ptk punyaku

Upload: febry-firmansyah

Post on 21-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    1/19

    Meningkatan Hasil Belajar IPS melalui

    Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman

    terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat

    dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan

    persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004:4).

    Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru.

    Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang

    sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama.

    Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang

    mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila

    proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan

    penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya

    sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk

    merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan

    moderator dalam proses pembelajaran tersebut.

    Merunut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum

    Tingkat Satuan Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus

    dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi

    anak untuk selalu kreatif dan berkembang.

    Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang

    bermakna. Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para guru sendiri

    belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain

    pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang,

    mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu,sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif,

    menyenangkan agak sulit.

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    2/19

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    3/19

    B. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

    penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS

    materi Negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran

    Quantum Teaching dan Snowball Throwing siswa kelas VIII SMP Negeri 3

    Jabung?

    C. Tujuan

    Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru dalam

    meningkatkan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara melalui

    kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

    siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jabung.

    D. Definisi Operasional

    Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang

    digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi

    operasional sebagai berikut :

    1. Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang

    wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan

    yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.

    2. IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,

    generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan

    pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan

    negara Indonesia (Depdiknas, 2004).

    3. Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang

    melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental, dan emosionalnya dengan

    TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) yang

    diramu dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti "melempar bola salju".

    Jadi yang dimaksud dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching

    dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS adalah upaya guru untuk

    mengoptimalkan proses pembelajaran IPS secara holistik, baik aspek kognitif,

    afektif, dan psikomotor pada siswa kelas VIII Sekolah Dasar Anjasmoro Semarang.

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    4/19

    BAB II

    KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

    A. Kerangka Teoretis

    1. Hasil Belajar IPS

    a. Konsep Dasar Pembelajaran IPS di SMP

    Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa. Mereka

    harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping

    mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa,

    yang merupakan proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah dengan

    menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu (B. Suryosubroto, 1997:148).

    Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP berfungsi untuk

    mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang

    masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Puskur Balitbang Depdiknas, 2003:2).Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru

    dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan

    pencapaian tujuan tersebut.

    b. Ranah Hasil Belajar IPS

    Pemerian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus

    dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untukmemadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional. Horward

    Kingsly membagi tiga macam hasil belajar, yakni

    (a) ketrampilan dan kebiasaan,

    (b) pengetahuan dan pengertian,

    (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan

    yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

    Sedangkan Gagne membagi lima hasil belajar, yakni

    (a) informasi verbal, (b) keterampilan verbal, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e)

    ketrampilan motoris.

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    5/19

    Dalam dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

    kurikuler maupun tujuan instraksional, menggunakan klasikfikasi hasil belajar dari

    Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni

    ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah pisikmotoris (Nana Sudjana, 2002:22).

    Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

    aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintensis, dan

    evaluasi. Ranah efektif berkenan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

    penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah

    psikomotoris berkenan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.

    Ada enam aspek ranah psikmotoris,

    (a) gerakan refleks,(b) keterampilan gerakan dasar,

    (c) kemampuan perseptual,

    (d) keharmonisan atau ketepataan,

    (e) gerakan keterampilan,

    (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

    Berdasarkan konsep di atas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil

    belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang

    wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan

    yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.

    2. Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

    a. Penelitian Terdahulu

    Penelitian yang dilakukan Tintin Heryatin (2004) mengenai pengembangan modelpembelajaran Quantum dalam mata pelajaran bahasa Inggris dalam rangka

    pengembangan kurikulum berbasis sekolah menyimpulkan bahwa model

    pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran

    Bahasa Inggris di kelas 2 SMU, dengan hasil belajar rata-rata memuaskan dan dapat

    mendorong perkembangan psikologis siswa untuk lebih percaya diri dan menghargai

    setiap keberhasilan sekecil apapun (http://pps.upi.edu/org/abstrak

    thesis/abstrakpk/abstrakpk04.html).

    Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu di atas maka dapat diketahui bahwa

    penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan hasil belajar IPS materi negara-

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    6/19

    negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan

    Snowball Throwing belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sehingga orisinilitas

    konsep ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Terhadap hasil-hasil

    penelitian yang secara variabel berhubungan akan semakin membuktikan akurasi

    hasil-hasil penelitian sebelumnya.

    b. Konsep Dasar Quantum Teaching dan Snowball Throwing

    Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum

    Teaching dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di

    dalam dan di sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan

    belajar harus diramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menciptakan

    suasana belajar (Bobby De Porter, 2002:89).

    Secara aplikatif, pembelajaran Quantum Teaching berasaskan sistem TANDUR,

    yakni:

    Jika dicermati, model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

    bertalian erat dengan teori belajar behavioristik dan teori perkembangannya Piaget.

    Pandangan Behaviouristik, yang melahirkan Teori Belajar Koneksionisme dan Teori

    Belajar Kondisioning. Teori belajar Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike

    berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara

    stimulus dan respon. Bilamana terjadi koneksi antara R - S dan diikuti dengan

    keadaan yang memuaskan, maka koneksi itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya bila

    koneksi, diikuti dengan keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan koneksi

    akan menjadi berkurang (Hilgard dan Bower dalam TIM MKDK IKIP Semarang,

    1990:110).

    Hal lain yang mendasari pentingnya penerapan model pembelajaran Quantum

    Teaching dan Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang

    merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know),

    belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together),

    dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001:5).

    Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Snowball

    Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Adapun langkah-

    langkah pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut: 1) guru menyampaikan

    materi yang akan disajikan, 2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    7/19

    masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, 3)

    masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian

    menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya, 4) masing-masing

    siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja

    yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok, 5) kertas

    tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama

    kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan

    kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam

    kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran, 6) evaluasi, dan 7) penutup

    (www.puskur_balitbang_depdiknas.com).

    B. Kerangka Berpikir

    Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

    merupakan salah satu wujud aplikasi pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran

    IPS. Melalui model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing,

    siswa dilibatkan secara holistik baik aspek fisik, emosional, dan intelektualnya.

    Serangkaian kegiatan penerapan kolaborasi model pembelajaran Quantum

    Teaching dan Snowball Throwing merupakan refleksi dari sistem Tandur yakniTumbuhkan (memberikan apersepsi), Alami (memasangkan kartu kata dan

    mengomentari salah satu negara ), Namai (menyimpulkan materi), Demostrasikan

    (melakukan Snowball Throwing), Ulangi (merangkum materi dalam lagu), dan

    Rayakan (memberi reward). Selengkapnya dapat disimak dalam kerangka berpikir di

    bawah ini:

    C. Hipotesis

    Hipotesis adalah kalimat pernyataan penelitian yang dihasilkan dari hasil kajian

    teoretis dunia pustaka. Pernyataan ini merupakan jawaban sementara dari

    permasalahan yang dikaji dalam penelitian (Purwadi Suhandini, 2000:7). Hipotesis

    tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran

    Quantum Teaching dan Snowball Throwing ada peningkatan hasil belajar IPS materi

    negara-negara Asia Tenggara pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jabung. Adapun

    indikator kinerjanya adalah sebagai berikut:

    1. Guru terampil mengelola proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model

    pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing .

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    8/19

    2. Terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS

    yang ditandai dengan aktivitas siswa minimal baik dalam lembar observasi.

    3. 85% siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jabung mengalami ketuntasan belajar dalam

    materi negara-negara Asia Tenggara.

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    9/19

    BAB III

    PELAKSANAAN PENELITIAN

    Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri

    atas empat komponen pokok penelitian kelas yakni:

    1) perencanaan (planning),

    2) tindakan (acting),

    3) pengamatan (observing), dan

    4) refleksi (reflecting). Menurut Zainal Aqib (2007:21),

    Model Kurt Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:

    A. Siklus I

    1. Perencanaan

    Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) materi pokok negara-

    negara tetangga (Asia) dengan indikator:

    (1) Mengidentifikasi berdirinya Asean (Association of South East Asia Nations),

    (2) Mengidentifikasi negara-negara tetangga (Asia Tenggara). Pada pelaksanaan

    siklus 1 direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.

    2. Pelaksanaan

    Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung.

    Sebelumnya penulis melakukan beberapa hal antara lain:

    a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mendengarkan

    cerita guru tentang latar belakang negara-negara di Asia Tenggara, dilanjutkan

    dengan pembentukan nama kelompok dengan nama-nama negara Asean.

    b. Alami, siswa memasangkan kartu kata tokoh pendiri Asean dengan asal

    negaranya, kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.

    c. Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh

    sebelumnya dengan bimbingan guru.

    d. Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing dengan cara setiap

    kelompok menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    10/19

    tersebut dikepal menjadi bulat seperti bola. Setiap kelompok mendapat kesempatan

    untuk melempar bola tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah

    ditentukan oleh guru.. Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Kelompok

    yang terakhir memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan

    dari bola tersebut.

    e. Ulangi, guru merangkum materi dan dirangkum menjadi sebuah lagu. Lagu

    tersebut diadopsi dari lagu-lagu yang sudah familiar bagi siswa, kemudian

    dinyanyikan berulang-ulang.

    f. Rayakan, kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling banyak dalam

    pembelajaran tersebut berhak mendapatkan reward berupa lagu-lagu seperti lagu

    "Kamu Anak Cerdas".

    Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.

    3. Observasi

    Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan kepala

    sekolah untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti

    pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan

    Snowball Throwing. Di samping itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang

    menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam

    pembelajaran IPS.

    4. Refleksi

    Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta

    menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja maka peneliti mengubah

    strategi pada siklus dua agar pelaksanaannya lebih efektif.

    B. Siklus II

    1. Perencanaan

    Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) masih materi pokok

    negara-negara tetangga (Asia) dengan indikator:(1) mengidentifikasi keadaan sosial negara-negara tetangga,

    (2) Membandingkan keadaan pemerintah, penduduk, ekonomi, sosial, budaya

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    11/19

    negara-negara Asia Tenggara Dalam hal ini siswa sudah mengetahui tentang

    anggota negara-negara Asean yang sekarang. Siklus II direncanakan sebanyak dua

    kali pertemuan.

    2. Pelaksanaan

    Pelaksanaan tindakan pada siklus ini dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung

    meliputi kegiatan sebagai berikut:

    a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mengamati peta

    negara-negara Asia Tenggara, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan kelompok

    dengan menggunakan nama ibukota negara-negara Asia Tenggara.

    b. Alami, secara berkelompok siswa memberi komentar tentang keadaan sosial salah

    satu negara di Asia Tenggara.

    c. Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh

    sebelumnya dengan bimbingan guru.

    d. Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing, setiap kelompok

    menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebutdigulung dimasukkan ke dalam bola yang di belah kemudian di tutup dengan isolatif.

    Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke kelompok

    lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Kelompok lain berusaha

    menangkap bola tersebut. Siswa yang terakhir memegang bola mendapat

    kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.

    e. Ulangi, siswa merangkum materi dalam bentuk lagu dengan bimbingan guru

    kemudian dinyanyikan berulang-ulang.

    f. Rayakan, kelompok yang tergiat dalam pembelajaran tersebut berhak

    mendapatkan reward berupa tepuk, misalnya dengan tepuk The Best.

    Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi

    3. Observasi

    Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan kepala

    sekolah untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    12/19

    pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan

    Snowball Throwing. Di samping itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang

    menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam

    pembelajaran IPS.

    4. Refleksi

    Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru maka

    peneliti mengecek apakah indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya sudah

    tercapai. Bila belum tercapai maka peneliti tetap melanjutkan siklus berikut, dan

    seterusnya sampai mencapai indikator kinerja.

    C. Analisis Data

    Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis kuantitatif

    dan kualitatif (Supardi, 2006:131). Terhadap perolehan hasil belajar IPS dianalisis

    secara kuantitatif dengan memberikan nilai pada hasil belajar siswa. Data-data

    tersebut dianalisis mulai dari siklus satu dan siklus dua untuk dibandingkan dengan

    teknik deskriptif presentase. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria

    deskriptif prosentase, yang dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik,

    cukup, kurang, dan sangat kurang sebagai berikut:

    Tabel 3.1: Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Prosentase

    Kriteria Nilai Penafsiran

    Baik Sekali 86 - 100 Hasil belajar baik sekali

    Baik 71 - 85 Hasil belajar baik

    Cukup 56 - 70 Hasil belajar cukup

    Kurang 41 - 55 Hasil belajar kurang

    Sangat Kurang < 40 Hasil belajar sangat kurang

    (Depdiknas, 2002:4)

    Hasil observasi dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang digambarkan

    dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk

    memperoleh kesimpulan.

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    13/19

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Telah diketahui bahwa subjek penelitian berjumlaah 42 siswa. Pelaksanaan

    penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus, yakni siklus I (pada

    tanggal 20 dan 27 Agustus 2007) dan siklus II (pada tanggal 3 dan 10 September

    2007). Berikut disajikan paparan hasil penelitian yang terdiri atas hasil belajar IPS

    melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

    dan hasil observasi terhadap proses pembelajaran.

    A. Hasil Penelitian

    Siklus I

    1. Paparan Hasil Belajar Siswa

    Berdasarkan data hasil penelitian siklus I mengenai hasil belajar IPS materi negara-

    negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan

    Snowball Throwing diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden

    adalah 100, nilai terendah sebesar 50, dan rata-rata hasil belajar IPS sebesar 81,90.

    selengkapnya dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan

    kategori hasil belajar IPS sebagai berikut:

    Tabel 4.1 Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPS Siklus I

    Interval Frekuensi Persentase Kategori

    86-100 18 43% Baik Sekali

    71-85 14 33% Baik

    56-70 7 17% Cukup

    41-45 3 7% Kurang

    < 40 0 0% Sangat Kurang

    Jumlah 42 100%

    Dari tabel diatas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS melalui kolaborasi

    model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 43% siswa berada

    pada kategori baik sekali, 33% baik, 17% cukup, dan 7% kurang. Selengkapnya

    dapat dilihat dalam grafik batang berikut ini:

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    14/19

    Adapun rata-rata hasil belajar IPS Siklus I melalui kolaborasi model pembelajaran

    Quantum Teaching dan Snowball Throwing sebesar 81,90 dan ketuntasan individual

    baru mencapai 76,19%. Potret pembelajaran IPS belum mencapai tujuan yang

    diharapkan guru yang tertuang dalam indikator kinerja > 85% dari jumlah siswa

    dalam kelas telah mencapai ketuntasan belajar individual, sehingga perlu

    dilaksanakan siklus II.

    2. Observasi Proses Pembelajaran IPS

    Hasil observassi pada siklus I diperoleh gambaran tentang sikap dan perilaku siswa

    perihal kesungguhan siswa. Perhatian siswa mulai terpusat pada pelajaran

    walauupun belum maksimal. Sedangkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran

    IPS mulai meningkat. Siswa lebih bersemangat jika dibandingkan dengan kondisi

    awal sebelum model Quantum Teaching dan Snowball Throwing diterapkan.

    Kemajuan siswa juga terlihat dalam hal keberanian siswa ketika mengemukakan

    pendapat. Siswa mulai berani mengemukakan pendapatnya, hal ini terlihat dari

    keaktifan siswa bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Siswa juga tidak

    malu lagi menjawab pertanyaan, setiap siswa selalu berusaha menjawab pertanyaan

    dengan benar tanpa malu-malu lagi. Keberanian siswa juga semakin terlihat ketikaharus tampil di depan kelas, mereka berani tampil memimpin lagu atau pun

    menyanyi rangkuman materi di depan kelas.

    Perilaku lain yang menujukkan peningkatan yaitu dalam hal ketepatan. Tugas yang

    diberikan kepada siswa dapat diselesaikan dengan baik walaupun belum semuanya

    dapat diselesaikan tepat waktu. Hal lain yang meningkat yaitu kemampuan siswa

    dalam menjawab pertanyaan. Selain itu dalam membuat pertanyaan, siswa mampu

    membuat pertanyaan sesuai materi yang sedang dipelajari. Siswa belum dapat

    menyelesaikan tugas lebih awal dari waktu yang ditentukan. Hal ini lantaran siswa

    belum terbiasa menyelesaikan tugas dengan cepat. Namun kemampuan menjawab

    pertanyaan ada peningkatan. Siswa dapat menjawab pertanyaan secara cepat dan

    tepat.

    Dari sudut guru kemampuan mengajar guru mulai ada peningkatan walaupun belum

    signifikan. Guru sudah mulai mengelola ruang, fasilitas, strategi, interaksi dengan

    siswa, dan evaluasi dengan baik. Namun untuk pengelolaan waktu masih belum

    dapat terlaksana dengan efektif, karena guru belum terbiasa menggunakan model

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    15/19

    pembelajaran secara kolaborasi. Kesan umum guru dalam mengajar masih sedikit

    kaku, kurang luwes dan belum terlalu peka terhadap kondisi siswa.

    Siklus II

    1. Paparan Hasil Belajar Siswa

    Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai hasil belajar IPS materi negara-

    negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan

    Snowball Throwing diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden

    adalah 100, nilai terendah sebesar 65. selengkapnya dapat dibaca pada tabel

    distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan kategori hasil belajar IPS sebagai

    berikut:

    Tabel 4.2 Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPS Siklus II

    Interval Frekuensi Persentase Kategori

    86-100 23 55% Baik Sekali

    71-85 15 36% Baik

    56-70 4 9% Cukup41-45 0 0% Kurang

    < 40 0 0% Sangat Kurang

    Jumlah 42 100%

    Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS melalui kolaborasi

    model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 55% siswa berada

    pada kategori baik sekali, 36% baik, dan 9% cukup. Selengkapnya dapat dilihat

    dalam grafik batang berikut ini:

    Adapun rata-rata hasil belajar IPS Siklus II melalui kolaborasi model pembelajaran

    Quantum Teaching dan Snowball Throwing sebesar 87,62 dan ketuntasan individual

    mencapai 90,48%. Potret pembelajaran IPS sudah mencapai tujuan yang tertuang

    dalam indikator kinerja yakni > 85% dari jumlah siswa dalam kelas telah mencapai

    ketuntasan belajar individual, sehingga penelitian tindakan kelas dinyatakan

    berhasil, dan tidak perlu mengadakan siklus berikutnya.

    Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tinndakan penelitian

    yang menyatakan : "Dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Quantum

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    16/19

    Teaching dan Snowball Throwing, ada peningkatan hasil belajar IPS materi negara-

    negara Asia Tenggara pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jabung", berarti diterima

    kebenarannya.

    2. Observasi Proses Pembelajaran IPS

    Hasil observasi siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.

    Kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran IPS lebih meningkat. Perhatian siswa

    secara penuh tertuju pada materi pelajaran IPS. Semangat siswa lebih meningkat,

    semua siswa mengikuti pelajaran dengan penuh semangat, tidak ada yang malas

    atau kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPS.

    Keberanian siswa mebgemukakan pendapat juga semakin meningkat. Siswa sudah

    berani mengungkapkan pendapat, mengomentari suatu hal atau pun

    mengungkapkan ide-idenya. Keberanian lain yang juga semakin meningkat yaitu

    keberaniannya menjawab pertanyaan. Mereka berlomba-lomba untuk memperoleh

    pertanyaan dan menjawabnya. Peningkatan juga terlihat pada kemampuan siswa

    untuk tampil di kelas. Masing-masing siswa berusaha tampil dengan sebaik-baiknya.

    Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi di aspek ketepatan. Rata-rata siswa di

    kelas mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Mereka juga mampu

    menyelesaikan tugas tepat waktu. Selain itu siswa juga lebih mampu membuat

    pertanyaan yang bagus yang mudah dipahami dan sesuai dengan materi.

    Aspek kecepatan siswa juga mengalami peningkatan. Siswa dapat menyelesaikan

    tugas lebih awal. Kecepatan juga terlihat saat siswa menjawab pertanyan. Siswa

    dapat menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat. Sehinga pelajaran dapat

    berlangsung dengan lancar, aktif, kreatif, bermakna, dan menyenangkan

    Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi pada guru sebagai fasilitator

    pembelajaran. Kualitas guru dalam mengajar lebih meningkat dibandingkan siklus

    sebelumnya. Guru lebih tenang, dapat menciptakan suasana pembelajaran yang

    efektif, terkesan luwes, dan dapat menguasai kelas, mengelola ruang, menggunakan

    model pembelajaran, dan strategi dengan tepat. Hal yang lebih menggembirakan

    lagi guru terkesan lebih kreatif, lebih bergairah mengajar, membawa suasana kelas

    menjadi menjadi segar.

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    17/19

    Dengan suasana kelas yang demikian ternyata siswa lebih mudaah memahami

    materi pelajaran. Hasil belajar siswa meningkat dan kualitas guru dalam mengajar

    juga meningkat. Sehingga tidak aneh lagi jika anatara guru dan siswa terjalin

    hubungan yang dinamis, harmonis, dan menyenangkan.

    B. Pembahasan

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPS

    materi Negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model Quantum Teaching

    dan Snowball Thorwing. Hal tersebut diindikasikan dari perolehan rata-rata siklus I

    (81,90) dan siklus II (87,62). Sedangkan pencapaian ketuntasan belajar individu

    pada siklus I sebesar 76,19% dan siklus II sebesar 90,48% sehingga indikator

    kinerja penelitian tindakan kelas ini seleai pada siklus II.

    Terjadinya hipotesis tindakan dalam penelitian ini membuktikan bahwa penerapan

    kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Thorwing dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa. Disampik aspek kognitif siswa, penerapan model

    tersebut juga mampu meningkatkan aspek afektif dan psikomotor. Aspek afektif

    yang tampak yakni kesungguhan, keberanian, sementara aspek psikomotor dapat

    dilihat dari kecepatan dan ketepatan siswa menyelesaikan serangkai tugas.

    Hal tersebut dengan pendapat Nana Sudjana (2002) bahwa dalam pembelajaran

    terdapat tiga ranah yang menjadi fokus peningkatan kualitas pembelajaran yakni

    ranah kognitif, ranah efektif,dan ranah psikomotoris. Dengan demikian hasil

    penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan rujukan oleh peneliti lain yang hendak

    menelaah dan menindakkritisi sebagai fenomena aktual bidak pendidikan kususnya

    dalam hal inovasi pembelajaran.

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    18/19

    BAB V

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik simpulan

    bahwa dalam melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan

    Snowball Throwing terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi negara-

    negara Asia tenggara pada siswa kelas VIII SMP Anjasmoro Semarang. Hal tersebut

    ditadai dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya

    peningkatan rata-rata hasil IPS dari siklus I sebesar 81,90 dan 87,62 pada siklus II.

    Sedangkan untuk pencapaian ketuntasan belajar individual, siklus I sebesar 76,19%

    dan siklus II sebesar 90,48%.

    Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin meningkat dari

    rata-rata sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Demikian juga aktifitas guru

    semakin meningkat yakni mampu mengelola proses pembelajaran IPS lebih aktif,

    inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

    B. Saran

    Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:

    1. Para guru sekolah dasar, hendaknya lebih memiliki kmitmen yang tinggi

    dalam menjalankan tugasnya dengan melaksanakan tugas pokok secara

    profesional, mengkaji dan menerapkan berbagai inovasi pembelajaran secara

    variatif sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS.

    2. Para kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, hendaknya lebih

    mengintensifikiasikan perannya sebagai supervisor agar guru sekolah dasar

    memiliki motivasi dalam menerapkan model-model pembelajaran yang

    bermakna. Selebihnya, pemberian kesmpatan untuk mengikuti penataran,

    bintek, workshop, dan sejenisnya kepada guru perlu mendapat perhatian

  • 7/24/2019 PTK PunyaKu

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Bobbi DePorter. 2002. Quantum Teaching. Boston: Allyn Bacon.

    B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

    Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis

    Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

    .... 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kelas di SMP, SMPLB, SLB Tingkat Dasar,

    dan MI. Jakarta: Depdiknas.

    .............2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Kurikulum

    Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas.

    Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif.

    Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

    Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

    RoSMPakarya.

    Purwadi Suhandini. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES.

    Puskur Balitbang Depdiknas. 2003. Model-model Pembelajaran Efektif.

    (www.puskur_balitbang_depdiknas.com).upadate 28 Agustus 2007.

    Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yakarta:

    Bumi Aksara.

    Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

    Tintin Heryatin. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Quantum dalam Mata

    Pelajaran Bahasa Inggris dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah.

    Hasil Penelitian. (http://pps.upi.edu/org/abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html).

    update 28 Agustus 2007.

    Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

    Oleh : Nanang Wiwit Sinudarsono, S.Pd.