psikolinguistik kel. 11 pba 4a

27
TAHAP-TAHAP PEMEROLEHAN BAHASA Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikolinguistik Dosen Pembimbing: Ahmad Royani, M. Hum Disusun Oleh: Manzilaturrohmah 1112012000028 Farhah 1112012000038 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1

Upload: farhah-el-farhah

Post on 25-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

psikolinguistik

TRANSCRIPT

Page 1: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

TAHAP-TAHAP PEMEROLEHAN BAHASA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikolinguistik

Dosen Pembimbing: Ahmad Royani, M. Hum

Disusun Oleh:

Manzilaturrohmah 1112012000028

Farhah 1112012000038

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

1

Page 2: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan

rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Tahap-Tahap Pemerolehan

Bahasa”.

Makalah ini penulis buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah

Psikolinguistik, di samping sebagai salah satu keterlibatan penulis dalam pelajaran yaitu

menyediakan bahan perkuliahan. Makalah ini berisi tentang pengertian pemerolehan bahasa,

bahasa pertama dan bahasa kedua, serta tahap-tahap pemerolehan bahasa pertama dan kedua

yang bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan atau pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan

mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan

kedepannya. Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada

dalam makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Ciputat, Juni 2014

Penulis

2

Page 3: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................... 2

Daftar Isi................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemerolehan Bahasa ......................................................................................... 6

B. Pengertian Pemerolehan Bahasa Pertama .......................................................................... 7

C. Tahap-Tahap atau Proses Pemerolehan Bahasa Pertama .................................................. 7

D. Pengertian Pemerolehan Bahasa Kedua ............................................................................ 12

E. Tahap-Tahap atau Proses Pemerolehan Bahasa Kedua ..................................................... 13

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 18

Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 19

3

Page 4: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

BAB I

PENDAHULUAN

Tahap-tahap pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua merupakan proses

bagaimana bahasa tersebut diperoleh oleh seorang individu. Setiap manusia diharuskan

menguasai suatu bahasa agar bisa hidup di lingkungan tempat tinggalnya. Telah menjadi kodrat

bahwa bahasa tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Semua aspek kehidupan berkaitan

dengan bahasa. Oleh karena itu, pemerolehan bahasa adalah mutlak bagi manusia.

Pemerolehan bahasa merupakan sebuah hal yang sangat menakjubkan terlebih dalam

proses pemerolehan bahasa pertama yang dimiliki langsung oleh anak tanpa ada pembelajaran

khusus mengenai bahasa tersebut kepada seorang anak (bayi). Seorang bayi hanya akan

merespon ujaran-ujaran yang sering didengarnya dari lingkungan sekitar terlebih adalah ujaran

ibuya yang sangat sering didengar oleh anak tersebut. Seorang manusia tidak hanya dapat

memiliki satu bahasa saja melainkan seseorang bisa memperoleh dua sampai empat bahasa

tergantung dengan lingkungan sosial dan tiangkat kognitif yang dimiliki oleh orang tersebut.

Pada pemerolehan bahasa kita mengenal beberapa tahapan pemerolehan bahasa itu

sendiri, pemerolehan bahasa pertama itu didapatkan seorang bayi secara langsung dari ibunya

atau lingkungan yang dekat dengan bayi tersebut, sedangkan jika pada pemerolehan bahasa

kedua dan seterusnya itu didapatkan seseorang dengan melalui proses pembelajaran. Dengan

teori pemerolehan bahasa kita ingin mengetahui serta mengetengahkan teori yang memudahkan

anak-anak belajar. Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal paling sedikit

memperoleh satu bahasa alamiah. Dengan perkataan lain setiap anak yang normal atau

pertumbuhan yang wajar, memperoleh suatu bahasa yaitu bahasa pertama atau bahasa asli,

4

Page 5: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupan di dunia ini. Walaupun tidak disangkal adanya

kekecualian misalnya secara fisiologis (tuli) ataupun alasan-alasan lain.

5

Page 6: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemerolehan Bahasa

Dardjowidjojo mengatakan proses anak mulai mengenal komunikasi dengan

lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa

anak terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa telah memperoleh bahasa. Pada masa

pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk

bahasanya. Pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyi ciri kesinambungan, memiliki

suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata

yang lebih rumit. 1

Pemerolehan bahasa sangat erat dengan perkembangan kognitif, yakni, pertama, jika

anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tatabahasa yang teratur rapi,

tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang

bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus memperoleh kategori-kategori kognitif yang

mendasari berbagai makna ekspresif bahasa-bahasa alamiah.

Orang dewasa umumnya tidak merasakan bahwa menggunakan bahasa merupakan

suatu keterampilan yang luar biasa rumitnya. Pemakaian bahasa yang terasa lumrah karena

memang tanpa diajari oleh siapa pun seorang bayi akan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan

bahasanya. Dari umur satu tahun sampai dengan umur dua tahun seorang bayi mulai

mengeluarkan bentuk-bentuk kata bahasa yang telah diidentifikasi sebagai kata. Ujaran satu kata

ini tumbuh menjadi ujaran dua kata dan akhirnya menjadi kalimat yang kompleks menjelang

1 Dardjowidjojo, Soenjono, 2008, Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, ( Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, hal. 225).6

Page 7: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

umur empat atau lima tahun. Setelah umur lima tahun, seorang anak mendapatkan kosa kata dan

kalimat yang lebih baik dan sempurna. Jadi, secara umum dapat kita simpulkan bahwa

pemerolehan bahasa adalah tahap seorang individu menguasai suatu bahasa dalam

kehidupannya.

B. Pengertian Pemerolehan Bahasa Pertama

Menurut Abdul Chaer dan Agustina bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama

(disingkat B1) karena bahasa itulah yang pertama-tama dipelajarinya. Sependapat dengan hal itu,

Solehan, dkk juga mengatakan bahwa bahasa pertama adalah bahasa yang pertama kali dipelajari

dan dikuasai oleh seorang anak2. Menurut Arifuddin pemerolehan bahasa pertama atau bahasa

ibu anak-anak di seluruh dunia sama. Kesamaan proses pemerolehan tidak hanya disebabkan

oleh persamaan unsur biologi dan neurologi bahasa, tetapi juga oleh adanya aspek mentalitas

bahasa.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa bahasa pertama (B1) atau bahasa ibu adalah bahasa

yang pertama kali diperoleh oleh seorang individu dalam kehidupannya. Bahasa ini akan menjadi

bahasa yang paling menurani dan sering digunakan oleh si pemakai bahasa.3

C. Tahap-Tahap atau Proses Pemerolehan Bahasa Pertama

Tahap pemerolehan bahasa pertama berkaitan dengan perkembangan bahasa anak. Hal ini

dikarenakan bahasa pertama diperoleh seseorang pada saat ia berusia anak-anak. Ardiana dan

Syamsul Sodiq membagi tahap pemerolehan bahasa pertama menjadi empat tahap, yaitu tahap

2 Solehan, dkk. 2011, Pendidikan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, hal. 25).

3 Arifuddin, 2010, Neuropsikolinguistik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 114).

7

Page 8: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

pemerolehan kompetensi dan performansi, tahap pemerolehan semantik, tahap pemerolehan

sintaksis, dan tahap pemerolehan fonologi.

1. Tahap Pemerolehan Kompetensi dan Performansi4

Dalam Ardiana dan Syamsul Sodiq dikatakan bahwa dalam memperoleh bahasa pertama

anak memungut dua hal abstrak dalam teori linguistik, yaitu kompetensi dan performansi.

Kompetensi adalah pengetahuan tentang gramatika bahasa ibu yang dikuasai anak secara tidak

sadar. Gramatika itu terdiri atas tiga komponen, yaitu semantik, sintaksis, dan fonologi dan

diperoleh secara bertahap. Pada tataran kompetensi ini terjadi proses analisis untuk merumuskan

pemecahan-pemecahan masalah semantik, sintaksis, dan fonologi.

Sebagai pusat pengetahuan dan pengembangan kebahasaan dalam otak anak, kompetensi

memerlukan bantuan performansi untuk mengatasi masalah kebahasaan anak. Performansi

adalah kemampuan seorang anak untuk memahami atau mendekodekan dalam proses reseptif

dan kemampuan untuk menuturkan atau mengkodekan dalam proses produktif. Sehingga dapat

kita gambarkan bahwa kompetensi merupakan ‘bahannya’ dan performandi merupakan ‘alat’

yang menjembatani antara ‘bahan’ dengan perwujudan fonologi bahasa.

2. Tahap Pemerolehan Semantik5

Menurut Brown dalam Ardiana dan Syamsul Sodiq pemerolehan sintaksis bergantung

pada pemerolehan semantik. Yang pertama diperoleh oleh anak bukanlah struktur sintaksis

melainkan makna (semantik). Sebelum mampu mengucapkan kata sama sekali, anak-anak rajin

mengumpulkan informasi tentang lingkungannya. Anak menyusun fitur-fitur semantic

(sederhana) terhadap kata yang dikenalnya. Yang dipahami dan dikumpulkan oleh anak itu akan

4 Ardiana dan Syamsul Sodiq, 2000, Psikolinguistik, (Jakarta: Universitas Terbuka, hal. 440).

5 Ibid., hal. 4418

Page 9: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

menjadi pengetahuan tentang dunianya. Pemahaman makna merupakan dasar pengujaran

tuturan.

Salah satu bentuk awal yang dikuasai anak adalah nomina, terutama yang akrab atau

dekat dengan tempat tinggalnya, misalnya anggota keluarga, family dekat, binatang peliharaan,

buah, dan sebagainya. Kemudian diikuti dengan penguasaan verba secara bertingkat, dari verba

yang umum menuju verba yang lebih khusus atau rumit. Verba yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari, seperti jatuh, pecah, habis, mandi, minum, dan pergi dikuasai lebih dulu daripada

verba jual dan beli. Dua kata terakhir memiliki tingkat kerumitan semantik yang lebih tinggi,

misalnya adanya konsep benda yang pindah tangan dan konsep uang pembayaran.

3. Tahap Pemerolehan Sintaksis

Ardiana dan Syamsul Sodiq mengatakan bahwa konstruksi sintaksis pertama anak normal

dapat diamati pada usia 18 bulan. Meskipun demikian, nenerapa anak sudah mulai tampak pada

usia setahun dan anak-anak yang lain di atas dua tahun. Pemerolehan sintaksis merupakan

kemampuan anak untuk mengungkapakan sesuatu dalam bentuk konstruksi atau susunan

kalimat. Konstruksi itu dimulai dari rangkaian dua kata6.

Konstruksi dua kata tersebut merupakan susunan yang dibentuk oleh anak untuk

mengungkapkan sesuatu. Anak mampu untuk memproduksi bahasa sasaran untuk mewakili apa

yang ia maksud. Pemakaian dan pergantian kata-kata tertentu pada posisi yang sama

menunjukkan bahwa anak telah menguasai kelas-kelas kata dan mampu secara kreatif

memvariasikan fungsinya. Contohnya adalah ‘ayah datang’. Kata tersebut dapat divariasikan

anak menjadi ‘ayah pergi’ atau ‘ibu datang’.

6 Ibid.,hal. 443.9

Page 10: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

4. Tahap Pemerolehan Fonologi

Secara fisiologis, anak yang baru lahir memiliki perbedaan organ bahasa yang amat

mencolok dibanding orang dewasa. Berat otaknya hanya 30% dari ukuran orang dewasa. Rongga

mulut yang masih sempit itu hamper dipenuhi oleh lidah. Bertambahnya umur akan melebarkan

rongga mulut. Pertumbuhan ini memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi anak untuk

menghasilkan bunyi-bunyi bahasa.

Pemerolehan fonologi atau bunyi-bunyi bahasa diawali dengan pemerolehan bunyi-bunyi

dasar. Menurut Jakobson dalam Ardiana dan Syamsul Sodiq bunyi dasar dalam ujaran manusia

adalah /p/, /a/, /i/, /u/, /t/, /c/, /m/, dan seterusnya. Kemudian pada usia 1 tahun anak mulai

mengisi bunyi-bunyi tersebut dengan bunyi lainnya. Misalnya /p/ dikombinasikan dengan /a/

menjadi /pa/ dan /m/ dikombinasikan dengan /a/ menjadi /ma/. Setelah anak mampu

memproduksi bunyi maka seiring dengan berjalannya waktu, anak akan lebih mahir dalam

memproduksi bunyi. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan, kognitif, dan juga alat ucapnya.7

Untuk lebih memperjelas tahap-tahap pemerolehan bahasa pertama tersebut maka di

bawah ini diuraikan tahap-tahap pemerolehan bahasa seorang anak. Menurut Arifuddin tahap

pemerolehan bahasa dibagi menjadi empat tahap, yaitu praujaran, meraban, tahap satu kata, dan

tahap penggabungan kata sebagai berikut:8

1. Praujaran (Pre-speech).

Tahap pra-ujaran terjadi dalam usia 0-1 tahun. Perkembangan yang mencolok adalah

perkembangan pemahaman, yaitu penggunaan bahasa secara pasif atau reseptif.

7 Ibid., hal. 445

8 Arifuddin, 2010, Neuropsikolinguistik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 153).

10

Page 11: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

Maksudnya adalah anak mendengar bahasa atau bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya

kemudian menyimpannya dalam memori sebelum mampu mengucapkannya.

2. Tahap Meraban/Berceloteh (Babling Stage).

Tahap ini dimulai ketika bayi berusia beberapa bulan sekitar 4-6 bulan. Ditandai oleh

bunyi-bunyi yang tidak bisa membedakan secara tepat adanya perbedaan bunyi-bunyi

bahasa. Banyak di antara bunyi ujaran tersebut tidak merypakan ujaran dalam bahasa

yang sedang dipakai dan tidak bermakna.

3. Tahap Satu Kata (Holophrastic).

Bayi mampu menuturkan kata-kata pertama dalam kehidupan mereka pada usia 9 bulan,

misalnya mama, dada, dan sebagainya. Tahap ini ditandai oleh mulai dihasilkannya

tanda-tanda bahasa yang sesungguhnya. Artinya, anak-anak sudah mulai bisa

menggunakan kata-kata sebagai bahasa yang hanya terdiri dari satu kata saja.

4. Tahap Penggabungan Kata (Combining words).

Tahap ini terjadi pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap ini anak-anak telah menggunakan

banyak kata sebagai penggabungan dari beberapa kata dalam kalimat yang ia ujarkan.

Tetapi susunan kalimatnya atau tatabahasanya masih belum sempurna seperti orang

dewasa.

Dalam pemerolehan bahasa terdapat beberapa tahap yang harus dipenuhi, antara lain al-

Ta’aruf (Perkenalan), al-Isti’ab (Penyerapan), dan al-Istimta’ (Penggunaan Bahasa). Perkenalan

mencakup perkenalan bahasa arab untuk orang non-arab yang mencakup perbedaan-perbedaan

yang ada dalam kedua bahasa tersebut, hal ini dianggap penting untuk mengenalkan pembelajar

terhadap bahasa yang akan dipelajari. Secara umum, point dari perkenalan bahasa adalah sebagai

11

Page 12: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

berikut:

1. Hubungan-hubungan yang bersifat sama diantara kedua unsur bahasa

2. Hubungan-hubungan yang bersifat beda antara kedua unsur bahasa

3. Hubungan antara kedua unsur bahasa dan fungsi-fungsinya

Aturan-aturan cabang dalam bahasa seperti al-Ashwat, al-Sharf, dan al-Nahw bercampur

aduk dalam hubungan antara ketiga unsur diatas, sebagian karakteristik dari aturan tersebut

bersifat sama, sebagian juga berbeda sampai tidak ada kesamaan diantara dua unsur bahasa

tersebut. Dalam perkenalan bahasa arab untuk orang non-arab hal dasar yang harus diperhatikan

adalah perkenalan Ashwat dan huruf-huruf arab sebelum melangkah lebih jauh lagi ke al-Nahw.

Tahapan kedua dalam pembelajaran bahasa arab untuk orang non-arab yaitu al-Isti’ab

(penyerapan).

D. Pengertian Pemerolehan Bahasa Kedua

Menurut Solehan bahasa kedua adalah bahasa yang dikuasai anak setelah menguasai

bahasa pertama.9 Sedangkan menurut Abdul Chaer dan Agustina bahasa lain yang bukan bahasa

ibunya yang dipelajari seorang anak disebut bahasa kedua10. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa

bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak setelah ia menguasai

bahasa pertamanya.

Kunci keberhasilan belajar bahasa kedua adalah kemauan belajar, keberanian

mempraktikkan dalam situasi real atau nyata, dan keintemsifan dalam berkomunikasi dengan

9 Solehan, dkk. 2011, Pendidikan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, hal. 26).

10 Chaer, Abdul dan Leonie Agustina, 2004, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta, hal.

82).12

Page 13: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

menggunakan bahasa kedua. Memang penting belajar kosa kata dan kaidah bahasa dengan

menggunakan berbagai sumber. Tetapi, yang tak kalah pentingnya adalah factor individu

pembelajar bahasa kedua. Dalam hal ini keberanian penggunaan bahasa tersebut dalam interaksi

dengan penutur asli atau pengguna bahasa kedua.

Dalam pemerolehan bahasa kedua, diyakini bahwa bahasa pertama cenderung menjadi

penghambat pemerolehan bahsa kedua. Hambatan itu berupa terjadinya intrusi atau transfer

kaidah-kaidah bahsa pertama ke dalam bahasa kedua, terutama apabila bahasa pertama memiliki

kaidah-kaidah yang berbeda dengan kaidah dalam bahasa kedua. Terkadang dalam

mempraktikkan bahasa kedua tersebut kita menggunakan kaidah bahasa pertama kita sehingga

bahasa kedua yang kiita gunakan dipengaruhi oleh bahasa pertama.

E. Tahap-Tahap atau Proses Pemerolehan Bahasa Kedua

Stren dalam Akhadiah, dkk menyamakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing.

Tetapi bagi kondisi di Indonesia kita perlu membedakan istilah bahasa kedua dengan bahasa

asing. Bagi kondisi di first languange yang berwujud bahasa daerah tertentu, bahasa kedua

second languange yang berwujud bahasa Indonesia atau bahasa asing (foreign languange).

Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu. Oleh sebab itu bahasa kedua

sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan11.

Pada umumnya bahasa pertama seorang anak Indonesia adalah bahasa daerahnya masing-

masing karena bahasa Indonesia baru dipelajari ketika anak masuk sekolah dan ketika ia sudah

menguasai bahasa ibunya. Dibandingkan dengan pemerolehan bahasa pertama, proses

pemerolehan bahasa kedua tidak linear. Bahasa kedua adalah hal yang lebih banyak dipelajari

11 Akhadiah, dkk, 1997, Teori Belajar Bahasa, (Jakarta:Universitas Terbuka, hal. 22).

13

Page 14: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

daripada diperoleh. Bila dilihat dari proses dan pengembangan bahasa kedua ada dua cara yang

dijelaskan oleh hipotesis pembedaan dan pemerolehan dan belajar bahasa, yaitu:

a. Cara pertama dalam pengembangan bahasa kedua adalah pemerolehan bahasa yang

merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak mengembangkan kemampuan

dalam bahasa pertama mereka. Hasil atau akibat pemerolehan bahasa, kompetensi yang

diperoleh bawah sadar. Cara-cara lain memerikan pemerolehan termasuk belajar implisit,

belajar informal dan belajar alamiah. Dalam bahasa nonteknis sering disebut

pemerolehan "memunggut" bahasa.

b. Cara kedua dalam pengembangan bahasa kedua adalah dengan belajar bahasa, yang

mengacu pada pengetahuan yang sadar terhadap bahasa kedua, mengetahui kaidah-

kaidah, menyadari kaidah-kaidah dan mampu berbicara mengenai kaidah-kaidah itu yang

oleh umum dikenal dengan tata bahasa. Beberapa sinonim mencakup pengetahuan formal

mengenai suatu bahasa atau belajar eksplisit.

Beberapa pakar teori belajar bahasa kedua beranggapan bahwa anak-anak memperoleh

bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya.Akan tetapi hipotesis

pemerolehan-belajar menuntut orang-orang dewasa juga memperoleh, bahwa kemampuan

memungut bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Hipotesis di atas dapat menjelaskan

perbedaan pemerolehan dan belajar bahasa, Krashen dan Terrel dalam Akhadiah, dkk

menegaskan perbedaan keduanya dalam lima hal:12

1. Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama seorang

anak penutur asli sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal.

12 Ibid., hal. 23.14

Page 15: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

2. Pemerolehan dilakukan secara bawah sadar sedangkan pembelajaran adalah proses sadar

dan disengaja.

3. Pemerolehan seorang anak atau pelajar bahasa kedua belajar seperti memungut bahasa

kedua sedangkan dalam pembelajaran seorang pelajar bahasa kedua mengetahui bahasa

kedua.

4. Dalam pemerolehan pengetahuan didapat secara implisit sedangkan dalam pembelajaran

pengetahuan didapat secara eksplisit

5. Pemerolehan pengajaran secara formal tidak membantu kemampuan anak sedangkan

dalam pembelajaran pengajaran secara formal hal itu menolong sekali.

Krashen dan Terrel membagi dua cara pemerolehan bahasa kedua yaitu:13

a. Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin

Di dalam pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin berarti pemerolehan bahasa kedua

yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Ciri-ciri

pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin, (1) materi tergantung kriteria yang

ditentukan oleh guru, (2) Strategi yang dipakai oleh seorang guru juga sesuai dengan apa

yang dianggap paling cocok untuk siswanya. Dalam pemerolehan bahasa secara

terpimpin, apabila penyajian materi dan metode yang digunakan dalam belajar teppat dan

efektif maka ini akan berhasil dan menguntungkan pelajar dalam pemerolehan bahasa

keduanya. Namun, sering ada ketidakwajaran dalam penyajian materi terpimpin ini,

misalnya penghafalan pola-pola kalimat tanpa pemberian latihan-latihan bagaimana

penerapan itu dalam komunikasi.

13 Ibid., hal. 25.15

Page 16: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

b. Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah

Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau secara spontan adalah pemeroleh bahasa

kedua yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan

guru. Pemerolehan bahasa seperti ini tidak ada keseragaman karena setiap individu

memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri. Yang paling penting dalam cara ini

adalah interaksi dan komunikasi yang mendorong pemerolehan bahasa kedua. Ciri-ciri

pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah (1) yang terjadi dalam komunikasi

sehari-hari, (2) bebas dari pimpinan sistematis yang disengaja.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa kedua sama halnya dengan bahasa

pertama yaitu pemerolehan kompetensi, semantik, sintaksis, dan fonologis. Hal itu disebabkan

oleh kenyataan bahwa ketiga kompetensi tersebut merupakan substansi dari kompetensi

linguistik. Untuk dapat berbahasa dengan baik maka kita harus menguasai tiga kompetensi

tersebut. Yang menjadi pembeda pemerolehan bahasa pertama dan kedua adalah bahasa pertama

diperoleh melalui tahap yang tidak terencana atau terjadi secara alamiah sedangkan tahap

pemerolehan bahasa kedua dilakukam secara rapi atau sistematis sebagai aktivitas belajar. Oleh

karena itu, bahasa kedua diperoleh dengan pembelajaran.

Perbedaan tersebut dapat dikatakan perbedaan suasana pemerolehan yang terdiri dari

kesadaran pembelajar bahasa, waktu, tempat, motivasi dan tujuan, praktik dan pelatihan, umur

pembelajar, alat bantu pemerolehan, serta pengorganisasian. Artinya, tahap pemerolehan bahasa

kedua tidak berbeda dengan pemerolehan bahasa pertama. Tetapi pemerolehan bahasa pertama

dilalui tanpa adanya unsur kesadaran untuk menguasai bahasa sedangkan bahasa kedua diperoleh

dengan sadar dalam bentuk mempelajari.

16

Page 17: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan17

Page 18: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

Pemerolehan bahasa adalah tahap seorang individu menguasai suatu bahasa dalam

kehidupannya. Tahap pemerolehan bahasa pertama berkaitan dengan perkembangan bahasa

anak. Hal ini dikarenakan bahasa pertama diperoleh seseorang pada saat ia brusia aak-anak.

Empat tahap pemerolehan bahasa pertama, yaitu tahap pemerolehan kompetensi dan

performansi, tahap pemerolehan semantic, tahap pemerolehan sintaksis, dan tahap pemerolehan

fonologi.

Bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak setelah ia

menguasai bbahasa pertamanya. Kunci keberhasilan belajar bahasa kedua adalah kemauan

belajar, keberanian mempraktikkan dalam siuasi real atau nyata, dan keintensifan dalam

berkomunikasi dengan menggunakan bahasa kedua.

DAFTAR PUSTAKA

Arifuddin. 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta: Raja Grafindo Persada

18

Page 19: Psikolinguistik Kel. 11 Pba 4a

Akhadiah, dkk. 1997. Teori Belajar Bahasa. Jakarta:Universitas Terbuka

Ardiana dan Syamsul Sodiq. 2000. Psikolinguistik. Jakarta: Universitas Terbuka

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka

Cipta

Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Solehan, dkk. 2011. Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka

19