proses menua
DESCRIPTION
proses menuaTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang Permasalahan
Proses menua merupakan proses normal yang dimulai sejak pembuahan
dan berakhir pada kematian. Sepanjang hidup tubuh berada pada keadaan dinamis,
ada pembangunan dan ada perusakan.Pada saat pertumbuhan proses pembangunan
lebih banyak daripada proses perusakan. Setelah tumbuh secara faali mencapai
tingkat kedewasaan, proses perusakan secara berangsur akan melibihi proses
pembangunan. Inilah saatnya terjadi proses menua atau aging.
Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal
yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya
lambat cepatnya proses tersebut tergantung pada masing-masing individu yang
bersangkutan. Proses menua merupakan proses yang terjadi terus menerus
(berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua
makhluk hidup (Nugroho, 2000).
Saat menjadi tua, maka perlahan-lahan proses regenerasi jaringan akan
hilang dan diikuti menurunnya fungsi dan struktur jaringan sehingga tidak lagi
kuat menahan berbagai gangguan termasuk infeksi. Pada orang-orang usia lanjut,
degenerasi organ seperti otot, tulang, jantung, pembuluh darah, dan sistem saraf
menyebabkan penurunan keseimbangan (Yulianto, 2008)
Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul
keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan
berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi
penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi
adalah kemampuan-kemampuan lognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi
terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal/ide baru
(Maryam, 2008).
1
I.2. Skenario
Mieke, seorang artis senior berusia 60 tahun tampak khawatir dengan
kondisi giginya. Saat melihat hasil foto yang akan digunakan untuk iklan, dia
merasa giginya terlihat lebih gelap dan memanjang. Saat melihat di cermin, ia
juga melihat giginya banyak yang aus. Mieke merasa selalu merawat kebersihan
giginya dengan baik. Dokter menjelaskan bahwa kondisi tersebut berkaitan
dengan faktor usia.
I.3. Rumusan Masalah
1. Apa saja tanda-tanda perubahan saat mengalami proses penuaan?
2. Bagaimana tahapan proses penuaan ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penuaan?
4. Apa pengaruh proses penuaan terhadap struktur rongga mulut ?
5. Bagaimana cara memperlambat proses penuaan ?
I.4. Tujuan
1. Mengetahui perubahan pada rongga mulut saat mengalami proses menua.
2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi proses menua.
3. Mengetahui akibat dari gangguan pada proses menua dan cara
mencegahnya.
I.5. Manfaat
Menyelesaikan tugas kelompok tutorial II, untuk skenario 3
stomatognasi 1. Dapat mengetahui perubahan yang terjadi pada rongga
mulut saat mengalami proses menua. Mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi proses menua. Mengetahui akibat dari gangguan pada
proses menua dan cara mencegahnya.
2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Penuaan
1. Teori biologi
Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses fisik
penuaan yang meliputi perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan,
panjang usia dan kematian. Perubahan yang terjadi di dalam tubuh dalam
upaya berfungsi secara adekuat untuk dan melawan penyakit dilakukan mulai
dari tingkat molekuler dan seluler dalam sistem organ utama. Teori biologis
mencoba menerangkan menganai proses atau tingkatan perubahan yang terjadi
pada manusia mengenai perbedaan cara dalam proses menua dari waktu ke
waktu serta meliputi faktor yang mempengaruhi usia panjang, perlawanan
terhadap organisme dan kematian atau perubahan seluler (Stanley, 2006).
a. Teori Genetika
Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa penuaan
merupakan suatu proses yang alami di mana hal ini telah diwariskan secara
turun-temurun (genetik) dan tanpa disadari untuk mengubah sel dan
struktur jaringan. Teori genetika terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan
kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. DNA merupakan asam
nukleat yang berisi pengkodean mengenai infornasi aktivitas sel, DNA
berada pada tingkat molekuler dan bereplikasi sebelum pembelahan sel
dimulai, sehingga apabila terjadi kesalahan dalam pengkodean DNA maka
akan berdampak pada kesalahan tingkat seluler dan mengakibatkan
malfungsi organ (Stanley, 2006).
Pada manusia, berlaku program genetik jam biologi di mana program
maksimal yang diturunkan adalah selama 110 tahun. Sel manusia normal
akan membelah 50 kali dalam beberapa tahun. Sel secara genetik
3
diprogram untuk berhenti membelah setelah mencapai 50 divisi sel, pada
saat itu sel akan mulai kehilangan fungsinya (Miller, 1999).
Teori genetika dengan kata lain mengartikan bahwa proses menua
merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan akan semakin terlihat bila
usia semakin bertambah. Teori ini juga bergantung dari dampak
lingkungan pada tubuh yang dapat mempengaruhi susunan molekular
(Stanley, 2006).
b. Teori Wear and Tear
Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat
nutrisi dapat merusak sintesis DNA. August Weissmann berpendapat
bahwa sel somatik nomal memiliki kemampuan yang terbatas dalam
bereplikasi dan menjalankan fungsinya. Kematian sel terjadi karena
jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi. Teori wear and tear
mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang terseddia
dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan (Stanley, 2006).
c. Teori Rantai Silang
Teori rantai silang mengatakan bahwa struktur molekular normal yang
dipisahkan mungkin terikat bersama-sama melalui reaksi kimia. Agen
rantai silang yang menghubungkan menempel pada rantai tunggal. dengan
bertambahnya usia, mekanisme pertahanan tubuh akan semakin melemah,
dan proses cross-link terus berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil
akhirnya adalah akumulasi silang senyawa yang menyebabkan mutasi
pada sel, ketidakmampuan untuk menghilangkan sampah metabolik
(Miller, 1999).
d. Teori Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor yang ada dalam lingkungan dapat membawa
perubahan dalam proses penuaan. Faktor-faktor tersebut merupakan
4
karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi (Stanley,
2006).
e. Teori Imunitas
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama
proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam
pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh
sehingga pada lamsia akan sangat mudah mengalami infeksi dan kanker
(Stanley, 2006). perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada
jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T intuk
memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun
akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan
pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri
(Tonny, 1999).
f. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat
menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal
bebas akan dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil
lolos dan berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat
di lingkungan seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet,
mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan
(Tonny, 1999).
g. Teori Neuroendokrin
Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang
terjadinya proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya
keterlambatan dalam sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada
sistem saraf (Stanley, 2006).
h. Teori Organ Tubuh
5
Teori penuaan organ tunggal dilihat sebagai kegagalan penyakit yang
berhubungan dengan suatu organ tubuh vital. orang meninggal karena
penyakit atau keausan, menyebabkan bagian penting dari tubuh berhenti
fungsi sedangkan sisanya tubuh masih mampu hidup. Teori ini berasumsi
bahwa jika tidak ada penyakit dan tidak ada kecelakaan, kematian tidak
akan terjadi (Miller, 1999).
i. Teori Umur panjang dan Penuaan
Palmore (1987) mengemukakan dari beberapa hasil studi, terdapat faktor-
faktor tambahan berikut yang dianggap berkontribusi untuk umur panjang:
tertawa; ambisi rendah, rutin setiap hari, percaya pada Tuhan; hubungan
keluarga baik, kebebasan dan kemerdekaan; terorganisir, perilaku yang
memiliki tujuan, dan pandangan hidup positif
j. Teori Medis
Teori medis geriatri mencoba menjelaskan bagaimana perubahan biologis
yang berhubungan dengan proses penuaan mempengaruhi fungsi fisiologis
tubuh manusia. Biogerontologi merupakan subspesialisasi terbaru yang
bertujuan menentukan hubungan antara penyakit tertentu dan proses
penuaan. Metode penelitian yang lebih canggih telah digunakan dan
banyak data telah dikumpulkan dari subjek sehat dalam studi longitudinal,
beberapa kesimpulan menarik dari penelitian tiap bagian berbeda (Miller,
1999).
2. Teori Sosiologi
Teori sosiologi merupakan teori yang berhubungan dengan status hubungan
sosial. Teori ini cenderung dipengaruhi oleh dampak dari luar tubuh (Stanley,
2006).
a. Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori
6
pengembangan kepribadian yang dikembangkan oleh Jung menyebutkan
bahwa terdapat dua tipe kepribadian yaitu introvert dan ekstrovert. Lansia
akan cenderung menjadi introvert kerenan penurunan tanggungjawab dan
tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial (Stanley, 2006).
b. Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk
mencapai penuaan yang sukses.pada kondisi tidak danya pencapaian
perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia
tersebut berisiko untuk memiliki rasa penyeselan atau putus asa (Stanley,
2006).
c. Teori Penarikan Diri
Teori ini menggambarkan penarikan diri ole lansia dari peran masyarakat
dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak
sosial telah berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi
yang lebih muda. Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia
adalah agar dapat menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali
pencapaian yang telah dialami dan untuk menghadapi harapan yang belum
dicapai (Stanley, 2006).
d. Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses
maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan
cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya
adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian
menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif
mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang
berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang kehidupan
(Stanley, 2006).
e. Teori Subkulutur
7
Lansia, sebagai suatu kelompok, memiliki norma mereka sendiri, harapan,
keyakinan, dan kebiasaan; karena itu, mereka telah memiliki subkultur
mereka sendiri. Teori ini juga menyatakan bahwa orang tua kurang
terintegrasi secara baik dalam masyarakat yang lebih luas dan berinteraksi
lebih baik di antara lansia lainnya bila dibandingkan dengan orang dari
kelompok usia berbeda. Salah satu hasil dari subkultur usia akan menjadi
pengembangan "kesadaran kelompok umur" yang akan berfungsi untuk
meningkatkan citra diri orang tua dan mengubah definisi budaya negatif
dari penuaan (Tonny, 1999).
3. Teori Psikologis
Teori psikologis merupakan teori yang luas dalam berbagai lingkup karena
penuaan psikologis dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, dan juga
melibatkan penggunaan kapasitas adaptif untuk melaksanakan kontrol perilaku
atau regulasi diri (Stanley, 2006).
a. Teori Kebutuhan Manusia
Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan kebutuhan
manusia. Teori Maslow merupakan salah satu contoh yang diberikan pada
lansia. Setiap manusia yang berada pada level pertama akan mengambil
prioritas untuk mencapai level yang lebih tinggi; aktualisasi diri akan
terjadi apabila seseorang dengan yang lebih rendah tingkat kebutuhannya
terpenuhi untuk beberapa derajat, maka ia akan terus bergerak di antara
tingkat, dan mereka selalu berusaha menuju tingkat yang lebih tinggi
(Tonny, 1999).
b. Teori Keberlangsungan Hidup dan perkembangan Kepribadian
Teori keberlangsungan hidup menjelaskan beberapa perkembangan
melalui berbagai tahapan dan menyarankan bahwa progresi sukses terkait
dengan cara meraih kesuksesan di tahap sebelumnya. ada empat pola dasar
kepribadian lansia: terpadu, keras-membela, pasif-dependen, dan tidak
terintegrasi (Neugarten et al.) (Tonny, 1999).
8
c. Teori Kepribadian Genetik
Teori kepribadian genetik berupaya menjelaskan mengapa beberapa lansia
lebih baik dibandingkan lainnya.; hal ini tidak berfokus pada perbedaan
dari kedua kelompok tersebut. Meskipun didasarkan pada bukti empiris
yang terbatas, teori ini merupakan upaya yang menjanjikan untuk
mengintegrasikan dan mengembangkan lebih lanjut beberapa teori
psikologi tradisional dan baru bagi lansia. Tema dasar dari teori ini adalah
perilaku bifurkasi atau percabangan dari seseorang di berbagai aspek
seperti biologis, sosial, atau tingkat fungsi psikososial. Menurut teori ini,
penuaan didefinisikan sebagai rangkaian transformasi terhadap
meningkatnya gangguan dan ketertiban dalam bentuk, pola, atau struktur
(Tonny, 1999).
II.2. Faktor yang Mempengaruhi Penuaan
1. Faktor Genetik
Adanya pengaruh dari penyakit bawaan yang berasal dari genetik sehingga
akan mempengaruhi proses penuaan.
2. Faktor Endogenik
Hormon : menurunnya hormon estrogen dan testosterone menyebabkan
osteoblast menurun, osteoklast meningkat sehingga terjadai resorbsi dan
remodeling tulang dan tulang alveolar menjadi berkurang.
3. Faktor Eksogenik (faktor lingkungan dan gaya hidup)
- Diet/ asupan zat gizi
- Vitamin dapat memperlambat proses degenerative pada lansia.
- Defisiensi ion Zn dapat menyebabkan gangguan fungsi imun dan
pengecapan.
- Merokok, dapat memggangu vaskularisasi rongga mulut sehingga
mempercepat penuaan rongga mulut.
- Penyinaran Ultra Violet
- Polusi
9
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dalam proses penuaan merupakan faktor prediposisi dari
kedua faktor sebelumnya, yaitu faktor Biologis dan faktor Psokologis.
Beberapa faktor lingkungan akan mempengaruhi kejiwaan seseorang dan juga
akan mempengaruhi fisik seseorang yang berkaitan dengan faktor Biologis.
5. Faktor Biologi - Psikologi
Berbagai stres psikologi yang dialami seseorang akan berpengaruh dengan
kondisi fisik seseorang. Dalam menghadapi stres tubuh berusaha melakukan
adaptasi dengan mengeluarkan berbagai macam hormon, substansi kimia dan
reaksi kimia untuk menghadapi stressor. Berbagai kompensasi dan adaptasi
tubuh secara berkelanjutan akan mengakibatkan tubuh kelelahan sehingga
akan mempercepat penurunan fungsi tubuh individu.
6. Faktor Biologi - Lingkungan
Berbagai macam kondisi lingkungan yang menjadi tempat hidup seseorang
akan mempengaruhi proses penuaan seseorang. Kondisi lingkungan akan
menyebabkan tubuh berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semakin
buruk kondisi lingkungan akan semakin keras pula tubuh berusaha beradaptasi
dengan lingkungan sekitar. Semakin nbesar tubuh beradaptasi akan
mengakibatkan tubuh cepat mengalami kerusakan dan kemunduran fungsi.
7. Faktor Psikologi - Lingkungan
Kondisi lingkungan sebagai lingkungan tempat tinggal seseorang akan
mempengaruhi tingkat stres individu. Misalnya seseorang yang hidup di kota
besar yang sibuk, daya saing tinggi dan konsumtif biasanya akan memiliki
tingkat stres yang tinggi. Tingkat stres psikologis yang tinggi ini akan
berpengaruh terhadap kemampuan tubuh dalam beradaptasi dengan stressor
sehingga proses kemunduran fungsi tubuh seseorang akan semakin cepat.
Sangat terbaik dengan kondisi lingkungan yang tenang, kondusif, aman dan
10
nyaman pada lingkungan tempat tinggal seseorang. Lingkungan yang kondusif
akan menyebabkan tingkat stres rendah sehingga tubuh cenderung akan
menggunakan energinya untuk mempertahankan fungsi optimalnya. (Suyono,
Aris, 2011)
II.3. Kelainan dan Dampak Penuaan pada Rongga Mulut
A. Dampak penuaan jaringan mulut terhadap rongga mulut yaitu secara umum :
1. Fungsi pengecapan berkurang : terjadi karena taste bud berkurang.
2. Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak oklusal akan mengganggu
kestabilan lengkung gigi sehingga mengganggu fungsi kunyah.
3. Epitel mukosa ludah terkelupas dan jaringan ikat dibawahnya sembuh
lambat. Atropi jaringan ikat menyebabkan elastisitas menurun sehingga
menyulitkan pembuatan protesa yang baik.
4. Secara klinis mukosa mulut memperlihatkan kondisi yang menjadi lebih
pucat, tipis kering dengan proses penyembuhan yang melambat. Hal ini
yang menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap
tekanan ataupun gesekan, yang diperparah dengan berkurangnya aliran
saliva. (Silverman 1965).
5. Perubahan ukuran lengkung rahang.
B. Kelainan pada rongga mulut akibat penuaan :
1. Stomatitis Karena Gigi Tiruan
Lesi ini umumnya disebut sebagai denture stomatitis, seringkali
merupakan infeksi asimtomatis yang disebabkan oleh candida.
Mikroorganisme ini ditemukan pada mukosa dan jaringan gigi tiruan.
11
Stomatitis ini merupakan peradangan kronis pada mukosa pendukung gigi
tiruan yang sifatnya dapat setempat atau menyeluruh.
Kondisi ini dipicu oleh pemakaian gigi tiruan yang terus menerus
sepanjang siang dan malam hari. Factor lain seperti xerostomia juga
mendukung terjadinya lesi ini. Hipersensitif terhadap salah satu komponen
dari bahan gigi tiruan dengan reaksi alergiknya juga merupakan salah satu
factor penyebab.
Stomatitis karena gigi tiruan seringkali merupakan kandidosisatrofik
kronis. Adanya plak microbial serta jamur pada permukaan gigi tiruan
yang bersinggungan dengan mukosa pengukung penting bagi
perkembangan stomatitis ini. Kondisi ini biasanya hilang dengan
pembersihan gigi tiruan yang baik, termasuk merendam gigi tiruan dalam
larutan antijamur di malam hari. Obat anti jamur seperti amfoterisin,
mikonasol atau nistatin mungkin diperlukan dan harus di aplikasikan ke
permukaan gigi tiruan sebelum gigi tiruan dipasang ke dalam mulut.
Kebanyakan pasien tidak menyadari adanya kelainan ini, karena biasanya
tanpa gejala. Beberapa pasien mengeluh adanya rasa panas atau gatal yang
biasanya dirasakan pada mukosa palatum atau mukosa lidah. Intensitas
peradangan berbeda-beda, kadang terbatas pada daerah tertentu atau bisa
pula mengenai seluruh jaringan pendukung gigi tiruan. Kelainan ini
cenderung terjadi pada rahang atas daripada rahang bawah. Kadang
terlihat peradangan palatal tipe granular.
2. Hiperplasia karena Gigi Tiruan
Hiperplasia jaringan lunak di bawah atau di sekeliling gigi tiruan lengkap
merupakan akibat dari respon fibroepitelial terhadap pemakaian gigi tiruan
lengkap. Sayap gigi tiruan yang terlalu lebar dapat menyebabkan ulser
pada mukosa dan bahkan menjadi hiperplasia. Hiperplasia yang terjadi
dapat berupa pertumbuhan fibrotik yang disebut epulis fisuratum. Ini
terjadi pada mukosa bergerak atau pada perbatasan mukosa bergerak dan
tidak bergerak.
12
Kelainan ini seringkali asimtomatik dan terbatas pada jaringan di
sekeliling tepi gigi tiruan di daerah vestibular, lingual, atau palatal, dapat
juga terjadi di bagian sisa alveolar. Kelainan ini timbul akibat iritasi kronis
dari gigi tituan yang longgar atau gigi tiruan yang sayapnya terlalu
panjang. Dapat terlihat proliferasi jaringan fibrous terutama pada
vestibulum labial. Perawatan awal meliputi pengikisan sayap gigi tiruan
yang berlebih sehingga menghilangkan penyebab iritasi. Meskipun
demikian pengasahan sayap gigi tiruan dapat mengurangi stabilitas
protesa, yang menyebabkan gigi tiruan lebih bebas bergerak sehingga
menimbukan iritasi lebih lanjut.
3. Xerostomia
Xerostomia merupakan salah satu bentuk kelainan sekresi saliva yang
mengalami penurunan volume dari keadaan normal, sehingga terjadi
hiposalivasi. Apabila produksi saliva kurang dari 20 ml/ hari dan
berlangsung dalam waktu yang lama maka keadaan ini disebut serostomia.
Saliva pada orang tua mengandung total protein yang lebih sedikit,
elektrolit berbeda, dan pH dengan kemampuan buffer yang lebih kecil
dibanding orang muda.
Xerostomia akan menimbulkan masalah dalam hal retensi gigi tiruan,
meningkatkan resiko karies gigi, dan infeksi, serta menyebabkan kesulitan
dalam pengunyahan dan penelanan. Mukosa mulut penderita mulut kering
biasanya halus dan lebih peka terhadap stimulus kimia. Keringnya mukosa
menjadikan mukosa lebih peka terhadap iritasi gesekan dari gerakan gigi
tiruan, dan dapat mengganggu daya adptasi pasien dalam menggunakan
gigi tiruannya. Beberapa lansia mengeluh akan kondisi mulut yang kering,
sering tanpa tanda-tanda klinis, pada kasus ini penyebabnya mungkin
adalah depresi.
Berdasarkan penelitian terjadinya degenerasi epitel saliva, atrofi,
hilangnya asini dan fibrosis terjadi dengan frekuensi dan keparahan yang
13
meningkat dengan meningkatnya usia. Secara umum dapat dikatakan bahwa
saliva nonstimulasi (istirahat) secara keseluruhan berkurang volumenya pada usia
tua. Xerostomia juga dapat disebabkan oleh pemakaian obat-obatan oleh pasien.
(George, 1994)
Dampak proses penuaan terhadap kesehatan gigi dan mulut antara lain
karies gigi, penyakit periodontal, keadaan kebersihan mulut yang merupakan
masalah signifikan. Selain itu menurut Mendel (1989) bahwa status kesehatan gigi
dan mulut pada lansia ditandai dengan meningkatnya kehilangan gigi, kebersihan
mulut yang buruk, penyakit periodontal, karies giig, erosi, abrasi serta kanker
mulut. Dan pada usia lanjut, juga terjadi penurunan sensitivitas mukosa rongga
mulut terhadap iritasi. Di samping itu terjadi kelemahan jaringan penyangga gigi
sehingga kemampuan mengunyah berkurang dan mempermudah infeksi (Lestari,
dkk : 2005).
Perubahan yang terjadi pada usia lanjut sangat mempengaruhi kesehatan
lansia. Insiden terjadinya penyakit semakin tinggi. Beberapa penyakit berupa
kanker yang sering terjadi pada lansia seperti basal cell carcinoma dan squamous
cell carcinoma. Kondisi ini perlu mendapat perhatian sebbelum melakukan
tindakan perawatan terhadap pasien. Berdasarkan penilitian didapatkan karies gigi
menyerang pada usia lebih dari 70 tahun dan penderita usia 75 – 79 tahun (Beck,
dkk : 1990) (Burt : 1994). Mayoritas karies gigi pada usia lanjut merupakan karies
akar. Adanya karies dan tumpata pada akar dilaporkan tedapat pada 47% orang
berusia 65-74 tahun serta 55,9% pada usia lebih dari 75 tahun. Menjaga
kebersihan mulut dan topikal aplikasi fluor serta menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor setiap hari dapat mengurangi atau menghambat terjadinya
karies pada gigi. (Loesche, dkk : 1995)
Berdasarkan data yang berhubungan dengan proses penuaan dab penyakit
periodontal, terdapat proses penuaan dan penyakit periodontal serta perubahan
respon pejamu terhadap mikroorganisme plak sejalan dengan meningkatnya usia.
Hal ini disebabkan kurang efektifnya respon kekebalan tubuh atau terjadinya
14
penurunan efektivitas sel leukosit dan monosit dalam proses fagositosis.
(Pajukoski, dkk : 1999)
Pada sistem muskulo-skeletal, terjadi atropi secara keseluruhan pada
massa otot dimana jaringan lemak dan jaringan ikat kolagen menggantikan
sebagian serat-serat kontraktil otot.2,5 Akibatnya terjadi kemunduran kekuatan,
kelenturan, stamina serta tonusotot ketika melakukan aktifitas. Sebagai contoh,
implikasi yang berlaku pada sistem pernafasan di mana kekuatan otot yang
berkurang menyebabkan manula bernafas secara dangkal. Kehilangan kalsium dan
massa tulang yang menurun sejalan dengan usia, akan menyebabkan osteoporosis
di mana terjadi penurunan dimensi tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan
mudah fraktur. Tulang vertebra yang mengalami kalsifikasi akan mengakibatkan
perubahan postural tubuh.
Tulang alveolar juga mengalami perubahan berupa hilangnya mineral
tulang secara umum oleh karena usia melalui resorpsi matriks tulang. Proses ini
dapat dipercepat oleh tanggalnya gigi, penyakit periodontal, protesa yang tidak
adekuat, dan karena menderita penyakit sistemik.
Perubahan normal yang berlaku pada sistem kardiovaskular berupa atropi
pada otot jantung terutama ventrikel kiri, kalsifikasi pada vulva jantung,
kehilangan elastisitas pada dinding arteri (arteriosclerosis) serta deposit-deposit
yang bertumpuk di dalam arteri(atherosclerosis). Akibatnya terjadi penurunan
cardiac output, sensitifitas baroreseptor serta automatisitas nodus SA. Seterusnya
suplai darah yang semakin lemah akan mengakibatkan penurunan stamina, fungsi
ginjal dan hati yang semakin lemah serta berkurangnya suplai oksigen dan energi
ke sel-sel seluruh tubuh.
Secara umum terjadi kemunduran sejumlah organ sejalan dengan
meningkatnya usia. Seperti otak, hati, ginjal, kelenjar saliva, semua perubahan ini
dimulai dari sel atau jaringan : seperti ginjal dengan meningkatnya usia terjadi
kerusakan sebagian dari nefron atau dengan kata lain glomeruli yang abnormal
sehingga fungsi dari ginjal akan menurun, osmolariti urine berkurang.11
Penurunan fungsi sekresi meningkatkan retensi sampah produk metabolisme dan
15
memiliki potensi penyebab terjadinya kerusakan skala rendah sel-sel di seluruh
tubuh.
Dengan meningkatnya usia, sistem imun secara umumnya akan berkurang
efektifitasnya sehingga akan meningkatkan resiko terhadap penyakit akibat
infeksi, berkurangnya kemampuan melawan penyakit, penyembuhan luka menjadi
lambat, dan berkembangnya penyakit autoimun serta kanker.
Pancaindera merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia untuk
mengumpulkan informasi dan mengantisipasi dalam interaksi sosial. Perubahan
yang dapat berlaku adalah pada mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung
(pembauan) dan lidah (pengecapan).
16
BAB IIIPEMBAHASAN
III.1 Mapping
III.2. Proses Menua
A. Proses Penuaan pada Jaringan Keras Rongga Mulut
1. Penuaan gigi
Berkaitan dengan proses fisiologis normal dan proses patologis
akibat tekanan fungsional dan lingkungan. Gigi geligi mengalami
17
PROSES
MENUA
FAKTOR
JARINGAN KERAS
(Dentin, Pulpa, Alveolar, Sementum, Email)
JARINGAN LUNAK
(Mukosa mulut, Lidah, Kelenjar saliva, Gingiva, Lig.
periodontal)
KELAINAN DAN DAMPAK
diskolorasi menjadi lebih gelap dan kehilangan email akibat abrasi, erosi,
dan atrisi.
Gigi-gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan dengan
bertambahnya usia perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari usia tetapi
disebabkan oleh refleks, keausan, penyakit, kebersihan mulut, dan
kebiasaan. Email mengalami perubahan pada yang nyata karena
pertanbahan usia, termasuk kenaikan konsetrasi nitrogen dan fluoride
sejalan usia.
Erosi : Melarutnya email gigi (kalsium) oleh asam.Erosi merupakan
kelinan yang disebabkan hilangnya jaringan keras gigi karena
proses kimiawi dan tidak melibatkan bakeri.
Penyebab utama larutnya email
gigi adlah makanan atu
minuman yang mengandung
asam, asam yang timbul akibat
gangguan pencernaan yaitu
hasil metabolisme sisa makanan
oleh kuman, asm yang mempunyai PH kurang dari 5,5.
Abrasi : terkikisnya lapisan email gigi sehingga email menjadi
berkurang atau hilang hingga mencapi dentin .
Penyebab yaitu gaya friksi (gesekan)
langsung antara gigi yang berkontak
dengan objek eksternal karena cara
menyikat gigi yang tidak tepat,
kebiasaan buruk seperti menggigit
pensil, mengunyah tembakau,
18
menggunakan tusuk gigi yang berlebihan diantara gigi, serta
pemakaian gigi tiruan lepasan yang menggunakan cengkeraman.
Atrisi : hilangnya suatu substansi gigi secara bertahap (keausan) pada
permukaan oklusal, incisal, dan proksimal gigi karena proses
mekanis yang terjadi secara fisiologis akibat pengunyahan.
Penyebabnya yaitu proses pengunyahan didukung oleh kebiasaan
buruk seperti mrngunyah sirih, kontak premature dan makanan
yang bersifat abrasive, serta proses fisiologis pengunyahan pada
manula.
DENTIN
Karena adanya perubahan pada enamel (ex. Atrisi). Perubahan
pada dentin. Stimulasi odontoblas menghasilkan pola pelapisan dentin
yang jarang - jarang, sehingga serat matriks orientasinya menjadi
berjauhan dan susunan tubulus menjadi kacau. Reaksi kedua dapat
terbentuk dentin sklerotik pada tubulus yang terekspos di area atrisi.
Material yang terdeposisi pada dentin sklerotik lebih mengandung apatit
ke dalam tubulus dentin. Prosesnya dimulai dari akar ke korona pada
dentin yang sudah tua terbentuk perluasan batas permukaan pulpa pada
dentin yang menunjukkan konsentrasi tertinggi flouride disebabkan
penggabungan fluoride dari cairan jaringan pulpa pada pembentukan
dentin yang lambat.
19
Selain itu juga terjadinya proses pembentukan:
a. Dentin sekunder : kelanjutan dentinogenesis, reduksi jumlah
odontoblas.
b. Dentin tersier : adanya respon ransangan, odontoblas berdesakan, dan
tubulus dentin bengkok.
c. Dentin skelrotik : karies terhenti/berjalan sangat lambat, tubulus dentin
menghilang, dan merupakan system pertahanan tubuh ketika ada
karies.
d. Dead tracks (saluran mati ) : tubulus dentin kosong.
PULPA
a. Peningkatan kalsifikasi jaringan pulpa.
b. Penurunan komponen vaskuler dan seluler.
c. Reduksi ukuran ruang pulpa, pembentukan dentin yang berlanjut
sejalan dengan usia menyebabkan reduksi secara bertahap pada ukuran
kamar pulpa.
d. Peningkatan jaringan kolagen pulpa
2. Penuaan Tulang Alveolar
Terjadinya resorpsi dari processus alveolaris terutama setelah
pencabutan gigi sehingga tinggi wajah berkurang, pipi dan labium oris
tidak terdukung, wajah menjadi keriput dan juga terjadi resorpsi pada
caput mandibula, fossa glenoidales yang akan membatasi ruang gerak
membuka dan menutup mandibular.
Degenerasi tulang alveolar menyebabkan gigi geligi tampak lebih
panjang. Masa tulang (baik pada tulang alveolar atau sendi rahang )
menurun akibat menurunya asupan kalsium dan hilangnya mineral
20
tulang. Massa tulang dewasa mencapai puncaknya sekitar 35 tahun.
Kemudian massa tulang menurun sejalan dengan usia, dengan hilangnya
tulang kortikal maupun tulang trebekular.
Tulang alveolar juga mengalami remodeling. Resorbsi rahang atas
menyebabkan dasar sinus tipis. Dalam suatu kelompok orang berusia 65
tahun atau yang lebih tua, menunjukkan adanya kehilangan perlekatan dan
tulang alveolar yang lebih berat dibandingkan orang yang lebih muda.
Gambaran klinis ini kemungkinan terjadi akibat efek dari akumulasi plak
dalam jangka waktu yang lama. Faktanya, penelitian klinis menyimpulkan
bahwa penuaan kronologis tidak selalu menyebabkan terjadinya
kehilangan perlekatan ataupun penurunan penyangga tulang alveolar.
3. Penuaan Sementum
Seiring usia sementum menjadi kurang permeable pada molekul
bahan celup dan ion. Lapisan dalam sementum tidak punya sel sementosit
yang hidup karena molekul nutrisi tidak dapat mencapai flouride saat
bertambahnya ketebalan secara lambat selama hidup dan menjadi batas
dengan ligamen periodonsium. Penebalan sementum disepanjang seluruh
permukaan akar meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan
penebalan ini lebih terlihat pada sepertiga apikal akar.
B. Proses Penuaan pada Jaringan Periodontal Rongga Mulut
1. Pada Gingiva
a) Epithelium Gingiva.
Penipisan dan penurunan keratinisasi pada epithelium gingiva
dilaporkan dengan usia. Penemuan-penemuan yang significan tersebut
dapat berisi sebuah peningkatan dalam permeabilitas epithelium pada
antigens bacterial, penurunan resistensi pada trauma fungsional atau
21
keduanya. Perubahan dengan aging termasuk flattening (pendataran)
atau pengumpulan retepeg dan merubah densitas sel.
Efek aging pada daerah junctional epithelium telah menjadi
subjek pada banyak spekulasi. Migrasi junctional epithelium dari
posisinya, sebagai contoh pada enamel, ke posisi apical lainnya pada
permukaan akar dengan disertai resesi gingiva. Luas dari attached
gingiva akan diharapkan berkurang dengan usia, namun sebaliknya
muncul sebagai suatu kebenaran. Migrasi pada junctional epithelium
dipermukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi gigi melalui gingiva
pada suatu pertahanan kontak oklusal dengan gigi lawannya (erupsi
pasif) sebagai suatu hasil pada permukaan gigi yang hilang dari atrisi.
Resesi gingiva bukan merupakan proses fisiologi dari aging namun
dijelaskan oleh efek kumulatif inflamasi atau trauma pada
periodonsium.
b) Jaringan Ikat Gingiva.
Meningkatnya usia menyebabkan kekasaran serta penebalan
pada jaringan ikat gingival. Perubahan kualitatif dan kuantitatif pada
kolagen termasuk peningkatan rata-rata soluble menjadi insoluble
collagen. Meningkatnya mekanis, kekuatan dan denaturasi suhu. Akibat
rtersebut berindikasi pada meningkatnya stabilisasi kolagen yang
disebabkan oleh karena perubahan dalam konformasi molekuler.
c) Ligamentum Periodontal.
Perubahan pada ligamentum periodontal karena usia tua
(penuaan) atau aging termasuk meningkatnya jumlah fibroblast dan
suatu struktur irregular berlebih membuat perubahan pada jaringan ikat
gingiva. Penemuan lain menyebutkan adanya penurunan produksi
matriks organic dan resting cell epithelium serta meningkatnya jumlah
dari sabut elastic. Lebarnya celah akan menurun apabila gigi tidak
22
berfungsi. Hal ini bisa menyebabkan gigi menjadi mudah tanggal dan
hilang.
d) Cementum.
Penebalan cementum paling sering ditemukan. Peningkatannya
bisa 5-10 kali lipat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi
karena adanya deposisi yang terus berlanjut setelah gigi erupsi.
Penebalan terjadi biasanya pada permukaan apical dan lingual.
e) Tulang Alveolar
Perubahan morfologenik pada tulang alveolar mencerminkan
adanya perubahan usia dalam situs yang menyerupai tulang. Secara
spesifik pada periodonsium ditemukan adanya permukaan periodontal
yang lebih ireguler dan lebih sedikit inserti regular sabut-sabut kolagen.
Meskipun usia adalah factor yang beresiko osteoporosis, hal tersebut
tidak kausatif dan selanjutnya seharusnya dikenal dalam proses
fisiologis menua.
2. Proses Penuaan pada Mukosa Mulut.
Pada mukosa terjadi perubahan baik pada struktur, fungsi dan
elastisitas jaringan mukosa mulut. Gambaran klinis jaringan mukosa mulut
lansia tidak berbeda jauh dengan individu muda, tetapi riwayat adanya
trauma, penyakit mukosa, kebiasaan merokok, dan adanya gangguan pada
kelenjar ludah dapat mengubh gambran klinis
Gambaran histologis jaringan mukosa mulut yaitu trjadi penipisan
epitel, penurunan proliferasi seluler, hilangnya lemak dan elastisitas
submukosa, meningkatnya jaringan ikat fibrotik yang disertai perubahan
degenerati kolagen. Penipisan epitel diakibatkan rendahnya kemampuan
sel sel epitel untuk memperbaiki diri. Hal ini berhubungan dengan
terganggunya asupan nutrisi pada mukosa.
23
Pada proses penuaan, penumpukan serat kolagen akan semakin
bertambah pada pembuluh darah. Ini akan berakibat pada hilangnya
elastisitas pembuluh darah, sehingga pembuluh darah akan semakin kaku.
Aliran darahpun juga akan terganggu, sehingga asupan nutrisi untuk sel sel
epitel akan memburuk.
Perubahan struktural, tampak mukosa makin pucat,
tipis,halus,kering dan hilangnya stipling. Hilangnya stipling karena
behubungan dengan hilangnya keratin akibat proses penuaan.
Karakteristik penuaan mukosa mulut :
- Terlihat pucat dan kering
- Hilangnya stippling
- Terjadinya Oedema
- Elastisitas jaringan berkurang
- Jaringan mudah mengalami iritasi dan rapuh
- Kemunduran lamina propria
- Epitel mengalami penipisan
- Keratinisasi berkurang
- Vaskularisasi berkurang sehingga mudah atropi
- Penebalan serabut kolagen pada lamina propia
GINGIVA
Terjadinya penambahan papilla jaringan ikat dan menurunnya
keratinisasi epitel. Keratinisasi epitel gingiva yang menipis dan berkurang
terjadi berkaitan dengan usia. Keadaan ini berarti permeabilitas terhadap
antigen bakteri meningkat, resistensi terhadap trauma fungsional
berkurang, atau keduanya. Karena itulah, perubahan tersebut dapat
mempengaruhi hasil perawatan periodontal jangka panjang.
Pergerakkan dent gingival junction ke apical meluas ke Cemento Enamel
Junction
24
Migrasi epitel junction ke arah permukaan akar dapat disebabkan
oleh erupsi gigi melewati gingiva sebagai usaha untuk mengatur kontak
oklusal dengan gigi lawannya (erupsi pasif) akibat hilangnya permukaan
gigi karena atrisi. Hal ini kemudian berkaitan dengan resesi gingiva.
Resesi gingiva yang terjadi pada lanjut usia bukanlah merupakan proses
fisiologis yang pasti, namun merupakan akibat kumulatif dari inflamasi
atau trauma yang terjadi pada periodontal (seperti menyikat gigi yang
terlalu keras).
Pasien yang mengalami
resesi gingva
LIDAH
Pada lidah, proses penuaan
akan berakibat berkurangnya tonus
lidahh. Hal ini disebabkan karena
serabut – serabut otot mulai digantikan
oleh jaringan kolagen dan lemak,
sehingga kekuatan dan kelenturan otot
menurun yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan kontraksi pada
lidah. Lidah nampak bercelah dan beralur atau ada pula yang tampak
berambut .Varikositas pada ventral lidah tampak jelas. Manifestasi yang
sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura.
Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsiterhadap
pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang
dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah
25
biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah
besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.
KELENJAR SALIVA
Pada kelenjar saliva terjadi pengurangan pada produksi saliva. Ini
disebabkan oleh adanya degenerasi sel asini, yaitu sel yang bertugas untuk
sekresi saliva. Selain itu, terjadi penumpukanfibrosa pada sel sel kelenjar
saliva. Terganggunya proses produksi saliva tentunya akan mengganggu
proses pengunyahan,penelanan, dan pencernaan,dapat pula menimbulkan
xerostomia . Saliva yang mengandung enzyme ptyalin tentunya akan
mempengaruhi dari proses pemecahan polisakarida pada makanan. Selain
itu, akan mempersulit fungsi bicara,dan menaikkan angka kemungkinan
terjadinya karies gigi.
MANDIBULA
Penuaan pada mandibula terjadi karena adanya resorpsi tulang
alveolar.Resorbsialveolar sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang
tanpa gigi atau setelah pencabutan.
TULANG ALVEOLAR
Terjadi resorbsi dari processus alveolaris, terutama setelah
pencabutan gigi, sehingga tinggi wajah berkurang pipi dan labium oris tidak
terdukung sehingga wajah menjadi keriput.
Resorbsi tulang alveolar
menyebabkan pengurangan jumlah
tulang akibat kerusakan tulang
karena adanya peningkatan
26
osteoklast (fungsinya : perusakan tulang) sehingga terjadi proses osteolisis
dan peningkatan vaskularisasi.
Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang
saat menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks. Terjadi
resorbsi pada caput mandibula, membatasi ruang gerak membuka
danmenutup mandibula.Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak
oklusal sehingga mengacaukan fungsi kunyah.
TMJ
Penambahan usia menunjukkan perubahan umum dari otot karena
hilangnya serabut otot untuk gerakan mandibula. Reduksi lebih lanjut pada
ketebalan otot rahang ditemukan pada orang tidak bergigi dibanding yang
masih bergigi. Perubahan ini terjadi akibat dari proses degenerasi
sehingga melemahnya otot-otot mengunyah yang mengakibatkan sukar
membuka mulut secara lebar. Sehingga dapat mengakibatkan:
1. Pengurangan jumlah gigi akibat penaan, terutama di gigi posterior
telah diindikasikan sebagai penyabab gangguan TMJ. Hal ini karena
condilust mandibula akan mencari posisi yang nyaman pada saat
menutup mulut. Inilah yang memicu perubahan letak condilust pada
fossa glenoid dan menyebabkan kelainan pada TMJ.
2. Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang saat
menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks.
3. Penuaan mengakibatkan remodeling.
Pengaruh perubahan usia pada gigi geligi :
- Pergerakan ke mesial (kea rah depan) dari gigi geligi. Pada tiap arcus dentalis
yang berhubungan dengan ausnya facies aproximalis (daerah kontak) dari
gigi geligi tetangganya (proses penyesuaian local untuk gigi sebelahnya).
27
- Atrisi enamel, diikuti dengan terbukanya dentin pada facies occlusalis dan
edge insisal. Proses ini berhubungan dengan reduksi besar cavitas pulparis
karena dentin sekunder yang mengalami atrisi yang hebat.
- Pergerakan mandibula ke depan dalam hubungan dengan maksila.
Diakibatkan karena atrisi bonjol-bonjol gigi belakang cenderung
menimbulkan kontak gigitan tepi dari insisivus atas dan bawah bertemu.
- Resesi gingiva, menyebabkan CEJ pada cavum oris sehingga perlekatan
ligamentum periodonsium akan berkurang dan tepi soket tereabsorpsi.
Terjadi rasa ngilu/ karies serviko fasial, menganggu estetika karena gigi
terlihat panjang, dinding poket meradang, jumlah sel fibrobrast ligament
periodontal menurun.
- Akar gigi memanjang karena deposisi cementum pada regio apicalis sehingga
kompensasi resesi gusi ke arah akar menyebabkan erupsi aktif.
- Penyempitan rongga pulpa dan penebalan sementum
III.3. Faktor yang Mempengaruhi Penuaan
Proses menua dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu ada faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Berikut adalah penjelasannya.
FAKTOR INTRINSIK
a. Gen
Gen berperan sebesar 60% dalam terjadinya penuaan pada tubuh. Pada awal pembentukan setiap manusia, kode genetik dalam DNA telah memiliki program kapan tubuh manusia tersebut akan mengalami penuaan. Sehingga pada saatnya nanti setiap sel pada tubuh akan mulai mengalami penurunan fungsi sampai akhirnya berhenti berfungsi.
Selain itu fungsi gen sebagai pembawa sifat genetik membuat proses penuaan ini dapat diturunkan. Menurut survei anggota keluarga yang sama cenderung hidup pada usia yang sama dan meninggal pada usia yang sama, tanpa mengikut sertakan faktor penyakit dan kecelakaan.
28
b. Sistem Imun
Apabila sistem imun seseorang rendah, maka penyakit akan mudah menyerang. Sebagian besar pathogenesis penyakit adalah akibat adanya respon fungsi ekstrinsik, contohnya adalah infeksi. Akibatnya, kehadiran suatu penyakit akan menyebabkan perubahan atau disfungsi organ yang terkena penyakit, hal ini dapat memicu terjadinya proses penuaan.
c. Jenis Kelamin
Antara pria dan wanita dalam hal penuaan dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa wanita resiko mengalami penuaan lebih cepat dari pada pria. Karena wanita memiliki kelenjar keringat (sebaceous glands) dan juga pembuluh darah di sekitar mulut yang lebih sedikit didandingkan dengan pria. Padahal kelenjar keringat berfungsi untuk mengahsilkan minyak yang mebuat kulit tetap lembut dan pemvuluh darah membantu mengalirkan darah ke organ tubuh sehingga bisa mencerahkan kulit. Oleh karena itu seiring berjalannya waktu, wanita akan tampak lebih tua dibandingkan dengan pria terutama di daerah sekitar mulut yang membuatnya lebih cepat keriput.
Selain itu penyebab wanita lebih cepat mengalami penuaan adalah berkurangnya hormon estrogen menjelang masa menopause, sehingga membuat aliran darah berkurang dan menyebabkan garis-garis kerutan di kulit. Pada wanita juga terjadi pengurangan massa tulang lebih cepat yang membuat tulang rahang menciut lebih dini dibanding dengan pria. Dan letak otot-otot pada wanita jauh lebih dekat pada kulit sehingga akan tertarik yang mebuatnya terlihat lebih kencang tapi lebih cepat keriput pula.
d. Jenis dan Warna Kulit
Pada umumnya pada manusia ada dua jenis kulit, yaitu kulit kering dan kulit berminyak. Pada kasus penuaan ini, kulit yang cenderung kering lebih cepat mengalami proses penuaan. Hal ini dikarenakan pada kulit kering aktivitas dari kelenjar minyak dan kelenjar keringat kurang, akibatnya lapisan kulit paling atas mengering, menipis, dan akhirnya mengelupas. Sehingga kelembapan kulit tidak terjaga dengan baik.
Di dunia ini manusia terbagi atas tiga ras besar, yaitu ras kaukasoid, mongoloid, dan negroid. Warna kulit merupakan identitas dari setiap ras tersebut. Ras kaukasoid adalah ras yang memiliki warna kulit putih, ras mongoloid adalah ras yang memiliki warna kulit kuning, dan rasa negroid adalah ras yang memiliki warna kulit hitam. Dari ketiga jenis warna kulit tersebut, ras kulit putih cenderung
29
lebih mudah terbakar matahari, lebih mudah mengalami penuaan dini, ataupun terserang kanker kulit.
e. Kepribadian Seseorang
Di lihat dari sisi yang mempercepat proses penuaan kepribadian seseorang yang akan lebih cepat mengalami penuaan adalah pribadi yang mudah mengalami stres. Karena jika orang mudah mengalami stres, maka dapat menyebabkan sistem kardiovaskular dan sistem kekebalan tubuh menjadi menurun.
f. Intelegensia
Meskipun banyak yang kurang sependat dengan ini, tetapi pada kenyataannya orang yang berintelegensi tinggi cenderung memiliki pola pikir ke depan yang lebih baik sehingga menerapkan pola hidup sehat dan selalu melatih kemampuan intelektualnya melalui berbagai aktivitas seperti membaca dan menulis, sehinnga akan lebih lambat mengalami penuaan.
FAKTOR EKSTRINSIK
a. Asupan Gizi
Asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan pembentukan kekebalan tubuh berkurang sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Sehingga dapat mengganggu fungsi organ dan dapat memicu terjadinya penuaan. Hal ini berlaku bagi orang yang melakukan diet. Jika diet yang dilakukan tidak sehat maka dapat mengurangi nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.
b. Gaya Hidup
Gaya hidup yang sehat dapat memperlambat terjadinya penuaan. Seperti contohnya olah raga, orang yang rajin berolah raga akan memiliki tubuh yang sehat dan bugar dibanding dengan yang jarang berolah raga. Olah raga tidak hanya membuat tubuh sehat dan bugar, tapi juga mempunyai efek meremajakan tubuh. Olah raga secara rutin akan melancarkan sirkulasi darah hingga ke jari-jari tangan bahkan ke kuku. Jika aktivitas sirkulasi darah dan pernafasan meningkat dengan olah raga maka juga akan meningkatkan kadar oksigen dalam darah. Sehingga memperlancar peredaran darah ke bawah permukaan kulit.
Selain itu, ketika berolah raga otot-otot di bawah kulit akan menguat. Semakin kuat otot, maka jaringan kulit juga lebih baik dan menghasilkan kulit yang elastis. Oleh karena itu, aktivitas fisik seperti olah raga dapat mencegah
30
timbulnya kerutan, garis-garis halus dan kulit kendur karena mendorong produksi kolagen, yaitu protein yang bermanfaat menjaga ketahanan struktur kulit.
Gaya hidup yang kurang sehat dan dapat mempercepat terjadinya penuaan adalah merokok dan mengkonsumsi alkohol. Keduanya dapat menyebabkan kerusakan kulit. Pada perokok dan pengkonsumsi alkohol akan cenderung memiliki kulit yang kering, keriput, dan kusam. Kondisi ini dikarenakan racun dan radikal yang terkandung di dalam rokok dan alkohol menyebabkan sel kulit cepat mati dan membutuhkan waktu yang lama untuk regenerasi.
Ada juga faktor gaya hidup yang dapat mempengaruhi penuaan, yaitu pola tidur. Orang yang pola tidurnya tidak teratur akan cepat mengalami penuaan. Karena sel di dalam tubuhnya terus dalam keadaan tegang akibat kurang istirahat.
c. Pekerjaan
Orang yang memiliki pekerjaan sangat menguras tenaga dan pikiran akan lebih cepat mengalami penuaan. Selain itu lingkungan tempat bekerja juga ikut andil dalam mempercepat penuaan seseorang.
d. Radikal Bebas
Radikal bebas di dalam tubuh dapat berasal dari diet, obat-obatan, gaya hidup tidak sehat (seperti merokok dan alkohol), radiasi, dan lain-lain. Namun radikal bebas juga dapat diproduksi secara alami di dalam tubuh, yang merupakan hasil produksi energy, terutama di dalam mitokondria. Proses sederhana dari makan, minum, dan bernafas membentuk radikal bebas dari siklus produksi energi, saat tubuh memproduksi molekul energy universl ATP. Dalam hal ini, oksigen merupakan produser radikal bebas yang poten.
Radikal bebas menjadi salah satu faktor yang dapat mempercepat terjadinya penuaan karena radikal bebas merupak satu elektron bebas. Dan elektron bebas inilah yang bereaksi merusak molekul sehat di dalam tubuh. Sehinggamenyebabkan molekul seimbang menjadi tidak seimbang.
e. Obat-obatan dan Bahan KimiaMenurut sebuah penelitian penggunaan obat antidepresan dapat memicu
terjadinya penuaan. Selain itu penggunaan kosmetik yang banyak mengandung
bahan kimia pada wanita juga dapat memicu terjadinya penuaan.
III.4. Kelainan dan Dampak Penuaan pada Rongga Mulut31
Seperti yang kita ketahui bahwa seiring berlangsungya proses kehidupan
pada makhluk hidup, akan terjadi proses penuaan. Proses penuaan merupakan
menurunnya secara perlahan kemampuan jaringan rubuh dalam memperbaiki diri
dan mempertahankan fungsi normalnya. Proses penuaan ini nantinya juga
berpengaruh pada kondisi organ-organ di dalam rongga mulut yang mana apabila
terjadi penurunan fungsi dari organ rongga mulut akan timbul kelainan-kelainan
pada organ-organ di rongga mulut. Kelainan-kelainan tersebut diantaranya adalah:
1. Terjadinya Gigi Sensitif
Pada kasus yang terjadi di skenario, adanya rasa ngilu secara spontan
pada seorang lansia berusia 60 tahun. Karena diagnosa menunjukan hasil
bahwa tidak terdapat suatu kelainan seperti adanya suatu karies, maka
dimungkinkan ngilu spontan tersebut terjadi akibat adanya resesi ginggiva
karena suatu kebiasaan sikat gigi yang salah ataupun penurunan proliferasi
dan aktivitas lain pada sel-sel epithel ginggiva sehingga ginggiva tidak dapat
mempertahankan kedudukannya. Hal tersebut menyebabkan sebagian
permukaan akar pada gigi menjadi terbuka. Lapisan sementum yang menutupi
lapisan akar tersebut tidak cukup tebal dan keras untuk melindungi gigi dari
berbagai rangsangan seperti asam, dingin atau pun panas. Akibatnya
rangsangan tersebut lebih cepat masuk ke bagian tubuli dentin yang akan
meneruskan rangsang pada saraf yang terletak jaringan periodontal
disekitarnya.
2. Penipisan lapisan enamel gigi
Peningkatan usia seseorang juga disertai dengan menipisnya lapisan
enamel pada gigi. Hal tersebut karena penggunaan gigi yang cukup lama
sehingga lapisan enamel akan mulai terkikis akibat adanya erosi, abrasi serta
atrisi. Penipisan lapisan tersebut dapat mengakibatkan keadaan gigi sensitive
karena lapisan dentin pada mahkota akan semakin ter-ekspos sehingga sedikait
rangsangan akan mudah masuk dalam tubuli dentin. Selain itu, gigi akan
memilik kecenderungan yang lebih besar terhadap karies karena lapisan
pelindung (enamel) tidak mampu menghadapi serangan bakteri.
32
3. Temporo Mandibular Joint (TMJ)
Seiring bertambahnya usia seseorang, kadangkalanya terjadi suatu
keadaan diman sulit untuk membuka atau menutup mulut. Hal tersebut
dipengaruhi karena menurunnya fungsi pada sendi temporo mandibular atau
TMJ. Berkurangnya jumlah gigi-geligi pada lansia berpengaruh besar terhadap
keadaan TMJ, dimana kehilangan gigi pada suatu sisi rongga mulut akan
membuat seseorang untuk mengunyah pada satu sisi. Sehingga tingkat kerja
TMJ akan semaki bertambah. Jika keadaan ini terus berlanjut maka, akan
terjadi suatu keausan pada TMJ yang menyebabkan sulit untuk membuka dan
menutup mulut. Keausan tersebut juga dapat terjadi akibat berkurangnya
4. Berkurangnya taste bud saat proses menua
Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah,
dan permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut
dengan papilla. Pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa
makanan. Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat papilla lidah
menjadi tidak sensitif terhadap rasa.
Sensasi rasa pengecap timbul akibat adanya zat kimia yang berikatan
pada reseptor indera rasa pengecap (taste buds). Sel pengecap mengalami
perubahan pada pertumbuhan, kemudian mati dan regenerasi. Proses ini
bergantung dari pengaruh saraf sensoris pengecap. Masing-masing papilla
pengecap dipersarafi 50 serat saraf dan setiap serat saraf menerima masukan
dari rata-rata 5 papilla pengecap. Papilla circumvalata yang lebih besar
masing-masing mengandung sampai 100 papilla pengecap, pada setiap
individu dibawah usia 20 tahun, dan menurun hingga 200 taste buds atau
kurang menjelang maturitas, dan kurang lebih 100 taste buds menjelang usia
75 tahun.
Seiring berjalannya usia, papilla pada permukaan lidah semakin sedikit
akibatnya indera rasa pengecap akan semakin menurun pada saat proses
menua berjalan.
33
5. Perubahan Ukuran Lengkung Rahang
Kebanyakan proses penuaan disertai dengan perubahan-perubahan
osteoporosis pada tulangnya. Penelitian pada inklinasi aksial gigi pada
tengkorak manusia yang kemudian diikuti oleh hilangnya gigi, merupakan
salah satu pertimbangan dari awal berkurangnya tinggi tulang alveolar
(Boucher, 1982).
Umumnya gigi-gigi rahang atas arahnya ke bawah dan keluar, maka
pengurangan tulangnya pada umumnya juga terjadi ke arah atas dan dalam.
Karena itu lempeng kortikalis tulang bagian luar lebih tipis daripada bagian
dalam. Resorbsi bagian luar lempeng kortikalis tulang berjalan lebih banyak
dan lebih cepat. Dengan demikian, lengkung maksila akan berkurang menjadi
lebih kecil dalam seluruh dimensi dan juga permukaan landasan gigi menjadi
berkurang.
Pada rahang bawah, inklinasi gigi anterior umumnya ke atas dan ke
depan dari bidang oklusal, sedangkan gigi-gigi posterior lebih vertikal atau
sedikit miring ke arah lingual. Permukaan luar lempeng kortikalis tulang lebih
tebal dari permukaan lingual, kecuali pada daerah molar, juga tepi bawah
mandibula merupakan lapisan kortikalis yang paling tebal. Sehingga arah
tanggul gigitan pada mandibula terlihat lebih ke lingual dan ke bawah pada
daerah anterior dan ke bukal pada daerah posterior. Resorbsi pada tulang
alveolar mandibula terjadi ke arah bawah dan belakang, kemudian ke depan.
Terjadi perubahan-perubahan pada otot sekitar mulut, hubungan jarak antara
mandibula dan maksila serta perubahan ruangan dari posisi mandibula dan
maksila.
34
Pasien dengan mandibula yang sangat atrofi
6. Xerostomia
Keluhan mulut kering (xerostomia) dapat terjadi akut atau kronis,
sementara atau permanen dan kurang atau agak sempurna. Dalam bentuk apa
keluhan mulut kering timbul, tergantung dari penyebabmya. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan mulut kering (xerostomia), seperti radiasi pada
daerah leher dan kepala, Sjogren sindrom, penyakit-penyakit sistemik, efek
samping obat-obatan, stress dan juga usia.
Produksi saliva yang berkurang selalui disertai dengan perubahan
dalam komposisi saliva yang mengakibatkan sebagian besar fungsi saliva
tidak dapat berjalan dengan lancar. Hal ini mengakibatkan timbulnya beberapa
keluhan pada penderita mulut kering( xerostomia), seperti kesukaran dalam
mengunyah dan menelan makanan, kesukaran dalam berbicara, kepekaan
terhadap rasa berkurang, kesukaran dalam memakai gigi palsu, mulut terasa
seperti terbakar dan sebagainya.
Mengingat pentingnya peranan saliva dan akibat yang ditimbulkan
oleh karena berkurangnya aliran saliva, maka perlu diupayakan
penanggulangan terhadap pasien-pasien dengan keluhan mulut kering
(xerostomia). Perawatan yang diberikan tergantung dari penyebab dan
keparahan mulut kering. Beberapa faktor penyebab xerostomia antara lain :
Radiasi pada daerah leher dan kepala
Gangguan Lokal pada kelenjar saliva
Efek samping obat-obatan
Demam, diare, diabetes, gagal ginjal
Berolahraga, stress
35
Bernafas melalui mulut
Kelainan syaraf
Usia
Radiasi Dada daerah leher dan keoala.Terapi radiasi pada daerah leher
dan kepala untuk perawatan kanker telah terbukti dapat mengakibatkan
rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai derajat kerusakan pada
kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Hal ini ditunjukkan dengan
berkurangnya volume saliva (AI-Saif, 1991; Glass dkk,1980; Amerongan,
1991; Sonis dkk,1995). Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar
saliva tergantung pada dosis dan lamanya penyinaran (Amerongan, 1991).
Pengaruh radiasi lebih banyak mengenai sel asini dari kelenjar saliva
serous dibandingkan dengan kelenjar saliva mukus (AI-Saif, 1991; Regezi dan
Sciubba,1995; Amerongan, 1991). Tingkat perubahan kelenjar saliva setelah
radiasi yaitu: untuk beberapa hari, terjadi radang kelenjar saliva, setelah satu
minggu terjadi penyusutan parenkim sehingga terjadi pengecilan kelenjar
saliva dan penyumbatan (Lukman, 1992).
Selain berkurangnya volume saliva, terjadi perubahan lainnya pada
saliva, dimana viskositas menjadi lebih kental dan lengket, pH menjadi turun
dan sekresi IgA berkurang (Amerongan, 1991; Sonis dkk,1995; Rege7:i dan
Sciubba,1995). gangguan pada kelenjar saliva ada beberapa penyakit tertentu
yang mempengaruhi kelenjar saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran
saliva. Sialodenitis kronis lebih umum mepengaruhi kelenjar submandibula
dan parotis. Penyakit ini menyebabkan degenerasi pada sel asini dan
penyumbatan duktus.
Kista-kista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas
dapat menyebabkan penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelejar
saliva dan dengan demikian mempengaruhi sekresi saliva.
36
Sindrom sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang
dapat mempengaruhi kelenjar air mata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini
kelenjar saliva rusak karena infiltrrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang.
7. Taste Disorder
Kemampuan untuk mengecap terjadi saat molekul-molekul kecil
yang keluar pada saat mengunyah, minum, atau mencerna makanan
menyimulasi sel-sel sensori pada mulut dan tenggorokan. Sel-sel tersebut, atau
gustatori sel, yang berkelompok pada taste bud lidah dan tenggorokan.
Lidah dapat membedakan empat rasa dasar, yaitu asin, masam, manis
dan pahit. Bagian ujung/depan lidah paling peka merasakan yang asin dan
manis, bagian samping lidah paling peka terhadap rasa masam sedangkan
bagian belakang lidah serta langit-langit paling peka terhadap rasa pahit.
Bagian tengah lidah relatif tidak peka terhadap pengenalan rasa.
Gangguan pengenalan rasa dapat dibedakan menjadi tiga macam :
1. Ageusia adalah hilangnya daya pengecap secara total
2. Hipogeusia adalah berkurangnya daya pengecapan
3. Cacogeusia adalah gangguan pengecapan yang ditandai sensasi
rasa yang tidak enak pada makanan
Salah satu keluhan yang sering pada lanjut usia (lansia) adalah sering
merasakan makanan yang dikonsumsi terasa pahit sehingga lansia tersebut
mengalami tidak nafsu makan. Hal ini merupakan salah satu gangguan
pengecapan.
37
BAB IVKESIMPULAN
Proses menua adalah suatu proses yang alami dimana terjadi kemunduran
dan berkurangnya kemampuan sel dalam melaksanakan berbagai fungsinya.
Begitu juga penuaan yang terjadi di dalam rongga mulut. Yaitu pada jaringan
keras dan jaringan lunak di dalam rongga mulut. Proses penuaan ini sendiri
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Dan jika terjadi gangguan
pada faktor tersebut, maka akan membuat damapak serta kelainan pada rongga
mulut itu sendiri.
38