model pembelajaran bahasa arab berbasis psikolinguistik

33
TUGAS INDIVIDU UJIAN AKHIR SEMESTER PSIKOLINGUISTIK Tentang PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS PSIKOLINGUISTIK Oleh Hendra Gunawan (Nim : 10 102 026) Dosen : Dr. Abdul Halim Hanafi, M.A Melisa Rezi, M.A

Upload: sriocmala

Post on 01-Dec-2015

437 views

Category:

Documents


52 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

TUGAS INDIVIDUUJIAN AKHIR SEMESTER

PSIKOLINGUISTIK

Tentang

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS PSIKOLINGUISTIK

Oleh

Hendra Gunawan(Nim : 10 102 026)

Dosen :

Dr. Abdul Halim Hanafi, M.AMelisa Rezi, M.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

BATUSANGKAR2013

Page 2: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

MODEL PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS

PSIKOLINGUISTIK

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang sangat populer dan sering

sekali dipelajari oleh para pelajar, khususnya di Indonesia. Dalam perkembangan

pembelajaran bahasa Arab di Indonesia seringkali guru atau siswa – sebagai komponen

utama dalam pembelajaran – mengalami berbagai kesulitan dan permasalahan

pembelajaran, baik persoalan yang bersumber dari siswa maupun masalah-masalah yang

dihadpi oleh guru, sehingga dapat menghambat pada ketercapaian tujuan pembelajaran

dengan baik. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat banyaknya perbedaan-perbedaan

sistem antara bahasa Arab sebagai bahasa kedua yang dipelajari dan sistem bahasa

Indonesia yang sudah melekat erat pada diri siswa di Indonesia. Perbedaan-perbedaan itu

dapat dilihat misalnya pada aspek fonem, gramatikal atau kaedah bahasa, sistem kosa

kata, dan gaya bahasa (uslub).

1. Pengertian Psikolinguistik

Secara etimologi Psikolinguistik terbentuk dari dua kata psikologi dan linguistik,

yakni dua bidang ilmu yang berbeda-beda dan masing-masing berdiri sendiri dengan

metode dan prosedur yang berlainan. Secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu

yang objek kajiannya adalah jiwa, sedangkan linguistik diartikan sebagai ilmu bahasa

atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya .

Guna memperoleh pengertian yang jelas tentang psikolinguistik secara

terminologi, maka akan lebih baik jika penulis mengupas terlebih dahulu sekilas tentang

psikologi dan linguistik, yang notebenenya merupakan muara atau sumber dari kelahiran

psikolinguistik.

Psikologi berasal dari berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu dari akar kata psyche

yang berarti jiwa, ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi

berati “ilmu jiwa” atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa. Psikologi yang diartikan

sebagai ilmu jiwa berlaku ketika Psikologi berada atau menjadi bagian dari filsafat,

bahkan pada tahunlima puluhan, dalam kepustakaan Indonesia ilmu jiwa lazim dipakai

sebagai padanan Psikologi. Namun, kini istilah ilmu jiwa dianggap kurang tepat, karena

psikologi memang tidak secara langsung meneliti jiwa, roh atau sukma .

Page 3: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

Dalam perkembangan lebih lanjut, terjadi perubahan orientasi dan objek kajian dari

psikologi. Psikologi lebih menekankan kajiannya pada sisi-sisi manusia yang bisa

diamati, seperti tingkah laku dan sikapnya. Hal ini terjadi karena mengingat bahwa jiwa -

yang menjadi objek kajian pada awal pertumbuhan psikologi- bersifat abstrak, sementara

objek kajian ilmu harus dapat diobservasi secara indrawi.

Berkaitan dengan ini, Secara rinci Bruno mengemukakan pengertian Psikologi

dalam tiga bagian yang saling berhubungan. Pertama Psikologi adalah studi mengenai

ruh. Kedua Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental, dan, ketiga

Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku organisme. Dengan demikian

pengertian psikologi telah mengalami perkembangan dan mengalami pergesaran objek

kajian, sehingga mencakup pada objek yanbstrak (ruh dan mental) serta objek yang

bersifat konkrit yaitu tingkah laku yang dianggap sebagai manifestasi dari kondisi jiwa

dan mental.

Hemat penulis, pengertian Psikologi di atas sesuai dengan realita yang terjadi

selama ini, yakni bahwa para psikolog pada umumnya menekankan penyelidikan

terhadap perilaku manusia yang bersifat jasmaniah yaitu pada ranah psikomotor dan yang

bersifat rohaniah yakni ranah kognitif dan afektif. Tingkah laku psikomotor bersifat

terbuka, seperti berbicara, duduk, berjalan, mebaca dan sebagainya. Sedangkan tingkah

laku kognitif dan afektif bersifat tertutup, seperti berpikir, berkeyakinan, dan berperasaan.

Psikologi sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia dalam segala kegiatannya

yang sangat luas.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Psikologi ialah ilmu

pengetahuan yang mengkaji tentang prilaku manusia baik yang tampak (bersifat

jasmaniah) maupun yang tidak tampak (rohaniah). Adapun mengenai definisi dari

Linguistik, banyak para ahli yang berusaha memberikan rumusan, diantaranya Andre

Martinet mengemukakan bahwa linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa

manusia. Abdul Chaer juga memberikan pengertian yang simpel dengan mengartikan

Linguistik sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek

kajiannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa Linguistik

ialah ilmu tentang bahasa, seluk beluk bahasa dan karakteristiknya, khusunya bahasa

Page 4: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

yang dipakai oleh manusia, baik berupa bahasa lisan maupun tulisan.

Sehubungan dengan Psikolinguistik, yang merupakan studi antardisipliner antara

psikologi dan linguistik, banyak sekali definisi-definisi yang telah diberikan oleh para

ahli. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan beberapa definisi Psikolinguistik.

Aitchison dalam Darji Wijdojo berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang

bahasa dan minda (otak). Sementara Jhon Field mengemukakan psycholinguistics

explores the relationship between the human mind and language ‘psikolinguistik

membahas hubungan antara otak manusia dengan bahasa’.

Secara lebih rinci Chaer berpendapat bahwa psikolinguistik mencoba menerangkan

hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu

bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.

Samsunuwiyati Mar’at menyebutkan bahwa Levelt membagi Psikolinguistik kedalam

tiga bidang utama, yaitu :

a. Psikolinguistik umum yaitu suatu studi mengenai bagaimana pengamatan atau

persepsi orang dewasa tentang bahasa dan bagaimana ia memproduksi bahasa

b. Psikolinguistik Perkembangan yaitu suatu psikologi mengenai perolehan

bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa pertama

(bahasa ibu ) maupun bahasa kedua.

C. Psikolinguistik Terapan adalah aplikasi dari teori-teori psikolinguistik dalam

kehiupan sehari-hari pada orang dewasa ataupun pada anak-anak.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

Psikolinguistik adalah ilmu yang membahas tentang seluk beluk bahasa, hubungan antara

bahasa dan otak serta proses pemerolehan bahasa dan struktur kaedah bahasa tersebut.

Psikolinguistik merupakan studi tentang struktur mental yang terjadi dalam proses

akuisisi dan penggunaan bahasa. Kajian terhadap aspek Psikolinguistik dalam perolehan

bahasa kedua telah menonjol dalam SLA (Second Langauage Acuitition) dantelah

melahirkan banyak model akuisisi. Ada beberapa isu utama yang berkaitan dengan aspek

psikolinguistik dalam bahasa antara; transfer bahasa pertama, peran kesadaran, operasi

pengolahan, dan strategi komunikasi.

Gagasan pemunculan psikolinguistik sebenarnya sudah ada sejak tahun 1952,

yaitu sejak Social Science Research Council di Amerika Serikat ketika tiga orang linguis

Page 5: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

dan tiga orang psikolog berkumpul untuk mengadakan konferensi interdisipliner. Namun

secara formal istilah Psikolinguistik digunakan sejak tahun 1954 dalam buku Charles E.

Osgood dan Thomas A. Sebeok yang berjudul Psycholinguistics : A Survey of Theory

and Research Problems. Sejak itu istilah tersebut sering digunakan .

Pada awalnya disiplin ilmu ini dikenal sebagai linguistik psycology dan ada juga

yang menyebutnya sebagai psycology of language. Kemudian dengan adanya penelitian

yang lebih sistematis dan terarah maka lahirlah satu disiplin ilmu yang kemudian

dipatenkan dengan sebutan Psikolinguistik.

2. Ruang Lingkup Psikolinguistik

Sebagai disiplin ilmu baru yang berdiri sendiri, Psikolinguistik memiliki scope

kajian atau ruang lingkup pembahasannya. Berkaitan dengan hal ini Yudibrata,dkk.

menyatakan bahwa Psikolinguistik meliputi pemerolehan atau akuaisisi bahasa,

hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa

terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses mengkode) dengan

decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa dengan

pemakaian bahasa dan perubahan bahasa) .

Sejalan dengan pendapat di atas, Field juga menjelaskan bahwa ruang lingkup

Psikolinguistik sebagai berikut: language processing, language storage and access,

comprehension theory, language and the brain, and frst language acquisiton ‘(pemrosesan

bahasa, penyimpanan dan pemasukan bahasa, teori pemahaman bahasa, bahasa dan otak,

dan pemerolehan bahasa pertama).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka sekalipun ada sedikit perbedaan

mengenai scope dari Psikolinguistik, namun dapat ditemukan titik persamaan bahwa

ruang lingkup Psikolnguistik adalah meliputi hubungan antara bahasa dan otak, hubungan

antara bahasa dan prilaku manusia, pemerolehan bahasa, pemakaian bahasa,

pemproduksian bahasa, pemprosesan bahasa, dan proses pengkodean.

Sedangkan mengenai pokok bahasan dari Psikolinguistik, Chaer mengemukakan bahwa

bahasan psikolinguistik mencakup antara lain :

a. Apakah hakekat bahasa, komponen-komponen bahasa dan sesuatu yang harus dimiliki

seseorang agar mampu berbahasa ?

Page 6: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

b. Bagaimana bahasa itu lahir?

c. Bagaimana bahasa pertama diperoleh ?

d. Bagaimana proses penyusunan kalimat ?

e. Bagaimana bahasa itu tumbuh dan mati ?

f. Bagaimana hubungan bahasa dengan pemikiran ?

g. Mengapa seseorang mengalami gangguan berbicara dan bagaimana cara

menyembuhkannya ?

h. Bagaimana cara memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran bahasa ?

Dengan melihat pokok bahasan Psikolinguistik di atas, serta kaitannya dengan

konteks pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Arab, maka dalam tulisan ini penulis

akan berusaha menganalisa dan mengkaji secara intens tentang peran psikolinguistik

dalam pembelajaran bahasa Arab.

Hal tersebut akan penulis lakukan dengan cara mendiskripsikan beberapa bentuk

kesalahan dan kesulitan yang sering dialami oleh pelajar bahasa Arab dan selanjutnya

menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya kesalahan dan kesulitan

tersebut untuk kemudian dicarikan solusinya berdasarkan pada telaah terhadap teori-teori

Psikolinguistik.

3. Pembelajaran Bahasa Arab

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain pembelajaran mengacu kepada

pengertian suatu aktifitas (proses) belajar mengajar yang sistematis dan terdiri dari

banyak komponen. Masing-masing komponen tersebut tidak bersifat parsial (terpisah)

atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling tergantung,

komplementer dan berkesinambungan.

Sementara itu Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pengajaran (onderwijs) itu

merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Jelasnya, pengajaran tidak lain ialah

pendidikan dengan cara memberikan ilmu atau pengetahuan serta kecakapan kepada

peserta didik.

Jadi, dapat disimpukan bahwa pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang

terdiri dari dua unsur, yakni belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua

konsep yang tidak dapat terpisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan

oleh seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran dan yang belajar (peserta didik),

Page 7: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

sedangkan mengajar merujuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru (pengajar).

Sedangkan pembelajaran bahasa Arab berarti proses belajar mengajar melalui transfer

ilmu pengetahuan dengan materi ajar berupa bahasa Arab

Dalam konteks pembelajaran bahasa, dikenal dua tipe pembelajaran bahasa, yaitu

naturalistik dan formal. Tipe pembelajaran bahasa naturalistik bersifat alamiah, tanpa

guru dan bahkan tanpa kesengajaan dan pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan

masyarakat. Sedangkan pada tipe formal pembelajaran berlangsung di kelas, dengan

adanya guru, materi, alat-alat bantu dan komponen-komponen pembelajaran yang sudah

dipersiapkan .

Selayaknya, pembelajaran bahasa Arab secara formal akan lebih efektif dan hasil

yang diperoleh akan jauh lebih baik dari pada tipe naturalistik. Karena pembelajarn

formal dilakukan secara terencana dan sistematis. Namun, kenyataan yang sering terjadi,

termasuk yang banyak ditemui di Indonesia, hasil pembelajaran bahasa Arab secara

formal kurang menggembirakan. Untuk itu, dipandang sangat perlu untuk melakukan

kajian dan analisa guna mengidentifikasi faktor-faktor penghambat keberhasilan dalam

belajar bahasa tersebut dan dilakukan perbaikan-perbaikan yang semestinya.

hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan setiap

peserta didik mengembangkan bakat, minat, dan kemampuannya secara optimal dan utuh

(mencakup matra kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, pembelajaran

bahasa pun ditujukan untuk mencapai ranah kognirif, afektif, dan psikomotor secara utuh.

Istilah cognitive berasal dari cognition yang padanannya knowing berarti mengetahui.

Dalam arti yang luas cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan

pengetahuan.. Dalam perkembangan selanjutnya istilah kognitiflah yang menjadi populer

sebagai salah satu domain, ranah/wilayah/bidang psikologis manusia yang meliputi

perilaku mental manusia yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,

pemecahan masalah, pengolahan informasi, kesengajaan, dan keyakinan. Menurut

Chaplin ranah ini berpusat di otak yang juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan

afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. Ranah kognitif yang berpusat di otak

merupakan ranah yang yang terpenting Ranah ini merupakan sumner sekaligus

pengendali ranahranah kejiwaan lainnya, yaitu ranah efektif (rasa) dan ranah psikomotor

(karsa). Dalam kaitan ini bahwa tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa

Page 8: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

dapat berpikir. Tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa tersebut dapat memahami dan

meyakini faedah materi-materi pelajaran yang disajikan kepadanya. Afektif adalah ranah

Psikologi yang meliputi seluruh fenomena perasaan seperti cinta, sedih, senang, benci,

serta sikapsikap tertentu terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Psikomotor adalah

ranah Psikologi yang segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik

kuantitas maupun kualitasnya karena sifatnya terbuka.

4. Masalah-masalah dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Dalam dunia pendidikan siswa merupakan subjek. Karena itu, siswa dianggap

sebagai organisme yang beraktifitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif,

afektif, maupun psikomotor. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Arab pun ditujukan

untuk mencapai dan memperoleh keterampilan berbahasa (istima`, kalam, qiraah, dan

kitabah) pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara utuh. Hal ini karena

kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak dan membaca)

ataupun produktif (berbicara dan menulis) pasti akan melibatkan ketiga ranah tadi.

Menurut Chaplin, seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah , ranah kognitif

berpusat di otak yang juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan)

yang bertalian dengan ranah rasa, dan merupakan ranah terpenting sekaligus pengendali

ranah-ranah kejiwaan lainnya, yaitu ranah efektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa).

Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa dapat berpikir. Tanpa kemampuan

berpikir mustahil siswa tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi

pelajaran yang disajikan kepadanya.

Sedangkan afektif adalah ranah Psikologi yang meliputi seluruh fenomena perasaan

seperti cinta, sedih, senang, benci, serta sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan

lingkungannya. Adapun Psikomotor adalah ranah Psikologi yang berupa segala amal

jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitas maupun kualitasnya karena

sifatnya terbuka.

Dalam beberapa kasus, sering ditemui beberapa contoh kesalahan yang sering

terjadi pada pelajar bahasa Arab yang non Arab ketika mereka mulai berbicara dan

berbahasa Arab. Kesalahan-kesalahan ini dilatarbelakangi oleh bberapa faktor, baik

faktor internal siswa, seperti motivasi, waswas dan sebagainya, baik faktor dari luar

Page 9: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

siswa, seperti guru, lingkungan, dan bahkan bahasa itu sendiri.

Klasifikasi kesalahan, contoh-contoh kesalahan dan faktor kesalahan yang terjadi secara

lebih rinci dapat terlihat dalam tabel berikut :

Adapun kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pelajar bahasa Arab, seperti yang

tergambar pada tabel di atas, dapat dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, baik intrinsik

maupun ekstrinsik , diantaranya adalah :

a. Kesalahan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu hanya memfokuskan pada

penghafalan kosa kata dan kaidah bahasa tanpa memperdulikan terhadap fungsi dan

penggunaan kata baik dalam lisan maupun tulisan. Hal ini dapat mengakibatkan pada :

1) Siswa sukar melafalkan dan membedakan suara huruf-huruf yang berdekatan,

seperti ح dan ,ت .ط dan هـ

2) Cenderung melakukan generalisasi dalam kaedah bahasa, seperti menjamak kan

semua kata dengan bentuk jamak qiyasi (muzdakkar salaim atau muannats salim),

contoh َر�جل menjadi جلون .َرجال seharusnya َر�

b. Intervensi bahasa, yaitu pengaruh dari bahasa pertama terhadap bahasa kedua (Arab),

baik pada aspek suara, intonasi, gaya bahasa dan susunan kalimat.

c. Penguasaan kosa kata aktif dalam bahasa Arab yang sangat terbatas, sehingga sering

mengakibatkan pencampuradukkan dan penggunaan beberapa kata atau istilah dari

bahasa pertama ketika menggunakan bahasa Arab, sebagai bahasa kedua.

Di samping itu, terkadang penyebab kesalahan yang dilakukan oleh pembicara di

antaranya disebabkan kesaratan beban mental pada siswa yaitu perasaan waswas, takut

salah, ragu-ragu dan sebagainya ketika berbicara, atau karena penutur kurang menguasai

materi, terpengaruh oleh perasaan afektif, kesukaran melafal kata-kata, dan kurang

menguasai topik pembicaraan.

Dari penyebab kesalahan-kesalahan tadi, dapat diklasifikasikan berdasarkan ranah

Psikologi. Penyebab kesalahan berupa intervensi bahasa dan perasaan waswas berkaitan

dengan ranah afektif. Penyebab kesalahan berupa kurang menguasai kosa kata aktif,

materi atau topik berkaitan dengan ranah kognitif, dan penyebab kesalahan berupa

kesalahan pemilihan strategi pembelajaran, kesukaran melafalkan kata dan generalisasi

kaedah bahasa berkaitan dengan ranah psikomotor.

Contoh-contoh kesalahan dan penyebab kesalahan yang telah dijelaskan tadi

Page 10: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

menunjukkan bahwa peran psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa Arab sangat

penting. Peranan Psikolinguistik itu nampak diantaranya saat dilakukan upaya untuk

mengidentifikasi faktor-faktor kegagalan dan kesalahan siswa dalam belajar bahasa Arab

serta dapat juga digunakan sebagai alat untuk memecahkan maslah-masalah dan

persoalan (problem solving) yang timbul pada konteks pembelajaran bahasa Arab.

5.Upaya-upaya dalam Memecahkan Masalah Pembelajarn Bahasa Arab

Tujuan umum pembelajaran bahasa Arab, yaitu agar siswa mampu menggunakan bahasa

Arab yang baik dan benar, baik secara lisan ataupun tulisan.

Agar siswa dapat berbahasa Arab yang baik dan benar diperlukan pengetahuan

akan kaidah-kaidah bahasa Arab yang baik. Kaidah-kaidah bahasa Arab dapat dipelajari

dalam Nahwu dan Sharraf. Namun untuk dapat menggunakan bahasa Arab secara lancar

dan komunikatif siswa tidak hanya cukup memahami kaidah bahasa Arab, tetapi

diperlukan kesiapan kognitif (penguasaan kaidah bahasa Arab dan materi yang akan

disampaikan), afektif (tenang, yakin, percaya diri, mampu mengeliminasi rasa cemas,

ragu-ragu, waswas, dan sebagainya), serta psikomotor (lafal yang fasih, keterampilan

memilih kata, frasa, klausa, dan kalimat). Dengan demikian, jelaslah bahwa betapa

penting peranan Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa Arab.

Guru merupakan subjek dalam proses belajar mengajar, (sebagai fasilitator,

informer, maupun sebagai pembimbing) menjadikan siswa tuntas ber-bahasa. Peranan

guru sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Tugas utama seorang guru

adalah menyusun materi pelajaran dan menyampaikannya dengan cara yang tepat. Guru

yang cerdas, rajin, kreatif dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang kondisi psikis

dan lingkungan siswa akan lebih berhasil dari pada guru yang tidak peka terhadap

keadaan siswanya.

Dalam pembelajaran bahasa Arab, maka tugas utama guru bahasa Arab adalah

mengembangkan kompetensi komunikasi, mengembangkan kompetensi linguistik, dan

mengembangkan kompetensi personal. Mengembangkan kompetensi komunikasi

bertujuan agar siswa berani dan mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Arab,

dengan temannya ataupun si pemilik bahasa itu sendiri (orang Arab), baik secara reseptif

maupun produktif.

Page 11: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

Keberhasilan dalam belajar bahasa Arab banyak dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Secara garis besar faktor-faktor itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok

besar, yaitu internal atau faktor dari dalam siswa (masuk dalam wilayah psikolinguistik)

dan faktor eksternal atau faktor dari luar diri siswa, seperti faktor lingkungan keluarga,

masyarakat dan sekolah, faktor kebahasaan, kebudayaan, sosial dan etnis. Siswa yang

sehari-hari berada di lingkungan yang menggunakan bahasa Arab, tentu akan lebih

berhasil dari pada siswa lain yang sehari-harinya tidak berbahasa Arab.

Untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa Arab, harus dikaitkan dengan status

bahasa itu sendiri. Dengan mengetahui status, jumlah penutur dan bahasa yang dikuasai

siswa, pengembang kurikulum, dapat membuat persiapan dengan baik. Di Indonesia ada

tiga macam bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing. Bahasa

Indonesia adalah bahasa nasioanal dan bahasa resmi Negara. Bahasa daerah yaitu bahasa

ibu atau bahasa yang sering digunakan sehari-hari oleh siswa ketika berinteraksi dengan

masyarakat setempat. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa yang berasal dari negara

lain, digunakan dalam interaksi atau kegiatan ilmiah. Bahasa Arab termasuk dalam

kategori bahasa asing ini.

Dengan memahami status bahasa, peran bahasa di tengah penuturnya dan tujuan

yang diinginkan oleh para siswa, maka perencanaan dan pengembangan kurikulum,

pengajar bahasa, program pengajaran formal, buku teks dan seleksi siswa dapat

dipersiapkan secara matang guna mencapai tujuan akhir yang diharapkan.

Masalah Psikolinguistik ini, tidak sulit jika masih dalam satu rumpun. Bila kedua bahasa

tersebut berbeda rumpun masalahnya akan sangat sulit, karena kedua bahasa itu memiliki

struktur fonetis, morfologis dan sintaksis yang berbeda.

Pengajaran bahasa Arab secara formal dimulai dari sekolah Ibtidaiyah hingga

perguruan tinggi. Ketika masyarakat Indonesia mempelajari bahasa Arab, mereka sudah

menguasai pola bahasa Indonesia. Kebiasaan penggunaan pola bahasa Indonesia ini akan

menjadi kendala dalam pembelajaran bahasa Arab. Pembelajaran bahasa Arab menjadi

sulit, karena terdapat perbedaan pola-pola bahasa Indonesia dengan bahasa Arab.

Dalam bidang fonologi, masyarakat Indonesia multicultural, memiliki beraneka dialek

yang berbeda pola fonologis, intonasi dan nada bacaannya dengan bahasa Arab. Sehingga

dalam menyalin dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab, sebagian besar siswa

Page 12: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

menggunakan pola yang terdapat dalam pola bahasa Indonesia. Seperti suara huruf د

(zdal) disamakan dengan “d”, (ain`) ع disamakan dengan “a”, )syin) ش disamakan

dengan “s”, dan sebagainya. Kesalahan pola fonetik semacam ini dapat berpengaruh pada

kesalahan siswa dalalm melafalkan bahasa, bahkan terkadang dapat menyebabkan

perubahan makna leksikan dan pengaburan arti.

Untuk mengatasi berbagai kesulitan seperti pada paparan di atas, dapat diambil

beberapa langkah atau pola penyelesaian dalam rangka memperoleh hasil pembelajaran

bahasa Arab yang lebih baik. Pola-pola tersebut di antaranya :

a) Analisis kontrastif, yaitu dengan membandingkan pola yang terdapat dalam

bahasa pertama dengan pola yang terdapat dalam bahasa kedua. Pola yang

berbeda sering diberi latihan, sedangkan pola yang mirip atau sama cukup diberi

latihan sekedar saja. Linguistik kontrastif beranggapan bahwa penguasaan suatu

bahasa tidak lain dari pembentukan kebiasaan, maka butuh latihan terus menerus

sehingga terbentuk kebiasaan seperti ketika mempelajari bahasa pertama.

b) Pemilihan Metode Pengajaran yang tepat Untuk mengajarkan bahasa Arab,

pilihlah metode yang cocok dan tepat dengan materi bahasa. Beberapa metode

yang dapat digunakan dalam pengajaran bahasa, seperti metode langsung,

alamiah, psikologis, fonetik, membaca, tata bahasa, terjemah, terjemah-tata

bahasa, dan sebagainya. Di samping itu dalam sejarah pembelajaran bahasa juga

dikenal sebuah metode dengan nama American Army Method, yang lahir di

markas militer Amerika untuk keperluan ekspansi perang. Metode ini danggap

sangat efektif dalam pembelajaran bahasa.

Ada juga metode Audiolingual dan Audio visual yang lahir dengan

menggunakan pendekatan linguistik. Metode ini juga sangat baik karena dapat

membangkitkan stimulus-respon siswa, dan kreativitas dalam mengembangkan

proses berbahasa, serta mampu untuk membangkitkan kerja semua bagian otak.

c) Pemberian motivasi dan dorongan secara kontinu terhadap siswa, karena dalam

pembelajaran bahasa kedua diyakini bahwa orang yang memiliki motivasi dan

dorongan yang kuat pada dirinya akan jauh lebih berhasil dibandingkan orang

yang kurang memiliki motivasi dan dorongan dalam belajar.

Page 13: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

Pengembangan pembelajaran bahasa memerlukan konsep yang valid dan tepat.

Hal ini dapat dilakukan dengan meramu dan mengadopsi dari berbagai disiplin ilmu.

Teori-teori yang diperoleh kemudian diolah menjadi teknik, metode dan pendekatan atau

bahkan menjadi teori baru yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran bahasa tersebut.

Di Indonesia, pembelajaran Bahasa Arab sebagai bahasa kedua (second language) sangat

marak bahkan menjadi salah satu mata pelajaran wajib, mulai dari tingkat dasar sampai

perguruan tinggi, khususnya pada sekolah atau lembaga pendidikan Islam yang berada

dibawah naungan Kementrian Agama Republik Indonesia. Materi bahasa merupakan

objek kajian dari linguistik.

Pembelajaran bahasa juga berkenaan dengan masalah kegiatan berbahasa.

Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi

juga berlangsung secara mentalistik, artinya sebagai proses yang berkenaan dengan

mental (otak). Oleh karena itu dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, termasuk

juga dalam pembelajaran bahasa Arab, maka studi kebahasaan (linguistik) perlu

dilengkapi dengan studi antardisipliner, khususnya antara linguistik dan psikologi, yang

lazim disebut psikolinguistik.

Untuk mendapatkan kepahaman yang lebih mendalam mengenai psikolinguistik

dan kontribusinya dalam rangka pembelajaran bahasa, maka dalam makalah ini penulis

akan memfokuskan pembahasan pada pengertian Psikolinguistik, ruang lingkup

Psikolinguistik dan kontribusi Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai

bahasa kedua (second language), yang diarahkan pada psikolinguistik sebagai media

pengidentifikasi malasah dan langkah penyelesaian masalah.

Program pengajaran bahasa arab untuk non aran termasuk hal baru. Awal kegiatan

pengajaran ini dimulai pada sepuluh tahun terakhir sejak abad 13 Hijriah. Program

pengajaran bahasa arab saat itu masih menggunakan semua metode pembelajaran

tradsional. Yaitu metode Grammar Translation Method.

Belajar Bahasa Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu

prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode (model pengajaran),

materi maupun proses pelaksanaan pengajarannya. Bidang keterampilan pada penguasaan

Bahasa Arab meliputi kemampuan menyimak (listening competence/mahaarah al –

Istima’), kemampuan berbicara (speaking competence/mahaarah al-takallum),

Page 14: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

kemampuan membaca (reading competence/mahaarah al-qira’ah), dan kemampuan

menulis (writing competence/mahaarah al – Kitaabah).

Setiap anak manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai

setiap bahasa, walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda. Adapun diantara

perbedaan-perbedaan tersebut adalah tujuan-tujuan pengajaran yang ingin dicapai,

kemampuan dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam diri dan minat serta

ketekunannya.

Pembelajaran bahasa arab sampai hari ini masih menjadi fenomena dan problem

akut. Problem tersebut termanivestasikan dalam beberapa hal yang banyak kita temukan

dalam lembaga-lembaga pendidikan di negeri ini, baik di sekolahan umum, madrasah,

pondok pesantren, maupun perguruan tinggi. Sehingga pembelajaran bahasa arab tidak

dapat berkembang dan tidak mampu meningkatkan kualitas bahasa arab peserta didik.

Realitas ironis tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

Pertama, kualitas dan kompetensi guru yang tidak baik dan tidak memenuhi

standarisasi guru bahasa arab yang profesional, baik kompetensi secara keilmuan,

maupun kompetensi secara metodologis. Dalam pembelajaran bahasa arab guru tidak

begitu memahami hakikat bahasa yang ia ajarkan dan tidak menggunakan pendekatan,

metode dan strategi yang  relevan dan efektif. Permasalahan tentang guru ini sangat

rumit, terkadang ada guru bahasa arab yang memiliki kompetensi keilmuan baik, tapi

lemah dan minim dalam kompetensi metodologis, dan terkadang juga kita temukan guru

bahasa arab yang memiliki kompetensi metodologis, tapi lemah dalam kompetensi

keilmuan. Akhirnya, belum banyak kita temukan guru yang memiliki dua kompetensi

tersebut secara baik.

Kedua, peserta didik yang tidak atau kurang memiliki semangat dan ambisi untuk

belajar bahasa arab, sehingga menghambat proses pembelajaran dan menjadikan

pembelajaran tidak efektik. Hal ini disebabkan faktor latar belakang peserta didik yang

berbeda-beda, sehingga mempengaruhi niat atau orentasi belajar mereka. Permasalahan

siswa ini tidaklah merupakan faktor utama yang menjadi problem dalam pemebelajaran

bahasa arab, karena murid adalah sebagai objek penerima bahasa, sedangkan guru adalah

pentransfer bahasa kepada siswa dan yang menjadikan bahasa arab suatu hal yang

penting dan menarik.

Page 15: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

Ketiga, metode dan strategi pembelajaran bahasa arab yang digunakan belum

relevan atau tidak efektif, sehingga bahasa sulit dan sukar dipelajari, dan murid pada

akhirnya enggan dan malas serta tidak tertarik belajar bahasa arab.

Keempat, fasilitas pembelajaran bahasa arab yang tidak memadahi. Padahal,

fasilitas merupakan unsur urgen dalam pembelajaran bahasa arab. Tapi jika kita

perhatikan masih banyak kita temui lembaga-lembaga pendidikan yang belum memiliki

media atau fasilitas yang memadai, sehingga pembelajaran bahasa arab diajarkan dan

disampaikan dengan media-media yang monoton dan klasik, pada akhirnya siswa merasa

jenuh dan tidak tertarik belajar bahasa arab.

Dan kelima, pendekatan dalam pembelajaran bahasa arab yang kurang efektif dan

tidak dapat menjadikan siswa tertarik dan merasa senang untuk mempelajari bahasa arab,

karena pendekatan pembelajaran bahasa arab selama ini kurang mempertimbangkan

pendekatan yang berdasarkan pada ilmu psikologi dan lingustik atau psikolingustik.

Sehingga bahasa arab diajarkan dengan menggunakan pendekatan yang tidak sesuai

dengan karakter bahasa arab dan tidak mempertimbangkan psikologis-sosiologis peserta

didik.

Pendekatan adalah seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat bahasa dan

hakikat belajar mengajar bahasa. Pendekatan mencerminkan suatu falsafah, pandangan,

pegangan dan pendirian dalam melihat, memahami dan mendekati suatu objek atau

permasalahan. Dalam konteks bahasa arab, seorang guru seharusnya menggunakan

pendekatan yang relevan dan efektif dalam melihat dan memahami hakikat bahasa arab

dan hakikat peserta didik. Pendekatan adalah suatu pegangan utama seorang guru untuk

melakukan suatu proses pembelajaran, menentukan metode, strategi dan materi serta

media. Tanpa menggunakan pendekatan yang relevan dan efektif, seorang guru bahasa

arab akan tidak terarah dan merasa kesulitan dalam proses pembelajaran.

Dalam khazanah keilmuan kita, ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran

bahasa arab. Terlepas dari kelemahan yang dimiliki masing-masing pendekatan, setiap

pendekatan memiliki karakteristik dan titik tekan spesifik dalam memandang hakekat

bahasa dan hakekat peserta didik. Menurut penulis, sudah saatnya kita untuk tidak

memperpanjang perdebatan di antara aliran-aliran pendekatan, tapi bagaimana titik tekan

Page 16: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

atau kelebihan tiap-tiap pendekatan dapat diitegrasikan dan diaplikasikan dalam

pembelajaran bahasa arab.

Pendekatan dalam pembelajaran bahasa ada 4. Yaitu pendekatan humanistic,

pendekatan teknik dan pendekatan analisis dan non analisis.dan pendekatan komunikatif.

Pendekatan humanistic(humanistic approach) yaitu pendekatan yang

memeberikan perhatian kepada pembelajar sebagai manusia, tidak menganggapnya

sebagai benda yang merekam seperangkat pengetahuan.

Pendekatan teknik (media-based approach) yaitu pendekatan berdasar

pemanfaatan media pembelajaran dan teknik-teknik pendidikan. Pendaekatan ini

berpendapat bahwa media dan teknik pembelajaran sangat berperan dalam

menyampaikan pengalaman belajar serta bisa merubah pengalaman belajar menjadi

pengalaman yang nyata/terindra. Pendekatan analysis(analytical Approach) dikenal

dengan sebutan formal approach. Pendekatan ini didasarkan pada seperangkat ungkapan-

ungkapan dan asumsi asumsi kebahasaan dan sosiolinguistik.Sedang Non alitycal

approach didasarkan pada konsep psikolinguistik.

Pendekatan Non analisis berdasarkan pada konsep psikolinguistik dan pendidikan,

bukan pada konsep kebahasaan.Pendekatan ini dekenal juga dengan istilah global dan

integrated naturalistic. Pengajaran bahasa berlangsung dalam kehidupn yang alami. Dan

difokuskan pada tema-tema yang berhubungan dengan kehidupan siswa dan aspek-aspek

kehidupan manusia umumnya.

Pendekatan komunikatif adalah pendekatan yang menekankan pada fungsi bahasa

sebagai alat komunikasi, sehingga dalam aplikasinya, pendekatan ini menuntut

pebelajaran yang komunikatif antara guru dan siswa serta memberikan kesempatan

seluas-luasnya kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran

Apabila kita amati, pendekatan di atas dapat kita terapkan secara integratif dan

saling menguatkan serta saling melengkapi antara satu dan lainnya. Kelemahan akan

muncul ketika kelima pendekatan di atas diaplikasikan secara terpisah, karena setiap

pendekatan memiliki satu aspek pertimbangan yang perlu dilengkapi oleh asperk

pertimbangan pendekatan yang lain. Dengan mengintegrasikan pendekatan di atas, maka

kita dapat menerapkan pembelajaran yang aktif, komunikati, cerdas secara kognitif dan

berbicara serta berbasis media.

Page 17: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

Seorang guru bahasa arab harus memahami ilmu psikologi dan linguistik atau

psikolinguistik dalam mengajarkan bahasa arab. Mengajarkan bahasa kepada anak kecil

berbeda dengan mengajarkan bahasa arab kepada anak besar, karena secara psikologis

anak kecil dan anak besar memiliki perkembangan kecerdasan yang berbeda. Anak kecil

belajar bahasa arab dengan jalan meniru orang disekitarnya di mana dia hidup.

Lingkungan yang mengelilingi anak sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran

bahasa arabnya. Oleh karena itu, disinilah peran sekolah untuk mampu menciptakan

lingkungan yang kondusif agar peserta didik dapat belajar bahasa arab dengan mudah dan

cepat

Penerapan metode pengajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien

sebagai media pengantar materi pengajaran bila penerapannya tanpa didasari dengan

pengetahuan yang memadai tentang metode itu. Sehingga metode bisa saja akan menjadi

penghambat jalannya proses pengajaran, bukan komponen yang menunjang pencapaian

tujuan, jika tidak tepat aplikasinya. Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami

dengan baik dan benar tentang karakteristik suatu metode.

Dalam pembelajaran bahasa ada lima metode, Pertama, metode nahwu dan

tarjama. Metode ini dalam aplikasinya menekankan pada analisis penggunaan nahwu dan

praktek penerjemahan. Kedua, metode mubasyaroh, yaitu metode pembelajaran bahasa

yang lebih menekankan pada penggunaan bahasa arab ketika proses interaksi

pembelajaran di kelas. Ketiga, metode audio lingual, metode ini menekankan pada

praktek berbicara dan mendengarkan dalam proses pembelajaran bahasa arab. Keempat,

metode Qiroah, yaitu metode yang lebih menekankan pada praktek membaca dalam

proses pembelajaran. Kelima, metode Ma’rifiyah, yaitu metode yang menekankan pada

materi dan pelatihan materi.

Metode audio-lingual masih mendominasi metode pembelajaran bahasa arab

untuk non arab, khususnya di lembaga resmi, seperti di universitas, dan pusat-pusat

bahasa milik pemerintah. Program pengajaran bahasa arab mengadopsi metode audio-

lingual dalam waktu yang panjang. Berdasarkan metode ini, dibuatlah rancangan

pelajaran, kurikulum dan buku ajar.

Metode audio-lingual merupakan salah satu metode yang didasarkan asas

psikolinguistik. Metode ini mencerminkan pertemuan antara teori aliran behaviorisme

Page 18: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

dalam psikologi dan teori structural dalam linguistic. Bahasa adalah gejala lisan yang

terucap dan tidak tertulis. Ada dua keahlian yaitu mendengar dan mengucap yang

didahulukan daripada kemahiran membaca dan menulis. Hal ini didasarkan pada tingkat

penguasaan bahasa oleh manusia dalam proses pemerolehan bahasa berdasarkan ilmu

psikolinguitik.

Bahasa juga merupakan kebiasaan dan tingkah laku, yang diperoleh dengan cara

yang sama dengan adat dan kebiasaan tingkah laku yang lainnya. Bahasa juga merupakan

bahasa yang digunakan oleh penutur secara alami dalam kehidupannya sehari-hari.

Namun perlu diketahui bahwasanya Metode audio-lingual bukanlah satu-datunya metode

yang dilahirkan oleh aliran strukturalis-behaviorisme. .

Empat kompetensi bahasa arab dapat diterapkan secara bersamaan dan integratif,

tanpa harus memisah-misahkan satu dengan yang lainnya, karena bahasa merupakan

suatu sistem satu kesatuan. Menurut teori psikologi, bahwa akal manusia lebih dahulu

mendeteksi keseluruhan sebelum mendeteksi bagian-bagian. Dalam artian, dalam proses

belajar bahasa akal peserta didik lebih mudah menangkap jika keempat kompetensi

bahasa arab diajarkan secara bersamaan dalam satu kesempatan, tidak diajarkan secara

terpisah. Karena pembelajaran kompetensi bahasa arab secara terpisah, peserta didik

biasanya kesulitan dalam mengubungan satu sama lainnya. Misalnya ta’bir, istima’,

qiroah, kitabah, nahwu dan shorof diajarkan secara terpisah, maka ketika peserta didik

diperintah untuk menerapkan membaca atau menulis dan menyusun kata sesuai kaidah

nahwu dan shorof akan mengalami kebingungan dan kesulitan

Oleh karena itu, pembelajaran bahasa arab secara terpisah-pisah bagi pemula akan

membingungkan dan menyulitkan. Pembelajaran bahasa arab secara terpisah-pisah dapat

diterapkan bagi peserta didik yang telah baik bahasanya. Jika dalam kontek sekolahan,

pembelajaran bahasa arab secara integratif hendaknya diterapkan pada tingkatan dasar.

Adapun yang terpisapisah dapat diterapkan pada tingkatan lanjutan atau perguruan

tunggi. Tetapi bagaimana pun , penerapan pembelajaran bahasa arab secara integratif atau

terpisah berdasarkan pada tingkat penguasaan dan kemampuan peserta didik terhadap

bahasa, tidak hanya berdasarkan pada tingkatan dalam sistem pendidikan.

Materi merupakan pegangan guru dan siswa dalam proses pembelajaran bahasa

arab. Dengan menggunakan materi, arah pembelajaran bahasa arab akan terarah dan jelas.

Page 19: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

Tapi jika kita amati, sampai saat ini masih banyak lembaga sekolahan yang menggunakan

meteri bahasa arab yang belum relevan dan efektif, sehingga perlu adanya revisi dan

pembenahan.

Menurut penulis dalam membuat dan menyusun materi, isi materi harus

mencakup beberapa komponen, yaitu empat kompetensi, ta’bir, istima’, qiroah dan

kitabah, mufrodat dan qowaidun Nahwiyah serta menentukan media praktek yang

digunakannya. Komponen tersebut harus ada dalam materi bahasa arab, agar

pembelajaran bahasa dipelajari secara menyeluruh dan siswa dapat dengan mudah

menguasai maharoh dan kaidah bahasa arab dengan baik dan aplikatif

Penyusunan sebagaimana di atas adalah model penuyusunan bahan ajar yang

inregrated curukulum, yaitu menyajikan bahan pembelajaran atau materi secara unit dan

keseluruhan, tanpa mengadakan pembatasan-pembatasan satu mata pelajaran atau

maharoh dengan yang lainnya. Salah satu contoh buku ajar bahasa arab yang

menggunakan model inregrated curukulum adalah Al-Arobiyatu Baina Yadaika. Model

penyusunan seperti ini, menurut penulis sangat baik dan efektif dalam pembelajaran

bahasa arab, karena mencakup semua maharoh, qowa’idun nahwiyah dan mufrodat.

Page 20: Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Psikolinguistik

DAFTAR PUSTAKA

M. Zaini, 2009. Pengembangan kurikulum: Konsep Implementasi, Evaluasi dan Inovasi, cetakan I, Yogyakarta: TERAS

Prof.Dr.Abdul Aziz bin Ibrahim.2009,Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab. Humaniora: Bandung,

Abdul Hamid,dkk.2008.Pembelajaran Bahasa Arab..Uin Malang Press:Malang

Ratna Andi Irawan· Membangun Sistem Pembelajaran Bahasa Arab Yang Integratif.Makalah. 2011. http:Uncategoriez. Diakses pada jumat, 7 Desember 2012.

Chaer, Abdul, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta : PT. Renika Cipta, 2003.