ptk kelas 1 ips
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dan pengajaran sebagai suatu proses dan suatu sistem
merupakan salah satu bidang yang paling menentukan perkembangan dan
kemajuan kehidupan manusia baik sebagai suatu bangsa maupun sebagai anggota
masyarakat atau individu. Disamping itu pendidikan ikut mempengaruhi berbagai
macam-macam aspek kehidupan manusia
Dalam keseluruhan upaya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan,
proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting, karena melalui
aktivitas itulah tujuan pendidikan akan dicapai melalui perubahan perilaku siswa.
Dalam proses belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan
keberhasilan kegiatan pembelajaran yaitu pengelolaan program pembelajaran dan
kegiatan pembelajaran itu sendiri. Kedua hal ini mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan instruksional sangat
tergantung pada mutu pengelolaan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga
merupakan titik awal keberhasilan pembelajaran.
Proses perbaikan pembelajaran merupakan sebuah komitmen yang harus
dilakukan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di dalam kelas.
keberhasilan proses pembelajaran ditandai dengan dikuasainya materi pelajaran
oleh siswa yang diukur melalui tes atau ujian baik. Namun kenyataan yang ada
pada setiap akhir proses pembelajaran harapan tersebut belum terwujud. Oleh
karena itu perbaikan proses pembelajaran mutlak dilaksanakan oleh setiap guru.
1
Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran.
Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan
pemegang peran yang sangat penting. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam
proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar
mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran
menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan
akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan
pelajaran tersebut.
Berhasilnya tidaknya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor
di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan
kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan
guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan
diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih
model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran
yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara
dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar
siswa. Misalnya dengan mcmbimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif
dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai
dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep yang diajarkan.
2
Berdasar pengalaman penulis sebgai guru di SD Inpres Liningaan
Kecamatan Tondano Timur, penulis menginginkan adanya peningkatan prestasi
bagi tiap siswa-siswinya terutama pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Untuk itu banyak upaya yang dilakukan oleh Guru demi tercapainya tujuan
tersebut.
Mencermati keberadaan SD Inpres Liningaan, khususnya di kelas I terdapat
setengah lebih jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya pada materi pokok “Mengenal dan
Mempraktikkan Jual Beli”. Hal ini ditegaskan dari jumlah 23 siswa hanya 9 siswa
atau sekitar 41% siswa yang sudah tuntas dan rata-rata mereka mendapat nilai
diatas 60. berarti sekitar 14 atau 60% siswa belum tuntas belajar dengan banyak
yang mendapat nilai kurang dari 60.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis selaku guru ingin
melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
Kooperatif tipe JIGSAW untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD
Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur Pada Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Pokok Bahasan Mengenal dan Mempraktikan Jual Beli.
B. Pembatasan Masalah
Karena terlalu banyaknya permasalahan sebagaimana diuraikan pada latar
belakang masalah dia atas maka penelitianini dibatasi pada Efektifitas
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas 1 SD Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial pokok bahasan Mengenal Dan Mempraktikan Jual Beli.
3
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis yang sudah ada, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw efektif bila diterapkan
pokok bahasan mengenal dan mempraktikan jual Beli di kelas 1 SD
Inpres Liningaan kecamatan Tondano Timur?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas 1 SD Inpres Liningaan
Kecamatan Tondano Timur setelah diterapkan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD Inpres
Liningaan Kecamatan Tondano Timur.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang akan dilakukan, penulis dapat mengambil manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
a. Memotivasi siswa dalam pembelajaran
b. Memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran
c. Menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugas
yang diberikan oleh guru
d. Menumbuhkan keberanian siswa dalam menjawab
4
2. Bagi Guru
a. Menambah pengalaman guru sehingga dapat meningkatkan
kinerjanya dan menjadi tenaga pendidik yang lebih professional.
b. Meningkatkan pengetahuan guru dalam memperbaiki pembelajaran
dikelasnya
c. Sebagai pedoman, panduan dan perbandingan dalam meningkatkan
proses belajar mengajar dalam kelas
d. Memudahkan guru dalam menyajikan materi pelajaran
e. Sarana bagi guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran
3. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran di sekolah pada
khususnya dan pendidikan pada umumnya.
b. Sekolah lebih maju dan berkembang karena adanya peningkatan
hasil pembelajaran.
5
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori Tentang Pembelajaran
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat diamati secara
langsung dari luar, dan ditandai dengan adanya proses perubahan. Menurut
Syaiful Bachri Djamarah (2000 : 141) belajar adalah serangkaian jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam beinterkasi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotor.
Selain definisi di atas, ada pula yang mendefinisikan bahwa “belajar adalah
berubah” (Sardiman, 1994 : 23). Maksud yang terkandung dalam kalimat tersebut
adalah bahwa belajar sebagai usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar tidak
hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja, melainkan juga
membentuk suatu kecakapan, keterampilan, pengertian, sikap, harga diri, minat,
watak, dan penyesuaian diri. Yang jelas menyangkut semua aspek organisme dan
tingkah laku pribadi seseorang.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli seperti tersebut di atas, maka
belajar dapat disimpulkan sebagai suatu usaha memperoleh perubahan tingkah
laku menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang menyangkut unsur
cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses
komunikasi ini guru berperan sebagai komunikator (communicator) yang akan
menyampaikan pesan/bahan ajar (message) kepada siswa sebagai penerima pesan
(communican).
6
Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari
unsur: tujuan, bahan pembelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Kegiatan
pembelajaran pada dasarnya mengembangkan kemampuan psikis dan fisik serta
penyesuaian sosial siswa secara utuh.
Dari penjelasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah
menciptakan suatu sistem untuk mendukung terlaksananya proses belajar.
B. Hasil Belajar
Wirawan (1994), mengemukakan bahwa hasil belajar diartikan sebagai
nilai yang diperoleh oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran selang kurung
waktu tertentu. hasil belajar yang dimaksud adalah meliputi pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diperoleh dari proses belajar mengajar di
sekolah.
Dari sudut pandang awam, hasil belajar memang relatif sukar diamati,
karena sebagian besar merupakan variabel yang abstrak. Namun demikian, dari
sisi keilmuan, hasil belajar dapat diamati, bahkan dapat diukur dengan alat ukur
tertentu pula. Hasil belajar yang diperoleh dapat diukur dan diketahui berdasarkan
perilaku sebelum dan sesudah belajar dilakukan, dalam bentuk hasil belajar.
Adapun untuk mengukur hasil belajar antara lain dengan tes hasil belajar (ujian).
Menurut Cronbach dalam Setyadi Permana, (2001) berpendapat bahwa ujian
merupakan suatu pencapaian yang menunjukkan keberhasilan seseorang dalam
proses belajar yang sudah dilakukan. Evaluasi hasil belajar adalah suatu kegiatan
atau tindakan untuk mengevasluasi atau menilai perkembangan dan kemajuan
siswa dalam usaha menguasai bahan atau materi pelajaran yang disajikan oleh
7
guru serta tujuan-tujuannya telah jelas dirumuskan dalam kurikulum (Soebiyanto,
1990 : 90).
Azas penilaian evaluasi ini harus bersifat objektif dan menyeluruh, serta
berkesinambungan. Yang dimakud dengan objektif bila penilaian menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. Menyeluruh artinya bila penilaian mencakup seluruh
proses belajar serta menggambarkan perubahan tingkah laku, baik ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotorik. Selanjutnya dikatakan berkesinambungan bila
pelaksanaan penilaian dilakukan secara terus menerus, berencana, dan bertahap.
Ketiga hal tersbut merupakan prinsip-prinsip dalam evaluasi hasil belajar
(Soebiyanto, 1990 : 90).
Teknik evaluasi adalah cara-cara yang digunakan untuk melakukan evaluasi
hasil belajar siswa. Pada garis besarnya teknik evaluasi dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
1. Teknik tes
Teknik tes yaitu teknik evaluasi yang menggunakan sejumlah tes untuk
mendapatkan data.
2. Teknik non tes
Teknik non tes yaitu teknik evaluasi yang tidak menggunakan alat tes
atau soal-soal tes. Digunakan untuk mengukur segi afektif siswa,
misalnya sikap, motivasi, bakat, maupun minat. Evaluasi ini dapat
dilakukan melalui angket, wawancara, maupun observasi atau
inventory.
8
C. Aktivitas Belajar
Dalam proses pembelajaran, seorang guru pada saat menyajikan bahan ajar
kepada siswa kerap kali menggunakan media agar informasi/bahan ajar tersebut
dapat diterima atau diserap dengan baik oleh para siswa dan pada akhirnya
diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku baik. Selain itu juga untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Penggunaan media pembelajaran membuat pembelajaran lebih terfokus,
perhatian siswa akan lebih tertuju pada media tersebut. Hal ini berarti
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan terutama mengurangi terjadinya
verbalisme (salah penafsiran) terhadap bahan ajar yang disampaikan pada diri
siswa.
D. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerjasama antara siswa dalam kelompok
unutk mencapai tujuan pembelajaran, dimana para siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah:
a. Siswa belajar dalam bentuk kelompok, mengemukakan pendapat dan
membuat keputusan secara bersama.
b. Siswa dibagi dalam kelompok yang heterogen.
c. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah
d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
9
Ada 6 langkah dalam pembelajaran kooperatif, enam langkah tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Langkah-langkah (sintax) dalam pembelajaran kooperatif.
Fase Tahap Perilaku guru
1
2
3
4
5
Menyampaikan tujuan
dan motivasi siswa
Menyajikan Informasi
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok-
kelompok belajar
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Evaluasi
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok
belajar agar melakukan transisi secara
efisien serta kerja sama
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
10
6 Memberikan
Penghargaan
kerjasamanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok
(Ibrahim, 2000)
E. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
Model pembelajaran tipe jigsaw ditemukan oleh Elion Aronson di
Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slavin di Universitas Hopkins.
Dalam penerapan jigsaw siswa dibagi dalam kelompok 4 atau 5 anggota secara
heterogen. Materi pelajaran yang diberikan kepada siswa dalam bentuk teks.
Setiap siswa dalam kelompok bertanggung jawab pada tugas masing-masing
dalam kelompok tersebut. Anggota kelompok yang mendapat tugas yang sama
dari setiap kelompok, berkumpul dan berdiskusi tentang tugas mereka. Kelompok
ini disebut kelompok ahli. Dengan demikian terdapat kelompok ahli tiap-tiap
tugas atau materi.
Selanjutnya tim ahli ini kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa
yang telah dipelajarinya dan didiskusikan di dalam kelompok ahlinya untuk
diajarkan pada teman kelompok sendiri (Tambelu, 2004).
11
Tabel 2. Prosedur Tipe Jigsaw
Tujuan Kognitif Informasi Akademik Sederhana
Tujuan Sosial Kerja kelompok dan kerjasama
Struktur tim Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang
anggota menggunakan pola kelompok “asal”
dan kelompok “Ahli”
Pemilihan Topik Pelajaran Biasanya Guru
Tugas Utama Siswa mempelajari materi dalam kelompok
“ahli” kemudian membantu anggota kelompok
asal mempelajari materi tersebut.
Penilaian Bervariasi, dapat berupa tes mingguan
Pengakuan Publikasi lain
(Tambelu:2004)
F. Hipotesis Tindakan
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif melalui tipe
jigsaw pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pokok bahasan mengenal
dan mempraktikan jual beli dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD
Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur.
12
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subyek Tempat dan Waktu Penelitian
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas I SD Inpres Liningaan
Kecamatan Tondano Timur Kabupaten Minahasa pada minggu ketiga Bulan April
dan minggu pertama Bulan Mei. Jumlah siswa kelas 1 ada 23, terdiri dari 12 siswa
laki-laki dan 11 siswa perempuan. Selama pelaksanaan penelitian, untuk
mengamati proses pembelajaran, dan membantu pengumpulan data peneliti
dibantu oleh teman sejawat dari SD Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur
Kabupaten Minahasa.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan pusat
penekanan pada upaya penyempurnaan dan peningkatan kualitas proses serta
praktek pembelajaran. Penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan Media
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebagai upaya untuk mengembangkan
kemampuan siswa atau meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas 1 SD
Inpres Liningaan Kecamatan Tondano Timur Kabupaten Minahasa dalam
kegiatan yang berbentuk siklus sebagai berikut
1. Perencanaan
a) Studi pendahuluan melalui wawancara langsung oleh peneliti untuk
mengetahui latar belakang keberadaan dan kemampuan akademik siswa
yang menjadi subyek penelitian.
b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan skenario
pembelajaran.
13
c) Menyiapkan alat bantu pengajaran berupa LKS yang diperlukan dalam
mengoptimalkan proses pembelajaran.
d) Membuat alat evaluasi berupa tes tertulis
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah melaksanakan skenario
yang telah dibuat.
3) Observasi / Evaluasi
Observasi dalam penelitian tindakan adalah mengamati proses atau hasil dari
tindakan yang dilakukan. Tahapan ini adalah implementasi dari hasil
pengamatan selama proses pelaksanaan tindakan dan hasil evaluasi
berdasarkan tes akhir yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Hasil
pengamatan baik dari peneliti maupun dalam hal ini guru bidang studi
dipadukan dengan hasil evalusi di akhir pelajaran. Hasil ini yang selanjutnya
dicermati pada tahap refleksi.
4) Refleksi
Pada tahap ini hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dan evaluasi
dikumpulkan dan dianalisa. Kemudian dari hasil kinerja tersebut akan dilihat
apakah memenuhi target yang ditetapkan pada indikator kinerja. Jika belum
maka penelitian akan dilanjutkan dan kelemahan-kelemahan penelitian
sebelumnya akan diperbaiki. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan alursiklus
dapat dilihat pada bagan berikut :
14
Berhasil
(Arikunto,dkk.2006)
Gambar-1. Siklus Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
a. Sumber data
Adapun sumber data diperoleh dari proses pembelajaran siswa kelas 1
SD dan peneliti.
b. Jenis data
jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan
kualitatif, dimana data kuantitatif diperoleh dari hasil pekerjaan siswa
dalam kelompok dan tes akhir, sedangkan data kualitatif diperoleh dari
hasil observasi.
c. Cara pengumpulan data
Data diperoleh dari hasil 1) Tes tertulis , 3) lembar observasi
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
15
Observasi/evaluasiPelaksanaan Perencanaan
BelumPelaksanaan RefleksiPerencanaan
Kesimpulan Observasi/evaluasi
BerhasilKesimpulan Refleksi
a. Data kuantitatif dianalisis dengan analisis deskriptif dalam hal ini
menghitung persentasi hasil belajar siswa berdasarkan indikator
keberhasilan.
b. Data kualitatif dianalisa dengan menggunakan analisis kualitatif model
alur yang terdiri dari reduksi, paparan dan verifikasi/penyimpulan data.
E. Indikator Kinerja
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kriteria Ketuntasan
Minimal yaitu apabila Peserta didik telah memperoleh nilai 60.
16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Per-Siklus
Penulis melakukan penelitian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran
sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Penelitian pada masing-masing
siklus mencakup penilaian aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa setelah selesai pelaksanaan
perbaikan pembelajaran.
1. Pra Siklus
a. Perencanaan
1. Meminta ijin dari Kepala Sekolah
2. Membuat RPP
3. Menghubungi teman sejawat
4. Melakukan pembelajaran
b. Pelaksanaan
Langkah-langkah perbaikan pembelajaran untuk mata pelajaran IPS
adalah sebagai berikut.
2. Pra KBM
a. Guru Dan siswa Berdoa Bersama
b. Guru Mengabsen siswa
c. Guru menyiapkan Alat – alat Pelajaran
d. Guru mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran
17
3. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
Guru mengajukan Pertanyaan yang mengarah pada materi :
Contoh : Dimanakah tempat yang harus didatangi jika hendak
membeli pensil?
3. Kegiatan Inti
a. Secara klasikal siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang
mengenal tempat jual beli
b. Siswa melakukan tanya jawab tentang jual beli
c. Setelah melakukan diskusi kelompok, siswa dapat mengenal tempat-
tempat jual beli
4. Kegiatan akhir
a. Dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi
b. Siswa melaksanakan Evaluasi
c. Guru mengoreksi hasil evaluasi siswa
c. Pengamatan
Fokus Observasi :
1) Penyediaan buku suku sumber : ada, tetapi tidak lengkap.
2) Penyediaan alat peraga ada tetapi kurang relevan.
3) Penyampaian informasi awal yang tentang materi yang dibahas : ada.
4) Pelaksanaan apersepsi : ada.
5) Penggunaan alat peraga secara optimal : tidak optimal.
6) Penggunaan metode yang bervariasi : ya bervariasi, tetapi kurang
relevan dengan materi.
18
7) Menyampaikan kesimpulan materi : ya ada.
8) Pelaksanaan evaluasi : ada.
9) Menilai hasil evaluasi : ada.
10) Menganalisis hasil evaluasi : ya ada.
d. Refleksi
Melalui refleksi dan diskusi tentang hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial hasilnya masih jauh dari yang diharapkan, atau nilainya jauh dari KKM
yang ditentukan (KKM IPS adalah 60). Selain itu juga aktivitas yang terlihat
belum maksimal karena lebih dari 50 % jumlah siswa masih terlihat pasif dalam
proses pembelajaran.
Melihat kenyataan yang sedemikian rupa, maka penulis perlu
melaksanakan perbaikan siklus I.
2. Siklus I
a. Perencanaan
1. Meminta ijin dari Kepala Sekolah
2. Membuat RPP
3. Menghubungi teman sejawat
4. Melakukan pembelajaran
b. Pelaksanaan
1. Pra KBM
b. Guru Dan siswa Berdoa Bersama
c. Guru Mengabsen siswa
d. Guru menyiapkan Alat – alat Pelajaran
e. Guru mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran
19
2. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
Mengajukan Pertanyaan yang mengarah pada materi :
Contoh : dimanakah tempat yang harus di datangi jika hendak
membeli buku tulis?
b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kedalam
kelompok ahli dan kelompok asal
3. Kegiatan Inti
a. Secara klasikal siswa memperhatikan penjelasan dari guru
tentang kegiatan jual beli
b. Secara individual siswa bertanya jawab tentang jual beli
c. Setelah melakukan diskusi kelompok, siswa dapat
menyebutkan tempat-tempat jual beli
4. Kegiatan Perbaikan
a. Secara kelompok siswa melakukan mencoba berperan menjadi
penjual dan pembeli dan mempraktikan kegiatan jual beli
b. Secara individu siswa dapat mempraktikan jual beli.
5. Kegiatan akhir
a. Dengan bimbingan Guru siswa menyimpulkan materi
b. Siswa melaksanakan Evaluasi
c. guru mengoreksi hasil evaluasi siswa
c. Pengamatan
Fokus observasi :
1) Peningkatan prestasi belajar melalui metode Jigsaw: ada.
20
2) Peningkatan aktivitas siswa dalam belajar dengan bermain peran
jual beli : ya ada, relevan.
3) Penyediaan buku sumber : ya ada, lengkap.
4) Penyedian alat peraga : ada.
5) Penyampaian informasi awal tentang materi yang dibahas : ada.
6) Pelaksanaan apersepsi : ada
7) Penggunaan alat peraga secara optimal : ya ada.
8) Penggunaan metode yang bervariasi : ya.
9) Menyampaikan kesimpulan materi pelajaran : ya.
10) Pelaksanaan evaluasi : ya.
11) Menilai hasilk evaluasi : ya.
12) Menganalisis nilai hasil evaluasi : ya ada.
d. Refleksi
Melalui refleksi dan diskusi tentang hasil perbaikan pembelajaran
IPS siklus I pada dasarnya sudah menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan, tetapi berdasarkan analisis, hasil latihan kebanyakan
siswa masih keliru dalam menunjukkan tempat jual beli sesuai dengan
barang yang akan dibeli. Untuk itu penulis memandang masih perlu
melaksanakan perbaikan siklus II.
3. Siklus II
a. Perencanaan
1. Meminta ijin dari Kepala Sekolah
2. Membuat RPP
3. Menghubungi teman sejawat
21
4. Melakukan pembelajaran
b. Pelaksanaan
Langkah-langkah perbaikan pembelajaran siklus II sama dengan
langkah-langkah perbaikan pembelajaran pada siklus I, langkah-
langkah perbaikan siklus II adalah sebagai berikut :
1. Pra KBM
a. Guru Dan siswa Berdoa Bersama
b. Guru Mengabsen siswa
c. Guru menyiapkan aat – alat Pelajaran
d. Guru mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran
2. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
Mengajukan Pertanyaan yang mengarah pada materi :
Contoh : dimanakah tempat yang harus didatangi jika hendak
membeli pensil?
b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kedalam
kelompok ahli dan kelompok asal
3. Kegiatan Inti
a. secara klasikal siswa memperhatikan penjelasan dari guru
tentang jual beli
b. secara individual siswa bertanya jawab tentang tempat-tempat
jual beli
c. setelah melakukan diskusi kelompok, siswa dapat
mempraktekkan jual beli
22
4. Kegiatan Perbaikan
a. Secara kelompok siswa melakukan praktek jual beli dengan
mencoba berperan menjadi penjual dan pembeli
b. Secara individu siswa dapat melakukan jual beli kebutuhan
sehari-hari
5. Kegiatan akhir
a. Dengan bimbingan Guru siswa menyimpulkan materi
b. Siswa melaksanakan Evaluasi
c. guru mengoreksi hasil evaluasi siswa
c. Pengamatan
Fokus observasi :
1) Peningkatan prestasi belajar melalui metode kooperatif tipe
JIGSAW : ada.
2) Peningkatan aktivitas siswa dalam belajar melalui praktek
bermain peran jual beli : ya ada, relevan.
3) Penyediaan buku sumber : ya ada, lengkap.
4) Penyedian alat peraga : ada.
5) Penyampaian informasi awal tentang materi yang dibahas : ada.
6) Pelaksanaan apersepsi : ada
7) Penggunaan alat peraga secara optimal : ya ada.
8) Penggunaan metode yang bervariasi : ya.
9) Menyampaikan kesimpulan materi pelajaran : ya.
10) Pelaksanaan evaluasi : ya.
11) Menilai hasilk evaluasi : ya.
23
12) Menganalisis nilai hasil evaluasi : ya ada.
d. Refleksi
Melalui refleksi dan diskusi tentang hasil perbaikan pembelajaran
IPS siklus II pada dasarnya sudah menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan, maka pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan
tuntas.
B. Hasil Belajar Siswa
a. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
Hasil tes formatif dari 23 siswa kelas I semester 1 SD Inpres Liningaan
kecamatan Tondano Timur mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial dengan
kompetensi Dasar “ Mempraktikan kegiatan jual beli” pra siklus, siklus I, siklus II
dapat dilihat dari tabel 3 berikut.
No Nama SiswaPra
SiklusSiklus I Siklus II Ket
1 Yosua Palanewen 40 50 75
2 Verrel Dien 45 55 80
3 Mauren Moningkey 40 50 75
4 Virginia Kontey 45 55 80
5 Ravair Surentu 50 60 85
6 Anastasya Karundeng 50 60 85
7 Andini Wowor 40 50 75
8 Axel Ndau 50 60 85
9 Christy Rompas 55 65 90
24
10 Princes Manus 45 55 80
11 Habel Rizali 40 50 75
12 Noval Rumayar 50 60 85
13 Victor Rumayang 55 65 90
14 Grigford Lumuko 60 70 95
15 Marselin Sumarau 60 70 95
16 Kendy Umbunan 50 60 85
17 Sekina Rantung 60 70 95
18 Yoga Priyono 55 65 90
19 Jeinif Sakul 40 50 75
20 Micel Matheos 50 60 85
21 Feronika Muya 55 65 90
22 Kristofel Legoh 60 70 95
23 Alviend Hehanusa 45 55 80
Rata – rata 51.08696 61.0869565 84.5652174
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
b. Grafik Hasil belajar Siswa
Grafik Prosentase Prestasi Belajar Siswa Kelas I SD Inpres Liningaan
Kecamatan Tondano Timur Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II
25
Gambar 2: Grafik Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan analisis hasil evaluasi yang telah dilaksanakan, sebelum
adanya perbaikan pembelajaran (pra siklus) tercatat 14 siswa dari 23 siswa yang
mendapat nilai kurang dari 60 dengan nilai terendah 40 dan nilai rata-rata 51,08.
Namun setelah adanya perbaikan pembelajaran siklus I, siswa yang mencapai nilai
60 semakin bertambah dengan rata-rata kelas 61,08 pada siklus II siswa yang
mencapai nilai diatas 60 semakin bertambah dengan rata-rata kelas 84,56.
C. Aktivitas Belajar Siswa
a. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas pelaksanaan pembelajaran IPS kelas I semester II pra siklus, siklus
I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
NoAspek Yang
Diamati
Pra Siklus Siklus I Siklus II Jml Rata2
26
Pra Siklus Siklus I Siklus II0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Column1Column2rata-rata
1
Pra KBM
a. Berdo’a
bersama
100 % 100 % 100 % 300 % 100 %
b. Mengabsen
siswa100 % 100 % 100 % 300 % 100 %
c.
Mengkondisikan
siswa
80 % 80 % 80 % 240 % 80 %
2
Kegiatan Awal
Guru
menanyakan
informasi awal
yang diketahui
siswa tentang
perkalian dan
pembagian
80 % 80 % 100 % 260 % 87 %
3
Kegiatan Inti
a. Guru
menjelaskan
tentang Jual
beli
60 % 80 % 100 % 240 % 80 %
b. Saat tanya
jawab60 % 80 % 100 % 240 % 80 %
4 Kegiatan 60 % 80 % 100 % 240 % 80 %
27
Perbaikan
a. Saat
demonstrasi
b. Saat latihan
soal80 % 80 % 80 % 240 % 80 %
c. Saat
mengoreksi
hasil latihan
80 % 80 % 100 % 260 % 87 %
5
Kegiatan Akhir
a. Saat
menyimpulkan
materi
80 % 80 % 80 % 240 % 80 %
b. Saat
mengerjakan tes
akhir
80 % 100 % 100 % 280 % 93 %
c. saat
menganalisa hasil
tes
60 % 80 % 100 % 240 % 80 %
6 Kesan umum 80 % 100 % 100 % 280 % 93 %
Jumlah 1000 % 1120% 1240% 3360% 1120%
Rata-rata 77 % 86 % 95 % 256 % 86 %
Table 4 Rekapitilasi Aktifitas Belajar Siswa
b. Grafik Aktivitas Belajar Siswa
28
Grafik Prosentase Aktivitas Siswa Kelas I SD Inpres Liningaan Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II.
Grafik 2 : Aktifitas Belajar Siswa
Hasil refleksi terhadap hasil proses perbaikan pembelajaran dan hasil
observasi yang dilakukan pengamat tercatat hal-hal sebagai berikut:
Sebelum diadakan perbaikan pembelajaran (pra siklus) Ilmu Pengetahuan
sosial, tingkat kegairahan dan keberanian siswa tergolong rendah yaitu hanya 77
%. Aktifitas pembelajaran masih didominasi oleh guru. Namun setelah perbaikan
pembelajaran siklus I, kegairahan dan keberanian siswa dalam pembelajaran
meningkat menjadi 86 % siswa terlihat aktif dan antusias dalam pembelajaran,
80% siswa menjawab pertanyaan guru, 80% siswa bertanggung jawab terhadap
tugas yang diberikan guru. Pada siklus II siswa aktivitas siswa semakin bertambah
menjadi 95 %.
D. Pembahasan dari Setiap Siklus
29
Pra Siklus Siklus I Siklus II0
20
40
60
80
100
120
Column2
a. Pra Siklus
a. Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pada mata pelajaran IPS
dari 23 siswa masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (KKM
yang ditetapkan 60) yaitu 9 anak (41,5 %) yang dapat dianggap telah memenuhi
standar KKM dan 14 anak (59,5 %) yang masih mendapat nilai dibawah standar
KKM. Rendahnya prestasi belajar siswa pada pra siklus dikarenakan guru belum
menggunakan metode pembelajaran yang tepat.
b. Aktifitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa masih tergolong rendah karena tingkat keaktifan
siswa hanya 59 %. Rendahnya aktifitas siswa ini disebabkan karena guru belum
menggunakan media pembelajaran yang tepat
b. Siklus I
a. Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh bahwa pada mata pelajaran IPS
dari 23 siswa masih banyak juga siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM
dengan prosentase sebagai berikut : sebanyak 5 anak ( 21,7 % ) yang masih
dibawah standar KKM dan 18 (78,2 %) siswa yang sudah memenuhi standar
KKM. Banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM disebabkan karena
guru kurang siap dalam menyampaikan pembelajaran walaupun sudah
menggunakan metode yang tepat yaitu metode latihan disamping itu juga siswa
belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif.
b. Aktifitas Belajar Siswa
30
Dalam hal aktivitas belajar, siswa banyak mengalami kemajuan dari 59 %
menjadi 74 % hal ini dikarenakan guru sudah menggunakan metode dan media
pembelajaran yang sudah tepat.
3. Siklus II
a. Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pada mata pelajaran IPS dari
23 siswa telah telah mendapat nilai yang memenuhi standar Kriteria Ketuntasan
Minimal(KKM) dalam hal ini pembelajaran dikatakan tuntas. Ketuntasan dalam
pembelajaran IPS ini dsebabkan karena guru sudah siap dalam menggunakan
metode latihan.
c. Aktifitas Belajar Siswa
Dalam hal aktifitas belajar, siswa banyak mengalami peningkatan yang
signifikan yaitu dari pra siklus 59 %, siklus 74 % sedangkan siklus II-nya 92 %.
Peningkatan aktifitas belajar ini dikarenakan guru siap dalam menggunakan
metode Pembelajaran Kooperatif tipe JIGSAW.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran kompetensi dasar
“Mempraktikan kegiatan jual beli” pada siklus I dan siklus II dapat
disimpulkan bahwa :
1. Untuk meningkatkan penguasaan materi dapat dilakukan melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Hal ini dibuktikan dengan nilai
rata-rata siswa dari pra siklus 51.08, siklus I 61.08 dan pada Siklus II 84.5
2. Dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa dari Pra Siklus, Siklus I
sampai dengan Siklus II Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sangat
efektif di terapkan pada mata pelajaran IPS kelas 1 SD pokok bahasan
mengenal dan mempraktikkan jual beli
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, penulis memberi saran-saran yang
dapat memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan :
32
1. Kepada Kepala UPPK agar memberikan motivasi kepada guru-guru untuk
melakukan refleksi sehingga bila mengalami kegagalan dalam
pembelajaran tidak selalu menyalahkan siswa.
2. Kepada Kepala Sekolah agar memberikan dukungan kepada guru-guru
untuk melakukan refleksi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik.
3. Pemahaman perbaikan pembelajaran ini perlu disampaikan dalam kegiatan
Kelompok Kerja Guru ( KKG ).
4. Kepada teman-teman guru agar memilih metode dan media pembelajaran
yang tepat sesuai dengan materi dan kemampuan siswa sehingga perhatian
siswa dapat terfokus pada pembelajaran.
5. Kepada komite dan wali murid agar memberikan dorongan kepada anaknya
untuk giat belajar sehingga materi yang telah diajarkan dapat diserap
dengan baik.
33
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta
Dra. M. G. Dwidjiastuti, M.Pd, dkk. (1997). Strategi Belajar Mengajar. D II
PGSD / Semester II, Surakarta, Universitas Sebelas Maret.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belaja Jakarta: PT. Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.Ibrahim, H.M.,F.Rachmadiarti, M.Nur, Ismono. 2000.
Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika Sekolah
Pasca Sarjana UNESA Surabaya: University Press
Soebiyanto. 1990. Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam. Malang
IKIP MALANG
Sudjana, N. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru, Bandung.
Setyadi-Permana, T. (2001). Kajian Hasil Belajar dan Aspek Afektif Siswa pada
Pembelajaran Konsep Invertebrata di SMUN 2 Bandung dengan Tiga
Metode Pembelajaran yang Berbeda. SKRIPSI FPMIPA UPI
Sugandi Achmad Drs. M.Pd, dkk (2004) Teori Pembelajaran,
Semarang, UPT MKK UNNES
Tambelu J. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif. Laporan
Penelitian FMIPA UNIMA
Wirawan Y. G. 1994. Evaluasi Belajar. UGM Yogyakarta 1994. Proses Belajar
Mengajar. Tarsito, Bandung.
34
Wardani, IG. A. K. dkk (2007). Pemantapan Kemampuan Profesional
(panduan).Pusat Penerbitan Univesitas Terbuka. Jakarta
35