ptk sd ips 6
TRANSCRIPT
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
1/19
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bagi peserta didik kelas V, mata pelajaran IPS relatif dianggap baru karena pada
kelas sebelumnya mereka tidak mendapat pelajaran IPS, melainkan mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial (PKPS) yang merupakan
gabungan antara PPKn dan IPS. Karena itu, perkembangan minat dan kemampuan
peserta didik dalam mata pelajaran IPS sangat menarik untuk diperhatikan.
Pada penyajian kompetensi dasar yang pertama (1.1 Peninggalan Sejarah Bercorak
Hindu Budha), dilakukan pembelajaran sebagaimana pembelajaran PKPS pada
tahun sebelumnya. Dari hasil ulangan harian maupun pengamatan terhadap minat
siswa diperoleh data yang kurang menggembirakan. Rata-rata nilai ulangan harian
adalah 63, lebih rendah dari nilai rata-rata mata pelajaran PKn, Bahasa Indonesia,
dan IPA. Sedangkan siswa yang tuntas belajar hanya 13 peserta didik dari 35
peserta didik (37 %). Ketuntasan tersebut didasari asumsi bahwa standar ketuntasan
adalah nilai 70. Dari segi minat, selama pembelajaran banyak disaksikan peserta
didik yang kurang perhatian. Indikatornya antara lain : merebahkan kepala di
bangku, bicara dengan teman sebangku, atau melakukan aktifitas yang tidak
berhubungan dengan pembelajaran yang sedang diikuti.
Hal yang lebih merisaukan adalah tidak terpacunya prestasi belajar dari peserta
didik cepat belajar (fast learners). Dari ulangan tersebut, fast leaners hanya mampu
mendapatkan nilai 80, padahal dalam mata pelajaran yang lain mereka bisa
mendapatkan nilai lebih dari itu. Saat dikonfirmasi, fast learners menyatakan
kurang berminat belajar IPS karena harus menghafal konsep-konsep yang luas,
membosankan, dan tidak menarik katanya. Perlu ditambahkan, bahwa penentuan
fast learners di kelas V didasarkan pada nilai kenaikan kelas sebelumnya dan hasil
ulangan harian kompetensi dasar pertama di setiap mata pelajaran.
Pada sisi guru, guru memang merasa cukup sulit untuk dapat memintarkan
seluruh peserta didik. Hal itu karena setiap peserta didik mempunyai gaya belajar
yang berbeda-beda, sehingga boleh jadi ada yang sejalan dengan gaya mengajar
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
2/19
guru dan ada pula yang tidak. Untuk itu diperlukan variasi pola mengajar yang tidak
hanya menggantungkan pada peran guru semata. Di sinilah fast learners memegang
peran penting sebagai mitra bagi guru dan temannya untuk mencapai kesuksesan
bersama
Peningkatan peran fast learners dalam pembelajaran bukan sekedar untuk
memanfaatkan mereka dalam membantu temannya, tapi hakikatnya merupakan
suatu upaya agar mereka mendapat layanan belajar sesuai kecepatannya. Hal itu
telah dijamin dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 juga mengamanatkan
bahwa Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus (Pasal 5 ayat 4). Mengingat pendidikan
khusus tersebut sulit diberikan, maka upaya memberdayakan fast learners dalam
pembelajaran merupakan langkah strategis berefek ganda, yaitu memacu prestasi
belajar fast learners sekaligus meningkatkan hasil belajar peserta didik normal
lainnya di kelas.
Dari sisi sekolah, keberadaan fast learners di kelas V merupakan kebutuhan wajib
dan mendesak. Hal itu karena pada setiap tahun selalu diadakan kompetisi
antarsiswa yang pesertanya adalah siswa kelas V. Kompetisi itu misalnya : siswa
berprestasi, olimpiade MIPA, lomba mata pelajaran, dan sebagainya. Oleh karena
itu, guru kelas V mengemban misi ganda yang menuntut kemampuan, kreatifitas,
dan semangat tinggi. Pertama, harus mengantarkan peserta didik di kelas untuk
menguasai kompetensi belajar yang ditentukan. Kedua, mempersiapkan peserta
didik yang akan mewakili sekolah dalam kompetisi pada tingkat kecamatan,
kabupaten , dan seterusnya.
Untuk itu diperlukan inovasi model pembelajaran yang memungkinkan kedua misi
di atas dapat terpenuhi sekaligus. Artinya, di satu sisi fast learners dapat belajar
menurut kecepatan belajarnya, tapi pada saat bersamaan peserta didik yang lain
dapat terpacu semangat dan prestasi belajarnya sehingga dapat menguasai
kompetensi belajar yang diharapkan. Cara itu adalah dengan memberdayakan fast
learners dalam suatu model kompetisi yang disebut Kompetisi Berbasis
Akuntabilitas Individu (KOMBAV).
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
3/19
B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah pemberdayaan fast learners dalam kompetisi model KOMBAV dapat
meningkatkan hasil belajar IPS di kelas V?
2. Apakah bentuk hasil belajar yang diperoleh dengan penerapan kompetisi model
KOMBAV dalam pembelajaran IPS di kelas V?
3. Apakah kompetisi model KOMBAV dapat memacu prestasi belajar peserta didik
cepat belajar (fast learners)?
4. Bagaimakah persepsi dan kesan peserta didik terhadap kompetisi model
KOMBAV?
C. TUJUAN
Sejalan dengan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah :
1. Ingin mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar IPS peserta didik di
kelas V dengan pemberdayaan fast learners dalam kompetisi model KOMBAV
2. Ingin mengetahui bentuk-bentuk hasil belajar yang didapat dari pelaksanaan
pembelajaran dengan kompetisi model KOMBAV
3. Ingin mengetahui apakah kompetisi model KOMBAV dapat memacu prestasi
belajar peserta didik cepat belajar (fast learners)
4. Ingin mengumpulkan persepsi dan kesan peserta didik tentang pelaksanaan
pembelajaran IPS dengan kompetisi model KOMBAV
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
4/19
BAB II
KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
A. KERANGKA TEORETIS
1. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan
sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora
(Nursid Sumaatmaja, 2003:1.9). Bidang ilmu sosial meliputi sosiologi, ekonomi,
psikologi sosial, antropologi, geografi, dan ilmu politik. Sedangkan humaniora
meliputi norma, nilai, bahasa, dan seni yang menjadi komponen kehidupan
masyarakat.
Sementara itu, Ischak (2004:1.36) mengartikan IPS sebagai bidang studi yang
mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat
dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu. Ruang lingkup IPS
adalah hal-hal yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya yang meliputi
semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.
Tujuan mempelajari IPS adalah membentuk warga negara yang berkemampuan
sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan
sosial. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam mempelajari IPS adalah
pendekatan interdisipliner atau multidisipliner dan lintas sektoral.
2.Mata Pelajaran IPS dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
Peraturan Menteri Pendidian Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006
merupakan dasar hukum bagi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Berdasarkan peraturan ini kembali dimunculkan mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) setelah pada kurikulum sebelumnya (Kurikulum
2004/KBK), mata pelajaran IPS digabung dengan Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) menjadi Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial (PKPS).
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB
sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
5/19
IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia
yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
3. Pengertian Anak Cepat Belajar
Terdapat berbagai perbedaan pandangan tentang kriteria untuk anak kecerdasan
tinggi atau anak berbakat (gifted ) atau anak cepat belajar (fast learners). Pengertian
anak berbakat dalam Program Percepatan Belajar (PPB) yang dikembangkan oleh
Depdiknas membatasi pada 2 kriteria sebagai berikut : (1) mereka yang mempunyai
taraf intelegensi (IQ) di atas 140 ; (2) mereka yang oleh psikolog dan atau guru
diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi yang memuaskan,
dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas,
keterikatan terhadap tugas tergolong baik, serta kreatifitas yang memadai.
Definisi keberbakatan (giftedness) yang lain adalah dari United State Of fice of
Education (USOE) yang berbunyi sebagai berikut :
Anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang yang
berkualifikasi profesional memiliki kemampuan luar biasa dan mampu berprestasi
tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang terdiferensiasi dan
atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah reguler agar dapat
merealisasikan kontribusi dirinya ataupun masyarakat .
Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi kemampuan: intelektual umum,
akademik khusus, berfikir kreatif produktif, memimpin, salah satu bidang seni, dan
psikomotor.
Jika diperhatikan dua definisi anak berbakat tersebut, perbedaannya ada dalam hal
unjuk prestasi. Definisi pertama (menurut PPB) mempersyaratkan adanya peserta
didik yang telah mencapai prestasi memuaskan (telah teraktualisasi), sedangkan
definisi kedua (menurut USOE) hanya mempersyaratkan mampu berprestasi (punya
potensi). Jadi anak berbakat tapi tidak menunjukkan prestasi atau disebut
underachiever tidak masuk dalam definisi pertama. Selanjutnya anak cepat belajar
dalam tulisan ini mengacu pada definisi pertama , khususnya kriteria butir 2.
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
6/19
3. Kompetisi Model KOMBAV
Kompetisi Berbasis Akuntabilitas Individu (KOMBAV) merupakan perpaduan
antara pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kompetitif. Nilai kooperatif
nampak pada saat peserta didik saling membantu dalam kelompok sebagai
persiapan menghadapi lomba antarkelompok. Sedangkan nilai kompetitif nampak
pada saat pelaksanaan lomba antarkelompok di kelas.
Pembelajaran kooperatif ditujukan pada terbinanya kerjasama antara peserta didik
yang pandai dengan yang lambat sehingga tercipta situasi tutor sebaya yang
berlangsung secara alami tanpa ada tekanan atau keterpaksaan, tapi didasarkan pada
kebutuhan untuk bekerjasama bagi pemenangan kelompok.
Sedangkan pembelajaran kompetitif ditujukan untuk menggali potensi maksimal
masing-masing peserta didik sehingga dapat disumbangkan bagi pemenangan
kelompok dalam kompetisi dengan kelompok lain. Jadi, keberhasilan kelompok
ditentukan oleh akuntabilitas individual atau sumbangan individu bagi kelompok,
bukan oleh dominasi anggota yang pandai terhadap anggota lainnya.
Melalui kompetisi model KOBAV ini, diharapkan akan tercipta pembelajaran yang
menyenangkan, ketuntasan belajar yang lebih tinggi, hubungan sosial antarpeserta
didik yang kompak, serta jiwa kompetisi yang tinggi yang merupakan modal bagi
keberhasilan dalam kompetisi di tingkat yang lebih tinggi.
B. KERANGKA BERFIKIR
Secara skematis, kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah :
KONDISI AWAL
Guru belum menggunakan model kompetisi dalam pembelajaran
Hasil belajar IPS rendah
Semangat belajar rendah
Fast learners belum terpacu prestasinya
Semangat berkompetisi rendah
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Guru mengunakan model kompetisi dalam pembelajaran
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
7/19
SIKLUS 1
KOMPETISI MODEL CERDAS CERMAT
Hasil belajar IPS meningkat
Semangat belajar meningkat
Prestasi belajar fast learners terpacu
Jiwa kompetisi terbina
SIKLUS 2KOMPETISI MODEL KOMBAV
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan
dalam penelitian ini adalah : Pemberdayaan peserta didik cepat belajar (fast
learners) dalam kompetisi model KOMBAV dapat meningkatkan hasil belajar IPS,
baik hasil yang bersifat kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. PRA SIKLUS
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
8/19
Kegiatan prasiklus dimaksudkan sebagai pengantar menuju siklus pertama. Setelah
membuka pelajaran dan mengecek kesiapan peserta didik untuk belajar, maka guru
mulai memperkenalkan materi yang akan dipelajari, apa yang harus disiapkan, dan
tujuan yang ingin dicapai.
Guru mengajak peserta didik untuk mengamati peta, menanyakan bagian-
bagiannya, dan mulai menjelaskan contoh-contoh kenampakan alam dan buatan
Indonesia. Kemudian guru memberikan tugas kelompok untuk mengidentifikasi
kenampakan alam di Indonesia dengan membuka buku pelajaran IPS atau buku
penunjang (RPUL) yang telah disiapkan. Setiap kelompok diberi kesempatan
mempresentasikan hasil tugas kelompoknya dan kelompok lain berhak menanggapi
berdasarkan hasil temuan kelompoknya. Guru kemudian mengajak peserta didik
untuk mengamati peta dan mencoba untuk menemutunjukkan daerah sesuai letak
kenampakan alam dan buatan yang telah diketahui.
Pada bagian akhir guru membagi kelompok, menjelaskan tata tertib kompetisi pada
pertemuan berikutnya, dan meminta kelompok untuk mempersiapkan diri sebaik-
baiknya. Mengingat jumlah peserta didik di kelas ada 35 anak, maka kelas dibagi
menjadi 7 kelompok yang beranggota 5 anak dengan dipimpin oleh seorang fast
learners.
B. SIKLUS 1
Pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 7 Maret 2012 pada
jam pelajaran ke 1, 2, dan 3. Setelah membuka pelajaran dan mengecek kesiapan
peserta didik untuk belajar, maka guru memulai pelajaran. Pada pertemuan kedua
ini, di kelas hadir kepala sekolah yang berperan sebagai observer pelaksanaan
kegiatan .
Guru memulai kompetisi dengan mengajak peserta didik mengatur meja dan
mempersiapkan kelengkapan kompetisi. Guru mengulang tata tertib dan memberi
kesempatan kelompok untuk berkoordinasi. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan
pengundian regu yang berkompetisi pada tahap pertama (3 regu) dan pada tahap
kedua (3 regu).
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
9/19
Kompetisi dilaksanakan dengan model Cerdas Cermat. Pada setiap tahap dibagi
dalam dua babak. Babak pertama adalah soal wajib sedangkan pada babak kedua
adalah soal rebutan. Pada babak pertama (soal wajib), setiap regu (A,B,C) diberi
kesempatan menjawab 10 pertanyaan. Penjawabnya adalah juru bicara yang
ditunjuk dan memberikan jawaban setelah berunding dengan anggota kelompoknya.
Setiap jawaban yang benar diberi nilai 100 sedangkan jawaban yang salah diberi
nilai 0 dan regu yang lain diberi kesempatan untuk berebut menjawab. Jawaban
hasil rebutan yang benar diberi nilai 100 sedangkan jawaban yang salah diberi nilai
0.
Pada babak kedua (soal rebutan), guru memberikan 10 soal yang diperebutkan oleh
regu-regu yang berkompetisi. Setiap anggota regu boleh menjawab (tidak harus juru
bicara) dengan ketentuan setiap jawaban benar diberi nilai 100 sedangkan jawaban
yang salah diberi pengurangan nilai 100.
Pada kompetisi ini pemenangnya adalah kelompok I yang dipimpin *******.
Sebagai penghargaan setiap anggota mendapat uang mainan Rp 1.000.000,00 dan
ucapan selamat dari regu yang lain.
Untuk mengetahui pengaruh kompetisi terhadap penguasaan materi pelajaran, guru
mengadakan evaluasi untuk setiap peserta didik. Selain itu guru juga membagikan
angket untuk peserta didik agar diisi sejujurnya sesuai perasaan dan
pemahamannya. Hasil evaluasi tertulis itu kemudian dipadukan dengan hasil angket
dan hasil observasi untuk dijadikan sebagai bahan refleksi guna menentukan
kegiatan pada siklus selanjutnya
.
C. SIKLUS 2
Pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 14 maret 2012 pada
jam pelajaran ke 1, 2, dan 3. Setelah membuka pelajaran dan mengecek kesiapan
peserta didik untuk belajar, maka guru memulai pelajaran dengan menanyakan
kesiapan masing-masing kelompok untuk mengikuti kompetisi berikutnya. Pada
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
10/19
pertemuan ketiga ini, di kelas juga hadir kepala sekolah yang berperan sebagai
observer.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama, aturan kompetisi disempurnakan.
Tujuannya adalah memberi kesempatan yang lebih luas kepada anggota kelompok
untuk terlibat dalam kompetisi dan menghindari dominasi fast learners atas anggota
lainnya. Pada kompetisi ini tidak ada lagi juru bicara. Setiap anggota mempunyai
kesempatan yang sama untuk menjawab, kecuali pada babak rebutan.
Konsekuensinya kemenangan kelompok akan lebih ditentukan oleh kemampuan
rata-rata anggota kelompok, bukan lagi oleh kemampuan fast learners yang pada
siklus pertama bertindak sebagai juru bicara.
Kompetisi model Cerdas Cermat disempurnakan menjadi Kompetisi Berbasis
Akuntabilitas Individu (KOMBAV). Secara rinci pelaksanaan KOMBAV adalah
sebagai berikut
1. Kompetisi dibagi dua tahap masing-masing tahap mempertandingkan 3 regu
(A,B,C) sehingga pada babak final didapatkan 2 regu terbaik.
2. Setiap anggota regu (5 anak) diberi nomor yaitu nomor 1, 2, 3, 4, dan 5
3. Pada babak lemparan, soal nomor 1 hanya boleh dijawab oleh peserta nomor 1,
jika gagal hanya boleh diperebutkan oleh peserta nomor 1 dari regu lain.
4. Anggota regu yang lain dilarang membantu dalam bentuk apapun, jika melanggar
akan dikenai sanksi pengurangan nilai
5. Pada babak rebutan setiap anggota regu boleh menjawab dengan ketentuan bila
jawaban benar mendapat nilai 100, sedangkan jika salah mendapat pengurangan
nilai 100.
Oleh karena itu, dalam kompetisi ini sangat dituntut kemampuan ketua regu untuk
mengatur formasi anggotanya berdasarkan pemahamannya atas kemampuan
masing-masing anggota regu.
Pada kompetisi ini pemenangnya adalah kelompok II yang dipimpin ******.
Sebagai penghargaan setiap anggota mendapat uang mainan Rp 1.000.000,
Kegiatan selanjutnya adalah permainan Jutawan Kelas. Tujuan permainan ini
adalah untuk menemukan peserta didik yang memiliki penguasaan yang tinggi
terhadap materi yang telah dipelajari. Permainan ini sifatnya individual dan
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
11/19
mengacu ada kuis Who Want to be Millioner yang sering ditayangkan di televisi.
Pelaksanaannya adalah sebagai berikut
1. Guru memberikan pertanyaan untuk diperebutkan peserta didik.
2. Peserta didik yang dapat menjawab berhak duduk di kursi jutawan
3. Setiap pertanyaan yang dijawab benar mendapatkan Rp 1.000.000,00 dan berhak
menjawab pertanyaan berikutnya dengan hadiah yang sama
4. Titik aman yang disediakan adalah Rp 1.000.000,00 ; Rp 5.000.000,00; dan Rp
10.000.000,00. Artinya, jika peserta hanya dapat menjawab pertanyaan maksimal
sampai pertanyaan ke-4, maka ia hanya mendapatkan Rp 1.000.000,00. Jika peserta
dapat menjawab pertanyaan maksimal sampai pertanyaan ke-9, maka ia hanya
mendapatkan Rp 5.000.000,00. Sedangkan jika dapat menjawab sempurna 10
pertanyaan, maka ia mendapatkan Rp 10.000.000,00.
5. Permainan ini dilaksanakan beberapa babak dan hadiah diserahkan segera setelah
satu babak permainan
Untuk mengetahui pengaruh KOMBAV terhadap penguasaan materi pelajaran, guru
kembali mengadakan evaluasi untuk setiap peserta didik dengan soal yang berbeda
dengan siklus pertama, tapi masih dalam lingkup materi yang sama. Selain itu, guru
juga membagikan angket untuk peserta didik agar diisi sejujurnya sesuai perasaan
dan pemahamannya. Hasil evaluasi tertulis itu kemudian dipadukan dengan hasil
angket dan hasil observasi untuk dijadikan sebagai bahan refleksi guna menentukan
perkembangan yang telah dicapai sekaligus sebagai dasar untuk kegiatan pada
pertemuan selanjutnya
.
BAB IV
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
12/19
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Hasil Kegiatan PraSiklus
Pada kegiatan prasiklus, peserta didik mengikuti pembelajaran secara klasikal
sesuai RPP yang telah disusun. Kemampuan peserta didik dalam menyerap materi
pembelajaran masih ditentukan oleh kemampuannya dalam menangkap penjelasan
guru. Sifat kerjasama antarpeserta didik juga masih kurang padahal dalam
pertemuan ini juga ada aktifitas yang melibatkan kerjasama antarpeserta didik,
misalnya pada saat mengidentifikasi kenampakan alam dan buatan atau pada saat
menemutunjukkan kenampakan alam dan buatan di peta
.
Secara fisik mereka memang nampak mengerjakan sesuatu bersama-sama, tapi
belum bekerjasama. Artinya, ketua kelompok/anak yang pandai masih berperan
dominan dalam mengerjakan tugas kelompok sedangkan anggota yang lain lebih
berperan sebagai pembantu saja. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan
pembelajaran konvensional dimana sifat kooperasi antarpeserta didik masih rendah.
Berdasarkan evaluasi atas apa yang terjadi pada kegiatan prasiklus ini, guru/peneliti
semakin mantap untuk mengembangkan model kompetisi dalam pembelajaran
siklus 1 berupa cerdas cermat antarkelompok yang pelaksanaannya lazim dipahami
peserta didik
.
2. Hasil Siklus 1
Siklus 1 merupakan pelaksanaan kompetisi dalam bentuk cerdas cermat
antarkelompok. Pada babak pertama, soal wajib dijawab oleh juru bicara kelompok
sedangkan pada babak kedua soal dapat diperebutkan oleh semua peserta. Dalam
pelaksanaan kompetisi terlihat jelas adanya dominasi fast learners terhadap anggota
yang lain karena mereka bertindak sebagai juru bicara kelompok. Anehnya, anggota
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
13/19
kelompok yang lain tidak merasa dirugikan. Mereka justru merasa diuntungkan
karena bisa menggantungkan diri pada juru bicara. Kompetisi memang
menghasilkan pemenang dengan nilai tertinggi pada setiap tahapan, tapi hal itu
belum menggambarkan kinerja kelompok karena lebih merupakan hasil kerja
perseorangan.
Dari hasil angket, diketahui bahwa fast learners kurang bersungguh-sungguh dalam
membantu belajar temannya, baik di dalam jam sekolah maupun di luar jam
sekolah. Hal itu karena fast learners berpandangan bahwa ia dapat mewakili
kelompok saat pelaksanaan kompetisi karena ia akan menjadi juru bicara.
Sementara menurut pandangan anggota kelompok, umumnya mereka tidak
mendapat kesempatan menjawab karena diwakili oleh juru bicara. Tapi secara
umum peserta didik menyukai model kompetisi dalam pembelajaran karena
menyenangkan dan dapat belajar sambil bermain seperti yang sering disaksikan di
televisi.
Dari hasil evaluasi, diketahui bahwa nilai-rata kelas adalah 7,1. Hal ini memang
telah menunjukkan adanya peningkatan dari evaluasi pada kompetensi dasar
sebelumnya, namun nilai-nilai tinggi masih didominasi oleh fast learners sementara
anggota yang belum menunjukkan peningkatan yang menggembirakan..
Dari hasil observasi, diketahui bahwa semangat peserta didik relatif tinggi untuk
bisa memenangkan kompetisi. Namun dari aspek kerjasama dan partisipasi anggota
terhadap kelompok masih rendah, sebaliknya dominasi ketua terhadap anggotanya
masih tinggi. Dari segi kemampuan menghargai kelompok lain dan sikap lapang
dada sudah menunjukkan hasil yang baik, sementara peran guru dapat sedikit
berkurang karena pusat pembelajaran adalah pada kerjasama kelompok baik
sebelum maupun saat berkompetisi.
4. Hasil Siklus 2
Siklus 2 merupakan penyempurnaan dari kompetisi pada pertemuan sebelumnya.
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
14/19
Pada pertemuan ini kompetisi menggunakan model KOMBAV yang tidak
mengenal adanya juru bicara karena setiap anggota kelompok punya hak yang sama
dalam menjawab pertanyaan. Jadi, kemenangan kelompok akan ditentukan oleh
kemampuan rata-rata anggota kelompok bukan oleh kemampuan perorangan.
Akibatnya fast learners punya kewajiban besar untuk membantu belajar anggotanya
agar dapat berkontribusi bagi pemenangan kelompok. Hasilnya mulai nyata,
kelompok yang pada siklus 1 menjadi juara (Kelompok I), pada pertemuan ini
kalah. Pemenang dalam KOMBAV adalah kelompok II yang membuktikan bahwa
kemampuan anggotanya relatif lebih merata. Dalam KOMBAV nampak tanggung
jawab yang besar dari fast learners terhadap kemampuan anggotanya dalam
menjawab pertanyaan agar dapat memenangkan kelompok.
Pada saat istirahat, bahkan di luar jam sekolah mereka lebih giat belajar kelompok
dengan cara saling memberi pertanyaan. Anggota yang tidak mengikuti belajar
kelompok akan menjadi sasaran teguran dari anggota kelompok yang lain. Kini, fast
learners membantu belajar temannya bukan karena kasihan atau perintah guru, tapi
lebih karena kebutuhan bersama untuk dapat memenangkan kompetisi.
Dari hasil angket, juga diketahui bahwa fast learners telah bersungguh-sungguh
dalam membantu belajar temannya, baik di dalam jam sekolah maupun di luar jam
sekolah. Menurut pandangan anggota kelompok, mereka kini telah mendapat
kesempatan menjawab karena tidak lagi diwakili oleh juru bicara. Secara umum
mereka menyukai kompetisi model KOMBAV karena menyenangkan dan adil
dalam pemberian kesempatan menjawab. Mereka juga minta agar pada mata
pelajaran yang lain juga dilakukan kompetisi seperti ini.
Dari hasil evaluasi, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas telah meningkat menjadi
7,7. Hal ini telah menunjukkan adanya peningkatan dari siklus pertama, namun
yang lebih penting adalah peningkatan hasil belajar tersebut bersifat merata bagi
semua peserta didik, tidak lagi berfokus pada fast learners saja.
Dari hasil permainan Jutawan Kelas, dapat diketahui kecepatan peserta didik dalam
menjawab pertanyaan. Walaupun permainan ini lebih didominasi oleh fast learners,
tapi hal itu bukan masalah karena memang permainan ini bersifat individu dan
ditujukan untuk mengetahui peserta didik dengan penguasaan terbaik terhadap
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
15/19
materi pelajaran. Data ini penting sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan
peserta yang mewakili sekolah pada kompetisi di tingkat lebih tinggi. Namun,
permainan ini telah memberi dorongan yang kuat bagi seluruh peserta didik untuk
dapat menguasai materi sebaik-baiknya sehingga dapat duduk di kursi jutawan.
Dari hasil observasi, diketahui bahwa semangat peserta didik jauh lebih tinggi dari
siklus 1. Hal itu karena masing-masing peserta didik akan menjadi penentu bagi
kelompoknya dalam memenangkan kompetisi. Dari aspek kerjasama, partisipasi
anggota kelompok, dan dorongan moril fast learners kepada anggota kelompok
meningkat pesat, sebaliknya dominasi ketua terhadap anggotanya cenderung lebih
menurun. Kemampuan menghargai kelompok lain tetap menunjukkan hasil yang
tinggi. Dari sisi sikap lapang dada memang ada sedikit penurunan. Hal itu karena
fast learners cenderung menyalahkan anggota yang gagal menjawab sebagai sumber
kekalahan kelompok. Namun bahwa hal itu merupakan ekspresi wajar dan
manusiawi sebagai wujud sikap tanggung jawab dan semangat berkompetisi.
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pengalaman melaksanakan kompetisi model KOMBAV, dapat
diketahui bahwa model tersebut telah memberi hasil yang signifikan bagi upaya
peningkatan kualitas proses dan hasil belajar IPS. Selain itu, model kompetisi ini
juga mampu memacu prestasi belajar peserta didik. Hasil yang yang dicapai dari
penerapan model KOMBAV dapat berupa hasil kuantitatif dan hasil kualitatif.
1. Hasil Kuantitatif
Hasil kuantitif dimaksud adalah hasil berupa nilai peserta didik saat evaluasi di
kelas dengan ketentuan standart ketuntasan belajar minimal (SKBM) ditetapkan
pada nilai 70. Pada siklus 1 yang menggunakan kompetisi model Cerdas Cermat
hasil evaluasi peserta didik menunjukkan nilai rata-rata 7,1 dengan catatan terdapat
22 peserta didik yang tuntas memenuhi SKBM (63%). Sedangkan pada siklus 2
dimana kompetisinya telah disempurnakan menjadi model KOMBAV hasil evaluasi
peserta didik menunjukkan nilai rata-rata 7,7 dengan catatan terdapat 29 peserta
didik yang tuntas memenuhi SKBM (83%).
Perlu ditambahkan, bahwa kompetisi model KOMBAV disini adalah hasil
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
16/19
pengembangan dari kompetisi model Cerdas Cermat setelah melalui proses refleksi
dan evaluasi seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya.
2. Hasil Kualitatif
Persiapan dan pelaksanaan pembelajaran dengan kompetisi model KOMBAV telah
membawa dampak positif ikutan yang bersifat sosial, tapi besar manfaatnya dalam
upaya membentuk pribadi yang berkualitas. Misalnya : semangat mengikuti
pembelajaran, berani menyampaikan jawaban, berani mengambil resiko, emosional
yang terkontrol, sukarela membantu teman dalam belajar, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan kompetisi mereka juga dilatih untuk menghargai kelompok lain,
pantang menyerah, berjiwa sportif, bersifat lapang dada, patuh terhadap keputusan,
bertanggung jawab terhadap kinerja kelompok, dan lain-lain. Hasil lainnya adalah
terbinanya kemampuan dan kecepatan belajar fast learners yang terbukti dari hasil
kompetisi, permainan, maupun saat pelaksanaan evaluasi belajar mereka
menunjukkan hasil yang memuaskan dan konsisten. Hasil ini akan menjadi
sumbangan berharga dalam mempersiapkan peserta didik unggul yang diharapkan
dapat mewakili sekolah dalam kompetisi di tingkat yang lebih tinggi.
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
17/19
1. Pembelajaran IPS dengan memberdayakan fast learners dalam suatu kompetisi
model KOMBAV telah meningkatkan hasil belajar IPS di kelas @@@@@
2. Hasil belajar tersebut meliputi hasil kuantitif dan hasil kualitatif. Hasil kuantitatif
berupa peningkatan nilai rata-rata 7,1 pada siklus 1 menjadi 7,7 pada siklus 2
(meningkat 20%). Sedangkan hasil kualitatif berupa terbinanya semangat saling
membantu, menghargai kelompok lain, pantang menyerah, berjiwa sportif, bersifat
lapang dada, patuh terhadap keputusan, dan tanggung jawab terhadap kinerja
kelompok
.
3. Kompetisi model KOMBAV telah mampu memacu prestasi belajar peserta didik
cepat belajar (fast learners). Hal itu terbukti dari hasil kompetisi, permainan,
maupun pelaksanaan evaluasi belajar dimana mereka menunjukkan hasil yang
maksimal dan konsisten. Dari segi mental kompetisi, fast learners memiliki
semangat juang, kecepatan dan ketepatan menjawab yang merupakan modal
penting saat mereka berkompetisi dalam tingkat yang lebih tinggi
4. Dari hasil observasi maupun angket, diketahui bahwa peserta didik menunjukkan
perhatian dan minat belajar yang tinggi karena mereka merasa bisa belajar sambil
bermain
.
B. SARAN
1. Saran Untuk Penelitian Lanjut
a. Mengingat pelaksanaan penelitian baru berjalan 2 siklus, maka peneliti/guru lain
diharapkan dapat melanjutkan untuk mendapat temuan yang lebih signifikan.
b. Instrumen tes maupun nontes yang digunakan dalam penelitian ini sebaiknya
terus disempurnakan dan dikembangkan sehingga memperoleh tingkat validasi
yang lebih memuaskan
.
2. Saran Untuk Penerapan Hasil Penelitian
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
18/19
a. Perlunya kompetisi model KOMBAV ini diterapkan pada kelas yang lain atau
mata pelajaran lain sehingga dapat memperkaya model pembelajaran yang selama
ini digunakan.
b. Perlunya pengkajian secara lebih mendalam agar kiranya kompetisi model
KOMBAV ini dapat dijadikan model pembelajaran alternatif dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah
A. Daftar Pustaka
Anitah W, Sri, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas
Terbuka
-
8/2/2019 PTK SD ips 6
19/19
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi
Aksara
Ekosiswoyo, Rasdi & Rachman, Maman. 2000. Manajemen Kelas. Semarang :
IKIP Semarang Press
Endang Poerwanti, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Herrhyanto, Nar & Hamid, Hamid. 2008. Statistika Dasar. Jakarta : Universitas
Terbuka
Lapono, Nabis, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta : Direktorat
Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Nurhadi, dkk. 2004.Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang : Universitas Negeri Malang