psikolinguistik 1

151
PSIKOLINGUISTIK Disampaikan oleh : RAMDAN SUKMAWAN, M.Hum.

Upload: charismanevertrustanyone

Post on 15-Apr-2016

99 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

linguistic

TRANSCRIPT

Page 1: Psikolinguistik 1

PSIKOLINGUISTIK

Disampaikan oleh :RAMDAN SUKMAWAN, M.Hum.

Page 2: Psikolinguistik 1

SEJARAH LAHIRNYA PSIKOLINGUISTIK

Page 3: Psikolinguistik 1

Psikolinguistik gabungan ilmu psikologi dan linguistik.

Psikolog Jerman, Wilheelm Wundt “Bahasa dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip psikologis”. Perkembangan bahasa dan ilmu jiwa ada 4 tahap: 1.Tahap Formatif

John W Gardner seorang psikolog Amerika. 1954 pertama kali istilah psikolinguistik

dipakai. Relativitas bahasa – Benjamin Lee Whorf (1956) Universal bahasa – Greenberg (1963)

Page 4: Psikolinguistik 1

2. Tahap Linguistik A. Aliran Behaviorisme B.F. SkinnerB. Mentalisme Chomsky Universal bahasa – pemelorehan bahasa*Mengapa anak di mana pun juga memperoleh bahasa dengan memakai strategi yang sama. Neurolingistik : - Struktur otak manusia berbeda dengan primat lain- Otak manusia dikhususkan untuk kebahasaan- Mulut manusia strukturnya memungkinkan mengeluarkan bunyi

Page 5: Psikolinguistik 1

Biolinguistik : (Pertanyaan Chomsky) 1. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan bahasa?2. Bagaimana pengetahuan itu diperoleh? 3. Bagaimana pegetahuan itu diterapkan? 4. Mekanisme otak mana yang relevan? 5. Bagaimana pengetahuan ini berperan pada spesies manusia? ChomskyPertumbuhan bahasa pada manusia terprogram secara genetik*Faculties of the mind (kapling minda, diciptakan untuk pemerolehan bahasa) *Innate properties (bekal kodrati untuk mengembangkan bahasa)

Page 6: Psikolinguistik 1

3. Tahap Kognitif Peran kognisi dan landasan biologis manusia dalam pemerolehan bahasaPerolehan bahasa pada manusia bukan penguasaan komponen bahasa dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip kognitif. Tata bahasa, tidak dipandang sebagai sesuatu yang terlepas dari kognisi manusia karena konstituen dalam suatu ujaran, namun mencerminkan realita psikologi manusia. *Ujaran bukanlah suatu urutan bunyi yanglinier tetapi urutan bunyi yang membentuk unit-unit konstituen yang hierarkhis dan masing-masing unit ini adalah realita psikologis*

Page 7: Psikolinguistik 1

4. Tahap Teori Psikolinguistik Psikolinguistik : NeurologiManusia berbahasa karena kodrat neurologis yang dibawa sejak lahir. FilsafatBagaimana manusia memperoleh pengetahuanPrimatologiGenetika Primatologi dan genetika mengkaji bahasa manusia dengan genetika terkait dan pertumbuhan bahasanya

Page 8: Psikolinguistik 1

Psikolinguistik

*Studi tentang bahasa dan minda*Studi tentang proses-proses mental dalam pemakaian bahasa Ilmu yang mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam berbahasa.

Page 9: Psikolinguistik 1

Kajian dalam psikolinguistik 1. Komprehensi 2. Produksi 3. Landasan biologis dan neurologis 4. Pemerolehan bahasa

Page 10: Psikolinguistik 1

KODRAT BAHASA

CIRI-CIRI KHUSUS YANG MEMBEDAKAN BAHASA MANUSIA DAN BINATANG

Page 11: Psikolinguistik 1

Bahasa manusia memiliki ketergantunagan struktur

Suatu rentetan kata dalam kalimat tidak membentuk rentetan yang acak tetapi satu bergantung pada yang lain. Urutan kata memang tampak linier tetapi satu kata dengan satu kata yang lain membentuk suatu struktur yang hierarkhis.

Page 12: Psikolinguistik 1

Bahasa dan pemakai bahasa itu kreatif

Bahasa manusia bersifat kreatif karena manusia memiliki kemampuan untuk memmahami dan mengujarkan ujaran baru apa pun. Ujaran yan kita dengar kapan pun juga tidak pernah ada yang sama dengan ujaran yang kita dengar sebelumnya, meskipun topik yang dibicarakan sama. Namun demikian, kita dapat memahaminya. Begitu pun dalam berujar, kita tidak pernah mengeluarkan dua ujaran yang persis sama, kalau pun kita berbicara tentang hal yang sama.

Page 13: Psikolinguistik 1

Bahasa dapat dipakai untuk mengungkapkan situasi atau peristiwa yang sudah lampau atau yang belum

terjadi dan bahkan untuk sesuatu yang dibayangkan Struktur bahasa memungkinkan kita untuk berbicara tentang peristiwa yang terjadi kemarin atau bahkan ratusan yang lalu. Bahasa manusia memungkinkan kita untuk berbicara soal acara pelapesan calon wisudawan FIAH tanggal 23 september 2014 atau soal penjajahan bangsa-bangsa Eropa di Indonesia. Kita bahkan dapat berbicara tentang angan-angan ataupun impian di masa yang akan datang.

Page 14: Psikolinguistik 1

Bahasa memiliki struktur ganda yang disebut struktur lahir dan struktur batin

Dalam banyak hal kedua struktur ini memang menyatu sehingga tidak tampak adanya perbedaaan. Namun dalam banyak hal yang lain ada satu struktur lahir yang sebenarnya memiliki dua struktur batin yang berbeda. Sebaliknya, dapat terjadi pula adanya dua kalimat yang struktur lahirnya berbeda tetapi struktur batinnya sama.

Page 15: Psikolinguistik 1

Bahasa diperoleh secara turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain

Anak Sunda yang dilahirkan dan dibesarkan di keluarga Sunda di Bandung akan memperoleh bahasa Sunda. Bahasa mana yang diperoleh oleh anak tergantung pada masukan dari masyarakat di mana anak itu tinggal.

Page 16: Psikolinguistik 1

Hubungan antara kata dengan benda, perbuatan, atau keadaan yang dirujuknya itu arbitrer

Tidak ada alasan mengapa suatu benda kita namakan nasi dan suatu perbuatan kita namakan lari. Kaitan ini semata-mata merupakan konvensi, persetujuan, di antara para pemakai bahasa.

Page 17: Psikolinguistik 1

Bahasa memiliki pola dualitas

Bunyi-bunyi itu sendiri sebenarnya tidak mempunyai makna dan baru bermakna setelah bunyi-bunyi itu kita gabungkan.

Page 18: Psikolinguistik 1

Bahasa memiliki semantisitas

Begitu suatu nama diberikan maka nama itu akan selalu merujuk kepada konsep benda itu, meskipun benda itu sebenarnya tidak memenuhi syarat untuk nama itu.

Page 19: Psikolinguistik 1

BAGAIMANA MANUSIA MEMPERSEPSI UJARAN

PERSEPSI TERHADAP UJARAN

MODEL PERSEPSI UJARAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBANTU MANUSIA MEMPERSEPSI UJARAN

Page 20: Psikolinguistik 1

Bunyi yang dikeluarkan oleh manusia ditransmisikan ke telinga pendengar melalui gelombang udara. Pada saat suatu bunyi dikeluarkan, udara tergetar olehnya dan membentuk semacam gelombang. Gelombang yang membawa bunyi ini bergerak dari depan mulut pembicara ke arah telinga pendengar. Dengan mekanisme yang ada pada telinga, manusia menerima bunyi ini dan dengan melalui syaraf-syaraf sensori bunyi ini kemudian dikirim ke otak kita untuk diproses dan kemudian ditangkapnya.

Page 21: Psikolinguistik 1

Pemrosesan di otak dibimbing oleh pengetahuan kita tentang bahasa tersebut, termasuk pengetahuan kita tentang bagaimana bunyi-bunyi itu dibuat dan fitur apa saja yang terlibat

Persepsi terhadap ujaran bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan oleh manusia karena ujaran merupakan suatu aktivitas verbal yang meluncur tanpa ada batas waktu yang jelas antara satu kata dengan kata yang lain.

Page 22: Psikolinguistik 1

Manusia dapat mempersepsi bunyi-bunyi bahasanya dengan baik. Persepsi seperti ini dilakukan melalui tahapt-tahap pemrosesan persepsi bunyi (Clark & Clark, 1977) 1. Tahap auditori2.Tahap fonetik 3. Tahap fonologis

Page 23: Psikolinguistik 1

Tahap Auditori

Pada tahap ini manusia menerima ujaran sepotong demi sepotong. Ujaran ini kemudian ditangkap dari segi fitur akustiknya. Konsep-konsep seperti titik artikulasi, cara artikulasi, fitur distingtif, dan VOT sangat bermanfaat di sini karena ilwal seperti inilah yang memisahkan satu bunyi dari bunyi yang lain. Bunyi-bunyi dalam ujaran itu kita simpan dalam memori auditori kita.

Page 24: Psikolinguistik 1

Tahap Fonetik

Bunyi-bunyi itu kemudian kita identifikasi. Dalam proses mental kita, seandainya ujaran itu adalah Bukan nangka, maka mental kita menganalisis bunyi /b/ terlebih dahulu dan menentukan bunyi apa yang kita dengar itu dengan memperhatikan hal-hal seperti titik artikulasi, cara artikulasi, dan fitur distingtifnya. Segmen-segmen bunyi ini kemudian kita simpan di memori fonetik.

Page 25: Psikolinguistik 1

Analisis mental yang lain adalah untuk melihat bagaimana bunyi-bunyi itu diurutkan karena urutan bunyi inilah yang nantinya menentukan kata itu kata apa. Bunyi /a/, /k/, dan /n/ bisa membentuk kata yang berbeda. Bila /k/ didengar terlebih dahulu, kemudian /a/ dan /n/ maka akan terdengarlah bunyi /kan/; bila /n/ yang lebih dahulu, maka terdengarlah bunyi /nak/.

Page 26: Psikolinguistik 1

Tahap FonologisPada tahap ini mental kita menerapkan aturan fonologis pada deretan bunyi yang kita dengar untuk menentukan apakah bunyi-bunyi tadi sudah mengikuti aturan fonotaktik yang ada pada bahasa kita.

Untuk bahasa Inggris, bunyi /ŋ/ tidak mungkin memulai suatu suku kata. Karena itu, penutur Inggris pasti tidak akan menggabungkannya dengan suatu vokal.

Page 27: Psikolinguistik 1

Seandainya ada urutan bunyi ini dengan bunyi yang berikutnya, dia pasti akan menempatkan bunyi ini dengan bunyi di mukanya, bukan di belakangnya. Dengan demikian deretan bunyi /b/, /ǝ/, /ŋ/, /i/, dan /s/ pasti akan dipersepsi sebagai beng dan is, tidak mungkin be dan ngis.

Page 28: Psikolinguistik 1

MODEL COHORT MODEL PERSEPSI UJARAN

Dalam rangka memahami bagaimana manusia mempersepsi bunyi sehingga akhirnya nanti bisa terbentuk komprehensi, para ahli psikolinguistik mengemukakan model-model teoritis proses persepsi itu terjadi, di antaranya yaitu Model Cohort.

Page 29: Psikolinguistik 1

Model Cohort ini terdiri dari dua tahap. Pertama, tahap di mana informasi mengenai fonetik dan akustik bunyi-bunyi pada kata yang kita dengar itu memicu ingatan kita untuk memunculkan kata-kata lain yang mirip dengan kata tadi. Bila kita mendengar kata /prihatin/ maka semua kata yang mulai dengan /p/ akan teraktifkan: pahala, pujaan, priyayi, pakata, dsb. Kata-kata yang termunculkan inilah yang disebut sebagai cohort.

Page 30: Psikolinguistik 1

Pada tahap kedua, terjadilah proses eliminasi secara bertahap. Waktu kita kemudian mendengar bunyi /r/ maka kata pahala dan pujaan akan tersingkirkan karena bunyi kedua pada kedua kata ini bukanlah /r/ seperti pada kata targetnya. Kata priyayi dan prakata masih menjadi calon kuat karena kedua kata ini memiliki bunyi /r/ setelah /p/. Pada proses berikutnya, hanya priyayi yang masih bertahan karena kata prakata memiliki bunyi /a/, bukan /i/, pada urutan ketiganya.

Page 31: Psikolinguistik 1

Pada proses selanjutnya kata priyayi juga tersingkirkan karena pada kata targetnya bunyi yang keempat adalah /h/ sedangkan pada priyayi adalah /y/. Dengan demikian maka akhirnya hanya ada satu kata yang persis cocok dengan masukan yang diterima oleh pendengar, yakni, kata prihatin.

Page 32: Psikolinguistik 1

Faktor-Faktor yang membantu Manusia Mempersepsi Ujaran

Pengetahuan kita sebagai penutur bahasa membantu kita dalam proses persepsi.

Persepsi terhadap suatu bunyi dalam deretan bunyi dapat dipengaruhi oleh kecepatan ujaran. Suatu bunyi yang diucapkan dengan bunyi-bunyi yang lain secara cepat akan sedikit banyak berubah lafalnya. Akan tetapi, sebagai pendengar kita tetap saja dapat memilah-milahnya dan akhirnya menentukannya.

Page 33: Psikolinguistik 1

Pengetahuan kita tentang sintaksis dan semantik bahasa kita

Suatu bunyi yang terucap dengan tidak jelas dapat diterka dari wujud kalimat di mana bunyi itu terdapat. Bila dalam mengucapkan kalimat Dia sedang sakit kita terbatuk persis pada saat kita akan mengucapkan kata sakit, sehingga kata ini kedengaran seperti kata /keakit/, pendengaran kita akan dapat menerka bahwa kata yang terbatukkan itu adalah sakit dari konteks di mana kata itu dipakai atau dari perkiraan makna yang dimaksud oleh pembicara.

Page 34: Psikolinguistik 1

Pengaruh konteks dalam persepsi ujaran

Dia sedang sakitDari sintaksisnya kita tahu bahwa urutan pronomina, kala progresif, dan adjektiva adalah urutan yang benar. Dari semantiknya terdapat pula kecocokan antara ketiga kata ini. Dari konteksnya ketiga kata ini memberikan makna yang layak.

Page 35: Psikolinguistik 1

Bagaimana Manusia Memahami Ujaran

Page 36: Psikolinguistik 1

Bagaimana manusia dapat memahami kata, frasa, klausa, kalimat, atau wacana

yang mereka dengar

Memahami ujaran berhubungan dengan bagaimana komprehensi dapat terbentuk

Dari sudut pandang ilmu psikolinguistik , ada dua macam komprehensi (Clark & Clark 1977)

Page 37: Psikolinguistik 1

1. Komprehensi yang berkaitan dengan pemahaman atas ujaran yang kita dengar.

Komprehensi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mental di mana pendengar mempersepsi bunyi yang dikeluarkan oleh seorang pembicara dan memakai bunyi-bunyi itu untuk membentuk suatu interpretasi tentang apa yang kiranya dimaksud oleh pembicara tadi. Secara mudah dapat dikatakan bahwa komprehensi adalah pembentukan makna dari bunyi

Page 38: Psikolinguistik 1

2. Komprehensi yang berkaitan dengan tindakan yang perlu dilakukan setelah pemahaman itu terjadi.

Setelah pemahaman atas ujaran itu terjadi, pendengar menentukan apakah ada tindakan yang perlu dilakukan sesuai dengan apa yang dia fahami. Proses mental ini dinamakan pelaksanaan kalimat.

Page 39: Psikolinguistik 1

Strategi Dalam Memahami Ujaran

Dalam memahami ujaran, ada paling tidak tiga faktor yang ikut membantu kita. 1.Faktor yang berkaitan dengan pengetahuan dunia. 2.Faktor sintaktik 3.Faktor semantik

Page 40: Psikolinguistik 1

1. Faktor Pengetahuan Dunia

Sebagai anggota masyarakat, kita telah hidup bersama dengan alam sekitar kita. Alam sekitar ini memberikan kepada kita pengetahuan-pengetahuan tentang kehidupan di dunia. Sebagian dari pengetahuan ini bersifat universal sedangkan sebagian yang lain khusus mengenai masyarakat di mana kita tinggal.

Page 41: Psikolinguistik 1

Pengetahuan dunia memiliki gradasi yang berbeda-beda: 1.Ada yang universal (seperti gajah itu besar dan semut itu pastilah kecil) 2.Ada yang lokal (seperti pengetahuan yang terdapat pada budaya atau masyarakat tertentu 3.Ada pula yang aksidental (seperti suatu peristiwa dalam sejarah kehidupan suatu masyarakat)

Page 42: Psikolinguistik 1

Pengetahuan Universal

Pengetahuan umum bahwa gajah berbadan besar membuat kita menganggap gajah yang berukuran seekor kambing adalah gajah kecil. Sebaliknya, pengetahuan kita bahwa semut berbadan kecil membuat kita berkata bahwa semut yang panjangnya dua sentimeter adalah semut yang besar, dsb. Dengan demikian, ungkapan gajah kecil dan semut besar harus difahami dalam kontkes tentang pengetahuan dunia.

Page 43: Psikolinguistik 1

Pengetahuan Lokal Pengetahuan tentang dunia yang sifatnya tidak universal adalah pengetahuan lokal atau spesifik yang terdapat pada budaya atau masyarakat tertentu. Dalam budaya Jawa, malam Jum’at kliwon adalah malam yang menyeramkan karena pada malam ini banyak setan, jin, dan orang halus lain menampakan diri. Kalimat Ini malam Jum’at kliwon, kan? Dipahami sebagai suatu pertanyaan yang mempunyai implikasi spiritual yang menakutkan.

Page 44: Psikolinguistik 1

Pengetahuan Aksidental

Adanya suatu peristiwa dalam sejarah kehidupan suatu masyarakat sehingga hanya orang-orang yang mengetahuinya dari sumber-sumber lainlah yang dapat memahaminya.

Kalimat Awas jangan macam-macam kamu, kalau tidak mau dimunirkan.

Page 45: Psikolinguistik 1

2. Faktor Sintaktik

Kita memakai strategi-strategi sintaktik untuk membantu kita memahami suatu ujaran. Ada enam strategi yang kita pakai.

Page 46: Psikolinguistik 1

Pertama Setelah kita mengidentifikasi kata pertama dari suatu konstituen yang kita dengar, proses mental kita akan mulai mencari kata lain yang selaras dengan kata pertama dalam konstituen tersebut.

Konstituen adalah pemotongan kalimat menjadi bagian-bagian yang akhirnya tidak ada lagi yang dapat dipotong menjadi lebih kecil.

Seandainya kata pertama yang kita dengar adalah orang, maka kita mencari kata lain yang secara sintaksis bisa berkolokasi dengan kata ini. Kata-kata ini bisa tua, besar, bodoh, atau itu.

Page 47: Psikolinguistik 1

Proses seperti ini terjadi karena kita sebagai penutur asli bahasa Indonesia secara intuitif tahu bahwa kata seperti orang hampir selalu diikuti oleh sesuatu yang lain untuk bisa menjadi suatu konstituen. Karena itu, kita mengharapkankan adanya kata lain yang menyusul

Page 48: Psikolinguistik 1

KeduaSetelah mendengar kata yang pertama dalam suatu konstituen, perhatikan apakah kata berikutnya mengakhiri konstruksi itu. Seandainya setelah kata orang muncullah kata yang, maka kita berkesimpulan bahwa konstruksi orang yang tidak mungkin membentuk suatu konstituen. Karena itu, benak kita masih mengharapkan adanya kata atau kata-kata lain yang mengikutinya lagi. Karena secara intuitif kita juga tahu bahwa kata yang pastilah membentuk anak kalimat maka kita mengharapkan munculnya anak kalimat itu. Begitu anak kalimat tadi muncul, mis, Orang yang mencari kamu legalah kita karena dengan adanya anak kalimat ini maka telah terciptalah suatu FN.

Page 49: Psikolinguistik 1

Ketiga Setelah kita mendengar suatu verba, carilah macam serta jumlah argumen yang selaras dengan verba tersebut. Argumen adalah ihwal atau ihwal-ihwal yang dibicarakan. Jika verba yang kita dengar adalah, verba me- mukul, maka kita pasti mengharapkan adanya satu argumen, yakni, benda atau makhluk yang dipukul. Jadi, setelah kita mendengar ungkapan Dia memukul ….. pastilah kita mengharapkan sebuah nomina seperti pencuri atau meja karena tidak mungkin ada suatu kalimat yang berakhir pada verba seperti pada Dia memukul …..

Page 50: Psikolinguistik 1

Keempat Tempelkanlah tiap kata baru pada kata yang baru saja mendahuluinya. Strategi ini berkaitan dengan kenyataan bahwa wujud kalimat memang dalam bentuk linear sehingga kata yang mengikuti biasanya menjelaskan kata yang mendahuluinya. Misalnya,

Buku sejarah kebudayaan Indonesia. a.Ini apa? – bukub.Buku apa? – buku sejarah c.Sejarah apa? – sejarah kebudayaand.Kebudayaan bangsa mana? – kebudayaan bangsa Indonesia

Page 51: Psikolinguistik 1

Kelima Pakailah kata atau konstituen pertama dari suatu klausa untuk mengidentifikasi fungsi dari klausa tersebut. Seandainya kata yang kita dengar adalah jika, meskipun, atau ketika, maka pastilah akan ada klausa induk dalam kalimat tersebut. Contoh:

Jika kamu setuju, …Ketika kami di Jakarta, …

Page 52: Psikolinguistik 1

Keenam Pada bahasa tertentu seperti bahasa Inggris, afiks juga dapat memberikan bantuan dalam pemahaman. I know the boys’ cook I know the boys cooked Dalam bahasa lisan pemahaman apakah anak-anak itu mempunyai juru masak atau malah mereka sendiri yang masak tergantung pada ada-tidaknya afiks –ed sesudah cook. Tanpa afiks ini, kita pahami bahwa anak-anak itu mempunyai juru masak dan saya kenal dengan juru masak itu. Dengan afiks –ed, pengertian kita adalah bahwa anak-anak itu melakukan masak-memasak sendiri.

Page 53: Psikolinguistik 1

3. Faktor Semantik

Kita juga memakai strategi-strategi semantik untuk membantu kita memahami suatu ujaran. Ada lima strategi yang kita pakai.

Page 54: Psikolinguistik 1

Pertama Pakailah nalar dalam memahami ujaran. Kita hidup dalam masyarakat yang memiliki persepsi yang sama tentang banyak hal. Kita misalnya, pasti sama-sama memahami bahwa di dunia ini kucing mengejar tikus, dan bukan sebaliknya. Dengan pengetahuan seperti ini maka kalau kita diberi proposisi yang berkaitan dengan seekor tikus, seekor kucing, dan perbuatan mengejar, pastilah kita berpikir bahwa kalimat yang kita dengar seperti (1) dan bukan (2)

Page 55: Psikolinguistik 1

(1) Kucing itu mengejar tikus.(2) Tikus itu mengejar kucing.

Apabila memang terdengar kalimat Tikus itu mengejar kucing pastilah kita akan keheranan dan tidak mustahil akan menanyakan kepada pembicara apa memang itu yang dia ujarkan.

Proposisi adalah unit-unit makna pada kalimat. Dengan kata lain, untuk memahami suatu kalimat kita perlu memahami proposisi yang dinyatakan oleh kalimat tersebut.

Page 56: Psikolinguistik 1

KeduaCarilah konstituen yang memenuhi syarat-syarat semantik tertentu. Kalau kita mendengar kata mencarikan, pastilah akan muncul dalam benak kita konsep-konsep semantik yang berkaitan dengan kata ini, yakni; a.Pasti harus ada pelaku perbuatan b.Pasti ada objek yang dicaric.Pasti ada orang lain yang dicarikan apa pun yang dicari itu.

Page 57: Psikolinguistik 1

Dengan demikian, kalau kalimat yang kita dengar hanyalah Dia sedang mencarikan anaknyaPasti kita masih mengharapkan adanya kelanjutan dari kalimat itu karena verba mencarikan belum lengkap kalau hanya diikuti oleh orang yang mendapakan manfaat, dalam hal ini anaknya. Kalau kita dengar kalimat berikut Dia sedang mencarikan pekerjaan Maka ada dua pengertian yang kita serap: pekerjaan itu bukan untuk dia sendiri, dan karenanya pasti ada orang lain yang sedang dia carikan pekerjaan itu, meskipun hal ini tidak dinyatakan secara eksplisit.

Page 58: Psikolinguistik 1

Ketiga Apabila ada urutan kata N V N, maka N yang pertama adalah pelaku perbuatan, kecuali ada tanda-tanda lain yang mengingkarinya. Dalam kalimatDia nabrak polisi dia adalah pelaku perbuatan. Akan tetapi, bila verbanya telah ditandai oleh afiks tertentu, misalnya, prefiks di-, sehingga kalimatnya menjadi Dia ditabrak polisi kata dia tidak lagi menjadi pelaku perbuatan.

Page 59: Psikolinguistik 1

KeempatBila dalam wacana kita temukan pronomina seperti dia, mereka, atau kami, mundurlah dan carilah antesiden untuk pronomina ini. Dalam suatu wacana berikutWaktu itu saya, Neva, dan Dimas sedang di perpustakaan. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh adanya ular besar …kita temukan pronomina kami pada kalimat kedua. Pada saat kita membaca atau mendengar kata ini, kita otomatis pasti akan mundur untuk mencari antesiden dari pronomina ini, dan kita temukan tiga orang, yakni, saya, Neva, dan Dimas.

Page 60: Psikolinguistik 1

KelimaInformasi lama biasanya mendahului informasi baru. Dalam kita berujar, ada informasi-informasi yang kita anggap ada pada kesadaran si pendengar pada saat dia mendengarkan. Informasi seperti ini dinamakan informasi lama. Setelah informasi lama dinyatakan, barulah informasi baru diberikan. Waktu kita berkata

Bram menikahi Dita 23 Oktober 2014. pastilah kita berasumsi bahwa pendengar menyadari akan referen yang dimaksud dengan Bram. Ini merupakan informasi lama yang diasumsikan diketahui oleh pendengar. Baru setelah informasi lama ini disampaikan, pembicara memberikan informasi baru, yakni bahwa orang tadi menikahi Dita 23 Oktober 2014.

Page 61: Psikolinguistik 1

PENYIMPANAN KATA

Page 62: Psikolinguistik 1

Kalau kita berbicara, tanpa kita sadari kata-kata yang kita perlukan pada umumnya secara otomatis keluar begitu saja seolah-olah tanpa melalui proses apa pun.

Begitu pula waktu kita bertindak sebagai pendengar, kita dengan mudah dapat memahami apa yang dikatakan oleh lawan bicara kita, sepertinya kita melakukan hal itu tanpa berpikir.

Proses seperti ini memang kelihatannya sangat natural tetapi kalau kita selami secara mendalam akan kita dapati bahwa untuk mengeluarkan atau untuk memahami satu kata diperlukan proses yang sangat rumit.

Page 63: Psikolinguistik 1

Kalau kepada kita ditunjukan sebuah benda yang biasa dipakai untuk menulis dan dalam benda itu terdapat tinta yang kemudian meninggalkan bekas pada benda lain yang kita tulisi, dan kemudian ditanyakan kepada kita benda apakah itu, maka “tanpa berpikir” kita akan berkata pena.

Kita katakan “tanpa berpikir” karena proses retrival kata itu berjalan begitu cepat sepertinya otomatis keluar begitu saja. Begitu juga bila kita bertindak sebagai pendengar; kita dapat memahaminya seolah-olah “tanpa berpikir” padahal prosesnya sangatlah panjang dan komplek.

Page 64: Psikolinguistik 1

Proses Meretrif Kata

Proses meretrif kata, baik sebagai pembicara maupun pendengar, bukanlah hal yang sederhana. Ada empat proses yang harus dilalui.

Page 65: Psikolinguistik 1

1. Kita harus dapat telebih dahulu menentukan apakah empat bunyi yang kita dengar itu, /p/ /e/ /n/ /a/, adalah kata dalam bahasa kita.

Penentuan ini didasarkan pada kompetensi kita sebagai penutur bahasa Indonesia yang secara intuitif tahu bahwa urutan bunyi seperti itu memang mengikuti kaidah fonotaktik bahasa kita atau tidak; artinya, apakah urutan bunyi seperti di atas membentuk wujud yang “pantas” dalam bahasa kita. Seandainya urutannya adalah /n/ /p/ /e/ /a/ -- npea – bagaimana?

Page 66: Psikolinguistik 1

2. Kita harus mengumpulkan fitur-fitur apa yang secara alami melekat pada benda itu: bentuk fisiknya, ukurannya, fungsinya, warnanya, dsb.

Kita memiliki gambaran mengenai objek di dunia ini. Mobil pemadam kebakaran, misalnya, memiliki fitur-fitur tertentu dan salah satu di antaranya adalah warna. Di mana pun juga mobil pemadam kebakaran berwarna merah. Karena itu, kalau ada frasa yang berbunyi Mobil pemadam kebaran yang kuning itu, pastilah kita akan menolak frasa itu dan keheranan.

Page 67: Psikolinguistik 1

Untuk kata kerja, fitur-fitur semantik seperti ini pun diperlukan. Verba menceraikan, misalnya, berkaitan dengan keretakan dalam perkawinan tetapi dalam tatabudaya kita hanya prialah yang dapat menceraikan. Wanita diceraikan, bercerai dengan, atau minta cerai dengan suaminya. Kalau kita mendengar kalimat seperti Desi Ratnasari menceraikan suaminya maka pastilah kita akan menganggapnya aneh atau memberikan interpretasi tersendiri, misalnya, Desi adalah orang terkenal, selebriti, kaya, dsb dan suaminya adalah lelaki yang kurang dari itu.

Page 68: Psikolinguistik 1

3. Kita harus membandingkan dengan benda-benda lain yang fitur-fiturnya tumpang tindih dengan fitur-fitur ini,

misalnya, pensil, kapur, spidol, stabilo, dsb. Pena dan pensil, misalnya, memiliki bentuk fisik yang mirip dan fungsinya pun juga boleh dikatakan sama, yakni, untuk menulis. Namun ada fitur lain yang membuat kedua benda ini berbeda – yang satu mudah dihapus, yang lainnya tidak, dst.

Page 69: Psikolinguistik 1

Bagi kita terasa lumrah saja kalau kita berkata anjing atau kucing, tetapi bagi anak kecil hal ini merupakan masalah besar karena kedua binatang ini (dan juga binatang lain seperti kambing, harimau, dan sapi) memiliki sejumlah besar fitur yang sama: berkaki empat, bermata dua, berbulu, bertelinga dua, berhidung satu, dst. Lalu apa yang membedakan anjing dengan kucing?

Page 70: Psikolinguistik 1

4. Kita harus memilih di antara benda-benda yang sama itu mana yang memenuhi semua syarat.

Proses ini tentunya memakan waktu karena untuk mencapai kata yang kita inginkan harus dilakukan proses eliminasi: pensil memenuhi banyak syarat, tetapi wujud fisik tulisannya bukan dari tinta, spidol juga memenuhi banyak syarat tetapi wujud fisik benda ini dan hasil tulisannya juga berbeda, dst.

Page 71: Psikolinguistik 1

Proses untuk meretrif kata, baik sebagai pembicara maupun sebagai pendengar, bukanlah hal yang sederhana.

Hal yang menarik untuk dikaji adalah bagaimana kata itu disimpan dalam benak kita sehingga kita dapat menemukan kata yang kita perlukan.

Page 72: Psikolinguistik 1

Pada dasarnya ada dua pandangan mengenai hal ini. 1. Tiap kata disimpan secara utuh sebagai kata.

Kata-kata seperti datang, mendatang, mendatangi, mendatangkan, kedatangan, berdatangan, dan pendatang disimpan dalam tujuh kotak yang berbeda.

Teori ini tampaknya praktis karena tiap kata telah tersedia dalam wujud yang lengkap. Tiap kali kita membutuhkannya, kita hanya tinggal “mengambilnya” saja.

Page 73: Psikolinguistik 1

Akan tetapi, cara seperti ini berarti bahwa di minda/benak kita tersimpan kata sebanyak yang kita ketahui. Kalau otak kita diandaikan sebagai komputer maka hard disk kita bisa jadi kepenuhan.

Page 74: Psikolinguistik 1

Muncul pandangan lain yang menyatakan bahwa 2. Penyimpanan kata dalam minda/benak kita bukan

berdasarkan pada kata tetapi pada morfem. Dalam pandangan ini kita hanya menyimpan morfem-morfem saja. Pada model ini hanya ada morfem bebas datang dan morfem terikan meN-, -kan, -i, ke – an, -an, dan ber-. Kata yang diperlukan harus diramu terlebih dahulu dengan menempelkan, bila perlu, morfem terikat pada morfem bebas yang telah dipilih. Dengan demikian, kalau kita mau meretrif kata mendatangi maka kita hanya mengambil morfem datang dan menggabungkannya dengan meN-i.

Page 75: Psikolinguistik 1

Keuntungan dari model ini adalah bahwa jumlah “kotak penyimpanan” menjadi lebih kecil; di samping itu kotak untuk morfem terikat tidak hanya dimanfaatkan untuk morfem datang saja tetapi juga untuk morfem lain mana pun.

Penempelan morfem terikat tentunya tidak sama untuk tiap morfem bebas. Morfem bebas restu, misalnya, hanya dapat mengambil -i saja sehingga terbentuklah kata merestui.

Page 76: Psikolinguistik 1

Aturan mengenai mana yang dapat bergabung dengan mana, ada pada kompetensi tiap penutur asli. Hal ini pulalah yang menyebabkan kita menolak kata-kata seperti merestukan.

Page 77: Psikolinguistik 1

Faktor yang Memengaruhi Akses terhadap Kata

Page 78: Psikolinguistik 1

Kalau ita menonton acara kuis di televisi akan kita temukan adanya program yang meminta agar peserta kuis menerka benda apa yang dimaksud dengan memberikan ciri atau kelompok benda itu.

Bila satu peserta mengatakan buah, maka peserta lain menerka: mangga, jambu, durian, dsb.

Kuis seperti ini menunjukan bahwa manusia memiliki konsep-konsep tertentu mengenai dunia di mana kita tinggal. Dalam hal ini, buah merupakan konsep yang memayungi pengertian-pengertian lain seperti mangga dan jambu.

Page 79: Psikolinguistik 1

Pada dasarnya retrival kata dipengaruhi pelbagai faktor.

1. Frekuensi kataMakin sering suatu kata dipakai makin cepatlah kita dapat mengambilnya pada saat kita memerlukannya

2. Ketergambaran Suatu kata yang dapat dengan mudah digambarkan atau dibayangkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat.

Page 80: Psikolinguistik 1

3. Keterkaitan semantikKata tertentu membawa keterkaitan makna yang lebih dekat kepada kata tertentu yang lain dan bukan kepada kata tertentu yang lainnya lagi.

Kalau kita diberi kata besar, maka tidak mustahil kita dapat dengan cepat meretrif kata kecil. Begitu pula kalau diberi kata burung, kita mungkin saja akan cepat mengasosiasikannya dengan beo atau perkutut.

Kata beo akan lebih cepat memunculkan kata burung daripada binatang karena jarak semantik antara burung dengan beo lebih dekat daripada beo dengan binatang

Page 81: Psikolinguistik 1

4. Kategori gramatikalAda kecenderungan bahwa kata-kata disimpan berdasarkan kategori sintaktiknya.

Hal ini terlihat dari kilir lidah yang selalu terwujud dalam kategori sintaktik yang sama. Suatu kata yang terkilir selalu digantikan oleh kata yang memiliki kategori sintaktik yang sama – nomina oleh nomina, verba oleh verba, dst. Alih-alih berkata mencari nafkah orang bisa terkilir dan berkata mencuri nafkah di mana verba mencari telah diganti dengan verba lain, yakni, mencuri. Dalam hal ini tidak mungkin verba diganti dengan nomina pencuri, pencurian, pencari, atau pencarian.

Page 82: Psikolinguistik 1

5. Faktor fonologiMorfem yang bunyinya sama atau mirip disimpan pada tempat-tempat yang berdekatan.

Hal ini terbukti pada gejala “lupa-lupa ingat”. Kata yang kita lupa-lupa ingat memiliki ciri-ciri berikut:

1. Jumlah suku katanya sama dengan kata yang sebenarnya.

2. Konsonan pertama untuk kata itu selalu sama dengan konsonan pertama aslinya.

3. Bunyi kata itu mirip dengan bunyi kata aslinya.

Page 83: Psikolinguistik 1

Bila kita dihadapkan pada suatu situasi di mana kita perlu mengucapkan suatu kata yang maknanya adalah, misalnya, “keadaan tidak suci pada diri seorang Islam yang menyebabkan dia tidak boleh salat, tawaf, dsb.” maka bisa terjadi kita tidak ingat betul apa kata untuk itu. Kita lalu meraba-raba. Kata rabaan itu pastilah memiliki dua suku, konsonan awalnya h-, dan bunyi keseluruhannya mirip: hadat, hadist, hadap …? Kata yang sebenarnya adalah hadas.

Page 84: Psikolinguistik 1

Kenyataan bahwa pada gejala “lupa di ujung lidah” ini kata-katanya adalah mirip maka dapat kita simpulkan bahwa kata-kata yang memiliki bentuk fonologis yang mirip disimpan pada tempat-tempat yang berdekatan.

Page 85: Psikolinguistik 1

Teori Tentang Makna

Page 86: Psikolinguistik 1

Untuk membentuk pengertian mengenai suatu konsep, misalnya, anjing bukanlah suatu hal yang mudah. Untuk menjawab hal semacam ini, yakni, bagaimana orang memahami makna kata, diajukanlah dua teori

1. Teori fitur 2. Teori berdasarkan pengetahuan

Page 87: Psikolinguistik 1

1. Teori fitur Teori fitur pada dasarnya menyatakan bahwa kata memiliki seperangkat fitur, atau ciri, yang menjadi bagian integral dari kata itu. Kata anjing, misalnya, memiliki fitur

1. Bernyawa2. Binatang3. Warna (hitam, coklat, putih, belang-belang) 4. Kaki empat 5. Telinga dua6. Ekor satu 7. Ukuran badan 8. Suara guguk, dst.

Page 88: Psikolinguistik 1

Fitur-fitur inilah yang secara keseluruhan membentuk konsep yang dinamakan anjing.

Fitur yang ada pada suatu kata membantu kita mengembangkan intuisi.

Kita akan menolak kalimat-kalimat berikut karena intuisi kita membimbing kita untuk menolaknya.

(1) Tuti akan mengawini Tomi minggu depan. Penolakan secara intuitif ini didasarkan pada pengetahuan kita akan fitur yang ada pada kata di dalam kalimat tersebut.

Page 89: Psikolinguistik 1

Kata Tuti memiliki ciri, antara lain, wanita dan verba mengawini memiliki fitur antara lain, pelaku perbuatan harus pria, penerima perbuatan adalah wanita. Karena fitur-fitur inilah maka kalimat Tuti akan mengawini Tomi minggu depantidak dapat kita terima, atau paling tidak, sangatlah janggal dalam tata budaya kita.

Page 90: Psikolinguistik 1

2. Teori berdasarkan pengetahuan Dalam teori ini tidak hanya fitur yang dilihat tetapi juga esensi dan konteksnya.

Manusia tidak hanya menyerap fitur-fitur itu tetapi juga melihat esensinya. Kucing, misalnya, memang memiliki fitur kaki 4, tetapi tidak mustahil bahwa ada kucing yang karena kegagalan genetik hanya mempunyai tiga kaki. Begitu juga kalau satu kakinya patah, dia akan terus hidup dengan tiga kaki. Binatang ini akan saja tetap kita anggap sebagai kucing.

Page 91: Psikolinguistik 1

Manusia dapat memahami ujaran karena mereka dapat mengenali kata-kata yang mereka dengar secara intuitif yang sebenarnya berdasarkan pada pengetahuan yang mereka miliki tentang bahasa dan budaya mereka. Mereka dapat pula meretrif kata-kata yang mereka perlukan waktu berujar karena kata-kata ini terorganisir secara sistematis dalam benak manusia berdasarkan berbagai kriteria.

Page 92: Psikolinguistik 1

Pelaksanaan Tindak Ujar

Page 93: Psikolinguistik 1

Pemahaman terhadap ujaran bisa berhenti begitu ujaran itu dimengerti, atau dilanjutkan dengan suatu tindakan.

Bila kita mendengar ujaran atau membaca suatu wacana yang isinya merupakan suatu pemberitaan belaka, maka pada umumnya kita hanya memahami saja apa yang diujarkan atau yang ditulis dalam wacana tersebut.

Page 94: Psikolinguistik 1

Kita mendengar ujaran, misalnya, Para pedukung Jokowi sudah mulai berdatangan.

Kita bisa hanya diam saja atau memberikan tanggapan verbal, tetapi tidak ada keharusan atau kewajiban bagi kita untuk melakukan sesuatu setelah memahami ujaran tersebut.

Page 95: Psikolinguistik 1

Akan tetapi, pada situasi yang lain, tidak mustahil bahwa pemahaman terhadap ujaran memerlukan tanggapan berupa tindakan atau perbuatan. Misalnya, ada ujaran Tolong tugas psikolinguistiknya dikumpulkan!

Tidak cukup hanya memahami makna ujaran tersebut, tetapi juga harus melakukan suatu tindakan atau perbuatan tertentu, yakni, mengumpulkan tugas psikolinguistik.

Page 96: Psikolinguistik 1

Tindak ujar (Speech Acts) lahir dari sebuah konsep pemikiran Austin yang menyatakan bahwa pada dasarnya dalam bertutur seseorang tidak hanya mendeskripsikan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu (1962:5).

Austin mengkaji bahwa kalimat-kalimat itu sebenarnya tidak saja dipakai untuk melaporkan kejadian, tetapi dalam hal-hal tertentu, kalimat-kalimat itu harus diperhitungkan sebagai pelaksanaan suatu tindakan.

Page 97: Psikolinguistik 1

Searle (1974: 23-24) dalam teori ‘speech acts’ menyatakan bahwa dalam menuturkan setiap-kalimat, penutur paling tidak melaksanakan tiga jenis tindakan,

(1)Mengucapkan kata-kata, yang sama saja dengan malaksanakan tindakan ujaran,

(2)Memberikan acuan dan menciptakan predikasi, yang sama artinya dengan malaksanakan tindakan proposisionalnya,

(3)Menanyakan, mengajukan permintaan, perintah, perjanjian, yang sama artinya dengan melakukan tindakan ilokusi.

Page 98: Psikolinguistik 1

Searle (1974), menyatakan bahwa dalam praktik penggunaan bahasa terdapat setidaknya ada tiga macam tindak ujar.

1.Tindak lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak lokusioner tidak mempersalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh penutur. Misalkan, tuturan ada maling semata-mata untuk memberitahu bahwa ada maling pada saat tuturan itu dimunculkan

Page 99: Psikolinguistik 1

2.Tindak ilokusioner merupakan tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula. Tuturan ada maling bukan semata-mata dimaksudkan untuk memberitahu mitra tutur bahwa pada saat peristiwa tuturan ada maling. Namun lebih dari itu penutur menginginkan agar mitra tutur melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan adanya maling tersebut.

Page 100: Psikolinguistik 1

3.Tindak perlokusi adalah tindakan menumbuhkan pengaruh kepada mitra tutur. Tuturan ada maling yang merupakan kalimat deklaratif yang berfungsi sebagai kalimat perintah kepada mitra tuturnya. Pada saat tuturan itu dimunculkan mitra tutur berada di tempat terjadinya pencurian. Tuturan tersebut bertujuan agar mitra tutur berhati-hati terhadap barang bawaannya karena ada pencurian.

Page 101: Psikolinguistik 1

Selanjutnya, Searle (lihat Leech 1983: 105-107) tidak berhenti pada penggolongan tindak ujar menjadi tiga, kemudian dia menggolongkan tindak ujar ilokusi menjadi lima macam, yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Hal yang paling penting untuk disebutkan sehubungan dengan pengertian tindak ujar itu, bahwa ujaran berapapun jumlahnya, dapat dikategorikan menjadi lima

Page 102: Psikolinguistik 1

1.Asertif adalah tindak ujar yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakan, misalnya, menyatakan, membual, melaporkan, menunjukan, menyebutkan. Joko Widodo adalah presiden Indonesia ke 7

2.Direktif adalah tindak ujar yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu, misalnya, menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, menantang. Ayo, masuk, kuliah psikolinguistik akan dimulai

Page 103: Psikolinguistik 1

3.Komisif adalah tindak ujar yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya, misalnya, berjanji, bersumpah, mengancam. Kami berjanji akan mengumpulkan tugas psikolinguistik sebelum ujian akhir semester.

4.Ekspresif adalah tindak ujar yang mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat pada tuturan tersebut, misalnya, memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh dan sebagainya. Terima kasih, atas kedatangannya di acara ini.

Page 104: Psikolinguistik 1

5.Deklaratif adalah tindak ujar yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan) yang baru misalnya, memutuskan, membatalkan, melarang, mengijinkan, memberi maaf. I hereby pronounce you husband and wife. Jenis tindak ujar ini menurut Searle biasanya dilakukan oleh seseorang yang dalam sebuah kerangka acuan kelembagaan diberi kewenangan untuk melakukannya, atau adanya syarat kelayakan. Contoh klasik adalah hakim yang menjatuhkan hukuman kepada pelanggar undang-undang, pejabat yang memberikan nama pada suatu tempat bersejarah, dan lain-lain.

Page 105: Psikolinguistik 1

Pelaksanaan Ujaran

Page 106: Psikolinguistik 1

Langkah apa yang harus dilakukan oleh pendengar setelah memahami suatu ujaran tergantung pada macam ujaran yang didengar. Sebagai contoh lihatlah ujaran berikut. Irsyad yang menyanyikan lagu Dear God.

1.Menentukan macam tindak ujar apa yang dinyatakan oleh ujaraan tersebut. Dari wujud sintaktiknya jelas bahwa tindak ujar itu adalah tindak ujar asertif.

Page 107: Psikolinguistik 1

2. Memperhatikan muatan proposisinya. Kita membagi ujaran itu ke dalam dua kelompok informasi: (a) lama dan (b) baru.

Dari ujaran ini jelas dapat dirasakan bahwa pembicara pasti mengasumsikan bahwa pendengar tahu akan adanya orang yang menyanyikan lagu Dear God. Informasi inilah yang merupakan informasi lama yang diasumsikan diketahui oleh pendengar. Sementara itu, ada informasi lain yang merupakan tambahan pada informasi lama, yakni orang yang menyanyikan lagu itu, Irsyad.

Page 108: Psikolinguistik 1

Informasi baru, bersama informasi lama, inilah yang kemudian disimpan dalam memori kita. Akan tetapi, orang tidak selalu berbicara secara eksplisit. Ada kalanya pembicara tidak memberikan informasi itu secara lengkap dan eksplisit. Perhatikan kalimat berikut.

(1)The man was murdered. A knife lay nearby. (2)The man was murdered. The knife lay

nearby.

Page 109: Psikolinguistik 1

Frasa a knife pada (1) menunjukan bahwa si pembicara sama sekali tidak mempunyai pikiran atau kecurigaan bahwa pisau itu adalah alat yang dipakai oleh si pembunuh. Dia hanya sekadar menyatakan adanya pisau di dekat mayat itu.

Sebaliknya, pada (2) pembicara mempunyai kecurigaan terhadap pisau itu sebagai alat yang dipakai oleh si pembunuh. Karena itu, dia memakai frasa the knife, bukan a knife.

Page 110: Psikolinguistik 1

Suatu iinformasi yang secara teselinap dimasukkan dalam suatu ujaran dinamakan implikatur. Jadi, pada kalimat (1) ada implikatur yang menyatakan bahwa pisau tersebut tidak dicurigai sebagai alat pembunuh. Sebaliknya, pada (2) implikaturnya adalah bahwa pisau tersebut dicurigai dipakai sebagai alatnya.

Page 111: Psikolinguistik 1

Pelaksanaan Ujaran Tak-Langsung

Pak Ramdan yang kesal dengan mahasiswa Sastra Inggris yang terus membuat ke gaduhan di Lab Bahasa dan tidak mau ke luar setelah selesai perkuliah pukul empat sore. Dia akan mengucapkan kalimat seperti berikut. Kalian pada mau menginap di sini? Mendengar kalimat tersebut, mahasiswa sastra yang ada di lab bahasa tentunya tidak akan menjawab iya atau tidak.

Page 112: Psikolinguistik 1

Mahasiswa menyadari bahwa pak Ramdan sedang marah dan menyuruhnya untuk segera ke luar dari lab bahasa.

Ujaran seperti ini dinamakan ujaran tak langsung, artinya, apa yang dinyatakan dengan apa yang dimaksud tidak sama. Ujaran seperti ini memerlukan suatu fase tambahan yang harus dilalui, yakni, fase untuk mentransfer dari makna literal ke makna yang tak langsung ini.

Page 113: Psikolinguistik 1

Tetapi bagaimana kita dapat memahami ujaran seperti ini dan kemudian melaksanakannya? Dalam hal ini ada sebuah prinsip yang sangat membantu, yakni Prinsip Kerja sama. Prinsip kerja sama ini pertama kali dikemukakan oleh Grice (1967) yang memberikan landasan mengapa manusia dapat saling berkomunikasi. Landasan ini disebut maksim. Grice memberikan empat macam maksim (Mey, 2001: 71-79).

Page 114: Psikolinguistik 1

Maksim KuantitasThe maxim of quantity requires the speaker to give as much information as the addressee needs but no more. For example,

a. I saw Mr. Ayi with another woman last night.b. Really, is he afraid of being known by his wife?

The information which is given by a, do not informative than required because of having luck of information. Therefore, b is misunderstood. If the information is not complete, it will be misunderstood such as in sentence b.

Page 115: Psikolinguistik 1

We know exactly Mr. Ayi. Therefore, the information should not be more informative because we really know Mr. Ayi. For example,

a. I saw Mr. Ayi, our lecturer, the handsome man who teaches us Lab Work, and Grammar at UMMI with another woman last night. The information in sentence a is too much because we have already known Mr. Ayi. In other word, in maxim of quantity, the information which is given should be as informative as required and do not make your information than required.

Page 116: Psikolinguistik 1

Maksim HubunganThe maxim of relevance requires us, as speakers, to make our utterances relative to the discourse going on and the contexts in which they occur. For example,

a.I buy a new Supra Fit. It is painted by Danapaint. The Tinner which is used to paint it was Top One. The price is 45.000.000 rupiah. The information of Danapaint, Top One, and the price are not relevance. It is too much in the context of description of new Supra Fit. The description which mentions is out of conversation purpose.

Page 117: Psikolinguistik 1

a.Mr. Terry will teach Linguistics.b.Mr. Terry, the native speaker from Boston

State University will teach Linguistics.

If the addressee or hearer do not know who Mr. Terry is. So, sentence a has no meaning for addressee or hearer. After adding with the relevance information such as, in sentence b so, communication is not disturbed.

Page 118: Psikolinguistik 1

Maksim CaraThe maxim of manner is to be orderly and clear and to avoid ambiguity. To express something must be clear. For example, it will be a big trouble if Mr. President does not say clearly in his speech. And the trouble comes when he says “The President can’t dismiss the Commander of Indonesian National Army”. Moreover, in fact, he says “The President can dismiss the Commander of Indonesian National Army”.

Page 119: Psikolinguistik 1

In conjunction with, his statement was not clear “can to be can’t”. So, it is going to be news in mass media. Mass media will react for his statement what happens with Mr. President’s government. As known, the Commander of Indonesian National Army will be appointed and dismissed by President. Therefore, in communication people must express what he/she says clearly.

Page 120: Psikolinguistik 1

Speaker must avoid ambiguity. If there protests of young woman. While, there are young and old men. It should say:

a.Men and young women were protesting the new marriage law. It should not say:

b.Young men and women were protesting the new marriage law. In b there is ambiguity. It can be only young men or can be both of them.

Page 121: Psikolinguistik 1

We went to Puncak yesterday. But, we went first to Bogor Botanical Garden. We stayed one night in Puncak. The weather was bright and clear. It was not too cold. We saw Rafflesia Arnoldy in Botanical Garden and it was blossoming. The Villa that we rented was comfortable. The Rafflesia Arnoldy was beautiful when blossoming.

The information that speaker wants to give to addressee is not orderly.

Page 122: Psikolinguistik 1

Maksim Kualitas

Maxim of quality is to say only what one believes to be true. In Maxim of quality, speaker is expected to enable to express something true with the fact. For example: if speaker knows that Mrs. Fenty is not in Sukabumi. But, She is in Bandung. So, if speaker says “Mrs. Fenty is in Sukabumi”. Speaker breaks maxim of quality.

Page 123: Psikolinguistik 1

Langkah-langkah dalam Pelaksanaan Ujaran Tak-langsung

Dapatlah disimpulkan bahwa ujaran tak-langsung memerlukan pemrosesan yang lebih rumit dan lebih lama sebelum dapat dilaksanakan. Secara singkat proses tersebut adalah:

1. Tentukan makna yang langsung terlebih dahulu. 2. Tentukan apakah makna langsung ini yang dimaksud. 3. Bila bukan, tentukan makna tak-langsungnya dengan

memperhatikan prinsipel kooperatif dan aturan percakapan yang lain.

4. Ambil langkah untuk melaksanakan tindak ujar ini sesuai dengan makna yang ditentukan pada 3.

Page 124: Psikolinguistik 1

Produksi Ujaran

Page 125: Psikolinguistik 1

Sewaktu kita berbicara, kita begitu mudah merangkai kata dari satu kata ke kata yang lainnya sepertinya tanpa harus berpikir.

Kita sebagai penutur asli tidak sadar bahwa sebenarnya dalam berkomunikasi itu kita memerlukan perencanaan mental yang rinci dari tingkat wacana sampai pada pelaksanaan artikulasinya. Ini berarti bahwa produksi kalimat tidak hanya memerlukan proses psikologi untuk meramu apa yang akan kita katakan tetapi juga koordinasi yang tepat dengan neurobiologi kita.

Page 126: Psikolinguistik 1

Proses mental ini menyangkut berbagai aspek

1.Berkaitan dengan asumsi kita tentang pengetahuan interlokutor – orang yang kita ajak bicara.

2.Dalam berkomunikasi tiap peserta tutur mematuhi prinsip kerja sama.

3.Memperhatikan aspek pragmatik dari ujaran-ujaran kita.

Page 127: Psikolinguistik 1

Langkah umum dalam memproduksi ujaran

1.Tingkat pesan, di mana pesan yang akan disampaikan diproses.

2.Tingkat fungsional, di mana bentuk leksikal dipilih lalu diberi peran dan fungsi sintaktik.

3.Tingkat posisional, di mana konstituen dibentuk dan afiksasi dilakukan.

4.Tingkat fonologi, di mana struktur fonologi ujaran itu diwujudkan.

Page 128: Psikolinguistik 1

Tingkat Pesan Pada tingkat pesan, pembicara mengumpulkan nosi-nosi dari makna yang ingin disampaikan.

Dimas sedang mengerjakan tugas psikolinguistik. Nosi-nosi yang ada pada benak pembicara adalah(a) adanya seseorang(b) orang itu pria

Page 129: Psikolinguistik 1

(c) dia mahasiswa (d) dia punya tugas psikolinguistik(e) dia sedang melakukan suatu perbuatan(f) perbuatan itu adalah mengerjakan tugas psikolinguistik

Page 130: Psikolinguistik 1

Tingkat Fungsional1. Memilih bentuk leksikal yangsesuai dengan

pesan yang akan disampaikan dan informasi gramatikal untuk masing-masing bentuk leksikal tersebut. Misalnya, dari sekian pria yang dikenal, pria yang dimaksud adalah Dimas, dan kata ini adalah nama pria; perbuatan yang diwakili oleh verba dasar kerja; antara dua argumen Dimas dan psikolinguistik, Dimas adalah pelaku perbuatan sedangkan tugas psikolinguistik adalah resipiennya.

Page 131: Psikolinguistik 1

2. Memberikan fungsi pada kata-kata yang telah dipilih ini. Proses di sini menyangkut hubungan sintaktik atau fungsi gramatikal. Pada contoh sebelumnya, kata Dimas harus dikaitkan dengan fungsi subjek sedangkan tugas psikolinguistik pada objek.

Page 132: Psikolinguistik 1

Tingkat PosisionalUrutkanlah bentuk leksikal untuk ujaran yang akan dikeluarkan.

Pengurutan ini bukan berdasarkan pada jejeran yang linier tetapi pada kesatuan makna yang hierarkhis. Pada contoh sebelumnya, kata sedang bertautan dengan mengerjakan, bukan dengan Dimas. Begitu juga psikolinguistik bertautan dengan tugas, dan bukan pada Dimas atau mengerjakan.Hierarkhi konstituen inilah yang menjadi dasar diagram pohon.

Page 133: Psikolinguistik 1

Setelah pengurutan itu selesai, diproseslah afiksasi yang relevan. Verba dasar kerja haruslah ditambah dengan konfiks meng – kan.

Hasil pemrosesan posisional ini dikirim ke tingkat fonologi untuk diwujudkan dalam bentuk bunyi.

Page 134: Psikolinguistik 1

Tingkat FonologiPada tahap ini aturan fonotaktik bahasa yang bersangkutan diterapkan. Kata seperti Dimas mengikuti aturan fonotaktik bahasa Indonesia tetapi kalau Maidis tidak. Kata ini tentunya akan ditolak. Begitu juga vokal /d/ dan /i/ harus berurutan seperti itu karena kalau dibalik, Samid, referennya akan lain. Proses fonologis ini tidak sederhana karena tersangkut pula di sini proses biologis dan neurologis.

Page 135: Psikolinguistik 1

Rincian Produksi Ujaran1. Perencanaan mengenai topik yang akan

diujarkan (wacana). 2. Perencanaan kalimat yang akan dipakai

(kalimat). 3. Perencanaan konstituen yang akan dipilih

(konstituen). 4. Pelaksanaan dari yang akan diujarkan yang

di dalamnya mencakup rencana artikulasi dan bagaimana mengartikulasikannya (program artikulasi dan artikulasi).

Page 136: Psikolinguistik 1

WacanaDalam wacana dialog yang oleh H. Clark sebagai joint activity (1994: 994) ada 4 unsur yang terlibat:

1. Personalia 2. Latar bersama3. Perbuatan bersama4. kontribusi

Page 137: Psikolinguistik 1

PersonaliaPada unsur personalia minimal harus ada dua partisipan, yakni:

1. Pembicara 2. Interlokutor (orang yang diajak bicara)3. Pendengar lain (orang yang ikut serta dalam

pembicaraan) 4. Partisipan lain (orang yang mempunyai akses

terhadap pembicaraan dan kehadirannya diakui)

5. Penguping (orang yang mempunyai akses terhadap pembicaraan tetapi kehadirannya tidak diakui.

Page 138: Psikolinguistik 1

Latar BersamaKonsep latar bersama merujuk pada anggapan bahwa baik pembicara maupun mitra bicaranya sama-sama memiliki prasuposisi dan pengetahuan yang sama. Kesamaan dalam pengetahuan inilah yang dinamakan latar bersama. Neva: Bayu, Bayu. Bayu: Apa. Neva: Bayu, Intan sakit. Bayu: Sakit apa? Neva: Radang tenggorokan, jadi dia ga datang. Bayu: Oh, ya! udah kita aja berdua.

Page 139: Psikolinguistik 1

Latar bersama yang dimiliki oleh Neva dan Bayu adalah teman mereka yang bernama Intan. Karena Neva berasumsi bahwa Bayu kenal Intan, dan Bayu pun tahu bahwa Neva kenal Intan, maka pengetahuan ini dijadikan latar bersama untuk membicarakan apa yang terjadi pada Intan. Tanpa latar bersama ini percakapan Neva dan Bayu tidak akan terjadi. Kalau pun terjadi, Bayu pasti akan bertanya “Siapa Intan itu?” dsb.

Page 140: Psikolinguistik 1

Perbuatan BersamaPerbuatan bersama adalah bahwa baik pembicara maupun interlokutornya melakukan perbuatan yang pada dasarnya mempunyai aturan yang mereka ketahui bersama. Pada percakapan di atas, ada beberapa perbuatan yang dilakukan bersama, yakni:

1. Perbuatan (1) pembukaan dalam percakapan.2. Perbuatan (2) pertukaran informasi atau isi

percakapan. 3. Perbuatan (3) penutup percakapan.

Page 141: Psikolinguistik 1

KontribusiKontribusi umumnya mempunyai dua tahap, yakni:

1. Tahap presentasi di mana pembicara menyampaikan sesuatu untuk dipahami interlokutor.

2. Tahap pemahaman di mana interlokutor telah memahami apa yang disampaikan oleh pembicara. Suatu percakapan hanya akan dapat berlanjut bila pelataran seperti ini terbentuk.

Page 142: Psikolinguistik 1

Perencanaan Produksi Kalimat

Setelah kita mengetahui apa yang ingin kita katakan, maka kita akan memproduksi kalimat. Menurut Clark dan Clark ada tiga kategori yang perlu diproses:

1. Muatan proposisional.2. Muatan ilokusioner. 3. Struktur tematik.

Page 143: Psikolinguistik 1

Muatan Proposisional

Pada kategori muatan proposisional, pembicara menentukan proposisi apa yang ingin dia nyatakan: seorang mahasiswa yang mengerjakan tugas, pergi kuliah ke kampus, dsb.

1. Pemilahan peristiwa atau keadaan. Dalam suatu wacana yang akan kita terujar dalam bentuk kalimat-kalimat, kita memilah-milah peristiwa atau keadaan itu menjadi ihwal yang seolah-olah terpisah-pisah.

Page 144: Psikolinguistik 1

Kalau kita mau berbicara tentang seorang mahasiswa sastra Inggris yang menyapa dosennya maka pemilahannya bisa:

1. Ada seorang mahasiswa. 2. Ada seorang dosen. 3. Mahasiswa itu mahasiswa sastra. 4. Dosen itu dosen sasta Inggris.

Page 145: Psikolinguistik 1

2. Manusia pada umumnya bertitik tolak pandangannya dari segi yang positif ke segi yang negatif. Orang umumnya menganggap sesuatu yang positif itu lumrah sedangkan yang negatif itu tidak lumrah. Dengan dasar prinsip yang universal ini, orang umumnya akan mengatakan kalimat (1), bukan (2), untuk menanyakan tinggi badan seseorang. (1) Berapa tingginya, sih, kamu itu? (2) Berapa pendeknya, sih, kamu itu?

Page 146: Psikolinguistik 1

Muatan IlokusionerSetelah muatan proposisional ditentukan, pembicara menentukan muatan ilokusionernya, yakni, makna yang akan sisampaikan itu akan diwujudkan dalam kalimat yang seperti apa. Di sini peran tindak ujar muncul. Suatu maksud dapat dinyatakan dengan berbagai cara untuk mengungkapkannya. Kalau kita memeinta penghapus kepada teman, mungkin sekali kalimat itu kalimat tanya dan bukan kalimat permintaan. a. Ada penghapus, nggak? (kalimat tanya) b. Beri aku penghapus. (kalimat permintaan)

Page 147: Psikolinguistik 1

Pembicara mempunyai banyak pilihan cara untuk mengungkapkan apa yang ingin disampaikan. Cara mana yang dipilih dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang umumnya berkaitan erat dengan kedudukan sosial, perbedaan umur, hubungan kekerabatan antara pembicara dengan interlokutornya.

Page 148: Psikolinguistik 1

Struktur Tematik Struktur tematik berkaitan dengan penentuan berbagai unsur dalam kaitannya dengan fungsi gramatikal atau semantik dalam kalimat. Pembicara menentukan mana yang dijadikan subjek dan mana yang objek. Pemilihan ini akan menentukan apakah kalimat yang akan diujarkan itu aktif atau pasif. (1) Vivi mencari buku psikolinguistik (2) Buku psikolinguistik dicari oleh Vivi.

Page 149: Psikolinguistik 1

Perencanaan Produksi Konstituen Setelah perencanaan kalimat selesai dibuat, si pembicara turun ke tataran konstituen yang membentuk kalimat itu. Di sini dipilihlah kata yang maknanya tepat seperti yang dikehendaki. Seandainya, referennya adalah seorang pria, maka, kalau dia membenci orang itu, pilihan kata dia mungkin adalah si brengsek atau bajingan itu. Sebaliknya, bila pembicara pengagum pria itu, bisa saja pilihannya adalah si tampan.

Page 150: Psikolinguistik 1

Dengan demikian, kalimat (1) dan (2) merujuk pada referen yang sama. (1) Tu, tuh, si brengsek datang. (2) Tu, Tuh, si tampan datang. Bahwa satu referen mempunyai julukan yang lebih dari satu adalah hal yang biasa. Ir. Soekarno, misalnya, bisa dirujuk sebagai: a. presiden pertama RI. b. proklamator bangsa. c. penentang gigih penjajah Belanda. d. ayah Megawati, dsb. Mana yang dipilih oleh pembicara tergantung pada makna yang ingin disampaikan.

Page 151: Psikolinguistik 1

Orang dapat meretrif kata hanya bila dia telah menyimpan kata itu dalam memori dia sebelumnya. Dengan kata lain, suatu kata dapat diproduksi hanya bila telah ada komprehensi sebelumnya. Karena itu masalah produksi tidak dapat dilepaskan dari komprehensi.

Pada komprehensi orang menerima input untuk kemudian disimpan dalam memori. Pada produksi kata yang tersimpan itu dicari kembali untuk kemudian diujarkan. Untuk mencari kata itu tentunya diperlukan proses eliminatif dengan memanfaatkan fitur-fitur yang ada pada kata itu, baik fitur semantik, sintaktik, maupun fonologis.