tindak ujaran dalam psikolinguistik

26
TINDAK UJARAN Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikolinguistik yang diampu oleh Immanuel Silitonga, M.Pd. Oleh YUSTINA LAHAGU 130920036 PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 1

Upload: universitas-katolik-santo-thomas-medan

Post on 29-Jul-2015

192 views

Category:

Presentations & Public Speaking


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

TINDAK UJARAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikolinguistik yang diampu oleh Immanuel Silitonga, M.Pd.

Oleh

YUSTINA LAHAGU130920036

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMASMEDAN

2015

1

Page 2: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat-Nya berupa kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami banyak menemukan kendala, namun berkat

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini

tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari isi

maupun penyusunannya. Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

pembaca untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Medan, 9 April 2015

Penulis,

2

Page 3: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

DAFTAR ISI

PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan Makalah............................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pelaksanaan Tindak Ujaran........................................... 3

2.1.1 Pengertian Tindak Ujaran.................................. 3

2.1.2 Tujuan Ujaran.................................................... 4

2.1.2.1 Tindak Ujaran...................................... 4

2.1.2.2 Muatan Proposisi................................. 5

2.1.2.3 Muatan Tematik.................................. 5

2.1.3 Langkah Umum dalam Pelaksanaan Ujaran...... 6

2.1.4 Pelaksanaan Ujaran........................................... 6

2.1.4.1 Ujaran Representatif............................ 6

2.1.4.2 Ujaran Direkif..................................... 8

2.1.4.3 Ujaran Komisif.................................... 8

2.1.4.4 Ujaran Ekspresif.................................. 9

2.1.4.5 Ujaran Deklaratif................................. 9

2.1.5 Pelaksanaan Ujaran Tak Langsung................... 10

2.2 Pemerolehan Bahasa .................................................... 11

2.2.1 Pengertian dan Hakikat...................................... 11

2.2.2 Perkembangan Bahasa Manusia........................ 12

BAB III PENUTUP ........................................................................... 14

3.1 Simpulan........................................................................ 14

Daftar Pustaka ........................................................................................ 15

3

Page 4: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikolingustik merupakan teori antara psikologi dan linguistik. Teori tersebut sangat

berbeda tetapi teori tersebut berhubungan dalam meneliti bahasa sebagai objek formal.

Sedangkan kegiatan berbahasa bukan hanya secara mekanistik tetapi juga secara mentalistik.

Di dalam kata psikologi membahas ilmu yang mengkaji jiwa manusia yang bersifat abstrak

sedangkan kata linguistik membahas tentang bahasa sebagai objek kajian. Untuk itu teori

psikolinguistik dapat menguraikan proses – proses psikologi yang berlangsung jika seseorang

mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan kemampuan

berbahasa tersebut bisa diperoleh dari manusia.

Ilmu psikolinguistik juga mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa, bagaimana

bahasa itu diperoleh, bahasa itu bekarja dan bahasa itu berkembang. Di dalam konsep ini

tampak bahwa psikolinguistik dianggap sebagai cabang dari linguistik sedangkan linguistik

dianggap sebagai cabang dari psikologi. Sedangkan secara teoretis psikolinguistik memiliki

tujuan utama untuk mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara

psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.

Lalu, dalam prakteknya psikolinguistik dapat menerapkan pengetahuan linguistik dan

psikologi pada masalah – masalah dalam bahasa seperti penyakit bertutur (afasia, gagap, cedal

dsb). Dengan demikian, kerja sama antara psikologi dan linguistik setelah berlangsung belum

cukup dalam menerangkan hakikat bahasa tetapi membutuhkan bantuan ilmu bahasa yang lain

seperti neurofisiologi, neuropsikologis, neurolinguistik dsb. Maka meskipun digunakan istilah

psikolinguistik, bukan berarti hanya kedua bidang ilmu itu saja yang diterapkan tetapi juga

hasil penelitian dari ilmu – ilmu lain pun dimanfaatkan. 

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Tindak Ujaran?

2. Apa saja tujuan dari Tindak Ujaran

3. Bagaimana langkah umum dalam pelaksanaan Ujaran?

4. Bagaimana pelaksanaan Ujaran?

5. Bagaimana pelaksanaan Ujaran Tidak Langsung?

6. Apa yang dimaksud dengan Pemerolehan Bahasa?

7. Bagaimana Perkembangan Bahasa Manusia?

4

Page 5: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mendeskripsikan arti dari Tindak Ujaran.

2. Untuk mendeskripsikan tujuan dari Tindak Ujaran.

3. Untuk mendeskripsikan langkah umum dalam pelaksanaan Ujaran.

4. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan Ujaran.

5. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan Ujaran Tidak Langsung.

6. Untuk mendeskripsikan pemerolehan bahasa.

7. Untuk mendeskripsikan perkembangan Bahasa Manusia.

5

Page 6: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pelaksanaan Tindak Ujaran

2.1.1 Pengertian Tindak Ujaran

Tindak ujaran merupakan satuan terkecil dari bahasa untuk mengespresikan makna, suatu

perkataan yang mengekspresikan suatu tujuan. Biasanya tindak ujaran berbentuk satu kalimat,

tetapi dapat pula berbentuk kata atau anak kalimat, sejauh mengikuti aturan-aturan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan. Ketika seseorang berbicara, dia melakukan suatu tindakan.

Tindakan tersebut dapat berupa menyatakan, bertanya, memerintah, menjanjikan atau

berbagai tindakan lainnya. Dengan demikian ujaran dianggap sebagai bentuk tindakan atau

perilaku yang bertujuan.

Salah satu karakteristik terpenting dari tindak ujaran adalah bahwa pendengar memahami

apa yang menjadi tujuan pembicara. Teori ini tidak mementingkan acuan seseorang terhadap

simbol-simbol untuk menghasilkan makna, tetapi lebih kepada tujuan dari suatu tindakan

sebagai suatu kesatuan. Jika kita membuat janji maka kita mengomunikasikan tujuan

mengenai sesuatu yang akan kita lakukan dikemudian hari, tetapi yang lebih penting adalah

kita mengharapkan orang yang kita ajak berkomunikasi menyadari apa yang telah kita

katakana mengenai tujuan kita.

Searle membagi tindak ujaran kedalam 4 bentuk.

- Pertama, pengucapan yang merupakan pengucapan kata-kata termasuk intonasinya.

Di sini tujuannya tidak lebih dari sekadar mengucapkan.

- Kedua, adalah proposisi yang mengacu pada gaya bicara, yaitu pengucapan suatu

kalimat dengan tujuan untuk mengekspresikan suatu maksud. Dengan kata lain,

seorang berusaha untuk membuat asosiasi antara subjek dan kata kerja atau menunjuk

suatu objek yang mengacu pada sesuatu hal lain.

- Ketiga, yaitu ‘illocationary act’ yang ditunjukan untuk memenuhi tujuan dengan

menggunakan tindak ujaran untuk mengundang atau membangkitkan tanggapan.

- Keempat adalah ‘perlocutionary act’ yang ditunjukan untuk menghasilkan efek atau

konsekuensi pada perilaku orang lain.6

Page 7: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

2.1.2 Tujuan Ujaran

Dalam menghasilkan ujaran, manusia pastilah mempunyai tujuan, bahkan waktu kita

sedang berbual-bual dan berjalan-jalan ke sana kemari sekalipun. Tujuan ujaran dibagi

menjadi 5, yaitu:

2.1.2.1 Tindak Ujaran

Saerle membagi tindak ujaran kedalam lima kategori (Searle 1969:34; Mey

2002:120) yaitu :

a. Representatif, yaitu pernyataan (assertions) tentang sesuatu keadaan di dunia.

Dari segi pembicara apa yang dinyatakan itu mengandung kebenaran. Oleh

sebab itu, jika pembicara berkata, “ Katanya, Susilo Bambang Yudhoyono

adalah Presiden keenam Republik Indonesia” maka kata tersebut dari segi

pembicara menyatakan suatu preposisi yang benar.

b. Didektif, yaitu pembicara melakukan tindak ujaran dengan tujuan agar

pendengar melakukan sesuatu. Wujud tindakan ini dapat berupa pernyataan

“Apa kamu harus merokok disini?”, permintaan sangat lunak “Mbok kamu

mampir kalau ke Jakarta”, sedikit menyuruh, “Ayo dong, dimakan kuenya.”,

atau sangat langsung dan kasar, “Pergi kamu!”.

c. Komisif, yaitu hampir sama dengan tindakan ujaran direktif hanya saja

arahnya berbeda. Pada ujaran komisif “perintah” itu diarahkan kepada

pembicara sendiri. Karena itu, ada yang menganjurkan agar kedua jenis tindak

ujaran satu menjadi obligatif (Mei, 2002:121). Namun pada umumnya orang

masih memisahkan kedua-duanya. Kata-kata seperti berjanji, bersumpah,

bertekad termasuk dalam kategori komisif seperti dalam contoh:

Saya berjanji akan mencintaimu lebih lama daripada selamanya.

Saya bersumpah untuk membalas kematian adik saya.

Kami bertekad untuk menuntut anggota DPR hadir pada tiap siding.

d. Ekspresif, yaitu tindakan ujaran ini dipakai oleh pembicara bila dia ingin

menyatakan keadaan psikologis dia mengenai sesuatu, misalnya rasa terima

kasih, bela sungkawa, menyampaikan ucapan selamat, dan juga mengumpat.

Contoh :

Mohon maaf, Bu, kami tidak boleh ikut membantu.

Selamat ya, semoga anakmu lahir selamat, cantik atau tampan.

7

Page 8: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

Terima kasih, Oom, atas kiriman uangnya.

Gila, barang busuk begini dibeli!

e. Deklarasi, menyatakan adanya suatu keadaan baru yang muncul oleh karena

ujaran itu sendiri.

Contoh:

I hebery pronounce you husband and wife.

Dengan ini kami menjatuhkan hukuman penjara 15 tahun.

2.1.2.2 Muatan Proposisi

Pada muatan proposisi (propositional content) pendengar meramu satu proposisi

dengan proposisi yang lain; makin lama makin meninggi sehingga terbentuklah suatu

pengertian yang menyeluruh dari proposisi-proposisi tersebut.

Contohnya yaitu :

Ira menyanyi lagu populer Kopi Dangdut .

Maka terbentuklah hierarki proposisi mengenai argumen Ira dan lagu populer

Kopi Dangdut dengan prediksi menyanyi. Lagu itu sendiri adalah lagu populer.

Ramuan antara dua argumen dan prediksi ini membentuk pengertian yang

menyeluruh seperti pada contoh.

2.1.2.3 Muatan Tematik

Muatan tematik merujuk pada pengertian akan adanya dua jenis informasi dalam

yakni, informasi lama dan informasi baru. Perhatikan berikut.

Apa Ira yang menyanyikan lagu Kopi Dangdut?

Pembicara yang mengucapkan Apa Ira yang menyanyikan lagu Kopi Dangdut

pastilah berandaian bahwa ada orang yang menyanyikan lagu Kopi Dangdut. Dia

juga berandaian bahawa pendengar memiliki pengetahuan seperti itu pula. Andaian

seperti inilah yang dinamakan informasi lama, yakni, informasi yang diandaikan oleh

pembicara berada pada kesadaran pendengar pada saat ayat itu diujarkan. Yang tidak

diketahui adalah apakah yang menyanyikan lagu itu Ira. Inilah informasi baru yang

disampaikan oleh pembicara, dan kerana ayat ini berupa pertanyaan maka

memerlukan tanggapan dari pendengar.

Dari contoh tersebut dapat kita rinci hal-hal berikut:

8

Page 9: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

1. Dari segi tindak ujaran, Apa Ira yang menyanyikan lagu Kopi Dangdut?

adalah suatu kalimat direktif, yakni, kalimat yang memerlukan suatu tindakan

yang berupa jawaban verbal.

2. Dari segi muatan proposisi, kalimat ini mengandung dua argumen dan

predikasi.

3. Dari segi muatan tematik, kalimat ini mengandung informasi lama (yakni,

adanya seseorang yang menyanyikan lagu Kopi Dangdut) dan informasi baru

(yakni, Ira yang menyanyikan lagu itu).

2.1.3 Langkah Umum dalam Pelaksanaan Ujaran

Dari teori tindak ujaran dapat diketahui bahwa ujaran hanya bisa representatif, direktif,

komisif, ekspresif, atau deklarasi. Bila ujaran yang kita dengar adalah representatif maka kita

memang tidak diharapkan untuk bertindak apa-apa kecuali jika kita menyimpan makna ujaran

itu dalam memori kita.

Bila ujaran yang di dengar adalah sebuah pernyataan, maka kita akan tahu apakah

pernyataan itu memerlukan jawaban, atau hanya jawaban yang berupa ya, atau

tidak/bukan/belum. Bila tindak ujarannya berupa perintah, maka kita melaksanakan (atau

tidak mau melaksanakan) perintah itu. Begitu pula bila tindak ujaran itu ekspresif, maka kita

akan memberikan respon yang selayaknya.

2.1.4 Pelaksanaan Ujaran

Pelaksanaan ujaran dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:

2.1.4.1 Pelaksanaan Tindak Ujaran Representatif

Tindak ujaran representatif hanyalah merupakan pernyataan mengenai sesuatu,

maka kita harus menghimpun muatan proposisi dan memahami mana yang

merupakan informasi lama dan mana yang baru. Dalam menghimpun proposisi ini

kita cari mana argumennya dan mana predikasinya; siapa yang menjadi pelaku dan

siapa yang menjadi pasiennya; mana yang memodifikasi, dst. Kemudian kita cari

pula mana dari informasi yang didengar itu yang lama dan mana yang baru. Untuk

lebih jelasnya, seperti pada kalimat,

( x) Sari yang menyanyikan lagu Fly Me to the Moon

Begitu mendengar kalimat tersebut, pertama-tama kita menentukan jenis tindak

ujaran apa yang dinyatakan oleh kalimat itu. Dari wujud sintaktiknya jelas tampak

bahawa tindak ujaran itu adalah tindak ujaran yang representatif. Setelah kemudian

9

Page 10: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

kita memperhatikan muatan proposisinya, kita membagi kalimat itu ke dalam dua

kelompok informasi: (a) lama, dan (b) baru. Dari ayat ini jelas dapat dirasakan

bahawa pembicara pasti mengandaikan bahwa pendengar tahu akan adanya orang

yang menyanyi lagu Fly Me to the Moon. Informasi inilah yang merupakan

informasi lama yang diandaikan diketahui oleh pendengar. Sementara itu, ada

informasi lain yang merupakan tambahan pada informasi lama, yakni, orang yang

menyanyikan lagu itu, Sari.

Dalam bentuk skema kedua informasi itu dapat digambarkan begini:

a. Informasi lama: X menyanyi lagu Fly Me to the Moon.

b. Informasi baru: X = Sari

Informasi baru, bersama informasi lama, inilah yang kemudian disimpan dalam

memori kita.

Akan tetapi, orang tidak selalu berbicara secara eksplisit terus-menerus. Ada

kalanya pembicara tidak memberikan informasi itu secara lengkap dan eksplisit.

Perhatikan ayat berikut.

(a.1) The man was murdered. A knife lay nearby. (Pria itu dibunuh. Pisau tergeletak

didekatnya.)

(a.2) The man was murdered. The knife lay nearby. Pria itu dibunuh. Pisau berada

didekatnya.)

Frasa a knife pada (a.1) menunjukkan bahwa si pembicara sama sekali tidak

mempunyai pikiran atau kecurigaan bahawa pisau itu adalah alat yang digunakan

oleh si pembunuh. Dia hanya sekadar menyatakan adanya pisau di dekat mayat itu.

Sebaliknya, pada (a.2) pembicara mempunyai kecurigaan terhadap pisau itu sebagai

alat yang digunakan oleh si pembunuh. Karena itu, dia menggunakan frasa the

knife, bukan a knife.

Suatu informasi yang secara terselinap dimasukkan dalam suatu ujaran

dinamakan implikatur. Oleh sebab itu, pada ayat (a.1) ada implikatur yang

menyatakan bahawa pisau tersebut tidak dicurigai sebagai alat pembunuhan.

Sebaliknya, pada (a.2) implikaturnya adalah bahawa pisau tersebut dicurigai

dipakai sebagai alatnya.

10

Page 11: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

Dalam contoh berikut tampak pula adanya implikatur.

(b.1) Dia masuk ke kamar dan diambilnya sebuah buku.

(b.2) John has stopped beating his wife. (John telah berhenti memuluki istrinya).

Implikatur yang terdapat pada (b.1) adalah bahawa di kamar itu ada beberapa

buku dan dia mengambil salah satu buku itu. Pada (b.2) implikaturnya adalah

bahwa (a) John pastillah orang yang sudah berkeluarga, dan (b) dia dikenal sebagai

orang yang suka memukuli isterinya.

Kalimat sanggahan sebenarnya sama dengan ayat representatif. Hanya saja

dalam ayat seperti ini, informasi barunya bukan dalam bentuk positif tetapi negatif.

Perhatikan kalimat berikut.

(c) Bukan Sari yang menyanyi lagu Fly Me to the Moon.

Informasi lamanya sama seperti (x), yakni, adanya seseorang yang menyanyi lagu

Fly Me to the Moon. Bedanya hanyalah bahwa informasi baru pada (x) adalah X =

Sari sedangkan pada (c) X # Sari ( X bukan Sari).

Baik implikatur maupun ayat negatif seperti di atas tetap saja dapat kita simpan

dalam memori kita karena kedua-duanya merupakan ayat representatif.

2.1.4.2 Pelaksanaan Tindak Ujaran Direktif

Tindak ujaran direktif dapat dibagi menjadi tiga kelompok kecil yaitu :

a)      Pernyataan dengan jawaban ya/tidak/bukan/belum

b)      Pertanyaan yang memerlukan jawaban mana/(si/meng)apa

c)      Perintah untuk melakukan sesuatu

2.1.4.3 Pelaksanaan Tindak Ujaran Komisif

Tindak ujaran komisif tidak menanyakan atau memerintahkan sesuatu maka

tidak ada perbuatan yang harus dilakukan, seperti halnya tindak ujaran

representatif, pelaksanaan tindak ujaran komisif juga hanya berupa penyimpanan

informasi pada memori kita. Verba seperti berjanji, bersumpah,dan bertekad

merupakan contoh dalam ujaran komisif.

Saya berjanji bagi membiayai persekolahan kamu.

11

Page 12: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

Kata kerja seperti berjanji, bersumpah, dan bertekad menandai jenis ujaran ini.

Setelah ujaran ini didengar, maka pendengar mencari muatan proposionalnya dan

menentukan pula mana yang berupa informasi lama dan mana yang baru. Tampak

di sini bahawa yang baru adalah janji bagi membiayai sekolah seseorang. Informasi

lamanya adalah si pembicara, saya.

2.1.4.4 Pelaksanaan Tindak Ujaran Ekspresif

Tindak ujaran ekspresif menyatakan keadaan psikologis seseorang, maka

pelaksanaannya pun bukan berupa perbuatan, khususnya perbuatan fisik. Setelah

kita memahami muatan proposisional serta muatan tematik. Sebagai pendengar kita

hanya diam, menyimpan makna itu dalam memori. Kalau ada pelaksanaan,

umumnya hanya berupa respon yang verbal.

Kerana tindak ujaran ekspresif menyatakan keadaan psikologis seseorang,

maka pelaksanaannya pun bukan berupa perbuatan, khususnya perbuatan fizikal.

Perhatikan contoh berikut:

(a) Bu, saya ikut berdukacita; semoga arwah Bapak diterima di sisi Tuhan.

(b) Selamat, ya, semoga panjang umur dan bahagia selalu.

(c) Sial, kamu, ada hutang tak mau bayar.

Setelah kita memahami muatan proposisional serta muatan tematik kalimat (a),

maka kita sebagai pendengar hanyalah diam, menyimpan makna ayat itu dalam

memori kita. Kalau ada pelaksanaan, umumnya hanya berupa respons yang verbal

seperti “Terima kasih” atau ungkapan-ungkapan yang lain.

Begitu juga dengan ayat (b), paling-paling pelaksanaannya hanyalah dalam

bentuk ucapan “Terima kasih” dsb. Untuk (c) mungkin tidak perlu ada reaksi apa-

apa. Pendengar boleh hanya akan menyimpan makna (c) dalam memori saja.

2.1.4.5 Pelaksanaan Tindak Ujaran Deklarasi

Dalam ujaran deklarasi diperlukan adanya syarat kelayakan (felicity condition)

agar kalimat yang diucapkan itu bermakna, maka langkah tambahan dalam

memahami dan kemudian melaksanakan ujaran ini adalah untuk meyakinkan diri

bahwa si pembicara itu mempunyai wewenang untuk mengatakan apa yang dia

katakan.

12

Page 13: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

I hereby pronounce you husband and wife

pendengar (dalam hal ini boleh juga kedua pengantin itu) akan menganggap ayat itu

bermakna hanya apabila si pembicara, I, memang mempunyai wewenang untuk

menikahkan orang. Kalau tidak, maka pelaksanaan dari ujaran itu tidak akan

dianggap sah. Dengan kata lain, pelaksanaan tindak ujaran deklarasi hanya dapat

dilakukan apabila syarat kelayakannya dipenuhi.

2.1.5 Pelaksanaan Ujaran Tak Langsung

Seorang ibu yang telah kesal dengan anaknya yang berumur tujuh tahun mungkin

tidak akan secara langsung menyuruh anaknya mengambil tuala yang dia letak di lantai.

Dia akan mengucapkan kalimat seperti berikut,

Tony, berapa kali mama telah bilang untuk tidak menaruh tuala di lantai?

Mendengar kalimat seperti itu, Tony tentunya tidak akan menjawab dengan kalimat“Lima

kali, Mak” atau “Tak ingat, Mak, berapa kali.” Dia menyadari bahawa ibunya sedang

marah dan menyuruhnya mengambil tuala itu.

Pada peristiwa lain, keluarga orang Inggeris yang sedang makan dan sang ayah berkata

kepada anaknya

Could you pass me the salt? (Bisakah anda memberikan saya garam?)

tidak pula akan dijawab dengan Yes, I could atau No, I couldn’t dan diam sesudah itu

karena dia tahu bahwa ayahnya bukan sedang menanyakan kemampuan atau

ketidakmampuan dia memberikan garam.

Ujaran-ujaran seperti ini dinamakan ujaran tidak langsung, artinya, apa yang

dinyatakan dengan apa yang dimaksudkan tidak sama. Ujaran seperti ini lebih sukar untuk

dilaksanakan karena ada satu fase tambahan yang harus dilalui, yakni, fase untuk

memindahkan makna literal ke makna yang tidak langsung ini. Tetapi bagaimana kita

manusia dapat memahami ujaran seperti ini dan kemudian melaksanakannya?

13

Page 14: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

2.2 Pemerolehan Bahasa

2.2.1 Pengertian dan Hakikat Pemerolehan Bahasa

Bahasa adalah segala komunikasi dimana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan

agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karena itu, perkembangan bahasa

dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa

terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-4 tahun) dan Linguistik (1-5

tahun).

Pemerolehan bahasa adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap,

menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Pemerolehan

bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak

terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji

pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa.

Istilah pemerolehan merupakan padanan kata acquisition. Istilah ini dipakai dalam proses

penguasaan bahasa pertama sebagai salah satu perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak

lahir (Darmojuwono dan Kushartanti, 2005: 24). Secara alamiah anak akan mengenal bahasa

sebagai cara berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Bahasa pertama yang dikenal dan

selanjutnya dikuasai oleh seorang anak disebut bahasa ibu (nativelanguage). Pemerolehan

bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika

dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan

dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada

waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.

Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan

dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167). Pada hakekatnya, proses pemerolehan bahasa itu pada

setiap anak sama, yaitu melalui pembentukan dan pengujian hipotesis tentang kaidah bahasa.

Pembentukan kaidah itu dimungkinkan oleh adanya kemampuan bawaan atau struktur

bawaan yang secara mental dimiliki oleh setiap anak. Inilah yang disebut dengan alat

pemerolehan bahasa (Language Acquisition Devical/ LAD). Dengan ini setiap anak dapat

memperoleh bahasa apa saja serta ditentukan oleh faktor lain yang turut mempengaruhinya.

Data kebahasaan yang harus diproses lebih lanjut oleh anak merupakan hal yang penting.

Jadi, pemerolehan bahasa merupakan proses manusia mendapat kemampuan untuk

menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman komunikasi berkenan

dengan bahasa pertama.

14

Page 15: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

2.2.2 Perkembangan Bahasa Manusia

Menurut Ruqayyah (2008) dalam http://massofa.wordpress.com/2008/11/19/pemerolehan-

bahasa-anak-usia-4-6-tahun/html perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas

tiga bagian penting yaitu sebagai berikut.

1) Perkembangan prasekolah

Perkembangan pemerolehan bahasa anak pada masa prasekolah dapat dibagi lagi

atas perkembangan pralinguistik, yaitu anak mengembangkan konsep dirinya. Ia

berusaha membedakan dirinya dengan subjek, dirinya dengan orang lain, serta

hubungan dengan objek dan tindakan.

Selain itu ada pula tahap satu kata, yaitu anak terus-menerus berupaya

mengumpulkan nama benda-benda dan orang yang ia jumpai. Kata-kata yang pertama

diperoleh lazimnya adalah kata yang menyatakan perbuatan, sosialisasi, dan tempat.

Tiga sarana ekspresif yang dipakai oleh anak-anak yang dapat membuat kalimat-

kalimat mereka menjadi lebih panjang, yaitu kemunculan morfem-morfem gramatikal

secara inklusif dalam ujaran anak, pengertian atau penyambungan bersama-sama

hubungan dua hal tersebut, dan perluasan istilah dalam suatu hubungan atau relasi.

Perkembangan pemerolehan bunyi anak-anak berawal dari membuat bunyi

menuju arah membuat pengertian. Anak biasanya membuat pembedaan bunyi

perseptual yang penting selama periode ini, misalnya membedakan antara bunyi suara

manusia dan bukan manusia, bunyi ekspresi marah dengan yang bersikap bersahabat,

antara suara anak-anak dengan orang dewasa, dan antara intonasi yang beragam.

Anak-anak mengenali makna-makna berdasarkan persepsi mereka sendiri terhadap

bunyi kata-kata yang didengarnya. Anak-anak menukar atau mengganti ucapan

mereka sendiri dari waktu ke waktu menuju ucapan orang dewasa, dan apabila anak-

anak mulai menghasilkan segmen bunyi tertentu, hal ini menjadi perbendaharaan

mereka.

Menurut Nuraeni (2009: 5), panjang ucapan anak kecil merupakan indikator atau

petunjuk perkembangan bahasa yang lebih baik dari pada urutan usianya. Jumlah

morfem rata-rata per ucapan dapat digunakan sebagai ukuran panjangnya.

2) Perkembangan ujaran kombinatori

Perkembangan ujaran kombinatori anak-anak dapat dibagi dalam empat bagian,

yaitu perkembangan negatif, interogatif, penggabungan kalimat, dan perkembangan

15

Page 16: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

sistem bunyi. Perkembangan beberapa proposisi menjadi sebuah kalimat tunggal

memerlukan rentang masa selama beberapa tahun dalam perkembangan bahasa anak-

anak.

3) Perkembangan masa sekolah

Pada perkembangan masa sekolah, orientasi seorang anak dapat berbeda-beda.

Ada anak yang lebih impulsif dari pada anak yang lain, lebih refleksif dan berhati-hati,

cenderung lebih jelas dan nyata dalam berekspresi, lebih senang belajar dengan

bermain-main, sementara yang lain lebih pragmatis dalam pemakaian bahasa. Setiap

bahasa anak akan mencerminkan kepribadiannya sendiri pada masa ini.

Selama masa sekolah, anak mengembangkan dan memakai bahasa secara unik dan

universal. Pada saat itu anak menandai atau memberinya ciri sebagai pribadi yang ada

dalam masyarakat itu. Perkembangan bahasa pada masa sekolah dapat dibedakan

dengan jelas dalam tiga bidang, yaitu struktur bahasa, pemakaian bahasa dan

kesadaran meta linguistik.

16

Page 17: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Tindak ujaran merupakan satuan terkecil dari bahasa untuk mengespresikan makna,

suatu perkataan yang mengekspresikan suatu tujuan. Tujuan tindak ujaran adalah 1)

Representatif, 2) Direktif, 3) Komisif, 4) Ekspresif, dan 5) Deklarasi. Pelaksanaan tindak

ujaran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pemerolehan bahasa adalah

proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan

menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Perkembangan bahasa manusia dapat

dibagi menjadi 3, yaitu: 1) Perkembangan Prasekolah, 2) Perkembangan Ujaran Kambinatori,

dan 3) Perkembangan masa sekolah.

17

Page 18: TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK

Daftar Pustaka

Hasibuan, Asnita. dkk. 2015. Psikolinguistik. Medan: Unika St. Thomas.

__________________. 2015. Akuisisi Bahasa. Medan: Unika St. Thomas.

Kridalaksana, H. 1982. Kamus Lingistik. Jakarta: Gramedia.

www.kbbi.web.id

18