai wujud sikap tanggung jawab dan semangat berkompetisi.

    B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

    Berdasarkan pengalaman melaksanakan kompetisi model KOMBAV, dapat

    diketahui bahwa model tersebut telah memberi hasil yang signifikan bagi upaya

    peningkatan kualitas proses dan hasil belajar IPS. Selain itu, model kompetisi ini

    juga mampu memacu prestasi belajar peserta didik. Hasil yang yang dicapai dari

    penerapan model KOMBAV dapat berupa hasil kuantitatif dan hasil kualitatif.

    1. Hasil Kuantitatif

    Hasil kuantitif dimaksud adalah hasil berupa nilai peserta didik saat evaluasi di

    kelas dengan ketentuan standart ketuntasan belajar minimal (SKBM) ditetapkan

    pada nilai 70. Pada siklus 1 yang menggunakan kompetisi model Cerdas Cermat

    hasil evaluasi peserta didik menunjukkan nilai rata-rata 7,1 dengan catatan terdapat

    22 peserta didik yang tuntas memenuhi SKBM (63%). Sedangkan pada siklus 2

    dimana kompetisinya telah disempurnakan menjadi model KOMBAV hasil evaluasi

    peserta didik menunjukkan nilai rata-rata 7,7 dengan catatan terdapat 29 peserta

    didik yang tuntas memenuhi SKBM (83%).

    Perlu ditambahkan, bahwa kompetisi model KOMBAV disini adalah hasil

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    16/19

    pengembangan dari kompetisi model Cerdas Cermat setelah melalui proses refleksi

    dan evaluasi seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya.

    2. Hasil Kualitatif

    Persiapan dan pelaksanaan pembelajaran dengan kompetisi model KOMBAV telah

    membawa dampak positif ikutan yang bersifat sosial, tapi besar manfaatnya dalam

    upaya membentuk pribadi yang berkualitas. Misalnya : semangat mengikuti

    pembelajaran, berani menyampaikan jawaban, berani mengambil resiko, emosional

    yang terkontrol, sukarela membantu teman dalam belajar, dan sebagainya.

    Dalam pelaksanaan kompetisi mereka juga dilatih untuk menghargai kelompok lain,

    pantang menyerah, berjiwa sportif, bersifat lapang dada, patuh terhadap keputusan,

    bertanggung jawab terhadap kinerja kelompok, dan lain-lain. Hasil lainnya adalah

    terbinanya kemampuan dan kecepatan belajar fast learners yang terbukti dari hasil

    kompetisi, permainan, maupun saat pelaksanaan evaluasi belajar mereka

    menunjukkan hasil yang memuaskan dan konsisten. Hasil ini akan menjadi

    sumbangan berharga dalam mempersiapkan peserta didik unggul yang diharapkan

    dapat mewakili sekolah dalam kompetisi di tingkat yang lebih tinggi.

    BAB IV

    PENUTUP

    A. SIMPULAN

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    17/19

    1. Pembelajaran IPS dengan memberdayakan fast learners dalam suatu kompetisi

    model KOMBAV telah meningkatkan hasil belajar IPS di kelas @@@@@

    2. Hasil belajar tersebut meliputi hasil kuantitif dan hasil kualitatif. Hasil kuantitatif

    berupa peningkatan nilai rata-rata 7,1 pada siklus 1 menjadi 7,7 pada siklus 2

    (meningkat 20%). Sedangkan hasil kualitatif berupa terbinanya semangat saling

    membantu, menghargai kelompok lain, pantang menyerah, berjiwa sportif, bersifat

    lapang dada, patuh terhadap keputusan, dan tanggung jawab terhadap kinerja

    kelompok

    .

    3. Kompetisi model KOMBAV telah mampu memacu prestasi belajar peserta didik

    cepat belajar (fast learners). Hal itu terbukti dari hasil kompetisi, permainan,

    maupun pelaksanaan evaluasi belajar dimana mereka menunjukkan hasil yang

    maksimal dan konsisten. Dari segi mental kompetisi, fast learners memiliki

    semangat juang, kecepatan dan ketepatan menjawab yang merupakan modal

    penting saat mereka berkompetisi dalam tingkat yang lebih tinggi

    4. Dari hasil observasi maupun angket, diketahui bahwa peserta didik menunjukkan

    perhatian dan minat belajar yang tinggi karena mereka merasa bisa belajar sambil

    bermain

    .

    B. SARAN

    1. Saran Untuk Penelitian Lanjut

    a. Mengingat pelaksanaan penelitian baru berjalan 2 siklus, maka peneliti/guru lain

    diharapkan dapat melanjutkan untuk mendapat temuan yang lebih signifikan.

    b. Instrumen tes maupun nontes yang digunakan dalam penelitian ini sebaiknya

    terus disempurnakan dan dikembangkan sehingga memperoleh tingkat validasi

    yang lebih memuaskan

    .

    2. Saran Untuk Penerapan Hasil Penelitian

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    18/19

    a. Perlunya kompetisi model KOMBAV ini diterapkan pada kelas yang lain atau

    mata pelajaran lain sehingga dapat memperkaya model pembelajaran yang selama

    ini digunakan.

    b. Perlunya pengkajian secara lebih mendalam agar kiranya kompetisi model

    KOMBAV ini dapat dijadikan model pembelajaran alternatif dalam upaya

    meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah

    A. Daftar Pustaka

    Anitah W, Sri, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas

    Terbuka

  • 8/2/2019 PTK SD ips 6

    19/19

    Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi

    Aksara

    Ekosiswoyo, Rasdi & Rachman, Maman. 2000. Manajemen Kelas. Semarang :

    IKIP Semarang Press

    Endang Poerwanti, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat

    Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

    Herrhyanto, Nar & Hamid, Hamid. 2008. Statistika Dasar. Jakarta : Universitas

    Terbuka

    Lapono, Nabis, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta : Direktorat

    Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

    Nurhadi, dkk. 2004.Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.

    Malang : Universitas Negeri Malang