psikolinguistik kel. 11 pba 4a
DESCRIPTION
psikolinguistikTRANSCRIPT
TAHAP-TAHAP PEMEROLEHAN BAHASA
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikolinguistik
Dosen Pembimbing: Ahmad Royani, M. Hum
Disusun Oleh:
Manzilaturrohmah 1112012000028
Farhah 1112012000038
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Tahap-Tahap Pemerolehan
Bahasa”.
Makalah ini penulis buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah
Psikolinguistik, di samping sebagai salah satu keterlibatan penulis dalam pelajaran yaitu
menyediakan bahan perkuliahan. Makalah ini berisi tentang pengertian pemerolehan bahasa,
bahasa pertama dan bahasa kedua, serta tahap-tahap pemerolehan bahasa pertama dan kedua
yang bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan atau pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan
kedepannya. Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada
dalam makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Ciputat, Juni 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................... 2
Daftar Isi................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemerolehan Bahasa ......................................................................................... 6
B. Pengertian Pemerolehan Bahasa Pertama .......................................................................... 7
C. Tahap-Tahap atau Proses Pemerolehan Bahasa Pertama .................................................. 7
D. Pengertian Pemerolehan Bahasa Kedua ............................................................................ 12
E. Tahap-Tahap atau Proses Pemerolehan Bahasa Kedua ..................................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 18
Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
Tahap-tahap pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua merupakan proses
bagaimana bahasa tersebut diperoleh oleh seorang individu. Setiap manusia diharuskan
menguasai suatu bahasa agar bisa hidup di lingkungan tempat tinggalnya. Telah menjadi kodrat
bahwa bahasa tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Semua aspek kehidupan berkaitan
dengan bahasa. Oleh karena itu, pemerolehan bahasa adalah mutlak bagi manusia.
Pemerolehan bahasa merupakan sebuah hal yang sangat menakjubkan terlebih dalam
proses pemerolehan bahasa pertama yang dimiliki langsung oleh anak tanpa ada pembelajaran
khusus mengenai bahasa tersebut kepada seorang anak (bayi). Seorang bayi hanya akan
merespon ujaran-ujaran yang sering didengarnya dari lingkungan sekitar terlebih adalah ujaran
ibuya yang sangat sering didengar oleh anak tersebut. Seorang manusia tidak hanya dapat
memiliki satu bahasa saja melainkan seseorang bisa memperoleh dua sampai empat bahasa
tergantung dengan lingkungan sosial dan tiangkat kognitif yang dimiliki oleh orang tersebut.
Pada pemerolehan bahasa kita mengenal beberapa tahapan pemerolehan bahasa itu
sendiri, pemerolehan bahasa pertama itu didapatkan seorang bayi secara langsung dari ibunya
atau lingkungan yang dekat dengan bayi tersebut, sedangkan jika pada pemerolehan bahasa
kedua dan seterusnya itu didapatkan seseorang dengan melalui proses pembelajaran. Dengan
teori pemerolehan bahasa kita ingin mengetahui serta mengetengahkan teori yang memudahkan
anak-anak belajar. Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal paling sedikit
memperoleh satu bahasa alamiah. Dengan perkataan lain setiap anak yang normal atau
pertumbuhan yang wajar, memperoleh suatu bahasa yaitu bahasa pertama atau bahasa asli,
4
bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupan di dunia ini. Walaupun tidak disangkal adanya
kekecualian misalnya secara fisiologis (tuli) ataupun alasan-alasan lain.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemerolehan Bahasa
Dardjowidjojo mengatakan proses anak mulai mengenal komunikasi dengan
lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa
anak terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa telah memperoleh bahasa. Pada masa
pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk
bahasanya. Pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyi ciri kesinambungan, memiliki
suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata
yang lebih rumit. 1
Pemerolehan bahasa sangat erat dengan perkembangan kognitif, yakni, pertama, jika
anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tatabahasa yang teratur rapi,
tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang
bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus memperoleh kategori-kategori kognitif yang
mendasari berbagai makna ekspresif bahasa-bahasa alamiah.
Orang dewasa umumnya tidak merasakan bahwa menggunakan bahasa merupakan
suatu keterampilan yang luar biasa rumitnya. Pemakaian bahasa yang terasa lumrah karena
memang tanpa diajari oleh siapa pun seorang bayi akan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan
bahasanya. Dari umur satu tahun sampai dengan umur dua tahun seorang bayi mulai
mengeluarkan bentuk-bentuk kata bahasa yang telah diidentifikasi sebagai kata. Ujaran satu kata
ini tumbuh menjadi ujaran dua kata dan akhirnya menjadi kalimat yang kompleks menjelang
1 Dardjowidjojo, Soenjono, 2008, Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, ( Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, hal. 225).6
umur empat atau lima tahun. Setelah umur lima tahun, seorang anak mendapatkan kosa kata dan
kalimat yang lebih baik dan sempurna. Jadi, secara umum dapat kita simpulkan bahwa
pemerolehan bahasa adalah tahap seorang individu menguasai suatu bahasa dalam
kehidupannya.
B. Pengertian Pemerolehan Bahasa Pertama
Menurut Abdul Chaer dan Agustina bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama
(disingkat B1) karena bahasa itulah yang pertama-tama dipelajarinya. Sependapat dengan hal itu,
Solehan, dkk juga mengatakan bahwa bahasa pertama adalah bahasa yang pertama kali dipelajari
dan dikuasai oleh seorang anak2. Menurut Arifuddin pemerolehan bahasa pertama atau bahasa
ibu anak-anak di seluruh dunia sama. Kesamaan proses pemerolehan tidak hanya disebabkan
oleh persamaan unsur biologi dan neurologi bahasa, tetapi juga oleh adanya aspek mentalitas
bahasa.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa bahasa pertama (B1) atau bahasa ibu adalah bahasa
yang pertama kali diperoleh oleh seorang individu dalam kehidupannya. Bahasa ini akan menjadi
bahasa yang paling menurani dan sering digunakan oleh si pemakai bahasa.3
C. Tahap-Tahap atau Proses Pemerolehan Bahasa Pertama
Tahap pemerolehan bahasa pertama berkaitan dengan perkembangan bahasa anak. Hal ini
dikarenakan bahasa pertama diperoleh seseorang pada saat ia berusia anak-anak. Ardiana dan
Syamsul Sodiq membagi tahap pemerolehan bahasa pertama menjadi empat tahap, yaitu tahap
2 Solehan, dkk. 2011, Pendidikan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, hal. 25).
3 Arifuddin, 2010, Neuropsikolinguistik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 114).
7
pemerolehan kompetensi dan performansi, tahap pemerolehan semantik, tahap pemerolehan
sintaksis, dan tahap pemerolehan fonologi.
1. Tahap Pemerolehan Kompetensi dan Performansi4
Dalam Ardiana dan Syamsul Sodiq dikatakan bahwa dalam memperoleh bahasa pertama
anak memungut dua hal abstrak dalam teori linguistik, yaitu kompetensi dan performansi.
Kompetensi adalah pengetahuan tentang gramatika bahasa ibu yang dikuasai anak secara tidak
sadar. Gramatika itu terdiri atas tiga komponen, yaitu semantik, sintaksis, dan fonologi dan
diperoleh secara bertahap. Pada tataran kompetensi ini terjadi proses analisis untuk merumuskan
pemecahan-pemecahan masalah semantik, sintaksis, dan fonologi.
Sebagai pusat pengetahuan dan pengembangan kebahasaan dalam otak anak, kompetensi
memerlukan bantuan performansi untuk mengatasi masalah kebahasaan anak. Performansi
adalah kemampuan seorang anak untuk memahami atau mendekodekan dalam proses reseptif
dan kemampuan untuk menuturkan atau mengkodekan dalam proses produktif. Sehingga dapat
kita gambarkan bahwa kompetensi merupakan ‘bahannya’ dan performandi merupakan ‘alat’
yang menjembatani antara ‘bahan’ dengan perwujudan fonologi bahasa.
2. Tahap Pemerolehan Semantik5
Menurut Brown dalam Ardiana dan Syamsul Sodiq pemerolehan sintaksis bergantung
pada pemerolehan semantik. Yang pertama diperoleh oleh anak bukanlah struktur sintaksis
melainkan makna (semantik). Sebelum mampu mengucapkan kata sama sekali, anak-anak rajin
mengumpulkan informasi tentang lingkungannya. Anak menyusun fitur-fitur semantic
(sederhana) terhadap kata yang dikenalnya. Yang dipahami dan dikumpulkan oleh anak itu akan
4 Ardiana dan Syamsul Sodiq, 2000, Psikolinguistik, (Jakarta: Universitas Terbuka, hal. 440).
5 Ibid., hal. 4418
menjadi pengetahuan tentang dunianya. Pemahaman makna merupakan dasar pengujaran
tuturan.
Salah satu bentuk awal yang dikuasai anak adalah nomina, terutama yang akrab atau
dekat dengan tempat tinggalnya, misalnya anggota keluarga, family dekat, binatang peliharaan,
buah, dan sebagainya. Kemudian diikuti dengan penguasaan verba secara bertingkat, dari verba
yang umum menuju verba yang lebih khusus atau rumit. Verba yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari, seperti jatuh, pecah, habis, mandi, minum, dan pergi dikuasai lebih dulu daripada
verba jual dan beli. Dua kata terakhir memiliki tingkat kerumitan semantik yang lebih tinggi,
misalnya adanya konsep benda yang pindah tangan dan konsep uang pembayaran.
3. Tahap Pemerolehan Sintaksis
Ardiana dan Syamsul Sodiq mengatakan bahwa konstruksi sintaksis pertama anak normal
dapat diamati pada usia 18 bulan. Meskipun demikian, nenerapa anak sudah mulai tampak pada
usia setahun dan anak-anak yang lain di atas dua tahun. Pemerolehan sintaksis merupakan
kemampuan anak untuk mengungkapakan sesuatu dalam bentuk konstruksi atau susunan
kalimat. Konstruksi itu dimulai dari rangkaian dua kata6.
Konstruksi dua kata tersebut merupakan susunan yang dibentuk oleh anak untuk
mengungkapkan sesuatu. Anak mampu untuk memproduksi bahasa sasaran untuk mewakili apa
yang ia maksud. Pemakaian dan pergantian kata-kata tertentu pada posisi yang sama
menunjukkan bahwa anak telah menguasai kelas-kelas kata dan mampu secara kreatif
memvariasikan fungsinya. Contohnya adalah ‘ayah datang’. Kata tersebut dapat divariasikan
anak menjadi ‘ayah pergi’ atau ‘ibu datang’.
6 Ibid.,hal. 443.9
4. Tahap Pemerolehan Fonologi
Secara fisiologis, anak yang baru lahir memiliki perbedaan organ bahasa yang amat
mencolok dibanding orang dewasa. Berat otaknya hanya 30% dari ukuran orang dewasa. Rongga
mulut yang masih sempit itu hamper dipenuhi oleh lidah. Bertambahnya umur akan melebarkan
rongga mulut. Pertumbuhan ini memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi anak untuk
menghasilkan bunyi-bunyi bahasa.
Pemerolehan fonologi atau bunyi-bunyi bahasa diawali dengan pemerolehan bunyi-bunyi
dasar. Menurut Jakobson dalam Ardiana dan Syamsul Sodiq bunyi dasar dalam ujaran manusia
adalah /p/, /a/, /i/, /u/, /t/, /c/, /m/, dan seterusnya. Kemudian pada usia 1 tahun anak mulai
mengisi bunyi-bunyi tersebut dengan bunyi lainnya. Misalnya /p/ dikombinasikan dengan /a/
menjadi /pa/ dan /m/ dikombinasikan dengan /a/ menjadi /ma/. Setelah anak mampu
memproduksi bunyi maka seiring dengan berjalannya waktu, anak akan lebih mahir dalam
memproduksi bunyi. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan, kognitif, dan juga alat ucapnya.7
Untuk lebih memperjelas tahap-tahap pemerolehan bahasa pertama tersebut maka di
bawah ini diuraikan tahap-tahap pemerolehan bahasa seorang anak. Menurut Arifuddin tahap
pemerolehan bahasa dibagi menjadi empat tahap, yaitu praujaran, meraban, tahap satu kata, dan
tahap penggabungan kata sebagai berikut:8
1. Praujaran (Pre-speech).
Tahap pra-ujaran terjadi dalam usia 0-1 tahun. Perkembangan yang mencolok adalah
perkembangan pemahaman, yaitu penggunaan bahasa secara pasif atau reseptif.
7 Ibid., hal. 445
8 Arifuddin, 2010, Neuropsikolinguistik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 153).
10
Maksudnya adalah anak mendengar bahasa atau bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya
kemudian menyimpannya dalam memori sebelum mampu mengucapkannya.
2. Tahap Meraban/Berceloteh (Babling Stage).
Tahap ini dimulai ketika bayi berusia beberapa bulan sekitar 4-6 bulan. Ditandai oleh
bunyi-bunyi yang tidak bisa membedakan secara tepat adanya perbedaan bunyi-bunyi
bahasa. Banyak di antara bunyi ujaran tersebut tidak merypakan ujaran dalam bahasa
yang sedang dipakai dan tidak bermakna.
3. Tahap Satu Kata (Holophrastic).
Bayi mampu menuturkan kata-kata pertama dalam kehidupan mereka pada usia 9 bulan,
misalnya mama, dada, dan sebagainya. Tahap ini ditandai oleh mulai dihasilkannya
tanda-tanda bahasa yang sesungguhnya. Artinya, anak-anak sudah mulai bisa
menggunakan kata-kata sebagai bahasa yang hanya terdiri dari satu kata saja.
4. Tahap Penggabungan Kata (Combining words).
Tahap ini terjadi pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap ini anak-anak telah menggunakan
banyak kata sebagai penggabungan dari beberapa kata dalam kalimat yang ia ujarkan.
Tetapi susunan kalimatnya atau tatabahasanya masih belum sempurna seperti orang
dewasa.
Dalam pemerolehan bahasa terdapat beberapa tahap yang harus dipenuhi, antara lain al-
Ta’aruf (Perkenalan), al-Isti’ab (Penyerapan), dan al-Istimta’ (Penggunaan Bahasa). Perkenalan
mencakup perkenalan bahasa arab untuk orang non-arab yang mencakup perbedaan-perbedaan
yang ada dalam kedua bahasa tersebut, hal ini dianggap penting untuk mengenalkan pembelajar
terhadap bahasa yang akan dipelajari. Secara umum, point dari perkenalan bahasa adalah sebagai
11
berikut:
1. Hubungan-hubungan yang bersifat sama diantara kedua unsur bahasa
2. Hubungan-hubungan yang bersifat beda antara kedua unsur bahasa
3. Hubungan antara kedua unsur bahasa dan fungsi-fungsinya
Aturan-aturan cabang dalam bahasa seperti al-Ashwat, al-Sharf, dan al-Nahw bercampur
aduk dalam hubungan antara ketiga unsur diatas, sebagian karakteristik dari aturan tersebut
bersifat sama, sebagian juga berbeda sampai tidak ada kesamaan diantara dua unsur bahasa
tersebut. Dalam perkenalan bahasa arab untuk orang non-arab hal dasar yang harus diperhatikan
adalah perkenalan Ashwat dan huruf-huruf arab sebelum melangkah lebih jauh lagi ke al-Nahw.
Tahapan kedua dalam pembelajaran bahasa arab untuk orang non-arab yaitu al-Isti’ab
(penyerapan).
D. Pengertian Pemerolehan Bahasa Kedua
Menurut Solehan bahasa kedua adalah bahasa yang dikuasai anak setelah menguasai
bahasa pertama.9 Sedangkan menurut Abdul Chaer dan Agustina bahasa lain yang bukan bahasa
ibunya yang dipelajari seorang anak disebut bahasa kedua10. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa
bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak setelah ia menguasai
bahasa pertamanya.
Kunci keberhasilan belajar bahasa kedua adalah kemauan belajar, keberanian
mempraktikkan dalam situasi real atau nyata, dan keintemsifan dalam berkomunikasi dengan
9 Solehan, dkk. 2011, Pendidikan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, hal. 26).
10 Chaer, Abdul dan Leonie Agustina, 2004, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta, hal.
82).12
menggunakan bahasa kedua. Memang penting belajar kosa kata dan kaidah bahasa dengan
menggunakan berbagai sumber. Tetapi, yang tak kalah pentingnya adalah factor individu
pembelajar bahasa kedua. Dalam hal ini keberanian penggunaan bahasa tersebut dalam interaksi
dengan penutur asli atau pengguna bahasa kedua.
Dalam pemerolehan bahasa kedua, diyakini bahwa bahasa pertama cenderung menjadi
penghambat pemerolehan bahsa kedua. Hambatan itu berupa terjadinya intrusi atau transfer
kaidah-kaidah bahsa pertama ke dalam bahasa kedua, terutama apabila bahasa pertama memiliki
kaidah-kaidah yang berbeda dengan kaidah dalam bahasa kedua. Terkadang dalam
mempraktikkan bahasa kedua tersebut kita menggunakan kaidah bahasa pertama kita sehingga
bahasa kedua yang kiita gunakan dipengaruhi oleh bahasa pertama.
E. Tahap-Tahap atau Proses Pemerolehan Bahasa Kedua
Stren dalam Akhadiah, dkk menyamakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing.
Tetapi bagi kondisi di Indonesia kita perlu membedakan istilah bahasa kedua dengan bahasa
asing. Bagi kondisi di first languange yang berwujud bahasa daerah tertentu, bahasa kedua
second languange yang berwujud bahasa Indonesia atau bahasa asing (foreign languange).
Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu. Oleh sebab itu bahasa kedua
sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan11.
Pada umumnya bahasa pertama seorang anak Indonesia adalah bahasa daerahnya masing-
masing karena bahasa Indonesia baru dipelajari ketika anak masuk sekolah dan ketika ia sudah
menguasai bahasa ibunya. Dibandingkan dengan pemerolehan bahasa pertama, proses
pemerolehan bahasa kedua tidak linear. Bahasa kedua adalah hal yang lebih banyak dipelajari
11 Akhadiah, dkk, 1997, Teori Belajar Bahasa, (Jakarta:Universitas Terbuka, hal. 22).
13
daripada diperoleh. Bila dilihat dari proses dan pengembangan bahasa kedua ada dua cara yang
dijelaskan oleh hipotesis pembedaan dan pemerolehan dan belajar bahasa, yaitu:
a. Cara pertama dalam pengembangan bahasa kedua adalah pemerolehan bahasa yang
merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak mengembangkan kemampuan
dalam bahasa pertama mereka. Hasil atau akibat pemerolehan bahasa, kompetensi yang
diperoleh bawah sadar. Cara-cara lain memerikan pemerolehan termasuk belajar implisit,
belajar informal dan belajar alamiah. Dalam bahasa nonteknis sering disebut
pemerolehan "memunggut" bahasa.
b. Cara kedua dalam pengembangan bahasa kedua adalah dengan belajar bahasa, yang
mengacu pada pengetahuan yang sadar terhadap bahasa kedua, mengetahui kaidah-
kaidah, menyadari kaidah-kaidah dan mampu berbicara mengenai kaidah-kaidah itu yang
oleh umum dikenal dengan tata bahasa. Beberapa sinonim mencakup pengetahuan formal
mengenai suatu bahasa atau belajar eksplisit.
Beberapa pakar teori belajar bahasa kedua beranggapan bahwa anak-anak memperoleh
bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya.Akan tetapi hipotesis
pemerolehan-belajar menuntut orang-orang dewasa juga memperoleh, bahwa kemampuan
memungut bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Hipotesis di atas dapat menjelaskan
perbedaan pemerolehan dan belajar bahasa, Krashen dan Terrel dalam Akhadiah, dkk
menegaskan perbedaan keduanya dalam lima hal:12
1. Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama seorang
anak penutur asli sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal.
12 Ibid., hal. 23.14
2. Pemerolehan dilakukan secara bawah sadar sedangkan pembelajaran adalah proses sadar
dan disengaja.
3. Pemerolehan seorang anak atau pelajar bahasa kedua belajar seperti memungut bahasa
kedua sedangkan dalam pembelajaran seorang pelajar bahasa kedua mengetahui bahasa
kedua.
4. Dalam pemerolehan pengetahuan didapat secara implisit sedangkan dalam pembelajaran
pengetahuan didapat secara eksplisit
5. Pemerolehan pengajaran secara formal tidak membantu kemampuan anak sedangkan
dalam pembelajaran pengajaran secara formal hal itu menolong sekali.
Krashen dan Terrel membagi dua cara pemerolehan bahasa kedua yaitu:13
a. Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin
Di dalam pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin berarti pemerolehan bahasa kedua
yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Ciri-ciri
pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin, (1) materi tergantung kriteria yang
ditentukan oleh guru, (2) Strategi yang dipakai oleh seorang guru juga sesuai dengan apa
yang dianggap paling cocok untuk siswanya. Dalam pemerolehan bahasa secara
terpimpin, apabila penyajian materi dan metode yang digunakan dalam belajar teppat dan
efektif maka ini akan berhasil dan menguntungkan pelajar dalam pemerolehan bahasa
keduanya. Namun, sering ada ketidakwajaran dalam penyajian materi terpimpin ini,
misalnya penghafalan pola-pola kalimat tanpa pemberian latihan-latihan bagaimana
penerapan itu dalam komunikasi.
13 Ibid., hal. 25.15
b. Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah
Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau secara spontan adalah pemeroleh bahasa
kedua yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan
guru. Pemerolehan bahasa seperti ini tidak ada keseragaman karena setiap individu
memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri. Yang paling penting dalam cara ini
adalah interaksi dan komunikasi yang mendorong pemerolehan bahasa kedua. Ciri-ciri
pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah (1) yang terjadi dalam komunikasi
sehari-hari, (2) bebas dari pimpinan sistematis yang disengaja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa kedua sama halnya dengan bahasa
pertama yaitu pemerolehan kompetensi, semantik, sintaksis, dan fonologis. Hal itu disebabkan
oleh kenyataan bahwa ketiga kompetensi tersebut merupakan substansi dari kompetensi
linguistik. Untuk dapat berbahasa dengan baik maka kita harus menguasai tiga kompetensi
tersebut. Yang menjadi pembeda pemerolehan bahasa pertama dan kedua adalah bahasa pertama
diperoleh melalui tahap yang tidak terencana atau terjadi secara alamiah sedangkan tahap
pemerolehan bahasa kedua dilakukam secara rapi atau sistematis sebagai aktivitas belajar. Oleh
karena itu, bahasa kedua diperoleh dengan pembelajaran.
Perbedaan tersebut dapat dikatakan perbedaan suasana pemerolehan yang terdiri dari
kesadaran pembelajar bahasa, waktu, tempat, motivasi dan tujuan, praktik dan pelatihan, umur
pembelajar, alat bantu pemerolehan, serta pengorganisasian. Artinya, tahap pemerolehan bahasa
kedua tidak berbeda dengan pemerolehan bahasa pertama. Tetapi pemerolehan bahasa pertama
dilalui tanpa adanya unsur kesadaran untuk menguasai bahasa sedangkan bahasa kedua diperoleh
dengan sadar dalam bentuk mempelajari.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan17
Pemerolehan bahasa adalah tahap seorang individu menguasai suatu bahasa dalam
kehidupannya. Tahap pemerolehan bahasa pertama berkaitan dengan perkembangan bahasa
anak. Hal ini dikarenakan bahasa pertama diperoleh seseorang pada saat ia brusia aak-anak.
Empat tahap pemerolehan bahasa pertama, yaitu tahap pemerolehan kompetensi dan
performansi, tahap pemerolehan semantic, tahap pemerolehan sintaksis, dan tahap pemerolehan
fonologi.
Bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak setelah ia
menguasai bbahasa pertamanya. Kunci keberhasilan belajar bahasa kedua adalah kemauan
belajar, keberanian mempraktikkan dalam siuasi real atau nyata, dan keintensifan dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Arifuddin. 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta: Raja Grafindo Persada
18
Akhadiah, dkk. 1997. Teori Belajar Bahasa. Jakarta:Universitas Terbuka
Ardiana dan Syamsul Sodiq. 2000. Psikolinguistik. Jakarta: Universitas Terbuka
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka
Cipta
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Solehan, dkk. 2011. Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka
19